35
Proses dan strategi koping keluarga A. Latar belakang Teori stress keluarga dari Hill (1949) dan Mc Cubbindan petterson (1983) dalam Sussman and Steinmetz (1988) mengemukakan bahwa stressor keluarga yang dapat menjadi suatu krisis, berhubungan dengan adanya sumber koping keluarga dan persepsi pada stresor tersebut. Sedangkan sumber koping dan persepsi pada stressor dapat menjadi aspek yang penting dalam mengembangkan strategi koping keluarga untuk mengatasi krisis/masalah. Bila keluarga memiliki sedikit sumber kopingnya baik secara individu maupun kolektif, maka proses koping tidak akan pernah dimulai dan krisis dapat terjadi ketika terjadi stress. Boss dalam Sussman and Steinmetz (1988) mengatakan bahwa sumber koping keluarga merupakan kekuatan individual dan kekuatan bersama pada saat menghadapi kejadian/stressor sebagai penyebab stress. Sujmber koping tersebuat antara lain jaminan oekonomi, kesehatan, pengetahuan sikap (intelegensia), kedekatan, semangat bekerjasama, hubungan degan yang lain serta dukungan social. Teori tekanan keluarga menjadi dasar dalam menanggulangi masalah melalui strategi koping yang efektif. Hal ini mencakup penanggulangan sebagai proses aktif untuk mengatur situasi penuh tekanan/stressor yang meliputi pemanfaatan keberadaan sumber daya keluarga dan pengembangan prilaku baru sehingga akan memperkuat unit keluarga dalam mengurangi dampak peristiwa yang penuh tekanan. B. Tujuan

Konseeeeeep Stres

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Konseeeeeep Stres

Proses dan strategi koping keluarga

A.    Latar belakang

Teori stress keluarga dari Hill (1949) dan Mc Cubbindan petterson (1983) dalam Sussman

and Steinmetz (1988) mengemukakan bahwa stressor keluarga yang dapat menjadi suatu krisis,

berhubungan dengan adanya sumber koping keluarga dan persepsi pada stresor  tersebut.

Sedangkan sumber koping dan persepsi pada stressor dapat menjadi aspek yang penting dalam

mengembangkan strategi koping keluarga untuk mengatasi krisis/masalah. Bila keluarga

memiliki sedikit sumber kopingnya baik secara individu maupun kolektif, maka proses koping

tidak akan pernah dimulai dan krisis dapat terjadi ketika terjadi stress.

Boss dalam Sussman and Steinmetz (1988) mengatakan bahwa sumber koping keluarga

merupakan kekuatan individual dan kekuatan bersama pada saat menghadapi kejadian/stressor

sebagai penyebab stress. Sujmber koping tersebuat antara lain jaminan oekonomi, kesehatan,

pengetahuan sikap (intelegensia), kedekatan, semangat bekerjasama, hubungan degan yang lain

serta dukungan social.

Teori tekanan keluarga menjadi dasar dalam menanggulangi masalah melalui strategi koping

yang efektif. Hal ini mencakup penanggulangan sebagai proses aktif untuk mengatur situasi

penuh tekanan/stressor yang meliputi pemanfaatan keberadaan sumber daya keluarga dan

pengembangan prilaku baru sehingga akan memperkuat unit keluarga dalam mengurangi dampak

peristiwa yang penuh tekanan.

B.     Tujuan

1.      Tujuan umum

Tujuan umum untuk mengetahui tentang proses dan strategi koping keluarga

2.      Tujuan ksusus

a.       Untuk mengetahui tentang konsep dasar stress dan koping

b.      Untuk mengetahui tentang fase waktu stress dan strategi koping

c.       Untuk mengetahui tentang teori stress keluarga

d.      Untuk mengetahui tentang factor-faktor yang mempengaruhi koping keluarga

e.       Untuk mengetahui tentang stressor dan dampaknya

f.       Untuk mengetahui tentang strategi koping keluarga 

g.      Untuk mengetahui tentang strategi koping disfungsional keluarga

h.      Untuk mengetahui tentang area pengkajian keluarga

Page 2: Konseeeeeep Stres

i.        Untuk mengetahui tentang diagnosis keperawatan keluarga yang bisa ditegakkan

j.        Untuk mengetahui intervensi keperawatan yang bisa diberikan kepada keluarga

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN

A.    Latar Belakan

B.     Tujuan

Page 3: Konseeeeeep Stres

BAB II            : TINJAUAN TEORITIS

A.    Konsep Dasar Stress Dan Koping Keluarga

B.     Fase Waktu Stress Dan Strategi Koping

C.     Teori Stress Keluarga

D.    Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Koping Keluarga

E.     Stressor Dan Dampaknya

F.      Strategi Koping Keluarga

G.    Strategi Koping Disfungsional

H.    Area Pengkajian Keluarga

I.       Diagnosis Keperawatan Keluarga

J.       Intervensi Keperawatan Keluarga

BAB III : PENUTUP

A.    Kesimpulan

B.     Saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A.    KONSEP DASAR STRES DAN KOPING

Page 4: Konseeeeeep Stres

Stres adalah keadaan atau respon ketegangan yang disebabkan oleh stressor atau oleh

tuntutan aktual yang dirasakan yang tetap tidak teratasi (Antonovsky, 1979; Burr, 1973). Sters

adalah ketegangan dalam diri seseorang atau system sosial (keluarga) dan merupakan reaksi

terhadap situasi yang menimbulkan tekanan (Burgess, 1978). Agen pemerkasa atau presipitasi

yang mengaktifkan proses sters disebut stressor (Burr et al, 1993; Chrisman & Fowler, 1980).

Agen presipitasi yang mengaktifkan stress dalam keluarga adalah peristiwa hidup atau kejadian

yang cukup kuat untuk menyebabkan perubahan dalam system keluarga (Hill, 1949). Stressor

keluarga dapat berupa peristiwa atau pengalaman pinterpersonal (didalam atau diluar keluarga),

lingkungan, ekonomi atau social budaya.

Akumulasi dan stressor dalam kehidupan keluarga memberikan perkiraan jumlah stress

yang dialami keluarga (Alson et al, 1983). Konsep akumulasi stressor didefinisikan sebagai

jumlah poeristiwa perkembangan (yang diharapkan) atau situasional (yang tidak diharapkan)

serta ketegangan interkeluarga (tekanan dalam hubungan diantara anggota keluarga).

