Klp 1 Pendanaan (Lanjut) Materi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

dari pak bambang

Citation preview

pendistribusiannyaPendanaan Perusahaan 66 POKOK BAHASAN 5PENDANAAN PERUSAHAANTUJUAN PEMBAHASAN Setelah membaca dan mempelajari isi dari Bab 5 buku ini, yang membahas tentang pendanaan atau pembiayaan perusahaan, diharapkan pembaca mampu:Menjelaskan pengertian dari kebijakan pendanaan sebagai salah satu kebijakan fundamental dalam manajemen keuangan.Menjelaskan tujuan dan pentingnya kebijakan pendanaan bagi perusahaan dalam upaya menciptakan dan meningkatkan nilai perusahaan.Mengidentifikasi dan menjelaskan masing-masing jenis sumber pendanaan yang tersedia di pasar keuangan serta karakteristik dari masing-masing.Menjelaskan kelebihan dan keterbatasan masing-masing jenis sumber pendanaan yang ada.Menjelaskan dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pemilihan sumber pendanaan atau struktur modal.ILUSTRASI KASUSKasus 1:Untuk memenuhi pesatnya pertumbuhan permintaan terhadap produk air minum kemasan, PT TIRTA ABADI yaitu sebuah perusahaan yang memproduksi minuman air mineral kemasan, pada tahun 20xx melakukan perluasan produksi dengan mendirikan pabrik baru di suatu daerah yang tersedia bahan baku air mineral melimpah. Investasi terhadap pabrik baru tersebut menghabiskan dana sebesar Rp 70 milyar yang sebagian besar didanai dengan menerbitkan saham biasa baru dan sisanya dipenuhi dari saldo laba yang tidak dibagikan ke pemegang saham. Dengan beroperasinya pabrik baru tersebut, perusahaan terbukti mampu meningkatkan laba sebelum bunga dan pajak (Earning before Interest and Tax/EBIT) dari semula Rp 14,6 milyar menjadi Rp 21,5 milyar per tahun. Namun demikian meningkatnya pendapatan tersebut ternyata tidak berdampak kepada peningkatan Earning per Share (EPS) yang diharapkan. EPS sebelum perluasan Rp 1.250 sedangkan setelah perluasan menjadi Rp 1.252. Lebih lanjut harga saham perusahaan juga tidak mengalami perubahan yang signifikan. Kasus 2:Sebuah perusahaan bernama PT GRIYAINDAH bergerak di bidang usaha pengembang rumah hunian untuk kalangan kelas menengah kebawah. Perusahaan tersebut tergolong sebagai pemain baru di lingkungan industri rumah hunian. Pada saat ini perusahaan beroperasi dengan total modal Rp 150 milyar dengan rasio struktur modal Debt to Total Asset Ratio 85%. Dalam beberapa tahun operasinya volume penjualan yang dicapai perusahaan relatif konstan dan bahkan pada tahun tertentu justru menurun. Dengan kurang tercapainya hasil yang diharapkan, beberapa tahun belakangan perusahaan tersebut mengalami tekanan finansial karena perusahaan dihadapkan kepada tingginya jumlah kewajiban utang yang jatuh tempo. Beberapa di antaranya tidak bisa dipenuhi sehingga semakin memperberat beban perusahaan karena harus menanggung penalti akibat tidak terpenuhinya kewajiban tepat waktu. Kondisi yang dialami perusahaan tersebut semakin meperbesar risiko keuangan yang pada gilirannya berdampak kepada menurunnya harga saham perusahaan.Dua ilustrasi kasus di atas memberikan gambaran tentang bagaimana perusahaan mengalami tekanan terhadap menurunnya nilai perusahaan sebagai dampak dari kebijakan pendanaan yang diambil. Pada kasus PT TIRTA ABADI (Kasus 1), perusahaan telah memutuskan menggunakan sumber dana dari modal sendiri yaitu penerbitan saham biasa dan saldo laba untuk membiayai perluasan produksi. Kebijakan penerbitan saham biasa baru dengan jumlah lembar yang diterbitkan tampaknya justru menghambat kenaikan dari EPS sendiri dan pada gilirannya kebijakan perluasan produksi menggunakan dana modal sendiri tersebut tidak berdampak kepada penciptaan atau peningkatan nilai perusahaan sesuai yang diharapkan. Pada kasus yang kedua, tekanan finansial yang dialami oleh PT GRIYAINDAH juga bersumber dari kebijakan pendanaan yang diambil oleh perusahaan. Perusahaan yang belum banyak berpengalaman di bidang usaha yang dijalankan tersebut terlalu banyak menyandarkan modal operasional dari sumber utang. Kurangnya dukungan dari kemampuan perusahaan menghasilkan pendapatan (cashflow) secara konsisten menjadikan utang sebagai sumber pendanaan sangat berisiko. Utang merupakan salah satu sumber dana yang membawa konsekuensi kewajiban-kewajiban keuangan tetap yang terdiri dari pembayaran kembali pokok pinjaman dan bunga periodik, disamping beban denda yang juga harus ditanggung oleh perusahaan jika terjadi kegagalan pemenuhan kewajiban tepat waktu. Pengalaman dari PT TIRTA ABADI dan PT GRIYAINDAH di atas memberikan gambaran tentang pentingnya melakukan analisis cermat terhadap pilihan-pilihan sumber pendanaan yang tersedia sebelum diambil sebagai suatu kebijakan. Perusahaan hendaknya tidak hanya bergantung kepada satu sumber pendanaan hanya karena alasan misalnya penerbitan saham baru merupakan cara yang lebih mudah untuk memperoleh pendanaan. Penggunaan sumber dana alternatif seperti dari utang untuk kasus PT TIRTA ABADI ini bisa jadi justru memberikan hasil yang lebih menjanjikan dibanding modal sendiri dalam rangka mendorong kanaikan EPS. Untuk kasus PT GRIYAINDAH, penggunaan modal sendiri yang lebih tidak berisiko seperti utang, mungkin akan lebih bijak mengingat perusahaan belum memiliki pengalaman yang memadahi di bidangnya sehingga kemampuan perusahaan menghasilkan pendapatan masih perlu diuji. Kedua kasus tersebut di atas memberikan ilustrasi bagaimana kebijakan pendanan yang diambil oleh perusahaan tidak mampu menciptakan nilai perusahaan yang diharapkan tetapi justru merongrongnya.PENGERTIAN DAN PENTINGNYA KEBIJAKAN PENDANAANKebijakan pendanaan (Financiang Policy) merupakan salah satu dari tiga kebijakan fundamental manajemen keuangan, di samping kebijakan investasi dan kebijakan dividen. Kebijakan pendanaan merupakan keputusan tentang pemilihan alternatif yang paling menguntungkan (rasional) dalam pemenuhan kebutuhan dana perusahaan. Kebijakan ini mencakup dua hal yaitu penentuan pilihan jenis sumber dana dan penentuan jumlah dana yang sebaiknya diperoleh dari sumber yang bersangkutan. Alternatif yang dianggap paling menguntungkan adalah alterntif pendanaan yang dianggap memiliki kontribusi paling tinggi bagi penciptaan atau peningkatan nilai perusahaan. Periksa kembali konsep tentang nilai perusahaan di bab sebelumnya.Dua ilustrasi kasus di bagian awal menunjukkan tentang pentingnya melakukan analisis cermat terhadap pilihan-pilihan sumber pendanaan yang tersedia sebelum diambil sebagai suatu kebijakan. Apalagi kebijakan pendanaan termasuk salah satu kebijakan fundamental manajemen keuangan yang bermakna strategik. Artinya kebijakan pendanaan memiliki dampak jangka panjang dan sangat menetukan bagi kehidupan perusahaan. Jika manajemen salah mengambil keputusan dalam pendanaan maka dampaknya bisa merugikan perusahaan dalam jangka panjang. Di pasar keuangan tersedia berbagai alternatif sumber yang bisa dimanfaatkan oleh peerusahaan untuk memperoleh dana yang dibutuhkan. Perusahaan hendaknya tidak hanya bergantung kepada satu sumber pendanaan melainkan perlu mencermati peluang alternatif lainnya yang tersedia kemudian dipilih yang dianggap paling menguntungkan bagi perusahaan, termasuk kemungkinan pemilihan alternatif gabungan dari beberapa sumber dana sekaligus. Di sinilah pentingnya kebijakan pendanaan diambil secara cermat dengan melibatkan analisis yang rasional. Pemilihan sumber dana yang rasional tersebut bisa dilihat dari berbagai kriteria berdasarkan faktor-faktor pertimbangan yang akan dibahas pada bagian selanjutnya.Kebutuhan dana secara garis besar bisa dipenuhi dari dua kelompok sumber yaitu sumber utang atau sumber modal sendiri (ekuitas). Kebijakan pendanaan harus menghasilkan ketetapan pilihan pendanaan, apakah kebutuhan dana tertentu dipenuhi dari sumber utang atau dari modal sendiri atau kombinasi dari keduanya. Jika dipenuhi dari modal sendiri misalnya apakah harus dipenuhi melalui penerbitan saham preferen atau saham biasa, atau menggunakan saldo keuntungan yang tidak dibagikan kepada pemilik perusahaan (pemegang saham). Jika harus dipenuhi dari sumber utang apakah utang jangka pendek atau utang jangka panjang. Jika yang dipilih misalnya jenis utang jangka panjang maka apakah kebutuhan tersebut harus dipenuhi dengan menerbitkan obligasi dengan tingkat bunga tertentu atau dipenuhi dari pinjaman jangka panjang langsung misalnya dari bank atau dari perusahaan-perusahaan pembiayaan lainnya. Jika kebutuhan dana dipenuhi menggunakan kombinasi berbagai alternatif sumber, berapa porsi dari masing-masing sumber tersebut. Di Bab 1 disebutkan seolah-olah fungsi pendanaan mendahului fungsi pemanfaatan dana (fungsi investasi). Hal ini benar dengan anggapan bahwa fungsi investasi merupakan kegiatan pemanfaatan atau pengalokasian dana yang tersedia. Namun demikian, dalam praktiknya, kegiatan pendanaan biasanya merupakan upaya untuk merealisasikan rencana-rencana investasi yang sudah ada. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa kebijakan pendanaan diambil setelah tersedia pilihan-pilihan investasi yang telah ditetapkan melalui formulasi kebijakan investasi. Sekuensi tersebut memang lebih logis paling tidak dilihat dari kerangka berpikir penetapan biaya modal. Sebagaimana dibahas pada bab sebelumnya, biaya modal ditentukan oleh besar kecilnya risiko investasi yang akan dibiayai dengan dana yang bersangkutan. Hal ini berarti pilihan investasi harus sudah ditetapkan ketika perusahaan mengupayakan pendanaannya.SUMBER-SUMBER PENDANAANPasar keuangan menyediakan berbagai jenis sumber pendanaan yang bisa dimanfaatkan oleh perusahaan yang dalam hal ini sebagai pihak yang membutuhkan dana. Sumber pendanaan yang tersedia bisa tergolong sebagai sumber pendanaan jangka pendek atau jangka panjang, tergolong sebagai kelompok modal asing (utang) atau kelompok modal sendiri, dan bisa tergolong sebagai sumber pendanaan internal atau pendanaan eksternal. Penyajian masing-masing sumber pendanaan berikut terutama dikelompokkan berdasarkan jangka waktunya yaitu kelompok sumber pendanaan jangka pendek dan kelompok sumber pendanaan jangka panjang,SUMBER DANA JANGKA PENDEKSumber pendanaan jangka pendek (Sources of Short-term Financing) adalah jenis sumber pendanaan yang memiliki jangka waktu dan penggunaan yang umumnya tidak lebih dari satu tahun dan biasanya melibatkan jumlah dana yang relatif kecil. Karena sifatnya jangka pendek maka jenis sumber pendanaan ini biasanya digunakan untuk membiayai kebutuhan modal kerja (asset lancar) atau kebutuhan operasional sehari-hari perusahaan, seperti pengadaan kas, persediaan, pembelian perlengkapan, pembayaran gaji karyawan, pembiayaan piutang dagang, pembayaran sewa, dan kebutuhan operasonal lainnya. Sumber pendanaan jangka pendek beragam jenisnya antara lain kredit dagang, pinjaman jangka pendek perbankan, fasilitas overdraft, kredit rekening koran, commercial paper. Masing-masing sumber dana tersebut diuraikan sebagai berikut. Kredit Dagang (Trade Credit)Ketika perusahaan memanfaatkan fasilitas pembelian secara kredit seperti pembelian secara kredit barang dagangan, bahan baku, perlengkapan, dan jenis persediaan lainnya, maka pada dasarnya perusahaan telah memanfaatkan pendanaan yang bersumber dari kredit perdagangan yang disediakan oleh pihak supplier. Dalam transaksi pembelian secara