53
Komunikasi Terapeutik pada Lanjut Usia Oleh : Ganda Hidayat Pembimbing : dr. Dewa Putu Pramantara, SpPD- KGER

Komunikasi Terapeutik Pada Usia Lanjut

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Semoga bermanfaat & memberi syafaat, Amin. (Bunda Ena, Athasyukri, Thaariq & Shawqy).

Citation preview

Page 1: Komunikasi Terapeutik Pada Usia Lanjut

Komunikasi Terapeutik pada Lanjut UsiaOleh : Ganda HidayatPembimbing : dr. Dewa Putu Pramantara, SpPD-KGER

Page 2: Komunikasi Terapeutik Pada Usia Lanjut

PENDAHULUAN

Komunikasi yang baik akan sangat membantu dalam keterbatasan kapasitas fungsional, sosial, ekonomi, perilaku emosi yang labil pada pasien lanjut usia (William et al., 2007)

Page 3: Komunikasi Terapeutik Pada Usia Lanjut

PENDAHULUAN

Komunikasi efektif dapat mengikutsertakan partisipasi pasien dalam pengambilan keputusanHal ini dapat:

Membantu proses mengingat Berpengaruh terhadap ketaatan &

kepuasan Berpengaruh terhadap emosional

bahkan fisik pasien lanjut usia (Stewart et al., 2000)

Page 4: Komunikasi Terapeutik Pada Usia Lanjut

PENDAHULUAN

Dokter kurang meluangkan waktunya pada masalah psikososial

Pasien lanjut usia seringkali tidak memunculkan masalah ini karena menganggap hal tersebut biasa & tidak perlu dipermasalahkan (Haug & Ory., 1987)

Page 5: Komunikasi Terapeutik Pada Usia Lanjut

PENDAHULUAN

Disamping kompleksitas masalahnya, pasien lanjut usia menerima lebih sedikit edukasi dan konseling kesehatan daripada pasien yang lebih muda (Haug & Ory., 1987)

Page 6: Komunikasi Terapeutik Pada Usia Lanjut

Gambaran Populasi Lansia

Jumlah penduduk Amerika berusia 65 tahun keatas diprediksi mencapai 40 juta pada akhir tahun 2010 dan meningkat menjadi lebih dari 55 juta pada tahun 2020

Peningkatan terbesar akan terjadi pada penduduk berusia 85 tahun keatas, yaitu segmen populasi yang paling banyak terkena demensia (Hingle & Sherry, 2009)

Page 7: Komunikasi Terapeutik Pada Usia Lanjut

Gambaran Populasi Lansia

Indonesia diperkirakan mengalami peningkatan jumlah warga lanjut usia yang tertinggi di dunia, yaitu 414 %, hanya dalam waktu 35 tahun (1990-2025)

di tahun 2020 diperkirakan jumlah penduduk lanjut usia di indonesia akan mencapai 25,5 juta (Czeresna, 2006)

Page 8: Komunikasi Terapeutik Pada Usia Lanjut

Gambaran Populasi Lansia

Menurut Lembaga Demografi Universitas Indonesia, persentase jumlah penduduk berusia lanjut tahun 1985 adalah 3,4 % dari total penduduk, tahun 1990 meningkat menjadi 5,8 % dan di tahun 2000 mencapai 7,4 %(Czeresna, 2006)

Page 9: Komunikasi Terapeutik Pada Usia Lanjut

Tabel 1. Persentase Penduduk lanjut usia di Indonesia Tahun 1990 – 2010

Tahun 1990 2000 2010Persentase lanjut usia 5,8 % 7,4 % 8,0 %

Sumber : Crezesna, 2006

Page 10: Komunikasi Terapeutik Pada Usia Lanjut

Tujuan Berkomunikasi

Komunikasi berguna untuk pertukaran informasi

Membina hubungan dengan orang lain atau dengan kata lain komunikasi

merupakan aspek dasar pada hubungan antar manusia dan merupakan sarana untuk berhubungan dengan orang lain

Page 11: Komunikasi Terapeutik Pada Usia Lanjut

Komponen pada proses komunikasi

1.Pembicara : Orang yang menyampaikan pesan.2.Pendengar : Orang yang menerima pesan.3.Pesan verbal : Kata kata yang secara aktual

diucapkan atau disampaikan.4.Pesan nonverbal: Kesan yang ditangkap saat

kata kata tersebut diucapkan termasuk ekspresi wajah, tekanan suara, postur dan sikap tubuh dan pilihan kosa kata yang digunakan.

