Upload
hoangtruc
View
223
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 10 No. 3 April 2011
112
KODE GENETIK (KODON) SEBAGAI BUKTI
DARI KONSEP TAT TWAM ASI
(SUATU KAJIAN LINTAS DOMAIN)
Oleh Dewa Nyoman Redana1
Abstrak: Tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah ini
adalah untuk mendeskripsikan definisi dari Tat Twam Asi
menurut filosofi Hindu dan keterkaitan antara kode genetik
(kodon) pada makhluk hidup dengan konsep Tat Twam Asi.
Untuk mencapai tujuan ini, digunakan metode pengkajian
pustaka di dalam penelusuran informasi-informasi yang
relevan. Dari hasil kajian pustaka dapat disimpulkan bahwa
Tat Twam Asi menurut filosofi Hindu berarti kamu adalah
saya, dan saya adalah kamu, atau dalam skup yang lebih
luas berarti semua makhluk hidup pada hakikatnya adalah
sama, dan kode genetik (kodon) pada hakikatnya sangat
berkaitan dengan konsep Tat Twam Asi. Dengan kata lain,
kode genetik (kodon) merupakan bukti nyata dari konsep
Tat Twam Asi.
Kata kunci: Kodon, Tat Twam Asi, dan lintas domain. 1) Dewa Nyoman Redana adalah staf edukatif pada Univer-
sitas Panji Sakti Singaraja.
Pendahuluan
Manusia sebagai makhluk sosial pada hakikatnya sangat sehaluan dengan
konsep filosofia civilis dalam kajian filsafat ilmu. Filosofia civilis pada hakikatnya me-
nyatakan manusia dalam melakukan interaksi di alam ini, selalu memerlukan manusia
yang lainnya sebagai teman untuk berkomunikasi, melakukan pertimbangan-pertim-
bangan logis, bergotong royong, dan aktivitas biologis lainnya. Bahkan Tirta (1998)
menyatakan manusia sebagai makhluk sosial akan tunduk dengan adat istiadat,
hukum, konvensi, dan aturan-aturan yang berlaku di masyarakat di mana manusia itu
berpijak. Keharmonisan hubungan antara manusia yang satu dengan yang lainnya
merupakan ciri khas ketentraman masyarakat setempat.
Lebih lanjut Sudirga et al. (2007) menyatakan agar hidup ini bisa baik dan
tentram, maka perlu adanya hubungan yang harmonis antara seseorang dengan se-
seorang dan antara seseorang dengan alam sekitarnya. Orang benci-membenci tidak
WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 10 No. 3 April 2011
113
mempunyai hubungan yang harmonis. Karena itu mereka tidak mempunyai keten-
traman dalam hatinya. Hal ini akan banyak membawa kerugian.
Hubungan ini adalah hubungan antara manusia, tetapi keharmonisan hubung-
an itu tidak hanya antara manusia dengan manusia, tetapi harus juga dengan
makhluk-makhluk lain dan alam sekitarnya. Bila kita jatuh sakit menunjukkan adanya
hubungan yang tidak harmonis dalam tubuh kita. Keseimbangan kerja alat-alat tubuh
kita terganggu. Akibatnya terganggu pulalah ketentraman dalam diri kita. Maka perlu
keseimbangan dan keharmonisan kerja tubuh kita dikembalikan. Akhirnya bila telah
seimbang, maka akan kembali tentram hidup kita.
Untuk mencapai ketentraman dalam hidup ini, perlu adanya aturan-aturan di
dalam bertingkah laku. Tak seorang pun boleh berbuat sekehendak hatinya. Ia harus
menyesuaikan dirinya dengan lingkungan dan tunduk kepada aturan yang berlaku.
Dengan demikian, orang hanya bebas berbuat dalam ikatan aturan tingkah laku yang
baik. Menurut Raka Mas (2002), aturan untuk bertingkah laku yang baik disebut tata
susila atau etika. Manusia harus berbuat baik kepada yang lain (termasuk makhluk
lain). Agama mengajarkan kepada kita semua yang ada di alam semesta ini berasal
dari satu sumber, yaitu Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Jadi, semua yang ada adalah
saudara kita, karena sama-sama diciptakan oleh Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Jadi,
yang menjadi dasar dari semua etika (susila) Hindu adalah Tat Twam Asi.
Tat Twam Asi merupakan filsafat Hindu, yang pada hakikatnya mengandung
makna kamu adalah saya, saya adalah kamu. Pada dasarnya semua makhluk adalah
sama, yakni sama-sama diciptakan oleh Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Dalam filsafat
Hindu dijelaskan bahwa Tat Twam Asi adalah ajaran kesusilaan yang tanpa batas,
yang identik dengan perikemanusiaan dan Pancasila. Konsepsi sila perikemanusiaan
dalam Pancasila, bila kita cermati secara sungguh-sungguh merupakan realisasi ajar-
an Tat Twam Asi yang terdapat dalam kitab suci Weda. Dengan demikian, dapat dika-
takan mengerti dan memahami serta mengamalkan atau melaksanakan Pancasila
berarti telah melaksanakan ajaran Weda. Karena maksud yang terkandung di dalam
ajaran Tat Twam Asi ini ‘kamu adalah saya, saya adalah kamu’, dan semua makhluk
adalah sama, sehingga bila kita menolong orang lain berarti juga menolong diri kita
sendiri. Konsep Tat Twam Asi ini sejalan dengan pernyataan Rindjin (2004), yang
pada hakikatnya menyatakan kita sebagai makhluk sosial sudah seharusnya menja-
lankan konsep Homo sacra res homini, atau dalam pernyataan yang lebih luas men-
jalankan Mankind is one, under the skin we are the same. Hanya saja kita harus me-
ngupas lebih dalam lagi, agar dapat memahami bagian yang ada di bawah kulit kita
yang pada hakikatnya adalah sama.
WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 10 No. 3 April 2011
114
Namun sampai saat ini, banyak orang yang tidak bisa membuktikan secara
nyata bahwasannya ‘semua makhluk adalah sama’. Bukankah tumbuh-tumbuhan me-
nempuh jalur evolusi yang berbeda dengan manusia, atau bukankah jenis kera me-
nempuh jalur evolusi yang berbeda dengan manusia. Bukankah Nadia Hutagalung
dilahirkan dari ibu yang berbeda dengan Thomas Huxley. Dengan mengesampingkan
kepercayaan bahwa semua makhluk hidup diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa,
Apakah yang menjadi bukti nyata bahwasannya tumbuh-tumbuhan, hewan, protista,
dan manusia pada hakikatnya sama?
Sebetulnya jika kita membedah makhluk hidup menjadi bagian yang paling
kecil, yaitu tingkat sel molekuler, pertanyaan di atas akan segera bisa terjawab. Hanya
saja, tidak semua orang mau melakukan kajian sampai pada tingkat sel molekuler,
yaitu pada tingkat gen (ADN). Melalui kajian tingkat sel molekuler, dikatakan bahwa
walaupun pada setiap jenis (species) makhluk hidup terdapat diversitas, namun ada
satu hal yang bersifat sama secara esensial, yaitu pada tingkat kode genetik (kodon).
