Upload
vannhi
View
232
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
30
KONDISI UMUM
Batas Geografis dan Administratif
Wilayah perencanaan situs Candi Muara Takus terletak di Desa Muara
Takus, Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Jarak
kompleks candi tersebut dengan Kota Pekanbaru adalah ± 128 Km atau sekitar 1,5
Km dari pusat desa Muara Takus. Secara astronomi Candi Muara Takus terletak
pada garis khatulistiwa koordinat 0°21 LU dan 100°39 BT.
Luas situs Candi Muara Takus dalam batas pagar batu keliling adalah 5476
m². Namun, berdasarkan beberapa penelitian diketahui bahwa terdapat batas
terluar lain berupa tanggul kuno dengan ketinggian ± 87 mdpl. Penetapan batasan
terluar tersebut berdasarkan pada penemuan bangunan pendukung di luar pagar
tembok keliling. Dalam rencana pelestarian Candi Muara Takus, batas terluar
yang digunakan adalah batas Tanggul Kuno (Arden Wall). Gambar 2 adalah
gambaran dari kondisi eksisting kawasan Candi Muara Takus dalam batas
Tanggul Kuno. Berdasarkan batas tersebut luas total kawasan adalah ± 94,5 Ha
dengan batasan fisik kawasan yaitu :
Sebelah Utara : Danau PLTA Koto Kampar
Sebelah Timur : Hutan rawa
Sebelah Barat : Sungai Kampar Kanan
Sebelah Selatan : Pusat Desa Muara Takus
Situs Candi Muara Takus
Berdasarkan penelusuran sejarah kawasan Candi Muara Takus dibangun
pada masa pemerintahan Kerajaan Sriwijaya. Penelitian arkeologi pada awal
1980-an menyatakan bahwa kawasan ini diyakini merupakan sebuah kota yang
cukup besar dan menjadi pusat penyebaran agama Budha pada masa tersebut.
Penelitian J.W. Yzerman menyatakan dalam kompleks candi terdapat beberapa
bangunan utama, yaitu candi Tua, candi Bungsu, candi Mahligai Stupa, candi
Palangka, bangunan I dan bangunan II (Gambar 3).
31
32
Gambar 3. Kompleks Bangunan Utama Candi Muara Takus
Struktur dan lingkungan situs Candi Muara Takus dalam pagar batu
pembatas saat ini cukup terawat dengan baik. Hal ini disebabkan oleh kegiatan
pemugaran dan pemeliharaan yang dilakukan pihak pengelola. Jalan utama dalam
kawasan situs telah diperkeras dengan aspal sehingga cukup mudah diakses oleh
para pengunjung. Salah satu hal yang menarik dari kawasan ini adalah cerita dan
nilai historikal yang terkandung dalam tiap-tiap bangunan candi. Hal tersebut
manjadi pendukung utama dari keindahan alam dan nilai arsitektural bangunan
candi untuk dikembangkan menjadi kawasan wisata budaya.
33
METODOLOGI
Lokasi Penelitian
Penelitian mengenai Rencana Penataan Lanskap Kompleks Candi Muara
Takus sebagai Kawasan Wisata Sejarah dilakukan di Desa Muara Takus,
Kecamatan XIII Koto, Kabupaten Kampar, Propinsi Riau (Gambar 4). Luas total
kawasan adalah 94,5 Ha dengan batasan fisik Sungai Kampar Kanan, hutan
campuran, perkebunan penduduk dan rawa.
Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian
34
Waktu Penelitian
Penelitian mengenai Perencanaan Lanskap Candi Muara Takus sebagai
Objek Wisata Budaya dalam Upaya Pelestarian Kawasan dilakukan selama 10
bulan mulai (April 2010 – Januari 2011), melalui 5 (lima) tahapan kegiatan yaitu
persiapan, studi literatur, survei lapangan, pengolahan data dan proses
perencanaan lanskap.
Batasan Studi
Penelitian dilakukan sampai batas tahap perencanan untuk mendukung
pelestarian kawasan. Penelitian mencakup perencanaan tata ruang (zonasi), sistem
sirkulasi, jalur interpretasi wisata, fasilitas pendukung wisata, serta program
wisata sejarah yang terkait objek dan atraksi. Keseluruhannya akan diintegrasikan
dalam rencana lanskap wisata budaya. Produk dari penelitian ini adalah gambar
arsitektur lanskap dalam bentuk Rencana Lanskap dan gambar-gambar penunjang
lainnya serta program pendukung pengembangan wisata.