Page 12: Komunikasi Terapeutik Pada Usia Lanjut

Komponen pada proses komunikasi

5.Umpan Balik : Respon berupa tanggapan baik verbal maupun non verbal.

6.Konteks : Fisik dan lingkungan sosial atau pengaturan dalam pesan yang dikirim.

7.Persepsi : Kemampuan untuk memilih, mengatur, dan menafsirkan informasi indrawi menjadi dimengerti dan bermakna.

8.Evaluasi : Kemampuan menganalisa informasi yang diterima, berdasarkan pengalaman dan pengetahuan masa lalu. (Smith & Buckwalter, 1993)

Page 13: Komunikasi Terapeutik Pada Usia Lanjut

Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi pada Pasien lanjut usia

Komunikasi pada lanjut usia dapat menjadi lebih sulit akibat dari gangguan sensori yang terkait usia dan penurunan memori

Kehadiran orang ketiga juga dapat mempengaruhi komunikasi tersebut (Vieder et al, 2002)

Page 14: Komunikasi Terapeutik Pada Usia Lanjut

Keluarga maupun medis kadang melupakan atau tidak memperhatikan berbagai hambatan yang ada untuk tercapainya komunikasi yang efektif pada pasien lanjut usia interpretasi yang keliru (Smith & Buckwalter, 1993)

Page 15: Komunikasi Terapeutik Pada Usia Lanjut

Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi pada Pasien lanjut usia

Pasien lanjut usia sering hadir dengan masalah yang kompleks dan beberapa keluhan utama waktu lebih lama

Untuk setiap dekade kehidupan setelah usia 40 tahun, pasien kemungkinan mengalami satu penyakit kronik baru.

Sehingga setelah 80 tahun, lansia akan memiliki 4 penyakit kronis (Vieder et al., 2002)

Page 16: Komunikasi Terapeutik Pada Usia Lanjut

Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi pada Pasien lanjut usia

Pasien lanjut usia umumnya lebih sedikit bertanya dan menunggu untuk ditanya sesuai kewenangan dokter (Haug & Ory, 1987;Greene et al.,1989)

Ageism lazim dijumpai pada perawatan kesehatan dan secara tidak sengaja berperan terhadap buruknya komunikasi dengan pasien lanjut usia (Ory et al., 2003)

Page 17: Komunikasi Terapeutik Pada Usia Lanjut

Teknik Umum untuk Berkomunikasi dengan Pasien lanjut usia

Menunjukkan Hormat dan Keprihatinan

(Adelman et al., 2000)

Memastikan bahwa Pasien Didengar dan Dipahami

(Adelman et al., 2000)

Menghindari Ageism

(Butler, 1969)

Mengenal Kultur dan Budaya

(Ong et al., 1995)

Page 18: Komunikasi Terapeutik Pada Usia Lanjut

Menunjukkan Hormat dan Keprihatinan

Didasari pada rasa hormat kepada pasien dan memahami serta mengapresiasi setiap pasien sebagai sosok manusia yang unik

Rasa hormat ditunjukkan dgn sapaan formal

Pandangan mata menunjukkan apresiasi Sentuhan lembut di tangan, lengan, atau

pundak menunjukkan rasa turut prihatin dan perhatian (Adelman et al., 2000)

Page 19: Komunikasi Terapeutik Pada Usia Lanjut

Memastikan bahwa Pasien Didengar dan Dipahami

Mempertahankan langkah yang tidak tergesa-gesa dan mendengarkan adalah kunci komunikasi efektif antara pasien lanjut usia dan dokter

(Adelman et al., 2000)

Page 20: Komunikasi Terapeutik Pada Usia Lanjut

Mempertahankan langkah yang tidak tergesa-gesa

Membiarkan pasien lanjut usia untuk berbicara beberapa menit tentang masalahnya tanpa interupsi akan memberikan lebih banyak informasi (Adelman et al., 2000)

Page 21: Komunikasi Terapeutik Pada Usia Lanjut

Mempertahankan langkah yang tidak tergesa-gesa

Berbicara pelan, jelas, dan keras tanpa berteriak, menggunakan bahasa dan kalimat yang singkat dan sederhana. Karena pasien lanjut usia umumnya lebih sedikit bertanya dan menunggu untuk ditanya (Adelman et al., 2000;Robinson et al., 2006)

Page 22: Komunikasi Terapeutik Pada Usia Lanjut

Menghindari Ageism

Ageism, suatu istilah yang pertama disampaikan oleh Robert Butler, berupa systematic stereotyping dan diskriminasi terhadap seseorang karena mereka berusia lanjut (Butler, 1969)

Page 23: Komunikasi Terapeutik Pada Usia Lanjut

Ageism adalah hal yang lazim pada perawatan kesehatan dan dapat direfleksikan berupa