Sifat universalisme kodon sudah banyak dikaji oleh para ahli biologi molekuler,
seperti Watson (1970), yang pada hakikatnya menyatakan kode genetik bersifat uni-
versal, artinya kodon yang sama berlaku untuk asam amino yang sama, baik untuk
asam amino pada virus, bakteri, fungi, maupun untuk asam amino pada tumbuhan dan
hewan yang derajatnya lebih tinggi. Dalam hal ini yang merupakan perkecualian
adalah kodon pada beberapa siliata, mitokondria, dan kloroplast.
Demikian juga halnya Suwirna (2001) menyatakan dalam keanekaragaman
makhluk hidup yang telah mengalami perubahan sepanjang masa evolusinya, ternyata
ada satu faktor kesamaan yang sangat esensial yang tetap dipertahankan, sama sekali
tidak mengalami perubahan. Faktor tersebut berada pada tingkat molekuler di pusat
kehidupan di dalam inti sel yang dikenal sebagai kodon. Kodon ini merupakan infor-
masi tentang sintesis protein yang diturunkan kepada keturunannya. Terjemahan
kodon dari waktu ke waktu tetap sama. Salah satu contoh kodon UUU, pada semua
makhluk tingkat rendah maupun tingkat tinggi, terjemahannya sama, yaitu fenilalanin.
Jadi, di antara kita dan di antara makhluk hidup lainnya memiliki satu kesamaan
esensial yang bersifat universal.
Berpijak dari kenyataan-kenyataan yang sudah dikemukakan, dalam artikel ini
dikemukakan masalah sebagai berikut. 1) Apakah definisi dari Tat Twam Asi menurut
filsafat Hindu? dan 2) Apakah ada keterkaitan antara kode genetik (kodon) pada
makhluk hidup dengan konsep Tat Twam Asi?
WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 10 No. 3 April 2011
115
Definisi Tat Twam Asi
Susila adalah nama lain dari kata etika dan moral, merupakan dua buah kata
dalam kehidupan yang dipergunakan silih berganti untuk maksud yang sama. Etika
berasal dari bahasa Yunani, yaitu ethos yang berarti karakter kesusilaan atau adat.
Sedangkan moral berasal dari bahasa Latin, yaitu mos yang dalam bentuk jamaknya
mores yang berarti cara hidup atau adat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
kata etika dan moral memiliki arti yang sama. Di dalam perkembangan selanjutnya,
etika (ethics) merupakan sebuah bidang kajian tentang sistem nilai-nilai (moral) yang
ada. Sedangkan moral adalah perilaku atau perbuatan manusia itu sendiri.
Berdasarkan uraian di atas dapat kita pahami bahwa etika adalah ajaran peri-
laku atau perbuatan yang bersifat sistematis tentang perilaku (karma). Permasalahan-
permasalahan utama dalam etika, menurut terminologi Hindu disebut susila.
Menurut Sudirga et al. (2007), pengertian tentang susila dapat dijelaskan se-
bagai berikut. 1) Susila atau etika adalah upaya mencari kebenaran, dan sebagai fil-
safat ia mencari informasi yang sedalam-dalamnya secara sistematis tentang kebenar-
an yang bersifat absolut maupun relatif, 2) susila atau etika adalah upaya untuk meng-
adakan penyelidikan yang mengkaji kebaikan manusia, sebagai manusia bagaimana
seharusnya hidup dan bertindak di dunia ini menjadi bermakna, dan 3) susila atau
etika adalah upaya (karma) manusia mempergunakan keterampilan fisiknya (angga/
ranga) dan kecerdasan rohani (sukma sarira)-nya, yang terdiri dari pikiran (manas),
kecerdasan (budhi), dan kesadaran murni (Atman) dapat berfungsi untuk memecah-
kan berbagai masalah tentang bagaimana ia harus hidup kalau mau menjadi baik se-
bagai manusia (suputra).
Setiap orang harus berperilaku baik terhadap orang lain, karena pada hakikat-
nya menurut filosofi Hindu, manusia berasal dari satu sumber, yaitu Ida Sang Hyang
Widhi Wasa. Dengan demikian dapat dikatakan segala yang ada di alam ini adalah
saudara kita. Efek lanjutan dari pernyataan ini adalah kita wajib menjalin hubungan
yang harmonis, saling menghormati, dan memupuk rasa perikemanusiaan yang tinggi
di antara sesama manusia. Secara lebih mendalam dapat dikatakan bahwa dasar dari
susila atau etika Hindu adalah Tat Twam Asi.
Menurut Suastika (2006), Tat Twam Asi merupakan kata-kata dalam filsafat
Hindu yang mengajarkan kesusilaan tanpa batas. Dilihat dari arti kata, Tat Twam Asi
terdiri dari tiga kata, yaitu Tat berarti itu (dia), Twam berarti kamu, dan Asi berarti
adalah. Jadi, Tat Twam Asi artinya itu/dia adalah kamu/engkau, dan juga saya adalah
kamu. Pada dasarnya semua makhluk hidup adalah sama, sama-sama diciptakan oleh
Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 10 No. 3 April 2011
116
Karena dia adalah kamu dan kamu adalah dia, dengan demikian, sekarang dia
(salah satu roh) menerima sedekah dari kamu (yang juga merupakan sang roh), maka
suatu hari dia mesti dan pasti akan memberi sedekah kepadamu. Itu merupakan
hukum alam. Sama halnya sekarang kamu membunuh dia di dalam bentuk seekor
binatang, karena sang roh diuraikan berpindah dari badan yang satu ke badan yang
lain setelah meninggal di dalam proses reinkarnasi, ”dehino smin yatha dehe
kaumaram yauvanam jara”, maka suatu hari nanti waktu akan mengatur di mana dia
akan mendapat badan manusia dan kamu mendapat badan binatang. Saat itu, giliran
dia yang akan membunuh kamu. Ini merupakan suatu keadilan Tuhan di dalam
bentuk hukum alam. Dengan demikian, ajaran Tat Twam Asi juga bisa diambil dari
segi sosial seperti contoh di atas. Karena dia adalah kamu dan kamu adalah dia, maka
kita harus berusaha memperlakukan setiap jiwa dengan baik seperti kita memper-
lakukan diri kita sendiri. Kalimat Tat Twam Asi dalam arti ini sangat berhubungan
erat dengan istilah Tri Hita Karana, yaitu bagaimana seharusnya kita, sebagai makhluk
sosial, berhubungan dengan lingkungan di sekitar kita, yaitu alam beserta isinya dan
menyadari bahwa semuanya adalah ciptaan Tuhan. Karena itu kita semestinya meme-
lihara ciptaan Tuhan seperti kita memelihara diri kita sendiri (Dewata, 2010).
Tat Twam Asi adalah ajaran moral yang bernapaskan ajaran Agama Hindu.