Metode dan Tahapan Penelitian
Pengumpulan data penelitian dilakukan melalui dua cara yaitu studi
pustaka dan studi lapang. Studi pustaka dilakukan untuk mengumpulkan berbagai
informasi yang terkait dengan tapak/situs arkeologis dan kesejarahannya. Melalui
studi pustaka ditentukan kriteria yang akan digunakan untuk menentukan batas
kawasan dan kepentingan atau makna dari situs, daerah tujuan wisata, konsep
pengembangan, arahan dan strategi pengembangannya.
Studi lapangan merupakan tahap kegiatan yang sangat penting, yaitu
pengumpulan dan pemahaman data primer yang meliputi ber-bagai bidang terkait,
pengambilan gambar/foto, serta melakukan wawancara. Dari berbagai data yang
telah dikumpulkan, selanjutnya dilakukan analisis sesuai dengan kebutuhan dan
tujuan studi.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah penelusuran sejarah
terkait kompleks Candi Muara Takus secara deskriptif kuantitatif, spasial maupun
tabular terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi rencana pelestarian dan
pengembangan kawasan sebagai wisata budaya. Pendekatan yang digunakan
35
dalam perencanaan lanskap kawasan candi adalah pendekatan ketersediaan
sumberdaya objek dan atraksi wisata budaya yang dikemukan oleh Gunn (1994).
Tahap perencanaan meliputi beberapa kegiatan diantaranya persiapan,
pengumpulan data dan informasi secara primer maupun sekunder, analisis tapak,
sintesis, penyusunan konsep, dan perencanaan lanskap. Tahap proses studi dapat
dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Tahapan Penelitian
Tahap Persiapan
Tahap ini meliputi perumusan masalah, penetapan tujuan studi,
penyusunan usulan studi, dan perizinan studi. Tahap tersebut merupakan langkah
36
awal untuk melakukan perencanaan lanskap kawasan Candi Muara Takus sebagai
kawasan wisata sejarah. Kemudian dilakukan pengumpulan informasi awal
mengenai lokasi penelitian. Pengumpulan informasi awal ini digunakan sebagai
bahan dalam penyusunan usulan penelitian.
Tahap Pengumpulan data dan Informasi
Merupakan tahap pengumpulan kelompok data yang terkait dengan objek
penelitian. Data untuk rencana pelestarian dan pengembangan kawasan Candi
Muara Takus terdiri dari data aspek kesejarahan, data aspek religi dan data
pengembangan wisata sejarah. Berkaitan dengan aspek kesejarahan kawasan maka
dikumpulkan data alur kesejarahan dan signifikansi situs, data arsitektural Candi
Muara Takus serta data makna keunikan dan kekhususan situs. Data aspek religi
terdiri dari filosofi agama Budhis terkait situs candi serta data lokasi pelaksanaan
ritual oleh komunitas Budhis. Sementara data aspek wisata berkaitan dengan
potensi lanskap kawasan, objek dan atraksi serta aktivitas wisata yang dapat
dilakukan dalam kawasan pelestarian, fasilitas pendukung wisata serta kebijakan
terkait pengembangn situs sebagai kawasan wisata sejarah. Selain itu, untuk
mendukung kegiatan pengembangan wisata dilakukan inventarisasi data sosial
dan budaya masyarakat untuk mengetahui persepsi mereka terhadap rencana
pengembangan tapak.
Jenis data yang dikumpulkan dapat berupa data primer dan data sekunder
(Tabel 2.) Pengumpulan data ini dilakukan untuk menentukan potensi, kendala
yang terdapat pada lokasi penelitian. Metode pengumpulan data dilakukan dengan
cara survei lapang, studi pustaka dan wawancara. Wawancara (Lampiran)
dilakukan dengan teknik purposive sampling atau pemilihan responden secara
sengaja dengan pertimbangan responden adalah pengguna lahan (stakeholders).
Responden yang dipilih adalah responden yang terlibat langsung dan dianggap
mempunyai kemampuan dan mengerti permasalahan terkait Situs Candi Muara
Takus. Responden terdiri dari komunitas Budhis, masyarakat setempat, tokoh
masyarakat, dan dinas-dinas terkait untuk memperoleh informasi terkait dengan
sejarah kawasan, kondisi lanskap, orientasi kawasan, elemen lanskap sejarah,
pengelolaan, pengembangan serta kebijakan yang terkait dengan Kawasan Candi
37
Muara Takus. Selain itu juga dilakukan wawancara terhadap pengunjung untuk
mengetahui keinginan dan harapan dalam pengembangan kawasan sebagai objek
wisata budaya.
