172
i KLASIFIKASI TANDA TANGAN MANUSIA DENGAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Program Studi Teknik Informatika Oleh: Yuanita Prasetyaningtyas NIM : 055314102 PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2010

KLASIFIKASI TANDA TANGAN MANUSIA DENGAN METODE …repository.usd.ac.id/32455/2/055314102_Full.pdf · 2018. 12. 3. · Bahkan pola tanda tangan yang dibuat oleh individu yang samapun

  • Upload
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • i

    KLASIFIKASI TANDA TANGAN MANUSIA DENGAN

    METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN

    BACKPROPAGATION

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

    Program Studi Teknik Informatika

    Oleh:

    Yuanita Prasetyaningtyas

    NIM : 055314102

    PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA

    FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2010

  • ii

    HUMAN SIGNATURE CLASSIFICATION USING

    BACKPROPAGATION ARTIFICIAL NEURAL NETWORK

    METHOD

    A Thesis

    Presented As Partial Fulfillment Of The Requirements

    To Obtain The Sarjana Teknik Degree

    In Departement Of Informatics Engineering

    By :

    Yuanita Prasetyaningtyas

    Student Id : 055314102

    INFORMATICS ENGINEERING STUDY PROGRAM

    FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY

    SANATA DHARMA UNIVERSITY

    YOGYAKARTA

    2010

  • iii

  •  

    iv  

  • v

    HALAMAN PERSEMBAHAN

    Keberanian dan kegigihan punya kekuatan yang ajaib,

    dan di hadapannya kesulitan lenyap dan rintangan menguap

    ke udara.

    Skripsi ini saya persembahkan untuk :

    Yesus Kristus,

    keluarga, sahabat, dan kekasih.

    Terima kasih untuk segalanya.

  • vi

  • vii

  • viii

    KLASIFIKASI TANDA TANGAN MANUSIA DENGAN

    METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN

    BACKPROPAGATION

    Abstrak

    Tekstur tanda tangan yang unik pada setiap individu dapat dianalisis

    untuk diidentifikasi. Identifikasi tanda tangan secara manual dengan

    menggunakan mata telanjang dapat memakan waktu yang lama dan besar terjadi

    kesalahan. Tujuan dari penelitian ini adalah membangun sistem untuk mengenali

    tanda tangan secara otomatis. Pengenalan tanda tangan secara otomatis dapat

    mempersingkat waktu dan memperkecil terjadinya kesalahan.

    Penelitian dilakukan dengan menggunakan 400 citra tanda tangan yang

    diambil dari 5 individu yang berbeda. Setiap individu terdisi dari 80 tanda tangan.

    Metode five fold digunakan untuk membagi tanda tangan menjadi 5 bagian. Tahap

    pertama dari penelitian adalah ekstraksi ciri dengan menggunakan metode

    principal component analysis (PCA). Dengan menggunakan PCA, ukuran citra

    tanda tangan sebagai data masukan akan menjadi lebih ringkas tanpa

    menghilangkan informasi yang penting. Tahap kedua adalah

    klasifikasi/pengenalan dengan menggunakan metode jaringan syaraf tiruan

    backpropagation.

    Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh rata-rata akurasi

    pengenalan tanda tangan sebesar 92,25% dengan menggunakan 2 hidden layer

  • ix

    pada jaringan backpropagation dimana jumlah node pada hidden layer pertama

    250 dan jumlah node pada hidden layer kedua 25. Hal ini menunjukkan bahwa

    klasifikasi menggunakan jaringan syaraf tiruan backpropagation yang didukung

    dengan PCA untuk proses ekstraksi ciri merupakan metode yang efektif untuk

    proses klasifikasi tanda tangan.

  • x

    HUMAN SIGNATURE CLASSIFICATION USING

    BACKPROPAGATION ARTIFICIAL NEURAL NETWORK

    METHOD

    Abstract

    Texture unique signature on each individual can be analyzed to identify.

    Identification of signature manually by using the naked eye can take a long time

    and large errors. The purpose of this research is to build a system to recognize the

    signature automatically. The introduction of automatic signature can shorten time

    and reduce errors.

    The study was conducted using 400 signature image taken from five

    different individuals. Each individual give 80 signatures. Five fold method used to

    divide the signature into five section. The first stage of the research is to extract

    features using principal component analysis (PCA). By using PCA, the size

    signature images as input will be more concise without losing important

    information. The second step is the classification / recognition using

    backpropagation artificial neural network method.

    From the research that has been done obtained an average recognition

    accuracy of 92,25% signature by using two hidden layers of backpropagation

    network where the number of nodes in first hidden layer 250 and the number of

    nodes in the second hidden layers 25. The indicates that the classification using

    backpropagation artificial neural network which is supported by the PCA for

  • xi

    feature extraction process is an effective method for the signature classification

    process.

  • xii

    Kata Pengantar

    Puji syukur kepada Yesus Kristus yang telah memberikan karunia dan

    kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

    “Klasifikasi Tanda Tangan Manusia dengan Metode Jaringan Syaraf Tiruan

    Backpropagation”.

    Terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang turut member

    dukungan, semangat dan bantuan hingga selesainya skripsi ini :

    1. Dr. C. Kuntoro Adi, SJ., M.A., M.Sc. selaku dosen pembimbing atas kesabaran,

    bimbingan, waktu, dan saran yang diberikan.

    2. Dr. Linggo Sumarno, M. T. dan ibu Sri Hartati, S.Si, M.Kom selaku dosen

    penguji atas saran dan kritik yang diberikan.

    3. Laboran laboratorium komputer atas bantuan kepada penulis ketika

    melaksanakan ujian akhir.

    4. Kedua orang tua, yaitu bapak Antonius Widodo dan ibu Umi Kalsum yang

    mendukung sepenuhnya.

    5. Semua saudara, yaitu Hiwawan Yudi dan Yuliana Pratiwi yang selalu

    memberikan semangat.

    6. Ibu Rusiti, Kristian Ari Ruswantoro, dan Timotius Ari Kusbiyantoro yang

    selalu memberi semangat, nasihat, dan sumber inspirasi dalam

    menyelesaikan skripsi.

  • 7. Sony Setiawan, Novy Chrisdiyanto Adi Putra, Orpa Sampe Biringkaka,

    dan Maria Fransiska Indah selaku teman satu team yang berjuang dalam

    meyelesaikan skripsi.

    8. Bernadeta Putri, Kurnianingtyas, Timotius Ari, Nugrahayuningsih, dan JB.

    Mahendra selaku teman yang memberikan sampel data tanda tangan.

    9. Seluruh civitas akademika Teknik Informatika angkatan 2005 dan pihak-

    pihak lain yang telah berjuang bersama dan saling memberi semangat.

    Terima kasih atas sejuta inspirasi berharga.

    Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat pada

    laporan tugas akhir ini. Saran dan kritik saya harapkan untuk perbaikan-perbaikan

    pada masa yang akan dating. Semoga bermanfaat.

    xiii  

  • xiv

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL BAHASA INDONESIA……………………………………i

    HALAMAN JUDUL BAHASA INGGRIS………………………………………ii

    HALAMAN PERSETUJUAN…………………………………………………...iii

    HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………….iv

    HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………………………...v

    HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……………………………vi

    HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI……………………………………vii

    ABSTRAK………………………………………………………………………viii

    ABSTRACT……………………………………………………………………….x

    KATA PENGANTAR…………………………………………………………...xii

    DAFTAR ISI…………………………………………………………………….xiv

    DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………..xviii

    DAFTAR TABEL……………………………………………………………….xx

    DAFTAR GRAFIK…………………………………………………………….xxiv

    Bab I. Pendahuluan……………………………………………………..……1

    1.1 Latar Belakang………………………………………………………..1

  • xv

    1.2 Rumusan Masalah………………………………………………….…3

    1.3 Tujuan………………………………………………………………...3

    1.4 Batasan Masalah………………………………………………………3

    1.5 Metodologi Penelitian…………………………………………..…….4

    1.6 Sistematika Penulisan…………………………………………………5

    Bab II. Landasan Teori……………………………………..…………………7

    2.1 Jaringan Syaraf Tiruan…………………………………………..……7

    2.1.1 Arsitektur Jaringan Syaraf Tiruan…………………………...8

    2.1.2 Fungsi Aktivasi……………………………………….……10

    2.2 Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation……………………..….....11

    2.2.1 Arsitektur Backpropagation………………………………..11

    2.2.2 Fungsi Aktivasi Backpropagation……………………..…..12

    2.2.3 Pelatihan Standard Backpropagation…………………...….13

    2.3 PCA (Principal Component Analysis)………………………………16

    Bab III. Desain Sistem………………………………………………………..20

    3.1 Data………………………………………………………………….20

    3.2 Desain Sistem…………………………………………………….….24

  • xvi

    3.2.1 Ekstraksi Feature………………………………...………...25

    3.2.2 Perancangan JST Backpropagation…………………...…...28

    3.2.2.1 Tahap Pelatihan (Training)……………………...30

    3.2.2.2 Tahap Pengujian (Testing)………………………31

    3.2.2.3 Penghitungan Akurasi…………………………...31

    3.2.2.4 Tahap Pengenalan…………………………….…33

    3.3 Desain User Interface……………………………………………….34

    Bab IV. Implementasi dan Analisis Hasil……………………………………39

    4.1 Hasil Penelitian dan Analisa………………………………………...39

    4.2 Implementasi User Interface………………………………………...44

    4.2.1 Menu Utama……………………………………………….44

    4.2.2 Pengujian 1…………………………………………………46

    4.2.3 Pengujian 2…………………………………………………48

    4.2.4 Pengenalan…………………………………………………50

    4.2.5 Bantuan………………………………………………….…51

    Bab V. Penutup………………………………………………………………52

    5.1 Kesimpulan…………………………………………………………..52

  • xvii

    5.2 Saran…………………………………………………………………53

    Daftar Pustaka……………………………………………………………………55

    Lampiran…………………………………………………………………………57

  • xviii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Jaringan Layar Tunggal………………………………….…….8

