Upload
nindy-revita-laurentia
View
363
Download
11
Embed Size (px)
DESCRIPTION
ortho
Citation preview
LAPORAN PEMERIKSAAN DANRENCANA PERAWATAN ORTODONTIK
Pasien Baru ke 1
Tugas Kepaniteraan Ortodontik
NOMOR MODEL
NAMA PASIEN : Raditya Dwiangga Rizqi
OPERATOR : Yogi Gladi Prayudi
No. MHS : 10/297105/KG/8627
PEMBIMBING : drg. JCP. Heryumani Sulandjari, M.S., Sp.Ort (K)
BAGIAN ORTODONSIAFAKULTAS KEDOKTERAN GIGIUNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA2014
2 3 4 9 2 341
UNIVERSITAS GADJAH MADAFAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
BAGIAN ORTODONSIA
I. IDENTITAS
Operator : Yogi Gladi Prayudi
No. Mhs : 10/297105/KG/8627
Pembimbing : drg. JCP. Heryumani Sulandjari, M.S., Sp.Ort (K)
No. Model : 23414923
Nama Pasien : Raditya Dwiangga Rizqi
Suku : Jawa
Umur : 23 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Alamat : Jalan Monjali
Telepon :
Kode Pos :
Pekerjaan : Mahasiswa
Nama Ayah : Hasyim Arfani
Suku : Jawa
Umur :
Pekerjaan : Wiraswasta
Nama Ibu : Robiyah
Suku : Jawa
Umur :
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat orang tua : Karimun Jawa
Telp :
II. WAKTU PERAWATAN
Pendaftaran :
Pencetakan :
Pemasangan alat : -
Retainer : -
III. PEMERIKSAAN KLINIS
A. Pemeriksaan Subjektif (Anamnesis) :
Keluhan utama :
Gigi depan rahang bawah berjejal sehingga menganggu penampilan.
Riwayat Kesehatan:
Menurut pengakuan: pasien tidak mempunyai penyakit sistemik yang menggangu
perkembangan gigi geligi dan tidak ada riwayat alergi.
Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi-Geligi
Periode gigi desidui
Pasien tidak pernah mengalami rampan karies.
Belum pernah ke dokter gigi.
Periode gigi bercampur
Pernah mencabutkan gigi geraham kiri saat kelas 6 SD.
Periode gigi permanen
Gigi geraham bawah kiri pertama pernah ditambal.
Gigi geraham bawah kanan pertama dan kedua pernah ditambal.
Gigi geraham terakhir sudah tumbuh.
Rutin membersihkan karang gigi
Kebiasaan jelek yang berkaitan dengan keluhan pasien : ada
Jenis Kebiasaan Durasi Frekuensi Intensitas Keterangan
1. Kerot SMP-sekarang Sering Ringan
Riwayat keluarga yang berkaitan dengan keluhan pasien:
Ayah : Gigi Rahang Bawah Berjejal
Ibu : Normal
Anak I (Laki-laki) : Gigi berjejal rahang atas dan rahang bawah
Anak II (Perempuan) : Pasien
B. Pemeriksaan Objektif :
1.Umum :
Jasmani : Normal, tidak ada kelainan sehingga tidak menganggu
perawatan orthodontic yang akan dilakukan.
Mental : Kooperatif dan komunikatif, mampu merespon saat
wawancara, mampu memahami instruksi sehingga mampu menjalani
perawatan orthodontic yang akan dilakukan.
