39
PEMERIKSAAN FISIK SISTEM RESPIRASI PADA ANAK MAKALAH Oleh Kelompok 1 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

KK 2B

Embed Size (px)

Citation preview

PEMERIKSAAN FISIK SISTEM RESPIRASI PADA ANAK

MAKALAH

Oleh

Kelompok 1

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2014

PEMERIKSAAN FISIK SISTEM RESPIRASI PADA ANAK

MAKALAH

disusungunamelengkapitugasmatakuliah Keperawatan Klinik II B dengan dosen pengampuNs. Ratna Sari Hardiani,M.Kep

Oleh:

Kelompok 1

Chairun NisakNIM 132310101014

NurwahidahNIM 132310101026

Rizky Bella MulyaningsasiNIM 132310101043

Talitha ZhafirahNIM 132310101055

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2014

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas seyang telah melimpahkan berkah, rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Pemeriksaan Fisik Sisem Respirasi Pada Anak. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Klinik II B. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan khususnya dalam pembelajaran Keperawatan Klinik II B mengenai pemriksaan fisik sistem respirasi pada anak.

Jember, September 2014Penulis

DAFTAR ISI

Prakata i

Daftar Isi ii

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 2

1.3 Tujuan 2

1.4 Implikasi Keperawatan 2

BAB 2. PENDAHULUAN

2.1 Pengertian Pemeriksaan Fisik 3

2.2 Tujuan Pemeriksaan Fisik 4

2.3 Manfaat Pemeriksaan 5

2.4 Macam-macam Pemeriksaan Fisik 5

2.5 Teknik Pemeriksaan Fisik 7

2.6 Analisa Hasil Pemeriksaan Fisik 13

BAB 3. PENUTUP

1. Kesimpulan 19

2. Saran 19

DAFTAR PUSTAKA iii

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem pernapasan berfungsi untuk mempertahankan pertukaran oksigen (O2) dan karbondioksida (CO2) dalam paru-paru dan jaringan juga untuk mengatur keseimbangan asam dan basa. Setiap perubahan dalam sistem pernapasan akan mempengaruhi sistem tubuh yang lainnya. Pada kasus penyakit pernapasan kronis, perubahan status pulmonal terjadi secara lambat sehingga memungkinkan tubuh klien untuk beradaptasi terhadap hipoksia. Tetapi pada perubahan pernapasan akut seperti pneumotoraks atau pneumonia aspirasi, hipoksia terjadi secara mendadak dan tubuh tidak mempunyai waktu beradaptasi, hal ini dapat menyebabkan kematian.

Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan pernapasan, perawat perlu melakukan intepretasi dan pemeriksaan dengan berbagai prosedur. Status kesehatan klien dengan gangguan pernapasan perlu dilakukan wawancara, pemeriksaan fisik dan tindakan kolaboratif dalam pemeriksaan penunjang untuk memaksimalkan data yang dikumpulkan tanpa harus menambah distress pernapasan klien. Kemudian pemeriksaan yang sesuai dengan tingkat distress pernapasan yang klien alami.

Dalam pengkajian riwayat sehat sakit klien diperlukan kumpulan data-data klien. Apabila data-data yang telah kita kaji dari hasil pemeriksaan fisik telah didapatkan, maka kita dapat mengetahui apakah keadaan klien sedang dalam keadaan normal atau abnormal. Oleh karena itu, dalam makalah ini kami akan membahas mengenai berbagai prosedur pelaksanaan pemeriksaan fisik agar pembaca dapat memahami dan mengetahui lebih lanjut mengenai pemeriksaan fisik pada sistem gangguan pernafasan anak.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa pengertian pemeriksaan fisik?

