32

KLEBSIELLA

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KLEBSIELLA
Page 2: KLEBSIELLA

BAB I

PENDAHULUAN

 1.2 Latar Belakang

Klebsiella pneumonia pertama kali ditemukan oleh Carl Friedlander. Carl Friedlander

adalah patologis dan mikrobiologis dari Jerman yang membantu penemuan bakteri penyebab

pneumonia pada tahun 1882. Carl Friedlander adalah orang yang pertama kali

mengidentifikasi bakteri Klebsiella pneumonia dari paru-paru orang yang meninggal karena

pneumonia. Karena jasanya, Klebsiella pneumonia sering pula disebut bakteri Friedlander.

Klebsiella pneumonia adalah bakteri Gram negatif yang berbentuk batang (basil). Klebsiella

pneumonia tergolong bakteri yang tidak dapat melakukan pergerakan (non motil).

Berdasarkan kebutuhannya akan oksigen, Klebsiella pneumonia merupakan bakteri fakultatif

anaerob.

1.2 Tujuan

Dengan berbagai referensi yang dibutuhkan semoga pembaca dapat mengambil

manfaat dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari

Page 3: KLEBSIELLA

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Klasifikasi Klebsiella

Kingdom : Bacteria

Phylum : Proteobacteria

Class : Gamma Proteobacteria

Orde          : Enterobacteriales

Family      : Enterobacteriaceae

Genus        : Klebsiella

Species     : K. pneumonia

Klebsiella pneumonia pertama kali ditemukan oleh Carl Friedlander. Carl Friedlander

adalah patologis dan mikrobiologis dari Jerman yang membantu penemuan bakteri penyebab

pneumonia pada tahun 1882. Carl Friedlander adalah orang yang pertama kali

mengidentifikasi bakteri Klebsiella pneumonia dari paru-paru orang yang meninggal karena

pneumonia. Karena jasanya, Klebsiella pneumonia sering pula disebut bakteri Friedlander.

Klebsiella pneumonia adalah bakteri Gram negatif yang berbentuk batang (basil). Klebsiella

pneumonia tergolong bakteri yang tidak dapat melakukan pergerakan (non motil).

Berdasarkan kebutuhannya akan oksigen, Klebsiella pneumonia merupakan bakteri fakultatif

anaerob.

Klebsiella pneumonia menyebabkan pneumonia dapat menginfeksi tempat lain di

samping saluran pernafasan. Klebsiella merupakan suatu bakteri yang menimbulkan penyakit

infeksi saluran pernapasan atas (hidung) yang kronis dan endemik di berbagai negara,

termasuk Indonesia. Bakteri ini diberi nama berdasarkan penemunya, yaitu Edwin Klebs,

Page 4: KLEBSIELLA

seorang ahli mikrobiologi Jerman di abad ke-19. Bakteri genus Klebsiella termasuk ke dalam

suku Klebsiellae, anggota famili Enterobacteriaceae.

Klebsiella pneumonia/Fridlander bacillus ditemukan di dalam hidung, flora normal

usus dan akan patogen bila menderita penyakit lain (penyakit paru-paru yang kronis).

1. Klebsiella ozaena penyebab penyakit azoena : mukosa hidung menjadi atrpopis progresif dan

berlendir serta berbau amis

2. Klebsiella rhinoscleromatis : penyebab penyakit rhinocleloma yaitu penyakit menahun

berupa granula dengan tanda-tanda sclerosis dan hipertropi jaringan dan menyebabkan

kerusakan hidung dan farings.

3. Klebsiella aerogenes/Aerobacter aerogenes

Kuman ini mempunyai sifat sama dengan E. coli, terdapat di air, tanah, sampah dan lain

sebagainya.

Dibedakan pada tes IMVic

E. coli :  + + –

Klebsiella aerogenes : – + +

Masuk dalam tubuh per oral, infeksi pada saluran urine biasanya setelah kateterisasi,

maka perlu tes resistensi dahulu : Pada pasien usia Lanjut atau pasien dengan respon imun

rendah, pneumonia tidak khas, yaitu berupa gejala non pernafasan seperti pusing, perburukan

dan penyakit yang sudah ada sebelumnya dan pingsan. Biasanya frekuensi napas bertambah

cepat dan jarang ditemukan demam.

Klebsiella pneumonia dapat memfermentasikan laktosa. Pada test dengan indol,

lebsiella pneumonia akan menunjukkan hasil negatif. Klebsiella pneumonia dapat mereduksi

nitrat. Klebsiella pneumonia banyak ditemukan di mulut, kulit, dan sal usus, namun habitat

alami dari Klebsiella pneumonia adalah di tanah.

Klebsiella pneumonia dapat menyebabkan pneumonia. Pneumonia adalah proses

infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Pneumonia yang disebabkan oleh

Klebsiella pneumonia dapat berupa pneumonia komuniti atau community acquired

pnuemonia. Pneumonia komuniti atau community acquired pnuemonia adalah pneumonia

yang di dapatkan dari masyarakat. Strain baru dari Klebsiella pneumonia dapat menyebabkan

pneumonia nosomikal atau hospitality acquired pneumonia, yang berarti penyakit peumonia

tersebut di dapatkan saat pasien berada di rumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan.

Klebsiella pneumonia umumnya menyerang orang dengan kekebalan tubuh lemah,

seperti alkoholis, orang dengan penyakit diabetes dan orang dengan penyakit kronik paru-

paru.

Page 5: KLEBSIELLA

2.2 Morfologi dan sifat – sifat

1. Bentuk batang, Gram negatif

2. Ukuran 0,5 – 1,5 x 1 – 2 µ

3. Mempunyai selubung yang lebarnya 2 – 3 x ukuran kuman

4. Tidak berspora, tidak berflagela

5. Menguraikan laktosa

6. Membentuk kapsul baik invivo atau invitro, sehingga koloni berlendir (mukoid)

7. Kapsul terdiri dari antigen K dan antigen M dapat menutupi antigen O, berdasarkan

antigen ini ditemukan 70 tipe.