Wujud nyata dari ajaran ini dapat kita cermati dalam kehidupan dan perilaku kese-
harian dari umat manusia yang bersangkutan. Manusia dalam hidupnya memiliki
berbagai macam kebutuhan hidup yang dimotivasi oleh keinginan (karma) manusia
yang bersangkutan. Sebutan manusia sebagai makhluk hidup banyak jenis, sifat, dan
ragamnya, seperti sebutan manusia sebagai makhluk individu, sosial, religius, eko-
nomis, dan budaya. Semua itu harus dapat dipenuhi oleh manusia secara menyeluruh
dan bersamaan tanpa memperhitungkan situasi dan kondisi serta keterbatasan yang
dimilikinya. Betapa pun susah yang dirasakan oleh individu yang bersangkutan. Di
sinilah manusia perlu mengenal dan melaksanakan rasa kebersamaan, sehingga se-
berapa berat masalah yang dihadapinya akan terasa ringan. Dengan memahami dan
mengamalkan ajaran Tat Twam Asi, manusia akan dapat merasakan berat dan ringan
dalam hidup dan kehidupan ini. Kita tahu bahwa berat dan ringan (rwabhineda) itu
ada dan selalu berdampingan serta sulit dipisahkan keberadaannya. Demikian adanya
maka dalam hidup ini kita hendaknya selalu saling tolong-menolong, merasa senasib
dan sepenanggungan.
Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang dapat mengimplementasikan konsep
Tat Twam Asi dalam bentuk perilaku. Menurut Aryasa (2000), perilaku yang ber-
basiskan ajaran Tat Twam Asi di dalam hidup bermasyarakat adalah:
1. Memandang semua manusia sama.
WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 10 No. 3 April 2011
117
Sebagaimana sudah diuraikan sebelumnya, di dalam diri manusia ada dua sifat
yang antagonis, dan sangat kontradiktif, yakni sifat kedewataan yang disebut daiwi
sampat, yaitu sifat-sifat yang baik, dan sifat-sifat keraksasaan, keangkaramurkaan
yang disebut asuri sampat, yaitu sifat-sifat yang buruk. Jika dalam kehidupan ini
manusia ingin mendapatkan kedamaian hidup (santhi), maka berusahalah untuk me-
numbuhkembangkan sifat-sifat kedewataan (daiwi sampat). Salah satunya adalah
dengan mengimplementasikan ajaran Tat Twam Asi, yaitu memandang semua
manusia sama. Seseorang yang menganggap seluruh umat manusia memiliki Atman
yang sama dan dapat melihat semua manusia sebagai saudaranya, orang tersebut
tidak terikat dalam ikatan dan bebas dari kesedihan.
2. Melaksanakan Tri Kaya Parisudha.
Di dalam kitab Sarasamuscaya 73-76 disebut sepuluh hal untuk menjaga ke-
sucian Tri Kaya agar menjadi suci, yang disebut Karma Patha. Tiga untuk menjaga
kesucian pikiran, empat untuk menjaga kesucian kata-kata, dan tiga untuk menyuci-
kan perbuatan. Komponen-komponen penyusun Tri Kaya Parisudha adalah:
a. Manacika parisudha.
Manacika parisudha merupakan pikiran suci yang mengatur segala indria
manusia. Pikiran yang masih suci tanpa dicemari oleh hawa nafsu disebut citta, dan
setelah dicemari oleh hawa nafsu disebut manah. Karena itu proses penyucian pikir-
an disebut manacika parisudha. Ada tiga cara melakukan manacika, yaitu: 1) tidak
menginginkan milik orang lain, 2) tidak berpikir buruk terhadap orang lain, dan 3)
tidak mengingkari hukum karmaphala.
b. Wacika parisudha.
Wacika parisudha adalah perkataan yang baik. Kata-kata ibarat pisau bermata
dua, di satu pihak bisa mendatangkan kebahagiaan dan di lain pihak bisa menda-
tangkan penderitaan bahkan kematian. Ada empat cara untuk menyucikan perkataan,
yaitu: 1) tidak berkata jahat (ujar ahala), 2) tidak berkata kasar (ujar aprgas), 3) tidak
memfitnah (raja pisuna), dan 4) tidak mengeluarkan kata-kata yang mengandung ke-
bohongan.
c. Kayika parisudha.
Kayika parisudha merupakan tindakan atau perbuatan jasmani yang baik.
Tindakan seseorang dapat menyebabkan orang menjadi senang, bahagia, dan sebalik-
nya dapat menyakiti hati orang lain. Adapun tiga tindakan yang tidak menyimpang
adalah: 1) tidak menyakiti atau membunuh (ahimsa), 2) tidak mencuri, dan 3) tidak
berzinah.
3. Merasakan penderitaan orang lain.
WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 10 No. 3 April 2011
118
Ukuran rasa kemanusiaan seseorang adalah apabila dia dapat merasakan pen-
deritaan orang lain sebagai penderitaannya. Karena dirasakan sebagai penderitaan-
nya maka ia sendiri akan ikut aktif menanggulangi penderitaan orang lain. Ikut serta
menanggulangi penderitaan orang lain adalah sesuai dengan kemampuan swadharma
masing-masing.
Kode Genetik dan Keterkaitannya dengan Konsep Tat Twam Asi
Ajaran Tat Twam Asi menyatakan bahwa kamu adalah saya, dan saya adalah
kamu atau dalam skup yang lebih luas dikatakan semua makhluk hidup pada dasar-
nya sama. Persamaan yang dimaksud secara metafisika dijawab dengan semua
makhluk hidup diciptakan oleh Ida Sang Hyang Widhi. Bagi kalangan mahasiswa
eksakta di Perguruan Tinggi, jawaban metafisika ini sangat sulit diterima. Mahasiswa
pada hakikatnya menuntut bukti yang nyata. Berpijak dari hal inilah, maka penulis
mengkaji konsep Tat Twam Asi melalui kajian lintas ranah, yaitu memasuki ranah
biologi sel molekuler. Tepatnya pada kajian kode genetik (kodon). Sebelum mengkaji
mengenai kodon, akan didahului dengan kajian ADN.
1. Asam Deoksiribo Nukleat (ADN)
ADN biasanya hadir dalam inti sel. ADN jarang terjadi di luar inti. ADN baru-
baru ini telah ditemukan pada mitokondria dan kloroplast. Bahkan menurut Suryo
(1989), bagian terbesar dari ADN terdapat di dalam kromosom. Sedikit ADN terdapat
juga di dalam organela, seperti mitokondria dari tumbuhan dan hewan, dan dalam
kloroplast dari ganggang, dan tumbuhan tingkat tinggi. Ada perbedaan antara ADN
yang terdapat di dalam kromosom dan di dalam mitokondria maupun kloroplast. ADN
di dalam mitokondria dan kloroplast tidak ada hubungannya dengan protein histon
dan bentuk molekulnya bulat seperti yang terdapat pada bakteri dan ganggang biru.
Sel tumbuhan dan hewan mengandung kira-kira 1.000 kali lebih banyak ADN dari-
pada yang dimiliki sel bakteri.
