Upload
others
View
9
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI USTAZ DAN
SANTRI DALAM MEMBERIKAN MOTIVASI
MENGAJI DI PESANTREN LUHUR SABILUSSALAM
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan Gelar Sarjana
Komunikasi (S.Sos)
Febriansyah
(11170510000020)
Komunikasi dan Penyiaran Islam
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2021 M/1442 H
2
KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI USTAZ DAN
SANTRI DALAM MEMBERIKAN MOTIVASI
MENGAJI DI PESANTREN LUHUR SABILUSSALAM
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
KOmunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Sosial
(S.Sos)
Oleh
Febriansyah
NIM. 11170510000020
Pembimbing
Dr. Yopi Kusmiati, M.Si
NIP.198012172003122002
JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN DAN
PENYIARAN ISLAMFAKULTAS DAKWAH DAN
ILMU KOMUNIKASIUNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2021 M/1443 H
3
i
ii
ABSTRAK
Nama : Febriansyah (11170510000020)
“Komunikasi Antar Pribadi Ustaz Dan Santri Dalam
Memberikan Motivasi Mengaji Di Pesantren Luhur
Sabilusalam”
Santri kalangan mahasiswa dalam minat dan
motivasinya dalam mengaji cenderung sudah menurun, maka
dari itu dibutuhkan beberapa faktor eksternal untuk
mebangkitkan kembali motivasi dalam mengaji santri salah
satunya dengan cara memberikan motivasi mengaji oleh ustaz
di pesantren mahasiswa. Metode pemberian motivasi tentu
harus disesuaikan dengan umur mereka.
Dari latar belakang tersebut, maka muncul pertanyaan
bagaimana komunikasi ustaz dengan santri, bagaimana bentuk
komunikasi ustaz dengan santi dan apa saja faktor dan
penghambat dan pendukung motivasi mengaji santri di
Pesantren Luhur Sabilussalam.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian
kualitatif dengan riset lapangan (field rieserch) dan paradigma
kontruktivisme. Data yang didapat menggunakan Teknik
observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Agar penelitian ini dapat terarah, maka teori menjadi
acuan dalam penelitian ini adalah teori FIRO yang di
kemukakan oleh William C, Schutz yang menjelaskan tentang
orientasi seseorang terhadap orang lain.
Hasil penelitian ini adalah bentuk komunikasi Ustaz
dengan santi di pesantren luhur sabilussalam yaitu
keterbukaan, empati, memberikan dukungan, memberikan
pengajaran dengan rasa humor dan kesamaan dalam menjalin
hubungan. Selanjutnya bentuk motivasi mengaji ustaz dengan
santri pesantren luhur sabilussalam yaitu memberikan hadiah
untuk santri yang bersemangat mengaji, menceritakan kisah
ulama, memberikan pujian, memberikan semangat,
memberikan gambaran prospek masa depan. Kemudian faktor
penghambatnya yaitu kurang memahami karakter santri,
verbalistis santri mengantuk dan faktor pendukungnya yaitu
kredibilitas ustaz bagus dan komunikasi 2 arah.
iii
Kata Kunci : Komunikasi Antarpribadi, Motivasi Mengaji,
ustaz, santri.
iv
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim Puji Syukur penulis
panjatkan kehadirati Allah SWT. Atas segala limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW. Yang telah membimbing umatnya dari
zaman kegelapan hingga zaman terang menderang .
Alhamdulillahhirobbil ‘Alamin setelah perjalanan
Panjang yang penulis lewati, akhirnya penulis berhasil
menyelseaikan penelitian dalam penyusunan skripsi yang
berjudul “Komunikasi Antarpribadi Antara Ustaz dan Santri
dalam Memberikan Motivasi Mengaji dei Pesantren Luhur
Sabilussalam”. Skripsi ini dibuat sebagai persyaratan untuk
memperoleh gelar Srata-1 Sarjana Sosial (S.Sos) di Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, banyak hambatan
dan rintangan yang penulis lalui tetapi penulis selalu mendapatkan
bantuan, dukungan serta support dari kerabat, sahabat terdekat
baik itu berupa pikiran, tenaga, dorongan semangat, maupun
materil maka dari itu pennulis ingin mengucapkan banyak
terimakasih kepada :
1. Suparto, M.Ed, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. Siti Napsiyah,
S.Ag. selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr.
Sihabbudin Noor, M.Ag sebagai Wakil Dekan II
v
Bidang Administrasi Umum, Dr. Cecep Sastrawijaya,
MA sebagai Wakil Dekan III bidang Kemahasiswaan.
2. Dr. Armawati Arbi, M.Si. selaku Ketua Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Dr. H. Edi Amin, M.A selaku
Sekertaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Fita Fathurokhmah, M.Si, selaku Dosen Penasehat
Akademik yang telah membimbing dan memberikan
arahan kepada penulis selama melakukan studi.
4. Dr. Yopi Kusmiati, M.Si, selaku Dosen Pembimbing
yang telah bersedia membimbing dan banyak
memberikan masukan serta saran kepada penulis
selama proses penelitian skripsi ini berlangsung.
Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Beliau, semoga
keikhlasannya dalam membimbing penulis dibalas
oleh Allah SWT. dan senantiasa diberikan keberkaha,
dimudahkan rezekinya, selalu di beri kesehatan, dan
kebaikan kepada dirinya beserta keluarganya. Aamiin.
5. Seluruh Staff dan Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah berperan penting selama saya menempuh
Pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beliau
yang berperan dalam memberikan ilmu, pengalaman
vi
serta wawasannya yang sangat bermanfaat saat masih
masa studi.
6. Para Ustaz Pesantren Luhur Sabilussalam yang telah
membantu serta mendoakan penulis dalam
mengerjakan skripsi ini
7. Ust. Asep Anwar, S.Pd, MM. Selaku ketua bidang
keamanan Pesantren Luhur Sabilussaalam.
8. Bapak Mudini dan Ibu Saiyah selaku orang tua
penulis, dan Nenek Tihamah serta Kakek Sahud
penulis ucapkan terimakasih banyak yang sebesar
besarnya kepada mereka karena tanpa mereka saat ini
penulis tidak bisa sampai di titik ini, yang telah
mensuport dari awal hingga saat ini. Semoga Allah
SWT senantiasa panjangkan umur mereka,di berikan
kesehatan hingga bisa menemani penulis hingga tua
nanti.
9. Kepada kakak Mpo Lilis dan suami Bang Mandra
yang selalu memberikan semangat dan dukungan
materil kepada penulis. Serta anak dari kaka penulis
sekaligus keponakan penulis yang sering menghibur
penulis dikala penulis sedang bete.
10. Teman di asrama Pesantren Luhur Sabilussalam,
Muhammad Faid Aqil, Iqbal Ali Muzakky, M. Zein
Ramadhan, M. Afzainizam, Alfi Azizi, M. Hasby
Addimiyati, Rohman Nur, Dimas Fahri, Fiqih
Musyfiq, Bagas, DLL. Yang telah memberikan
semangat kepada penulis.
vii
11. Teman seperjuangan skripsi Sasli Agus, Hasanal Ali
Tambak, Adillah Bagus Prasetyo, Naf’an Hudzaifee,
Yefriadi Syahrin, Muslimin.
12. Para informan Ustaz Pesantren Luhur Sabilussalam
Ustaz Abdul Rahman Hakim, Ustaz Aghnin Khulki,
Ustaz Yudi Surya Permana, Ustaz Asep Ahmad Faris
dan para informan santri Pesantren Luhur
Sabilussalam Dimas Fakhri, Elma Diah, M. Bagas
Balasirullah, Elok Nur Faiza yang telah bersedia
penulis wawancara sebagai penulis.
Demikian ucapan terimakasih yang dapat penulis
sampaikan kepada semua pihak yang membantu penulis
mulai dari awal penulisan hingga skripsi ini selesai .
penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna, maka dari itu penulis mengharapkan dapat
memberikan kritik dan sarannya untuk masukan penulis.
Semoga ksripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
seluru pihak yang membaca.
Jakarta, 20 Agustus
2021
Febriansyah
viii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................... i
KATA PENGANTAR ......................................................... iii
DAFTAR ISI ........................................................................ vii
TABEL ................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ........................................................... x
BAB I PENDAHULUAN .................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ..................................... 1
B. Batasan Masalah ................................................ 10
C. Rumusan Masalah .............................................. 11
D. Tujuan Penelitian ............................................... 11
E. Manfaat Penelitian ............................................. 12
F. Tinjauan Pustaka ................................................ 13
G. Metodologi Penelitian ........................................ 15
H. Sistematika Penulisan ........................................ 27
BAB II KAJIAN TEORITIS ................................................ 23
A. Tinjauan Komunikasi ......................................... 24
1. Definisi Komunikasi Antar Pribadi .............. 24
2. Unsur-unsur Komunikasi Antar Pribadi....... 25
3. Tujuan dan Fungsi
Komunikasi Antar Pribadi ........................... 27
4. Karakteristik Komunikasi Antar Pribadi ...... 31
5. Faktor Penghambat dan Pendukung
Komunikasi Antar Pribadi ........................... 32
B. Tinjauan Ustaz/Guru Mengaji ............................ 38
1. Definisi Ustaz ............................................... 38
2. Syarat Ustaz ................................................. 40
3. Tugas Ustaz .................................................. 42
C. Tinjauan Santri ................................................... 43
ix
D. Tinjauan Motivasi dalam Mengaji ..................... 45
E. Teori FIRO ......................................................... 48
F. Teori Hirarki Kebutuhan .................................... 52
BAB III GAMBARAN UMUM .......................................... 58
A. Sejarah Pesantren Luhur Sabilussalam ............. 58
B. Struktural Pesantren Luhur Sabilussalam ......... 61
C. Tujuan dan Visi, Misi ........................................ 63
D. Letak Geografis ................................................. 65
E. Kurikulum Pendidikan Pesantren ...................... 66
F. Tata Tertib ......................................................... 68
G. Profil Subjek Penelitian ..................................... 70
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ................ 73
A. Komunikasi Antarpribadi Ustaz dan Santri
Pesantren Luhur Sabilussalam ........................... 74
1. Keterbukaan ................................................. 74
2. Empati .......................................................... 77
3. Memberikan Dukungan ................................ 79
4. Memberi Pengajaran dengan
Rasa Humor .................................................. 81
5. Kesamaan dalam menjalin hubungan
antarpribadi .................................................. 84
B. Bentuk Motivasi Mengaji Ustaz dengan santri
Pesantren Luhur Sabilussalam ........................... 86
1. Memberikan Hadiah Untuk Santri Yang
Bersemangat Mengaji................................... 88
2. Menceritakan Kisah Ulama .......................... 90
3. Memberikan Pujian/Apresiasi ...................... 91
4. Memberikan Semangat ................................ 93
5. Memberikan gambaran
Prospek Masa Depan .................................... 95
C. Faktor Penghambat dan Pendukung Motivasi
Mengaji Santri Pesantren Luhur sabilussalam ... 97
x
1. Faktor Penghambat ...................................... 97
2. Faktor Pendukung ..................................... 101
BAB V PEMBAHASAN .................................................. 104
A. Komunikasi Antarpribadi Ustaz dan santri di
Pesantren Luhur Sabilussalam ........................ 104
B. Bentuk Motivasi Mengaji Ustaz dengan santri
Pesantren Luhur Sabilussalam ........................ 115
C. Faktor Penghambat dan Pendukung Motivasi
Mengaji Santri Pesantren Luhur Sabilussalam 124
BAB VI PENUTUP .......................................................... 132
A. Simpulan ......................................................... 132
B. Saran ................................................................ 133
Daftar Pustaka -------------------------------------------------- 134
xi
DAFTAR TABEL
1. 1 Daftar Kajian Terdahulu -------------------------------- 13
3. 1 Para Pendiri Yayasan Sabilussalam ------------------- 39
5. 1 Analisa Bentuk Komunikasi Ustaz dan Santri di
Pesantren Luhur Sabilussalam ------------------------- 105
5. 2 Analisa Bentuk Motivasi Mengaji Santri di Pesantren
Luhur Sabilussalam ------------------------------------- 117
xii
DAFTAR GAMAR
Gambar Tingkatan Teori Hirarki Kebutuhan
(Abraham H. Maslow) ------------------------------------------- 52
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk sosial yang aktifitas
kesehariannya melakukan kegiatan komunikasi.
Komunikasi pada dasarnya merupakan proses penyampaian
dan penerimaan lambang-lambang (pesan) yang
mengandung antara komunikator dan komunikannya,
dengan tujuan mewujudkan kesamaan makna. Agar
komunikasi dan informasi berlangsung efektif, maka
seorang komunikator perlu memahami strategi komunikasi
dengan baik. Strategi sebagai suatu rangkaian kebijakan,
maka menjadi penting untuk mengetahui cara atau Teknik
tentang perumusan kebijakan.1 Komunikasi merupakan
segala bentuk penyampaian informasi baik verbal maupun
non verbal dengan menggunakan kata-kata, simbol, ataupun
gambar2 Komunikasi atau communication berasal dari
Bahasa Latin communis yang berarti sama. Manusia
berkomunikasi untuk membagi pengetahuan dan
pengalaman.3
1 Bintoro Tcokroamidjojo, Teori & Strategi pembangunan
Nasional, (Jakarta: CV Haji Masagung, 1998), H. 13 2 Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta:UIN Jakarta Press, 2007)
h.12 3Mulyana Prof Deddy, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. (PT.
Remaja Rosdakarya, 2007) Hal. 82
2
Sebuah komunikasi dikatakan berhasil apabila
memenuhi kompenen-komponen di dalamnya, seperti
pengirim pesan (sender), penerima pesan (receiver), pesan
(messege), saluran (channel), pengaruh (effect) dan umpan
balik (feed back). Dalam proses komunikasi perubahan
sikap diri penerima pesan (receiver) sangat penting adanya,
karena dengan begitu kita dapat mengetahui apakah
komunikasi tersebut berjalan secara efektif atau tidak.4
Dalam konteksnya komunikasi terbagi beberapa
konteks salah satu konteks komunikasi yang berkaitan
dengan hubungan antarmanusia adalah komunikasi
interpersonal. komunikasi antarpribadi adalah komunikasi
antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan
setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara
langsung, baik secara verbal ataupun nonverbal.5 R. Wayne
Pace berpendapat bahwa “interpersonal communication is
involving two or more people in a face to face setting”.
Komunikasi interpersonal merupakan suatu proses
komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih
secara tatap muka.6
4 Suranto AW, Komunikasi Interpersonal, (Jogjakarta: Graha Ilmu,
2011),h.3 5 Deddy Mulyana. Ilmu komunikasi. (Bandung: Remaja
osdakarya. 2002) h.30 6 Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi Edisi Ketiga (Depok: PT
Raja Grafindo Persada, 2018), h. 66.
3
Komunikasi interpersonal pada hakikatnya merupakan
komunikasi yang paling efektif untuk merubah sikap dan
tingkah laku komunikan karena bentuknya dialog dan
langsung mendapatkan umpan balik.7 Oleh karena itu
kenapa dalam praktiknya di dalam kegiatan belajar
mengajar cenderung kepada penggunaan komunikasi
antarpribadi, seperti hal nya dalam kegiatan belajar
mengajar atau sering kita dengar dengan istilah mengaji
yang di lakukan di Pesantren Luhur Sabilussalam.
penerapan komunikasi antarpribadi dalam kegiatan mengaji
di Pesantren Luhur Sabilussalam sangat penting di lakukan,
karena seperti di jelaskan sebelumnya, komunikasi
antarpribadi adalah komunikasi yang efektif karena di situ
langsung terjadi dialog dan langsung adanya timbal balik
antara komunikator dan komunikan, di sini asatid/ustaz
langsung berdialog dan menyampaikan ilmu pengetahuan
kepada santri berupa ucapan-ucapan yang biasanya
berlandaskan keagamaan seperti Al-Qur’an, Sunnah, dan
Kitab-kitab karangan ulama terdahulu yang biasanya
disampaikan secara langsung tanpa melalui media apapun,
sehingga santri dapat mendengar langsung pelajaran yang
disampaikan oleh ustaz di Pesantren Luhur Sabilussalam,
dan biasanya di akhir pengajian ustaz di Pesantren Luhur
Sabilussalam selalu menawarkan pertanyaan kepada santri
7 Hardjana, Audit Komunikasi (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2007), h. 84.
4
untuk di tanyakan apabila ada hal yang ingin di tanyakan,
atau ada hal yang belum jelas ketika proses mengaji tadi di
lakukan.
Dari penyampaian di atas dapat di artikan bahwa
komunikasi antarpribadi sangat penting di lakukan dalam
proses kegiatan belajar mengajar atau kegiatan mengaji,
terutama di Pesantren Luhur Sabilussalam.
Dalam Surah Al-Alaq 1-5 Allah SWT. Telah
memerintahkan kita untuk belajar
نسان من علق اقرأ وربك اقرأ باسم رب ك الذي خلق خلق ال
نسان ما لم يعلم الكرم الذي علم بالقلم علم ال
Artinya : "Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu
yang menciptakan (1), Dia telah menciptakan manusia dari
segumpal darah (2), Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha
Mulia(3), Yang mengajar (manusia) dengan pena (4), Dia
mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya (5)."
(QS. Al-Alaq: 1-5).
Dalam surah Al-Alaq ayat 1-5 telah ditegaskan bahwa
Makna perintah membaca dalam ayat di atas bukan dalam
arti membaca tulisan atau sebuah kitab, melainkan lebih dari
itu. Sebab, Nabi Muhammad menurut para ulama adalah
seorang yang tidak bisa membaca dan menulis. Karena
dengan membaca kita tidak hanya menjadi seseorang yang
cerdas terhadap ilmu pengetahuan, melainkan dengan
5
membaca kita dapat membaca keadaan sekitar, membuka
wawasan sehingga dapat ilmu, seseorang akan lebih
memahami bagaimana kehidupan ini diciptakan dan
mendalami pengetahuan tentang kuasa Allah SWT sebagai
sang maha pencipta. Orang berilmu akan takut melakukan
hal-hal yang mengandung dosa karena ia memiliki
pengetahuan akan kekuasaan dan juga kebesaran.
Kendati demikian, Nabi Muhammad dikenal sebagai
seorang yang cerdas dalam membaca realitas sehingga ia
memiliki jiwa sosial yang tinggi, revolusioner, jiwa
kepemimpinan, dan seterusnya.
Dari keterangan diatas tenting menuntut ilmu itu sangat
penting untuk umat manusia, namun saat ini banyak yang
kurang berminat untuk menuntut ilmu termasuk dalam hal
mengaji.
Dalam meningkatkan motivasi mengaji di Pesantren
Luhur Sabilussalam seorang ustaz tidak begitu saja dapat
menumbuhkan motivasi dalam mengaji untuk para santri,
tentu harus melewati berbagai tahapan atau proses
komunikasi antarpribadi dalam menimbulkan motivasi
tersebut, Hubungan interpersonal berlangsung melalui
beberapa tahap mulai dari interaksi awal sampai ke
pemutusan (dissolution) dan Hubungan interpersonal
berbeda-beda dalam hal keluasan (breadth) dan
kedalamannya (depth). Sedangkan dalam prosesnya sebuah
motivasi mengaji timbul dalam beberapa proses, seperti
6
sumber ilmu atau ustaz harus memiliki ide dan gagasan yang
sangat luas, seorang harus cerdas dalam mengemas ilmu
tersebut menjadi sebuah pesan, seorang sumber atau ustaz
pandai dalam menyampaikan pesannya, kemudian harus di
pastikan bahwa si penerima pesan atau santri dapat
menerima pesan dengan baik, adanya respon dari
komunikan terhadap apa yang di sampaikan oleh
komunikator. Jika semua proses tersebut dapat di lalui tanpa
adanya hambatan maka komunikasi antarpribadi dapat
dikatakan berhasil.
Dalam berkomunikasi, umumnya ada pesan yang ingin
di sampaikan komunikator kepada komunikan, namun
sering kali pesan yang disampaikan kurang di pahami atau
bahkan tidak sampai kepada komunikan, sehingga tujuan
kita untuk menyampaikan pesan tersebut juga tidak tercapai
atau tidak tersampaikan dengan baik, hal tersebut terjadi
karena adanya beberapa hambatan dalam komunikasi.8
Hambatan komunikasi antarpribadi juga sering terjadi di
dalam proses mengaji di Pesantren Luhur Sabilussalam,
yang mana pesan ustaz kepada santri tidak dapat
tersampaikan dengan baik, karena adanya beberapa
hambatan yang dihadapi oleh ustaz dan santri di Pesantren
Luhur Sabilussalam, hambatan-hambatan tersebut beberapa
di antaranya ialah
8 Onong Uchjana Effendi, Dinamika Komunikasi (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2000), h.23.
7
1. Perbedaan Sudut pandang
Karena setiap orang terkadang memiliki sudut pandang
yang berbeda-beda, perbedaan sudut pandang ini lah yang
akan menjadikan kesimpulan yang berbeda, di Pesantren
Luhur Sabilussalam sering di terapkan pengajian yang
sistimnya diskusi, santri yang mempunyai sudut pandang
yang sempit tentu berbeda dengan santri yang mempunyai
sudut pandang yang luas.
2. Perbedaan Kebudayaan
Adanya perbedaan budaya juga merupakan salah satu
hal yang dapat menghambat komunikasi. Biasanya kita
mendapat penolakan ketika kita menyampaikan pesan yang
tidak sesuai dengan kebudayaan orang lain. Di Pesantren
Luhur Sabilussalam pun seperti itu, karena di Pesantren
tersebut terdapat santi dari berbagai penjuru nasional yang
mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda, terkadang
ustaz mengalami penolakan karena dianggap
penyampaiannya terlalu ke budaya sunda dan lain
sebagainya.
3. Tidak ada tanggapan dari lawan bicara
Komunikasi satu arah bisa terjadi ketika lawan bicara
tidak memberikan respon atas pesan yang di sampaikan.
Dalam kasus ini sering terjadi dalam peroses mengaji,
banyak ustaz yang tidak memberikan santrinya waktu untuk
bertanya sehingga mengurangi semangat santri untuk
mendengarkan.
8
4. Penggunaan Bahasa yang berbeda
Penggunaan Bahasa sangat oenting dalam
berkomunikasi karena Bahasa merupakan salah satu alat
yang di gunakan untuk berkomunikasi. Oleh karena itu kita
dalam berkomunikasi sebaiknya menggunakan Bahasa
yang mudah di pahami oleh semua kalangan. Dalam kasus
ini sering terjadi di Pesantren Luhur Sabilussalam, banyak
ustaz di pesantren ini yang sering menggunakan Bahasa
arab sebagai alat komunikasi untuk memberikan
pelajarannya, ini membuat bebrapa santri yang belum
paham Bahasa arab tentu tidak paham atas apa yang di
sampaikan oleh ustaz tersebut.
5. Kecepatan dalam berbicara
Terkadang kecepatan dalam berbicara juga dapat
mempengaruhi pemahaman komunikan terhadap pesan
yang di sampaikan, santri di Pesantren Luhur Sabilussalam
kurang memahami jika ada ustaz yang menyampaikan
pelajarannya dengan cepat, sehingga banyak pesan yang di
sampaikan ustaz yang belum di pahami oleh santri.
6. Kehilangan kefokusan
Ketika seseorang berbicara kepada kita, namun saat itu
kita sedang kehilangan kefokusan pada apa yang di
bicarakan oleh komunikator, maka pesan yang
disampaikan biasanya tidak dapat di terima dengan
maksimal. Hal ini sering terjadi dalam proses mengaji di
Pesantren Luhur Sabilussalam, santri ketika mengaji
9
terkadang sering kehilangan fokus, karena ada beberapa
dari santri yang ketika sedang proses mengaji ia sambal
mengobrol, bercanda, atau asik dengan handphone nya.
Penjelasan di atas menjelaskan banyak sekali hambatan
yang dialami ustaz dan santri dalam peroses mengaji,
karena dalam praktiknya dalam setiap proses belajar
mengajar memang selalu di temukan permasalahan dan
hambatan, namun gimana peran seorang pengajar yang
mampu mengatisipasi hambatan-hambatan yang ada.
Bentuk komunikasi yang di lakukan ustaz salah satunya
adalah komunikasi interpersonal atau komunikasi
antarpribadi. Seperti yang telah di jelaskan di atas bahwa
komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara orang-
orang secara tatap muka, yang mungkin setiap peserta atau
komunikannya menangkap reaksi orang lain secara
langsung, baik secara verbal maupun nonverbal.9
Komunikasi interpersonal mempunyai peranan yang
cukup besar untuk mengubah sikap. Hal iru karena
komunikasi ini merupakan proses penggunaan informasi
secara bersama. Perserta komunikasi memperoleh
kerangka pengalaman yang sama menuju saling pengertian
yang lebih besar mengenai makna informasi tersebut.10
9 Suranto, Komunikasi Interpersonal (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2011), h. 3. 10 Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: Grasindo,
2004), h. 37.
10
Hubungan interpersonal antara santri dan ustaz yang
baik juga sangat di butuhkan dalam proses komunikasi
terutama dalam penyampaian ilmu agama atau sering kita
sebut mengaji, agar terwujudnya komunikasi yang baik
atau pesan dapat di terima dengan baik. Sehingga terbentuk
feedback sesuai yang di inginkan. Melalui komunikasi
interpersonal juga ustaz dapat memanfaatkan kesempatan
untuk mengajak dan mendekati santri Pesantren Luhur
Sabilussalam untuk sharing dan menjalin keakraban
sehingga upaya dalam menimbulkan motivasi mengaji
dapat berjalan. Metode penyampaian mengenai proses
mengaji pula yang kemudian membedakan dengan praktek-
praktek komunikasi interpersonal yang ada di Lembaga
lain.
Atas dasar tersebut, maka penulis tertarik untuk
meneliti tentang “Komunikasi Antar Pribadi Ustaz dan
Santri Dalam Memberikan Motivasi Mengaji Di
Pesantren Luhur Sabilussalam”
B. Batasan Masalah
Membatasi masalah penelitian merupakan upaya
pembatasan dimensi masalah atau gejala agar jelas ruang
lingkup dan Batasan yang akan di teliti.11
11 Andi Prastomo, Metode Penelitian Kualitatif, (Jogjakarta: Ar-
ruz Media, 2016), h.134
11
Dari latar belakang diatas, peneliti membatasi masalah
kedalam beberapa point :
a. Peneliti membatasi masalah motivasi mengaji hanya pada
santri yang belajar di Pesantren Luhur Sabilussalam saja,
tidak mencakup santri di pesantren lain.
b. Penelitian permasalahan ini hanya berlaku untuk santri dan
Ustaz di Pesantren Luhur Sabilussalam, Ciputat-Tangerang
Selatan
c. Peneliti meneliti bagaimana komunikasi antar pribadi guna
memberikan motivasi mengaji yang di terapkan Ustaz
kepada santri Pesantren Luhur Sabilussalam.
C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah:
a. Bagaimana komunikasi antar pribadi yang terjadi antara
Ustaz dengan santri di Pesantren Luhur Sabilussalam?
b. Bagaimana Bentuk Motivasi Mengaji Santri Pesantren
Luhur Sabilussalam ?
c. Apa saja faktor penghambat komunikasi antar pribadi dalam
memberikan motivasi mengaji antara Ustaz dengan santri di
Pesantren Luhur Sabilussalam?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang ingin penulis capai dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
12
1. Untuk mengetahui komunikasi antar pribadi yang terjadi
antara ustaz dengan santri di Pesantren Luhur
Sabilussalam.
2. Untuk mengetahui Bentuk Motivasi Mengaji Santri
Pesantren Luhur Sabilussalam
3. Untuk mengetahui apa saja faktor penghambat komunikasi
antar pribadi dalam memberikan motivasi mengaji antara
Ustaz dengan santri di Pesantren Luhur Sabilussalam.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademis
a. Penelitian ini di harapkan dapat di gunakan sebagai
bahan informasi, guna memperkaya teori komunikasi
organisasi yang berkaitan dengan strategi komunikasi.
Kemudian juga dapat memberikan tambahan referensi
dan perbandingan bagi penelitian selanjutnya dalam studi
ilmu komunikasi khususnya mahasiswa Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi pada pengembangan penelitian disiplin ilmu
komunikasi terkhususnya komunikasi antarpribadi.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini di harapkan menambah wawasan untuk
masyarakat dan para pengurus/ustaz, mahasiswa yang
sedang melakukan penelitian strategi komunikasi dan
mengetahui pentingnya strategi komunikasi dalam
meningkatkan motivasi Mengaji. Proses penyampaian
13
komunikasi kepada murid/santri dapat bisa di sampaikan
dengan baik.
F. Tinjauan Kajian Terdahulu
Dari tinjauan yang penulis lakukan, penulis
mendapatkan bahwa komunikasi interpersonal telah diteliti
sebelumnya oleh beberapa orang. Berikut diantaranya :
1.1 Daftar tinjauan kajian terdahulu.
Nama Judul Hasil Persamaan Perbedaan
Wildan
Zulqarnaen
Komunikasi
Antarpribadi
Ustaz dan
Santri dalam
Pembentukan
Karakter
Santri (Studi
Pondok
Pesantren
Qotrun Nada
Cipayung
Depok)
Pendekatan
komunikasi yang
dilakukan seorang
ustaz kepada santri
agar pesan dapat
dipahami yaitu
dengan cara
mengetahui
karakter dan
memahami
psikologi dari
setiap murid yang
sedang di ajarkan
Objeknya
membahas
mengenai
Komunikasi
Antarpribadi
Dan
subjeknya
santri
Terletak pada
segi subjek
dan fokus
pada masalah
penelitian12
Mukti
Sitompul
Pengaruh
Efektifitas
Komunikasi
Antarpribadi
Pengurus
Panti Asukah
Terhadap
Pembentukan
Konsep Diri
Pengaruh
komunikasi
antarpribadi
pengurus panti
asuhan terhadap
pembentukan
konsep diri anak-
anak panti asuhan
sedangkan faktor
Persamaan
dalam
penelitian ini
adalah sama
sama
mengetahui
bentuk
komunikasi
Lebih kepada
pembentukan
konsep diri,
sedangkan
penulis
berfokus
kepada
meningkatkan
12 Zulqarnaen, Skripsi Komunikasi Antarpribadi Ustaz dan Santri
dalam Pembentukan Karakter Santri (Studi Pada Pondok Pesantren Qotrun
Nada Cipayung Depok), (Jakarta : Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2016)
14
Anak-Anak
Panti Asuhan
Aljamyatul
Washliyah
Medan
peghambat
merupakan faktro
frekuensi
bimbingan dan
kemampuan
menggunakan
Bahasa pengurus
panti asuhan
almjamyatul
washliyah medan
antarpribadi
yang tepat
motivasi
engaji13
Novia
Hasan
Pratiwi
Komunikasi
Interpersonal
Pembimbing
Agama Dalam
Meningkatkan
Kesadaran
Beragama
Anak
Berhadapan
Hukum
(ABH)
Komunikasi
interpersonal
pembimbing
agama yang
diterapkan adalah
dengan cara
memahami
karakter anak,
menumbuhkan
kepercayaan anak,
memberikan
bimbingan dengan
rasa humor,
menggunakan
Bahasa yang
mudah dipahami,
Tegas.