Persepsi anggota keluarga adalah interpretasi anggota keluarga secara tunggal atau secara

kolektif atau menyusun pengalaman mereka. Persepsi mewarnai sifat dan signifikasi stressor

keluarga yang mungkin, karena keluarga bereaksi tidak hanya terhadap stressor aktual, tetapi

juga terhadap pereistiwa saat keluarga merasakan atau menginterpretasikannya. Persepsi

keluarga merupakan hal yang terpenting. Peristiwa yang dipandang secara subjektif atau objektif

oleh keluarga yang sehat sebagai tantangan, dipandang oleh keluarga yang terpajan krisis sebagai

ancaman dan membebani. Dalam kasus ini stress yang besar dialami, yang pada gilirannya

membebani kapasitas adaptif keluraga.

Koping terdiri atas pemecahan upaya pemecahan masalah yang sangat relevan dengan

kesejahteraan, tetapi membebani sumber seseorang. Koping didefinisikan sebagai respon

(kognitifperilaku atau persepsi) terhadap ketegangan hidup eksternal yang berfungsi untuk

mencegah, menghindari, mengandalkan distress emosional. Koping adalah sebuah istilah yang

terbatas pada perilaku atau kognisi aktual yang ditampilkan seseorang, bukan pada sumber yang

mungkin mereka gunakan. Koping keluarga menunjukkan tingkat analisa kelompok keluarga

(atau sebuah tingkat analisis interaksional). Koping keluarga didefinisikan sebagai proses aktif

saat keluarga memamfaatkan sumber yang ada dan mengembangkan perilaku serta sumber baru

yang akan memperkuat unit keluarga dan mengurangi dampak peristiwa hidup penuh stress

(McCubbin,1979). Krisis keluarga adalah kondisi kekacauan, tidak teratur, atau ketidakmampuan

Page 5: Konseeeeeep Stres

dalam system keluarga yang berlangsung terus menerus. Krisi terjadi ketika sumber dan strategi

adaptif keluarga tidak efektif dalam mengatasi stressor.

  Adaptasi keluarga adalah suatu proses saat keluarga terlibat dalam respon langsung

terhadap tuntutan stressor yang ekstensif, dan menyadari bahwa perubahan sistemik dibutuhkan

dalam unit keluarga, untuk memperbaiki stabilitas fungsional dan memperbaiki kepuasaan dan

kesejahteraan keluarga (McCubbin, 1993). Proses adaptasi dalam sistem keluarga disebut

resilience keluarga. Pendekatan resilience keluarga guna bekerja dengan keluarga dibentuk atas

kompetensi dan kekuatan anggota keluarga yang memungkinkan penyediaan layanan kesehatan

bergeser dari model potogenik ke model berbasis kekuatan yaitu kita melihat keluarga

“ditantang”, bukan “hancur”, karena kemalangan.

B.     FASE WAKTU STRES DAN STRATEGI KOPING

1.      Periode Antrestres

Periode stress sebelim benar-benar melawan stressor, antisipasi kadang mungkin terjadi, terdapat

kesadaran terhadap bahaya yang mengancan atau ancaman situasi yang dirasakan. Jika keluarga

atau orang yang membantu dapat mengidentifikasi stressor yang akan dating, bimbingan

antispasi serta strategi koping pencegahan dapat dicari atau diberikan untuk memperlemah atau

mengurangi dampak stressor.

2.      Periode Stres Aktual

Strategi koping selama periode stress biasanya berbeda intensitas dan jenisnya dari strategi yang

digunakan sebelum awitan stressor dan stress. Mungkin terdapat stratergi defensive dan bertahan

yang sangat dasar digunakan selama periode ini jika stress dalam keluarga sangat berat. Dengan

energi yang luar biasa besar yang dikeluarkan dalam menangani stressor dan stre, banyak fungsi

keluarga (beberapa dapat penting bagi kesehatan keluarga) sering kali diabaikan atau dilakukan

secara tidak adekuat sampai keluarga memiliki sumber untuk mengatasi stressor dan stress.

Respon  koping yang paling membantu selama periode stress sering kali interkeluarga dan

mencari sumber dukungan spiritual.

3.      Periode Pascastres

Strategi koping yang diterpkan setelah periode stress akut, disebut fase pascatruama yang terdiri

dari satrategi untuk mengembalikan keluarga ke keadaan homeostasis yang seimbang. Untuk

meningkatkan kesejatreaan kel;uarga selam fase ini, keluarga perlu saling bekerja sama, saling

Page 6: Konseeeeeep Stres

mengungkapkan perasaan dan memecahkan masalah atau mencari atau memamfaatkan

dukungan keluarga untuk memperbaiki situasi penuh stress. Empat kemungkinan hasil akhir

pascatrauma antar lain;

a.       Keluarga berfungsi pad tingkat yang lebih tinggi dibandingkan sebelumnya.

b.      Keluarga berfungsi pada tingkat yang lebih rendah dari pada sebelumnya

c.       Keluarga berfungsi pada tingkat yang sama dengan prastres

d.      Perpecahan keluarga (seperti: perpisahan, perceraian dan pengabaian).

Ketika keluarga mengakhiri fungsinya pada tingkat kesejahteraan rendah atau dalam keadaan

perpecahan keluarag, anggota keluarga sering kali membutuhkan bantuan professional untuk

membantu keluarga meningkatkan rangkaian strategi koping yang efektif (Reiss, Streinglass &

Howe, 1993).

C.    TEORI STRES KELUARGA

1.      Teori stress keluarga Hill

Teori stress keluarga Hill (1999) klasik merupakan model yang paling singkat dan fasih dalam

menguraikan factor-faktor yang menyebabkan krisis dalam keluarga. Berdasarkan perpisahan

dan penyatuan, ia menyusun teori stress keluarga yang disebut  ABCX yaitu mengidentifikasi

kumpulan variabel besar (factor A, B, C,D dan X) dan hubungan yang menyebabkan

krisis/bukan krisi keluarga. Secara teoritis diuraikan proses penyesuaian “roller coaster” pasca

krisi yang dilewati keluarga.  Dua bagian kerangka teoritis masih tetap jelas tidak berubah selam

50 tahun terakhir. Kerangka ABCX ini memilki dua bagian, antara lain:

a.       Pernyataan yang berhubunagan dengan penentu krisis keluarga: A (peristiwa dan kesuliatan

yang terkait) yang berinteraksi dengan B ( sumber berhadapan dengan krisis keluarga) yang

berinteraksi dengan C ( definisi yang dibuat keluarga mengenia peristiwa tersebut) menghasilkan

X (krisis) (Hill,1965).

b.      Pernyataan yang lebih berorientasi proses terkait dengan jalannya penyesuaian secara krisis. Hill

(1965) menjelaskan bahwa perjalanan penyesuaian keluarga setelah sebuah krisis meliputi

periode disorganisasi, sudut pemulihan, reorganisasi dan tingkat baru fungsi keluarga.

