12
KONSELING NARAPIDANA I. PENDAHULUAN Masalah tindak pidana atau perilaku kriminal selalu menjadi bahan yang menarik serta tidak habis-habisnya untuk dibahas dan diperbincangkan, masalah ini merupakan masalah sensitif yang menyangkut masalah-masalah peraturan sosial, segi-segi moral, etika dalam masyarakat dan aturan-aturan dalam agama. Tindak pidana oleh banyak orang dianggap sebagai suatu kegiatan yang tergolong anti sosial, menyimpang dari moral dan norma-norma di dalam masyarakat serta melanggar aturan-aturan dalam agama Berbagai tindak kejahatan sering terjadi di masyarakat, misalnya pencurian, perampokan, penipuan, pembunuhan dan sebagainya. Dari semua tindak kejahatan tersebut terjadi dikarenakan berbagai macam faktor yang mempengaruhinya, seperti keterpaksaan seseorang melakukan tindak kejahatan pencurian yang dikarenakan faktor ekonomi, faktor lingkungan atau terikut dengan lingkungan yang ada di sekitarnya dan sebagainya. Kesemua tindak kejahatan yang terjadi tersebut harus mendapat ganjaran yang setimpal atau seimbang, sehingga dengan demikian agar ketertiban, ketentraman dan rasa keadilan di masyarakat dapat tercapai dengan baik. Zaman dulu, ketika kehidupan masyarakat masih sederhana, setiap pelanggaran hukum dapat diselesaikan pada saat itu juga. Setiap pemimpin formal yang juga biasa bertindak sebagai 1

KONSELING NARAPIDANA

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KONSELING NARAPIDANA

KONSELING NARAPIDANA

I. PENDAHULUAN

Masalah tindak pidana atau perilaku kriminal selalu menjadi bahan yang menarik serta

tidak habis-habisnya untuk dibahas dan diperbincangkan, masalah ini merupakan masalah

sensitif yang menyangkut masalah-masalah peraturan sosial, segi-segi moral, etika dalam

masyarakat dan aturan-aturan dalam agama. Tindak pidana oleh banyak orang dianggap

sebagai suatu kegiatan yang tergolong anti sosial, menyimpang dari moral dan norma-norma

di dalam masyarakat serta melanggar aturan-aturan dalam agama

Berbagai tindak kejahatan sering terjadi di masyarakat, misalnya pencurian,

perampokan, penipuan, pembunuhan dan sebagainya. Dari semua tindak kejahatan tersebut

terjadi dikarenakan berbagai macam faktor yang mempengaruhinya, seperti keterpaksaan

seseorang melakukan tindak kejahatan pencurian yang dikarenakan faktor ekonomi, faktor

lingkungan atau terikut dengan lingkungan yang ada di sekitarnya dan sebagainya. Kesemua

tindak kejahatan yang terjadi tersebut harus mendapat ganjaran yang setimpal atau

seimbang, sehingga dengan demikian agar ketertiban, ketentraman dan rasa keadilan di

masyarakat dapat tercapai dengan baik.

Zaman dulu, ketika kehidupan masyarakat masih sederhana, setiap pelanggaran hukum

dapat diselesaikan pada saat itu juga. Setiap pemimpin formal yang juga biasa bertindak

sebagai Hakim, dapat menyelesaikan konflik segera setelah perbuatan dilakukan, sehingga

tidak diperlukan tempat untuk menahan para pelanggar hukum untuk menunggu pelaksanaan

hukuman. Seiring semakin kompleksnya kehidupan masyarakat, fungsi tempat penahanan

bagi pelanggar hukum merupakan kebutuhan yang tidak dapat dielakkan, karena para Hakim

membutuhkan waktu untuk memutuskan suatu perkara sambil menunggu suatu putusan,

para pelanggar hukum ditempatkan dalam suatu bangunan.1

Di dalam UU No 12/1995 tentang Pemasyarakatan, pengertian narapidana adalah

terpidana yang hilang kemerdekaan di lembaga pemasyarakatan. Sedangkan pengertian

1 David J. Cooke, Pamela J. Baldwin dan Jaqueline Howison, Menyikap Dunia Gelap Penjara(Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008), hal. iii

1

Page 2: KONSELING NARAPIDANA

terpidana adalah seseorang yang dipidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap.

Pada saat ini masyarakat masih mempunyai pandangan yang negatif terhadap sosok

narapidana (napi). Narapidana oleh masyarakat dianggap sebagai trouble maker atau

pembuat kerusuhan yang selalu meresahkan masyarakat sehingga perlu diwaspadai. Proses

sosialisasi mantan narapidana dari lembaga pemasyarakatan menuju masyarakat yang

sesungguhnya sangat sulit dilakukan karena adanya stereotype tersebut. Padahal jelas,

masyarakat mempunyai peran yang sangat berarti dalam proses sosialisasi.