Meremehkan masalah medis Menggunakan bahasa yang bersifat

merendahkan Sedikit edukasi tentang regimen preventif Menggunakan panggilan yang bernada

menghina Menghabiskan lebih sedikit masalah

psikososial Membuat stereotype orang tua (Ory et al., 2003)

Page 24: Komunikasi Terapeutik Pada Usia Lanjut

Untuk menghindarkan ageism

Kenali pasien lanjut usia sebagai satu pribadi dengan riwayat dan penyelesaian yang jelas

Pendekatan ini memungkinkan anda untuk menemui setiap pasien lanjut usia sebagai individu yang unik dengan pengalaman seumur hidup yang berharga bukan orang tua yang tidak produktif dan lemah (Roter, 2000)

Page 25: Komunikasi Terapeutik Pada Usia Lanjut

Mengenal Kultur dan Budaya

Mengenal latar belakang kultur dan budaya pasien akan mempengaruhi persepsi pasien terhadap baik dan berkualitasnya pelayanan kesehatan yang diberikan dokter. (Ong et al., 1995)

Page 26: Komunikasi Terapeutik Pada Usia Lanjut

Strategi umum tambahan untuk memperbaiki komunikasi pada lansia

Pelajari data sebelum perjanjian untuk bertemu, karena pasien lanjut usia khas memiliki berbagai masalah kesehatan yang kompleks

Meminta pasien menceritakan keluhannya hanya sekali (yaitu tidak bercerita dulu kepada perawat atau asisten kemudian baru kepada anda) untuk meminimalkan frustasi & kelelahan(Adelman et al., 2000;Robinson et al., 2006)

Page 27: Komunikasi Terapeutik Pada Usia Lanjut

Strategi umum tambahan untuk memperbaiki komunikasi pada lansia

Menghindarkan jargon medis. Menyederhanakan dan menuliskan instruksi. Menggunakan diagram, model, dan gambar. Menjadwalkan pasien lanjut usia terlebih

dahulu, karena mereka umumnya lebih siap dari segi waktu (Adelman et al., 2000;Robinson et al., 2006)

Page 28: Komunikasi Terapeutik Pada Usia Lanjut

Hambatan Komunikasi pada Lansia

Pasien dengan Defisit SensorikPasien dengan DemensiaPasien yang Ditemani oleh orang

ketiga

Page 29: Komunikasi Terapeutik Pada Usia Lanjut

Pasien dengan Defisit Sensorik Pendengaran

16% - 24% individu berusia lebih dari 65 tahun mengalami pengurangan pendengaran yang mempengaruhi komunikasi (Crews & Campbell)

Sedangkan pasien yang berusia diatas 80 tahun, jumlah gangguan sensorik akan meningkat menjadi lebih dari 60% (Chia et al., 2006)

Page 30: Komunikasi Terapeutik Pada Usia Lanjut

Penurunan fungsi pendengaran yang dikenal sebagai presbyacussis

Berhubungan dengan suara berfrekuensi tinggi. Suara berfrekuensi tinggi adalah suara konsonan yang berdampak pada pemahaman pasien diawal dan akhir kata (Fook & Morgan, 2000 ; Ross et al., 2007)

Pasien dengan Defisit Sensorik Pendengaran

Page 31: Komunikasi Terapeutik Pada Usia Lanjut

Sebagai contoh, jika kita berkata :

“Take the pill in the morning (Minumlah pil dipagi hari)”, pasien akan mendengar vokal dalam kata tetapi pasien dapat berpikir anda berkata “Rake the hill in the morning (Dakilah bukit dipagi hari)”

Page 32: Komunikasi Terapeutik Pada Usia Lanjut

Pasien dengan Defisit Sensorik Visual

Gangguan visual yang berhubungan dengan usia :

Reduksi diameter pupil & lensa mata mengeruh, yang mempersulit untuk membedakan warna dengan panjang gelombang pendek seperti lavender, biru, & hijau

menurunnya elastisitas ciliary muscles, yang mengakibatkan penurunan akomodasi ketika bahan cetakan dipegang diberbagai jarak (Crews & Campbell, 2004)

Page 33: Komunikasi Terapeutik Pada Usia Lanjut

Pasien dengan Defisit Sensorik Visual

Kebanyakan pasien lanjut usia mengalami penyakit mata yang menurunkan ketajaman penglihatan (mis. katarak, degenerasi macular, glaucoma, komplikasi ocular pada diabetes)

