21
5/22/2018 KolestitisEL.pdf-slidepdf.com http://slidepdf.com/reader/full/kolestitis-elpdf 1/21 Kolesistitis Akut Ellen Seprilia Sujiman * 102010105 F7 Mahasiswa Fakultas Kedokteran UK!"A *Alamat Korespondensi # Ellen Seprilia Sujiman Fakultas Kedokteran Uni$ersitas Kristen Krida %a&ana 'l( Arjuna Utara )o( 0 'akarta 11510  )o +elp ,021- 5./2051 email# ellensepriliasujiman3ahoo(&o(id Pendahuluan 4eradanan akut dindin kandun empedu atau dise6ut jua denan kolesistitis akut 6iasan3a terjadi aki6at sum6atan duktus sistikus oleh 6atu( Sekitar 1020 wara Amerika menderita kolelitiasis ,6atu empedu- dan sepertian3a jua menderita kolesistitis akut( 4en3akit ini le6ih serin terjadi pada wanita8 usia tua dan le6ih serin terjadi pada oran kulit putih( 4ada wanita8 terutama  pada wanitawanita hamil dan 3an menkonsumsi o6ato6at hormonal8 insidensi kolesistitis akut le6ih serin terjadi( 9e6erapa teori menatakan hal ini 6erkaitan denan kadar proesteron 3an tini 3an men3e6a6kan statis aliran kandun empedu( "i !ndonesia8 walaupun 6elum ada data epidemioloi penduduk8 insidens kolesistitis dan keleloatiasis di neara kita relati$e le6ih rendah di6andinkan denan neara neara 6arat( Meskipun dikatakan 6ahwa pasien kolesistitis akut umumn3a perempuan8 emuk dan 6erusia di atas /0 tahun( Kolesistitis akut serin 6erawal se6aai seranan kolik 6iliaris 3an mem6uruk se&ara proresi:( Sekitar 0 ; 70 pasien melaporkan adan3a riwa3at seranan 3an sem6uh spontan( )amun8 seirin denan makin  parahn3a seranan8 n3eri kolesistitis akut makin menjadi eneralisata di a6domen kanan atas( 1

Kolestitis EL.pdf

Embed Size (px)

DESCRIPTION

k

Citation preview

  • Kolesistitis Akut

    Ellen Seprilia Sujiman *

    102010105

    F7

    Mahasiswa Fakultas Kedokteran UKRIDA

    *Alamat Korespondensi :

    Ellen Seprilia Sujiman

    Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

    Jl. Arjuna Utara No. 06 Jakarta 11510

    No Telp (021) 5694-2051 email: [email protected]

    Pendahuluan

    Peradangan akut dinding kandung empedu atau disebut juga dengan

    kolesistitis akut biasanya terjadi akibat sumbatan duktus sistikus oleh batu.

    Sekitar 10-20% warga Amerika menderita kolelitiasis (batu empedu) dan

    sepertiganya juga menderita kolesistitis akut. Penyakit ini lebih sering terjadi pada wanita,

    usia tua dan lebih sering terjadi pada orang kulit putih. Pada wanita, terutama

    pada wanita-wanita hamil dan yang mengkonsumsi obat-obat hormonal, insidensi

    kolesistitis akut lebih sering terjadi. Beberapa teori mengatakan hal ini berkaitan

    dengan kadar progesteron yang tinggi yang menyebabkan statis aliran kandung

    empedu. Di Indonesia, walaupun belum ada data epidemiologi penduduk, insidens

    kolesistitis dan keleloatiasis di negara kita relative lebih rendah dibandingkan dengan negara-

    negara barat. Meskipun dikatakan bahwa pasien kolesistitis akut umumnya perempuan,

    gemuk dan berusia di atas 40 tahun. Ko le s i s t i t i s aku t s e r ing be raw a l s ebaga i

    s e r angan ko l ik b i l i a r i s yang memburuk secara progresif. Sekitar 60 70% pasien

    melaporkan adanya riwayat serangan yang sembuh spontan. Namun, seiring dengan makin

    parahnya serangan, nyeri kolesistitis akut makin menjadi generalisata di abdomen kanan atas.

    1

  • Sepertikolik biliaris, nyeri kolesistitis dapat menyebar ke daerah antar skapula,

    scapula kanan atau bahu. Tanda peradangan peritoneum seperti peningkatan nyeri

    dengan penggetaran atau pada pernapasan dalam dapat ditemukan. Pasien juga mengalami

    anoreksia dan sering mual. Kolesistitis akut merupakan suatu penyakit yang

    dapatmengganggu kualitas hidup pasien. Oleh karena itu dalam kesempatan ini akan dibahas

    mengenai beberapa hal berkaitan dengan penyakit peradangan pada dinding kandung

    empedu ini sertaterapi yang sesuai.

    Anamnesis

    Anamnesis merupakan wawancara medis yang merupakan tahap awal dari rangkaian

    pemeriksaan pasien, baik secara langsung pada pasien atau secara tidak langsung. Tujuan dari

    anamnesis adalah mendapatkan informasi menyeluruh dari pasien yang bersangkutan.

    Informasi yang dimaksud adalah data medis organobiologis, psikososial, dan lingkungan

    pasien, selain itu tujuan yang tidak kalah penting adalah membina hubungan dokter pasien

    yang profesional dan optimal.1

    Pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan :

    1. Keluhan apa yang pasien alami? Sudah sejak kapan? Letaknya dimana?

    Bagaimana sifatnya (terbakar, tajam, ditusuk, atau diperas)? Nyeri

    berlangsung terus-menerus atau intermiten? Apakah ada penyebaran nyeri?

    Apakah bertambah nyeri setelah makan tertentu?

    2. Apakah mengkonsumsi alcohol?

    3. Sudah mengkonsumsi obat? Apa pengaruhnya?

    4. Apakah pernah mengalami hal yang sama sebelumnya?

    5. Apakah keluarga atau teman ada yang mengalami hal yang sama?

    Pemeriksaan Fisik

    Pada pemeriksaan fisik pasien didapatkan rasa nyeri di kuadran kanan atas yang

    seringkali meluas sampai epigastrium. Adanya tanda klasik dari Murphy menunjukkan nyeri

    yang nyata dan inspirasi yang terbatas pada palpasi (yang dalam) di bawah arkus kosta kanan.