1.2.2 Apa tujuan pemeriksaan fisik?

1.2.3 Apa saja macam-macam pemeriksaan fisik?

1.2.4 Bagaimana tekhnik pemeriksaan fisik yang tepat pada sistem respirasi anak?

1.2.5 Bagaimana analisa hasil pemeriksaaan fisik pada sistem respirasi anak?

1.3 Tujuan

1.3.1 Memahami dengan benar definisi pemeriksaan fisik.

1.3.2 Mengetahui tujuan dilakukan pemeriksaan fisik.

1.3.3 Mengetahui macam-macam pemeriksaan fisik.

1.3.4 Mengetahui tekhnik yang tepat saat melakukan pemeriksaan fisik.

1.3.5 Memahami keadaan normal dan tidak dari analisa hasil pemeriksaan fisik pada sistem respirasi anak.

1.4 Implikasi keperawatan

Perlu adanya tindakan perawat memperbanyak dalam pemberian asupan cairan ketika klien mengalami gangguan pernapasan, sehingga akan kesulitan dalam pembentukan sputum atau sangat banyak dalam pembentukan sputum, hal ini menyebabkan pklien dapat mengalami dehidrasi. Untuk latihan pernapasan ajarkan individu untuk menggunakan botol tiup atau spidometer intensif setiap jam saat bangun pada neuromuskular berat, ada baiknya individu dibangunkan selama malam hari. Bantu untuk reposisi, mengubah posisi tubuh dengan sering dari satu sisi ke sisi yang lainnya, hal ini untuk mempermudah sirkulasi pernapasan pada klien.

BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik adalah sebuah proses dari seorang tenaga kesehatan dalam memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Selain itu, Pemeriksaan fisik merupakan peninjauan dari ujung rambut sampai ujung kaki pada setiap sistem tubuh yang memberikan informasi objektif tentang klien dan memungkinkan perawat untuk membuat penilaian klinis. Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau hanya bagian tertentu yang dianggap perlu untuk memperoleh data yang sistematis dan komprehensif, memastikan atau membuktikan hasil anamnesa, menentukan masalah dan merencanakan tindakan keperawatan yang tepat bagi klien (Dewi Sartika, 2010).

Pemeriksaan fisik pada sistem pernapasan merupakan salah satu usaha yang dilakukan perawat dalam menggali permasalahan sistem pernapasan dari klien. Pemeriksaan fisik dalam keperawatan menggunakan pendekatan inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi. Pada umumnya, pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian kepala dan berakhir pada kaki. Pengkajian fisik keperawatan harus mencerminkan diagnosa fisik yang secara umum perawat dapat membuat perencanaan tindakan untuk mengatasinya. Untuk mendapatkan data yang akurat, sebelum pemeriksaan fisik dilakukan pengkajian riwayat kesehatan, riwayat psikososial, sosial ekonomi, dan lain-lain. Dengan hal ini, dimungkinkan pengkajian yang dilakukan bersifat fokus, sehingga tidak menimbulkan masalah dalam mengambil kesimpulan terhadap masalah yang ditemukan. Fokus pengkajian pemeriksaan fisik keperawatan adalah pada kemampuan fungsional klien. Tahap pengumpulan data adalah pada pemeriksaan fisik klien. Pemeriksaan fisik dalam keperawatan digunakan untuk mendapatkan data yang objektif dari riwayat keperawatan klien. Hal tersebut sebaiknya dilakukan bersamaan dengan wawancara.Hasil pemeriksaan fisik biasanya akan dicatat dalamrekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien.Sebuah pemeriksaan yang lengkap akan terdiri dari penilaian kondisi pasien secara umum dan sistem organ yang spesifik. Dalam prakteknya, tanda-tanda vital ataupemeriksaan suhu, denyut nadi dan tekanan darah selalu dilakukan pertama kali. Dalam keakuratannya, pemeriksaan fisik dapat mempengaruhi pilihan maupun respon terhadap terapi yang diterima klien.

2.2 Tujuan Pemeriksaan Fisik

Tujuan pemeriksaan fisik, antara lain :

1. Sebagai skrinning rutin untuk meningkatkan perilaku sejahtera

2. Sebagai tindakan kesehatan preventif

3. Penerimaan di Rumah Sakit da fasilitas perawatan jangka panjang

Tenaga medis dalam tujuannya, perawat melakukan pemeriksaan fisik memiliki tujuan-tujuan tertentu yang berhubungan dengan status kesehatan klien. Tujuan tersebut meliputi hal-hal berikut ini:

1. Mengetahui kondisi sistem respirasi normal atau tidak

2. Mengetahui adanya gangguan pada sistem respirasi

3. Menentukan rencana yindakan keperawatan yang tepat

4. Sebagai skrining rutin untuk meningkatkan perilaku sejahtera

5. Sebagai tindakan kesehatan preventif

Tujuan dari pemeriksaan fisik dalam keperawatan antara lain :

1. Untuk menentukan status kesehatan klien

2. Mengidentifikasi masalah klien

3. Mengambil data dasar untuk menentukan rencana tindakan

Tujuan pemeriksaan fisik bagi perawat, anatara lain :

