kom masa

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Care About Communication

Citation preview

KOMUNIKASI DALAM KEPERAWATAN

SISTEM KOMUNIKASI MASSA

A. Pengertian Komunikasi Massa

Menurut Tan dan Wright, (dalam Liliweri, 1991), Komunikasi Massa adalah bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal,berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen dan menimbulkan efek tertentu. Sedangkan Bittner menjelaskan pengertian komunikasi massa sebagai pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang. Definisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh ahli komunikasi lain, yaitu Gerbner. Menurut Gerbner dalam Rakhmat, (2009 : 188) komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri. Sedangkan definisi yang lebih mudah dimengerti dikemukakan oleh Jalaludin Rakhmat, yang mengartikan komunikasi massa sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah besar khalayak yang tersebar, heterogen dan anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. (dalam Karlinah, dkk, 1999).

Menurut Joseph A Devito dalam bukunya, Communicology: An Introduction to the Study of communication, mengenai pengertian komunikasi massa secara lebih tegas yang telah diterjemahkan dalam bahasa adalah sebagai berikut Pertama komunikasi massa adalah komunikasi yang ditunjukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang membaca atau semua orang yang menonton televisi, agaknya ini berarti bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya sulit untuk didefinisikan. Kedua komukasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio dan atau visual. Komunikasi massa barangkali akan lebih mudah dan lebih logis bila didefinisikan menurutbentuknya : televisi, radio, surat kabar, majalah, film, buku, dan pita. Komunikasi massa adalah proses komunikasi yang dilakukan media massa dengan berbagai tujuan komunikasi dan untuk menyampaikan informasi kepada khalayak luas.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa merupakan komunikasi media massa, sesuai dengan awalperkembangannya komunikasi massa berasal dari pengembangan kata media ofmass communication dimana media massa yang dimaksud merupakan hasil dariproduk teknologi modern sebagai salurannya. Dengan demikian media massa dalah alat-alat dalam komunikasi yang bisa menyebarkan pesan secara serempak,cepat kepada audience yang luas dan heterogen.

Merujuk pada ilmu komunikasi, media massa erat kaitannya dengan komunikasi massa, karena komunikasi massa merupakan studi ilmiah tentang media massa beserta pesan yang dihasilkan, pembaca / pendengar / penonton yangakan coba diraihnya, dan efeknya terhadap mereka. Komunikasi massa mampu menciptakan opini publik, menentukan isu, memberikan kesamaaan dalam kerangka berpikir serta menyusun urut-urutan hal yang menjadi perhatian publik. Komunikasi massa pada awalnya merupakan suatu tipe komunikasi manusia yang lahir bersamaan dengan mulai digunakannya alat-alat mekanik yang mampu melipat gandakan pesan-pesan komunikasi dan dikenal dengan istilah publisitik. Istilah publisistik dimulai satu setengah abad setelah ditemukannya mesin cetakoleh Johannes Gustenberg, sejak saat itulah dikenal dengan zaman publisitik atauawal dari era komunikasi massa.

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Reaksi Khalayak Terhadap Media Massa 1. Teori Melvin deFleur dan Sandra Ball-Rokeach DeFleur dan Ball-Rokeah melihat pertemuan khalayak dengan media berdasarkan 3 kerangka teroritis, yaitu :a. Perspektif perbedaan individual

Perspektif perbedaan individual memandang bahwa sikap dan organisasi personal-psikologis individu akan menentukan bagaimana individu memilih stimuli dari lingkungan, dan bagaimana ia memberi makna terhadap stimuli tersebut. Setiap orang mempunyai potensi biologis, pengalaman belajar, dan berada dalam lingkungan yang berbeda. Perbedaan ini menyebabkan pengaruh media masa yang berbeda pula. Artinya, ada orang yang senang menonton tayangan sinetron sementara yang lainnya benci dengan tayangan itu, tetapi lebih senang pada berita; ada orang yang setuju dengan tayangan infotainment sementara yang lainnya mengatakan tayangan itu tidak bermanfaat, bahkan haram; dan sebagainya.

Adanya perbedaan respon atau perbedaan sikap individu terhadap media sebenarnya dapat dipahami, karena konsep individu itu berasal dari kata individuum, yang artinya tidak terbagi. Manusia sebagai indidividu berarti orang perorangan yang mempunyai ciri-ciri kepribadian yang tidak ada duanya atau unik/khas dirinya. Bahkan meskipun ada dua orang anak kembar yang berasal dari sel telur yang sama, tetapi karakter mereka adalah berbeda. Kelihatannya sama akan tetapi sebenarnya ada nuansa atau perbedaan tipis dalam hal kepribadian mereka.

b. Perspektif kategori sosial

Perspektif kategori sosial berasumsi bahwa dalam masyarakat terdapat kelompok-kelompok sosial yang reaksinya pada stimuli tertentu cenderung sama. Kelompok sosial berdasarkan usia, jenis kelamin, tingkat pendapatan, pendidikan, hobby, tempat tinggal, gaya hidup, dan keyakinan beragama menampilkan kategori respons yang cenderung sama terhadap berbagai aspek kehidupan..

