53
KONFLIK HUKUM KONFLIK HUKUM

KONFLIK HUKUM

  • Upload
    pierce

  • View
    164

  • Download
    1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

KONFLIK HUKUM. HARAPAN/IDEAL: TIDAK ADANYA KONFLIK HUKUM DALAM SISTEM HUKUM. DIATASI DENGAN AZAS HUKUM DALAM SISTEM HUKUM. PRAKTIK: KONFLIK HUKUM. MACAM-MACAM KONFLIK. Konflik diantara sesama peraturan perundang-undangan - PowerPoint PPT Presentation

Citation preview

Page 1: KONFLIK HUKUM

KONFLIK HUKUMKONFLIK HUKUM

Page 2: KONFLIK HUKUM

PRAKTIK:

KONFLIKHUKUM

HARAPAN/IDEAL:

TIDAK ADANYAKONFLIK HUKUMDALAM SISTEM

HUKUM

DIATASI DENGAN AZAS HUKUM DALAM SISTEM HUKUM

Page 3: KONFLIK HUKUM

MACAM-MACAM KONFLIKMACAM-MACAM KONFLIK1. Konflik diantara sesama peraturan

perundang-undangan2. Konflik antara peraturan perundangan

dengan putusan pengadilan3. Konflik antara peraturan perundangan

dengan hukum adat dan hukum kebiasaan

4. Konflik antara putusan pengadilan dan hukum adat

Page 4: KONFLIK HUKUM

(A)(A)KONFLIK SESAMA KONFLIK SESAMA

PERATURAN PERATURAN PERUNDANG-PERUNDANG-UNDANGANUNDANGAN

Page 5: KONFLIK HUKUM

(1). AZAS LEX SUPERIOR (1). AZAS LEX SUPERIOR DEROGAT LEGI INFERIORDEROGAT LEGI INFERIOR

Peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi tingkatannya

mengenyampingkan berlakunya peraturan perundang-

undangan yang lebih rendah tingkatannya, apabila kedua

peraturan perundang-undangan tersebut memuat ketentuan yang

saling bertentangan

Page 6: KONFLIK HUKUM

KESIMPULAN:KESIMPULAN:• Terdapat peringkat aturan

– Apabila ada pertentangan, maka peraturan yang di atas mengenyampingkan peraturan yang di bawahnya

• Adanya hak menguji peraturan perundangan– Hak menguji dilakukan untuk

menentukan ada tidaknya pertentangan tersebut

Page 7: KONFLIK HUKUM

PERINGKAT PERINGKAT ATURANATURAN

Page 8: KONFLIK HUKUM

Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966, yaitu tentang Memorandum DPRGR mengenai Sumber Tertib Hukum Republik Indonesia dan Tata Urut Perundangan Republik Indonesia.1. Undang-Undang Dasar. 2. Ketetapan MPR. 3. Undang-Undang/Perpu. 4. Peraturan Pemerintah. 5. Keputusan Presiden. 6. Peraturan-peraturan pelaksanaan lainnya

seperti Peraturan Menteri, Instruksi Menteri, dan lain-lain.

TIDAKBERLAKU

Page 9: KONFLIK HUKUM

UU 10 Tahun 2004 Tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;

3. Peraturan Pemerintah;4. Peraturan Presiden;5. Peraturan Daerah.

Page 10: KONFLIK HUKUM

CONTOH PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG CONTOH PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERTENTANGAN DENGAN YANG ADA DI ATASNYABERTENTANGAN DENGAN YANG ADA DI ATASNYA

• TAP MPRS><UUD: – Tap MPRS: mengangkat presiden seumur hidup– Pasal 7 UUD: jabatan presiden 5 tahun dan sesudahnya

dipilih kembali

• UU><UUD 45– Pasal 19 UU 19 Tahun 1964 tentang Ketentuan Pokok

Kekuasaan Kehakiman: • demi kepentingan revolusi, kehormatan negara dan bangsa atau

kepentingan masyarakat mendesak, Presiden dapat turun dan turut campur dalam soal-soal pengadilan