kredit tersebut perusahaan sebagai pembeli membayar kewajibannya biasanya dalam jangka waktu misalnya 15 hari sampai dengan misalnya 60 hari setelah transaksi pembelian dilakukan. Hal ini sama halnya perusahaan telah memperoleh fasilitas pendanaan jangka pendek dalam bentuk kredit dagang dengan jangka waktu misalnya 15 hari hingga misalnya 60 hari, guna mendanai pengadaan atau pembelian persediaan.Penyedia sumber pendanaan dalam bentuk kredit dagang ini adalah pihak supplier atau penjual barang. Bagi pihak penjual atau supplier, pemberian fasilitas kredit dagang dalam penjualan produknya adalah untuk meningkatkan volume penjualan dengan menarik pihak pembeli melalui strategi penjualan kredit dengan alasan tidak banyak perusahaan pembeli yang memiliki kesiapan melakukan pembelian persediaan secara tunai. Dalam kredit dagang ini penyedia dana tidak menyediakan dana dalam bentuk kas melainkan dalam bentuk fasilitasi pembelian kepada perusahaan tanpa harus melakukan pembayaran pada saat transaksi pembelian terjadi. Kredit dagang ini tidak memerlukan jaminan dalam bentuk asset dari pembeli melainkan biasanya berdasarkan kepercayaan dan rekam jejak dari pembeli atau pelanggan. Dalam kredit dagang cukup ditetapkan syarat pembayaran (term of payment) yang mencakup jatuh tempo pembayaran dan insentif potongan jika pembeli mampu melakukan pembayaran lebih awal dari jatuh temponya. Pernyataan syarat pembayaran tersebut biasanya dituangkan dalam pernyataan misalnya 2/10, n/30. Syarat pembayaran tersebut bermakna jangka waktu pembayaran kredit adalah 30 hari tetapi jika pembeli melakukan pembayaran dalam waktu tidak lebih dari 10 hari dia akan memperoleh dengan insentif potongan sebesar 2% dari nilai kredit. Kredit Jangka Pendek PerbankanDari karakteristik dasarnya, kredit jangka pendek yang disediakan oleh perbankan kepada perusahaan terdiri dari beberapa jenis, antara lain sebagai berikut. Pinjaman jangka Pendek (Short-term Loans)Kredit perbankan jangka pendek dalam bentuk pinjaman (short-term loan) ini memiliki karakteristik umum antara lain Diberikan dalam suatu jumlah tertentu yang bersifat tetap.Nilai pinjaman yang disepakati dibayarkan sekaligus kepada penerima.Pembayaran kembali pinjaman bisa dilakukan sekaligus pada saat jatuh tempo atau dibayar dalam beberapa kali pembayaran. Bunga atas pinjaman ditetapkan berdasarkan nilai nominal pinjaman.Biasanya didukung dengan jaminan berupa asset perusahaan. Contoh dari jenis kredit perbankan ini misalnya pada tanggal 10 Januari 20xx sebuah bank memberikan kredit pinjaman jangka pendek senilai Rp 100 juta kepada sebuah perusahaan dengan jangka waktu 10 bulan atau jatuh tempo pada tanggal 10 November 20xx. Tingkat bunga atas pinjaman tersebut sebesar 15% per tahun. Kredit Rekening KoranKoran berasal dari kata dalam bahasa Belanda courant atau current dalam bahasa Inggris, yang berarti yang sedang berjalan. Rekening koran berarti rekening berjalan. Pada kredit yang diberikan dalam bentuk pinjaman jangka pendek (short-term loan) dana diberikan sekaligus dalam jumlah tertentu dan dibayar kembali oleh nasabah pada waktu yang juga sudah ditetapkan. Di sisi lain, pada kredit yang diberikan dalam bentuk rekening koran, penerima bisa melakukan penarikan sewaktu-waktu sesuai kebutuhan dan melakukan pembayaran kembali juga sewaktu-waktu seperti halnya transaksi pada rekening tabungan atau rekening giro dimana penabung bisa melakukan penarikan sesuai jumlah yang dibutuhkan dan melakukan penyetoran sewaktu-waktu. Namun demikan jumlah penarikan aktif kredit rekening koran dibatasi sampai jumlah tertentu yang ditetapkan oleh bank yang disebut sebagai batas atau pagu kredit (credit limit). Batas kredit ini bisa diperbarui yaitu ditingkatkan atau diturunkan sesuai hasil evaluasi atas rekam jejak kredit tersebut pada periode sebelumnya. Suku bunga atas kredit ini dikenakan atas nilai yang benar-benar ditarik oleh penerima bukan atas nilai batas kredit yang ditetapkan dan dihitung secara periodik, misalnya setiap bulan, semester, atau setiap tahun. Namun demikian besar kecilnya suku bunga yang dikenakan biasanya bergantung kepada besarnya batas kredit yang ditetapkan. Dalam kredit rekening koran ini biasanya bank juga meminta jaminan berupa asset perusahaan penerima.Sebagai contoh, pada tanggal 1 April 20xx sebuah bank menyetujui memberikan kredit rekening koran kepada sebuah perusahaan dengan batas kredit sampai dengan Rp 100 juta dengan tingkat bunga 10% per tahun. Atas fasilitas kredit yang diterimanya tersebut perusahaan melakukan mutasi dalam bentuk penarikan dan pembayaran kembali dalam 3 bulan pertama sehingga tampak dalam buku bank sebagai berikut.TglKeteranganMutasiSaldoDebitKredit5/4Penarikan25.000.00025.000.00010/5Penarikan30.000.00055.000.00030/5Pembayaran 20.000.00040.000.00015/6Penarikan 20.000.00060.000.000dst...Kredit rekening koran ini sangat bermanfaat sebagai salah satu sumber untuk memenuhi kebutuhan dana dalam rangka membiayai transaksi operasional perusahaan sehari-hari yang sangat fleksibel.Fasilitas OverdraftKata overdraft berarti penarikan lebih. Fasilitas overdraft diberikan oleh bank kepada penerima sebagai nasabah simpanan di bank yang bersangkutan seperti simpanan dalam bentuk rekening giro. Simpanan dalam bentuk giro merupakan jenis simpanan yang sewaktu-waktu bisa disetor dan ditarik menggunakan bilyet giro atau cek. Jika perusahaan memiliki rekening giro di bank dan perusahaan memperoleh fasilitas overdraft berarti perusahaan sebagai nasabah giro boleh melakukan penarikan melampaui saldo simpanannya sampai batas tertentu yang ditetapkan oleh bank. Namun biasanya ada persyaratan dasar bahwa rekening simpanan yang diberikan fasilitas overdraft tersebut harus memiliki saldo kredit (saldo positif) paling tidak misalnya setiap akhir bulan. Dalam fasilitas overdraft ini bank mengenakan bunga atas jumlah yang ditarik lebih dengan tingkat bunga yang umumnya lebih kecil dibanding tingkat bunga pinjaman jangka pendek. Fasilitas overdraft ini sangat bermanfaat sebagai sumber dana jangka pendek bagi perusahaan terutama untuk memenuhi kebutuhan pembayaran biaya-biaya operasional sehari-hari atau kebutuhan modal kerja pada saat saldo simpanan perusahaan di bank sementara belum mencukupi. Di samping itu lebih fleksibel dan tidak memerlukan jaminan asset. Biasanya fasilitas kredit semacam ini cukup di dasarkan pada hubungan baik dan teruji antara bank dengan perusahaan sebagai nasabah.Dalam praktiknya fasilitas pendanaan jangka pendek yang disediakan oleh perbankan sangat beragam dengan syarat-syarat yang bervariasi antar bank. Namun di antara mereka yang paling populer bagi perusahaan adalah jenis kredit dalam bentuk pinjaman jangka pendek (short-term loan) dan kredit rekening koran.Commercial PaperCommercial paper adalah instrumen keuangan yang berisi janji tertulis dari penerbitnya untuk membayar sejumlah dana kepada pemegangnya sesuai nilai nominal yang tertulis di dalamnya pada tanggal jatuh temponya yang tidak lebih dari satu tahun. Instrumen ini termasuk kategori instrumen utang dalam bentuk promissory note dan ada juga yang menyebutnya sebagai obligasi jangka pendek. Untuk memperoleh dana dari sumber ini perusahaan melakukan penerbitan dan menjualnya kepada masyarakat atau ke lembaga atau perusahaan-perusahaan pembiayaan. Commercial paper tidak dijamin dengan asset sebagaimana jenis utang lainnya. Namun demikian, biasanya hanya terbatas perusahaan-peerusahaan yang tergolong perusahaan blue chip yaitu perusahaan yang sudah relatif mapan dan memiliki credit rating (peringkat kredit) yang tinggi dari lembaga pemeringkat terpercaya, yang mampu menerbitkan commercial paper. Commercial paper umumnya dijual oleh perusahaan penerbitnya dengan harga diskon untuk memberikan pendapatan (bunga) kepada pemegangnya. Oleh karena itu, bunga atas commercial paper dinyatakan dalam bentuk diskon (discount rate). Sebagai contoh sebuah commercial paper memiliki nilai nominal Rp 1000 per lembar dengan tingkat diskonto sebesar 10%. Hal ini berarti commercial paper tersebut dijual dengan harga Rp 900. Dengan membeli seharga Rp 900 pemegang commercial paper tersebut pada saat jatuh tempo akan menerima sebesar nilai nominalnya yaitu Rp 1000. Selisih antara harga beli dan harga tebusan sebesar Rp 100 tersebut pada dasarnya merupakan pendapatan bunga yang diperoleh oleh pemegang sebagai pendapatan investasinya ke dalam instrumen commercial paper. Tingkat pendapatan investasi yang diperoleh dari commercial paper yang disebut commercial paper yield ditentukan dengan rumus berikut. Ypc= yield dari commercial paperN= nilai nominalP= harga jualn= jangka waktu (hari)Jika commercial paper tersebut berjangka waktu 300 hari maka tingkat pendapatan investasi (yield) per tahun yang diperoleh oleh pemegangnya adalah: = 13,3% Bagi perusahaan penerbit tingkat bunga sebesar 13,33% tersebut merupakan biaya modal atas dana yang diperoleh dari sumber pendanaan commercial paper. Namun demikian biaya bunga atas commercial paper pada umumnya lebih rendah dari bunga pinjaman lainnya dari bank. Kelebihan Commercial PaperBagi perusahaan pendanaan jangka pendek dari commercial paper memiliki beberapa kelebihan di antaranya:Memungkinkan perusahaan memperoleh dana dalam jumlah yang relative besar dibanding pendanaan jangka pendek lainnya karena commercial paper bisa dijual secara luas.Memiliki biaya modal yang relatif rendah karena dengan rating kredit yang tinggi menunjukkan tingkat risiko dari sumber dana tersebut rendah.Tidak memerlukan jaminan khusus berupa asset perusahaan.Namun demikian karena commercial paper melibatkan jumlah dana yang relative besar dan melibatkan pihak-pihak yang lebih luas biasanya penerbitan commercial paper diatur secara lebih ketat guna memberikan perlindungan kepada pemegangnya.Debt FactoringSumber pendanaan jangka pendek alternatif yang semakin berkembang dewasa ini adalah debt factoring yaitu penjualan piutang yang belum jatuh tempo kepada pihak ketiga yang disebut factor atau perusahaan factoring dengan tujuan untuk memperoleh dana cepat sebelum jatuh tempo piutang tersebut. Pada saat transaksi terjadi, perusahaan factor (pembeli) akan membayar perusahaan sejumlah kas yang biasanya dibatasi misalnya 75% dari nilai nominal piutang, sisanya (25%) akan dibayarkan ketika perusahaan factor menerima pembayaran dari debitur atas piutang tersebu. Ketika piutang jatuh tempo dan factor menerima pembayaran sebesar nilai nominal dari debitur sisa nilai piutang (25%) dibayarkan kepada penjual dipotong fee sebesar misalnya 5% dari nilai nominal piutang sebagai pendapatan dari factor. Debt factoring merupakan cara praktis memperoleh dana karena memungkinkan perusahaan bisa memperoleh dana yang dibutuhkan segera tanpa harus menunggu sampai dengan tanggal jatuh tempo piutang. Dalam praktiknya ada dua jenis perjanjian debt factoring, yaitu recourse dan non-recourse factoring. Recourse factoring merupakan jenis perjanjian debt factoring di mana jika pihak factor tidak berhasil menagih piutang yang diambil alih sampai dengan batas waktu yang telah disepakati maka piutang tersebut dikembalikan lagi kepada perusahaan penjual. Dalam hal ini perusahaan penjual mengembalikan uang muka yang telah diterimanya dari pihak factor. Di sisi