52
BAGIAN PERTAMA HASIL PEMBINAAN KELUARGA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga Binaan Keluarga binaan yang dibahas dalam laporan ini bertempat tinggal di Desa Sekardadi, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli yang termasuk dalam wilayah kerja Puskesmas Kintamani VI. Di Desa Sekardadi terdapat tiga banjar yaitu Banjar Sekardadi, Banjar Tinga, dan Banjar Pule dengan terdapat 525 kepala keluarga. Di wilayah Desa Sekardadi juga terdapat Puskesmas Pembantu Sekardadi yang merupakan salah satu sarana kesehatan yang ada di desa ini sehingga banyak dikunjungi oleh penduduk terutama dari Desa Sekardadi. Untuk mata pencaharian, sebagian besar warga Desa Sekardadi bekerja sebagai buruh tani. Masih banyak keluarga yang tergolonng miskin di Desa Sekardadi, yaitu sebanyak 32 KK. Oleh karena itu, dengan banyaknya jumlah keluarga kurang mampu, kami sebagai peserta PPD ke-72 khususnya yang bertugas di Desa Sekardadi diharapkan dapat mengidentifikasi berbagai masalah di bidang kesehatan, mengupayakan alternatif pemecahannya dengan pendekatan kedokteran keluarga. 1

KK Dampingan Goiter (GAKY)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

KK Dampingan Goiter (GAKY)

Citation preview

Page 1: KK Dampingan Goiter (GAKY)

BAGIAN PERTAMA

HASIL PEMBINAAN KELUARGA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Keluarga Binaan

Keluarga binaan yang dibahas dalam laporan ini bertempat tinggal di Desa

Sekardadi, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli yang termasuk dalam

wilayah kerja Puskesmas Kintamani VI. Di Desa Sekardadi terdapat tiga banjar

yaitu Banjar Sekardadi, Banjar Tinga, dan Banjar Pule dengan terdapat 525 kepala

keluarga. Di wilayah Desa Sekardadi juga terdapat Puskesmas Pembantu

Sekardadi yang merupakan salah satu sarana kesehatan yang ada di desa ini

sehingga banyak dikunjungi oleh penduduk terutama dari Desa Sekardadi. Untuk

mata pencaharian, sebagian besar warga Desa Sekardadi bekerja sebagai buruh

tani. Masih banyak keluarga yang tergolonng miskin di Desa Sekardadi, yaitu

sebanyak 32 KK. Oleh karena itu, dengan banyaknya jumlah keluarga kurang

mampu, kami sebagai peserta PPD ke-72 khususnya yang bertugas di Desa

Sekardadi diharapkan dapat mengidentifikasi berbagai masalah di bidang

kesehatan, mengupayakan alternatif pemecahannya dengan pendekatan

kedokteran keluarga.

1.2 Tujuan Pembinaan Keluarga Binaan

1. Mampu berkomunikasi secara efektif dengan keluarga binaan untuk

menggali berbagai informasi berkaitan dengan masalah kesehatan.

2. Mampu mengidentifikasi masalah kesehatan, faktor resiko, dan alternatif

pemecahannya di keluarga dan masyarakat.

3. Mampu melakukan advokasi untuk dapat memecahkan masalah kesehatan di

keluarga secara komprehensif dengan pendekatan holistik untuk

meningkatkan perilaku hidup sehat.

1

Page 2: KK Dampingan Goiter (GAKY)

1.3 Manfaat Pembinaan Keluarga Binaan

1.3.1 Bagi Keluarga Binaan

Memperbaiki persepsi keluarga tentang masalah kesehatan mereka, sehingga

mampu untuk melakukan pencegahan dan penanggulangan terhadap masalah

tersebut.

1.3.2 Bagi Mahasiswa Peserta PPD

Dapat melatih kemampuan berkomunikasi secara efektif, mampu

menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama masa pendidikan di FK Unud

sebagai wujud pengabdian kepada masyarakat.

2

Page 3: KK Dampingan Goiter (GAKY)

BAB II

HASIL PENELUSURAN KELUARGA BINAAN

2.1. Karakteristik Keluarga Binaan

Data demografis ketiga keluarga binaan penulis antara lain:

Tabel 1. Data Demografi Keluarga Binaan

No Nama JK Status Umur Pend Pekerjaan Ket

1 Me Soti P Kawin 60 th - Buruh Tani

Wayan Soti L Kawin 39 th SD Buruh Tani Anak

Nengah Sari P Kawin 36 th SD Buruh Tani Menantu

Wayan Sudiana L Belum

Kawin

16 th SMP Pelajar Cucu

2 I Wayan Pasta L Kawin 85 th - Peternak

Ni Wayan

Gemboh

P Kawin 80 th - Buruh Tani Istri

I Wayan Sarma L Kawin 63 th SMA Pengajar Anak

I Nengah Sedek L Kawin 59 th SD Buruh Tani Anak

I Nyoman Srika L Kawin 55 th SD Buruh Tani Anak

Ni Ketut Ranci P Kawin 51 th SD Buruh Tani Anak

Ni Wayan Sumanti P Kawin 49 th SD Buruh Tani Anak

Ni Nengah Reken P Kawin 45 th SD Buruh Tani Anak

Ni Nyoman

Rangin

P Kawin 41 th SD Buruh Tani Anak

Ni Ketut Suwar P Kawin 37 th SD Buruh Tani Anak

Ni Wayan Pinti P Kawin 33 th SD Buruh Tani Anak

I Nengah Parnata L Kawin 29 th SD Buruh Tani Anak

3 I Nengah Kenyus L Kawin 70 th - Buruh Tani

Ni Luh Sutami P Kawin 50 th SD Buruh Tani Anak

Keluarga binaan pertama yaitu keluarga Me Soti terdiri dari 4 orang, yaitu

Me Soti beserta anak, menantu, dan cucunya. Suami Me Soti sudah meninggal 12

3

Page 4: KK Dampingan Goiter (GAKY)

tahun yang lalu, sehingga kebutuhannya ditanggung oleh anaknya. Me Soti dan

keluarganya bekerja sebagai buruh tani, seperti sebagian besar warga Desa

Sekardadi lainnya. Keluarga binaan kedua dengan KK I Wayan Pasta terdiri dari

12 orang, yaitu KK, istri, dan 10 orang anaknya. Saat ini, seluruh anaknya yang

perempuan sudah menikah sehingga ia hanya tinggal bersama empat ornag

anaknya yang laki-laki. Pekerjaan KK adalah sebagai buruh tani, dibantu juga

oleh penghasilan lain dari beternak. Keluarga binaan ketiga dengan KK I Nengah

Kenyus terdiri dari 2 orang, yaitu KK dan satu anaknya. Istri I Nengah Kenyus

meninggal saat melahirkan, sehingga ia hanya memiliki satu orang anak

perempuan, yang saat ini sudah menikah sehingga I Nengah Kenyus tinggal

seorang diri. Bapak I Nengah Kenyus saat ini ditanggung oleh keponakannya

yang tinggal dalam satu tanah. Pekerjaan KK adalah sebagai buruh tani.

Dari karakteristik keluarga yang telah dijabarkan di atas, dapat dilihat

beberapa hal yang potensial menjadi masalah. Yang pertama adalah tingkat

pendidikan yang rata-rata rendah, dimana sebagian besar tamatan sekolah dasar

(SD), terdapat pula beberapa yang tidak tamat SD, dan hanya dua orang yang

melanjutkan ke sekolah setingkat SMA. Permasalahan yang kedua adalah dari

mata pencaharian dimana sebagian besar bekerja sebagai buruh tani. Pekerjaan ini

memberikan penghasilan yang tidak tentu dan sangat tergantung hasil panen. Di

samping itu juga sebagian besar tidak memiliki pekerjaan lain selain sebagai

buruh tani, sehingga kehidupan keluarga hanya ditopang oleh penghasilan sebagai

buruh tani yang tidak tentu, padahal kebutuhan hidup saat ini semakin meningkat.

2.2 Status Kesehatan Keluarga Binaan

2.2.1 Kondisi Kesehatan Keluarga Binaan

Pada semua keluarga binaan, terdapat masalah kesehatan yaitu nyeri sendi

anggota gerak pada anggota keluarga yang telah berusia lanjut. Pada keluarga

binaan yang pertama dan kedua, terdapat masalah kesehatan berupa benjolan pada

leher depan yang telah didiagnosis sebagai gondok. Pada keluarga binaan ketiga

memiliki masalah dengan penglihatan yang buram, dimana diderita oleh Bapak I

Nengah Kenyus yang sudah berusia lanjut.

