97
KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI ETNOGRAFI DI DESA CIGUGUR KUNINGAN-JAWA BARAT Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) Oleh: HALIM PRATAMA NIM: 1111051000154 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/2016 M

KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

  • Upload
    others

  • View
    31

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA

PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI ETNOGRAFI

DI DESA CIGUGUR KUNINGAN-JAWA BARAT

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

HALIM PRATAMA

NIM: 1111051000154

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H/2016 M

Page 2: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI
Page 3: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI
Page 4: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI
Page 5: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

ABSTRAK

Halim Pratama (1111051000154)

Komunikasi Antar Budaya dan Agama, Penganut Kepercayaan Sunda Wiwitan

(Studi Etnografi di Desa Cigugur, Kuningan, Jawa Barat)

Masyarakat di Desa Cigugur memiliki budaya yang unik dan sangat jarang di

jumpai dalam kehidupan masyarakat di Indonesia. Keberagaman kepercayaan yang

dianut oleh setiap masyarakatnya terbingkai dalam nuansa kerukunan dan

keharmonisan antar umat beragama. Dalam satu keluarga inti misalnya, sering kali

ditemukan perbedaan kepercayaan yang dianut oleh masing-masing individunya. Sunda

wiwitan sebagai kepercayaan lokal mampu memberikan efek positif bagi seluruh

kepercayaan yang ada di Desa Cigugur. Melalui komunikasi yang baik menjadikan

masyarakatnya saling memahami dan mengerti untuk dapat hidup rukun dan harmonis.

Untuk mengetahui bagaimana komunikasi yang terbangun untuk menciptakan

kerukunan dan keharmonisan masyarakat Desa Cigugur, maka penulis memaparkan

dengan pertanyaan bagaimana komunikasi komunikasi antar budaya dan agama yang

dilakukan antara penganut kepercayaan Sunda Wiwitan dalam menjaga toleransi agama

di Desa Cigugur? Mengapa hakikat agama masuk dalam budaya penganut kepercayaan

Sunda Wiwitan?

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori komunikasi antar budaya

dan agama Edward T. Hall dalam buku Gatra-Gatra Komunikasi Antar Budaya yang di

susun oleh Dr. Aloliliweri, M.S. yang menjelaskan ada lima pembahasan atau fakor

yang mempengaruhi terjalinnya komunikasi antar budaya dengan pembahasan awal

Hakikat Agama, Agama sebagai Kelompok Etnik, Hubugan Antar Agama, Masalah dan

Pemecahan Hubungan Antar Agama, dan Masa Depan Hubungan antar Agama.

Pada penelitian ini menggunakan metode kualitatif Studi Etnografi, dengan

pendekatan deskriptif analisis yaitu menggambarkan sesuatu sesuai fenomena yang ada,

dengan menggunakan pengamatan langsung atau observasi non partisipan yang

dilanjutkan dengan wawancara mendalam kepada narasumber.

Maka hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah terjalinnya komunikasi

antar budaya dan agama yang diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari oleh

setiap pemeluk kepercayaan sunda wiwitan dan pemeluk agama islam melalui usaha-

usaha yang dilakukan keduanya dengan sadar dalam memahami hakikat agama,

kecenderungan kelompok beragama sebagai kelompok etnik namun tetap inklusif, serta

hubungan antar agama yang sama-sama memahami makna perbedaan bagi setiap ajaran

yang dianut. Faktor-faktor inilah yang membangun kerukunan dan keharmonisan

masyarakat di Desa Cigugur.

Keyword : Komunikasi antar budaya dan agama, penghayat Sunda Wiwitan, toleransi

antar Agama.

Page 6: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillahirabbil’alaamiin. Segala puji serta syukur penulis panjatkan

kepada kehadirat Allah SWT tuhan semesta alam. Yang Maha Pengasih dan Maha

Penyayang, sebab hanya dengan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “komunikasi Antar Budaya dan Agama, Penganut Kepercayaan Sunda

Wiwitan dan Penganut Agama Islam, (Studi Kasus di Desa Cigugur, Kuningan, Jawa

Barat)”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda Nabi

Muhammad SAW, juga kepada keluarganya, para sahabatnya, dan kepada seluruh para

pengikutnya. Amin…

Dalam menyelesaikan skripsi ini tentu saja tidak lepas dari berbagai pihak yang

telah memberikan dukungan dan bimbingannya, juga bantuan dan masukan yang

diberikan kepada penulis. Maka dari itu, pada kesempatan ini penulis dengan tulus

menyampaikan terima kasih kepada :

1. Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta pembantu Dekan dan jajarannya.

2. Drs. Masran, MA selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam FIDKOM

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Fita Fathurokhmah, MA selaku sekretaris

Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam atas motivasi dan perhatiannya untuk dapat

menyelesaikan skripsi ini.

Page 7: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

3. Fita Fathurokhmah, M.Si selaku dosen pembimbing, yang telah meluangkan waktu

di tengah-tengah kesibukannya guna memberikan arahan, masukan, dan

membimbing penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang pernah mengajar

penulis, terima kasih atas ilmu yang diberikan. Semoga berkah dan selalu

bermanfaat.

5. Kedua orang tua penulis yaitu Almarhum Ayahanda Abdul Khairin, Ibunda Ida

Farida yang telah bekerja keras dalam memperjuangkan sekolah anak-anaknya, juga

nasihat dan motivasi yang selalu diberikan, cinta dan kasih sayangnya serta tak

bosan-bosannya memberikan bantuan moril, materil, dengan segala doa dan ridho

yang mengiringi setiap langkah kehidupan penulis.

6. Firman Pratama kaka kandung penulis yang selalu menegur agar skripsi ini segera di

selesaikan serta yang telah memberikan banyak pengalaman hidup dan motivasinya .

7. Pangeran Gumirat Barna Alam (Rama Anom), Ibunda Ratu Emalia, Ust. Aang

Taufik, M.SI, Bapak Anda, dan kang abdurrahman yang telah banyak membantu

penulis dalam memberikan data-data yang diperlukan untuk penelitian ini.

8. Sahabat terbaik, sahabat seperjuangan dari awal penulis memasuki kampus, yang

sudah seperti keluarga bagi saya yaitu Dedi Eka Setiawan, Brian Muhammad

athailah, Deni Hidayat, M. Ibnoe Nugraha, Siti Fadilah, S.Kom.I, Shela oktaviani,

S.Kom.I, Rand Rasyid, S.Kom.I, Nadia Intan, S.Kom.I, Rizka Maftuha. Atas segala

waktu yang telah kita lewati bersama-sama, segala tawa juga candanya dan

mendampingi penulis di kala sedih dan susah selalu bersama. Semoga silaturahmi

persahabatan kita akan selalu terjalin dengan baik sampai tua kelak.

Page 8: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

9. Zakiyatun Nufus yang telah banyak memberikan dorongan, doa, motivasi dan

semangatnya hingga terselesaikannya skripsi ini. Terima kasih attas setiap waktu

yang telah diluangkan untuk menemani penulis selama ini.

10. Keluarga besar HMI KOMFAKDA, HMI Cabang Ciputat, HMJ KPI tempat penulis

berproses dan berjuang bersama, yang telah memberikan banyak pelajaran dan

pengalaman yang luar biasa.

11. Kawan-kawan seperjuangan pengurus HMI KOMFAKDA periode 2014-2015 yang

telah banyak memberikan penulis pembelajaran untuk senantiasa sabar, bijaksana

dan semangat dalam menjalankan amanah skripsi ini dan amanah organisasi serta

suntikan motivasi untuk dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya agar

dapat dijadikan contoh untuk penerus setelahnya.

Dengan demikian skripsi ini saya buat sebaik-baiknya, semoga dapat membawa

manfaat bagi kita semua yang membacanya, terutama dalam memajukan bidang

Komunikasi Penyiaran Islam. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan untuk kita

semua. Amin Amin Ya Rabbal Alamin…!

Jakarta, 24 Mei 2016

Halim Pratama

Page 9: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

DAFTAR ISI

COVER ........................................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN BIMBINGAN .................................................. ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH..................... iii

ABSTRAK................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR.................................................................................... v

DAFTAR ISI......................................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1

B. Rumusan Masalah................................................................................ 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................ 5

D. Metodologi Penelitian .......................................................................... 6

E. Kerangka Konsep ............................................................................. 11

F. Tinjauan Pustaka ........................................................................................ 11

G. Sistematika Penulisan ................................................................................ 13

BAB II KERANGKA TEORI ............................................................................. 15

A. Teori Komunikasi Antar Budaya dan Agama, Edward T. Hall ................. 15

1. Hakikat Agama .................................................................................... 16

2. Agama Sebagai Kelompok Etnik ......................................................... 18

3. Hubungan Antar Agama ...................................................................... 21

4. Masalah dan Pemecahan Hubungan Antar Agama.............................. 22

5. Masa Depan Agama dan Hubungan Antar Agama .............................. 24

B. Ruang Lingkup Komunikasi AntarBudaya................................................ 26

C. Kepercayaan Sunda Wiwitan ..................................................................... 29

D. Konteks Kerukunan Antar Umat Beragama .............................................. 30

Page 10: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

BAB III GAMBARAN UMUM MASYARAKAT DESA CIGUGUR KUNINGAN,

JAWA BARAT ............................................................................................... 33

A. Sejarah Sunda Wiwitan .............................................................................. 33

B. Ajaran dan Ritual ....................................................................................... 34

C. Gedung Peribadatan ................................................................................... 35

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS .................................................................. 40

A. Komunikasi Antar Budaya dan Agama, Kepercayaan Sunda Wiwitan di Desa

Cigugur ................................................................................................. 40

B. Hakikat Agama Bagi Kepercayaan Sunda Wiwitan............................. 65

BAB V KESIMPULAN ....................................................................................... 70

A. Kesimpulan ................................................................................................ 70

B. Saran .......................................................................................................... 71

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 11: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Komunikasi memiliki fungsi tidak hanya sebagai pertukaran irformasi dan

pesan tapi sebagai kegiatan individu dan kelompok mengenai tukar menukar data,

fakta dan ide. Agar komunikasi berlangsung efektif dan informasi yang

disampaikan oleh seorang komunikator dapat di terima dan di pahami dengan baik

oleh komunikan, maka seorang komunikator perlu menetapkan pola komunikasi

yang baik pula.1

Dalam kehidupan sehari-hari, tidak peduli dimana kita berada, kita selalu

berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang-orang tertentu yang berada dari

kelompok, ras, etnik, atau budaya lain. Berinterakasi atau berkomunikasi dengan

orang-orang yang berbeda kebudayaan merupakan pengalaman baru yang selalu

kita hadapi. Berkomunikasi merupakan kegiatan sehari-hari yang sangat popular

dan pasti dijalankan dalam pergaulan manusia. Aksioma komunikasi mengatakan:

“manusia selalu berkomunikasi, manusia tidak dapat menghindari komunikasi.”2

Biasanya masalah yang muncul pada kehidupan umat beragama dan

budaya dapat di sebutkan, Berikut beberapa contoh kasus yang disebabkan oleh

komunikasi yang tidak efektif adalah adanya kasus perceraian, permusuhan,

bunuh diri, keretakan antara hubungan orang tua dan anak, bahkan antar suku dan

1 Asnawir dan basyirudin Utsman, Media Pembelajaran (Jakarta: Ciputat Press, 2002), h. 38.

2 Alo Liliweri, Dasar-Dasar Komunikasi Antar Budaya, (Jogjakarta: Pustaka Pelajar Press, 2000),

h. 59.

1

Page 12: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

2

umat beragama yang beberapa tahun belakangan ini makin banyak bermunculan.

Hal ini disebabkan karena muncul nya isu-isu SARA (Suku, Ras, Agama dan

Antar Golongan) dan perubahan hubungan social dan keagamaan yang terjadi di

lapangan.

Berbagai peristiwa yang sempat bergejolak disebagian wilayah Indonesia

beberapa tahun terakhir ini di indikasikan bahwa telah terjadi pergeseran hubunga

antar agama dan antar etnis di negeri ini. Konflik agama terutama merupakan

ungkapan sengit atas kesalahan-kesalahan yang menggunakan agama sebagai

basis identitas kelompok. Kerusuhan-kerusuhan yang terjadi di Indonesia adalah

tanggapan terhadap ketimpangan sosial ekonomi, penggusuran ekonomi oleh

pendatang, legistimasi politik yang menurun, dan pandangan mengenai ancaman

identitas kelompok. Dalam sejumlah kasus, kerusuhan tersebut melibatkan

keluhan yang lebih langsung atas hak-hak praktik beragama. Penggunaan identias

agama menuntun penjelasan melampaui berbagai sebab kekerasan yang bersifat

langsung.3

Hal tersebut adalah sebuah fakta sosial yang harus kita terima tentang

kemajemukan yang ada pada kehidupan manusia khusus nya di Indonesia, bahwa

manusia dapat dibedakan bedasarkan suku, agama dan ras. Bahkan terhadap

individu pun dapat pula dibedakan dalam hal pemikiran atau dalam persepsi

tertentu.

3 Jacques Bertrand, Nasionalisme dan Konflik Etnis di Indonesia , (Yogyakarta: Penerbit Ombak,

2012), h. 179-180

Page 13: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

3

Komunikasi antar budaya pada dasarnya adalah komunikasi biasa, hanya

yang membedakan adalah latar belakang budaya yang berbeda dari orang-orang

yang melakukan proses komunikasi tersebut. Aspek-aspek budaya dalam

komunikasi seperti bahasa, isyarat, non verbal, sikap, kepercayaan, watak, nilai

dan orientasi pikiran lebih banyak ditemukan sebagai perbedaan besar yang sering

kali menyebabkan distorsi dalam komunikasi. Namun, dalam masyarakat yang

bagaimanapun berbeda kebudayaannya, tetaplah akan mendapat kepentingan-

kepentingan bersama untuk melakukan komunikasi.4

Dengan terdapatnya berbagai macam perbedaan yang terjadi baik secara

budaya ataupun kepercayaan yang seringkali menimbulkan perbedaan dalam

komunikasi, hal ini di buktikan secara terbalik dalam masyarakat beragama di

desa Cigugur Kuningan Jawa Barat.

Cigugur adalah sebuah Desa di lereng Gunung Ciremai yang sekarang

sudah menjadi sebuah kelurahan bahkan kecamatan. Secara administratif, Cigugur

terletak di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat yang berjarak sekitar 35 Km ke arah

selatan Kota Cirebon, atau sekitar 168 km dari Kota Bandung5.

Masyarakat di Desa Cigugur hidup dalam sebuah perbedaan. Perbedaan

mendasar pada masyarakat Cigugur adalah perbedaan agama pada masing-masing

individunya. Dimana perbedaan tersebut tidak hanya terdapat pada masing-

masing warganya melainkan perbedaan tersebut juga ada dalam satu keluarga.

Misalnya, Ayah dan ibu nya menganut agama Islam, dan anak-anaknya ada yang

4 Alex. H. Rumondor dkk, Komunikasi Antar Budaya, (Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas

Terbuka, 2001), h. 117 5

Mustafid Sawunggalih, Menyusur Agama Djawa Sunda Dari Cigugur, 2012, (www.Nusantaraislam.Blogspot.com), di akses minggu, 11 oktober 2013.

Page 14: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

4

menganut agma Katolik, Hindu, Budha, atau agama lokal yang disebut

kepercayaan Sunda Wiwitan. Suatu hal yang perlu diketahui adalah bahwa

perbedaan yang ada pada masyarakat Cigugur tersebut tidaklah menjadikan

mereka hidup dalam ketidak harmonisan hingga menimbulkan konflik. Kehidupan

mereka sangat harmonis, bisa hidup secara berdampingan, dan sangat

menjungjung tinggi toleransi dalam beragama. Yang mana pada setiap

masyarakatnya bukan hanya mengakui keberbedaan hak agama lain, tetapi juga

terlibat dalam usaha memahami perbedaan dan persamaan dari setiap masing-

masing penganut agama yang ada. Faktanya, bahwa setiap masyarakat yang

berbeda agama tersebut dapat berinteraksi secara baik dalam lingkungan

kemajemukan tersebut.

Dengan latar belakang tersebut, penulis bermaksud mengadakan penelitian

mengenai “ Komunikasi Antar Budaya dan Agama, Penganut Kepercayaan Sunda

Wiwitan, Studi Etnografi di Desa Cigugur, Kuningan, Jawa Barat”

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Dalam melakukan penelitian diperlukan kejelasan mengenai permasalahan

yang akan dibahas. Untuk mempermudah pemahaman dalam penelitian ini,

sekaligus agar terfokus dalam ruang lingkup penelitian, maka penelitian ini

dibatasi hanya pada komunikasi antarbudaya dan agama, penganut kepercayaan

Sunda Wiwitan di desa Cigugur, Kuningan, Jawa Barat. Serta hanya pada level

kelompok kepercayaan Sunda Wiwitan.

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas, maka

rumusan masalah pada penelitian ini adalah :

Page 15: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

5

1. Bagaiman komunikasi antar budaya dan agama yang dilakukan penganut

kepercayaan Sunda Wiwitan di desa cigugur?

2. Mengapa hakikat agama masuk dalam budaya penganut kepercayaan Sunda

Wiwitan?

C. Tujuan dan Manfaat penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui komunikasi antarbudaya penganut kepercayaan Sunda

Wiwitan dengan penganut agama Islam di desa Cigugur.

b. Untuk mengetahui mengapa hakikat agama masuk dalam kebudayaan

penganut kepercayaan Sunda Wiwitan.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperkaya kajian

mengenai komunikasi antar budaya dan agama dan permasalahannya di

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

b. Manfaat Praktis

Dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang permasalahan

komunikasi antara penganut kepercayaan sunda wiwiwtan dan penganut

agama Islam di desa Cigugur dan dapat dijadikan bahan perbandingan dan

referensi bagi pihak-pihak yang ingin mengkaji dan mendalami lebih jauh

tentang komunikasi antar budaya dan agama yang terjadi di desa Cigugur,

Kuningan, Jawa Barat.