2.3 Identifikasi

1. Melihat selaput, maka diambil bahan pemeriksaan dari manusia, binatang dan

pembenihan

2. Selaput ini terlihat seperti lendir, maka koloni – koloni terlihat basah dan berlendir.

3. Pneumococcus karena ada atau tidak mempunyai selubung/kapsul

2.4 Patogenesitas

1. Kapsul memiliki kemampuan untuk mempertahankan organisme terhadap fagositosis

dan pembunuhan oleh serum normal.

2. Galur yang berkapsul lebih virulen daripada galur yang tidak berkapsul (pada hewan

coba).

3. Tidak ada toksin selain endotoksin yang berperan pada infeksi oportunistik.

4. Galur klebsiella pneumonia ada yang memproduksi enterotoksin (pernah diisolasi dari

penderita tropical sprue) toksin ini mirip dengan ST (tahan panas) dan LT (heat-labile

enteretoksin) dari E.coli,kemampuan memproduksi toksin ini diperantarai oleh

plasmid.

2.5 Epidemologi dan Jenis-jenis Klebsiella

Page 6: KLEBSIELLA

Bakteri Klebsiella terdapat di mana-mana. Koloninya bisa ditemukan di kulit,

kerongkongan, ataupun saluran pencernaan. Bahkan, bakteri ini juga bisa ada pada luka steril

dan air kencing (urin). Sebenarnya, bakteri golongan ini mungkin saja ada sebagai flora alami

‘penghuni” usus besar dan kecil. Adapun pergerakan bakteri ini ke organ lain dikaitkan

dengan lemahnya daya tahan penderita.

Klebsiella pneumonia merupakan jenis bakteri golongan Klebsiellae yang banyak

menginfeksi manusia. Ia adalah kuman oportunis yang ditemukan pada lapisan mukosa

mamalia, terutama paru-paru. Penyebarannya sangat cepat, terutama diantara orang-orang

yang sedang terinfeksi bakteri-bakteri ini. Gejalanya berupa pendarahan dan penebalan

lapisan mukosa organ. Bakteri ini juga merupakan salah satu bakteri yang menyebabkan

penyakit bronchitis.

Klebsiella rhinoscleromatis dan KlebsieIla ozena adalah dua bakteri Klebsiella

penyebab penyakit langka. Rhinoschleroma sendiri adalah penyakit peradangan serius yang

terjadi pada rongga hidung. Sedangkan, ozaena adalah sejenis penyakit rhinitis atrofi.

Klebsiella pneumonia dapat menyebabkan penyakit karena mempunyai dua tipe

antigen pada permukaan selnya:

1. Antigen O

Antigen O adalah lipopolisakarida yang terdapat dalam sembilan varietas.

2. Antigen K

Antigen K adalah polisakarida yang dikelilingi oleh kapsula dengan lebih dari 80

varietas.

Kedua antigen ini meningkatkan patogenitas Klebsiella pneumonia.

Selain itu, Klebsiella pneumonia mampu memproduksi enzim ESBL (Extended Spektrum

Beta Lactamase) yang dapat melumpuhkan kerja berbagai jenis antibiotik. Hal ini dapat

menyebabkan bakteri kebal dan menjadi sulit dilumpuhkan.

Cara penularan ( infeksi ) dari Klebsiella pneumonia pada pasien rawat inap dapat

melalui 3 cara, yaitu :

1. Aspirasi cairan gaster atau orofaring yang mengandung koloni kuman patogen.

2. Penyebaran kuman secara hematogen ke paru

3. Penybaran melalui udara oleh aerosol atau droplet yang mengandung mikroba.

2.6 Daerah penyebaran

Page 7: KLEBSIELLA

Jika bakteri Klebsiella pneumoniae dan Klebsiella oxytoca beserta penyakitnya

tersebar luas di seluruh penjuru dunia, lain halnya dengan Klebsiella rhinoscleromatis.

Bakteri penyebab penyakit rhinoschleroma ini tidak ada di Amerika Serikat. Ia hanya ada di

Eropa timur, Asia selatan, Afrika tengah, dan Amerika latin. Hal ini terjadi karena bakteri

Klebsiella pneumoniae dan Klebsiella oxytoca banyak terdapat di negara-negara miskin yang

mempunyai lingkungan jelek.

2.7 Gejala-gejala seseorang yang terinfeksi Klebsiella

Pada umumnya, gejala-gejala penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri golongan

Klebsiellae adalah sama. Akan tetapi, setiap penyakit berdasarkan jenis spesies Klebsiella-

nya masing-masing punya ciri khas.

Klebsiella pneumoniae yang menyebabkan penyakit paru-paru memberikan

penampakan berupa pembengkakan paru-paru sehingga lobus kiri dan kanan paru-paru

menjadi tidak sama; demam (panas-dingin); batuk-batuk (bronkhitis); penebalan dinding

mukosa; dan dahak berdarah. Sedangkan, Klebsiella rhinoscleromatis dan Klebsiella ozaenae

yang menyebabkan rinoschleroma dan ozaena memberikan gejala pembentukan granul

(bintik-bintik), gangguan hidung, benjolan-benjolan di rongga pernapasan (terutama hidung),

sakit kepala, serta ingus hijau dan berbau.

Gejala-gejala seseorang yang terinfeksi Klebsiella pneumonia adalah napas cepat dan

napas sesak, karena paru meradang secara mendadak. Batas napas cepat adalah frekuensi

pernapasan sebanyak 50 kali per menit atau lebih pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari

1 tahun, dan 40 kali permenit atau lebih pada anak usia 1 tahun sampai kurang dari 5 tahun.