    Pada sebagian kasus (30 40%) dapat diraba masa yang merupakan kandung empedu. 1

    2

  • Tanda-tanda vital :

    Tekanan darah : 130/80 mmHg

    Denyut nadi : 98x/menit

    Frekuensi nafas : 18x/menit

    Suhu : 38CBerat badan : 85 kg

    Sclera ikterik : +/+

    Pemeriksaan Penunjang

    Bilirubin

    Uji bilirubin digunakan untuk mengukur kadar bilirubin serum, pigmen bilirubin

    utama. Bilirubin merupakan produk utama katabolisme hemoglobin.2

    Tujuan:

    Untuk menilai fungsi hati.

    Untuk membantu menentukan diagnosis banding dari ikterik dan memantau

    perkembangannya.

    Untuk membantu diagnosis obstruksi biliar dan anemia hemolitik.

    Nilai rujukan:

    Bilirubin indirek serum 1,1 mg/dL

    Bilirubin direk serum < 0,5 mg/dL

    Temuan abnormal:

    Kadar bilirubin indirek serum yang tinggi: kerusakan hati, anemia hemolitik berat,

    dan defisiensi enzim kongenital seperti pada penyakit Gilbert.

    Kadar bilirubin direk serum yang tinggi: obstruksi bilier.

    Pada kerusakan hati kronis berat, konsentrasi bilirubin direk serum mungkin kembali

    normal atau mendekati normal, tapi kadar bilirubin indirek serum tetap tinggi. 2

    3

  • Ultrasonografi kandung empedu dan sistem bilier

    Tujuan:

    Memastikan diagnosis kolelitiasis.

    Mendiagnosis kolesistitis akut.

    Membedakan antara ikterus obstruktif dan nonobstruktif.

    Temuan abnormal:

    Batu empedu di dalam lumen kandung empedu atau sistem bilier khas tampak sebagai

    daerah ekogenik yang bergerak, disertai dengan bayangan akustik. Sulit mendeteksi batu

    dalam duktus bilier yang mengandung sedikit empedu. Saat kandung empedu mengecil atau

    terisi penuh dengan batu empedu, empedu yang sedikit dapat membuat deteksi batu empedu

    sulit, dan kandung empedunya sendiri mungkin tidak dapat dideteksi. Dalam hal ini,

    bayangan akustik dalam fosa kandung empedu menunjukkan kolelitiasis. 2

    Kolesistitis akut ditandai dengan pembesaran kandung empedu dengan penebalan

    dinding yang bertepi ganda, biasanya dengan batu empedu di dalam lumennya. 2

    Pada ikterus obstruktif, USG dengan mudah menunjukkan dilatasi sistem bilier dan

    biasanya dilatasi kandung empedu. 2

    Kolesistografi oral

    Kolesistografi oral merupakan pemeriksaan radiologi kandung empedu setelah

    pemberian medium kontras. Pemeriksaan ini sekarang sering digantikan oleh scan kedokteran

    nuklir berlabel 99tekhnetium, ultrasonografi, dan CT scan. Kolesistografi oral merupakan

    indikasi pada pasien dengan gejala penyakit saluran empedu, seperti nyeri epigastrium

    kuadran kanan atas, intoleransi lemak, dan ikterus, serta paling sering dilakukan untuk

    memastikan penyakit kandung empedu. 2

    4

  • Tujuan:

    Mendeteksi batu empedu.

    Membantu diagnosis penyakit peradangan dan tumor kandung empedu.

    Temuan abnormal:

    Saat kandung empedu mengalami opasifikasi, defek pengisian menunjukkan adanya

    batu empedu. Defek yang terfiksasi, sebaliknya, dapat menunjukkan adanya polip kolesterol

    atau tumor jinak seperti adenomioma. 2

    Bila kandung empedu tidak mengalami opasifikasi atau bila hanya terjadi opasifikasi

    samar, mungkin terdapat penyakit peradangan seperti kolesistitis, dengan atau tanpa

    pembentukan batu empedu. Batu empedu dapat menyumbat duktus sistikus dan mencegah

    medium kontras memasuki kandung empedu; peradangan dapat mengganggu kemampuan

    pemekatan mukosa kandung empedu dan mencegah atau menghilangkan opasifikasi. 2

    Bila kandung empedu tidak dapat berkontraksi setelah perangsangan oleh makanan

    berlemak, kemungkinan terdapat kolesistitis atau obstruksi duktus koledokus. 2

    Kolangiopankreatografi retrograd endoskopik (ERCP)

    Endoscopic Retrograde Cholangiopancreaticography merupakan pemeiksaan

    radiografi duktus pankreatikus serta percabangan hepatobilier setelah penyuntikkan medium

    kontras ke dalam papila duodenum. Pemeriksaan ini merupakan indikasi pada pasien dengan

    diagnosis pasti penyakit pankreas atau yang masih dicurigai penyakit pankreas atau ikterus

    obstruktif dengan etiologi yang tidak diketahui. Komplikasinya antara lain kolangitis dan

    pankreatitis. 2

    Temuan abnormal:

    Ikterus obstruktif dapat disebabkan oleh berbagai kelainan percabangan hepatobilier

    dan duktus pankreatikus. Pemeriksaan percabangan hepatobilier dapat menunjukkan batu,

    5

  • striktur, atau deviasi tak teratur yang menunjukkan sirosis biliaris, kolangitis sklerotikans

    primer, atau karsinoma duktus biliaris. 2

    Sidik HIDA

    Juga dikenal sebagai pencitraan hepatobilier, kolesinsigrafi, atau sidik nuklir kandung

    empedu, sidik asam iminodiasetat hepatobilier (HIDA [Hepatobiliary Iminodiacetic Acid])

    menghasilkan citra sistem hepatobilier untuk menentukan patensi duktus koledokus dan

    duktus sistikus melalui sidik noninvasif. Uji ini juga mengevaluasi pengosongan kandung

    empedu. 2

    Tujuan:

    Mendiagnosis kelainan kandung empedu dan menentukan derajat patensi.

    Mendiagnosis kolesistitis akut dan kronik.

    Mengevaluasi patensi pintas (bypass) usus biliaris.