Anggota-anggota kategori tertentu akan cenderung memilih isi komunikasi yang sama dan akan memberi respons kepadanya dengan cara yang hampir sama pula. Misalnya, anak-anak akan membaca Bobo, Ananda, Hai, dsbnya; Ibu-ibu akan akan membaca Femina, Ayah Bunda; orang-orang yang senang dengan motor/mobil akan berlangganan majalah Otomotif atau Otobuilt; orang-orang yang senang tanaman akan membaca majalah Trubu, dan sebagainya.

c. Perspektif hubungan sosial

Perspektif ini menekankan pentingnya peranan hubungan sosial yang informal dalam mempengaruhi reaksi orang terhadap media massa.Perspektif ini tampak pada model two step flow of communications.Dalam model ini, informasi bergerak melewati dua tahap. Tahap pertama; informasi bergerak pada sekelompok individu yang relatif lebih tahu dan sering memperhatikan media massa. Tahap kedua; informasi bergerak dari orang-orang tersebut di atas (disebut pemuka pendapat/opinion leader) dan kemudian melalui saluran-saluran interpersonal disampaikan kepada individu yang bergantung kepada mereka dalam hal informasi. Jadi penekanannya adalah pada adanya relasi social informal yang berlangsung di antara orang-orang, yang antara lain peranan ini dimainkan oleh pemuka pendapat seperti yang ada di pedesaan, misalnya kiai, ajengan, niniak mamak, tetua adat, dan sebagainya.

Berbicara mengenai motivasi khalayak dalam menggunakan media, berarti focus perhatian diarahkan pada teori Uses and Gratification. Teori ini menjawab pertanyaan-pertanyaan : apa yang mendorong kita menggunakan media? Mengapa kita senang acara X dan membenci acara Y? Bila Anda kesepian, mengapa Anda lebih senang mendengarkan musik klasik dalam radio daripada membaca novel? Apakah media massa berhasil memenuhi kebutuhan kita? Para pendiri teori ini adalah Elihu Katz, Jay G. Blumler, dan Michael Gurevitch. Asumsi-asumsi teori uses and gratification adalah :

Khalayak dianggap aktif; artinya penggunaan media massa oleh khalayak diangap mempunuai tujuan.

Dalam proses komunikasi massa banyak inisiatif untuk mengaitkan pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada anggota khalayak.

Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain untuk memuaskan kebutuhannya. Kebutuhan yang dipenuhi media hanyalah sebagian dari begitu luasnya kebutuhan manusia. Bagaimana kebutuhan ini terpenuhi melalui konsumsi media amat bergantung pada perilaku khalayak yang bersangkutan.

Banyak tujuan pemilih media massa disimpulkan dari data yang diberikan anggota khalayak; artinya orang dianggap cukup mengerti untuk melaporkan kepentingan dan motif pada situasi-situasi tertentu.

Penilaian tentang arti kultural dari media massa harus ditangguhkan sebelum diteliti lebih dahulu orientasi khalayak.

Model uses and gratification memandang individu sebagai mahluk supra- rasional dan sangat selektif. Jadi model ini bertolak belakang dengan model atau teori Jarum Hipodermic atau Magic Bullets Theory yang memandang media massa, lewat pesan-pesannya, adalah sangat ampuh/powerful, sementara di sisi lain khalayak dipandang pasif. Jadi jelaslah kita menggunakan media massa karena didorong oleh motif-motif tertentu. Ada berbagai kebutuhan yang dipuaskan oleh media massa, dan pada pada saat yang sama, kebutuhan ini dapat pula dipuaskan sumber lain selain media massa. Misalnya, ketika kita ingin mencari kesenangan, maka media massa dapat memeberikan hiburan; ketika kita mengalami goncangan batin, maka media massa memberikan kesempatan untuk melarikan diri dari kenyataan; ketika kita kesepian, maka media massa berfungsi sebagai sahabat. Akan tetapi, semua yang disebut di atas, yaitu hiburan, kesenangan, persahabatan, dan ketenangan dapat juga diperoleh dari sumber-sumber lain, seperti kawan, hobi, atau rumah ibadah.

Orang-orang berbeda pendapat mengenai apakah konsumsi media massa merupakan perilaku yang didorong oleh motif. Sebagian orang mengatakan bahwa terpaan media lebih merupakan kegiatan yang kebetulan dan sangat dipengaruhi oleh factor eksternal. Sebagian yang lain memandang pemuasan kebutuhan dengan media begitu kecil dibandingkan dengan kebutuhan khalayak, sehingga faktor motivasional hamper tidak berperan dalam menentukan terpaan media. Sebagian yang berpendapat bahwa, walaupun ada pemuasan potensial dalam komunikasi massa, akan tetapi kita tidak begitu berhasil dalam menemukan pemuasan karena media massa tidak memberikan petunjuk tentang potensi ganjaran yang dapat diberikannya.