Pneumonia Berat ditandai dengan adanya batuk atau (juga disertai) kesukaran bernapas,

napas sesak atau penarikan dinding dada sebelah bawah ke dalam (severe chest indrawing)

pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun. Pada kelompok usia ini dikenal juga

Pneumonia sangat berat, dengan gejala batuk, kesukaran bernapas disertai gejala sianosis

sentral dan tidak dapat minum. Sementara untuk anak dibawah 2 bulan, pnemonia berat

ditandai dengan frekuensi pernapasan sebanyak 60 kali permenit atau lebih atau (juga

disertai) penarikan kuat pada dinding dada sebelah bawah ke dalam, batuk-batuk, perubahan

karakteristik dahak, suhu tubuh lebih dari 38 º C. Gejala yang lain, yaitu apabila pada

pemeriksaan fisik ditemukan suara napas bronkhial, bronkhi dan leukosit lebih dari 10.000

atau kurang dari 4500/uL.

Page 8: KLEBSIELLA

Pada pasien usia lanjut atau pasien dengan respon imun rendah, gejala pneumonia

tidak khas, yaitu berupa gejala non pernafasan seperti pusing, perburukan dari penyakit yang

sudah ada sebelumnya dan pingsan. Biasanya frekuensi napas bertambah cepat dan jarang

ditemukan demam. Beberapa jenis Klebsiella pneumonia dapat diobati dengan antibiotik,

khususnya antibiotik yang mengandung cincin beta-laktam.

Contoh antibiotik tersebut adalah ampicillin, carbenicillin, amoxicilline, dll. Dari hasil

penelitian diketahui bahwa Klebsiella pneumonia memiliki sensitivitas 98,4% terhadap

meropenem, 98,2% terhadap imipenem, 92,5% terhadap kloramfenikol, 80 % terhadap

siprofloksasin, dan 2% terhadap ampisilin. Strain baru dari Klebsiella pneumoniakebal

terhadap berbagai jenis antibiotik dan sampai sekarang masih dilakukan penelitian untuk

menemukan obat yang tepat untuk menghambat aktivitas atau bahkan membunuh bakteri

tersebut.

2.8 Penyaki yang disebabkan Klebsiella Pneumonia

Klebsiella pneumonia Bakteri ini sering menimbulkan penyakit pada tractus

urinarius karena nosocomial infection, meningitis, dan pneumonia pada penderita diabetes

mellitus atau pecandu alcohol. Gejala pneumonia yang disebabkan oleh bakteri ini berupa

gejala demam akut, malaise (lesu), dan batuk kering, kemudian batuknya menjadi produktif

dan menghasilkan sputum berdarah dan purulent (nanah). bila penyakitnya berlanjut, akan

terjadi abses, nekrosis jaringan paru, bronchiectasi dan vibrosis paru-paru.

Klebsiella pneumonia dapat menyebabkan gangguan saluran pernafasan dan saluran

pencernaan (Dorland :1996). Bakteri infeksi saluran kemih dapat disebabkan oleh bakteri 

Klebsiella pneumonia.

2.9 Patologi rhinoskleroma

Rinoskleroma terbagi menjadi tiga stadium, yaitu stadium I, II, dan III. Pada stadium

I, gejala-gelaja yang dirasakan penderita tidak khas, seperti rinitis biasa. Dimulai dengan

keluarnya cairan hidung encer, sakit kepala, sumbatan hidung yang berkepanjangan,

kemudian diikuti dengan pengeluaran cairan mukopurulen berbau busuk yang dapat

mengakibatkan gangguan penciuman.

Stadium II ditandai dengan hilangnya gejala rinitis. Pada stadium ini terjadi

pertumbuhan yang disebut nodular submucous infiltration di mukosa hidung yang tampak

Page 9: KLEBSIELLA

sebagai bintil di permukaan hidung. Lama-lama, bintil ini bergabung menjadi satu massa

bintil yang sangat besar, mudah berdarah, kemerahan, tertutup mukosa dengan konsistensi

padat seperti tulang rawan. Kemudian membesar ke arah posterior (belakang) maupun ke

depan (anterior). Sedangkan pada stadium III, massa secara perlahan-lahan membentuk

struktur jaringan lunak. Jaringan ini bisa menyempitkan jalan napas. Proses yang sama seperti

di hidung dapat juga terjadi pada mulut, tenggorokan, dan paru-paru.

2.10 Pemeriksaan laboratorium (pengambilan sampel, perlakuan, identifikasi)

1) Cara pengambilan sputum secara umum: 

1. Pengambilan sputum sebaiknya dilakukan pada pagi hari,dimanakemungkinan untuk

mendapat sputum bagian dalam lebih besar. Atau juga bisa diambil sputum sewaktu.

Pengambilan sputum juga harus dilakukansebelum pasien menyikat gigi.

2. Agar sputum mudah dikeluarkan, dianjurkan pasien mengonsumsi air yang banyak

pada malam sebelum pengambilan sputum.

3. Jelaskan pada pasien apa yang dimaksud dengan sputum agar yangdibatukkan benar-

benar merupakan sputum, bukan air liur/saliva ataupuncampuran antara sputum dan

saliva. Selanjutnya, jelaskan cara mengeluarkansputum.

4. Sebelum mengeluarkan sputum, pasien disuruh untuk berkumur-kumur dengan air

dan pasien harus melepas gigi palsu(bila ada)

5. Sputum diambil dari batukkan pertama(first cough)

Cara membatukkan sputum:

Tarik nafas dalam dan kuat (dengan pernafasan dada) batukkan kuat sputum dari

bronkus trakea mulut wadah penampung.Wadah penampung berupa pot steril bermulut besar

dan berpenutup (Screw Cap Medium)

  Periksa sputum yang dibatukkan, bila ternyata yang dibatukkan adalahair liur/saliva,

maka pasien harus mengulangi membatukkan sputum.

  Sebaiknya,pilih sputum yang mengandung unsur-unsur khusus,seperti, butir keju,

darah dan unsur-unsur lain.

Page 10: KLEBSIELLA

  Bila sputum susah keluarlakukan perawatan mulut Perawatan mulut dilakukan dengan

obat glyseril guayakolat(expectorant) 200 mg atau dengan mengonsumsi air teh manis saat

malam sebelum pengambilan sputum.