    Gambar 2.2 Jaringan Layar Jamak………………………………………….9

    Gambar 2.3 Arsitektur Backpropagation…………………………….…….12

    Gambar 3.1 Garis Besar Sistem Pengenalan……………………………….24

    Gambar 3.2 Tahap Ekstraksi Feature………………………………………25

    Gambar 3.3 Proses Pengenalan dengan Metode JST Backpropagation………29

    Gambar 3.4 Skema Tahap Pelatihan……………………………………………30

    Gambar 3.5 Skema Tahap Pengujian…………………………………………….31

    Gambar 3.6 Skema Tahap Pengenalan…………………………………………33

    Gambar 3.7 Tampilan Awal………………………………………………..34

    Gambar 3.8 Halaman Pengujian 1………………………………………….35

    Gambar 3.9 Halaman Pengujian 2………………………………………….36

    Gambar 3.10 Halaman Pengenalan…………………………………………..37

    Gambar 3.11 Halaman Bantuan……………………………………………...38

    Gambar 3.12 Tanda Tangan Bernadeta Putri……………………………...L-82

    Gambar 3.13 Tanda Tangan Kurnianingtyas……………………………...L-83

  • xix

    Gambar 3.14 Tanda Tangan Timotius Ari………………………………...L-84

    Gambar 3.15 Tanda Tangan Nugrahayuningsih…………………………..L-85

    Gambar 3.16 Tanda Tangan JB. Mahendra……………………………….L-86

    Gambar 4.1 Menu Utama…………………………………………………..44

    Gambar 4.2 Halaman Pengujian dengan 1 Hidden Layer………………….46

    Gambar 4.3 Halaman Pengujian dengan 2 Hidden Layer………………….48

    Gambar 4.4 Halaman Pengenalan Tanda Tangan…………………………..50

    Gambar 4.5 Kotak File Selector Image Tanda Tangan…………………….50

    Gambar 4.6 Halaman Bantuan……………………………………………..51

  • xx

    DAFTAR TABEL

    Tabel 3.1 Tipe Tanda Tangan……………………………………………20

    Tabel 3.2 Pembagian Feature……………………….………………………22

    Tabel 3.3 Percobaan…………………………………………………………23

    Tabel 3.4 Confusion matrix…………………………………………………32

    Tabel 4.1 Hasil Percobaan 1 Hidden Layer……………………………...40

    Tabel 4.2 Hasil Percobaan 2 Hidden Layer……………………………...40

    Tabel 4.3 Confusion Matrix Hasil Percobaan……………………………42

    Tabel 4.4 Perbandingan Tipe Tanda Tangan…………………………….43

    Tabel 4.5 Hasil Percobaab ke-1 dengan 1 Hidden Layer……………...L-87

    Tabel 4.6 Hasil Percobaan ke-2 dengan 1 Hidden Layer……………...L-88

    Tabel 4.7 Hasil Percobaan ke-3 dengan 1 Hidden Layer……………...L-89

    Tabel 4.8 Hasil Percobaan ke-4 dengan 1 Hidden Layer………...........L-90

    Tabel 4.9 Hasil Percobaan ke-5 dengan 1 Hidden Laye…………........L-91

    Tabel 4.10 Hasil Percobaan ke-1 dengan 2 Hidden Layer (Hidden Layer

    Ke-1 = 150)…………………………………………………..L-1

    Tabel 4.11 Hasil Percobaan ke-2 dengan 2 Hidden Layer (Hidden Layer

    Ke-1 = 150)…………………..................................................L-2

  • xxi

    Tabel 4.12 Hasil Percobaan ke-3 dengan 2 Hidden Layer (Hidden Layer

    Ke-1 = 150)………………………………………………......L-3

    Tabel 4.13 Hasil Percobaan ke-4 dengan 2 Hidden Layer (Hidden Layer

    Ke-1 = 150)…………………………………………….….....L-4

    Tabel 4.14 Hasil Percobaan ke-5 dengan 2 Hidden Layer (Hidden Layer

    Ke-1 = 150)…………………………………………..……....L-5

    Tabel 4.15 Hasil Percobaan ke-1 dengan 2 Hidden Layer (Hidden Layer

    Ke-1 = 175)…………………………………………………..L-6

    Tabel 4.16 Hasil Percobaan ke-2 dengan 2 Hidden Layer (Hidden Layer

    Ke-1 = 175)…………………..................................................L-7

    Tabel 4.17 Hasil Percobaan ke-3 dengan 2 Hidden Layer (Hidden Layer

    Ke-1 = 175)………………………………………………......L-8

    Tabel 4.18 Hasil Percobaan ke-4 dengan 2 Hidden Layer (Hidden Layer

    Ke-1 = 175)…………………………………………….….....L-9

    Tabel 4.19 Hasil Percobaan ke-5 dengan 2 Hidden Layer (Hidden Layer

    Ke-1 = 175)…………………………………………..…......L-10

    Tabel 4.20 Hasil Percobaan ke-1 dengan 2 Hidden Layer (Hidden Layer

    Ke-1 = 200)……………………………………………..…..L-11

    Tabel 4.21 Hasil Percobaan ke-2 dengan 2 Hidden Layer (Hidden Layer

    Ke-1 = 200)…………………................................................L-12

  • xxii

    Tabel 4.22 Hasil Percobaan ke-3 dengan 2 Hidden Layer (Hidden Layer

    Ke-1 = 200)………………………………………………....L-13

    Tabel 4.23 Hasil Percobaan ke-4 dengan 2 Hidden Layer (Hidden Layer

    Ke-1 = 200)…………………………………………….…...L-14

    Tabel 4.24 Hasil Percobaan ke-5 dengan 2 Hidden Layer (Hidden Layer

    Ke-1 = 200)…………………………………………..……..L-15

    Tabel 4.25 Hasil Percobaan ke-1 dengan 2 Hidden Layer (Hidden Layer

    Ke-1 = 225)……………………………………………..…..L-16

    Tabel 4.26 Hasil Percobaan ke-2 dengan 2 Hidden Layer (Hidden Layer

    Ke-1 = 225)…………………................................................L-17

    Tabel 4.27 Hasil Percobaan ke-3 dengan 2 Hidden Layer (Hidden Layer

    Ke-1 = 225)………………………………………………....L-18

    Tabel 4.28 Hasil Percobaan ke-4 dengan 2 Hidden Layer (Hidden Layer

    Ke-1 = 225)…………………………………………….…...L-19

    Tabel 4.29 Hasil Percobaan ke-5 dengan 2 Hidden Layer (Hidden Layer

    Ke-1 = 225)…………………………………………..……..L-20

    Tabel 4.30 Hasil Percobaan ke-1 dengan 2 Hidden Layer (Hidden Layer

    Ke-1 = 250)……………………………………………..…..L-21

    Tabel 4.31 Hasil Percobaan ke-2 dengan 2 Hidden Layer (Hidden Layer

    Ke-1 = 250)…………………................................................L-22

  • xxiii

    Tabel 4.32 Hasil Percobaan ke-3 dengan 2 Hidden Layer (Hidden Layer

    Ke-1 = 250)………………………………………………....L-23

    Tabel 4.33 Hasil Percobaan ke-4 dengan 2 Hidden Layer (Hidden Layer

    Ke-1 = 250)…………………………………………….…...L-24

    Tabel 4.34 Hasil Percobaan ke-5 dengan 2 Hidden Layer (Hidden Layer

    Ke-1 = 250)…………………………………………..……..L-25

  • xxiv

    DAFTAR GRAFIK

    Grafik 4.1 Training untuk 1 Hidden Layer……………………………….47

    Grafik 4.2 Training untuk 2 Hidden Layer……………………………….49

  • 1

    Bab I. Pendahuluan

    1.1 Latar Belakang

    Tanda tangan sangat berarti karena diyakini sebagai simbol yang digunakan

    manusia untuk menyetujui suatu perjanjian dengan manusia lain, dimana isi dari

    perjanjian tersebut adalah bersifat mutlak harus dilakukan. Seiring dengan

    perkembangan jaman, tanda tangan juga digunakan sebagai salah satu cara untuk

    identifikasi seseorang. Setiap individu mempunyai karakteristik pola tanda tangan

    yang khas sehingga kemungkinan terjadi kesamaan pola tanda tangan yang dibuat

    oleh individu satu dengan individu lain akan sulit ditemukan. Bahkan pola tanda

    tangan yang dibuat oleh individu yang samapun belum tentu akan selalu sama.

    Tekstur tanda tangan yang unik pada setiap individu dapat dianalisis untuk

    diidentifikasi. Identifikasi tanda tangan secara manual dengan menggunakan mata

    telanjang dapat memakan waktu yang lama dan besar terjadi kesalahan.

    Diperlukan sistem komputer yang mampu melakukan identifikasi tanda tangan

    manusia secara otomatis untuk mempercepat waktu dan memperkecil terjadinya

    kesalahan. Sebagai pemecahan atas permasalah tersebut, dilakukan penelitian untuk

    membangun sistem pengklasifikasian tanda tangan manusia secara otomatis.

    Beberapa penelitian mengenai pengenalan tanda tangan yang telah dilakukan adalah

    sebagai berikut :

  • 2

    Tabel 1.1 Tabel Penelitian.

    Nomor Penelitian Peneliti/ Tahun

    Penelitian

    Jumlah Data Akurasi

    1 Pengenalan tanda tangan

    dengan metode jaringan

    syaraf tiruan

    backpropagation dan

    metode ekstraksi ciri

    dengan menggunakan

    metode pemayaran piksel.

    Wikaria Gazali /

    2003

    100 dari 10

    pola tanda

    tangan.

    88,00%

    2 Pengenalan tanda tangan

    dengan menggunakan

    metode stroke histogram.

    Arif Wijaya /

    2005

    56 dari 8 pola

    tanda tangan.

    70,90%

    3 Klasifikasi tanda tangan

    manusia dengan jaringan

    syaraf tiruan

    backpropagation dan

    metode ekstrkasi ciri PCA

    (Principal Component

    Analysis)

    Yuanita

    Prasetyaningtyas

    / 2010

    400 dari 5 pola

    tanda tangan.

    91,00%

  • 3

    Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, maka

    penulis melakukan penelitian mengenai identifikasi tanda tangan manusia dengan

    menggunakan metode jaringan syaraf tiruan backpropagation (JST backpropagation)

    dan PCA (Principal Component Analysis) sebagai metode ekstraksi ciri.

    Contoh aplikasi pengembangan di dunia nyata yang menggunakan tanda tangan

    sebagai identitas seseorang antara lain absensi otomatis pegawai perkantoran dengan

    menggunakan tanda tangan dan sistem pembayaran dengan menggunakan kartu

    kredit.

    1.2 Rumusan Masalah

    Rumusan masalah dari proposal ini adalah bagaimana membangun sistem yang

    digunakan untuk klasifikasi tanda tangan secara otomatis dengan metode Jaringan

    Syaraf Tiruan Backpropagation.

    1.3 Tujuan

    Membangun sistem yang digunakan untuk mengenali dan mengklasifikasi

    tanda tangan seseorang dengan menggunakan metode Jaringan Syaraf Tiruan

    Backpropagation.

    1.4 Batasan Masalah

    1. Input berupa file gambar dua dimensi pada citra tingkat keabuan (gray-

    scale image) yang berekstensi *.jpg dengan ukuran 100 x100 piksel.

  • 4

    2. Sistem yang dibangun bertujuan untuk mengenali tanda tangan seseorang

    berdasarkan pada tingkat kemiripannya .

    3. Pengenalan dibatasi pada jumlah sample 80 untuk tiap tanda tangan yang

    diambil dari 5 orang.

    4. Hasil pengenalan hanya dibatasi pada nama individu.

    5. Ekstraksi feature menggunakan PCA (Pricipal Component Analysis).

    6. Metode yang akan digunakan untuk mengenali tanda tangan adalah

    metode Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation.

    7. Software yang digunakan adalah MATLAB.

    1.5 Metodologi Penelitian

    Dalam penyelesaian tugas akhir yang berjudul Klasifikasi Tanda Tangan

    Manusia Dengan Metode Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation ini, akan ditempuh

    langkah – langkah kerja sebagai berikut :

    1. Studi pustaka.

    Mengumpulkan informasi dari buku, internet, dan artikel yang

    dibutuhkan untuk membangun sistem klasifikasi tanda tangan secara otomatis

    dengan metode jaringan syaraf tiruan backpropagation.

    2. Akuisisi data.

    Proses akuisisi data merupakan proses pengambilan data gambar yang

    digunakan untuk proses pelatihan (training) maupun proses pengujian (testing).

  • 5

    3. Analisis dan perancangan algoritma.

    Melakukan analisis dari masalah yang ada dan merancang algoritma

    yang digunakan untuk klasifikasi pola tanda tangan.

    4. Implementasi.

    Setelah merancang algoritma, kemudian dilakukan implementasi

    algoritma dalam listing program, baik untuk proses pelatihan (training) maupun

    proses pengujian (testing).

    5. Simulasi.

    Dari hasil implementasi dilanjutkan proses simulasi untuk mendapatkan

    jaringan yang paling optimal.

    1.6 Sistematika Penulisan

    Sistematika penulisan dalam tugas akhir yang berjudul Klasifikasi Tanda

    Tangan Manusia dengan Metode Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation ini

    dijelaskan sebagai berikut :

    Bab I. Pendahuluan

    Pada bab ini dijelaskan mengenai latar belakang masalah yang mendorong

    dibangunnya sistem, rumusan masalah, tujuan, batasan masalah, metodologi

    penelitian yang dilakukan, dan sistematika penulisan yang digunakan dalam

    menyelesaikan laporan tugas akhir.

  • 6

    Bab II. Landasan Teori

    Pada bab ini dijelaskan teori dari metode yang digunakan dalam

    pembangunan sistem pengelompokan tanda tangan yaitu teori mengenai metode

    jaringan syaraf tiruan backpropagation.

    Bab III. Desain Sistem

    Pada bagian ini digambarkan komponen dan algoritma yang digunakan

    dalam penelitian.

    Bab IV. Implementasi dan Analisis Hasil

    Pada bagian ini digambarkan penerapan rancangan yang dibuat dalam suatu

    program, hasil implementasi serta analisis dari hasil implementasi.

    Bab V. Penutup

    Pada bagian ini akan digambarkan kesimpulan dari seluruh penelitian dan

    saran yang diusulkan untuk pengembangan lebih lanjut.

  • 7

    Bab II. Landasan Teori

    Pada bab ini akan dibahas mengenai teori – teori yang digunakan untuk

    mendukung penulisan tugas akhir klasifikasi tanda tangan manusia dengna metode

    jaringan syaraf tiruan backpropagation. Teori – teori yang akan dibahas mencakup

    pengertian dasar jaringan syaraf tiruan, metode jaringan syaraf tiruan

    backpropagation, dan pengertian mengenai metode PCA (Principal Components

    Analysis) yang digunakan untuk mereduksi feature.