Struktur komplementer dari pasangan ADN sebagai sumber untuk membawa
informasi genetik. Proses replikasi juga menjamin bahwa setiap sel yang diproduksi
merupakan hasil dari pembelahan mitosis yang menerima secara tepat sama komple-
men dari ADN, baik secara kualitatif dan kuantitatif sebagaimana yang ada pada sel
induk. Ketetapan jumlah pada semua sel somatik yang sedang istirahat memberikan
penegasan bukti suatu spesies. Dalam tidak hadirnya protein, ADN bertindak sebagai
agen penular yang dapat membawa informasi genetik, yang juga menentukan stabi-
litas metabolismenya. Kebanyakan bukti yang meyakinkan diturunkan dari studi
transformasi bakteri.
WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 10 No. 3 April 2011
119
Pesan genetik dibawa dalam bentuk urut-urutan istimewa dalam empat basa
atau nukleotida-nukleotida yang disusun sepanjang rantai nukleotida, sangat sama
untuk beberapa pesan konvensional dalam tulisan di mana abjad disusun dalam urut-
urutan untuk membentuk kata yang berarti khusus. Terdapat banyak cara yang
mungkin dari empat nukleotida yang dapat disusun panjang dalam asosiasi dengan
yang lainnya. Suatu rantai yang pendek hanya 100 nukleotida yang dapat disusun dari
4100 cara yang berbeda. Beadle dan Tatum (1964) menemukan bahwa sel telur
manusia mengandung kira-kira 100.000 gen yang berisi lima bilion basa ADN. Ini akan
membuat 1.700.000.000 tiga huruf kata yang akan ekuivalen untuk 1.000 buku, yang
berisi 600 halaman dengan 500 kata per halaman. Ini memberikan gambaran yang
jelas bahwa terdapat lingkup yang luas dalam struktur ADN untuk melaporkan variasi
dan juga banyak karakter atau sifat dalam suatu organisme.
Menurut Varute dan Bhatia (1976), sebagai pembawa informasi genetik ini
menyimpan dua fungsi penting, yaitu: 1) untuk membuat salinan yang tepat dari
dirinya-sendiri dalam proses duplikasi atau replikasi, dan 2) untuk memberikan kode
informasi untuk ARN-d dalam proses transkripsi, juga ARN-d pada gilirannya bisa
menerjemahkan informasi dalam empat huruf bahasa asam nukleat ke dalam 20
huruf bahasa asam amino komplek atau protein.
Yonofsky (1963, 64) dan lain-lainnya telah menunjukkan kolinieritas struktur
gen dan struktur protein dari semua urut-urutan titik kemungkinan yang terikat me-
lalui titik perbandingan dari peta genetik dengan urut-urutan asam amino dalam
suatu bagian protein enzimatik. Beadle (1964) menunjukkan bahwa partikel-partikel
sitoplasma berisi ADN (metagen) yang bisa juga mempunyai fungsi genetik, misalnya
kloroplast tumbuh-tumbuhan dan faktor-faktor pembunuh pada Paramaecium atau
partikel Kappa.
Menurut Hole (1979), ADN merupakan makromolekul yang dibentuk atas tiga
tipe pengulangan sub-unit, seperti:
1. Basa-basa nitrogen, yaitu purin (adenin dan guanin) dan pirimidin (sitosin dan
timin).
2. Gula pentosa, yaitu deoksiribosa.
3. Posfat, dalam bentuk molekul PO4.
ADN mempunyai berat molekul yang sangat tinggi dan struktur itu lebih
kompleks daripada ARN. Baik ADN maupun ARN sama-sama berbentuk nukleotida-
nukleotida rantai panjang, tetapi dalam kasus ini, unit gula merupakan pentosa
deoksiribosa dan basa pirimidin urasil diganti oleh timin. Rantai ADN tidak menjadi
tunggal, tetapi berpasangan sesamanya oleh ikatan hidrogen lemah melalui basa-basa
yang berseberangan ke bentuk-bentuk konstruksi seperti tangga. Basa-basa ini dapat
WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 10 No. 3 April 2011
120
berikatan melalui cara yang khas; purin hanya dapat berikatan dengan pirimidin,
bahkan lebih tepatnya karena konfigurasi molekulnya, adenin harus berikatan dengan
timin, dan guanin berikatan dengan sitosin.
Chargaff (dalam Suryo, 1986) menemukan bahwa pengandungan ADN dari
nukleus timus anak sapi terdiri atas 4 basa dengan perbandingan: 28% adenin, 24%
guanin, 20% sitosin, dan 28% timin. Sampel ADN yang didapatkannya dari berbagai
macam organisme hidup memperlihatkan pengandungan basa yang berlainan. Namun
bagaimanapun juga, hukum ekivalen Chargaff yang dikemukakan dalam tahun 1950
menyatakan bahwa:
a. jumlah purin adalah sama dengan jumlah pirimidin (A+G = T+S), dan
b. banyaknya adenin sama dengan banyaknya timin (A = T), demikian pula banyak-
nya guanin sama dengan banyaknya sitosin (G = S).
Hukum ini ternyata berlaku universal (untuk berbagai macam organisme)
seperti virus, bakteri, tumbuhan, dan hewan. Akan tetapi ia menambahkan, bahwa
ADN yang diisolir dari tumbuh-tumbuhan serta hewan tingkat tinggi pada umumnya
mengandung lebih banyak adenin dan timin, sedangkan guanin dan sitosin lebih
sedikit. Misalnya perbandingan AT/GS dari ADN manusia = 1,40 : 1. Sebaliknya ADN
yang diisolir dari berbagai mikroorganisme (virus, bakteri, dan tumbuh-tumbuhan
atau hewan rendah) pada umumnya kaya akan guanin dan sitosin dan relatif miskin
akan adenin dan timin. Misalnya perbandingan AT/GS dari ADN bakteri
Mycobacterium tuberculosis adalah 0,60 : 1. Perbedaan dalam ratio AT/GS dari
mikroorganisme dan makhluk hidup tingkat tinggi itu memberi petunjuk bahwa ada
perbedaan informasi genetik yang dibawa oleh molekul herediter itu. Petunjuk tadi
tentu mempunyai arti sangat penting untuk keperluan filogeni, evolusi, dan takso-
nomi.
Molekul seperti tangga ADN berbelit-belit (berpilin) ke dalam bentuk heliks
ganda (double-helix). Struktur tersebut menyerupai spiral anak tangga dengan pe-
gangan anak tangga yang dibentuk secara bergantian rantai gula/posfat dan tahap
pembentukan ikatan pasangan basa (ini merupakan struktur ADN model Watson-
Crick).
Memang pada model Watson-Crick, molekul ADN itu mempunyai dua rantai
polinukleotida. Tulang punggung dari tiap-tiap rantai terdiri atas gugus posfat dan
gugus gula secara berseling. Gugus posfat yang terikat pada atom karbon 5’ dari satu
gula terikat secara kovalen pada atom karbon 3’ dari gula berikutnya. Dua rantai
demikian itu sering terpilin seperti tangga spiral ganda. Inilah yang disebut heliks
ganda. Harus dicatat bahwa arah kedua rantai dari heliks ganda itu berlawanan.
Rantai ADN terbentuk dan sesuai pemufakatan dibaca ke arah 5’----->3’. Pada heliks
WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 10 No. 3 April 2011
121
ganda ada satu rantai berlawanan dengan arah rantai yang lain. Rantai tersebut di-
sebut anti-paralel (Kimball, 1983).