lain, pada non-recourse factoring risiko kegagalan penagihan dari debitur ditanggung oleh pihak factor, sehingga perusahaan penjual terbebas dari risiko piutang ragui-ragu. Namun sebagai konsekuensinya pada non-recourse factoring pihak factor akan membebankan fee yang lebih besar dibanding pada recourse factoring.SUMBER DANA JANGKA PANJANGSumber pendanaan jangka panjang (Sources of Long-term Financing) adalah jenis sumber pendanaan yang memiliki jangka waktu keterikatan dana umumnya lebih dari satu tahun dan biasanya melibatkan jumlah dana yang relatif besar. Karena sifatnya jangka panjang, jenis sumber pendanaan ini biasanya digunakan untuk membiayai proyek-proyek investasi jangka panjang misalnya pembangunan pabrik baru, pembelian atau akuisisi perusahaan lain, atau pengadaan asset tetap seperti pembelian tanah, pabrik, kendaraan, peralatan produksi, peralatan kantor, penyertaan ke dalam surat berharga saham atau obligasi perusahaan lain, dan bisa juga untuk membiayai bagian modal kerja yang bersifat permanen. Sumber pendanaan jangka panjang beragam jenisnya baik yang bersumber dari utang maupun dari modal sendiri.Sumber Dana Jangka Panjang dari UtangSebagian pihak menyebut sumber dana jangka panjang yang berasal dari utang atau dari kreditor ini sebagai modal asing sedangkan sumber dana atau modal yang berasal dari pemilik perusahaan sendiri dinamakan modal sendiri. Sumber dana jangka panjang yang berasal dari utang yang umumnya tersedia di pasar keuangan di antaranya adalah utang hipotik, kredit perbankan lainnya, dan utang obligasi. Masing-masing jenis sumber utang jangka panjang tersebut dijelaskan secara garis besar berikut.Utang Hipotik (Mortgage)Utang hipotik adalah pinjaman jangka panjang (term loan) dengan nilai dan tingkat bunga tertentu yang diberikan oleh bank dengan jaminan harta tak bergerak milik peminjam, seperti tanah, bangunan, peralatan, dan sejenisnya. Pembayaran kembali jenis utang ini dilakukan melalui angsuran berkala yang dibayarkan bersama dengan kewajiban bunga berkala. Dalam perjanjian ditetapkan bahwa jika penerima pinjaman gagal memenuhi kewajibannya maka bank sebagai pemberi pinjaman berhak untuk menjual harta milik peminjam yang dijaminkan dan hasilnya digunakan untuk menutup kewajiban yang belum dipenuhi oleh peminjam. Perusahaan bisa memanfaatkan sumber dana ini karena lebih mudah diperoleh selama perusahaan memiliki asset yang bisa dijaminkan. Kewajiban perusahaan sebagai debitur adalah membayar angsuran pokok dan bunga utang secara berkala.Jumlah dana yang bisa diperoleh bergantung kepada nilai harta atau asset yang dijaminkan. Semakin tinggi nilai jual asset yang dijamnikan semakin tinggi pula dana yang bisa diperoleh, karena bank biasanya menetapkan batas maksimal pinjaman yang bisa diberikan misalnya tidak lebih dari 75% dari taksiran nilai jual dari harta yang dijaminkan. Penetapan batas maksimal nilai pinjaman yang lebih rendah dari taksiran nilai jual asset jaminan dimaksudkan untuk melindungi bank dari risiko turunnya nilai jual asset sehingga tidak mampu menutup jumlah yang harus dipenuhi oleh peminjam. Sebagai contoh, jika perusahaan mengajukan asset berupa tanah untuk jaminan utang dengan taksiran nilai jual sebesar Rp 10 milyar, maka bank mungkin menetapkan jumlah dana yang bisa diberikan maksimal sebesar Rp 7,5 milyar.Bagi perusahaan utang hipotik ini membatasi kewenangan perusahaan terhadap asset yang dijaminkan karena bank akan memberikan batasan-batasan tertentu guna menghindari kemungkinan gagalnya asset tersebut memenuhi persyaratan sebagai harta jaminan di kemudian hari. Sebagai contoh, jika bank menyetujui menerima jaminan berupa harta berupa peralatan produksi maka mungkin bank akan memberikan batasan misalnya perusahaan tidak boleh mengoperasikan peralatan tersebut melampaui kapasitas tertentu yang ditetapkan oleh bank. Batasan tersebut dimaksudkan agar perusahaan tidak mengoperasikan peralatan di luar batas yang ditetapkan yang berisiko menyebabkan kerusakan sehingga akan menurunkan nilai jual dari peralatan tersebut.Kredit Perbankan LainnyaDewasa ini banyak ragam kredit jangka panjang yang disediakan oleh perbankan termasuk paket-paket kredit yang disponsori oleh pemerintah yang peruntukannya terutama untuk mendukung aspek permodalan perusahaan-perusahaan kecil dan menengah. Nama, spesifikasi, dan persyaratan yang ditetapkan untuk kredit permodalan ini sangat beragam antar bank namun prinsipnya persyaratan tersebut lebih fleksibel dan lebih terjangkau karena tidak seperti utang hipotik yang harus dengan asset jaminan berupa harta tak bergerak. Jaminan untuk kredit permodalan ini biasanya cukup berupa usaha yang dibiayainya dan rekam jejak dari pengusaha. Jika bank menilai usaha yang akan dibiayai dengan dana kredit memiliki prospek yang menjanjikan dan tidak ada catatan negatif dari pengusaha yang mengajukan kredit, maka itu sudah cukup untuk memberikan kredit yang diajukan oleh peminjam (pengusaha).Utang Obligasi (Bonds)Obligasi merupakan surat utang jangka panjang yang diterbitkan oleh pihak yang berutang yaitu perusahaan atau pemerintah, yang di dalamnya berisi janji dari pihak yang menerbitkan untuk membayar sejumlah tertentu sebesar nilai nominalnya pada tanggal jatuh tempo yang telah ditentukan dan bunga periodik kepada pihak pembeli atau pemegang obligasi. Obligasi bisa dipindahtangankan, sehingga pihak pemegang obligasi bisa menjualnya sewaktu-waktu untuk memperoleh dana kembali tanpa harus menunggu jatuh temponya. Obligasi merupakan surat utang yang bisa dijual secara luas ke publik, sehingga bagi perusahaan yang sudah go-public memungkinkan untuk memperoleh dana jangka panjang dalam jumlah besar melalui penerbitan obligasi. Karakteristik ObligasiSurat utang obligasi memiliki beberapa karakteristik atau spesifikasi sebagai berikut.Nilai nominal (face value) adalah nilai rupiah yang tertulis pada surat obligasi yang merupakan jumlah yang harus dibayar oleh penerbit kepada pemegangnya pada saat obligasi tersebut jatuh tempo. Kupon bunga (coupon rate) adalah nilai bunga obligasi yang dibayarkan oleh penerbit kepada pemegangnya secara periodik, lazimnya kuartalan, semesteran, atau tahunan dan dengan nilai yang tetap. Walaupun dibayarkan kuartalan atau semesteran, bunga obligasi dinyatakan dalam persentase per tahun dari nilai nominalnya. Misalnya obligasi dengan nilai nominal Rp 1000 dengan kupon 5%, jika bunga dibayarkan tiap semester berarti tiap semester pemegang obligasi menerima Rp 25 per lembar, yaitu (Rp 1000 x 5%) x 6/12. Obligasi termasuk surat berharga berpenghasilan tetap (fixed income security).Tanggal kupon (coupon dates) adalah tanggal jatuh tempo pembayaran bunga periodik yang biasanya bisa kuartalan, semesteran, atau tahunan. Jatuh tempo (maturity date) adalah tanggal jatuh tempo obligasi dimana penerbit membayar sebesar nilai nominal obligasi kepada pemegang obligasi. Penerbit obligasi (bond ssuer) adalah pihak yang menerbitkan obligasi dan sekaligus sebagai pihak yang berutang. Sebagaimana disebutkan sebelumnya obligasi bisa diterbitkan oleh perusahaan atau pemerintah.Harga ObligasiSebagaimana saham, obligasi bisa dijual dengan tiga kemungkinan harga jual yang biasanya dinyatakan dalam persentase dari nilai nominalnya, yaitu:At par, yaitu obligasi terjual dengan harga sebesar nilai nominalnya atau terjual dengan harga 100%. Misalnya obligasi dengan nilai nominal Rp 1000 per lembar dijual pada harga 100%, maka harga jual obligasi tersebut adalah 100% x Rp 1000 = Rp 1000 (sama dengan nilai nominalnya). At premium, yaitu obligasi terjual dengan harga lebih besar dari nilai nominalnya. Misalnya obligasi dengan nilai nominal Rp 1000 per lembar dijual pada harga 105%, maka harga jual obligasi tersebut adalah 105% x Rp 1000 = Rp 1050. At discount, yaitu obligasi terjual dengan harga lebih kecil dari nilai nominalnya. Misalnya obligasi dengan nilai nominal Rp 1000 per lembar dijual pada harga 97%, maka harga jual obligasi tersebut adalah 97% x Rp 1000 = Rp 970. Ada beberapa faktor yang menentukan tinggi rendahnya harga jual obligasi, di antaranya adalah:Risiko KegagalanRisiko kegagalan atau disebut default risk adalah kemungkinan penerbit obligasi tidak mampu melakukan kewajiban pembayaran bunga periodik dan nilai nominal obligasi pada tangal jatuh temponya. Default risk ini dapat dilihat pada peringkat (rating) obligasi yang bersangkutan yang dikeluarkan oleh lembaga pemeringkat, kalau di Indonesia seperti PEFINDO (Pemeringkat Efek Indonesia). Tinggi rendahnya risiko tersebut bergantung kepada kualitas dan kinerja dari lembaga atau perusahaan penerbit obligasi. Semakin tinggi peringkat yang diperoleh mencerminkan semakin rendah default risk dari surat obligasi dan sebaliknya. Obligasi dengan peringkat kredit yang tinggi akan memiliki harga jual yang lebih tinggi sehingga memungkinkan dijual di atas nilai nominalnya (at premium). Obligasi dengan peringkat kredit rendah kemungkinan besar akan terjual pada harga di bawah nilai nominalnya (at discount). Tingkat Bunga Umum yang berlakuObligasi memberikan pendapatan bunga yang bersifat tetap sampai dengan jatuh temponya. Jika tingkat suku bunga umum yang berlaku di pasar berfluktuasi maka minat pasar terhadap obligasi juga berubah. Sebagai contoh, sebuah obligasi dengan nilai nominal Rp 1.000 per lembar memberikan kupon bunga 6% per tahun. Jika tingkat suku bunga umum yang berlaku 5% maka akan banyak investor berminat untuk membeli obligasi tersebut karena memberikan pendapatan bunga lebih tinggi dari bunga pasar. Hal ini akan mendorong harga obligasi meningkat. Sebaliknya jika suku bunga di pasar 7% maka obligasi tersebut tidak menarik karena memberikan pendapatan bunga lebih rendah dari suku bunga yang berlaku di pasar. Kondisi ini pada gilirannya akan mendorong harga obligasi tersebut turun. Dengan demikian harga pasar obligasi akan berubah berlawanan arah dengan perubahan tingkat suku bunga umum yang berlaku di pasar.Bunga ObligasiTinggi rendahnya bunga obligasi dientukan oleh dua faktor utama, yaitu kualitas kredit dan jangka waktu obligasi. Terkait dengan kualitas kredit, semakin tinggi rating kredit dari perusahaan penerbit maka semakin rendah risiko gagal (default risk) dari obligasi yang diterbitkan. Jika risiko gagal rendah maka biaya modal dari obligasi tersebut juga akan rendah dan dengan sendirinya kupon bunga obligasi yang tidak lain sebagai komponen biaya modal juga akan rendah. Kondisi sebaliknya akan terjadi pada obligasi dengan rating kredit yang rendah yang mencerminkan tingkat risiko gagal yang tinggi. Jika risiko gagal tinggi maka biaya modal obligasi akan tinggi yang berarti pula kupon bunga obligasi yang bersangkutan juga menjadi tinggi. Faktor kedua yaitu jangka waktu utang obligasi. Semakin panjang jangka waktu obligasi maka semakin besar peluang ketidakpastian dari obligasi. Obligasi dengan jangka waktu yang lebih panjang juga memiliki tingkat likuiditas yang semakin rendah. Dengan alasan tersebut obligasi yang memiliki jangka waktu atau jatuh tempo yang panjang menuntut kupon bunga yang lebih tinggi dibanding obligasi dengan jangka waktu yang lebih pendek. Jenis-jenis ObligasiObligasi yang tersedia di pasar sangat banyak jenis dan ragamnya. Jenis-jenis obligasi ini bisa dilihat dari beberapa