    2.1 Jaringan Syaraf Tiruan.

    Jaringan syaraf tiruan (JST) adalah sistem pemroses informasi yang

    dikembangkan dengan model matematika dan memiliki karakteristik mirip dengan

    jaringan syaraf biologi dengan asumsi bahwa (Jong Jek Siang, 2005) :

    1. Pemrosesan informasi terjadi pada banyak elemen sederhana (neuron).

    2. Sinyal dikirim diantara neuron–neuron melalui penghubung– penghubung.

    3. Penghubung antar neuron memiliki bobot yang akan memperkuat atau

    memperlemah sinyal.

    4. Untuk menentukan keluaran, setiap neuron menggunakan fungsi aktivasi

    yang dikenakan pada jumlah masukan yang diterima. Besarnya keluaran

    ini selanjutnya dibandingkan dengan suatu batas ambang.

    Jadi jaringan syaraf tiruan ditentukan oleh 3 hal yaitu :

    1. Pola hubungan antar neuron ( arsitektur jaringan ).

    2. Metode untuk menentukan bobot penghubung.

  • 8

    3. Fungsi aktivasi.

    2.1.1 Arsitektur Jaringan Syaraf Tiruan.

    Arsitektur jaringan syaraf tiruan merupakan pengaturan spesifik dan

    hubungan antar neuron pada lapisan dalam jaringan. Neuron-neuron yang terletak

    pada lapisan yang sama memiliki sifat dan fungsi aktivasi yang sama.

    Neuron-neuron dalam jaringan syaraf tiruan dikelompokkan dalam lapisan

    masukan (input layer) merupakan lapisan pertama yang menerima sinyal dari

    bagian luar jaringan, lapisan tersembunyi (hidden layer) yaitu lapisan yang

    menerima sinyal dari neuron pada lapisan masukan dan lapisan keluaran (output

    layer) yaitu lapisan yang mengekstrak ciri dari yang berkaitan atau pola dari

    sinyal yang diterima .

    Beberapa arsitektur jaringan yang sering dipakai dalam jaringan syaraf

    tiruan antara lain :

    1. Jaringan Layar Tunggal (single layer network).

    Dalam jaringan layar tunggal, sekumpulan masukan dihubungkan

    langsung dengan sekumpulan keluaran.

    x1

    xi

    xn

    y1

    yj

    ym

    w11

    wj1wm1

    w1iwji

    wmi

    w1nwjn

    wmn

    Gambar 2.1 Jaringan Layar Tunggal.

  • 9

    Gambar 2.1 menunjukkan arsitektur jaringan dengan n unit masukan (x1,

    x2, …, xn) dan m buah unit keluaran (y1, y2, …, ym). Disebut jaringan

    layar tunggal karena semua unit masukan dihubungkan dengan semua unit

    keluaran, meskipun dengan bobot yang berbeda.

    wji menyatakan bobot hubungan antara unit ke-i dalam masukan

    dengan unit ke-j dalam keluaran. Bobot-bobot ini saling independen.

    Selama proses pelatihan, bobot-bobot tersebut akan dimodifikasi untuk

    meningkatkan keakuratan hasil.

    2. Jaringan Layar Jamak (multi layer network).

    Jaringan layar jamak merupakan perluasan dari layar tunggal.

    Dalam jaringan ini, selain unit masukan dan keluaran, ada unit – unit lain

    (sering disebut layar tersembunyi). Sama seperti pada unit masukan dan

    keluaran, unit dalam satu layar tidak saling berhubungan.

    x1

    xi

    xn

    z1

    zp

    w11

    wj1wm1

    w1pwjp

    wmp

    vpi

    v1n

    vpn

    y1

    yj

    ym

    v11

    vp1

    v1i

    Gambar 2.2 Jaringan Layar Jamak.

    Pada gambar 2.2 ditunjukkan jaringan dengan n buah unit masukan

    (x1, x2, …, xn), sebuah layar tersembunyi yang terdiri dari p buah unit

    (z1, …, zp) dan m buah unit keluaran(y1, y2, …, ym).

  • 10

    2.1.2 Fungsi Aktivasi.

    Dalam jaringan syaraf tiruan, fungsi aktivasi digunakan untuk menentukan

    keluaran suatu neuron. Argumen fungsi aktivasi adalah net masukan (kombinasi

    linier masukan dan bobotnya). Jika net ∑ , maka fungsi aktivasinya adalah

    f (net) = f(∑ ) (Jong Jek Siang, 2005).

    Fungsi aktivasi dalam jaringan syaraf tiruan :

    1. Fungsi threshold (batas ambang).

    ( ) {

    (2.1)

    Jika fungsi threshold berharga -1 atau 1 disebut threshold bipolar.

    2. Fungsi sigmoid.

    ( )

    (2.2)

    Nilai fungsi dari fungsi sigmoid terletak antara 0 dan 1 dan dapat

    diturunkan menjadi :

    ( ) ( )( ( )) (2.3)

    3. Fungsi Identitas.

    ( ) (2.4)

    Fungsi identitas sering digunakan jika diinginkan keluaran jaringan

    berupa bilangan riil (bukan hanya pada range (0,1) atau (-1,1)).

  • 11

    2.2 Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation.

    Backpropagation merupakan salah satu contoh dari jaringan layar jamak.

    Seperti halnya model jaringan syaraf tiruan lain, backpropagation melatih

    jaringan untuk mendapatkan keseimbangan antara kemampuan jaringan untuk

    mengenali pola yang digunakan selama pelatihan serta kemampuan jaringan untuk

    memberikan respon yang benar terhadap pola masukkan yang serupa (tapi tidak

    sama) dengan pola yang dipakai selama pelatihan.

    2.2.1 Arsitektur Backpropagation.

    Backpropagation memiliki beberapa unit neuron yang ada dalam satu atau

    lebih layar tersembunyi. Gambar 2.3 adalah arsitektur backpropagation dengan

    n buah masukan (ditambah sebuah bias), serta m buah unit keluaran.

    vji merupakan bobot garis dari unit masukan xi ke unit layar tersembunyi

    zj (vj0 merupakan bobot garis yang menghubungkan bias di unit masukan ke

    unit layar tersembunyi zj). wkj merupakan bobot dari unit layar tersembunyi zj

    ke unit keluaran yk (wk0 merupakan bobot dari bias di layar tersembunyi ke unit

    keluaran zk).

  • 12

    1 x1 xi xn

    1 z1 zj zp

    y1 yk ym

    v10vj0

    vp0 v11vj1vp1

    v1i vjivpi v1n

    vjn vpn

    w10 wk0

    wm0w11

    wk1wm1

    w1j wkjwmj w1p

    wkp wmp

    Gambar 2.3 Arsitektur Backpropagation.

    2.2.2 Fungsi Aktivasi Backpropagation.

    Fungsi aktivasi pada metode backpropagation tidak hanya menggunakan

    sebuah fungsi aktivasi, akan tetapi turunan dari fungsi tersebut juga ikut

    digunakan. Backpropagation dapat menggunakan fungsi aktivasi sigmoid biner

    (yang memiliki range (0,1)) maupun sigmoid bipolar (yang memiliki range (-1,1))

    beserta turunan fungsinya. Pemilihan fungsi aktivasi tergantung kepada kebutuhan

    nilai keluaran jaringan yang diharapkan. Bila keluaran jaringan yang diharapkan

    ada yang bernilai negatif, maka digunakan fungsi sigmoid bipolar, sebaliknya bila

    nilai keluaran jaringan yang diharapkan bernilai positif atau sama dengan nol ,

    maka digunakan fungsi sigmoid biner. Selain fungsi sigmoid fungsi yang bias

    digunakan dalam metode backpropagation adalah fungsi linier.

    Fungsi sigmoid biner :

    ( )

    (2.5)

  • 13

    dengan turunan

    ( ) ( )( ( )) (2.6)

    Fungsi sigmoid bipolar :

    ( )

    (2.7)

    dengan turunan

    ( ) ( ( ))( ( ))

    (2.8)

    Fungsi sigmoid memiliki nilai maksismum = 1. Maka untuk pola yang

    targetnya >1, pola masukan dan keluaran harus terlebih dahulu ditransformasikan

    sehingga semua polanya memiliki range yang sama seperti fungsi sigmoid yang

    dipakai. Alternatif lain adalah menggunakan fungsi aktivasi sigmoid hanya pada

    layar yang bukan layar keluaran. Pada layar keluaran, fungsi aktivasi yang dipakai

    adalah fungsi identitas : f(x) = x.

    2.2.3 Pelatihan Standar Backpropagation.

    Pelatihan backpropagation meliputi 3 fase. Fase pertama adalah fase maju.

    Pola masukan dihitung maju mulai dari layar masukan hingga layar keluaran

    menggunakan fungsi aktivasi yang ditentukan. Fase kedua adalah fase mundur.

    Selisih antara keluaran jaringan dengan target yang diinginkan merupakan

    kesalahan yang terjadi. Kesalahan tersebut dipropagasikan mundur, dimulai dari

    garis yang berhubungan langsung dengan unit – unit di layar keluaran. Fase ketiga

    adalah modifikasi bobot untuk menurunkan kesalahan yang terjadi.

  • 14

    Algoritma pelatihan jaringan syaraf tiruan backpropagation adalah sebagai

    berikut :

    Langkah 0 : Inisialisasi semua bobot dengan bilangan acak kecil.

    Langkah 1 : Jika kondisi penghentian belum terpenuhi, lakukan langkah 2-9.

    Langkah 2 : Untuk setiap pasang data pelatihan, lakukan langkah 3-8.

    Fase I : Propagasi maju.

    Langkah 3 : Tiap unit masukan menerima sinyal dan meneruskannya ke unit

    tersembunyi di atasnya.

    Langkah 4 : Hitung semua keluaran di unit tersembunyi zj (j = 1, 2, …, p).

    (2.9)

    (2.10)

    Langkah 5 : Hitung semua keluaran jaringan di unit yk (k = 1, 2, …, m).

    (2.11)

    (2.12)

    Fase II : Propagasi mundur.

    Langkah 6 : Hitung faktor δ unit keluaran berdasarkan kesalahan di setiap unit

    keluaran yk (k = 1, 2, …, m).

    (2.13)

  • 15

    δk merupakan unit kesalahan yang akan dipakai dalam perubahan bobot

    layar dibawahnya (langkah 7).

    Hitung suku perubahan bobot wkj (yang akan dipakai nanti untuk merubah

    bobot wkj) dengan laju percepatan α.

    ; k = 1, 2, …, m ; j = 0, 1, …, p (2.14)

    Langkah 7 : Hitung faktor δ unit tersembunyi berdasarkan kesalahan di setiap

    unit tersembunyi zj (j = 1, 2, …, p).

    (2.15)

    Faktor δ unit tersembunyi :

    (2.16)

    Hitung suku perubahan bobot vji (yang akan dipakai nanti untuk merubah

    bobot vji)

    (2.17)

    j = 1, 2, …, p ; i = 0, 1, …, n

    Fase III : Perubahan bobot.

    Langkah 8 : Hitung semua perubahan bobot.

    Perubahan bobot garis yang menuju ke unit keluaran :

    (2.18)

  • 16

    Perubahan bobot garis yang menuju ke unit tersembunyi :

    ( ) ( ) (2.19)

    Langkah 9 : Kondisi perulangan.

    Setelah pelatihan selesai dilakukan, jaringan dapat dipakai untuk

    pengenalan pola. Dalam hal ini hanya propagasi maju (langkah 4 dan 5) saja

    yang dipakai untuk menentukan keluaran jaringan.

    2.3 PCA (Principal Components Analysis).

    PCA digunakan untuk mereduksi dimensi image menjadi feature yang

    memiliki dimensi lebih sedikit. PCA akan menangkap variasi total di dalam

    kumpulan karakter yang dilatihkan, dan untuk mempresentasikan variasi ini

    dengan variable yang lebih sedikit. Suatu image yang dipresentasikan dengan

    variable yang sedikit akan lebih mudah untuk ditangani dan dimengerti daripada

    jika dipresentasikan dengan variable yang banyak dari image tersebut (Wikaria

    Gazali dan Lily, 2003).

    Adapun langkah – langkah dalam menghitung PCA adalah sebagai berikut :

    1. Menyimpan nilai – nilai piksel dari citra tanda tangan ke sebuah vektor

    yang dinamakan tou.

