39
KLIPING KUMPULAN PUISI Disusun Oleh: Nama : Aprilia Sulistianingsih NIS : 8553 Kelas : XII IPA 1 Guru Pembimbing : Surimawarni, S.Pd

Kliping Kumpulan Puisi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

puisi

Citation preview

KLIPING KUMPULAN PUISI

Disusun Oleh: Nama : Aprilia SulistianingsihNIS : 8553Kelas : XII IPA 1Guru Pembimbing : Surimawarni, S.Pd

SMA NEGERI 13 PALEMBANGTAHUN AJARAN 2012/2013KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan anugrah kesempatan dan pemikiran kepada penyusun untuk dapat menyelesaikan tugas kliping kumpulan puisi ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah turut bekerja sama dalam penyusunan kliping kumpulan puisi ini.Ibu Surimawarni, S.Pd., selaku pembimbing yang telah banyak menyumbangkan idenya serta mendukung pembuatan tugas kliping ini. Orang tua tercinta terima kasih atas dukungan dan doanya.Teman-teman yang ikut membantu proses pembuatan. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.Kritik dan saran pembaca sangat diharapkan untuk perbaikan kliping ini dimasa yang akan datang.

Palembang, Maret 2013

Penulis

ii

DAFTAR ISIHalaman Judul iKata Pengantar iiDaftar isi iiiBAB I. PUISI LAMA 1I.1. Mantera atau Serapah 1I.2. Bidal 2-4 I.3. Pantun 5 I.4. Pantun Kilat atau Karmina 6 I.5. Talibun 7 I.6. Seloka 8 -10 I.7. Gurindam 10-11 I.8. Syair 11-12 BAB II. PUISI BARU 13 II.1. Distichon atau sanjak 2 seuntai 13II.2. Terzina atau sanjak 3 seuntai 14II.3. Quatrin atau sanjak 4 seuntai 14II.4. Guint atau sanjak 5 seuntai 15II.5. Sextet atau sanjak 6 seuntai 15-16II.6. Septima atau sanjak 7 seuntai 16II.7. Stanza/Octav atau sanjak 8 seuntai 16-17 II.8. Soneta atau sanjak 14 seuntai 17-18 BAB III. PUISI MODERN 19 BAB IV. PUISI KONTEMPORER 20 IV.1. Puisi Mbeling 21 IV.2. Puisi Tipografi 21-22 IV.3. Puisi yang menentang idiom 22-23 IV.4. Puisi Supra Kata 23-24 IV.5. Puisi yang mengutamakan unsur bunyi 24 IV.6. Puisi Multi Lingual 24-25 IV.7. Puisi yang menggunakan simbol 25 IV.8. Puisi Tanpa Kata 25 IV.9. Puisi Konkret 26 Daftar PustakaiiiBAB I PUISI LAMA Puisi lama ialah puisi yang terikat oleh syarat-syarat tertentu yang tradisional. Di samping syarat-syarat khusus yang terdapat pada tiap-tiap jenis, juga terdapat syarat-syarat umum sebagai berikut.a. Jumlah larik pada tiap-tiap bait.b. Jumlah perkataan atau suku kata pada tiap-tiap larik.c. Susunan sajak secara vertikal pada akhir larik tiap satu bait.d. Hubungan larik-lariknya.e. Iramanya menurutkan pola tertentu, jadi merupakan metrum.

I.1 Mantera atau Serapah Pengertian mantera menurut Kamus Dewan adalah kata atau ayat gaib apabila diucapkan dapat menimbulkan kuasa gaib ( untuk menyembuhkan penyakit dan sebagainya ), jampi. Contoh : Bismillahirrahmanirrahim Bismillah aku menawar racun Aku tau asal racun Anak lidah asam racun Seri manik yang menawar Jin semlu t yang punya tawar Berkat lailahaillallah

1I.2 Bidal Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bidal adalah peribahasa atau pepatah yang mengandung nasihat, peringatan, sindiran, dan sebagainya. Klinkert mengatakan bahwa bidal adalah bahasa berkias atau beribarat. Adapun Simorangkir mengatakan bahwa bidal adalah kalimat-kalimat singkat yang mengandung suatu pengertian atau membayangkan sindiran dan kiasan sebagai tangkisan bagi ahli sastra. a. Jenis-jenis bidal1) Menurut asal kejadiannyaa) Bidal dari lingkungan petani, contohnya : Pagar makan tanaman. Dahulu bajak daripada jawi.b) Bidal dari lingkungan rumah tangga, contohnya : Besar pasak daripada tiang . Sambil berdiang nasi masak.

