Upload
others
View
12
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL SERI
SUPERNOVA: PARTIKEL KARYA DEWI LESTARI:
KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA
SKRIPSI
OLEH:
RAHMAT ZAKI SIRAIT
NIM 120701029
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
MEDAN
2019
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
i
Konflik Batin Tokoh Utama dalam Novel Seri Supernova: Partikel Karya
Dewi Lestari: Kajian Psikologi Sastra
Rahmat Zaki Sirait
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini disusun sebagai syarat untuk
memeroleh gelar Sarjana Sastra di Universitas Sumatera Utara adalah benar
merupakan hasil karya penulis sendiri. Adapun pengutipan atau pendapat dari
hasil karya orang lain dalam penulisan skripsi ini, telah penulis cantumkan ke
dalam daftar pustaka. Apabila pernyataan yang saya buat ini tidak benar, saya
bersedia menerima sanksi berupa pencabutan gelar sarjana yang saya peroleh.
Medan, Juni 2019
Penulis
Rahmat Zaki Sirait
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ii
Konflik Batin Tokoh Utama dalam Novel Seri Supernova: Partikel Karya
Dewi Lestari: Kajian Psikologi Sastra
Rahmat Zaki Sirait
120701029
ABSTRAK
Penelitian ini mengkaji konflik batin tokoh utama dalam novel Seri Supernova:
Partikel karya Dewi Lestari. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan
konflik batin yang dialami tokoh utama dalam novel Partikel karya Dewi Lestari
melalui pendekatan psikoanalisis Sigmund Freud. Untuk menganalisis data
peneliti mengunakan teknik analisis deskriptif didukung teori psikoanalisis
Sigmund Freud. Penelitian ini berfokus pada konflik batin tokoh utama dalam
novel Partikel karya Dewi Lestari. Setelah peneliti melakukan pengumpulan data
menggunakan metode hermeneutika dan teknik pustaka, menyimak dan mencatat,
untuk mendapatkan data terhadap objek penelitian yaitu novel Partikel karya
Dewi Lestari. Peneliti menemukan 28 data untuk diteliti dan dianalisis. Data
tersebut berkaitan dengan konflik batin yang dialami oleh tokoh utama Zarah.
Menurut Wirawan yang membagi konflik batin menjadi tiga yaitu; konflik
pendekatan ke pendekatan, pendekatan ke menghindar dan menghindar ke
menghindar. Peneliti membagi data menjadi tiga kelompok sesuai Wirawan.
Setelah mengelompokkan data, peneliti menganalisis data dengan peneraparan
teori yang ditawarkan Denzin dan Lincon dengan teknik analisis deskriptif yang
dibantu dengan penerapan teori psikoanalisa oleh Sigmund Freud untuk
mengetahui konflik batin yang terjadi pada tokoh utama. Setelah menganalisis
peneliti menemukan ketiga jenis konflik yang dikemukakan oleh Wirawan
(2010:55) yaitu; konflik pendekatan ke pendekatan didukung dengan tujuh data.
Konflik pendekatan ke menghindar yang didukung dengan 14 data. Dan konflik
menghindar ke menghindar didukung dengan tujuh data. Dari analisis data juga
ditemukan faktor yang melatar belakangi terjadinya konflik batin terhadap tokoh
utama. Ada faktor yang dipicu oleh keluaraga, lingkungan, diri sendiri, dan
pengkhianatan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
iii
PRAKATA
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat
dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan
penyusunan skripsi yang berjudul Konflik Batin Tokoh Utama Dalam Novel Seri
Supernova: Partikel Karya Dewi Lestari: Kajian Psikologi Sastra.
Adapun tujuan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini adalah untuk
memenuhi persyaratan sarjana pada Program Studi Sastra Indonesia di Fakultas
Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis juga banyak mendapatkan
bantuan baik berupa doa, dukungan, perhatian, bimbingan, dan nasihat dari
berbagai pihak. Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa
adanya dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan
terimakasih yang tulus kepada:
1. Dr. Drs. Budi Agustono, M.S. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Prof.
Drs. Mauly Purba, M.A, Ph.D. selaku Wakil Dekan I, Dra. Heristina Dewi,
M.Pd. selaku Wakil Dekan II, dan Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M.Si.
selaku Wakil Dekan III.
2. Drs. Haris Sutan Lubis, M.S.P. selaku Ketua Program Studi Sastra
Indonesia dan bapak Drs. Amhar Kudadiri, M.Hum. selaku Sekretaris
Program Studi Sastra Indonesia.
3. Drs. Isma Tantawi, M.A. selaku Dosen Pembimbing I dan Drs. Hariadi
Susilo, M.Si. selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak meluangkan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
iv
waktu untuk membimbing serta memberikan pengetahuan, masukan, dan
arahan, kepada penulis selama penyelesaian skripsi ini.
4. Seluruh dosen dan para staf, terutama pak Selamat dan bang Joko yang
telah banyak memberikan ilmu serta bantuan yang bermanfaat selama
penulis mengikuti kegiatan akademis di Program Studi Sastra Indonesia,
Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.
5. Keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan baik berupa moril dan
materil dalam penyelesaian skripsi ini. Terutama kepada Ibunda saya
tercinta Dra. Rumiyati Nasution, dan ayahanda saya, Drs. Mahmuddin
Sirait, yang selalu memberikan motivasi kepada penulis selama masa
perkuliahan. Dan kepada Abangda saya, Aulia Rahman Sirait SH, yang
sudah mendukung saya. Serta kakak ipar saya, Mutia Sarifunna, Am.Keb
yang juga selalu membantu saya
6. Teman-teman saya Ichsan, Atta, Umi, Suci, Dinny, Devi, Justin, Wike,
Ucup, Kezia, Nisa, Eka, Rizki, Ryal, Aulia, Wana, Tiwi, Halimah, Ai-
chan, pak tua Jaka, Yaser, Kiki, Arep, Putra, Faras, Gugus, Coki, dan
teman-teman yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu yang mewarnai
hari-hari penulis selama masa perkuliahan.
Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kepada pembaca agar memberi kritik dan saran yang
bermanfaat demi penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat
menambah wawasan dan pengetahuan kita bersama
Medan, Juni 2019
Rahmat Zaki Sirait
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
v
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ............................................................................................... i
ABSTRAK ...................................................................................................... ii
PRAKATA ..................................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Batasan Masalah ........................................................................... 6
1.3 Rumusan Masalah ........................................................................ 6
1.4 Tujuan Penelitian .......................................................................... 6
1.5 Manfaat Penelitian ....................................................................... 7
1.5.1 Manfaat Teoretis ................................................................. 7
1.5.2 Manfaat Praktis ................................................................... 7
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA . 8
2.1 Konsep ......................................................................................... 8
2.1.1 Novel .................................................................................... 8
2.1.2 Tokoh Utama ....................................................................... 9
2.1.3 Konflik ................................................................................ 10
2.1.4 Batin .................................................................................... 10
2.1.5 Konflik Batin ....................................................................... 10
2.1.6 Psikosastra ........................................................................... 11
2.2 Landasan Teori............................................................................ 12
2.2.1 Psikoanalisis Sigmund Freud .............................................. 12
2.2.2 Konflik Batin ....................................................................... 14
2.3 Tinjauan Pustaka .......................................................................... 15
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 20
3.1 Sumber Data ............................................................................. 20
3.2 Metode dan Teknik Pengumpulan Data .................................. 21
3.3 Teknik Analisis Data ................................................................ 22
BAB IV KONFLIK BATIN YANG DIALAMI TOKOH UTAMA DALAM
NOVEL PARTIKEL ..................................................................................... 23
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
vi
4.1 Jenis-Jenis Konflik Batin yang Dialami Tokoh Utama Dalam
Novel Partikel ................................................................................ 23
4.1.1 Konflik Pendekatan ke Pendekatan .................................. 23
4.1.2 Konflik Pendekatan ke Menghindar ................................. 24
4.1.3 Konflik Menghindar ke Menghindar ................................ 24
4.2 Faktor Terjadinya Konflik Batin yang Dialami Tokoh Utama Dalam
Novel Partikel ................................................................................ 24
4.2.1 Faktor Konflik Pendekatan ke Pendekatan ....................... 25
4.2.2 Faktor Konflik Pendekatan ke Menghindar ...................... 32
4.2.3 Faktor Konflik Menghindar ke Menghindar ..................... 46
BAB V SIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 55
5.1 Simpulan ..................................................................................... 55
5.2 Saran ........................................................................................... 56
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 57
LAMPIRAN ................................................................................................... 59
1. Data Penelitian ........................................................................... 59
2. Sinopsis ..................................................................................... 66
3. Biografi Penulis ......................................................................... 68
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karya sastra adalah suatu bentuk imajinasi yang biasanya dituangkan
pengarang dalam bentuk tulisan, baik berupa novel, cerpen ataupun puisi.
Biasanya topik dari karya sastra diangkat tentang kehidupan di sekitar pengarang,
ataupun berangkat dari pengalaman pribadi pengarang. Dalam karya sastra berupa
novel dan cerpen selalu diisi oleh tokoh yang akan berperan dalam membangun
cerita. Pada umumnya seorang tokoh merupakan cerminan dari watak manusia
yang memiliki psikologi yang sangat menarik, wajar saja dalam membaca sebuah
novel ataupun cerpen kita menemui psikologi seorang tokoh dalam cerita yang
mirip dengan orang-orang di sekitar kita. Maka wajar saja karakter seorang tokoh
sangat menarik untuk dikaji melalui pendekatan psikologi sastra. Penelitian karya
sastra yang dikaitkan dengan psikologi penting dilakukan sebab psikologi
membantu dalam mengumpulkan kepekaan peneliti pada kenyataan,
mempertajam kemampuan pengamatan, dan memberi kesempatan untuk
mempelajari pola-pola yang belum terjamah sebelumnya (Wellek dan Warren,
1993:108).
Manusia dapat dikatakan sebagai objek pengarang untuk menciptakan
suatu karya sastra karena manusia adalah makhluk yang penuh dengan
permasalahan, serta dapat menimbulkan suatu kemungkinan-kemungkinan yang
dialami dalam hidupnya. Banyaknya permasalahan yang ada, maka semakin
banyak menginspirasi para pengarang untuk menulis. Masalah-masalah yang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2
disampaikan dalam karya sastra biasanya dari pengalaman pribadi pengarang,
orang lain (manusia di sekitarnya) atau hanya sebuah imajinasi pengarang.
Masalah-masalah itu dapat berupa percintaan, keputusasaan, kemiskinan,
kenakalan remaja, ibu yang kejam, dan sebagainya.
Masalah-masalah yang terdapat pada karya sastra selalu dapat
menimbulkan konflik batin baik bagi tokoh maupun pembaca. Konflik batin
adalah pertentangan batin antara hak dan kewajiban di dalam diri manusia itu.
Konflik batin adalah pertentangan batin yang dialami oleh individu karena
mengalami dua atau lebih motif yang saling bertentangan. konflik batin atau bisa
disebut juga konflik internal adalah konflik yang terjadi dalam hati dan jiwa
seorang tokoh cerita. Jadi, ia merupakan konflik yang dialami manusia dengan
dirinya sendiri, ia lebih merupakan permasalahan internal seorang manusia.
Konflik juga dapat terjadi karena faktor dari luar diri manusia itu.
Novel partikel dari seri Supernova karya Dewi Lestari merupakan sekuel
keempat dari seri Supernova yang ditulis oleh Dewi Lestari. Meskipun novel ini
merupakan sekuel keempat dari seri Supernova¸ tetapi novel ini dapat berdiri
sendiri sebagai satu sekuel novel, karena jalan cerita yang tidak bergantung
dengan cerita yang lainnya. Novel ini berkisah tentang Zarah seorang anak
perempuan yang pergi untuk melakukan pencarian menemukan ayahnya yang
hilang ketika dia masih kecil.
Zarah merupakan anak dari pasangan Aisyah (ibu) dan Firas (ayah),
semenjak kecil dia tidak pernah disekolahkan di sekolah formal, akan tetapi
diajari oleh ayahnya sendiri yang menjadi dosen di Institut Pertanian Bogor.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3
Seperti ayahnya, Zarah tertarik kepada fungi (jamur), Zarah adalah sosok yang
keras kepala, tidak suka terhadap aturan dan sangat mirip dengan sifat ayahnya.
Karena sifat-sifat tersebut, Zarah sering berbeda pendapat dengan kakeknya yang
membuat mereka tidak pernah akur. Semenjak kecil, Hamid Jalaludin / Abah
(panggilan untuk kakeknya) dan Umi (panggilan untuk neneknya) selalu
menanamkan nilai-nilai keagamaan kepada anak-anaknya. Abah adalah seorang
kiai, agamawan yang disegani di kampung tersebut.
Firas (ayahnya) adalah seorang ilmuan yang tergila-gila dengan fungi
(jamur). Hal itu yang membuat Firas kerap tidak pulang ke rumah selama berhari-
hari untuk meneliti jamur di bukit Jambul. Bukit jambul adalah bukit yang
terdapat di dekat kampung mereka, bukit yang bagi warga kampung adalah tempat
terlarang dikarenakan kepercayaan orang kampung yang menganggap bukit itu
dihuni oleh mahluk halus. Konflik bermula ketika Aisyah atau ibu Zarah
mengandung anak ketiganya. Saat itu ayah Zarah (Firas) tengah sibuk-sibuknya
meneliti bukit jambul yang dianggap sebagai tempat terlarang bagi para penduduk
desa. Saat anak ketiga dari pasangan Firas dan Aisyah itu lahir, lahirlah sesosok
bayi yang tidak berbentuk menyerupai manusia, warga desa serta keluarga
menganggap itu adalah kutukan yang diberikan mahluk ghaib penunggu bukit
jambul, akibat ulah Firas yang pergi ke dalam bukit Jambul. Saat anak ketiga
mereka lahir, Firas sedang tidak ada dirumah. Setelah dua hari kelahiran bayi
tersebut, akhirnya Firas pulang kerumah dan seketika meninggallah bayi yang
tidak berbentuk itu. Setelah kejadian itu Firas menghilang dan tidak bisa
ditemukan, membuat Zarah mendapati konflik batin yang luar biasa, dan
dimulailah perjalanan dan pencariannya terhadap Firas ayahnya.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4
Kepergian Firas mengubah dinamika hubungan Zarah dan keluarganya.
Zarah dianggap aneh dan pemberontak, sama seperti Firas. Sehingga
menyebabkan banyak konflik yang terjadi antara Zarah dan keluarganya. Ketika
akhirnya Zarah memutuskan untuk bersekolah formal demi mendapatkan ilmu
yang lebih untuk dapat mencari ayahnya. Zarah menemukan sosok sahabat ketika
seorang anak baru dari Nigeria bernama Kosoluchukwu atau Koso menjadi teman
sebangkunya.
Pencariannya pun dimulai ketika ulang tahunnya yang ke 17 tahun, sebuah
kamera dikirimkan untuk Zarah, yang membuatnya belajar dan mendalami
fotografi. Fotografi membuatnya melalang buana demi untuk mencari ayahnya.
Dia sempat bekerja di penangkaran orang utan Tanjung Puting di Kalimantan,
sebelum pindah ke London dan bermakas di sana menjadi seorang fotrogafer alam
liar. Zarah digembleng oleh Paul dan Zach seorang fotografer professional yang
membawanya ke London untuk menjadi seorang fotgrafer professional juga. Di
London Zarah kembali bertemu dengan sahabat lamanya Soko dan dia juga
menemukan cinta pertamanya. Akan tetapi dia mendapati sebuah kenyataan yang
pahit, di mana dia dikhianati oleh sahabatnya sendiri dan orang yang dia cintai.
Hal itu membuat terjadinya konflik batin yang besar kembali terjadi pada dirinya.
Zarah memutuskan untuk melanjutkan pencarian ayahnya yang sempat tertunda
karena kesibukannya menjadi seorang fotografer. Dia meminta paul untuk
melacak orang yang mengiriminya kamera ketika ulang tahunnya yang ke 17
tahun. Zarah yakin, dengan melakukan hal itu dia akan menemukan ayahnya.
Pelacakan itu berhasil menemukannya dengan seorang tokoh bernama
Simon Hardiman di Glastonbury. Simon adalah orang yang mengirimi zarah
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5
kamera dan sekaligus merupakan teman dari Firas (ayah Zarah). Sebelum Firas
menghilang, Firas terlibat sebuah penelitian yang dibantu oleh Simon. Tapi
sebelum penelitian itu selesai, Firas menghilang secara tiba-tiba. Dengan
menggunakan bantuan tanaman enteogen yang diyakini Firas menjadi kunci
terbukanya dimensi lain, Zarah pun melakukan percobaan pertamanya untuk
menemukan ayahnya.. Simon, dibantu seorang shaman bernama Hawkeye,
mengawal proses tersebut. Tapi hal tersebut justru membuat Zarah bertemu
dengan Abahnya di alam lain. Tak lama setelah zarah sadar, kabar dari Indonesia
datang, bahwa Abah atau kakek Zarah barusan saja meninggal dunia. Akhirnya
Zarah kembali ke Indonesia dan berdamai dengan takdirnya.