    [

    ]

  • 17

    T = Matriks tou / Matriks awal = N x P,

    N = jumlah vekor = jumlah citra,

    P = ukuran citra.

    2. Menghitung noise yang merupakan rata – rata dari semua vektor tou.

    (2.20)

    = vektor rata – rata = noise,

    = vektor tou ke-i.

    Sehingga diperoleh vektor [ ]

    3. Menghitung vektor fi yang merupakan vektor tou yang bebas noise.

    (2.21)

    = vektor fi.

    Vektor – vektor yang diperoleh digabung menjadi matriks A.

    [

    ]

    4. Menghitung matriks covariance.

    (2.22)

    C = vektor covariance,

    AT = transpose dari matriks A.

    Vektor – vektor yang diperoleh digabung menjadi matriks covariance.

    [

    ]

  • 18

    5. Menghitung nilai eigen.

    ( ) (2.23)

    = nilai eigen,

    I = matriks identitas.

    6. Menghitung vektor eigen.

    ( ) (2.24)

    = vektor eigen.

    Sehingga dihasilkan vektor V dengan elemen :

    [

    ]

    Vektor V diurutkan berdasarkan nilai eigen terbesar dan disimpan dalam

    matriks GoodV.

    7. Dibangun matriks yang mewakili citra awal.

    (2.25)

    Diperoleh matriks construct yang bila dikonversi menjadi citra

    menghasilkan principal component.

    [

    ]

    Ct = elemen dari matriks construct.

    8. Membentuk matriks Extract.

    (2.26)

  • 19

    [

    ]

    e = elemen dari matriks extract.

    9. Normalisasi.

    (

    ) ( ) (2.27)

  • 20

    Bab III. Desain Sistem

    Pada bab ini diuraikan desain sistem yang akan dibuat untuk klasifikasi

    tanda tangan manusia menggunakan metode jaringan syaraf tiruan

    backpropagation sehingga menghasilkan akurasi yang optimal.

    3.1 Data

    Dalam klasifikasi tanda tangan dengan metode jaringan syaraf tiruan

    backpropagation ini digunakan 5 tipe tanda tangan berbeda yang dimiliki oleh 5

    orang yang berbeda. Setiap tipe tanda tangan terdiri dari 80 gambar yang akan

    dijadikan sebagai data. Tipe tanda tangan yang akan digunakan dalam klasifikasi

    tanda tangan ditunjukkan pada tabel 3.1 (gambar seluruh tanda tangan terdapat

    pada halaman L-82 sampai dengan L-86).

    Tabel 3.1 Tipe Tanda Tangan.

    Nomor Nama Tipe Tanda Tangan

    1. BERNADETA PUTRI

  • 21

    Nomor Nama Tipe Tanda Tangan

    2. KURNIANINGTYAS

    3. TIMOTIUS ARI

    4. NUGRAHAYUNINGSIH

    5. JB. MAHENDRA

    Pada sistem klasifikasi tanda tangan ini, digunakan metode five fold untuk

    membagi data menjadi 5 bagian. Dimana 4 bagian digunakan untuk data training

    sedang 1 bagian yang lain digunakan untuk data testing.

  • 22

    Terdapat 80 sample untuk setiap tipe tanda tangan yang diambil dari 5

    orang.

    Dari hasil perhitungan diperoleh 16 feature tanda tangan untuk setiap

    bagian.

    Tabel 3.2 Pembagian Feature.

    Bagian Orang 1

    1 16 feature

    2 16 feature

    3 16 feature

    4 16 feature

    5 16 feature

    Bagian Orang 3

    1 16 feature

    2 16 feature

    3 16 feature

    4 16 feature

    5 16 feature

    Bagian Orang 5

    1 16 feature

    2 16 feature

    3 16 feature

    4 16 feature

    5 16 feature

    Bagian Orang 2

    1 16 feature

    2 16 feature

    3 16 feature

    4 16 feature

    5 16 feature

    Bagian Orang 4

    1 16 feature

    2 16 feature

    3 16 feature

    4 16 feature

    5 16 feature

  • 23

    Karena menggunakan metode five fold, maka dilakukan percobaan untuk

    training dan testing sebanyak 5 kali untuk setiap tipe tanda tangan. 4 bagian ( 320

    feature) digunakan untuk data training dan 1 bagian ( 80 feature) digunakan untuk

    data testing.

    Tabel 3.3 Percobaan.

    Percobaan Training Testing

    1 Bagian 1, 2, 3, 4 Bagian 5

    2 Bagian 1, 2, 3, 5 Bagian 4

    3 Bagian 1, 2, 4, 5 Bagian 3

    4 Bagian 1, 3, 4, 5 Bagian 2

    5 Bagian 2, 3, 4, 5 Bagian 1

    Pada tabel 3.3 ditunjukkan banyaknya percobaan yang akan dilakukan dan

    kelompok data yang digunakan sebagai data training dan data testing. Jika

    feature bagian 1, 2, 3, dan 4 digunakan untuk data training, maka feature bagian 5

    digunakan untuk data testing begitu seterusnya sesuai table 3.3.

  • 24

    3.2 Desain Sistem

    Feature Hasil

    Ekstraksi

    Jaringan

    Optimal

    Ekstraksi Feature

    Dengan PCA

    Training dan Testing

    JST Backpropagation

    Pengenalan

    Feature Asli

    Tanda Tangan .JPG

    Tanda Tangan

    Dikenali

    Gambar 3.1 Garis Besar Sistem Pengenalan.

    Pada gambar 3.1 dijelaskan mengenai tahapan – tahapan yang dilakukan

    dalam sistem pengenalan tanda tangan. Dimulai dari feature asli tanda tangan

    sebagai data mentah untuk proses ekstraksi feature dengan metode PCA. Dari

    proses ekstraksi feature dihasilkan feature yang dimensinya lebih kecil dibanding

    data mentah. Feature yang telah direduksi dijadikan data masukan dalam tahap

    training dan testing dengan metode jaringan syaraf tiruan backpropagation,

    tahapan terakhir dalam sistem yang dibuat adalah tahap pengenalan. Hasil

    pengenalan barupa identitas pemilik tanda tangan.

  • 25

    3.2.1 Ekstraksi Feature.

    Dalam tahap ekstraksi feature klasifikasi tanda tangan manusia digunakan

    metode Principal Component Analysis (PCA). PCA digunakan karena mampu

    mereduksi ukuran suatu obyek sehingga ukuran menjadi lebih ringkas dan mampu

    mengambil karakteristik yang penting dari obyek yang diolah. Jika dimensi dari

    obyek lebih kecil dan informasi yang terkandung lebih padat, maka obyek tersebut

    akan lebih spesifik dibandingkan dengan obyek yang belum diolah sebelumnya.

    Hal ini akan mempermudah proses pengenalan obyek lebih lanjut. Komponen

    yang diperlukan dalam proses ekstraksi feature adalah 400 citra tanda tangan yang

    berekstensi .jpg dengan ukuran 100x100.

    Mulai

    Citra Tanda

    Tangan

    Binerisasi

    Perhitungan Principal

    Component (PCA)

    Normalisasi

    Feature Hasil

    Ekstraksi

    Perhitungan

    Rata-rata Vektor Baris

    Selesai

    Gambar 3.2 Tahap Ekstraksi Feature.

  • 26

    Gambar 3.2 menunjukkan tahapan yang dilalui dalam tahap ekstraksi

    feature. Tahapan yang ada dalam ekstraksi feature yaitu :

    1. Citra Tanda Tangan.

    Data masukan yang digunakan adalah citra tanda tangan dengan

    tingkat keabuan (gray-scale image) yang berekstensi *.jpg dan berukuran

    100x100. Citra tanda tangan yang digunakan diubah ke bentuk vektor

    baris. Sehingga untuk 1 citra tanda tangan terbentuk vektor baris dengan

    ukuran 1x10000.

    2. Tahap Binerisasi.

    Nilai piksel yang semula terdiri dari tingkat keabu – abuan,

    dikonversi menjadi 0 sampai 1. Konversi dari tingkat keabu-abuan menjadi

    nilai 0-1 ini disebuat binerisasi. Hasil binerisasi adalah berupa vektor baris

    yang bernilai 0-1 untuk setiap elemennya. Vektor baris hasil binerisasi

    kemudian disusun menjadi matriks yang diberi nama tou ( T ). Karena

    setiap vektor baris berukuran 1x10000, maka ukuran matriks tou

    400x10000.

    3. Tahap Perhitungan PCA.

    Pada tahap ini dihitung noise pada matriks tou, dibuat matriks baru

    (fi) yang merupakan matriks tou yang bebas noise, dihitung nilai pembeda

    (eigen value), dibuat vektor eigen (Veigen) yang diurutkan (GoodV)

    berdasarkan nilai eigen terbesar dan membentuk principal component

    (construct) yang telah direduksi ukurannya (extract).

  • 27

    Noise adalah rata – rata dari semua matriks tou yang dihitung

    menggunakan rumus (2.20). Setelah diperoleh nilai noise untuk matriks

    tou, disusun matriks baru fi dimana setiap vektor baris dari matriks fi bebas

    noise dengan menggunakan rumus (2.21). Proses berikutnya dihitung

    matriks covariance dengan rumus (2.22) yang digunakan untuk

    menghitung nilai eigen dengan rumus (2.23). Dari nilai eigen, dihitung

    vektor eigen dengan rumus (2.24). Vektor eigen yang diperoleh diurutkan

    berdasar nilai eigen terbesar kemudian disimpan dalam matriks GoodV.

    Dibangun matriks yang mewakili citra awal dengan rumus (2.25). Proses

    construct menghasilkan suatu matriks principal component. Principal

    component yang diperoleh diambil inti sarinya melalui proses ekstraksi

    dengan rumus (2.26) yang menghasilkan matriks extract.

    4. Tahap Normalisasi.

    Nilai dari matriks principal component (extract) dikonversi

    menjadi nilai bipolar antar -1 sampai dengan 1 dengan menggunakan

    rumus (2.27).

    5. Rata – rata Vektor Baris.

    Setiap vektor baris dari matriks principal component yang telah

    dinormalisasi, dibagi menjadi 20 bagian. Setiap bagian dari vektor baris

    dijumlah kemudian dihitung rata-ratanya.

    6. Feature Hasil Ekstraksi.

    Data yang dihasilkan dari ekstraksi feature adalah berupa matriks

    yang ukurannya lebih kecil dibanding dengan matriks tou, yang kemudian

  • 28

    dijadikan sebagai input JST backpropagation.

    Contoh perhitungan PCA terdapat pada halaman L-74 hingga halaman L-

    81.

    3.2.2 Perancangan JST Backpropagation.

    Setelah dilakukan tahap ekstraksi feature, tahap selanjutnya dilakukan

    pengenalan dengan metode JST backpropagation. Komponen yang diperlukan

    dalam JST backpropagation antara lain :

    1. Lapisan Tersembunyi (Hidden Layer)

    Dalam penelitian ini dilakukan percobaan JST Backpropagation

    dengan 1 hidden layer dan 2 hidden layer.

    2. Unit Tersembunyi (node)

    Unit tersembunyi yang akan dipakai dalam penelitian adalah 150,

    175, 200, 225, dan 250 pada JST Backpropagation dengan 1 hidden layer.

    Sedang pada JST Backpropagation dengan 2 hidden layer, unit

    tersembunyi yang digunakan untuk layer pertama adalah jumlah unit

    tersembunyi pada percobaan 1 hidden layer dan untuk layer kedua

    digunakan unit dengan jumlah 25, 50, 75, 100, 125.

    3. Fungsi Aktivasi

    Fungsi aktivasi yang digunakan dalam penelitian adalah logsig.

    4. Target

    Target keluaran yang dipakai untuk setiap tipe tanda tangan adalah

    1, 0, 0, 0, 0 untuk tipe tanda tangan orang ke-1; 0, 1, 0, 0, 0 untuk tipe

    tanda tangan orang ke-2; 0, 0, 1, 0, 0 untuk tipe tanda tangan orang ke-3; 0,

  • 29

    0, 0, 1, 0 untuk tipe tanda tangan orang ke-4 dan 0, 0, 0, 0, 1 untuk tipe

    tanda tangan orang ke-5.

    5. Epochs

    Dalam penelitian ini digunakan batas epoch 50000 untuk JSTBP

    dengan 1 hidden layer dan 20000 untuk JSTBP dengan 2 hidden layer.