c) Bidal dari kalangan guru dan alim ulama, contohnya : Lubuk akal tepian ilmu. Lancar kaji karena diulang, pasar jalan karena diturut.

d) Bidal dari kalangan pedagang, contohnya : Seperti menghasta kain sarung. Murah dimulut, mahal di timbangan. e) Bidal dari lingkungan nelayan atau orang-orang pantai, contohnya : Dalam laut dapat diduga, dalam hati siapa yang tahu. Sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terbayar. f) Bidal yang mengingatkan suatu dongeng atau cerita, contohnya : Katak hendak jadi lembu. Lebai malang. 22) Menurut susunan kataa) Ungkapan Ungkapan yaitu kiasan atau perbandingan yang dinyatakan secara amat singkat, contohnya :1) Buah hati.2) Bunga bahasa.

b) Peribahasa Peribahasa adalah segala bentuk atau cara berbahasa tidak dalam arti sebenarnya, contohnya :1) Gajah berjuang sama gajah, pelanduk mati di tengah-tengah.2) Malu bertanya sesat di jalan.

c) Pepatah Pepatah ialah kiasan tepat yang dipergunakan untuk mematahkan perkataan orang lain, contohnya :1) Tong kosong berbunyi nyaring.2) Besar pasak daripada tiang.

d) Perumpamaan Kalimat yang membandingkan keadaan yang sebenarnya dengan keadaan lain yang ada di alam . Biasanya dimulai dengan kata : seperti, umpama, laksana, bagai, sepantun, bak, dan sebagainya.Contoh :1) Seperti menghasta kain sarung.2) Sepantun ayam kehilangan induk.

e) Tamsil Tamsil ialah perumpamaan yang bersampiran, bersajak, dan berirama, contohnya :1) Keras-keras kerak, kena air lunak juga.2) Diam ubi, makin lama makin berisi.

3f) Ibarat Ibarat ialah perumpamaan yang seterang-terangnya dengan mengadakan perbandingan dengan alam, contohnya : 1) Ibarat bunga, segar dipakai kayu dibuang.2) Bagai kerakap tumbuh di batu, hidup segan mati tak hendak.

g) Hadis melayu atau kata arif Hadis melayu atau arif ialah ucapan-ucapan yang tadinya berasal dari hadis Nabi Muhammad SAW., yang kemudian terasa sebagai milik umum, contohnya :1) Senangkanlah hatimu deengan menyenangkan hati orang lain.2) Ilmu yang tiada diamalkan seperti pohon tiada berbuah.

h) Pameo ( pem + beo = peniru ) Ucapan tiruan yang biasanya hanya berlaku untuk sementara waktu saja. Digunakan sebagai semboyan atau penambah semangat, contohnya :1) Sekali merdeka tetap merdeka.2) Giat bekerja pasti berjasa.

b. Fungsi bidalDalam kehidupan sehari-hari, bidal berfungsi sebagai :1. Media komunikasi, baik formal seperti dalam upacara adat, ataupun tidak formal seperti sekadar untuk menegur, mengkritik, atau menyindir seseorang.2. Media pendidikan dan pengajaran dalam kehidupan sehari-hari.3. Media untuk mengkritik sehingga lebih bisa diterima dan dicerna oleh orang lain.4. Kontrol sosial moral dan perilaku masyarakat.5. Media untuk menunjukkan kebijaksanaan dan keluasan ilmu penuturnya.6. Alat untuk melihat dan mengukur status seseorang dalam masyarakat.

4I.3 Pantun Pantun adalah bentuk puisi yang terdiri atas empat larik yang bersajak bersilih dua-dua (pola ab-ab), dan biasanya, tiap larik terdiri atas empat perkataan. Dua larik pertama disebut sampiran, sedangkan dua larik berikutnya disebut isi pantun. Namun demikian, ada sebagian orang yang mengatakan bahwa kata pantun berasal dari bahasa Jawa, yaitu pantun atau pari. Baik pantun maupun pari sama-sama berarti padi dalam bahasa Indonesia (Melayu). Pendapat yang mengatakan bahwa kata pantun berasal dari bahasa Jawa dikuatkan oleh adanya salah satu jenis puisi lisan Jawa mirip pantun. Dalam kesusastraan Jawa, ikatan puisi yang mirip dengan pantun ini dinamakan parikan.a. Ciri- ciri pantun1) Tiap-tiap bait pantun terdiri 4 larik.2) Tiap-tiap larik terdiri dari 8 - 12 suku kata.3) Sajak akhirnya merupakan sajak silang yang dapat dirumuskan ab ab.4) Larik-1 dan ke-2 disebut sampiran, dan tak mempunyai hubungan logis dengan larik ke-3 dan ke-4 yang menjadi isi pantun dan disebut maksud.