    Menilai ikterus obstruktif bersama dengan radiografi atau ultrasonografi.

    Temuan abnormal:

    Citra dapat memperlihatkan kolesistitis akut atau kronik, atau obstruksi duktus

    koledokus. 2

    Pemeriksaan laboratorium didapatkan leukositosis dan hitung jenis menunjukkan

    pergeseran ke kiri. Adanya gangguan tes fungsi hati seperti meningkatnya bilirubin serum,

    fosfatase alkali / gamma GT dan transaminase serum mencurigakan adanya obstruksi saluran

    empedu (batu koledokus). 2

    Kenaikan kadar amilase dan atau lipase serum yang mencolok mencurigakan adanya

    pankreatitis akut. Pemeriksaan ultrasonografi akan menunjukkan batu empedu pada 90 95

    % kasus, dinding kandung empedu yang menebal (udem)m tanda Murphy soongrafik dan

    cairan perikolesistik koleskintigrafi (misalnya HIDA) akan memastikan diagnosis bila

    6

  • menampakkan saluran empedu tanpa visualisasi kandung empedu yang merupakan bukti

    adanya obstruksi duktus sistikus. 2

    Diagnosis Kerja

    Kolesistitis Akut

    Kolesistitis akut adalah inflamasi akut dari kandung empedu yang dicetuskan oleh

    obstruksi dari duktus sistius. Penyebab tersering dari kolesistitis akut adalah obstruksi terus

    menerus dari duktus sistikus oleh batu empedu yang mengaibatkan peradangan akut dari

    kandung empedu. Pada hampir 90% kasus disertai dengan kolelitiasis. Respons inflamasi

    ditimbulkan oleh tiga faktor yakni mekanik, kimiawi, dan bakterial. Inflamasi mekanik

    karena meningkatnya tekanan intra luminal dan peregangan yang mengakibatkan tertekannya

    pembuluh darah dan iskemia dari mukosa dinding, dapat terjadi infark dan gangren. Inflamasi

    kimiawi yang disebabkan oleh terlepasnya lisolesitin (karena aksi dari fosfolipase pada lesitin

    dalam cairan empedu), reabsorbsi dari garam empedu, prostaglandin dan mediator inflamasi

    yang lain juga terlibat. Lisolesitin bersifat toksis pada mukosa kandung empedu. Inflamasu

    bakterial yang berperan pada 50 85% kasus kolangitis akut. Kuman yang seringkali

    diisolasi dari kultur cairan kandung empedu antara lain E.coli, Klebsiella spp, Streptococcus

    spp, dan Clostridium spp. 3

    Kolesistitis seringkali dimulai sebagai serangan nyeri bilier yang secara progresif

    memberat. Hampir 60 70% dari pasien melaporkan pernah mendapat serangan nyeri bilier

    sebelumnya yang sembuh spontan. Nyeri seringkali timbul larut malam atau dini hari,

    biasanya di kuadran kanan atas abdomen atau epigastrium dan menjalar ke bawah sudut

    skapula kanan, bahu kanan. Nyeri terasa seperti dobor atau seperti ditekan dan tidak ada

    posisi badan yang nyaman. 3

    Nyeri biasanya meningkat ke suatu plateau dan dapat berlangsung selama 30 60

    menit tanpa mereda, khasnya lebih dari tiga jam dan sesudah itu nyeri bergeser dari

    epigastrium ke kuadran kanan abdomen, tidak seperti spasme pendek dari kolik bilier. 3

    Serangan dapat dicetuskan oleh makan berat atau makan berlemak malam hari. Pasien

    berkeringat, terbaring tidak bergerak dan posisi badan melengkung. Seringkali disertai

    dengan mual dan muntah muntah dan demam. Spektrum simptom pada kolesistitis akut

    7

  • luas, pada beberapa pasien menjadi sakit berat dan akut dalam waktu yang pendek dan pada

    beberapa pasien lain gejala gejala yang timbul relatif ringan dan sembuh tanpa intervensi

    medis. 3

    Diagnosis Banding

    Koledokolitiasis

    Sebagian besar batu dalam duktus koledokus berasal dari batu kandung empedu yang

    bermigrasi. Migrasi berhubungan dengan ukuran batu, duktus sistikus dan koledokus. Batu

    tersebut dapat terus ke duodenum bila berukuran kecil. Batu yang tinggal di koledokus akan

    menimbulkan komplikasi. Pada saat kolesistektomi, sekitar 10% pasien dengan batu kandung

    empedu juga memiliki batu di saluran empedu, umumnya pada duktus koledokus atau

    hepatikus komunis tetapi dapat juga didapatkan di saluran empedu intrahepatik. 3

    Di negara barat, batu di saluran empedu biasanya berasal dari pasase batu dari

    kandung empedu. Ukuran duktus sistikus dan ukuran dari batu empedu berpengaruh pada

    insiden migrasi batu tersebut. Pada kasus kasus ini batu di kandung empedu dan di saluran

    empedu berasal dari jenis yang sama yakni batu kolesterol atau batu pigmen hitam, batu ini

    disebut batu sekunder saluran empedu. Selain dari batu yang bermigrasi dari kandung

    empedu, batu koledokus dapat pula terbentuk dari awal di saluran empedu, batu ini disebut

    batu primer saluran empedu. Biasanya batu ini terbentuk akibat obstruksi bilier parsial karena

    batu tersisa, striktur traumatik, kolangitis sklerosing atau kelainan bilier kongenital. Infeksi

    dapat merupakan kejadian awal. 3

    Batu ini berwarna coklat, tunggal atau multipel, oval dan menyesuaikan diri dengan

    sumbu memanjang dari saluran empedu. Batu ini cenderung terjepit di ampulla Vater. Di

    Asia, terutama Asia Timur, terdapat insiden batu saluran empedu dan batu intrahepatik (batu

    pigmen coklat) yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan di negara barat. 3

    Patogenesis

    Batu yang ada di saluran empedu dapat bersifat primer (de novo, terbentuk di saluran

    empedu), atau sekunder (terbentuk di kandung empedu). Bila dilihat dari jenisnya, seperti

    yang sudah disebutkan di atas, batu saluran empedu primer adalah batu pigmen coklat. Batu

    saluran empedu dapat ditemukan di sepanjang traktus biliar, baik di duktus koledokus, duktus

    8

  • hepatikus, bahkan di duktus bilier intrahepatik. Disebutkan bahwa batu saluran empedu

    terbentuk karena adanya hal hal yang menyebabkan stasis aliran empedu, contohnya adalah

    kelainan anatomis seperti penyakit Caroli dan striktur duktus koledokus. Stasis aliran empedu

    adalah fasilitator presipitasi kristal pigmen maupun kolesterol. Meski demikian, mayoritas

    pasien dengan batu saluran empedu tidak mempunyai kelainan kelainan tersebut di atas.