Status Gizi: Tinggi Badan : 1,65 m
Berat Badan : 75 kg
Indeks masa tubuh = BB (kg) = 75 = 27,5 kg/m2
TB² (m) (1,65)²m
Status Gizi : Lebih
Kategori : Gemuk
2.Lokal :
Ekstra oral :
Kepala
Lebar kepala : 159 mm
Panjang kepala: 186 mm
Indeks kepala : lebar kepala x 100 = 159 mm x 100 = 85,48
Panjang kepala 186 mm
Bentuk kepala : Brakisefali
Muka
Jarak Nasion-Gnation : 101 mm
Lebar Bizygomatik : 140 mm
Indeks muka = Jarak N-GN x 100 = 101 x 100 = 72,14
Lebar Bizygomatik 140
Bentuk muka : Hipereuriprosop
Simetris
Profil Muka : Cembung normal
Garis Simon (bidang Orbital)
RA : kanan 1/3 C Kiri 1/3 distal C
RB : kanan 1/3 P1 Kiri 1/3 P1
Posisi rahang terhadap bidang orbital/ garis simon
Maksila : Normal
Mandibula : Protusif
Sendi Temporomandibular (TMJ) : Normal ketika membuka mulut tidak
ada kelainan
Tonus otot mastikasi : Normal pada saat dilakukan pemeriksaan tidak
ada kelainan
Tonus otot bibir : Normal pada saat dilakukan pemeriksaan tidak
ada kelainan
Bibir posisi istirahat : Tebal, tertutup, kompeten pada saat dilakukan
pemeriksaan bibir tertutup tanpa paksaan
Free way space : 1, 74 mm (kurang dari normal yaitu 2-4)
Intra Oral :
Higiene Mulut : OHI : Baik
Pola Atrisi : Sedang
Keterangan : Sedang pada gigi anterior bawah.
Lingua : Sedang tidak ada krenasi bentuk normal tidak ada
kelainan
Palatum : Vertikal : Sedang
Lateral : Sedang
Gingiva : Normal, warna coral pink
Mukosa : Normal
Frenulum :
Fren. Labii Superior: Normal
Fren. Labii Inferior : Normal
Frenulum Lingualis : Normal
b. Tonsila : Normal tidak ada tanda –tanda infeksi seperti
peradangan atau pembengkakan
Pemeriksaan gigi-gigi
55 54 53 52 51 61 62 63 64 65
18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28
48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38
85 84 83 82 81 71 72 73 74 75
K = Karies, R = Radiks, T = Tumpatan O = Belum Erupsi
3.A. Analisis Foto Muka
Tampak depan Tampak Samping
Bentuk muka : Hipereuriprosop, simetris Profil muka : Cembung normal
I. ANALISIS MODEL STUDI
Bentuk Lengkung Gigi
RA = Parabola & asimetris
RB =Parabola & simetris
Malposisi Gigi Individual
Rahang Atas Rahang Bawah
14 palatoversi 35 mesiolinguoversi
13 distolabioversi 34 mesiolabiotorsiversi
11 distolabioversi 33 distolinguotorsiversi
23 distolabioversi 32 mesiolinguoversi
24 distopalatoversi 31 mesiolinguoversi
41 mesiolinguoversi
43 distolinguotorsiversi
45 mesiolinguoversi
Relasi Gigi-gigi pada Oklusi Sentrik
Anterior : Overjet : 3,4 mm Overbite : 4,15 mm
Palatal bite : tidak ada
Deep bite : 12 11 21 22
42 41 31 32
Open bite : tidak ada
Edge to edge bite : tidak ada
Cross bite : tidak ada
Posterior
Cross bite : tidak ada
Open bite : tidak ada
Scissor bite : tidak ada
Cup to cup bite : tidak ada
Relasi Molar pertama kanan : Klas I
Relasi Molar pertama kiri : Klas I
Relasi Kaninus kanan : Klas 1
Relasi Kaninus kiri : Klas I
Garis tengah Rahang Bawah terhadap Rahang Atas : segaris
Garis inter insisivi sental terhadap garis tengah rahang : segaris
Rahang atas tidak bergeser /normal
Lebar mesiodistal gigi-gigi (mm)
Rahang Atas Rahang Bawah
Gigi Gigi Normal Ket Gigi Gigi Normal Ket
11 7,8 21 7,7 7,87-8,73 N N 41 5,4 31 5,4 5,07-5,67 N N
12 6,6 22 6,3 6,24-7,26 N N 42 5,9 32 5,8 5,65-6,27 N N
13 8,1 23 8 7,44-8,16 N N 43 6,4 33 6,5 6,39-6,99 N N
14 7,6 24 7,5 7,14-7,86 N N 44 7,4 34 7,7 6,97-7,73 N N
15 8,8 25 8,2 6,67-7,41 L L 45 7,3 35 7,9 7,01-7,77 N L
16 11,6 26 11 10,24-11,8 N N 46 11,4 36 11,7 10,93-12,03 N N
17 9,4 27 9,5 9,48-10,58 N N 47 10,6 37 10,9 9,77-10,97 N N
II. SKEMA GIGI-GIGI DARI OKLUSAL
Rahang Atas Rahang bawah
III. PERHITUNGAN-PERHITUNGAN
Metode Pont
Jumlah mesiodistal gigi 11, 12, 21, 22 : 28, 4mm
Jarak P1 – P1 pengukuran : 36,4 mm
Jarak P1 - P1 perhitungan : x 100 = 35,5 mm
Diskrepansi : +0,9 mm distraksi ringan
Jarak M1 – M1 pengukuran : 51,1 mm
Jarak M1 – M1 perhitungan : x 100 = 55,57 mm
Diskrepansi : -4,47 mm kontraksi ringan
Keterangan Pertumbuhan dan perkembangan lengkung gigi rahang atas pada
regio P lebih dari normal, terdapat distraksi sebanyak +0,9 mm. Lengkung gigi
pada regio M1 kurang dari normal, terdapat kontraksi sebanyak -4,47 mm.