Turun tangan: penghentian perkara yang diperiksa

– Pasal 24 UUD 45: • Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan

lain-lain badan kehakiman menurut UU• Susunan dan kekuasaan badan-badan kehakiman diatur dengan UUPenjelasan: kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan yang merdeka,

terlepas dari campur tangan pemerintah

Page 11: KONFLIK HUKUM

HAK MENGUJI PERATURAN HAK MENGUJI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGANPERUNDANG-UNDANGAN

(RECHTLIJKE TOETSINGRECHT)(RECHTLIJKE TOETSINGRECHT)

Page 12: KONFLIK HUKUM

2 MACAM HAK MENGUJI PERUNDANG-2 MACAM HAK MENGUJI PERUNDANG-UNDANGANUNDANGAN

1. Menguji Formil:– Wewenang untuk menilai apakah suatu produk

legislatif tercipta melalui CARA/PROSEDUR sebagaimana ditentukan dalam per-UU-an yang berlaku

• Contoh: UU dibuat oleh presiden bersama dengan DPR

2. Menguji Materiel:– Wewenang untuk menyelidiki dan menilai:

• apakah suatu peraturan perundangan ISI nya sesuai atau bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi derajadnya

• apakah suatu KEKUASAAN TERTENTU BERHAK mengeluarkan suatu peraturan tertentu

Page 13: KONFLIK HUKUM

SIAPA YANG BERHAK

MENGUJI?

Page 14: KONFLIK HUKUM

LIHAT UUDS 50LIHAT UUDS 50

Pasal 95 UUDS 50:(1). Sekalian usul UU yang telah diterima oleh

DPR memperoleh kekuatan UU, apabila telah disahkan pemerintah

(2). UU tidak dapat diganggu gugat

KESIMPULAN:WALAUPUN UU ATAU PERATURAN

YANG ADA DI ATASNYA BERTENTANGAN DENGAN UUD,

TIDAK DAPAT DIUJI DENGAN KEKUASAAN NEGARA MANAPUN

TERMASUK MA

Page 15: KONFLIK HUKUM

SEMINAR HUKUM NASIONAL II TAHUN ‘68SEMINAR HUKUM NASIONAL II TAHUN ‘68Beberapa pendapat tentang hak menguji:1.Mahkamah Agung (MA):

1. Seluruh peraturan per-UU-an termasuk UU dan TAP MPR

2. Terbatas pada UU dan peraturan di bawahnya3. Per-UU-an di bawah UU4. TAP MPR saja

2.MPR3.Organ yang ditunjuk UUD atau setidak-tidaknya

TAP MPR4.Hakim untuk menyimpangi UU karena

bertentangan dengan UUD melalui perkara yang dihadapinya

Page 16: KONFLIK HUKUM

HAK MENGUJI:HAK MENGUJI:

A. UU KEKUASAAN KEHAKIMANA. UU KEKUASAAN KEHAKIMANB. UU MAHKAMAH AGUNGB. UU MAHKAMAH AGUNGC. UU MAHKAMAH KONSTITUSIC. UU MAHKAMAH KONSTITUSI

Page 17: KONFLIK HUKUM

UU NO. 14 TAHUN 1970 UU NO. 14 TAHUN 1970 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN

• Pasal 26 ayat (1) dan (2):– MA berwenang menyatakan tidak sah per-UU-an di

bawah UU karena bertentangan dengan per-UU-an di atasnya

– Putusan diambil dari pemeriksaan tingkat kasasi dan pencabutan dilakukan oleh instansi ybs

UU TIDAK

BERLAKU

Kes. 1:MA UJI

MATERIEL

Kes. 2:MA UJI

DIBAWAH UU.UU TIDAK DAPAT

DIGANGGU GUGAT

KASASI

Page 18: KONFLIK HUKUM

KASASIKASASI• Adalah kekuasaan Mahkamah Agung untuk

membatalkan putusan dan ketetapan pengadilan-pengadilan yang lebih rendah dari semua lingkungan pengadilan dalam tingkat terakhir