2.2.2 Deskripsi Permasalahan Kesehatan

4

Page 5: KK Dampingan Goiter (GAKY)

Permasalahan kesehatan yang ditemukan pada keluarga binaan I yaitu

kondisi kesehatan Me Soti. Me Soti yang berusia 60 tahun dikatakan menderita

rematik sejak dua belas tahun yang lalu. Selain itu, Me Soti juga dikatakan

menderita gondok/goiter sejak sepuluh tahun yang lalu. Me Soti rutin

mengunjungi Puskesmas Pembantu (Pustu) Sekardadi atau Puskesmas Kintamani

VIi jika keluhan nyeri sendi tidak dapat ditangani sehingga memerlukan

pengobatan yang lebih lanjut. Nyeri pada sendi gerak dan seluruh badan ini

dikatakan sampai menganggu aktivitasnya setiap hari. Me Soti disuntik sekitar

dua kali dalam sebulan dan mengkonsumsi obat-obatan yang didapat dari dokter

di Puskesmas Kintamani VI dan keluhan dirasakan membaik. Namun, jika obat

tersebut habis, akan muncul nyeri sendi kembali jika beraktivitas terlalu berat dan

di malam hari. Untuk masalah goiter, dapat dilihat adanya pembesaran kelenjar

pada leher, serta terdapat gejala GAKY lainnya seperti badan lemas. Selain Me

Soti, anggota keluarga lain yang tinggal satu tanah dan sudah berusia lanjut juga

banyak yang menderita goiter.

Permasalahan kesehatan yang ditemukan pada keluarga binaan kedua yaitu

Bapak I Wayan Pasta yang berusia 80 tahun kurang lebih sama dengan Me Soti,

yaitu menderita rematik sejak sekitar tiga puluh tahun yang lalu. Istrinya juga

menderita rematik sejak tiga puluh tahun yang lalu. Beliau dan istrinya rutin

berobat ke pustu Sekardadi, akan tetapi jika tidak memiliki biaya maka beliau

tidak berobat dan tidak dapat bekerja.

Permasalahan kesehatan yang ditemukan pada keluarga binaan ketiga

yaitu Bapak I Nengah Kenyus. Permasalahan yang didapatkan kurang lebih sama

dengan keluarga binaan lain yang berusia lanjut, yaitu rematik yang telah diderita

sejak kurang lebih tiga puluh tahun yang lalu. Beliau rutin berobat ke Pustu

Sekardadi atau Puskesmas Kintamani untuk disuntik dan mendapatkan obat

minum. Selain itu terdapat permasalahan penglihatan buram, pada kasus ini

adalah katarak senilis. Kondisi katarak tersebut menyebabkan keterbatasan Bapak

I Nengah Kenyus dalam beraktivitas. Upaya penanggulangan belum dilakukan

mengingat keterbatasan biaya.

2.2.3 Analisis Kondisi Kesehatan

5

Page 6: KK Dampingan Goiter (GAKY)

Permasalahan kesehatan yang ditemukan pada ketiga keluarga binaan adalah

adanya nyeri sendi anggota gerak tubuh pada keluarga yang berusia lanjut, atau

yang banyak disebut rematik. Usia memang berpengaruh terhadap munculnya

rematik atau nyeri sendi, dimana risiko rematik semakin bertambah seiring dengan

bertambahnya usia. Hal ini disebabkan karena proses degenerasi tulang rawan

sendi yang semakin bertambah di atas usia 45 tahun. Faktor risiko tersebut

merupakan faktor yang tidak dapat dimodifikasi. Selain itu juga pola hidup dan

aktivitas, dimana berat badan berlebih dan aktivitas yang membebani anggota

gerak dan sendi dapat memperberat. Diupayakan untuk mengurangi aktivitas yang

berat, menjaga asupan makanan, menjaga berat badan ideal, dan pemeriksaan

kesehatan secara rutin. Masalah yang akan dibahas pada kedokteran keluarga pada

laporan ini adalah tentang goiter/gondok atau yang disebut gangguan akibat

kekurangan yodium (GAKY). Penderita GAKY adalah Me Soti, dimana salah

satu faktor penyebab terjadinya gondok adalah kurangnya konsumsi iodium yang

saat ini banyak terdapat di garam beriodium. Keluarga Me Soti sehari-hari

mengonsumsi garam lokal yang tidak mengandung iodium, sehingga disarankan

untuk membeli garam beriodium yang saat ini sudah sangat mudah didapatkan di

pasar atau di toko. Solusi tersebut tidak dapat menyembuhkan keadaan Me Soti,

tetapi dapat mencegah terjadinya penyakit gondok pada keluarga Me Soti yang

lainnya.

Untuk pengobatan, keluarga binaan rata-rata biasanya berobat ke puskesmas

atau ke bidan. Rata-rata biaya pengobatan untuk seluruh keluarga binaan dapat

mencapai lima puluh ribu rupiah per bulannya. Biaya tersebut tentunya dapat

diringankan dengan menggunakan jaminan kesehatan, salah satunya adalah JKBM

atau Jamkesmas. Jaminan tersebut mudah untuk didapatkan, hanya memerlukan

administrasi seperti KTP Bali, surat keterangan tidak mampu, dan surat-surat

lainnya.

2.3 Status Ekonomi Keluarga Binaan

2.3.1 Pendapatan Perkapita Keluarga Binaan

Pendapatan keluarga binaan pertama yaitu Me Soti berasal dari hasil kerja

yang tidak tetap. Faktor daerah yang sebagian besar merupakan perkebunan

6

Page 7: KK Dampingan Goiter (GAKY)

menyebabkan sebagian besar warga Desa Sekardadi bekerja sebagai petani, begitu

juga dengan Me Soti dan keluarganya. Keterbatasan keterampilan menyebabkan

keluarga Me Soti tidak memiliki sumber penghasilan lain selain dari bertani.

Lahan perkebunan yang digarap merupakan lahan milik keluarga lain, sedangkan

dirinya tidak memiliki lahan sendiri. Selama 1 bulan, Me Soti hanya sekitar empat

kali bekerja ke kebun, sedangkan anak dan menantunya masing-masing sekitar

15-20 kali sebulan. Cucunya yang masih bersekolah juga terkadang membantu

bekerja di kebun. Dari hasil bekerja, keluarga Me Soti menggunakannya untuk

biaya sehari-hari. Total pendapatan keluarga Me Soti untuk tiap bulannya sebesar

satu juta rupiah yang merupakan hasil jerih payah keluarga sebagai petani.

Keluarga binaan kedua yaitu Bapak I Wayan Pasta merupakan keluarga

yang tergolong keluarga yang kurang sejahtera. Istri dari I Wayan Pasta bernama

Ni Wayan Gemboh, beliau mempunyai 10 orang anak. Dua orang anak dari I

Wayan Pasta sekarang tinggal dan bekerja di Lampung sebagai tenaga pengajar. I

Wayan Pasta bekerja lahan peternakan namun lahan tersebut bukan milik beliau,

beliau di percaya mengelola lahan tersebut oleh saudara beliau. Pada dasarnya

pendapatan keluarga Bapak I Wayan Pasta berasal dari hasil beternak ayam dan

sapi serta terkadang dari hasil pembuatan bedeg yang tidak menentu. Beliau tidak

hanya bekerja sendiri, istri dari Bapak I Wayan Pasta pun bekerja sebagai seorang

buruh tani. Adapun sumber penghasilan yang menjadi tumpuan hidup mereka

adalah berasal dari hasil kerja sebagai buruh dan bergelut di bidang perternakan

dikarenakan lokasi dari lahan yang dikelola oleh Bapak I Wayan Pasta sangatlah

jauh, untuk mencapai lahan tersebut harus melewati 2 sungai sehingga

pemanfaatan lahan yang beliau kelola kurang maksimal. Dengan penghasilan I

Wayan Pasta perhari sebagai seorang peternak yaitu kurang lebih Rp. 20.000

dalam tempo waktu 30 hari (sebulan) dapat diterima dengan jumlah Rp. 600.000.

Sedang penghasilan istri dari I Wayan Pasta sebagai buruh pembuat keranjang

dari bambu, dimana pekerjaan istri dari I Wayan Pasta merupakan pekerjaan yang

tidak tetap, kurang lebih penghasilan istri dari I Wayan Pasta per bulannya kurang

lebih sekitar Rp. 300.000. Jadi pendapatan keluarga I Wayan Pasta per bulan

totalnya kurang lebih sekitar Rp. 900.000,-. Pendapatan tersebut diperoleh dari

7

Page 8: KK Dampingan Goiter (GAKY)

hasil kerja keras beliau dan istrinya sebagai peternak dan buruh pembuat

keranjang dari bambu.