2. Motif Kognitif Gratifikasi Media

Motif kognitif menekankan kebutuhan manusia akan informasi dan kebutuhan untuk mencapai tingkat ideasional tertentu.

a. Teori Konsistensi

Teori ini mendominasi penelitian psikologi sosial pada tahun 1960-an. Teori ini memandang manusia sebagai mahluk yang dihadapkan pada berbagai konflik. Konflik ini mungkin terjadi di antara beberapa kepercayaan yang dimilikinya.Misalnya di antara kepercayaan merokok itu merusak kepercayaan dan merokok itu membantu proses berpikir. Atau konflik di antara beberapa hubungan sosial, misalnya saya menyukai Rini; Rini membenci Iwan; sedangkan Saya menyukai Iwan, konflik di antara pengalaman masa lalu dan masa kini.

Dalam suasan konflik, manusia tidak tenang dan berusaha mendamaikan konflik itu dengan mencari kompromi. Kompromi diperoleh dengan rasionalisasi.Misalnya, kembali pada contoh di atas, Tetapi rokok yang saya isap sudah disaring filter, atau saya merokok tidak terlalu sering-sering amat. Atau melemahkan salah satu kekuatan penyebab konflik, misalnya Saya tidak begitu senang pada Iwan

Dalam hubungan ini, Komunikasi massa empunyai potensi untuk menyampaikan informasi yang menggoncangkan kestabilan psikologis individu. Tetapi pada saat yang sama, karena individu mempunyai kebebasan untuk memilih isi media, media massa memberikan banyak peluang untuk memenuhi kebutuhan akan konsisitensi. Media massa juga menyajikan berbagai rasionalisasi, justifikasi, atau pemecahan persoalan yang efektif. Komunikasi massa kadangkala lebih efektif daripada komunikasi interpersonal, karena melalui media massa orang menyelesaikan persolan tanpa terhambat gangguan seperti yang terjadi dalam situasi komunikasi interpersonal.

b. Teori Atribusi

Teori ini berkembang pada tahun 1960-an dan 1970-an. Teori ini memandang individu sebagai psikolog amatir yang mencoba memahami sebab-sebab yang terjadi pada berbagai peristiwa yang dihadapinya.

Teori ini mencoba mencoba menemukan apa yang menyebabkan apa, atau apa yang mendorong siapa untuk melakukan apa. Respons yang kita berikan pada suatu peristiwa bergantung pada interpretasi kita tentang peristiwa itu. Misalnya, kita tidak begitu gembira ketika dipuji oleh orang yang menurut persepsi kita menyampaikan pujian itu kepada kita karena ingin dia meminjam uang pada kita.

Teori Atribusi menyatakan, kita memiliki banyak teori tentang peristiwa-peristiwa. Kita senang bila teori-teori ini terbukti benar. Dalam kaitannya dengan komunikasi massa, media massa memberikan validasi atau pembenaran pada teori kita dengan menyajikan realitas yang disimplikasikan, dan didasarkan pada stereotype (menjelaqskan secara berulang-ulang).

Media massa seringkali menyajikan kisah-kisah (fiktif atau faktual) yang menunjukkan bahwa yang jahat selalu kalah dan kebenaran selalu menang. Berbagai kelompok yang mempunyai keyakinan yang menyimpang dari norma yang luas dianut oleh masyarakat akan memperoleh validasi dengan membaca majalah atau buku dari kelompoknya. Misalnya, orang-orang lesbian atau homoseks yakin bahwa perilakunya bukanlah menyimpang, karena mereka membaca buku dan majalah yang mendukungnya.

c. Teori Kategorisasi

Teori ini memandang manusia sebagai mahluk yang selalu mengelompokkan pengalamannya dalam kategorisasi yang sudah dipersiapkannya. Untuk setiap peristiwa sudah disediakan tempat dalam prakonsepsi yang dimilikinya. Dengan cara itu, individu menyederhanakan pengalaman, tetapi juga membantu mengkoding pengalaman dengan cepat. Menurut teori ini, orang memperoleh kepuasan apabila sanggup memasukkan pengalaman dalam kategori-kategori yang sudah dimilikinya, dan menjadi kecewa bila pengalaman itu tidak cocok dengan prakonsepsinya. Dikaitkan dengan komunikasi massa, pandangan ini menunjukkan bahwa isi media massa, yang disusun berdasarkan alur-alur cerita yang tertentu, dengan mudah diasimilasikan pada kategori-kategori yang ada. Berbagai upacara, pokok dan tokoh, dan berbagai peristiwa biasanya ditampilkan sesuai dengan kategori-kategori yang sudah diterima. Misalnya, ilmuwan yang berhasil karena kesungguhannya, pengusaha yang sukses karena bekerja keras, adalah contoh-contoh peristiwa yang memperkokoh prakonsepsi bekerja keras dan kesungguhan

d. Teori objektifikasi

Teori memandang manusia sebagai mahluk yang pasif, yang tidak berpikir, yang selalu mengandalkan petunjuk-petunjuk eksternal untuk merumuskan kosep-konsep tertentu. Teori ini menunjukkan bahwa kita mengambil kesimpulan tentang diri kita dari perilaku yang tampak.