Persamaanny
a terletak
pada
penerapan
komunikasi
interpersonal
dalam
melakukan
pendekatan
komunikasi
Perbedaannya
dalam
subjeknya
yaitu
meningkatkan
kesadaran
beragama,
sedangkan
penulis
berfokus pada
bagaimana
memberikan
motivasi yang
tepat.14
Erni Suyani Hubungan
Komunikasi
Interpersonal
dan Keaktifan
Komunikasi
interpersonal
pembimbing dan
petugas panti
Persamaan
pada
penelitian ini
yaitu sama
Perbedaan
terletak pada
teori yang
digunakan
13 Sitompul, Jurnal Simbolika, Vol. 1, No.2 Pengaruh Efektivitas
Komunikasi Antarpribadi Pengurus Panti Asuhan Terhadap Pembentukan
Konsep Diri Anak-Anak Panti Asuhan Aljamyatul Washliyah Medan,
(2015) 14 Novia Hasan Pratiwi, Skripsi Komunikasi Interpersonal
Pembimbing Agama Dalam Meningkatkan Kesadaran Beragama Anak
Berhadapan Hukum (ABH, (Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2019)
15
Ibadah dengan
Kesembuhan
Pecandu
Narkoba di
Panti
Rehabilitas
Narkoba Al-
Kamal
Kecamatan
Sibolangit
Kabupaten
Deli Serdang
dengan para
pecandu cukup
tinggi, Bimbingan
motivasi yang
diberikan,
memberikan
banyak perubahan.
Selain itu,
keaktifan
beribadah para
pecandu narkoba di
Panti Rehabilitas
cenderung pada
katagori cukup
tinggi.
sama pada
penentuan
komunikasi
antarpribadi
yang tepat
untuk
perubahan
sikap pada
perubahan
seseorang
yaitu teori
model
pertukaran
sosial, teori
model Johari
Window, dan
teori penetrasi
sosial,
sedangkan
penulis
menggunakan
teori
Fudamental
Interpersonal
Relationship
Orientation
dan teori
Hirarki
Kebutuhan.15
G. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Adapun paradigma yang digunakan dalam penelitian ini
adalah paradigma kontruktivisme dalam perspektif
komunikasi, Paradigma konstruktivisme sesuai dengan
penelitian ini karena paradigma ini meletakan pengamatan dan
objektifitas dalam menemukan suatu ilmu pengetahuan. Selain
itu paradigma ini juga dilakukan pada penelitian karena
15 Suyani, Tesis Hubungan Komunikasi Interpersonal dan
Keaktifan Ibadah dengan Kesembuhan Pecandu Narkoba di Panti
Rehabilitasi Narkoba al-Kamal Kecamatan Sibolangit Kabupatem Deli
Serdang. (2010)
16
memandang ilmu sosial sebagai analisis yang sistematis
melalui pengamatan langsung dengan pelaku sosial yang
bersangkutan menciptakan dan mengelola dunia sosial
mereka16
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif yaitu penelitian yang
tidak menggunakan perhitungan. Penelitian ini menekankan
pada karakter alamiah sumber data. Sedangkan menurut
Sukmadinata yaitu suatu penelitian yang ditunjukkan untuk
mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa,
aktifitas soaial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang
secara individu atau kelompok. Adapun Menurut Bogdan dan
Taylor mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai penelitian
yang menghasilkan data deskripstif berupa kata-kata tertulis,
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Dalam penelitian kualitatif perlu menekankan pada pentingnya
kedekatan dengan orang orang dan situasi penelitian, agar
peneliti memperoleh pemahaman jelas tentang realitas dan
kondisi kehidupan nyata.
3. Metode Penelitian
16 . Dedy N. Hidayat, Paradigma dan Metodologi Penelitian
Sosial Empirik Kalasik, (Jakarta: Dapartemen Ilmu Komunikasi FISIP
Universitas Indonesia,2003),h.3
17
Penelitian ini menggunkan metode riset lapangan (field
research) yaitu melakukan penelitian di lapangan dengan
metode wawancara mendalam (depth interview) dan observasi
(model partisipasi aktif) terhadap peristiwa atau perilaku untuk
memperoleh data atau informasi secara langsung dengan
mendatangi responden yang berada di lokasi penelitian.
Observasi penelitian di lakukan di Pesantren Luhur
sabilussalam.
4. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek utama penelitian ini adalah ustaz dan santri di
Pesantren Luhur Sabilussalam, Ciputat. Yang terdiri dari 4
orang ustaz dan 4 orang santri terdiri dari semester 4 dan
semester 6 Faktor pendukung guna menimbulkan motivasi
santri untuk mengaji
5. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini di lakukan di Pesantren Luhur
Sabilussalam, Gg. Bacang No 81A, Cempaka Putih, Ciputat
Timur, Kota Tangerang Selatan, Banten. 15412
6. Teknik Pengumpulan data
a. Observasi
Observasi diartikan sebagai kegiatan
mengamati secara langsung tanpa mediator sesuatu
objek untuk melihat dengan dekat kegiatan yang
18
dilakukan objek tersebut.17 Observasi yang akan di
lakukan adalah dengan cara terjun langsung ke
lokasi bahan penelitian untuk mengetahui
komunikasi ustaz dengan santri di pesantren Luhur
Sabilussalam
b. Wawancara
Peneliti akan melakukan wawancara berberapa
narasumber, seperti dari kalangan Santri dan Ustaz,
guna menemukan informasi yang valid, sehingga
dari informasi tersebut bisa di rumuskan beberapa
informasi
c. Studi Pustaka
Selain kedua metode di atas, pengumpulan data
dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
mempelajari dan mencatat dari berbagai sumber
literatur yang berkaitan dengan penelitian ini untuk
melengkapi data.
7. Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan untuk menarik kesimpulan-
kesimpulan. Analisa data dalam penelitian komunikasi
kualitatif pada dasarnya dikembangkan dengan maksud
memberi makna terhadap data, menafsirkan atau
mentranformasikan data ke dalam bentuk narasi yang
17 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta,
Prenada Media Group, 2006),h.106
19
kemudian mengarah pada temuan-temuan ilmiah hingga
sampai pada kesimpulan-kesimpulan final. Teknik analisis
data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi
langkahlangkah reduksi, penyajian data,
kesimpulan/verifikasi. Teknik analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah model analisis interaktif
(interactive models of analysis), seperti yang dikemukakan
oleh Miles dan Huberman.18 Penelitian ini bergerak di antara
tiga komponen, yaitu reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan/verifikasi, dimana aktivitas ketiga
komponen tersebut bukanlah linear namun lebih merupakan
siklus dalam struktur kerja interaktif.
a. Reduksi data
Reduksi data merupakan penyesuaian, pemusatan
data sehingga data tersebut disederhanakan dari hasil
data lapangan yang masih berupa kasaran data,
mereduksi data berarti merangkum, menyeleksi atau
memilih data untuk di fokuskan kedalam hal-hal yang
penting sesuai dengan penelitian, dengan adanya
reduksi data dapat memberikan gambaran data yang
lebih jelas dan memudahkan untuk melanjutkan tahap
pengumpulan data selanjutnya. Data yang sudah
18 Miles dan Huberman, Analisis Data Kualitatif: buku sumber
tentang metode-metode baru, (jakarta: Penerbit Universitas Indonesia),
h.52
20
diambil tentu saja tidak semua dilampirkan, peneliti
tentu memilih dan menyeleksi gangguan kecemasan
yang dimiliki anak mulai dari pasien atau tidaknya
anak, mengelompokan kecemasan anak dan
mengetahui sebenarnya anak tersebut hanya kecemasan
biasa atau sudah masuk tahap gangguan kecemasan.
b. Penyajian data
Setelah data direduksi maka data tersebut di sajikan
dalam bentuk narasi hal ini dikarenakan penelitian ini
menggunakan metode kualitatif , data tersebut disajikan
dengan uraian singkat atau bagan atau juga bagan yang
berhubungan antar kategori. Dengan kualitatif data
harus sangat mendalam dikaji, narasumber tidak perlu
banyak tetapi datanya yang harus dalam dan banyak.
Maka dari itu peneliti mendapatkan banyak narasumber
tetapi memilih bebrapa hanya untuk fokus ke
permasalahan dalam penelitian.
c. Penarikan kesimpuan
Langkah terakhir adalah langkah untuk menarik
kesimpulan dari data data yang tersisa, kesimpulan
yang di dapatkan masih bersifat sementara atau belum
pasti karena harus di pastikan lagi dengan data-data
berikutnya, apabila data-data tersebut valid dan
konsisten maka kesimpulan yang dikemukakan
merupakan kesimpulan yang kredibel. Penarikan
kesimpulan tentunya dilandaskan dengan teori-teori
21
yang ada melihat bagaimana hasil penelitian dengan
teori apakah cocok atau malah berbeda jauh dari teori.
Dalam penelitian ini peneliti menarik kesimpulan
bagaimana komunikasi terapeutik orang tua pada anak
apakah sesuai teori dan berhasil atau sebaliknya. Di
dalam penelitian kualitatif proses analisis yang
digunakan tidak dilakukan setelah data terkumpul
seluruhnya, tetapi dilakukan pada waktu bersamaan
dengan proses pengumpulan data.
H. Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penulisan ini mengacu pada
pedoman umum karya ilmiah dalam pedoman akademik
strata 1 tahun 2017/507 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Agar penulisan skripsi ini dapat berjalan dengan sistematis
dan mempermudah tahapan demi tahapan, maka penulis
membaginya menjadi 5 Bab dimana setiap babnya dari
beberapa subab. Adapun sistematikanya adalah sebagai
berikut:
BAB I : Pendahuluan
Terdiri dari latar belakang masalah, Batasan dan rumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi
penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.
BAB II : Kajian Teoritis
Bab ini akan membahas landasan teori yang digunakan
dalam penulisan yaitu Teori Teori Fundamental
22
Interpersonal Relationship Orientation (FIRO), Efektivitas
Komunikasi, serta Motivasi mengaji.
BAB III : Gambaran Umum
Bab ini membahas tentang profil, visi, misi, serta struktur
Pesantren Luhur Sabilussalam-Ciputat
BAB IV : Hasil Temuan Penelitian
Dalam bab ini akan diuraikan hasil temuan dilapangan yang
menjawab rumusan masalah berupa “Motivasi Santri dalam
Mengaji di Pesantren Luhur Sabilussalam”.
BAB V : Analisis Penelitian
Dalam bab ini akan diuraikan hasil analisis penelitian
terkait temuan penelitian yang menjawab rumusan masalah
berupa Peran Ustaz dalam memberikan motivasi santri
untuk mengaji serta analisis dalam usaha meningkatkan
motivasi santri untuk mengaji kaitannya dengan teori
Fundamental Interpersonal Relationship Orientation
(FIRO).
BAB VI : Penutup
Dalam bab ini penulis memberikan kesimpulan dan
pembahasan keseluruhan bab dan temuan hasil penelitian
yang telah dilaksanakan. Kemudian juga menambahkan
saran serta mencantumkan daftar pustaka yang digunakan
sebagai rujukan.
23
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Tinjauan Komunikasi Antarpribadi
1. Definisi Komunikasi Antarpribadi
Komunikasi di dalam berkehidupan merupakan aktivitas
dasar yang dilakukan oleh manusia. Tidak ada seorangpun
manusia yang tidak berkomunikasi. Manusia sangat
membutuhkan komunikasi dan akan selalu terlibat dengan
komunikasi. Dengan berkomunikasi, manusia bisa saling
berhubungan langsung dengan manusia lainnya kapan saja
dan dimana saja, baik di dalam lingkungan keluarga,
masyarakat, maupun di lingkungan pekerjaan.
Komunikasi atau dalam bahasa Inggris disebut
communication berasal dari kata latin communication dan
bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama
disini maksudnya adalah sama makna.19 Sebuah definisi
singkat mengenai komunikasi dibuat oleh Harold D.
Laswell bahwa untuk menerangkan suatu tindakan
komunikasi secara tepat ialah dengan menjawab pertanyaan
“Siapa yang menyampaikan, apa yang disampaikan, melalui
saluran apa, kepada siapa dan apa pengaruhnya”.20
19 Effendy, Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya 2007), h. 9. 20 Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi Edisi Ketiga (Depok: PT
Raja Grafindo Persada, 2018), h. 25.
24
Komunikasi sejatinya memiliki berbagai macam bentuk,
bentuk komunikasi dapat diklasifikasikan menurut jumlah
orang yang terlibat dan tujuan dalam komunikasi tersebut.
Bentuk-bentuk komunikasi meliputi komunikasi
antarpribadi, komunikasi intrapersonal, komunikasi
kelompok, komunikasi organisasi dan komunikasi massa.
Secara umum komunikasi antarpribadi atau komunikasi
antarpribadi dapat diartikan sebagai suatu proses pertukaran
makna antara orang-orang yang saling berkomunikasi.
Pengertian proses mengacu pada perubahan dan tindakan
(action) yang berlangsung terus-menerus. Komunikasi
antarpribadi juga merupakan suatu pertukaran, yaitu
tindakan menyampaikan dan menerima pesan secara timbal
balik. Sedangkan makna, yaitu sesuatu yang dipertukarkan
dalam proses tersebut adalah kesamaan pemahaman
diantara orang- orang yang berkomunikasi terhadap pesan-
pesan yang digunakan dalam proses komunikasi.21
Menurut Deddy Mulyana bahwa komunikasi
antarpribadi atau komunikasi antarpribadi adalah
komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang
memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang
lain secara langsung, baik secara verbal maupun non
verbal.22
21 Sendjaja, Teori Komunikasi (Jakarta: Universitas Terbuka,
1994), h. 41. 22 Suranto, Komunikasi Antarpribadi (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2011), h. 3.
25
R. Wayne Pace berpendapat bahwa “antarpribadi
communication is involving two or more people in a face to
face setting”. Komunikasi antarpribadi merupakan suatu
proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau
lebih secara tatap muka.23
Komunikasi antarpribadi pada hakikatnya merupakan
komunikasi yang paling efektif untuk merubah sikap dan
tingkah laku komunikan karena bentuknya dialog dan 6
langsung mendapatkan umpan balik.24
Berdasarkan definisi yang telah disebutkan di atas dapat
ditarik kesimpulan bahwa komunikasi antarpribadi
merupakan komunikasi yang berjalan dua arah yang
dilakukan oleh dua orang atau lebih dan di dalamnya terdapat
umpan balik (feedback). Komunikasi antarpribadi juga dapat
merubah perasaan, pemikiran dan perilaku seseorang karena
interaksi yang dilakukan secara lebih personal dan lebih
mendalam.
2. Unsur-Unsur Komunikasi Antarpribadi
Proses komunikasi tidak akan berjalan dengan
sendirinya, terdapat beberapa unsur atau persyaratan
tertentu agar komunikasi dapat berjalan dengan lancar. Lima
komponen atau elemen dalam komunikasi yang menjadi
persyaratan terjadinya komunikasi yaitu komunikator atau
23 Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi Edisi Ketiga (Depok: PT
Raja Grafindo Persada, 2018), h. 66. 24 Hardjana, Audit Komunikasi (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2007), h. 84.
26
pengirim (source), pesan (message), saluran atau media
(channel), komunikan atau penerima (receiver), dan efek
atau pengaruh.25
Pertama, komunikator atau pengirim yaitu orang yang
berperan menyampaikan pesan kepada komunikan.
Komunikator atau pengirim yang dimaksud dalam
penelitian ini yaitu ustaz di Pesantren Luhur Sabilussalam.
Kedua, pesan yaitu sesuatu yang disampaikan oleh
komunikator kepada komunikan. Pesan yang disampaikan
oleh ustaz biasanya bercirikan pesan-pesan mengenai
keagamaan atau pesan pesan yang mengandung ilmu
pengetahuan tentang keagamaan.
Ketiga, saluran atau media yaitu alat yang digunakan
untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada
komunikan. Dalam komunikasi antarpribadi yang dilakukan
antara ustaz dengan dengan santri ini, saluran atau media
yang digunakan berupa media langsung atau menggunakan
bahasa lisan, karena santri mendapat pengarahan atau
pelajaran langsung dari ustaz, sehingga jika terdapat sesuatu
yang belum dipahami dapat langsung ditanyakan kepada
guru mengaji tersebut.
Keempat, komunikan atau penerima yaitu orang yang
berperan menerima pesan yang disampaikan oleh
komunikator. Komunikan dalam penelitian ini adalah
25 Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi Edisi Ketiga (Depok: PT
Raja Grafindo Persada, 2018), h. 29.
27
mahasantri yang menuntut ilmu di pesantren luhur
sabilussalam.
Kelima, efek atau pengaruh yaitu usaha ustaz dalam
memberikan motivasi kepada santri untuk terus mengaji.
Efek yang diinginkan oleh ustaz yaitu santri diharapkan
sadar akan pentingnya menuntut ilmu tanpa harus di paksa-
paksa, dan pentingnya ilmu agama, agar kedepannya para
santri di Pesantren Luhur Sabilussalam ini dapat
menerapkan ilmunya di kehidupan sehari hari, dan
bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.
3. Tujuan dan Fungsi Komunikasi Antarpribadi
Dalam pelaksanaan proses komunikasi antarpribadi,
komunikasi antarpribadi mempunyai beberapa tujuan
yaitu:26
a. Menemukan Diri Sendiri
Salah satu tujuan komunikasi antarpribadi
adalah menemukan personal atau pribadi. Bila kita
terlibat dalam pertemuan antarpribadi dengan orang
lain kita belajar banyak sekali tentang diri kita
maupun orang lain.
Komunikasi antarpribadi memberikan
kesempatan kepada kita untuk berbicara tentang apa
yang kita sukai, atau mengenai diri kita. Adalah
sangat menarik dan mengasyikkan bila berdiskusi
26 Roudhonah, Ilmu Komunikasi (Jakarta: UIN Jakarta Press,
2007), h. 117.
28
mengenai perasaan, pikiran, dan tingkah laku kita
sendiri. Dengan membicarakan diri kita dengan
orang lain, kita memberikan sumber balikan yang
luar biasa pada perasaan, pikiran, dan tingkah laku
kita.
b. Menemukan Dunia Luar
Hanya komunikasi antarpribadi menjadikan kita
dapat memahami lebih banyak tentang diri kita dan
orang lain yang berkomunikasi dengan kita. Banyak
informasi yang kita ketahui datang dari komunikasi
antarpribadi, meskipun banyak jumlah informasi
yang datang kepada kita dari media massa hal itu
seringkali didiskusikan dan akhirnya dipelajari atau
didalami melalui interaksi antarpribadi.
c. Membentuk Dan Menjaga Hubungan Yang Penuh
Arti
Salah satu keinginan orang yang paling besar
adalah membentuk dan memelihara hubungan
dengan orang lain. Banyak dari waktu kita
pergunakan dalam komunikasi antarpribadi
diabadikan untuk membentuk dan menjaga
hubungan sosial dengan orang lain.
d. Berubah Sikap dan Tingkah Laku
Banyak waktu kita pergunakan untuk
mengubah sikap dan tingkah laku orang lain dengan
pertemuan antarpribadi. Kita boleh menginginkan
29
mereka memilih cara tertentu, misalnya mencoba
diet yang baru, membeli barang tertentu, melihat
film, menulis membaca buku, memasuki bidang
tertentu dan percaya bahwa sesuatu itu benar atau
salah.
e. Untuk Membantu Proses Penyembuhan
Ahli-ahli kejiwaan, ahli psikologi klinis dan
terapi menggunakkan komunikasi antarpribadi
dalam kegiatan profesional mereka untuk
mengarahkan kliennya. Kita semua juga berfungsi
membantu orang lain dalam interaksi antarpribadi
kita sehari-hari.
Dapat disimpulkan dari tujuan yang telah disebutkan
di atas bahwa pada dasarnya tujuan komunikasi
antarpribadi untuk mencapai kedekatan dalam
berkomunikasi sehingga pesan yang disampaikan dapat
diterima oleh orang-orang di lingkungan sekitar kita.
Sedangkan fungsi komunikasi antarpribadi menurut
Miller & Steinberg yang dikutip oleh Muhammad
Budyatna dan Leila Mona Ganiem bahwa fungsi utama
komunikasi adalah mengendalikan lingkungan guna
memperoleh imbalan- imbalan tertentu berupa fisik,
ekonomi dan sosial. Sebagaimana telah dikemukakan
bahwa komunikasi insani atau human communication
baik yang non-antarpribadi maupun antarpribadi
semuanya mengenai pengendalian lingkungan guna
30
mendapatkan imbalan seperti dalam bentuk fisik,
ekonomi dan sosial.27
Fungsi komunikasi lainnya menurut Dasrun Hidayat
yaitu:28
1. Pembentukan konsep diri
Konsep diri adalah pandangan kita mengenai
siapa diri kita dan itu hanya bisa kita peroleh
lewat informasi yang diberikan orang lain
kepada kita. Konsep diri kita yang paling dini
umumnya dipengaruhi oleh keluarga dan orang-
orang dekat lainnya di sekitar kita, temasuk
kerabat.
2. Pernyataan eksistensi diri
Eksistensi bertujuan agar orang lain mengetahui
dan mengakui keberadaannya.
3. Untuk kelangsungan hidup, memupuk
hubungan dan memperoleh kebahagiaan.
Sejatinya, dapat disimpulkan bahwa fungsi
komunikasi antarpribadi tidak hanya sebatas
mengenai proses pertukaran pesan saja, tetapi juga
untuk mendapatkan respon. Adanya respon
merupakan syarat efektifnya suatu proses
komunikasi. Dengan respon tersebut diharapkan
27 Budyatna dan Ganiem, Teori Komunikasi Antarpribadi (Jakarta:
Kencana, 2011), h. 27. 28 Hidayat, Komunikasi Antarpribadi dan Medianya (Yoyakarta:
Graha Ilmu, 2012), h. 24-28.
31
dapat tecapai tujuan komunikasi sesuai yang
diharapkan.
4. Karakteristik Komunikasi Antarpribadi
dalam mendeskripsikan karakteristik komunikasi
antarpribadi menyatakan bahwa, terdapat lima
karakteristik komunikasi antarpribadi yaitu:29
1. keterbukaan (openness)
Keterbukaan atau openness adalah suatu
sikap dimana tidak ada perasaan tertekan ketika
melakukan kegiatan komunikasi yang ditandai
dengan kesediaan untuk jujur dalam
menyampaikan apa yang sedang dirasakan dan
sedang dipikirkan.
2. Empati
Empati, adalah suatu sikap ikut
merasakan apa yang dirasakan oleh lawan
bicara, yang ditandai dengan kesediaan
mendengarkan dengan sepenuh hati, merespon
secara tepat setiap perilaku yang muncul dalam
kegiatan komunikasi.
3. Dukungan
Dukungan yaitu suatu sikap
memberikan respon balikan terhadap apa yang
dikemukakan dalam kegiatan komunikasi,
29 Hidayat, Komunikasi Antarpribadi dan Medianya (Yoyakarta:
Graha Ilmu, 2012), h. 44-49.
32
sehingga dalam kegiatan komunikasi terjadi
pola dua arah.
4. Rasa Positif (positiveness)
Rasa positif, adalah suatu perasaaan
memandang orang lain dalam kegiatan
komunikasi sebagai manusia. Hal ini ditandai
dengan sikap tidak mudah men judge dalam
setiap kegiatan interaksi dalam komunikasi.
5. Kesamaan (equality).
Kesamaan, adalah suatu kondisi dimana
dalam kegiatan komunikasi terjadi posisi yang
sama antara komunikan dankomunikator, tidak
terjadi dominasi antara satu dengan yang lain.
hal ini ditandai arus pesan yang dua arah.
5. Faktor Penghambat dan Pendukung Komunikasi
Antarpribadi
Komunikasi antarpribadi dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang dapat mendukung atau malah
menghambat keberhasilan komunikasi antarpribadi
tersebut. Faktor pendukung dan penghambat
komunikasi antarpribadi diuraikan sebagai berikut:
1. Faktor Penghambat
Setiap komunikasi selalu memiliki hambatan,
begitupula dengan komunikasi antarpribadi, hambatan-
hambatan ini dapat membuat proses komunikasi tidak
33
berjalan dengan lancer, berikut hambatan komunikasi
antarpribadi: 30
1. Labelling, yaitu jika seseorang memberikan atribut
mengenai sifat tertentu pada orang lain dengan
berpendapat bahwa orang tersebut bertanggung
jawab atas atribut itu.
2. Blame placing, yaitu menimpakan kesalahan pada
orang lain.
3. Punctuating, yaitu menimpakan kesalahan pada
orang lain dengan tidak berkesudahan.
4. Dichotomiying, yaitu menduakan alternatif dalam
menilai diri sendiri atau menilai orang lain.
5. Assuming inflexibility, menganggap seseorang tidak
fleksibel atau kaku.
Sedangkan menurut Suranto AW. Ada 9 faktor
yang menjadi penghambatan efektifitas komunikasi
antarpribadi yaitu31:
1. Kredibilitas komunikator rendah
Komunikator yang tidak berwibawa di hadapan
komunikan, menyebabkan kurangnya perhatian
komunikan terhadap komunikator.
2. Kurang memahami latar belakang sosial dan
budaya
30 Roudhonah, Ilmu Komunikasi (Jakarta: UIN Jakarta Press,
2007), h. 56 31 Suranto, Komunikasi Antarpribadi (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2011), h. 86-87.
34
Nilai-nilai sosial budaya yang berlaku di suatu
komunitas atau di masyarakat harus diperhatikan,
sehingga komunikator dapat menyampaikan pesan
dengan baik, tidak bertentangan dengan nilai-nilai
sosial budaya yang berlaku. Sebaliknya, pihak-
pihak yang berkomunikasi perlu menyesuaikan diri
dengan kebiasaan yang berlaku.
3. Kurang memahami karakteristik komunikan
Karakteristik komunikan meliputi tingkat
pendidikan, usia, jenis kelamin, dan sebagainya
perlu dipahami oleh komunikator. Apabila
komunikator kurang memahami, cara komunikasi
yang dipilih mungkin tidak sesuai dengan
karakteristik komunikan dan hal ini dapat
menghambat komunikasi karena dapat
menimbulkan kesalahpahaman.
4. Prasangka buruk
Prasangka negatif antara pihak-pihak yang
terlibat komunikasi harus dihindari, karena dapat
mendorong ke arah sikap apatis dan penolakan.
5. Verbalistis
Komunikasi yang hanya berupa penjelasan
verbal berupa kata-kata saja akan membosankan
dan mengaburkan komunikan dalam memahami
makna pesan.
6. Komunikasi satu arah
35
Komunikasi berjalan satu arah, dari
komunikator kepada komunikan terus-menerus dari
awal sampai akhir menyebabkan hilangnya
kesempatan komunikan untuk meminta penjelasan
terhadap hal-hal yang belum dimengerti.
7. Tidak digunakan media yang tepat
Pilihan penggunaan media yang tidak tepat
menyebabkan pesan yang disampaikan sukar
dipahami oleh komunikan.
8. Perbedaan Bahasa
Perbedaan bahasa menyebabkan terjadinya
perbedaan penafsiran terhadap simbol-simbol
tertentu. Bahasa yang digunakan untuk
berkomunikasi dapat menjadi penghambat bila dua
orang mendefinisikan kata, frasa, atau kalimat
tertentu secara berbeda.
9. Perbedaan persepsi
Apabila pesan yang dikirim oleh komunikator
dipersepsi sama oleh komunikan, maka
keberhasilan komunikasi menjadi lebih baik.
Namun perbedaan latar belakang sosial budaya,
seringkali mengakibatkan perbedaan persepsi,
karena semakin besar perbedaan latar belakang
budaya semakin besar pula pengalaman bersama.
Berdasarkan hambatan-hambatan komunikasi
di atas, dapat di artikan bahwa dalam komunikasi
36
antarpribadi tidak selalu berjalan dengan lancar,
terdapat berbagai permasalahan atau hambatan
yang menyebabkan komunikasi tidak selalu
berjalan dengan baik.
2. Faktor Pendukung
Dalam berkomunikasi juga terdapat faktor
pendukung yang dapat memperngaruhi suatu hubungan
komunikasi antarpribadi semakin erat, misalnya dari
kualitas itu sendiri. Faktor pendukung tersebut antara
lain :32
1. Percaya (trust), Percaya nerupakan faktor yang
paling penting agar komunikasi antarpribadi
dapat berjalan dengan efektif. Sikap percaya
berkembang apabila setiap komunikan lainnya
berlaku jujur. Terdapat 3 faktor utama yang
dapat menumbuhkan sikap percaya yaitu
menerima, empati dan kejujuran.
2. Sikap suportif, Sikap suportif merupakan sikap
yang mengurangi sikap defensive dalam
komunikasi. Komunikasi defensive dapat
terjadi karena faktor-faktor personal seperti
ketakutan, kecemasan, harga diri yang rendah,
pengalaman defensive dan sebagainya atau
faktor-faktor situasional.
32 Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011), cet-27 h. 127-136.
37
3. Sikap terbuka, Sikap terbuka juga sangat
berpengaruh dalam komunikasi antarpribadi.
Untuk memahami sikap terbuka, terlebih
dahulu harus mengidentifikasi orang dogmatis.
Karena lawan dari sikap terbuka adalah sikap
dogmatisme.
Menurut Suranto ada beberapa faktor pendukung
keberhasilan komunikasi dilihat dari sudut
komunikator, komunikan, dan pesan, sebagai berikut :33
1. Komunikator memiliki kredibilitas/kewibawaan
yang tinggi, dayatarik fisik maupun nonfisik yang
mengundang simpati, cerdas dalam menganalisis
suatu kondisi, memiliki integritas/keterpaduan
antara ucapan dan tindakan, dapat dipercaya,
mampu memahami situasi lingkungan kerja,
mampu mengendalikan emosi, memahami kondisi
psikologis komunikan, bersikap supel, ramah, dan
tegas, serta mampu menyesuaikan diri dengan
masyarakat dimana ia berbicara.
2. Komunikan memiliki pengalaman yang luas,
memiliki kecerdasan, menerima dan mencerna
pesan, bersikap ramah, supel dan pandai bergaul,
memahami dengan siapa ia berbicara, bersikap
bersahabat dengan komunikator.
33 Suranto Aw, Komunikasi Sosial Budaya (Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2011) hal. 15-18
38
3. Pesan komunikasi dirancang dan disampaikan
sedemikian rupa, disampaikan secara jelas sesuai
kondisi dan situasi, lambang- lambang yang
digunakan dapat dipahami oleh komunikator dan
komunikan, dan tidak menimbulkan multi
interpretasi/penafsiran yang berlainan.
B. Tinjauan Ustaz/Guru Mengaji
1. Definisi Ustaz/Guru Mengaji
Dalam konteks pendidikan Islam “pendidik” sering
disebut dengan “murobbi, mu‟allim, mu‟addib” yang
ketiga nama tersebut mempunyai arti penggunaan tersendiri
menurut peristilahan yang dipakai dalam “pendidikan dalam
konteks Islam”. Di samping itu, istilah pendidik kadang kala
disebut melalui gelarnya, seperti istilah “Al-Ustaz dan Asy-
Syaikh”.34
Seorang pendidik tidak hanya mentransfer keilmuan
(knowledge), tetapi juga mentransformasikan nilai-nilai
(value) pada anak didik. Untuk itu, guna merealisasikan
tujuan pendidikan, manusia sebagai khalifah yang punya
tanggung jawab mengantarkan manusia ke arah tujuan
tersebut, cara yang ditempuh yaitu menjadikan sifat-sifat
Allah sebagai bagian dari pribadinya.35 Manusia selaku
34 Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam
(Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar Operasionalnya), (Bandung:
Trigenda Karya, 1993). hal. 167 35 Muhammad Muntahibun Nafis, Ilmu Pendidikan Islam,
(Yogyakarta: Teras, 2011), hal. 83-84
39
cendekiawan dan intelektual muslim dituntut untuk
mengembangkan serta menempuh dengan berbagai jalan
untuk melestarikan misi tersebut. Dalam kaitan pendidikan,
misi tersebut dapat dilakukan dalam proses belajar
mengajar, yang satu pihak menjadi pendidik dan dipihak
lainnya menjadi anak didik.