Untuk keluarga binaan ketiga yaitu bapak I Nengah Kenyus bekerja sebagai

buruh pemetik jeruk. Beliau tidak memiliki lahan yang dijadikan untuk berkebun

sehingga beliau hanya mampu untuk bekerja dengan orang lain. Bapak I Nengah

Kenyus dibantu keuangannya oleh keponakannya yang juga sebagai buruh tani.

Hal itu dikarenakan kondisi kesehatan Bapak I Nengah Kenyus yang

membuatnya sulit beraktivitas, sedangkan lokasi tempatnya berkerja juga sangat

jauh dari rumah dimana butuh waktu kurang lebih 20 menit untuk sampai di

tempat beliau bekerja dengan berjalan kaki. Hal ini dikarenakan keterbatasan

dana, dengan demikian banyaknya pendapatan nominal yang di dapat tergantung

ada tidaknya pekerjaan. Penghasilan Bapak I Nengah Kenyus perhari Rp. 30.000,

dengan kerja yang tidak setiap hari, sehingga tiap bulannya memiliki penghasilan

sebesar kurang lebih Rp. 450.000, dan terkadang pemenuhan kebutuhan sehari-

hari dan pengeluaran lainnya dibantu oleh keponakannya.

2.3.2 Pengeluaran Perkapita Keluarga Binaan

Pengeluaran perkapita keluarga binaan pertama kurang lebih Rp 1.000.000

per bulan dengan rincian Rp 600.000 untuk makan, Rp 200.000 untuk listrik, air,

dan transportasi, Rp 100.000,00 untuk biaya sekolah anak, dan Rp 50.000 untuk

kesehatan.

Pengeluaran perkapita keluarga binaan kedua rata-rata Rp 1.000.000,00 tiap

bulan, dengan rincian kurang lebih Rp. 500.000,00 untuk makan, Rp 200.000,00

untuk listrik, air, dan suka duka, Rp 250.000 untuk persembahyangan, dan Rp

50.000,00 untuk biaya kesehatan.

Keluarga binaan ketiga kurang lebih Rp 450.000,00 dengan rincian Rp

300.000,00 untuk makan, Rp 100.000,00 untuk listrik, air, dan suka duka, dan Rp

50.000 untuk biaya kesehatan.

2.3.3 Kepemilikan Aset Berharga

Keluarga binaan pertama memiliki aset berupa 1 buah TV, rumah dan

pekarangan seluas 1,5 are, dan 1 buah sepeda motor. Keluarga binaan kedua

memiliki aset berupa 1 buah TV, rumah dan pekarangan seluas 2 are, dan 1 buah

8

Page 9: KK Dampingan Goiter (GAKY)

sepeda motor. Keluarga binaan ketiga memiliki aset berupa rumah dan

pekarangan seluas 1,5 are.

2.3.4. Analisis Status Ekonomi

Penghasilan ketiga keluarga binaan rata-rata hanya cukup untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari. Yang dipenuhi adalah terutama biaya makan, sisanya untuk

biaya air, listrik dan suka duka, serta biaya sekolah anak, sehingga sedikit sampai

tidak ada yang disisihkan untuk ditabung. Secara umum seluruh keluarga binaan

termasuk dalam golongan ekonomi menengah ke bawah.

2.4. Lingkungan Fisik Keluarga Binaan

2.4.1 Deskripsi Keadaan Lingkungan Fisik

Keluarga binaan pertama, yaitu keluarga Me Soti tinggal satu tanah dengan

keluarga besarnya, tetapi dalam bangunan rumah yang berbeda-beda. Pekarangan

Me Soti sendiri terdiri dari dua bangunan, yaitu satu bangunan dapur dan satu

bangunan rumah permanen dengan berdinding batako diplester dan lantai semen.

Bangunan dapur terkesan pengap dengan sedikit ventilasi, sehingga saat memasak

banyak asap yang berkumpul di ruangan karena keluarganya masih memasak

dengan tungku kayu bakar. Bangunan rumah terdiri dari empat ruangan, yaitu tiga

ruang tidur dan satu ruang keluarga. Ruang tidur Me Soti mengalami kerusakan,

sehingga hanya terdapat dua ruang tidur yang dapat digunakan; satu ruangan

digunakan oleh Bapak Wayan Soti dan istrinya, dan satu ruangan lainnya

digunakan oleh Me Soti dan cucunya. Me Soti tidak memiliki kamar mandi

sehingga keluarga Me Soti mandi di belakang rumah menggunakan selang dan

tanpa dinding penyekat sehingga dapat terlihat oleh orang lain yang kebetulan

melintas. Dapat dilihat kesenjangan ekonomi dengan keluarga-keluarga besarnya

yang lain, dimana rumah lainnya rata-rata memiliki kamar mandi serta di samping

rumah Me Soti yang dapat dikatakan kurang layak terdapat proyek pembangunan

rumah baru. Untuk air yang digunakan untuk kebutuhan sehari, didapatkan dari

penampungan air hujan yang isinya terbatas sehingga keluarga Me Soti sangat

berhemat dalam penggunaan air.

Keluarga binaan kedua yaitu keluarga Bapak I Wayan Pasta menempati

rumah yang bisa dikategorikan semipermanen dengan lantai dari plester semen

dan temboknya berupa batako yang sudah di plester dan bedeg. Beliau tinggal satu

9

Page 10: KK Dampingan Goiter (GAKY)

rumah bersama anak pertamanya. Bapak I Wayan Pasta memiliki luas pekarangan

2 are. Rumah itu terdiri dari satu kamar untuk tempat tidur Bapak I Wayan Pasta

dan istrinya dan dua kamar untuk tempat tidur anak pertamanya dan keluarganya.

Bangunan lainnya terdiri atas satu dapur milik Bapak I Wayan Pasta dan satu

dapur lagi milik keluarga anak pertamanya. Dapur yang dimiliki Bapak I Wayan

Pasta berhimpitan dengan bangunan rumahnya sehingga jika memasak, terkadang

asapnya sampai di ruang keluarga. Disana juga terdapat satu sarana MCK yang

bersih yang di sebelahnya terdapat tempat penampungan air hujan yang digunakan

untuk kegiatan sehari-hari dan konsumsi.

Keluarga binaan ketiga yaitu keluarga Bapak I Nengah Kenyus menempati

sebuah rumah yang terdiri dari dua bangunan. Bangunan pertama merupakan

kamar yang ditempati oleh Bapak I Nengah Kenyus beserta keponakan dan

keluarganya yang terdiri dari 3 kamar tidur. Bangunan kedua yaitu dapur. Dapur

ini masih menggunakan tembok beton dan untuk memasak masih menggunakan

tungku kayu bakar. Dapur sudah memiliki banyak ventilasi sehingga saat

memasak tidak terlalu banyak asap, akan tetapi masih terkesan pengap karena

masih agak gelap. Untuk bangunan rumah, tembok dan lantai rumah beliau hanya

berlapis beton yang di plester. Bangunan rumah terlihat sudah memiliki banyak

ventilasi dan terkena sinar matahari. Kemudian untuk penerangan, rumah Bapak I

Nengah Kenyus telah menggunakan lampu rendah daya listrik. Untuk keperluan

sehari-harinya Bapak I Nengah Kenyus menggunakan air hujan baik untuk mandi

maupun memasak dan dikonsumsi. Sebelum diminum air hujan yang ditampung

dalam bak besar yang terdapat dihalaman rumah direbus terlebih dahulu. Sarana

MCK Bapak I Nengah Kenyus termasuk kurang memadai dimana lantainya licin

sehingga dapat membahayakan beliau yang penglihatan dan kondisi kesehatannya

kurang baik.

2.4.2 Analisis Status Lingkungan Fisik

Secara umum untuk keadaan lingkungan fisik pada ketiga keluarga binaan

masih berada di bawah standar yang memadai. Pada keluarga binaan pertama

tidak memiliki sarana MCK yang memadai dan jamban. Keluarga binaan pertama

dan kedua memiliki masalah dalam lingkungan yang terkesan kotor, pengap, serta

ventilasi yang kurang. Sedangkan keluarga binaan ketiga sudah memiliki ventilasi

10

Page 11: KK Dampingan Goiter (GAKY)

yang baik dan lingkungan yang lumayan bersih, akan tetapi sarana MCK kurang

memadai untuk digunakan oleh orang tua dimana lantainya yang licin.