• Pihak yang dapat mengajukan kasasi adalah, – dalam perkara perdata para pihak yang berkepentingan, dan – dalam perkara pidana adalah terpidana, atau pihak ketiga

yang dirugikan– Demi kepentingan umum, diajukan oleh Jaksa Agung

• MA membatalkan putusan dan ketetapan pengadilan karena:– Tidak berwenang atau melampaui batas wewenang– Salah menerapkan atau melanggar hukum yang berlaku– Lalai memenuhi syarat yang diwajibkanper-UU-an

Page 19: KONFLIK HUKUM

• Kasasi hanya dapat dilakukan apabila upaya biasa (verzet, banding) telah dilakukan, kecuali kasasi oleh Jaksa Agung

• Praktik: – tidak semua perkara sampai tingkat

kasasi, sehingga MA tidak dapat menguji secara materiel• Mis. Faktor waktu• Contoh: UU wajib militer dan perpres

pelaksanaan UU.

PN PT MA

Page 20: KONFLIK HUKUM

Peraturan MA no. 1 Peraturan MA no. 1 TTahun ahun 1993 tentang Hak Uji materiel1993 tentang Hak Uji materiel

• Pasal 1: gugatan hak uji materiel terhadap per-UU-an yang lebih rendah dari UU yang ditujukan kepada badan/lembaga yang mengeluarkan, atau menerbitkan atau mengumumkan, setelah di ttd penggugat atau kuasanya, dapat diajukan – langsung ke MA atau – ke pengadilan tingkat pertama di

wilayah hukum tergugat

Page 21: KONFLIK HUKUM

Kesimpulan:Harus

diajukan dalam bentuk

GUGATAN

Putusan pengadilan:1.vonis/putusan: adanya sengketa, diajukan dengan gugatan2.Penetapan: tidak ada sengketa, diajukan dengan permohonan

Contoh kasus: -Pembatalan SIUPP Harian Prioritas-SURYA PALOH kpd MA untuk judicial review PERMENPEN No. 1/Per.menpen/1984 yang bertentangan dengan UU Pokok Pers (ps. 4: tidak dikenakan sensor dan pembredeilan; Kebebasan pers berkaitan dengan HAM dll)

MA dengan keputusan no. 01/TN/1992 “tidak dapat menerima ”judicial review” yang diajukan dalam bentuk permohonan. Alasan: putusan yang inti petitumnya (terhadap permen)mengandung sanksi tidak dapat diputus begitu saja tanpa ada kesempatan bagi yang dibebani sanksi untuk membelaKesimp. Surat permohonan tsb. tidak sempurna

Page 22: KONFLIK HUKUM

PRAKTIK: PRAKTIK: MA TIDAK KONSEKWEN PADA PASAL 26 UU 14/1970 MA TIDAK KONSEKWEN PADA PASAL 26 UU 14/1970

JO PASAL 31 UU 14/1985JO PASAL 31 UU 14/1985

• MA mengeluarkan SEMA 3 Tahun 1963: mencabut beberapa pasal BW

• MA melewatkan kesempatan menguji materiil PP 49 Tahun 1963 tentang Peradilan Perumahan– Isi: mengatur wewenang sengketa

perumahan oleh Kantor Urusan Perumahan– Putusan MA yang mengkuatkan

bertentangan dengan UU 14 Tahun 1970

Page 23: KONFLIK HUKUM

• Mengubah PERMA no. 1 Tahun 1993• Hak uji materiil dapat dilakukan

dengan:– Gugatan– Permohonan keberatan

• Gugatan maupun permohonan keberatan dapat diajukan dengan cara:– Langsung ke MA– Melalui PN di wilayah hukum tempat

kedudukan tergugat

Peraturan MA no. 1 Peraturan MA no. 1 TTahun ahun 19919999 tentang Hak Uji materiel tentang Hak Uji materiel

Page 24: KONFLIK HUKUM

• Pasal 12 PERMA 1 TAHUN 1999: AKIBAT HUKUM

• Upaya melalui Class Action

Page 25: KONFLIK HUKUM

BAGAIMANA JIKA TERDAPAT BAGAIMANA JIKA TERDAPAT PERTENTANGAN ANTARA UUPERTENTANGAN ANTARA UU/DIATASNYA/DIATASNYA

DENGAN UUD?DENGAN UUD?