Para pendidik memperoleh keutamaan karena
Rasulullah SAW, adalah pimpinan mereka dan orang
pertama yang membawa panji pembebasan dari kebodohan
dan kesesatan.36
Kiai atau ustaz di pesantren bisa menempatkan diri
dalam dua karakter, yaitu sebagai model dan sebagai terapis.
Sebagai model, Kiai atau ustaz adalah panutan dalam setiap
tingkah-laku dan tindak tanduknya. Sebagai terapis, Kiai
dan Ustaz memiliki pengaruh terhadap kepribadian dan
tingkah laku sosial santri. Semakin intensif seorang ustaz
terlibat dengan santrinya semakin besar pengaruh yang bisa
diberikan. Ustaz bisa menjadi agen kekuatan dalam
mengubah perilaku dari yang tidak diinginkan menjadi
perilaku tertentu yang diinginkan. Dan juga seorang santri
semestinya senantiasa mengikuti atau menuruti atas apa
yang di perintahkan oleh ustaz. Ustaz adalah orang tua anak
didik ketika di Pesantren. Semua perilaku ustaz yang baik
36 Sholihat, (ed.), Muhammad Ajaj Al-Khatib, Hadits Nabi
Sebelum Dibukukan, terj. AH. Akrom Fahmi, (Jakarta: Gema Insani Press,
1999), hal. 64
40
maupun buruk akan dicontoh oleh anak didiknya. Anak
didik lebih banyak menilai apa yang ustaz lakukan dalam
pergaulan di sekolah dan di masyarakat dari pada apa yang
ustaz katakan. Akan tetapi baik perkataan ataupun yang
dilakukan, keduanya menjadi penilaian bagi anak didik.
Sehingga apa yang ustaz katakan harus pula ustaz
praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.37
Dari uraian di atas, dapat dijelaskan bahwa dalam
kegiatan belajar mengajar sosok pengajar atau ustaz sangat
dibutuhkan, sebab jika tidak ada ustaz kegiatan belajar
mengajar tidak akan dapat terlaksana dengan baik. Istilah
ustaz yang disandang seseorang memberikan gambaran
bahwa orang tersebut memiliki ilmu, ilmu yang diharapkan
dapat dimanfaatkan ataupun untuk dibagikan kepada orang
lain melalui kegiatan belajar mengajar/mengaji.
2. Syarat Ustaz
Dilihat dari ilmu pendidikan Islam, maka secara umum
untuk menjadi ustad yang baik dan diperkirakan dapat
memenuhi tanggung jawab yang dibebankan kepadanya, di
antaranya:
1. Takwa kepada Allah SWT.
37 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam
Interaksi Edukatif Suatu Pendekatan Teoritis Psikologis, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2005), hal. 31
41
Sesuai dengan tujuan Ilmu Pendidikan Islam, tidak
mungkin mendidik anak agar bertakwa kepada Allah
SWT, jika ia sendiri tidak bertakwa kepada-Nya.
2. Berilmu
Ijazah bukan semata-mata secarik kertas, tetapi suatu
bukti bahwa pemiliknya telah mempunyai ilmu
pengetahuan dan kesanggupan tertentu yang diperlukan
untuk suatu jabatan.
3. Sehat jasmani
Seorang ustaz yang berpenyakitan biasanya kurang
bergairah untuk mengajar, jelas sekali ustaz yang sakit-
sakit kerapkali terpaksa absen dan tentunya merugikan
anak didiknya/santrinya.
4. Berkelakuan baik
Di antara tujuan pendidikan adalah membentuk akhlak
baik pada anak dan ini hanya mungkin jika ustaz itu
berakhlak baik pula. Ustaz yang tidak berakhlak baik
tidak mungkin dipercayakan pekerjaan mendidik. Yang
dimaksud dengan akhlak baik dalam Ilmu Pendidikan
Islam adalah akhlak yang sesuai dengan ajaran Islam,
seperti dicontohkan oleh pendidik utama yaitu
Muhammad SAW. Di antara akhlak ustaz tersebut
adalah :
1. Mencintai jabatannya sebagai ustaz.
2. Bersikap adil terhadap semua anak didiknya.
3. Berlaku sabar dan tenang.
42
4. Bekerja sama dengan ustaz dan ustazah lain.
5. Bekerja sama dengan masyarakat.
3. Tugas Ustaz
Menjadi ustaz bukanlah hal yang mudah untuk
dilakukan, tidak hanya datang ke sekolah untuk mengajar,
untuk dijadikan teladan dan lain sebagainya. Melainkan
ustaz harus mengerti bagaimana tugas yang telah
diembannya. Untuk itu perlu di jelaskan bagaimana saja
tugas-tugas yang dimiliki oleh ustaz. Menurut pendapat Al-
Ghozali yang dikutip oleh Ngainun Naim, tugas pendidik
yang utama adalah menyempurnakan, membersihkan,
menyucikan, serta membawa hati nurani untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT.38
Oleh karena itu, tugas dan fungsi menjadi seorang ustaz
dapat dibedakan menjadi tiga bagian. ketiga bagian tersebut
di antaranya, ustaz sebagai pengajar, ustaz sebagai pendidik
dan ustaz sebagai pemimpin. Penjelasan secara rinci dari
ketiga tugas dan fungsi menjadi seorang ustaz, ialah:
1. Sebagai pengajar (intruksional) yang bertugas
merencanakan tugas pengajaran dan melaksanakan
program yang telah disusun serta mengakhiri
dengan pelaksanaan setelah program dilakukan.
2. Sebagai pendidik (edukator) yang mengarahkan
anak didik pada tingkat kedewasaan yang
38 Ngainun Naim, Menjadi Guru Inspiratif, (Yogyakarta: Pustaka
Belajar, 2011), hal. 17
43
berkepribadian insan kamil seiring dengan tujuan
Allah SWT menciptakannya.
3. Sebagai pemimpin (manajerial) yang memimpin,
mengendalikan diri sendiri, anak didik dan
masyarakat yang terkait yang menyangkut upaya
pengawasan, pengarahan, pengorganisasian,
pengontrol dan partisipasi atas program yang
dilakukan.39
Dari penjelasan di atas, tentang tugas dan fungsi
dapat disimpulkan, jika seorang ustaz harus bisa
menjadi pengajar, pendidik dan juga pemimpin.
Dengan kata lain, seorang ustaz tersebut harus dapat
menjadikan ketiganya sebagai patokan yang selalu
melekat pada diri ustaz, agar jelas akan tujuan yang
akan dicapai oleh pendidik ketika mengajar.
C. Tinjauan Santri
Menurut Zamakhsyari Dhofier perkataan pesantren
berasal dari kata santri, dengan awalan “pe” di depan dan
akhiran “an” berarti tempat tinggal para santri. Menurut
John E. Kata “santri” berasal dari bahasa Tamil, yang
berarti guru mengaji.40 Kata santri itu berasal dari kata
39 Munardji, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bina Ilmu, 2004),
hal. 63-64 40 Muhammad Nurul Huda dan Muhammad Turhan Yani,
“Pelanggaran Santri terhadap Peraturan Tata Tertib Pondok Pesantren
Tarbiyatut Tholabah Kranji Lamongan”, Jurnal Kajian Moral dan
Kewarganegaraan, Vol 02 Nomer 03 Tahun 2015, 740-753,(Surabaya:
Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Surabaya, 2015), hal 743.
44
“cantrik” yang berarti seseorang yang selalu mengikuti
guru 3 kemana guru pergi dan menetap.41
Sedangkan Menurut Nurcholish Madjid, asal-usul
kata “santri”, dapat dilihat dari dua pendapat. Pertama,
pendapat yang mengatakan bahwa “santri” berasal dari
perkataan “sastri”, sebuah kata dari bahasa sanskerta yang
artinya melek huruf. Pendapat ini menurut Nurcholish
Madjid agaknya di dasarkan atas kaum santri adalah kelas
literasy bagi orang jawa yang berusaha mendalami agama
melalui kitab-kitab bertulisan dari bahasa Arab. Di sisi
lain, Zamakhsyari Dhofier berpendapat, kata santri dalam
bahasa India berarti orang yang tahu buku-buku suci
agama Hindu, atau seorang sarjana ahli kitab suci agama
Hindu. Atau secara umum dapat diartikan buku-buku suci,
buku-buku agama, atau buku-buku tentang ilmu
pengetahuan.42
Dari berbagai pandangan tersebut tampaknya kata
santri yang di pahami pada dewasa ini lebih dekat dengan
makna “cantrik”, yang berarti seseorang yang belajar
agama (islam) dan selalu setia mengikuti guru kemana
guru pergi dan menetap. Tanpa keberadaan santri yang
41 Muhammad Nurul Huda dan Muhammad Turhan Yani,
“Pelanggaran Santri terhadap Peraturan Tata Tertib Pondok Pesantren
Tarbiyatut Tholabah Kranji Lamongan”, Jurnal Kajian Moral dan
Kewarganegaraan, Vol 02 Nomer 03 Tahun 2015, 740-753,(Surabaya:
Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Surabaya, 2015), hal 743. 42 Yasmadi, Modernisasi Pesantren, (Ciputat: PT Ciputat Press,
2005), hal 61.
45
mau menetap dan mengikuti sang guru, tidak mungkin
dibangun pondok atau asrama tempat santri tinggal dan
kemudian disebut Pondok Pesantren. Berdasarkan
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa santri
merupakan seseorang yang sedang belajar memperdalam
ilmu-ilmu pengetahuan tentang agama islam dengan
sungguh-sungguh.
D. Tinjauan Motivasi dalam Mengaji
Dalam proses belajar mengajar motivasi sangat
diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai
motivasi dalam belajar ia tidak akan mungkin berhasil
dalam melakukan aktivitas belajarnya. Motivasi
merupakan syarat mutlak dalam kegiatan belajar. Motivasi
merupakan pendukung yang ada dalam belajar. Oleh
karena itu, seorang ustaz diharapkan bisa memunculkan
dan memberi motivasi belajar kepada anak didiknya. Ada
beberapa pendapat tentang pengertian motivasi, di
antaranya ialah:
1. Menurut McClelland et all., berpendapat bahwa: A otive
is the redintegration by a cue of a change in an affective
situation, yang berarti motif merupakan implikasi dari
hasil pertimbangan yang telah dipelajari
(redintegration) dengan ditandai suatau perubahan
pada situasi afektif. Sumber utama munculnya motif
adalah dari rangsangan (stimulasi) perbedaan situasi
sekarang dengan situasi yang diharapkan, sehingga
46
tanda perubahan tersebut tampak pada adanya
perbedaan afektif saat munculnya dan saat usaha
pencapaian yang diharapkan.43 Motivasi dalam
pengertian tersebut memiliki dua aspek, yaitu adanya
dorongan dari dalam dan dari luar untuk mengadakan
perubahan dari suatu keadaan pada keadaan yang
diharapkan, dan usaha untuk mencapai tujuan.
2. Menurut MC. Donald, yang memandang motovasi
sebagai perubahan energi dalam diri seseorang yang
ditandai dengan munculnya rasa feeling, dan didahului
dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Selanjutnya
dijelaskan bahwa dari pengertian motivasi yang
dikemukakan oleh MC. Donald ini mengandung tiga
elemen penting, di antaranya sebagai berikut:
1. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya
perubahan energi pada diri setiap individu menusia.
Perkembangan motivasi akan membawa beberapa
perubahan energi di dalam sistem
neurophysiological yang ada pada organisme
manusia (walaupun motivasi itu muncul dari dalam
diri manusia), penampakannya akan menyangkut
kegiatan fisik manusia.
2. Motivasi ditandai dengan munculnya rasa (feeling),
afeksi seseorang. Dalam hal ini, motivasi relevan
43 Hamzah B. Uno, Teori Motivasi Dan Pengukurannya Analisis
di Bidang Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), hal. 9
47
dengan persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang
dapat menentukan tingkah laku manusia.
3. Motivasi akan dirangsang karena adanya suatu
tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya
merupakan respon dari suatu aksi, yaitu tujuan.
Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia,
tetapi kemunculannya karena terangsang atau
terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini
tujuan. Tujuan ini menyangkut soal kebutuhan.44
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui
bahwa pada intinya sama yakni sebagai pendorong yang
mengubah energi dalam diri seseorang ke dalam bentuk
suatu aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu.
Motivasi di sini berasal dari dalam diri sendiri, dan juga
motivasi dapat dirangsang oleh faktor dari luar individu
tersebut.
Setelah memaparkan beberapa pengertian dari
motivasi, maka dipaparkan pengertian mengaji.
Mengaji merujuk pada aktivitas membaca Al
Qur'an atau membahas kitab-kitab oleh penganut agama
Islam. Aktivitas ini dalam agama Islam termasuk ibadah
dan orang yang melakukannya akan mendapatkan
44 18 Sardiman A. M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar,
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), hal. 74
48
ganjaran dari Allah. Secara bahasa mengaji memiliki arti
belajar atau mempelajari.45
dapat disimpulkan bahwa Belajar Mengaji adalah
suatu aktivitas membaca Al-Qur’an oleh seseorang bahkan
bisa dikatakan jika dalam hal ini yaitu peserta didik yang
berusaha memahami atau mempelajarai Al-Qur’an yang
bermula tidak tahu sama sekali menjadi tahu.
Pengertian motivasi dan mengaji tersebut dapat
diambil kesimpulan bahwa motivasi mengaji merupakan
suatu dorongan atau kekuatan batin santri yang
mendorongnya untuk melakukan aktivitas belajar untuk
mencapai tujuan yang diharapkan. Motivasi mengaji ini
tumbuh dalam diri sendiri, sedangkan motivasi belajar
dapat dirangsang oleh faktor-faktor dari luar.
E. Teori Fundamental Interpersonal Relationship
Orientation (FIRO) oleh William C. Schutz
FIRO adalah singkatan dari Fundamental
Interpersonali Relations Orientation (Orientasi Dasar dari
Hubungan-hubungan Antarpribadi). Atau disebut juga
dengan Teori Tiga Dimensi tentang Tingkah Laku
Antarpribadi. Teori ini dikemukakan oleh Schutz (1955,
1958) dan pada dasarnya mencoba menerangkan perilaku-
perilaku antarpribadi dalam kaitannya dengan orientasi
(pandangan) masing-masing individu kepada individu-
45 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Nasional, Kamus
Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1996, h. 747
49
individu lainnya. Ide pokoknya adalah bahwa setiap orang
mengorientasikan dirinya kepada orang lain dengan cara
tertentu (khas) dan cara ini merupakan factor utama yang
memengaruhi perilakunya dalam hubungan antarpribadi.
Fundamental Interpersonal Relationship Orientation
mengasumsikan bahwa ada tiga kebutuhan penting yang
menyebabkan (orientation) adanya interaksi dalam suatu
kelompok. Ketiga aspek itu adalah keikutsertaan
(inclusion), pengendali (control) dan kasih sayang
(affection).46
Diutarakan oleh William Schutz (1958) dengan
Postulat Schutz-nya yang berbunyi bahwa setiap manusia
memiliki tiga kebutuhan antarpribadi yang disebut dengan
inklusif, kontrol dan afeksi. Asumsi dasar teori ini adalah
bahwa manusia dalam hidupnya membutuhkan manusia
lain (manusia sebagai makhluk sosial).47
Konsep antarpribadi menjelaskan tentang adanya
suatu hubungan yang terjadi antara manusia. Sedangkan
konsep kebutuhan menjelaskan tentang suatu keadaan atau
kondisi dari individu, apabila tidak dihadirkan atau
ditampilkan akan menghasilkan suatu akibat yang tidak
menyenangkan bagi individu. Ada tiga macam kebutuhan
antarpribadi, yaitu kebutuhan antarpribadi untuk inklusi,
46 Rakhmat, Djalaluddin, 2008. Psikologi Komunikasi, Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
50
kebutuhan antarpribadi untuk kontrol, dan kebutuhan
antarpribadi untuk afeksi.
a. Inclusion / Keikutsertaan
Kebutuhan Inklusi adalah kebutuhan yang
berdasarkan pada kesadaran pribadi yang ingin
mendapatkan kepuasan dengan cara berkontribusi
penuh/berguna bagi kelompok atas dasar kesadaran
sendiri setelah berinteraksi dalam kelompok.
Kebutuhan inklusi berorientasi pada keinginan untuk
pengakuan sebagai seseorang yang berkemampuan
dalam suatu kondisi. Pada dimensi ini ada
kecenderungan orang untuk ingin dijadikan
“sandaran” untuk berkonsultasi, bertanya dan
dimintai pendapat dan sarannya. Intensitas kebutuhan
pemenuhan dimensi ini bagi tiap individu tidaklah
sama.
Kebutuhan inklusi yang terlalu tinggi akan
mengakibatkan seseorang di posisi oversocial.
Sedangkan kebutuhan inklusi yang terlalu rendah
mengakibatkan seseorang dikategorikan dalam
kelompok undersocial.
b. Control/Mengendalikan
Kebutuhan Kontrol adalah kebutuhan yang
berdasarkan pada kesadaran pribadi yang ingin
mendapatkan kepuasan dengan cara mengendalikan
51
dalam artian memimpin interaksi dalam kelompok.
Kontrol pada dasarnya merepresentasikan keinginan
pribadi untuk mempengaruhi dan memiliki “suara”
dalam penentuan sikap/keputusan dalam kelompok.
Kebutuhan kontrol akan sangat terlihat ketika
kelompok tengah mengerjakan suatu proposal.
Ketika gagasan individu diterima, dan individu
tersebut merasa berpengaruh dalam kelompok
disanalah kebutuhan kontrol seorang individu
terpenuhi. Kepuasan yang dihasilkan terwujud
karena individu yang berkompetensi dalam
kepemimpinan bisa mengasah kemampuannya
dengan bergabung dalam pengambilan keputusan
kelompok. Sama halnya dengan kebutuhan inklusi,
intensitas kebutuhan pemenuhan dimensi ini bagi tiap
individu tidaklah sama.
Kebutuhan kontrol yang terlalu tinggi akan
mengakibatkan seseorang di posisi autocrat.
Sedangkan kebutuhan kontrol yang terlalu rendah
mengakibatkan seseorang dikategorikan dalam
kelompok abdicrat.
c. Affection / Kasih Sayang
Kebutuhan kasih sayang ini dimaksudkan akan
kebutuhan seseorang dengan lingkungan sosial.
Sehingga seorang individu membutuhkan kasih
sayang dan cinta (kedekatan dalam berinteraksi)
52
sebagai pemuas kebutuhannya dalam kelompok.
Dalam ketegori ini, kebutuhan inilah yang
menyebabkan seseorang ikut dan berperan aktif
dalam kelompok.
Kebutuhan afeksi pada posisi paling dasar
merupakan kebutuhan untuk disukai, kesempatan
untuk membangun hubungan pribadi yang dekat
(intim) dengan individu lain. Kebutuhan ini adalah
bagian dari keinginan untuk dekat dengan orang lain
dan juga bagian dari keinginan individu lain untuk
dekat dengan seorang individu. Kedua pribadi sangat
membutuhkan pengakuan dan keramahan emosional
dengan individu lainnya.48
F. Teori Hirarki Kebutuhan Abraham H. Maslow (1970)
Hirarki kebutuhan Maslow ada 5 tingkatan yaitu49
Gambar 1 Hirarki Kebutuhan Menurut Abraham H.
Maslow
48 Prof. Sarlito. 2004. Teori-toeri Psikologi Sosial. Jakarta:
Rajawali Pers. 49 Abraham Maslow, Motivation and Personality (Teori Motivasi
dengan Ancangan Hirarki Kebutuhan manusia). Penerjemah Nurul Iman
(jakarta: PT Gramedia, 1984), h. 41
53
a. Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan ini adalah tingkatan kebutuhan yang
paling dasar, paling kuat da n paling jelas antara
kebutuhan manusia adalah kebutuhannya untuk
mempertahankan hidup secara fisik, yaitu yaitu
kebutuhan akan makan, minum, tempat berteduh, seks,
tidur, oksigen dan pemuasan terhadap kebutuhan-
kebutuhan itu sangat penting dalam kelangsungan
hidup.50
b. Kebutuhan akan rasa aman
Apabila kebutuhan fisiologis relatif telah
terpenuhi, maka akan muncul seperangkat kebutuhan-
kebutuhan yang baru yang kurang-lebih dapat di
kategorikan (keamanan, kemantapan, ketergantungan,
perlindungan, kebebasan dari rasa takut, cemas dan
kekalutan; kebutuhan akan struktur, ketertiban, hukum,
batas-batas; kekuatan pada diri pelindung, dan
sebagainya).51
Kebutuhan ini merupakan pengatur perilaku
eksklusif, yang menyerap semua kapasitas organisme
bagi usaha memuaskan kebutuhan itu, dan layaklah
50 Frank G. Goble, Mazhab ketiga Psikologi Humanistik
Abraham Maslow. Penerjemah A. Supratiknya (Yogyakarta: Kanisius,
1987), h. 71 51 Abraham Maslow, Motivation and Personality (Teori Motivasi
dengan Ancangan Hirarki Kebutuhan manusia). Penerjemah Nurul Iman
(jakarta: PT Gramedia, 1984), h. 41
54
apabila organisme itu kita gambarkan sebagai suatu
mekanisme pencari keselamatan.
c. Kebutuhan akan Rasa Memiliki dan Rasa Cinta
Kebutuhan akan rasa cinta setelah seseorang
memenuhi kebutuhan fisiologis dan keamanan, mereka
menjadi termotivasi oleh kebutuhan akan cinta seperti
keinginan untuk berteman, keinginan untuk
mempunyai pasangan dan anak, kebutuhan untuk
menjadi bagian sebuah keluarga, sebuah perkumpulan,
dan lingkungan mayarakat. Cinta dan keberadaan
mencakup beberapa aspek dari seksualitas dan
hubungan dengan manusia lain dan juga kebutuhan
untuk memberi dan mendapatkan cinta. Menurut
Maslow, cinta menyangkut suatu hubungan sehat dan
penuh kasih mesra antara dua orang, termasuk sikap
saling percaya. Dalam hubungan yang sejati tidak akan
ada rasa takut, sedangkan berbagai bentuk pertahanan
pun akan runtuh. sering kali cinta menjadi rusak jika
salah satu pihak merasa takut kalau kelemahan-
kelemahan serta kesalahan-kesalahannya terungkap.
d. Kebutuhan Akan Harga Diri
Semua orang dalam masyarakat kita (dengan
beberapa pengecualian yang patologis) mempunyai
kebutuhan atau menginginakan penilaian terhadap
dirinya yang mantap, mmpunyai dasar yang kuat, dan
55
biasanya bermutu tinggi, akan rasa hormat diri, atau
harga diri, dan penghargaan akan orang-orang lainnya.
Karenaya, kebutuhan-kebutuhan ini dapat
siklasifikaiskan dalam dua perangkat tambahan. Yakni,
pertama, keinginan akan kekuatan, akan prestasi, akan
kecukupan, akan keunggulan dan kemampuan, akan
kepercayaan pada diri sendiri dalam menghadapi dunia
dan akan kemerdekaan dan kebebasan. Kedua, kita
memiliki apa yang dapat kita katakan hasrat akan nama
baik atau gengsi, pretise (yang dirumuskan sebagai
penghormatan dan penghargaan dari orang lain), status,
ketenaran dan kemuliaan, dominasi, pengakuan,
perhatian, arti yang penting, martabat, atau apresiasi.
Kebutuhan-kebutuhan ini telah di tekankan secara
relatif oleh Fred Adler dan para pengikutnya, dan relatif
telah di abaikan Frued. Namun, sekarang apresiasi itu
kelihatan makin meluas periahal pentingnya hal-hal itu
secara sentral, baik di kalangan psikoanalis maupun di
kalangan psikolog klinis.
Pemenuhan kebutuhan akan harga-diri
membawa perasaan percaya pada diri-sendiri,
kegunaan, kekuatan, kapabilitas, dan kalaikan, akan
kegunaan dan rasa diperlukan oleh dunia. Tetapi
rintangan menuju pemenuhan kebutuhan ini
menimbulkan perasaan-perasaan rendah diri,
56
kelemahan, dan tidak berdaya. Pada gilirannya
peasaan-perasaan ini melahirkan keputusasaan yang
mendasar atau, jika tidak demikian berbagai
kecendrungan kompensatif atau neorotis. Makin lama
makin banyak kita pelajari tentang bahaya dari sikap
menyerahkan harga-diri pada pendapat orang lain dan
bukan pada kapasitas, kompetensi, dan kelaikan yang
sebenarnya terhadap tugas.
Harga-diri yang paling mantap dan karenanya
paling sehat dilandaskan pada penghargaan yang di
peroleh dari orang lain dan bukan pada ketenaran atau
kemasyhuran faktor-faktor luar dan pujian yang
berlebihan dan tidak mendasar. Dalam hal ini pun perlu
di bedakan antra kompetensi dan prestise yang
sebenarnya yang hanya di landaskan pada kemauan
keras, ketetapan hati dan tanggung jawab, dari pada hal
yang datangnya secara alami dan dengan mudah dari
dalam sifat seseorang yang sesungguhnya, konstitusi
seseorang, nasib atau takdir biologis seseorang, atau,
yang seperti dikatakan oleh Horney, datang dari diri
sejati dan bukan dari diri yang semu yang dicita-
citakan.
e. Aktualisasi Diri
Aktualisasi diri dapat didefenisikan sebagai
perkembangan yang paling tinggi dan penggunaan
57
semua bakat kita, pemenuhan semua kualitas dan
kapasitas kita. kita harus menjadi menurut potensi kita
untuk menjadi. Meskipun kebutuhan-kebutuhan dalam
tingkat yang lebih rendah di puaskan, seperti merasa
aman secara fisik maupun emosional, mempunyai
perasaan memiliki dan cinta serta merasa bahwa diri
kita adalah individu-individu yang berharga, namun
kita akan merasa kecewa, tidak tenang dan tidak puas
jika kita gagal berusaha untuk memuaskan kebutuuhan
akan aktulisasi diri.
Suatu perasaan puas dan kegelisahan yang baru,
kecuali apabila orang itu melakukan apa yang secara
individual, sesuai baginya. Seorang musisi harus
menciptakan musik, seorang artis harus melukis,
seorang musisi harus bersyair, jika pada akhirnya ia
ingin tenterem. Orang yang dapat menjadi sesuatu,
harus menjadi sesuatu.
Munculnya kebutuhan yang kelihatan dengan
jelas ini biasanya berdasarkan suatu pemenuhan
kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan keselamatan,
cinta dan harga diri yang ada sebelumnya.
58
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Sejarah Pesantren Luhur Sabilussalam Ciputat
Membahas tentang sejarah berdirinya Pesantren Luhur
Sabilussalam tidak terlepas dari sejarah Yayasan Islam
Sabilussalam, karena pesantren Sabilussalam ini berada di
bawah pengelolaan Yayasan Islam Sabilussalam juga sejak
awal berdirinya para pendiri Yayasan ini tidak langsung
membentuk pesantren, akan tetapi didahului oleh Madrasah
Diniyyah dan Raudhatul Athfal (TK). Oleh karena itu,
sebelum masuk dalam pembahasan latar belakang
berdirinya Pesantren Luhur Sabilussalam Ciputat, peneliti
hendak menjelaskan sejarah Yayasan Islam Sabilussalam
terlebih dahulu.
Yayasan Islam Sabilussalam berkedudukan di
Kecamatan Ciputat Kabupaten Tanggerang Banten.
Yayasan ini didirikan pada tanggal 24 Oktober 1981 dengan
akte notaris No. 23 tanggal 12 November 1981 dengan
Notaris R. Soerojo Wongsiwidjojo, SH. Berdiri di atas lahan
tanah seluas 710 m2 (tujuh ratus sepuluh meter persegi)
yang awalnya hasil wakaf dari tanah bekas milik adat.
59
Yayasan ini merupakan wadah bagi penyelenggara
pendidikan, dakwah dan kegiatan sosial.52
Pendiri Yayasan ini dimulai oleh beberapa orang dari
tenaga pengajar di Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta (Saat ini telah menjadi
Universitas Islam Negeri (UIN)) dan beberapa warga dan
tokoh masyarakat Kp. Utan, Gang Bacank, Ciputat. Berikut
ini pendiri-pendiri Yayasan Sabilussalam, yang peneliti
uraikan dalam bentuk tabel antara lain :
Tabel 3.1 Para pendiri Yayasan Sabilussalam
No Nama Jabatan
1 Prof. Dr. H.A.R. Patrosentono Ketua
2 Prof. Drs. H. Chatibul Umam Anggota
3 Drs. H. Muchsin Idham Anggota
4 Drs. Ibrahim Gade Anggota
5 Drs. H. Mohammad Mansyur Anggota
6 H. Ir. A. Sjofjan Anggota
7 J. Rosyadi Anggota
Tabel 3.1 Para pendiri Pesantren Luhur Sabilussalam
Latar belakang terbentuknya Yayasan ini semata-mata
mereka terpanggil dan merasa bertanggung jawab atas
52 Profil Pesantren Luhur Sabilussalam, Artikel diakses pada 1
Mei 2021 pada pukul 14:32 WIB https://sabilussalam.com/sejarang-
singkat-pesantren-luhur-sabilussalam/
60
Pendidikan anak-anak dan masyarakat sekitar Kp. Utan
maupun masyarakat luas. Pendiri Yayasan ini juga turut
membantu beberapa program pemerintah dalam
mencerdaskan dan membina akhlak anak bangsa. Yayasan
ini di dirikan oleh para tokoh masyarakat di daerah Kp. Utan
Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur,
Kabupaten Tangerang.
Khusus lembaga Pesantren Luhur Sabilussalam, baru di
buka pada tahun 1994 untuk tahun ajaran 1994-1995. Cita-
cita pendiri pesantren mahasiswa ini telah ada sebelum
Yayasan dibentuk (sekitar tahun 1980-an) yaitu berawal dari
cita-cita Bapak H.M. Mansyur, salah satu pendiri Yayasan
Islam Sabilussalam ketika masih menjalani studi S1 di IAIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, ia bersama teman-temannya
dari jurusan Bahasa Arab (antara lain: H.D Hidayat, S.
Shodikin dan Fahrurrazi) memiliki kegiatan dakwah keliling
melalui pengajian mingguan secara bergilir di sekitar
Kampung Utan desa Cempaka Putih kecamatan Ciputat.
Dari jalan dakwah itulah akhirnya ada salah seorang warga
yang mewakafkan tanahnya untuk kepentingan dakwah.
Tanah tersebut yang pada saat ini berdiri Yayasan Islam
Sabilussalam, yang di dalamnya terdapat Raudhatul Athfal
(TK), Madrasah Diniyyah dan akhirnya pada periode 1991-
1993 dibangun gedung Pesantren Luhur Sabilussalam
Ciputat. Sejak dibuka pada tahun 1994 hingga saat ini
61
pesantren tersebut telah meluluskan wisudawan sebanyak
23 angkatan.53
Selain itu, faktor lain didirikannya Pesantren
Sabilussalam ini adalah para pendiri merasakan sangat
kurangnya sarjana Islam yang memiliki kemampuan
memadai dalam membaca dan memahami khazanah
keislaman yang berbahasa Arab. Akibatnya sering terdengar
sajian dalam berbagai diskusi memahami tentang agama
secara tidak utuh, sehingga berakibat banyak mengundang
reaksi dari masyarakat.
