4
Refleksi Diri Akhir Kolaborasi dan Kerjasama Tim Kesehatan Oleh David Abdullah, 1306415592 – IPE 4 Mahasiswa Rumpun Ilmu Kesehatan yang terdiri dari Fakultas Kedokteran, Fakultas Kedokteran Gigi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keperawatan, dan Fakultas Farmasi, merupakan calon pengemban amanah profesi kesehatan di masa yang akan datang. S ebagai mahasiswa salah satu rumpun ilmu kesehatan yang ada di Universitas Indonesia, tidak dipungkiri bahwa kita harus bisa bekerja sama dan berkolaborasi dengan baik antar indvidu (antar tenaga kesehatan). Itu yang saya rasakan ketika mengikuti mata kuliah ini. Berbagai macam profesi disatukan dalam satu ruang kelas kecil. Awalnya saya pikir tidak penting juga mempelajari modul ini, karena pada dasarnya nanti setiap profesi akan bekerja sesuai kompetensi yang dia miliki. Sebagai contoh, kedokteran mungkin lebih condong ke hal medis, keperawatan lebih condong dengan pasien, dan farmasi lebih condong dengan hal obat- obatan. Namun, apa yang saya pikirkan di awal masuk modul ini adalah salah besar. Mulanya saya belum terlalu memahami bagaimana prinsip kerja profesi kesehatan sepenuhnya dalam memberikan pelayanan kesehatan yang ternyata dalam pelaksanaannya tersebut membutuhkan kerjasama tim. Modul Kolaborasi dan Kerjasama Tim Kesehatan menuntut mahasiswa rumpun ilmu kesehatan untuk memiliki kemampuan bekerja di dalam tim dengan berbagai profesi kesehatan yang bekerja berdasarkan penggabungan

Kolaborasi dan Kerjasama Tim Kesehatan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Refleksi Diri

Citation preview

Page 1: Kolaborasi dan Kerjasama Tim Kesehatan

Refleksi Diri Akhir

Kolaborasi dan Kerjasama Tim Kesehatan

Oleh David Abdullah, 1306415592 – IPE 4

Mahasiswa Rumpun Ilmu Kesehatan yang terdiri dari Fakultas Kedokteran, Fakultas

Kedokteran Gigi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keperawatan, dan Fakultas

Farmasi, merupakan calon pengemban amanah profesi kesehatan di masa yang akan datang.

S ebagai mahasiswa salah satu rumpun ilmu kesehatan yang ada di Universitas Indonesia,

tidak dipungkiri bahwa kita harus bisa bekerja sama dan berkolaborasi dengan baik antar

indvidu (antar tenaga kesehatan). Itu yang saya rasakan ketika mengikuti mata kuliah ini.

Berbagai macam profesi disatukan dalam satu ruang kelas kecil. Awalnya saya pikir tidak

penting juga mempelajari modul ini, karena pada dasarnya nanti setiap profesi akan bekerja

sesuai kompetensi yang dia miliki. Sebagai contoh, kedokteran mungkin lebih condong ke hal

medis, keperawatan lebih condong dengan pasien, dan farmasi lebih condong dengan hal

obat-obatan. Namun, apa yang saya pikirkan di awal masuk modul ini adalah salah besar.

Mulanya saya belum terlalu memahami bagaimana prinsip kerja profesi kesehatan

sepenuhnya dalam memberikan pelayanan kesehatan yang ternyata dalam pelaksanaannya

tersebut membutuhkan kerjasama tim. Modul Kolaborasi dan Kerjasama Tim Kesehatan

menuntut mahasiswa rumpun ilmu kesehatan untuk memiliki kemampuan bekerja di dalam

tim dengan berbagai profesi kesehatan yang bekerja berdasarkan penggabungan berbagai skill

bidang keilmuan yang dikuasai masing-masing profesi kesehatan yang terlibat di dalam tim.

Setiap profesi kesehatan memegang dua tanggung jawab utama, yaitu tanggung jawab

terhadap kompetensinya menyelesaikan peranannya dengan baik, serta tanggung jawab di

dalam tim untuk melaksanakan kewajiban sebagai anggota tim kesehatan yang menjunjung

tinggi tujuan utama pelaksanaan kolaborasi tim kesehatan yaitu memberikan pelayanan guna

meningkatkan taraf kesehatan masyarakat.