    6. Kecepatan Pembelajaran

    Dalam penelitian ini kecepatan pembelajaran yang dipakai sebesar

    0,1, baik untuk 1 hidden layer atau 2 hidden layer.

    Pembentukan JSTBP Model JST

    Klasifikasi JST Hasil Klasifikasi

    Feature Hasil

    Ekstraksi

    TRAINING

    TESTING

    Pengenalan

    Tanda Tangan

    Dikenali

    Gambar 3.3 Proses Pengenalan dengan Metode JST Backpropagation.

    Di dalam tahap pengenalan dengan menggunakan metode

    backpropagation terdapat 3 sub tahap yang harus dilalui yaitu tahap pelatihan

    (training), tahap pengujian (testing) dan tahap pengenalan.

  • 30

    3.2.2.1 Tahap Pelatihan (Training).

    Pembentukan JSTBP Model JST320 Feature

    Hasil Ekstraksi

    TRAINING

    Bobot dan Bias

    Gambar 3.4 Skema Tahap Pelatihan.

    Data training diperoleh dari perhitungan menurut metode five fold.

    Feature tanda tangan dari setiap orang diambil 4 bagian feature yang masing –

    masing bagian terdiri dari 16 feature.

    Sebanyak 320 data hasil ekstraksi feature digunakan untuk membentuk

    jaringan backpropagation. Jaringan yang telah dibentuk kemudian dilakukan

    proses training dan menghasilkan model jaringan syaraf tiruan yang berupa bobot

    dan bias.

  • 31

    3.2.2.2 Tahap Pengujian (Testing)

    Klasifikasi JST Hasil Klasifikasi80 Feature

    Hasil Ekstraksi

    TESTING

    Data Benar

    Orang ke-1

    Data Benar

    Orang ke-2

    Data Benar

    Orang ke-4

    Data Benar

    Orang ke-3

    Data Benar

    Orang ke-5

    Bobot dan Bias

    Gambar 3.5 Skema Tahap Pengujian.

    Data testing diperoleh dari perhitungan menurut metode five fold. Feature

    tanda tangan dari setiap orang diambil 1 bagian feature yang masing – masing

    bagian terdiri dari 16 feature.

    Dengan menggunakan 80 data hasil ekstraksi feature dilakukan

    klasisifikasi. Klasifikasi dilakukan dengan cara membandingkan model jaringan

    syaraf tiruan yang telah terbentuk pada tahap training dengan data testing. Dari

    tahap klasifikasi, dihasilkan hasil klasifikasi tanda tangan yang berupa jumlah data

    yang dapat dikenali dengan benar dari setiap kelompok tanda tangan.

    3.2.2.3 Penghitungan Akurasi.

    Karena menggunakan metode five fold dalam pembagian data, maka

    dilakukan 5 kali percobaan training dan testing. Hasil dari percobaan berupa

    confusion matrix. Confusion matrix menunjukkan data yang dikenali sesuai

  • 32

    dengan kelompok data.

    Dari hasil klasifikasi dilakukan penghitungan berapa tanda tangan orang

    ke-1 yang dikenali sebagai tanda tangan orang ke-1, orang ke-2, orang ke-3, orang

    ke-4, dan orang ke-5; tanda tangan orang ke-2 yang dikenali sebagai tanda tangan

    orang ke-1, orang ke-2, orang ke-3, orang ke-4, dan orang ke-5; tanda tangan

    orang ke-3 yang dikenali sebagai tanda tangan orang ke-1, orang ke-2, orang ke-3,

    orang ke-4, dan orang ke-5; tanda tangan orang ke-4 yang dikenali sebagai tanda

    tangan orang ke-1, orang ke-2, orang ke-3, orang ke-4, dan orang ke-5; tanda

    tangan orang ke-5 yang dikenali sebagai tanda tangan orang ke-1, orang ke-2,

    orang ke-3, orang ke-4, dan orang ke-5.

    Confusion matrix yang dihasilkan dari percobaan di sajikan dengan tabel

    sebagai berikut :

    Tabel 3.4 Confusion matrix.

    M1 M2 M3 M 4 M 5

    M1 X

    M2 X

    M3 X

    M4 X

    M5 X

    Dari confusion matrix dihitung besar akurasi. Penghitungan akurasi

    dilakukan untuk melihat seberapa optimal jaringan syaraf tiruan backpropagation

    dalam mengenali pola tanda tangan manusia.

  • 33

    ∑ = jumlah angka pada diagonal matriks,

    ∑ = keseluruhan data yang digunakan untuk

    pengujian / testing.

    3.2.2.4 Tahap Pengenalan.

    Dari perhitungan akurasi dapat disimpulkan jaringan mana yang paling

    optimal yang digunakan untuk tahap pengenalan. Akurasi yang menghasilkan

    nilai paling maksimum didapat dari jaringan yang paling optimal pula.

    Pengenalan dilakukan dengan membandingkan model jaringan yang diperoleh

    dari tahap training dan data pengenalan. Hasil dari tahap pengenalan berupa

    identitas individu pemilik tanda tangan.

    Tanda Tangan

    dikenali

    (Jaringan Optimal)

    Pengenalan

    Data yang akan

    dikenali

    PENGENALAN

    Gambar 3.6 Skema Tahap Pengenalan.

  • 34

    3.3. Desain User Interface

    Berikut ini adalah contoh user interface dari sistem yang akan dibangun.

    User interface dibuat sedemikian sederhana guna untuk memudahkan user dalam

    pemakaiannya.

    1. Tampilan Awal.

    Gambar 3.7 Tampilan Awal.

    Gambar 3.7 menunjukkan tampilan awal dari aplikasi yang akan

    dibuat. Terdapat 2 menu utama. Yang pertama adalah menu yang terdiri

    dari sub menu pengujian 1,pengujian 2, dan pengenalan. Sedang menu

    yang kedua adalah bantuan.

  • 35

    2. Halaman Pengujian dengan 1 Hidden Layer.

    Gambar 3.8 Halaman Pengujian 1.

    Gambar 3.8 menunjukkan halaman pengujian dengan

    menggunakan 1 layer tersembunyi. Kotak data ditampilkan banyak ‘data’

    yang digunakan untuk data training dan data testing. Jumlah node dapat

    dipilih pada pop up menu ‘node’. Dengan menekan tombol ‘proses’ maka

    pengujian dengan 1 hidden layer dapat dijalankan. Kotak proses

    menampilkan tahapan yang dilalui dalam pengujian. Kotak hasil

    menampilkan confusion matrix dari proses pengujian. Untuk keluar

    halaman tekan tombol ‘selesai’.

  • 36

    3. Halaman Pengujian dengan 2 Hidden Layer.

    Gambar 3.9 Halaman Pengujian 2.

    Gambar 3.9 menunjukkan halaman pengujian dengan

    menggunakan 1 layer tersembunyi. Kotak data ditampilkan banyak ‘data’

    yang digunakan untuk data training dan data testing. Jumlah node pada

    hidden layer pertama dapat dipilih pada pop up menu ‘node 1’ sedang

    untuk jumlah node pada hidden layer kedua dapat dipilih pada pop up

    menu ‘node 2’. Dengan menekan tombol ‘proses’ maka pengujian dengan

    2 hidden layer dapat dijalankan. Kotak proses menampilkan tahapan yang

    dilalui dalam pengujian. Kotak hasil menampilkan confusion matrix dari

    proses pengujian. Untuk keluar halaman tekan tombol ‘selesai’.

  • 37

    4. Halaman Pengenalan.

    Gambar 3.10 Halaman Pengenalan.

    Gambar 3.10 menunjukkan halaman pengenalan. Dengan

    menekan tomol ‘buka’ dapat ditampilkan gambar tanda tangan yang akan

    dikenali sesuai dengan nama file yang dipilih. Untuk mengetahui identitas

    pemilik tanda tangan, tekan tombol ‘proses’ maka pada kotak ‘dikenali

    akan muncul identitas’ yang berupa nama. Untuk keluar dari halaman

    pengenalan, tekan tombol ‘selesai’.

  • 38

    5. Halaman Bantuan.

    Gambar 3.11 Halaman Bantuan.

    Pada gambar 3.11 menampilkan bantuan berupa langkah-

    langkah penggunaan system. Untuk keluar dari halaman bantuan, tekan

    tombol ‘selesai’.

  • 39

    Bab IV. Implementasi dan Analisis Hasil

    Pada bab ini dibahas mengenai hasil penelitian dan analisis hasil penelitian

    dari implementasi sistem yang telah dibuat. Hasil penelitian berupa perbandingan

    akurasi yang diperoleh dari percobaan metode backpropagation berdasarkan

    jumlah hidden layer serta jumlah node pada setiap hidden layer yang digunakan.

    Pada bab ini juga dibahas mengenai user interface yang dibangun berdasar

    algoritma yang telah dirancang.

    4.1 Hasil Penelitian dan Analisa.

    Dalam penelitian yang telah dilakukan, penulis menggunakan 5 tipe tanda

    tangan yang dimilki oleh 5 orang yang berbeda. Setiap orang mempunyai 1 tipe

    tanda tangan. Setiap tipe tanda tangan terdiri dari 80 tanda tangan. Dengan kata

    lain setiap orang membuat 80 tanda tangan yang sama. Sehingga diperoleh 400

    data tanda tangan untuk 5 tipe tanda tangan. Data tanda tangan berupa image

    tanda tangan yang berekstensi .jpg berukuran 100x100 piksel. Pada 400 data tanda

    tangan kemudian dilakukan reduksi piksel pada tahap ekstraksi feature untuk

    menghasilkan piksel yang lebih kecil tanpa mengurangi informasi yang penting

    dari data asli. Ekstraksi feature dilakukan dengan metode principal component

    analysis (PCA). Dari 400 data hasil ektraksi feature dibagi menjadi 2 bagian, 320

    data digunakan untuk data training sedang 80 sisa data digunakan untuk data

    testing. Hasil penelitian didasarkan pada 2 percobaan. Percobaan pertama

    dilakukan dengan menambah 1 hidden layer pada jaringan backpropagation.

    Percobaan kedua dilakukan dengan menambah 2 hidden layer pada jaringan

  • 40

    backpropagation. Dari percobaan kemudian dipilih jaringan yang menghasilkan

    akurasi paling tinggi untuk tahap pengenalan.

    Tabel 4.1 Hasil Percobaan 1 Hidden Layer.

    No. Jumlah

    Node

    Percobaan

    Ke-1 Ke-2 Ke-3 Ke-4 Ke-5

    1. 150 85,25% 84,25% 85,00% 83,00% 85,50%

    2. 175 85,75% 82,50% 87,75% 85,75% 85,50%

    3. 200 86,50% 84,00% 83,50% 84,75% 84,25%

    4. 225 84,75% 83,25% 86,75% 85,75% 84,75%

    5. 250 87,50% 84,50% 84,50% 83,75% 87,25%

    Pada tabel 4.1 ditunjukkan hasil percobaan jaringan backpropagation

    dengan 1 hidden layer (confusion matrix tiap percobaan terdapat pada halaman L-

    87 hingga L-91). Dari 25 kali percobaan yang telah dilakukan, jaringan syaraf

    tiruan terbaik didapat pada percobaan ke tiga dengan jumlah node pada hidden

    layer adalah 175 dan mencapai akurasi sebesar 87,75%. Jumlah node yang

    menghasilkan akurasi paling tinggi digunakan untuk inputan jumlah node hidden

    layer pertama pada percobaan selanjutnya, percobaan menggunakan 2 hidden

    layer.

    Tabel 4.2 Hasil Percobaan 2 Hidden Layer.