1. Mengumpulkan data dasar tentang kesehatan klien

2. Menambah, menginformasikan atau menyangkal data yang diperolah dalam riwayat keperawatan

3. Mengonfirmasi dan mengdentifikasi diagnosa keperawatan

4. Membuat penilaian klinis tentang perubahan status kesehatan klien dan penatalaksanaannya

5. Mengevaluasi hasil fisiologi dari asuhan

2.3 Manfaat Pemeriksaan

Pemeriksaan fisik banyak memiliki manfaat bagi perawat itu sendiri maupun bagi profesi kesehatan lainnya, antara lain :

1. Sebagai data untuk membantu perawat dalam menegakkan diagnose keperawatan.

2. Mengetahui masalah kesehatan yang di alami klien.

3. Sebagai dasar untuk memilih intervensi keperawatan yang tepat

4. Sebagai data untuk mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan

2.4 Macam-macam Pemeriksaan Fisik

1. Inspeksi

Proses observasi dengan menggunakan indera penglihatan, yaitu mata untuk mendeteksi karakteristik normal atau tanda tertentu dari bagian tubuh atau fungsi tubuh pasien. Hal ini dilakukan untuk mendeteksi tanda-tanda fisik yang berhubungan dengan status fisik klien. Saat melakukan tindakan ini amati secara cermat mengenai tingkah laku dan keadaan tubuh klien. Pemeriksa melatih dirinya untuk melihat tubuh dengan menggunakan pendekatan sistematik.

2. Palpasi

Dilakukan menggunakan indera peraba dengan cara sentuhan dan penekanan bagian tubuh dengan menggunakan jari atau tangan. Palpasi merupakan pemeriksaan fisik yang dilakukkan dengan menggunakan tangan untuk meraba struktur di bawah permukaan tubuh. Misalnya: meraba arteri radialis untuk pemeriksaan tekanan darah, atau menghitung denyut nadi. Palpasi dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada dan mengobservasi abnormalitas, mengidentifikasi keadaan kulit, dan mengetahui vocal atau tactilepremitus (vibrasi). Selama palpasi perawat harus mengkaji adanya krepitus (udara dalam jaringan subkutan), nyeri tekan dinding dada, tonus otot edema, dan fremitus taktil atau vibrasi gerakan udara melalui dinding dada ketika klien sedang bicara.

3. Perkusi

Dilakukan dengan cara mengetuk dan mengetahui bunyi getaran atau gelombang suara yang dihantarkan kepermukaan tubuh dari bagian tubuh yang diperiksa.Tujuan perkusi adalah untuk menentukan batas-batas organ atau bagian tubuh dengan cara merasakan vibrasi yang ditimbulkan akibat adanya gerakan yang diberikan ke bawah jaringan. Metode perkusi dapat membedakan apa yang ada di bawah jaringan seperti udara, cairan atau zat padat. Adapun suara-suara yang dijumpai pada perkusi adalah :

a. Sonor : suara perkusi jaringan yang normal.

b. Redup : suara perkusi jaringan yang lebih padat, misalnya di daerah paru-paru pada pneumonia.

c. Pekak : suara perkusi jaringan yang padat seperti pada perkusi daerah jantung, perkusi daerah hepar.

d. Hipersonor/timpani : suara perkusi pada daerah yang lebih berongga kosong, misalnya daerah caverna paru, pada klien asma kronik.

4. Auskultasi

Pengkajian dengan mendengarkan suara napas normal dan suara tambahan (abnormal) dengan menggunakan stetoskop. Perawat menggunakan stetoskop untuk mendengarkan suara napas di dada dan di abdomen mendengarkan suara bising usus. Suara napas normal dihasilkan dari getaran udara ketika melalui jalan napas dari laring ke alveoli dan bersifat bersih. Suara tidak normal yang dapat diauskultasi pada nafas, diantaranya:

a. Rales : suara yang dihasilkan dari eksudat lengket saat saluran-saluran halus pernafasan mengembang pada inspirasi (rales halus, sedang, kasar). Misalnya pada klien pneumonia, TBC.

b. Ronchi : nada rendah dan sangat kasar terdengar baik saat inspirasi maupun saat ekspirasi. Ciri khas ronchi adalah akan hilang bila klien batuk. Misalnya pada edema paru.

c. Wheezing : bunyi yang terdengar ngiii.k. bisa dijumpai pada fase inspirasi maupun ekspirasi. Misalnya pada bronchitis akut, asma.

d. Pleura Friction Rub ; bunyi yang terdengar kering seperti suara gosokan amplas pada kayu. Misalnya pada klien dengan peradangan pleura.