 Bila sputum juga tidak bisa didahakkan, sputum dapat diambil secara:

-Aspirasi transtracheal

-Bronchial lavage

-Lung biopsy4

Cara pengiriman spesimen:

Baik spesimen yang dikirim dalam pot maupun wadah harus disertai

dengandata/keterangan, baik mengenai kriteria spesimen maupun pasien. Ada 2 data yang

harus disertakan, yaitu:

1. Data1:Pot/wadah dilabel dengan menempelkan label pada dinding luar pot. Proses

direct labelling yang berisi data: nama, umur, jenis kelamin, jenis spesimen, jenis tes

yang diminta dan tanggal pengambilan. 

2. Data2:Formulir/kertas/buku yang berisi data keterangan klinis: dokter yangmengirim,

riwayat anamnesis, riwayat pemberian antibiotik terakhir (minimal 3 hari harus

dihentikan sebelum pengambilan spesimen), waktu pengambilanspesimen, dan

keterangan lebih lanjut mengenai biodata pasien.Jadi, data mengenai spesimen harus

jelas: label dan formulir.Spesimen tidak akan diterima apabila:

- Tidak dilengkapi dengan data yang sesuai.

- Jumlah yang dibutuhkan untuk pemeriksaan kurang.

- Cara pengambilan tidak sesuai dengan prosedur yang ada.

Pengiriman: < 2 jam pada suhu ruang.

Bila tidak memungkinkan, simpan dalam media transport.

Media transport yang digunakan untuk spesimen sputum:Media Transport kegunaan medium

kuman anaerob fakultatif

Cara penyimpanan sputum:

Penyimpanan: < 24 jam pada suhu ruang.

Page 11: KLEBSIELLA

Penyimpanan pada pot steril berpenutup.

2) Perlakuam dalam pemeriksaan

Klebsiella pneumoniae termasuk genus Klebsiella dalam famili Enterobacteriaceae

yang merupakan penghuni normal traktus digestivus. Kuman ini dan dapat diisolasi dari tinja

manusia atau hewan. Pada manusia, genus Klebsiella dapat merupakan kuman penyebab

pneumonia, disamping infeksi lain diluar sistim pernapasan misalnya: infeksi saluran kemih,

infeksi nosokomial. Pneumonia atau infeksi saluran napas bawah masih merupakan masalah

utama dalam bidang kesehatan, baik di negara sedang berkembang maupun yang sudah maju.

Di RSUP Persahabatan Jakarta tahun 2000, infeksi saluran napas bawah juga merupakan

penyakit utama, sedangkan di Malang pneumonia merupakan salah satu penyebab dari rawat

inap utama (2,3). Beberapa survei yang dilakukan di Jakarta dan Malang ternyata dapat

diketahui bahwa penyebab pneumonia utama yang diambil dari bahan sputum adalah kuman

K. pneumoniae. Soepadi P (1997) menemukan 42,85 % kasus pneumonia di Jakarta

disebabkan oleh K. pneumoniae, sedangkan Jabang M (1998) menemukan 36,36% pada

kasus pneumonia; Hadiarto M (1997) menemukan 44,4 % pada kasus pneumonia di Jakarta

dan Sartono dan Sumarno di Malang (2002) menemukan 19,4%. (2,3) Untuk mengetahui

penyebab pneumonia memerlukan waktu beberapa hari sehingga pada pemberian pengobatan

awal pneumonia maka diberikan antibiotika secara empiris. Untuk mengidentifikasi kuman

penyebab pneumonia dapat digunakan metode-metode: pengecatan dan kultur, Elisa,

histologi dan serologi yang semua ini memerlukan waktu yang cukup lama. Pada penelitian

ini kami mencoba mendeteksi kuman K. pneumoniae dengan menggunakan imunositokimia

dengan dasar deteksi adanya antigen spesifik kuman K. pneumoniae, yang selanjutnya

dilakukan tes sensitifitas dan spesifitasnya. METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian

ini bertujuan untuk mengidentifikasi kuman K. pneumonia yang ada dalam sputum penderita

yang dicurigai menderita pneumonia yang disebabkan oleh kuman tersebut. Metode yang

digunakan adalah rancangan penelitian yang berupa penelitian deskriptif yang dilanjutkan

dengan uji diagnostik. Sampel adalah sputum yang dikelompokkan menjadi dua golongan

yaitu sputum dengan reaksi imunositokimia positif dan negatif yang kemudian dilakukan uji

silang dengan kultur sputum sebagai baku emas.. Sampel uji diagnostik Sampel diambil dari

sputum penderita yang dicurigai terinfeksi kuman K. pneumoniae yang menjalani rawat inap

Page 12: KLEBSIELLA

di bangsal Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang. Pengambilan sampel dilakukan dengan

metode pengambilan sputum yang benar yaitu :

1. Berkumur dengan air hangat

2. Kebutuhan air cukup baik dari minum maupun lewat infus.

3. Bila diperlukan ditambahkan Gliceril guaiacolate.

4. Gerakan badan ringan.

5. Tepukan dada.

6. Cara batuk yang benar : - posisi duduk - inspirasi dalam - batuk dikeluarkan.

Kriteria Inklusi dan Eksklusi Kriteria Inklusi meliputi sputum dari penderita yang dicurigai

menderita pneumonia bakteriil yang belum mendapatkan terapi antibiotika dan sputum

diambil dengan cara pengambilan yang benar. Sedangkan kriteria eksklusi adalah sputum dari

penderita yang dicurigai menderita pneumonia bakteriil yang sudah mendapatkan terapi

antibiotika sebelumnya dan pengambilan sputum yang salah. Jumlah Sampel Besar sampel

diperkirakan dengan memperkirakan sensitifitas dan spesifisitas yang akan diperoleh,

penyimpangan sensitifitas dan spesifitas yang masih diterima. Baku Emas yang kita pakai

adalah hasil pemeriksaan kultur sputum. Baku emas ini dipilih karena memang merupakan

modalitas diagnostik terbaik untuk kelainan yang diteliti, dan selama ini dipakai sebagai alat

diagnostik. Cara kerja Penelitian Eksploratif Metode Mendapatkan Kuman Klebsiella

pneumoniae. Kuman yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari penderita pneumonia

yang disebabkan oleh kuman K. pneumoniae yang diisolasi laboratorium Mikrobiologi Hasil

isolasi kuman K. pneumoniae dilakukan perbenihan dengan Biphasic Media (MH) Sampai

terbentuk koloni kuman kira-kira 50 botol yang masingmasing mempunyai volume 250 ml.