2.      Model Relisience Stress, Penyesuaian dan Adaptasi Keluarga

Model relisience stress, penyesuaian dan adap-tasi keluarga adalah kerangka teoritis yang juga

menekan penyesuaian dan adap[tasi keluarga saat keluarga mengalami situasi hidup penuh stress.

Page 7: Konseeeeeep Stres

Model relisienca disusun berdasarkan karya awal Hill mengenai model stress ABCX saerta

model selanjutnya. Penekanan utama model ini adalah pada resilience keluarga atau kemampuan

mereka untuk pulih dari peristiwa yang menyedihkan. Model ini adalah model berbasis kekuatan

dan kemampuan yang mempengaruhi proses resilience.

Model resilience didasarkan empat asumsi yang mendasarkan mengenai kehidupan keluarga,

antara lain:

a.       Keluarga menghadapi kesulitan dan perubahan keluarga sebagai aspek kehidupan keluarga yang

dialami dan dapat diprediksi sepanjang siklus kehidupan

b.      Keluarga mengembangkan kekuatan yang dirancang untuk meningkatkan tumbuh kembang

anggota dan unit keluarga serts melindungi keluarga dari gangguan utama dalam mengahadapi

transisi dan perubahan keluarga

c.       Keluarga mengembangkan kekuatan dan kemampuan dasar serta unit yang dirancang untuk

melindungi keluarga dari stresorb dan ketegangan yang tidak diharapkan atau normative dan

meningkatkan adaptasi keluarga setelah suatu krisis keluarga atau transisi dan perubahan besar

d.      Keluarga mendapatkan mamfaat dan berperan pada jaringan hubungan dan sumber dalam

komunitas, terutama selama periode stress dan krisis keluarga (McCubbin,1991).

D.    STRESOR DAN DAMPAKNYA

Selama 50 tahun lebih  para peneliti telah menyadari bahwa besarnya perbedaan kuantitas

dan kualitas stressor yang dimiliki individu. Pada tahun 1949 awal, para peneliti secara

sistematis meneliti kualitas dan kuantitas perubahan hidup sreta dampaknya pada kesehatan

individu (Holmes dan Rahe, 1967). Dari studi ini, bobot diberlakukan terhadap berbagai

peristiwa hidup (baik perubahan hidup yang positif maupun negatif) yang menyebabkan

kesehatan yang buruk. Dari studu awal ini, pera peneliti mengembangkan alat berbasis keluarga

yang mengkaji perubahan hidup dalam keluarga. Alat pengkajian yang sering digunakan adalah

family inventory of live events and changes (FILE) (McCubbin, Patterson, & Wilson, 1983).

FILE adalah instrument yang dapat digunakan untuk mengkaji atau akumulasi stressor keluarga.

Pada masing-masing 71 peristiwa hidup dalam FILE diberi bobot berdasarkan bagimana

stress tersebut. Tujuh peristiwa hidup yang paling menimbulkan stress dalam skala hidup FILE

total adalah:

1.      Kematian seorang anak

2.      Kematian salah satu orang tua atau pasangan

Page 8: Konseeeeeep Stres

3.      Pasangan atau orang berpisah atau bercerai

4.      Adanya penganiayaan fisik atau seksual atau kekerasan dalam keluarga

5.      Anggota keluarga mengalami cact fisik atau penyakit kronik

6.      Pasangan atau orang tua berselingkuh

7.      Anggota dipenjara atau penahanan sementara pada anak-anak.

Keluarga yang memiliki akumulasi peristiwa hidup yang lebih tinggi telah ditemukan

memiliki fungsi keluarga yang rendah dan kesehatan anggota keluarga yang buruk.

E.     STRATEGI KOPING KELURGA

1.      Strategi Koping keluarga internal

Strategi koping keluarga internal memiliki tiga jenis strategi, yaitu strategi hubungan, kognitif

dan komunikasi.

a.       Strategi hubungan

1)      Mengandalkan kelompok keluarga

Kleuarga tertentu saat mengalami tekanan mengatasi dengan menjadi lebih bergantung pada

sumber mereka sendiri. Bersatu adalah satu dari proses penting dalam badai kehidupan keluarga.

Keluarga berhasil melalui masalah dengan menciptakan struktur dan organisasi yang lebih besar

dirumah dan keluarga. Ketika keluarga menetapkan struktur yang lebih besar, hal ini merupakan

upaya  untuk memiliki pengendalian yang lebih besar  terhadap keluarga mereka. Upaya ini

biasanya melibatkan penjadwalan waktu anggota yang lebih ketat, lebih banyak tugas per

anggota keluarga, organisasi ikatan yang lebih ketat, dan rutinitas ynag lebih kuku dan

terprogram. Bersamaan dengan lebih ketatnya batasan keluarga, menimbulkan kebutuhan

pengaturan  dan pengendalian anggota keluarga yang lebih besar, disertai harapan bahwa

anggota lebih disiplin dan menyesuaikan diri. Jika berhasil, keluarga menerapkan pengendalian

yang lebih besar dan mencapai integrasi dan kohesivitas yang lebih besar.

2)      Kebersamaan yang lebih besar

Salah satu membuat keluarga semakin erat dan memelihara sreta mengelola tingkat stress  dan

moral yang dibutuhkan keluarga adalah dengan berbagi perasaan dan pemikiran serta terlibat

dalam pengalaman aktivitas keluarga. Kebersamaan yang lebih besar menghasilkan kohesi

keluarga yang lebih tinggi, atribut keluarga yang mendapatkan perhatian yang luas sebagai

atribut keluarga inti (Olson, 1993). Hubungan  yang paling penting membutuhkan kohesivitas

Page 9: Konseeeeeep Stres

dan saling berbagi dalam system keluarga.kohesivitas keluarga yang tinggi khususnya membantu

saat keluarga pernah trauma, karena anggota sangat memerlukan dukungan. Aktivitas anggota

keluarga diwaktu luang merupakan sumber koping yang sangat penting guna memperbaiki

kohesi, moral, dan kepuasaan kelurga. Seperti yang banyak dikatakan orang, peribahas “sebuah

kelurga yang berperan bersama, tetap barsama” mengandung banyak sekali kebenaran. Strategi

koping ini akhirnya bertujuan membangun integrasi, kohesivitas, dan resilienceyang lebih besar

dalam keluarga.

