10
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki keragaman budaya, ras, suku, golongan serta beberapa agama yang diperbolehkan berkembang di Indonesia. Karena keberagamannya itu, di Indonesia sering muncul konflik, sebab konflik sering muncul pada masyarakat yang memiliki keberagaman. Masyarakat yang beragam ini biasanya memiliki kepentingan yang berbeda-beda pula setiap kelompok bahkan individunya, jika terjadi benturan kepentingan, itu akan menimbulkan konflik. Selain itu penyebab konflik lainnya antara lain, perbedaan kebudayaan, perubahan social, dan lain-lain. Begitu pula dengan kondisi di Poso, yang merupakan salah satu kabupaten di propinsi Sulawesi Tengah, yang ketika tahun 1998 mulai terdapat konflik sosial yang sangat meresahkan masyarakat. Konflik ini oleh sebagian banyak orang disinyalir penyebabnya bernuansa SARA (suku, agama, ras, dan antar golongan), yaitu konflik suku dan agama Islam dengan agama Kristen. Berdasarkan beberapa sumber, konflik ini disebabkan oleh hal sepele. Konflik Poso berawal dari pertikaian dua pemuda yang berbeda agama kemudian berlarut sehingga berujung pada kerusuhan. Impliksasi – implikasi kepentingan politik nasional, lokal dan militer juga mewarnai konflik Poso ini, yang kemudian diduga menyulut terjadinya konflik horizontal sehingga sulit mencari penyelesaian yang lebih tepat.

KONFLIK POSO

Embed Size (px)

DESCRIPTION

HGADJ

Citation preview

Page 1: KONFLIK POSO

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar belakang masalah

Indonesia merupakan negara yang memiliki keragaman budaya, ras, suku,

golongan serta beberapa agama yang diperbolehkan berkembang di Indonesia.

Karena keberagamannya itu, di Indonesia sering muncul konflik, sebab konflik

sering muncul pada masyarakat yang memiliki keberagaman. Masyarakat yang

beragam ini biasanya memiliki kepentingan yang berbeda-beda pula setiap kelompok

bahkan individunya, jika terjadi benturan kepentingan, itu akan menimbulkan

konflik. Selain itu penyebab konflik lainnya antara lain, perbedaan kebudayaan,

perubahan social, dan lain-lain.

Begitu pula dengan kondisi di Poso, yang merupakan salah satu kabupaten di

propinsi Sulawesi Tengah, yang ketika tahun 1998 mulai terdapat konflik sosial yang

sangat meresahkan masyarakat. Konflik ini oleh sebagian banyak orang disinyalir

penyebabnya bernuansa SARA (suku, agama, ras, dan antar golongan), yaitu konflik

suku dan agama Islam dengan agama Kristen. Berdasarkan beberapa sumber, konflik

ini disebabkan oleh hal sepele. Konflik Poso berawal dari pertikaian dua pemuda

yang berbeda agama kemudian berlarut sehingga berujung pada kerusuhan.

Impliksasi – implikasi kepentingan politik nasional, lokal dan militer juga mewarnai

konflik Poso ini, yang kemudian diduga menyulut terjadinya konflik horizontal

sehingga sulit mencari penyelesaian yang lebih tepat. Bahkan, terkesan pihak

keamananpun lamban menangani konflik tersebut. Sehigga konflik terjadi berlarut –

larut yang memakan korban jiwa dan harta.

B.     Rumusan masalah

1.      Apa penyebab timbulnya konflik sosial di Poso?

2.      Apa dampak yang ditimbulkan karena kerusuhan tersebut?

Page 2: KONFLIK POSO

BAB II

EMBAHASAN

Secara umum konflik di Poso sudah berlangsung tiga kali. Konflik pertama

yaitu pada tanggal 25-28 Desember 1998 sampai dengan pertemuan Malino 20-21

Desember 2001. Konflik kedua terjadi pasca Deklarasi Malino sampai dengan

penyerangan terhadap empat desa Kristen di Morowali dan Poso. Konflik ketiga

terjadi Oktober 2003 hingga sekarang.