Contoh : Buah ara batang dibantun Mari dibantun dengan parang Hai saudara dengarlah pantun Pantun tidak mengata orang

Mari dibantun dengan parang Beranga besar dalam padi Pantun tidak mengata orang Janganlah syak di dalam hati

5I.4 Pantun Kilat atau Karmina Karmina atau dikenal dengan nama pantun kilat adalah pantun yang terdiri atas dua larik. Larik pertama merupakan sampiran dan larik kedua adalah isi. Fungsi karmina ini antara lain sebagai sarana untuk menyampaikan sindiran ataupun ungkapan secara langsung, mengungkapkan perasaan, member nasihat, selingan percakapan, dan sebagainya.a. Ciri- cirri1) Satu larik pertama berupa sampiran.2) Jeda larik ditandai koma.3) Sajak akhiran lurus (a-a).4) Larik kedua merupakan isi.

Ikatan pantun kilat dan karmina itu seperti ikatan pantun. Hanya saja lariknya lebih singkat, yaitu terdiri atas 4-6 suku kata maka disebut pantun kilat. Contoh :1. Ujung bendul dalam semak,Kerbau mandul banyak lemak.

2. Pinggan tak retak nasi tak dingin,Tuan tak hendak saya tak ingin.

Sebagaimana pantun, karmina juga merupakan karya sastra (puisi) asli Melayu yang pada mulanya berupa sastra lisan. Dengan demikian bentuk karmina tidak selalu tetap. Formulasi karmina dapat diubah dalam bentuk empat larik, misalnya1. Ada ubiada talas,Ada budiada balas.

2. Banyak udangbanyak garam,Banyak orangbanyak ragam. 6 I.5 Talibun Talibun adalah sejenis puisi lama seperti pantun karena mempunyai sampiran dan isi, tetapi lebih dari empat larik (mulai dari 6-20 larik). Oleh karena itu, talibun dapat dikatakan merupakan perluasan dari pantun. Jika karmina disebut juga pantun singkat, maka talibun disebut pantun panjang.a. Ciri-ciri1) Talibun merupakan ikatan sejenis pantun, yang jumlah larik tiap-tiap baitnya lebih dari 4 dan genap (6,8,10 dan seterusnya).2) Tiap-tiap larik terdiri atas 8-12 suku kata.3) Sepauh dari jumlah larik bagian atas merupakan sampiran, separuh bagian bawah merupakan maksud.4) Sajak akhirnya, secara vertikal dapat dirumuskan abc abc, abcd abcd, abcde abcde, dan seterusnya.

Contoh :1) Kalau anak pergi ke lepauYu beli belanak pun beliIkan panjang beli dahuluKalau anak pergi merantauIbu cari sanak pun cariInduk semang cari dahulu

2) Siapa belangir ke tepianJangan dahulu balik pulangRusa terdampar dalam lemahEkornya hitam kena baraKakanda berlayar kelautanBanyak memetik bunga kembangAdinda tinggal tengah rumahTidur bertilam airmata

7I.6 Seloka Seloka merupakan bentuk puisi yang telah tua, yaitu sejak masuknya pengaruh sastra Hindu ke Asia Tenggara pada awal abad pertama. Dalam sastra Melayu Klasik , seloka termasuk jenis puisi berisi pepatah atau perumpamaan yang mengandung olok-olok, ejekan, senda gurau, dan sindiran. a. Ciri-ciri dan contoh1) Menurut Dr. C. Hooykaas dalam Perintis Sastra bahwa seloka dalam bahasa Melayu memiliki ciri-ciri sebagai berikut.a) Sajak terdiri atas 4 larik.b) Tiap-tiap larik terdiri atas 4 perkataan atau 8- 11 suku kata.c) Bersajak seperti syair (aaaa).d) Hubungan larik-lariknya seperti pantun (larik 1+2 = sampiran, larik 3 + 4 = maksud).