    No. Jumlah

    Node

    Layer

    ke-1

    Jumlah

    Node

    Layer

    ke-2

    Percobaan

    Ke-1 Ke-2 Ke-3 Ke-4 Ke-5

    1. 150 25 88,75% 89,75% 92,00% 90,00% 88,25%

    50 88,75% 88,75% 90,00% 90,75% 90,75%

    75 88,25% 89,25% 89,00% 89,00% 89,50%

    100 88,50% 88,50% 86,00% 90,75% 89,50%

    125 88,00% 87,75% 87,25% 88,75% 87,75%

  • 41

    No. Jumlah

    Node

    Layer

    ke-1

    Jumlah

    Node

    Layer

    ke-2

    Percobaan

    Ke-1 Ke-2 Ke-3 Ke-4 Ke-5

    2 175 25 89,75% 89,25% 88,75% 89,25% 89,75%

    50 90,50% 90,75% 89,00% 91,25% 89,75%

    75 86,50% 90,25% 89,00% 89,75% 89,50%

    100 88,75% 90,75% 90,75% 89,75% 86,75%

    125 88,75% 87,25% 88,50% 86,00% 88,00%

    3 200 25 90,00% 89,50% 91,50% 90,25% 91,50%

    50 90,25% 90,25% 90,25% 91,00% 89,75%

    75 89,75% 89,25% 90,50% 89,00% 90,00%

    100 88,25% 89,75% 90,00% 90,75% 89,25%

    125 88,00% 88,25% 89,50% 88,00% 90,00%

    4 225 25 90,75% 91,00% 90,50% 89,25% 89,25%

    50 91,75% 89,75% 89,25% 90,00% 88,50%

    75 91,50% 91,75% 89,75% 89,25% 89,75%

    100 91,00% 91,00% 90,75% 89,00% 90,25%

    125 89,25% 87,75% 89,25% 88,75% 89,75%

    5 250 25 91,75% 89,75% 90,25% 90,75% 92,25%

    50 91,00% 89,00% 92.25% 90,25% 91.50%

    75 90,25% 91,25% 92,00% 91,75% 91,75%

    100 87,75% 89,25% 90,75% 91,25% 89,75%

    125 87,75% 89,50% 89,50% 88,50% 89,75%

    Pada tabel 4.2 ditunjukkan hasil percobaan jaringan backpropagation

    dengan 2 hidden layer (confusion matrix tiap percobaan terdapat pada halaman L-

    1 hingga L-25). Dari 125 kali percobaan yang telah dilakukan, jaringan syaraf

    tiruan terbaik didapat pada percobaan ke lima dengan jumlah node pada hidden

    layer pertama adalah 250 dan node pada hidden layer kedua adalah 25.

    Dihasilkan akurasi sebesar 92,25%.

    Dari percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa

    jaringan syaraf tiruan backpropagation dengan menggunakan 2 hidden layer

  • 42

    menghasilkan akurasi yang lebih tinggi dibanding dengan jaringan syaraf tiruan

    backpropagation dengan 1 hidden layer. Dengan kata lain pembentukan model

    menggunakan metode jaringan syaraf tiruan backpropagation dengan 2 hidden

    layer dihasilkan hasil yang lebih optimal dibanding dengan 1 hidden layer saja.

    Confusion matrix yang dihasilkan dari percobaan menggunakan 2 hidden

    layer dimana jumlah node pada hidden layer pertama sebanyak 250 dan pada

    hidden layer kedua sebanyak 25 adalah sebagai berikut :

    Tabel 4.3 Confusion Matrix Hasil Percobaan.

    TTD 1 TTD2 TTD3 TTD 4 TTD 5

    TTD 1 70 0 8 2 0

    TTD 2 0 79 0 1 0

    TTD 3 7 0 71 0 2

    TTD 4 5 1 0 74 0

    TTD 5 0 0 5 0 75

    Dari confusion matrix pada tabel 4.3 diketahui bahwa setiap kolom dari

    matriks mewakili tipe tanda tangan yang dikenal, sedangkan baris mewakili

    klasifikasi yang diberikan oleh system untuk setiap tipe tanda tangan. Tanda

    tangan dapat diklasifikasikan dengan sangat baik sesuai dengan tipe masing-

    masing, terbukti dari data yang dikenali dengan baik mencapai 92,25% sedang

    yang tidak dikenali hanya 7,25% . Sistem dapat mengenali dengan sangat baik

  • 43

    pada pola tanda tangan orang ke-2, dan sistem kurang baik dalam mengenali pola

    tanda tangan orang ke-1.

    Dari tabel confusion matrix juga ditunjukkan bahwa tipe tanda tangan

    orang ke-1 dikenali sebagai tipe tanda tangan orang ke-3 dengan jumlah yang

    cukup banyak yaitu sebanyak 8. Jika dilihat dengan mata telanjang, kedua tipe

    tanda tangan ini mempunyai kesamaan berupa banyaknya garis tegak vertikal

    yang digunakan dan sama-sama menggunakan garis bawah.

    Tabel 4.4 Perbandingan Tipe Tanda Tangan .

    Nomor Nama Tipe Tanda Tangan

    1. BERNADETA PUTRI

    3. TIMOTIUS ARI

  • 44

    4.2 Implementasi User Interface.

    Implementasi sistem klasifikasi tanda tangan dengan JST Backpropagation

    ini dibangun dengan menggunakan program matlab 6.5.1. Source code program

    terdapat pada halaman L-26 hingga halaman L-73.

    4.2.1 Menu Utama

    Gambar 4.1 Menu Utama.

    Gambar 4.1 ditunjukkan halaman menu utama sistem yang telah dibuat.

    Pada halaman menu utama ditampilkan judul dari sistem yang dibuat dan nama

    dari pembuat sistem. Terdapat 3 menu pilihan, yaitu :

  • 45

    1. Menu.

    Di dalam pilihan Menu terdapat 3 sub menu yang dapat dipilih,

    antara lain ‘Pengujian 1’ yang digunakan untuk menampilkan halaman

    ‘Pengujian Backpropagation Dengan 1 Hidden Layer’, ‘Pengujian 2’ yang

    digunakan untuk menampilkan halaman Pengujian Backpropagation

    Dengan 2 Hidden Layers’, dan ‘Pengenalan’ yang digunakan untuk

    menampilkan halaman ‘Pengenalan Tanda Tangan Dengan

    Backpropagation’.

    2. Informasi.

    Di dalam pilihan Informasi terdapat sub menu ‘Bantuan’ yang

    berisi mengenai langkah – langkah menggunakan system, serta keterangan

    dari konten yang ada di dalamnya. Bantuan yang ditampilkan baik

    mengenai pengujian backpropagation dengan 1 hidden layer, pengujian

    backpropagation dengan 2 hidden layer, serta mengenai pengenalan tanda

    tangan.

    3. Keluar.

    Pilihan ‘Keluar’ digunakan untuk keluar dari sistem.

  • 46

    4.2.2 Pengujian 1.

    Gambar 4.2 Halaman Pengujian dengan 1 Hidden Layer.

    Pada gambar 4.2 ditunjukkan halaman pengujian backpropagation dengan

    1 hidden layer. Jumlah keseluruhan data yang digunakan adalah 400 dimana

    sebanyak 320 digunakan untuk data training dan 80 sisanya digunakan untuk data

    testing. Jumlah node pada hidden layer dapat dipilih pada pop up menu yang

    dinamakan jumlah node.

    Tombol proses digunakan untuk memulai proses training. Pada layar

    proses ditampilkan parameter yang digunakan dalam tahap training. Parameter

    tersebut adalah besar laju pembelajaran, goal yang harus dicapai, dan besar

    momentum. Selain itu ditampilkan juga 5 tahapan training karena system

  • 47

    menggunakan metode five fold dalam pembagian data. Setiap tahap training yang

    dilakukan ditampilkan grafik 4.1 yang merupakan gambar grafik training.

    Grafik 4.1 Training untuk 1 Hidden Layer.

    Setelah proses training selesai ditampilkan confusion matrix dimana nilai

    diagonal dari matriks tersebut adalah data yang dapat dikenali dengan benar.

    Nilai diagonal dari confusion matrix dijumlahkan dan ditampilkan sebagai data

    benar. Waktu menunjukkan lama dari seluruh tahap training. Sedang akurasi

    adalah persentase dari jumlah data benar.

    Untuk keluar dari halaman pengujian backpropagation dengan 1 hidden

    layer digunakan tombol selesai.

  • 48

    4.2.3 Pengujian 2.

    Gambar 4.3 Halaman Pengujian dengan 2 Hidden Layer.

    Pada gambar 4.3 ditunjukkan halaman pengujian backpropagation dengan

    2 hidden layer. Jumlah keseluruhan data yang digunakan adalah 400 dimana

    sebanyak 320 digunakan untuk data training dan 80 sisanya digunakan untuk data

    testing. Jumlah node hidden layer pertama dipilih pada pop up menu layer ke-1

    sedang jumlah node hidden layer kedua dipilih pada pop up menu layer ke-2.

    Tombol proses digunakan untuk memulai proses training. Pada layar

    proses ditampilkan parameter yang digunakan dalam tahap training. Parameter

    tersebut adalah besar laju pembelajaran, goal yang harus dicapai, dan besar

    momentum. Selain itu ditampilkan juga 5 tahapan training karena sistem

  • 49

    menggunakan metode five fold dalam pembagian data. Setiap tahap training yang

    dilakukan ditampilkan grafik 4.2 yang merupakan gambar grafik training.

    Grafik 4.2 Training untuk 2 Hidden Layer.

    Setelah proses training selesai ditampilkan confusion matrix dimana nilai

    diagonal dari matriks tersebut adalah data yang dapat dikenali dengan benar. Nilai

    diagonal dari confusion matrix dijumlahkan dan ditampilkan sebagai data benar.

    Waktu menunjukkan lama dari seluruh tahap training. Sedang akurasi adalah

    persentase dari jumlah data benar.

    Untuk keluar dari halaman pengujian backpropagation dengan 2 hidden

    layer digunakan tombol selesai.

  • 50

    4.2.4 Pengenalan.

    Gambar 4.4 Halaman Pengenalan Tanda Tangan.

    Pada gambar 4.4 ditunjukkan halaman pengenalan tanda tangan. Diawali

    dengan membuka file gambar tanda tangan yang akan dikenali. Tombol buka akan

    menampilkan kotak file selector (gambar 4.5) yang digunakan untuk memilih file

    gambar tanda tanagan yang akan dikenali.

    Gambar 4.5 Kotak File Selector Image Tanda Tangan.

  • 51

    Setelah file gambar dipilih kemudian ditampilkan gambar tanda tangan

    sesuai dengan nama file yang dipilih. Untuk proses pengenalan dilakukan dengan

    menekan tombol proses. Setelah proses pengenalan selesai akan ditampilkan nama

    individu sebagai pemilik bentuk tanda tangan. Untuk keluar dari halaman

    pengenalan tekan tombol selesai.

    4.2.5 Bantuan.

    Gambar 4.6 Halaman Bantuan.

    Pada gambar 4.6 ditunjukkan halaman bantuan yang berisi petunjuk

    penggunaan sistem.

  • 52

    Bab V. Penutup

    5.1 Kesimpulan

    Berdasarkan hasil penelitian untuk klasifikasi tanda tangan manusia

    dengan menggunakan metode jaringan syaraf tiruan backpropagation, maka dapat

    ditarik kesimpulan sebagai berikut :

    1. Dari penelitian dengan menggunakan 400 data tanda tangan yang terdiri

    dari 5 pola tanda tangan, terbukti bahwa jaringan syaraf tiruan

    backpropagation merupakan metode yang efektif untuk klasifikasi tanda

    tangan dengan tingkat akurasi diatas 92,25%.

    2. Arsitektur jaringan syaraf tiruan backpropagation dengan 2 hidden layer

    lebih optimal dibandingkan jaringan dengan 1 hidden layer. Pada

    jaringan menggunakan 1 hidden layer dihasilkan akurasi sebesar 87,75%

    sedang untuk jaringan menggunakan 2 hidden layer dihasilkan akurasi

    sebesar 92,25% dengan jumlah node pada hidden layer pertama adalah

    250 dan jumlah node pada hidden layer kedua adalah 25.

    3. Ekstraksi feature dengan metode principal component analysis (PCA)

    adalah metode yang efektif untuk mereduksi ukuran suatu obyek sehingga

    ukuran menjadi lebih ringkas dan mampu mengambil karakteristik yang penting

    dari obyek yang diolah.

    4. Sistem ini hanya digunakan untuk mengenali 5 pola tanda tangan. Untuk

    mengenali pola tanda tangan yang lebih dari 5 pola, struktur jaringan dapat

    dimodifikasi pada jumlah node pada hidden layer pertama dan hidden layer

  • 53

    kedua untuk menghasilkan jaringan yang paling optimal. Target yang

    digunakan disesuaikan dengan jumlah pola tanda tangan yang digunakan.