Teori objektifikasi menunjukkan bahwa terpaan isi media dapat memberikan petunjuk kepada individu untuk menafsirkan atau mengidentifikasi kondisi perasaan yang tidak jelas, untuk mengatribusikan perasaan-perasaan negatif pada faktor-faktor eksternal, atau untuk memberikan kriteria pembanding yang ekstrem untuk perilakunya yang kurang yang kurang baik. Misalnya, seorang pegawai yang merasa tidak begitu bersalah ketika ia menyelewengkan uang kantor setelah mengetahui peristiwa korupsi besar-besaran yang dilakukan oleh orang lain.

e. Teori Otonomi

Teori ini memandang manusia sebagai mahluk yang berusaha mengaktualisasikan dirinya sehingga mencapai identitas kepribadian yang otonom. Dalam kaitannya dengan komunikasi massa, media massa tampaknya sedikit sekali memuaskan kebutuhan humanistik ini. Acara televisi atau isi surat kabar tidak banyak membantu khalayak untuk menajdi orang yang mampu mengendalikan nasibnya.

f. Teori Stimulasi

Teori ini memandang manusia sebagai mahluk yang lapar stimuli, yang senantiasa mencari pengalaman-pengalaman yang baru, yang selalu berusaha memperoleh hal-hal yang memperkaya pemikirannya. Dalam hubungannya dengan komuniksi massa, media massa seperti TV, radio, film, dan surat kabar mengantarkan orang paa dunia yajng tidak terhingga, baik lewat kisah-kisah yang fantastis maupun yang aktual.

3. Motif Afektif Gratifikasi Media

a. Teori Reduksi Ketegangan

Teori memandang manusia seabgai sistem tegangan yang memperoleh kepuasan pada pengurang ketegangan. Tegangan emosional karena marah berkurang setelah kita mengungkapkan kemarahan itu, baik secara langsung maupun tidak langsung. Ungkapan perasaan dipandang dapat berfungsi sebagai katarsis atau pelepas ketegangan.

Menurut kerangka teori ini, komunikasi massa menyalurkan kecenderungan destruktif manusia dengan menyajikan peristiwa-peristiwa atau adegan-adegan kekerasan. Itulah sebabnya teori ini mengatakan, penjahat mungkin tidak jadi melepaskan dendamnya setelah puas menyaksikan pembunuhan besar-besaran yang dilakukan oleh seorang jagoan dalam film.

b. Teori Ekspresif

Teori ini mengatakan bahwa orang memperoleh kepuasan dalam mengungkapkan eksistensi dirinya, dalam arti menampakkan perasaan dan keyakinannya. Dalam hubungannya dengan komunikasi massa, komunikasi massa mempermudah orang untuk berfantasi, melalui identifikasi dengan tokoh-tokoh yang disajikan, sehingga orang secara tidak langsung mengungkapkan perasaannya.

Media massa bukan saja membantu orang untuk mengembangkan sikap tertentu, tetapi juga menyajikan berbagai macam permainan untuk ekspresi diri, misalnya melaui teka teki silang, kontes, acara kuis dan lain-lain.

c. Teori ego-defensif

Teori ini beranggapan bahwa dalam hidup ini kita mengembangkan citra diri yang tertentu dan berusaha untuk mempertahankan citra diri ini. Dalam hubungannya dengan komunikasi massa, dari media massa kita memperoleh informasi untuk membangun konsep diri kita , pandangan dunia kita, dan pandangan kita tentang sifat-sifat manusia

Pada saat citra diri kita mengalami kerusakan, media massa dapat mengalihkan perhatian kita dari kecemasan kita. Dengan demikian, komunikasi massa memberikan bantuan dalam melakukan teknik-teknik pertahanan ego.

d. Teori Peneguhan

Teori ini memandang bahwa orang dalam situasi tertentu akan bertingkah laku dengan suatu cara yang membawanya kepada ganjaran seperti yang telah dialaminya pada waktu lalu. Menurut kerangka teori ini, orang menggunakan media massa karena mendatangkan ganjaran berupa informasi, hiburan, hubungan dengan orang lain, dan sebagainya. Di samping isi media yang memang menarik, tindkan menggunakan media sering diasosiasikan dengan suasana yang menyenangkan; misalnya menonton televisi dilakukan di tengah-tengah keluarga, membaca buku dilakukan di tempat yang sepi dan tenang dan jauh dari gangguan, dan sebagainya.

e. Teori Afiliasi

Teori ini memandang manusia sebagai mahluk yang mencari kasih sayang dan penerimaan orang lain. Dalam hubungannya dengan gratifikasi media, banyak sarjana ilmu komunikasi yang menekankan fungsi media massa dalam menghubungkan individu dengan individu lain. Misalnya, Lasswell menyebutnya fungsi correlation. Ahli mengatakan, komunikasi massa digunakan individu untuk menghubungkan dirinya dengan orang lain seperti keluarga, teman, bangsa, dan sebagainya.