2.5 Teknik Pemeriksaan Fisik

1. Inspeksi torak

a. Atur posisi klien dan perawat berada di sebelah kanan klien. Mulai pemeriksaan pada klien dengan posisi duduk dengan semua pakaian di buka sampai pinggang guna mempermudah perawat melakukan inspeksi.

b. Atur pencahayaan yang cukup.

c. Atur suhu dan suasana ruangan nyaman pada anak

Hal ini dilakukan agar anak tidak merasa takut dengan apa yang akan kita lakukan

d. Perhatikan kesan pertama pasien: perilaku, ekspresi, penanmpilan umum, pakainan, postur tubuh, dan gerakan dengan waktu cukup.

e. Hitung pernafasan selama satu menit penuh.

1. Jika menghitung pernafasan, observasi laju pernafasan, ritme dan kedalam siklus pernafasan.

2. Observasi pergerakan dada pada tiga bagian otak (anterior, posterior dan lateral).

3. Konfirmasi bahwa pernafasan tenang, simetris dan tanpa usaha.

4. Sebelum dilanjutkan pada langkah selanjutnya, minta klien untuk menarik napas dalam dan observasi keterlibatan otot-otot bantu napas.

f. Inspeksi warna kulit.

Konfirmasi diameter transfersal dengan diameter anteroposterior seharusnya ratio diameter ini lebih kurang ratio 2 : 1 pada orang dewasa. Bayi yang baru lahir memiliki dada yang lebih bulat daripada orang dewasa, dan diameternya sama, ratio kurang lebih 1 : 1.

g. Inspeksi struktur skeletal.

Pemeriksa berdiri di belakan klien dan gambarkan garis imaginer sepanjang batar superior skapula dari akromion kanan sampai akromion kiri. Garis ini harus tegak lurus dengan garis vertebral.

2. Palpasi torak posterior

a. Daerah yang diperiksa bebas dari gangguan yang menutupi.

b. Cuci tangan.

c. Beritahu pasien tentang prosedur dan tujuannnya.

d. Yakinkan tangan hangat tidak dingin.

e. Palpasi secara dangkal bagian posterior torak.

1. Kaji besar otot daerah tepat di bawah kulit.

2. Palpasi secara teratur dengan telapak tangan .

3. Harus diingat untuk mengkaji daerah superior scapula, sampai dengan tulang rusuk ke 12 dan dilanjutkan sejauh mungkin pada garis midaksila pada kedua sisi.

f. Palpasi dan hitung jumlah tulang rusuk dan sela interkostal.

1. Minta klien untuk fleksi leher, maka processus spinalis cervikal ke-7 akan terlihat.

2. Bila pemeriksa memindakan sedikit tangan ke kiri dan ke kanan dari processus, pemeriksa akan merasakan tulang rusuk pertama. Hitung tulang rusuk dan sela interkostal, dan tetap didekat pada garis vertebral.

3. Palpasi tiap-tiap processus spinal dengan gerakan kearah bawah.

g. Palpasi torak posterior untuk mengukur ekspansi pernafasan.

1. Letakkan tangan dengan setingkat dengan tulang rusuk ke 8-10 letakkan kedua ibu jari dekan dengan garis vertebral dan dengan kulit secara lembut diantara kedua ibu jari. Pastikan telapak tangan bersentuhan dengan punggung klien.

2. Mintalah klien untuk menarik napas dalam. Perawat seharusnya merasakan tekanan yang sama di kedua tangan, dan tangan bergerak menjauhi garis vertebral.

h. Palpasi untuk menilai taktil fremitus.

1. Gunakan daerah sendi metacarpophalangeal atau permukaan luar tangan pada saat memeriksa fremitus.

2. Mintalah klien untuk mengulangi kata ninety-nine atau tujuh-tujuh saat perawat melakukan palpasi.

3. Palpasi torak anterior.

a. Atur posisi klien. Klien biasanya berada pada posisi supine untuk melakukan palpasi torak anterior, tetapi beberapa ahli lebih menyukai posisi duduk.

b. Tentuka lokasi landmark daerah torak posterior.

1. Tentukan lokasi suprasternal notch dengan jari tangan. Palpasi turun kebawah dan identifikasi batas-batas bawah manubrium pada Angel of Louis.

2. Palpasi secara lateral dan temukan tulang rusuk kedua dan ics kedua. Hitung tulang rusuk dengan batas sternum.

3. Palpasi jaringan otot dan jaringan tepat dibawah kulit

c. Palpasi torak anterior untuk mengukur ekspansi pernafasan.