Metode Isolasi Protein dari Outer Membrane Protein Klebsiella pneumoniae (5) Koloni

kuman K. pneumoniae yang telah didapatkan dari perbenihan dilakukan sentrifugasi 6000

rpm selama ½ jam, supernatannya dibuang dan diambil pelletnya. Pellet disuspensikan

dengan PBS dan ditambahkan nOctyl-B-D-glucopyranoside (NOG) 0,5 % dan selanjutnya

disentrifugasi 12.000 rpm dan diambil supernatannya. Supernatan dilakukan dialisa dan

disimpan untuk penelitian selanjutnya yaitu untuk menentukan spesifikasi kuman K.

pneumoniae dan untuk membuat antibodi.

Page 13: KLEBSIELLA

SDS-PAGE K. Pneumonia dan kuman lain Metode ini dilakukan untuk menentukan

spesifitas kuman K. pneumoniae dengan membandingkan hasil SDS-PAGE dari kuman K.

pneumoniae dan kuman lain yaitu E.coli, Proteus, Shigella, Salmonella, Pseudomonas dan

Vibrio cholera sehingga dapat diperoleh kesimpulan bahwa protein tersebut hanya miliknya

K. pneumoniae. Elektroelusi (5) Elektoelusi ini bertujuan untuk mendapatkan protein sampel

yang murni dengan memotong secara horizontal gel protein yang dimaksud. Hasil potongan

tersebut dipotong lagi secara vertikal sehingga setiap potongan mengandung 3 pita protein

yang sama. Potongan protein dimasukkan kedalam membran dialisis yang berisi cairan

running buffer elektroforesis. Perlakuan elektroelusi protein tersebut dikerjakan secara

horizontal menggunakan aliran listrik 125 mV selama 20 menit. Hasil elusi didialisis selama

48 jam dengan cairan yang mengandung H2O pada 24 jam pertama. Sedang PBS pH 7,4

dipakai pada 24 jam kedua, masing-masing pada suhu 4 oC. Metode Isolasi Antibodi dari

Kuning Telur Ayam (5) Isolasi antibodi dari kuning telur ayam menggunakan petunjuk dari

Chung (1985). Dua butir telur pertama diambil untuk isolasi antibodi preimun, kemudian

pada bawah sayap ayam yang sudah bertelur tersebut disuntikkan 30 ug antigen hasil

elektroelusi melalui subkutan. Suntikan yang pertama dicampur dengan complete Freud’s

adjuvan. Suntikan kedua dan selanjutnya dicampur dengan incomplete Freud’s adjuvan

dengan selang waktu 1 minggu. Telur dipanen pada hari ke 5 sampai hari ke 17 setelah

pemberian suntikan booster ke 2. Isolasi antibodi IgY diambil dari kuning telur dengan cara

memisahkan bagian putih telur dan kulit kuning telur. Kuning telur disuspensikan dengan

cairan buffer A yang mengandung 10 mM kalium fosfat dan 100 mM NaCl pH 7 sampai

volume mencapai 30 ml. Kemudian dicampur dengan larutan prophylene ethylene glygol

(PEG) 6.000 30 ml 7%. Suspensi disentrifugasi 14.000 selama 10 menit suhu 4oC.

Supernatan diambil dan disaring dengan kasa steril. Ditambahkan PEG padat sampai

konsentrasi 12% dan diaduk sampai PEG larut. Larutan disentrifugasi 14.000 g selama 10

menit pada suhu 4oC. Pelet yang mengandung Imunoglobulin G Yolk sac (IgG Y) disuspensi

dengan buffer A dan dicampur dengan volume yang sama PEG 24 % dalam buffer A.

Suspensi disentrifugasi 14.000 g selama 10 menit suhu 4 oC. Pelet dilarutkan dengan buffer

A 10 ml kemudian dilakukan dialisa dalam bufer A semalam. Selanjutnya dilakukan

sentrifugasi 12.000 g selama 10 menit suhu 4oC untuk menghilangkan kotoran. Supernatan

disimpan pada suhu –20 oC disiapkan untuk penelitian selanjutnya. Metode Western Blotting

Metode ini bertujuan untuk menguji apakah antibodi yang kita dapatkan dari telur ayam

merupakan antibodi terhadap OMP dari Klebsiella pneumonia. Gel elektroforesis tanpa

pewarnaan direndam dalam transfer buffer selama 40 menit. Membran nitroselulosa

Page 14: KLEBSIELLA

direndam dalam transfer buffer selama 40 menit. Filter tebal (2 buah) ditambah Kasa biasa (2

buah) direndam dalam transfer buffer selama 5 menit.

Susun Sandwich terdiri dari filter tebal 2 buah, kertas saring 2 buah, Nitrocellulose

membrane, gel, kertas saring 2 buah dan filter tebal 2 buah. Transfer pada 0,3 A, 20 Volt

selama 2 jam. Cuci membrane nitroselulosa dengan aquadest untuk menghilangkan gel yang

melekat. Rendam dengan Ponceau 2 % selama 3 menit. Cuci dengan aquadest sampai warna

hilang. Blocking dengan TBS pH 7,4 dan BSA 3 % selama 2 jam menggunakan shaker pada

suhu ruangan. Tambahkan antibodi primer perbandingan 1: 100 overnight pada suhu 4oC.

Inkubasikan pada suhu ruangan pada shaker selama 2 jam. Cuci dengan TBS 3 kali 5 menit.