Rantai ganda ADN merupakan spiral yang membentuk heliks ganda (double
helix). Tiap-tiap komponen untaian merupakan bentuk sebuah rantai –S-P-S-P-S-P-
dan kehadiran ikatan basa purin-pirimidin yang berseberangan berpegangan dengan
pasangan sesamanya oleh ikatan hidrogen. Pasangan adenin-timin diikat oleh dua
ikatan hidrogen, sedangkan pasangan guanin-sitosin diikat oleh tiga ikatan hidrogen.
Terdapat 10 ikatan yang berseberangan pada setiap putaran heliks.
Struktur molekul ADN yang berupa heliks ganda ditemukan pada tahun 1953.
Molekul heliks ganda (lihat Gambar 1) berupa rantai ganda (dupleks) yang bersifat
komplementer dan dapat mengadakan replikasi, yaitu membelah menjadi dua bagian
yang sama.
Menurut Bawa (1991), penemuan di atas dan penemuan-penemuan selanjut-
nya menunjukkan bahwa ADN mempunyai dua fungsi, yaitu:
1. sebagai pembawa informasi genetik untuk mengatur fenotipe sel; informasi genetik
yang terdapat di dalam molekul ADN mula-mula ditranskripsikan ke dalam molekul
ARN dan selanjutnya ARN menerjemahkan menjadi asam amino. Seperti telah dike-
tahui asam amino adalah penyusun protein. Secara singkat dapat dirumuskan bahwa
informasi genetik yang terdapat pada asam nukleat diubah menjadi protein, dan
2. melaksanakan replikasi sendiri. Karena setiap kromosom mengandung sebuah mo-
lekul ADN, maka dalam menggandakan fenotipe sel, ADN berfungsi untuk menyeleng-
garakan pembelahan kromosom, dari sebuah kromosom menjadi dua buah kromosom
yang identik.
Gambar 1. Bagan segmen sebuah molekul ADN untuk menunjukkan rantai komple-
menter yang arahnya antiparalel.
(Sumber: Campbell et al., 2000).
WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 10 No. 3 April 2011
122
2. Kode Genetik
Sebetulnya protein yang dibentuk merupakan komplementer dari pita ADN
yang menyusun ARN-d (pita sens). Pernyatan ini sesuai dengan apa yang diungkap
oleh Varute dan Bhatia (1976), yaitu ‘The sequence of nucleotide bases in the DNA
molecule determines the structure of proteins. The relationship between the nucleotide
sequence in DNA and the similar amino acid sequence in ptotein is called the ‘genetic
code’. Fundamentally, information in the sequence of the DNA molecule is copied onto
strands of messenger RNA. The messenger RNA passes into the cytoplasm, where it helps
in synthesis of protein molecule. The t-RNA and ribosomal RNA also play valuable role in
protein synthesis. The former selects particular amino acid from the cytoplasm and then
transfers each amino acid to the site of synthesis. The actual site synthesis is the
ribosome, where r-RNA comes into action. The whole process of protein synthesis
involves two steps, the transcription and translation. During transcription m-RNA copies
base coding sequence that present on DNA and the process of translation sets the coded
sequence in the form of protein’.
Empat basa ARN-d adalah adenin, sitosin, guanin, dan urasil secara umum
disimbolkan oleh huruf pertama yang ditampilkan dalam huruf besar sebagai A, S, G,
dan U. Sejak ARN-d tersebut hanya berisi empat basa, namun 20 asam amino, bila
digabungkan tidak terdapat hubungan yang sederhana 1:1 di antara basa tersebut dan
asam amino. Bila gabungan dua basa yang digunakan, terdapat 42 (=16) kombinasi,
jika gabungan kode tiga basa untuk satu asam amino keadaannya cukup memungkin-
kan. Kombinasi triplet dapat menampilkan 43 (=64) cara. Crick, Barnett, Brenner, dan
Watts Jobin (1961, 62, 63) telah menghasilkan bukti potongan yang jelas bahwa-
sannya teori triplet adalah benar dan kombinasinya disebut sebagai kodon. Kode-kode
tersebut menghasilkan eksperimen-eksperimen pada sistron A dan B dari lokus Y
bakteriofage T4, yang mana satu daerah khusus dari ADN menentukan kemungkinan
atau tidak mungkin fage dapat menyerang strain E. colli. Mereka menemukan bahwa
perlakuan proflavin, membawa penyisipan suatu basa tambahan, menghasilkan per-
ubahan, atau mutan, bentuk dari virus. Jika penambahan dari suatu basa ke dalam
ADN telah diikuti oleh suatu penghapusan yang tidak jauh, virus normal dihasilkan. Ini
menyatakan bahwa urut-urutan basa yang normal pada molekul ADN telah dipulihkan
oleh perubahan yang kedua (lihat Gambar 2).
WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 10 No. 3 April 2011
123
1. /ABC/ABC/ABC/ABC
2. ABC/AX*B/CAB/CAB/
3. ABC/AXB/CBC/ABC/
4. ABC/AX0B/CAY
0/BZ
0C/ABC
Gambar 2. Variasi pengaruh penambahan dan pengurangan basa pada kode genetik:
1) kode triplet yang normal; 2) penambahan basa X* mengubah kode triplet menjadi
CAB; 3) selanjutnya pengurangan basa A mengembalikan kode untuk ABC; 4) tiga
penambahan penutup dari basa X0, Y0, dan Z0 berarti bahwa urut-urutan normal di-
kembalikan.
Seperti diketahui ADN mengandung informasi untuk mengatur dan mem-
bangun tubuh manusia yang komplek, akan tetapi bagaimanakah hasil ini dapat di-
selesaikan? Misalnya bagaimanakah sebuah sel tunggal dapat membuat bermacam-
macam protein yang penting untuk kehidupan? Protein sangat diperlukan, karena
berbagai macam protein struktural dan fungsional ikut mengambil bagian di hampir
semua proses dalam sel. Protein struktural terdapat dalam membran, serabut kon-
traktil, dan filamen intraseluler. Protein fungsional seperti enzim sangat dibutuhkan
untuk menjadi katalisator pada sintesis berbagai macam persenyawaan kimia yang
sangat dibutuhkan untuk kehidupan. Harus diingat pula bahwa ADN terdapat dalam
kromosom di dalam inti sel, sedangkan sintesis protein berlangsung di tempat yang
cukup jauh dari inti sel, yaitu dalam ribosoma di dalam sitoplasma.
Salah satu bagian dari protein struktural adalah dikenal protein konyugated.
Protein konyugated merupakan protein yang berisi penyusun bukan-protein atau ke-
lompok prostetik. Kelompok prostetik diasosiasikan secara permanen dengan mo-
lekul, biasanya melalui ikatan kovalen dan/atau nonkovalen dengan sisi rantai asam
amino tertentu. Protein konyugated dapat dibagi ke dalam empat kelas utama, yaitu:
1) kromoprotein, 2) glikoprotein, 3) lipoprotein, dan 4) nukleoprotein (Sheeler dan
Bianchi, 1987).
a. Kromoprotein.