Peneliti tertarik meneliti novel ini karena banyaknya konflik batin yang
dialami oleh tokoh Zarah dalam novel Partikel ini. Peneliti menggunakan
pendekatan psikologi sastra dengan teori psikoanalisis yang dikemukakan
Sigmund Freud. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis kualitatif
deskriptif dengan mendeskripsikan data-data yang sudah diidentifikasi lewat
proses pembacaan berulang-ulang. Dengan menggunakan teori psikoanalisa
Sigmund Freud, peneliti akan mencari konflik batin yang terjadi kepada tokoh
Zarah dan mengungkapkan faktor yang melatar belakangi terjadinya hal tersebut.
dengan id, ego dan superego sebagai satu bentuk kesatuan kejiwaan yang terdapat
dalam diri manusia yang dikemukakan oleh Freud, peneliti akan mendefenisikan
konflik batin yang terjadi dalam diri tokoh utama.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
6
1.2 Batasan Masalah
Batasan masalah dalam suatu penelitian sangatlah penting agar penelitian
lebih terarah dan tujuan penelitian dapat tercapai. Dalam seri novel Supernova:
partikel karya Dewi Lestari mencakup beberapa unsur yang mendukung cerita,
tetapi dalam hal ini penulis memfokuskan penelitian pada konflik batin yang
dialami oleh tokoh Zarah dalam novel, serta bagaimana faktor yang melatar
belakangi konflik batin yang dialaminya.
1.3 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Konflik batin apa sajakah yang dialami tokoh utama dalam Novel Seri
Supernova: Partikel karya Dewi Lestari?
2. Faktor-faktor apa sajakah yang menyebabkan terjadinya konflik batin
tokoh Zarah dalam Novel Seri Supernova: Partikel karya Dewi Lestari?
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan konflik batin tokoh utama dalam Novel Seri Supernova:
Partikel karya Dewi Lestari berdasarkan analisis psikologi sastra.
2. Mendeskripsikan faktor yang melatar belakangi terjadinya konflik batin
tokoh utama dalam Novel Seri Supernova: Partikel karya Dewi Lestari.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
7
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini yaitu :
1.5.1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini bermanfaat untuk menyumbangkan pandangan bagi
pengembangan ilmu sastra, khususnya dalam bidang psikosastra. Beberapa
kegunaan penelitian bagi perkembangan sastra antara lain:
1. Mengembangkan pengetahuan mengenai khasanah ilmu kesusasteraan
mengenai konflik batin yang dirasakan tokoh utama dalam novel Seri
Supernova:Partikel.
2. Memberikan pemahaman kepada masyarat luas tentang hasil-hasil analisis
pada sebuah karya sastra, misalnya analisis nilai-nilai psikosastra dalam novel
Seri Supernova:Partikel, sehingga mereka merasa perlu untuk memanfaatkan
karya sastra dalam hidupnya.
1.5.2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dalam penelitian ini adalah :
1. Sebagai rujukan dalam pengembangan apresiasi sastra khususnya bidang
novel.
2. Memberi informasi tentang konflik batin yang terdapat dalam novel,
khususnya dalam novel Seri Supernova: Partikel karya Dewi Lestari.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
8
BAB II
KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA.
Dalam bab ini akan diuraikan konsep, landasan teori, dan tinjauan pustaka
yang akan digunakan dalam penelitian “Konflik Batin Tokoh Utama Dalam Novel
Seri Supernova: Partikel Karya Dewi Lestari: Kajian Psikologi Sastra”.
2.1 Konsep
Konsep adalah ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret
(Alwi, dkk, 2003:588). Dengan kata lain, konsep merupakan suatu unsur
penelitian yang dipergunakan untuk mengarahkan suatu penelitian. Konsep
digunakan sebagai dasar untuk menjelaskan, menggambarkan, ataupun
mendeskripsikan suatu topik pembahasan. Konsep yang dimaksud adalah analisis
objek dalam novel Supernova : partikel yang berupa konflik batin yang dialami
tokoh dalam cerita. Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini akan
mempergunakan beberapa konsep sebagai dasar penelitan, sebagai berikut
2.1.1 Novel
Menurut Aziez dan Hasim (2010:2-4) mengatakan novel
merupakan suatu karya fiksi, karya yang berbentuk kisah atau cerita
yang melukiskan tokoh-tokoh dan peristiwa-peristiwa rekaan. Novel
memiliki apa yang disebut dengan tokoh, perilaku, dan plot. Novel
melibatkan sejumlah orang yang melakukan sesuatu dalam suatu konteks
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
9
total yang diatur atau dirangkai dalam urutan logis, kronologis, sebab-
akibat, dan sebagainya .
Novel adalah salah satu bentuk karya sastra. Novel merupakan
cerita fiksi dalam bentuk tulisan dan memiliki unsur-unsur yang
membangun novel tersebut. Sebuah novel menceritakan kehidupan
manusia yang bersosialisasi dengan lingkungannya. Pengarang
berusaha mengarahkan pembaca kepada gambaran-gambaran realita
kehidupan melalui cerita yang terkandung di dalam novel tersebut.
2.1.2 Tokoh Utama
Tokoh utama sering juga disebut dengan tokoh protagonis. Pelaku
yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu
mampu menjalin suatu cerita disebut dengan tokoh (Aminuddin, 2000:79).
Tokoh utama merupakan pemeran dalam suatu cerita yang memegang
peran penting atau utama. Tokoh utama tidak selalu harus gagah perkasa,
tapi harus selalu menjadi tokoh yang sentral.
Menurut Nurgiyantoro (2010:176) Tokoh utama adalah tokoh
yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan. Ia
merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku
kejadian maupun yang dikenai kejadian. Dengan kata lain, tokoh utama
merupakan tokoh yang sering muncul dalam cerita serta mengalami
berbagai macam peristiwa berupa konflik, sehingga menjadi perhatian
utama pembaca dalam memahami sebuah karya sastra.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
10
2.1.3 Konflik
Konflik berasal dari kata kerja latin ‘configere’ yang berarti ‘saling
memukul’. Konflik adalah pertentangan yang dialami seseorang maupun
dengan orang lain yang ada di sekelilingnya terhadap suatu masalah, baik
di dalam maupun di luar. Wirawan (2010:5) mengatakan, Konflik adalah
proses pertentangan yang dideskripsikan di antara dua pihak atau lebih
yang saling tergantung mengenai suatu objek dengan menggunakan pola
perilaku dan interaksi.
2.1.4 Batin
Batin merupakan salah satu unsur pembentuk cerita yang dialami
oleh tokoh. Batin adalah sesuatu yang terdapat di dalam hati; sesuatu yang
menyangkut jiwa (perasaan hati dsb), sesuatu yang tersembunyi (tidak
kelihatan), dan semangat; hakikat (Alwi, dkk, 2003: 588).
2.1.5 Konflik Batin
Hatikah (2006:70) mengatakan bahwa, konflik batin merupakan
suatu pertentangan (problematika) yang dialami oleh individu melalui
jiwanya terhadap sebuah objek disekelilingnya yang muncul karena
adanya sesuatu yang tidak berterima oleh jiwanya dan memilih salah satu
terhadap dua pertimbangan yang ada.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
11
Konflik batin terjadi karena adanya tekanan dalam jiwa seseorang
yang mempengaruhi pola pikir seseorang, sehingga menyebabkan daya
konsentrasi menjadi lemah. Setiap jiwa memiliki hasrat untuk bersikap
jujur dan tidak dapat membohongi dirinya sendiri. Batin seseorang dapat
menolak sesuatu peristiwa yang tidak dapat diterima, tetapi dengan
keterpaksaan harus diterima sehingga menjadikan seseorang merasa
tertekan akibat adanya keterpaksaan. Konflik batin juga dapat
dipengaruhi oleh lingkungan dan diri sendiri. Pada lingkungan tertentu
seseorang dapat menjadi tertekan oleh keadaan yang terjadi, sedangkan
dalam diri sendiri disebabkan oleh adanya keragu-raguan dan gangguan
terhadap pikiran dalam menentukan suatu pilihan sehingga pikiran
menjadi tidak terarah.
2.1.6 Psikosastra
Psikosastra membantu mengentalkan kepekaan pengarang pada
kenyataan dan mempertajam kemampuan pengamatan. Psikologi
merupakan suatu persiapan dalam menciptakan sebuah karya, kebenaran
psikologi akan mempunyai nilai artistik (nilai seni) yang kompleksitas
pada suatu karya jika kebenaran psikologi itu merupakan suatu karya
seni (Wellek dan Warren, 1989:108).
Psikosastra memandang karya sebagai aktivitas kejiwaan.
Pengarang akan menggunakan cipta, rasa, dan karya dalam berkarya.
Psikologi sastra mengenal karya sastra sebagai pantulan kejiwaan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
12
Pengarang akan menangkap gejala kejiwaan yang kemudian diolah ke
dalam teks berupa karya yang dipandang sebagai fenomena psikologis
yang menampilkan aspek-aspek kejiwaan melalui tokoh-tokoh di
dalamnya (Endraswara, 2008:96).
Psikosastra tidak bermaksud untuk memecahkan masalah-masalah
psikologi praktis, tujuan psikosastra adalah memahami aspek-aspek
kejiwaan yang terkandung dalam suatu karya. Meskipun demikian, bukan
berarti bahwa analisis psikosastra sama sekali terlepas dari kebutuhan
masyarakat. Sesuai dengan hakikatnya, karya sastra memberikan
pemahaman terhadap masyarakat secara tidak langsung (Ratna, 2004:342).
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Psikoanalisis Sigmund Freud
Dalam teori psikoanalisis yang dikemukakan oleh Freud, kepribadian
dipandang sebagai suatu struktur yang terdiri dari tiga unsur atau sistem,
yaitu id, ego, dan superego. Ketiga sistem tersebut memiliki fungsi,
kelengkapan, prinsip-prinsip operasi, dinamisme, dan mekanismenya masing-
masing. Ketiga sistem kepribadian ini satu sama lain saling berkaitan serta
membentuk suatu totalitas (Koswara, 1991:32).
Id (Das Es) adalah sistem kepribadian yang di dalamnya terdapat naluri-
naluri bawaan. Id dalam menjalankan fungsi dan operasinya dilandasi oleh
maksud mempertahankan konstansi (the principle of constancy) yang ditujukan
untuk menghindari keadaan tidak menyenangkan dan mencapai keadaan yang
menyenangkan (the pleasure principle). Dalam mencapai maksud dan tujuan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
13
itu id memiliki perlengkapan berupa dua proses yaitu, proses pertama
adalah tindakan-tindakan refleks. Proses kedua adalah proses primer, suatu
proses yang melibatkan reaksi psikologis yang rumit dimaksudkan bahwa id
berusaha mengurangi tegangan dengan cara membentuk bayangan dari objek yang
bisa mengurangi tegangan. Dengan demikian, organisme atau individu
membutuhkan sistem lain yang bisa mengarahkannya kepada pengurangan-
pengurangan tegangan secara nyata atau sesuai dengan kenyataan. Sistem yang
dibutuhkan adalah ego (Koswara, 1991:32-33).
Ego adalah sistem kepribadian individu yang mengarah kepada objek
kenyataan dan menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip kenyataan (the reality
principle). Menurut Freud, ego terbentuk pada struktur kepribadian individu
sebagai hasil kontak dengan dunia luar. Ego bertindak sebagai penunjuk pada
kenyataan. Proses dalam menjalankannya, ego memiliki peranan psikologis yang
tinggi yakni fungsi kognitif (berhubungan) atau intelektual (pemikiran)
(Koswara, 1991:33-34).
Superego (Das Ueberich) terbentuk melalui internalisasi (penghayatan)
nilai-nilai atau aturan-aturan oleh individu dari sejumlah figur yang berperan,
berpangaruh, atau berarti bagi individu tersebut. Superego adalah sebagai
pengendali naluri id atas keinginan yang disalurkan untuk dapat diterima oleh
masyarakat (Koswara, 1991:34-35).
Ketiga sistem tersebut dalam diri seseorang yang mempunyai jiwa yang
sehat merupakan satu susunan yang bersatu dan harmonis, bekerja sama dengan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
14
teratur yang memungkinkan seorang individu untuk bergerak secara efisien dan
memuaskan dalam lingkungannya.
Tujuan dari gerak-gerik ini adalah untuk memenuhi keperluan dan
keinginan manusia yang pokok. Sebaliknya, jika ketiga sistem tersebut
bertentangan satu sama lain maka orang yang bersangkutan dinamakan orang
yang tidak dapat menyesuaikan diri. Dia tidak puas dengan dirinya sendiri dan
dengan dunia yang efisiennya menjadi berkurang.
Teori Freud sangatlah penting bagi penulis untuk dapat menganalisis
kejiwaan seseorang terhadap tokoh dalam teks sastra. Teks sastra merupakan
proses bawah sadar pembaca. Apabila suatu karya mampu mempengaruhi jiwa
pembaca maka karya tersebut akan semakin berkualitas dan memiliki nilai yang
tinggi dalam dunia sastra. Sastra juga tidak dapat terlepas dari kehidupan
masyarakat sebab sastra lahir dari lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, sastra
sangat berpangaruh terhadap kehidupan masyarakat.
2.2.2 Konflik Batin
Menurut Wirawan dalam bukunya yang berjudul “Konflik dan manajemen
konflik” (2000:55) konflik batin dibagai atas tiga jenis, antara lain:
Pertama, konflik pendekatan ke pendekatan. Konflik yang terjadi karena
harus memilih dua pilihan yang berbeda, tetapi sama-sama memiliki nilai positif
dan menguntungkan. Sebagai contoh seorang pemain sepakbola yang akan dibeli
klub lain harus memilih klub yang sama kayanya. Kedua, konflik menghindar ke
menghindar. Konflik yang terjadi karena harus memilih dua hal yang sebenarnya
tidak menguntungkan dan harus dihindari. Sebagai contoh, seseorang harus
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
15
memilih apakah harus menjual rumah untuk sekolah, atau tidak menjual rumah,
tetapi tidak bisa melanjutkan sekolah. Ketiga, konflik pendekatan ke menghindar.
Konflik yang terjadi karena seseorang mempunyai perasaan positif dan negatif
terhadap sesuatu yang sama, sehingga dia harus memilih dua pilihan yang dapat
menyenangkan perasaannya untuk menghindari kesalahan. Sebagai contoh Umar
ingin menekan tombol sebagai petanda menjawab pertanyaan kuis. Akan tetapi,
Umar takut jawabannya salah. Sehingga, Umar tidak jadi menekan tombol.
2.3 Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka bertujuan untuk mengetahui keaslian karya ilmiah,
karena pada dasarnya suatu penelitian berasal dari acuan yang mendasarinya.
Tinjauan pustaka dilakukan sebagai titik tolak untuk mengadakan suatu penelitian.
Penelitian terhadap novel Supernova: Partikel karya Dewi Lestari pernah
dilakukan oleh bebera papeneliti sebelumnya. Berikut adalah penelitian-penelitian
terdahulu terhadap novel Supernova: Partikel Karya Dewi Lestari.
Faradila (2014) dalam skripsinya yang berjudul Pemaknaan Alam Dalam
Novel Supernova Partikel Karya Dewi Lestari Analisis Struktural. Penelitian ini
bertujuan, pertama, untuk mengetahui makna alam pada novel Supernova Partikel.
Makna alam dalam Supernova Partikel didapat dari kehidupan tokoh utama Zarah
Amala. Kedua, spiritualitas dalam novel Supernova Partikel.
Penelitian ini menggunakan metode content analysis (analisis isi), yang
menekankan pada isi untuk menemukan makna yang terdapat dalam dunia rekaan
(teks), kemudian diteruskan dengan penafsiran teks (hermeneutika). Metode
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
16
tersebut kemudian mengarah pada pemaknaan tekstual pemaknaan alam yang
terdapat dalam Supernova Partikel.
Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa makna alam dalam novel
Supernova Partikel adalah manusia dan alam semesta merupakan satu kesatuan.
Manusia dan alam seperti satu tubuh. Alam tidak dimaknai sebagai objek
eksplorasi guna kebutuhan hidup manusia. Alam pada Supernova Partikel juga
mempunyai materi (tubuh) dan ruh. Spiritualitas dalam novel tersebut mengacu
pada kedekatan korelasi manusia dengan alam semesta.