2.5 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

2.5.1 Deskripsi PHBS Pada Keluarga Binaan

Pada keluarga binaan pertama yaitu Ibu Me Soti, perilaku hidup bersih dan

sehat termasuk masih kurang. Hal ini dapat terlihat dari kondisi lingkungan, baik

di dalam maupun di luar rumah yang kurang bersih dan kurang tertata rapi. Dapur

keluarga Me Soti menggunakan tungku sehingga banyak asap yang dihasilkan,

akan tetapi dapurnya hanya memiliki sedikit lubang udara sehingga banyak asap

yang menumpuk di dalam ruangan saat memasak. Hal tersebut tidak baik untuk

kesehatan. Kebersihan dapurnya juga kurang dijaga dimana peralatan masak dan

makan tidak ditutup sehingga banyak lalat dapat hinggap diatasnya. Selain itu,

keluarga Me Soti tidak memiliki sarana MCK yang memadai. Tidak adanya

kamar mandi dan jamban membuat keluarga Me Soti melakukan aktivitas MCK di

belakang rumah tanpa dinding penyekat. Selain itu BAK dan BAB dilakukan di

kebun belakang rumah tanpa fasilitas air yang memadai. Padahal di samping itu,

rumah-rumah keluarga lain di tanah yang sama sudah memiliki kamar mandi dan

jamban, akan tetapi keluarga Me Soti tidak meminjam kamar mandi rumah lain

karena malu. Penampungan air hujan yang terletak di samping bangunan rumah

juga kotor, dimana air yang tergenang seperti itu dapat menjadi tempat

berkembangnya jentik nyamuk. Minimnya persediaan air juga membuat keluarga

Me Soti cenderung tidak sering mencuci tangan dan tidak cuci tangan

menggunakan sabun, serta mandi hanya satu kali sehari. Untuk makan sehari-hari,

keluarga beliau sudah rutin mengonsumsi sayur dan buah akan tetapi kurang

beragam, dengan lauk tahu tempe atau ikan.

Masalah yang sama juga ditemukan pada keluarga I Wayan Pasta, terutama

yang berhubungan dengan air bersih dan perilaku cuci tangan. Air yang digunakan

yaitu dari penampungan air hujan yang kurang bersih, selain itu juga terbuka

sehingga dapat menjadi sarang nyamuk. Perilaku cuci tangan dengan sabun juga

kurang diterapkan. Untuk mandi juga hanya satu kali sehari yang disebabkan

karena udara yang dingin dan terbatasnya air. Fasilitas MCK sudah baik dan

11

Page 12: KK Dampingan Goiter (GAKY)

sudah memiliki jamban yang memadai. Untuk keperluan makanan sehari-hari

biasanya diambil dari ladang dengan menu nasi, sayur sayuran, dan terkadang

diselingi tempe, tahu ataupun ikan pindang. Akan tetapi terdapat anggota keluarga

yang merokok, yaitu anak pertamanya yang terkadang merokok di dalam rumah

saat bersama keluarga atau tamu.

Pada keluarga I Nengah Kenyus sudah berupaya menerapkan kebiasaan

hidup bersih dan sehat. Keluarga I Nengah Kenyus sudah sadar akan perilaku cuci

tangan dan menggunakan air bersih untuk konsumsi dan keperluan sehari-hari.

Keponakan beliau terkadang membeli air bersih untuk digunakan apabila air hujan

yang ditampung sudah habis. Sarana MCK juga sudah memadai dan memiliki

jamban, akan tetapi lantainya terlalu licin sehingga dapat membahayakan bagi

orang tua yang memakainya. Untuk keperluan makan keluarga beliau sudah rutin

mengonsumsi sayur dan buah akan tetapi kurang beragam, dengan lauk tahu

tempe atau ikan. Aktivitas fisik tentunya sudah cukup dimana hampir setiap hari

Bapak I Nengah Kenyus bekerja di ladang, dan jika tidak bekerja beliau rutin

membersihkan rumah dan sekitarnya karena beliau senang dengan lingkungan

yang bersih.

2.5.2 Analisis Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Pada ketiga keluarga binaan masih berupaya menerapkan perilaku hidup

bersih dan sehat, namun permasalahan yang ditemui terkait dengan kebiasaan

untuk mandi hanya sekali sehari karena ketersediaan air bersih yang minim dan

udara dingin, serta kebiasaan cuci tangan dengan air tanpa sabun. Selain itu pada

salah satu keluarga binaan yaitu keluarga Me Soti yang tidak memiliki jamban

dan tidak mau meminjam jamban dari tetangga, kebiasaan BAB masih dilakukan

di ladang belakang rumah sehingga higienitasnya sangat kurang. Dalam hal menu

makanan, sebagian keluarga binaan mengonsumsi makanan yang kurang beragam,

yaitu nasi, sayur, dan terkadang ikan atau telur sehingga nilai gizi sangat kurang

karena tidak memenuhi standar makanan 4 sehat 5 sempurna, sedangkan masih

ada anggota keluarga yang masih dalam masa pertumbuhan yang membutuhkan

banyak zat gizi.

12

Page 13: KK Dampingan Goiter (GAKY)

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Karakteristik Keluarga Binaan

Dari segi karakteristik yang ditemukan adalah sebagian besar KK bekerja

sebagai buruh tani. Beberapa ada yang bekerja sebagai peternak, dan memiliki

pekerjaan sampingan sebagai pengrajin bambu. Tingkat pendidikan rata rata

masih rendah sebagian besar hanya tamat SD, bahkan ada yang tidak bersekolah.

Akan tetapi kesadaran akan melanjutkan ke pendidikan yang tinggi sudah ada,

dimana dapat dilihat bahwa keluarga yang memiliki anak usia pelajar

menyekolahkan anaknya sampai ke tingkat yang lebih tinggi, disini adalah

keluarga Me Soti yang menyekolahkan cucunya ke SMK. Saat ini sudah banyak

beasiswa yang ditawarkan dalam bidang pendidikan, alangkah baiknya jika hal

tersebut dimanfaatkan. Hal tersebut tentunya akan membuat biaya pendidikan

tidak terlalu memperberat keuangan keluarga dan anak/cucu dapat melanjutkan ke

jenjang pendidikan yang lebih tinggi sehingga dapat membantu menopang

kehidupan keluarga dengan pekerjaannya nantinya.

3.2 Status Kesehatan Keluarga Binaan

Permasalahan kesehatan yang ditemukan pada ketiga keluarga binaan adalah

adanya nyeri sendi anggota gerak tubuh pada keluarga yang berusia lanjut, atau

yang banyak disebut rematik. Usia memang berpengaruh terhadap munculnya

rematik atau nyeri sendi, dimana risiko rematik semakin bertambah seiring dengan

bertambahnya usia. Hal ini disebabkan karena proses degenerasi tulang rawan

sendi yang semakin bertambah di atas usia 45 tahun. Faktor risiko tersebut

merupakan faktor yang tidak dapat dimodifikasi. Selain itu juga pola hidup dan

aktivitas, dimana berat badan berlebih dan aktivitas yang membebani anggota

gerak dan sendi dapat memperberat. Diupayakan untuk mengurangi aktivitas yang

berat, menjaga asupan makanan, menjaga berat badan ideal, dan pemeriksaan

kesehatan secara rutin. Masalah yang akan dibahas pada kedokteran keluarga pada

laporan ini adalah tentang goiter/gondok atau yang disebut gangguan akibat

kekurangan yodium (GAKY). Penderita GAKY adalah Me Soti, dimana salah

13

Page 14: KK Dampingan Goiter (GAKY)

satu faktor penyebab terjadinya gondok adalah kurangnya konsumsi iodium yang

saat ini banyak terdapat di garam beriodium. Keluarga Me Soti sehari-hari

mengonsumsi garam lokal yang tidak mengandung iodium, sehingga disarankan

untuk membeli garam beriodium yang saat ini sudah sangat mudah didapatkan di

pasar atau di toko. Solusi tersebut tidak dapat menyembuhkan keadaan Me Soti,

tetapi dapat mencegah terjadinya penyakit gondok pada keluarga Me Soti yang

lainnya.

Untuk pengobatan, keluarga binaan rata-rata biasanya berobat ke puskesmas

atau ke bidan. Rata-rata biaya pengobatan untuk seluruh keluarga binaan dapat

mencapai lima puluh ribu rupiah per bulannya. Biaya tersebut tentunya dapat

diringankan dengan menggunakan jaminan kesehatan, salah satunya adalah JKBM

atau Jamkesmas. Jaminan tersebut mudah untuk didapatkan, hanya memerlukan

administrasi seperti KTP Bali, surat keterangan tidak mampu, dan surat-surat

lainnya.