Page 16: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

6

D. Metodologi Penelitian

1. Paradigma Penelitian

Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kopleksitas dunia

nyata. Paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi para penganut dan

praktisinya. Paradigma menunjukan pada mereka yang penting, abash, dan

masuk akal. Paradigma juga bersifat normatif, menunjukan kepada praktisinya

apa yang harus dilakukan tanpa perlu melakukan pertimbangan eksistensial

atau epitimologis yang panjang.6

Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigm

konstruktivis, yaitu paradigma yang hampir merupakan antitesis dari paham

yang meletakan pengamatan dan objektivitas dalam menemukan suatu realitias

atau ilmu pengetahuan. Peneliti berusaha mengandalkan sebanyak mungkin

pandangan partisipan tentang situasi yang tengah diteliti. Dalam konteks

kontruktivisme, peneliti memiliki tujuan utama, yakni berusaha mamaknai

(menafsirkan) makna-makna yang dimiliki orang lain tentang dunia ini.7

2. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Pendekatan

kualitatif merupakan suatu prosedur penelitian yang menghasilkan sejumlah

data, baik yang tertulis maupun lisan dari orang-orang serta tingkah laku yang

diamati. Dalam hal ini individu atau organisasi harus dipandang sebagai bagian

6

Deddy Mulyana, Metode PenelitianKualitatif.(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2003), h.9. 7 Jhon W. Greswell, Reserch Design Pendekatan Kualitatif, Kuatitatif dan Mixed. (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar,2010),h. 11-12

Page 17: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

7

dari suatu keseluruhan. Artinya tidak boleh diisolasikan ke dalam variabel atau

hipotesis.8

Eriyanto mengutip pendapat Cresswell, ada beberapa asumsi dalam

pendekatan kualitatif yaitu pertama, peneliti kualitatif lebih memerhatikan

proses daripada hasil. Kedua, peneliti kualitatif lebih memerhatikan

interpretasi. Ketiga, peneliti kualitatif merupakan alat utama dalam

mengumpulkan data dan analisis data serta peneliti kualitatif harus terjun

langsung ke lapangan, melakukan observasi partisipasi di lapangan. Keempat,

peneliti kualitatif menggambarkan bahwa peneliti terlibat dalam proses

penelitian, interpretasi data dan pencapaian pemahaman melalui kata atau

gambar.9

Menurut Pawito, penelitian komunikasi kualitatif, biasanya tidak

dimaksudkan untuk memberikan penjelasan-penjelasan (explanations),

mengontrol gejala-gejala komunikasi atau mengemukakan prediksi-prediksi,

tetapi lebih dimaksudkan untuk mengemukakan gambaran atau pemahaman

(understanding) mengenai bagaimana dan mengapa suatu gejala atau realitas

komunikasi terjadi.10

3. Metode Penelitian

Metode penelitian yang dilakukan adalah metode penelitian kualitatif studi

etnografi komunikasi. Dalam definisi yang dikemukakan oleh Dell Hymes

pada tahun 1962 seperti yang dikutip dalam buku Engkus Kusworo

8Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian

(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011) h. 22 9Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: LkiS, 2011), h. 3

10Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif (Yogyakarta: LkiS, 2007), h. 35

Page 18: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

8

bahwasanya pengkajian peranan bahasa dalam perilaku komunikatif suatu

masyarakat yaitu cara-cara bagaimana bahasa dipergunakan dalam masyarakat

yang berbeda-beda kebudayaanya.11

4. Subjek dan Objek Penelitian

a. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah penganut kepercayaan Sunda Wiwitan

di desa Cigugur.

b. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah ritual adat dalam konteks komunikasi

antar budaya dan agama penganut kepercayaan Sunda Wiwitan di desa

Cigugur.

5. Tempat dan Waktu Penelitian

a. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan dari bulan Januari sampai bulan Maret 2016.

b. Tempat Penelitian

Tempat penelitian yang dilakukan peneliti adalah Desa Cigugur, Kota

Kuningan, Provinsi Jawa Barat.

6. Teknik Pengumpulan Data

Langkah awal yang terpenting dalam kegiatan penelitian adalah

pengumpulan data, dalam rangka pengumpulan data ini, peneliti menggunakan

tiga cara pengumpulan data, yaitu :

a. Wawancara Mendalam

11 Engkus Kuswarno, Etnografi Komunikasi, h. 11.

Page 19: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

9

Untuk memperoleh data yang diinginkan peneliti menggunakan teknik

wawancara, karena dengan wawancara secara langsung peneliti dapat

memperoleh data secara langsung dari nara sumber terkait, sehingga

memudahkan dalam memproses data, wawancara akan di lakukan dengan

menemui tokoh penganut kepercayaan Sunda Wiwitan dan tokoh pemuka

penganut agama Islam di Desa Cigugur, Kuningan, Jawa Barat. Dengan

tetap menggunakan pedoman wawancara agar pertanyaan terarah.

Tokoh yang diwawancarai dalam penelitian ini antara lain:

1) Pangeran Gumirat Barna Alam (Rama Anom) tokoh Sunda Wiwitan

2) Ratu Emalia (Istri Pangeran Djatikusuma)

3) Bapak Ust. Aang Taufik. M.SI

4) Bapak Anda (Aparatur Desa Cigugur)

b. Observasi Non Partisipan

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis tentang

keadaan atau fenomena yang berada disekeliling, “Observasi adalah

pengamatan dan pencatatan dengan sistematis terhadap fenomena-

fenomena yang diselidiki.”12

Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mengamati dan

mencatat setiap kegiatan atau aktivitas komunikasi antara budaya dan

agama penganut kepercayaan Sunda Wiwitan dan penganut agama Islam,

fenomena kerukunan antar agama dan keharmonisan kehidupan

12 Dedy Mulyana, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Rosdakarya,2002), h.181.

Page 20: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

10

bermasyarakat di Desa Cigugur ini menjadi unik dalam penelitian

komunikasi antar budaya dan agama.

Dengan menggunakan metode observasi, diharapkan dapat di peroleh

gambaran objektif keadaan yang diteliti. Dalam melakukan observasi.

c. Dokumentasi

Metode dokumentasi ini bertujuan untuk mendapatkan informasi yang

mendukung analisis dan interpretasi data. Dokumen-dokumen yang

dimaksud bisa berupa catatan profil Desa Cigugur, Acara adat istiadat,

foto-foto dan lain sebagainya yang berkaitan dengan komunikasi antar

budaya dan agama di Desa Cigugur.

7. Teknik Analisis Data

Setelah penulis mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penelitian

ini, maka penulis akan mengolah dan menganalisis data dengan menggunakan

metode deskriftif analisis, yaitu data yang sudah terkumpul, penulis

menjabarkannya dengan memberikan analisa-analisa untuk kemudian penulis

ambil kesimpulan akhirnya secara deskripsi, tema kajian studi kasus dan

penyataan dari berbagai sumber yang nantinya dapat digunakan sebagai analsis

data yang peneliti lakukan pada tahapan analisis.13

agar penulis mengetahui

bagaimana pola atau bentuk komunikasi yang terjadi antara penganut

kepercayaan Sunda Wiwitan dengan penganut agama Islam di Desa Cigugur,

Kuningan, Jawa Barat. Kemudian menemukan mengapa agama masuk dalam

kebudayaan pemeluk kepercayaan Sunda Wiwitan.

13 Jhon W. Cresswell, Qualitative Inquiry and Reserch Design, (California: Sage Publication,

2007), cet. II, h. 65.

Page 21: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

11

E. Kerangka Konsep

F. Tinjauan Pustaka

Dalam penulisan skripsi ini penulis meneliti dengan objek pada pola

komunikasi antara penganut kepercayaan Sunda Wiwitan dengan penganut agama

Islam di Desa Cigugur, kuningan, Jawa Barat dan penulis telah melakukan

KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA

(Dr. Aloliliweri, M.Si), 2011.

Teori Komunikasi Antar Budaya dan Agama

1. Hakekat Agama

2. Agamma Sebagai Kelompok Etnik

3. Hubungan Antar Agama

4. Masalah dan Pemecahan Hubungan Antar Agama

5. Masa Depan Agama dan Hubungan Antar Agama

( Edward T. Hall )

Aliran Kepercayaan Sunda

Wiwitan Agama Sebagai Kelompok

Etnik

(Dr. Aloliliweri, M.Si), 2011.

Page 22: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

12

tinjauan pustaka, penulis menemukan skripsi yang pembahasannya sama dengan

yang peneliti kaji, diantaranya skripsi :

1. Komunikasi Antar Budaya (Studi Kasus pada Pola Komunikasi Etnis Arab

dengan Masyarakat Pribumi di Kelurahan Empang Bogor)14

. Pada skripsi

diatas peneliti lebih memfokuskan kepada pembuktian pola komunikasi yang

di pengaruhi oleh budaya, terlebih mengarah kepada bahasa, komunikasi antar

pribadi, antar kelompok, prasangka dan stereotip etnis arab dengan masyarakat

pribumi di Kelurahan Empang, Bogor. Beda dengan penelitian yang penulis

teliti yang lebih memfokuskan kepada pola komunikasi dan faktor-faktor yang

menghambat dan mendukung terciptanya komunikasi antara penganut

kepercayaan Sunda Wiwitan dan para penganut agama Islam di Desa Cgugur,

Kuningan, Jawa Barat.

Akulturasi Budaya Betawi dengan Tionghoa Studi Komunikasi Antar Budaya

pada Kesenian Gambang Kromong di Perkampungan Budaya Betawi,

Kelurahan Srengseng Sawah15

. Penelitian ini lebih memfokuskan kepada

akulturasi kebudayaan betawi dengan tionghoa melalui seni budaya gambang

kromong, berbeda dengan penelitian dalam skripsi ini yang memfokuskan

kepada pola komunikasi antar pemeluk kepercayaan Sunda Wiwitan dengan

penganut agama Islam serta faktor-faktor kendala dan pendukung terjadinya

14 M. Yusuf Supandi, Komunikasi Antar Budaya (Studi Kasus pada Pola Komunikasi Etnis Arab

dengan Masyarakat Pribumi di Kelurahan Empang Bogor, jurusan Komunikasi Penyiaran Islam,

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.2012. 15

Abdul Rozik Ali, Akulturasi Budaya Betawi dengan tionghoa studi komunikasi antar budaya

pada kesenian gambang kromong di perkampungan budaya betawi, kelurahan srengseng sawah,

jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.2008.

Page 23: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

13

komunikasi yang efektif sehingga toleransi antar umat beragama tercipta di

Desa Cigugur, Kuningan, Jawa Barat.

Dari beberapa tinjauan pustaka yang dijelaskan diatas akan menjadi data

refrensi bagi penelitian yang saya teliti. Khususnya pada pola komunikasi antar

budaya dan agama agar menjadi pengembangan yang positif untuk kajian

komunikasi antar budaya dan agama ini.

G. Sistematika penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini, yaitu dengan membagi menjadi

beberapa bab dimana masing-masing dibagi kedalam sub-sub dengan rincian

sebagai berikut:

BAB I (PENDAHULUAN)

Bab ini membahas: latar belakang masalah, Pembatasan dan Perumusan

masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodelogi Penelitian, Tinjauan pustaka

dan Sistematika Penulisan.

BAB II (KERANGKA TEORI)

Bab ini terdiri dari teori komunikasi antarbudaya dan agama Edward T.

Hall, Ruang lingkup komunikasi antar budaya dan agama, Fungsi-fungsi agama,

pengertian kepercayaan Sunda Wiwitan, pengertian toleransi antar umat

beragama.

BAB III ( GAMBARAN UMUM)

Bab ini membahas tentang gambaran umum objek penelitian yang terdiri

dari keadaan geografis Desa Cigugur, kuningan, Jawa Barat, serta gambaran

Page 24: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

14

umum penganut kepercayaan Sunda Wiwitan dan penganut agama Islam

setempat.

BAB IV HASIL TEMUAN DAN ANALISIS: KOMUNIKASI

ANTARBUDAYA DAN AGAMA, PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA

WIWITAN DAN PENGANUT AGAMA ISLAM DI DESA CIGUGUR.

Bab ini membahas mengenai hasil temuan penelitian yang kemudian

dianalisis dari komunikasi antara penganut kepercayaan Sunda Wiwitan dan

penganut agama Islam di Desa Cigugur, Kuningan, Jawa Barat.

BAB V (PENUTUP)

Bab terakhir ini membahas hasil dari penelitian yang mana penulis

berharap dapat mendeskripsikan hasil dari penelitian dan menguraikan data secara

baik. Adapun beberapa uraian penting yang penulis berikan dari hasil penelitian

ini akan dirangkum dalam bahasan kesimpulan. Selanjutnya untuk

menyempurnakan penelitian ini penulis memberikan saran-saran agar menjadi

bahan pertimbangan dalam penulisan yang telah diangkat sebagai pokok

permasalahan.

Page 25: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

15

BAB II

KERANGKA TEORI

A. Teori Komunikasi Antar Budaya dan Agama, dari Edward T. Hall

Komunikasi dan budaya mempunyai hubungan timbal balik, seperti dua

sisi mata uang. Budaya menjadi bagian dari prilaku komunikasi dan pada

gilirannya komunikasi pun turut menentukan memelihara, mengembangkan

atau mewariskan budaya seperti yang dikatakan Edward T. Hall bahwa

komunikasi adalah Budaya dan Budaya adalah komunikasi. Pada satu sisi,

komunikasi merupakan suatu mekanisme untuk mensosialisasikan norma-

norma budaya masyarakat, baik secara horizontal dari suatu masyarakat kepada

masyarakat lainnya, ataupun secara vertikal dari suatu generasi ke generasi

berikutnya. Pada sisi lain, budaya merupakan norma-norma atau nilai-nilai yang

dianggap sesuai untuk kelompok tertentu.16

Tidak banyak orang menyadari bahwa bentuk-bentuk interaksi antarbudaya

sesungguhnya secara langsung atau tidak melibatkan sebuah komunikasi.

Pentingnya komunikasi antarbudaya mengharuskan semua orang untuk

mengenal panorama dasar-dasar komunikasi antarbudaya itu.

Dalam kenyataan sosial, manusia tidak dapat dikatakan berinteraksi

sosial kalau dia tidak berkomunikasi. Dapat dikatakan pula bahwa interaksi antar-

budaya yang efektif sangat tergantung dari komunikasi antarbudaya. Maka dari

itu kita perlu tahu apa-apa yang menjadi unsur-unsur dalam terbentuknya

proses komunikasi antarbudaya, yang antara lain adalah adanya komunikator

16 Dr. Aloliliweri, M.si, Gatra-Gatra Komunikasi Antar Agama, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Offset, 2011), cet. II, h. 252

Page 26: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

16

yang berperan sebagai pemrakarsa komunikasi; komunikan sebagai pihak yang

menerima pesan; pesan/simbol sebagai ungkapan pikiran, ide atau gagasan,

perasaan yang dikirim komunikator kepada komunikan dalam bentuk simbol.

Komunikasi itu muncul, karena adanya kontak, interaksi dan hubungan

antar warga masyarakat yang berbeda kebudayaannya. Sehingga “kebudayaan

adalah komunikasi dan komunikasi adalah kebudayaan, begitulah kata

Edward T. Hall. Jadi sebenarnya tak ada komunitas tanpa kebudayaan, tidak

ada masyarakat tanpa pembagian kerja, tanpa proses pengalihan atau transmisi

minimum dari informasi. Dengan kata lain, tidak ada komunitas, tidak ada

masyarakat, dan tidak ada kebudayaan tanpa komunikasi. Di sinilah pentingnya

kita mengetahui komunikasi antarbudaya itu.

Dari teori diatas ada beberapa pembahasan yang kiranya dapat memperkuat

kajian hubungan komunikasi antarbudaya dan agama, diantaranya :

1. Hakikat Agama

Tidak ada sebuah definisi baku yang dapat menjelaskan apa pengertian

agama, bahkan setiap tokoh yang dianggap memahami agama pun memiliki

perbedaan dalam menjelaskan pengertiannya, tentu itu hal yang wajar-wajar

saja, karena manusia memiliki pola pikir yang berbeda-beda, layak nya orang

buta yang mecoba menggambarkan gajah, ada yang berkata gajah itu

bentuknya panjang, gajah itu bentuk nya lebar dan tipis, dan lain sebagainya.

Tetapi ketika disatukan dari berbagai sisi pengertiannya pasti dapat ditarik

sebuah generalisasi mengenai definisi sebuah agama.

Page 27: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

17

Ada beberapa Antropologi yang mendefinisikan pengertian agama, dan

tentu dari beberapa pendapat dapat berbeda, Radcliffe-Brown mendefinisikan

agama sebagai ekspresi dalam satu atau lain bentuk tentang kesadaran terhadap

ketergantungan kepada suatu kekuatan diluar diri kita yang dapat dinamakan

dengan kekuatan spiritual atau moral.17

Adapun agama dalam arti klasik merupakan seperangkat aturan yang

menata hubungan manusia dengan dunia ghaib, khusus dengan tuhan,

hubungan manusia dengan manusia lain, dan hubunbgan manusia dengan

lingkungan. Definisi tersebut kemudian dikritik, karena agama hanya dilihat

sebagai teks dan doktrin, sehingga keterlibatan manusia sebagai pendukung

atau penganut agama belum Nampak tercakup di dalamnya.18

Pengertian lain atas agama adalah sistem keyakinan yang dianut dan

tindakan-tindakan yang diwujudkan oleh suatu kelompok atau masyarakat yang

menginterpretasi dan member respon terhadap apa yang disarankan dan

diyakini sebagai yang gaib dan suci.

Bedasarkan pengertian itu, agama sebagai suatu keyakinan yang dianut

oleh suatu kelompok atau masyarakat menjadi norma dan nilai yang diyakini,

dipercayai, diimani sebagai suatu refrensi karena norma dan nilai itu memiliki

fungsi-fungsi tertentu. Fungsi-fungsi tersebut yang dirumuskan dalam tugas

dan fungsi agama.