aspek sebagai berikut.Dilihat dari sisi penerbit Obligasi Perusahaan (Corporate Bonds), yaitu obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan (korporasi) bisa perusahaan swasta atau perusahaan milik Negara. Obligasi Pemerintah (Government Bonds), yaitu obligasi nyang diterbitkan oleh pemerintah pusat sedangkan yang diterbitkan oleh pemerintah daerah disebut municipal bonds.Dilihat dari sisi hak opsi pemegang Convertible Bonds, yaitu jenis obligasi yang memberikan hak kepada pemegang obligasi untuk mengkonversikan obligasi tersebut ke dalam sejumlah saham perusahaan penerbit obligasi. Dengan demikian, jenis obligasi ini memberikan opsi kepada pemegangnya untuk beralih status dari pemberi pinjaman menjadi penyertaan modal. Alasan perusahaan menerbitkan convertible bond adalah sebagai pengganti penerbitan surat ekuitas (saham) yang ditunda. Sebenarnya dalam hal ini perusahaan berniat menerbitkan saham untuk memenuhi kebutuhan dananya tetapi karena kondisi tidak memungkinkan seperti harga saham perusahaan di pasar berada dalam posisi tertekan (sangat rendah) atau jika diterbitkan saham baru akan segera mengakibatkan penurunan earning per share (EPS) secara signifikan. Maka sebagai gantinya untuk sementara kebutuhan dana dipenuhi dengan penerbitan obligasi yang bisa dikonversi ke saham dan diharapkan pada waktunya utang obligasi tersebut ditukar ke dalam saham sehingga berubah menjadi ekuitas sebagaimana yang diharapkan semula oleh perusahaan.Callable Bonds, yaitu jenis obligasi yang memberikan hak kepada penerbit (emiten) obligasi untuk membeli kembali obligasi pada harga tertentu sepanjang umur atau sebelum jatuh tempo obligasi tersebut. Alasan syarat pembelian kembali tersebut diatur dalam perjanjian utang (debt covenant) misalnya karena terdapatnya kondisi di mana tingkat suku bunga umum menurun tajam. Putable Bonds, yaitu obligasi yang memberikan hak kepada pemegangnya yang mengharuskan emiten untuk membeli kembali obligasi pada harga tertentu sepanjang umur atau sebelum jatuh tempo obligasi tersebut. Alasan penjualan kembali kepda penerbit tersebut di atur dalam perjanjian kredit, misalnya karena terdapatnya kenaikan yang signifikan pada suku bunga umum. Karakteristik putable bonds ini persis kebalikannya callable bonds.Dilihat dari sistem kupon bunga Zero Coupon Bonds, yaitu jenis obligasi yang tidak melakukan pembayaran bunga secara periodik. Sebagai gantinya, obligasi dijual berbasis diskon (at discount) dan pada saat jatuh temponya penerbit akan membayar sejumlah nilai nominal obligasi yang besangkutan. Pendapatan dari pemegang obligasi zero coupon berasal dari selisih harga beli pada harga diskon dengan nilai tebus obligasi sebesar nilai nominalnya. Sebagai contoh, sebuah obligasi zero coupon bernilai nominal Rp 1.000 dengan jangka waktu 5 tahun dijual dengan hara diskon Rp 800 per lembar. Pendapatan dari pemegang obligasi tersebut jika mempertahankan kepemilikan obligasi tersebut selama 5 tahun adalah Rp 200 yang akan direalisasi ketika menerima pembayaran nilai nominal Rp 1.000 pada tanggal jatuh tempo. Semakin mendekati tanggal jatuh tempo, harga pasar obligasi jenis ini akan bergerak mendekati nilai nominalnya, sehingga pada saat jatuh tempo harga pasar dan nilai nominalnya akan sama. Misalnya tiga tahun kemudian obligasi tersebut dijual dengan harga Rp 925, berarti pemegang baru obligasi tersebut akan meperoleh pendapatan sebesar Rp 75 per lembar pada saat jatuh tempo. Sedangkan pemegang lama memperoleh pendaptan Rp 125 yang direalisasi saat ia menjualnya pada tahun ketiga usia obligasi. Fixed Coupon Bonds, yaitu jenis obligasi dengan tingkat kupon bunga tertentu yang telah ditetapkan dan dibayarkan secara periodik sehingga memberikan pendapatan tetap secara periodik kepada pemegangnya. Jenis obligasi ini adalah yang paling umum. Sebagai contoh, sebuah obligasi dengan nilai nominal Rp 1.000 per lembar memiliki kupon bunga 8% yang dibayarkan per semester. Atas dasar ini pemegang obligasi akan menerima pendapatan bunga tetap per semester sebesar Rp 40 per lembar yaitu (8% x Rp 1.000)/2. Floating Coupon Bonds, yaitu jenis obligasi dengan tingkat kupon bunga tidak tetap. Bunga yang dibayarkan pada jenis obligasi ini berfluktuasi berdasarkan suatu acuan tertentu seperti misalnya average time deposit (ATD) yaitu rata-rata tertimbang tingkat suku bunga deposito berjangka dari bank.Yield ObligasiBagi pemegang obligasi, pendapatan yang diperoleh dari investasinya ke dalam obligasi dinyatakan dalam bentuk yield. Yield dinyatakan dalam peresentase per tahun sehingga yield mencerminkan tingkat pengembalian (return) surat berharga obligasi. Ada dua jenis yield yang biasanya dihitung sebagai pendapatan dari pemegang obligasi. Currrent yield adalah yield yang dihitung berdasarkan jumlah kupon bunga yang diterima selama satu tahun walaupun kupon bunga tidak dibayarkan per tahun, dengan rumus berikut.Bunga tahunan Harga beli obligasiCurrent yield = Contoh:Rp 100 Sebuah obligasi yang diterbitkan oleh PTABC dengan jangka waktu 5 tahun dengan nilai nnominal Rp 1.000 per lembar memberikan kupon kepada pemegangnya sebesar 10% sedangkan harga obligasi tersebut adalah 96%atau Rp 960 per lembar.Current yield = Rp 960= 10,42%Jika harga obligasi sama dengan nilai nominalnya (at par) maka current yield obligasi sama dengan persentase kupon bunga. Yield to maturity (YTM) adalah yield yang mencerminkan tingkat pengembalian yang diperoleh investor apabila investor mempertahankan kepemilikan obligasi sampai jatuh temponya. YTM biasanya ditentukan dengan rumus sebagai berikut. Keterangan:I = kupon bungan = periode waktu yang tersisa (tahun)N = nilai nominal obligasiP = harga beli obligasiContoh:Jika pemegang obligasi PT ABC pada contoh di atas membelinya pada awal tahun pertama dari jangka waktu obligasi tersebut dan berniat mempertahankan kepemilikan obligasi tersebut sampai dengan jatuh temponya atau selama 4 tahun, maka YTM dapat ditentukan sebagai berikut. = 10% + 1,02% = 10,42%Sumber Dana Jangka Panjang dari EkuitasSumber pendanaan jangka panjang yang berasal dari ekuitas adalah sumber dana yang berasal dari pemilik (Owners equity) sehingga dana yang diperoleh dari sumber ini biasa juga disebut sebagai modal sendiri. Sumber dana dari ekuitas ini terdiri dari saham, saldo laba, dan dana-dana cadangan yang dibentuk oleh peruahaan. Saham Saham merupakan bukti atau surat kepemilikan suatu perusahaan yang memiliki nilai nominal tertentu tetapi tidak memiliki jangka waktu atau jatuh tempo sebagaimana obligasi. Pemegang saham adalah pemilik perusahaan sesuai porsi jumlah saham yang dimilikinya. Semakin besar jumlah lembar saham yang dimiliki oleh pemegang semakin besar porsi kepemilikannya atas perusahaan penerbit saham yang bersangkutan, dan sebaliknya. Perusahaan memperoleh dana dari saham dengan cara menerbitkan dan menjualnya kepada investor. Sebagaimana surat obligasi, surat saham bisa dijual dengan tiga kemungkinan harga jual yaitu sama dengan nilai nominalnya (at par), atau di atas nilai nominal (at premium), atau di bawah nilai nominalnya (at discount).Ada dua jenis saham yang beredar di pasar keuangan yaitu saham preferen dan saham biasa. Saham Preferen Saham preferen (preferred stock) merupakan jenis saham yang memiliki hak-hak istimewa dan sekaligus keterbatasan-keterbatasan tertentu dibanding saham biasa. Keistimewaan yang diperoleh oleh pemegang saham preferen terdapat pada tiga hal berikut.Hak istimewa dalam pembagian dividen. Pemegang saham preferen Memiliki hak untuk memperoleh dividen dalam jumlah yang tetap yang tidak bergantung kepada besar kecilnya keuntungan yang diperoleh perusahaan. Atas dasar ini saham preferen termasuk surat berharga berpenghasilan tetap (fixed income security) sebagaimana obligasi. Sebagai contoh, sebuah perusahaan menerbitkan saham preferen 12% dengan nilai nominal Rp 1.000 per lembar. Hal ini berarti pemegang saham preferen tersebut berhak atas pendapatan dividen sebesar 12% dari nilai nominalnya atau sebesar Rp 12 per lembar per tahun tak terkecuali berapapun besar kecilnya keuntungan perusahaan pada periode yang bersangkutann. Namun demikian, dalam praktiknya terdapat beberapa jenis saham preferen dilihat dari hak atas dividen yang diperolehnya, yaitu:Saham Preferen KomulatifJenis saham preferen ini memberikan hak kepada pemegangnya untuk menerima secara akumulatif dividen yang tidak terbayarkan pada tahun-tahun sebelumnya karena kondisi keuangan perusahaan. Sebagai contoh, pada tahun kelima dan keenam perusahaan tidak membayarkan dividen kepada pemegang saham preferen sebesar prosentase yang telah ditetapkan karena kondisi keuangan perusahaan. Pada tahun ketujuh ketika perusahaan mampu membayarkan dividen maka dividen tahun kelima dan keenam harus juga harus dibayarkan di tahun ketujuh tersebut, sehingga pada tahun ketujuh pemegang saham preferen menerima dividen akumulatif untuk tiga tahun sekaligus.Saham Preferen Non-KomulatifSesuai namanya, pemegang saham preferen non-komulatif tidak memiliki hak atas dividen akumulatif. Pada contoh di atas, jika misalnya perusahaan tidak membayarkan dividen di tahun kelima dan keenam karena alasan kondisi keuangan perusahaan, maka di tahun ketujuh ketika perusahaan mampu membayarkan dividen yang dibayarkan hanya dividen tahun ketujuh, sedangkan dividen tahun kelima dan keenam menjadi hangus atau tidak dibayarkan lagi. Saham Preferen PartisipatifPemegang saham preferen partisipatif ini memiliki hak istimewa tambahan dibanding pemegang saham preferen lainnya. Selain memiliki hak atas dividen dalam jumlah yang tetap tiap tahun, pemegang jenis saham preferen partisipatif juga berhak atas bagian laba jika pada periode yang bersangkutan perusahaan memperoleh laba yang lebih dari yang diharapkan.Saham Preferen Komulatif PartisipatifPemegang saham preferen jenis ini selain memiliki hak dividen akumulatif sekaligus juga memiliki hak dividen partisipatif. Dengan demikian, di antara jenis-jenis saham preferen yang ada jenis saham preferen ini merupakan yang paling istimewa.Hak istimewa dalam likuidasi. Dalam hal perusahaan dilikuidasi seluruh asset perusahaan dijual atau direalisasikan menjadi kas. Hasil penjualan asset tersebut terlebih dahulu digunakan untuk memenuhi kewajiban seluruh utang-utang perusahaan. Jika masih ada sisa, maka pemegang saham preferen berhak untuk memperoleh terlebih dahulu bagian hasil penjualan asset likuidasi tersebut sebelum pemegang saham biasa. Bagian yang bisa diterima oleh pemegang saham preferen maksimal sebesar nilai nominalnya.Hak konversi ke dalam saham biasa. Ada jenis saham preferen tertentu yang juga memberikan hak kepada pemegangnya untuk menukarkan saham preferen yang dimiliki dengan saham biasa berdasarkan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan. Disamping beberapa keistimewaan di atas, saham preferen walaupun merepresentasikan bukti kepemilikan perusahaan juga memiliki keterbatasan di antaranya pemegang saham preferen tidak memiliki hak suara dalam perusahaan seperti yang dimiliki oleh pemegang saham biasa. Saham preferen yang memiliki pendapatan dividen tetap tetapi tidak memiliki hak suara dalam perusahaan sebenarnya lebih menyerupai surat utang seperti obligasi yang juga memperoleh pendapatan tetap berupa