3.3 Status Sosial Ekonomi Keluarga Binaan

Ketiga keluarga binaan mendapat penghasilan dari pekerjaan yang tidak

tetap sebagai buruh tani untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Penghasilan yang

tidak begitu besar diharapkan mampu untuk mencukupi kebutuhan keluarga,

dimana kebutuhan keluarga tidak tetap dan dapat selalu bertambah setiap saat.

Selain itu, tingkat pendidikan yang tergolong rendah juga menyulitkan mereka

mencari pekerjaan lain. Melihat hal tersebut, saran yang paling mungkin diberikan

adalah membiasakan keluarga untuk menyisihkan sebagian pendapatannya untuk

ditabung, baik pada koperasi simpan pinjam dengan sistem yang baik ataupun

menabung sendiri di rumahnya. Tabungan ini nantinya dapat dimanfaatkan untuk

memenuhi kebutuhan-kebutuhan di masa depan seperti untuk membiayai sekolah

anak atau cucu, atau menjadi modal usaha. Selain menabung, juga disarankan

untuk memanfaatkan lahan kosong untuk ditanami tanaman sayur atau bunga

yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan persembahyangan keluarga agar tidak

perlu membeli. Tanaman-tanaman tersebut selain dapat dijual juga dimanfaatkan

sendiri bagi anggota keluarga. Dengan beberapa alternatif pemecahan yang telah

14

Page 15: KK Dampingan Goiter (GAKY)

di berikan sangat diharapkan dapat membantu memperbaiki keadaan kehidupan

keluarga binaan.

3.4 Lingkungan Fisik

Terdapat masalah yang krusial yaitu pada keluarga binaan Me Soti yang

tidak memiliki jamban. Sarana MCK merupakan bagian yang terpenting yang

perlu diperhatikan dalam menunjang kesehatan keluarga. Tidak adanya sarana

MCK membuat segala kegiatan seperti mandi, BAK, dan BAB menjadi tidak

higienis. Untuk itu, keluarga ini diberikan pengertian tentang pentingnya

kebersihan dan menyarankan untuk membuat sarana MCK, minimal membuat

suatu dinding penyekat untuk mandi agar tidak terlihat oleh warga yang kebetulan

lewat dengan memanfaatkan tumpukan kayu yang ada di halaman rumahnya serta

melakukan pembersihan sarana ini minimal 2x seminggu. Untuk masalah tidak

adanya jamban, tentunya sudah diberikan pengetahuan tentang pentingnya jamban

dan apa saja akibat yang dapat ditimbulkan dengan tidak adanya jamban.

Membuat jamban merupakan hal yang sulit bagi keluarga Me Soti dari segi

keuangan, sehingga sementara ini dianjurkan untuk meminjam jamban dari rumah

lain. Dilakukan juga pendekatan dengan KK lainnya yang memiliki jamban di

tanah yang sama dengan Me Soti agar bersedia meminjamkan jambannya untuk

BAK dan BAB demi meningkatkan taraf hidup Me Soti dari segi kesehatan.

Sembari melakukan hal tersebut, diberikan contoh cara pembuatan jamban yang

sederhana yaitu jamban cemplung mengingat sedikitnya air, atau jika

memungkinkan dan jika terdapat biaya, dapat membuat jamban leher angsa.

Selain itu, ketiga keluarga binaan memiliki bak penampungan air hujan yang

terbuka, sehingga lingkungan tersebut dapat menjadi salah satu tempat untuk

berkembang biaknya nyamuk. Disarankan untuk menutup tempat penampungan,

serta memakai bubuk abate yang telah diberikan oleh puskesmas pada bak dan

penampungan air.

Kebersihan lingkungan juga mencakup kebersihan di dalam maupun di luar

rumah. Kondisi rumah keluarga binaan pertama dan kedua kurang ventilasi

sehingga sangat sedikit cahaya yang dapat masuk dan sirkulasi udara yang tidak

begitu baik menyebabkan suasana pengap dan tidak sehat. Selain itu, dapur yang

15

Page 16: KK Dampingan Goiter (GAKY)

kurang ventilasi membuat asap banyak berkumpul di dalam dapur sehingga dapat

mengganggu kesehatan. Untuk itu disarankan agar dibuatkan ventilasi udara dan

rumah seharusnya dapat dibersihkan setiap harinya. Sedangkan lingkungan luar

rumah, disarankan agar memperbaiki keadaan parit serta selalu membersihkannya

sehingga mencegahnya menjadi sumber sarang nyamuk. Selain itu juga

disarankan agar membersihkan halaman setiap pagi dan sore hari serta

mempersiapkan tempat pembuangan sampah yang baik. Kemudian, setelah

terkumpul semua sampahnya, sampah dapat dikelola sesuai manfaatnya misalnya

sampah organik sebagai pupuk kompos. Dengan informasi-informasi yang telah

diberikan diharapkan bermanfaat bagi keluarga ini dan adanya kesadaran akan

pentingnya hidup sehat dalam keluarga.

3.5 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Pada ketiga keluarga binaan masih berupaya menerapkan perilaku hidup

bersih dan sehat, namun permasalahan yang ditemui terkait dengan kebiasaan

untuk mandi hanya sekali sehari karena ketersediaan air bersih yang minim dan

udara dingin, serta kebiasaan cuci tangan dengan air tanpa sabun. Untuk itu sudah

diberikan edukasi tentang pengetahuan perilaku bersih dan sehat khususnya dalam

pemanfaatan air. Selain itu pada salah satu keluarga binaan yaitu keluarga Me Soti

yang tidak memiliki jamban dan tidak mau meminjam jamban dari tetangga,

kebiasaan BAB masih dilakukan di ladang belakang rumah sehingga higienitasnya

sangat kurang. Seperti yang telah dijelaskan di atas, sudah diberikan saran untuk

membuat jamban sederhana, atau setidaknya membuat ruangan untuk mandi

dengan bahan yang tidak permanen yaitu kayu yang ada di halaman rumah.

16

Page 17: KK Dampingan Goiter (GAKY)

BAB IV

SIMPULAN

4.1 Simpulan

1. Keluarga-keluarga binaan di Desa Sekardadi memiliki lingkungan fisik

tempat tinggal yang kurang bersih dan sehat, beberapa masih belum

memiliki jamban, tidak adanya tempat pengelolaan sampah, serta masih

adanya persepsi yang salah tentang konsep sehat-sakit di lingkungan

keluarga binaan yang kemungkinan disebabkan rendahnya tingkat

pendidikan.

2. Selama kegiatan PPD ke-72 ini, khususnya di desa Sekardadi telah

dilakukan beberapa konsep kedokteran keluarga terutama menyangkut

promosi kesehatan dengan memberikan KIE dan motivasi baik kepada

pihak penderita dan juga keluarganya tentang penyakit yang sedang atau

pernah diderita.

4.2 Saran

1. Seluruh anggota keluarga hendaknya turut mendukung proses

pengobatan penderita dengan ikut menjaga kebersihan dan kesehatan di

lingkungan sekitar.

2. Persepsi sehat-sakit yang salah di masing-masing keluarga binaan diubah

secara perlahan dengan melibatkan dukungan kader-kader kasehatan dan

peran serta pihak puskesmas yang lebih intensif misalnya dengan

memberikan penyuluhan-penyuluhan dan pelatihan bagaimana hidup

sehat yang baik.

3. Dibutuhkan peran aktif dari petugas kesehatan untuk memberikan

komunikasi, informasi dan edukasi yang tepat dan berkelanjutan pada

penderita dan orang-orang terdekatnya

17

Page 18: KK Dampingan Goiter (GAKY)

BAGIAN KEDUA

PENANGGULANGAN GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN YODIUM

(GAKY) DENGAN PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA

I. LATAR BELAKANG KASUS

Kasus bernama Me Soti, berjenis kelamin perempuan dengan usia 60 tahun.

Keluarga Me Soti merupakan salah satu keluarga miskin yang bertempat tinggal

di Banjar Tinga, Desa Sekardadi yang memiliki masalah kesehatan yaitu

goiter/gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY). Me Soti dikatakan telah

menderita goiter sejak sepuluh tahun yang lalu.

Berikut adalah profil keluarga Me Soti yang disajikan dalam bentuk tabel.