    5.2 Saran

    Setelah melakukan evaluasi terhadap sistem secara keseluruhan, penulis

    berharap tugas akhir ini dapat dikembangkan lebih lanjut dengan saran-saran

    pengembangan sebagai berikut :

    1. Metode Ekstraksi Ciri.

    Perlu dibandingkan metode ekstraksi ciri PCA (Principal Component

    Analysis) yang telah digunakan penulis dengan metode lain seperti LDA

    (Linear Discriminant Analysis) untuk mendapatkan jaringan yang lebih

    optimal.

    2. Aplikasi Sesungguhnya.

    Untuk aplikasi sesungguhnya di dunia nyata, maka sistem yang telah dibuat :

    1. Diaplikasikan dengan menggunakan light pen sebagai sarana masukan

    untuk memberikan data ke komputer.

    2. Dibangun menggunakan data base untuk menyimpan data tanda tangan.

    3. Sistem dilengkapi dengan penanganan merubah ukuran gambar secara

    otomatis.

    Gambar tanda tangan yang dicetak dengan menggunakan light pen akan

    masuk sebagai data pada sistem pengenalan yang telah terinstal pada

    komputer. Gambar akan langsung diproses untuk menyesuaikan dengan

    ukuran yang telah ditentukan. Setelah ukuran gambar sesuai dengan standar

  • 54

    sistem, dilakukan ekstraksi ciri untuk mendapatkan data yang dapat

    dibandingkan dengan data yang tersimpan pada data base.

  • 55

    Daftar Pustaka

    Ahmad Hidayatno, Isnanto Rizal R., Kurnia, Dian. (2008), Identifikasi Tanda

    Tangan Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Perambatan Balik

    (Backpropagation), Jurnal Teknologi, Universitas Diponegoro, 100 – 106.

    Arif Wijaya. (2005), Pembuatan Aplikasi Pengenalan Tanda Tangan dengan

    Metode Stroke Histogram, Tugas Akhir, Universitas Kristen Petra.

    Aris Sugiharto. (2006), Pemrograman GUI dengan MATLAB, Yogyakarta, Andi

    Offset.

    Drs.Jong Jek Siang, M.Sc. (2005), Jaringan Syaraf Tiruan dan Pemrogramanya

    Menggunakan Matlab, Yogyakarta, Andi Offset.

    Drs. Sahid, M.Sc. (2006), Panduan Praktis Matlab, Yogyakarta, Andi Offset.

    Gilang Romadina Soraya. (2008), Aplikasi Pengenalan Tanda Tangan dengan

    Metode Moment Invariant, Tugas Akhir, Universitas Gunadarma.

    Gunaidi Abdia Away. (2006), Matrix Laboratory Matlab Programming,

    Bandung, Indormatika Bandung.

  • 56

    Jus Vilda. (2009), Pengenalan Pola Tanda Tangan Menggunakan Metode

    Ekstraksi Ciri DCT, DFT, dan Filter 2D Gabor Wavelet, Tugas Akhir,

    Institut Teknologi Telkom.

    Sri Kusuma Dewi, Sri Hartati. (2006), Neuro-Fuzzy, Yogyakarta, Andi Offset.

    Wahyu Agung Prasetyo. (2004), Tips dan Trik Matlab, Yogyakarta, Andi Offset.

    Wikaria Gazali, Lyli. (2003), Perancangan Program Aplikasi Pengenalan Wajah

    Berbasiskan Jaringan Syaraf Tiruan dengan Menerapkan Metode Principal

    Component Analysis, Risalah Lokakarya Komputasi, Universitas Bina

    Nusantara, 87 - 170.

  • 57

    LAMPIRAN

  • L - 1

    Tabel 4.10 Hasil Percobaan ke-1 dengan 2 Hidden Layer

    (Hidden Layer ke-1 = 150).

    Node hidden layer ke-2 = 25

    65 0 8 4 3

    0 79 0 1 0

    6 0 69 0 5

    6 1 0 73 0

    7 0 4 0 69

    Akurasi = 88,75%

    Node hidden layer ke-2 = 75

    65 0 9 4 2

    0 79 0 1 0

    10 0 66 0 4

    9 0 0 71 0

    2 0 6 0 72

    Akurasi = 88,25%

    Node hidden layer ke-2 = 50

    62 0 10 6 2

    0 79 0 1 0

    7 0 69 0 4

    6 3 0 71 0

    2 0 4 0 74

    Akurasi = 88,75%

    Node hidden layer ke-2 = 100

    64 0 7 5 4

    0 80 0 0 0

    10 1 64 1 4

    6 0 0 74 0

    1 0 7 0 72

    Akurasi = 88,50%

    Node hidden layer ke-2 = 125

    63 0 6 8 3

    1 79 0 0 0

    10 0 66 0 4

    6 2 0 72 0

    3 0 5 0 72

    Akurasi = 88,00%

  • L - 2

    Tabel 4.11 Hasil Percobaan ke-2 dengan 2 Hidden Layer

    (Hidden Layer ke-1 = 150).

    Node hidden layer ke-2 = 25

    66 1 7 3 3

    0 77 0 3 0

    8 0 69 0 3

    4 2 0 74 0

    2 0 5 0 73

    Akurasi = 89,75%

    Node hidden layer ke-2 = 75

    63 2 5 9 1

    0 80 0 0 0

    7 0 70 0 3

    7 0 0 73 0

    2 0 7 0 71

    Akurasi = 89,25%

    Node hidden layer ke-2 = 50

    67 0 4 8 1

    0 78 0 2 0

    7 0 69 0 4

    6 3 0 71 0

    2 0 8 0 70

    Akurasi = 88,75%

    Node hidden layer ke-2 = 100

    58 0 12 6 4

    0 78 0 2 0

    6 1 69 0 4

    6 1 0 73 0

    0 0 4 0 76

    Akurasi = 88,50%

    Node hidden layer ke-2 = 125

    62 1 8 8 1

    1 78 0 1 0

    6 0 68 0 6

    7 2 0 71 0

    5 0 3 0 72

    Akurasi = 86,25%

  • L - 3

    Tabel 4.12 Hasil Percobaan ke-3 dengan 2 Hidden Layer

    (Hidden Layer ke-1 = 150).

    Node hidden layer ke-2 = 25

    72 0 3 2 3

    0 79 0 1 0

    7 0 69 0 4

    3 3 0 74 0

    1 0 5 0 74

    Akurasi = 92,00%

    Node hidden layer ke-2 = 75

    65 0 9 3 3

    0 78 0 2 0

    8 0 68 0 4

    8 1 0 71 0

    1 0 5 0 74

    Akurasi = 89,00%

    Node hidden layer ke-2 = 50

    66 0 10 4 0

    0 77 0 3 0

    6 0 72 0 2

    8 0 0 72 0

    1 0 6 0 73

    Akurasi = 90,00%

    Node hidden layer ke-2 = 100

    56 0 12 7 5

    0 77 0 3 0

    8 0 70 0 2

    4 1 0 75 0

    7 0 7 0 66

    Akurasi = 86,00%

    Node hidden layer ke-2 = 125

    57 0 13 7 3

    0 77 0 3 0

    8 0 70 0 2

    6 0 0 74 0

    2 0 7 0 71

    Akurasi = 87,25%

  • L - 4

    Tabel 4.13 Hasil Percobaan ke-4 dengan 2 Hidden Layer

    (Hidden Layer ke-1 = 150).

    Node hidden layer ke-2 = 25

    63 0 10 5 2

    0 80 0 0 0

    6 0 71 0 3

    7 1 0 72 0

    1 0 5 0 74

    Akurasi = 90,00%

    Node hidden layer ke-2 = 75

    63 0 10 7 0

    0 78 0 2 0

    6 0 70 0 4

    7 0 0 73 0

    2 0 6 0 72

    Akurasi = 89,00%

    Node hidden layer ke-2 = 50

    67 0 9 3 1

    0 80 0 0 0

    7 0 71 0 2

    7 0 0 73 0

    2 0 6 0 72

    Akurasi = 90,75%

    Node hidden layer ke-2 = 100

    68 0 7 5 0

    0 80 0 0 0

    9 0 67 0 4

    6 1 0 73 0

    0 0 5 0 75

    Akurasi = 90,75%

    Node hidden layer ke-2 = 125

    64 1 7 8 0

    0 78 0 2 0

    8 0 68 0 4

    5 0 1 74 0

    5 0 4 0 71

    Akurasi = 88,75%

  • L - 5

    Tabel 4.14 Hasil Percobaan ke-5 dengan 2 Hidden Layer

    (Hidden Layer ke-1 = 150).

    Node hidden layer ke-2 = 25

    66 0 8 5 1

    0 79 0 1 0

    10 0 66 0 4

    8 2 0 70 0

    2 0 6 0 72

    Akurasi = 88,25%

    Node hidden layer ke-2 = 75

    69 0 5 5 1

    3 77 0 0 0

    8 0 67 0 5

    7 0 0 73 0

    2 0 6 0 72

    Akurasi = 89,50%

    Node hidden layer ke-2 = 50

    66 0 8 4 2

    0 79 0 1 0

    5 0 71 0 4

    6 1 0 73 0

    1 0 5 0 74

    Akurasi = 90,75%

    Node hidden layer ke-2 = 100

    65 1 8 5 1

    0 79 0 1 0

    5 0 70 0 5

    6 0 0 74 0

    3 0 7 0 70

    Akurasi = 89,50%

    Node hidden layer ke-2 = 125

    59 0 10 8 3

    0 80 0 0 0

    8 0 69 0 3

    9 2 0 69 0

    1 0 5 0 74

    Akurasi = 87,75%

  • L - 6

    Tabel 4.15 Hasil Percobaan ke-1 dengan 2 Hidden Layer

    (Hidden Layer ke-1 = 175).

    Node hidden layer ke-2 = 25

    67 0 9 4 0

    0 79 1 0 0

    6 0 68 0 6

    6 1 0 73 0

    2 0 6 0 72

    Akurasi = 89,75%

    Node hidden layer ke-2 = 75

    56 1 9 11 3

    0 78 0 2 0

    6 1 68 0 5

    6 1 0 73 0

    3 0 6 0 71

    Akurasi = 86,50%

    Node hidden layer ke-2 = 50

    70 0 5 5 0

    0 80 0 0 0

    10 0 67 0 3

    7 1 0 72 0

    1 0 6 0 73

    Akurasi = 90,50%

    Node hidden layer ke-2 = 100

    62 0 8 8 2

    0 79 0 1 0

    5 0 69 0 6

    5 0 0 75 0

    2 0 8 0 70

    Akurasi = 88,75%

    Node hidden layer ke-2 = 125

    63 0 7 8 2

    0 79 0 1 0

    7 0 68 0 5

    7 2 0 71 0

    1 0 5 0 74

    Akurasi = 88,75%

  • L - 7

    Tabel 4.16 Hasil Percobaan ke-2 dengan 2 Hidden Layer

    (Hidden Layer ke-1 = 175).

    Node hidden layer ke-2 = 25

    66 0 5 8 1

    0 78 0 2 0

    8 0 68 0 4

    8 2 0 70 0

    0 0 5 0 75

    Akurasi = 89,25%

    Node hidden layer ke-2 = 75

    67 0 5 6 2

    0 79 0 1 0

    8 0 68 0 4

    6 0 0 74 0

    0 0 7 0 73

    Akurasi = 90,25%

    Node hidden layer ke-2 = 50

    68 0 7 5 0

    0 79 0 1 0

    7 0 70 0 3

    6 0 0 74 0

    1 0 7 0 72

    Akurasi = 90,75%

    Node hidden layer ke-2 = 100

    68 0 7 4 1

    0 80 0 0 0

    7 0 70 0 3

    6 0 0 74 0

    1 0 8 0 71

    Akurasi = 90,75%

    Node hidden layer ke-2 = 125

    59 0 8 9 4

    0 80 0 0 0

    6 1 68 0 5

    9 2 0 69 0

    1 0 6 0 73

    Akurasi = 87,25%

  • L - 8

    Tabel 4.17 Hasil Percobaan ke-3 dengan 2 Hidden Layer

    (Hidden Layer ke-1 = 175).