bunga. Mengingat karakteristik yang menyerupai surat utang tersebut maka saham preferen juga disebut sebagai hybrid security atau sebagai surat berharga gabungan antara ekuitas dan utang.Saham Biasa Saham biasa (common stock) merupakan jenis saham yang pada umumnya diterbitkan oleh perusahaan sehingga kalau tidak disebut secara khusus yang dimaksud dengan saham adalah jenis saham biasa. Dibanding saham preferen, karakteristik yang melekat pada saham biasa antara lain sebagai berikut.Memperoleh dividen yang nilainya ditentukan oleh besar kecilnya laba yang diperoleh oleh perusahaan dan kebijakan keuangan perusahaan lainnya seperti kebijakan pendanaan. Bisa jadi walaupun perusahaan memperoleh laba tetapi karena alasan kebutuhan pendanaan pada tahun tersebut tidak ada pembagian dividen kepada pemegang saham biasa. Dengan demikian dividen saham biasa cenderung berfluktuasi dari period ke periode.Memiliki hak suara terkait dengan penentuan kebijakan-kebijakan penting perusahaan. Penyaluran hak suara ini biasanya dilakukan melalui forum Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Ketentuan umumnya adalah per lembar saham berhak atas satu suara (one vote per share) walaupun jumlah hak suara tidak harus selalu proporsional dengan jumlah lembar saham yang dimiliki. Ada kalanya saham biasa diterbitkan berdasarkan kelas-kelas, misalnya saham biasa kelas A, saham biasa kelas B, dan saham biasa kelas C. Saham kelas A per lembarnya misalnya memiliki 10 hak suara sedangkan untuk saham kelas B per lembarnya hanya memiliki hak satu suara. Sementara kelas C tidak memiliki hak suara sama sekali. Saham kelas A biasanya dimiliki oleh para pemilik utama atau para pendiri perusahaan dengan tujuan agar mereka bisa tetap mempertahankan kendali perusahaan. Adakalanya pemegang saham biasa diberikan hak prioritas untuk membeli saham baru jika perusahaan menerbitkan kembali saham biasa baru sesuai (proporsional) dengan jumlah lembar saham yang dimiliki dan dengan harga yang lebih rendah dari harga pasar yang berlaku. Hak ini disebut preemptive right yang bertujuan memberikan kesempatan kepada pemegang saham lama untuk mempertahankan proporsi kepemilikannya sehubungan dengan adanya pertambahan jumlah saham yang beredar atau untuk menghindari terjadinya dilusi kepemilikan. Dilusi kepemilikan (ownership dilution) adalah menurunnya porsi kepemilikan. Untuk kepentingan ini perusahaan akan menerbitkan bukti hak beli saham baru yang disebut right dan diberikan kepada pemegang saham lama. Sebagai contoh, saham biasa yang sudah beredar 1.000.000 lembar dan perusahaan memutuskan untuk menerbitkan saham baru sebanyak 500.000 lembar. Dengan demikian setiap 2 lembar saham lama memiliki hak beli saham baru 1 lembar (2:1). Jika seorang pemegang saham memiliki 100.000 lembar saham lama atau 10% kepemilikan berarti dia akan memperoleh 50.000 lembar right. Jika pemegang saham tersebut merealisasikan right yang dimiliki maka ia akan membeli saham baru sebanyak 50.000 lembar sehingga kepemilikanya menjadi 150.000 lembar dan porsi kepemilikannya tetap bertahan 10% karena jumlah saham beredar keseluruhan dari perusahaan tersebut sekarang menjadi 1.500.000 lembar. Jika pemegang saham tersebut tidak merealisasikan right yang dimiliki atau merealisasikan hanya sebagian maka porsi kepemilikannya akan menurun sehingga ia mengalami dilusi kepemilikan. Jika hak beli saham baru (right) tidak digunakan maka right sebagai surat bukti hak beli saham baru tersebut bisa dijual kepada pihak lain dengan harga tertentu. Right termasuk salah satu surat berharga derivatif (turunan) saham.Dalam hal perusahaan dilikuidasi, saham biasa akan menerima bagian hasil penjualan asset likuidasi pada urutan yang terakhir setelah kreditur dan pemegang saham preferen. Jika pemegang saham preferen menerima bagian hasil penjualan asset likuidasi maksimal sebesar nilai nominalnya, untuk bagian saham biasa tidak terbatas. Artinya selama ada sisa dari hasil penjualan asset tersebut berapapun nilainya akan menjadi hak dari pemegang saham biasa. Jika tidak ada sisa maka berarti pemegang saham biasa tidak menerima bagian sama sekali. Dalam hal ini pemegang saham biasa bisa menerima lebih kecil dari nilai nominal saham atau tidak menerima sama sekali atau bisa lebih besar dari nilai nominal dengan jumlah maksimal tak terbatas. Saham Biasa sebagai Equity of The Last Resort Sebagaimana disebutkan sebelumnya dalam hirarki pembagian hasil penjualan asset likuidasi, saham biasa berada pada urutan terakhir dan sekaligus berrrfungsi sebagai benteng terkahir dalam menanggung risiko kebangkrutan. Dengan karakteristik semacam ini maka saham biasa disebut sebagai Equity of The Last Resort. Untuk memberikan ilustrasi fungsi tersebut perhatikan contoh kasus likuidasi berikut. Ilustrasi prosedur pembagian hasil realisasi asset dalam rangka likuidasi di sini hanya sekedar untuk memberikan gambaran umum tentang fungsi saham biasa sebagai equity of the last resort. Prosedur likuidasi lebih lengkap dan detail baik untuk perusahaan dalam bentuk persekutuan maupuan perseroan terbatas diatur dalam peraturan perundangan terkait, silahkan diperiksa lebih lanjut.PT INDOPANGAN dinyatakan pailit (bangkrut) dan karena itu seluruh assetnya harus direalisasi atau dikonversi ke dalam kas dan hasilnya digunakan untuk memenuhi seluruh kewajiban utang dan sisanya didistribusikan kepada pemegang saham. Posisi keuangan terakhir dari perusahaan tersebut tampak pada neraca ringkas berikut.PT INDOPANGANPasiva Neraca Per 31 Desember 20xx Aktiva Lancar 50Utang Lancar & Panjang 70 Aktiva Tetap 100 Ekuitas Pemilik: Saham Preferen 30 Saham Biasa 50 Total aktiva 150Total Pasiva 150Ilustrasi ini menggunakan empat asumsi nilai realisasi asset yaitu Rp 60, Rp 85, Rp 130, dan Rp 200. Pembagian hasil penjualan asset tersebut kepada pemegang klaim (utang dan ekuitas) dilakukan sebagai berikut.Jika asset perusahaan hanya terealiasi dengan nilai Rp 60.Dengan hasil penjualan asset sebesar Rp 60 maka seluruh hasil penjualan tersebut hanya dibagikan untuk memenuhi kewajiban utang yang sebenarnya totalnya Rp 70. Dengan demikian akibat dari pembagian ini pihak-pihak yang tidak menerima bagian adalah sebagian dari utang perusahaan senilai Rp 10 dan seluruh pemegang saham baik saham preferen maupun saham biasa. Ketentuan tentang siapa saja di antara kreditur perusahaan yang wajib didahulukan haknya diatur dalam peraturan perundangan.Jika asset perusahaan hanya terealiasi dengan nilai Rp 85.Dengan hasil penjualan asset sebesar Rp 85 maka seluruh hasil penjualan asset tersebut dibagikan untuk memenuhi seluruh kewajiban utang perusahaan sebesar Rp 70. Sedangkan sisasnya Rp 15 dibagikan kepada pemegang saham preferen sesuai proporsi atau jumlah lembar saham yang dimiliki. Akibat dari pembagian ini pihak kreditur menerima haknya secara penuh, sedangkan saham preferen hanya menerima sebagian dari nilai haknya yaitu Rp 15 dari Rp 30 yang menjadi total haknya. Di sisi lain dengan hasil realisasi asset tersebut saham biasa belum bisa menerima haknya sama sekali sebagaimana hasil realisasi sebelumnya. Jika asset perusahaan hanya terealiasi dengan nilai Rp 130.Dengan hasil penjualan asset sebesar Rp 130 maka seluruh hasil penjualan asset tersebut dibagikan untuk memenuhi seluruh kewajiban utang perusahaan sebesar Rp 70 dan untuk memenuhi seluruh hak saham preferen senilai Rp 30. Sisanya Rp 30 dibagikan kepada pemegang saham biasa sesuai proporsi atau jumlah lembar saham yang dimiliki masing-masing pemegang saham. Akibat dari pembagian ini baik pihak kreditur maupun pemegang saham preferen telah menerima haknya secara penuh sesuai nilai nominalnya, sedangkan pemegang saham biasa hanya menerima sebagian yaitu Rp 30 dari total nilai penyertaannya sebesar Rp 50. Jika asset perusahaan hanya terealiasi dengan nilai Rp 200.Dengan hasil penjualan asset sebesar Rp 200 maka seluruh hasil penjualan asset tersebut dibagikan untuk memenuhi seluruh kewajiban utang perusahaan sebesar Rp 70 dan untuk memenuhi seluruh hak saham preferen senilai Rp 30. Sedangkan sisanya Rp 100 dibagikan seluruhnya kepada pemegang saham biasa sesuai proporsi atau jumlah lembar saham yang dimiliki masing-masing pemegang saham. Akibat dari pembagian ini pihak kreditur maupun pemegang saham preferen telah menerima haknya secara penuh sesuai nilai nominalnya, sedangkan pemegang saham biasa dalam hal ini menerima bagian ;ebih besar atau melebihi nilai penyertaannya yang hanya sebesar Rp 50. Dari ilustrasi di atas ditunjukkan bahwa saham biasa menerima haknya di urutan terakhir. Konsekuensinya adalah jika hasil realisasi asset lebih kecil dari nilai bukunya (nilai buku asset perusahaan Rp 150) maka risiko yang ditanggung oleh pemegang saham biasa adalah mereka bisa tidak menerima sama sekali hasil penjualan asset likuidasi atau kalaupun menerima mungkin hanya sebagian saja dari total nilai penyertaannya. Sedangkan jika asset perusahaan terjual di atas nilai bukunya, pemegang saham biasa akan menerima sisa pembagian yang jumlahnya lebih besar dari nilai buku penyertaannya secara tidak terbatas. Sementara pihak kreditur dan pemegang saham preferen menerima haknya maksimal sebesar nilai nominalnya.Dengan perannya sebagai equity of the last resort maka risiko yang ditanggung saham biasa lebih besar dibanding risiko yang ditanggung sumber dana utang dan saham preferen. Sehubungan dengan hal tersebut pemegang saham biasa akan menuntut tingkat pengembalian yang lebih tinggi dibanding kreditur dan pemegang saham preferen. Hal inilah yang menyebabkan biaya modal atas saham biasa (cost of equity) umumnya lebih tinggi dari biaya modal atas utang (cost of debt) atau biaya modal atas saham preferen (cost of preferred stock). Saldo LabaSaldo laba merupakan salah satu jenis sumber dana dari kelompok ekuitas (equity financing). Saldo laba merupakan akumulasi dari bagian laba atau keuntungan perusahaan yang ditahan di perusahaan atau tidak dibagikan sebagai dividen kepada pemilik atau pemegang saham. Saldo laba yang berasal dari laba perusahaan ini merupakan sumber dana yang berasal dari internal perusahaan yang dibentuk sendiri oleh perusahaan. Oleh karena itu, saldo laba merupakan sumber dana yang paling sederhana dan fleksibel dari sisi prosedur memperolehnya dibanding sumber-sumber dana lainnya seperti utang dan ekuitas saham dan tidak memerlukan biaya eksplisit berupa biaya penerbitan. Di samping itu, sumber dana internal ini tidak menimbulkan dilusi kemilikan sebagaimana yang bisa ditimbulkan oleh penerbitan saham sehingga dengan alasan ini pemenuhan dana dari sumber internal ini lebih disukai oleh pemegang saham.Semakin besar porsi kebutuhan dana yang bisa dipenuhi dari keuntungan atau saldo laba menunjukkan semakin kuat basis pembiayaan atau pendanaan perusahaan dan sekaligus menunjukkan semakin kuat kemampuan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan dananya dari kekuatan sendiri (self financing). Saldo Laba dan Kebijakan DividenDividen merupakan bagian dari keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham atau pemilik perusahaan. Dengan demikian kebijakan dividen sangat berpengaruh terhadap kebijakan pendanaan yang memanfaatkan sumber internal atau saldo laba. Semakin besar porsi laba yang disisihkan untuk