    Perjalanan batu saluran empedu tidak selalu diketahui. Banyak batu di duktus koledokus

    ditemukan secara tidak sengaja dan tidak menimbulkan gejala. Seberapa sering batu tersebut

    lolos ke duodenum tidak diketahui pula. Juga tidak diketahui berapa lama batu dapat berdiam

    di saluran empedu sampau ia menimbulkan gejala. 3

    Manifestasi klinis

    Obstruksi saluran empedu biasanya parsial dan intermiten karena batu tersebut

    berlaku sebagai ballvalve di ujung distal duktus koledokus. Manifestasi batu koledokus dapat

    berupa: Koledokolitiasis dapat silent dan tanpa simptom, ditemukan secara kebetulan pada

    saat pencitraan, paling sering terdapat kolik bilier disertai gangguan tes faal hati dengan atau

    tanpa ikterus. 3

    Kelainan laboratorium tersebut berupa peningkatan bilirubin serum, peningkatan

    fosfatase alkali dan gamma GT serta peningkatan transaminase serum. Pada penyumbatan

    yang transien dari papila Vater, transaminase serum bisa meningkat secara mencolok. Derajat

    obstruksi bilier berkorelasi dengan derajat ikterus yang timbul, kolangitis. Cairan empedu

    yang tergenang mudah terkena infeksi yang kemunginan berasal dari usus. Cairan empedu

    menjadi opak dan coklat gelap (lumpur bilier), kadang kadang infeksi lebih akut dan cairan

    empedu menjadi purulen. Duktus koledous menebal dan melebar, kolangitis ini dapat

    menyebar ke dalam saluran empedu intrahepatik dan menimbulkan abses hati, dan

    pankreatitis bilier. Batu yang terjepit atau lewat melalui ampulla Vater dapat menimbulkan

    pankreatitis akut atau kronik. 3

    Kolangitis

    Istilah kolangitis dipakai untuk infeksi bakteri pada cairan empedu di dalam saluran

    empedu. Kolangitis disebabkan oleh adanya obstruksi dari aliran empedu seperti tumor,

    striktur, stent, dan paling sering batu koledokus. Simptom umumnya berupa demam,

    menggigil, nyeri perut, dan ikterus (trias dari Charcot). 3

    9

  • Patogenesis

    Timbulnya kolangitis berasal dari kombinasi adanya bakteri di cairan empedu

    ditambah dengan meningkatnya tekanan dalam saluran empedu karena obstruksi. 3

    Pada beberapa keadaan jalur infeksi cukup jelas misalnya timbulnya kolangitis setelah

    ERCP, pada anastomosis entero bilier, bakteri mencapai saluran empedu secara retrograd,

    namun pada banyak keadaan, mekanisme yang tepat bagaimana cairan empedu terinfeksi

    tidak begitu jelas. 3

    Kemungkinan besar bakteri naik dari duodenum yang dimungkinkan oleh adanya

    divertikel periampuler atau disfungsi motorik dari sfingter Oddi. Bakteri bakteri yang

    terlibat adalah bakteri gram negatif aerob seperti E.coli, Klebsiella, Proteus, Pseudomonas

    atau Enterobacter, bakteri anaerob ditemukan pada 10 20% kasus. Bila kolangitis tidak

    diobati dengan baik, dapat timbul bakteremia dan selanjutnya abses hati tunggal atau

    multipel. 3

    Manifestasi klinis

    Manifestasi klinis yang paling sering adalah demam, menggigil, nyeri abdomen dan

    ikterus (Trias Charcot). Rentang dan derajat beratnya simptom sangat lebar. Beberapa pasien

    hanya menunjukkan demam, menggigil dan nyeri, pasien lain terutama pasien tua hanya nyeri

    dan ikterus atau gejala yang minimal, sebagian kecil pasien lain dapat dengan renjatan sepsis.

    Pada kolangitis yang khas adalah simptom intermiten yang menunjukkan obstruksi parsial

    yang intermiten. 3

    Nyeri abdomen khas seperti pada batu kandung empedu yakni di kuadran kanan atas

    atau di epigastrium dan dapat menjalar ke punggung atau di bawah skapula kanan. Bentuk

    kolangitis yang paling berat adalah kolangitis supuratif dengan adanya pus di saluran empedu

    dengan gejala klinis yang berat. Pada pasien ini obstruksi biasanya hebat dan pus mengisi

    saluran empedu. 3

    Diagnosis

    Khas kolangitis berupa leukositosis dan bilirubin serum antara 2 4 mg/dl karena

    obstruksi biasanya tidak total. Bila bilirubin serum di atas 10 mg/dl perlu dicurigai obstruksi

    saluran empedu total akibat neoplasma. Fosfatase alkali, gama GT, dan 5nukleotidase

    meningkat mencolok, transaminase serum juga meningkat. Pada obstruksi akut dan transien,

    10

  • transaminase serum akan meningkat sangat tinggi (lebih dari sepuluh kali lipat) karena

    nekrosis hepatoselular, namun akan menurun dengan cepat dalam dua sampai tiga hari.