Tabel 2. Data KK Binaan I

No Nama J

K

Status Umur Pend Pekerjaan Ket

1 Me Soti P Kawin 60 th SD Petani

2 Wayan Soti L Kawin 39 th SD Petani Anak

3 Nengah Sari P Kawin 36 th SD Petani Menantu

4 Wayan

Sudiana

L Belum Kawin 16 th SMP Pelajar Cucu

II. RIWAYAT KASUS

II.1 Latar Belakang Penyakit

Penulis mendapatkan kasus goiter yang dialami oleh salah seorang warga di

Desa Sekardadi yaitu Me Soti, perempuan, berusia 60 tahun yang merupakan ibu

dari Bapak Wayan Soti yang menanggungnya.

Gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY) rangkaian kekurangan yodium

pada tumbuh kembang manusia, terdiri dari goiter dalam berbagai stadium, kretin

endemik yang ditandai terutama oleh gangguan mental, gangguan pendengaran,

gangguan pada anak dan dewasa, sering dengan kadar hormon rendah, dan angka

lahir dan kematian janin meningkat. Pada kasus ini yang terjadi adalah goiter.

Goiter berarti terjadinya pembesaran pada kelenjar tiroid, yang dikenal dengan

18

Page 19: KK Dampingan Goiter (GAKY)

goiter non toksik atau simpel goiter atau struma endemik, dengan dampak yang

ditimbulkannya hanya bersifat lokal yaitu sejauh mana pembesaran tersebut

mempengaruhi organ disekitarnya seperti pengaruhnya pada trakea dan esofagus.

Goiter adalah salah satu cara mekanisme kompensasi tubuh terhadap kurangnya

unsur yodium dalam makanan dan minuman

GAKY dahulu disebut sebagai goiter endemik, hal ini dikarenakan

seringkali penyebab GAKY selalu dikaitkan dengan kurangnya asupan makanan

yang mengandung unsur yodium. Dalam kenyataannya, goiter endemik dapat pula

disebabkan oleh etiologi yang lain, seperti adanya bahan goitrogenik, genetik,

nutrisional, atau kurang yodium. Angka kejadian GAKY lebih sering ditemukan

di daerah pegunungan, hal ini dikarenakan komponen tanahnya yang sedikit

mengandung yodium. Kandungan yodium yang rendah di pegunungan disebabkan

terjadinya pengikisan yodium oleh salju atau air hujan, sehingga hal tersebut

menyebabkan pula kandungan yodium dalam makanan juga sangat rendah. Air

tanah, air dari sumber mata air, atau air dari sungai di daerah pegunungan tidak

mengandung yodium yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh manusia,

demikian pula halnya dengan ternak serta tanaman yang tumbuh di pegunungan

hampir tidak mengandung yodium sama sekali. Karena sebab itulah, maka angka

kejadian GAKY lebih sering ditemukan di daerah pegunungan dibandingkan

dengan daerah pantai. Sama halnya dengan Desa Sekardadi yang termasuk di

daerah dataran tinggi yaitu sekitar 500-550 meter di atas permukaan laut, dimana

tanah dan tumbuhan sedikit mengandung yodium. Makanan yang dikonsumsi juga

lebih banyak dari kebun sendiri dengan lauk ikan air tawar. Makanan yang berasal

dari laut jarang dikonsumsi. Selain itu juga garam yang digunakan untuk

memasak dan makan bukan garam yang beryodium.

Selain itu juga terdapat faktor risiko lainnya dari GAKY yaitu konsumsi

makanan yang mengandung zat goitrogenik. Goitrogenik adalah zat yang dapat

menghambat pengambilan zat iodium oleh kelenjar gondok, sehingga konsentrasi

iodium dalam kelenjar menjadi rendah. Selain itu, zat goitrogenik dapat

menghambat perubahan iodium dari bentuk anorganik ke bentuk organik sehingga

pembentukan hormone tiroksin terhambat. Goitrogenik alami terdapat dalam jenis

pangan seperti 1) kelompok sianida (daun dan umbi singkong, gaplek, gadung,

19

Page 20: KK Dampingan Goiter (GAKY)

rebung, daun ketela, kecipir, selada, dan terung); 2) kelompok mimosin (pete cina

dan lamtoro); 3) kelompok isothiosianat (daun papaya); 4) kelompok asam (jeruk

nipis, belimbing waluh dan cuka). Makanan yang sering dikonsumsi disini adalah

selada, dimana selada merupakan hasil perkebunan sayur di Desa Sekardadi

sehingga sering dikonsumsi.

Faktor risiko lainnya adalah penggunaan pestisida. Petani di Desa Sekardadi

sering menggunakan pestisida di perkebunan. Hasil perkebunan tersebut tentunya

dikonsumsi oleh warga desa. Akan tetapi, kurangnya kesadaran warga, khususnya

keluarga Me Soti, akan kebersihan menyebabkan sayur-sayuran mentah yang akan

dimasak tidak dicuci secara maksimal atau terkadang tidak dicuci, sehingga zat

pestisida bisa masih menempel pada sayur. Zat pestisida dapat menyebabkan

gangguan pada sistem saraf karena gagalnya enzim kolinesterase memecah

asetilkholin maka fungsinya menjadi berjalan tidak sempurna. Akibatnya

informasi yang seharusnya sampai pada kelenjar menjadi terganggu dan ini akan

mengakibatkan pelepasan hormon-hormon dari kelenjar sasaran menjadi

terganggu, salah satunya adalah kelenjar tiroid. Kurangnya hormon tersebut akan

mengakibatkan adanya umpan balik yang menyebabkan pembesaran kelenjar

tiroid.

Dampak goiter terhadap tubuh terletak pada pembesaran kelenjar tiroid yang

dapat mempengaruhi kedudukan organ-organ lain di sekitarnya. Di bagian

posterior medial kelenjar tiroid terdapat trakea dan esophagus. Goiter dapat

mengarah ke dalam sehingga mendorong trakea, esophagus dan pita suara

sehingga terjadi kesulitan bernapas dan disfagia yang akan berdampak terhadap

gangguan pemenuhan oksigen, nutrisi serta cairan dan elektrolit. Penekanan pada

pita suara akan menyebabkan suara menjadi serak atau parau. Bila pembesaran

keluar, maka akan memberi bentuk leher yang besar dapat simetris atau tidak,

jarang disertai kesulitan bernapas dan disfagia. Tentu dampaknya lebih ke arah

estetika atau kecantikan.

2.2. Upaya Penatalaksanaan

Upaya yang telah dilakukan keluarga Me Soti adalah memeriksakan dirinya ke

Bidan Pustu Sekardadi dan Puskesmas Kintamani VI. Pada kasus ini lebih

20

Page 21: KK Dampingan Goiter (GAKY)

cenderung ke upaya pencegahan terjadinya GAKY, akan tetapi tidak dilakukan

oleh keluarga Me Soti. GAKY dapat ditanggulangi yaitu dengan garam

beryodium, sesuai Kepres no 69 tahun 1994 mewajibkan semua garam yang

dikonsumsi baik manusia maupun hewan diperkaya dengan yodium sebanyak 30-

80 ppm, suplementasi yodium pada binatang, suntikan minyak beryodium

(Lipiodol), dan kapsul minyak beryodium. Tidak adanya keluhan menyebabkan

pemikiran tidak perlunya melakukan penanggulangan.

Anggota keluarga Me Soti yang lain masih muda dan juga memiliki pola

konsumsi yodium yang sama dengan Me Soti, dimana makanan yang dikonsumsi

merupakan makanan yang sedikit mengandung yodium, terlebih lagi garam yang

dikonsumsi bukan garam beryodium. Hal ini tentunya dapat meningkatkan risiko

terjadinya GAKY, selain goiter juga dapat mempengaruhi pertumbuhan remaja

(cucu Me Soti). Untuk pencegahannya dapat mengonsumsi makanan yang banyak

mengandung yodium, yaitu makanan laut yang dapat mengandung sekitar 100

μg/100 gr. Pencegahan juga dilaksanakan melalui pemberian garam beryodium.

Garam sehat adalah garam konsumsi yang telah difortifikasi dengan yodium yang

cukup untuk kebutuhan tubuh yang mengandung kadar yodium antara 30-40 ppm

dan kandungan air ≤ 5%. Untuk penggunaan garam beryodium dalam masakan

juga perlu diperhatikan. Garam yodium bisa ditambahkan setelah masakan

matang, bukan saat sedang memasak sehingga yodium tidak rusak karena panas.