Lebih dari 15% orang tua berusia lebih dari 70 tahun melaporkan penglihatannya yang buruk, dan 22% lagi melaporkan penglihatannya hanya cukup untuk jarak tertentu (Crews & Campbell, 2004)

Page 34: Komunikasi Terapeutik Pada Usia Lanjut

Pendekatan berkomunikasi pada gangguan Sensorik Pendengaran

Tataplah pasien sehingga pasien dapat membaca bibir dan anda dapat menggunakan isyarat mata

Meminimalkan kebisingan Berbicara perlahan, jelas, dan dalam nada

yang normal. Berteriak akan menghambat komunikasi, mengubah nada berfrekuensi tinggi, dan mempersulit pasien untuk memahami kata-kata anda (Adelman et al., 2000)

Page 35: Komunikasi Terapeutik Pada Usia Lanjut

Pendekatan berkomunikasi pada gangguan Sensorik Pendengaran

Ketika memberikan instruksi untuk medikasi, tes, atau pengobatan, hindarkan untuk bertanya kepada pasien apakah dia mengerti

Orang dengan gangguan pendengaran mungkin akan menjawab “ya” tanpa menyadari bahwa mereka belum mendengar apapun atau salah memahami beberapa informasi (Adelman et al., 2000)

Page 36: Komunikasi Terapeutik Pada Usia Lanjut

Pendekatan berkomunikasi pada gangguan Sensorik Pendengaran

Pendekatan yang lebih baik untuk mengecek pemahaman pasien adalah dengan meminta pasien untuk mengulang instruksi (Adelman et al., 2000)

Perjanjian yang lebih awal umumnya lebih baik (Veras & Mattos, 2007)

Jika tersedia, pengeras suara khusus diketahui sangat memudahkan komunikasi dengan pasien yang mengalami gangguan pendengaran (Fook & Morgan, 2000)

Page 37: Komunikasi Terapeutik Pada Usia Lanjut

Pendekatan berkomunikasi pada gangguan Sensorik Visual

Lingkungan klinik dapat diperbaiki dengan memperbanyak pencahayaan, menggunakan warna-warna kontras untuk membuat objek lebih jelas (mis. kerangka pintu, kursi)

Setiap bahan dengan tulisan harus dicetak paling tidak dengan huruf berukuran 14 diatas kertas berwarna (Roter, 2000)

Page 38: Komunikasi Terapeutik Pada Usia Lanjut

Pendekatan berkomunikasi pada gangguan Sensorik Visual

Pasien lanjut usia biasanya meletakkan obatnya dalam satu wadah dan tergantung pada satu warna untuk mengenalinya

Banyak obat yang berwarna putih, biru muda, hijau muda, yang akan terlihat berwarna abu-abu oleh mata yang telah menua

Warna merah, oranye, dan kuning paling baik dilihat dan dapat dipilih sebagai warna pembeda(Adelman et al., 2000)

Page 39: Komunikasi Terapeutik Pada Usia Lanjut

Pendekatan berkomunikasi pada gangguan Sensorik Visual

Pasien yang mengalami kesulitan memastikan dosis insulin dapat diinstruksikan untuk menera dosis pada dasar warna merah diatas meja

Kertas kontak berwarna merah dapat dibalutkan pada pegangan untuk berjalan, tongkat atau tabung oksigen untuk membantu pasien lanjut usia untuk mengambilnya (Adelman et al., 2000)

Page 40: Komunikasi Terapeutik Pada Usia Lanjut

Pasien dengan Demensia

Demensia memiliki efek yang merugikan pada penerimaan dan ekspresi komunikasi pasien

Pasien mengalami kehilangan memori Kesulitan mengingat kejadian yang baru terjadi Memiliki rentang konsentrasi yang sangat

singkat Sulit untuk tetap berada dalam satu topik

tertentu (Miller, 2008)

Page 41: Komunikasi Terapeutik Pada Usia Lanjut

Pasien dengan Demensia

Ada banyak tingkatan demensia, yang memiliki berbagai kesulitan komunikasi

pada stadium awal sering mengalami masalah untuk menemukan kata yang ingin disampaikan

Pada demensia parah, pasien dapat menggunakan jargon yang tidak dapat dipahami atau bisa hanya berdiam diri (Orange & Ryan, 2000)

Page 42: Komunikasi Terapeutik Pada Usia Lanjut

Pendekatan berkomunikasi pada Demensia

Akan sangat membantu bila melibatkan caregiver (Roter, 2000)

Yang paling penting adalah merawat pasien demensia dengan penuh martabat dan hormat

Ada kecenderungan untuk memperlakukan & berbicara pada pasien demensia sepertinya mereka adalah anak-anak (Smith et al., 2006 ; Miller,