Tabel 2. Jenis, Bentuk, Sumber dan Cara Pengambilan Data
No. Kelompok
Data
Jenis Bentuk Sumber Cara
Pengambilan
1 Aspek
Kesejarahan
Kawasan
Kesejarahan
dan signifikansi
situs candi
Sekunder Dinas Kebudayaan
dan pariwisata
Dinas Purbakala
Studi Pustaka
Wawancara
Arsitektural
situs Candi
Muara Takus
Primer
Sekunder
Tapak dan
Dinas Kebudayaan
dan pariwisata
Survei Lapang
Studi Pustaka
Kekhususan
dan keunikan
situs candi
Primer
Sekunder
Tapak dan
Dinas Kebudayaan
dan pariwisata
Survei Lapang
Studi Pustaka
2 Aspek Religi
pada Kawasan
Filosofi religi
Budhis
Sekunder Dinas Kebudayaan
dan pariwisata
Komunitas Budhis
Studi Pustaka
Wawancara
Lokasi ritual
pada situs
Sekunder Dinas Kebudayaan
dan pariwisata
Studi Pustaka
3 Aspek
Kepariwisataan
Potensi lanskap
kawasan
Primer
Sekunder
Tapak dan
Bappeda
Survei Lapang
Studi Pustaka
Objek dan
atraksi wisata
(material dan
non-material)
Primer
Sekunder
Tapak dan
Dinas Kebudayaan
dan pariwisata
Survei Lapang
Studi Pustaka
Aksesibilitas
dan sirkulasi
Primer
Sekunder
Tapak
Bappeda
Survei Lapang
Studi Pustaka
4 Aspek Sosial dan
Budaya
Penerimaan
penduduk
Primer Tapak Wawancara
(purposive
sampling)
Keinginan
penduduk
Primer Tapak Wawancara
(purposive
sampling)
Tahap Analisis Data
Kegiatan analisis yang dilakukan berupa analisis deskriptif , tabular dan
analisis spasial. Tahap analisis dilakukan untuk mengetahui keterkaitan antar data
yang diperoleh serta untuk menentukan potensi dan kendala yang terdapat pada
lokasi penelitian. Aspek yang diutamakan dalam analisis penelitaan ini adalah
aspek wisata sebagai upaya untuk pelestarian Candi Muara Takus. Hasil analisis
kemudian digunakan sebagai dasar tahap lanjutan yaitu sintesis.
38
Analisis aspek kesejarahan meliputi penilaian terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi dalam melakukan tindakan pelestarian lanskap sejarah. Faktor-
faktor tersebut meliputi :
1. Penelusuran bentuk dan fungsi arsitektural situs.
Meliputi pendataan jumlah dan tipe objek yang merupakan bagian utama
(major features) dari suatu periode sejarah (Tabel 3). Korelasi antar objek
sejarah akan menentukan tindakan teknis pelestarian yang akan dilakukan
serta untuk menggambarkan integritas historik dari sumberdaya sejarah
budaya yang akan terus bertahan.
Tabel 3. Penggolongan Fitur Arsitektur Candi Muara Takus
Objek Sejarah Tipe/Gaya Usia Lokasi
Bangunan Utama
Bangunan Pendukung
Batas
Ornamen
Sumber : Harris dan Dines, 1988
2. Penelusuran Kesejarahan dan Signifikansi Situs.
Melalui evaluasi makna kekhususan dan keunikan lanskapnya. Evaluasi
makna kekhususan sejarah (Tabel 3) dan evaluasi tingkat keunikan lanskapnya
(Tabel 5) berperan dalam menentukan tindakan pelestarian pada suatu lanskap
sejarah budaya.