Contoh :Ada seekor burung pelatuk Cari makan di kayu burukTuan umpama ayam punggukSegan mencakar rajin mematuk.

2) Madong Lubis dalam Keindahan Bahasa menerangkan bahwa seloka ialah pantun berkait.Contoh :Tahan melati di ruma-rumaUbur-ubur sampingan duaKalau mati kita bersamaSatu kubur kita berdua

Ubur-ubur sampingan duaTanam melati bersusun tangkaiSatu kubur kita berduaKalau boleh bersusun bangkai

8Tanam melati bersusun tangkaiTanam padi satu per satu Kalau boleh bersusun bangkaiDaging hancur menjadi satu

3) Sabaruddin Ahmad dalam Seluk-Beluk Bahasa Indonesia menerangkan bahwa seloka ialah pantun berangkai (sama dengan pendirian Madong Lubis).4) B. simorangkir- Simanjuntak dalam Kesusastraan Indonesia I menerangkan bahwa seloka dalam Bahasa Indonesia tidak lain adalah bidal atau pepatah berirama.5) Sutan Moh. Zain dalam Zaman Baru menerangkan : seloka itu boleh terdiri atas 2 larik, 4 larik, 6 larik atau lebih. Seloka yang jumlah lariknya lebih dari 2, bersajak pasangan (aa, bb, cc, dd, dan seterusnya). Segala kalimatnya berarti (masing-masing mempunyai hubungan logis) seperti halnya syair.

Contoh : Sungguh mujur bapak BilalangApa yang diterka tidaklah hilangAdapun nasib si Lebai MalangSelalu duduk berhati walang

Apa yang dimaksud tidaklah samaKarena pikirannya selalu cerai beraiAda nasi dicurahkanAwak pulang kebuluran

Waktu hilir memunggah pasangAwak sampai selesailah orangWaktu mudik memingkah surutAwak sampai laparlah perut

96) R.B. Slametmulyana dalam Bimbingan Seni Sastra menerangkan bahwa seloka berasal dari India yang bentuknya sebagai berikut. Satu seloka terdiri atas 4 pada. Tiap 2 pada merupakan satu larik. Jadi satu seloka terdiri atas 2 larik. Tiap-tiap larik dipotong ditengah-tengah.

I.7 Gurindam Gurindam adalah satu bentuk puisi Melayu lama yang terdiri atas dua larik kalimat dengan irama akhir yang sama, yang merupakan satu kesatuan yang utuh. Larik pertama berisikan semacam soal, masalah, atau perjanjian dan larik kedua berisikan jawabannya atau akibat dari masalah atau perjanjian pada larik pertama. Asal gurindam dari bahasa Tamil (India). Muncul di Indonesia setelah Hindu datang. Pengarang gurindam yang ternama ialah Raja Ali Haji (saudara sepupu Raja Ali yang menjadi raja muda Riau tahun 1844-1857). Hidupnya sekitar tahun 1844. Buah penanya yang terkenal ialah Gurindam Dua Belas, yaitu berupa kumpulan gurindam yang terdiri atas 12 pasal.a. Ciri-ciri1) Tiap sebait terdiri atas 2 larik.2) Jumlah suku kata setiap lariknya tidak tetap, pada umumnya 10-14.3) Sajak akhirnya merupakan sajak pertama yang dapat dirumuskan aa.4) Hubungan larik ke-1 dan larik ke-2 seolah-olah membentuk kalimat majemuk , biasanya dalam hubungan sebab akibat.5) Pada umumnya isi menyatakan suatu kebenaran untuk memberi nasihat.

Contoh :Cahari olehmu sahabatYang boleh dijadikan obat.

10Cahari olehmu akan guruYang boleh lakukan tiap seteru.

Cahari olehmu akan abdiYang ada baik sedikit budi

Kurang fikir, kurang siasatTentu dirimu, kelak tersesat

Fikir dahulu sebelum berkata Supaya terelak silang sengketa

Siapa menggemari silang sengketaKelaknya pasti berduka cita.