dibagikan sebagai dividen berarti semakin kecil porsi laba yang tersedia sebagai sumber dana bagi perusahaan dan sebaliknya. Perusahaan yang menganut kebijakan stabilitas dividen biasanya lebih memprioritaskan kepentingan pembagian dividen daripada memperlakukan saldo laba sebagai prioritas pemenuhan kebutuhan pendanaan. Dengan kebijakan dividen stabil (stable dividend policy) perusahaan ingin menjaga reputasinya dalam pembagian dividen sehingga perusahaan senantiasa berupaya untuk membayarkan dividen secara konsisten dari periode ke periode. Kebijakan dividen stabil mengindikasikan upaya manajemen untuk menghindari adanya penurunan nilai dividen (dividend cut) apalagi tidak membayarkan dividen pada periode berjalan karena hal ini bisa merusak reputasi manajemen di mata pemegang saham. Oleh karena itu, manajemen akan berupaya agar dividen periode berjalan nilainya adalah sama atau bahkan lebih besar daripada dividen periode sebelumnya. Dengan kebijakan dividen stabil maka pemanfaatan saldo laba sebagai sumber dana internal menjadi subordinasi dari pembagian dividen. Artinya menempatkan pembaian dividen lebih penting dari pada peran saldo laba sebagai sumber pendanaan internal untuk memenuhi kebutuhan dana perusahaan.Sebaliknya, dalam praktik sering perusahaan menganut kebijakan dividen yang sebaliknya yaitu kebijakan dividen residual (residual dividend policy). Dengan jenis kebijakan dividen tersebut, perusahaan akan membayarkan dividen jika kebutuhan dana untuk kepentingan investasi dan kebutuhan lainnya yang lebih penting bagi perusahaan sudah dipenuhi termasuk dengan memanfaatkan saldo laba sebagai sumber dana internal. Dengan kata lain dividen baru bisa dibayarkan jika ada sisa dari laba setelah digunakan untuk mencukupi kebutuhan dana perusahaan. dengan kebijakan dividen residual maka pemanfaatan saldo laba sebagai sumber dana internal menjadi superordinasi dari pembagian dividen. Artinya menempatkan saldo laba sebagai sumber untuk memenuhi kebutuhan dana perusahaan lebih penting daripada dibagikan sebagai dividen.Sumber Dana Jangka Panjang LainnyaModal Ventura (Venture Capital)Bagi perusahaan yang baru berdiri (start-up firms) biasanya tidak langsung bisa mengakses sumber-sumber pendanaan yang biasa digunakan oleh perusahaan yang sudah berjalan atau mapan. Hal ini terkait dengan besarnya risiko dari perusahaan yang baru berdiri mengingat kinerja perusahaan dalam bidang usaha yang dipilih belum teruji. Biasanya bagi perusahaan yang baru akan menjalankan usahanya tetapi diproyeksi memiliki potensi pertumbuhan tersedia sumber pendanaan yang bisa dimanfaatkan yang disebut dengan modal ventura. Sesuai dengan sebutannya modal ventura merupakan jenis sumber dana yang bersedia menanggung risiko besar dibanding sumber-sumber pendanaan lainnya yang tersedia di pasar modal atau perbankan umumnya. Sebagai imbalannya modal ventura biasanya menuntut tingkat pendapatan atau imbal hasil yang tinggi pula. Penyedia modal ventura ini terutama berasal dari perusahaan-perusahaan pembiayaan ventura dan bank-bank investasi yang memiliki keahlian khusus dalam pembiayaan ventura. Pembiayaan dengan modal ventura bisa melalui cara-cara berikut antara lain:Penyertaan modal (equity participation)Dalam hal ini investor memasukkan dananya ke dalam perusahaan mitra sebagai penyertaan modal sehingga menjadi bagian dari kepemilikan atau ekuitas perusahaan mitra.Penyertaan melalui pembelian obligasi konversiDalam hal ini investor memasukkan dananya melalui pembelian obligasi konversi yang diterbitkan oleh perusahaan mitra dan diharapkan di kemudian hari bisa dikonversi menjadi penyertaan modal (ekuitas). Dengan demikian, modal ventura jenis ini merupakan bagian dari sumber dana utang.Penyertaan berdasarkan pembagian atas hasil usaha (profit sharing)Dengan cara ini investor memasukkan dananya ke perusahaan mitra berdasarkan perjanjian bagi hasil dengan proporsi atau rasio perbandingan yang disepakati kedua belah pihak. Modal ventura jenis ini berarti dikategorikan sebagai sumber dana dari kelompok ekuitas.Lazimnya penyedia modal ventura memiliki keahlian di dalam pengelolaan perusahaan yang baru memulai usahanya atau berada pada tahap start-up. Mereka biasanya memberikan bimbingan dan pendampingan manajemen sampai dengan perusahaan yang dibiayai mampu berjalan secara mandiri. Dalam hal ini modal ventura berfunsi sebagai inkubator perusahaan yang dibiayai.LeasingKetika perusahaan membutuhkan asset-asset tetap terutama seperti peralatan dan mesin-mesin produksi, kendaraan, dan sejenisnya tetapi tidak memiliki dana yang cukup untuk membeli secara langsung maka peerusahaan bisa menggunakan fasilitas pembiayaan leasing dari perusahaan leasing (leasing company). Leasing pada dasarnya merupakan perjanjian sewa guna atau sewa beli asset-asset tetap atau barang modal (capital goods) dari perusahaan leasing (lessor) kepada perusahaan-perusahaan yang membutuhkan atau penyewa (lessee). Leasing merupakan alternatif pembiayaan jangka menengah dan panjang karena perusahaan bisa memperoleh atau menggunakan asset-asset tetap yang dibutuhkan dengan memanfaatkan pembiayaan yang disediakan oleh perusahaan leasing. Dengan leasing perusahaan bisa memperoleh dan menggunakan asset tetap yang dibutuhkan dalam jangka waktu tertentu dengan tidak harus membeli melainkan melalui sewa. Perusahaaan penyedia jasa leasing (lessor) biasanya adalah perusahaan yang khusus bergerak di bidang jasa leasing atau bisa juga dilakukan oleh produsen dari asset tetap leasing. Jenis-jenis Leasing Kontrak Beli Sewa (Hire Purchase)Dengan kontrak beli sewa, setelah angsuran sewa berakhir maka perusahaan penyewa (lessee) menjadi pemilik dari asset yang disewa. Sebagai contoh, sebuah perusahaan melakukan kontrak beli sewa sebuah kendaraan dengan jangka waktu 5 tahun dan angsuran sewa tiap bulan sebesar Rp 4 juta. Di akhir tahun kelima ketika angsuran berakhir maka kendaraan terebut otomatis menjadi hak milik perusahaan penyewa. Selama periode angsuran hak milik kendaraan tersebut di tangan perusahaan leasing (lessor) namun biaya perawatan dan pemeliharaan menjadi tanggung jawab perusahaan penyewa. Ada kalanya kepemilikan asset di akhir kontrak oleh perusahaan penyewa hanya merupakan opsi jadi tidak wajib memiliki. Biasanya dalam hal perusahaan berkeinginan untuk memperoleh hak milik ada biaya tambahan yang harus dibayar oleh perusahaan.Kontrak Jual dan Sewa kembali (Sale and Leaseback Leasing)Kontrak leasing jenis ini biasanya dilatarbelakangi oleh adanya kebutuhan asset tetap atau peralatan dan sekaligus kebutuhan terhadap kas. Sebagai solusinya, perusahaan membeli asset tetap yang diperlukan kemudian menjualnya kembali ke perusahaan leasing untuk memperoleh kas yang dibutuhkan. Selanjutnya asset tersebut tetap bisa digunakan oleh perusahaan yang mencakup seluruh umur ekonomisnya di bawa kontrak sewa dengan perusahaan leasing. Perusahaan selanjutnya berkewajiban membayar uang sewa secara periodik ke perusahaan leasing.Leasing Operasional (Operating Leasing)Jika perusahaan hanya memerlukan peralatan atau asset tetap lainnya dalam jangka waktu yang tidak terlalu panjang misalnya hanya 2 atau 3 tahun maka operating leasing mungkin solusinya. Dalam kontrak leasing jenis ini pihak lessee hanya membayarkan uang sewa tanpa ada opsi untuk memperoleh hak milik atas asset yang disewa. Setelah berakhirya jangka waktu sewa bisa dilakukan kontrak sewa baru sebagai perpanjangan atau kontrak diakhiri dan pihak lessor bisa mengadakan kontrak sewa asset yang bersangkutan dengan perusahaan lainnya atau menjualnya di pasar asset bekas pakai (secondhand market). Pada leasing jenis ini lessee memperlakukan sewa yang dibayarkan secara periodik sebagai pengeluaran periodik (periodical expenditure) dan dilaporkan di laporan laba rugi.Leasing Financial (Financial Leasing)Jika perusahaan dalam kontrak leasing memiliki hak untuk menggunakan asset leasing untuk sebagian besar atau seluruh dari umur ekonomisnya dan di samping itu ia meiliki hak opsi untuk meiliki asset leasing yang bersangkutan maka kontrak leasing demikian tergolong jenis financial leasing atau disebut juga capital leasing. Oleh karena itu dalam pembukuan pihak lessee, asset leasing diakui sebagai asset tetap perusahaan dan kewajiban pembayaran sewa selama kontrak leasing diakui sebagai kelompok utang jangka panjang. Atas dasar ini jenis hire purchase leasing dan sale and leaseback leasing termasuk kategori financial leasing. Alternatif lain yang juga termasuk financial leasing adalah perusahaan penyewa mengajukan jenis asset yang dibutuhkan misalnya kendaraan kepada perusahaan leasing, selanjutnya perusahaan leasing akan membelikan asset kendaraan tersebut dan diserahkan kepada perusahaan untuk digunakan. Kewajiban perusahaan sebagai lessee adalah membayar secara periodik biaya sewa yang telah disepakati. Jangka waktu kontrak leasing jenis ini biasanya mencakup hampir atau seluruh umur ekonomis dari asset tetap yang disewa. Kepada perusahaan penyewa diberikan opsi memiliki atau hak beli asset leasing yang bersangkutan di akhir kontrak leasing seharga nilai sisa asset tersebut yang disepakati. Pada jenis financial leasing, perusahaan lessor akan membebankan seluruh harga perolehan asset (full cost recovery) di tambah jumlah tertentu sebagai pendapatan ke dalam nilai sewa yang harus dibayar oleh perusahaan penyewa. Sebagai contoh jika harga beli kendaraan senilai Rp 200 juta dan perusahaan leasing menginginkan pendapatan sebsar Rp 25 juta atau 12,5% selama kontrak leasing 5 tahun. Maka nilai total sewa yang ditanggung oleh perusahaan penyewa adalah Rp 225 juta yang didistribusikan dalam bentuk pembayaran sewa periodik selama 5 tahun. Paa leasing jenis ini, biaya sewa yang dibayarkan diperlakukan sebagai pengelusaran modal (capital expenditure) dan asset yang disewa diakui sebagai asset leasing yang dilaporkan di neraca pada kelompok asset tetap.Sumber pendanaan dari leasing dewasa ini semakin menarik karena beberapa alasan antara lain: Tingkat pendapatan yang dibebankan oleh lessor ke dalam angsuran sewa yang ditanggung lessee biasanya lebih rendah dibanding tingkat bunga yang diterapkan pada sumber dana utang atau perbankan. Dengan demikian biaya modal dari pembiayaan leasing relatif lebih kecil dibanding dari sumber lain.Pembiayaan terhadap asset tetap berupa pembayaran angsuran sewa periodik bisa dipenuhi dari arus kas yang dihasilkan dari asset yang bersangkutan.Jangka waktu pembiayaan asset yang relatif lebih fleksibel dibanding dana pinjaman dari perbankan.Sangat membantu bagi perusahaan dengan basis modal yang relatif terbatas karena kebutuhan asset tetap tidak harus dilakukan melalui pembelian langsung.Tidak menggangu modal kerja yang ada karena leasing tidak memerlukan pengeluaran kas untuk membeli asset tetap yang dibutuhkan.Umumnya tidak menuntut pembatasan-pembatasan kepada perushaan sebagaimana yang terjadi pada perjanjian-perjanjian pendanaan dengan utang.Perusahaan tidak menaggung risiko keusangan atas asset yang disewa. Berbeda dengan jika asset dibeli dan dimiliki sendiri jika terjadi ketinggalan jaman dari asset harus ditanggung oleh perusahaan sebagai pemilik sebagaimana tercermin pada nilai sisa asset yang bersangkutan. Dengan kelebihan-kelebihan tersebut