II. RUMUSAN MASALAH

A. Apa Pengertian Narapidana?

B. Bagaimana Sistem Pemasyarakatan di Indonesia?

C. Bagaimana Pembinaan Terhadap Narapidana?

D. Bagaimana Proses Pembinaan dan Bimbingan Narapidana?

III. PEMBAHASAN

A. Pengertian Narapidana

Mengenai istilah narapidana dijelaskan sebagai berikut, narapidana adalah

manusia yang kerena perbuatannya melanggar norma hukum, maka dijatuhi hukuman

pidana oleh hakim2.

Narapidana adalah manusia biasa seperti manusia lainnya hanya karena melanggar

norma hukum yang ada, maka dipisahkan oleh hakim untuk menjalani hukuman.3

Narapidana adalah seorang yang merugikan pihak lain yang kurang mempunyai

tanggung jawab terhadap Tuhan dan Masyarakat serta tidak menghormati hukum. 4

Narapidana adalah orang tahanan, orang yang ditahan di lembaga pemasyarakatan

atau rumah tahanan.5

Dari pengertian narapidana diatas dapat diambil kesimpulan, bahwa narapidana

adalah seseorang yang telah melangagar kaidah atau norma hukum yang ada

2 Budi Salimin Santoso, Kebijaksanaan Pembinaan Narapidana Dalam Pembangunan Nasional Berdasarkan Sistem Permasyarakatan. Jakarta: dirjen BTW hal. 363 Dirdjosworo, Soedjono. 1992. Sejarah dan Asas Teknologi (Pemasyarakatan). Bandung : Amico hal. 1924 Ibid. hal 1925 Simorangkir, dkk. 1987. Kamus Hukum. Jakarta : Aksara Baru. Hal, 102

2

Page 3: KONSELING NARAPIDANA

dimasyarakat karena tindakannya, sehingga ia dikenai sanksi hukuman oleh putusan

pengadilan.

B. Sistem Pemasyarakan di Indonesia

Pidana penjara pada hakekatnya dimaksudkan untuk memperbaiki seseorang yang

telah terbukti melanggar aturan hukum pidana agar mereka menjadi orang baik dalam

kehidupannya di masyarakat dan selanjutnya mematuhi aturan hukum pidana

yangberlaku.

Namun dalam pelaksanaannya, pidana tersebut banyak mengandung keburukan-

keburukan karena perlakuan yang kurang menusiawi tekanan- tekanan baik secara

biologis maupun psikologis hanya dialami oleh pidana selama menjalani proses pidana

dalam penjara. Akibatnya setelah keluar dari penjara mereka tidak terdorong untuk

memperbaiki atas perbuatannya yang melanggar itu, tetapii terdorong untuk

mengulanginya lagi. Sehubungan dengan itu maka, dipandang perlu mencari alaternatif

lainnya, sehingga pengaruh buruk itu dapat dihindarkan. Adapun jalan keluar yang

harus ditempuh untuk mengatasi dari pelaksanaan pidana penjara dengan siatem

pemasyarakatan yang sesuai dengan fungsinya dari hukum pidana sekarang. Disamping

memelihara ketertiban yang membantu proses perubahan masyarakat guna mencapai

masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan UUD 1945 yang lebih menghormati

asas kemanusiaan.

Tujuan pidana perjara disamping menimbulkan rasa derita akibat dihilangkannya

kemerdekaan bergerak, membimbing terpidana agar bertaubat, mendidik agar ia

menjadi masyarakat sosialis Indonesia yang baik dan tujuan pidana penjara adalah

pemasyarakatan. 6

Makna siatem pemasyarakatan adalah siatem untuk membina narapidanaagar

dapat kebalimenjadi anggota masyarakat yang baik dan berguna. Dalam hal ini dapat

diperhatikan prinsip permasyarakatan sebagai berikut :

1. Mengayomi dan memberikan bekal hidup agar mereka dapat menjalankan peranan

sebagai warga masyarakat yang baik dan berguna.

6 Muladi. 1985. Lembaga Pidana Bersyarat. Bandung : Penerbit Alumni. Hal. 104

3

Page 4: KONSELING NARAPIDANA

2. Menjatuhkan pidana bukan merupakan tindakan balas dendam oleh Negara, hal

ini berarti tidak ada penyiksaan terhadap nerapidana dan anak didik baik yang

berupa tindakan, perlakuan, ucapan, cara perawatan ataupun penempatan.