Tambahkan substrat alkaline phosphatase selama 30 menit dan siap direkam. Penelitian untuk

Uji diagnostik Prosedur Pengecatan (21) Usapkan sputum pada obyek glass dan keringkan

dalam udara. Fiksasi dengan alkohol 96 %. Rehidrasi dengan alkohol bertingkat (80%, 70%,

50%, 30%) masing-masing 3 menit. Cuci dengan PBS pH 7,4 selama 4 menit dan diulang

sampai 3 kali. Tetesi dengan BSA (Bovine Serum Albumin) dan diinkubasi 20 menit,

kemudian keringkan. Tetesi sampel tersebut dengan antibodi primer (IgG Y) dan inkubasi

selama 60-120 menit pada suhu ruangan atau semalam pada suhu 4oC. Kemudian cuci

dengan PBS pH 7,4 selama 2 menit sebanyak 3 kali. Tetesi dengan Antibodi sekunder

Alkaline phosphatase conjugate 20 menit dan cuci dengan PBS lagi 3 kali. Tetesi dengan

substrat untuk Alkaline phosphatase yaitu NBT (Nitro Blue Tetrazolium). Cuci dengan

destilated H2O dan dikeringkan. Counterstain dengan Mayer Hematoxiline 5 menit. Cuci

dengan air mengalir dan keringkan. Sampel dilihat dibawah mikroskop cahaya 1.000 x, bila

terdapat antigen dari kuman Klebsiella pneumoniae akan tampak warna biru keunguan,

sedangkan bahan lain berwarna biru kemerahan. Tes silang sampel sputum dangan kultur

Untuk membandingkan hasil peneriksaan imunositokimia ini, maka sputum juga dilakukan

kultur untuk melihat apakah sputum yang positif mengandung kuman K.pneumoniae dengan

reaksi imunositokimia akan tumbuh kuman K.pneumoniae dan sebaliknya sputum yang

negatif tidak akan terjadi pertumbuhan kuman K.pneumoniae. Pemeriksaan kultur sputum

dilakukan oleh Ahli Mikrobiologi Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang yang tidak

mengetahui hasil pemeriksaan imunositokimia sputum. Hasil kultur dinyatakan tumbuh

kuman Klebsiella pneumonia atau tidak. Analisis data Setelah pengumpulan data selesai,

dilakukan tabulasi hasil uji diagnostik (imunositokimia) dan hasil pemeriksaan baku emas

(kultur sputum) untuk setiap sputum pasien. Untuk mendapatkan kwalitas uji diagnostik

maka dibuat kriteria positif dengan menggunakan cut off sebagai berikut: - Positif 1 : bila

Page 15: KLEBSIELLA

dari seluruh lapangan pandang hanya didapatkan sedikit bakteri. - Positif 2 : bila dari tiap

lapangan pandang terdapat sedikit bakteri. - Positif 3 : bila dari tiap lapangan pandang

terdapat banyak bakteri.

Dari gambar tersebut terlihat bahwa yang dikenali oleh antibodi terhadap K.

pneumoniae adalah pada bahan sputum yang mengandung kuman K. pneumoniae (sesuai

hasil kultur). Sedangkan sputum yang mengandung kuman yang lainnya tidak dikenali. Hasil

Pengecatan Gram Bakteri K. pneumoniae tampak pada Gambar 4.

Gambar 4. Hasil pengecatan gram bakteri Klebsiella pneumoniae. Pada pengecatan

gram bakteri K. pneumoniae tampak kuman batang biru kemerahan. Hasil imunositokimia

antibodi terhadap OMP K. pneumoniae pada sputum yang mengandung kuman K. pneumonia

dan kuman-kuman lainnya (konfirmasi dengan hasil kultur) seperti Gambar 5. Gambar 5.

Hasil imunositokimia antibodi terhadap OMP Klebsiella pneumoniae pada sputum yang

mengandung kuman Klebsiella pneumonia dan kuman-kuman lainnya (konfirmasi dengan

hasil kultur).

3) Identifikasi

Untuk mengidentifikasi Klesiella pneunoniae dapat dilakukan beberapa tahap identifiksi,

yaitu :

1) Kultur media pemupuk

Specimen ditanam pada media Brain Hearth Infusion Broth (BHIB), replikasi bakteri saluran

dari usus normal dan meningkatkan bakteri  Klebsiella . Sesudah inkubasi 18-24 jam,

ditanam pada media differensial dan selektif.

2)  Kultur media umum dan differensial

Media umum adalah media BAP (Blood Agar Plate) yang dipakai untuk

mengidentifikasi kemampuan bakteri dalam melisiskan sel-sel darah yang terdapat dalam

Page 16: KLEBSIELLA

media ini dapat berupa zona lisis α(alfa), β(betha), dan γ(gamma). Bakteri Klebsiella, tumbuh

sebagai koloni yang berwarna abu-abu, smooth, cembung, mucoid atau tidak  dan tidak

melisiskan darah pada media BAP.

Media differensial adalah media yang dipakai untuk identifikasi bakteri berdasarkan

dipakai untuk identifikasi bakteri berdasarkan sifat-sifat biokimia khusus dari bakteri yang

bersangkutan. Media yang dipakai untuk perbenihan bakteri adalah Mac Conkey, media ini

mengandung laktosa dan merah netral sebagai indikator, sehingga bakteri yang meragikan

laktosa akan tubuh sebagai koloni berwarna merah yang dapat membedakan dari bakteri yang

tidak meragikan laktosa yang tumbuh sebagai bakteri yang tidak berwarna. Klebsiellatumbuh

sebagai koloni yang berwarna merah muda namun tidak dapat meragikan laktosa secara

sempurna. Ciri-ciri koloni pada media Mac Conkey besar-besar, smooth, mucoid, cembung,

berwarna merah muda-merah bata. Jika diambil dengan ose, maka akan tertarik karena pada

koloni memiliki kapsul.

3)  Identifikasi akhir

Koloni dari media padat diidentifikasi oleh bentuk reaksi biokimia dan tes aglutinasi

mikroskop dengans serum spesifik. (jawetz, et al, 2001). Media yang digunakan untuk reaksi

biokimia adalah (Gani A, 2003) :

Triple Sugar Iron agar (TSIA)

Media ini terdiri dari 0,1 % glukosa, 1 % sukrosa, 1 % laktosa, fernik sulfat untuk

pendeteksian produksi H2S, protein, dan indicator Phenol red.Klebsiella bersifat alkali acid,

alkali terbentuk karena adanya proses oksidasi dekarboksilasi protein membentuk amina yang

bersifat alkali denga adanya phenol red maka terbentuk warna

merah, Klebsiella memfermentasi glukosa yang bersifat asam sehingga terbentuk warna

kuning (Jawtz, et al, 2001).