f. Teori Identifikasi

Teori ini melihat manusia sebagai pemain peranan yang berusaha memuaskan egonya dengan menambahkan peranan yang meuaskan pada konsep dirinya.Dalam hubungannya dengan komunikasi massa, media massa yang menyajikan cerita fiktif dan faktual, mendorong orang-orang untuk memajukan peranan yang diakui dan berdasarkan gaya tertentu.C. Efek Komunikasi Massaa. Efek Kehadiran Media Massa Menurut Steven H. Chaffee menyebut lima hal yang menjadi efek kehadiran media massa yaitu :

1) Efek ekonomis, Efek ekonomi sudah jelas, bahwa kehadiran media massa menggerakkan berbagai usaha. Mulai dari mereka yang memiliki usaha misalnya usaha dalam bidang perj\hotelan dapat membayar iklan untuk menarik para pengguna jasa hotelnya lewat media, entah lewat media elektronik maupun media cetak. Dan bisa di pastikan akan laku keras jika di bandingkan dengan usaha yang tidak di iklankan.2) Efek sosial, berkenaan dengan perubahan pada struktur atau interaksi social akibat kehadiran media massa. Setelah kehadiran televise misalnya di pedesaan seseorang akan terlihat berbeda dengan mereka yang tiudak memiliki televise, karena mereka yang memiliki televise akan megetahui kejadian di luar tempat tinggalnya, meski ia hanya duduk-duduk di rumah seharian. 3) Efek pada penjadwalan kegiatan sehari-hari, terjadi terutama dengan kehadiran televisi. Kehadiran televisi dapat mengurangi waktu bermain, tidur, membaca, dan menonton film. Gejala ini disebut oleh Joyce Cramond (1976) sebagai displacement effects (efek alihan) yang ia definisikan sebagai reorganisasi kegiatan yang terjadi karena masuknya televise; beberapa kegiatan dikurangi dan beberapa kegiatan lainnya dihentikan sama sekali karena waktunya dipakai untuk menonton televisi.4) Efek pada penyaluran/penghilangan perasaan tertentu Sering terjadi orang menggunakan media untuk menghilangkan perasaan tidak enak, misalnya kesepian, marah, kecewa, Media dipergunakan tanpa mempersoalkan isi pesan yang disampaikan. Dengan melihat berbagai acara yang di tampilkan oleh televise misalnya seseorang secara tiba-tiba akan tertawa dan menangis sendiri karena melihat adegan dalam acara televise tersebut.5) Efek pada perasaan orang terhadap media. hilangnya perasaan tidak enak dan tumbuhnya perasaan tertentu terhadap media massa. Kehadiran media massa juga menumbuhkan perasaan tertentu. Kita memiliki perasaan positif atau negatif pada media tertentu. Tumbuhnya perasaan senang atau percaya pada media massa tertentu mungkin erat kaitannya dengan pengalaman individu bersama media massa tersebut; boleh jadi faktor isi pesan mula-mula amat berpengaruh, tetapi kemudian jenis media itu yang diperhatikan, apa pun yang disiarkannya. b. Efek Kognitif Komunikasi Massa1) Pembentukan dan perubahan citra Citra terbentuk berdasarkan informasi yang kita terima. Media massa bekerja untuk menyampaikan informasi. Buat khalayak, informasi itu dapat membentuk, mempertahankan atau meredefinisikan citra.

Menurut McLuhan, media massa adalah perpanjangan alat indera kita. Dengan media massa kita memperoleh informasi tentang benda, orang, atau tempat yang tidak kita alami secara langsung. Dunia ini terlalu luas untuk kita masuki semuanya. Media massa datang menyampaikan informasi tentang lingkungan sosial dan politik, televisi menjadi jendela kecil untuk menyaksikan berbagai peristiwa yang jauh dari jangkauan alat indera kita, surat kabar menjadi teropong kecil untuk melihat gejala-gejala yang terjadi saat ini di seluruh penjuru bumi, film menyajikan pengalaman imajiner yang melintas ruang dan waktu.

Erat kaitannya dengan penonjolan yang dilakukan media massa, Lazarsfeld dan Merton ( 1948 ) membicarakan fungsi media dalam memberikan status ( status conferral ). Karena namanya, gembarnya, atau kegiatannya dimuat oleh media, maka orang, organisasi, atau lembaga mendadak mendapat reputasi yang tinggi. Dalam jurnalistik dikenal pemeo " names make news ". Orang-orang yang tidak terkenal mendadak melejit namanya kerena ia diungkapkan besar-besaran dalam media massa. Orang yang terkenal sebaliknya perlahan-lahan akan dilupakan bila tidak pernah lagi dilaporkan media massa. Menurut Lazarsfeld dan Merton, tampaknya orang beranggapan, "Jika anda orang penting, anda akan diperhatikan media massa. dan jika anda diperhatikan media massa, pasti anda orang penting." Pemberian status ini tidak hanya berlaku pada orang, tetapi juga pada kelompok, lembaga, organisasi, tempat, dan juga topik atau issu.