3)      Fleksibitas peran

Perubahan yang cepat dan pervasif  dalam masyarakat serta dalam keluarga, khususny pada

pasangan, merupakantipe strategi keluarga yang sangat kuat. Olson (199) dan Walsh (1998) telah

menekankan bahwa fleksibitas peran adalah satu dari dimensi utama adaptasi keluarga. Keluarga

harus mampu beradaptasi terhadap perubahanperkembangan dan lingkungan. Ketika keluarga

berhasil mengatasi, keluarga mampu memelihara suatu keseimbangan dinamik antara perubahan

dan stabilitas. Fleksibitas peran memungkinkan kesimbangan ini berlanjut.

b.      Strategi kognitif

1)      Normalisasi

Strategi koping keluarga fungsional lainnya adalah kecenderunagan bagi keluarga untuk

normalisasi suesuatu sebanyak mungkin saat mereka mengatasi stressor jangka panjang yang

cenderung mengganggu kehidupan keluarga dan aktivitas rumah tangga. Normalisasi adalah

proses terus menerus yang melibatkan pengakuan pentakit kronik tetapi menegaskan kehidupan

keluarga sebagai kehidupan keluarga yang normal, menegaskan efek social memiliki anggota

yang memiliki atau menderita penyakit kronik sebagi suatu yang minimal, dan terlibat dalam

perilaku yang menunjukkan kepada orang lain bahwa keluarga tersebut adalah normal. Keluara

menormalkan dengan memenuhi ritual dan rutinitas. Hal ini membantu keluarga mengatasi stress

dan meningkatkan rasa keutuhan sepanjang waktu, sangat penting guna menormalisasi situasi

keluarga (Fiase, 2000).

2)      Pengendalian makna masalah dengan membingkai ulang dan penilaian pasif

Keluarga yang menggunakan strategi koping ini cenderung melihat aspek positif dari peristiwa

hidup penuh stress dan membuat peristiwa penuh stress menjadi tidak terlalu penting dalam

Page 10: Konseeeeeep Stres

hierarki nilai keluarga. Hal ini ditandai dengan naggota keluarga yang memiliki rasa percaya

dalam mengatasi kekganjilan denga mempertahankan pandangan optimistic terhadap peritiwa,

terus memiliki harapan dan berfokus pada kekuatan dan potensi.

Pembingkaian ulang adalah cara persepsi koping individu dan sering kali dipengaruhi oleh

keyakinan keluarga. Keluarga memiliki persepsi bersama, dan proses pembingkaian ulang akan

dipengaruhi oleh persepsi ini. Rolland menekankan  bahwa keyakinan individu dan keluarga

berfungsi sebagai peta kognitif  yang membimbing tindakan dan keputusan keluarga. Keyakinan

dapat sedemikian rupa, selaras dengan pandangan hidup, paradigm dan nilai keluarga.

Cara kedua keluarga mengendalikan makna stressor adalah dengan penilaian pasif, kadang

disebut sebagai penerimaan pasif. Pada cara kedua ini, keluarga menggunakan strategi koping

kognitif kolektif dalam memandang stressor atau kebutuhan yang menimbulkan stres sebagai

sesuatu yang akan selesai dengan sendirinya sepanjang waktu dan tentang hal tersebut tidak ada

atau sedikit yang dapat dilakukan. Seperti yang ditekankan Boss (1988), penilaian pasif dapat

menjadi strategi penurun stress yang efektif dalam jangka waktu pendek, khususnya dalam kasus

saat tidak ada satu pun yang dapat dilakukan. Akan tetapai jika strategi ini digunakan secara

konsisten dan sepnjang waktu, penggunaannya menghambat pemecahan masalah yang aktif da

perubahan dalam keluarga serta dapat menggangu adaptasi keluarga.

3)      Pemecahan masalah bersama

Pemecahan masalah bersama diantara anggota keluarga adalah styrategi konitif dan komunikasi

keluarga yang telah diteliti secara ekstensif melalui metode penelitian laboratorium oleh

kelompok peneliti keluarga (Klien, 1983; Reis, 1981; Strauss, 1968) dan dalam lingkungan alami

( Chesler & Barbari, 1987). Pemecahan masalah keluarga yang efektif meliputitujuh langkah

spesifik :

a)      Mengidentifikasi masalah

b)      Mengkomunikasikan tentang masalah

c)      Menghasilkan solusi yang mungkin

d)     Memutuskan satu dari solusi

e)      Melakukan tindakan

f)       Memantau atau memastikan bahwa tindakan dilakukan

g)      Mengevaluasi seluruh proses pemecahan masalah

Page 11: Konseeeeeep Stres

Dengan memasukkan strategi pemecahan masalah ini dalam kehidupan keluarga, keluarga

dipercaya dapat berfungsi secar efektif. Reiss menyebutkan keluarga yang menggunakan proses

pemecahan masalah yang efektif sebagi keluarga yang peka terhadapa lingkungan. Tipe keluarga

ini seperti melihat sifat masalah sebagi sesuatu “dia luar sana” dan tidak mencoba membuat

masalah menjadi internal. 

4)      Mendapatkan informasi dan pengetahuan

Keluarga yang berbasis kognitif berespon terhadap stress dengan mencari pengetahuan informasi

berkenaan dengan stressor dan kemungkinan stressor. Hal ini khususny terbukti dalam kasus

masalah kesehatan berat atau yang mengancaam hidup. Dengan mendapatkan informasi yang

bermamfaat, dapat meningkatkan perasaan memiliki beberapa pengendalan terhadap situasi dan

mengurangi rasa takut keluarga terhadap sesuatu yang tidak diketahui dan juga mengurangi rasa

takut keluarga terhadap sesuatu yang tidak diketahui serta membantu keluarega menilai stressor (

maknanya) lebih akurat dan mengambil tindakan yang diperlukan.

c.       Strategi Komunikasi

1)      Terbuka dan jujur

Anggota keluarga yang menunjukkan keterbukaan, kejujuran, pesan yang jelas dan perasaan

serta afeksi yang lebih besar dibutuhkan pada masa ini. Satir mengamati bahwa komunikasi

keluarga yang fungsional adalah langsung, terbuka,jujur dan jelas. Keterbukaan adalah

komunikatif dalam berbagai ide dan perasaan. Pemecahan masalah kolaboratif, yang dibahas

sebagai strategi koping kognitif, juga merupakan strategi koping kognitif, juga merupakan

strategi komunikasi, yang memfasilitasi koping dan adaptasi keluarga.