Kromoprotein merupakan kelompok protein konyugated heterogenus yang
dihubungkan ke masing-masing lainnya hanya dalam hal mereka semua mengandung
warna. Hemoglobin, myoglobin, dan yang lainnya protein-protein yang berisi-heme,
seperti sitokrom dan hemeritrins masuk dalam kelompok ini. Kelompok prostetik
kromoprotein, seperti kelompok heme hemoglobin dan sitokrom, merupakan ikatan
ke bagian polipeptida melalui suatu kombinasi ikatan kovalen dan nonkovalen.
b. Glikoprotein.
Glikoprotein merupakan protein yang berisi beragam jumlah karbohidrat.
Sejumlah protein yang sangat penting masuk dalam kelas ini, termasuk kebanyakan
protein plasma darah dan sebagian besar enzim dan hormon. Permukaan (misalnya
WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 10 No. 3 April 2011
124
membran plasma) kebanyakan sel juga berisi glikoprotein, dan molekul-molekul ter-
sebut berperan sebagai faktor antigenik yang menentukan dan sebagai tempat re-
septor. Sesungguhnya semua karbohidrat yang hadir pada sel-sel darah merah ber-
peran sebagai glikoprotein membran. Walaupun lebih dari 100 gula yang berbeda
(atau monosakarida) diketahui, kira-kira hanya sembilan berperan sebagai penyusun
glikoprotein.
Jumlah karbohidrat yang hadir dalam glikoprotein bervariasi mulai kurang
dari 1% dari total molekul berat molekuler sampai lebih dari 85%. Sebagai contoh,
pada ovalbumin putih telur (berat molekuler 45.000), di sini hanya satu monosaka-
rida per molekul protein, sedangkan pada mucin (suatu sekresi kelenjar air ludah
mempunyai berat molekuler kira-kira 1 juta), mengandung kira-kira 800 monosaka-
rida. Karbohidrat moieties glikoprotein biasanya berikatan ke protein melalui ikatan
kovalen dengan salah satunya asparagin, treonin, hidroksilisin, serin, atau hidroksi-
prolin. Karbohidrat diikatkan ke masing-masing tempat protein bisa berisi unit mono-
sakarida tunggal, rantai linier, atau rantai bercabang dari beberapa monosakarida (di-
sebut oligosakarida).
Karbohidrat yang berperan sebagai penyusun tetap dari glikoprotein adalah
glukosa, galaktosa, manosa, fukosa, asetilglukosamin, asetil galaktosamin, asam asetil-
neuranimik, arabinosa, dan silosa (Dickerson dan Geis, 1978).
c. Lipoprotein.
Protein yang mengandung-lipid disebut dengan lipoprotein. Kelas ini termasuk
beberapa protein plasma darah dan juga sebagian besar protein membran. Kandung-
an lipid lipoprotein sering sangat tinggi, terhitung sebanyak 40-90% dari berat mo-
lekuler total yang kompleks. Pada lipoprotein, sejumlah lipid hadir yang menandai
pengaruh kepadatan molekul, dan sifat ini sering digunakan sebagai dasar untuk kla-
sifikasi lipoprotein. Sedangkan protein yang tidak-kompleks mempunyai kepadatan
dalam air kira-kira 1,35, lipoprotein bervariasi dalam kepadatan yaitu di bawah
sampai 0,9 (misalnya, suatu lipoprotein mungkin kurang padat dari air).
Interaksi di antara bagian lipid dan protein dari lipoprotein biasanya melibat-
kan kelompok-kelompok yang berfungsi sama. Sebagai contoh, bagian hidrofobik dari
asam lemak, gliserida, sterol, dan yang menyukai bentuk van der Waals berinteraksi
dengan hidrofobik sisi rantai asam amino non-polar. Ikatan kovalen dipercayai terjadi
di antara moieties posfat dari posfolipid tertentu dan sisi yang mengandung-hidroksil
rantai asam amino, seperti serin.
Contoh klasik dari lipoprotein di dalam tubuh makhluk hidup adalah model
mosaik cair membran sel oleh Singer dan Nicolson. Puger (2008) menyatakan
membran sel menurut model mosaik cair tersusun atas dua lapis lipid (lipid bilayer).
WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 10 No. 3 April 2011
125
Kepala lipid bersifat hidrofilik, sehingga terendam dalam air; sedangkan ekor lipid
bersifat hidrofobik, sehingga menjauhi air. Protein yang menyusun membran sel
dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu protein yang masuk seluruhnya atau
sebagian pada lipid bilayer, dikenal dengan protein integral, dan protein yang hanya
menempel pada permukaan lipid bilayer, dikenal dengan protein perifer. Oleh karena
protein yang tertanam atau menempel pada lipid bilayer tidak-beraturan (mozaic) dan
kondisi lipid bilayer selalu dalam keadaan lunak (fluid), maka model ini dikenal se-
bagai ‘fluid mozaic model’.
d. Nukleoprotein.
Pada sel-sel eukariotik, protein spesifik yang disebut nukleoprotein ditemukan
bervariasi secara intim dengan ADN-inti. Juga, pada prokariotik sebagaimana juga
eukariotik, ribonukleoprotein kompleks (misalnya, protein kompleks dengan ARN)
terjadi. Protein tersebut tidak biasanya diklasifikasikan sebagai protein konyugated,
karena asam nukleat tidak dapat dipandang terlibat sebagai kelompok prostetik
(Sheeler dan Bianchi, 1987). Namun demikian, Schulz dan Schirmer (1979) menyata-
kan semua bentuk protein yang berisi pecahan bukan protein, baik pecahan bukan
protein tersebut berfungsi sebagai kelompok prostetik ataupun tidak, tetap termasuk
dalam golongan protein konyugated. Berpijak dari pendapat Schulz dan Schirmer
inilah, penulis memasukkan nukleoprotein ke dalam kelompok protein konyugated.
Dua tipe protein telah diidentifikasi dalam nukleoprotein adalah histon dan non-
histon.
Histon mempunyai agak terbatas komposisi asam amino (mengandung kira-
kira 25% arginin dan lisin) dan benar-benar sama pada semua sel tumbuhan dan
hewan. Penghitungan sifat dasar mereka yang tinggi untuk menutup asosiasi bentuk
mereka dengan asam nukleat dan meminjam kepercayaan sebagai catatan bahwa
mereka terlibat dalam pengepakan yang ketat dari molekul asam amino selama kon-
densasi kromatin (misalnya, kromosom-kromosom) sebelum mitosis. Non-histon
sangat heterogen dalam komposisi asam amino dan mempunyai sifat-sifat asam.
Terdapat banyak bukti untuk usulan bahwa melalui kombinasi yang sangat selektif
dengan bagian tertentu dari ADN-inti, non-histon terlibat dalam pengaturan ekspresi
gen. Histon dan non-histon dipertimbangkan lebih lanjut dalam hubungan dengan
diskusi organisasi dan fungsi inti.
Apakah sebenarnya protein itu? Protein dibuat dari suatu seri asam amino.