Untuk itu telah diberikan edukasi untuk pencegahan terjadinya GAKY, dimana

disarankan penggunaan garam beryodium yang dapat ditemukan di warung dekat

rumah, konsumsi sayuran yang beragam, konsumsi makanan yang banyak

mengandung yodium seperti makanan laut, mengurangi paparan terhadap

pestisida, serta mencuci bersih sayur dan buah sebelum dimakan.

III. PENERAPAN PRINSIP KEDOKTERAN KELUARGA

Sesuai dengan tujuan PPD-72 agar dapat menangani permasalahan

kesehatan secara komprehensif dengan pendekatan holistik, maka kedokteran

keluarga merupakan metode yang efektif untuk dapat mengatasi permasalahan

kesehatan.

1. Personal

21

Page 22: KK Dampingan Goiter (GAKY)

Pada kasus GAKY, penulis perlu menekankan kepada KK binaan bahwa

penyakit yang dapat ditimbulkan tidak hanya goiter. GAKY pada orang

dewasa dan tua dapat menyebabkan keadaan lemas dan cepat lelah,

produktifitas dan peran dalam kehidupan sosial rendah, serta gangguan

metabolisme. Konsumsi garam beryodium sangat penting juga untukan

menekan progresivitas penyakit. Tentunya dalam prinsip ini, mengobati

pasien dengan memberikan perlakuan sebagai manusia bukan sekedar

mengobati penyakitnya saja. Dalam artian, pasien ditangani secara

holistik dari semua aspek kehidupannya, baik fisik, psikis, dan spiritual.

Memberikan konseling kepada seluruh keluarga untuk terus memberikan

motivasi kepada pasien. Kondisi pasien yang lanjut usia juga perlu

mendapat perhatian lebih. Hal ini dikarenakan bahwa pasien-pasien

lanjut usia tentunya sudah mulai mengalami keterbatasan dalam

melakukan aktivitas sehari-hari. Oleh karena itu kami anjurkan kepada

keluarga untuk melengkapi ruangan atau tempat tinggal pasien dengan

alat-alat yang dapat memudahkan pasien untuk bergerak, sekaligus

mengurangi resiko jatuh.

2. Paripurna/Komprehensif

Pendekatan pada kasus tidak hanya dilakukan pada kasus, tetapi pada

anggota keluarga yang lain yaitu kedua istrinya dan anaknya untuk dapat

mengerti, memahami, dan dapat melakukan upaya pencegahan

progresivitas goiter, dan juga upaya pencegahan terjadinya GAKY pada

anggota keluarga lainnya. Pendekatan juga tidak hanya untuk GAKY,

tetapi juga dalam hal perilaku hidup bersih dan sehat di lingkungan

keluarga.

3. Berkesinambungan

Pada kasus penulis telah melakukan kunjungan rutin dua kali seminggu

demi memantau kondisi kesehatan dan perkembangan dari kasus. Dari

pihak Pustu juga dengan melakukan pemeriksaan secara rutin setiap

bulan pada kasus, memberikan informasi juga kepada warga yang

mengalami keluhan yang sama. Pengawasan berkesinambungan ini juga

bertujuan memberikan pengetahuan kepada pasien dan keluarga terkait

22

Page 23: KK Dampingan Goiter (GAKY)

penyakitnya sekaligus mengubah perilaku dari perilaku sakit menjadi

perilaku sehat.

4. Koordinatif dan kolaboratif

Pada kasus ini, penulis sudah memberikan penjelasan kepada KK untuk

bekerja sama dengan Bidan Pustu Sekardadi dan dokter di Puskesmas

Kintamani II, sehubungan dengan GAKY yang dialami, untuk

memberikan pengetahuan tentang pencegahan penyakit dari Puskesmas,

berkoordinasi dengan puskesmas dalam penyediaan garam beryodium

untuk penderita GAKY, serta berkoordinasi dengan keluarga pasien

untuk memberikan motivasi kepada pasien dan berperan aktif

mendukung pengobatan pasien demi kesehatan pasien.

5. Mengutamakan pencegahan

Insiden terjadinya GAKY masih tinggi di Desa Sekardadi, sehingga

pencegahan harus dilakukan untuk menurunkan insidennya. Pencegahan

dilakukan pada anggota keluarga lainnya. Untuk pencegahannya dapat

mengonsumsi makanan yang banyak mengandung yodium, yaitu

makanan laut yang dapat mengandung sekitar 100 μg/100 gr. Pencegahan

juga dilaksanakan melalui pemberian garam beryodium. Garam sehat

adalah garam konsumsi yang telah difortifikasi dengan yodium yang

cukup untuk kebutuhan tubuh yang mengandung kadar yodium antara

30-40 ppm dan kandungan air ≤ 5%. Untuk penggunaan garam

beryodium dalam masakan juga perlu diperhatikan. Garam yodium bisa

ditambahkan setelah masakan matang, bukan saat sedang memasak

sehingga yodium tidak rusak karena panas. Untuk itu telah diberikan

edukasi untuk pencegahan terjadinya GAKY, dimana disarankan

penggunaan garam beryodium yang dapat ditemukan di warung dekat

rumah, konsumsi sayuran yang beragam, konsumsi makanan yang

banyak mengandung yodium seperti makanan laut, mengurangi paparan

terhadap pestisida, serta mencuci bersih sayur dan buah sebelum

dimakan. Anggota keluarga juga dianjurkan menjaga kesehatan

lingkungan dan menerapkan pola hidup sehat sejak dini.

6. Menimbang keluarga, masyarakat dan lingkungan

23

Page 24: KK Dampingan Goiter (GAKY)

Kerja sama dengan pihak desa, tokoh masyarakat, dan petugas kesehatan

(Bidan) dengan penyuluhan misalnya saat diadakan kegiatan seperti

posyandu, atau pertemuan banjar untuk memberikan informasi mengenai

permasalahan kesehatan khususnya dalam mencegah terjadinya GAKY.

Selain itu juga memberikan penjelasan kepada anggota keluarga tentang

pentingnya hidup sehat dan pencegahan terjadinya GAKY. Penderita

harus diberikan suasana yang nyaman dari segi fisik dan psikologisnya.

Keluarga pasien harus membatasi aktivitas pasien agar tidak membebani

fisik pasien dan lebih banyak mengajak pasien berinteraksi untuk

mengurangi beban psikologisnya.

24

Page 25: KK Dampingan Goiter (GAKY)

Lampiran 1. Transkrip Hasil Penelusuran Keluarga Binaan I

(Nama KK: Me Soti)

1) Karakteristik Keluarga

Tabel 3. Karakteristik KK Binaan I

No Nama JK Status Umur Pend Pekerjaan Ket

1 Me Soti P Kawin 60 th - Buruh Tani

2 Wayan Soti L Kawin 39 th SD Buruh Tani Anak

3 Nengah Sari P Kawin 36 th SD Buruh Tani Menantu

4 Wayan Sudiana L Belum

Kawin

16 th SMP Pelajar Cucu

Gambar 1. Sistem kekerabatan KK binaan I

Keterangan Gambar

= Laki-laki = Perempuan

2) Status Kesehatan Anggota Keluarga (dalam 6 Bulan Terakhir)

Me Soti menderita arthritis sejak dua belas tahun yang lalu.

Me Soti menderita goiter/GAKY sejak sepuluh tahun yang lalu.

Anggota keluarga yang lain tidak ada masalah kesehatan yang perlu

mendapatkan perhatian serius.

3) Status Ekonomi Keluarga

Tergolong keluarga miskin.

Penghasilan keluarga : Rp 1.000.000/bulan

25

1

2 3

4

Page 26: KK Dampingan Goiter (GAKY)

Sumber penghasilan tetap : Seluruh keluarga bekerja sebagai

buruh tani

Pengeluaran keluarga : Rp 1.000.000,00 perbulan

Kepemilikan Aset / Barang : 1 unit televisi, 1 unit sepeda motor,

rumah dan pekarangan seluas 1,5

are

4) Lingkungan Fisik Keluarga

Luas bangunan rumah kurang lebih 6 m x 8 m

Gedung utama rumah berdinding batako yang diplester dan lantainya

berlapis semen, terdapat 3 kamar yang terpisah, satu untuk Me Soti dan

cucunya, satu untuk anak Me Soti dan istrinya, dan satu lagi rusak.

Setiap kamar masing-masing memiliki satu jendela kecil dan satu pintu

sehingga terkesan pengap.

Dapur berada di luar bangunan utama, dan kebersihannya sangat kurang

terjaga. Keluarga biasanya memasak dengan tungku kayu bakar.