Dari sejarah yang dipaparkan diatas, dapat di artikan
bahwa dalam proses
B. Struktural Pengurus Pesantren Luhur Sabilussalam54
Struktural Organisasi Pesantren Luhur Sabilussalam
Dewan Pembina : Prof. Dr. HD Hidayat, M.A
Prof. Dr. Suwito, M.A
Dr. Muslih Idris, Lc, M.A
Dr. Ujang Thalib, M.A
Direktur Utama : Prof. Dr. HD Hidayat, M.A
53 Profil Pesantren Luhur Sabilussalam, Artikel diakses pada 1
Mei 2021 pada pukul 14:37 WIB https://sabilussalam.com/sejarang-
singkat-pesantren-luhur-sabilussalam/ 54 www.sabilussalam.com/struktur-organisasi/ Artikel diakses
pada 19 Mei 2021 pada pukul 14:32 WIB
62
Direktur Eksekutif :Dr. Dede Abdul Fatah,
S.HI.,M.Si
Direktur Jendral : H. Asep Anwar, S.Pd.,MM
Bendahara Umum : Ahmad Mutamimul Ula, S.E
Bendahara : Asep Faris, S.Pd
Bagian-Bagian
Akademik
Kepala : Iqbal Firdaus, S.Ag
Anggota : Miftahul Huda, M.Ed
M. Andri Iskandar, S.H
Aghnin Khulqi, S.Hum
Nabilah Marwah
Mufidatul Khoiruro
Royhanah
Kemahasantrian dan Kemasyarakatan
Kepala : Ahmad Yudi Surya Permana, S.Si
Anggota : Tarmizi Kadir DM, S.Ag
Himmatur Rif’ah
Mia Milatussa’adah
Fidya
Lu’luil Maknun, S.Ag
Zahra Safira Rahma, S.Pd
Fajar Syahrullah
63
Penelitian dan Pengembangan
Kepala : Ihsan Nasihin, S.Pd.I, M.Pd
Anggota : Muhammad Zaini Fikri, S.H
Tata Usaha
Kepala : Muhammad Rizal A, S.Pd
Anggota : Ade Darmawan
Alfi Azizi
Keamanan Psantren
Kepala : Dede Munawir
Anggota : Fauzan Jalaludin
C. Tujuan dan Visi, Misi
Adapun tujuan didirikannya Pesantren Luhur
Sabilussalam Ciputat, antara lain:
1. Membantu usaha pemerintah Indonesia dalam
membangun manusia Indonesia seutuhnya, khusus di
bidang Pendidikan dan sosial
2. Membangun manusia Indonesia yang sejahtera,
berpengetahuan luas, berakhlak luhur, beramal ikhlas,
cinta kepada nusa, bangsa dan agama serta bertaqwa
kepada Allah Swt.
3. Mencetak pemikir Islam yang mampu memahami dan
mengaplikasikan hasil karya ulama-ulama besar zaman
klasik, pertengahan, maupun zaman kontemporer yang
terdapat pada bukubuku bahasa Arab.
4. Mendidik kader ulama yang mendalami ilmu
keagamaan karena semakin langka ulama pada dewasa
64
ini. Pesantren Luhur Sabilussalam Ciputat ini
merupakan badan otonom yayasan Islam Sabilussalam
Ciputat. Namun pengelolaannya secara teknik
operasional di bawah lembaga Pesantren Sablussalam
Ciputat serta secara administratif di bawah Yayasan
Islam Sabilussalam.55
Adapun Visi Pesantren Luhur Sabilussalam
Ciputat adalah: “Melahirkan generasi Islam yang
memiliki pemahaman yang integral tentang Islam serta
mampu memberikan solusi bagi permasalahan
masyarakat dan ummat dengan bersandarkan pada al-
Qur’an dan al-Hadits”.
Misi Pesantren Luhur Sabilussalam Ciputat adalah:
1. Membina pribadi muslim yang mampu memahami
dan mengaplikasikan hasil karya ulama-ulama
besar dari zaman klasik pertengahan maupun zaman
kontemporer yang terdapat pada bukubuku
berbahasa Arab.
2. Mendidik kader ulama yang mendalami ilmu
keagamaan, karena langkanya ulama dewasa ini.
55 www.sabilussalam.com/visi-dan-misi-pesantren-luhur-
sabilussalam/
65
3. Menumbuhkan kepekaan dan rasa tanggung jawab
terhadap masalah sosial masyarakat.56
D. Letak Geografis
Pesantren Luhur Sabilussalam Ciputat berlokasi di Jl.
WR. Supratman Gg Bacang RT. 002/09 Kp. Utan, desa
Cempaka Utih, kecamatan Ciputat Timur 15412, kabupaten
Tanggerang, provinsi Banten. Secara geografis, batas-batas
wilayah keberadaan pesantren adalah:
Sebelah Barat : RT. 02/09 Jl. WR. Supratman
Sebelah Timur : RT. 03/09, persawahan dan komplek
mabad
Sebelah Utara : RT. 02/09, kelurahan Pondok Ranji
Sebelah Selatan : RT 01.09, Gg H. Echo
Pesantren ini berada tidak jauh dengan kampus UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, kurang lebih berjarak 2 km.
Alat transportasi yang dapat di gunaka untuk mencapai
lokasi Pesantren dan kampus UIN adalah bisa menggunakan
moda transportasi angkot S10 (Jurusan Ciputat-Bintaro)
56 Profil Pesantren Luhur Sabilussalam, Artikel diakses pada 1
Mei 2021 pada pukul 14:32 WIB
www.sabilussalam.com/category/profil/struktur-organisasi/
66
E. Kurikulum Pendidikan Pesantren Luhur Sabilussalam
Pesantren Luhur Sabilussalam Ciputat, menetapkan
kurikulum yang tidak terbatas pada bidang pengajaran.
Semua kegiatan baik di kelas maupun di luar kelas (masih
dalam lingkungan pesantren) mengacu kepada kurikulum
terapan yang baku dan dinamis. Kurikulum yang digunakan
oleh Pesantren Luhur Sabilussalam Ciputat terdiri dari:
1. Kegiatan Tradisional/Klasik
Kegiatan tradisional/klasik yang di maksud di sini
adalah kegiatan belajar mengajar yang sering di lakukan
di Pesantren pada umumnya atau yang sering kita sebut
dengan mengaji. Semua kegiatan baik di kelas maupun
di luar kelas (masih dalam lingkungan pesantren)
mengacu pada kurikulum terapan yang baku dan
dinamis.
2. Kegiatan modern/non-klasikal
Kegiatan non-Klasikal merupakan kegiatan yang
dilakukan oleh para santri di luar jadwal kelas. Di
Pesantren Luhur Sabilussalam para santri tidak hanya
di ajarkan tentang pelajaran yang sifatnya
materi/teoritis saja, akan tetapi diajarkan pula cara
berorganisasi dan bermasyarakat. Organisasi yang di
bentuk berdasarkan (kesadaran) dan untuk
(kepentingan) santri yang di beri nama Keluarga
Mahasantri Pesantren Luhur Sabilussalam (KMPLS).
67
Kegiatan-kegiatan yang di lakukan oleh KMPLS
berada di bawah bimbingan pengurus Pesantren Luhur
Sabilussalam. Adapun kegiatan santri yang di maksud
antara lain :
a. Kegiatan
1. Mengadakan diskusi, dengan mengundang
narasumber yang di lakukan oleh internal
organisasi ataupun bekerja sama dengan pihak
lain.
2. Membudayakan berdualog Bahasa arab dan
Inggris di lingkungan Pesantren.
3. Mengadakan bimbingan tes (Bimtes) masuk
Universitas Islam negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Mengadakan debat atau lomba pidato Bahasa
Arab dan Inggris
b. Kegiatan Keagamaan dan Kemasyarakatan
1. Para santri di ajak untuk bersedia mengisi jadwal
di berbagai kegiatan, seperti menjadi bilal, imam,
kultum sholat teraweh yang di sebar di berbagai
mushola/masjid di daerah sekitar Pesantren Luhur
Sabilussalam.
2. Mengajak para santri untuk ikut serta dalam
segala kegiatan kemasyarakatan seperti tahlilan,
mengaji di tempat warga yang salah seorang
keluarganya ada yang meninggal.
68
3. Mewajibkan para santri/i untuk melaksanakan
sholat subuh berjama’ah dan membuat jadwal
untuk para santri untuk melaksanakan kultum
setelah ba’da subuh
4. Mengadakan kegiatan Gebyar Sabil, yang di
antaranya berisi perlombaan-perlombaan, seperti
perlombaan Hadroh/marawis, Syahril Qur’an,
Tahfidz Qur’an anak-anak, dan Tabligh Akbar
5. Mengajak para santri Pesantren Luhur
Sabilussalam untuk ikut serta dalam kegiatan
lingkungan sekitar masyarakat seperti membantu
warga dalam penyembelihan dan penyaluran
hewan qurban dan melakukan perayaan takbiran
pada malam idul adha
F. Tata Tertib
Pada umumnya setiap Pesantren membuat
peraturan/tata tertib yang tidak boleh dilanggar, tata tertib
ini bertujuan agar kegiatan-kegiatan yang berhubungan
dengan Pesantren dapat berjalan dengan baik, begitupula
dengan Pesantren Luhur Sabilussalam yang menerapkan
peraturan/tata tertib kepada santri nya guna melatih
kedisiplinan. Berikut ini tata tertib yang di terapkan di
Pesantren Luhur Sabilussalam Ciputat adalah :
1. Santri dan santriwati wajib ,emgikuti seluruh kegiatan
yang di selenggarakan oleh pihak pesantren
2. Santri wajib mengikuti sholat subuh berjama’ah
69
3. Santri harus hadir dalam kegiatan belajar mengajar
minimal 5 menit sebelum di mulai.
4. Santri yang mengikuti kegiatan belajar mengajar di
Pesantren Luhur Sabilussalam kurang dari batas minimal
atau sebanyak 75% tidak di perbolehkan oleh pengurus
untuk mengikuti ujian dan di berikan sanksi sesuai
dengan ketentuan dan perjanjian yang berlaku.
5. Santri harus berpakaian rapih dan sopan (tidak di
perbolehkan menggunakan pakaian kaos oblong) ketika
mengikuti kegiatan mengaji dan sesantiasa harus dalam
keadaan berwudhu.
6. Ketika santri ingin mengikuti acara di luar pesantren atau
tidak bisa mengikuti pengajian di Pesantren Luhur
Sabilussalam, santri harus mendapatkan izin dari
penguru pesantren (tashrih).
7. Santri harus menjaga ketenangan, kerapihan dan
kebersihan di lingkungan pesantren.
8. Santri wajib menjaga nama baik Pesantren dengan baik
denga tidak melakukan dan tidak diperbolehkan
mengganguu aktivitas pembelajaran atau kegiatan di
Pesantren Sabilussalam Ciputat.
9. Keluarga Mahasantri Pesantren Luhur Sabilussalam
(KMPLS bersama dengan pengurus harian membentuk
jadwal piket harian di sekitar komplek Sabilussalam.
Bagi yang membawa kendaraan bermotor harap
melaporkan kepada pengurus
70
10. Kepada para santri di wajibkan dan mengamankan
setiap barang pribadinya masing-masing.57
Bila santri Pesantren Luhur Sabilussalam
melakukan pelanggaran terhadap tata tertib di atar, maka
akan di kenakan sanksi sesuai dengan berat dan
ringannya pelanggaran, sanksi yang di berikan terdapat
tiga kategori :
1. Sanksi ringan, berupa peringatan untuk tidak
mengulanginya lagi.
2. Sanksi sedang, berupa peringatan tertulis dengan di
sertai penugasan atau denda dengan sejumlah uang
ganti rugi.
3. Sanksi berat, berupa Dikeluarkan dari Pesantren Luhur
Sabilussalam.
G. Profil Subjek Penelitian
1. Identifikasi Ustaz Pesantren Luhur Sabilussalam
Data yang telah penulis dapatkan berdasarkan prosedur
penelitian ini adalah temuan di lapangan mengenai
“Komunikasi Antarpribadi Ustaz dan Santri dalam
Memberikan Motivasi Mengaji di Pesantren Luhur
Sabilussalam” agar penelitian ini mendapatkan hasil yang
57 Profil Pesantren Luhur Sabilussalam, Artikel diakses pada 1
Mei 2021 pada pukul 14:32 WIB www.sabilussalam.com
71
maksimal, maka peneliti melibatkan empat orang ustaz
dalam penelitian ini, di antaranya :
1. Ahmad Yudi Surya Permana, S.Si
2. Asep Ahmad Faris, S.Pd
3. Abdul Rahman Hakim, S.Ag
4. Aghnin Khulqi, S.Hum
Semua informan di atas merupakan ustaz yang
mengajar di Pesantren Luhur Sabilussalam, Ciputat dan
berasal dari latar belakang Pendidikan yang berbeda,
namun sudah memiliki kemampuan yang mendalam terkait
ilmu yang diajarkan.
2. Identifikasi Santri Pesantren Luhur Sabilussalam
Selain Ustaz/Ustaz, Penulis juga melibatkan santri
sebagai informan penelitian. Dalam penelitian ini, terdapat
5 santri yang penulis libatkan dalam penelitian ini, yaitu di
antaranta Dimas Fakhri Bakhtiar Rifai, Muh. Bagas
Balasirullah A, Elok Nur Faizah, Elma Diah Agustin,
1. Santri bernama Dimas Fakhri Bakhtiar Rifai, yang
lahir di Bogor, 2 April 1999 (22 Tahun) yang
berasal dari Leuwisadeng Kabupate n Bogor dan
saat diwawancara ia semester 6 (3 tahun) di
Pesantren Luhur Sabilussalam dan ia kuliah di
Universitas Islam Neger Syarif Hidayatullah
jurusan jurnalistik semester 6, itu artinya ia sudah
72
memasuki masa akhir di Pesantren Luhur
Sabilussalam.
2. Santri bernama Muhammad Bagas Balasirullah
A., yang lahir di Jember 22 Juni 2001 (20 Tahun)
yang berasal dari Kecamatan Kaliwates
Kabupaten Jember dan saat diwawancara ia
semester 4 (2 Tahun) di Pesantren Luhur
Sabilussalam dan ia kuliah di Universitas Syarif
Hidayatullah Jakarta jurusan Dirasat Islamiah
semester 4.
3. Santri bernama Elok Nur Faizah, santri ini lahir di
Tuban 16 Agustus 2000 dan berasal dari
Kecamatan Plumpang Kabupaten Tuban, saat
diwawancara Elok semester 6 di Sabilussalam (3
tahun) dan ia kuliah di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta Jurusan Ilmu Qur’an
dan Tafsir semester 6.
4. Santri bernama Elma Diah Agustin, santri ini lahir
di Tegal 14 Agustus 2001 dan sekarang beralamat
di Kecamatan Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi
ia saat diwawancara semester 4 (2 tahun) di
Pesantren Luhur Sabilussalam, Elma juga
berkuliah di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta Jurusan Komunikasi
Penyiaran Islam semester 4.
73
BAB IV
DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Pada Bab IV ini berisi tentang deskripsi hasil temuan
penelitian yang telah dilakukan oleh penulis selama kurang
lebih 1 bulan. Hasil temuan ini berkaitan dengan Komunikasi
Antarpribadi Ustaz dan Santri Dalam Memberikan Motivasi
Mengaji di Pesantren Luhur Sabilussalam. Penulis menemukan
hasil penelitian ini melalui wawancara, observasi dan
dokumentasi.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang
dilakukan sejak Juni sampai dengan Juli 2021, proses mengajar
mengajar atau mengaji di Pesantren Luhur Sabilussalam
diadakan setiap hari dari mulai senin subuh sampai sabtu pag.
Pengajian dilaksanakan pada waktu setelah sholat subuh dan
malam setelah sholat maghrib, waktu ngaji kurang lebih selama
2 jam. Pengajian diadakan di ruang kelas masing masing.
Penulis melakukan pengamatan bersama para santri yang
berjumlah kurang lebih ada 50 santri. Dari penelitian ini penulis
hanya memilih 4 orang santri dan 4 orang ustaz yang ada di
Pesantren Luhur Sabilussalam. 8 orang ini dinilai sudah
memenuhi kriteria kebutuhanb pada penelitian ini.
Komunikasi antarpribadi dilakukan ustaz di Pesantren
Luhur Sabilussalam selama memberikan pengajaran atau
mengaji. Komunikasi antarpribadi dilakukan ustaz dalam
74
berbagai bentuk baik secara verbal maupun nonverbal agar
santri dapat termotivasi mengaji dan pastinya dapat memahami
apa yang di berikan. Berikut ini merupakan hasil temuan
penelitian yang telah dilakukan penulis terkati komunikasi
antarpribadi Ustaz dalam memberikan motivasi mengaji di
pesantren luhur sabilussalam.
A. Komunikasi Antarpribadi Ustaz dan santri di
Pesantren Luhur Sabilussalam
Dalam praktiknya Ustaz melakukan proses mengaji di
Pesantren Luhur Sabilussalam diadakan setiap hari dengan
berkomunikasi dan berhadapan secara langsung dengan
santri. Interaksi yang dilakukan oleh ustaz berbentuk
interaksi antarpribadi, karena komunikasi yang dilakukan
bersifat dialogis yang memberikan komunikasn adanya
feed back dan pertukaran informasi yang terjadi antara
ustaz dengan santri. ustaz pesantren luhur sabilussalam
memiliki berbagai cara agar dapat memberikan motivasi
mengaji kepada santri. Di bawah ini merupakan cara yang
di lakukan oleh ustaz sesuai dengan observasi dan
wawancara yang telah dilakukan oleh penulis.
1. Keterbukaan
Dalam membangun komunikasi yang efektif diperlukan
sikap dimana tidak ada perasaan tertekan ketika melakukan
proses komunikasi yang ditandai dengan kesediaan untuk
75
jujur dalam menyampaikan apa yang sedang dirasakan dan
sedang dipikirkan. Hal tersebut merupakan upaya yang
diterapkan oleh ustaz di Pesantren Luhur Sabilussalam
dalam proses komunikasi pada santri. Seperti hasil
wawancara penulis bersama salah satu ustaz di Pesantren
Luhur Sabilussalam bernama ustaz Asep Ahmad Faris,
S.pd atau sering dikenal dengan sebutan ustaz faris yang
penulis wawancarai pada tanggal 5 Juni 2021 Melalui
Videocall Whatsapp.“Yang terpenting mah saling
keterbukaan aja sih feb, kalo yang ane lakuin sih salah
satunya merangkul ketua kelas masing masing dan
kemudian mendapatkan informasi dari ketua kelas
tersebut, nah dari situ ane bertanya sama ketua kelas
masing masing, kira kira ada kendala atau masalah apa
selama mengaji di Pondok Pesantren, dan juga ane
mengadakan acara apa saja agar termotivasi, komunikasi
gampang sama putra karena ane juga kan kamarnya satu
Gedung dengan asrama putra58…”. Ustaz Faris
menekankan kepada santri yang di ajarnya untuk saling
terbuka karena sebelum menyampaikan apa yang ingin
disampaikan harus mengetahui dahulu apa yang diinginkan
dan ada permasalahan apa yang di hadapi dari masing-
masing individu santri. Dengan sikap saling terbuka dengan
santri, seorang ustaz juga dapat lebih mudah membuat
58 Wawancara dengan Ustaz Asep Ahmad Faris, S.Pd, pada 5
Juni 2021, Pukul 10.30 WIB Via Videcall Whatsapp
76
hubungan dengan santri supaya hubungan menjadi lebih
dekat dan mengetahui permasalahan dan keinginan santri
tersebut. Hal demikian juga diterapkan oleh ustaz Yudi
Surya Permana atau biasa di panggil dengan sebutan ustaz
Yudi yang penulis wawancarai pada tanggal 6 Juni 2021
via Videocall Whatsapp
“kita juga harus terbuka dengan mereka, apa sih yang
terbaik buat mereka, ketika mereka nanya jawab, ketika
kita bisa jawab kalua ngga ya kita usah jawab atau kita
lempar ke yang lain”.59
Saat penulis sedang mengamati proses belajar mengajar
yang dilakukan pada malam hari melalui zoom meeting
pada tanggal 5 Juni 2021 ketika itu pelajaran yang diajarkan
adalah Nahwu Shorof yang diajarkan oleh ustaz Aghnin
Khulqi, S. Hum atau akrab di sapa ustaz Uqi, beliau di sela-
sela memberikan materi bertanya kepada santri “kira kira
sampe sini paham ga?60 Kalau belum paham bilang ya biar
kita jelaskan bareng bareng” di sini ustaz uqi menekankan
kepada para santri agar jujur dan terbuka bila ada yang
kurang dipahami agar apa yang disampaikan dapat
tersampaikan dengan baik.
59 Wawancara dengan Ustaz Yudi Serya Permana, S,Si, pada 6
Juni 2021, Pukul 21.04 WIB via Videcall Whatsapp 60 Hasil Observasi, 5 Juni 2021
77
Saat penulis melakukan observasi juga terlihat bahwa
saat ustaz uqi dalam menyampaikan materi, santri fokus
dan antusias mendengarkan apa yang disampaikan ustaz
uqi. Karena ustaz uqi terlebih dahulu memahami apayang
di butuhkan oleh santri sehingga beliau tahu apa yang harus
disampaikan agar pesan yang beliau sampaikan dapat
diterima dengan baik.
2. Empati
Suatu sikap ikut merasakan apa yang dirasakan oleh
lawan bicara, yang ditandai dengan kesediaan
mendengarkan dengan sepenuh hati, merespon secara tepat
setiap perilaku yang muncul dalam kegiatan komunikasi.
Dari hasil wawancara yang telah penulis lakukan, bersikap
empati merupakan sikap yang penting untuk membangun
komunikasi antarpribadi yang baik antara satidz dengan
santri. Berikut ini hasil wawancara yang penulis temukan
dari Ustaz Yudi pada tanggal 6 Juni 2021 :
“ya tentunya ketika mereka sudah mencoba perlu kita
kasih apresiasi bahwa ibaratnya mereka sudah berusaha
nih kita apresiasi dlu nih baru nanti bila ada yang masih
kurang kita perlu penambahan saja seperti itu tanpa
ibaratnya tidak harus menjelekkan mereka itu sih”.61
61 Wawancara dengan Ustaz Yudi Serya Permana, S,Si, pada 6
Juni 2021, Pukul 21.04 WIB via Videcall Whatsapp
78
Ustaz Yudi disini yang berperan sebagai komunikator
berusaha berskap empati kepada santri dengan cara
memberikan apresiasi kepada santri yang sudah mau
mencoba dan berusaha, dengan cara seperti itu membuat
santri tidak malu dan trauma untuk terus mencoba dan
belajar. Hal serupa dilakukan oleh ustaz abe yang penulis
temui melalui wawancara pada 5 Juni 2021.
“Komunikasi agar santri termotivasi adalah
memberikan pujian/apresiasi kepada santri yang
berprestasi, contohnya seperti memberikan kitab,
memberikan makanan dll. Menceritakan ulama hadis
yang kisahnya bisa di ambil pelajarannya, agar mereka
bisa mencontoh kisah tersebut agar terus dapat
termotivasi”.62
Dari wawancara diatas dapat diartikan bahwa bersikap
empati sangat penting dilakukan oleh seorang ustaz dalam
memberikan pengajaran, memikirkan tindakan apa yang sesuai
dilakukan kepada santri sangat berpengaruh terhadap mental
santri terutama dalam proses belajar, seorang ustaz harus tau
tindakan apa yang harus dia lakukan agar santri dapat terus
mencoba dan belajar. Selain itu santri pun merasa nyaman
ketika belajar, karena pada dasarnya sekedar menyampaikan
materi apa yang dikuasai saja tidak cukup, tetapi seorang
62 Wawancara dengan Ustaz Abdul Rahman Hakim, S.Ag, pada 6
Juni 2021, Pukul 15.53 WIB via Videcall Whatsapp
79
pengajar harus dapat merasakan apa yang dirasakan oleh orang
yang diajarnya.
Dalam proses belajar mengajar, penulis juga mengamati
bahwa Ustaz yang ada di Pesantren Luhur Sabilussalam
umumnya adalah ustaz yang dulunya belajar di Pesantren
Luhur Sabilussalam juga, hal ini penulis temui saat proses
mengaji ustaz bercerita kepada santri bahwa beliau dulu pernah
menempuh Pendidikan di pesantren luhur sabilussalam dan
juga rata-rata usia ustaz yang ada di pesantren tersebut
umurnya tidak terlalu terpaut jauh, sehingga bisa merasakan
apa yang dirasakan oleh santri pesantren luhur sabilussalam. 63
3. Memberikan Dukungan
Dukungan disini yaitu memberikan respon balik terhadap
apa yang dikemukakan (respons) sehingga disini terjadi
komunikasi 2 arah. Dari observasi yang telah dilakukan,
memberikan respons baik menjadi salah satu cara membangun
komunikasi antarpribadi dengan santri. Penulis menemukan ini
saat observasi yang dilakukan pada tanggal 18 Juni 2021.64
Saat memberikan pengajaran, seringkali seorang ustaz
merespon atas santri yang bertanya kepada ustaz. Saati itu
pengajian waktu malam hari pukul 19:00 ada seorang santri
bertanya “Ustaz kalau kalau suatu hadits sanadnya terputus di
63 Hasil Observasi, 15 Juni 2021 64 Hasil Observasi, 18 Juni 2021
80
sahabat, apakah itu bisa dikatakan hadits shoheh?” kemudian
ustaz menjawab “suatu hadits dikatakan shoheh apabila telah
selesai sampai kepada rosulullah, kalau hanya sampai sahabat
belum bisa dikatakan shoheh” dari aktivitas tanya jawab
seperti ini terlihat santri tersebut merasa sangat puas atas
respon yang di kemukakan oleh ustaz tersebut.65 Hal ini senada
dengan yang diungkapkan oleh ustaz Uqi saat wawancara :
“kalo ane itu dalam mengajar bagaimana caranya biar
tidak komunikasi 1 arah ajah biar adanya tanya jawab
adanya timbal balik ane sama santrinya, mirip dengan
diskusi lah, misalnya ketika ane ngajar itu ketika ane
ngejelasin ane langsung nanya sama santi “kalian
sudah paham belum” jadi disitu ane langsung berusaha
agar santri itu bisa focus dan apabila ada hal yang
kurang di mengerti bisa langsung ditanyakan”.66
Salah satu fungsi merespon dengan baik adalah agar
santri merasa dihargai dalam proses belajar mengajar, karena
kemampuan setiap individu berbeda beda dalam memahami
sesuatu, maka perlu adanya respon yang baik agar komunikasi
dapat tersampaikan dengan maksimal “Kalau metode yang
enak itu ya menurut elma sih kaya ustaz nya itu ngerangkul
gitu, jadi kalua disuruh baca sih ngingetinnya biasa aja gitu,
65 Hasil Observasi, 2 Juni 2021 66 Wawancara dengan Ustaz Abdul Rahman Hakim, S.Ag, pada 6
Juni 2021, Pukul 15.53 WIB via Videcall Whatsapp
81
jadi elma ga tekanan batin gitu”67. Merespon atau metode
mengajar yang terlalu kaku justru akan membuat santri menjadi
tegang dan kurang bersemangat.
4. Memberi Pengajaran dengan Rasa Humor
Dari hasil observasi yang telah dilakukan, memberikan
bimbingan dengan rasa humor menjadi salah satu cara
membangun komunikasi antarpribadi yang dilakukan Ustaz
Pesantren Luhur Sabilussalam. Hal ini penulis temukan dalam
hasil wawancara oleh beberapa Ustaz di Pesantren Luhur
Sabilussalam, seperti yang dikemukakan oleh Ustaz Uqi pada
6 Juni 2021
“Iya kadang ane menceritakan kegalauan, perbucinan,
memetik tema rayuan dari pelajaran yang di
sampaikan, misalnya ane mengajar nahwu atau shorof,
disitu ane mencari celah agar mengaji dapat mencair,
contoh nya saat itu sering kita dengar bahwa “setiap
ada isim pasti ada khabar, begitupun dalam kehidupan,
setiap ada aku pasti ada kamu” nahh yang kaya kaya
gituu tuh ane kadang suka menghibur mereka dengan
cara seperti itu”.68
67 Wawancara dengan Santri Bernama Elma Diah Agustin pada
20 Juni 2021, Pukul 09.40 WIB via Videcall Whatsapp 68 Wawancara dengan Ustaz Aghnin Khulqi, S.Hum, pada 6 Juni
2021, Pukul 10.30 WIB via Videcall Whatsapp
82
Dari wawancara tersebut terlihat bahwa sebenarnya
memberikan pengajaran dengan rasa humor dapat mencairkan
suasana dan membuat santri tidak terasa boring. Dan hal
tersebut juga diterapkan oleh beberapa ustaz di Pesantren
Luhur Sabilussalam, seperti yang penulis temukan pada hasil
wawancara oleh ustaz Yudi “terkadang kitapun curhat juga
yah pada mereka terkait hal-hal yang memang apa Namanya
berkembang di masyarakat, bisa jadi kita membicarakan hal
yang bucin terlebih dahulu seperti itu dengan mereka,
begitupun dengan humor dan candaaan seperti itu agar
mereka juga merasa memliki dan tidak satu arah saja seperti
itu. Jadi biar semuanya ada timbalbalik”.69 Dalam
menyampaikan materi kepada santri yang setingkat mahasiswa
terkadang humor sangat diperlukan agar mereka para santri
merasa humble, seperti wawancara penulis dengan santri yang
bernama bagas “soalnya normalnya manusia itu kan seneng
menyenangi sesuatu gitu kan, jadi kalo guru nyampeinnya
santai, humble gitu kan jadi minat mengaji nya bisa nambah
lagi, jadi pengajarannya bisa bisa maksimal”70
69 Wawancara dengan Ustaz Yudi Serya Permana, S,Si, pada 6
Juni 2021, Pukul 21.04 WIB via Videcall Whatsapp 70 Wawancara dengan Santri Bernama Muhammad Bagas
Balasirullah pada 20 Juni 2021, Pukul 10.20 WIB via Videcall
83
Dalam menjalin komunikasi antarpribadi yang baik
tentu juga harus diiringi dengan hubungan antarpribadi yang
baik pula. Memberikan bimbingan dengan rasa humor
merupakan salah satu cara yang tepat yang dilakukan oleh
Ustaz. Cara tersebut membuat santri merasa akrab dan terbuka
dengan hal tersebut. Dengan cara tersebut pula membuat tidak
terjadinya kesenjangan antara Ustaz dan santri. Karena jika
terjadi kesenjangan nantinya akan berpengaruh dalam kegiatan
belajar mengajar karena seumuran santri yang setingkat
mahasiswa biasanya bersikap acuh terhadap ustaz yang kurang
pendekatannya sehinga membuat kegiatan belajar mengajar
tidak berjalan dengan baik. Hal tersebut senada dengan
pernyataan santri bernama bagas
“Iyah jadi hubungan pribadi jadi kalo dia itu bisa lebih
dekat dengan personal ga cuma hubungan murid dan
guru aja, tapi lebih akrab, jadi kalo ga Cuma hubungan
guru dan murid aja itu kalo muridnya nganggep ustaz
nya ga professional ya jadi males aja gitu, tapi kalau
melakukan pendekatan yang lebih kita bisa sering
ketemu, kalau itu di lakuin insya allah bagus bagus
aja”.71
71 Wawancara dengan Santri Bernama Muhammad Bagas
Balasirullah pada 20 Juni 2021, Pukul 10.20 WIB via Videcall
84
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bersikap
humble dan humor sangat diperlukan dalam proses komunikasi
antarpribadi terutama penerapannya dalam proses belajar
mengajar. Cara tersebut dilakukan oleh Ustaz di Pesantren
Luhur Sabilussalam agar santri dapat merasakan kedekatan
dengan Ustaz dan dengan harapan yang di sampaikan oleh
Ustaz dapat diserap dan diterima dengan baik oleh santri.