Gabungan dari dua asam amino disebut dipeptida, sedangkan gabungan dari banyak
asam amino disebut polipeptida. Polipeptida yang mempunyai berat molekul kira-kira
10.000 merupakan protein. Suatu dipeptida (demikian pula polipeptida) adalah seri
WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 10 No. 3 April 2011
126
residu asam amino yang dihubungkan oleh suatu peptida serta mempunyai ujung
amino (NH2) dan karboksil (COOH).
Walaupun hanya dikenal 20 macam asam amino saja, lagipula ADN hanya ter-
diri dari empat basa, tetapi kemungkinan terbentuknya varietas protein tidak ter-
batas. Bagaimana ini mungkin terjadi?
Dalam tahun 1968 Nirenberg, Khorana, dan Holley (dalam Suryo, 1989) me-
nerima hadiah Nobel untuk pekerjaan mereka dalam menciptakan kode genetik, yaitu
menerangkan bagaimana sebuah gen mengontrol pengaturan asam amino dalam
protein tertentu. Jadi, kode genetik ialah suatu cara untuk menetapkan jumlah serta
urutan nukleotida yang berperan dalam menentukan posisi yang tepat dari tiap asam
amino dalam rantai peptida yang bertambah panjang. Sekarang yang menjadi soal,
berapa nukleotida yang diperlukan untuk mengkode penempatan asam amino dalam
protein. Nirenberg et al. melakukan percobaan dengan membuat ARN-d buatan
(artificial m-RNA) dan memperoleh hasil seperti berikut.
a. Jika sebuah kodon (yaitu suatu set nukleotida yang spesifik untuk suatu asam amino
tertentu) hanya terdiri dari satu nukleotida saja, maka akan didapatkan 41 = 4 kodon,
yaitu A, G, S, dan U (lihat Tabel 2). Kode genetika yang menggunakan kodon terdiri
dari satu nukleotida disebut kode singlet. Berhubung jumlah asam amino 20, maka
kode singlet ini tidak memenuhi syarat, sebab baru dapat mengkode empat asam
amino saja.
b. Jika sebuah kodon terdiri dari dua nukleotida akan didapatkan 42 = 16 kodon. Kode
dublet inipun belum memenuhi syarat, karena baru 16 asam amino saja yang dapat
diberi kode.
c. Jika sebuah kodon terdiri dari tiga nukleotida akan didapatkan 43 = 64 kodon. Kode
genetik ini disebut kode triplet. Walaupun dengan kode triplet didapatkan kelebihan
64-20 = 44 kodon tidak menjadi soal, karena beberapa macam asam amino dapat di-
beri kode oleh beberapa kodon (Lihat Tabel 1).
Tabel 1. Kemungkinan kode singlet, dublet, dan triplet dari ARN-d. Kode Singlet
(4 kodon)
Kode dublet
(16 kodon)
Kode triplet
(64 kodon)
A AA AG AS AU AAA AAG AAS AAU
G GA GG GS GU AGA AGG AGS AGU
S SA SG SS SU ASA ASG ASS ASU
U UA UG US UU AUA AUG AUS AUU
GAA GAG GAS GAU
GGA GGG GGS GGU
GSA GSG GSS GSU
GUA GUG GUS GUU
WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 10 No. 3 April 2011
127
SAA SAG SAS SAU
SGA SGG SGS SGU
SSA SSG SSS SSU
SUA SUG SUS SUU
UAA UAG UAS UAU
UGA UGG UGS UGU
USA USG USS USU
UUA UUG UUS UUU
(Sumber: Suryo, 1989).
Beberapa kodon dinamakan kodon nonsens (tidak berarti), karena tidak me-
rupakan kode untuk salah satu asam amino pun, misalnya UAA, UAG, dan UGA.
Sedangkan kodon UAG (kodon untuk terjemahan metionin) disebut sebagai kodon
permulaan (starting codon), karena proses penerjemahan kodon-kodon pada ARN-d
di ribosom selalu dimulai dengan kodon AUG, dan diakhiri dengan salah satu kodon
nonsens (stop codon) di atas (Stanley dan Andrykovitch, 1984).
Menurut Bawa (1991), kode genetik mempunyai sifat-sifat sebagai berikut.
a. kode genetik adalah kode triplet; masing-masing kodon dari 64 kodon yang ada
bersifat unik, terdiri atas kombinasi tiga jenis nukleotida yang terdapat pada molekul
ARN-d sebagai hasil salinan dari kode genetik yang terdapat dalam molekul ADN,
b. dari kodon-kodon yang memerinci 120 asam amino, terdapat 18 kodon yang
sinonim, artinya beberapa kodon memerinci sebuah asam amino. Dengan demikian,
kodon-kodon tersebut mengalami degenerasi. Jika tidak mengalami degenerasi, maka
dari 64 kodon yang ada, terdapat 44 kodon yang tidak berguna. Asam amino yang
dirinci oleh sebuah kodon hanyalah metionin dan triptofan.
Pada asam amino yang dirinci oleh kodon-kodon yang sinonim, dua huruf yang
pertama tetap, sedangkan huruf yang ketiga dapat berubah. Misalnya, alanin dirinci
oleh kodon GSU, GSS, GSA, dan GSG; semua kodon yang mulai dengan huruf AS (ASU,
ASS, ASA, ASG) memerinci treonin,
c. di antara 64 kodon tersebut ada tiga buah kodon yang tidak ikut memerinci asam
amino, yaitu: UAA, UAG, dan UGA. Ketiga kodon ini dinamai kodon nonsense (tidak
mempunyai arti) atau kodon terminal (stop codon), karena jika kodon tersebut dibaca
di ribosom, maka penyusunan satu rantai polipeptida harus diakhiri. Jadi, yang benar-
benar merupakan kodon yang memerinci asam amino hanya 61 buah, itupun banyak
yang sinonim,
d. kodon pada ARN-d harus dibaca dari suatu titik permulaan tertentu dan dengan
arah yang tertentu pula sehingga penerjemahan kode genetik tidak salah. Pembacaan
kode genetik dimulai dari ujung 5’ ke arah ujung 3’, sedangkan kodon permulaan
WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 10 No. 3 April 2011
128
(starting codon) untuk mulai membaca adalah AUG, yaitu kode untuk asam amino
metionin. Walaupun proses penerjemahan kode selalu dimulai dari kodon AUG, tidak-
lah berarti bahwa pada setiap rantai polipeptida yang telah selesai dibentuk, asam
amino yang pertama harus metionin sebab metionin permulaan sering dibuang dari
suatu rantai polipeptida, dan
e. kode genetik bersifat universal, artinya kodon yang sama berlaku untuk asam amino
yang sama, baik untuk asam amino pada virus, bakteri, fungi, maupun untuk asam
amino pada tumbuhan dan hewan yang derajatnya lebih tinggi. Dalam hal ini yang
merupakan perkecualian adalah kodon pada beberapa siliata, mitokondria, dan
kloroplast.