Metode Korkhaus
Tabel Korkhaus : 16,8 mm
Jarak I – (P1 – P1) pengukuran : 13,6 mm
Diskrepansi : -3,2mm retraksi
Keterangan Pertumbuhan dan perkembangan lengkung gigi ke arah anterior
retraksi sebanyak -3,2 mm.
Metode Howes
Jumlah lebar mesiodistal M1 - M1 : 99,2 mm
Jarak P1 – P1 (tonjol) : 41,4 mm
Indeks P = x 100 % = 41,43 % Normal: 43%
Lengkung gigi untuk menampung gigi-gigi kurang
Jarak Inter fossa Canina : 44,5 mm
Indeks FC = x 100 % = 44,85 % Normal: 44%
Lengkung basal untuk menampung gigi-gigi lebih
Inklinasi gigi-gigi regio posterior konvergen
Keterangan :
Lengkung gigi lebih untuk menampung gigi geligi
Lengkung basal lebih untuk menampung gigi geligi
Indeks fossa canina lebih besar dari indeks premolar, maka inklinasi gigi-gigi
regio posterior kurang.
Determinasi Lengkung Gigi
Keterangan :
Overjet awal : 3,4 mm
Retraksi/Protraksi RA : -
Retraksi/Protaksi RB : -
Overjet akhir : 3,4 mm
Rahang Atas :
Panjang lengkung ideal : 96,1 mm
(kanan = 49,3 mm, kiri= 46,8 mm)
Jml lebar mesiodistal : 99,2 mm
(kanan= 50,5 mm kiri= 48,7 mm)
Diskrepansi : - 3,1 mm
(kanan= -1,2 mm,kiri= -1,9 mm)
Rahang bawah :
Panjang lengkung ideal : 85,4 mm
(kanan= 43,2 mm, kiri= 42,2 mm)
Jml lebar mesiodistal : 89,3 mm
(kanan= 45 mm kiri= 44,3 mm)
Diskrepansi : -3,9 mm
(kanan= -1,8 mm, kiri= -2,1 mm)
IV. DIAGNOSIS SEMENTARA
Kasus maloklusi menyangkut masalah : estetik, dental,crowding gigi rahang bawah,
malposisi gigi individual. Solusi sementara:
RA : ekspansi.
RB : ekspansi.
V. DIAGNOSIS FINAL
Maloklusi Angle Klas 1 dengan crowding gigi rahang atas dan rahang bawah serta
malposisi gigi individual dengan gigi 14 palatoversi, 35 mesiolinguoversi, 13 distolabioversi,
34 mesiolabiotorsiversi, 11 distolabioversi, 33distolinguotorsiversi, 23 distolabioversi, 32
mesiolinguoversi, 24 distopalatoversi, 31 mesiolinguoversi, 41 mesiolinguoversi, 43
distolinguotorsiversi, 45 mesiolinguoversi.
Maloklusi Dewey Klas 1 dengan gigi anterior yang berjejal. Adanya diskrepansi
lengkung gigi rahang atas sebesar -3,1 dan rahang bawah sebesar -4,8 mm, yang
menyebabkan gigi crowding.