5. Kesamaan Dalam Menjalin Hubungan Antarpribadi
Kesamaan, adalah suatu kondisi dimana dalam kegiatan
komunikasi terjadi posisi yang sama antara komunikan
dankomunikator, tidak terjadi dominasi antara satu dengan
yang lain. Dalam mengajar Ustaz Pesantren Luhur
Sabilussalam terkadang menganggap santri itu sebagai sahabat,
seperti yang penulis temui dalam hasil wawancara oleh Ustaz
Abdul Rahman
“Selama di kelas menganggap santri sebagai sahabat,
bukan sebagai murid, karena rosulullah dulu juga
mencontohkan demikian, sampai sekarang kan kita tidak
pernah mendengar murid rosulullah, yang ada hanya
sahabat rosul, dengan cara seperti itu menjadi tidak
canggung dalam mengajar”.72
Memposisikan ustaz sebagai sahabat bukan berarti tidak
sopan melainkan itu menjadikan santri merasa bersahabat dan
72 Wawancara dengan Ustaz Abdul Rahman Hakim, S.Ag, pada 6
Juni 2021, Pukul 15.53 WIB via Videcall Whatsapp
85
tidak canggung saat proses belajar mengajar dilakukan. Hal
tersebut senada dengan apa yang diungkapkan oleh santri
bernama Dimas Fahri “Kalau sefrekuensi ane gitu yah ustaz
ustaz yang terbuka gitu, yang enak di ajak dialog, yang bikin
kita ga canggung”.73 Dengan menggunakan pendekatan
kesetaraan dan bersahabat membuat santri tidak canggung
dalam berdiskusi atau berkomunikasi dengan ustaz.
Rata-rata usia Ustaz di Pesantren Luhur Sabilussalam
masih berusia muda artinya tidak terpaut terlalu jauh dengan
santi yang ada di Pesantren Luhur Sabilussalam itu sendiri, itu
yang menjadi salah satu faktor mereka menjadi dekat dan lebih
bersahabat, hal ini sejalan dengan apa yang di ungkapkan oleh
Ustaz Faris.
“iyah ane sering kali mengajar itu kaya yang ane
bilang tadi, ane mengajar itu sering dengan tidak
serius, artinya ane memposisikan mereka kaya temen
sendiri ajah, karena memang usia mereka juga ngga
terlalu jauh dari ane, jadi dalam mengaji itu kita sama
sama belajar juga, diskusi bareng dan lain sebagainya,
namun ane memposisikan ane saat di pengajian atau
saat proses mengaji itu memposisikan diri tetap
sebagai mana selayaknya guru, membimbing,
73 Wawancara dengan Santri Bernama Dimas Fakhri pada
20 Juni 2021, Pukul 12.37 WIB via Videcall Whatsapp
86
mengarahkan DLL. Dan mereka pun demikian,
menganggap ane sebagai guru mereka, namun di luar
pengajian kita adalah teman dan sahabat, sering
ngobrol bareng”.74
Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa
penerapan kesetaraan disini bahwa seorang Ustaz ketika
mengajar ia memposisikan dirinya sebagai guru, namun ketika
diluar ustaz tersebut memposisikan dirinya sebagai sahabat.
Meskipun demikian santri bukan berarti bersikap tidak sopan
kepada gurunya hal ini penulis temui saat observasi seorang
murid mencium tangan ketika berpapasan dengan ustaz, hal ini
menandakan bahwa meskipun umur mereka tidak terpaut
terlalu jauh, seorang santri harus menghormati gurunya
dimanapun ia berada.
B. Bentuk Motivasi Mengaji Ustaz dengan Santri Pesantren
Luhur Sabilussalam
Santri Pesantren Luhur Sabilussalam sebagian besar
adalah santri yang sebeblum nya sudah menempuh Pendidikan
di Pondok Pesantren mereka masing-masing, ada yang telah
menempuh Pendidikan selama 3 tahun hingga 7 tahun.
Kurangnya motivasi santri dalam mengaji umumnya
disebabkan karena beberapa faktor dari mulai ia kurang suka
74 Wawancara dengan Ustaz Asep Ahmad Faris, S.Pd, pada 5 Juni
2021, Pukul 10.30 WIB via Videcall Whatsapp
87
dengan gurunya, kurang bisa membagi waktu antara kuliah dan
mengaji, faktor kelelahan dan mengantuk. Fakta ini penulis
dapatkan melalui wawancara dengan santri yang bernama Elma
Diah Agustin yang penulis wawancarai pada 20 Juni 2021 :
“kendalanya ya kan ngaji nya kan sore sama pagi tuh,
kalo pagi tuh biasa tuh kalo bangun tidur tuh kadang
kurang nyampe tuh kan karena ngantuk gitu, nah kalo
sore kan biasa gitu karena pulang kuliah ya itu tuh
capek kan gitu”75
Selain karena faktor kelelahan dan mengantuk serta
kurang bisa membagi waktu kuliah dengan mengaji, ternyata
faktor ustaz juga mempengaruhi, ustaz yang metode
pengajarannya kurang disukai santri biasanya santri akan
menghindar dan kurang semangat dalam mengaji. “apalagi
ustaz muslih kan, kadang kalo udah ngartiin ga di suruh baca,
giliran ga di artiin malah di suruh baca, apalagi kalo online
gini jarang banget sih ngaji ustaz muslih” 76 dari wawancara
tersebut diketahui bahwa tidak semua metode disukai para
santri.
Kurangnya motivasi mengaji santri perlu di tingkatkan
lagi salah satunya dengan memberikan motivasi oleh Ustaz di
75 Wawancara dengan Santri Bernama Elma Diah Agustin
pada 20 Juni 2021, Pukul 09.40 WIB via Videcall Whatsapp 76 Wawancara dengan Santri Bernama Elma Diah Agustin
pada 20 Juni 2021, Pukul 09.40 WIB via Videcall Whatsapp
88
Pesantren Luhur Sabilussalam baik itu motivasi dalam bentuk
lisan maupun dalam bentuk perbuatan, motivasi dalam bentuk
lisan biasanya seperti penyampaian secara langsung baik itu
didalam proses mengaji ataupun diluar proses mengaji, dan
motivasi dalam bentuk perbuatan biasanya seperti memberikan
contoh yang baik. Pemberian motivasi dan terus mengingatkan
sangat penting, hal ini diungkapkan oleh Aghnin Khulqi
“Sering memberikan motivasi untuk selalu rajin untuk
beribadah, biasanya hampir setiap pertemuan, Karena yang
kita bahas kan hadis arbain, isi nya banyak dari motivasi, baik
sebelum mengaji atau setelah mengaji”77
Berdasarkan ungkapan diatas seorang ustaz sebagai
komunikator sangat penting perannya untuk terus
mengingatkan kepada santri agar terus mengaji sampai
kapanpun. Santri yang sebelumnya kurang termotivasi lagi
dalam mengaji setelah diberikan beberapa motivasi terlihat
beberapa peningkatannya. Berikut ini merupakan bentuk
motivasi mengaji Santri Pesantren Luhur Sabilussalam.
1. Memberikan Hadiah
Memberikan hadiah untuk santri yang bersemangat
mengaji ini salah satu upaya yang dilakukan Ustaz agar santri
termotivasi mengaji. Memberikan hadiah ini dilakukan oleh
77 Wawancara dengan Ustaz Asep Ahmad Faris, S.Pd, pada 5 Juni
2021, Pukul 10.30 WIB via Videcall Whatsapp
89
beberapa ustaz di Pesantren Luhur Sabilussalam salah satunya
oleh u stadz Abdul Rahman Hakim yang penulis dapatkan
pernyataannya melalui wawancara :
“Komunikasi agar santri termotivasi adalah
memberikan pujian/apresiasi kepada santri yang
berprestasi, contohnya seperti memberikan kitab,
memberikan makanan dll, biasanya santri kan seneng
sama hadiah kaya gitu kalo ngasih kitab kan lumayan
untuk mereka bisa baca lagi, atau bisa buat nambah
koleksi di lemari buku mereka, sama biasanya ane
kasih makanan biar mereka bisa menghemat uang
jajan, kan rata rata pada masih dikasih sama orang
tuanya kan gituu..”78
Kegiatan memberikan hadiah ini dilakukan biasanya setiap
2 bulan sekali, karena waktu tersebut merupakan waktu
perekapan absen santri mengaji, dengan merekap absen
tersebut terlihat santri mana yang sering datang mengaji dan
santri mana yang jarang menghadiri pengajian, mereka yang
sering menghadiri pengajian absen nya bersih dan mereka yang
jarang hadir biasanya di tandai dengan list berwarna merah.
Hadiah yang diberikan biasanya berupa kitab, makanan, atau
oleh oleh yang dibawa oleh ustaz dari rumahnya.
78 Wawancara dengan Ustaz Aghnin Khulqi, S.Hum, pada 6 Juni
2021, Pukul 10.30 WIB via Videcall Whatsapp
90
2. Menceritakan kisah ulama yang bisa diambil hikmahnya.
Sebagai seorang ustaz, para pengajar dipesantren luhur
sabilussalam tidak hanya memberikan motivasi berdasarkan
perkataan perkataan motivasi saja, melainkan menceritakan
ulama ulama terdahulu agar bisa diambil pelajarannya
“ane sering tuh menceritakan ulama, para pengarang
kitab, kiyai kiyai terdahulu agar dari cerita itu bisa kita
ambil pelajarannya, karena kalo ngasih motivasi dari
perkataan perkataan aja biasanya yang ane alamin itu
dari santrinya Cuma masuk kuping kiri keluar kuping
kanan, makannya kadang mereka juga butuh fakta, salah
satunya dari cerita ulama kita itu, nah dari situ biasanya
mereka serius ngedengerin tuh”79
Menceritakan kisah ulama kepada santri ini biasanya
dilakukan Ustaz di sela-sela proses mengaji, menceritakan
kisah ulama ini santri diharapkan dapat mengambil hikmah dari
perjuangan ulama ulama tentang pentingnya menuntut ilmu,
sehingga santri dapat mencontoh perjuangan tersebut. Selain
bertujuan untuk memberikan motivasi dari kisah yang diambil,
menceritakan kisah ulama ini juga sebagai pemberian jeda
dikala santri sudah mulai pusing dengan pelajaran yang
79 Wawancara dengan Ustaz Aghnin Khulqi, S.Hum, pada 6 Juni
2021, Pukul 10.30 WIB via Videcall Whatsapp
91
diajarkan. Pada saat observasi, Ustaz Pesantren Luhur
Sabilussalam menceritakan kisah seorang ulama yang bernama
Ibnu hajar yang kabur dari tempat menuntut ilmunya karena
merasa dirinya tidak sanggup untuk menerima pelajaran yang
diberikan oleh gurunya, kemudian ia kabur ke dalam suatu gua
dan melihat batu yang terus ditetesi air hingga berlubang batu
tersebut, dari cerita tersebut terlihat hampir semua santri yang
ada pada saat itu fokus mendengarkan dan terlihat responnya
sangat menerima tentang apa yang di ceritakan salah seorang
ustaz tersebut.80
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan sebelumnya,
saat berlangsung mengaji Ustaz dalam mengajar terkadang
memotivasi santri dengan mengatakan“jangan pernah merasa
bosan, jangan pernah merasa lelah, jangan pernah merasa
cukup dalam belajar, dan jangan pernah mudah menyerah
bagi kalian yang sudah bisa, karena ilmu itu tidak ada
ujungnya, menuntut ilmu itu sebagian ulama menghukumkan
wajib bahkan sampai kita mati diwajibkan untuk terus
belajar”81
3. Memberikan pujian/apresiasi
Pemberian motivasi mengaji yang terjadi pada Santri
Pesantren Luhur Sabilussalam yang pertama adalah
memberikan pujian/apresiasi kepada santri yang berprestasi.
80 Hasil Observasi, 7 Juni 2021 81 Hasil Observasi, 7 Juni 2021
92
Memberikan pujian/apresiasi kepada santri ini merupakan
salah satu usaha Ustaz dalam memotivasi santri.
“ya tentunya ketika mereka sudah mencoba perlu kita
kasih apresiasi bahwa ibaratnya mereka sudah
berusaha nih kita apresiasi dlu nih baru nanti bila ada
yang masih kurang kita perlu penambahan saja seperti
itu tanpa ibaratnya tidak harus menjelekkan mereka itu
sih dan kita juga harus terbuka dengan mereka, apa sih
yang terbaik buat mereka, ketika mereka nanya jawab,
ketika kita bisa jawab kalau ngga ya kita usah jawab
atau kita lempar ke yang lain.sama mereka yang mau
berusaha untuk bisa setiap apa yang diajarin. Saya
ngasih apresiasi nya kaya berupa muji mereka ketika
mereka saya suruh baca walaupun baca nya masih
plentang plentong gitu misalnya tapi saya tetep bilang
misalnya “iyah gapapa bagus, baca nya udah bagus
terus belajar lagi yah sama yang bisa” Dari situ saya
sebenernya lebih seneng sama mereka yang belum bisa
dan mau berusaha untuk bisa dari pada mereka yang
sudah bisa tapi males malesan”82
usaha ini dilakukan ketika sedang berlangsung proses
belajar mengajar dan diluar proses belajar mengajar atau dalam
situasi formal dan informal. Sikap ustaz dalam memberikan
82 Wawancara dengan Ustaz Abdul Rahman Hakim S. A.g, pada
5 Juni 2021, Pukul 16:30 WIB via Videcall Whatsapp
93
pujian atau apresiasi kepada santri ini diharapkan agar santri
Pesantren Luhur Sabilussalam yang merasa belum bisa dan
belum memahami materi yang di berikan tidak merasa insecure
terhadap teman temannya yang lain yang sudah bisa
sebelumnya, sehingga tidak ada lagi kesenjangan antara
mereka yang sudah bisa dan yang belum bisa dan di harapkan
proses belajar mengajar bisa di sejajarkan dan saling
melengkapi kekurangan satu sama lain. Pada saat observasi,
selain memberikan pujian ketika sedang proses belajar
mengajar, santri juga mendapatkan apresiasi dari Ustaz diluar
kegiatan belajar mengajar atau mengaji yaitu ketika mengaji
selsai seorang ustaz mendoakan kepada semua santri yang ada
di kelas saat itu “saya doakan semoga kalian terus istiqomah,
makin rajing ngajinya, yang belum merasa bisa semoga
dimudahkan oleh allah dan yang sudah bisa mau mentranfer
ilmunya sama temen yang belum lancar”83 dari kata kata ustaz
tersebut terlihat santri yang ada pada saat itu cukup tersentuh
dan terdiam serta mengaminkan perkataan ustaz tersebut.
4. Memberikan Semangat
Memberikan semangat ini merupakan salah satu upaya
Ustaz untuk membangkitkan gairah santri Pesantren Luhur
Sabilussalam agar mereka bersemangat untuk terus mengaji.
Memberikan semangat ini dilakukan Ustaz berupa kata-kata
motivasi yang sifatnya membangun, seperti yang penulis
83 Hasil Observasi, 7 Juni 2021
94
temukan kita selesai proses belajar mengajar Ustaz pesantren
luhur sabilussalam menutup pengajian dengan membaca doa
bersama kemudian setelah membaca doa bersama salah
seorang ustaz mengatakan :
“pesan saya tetap semangat, jangan putus ngajinya,
jaga kesehatan, mumpung masih muda jangan sia-
siakan waktu, masih muda gapapa capek, lebih baik
nangis-nangis sekarang, berdarah-darah sekarang,
asal tua nya nanti kita bisa tersenyum, nikmatin aja
prosesnya Namanya kehidupan tempatnya capek, kalo
mau enak nanti kalo kita di surga insya allah, aamiin”
84
Apa yang disampaikan oleh ustaz tersebut mendapatkan respon
yang baik dari santri yang hadir pada saat itu, mereka merespon
dengan mengucapkan “aamiin”. Dalam memberikan semangat
ini sangat penting, karena sejatinya santri perlu diberikan
masukan dan sering diingatkan terkait tentang nilai-nilai
Pesantren, hal tersebut senda dengan apa yang di katakana
ustaz Asep Faris dalam wawancara bersama beliau :
“tentu harus ada sih ya baik di awal ataupun di akhir
mengenai agar anak anak selalu terjaga yah, terjaga
motivasinya , kemudian juga ke anak-anak juga tidak
menjauh dari nilai nilai pesantren seperti itu, sekedar
84 Hasil Observasi pada 2 Juni 2021
95
mengingatkan hal hal yang penting yah di pesantren
yah, belajarnya kemudian rajin sholat subuhnya
ataupun sholat berjamaah terutama yah seperti
dipesantren lainnya, tetap perlu diingatkan gitu”.85
Dari apa yang disampaikan Ustaz Faris di atas memberikan
semangat dengan cara mengingatkan mereka agar tidak jauh
dari nilai nilai kepesantrenan, terkait hal penting tentang
pentingnya semangat.
5. Memberikan Gambaran Prospek Masa Depan Kepada Santri
Memberikan prospek masa depan kepada santri salah
satu upaya yang dilakukan Ustaz dalam memotivasi santri
untuk terus mengaji di Pesantren Luhur Sabilussalam,
memberikan prospek disini maksudnya adalah Ustaz pesantren
luhur sabilussalam memberikan gambaran tentang indahnya
masa depan hidup kita jika kita rajin menuntut ilmu.
Memberikan prospek kepada santri cukup diperlukan karena
diusia mereka yang saat ini menuju usia dewasa mereka perlu
diajak berfikir untuk menata kehidupan mereka salah satunya
dengan mencari ilmu sebanyak banyaknya, karena kebahagiaan
di dunia bisa di raih dengan ilmu, baik itu ilmu dunia maupun
ilmu akhirat.
85 Wawancara dengan Ustaz Asep Ahmad Faris, S.Pd, pada 5
Juni 2021, Pukul 10.30 WIB via Videcall Whatsapp
96
dengan usia mereka saat ini yang mula berfikir secara
realistis, komunikasi yang bersifat ajakan saja tidak cukup,
mereka juga perlu diberikan penjelasan terkait tentang
pentingnya menuntut ilmu, terutama untuk bekal tua nanti. Hal
ini senada juga dengan temuan penulis ketika sedang observasi
memperhatikan proses mengaji, seorang ustaz bernama ustaz
Abdulrahman hakim ketika itu sedang berlangsung pengajian
takhrij hadis, di sela sela mengajarnya, beliau mengatakan
“jadi gini yah, kalian menuntut ilmu dunia saja itu tidak cukup
sebenarnya, karena faktanya yang sering kita lihat banyak
orang sukses, orang pinter, para pejabat yang sekolah tinggi
justru malah sering melakukan kejahatan, kenapa demikian ?
karena mereka hanya belajar gimana caranya cari uang yang
banak dan tanpa diiringi dengan iman, jadi makanya kadang
gatau tuh mana yang baik buat dia, mana yang ngga baik buat
dia, mana yang haram mana yang halal, makannya embat
embat ajah, nah itu makanya pentingnya mengaji, pentingnya
kuliah agar kalian ketika menjadi orang sukses nanti menjadi
orang sukses yang beriman. Mau jadi orang sukses ? makanya
sekolah kuliah yang bener. Mau jadi orang sukses yang
beriman ? makanya kalo udah kuliah jangan berenti ngaji
yahh…”86 dari kata kata yang di sampaikan ustaz Abdul
Rahman hakim tersebut terlihat santri yang mengaji saat itu
86 Hasil Observasi pada 2 Juni 2021
97
sangat antusias dan menganggukan kepada bertanda memahmi
dan menerima perkataan ustaz tersebut.
C. Faktor Penghambat dan Pendukung Motivasi Mengaji
Santri Pesantren Luhur Sabilussalam
1. Faktor Penghambat Motivasi Mengaji
Berdasarkan temuan penelitian, penulis menemukan beberapa
hambatan yang terjadi, diantaranya :
1. Kurang memahami karakteristik santri
Dari semua informan yang penulis wawancarai, ada 3
orang santri yang mengatakan bahwa ada beberapa ustaz
yang kurang memahami karakteristik santri, hal tersebut
diungkapkan oleh santri Pesantren Luhur Sabilussalam
yang bernama dimas :
“kalo kendala sih ini sih bang, ya emang sih ane
lulusan pesantren sih bang, tapi kan backroundnya
beda bang pesantrennya ane kan di hafidz Qur’an,
terus masuk sabil tuh yang notaben nya ngaji kitab
kuning, yang intens, intens setiap hari ane tuh jadi agak
bellum terbiasa paling itu”.87
Hal serupa juga diutarakan oleh santri yang bernama elma,
yang mengatakan :
87 Wawancara dengan Santri Bernama Dimas Fakhri pada
20 Juni 2021, Pukul 12.37 WIB via Videcall Whatsapp
98
“Ngaruh banget, iyah ngaruh banget gitu,
kalua ustaz nya ngerangkul diri kita ya kita nya juga
enjoy gitu, maksudnya apa sih kaya temen temen aku
juga, ayo ngaji ngaji gitu, jadwalnya ustaz siapa
jadwalnya ustaz Oni, pada ngaji, tapi kalo tau
jadwalnya ustaz muslih malah pada ngga ngaji. Jadi
bener bener ngaruh banget, misalnya prof H. Dayat
Hidayat itu sebenernya banyak dari kita mau pada join,
tapi kalo tau ustaz nya ganti langsung pada gamau,
mungkin karena pengajarannya beda sih”.88
Kemudian hal serupa juga disampaikan oleh santri
bernama bagas, ia mengatakan terkait ustaz yang kurang
bisa memahami karakter santri, bagas mengatakan :
“Kalau kelas ane mungkin engga ya, soalnya yang
ngajar kan alhamdulillah berkompeten semua yah,
kaya dulu ada Alm. Prof Suwito, Ust. Asep jadi udah
berkompetent jadi kita gampang gampang ajah, kalau
kelas lain tuh itu faktor ustaz itu berpengaruh banget,
kalo dulu waktu ane di pondok itu katanya ada guru
yang godain cewe, ada guru yang satu focus tertentu.
Beliau ngga fokus sama santri satu persatu, kaga
pahamin gitu bang santri kelemahannya dimana
88 Wawancara dengan Santri Bernama Elma Diah Agustin pada
20 Juni 2021, Pukul 09.40 WIB via Videcall Whatsapp
99
kelebihannya dimana, jadi menurut ane itu sih yang
kurangnya”.89
Dari wawancara tersebut diketahui bahwa latar
belakang santri di Pesantren Luhur Sabilussalam berbeda
beda, ada yang sebelumnya pesantren fokus kepada
Tahfidz Qur’an, ada yang fokus kepada ngaji kitab, bahkan
ada yang hanya sekolah umum, tapi dalam mengajar atau
dalam menerapkan kurikulum ustaz di Pesantren Luhur
Sabilussalam kurang bisa membaca karakteristik
komunikan atau santri, karena metode pengajarannya
disamaratakan.
2. Verbalistis
Dari temuan penelitian, ada salah seorang ustaz yang
memang hanya menjelaskan pengajaran saja, komunikasi
yang hanya menjelaskan dengan kata kata saja akan terasa
sangat membosankan untuk para santri sehingga membuat
santri merasa sulit mengerti.
“hambatannya mungkin karena pelajaran yang ane
ajar itu tentang alat, Nahwu, shorof sulit memahami
pelajaran tersebut jadi kadang ane menjelaskan tapi
89 Wawancara dengan Santri Bernama Muhammad Bagas pada 20
Juni 2021, Pukul 16.37 WIB via Videcall Whatsapp
100
masih banyak yang belum paham pas ane tanyain itu
sangat membutuhkan kerja yang ekstra gitu.”90
Perlu kerja yang ekstra dalam mengajar, terutama dalam
mengajar pelajaran yang sulit dimengerti oleh santri, dan
tidak semua santri menyukai metode pengajaran yang
seperti itu seperti yang di sampaikan oleh santri berikut ini.
“terkadang ada beberapa ustaz kaya ada yang
ketinggalan materi kurang dibimbing juga ya akhirnya
ga paham gituh, dan juga karena backroun sabil itu
banyak juga yang bukan pesantren kaya aduh gimana
nih, aduh ga ngerti nih, yang paling ga mengenakan tuh
belajar di kelas, tuh ga ngerti tuh terus sama ustaz nya
yak kaya di tanya terus gitu kaya di terror terus gitu,
jadi kasian dan ga nyaman banget gitu.”91
3. Santri Yang Sering Mengantuk Saat Mengaji
Faktor santri mengantuk karena kebanyakan mereka
adalah mahasiswa aktif di Universitas masing masing,
mereka sudah capek ketika kuliah dan mengerjakan tugas.
“hambatan yang sering saya alami dalam mengajar
adalah mahasantri nya sudah terkuras di kampus
tenaganya, jadi ketika mengaji mereka sudah banyak
90 Wawancara dengan Ustaz Aghnin Khulqi, S.Hum, pada 6 Juni
2021, Pukul 12.30.04 WIB via Videcall Whatsapp
91 Wawancara dengan Santri Bernama Dimas Fakhri pada 20
Juni 2021, Pukul 12.37 WIB via Videcall Whatsapp
101
yang Lelah, dan banyak yang mengantuk ketika
mengaji. backround santri yang berbeda ketika
membaca kitab gundul”92
Faktor mengantuk ini sangat mengganggu dan sangat
menghambat proses penyampaian pesan kepada ustaz dan
santri dalam proses mengaji.
2. Faktor Pendukung Motivasi Mengaji
1. Kredibilitas Ustaz Bagus
Ustaz Pesantren Luhur Sabilussalam adalah
orang orang yang mempunyai keilmuan yang
mumpuni dibidangnya masing-masing karena mereka
sudah menempuh pendidikan dan kuliah cukup lama,
ini diakui oleh para santri di Pesantren.
“Kalau kelas ane mungkin engga ya, soalnya
yang ngajar kan alhamdulillah berkompeten
semua yah, kaya dulu ada Alm. Prof Suwito,
Ust. Asep jadi udah berkompetent jadi kita
gampang gampang ajah.”93
Saat penulis melakukan observasi dan
mengamati ketika proses pengajian terlihat bahwa ustaz
sangat pandai dalam menjelaskan setiap pelajaran yang
92 Wawancara dengan Ustaz Abdul Rahman Hakim, S.Ag, pada 6
Juni 2021, Pukul 15.53 WIB via Videcall Whatsapp 93 Wawancara dengan Santri Bernama Muhammad Bagas
Balasirullah pada 20 Juni 2021, Pukul 10.20 WIB via Videcall Whatsapp
102
diajarkannya, serta menjawab setiap pertanyaan yang
dilontarkan oleh para santri.94
2. Komunikasi 2 arah
Metode yang diterapkan di Pesantren Luhur
Sabilussalam selalu menerapkan komunikasi 2 arah
dalam setiap proses pengajian. Terlihat ketika seorang
ustaz ditengan menjelaskan pelajarannya, ustaz tersebut
memberikan pertanyaan kepada santri.
“kalo ane itu dalam mengajar bagaimana
caranya biar tidak komunikasi 1 arah ajah biar
adanya tanya jawab adanya timbal balik ane
sama santrinya, mirip dengan diskusi lah,
misalnya ketika ane ngajar itu ketika ane
ngejelasin ane langsung nanya sama santi
“kalian sudah paham belum” jadi disitu ane
langsung berusaha agar santri itu bisa focus
dan apabila ada hal yang kurang di mengerti
bisa langsung ditanyakan.”95
Dan dari hasil observasi, penulis juga
menemukan metode dengan sistem disukusi, para santri
di bagi 2 kelompok dan disuruh berpendapat oleh ustaz
94 Hasil Observasi pada 2 Juni 2021 95 Wawancara dengan Ustaz Aghnin Khulqi, S.Hum, pada 6 Juni
2021, Pukul 12.30 WIB via Videcall Whatsapp
103
sesuai pendapatnya masing masing, hal tersebut sejalan
dengan apa yang di ungkapkan oleh santri.
“Waktu ane belajar sama ustaz sofyan tuh enak
ngajar melingkar, diskusi tentang pro dan kontra
tentang narasi yang ada di text kitab itu menarik untuk
di jadikan metode pengajaran itu ane harapin itu yang
ane harapkan di sabil.”96
Metode diskusi banyak arah umumnya sangat
disukai para santri Pesantren Luhur Sabilussalam,
karena disitu mereka dapat interaktif dan bisa
mengeluarkan keluh kesah serta pendapatnya.
96 Wawancara dengan Santri Bernama Dimas Fakhri pada 20 Juni
2021, Pukul 12.37 WIB via Videcall Whatsapp
104
BAB V
PEMBAHASAN
Pada Bab V ini berisi tentang pembahasan yang
menganalisa latar belakangdengan teori yang digunakan, dan
hasil temuan penelitian yang telah dilakukan penulis melalui
wawancara, observasi dan dokumentasi. Pembahasan dalam
penelitian ini terbagi ke dalam tiga rumusan masalah. Berikut
merupakan hasil pembahasan penelitian tentang Komunikasi
Antarpribadi Komunikasi Antar Pribadi Ustaz Dan Santri
Dalam Memberikan Motivasi Mengaji Di Pesantren Luhur
Sabilussalam suatu Pesantren Khusus Mahasiswa sekitar
ciputat.
A. Komunikasi Antarpribadi Ustaz dan santri di Pesantren
Luhur Sabilussalam
Dalam membangun komunikasi antarpribadi dengan santri
di Pesantren Luhur Sabilussalam, Ustaz sebagai komunikator
memiliki berbagai cara. Berdasarkan hasil wawancara dan
observasi yang telah penulis lakukan, cara dilakukan Ustaz
Pesantren Luhur Sabilussalam yaitu dengan saling
keterbukaan, empati, memberikan dukungan, memberi
pengajaran dengan rasa humor dan menerapkan kesamaan
dalam menjalin hubungan antarpribadi.
105
Tabel 5.1 Analisa Bentuk Komunikasi Ustaz dan Santri di
Pesantren Luhur Sabilussalam
No Komunikasi Antarpribadi
Ustaz dan Santri Hasil Analisa
1 Inclusion/Keikutsertaan • Memberi dukungan
kepada santri, ustaz
menerapkan rasa saling
memiliki dalam
lingkungan pesantren.
• Memberi pengajaran
dengan rasa humor, ustaz
pesantren luhur
sabilussalam
memposisikan dirinya
seumuran, sehingga
terkadang berusaha untuk
mencairkan suasana
dengan berbagai humor.
2 Control/Mengendalikan • Memberikan empati atau
memberikan perhatian
lebih kepada santri, karena
asatidz berusaha untuk
mempertahankan
hubungan baik dengan
santri.
106
3 Affection/Kasih Sayang • Menerapkan sikap saling
keterbukaan kepada santri
• Kesamaan dalam menjalin
hubungan, ustadz tidak
hanya berperan sebagai
guru, melainkan berperan
juga sebagai orang tua
para santri.
Langkah awal yang dilakukan komunikator agar dapat
membangun komunikasi yang efektif adalah dengan saling
terbuka satu sama lain. Karena Ustaz sebagai seorang guru
tidak hanya bertugas menyampaikan saja, tetapi juga bertugas
sebagai pemberi makna atas apa yang disampaikannya.
Senada dengan pernyataan Rakhmat bahwa Sikap
terbuka sangat berpengaruh dalam komunikasi antarpribadi.
Untuk memahami sikap terbuka, terlebih dahulu harus
mengidentifikasi orang yang dogmatis. Apabila dalam proses
komunikasi antarpribadi tidak adanya unsur saling terbuka
kemungkinan dapat menghambat proses komunikasi karena
komunikan maupun komunikator bersifat dogmatisme atau
berpegang teguh pada kepercayaan mereka.97
97 Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011), cet-27 h. 127-136.
107
Ustaz selaku guru mengaji Pesantren Luhur
Sabilussalam selalu berusaha terbuka kepada para santri hal ini
dilakukan dengan berbagai cara seperti merangkul ketua kelas
sehingga mendapatkan informasi yang dibutuhkan sampai mau
menerima saran dan kritik dari santri agar dapat mengevaluasi
apa yang sudah diterapkan dalam mengajar. Hali ini dilakukan
karena latarbelakang dan permasalahan yang terdapat pada diri
santri yang berbeda satu sama lain. Maka pendekatan yang
diberikan Ustaz di Pesantren Luhur Sabilussalam juga berbeda.