    Diagnosis utama ditegakkan dengan ultrasonografi dimana ditemukan pelebaran saluran

    empedu proksimal dari obstruksi pada 90% kasus. Batu koledokus tidak selalu tampak pada

    ultrasonografi. 3

    Penyebab lain yang perlu dipertimbangkan terutama pada pasien tanpa nyeri adalah

    neplasma dari saluran empedu dari luar oleh kelenjar getah bening di porta hepatis. CT scan

    juga berguna untuk menentukan penyabab kolangitis, juga digunakan untuk menentukan

    perluasan dari neoplasma dari neoplasma yang menyebabkan obstruksi tersebut. Bila terdapat

    pelebaran saluran empedu, pemeriksaan kolangiografi langsung seperti ERCP/PTC sangat

    berguna untuk diagnosis dan terapi. 3

    Terapi

    Batu empedu harus dikeluarkan sesudah dilakukan sfingterotomi perendoskopok. Bila

    batu tidak dapat dikeluarkan, dilakukan drainase bilier dengan pipa nasobilier atau stent

    endoprostesis dan diberikan antibiotika yang adekuat. Bila terdapat batu di kandung empedu,

    dipertimbangkan untuk dilakukan kolesistektomi laparoskopik sesudahnya terutama pada

    pasien usia muda. Pada usia lebih tua kandung empedu dibiarkan in situ kecuali bila timbul

    masalah. 3

    Pada batu koledokus yang besar (>15 mm) yang sulit atau tidak mungkin dikeluarkan

    dengan basket atau balon sesudah sfingterotomi, dapat dilakukan beberapa pilihan yaitu

    litotripsi mekanikal (crushing basket), pemasangan endoprostesis, litotripsi elektrohidrolik

    dan litotripsi laser. 3

    Pankreatitis Akut Bilier

    Batu empedu yang bermigrasi dari kandung empedu ke duktus koledokus, dapat

    mengakibatkan pankreatitis akut ketika melalui ampulla. Batu tersebut biasanya kecil dan

    keluar melalui tinja kemudian inflamasi mereda. Kadang kadang batu tidak dapat keluar

    melalui ampulla sehingga pankreatitis menetap dan dapat menjadi berat. Terdapat juga bukti

    bahwa lumpur bilier dapat menyebabkan pankreatitis akut. 3

    Patogenesis

    11

  • Di sini berperan meningkatnya tekanan dalam duktus pankreatikus dan saluran

    empedu dan adanya refluks cairan empedu dan isi duodenum ke dalam duktus pankreatikus. 3

    Gejala klinis dan diagnosis

    Pasien dengan pankreatitis batu empedu mempunyai sipmtom dan penemua

    laboratorium serupa dengan pankreatitis karena sebab yang lain. Diagnosis didukung oleh

    adanya batu di kandung empedu melalui ultrasonografi. Pada sebagian pasien dengan

    mikrolitiasis, batu tampak dengan pemeriksaan ultrasonografi, hal ini juga ditemukan pada

    pasien pasien dengan lumpur bilier. Harus diingat bahwa kolestitis akut atau kolangitis

    dapat juga berada bersama sama dengan pankreatitis bilier. Batu yang sudah lewat atau batu

    batu kecil tidak tampak pada USG. Bila tedapat pelebaran duktus koledokus pada pasien

    dengan batu kandung empedu, hal ini merupakan bukti kuat bahwa pankreatitis tersebut

    merupakan bukti kuat bahwa pankreatitis tersebut berhubungan dengan batu empedu. Pada

    pemeriksaan laboratorium didapatkan peningkatan yang mencolok amilase dan atau lipase

    serum, kelainan tes fungsi hati berupa peningkatan fosfatase alkali/gama GT, transaminase,

    dan bilirubin serum. 3

    Tatalaksana

    Pada sebagian besar kasus, terdapat perbaikan hanya dengan tindakan suportif yaitu

    puasa total, pemberian cairan intravena dan pemasangan pipa nasogastrik bila terdapat

    muntah muntah yang hebat. Dalam beberapa hari akan mulai terjadi perbaikan secara klinis.

    Pada pasien dilakukan ERCP / MRCP dan dilanjukan dengan sfingterotomi bila ditemukan

    batu koledokus. Bila terdapat batu di kandung empedu dipertimbangkan untuk dilakukan

    kolesistektomi. 3

    Hepatitis akut et causa virus

    Hepatitis virus A (HAV)

    Digolongkan dalam piconarnavirus, subklafikasi sebagai hepatovirus. Diameter 27-28

    nm dengan bentuk kubus simetrik. Untai tunggal (single stranded), molekul RNA linier 7,5

    kb. Pada manusia terdiri 1 serotipe, tiga atau lebih genotype. Mengandung lokasi netralisasi

    inunodominan tunggal. Mengandung tiga atau empat polipeptida virion di kapsomer.

    12

  • Replikasi disitoplasma hepatosit yang erinfeksi tidak terdapat bukti yang nyata adanya

    replikasi di usus. Menyebar pada primate non manusia dan galur sel manusia. 4

    Masa inkubasi 15-50 hari (rata-rata 30 hari). Distribusi di seluruh dunia, endemisitas

    tinggi di negara berkembang, HAV diekskresi di tinja oleh orang yang terinfeksi selama 1-2

    minggu sebelum dan 1 minggu setelah awian penyakit. Viremia muncul singkat (tidak lebih

    dari 3 minggu), kadang-kadang sampai 90 hari pada infeksi yang residif. Ekskresi feses yang

    memanjang (bulanan) dilaporkan pada neonatus yang terinfeksi. 4

    Trasnmisi enterik (fecal-oral) predominan di antara anggota keluarga. Kejadian luar

    biasa dihubungkan dengan sumber umum yang digunakan bersama makanan terkontaminasi

    dan air. Tidak terbukti adanya penularan maternal-neonatal. Prevelensi berkorelasi dengan

    standar sanitasi dan tumah tingga ukuran besar. Transmisi melalui transfuse darah sangan

    jarang. 4

    Virus hepatitis E (HEV)

    Diklasifikasi dalam family yang berbeda yaitu pada virus yang menyerupai hepatitis

    E, diameter 27-34 nm, molekul RNA linier 7,2 kb. Genome RNA dengan tiga overlap ORF

    (open reading frames) mengkode protein struktual dan protein non structural yang terlibat

    pada replikasi HEV. Pada manusia hanya terdiri satu serotype, empat sampai lima genotype

    utama. Lokasi netralisasi imunodominan pada protein structural dikodekan oleh ORF kedua.

    Dapat menyebar pada sel embrio diploid paru, replikasi hanya terjadi pada hepatosit. 4

    Masa inkubasi rata-rata 40 hari, distribusi luas dalam bentuk epidemic dan endemic.