VI. ANALISIS ETIOLOGI MALOKLUSI
Crowding pada gigi rahang bawah pada kasus ini terjadi karena pertumbuhan
lengkung gigi ke arah anterior kurang sehingga menyebabkan lengkung gigi menyempit dan
terdapat beberapa gigi-geligi yang lebih besar dari normal, selain itu juga dikarenakan ukuran
gigi geligi yang lebih besar dari normal serta desakan pertumbuhan gigi Molar ketiga.
14 palatoversi : terjadi akibat pertumbuhan dan perkembangan lengkung gigi ke arah
anterior kurang sehingga lengkung gigi tidak cukup untuk menampung gigi geligi
sehingga gigi 14 bergerak ke arah labial.
13 distolabioversi : terjadi akibat pertumbuhan dan perkembangan lengkung gigi ke arah
anterior kurang sehingga lengkung gigi tidak cukup untuk menampung gigi geligi
sehingga gigi 13 bergerak ke arah labial.
11 distolabioversi : terjadi akibat pertumbuhan dan perkembangan lengkung gigi ke arah
anterior kurang sehingga lengkung gigi tidak cukup untuk menampung gigi geligi
sehingga gigi 11 bergerak ke arah labial.
23 distolabioversi : terjadi akibat pertumbuhan dan perkembangan lengkung gigi
ke arah anterior kurang sehingga lengkung gigi tidak cukup untuk menampung gigi
geligi sehingga gigi 23 bergerak ke arah labial.
24 distopalatoversi : terjadi akibat pertumbuhan dan perkembangan lengkung gigi
ke arah anterior kurang sehingga lengkung gigi tidak cukup untuk menampung gigi
geligi sehingga gigi 24 bergerak ke arah labial.
b. Rahang bawah:
35 mesiolinguoversi : terjadi akibat erupsinya gigi 38 dan mendesak gigi 35
sehingga bagian mesial dari gigi 35 bergerak ke arah lingual.
34 mesiolabioversi : terjadi akibat erupsinya gigi 38 dan mendesak gigi 34 sehingga
bagian mesial dari gigi 34 bergerak ke arah labial.
33 distolinguotorsiversi: terjadi akibat pertumbuhan dan perkembangan lengkung gigi ke
arah anterior kurang sehingga lengkung gigi tidak cukup untuk menampung gigi geligi
dan menyebabkan bagian distal gigi 33 bergerak ke arah lingual.
32 mesiolinguoversi: terjadi akibat pertumbuhan dan perkembangan lengkung gigi ke
arah anterior kurang sehingga lengkung gigi tidak cukup untuk menampung gigi geligi
dan menyebabkan bagian distal gigi 32 bergerak ke arah lingual.
31 mesiolinguoversi : terjadi akibat pertumbuhan dan perkembangan lengkung gigi ke
arah anterior kurang sehingga lengkung gigi tidak cukup untuk menampung gigi geligi
dan menyebabkan bagian distal gigi 31 bergerak ke arah lingual.
41 mesiolinguoversi: terjadi akibat pertumbuhan dan perkembangan lengkung gigi ke
arah anterior kurang sehingga lengkung gigi tidak cukup untuk menampung gigi geligi
dan menyebabkan bagian distal gigi 41 bergerak ke arah lingual.
43 distolinguotorsiversi: terjadi akibat pertumbuhan dan perkembangan lengkung gigi
ke arah anterior kurang sehingga lengkung gigi tidak cukup untuk menampung gigi
geligi dan menyebabkan bagian distal gigi 43 bergerak ke arah lingual.
45 mesiolinguoversi: terjadi akibat erupsinya gigi 48 dan mendesak gigi 45 sehingga
bagian mesial dari gigi 45 bergerak ke arah lingual.