17 Bustanuddin Agus, Agama dalam Kehidupan Manusia : Pengantar Antropologi Agama,

(Jakarta: PT.Grafindo Persada, 2006), hal. 127 18

Dr. Aloliliweri, M.si, Gatra-Gatra Komunikasi Antar Agama, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Offset, 2011), cet. II, h. 254

Page 28: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

18

Berhubung para penganut agama itu berada dalam suatu masyarakat maka

para sosialog memandang lembaga agama dan lambang agama sebagai

kelompok social. Sebagai kelompok, agama dan lembaga keagamaan berfungsi

sebagai lembaga pendidikan, penawasan, memupuk persaudaraan, prifetis atau

kenabian, dan lain-lain. Namn pada umum nya kita dapat merumuskan dua

fungsi utama agama, yakni sebagai yang manifest dan latent.19

2. Agama Sebagai Kelompok Etnik

Setiap masyarakat, apalagi yang makin majemuk selalu terbentuk

kelompok-kelompok. Kelompok-kelompok itu terbentuk karena para

anggotanya mempunyai cita-cita yang didasarkan pada nilai atau norma yang

sama-sama mereka terima dan patuhi. Apabila kelompok itu sangat kokoh

mempertahankan norma dan nilai hingga menutup kemungkinan orang atau

pihak lain memasuki kelompok itu maka dapat timbul perasaan “in group

feeling” yang cendrung eksklusif terhadap kelompok yang lain atau “out group

feeling” kelompok seperti ini disebut kelompok etnik.20

Akan halnya agama pun demikian. Manusia yang berkelompok

berdasarkan keyakinan, kepercayaan, iman terhadap sesuatu yang bersifat

sakral disebut kelompok Agama. Karena itu, Agama dapat dipandang sebagai

suatu kelompok etnik. Secara histories dapat disaksikan bahwa Agama sebagai

kelompok etnik itu mewakili suatu populasi tertentu yang kita kenal

keberadaannya dalam suatu masyarakat.21

19 Dr. Aloliliweri, M.si, Gatra-Gatra Komunikasi Antar Agama, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Offset, 2011), cet. II, h. 254 20

Dr. Aloliliweri, M.si, Gatra-Gatra Komunikasi Antar Agama, h. 255 21

Dr. Aloliliweri, M.si, Gatra-Gatra Komunikasi Antar Agama, h. 255

Page 29: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

19

Keberadaan kelompok Agama dapat dilihat berupa simbol dan tanda,

materi, pesan-pesan verbal dan nonverbal, petunjuk berupa meteri dan

immaterial, bahkan sikap dan cara berpikir yang sifatnya abstrak. Para pengikut

suatu Agama kerapkali (bahkan dalam seluruh kehidupannya) menjadikan

petunjuk-petunjuk tersebut sebagai bahan, pesan, serta pola yang mengatur

interaksi, relasi dan komunikasi, baik dalam ritual keagamaan hingga ke

komunikasi intra kelompok maupun antar kelompok Agama dan keagamaan.22

Berdasarkan pandangan tersebut menurut Aloliliweri, maka studi-studi

sosiologi tentang Agama dan kelompok keagamaan selalu menempatkan para

pemeluknya dalam situasi dan kondisi sosial masyarakat yang melingkupinya.

Misalnya memperhatikan aspek-aspek yang berkaitan dengan :

a. keberadaan para pemeluk suatu masyarakat majemuk. Sebagai contoh,

akibat kemajemukan maka para pemeluk agama dapat tersusun ke dalam

segmen-segmen atau komunitas khusus yang merupakan kesatuan

sosiologis/antropologis. Segmen-segmen itu mempengaruhi hubungan intra

Agama dan antar Agama dalam suatu masyarakat. Faktor ini menjadi

penting karena kerapkali pengelompokkan Agama maupun kelompok

keagamaan tersusun atas unsur-unsur kesamaan darah, bangsa dan ras

bahasa, daerah atau wilayah.

b. Keberadaan para pemeluk yang dikaitkan dengan kesatuan “ideologi”.

Sebagai contoh ada agama yang sangat terikat pada struktur Negara, paham

kebangsaan, bahkan ideologi Negara.

22

Dr. Aloliliweri, M.si, Gatra-Gatra Komunikasi Antar Agama, h. 256

Page 30: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

20

c. Keberadaan para pemeluk yang dikaitkan dengan kesatuan “ interest” yang

cenderung mengarah kepada pengelompokkan sosial dan politis. Contoh

pada kaitan agama dengan kelompok yang terbentuk dengan azas ciri khas

Agama (kelompok keagamaan).

d. Keberadaan para pemeluk yang dihubungkan dengan kesatuan pragmatis,

yaitu kelompok agama ideal yang kehadiran nya dalam masyarakat tanpa

memandang ideologi, politis dan lain-lain. Model kesatuan ini

mengenyampingkan unsure-unsur SARA.

e. Keberadaan para pemeluk yang dihubungkan dengan kesatuan iman

keagamaan, yaitu suatu kepercayaan bersama atas iman khusus yang

membedakan dengan iman universal dari kelompok agama lain.23

Dapat disimpulkan bahwa setiap kelompok agama hadir dan diakui

karena: (1) secara biologis para anggota kelompok mampu berkembang dan

bertahan, mempunyai jumlah tertentu; (2) secara sosiologis diterima dalam

suatu masyarakat karena kehadiran kelompok itu tidak membawa bibit

disintegrasi; (3) mempunyai kesamaan nilai yang diimani dan secara sadar

mempengaruhi anggota untuk selalu “bersama-sama” dan nilai itu juga diakui

oleh anggota kelompok lain; (4) membentuk jaringan-jaringan komunikasi

intrakelompok secara teratur; (5) mempunyai dan menentukan ciri kelompok

yang berbeda dengan kelompok lain; dan (6) kadang-kadang mempunyai

wilayah pengaruh dan kekuasaan.

23 Dr. Aloliliweri, M.si, Gatra-Gatra Komunikasi Antar Agama, h. 256-257

Page 31: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

21

3. Hubungan Antar Agama

Berbicara tentang hubungan antar agama, wacana pluralisme agama

menjadi perbincangan utama. Pluralisme agama sendiri dimaknai secara

berbeda-beda di kalangan cendekiawan Muslim, baik secara sosiologis,

teologis maupun etis.

Secara sosiologis, pluralisme agama adalah suatu kenyataan bahwa kita

adalah berbeda-beda, beragam dan plural dalam hal beragama. Ini adalah

kenyataan sosial, sesuatu yang niscaya dan tidak dapat dipungkiri lagi. Dalam

kenyataan sosial, kita telah memeluk agama yang berbeda-beda. Pengakuan

terhadap adanya pluralisme agama secara sosiologis ini merupakan pluralisme

yang paling sederhana, karena pengakuan ini tidak berarti mengizinkan

pengakuan terhadap kebenaran teologi atau bahkan etika dari agama lain.24

Tetapi dalam konsepsi Islam, adalah mustahil mengakui bahwa semua

paham (isme) atau Agama adalah benar dan merupakan sama-sama jalan yang

menuju kepada Tuhan. Maka ada perbedaan mendasar antara menerima dan

mengakui keberagaman Agama dengan mengakui kebenaran semua Agama.

Yang pertama bisa dikatakan sebagai mengakui pluralitas Agama, sedangkan

yang kedua mengakui pluralisme Agama. Islam menerima dan mengakui

perbedaan dan keberagaman tapi jelas tidak mengakui bahwa semua Agama

adalah sah dan sama-sama jalan menuju Tuhan yang satu.

Oleh sebab itu hubungan antar Agama di sini hanya pada tataran

kehidupan sosial dan tidak sampai pada masalah-masalah teologis. Sehingga

24

Dr. Aloliliweri, M.si, Gatra-Gatra Komunikasi Antar Agama, h. 257

Page 32: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

22

dalam pembahasan ini hubungan antar Agama juga sebagai komunikasi antar

budaya, karena terdapat perbedaan antara Agama yang satu dengan Agama

lain. Sebagaimana diungkapkan oleh DeVito (1997) bentuk-bentuk komunikasi

antarbudaya meliputi komunikasi antara kelompok agama yang berbeda.

Misalnya: antara orang Islam dengan orang Yahudi. Jadi Ketika komunikasi

terjadi antara orang-orang berbeda bangsa, agama, kelompok ras, atau

kelompok bahasa, komunikasi itu disebut komunikasi antarbudaya.25

4. Masalah dan Pemecahan Hubungan Antar Agama

Di kalangan umat beragama ada segudang persoalan. Persoalan-persoalan

itu ada yang sudah terlesesaikan, ada yang masih dalam proses penyelesaian,

dan ada juga yang belum terselesaikan. Beberapa persoalan dalam hubungan

antar umat beragama terasa masih berlanjut sampai masa sekarang dan

mungkin sampai masa yang akan datang. Beberapa kasus yang menimpa umat

beragama, seperti di Poso, adalah satu contoh yang masih hangat di telinga.

Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian agama (studi agama) terhadap

persoalan-persoalan yang selama ini terabaikan dalam konteks relasi antar

umat beragama. Kajian-kajian itu adalah usaha untuk melakukan kritisisme

situasi sejarah yang seringkali menunjukkan kesalahpahaman antar umat

beragama. Melalui kajian-kajian itu dimungkinkan tidak hanya dapat

menemukan fakta-fakta tetapi juga meneliti fakta-fakta yang berarti pada masa

lalu atau berarti pada masa sekarang.26

25 Dr. Aloliliweri, M.si, Gatra-Gatra Komunikasi Antar Agama, h. 257

26 Dr. Aloliliweri, M.si, Gatra-Gatra Komunikasi Antar Agama, h. 263

Page 33: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

23

Hendaknya studi agama-agama tidak hanya berkonsentrasi pada fakta-

fakta agama tetapi juga pada hal-hal yang telah diinterpretasikan oleh pemeluk

agama dalam semua varietasnya. Di Indonesia, perkembangan studi Agama di

beberapa pendidikan tinggi dan lembaga-lembaga lain menunjukkan

perkembangan yang cukup menggembirakan, sehingga pencarian titik temu

antar umat beragama bisa lebih banyak alternatif.27

Adanya perbedaan agama-agama itu bukan berarti tidak ada “titik temu”

yang dapat melahirkan mutual understanding di antara mereka. Titik temu itu

bisa berupa kesatuan yang bersifat social, dan etis (moral). Selain itu, penulis

menekankan pentingnya moralitas dan etika dalam mencari jalan keluar untuk

mengembangkan dialog di masa depan. Dalam hal ini umat beragama,

khususnya umat Islam, dapat belajar dari pengalaman Nabi Muhammad ketika

mengimplementasikan pengalaman toleransi, kerukunan antar umat beragama.

Namun tetap menjadi catatan penting bagi umat Islam bahwa tidak ada

toleransi dalam hubungan teologis, karena sekali lagi Islam tidak sama dengan

agama-agama lain (non Islam).

Oleh karena itu kemajemukan agama tidak menghalangi untuk hidup

bersama, berdampingan secara damai dan aman. Bahkan, kemajemukan agama

tidak menghalangi umat beragama untuk membangun suatu negara yang bisa

mengayomi dan menghargai keberadaan umat agama lain. Adanya saling

pengertian dan pemahaman yang dalam akan keberadaan masing-masing,

menjadi modal dasar yang sangat menentukan. Sebagaimana pengalaman Nabi

27

Dr. Aloliliweri, M.si, Gatra-Gatra Komunikasi Antar Agama, h. 263

Page 34: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

24

dalam membangun Madinah yang mengandung dimensi moral dan etis. Di

antara dimensi moral dan etis agama-agama adalah saling menghormati dan

menghargai pemeluk agama lain. Jika masing-masing pemeluk agama

memegang moralitas dan etikanya masing-masing, maka kerukunan,

perdamaian dan persaudaran bisa terwujud.

5. Masa Depan Agama dan Hubungan Antar Agama

Menurut Aloliliweri, ada enam poin dalam pembahasan masa depan

agama dan hubungan antaragama, yaitu sebagai berikut :28

a. Agama dan keluarga. Pada saat sekarang, makin banyak orang yang menjadi

lebih peka melihat pengaruh pelbagai perubahan terhadap peranan agama

dan keluarga. Perubahan-perubahan itu akan mempengaruhi pandangan

tentang keluarga sebagai tempat persemaian nilai dan norma-norma agama.

b. Agama dan ekonomi. Apakah agama berpengaruh terhadap bisnis?

Apabila kita memandang bisnis “dari luar” Nampak sekali bahwa bisnis

tidak bermoral dan tidak bertuhan. Dalam dunia bisnis terjadi perilaku

sogak menyogok, makan bunga dan riba, saling memotong rejeki, dan

lain-lain. Tema ini menjadi perdebatan dikalangan pemimpin agama.

c. Agama dan pemerintah. Agama dan pemerintah (lebih banyak dikaitkan

dengan politik), saling mendukung dalam preferensi tertentu. Di Indonesia

“politik” mencari dukungan agama dan sebaliknya merupakan hal yang

biasa. Banyak organisasi yang bersifat keagamaan melibatkan birokrat

pemerintahuntuk mendekatkan hubungan dengan agama.

28 Dr. Aloliliweri, M.si, Gatra-Gatra Komunikasi Antar Agama, h. 264-266

Page 35: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

25

d. Agama dan kegiatan social. Agama sangat mempengaruhi kegiatan social,

seorang konservatif merupakan orang yang mungkin bersedia melakukan

penyesuaian yang kecil, namun mereka yakin bahwa struktur dasar

masyarakat sudah sehat dan masuk akal. Mereka mungkin bahkan

mendukung pembaharuan/reform namun menolak revolusi karna membawa

kehancuran dan bukan keuntungan. Kaum konservatif percaya bahwa agama

harus menghasilkan keselamatan pribadi, agama harus meningjkatkan

semangat cinta kasih, altruism dan iman yang dapat mengatasi berbagai

kesulitan social. Agama tidak berusaha mengubah dunia melaikan merubah

manusia menjadi orang beriman yang berdedikasi. Sebaliknya orang yang

radikal lebih mementingkan bagaimana agama di ubah untuk dan

disesuaikan dengan situasi sekarang dan kini.

e. Agama dan pelapisan social. Salah satu fungsi latent agama adalah dapat

melahirkan struktur baik formal ataupun informal dalam agama

organisasi.

f. Kecenderungan kontemporer. (1) Konflik dan ekumenitas.kecenderungan

manusia dan etnis yang selalu berusaha memperluas batas kelompok yang

membentuk asosiasi yang pengaruhnya lebih luas; (2) Persaingan Agama.

Meskipun agama menjunjung tibggi sikap damai tetapi tidak jarang

membagi manusia ke dalam kubu-kubu yang saling berperang. (3)

Stereotip. Ada stereotip yang diberikan kepada sekelompok agama

tertentu, sehingga ada perasaan mengutamakan agama sendiri sebagai

yang paling unggul, dan paling benar. Jadi persaingan antara “in group”

Page 36: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

26

dan “out group”. Persaingan bermanfaa agar para pemimpin agama

semakin peka akan tanda jaman yang terus berubah.

B. Ruang Lingkup Komunikasi AntarBudaya

Dalam setiap prosesnya komunikasi selalu melibatkan ekspetasi, persepsi,

tindakan dan penafsiran.29

Maksudnya adalah ketika kita berkomunikasi dengan

orang lain maka kita dan orang yang menjadi komunikan kita akan menafsirkan

pesan yang diterima baik secara pesan verbal maupun non verbal dengan standar

penafsiran dari budayanya sendiri. Kita pun dalam memaknai dan menyandingkan

tanda atau lambing yang akan kita jadikan pesan menggunakan standar budaya

yang kita punyai. Pada dasarnya komunikasi antar budaya adalah komunikasi

biasa, yang menjadi perbedaannya adalah orang-orang yang terlibat dalam

komunikasi tersebut berbeda dalam hal latar belakang budayanya. Ada banyak

penegrtian yang diberikan para ahli komunikasi dalam menjelaskan komunikasi

antar budaya dan ruang lingkupnya, di antaranya adalah :

1. Menurut Aloweri, Andrea L. Rich dan Dennis M. Ogawa sebagaimana dikutip

oleh Armawati Arbi, komunikasi antar budaya adalah komunikasi anatara

orang-orang yang berbeda kebidayaannya. Misalnya antara suku bangsa, etnik,

ras dan kelas social.30

29 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003),

h.7 30

Armawati Arbi, Dakwah dan Komunikasi, (Jakarta: UIN Press, 2003), h.182

Page 37: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

27

2. Menurut Deddy Mulyana, komunikasi antar budaya (Inter Cultural

Communication) adalah proses pertukaran fikiran dan makna antara orang-

orang yang berbeda budayanya.31

Dari berbagai definisi yang penulis kutipkan tadi, penulis berkesimpulan

bahwa komunikasi antar budaya dapat diartikan sebagai komunikasi yang terjadi

di antara orang-orang yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda. Ada

beberapa istilah yang sering disepadankan dengan istilah komunikasi antar

budaya, diantaranya adalah komunikasi antar etnik (Inter Etnik Communication),

komunikasi antar ras, komunikasi lintas budaya, komunikasi antar agama dan

komunkasi Internasional.32

a. Komunikasi antar etnik adalah komunikasi antar anggota etnik yang berbeda

atau dapat saja komunikasi antar etnik yang terjadi di anggota etnik yang sama

tetapi memiliki latar belakang budaya yang berbeda atau sub kultur yang

berbeda. Kelompok etnik adalah kelompok orang yang di tandai dengan bahasa

atau asal usul yang sama. Komunikasi antar etnik juga merupakan bagian dari

komunikasi antar budaya, namun komunikasi antar budaya belum tentu

merupakan komunikasi antar etnik.33

b. Komunikasi antar ras adalah sekelompok orang yang di tandai dengan arti-arti

biologis yang sama. Dapat saja orang yang berasal dari ras yang sberbeda

memiliki kebudayaan yang sama, terutama dalam hal bahasa dan

agama.komunikasi antar ras dapat juga dimasukan dalam komunikasi antar

31 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003),

h. xi 32

Armawati Arbi, Dakwah dan Komunikasi, (Jakarta: UIN Press, 2003), h. 16 33

Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003),

h. xii

Page 38: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

28

budaya, karena secara umum ras yang berbebeda memiliki bahasa dan asal-

usul yang berbeda juga. Komunikasi antar budaya dalam konteks komunikasi

antar ras biasanya memiliki prasangka-prasangka atau stereotip terhadap orang

yang berbeda ras dengannya, dalam hal ini tentunya mempengaruhi orang-

orang yang berbeda ras tersebut dalam berkomunikasi.