I.8 Syair Syair berasal dari bahasa Arab Syuur yang berarti penggubah atau pengikat hati. Syair masuk ke Indonesia setelah masuknya agama Islam. Memang demikian halnya sebab pada tahun 1380 M di Aceh terdapat batu nisan bertuliskan syair di Minye Tujoh. Isi syair adalah kejadian, kisah, nasihat, berbeda dengan pantun yang isinya semata-mata curahan perasaan. Dengan demikian, syair adalah tembang atau puisi yang penuh curahan perasaan yang mementingkan irama sajak.a. Ciri-ciri :1) Terdiri dari empat larik tiap bait.2) Setiap bait memberi arti sebagai satu kesatuan.3) Seluruh larik merupakan isi (dalam syair tidak ada sampiran ).4) Sajak akhir tiap larik selalu sama (aa-aa).5) Jumlah suku kata tiap larik hamper sama (biasanya 8-12 suku kata).6) Isi syair berupa nasihat, petuah, dongeng, cerita, dan sebagainya.

11 Contoh :Dengan bismillah permulaan warkatDiambil kertas kalam diangkatPena dan tinta jadi serikatMenyampaikan hakikat dengan hasratPena menyelam dawat menyambutTerbentang kertas putih umbutKalam menari kata disebutJejak terbentang sebagai rambutAwal mulanya surat direkaKenangan menyerang tidak berjangkaSiang malam segenap ketikaWajah tuan rasa di mukaSurat inilah pengganti diriDatang menjelang muda bestariDuduk berbincang berperi-periMelepas rindu hati sanubari(karya Sabaruddin Ahmad)

12BAB II PUISI BARU Puisi baru bentuknya lebih bebas daripada puisi lama baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima.1.Ciri-ciri Puisi Barua) Bentuknya rapi, simetris;b) Mempunyai persajakan akhir (yang teratur);c) Banyak mempergunakan pola sajak pantun dan syair meskipun ada pola yang lain;d) Sebagian besar puisi empat seuntai;e) Tiap-tiap barisnya atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis)f) Tiap gatranya terdiri atas dua kata (sebagian besar) : 4-5 suku kata.

II.1 Distichon Distikhon (sajak dua seuntai), yaitu tiap bait terdiri atas dua baris. Ciri- ciri :1. 2 baris; sajak 2 seuntai2. Distikon (Greek: 2 baris)3. Rima aa bbContoh :Berkali kita gagalUlangi lagi dan cari akal

Berkali-kali kita jatuhKembali berdiri jangan mengeluh(Or. Mandank)

13II.2 Terzina Tersina (sajak dua seuntai), yaitu tiap bait terdiri atas tiga baris. Terzina (Itali: 3 irama)Contoh :Dalam ribaan bahagia datangTersenyum bagai kencanaMengharum bagai cendana

Dalam bahgia cinta tiba melayangBersinar bagai matahariMewarna bagaikan sari(Madah Kelana)Karya : Sanusi Pane

II.3 Quatrain Quantrin (sajak empat seuntai), yaitu tiap bait terdiri empat baris.Ciri-ciri : Quatrain (Perancis: 4 baris) Pada asalnya ada 4 rangkap Dipelopori di Malaysia oleh Mahsuri S.N.Contoh :Mendatang-datang juaKenangan masa lampauMenghilang muncul juaYang dulu sinau silau

Membayang rupa juaAdi kanda lama laluMembuat hati juaLayu lipu rindu-sendu(A.M. Daeng Myala) 14II.4 Guint Pada asalnya, rima Guint adalah /aaaaa/ tetapi kini 5 baris dalam serangkap diterima umum sebagai Guint (perubahan ini dikatakan berpuncak dari kesukaran penyair untuk membina rima /aaaaa/.Contoh :Hanya Kepada TuanSatu-satu perasaanHanya dapat saya katakanKepada tuanYang pernah merasakan

Satu-satu kegelisahanYang saya serahkanHanya dapat saya kisahkanKepada tuanYang pernah diresah gelisahkan

Satu-satu kenyataanYang bisa dirasakanHanya dapat saya nyatakanKepada tuanYang enggan menerima kenyataan(Or. Mandank)

II.5 Sextet Sextet (sajak enam seuntai), yaitu tiap bait terdiri atas enam baris.Ciri-ciri : Sextet (latin: 6 baris) Dikenali sebagai terzina ganda dua Rima akhir bebas

15Contoh :Merindu BagiaJika harilah tengah malamAngin berhenti dari bernafasSukma jiwaku rasa tenggelamDalam laut tidak terwatasMenangis hati diiris sedih(Ipih)