VII. PROSEDUR PERAWATAN
1. Motivasi pasien
2. Analisis ruang
3. Koreksi malposisi gigi individual RA dan RB
4. Penyesuaian oklusi
5. Pemakaian retainer
6. Kontrol
Jalannya perawatan:
1. Memotivasi pasien
2. Analisis ruang melalui prosedur perhitungan dan determinasi lengkung:
a. Menurut perhitungan dengan metode Pont pertumbuhan dan perkembangan
lengkung gigi rahang atas pada regio P lebih dari normal, terdapat distraksi ringan
sebanyak sebanyak 0,09 mm. Lengkung gigi pada regio M1 kurang dari normal,
terdapat kontraksi sebanyak -4,47 mm. Sehingga dalam perawatan ini dilakukan
ekspansi ke arah lateral untuk pencarian ruang.
b. Menurut perhitungan metode Karkhaus pertumbuhan dan perkembangan gigi ke
anterior mengalami retraksi sebesar -3,2 mm, sehingga dalam perawatan ini dilakukan
ekspansi untuk pencarian ruang.
c. Menurut perhitungan dengan metode Howes, didapatkan bahwa indeks fossa canina
lebih besar dari indeks premolar berarti dapat dikatakan bahwa inklinasi gigi-gigi
posterior diregio premolar konvergen sehingga merupakan indikasi ekspansi.
d. Berdasarkan perhitungan determinasi lengkung indikasi ekspansi dipilih karena
kekurangan ruang pada rahang atas sebesar -3,1 mm dan pada rahang bawah sebesar -
4,8 mm.
3. Koreksi malposisi gigi individual rahang atas dan rahang bawah:
RA
Tahap 1: dengan plat ekspansi bilateral yang digunakan terdiri dari:
a. Plat dasar
b. Adam klamer dipasang pada gigi 16, 26, 36 dan 46 dengan kawat stainless steel
berdiameter 0,7 mm
c. Elemen ekspansif
d. Busur labial
Jalannya perawatan: Kekurangan ruang untuk rahang atas disisi kanan sebesar 1,2
mm. Ekspansi 1 mm ke arah lateral menghasilkan lengkung perimeter 0,6 mm. Untuk
mendapatkan lengkung perimeter 1 mm maka diekspan sebesar 2 (1,2/0,6) mm.
Pemutaran sekrup ekspansi dilakukan sebanyak 11,1 (2/0,18) kali ¼ putaran (setiap
minggu 2 x ¼ putaran).
Kekurangan ruang untuk rahang atas disisi kanan sebesar 1,9 mm. Setelah
menggunakan alat ekspasi bilateral, masih terdapat kekurangan ruang pada rahang
atas kanan sebesar 1,9 mm -1,2 mm= 0,7 mm. Kekurangan ruang dapat didapatkan
dengan melakukan grinding pada 4 gigi pada 7 sisi, pada sisi kanan rahang atas pada
kedua sisi mesial dan atau distal sebesar 0,1 mm.
Tahap 2: dengan menggunakan plat aktif yang terdiri dari komponen:
a. Inverted labial (Labial arch), dengan loop pada gigi 15 dan 25 dengan kawat
stainless steel dengan diameter 0,7 mm
b. Continuous simple spring pada gigi 14 dan 24 dengan kawat stainless steel
berdiameter 0,6 mm
c. Klamer adam pada gigi 16 dan 26 untuk retensi dan stabilisasi, dengan kawat
stainless steel berdiameter 0,7 mm
Jalannya perawatan:
Continous simple spring untuk mendorong gigi 14 dan 24 ke arah
bukal
Selanjutnya labial arch diaktifkan untuk memasukkan sisi mesial gigi
13, 23 dan 11 kearah palatal.
RB
Tahap 1: dengan menggunakan plat aktif yang terdiri dari komponen:
a. Plat dasar
b. Adam klamer dipasang pada gigi 16, 26, 36 dan 46 dengan kawat stainless steel
berdiameter 0,7 mm
c. Elemen ekspansif
d. Busur labial
Jalannya perawatan: Kekurangan ruang untuk rahang atas disisi kanan sebesar 1,8
mm. Setelah menggunakan alat ekspasi bilateral, masih terdapat kekurangan ruang
pada rahang bawah kanan sebesar 1,8 mm -1,2 mm= 0,6 mm. Kekurangan ruang
dapat didapatkan dengan melakukan grinding pada 3 gigi pada sisi kanan rahang
bawah pada kedua sisi mesial dan distal sebesar 0,1 mm.