c. Komunikasi lintas budaya adalah studi tentang perbandingan gagasan atau

konsep dalam berbagai kebudayaan, perbandingan antara aspek atau minat

tertentu dalam suatu kebudayaan atau perbandingan antar suatu aspek atau

umat tertentu dengan satu atau kebudayaan lain.34

d. Komunikasi internasional, dapat diartikan sebagai komunikasi yang dilakukan

antara komunikator yang mewakili suatu Negara untuk menyampaika pesan-

pesan yang berkaitan dengan berbagai kepentingan Negaranya kepada

komunikan yang mewakili Negara lain dengan tujuan untuk memperoleh

dukungan yang lebih luas.35

e. Komunikasi antar agama adalah komunikasi antar anggota agama yang

berbeda atau dapat saja komunikasi yang terjadi diantara anggota agama yang

sama tetapi memiliki latar belakang budaya yang berbeda atau subkultur yang

berbeda. Kelompok agama adalah sekelompok manusia yang berkelompok

bedasarkan keyakinan, kepercayaan, iman terhadap sesuatu yang bersifat sakral

yang disebut agama. Oleh karena itu, agama dapat dipandang sebagai suatu

kelompok etnik.secara historis dapat disaksikan bahwa agama sebagai

kelompok etnik itu mewakili suatu populasi tertentu yang kita kenal

34 Armawati Arbi, Dakwah dan Komunikasi, (Jakarta: UIN Press, 2003), h. 186

35 Bakrie Abbas, Komunikasi Internasional: Peran dan Permasalahannya, (Jakarta: Yayasan

Kampus Tercinta-IISIP), h. 2

Page 39: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

29

keberadaanya dalam suatu masyarakat. Keberadaaan kelompok agama dapat

dilihat berupa symbol dan tanda,materi, pesan-pesan verbal dan non verbal,

petunjuk materi dan imateri, bahkan sikap dan cara berfikir yang sifatnya

abstrak. Komunikasi antar agama juga merupakan bagian dari komunikasi

antar budaya yang melibatkan komunikasi antar anggota agama ataupun

kelompok agama yang sama maupun yang berbeda.36

C. Kepercayaan Sunda Wiwitan

Sunda Wiwitan adalah kepercayaan pemujaan terhadap kekuatan alam dan

arwah leluhur (animisme dan dinamisme) yang dianut oleh masyarakat

tradisional sunda. Akan tetapi ada sementara pihak yang berpendapat bahwa

Agama Sunda Wiwitan juga memiliki unsur monoteisme purba, yaitu di atas

para dewata dan hyang dalam pantheonnya terdapat dewa tunggal tertinggi maha

kuasa yang tak berwujud yang disebut Sang Hyang Kersa yang disamakan dengan

Tuhan Yang Maha Esa. Sistem kepercayaan kekuasaan tertinggi berada

pada Sang Hyang Kersa (Yang Mahakuasa) atau Nu Ngersakeun (Yang

Menghendaki). Dia juga disebut sebagai Batara Tunggal (Tuhan yang

Mahaesa), Batara Jagat (Penguasa Alam), dan Batara Seda Niskala (Yang Gaib).

Sunda Wiwitan adalah nama dari beberapa kepercayaan local yang ada di

Indonesia, Sunda Wiwitan dianut di beberapa wilayah di Indonesia, diantara di

kelurahan Cigugur, Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa

Barat, dan di wilayah Desa Kenekes, Kecamatan Leuwi Damar, Kabupaten

Lebak, Provinsi Banten. Namun khusus diwilayah Kenekes, kelompok

36 Dr. Aloliliweri, M.si, Gatra-Gatra Komunikasi Antar Agama, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Offset, 2011), cet. II, h. 255

Page 40: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

30

masyarakat yang menganut Sunda Wiwitan banyak dikenal dengan nama Suku

Baduy. Namun, kesamaan nama kepercayaan yang ada pada dua kelompok

masyarakat tersebut tidak diikuti dengan kesamaan ajaran di dalamnya.

Paham atau ajaran dari suatu agama senantiasa mengandung unsur-unsur

yang tersurat dan yang tersirat. Unsur yang tersurat adalah apa yang secara jelas

dinyatakan sebagai pola hidup yang harus dijalani, sedangkan yang tersirat adalah

pemahaman yang komprehensif atas ajaran tersebut. Ajaran Sunda Wiwitan pada

dasarnya berangkat dari dua prinsip, yaitu Cara Ciri Manusia dan Cara Ciri

Bangsa.

Cara Ciri Manusia adalah unsur-unsur dasar yang ada di dalam kehidupan

manusia. Ada lima unsur yang termasuk di dalamnya:

1. Welas asih : cinta kasih

2. Undak usuk: tatanan dalam kekeluargaan

3. Tata krama: tatanan perilaku

4. Budi bahasa dan budaya

5. Wiwaha yudha naradha: sifat dasar manusia yang selalu memerangi segala

sesuatu sebelum melakukannya

D. Konteks Kerukunan Antar Umat Beragama

Untuk membangun suatu teologi kerukunan, hanya bias diandaikan

dengan adanya keterbukaan sebuah agama terhadapa agama yang lain, dan

keterbukaan itu hanya mungkin terwujud bila mengandaikan adanya

kemajemukan atau pluralitas umat manusia. Secara normative, Islam telah

memberikan landasan teologis untuk melahirkan sikap hidup yang toleran,

Page 41: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

31

inklusif, dan menghargai pluralitas, memang ajaran demikian merupakan bagian

esensial dari al-quran. Jika dalam kitab suci di sebutkan bahwa manusia di

ciptakan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar meraka saling mengenal dan

menghargai (Q.S. Al- Hujarat/ 49: 13) maka pluralitas itu telah menjadi

pluralisme37

yaitu system nilai yang memandang secara positif optimis terhadap

kemajemukan itu sendiri.

Seperti yang diungkapkan oleh Rama Anom sebagai berikut :

Meskipun saya memiliki kepercayaan Sunda Wiwitan, akan tetapi

saya menghayati segala ajaran firman tuhan yang di dalamnya

terjemahan dalam bahasa Indonesia mengatakan : hai orang-orang yang

beriman, jangan lah diantara kaum yang satu dengan kaum yang lain

saling olok-mengolok, karena seburuk-buruknya kaum yang mengolok-

ngolok itu sendiri, karena allah maha mengetahui lagi maha mendengar,

dan apabila engkau melakukan sifat yang seperti itu sama saja memakan

daging bangkai sodara mu sendiri. Dengan demikian seperti itu lah Sunda

Wiwitan yang sudah diberikan peringanatan oleh tuhan, karena

sebenarnya leluhur kita pun tidak menutup diri dari dunia-dunia luar,

sedangkan mengenai pemahaman Sunda Wiwitan lebih mengkaji kepada

kitab-kitab yang tersurat disamping kitab-kitab yang tersurat di daun

lontar, di dalam naskah-naskah kuno, akan tetapi tidak terlalu memer

satukan kitab yang tersurat, tetapi lebih kepada pengalaman diri dan

dekatnya dengan alam.38

Secara sosilogis, sebagaimana dikatan James P. Piscatori, kondisi social

budaya dengan pola kemajemukan selalu memerlukan adanya titik temu, dalam

nilai kesamaan dari semua kelompok yang ada. Bahkan secara historis, Nurkholis

Madjid menggambarkan bagaimana kedatangan Islam ke spanyol telah

mengakhiri kristenisasi paksa oleh penguasa sebelumnya. Kemudian pemerintah

37 Syafi’I maarif, Agama Kemanusiaan dan Budaya Toleransi, (Yogyakarta: PT. Surya Sarana

Utama, 2004), h. 97 38

Wawancara dengan Rama Anom (Calon Penerus Kepemimpinan Pangeran Djatikusumah), di

Ruangan Sri Manganti pada tanggal 7 Desember 2015 pukul 09.00WIB

Page 42: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

32

Islam selama lima ratus tahun menciptakan sebuah spanyol untuk tiga agama dan

satu tempat tidur, artinya orang–orang Islam , Kristen, dan yahudi hidup rukun

berdampingan bersama–sama menikmati peradaban gemilang.

Page 43: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

33

BAB III

GAMBARAN UMUM SUNDA WIWITAN DI DESA CIGUGUR,

KUNINGAN, JAWA BARAT

A. Sejarah Sunda wiwitan

Kepercayaan sunda wiwitan adalah kepercayaan sejumlah masyarakat

yang tersebar di daerah Kecamat Cigugur, Kuningan, Jawa Barat. Kepercayaan ini

juga dikenal sebagai cara karuhun urang (tradisi nenek moyang), kepercayaan

sunda wiwitan atau ajaran madrais (Abdul Rozak, 2002), seorang peneliti sunda

wiwitan, menyebutkan bahwa agama ini adalah bagian dari Agama Buhun yaitu

kepercayaan tradisional masyarakat sunda yang tidak terbatas pada masyarakat

Cigugur saja di kabupaten kuningan, tetapi juga masyarakat Baduy di Lebak

Banten, para pemeluk Agama Kuring di daerah Ciparay, kabupaten Bandung.

Jumlah pemeluk Agama Buhun ini di daerah Cigugur sejumlah 3000 orang.

Kepercayaan Sunda Wiwitan ini di kembangkan oleh Pangeran Madrais

dari Cigugur, Kuningan. Oleh pemerintah Belanda, Madrais belakangan di

tangkap dan di buang ke Ternate, dan baru kembali sekitar tahun 1920 untuk

melanjutkan ajarannya.

Madrais yang biasa dipanggil Kiai Madrais adalah keturunan dari

Keultanan Gebang, sebuah kesultanan di wilayah Cirebon Timur. Ketika

pemerintah Hindia Belanda menyerang kesultanan ini, Madrais diungsikan ke

daerah Cigugur, sang pangeran yang juga dikenal sebagai Pangeran Sadewa

Alibasa, dibesarkan dalam tradisi Islam dan tumbuh sebagai seorang spriritualis.

Page 44: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

34

Madrais mendirikan pesantren sebagai pusat pengajaran Agama Islam, namun

kemudian mengembangkan pemahaman yang digalinya dari tradisi para Islam

Masyarakat Sunda yang agraris. Ia mengajarkan pentingnya menghargai cara dan

ciri kebangsaan sendiri, yaitu sunda.

B. Ajaran dan Ritual

Madrais menetapkan tanggal 22 Rayagung menurut kalender Sunda

sebagai hari raya Seren Taun yang diperingati secara besar-besaran. Upacara ini

dipusatkan di Paseban Tri Panca Tuggal, rumah peninggalan Kiai Madrais yang

didirikan pada 1860, dan yang kini dihuni oleh Pangeran Djatikusuma.

Dalam upacara ini, berbagai rombongan dari masyarakat datang membawa

bermacam-macam hasil bumi. padi-padian, yang dibawa kemudian ditumbuk

beramai-ramai dalam lesung sambil bernyanyi (ngagondangan). Upacara ini

dirayakan sebagai ungkapan rasa syukur untuk hasil bumi yang telah dikaruniakan

oleh Tuhan kepada manusia. Upacara Seren Taun, yang biasa nya berlangsung

tiga hari dan diwarnai oleh berbagai kesenian daerah ini, pernah dilarang oleh

pemerintah Orde Baru selama 17 tahun, namun kini upacara ini dihidupakan

kembali. Salah satu upacara seren taun perbah dihadiri oleh Menteri Perindustrian,

Andung A. Nitimiharja, mantan Presiden RI, Abdurrahman Wahid, dan istri, serta

sejumlah pejabat pemerintah liannya.

Madrais juga mengajarkan penghrmatan terhadap Dewi Sri (Sanghyang

Sri) melalui upacara-upacara keagamaan penanaman padi. Beliau memuliakan

Maulid serta semua Nabi yang diturunkan ke bumi.

Page 45: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

35

Selain itu karena non muslim kepercayaan Sunda Wiwitan ini tidak diajibkan

khitanan. Jenazah orang meninggal harus dikuburkan dalam sebuah peti mati.

C. Gedung Peribadatan Sunda Wiwitan Cigugur

Gedung Paseban Tri Panca Tunggal, Paseban adalah tempat berkumpul

dan bersyukur dalam merasakan ketunggalan selaku umat Gusti Yang Widi Wasa,

dengan meyakinkan kemanunggalan dalam pengolah sempurnaan getaran dari tiga

(Tri) unsur yang disebut Sir, Rasa, Pikir. Dimana lima unsur lainnya panca indera

dalam menerima dan meraakan ke-Agungan dan kemurahan gusti,

kemanunggalan antara Cipta Rasa dan Karsa diwujudkan dalam tekad, ucap serta

lampah menyatakan ciri manusia seutuhnya, dalam memancarkan pamor budaya

bangsa dengan ketentuan hukum adikodrati.39

Paseban Tri Panca Tunggal terdiri dari beberapa bangunan dan ruangan

yang secara keseluruhan bangunan ini mengahadap ke arah Barat. Keletakan ini

merupakan lambang yang menggambarkan bahwa timur barat, merupakan garis

perjalana matahari, dan diartika bahwa dalam pagelaran hidup ini antara terbit dan

terbenam atau lahir dan mati sesuai yang tersimpul dalam arti makna Tri Panca

Tunggal.

39 Artikel sejarah gedung Paseban Tri Panca Tunggal

Page 46: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

36

Bangunan inti dari Paseban Tri Panca Tunggal dari ruangan-ruangan sebagai

berikut :

1. Ruang Jinem

Ruang Jinem ini membujur ke arah utara selatan dan ruangan ini pada

masa lalu dipakai tempat seserahan/ceramah dalam memberi dan menerima

pengertian hidup dan kehidupa serta kejiwaan dalam kehiningan cipta untuk

mengenal dan merasakan adanya cipta, rasa dan kersa.

Dalam kehidupan ini harus menyadari fungsi pribadinya selaku manusia

yang diberi akal budi, kehalusan rasa serta kemampuan berpikir mengenal

adanya proses perputaran alam raya (bumi) dan alam rasa (diri) dimana dalam

ajaran bapak Kiai Madrais diterangkan adanya hubungan erat antara jagat kecil

dan jagat besar (alamul asgor-alamul akbar) yang dapat diketahui dalam

ajarannya yang disebut ngaji badan dan ngaji rasa.

Pada dinding sebelah timur, terdapat relief yang menggambarkan “Reseksi

dan satria pinandita” berhadapan, relief inipun menggambarkan bahwa dalam

menghadapi hawa nafsu buruk, sekalipun harus memakai sifat-sifat yang

pinandita namun tidak dibenarkan bilama cara menghindarinya itu dengan

mengasingkan diri dari kehidupan ramai. Oleh karena itu disamping harus

memiliki sifat-sifat pinandita yang berbudi luhur, penuh kehalusan, namu harus

memiliki sifat kestria yang bergerak aktif dan kreatif dalam masyarakat untuk

mewujudkan damai dan asih.

Page 47: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

37

2. Ruang Pendopo

Dalam ruang pendopo itu tertulis dalam dinding sebelah timur sebuah

relief tertuliskan aksara sunda “ PURWA WISADA” tulisan mengartikan

adanya cipta dan karsa gusti. Purwa sama artinya dengan awal atau mula, dan

wisada berarti cipta dan karsa adalah ketentuan sebagai hukum adikodrati.

Bahwa manusia diciptakan dalam pagelaran hidup ini tidak sekedar untuk

hidup, tetapi dengan akal budinya harus mampu meningkatkan peradaban

dalam mengelola, menyempurnakan serta memanfaatkan cipta karsa gusti

dalam relif digambarkan dalam burung garuda diatas lingkaran. Lingkaran

yang dituliskan diatas garis globe yang ditunjang oleh dua ekor naga yang

berkaitan satu sama lainnya, menggambarkan dalam meningkatkan hidup dan

kehidupan harus ada pengertian yang sama serta jalinan kerja sama yang baik

antara pria dan wanita dengan menyadari tugas-tuugs serta fungsi masing-

masing selaku umat manusia.

Dialam raya ini yang penuh corak ragam kehidupan, perputaran bumi,

bulan dan bintang erta pancaran matahari yang mewujudkan sinar lembut

lemah menyenangkan dan pancaran taruk tandus menghanguskan. Merupakan

suatu ke-Agungan yang Widi, Wasa, yang mengatur kesemuanya ini.

3. Ruang Sri manganti

Sri manganti adalah sebagian dari ruangan padaleman (ruang lebet) yang

membujur dari arah utara ke selatan. Tempat ini dipakai pula penyelenggaraan

upacara-upacara pernikahan, umtuk merundingkan masalah-masalah seperti

persiapan upacara seren taun dan memecahkan masalah-masalah keluarga.

Page 48: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

38

Dalam ruanga ini pada empat sudut terdapat emapat patung penjaga yang

membawa tombak dan perisai dengan maksud melambangkan bahwa dalam

setiap musyawarah harus selalu waspada untuk menjaga adanya pengaruh-

pengaruh diluar sifat manusia.

4. Ruang Dapur Ageung

Dapur ageung adalah sebuah tungku perapian yang dibuat dari semen

dengan hiasan empat naga pada empat sudut dan mahkota diatasnya.dapur

persiapan ini dipakai untuk menyalakan api menggambarkan adanya unsur-

unsur nafsu lainnya disamping sifat manusia.