2)      Menggunakan humor dan tawa

Studi mengenai resilience menekankan bahwa humor tidak terhingga nilainya dalam mengatasi

penderitaan (Walsh, 1998). Humor tidak hnya dapat menyokong semangat, humor juga dapat

menyokong sistem imun seseorang dalam mendorong penyembuhan. Demikian juga bagi

keluarga, rasa humor adalah sebuah aspek yang penting. Humor dapat dapat memperbaiki sikap

keluarga terhadap masalah dan perawatan kesehatan serta mengurangi kecemasan dan

ketegangan. Humor dan tawa dapat dipandang sebagai alat perawatan diri untuk mengatasi stress

karena kemampuan tertawa dapat memberikan seseorang perasaan memiliki kekuatan terhadap

Page 12: Konseeeeeep Stres

situasi. Humor dan tawa dapat menyokang sikap positif dan harapan bukan perasaan tidak

berdaya atau depresi dalam situasi penuh stress.

2.      Strategi Koping Keluarga Eksternal

a.       Strategi komunitas

Kategori ini merujuk pada upaya koping keluarga yang terus menerus, jangka panjang, dan

umum bukan upaya seseorang menyesuaikan untuk mengurangi stressor khusus siapapun. Pada

kasus ini, anggota keluarga ini adalah peserta aktif (sebagai anggota aktif atau posisi pimpinan)

dalam klub, organisasi dan kelompok komunitas. Hubungan komunitas yang kreatif dapat dibuat

untuk memnuhi kebutuhan anggota keluarga seperti meminta anggota keluarga lansia yang

kurang memiliki kontak keluarga memberiakan bantuan disentra perawatan anak yang

kekurangan staf (Walsh, 1998).

b.      Memamfaatkan sistem dukungan social

1)      Dukungan social keluarga

Dukungan social keluarga merujuk pada dukungan social yang dirasakan oleh anggota keluarga

ada atau dapat diakses (dukungan social dapat atau tidak digunakan, tetapi anggota keluarga

dapat menerima bahwa orang pendukung siap memberikan bantuan dan pertolongan jika jika

dibutuhkan). Dukungan sosial keluarga dapat dating dari dalam dukungan social keluarga seperti

dukungan pasangan atau dukungan subling atau dari luar dukungan social keluarga  yaitu

dukungan social berada diluar keluarga nuklir (dalam jaringan social keluarga).

2)      Sumber dukungan keluarga

Menurut Caplan (1974) terdapat tiga sumber dukungan social umum. Sumber ini terdiri atas

jaringan informalyang spontan. Dukungan terorganisasi yang tidak diarahkan oleh petugas

kesehatan professional dan upaya terorganisasi oleh professional kesehatan. Dari semua ini

jaringan informal (diidentifikasi diatas kelompok yang memberikan jumlah bantuan terbanyak

selama masa yang dibutuhkan.  Caplan (1976) menjelaskan bahwa keluarga memiliki fungsi

pendukung meliputi:

a)       dukungan social (keluarga berfungsi sebagi pencari dan penyebar informasi mengenai dunia)

Page 13: Konseeeeeep Stres

b)       dukungan penilaian (keluarga bertindaksebagai sistem pembimbingumpan balik, membimbing

dan merantarai pemecahan masalahdan merupakan sumber sera validator identitas anggota)

c)      Dukungan tambahan (keluarga adalah sunber bantuan praktis dan konkret)

d)     Dukungan emosional (keluarga berfungsi sebagai pelabuhan istirahat dan pemulihan serta

membantu penguasaan emosional)

e)      Meningkatkan moral keluarga

c.       Dukungan spiritual

Berbagai studi menunjukkan hubungan yang jelas antara kesejahteraan spiritual dan peningkatan

kemampuan individu atau keluarga untuk mengatasi stress dan penyakit. Agama adalah

dorongan yang kuat dan pervasif dalam membentuk keluarga (Miller, 2000). Cara koping yang

berbasis spiritual bervariasi secara signifikan lintas budaya. Penelitian mengenai koping keluarga

dan individu serta resilience secara konsisten menunjukkan bahwa dukungan spiritual adalah

penting dalam mendukung kepercayaan keluarga sehingga mereka dapat mengatasi penderitaan.

F.     STRATEGI KOPING DISFUNGSIONAL KELUARGA 

Keluarga menggunakan berbagai strategi koping disfungsional khusus dalam upaya untuk

mengatasi masalah mereka. Pada sebagian besar kasus, strategi ini dipilih secara tidak sadar,

sering kali sebagai respons yang digunakan keluarga asal mereka dalam upaya  perlu

diperhatikan bahwa strategi koping disfungsional keluarga ini digunakan untuk mengurangi

stress dan ketegangan keluarga. Strategi koping disfungsional yang sering digunakan adalah:

1.      Penyangkalan masalah keluarga

Penyangkalan adalah mekanisme pertahanan yang digunakan oleh anggota keluarga dan keluarga

sebagai satu kesatuan. Pada basis jangka pendek, penyangkalan keluarga sering kali fungsional,

karena ini memungkinkan keluarga membeli waktu untuk melindungi dirinya sementara secara

bertahap menerima peristiwa yang menimbulkan kepedihan. Tetapi juga berlangsung lama,

penyangkalan bersifat disfungsional bagi keluarga.

2.      Pola dominasi atau kepatuhan ekstrem (otoritarinisme)

Otoritariniasme adalah kecenderungan seseorang untuk berhenti mandiri karena

ketidakberdayaan dan ketergantungan, serta keinginana untuk bergabung dengan seseorang atau

sesuatu diluar dirinya agar mendapatkan kekuasaan atau kekuatan yang dirasakan kurang. Dalam

keluarga otoriter, orang mengundurkan diri dari integritas pribadi mereka dan menjadi bagian

Page 14: Konseeeeeep Stres

dari simbiosis yang tidak sehat, patuh kepada dominasi. Anggota keluarga yang patuh sangat

bergantung pada individu yang dominan.

3.      Perpecahan dan kecanduan dalam keluarga

Untuk mengurangi ketegangan atau stress dalam keluarga, anggota keluarga boleh jadi secara

fisik atau psikososial saling terpisah. Perpisahan ini mencakup kehilangan anggota keluarga

karena pengabaian, perpisahan atau perceraian dan gangguan psikososial anggota keluarga lewat

keterlibatan anggota dalam kecanduan (misalnya alcohol, obat-obatan dan berjudi). Banyak

orang mengenali bahwa kecanduan alcohol dan obat-obatan adalah penyakit, hanya sedikit sekali

yang mengenali sebagai “penyakit keluarga” (Al-Anon Family Groups,2000). Saat ini kecanduan

anggota keluarga dipahami sebagai masalah sistem keluarga bukan masalah individu. Alcohol

dan obat-obatan telah memiliki pola intergenerasi. Penyalahgunaan minuman pada dewas muda

telah ditemukan dipengaruhi oleh disfungsi dalam keluarga asal.