Karena media massa melaporkan dunia nyata secara selektif, sudah tentu media massa mempengaruhi pembentukan citra tentang lingkungan sosial yang timpang, bias, dan tidak cermat. Terjadilah apa yang disebut stereotip. Secara singkat, stereotip adalah gambaran umum tentang individu, kelompok, profesi, atau masyarakat yang tidak berubah-ubah, bersifat klise, dan seringkali timpang dan tidak benar. Sebuah penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa dalam media massa Amerika, kelompok minoritas sering ditampilkan dalam stereotip yang merendahkan ; orang Negro bodoh, malas, dan curang; orang Indian liar dan ganas. Disinilah bahaya media massa terasa. Para kritikus sosial memandang komunikasi massa sebagai ancaman terhadap nilai dan rasionalitas manusia.

Menurut van den Haag dan kritikus sosial lainnya, media massa menimbulkan depersonalisasi dan dehumanisasi manusia. Media massa menyajikan bukan hanya realitas kedua, tetapi karena distorsi, media massa juga "menipu" manusia; memberikan citra dunia yang keliru.

Mungkin ada orang yang menganggap tulisan para kritikus sosial itu terlalu pesimis. Tetapi benang merah yang menjalin seluruh titik itu dapat diterima, yakni media massa sering menampilkan lingkungan sosial yang tidak sebenarnya. Dengan cara itu, media massa membentuk citra khalayaknya ke arah yang dikehendaki media tersebut.

Pengaruh media massa terasa lebih kuat lagi, karena pada masyarakat modern orang memperoleh banyak informasi tentang dunia dari media massa. Pada saat yang sama, mereka sukar mengecek kebenaran yang disajikan media. Mula-mula anda mengira, di negara-negara jazirah Arab yang ada hanyalah kesalehan; sampai satu kali anda membaca sebuah surat kabar yang menceritakan tentang tempat-tempat maksiat di Bahrain. Anda harus menyusun kembali citra anda tentang negara-negara itu.

2) Agenda setting, Agenda setting adalah kemampuan media massa untuk mempengaruhi apa yang dianggap penting oleh masyarakat. Kita telah menyinggung sedikit agenda setting pada salah satu postingan pada blog ini yaitu: "Sejarah Penelitian Efek Komunikasi Massa". Sudah kita sebut bahwa media massa mempengaruhi persepsi khalayak tentang apa yang dianggap penting. Media massa memang tidak menentukan "what to think", tetapi mempengaruhi "what to think about". Dengan memilih berita tertentu dan megabaikan yang lain, dengan menonjolkan satu persoalan dan mengesampingkan yang lain, media membentuk citra atau gambaran dunia kita seperti yang disajikan dalam media massa.

Teori agenda setting dimulai dengan suatu asumsi bahwa media massa menyaring berita, artikel, atau tulisan yang akan disiarkannya. Secara selektif, "gatekeepers" seperti penyunting, redaksi, bahkan wartawan sendiri menentukan mana yang pantas diberitakan dan mana yang harus disembunyikan. Setiap kejadian atau issu diberi bobot tertentu dengan panjang penyajian dan cara penonjolan. Bagaimana media massa menyajikan peristiwa, itulah yang disebut sebagai agenda media.

Kebanyakan penelitian agenda setting yang telah dilakukan berkenaan dengan issu-issu politik. Di Amerika, kandidat yang tidak disiarkan oleh media massa kecil kemungkinan untuk dipilh dalam pemilu. Begitu pula, masalah yang disembunyikan media jarang dibicarakan masyarakat. Bila media massa terbukti sanggup membentuk citra orang tentang lingkungan dengan menyampaikan informasi, kita juga dapat menduga media massa tertentu berperan juga dalam meyampaikan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang baik.3) Efek prososial kognitif, Bila televisi menyebabkan anda lebih mengerti tentang bahasa Indonesia yang baik dan benar, televisi telah menimbulkan efek prososial kognitif. Bila majalah menyajikan penderitaan rakyat miskin di pedesaan, dan hati anda tergerak untuk menolong mereka, media massa telah menghasilkan efek prososial efektif. Bila surat kabar membuka dompet bencana alam, menghimbau anda untuk menyumbang, lalu anda mengirimkan wesel pos ke surat kabar tersebut, maka terjadilah efek prososial behavioral.

Untuk mengulas tentang efek prososial kognitif, kita ambil contoh film televisi "Sesame Street" di Amerika Serikat. Film ini ditampilkan pertama kali pada tahun 1969. Dalam bahasa aslinya, film ini telah disiarkan di lebih 40 negara di luar Amerika Serikat. Saduran ke dalam bahasa Inggris telah disiarkan di 19 negara. Film ini dibuat dalam rangka mempersiapkan anak-anak prasekolah untuk mengembangkan keterampilan dalam : proses simbolik (seperti mengenal huruf, angka, bentuk-bentuk goemetris), organisasi kognitif (seperti diskriminasi perseptual, memahami hubungan di antara objek dan peristiwa, mengklasifikasikan, memilih, dan menyusun), berpikir dan memecahkan masalah, berhubungan dengan dunia fisik dan sosial.