    Node hidden layer ke-2 = 25

    63 0 12 4 1

    0 80 0 0 0

    7 0 69 0 4

    8 1 0 71 0

    2 0 6 0 72

    Akurasi = 88,75%

    Node hidden layer ke-2 = 75

    64 0 7 6 3

    1 79 0 0 0

    5 0 68 0 7

    6 1 0 73 0

    0 0 8 0 72

    Akurasi = 89,00%

    Node hidden layer ke-2 = 50

    66 0 7 6 1

    0 79 0 1 0

    6 0 69 0 5

    8 2 0 70 0

    2 0 6 0 72

    Akurasi = 89,00%

    Node hidden layer ke-2 = 100

    68 0 6 5 1

    0 80 0 0 0

    5 0 69 0 6

    6 1 0 73 0

    0 0 7 0 73

    Akurasi = 90,75%

    Node hidden layer ke-2 = 125

    62 0 9 6 3

    0 79 0 13 0

    6 0 71 0 3

    7 1 1 71 0

    1 0 8 0 71

    Akurasi = 88,50%

  • L - 9

    Tabel 4.18 Hasil Percobaan ke-4 dengan 2 Hidden Layer

    (Hidden Layer ke-1 = 175).

    Node hidden layer ke-2 = 25

    68 0 8 1 3

    0 78 0 2 0

    7 0 67 0 6

    7 0 0 73 0

    2 0 7 0 71

    Akurasi = 89,25%

    Node hidden layer ke-2 = 75

    66 0 8 6 0

    1 79 0 0 0

    10 0 66 0 4

    5 1 0 74 0

    1 0 5 0 74

    Akurasi = 89,75%

    Node hidden layer ke-2 = 50

    66 1 8 4 1

    0 79 0 1 0

    3 0 73 0 4

    4 0 0 76 0

    3 0 6 0 71

    Akurasi = 91,25%

    Node hidden layer ke-2 = 100

    64 1 7 5 3

    0 79 0 1 0

    7 0 68 0 5

    6 1 0 73 0

    1 0 4 0 75

    Akurasi = 89,75%

    Node hidden layer ke-2 = 125

    53 0 12 10 5

    0 80 0 0 0

    6 0 68 0 6

    7 1 0 72 0

    2 0 7 0 71

    Akurasi = 86,00%

  • L - 10

    Tabel 4.19 Hasil Percobaan ke-5 dengan 2 Hidden Layer

    (Hidden Layer ke-1 = 175).

    Node hidden layer ke-2 = 25

    67 0 5 6 2

    0 79 0 1 0

    5 0 73 0 2

    9 1 0 70 0

    5 0 5 0 70

    Akurasi = 88,25%

    Node hidden layer ke-2 = 75

    62 0 9 7 2

    1 78 0 2 0

    6 0 71 0 3

    4 2 0 74 0

    2 0 5 0 73

    Akurasi = 89,50%

    Node hidden layer ke-2 = 50

    64 0 9 5 2

    0 79 0 1 0

    8 0 69 0 3

    4 2 0 74 0

    1 0 6 0 74

    Akurasi = 89,75%

    Node hidden layer ke-2 = 100

    58 0 9 9 4

    1 78 0 1 0

    5 0 69 0 6

    9 1 0 70 0

    2 0 6 0 72

    Akurasi = 86,75%

    Node hidden layer ke-2 = 125

    64 0 8 7 1

    1 78 0 1 0

    8 0 67 0 5

    7 2 0 71 0

    2 0 6 0 72

    Akurasi = 88,00%

  • L - 11

    Tabel 4.20 Hasil Percobaan ke-1 dengan 2 Hidden Layer

    (Hidden Layer ke-1 = 200).

    Node hidden layer ke-2 = 25

    68 0 6 4 2

    0 78 0 2 0

    10 0 68 0 2

    6 1 0 73 0

    1 0 6 0 73

    Akurasi = 90,00%

    Node hidden layer ke-2 = 75

    67 10 9 3 0

    0 79 0 1 0

    7 0 70 0 3

    7 2 0 71 0

    3 0 5 0 72

    Akurasi = 89,75%

    Node hidden layer ke-2 = 50

    65 0 12 1 2

    1 78 0 1 0

    7 0 70 0 3

    6 0 0 74 0

    1 0 5 0 74

    Akurasi = 90,25%

    Node hidden layer ke-2 = 100

    63 0 8 7 2

    0 79 0 1 0

    7 1 69 0 4

    6 0 0 74 0

    4 0 8 0 68

    Akurasi = 88,25%

    Node hidden layer ke-2 = 125

    59 0 9 8 4

    0 79 0 1 0

    5 0 69 0 6

    8 1 0 71 0

    2 0 4 0 74

    Akurasi = 88,00%

  • L - 12

    Tabel 4.21 Hasil Percobaan ke-2 dengan 2 Hidden Layer

    (Hidden Layer ke-1 = 200).

    Node hidden layer ke-2 = 25

    59 0 10 8 3

    0 79 0 1 0

    4 0 73 0 3

    6 0 0 74 0

    3 0 4 0 73

    Akurasi = 89,50%

    Node hidden layer ke-2 = 75

    64 0 8 5 3

    0 79 0 1 0

    8 0 69 0 3

    5 1 0 74 0

    2 0 7 0 71

    Akurasi = 89,25%

    Node hidden layer ke-2 = 50

    66 0 8 5 1

    0 79 0 1 0

    6 0 70 0 4

    5 1 0 74 0

    2 0 6 0 72

    Akurasi = 90,25%

    Node hidden layer ke-2 = 100

    63 1 8 4 4

    0 80 0 0 0

    5 1 71 0 4

    6 0 0 74 0

    1 0 8 0 71

    Akurasi = 89,75%

    Node hidden layer ke-2 = 125

    65 0 8 5 2

    0 79 0 1 0

    8 0 66 0 6

    9 1 0 70 0

    2 0 5 0 73

    Akurasi = 88,25%

  • L - 13

    Tabel 4.22 Hasil Percobaan ke-3 dengan 2 Hidden Layer

    (Hidden Layer ke-1 = 200).

    Node hidden layer ke-2 = 25

    68 0 8 3 1

    0 79 0 1 0

    7 0 71 0 2

    5 1 0 74 0

    1 0 5 0 74

    Akurasi = 91,50%

    Node hidden layer ke-2 = 75

    66 0 11 3 0

    0 79 0 1 0

    6 0 71 0 3

    7 2 0 71 0

    1 0 4 0 75

    Akurasi = 90,50%

    Node hidden layer ke-2 = 50

    65 0 10 5 0

    0 79 0 1 0

    7 0 71 0 2

    6 2 0 72 0

    0 0 6 0 74

    Akurasi = 90,25%

    Node hidden layer ke-2 = 100

    64 0 11 4 1

    0 79 0 1 0

    8 0 70 0 2

    6 1 0 73 0

    1 0 5 0 64

    Akurasi = 90,00%

    Node hidden layer ke-2 = 125

    65 1 7 5 2

    0 78 1 1 0

    7 0 71 0 2

    7 0 0 73 0

    1 0 8 0 71

    Akurasi = 89,50%

  • L - 14

    Tabel 4.23 Hasil Percobaan ke-4 dengan 2 Hidden Layer

    (Hidden Layer ke-1 = 200).

    Node hidden layer ke-2 = 25

    66 0 6 7 1

    0 80 0 0 0

    6 1 70 0 3

    6 2 0 72 0

    0 0 7 0 73

    Akurasi = 90,25%

    Node hidden layer ke-2 = 75

    63 0 9 6 2

    0 79 0 1 0

    5 0 71 0 4

    8 1 0 71 0

    3 0 5 0 72

    Akurasi = 89,00%

    Node hidden layer ke-2 = 50

    66 0 6 6 2

    0 80 0 0 0

    4 0 71 0 5

    7 1 0 72 0

    1 0 4 0 75

    Akurasi = 91,00%

    Node hidden layer ke-2 = 100

    64 0 10 6 0

    0 79 0 1 0

    6 0 71 0 3

    6 0 0 74 0

    0 0 5 0 75

    Akurasi = 90,75%

    Node hidden layer ke-2 = 125

    61 0 10 8 1

    0 79 0 1 0

    10 0 67 0 4

    6 1 0 73 0

    1 0 7 0 72

    Akurasi = 88,00%

  • L - 15

    Tabel 4.24 Hasil Percobaan ke-5 dengan 2 Hidden Layer

    (Hidden Layer ke-1 = 200).

    Node hidden layer ke-2 = 25

    70 0 5 3 2

    0 78 0 2 0

    6 0 71 0 3

    6 1 0 73 0

    1 0 5 0 74

    Akurasi = 91,50%

    Node hidden layer ke-2 = 75

    64 0 8 6 2

    0 79 0 1 0

    6 0 70 0 4

    5 2 0 73 0

    3 0 3 0 74

    Akurasi = 90,00%

    Node hidden layer ke-2 = 50

    68 0 8 3 1

    0 76 0 4 0

    8 0 70 0 2

    7 1 0 72 0

    0 0 7 0 73

    Akurasi = 89,75%

    Node hidden layer ke-2 = 100

    65 0 7 7 1

    0 78 1 1 0

    8 0 69 0 3

    6 1 0 73 0

    2 0 6 0 72

    Akurasi = 89,25%

    Node hidden layer ke-2 = 125

    65 0 6 9 0

    0 79 0 1 0

    7 0 69 0 4

    4 2 0 74 0

    2 0 5 0 73

    Akurasi = 90,00%

  • L - 16

    Tabel 4.25 Hasil Percobaan ke-1 dengan 2 Hidden Layer

    (Hidden Layer ke-1 = 225).

    Node hidden layer ke-2 = 25

    68 0 6 3 3

    2 78 0 1 0

    7 0 69 0 4

    6 0 0 74 0

    0 0 6 0 74

    Akurasi = 90,75%

    Node hidden layer ke-2 = 75

    71 0 6 3 0

    0 79 0 1 0

    6 0 71 0 3

    7 1 0 72 0

    2 0 5 0 73

    Akurasi = 91,50%

    Node hidden layer ke-2 = 50

    69 0 6 4 1

    1 79 0 0 0

    8 0 69 0 3

    5 0 0 75 0

    0 0 5 0 75

    Akurasi = 91,75%

    Node hidden layer ke-2 = 100

    69 0 7 3 1

    0 79 1 0 0

    6 1 71 1 3

    4 1 1 74 0

    0 0 9 0 71

    Akurasi = 91,00%

    Node hidden layer ke-2 = 125

    64 0 8 5 3

    0 78 0 2 0

    7 0 68 0 5

    6 0 0 74 0

    0 0 7 0 73

    Akurasi = 89,25%

  • L - 17

    Tabel 4.26 Hasil Percobaan ke-2 dengan 2 Hidden Layer

    (Hidden Layer ke-1 = 225).

    Node hidden layer ke-2 = 25

    65 0 8 6 1

    0 80 0 0 0

    6 0 71 0 3

    5 1 0 74 0

    2 0 4 0 74

    Akurasi = 91,00%

    Node hidden layer ke-2 = 75

    66 0 9 5 0

    0 80 0 0 0

    6 0 72 0 2

    6 1 0 73 0

    1 0 3 0 76

    Akurasi = 91,75%

    Node hidden layer ke-2 = 50

    62 0 12 6 0

    0 80 0 0 0

    4 0 71 0 5

    7 1 0 72 0

    1 0 5 0 74

    Akurasi = 89,75%

    Node hidden layer ke-2 = 100

    70 0 6 3 1

    1 77 0 2 0

    6 0 70 0 4

    5 0 0 75 0

    2 0 6 0 72

    Akurasi = 91,00%

    Node hidden layer ke-2 = 125

    58 0 11 8 3

    0 80 0 0 0

    5 0 72 0 3

    8 1 0 71 0

    2 0 8 0 70

    Akurasi = 87,75%

  • L - 18

    Tabel 4.27 Hasil Percobaan ke-3 dengan 2 Hidden Layer

    (Hidden Layer ke-1 = 225).

    Node hidden layer ke-2 = 25

    66 0 9 3 2

    0 78 0 2 0

    5 0 71 0 4

    6 1 0 73 0

    0 0 6 0 74

    Akurasi = 90,50%

    Node hidden layer ke-2 = 75

    67 0 7 5 1

    0 79 0 1 0

    7 0 70 0 3

    7 2 0 71 0

    1 0 7 0 72

    Akurasi = 89,75%

    Node hidden layer ke-2 = 50

    66 0 6 8 0

    0 79 0 1 0

    7 0 69 0 4

    7 2 0 71 0

    1 0 7 0 72

    Akurasi = 89,25%

    Node hidden layer ke-2 = 100

    68 0 7 4 1

    0 79 0 1 0

    6 0 70 0 4

    6 1 0 73 0

    1 0 6 0 73

    Akurasi = 90,75%

    Node hidden