4.      Kekerasan dalam keluarga

Menggunakan ancaman, mengkambinghitamkan dan otoriterisme ekstrem dapt menyebabkan

kekerasan dalam keluarga. Kekereasan dalam keluarga dapat dikenali sebagai satu dari empat

masalah kesehatan masyarakat utama saat ini (Galles,2000; Walsh,1996). Terdapat enam tipe

kekerasan dalam kelurga, antara lain:

a.       Penganiayaan pasangan

b.      Penganiayaan dan pengabaian anak

c.       Penganiayaan saudara kandung

d.      Penganiayaan lansia

e.       Penganiayaan orang tua

f.       Penganiayaan homoseksual

G.    FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KOPING 

1.      Perbedaan Gender dalam koping

Pria dan wanita menggunakan strategi koping yang berbeda. Wanita lebih menganggap lebih

bermamfaat berkumpul bersam orang lain, berbagi kekhawatiran dan kesulitan mereka dengan

kerabat atau teman dekat, mengungkapkan perasaan dan emosi yang positif dan negatif secara

terbuka, dan menghabiskan waktu guna mengembangkan diri dan hobi. Disi lain pria cenderung

menggunakan strategi yang lebih menarik diri seperti menyimpan perasaannya, mencoba

Page 15: Konseeeeeep Stres

menjaga orang lain mengetahui seberapa buruk kejadiannya dan mengkonsumsi alcohol lebih

banyak.

2.      Variasi Sosial Budaya Dalam Koping Keluarga

Variasi kelas social dalam  koping keluarga juga ada. Misalnya keluarga ynag lebih kaya dan

berpendidikan khasnya memilikin kebutuhan yang lebih besar untuk mengatur dan

mengendalikan peristiwa kesehatan mereka sehingga menggunakan lebih banyak strategi koping

keluarga dalam mendapatkan informasi dan pengetahuan. Keluarga miskin juga dapat merasakan

kurang percaya diri akan kemampuan mereka untuk mengendalikan takdirnya, dan dalam kasusu

ini dapatmenggunakan pengendalian makana denganpenelaian pasif.

3.      Dampak Gangguan Kesehatan

Seperti yang telah disebutkan, tipe koping yang digunakan individu yang bergantung pada

situasi. Denagn lebuh sedikit tuntutanyang diminta oleh keluarga (misalnya; semua berjalan

dengan baik dan anggota keluarga sehat), tipe pola koping tertentu yang bertahan lama dapat

secara khas diterapkan, seperti memelihara jalinan aktif dengan komunitas. Akan tetapi dengan

semakin banyaknya kemalangan (baik stressor kesehatan maupun tipe stressor lainnya seperti

ekonomi, lingkungan dll), cara koping yang umum biasanya tidak cukup, dan semakin luas

susunan strategi koping keluarga dihasilkan guna menghadapi tantangan.

H.    AREA PENGKAJIAN KELUARGA

Terdapat skala koping keluarga yang terstruktur dan teruji, yang digunakan untuk

penelitian dan praktik klinis serta pertanyaan pengkajian yang disertakan, dan informasi yang

dikumpulkan dari anggota keluarga melalui wawancara, serta laporan atau data dari sumber lain.

Pertanyaan yang menyertai relevan untuk dipertimbangkan saat menilai stressor, kekuatan,

persepsi, strategi koping dan adaptas.

1.      Stressor, Kekuatan, dan Persepsi Keluarga

a.       Stersor (baik jangka panjang maupun poendek) apa yang dialami oleh keluarga? Lihat family

inventory of life scale untuk contoh stressor yang signifikan. Pertimbangkan stressor lingkungan

dan sosioekonomi. Bagaiman kekuatan dan durasi dari stressor ini?

Page 16: Konseeeeeep Stres

b.      Kekuatan apa ynag menyebabakan stressor? Apakah keluarga mampu mengatasi stress biasa dan

ketegangan dalam kehidupan sehari-hari keluarga? Sumber apa yang dimiliki keluarga untuk

mengatasi stressor?

c.       Apa definisi keluarga mengenai situasi tersebut? Apakah dilihat sebagai tantangan secara

realistic dan penuh harapan? Apakah keluarga mampu bertindak bardasarka penilaian realistic

dan objektif mengenai situasi dan peristiwa penuh stress? Apakah stressor utama dilihat sangat

membebani, mustahil untuk diatasi, atau sedemikian rupa mengganggu?

2.      Strategi Koping Keluarga

a.       Bagaiman keluarga bereaksi terhadap stressor yang dialaminya? Strategi koping apa yang

digunakan? Strategi koping apa yang diterapkan keluarga dan untuk mengatasi tipe masalah apa?

Apakah anggota keluarga berada dalam cara koping mereka saat ini? Jika demikian, bagaimana

keluarga mengatasi perbedaab itu?

b.      Sejauh man keluarga menggunakan strategi koping internal:

1)      Mengandalkan kelompok keluarga

2)      Berbagi perasaan, pemikiran, dan aktivitas

3)      Fleksibilitas peran

4)      Normalisasi

5)      Mengendalikan makn masalah denagn pembimbing ulang dan penilaian pasif

6)      Pemecahan masalah bersam

7)      Mendapatkan informasi dan pengetahuan

8)      Terbuka dan jujur dalam komunikasi keluarga

9)      Menggunakan humor dan tawa

c.       Sejauh man keluarga menggunakan keluarga menggunakan strategi koping eksternal dan sistem

dukungan informal berikut:

1)      Memelihara jalinan aktif dengan komunitas

2)      Menggunakan dukungan spiritual

3)      Menggunakan sistem dukungan social

4)      Apakah keluarga memiliki ikatan yang bermakna dengan teman,  kerabat, tetangga, kelompok

social dan organisasi komunitas yang memberikan dukungan dan bantuan jika dibutuhkan?

5)      Jika demikian, siapa mereka dan bagaimana sifat hubungan mereka? Apakah keluarga memiliki

sedikit atau tidak memiliki teman, tetangga, kerabat, kelompok social atau organisasi

Page 17: Konseeeeeep Stres

komunikasi? Jika demikian, mengapa? Apakah keluarga mempunyai ketidakpuasan atau

kemarahan terhadap sumber dukungan social yang ada?