pembiayaan dengan leasing dewasa ini semakin popular tidak hanya di lingkungan bisnis atau perusahaan tetapi semakin banyak dimanfaatkan di lingkungan lembaga pemerintahan, bahkan juga di sektor konsumtif atau rumahtangga. Seringkali dijumpai di lapangan pembiayaan dengan leasing banyak terjadi pada jenis asset tetap seperti peralatan produksi, alat-alat berat, sarana transportasi seperti kendaraan operasional, termasuk kendaraan dinas di lingkungan lembaga pemerintahan, pesawat udara oleh maskapai penerbangan, peralatan kantor seperti komputer personal, dan sejenisnya. SUMBER DANA INTERNAL DAN EKSTERNALSumber dana internal adalah sumber dana yang berasal dari dalam perusahaan dan dibentuk sendiri oleh perusahaan. Contoh pendanaan dari sumber internal adalah saldo laba atau keuntungan yang diperoleh perusahaan. Kemampuan perusahaan memenuhi kebutuhan dana dari keuntungan sendiri (sumber internal) menunjukkan kemandirian perusahaan dalam hal pendanaan atau pembiayaan (self financing) perusahaan. Di sisi lain sumber dana eksternal merupakan pendanaan yang berasal dari luar perusahan. Sumber dana yang bersala dari utang dengan segala jenisnya seperti utang perbankan, utang hipotik, obligasi, commercial paper, dan sumber dana ekuitas dalam bentuk saham adalah termasuk kategori sumber dana eksternal. Kelebihan sumber dana internal adalah lebih fleksibel dan sederhana dilihat dari prosedur perolehannya dan tidak memerlukan biaya penerbitan seperti sumber dana eksternal seperti saham dan obligasi.PENDANAAN MELALUI INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) DAN PENEMPATAN LANGSUNGINITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) Ketika perusahaan masih baru berdiri sulit bagi perusahaan memperoleh kepercayaan publik, akses ke sumber pendanaan sangat terbatas. Sumber dana yang bisa diakses untuk perusahaan yang masih memulai usahanya ini biasanya dengan memanfaatkan modal ventura sebagaimana yang sudah dijelaskan sebelumnya. Bagi perusahaan yang sudah berkembang akses pendanaan semakin terbuka, bahkan memiliki kesempatan untuk memperoleh pendanaan dari masyarakat luas atau publik terutama melalui penerbitan dan penjualan surat berharga utang (obligasi) atau surat berharga ekuitas (saham) kepada publik. Pemanfaatan pendanaan dari publik ini dilakukan dengan prosedur go-public melalui penawaran umum perdana atau yang disebut dengan initial public offering (IPO). IPO adalah penawaran atau penjualan pertama kali surat berharga utang atau ekuitas yang diterbitkan oleh perusahaan kepada investor atau masyarakat umum (publik) sesuai prosedur yang diatur dalam peraturan perundangan. Tata cara go-public melalui IPO diatur berdasarkan undang-undang pasar modal dan peraturan pelaksanaannya serta dibawa pengendalian Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM). Dengan demikian, perusahaan yang ingin memanfaatkan pendanaan dari masyarakat luas atau publik harus merubah statusnya dari perusahaan tertutup menjadi perusahaan terbuka (Tbk.) atau perusahaan go-public. Secara empiris, porsi kepemilikan perusaaan yang dilepas ke publik umumnya tidak lebih dari 40% dari total kepemilikan. Sebagai contoh jika total modal disetor perusahaan yang dimiliki pemegang saham lama sebelum go-public berjumlah 1 juta lembar, maka jumlah lembar saham yang dilepas ke publik melalui IPO tidak lebih dari 400 ribu lembar. Hal ini mungkin dimaksudkan agar para pemilik lama tetap memiliki kendali dominan di perusahaan walaupun berubah statusnya sebagai perusahaan go-public. Secara garis besar tahapan proses go-public melalui IPO dan pihak-pihak terkait yang terlibat dapat dijelaskan sebagai berikut.Tahap Persiapan: Memperoleh persetujuan untuk go-public dari para pemilik (pemegang saham) lama perusahaan.Penunjukan profesi penunjang yang diperlukan dalam rangka mempersiapkan dokumen pendaftaran emisi ke BAPEPAM terutama: akuntan publik, konsultan hukum, perusahaan appraisal (penilai asset), notaris, dan lainnya, dalam rangka memastikan bahwa semua persyaratan dipenuhi sesuai aturan dari pihak otoritas (BAPEPAM). Langkah persiapan ini memerlukan proses due diligent artinya review menyeluruh terhadap semua aspek perusahaan yang terkait dengan upaya memenuhi aturan yang ditetapkan untuk go-public seperti aspek hukum, akuntansi, keuangan, manajemen, dan aspek lainnya yang terkait.Penunjukan perusahaan penjamin emisi efek (underwriter), yang berperan sebagai pihak yang menjamin dan melaksanakan penjualan efek yang diterbitkan oleh emiten kepada publik.Ada dua jenis kontrak antara emiten dan penjamin emisi terkait dengan tugas dan tanggung jawab penjamin emisi dalam menjualkan efek yang diterbitkanoleh emiten kepada publik, yaitu:Best Effort, yaitu bentuk perjanjian (kontrak) penjaminan emisi dimana penjamin emisi bertanggung jawab untuk memasarkan efek yang diterbitkan oleh emiten sebatas pada kemampuannya berdasarkan upaya terbaik. Jika terdapat sisa efek yang tidak terjual maka hal ini menjadi tanggung jawab emiten bukan tanggung jawab penjamin emisi.Full Comitment, yaitu bentuk perjanjian (kontrak) penjaminan emisi dimana penjamin emisi bertanggung jawab penuh untuk memasarkan dan menjual efek yang diterbitkan oleh emiten. Jika terdapat sisa efek yang tidak terjual maka hal ini menjadi tanggung jawab penjamin emisi dan berkewajiban membeli sisa efek yang belum terjual.Menyusun prospektus penawaran umum yang berisi semua informasi penting tentang prospek perusahaan emiten yang bermanfaat bagi para calon investor dalam mengambil keputusan investasi dalam IPO. Jenis informasi yang dimuat dalam propektus paling tidak mencakup aspek bidang usaha, prospek usaha ke depan, manajemen, laporan keuangan periode sebelum dan sesudah IPO (proyeksi), prospek rencana pemanfaatan dana yang diperoleh dari IPO, dan lainnya yang dianggap pnting.Melaksanakan sosialisasi rencana IPO kepada publik dalam bentuk public expose dan road show termasuk expose terbatas di hadapan BAPEPAM.Melakukan pendaftaran IPO dan menyerahkan semua dokumen pendaftaran yang dipersyaratkan kepada BAPEPAM. Jika dinyatakan lengkap pendaftaran akan dinyatakan efektif oleh BAPEPAM.Tahap Pelaksanaan:Mekanisme pelasanaan penjualan efek (saham atau obligasi) dalam IPO dilakukan melalui dua tahap. Tahap pertama, transaksi penjualan efek di pasar perdana dan tahap kedua transaksi penjualan di pasar sekunder.Transaksi di Pasar Perdana:Sebelum surat berharga (efek) yang diterbitkan oleh perusaaan emiten diperjualbelikan secara terbuka untuk umum melalui bursa efek (pasar sekunder), terlebih dahulu ditawarkan melalui pasar perdana. Pasar perdana merupakan pasar dimana efek yang ditawarkan melalui IPO dijual pertama kali secara terbatas oleh penjamin emisi (underwriter) kepada para investor besar yang berminat. Investor yang terlibat di pasar perdana umumnya terdiri dari investor institusional seperti perusahaan asuransi, dana pension, dan perusahaan-perusahaan pembiayaan dan bukan berasal dari investor umum. Adapun proses di pasar perdana secara garis besar sebagai berikut.Emiten melalui penjamin emisi (underwriter) melakukan publikasi melalui mediamassa seperti surat kabar berskala nasional, tentang tata cara pemesanan saham atau obligasi, harga penawaran, jumlah lembar saham atau obligasi yang ditawarkan, jangka waktu penawaran, dan informasi lainnya yang terkait dan penting. Publikasi ini juga dilakukan melalui pendistribusian prospektus penawaran umum ke publik.Investor yang berminat melakukan pemesanan (subscribtion) kepada penjamin emisi atau melalui agen penjual yang ditunjuk dengan mengajukan jumlah lembar efek yang dipesan dan harga yang bersedia untuk dibayar.Dalam hal jumlah yang dipesan melampaui jumlah yang ditawarkan (oversubscribed) maka dilakukan penjatahan (allotment) kepada investor pemesan sehinga mereka tidak memperoleh lembar efek sesuai jumlah yang dipesan. Sebaliknya jika terjadi jumlah yang dipesan lebih kecil dari jumlah lembar yang ditawarkan (undersubscribed) semua investor akan menerima jumlah lembar yang dipesan.Proses yang terjadi di pasar perdana harus selesai dalam jangka waktu paling lama 2 bulan sejak pendaftaran emisi dinyatakan efektif oleh BAPEPAM.Harga jual efek yang harus diayar oleh pemesan di pasar perdana akhirnya ditetapkan oleh pihak penjamin emisi berdasarkan kesepakatan dengan pihak emiten. Harga jual tersebut biasanya ditetapkan berdasarkan analisis terhadap harga beli yang masuk yang diajukan oleh para investor pemesan. Dalam hal terjadi kondisi oversubscribed terhadap efek yang ditawarkan harga jual akan menjadi tinggi, sebaliknya jika terjadi kondisi undersubscribed. Sebagai acuan dasar dalam penetapan harga jual efek misalnya saham adalah price earning ratio (PER). PER adalah rasio antara harga saham yang berlaku di pasar dibagi dengan earning per share (EPS) atau laba per lembar saham. Misalnya diketahui PER rata-rata industri adalah 10 kali berarti jika sebuah perusahaan yang berada di kelompok industri tersebut memiliki EPS Rp 100, harga pasar saham perusahaan tersebut kurang lebih Rp 100 x 10 = Rp 1000 per lembar. Dalam hal ini harga jual saham ditentukan oleh besar kecilnya kemampuan perusahaan menghasilkan laba (earning)Transaksi di Pasar Sekunder:Setelah efek selesai diperjualbelikan di pasar perdana, selanjutnya para investor besar yang berhasil membeli efek melalui pasar perdana bisa menjualnya kembali efek yang dimiliki melalui pasar sekunder. Pasar sekunder adalah pasar di mana efek yang ditawarkan dalam IPO diperjualbelikan secara terbuka bagi investor umum setelah selesai diperjualbelikan di pasar perdana. Jika transaksi di pasar perdana terjadi secara terbatas antara pihak penjamin emisi sebagai penjual dan para investor besar sebagai pembeli, transaksi di pasar sekunder terjadi antar investor secara terbuka berdasarkan mekanisme yang ada. Transaksi jual beli efek di pasar sekunder ini dilakukan di bursa efek. Di Indonesia pasar sekunder dilaksanaan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI). Agar efek yang diterbitkan oleh perusahaan bisa diperdagangkan di pasar sekunder atau bursa efek perusahaan tersebut harus didaftarkan di bursa efek yang bersangkutan. Jenis efek yang bisa diperdagangkan di bursa efek meliputi surat berharga utama yaitu saham dan obligasi dan surat berharga turunanya (surat berharga derivatif) yang mencakup right, warrant, option, futures, reksa dana, dan sejenisnya. Investor yang menjual kembali efek yang diperolehnya di pasar perdana berharap bisa memperoleh keuntungan dari harga jual yang lebih tinggi di pasar sekunder.Mekanisme Perdagangan Efek Di Pasar Sekunder (Bursa Efek)Mekanisme perdagangan efek di bursa efek (pasar sekunder) tidak dilakukan langsung oleh investor penjual dan pembeli melainkan melalui jasa perantara perdagangan yang disebut pialang (broker). Jasa pialang ini umumnya dilakukan oleh perusaaan efek atau dealer efek (securities dealer). Dealer efek selain bisa menjalankan fungsi pialang yaitu menjalankan transaksi jual beli efek atas nama atau atas order dari kliennya (investor) juga bisa menjalankan transaksi atas namanya sendiri atau sebagai investor. Pialang di bursa efek harus terdaftar sebagai anggota bursa efek di bursa efek yang bersangkutan. Jika seorang pemegang saham hendak menjual