Dengan sikap terbuka lebih mudah membuat hubungan dengan
santri menjadi lebih akrab dan mengetahui apa yang sedang
dibutuhkan santri tersebut.
Metode komunikasi antarpribadi yang digunakan juga
lebih menekankan pada pendekatan secara psikologis, dimana
selain guru mengetahui latar belakang yang ada dalam diri
santri ia juga mengetahui permasalahan yang dialami santri.
Dengan mengajar memahami latar belakang santri seorang
ustaz juga dapat menerapkan metode yang tepat dan dapat
memberikan saran serta motivasi kepada santri yang sedang
mereka butuhkan.
Jika dianalisis dengan menggunakan teori Fundamental
Interpersonal Relations Orientation yang dikemukakan oleh
William C. Schutz. Menerapkan sikap saling terbuka ketika
mengajar masuk kedalam kebutuhan afeksi (kasih saying),
dikarenakan Ustaz sebelum melakukan pengajaran atau
penyampaian materi, Ustaz Pesantren Luhur Sabilussalam
108
melakukan pendekatan kepada para santri dengan cara
menanyakan latar belakang santri yang berasal dari pendidikan
mana dan mempunyai masalah apa. Dengan begitu rasa saling
memahami dalam berkomunikasi diharapkan mendapat
feedback yang positif dari santri.
Selain itu cara yang digunakan untuk membangun
komunikasi antarpribadi antara Ustaz dan santri yaitu dengan
empati atau suatu sikap ikut merasakan apa yang dirasakan oleh
lawan bicara. Untuk menjalin suatu hubungan dengan baik
maka perlu sikap ikut merasakan apa yang dirasakan oleh
lawan bicara. Menurut Hidayat, dalam komunikasi
antarpribadi, adalah suatu sikap ikut merasakan apa yang
dirasakan oleh lawan bicara, yang ditandai dengan kesediaan
mendengarkan dengan sepenuh hati, merespon secara tepat
setiap perilaku yang muncul dalam kegiatan komunikasi.98
Empati yang ditunjukan oleh Ustaz sebagai seorang
guru yaitu dengan memberikan apresiasi kepada santri yang
sudah mau mencoba dan berusaha, dengan cara seperti itu
membuat santri tidak malu dan trauma untuk terus mencoba
dan belajar.
Empati sangat penting dilakukan oleh seorang ustaz
dalam memberikan pengajaran, memikirkan tindakan apa yang
sesuai dilakukan kepada santri sangat berpengaruh terhadap
mental santri terutama dalam proses belajar, seorang ustaz
98 Hidayat, Komunikasi Antarpribadi dan Medianya (Yoyakarta:
Graha Ilmu, 2012), h. 44-49.
109
harus tau tindakan apa yang harus dia lakukan agar santri dapat
terus mencoba dan belajar. Selain itu santri pun merasa nyaman
ketika belajar. karena pada dasarnya sekedar menyampaikan
materi apa yang dikuasai saja tidak cukup, tetapi seorang
pengajar harus dapat merasakan apa yang dirasakan oleh orang
yang diajarnya. Menurut Muhammad Muntahibun Nafis, Seorang
pendidik tidak hanya mentransfer keilmuan (knowledge), tetapi
juga mentransformasikan nilai-nilai (value) pada anak didik.
Untuk itu, guna merealisasikan tujuan pendidikan, manusia
sebagai khalifah yang punya tanggung jawab mengantarkan
manusia ke arah tujuan tersebut, cara yang ditempuh yaitu
menjadikan sifat-sifat Allah sebagai bagian dari pribadinya.99
Memberikan empati kepada santri yang dilakukan
Ustaz Pesantren Luhur Sabilussalam dalam teori Fundamental
Interpersonal Relations Orientations masuk kedalam
kebutuhan control karena Ustaz berkeinginan untuk
mempertahankan hubungan baik dengan para santri meski
Ustaz seseorang yang dihormati dilingkungan pesantren namun
Ustaz berusaha untuk memelihara hubungan baik dengan para
santri dengan cara memilih keputusan yang tepat dalam setiap
tindakan yang akan diambil oleh Ustaz dalam mengajar.
99 Muhammad Muntahibun Nafis, Ilmu Pendidikan Islam,
(Yogyakarta: Teras, 2011), hal. 83-84
110
Selanjutnya cara yang digunakan untuk membangun
komunikasi antarpribadi Ustaz dengan santri yaitu dengan
memberikan dukungan. Dukungan disini yaitu memberikan
respon balik terhadap apa yang dikemukakan (respons)
sehingga disini terjadi komunikasi 2 arah. Memberikan respons
baik menjadi salah satu cara membangun komunikasi
antarpribadi dengan santri. Dalam mengajar Ustaz di Pesantren
Luhur Sabilussalam selalu berusaha agar bagaimana caranya
tidak terjadi komunikasi 1 arah saja, Ustaz menyesuaikan usia
mereka, karena di usia yang setara mahasiswa, santri umumnya
senang dengan berdiskusi itu yang berusaha diterapkan oleh
Ustaz. Kegiatan komunikasi 2 arah ini termasuk kedalam
memberikan dukungan karena jika santri yang belum paham
dan ingin bertanya disitu Ustaz harus merespon dengan baik
yang menandakan bahwa santri tersebut dihargai dan merasa
dibimbing, selain itu santri juga merasa puas atas respon yang
disampaikan oleh Ustaz, dalam praktiknya santri sering
bertanya pada ustaz baik itu pertanyaan mengenai pelajaran
ataupun diluar pelajaran pesantren.
Fungsi dari pada memberikan dukungan ini adalah agar
santri merasa dihargai dalam proses belajar mengajar, karena
kemampuan dari setiap individu berbeda beda dalam
memahami sesuatu, maka perlu adanya dukungan dan respon
yang baik agar komunikasi dapat tersampaikan dengan
maksimal.
111
Komunikasi antarpribadi dibandingkan dengan bentuk
komunikasi lain, dianggap ekfektif untuk mengubah prilaku
secara psikologis karena komunikasi ini berlangsung secara
tatap muka dan umpan baliknya terjadi secara langsung karena
tanggapan dari komunikan terhadap pesan yang disampaikan
bisa terlihat dari prilaku komunikan seperti ekspresi wajah dan
motivasi dalam tindakannya, apabila umpan baliknya baik
maka gaya komunikasinya harus dipertahankan, namun jika
umpan baliknya tidak baik maka harus di ubah metode
pendekatannya sampai berhasil.
Menurut Hidayat, dari segi interaksinya, komunikasi
dua arah dipandang lebih interaktif daripada komunikasi satu
arah. Hal tersebut dinyatakan dengan alasan bahwa dalam
komunikasi dua arah menempatkan komunikasi lebih aktif
dalam memandang pesan yang disampaikan oleh komunikator.
Sehingga pesan akan diterima lebih jelas, lebih mantap jika
dibandingkan dengan komunikasi yang satu arah100
Memberikan dukungan jika dianalisis dengan
menggunakan teori Fundamental Interpersonal Relations
Orientation, maka masuk kedalam kebutuhan inklusi, Ustaz
rasa saling memiliki dalam suatu situasi di Pesantren. Karena
Ustaz mempunyai tanggung jawab dalam membimbing santri
dalam Ilmu agama, serta Ustaz merasa memiliki dan
100 Hidayat, Komunikasi Antarpribadi dan Medianya (Yogyakarta
: Graha Ilmu, 2012). H. 77
112
menganggap santri tersebut sebagai sahabat sehingga tindakan
untuk memberikan dukungan kerap kali terjadi.
Memberikan pengajaran dengan rasa humor
selanjutnya merupakan cara yang digunakan Ustaz dalam
membangun komunikasi antarpribadi dengan santri.
memberikan pengajaran dengan rasa humor dapat mencairkan
suasana dan membuat santri tidak terasa boring, dan dalam
menyampaikan materi kepada santri yang setingkat mahasiswa
terkadang humor sangat diperlukan agar mereka para santri
merasa humble.
Dalam menjalin komunikasi antarpribadi yang baik
tentu juga harus diiringi dengan hubungan antarpribadi yang
baik pula. Memberikan bimbingan dengan rasa humor
merupakan salah satu cara yang tepat yang dilakukan oleh
Ustaz. Cara tersebut membuat santri merasa akrab dan terbuka
dengan hal tersebut. Dengan cara tersebut pula membuat tidak
terjadinya kesenjangan antara Ustaz dan santri. Karena jika
terjadi kesenjangan nantinya akan berpengaruh dalam kegiatan
belajar mengajar karena seumuran santri yang setingkat
mahasiswa biasanya bersikap acuh terhadap ustaz yang kurang
pendekatannya sehinga membuat kegiatan belajar mengajar
tidak berjalan dengan baik.
bersikap humble dan humor sangat diperlukan dalam
proses komunikasi antarpribadi terutama penerapannya dalam
proses belajar mengajar. Cara tersebut dilakukan oleh Ustaz di
113
Pesantren Luhur Sabilussalam agar santri dapat merasakan
kedekatan dengan Ustaz dan dengan harapan yang di
sampaikan oleh Ustaz dapat diserap dan diterima dengan baik
oleh santri.
Menurut Dasrun Hidayat, salah satu karakteristik
komunikasi interpersonal yang bersifat positif dimana
hendaknya komunikator dan komunikan saling menunjukkan
sikap ositif karena dalam hubungan komunikasi tersebut akan
muncul suasana menyenangkan sehingga pemutusan hubungan
komunikasi tidak boleh terjadi.101
Memberikan Pengajaran dengan Rasa Humor jika
dianalisis menggunakan teori Fundamental Interpersonal
Relations Orientation, maka masuk kedalam
Inclustion/keikutsertaan. ustaz memposisikan dirinya sebagai
seorang yang seumuran dengan santri sehingga Ustaz berusaha
mencairkan suasana agar pengajian berjalan dengan cair
dengan cara memberikan humor yang seleranya sesuai dengan
seumuran santri. Dalam hal ini keajegan tepat digunakan dalam
prinsip keajegan dikarenakan Ustaz dalam memberikan
pengajaran menunjukkan candaan yang sesuai dengan
seumuran santri.
Selanjutnya cara membangun komunikasi antarpribadi
Ustaz dan Santri yaitu dengan kesamaan dalam menjalin suatu
101 Hidayat, Komunikasi Antarpribadi dan Medianya (Yogyakarta
: Graha Ilmu, 2012), h. 48
114
hubungan, Kesamaan adalah suatu kondisi dimana dalam
kegiatan komunikasi terjadi posisi yang sama antara
komunikan dan komunikator, tidak terjadi dominasi antara satu
dengan yang lain.
Rata-rata usia Ustaz di Pesantren Luhur Sabilussalam
masih berusia muda artinya tidak terpaut terlalu jauh dengan
santi yang ada di Pesantren Luhur Sabilussalam itu sendiri, itu
yang menjadi salah satu faktor mereka menjadi dekat dan lebih
bersahabat, dalam mengajar Ustaz Pesantren Luhur
Sabilussalam terkadang menganggap santri itu sebagai sahabat.
Kesamaan dalam menjalin hubungan sangat diperlukan
karena tidak membuat santri menjadi canggung ketika ada
masalah yang ingin di ungkapkan, atau ketika ada pertanyaan
yang ingin di sampaikan, Memposisikan ustaz sebagai sahabat
bukan berarti tidak sopan melainkan itu menjadikan santri
merasa bersahabat dan tidak canggung saat proses belajar
mengajar dilakukan.
Tindakan dengan memposisikan Ustaz sama dengan
santri ini masuk kedalam kebutuh an empati dengan aspek
Affection (kasih sayang). Dikarenakan Ustaz disini tidak hanya
berperan sebagai seorang guru, melainkan juga berusaha
memposisikan dirinya sebagai sahabat agar tidak adanya
kesenjangan dalam proses belajar mengajar atau proses
komunikasi antara komunikator dengan komunikan, Meskipun
demikian santri bukan berarti bersikap tidak sopan kepada
115
gurunya hal ini penulis temui saat observasi seorang murid
mencium tangan ketika berpapasan dengan ustaz, hal ini
menandakan bahwa meskipun umur mereka tidak terpaut
terlalu jauh, seorang santri harus menghormati gurunya
dimanapun ia berada.
B. Bentuk Motivasi Mengaji Santri Pesantren Luhur
Sabilussalam
Terkait dengan motivasi mengaji di Pesantren Luhur
Sabilussalam. Motivasi mengaji santri di Pesantren Luhur
Sabilussalam dapat terealisasi dikarenakan semua itu tidak
terlepas dari adanya peran Ustaz yang mengajar di Pesantren
Luhur Sabilussalam yang terus memberikan motivasi dalam
bentuk apapun baik itu perbuatan atau tindakan yang mampu
meningkatkan semangat santri untuk terus mengaji. Dapat
dipastikan juga bahwasanya komunikasi antarpribadi Ustaz
Pesantren Luhur Sabilussalam disini juga sangat berperan
penting untuk meningkatkan motivasi mengaji santri karena
komunikasi sangat penting dilakukan.
Komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi yang
cukup efektif untuk memberikan pengaruh terhadap gairah
semangat santri untuk mengaji, karena pada hakikatnya
komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi yang paling
efektif untuk merubah sikap dan tingkah laku komunikan
karena bentuknya dialog dan langsung mendapatkan timbal
116
balik.102 komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang
dilakukan secara tatap muka antar komunikator dan komunikan
baik itu komunikasi satu arah atau dua arah. Terkait dengan
komunikasi antarpribadi disini penulis berfokus kepada
komunikasi dua arah, karena Ustaz sebagai komunikator dalam
menyampaikan pesan tetap memberikan kesempatan kepada
santri sebagai komunikan untuk memberikan tanggapan
mereka.
Ustaz dalam melakukan komunikasi antarpribadi untuk
memberikan motivasi mengaji kepada santri senada dengan
teori Lasswel terkait dengan limakomponen dasar dalam
komunikasi yang menjadi syarat terjadinya komunikasi yaitu
komunikator (source), pesan (message), saluran atau media
(channel), komunikan (receiver), dan pengaruh (effect).103
Komunikatornya yaitu Ustaz Pesantren Luhur Sabilussalam,
pesannya yaitu bagaimana pesan yang disampaikan dapat
meningkatkan motivasi mengaji santri, medianya yaitu melalui
kitab yang di ajarkan, serta pengaruhnya dapat meningkatkan
gairah semangat mengaji santri Pesantren Luhur Sabilussalam.
102 Hardjana, Audit komunikasi (Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama, 2007) h. 84 103 Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, Edisi Ke-3 (Depok : PT
Raja Grafindo Persada, 2018), h.29
117
Tabel 5.2 Analisa Bentuk Bentuk Motivasi Mengaji Santri
Pesantren Luhur Sabilussalam
No Bentuk Motivasi
Mengaji Santri Hasil Analisa
1. Kebutuhan Fisiologi • Ustaz pesantren luhur
sabilussalam dalam
komponen kebutuhan
fisiologis berusaha
memotivasi dengan
memberikan hadiah
berupa kebutuhan santri,
seoerti makanan, kitab
hingga uang.
2 Kebutuhan akan
keamanan
• Ustaz pesantren luhur
sabilussalam sering
menceritakan kisah para
ulama terdahulu agar
bisa diambil pelajaran &
hikmahnya dari kisah
tersebut
3 Kebutuhan akan
memiliki dan kasih
sayang
• Dalam memberikan kasih
sayang ustaz pesantren
luhur sabilussalam selalu
memberikan dorongan
118
semangat kepada para
santri
4 Kebutuhan akan
penghargaan
• Uoaya yang dilakukan
ustaz pesantren luhur
sabilussalam adalah
dengan senantiasa
memberikan pujian
kepada santri yang sudah
mau mencoba dan
belajar.
5 Kebutuhan akan
aktualisasi diri
• Untuk menarik minat
motivasi mengaji santri,
ustaz pesantren luhur
sabilussalam
memberikan gambaran
prospek masa depan
kepada santri.
Berdasarkan hasil temuan penelitian yang telah dipaparkan
pada bab 4 mengenai komunikasi antarpribadi Ustaz dalam
memberikan motivasi mengaji santri di Pesantren Luhur
Sabilussalam, Ustaz melakukan berbagai cara untuk
memberikan motivasi mengaji kepada santri cara tersebut yang
disebut sebagai bentuk motivasi, cara tersebut yaitu
memberikan pujian/apresiasi kepada santri yang mau belajar,
119
menceritakan kisah ulama yang bisa di ambil hikmahnya,
memberikan gambaran prospek masa depan kepada santri,
memberikan hadiah untuk santri yang bersemangat mengaji
dan memberikan semangat, kemudian dari hasil temuan itu
akan penulis analisis dengan menggunakan teori hierarki
kebutuhan yang mempunyai lima tingkatan kebutuhan dasar.
Pada teori hierarki kebutuhan dasar yang ditemukan oleh
Abraham Maslow bahwa asumsi dasar mengenai motivasi.
Motivasi biasanya kompleks atau terdiri dari beberapa hal
(motivation is usually complex) yang berati bahwa tingkah laku
seseorang dapat muncul dari beberapa motivasi yang terpisah.104
Kebutuhan yang pertama yang tercantum dalam teori
hierarki kebutuhan adalah kebutuhan fisiologis (Physiological
Needs) yaitu kebututuhan yang memiliki prioritas tertinggi
dalam Hirarki Maslow. Sehingga seseorang yang belum
memenuhi kebutuhan dasar lainnya akan lebih dulu memenuhi
kebutuhan fisiologisnya. Ustaz Pesantren Luhur Sabilussalam
dalam komponen kebutuhan fisiologis berusaha memotivasi
dengan memberikan hadiah berupa apa yang dibutuhkan oleh
seorang santri seperti makanan, kitab, hingga uang untuk
kebutuhannya di pesantren, hal ini dilakukan guna menarik
minat santri untuk mengaji. Dari temuan pada bab sebelumnya
telah dipaparkan bahwa Ustaz untuk memberikan motivasi
104 Peist Jess & Peist Gregory, Teori Kepribadian, Edisi Ke-3
(Depok : Salemba Humanika, 2010), h.151
120
mengaji santri salah satunya memberikan hadiah yang mana
hadiah tersebut merupakan apa yang memang diperlukan
santri.
Menurut penulis dengan adanya pemberian hadiah tidak
hanya menarik perhatian santri untuk terus rajin mengaji,
melainkan juga bukti keseriusan dan kasih saying Ustaz kepada
santri yang sangat diperlukan santri ketika berada dipesantren.
Dari cara tersebut juga dapat membantu memudahkan Ustaz
dan pengurus pesantren untuk memaksimalkan program
mengaji tersebut, karena dalam proses mengaji perlu adanya
komunikan atau santri agar proses atau penyampaian pesan
agama dapat berjalan dengan sempurna dan santri pun
diuntungkan dengan adanya kegiatan tersebut, sehingga
menurut penulis kegiatan tersebut cukup bagus untuk terus
diadakan.
Kebutuhan yang kedua yang ada dalam teori tersebut adalah
kebutuhan keamanan (Safety needs). Kebutuhan keamanan
disini adalah mereka membutuhkan bukti yang nyata tentang
pentingnya mengaji. Ustaz Pesantren Luhur Sabilussalam
sering menceritakan kisah para guru, ulama terdahulu agar
kisah mereka dapat diambil hikmahnya, seperti yang di
jelaskan pada bab sebelumnya Ustaz menceritakan kisah ulama
ini disela-sela kegiatan mengaji, hal tersebut bertujuan untuk
meyakinkan para santri sekaligus menjadi bukti nyata tentang
121
indahnya menuntut ilmu dan yang berkaitan dengan
keagamaan.
Dengan kegiatan menceritakan kisah ulama terdahulu ini,
Ustaz yang bercerita mendapatkan respon baik dari santri
dengan santri yang fokus mendengarkan dan sekaligus menjadi
jeda ditengah lelahnya mereka mengaji, sehingga mereka dapat
menyerap pesan tersebut dengan rilex dan bisa diserap dengan
baik.
Menurut penulis menceritakan kisah ulama terdahulu ini
sangat penting dilakukan kepada santri di Pesantren Luhur
Sabilussalam untuk meningkatkan semangat mengaji.
Tujuannya agar santri dapat mengambil hikmah dari kisah-
kisah tersebut yang memang membutuhkan panutan atau
contoh baik terkait tentang pentingnya mengaji untuk mereka,
yang mana mengaji itu penting untuk mereka.
Kemudian hierarki kebutuhan yang selanjutnya yaitu
kebutuhan akan Penghargaan (Esteem Needs) Penghargaan
disini ialah mendapatkan pengakuan dan dihargai oleh orang
lain. Ustaz Pesantren Luhur Sabilussalam melakukan hal
tersebut (pengakuan dan menghargai santri) dengan cara
memberikan pujian/apresiasi kepada santri yang mau belajar
dan mencoba untuk meningkatkan motivasi mengaji santri.
Seperti yang dijelaskan pada bab sebelumnya memberikan
apresiasi untuk santri yang mau mencoba ini dilakukan oleh
Ustaz ketika sedang proses mengaji yang ditujukan untuk santri
122
yang sudah mau mencoba ketika di minta ustaz untuk
menjelaskan/membaca materi yang diajarkan.
Dengan dilakukannya pemberian apresiasi tersebut
membuat santri tidak lagi canggung dan takut untuk terus
mencoba meski menurut merekapelajaran tersebut sulit, namun
karena mendapatkan support dan apresiasi yang positif dari
ustaz dapat membangkitkan semaangat mereka mengaji
kembali.
Menurut penulis kegiatan memberikan apresiasi ini sangat
penting guna menjaga kepercayaan diri santri untuk terus
mencoba dan belajar setiap apa yang diajarkan oleh Ustaz di
Pesantren Luhur Sabilussalam dan dapat meyakinkan mereka
bahwa semua ilmu dapat dipelajari selagi itu baik untuk
dirinya.
Kemudian hierarki kebutuhan yang selanjutnya yaitu
kebutuhan akan memiliki dan kasih sayang (Esteem Needs)
kasih sayang disini ialah mendapatkan suport positif dari orang
lain guna mendorong semangat dalam hidup. Dalam
memberikan kasih sayang seperti yang tercantum dalam teori
hierarki kebutuhan, Ustaz Pesantren Luhur Sabilussalam selalu
memberikan semangat kepada santri, seperti yang dipaparkan
pada bab 4 upaya memberikan semanat ini sering dilakukan
Ustaz pada akhir pengajian yaitu dilakukan setelah melakukan
doa selesai mengaji yang disambung oleh pesan Ustaz untuk
terus semangat dalam menuntut ilmu
123
Upaya Ustaz dalam memberikan semangat ini diberikan
karena untuk mendorong santri agar terus bersemangat mengaji
ditengah kesibukan mereka yang harus membagi waktu antara
mengaji dan kuliah di universitas mereka masing masing.
Menurut penulis memberikan suport dengan cara
memberikan semangat Ustaz kepada santri di Pesantren Luhur
Sabilussalam ini sangat penting dilakukan karena ini juga
bertujuan memberikan pesan kepada santri tentang masa muda
yang harus dihabiskan dengan hal yang bermanfaat termasuk
menuntut ilmu, selain itu memberikan semangat ini juga
membuat santri merasa mendapatkan suport dari orang sekitar
termasuk dari ustaz di Pesantren Luhur Sabilussalam.
Hirarki kebutuhan yang terakhir yaitu kebutuhan akan
aktualisasi diri (Self Actualization) maksud dari aktualisasi diri
itu sendiri ialah untuk menyadari smeua potensi dirinya, untuk
menjadi apa saja yang dia dapat melakukannya dan untuk
menjadi kreatif dan bebas mencapai puncak prestasi
potensinya. Kebutuhan aktualisasi diri ini yatitu kebutuhan
untuk ingin berkembang, ingin berubah, ingin mengalami
transformasi menjadi lebih bermakna. Untuk menarik minat
motivasi mengaji Ustaz Pesantren Luhur Sabilussalam
memberikan gambaran prospek masa depan kepada santri jika
ia rajin menuntut ilmu ketika masih muda.
Dalam memberikan prospek masa depan kepada santri ini
bertujuan untuk meyakinka mereka tentang masa depan mereka
124
jika rintangi dengan bekal ilmu, kegiatan ini membuat santri
menjadi yakin akan masa depan nya dan saat ini fokus pada
menuntut ilmu.
Menurut penulis memberikan prospek kepada santri
cukup diperlukan karena diusia mereka yang saat ini menuju
usia dewasa mereka perlu diajak berfikir untuk menata
kehidupan mereka salah satunya dengan mencari ilmu
sebanyak banyaknya, karena kebahagiaan di dunia bisa di raih
dengan ilmu, baik itu ilmu dunia maupun ilmu akhirat. dengan
usia mereka saat ini yang mulai berfikir secara realistis,
komunikasi yang bersifat ajakan saja tidak cukup, mereka juga
perlu diberikan penjelasan terkait tentang pentingnya menuntut
ilmu, terutama untuk bekal tua nanti.
C. Faktor Penghambat dan Pendukung Motivasi Mengaji
Santri Pesantren Luhur Sabilussalam
Komunikasi antarpribadi yang dilakukan Ustaz kepada
santri tidak selalu berjalan dengan mulus, banyak juga
ditemukan hambatan hambatan yang memperlambat proses
motivasi mengaji. Ada beberapa faktor yang menjadi
penghambat motivasi mengaji di Pesantren Luhur
Sabilussalam.
1. Kurang memahami karakteristik santri
bahwa latar belakang santri di Pesantren Luhur
Sabilussalam berbeda beda, ada yang sebelumnya
pesantren fokus kepada Tahfidz Qur’an, ada yang fokus
125
kepada ngaji kitab, bahkan ada yang hanya sekolah
umum, tapi dalam mengajar atau dalam menerapkan
kurikulum ustaz di Pesantren Luhur Sabilussalam kurang
bisa membaca karakteristik komunikan atau santri,
karena metode pengajarannya disamaratakan.
2. Verbalistis
ada salah seorang ustaz yang memang hanya
menjelaskan pengajaran saja, komunikasi yang hanya
menjelaskan dengan kata kata saja akan terasa sangat
membosankan untuk para santri sehingga membuat santri
merasa sulit mengerti. Perlu kerja yang ekstra dalam
mengajar, terutama dalam mengajar pelajaran yang sulit
dimengerti oleh santri
3. Santri Yang Sering Mengantuk Saat Mengaji
Faktor santri mengantuk karena kebanyakan mereka
adalah mahasiswa aktif di Universitas masing masing,
mereka sudah capek ketika kuliah dan mengerjakan
tugas. Walaupun tidak semua santri demikian, hanya
beberapa santri yang ngantuk dalam proses belajar
mengajar atau mengaji, biasanya santri mengantuk ini
sering ditemukan ketika waktu mengaji setelah subuh,
namun faktor mengantuk ini sangat mengganggu dan
sangat menghambat proses penyampaian pesan kepada
ustaz dan santri dalam proses mengaji.
126
Dari untaian diatas, penulis dapat menyimpulkan
bahwa ada 3 macam kendala yang paling sering ditemui,
kendala ini terjadi dari santri dan ustaz itu sendiri, yaitu
kurang memahami karakteristik santri, verbalistis dan
santri yang sering mengantuk. Dilihati dari hambatan
yang ada di lapangan, hambatan tersebut tidak terlalu
mengganggu proses komunikasi antarpribadi Ustaz
dalam memberikan motivasi mengaji. Sehingga dapat
disimpulkan komunikasi antarpribadi yang dilakukan
Ustaz dengan santri ini cukup efektif dalam memberikan
motivasi mengaji santri.
Jika ditinjau dari teori yang penulis utarakan di bab
II maka hal ini senada dengan pandangan Suranto AW.
(2011) terkait faktor penghambat dalam proses
komunikasi antar pribadi, bahwa komunikasi
antarpribadi dapat dipengaruhi beberapa faktor :105
1. Kredibilitas komunikator rendah
Komunikator yang tidak berwibawa di hadapan
komun ikan, menyebabkan kurangnya perhatian
komunikan terhadap komunikator.
2. Kurang memahami latar belakang sosial dan
budaya
105 Suranto, Komunikasi Antarpribadi (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2011), h. 86-87.
127
Nilai-nilai sosial budaya yang berlaku di suatu
komunitas atau di masyarakat harus diperhatikan,
sehingga komunikator dapat menyampaikan pesan
dengan baik, tidak bertentangan dengan nilai-nilai
sosial budaya yang berlaku. Sebaliknya, pihak-
pihak yang berkomunikasi perlu menyesuaikan diri
dengan kebiasaan yang berlaku.
3. Kurang memahami karakteristik komunikan
Karakteristik komunikan meliputi tingkat
pendidikan, usia, jenis kelamin, dan sebagainya
perlu dipahami oleh komunikator. Apabila
komunikator kurang memahami, cara komunikasi
yang dipilih mungkin tidak sesuai dengan
karakteristik komunikan dan hal ini dapat
menghambat komunikasi karena dapat
menimbulkan kesalahpahaman.
4. Prasangka buruk
Prasangka negatif antara pihak-pihak yang terlibat
komunikasi harus dihindari, karena dapat
mendorong ke arah sikap apatis dan penolakan.
5. Verbalistis
Komunikasi yang hanya berupa penjelasan verbal
berupa kata-kata saja akan membosankan dan
mengaburkan komunikan dalam memahami makna
pesan.
6. Komunikasi satu arah
128
Komunikasi berjalan satu arah, dari komunikator
kepada komunikan terus-menerus dari awal sampai
akhir menyebabkan hilangnya kesempatan
komunikan untuk meminta penjelasan terhadap hal-
hal yang belum dimengerti.
7. Tidak digunakan media yang tepat
Pilihan penggunaan media yang tidak tepat
menyebabkan pesan yang disampaikan sukar
dipahami oleh komunikan.
8. Perbedaan Bahasa
Perbedaan bahasa menyebabkan terjadinya
perbedaan penafsiran terhadap simbol-simbol
tertentu. Bahasa yang digunakan untuk
berkomunikasi dapat menjadi penghambat bila dua
orang mendefinisikan kata, frasa, atau kalimat
tertentu secara berbeda.
9. Perbedaan persepsi
Apabila pesan yang dikirim oleh komunikator
dipersepsi sama oleh komunikan, maka keberhasilan
komunikasi menjadi lebih baik. Namun perbedaan
latar belakang sosial budaya, seringkali
mengakibatkan perbedaan persepsi, karena semakin
besar perbedaan latar belakang budaya semakin
besar pula pengalaman bersama.
Berdasarkan hambatan-hambatan komunikasi
di atas, dapat di artikan bahwa dalam komunikasi
129
antarpribadi tidak selalu berjalan dengan lancar,
terdapat berbagai permasalahan atau hambatan yang
menyebabkan komunikasi tidak selalu berjalan
dengan baik.
Selain Faktor Penghambat dalam proses komunikasi
antarpribadi dalam memberikan motivasi mengaji santri.
Dilapangan penulis juga menemukan beberapa faktor
pendukung yang membantu memudahkan proses
berjalannya komunikasi antarpribadi dalam memberikan
motivasi mengaji santri, di antaranya adalah :
1. Kredibilitas Ustaz Bagus
Ustaz Pesantren Luhur Sabilussalam adalah orang
orang yang mempunyai keilmuan yang mumpuni
dibidangnya masing-masing karena mereka sudah
menempuh pendidikan dan kuliah cukup lama, ini
diakui oleh para santri di Pesantren. Faktor kredibilitas
seorang pengajar sangat berpengaruh dalam proses
belajar mengajar, baik itu dalam teoritis maupun
praktiknya, seorang pengajar juga harus menjadi contoh
yang baik bagi orang yang diajarnya, karena bila tidak
akan mempengaruhi kredibilitasnya di mata santri.