6)      Apa layanan dan petugas kesehatan yang membantu keluarga?

7)      Apa fungsi dan kekuatan dari hubungan ini?

d.      Strategi koping disfungsional apa yang telah digunakan keluarga atau apa yang sedang

digunakan? Apakah ada tanda-tanda disfungsionalitas berikut? Jika demikian, catat

keberadaannya dan seberapa ekstensif digunakannya?

1)      Mengambinghitamkan

2)      Penggunaan ancaman

3)      Orang ketiga

4)      Psedumutualitas

5)      Otoriterianisme

6)      Perpecahan keluarga

7)      Penyalahgunaan alcohol dan atau obat-obatan

8)      Kekerasan dalam keluarga

9)      Pengabaian anak

3.      Adaptasi

a.       Bagimana pengelolaan dan fungsi keluarga? Apakah stressor atau masalah keluarga dikelola

secara adekuat oleh keluarga? Apa dampak dari stressor pada fungsi keluarga?

b.      Apakah keluarga berada dalam krisis? Apakah masalah yang ada bagian ketidakmampuan

kronikmenyelesaikan masalah?

4.      Mengidentifikasi Stresor, Koping dan Adaptasi

Ketika perawat keluarga bekerja dengan keluarga sepanjang waktu, akan sangat bermamfaat

untuk mengidentifikasi atau memantau bagaimana keluarga bereaksi terhadap stressor, persepsi,

koping dan adaptasi. Apakah keluarga mulia pulih, menghasilkan proses koping yang berguna,

atau apakah tetap pada tingkat adptasi yang sama atau menunjukkan tanda-tanda penurunan

daptasi?

I.       DIAGNOSIS KEPERAWATN KELUARGA

Page 18: Konseeeeeep Stres

Menurut klasifikasi NANDA (NANDA, 2000), terdapat 12 diagnosis keperawatan yang

berhubungan erat dengan masalah stress, koping, dan adaptasi keluarga antara lain:

1.      Ketidakefektifan penatalaksanaan regimen terapi keluarga

2.      Kesiapan untuk meningkatkan koping keluarga

3.      Gangguan koping keluarga

4.      Ketidakmampuan koping keluarga

5.      Resiko kekerasan terhadap orang lain

6.      Gangguan proses keluarga

7.      Proses keluarga yang tidak fungsional: alkoholisme

8.      Berduka disfungsional

9.      Gangguan pemeliharaan rumah

10.  Distress spiritual

11.  Resiko distress spiritual

12.  Kesiapan untuk meningkatkan kesejahteraan spiritual

J.      INETRVENSI KEPERAWATAN KELUARGA

Intervensi keluarga didasarkan pada data pengkajian keluarga yang terkait dengan

stressor keluarga, persepsi stressor, koping, dan adaptasi. Seperti yang dibahas dalam pengkajian

serta diagnosis keperawatan keluarga yang teridentifikasi.

1.      Membantu Keluarga Menurunkan Factor Resiko

Perawat keluarga dapat, dengan menggunakan persfektif pencegahan, memberikan konsling pada

keluarga mengenai perlunya menurunkan pejanan terhadap atau kelebihan tekanan. Selain itu

penting untuk memberikan penyuluhan antisipasi. Berkenaan dengan ini, perawat keluarga dapat

membantu keluarga dengan menolong mereka mengidentifikasi dan siap terhadap situasi yang

mengancam. Satu cara membantu keluarga mengantasipasi apa yang mungkin terjadi adalah

dengan member ikan mereka informasi mengenai peristiwa yang mungkin terjadi (Wlsh, 1998)

2.      Membantu Keluarga Beresiko Untuk Mengatasi

a.       Dorong semua anggota keluarga terlibat

Merupakan cara untuk melibatkan anggota keluarga mencakup:

1)      Mendorong perawatan oleh anggota keluarga selama hospitalisasi

Page 19: Konseeeeeep Stres

2)      Menyertakan anggota keluarga, bersama dengan pasien terlibat dalam keputusan perawatan

jesehatan

3)      Mendorong anggota keluarga yang lansia memelihara hubungan keluarga yang dekat

4)      Member penyuluhan kepada pemberi asuhan

5)      Mendorong istirahat untuk pemberi perawatan primer dengan meminta anggota keluarga lain

yang bertugas

6)      Mendorong anggota keluarga saling berbagi cerita kehidupan mereka

b.      Mobilisasi keluarga

Dengan membatu keluarga mengenali, mengidentifikasi, dan memamfaatkan kekuatan dan

sumber keluarga guna secar positif mempengaruhi kesehatan keluarga yang sakit (Johson, 2001)

c.       Beri pujian pada upaya dan pencapaian keluarga

d.      Berdasrkan pengakuan dan poenghormatan terhadap nilai, kepentingan, dan tujuan keluarga

serta dukungan keluarga

Johson et.al 2001, mencantukan banyak cara umum yang dapat dilakukan oleh perawat

berorientasi keluarga. Beberapa anjuran mereka yang paling relevan adalah:

1)      Meningkatkan harapan yang realistic

2)      Mendengarkan anggota keluarga yang berhububngan dengan persepsi, perasaan, kekhawatiran

dan kepentingan mereka

3)      Memfasilitasi komunikasi antara anggota keluarga

4)      Mengorientasi anggota keluarga pada linhkungan dan sistem perawatan kesehatan

5)      Memberikan informasi yang dibutuhkan

6)      Memberikan advokasi bagi keluarga

7)      Memperkenalkan anggota keluarga ke keluarga lain yang mengalami masalah yang serupa

8)      Merujuk keluarga ke kelompok perawatan dari pendukung

9)      Berikan keluarga sumber atau referensi literature dan internet

e.       Ajarkan keluarga mengenai car, koping yang efektif

Program ini tidak sekedar mengenali kebutuhan keluarga mendapatkan pengetahuan kesehatan

yang dibutuhkan untuk perawatan, tetapi aspek psikososial perawatan dan kekhawatiran keluarga

(Campbell,2000).

f.       Dorong keluarga menormalisasi kehidupan keluarga dan distress keluarga sebanyak mungkin

g.      Bantu keluarga membingkai ulang dan member label ulang situasi masalah

Page 20: Konseeeeeep Stres

h.      Bantu keluarga mendapatkan dukungan spiritual yang mereka butuhkan

i.        Rujuk keluarga yang mengalami krisis

j.        Bantu keluarga meningkatkan dan memamfaatkan sistem dukungan social mereka.