Dalam relief dapur ageung ini dilukiskan empat ekor naga diatap

sudutnya. Sedangkan diatasnya merupakan mahkota. Hal ini menggambarkan

perikemanusiaan (mahkota) harus dapat mengatasi empat unsur nafsu lainnya,

seperti tanah, air,angin, dan api yang juga sering disebut nafsu amarah.

Pada dasarnya keempat unsur nafsu tersebut sebagai unsur penunjang yang

harus diarahkan dalam bimbingan kehalusan budi manusia terutama yang

sangat memerlukan bimbingan itu bilamana sifat amarah mempengaruhi sifat

manusia.

Page 49: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

39

D. Gambar Peristiwa Kommunikasi Antar Budaya

Perayaan Upacara Seren Taun di Desa Cigugur Kuningan Jawa Barat

Gedung Paseban Tri Panca Tunggal

Kegiatan Tumbuk Bumi

Page 50: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

40

BAB IV

TEMUAN DAN ANALISIS

A. Komunikasi Antar Budaya dan Agama, Kepercayaan Sunda Wiwitan di

Desa Cigugur

Mayoritas warga di Desa Cigugur adalah pemeluk agama Islam. Meskipun

demikian, hal tersebut tidak mejadikan wilayah Desa Cigugur harus mutlak

menerapkan ajaran Islam kepada seluruh masyarakatnya. Masing-masing dari

setiap pemeluk agama saling terbuka dan menerima keberadaan dari agama lain.

Adanya keanekaragaman beragama yang ada di Cigugur, tidak membuat

komunikasi antara warga Cigugur menjadi renggang dan kaku, justru hal tersebut

membuat keindahan tersendiri yang dapat dilihat pada komunikasi yang dibangun

masyarakat warga Cigugur, tidak memandang adanya kelompok mayoritas dan

minoritas. Mereka selalu menanamkan rasa persaudaraan yang sangat kuat dan

menjunjung tinggi sikap gotong-royong.

Pada pembahasan ini penulis meneliti bagaimana peran komunikasi

antarbudaya meliputi agama dan bagaimana hubungan antar agama adalah bagian

dari komunikasi antar budaya, seperti kasus yang penulis gambarkan diatas bahwa

kehidupan yang harmonis dalam tatanan masyarakat dapat dibangun melalui

komunikasi yang baik antara manusia walaupun dari latar belakang kepercayaan

yang berbeda-beda. Guna mencapai pada hasil penulisan dan kajian komunikasi

antarbudaya dan agama ini maka digunakan teori komunikasi antar budaya dan

agama Edward T. Hall, bahwa komunikasi adalah budaya dan budaya adalah

Page 51: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

41

komunikasi, pada satu sisi, komunikasi merupakan suatu mekanisme untuk

mensosialisasikan norma-norma budaya masyarakat, baik secara horizontal dari

suatu masyarakat ke masyarakat lainnya, ataupun vertical dari generasi ke

generasi berikutnya. Pada sisi lain, budaya merupakan norma-norma atau nilai-

nilai yang dianggap sesuai untuk kelompok tertentu.40

Fenomena ini terjadi pada masyarakat Desa Cigugur, dengan

keanekaragaman agama dan kepercayaan yang ada di Desa tersebut tidak menjadi

hambatan dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat yang harmonis, dari

perbedaan-perbedaan tersebut setiap masyarakat dapat memahami batasan-batasan

dalam menjalin hubungan bermasyarakat. Komunikasi itu muncul, karena adanya

kontak, interaksi dan hubungan antar warga masyarakat yang berbeda

kebudayaannya. Sehingga menurut teori di atas kebudayaan adalah komunikasi

dan komunikasi adalah kebudayaan.

Sebenarnya tak ada komunitas tanpa kebudayaan, tidak ada masyarakat

tanpa pembagian kerja, tanpa proses pengalihan atau transmisi minimum dari

informasi. Dengan kata lain, tidak ada komunitas, tidak ada masyarakat, dan

tidak ada kebudayaan tanpa komunikasi. Maka dari penjelasan teori di atas ada

beberapa pembahasan yang kiranya dapat memperkuat kajian hubungan

komunikasi antarbudaya dan agama pada masyarakat penganut kepercayaan Sunda

Wiwitan dan agama Islam di Desa Cigugur, di antaranya:

40 Dr. Aloliliweri, M.si, Gatra-Gatra Komunikasi Antar Agama, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Offset, 2011), cet. II, h. 254

Page 52: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

42

1. Hakikat agama menurut Sunda Wiwitan dan Islam di Desa Cigugur.

Penulis memandang bahwa munculnya komunikasi yang positif pada

masyarakat Cigugur ini dilandasi dari pemahaman Sunda Wiwitan dan Islam

dalam memaknai hakikat agama, menurut beberapa para ahli medefinisikan

agama walaupun tentu dari beberapa pendapat dapat berbeda, menurut tokoh

Sunda Wiwitan ketika penulis mewawancarai di kediamannya

mengungkapkan:

Hakikat agama bahwa sesungguhnya semua agama diturunkan oleh

gusti ingkang sawiji-wiji adalah untuk menebar cinta kasih atau kasih

sayang terhadap setiap makhluk hidup yang ada di muka bumi ini. Agama

dipandang sebagai aturan yang harus dipatuhi oleh setiap pemeluknya,

hakikat agama yang di maknai oleh para pemeluk Sunda Wiwitan adalah bagaimana kita bisa menjaga setiap makhluk ciptaanya walaupun dengan

cara yang berbeda-beda, adapun agama secara pengertian harfiahnya beliau

menyampaika agama ialah aturan gawe manusa, bahwa semua agama

menetukan aturan-aturannya masing-masing sesuai perintah sang maha

pencipta.41

Itulah yang diajarkan oleh para nenek moyang Sunda Wiwitan dalam

meyakini adanya nilai kepercayaan terhadap sang maha pencipta. Oleh karna

nya para pemeluk kepercayaan Sunda Wiwitan memandang agama yang ada di

muka bumi ini bertujuan satu yaitu mengajarkan pada setiap manusia

bagaiamana menjadi manusia yang saling berbagi kasih sayang, saling asah,

saling asih, dan saling asuh.

Sedangkan menurut tokoh Islam yang ada di Desa Cigugur, memandang :

Hakikat agama adalah aturan yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi

Muhammad SAW untuk menjalankan semua yang diperintahkan Allah

41

Wawancara dengan rama anom (penerus pimpinan paseban tri panca tunggal), dikediamannya,

perumahan nusa endah,Cigugur-Kuningan, pada tanggal 28 februari 2016.

Page 53: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

43

SWT dan menjauhi apa yang di larang oleh Allah SWT, dengan kata lain dalam menjalani kehidupan bermasyarakat manusia hidup saling bersama-

sama, saling menjalankan ibadahnya sendiri-sendiri tanpa memaksakan pola

agama tertentu. Lakum Dinukum Waliyadin “Untukmu Agamamu, dan

untukulah agamaku” artinya kita tidak mengusik agama mereka dan mereka

tidak mengusik agama kita, entah itu minoritas ataupun mayoritas. Dalam

konteks ini ajaran Islam sendiri sangat menghargai perbedaan, toleransi dan

saling memahami dalam kehidupan bermasyarakat menurut pandangan

beliau bagaimana mensosialisasikan perbedaan-perbedaan itu maka orang

lain di luar dari agama Islam pun akan mengetahui batasan-batasan mana

yang boleh dan tidak boleh dilakukan terhadap diri kita. Dengan ini

munculah suatu keterbukaan di antara pemeluk agama yang kemudia sikap

saling menghormati dan menghargai akan terjadi sehingga kerukunan antar

pemeluk agama dan mereka yang berbeda keyakinan dengan Islam itu

benar-benar terwujud.42

Maka dalam pemahaman Islam dalam memaknai hakikat agama adalah

bagaimana seorang hamba dapat mematuhi apa yang diperintahkan oleh Allah

SWT dan menjauhi semua larangan-Nya. Dalam ajaran Islam memiliki beberapa

tingkatan dalam memahami hakikat agama, oleh karenanya hamba yang

mencapai tinggkat ketaqwaan kepada Allah SWT adalah manusia yang pasrah

akan apa yang ada pada aturan-aturan dalam Islam.

Redcliffe Brown mendefinisikan agama sebagai ekspresi dalam satu atau

lain bentuk tentang kesadaran terhadap ketergantungan kepada suatu kekuatan

di luar diri kita yang dapat dinamakan dengan kekuatan spiritual atau moral.43

Pengertian lain atas agama adalah system keyakinan yang dianut dan tindakan-

tindakan yang diwujudkan oleh suatu kelompok atau masyarakat yang

42 Wawancara dengan bapak Drs. Aang Taufiq, M.SI (tokoh agama islam di Desa Cigugur), di

kediamannya, Desa Cigugur, pada tanggal 2 Maret 2016. 43

Bustanuddin Agus, Agama dalam Kehidupan Manusia : Pengantar Antropologi Agama,

(Jakarta: PT.Grafindo Persada, 2006), hal. 127

Page 54: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

44

menginterpretasi dan member respon terhadap apa yang disarankan dan

diyakini sebagai yang gaib dan suci.44

2. Agama Sebagai Kelompok Etnik

Pada dasarnya setiap masyarakat apalagi yang memiliki keanekaragaman

atau kemajemukan, selalu terbentuk kelompok-kelompok. Kelompok-

kelompok tersebut terbentuk karena para anggotanya mempunyai cita-cita yang

didasarkan pada nilai atau norma yang sama-sama mereka terima dan patuhi.

Apabila kelompok itu sangat kokoh mempertahankan nilai dan norma hingga

menutup kemungkinan orang atau pihak lain memasuki kelompok itu maka

dapat timbul perasaan “in group feliing” yang cenderung ekslusif terhadap

kelompok yang lain atau “out group felling” maka kelompok seperti ini masuk

kedalam kelompok etnilk.

Dari hasil wawancara yang dilakukan penulis, kelompok yang ada di Desa

Cigugur dalam hal ini penghayat kepercayaan Sunda Wiwitan dan kelompok

Islam memiliki pandangan yang sama terhadap satu dan lainnya. menurut

Rama Anom :

penghayat kepercayaan Sunda Wiwitan tidak memberikan persuasif

yang sifat nya mengajak ataupun memeberikan ajakan secara langsung

terhadap kelompok agama yang ada di Desa Cigugur, melainkan sama-sama

memberikan pemahaman dalam kehidupan bermasyarakat yang baik dan

penuh toleransi, sehingga tidak terjadi saling tarik menarik orang untuk

mengajak masuk kedalam suatu kelompok tertentu untuk menyebarkan

pemahamanya, karena sejatinya menurut beliau tingga bagaimana setiap

manusia dapat mempertahankan kepercayaannya terhadap sang maha

44 Dr. Aloliliweri, M.si, Gatra-Gatra Komunikasi Antar Agama, h. 254

Page 55: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

45

pencipta dengan cara mempertahankan nilai-nilai budaya luhur dari para

nenek moyang terdahulu.45

Jadi menurut beliau bukan untuk saling mengunggulkan kepercayaan satu

sama lain sehingga muncul perasaan kelompok mana yang paling benar dan

salah.

Menurut pemaparan dari hasil wawancara dengan bapak aang, beliau

menambahkan :

walaupun setiap dari kita (kelompok) memiliki cita-cita dari masing-

masing para pemeluk agama atau kepercayaan di Desa Cigugur akan tertapi

dalam menumbuhkan kehidupan bermasyarakat yang harmonis dan saling

menghormati maka jangan sampai ada kecenderungan kelompok untuk

menjadi yang paling benar. Sehingga tidak menyulut api permusuhan

diantara pemeluk kepercayaan sunda wiwtan dan pemeluk agama Islam di

Desa Cigugur. Apalagi dengan adanya ikatan darah dari masyarakat Desa

Cigugur itupun menjadi faktor penting mengapa kelompok agama maupun

kepercayaan di Desa Cigugur ini, walaupun berbeda dalam hal keyakinan

namun tetap menjunjung tinggi rasa kekeluargaan dan saling memahami

bagi setiap masyarakatnya.46

Dari pendapat diatas bisa kita lihat bagaimana para masyarakat atau

pemimpin Agama di Desa Cigugur memahami bagaimana kepentingan

kelompok agama yang d yakini oleh inividu masyarakatnya memiliki

kecenderungan bagi para pemeluknya, namun hal yang memang sudah menjadi

kebiasaan masyarakat di desa Cigugur ini tidak saling memberikan sentimen

kelompok atau penekanan kelompok mana yang paling benar dalam ajarannya,

sehingga tidak menyulut api permusuhan di antara keduanya.

45 Wawancara dengan rama anom (penerus pimpinan paseban tri panca tunggal), dikediamannya,

perumahan nusa endah, pada tanggal 28 februari 2016. 46

Wawancara dengan bapak Drs. Aang Taufiq, M.SI (tokoh agama islam di Desa Cigugur), di

kediamannya, Desa Cigugur, pada tanggal 2 Maret 2016.

Page 56: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

46

Pandangan Edward T. Hall dalam pembahasan agama sebagai kelompok

etnik, ketika individu memiliki kecenderungan terhadap kelompoknya dan

secara ekslusif terhadap kelompok lain menandakan bahwa kecenderungan ini

mampu memberikan filter terhadap individu tersebut untuk menerima

kecenderungan kelompok lainnya (out group feliing).

Maka komunikasi antar budaya dan agama perlu di pahami bagi

masyarakat majemuk yang memiliki keragaman budaya dan keyakinan.

Pemahaman untuk selalu hidup dalam kerukunan sudah terjadi secara turun

temurun pada masyarakat Cigugur, yang pada akhirnya membentuk cara

pandang masyarakat yang berbeda latar belakang keyakinannya untuk saling

menghormati ajaran dari masing-masing keyakinannya.

3. Hubungan Antar Agama Islam dan Sunda Wiwitan di Desa Cigugur

Agama-agama besar di dunia sudah lama membahas tentang hubungan

antar agama satu dengan lainnya, banyak konflik agama yang berkembang

belakangan ini menjadi salah satu pemicu kembali hangat nya pembahasan Ini,

hubungan dan komunikasi antar agama dapat ditinjau dari dua dimensi yakni :

a. Dimensi pertama yang akan dibahas adalah tingkat pemahaman bersama

antara semua pihak yang berhubungan dan berkomunikasi tentang tema

tugas dan fungsi universal dan internal agama. Secara universal, kita

mengenal beberapa tugas dan fungsi agama :

1) Fungsi Edukatif

Setiap agama mengajarkan nilai dan norma religius yang abstrak

dan membimbing para pemeluknya untuk melaksanakan praktek-pratek

Page 57: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

47

kehidupan yang sesuai dengan ajaran tersebut. Komponen utama yang

menjalankan fungsi agama adalah para tokoh agama dan pemimpin

agama, seperti yang terjadi di Desa Cigugur, dalam melaksanakan peran

dan fungsi agama atau kepercayaan yang ada di Desa tersebut, para

pemuka agama sangat berperan dalam memberikan pemahaman kepada

para jamaah atau pengikut kepercayaan tersebut. Seperti memberikan

pemahaman akan nilai ajaran agama yg dianut, dan batasan-batasan apa

saja yang di perbolehkan dan tidak di perbolehkan bagi para pemeluk

kepercayaan masing-masing pada setiap kegiatan dakwah dan

peribadatan.

Hasil wawancara yang dilakukan penulis dengan Ibunda Ratu

Emalia, beliau menjelaskan bahwa :

peran pangeran yang ada di Paseban Sunda Wiwitan memliki peranan aktif dalam kehidupan kelompoknya, seperti yang diajarkan

para pendahulu-pendahulu pemimpin Paseban Sunda Wiwitan, bahwa

setiap kelompok memiliki panutannya masing-masing dalam

penyebaran kepercayaan yang dianutnya, nilai luhur yang di turunkan

dari generasi ke generasi oleh pemimpin kepercayaan Sunda Wiwitan

pun harus senantiasa dijalankan oleh para pemeluknya, begitu

tuturnya.47

peran pemimpin pada suatu kelompok sangat berpengaruh bagi

keberlangsungan kelompok yang dipimpinnya, baik dan buruk kelompok

tersebut terdapat pada peran pemimpinya, ketika ingin melakukan

interaksi yang bersifat pemahaman kepercayaan selalu di konsultasikan

terlebih dahulu ke masing-masing pemuka agama nya. Islam pun

47 Wawancara dengan ibunda Ratu Emalia, di Paseban Tri Panca Tunggal, pada tanggal 3 Maret

2016.

Page 58: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

48

mengajarkan kepada pemeluknya bahwa pemimpin atau ulil „amri patut

didengar dan diikuti setiap kebijakan yang dikeluarkannya, akan tetapi

pemimpin yang baiklah yang patut di dengar dan diikuti. Maka peran

pemimpin pada suatu kelompok selalu dapat membawa para pengikutnya

ke arah yang lebih baik.

Seperti nilai luhur yang ditanamkan kepada pemeluk Sunda

Wiwitan yaitu “ Sakitu ma Dasapasanta, Geus Ma : Guna, Rama, Hook,

Pesok, Asih, Karunya, Mupreruk, Ngulas, Ngecap, Ngala Angen, nya

mana suka bungah padang caang nu piwarang. Ya ta sinangguh

parigeuing ngaranna…” yang artinya : Demikian yang disebut

dasapasanta (sepuluh penenang hati) yaitu bijaksana, ramah, sayang,

memikat hati, kasih, iba, membujuk, memuji, membesarkan hati,

mengambil hati, maka senang, gembira, dan cerahlah orang yang

disuruh.48

Seperti yang dilakukan para pemeluk kepercayaan sunda wiwitan

selalu memberikan sikap yang santun dan penuh cinta kasih dalam

kehidupan bermmasyarakatnya dari menghadiri setiap penghormatan

kepada orang yang meninggal walaupun dari agama yang berbeda-beda,

dan dalam kesehariannya sering melakukan kegiatan anjang sana pada

pemeluk agama lain.