Page 17: KLEBSIELLA

Sulfur Indol Motility (SIM)

Media SIM adalah perbenihan semi solid yang dapat digunakan untuk mengetahui

pembentukan H2S, indol dan motility dari bakteri. Hampir semua

bakteri Klebsiella membentuk indol kecuali tipe pneumonia dan ozaenae. Motility negatif

sesuai dengan morfologi Klebsiella yang tidak memiliki flagella. sedangkan pembentukan

H2S  juga tak terlihat pada semua jenisKlebsiella

Citrate

Bakteri yang memanfaatkan sitrat sebagai sumber karbon akan menghasilkan natrium

karbonat yang bersifat alkali, dengan adanya indicator brom tymol blue menyebabkan

terjadinya warna biru. Pada bakteri Klebsiella, hanya jenis rhinos yang tidak memanfaatkan

sitrat, sehingga pada penanaman media sitrat hasilnya negative. Sedangkan

spesiesKlebsiella lainnya seperti pneumonia, oxytoca, dan ozaenae  menunjukkan hasil

positif pada media ini.

Urea

Bakteri tertentu dapat menghidolisis urea dan membentuk ammonia dengan

terbentunya wana merah karena adanya indicator phenol red,Klebsiella pada media urea

memiliki pertumbuhan yang lambat memberikan hasil positif pada pneumonia, oxytoca atau

bisa  juga ozaenae karenaKlebsiella juga ada beberapa yang mampu  menghidrolisis urea

dan membentuk ammonia.

Methyl red

Media ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan dari beberapa bakteri yang

memproduksi asam kuat sebagai hasil fermentasi dari glukosa dalam media ini, yang dapat

ditunjukkan dengan penambahan larutan methyl red. Hampir semua Klebsiella

sp memproduksi asam yang kuat sehingga pada penambahan larutan methyl red terbentuk

warna merah, kecuali padapneumonia dan oxytoca yang juga dapat memberikan hasil negatif

Voges Proskauer

Bakteri tertentu dapat memproduksi acetyl metyl carbinol dari ferentasi glukosa yang

dapat diketahui dengan penambahan larutan voges proskauer, Klebsiella

Page 18: KLEBSIELLA

ozaenae dan rhinos tidak memproduksi acetyl methyl carbinol sehingga penanaman pada

media ini meberikan hasil negative, berbeda dengan jenis  pneumonia dan  oxytoca yang

mampu memberikan hasil positif pada media ini.

Fermentasi Karbohidrat

Media ini berfungsi untuk melihat kemampuan bakteri memfermentasikan jenis

karbohidrat, jika terjadi fermentasi maka media terlihat berwarna kuning karena perubahan

pH menjadi asam. Klebsiella spmemfermentasi glukosa, maltose sedangkan sukrosa tidak

difermentasikan pada jenis rhinos atau bisa juga ozaenae

2.11 Pengobatan

Beberapa jenis Klebsiella pneumonia dapat diobati dengan antibiotik, khususnya

antibiotik yang mengandung cincin beta-laktam.

Contoh antibiotik tersebut adalah ampicillin, carbenicillin, amoxiciline, dll. Dari hasil

penelitian diketahui bahwa Klebsiella pneumonia memiliki sensitivitas 98,4% terhadap

meropenem, 98,2% terhadap imipenem, 92,5% terhadap kloramfenikol, 80 % terhadap

siprofloksasin, dan 2% terhadap ampisilin. Strain baru dan Klebsiella pneumonia kebal

terhadap berbagai jenis antibiotik dan sampai sekarang masih dilakukan penelitian untuk

menemukan obat yang tepat untuk menghambat aktivitas atau bahkan membunuh bakteri

tersebut.

2.12 Pencegahan

Memiliki rumah yang sekadar bersih tak cukup jika Anda ingin terhindari dari berbagai

risiko penyakit akibat penyebaran kuman di rumah. Gaya hidup higienis perlu menjadi

kebiasaan dalam keluarga jika ingin sehat dan meminimalisasi berkembang biaknya kuman di

berbagai benda dan peralatan juga perlengkapan rumah tangga.

Meski begitu, Anda tak lantas perlu bersikap berlebihan dengan menginginkan segalanya

serba steril. Bagaimana pun bakteri akan mudah didapati pada pakaian kotor, pada

permukaan di berbagai peralatan rumah tangga seperti di atas meja makan, di lantai yang

Page 19: KLEBSIELLA

kerap ketumpahan susu atau sisa makanan, pada kain seperti selimut, seprai, sarung bantal,

handuk, gorden yang tak dibersihkan secara teratur berkala.

Kuman atau bakteri berkembang biak melalui berbagai medium di rumah tangga ini.

Terutama bakteri Klebsiella Pneumoniae yang banyak ditemui dalam kehidupan sehari-hari.

Jika tak dijaga kebersihannnya, berbagai peralatan rumah tangga dari kain memungkinkan

terpapar jenis bakteri ini.

Dokter spesialis infeksi tropis anak dari FKUI dan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo,dr

Hindra Irawan Satari, SpA(K) mengatakan bersih belum tentu steril, namun Anda perlu

mengupayakan agar rumah tangga selalu higienis.

Dr Hindra menjelaskan, higienis merupakan suatu keadaan yang bersih, yang bisa

diterapkan individu akan menciptakan kebesihan di masyarakat.

"Edukasi higienitas diawali di keluarga, oleh para orangtua. Masyarakat bersih cermin

individu bersih, dan ini menjadi kunci untuk sehat. Budaya, perilaku, kebiasaan higienis

harus dibangun di keluarga," jelas dr Hindra yang kini menjabat sebagai Ketua Komite

Pencegahan dan pengendalian infeksi di Rumah Sakit ini.