Lestianingsih (2013) dalam skripsinya yang berjudul Analisis Nilai-Nilai
Pendidikan Karakter Pada Novel Supernova: Partikel Karya Dewi Lestari. Tujuan
penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan karakter yang
tercermin pada tokoh-tokoh dalam novel Supernova: Partikel karya Dewi Lestari,
dan (2) menemukan bentuk relevansi nilai pendidikan karakter pada novel
Supernova: Partikel karya Dewi lestari dengan pembelajaran Bahasa Indonesia di
SMA. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Strategi
yang digunakan adalah analisis isi (content analysis). Sumber data penelitian ini
adalah novel Supernova: Partikel karya Dewi Lestari. Peneliti mendapatkan
informasi dari informan kunci yang telah dipilih, yaitu guru mata pelajaran bahasa
Indonesia di SMA Negeri 1 Surakarta dan SMA Negeri 2 Surakarta. Dewi Lestari
pengarang novel Seri Supernova: Partikel sebagai informan. Teknik pengumpulan
data yang digunakan adalah teknik pustaka. Validasi data yang digunakan adalah
triangulasi teori dan triangulasi sumber data. Analisis data yang digunakan adalah
model analisis interaktif yang meliputi empat komponen utama, yaitu: (1)
pengumpulan data, (2) reduksi data, (3) penyajian data, dan (4) penarikan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
17
simpulan. Hasil penelitian adalah (1) novel Supernova: Partikel memiliki
duapuluh nilai-nilai karakter. Nilai-nilai pendidikan karakter tersebut di antaranya
adalah mandiri; pantang menyerah; rasa ingin tahu; setia kawan; peduli dan
bertanggung jawab terhadap pemeliharaan tumbuhan, binatang, dan lingkungan
alam sekitar; cinta lingkungan; kerja keras; keberanian; taat kepada Tuhan Yang
Maha Esa/ religious; percaya diri; bertanggung jawab; rela berkorban; gigih; rajin;
toleran; tidak pernah ingkar janji; santun; tabah; kesadaran diri; serta kasih sayang
dan (2) novel Supernova: Partikel karya Dewi Lestari tersebut relevan atau sesuai
untuk dijadikan sebagai bahan ajar pada pembelajaran bahasa Indonesia
khususnya pembelajaran sastra Standar Kompetensi Memahami berbagai hikayat,
novel Indonesia/novel terjemahan di SMA kelas XI semester dua.
Nugrahini (2014) dalam skripsinya yang berjudul Kepribadian dan
Aktualisasi Diri Tokoh Utama dalam Novel Supernova Episode Partikel Karya
Dewi Lestari (Tinjauan Psikologi Sastra). Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan (1) kepribadian tokoh utama dalam novel Partikel karya Dewi
Lestari, (2) konflik yang dihadapi tokoh utama dalam novel Partikel karya Dewi
Lestari, dan (3) aktualisasi diri tokoh utama dalam novel Partikel karya Dewi
Lestari.
Sumber data penelitian ini adalah novel Supernova episode Partikel karya
Dewi Lestari yang diterbitkan oleh penerbit Bentang Yogyakarta tahun 2012.
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik baca-catat, sedang analisis data
dilakukan dengan teknik deskriptif kualitatif dengan langkah-langkah berupa
kategorisasi, tabulasi, interpretasi, dan kesimpulan. Keabsahan data diperoleh
lewat validitas semantik serta reliabilitas intrarater dan reliabilitas interrater.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
18
Hasil penelitian menunjukkan sebagai berikut. Pertama, kepribadian yang
menonjol pada tokoh utama bernama Zarah dalam novel Partikel karya Dewi
Lestari adalah cerdas, pemberontak, dan keras kepala. Kepribadian cerdas
ditunjukkan dengan wawasan luas, pemikiran kritis, memiliki intuisi yang kuat,
dan kebiasaan tokoh Zarah melakukan sesuatu dengan sikap ilmiah. Kepribadian
pemberontak ditunjukkan dengan sikap Zarah yang berani berbeda pendapat
dengan orang lain. Kepribadian keras kepala ditunjukkan dengan teguh pada
tujuan utama, yaitu mencari Firas (ayahnya), memiliki pemikiran yang konsisten,
dan teguh pendirian untuk mempertahankan hasil riset Firas (ayahnya). Kedua,
konflik batin yang dialami tokoh utama bernama Zarah dalam novel Partikel
karya Dewi Lestari adalah keinginan yang tidak sesuai kenyataan dan
pertentangan batin. Konflik yang paling utama adalah pelarian Zarah dari
kekangan kebudayaan di masyarakat karena perbedaan ideologi. Ketiga,
aktualisasi diri pada tokoh Zarah dalam novel Partikel karya Dewi Lestari terdiri
dari dua tujuan, yaitu keinginan untuk menemukan Firas (ayahnya) demi
menemukan kebenaran asal mula kehidupan di alam semesta dan keinginan
menjadi fotografer profesional. Sampai pada akhir cerita, Zarah belum berhasil
mengetahui kebenaran ilmu dan asal mula kehidupan di alam semesta.
Ulil, dkk. (2017) dalam artikelnya yang berjudul Pemanfaatan Nilai
Didaktis Dalam Novel Supernova Partikel Karya Dewi Lestari Sebagai Bahan
Pembelajaran di SMA. Penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan nilai didaktis
dan relevansi nilai didaktis pada novel Supernova: Partikel karya Dewi Lestari
sebagai materi pembelajaran bahasa Indonesia di SMA. Bentuk penelitian adalah
deskriptif kualitatif. Pendekatan yang digunakan adalah sosiologi sastra. Hasil
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
19
penelitian menunjukkan: (1) nilai didaktis berupa aspek moral yakni mandiri,
pantang menyerah, rasa ingin tahu, kerja keras, dan keberanian. Juga ditemukan
aspek sosial yaitu berupa, setia kawan, kasih sayang, dan cinta lingkungan. Nilai
didaktis selanjutnya yakni aspek religi, tergambar dari ketaatan beribadah yang
dilakukan tokoh Abah dan tokoh Aisyah. Nilai didaktis dalam novel tersebut
mengandung perilaku atau perbuatan-perbuatan yang baik dan dapat menjadi
panutan manusia dalam bermasyarakat; dan (2) berdasarkan hasil wawancara
terhadap guru mata pelajaran bahasa Indonesia di SMA, novel Supernova:
Partikel isinya bagus dan sesuai jika digunakan sebagai bahan ajar, karena novel
tersebut banyak mengandung nilai didaktis, khususnya nilai pendidikan karakter
berupa moral, sosial, dan agama.
Ramadhani (2013) dalam skripsinya yang berjudul Relasi Antara Manusia
dan Lingkungan Hidup Dalam Novel Partikel Karya Dewi Lestari: Sebuah Kajian
Ekokritisme. Krisis lingkungan terjadi karena ulah manusia. Manusia sering
kurang memahami alam dan memiliki kesulitan untukm enciptakan sebuah relasi
yang baik dengan lingkungan hidup. Penelitian ini berfokus menganalisis unsur-
unsur struktur naratif pada novel dengan pendekatan ekokritis. Hasil kesimpulan
dari skripsi ini adalah novel partikel mengandung sebuah gagasan utama
bahwasanya alam dan manusia adalah satu.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
20
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Sumber Data
Dalam penelitian ini data yang digunakan berupa kata-kata, kalimat serta
wacana yang dapat mendeskripsikan psikologis karakter utama.
Adapun sumber data yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah :
Judul : Partikel
Pengarang : Dewi Lestari
Penerbit : Bentang Pustaka
Tebal Buku : 494 Halaman
Cetakan : Keempat
Tahun Terbit : Februari 2016
Warna Sampul : Hitam dan Hijau
Gambar Sampul : Latar hitam polos dengan simbol earth warna hijau
Desain Sampul : Fahmi Ilmansyah
Sumber data di atas merupakan data yang akan dianalisis sebagai data
utama atau disebut juga dengan sumber data primer. Selain data primer terdapat
juga data sekunder yang juga diperlukan seorang peneliti. Sumber data sekunder
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
21
dalam penelitian ini adalah buku-buku sastra, artikel dari internet, dan sebagainya
yang relevan dengan penelitian.
3.2 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode
hermeneutika, serta teknik pustaka, menyimak, dan mencatat untuk mendapatkan
dan mengumpulkan data.
Hermeneutika merupakan metode yang paling sering digunakan dalam
penelitian karya sastra. Karya sastra perlu ditafsirkan sebab di satu pihak,
karya sastra terdiri atas bahasa, di pihak lain di dalam bahasa sangat
banyak makna yang tersembunyi atau dengan sengaja disembunyikan sehingga
dalam memahami makna sastra diupayakan dengan membaca berulang-ulang
(Ratna, 2004:44-45)
Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini
adalah teknik pustaka, menyimak, dan mencatat. Teknik pustaka dilakukan
dengan menggunakan sumber-sumber tertulis untuk memperoleh data. Teknik
simak dan catat yakni dilakukan dengan menyimak secara cermat, terarah, dan
teliti sumber data primer yang merupakan karya sastra berupa teks dalam novel
Partikel. Setelah itu hasil penyimakan terhadap sumber data tersebut kemudian
dirangkum dan dicatat untuk digunakan dalam penelitian ini. Dalam data yang
dicatat itu, disertakan pula kode sumber datanya untuk pengecekan ulang terhadap
sumber data ketika diperlukan dalam rangka analisis data.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
22
3.3 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data merupakan cara yang digunakan dalam mengkaji data
penelitian. Secara umum teknik analisis data terdiri dari teknik kualitatif dan
kuantitatif. Menurut Denzin dan Licoln (2009:13) mengatakan, “Penelitian
kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan
metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia”. Pada
penelitian kali ini penulis menggunakan penelitian kualitatif deskriptif.
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan
suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang dan memusatkan
perhatian pada masalah aktual.
Dalam analisis deskriptif, data yang diperoleh dicatat dan dipilih
berdasarkan masalah yang akan dibahas. Cara kerjanya adalah dengan
mendeskripsikan data-data yang sudah diidentifikasi lewat proses pembacaan
berulang-ulang (hermeneutika). Analisis tersebut didasari oleh teori-teori
pendukung yang berhubungan dengan topik penelitian yaitu penerapan teori
psikoanalisis Sigmund Freud. Dengan mendeskripikan analisis secara benar dan
terperinci maka akan dicapai kesimpulan yang akurat sebagai hasil penelitian.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
23
BAB IV
KONFLIK BATIN YANG DIALAMI TOKOH UTAMA DALAM NOVEL
PARTIKEL
4.1 Jenis-Jenis Konflik Batin yang Dialami Tokoh Utama dalam Novel
Partikel
Menurut Wirawan dalam bukunya yang berjudul “Konflik dan manajemen
konflik” (2010:55) konflik batin dibagai atas tiga jenis, antara lain; konflik
pendekatan ke pendekatan, pendekatan ke menghindar, dan menghindar ke
menghindar. Dalam Novel Partikel dapat ditemukan ketiga jenis konflik batin
yang dirasakan oleh tokoh utama.
4.1.1 Konflik Pendekatan ke Pendekatan
Konflik pendekatan ke pendekatan merupakan konflik yang terjadi karena
seseorang harus memilih dua pilihan yang berbeda, tetapi sama-sama memiliki
nilai positif yang saling menguntungkan. Sebagai contoh seorang pemain sepak
bola yang akan dikontrak klub internasional harus memilih satu klub diantara dua
klub yang sama kayanya. Pada Novel Partikel terdapat beberapa konflik batin
yang dialami tokoh utama berdasarkan jenis konflik pendekatan ke pendekatan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
24
4.1.2 Konflik Pendekatan ke Menghindar
Konflik pendekatan ke menghindar merupakan konflik yang terjadi karena
seseorang mempunyai perasaan positif dan negatif terhadap sesuatu yang sama,
sehingga seseorang harus memilih dua pilihan yang dapat menyenangkan
perasaannya untuk menghindari kesalahan yang ada. Sebagai contoh Umar ingin
menekan tombol sebagai petanda untuk menjawab pertanyaan lomba cerdas
cermat. Akan tetapi, Umar takut jawabannya salah. Akhirnya, Umar tidak jadi
menekan tombol. Dalam novel Partikel dapat ditemukan beberapa jenis konflik
pendekatan ke menghindar yang dialami Zarah.
4.1.3 Konflik Menghindar ke Menghindar
Konflik menghindar ke menghindar merupakan konflik yang terjadi
karena harus memilih dua hal yang sebenarnya tidak menguntungkan dan harus
dihindari. Sebagai contoh, seseorang harus memilih apakah harus menjual rumah
untuk sekolah, atau tidak menjual rumah, tetapi tidak bisa melanjutkan sekolah.
Pada novel Partikel karya Dewi Lestari ditemukan beberapa jenis konflik batin
menghindar ke menghindar yang dialami Zarah.
4.2 Faktor Terjadinya Konflik Batin yang Dialami Tokoh Utama dalam
Novel Partikel
Terdapat beberapa peristiwa yang melatar belakangi terjadinya konflik
batin pada tokoh utama Zarah dalam Novel Partikel karya Dewi Lestari.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
25
4.2.1 Faktor Konflik Pendekatan ke Pendekatan
Pada Novel Partikel terdapat 7 faktor yang menyebabkan terjadinya
konflik pendekatan ke pendekatan yang dialami tokoh utama.
Zarah memilih untuk pergi dan memuaskan keinginannya untuk melihat
dan mengabadikan foto-foto flaura dan fauna yang berada di taman nasional
Bolivia, yang terletak di Madidi, terbentang seluas 19 ribu kilometer persegi.
Dengan latar belakangnya sebagai wildlife photographer, dan rasa hausnya untuk
mengelilingi dan menjelajahi tempat-tempat baru yang membuatnya lebih
memilih pergi ke Madidi, dari pada pergi mengawal para artis Hollywood di
Borneo, di tanah kelahirannya sendiri, Indonesia. Zarah bahkan melawan bosnya,
sekaligus sahabatnya sendiri Paul, yang telah menyuruh dirinya untuk mengambil
tugas ke Borneo, dan menjadi lelucon teman satu kerjaannya Zach, yang sangat
menginginkan untuk pergi dan menemani para artis Hollywood ke Borneo.
Namun hal itu tetap tidak mengubah pendirian zarah, yang tetap memilih untuk
pergi ke Madidi, dan menentang keputusan bosnya Paul demi menghindari
Indonesia tanah kelahirannya, di mana ada masalah yang belum dia selesaikan dan
sekaligus membuat pelariannya bermulai hingga terdampar jauh di negeri orang,
Inggris. Konflik batin yang dialami oleh zarah adalah konflik pendekatan ke
pendekatan. Hal itu terlihat ketika Zarah memiliki dua pilihan yang sama sekali
tidak merugikannya, karena pergi ke Borneo atau pun Madidi adalah pengalaman
yang berbeda yang ingin dia rasakan. Id dan ego menginginkan zarah untuk pergi
dan mengambil tugas di Madidi, untuk dapat memuaskan rasa penasarannya dan
menghindarkan dirinya dari Indonesia, tanah kelahirannya yang menyimpan
banyak masalah yang belum dia selesaikan disana. Akan tetapi superego memilih
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
26
untuk pergi ke Indonesia dan menyelesaikan masalah yang belum selesai, dan
mengakhiri pelariannya. Namun ego yang bekerja secara realitas menimbang dan
memilih untuk mendukung id dengan memilih di tugaskan di Madidi. Konflik
batin ini terjadi dikarena adanya rasa ingin berpetualang ke tempat baru atau pergi
kembali ke Indonesia dan berdamai dengan semua masalah yang terjadi.
“Lebih Baik aku tenggelam disini, Madidi, Taman Nasional Bolovia
Seluas 19 ribu kilometer persegi, berlokasikan di salah satu negara
termiskin di Amerika Selatan, tapi bisa jadi yang terkaya dalam soal
koleksi spesies flora dan fauna. Harta sejati (Lestari, 2012:5).
Zarah kecil yang barusan saja kehilangan Ayahnya yang sangat dia cintai yang
menghilang secara misterius, lalu dihadapkan dengan permasalahan jurnal-jurnal
peninggalan Ayahnya yang sama sekali tidak ia pahami isinya. Zarah yakin
jurnal-jurnal yang ditinggalkan Ayahnya akan menjadi petunjuk untuk
menemukannya kelak. Tapi dia mengahadapi suatu masalah yaitu betapa rumitnya
isi jurnal yang ditulis ayahnya. Hanya sedikit bagian yang dapat dia pahami dari
semua jurnal yang ditinggalkan oleh ayahnya. Sebagian besarnya lagi tidak dia
pahami sama sekali. Lalu dia berpikir bagaimana caranya untuk dapat
memecahkan teka-teki dari jurnal ayahnya yang akan menuntunya kepada
ayahnya nanti. Akan tetapi ada kendala, di mana dia sudah tidak memiliki guru
lagi. Satu-satunya guru yang dia miliki adalah ayahnya Firas, yang kini telah
menghilang entah kemana tanpa kabar dan tanpa petunjuk sedikit pun. Dia
memilih untuk melanjutkan bersekolah ke sekolah umum yang menurutnya bisa
memberikannya pengetahuan untuk memahami jurnal ayahnya, dan dengan itu dia
dapat menemukan ayahnya. Daripada dia mencoba belajar sendiri dengan semua
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
27
buku yang di tinggalkan ayahnya. Bersekolah formal dan memiliki seorang guru
adalah pilihan yang paling masuk akal baginya untuk dapat menemukan ayahnya.