48 Diambil dari kitab falsafah Sunda wiwitan.

Page 59: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

49

Nilai di atas adalah salah satu nilai yang turun temurun di turunkan

oleh para pemimipin Sunda Wiwitan kepada para pemeluknya, agar

memiliki sikap hidup yang arif dan baik kepada seluruh makhluk hidup

yang ada di muka bumi ini.

2) Fungsi Penyelamatan.

Setiap agama mengajarkan kepada semua umat manusia tentang

keselamatan di dunia dan di akhirat. Sejauh mana pemahaman para

pemeluknya dalam memahami fungsi penyelamatan tersebut, sehingga

dapat memberikan kesadaran bahwa pentingnya hubungan antarumat

beragama melalui prinsi-prinsip dari setiap ajaran dalam agamanya.

Di temukan ada nya fungsi ini dalam kehidupan bermasyarakat di

desa cigugur. ketika di wawancarai, salah satu tokoh agama Islam beliau

menjelaskan :

Islam pun mengajarkan pada setiap umatnya untuk berbuat baik

dengan manusia lainnya walaupun berbeda dalam hal keyakinan

beragama. “khairunnas anfahum linnas” seperti sabda nabi

Muhammad SAW, sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang

bermanfaan bagi manusia lainnya. Sudah lah jelas Islam pun

menanamkan nilai kebaikan dalam ajarannya. Berlaku baik bahkan

sampai memberikan manfaat bagi semua makhluk adalah perikalu

yang sebaik baiknya manusia.49

Menurut tokoh Sunda Wiwitan ketika ditanyakan hal yang sama,

beliau menjelaskan :

ajaran yang di berikan oleh nenek moyang terdahulu mengajarkan kita untuk selalu berbuat baik kepada seluruh makhluk ciptaan sang

49

Wawancara dengan bapak Drs. Aang Taufiq, M.SI (tokoh agama islam di Desa Cigugur), di

kediamannya, Desa Cigugur, pada tanggal 2 Maret 2016.

Page 60: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

50

maha pencipta, “pakeuna gawe rahayu, pakeun ngertakeun bumi

lamba” setiap manusia harus menyadari hakekat manusia sejatinya

untuk kesejahteraan alam semesta dan seiisinya.50

Oleh sebab itu menurut beliau mengkaji jagat raya dan jagat raga

harus selalu di laksanakan agar setiap para pemeluknya memahami pada

hakikatnya manusia hidup adalah untuk kembali ke sang penciptanya,

perbuatan baik akan menjadi bekal dan perbuatan burukpun akan

dipertanggungjawabkan semuanya, maka setiap perbuatan yang

dilakukan itu menceminkan apakah selamat di dunia dan di akhirat. Oleh

karena itu para pemeluk kepercayaan Sunda Wiwitan memegang teguh

den gan bersikap baik dengan sesama mmanusia dan alam dalam bentuk

menjaga kehidupan bermasyarakat dan menjaga alam dengan bentuk

memmbuat pelestarian tanaman di desa Cigugur melalui taman-taman

yang ada di wilayah Paseban.

3) Fungsi Pengawasan Sosial

Fungsi pengawasan sosial di setiap agama mana pun mengajarkan

cara-cara untuk mengatasi dan menunjang nilai-nilai seperti nilai yang

memerintahkan/ menganjurkan/ melarang penganut agama melakukan

atau tidak melakukan sesuatu tindakan tertentu. seperti para penganut

kepercayaan Sunda Wiwitan dan Islam di Desa Cigugur pun seperti itu,

dari setiap fungsi ajarannya menerapkan mana yang boleh dan mana

yang tidak boleh, mana yang dianjurkan dan mana yang dilarang sesuai

50 Wawancara dengan Rama Anom (penerus pimpinan paseban tri panca tunggal), dikediamannya,

perumahan nusa endah, pada tanggal 28 februari 2016.

Page 61: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

51

dengan ajarannya masing-masing. Seperti yang dilakukan para pemeluk

agama islam yang tidak dibolehkan memakan daging hewan yang tidak

dipotong melalui tata cara pemotongan hewan yang ada diajaran islma

dan mereka memberikan penjelasan tersebut maka para pemeluk Sunda

Wiwitan mengerti dan tidak memberikan daging hewan yang tidak sesuai

dengan ajaran islam.

4) Fungsi Transformatif

Fungsi ini ialah bagaimana agama mewariskan nilai-nilai baru

kepada masyarakatnya misalnya melalui inkulturasi yang proses

penerapannya melalui pemanfaatan mimbar atau uraian pada kitab suci

sesuai kebutuhan mendesak masyarakatnya, pada masyarakat di Desa

Cigugur fungsi ini dilakukan pada tahap sosialisasi ajaran masing-masing

yang di lakukan olah para tokoh agama yang ada di Desa Cigugur, seperti

yang dilakukan tokoh agama Islam dalam setiap ceramah atau pengajian

selalu memberikan pemahaman kepada para jamaahnya agar tidak

terjebak pada tindakan praktek adat yang dilakukan oleh para pemeluk

Sunda Wiwitan yang bertentangan dengan aqidah para pemeluk agama

Islam.

Artinya setiap masing-masing pemimpin mengontrol dan

memberikan pemahaman secara aktif kepada masyarakat, memberikan

informasi dan pengertian yang baik terhadap masing-masing pengikutnya

sehingga fungsi transformatif ada di desa Cigugur. Melalui kegiatan-

Page 62: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

52

kegiatan keagamaan dari setiap kelompoknya baim melalui mimbar-

mimbar pada saat ceramah ataupun kajian keagamaan.

Diskusi dan komunikasi dari tiap-tiap pemeluk agama di desa

Cigugur sering dilakukan, minimal dalam satu tahun masing-masing dari

setiap kelompok keyakinan bertemu dan berbaur saat seren taun tiap

tahunnya. Maka interaksi dan penyampaian nilai-nilai kebersemaan pun

senantiasa tersampaikan pada setiap masyarakat di desa Cigugur.

5) Fungsi Memupuk Persaudaraan

Setiap agama melaksanakan tugas dan fungsi memupuk

persaudaraan, sebetulnya ada dua kesadaran yang muncul dari fungsi

tersebut, yakni kesadaran tentang kemajemukan di kalangan para

pemeluk suatu agama tertentu, dan kesadaran tentang kemajemukan

antarumat beragama.51

Dalam hal ini masyarakat di Desa Cigugurpun

sangatlah sadar akan perbedaan dari tiap-tiap masyarakatnya, perbedaan

keyakinan dan kepercayaan yang dianut oleh setiap masyarakat nya

menjadikan setiap dari mereka memahami batasan-batasan dari setiap

ajaran untuk menjalankan kehidupan yang harmonis, di samping

perbedaan itu ada temuan yang sangat penting dalam terbentuknya

keharmonisan yang penulis temukan.

Ketika penulis melakukan wawancara dengan tokoh Sunda

Wiwitan, beliau mengungkapkan :

masyarakat asli yang ada di Desa Cigugur ini memiliki hubungan darah satu dengan lainnya, dengan kata lain walaupun dalam ranah

51 Dr. Aloliliweri, M.si, Gatra-Gatra Komunikasi Antar Agama, h. 256-260

Page 63: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

53

keyakinan mereka memiliki perbedaan namun dalam hal hubungan

antar manusia mereka memandang kami adalah saudara dari para

pendahulu mereka di desa Cigugur.52

Ungkapan itupun dikuatkan oleh tokoh agama Islam di Desa

setempat, beliau mengungkapkan bahwa hampir semua masyarakat di

Desa Cigugur ini masih memiliki ikatan darah di luar dari masyarakat

pendatang dari luar Desa Cigugur. Maka bukan hanya fungsi agama

sebagai pemupuk persaudaraan akan tetapi secara faktor keturunan di

Desa Cigugur ini pun sudah dimiliki sejak para leluhur mereka hidup.

Faktor tersebut yang memang membentuk kesadaran bagi tiap-tiap

masyarakatnya untuk senantiasa hidup dalam suasana harmonis dan

berdampingan untuk saling mengerti dan menghargai setiap keyakinan

pada kepercayaan yang dianut dari masing-masing masyarakatnya.

b. Dimensi kedua yang turut berperan dalam menentukan hubungan atau

komunikasi antaragama adalah penampilan atau atraksi nilai dan norma

serta ajaran agama-agama yang dapat dilihat melalui perilaku para

pemeluknya. Maka ada dua hal dalam pembahasan ini yakni tampilan ajaran

agama melalui perilaku para pemeluknya dan faktor mereka yang

mempersepsi hubungan tersebut.53

52

Wawancara dengan Rama Anom (penerus pimpinan paseban tri panca tunggal), dikediamannya,

perumahan nusa endah, Cigugur-Kuningan, pada tanggal 28 februari 2016. 53

Dr. Aloliliweri, M.si, Gatra-Gatra Komunikasi Antar Agama, h. 260

Page 64: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

54

1) Faktor yang berpersepsi

Pada faktor yang berpersepsi para pemeluk suatu agama yang

menanggapi hubungan dengan para pemeluk agama lain. Artinya,

persepsi terhadap agama, merupakan proses yang dialami setiap orang

untuk menyadari objek dan peristiwa tentang agama dan kelompok

keagamaan malalui variasi “rasa” yang dimiliki.

Sama halnya dengan penjabaran sebelum nya, setiap pemeluk

agama dan kepercayaan di desa Cigugur memang berbeda-beda, akan

tetapi masyarakat menyadari bahwa adanya perbedaan-perbedaan dari

setiap ajaran agamanya. Melalui sikap saling terbuka untuk mengenalkan

nilai-nilai ajaran setiap kepercayaan di desa Cigugur menjadikan

masyarakat yang berbeda kepercayaannya mengerti dan memahami

bahwa setiap tindakan dan perilaku individunya sangat berhati-hati dalam

menjalin interaksi sosial masyarakatnya.

Seperti yang dipaparkan Ust. Aang salah satu tokoh agama Islam

di desa Cigugur mengungkapkan :

Saya termasuk pemeluk agama Islam, namun banyak dari keluarga

saya pun yang bukan pemeluk Islam, persoalan silaturrahmi dan

komunikasi kami sampai sekarang baik, bahkan saya sering

menjelaskan ajaran yang saya anut tidak bisa membenarkan bahwa

memakan daging babi itu halal, maka sejak keluarga saya yang non

muslim tahu, mereka tidak pernah menawarka saya lagi dan tidak ada

rasa teringgung diantara keluarga kami.54

54 Wawancara dengan bapak Drs. Aang Taufiq, M.SI (tokoh agama islam di Desa Cigugur), di

kediamannya, Desa Cigugur, pada tanggal 2 Maret 2016.

Page 65: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

55

Penulis berpandangan bahwa persepsi yang muncul dari setiap

ekpresi atau tindakan dari proses ajaran agama dalam hubugan

antaragama akan selalu memiliki perbedaan dari setiap manusia yang

berpersepsi atau yang di persepsi tergantung manusia atau para pemeluk

agama ini berpersepsi secara statis atau dinamis. Karena bisa statis

manakala persepsi terhadap suatu agama atau kelompok keagamaan itu

relatif tidak berubah, sedangkan sifat yang dinamis kalau persepsi itu

dikaitkan dengan perubahan situasi dan kondisi yang melingkupi orang

yang mempersepsi, juga perubahan lingkungan yang mengelilingi agama

atau kelompok keagamaan tertentu. Maka keterbukaan melalui

komunikasi yang baik untuk menyampaikan nilai-nilai ajaran pada

masing-masing kepercayaan memang perlu dilakukan untuk menjaga dan

mensosialisasikan apa saja yang memang berbeda dalam ajaran masing-

masing kepercayaan dan mana saja yang memang memiliki kesamaan

dalam ajaran masing-masing kepercayaan yang dianut.

Seperti yang terjadi di Desa Cigugur para penganut kepeercayaan

sunda Wiwitan memiliki perayaan seren taun, dalam prosesi acara nya

ada yang dilakukan beramai-ramai dengan melibatkan seluruh

masyarakat desa Cigugur yaitu pada acara Tumbuk Bumi, karena acara

ini adalah bagian dari tradisi leluhur sunda dalam menunjukan rasa

syukur atas hasil panen kepada tuhan sang maha pencipta.

Page 66: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

56

2) Faktor tampilan para pemeluk yang dipersepsi.

Keterlibatan hubungan antaragama pada para pemeluk agama atau

kepercayaan lain berpengaruh terhadap orang yang dipersepsi, sehingga

faktor atraksi agama yang bersangkutan yang ditujukan melalui para

pemeluknya, dengan kentalnya nilai-nilai Sunda Wiwitan yang

berpengaruh terhadap para pemeluknya menjadi cerminan khusus bagi

para pemeluk agama lain di Desa Cigugur, seperti yang diungkapkan

salah satu tokoh agama Islam di Desa tersebut, beliau mengungkapkan :

bahwa tindakan-tindakan yang dilakukan oleh para pemeluk kepercayaan Sunda Wiwitan dalam berkehidupan lebih terasa santun dan sopan dalam kehidupan bermasyarakat, bahkan melebihi para

pemeluk agama lain ungkapnya.55

Maka dalam hal hubungan antar agama para pemeluk Sunda

Wiwitan sangat baik dalam memposisikan mereka sebagai orang yang

mempersepsi ataupun yang dipersepsi. Karena dalam keidupan

bermasyarakatnya para pemeluk Sunda Wiwitan menjaga keharmonisan

baik dalam hubungan masyarakat agama lain ataupun kelompok

kepercayaannya sendiri seperti selalu melihatkan sifat yang santun dan

melebur dengan masyarakat lain melalui hal-hal yang bersifat anjang

sana atau silaturrahmi.

4. Masalah dan Pemecah Hubungan AntarAgama

Di kalangan umat beragama ada banyak persoalan. Persoalan-persoalan itu

ada yang sudah terlesesaikan, ada yang masih dalam proses penyelesaian, dan

55 Wawancara dengan bapak Drs. Aang Taufiq, M.SI (tokoh agama islam di Desa Cigugur), di

kediamannya, Desa Cigugur, pada tanggal 2 Maret 2016

Page 67: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

57

ada juga yang belum terselesaikan. Beberapa persoalan dalam hubungan antar

umat beragama terasa masih berlanjut sampai masa sekarang dan mungkin

sampai masa yang akan datang. Beberapa kasus yang menimpa umat

beragama, seperti di Poso, adalah satu contoh yang masih hangat di telinga.

Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian agama (studi agama) terhadap

persoalan-persoalan yang selama ini terabaikan dalam konteks relasi antar

umat beragama. Kajian-kajian itu adalah usaha untuk melakukan kritisisme

situasi sejarah yang seringkali menunjukkan kesalahpahaman antar umat

beragama. Melalui kajian-kajian itu dimungkinkan tidak hanya dapat

menemukan fakta-fakta tetapi juga meneliti fakta-fakta yang berarti pada masa

lalu atau berarti pada masa sekarang.56

Adanya perbedaan agama-agama itu bukan berarti tidak ada titik temu

yang dapat melahirkan mutual understanding di antara mereka. Titik temu itu

bisa berupa kesatuan yang bersifat social, dan etis (moral). Selain itu, penulis

menekankan pentingnya moralitas dan etika dalam mencari jalan keluar untuk

mengembangkan dialog di masa depan. Dalam hal ini umat beragama,

khususnya umat Islam, dapat belajar dari pengalaman Nabi Muhammad ketika

mengimplementasikan pengalaman toleransi, kerukunan antar umat beragama.

Namun tetap menjadi catatan penting bagi umat Islam bahwa tidak ada

toleransi dalam hubungan teologis, karena sekali lagi Islam tidak sama dengan

agama-agama lain (non Islam).

56 Dr. Aloliliweri, M.si, Gatra-Gatra Komunikasi Antar Agama, h. 263

Page 68: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

58

Titik temu dari perbedaan ajaran dari setiap kepercayaan yang ada di Desa

Cigugur terdapat pada nilai budaya sunda yang sama-sama dimiliki masyarakat

di Desa Cigugur. Pada kegiatan yang bersifat budaya seperti nutug bumi dan

pesta tarian Tarian Seren taun dapat diikuti oleh masyarakat akan tetapi pada

ritual penghormatan bagi kepercayaan Sunda Wiwitan tidak di ikuti

mmasyarakat seluruhnya khusus nya penganut Agama Islam.

Seperti yang disebutkan dalam hasil wawancara dengan Ust.Aang salah

satu tokoh Islam di Desa Cigugur, beliau menjelaskan:

makna toleransi itu muncul bukan karena semua agama itu sama

melainkan berbeda, dan setiap dari kita harus mensosialisasikan perbedaan

tersebut sebagai bentuk kewaspadaan.57

sehingga masyarakat yang ada di luar dari ajaran Islam tau mana yang

menjadi batasan terhadap ajaran Islam dan ajaran yang dianutnya, maka

menurutnya bukan berbeda itu kaku dan tidak kompak malah dengan saling tau

batasan dari setiap ajarannya kita masyarakat cigugur bisa saling toleransi dan

saling mengingatkan sebagai manusia dalah kehidupan bermasyarakat,

contohnya ketika sedang ada kegiatan kerja bakti, umat kristen atau pengahayat

kepercayaan mengingatkan kepada yang muslim agar segara melaksanakan

ibadah nya terlebih dahulu dan mempersilahkan selesai lebih dulu setelahnya

baru melanjutkan kembali, jadi saling timbul gotong royong ungkapnya.

57 Wawancara dengan bapak Drs. Aang Taufiq, M.SI (tokoh agama islam di Desa Cigugur), di

kediamannya, Desa Cigugur, pada tanggal 2 Maret 2016

Page 69: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

59

Adapun peran pemerintah dalam hal ini sebagai institusi yang menaungi

warga negara nya pun memandang seperti itu di kalangan masyarakat desa

Cigugur.