Film " Sesame Street " dirancang oleh pendidik, psikolog, dan ahli media massa. Setelah diteliti secara mendalam, baik melalui penelitian lapangan maupun penelitian eksperimental, terbukti "Sesame Street" berhasil mempermudah proses belajar. Digabungkan dengan dorongan orang dewasa, efek prososial kognitif ini makin kentara. Siaran pendidikan televisi yang digabungkan dengan unsur hiburan, dan bukan hanya ceramah yang membosankan, telah berhasil menanamkan pengetahuan, pengertian, dan keterampilan. Banyak orang memperoleh pengetahuan yang mendalam tentang bidang yang diminatinya dari berita dan pandangan yang ditampilkan dalam media massa. Majalah-majalah terutama majalah khusus yang diterbitkan untuk profesi atau kalangan tertentu telah menjadi sumber informasi dan rujukan bagi pembacanya. Buku sudah menjadi tempat penyimpanan memori peradaban manusia sepanjang zaman. Pada buku orang menyimpan pengetahuan, dan dari buku mereka memperoleh pengetahuan. Dalam perkembangan peradaban pengetahuan manusia, media massa apa pun telah memberikan kontribusinya.

c. Efek Afektif Komunikasi Massa1) Pembentukkan dan perubahan sikap, informasi yang disampaikan melalui media massa dapat membentuk sikap seseorang terhadap sesuatu yang diinformasikan, contohnya membentuk sikap pro KPK dalam kasus KPK dan POLRI setelah diberitakan di televisi. Sebagian besar masyarakat membentuk sikap antipati kepada POLRI karena dianggap ingin menjatuhkan KPK. Selain itu, informasi tersebut juga dapat mengubah sikap seseorang yang mungkin asalnya biasa-biasa saja kepada POLRI berubah menjadi antipati.

2) Rangsangan emosional, rangsangan yang terdapat dalam sebuah informasi (seperti film, novel, sandiwara) yang disampaikan melalui media massa yang digunakan untuk menyentuh emosi kita. Rangsangan emosional memiliki lima faktor yaitu:

Suasana emosional, suatu film akan dirasa sangat mengahrukan ketika kita telah mengalami hal yang menyedihkan sebelumnya.

Skema kognitif, yaitu semacam naskah pada pikiran kita yang menjelaskan alur peristiwa, dapat dikatakan pula konsep awal suatu peristiwa yang sebelumnya pernah kita alami atau bayangkan. Misalnya pada skema kognitif kita bahwa orang baik akan selalu menang membuat kita tidak terlalu cemas ketika menonton film dan tokoh tersebut sedang terdesak karena merasa bahwa kebaikan akan selalu menang.

Suasana terpaan (setting of exposure), merupakan suasana lingkungan saat kita menonton sebuah film. Selain itu juga dapat berupa respon dari orang lain pada saat menonton juga akan mempengaruhi.

Predisposisi individual, mengacu pada karakteristik pribadi seseorang. Ketika seseorang mempunyai karakter yang melankolis maka cenderung akan menanggapi suatu film secara lebih dramatis. Satu acara akan ditanggapi berbeda oleh orang yang berbeda, karena setiap karakteristik orang berbeda-beda.

Tingkat identifikasi, menunjukkan sejauh mana orang merasa terlibat dengan tokoh yang ditampilkan dalam media massa.

3) Rangsangan seksual, disebabkan oleh adegan-adegan merangsang dalam media massa. Objek yang netral dapat menjadi stimuli erotis (stimuli yang membangkitkan gairah seksual) hanya karena proses pelaziman, imajinasi, dan pengalaman yang bermacam-macam.

d. Efek Behavioral Komunikasi Massa1) Efek prososial behavioral, memiliki keterampilan yang bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun orang lain yang didapat dari media massa karena media massa juga dapat dijadikan sebagai alat pendidikan.

2) Agresi, film kekerasan mengajari agresi, mengurangi kendali moral penontonnya, dan menumpulkan perasaan mereka. Karena manusia akan lebih tertarik untuk mengikuti sesuatu yang ditampilkan dan menarik bagi mereka.

Selain efek-efek diatas, Kappler (1960) mengatakan bahwa komunikasi masa juga memiliki efek sebagai berikut:

1) conversi, yaitu menyebabkan perubahan yang diinginkan dan perubahan yang tidak diinginkan.

2) memperlancar atau malah mencegah perubahan

3) memperkuat keadaan (nilai, norma, dan ideologi) yang adaKesimpulan

Komunikasi massa merupakan komunikasi media massa, sesuai dengan awalperkembangannya komunikasi massa berasal dari pengembangan kata media ofmass communication dimana media massa yang dimaksud merupakan hasil dariproduk teknologi modern sebagai salurannya. Dengan demikian media massa dalah alat-alat dalam komunikasi yang bisa menyebarkan pesan secara serempak, cepat kepada audience yang luas dan heterogen.