Menerapkan kebiasaan hidup higienis bisa membantu Anda dan keluarga terhindar dari

infeksi bakteri yang merusak jaringan tubuh dan menimbulkan penyakit. Meskipun rumah

tangga tak bisa sepenuhnya steril dari bakteri, tapi setidaknya perilaku hidup higienis bisa

meminimalisasi risiko penyakit karena kuman.

"Kita tak harus steril 100 persen atau tidak perlu terlalu khawatir dengan kuman. Tidak

semua bakteri berbahaya. Makanan yang masuk ke dalam tubuh pun harus dicerna bakteri,

yogurt yang kita makan pun melewati proses fermentasi dengan bantuan bakteri. Yang perlu

dilakukan adalah perilaku higienis agar bakteri tidak menyebabkan penyakit," ungkapnya di

sela peluncuran pelembut dan pewangi pakaian anti bakteri.

Lantas apa yang harus kita lakukan agar terhindar dari infeksi bakteri?

Anda dan keluarga bisa mulai hidup lebih higienis untuk mencegah penjalaran kuman.

Fakta dari hasil penelitian International Scientific Forum on Home Hygiene (IFH)

menunjukkan pola hidup higienis di rumah tangga dapat mencegah terjadinya infeksi atau

penyakit.

Page 20: KLEBSIELLA

Penelitian IFH di Kanada, Jepang, Amerika menyimpulkan bahwa bakteri dapat hidup

pada pakaian, maupun peralatan rumah tangga berbahan kain, jika tak terjaga kebersihannya.

Mata rantai penyakit infeksi karena penjalaran bakteri ini dapat diatasi dengan gata hidup

higienis.

Ryan Gene Gaia Sinclair, PhD, MPH, environmental microbiologist dari IFH mengatakan

banyak cara yang bisa dilakukan untuk mencegah penjalaran bakteri di rumah tangga.

Melakukan pembersihan rutin pada peralatan dan perlengkapan rumah tangga menjadi

langkah utamanya. Selain juga menggunakan disinfektan dalam setiap proses pembersihan.

"Biasanya kita hanya membersihkan rumah pada bagian tertentu saja, ada bagian yang

tidak tersentuh, di kolong kursi atau meja misalnya, di mana bakteri bisa berkembang biak di

sana. Penyebaran bakteri bisa diminimalisasi dengan rutin membersihkan berbagai peralatan

rumah tangga, dengan maksimal. Selain kebiasaan higienis lain yang perlu dilakukan seperti

cuci tangan, memastikan baju selalu bersih, dan rutin membersihkan perlengkapan rumah

tangga dari bahan," jelasnya.

Standar minimum pencegahan penjalaran bakteri dapat dipraktikkan dengan cara

sederhana yakni menggunakan komponen anti bakteri saat membersihkan berbagai peralatan

dan perlengkapan rumah tangga.

"Utamanya dalam membersihkan perlengkapan rumah tangga berbahan kain, karena

banyak bakteri yang bisa berkembang biak di pakaian," tutur Sinclair.

Kesadaran untuk hidup higienis di rumah tangga ini perlu dimiliki setiap anggota

keluarga Anda. Dengan memahami higienitas di rumah tangga, Anda lebih terlindungi dari

berbagai jenis bakteri yang menyebabkan penyakit, dan dampak jangka panjang dari bakteri

terhadap tubuh.

 

Pencegahan Klebsiella pneumonia

Pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit  Klebsiella pneumonia antara

lain :

1. Hindari kontak komunikasi 2 arah dengan jarak yang dekat dengan orang yang dicurigai

atau terkena penyakit akibat Klebsiella pneumonia.

2.      Pakai masker bila berkomunikasi dengan orang  yang terkena penyakit akibat bakteri ini.

Page 21: KLEBSIELLA

3.      Anjurkan kepada klien untuk tidak membuang dahak di sembaran tempat.

4.      Bagi petugas kesehatan, jangan memegang spesimen sampel dahak Klebsiella pneumonia

tanpa menggunakan handskun, cuci tangan dengan sabun antiseptik setelah melakukan

tindakan kepada orang yang mengidap penyakit Klebsiella pneumonia.

Risikonya

Dr Hindra menjelaskan, penting bagi setiap anggota keluarga untuk memahami

berbagai jenis bakteri dan penyakit yang ditimbulkan akibat bakteri.

Contoh bakteri K. Pneumoniae yang seringkali dapat menyebabkan penyakit saluran

pernafasan atas, juga seringkali ditransmisikan akibat perilaku tidak higienis. Seperti jarang

membersihkan perlengkapan rumah tangga berbahan kain, kebiasaan cuci tangan yang belum

baik, atau proses pembersihan berbagai perlengkapan rumah tangga yang belum sudah

dianggap bersih namun belum higienis.

Namun, sekali lagi, satu catatan yang perlu diingat. Anda tak perlu berlebihan dengan

bersikap "terlalu steril" bahkan membatasi aktivitas terutama pada anak-anak. Anda tetap bisa

melakukan aktivitas apa pun di rumah, namun pastikan pakaian, peralatan dan perlengkapan

rumah tangga, lantai dan berbagai benda di rumah rutin dibersihkan dengan cara-cara yang

higienis, bukan sekadar bersih.

Page 22: KLEBSIELLA

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Klebsiella pneumonia menyebabkan pneumonia dapat menginfeksi tempat lain di

samping saluran pernafasan. Klebsiella merupakan suatu bakteri yang menimbulkan penyakit

infeksi saluran pernapasan atas (hidung) yang kronis dan endemik di berbagai negara,

termasuk Indonesia. Klebsiella pneumonia dapat menyebabkan penyakit karena mempunyai

dua tipe antigen pada permukaan selnya :

1. Antigen

2. Antegen K

B. Saran

Semoga dengan adanya makalah ini kita dapat mengetahui bahaya dari Klebsiella dan

dapat mengobati atau minimalkan terjadinya penyakit yang ditimbulkan oleh Klebsiella

sedini mungkin.