1. Letakkan tangan pada dinding anterior dada tepat dibawah batas kosta dengan ibu jari sedikit terpisah pada garis midsternum.

2. Tekan kulit diantara ibu jari seperti pada waktu melakukan palpasi dinding posterior.

3. Mintalah klien untuk menarik napas dalam. Observasi pergerakan ibu jari dan tekanan yang dikeluarkan terhadap tangan pemeriksa.

d. Palpasi untuk mengetahui taktil fremitus pada dinding dada anterior.

1. Teknik yang digunakan sama dengan palpasi posterior.

2. Gunakan sendi metakarpophalangeal atau permukaan unlar tangan. Mintalah klien untuk mengucapkan tujuh-tujuh saat pemeriksa melakukan palpasi dinding dada anterior.

4. Perkusi torak posterior.

a. Visualisasi petunjuk daerah torak.

Sebelum melakukan perkusi pada torak posterior, visualisasikan garis horisontal, garis ventrikal, tingkat diafragma dan fisura paru-paru untuk mengidentifikasi lobus paru.

b. Atur posisi klien.

Bantu klien untuk membungkuk kedepan sedikit dan melebarkan bahu.

c. Perkusi daerah paru.

1. Mulailah perkusi pada daerah apeks paru-paru dan bergerak ke daerah apeks kanan.

2. Gerakkan kedalam setiap sela interkostal dengan cara sistemik. Perkusi sampai ke tulang rusuk paling bawah dan pastikan untuk melakukannya sampai ke garis midaksila kiri dan kanan.

d. Perkusi untuk menentukan pergerakan atau ekskursi diafragma.

1. Mulailah dengan melakukan perkusi pada celah interkosta ketujuh kearah bawah sepanjang garis scapula sampai batas diafragma. Resonan akan berubah menjadi dullness.

2. Beri tanda pada kulit.

3. Mintalah klien untuk menarik napas dalam dan menahannya.

4. Perkusi kembali kearah bawah dari kulit yang berada sampai terdengar lagi suara dullness.

5. Sekarang mintalah klien untuk bernapas normal dan keluarkan napas sebanyak-banyaknya kemudian tahan napas.

6. Perkusi kearah atas sampai pemeriksa mendengar suara resonan, beri tanda dan anjurkan klien untuk bernapas secara normal. Pemeriksa akan mendapatkan tiga tanda sepanjang garis skapula.

7. Ulangi prosedur untuk sisi yang lain.

8. Jarak antara tanda nomer 2 dan 3 berkisar antara 3-6 cm pada orang dewasa yang sehat.

9. Kembalikan klien pada posisi duduk yang nyaman.

5.Perkusi toraks anterior.

a. Visualisasikan landmark daerah torak anterior. Sebelum melakukan perkusi dinding dada anterior, visualisasi garis vertikel dan horisontal. Identifikasi lokasi diafragma dan lobus paru.

b. Perkusi daerah paru dengan pola yang teratur. Mulailah perkusi pada daerah apeks dan lanjutkan sampai setinggi diafragma. Lanjutkan perkusi sampai garis midaksila pada masing-masing sisi. Hindari perkusi diatas sternum, klafikula, tulang rusuk dan jantung.

c. Pastikan jari-jari dan tangan yang tidak dominan berada pada celah interkosta sejajar dengan tulang rusuk.

d. Jika pada klien wanita memiliki payudara besar, mintalah klien untuk mengatur posisi agar payudaranya ke arah samping selama prosedur ini. Perkusi diatas jaringan payudara wanita akan menghasilkan suara dull.

6.Auskultasi torak posterior.

a. Sebelum auskultasi posterior daerah toraks dilakukan, visualisasikan landmark daerah tersebut seperti sebelum perkusi.

b. Auskultasi trakea.

1. Menggunakan tekanan yang tegas, letakkan diafragma stetoskop sejalan dengan bernafasnya klien secara perlahan dengan mulut terbuka.

2. Mulailah pada garis vertebral C7 dan turun kebawah sampai T3. Disini pemeriksa akan melakukan auskultasi trakea, dan suara yang terdengar adalah bronkial.

c. Auskultasi bronkus.

Pindahkan stetoslop kekiri dan kekanan vertebral setinggi T3-T5. Tepat berada pada bronkus kiri dan kanan dan suara yang terdengar adalah bronkovesikuler.

d. Auskultasi paru-paru.