Seperti yang di jelaskan oleh bapak Anda Suganda aparatur desa setempat,

bahwa :

Menurutnya nilai toleransi yang ada di desa Cigugur sudah menjadi budaya karna

saling harmonis dalam kehidupan bermasyarakatnya, dalam urusan-urusan lainnya

yang menyangkut permaslahan administrasi sebagai warga penduduk itu

diserahkan kembali kepada individu masyarakatnya, yang terdaftar di kantor desa

ya akan diberikan hak nya sesuai yang diberikan pemerintah kepada warga Negara

nya, adapun yang tidak terdaftar ya itu urusan nya sendiri. tuturnya dalam sesi

wawancara lanjutan di kantor desa Cigugur.58

Pola yang terbangun pada masyarakat Desa Cigugur masih dalam katagori

kondusif pada level kerukunan antar umat beragama, dan nilai-nilai yang

terbangun dalam tatanan kehidupan sosial masyarakat ini yang seharusnya

mampu tersosialisasikan sebagai bahan referensi pemecahan masalah

hubungan antaragama. Sikap saling terbuka dalam perbedaan yang pada

akhirnya menjadi tindakan-tindakan masyarakat yang tumbuh dalam kearifan

dan keharmonisan hubungan antaragama dan masyarakat.

5. Masa Depan Agama dan Hubungan AntarAgama

Hubungan dan komunikasi antaragama yang penulis bahas dari awal pada

akhirnya mencapai pada tahap masa depan agama dan hubungan antaragama,

ada enam pembahasan dalam pembahasan masa depan agama dan hubungan

antaragama kedepannya, yaitu sebagai berikut :

58 Wawancara dengan bapak Anda Suganda, aparatur desa Cigugur, di kantor Desa Ccigugur, pada

tanggal 1 Maret 2016.

Page 70: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

60

a. Agama dan keluarga

Saat ini makin banyaknya orang yang lebih peka melihat pengaruh

berbagai perubahan terhadap peranan agama dan keluarga. Dalam kondisi

hubungan antaragama dan budaya di Desa Cigugur dalam kehidupan

keluarga dari tiap-tiap masyarakatnya memiliki keunikan dalam hubungan

keluarga inti, pada level keyakinan tiap-tiap individu yang ada pada

keluarga inti tersebut memandang sebuah agama adalah bagian dari pada

keyakinan individu dengan sang maha penciptanya, maka tidak jarang di

Desa Cigugur pada keluarga ini setiap individunya memiliki perbedaan

dalam keyakinan namun pada level hubungan kekeluargaan dan manusia

mereka tetap saling harmonis dan berhubungan dengan baik.

Dibuktikan dari pernyataan, ketika dilakukan wawancara dengan

pemuka agama Islam setempat beliau mengungkapkan :

Sebenarnya banyak dari keluarga yang ada di Desa Cigugur ini yang memiliki perbedaan keyakinan namun tetap saling harmonis dalam kehidupan

keluarganya.59

Walaupun penulis tidak secara rinci mendapati temuan tersebut namun

dalam pembahasan ini kiranya dapat menambah ketertarikan penulis

terhadap keanekaragaman yang ada di Desa Cigugur.

b. Agama dan Ekonomi

Apakah agama dapat mempengaruhi terhadap kondisi ekonomi pada

masyarakat tertentu? Penulis tidak secara detail membahas permasalahan

59 Wawancara dengan bapak Drs. Aang Taufiq, M.SI (tokoh agama islam di Desa Cigugur), di

kediamannya, Desa Cigugur, pada tanggal 2 Maret 2016

Page 71: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

61

ini, namun sedikit mengambil dari pemaparan Ibunda Ratu Emalia, beliau

menerangkan :

dalam acara adat seren taun ataupun kegiatan-kegiatan yang sifatnya

melestarikan kebudayaan nusantara, pihak Paseban tidak merasa

terhambat dengan tidak adanya bantuan-bantuan dari pihak luar, karena

itu setiap perayaan upacara seren taun yang mencakup dari kepercayaan-

kepercayaan diluar Sunda Wiwitan, selalu mandiri dalam perayaan nya.60

Ini menjadi temuan yang menarik mengingat kebudayaan nusantara

sudah semakin tergerus oleh arus globalisasi yang makin melahap habis

perhatian masyarakat di Indonesia. Ini menjadi pengaruh tersendiri antara

masa depan agama khususnya dalam aliran kepercayaan yang memang pada

hal ini mewarisi budaya-budaya nusantara pada umumnya.

c. Agama dan pemerintah

Adapun peran pemerintah dalam hal ini sebagai institusi yang menaungi

warga Negara nya pun memandang seperti itu di kalangan masyarakat desa

Cigugur. Seperti yang di jelaskan oleh bapak anda aparatur desa setempat

memandang :

menurutnya nilai toleransi yang ada di desa Cigugur sudah menjadi

budaya karna saling harmonis dalam kehidupan bermasyarakatnya,

dalam urusan-urusan lainnya yang menyangkut permaslahan administrasi

sebagai warga penduduk itu diserahkan kembali kepada individu

masyarakatnya, yang terdaftar di kantor desa ya akan diberikan hak nya

sesuai yang diberikan pemerintah kepada warga Negara nya, adapun

yang tidak terdaftar ya itu urusan nya sendiri. tuturnya dalam sesi

wawancara lanjutan di kantor desa Cigugur.61

60 Wawancara dengan Ibunda Ratu Emalia, di Paseban Tri Panca Tunggal, Tanggal 3 Maret 2016.

61 Wawancara dengan bapak anda, aparatur desa Cigugur, di kantor Desa Ccigugur, pada tanggal 1 Maret 2016.

Page 72: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

62

Peran pemerintah dalam mendukung penghayat kepercayaan Sunda

Wiwitan dan agama-agama yang ada di desa Cigugur sudah cukup

koperatif, seperti yang dipaparkan oleh sekertaris desa Cigugur di atas,

sesuai dengan hak dan kewajban yang diterima oleh masyarakat desa

Cigugur sesuai dengan sistem yang ada di Indonesia, untuk mendapatkan

hak kependudukan maka masyarakat harus mendaftarkan diri sebagai warga

Indonesia, lalu sesuai administrasi yang berlaku diberikan kartu tanda

penduduk yang nantinya bisa dipergunakan untuk mendapatkan hak fasilitas

sebagai warga negara Indonesia.

Hal yang menjadi penting bagi masyarakat Cigugur yang belum dapat

di atasi oleh pemerintah adalah masalah perkawinan beda agama, maka

pemerintahpun belum bisa melegalkan sesuai undang-undang yang berlaku

di Indonesia yang belum adanya legalitas menikah berbeda agama.

Agama dan pemerintah (lebih banyak dikaitkan dengan politik), saling

mendukung dalam preferensi tertentu. Di Indonesia “politik” mencari

dukungan agama dan sebaliknya merupakan hal yang biasa. Banyak

organisasi yang bersifat keagamaan melibatkan birokrat pemerintah untuk

mendekatkan hubungan dengan agama.62

Maka dalam hal ini seharusnya

pemerintah harus lebih solutif dengan permasalah-permasalah yang ada

dalam hubungan antar agama.

62 Dr. Aloliliweri, M.si, Gatra-Gatra Komunikasi Antar Agama, h. 265

Page 73: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

63

d. Agama dan kegiatan sosial

Agama sangat mempengaruhi kegiatan social, seorang konservatif

merupakan orang yang mungkin bersedia melakukan penyesuaian yang

kecil, namun mereka yakin bahwa struktur dasar masyarakat sudah sehat

dan masuk akal. Mereka mungkin bahkan mendukung pembaharuan/reform

namun menolak revolusi karna membawa kehancuran dan bukan

keuntungan.

Kaum konservatif percaya bahwa agama harus menghasilkan

keselamatan pribadi, agama harus meningjkatkan semangat cinta kasih,

altruism dan iman yang dapat mengatasi berbagai kesulitan social. Agama

tidak berusaha mengubah dunia melaikan merubah manusia menjadi orang

beriman yang berdedikasi. Sebaliknya orang yang radikal lebih

mementingkan bagaimana agama diubah untuk dan disesuaikan dengan

situasi sekarang dan kini.

Masyarakat di desa Cigugur lebih mengedepankan keharmonisan yang

di jaga melalui komunikasi yang baik dengan masyarakat agama lain, Sunda

Wiwitan pun melakukan hal yang sama dengan masyarakat lainnya dengan

cara bersosialisasi dan tidak tertutup dengan kelommpoknya sendiri.

e. Agama dan lapisan sosial

Salah satu fungsi latent agama adalah dapat melahirkan struktur baik

formal ataupun informal dalam agama sebagai organisasi. Peran agama

dalam lapisan sosial membantu masyarakat membentuk kelompok-

kelompok di luar fungsi agama secara formal, yang melahirkan kesamaan

Page 74: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

64

rasa dan cita-cita untuk sama-sama membangun kualitas dari pada

agamanya tersebut, memberikan wadah transformatif bagi para pemeluk

agama agar tidak terjadi tindakan diluar kontrol ajaran agama.

Seperti organisasi keagama yang mampu menumbuhkan rasa

kekompakan dan saling membangun bagi para pemeluk kepercayaan. bukan

untuk saling membesarkan secara tendensi dan kecenderungan benar

salahnya suatu agama melainkan untuk media sosialisasi dan tempat

bertukar informasi dari agama atau kepercayaan di luar yang diimani.

Page 75: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

65

B. Hakikat Agama Bagi Kepercayaan Sunda Wiwitan

Kehidpan bermasyarakat di Desa Cigugur sangat diwarnai dengan

keanekaragaman para pemeluk kepercayaan ataupun agama-agama yang ada

sudah sangat dikenal seperti Islam, Katolik, Budha, Hindu. Dari keanekaragaman

agama-agama tersebut, penulis mengamati kerukunan dalam kehidupan

bermasyarakat, keharmonisan kelompok agama-agama tersebut tercermin dalam

kegiatan saling menghormati, menghargai dari setiap perbedaan yang ada di

ajaran agama-agama tersebut.

Sunda Wiwitan sebagai salah satu kelompok yang sampai hari ini masih

eksis dalam menjalankan kepercayaan nenek moyang mereka, menjadi keunikan

tersendiri dari berbaurnya agama-agama yang ada di Desa tersebut. Adat dan

budaya Sunda Wiwitan seakan merangkul dari setiap pemeluk ajara-ajaran lain,

untuk saling hidup rukun dan harmonis sehingga pada setiap pelaksanaan kegiatan

adatnya masyarakat masih berkumpul bersama dalam peringatan hari besar seren

taun di desa Cigugur.

Kegiatan seren taun ini menjadi reitual upacara hari besar adat sunda, yang

biasa kita kenal pada upacara-upacara adat orang sunda lainnya adalah hajat bumi.

Di upacara ini lah masyarakat desa Cigugur berbaur menjadi satu untuk

memanjatkan rasa syukur kepada tuhan sang pemberi kehidupan kepada semua

makhluk baik dari kalangan Sunda Wiwitan, Islam, maupun agama-agama yang

lain yang ada di Desa Cigugur.

Bagi para penghayat kepercayaan Sunda Wiwitan, semua agama yang ada

di muka bumi ini adalah sama yaitu pada konteks penyembahannya terhadap sang

Page 76: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

66

maha pencipta, seperti para pendahulu mereka yang mengajarkan setiap manusia

memiliki kewajiban untuk selalu mengingat sang maha pencipta melalui

pengahayatan jagat raya dan jagat raga. Dengan menyadari betul bahwa semua

manusia harus menebar cinta kasih, karena sejatinya manusia memiliki pancara

komara (cahaya) maha kuasa, pengatur segala isi alam semesta ini dengan segala

kemurahanya, dari sekecil atom hingga pada bumi, planet yang bergerak dialam

semesta ini hanyalah kehendak tunggal tuhan sebagai maha mengatur dari asal

segala asal yang di sebut juga dalam ajaran Sunda Wiwitan “Gusti pangeran

sikang sawiji-wiji” yang artinya tuhan yang maha esa, wiji adalah inti-inti dari

segala kehidupan baik jagat besar ataupun jagat kecil (makro dan mikro) atau

alam raya, alam raga, dan alam rasa. Menghayati atau mengkaji jagat raya

maksudnya, manusia harus selalu menebar cinta kasih terhadap lingkungan dan

seiisinya, karena nafas kehidupan yang diciptakan oleh sang maha pencipta

(udara) sejati terhirup oleh semua makhluk yang ada di jagat raya ini, dari

manusia, hewan sampai tumbuhan. Yang sejatinya udara itu bergantian dihirup

oleh makhluk ciptaan tuhan secara bergantian. Oleh karenya setiap makhluk hidup

khususnya manusia harus menyadari, sebenrnya semua yang ada di alam semesta

ini harus kita jaga dan kita berikan kasih sayang seperti di jelaskan pada

kumpulan falsafah Sunda Wiwitan, “ ini pakeun urang ngertakeun bumi lamba”

hal ini lah merupakan jalan untuk kita mensejahterakan dunia.

Penghayat kepercayaan Sunda Wiwitan sangat berpegang teguh dengan

nilai-nilai sopan santu dan budi perkerti yang luhur ibarat mecontoh rosul tuhan

adalah sebaiknya perbuatan. Sama halnya yang dijelaskan dalam falsafah Sunda

Page 77: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

67

Wiwitan “ Bayu kita pinah ka prebu, sabda kita pinah ka rama, hedap kita pinah

ka resi, .. nguni sang pandita kalawan sang dewa ratu, pageuh ngantakeun ing

buwana, nyamana kreta lor, kidul, kulon, watan, sakasangga dening pretiwi, saka

kurung dening akasa, pahi maghurip ikang sarwo janma kabeh” yang artinya,

kesentosaan kita ibarat raja, ucap kita ibarat rama, budi kita ibarat resi, demikikan,

apabila pandita dan raja sungguh-sungguh mensejahterakan Negara, maka

sejahtera diutara, selatan, barat dan timur, hidup snetosa untuk semua makhluk.

Maka dari nilai-nilai yang bterkandung dalam falsafah Sunda Wiwitan ini lah

yang pada akhirnya diimplementasika dalam kehidupan sehari oleh para

pemeluknya dalam bentuk penghayatan untuk hidup saling harmonis dengan

pemeluk kepercayaan lain seperti menghormati dan menghadiri kegiatan-kegiatan

yang bersifat kemasyarakatan seperti gotong royong, menghadiri takdziah orang

yang meninggal sampai menjalin silaturrahmi di setiap harinya.

Sudut pandang Sunda Wiwitan dalam memaknai hakekat agama sudah

tidak lagi memisahkan antara manusia-manusia yang ada di muka bumi. seperti

yang dijelaskan rama anom dalam sesi wawancara, beliau menyampaikan :

Hakekat sebuah agama pada dasarnya menyerukan pada setiap ajaran nya

nilai baik terhadap sang maha kuasa dalam menjalankan setiap perintahnya dan

menjauhi semua yang dilarang, serta berbuat baik dengan semua manusia,

“hablumminallah wa hablumminannas” ungkapnya seperti itu, kami pun

mengkaji ajara-ajaran dari agama lain untuk menemuka ma‟ rifatullah dalam

setiap agama yang diturunkan di bumi. Bukan tidak dengan ajaran Islam, kami

pun membaca dalil-dalil atau firman allah dalam alquran, akan tetapi kami

terbiasa mengkaji hal yang tersirat ketimbang hal yang tersurat dalam kita suci

umat Islam.63

63 Wawancara dengan Rama Anom, di kediamannya, pada tanggal 28 Februari 2016.

Page 78: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

68

Jadi hakekat agama yang dipahami oleh para penghayat kepercyaan Sunda

Wiwitan bukan hanya sebatas mengkaji aturan-aturan atau ajaran-ajaran tersurat

melainkan atura-aturan tuhan yang tersirat dari semua bentuk ciptaannya. Karena

menurut ibunda ratu emalia, beliau menjelaskan :

agama itu tidak membuat kacau, tidak membuat keruh para pemeluknya

melainkan mebuat damai bagi setiap manusia dan makhluk ciptaan tuhan sang

maha pencipta.64

Penulis berpendapat dari hasil pembahasan dan temuan diatas, kiranya ada

jawaban yang terhubung mengapa hakekat agama masuk dalam kebudayaan

Sunda Wiwitan, karena pada dasarnya ajaran Sunda Wiwitan pun mengakui ada

nya dzat yang maha kuat dan maha pencipta di luar dari kemampuan manusia,

akan tetapi hanya resonansi penyebutannya saja yang berbeda-beda pada setiap

agama –agama yang ada. Dan juga sistem nilai dan norma yang terbangun dalam

kehidupan sehari-hari masyarakat di Desa Cigugur menemukan kesamaan makna

bahwa dalam kehidupan manusia membutuhkan sebuah kepercayaan yang hakiki

dan absolut bagi setiap manusia yang mempercayainya, agar menopang

kehiduupan berbudayanya dalam tindakan-tindakan atau implementasi nilai ajaran

yang pada akhirnya membentuk sebuah system bagi seluruh pemeluknya. Budaya

ini yang pada akhirnya menyatukan mereka pada satu kesamaan dalam

berkehidupan berbangsa dan bernegara. Di samping itu ikatan kekeluargaan yang

sangat erat menjadikan mereka saling terbuka dan memberikan pemahaman-

pemahan batasan bagi setiap pemeluk ajaran agama yang masing-masing yakini

dalam ajaran agamanya seperti dalam hal tata cara mengolah masakan daging dari

64 Wawancara dengan Ibunda Ratu Emaila, di paseban tri panca tunggal, tanggal 3 Maret 2016

Page 79: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

69

mulai pemotonganya, kegiatan seren taun yang selalu diikuti oleh pemeluk agama

lain namun tidak keluar dalam batasan seperti sesembahan yang tidak semua

agama di Desa Cigugur mengikutinya khususnya Islam yang memang tidak

adanya kegiatan sesembahan seperti yang dilakukan pemeluk kepercayaan Sunda

Wiwitan.