Konflik batin yang dialami Zarah adalah konflik pendekatan ke pendekatan. Hal
itu dapat dilihat diamana dia harus memilih dua pilihan yang tidak merugikannya,
karena bersekolah dan menemukan seorang guru adalah pilihan yang terbaik. Baik
id, ego dan superego tidak bertentangan sama sekali, semua mengacu pad ahal
bagiaman cara untuk memahami isi jurnal ayahnya dan menemukannya ayahnya.
Maka ego memutuskan untuk langsung mengafirmasi keinginnanya untuk
memutuskan bersekolah, dengan melihat harapan dia dapat menemukan ayahnya
dengan cara itu. Konflik batin yang terjadi dikarena rasa ingin yang begitu kuat
untuk menemukan ayahnya yang menghilang tanpa jejak secara tiba-tiba, yang
hanya meninggalkan beberapa jurnal yang dia yakini sebagai jalan untuk
menemukan ayahnya kembali,
“Untuk memahami isi jurnal Ayah demi melanjutkan pencarianku, tak
bisa lagi aku mengandalkan kemampuan sendiri. Aku harus naik
tingkat. Ilmuku harus bertambah. Dan kini aku tidak punya guru lagi,
kemana aku harus mencari?” (Lestari, 2012:94).
Ketika pembagian rapor sekolah, zarah dihadapkan pada permasalahan
temannya satu-satunya, Koso. Seorang anak pindahan yang berasal dari Nigeria.
Temannya tersebut memiliki kekurangan dalam masalah belajar kecuali olahraga,
sehingga nilai-nilainya dalam semua mata pelajarannya anjlok kecuali nilai
olahraganya yang hampir mendekati sempurna. Zarah memilih lebih
mengkawatirkan nilai temannya Koso, dari pada nilainya sendiri, yang dia,
bahkan siapapun tahu pasti sangat bagus, melihat dia anak 13 tahun duduk
dibangku SMA kelas 1. Dalam hal ini, konflik yang terjadi adalah konflik
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
28
pendekatan ke pendekatan. Di mana Zarah tidak dirugikan dengan pilihan yang
ada. Pertama untuk mengkhawatirkan nilainya sendiri yang sudah pasti sangat
bagus, dan kedua nilai temannya koso yang bahkan tidak akan berpengaruh apa-
apa kepadanya. Superego memilih untuk lebih mementingkan melihat rapor
temannya, Koso. Dikarenakan persahabatan mereka yang begitu kuat dan rasa
kawatir serta iba melihat masalah yang dihadapi koso dalam pelajaran. Dalam
tahap ini ego mengikuti keinginan superego dengan lebih mementingkan hasil
rapor yang didapat temannya, apakah dia naik kelas atau tidak. Konflik yang
terjadi dikarena rasa sayang Zarah terhadap Koso sebagai teman satu-satunya
yang dia miliki, yang memiliki masalah dalam pelajaran, dengan situasi
pembagian rapor yang sangat tidak memungkinkan Koso untuk dapat naik kelas
dan membuat mereka terpisah.
“Puncak keteganganku adalah pada saat pembagian rapor, sampai-
sampai aku berkeringat dingin. Aku tak perduli isi raporku. Yang
kunanti-nanti adalah kepastian apakah Koso naik kelas atau tidak.
Melihat betapa parahnya nilai-nilai Koso selama ini, orang waras
mana pun pasti berkesimpulan Koso tidak mungkin naik kelas”
(Lestari, 2012:112).
Zarah ditempatkan pada situasi di mana dia memenangkan sebuah
perlombaan foto di sebuah majalah. Hara adiknya menunjukkan sebuah majalah
dengan foto yang pernah diambil zarah, dan disitu juga tertulis namanya Zarah
Amala. Rasa bangga, haru bercampur bingung, melingkupi dirinya. Zarah yang
tak pernah membaca majalah serta tidak pernah mengirim fotonya untuk
mengikuti lomba, tiba-tiba menjadi juara pertama atas lomba foto di sebuah
majalah. Zarah lebih memilih untuk tidak mengikuti rasa penasarannya tentang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
29
bagaimana cara fotonya bisa menjadi juara. Dia memilih untuk merasa bangga
dan bahagia akan fotonya yang menjadi juara pertama. Konflik yang terjadi
adalah konflik pendekatan ke pendekatan. Tidak ada pilihan yang akan
membuatnya rugi. Mencari tahu bagaimana fotonya bisa menjadi juara pertama
atau pun lebih memilih hanyut dan merasa bangga melihat fotonya menjadi juara
pertama. Id merasakan sebuah kesenangan yang luar biasa ketika mengetahui foto
yang dia ambil menjadi juara pertama dalam sebuah lomba fotografi di sebuah
majalah. Sementara superego langsung merespon dengan ingin mencari tahu
bagaimana caranya foto tersebut bisa menjadi juara pertama di lomba foto
tersebut. Ego langsung menengahi id dan superego dengan memilih untuk
mendukung id dan melebur dalam rasa bangga dan bahagia yang langsung
diluapkan di tempat. Konflik yang terjadi dikarena foto Zarah memanangi sebuah
lomba foto di suatu majalah. Di mana zarah tidak pernah membaca majalah, dan
mengirim satu foto pun yang dia ambil untuk mengikuti sebuah perlombaan.
“Rasa bingung tentang asal muasal fotoku bisa ikut kompetisi
perlahan tersaingi oleh rasa bangga dan bahagia. Fotoku dimuat di
majalah. Dilihat dan dinikmati orang banyak. Rasa itu begitu intens
sampai aku harus mengatur napas” (Lestari, 2012:171).
Zarah ditempatkan pada situasi dia lebih memilih untuk tinggal di
penangkaran orangutan di Tanjung Puting. Dari pada kembali ke tanah Jawa
bersama rombongannya. Di Jawa Ibu dan adiknya Hara menunggu
kepulangannya, sementara para rombongan yang mengawalnya tidak mungkin
meninggalkannya karena tidak sesuai dengan kontrak yang ada. Zarah terpanggil
untuk menjadi relawan di penangkaran orangutan Tanjung Puting, sementara di
Bogor dia memiliki ibu dan adik yang menunggu kepulangannya, serta
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
30
pekerjaannya sebagai guru les. Zarah lebih memilih untuk tinggal dan menjadi
relawan di Tanjung Putting, untuk menghindari konflik yang terjadi antara dia
dengan ibu, abah dan umi. Konflik yang terjadi adalah pendekatan ke pendekatan.
Kedua pilihan tidak merugikan sama sekali bagi zarah. Pulang ke Jawa dan
melakukan aktifitasnya seperti biasa, atau tinggal di Tanjung Puting dan mencari
pengalaman baru. Id menuntut Zarah untuk tinggal dan menetap di Tanjung
Puting demi mencari sebuah pengalaman baru dan meninggalkan semua konflik
yang terjadi di Jawa. Sementara superego menuntun Zarah untuk kembali ke
tanah Jawa dan melanjutkan tanggung jawabnya sebagai seorang kakak dan
mengajari anak muridnya di bimbingan belajar tempat dia bekerja. Ego
menengahi id dan superego. Ego memilih untuk menghindari konflik yang terjadi
antara Zarah dan keluarganya, dengan tetap tinggal dan menjadi relawan di
Tanjung Puting. Konflik yang terjadi dikarenakan adanya rasa ingin untuk
mencari sebuah pengalaman baru dan tempat baru.
“Dengan menumpang kelotok umum yang berpapasan, aku kembali
ke kamp terakhir. Pak Mansyur melepasku dengan air muka antara
linglung dan shock, sementara tak satu pun rombonganku sudi
dipamiti. Mereka kembali ke Jakarta sesuai dengan jadwal. Tanpa aku.
(Lestari, 2012:195).
Zarah yang ingin melanjutkan pencarian ayahnya, dan hasratnya untuk
menjelajahi setiap hutan dibelahan dunia membawanya pergi ke London dan
bergabung sebagai anggota The A-Team untuk memulai debutnya sebagai
seorang photographer professional, yang dikepalai oleh Paul Daly. Zarah harus
meninggalkan Tanjung Puting yang telah dia tempati selama 3 tahun, dan juga
Sarah, orangutan yang mengangkatnya sebagai ibu asuhnya. Pilihan untuk
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
31
meninggalkan Tanjung Puting dan pergi ke London untuk menjadi photographer
dan mencari ayahnya merupakan dua pilihan yang sangat sulit. Namun, zarah
memilih untuk tetap pergi ke London demi melanjutkan pencarian ayahnya dan
demi menjadi photographer professional dan menjelajahi semua hutan di dunia.
Konflik yang terjadi adalah pendekatan ke pendekatan. Kedua pilihan sangat
menguntungkan bagi Zarah, tapi pilihan untuk pergi ke London merupakan
pilihan yang jauh lebih menguntungkan dari pada tinggal di Tanjung Puting. Id
memerintahkan Zarah untuk pergi ke London demi pencariannya dan memulai
debut menjadi seorang photographer professional. Zarah juga mendapati
kesenangan baru dengan mengunjungi berbagai macam hutan dibelahan dunia,
menemui flora dan fauna yang belum pernah dia jumpai. Namun, superego
menyuruh Zarah untuk tetap tinggal dan menetap di Tanjung Puting.
Menyelesaikan tugasnya sebagai ibu asuh Sarah dan melepaskannya ke alam liar
yang merupakan salah satu mimpi Zarah. Tetapi, ego memilih untuk mengikuti id
untuk melakukan pencarian terhadap ayahnya yang sempat tertunda, dan demi
kesenangan untuk menikmati sensasi hutan di belahan dunia lainnya, serta
memulai debutnya menjadi photographer professional. Konflik yang terjadi
dikarenakan rasa cintanya terhadap Tanjung Puting, dengan pencarian ayahnya
yang tertunda serta pengalaman baru merasakan hutan di penjuru dunia yang lain.
“Itulah 250 meter terpanjang dalam hidupku. Aku berjalan di atas
jembatan kayu itu dengan jantung berdebar-debar, mengantisipasi
setiap saat Sarah akan berteriak, berlari, melompat, dan menahanku
pergi.sampai kelotokku bergerak meninggalkan kamp, Sarah tetap
diam di tempat” (Lestari, 2012:265).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
32
Pak Simon adalah teman lama ayah Zarah yang mengiriminya kamera
ketika dia berulang tahun yang ke 17 tahun. Pertemuannya dengan Pak Simon
ialah untuk mengetahui keberadaan ayahnya yang telah menghilang ketika dia
kecil. Pak Simon memeberikan Zarah beberapa syarat untuk dapat mencari
ayahnya. Zarah yang tidak memiliki peluang yang jauh lebih bagus memilih untuk
mengikuti apapun persyaratan yang diajukan oleh Pak Simon. Konflik Batin yang
terjadi adalah konflik pendekatan ke pendekatan. Zarah memiliki satu pilihanan
yang jauh lebih baik yang harus dia pilih. Id, ego dan superego langsung
merespon secara bersamaan untuk mengikuti dan mengambil pilihan yang ada.
Konflik batin yang terjadi dikarenakan zarah tidak memiliki pilahan lain selain
mengikuti aturan yang diberikan Pak Simon.
“Untuk memulai misi pencarian ini, Pak Simon mensyaratkan tiga hal.
Pertama, aku harus mengepak barang-barangku dari tempat Elena dan
pindah ke Weston Palace. Kedua, berhubungan rangkaian Glastonbury
symposium merupakan hajatan pribadi baginya, aku diminta
mengikuti dulu semua kegiatan symposium hingga tuntas. Ketiga,
percaya sepenuhnya kepada metode yang akan ia tempuh. Dengan
cepat, ku iyakan ketiga syaratnya. Tanpa ragu. Dia satu-satunya
peluang yang kupunya” (Lestari, 2012:399).
4.2.2 Faktor Konflik Pendekatan ke Menghindar
Pada Novel Partikel terdapat 14 faktor yang menyebabkan terjadinya
konflik pendekatan ke menghindar yang dialami tokoh utama.
Zarah yang masih kecil mengalami sebuah kejadian yang sangat
membingungkan. Ibu Zarah yang tengah melakukan persalinan untuk melahirkan
adiknya yang ketiga dibantu oleh bidan Ida dan bi Yati salah seorang warga desa
yang menjaga ibu. Zarah kebingungan ketika dari dalam ruangan tidak terdengar
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
33
suara teriakan bayi, malah jeritan bi Yati tak lama kemudian disusul dengan
raungan dan tangisan Ibunya. Zarah yang masih terlalu kecil jelas bingung dengan
hal yang terjadi, suara tangisan adik bayi yang tak terdengar dan suara ibuyang
meraung dan menangis. Superego merespon kejadian dengan menyuruh zarah
untuk masuk dan melihat apa yang sedang terjadi, dan menenangkan ibunya yang
tengah menangis. Namun, id merespon dengan menyuruh zarah untuk tidak
masuk dan tetap menunggu di luar kamar dan menghindari masalah yang akan
terjadi apabila zarah masuk ke dalam. Ego tidak dapat memutuskan langkah apa
yang akan diambil, sehingga membuat Zarah merasa kebingungan untuk
mengambil keputusan apa yang harus dilakukannya, sehingga dia hanya berdiam
diri di depan pintu. Konflik batin yang terjadi adalah konflik pendekatan ke
menghindar, karena pada akhirnya Zarah tidak dapat memilih pilihan mana yang
akan diambilnya. Faktor yang melatar belakangi konflik tersebut adalah Rasa
kebingungan atas Peristiwa kelahiran adiknya yang ketiga, karena sang ibu malah
menangis melahirkan adiknya dan Zarah tidak mendengar suara teriakan bayi dari
dalam kamar.
“Tak lama, terdengar suara ibu memekik. Dan ia pun menangis
tersedu-sedu, yang kemudian meningkat menjadi meraung-raung.
Sungguh aku kebingungan dengan semua itu. Bahkan tak bisa
memutuskan, haruskah aku masuk? Atau diam di tempat?” (Lestari,
2012:39).
Zarah yang masih kecil mendapati ujian yang sangat besar dari Ayahnya.
Zarah dibawa oleh Ayahnya ke dalam bukit Jambul di malam hari dan
ditinggalkan oleh ayahnya agar dapat menemukan jalan sendiri menuju puncak
bukit Jambul. Di dalam hutan yang menurut cerita para penduduk desa merupakan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
34
hutan angker, Zarah langsung mengalami kepanikan yang luar biasa. Ayahnya
yang tadi berjalan 10 langkah di belakangnya kini menghilang dalam gelapnya
malam dan lebatnya hutan. Id mengirimkan perintah untuk menyalahkan Ayahnya
atas tindakan yang dilakukan Ayah meninggalkan anaknya yang masih kecil di
tengah malam dalm hutan angker, akan tetapi superego merespon dengan
menyampaikan bahwa Ayahnya tidak mungkin meninggalkan anaknya, karena
seorang Ayah sangat menyayangi anak yang dibisarkannya. Lalu superego
menyuruh Zarah untuk tetap bergerak dan percaya bahwa Ayahnya tidak memiliki
niat buruk sama sekali dengan meninggalkannya ditengah hutan angker pada
malam hari. Ego langsung merespon superego dan membuat Zarah terus bergerak
dan tidak berpikiran buruk kepada Ayahnya yang sangat menyayanginya. Konflik
batin yang terjadi adalah konflik pendekatan ke menghindar. Karena pada
akhirnya ego memerintah Zarah untuk terus bergerak dari tempat tersebut. Faktor
yang melatar belakangi konflik batin adalah di tinggalkannya Zarah oleh Ayahnya
di dalam hutan bukit Jambul yang terkenal angker oleh warga desa, di malam hari.
“Segera aku sadar, sungguh tak bijak berteriak di tempat ini. Dan
kesadaranku selanjutnya adalah, Ayah tak akan menjawab. Aku cukup
kenal ayahku untuk tahu bahwa dia mampu meninggalkanku
sendirian, di hutan paling angker sekalipun. Jantungku berdebur.
Tubuhku menggeligis. Napasku memburu. Air mataku mulai melelehi
pipi. Aku teringat Hara, teringat Ibu, teringat rumah kami yang hangat
dan aman. Ingin kuamuk dan kumaki Ayah yang tega menelantarkan
anak kecil, darah dagingnya sendiri. Namun, aku tahu ia mampu
melakukannya demi apa pun itu yang ingin ia buktikan” (Lestari,
2012:63-64).