2008)

Page 43: Komunikasi Terapeutik Pada Usia Lanjut

Pendekatan berkomunikasi pada Demensia

Harus diingat bahwa pasien demensia kehilangan kemampuannya untuk berkomunikasi, bukan kehilangan kepandaiannya. Mereka adalah orang dewasa yang hidup produktif dan layak mendapatkan penghormatan(Smith et al., 2006 ; Miller, 2008)

Page 44: Komunikasi Terapeutik Pada Usia Lanjut

Pendekatan berkomunikasi pada Demensia

Pasien demensia juga sangat sensitif terhadap emosi orang lain. Pada umumnya pasien tersebut, lebih merespon kepada bagaimana cara seseorang berbicara kepada mereka daripada apa yang sebetulnya dikatakan (Smith et al., 2006 ; Miller, 2008)

Page 45: Komunikasi Terapeutik Pada Usia Lanjut

Tehnik tambahan berkomunikasi pada Demensia Perkenalkan diri anda Mengobrol sejenak, ini akan membangkitkan

memori& kilas balik, serta mengurangi ketegangan (Puentes, 1998)

Isyarat tubuh yang sederhana dapat membantu(Miller, 2008)

Repetisi akan menyebabkan frustasi(Smith et al., 2006)

Ketika melakukan pemeriksaan fisik, lebih disukai untuk memberikan instruksi satu persatu (Miller, 2008)

Page 46: Komunikasi Terapeutik Pada Usia Lanjut

Pasien dengan orang ketiga (Caregiver)

Karakteristik utama kunjungan poliklinik geriatri adalah adanya orang ketiga, berupa anggota keluarga atau caregiver informal lainnya yang hadir sedikitnya pada sepertiga kunjungan geriatrik (Roter, 2000)

Page 47: Komunikasi Terapeutik Pada Usia Lanjut

Pasien dengan orang ketiga (Caregiver)

Caregiver memudahkan komunikasi antara dokter & pasien serta mempertinggi keterlibatan pasien dalam perawatan mereka sendiri (Clayman et al., 2005 ; Wolff & Roter, 2008).

Penting untuk memperlakukan pasien lanjut usia dalam konteks atau sudut pandang caregiver-nya agar didapatkan hasil terbaik bagi keduanya (Griffith et al., 2004)

Page 48: Komunikasi Terapeutik Pada Usia Lanjut

Pendekatan berkomunikasi

Pada kunjungan I, untuk privacy pasien, paling baik untuk menemui pasien sendirian dan kemudian meminta ijin kepada pasien untuk berbicara dengan caregiver sendirian

Pada kunjungan berikutnya, jika disetujui pasien, caregiver dapat bergabung dengan pasien selama perjanjian (Silliman, 2000)

Page 49: Komunikasi Terapeutik Pada Usia Lanjut

Pendekatan berkomunikasi

Ketika caregiver hadir, komunikasi menjadi interaksi 3 arah. Maka duduklah dalam satu posisi berbentuk segitiga

Lalu berikan pertanyaan kepada pasien dan kemudian meminta masukan dari caregiver

Penting bagi anda untuk selalu mencoba melibatkan pasien sepenuhnya dalam semua keputusan (Majerovitz et al., 1994)

Page 50: Komunikasi Terapeutik Pada Usia Lanjut

Tehnik Tambahan

Caregiver terlibat sepenuhnya pada keadaan pasien, sehingga:

Penting untuk mewaspadai tanda fisik verbal dan nonverbal atau stress emosional caregiver

Pujian akan memberikan dorongan kepada pasien dan caregiver untuk hasil yang lebih baik bagi keduanya (Razani et al., 2007)

Page 51: Komunikasi Terapeutik Pada Usia Lanjut

Dengan komunikasi yang efektif antara dokter – pasien lanjut

usia

Diagnosis lebih akurat Instruksi dan saran dokter akan lebih

mungkin untuk ditaati Meminimalisir kemungkinan melewatkan

dosis atau menghentikan obat Lebih memungkinkan untuk edukasi dalam

manajemen mandiri Penurunan biaya tes diagnostik juga

dihubungkan dengan komunikasi yang baik

Page 52: Komunikasi Terapeutik Pada Usia Lanjut

Kesimpulan

Teknik komunikasi yang baik akan memperbaiki Outcome pasien lanjut

Outcome perawatan kesehatan pada lansia tidak hanya tergantung pada perawatan kebutuhan biomedis tetapi juga tergantung pada hubungan perawatan yang diciptakan melalui komunikasi yang efektif

Page 53: Komunikasi Terapeutik Pada Usia Lanjut