Pengertian lain atas pemahaman hakikat agama adalah sistem keyakinan

yang dianut dan tindakan-tindakan yang diwujudkan oleh suatu kelompok atau

masyarakat yang menginterpretasikan dan memberikan respon terhadap apa yang

disarankan dan diyakini sebagai yang ghaib dan suci. Maka bedasarkan pengertian

itu, agama sebagai suatu keyakinan yang dianut oleh suatu kelompok atau

masyarakat menjadi nilai dan norma yang diyakini, dipercayai, diimani sebagai

suatu refrensi, karena norma dan nilai itu mempunyai fungsi-fungsi tertentu. 65

Maka hakekat agama yang dipahamai oleh seluruh pemeluk Sunda

Wiwitan dapat menjadikan pemeluknya menjadi manusia yang memiliki semangat

membangun keharmonisan, berbudi pekerti luhur serta menjunjung tinggi sopan

santun dalam kehidupan sehati-harinya.

65 Dr. Aloliliweri, M.si, Gatra-Gatra Komunikasi Antar Agama, h. 254

Page 80: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

70

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bedasarkan pembahasan sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa :

1. Komunikasi antar budaya dan agama yang bekembang di Desa Cigugur ini

sangat dinamik dan masif, hal ini dapat terlihat dari beberapa kajian yang

penulis lakukan, dari pola memahami hakikat Agama, kecenderungan

kelompok beragama sebagai etnik yang memiliki perasaan ekslusif terhadap

kelompok lain namun tetap mampu inklusif dalam kehidupan

bermasyarakatnya dan tidak membentuk gerakan persuasif atau mengajak bagi

masing-masing kepercayaan yang dianutnya, serta hubungan antar agama yang

sama-sama memahami makna perbedaan bagi setiap ajaran yang dianut

masing-masing individu masyarakatnya untuk senantiasa saling menghormati

dan menghargai antar umat beragama, terlebih hubungan kekeluargaan atau

hubungan darah yang memberikan faktor penting terjalinnya komunikasi yang

baik guna mempertahankan sisi-sisi budaya leluhur yang menanamkan nilai-

nilai budi pekerti, sopan dan santun serta bersikap baik terhadap sesama serta

membangun toleransi, keharmonisan, dan gotong royong yang telah menjadi

budaya masyarakat desa Cigugur.

2. Bagi penghayat kepercayaan Sunda Wiwitan, hakikat agama pun bagian dari

pada ajaran yang mereka anut, para penghayat kepercayaan Sunda Wiwitan

percaya bahwa penciptaan jagat raya dan jagat raga adalah ciptaan sang maha

Page 81: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

71

pencipta, Gusti Ingkang Sawiji-wiji yang mampu menghidupkan dan

mematikan makhluk yang bernyawa. Maka keyakinan terhadap sesuatu yang

ghaib pun mereka percayai sebagai cara mereka beribadah dan mengingat sang

maha pencipta (renungan/semedi).

B. Saran

1. Perlu adanya peranan pemerintah khususnya Departeman Agama dalam hal ini

mempunyai tugas dan tanggung jawab sekaligus memberikan pengarahan atau

membina para tokoh maupun penganutnya dalam meningkatkan pemahaman

dan penghayatan ajaran agama yang mereka anut dalam rangka meningkatkan

kualitas keimanan. Serta memberikan pemahaman yang berorientasi pluralis

hendaknya diutamakan, dengan demikian masyarakat desa Cigugur yang

majemuk dapat memahami dan menghargai keberadaan orang lain.

2. Pemanfaatan potensi lokal untuk menangani setiap masalah yang timbul antara

pemeluk agama yang berbeda agama, baik masalah internal ataupun masalah

eksternal umat beragama. Keharmonisan yang terdapat pada masyarakat

Cigugur merupakan satu bukti bahwa tanpa banyak campur tangan orang lain,

mereka tetap bisa menyelesaikan masalah-masalah yang timbul dan tetap

damai.

3. Harus ada peranan aktif dari pihak pemerintah ataupun komunitas budaya

dalam menjaga budaya di desa Cigugur, dan dalam menjaga kerukunan dalam

kemajemukan agama yang terjadi di Cigugur. Seperti memperkenalkan

Cigugur kepada masyarakat luas dan menjadikan Cigugur sebagai daerah

Page 82: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

72

tujuan wisata adat, sebagai upaya dalam melestarikan kepercayaan dan adat

yang ada di Cigugur.

4. Penulis pun menyarankan agar studi komunikasi antar budaya dan agama

seperti ini lebih dikembangkan dan diperdalam pada jurusan Komunikasi dan

Penyiaran Islam, sehingga dalam mencari refernsi tidak terlalu menemukan

kesulitan bagi para mahasiswa yang ingin meneliti dan konsen dalam kajian

bidang ini.

Page 83: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Abbas, Bakrie, Komunikasi Internasional: Peran dan

Permasalahannya, Jakarta: Yayasan Kampus Tercinta-IISIP, 2004.

Agus, Bustanuddin, Agama dalam Kehidupan Manusia: Pengantar

Antropologi Agama, Jakarta: PT.Grafindo Persada, 2006.

Alex. H. Rumondor dkk. Komunikasi Antar Budaya, Jakarta: Pusat

Penerbitan Universitas Terbuka, 2001.

Arbi, Armawati, Dakwah dan Komunikasi, Jakarta: UIN Press,

2003.

Asnawir dan Utsman, basyirudin, Media Pembelajaran Jakarta:

Ciputat Press, 2002.

Bertrand, Jacques. Nasionalisme dan Konflik Etnis di Indonesia ,

Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2012.

Dr. Aloliliweri, M.si, Gatra-Gatra Komunikasi Antar Agama,

Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2011.

Dr. Aloliliweri, M.si. Dasar-Dasar Komunikasi Antar Budaya,

Jogjakarta: Pustaka Pelajar Press, 2000.

Eriyanto. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media,

Yogyakarta: LkiS, 2011.

Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik,

Jakarta: Bumi Aksara, 2013.

Kitab falsafah Sunda wiwitan.

Page 84: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

Maarif, Syafi’i, Agama Kemanusiaan dan Budaya Toleransi,

Yogyakarta: PT. Surya Sarana Utama, 2004.

Mulyana, Deddy, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya, 2003.

Mulyana, Dedi. Metodelogi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT.

Rosdakarya,2002.

Mulyana, Dedi. Metode Penelitian Komunikasi, Bandung: Remaja

Rosda Karya, 2006.

Mulyana, Dedi dan Rahmat, Jalaluddin. Komunikasi Antar Budaya.

Bandung: PT. Remaja Rosda karya, 2005.

Pawito. Penelitian Komunikasi Kualitatif Yogyakarta: LkiS, 2007.

Prastowo, Andi. Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif

Rancangan Penelitian, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011.

Robert K. Yin. Studi Kasus Desain dan Metode, Jakarta:

RajaGrafindo, 2004.

Sulkan, Laporan Kinerja Tahun 2014 dan Rencana Kerja Tahun

2015 Sekertaris Kelurahan Cigugur.

Page 85: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

Pedoman Wawancara

Nama : Pangeran Gumirat Barna Alam

Jabatan : Tokoh Sunda Wiwitan

Hari / Tanggal : Minggu, 28 Februari 2016

Waktu Wawancara : 09.00 WIB

Tempat Wawancara : Perumahan Puri Loka, Kuningan

Tanya :Bagaimana Sunda Wiwitan memandang sebuah Agama?

Jawab :sebelum membahas makna sebuah agama, bisa di artikan agama

adalah aturan gawe manusa, jadi agama adalah pedoman atau

tuntunan menuju jalan kebenaran untuk manusia. Hakikat agama

menurut penghayat kepercayaan Sunda Wiwitan adalah bahwa

sesungguhnya semua agama diturunkan oleh gusti ingkang sawiji-wiji

adalah untuk menebar cinta kasih atau kasih sayang terhadap setiap

makhluk hidup yang ada dimuka bumi ini. Agama dipandang sebagai

aturan yang harus dipatuhi oleh setiap pemeluknya, hakikat agama

yang di maknai oleh para pemeluk sunda wiwitan adalah bagaimana

kita bisa menjaga setiap makhluk ciptaanya walaupun dengan cara

yang berbeda-beda, semua agama menentukan aturan-aturannya

masing-masing sesuai perintah sang maha pencipta.

Tanya : Kenapa para pemeluk Sunda Wiwitan masih mempertahankan

kepercayaan Sunda Wiwitan sampai sekrang?

Jawab : Bagi para penghayat kepercayaan Sunda Wiwitan sangat menjaga

apa yang diwarisi oleh leluhur kami, kami mensyukuri apa yang telah

diberikan tuhan sebagai ciptaannya. Karena kami lahir di tanah Sunda

yang memiliki budaya dan adat istiadat seperti ini dan sudah sejak dulu

di lakukan oleh para leluhur kami maka kami wajib menjaganya dan

mempertahankan budaya Sunda Wiwitan yang telah diwarisi. Karena

Page 86: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

kalo bukan kami yang menjaga nya semakin hilang saja budaya

nusantara seperti ini.

Tanya : Bagaimana Komunikasi yang terjalin antara pemeluk sunda wiwitan

dengan pemeluk agama Islam dalam mewujudkan toleransi di Desa

Cigugur?

Jawab : kalo komunikasi kami dengan masyarakat Cigugur sangat baik, tidak

pernah ada singgungan dengan sesame ataupun yang berbeda

keyakinan sekalipun. Kami pun sering melakukan anjang sana

(silaturrahmi) untuk saling mengenalkan dan memahami social yang

ada pada masyarakat. Karena melalui ajang silaturrahmi ini yang

membuat kami semakin dekat dan akhirnya saling mengenal dan tahu

apa saja sih yang menjadi batasan ajaran kami dan masyarakat yang

berbeda keyakinan sekalipun. Adanya keterbukaan dari semua

masyarakat disini menjadi kunci keharmonisan juga bagi kehidupan di

desa Cigugur, melalui bahasa yang santun agar komunikasi yang

terjalinpun lebih baik.

Tanya : Faktor apa saja kah yang mendukung dan menghambat komunikasi

antara pemeluk sunda wiwitan dan pemeluk agama islam dalam

menjaga toleransi agama di desa Cigugur?

Jawab : faktor yang berpengaruh dalam kelancaran masyarakat

berkomunikasi itu…hubungan darah dan kerabat dekat yang memang

di desa Cigugur kalo masyarakat asli nya pasti memiliki hubungan

darah atau masih keluarga. Sangat kecil adanya hambatan dalam

mengkomunikasikan perbedaan keyakinan di masyarakat Cigugur.

Karna kami yang memang masih memiliki ikatan keluargapun pas

bertemu tiap berapa waktunya karena ada perkumpulan di setiap

keluar seperti arisan dan kumpul-kum[ul keluarga ini sudah menjadi

tradisi di masyarakat menjadi pemersatu.

Page 87: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

Tanya : Siapa tokoh yang berperan dalam menjaga toleransi agama di desa

Cigugur?

Jawab : Semua tokoh lintas agama yang ada di desa Cigugur memiliki peran

masing-masing untuk saling menjaga keharmonisan dan kerukunan

antar masyarakat yang ada. Kalo dari tokoh sunda wiwitan ada

pangeran Djati kusumah dan saya sendiri. Dengan adanya dialog antar

agama yang sering diadakan disini juga berpengaruh dalam

mensosialisasikan ajaran-ajaran dari setiap agama dan kepercayaan.

Page 88: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

Nama : Ust. Drs. Aang aufik

Jabatan : Tokoh Islam di Desa Cigugur

Hari / Tanggal : Senin, 29 Februari 2016

Waktu Wawancara : 14.00 WIB

Tempat Wawancara : Rumah Narasumber, Desa Cigugur, Kuningan

Tanya : Menurut bapak, bagaimana agama Islam memandang Hakikat Agama?

Jawab : Memandang hakikat agama itu ya aturan yang diturunkan Allah SWT

kepada Nabi Muhammad SAW, untuk menjalankan semua yang

diperintahkan Allah SWT dan menjauhi apa yang di larang oleh Allah

SWT, dengan kata lain dalam menjalani kehidupan bermasyarakat

manusia hidup saling bersama-sama, saling menjalankan ibadahnya

sendiri-sendiri tanpa memaksakan pola agama tertentu. Lakum Dinukum

Waliyadin “Untukmu Agamamu, dan untukulah agamaku” artinya kita

tidak mengusik agama mereka dan mereka tidak mengusik agama kita,

entah itu minoritas ataupun mayoritas. Dalam konteks ini ajaran islam

sendiri sangat menghargai perbedaan, toleransi dan saling memahami

dalam kehidupan bermasyarakat menurut pandangan islam, tinggal

bagaimana kita bisa mensosialisasikan perbedaan-perbedaan itu maka

orang lain diluar dari agama islam pun akan mengetahui batasan-

batasan mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan terhadap diri kita.

Dengan ini munculah suatu keterbukaan diantara pemeluk agama yang

kemudia sikap saling menghormati dan menghargai akan terjadi

sehingga kerukunan antar pemeluk agama dan mereka yang berbeda

keyakinan dengan islam itu benar-benar terwujud.

Tanya : Bagaimana para pemeluk agama Islam di Desa Cigugur dapat hidup

berdampingan dan harmonis dengan masyarakat non islam? Apa

penyebabnya?

Jawab : setiap dari kita (kelompok) memiliki cita-cita dari masing-masing para

pemeluk agama atau kepercayaan di Desa Cigugur akan tertapi dalam

Page 89: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

menumbuhkan kehidupan bermasyarakat yang harmonis dan saling

menghormati maka jangan sampai ada kecenderungan kelompok untuk

menjadi yang paling benar. Sehingga tidak menyulut api permusuhan

diantara pemeluk kepercayaan sunda wiwtan dan pemeluk agama islam

di Desa Cigugur. Apalagi dengan adanya ikatan darah dari masyarakat

Desa Cigugur itupun menjadi faktor penting mengapa kelompok agama

maupun kepercayaan di Desa Cigugur ini, walaupun berbeda dalam hal

keyakinan namun tetap menjunjung tinggi rasa kekeluargaan dan saling

memahami bagi setiap masyarakatnya.

Tanya : bagaimana komunikasi yang terjalin antara pemeluk agama Islam dan

pemeluk kepercayaan sunda wiwitan dalam menjaga toleransi di

Cigugur?

Jawab : komunikasi yang terjalin antara masyarakat beragama Islam dan sunda

wiwitan sampai saat ini cukup baik, karena memang kehidupan

keseharian para pemeluk kepercayaan sunda wiwitan sangan sopan dan

etika mereka pun baik, bahkan harus diakui, dibandingkan dengan para

pemeluk agama lain, para pemeluk sunda wiwitan lebih santun dalam

kehidupan keseharian mereka. Jadi yang kalo soal komunikasi mah

Alhamdulillah sangat baik dengan mereka, dan sudah bukan hal yang

asing lagi bagi para tokoh pemuka agama dan kepercayaan di desa

Cigugur ketika sedang mengadakan acara bersama mengucapkan salam

sebanyak tiga kali sesuai kepercayaan yang ada di Cigugur. Dengan

adanya keterbukaan seperti ini malah kita yang berama islam pun sering

kali diingatkan jika sedang ada kegiatan bersama seperti kerja bakti dan

sudah masuk waktu solat seringkali ditegur untuk berhenti dan

beribadah terlebih dahulu. Jadi soal komunikasi yang terjalin sampai

saat ini baik-baik saja.

Page 90: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

Tanya : apa faktor pendukung dan penghambat komunikasi antara Islam dan

Sunda wiwitan dalam menjaga toleransi agama di desa Cigugur?

Jawab : faktor utama yang paling mendukung dalam menjaga toleransi di Desa

Cigugur karena hamper masyarakat yang ada di Desa Cigugur itu punya

ikatan darah atau masih kerabat disamping itu memang sudah menjadi

kebiasaan bagi kami masyarakat Cigugur untuk hidup berdampingan

dan saling menerima perbedaan yang ada dari masing-masing ajaran

agama nya. Hambatan yang sedikit timbul di tengah masyarakat adalah

budaya sunda wiwitan yang seakan-akan menjadi pengaruh turun-

temurun dari para leluhur masyarakat, jadi saya biasa memberikan

pengertian ke jemaah melalui khutbah atau cerama untuk saling menjaga

batasan-batasan khususnya dalam hal adat istiadat, jangan sampai di

campur adukan, budaya dan aqidah. Mana yang memang dibolehkan

dan tidak bertentangan denga aqidah dan mana yang dilarang oleh

ajaran Islam. Karena memang ada adat istiadat yang bertentangan

dengan aqidah umat Islam yaitu ketika perayaan seren taun yang

berkenaan dengan seserahan sajen dan pemujaan terhadap dewa, jadi

saya sering memberikan pemahaman kalo sedang ada ritual itu jangan

diikuti, tetapi kegiatan yang lainnya seperti perayaan adat dan panjatan

rasa syukur dengan mengumpulkan hasil bumi untuk selametan tidak

apa-apa.

Tanya : Siapa tokoh yang berperan dalam menjaga toleransi agama di desa

Cigugur?

Jawab : semua tokoh lintas agama pasti memiliki peran masing-masing dalam

menjaga toleransi agama dan keharmonisan, jadi tidak ada yang

menonjol. Semua nya ikut menjaga dan semuanya ikut menjaga.

Page 91: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

Dokumentasi

Wawancara dengan Pangeran Gumirat Barna Alam

Wawancara dengan Bunda Ratu Emalia

Page 92: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

Wawancara dengan Bapak Ust. Drs. Aang Taufik

Gedung Paseban Tri Panca Tunggal

Page 93: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

Gedung Paseban Tri Panca Tunggal Tampak Depan

Ruang Sri Manganti

Page 94: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI

Ruang Pendopo

Ruang Dapur Ageung

Page 95: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI
Page 96: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI
Page 97: KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA PENGANUT KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN, STUDI