Berikan bimbingan bukan penyiksaan kepada mereka agar bertaubat. Memberikan

pengertian norma-norma dan sertakan mereka dalam kegiatan sosial utuk menumbuhkan

rasa hidup kemasyarakatan

C. Pembinaan Terhadap Narapidana

1. Pembinaan kepribadian

a. Pembinaan kesadaran agama

Usaha ini di perlukan agar dapat terguhkan iman terutama memberikan

pengertian agar warga binaan permasyarakatan menyadari akibat dari

perbuatan yang benar dan perbuatan yang salah.

b. Pembinaan kemampuan intelektual

Usaha ini diperlukan agar kemampuan berfikir warga binaan permasyarakatan

semakin meningkat sehingga menunjang kegiatan – kegiatan positif yang

diperlukan selama masa pembinaan. Pembinaan intelektual dapat dilakukan

dengan pendidikan formal ataupun nonformal. Pendidikan formal,

diselenggrakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkann

oleh pemerintah. Pembinaan non formal diselenggarakan sesuai dengan

kebutuhan dan kemampuan melalui kursus- kursus, pelatihan ketrampilan dan

sebagainya.

c. Pembinaan kesadaran hukum

Pembinaan ini dilaksanakan dengan memberikan penyuluhan hukum untuk

mencapai kadar kesadaran hukum yang tinggi, sehingga sebagai anggota

masyarakat mereka menyadari hak dan kewajiban dalam rangka menegakkan

hukum dan keadilan.

d. Pembinaan pengintegrasikan diri dengan masyarakat

Pembinaan ini dapat dikatakan juga pembinaan sosial kemasyarakatan yang

bertujuan pokok agar narapidana setelah bebas dari rumah tahanan mudah

diterima kembali oleh masyarakat lingkungannya. Untuk mencapai ini kepada

4

Page 5: KONSELING NARAPIDANA

mereka dibina terus untuk taat beribadah dan melakukan kegiatan sosial serta

gotong royong.

2. Pembinaan kemandirian

a. Pembinaan kemandirian diberikan melalui program-program seperti berikut :

b. Ketrampilan untuk mendukung usaha-usaha mandiri seperti kerajinan tangan,

industri rumah tangga, reparasi mesin-mesin dan elektronika

c. Ketrampilan untuk mendukung usaha – usaha industri kecil, misalnya

pengolahan bahan mentah dari sektor pertanian dan bahan alam dari bahan

setengan jadi menjadi jadi.

d. Ketrampilan yang dikembangkan sesuai dengan bakatnya masing-masing.

Dalam hal ini yang mempunyai bakat tertentu diusahakan pengembangan

bakatnya itu.

3. Asimilasi

Pembinaan narapidana yang berlandaskan dengan sistem kemasyarakatan ini

bertujuan untuk mempersiapkan narapidana kembali ke dalam kehidupan

masyarakat sebagai warga yang taat dan patuh terhadap hukum serta produktif

sehingga berguna bagi pembangunan. Salah satu proses yang di tenpuh adalah

dengan proses asimilasi yaitu pembinaan narapidana yang dilakukan dengan

membawa narapidana ke dalam kehidupan masyarakat, adalah sebagai berikut :

a. Memulihkan hubungan narapidana dengan masyarakat

b. Memperoleh dan meningkatkan peran serta masyarakat aktif dalam

penyelenggaraan pemasyarakatan.

D. Proses Pembinaan dan Bimbingan Narapidana

1. Tahap Awal

Pada waktu narapidana itu masuk diadakan pengecekan terhadap vonis hakim

(putusan pengadilan) , kemudian diadakan penelitian secara menyeluruh dan keadaan

tentang narapidana yang bersangkutan. Misalnya pemeriksaan kesehatan,

pengambilan sidik jari, pembuatan pas foto dan pembuatan berita acara serah terima

5

Page 6: KONSELING NARAPIDANA

terpidana. Setelah diperoleh kebenaran dari proses itu, narapidana diberikan

penjelasan tentang hak-haknya sebagai narapidana. Apabila narapidana mengidap

suatu penyakit menular maka dari pihak rumah tahanan berkewajiban memberikan

obat sampai narapidana itu sembuh. Hal ini dilakukan sebelum narapidana itu

dimasukan ke dalam blok-blok kamar bersama narapidana lainnya.

2. Tahap Peralihan

Setelah pembinaan dari narapidana sudah berjalan kurang lebih 1/3 dari masa

pidananya dan sudah menunjukan sikap yang baik, disiplin, dapat dipercaya dan

bertangungjawab atas perbuatannya, maka narapidana itu diberikan ijin untuk

bergaul dengan masyarakat umum dan diberikan ijin pula untuk mengikuti kegiatan

kemasyarakata..