3.      Pemamfaatan Kelompok Swa-Bantu

Perawat sangatlah menyadari mamfaat kelompok swa-bantu bagi anggota keluarga yang

membutuhkan dukungan guna mengatasi atau mengkoping pengalaman hidup penuh stress.

Intervensi khusus dapat sangat memfasilitasi keluarga:

a.       Mencari informasi tentang kelompok yang memberikan bantuan bagi individu dan keluarga

b.      Kolaborasi dengan kelompok tersebut

c.       Memahami bagaimana kelompok ini meningkatkan dan melengkapi layanan professional

d.      Merujuk anggota keluarga dan keluarga ke kelompok yang tepat

e.       Menciptakan kelompok baru untuk melakukan saat terjadi kekurangan kelompok swa-bantu

f.       Memberikan konsling anggota keluarga

4.      Terapi Keluarga Jaringan Sosial

Terapi jaringan social berlangsung di lingkungan rumah dengan keluarga dan jaringan social

luasnya, yang dipasangkan untuk menciptakan matriks social yang mengasuh dan sehat.

5.      Prinsip-Prinsip Intervensi Krisis Keluarga

a.       Mengidentifikasi peristiwa yang mencetuskan dan peristiwa hidup yang membahayakan

b.      Mengkaji interpretasi keluarga terhadap peristiwa

c.       Mengkaji sumber keluarga dan metode koping terhadap stressor

d.      Mengkaji status fungsi keluarga

6.      Pemberdayaan Keluarga

Figley (1989), menyiratkan bahwa pemberdayaan keluarga adalah sebanyak sikap filosofis

terhadap bekerja dengan keluarga trauma saat keluarga terlibat dalam aktivitas khusus tertentu.

Ketika ia memandang dan menerapi keluarga yang bermasalah, pendekatannya diperlembut oleh

penghormatan tulusnya terhadap kemampuannya bertindak secara alami dan kekuatan keluarga.

7.      Melindungi Anggota Keluarga Yang Berisiko Mengalami Kekerasan

Tujuan ini dapat dicapai dengan:          

a.       Mengenali dan melaporkan penganiayaan anak

b.      Mendukung dan merujuk pasangan, lansia, saudara kandung, orang tua, homoseksual yang

dianiaya, pelaku penganiayaan dan unit keluarga

Page 21: Konseeeeeep Stres

c.       Mengkoordinasi perawatan bagi keluarga dan anggota keluarga, bekerja secara kolaborasi

dengan petugas kesehatan lain dan pekerja kesejahteraan

8.      Merujuk Anggota Keluarga Yang Menunjukkan Masalah Koping Dan Disfungsi Yang Lebih

Kompleks

Ketika stress dan masalah koping keluarga di luar layanan yang dapat diberikan perawat

keluarga, perujukan dan tindak lanjut konsling atau terapi keluarga yang berkelanjutan sering

kali diindikasikan. Perujuk kekonselor yang menggunakan pendekatan sistem keluarga

seringkala sangat membantu.

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Banyak perubahan evolusioner dan revolusioner berlansung dimasyarakat kita dan

berhubungan dengan keluarga sepanjang waktu. Bagaimana keluarga mengatasi perubahan

penuh stress yang berbeda, walaupun dipercayai bahwa umumnya keluarga amerika dapat

bertindak secara efektif dan fleksibel dalam adaptasi mereka terhadap perubahan. Walaupun

begitu rentang respon yang luas terjadi saat kemalangan yang berat. Beberarapa keluarga

beradaptasi sangat baik terhadap stressor dan ketegangan dan mengubah pola fungsi,

menggunakan sumber dan strategi koping yang membantu mengelola stress tersebut.

Keluarga lain mengguanakan strategi kopinh yang membahayakan atau disfungsional

yang hanya dapat mengurangi stress sementara. Hasil akhir bagi keluarga ini dapat termasuk

kekerasan dalam keluarga, perpecahan keluarga dan kecanduan.

Keluarga dan anggota keluarga menggunakan susunan strategi koping keluarga yang luas

guna mengatasi situasi penuh stress. Strategi perilaku, kognitif,dan emosional diidentifikasi dan

dibahas terkait dampaknya terhadap fungsi keluarga. Strategi koping keluarga dapat dibagi

menjadi strategi koping keluarga internal dan eksternal, yang bergantung pada apakah strategi

intrakeluarga atau ekstrakeluarga.

Perawat keluarga dan professional perawatan kesehatan lain yang melakukan hubungan

denagan keluarga baik di lingkungan lembaga maupun komunitas berada dalam posisi kunci

Page 22: Konseeeeeep Stres

untuk mengkaji stressor, persepsi, kekuatan dan koping serta adaptasi keluarga dan melakukan

intervensi pada keluarga ini dengan memberikan adaptasi keluarga yang lebih optimal.

Untuk melengkapi pengkajian stress dan koping keluarag, pertanyaan khusus diajukan

terkait dengan masing-masing konsep mayor dalam area ini. Pertanyaan ini berfokus pada

stressor, kekuatan, persepsi keluarga, koping keluarga (strategi koping internal, eksternal dan

disfungsional) dan adaptasi keluarga.

B.     Saran

Diharapkan kepada mahasiswa  agar bisa menggunakan makalah ini dan juga

menjadikannya sebagai pedoman dalam memberikan intervensi keperawatan tentang proses dan

strategi koping yang bisa digunakan  pada keluarga dengan gangguan masalah kesehatan dan

dalam memberikan pendidikan serta konsling untuk merubah perilaku atau koping yang

digunakan apabila keluarga menggunakan strategi koping disfungsional dan mempertahankan

strategi koping keluarga ynag menggunakan strategi koping yang fungsional atau positif .

   

Page 23: Konseeeeeep Stres

DAFTAR PUSTAKA

Friedman. M, Marilyn. 1998. Keperawatn Keluarga. Jakarta. EGC

Friedman. M, Marilyn. 2002. Keperawatn Keluarga. Edisi 3. Jakarta. EGC

Friedman, M, Marilyn. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, Teori & Praktek. Edisi 5.

Jakarta. EGC 

Murwani, arita. 2009.  Pengantar konsep dasar keperawatan.  Pengantar konsep dasar keperawatan.

Yogyakarta: fitraatmaja

Setiawati, santun. 2008. Asuhan keperawatan keluarga. Jakarta: tim-2008

Tamher, sayuti dkk.2009.pengkajian keperawatan jadi individu, keluarga & komunitas. Jakarta: tim-

2009