II.6 Septima Septima (sajak tujuh seuntai), yaitu tiap bait terdiri atas tujuh baris. Septime (Latin: 7 baris) Rima akhir bebasContoh : Indonesia Tumpah DarahkuDuduk di pantai tanah yang permaiTempat gelombang pecah berderaiBerbuih putih di pasir terderaiTampaklah pulau di lautan hijauGunung gemunung bagus rupanyaDitimpah air mulia tampaknyaTumpah darahku Indonesia namanya(Muhammad Yamin)

II.7 Stanza atau Oktav Stanza atau octaf (sajak delapan seuntai), Yaitu tiap bait terdiri atas delapan baris, Oktaf (Latin: 8 baris) Dikenali sebagai double Quatrain

16Contoh : AwanAwan datang melayang perlahanSerasa bermimpi, serasa beranganBertambah lama, lupa di diriBertambah halus akhirnya seriDan bentuk menjadi hilang

Dalam langit biru gemilangDemikian jiwaku lenyap sekarangDalam kehidupan teguh tenang(Sanusi Pane)

II.8 Sonetaa. Ciri ciri soneta :1) Terdiri atas 14 baris.2) Terdiri atas 4 bait, yang terdiri atas 2 quatrain dan 2 terzina.3) Dua quatrain merupakan sampiran dan merupakan satu kesatuan yang disebut octav.4) Dua terzina merupakan isi dan merupakan satu kesatuan yang disebut isi yang disebut sextet.5) Bagian sampiran biasanya berupa gambaran alam.6) Sextet berisi curahan atau jawaban atau kesimpulan daripada apa yang dilukiskan dalam ocvtav , jadi sifatnya subyektif.7) Peralihan dari octav ke sextet disebut volta.8) Penambahan baris pada soneta disebut koda.9) Jumlah suku kata dalam tiap-tiap baris biasanya antara 9 14 suku kata.10) Rima akhirnya adalah a b b a, a b b a, c d c, d c d.

17Contoh : GembalaPerasaan siapa ta kan nyala ( a )Melihat anak berelagu dendang ( b )Seorang saja di tengah padang ( b )Tiada berbaju buka kepala ( a )Beginilah nasib anak gembala ( a )Berteduh di bawah kayu nan rindang ( b )Semenjak pagi meninggalkan kandang ( b )Pulang ke rumah di senja kala ( a )Jauh sedikit sesayup sampai ( a )Terdengar olehku bunyi serunai ( a )Melagukan alam nan molek permai ( a )Wahai gembala di segara hijau ( c )Mendengarkan puputmu menurutkan kerbau ( c )Maulah aku menurutkan dikau ( c )(Muhammad Yamin)

18BAB III PUISI MODERN Menurut Jalil (1990) puisi modern ini muncul, sejak kehadiran Jepang di Indonesia. Walaupun kehadiran Jepang di Indonesia memberikan kesengsaraan bagi masyarakat, namun bagi penyair memberikan kandungan keuntungan yang sangat besar, yaitu adanya kebebasan menggunakan bahasa indonesia.Kebebasan menggunakan bahasa Indonesia oleh penyair, digunakan sebagai alat untuk menghembuskan napas kebencian pada Jepang. Penyair angkatan ini dikategorikan sebagai penyair angkatan 1945, dan karya-karya puisinya termasuk dalam kelompok puisi modern. Ciri-ciri puisi modern :- Tidak terikat dengan peraturan puisi lama, seperti aturan-aturan jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata maupun rima.- Berkembang secara lisan dan tertulis.- Gaya bahasanya dinamis (berubah-ubah).- Isinya tentang kehidupan pada umumnya.Contoh :TerataiDalam kebun di tanah airku Tumbuh sekuntum bunga teratai Tersembunyi kembang indah permai Tidak terlihat orang yang lalu Akarnya tumbuh di hati dunia Daun bersemi Laksmi mengarang Biarpun ia diabaikan orang Seroja kembang gemilang mulia Biarpun engkau tidak dilihat Biarpun engkau tidak diminat Engkaupun turut menjaga zamanKarya Sanusi Pane (Antologi Puisi Indonesia Modern Anak-Anak)19BAB IV PUISI KONTEMPORER

Sesungguhnya bagi angkatan pujangga baru yang masih hidup antara tahun 1966-1970, kehadiran puisi kontemporer pada mulanya tidak diakuinya, karena mereka menganggap bahwa puisi dari jaman revolusi ini bukan lahir dari penyair yang benar-benar penyair, karena tokoh dari puisi ini dianggap brengsek, namun sebenarnya tidaklah demikian. Kehadiran puisi kontemporer merupakan perkembangan puisi Indonesia. Tahapan dari karya puisi kontemporer tidah hanya mementingkan diri si penyair, tetapi tuntutan keharusan, kemestian dan kebenaran menjadi tahap yang utama dalam menciptakan sebuah puisi.