A.    Penyebab Timbulnya Konflik Sosial di Poso

Konflik sosial yang terjadi di Poso adalah akibat dari keberagaman

masyarakat Indonesia yang saling berbenturan kepentingan antara individu satu

dengan individu lainnya yang seharusnya tidak perlu terjadi. Ada pendapat yang

menyatakan bahwa akar dari masalah yang bertumpu pada masalah budaya dalam

hal ini menyangkut soal suku dan agama. Argumen yang mengemuka bahwa adanya

unsur suku dan agama yang mendasari konflik sosial itu adalah sesuai dengan fakta

yaitu bahwa asal mula kerusuhan poso pertama berawal dari :

1. Pembacokan Ahmad Yahya oleh Roy Tuntuh Bisalembah didalam masjid

pesantren Darusalam pada bulan ramadhan.

2. Pemusnahan dan pengusiran terhadap suku-suku pendatang seperti Bugis, Jawa,

dan Gorontalo, serta Kaili pada kerusuhan ke III.

3. Pemaksaan agama Kristen kepada masyarakat muslim di daerah pedalaman

kabupaten terutama di daerah Tentena dusun III, Salena, Sangira, Toinase, Boe,

dan Meko yang memperkuat dugaan bahwa kerusuhan ini merupakan gerakan

kristenisasi secara paksa yang mengindikasikan keterlibatan Sinode GKSD

Tentena.

4. Penyerangan kelompok merah dengan bersandikan simbol – simbol perjuangan

keagamaan Kristiani pada kerusuhan ke III.

5. Pembakaran rumah-rumah penduduk muslim oleh kelompok merah pada

kerusuhan III. Pada kerusuhan ke I dan II terjadi aksi saling bakar rumah

penduduk antara pihak Kristen dan Islam.

Page 3: KONFLIK POSO

6. Terjadi pembakaran rumah ibadah gereja dan masjid, sarana pendidikan ke dua

belah pihak, pembakaran rumah penduduk asli Poso di Lombogia, Sayo, dan

Kasintuvu.

7. Adanya pengerah anggota pasukan merah yang berasal dari suku Flores, Toraja

dan Manado.

8. Adanya pelatihan militer Kristen di desa Kelei yang berlangsung 1 tahun 6 bulan

sebelum meledak kerusuhan III.

Sesungguhnya budaya yang beragam pada masyarakat Poso mempunyai

fungsi untuk mempertahankan kerukunan antara masyarakat asli Poso dan pendatang.

Adanya Pembacokan Ahmad Yahya oleh Roy Tuntuh Bisalembah didalam masjid

pesantren Darusalam pada bulan ramadhan merupakan bentuk pelanggaran terhadap

nilai-nilai yang selama ini manjadi landasan hidup bersama. Pada satu sisi muslim

terusik ketentramannya dalam menjalankan ibadah di bulan ramadhan kemudian

menimbulkan reaksi balik untuk melakukan tindakan pembalasan terhadap pelaku

pelanggaran nilai-nilai tersebut. Disisi lain bagi masyarakat Kristiani hal ini

menimbulkann masalah baru mengingat aksi masa tidak di tujukan terhadap pelaku

melainkan pada perusakan hotel dan sarana maksiat serta operasi miras, yang di

anggap telah menggangu kehidmatan masyrakat Kristiani merayakan natal, karena

harapan mereka operasi – operasi tersebut di laksanakan setelah hari Natal.

Pandangan kedua tehadap akar masalah konflik sosial yang terjadi di Poso

adalah adanya perkelahian antar pemuda yang di akibatkan oleh minuman keras.

Tidak diterapkan hukum secara adil maka ada kelompok yang merasa tidak mendapat

keadilan misalnya adanya keterpihakan, menginjak hak asasi manusia dan lain- lain.