1. Auskultasi dilakukan dengan pola yang sama separti pada yang dilakukan pada perkusi paru-paru.

2. Mulai auskultasi pada bagian apeks kiri dan dilanjutkan seperti pola perkusi. Pemeriksa akan mendengar suara vesikuler.

3. Dengarkan pula suara-suara tambahan yang mendahului pada saat siklus inspirasi dan ekspirasi. Bila mendengar adanya suara tambahan, catat lokasi, kualitas, lama dan waktu terjadinya selama siklus pernapasan.

7. Auskultasi torak anterior

a. Visualisasi petunjuk torak anterior.

b. Auskultasi diatas trakea. Suara akan jelas berada diatas jugular (suprastenal) notch. Suara diatas trakea adalah suara bronkial.

c. Auskultasi diatas bronkus kiri dan kanan.

Daerah ini berada pada batas sternum sebelah kiri dan kanan pada sela interkosta ke-2 dan ke-3. Suara yang terdengar adalah bronkovesikuler.

d.Auskultasi paru-paru.

1. Dengarkan suara vesikuler. Biasanya terdengar pada daerah parenkim paru-paru.

2. Dengarkan bunyi suara napas tambahan. Suara ini mendahului inspirasi dan ekspirasi dari siklus pernapasan. Bila pemeriksa mendengar suara tambahan catat lokasi, kualitas dan waktu terjadinya selama siklus pernapasan.

2.6 Analisa Hasil Pemeriksaan Fisik

Hal pertama yang dilakukan sebelum melakukan pemeriksaan fisik pada anak, usahakan terlebih dahulu memberikan atau mengatur kondisi pada anak senyaman mungkin. Jika seandainya anak masih menangis atau takut, perawat dapat menyuruh ibunya untuk menemani anaknya disampingnya.

2.6.1 Inspeksi

Pemeriksaan fisik pada inspeksi difokuskan pada setiap bagian tubuh meliputi: warna kulit, frekuensi pernafasan, bentuk dada, gerakan pernafasan, dan efektivitas dan frekuensi batuk pada pasien. Perlu dibandingkan hasil normal dan abnormal bagian tubuh satu dengan bagian tubuh lainnya. Contoh : mata kuning (ikterus), terdapat struma di leher, kulit kebiruan (sianosis), dan lain-lain.

Penilaian warna kulit secara inspeksi dapat dilihat secara langsung. Jika warna kulit atau membran mukosa kebiruan maka pasien mengalami sianosis. Sianosis dapat dibedakan menjadi 2, yaitu antara sianosis perifer dengan sianosis sentral. Sianosis perifer terjadi pada ekstremitas atau pada ujung hidung atau telinga, meskipun dengan tekanan oksigen normal, atau bila ada penurunan aliran darah pada area ini, khususnya bila area ini dingin atau sakit. Sianosis sentral terlihat pada lidah dan bibir, berarti pasien secara nyata mengalami penurunan tekanan oksigen.

Penilaian frekuensi pernafasan juga penting sebagai parameter atau tolak ukur dalam pemeriksaan, yaitu:

a. Normal: 16-24 kali/menit

b. Bradypnneu/olygopneu: 24 kai/menit

d. Apneu: henti nafas / tidak bernafas

Jika frekuensi pernafasan tidak teratur, maka:

a. Pada kelainan otak

b. Asidosis

c. Nyeri waktu bernafas

Penilaian bentuk dada secara inspeksi diperlukan untuk melihat seberapa jauh kelainan yang terjadi pada klien bentuk dada normal pada dewasa ditentukan berdasarkan perbandingan diameter anteroposterior dalam proporsi tehadap diameter lateral (1:2).

a. Bentuk dada yang biasa didapatkan seperti: bentuk dada toraks (panjang dan gepeng)

b. Bentuk dada toraks enbateau(toraks dada burung)

c. Bentuk dada toraks enfisematous, didapatkan apabila diameter anteroposterior melebihi proporsi terhadap diameter lateral (1:1) atau lebih dikenal dengan bentunk dada tong

d. Bentuk dada toraks pektusekskavatus (dada cekung ke dalam).

Penilaian lain yang mendukung pemeriksaan system pernafasan adalah dengan menilai gerakan pernafasan klien. Dengan selintas pandang, seharusnya perawat dapat menilai kesimetrisan dada klien. Adanya satu sisi cembung pada pemeriksaan inspeksi dapat mengindikasikan ada suatu proses di dalam rongga thoraks karena penimbunan air, pus, udara di rongga pleura, aneurisme aorta, cairan dalam rongga pericardium, tumor paru atau mediastinum, dan pembesaran jantung atau abses hati.