Penjelasan pasal 26 UU 14 Tahun 1970:Penjelasan pasal 26 UU 14 Tahun 1970:• Dalam UUD’45 hak uji terhadap UU dan per-UU-an

di bawahnya TIDAK TERDAPAT PADA MA, • sehingga TIDAK DENGAN SENDIRINYA hak menguji

UU terhadap UUD oleh MA DAPAT dapat diletakkan dalam UU ini

• Apabila hendak diberikan kepada MA harus merupakan KETENTUAN KONSTITUSIONAL

APABILA MA DIBERI WEWENANG MENGUJI UU, MAKA HARUS DIATUR DALAM UU

Page 26: KONFLIK HUKUM

UU NO. 14 TAHUN 1985 UU NO. 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNGTENTANG MAHKAMAH AGUNGPasal 31:(1). MA mempunyai wewenang menguji

secara materiel per-UU-an di bawah UU(2). MA berwenang menyatakan tidak sah

semua per-UU-an yang lebih rendah dari UU karena bertentangan dengan per-UU-an yang lebih tinggi

(3). Putusan pernyataan tidak sah per-UU-an tersebut dapat diambil dalam pemeriksaan tingkat kasasi. Pencabutan dilakukan oleh instansi ybs.

UU DIUBAH

MA:UJI MATERIELDI BAWAH UU

Page 27: KONFLIK HUKUM

UU NO. 4 TAHUN 2004 TENTANG UU NO. 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN KEKUASAAN KEHAKIMAN

• Pasal 11 (2) huruf b dan (3): – MA berhak menguji per-UU-an di bawah UU

terhadap UU;– Pernyataan tidak berlaku per_UU-an dapat

diambil dari pemeriksaan tingkat kasasi maupun permohonan langsung kepada MA

• Pasal 12(1): – Mahkamah Konstitusi (MK) berwenang

mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji UU terhadap UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945

MA: UJI MATERIELDI BAWAH UU

MK: UJI MATERIELUU Thd UUD

Page 28: KONFLIK HUKUM

UU NO. 5 TAHUN 2004 UU NO. 5 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN UU NO. 14 TAHUN TENTANG PERUBAHAN UU NO. 14 TAHUN

1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG• Pasal 31

– (1) MA berwewenang menguji per-UU-an di bawah UU terhadap UU

– (2) MA menyatakan tidak sah per-UU-an di bawah UU dengan alasan bertentangan dengan per-UU-an yang lebih tinggi atau pembentukannya tidak memenuhi ketentuan yang berlaku.

– (3) (4) Per-UUPutusan tidak sahnya per-UU-an dapat diambil baik berhubungan dengan pemeriksaan pada tingkat kasasi maupun permohonan langsung pada MA.

– Per-UU-an yang dinyatakan tidak sah tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat.

– (5) Putusan wajib dimuat dalam Berita Negara Republik Indonesia dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sejak putusan diucapkan.

Page 29: KONFLIK HUKUM

Lanjutan UU no. 5 Tahun 2004Lanjutan UU no. 5 Tahun 2004

• Pasal 31A(1) Permohonan pengujian per-UU-an di bawah UU terhadap

UU diajukan langsung oleh pemohon atau kuasanya kepada MA, secara tertulis dalam bahasa Indonesia.

(2) Permohonan sekurang-kurangnya harus memuat: a. nama dan alamat pemohon; b. uraian mengenai perihal yang menjadi dasar

permohonan, dan wajib menguraikan dengan jelas bahwa: 1) materi muatan ayat, pasal, dan/atau bagian per-UU-

an dianggap bertentangan dengan per-UU-an yang lebih tinggi; dan/atau

2) pembentukan peraturan perundang-undangan tidak memenuhi ketentuan yang berlaku.

c. hal-hal yang diminta untuk diputus.