2. Metode yang diterapkan di Pesantren Luhur
Sabilussalam selalu menerapkan komunikasi 2 arah
dalam setiap proses pengajian. Metode diskusi banyak
arah umumnya sangat disukai para santri Pesantren
Luhur Sabilussalam, karena disitu mereka dapat
130
interaktif dan bisa mengeluarkan keluh kesah, bertukar
fikiran hingga mengeluarkan pendapatnya
pendapatnya.
Dari untaian di atas penulis menyimpulkan bahwa
hambatan diatas bisa cukup teratasi dengan dukungan yang
ada dalam metode dan kredibilitas ustaz yang bagus,
dukungan ini membuat santri menjadi mendapat sokongan
semangat dan kepercayaan kepada ustaz untuk terus
mengaji.
Ditinjau dari teori yang ada mengenai faktor
pendukung komunikasi antarpribadi Menurut Suranto
ada beberapa faktor pendukung keberhasilan
komunikasi dilihat dari sudut komunikator, komunikan,
dan pesan, sebagai berikut :106
1. Komunikator memiliki kredibilitas/kewibawaan yang
tinggi, dayatarik fisik maupun nonfisik yang
mengundang simpati, cerdas dalam menganalisis suatu
kondisi, memiliki integritas/keterpaduan antara ucapan
dan tindakan, dapat dipercaya, mampu memahami
situasi lingkungan kerja, mampu mengendalikan emosi,
memahami kondisi psikologis komunikan, bersikap
supel, ramah, dan tegas, serta mampu menyesuaikan
diri dengan masyarakat dimana ia berbicara.
106 Suranto Aw, Komunikasi Sosial Budaya (Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2011) hal. 15-18
131
2. Komunikan memiliki pengalaman yang luas, memiliki
kecerdasan, menerima dan mencerna pesan, bersikap
ramah, supel dan pandai bergaul, memahami dengan
siapa ia berbicara, bersikap bersahabat dengan
komunikator.
3. Pesan komunikasi dirancang dan disampaikan
sedemikian rupa, disampaikan secara jelas sesuai
kondisi dan situasi, lambang- lambang yang digunakan
dapat dipahami oleh komunikator dan komunikan, dan
tidak menimbulkan multi interpretasi/penafsiran yang
berlainan.
Dari untaian di atas penulis menyimpulkan bahwa
hambatan diatas bisa cukup teratasi dengan dukungan yang
ada dalam metode dan kredibilitas ustaz yang bagus,
dukungan ini membuat santri menjadi mendapat sokongan
semangat dan kepercayaan kepada ustaz untuk terus
mengaji.
132
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Komunikasi Antarpribadi Ustaz dan santri di Pesantren
Luhur Sabilussalam. Dalam membangun komunikasi
antarpribadi dengan santri di Pesantren Luhur Sabilussalam,
Ustaz sebagai komunikator memiliki berbagai cara, sebagai
berikut:
1. Saling keterbukaan satu sama lain.
2. Menunjukkan rasa empati
3. Memberikan dukungan kepada santri
4. Memberipengajaran dengan rasa humor
5. Kesamaan dalam menjalin hubungan antar pribadi
antara Ustaz dan santri dalam berkomunikasi agar tidak
adanya kecanggungan.
2. Bentuk motivasi mengaji santri Pesantren Luhur
Sabilussalam, yaitu :
1. Memberikan Hadiah Untuk Santri Yang Bersemangat
Mengaji
2. Menceritakan Kisah Ulama
3. Memberikan Pujian/Apresiasi
4. Memberikan Semangat
5. Memberikan gambaran Prospek Masa Depan
3. Faktor penghambat yang sering ditemui Ustaz atau santri
saat berkomunikasi dalam proses kegiatan mengaji, yaitu :
133
1. Kurang memahami karakteristik santri
2. Verbalistis
3. Santri Yang Sering Mengantuk Saat Mengaji
Faktor penghambat yang sering ditemui Ustaz atau santri
saat berkomunikasi dalam proses kegiatan mengaji, yaitu :
1. Kredibilitas Ustaz Bagus
2. Komunikasi 2 arah
B. Saran
1. Saran Akademis
Penulis berharap dengan adanya penelitian ini
diharapkan mampu memberikan kontribusi yang positif
dalam perkembangan studi komunikasi interpersonal
khususnya tentang pentingnya komunikasi interpersonal
Pembimbing Agama dalam meningkatkan kesadaran
beragama ABH.
2. Saran Praktis
Sebagai lembaga yang bernama pesantren, sebaiknya
dijadikan sebagai pesantren yang resmi agar memiliki ijazah
yang diakui oleh negara, dan untuk para pengajar/ustaz lebih
dikembangkan lagi terutama dalam metode pengajaran yang
diterapkan agar lebih memahami karakter santri, serta lebih
memahami hal yang tepat untuk metode yang diajarkan
untuk santri pada taraf mahasiswa.
134
Daftar Pustaka Andi Prastomo. 2016 Metode Penelitian Kualitatif. Jogjakarta:
Ar-ruz Media
Bintoro Tcokroamidjojo. 1998. Teori & Strategi pembangunan
Nasional. Jakarta: CV Haji Masagung
Budyatna dan Ganiem. 2011. Teori Komunikasi Antarpribadi
Jakarta: Kencana
Cangara. 2018. Pengantar Ilmu Komunikasi Edisi Ketiga
Depok: PT Raja Grafindo Persada
Darmawang. 2008. Strategi Pembelajaran Kejuruan Cet. I.
Makassar: Badan Penerbit UNM
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Nasional. 1996
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka
Effendy. 2007. Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya
Hardjana. 2007. Audit Komunikasi (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama
Hamzah B. Uno. 2012. Teori Motivasi Dan Pengukurannya
Analisis di Bidang Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara
Hidayat. 2012. Komunikasi Antarpribadi dan Medianya
Yoyakarta: Graha Ilmu
Joseph Prokopenko. 1987. Productivity Management : A
Practical Handbook geneva: ILO
Muhammad Muntahibun Nafis. 2011. Ilmu Pendidikan Islam,
Yogyakarta: Teras
135
Mahmudi. 2015. Manajemen Kinerja Sektor Publik,
Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan Sekolah
Tinggi Ilmu Manajemen YKPN
Miles dan Huberman, Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber
tentang Metode-Metode Baru, Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia.
Moh. Pabundu Tika. 2014 Budaya Organisasi dan
Peningkatan Kinerja Perusahaan. Jakarta: Bumi
Aksara
Komala Lukiati. 2009. Ilmu Komunikasi: Perspektif, Proses,
dan Konteks. Bandung: Widya Padjadjaran
Mulyana. Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar.
PT. Remaja Rosdakarya
M. Ngalim Purwanto. 2000. Psikologi Pendidikan, Bandung:
PT. Remaja Rosda Karya
Sarlito. 2004. Teori-toeri Psikologi Sosial. Jakarta: Rajawali
Pers
Rakhmat, Djalaluddin. 2008. Psikologi Komunikasi, Bandung:
PT Remaja Rosdakarya
Rachmat Kriyantono. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi,
Jakarta, Prenada Media Group.
Richard M. Steers. Gerald R. Ungson and Richard T. Mowday.
1993. Managing Effective Organizations: An
136
Introduction Boston. Massachusetts: Kent
Publishing Company.
Roudhonah. 2007. Ilmu Komunikasi, Jakarta: UIN Jakarta
Press
Sarlito. 2004. Teori-toeri Psikologi Sosial. Jakarta: Rajawali
Pers
Sardiman A. M. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar
Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Sholihat, Muhammad Ajaj Al-Khatib. 1999. Hadits Nabi
Sebelum Dibukukan, terj. AH. Akrom Fahmi. Jakarta:
Gema Insani Press
Stephen Robbins, 2001. Perilaku Organisasi. Jakarta: PT.
Prenhallindo
Suranto AW. 2011. Komunikasi Interpersonal, (Jogjakarta:
Graha Ilmu.
Syaiful Bahri Djamarah, 2005. Guru dan Anak Didik Dalam
Interaksi Edukatif Suatu Pendekatan Teoritis
Psikologis, Jakarta: Rineka Cipta
Ulber Silalahi. 2015. Asas-asas Manajemen, Bandung: Refika
Aditama
Yasmadi. 2005. Modernisasi Pesantren . Ciputat: PT Ciputat
Press
137
Sumber Skripsi dan Tesis :
Novia Hasan Fratiwi. (2019). Komunikasi Interpersonal
Pembimbing Agama dalam Meningkatkan
Kesadaran Beragama Dalam Meningkatkan
Kesadaran Beragama Anak Berhadapan Hukum
(ABH) Handayani Jakarta. Skripsi.
Shofwatunnida. (2014). Strategi Komunikasi Guru Terhadap
Murid Dalam Menanamkan Nilai-Nilai Agama
Islam Di SD Islam Terpadi Amalia, Cibinong,
Bogor.
Indriani. (2013). Efektivitas komunikasi interpersonal kepala
sekolah: studi di MTs Negeri Tangerang II
Pamulang. Skripsi.
Wildan Zulkarnain. (2016). Komunikasi Antarpribadi Ustaz
dan Santri Dalam Pembentukan Karakter Santri
Suyani, Tesis Hubungan Komunikasi Interpersonal dan
Keaktifan Ibadah dengan Kesembuhan Pecandu
Narkoba di Panti Rehabilitas Narkoba Al-Kamal
Kecamatan Sibolangit Kabupaten deli Serdang.
(2010).
Sumber Jurnal:
138
Muhammad Nurul Huda dan Muhammad Turhan Yani, 2015
“Pelanggaran Santri terhadap Peraturan Tata
Tertib Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah
Kranji Lamongan”, Jurnal Kajian Moral dan
Kewarganegaraan, Vol 02 Nomer 03 Tahun 2015,
740-753,(Surabaya: Fakultas Ilmu Sosial,
Universitas Negeri Surabaya.
Sitompul, Jurnal Simbolika, Vol. 1, No. 2 Pengaruh Efektivitas
Komunikasi Antarpribadi Pengurus Panti Asuhan
Terhadap Pembentukan Konsep Diri Anak-Anak
Panti Asuhan Aljamyatul Washiiyah Medan,
(2015).
Sumber Internet:
www.sabilussalam.com. diakses pada 24 april 2021
139
LAMPIRAN
140
141
142
HASIL WAWANCARA
Nama : Abdul Rahman Hakim, S.Ag (Ustaz)
Usia : 34 Tahun
Alamat : Jl. Legoso Raya, RT 03/07 Pisangan, Ciputat
Timur
1. Sudah berapa lama ustaz mengajar/mengabdi di pondok
pesantren ini ?
Jawab : Kurang lebih 12 tahun , dari tahun 2009 smpe
sekarang.
2. Mengajar apa ?
Jawab : Nahwu, Ulumul qur;an, ulumul hadits
3. Bagaimana anda berkomunikasi atau menyampaikan
pesan kepada santri ?
Jawab : Karena santri sabil itu memiliki background yg
berbeda jadi metode komunikasi atau cara mengajarnya
itu harus lebih menyesuaikan, lebih halus,
4. Bagaimana antum berkomunikasi dengan santri agar
santri dapat terus termotivasi dalam belajar atau
mengaji?
Jawab : Komunikasi agar santri termotivasi adalah
memberikan pujian/apresiasi kepada santri yang
berprestasi, contohnya seperti memberikan kitab,
memberikan makanan dll. Menceritakan ulama hadis
yang kisahnya bisa di ambil pelajarannya, agar mereka
bisa mencontoh kisah tersebut agar terus dapat
termotivasi.
143
5. Apakah ada metode khusus ketika anda menyampaikan
materi kepada santri ? seperti humor atau bercanda gitu
agar santri merasa bersahabat?
Jawab : Selama di kelas menganggap santri sebagai
sahabat, bukan sebagai murid, karena rosulullah dulu
juga mencontohkan demikian, sampai sekarang kan kita
tidak pernah mendengar murid rosulullah, yang ada
hanya sahabat rosul, dengan cara seperti itu menjadi
tidak canggung dalam mengajar.
6. Apakah ada santri yang tidak suka dengan metode
pengajaran anda ? terus ketika tidak suka bagaimana
cara menasehati atau mengatasinya ?
Jawab : Mahasantri sabilussalam berbedabeda, di
kampus jurusannya berbeda beda, harus selalu
memberikan motivasi atau manfaat mata pelajaran yang
dberikan kepada mereka. Kalau tidak Sukanya mungkin
ketika saya suruh mereka untuk menghafal.
7. Kita tahu bahwa setiap individu berbeda sikap/sifatnya,
bagaimana metode komunik asi yang di sampaikan?
disama ratakan atau berbeda pendekatannya?
Jawab : Tentu pendekatannya berbeda sesuai dengan
background berbeda, beda hal nya ketika dengan santri
yang pesantren Bahasa yang Bahasa sunda di campur
dengan daerah setempat.
8. Biasanya ada nasehat atau motivasi tidak setelah
pengajaran atau ketika pengajaran berlangsung
144
Jawab : ada biasa nya di awal atau di akhir, ada nasehat
nasehat agar santri bisa istiqomah saya suka
menceritakan pengalaman saya semasa muda, seperti
saya menceritaka ke febri waktu masih jadi santri
kemarin
9. Kalua ada nasehat apakah santri tersebut terlihat
perkembangannya dalam motivasi mengaji
Jawab : waktu sebelum corona, terlihat
perkembangannya, namun pertemuannya online itu
memang sangat susah yah, karena keadaan saat ini yang
memaksakan kita tidak bisa berinteraksi secara intensif.
Contohnya : dalam kehadirannya meningkat itu terlihat
di absen, mengerjakan tugas nya jadi rajin.
10. Apakah perlu sering melakukan interaksi dengan santri
di luar pengajaran ?
Jawab : Perlu melaukan interaksi kepada santri secara
pribadi, contohnya seperti melakukan membalas status
whatsapp atau mengundang santri ke rumah saya untuk
sekedar makan-makan minum teh, padahal ujung ujung
nya bahas hadis juga.
11. Habatan yang di alami
Jawab : hambatan yang sering saya alami dalam
mengajar adalah mahasantri nya sudah terkuras di
kampus tenaganya, jadi ketika mengaji mereka sudah
banyak yang Lelah, dan banyak yang mengantuk ketika
145
mengaji. backround santri yang berbeda ketika
membaca kitab gundul
12. Kemudahan
Jawab : santri terbuka karena tingkat mereka adalah
mahasiswa, baik di kelas maupun di luar kelas. Jadi
kadang ketika mengajar sering terjadi tukar pikiran dan
diskusi itu yang membuat saya mudah dalam mengajar
mereka, kadang mereka cerita tentang masalah dia ntah
di kampus maupun di Pesantren. Biasanya para
mahasantri membandingkan pendapat guru mereka
guru di kuliahan atau guru di pondok mereka dulunya,
itu yang membuat saya kadang merasa menambah
wawasan baru.
146
Nama : Asep Ahmad Faris, S.Pd (Ustaz)
Usia : 26 Tahun
Alamat : Jl. Merpati Serua Indah Ciputat Timur
1. Sudah berapa lama ustaz mengajar/mengabdi di pondok
pesantren ini ?
Jawab : Kalo ane sih Sejak 2019 berarti kalau di itung
dari sampai sekarang kurang lebih sudah 2 tahun, jadi
kemaren ane tuh proses nya gini, waktu awal kaga
langsung ngajar , awal awal Cuma di suruh bantu bantu
ajah, kaya bantu administrasi buat mahasantri DLL.
nunggu 1 semester dahulu baru setelah itu ane di suruh
ngajar
2. Mengajar pelajaran apa ?
Jawab : Hadis arbain
3. Bagaimana anda berkomunikasi atau menyampaikan
pesan kepada santri ?
Jawab : hadis arbain itu untuk metode nya mengajarnya
melalui pendekatan presentasi model nya bagi
kelompok, jadi setiap santri di suruh membaca masing
masing hadis 40 tersebut, masing masing sudah di bagi
bagiannya dan di suruh membaca serta menjelaskan,
dan ane juga mengajar dikelas itu tidak selalu serius,
mengajar seperti sesusia mereka sendiri,
4. Bagaimana antum berkomunikasi dengan santri agar
santri dapat terus termotivasi dalam belajar atau
mengaji?
147
Jawab : Yang terpenting mah saling keterbukaan aja sih
feb, kalo yang ane lakuin sih salah satunya merangkul
ketua kelas masing masing dan kemudian mendapatkan
informasi dari ketua kelas tersebut, nah dari situ ane
bertanya sama ketua kelas masing masing, kira kira ada
kendala atau masalah apa selama mengaji di Pondok
Pesantren, dan juga ane mengadakan acara apa saja agar
termotivasi, komunikasi gampang sama putra karena
ane juga kan kamarnya satu Gedung dengan asrama
putra.
5. Apakah ada metode khusus ketika anda menyampaikan
materi kepada santri ? seperti humor atau bercanda gitu
agar santri merasa bersahabat?
Jawab : iyah ane sering kali mengajar itu kaya yang ane
bilang tadi, ane mengajar itu sering dengan tidak serius,
artinya ane memposisikan mereka kaya temen sendiri
ajah, karena memang usia mereka juga ngga terlalu jauh
dari ane, jadi dalam mengaji itu kita sama sama belajar
juga, diskusi bareng dan lain sebagainya, namun ane
memposisikan ane saat di pengajian atau saat proses
mengaji itu memposisikan diri tetap sebagai mana
selayaknya guru, membimbing, mengarahkan DLL.
Dan mereka pun demikian, menganggap ane sebagai
guru mereka, namun di luar pengajian kita adalah teman
dan sahabat, sering ngobrol bareng.
148
6. Apakah ada santri yang tidak suka dengan metode
pengajaran anda ? terus ketika tidak suka bagaimana
cara menasehati atau mengatasinya ?
Jawab : Secara keseluruhan sih respon sangat baik, tapi
sebagai orang kita ngga tau dan berbeda beda, ada saja
yang tidak suka.
7. Kita tahu bahwa setiap individu berbeda sikap/sifatnya,
bagaimana metode komunikasi yang di sampaikan?
disama ratakan atau berbeda pendekatannya?
Jawab : kalua secara umum ane sih pas ngajar
menganggap semua rata, karena kita metodenya kan
presentasi menjelaskan dan diskusi.
8. Biasanya ada nasehat atau motivasi tidak setelah
pengajaran atau ketika pengajaran berlangsung?
Jawab : Sering memberikan motivasi untuk selalu rajin
untuk beribadah, biasanya hamper setiap pertemuan,
Karena yang kita bahas kan hadis arbain, isi nya banyak
dari motivasi, baik sebelum mengaji atau setelah
mengaji,
9. Kalua ada nasehat apakah santri tersebut terlihat
perkembangannya dalam motivasi mengaji?
Alhamdulillah setelah di berikan motivasi ada
perkembangan, biasanya pas sebelum pandemi mereka
yang males mengaji itu bisa keliatan dari kehadiran
mereka, yang rajin sering dateng ngaji, yang males mah
males, tapi yang saya perhatiin biasanya setelah kasih
149
motivasi tadi , mereka besok nya dating ngaji, rajin
ngaji, dateng nya ga telat lagi.
10. Apakah perlu sering melakukan interaksi dengan santri
di luar pengajaran ?
Jawab : sering dengan putra, ane sring melakukan
interaksi atau komunikasi dengan santri, terutama
dengan santri putra yah karena ane juga satu tempat
dengan asrama putra, jadi sering nyapa gituh, nanya
nanya masalah kuliah ataupun masalah di sabil itu
sendiri, kadang ngadain masak masak menurut saya itu
sangat penting yah, karena itu juga salah satu yang
ngebuat mereka bisa nyaman di sabil , dengan
menimbulkan rasa kekeluargaan yah. gitu
11. Apakah yang menjadi hambatan selama ini dengan
santri ketika menyampaikan pengajaran? Secara
keseluruhan saya mengajar sih ngga ada hambatan yang
berat banget kebanyakan Respon nya baik dari santri,
Cuma ya itu ada menghafal hadis yang sebagian dari
mereka itu merasa keberatan untuk menghafal jadi itu
kadang yang membuat mereka atau saya untuk mengaji
hadis arbain in, dan juga kadang sering terjadi
perbedaan pendapat antara saya dengan santri atau
antara santri dengan santri, tapi di situlah tugas saya
sebagai guru, di akhir harus ada penjelasan dan
meluruskan atan apa yang di diskusikan, karena
150
perbedaan pendpat itu sangat sering terjadi dan sangat
wajar.
12. Apakah yang menjadi kemudahan ketika
berkomunikasi dengan para santri?
Jawab : yang menjadi kemudahan itu karena mengaji
nya asrama nyad deket, dan mahasantri juga ngga beda
jauh umurnya dengan ane, jadi saling terbuka, saling
mengerti gitu kalua ane salah kadang mereka mau
meluruskan ane, dan begitu sebaliknya. Alhamdulillah
selama mengajar ane banyak kemudahan sih, dan juga
pesantren sendiri banyak memfasilitasi kita ustaz buat
mengajar.
151
Nama : Aghnin Khulki, S.Hum (Ustaz)
Usia : 24 Tahun
Alamat : Desa Purwodadi, Kecamatan Seragi,
Pekalongan
1. Sudah berapa lama ustaz mengajar/mengabdi di pondok
pesantren ini ?
Jawab : ane itu keluar dari sabil tahun 2018, berarti
mulai 2018 udah ngajar di sabil Berarti hampir 4 tahun
2. Mengajar apa ?
Jawab : Nahwu Shorof, Alfiyah, Badalin balagoh
3. Bagaimana anda berkomunikasi atau menyampaikan
pesan kepada santri ?
Jawab : kalo ane itu dalam mengajar bagaimana
caranya biar tidak komunikasi 1 arah ajah biar adanya
tanya jawab adanya timbal balik ane sama santrinya,
mirip dengan diskusi lah, misalnya ketika ane ngajar itu
ketika ane ngejelasin ane langsung nanya sama santi
“kalian sudah paham belum” jadi disitu ane langsung
berusaha agar santri itu bisa focus dan apabila ada hal
yang kurang di mengerti bisa langsung ditanyakan
4. Bagaimana antum berkomunikasi dengan santri agar
santri dapat terus termotivasi dalam belajar atau
mengaji?
Jawab : dalam mengaji terkadang ane menceritakan
pengalaman selama mengaji ntah itu pengalaman ane,
ntah itu pengalaman guru2 ane, ntah itu pengalaman
152
temen-temen ane, bahkan cerita para guru guru kita,
yang tercantum kisahnya di dalam kitab kitab klasik,
agar supaya mereka bisa mendapatkan sebuah
ibroh/semangat dalam mengaji, apalagi di umur mereka
yang sekarang sudah tidak dibilang anak-anak lagi,
rata-rata ibroh semangat mereka sudah mulai mengaji
itu sudah menurun, di situ ane berusaha memberikan
semangat lagi. Seperti itu.
5. Apakah ada metode khusus ketika anda menyampaikan
materi kepada santri ? seperti humor atau bercanda gitu
agar santri merasa bersahabat?
Jawab : iya kadang ane Menceritakan kegalauan,
perbucinan, memetik tema rayuan dari pelajaran yang
di sampaikan, misalnya ane mengajar nahwu atau
shorof, disitu ane mencari celah agar mengaji dapat
mencair, contoh nya saat itu sering kita dengar bahwa
“setiap ada isim pasti ada khabar, begitupun dalam
kehidupan, setiap ada aku pasti ada kamu” nahh yang
kaya kaya gituu tuh ane kadang suka menghibur mereka
dengan cara seperti itu.
6. Apakah ada santri yang tidak suka dengan metode
pengajaran anda ? terus ketika tidak suka bagaimana
cara menasehati atau mengatasinya ?
Jawab : ada, kenapa ane mengatakan ada. Oke
contohnya dalam praktek nya ane selalu menunjuk anak
itu yang tidak suka karena dia tidak mampu dan tidak
153
suka gitu, yak arena di sabil itu kan latar belakang
Pendidikan sebelum nya berbeda ada yang mondok 3
tahun, 6 tahun, ada yang dari sekolah umum, jadi
kemampuan mereka kan berbeda beda, jadi kadang
mereka yang ane tunjuk itu yang ngga bisa jawab atau
yang ngga bisa baca kitab rata-rata dari sekolah umum,
jadi mereka ngga suka nya di situ mungkin dengan ane.
Ya ane di situ berusaha untuk mereka yang tidak bisa
tersebut dan langsung melempar kepada yang bisa,
selain itu juga ane di akhir semester perkuliahan selalu
menyebarkan angket, di angket itu berisi tentang
pertanyaan ane kapada mereka kira-kira apa yang ngga
di suka dari pengajaran ane jadi bisa tau di mana letak
kekurangan ane , jadi kedepanya bisa jadi bahan
evaluasi ane, dan di angketnya itu ngga ada nama
penulisnya gapapa. Dan sering ane simpulkan dan
menyesuaikan bobot pertanyaan yang di berikan
kedeoannya.
7. Kita tahu bahwa setiap individu berbeda sikap/sifatnya,
bagaimana metode komunikasi yang di sampaikan?
disama ratakan atau berbeda pendekatannya?
Jawab : kalau untuk orang yang manutan sih enak enak
ajah, tapi kadang ada aja anak keras kepala yang tidak
bisa diatur, nah untuk anak yang seperti itu ane mah
udah pasrah ajah udah bodo amat mereka mau kaya
gimana juga karena ane berfikir seumur itu harusnya
154
sudah sadar, sudah bisa tau mana yang baik untuk
dirinya, dan dari pada ane pusing yaudah aja gitu.
8. Biasanya ada nasehat atau motivasi tidak setelah
pengajaran atau ketika pengajaran berlangsung
Jawab : ada, motivasi yang diberikan bervariasi,
nasehatnya yang ane sampaikan adalah mengaji
pentingnya mengaji untuk bekal mereka nanti,
kemudian menghomati guru itu penting ane sering
mengajak mereka mengirimkan alfatiha untuk guru-
guru mereka, untuk orang tua mereka, dan untuk para
pengarang kitab yang udah berjasa dalam
perekembangan ilmu.
9. Kalua ada nasehat apakah santri tersebut terlihat
perkembangannya dalam motivasi mengaji.
Jawab : Berhasil dampak nya tuh ada, ketika kemarin
sebelum covid itu mereka setelah ada motivasi tersebut,
perkembangannya yang sebelum nya ngajinya sering
telat, besoknya langsung tepat waktu, yang tadinya
sering absen bsok nya langsung rajin ngaji, jadi dampak
nya tuh waktu sebelum pandemi langsung keliatan.
10. Apakah perlu sering melakukan interaksi dengan santri
di luar pengajaran ?
Jawab : sering, sebelum pandemic saat offline sering
nongkrong bareng ngopi ngopi, ngerokok bareng, dari
whatsapp sering bales snap whatsapp, kemudian
kadang nimbrung kalo mereka lagi kumpul kumpul di
155
kamarnya gitu. itu penting dan diri ane bisa
memposisikan saat pengajian ya ane guru mereka dan
saat di luar pengajian ya kita kaya sahabat ajah. jadi
menurut ane itu penting banget biar mereka juga
ngerasa di perhatiin, ngerasa di rangkul gitu.
11. Apakah yang menjadi hambatan selama ini dengan
santri ketika menyampaikan pengajaran?
Jawab : ketika offline sih overall mudah mudah saja
berkomunikasi, tapi ketika offline tidak tatap muka
secara langsung itu memang agak susah, kemudian
hambatannya mungkin karenaa pelajaran yang ane ajar
itu tentang alat, Nahwu, shorof sulit memahami
pelajaran tersebut jadi kadang ane menjelaskan tapi
masih banyak yang belum paham pas ane tanyain itu
sangat membutuhkan kerja yang ekstra gitu.
12. Apakah yang menjadi kemudahan ketika
berkomunikasi dengan para santri?
Jawab : merasa nyaman di materi menengah ketika
pengajian, menyampaikan materi yang tingkat tinggi
dan ane suka dalam adu argument dengan mereka, itu
yang menjadi kemudahan ane, ada santri yang pintar
jadi bisa membantu ane memberikan mereka
pemahaman yg belum paham.
156
Nama : Yudi Surya Permana (Ustaz)
Usia : 25 Tahun
Alamat : Jl. WR Supratman, cempaka putih, Ciputat
Timur, Tangerang selatan
1. Sudah berapa lama ustaz mengajar/mengabdi di pondok
pesantren ini ?
Jawab : ya kayanga udah mau jalan ke 3 tahun, karena
mulai dari tahun 2018
2. Ngajar :
JAwab : ngajar tahsin, , kalo ngga Fathul Qorib,
sekarang fathul qorib ngajar semester 2
3. Bagaimana anda berkomunikasi atau menyampaikan
pesan kepada santri ?
Jawab : sering kali terkait apa yang mereka suka, bisa
juga dengan cara becanda dengan mereka ataupun
bahkan bisa lewat nyanyian, nyanyi nyanyi apa yang hit
gitu kan, jadi biar mereka interest pada kita gitu, kalo
dalam menyapaikan materinya karena saya di tahsin
jadi anak anak langsung praktek baca, ketika sudah
baca ketika ada yang salah langsung kita benerin dan
langsung di kasih masukan, seperti itu kalua di tahsin,
sama seperti di fathul qorib, karena langsung praktek
yah langsung baca seperti itu.
4. Bagaimana antum berkomunikasi dengan santri agar
santri dapat terus termotivasi dalam belajar atau
mengaji?
157
Jawab : ya tentunya ketika mereka sudah mencoba
perlu kita kasih apresiasi bahwa ibaratnya mereka
sudah berusaha nih kita apresiasi dlu nih baru nanti bila
ada yang masih kurang kita perlu penambahan saja
seperti itu tanpa ibaratnya tidak harus menjelekkan
mereka itu sih dan kita juga harus terbuka dengan
mereka, apa sih yang terbaik buat mereka, ketika
mereka nanya jawab, ketika kita bisa jawab kalua ngga
ya kita usah jawab atau kita lempar ke yang lain.
5. Apakah ada metode khusus ketika anda menyampaikan
materi kepada santri ? seperti humor atau bercanda gitu
agar santri merasa bersahabat?
Jawab : ya betul, terkadang kitapun curhat juga yah
pada mereka terkait hal-hal yang memang apa
Namanya berkembang di masyarakat, bisa jadi kita
membicarakan hal yang bucin terlebih dahulu seperti
itu dengan mereka, begitupun dengan humor dan
candaaan seperti itu agar mereka juga merasa memliki
dan tidak satu arah saja seperti itu. Jadi biar semuanya
ada timbal balik
6. Apakah ada santri yang tidak suka dengan metode
pengajaran anda ? terus ketika tidak suka bagaimana
cara menasehati atau mengatasinya ?
Jawab : ya tentu ya setiap anak berbeda beda yah ada
yang tertutup ada yang pendiem, ya ibarat nya yang
pendiem itu kalua kita heboh sendiri kalu diem pasti
158
diem ajah gitu kan tentu ini ada sedikit beda
penanganan, tapi walau seperti itu kita tidak terlalu
mementingkan yang ini rapi melupakan yang lain, jadi
harus semuanya dapat ada kalanya kita seperti rame,
atapun tepat sasaran pada yang pendiem tadi tuh. Jadi
harus banyak metode sih ketika mengajar di kelas itu,
cara komunikasi yah biar lancer semuanya.
7. Kita tahu bahwa setiap individu berbeda sikap/sifatnya,
bagaimana metode komunikasi yang di sampaikan?
disama ratakan atau berbeda pendekatannya?