Pendapat ketiga mengatakan bahwa akar dari konflik sosial yang terjadi di

Poso terletak pada masalah politik. Bermula dari suksesi Bupati, jabatan Sekretaris

wilayah daerah Kabupaten dan terutama menyangkut soal keseimbangan jabatan-

jabatan dalam pemerintahan.

Pendapat keempat mengatakan bahwa akar masalah dari kerusuhan Poso

adalah justru terletak karena adanya kesenjangan sosial dan kesenjangan pendapatan

antara panduduk asli Poso dan kaum pendatang seperti Bugis, Jawa, Gorontalo, dan

Kaili. Kecemburuan sosial penduduk asli cukup beralasan dimana pendapatan

mereka sebagai masyarakat asli malah tertinggal dari kaum pendatang.

Kesenjangan sosial ekonomi diawali dengan masuknya pendatang ke Poso

yang berasal dari Jawa, Bali, Sulawesi Selatan maupun Sulawesi Utara dan

Page 4: KONFLIK POSO

Gorontalo. Para pendatang yang masuk ke Poso umumnya beragama Protestan dan

Muslim. Pendatang umumnya lebih kuat, muda dan mempunyai daya juang untuk

mampu bertahan di daerah baru. Kedatangan para pendatang ini juga menyebab-kan

terjadinya peralihan lahan dari yang dahulunya atas kepemilikan penduduk asli,

kemudian beralih kepemilikan-nya kepada para pendatang. Proses peralihan

kepemilikan tersebut terjadi melalui program pemerintah dalam bentuk transmigrasi

maupun penjualaan lahan-lahan pada para migran. Arus migrasi masuk ini semakin

banyak ketika program transmigrasi dilakukan dan dibukanya jalur prasarana

angkutan darat sekitar tahun 80-an. Dikembangkannya tanaman bernilai ekonomi

tinggi seperti kakao (coklat) dan kelapa (kopra) oleh para pendatang tentunya telah

menghasilkan peningkatan kesejahteraan para pemiliknya. Walau penduduk asli

mengikuti pola tanam yang sama dengan pendatang, akan tetapi penguasaan

pemasaran hasil-hasilnya dikuasai oleh para pendatang. Penduduk asli merasa

dirugikan dengan keadaan tersebut karena beberapa alasan antara lain lahan

pertaniannya sebagian telah beralih kepemilikannya kepada pendatang, hasil dan

keuntungan yang diperoleh dari hasil pertanian lebih besar dinikmati oleh para

pendatang.

Ada pendapat lain juga yang menyatakan bahwa konflik Poso yang terjadi

tahun 1998 dan 2001 lebih didorong oleh isu belaka, baik melalui penyebaran

informasi lewat jalur yang sudah terbentuk (difusi) maupun penyebaran antar

komunitas yang sebelumnya tidak memiliki ikatan sosial. Ikatan yang kemudian

muncul antar komunitas ini membuat konflik Poso yang bermula dari pertengkaran

dua pemuda mabuk menjadi konflik antar agama yang mendapat perhatian

internasional.

B.     Dampak yang diakibatkan oleh kerusuhan Poso

Kerusuhan yang terjadi di Poso menimbulkan dampak sosial yang cukup

besar jika di liat dari kerugian yang di akibatkan konflik tersebut. Selain kehilangan

nyawa dan harta benda, secara psikologis juga berdampak besar bagi mereka yang

mengalami kerusuhan itu, Dampak psikologis tidak akan hilang dalam waktu singkat.

Jika dilihat dari keseluruhan, kerusuhan Poso bukan suatu kerusuhan biasa,

melainkan merupakan suatu tragedi kemanusiaan sebagai buah hasil perang sipil.

Satu kerusuhan yang dilancarkan secara sepihak oleh kelompok merah, terhadap

penduduk muslim kota Poso dan minoritas penduduk muslim di pedalaman

kabupaten Poso yang tidak mengerti sama sekali dengan permasalahan yang muncul

di kota Poso.