Zarah yang masih kecil merasa bingung melihat tingkah yang dihadapkan
Ibu, Abah serta Umi kepada dirinya. Zarah merasa dirinya tidak salah dengan
menceritakan cerita yang dia baca dari jurnal perninggalan Ayahnya. Akan tetapi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
35
keluarganya mengatakan itu adalah hal sesat dan tidak boleh dibicarakan dan
diceritakan kepada orang lain. Dalam dirinya Zarah mengalami kegelisahan yang
luar biasa akan peristiwa yang terjadi. Id merespon dengan merunut kejadian yang
terjadi, dan memunculkan begitu banyaknya pertanyaan dalam pikiran Zarah.
Untuk menenangkan Zarah superego merespon dengan mengingatkan bahwa
melawan orang yang lebih itu merupakan hal yang tidak boleh. Ego merespon
dengan mengikuti id dengan mencari jawaban dari setiap pertanyaan yang ada di
kepala Zarah untuk menenangkan Zarah dari rasa gelisahnya. Namun, sebanyak
apapun dia berpikir Zarah tidak menemukan jawabannya dan tetap merasa gelisah.
Konflik batin yang terjadi adalah konflik pendekatan ke menghindar. Zarah
berusaha membuat dirinya tenang dengan mencari jawaban dari pertanyaannya.
Faktor yang melatar belakangi terjadinya konflik batin adalah cerita dalam jurnal
Ayahnya yang membuat dia di skors dari sekolah dan dimarahi oleh Ibu, Abah,
dan Umi Zarah.
“Semalaman aku tak bisa tidur.berusaha merunut apa yang terjadi dan
memahami. Mengapa mereka marah? Mengapa mereka harus merasa
terancam? Apa yang sebegitu salahnya dengan tulisan Ayah? Kenapa
berbeda menjadi begitu menakutkan? Aku berpikir dan berpikir. Dan
tetap aku gagal memahami (Lestari, 2012:105).
Setelah kejadian malam itu, dan kegelisahan yang dialami Zarah juga
belum hilang, dikarenakan dia tidak dapat menemukan jawaban dari semua
pertanyaan yang muncul di kepalanya. Zarah memutuskan untuk tidak lagi
melawan dan bertentangan dengan orang-orang yang ada disekitarnya, berseteru
dengan Ibu, Abah dan Uminya. Zarah memutuskan untuk diam dan fokus pada
pencariannya terhadap Ayahnya. Id yang ingin untuk lepas dari rasa gelisah yang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
36
dialaminya dengan semua pertengkaran yang ada memilih untuk diam dan
mengambil jalan aman untuk menghilangkan kegelisahannya. Superego merespon
bahwa melawan orang yang lebih dewasa merupakan sebuah tindakan yang salah,
dan demi menenangkan id, superego menyuruh Zarah untuk mengalah dan tidak
lagi bertentangan dengan mereka. Ego langsung menerima respon id dan superego
sehingga zarah mendapatkan satu keputusan final yang akan menenagkan pikiran
dan hatinya yaitu diam. Konflik batin yang terjadi adalah konflik pendekatan ke
menghindar. Zarah memilih untuk mengalah dan diam dari pada terlibat
pertentangan yang tidak ada hasilnya dengan keluarganya. Faktor yang melatar
belakangi terjadinya konflik batin adalah kegelisahan Zarah yang tidak
menemukan jawaban dari pertanyaannya dan perselisihan antara Zarah dan
keluarganya.
“Maka, kuputuskan untuk diam. Untuk apa menabrak-nabrakkan diri
ke benteng batu? Hanya akan mengundang masalah, dan aku tak
punya cukup ruang untuk itu. Tujuanku jelas dan pasti: mencari Ayah.
Yang lain hanya keberisikan. Tak perlu kudengar. (Lestari, 2012:105).
Mendengar berita bahwa teman sebangkunya Koso akan pindah ke
London, membuat Zarah sangat terluka. Zarah yang telah rela untuk tinggal kelas
demi membantu Koso belajar dan tetap bersamanya. Lalu tiba-tiba di tinggalkan
begitu saja oleh Koso yang akan pindah ke London. Zarah merasa semua
pengorbanan yang telah dia lakukan menjadi sangat sia-sia dan tidak memiliki arti
sama sekali. Dalam diri Zarah dia merasa dikhianati dan ditipu dengan semua
yang telah dia perbuat, karena sahabat satu-satunya Koso akan pindah dan
meninggalkannya sendirian di sekolah yang sangat ia benci untuk satu setengah
tahun lagi. Untuk menenangkan Zarah, id merespon dengan cara Zarah harus
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
37
menyalahkan Koso atas semua yang terjadi. Atas pengorbanan Zarah yang sia-sia
dan kesendiriannya nanti. Tetapi superego merespon bahwa Zarah tidak dapat
menyalahkan Koso yang tidak bersalah dan tidak mungkin untuk merubah
keadaan yang telah terjadi. Ego merespon dengan menuruti superego dan
memaksa Zarah untuk tegar akan apa yang terjadi, dan dengan luapan air mata
yang akan membuat Zarah merasa lebih tenang. Konflik batin yang terjadi adalah
konflik pendekatan ke menghindar. Zarah yang tidak dapat menyalahkan siapapun
termasuk dirinya sendiri, akan tetapi dia merasa telah dikhianati oleh dunia.
Faktor yang melatar belakangi konflik batin adalah kepindahan Koso sahabat
satu-satunya Zarah ke London.
“Aku pergi dari rumah Koso dengan perasaan campur aduk. Sedih,
marah, putus asa. Aku merasa dikhianati. Entah oleh siapa. Karena
rasanya aku tak bisa menyalahkan Koso. Tak ada yang bisa
kusalahkan. Namun, aku tetap merasa disalahi” (Lestari, 2012:124).
Sewaktu kembali dari kaki Bukit Jambul, Zarah di kejutkan dengan sosok
Ibunya yang tengah membaca beberapa helai berkas portofolio peninggalan
Ayahnya. Ibu Zarah yang merasa telah dibohongi merasa sangat marah dan
berujung pada persidangan yang terjadi malam itu dirumah meraka. Zarah duduk
diam di depan Ibu, Abah, dan Uminya. Kegelisahan menyelimuti hatinya tentang
apa yang terjadi saat mereka membaca berkas peninggalan Ayahnya. Maka
dimulailah persidangan setelah mereka membaca berkas peningalan Ayah Zarah.
Superego merespon dengan menyuruh Zarah untuk tidak melawan dan
bersitegang dengan keluarganya di persidangan. Namun, Id memerintahkan Zarah
untuk melawan semua pertanyaan yang menjatuhkan dirinya dan Ayahnya yang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
38
sangat dia cintai. Ego mendukung id untuk melawan, karena menurut Zarah tidak
ada yang salah dari tulisan Ayahnya dan tidak ada yang salah dari sebuah
pertanyaan. Konflik batin yang terjadi adalah konflik pendekatan ke menghindar.
Zarah yang merasa tidak bersalah hanya mencoba untuk berdebat tentang
rasionalitas dengan keluarganya. Faktor yang melatar belakangi konflik batin
adalah beberapa berkas portofolio peninggalan Ayahnya yang ditemukan Ibu
Zarah.
“Kusiapkan mentalku untuk pesidangan malam ini. Abah, Umi dan
Ibu, duduk berjajar di kursi rotan meja makan. Aku duduk sendiri di
seberangnya, menanti Abah dan Umi membaca berkas Ayah secara
bergantian” (Lestari, 2012:128-129).
Setelah sekian lama mengawasi dan mengitari Bukit Jambul, akhirnya
Zarah memutuskan untuk memasukinya. Tidak seperti dulu lagi, sewaktu Zarah
pertama kali menginjakkan kakinya di Bukit Jambul dengan rasa panik dan
ketakutan yang luar biasa. Kali ini Zarah merasa biasa saja dengan hutan Bukit
Jambul. Zarah mengitari setiap sudut dari perut hutan Bukit Jambul. Setelah puas
mengitari semua sudut hutan Bukit Jambul, Zarah memutuskan untuk mendaki
puncaknya. Ketika mendaki puncak Bukit Jambul, kejadian beberapa tahun silam
saat Zarah menyusuri Bukit Jambul kembali terjadi. Seketika lututnya melunglai,
dadanya sesak, dan atmosfer tempat itu serasa menekan tubuhnya, membuatnya
berada dalam keadaan tengkurap. Penuh kepanikan Zarah melepaskan tas yang
menempel di punggunya untuk mengurangi beban, dan menegakkan tubuhnya
untuk berdiri. Namun, itu hanya terjadi untuk sesaat, dan tubuhnya kembali
ambruk ke tanah. Dalam seketika rasa takut merambat naik ke kepala dan sekujur
tubuh Zarah. Berulang kali dia mencoba untuk berdiri, tapi semua sia-sia, belum
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
39
lagi berdiri Zarah sudah kembali terjatuh dan mencium tanah lagi berulang kali. Id
langsung dipenuhi oleh rasa takut, dan menginginkan untuk segera keluar dari
kondisi yang terjadi pada saat ini. Superego mencoba menenangkan id dengan
menyuruh Zarah untuk meminta bantuan. Maka ego langsung mengambil
keputusan untuk melakukan tindakan, yaitu berteriak minta tolong untuk
mendapatkan bantuan dan mengeluarkannya dari keadaan yang terjadi. Menyadari
bahwa tidak ada seatupun suara yang keluar dari mulut Zarah. Ego langsung
merasa putus asa terhadap situasi yang terjadi. Superego mencoba mengambil alih
dengan memaksa Zarah untuk tetap meminta tolong, memohon dan memohon
dengan sanagat tulus dari dalam hatinya. Konflik batin yang terjadi adalah konflik
pendekatan ke menghindar. Zarah menngalami konflik yang membuatnya tidak
bisa berbuat apa-apa. Faktor yang melatar belakanginya adalah persitiwa yang
pernah terjadi kepada Zarah di Bukit Jambul kembali terulang kepadanya ketika
dia kembali menjelajahi Bukit Jambul.
“Keringatku mulai membanjir. Napasku, tersengal-sengal. Putus asa,
aku pun teriak meminta tolong. Tak peduli kepada siapa. Dan darahku
berdesir ketika aku sadar suaraku pun hilang. Aku menganga selebar
mungkin, mengirimkan jeritan sekencang yang kubisa, dan tak ada
suara yang keluar. Tempat apa ini? Aku meratap dalam hati. Meminta
tolong. Memohon” (Lestari, 2012:144).
Setelah memakan beberapa jamur yang tidak pernah diketahui Zarah jenis
dan namanya, Zarah dapat bangkit dan berdiri normal seperti biasanya. Semua
ketakutan dan kecemasan yang menyelimuti tubuhnya perlahan luntur dan hilang,
sehingga Zarah dapat berdiri dengan normal kembali. Setelah beberapa saat terjadi
hal yang sangat luar biasa yang belum pernah dialami Zarah seumur hidupnya.
Dalam sekejap semua yang ada di hutan menjadi tampak hidup dan bergerak,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
40
saling berkomunikasi satu sama lainnya, semuanya bergerak dan berdenyut, tidak
diam dan mematung seperti sebelumnya. Namun, peristiwa itu terjadi tidak cukup
lama, hanya sebentar saja. Lalu, seketika semuanya kembali normal kembali.
Zarah kebingungan dengan peristiwa yang terjadi kepadanya, belum pernah
dialaminya semasa hidupnya peristiwa seperti itu. Zarah melihat jamur yang tadi
dia makan, dan mencari jenis seperti itu di sekitarnya, tetapi tak ditemukan sama
sekali jamur disekitar situ. Id menginginkan Zarah untuk mencari tahu peristiwa
yang terjadi kepadanya dan menetap di tempat itu untuk memuaskan rasa
penasarannya. Namun, superego menyuruh Zarah untuk tidak berada lebih lama
disana dan pergi agar tidak membuang waktunya lebih lama disana dan semakin
penasaran. Ego menuruti perintah superego agar menyudahi rasa penasarannya
dan pergi meninggalkan tempat tersebut. Konflik batin yang terjadi adalah konflik
pendekatan ke menghindar. Zarah memilih untuk tidak melanjutkan rasa
penasarannya dan segera meninggalkan puncak Bukit Jambul. Konflik batin yang
terjadi dilatar belakangi oleh persitiwa yang belum penrah dialaminya seumur
hidupnya.
“Aku berusaha mengingat-ingat, berapa banyak yang kujejalkan ke
mulutku tadi. Sepertinya tak lebih dari empat tudung berukuran kecil.
Kulihat sekeliling. Tak kutemukan lagi jamur sejenis dekat-dekat situ.
Terbesit keinginan untuk tinggal lebih lama di puncak itu untuk
melihat-lihat, tapi hatiku menegaskan cukup. Kupetik satu batang
yang berukuran sedang, kumasukkan ke kantong” (Lestari, 2012:148-
149).
Suatu hari Hara datang menemui Zarah ke Batu Luhur untuk memberitahu
bahwa Ibunya mencari Zarah. Dengan kebingungan Zarah pergi kerumah bersama
Hara untuk menemui Ibunya. Sesampainya di rumah, Zarah dikejutkan dengan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
41
sebuah paket yang diberikan Ibunya. Ketika Zarah membuka paket tersebut
ternyata berisi sebuah kamera Nikon FM2/T. Penuh penasaran, Zarah
menanyakan tentang paket tesebut. Ibu hanya memberi tahu bahwa paket itu
datang 2 hari yang lalu, dan yang menerimanya adalah Hara. Dengan panik Hara
mengatakan bahwa dia tidak mengerti dan kurir yang mengirimnya juga
mengatakan tidak ada nama pengirimnya. Zarah memeriksa dengan teliti paket
yang diterimanya, namun memang tidak ada nama pengirimnya sama sekali. id
merasakan sebuah rasa ingin tahu tentang dari mana, dan siapa pengirim paket
tersebut dengan mendesak Ibunya dan adiknya Hara. Namun, superego menyuruh
Zarah untuk tidak memaksa Ibu dan Hara untuk menjawab pertanyaan yang
mereka tidak ketahui hanya demi memuaskan hasratnya. Ego langsung
menanggapi superego karena Ibu dan Hara memang tidak tahu tentang siapa
pengirim paket tersebut, dan memilih untuk membiarkannya saja. Konflik batin
yang terjadi adalah konflik pendekatan ke menghindar. Zarah yang memilih untuk
tidak memaksa ibu dan adiknya untuk mengetahi pengirim paket tersebut karena
sepertinya mereka memang tidak tahu. Faktor yang melatar belakangi konflik
batin adalah kehadiran sebuah paket yang tidak diketahui siapa pengirimnya.
“Aku terdiam. Percuma mendasak Hara atau Ibu. Ada seseorang di luar
sana yang menginginkanku menjadi pemilik kamera ini. Itu saja yang
bisa dipastikan” (Lestari, 2012:156).
Zarah memenagkan sebuah lomba foto yang sama sekali tidak pernah dia
ikuti, karena Zarah tidak pernah mengirim fotonya sama sekali. Dengan sangat
yakin Zarah mendatangi Pak Kas, teman Ayahnya sekaligus orang yang
mengajarinya tentang fotografi. Tetapi, Pak Kas tidak pernah sama sekali
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
42
mengirim foto Zarah dan juga sama kebingungan dengan Zarah tentang siapa
yang mengirim fotonya. Maka, tinggal satu orang lagi menurut Zarah yang
mungkin mengirimkan Fotonya, yaitu Asep. Asep adalah orang yang mengajari
Zarah cara untuk mencetak hasil foto sendiri. Akan tetapi Asep juga tidak pernah
mengirimkan foto tersebut. Zarah dipenuhi rada penasaran dan kebingungan
dengan siapa pengitim fotonya. Lalu, Pak Kas berkata bahwa memang sudah jatah
hidup Zarah dipenuhi dengan kejutan. Mendengar perkataan itu Zarah merasa
terluka, tetapi memang benar adanya. Begitu banyak kejutan yang dialaminya
dalam kehidupannya. Id merespon perkataan Pak Kas, dengan menyuruh Zarah
untuk membantah perkataan Pak Kas, bahwa itu tidak benar. Namun, superego
merespon bahwa melawan yang lebih tua itu adalah hal yang tidak baik, belum
lagi bahwa memang sering peristiwa yang mengejutkan menerpa hidup Zarah.
Ego membernarkan apa yang disampaikan supergo dan membuat Zarah diam dan
menerima bahwa yang dikatakan Pak Kas benar. Konflik batin yang terjadi adalah
konflik pendekaran ke menghindar. Karena Zarah memilih untuk tidak
menanggapi perkataan Pak Kas dan memilih untuk diam. Faktor yang melatar
belakanginya adalah ucapan yang dikeluarkan oleh Pak Kas.