Perhatian adanya asimetris gerakan dinding dada anterior dan posterior. Penilaian terhadap ekspansi lobus atas paling baik dilakukan dengan inspeksi dari belakang klien, dengan memerhatikan kedua klavikula selama pernafasan sedang. Gerakan yang berkurang menunjukkan penyakit paru yang mendasarinya. Sisi yang terkena akan memperlihatkan gerakan yang terlambat dan menurun. Untuk penilaian ekspansi lobus bawah diperlukan inspeksi dan palpasi anterior dan posterior. Gerakan dinding dada unilateral yang berkurang dapat disebabkan oleh fibrosis paru yang terlokalisasi, konsolidasi, kolaps, efusi pleura, atau pneumothoraks. Berkurangnya gerakan dinding dada bilateral menunjukkan adanya kelainan difus seperti hambatan jalan nafas kronis atau fibrosis paru difus. Ekskrusi diafragmatik yang menurun mungkin tampak pada klien dengan efusi pleural dan emfisema. Peningkatan dalam tekanan intra-abdomen seperti yang terjadi pada kehamilan atau asites, dapat menyebabkan letak diafragma menjadi tinggi.

2.6.2 Palpasi

Palpasi dada dilakukan dengan meletakan turnit tangan mendatar di atas dada pasien. Seringkali kita menentukan apakah fremitus taktil ada. Kita melakukan ini dengan meminta pasien mengatakan sembilan-sembilan. Secara normal, bila pasien mengikuti instruksi itu, vibrasi terasa pada luar dada di tangan pemeriksa. Ini mirip dengan vibrasi yang terasa pada peletakan tangan di dada kucing bila ia sedang mendengkur. Pada pasien normal fremitus taktil ada. Ini dapat menurun atau takada bila terdapat sesuatu dintara tangan pemeriksa dan paru pasien serta dinding dada. Sebagai contoh, bila ada efusi pleural, penebalan pleural atau pnemotorak akan tidak mungkin merasakan vibrasi ini atau vibrasi menurun. Bila pasien mengalami atelektasis karena sumbatan jalan napas, vibrasi juga takdapat dirasakan. Fremitus taktil agak meningkat pada kondisi konsolidasi, tetapi deteksi terhadap ini sulit. Hanya dengan palpasi pada dada pasien dengan napas perlahan, seseorang dapat merasakan ronki yang dapat diraba yang berhubungan dengan gerakan mukus padajalan napas besar.

2.6.3PerkusiPemeriksaan fisik dengan cara perkusi, perawat biasanya melakukan tindakan ini untuk mengkaji resonansi pulmoner, kondisi organ yang berhubungan dan pengembangan (ekskursi) diafragma. Jika dari hasil pemeriksaan ini, pada jaringan paru-paru didapat suara perkusi bergaung dan bersuara rendah (sonor) merupakan keadaan yang normal. Sebaliknya apabila didapatkan suara yang lebih rendah dibandingkan dengan resonan dan timbul pada bagian paru-paru yang abnormal berisi udara, kondisi ini dikatakan terjadi suara perkusi abnormal yang disebut Hiperresonan. Suara perkusi normal lainnya, diantaranya terdapat Dullness dan Tympany. Dullness dihasilkan di atas bagian jantung atau paru-paru sedangkan Tympany dihasilkan di atas perut yang berisi udara umumnya bersifat musical. Apabila nadanya lebih tinggi dari dullness dan dapat didengar pada perkusi daerah paha, dimana seluruh areanya berisi jaringan disebut Flatness, suara ini termasuk suara perkusi yang abnormal.

2.6.4Auskultasi

Dilakukan untuk mengkaji suara nafas normal dan suara tambahan (abnormal). Suara napas normal dihasilkan dari getaran udara ketika melalui jalan napas dari laring ke alveoli dan bersifat bersih. Bronchial merupakan tubular sound yang suaranya dihasilkan oleh udara yang melalui suatu tube (pipa), suaranya terdengar keras, nyaring, dengan hembusan yang lembut. Fase ekspirasinya lebih panjang daripada inspirasi dan tidak ada jeda di antara kedua fase tersebut. Suara normal akan terdengar di atas trachea atau daerah lekuk suprasternal. Bronkovesikular merupakan gabungan dari suara napas bronkhial dan vesikular. Suaranya terdengar nyaring dengan intensitas sedang. Inspirasi sama panjang dengan ekspirasi. Suara ini terdengar di daerah dada dimana bronkus tertutup oleh dinding dada.