    HEV RNA terdapat di serum dan tinja selama fase akut. Hepatitis sporadic sering pada

    dewasa muda di negara sedang berkembang. Penyakit epidemic dengan sumber penularan

    melalui air. Intrafuminal kasus sekunder jarang. Dilaporkan adanya transmisi maternal-

    neonatal. Di negara maju sering berasal dari orang yang kembali pulanh setelah melakukan

    perjalanan, atau imigran baru dari daerah endemik. Viremia yang memanjang atau

    pengeluaran di tinja merupakan kondisi yang tidak sering dijumpai. 4

    Virus hepatitis B (HBV)

    Virus DNA hepatotropik, Hepadnavirus. Terdiri dari 6 genotipe (A sampai H), terkait

    dengan derajat beratnya dan resons terhadap terapi . HBV mengandung ds DNA, mempunyai

    selubung lipoprotein HBV. Satu serotipe utama dengan banyak subtype berdasarkan

    13

  • kenakeragaman protein HbsAG. Masa inkubasi 15-180 hari (rata-rata 60-90), viremia

    berlangsung selama beberapa minggu sampai bulan setelah infeksi akut. Infeksi persisten

    dihubungkan dengan hepatitis kronik, sorosis dna kanker hati. HBV ditemukan dalam darah,

    semen, secret servikovaginal, saliva, cairan tubuh lain. Cara transmisi melalui darah, seksual,

    maternal-neonatal, maternal-infant, dan tidak ada bukti penyebaran fecal-oral. 4

    Virus hepatitis D (HDV)

    Virus RNA tidak lengkap, memerlukan bantuan dari HBV untuk ekspresinya,

    patogenisitas tapi tidak untuk replikasi. Hanya dikenal saru serotipe dengan tiga genotype.

    Partikel sferis 35-27 nm, diselubungi oleh lapisan lipoprotein HBV (HBsAG), mengandung

    suatu antigen nuclear phosphoprotein (HDV antigen), replikasi hanya pada hepatosit. 4

    Masa inkubasi diperkirakan 4-7 minggu, insidens berkurang dengan adanya

    peningkatan pemakaian vaksin. Viremia singkat (infeksi akut) atau memanjang (infeksi

    kronik). Infeksi HDV hanya terjadi pada individu dengan resiko HBV. Cara penularan

    melalui darah, seksual, dan meternal-noenatal. 4

    Virus hepatitis C (HCV)

    Mempunyai selubung glikoprotein virus RNA untai tunggal. Genom HCV terdiri atas

    9400 nukleotida, mengkode protein besar sekitar residu 3000 asam amino. Hanya ada sartu

    serotipe yang dapat diindentifikasi, terdapat banyak genotype dengan distribusi yang

    bervariasi diseluruh dunia. 4

    Masa inkubasi 15-160 hari (puncak pada 50 hari), viremia yang berkepanjangan dan

    infeksi yang persisten umum dijumpai. Infeksi yang menetap dihubungkan dengan hepatitis

    kronik, sirosis, kanker hati. Cara transmisi darah palig banyak, transmisi seksual, maternal-

    neonatal. 4

    Gambaran klinis:

    Pada infeksi yang sembuh spontan : (1) Spectrum penyakit mulai dari asimtomatik,

    infeksi yang tidak nyata sampai kondisi yang fatal sehingga terjadi gagal hati akut; (2)

    Sindrom klinis mirip pada semua virus penyebab muli dari gejala prodromal yang non

    14

  • spesifik dan gejala gastrointestinal (malise, anoreksia, mual, dan muntah, gejala flu, batuk,

    faringitis, sakit kepala, mialgia); (3) Awitan gejala cenderung muncul mendadak pada HAV

    dan HEV, pada virus yang lain secara insidious; (4) Demam jarang ditemukan kecuali pada

    infeksi HAV; (5) Gejala prodromal hilang pada saat timbul kuning, tetapi gejala anoreksia,

    malaise, dan kelemahan masih menetap; (6) Ikterus didahului dengan kemunculan urin

    berwarna gelap, pruritus (biasanya ringan dan sementara) dapat timbul ketika ikterus

    meningkat; (7) Pemeriksaan fisis menunjukkan pembesaran dan sedikit nyeri tekan pada hati

    dan splenomegali ringan dan linfadenopati. 4

    Epidemiologi Kolesistitis

    Di Indonesia, walaupun belum ada data epidemiologi penduduk, insidens kolesistitis

    dan keleloatiasis di negara kita relative lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara

    barat. Meskipun dikatakan bahwa pasien kolesistitis akut umumnya perempuan, gemuk

    dan berusia di atas 40 tahun. 3,4

    Etiologi dan Patogenesis Kolesistitis

    Faktor yang mempengaruhi timbulnya serangan kolesistitis akut adalah stasis cairan

    empedu, infeksi kuman, dan iskemia dinding kandung empedu. Penyebab utama kolesistitis

    akut adalah batu kandung empedu (90%) yang terletak diduktus sistikus yang menyebabkan

    stasis cairan empedu, sedangkan sebagain kecil kasus timbul tanpa adanya batu empedu

    (kolesistitis akut akalkulus). Bagaimana stasis di duktus sistikus dapat menyebabkan

    kolesistitis akut, masih belum jelas. Diperkirakan banyak faktor yang berpengaruh, seperti

    kepekaan cairan empedu, kolestrol, lisolisetin, dan prostaglandin yang merusak lapisan

    mukosa dinding kandung empedu diikuti oleh reaksi inflamasi dan supurasi. 4

    Kolesistitis akut akalkulus dapat timbul pada pasien yang dirawat cukup lama dan

    mendapat nutrisi secara parentral, pada sumbatan larena keganasan kandung empedu, batu di

    saluran empedu atau merupakan salah satu komplikasi penyakit lain seperti demam tifoid dan

    diabetes melitus. 4

    Manifestasi Klinik Kolesistitis

    Keluhan yang agak khas untuk serangan kolesistitis akut adalah kolik perut disebalah

    kanan atas epigastrium dan nyeri tekan serta kenaikan suhu tubuh. Kadang-kadang rasa sakit

    menjalar kepundak atau scapula kanan dan dapat berlangsung sampai 60 menit tanpa reda.