sahamnya melalui bursa efek maka ia harus menghubungi pialang untuk memberikan order jual sesuai jumlah dan harga yang diinginkan. Begitu juga calon pembeli harus berhubungan dengan pialang untuk memberikan order beli sesuai jumlah dan harga yang diinginkan. Selanjutnya para pialang tersebut berupaya mencarikan penawaran jual untuk memenuhi order beli dari investor klien dan mencarikan penawaran beli untuk memenuhi order jual dari investor klien. Dengan demikian, di bursa efek interaksi langsung jual beli efek terjadi antar pialang bukan antar investor pembeli dan penjual. Selanjutnya, investor baik penjual maupun pembeli tinggal menunggu laporan dari perusahaan pialang tentang realisasi pesanannya.Jenis-jenis Trandaksi Perdagangan Di Bursa EfekPasar RegulerPerdagangan di pasar regular dilakukan menggunakan mekanisme lelang (auction) yang sekaligus menjadi mekanisme utama perdagangan efek di bursa efek. Dengan sistem lelang, order beli dengan harga tertinggi dan atau terdahulu yang akan diprioritaskan untuk dipenuhi. Sebagai contoh A melakukan order beli 1.000 lembar saham PT ABC dengan harga Rp Rp 1.550 per lembar, sedangkan investor B juga melakukan order beli terhadap saham yang sama tetapi dengan harga Rp 1.500 per lembar. Dengan sistem lelang, maka order beli dari investor A yang akan dipenuhi terlebih dahulu karena ia bersedia membeli dengan harga yang lebih tinggi. Jumlah lembar efek yang dipedagangkan menggunakan satuan lot di mana satu lot sama dengan 500 lembar. Dengan demikian jumlah minimal efek yang bisa diperdagangkan di pasar regular adalah 1 lot. Penyelesaian transaksi yang mencaup serah terima efek dan pembayaran tunai dilakukan tiga hari setelah transaksi (T+3). Harga yang terbentuk di pasar regular ini merupakan harga yang digunakan untuk menghitung Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).Pasar NegosiasiSelain mekanisme pasar reguler, di bursa efek juga bisa dilakukan perdagangan efek menggunakan mekanisme pasar negosiasi. Di pasar negosiasi perdagangan efek dilakukan bukan berdasarkan mekanisme lelang yang digunakan pada pasar reguler, melainkan dengan cara negosiasi (kesepakatan) harga secara langsung antara pialang jual dan pialang beli. Harga yang terbentuk di pasar negosiasi ini bisa berbeda dari harga yang terbentuk di pasar reguler. Di pasar negosiasi ini memungkinkan dilakukan transaksi perdagangan efek dalam jumlah kecil yang tidak bisa diperdagangkan di pasar reguler, misalnya karena jumlah efek yang diperdagangkan kurang dari 1 lot atau disebut odd lot. Di samping itu, pembayaran atau penyelesaian transaksi dimungkinkan bisa dilakukan secara tunai (T+0) yaitu dihari itu juga. Over-The-Counter MarketProses jual beli untuk surat berharga (efek) pasar modal yang tidak tercatat di bursa efek dilakukan melalui mekanisme yang disebut dengan Over-The-Counter Market (OTC). Namun belakangan, mekanisme OTC bisa dilakukan juga terhadap efek yang tercatat di bursa efek. Mekanisme OTC berada di luar mekanisme pasar reguler dan berbasis negosiasi artinya transaksi jual beli dilakukan melalui kesepakatan yang dicapai antara penjual dan pembeli atau antar dealer efek, bukan berbasis lelang yang terjadi di pasar regular. Demikian juga tidak ada batasan tentang jumlah minimal lembar efek yang diperdagangkan. Penyelesain Transaksi Di Bursa EfekDi bursa efek terdapat sebuah lembaga penunjang pasar modal dalam bentuk perusahaan namanya PT KSEI (Kustodian Sentral Efek Indonesia). Lembaga ini berfungsi untuk mengadministrasikan dan menyimpan fisik efek yang diperdagangkan oleh para investor atau pialang. Di bursa, efek yang dibeli atau dijual tidak dibawa oleh investor atau pialang melainkan disimpan dan dipelihara oleh PT KSEI. Dengan demikian setiap terjadi transaksi jual beli antar anggota bursa (pialang) hasilnya akan tercatat di PT KSEI. Jika pialang investor tertentu melalui pialangnya membeli 1.000 lembar efek tertenu maka jumlah lembar kepemilikan efek tersebut atas nama investor (pialang) tersebut di PT KSEI bertambah 1000 lembar dan sekaligus di pihak penjual akan berkurang sejumlah tersebut. Saat ini di bursa efek termasuk di Indonesia ada 2 (dua) sistem perdagangan efek yaitu perdagangan berbasis fisik atau berbasis warkat (scripbase), dalam bentuk sertifikat efek (misalnya sertifikat saham atau obligasi) dan berbasis non fisik atau nonwarkat (scripless). Untuk efek yang diterbitkan dalam bentuk warkat atau sertifikat penyelesaian transaksi disertai dengan serah terima antar anggota bursa atas warkat efek yang bersangkutan melalui PT KSEI. Sedangkan jika berbasis nonwarkat penyelesaian transaksi hanya berupa pemindahbukuan yang dilakukan oleh PT KSEI. Masing-masing anggota bursa (pialang) memiliki rekening di PT KSEI untuk mencatat kepemilikan efek dari mereka atas nama kliennya (investor).Indikasi Keberhasilan Go-PublicAda dua indikator yang bersifat jangka pendek yang menunjukkan keberhasilan IPO dalam rangka go-publik yang dilakukan perusahaan, antara lain:Jika di pasar perdana terjadi oversubscribe yaitu permintaan lebih besar dari jumlah lembar efek yang ditawarkan oleh emiten mengindkasikan banyaknya peminat untuk berinvestasi pada efek yang diterbitkan oleh perusahaan emiten. Kondisi ini akan mendorong harga efek yang ditawarkan menjadi tinggi. Ketika efek yang diterbitkan sudah diperdagangkan di pasar sekunder, jumlah trandaksi perdagangan terhadap efek tersebut sangat tinggi. Dengan kata lain likuiditas dari efek tersebut tinggi, sehingga mendorong tren harga efek tersebut terus meningkat.Perlu diperhatikan oleh penjamin emisi dan emiten dalam hal penetapan harga jual di pasar perdana. Jika harga jual ditetapkan terlalu tinggi dengan alasan terjadi oversubscribe, hal ini bisa menjadi bumerang ketika dengan tingkat harga yang tinggi tersebut menjadikan investor di pasar sekunder kurang berminat. Kondisi ini bisa menekan harga efek tersebut di pasar sekunder dan menurunkan likuiditasnya. Manfaat Pendanaan melalui IPOPendanaan perusahaan dengan cara menjadi perusahaan go-public melalui mekanisme IPO memiliki beberapa kelebihan sebagai berikut.Memperoleh dana dalam jumlah besar dengan biaya modal yang relatif murah dibanding pendanaan dari kredit perbankan. Sekali menjadi perusahaan go-public memungkinkan perusahaan memperoleh dana dalam jumlah besar dengan melakukan penawaran umum berikutnya (secondary offering) misalnya jika perusahaan memiliki proyek-proyek investasi besar seperti ekspansi, akuisisi, dan sejenisnya.Image perusahaan menjadi jauh lebih baik dengan menjadi perusahaan go-public karena menjadi perusahaan yang secara luas dikenal oleh masyarakat. Terlebih bagi perusahaan go-public yang berukuran relatif kecil, mereka akan dipersamakan statusnya dengan perusahaan go-public besar. Dengan meningkatnya citra perusahaan di mata masyarakat akan lebih memudahkan perusahaan dalam melakukan pengembangan usahanya ke depan.Memungkinkan perusahaan meningkatkan nilainya melalui kapitalisasi pasar. Jika misalnya saham yang dilepas ke publik yang diperdagangkan di bursa efek mengalami kenaikan harga maka nilai dari seluruh saham perusahaan tersebut termasuk yang tidak dilepas ke publik juga meningkat, sehingga nilai perusahaan atau kekayaan pemilik secara keseluruhan memingkat.Perusahaan dituntut lebih terbuka (transparan) dan akuntabel sehingga mendorong pengelolaan perusahaan untuk lebih professional kearah terciptanya good corporate governance. Dengan demikian dengan go-public memungkinkan perusahaan lebih sustainable dan mempekuat going concern.Kepemilikan oleh publik atau masyarakat biasanya tidak cukup mempengaruhi posisi kendali perusahaan dari pemilik lama karena motivasi penyertaan oleh masyarakat biasanya bukan dimaksudkan untuk ikut mengendalikan manajemen perusahaan.Selain memperoleh manfaat sebagaimana disebutkan di atas, menjadi perusahaan go-public membawa konsekuensi yaitu perusahaan harus mematuhi dan memenuhi kewajiban-kewajiban sebagai perusahaan go-public sesuai peraturan yang ada. Di antara kewajiban tersebut misalnya secara periodik perusahaan harus mempublikasikan laporan keuangannya. Tujuan Pendanaan melalui IPO Pendanaan perusahaan melalui IPO umumnya bertujuan untuk memperoleh dana dalam jumlah besar dan murah untuk:Mendanai proyek-proyek investasi utama seperti perluasan usaha misalnya berupa perluasan pabrik atau pembangunan pabrik baru, akuisisi perusahaan lain, dan sejenisnya.Memperbaiki atau memperkuat struktur modal perusahaan, misalnya dengan melunasi sebagaian utang perusahaan atau memperbesar komponen modal sendiri (ekuitas) dalam rangka memperbaiki debt ratio dan memperkecil risiko peluang terjadinya tekanan-tekanan keuangan (financial distress) di masa yang akan datang.PENDANAAN MELALUI PENEMPATAN LANGSUNGPenerbitan surat berharga (efek) baik surat berharga utang (obligasi) maupun surat berharga ekuitas (saham) sebagai alternatif pendaaan bisa dilakukan melalui cara IPO sebagaimana dijelaskan sebelumnya atau bisa juga menggunakan cara penjualan langsung atau disebut penempatan langsung. Penempatan lansung (direct placement) adalah penjualan surat berharga (saham atau obligasi) yang diterbitkan langsung kepada investor secara terbatas dan tidak melalui mekanisme IPO. Para investor yang terlibat dalam penempatan langsung ini umumnya terdiri dari investor besar atau institusional, seperti perusahaan-perusahaan pembiayaan, perusahaan asuransi, dana pension, dan sejenisnya. Jika perusahaan menjual surat berharga yang diterbitkannya melalui IPO maka konsekuensinya statusnya berubah menjadi perusahaan go-public. Di sisi lain dengan cara penempatan langsung tidak merubah status perusahaan menjadi perusahaan go-public. Dengan demikian penempatan langsung tidak mengikuti prosedur sebagaimana yang dilakukan pada IPO. Investor yang membeli surat beharga melalui penempatan langsung ini biasanya untuk tujuan investasi dengan maksud untuk memperoleh pendapatan rutin dari investasinya. Sedangkan investor yang membeli surat berharga melalui pasar perdana dalam IPO biasanya untuk tujuan dijual kembali melalui pasar sekunder dengan harapan memperoleh keuntungan dari naiknya harga surat berharga yang bersangkutan ketika diperdagangkan di pasar sekunder (bursa efek).Rasio Struktur ModalSebagaimana disebutkan sebelumnya kebijakan pendanaan terkait dengan pemilihan alternatif pendanaan yang paling menguntungkan bagi perusahaan dari berbagai sumber dana yang tersedia di pasar keuangan. Kebijakan pendanaan yang diambil oleh perusahaan tercermin pada struktur modal perusahaan. Oleh karena itu, kebijakan pendanaan ini juga lazim disebut sebaga kebijakan struktur modal. Kebijakan struktur modal pada dasarnya merupakan kebijakan tentang komposisi pendanaan perusahaan artinya dari sumber apa saja pendanaan perusahaan diperoleh dan bagaimana komposisi jumlah dana dari sumber-sumber pendanaan yang digunakan tersebut. Struktur modal berdasarkan pengertian ini disajikan secara detail pada sisi pasiva neraca perusahaan yang mengungkapkan satu per satu sumber dana yang digunakan dan jumlah rupiah dari masing-masing sumber dana. Mulai dari komponen-komponen utang jangka pendek, utang jangka panjang, sampai dengan komponen-komponen ekuitas pemilik. Dalam pengertian yang lebih umum, struktur mod