Page 30: KONFLIK HUKUM

Lanjutan pasal 31 ALanjutan pasal 31 A

(3) Dalam hal MA berpendapat bahwa pemohon atau permohonannya tidak memenuhi syarat, maka permohonan tidak diterima

(4) Dalam hal MA berpendapat bahwa permohonan beralasan, amar putusan menyatakan permohonan dikabulkan

(5) Dalam hal permohonan dikabulkan, amar putusan menyatakan dengan tegas materi muatan ayat, pasal, dan/atau bagian dari per-UU-an yang bertentangan dengan per-UU-an yang lebih tinggi.

(6) Dalam hal per-UU-an tidak bertentangan dengan per-UU-an yang lebih tinggi dan/atau tidak bertentangan dalam pembentukannya, permohonan ditolak.

(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengujian per-UU-an di bawah UU diatur oleh MA

Page 31: KONFLIK HUKUM

UU MA:1.UJI MATERIEL dan UJI FORMIL DI BAWAH UU3. DIATUR PERMOHONAN LANGSUNG4. UJI UU OLEH MK

Page 32: KONFLIK HUKUM

UU NO. 24 TAHUN 2003 TENTANG UU NO. 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSIMAHKAMAH KONSTITUSI

• Pasal 1 angka 1 a: Permohonan adalah permintaan yang diajukan secara tertulis kepada Mahkamah Konstitusi mengenai pengujian undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

• Pasal 10 (1 a) Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Page 33: KONFLIK HUKUM

PENGAJUAN PERMOHONANPENGAJUAN PERMOHONAN• Pasal 29:

– Tertulis– Dalam bahasa Indonesia

• Pasal 52 (1): Pemohon adalaha.perorangan warga negara Indonesia; b.kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang

masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diatur dalam undang-undang;

c.badan hukum publik atau privat; atau d.lembaga negara.

Page 34: KONFLIK HUKUM

Lanjutan……Lanjutan……Pasal 52 (3): Dalam permohonan

sebagaimana dimaksud pada ayat (2), pemohon wajib menguraikan dengan jelas bahwa:

a.pembentukan undang-undang tidak memenuhi ketentuan berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; dan/atau

b.materi muatan dalam ayat, pasal, dan/atau bagian undang-undang dianggap bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Page 35: KONFLIK HUKUM

(2). AZAS LEX SPECIALIS (2). AZAS LEX SPECIALIS DEROGAT LEGI GENERALISDEROGAT LEGI GENERALIS

Peraturan perundang-undangan yang bersifat khusus (spesial)

mengenyampingkan berlakunya peraturan perundang-

undangan yang bersifat umum (general), apabila kedua peraturan

perundang-undangan tersebut memuat ketentuan yang saling

bertentangan (konflik)

Page 36: KONFLIK HUKUM

Keterangan:Keterangan:

• Hanya berlaku antar UU (sederajad); apabila tidak sederajad berlaku azas lex superior

• Contoh:– KUHPerdata dengan KUHDagang

• 1338 KUHP: azas kebebasan berkontrak• 22 KUHD: Tiap-tiap perseroan Firma harus

didirikan dengan akta otentik….

Page 37: KONFLIK HUKUM

(3). AZAS LEX POSTERIOR (3). AZAS LEX POSTERIOR DEROGAT LEGI PRIORIDEROGAT LEGI PRIORIPeraturan perundang-undangan

yang kemudian (baru) mengenyampingkan

berlakunya peraturan perundang-undangan yang terdahulu (lama),

apabila kedua peraturan perundang-undangan tersebut memuat

ketentuan yang saling bertentangan (konflik)

Page 38: KONFLIK HUKUM

Keterangan:Keterangan:• Hanya berlaku antar UU (sederajad);

apabila tidak sederajad berlaku azas lex superior. Misalnya konflik antara UU dengan PP, meskipun PP merupakan peraturan baru, tetapi tetap UU lama mengenyampingkan PP.

• Diterapkan apabila per-UU-an yang baru tidak secara tegas mencabut berlakunya per-UU-an yang lama. Karena pada umumnya ada pernyataan tegas mencabut yang lama.