    15

  • Berat ringannya keluhan sangat bervariasi tergantung dari adanya kelainan inflamasi yang

    ringan sampai dengan gangrene atau perforasi kandung empedu. 4,5

    Pada kepustakaan barat sering dilaporkan bahwa pasien kolesistitis akut umunya

    perempuan, gemuk, dan berusia di atas 40 tahun, tetapi menurut Lesmana LA hal ini serimng

    tidak disesuai untuk pasien di negara-negara kita. 4

    Pada pemeriksaan fisik teraba masa kandung empedu, nyeri tekan disertai tanda-tanda

    peritonitis local (tanpa Murphy).

    Ikterus di jumpai pada 20% kasus, umumnya derajat ringan (bilirubin < 4,0 mg/dl).

    Apabila konsentrasi bilirubin tinggi, perlu dipikirkan adanya batu di saluran empedu ekstra

    hepatik. 5

    Pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya leukositosis serta kemungkinan

    peningkatan serum transaminase dan fosfatase alkali. Apabila keluhan nyeri bertambah hebat

    disertai suhu tinggi dan menggigil serta leukositosis berat, kemungkinan terjadi empiema dan

    perforasi kandung empedu perlu dipertimbangkan. 5

    Diagnosis Kolesistitis

    Foto polos abdomen tidak dapat memperlihatkan gambaran kolesistitis akut. Hanya

    pada 15% pasien kemungkinan dapat terlihat batu tidak tembus pandang (radiopak) oleh

    karena mengandung kalsium cukup banyak. 4

    Kolesistografi oral tidak dapat memperlihatkan gambaran kandung empedu bila ada

    obstruksi sehingga pemeriksaan ini tidak bermanfaat untuk kolesistitis akut. 4

    Pemeriksaan ultrasonografi (USG) sebaiknya dikerjakan secara rutin dan sangat

    bermanfaat untuk memperlihatkan besar, bentuk, penebalan dinding kandung empedu, batu,

    dan saluran empedu ekstra hepatik nilai kepekaan dan ketepatan USG mencapai 90-95%. 4

    Skintigrafi saluran empedu mempergunakan zat radioktif HIDA atau 99n TC6

    Iminodiacetic acid mempunyai nilai lebih sedikit rendah dari USG tapi teknik ini sangat tidak

    mudah. Terlihatnya gambaran duktus koledokus tanpa adanya gambaran kandung empedu

    pada pemeriksaan kolesistografi oral atau scintigrafi sangat menyokong kolesistitis akut. 4

    16

  • Pemeriksaan CT scan abdomen kurang sensitif dan mahal, tapi mampu

    memperlihatkan adanya abses perikolesistik yang masih kecil yang mungkin tidak terlihat

    pada pemeriksaan USG. 4

    Diagnosa banding untuk nyeri perut kanan atas yang tiba-tiba perlu diperkirakan

    seperti penjalaran nyeri saraf spinal, kelainan organ dibawahnya diafragma seperti apendiks

    yang retrosekal, sumbatan usus, perforasi ulkus peptikum, pancreatitis akut da infark

    miokard. 4

    Penatalaksanaan

    Pengobatan umum temasuk istirahat total, pemberian nutrisi parentral, diet ringan,

    obat penghilang rasa nyeri seperti petidin dan antispasmodic. Pemberian antibiotik pada fase

    awal sangat penting untuk mencegah komplikasi peritonitis, kolangitis, dan septisemia.

    Golongan ampisilin, sefalosporin dan metronidazol cukup memadai untuk mematikan

    kuman-kuman yang umum terdapat pada kolesistitis akut seperti E.coli, Strep.faecalis, dan

    Klebsiella. 4

    Saat kapan dilaksanakan tindakan koleksistektomi masih diperdebatkan, apakah

    sebaiknya dilakukan secepatnya (3 hari) atau ditunggu 6-8 minggu setelah terapi konservatif

    dan keadaan umum pasien lebih baik. Sebanyak 50% kasus akan membaik tanpa tindakan

    bedah. Ahli bedah yang pro operasi dini menyatakan, timbulnya gangrene dan komplikasi

    kegagalan terapi konservatif dapat dihindarkan, lama perawatan di rumah sakit menjadi lebih

    seingkat dan biaya dapat ditekan. Sementara yang tidak setuju menyatakan, operasi dini akan

    menyebabkan penyebaran infeksi ke rongga peritoneum dan teknik operasi lebih sulit karena

    proses inflamasi akut disekitar duktus akan mengahamburkan anatomi. 4

    Komplikasi Kolesistitis Akut

    Komplikasi dapat berupa empiema dan hidrops kandung empedu, perforasi kandung

    empedu, abses perikolesistik, fistulasi ke usus, kolesistitis emfisematus, ileus batu empedu

    dan sindroma Mirizzi. 3,4

    Empiema dan hidrops kandung empedu

    17

  • Empiema kandung empedu biasanya terjadi sebagai akibat progresi dari kolesistitis

    akut dengan obstruksi duktus sistikus persisten dan superinfeksi cairan empedu yang stagnan

    dengan disertai pembentukan pus. 3,4

    Gambaran klinis menyerupai kolangitis dengan demam tinggi, nyeri hebat di kuadran

    kanan atas dan leukositosis yang nyata. Empiema berisiko tinggi untuk sepsis gram negatif

    atau perforasi. Bila diagnosis mencurigakan keadaan ini, secepatnya dilakukan intervensi

    bedah dengan perlindungan antibiotika yang sesuai. Hidrops atau mukokel dari kandung

    empedu dapat juga timbul sebagai akibat obstruksi duktus sistikus yang berkepanjangan,

    biasanya oleh batu soliter yang besar. Pada keadaan ini, lumen kandung empedu yang

    tersumbat melebat dengan progresif oleh mukus (mukokel) atau oleh transudat yang jernih

    (hidrops). Pada pemeriksaan jasmani didapatkan massa visibel, mudah diraba, tidak nyeri

    yang kadang kadang meluas dari kuadran kanan atas sampai ke dalam fossa iliaka kanan.