Jawab : tentu beda beda yah feb yah terkait ada suka
yang becanda belajarnya, ada juga kadang kalua kita
bercanda dia bilang “apasih” gitu kan yang tipe tipe
serius gitu kan, kadang kadang ketika kita bercanda ada
seriius juga gitu, terkadang kita prolog juga ketika mau
baca ke orang ini apa sih gitukan yang dia Sukanya, kita
cari tau juga apa sih dia Sukanya, begitu pun yang lain
dengan orang yang serius beda lagi gitu kan, kalua yang
serius itu caranya memberikan pujian dulu kepada dia,
jadi biar dia tuh interes biar dia di puji juga karena
mungkin dia individual atau karena yah prestasinya dia
seperti itu.
8. Biasanya ada nasehat atau motivasi tidak setelah
pengajaran atau ketika pengajaran berlangsung
Jawab : tentu harus ada sih ya baik di awal ataupun di
akhir mengenai agar anak anak selalu terjaga yah,
159
terjaga motivasinya , kemudian juga ke anak-anak juga
tidak menjauh dari nilai nilai pesantren seperti itu,
sekedar mengingatkan hal hal yang penting yah di
pesantren yah, belajarnya kemudian rajin sholat
subuhnya ataupun sholat berjamaah terutama yah
seperti dipesantren lainnya, tetap perlu diingatkan gitu.
9. Kalua ada nasehat apakah santri tersebut terlihat
perkembangannya dalam motivasi mengaji
Jawab : tentu ada, walaupun ibaratnya tidak langsung
setelah itu, pasti ada kalua kita terus menerus, nanti juga
pasti ada dari mereka itu ada yang mengena seperti itu,
jadi jangan sampai bosan ibaratnya terus menasehati ,
bahkan memberi motivasi kepada mereka. Gitu karena
kan kalua setiap hati itu di berikan masukan di berikan
mauidzoh insya allah yang Namanya dari hati ke hari
pasti akan lembut juga hati seorang itu
10. Apakah perlu sering melakukan interaksi dengan santri
di luar pengajaran ?
Jawab : mungkin kalua untuk santri putra yah mungkin
kita sering gitu yah, karena kan tempat saya tinggal juga
kan berada di asrama santri putra dan berhadapan
langsung dengan santri putram mungkin kalua santri
putri ini ka nagak kurang terbatas seperti itu, kalua
ngeChat takut di sangka apa gitu kan, keculali ada hal-
hal penting gitu kan. Jadi memang penting gitu
berinteraksi dengan santri itu walaupun di luar
160
pelajaran, seperti menyapa lah gitu minimal. Saling
sapa seperti itu.
11. Apakah yang menjadi hambatan selama ini dengan
santri ketika menyampaikan pengajaran?
Jawaban : ya pertama santrinya ngantuk yah, karena
kan ya kita juga memaklumi yah bahwa santri santri
sabilussalam juga mereka capek dan kegiatan malam
pun tugas seperti itu, ya tapi itu sih yang paling utama
ngantuk yah, ataupun mungkin absen karena mungkin
di luar ada tugas ataupun ada hal lain yang dia kerjakan.
It doang sih antara ngantuk dan tidak hadir di kelas,
kadang ada perbedaan pendapat terutama yang saya
ajarkan kan kitab Fathul Qorib yang Syafi’I banget yah,
tentu dalam hal ini kita memerlukan toleransi yang
lebih, ketika kita menyampaikan sesuatu dan mereka
menyampaikan kepada kita, nah kita juga harus
menerima, seperti itu dan saling menerima.
Apakah yang menjadi kemudahan ketika
berkomunikasi dengan para santri?
Jawaban : Alhamdulillah, tentu kita berdoa pada allah,
kita di fasilitasi internet, tapi alhamdulillah sih karena
mahasantrinya mahasiswa ketika kita ngobrol atau
membicarakan sesuatu pasti nyambung gitu, ntah itu
kemana arahnya gitu
161
162
Nama : M. Bagas Balasirullah
Usia : 20 Tahun
Alamat : Jl Mojopahit No. 5, Kel Sempursari Kabupaten
Jember
1. Sudah berapa lama menetap/belajar di Pesantren Luhur
Sabilussalam?
Jawab : Kalo di sabil sih kurang lebih udah 2 tahun, dari
2019
2. Merasa nyaman atau tidak ? kalua nyaman apa yang
membuat anda nyaman, dan kalua tidak apa yang membuat
anda tidak nyaman
Jawab : Nyaman, lingkungannya enak juga, temen
temennya support, ga ada kelompok kelompokan jadi kita
enak mau kesini mau ke kamar ini, mau ke kamar itu, kita
ngobrol biasa aja.
3. Kendala apa yang anda hadapi selama belajar di Pesantren
Luhur Sabilussalam?
Jawab : Kendalanya ga ada sih bang, lebih kediri sendiri aja
sih, ngerasa ngga di siplin. Misalnya waktu ngajinkita sering
kabur kaburan, terus sering ga masuk.
4. Apa yang menjadi hambatan kamu selama belajar di
pesantren Luhur Sabilussalam?
Jawab : Kalau untuk pengajian sih ga ada ya, soalnya dulu
pengajian juga gurunya hadir terus, gurunya ngajarnya juga
enak, udah sih ga ada hambatan yang berarti sih
163
5. Sampai sekarang masih semangat tidak mengaji di
Sabilussalam ?
Jawab : Hehe udah pada males bang, udah menurun
semangatnya, faktor karena Online juga, faktor karena udah
ga ada girah lagi gitu. Iyah karena Online sih, kalo offline
sih semangat banget, kalo offline kan bisa ngobrol2 interaksi
langsung gitu.
6. Kamu Masuk sabil berdasarkan apa ?
Jawab : Untuk masuk sabil sih keinginan sendiri yah, dulu
waktu awal kesini tuh nyari tempat tinggal, masih kurang
informasi soalnya pas ke Jakarta itu ya pas ma uke sabil
doank. Dan udah ada senior ane juga di situ, jadi yaudah
tinggal di sini aja lah, dan juga karena emang ada
pengajiannya yang penting, jadi bisa terus lah pengajiannya
itu ngga terputus.
7. Menurut kamu Selama ini bagaimana metode pengajaran di
Pesantren Luhur Sabilussalam ?
Jawab : Metode pengajarannya udah bagus, kalo di kelas
ane, menurut ane ya, kebetulan di kelas ane itu diisi sama
orang orang yang dulunya di pondok yang udah bisa nahwu
sorof udah bisa baca kitab kuning, jadi kalo terrapin metode
yang kaya tadi yang muridnya ngejelasin ya bagus bagus
aja. Cuma di kelas lain, kaya di kelas A gitu, mereka kan ada
yang dulunya ga mondok gitu, ada yang sekolah modern
doank yang baca kitab nya masih kurang gitu, jadi kalo di
pondok itu ada yang Namanya sorogan gitu ya, jadi sorogan
164
itu metode buat belajar kitab kuning itu lebih privat, jadi kita
lebih tau kalua yang ngga tau di ajarin gitu, nah di sini kaya
gitu ngga ada, jadi kaya di kelas A gitu kasian. Tapi insya
allah masih bisa masuk sih soalnya campuran juga sih,
soalnya masih ada orang yang udah bisa banget, tapi ada
juga yang Cuma bisa bisa aja. Secara metode pengajarannya
masih agak timpang, tidak bisa kalau disajikan merata
seperti itu
8. Apakah faktor ustaz mempengaruhi motivasi kamu dalam
mengaji? Ustaz seperti apa yang dapat memberikan
motivasi kamu dalam mengaji?
Jawab : Kalau kelas ane mungkin engga ya, soalnya yang
ngajar kan alhamdulillah berkompeten semua yah, kaya
dulu ada Alm. Prof Suwito, Ust. Asep jadi udah
berkompetent jadi kita gampang gampang ajah, kalau kelas
lain tuh itu faktor ustaz itu berpengaruh banget, kalo dulu
waktu ane di pondok itu katanya ada guru yang godain cewe,
ada guru yang satu focus tertentu. Beliau ngga fokus sama
santri satu persatu, kaga pahamin gitu bang santri
kelemahannya dimana kelebihannya dimana, jadi menurut
ane itu sih yang kurangnya.
9. Menurut kamu siapa ustaz yang bisa menjadi semangat
kamu mengaji?
Jawab : Ustaz Oni, Sama Ustaz Asep,Prof H. Dayat Hidayat
10. Apakah pendekatan secara pribadi dapat
mempengaruhi motivasi atau kemauan kamu dalam megaji?
165
Jawab : Bisa sih bang, soalnya normalnya manusia itu kan
senneg menyenangi sesuatu gitu kan, jadi kalo guru
nyamoeinnya santai, humble gitu kan jadi minat mengaji
nya bisa nambah lagi, jadi pengajarannya bisa bisa
maksimal mau berbaur, kaya dulu kita sesama santri jadi
respect nya jadi enak gitu. Iyah jadi hubungan pribadi jadi
kalo dia itu bisa lebih dekat dengan personal ga cuma
hubungan murid dan guru aja, tapi lebih akrab, jadi kalo ga
Cuma hubungan guru dan murid aja itu kalo muridnya
nganggep ustaz nya ga professional ya jadi males aja gitu,
tapi kalau melakukan pendekatan yang lebih kita bisa sering
ketemu, kalau itu di lakuin insya allah bagus bagus aja.
11. Biasa nya sebelum ngaji apa yang perllu di persiapkan
?
Jawab : Dulu pas offline ya siapin kitab harus siapin alat
tulis, kalau misalnya ada vaca materi tertentu ya baca
makalah nya atau baca materinya. Siap siap yang tadi jelas
terus kita siap siap buat ngaji, ane sebelum ngaji tuh sering
juga niat yang dalam biar supaya dapet berkahnya dapet
ilmu nya, itu biasa ane lakuin ke guru guru senior gitu.
12. Dalam Mengaji metode pembelajaran mana yang kamu
inginkan?
Jawab : untuk metode sih lebih ke pandang muridnya, jadi
misalnya murid ini punya kemampua apa atau punya
kelebihan apa, kalau lebih banyak kemampuan nya ini kita
pakai metode ini, kalau ada yang kurang kita lebih up lagi
166
atau kita pakai metode muridnya ngejelasin kalau kurang
jelas, di luar jam kelas kita adain sorogan atau apakek, biar
yang ga tau bisa tau jadi kita fasilitasin, kalau bener bener
gatau ada baiknya kita mulai dari awal lagi.
13. Apa saran kamu terhadap pelajaran yang di berikan
oleh ustaz?
Jawab : sarannya itu sih lebih peka terhadap murid aja, kalau
msialnya ada kurikulum ada murid itu yang kurang mampu
ya sebaiknya tidak di terapkan , kaya langsung belajar
Alfiyah itu tuh, karena kan ga semuanya belajar dari
jurumiyah atau imrity tuh, atau dulu udah belajar alfiyah jadi
ada baiknya yang belum belajar itu dimulai dari awal dulu
gitu, jadi kalo ngedengerin guru ga males gitu, kalau belum
paham kan ngedengerin guru kan males.
Nama : Dimas Fakhri Bahtiar
Usia : 22 Tahun
167
Alamat : Kp. Kalong Jaya Marni RT. 04/01 Desa
Babakan Sadeng Kec. Leuwisadeng Kabupaten
Bogor
1. Sudah berapa lama menetap/belajar di Pesantren Luhur
Sabilussalam?
Jawab : Disabil kan masa studinya 3 tahun yah, sekarang
masuk tahun ketiga berarti.
2. Merasa nyaman atau tidak ? kalua nyaman apa yang
membuat anda nyaman, dan kalau tidak apa yang membuat
anda tidak nyaman
Jawab : Kalau nyaman, nyaman sih, kalau kaya
lingkungannya, asramanya tempat tinggalnya, nyaman
buat belajar, paling yang ga bikin nyaman itu sih ini bang,
niat awal setiap santri di sabil itu pasti jadiin sabil itu
sebagai tempat tinggal kan, mondok itu nomor sekian kan,
harusnya di sabil itu ada waktu istirahatnya kan, kaya
waktu subuh ngaji, nanti ngaji lagi abis maghrib, paling
yang ga bikin nyaman kegiatan organisasi nya, pas rapat,
artinya kan waktu kita kepangkas, yang harusnya waktu
kita buat nugas, buat istirahat jadi kepangkas buat
organisasi sama ini sih kaya sabtu atau minggu itu ada
rapat juga, jadi ga nyaman.
3. Kendala apa yang anda hadapi selama belajar di Pesantren
Luhur Sabilussalam?
Jawab : kalo kendala sih ini sih bang, ya emang sih ane
lulusan pesantren sih bang, tapi kan backroundnya beda
168
bang pesantrennya ane kan di hafidz Qur’an, terus masuk
sabil tuh yang notaben nya ngaji kitab kuning, yang intens,
intens setiap hari ane tuh jadi agak bellum terbiasa paling
itu.
4. Apa yang menjadi hambatan kamu selama belajar di
pesantren Luhur Sabilussalam?
Jawab : Karena disabil itu ada target capaian ini kan , hari
ini harus ngajar apa, harus apa, jadi kalo ketinggalan
materi yaudah ketinggalan gitu.
5. Sampai sekarang masih semangat tidak mengaji di
Sabilussalam ?
Jawab : Kalau bicara semangat jujur saat sebelum
pandemic ane semangat sihh, tapi setelah pandemi
semangat ane turun drastic, bahkan beberapa kali ane ngga
ikut pengajian online ini juga kurang terkondisikan kalo
dulu kan orang-orang bisa langsung kebawah megaji, gitu
6. Kamu Masuk sabil berdasarkan apa ?
Jawab : kalau bicara tentang niat ya, pertama emang betul,
jadikan orang tua nyaranin nyari tempat tinggal yang
nyaman dan enak, orang tua juga ngga ngizinin buat
ngekost, kalau belajar sih tentu yah, ane juga termotivasi
sih buar belajar di sabil gitu kan, yang notabennya belajar
kitab kuning yang ane sendiri itu dulu kurang focus,
kurang intens, jadi emm ya gitu sih.
7. Menurut kamu Selama ini bagaimana metode pengajaran
di Pesantren Luhur Sabilussalam ?
169
Jawab : Terkait metode pelajaran kan berbeda beda yah
tergantung mata pelajarannya kan yah, ada yang baca
reading, presentasi, itu banyak macam nya cuman yang
mungkin ane biking a nyaman, terkadang ada beberapa
ustaz kaya ada yang ketinggalan mater kurang dibimbing
juga ya akhirnya ga paham gituh, dan juga karena
backroun sabil itu banyak juga yang bukan pesantren kaya
aduh gimana nih, aduh ga ngerti nih, yang paling ga
mengenakan tuh belajar di kelas, tuh ga ngerti tuh terus
sama ustaz nya yak kaya di tanya terus gitu kaya di terror
terus gitu, jadi kasian dan ga nyaman banget gitu. Dan juga
ada ustaz dia sambil ngajar lalu mengomentari kondisi kita
gitu, jadi bukan focus ke mengajar nya malah fokus ke hal
lain.
8. Apakah faktor ustaz mempengaruhi motivasi kamu dalam
mengaji? Ustaz seperti apa yang dapat memberikan
motivasi kamu dalam mengaji?
Jawab : Kalau ditanya mempengaruhi atau tidak, tentu
mempengaruhi, itukan ada kaya ustaz yang ngajar desain
tuh, itukan enak orangnya yah, kalau belajar belajar di ajak
sharing bisa jawab enjoy gitu jadi kita kalau nanya nanya
juga bisa enak gitu interaktife, kadang juga kalau ngajar
ada ustaz yang mungkin karena beliau berkarisma jadi ya
kita Cuma mendengarkan, agak canggung tetapi yaitu,
kalu pengaruh motivasi pasti ada.
170
9. Menurut kamu siapa ustaz yang bisa menjadi semangat
kamu mengaji?
Jawab : Ustaz Desain, Ustaz Ari, Ustaz Ihsan. Kalau
sefrekuensi ane gitu yah ustaz ustaz yang terbuka gitu,
yang enak di ajak dialog, yang bikin kita ga canggung.
10. Apakah pendekatan secara pribadi dapat mempengaruhi
motivasi atau kemauan kamu dalam megaji?
Jawab : Pendekatan secara pribadi kata ane ngaruh sih,
jadi waktu zaman ane itu guru masuk kelas ga hanya
masuk kelas terus mengajar. Harus tau karakter muridnya,
soalnya proses belajar itu ga hanya transfer materi kan, dan
ane termasuk orang yang seneng kalo ada dosen atau ustaz
yang seperti itu yang ke pendekatan pribadi gitu kan, jadi
guru sama murid itu ada pendekatan.
11. Biasa nya sebelum ngaji apa yang perllu di persiapkan ?
Jawab : ane tuh karena orang nya lupa sama jadwal
biasanya sebelum mengaji liat jadwal dulu, atau kalo
minggu lalu ada tugas itu memepersiapkan tugas dulu
diliat ada tugas ya di kerjain, dan kalo duluan itu suka nyari
posisi yang nyaman, gitu kan biar ga tatapan sama ustaz,
kalo niat karena itu artinya ga pernah niat karena hanya
mengugurkan kewajiban.
12. Dalam Menaji metode pembelajaran mana yang kamu
inginkan?
Jawab : ya itu tadi studi naskah kan bisa di katakana
sebagai reading membaca yah bang, artinya temen temen
171
membaca kemudian merangkum gitu kan, ane sih reading
sama audio, kalo sorogan itu kan kita nyatet nyampein
materi gitu kan. Itu yang ane mau sih, oh iyah ini sih masuk
metode juga sih bang. Waktu ane belajar sama ustaz sofyan
tuh enak ngajr melingkar, diskusi tentang pro dan kontra
tentang narasi yang ada di text kitab itu menarik untuk di
jadikan metode pengajaran itu ane harapin itu yang ane
harapkan di sabil.
13. Apa saran kamu terhadap pelajaran yang di berikan oleh
ustaz?
Jawab : karena santri kita itu beragam jadi ga perlu terburu
buru dalam mengejar target, karena ga semua mahasantri
itu backrounnya dari pesantren, jadi ane harap ga buru buru
lah dalam mengejar target mengaji, starting point nya
berbeda mereka yang belum mondok kan kasian jadinya,
jadi ibaratnya kita udah mulai jalan atau berlari mereka
kaya baru mulai star gitu.
Nama : Elma Diah agustin
Usia : 20 Tahun
172
Alamat : Kp. Warung Asem RT 03/01 Desa Sumber
jaya, Tambun Selatan, Bekasi
1. Sudah berapa lama menetap/belajar di Pesantren Luhur
Sabilussalam?
Jawab : 2 Tahun dari tahun 2019
2. Merasa nyaman atau tidak ? kalua nyaman apa yang
membuat anda nyaman, dan kalua tidak apa yang
membuat anda tidak nyaman
Jawab : Sebenernya nayamn nayaman aja, Cuma gara-
gara Online ini gitu, jadi sama pekerjaan rumah tuh suka
gaenak kan kalo ngga dikerjain gitu, jadinya emang kalo
ngga ada waktu tuh yaudah gausah ngaji lah besok
besok aja ngajinya, tapi kalo Offline mah Fine Fine ajah,
waktunya ngaji mah ngaji, waktunya udah boring kabur
mah gapapa sekali sekali.
3. Kendala apa yang anda hadapi selama belajar di
Pesantren Luhur Sabilussalam?
Jawab : kendalanya yak an ngaji nya kan sore sama pagi
tuh, kalo pagi tuh biasa tuh kalo bangun tidur tuh kadang
kurang nyampe tuh kan karena ngantuk gitu, nah kalo
sore kan biasa gitu karena pulang kuliah ya itu tuh capek
kan gitu, ya cuma di bawa enjoy aja sih, kendalaya ya
paling dari diri sendiri ajah, ya Cuma pas Online kaya
gini parah banget, apalagi kaya pas mati lampu di sini
udah ga ada jaringan, soalnya jaringannya tri, make
kartunya tri, udah parah ajah gitu dah.
173
4. Apa yang menjadi hambatan kamu selama belajar di
pesantren Luhur Sabilussalam?
Jawab : Hambatan pasti ada tuh, apalagi ustaz muslih
kan, kadang kalo udah ngartiin ga di suruh baca, giliran
ga di artiin malah di suruh baca, apalagi kalo online gini
jarang banget sih ngaji ustaz muslih
5. Sampai sekarang masih semangat tidak mengaji di
Sabilussalam ?
Jawab : Semangat tuh mungkin beberapa pelajaran aja
kali kalo yang lain nya ga terlalu, soalnya kan lagi online
gini kan, ngga semuanya sempet ada kepikiran, udah lah
ngaji online tuh gaenak gitu, join join doank tapi matiin
kamera kan, kadang juga sambal nugas kan gitu.
6. Kamu Masuk sabil berdasarkan apa ?
Jawab : jadi tuh awal nya saya udah mau ngekos, cerita
kan ke mamah temen aku ada yng masuk sabil, terus kata
mamah yaudah kamu daftar aja, keterima ngga keterima
urusan nanti, yaudah daftar nih, tapi kepikiran saya tuh
kepengen ngekos aja gitu, tapi gatau tiba tiba keterima,
padahal saya yakin banget ga keterima, Iyah lama lama
dijalanin tuh ga seburuk yang dibayangin gitu, teru
seneng malah enjoy aja di sabil.
7. Menurut kamu Selama ini bagaimana metode pengajaran
di Pesantren Luhur Sabilussalam ?
Jawab : emm gini yah, kemampuan otak orang itu kan
beda beda yah, nah elma ini ngerasa salah masuk kelas,
174
elma tuh harusnya masuk kelas A bukan masuk kelas C,
orang orang kelas C itu orang orang pinter semua.
Tingkat tinggi lah pokoknya anak-anak dirasat, anak-
anak 1 tahun di atas elma gitu, jadi elma ngerasa harus
ngejar mulu gitu, kaya apasih apasih kaya masih lola gitu
kan, mungkin kalo dari awal dimasukin di kelas yang
biasa aja gitu ya, mungkin elma bisa ngjar gitu, ya emang
sih memotivasi kan ya, ya Cuma kadang kadang emang
merasa kok gua bego banget sih disini, apalagi pas ustaz
muslih gitu pas blank, blank gitu padahal elma pas
ngartiin itu udah paham gitu, tapi pas di suruh baca kaya
blank aja gitu, gatau ya mungkin karena terbawa suasana
mungkin yah.
8. Apakah faktor ustaz mempengaruhi motivasi kamu
dalam mengaji? Ustaz seperti apa yang dapat
memberikan motivasi kamu dalam mengaji?
Jawab : Ngaruh banget, iyah ngaruh banget gitu, kalua
ustaz nya ngerangkul diri kita ya kita nya juga enjoy gitu,
maksudnya apa sih kaya temen temen aku juga, ayo ngaji
ngaji gitu, jadwalnya ustaz siapa jadwalnya ustaz Oni,
pada ngaji, tapi kalo tau jadwalnya ustaz muslih malah
pada ngga ngaji. Jadi bener bener ngaruh banget,
misalnya prof H. Dayat Hidayat itu sebenernya banyak
dari kita mau pada join, tapi kalo tau ustaz nya ganti
langsung pada gamau, mungkin karena pengajarannya
beda sih.
175
9. Menurut kamu siapa ustaz yang bisa menjadi semangat
kamu mengaji?
Jawab : Ustaz Oni, Sama Ustaz Asep,Prof H. Dayat
Hidayat
10. Apakah pendekatan secara pribadi dapat mempengaruhi
motivasi atau kemauan kamu dalam megaji?
Jawab : Eee, pengaruh sih kayanya ngaruh mungkin bagi
sebagian orang itu kaya sebagian orang ada yang ga suka
juga ya mungkin.kalo emang buat dia ga niat ngaji
yaudah ga niat ngaji gitu mungkin ga bakal di gubris, tapi
bagi sebagian orang mungkin wah bagus nih ustaznya
kaya ngedeketin kita kaya disuruh ngaji gitu.
11. Biasa nya sebelum ngaji apa yang perllu di persiapkan ?
Jawab : Sering ngaji tuh sebelum ngaji luruskan niat gitu,
sayang SPP nya gitu, tapi sayang, udah gitu kan dari diri
pribadi sayahg gitu belum dapet apa apa gitu kan.
12. Dalam Menaji metode pembelajaran mana yang kamu
inginkan?
Jawab : Kalau metode yang enak itu ya menurut elma sih
kaya Ustaz Oni yah, jadi kalua disuruh baca sih
ngingetinnya biasa aja gitu, jadi elma ga tekanan batin
gitu, kalo sama ustaz muslih kaya tekanan batin, jadi
kalua ustaz oni itu kan perbait perparagtaf jadi pas
perbait itu kita disuruh simpulin gitu.jadi kaya studi
naskah gitu jadi nympulin gitu. Ngebahas tentang ini
kalau yang lainnya paling yang enak sama utadz asep ya,
176
kita suruh ngafalin juga suruh ngejelasin juga, terus kalua
ada yang ngerti suruh nanya gitu, tapi sayang nya pagi
pagi jadi elma jarang bangun gitu.
13. Apa saran kamu terhadap pelajaran yang di berikan oleh
ustaz?
Jawab : Kalau bisa sih Online ini di jadiin Offline yah
dan mungkin jam ngajinya mendingan malam aja, kalua
misalnya pagi di tidak adakan aja, karena pagi tuh mager
bangun.
Nama : Elok Nur Faizah (Santri)
177
Usia : 21 Tahun
Alamat : Desa Bandung Woro, Kecamatan Plumpang,
Kabupaten Tuban
1. Sudah berapa lama menetap/belajar di Pesantren Luhur
Sabilussalam?
Jawab : Disabil udah mau lulus otw 3 tahun berarti
2. Merasa nyaman atau tidak ? kalua nyaman apa yang
membuat anda nyaman, dan kalau tidak apa yang
membuat anda tidak nyaman
Jawab : Merasa nyaman sekali, karena tempatnya eeee..
fasilitasnya juga memadai, mendukung aktivitas untuk
belajar dan teman temanya Ustaznya. Intinya semua
mempunyai harmonisasi.
3. Kendala apa yang anda hadapi selama belajar di
Pesantren Luhur Sabilussalam?
Jawab : Mungkin manajemn waktu dari diri sendiri sih,
kalo ngaji sih emg udah jadwalnya gitu kan,
konsekuensinya gitu kan kalo ngaji sambil kuliah kan.
4. Apa yang menjadi hambatan kamu selama belajar di
pesantren Luhur Sabilussalam?
Jawab : eee… kalau Offline sih biasanya kan kalau
orang yang aktif di organisasi kudu buru2 pulang
sebelum maghrib kan soalnya setelah maghrib harus
ngaji gitu kan, walaupun di kampus itu masiha da rapat
atau masih ada kegiatan lain gitu jadi ga bisa ngikutin
gitu. Tapi overall kita ngejalaninnnya kita enak enak
178
ajah gitu. Kalau ngaji online tuh kaya mager mageran
gitu, tapi saying nya udah bayar jadinya tetep ngaji.
5. Sampai sekarang masih semangat tidak mengaji di
Sabilussalam ?
Jawab : Kalau sekarang gara gara Online kaya
semangat gas emangat gitu, kaya capek ngerjain tugas
gitu, di rumah juga kadang ada kesibukan, jadi kalau
online tuh kaya gaenak kan sama ustaz ustazahnya gitu,
sama ini ka kalau di kuliah sebenernya kalau dikuliah,
kaya di pengajian tuh elok banyak yang kurang gitu
kan, kaya ngajinya kaya nahwu shorofnya gitu tuh, jadi
akutuh oengen ngaji ara gara itu juga, di kuliah juga ada
matkul studi naskah kan jadi dramatika nya, jurusan aku
juga kalo mau skripsian gitu kan haru baca kitab kuning
jadi kaya butuh itu semua makanya masih ngaji terus
6. Kamu Masuk sabil berdasarkan apa ?
Jawab : Kalau pertamanya emang suka mondok gitu
kan, soalnya dari dulu emang suka mondok kan, dari
lulus MI suka modnok, ya inti nya suka lingkungan
pondok lah, diri pribadi juga ga suka ngekos karena
gasuka sendirian, jadi suka ramein bener bener suka
yang di ajak belajar.
7. Menurut kamu Selama ini bagaimana metode
pengajaran di Pesantren Luhur Sabilussalam ?
Jawab : Kalau etode sih udah bagus, udah lengkap gitu
ulumul quran ulumul hadi dapet, baca kitab dapet,
179
Cuma kitanya aja kadang sering ga ngerti, kaya
pelajaran pak muslih gitu kan sebenernya penting
banget. Tapi kaya kebawa ngeluh mulu gitu kaya takut
ditunjuk, padahal bagus kan , kita di suruh baca, di
suruh mutala’ah gitu kan, terus dari segi materinya juga
awal awal kan ada studi pemikiran islam jadi seru gitu
kan tapi karena ngaji nya subuh subuh kan, jadi orang
pada ngantuk kan.
8. Apakah faktor ustaz mempengaruhi motivasi kamu
dalam mengaji? Ustaz seperti apa yang dapat
memberikan motivasi kamu dalam mengaji?
Jawab : ee iyah kalo dari pribadi itu guru itu
berpengaruh banget buat saya, kadang ada yang
ngajarnya bikin ngantuk gitu, soalnya diri pribadi aku
orangnya ngantukan yaa itu terus ustaz atau ustazah
yang bisa aktif gitu bisa bikin kita melek,
9. Menurut kamu siapa ustaz yang bisa menjadi semangat
kamu mengaji?
Jawab : Ustaz Ari, ustaz mizan, Ustaz Uqi, Ustaz Asep.
Ustaz Abe.
10. Apakah pendekatan secara pribadi dapat
mempengaruhi motivasi atau kemauan kamu dalam
megaji?
Jawab : Kalau ustaz/ustazah sih ya kalau offline sih ga
terlalu pengaruh, ga terlalu pengaruh karena orang lain,
yang penting aku niat ngaji.
180
11. Biasa nya sebelum ngaji apa yang perllu di persiapkan
?
Jawab : kalau ustaz nya minggu sebelum nya ngasih
tugas, ya sebelum ngaji aku persiapkan tugas, kalau
ustaz/ustazah nya santuy ya santuy juga, Kalau niat
karena pengen bisa ya yang pengen bisa ajah, kalau
yang ngga pengen ya ga di niatin sihh.
12. Dalam Menaji metode pembelajaran mana yang kamu
inginkan?
Jawab : Sudah bagus sih ada presentasi, jadi kita punya
latihan jadi kita punya kemampuan buat speaking,
waktu di kelas terus ada pertanyaan gitu jadi seru gitu,
kalau ngaji Cuma satu arah doank itu baru ga asik.
13. Apa saran kamu terhadap pelajaran yang di berikan
oleh ustaz?
Jawab : udah bagus sih, tapi kalau di awamil ini gimana
yah biar paham sih yahh.
DOKUMENTASI
181
Wawancara Bersama Santri Bernama Elma Diah
Agustin Melalui Googlemeet
Wawancara Bersama Santri Bernama M. Bagas
Balasirullah Melalui Google Meet
182
Wawancara Bersama santri Bernama Dimas Fakhri
Bahtiar Rifai Melalui Googlemeet
183
Wawancara Bersama Ustaz Abdul Rahman Hakim
Melalui VideoCall Whatsapp
184
Wawancara bersama Ustaz Aghnin Khulqi Melalui
VideoCall whatsapp
185
Wawancara Bersama ustaz Asep Ahmad Faris
Melalui VideoCall Whatsapp
186
Wawancara Bersama Ustaz Yudi Surya Permana
Melalui Videocall Whatsapp
187
Kegiatan Mengaji Offline di Pesantren Luhur
Sabilussalam
188
Silaturahmi sekaligus izin observasi bersama Ustaz
Dr. Muslih Idris, M.A Selaku Ketua Yayasan
Sabilussalam
Kegiatan Mengaji Online Pesantren Luhur
Sabilussalam