Ventilasinya kurang sehingga asap banyak mengepul di dalam dapur.

Tidak memiliki kamar mandi dan jamban sendiri, sehingga BAB harus

di tegalan dan mandi di halaman belakang sehingga dapat dilihat oleh

orang yang kebetulan lewat.

Sumber air berasal dari penampungan air hujan.

Belum memiliki tempat pembuangan sampah.

5) Pengetahuan dan Perilaku Keluarga tentang Hidup Bersih dan Sehat

Anggota keluarga kurang sadar bahwa kebersihan lingkungan berperan

penting terhadap kesehatan.

Anggota keluarga masih belum tahu cara pencegahan penyakit yang

disebabkan oleh nyamuk.

Perilaku cuci tangan masih kurang, hanya menggunakan air.

Setiap anggota keluarga mandi satu kali setiap hari.

Menu makanan sehari-hari hanya nasi dan sayur-mayur, diselingi tempe

tahu dan ikan pindang.

26

Page 27: KK Dampingan Goiter (GAKY)

Lampiran 2. Transkrip Hasil Penelusuran Keluarga Binaan II

(Nama KK: I Wayan Pasta)

1) Karakteristik Keluarga

Tabel 4. Karakteristik KK Binaan II

No Nama JK Status Umur Pend Pekerjaan Ket

1 I Wayan Pasta L Kawin 85 th - Peternak

2 Ni Wayan

Gemboh

P Kawin 80 th - Buruh Tani Istri

3 I Wayan Sarma L Kawin 63 th SMA Pengajar Anak

4 I Nengah Sedek L Kawin 59 th SD Buruh Tani Anak

5 I Nyoman Srika L Kawin 55 th SD Buruh Tani Anak

6 Ni Ketut Ranci P Kawin 51 th SD Buruh Tani Anak

7 Ni Wayan Sumanti P Kawin 49 th SD Buruh Tani Anak

8 Ni Nengah Reken P Kawin 45 th SD Buruh Tani Anak

9 Ni Nyoman

Rangin

P Kawin 41 th SD Buruh Tani Anak

10 Ni Ketut Suwar P Kawin 37 th SD Buruh Tani Anak

11 Ni Wayan Pinti P Kawin 33 th SD Buruh Tani Anak

12 I Nengah Parnata L Kawin 29 th SD Buruh Tani Anak

Gambar 2. Sistem kekerabatan KK binaan II

Keterangan Gambar

= Laki-laki = Perempuan

27

1 2

3 4 5 126 7 8 9 10

11

Page 28: KK Dampingan Goiter (GAKY)

2) Status Kesehatan Anggota Keluarga (dalam 6 Bulan Terakhir)

Bapak I Wayan Pasta (KK) menderita arthritis sejak tiga puluh tahun

yang lalu.

Istrinya yaitu Ibu Ni Wayan Gemboh menderita arthritis juga sejak tiga

puluh tahun yang lalu.

3) Status Ekonomi Keluarga

Tergolong keluarga miskin.

Penghasilan keluarga : Rp 900.000/bulan

Sumber penghasilan tetap : Kepala keluarga sebagai peternak,

istrinya sebagai buruh tani

Pengeluaran keluarga : Rp 1.000.000/bulan

Kepemilikan Aset / Barang : 1 unit televisi, 1 unit sepeda motor,

rumah dan pekarangan seluas 2 are

4) Lingkungan Fisik Keluarga

Luas bangunan rumah kurang lebih 8 m x 10 m

Gedung utama rumah semipermanen dengan dinding batako dplester

dan bedeg, serta lantainya berlapis semen, terdapat dua kamar tidur

yang terpisah, satu untuk KK dan istrinya, satu untuk anak pertamanya

dan keluarganya. Setiap kamar masing-masing memiliki satu jendela

kecil dan satu pintu sehingga terkesan pengap.

Dapur berada di luar bangunan utama, berdinding bedeg dan berlantai

tanah. Kebersihannya sangat kurang terjaga. Ventilasi minim sehingga

asap dari tungku kayu bakar mengepul di dalam ruangan. Selain itu

dapur terletak di samping bangunan rumah sehingga asap dapat masuk

ke rumah.

Sarana MCK sudah bersih dan memadai.

Sumber air berasal dari penampungan air hujan dan membeli air.

Belum memiliki tempat pembuangan sampah.

5) Pengetahuan dan Perilaku Keluarga tentang Hidup Bersih dan Sehat

Anggota keluarga kurang sadar bahwa kebersihan lingkungan berperan

penting terhadap kesehatan.

28

Page 29: KK Dampingan Goiter (GAKY)

Anggota keluarga masih belum tahu cara pencegahan penyakit yang

disebabkan oleh nyamuk.

Perilaku cuci tangan masih kurang, hanya menggunakan air. Setiap

anggota keluarga mandi hanya satu kali setiap hari.

Kesadaran akan menggunakan air bersih sudah baik.

Menu makanan sehari-hari hanya nasi dan sayur-mayur, diselingi tempe

tahu dan ikan pindang.

Masih ada anggota keluarga yang merokok di dalam rumah yaitu anak

pertamanya.

29

Page 30: KK Dampingan Goiter (GAKY)

Lampiran 3. Transkrip Hasil Penelusuran Keluarga Binaan III

(Nama KK: I Nengah Kenyus)

1) Karakteristik Keluarga

Tabel 5. Karakteristik KK Binaan III

No Nama JK Status Umur Pend Pekerjaan Ket

1 I Nengah Kenyus L Kawin 70 th - Buruh Tani

2 Ni Luh Sutami P Kawin 50 th SD Buruh Tani Anak

Gambar 3. Sistem kekerabatan KK binaan III

Keterangan Gambar

= Laki-laki = Perempuan

2) Status Kesehatan Anggota Keluarga (dalam 6 Bulan Terakhir)

Bapak I Nengah Kenyus menderita arthritis sejak tiga puluh tahun yang

lalu, selain itu juga menderita katarak sejak lima tahun yang lalu.

3) Status Ekonomi Keluarga

Tergolong keluarga miskin.

Penghasilan keluarga per bulan : Rp 450.000,00

Sumber penghasilan tetap : Bapak I Nengah Kenyus sebagai

buruh tani

Pengeluaran keluarga : Rp 450.000,00 perbulan

Kepemilikan Aset / Barang : Rumah dan pekarangan seluas 1,5

are

30

2

1

Page 31: KK Dampingan Goiter (GAKY)

4) Lingkungan Fisik Keluarga

Luas bangunan rumah kurang lebih 6 m x 8 m

Gedung utama rumah berdinding batako diplester dan lantainya berlapis

semen, terdapat 3 kamar yang terpisah, satu untuk KK, dan dua lainnya

untuk keponakannya dan keluarganya. Setiap kamar sudah memiliki

ventilasi yang baik.

Dapur berada di luar bangunan utama, dan kebersihannya masih kurang

terjaga akibat memasak menggunakan tungku kayu bakar. Ventilasi di

dapur sudah memadai.

Sarana MCK sudah memadai, akan tetapi lantainya licin sehingga dapat

membahayakan.

Sumber air berasal dari penampungan air hujan dan membeli air.

Belum memiliki tempat pembuangan sampah.

5) Pengetahuan dan Perilaku Keluarga tentang Hidup Bersih dan Sehat

Anggota keluarga sudah sadar bahwa kebersihan lingkungan berperan

penting terhadap kesehatan.

Anggota keluarga masih belum tahu cara pencegahan penyakit yang

disebabkan oleh nyamuk.

Perilaku cuci tangan sudah baik menggunakan air dan sabun. Setiap

anggota keluarga mandi hanya satu kali setiap hari.

Kesadaran akan menggunakan air bersih sudah baik.

Menu makanan sehari-hari hanya nasi dan sayur-mayur, diselingi tempe

tahu dan ikan pindang.

31

Page 32: KK Dampingan Goiter (GAKY)

Lampiran 4. Denah Rumah Keluarga Binaan Me Soti

(Kasus Kedokteran Keluarga dengan GAKY)

32

RumahSaudara

Halaman

Jalan

RumahSaudara

RumahSaudara

RumahSaudara

RumahSaudara

RumahSaudara

RumahMe Soti

DapurMe Soti

Tegalan

Got

Got

MCK

TerasRuang

Keluarga

Ruang Tidur

Ruang Tidur

Ruang Tidur

Page 33: KK Dampingan Goiter (GAKY)

Lampiran 5. Dokumentasi Kegiatan

33