Keadaan normal lainnya yaitu, Vesikular dimana terdengar lembut, halus seperti angin sepoi-sepoi. Inspirasi lebih panjang dari ekspirasi, ekspirasi terdengar seperti tiupan. Sedangkan keadaan suara yang abnormal terdapat Wheezing, Ronchi, Pleural Fiction Rub dan Crackles. Wheezing terdengar selama inspirasi dan ekspirasi, dengan karakter suara nyaring, musical, suara terus-menerus yang disebabkan aliran udara melalui jalan napas yang menyempit. Ronchi terdengar selama fase inspirasi dan ekspirasi, karakter suara terdengar perlahan, nyaring, dan suara mengorok terus-menerus. Berhubungan dengan sekresi kental dan peningkatan produksi sputum. Pleural fiction rub terdengar saat inspirasi dan ekspirasi. Karakter suara kasar, berciut, dan suara seperti gesekan akibat dari inflamasi pada daerah pleura. Sering kali pasien mengalami nyeri saat bernapas dalam. Crackles, dibagi menjadi dua jenis yaitu Fine crackles danCoarse crackles. Setiap fase pada Fine crackles lebih sering terdengar saat inspirasi. Karakter suara meletup, terpatah-patah akibat udara melewati daerah yang lembab di alveoli atau bronkhiolus, suara seperti rambut yang digesekkan. Sedangkan Coarse crackles lebih menonjol saat ekspirasi. Karakter suara lemah, kasar, suara gesekan terpotong akibat terdapatnya cairan atau sekresi pada jalan napas yang besar. Mungkin akan berubah ketika pasien batuk.

Prubahan dalam bunyi napas yang dapat menandakan keadaan patologi termasuk penurunan atau tidak terdengar bunyi napas, peningkatan bunyi napas, dan bunyi napas saling mendahului atau yang dikenal dengan bunyi adventiosa. Peningkatan bunyi napas akan terdengar bila kondisi seperti atelektasis dan pneumonia meningkatkan densitas (ketebalan) jaringan paru. Penurunan atau tidak terdengarnya bunyi napas terjadi bila transmisi gelombang bunyi yang melewati jaringan paru atau dinding dada berkurang.

BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau hanya bagian tertentu yang dianggap perlu untuk memperoleh data yang sistematis dan komprehensif, memastikan atau membuktikan hasil anamnesa, menentukan masalah dan merencanakan tindakan keperawatan yang tepat bagi klien (Dewi Sartika, 2010).Pelayan kesehatan dalam hal ini perawat melakukan pemeriksaan fisik memiliki tujuan-tujuan tertentu yang berhubungan dengan status kesehatan klien. Macam-macam teknik pemeriksaan fisik ada 4 yaitu: inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Juga terdapat pemeriksaan penunjang yang digunakan untuk lebih dalam untuk mengetahui status sehat-sakit klien.

3.2 Saran

Ketika melakukan pemeriksaan fisik pada pasien, seharusnya seorang perawat lebih teliti dalam melakukan tindakan dan dapat mengkondisikan atau memberikan kenyamanan pada pasien, sehingga pemeriksaan dapat berjalan lancar dan optimal. Saat melakukan pemeriksaan fisik kepada pasien, perlu menanyakan terlebih dahulu mengenai keadaan pasien untuk mengetahui tindakan selanjutnya yang perlu dilakukan diperbolehkan atau tidak, sehingga ada persetujuan dari pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan kepadanya, hal ini dilakukan untuk meminimaisir komplain yang dilakukan oleh pasien mengenai tindakan yang dilakukan perawat.

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Somantri, iman. 2008. Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan pada

Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.

Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika

Manurung, Santa dkk. 2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika

Internet

Dewi sartika. 2010. [serial online]. www.makalahkeperawatan.html diakses 29 Agustus 2014

Doures, Fertica. Pemeriksaan fisik sistem respirasi. [serial online] http://www.scribd.com/doc/197334099/Pemeriksaan-Fisik-Sistem-Respirasi. diakses pada 30 Agustus 2014

Pemeriksaan Fisik Sistem Pernafasan. [seroal online]. http://www.scribd.com/doc/59754870/Pemeriksaan-Fisik-Sistem-Pernafasan. diakses pada 30 Agustus 2014