Tokoh puisi kontemporer adalah Taufik Ismail, Darmanto Jatman, Rendra, Sutarji Calzoum Bachri. Di antara puisi kontemporer yaitu; berjudul: Malam Sebelum Badai karya Taufik Ismail. Puisi Kontemporeradalah bentuk puisi yang berusaha lari dari ikatan konvensional puisi itu sendiri. Misalnya saja, Sutardji mulai tidak mempercayai kekuatan kata tetapi dia mulai berpaling pada eksistensi bunyi dan kekuatannya. Danarto justru memulai dengan kekuatan garis dalam menciptakan puisi.

Puisi kontemporermemang cenderung berbentuk aneh dan ganjil. Di samping Sutardji dan Danarto, juga Sapardi Djoko Damono, penyair lain mencanangkan bentuk puisi ganjil adalah : Ibrahim Sattah, Hamid Jabar, Husni Jamaluddin, Noorca Marendra, dan sebagainya.

Boleh dikatakan bahwa puisi kontemporer seringkali memakai kata-kata yang kurang memperhatikan santun bahasa, memakai kata-kata makian kasar, ejekan, dan lain-lain. Pemakaian kata-kata simbolik atau lambang intuisi, gaya bahasa, irama, dan sebagainya dianggapnya tidak begitu penting lagi.

20 Ciri-ciri Puisi Kontemporer :1. Menolak kata sebagai media ekspresinya2. Bertumpu pada simbol-simbol nonkata3. Menampilkan kata sedikit mungkin4. Bebas memasukkan unsur bahasa asing atau daerah5. Memakai kata-kata supra/irasional, kata-kata yang dijungkir balikkan6. Menggarap tipografi secara cermat7. Berpijak pada bahasa inkonvensional

IV.1 Puisi Mbeling Puisi yang bersifat kelakar, berisi kritik sosial, dan ejekan terhadap sikap penyair yang serius dalam menghadapi puisi.Contoh :PredestinasiAku telah Berputar-putar Mencari engkau Dalam putaran-putaran waktu Tapi astaga Engkau ada bersama-sama denganku Dalam putaran Takdirmu dan Takdirku (Remy Sylado)

IV.2 Puisi tipografi Puisi tipografi adalah puisi yang lebih mementingkan gambaran visual dari puisi tersebut. Dalam puisi tipografi seorang penyair berusaha mengekspresikan gejolak hatinya dengan lebih menonjolkan lukisan bentuk dari puisinya di samping melalui kata-kata tentunya.21Contoh : Peluru Pengirim Maut

IV.3 Puisi Yang menentang idiom-idiom Puisi puisi semacam ini akan bersifat konvensional. Dengan menentang idiom konvensional maka puisi tersebut tidak lagi menghiraukan hubungan makna setiap kata, bahkan sering terjadi menjungkir balikkan hubungan makna tersebut.Contoh :ODukaku dukakau dukarisauDukakalian dukangiauResahku resahkau resahrisauResahbalau resahkalianRaguku ragukau raguguruRagutahu ragukalianMauku maukau mautahuMausampai maukalian

22Maukenal maugapaiSiasiaku siasiakau siasiaSiabalau siarisau siakalianSiasiaWaswasku waswaskauWaswaskalianWaswaswaswaswaswaswaswaSwaswasDuhaiku duhaikau duhairinduDuhaingilu duhaikalianDuhaisangsaiOku okau okosong orinduOkalian obolong o risau o Kau O..(Sutardji Calzoum Bachri)