    Biasanya asimptomatik walau dapat timbul nyeri kronik di kuadran kanan atas. Pada pasien

    ini perlu dilaukan kolesistektomi. 3,4

    Gangren dan perforasi kandung emepedu

    Gangren kandng empedu timbul sebagai akibat iskemia dan nekrosis dari dinding dan

    merupakan predisposisi untuk terjadinya perforasi. Batu empedu dapat mengikis dinding

    yang nekrotik, alternatif lain yakni sinus Rokitansky Aschoff yang mengalami dilatasi dan

    terinfeksi dapat merupakan titik lemah untuk terjadi ruptur. Keadaan keadaan lain yang

    sering melatarbelakangi termasuk distensis hebat kandung emepedu, vaskulitis, diabetes

    melitus, empiema, atau torsi yang mengakibatkan oklusi arteri. Perforasi biasanya terjadi di

    bagian fundus yang merupakan bagian yang paling sedikit vaskularisasinya. Perforasi ke

    dalam omentum akan menimbulkan abses perikolesistik, perforasi ke organ di dekatnya akan

    menimbulkan fistula bilier internal ke duodenum, jejunum, fleksura hepatika dari kolon atau

    ke lambung. Lebih jarang lagi (1-2%) terjadi perforasi bebas ke kavum peritoneum, prognosis

    buruk dengan angka mortalitas sekitar 30%. Penanganan berupa antibiotika yang adekuat dan

    tindakan bedah secepatnya. 3,4

    Ileus batu empedu

    Bila batu empedu besar (>3,5 cm) memasuki fistula dan masuk ke isis, dapat timbul

    ileus batu empedu. Lokasi obstruksi tersering adalah valvulus ileocaecal. Pada pasien ini

    terdapat keluhan gejala gejala, dan pemeriksaan radiologik dari obstruksi usus. 3,4

    18

  • Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan radiologi. Foto polos abdomen

    menunjukkan obstruksi usus halus dengan adanya gas di saluran empedu dan batu empedu

    yang ektopik. Tindakan pilihan adalah laparotomi dengan ekstraksi batu (atau mendorong

    batu ke dalam kolon). 3,4

    Abses perikolesistik

    Abses perikolesistik adalah suatu bentuk perforasi yang paling sering terjadi dengan

    isinya terlokalisir dan dibatasi dengan rapat oleh omentum serta visera di dekatnya. Keadaan

    ini perlu dicurigai bila suatu kolesistitis akut lambat sembuh, terutama bila terdapat episode

    kedua dari demam, nyeri perut bagian kanan atau timbul massa di abdomen kanan atas.

    Dengan ultrasonografi dan CT scan abses ini akan tampak. Keadaan ini terutama terjadi pada

    pasien tua atau pasien yang mendapat steroid jangka panjang dengan demam dan respons

    inflamasi yang minimal. 3,4

    Kolesistitis emfisematosa

    Istilah ini dipakai untuk menunjukkan infeksi kandung empedu dengan organisme

    yang membentuk gas, E Coli, Clostridium welchii atau Streptococcus anaerob. Pasien dalam

    keadaan sakit berat, teraba suatu masa di abdomen. Pada pemeriksaan radiologik tampak

    kandung empedu sebagai bayangan gas berbentuk buah pir berbatas sangat jelas. Kadang

    kadang tampak udara menginfiltrasi dinding dan jaringan sekitarnya. Pada posisi tegak

    tampak permukaan cairan dalam kandung empedu. CT scan dapat juga menampakkan gas.

    Terapi berupa antibiotika yang adekuat dan tindakan bedah. 3,4

    Sindrom mirizzi

    Pada keadaan ini batu terjepit di leher kandung empedu atau duktus sistikus sehingga

    dapat menyebabkan obstruksi parsial dari duktus hepatikus komunis di dekatnya. Sindrom ini

    seringkali menyebabkan kolangitis dan di diagnosis dengan cara ERCP. 3,4

    Tindakan yang dilakukan adalah pemasangan stent untuk sementara perendoskopi bila

    keadaan kolangitis atau ikterus menyolok. Untuk membersihkan batu yang menyumbat dapat

    digunakan litotriptor elektrohidrolik, selanjutnya kolesistektomi. 3,4

    Prognosis

    19

  • Penyembuhan spontan didapatkan pada 85% kasus, sekalipun kandung empedu

    menjadi tebal, fibrotik, penuh dengan batu dan tidak berfungsi lagi. Tidak jarang menjadi

    kolesistitis rekuren. Kadang-kadang kolesistitis akut berkembang menjadi gangren, empiema

    dan perforasi kandung empedu, fistel, abses hati atau peritonitis umum. Hal ini dapat dicegah

    dengan pemberian antibiotik yang adekuat pada awal serangan. Tindakan bedah akut pada

    pasien usia tua (>75 tahun) mempunyai prognosis yang jelek di samping kemungkinan

    banyak timbul komplikasi pasca bedah. 4,5

    Pencegahan

    Seseorang yang pernah mengalami kolesistitis akut dan kandung empedunya belum

    diangkat, sebaiknya mengurangi supan lemak dan menurunkan berat badannya. 5

    Kesimpulan

    Kesimpulan yang bisa diambil dari skenario Perempuan 45 tahun, merasakan nyeri

    hilang timbul selama 40 menit setelah makan soto ayam bersantan, nyeri pada perut kanan

    atas dan ulu hati sejak 1 hari yang lalu, di sertai mual dan muntah. Dari kasus di atas dapat

    disimpulkan bahwa ibu tersebut terkena Kolesistitis akut, dengan tanda-tanda nyeri perut

    kanan, setelah makan soto ayam bersantan dan mual-muntah.

    Daftar Pustaka

    1. Soegondo S. Penuntun anamnesis dan pemeriksaan fisis. Jakarta: Pusat Penerbit

    Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

    2005.h.35-7.

    2. Kowalak JP, Welsh W, editor. Buku pegangan uji diagnostik. Ed. 3. Jakarta: EGC, 2009.h. 251-2, 682-5, 747-50, 754-8, 868-70.

    3. Sulaiman HA, Akbar HN, Lesmana LA, Noer HMS. Buku ajar ilmu penyakit hati.

    Edisi pertama. Jakarta: Jayabadi; 2007.h.161-225.

    20

  • 4. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiadi S. Buku ajar ilmu penyakit

    dalam. Jilid I ed V. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI;

    2009.h.718-25.

    5. A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W. Kapita selekta kedokteran. Jilid 2. Edisi

    3.Jakarta: FKUI;2000.h.511.

    21