3. Tahap Akhir

Tahap akhir dari pembinaan narapidana adalah asimilasi dengan melalui

pelepasan bersyarat. Hal tersebut dilaksanakan setelah 2/3 masa pidananta. Seorang

narapidana benar-benar ditengah masyarakat (hidup seperti masyarakat biasa)

sampai masa pidananya berakhir. Dalam hal ini narapidana ikut aktif dalam

pekerjaan-pekerjaan yang ada dalam masyarakat. Hal ini berguna untuk memulihkan

hubungan narapidana dengan masyarakat.

Tahap ini dapat dikatakan juga sebagai proses kehidupan sosial kemasyarakatan

yang bertujuan pokok agar narapidana yang telah bebas dari rumah tahanan mudah

duterima kembali oleh masyarakat dalam lingkungannya.7

Fenomena masyarakat saat ini, bahwa narapidana yang telah keluar dari rumah

tahanan kurang diterima bagitu baik keberadaanya untuk kembali hidup bersama

masyarakat. Anggapan di masyarakat bahwa sekali berbuat jahat maka orang tersebut

akan berbuat jahat atau dengan asas praduga bersalah yang berkepanjangan. Adanya

anggapan masyarakat bahwa narapidana yang telah berada di rumah tahanan masih

mempunyai kecenderungan kuat untuk menjadi Residivis (orang yang berukang kali

melakukan tindak kejahatan). Hal ini akan mengakibatkan seorang narapidana

setelah bebas dari rumah tahanan tidah memperoleh hak kemanusiannya kembali

dalamlingkungan masyarakatnya. Fenomena tersebut menimbulkan dampak yang

7 Andi Riyanto. 2006. Skripsi : integrasi narapidana di masyarakat setelah bebas dari rumah tahanan di desa karanglo kecamatan polanharjo kabupaten klaten. Hal. 54

6

Page 7: KONSELING NARAPIDANA

kurang baik bagi narapidana setelah bebas dari rumah tahanan, karena mereka

tertekan karena mempunyai beban moral yang berat sehingga cenderung kembali

untuk melakukan tindakan kejahatan yang pernah dilakukannya.

Peran keluarga para narapidana merupakan faktor internal yang sangat penting

untuk membentuk jiwa dan rasa kepercayaan diri pada diri narapidana setelah

kembali dari rumah tahanan untuk kembali hidup ke dalam lingkungan masyarakat.

Faktor eksternal dari pemerintah, tokoh-tokoh masyarakat dan lingkungan sekitar

juga sangat penting dalam membentuk jiwa dan moral narapidana agar kembali

menjadi masyarakat yang baik dan patu terhadap norma hukum.

IV. KESIMPULAN

Narapidana adalah seseorang yang telah melanggar kaidah atau norma hukum yang

ada dimasyarakat karena tindakannya, sehingga ia dikenai sanksi hukuman oleh putusan

pengadilan. Tujuan pidana perjara disamping menimbulkan rasa derita akibat

dihilangkannya kemerdekaan bergerak, membimbing terpidana agar bertaubat, mendidik

agar ia menjadi masyarakat sosialis Indonesia yang baik dan tujuan pidana penjara adalah

pemasyarakatan . Peran keluarga para narapidana merupakan factor internal yang sangat

penting untuk membentuk jiwa dan rasa kepercayaan diri pada diri narapidana setelah

kembali dari rumah tahanan untuk kembali hidup ke dalam lingkungan masyarakat. Factor

eksternal dari pemerintah, tokoh-tokoh masyarakat dan lingkungan sekitar juga sangat

penting dalam membentuk jiwa dan moral narapidana agar kembali menjadi masyarakat

yang baik dan patu terhadap norma hukum

V. PENUTUP

Demikian pemaparan makalah dari kami. Apabila ada kesalahan mari koreksi bersama

untuk perbaikan makalah berikutnya. Semoga makalah ini bermanfaat untuk pembaca yang

budiman. Aamiin.

7

Page 8: KONSELING NARAPIDANA

DAFTAR PUSTAKA

Santoso, Salimin Budi, Kebijaksanaan Pembinaan Narapidana Dalam Pembangunan Nasional

Berdasarkan Sistem Permasyarakatan. (Jakarta: Dirjen BTW)

Dirdjosworo, Soejono. 1992. Sejarah dan Asas Teknologi (Pemasyarakatan). Bandung : Amico

Simorangkir, dkk. 1987. Kamus Hukum. (Jakarta : Aksara Baru).

Riyanto, Andi. 2006. Skripsi : Integrasi Narapidana Di Masyarakat Setelah Bebas Dari Rumah

Tahanan Di Desa Karanglo Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten.

(Semarang : UNNES)

Muladi. 1985. Lembaga Pidana Bersyarat. (Bandung : Penerbit Alumni)

Cooke, David J, Pamela J. Baldwin dan Jaqueline Howison, 2008. Menyikap Dunia Gelap

Penjara. (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama)

8