IV.4 Puisi Supra Kata Puisi ini terlihat mempermainkan suku-suku kata . Sampai-sampai kata-kata itu menjadi tidak bermakna .Tetapi hal itu tidak lantas menghilangkan makna totalitas puisi tersebut . Bahkan terasa menjadi sangat konkret. Dengan deretan kata yang dibolak-balikan susunan suku katanya bila diteriakkan keras-keras seperti teriakan nelayan di zaman bahari dulu . Bunyi-bunyi yang muncul dari kata-kata tak bermakna itu mengangkat imajinasi kita untuk membayangkan situasi pada masa bahari dulu, di mana nenek moyang kita sangat akrab dengan lautan.Contoh :COMMUNICATION GAPYaTUHANTuhan Tuhan TuhanTuhanTuHanTuhanHantu 23Hantu HantuHantu Hantu HantuHANTUAy(Remy Sylado)

IV.5 Puisi yang lebih mengutamakan unsur bunyi Puisi ini mengingatkan kita pada bentuk puisi mantera pada zaman sastra purba. Puisi mantera pun amat menonjolkan kekuatan bunyi. Bahkan menurut hemat nenek moyang kita dulu semakin kuat bunyi dalam mantera semakin tinggi nilai magis yang terkandung dalam mantera tersebut. Dan ternyata dalam perkembangan sastra Indonesia modern, ada kencenderungan kembali pada bentuk mantera. Penyair garda depan yang memproklamasikan bentuk mantera ini adalan Sutardji dan Ibrahim Sattah. Contoh :ManteraLima percik mawarTujuh sayap merpatiSesayat langit perihDicabik puncak gunungSebelas duri sepiDalam dupa rupaTiga menyan luka Mengasapi duka

Puah!Kau jadi Kau!kasihku

IV.6 Puisi Multi Lingual Puisi yang mengkombinasikan bentuk bahasa Indonesia dengan bahasa asing atau bahasa daerah. Puisi ini menggunakan berbagai bahasa dalam mengungkapkan apa yang dimaksudkannya. Tentu saja hal ini mempersulit pemahaman pembaca yang tidak mengerti dan menguasai bahasa asing maupun bahasa daerah.24Contoh : DiguguriMusim diam. Tetumbuhan dan hewan-hewan menyeret seperti kelinci Berbiak dalam biang Ada yang tersimpan ada yang ditunggu Ada yang menyimpan dan membiarkan diam Rumput tanpa gerak. Anyep udara jadi ngeliep Patahan ranting terjatuh. Patahan Waktu yang terkubur lanskap sebuah ruang Tentang masa lalu yang bakal menjelma IV.7 Puisi yang banyak menggunakan simbol daripada kata kata atau kalimat. Simaklah puisi Jeihan berikut ini !VVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVVIVA PANCASILA( Jeihan )

IV.8 Puisi Tanpa Kata Puisi yang sama sekali tidak menggunakan kata sebagai alat ekspresinya. Sebagai gantinya digunakan titik-titik, garis, huruf, atau simbol- simbol lain. Dan lebih menonjolkan unsur garis atau gambar seperti dalam seni lukis.Contoh :

25IV.9 Puisi Konkret Puisi konkret benar-benar merupakan penyair yang tidak lagi percaya terhadap eksistensi kata. Puisi konkret berusaha meninggalkan peranan kata karena kata dianggapnya terlampau akrab untuk mewadahi penyair. Puisi konkret merupakan puisi yang diciptakan oleh penyair dengan memakai benda-benda yang konkret ( biasanya dengan sedikit mungkin kata , bahkan kalau perlu kata itu dihilangkan) sebagai alat ekspresinya . Contoh :

AmukNgiau! Kucing dalam darahDia menderasLewat di mengalir ngiluNgiau dia berGegas lewat aortakuDalam rimbaDarahku dia besar dia bukan Harimau buKan singa bukan hiena bukanLeopar diaMacam kucing bukan kucingTapi kucingNgiau dia lapar diaMenambah rimba afRikaku dengan cakarnyaDengan amuknyaDia meraung dia mengerangJangan beriDaging dia tak mau dagingJesus janganBeri roti dia tak mau rotiNgiau(Sutardji Calzoum Bachri)

26DAFTAR PUSTAKA

http://kakashiiyomoto.blogspot.com

http://www.melayuonline.com

http://www.duniasastra.com

http://www.wikipedia.org

Purba, Antilan.2001. Sastra Indonesia Kontemporer. Medan : USU Press.

Soetarno. 2007. Peristiwa Sastra Melayu Lama. Surakarta : PT Widya Duta Grafika.