“Berat hati, kuakui bahwa Pak Kas benar. Kesusahan, kegembiraan,
ketika keduanya lewat tanpa permisi, maka sensasinya sama. Seperti
menelan bakso tanpa mengunyah. Mebuat kita mencerna bulatan itu
susah payah” (Lestari, 2012:174).
Sebelum berangkat ke London untuk memulai debutnya sebagai seorang
fotographer professional. Zarah memutuskan untuk menemui Ibu dan adiknya
Hara terlebih dahulu. Bermodalkan sebuah alamat yang diberikan Hara, Zarah
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
43
pergi ke Bogor untuk menemui mereka. Sesampainya disana, Zarah langsung di
sambut oleh Hara, dan Ibu yang menunggu di depan pintu rumah. Zarah
menyampaikan niatnya kepada Hara dan dia terkejut ketika Hara tidak menentang
kepergiannya. Pada makan malam Zarah mengatakan tentang kepergiannya ke
London ketika Pak Ridwan, ayah tiri Zarah menawarkannya pekerjaan, dan tidak
ada respon apa-apa dari Ibu Zarah. Sesaat sebelum berangkat, Zarah melihat Ibu
yang terduduk di meja makan, dan refleks menghampirinya untuk pamit
dan meminta maaf tidak memberitahu Ibunya tentang keberangkatannya ke
London. Terjadi sedikit perdebatan di meja makan antara Zaran dan Ibunya.
Seketika Zarah ingin mengambil tangan Ibunya untuk mencium punggung
tangannya, Ibu mendekapnya dan menangis sejadi-jadinya. Melihat Ibunya
menangis, superego langsung merespon dengan menyuruh Zarah untuk
menenagkan dan menghibur Ibunya. Karena seorang anak tidak boleh membuat
orang tuanya bersedih. Id memiliki rasa amarah mengenang peristiwa yang
terjadi. Sehingga, ego merespon dengan cara yang berbeda, Zarah hanya terdiam
dan tidak tahu harus melakukan apapun dan menyadari bahwa dia memang masih
belum memaafkan Ibunya. Konflik batin yang terjadi adalah konflik pendekatan
ke menghindar, karena pada akhirnya Zarah tidak melakukan apapun. Factor yang
melatar belakangi konflik batin adalah kepergian Zarah ke London.
“Betapa aku ingin menangis bersamanya. Betapa aku ingin
menghiburnya dengan kata-kata manis dan segala ungkapan sayang.
Tak ada yang keluar. Tidak air mata, tidak juga kata-kata. Hatiku
pedih ketika sadar ucapan Ibu ternyata benar. Akulah yang belum
memaafkannya” (Lestari, 2012:279-280).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
44
Perselingkuhan yang terjadi antara Koso dan Storm, antara sahabat terbaik
dengan cinta pertamanya Zarah. Membuat Zarah memiliki rasa sakit hati yang
teramat mendalam, karena dikhianati oleh sahabat dan pacarnya sendiri. Semua
usaha telah dilakukah Koso dan Storm untuk berbicara dan meminta maaf kepada
Zarah. Namun, semua usaha itu sia-sia, karena Zarah tidak pernah menanggapi
semuanya. Rasa sakit hatinya terhadap mereka berdua terlalu dalam dan terlalu
kuat. Membuat Zarah menganggap Koso dan Storm sudah tidak ada lagi.
Superego menyuruh Zarah untuk memaafkan Koso dan Strom. Karena tidak baik
untuk tidak menanggapi niat baik dari orang lain yang ingin meminta maaf kepada
kita secara tulus, bahkan sampai memohon-memohon. Tetapi, id yang merasa
memiliki rasa sakit begitu besar terhadap Koso dan Storm, menyuruh untuk tidak
memaafkan mereka dan menganggap mereka tidak pernah ada demi kepuasan diri
Zarah atas pengkhianatan yang dilakukan mereka berdua terhadap Zarah. Ego
menekan superego¸ dan menuruti id dengan mengabaikan semua permintaan maaf
Koso dan Storm, serta mengabaikan meraka. Menganggap Koso dan Storm tidak
pernah ada lagi di dunia ini. Konflik batin yang terjadi adalah konflik pendekatan
ke menghindar. Zarah yang memilih untuk mengabaikan Koso dan Storm dari
pada memaafkan mereka berdua. Faktor yang melatar belakangi konflik batin
adalah perselingkuhan Storm dan Koso.
“Segala upaya kontak baik dari Koso maupun Storm kublok rapat-
rapat. Mentok menghubungi lewat ponsel, surel, ataupun titipan pesan
lewat teman-teman, keduanya pernah nekat menghampiriku langsung.
Bagaikan hantu yang berusaha berkomunikasi dengan manusia
tumpul, tak kugubris mereka sama sekali. Bagiku, keduanya tak ada.
Akhirnya mereka berhenti berusaha” (Lestari, 2012:372).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
45
Untuk memastikan bahwa Ayahnya yang hilang selama ini belum
meninggal, Zarah melakukan sebuah ritual yang dapat menuntunnya untuk
menemui sosok yang telah tiada. Ritual tersebut adalah ritual Iboga, yang di
tuntun oleh seorang shaman bernama Hawkeye dan Pak Simon yang membantu.
Ritual mulai dilakukan dan Iboga telah dimakan Zarah. Hampir satu jam berlalu,
tapi efek dari Iboga juga belum terasa. Tiba-tiba sekujur tubuh Zarah menegang
saat Zarah hendak ingin pergi untuk berjalan-jalan. Efek iboga mulai beraksi,
keringat dingin mulai membanjiri tubuhnya, gelombang rasa mual dan pusing
menerjangnya terus-menerus. Seluruh badannya terasa diremuk redamkan secara
sistematis dan terus-menerus. Muncul rasa penyesalan dari dirinya kenapa
memulai ritual ini, dan ingin berhenti disini. Tapi, Iboga tidak memiliki penawar,
ritual harus diselesaikan sampai akhir. Menerima semua rasa sakit id menyuruh
Zarah untuk menghentikan semua ritual yang terjadi dan terlepas dari rasa sakit
ini. Ego menanggapi id, dan mengingkan untuk terlepas dari siksaan rasa sakit
yang ditimbulkan Iboga. Tetapi ego mengetahui bahwa tidak ada obat penawar
untuk Iboga dan menghentikan ritual ini, ritual harus diselesaikan sampai akhir.
Ego memilih untuk pasrah dengan semua yang terjadi, menyadari tidak ada
penawar dari Iboga. Konflik Batin yang terjadi adalah konflik pendekatan ke
menghindar. Zarah yang memulai ritual Iboga merasa begitu tersiksa dan memilih
untuk berhenti, tetapi tidak bisa dan akhirnya pasrah akan keadaan. Faktor yang
melatar belakangi konflik batin adalah rasa sakit yang dialami dalam ritual Iboga.
“Aku merintih dan mengerang. Badan ini diremuk redam satu demi
satu bagian. Sistematis dan menyakitkan. Timbul rasa kesal dan sesal.
Mengapa kulakukan ini? Ingin rasanya kubatalkan keputusanku. Tapi
terlambat. Tidak ada penawar untuk Iboga. Siksa ini harus dijalani
sampai titik penghabisan” (Lestari, 2012:447).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
46
Dalam ritual Iboga, Zarah dibawa pada peristiwa-peristiwa yang terjadi
dalam hidupnya dan dituntun untuk berdamai dengan peristiwa itu. Akhirnya
Zarah sampai pada suatu peristiwa yang begitu menyakitkannya selain kehilangan
Ayahnya, perisitwa di apartemen Strom, peristiwa perselingkuhan Storm dan
Koso. Id menyuruh Zarah untuk pergi dan menghindar dari tempat itu agar Zarah
tidak terluka. Tetapi, superego menyuruh Zarah untuk menghadapi dan berdamai
dengan peristiwa itu. Ego lebih memilih untuk menekan superego dan memihak
pada id. Sehingga Zarah berusaha untuk melarikan dari apartemen itu, dari
peristiwa yang menyakitkan hati Zarah. Ternyata Zarah tidak bisa pergi dari
apartemen dan lari dari peristiwa tersebut, sehingga akhirnya ego memilih pasrah
pada keadaan. Konflik batin yang terjadi adalah konflik pendekatan ke
menghindar. Zarah yang mencoba menghindari peristiwa yang pernah terjadi
dalam kehidupannya, tidak bisa menghindar dan dipaksa menghadapinya. Faktor
yang melatar belakangi terjadinya konflik batin adalah ritual Iboga yang
membawa Zarah kembali pada peristiwa masa lalunya yang mati-matian dia hapus
dari ingatannya.
“Gambar-gambar itu kemudian melambat dan aku kembali berhenti di
sebuah ruangan. Apartemen Storm. Ketika mengenali ruangan itu,
seketika aku ingin kabur. Sialnya, lorong untuk meluncur tidak
muncul. Seolah aku sengaja ditahan di sana. Storm pun hadir.
Tersenyum hangat. Senyuman yang mebuatku jatuh hati. Tak lama,
seseorang muncul dibelakangnya, Koso” (Lestari, 2012:451).
4.2.3 Faktor Konflik Menghindar ke Menghindar
Pada Novel Partikel terdapat 8 faktor yang menyebabkan terjadinya
konflik menghindar ke menghindar yang dialami tokoh utama.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
47
Zarah yang masih kecil mengalami sebuah kejadian yang sangat
membingungkan. Ibu Zarah yang tengah melakukan persalinan untuk melahirkan
adiknya yang ketiga dibantu oleh bidan Ida dan bi Yati salah seorang warga desa
yang menjaga ibu. Zarah kebingungan ketika dari dalam ruangan tidak terdengar
suara teriakan bayi, malah jeritan bi Yati tak lama kemudian disusul dengan
raungan dan tangisan Ibunya. Zarah yang masih terlalu kecil jelas bingung dengan
hal yang terjadi, suara tangisan adik bayi yang tak terdengar dan suara ibu yang
meraung dan menangis. Superego merespon kejadian dengan menyuruh zarah
untuk masuk dan melihat apa yang sedang terjadi, dan menenangkan ibunya yang
tengah menangis. Namun, id merespon dengan menyuruh zarah untuk tidak
masuk dan tetap menunggu di luar kamar dan menghindari masalah yang akan
terjadi apabila zarah masuk ke dalam. Ego tidak dapat memutuskan langkah apa
yang akan diambil, sehingga membuat Zarah merasa kebingungan untuk
mengambil keputusan apa yang harus dilakukannya, sehingga dia hanya berdiam
diri di depan pintu. Konflik batin yang terjadi adalah konflik menghindar ke
menghindar, karena masing-masing pilihan memiliki dampak yang kurang baik
terhadap Zarah. Factor yang melatar belakangi konflik tersebut adalah Rasa
kebingungan atas Peristiwa kelahiran adiknya yang ketiga, karena sang ibu malah
menangis melahirkan adiknya dan Zarah tidak mendengar suara teriakan bayi dari
dalam kamar.
“Tak lama, terdengar suara ibu memekik. Dan ia pun menangis
tersedu-sedu, yang kemudian meningkat menjadi meraung-raung.
Sungguh aku kebingungan dengan semua itu. Bahkan tak bisa
memutuskan, haruskah aku masuk? Atau diam di tempat?” (Lestari,
2012:39).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
48
Mengetahui teman satu-satunya Koso tidak naik kelas, membuat Zarah
mengalami satu pukulan yang telak, dia tidak bisa berbuat apa-apa dengan Koso
yang tinggal kelas, dan membayangkan berpisah dengan teman sebangku
sekaligus teman satu-satunya di sekolah. Untuk menenangkan Koso yang sedang
menangis dan dirinya yang juga sedang terpukul. Id merespon dengan membuat
Zarah untuk berbohong kepada Koso dan dirinya demi menenangkan Koso dan
Zarah. Tetapi, superego langsung merespon dengan menghambat id karena
berbohong bukanlah perbuatan yang baik, walaupun untuk menenangkan Koso
dan dirinya sendiri. Ego menanggapi dengan menekan superego dan lebih
memilih untuk mendukung id, dengan begitu Zarah berbohong kepada Koso
dengan mengucapkan kata-kata yang dia sendiri tidak yakin dengan hal tersebut.
Konflik batin yang terjadi adalah konflik menghindar ke menghindar, Zarah
ditempatkan pada pilihan yang keduanya akan berdampak merugikan pada
dirinya. Factor yang melatar belakanginya adalah Koso yang tinggal kelas.
“Pandanganku kabur oleh hubungan air mata. “Jangan takut, Koso,”
kataku dengan suara bergetar, menepuk-nepuk bahunya. “Saya akan
selalu jadi temanmu. Kita akan terus sebangku”. Sementara
seragamku lembap oleh air mata Koso. Aku berpikir dan berpikir, apa
yang harus kulakukan?” (Lestari, 2012:116).
Zarah dihadapkan pada dua pilihan yang akan merugikan bagi dirinya,
akan tetapi dia harus memilih salah satunya. Kehilangan seorang sahabat dengan
tetap naik kelas,atau memilih untuk tinggal kelas demi bersama sahabatnya Koso.
Zarah pun menemui kepala sekolah Bu Kartika, untuk meminta agar dirinya di
tinggal kelaskan. Bu Kartika tentu saja langsung menolak ke inginan Zarah, salah
satu siswa tercerdas di sekolah, akan tetapi ke inginan zarah yang begitu kuat
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
49
untuk memilih tetap tinggal kelas dan bersama dengan sahabatnya membuat Bu
Kartika akhirnya memenuhi keinginannya. Id bekerja dengan menyuruh Zarah
agar tetap tinggal kelas dan bersama dengan temannya Koso, sehingga Zarah tidak
kembali merasa kesunyian sebelum Koso pindah ke sekolahnya. Namun,
superego langsung menanggapi dengan menekan id bahwa tidak memungkinkan
untuk tinggal kelas, dan melanggar aturan, apa lagi melawan kepala sekolah untuk
mendapatkan itu. Ego menengahi dengan memilih id demi memuaskan hasratnya
yang tidak ingin kehilangan sahabatnya dan kembali mengalami kesunian dalam
hari-harinya. Konflik batin yang terjadi adalah konflik menghindar ke
menghindar, karena kedua pilihan yang ada merupakan pilihan yang akan
merugikan Zarah. Namun, Zarah harus tetap memilih di antara kedua pilihan
tersebut. Factor yang melatar belakangi terjadinya konflik batin adalah Koso yang
tinggal kelas dan Zarah yang tidak ingin kehilangan sahabatnya dan merasa
kesunyian.
“S―saya… tetap mau tinggal kelas, Bu,” aku tergagap sambil
beranjak. Tatapan itu berhasil mendesakku keluar. Dingin, Bu Kartika
kembali memandangku. Lama. “Terus terang, dalam kasus kamu, saya
enggak keberatan. Usia kamu premature untuk anak SMA. Dan saya
tahu kamu punya masalah dengan beberapa pelajaran dan beberapa
guru. Ekstra bersekolah setahun mungkin bisa membantu kamu
berubah.” (Lestari, 2012:117).
Zarah yang mendapati Ibunya yang tengah membakar jurnla-jurnal
peninggalan Ayahnya, yang merupakan jalan satu-satunya untuk Zarah dapat
menemukan kembali Ayahnya yang hilang. Melihat hal itu, zarah langsung maju
dan menerjang keranjang tempat Ibunya membakar jurnal-jurnal Ayahnya. Hal itu
membuat api menyebar dan menyambar kosen pintu belakang rumah mereka.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
50
Zarah dilibatkan pada dua pilihan yang sulit, menyalamtkan jurnal ayahnya atau
menyelamatkan rumah mereka. Secara refleks Zarah menyambar selang air dan
langsung menyirami kosen pintu belakang rumah meraka. Superego langsung
bekerja dan menyuruh Zarah untuk memadamkan api yang membakar kosen pintu
belakang rumah mereka agar tidak menyebar dan membakar rumah mereka secara
keseluruhan. Ego langsung menanggapi dan mewujudkan keinginan superego
dengan memadamkan api di kosen pintu belakang terlebih dahulu dari pada api
yang tengah membakar jurnal-jurnal peninggalan ayahnya. Id jelas memilih untuk
menyelamatkan jurnal-jurnal ayahnya, demi memuaskan hasratnya untuk
menemukan ayahnya dan kembali bertemu serta berkumpul sebagai satu keluarga
yang komplit. Namun, ego¸tidak meresponnya dan lebih memilih untuk merespon
superego. konflik batin yang terjadi adalah konflik menghindar ke menghindar.
Karena zarah ditempatkan pada dua pilihan yang akan merugikan dirinya. Yaitu
kehilangan satu-satunya petunjuk yang bisa dia gunakan untuk menemukan
ayahnya, atau kehilangan rumah mereka tempat mereka tinggal. Faktor yang
melatar belakangi konflik batin adalah ketika Ibunya membakar jurnal
peninggalan Ayahnya.