Pelaksanaan modul Kolaborasi dan Kerjasama Tim Kesehatan ini tidak sepenuhnya

berjalan dengan baik-baik saja. Kegiatan perkuliahan yang berbeda antar mahasiswa yang

beda fakultas menimbulkan permasalahan, seperti miss communication dan adanya karakter

free rider anggota kelompok di dalam pelaksanaan tugas kelompok. Selain itu, di dalam

kelompok kecil, ada saja orang yang memiliki karakter selalu ingin mendominasi dan ada

salah satu anggota yang memiliki karakter yang hanya hadir dalam diskusi kelompok tanpa

Page 2: Kolaborasi dan Kerjasama Tim Kesehatan

memberikan kontribusi penuh dalam proses diskusi dan penyelesaian masalah. Hal ini

tentunya sangat mengganggu jalannya pembelajaran, karena eksistensi anggota di dalam tim

seharusnya mencakup aspek kehadiran, peran serta, dan kinerjanya di dalam tim.

Permasalahan ini sepertinya memiliki hubungan dengan permasalahan yang akan terjadi

dalam tim kesehatan sesungguhnya di lapangan, mengingat bekerja di dalam tim merupakan

upaya menyatukan beberapa pemikiran dari kepala-kepala yang berbeda untuk menghasilkan

output yang sesuai dengan tujuan dan harapan.

Pada dasarnya setiap manusia mempunyai dua identitas. Identitas pertama yaitu

manusia sebagai makhluk individual, yang artinya memiliki tugas, fungsi, dan keunikannya

sendiri. Identitas yang kedua yaitu manusia adalah makhluk sosial, yang artinya

membutuhkan peran dari orang lain (Sudarma, 2008). Dari situ jelas bahwa pernyataan

manusia sebagai makhluk individual dan sosial itu tertanam juga dalam modul ini. Sebagai

makhluk individual tentunya setiap profesi mempunyai keahlian di bidangnya masing-

masing. Sedangkan sebagai makhluk sosial juga tentunya tidak bisa dipungkiri bahwa tidak

ada profesi yang dapat bekerja atau menjalankan tugasnya tanpa bantuan profesi lain. Sebagai

contoh, profesi dokter tidak akan bisa bekerja dengan maksimal tanpa adanya perawat yang

sebagai mediator antara pasien dengan dokter, atau profesi perawat tidak akan tahu mengenai

dosis obat yang akan diberikan kepada pasien tanpa bantuan dari apoteker. Intinya setiap

profesi yang satu akan selalu membutuhkan bantuan dari profesi yang lainnya dalam upaya

peningkatan pelayanan kesehatan.

Dengan adanya modul Kolaborasi dan Kerjasama Tim Kesehatan ini mengajarkan

saya akan pentingnya kerjasama tim, mengurangi keegoisan diri, dan menghargai pendapat

orang lain. Menyikapi permasalahan kolaborasi yang saya alami selama satu semester ini,

saya merencanakan sebuah perbaikan untuk meningkatkan kualitas diri dalam bekerja,

terutama bekerja di dalam tim. Saya harus meningkatkan kemampuan komunikasi, mengingat

komunikasi merupakan suatu aspek vital dalam semua aktivitas. Kemampuan kepemimpinan

juga merupakan skill yang harus dikuasai dengan baik, karena jalannya kerja tim yang baik

didukung oleh pengaruh pemimpin yang positif pula. Pemimpin sebuah tim harus mampu

memotivasi anggotanya serta mampu menyelesaikan permasalahan yang terjadi (Pella dan

Inayati, 2011). Pembagian tugas masing-masing anggota serta batasan-batasan kerjanya juga

harus disampaikan secara jelas agar tidak terjadi kasus kehilangan otonomi. Pemikiran secara

kritis dan terbuka juga sangat diperlukan untuk menciptakan atmosfer kerja yang efektif dan

terhindar dari ancaman permasalahan dominasi yang mampu merusak keutuhan tim.

Page 3: Kolaborasi dan Kerjasama Tim Kesehatan

Kemampuan komunikasi, multi tasking, penyelesaian masalah, serta kepemimpinan saya asah

melalui kegiatan seminar-seminar kepemimpinan, organisasi kemahasiswaan, dan

kepanitiaan.

Referensi:

Pella, D. A., dan Inayati, A. (2011). Talent Management. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Sudarma, M. (2008). Sosiologi Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.