Faktor-Faktor yang mempengaruhi reaksi khalayak terhadap media massa yaitu Teori DeFleur dan Ball-Rokeach tentang Pertemuan dengan Media, meliputi Perspektif perbedaan individual, perspektif kategori sosial dan perspektif hubungan social. Teori Motif Kognitif Gratifikasi Media meliputi teori konsistensi, teori atribusi, teori kategorisasi, teori objektifikasi, teori otonomi dan teori stimulasi. Dan terakhir adalah teori Motif Afektif Gratifikasi Media yang meliputi teori reduksi ketegangan, teori ekspresif, teori ego-defensif, teori peneguhan, teori afiliasi dan teori identifikasi. Sedangkan efek komunikasi massa meliputi 1. efek kehadiran media massa. Menurut Steven H. Chaffee menyebut lima hal yang menjadi efek kehadiran media massa yaitu efek ekonomis, efek social, efek pada penjadwalan kegiatan sehari-hari, efek pada penyaluran/penghilangan perasaan tertentu dan efek pada perasaan orang terhadap media (hilangnya perasaan tidak enak dan tumbuhnya perasaan tertentu terhadap media massa). 2. Efek kognitif komunikasi massa yang meliputi pembentukan dan perubahan citra, agenda setting, dan efek prososial kognitif. 3. Efek afektif komunikasi massa meliputi pembentukkan dan perubahan sikap, rangsangan emosional dan rangsangan seksual. 4. Efek behavioral komunikasi massa yang meliputi efek prososial behavioral dan agresi.Soal-SoalA. Soal Objektif

1. saya menyukai Rini; Rini membenci Iwan; sedangkan Saya menyukai Iwan merupakan salah satu contoh dari factor Motif Kognitif Gratifikasi Media, yaitu:a. Teori Konsistensi

b. Teori atribusic. Teori kategorisasi d. Teori objektifikasi,e. Teori otonomi2. Menurut Joseph A Devito , komunikasi massa barangkali akan lebih mudah dan lebih logis bila didefinisikan menurutbentuknya yaitu, kecuali.a. Filmb. Radioc. surat kabard. Pianoe. Buku3. Menurut Tan dan Wright komunikasi massa adalah..

a. bentuk komunikasi yang menggunakan saluran

b. produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologic. jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah besar khalayak yang tersebar, heterogen dan anonim

d. komunikasi yang ditunjukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknyae. komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio dan atau visual4. Rangsangan emosional dalam efek afektif komunikasi massa memiliki lima faktor yaitu.

a. Skema kognitifb. Suasana terpaan c. Predisposisi individuald. Tingkat identifikasie. Rangsangan seksual5. Kemampuan media massa untuk mempengaruhi apa yang dianggap penting oleh masyarakat merupakan pengertian dari..a. Pembentukan dan perubahan citra b. Efek prososial kognitifc. Agenda setting

d. Pembentukkan dan perubahan sikap

e. Rangsangan emosional

B. Soal Esay1. Jelaskan secara singkat perbedaan efek prososial behavioral dan agresi dalam efek komunikasi massa?2. Senyebut lima hal yang menjadi efek kehadiran media massa menurut Steven H. Chaffee !3. Jelaskan Teori Afiliasi beserta contohnya dalam Motif Afektif Gratifikasi Media?

Jawaban

A. Soal Objektif

1. A

2. D3. A

4. E5. C

B. Soal Esay

1. Perbedaan efek prososial behavioral dan agresi dalam efek komunikasi massa adalah:Kalau Efek prososial behavioral, memiliki keterampilan yang bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun orang lain yang didapat dari media massa karena media massa juga dapat dijadikan sebagai alat pendidikan. Sedangkan Agresi, (film kekerasan mengajari agresi) mengurangi kendali moral penontonnya, dan menumpulkan perasaan mereka. Karena manusia akan lebih tertarik untuk mengikuti sesuatu yang ditampilkan dan menarik bagi mereka.

2. lima hal yang menjadi efek kehadiran media massa menurut Steven H. Chaffee yaitu efek ekonomis, efek social, efek pada penjadwalan kegiatan sehari-hari, efek pada penyaluran/penghilangan perasaan tertentu dan efek pada perasaan orang terhadap media3. Teori Afiliansi memandang manusia sebagai mahluk yang mencari kasih sayang dan penerimaan orang lain. Dalam hubungannya dengan gratifikasi media, banyak sarjana ilmu komunikasi yang menekankan fungsi media massa dalam menghubungkan individu dengan individu lain. Misalnya, Lasswell menyebutnya fungsi correlation. Ahli mengatakan, komunikasi massa digunakan individu untuk menghubungkan dirinya dengan orang lain seperti keluarga, teman, bangsa, dan sebagainya.19