Page 5: KONFLIK POSO

Dampak kerusuhan poso dapat di bedakan dalam beberapa segi :

1. Bidang Budaya

a. Dilanggarnya ajaran agama dari kedua kelompok yang bertikai dalam

mencapai tujuan politiknya.

b. Runtuhnya nilai – nilai kebersamaan, kerukunan, dan kesatuan yang menjadi

bingkai dalam hubungan sosial masyarakat Poso.

2. Bidang Hukum

a. Terjadinya disintegrasi dalam masyarakat Poso ke dalam dua kelompok

yaitu kelompok merah dan kelompok putih.

b. Tidak dapat dipertahankan nilai-nilai kemanusiaan akibat terjadi kejahatan

terhadap manusia seperti pembunuhan, pemerkosaan dan penganiayaan

terhadap anak serta orang tua dan pelecehan seksual.

c. Runtuhnya stabilitas keamanan, ketertiban, dan kewibawaan hukum di

masyarakat Kabupaten Poso.

d. Munculnya perasaan dendam dari korban-korban kerusuhan terhadap pelaku

kerusuhan.

3. Bidang Politik

a. Terhentinya roda pemerintahan.

b. Jatuhnya kewibawaan pemerintah daerah di mata masyarakat.

c. Hilangnya sikap demokratis dan penghormatan terhadap perbedaan

pendapat masing – masing kelompok kepentingan.

d. Legalisasi pemaksaan kehendak kelompok kepentingan dalam pencapaian

tujuannya.

4. Dibidang Ekonomi

a. Lepas dan hilangnya faktor dan sumber produksi ekonomi masyarakat,

seperti sawah, tanaman kebun, mesin gilingan padi, traktor tangan, rumah

makan, hotel dan lain sebagainya.

b. Terhentinya roda perekonomian.

c. Rawan pangan.

d. Munculnya pengangguran dan kelangkaan kesempatan kerja

Page 6: KONFLIK POSO

PENUTUP

Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

a.       Akar masalah konflik Poso adalah kesenjangan sosial dan ketidakadilan,

terutama terjadinya marjinalisasi politik antara penduduk asli dan para pendatang.

b.      Banyak pihak yang berperan dalam konflik Poso, yang dengan sengaja

menghembuskan isu etnis dan agama untuk kepentingan pribadi dan

kelompoknya, sehingga masyarakat terprovokasi, bersikap anarkis, dan konflik

ini menjadi berlarut-larut..

c.       Konflik ini menyebabkan dampak diberbagai bidang, yang tentunya sangat

merugikan khususnya bagi para penduduk Poso sendiri, baik penduduk asli

maupun para pendatang.

Page 7: KONFLIK POSO

DAFTAR PUSTAKA

Aditjondro , George Junus. 2004. Kerusuhan Poso dan Morowali, Akar

permasalahan dan Jalan keluarnya. Makalah seminar. Jakarta.

Sondeng, Usman. 2001. Menggali Akar Permasalahan Kasus Poso dan Formulasi

Cara Penyelesaiannya, dengan Suplemen I & II. Palu.

Sinar Harapan edisi Kamis 23 Oktober 2003, Eskalasi Isu Picu Konflik Poso.

Website:

www.fakta.com

www.radarsulteng.com

Susanto, Hari. Konflik Poso Tak Kunjung Selesai. Jakarta: P2E-LIPI

www.kompas.com/kompascetak/0411/opini/ 13860003.htm

Sianturi, Eddy MT. Konflik poso dan resolusinya. Puslitbang strahan balitbang

dephan. http://buletinlitbang.dephan.go.id/index.asp?

vnomor=14&mnorutisi=7

http://74.125.153.132/search?q=cache:9THM35eNFrAJ:groups.yahoo.com/group/

ambon/message/

44410+sebab+konflik+poso&cd=2&hl=id&ct=clnk&gl=id&client=firefox-a