Kekurangan ruang untuk rahang atas disisi kiri sebesar 2,4 mm. Setelah menggunakan
alat ekspasi bilateral, masih terdapat kekurangan ruang pada rahang bawah kiri
sebesar 2,4 mm -1,2 mm= 1,2 mm. Kekurangan ruang dapat didapatkan dengan
melakukan grinding pada 6 gigi pada sisi kiri rahang bawah pada kedua sisi mesial
dan distal sebesar 0,1 mm.
Tahap 2:
a. Inverted labial (Labial arch), dengan loop pada gigi 35 dan 45 dengan kawat
stainless steel dengan diameter 0,7 mm
b. T spring pada gigi 45 dan 35 dengan kawat stainless steel berdiameter 0,6 mm
c. Continuous simple spring pada gigi 31, 32, 33, 34, 35, 41, 43 menggunakan stainless
steel berdiameter 0,6 mm
d. Klamer adam pada gigi 36 dan 46 untuk retensi dan stabilisasi, dengan kawat
stainless steel berdiameter 0,7 mm
Jalannya perawatan:
T spring untuk mendorong gigi 45 dan 35 ke arah bukal
Continuous spring untuk memprotaksi sisi mesial gigi 31,32,41 ke arah
labial dan memprotraksi sisi distal gigi 33 dan 43.
Selanjutnya labial arch diaktifkan untuk memasukkan gigi 34 kearah
lingual
4. Penyesuaian oklusi
Setelah koreksi lengkung gigidan malposisi gigi dengan melihat interdigitasi gigi molar
serta menghilangkan traumatik oklusi. Pengecekan kontak oklusi dilakukan dengan
articulating paper, dimana pasien diintruksikan untuk menggigit articulating peper
dalam posisi sentrik dan berfungsi. Setelah itu, tonjol oklusi dicek dari tepi incisal dan
oklusi gigi, dilihat apakah ada bagian dari kertas artikulasi yang berwarna lebih
mencolok. Tempat yang berwarna lebih mencolok menandakan adanya traumatik
oklusi sehingga bagian tersebut harus digrinding. Dilakukan cek oklusi ulang sekali
lagi, lalu penghalusan dilakukan pada bagian yang digrinding. Polishing dan topikal
aplikasi fluor pada gigi yang digrinding untuk mencegah karies.
5. Pemakaian Retainer
Tujuan : untuk mempertahankan gigi-gigi yang telah dikoreksi agar tidak relaps dan
menunggu pembentukan tulang baru melalui proses resorpsi dan aposisi sementum
serta tulang alveolar di soket gigi.
Retainer : Hawley retainer, dengan plat dasar, verkeilung pada semua gigi dan
klamer Adam (Ø = 0,7 mm)] di gigi 16, 26,36, dan 46, serta labial arch (Ø = 0,7 mm).
3 bulan pertama retainer dipakai siang dan malam hari, dilepas saat menyikat gigi
dan sehabis makan untuk dibersihkan dan dilakukan kontrol 1 bulan 2 kali dianjurkan
retainer tidak sering dibuka dan dilihat kegoyahan giginya.
3 bulan kedua jika masih ada kegoyahan pada 3 bulan pertama ,dilakukan kontrol
dan setiap pemeriksaan dicek apakah retainer tarasa sesak,jika sesak berarti terjadi
perubahan atau relaps, alat digunakan dan dikontrol setiap 2 minggu sampai benar-
benar tidak terasa sesak sampai tidak dicurigai terjadi relaps ,waktu pemakaian semakin
lama semakin dikurangi.
VIII. GAMBAR / DESAIN ALAT
IX. PROGNOSIS
Baik, karena pasien kooperatif, komunikatif dan memiliki motivasi yang tinggi untuk
merapikan giginya, sosial ekonominya tinggi. Selain itu pasien masih muda sehingga
kesehatan gigi dan jaringan periodontal baik dan memungkinkan untuk keberhasilan jalannya
perawatan serta kasusnya bisa dikoreksi menggunakan alat orthodontik lepasan.
Indikasi perawatan kuratif.
Yogyakarta, 24 september 2014
Menyetujui Pembimbing Operator
drg. JCP. Heryumani Sulandjari, M.S., Sp.Ort (K) Yogi Gladi Prayudi NIP : NIM : 10/ 297105/KG/8607