Page 39: KONFLIK HUKUM

Contoh:Contoh:

• UUPA mencabut tegas pasal-pasal buku II KUHP sepanjang yang mengatur bumi, air dan kekayaan alam

• UU Hak Tanggungan, mencabut pasal tentang hipotik atas tanah

• UU perkawinan mencabut KUHP tentang perkawinan, HOCI dll

• KUHAPidana mencabut HIR

Page 40: KONFLIK HUKUM

(B)(B)KONFLIK ANTARA KONFLIK ANTARA

PERATURAN PERATURAN PERUNDANG-PERUNDANG-

UNDANGAN DENGAN UNDANGAN DENGAN PUTUSAN HAKIM/ PUTUSAN HAKIM/

PENGADILANPENGADILAN

Page 41: KONFLIK HUKUM

AZASAZAS“RES YUDICATA PRO VERITATE

HABITUR”apabila terdapat putusan pengadilan/ hakim bertentangan dengan ketentuan yang termuat dalam per-UU-an, maka putusan hakimlah yang dianggap benar

Page 42: KONFLIK HUKUM

Lanjutan.....Lanjutan.....

Lihat:Pasal 27 UU no. 14 tahun 1970:Pasal 28 (1) UU no. 4 tahun 2004: Hakim wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakatHukum tertulis bersifat statis, tidak berubah sepanjang tidak diubah oleh pembuatnya, berbeda dengan hukum kebiasaan yang dinamis

Page 43: KONFLIK HUKUM

Contoh 1:Contoh 1:• Pasal 108 dan 110 KUHperdata:

seorang perempuan yang terikat dalam suatu perkawinan, menjadi tidak cakap melakukan perbuatan hukum tanpa bantuan ijin dari suaminya

• SEMA 3 Tahun 1963 (menyatakan perempuan menikah tetap cakap melakukan perbuatan hukum tanpa bantuan suami)

Page 44: KONFLIK HUKUM

Contoh 2:Contoh 2:• Pasal 209KUHPerdata:alasan

perceraian:1. Zina2. Meninggalkan tempat bersama dengan sengaja3. Hukuman penjara 5 tahun atau lebih4. Melukai berat atau menganiaya suami/istri sehingga

membahayakan jiwa, atau menyebabkan luka yang berbahaya

• Putusan hakim:– Memutuskan perceraian dengan dasar putusan karena

adanya keretakan atau percekcokan antara suami istri yang tidak dapat dipulihkan kembali

Page 45: KONFLIK HUKUM

Kesimpulan:Kesimpulan:

• Hakim dapat (atau bahkan wajib) menyimpangi ketentuan per-UU-an yang sudah tidak sesuai dengan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat

• Hakim memiliki kebebasan yang luas untuk menyimpangi ketentuan per-UU-an. Pembatasan kebebasan hakim untuk menyimpangi adalah pada per-UU-an peninggalan pemerintah kolonial Belanda

Page 46: KONFLIK HUKUM

(C)(C)KONFLIK ANTARA KONFLIK ANTARA

PERATURAN PERATURAN PERUNDANG-PERUNDANG-

UNDANGAN DENGAN UNDANGAN DENGAN HUKUM ADAT DAN HUKUM ADAT DAN

HUKUM KEBIASAANHUKUM KEBIASAAN

Page 47: KONFLIK HUKUM

PEDOMAN:PEDOMAN:

1. Apakah per-UU-an tersebut bersifat memaksa/ imperatif/ dwingenrecht atau bersifat pelengkap/ mengatur/ anfullenrecht.Keterangan:

– Memaksa/imperatif/dwingenrecht:• dapat dilihat dari per-UU-an itu sendiri. • Semua per-UU-an yang bersifat publik

(dibuat untuk kepentingan umum)– Pelengkap/mengatur/anfullenrecht:

• Masuk dalam lingkup hukum privat (perdata)

Page 48: KONFLIK HUKUM

2. Yang dipergunakan:a. Apabila konflik antara per-UU-an yang

bersifat dwingenrecht dengan hukum adat atau hukum kebiasaan:

• PER-UU-AN MENGENYAMPINGKAN HUKUM ADAT ATAU HUKUM KEBIASAAN

b. Apabila konflik antara per-UU-an yang bersifat anfullenrecht dengan hukum adat atau hukum kebiasaan:

• HUKUM ADAT ATAU HUKUM KEBIASAAN MENGENYAMPINGKAN PER-UU-AN

Page 49: KONFLIK HUKUM

CONTOH: KONFLIK ANTARA CONTOH: KONFLIK ANTARA PER-UU-AN PER-UU-AN YANG BERSIFAT DWINGENRECHTYANG BERSIFAT DWINGENRECHT

DENGAN HUKUM ADATDENGAN HUKUM ADAT

• Pasal 19 PP 10 Tahun 1961 tentang pendaftaran tanah: – Setiap perjanjian yang bermaksud memindahkan tanah,

memberikan hak baru atas tanah, menggadaikan tanah atau meminjam uang dengan HAT sebagai tanggungan haris dibuktikan dengan akta yang dibuat oleh dan dihadapan pejabat yang ditunjuk oleh mentri agraria…. (ket. Dalam hal ini adalah PPAT)

• Hukum adat:– Perjanjian yang menyebabkan peralihan hak harus bersifat

“terang”, artinya dilakukan dihadapan ketua adat (kades/lurah), jika tidak maka belum sah secara hukum.

Page 50: KONFLIK HUKUM

CONTOH: KONFLIK ANTARA PER-UU-AN CONTOH: KONFLIK ANTARA PER-UU-AN YANG BERSIFAT ANFULLENRECHT YANG BERSIFAT ANFULLENRECHT

DENGAN DENGAN HUKUM ADAT ATAU KEBIASAANHUKUM ADAT ATAU KEBIASAAN

• Pasal 1560 KUHPerdata: – Penyewa punya 2 kewajiban utama:

1. Memakai barang yang dipergunakan sebagai bapak rumah tangga yang baik sesuai dengan tujuan yang diberikan pada barang itu menurut persetujuan sewanya ….

2. Membayar uang sewa pada waktu yang telah ditentukanUang sewa harus diantar diantar oleh penyewa kepada pemilik

• Hukum kebiasaan:– Hukum adat atau kebiasaan di suatu daerah, uang sewa

tidak diantar, tetapi pihak pemilik yang menagih uang sewa kepada penyewa

Page 51: KONFLIK HUKUM

(D)(D)KONFLIK ANTARA KONFLIK ANTARA

HUKUM ADAT ATAU HUKUM ADAT ATAU HUKUM KEBIASAAN HUKUM KEBIASAAN DENGAN PUTUSAN DENGAN PUTUSAN

HAKIM / PENGADILANHAKIM / PENGADILAN

Page 52: KONFLIK HUKUM

AZASAZAS

“RES YUDICATA PRO VERITATE HABITUR”

apabila hukum adat / kebiasaan bertentangan dengan putusan hakim/ pengadilan, maka putusan hakim/ pengadilanlah yang dianggap benar

Page 53: KONFLIK HUKUM

KONFLIK HUKUM

PER-UU-AN DENGAN

PER-UU-AN

PER-UU-AN DENGAN PUTUSAN

PENGADILAN

PER-UU-AN DENGAN HUKUM ADAT/

KEBIASAAN

PUTUSAN PENGADILAN

DENGAN HUKUM ADAT/

KEBIASAAN

RES YUDICATA PRO VERITATE HABITUR

DWINGENRECHT

ANFULLENRECHT

RES YUDICATA PRO VERITATE HABITUR

LEX SUPERIOR DEROGAT LEGI

INFERIOR

LEX SPECIALIS DEROGAT LEGI

GENERALIS

LEX POSTERIOR DEROGAT LEGI

PRIORI

PERINGKAT ATURAN

HAK UJI

PER-UU-AN YANG KHUSUS

PER-UU-AN YANG BARU

PER-UU-AN

PER-UU-AN

PER-UU-AN

HUKUM ADAT/ KEBIASAAN