“Refleksku berikutnya adalah menyambar selang air. Kusirami api
yang menjilati kosen pintu hingga padam. Api terus berkobar di
halaman, dan selangku beralih arah. Tak ada lagi pilihan. Dengan hati
remuk redam, kusiram sebarin api yang menjilati rumput dan menelan
jurnal-jurnal Ayah. Hara dan Ibu sudah datang membantu dengan
ember dan gayung” (Lestari, 2012:136).
Sudah berapa bulan berlalu semenjak keputusannya untuk tinggal di
Tanjung Puting. Dengan pilihan Zarah untuk tidak kembali ke Bogor, dan
memilih untuk tinggal di Tanjung Puting dan menjadi seorang relawan untuk
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
51
kamp penampungan orangutan. Zarah harus mengabari keluarganya dan tempat
dia mengajar. Saat ingin memberikan kabar, Zarah harus memilih tempat mana
yang akan duluan iya kabari. Superego langsung membimbing Zarah untuk
menghubungi keluarganya terlebih dahulu, karena sudah seharusnya dia
mengutamakan keluarganya dari pada tempat kerjanya. Namun, id menyuruh
zarah untuk menghubungi tempat kerjanya terlebih dahulu, karena akan lebih
mudah memberikan kabar ke orang lain dari pada keluarga sendiri. Ego merespon
dengan mendukung id dan memilih resiko yang paling kecil terlebih dahulu yaitu
untuk menghubungi tempat kerja Zarah. Makanya dengan seketika zarah memilih
dan mengetik nomor tempat dia bekerja saat itu juga. Konflik batin yang terjadi
adalah konflik menghindar ke menghindar. Karena Zarah di hadapkan pada dua
pilihan yang sulit untuk dipilih. Tetapi dia harus memilih salah satunya. Factor
yang melatar belakanginya adalah Zarah memilih untuk menetap di Tanjung
Puting dan sudah lama tidak memberi kabar pada keluarga dan tempat Zarah
bekerja.
“Ada dua pihak yang harus kuhubungi hari ini. Rumah dan tempat
kursus. Kulihat deretan nomor-nomor dalam catatanku. Kegentaran
mulai merambat naik. Aku memilih yang lebih mudah. Tempat
kursus. Lima belas menit aku berbicara dengan Pak Ishak, direktur
cabang tempatku mengajar” (Lestari, 2012:215).
Seperti biasa, dua minggu sekali Zarah menelpon adiknya Hara untuk
menanyakan kabar tentang Hara dan Keluarga di Bogor. Tapi kali ini dia di
kejutkan dengan sebuah kabar yang datang dari Bogor. Hara memberitahukan
bahwa Ibu akan segera menikah dengan Pak Ridwan bulan depan. Kabar tersebut
jelas membuat Zarah sakit mendengarnya. Dalam dirinya Zarah bingung harus
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
52
bertingkah seperti apa, terhadap pernikahan Ibunya. Namun, pada satu sisi dia
juga ingin bersedih untuk Ayahnya yang hilang. Superego langsung bekerja
dengan mengarahkan Zarah untuk mencoba bahagia terhadap pernikahan Ibunya,
karena Ibu sudah ada yang akan mengurus dan mengayominya. Sementara id
menganggap pernikahan Ibunya merupakan penghianatan terhadap Ayahnya yang
telah hilang selama ini. Ego bekerja sama dengan superego untuk membuat Zarah
dapat menerima pernikahan Ibunya dan berbahagia akan hal itu. Jenis konflik
batin yang terjadi adalah konflik menghindar ke menghindar. Pilihan yang
terdapat merupakan pilihan yang membuat hati Zarah terluka. Faktor yang melatar
belakangi konflik batin tersebut adalah kabar dari Hara tentang pernikahan Ibunya
dengan Pak Ridwan yang akan diadakan bulan depan.
“Keluar dari sini, aku berharap bisa berbahagia untuk Ibu. Untuk Pak
Ridwan. Untuk Hara. Untuk diriku sendiri karena keluargaku sudah
ada yang mengayomi. Namun, aku ingin menangis untuk Ayah. Untuk
ketiadaannya. Untuk rumah mungil kami yang sebentar lagi tak
berpenghuni. Untuk lembar terakhir sebuah masa” (Lestari, 2012:261-
262).
Saat tengah memotret di dalam telaga, Zarah dikejutkan dengan empat
ekor singa yang tiba-tiba datang dan minum di telaga, tempat Zarah merendamkan
diri dan memotret para hewan. Tak lama setelah minum seokor singa jantan
menyadari keberadaan Zarah yang merendamkan dirinya di tengah telaga. Setelah
beberapa saat beradu mata dengan Zarah, singa jantan itu memilih untuk
melanjutkan minumnya. Hari semakin sore, dan Zarah harus keluar dari tempat itu
sebelum malam, atau dia tidak akan pernah melihat hari esok lagi jika dia tidak
keluar dari sana sebelum malam. Namun, keempat singa itu belum beranjak dari
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
53
telaga dan terus mengawasi Zarah, ketika keluar dari telaga kemungkinan Zarah
untuk diterkam dan dimakan oleh para singa juga sangat besar. Zarah harus
memilih salah satu pilihan tersebut, sebab tidak akan ada siapapun yang
menolongnya disana. Id, ego dan superego bekerja secara selaras untuk dapat
bertahan hidup dan mencari jalan keluar dari tempat itu. Id mendorong Zarah
untuk berjalan secara perlahan ke pinggiran telaga, terus berlari ke arah Land
Rover mobil yang akan menjemput Zarah setiap sore dari sana. Konflik batin
yang terjadi adalah konflik menghindar ke menghindar, karena pilihan yang Zarah
dapati keduanya dapat membahayakan bahkan membunuh dirinya, sehingga dia
harus memilih pilihan bersiko yang paling dapat menyelamatkan hidupnya. Faktor
yang melatar belakanginya adalah Zarah yang meninggalkan lubang di sekitar
telaga tempat biasa dia memotret dan memilih masuk ke dalam telaga untuk
memotret hewan dari dekat, lalu munculnya empat ekor kawanan singa yang
menuju telaga untuk minum.
“Hanya empat meter jarak punggungku ke tepian. Tiket keluarku satu-
satunya dari sini. Aku mundur sepelan mungkin, menjaga
keseimbangan kakiku baik-baik di atas lantai lumpur yang licin,
tanganku erat memegang kamera dengan segenap jiwa. Setiap inci
gerakanku seperti memancing reaksi dari para singa. Entah sekadar
lirikan, atau tatapan tajam, langkah mundur teraturku berlangsung di
bawah pengawasan ketat” (Lestari, 2012:297-298).
Ketika kembali ke apartemen Strom pacarnya, Zarah menemukan sebuah
pemandangan yang sangit menyayat hatinya. Storm kekasihnya tengah bercinta
dengan sahabatnya sendiri Koso. Melihat hal ini zarah tidak bisa berkata apa-apa.
Koso yang menangis-nangis dan meminta maaf, berusaha untuk menjelaskan pada
Zarah. Sementara Storm yang terdiam dan tidak bisa berkata apapun. Zarah yang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
54
belum pernah berada pada keadaan seperti ini tidak mengetahui apa yang harus
dia lakukan, dan siapa yang harus disalahkan. Superego merespon dengan
menyuruh Zarah untuk tidak menyalahkan Storm yang tega menyakitinya dan
berselingkuh dengan sahabatnya. Karena persahabatan Zarah dan Koso yang jauh
lebih lama dari pada usia hubungan Zarah dengan Strom. Akan tetapi id merespon
dengan hal sebaliknya, yaitu menyalahkan Koso yang tega menghianatinya
dengan cara yang sangat menyakitkan yaitu berselingkuh dengan cinta pertama
Zarah, yang merupakan harapan hidupnya di bumi yang sekarat ini. Ego
mengalami kebingungan karena kedua orang tersebut merupakan orang yang
Zarah sayangi dan penting bagi kehidupannya, sehingga dia tidak dapat
memutuskan siapa yang harus disalahkan atas kejadian yang terjadi. Konflik batin
yang terjadi adalah konflik menghindar ke menghindar. Karena pilihan yang
dihadapkan padanya merupakan pilihan yang sangat menyakitkan dan tidak
mungkin dia lakukan melihat pentingnya mereka berdua bagi kehidupan Zarah.
Faktor yang melatar belakangi konflik batin tersebut adalah perselingkuhan yang
ketahuan antara Koso sahabat Zarah, dengan Storm, cinta pertama sekaligus
harapan Zarah untuk tetap semangat menjalani hari.
“Kutatap Strom, sebisaku. Kenanganku tentangnya tidak sepanjang
kenanganku akan Koso. Itu sudah jelas. Tapi posisi Strom teramat
pasti. Dia segalanya. Dia cinta pertamaku. Dia harapan hidupku di
Bumi yang sekarat ini. Mendapatkannya berdiri di depanku,
memintaku untuk menyalahkannya atas apa yang terjadi….” (Lestari,
2012:367).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
55
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Setelah dilakukan penelitian, peneliti menyimpulkan bahwa novel Seri
Supernova:Partikel memiliki tiga jenis konflik, yang adalah sebagai berikut:
1. Konflik pendekatan ke pendekatan, yang merupakan konflik yang terjadi
karena seseorang harus memilih dua pilihan yang berbeda, tetapi sama-
sama memiliki nilai positif yang saling menguntungkan. Sebagai contoh
seorang pemain sepak bola yang akan dikontrak klub internasional harus
memilih satu klub diantara dua klub yang sama kayanya.
2. Konflik pendekatan ke menghindar, yang merupakan konflik yang terjadi
karena seseorang mempunyai perasaan positif dan negatif terhadap sesuatu
yang sama, sehingga seseorang harus memilih dua pilihan yang dapat
menyenangkan perasaannya untuk menghindari kesalahan yang ada.
Sebagai contoh Umar ingin menekan tombol sebagai petanda untuk
menjawab pertanyaan lomba cerdas cermat. Akan tetapi, Umar takut
jawabannya salah. Akhirnya, Umar tidak jadi menekan tombol.
3. Konflik menghindar ke menghindar, yang merupakan konflik yang terjadi
karena harus memilih dua hal yang sebenarnya tidak menguntungkan dan
harus dihindari. Sebagai contoh, seseorang harus memilih apakah harus
menjual rumah untuk sekolah, atau tidak menjual rumah, tetapi tidak bisa
melanjutkan sekolah.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
56
5.2 Saran
Berdasarkan hasil analisis dan simpulan yang dilakukan pada novel Seri
Supernova:Partikel karya Dewi Lestari, sebagai data penelitian, maka disarankan
perlu dilakukan penelitian dari sisi lain terhadap novel tersebut, misalnya,
menggunakan tinjauan sosiologi sastra, antropologi sastra, semiotik dan tinjauan
lainnya yang berkaitan dengan karya sastra. Tujuannya agar memperkaya
wawasan bagi para peneliti selanjutnya terhadap novel-novel yang dapat
membangun jiwa. Dengan demikian diharapkan semoga hasil penelitian ini
berguna bagi setiap pembaca yang ingin memperdalam penelitiannya dalam
penelitian psikosastra khususnya konflik batin.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
57
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan, dkk. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Aminuddin. 2000. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru
Algesindo.
Aziez, Furqanul dan Abdul Hasim. 2010. Menganalisis Fiksi “Sebuah
Pengantar”. Bogor: Ghalia Indonesia (Anggota IKAPI).
Endaswara, Suwardi. 2008. Metodologi Penelitian Sastra“Epistemologi,
Model, Teori, dan Aplikasi”.Yogyakarta: Medpress.
Hatikah, Tika, dkk. 2006. Membina kompetensi Berbahasa dan Bersastra
Indonesia. Jakarta: Grafindo Media Pratama.
Koswara, E. 1991. Teori-Teori Kepribadian “Psikoanalisis, Behaviorisme,
Humanistik”. Bandung: Eresco
Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogjakarta: Gajah Mada
University Press.
Ratna, Nyoman Kutha. 2004.Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Wellek, Rene dan Austin Warren. 1989. Teori Kesusastraan. Diindonesiakan
oleh: Melani Budianta. Jakarta: PT. Gramedia.
Wirawan. 2010. Konflik dan Manajemen Konflik. Jakarta: Salemba Humanika.
Sumber Internet:
Faradila K. 2014. “Pemaknaan Alam Dalam Novel Supernova Partikel Karya
Dewi Lestari Analisis Struktural”. Skripsi. Surabaya: Universitas
Airlangga. http://repository.unair.ac.id/14533/. Diakses. 20 Februari
2018.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
58
Lestianingsih, Nima. 2013. “Analisis Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Pada
Novel Supernova: Partikel Karya Dewi Lestari”. Skripsi. Surakarta:
Universitas Negeri Surakarta. https://diglib.uns.ac.id/. Diakses. 20
Februari 2018.
Nugrahini, Kartika Nurul. 2014. “Kepribadian dan Aktualisasi Diri Tokoh
Utama dalam Novel Supernova Episode Partikel Karya Dewi Lestari
(Tinjauan Psikologi Sastra)” Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta. http://eprints.uny.ac.id/. Diakses. 20 Februari 2018.
Ulil, Indriyana, dkk. 2017. “Pemanfaatan Nilai Didaktis Dalam Novel
Supernova Partikel Karya Dewi Lestari Sebagai Bahan Pembelajaran
di SMA”. Jurnal Edukasi, Vol. 15, No. 1, Juni 2017.
http://journal.ikippgriptk.ac.id/. Diakses. 20 Februari 2018
Ramadhani, Alfi Yusrina. 2013. “Relasi Antara Manusia dan Lingkungan
Hidup Dalam Novel Partikel Karya Dewi Lestari: Sebuah Kajian
Ekokritisme”. Skripsi. Depok: Universitas Indonesia.
http://www.lib.ui.ac.id/. Diakses. 20 Februari 2018.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
59
LAMPIRAN
1. Data Penelitian
1. “Lebih Baik aku tenggelam disini, Madidi, Taman Nasional Bolovia
Seluas 19 ribu kilometer persegi, berlokasikan di salah satu negara
termiskin di Amerika Selatan, tapi bisa jadi yang terkaya dalam soal
koleksi spesies flora dan fauna. Harta sejati (Partikel, halaman 5).
2. “Tak lama, terdengar suara ibu memekik. Dan ia pun menangis tersedu-
sedu, yang kemudian meningkat menjadi meraung-raung. Sungguh aku
kebingungan dengan semua itu. Bahkan tak bisa memutuskan, haruskah
aku masuk? Atau diam di tempat?” (Partikel, halaman 39).
3. “Segera aku sadar, sungguh tak bijak berteriak di tempat ini. Dan
kesadaranku selanjutnya adalah, Ayah tak akan menjawab. Aku cukup
kenal ayahku untuk tahu bahwa dia mampu meninggalkanku sendirian, di
hutan paling angker sekalipun. Jantungku berdebur. Tubuhku menggeligis.
Napasku memburu. Air mataku mulai melelehi pipi. Aku teringat Hara,
teringat Ibu, teringat rumah kami yang hangat dan aman. Ingin kuamuk
dan kumaki Ayah yang tega menelantarkan anak kecil, darah dagingnya
sendiri. Namun, aku tahu ia mampu melakukannya demi apa pun itu yang
ingin ia buktikan” (Partikel, halaman 63-64).
4. “Untuk memahami isi jurnal Ayah demi melanjutkan pencarianku, tak bisa
lagi aku mengandalkan kemampuan sendiri. Aku harus naik tingkat.
Ilmuku harus bertambah. Dan kini aku tidak punya guru lagi, kemana aku
harus mencari?” (Partikel, halaman 94).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
60
5. “Semalaman aku tak bisa tidur.berusaha merunut apa yang terjadi dan
memahami. Mengapa mereka marah? Mengapa mereka harus merasa
terancam? Apa yang sebegitu salahnya dengan tulisan Ayah? Kenapa
berbeda menjadi begitu menakutkan? Aku berpikir dan berpikir. Dan tetap
aku gagal memahami (Partikel, Halaman 105).
6. “Maka, kuputuskan untuk diam. Untuk apa menabrak-nabrakkan diri ke
benteng batu? Hanya akan mengundang masalah, dan aku tak punya cukup
ruang untuk itu. Tujuanku jelas dan pasti: mencari Ayah. Yang lain hanya
keberisikan. Tak perlu kudengar. (Partikel, halaman 105).
7. “Puncak keteganganku adalah pada saat pembagian rapor, sampai-sampai
aku berkeringat dingin. Aku tak perduli isi raporku. Yang kunanti-nanti
adalah kepastian apakah Koso naik kelas atau tidak. Melihat betapa
parahnya nilai-nilai Koso selama ini, orang waras mana pun pasti
berkesimpulan Koso tidak mungkin naik kelas” (Partikel, halaman 112).