Table 4. Evaluasi Makna Kekhususan Sejarah dari Suatu Lanskap
Tipikal Tinggi Sedang Rendah
Tata guna lahan
Persepsi terhadap topografi
Hubungan spasial
Pola sirkulasi
Tipe struktur
Penempatan struktur
Kualitas estetik
Sumber : Harris dan Dines, 1988
Keterangan
Tinggi : Memikili karakter yang berbeda dengan lanskap lainnya dan terkait
dengan nilai atau norma dalam ajaran tertentu
Sedang : Memikili karakter yang berbeda dan hanya ada ditempat tersebut
Rendah : Memiliki kesamaan karakter dengan beberapa tempat lainnya
39
Tabel 5. Evaluasi Makna Keunikan dari Suatu Lanskap
Keunikan Tinggi Sedang Rendah
Kualitas estetik
Inovasi teknologi
Asosiasi kesejarahan
Integritas
Sumber : Harris dan Dines, 1988
3. Evaluasi kondisi peninggalan situs Candi Muara Takus
Meliputi kondisi fisik struktur dan kondisi lanskap kawasan (Tabel 6).
Analisis kondisi tersebut akan menentukan tindakan pelestarian yang
dilakukan serta program-program pelestarian yang akan diajukan guna
meningkatkan kualitas lanskap pada kawasan tersebut.
Tabel 6. Evaluasi Kondisi Arsitektur Candi Muara Takus
Objek Sejarah Kondisi
Baik Sedang Rusak
Bangunan Utama
Bangunan Pendukung
Batas
Ornamen
Sumber : Harris dan Dines, 1988
Keterangan
Baik : Struktur bangunan baik dan lanskap kawasan tidak mengalami perubahan.
Sedang : Sebagian struktur bangunan hilang atau dipindah tempatnya tetapi bentuk
asli banguanan belum berubah.
Rusak : Struktur bangunan mengalami degradasi fisik dan lanskap kawasan telah
berubah dari kondisi aslinya.
Analisis aspek religi kawasan meliputi menelusuran filosofi agama Budha
yang berkaitan dengan tata ruang lanskap pada situs Candi Muara Takus. Selain
itu, juga dilakukan pendataan kegiatan ritual yang biasa dilakukan komunitas
Budhi pada Candi Muara Takus serta lokasi pelaksanaannya. Hasil pemetaan
tersebut akan membentuk zona religi situs yang menjadi bahan pertimbangan
dalam menentukan ruang wisata pada kawasan.
Aspek kepariwisataan terdiri dari analisis data potensi lanskap kawasan,
objek dan atraksi yang ada dalam kawasan, aksesibilitas tapak serta fasilitas
40
pendukung. Kegiatan analisis meliputi analisis deskriptif dan spasial. Analisis ini
bertujuan untuk menentukan ruang wisata dalam kawasan.
Analisis sosial budaya dilakukan terhadap data sosial hasil wawancara
dengan pihak pengelola, masyarakat serta pengunjung situs Candi Muara Takus
serta terhadap arak kebijakan pemerintah setempat terkait pengembangan dan
pembangunan kompleks candi sebagai kawasan wisata. Hasilnya disampaikan
secara deskriptif dan tabular untuk menjelaskan kondisi sosial budaya dan
kebijakan pemerintah yang ada di Kecamatan XIII Koto Kampar serta bagaimana
persepsi mereka terhadap tapak dan pengembangannya sebagai wisata sejarah.
Tahap Sintesis
Data dan informasi disintesis dengan dua metode yaitu deskriptif tabular
dan overlay spasial. Pada tahap ini dihasilkan alternatif pengembangan dan
pemecahan masalah. Hasil dari tahap sintesis akan disajikan berupa pembagian
dan rencana pengembangan ruang meliputi zona arkeologis, zona religi dan zona
wisata. Gabungan dari ketiga zona tersebut akan menghasilkan zona pemanfaatan
atau blockplan pelestarian dan pengembangan tapak sebagai kawasan wisata
sejarah.
Tahap Konsep
Tahap konsep merupakan dasar sebelum tahap perencanaan. Pada tahapan
ini dibuat konsep perencanaan kawasan yang akan diterjemahkan dalam bentuk
pengembangan ruang wisata dan jalur sirkulasi wisata sehingga dapat memenuhi
tujuan pengembangan lanskap kawasan.
Tahap Perencanaan Lanskap
Berdasarkan konsep perencanaan kawasan yang merupakan hasil integrasi
antara data yang telah dianalisis maka konsep dan pengembangannya tersebut
diterjemahkan dalam bentuk rencana tata ruang wisata budaya, rencana jalur
wisata, dan rencana lanskap kawasan wisata budaya. Produk perencanaan lanskap
ini akan menggambarkan pengembangan tapak sebagai suatu lanskap kawasan
wisata budaya.