Tabel 2. Kode genetik untuk ARN-d. Basa
pertama
Basa ke dua Basa
ke tiga
A G S U
AAA Lis AGA Arg ASA Thr AUA Ileu A
AAG Lis AGG Arg ASG Thr AUG Ileu G
A AAS AspN AGS Ser ASS Thr AUS Ileu S
AAU AspN AGU Ser ASU Thr AUU Ileu U
GAA Glu GGA Gli GSA Ala GUA Val A
GAG Glu GGG Gli GSG Ala GUG Val G
G GAS Asp GGS Gli GSS Ala GUS Val S
GAU Asp GGU Gli GSU Ala GUU Val U
SAA GluN SGA Arg SSA Pro SUA Leu A
SAG GluN SGG Arg SSG Pro SUG Leu G
S SAS His SGS Arg SSS Pro SUS Leu S
SAU His SGU Arg SSU Pro SUU Leu U
UAA Non UGA non USA Ser UUA Leu A
UAG Non UGG Tri USG Ser UUG Leu G
U UAS Tir UGS Sis USS Ser UUS Phe S
UAU Tir UGU Sis USU Ser UUU Phe U
Keterangan:
Lis = Lisin Tir = Tirosin Pro = Prolin
AspN = Asparagin Arg = Arginin Ileu = Isoleusin
Glu = Asam glutamat Ser = Serin Val = Valin
Asp = Asam aspartat Gli = Glisin Leu = Leusin
Glun = Glutamin Sis = Sistein Phe = Phenylalanin
His = Histidin Thr = Treonin Tri = Tiptofan
non = Kodon nonsens Ala = Alanin Met = Metionin
(Sumber: Suryo, 1989)
WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 10 No. 3 April 2011
129
Kodon asam amino yang bersifat universal merupakan salah satu bukti bahwa
semua organisme yang hidup di bumi berasal dari satu “nenek moyang”. Karena ke-
lompok-kelompok organisme tersebut mempunyai sejarah evolusi yang berbeda-beda
selama jutaan tahun, agaknya kode genetik tersebut telah berkembang sejak adanya
kehidupan yang pertama dan sejak itu hampir tidak pernah berubah.
Kodon untuk asam amino yang bersifat universal ini, pada hakikatnya merupa-
kan bukti yang nyata dari ajaran Tat Twam Asi, yang dalam skup luas menyatakan
pada hakikatnya semua makhluk hidup adalah sama. Lalu apanya yang sama pada
semua makhluk hidup? Kode genetik (kodon) untuk asam amino di dalam penyusun-
an suatu protein bersifat universal. Jadi, dapat dikatakan bahwa kodon inilah yang
sama pada makhluk hidup, baik makhluk hidup tingkat rendah maupun tingkat tinggi.
Simpulan dan Saran
Berdasarkan atas hasil pembahasan yang sudah dikemukakan, dapat disimpul-
kan hal-hal sebagai berikut.
1. Tat Twam Asi menurut filosofi Hindu berarti kamu adalah saya, dan saya adalah
kamu, atau dalam skup yang lebih luas berarti semua makhluk hidup pada haki-
katnya adalah sama.
2. Kode genetik (kodon) pada hakikatnya sangat berkaitan dengan konsep Tat Twam
Asi. Atau dengan kata lain, kode genetik (kodon) merupakan bukti nyata dari konsep
Tat Twam Asi.
Berpijak atas simpulan yang sudah dikemukakan, dapat diajukan saran sebagai
berikut.
1. Oleh karena semua makhluk hidup pada prinsipnya adalah sama, maka disarankan
kepada semua umat manusia untuk selalu hidup damai di dalam melakukan aktivitas
biologis di masyarakat.
2. Kode genetik (kodon) pada setiap makhluk hidup bersifat universal, sehingga
semua makhluk hidup pada hakikatnya adalah sama. Berdasarkan atas pernyataan ini
disarankan kepada seluruh umat manusia untuk cinta dan kasih sayang terhadap
makhluk hidup yang lainnya.
Daftar Pustaka
Aryasa, Wayan. 2000. Tat Twam Asi dalam Kehidupan Sehari-Hari. Makalah yang
Disampaikan dalam Seminar Sehari di SMA Laboratorium STKIP Negeri
Singaraja, Tanggal 23 April 2000.
Bawa, Wayan. 1991. Dasar-Dasar Biologi Sel. Cetakan Pertama. Denpasar: IKAYANA.
WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 10 No. 3 April 2011
130
Campbell, Neil A et al. 2000. Biologi. Diterjemahkan oleh Rahayu Lestasi et al. Jakarta:
Erlangga.
Dewata, ST. Putra. 2010. Tat Tvam Asi. Dalam http://pt-br.facebook.com/notes/st-
putra-dewata/tat-tvam-asi-dia-adalah-kamu/144949463729. Diakses Tanggal
29 April 2010.
Dickerson, R.E. and I. Geis. 1978. The Structure and Action of Proteins. Second Edition.
New York: Harper & Row.
Hole, C.B. 1979. An Introduction to Cell Biology. Low Price Edition. London: English
Language Book Society and Macmillan Education.
Puger, I Gusti Ngurah. 2008. “Fluid Mozaic Model untuk Membran Sel”. Dalam
Widyatech Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 8 No. 1 Agustus 2008, Halaman 1-14,
ISSN 1412-1409.
Raka Mas, A.A.G. 2002. Tuntunan Tata Susila untuk Meraih Hidup Bahagia. Denpasar:
Bali Post Offset.
Rindjin, Ketut. 2004. Di Mana Bumi Dipijak, di Sana Langit Dijunjung. Singaraja: IKIP
Negeri Singaraja.
Schulz, G.E. dan R.H. Schirmer. 1979. Principles of Protein Structure. Second Edition.
New York: Springer-Verlag.
Sheeler, Phillip and Donald E. Bianchi. 1987. Cell and Molecular Biology. Third Edition.
New York: John Wiley & Sons, Inc.
Stanley, Melissa and George Andrykovitch. 1984. Living: An Introduction to Biology.
Second Edition. Massachusetts: Addison-Wesley Publishing Company.
Suastika, Nyoman. 2006. Implementasi Konsep Tat Twam Asi dalam Kehidupan
Keluarga. Makalah yang Disampaikan pada Siswa SMP Negeri 2 Seririt, Tanggal
12 Mei 2006.
Sudirga, Ida Bagus et al. 2007. Widya Dharma Agama Hindu: Pelajaran Agama Hindu
untuk Kelas XI SMA. Bandung: Ganeca Exact.
Suryo. 1986. Genetika Strata 1. Cetakan Kedua. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
-------. 1989. Genetika Manusia. Cetakan Kedua. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Suwirna, Wayan. 2001. “Universalisme Kehidupan (Suatu Kajian Biomolekuler)”.
Dalam Bunga Rampai Biologi. Singaraja: Jurusan Pendidikan Biologi STKIP
Negeri Singaraja.
WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 10 No. 3 April 2011
131
Tirta, Nyoman. 1989. Filsafat Sains. Singaraja: Bioma.
Varute, A.T. and K.S. Bhatia. 1976. Cell Structure and Function. New Delhi: Vikas
Publishing House PVT Ltd.
Watson, D. James. 1970. Molecular Biology of the Gen. Second Edition. California: W.A.
Benjamin, Inc.