8. “Pandanganku kabur oleh hubungan air mata. “Jangan takut, Koso,”
kataku dengan suara bergetar, menepuk-nepuk bahunya. “Saya akan selalu
jadi temanmu. Kita akan terus sebangku”. Sementara seragamku lembap
oleh air mata Koso. Aku berpikir dan berpikir, apa yang harus
kulakukan?” (Partikel, halaman 116).
9. “S―saya… tetap mau tinggal kelas, Bu,” aku tergagap sambil beranjak.
Tatapan itu berhasil mendesakku keluar. Dingin, Bu Kartika kembali
memandangku. Lama. “Terus terang, dalam kasus kamu, saya enggak
keberatan. Usia kamu premature untuk anak SMA. Dan saya tahu kamu
punya masalah dengan beberapa pelajaran dan beberapa guru. Ekstra
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
61
bersekolah setahun mungkin bisa membantu kamu berubah.” (Partikel,
halaman 117).
10. “Aku pergi dari rumah Koso dengan perasaan campur aduk. Sedih, marah,
putus asa. Aku merasa dikhianati. Entah oleh siapa. Karena rasanya aku
tak bisa menyalahkan Koso. Taka da yang bisa kusalahkan. Namun, aku
tetap merasa disalahi” (Partikel, halaman 124).
11. “Kusiapkan mentalku untuk pesidangan malam ini. Abah, Umi dan Ibu,
duduk berjajar di kursi rotan meja makan. Aku duduk sendiri di
seberangnya, menanti Abah dan Umi membaca berkas Ayah secara
bergantian” (Partikel, halaman 128-129).
12. “Refleksku berikutnya adalah menyambar selang air. Kusirami api yang
menjilati kosen pintu hingga padam. Api terus berkobar di halaman, dan
selangku beralih arah. Tak ada lagi pilihan. Dengan hati remuk redam,
kusiram sebarin api yang menjilati rumput dan menelan jurnal-jurnal
Ayah. Hara dan Ibu sudah datang membantu dengan ember dan gayung”
(Partikel halaman 136).
13. “Keringatku mulai membanjir. Napasku, tersengal-sengal. Putus asa, aku
pun teriak meminta tolong. Tak peduli kepada siapa. Dan darahku berdesir
ketika aku sadar suaraku pun hilang. Aku menganga selebar mungkin,
mengirimkan jeritan sekencang yang kubisa, dan tak ada suara yang
keluar. Tempat apa ini? Aku meratap dalam hati. Meminta tolong.
Memohon” (Partikel, halaman 144).
14. “Aku berusaha mengingat-ingat, berapa banyak yang kujejalkan ke
mulutku tadi. Sepertinya tak lebih dari empat tudung berukuran kecil.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
62
Kulihat sekeliling. Tak kutemukan lagi jamur sejenis dekat-dekat situ.
Terbesit keinginan untuk tinggal lebih lama di puncak itu untuk melihat-
lihat, tapi hatiku menegaskan cukup. Kupetik satu batang yang berukuran
sedang, kumasukkan ke kantong” (Partikel, halaman 148-149).
15. “Aku terdiam. Percuma mendesak Hara atau Ibu. Ada seseorang di luar
sana yang menginginkanku menjadi pemilik kamera ini. Itu saja yang bisa
dipastikan” (Partikel, 156).
16. “Rasa bingung tentang asal muasal fotoku bisa ikut kompetisi perlahan
tersaingi oleh rasa bangga dan bahagia. Fotoku dimuat di majalah. Dilihat
dan dinikmati orang banyak. Rasa itu begitu intens sampai aku harus
mengatur napas” (Partikel, halaman 171).
17. “Berat hati, kuakui bahwa Pak Kas benar. Kesusahan, kegembiraan,
ketika keduanya lewat tanpa permisi, maka sensasinya sama. Seperti
menelan bakso tanpa mengunyah. Membuat kita mencerna bulatan itu
susah payah” (Partikel, halaman 174).
18. “Dengan menumpang kelotok umum yang berpapasan, aku kembali ke
kamp terakhir. Pak Mansyur melepasku dengan air muka antara linglung
dan shock, sementara tak satu pun rombonganku sudi dipamiti. Mereka
kembali ke Jakarta sesuai dengan jadwal. Tanpa aku. (Partikel, halaman
195).
19. “Ada dua pihak yang harus kuhubungi hari ini. Rumah dan tempat kursus.
Kulihat deretan nomor-nomor dalam catatanku. Kegentaran mulai
merambat naik. Aku memilih yang lebih mudah. Tempat kursus. Lima
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
63
belas menit aku berbicara dengan Pak Ishak, direktur cabang tempatku
mengajar” (Partikel, halaman 215).
20. “Keluar dari sini, aku berharap bisa berbahagia untuk Ibu. Untuk Pak
Ridwan. Untuk Hara. Untuk diriku sendiri karena keluargaku sudah ada
yang mengayomi. Namun, aku ingin menangis untuk Ayah. Untuk
ketiadaannya. Untuk rumah mungil kami yang sebentar lagi tak
berpenghuni. Untuk lembar terakhir sebuah masa” (Partikel, 261-262).
21. “Itulah 250 meter terpanjang dalam hidupku. Aku berjalan di atas
jembatan kayu itu dengan jantung berdebar-debar, mengantisipasi setiap
saat Sarah akan berteriak, berlari, melompat, dan menahanku pergi.sampai
kelotokku bergerak meninggalkan kamp, Sarah tetap diam di tempat”
(Partikel, halaman 265).
22. “Betapa aku ingin menangis bersamanya. Betapa aku ingin menghiburnya
dengan kata-kata manis dan segala ungkapan sayang. Tak ada yang keluar.
Tidak air mata, tidak juga kata-kata. Hatiku pedih ketika sadar ucapan Ibu
ternyata benar. Akulah yang belum memaafkannya” (Partikel, 279-280).
23. “Hanya empat meter jarak punggungku ke tepian. Tiket keluarku satu-
satunya dari sini. Aku mundur sepelan mungkin, menjaga keseimbangan
kakiku baik-baik di atas lantai lumpur yang licin, tanganku erat memegang
kamera dengan segenap jiwa. Setiap inci gerakanku seperti memancing
reaksi dari para singa. Entah sekadar lirikan, atau tatapan tajam, langkah
mundur teraturku berlangsung di bawah pengawasan ketat” (Partikel,
halaman 297-298).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
64
24. “Kutatap Strom, sebisaku. Kenanganku tentangnya tidak sepanjang
kenanganku akan Koso. Itu sudah jelas. Tapi posisi Strom teramat pasti.
Dia segalanya. Dia cinta pertamaku. Dia harapan hidupku di Bumi yang
sekarat ini. Mendapatkannya berdiri di depanku, memintaku untuk
menyalahkannya atas apa yang terjadi….” (Partikel, halaman 367).
25. “Segala upaya kontak baik dari Koso maupun Storm kublok rapat-rapat.
Mentok menghubungi lewat ponsel, surel, ataupun titipan pesan lewat
teman-teman, keduanya pernah nekat menghampiriku langsung. Bagaikan
hantu yang berusaha berkomunikasi dengan manusia tumpul, tak kugubris
mereka sama sekali. Bagiku, keduanya tak ada. Akhirnya mereka berhenti
berusaha” (Partikel, halaman 372).
26. “Untuk memulai misi pencarian ini, Pak Simon mensyaratkan tiga hal.
Pertama, aku harus mengepak barang-barangku dari tempat Elena dan
pindah ke Weston Palace. Kedua, berhubungan rangkaian Glastonbury
symposium merupakan hajatan pribadi baginya, aku diminta mengikuti
dulu semua kegiatan symposium hingga tuntas. Ketiga, percaya
sepenuhnya kepada metode yang akan ia tempuh. Dengan cepat, ku iyakan
ketiga syaratnya. Tanpa ragu. Dia satu-satunya peluang yang kupunya”
(Partikel, halaman 399).
27. “Aku merintih dan mengerang. Badan ini diremuk redam satu demi satu
bagian. Sistematis dan menyakitkan. Timbul rasa kesal dan sesal.
Mengapa kulakukan ini? Ingin rasanya kubatalkan keputusanku. Tapi
terlambat. Tidak ada penawar untuk Iboga. Siksa ini harus dijalani sampai
titik penghabisan” (Partikel, halaman 447).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
65
28. “Gambar-gambar itu kemudian melambat dan aku kembali berhenti di
sebuah ruangan. Apartemen Storm. Ketika mengenali ruangan itu, seketika
aku ingin kabur. Sialnya, lorong untuk meluncur tidak muncul. Seolah aku
sengaja ditahan di sana. Storm pun hadir. Tersenyum hangat. Senyuman
yang mebuatku jatuh hati. Tak lama, seseorang muncul dibelakangnya,
Koso” (Partikel, halaman 451).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
66
2. Sinopsis
Zarah merupakan anak dari pasangan Aisyah (ibu) dan Firas (ayah),
semenjak kecil dia tidak pernah disekolahkan di sekolah formal, akan tetapi
diajari oleh ayahnya sendiri yang menjadi dosen disalah satu universitas. Seperti
ayahnya, Zarah tertarik kepada fungi (jamur), Zarah adalah sosok yang keras
kepala, tidak suka terhadap aturan dan sangat mirip dengan sifat ayahnya. Karena
sifat-sifat tersebut, Zarah sering berbeda pendapat dengan kakeknya yang
membuat mereka tidak pernah akur. Semenjak kecil, Hamid Jalaludin / Abah
(panggilan untuk kakeknya) dan Umi (panggilan untuk neneknya) selalu
menanamkan nilai-nilai keagamaan kepada anak-anaknya. Abah adalah seorang
kyai, agamawan yang disegani di kampung tersebut.
Firas (ayahnya) adalah seorang ilmuan yang tergila-gila dengan fungi
(jamur). Hal itu yang membuat Firas kerap tidak pulang ke rumah selama berhari-
hari untuk meneliti jamur di bukit Jambul. Bukit jambul adalah bukit yang
terdapat di dekat kampung mereka, bukit yang bagi warga kampung adalah tempat
terlarang dikarenakan kepercayaan orang kampung yang menganggap bukit itu
dihuni oleh mahluk halus. Konflik bermula ketika Aisyah atau ibu Zarah
mengandung anak ketiganya. Saat itu ayah Zarah (Firas) tengah sibuk-sibuknya
meneliti bukit jambul yang dianggap sebagai tempat terlarang bagi para penduduk
desa. Saat anak ketiga dari pasangan Firas dan Aisyah itu lahir, lahirlah sesosok
bayi yang tidak berbentuk menyerupai manusia, warga desa serta keluarga
menganggap itu adalah kutukan yang diberikan mahluk ghaib penunggu bukit
jambul, akibat ulah Firas yang pergi ke dalam bukit Jambul. Saat anak ketiga
mereka lahir, Firas sedang tidak ada dirumah. Setelah dua hari kelahiran bayi
tersebut, akhirnya Firas pulang kerumah dan seketika meninggallah bayi yang
tidak berbentuk itu. Setelah kejadian itu Firas menghilang dan tidak bisa
ditemukan, membuat Zarah mendapati konflik batin yang luar biasa, dan
dimulailah perjalanan dan pencariannya terhadap Firas ayahnya.
Kepergian Firas mengubah dinamika hubungan Zarah dan keluarganya.
Zarah dianggap aneh dan pemberontak, sama seperti Firas. Sehingga
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
67
menyebabkan banyak konflik yang terjadi antara zarah dan keluarganya. Ketika
akhirnya Zarah memutuskan untuk bersekolah formal demi mendapatkan ilmu
yang lebih untuk dapat mencari ayahnya. Zarah menemukan sosok sahabat ketika
seorang anak baru dari Nigeria bernama Kosoluchukwu atau Koso menjadi teman
sebangkunya.
Pencariannya pun dimulai ketika ulang tahunnya yang ke 17 tahun, sebuah
kamera dikirimkan untuk Zarah, yang membuatnya belajar dan mendalami
fotografi. Fotografi membuatnya melalang buana demi untuk mencari ayahnya.
Dia sempat bekerja di penangkaran orang utan Tanjung Putting di Kalimantan,
sebelum pindah ke London dan bermakas di sana menjadi seorang fotrogafer alam
liar. Zarah digembleng oleh Paul dan Zach seorang fotografer professional yang
membawanya ke London untuk menjadi seorang fotgrafer professional juga. Di
London zarah kembali bertemu dengan sahabat lamanya Soko dan dia juga
menemukan cinta pertamanya. Akan tetapi dia mendapati sebuah kenyataan yang
pahit, di mana dia dikhianati oleh sahabatnya sendiri dan orang yang dia cintai.
Hal itu membuat terjadinya konflik batin yang besar kembali terjadi pada dirinya.
Zarah memutuskan untuk melanjutkan pencarian ayahnya yang sempat tertunda
karena kesibukannya menjadi seorang fotografer. Dia meminta paul untuk
melacak orang yang mengiriminya kamera ketika ulang tahunnya yang ke 17
tahun. Zarah yakin, dengan melakukan hal itu dia akan menemukan ayahnya.
Pelacakan itu berhasil menemukannya dengan seorang tokoh bernama
Simon Hardiman di Glastonbury. Simon adalah orang yang mengirimi zarah
kamera dan sekaligus merupakan teman dari Firas (ayah Zarah). Sebelum Firas
menghilang, Firas terlibat sebuah penelitian yang dibantu oleh Simon. Tapi
sebelum penelitian itu selesai, Firas menghilang secara tiba-tiba. Dengan
menggunakan bantuan tanaman enteogen yang diyakini Firas menjadi kunci
terbukanya dimensi lain, Zarah pun melakukan percobaan pertamanya untuk
menemukan ayahnya. Simon, dibantu seorang syaman bernama Hawkeye,
mengawal proses tersebut. Tapi hal tersebut justru membuat Zarah bertemu
dengan Abahnya di alam lain. Tak lama setelah zarah sadar, kabar dari Indonesia
datang, bahwa Abah atau kakek Zarah barusan saja meninggal dunia. Akhirnya
Zarah kembali ke Indonesia dan berdamai dengan takdirnya.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
68
3. Biografi Dewi Lestari
Dewi Lestari, dikenal dengan nama pena Dee, lahir di Bandung, 20 Januari
1976. Dewi Lestari ialah satu tokoh Indonesia yang sukses di bidang musik dan
juga sastra. Wanita yang lahir di bandung pada tanggal 20 Januari 1976 ini
mengawali kisah suksesnya dengan menjadi penulis. Meluluskan sekolah di SMA
Negeri 2 Bandung, Dee sapaan akrabnya kemudian melanjutkan kuliah di
Universitas Parahyangan jurusan Hubungan Internasional. Latar belakang
pendidikannya ini membuatnya fasih merangkai kata, yang kemudian
mendorongnya menjadi seorang penulis dan juga penyanyi terkenal.
Debut Dee dalam kancah sastra dimulai dengan novel serial Supernova
episode pertama Kesatria, putri, dan Bintang Jatuh yang diterbitkan pada 2001.
Dee berhasil menjadi seorang novelis ternama dengan seri pertama Supernova dan
juga masuk dalam nominator Katulistiwa Literary Award (KLA) ketika novel
pertamanya Supernova diterjemahkan oleh Harry Aveling seorang penulis dan
penerjemah asal Australia. Setelah itu Dee menerbitkan sekuel-sekuel selanjutnya
dari seri diantaranya, Akar (2002), Petir (2004), Partikel (2012), Gelombang
(2014), dan inteligensi embun pagi (2016). Serial Supernova konsisten menjadi
bestseller nasional dan memberikan banyak kontribusi positif dalam dunia
perbukuan Indonesia. Kiprahnya dalam dunia kepenulisan juga telah membawa
Dee ke berbagai ajang nasional dan internasional. Pada 2012, serial Supernova
kembali hadir dengan episode terbarunya, yakni Partikel. Serial ini akan
dilanjutkan dengan episode gelombang (2014), dan setelahnya akan dilanjutkan
dengan inteligensi Embun Pagi (2016).
Dee juga telah melahirkan buku-buku fenomenal lainnya, yakni filosofi
kopi (2006), Rectoverso (2008) yang merupakan salah satu inovasi di dunia
perbukuan Indonesia adalah paduan fiksi dan musik dalam buku sekaligus album
Rectoverso, perahu Kertas (2009) dan Madre (2011). Melalui kiprah
kepenulisannnya Dee juga dianugrahi A Playful Mind Award (2003) dan
dinobatkan menjadi salah satu Generasi Biang Extra Joss (2004). Dee terlebih
dahulu dikenal sebagai penyanyi rekaman dan penulis lagu. Selain itu, ia juga
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
69
tercatat sebagai penulis scenario untuk film adaptasi novelnya, yaitu Perahu
Kertas.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA