Upload
syaefulloh-aminn
View
471
Download
23
Embed Size (px)
Citation preview
KONSELING NARAPIDANA
I. PENDAHULUAN
Masalah tindak pidana atau perilaku kriminal selalu menjadi bahan yang menarik serta
tidak habis-habisnya untuk dibahas dan diperbincangkan, masalah ini merupakan masalah
sensitif yang menyangkut masalah-masalah peraturan sosial, segi-segi moral, etika dalam
masyarakat dan aturan-aturan dalam agama. Tindak pidana oleh banyak orang dianggap
sebagai suatu kegiatan yang tergolong anti sosial, menyimpang dari moral dan norma-norma
di dalam masyarakat serta melanggar aturan-aturan dalam agama
Berbagai tindak kejahatan sering terjadi di masyarakat, misalnya pencurian,
perampokan, penipuan, pembunuhan dan sebagainya. Dari semua tindak kejahatan tersebut
terjadi dikarenakan berbagai macam faktor yang mempengaruhinya, seperti keterpaksaan
seseorang melakukan tindak kejahatan pencurian yang dikarenakan faktor ekonomi, faktor
lingkungan atau terikut dengan lingkungan yang ada di sekitarnya dan sebagainya. Kesemua
tindak kejahatan yang terjadi tersebut harus mendapat ganjaran yang setimpal atau
seimbang, sehingga dengan demikian agar ketertiban, ketentraman dan rasa keadilan di
masyarakat dapat tercapai dengan baik.
Zaman dulu, ketika kehidupan masyarakat masih sederhana, setiap pelanggaran hukum
dapat diselesaikan pada saat itu juga. Setiap pemimpin formal yang juga biasa bertindak
sebagai Hakim, dapat menyelesaikan konflik segera setelah perbuatan dilakukan, sehingga
tidak diperlukan tempat untuk menahan para pelanggar hukum untuk menunggu pelaksanaan
hukuman. Seiring semakin kompleksnya kehidupan masyarakat, fungsi tempat penahanan
bagi pelanggar hukum merupakan kebutuhan yang tidak dapat dielakkan, karena para Hakim
membutuhkan waktu untuk memutuskan suatu perkara sambil menunggu suatu putusan,
para pelanggar hukum ditempatkan dalam suatu bangunan.1
Di dalam UU No 12/1995 tentang Pemasyarakatan, pengertian narapidana adalah
terpidana yang hilang kemerdekaan di lembaga pemasyarakatan. Sedangkan pengertian
1 David J. Cooke, Pamela J. Baldwin dan Jaqueline Howison, Menyikap Dunia Gelap Penjara(Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008), hal. iii
1
terpidana adalah seseorang yang dipidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap.
Pada saat ini masyarakat masih mempunyai pandangan yang negatif terhadap sosok
narapidana (napi). Narapidana oleh masyarakat dianggap sebagai trouble maker atau
pembuat kerusuhan yang selalu meresahkan masyarakat sehingga perlu diwaspadai. Proses
sosialisasi mantan narapidana dari lembaga pemasyarakatan menuju masyarakat yang
sesungguhnya sangat sulit dilakukan karena adanya stereotype tersebut. Padahal jelas,
masyarakat mempunyai peran yang sangat berarti dalam proses sosialisasi.
II. RUMUSAN MASALAH
A. Apa Pengertian Narapidana?
B. Bagaimana Sistem Pemasyarakatan di Indonesia?
C. Bagaimana Pembinaan Terhadap Narapidana?
D. Bagaimana Proses Pembinaan dan Bimbingan Narapidana?
III. PEMBAHASAN
A. Pengertian Narapidana
Mengenai istilah narapidana dijelaskan sebagai berikut, narapidana adalah
manusia yang kerena perbuatannya melanggar norma hukum, maka dijatuhi hukuman
pidana oleh hakim2.
Narapidana adalah manusia biasa seperti manusia lainnya hanya karena melanggar
norma hukum yang ada, maka dipisahkan oleh hakim untuk menjalani hukuman.3
Narapidana adalah seorang yang merugikan pihak lain yang kurang mempunyai
tanggung jawab terhadap Tuhan dan Masyarakat serta tidak menghormati hukum. 4
Narapidana adalah orang tahanan, orang yang ditahan di lembaga pemasyarakatan
atau rumah tahanan.5
Dari pengertian narapidana diatas dapat diambil kesimpulan, bahwa narapidana
adalah seseorang yang telah melangagar kaidah atau norma hukum yang ada
2 Budi Salimin Santoso, Kebijaksanaan Pembinaan Narapidana Dalam Pembangunan Nasional Berdasarkan Sistem Permasyarakatan. Jakarta: dirjen BTW hal. 363 Dirdjosworo, Soedjono. 1992. Sejarah dan Asas Teknologi (Pemasyarakatan). Bandung : Amico hal. 1924 Ibid. hal 1925 Simorangkir, dkk. 1987. Kamus Hukum. Jakarta : Aksara Baru. Hal, 102
2
dimasyarakat karena tindakannya, sehingga ia dikenai sanksi hukuman oleh putusan
pengadilan.
B. Sistem Pemasyarakan di Indonesia
Pidana penjara pada hakekatnya dimaksudkan untuk memperbaiki seseorang yang
telah terbukti melanggar aturan hukum pidana agar mereka menjadi orang baik dalam
kehidupannya di masyarakat dan selanjutnya mematuhi aturan hukum pidana
yangberlaku.
Namun dalam pelaksanaannya, pidana tersebut banyak mengandung keburukan-
keburukan karena perlakuan yang kurang menusiawi tekanan- tekanan baik secara
biologis maupun psikologis hanya dialami oleh pidana selama menjalani proses pidana
dalam penjara. Akibatnya setelah keluar dari penjara mereka tidak terdorong untuk
memperbaiki atas perbuatannya yang melanggar itu, tetapii terdorong untuk
mengulanginya lagi. Sehubungan dengan itu maka, dipandang perlu mencari alaternatif
lainnya, sehingga pengaruh buruk itu dapat dihindarkan. Adapun jalan keluar yang
harus ditempuh untuk mengatasi dari pelaksanaan pidana penjara dengan siatem
pemasyarakatan yang sesuai dengan fungsinya dari hukum pidana sekarang. Disamping
memelihara ketertiban yang membantu proses perubahan masyarakat guna mencapai
masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan UUD 1945 yang lebih menghormati
asas kemanusiaan.
Tujuan pidana perjara disamping menimbulkan rasa derita akibat dihilangkannya
kemerdekaan bergerak, membimbing terpidana agar bertaubat, mendidik agar ia
menjadi masyarakat sosialis Indonesia yang baik dan tujuan pidana penjara adalah
pemasyarakatan. 6
Makna siatem pemasyarakatan adalah siatem untuk membina narapidanaagar
dapat kebalimenjadi anggota masyarakat yang baik dan berguna. Dalam hal ini dapat
diperhatikan prinsip permasyarakatan sebagai berikut :
1. Mengayomi dan memberikan bekal hidup agar mereka dapat menjalankan peranan
sebagai warga masyarakat yang baik dan berguna.
6 Muladi. 1985. Lembaga Pidana Bersyarat. Bandung : Penerbit Alumni. Hal. 104
3
2. Menjatuhkan pidana bukan merupakan tindakan balas dendam oleh Negara, hal
ini berarti tidak ada penyiksaan terhadap nerapidana dan anak didik baik yang
berupa tindakan, perlakuan, ucapan, cara perawatan ataupun penempatan.
Berikan bimbingan bukan penyiksaan kepada mereka agar bertaubat. Memberikan
pengertian norma-norma dan sertakan mereka dalam kegiatan sosial utuk menumbuhkan
rasa hidup kemasyarakatan
C. Pembinaan Terhadap Narapidana
1. Pembinaan kepribadian
a. Pembinaan kesadaran agama
Usaha ini di perlukan agar dapat terguhkan iman terutama memberikan
pengertian agar warga binaan permasyarakatan menyadari akibat dari
perbuatan yang benar dan perbuatan yang salah.
b. Pembinaan kemampuan intelektual
Usaha ini diperlukan agar kemampuan berfikir warga binaan permasyarakatan
semakin meningkat sehingga menunjang kegiatan – kegiatan positif yang
diperlukan selama masa pembinaan. Pembinaan intelektual dapat dilakukan
dengan pendidikan formal ataupun nonformal. Pendidikan formal,
diselenggrakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkann
oleh pemerintah. Pembinaan non formal diselenggarakan sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan melalui kursus- kursus, pelatihan ketrampilan dan
sebagainya.
c. Pembinaan kesadaran hukum
Pembinaan ini dilaksanakan dengan memberikan penyuluhan hukum untuk
mencapai kadar kesadaran hukum yang tinggi, sehingga sebagai anggota
masyarakat mereka menyadari hak dan kewajiban dalam rangka menegakkan
hukum dan keadilan.
d. Pembinaan pengintegrasikan diri dengan masyarakat
Pembinaan ini dapat dikatakan juga pembinaan sosial kemasyarakatan yang
bertujuan pokok agar narapidana setelah bebas dari rumah tahanan mudah
diterima kembali oleh masyarakat lingkungannya. Untuk mencapai ini kepada
4
mereka dibina terus untuk taat beribadah dan melakukan kegiatan sosial serta
gotong royong.
2. Pembinaan kemandirian
a. Pembinaan kemandirian diberikan melalui program-program seperti berikut :
b. Ketrampilan untuk mendukung usaha-usaha mandiri seperti kerajinan tangan,
industri rumah tangga, reparasi mesin-mesin dan elektronika
c. Ketrampilan untuk mendukung usaha – usaha industri kecil, misalnya
pengolahan bahan mentah dari sektor pertanian dan bahan alam dari bahan
setengan jadi menjadi jadi.
d. Ketrampilan yang dikembangkan sesuai dengan bakatnya masing-masing.
Dalam hal ini yang mempunyai bakat tertentu diusahakan pengembangan
bakatnya itu.
3. Asimilasi
Pembinaan narapidana yang berlandaskan dengan sistem kemasyarakatan ini
bertujuan untuk mempersiapkan narapidana kembali ke dalam kehidupan
masyarakat sebagai warga yang taat dan patuh terhadap hukum serta produktif
sehingga berguna bagi pembangunan. Salah satu proses yang di tenpuh adalah
dengan proses asimilasi yaitu pembinaan narapidana yang dilakukan dengan
membawa narapidana ke dalam kehidupan masyarakat, adalah sebagai berikut :
a. Memulihkan hubungan narapidana dengan masyarakat
b. Memperoleh dan meningkatkan peran serta masyarakat aktif dalam
penyelenggaraan pemasyarakatan.
D. Proses Pembinaan dan Bimbingan Narapidana
1. Tahap Awal
Pada waktu narapidana itu masuk diadakan pengecekan terhadap vonis hakim
(putusan pengadilan) , kemudian diadakan penelitian secara menyeluruh dan keadaan
tentang narapidana yang bersangkutan. Misalnya pemeriksaan kesehatan,
pengambilan sidik jari, pembuatan pas foto dan pembuatan berita acara serah terima
5
terpidana. Setelah diperoleh kebenaran dari proses itu, narapidana diberikan
penjelasan tentang hak-haknya sebagai narapidana. Apabila narapidana mengidap
suatu penyakit menular maka dari pihak rumah tahanan berkewajiban memberikan
obat sampai narapidana itu sembuh. Hal ini dilakukan sebelum narapidana itu
dimasukan ke dalam blok-blok kamar bersama narapidana lainnya.
2. Tahap Peralihan
Setelah pembinaan dari narapidana sudah berjalan kurang lebih 1/3 dari masa
pidananya dan sudah menunjukan sikap yang baik, disiplin, dapat dipercaya dan
bertangungjawab atas perbuatannya, maka narapidana itu diberikan ijin untuk
bergaul dengan masyarakat umum dan diberikan ijin pula untuk mengikuti kegiatan
kemasyarakata..
3. Tahap Akhir
Tahap akhir dari pembinaan narapidana adalah asimilasi dengan melalui
pelepasan bersyarat. Hal tersebut dilaksanakan setelah 2/3 masa pidananta. Seorang
narapidana benar-benar ditengah masyarakat (hidup seperti masyarakat biasa)
sampai masa pidananya berakhir. Dalam hal ini narapidana ikut aktif dalam
pekerjaan-pekerjaan yang ada dalam masyarakat. Hal ini berguna untuk memulihkan
hubungan narapidana dengan masyarakat.
Tahap ini dapat dikatakan juga sebagai proses kehidupan sosial kemasyarakatan
yang bertujuan pokok agar narapidana yang telah bebas dari rumah tahanan mudah
duterima kembali oleh masyarakat dalam lingkungannya.7
Fenomena masyarakat saat ini, bahwa narapidana yang telah keluar dari rumah
tahanan kurang diterima bagitu baik keberadaanya untuk kembali hidup bersama
masyarakat. Anggapan di masyarakat bahwa sekali berbuat jahat maka orang tersebut
akan berbuat jahat atau dengan asas praduga bersalah yang berkepanjangan. Adanya
anggapan masyarakat bahwa narapidana yang telah berada di rumah tahanan masih
mempunyai kecenderungan kuat untuk menjadi Residivis (orang yang berukang kali
melakukan tindak kejahatan). Hal ini akan mengakibatkan seorang narapidana
setelah bebas dari rumah tahanan tidah memperoleh hak kemanusiannya kembali
dalamlingkungan masyarakatnya. Fenomena tersebut menimbulkan dampak yang
7 Andi Riyanto. 2006. Skripsi : integrasi narapidana di masyarakat setelah bebas dari rumah tahanan di desa karanglo kecamatan polanharjo kabupaten klaten. Hal. 54
6
kurang baik bagi narapidana setelah bebas dari rumah tahanan, karena mereka
tertekan karena mempunyai beban moral yang berat sehingga cenderung kembali
untuk melakukan tindakan kejahatan yang pernah dilakukannya.
Peran keluarga para narapidana merupakan faktor internal yang sangat penting
untuk membentuk jiwa dan rasa kepercayaan diri pada diri narapidana setelah
kembali dari rumah tahanan untuk kembali hidup ke dalam lingkungan masyarakat.
Faktor eksternal dari pemerintah, tokoh-tokoh masyarakat dan lingkungan sekitar
juga sangat penting dalam membentuk jiwa dan moral narapidana agar kembali
menjadi masyarakat yang baik dan patu terhadap norma hukum.
IV. KESIMPULAN
Narapidana adalah seseorang yang telah melanggar kaidah atau norma hukum yang
ada dimasyarakat karena tindakannya, sehingga ia dikenai sanksi hukuman oleh putusan
pengadilan. Tujuan pidana perjara disamping menimbulkan rasa derita akibat
dihilangkannya kemerdekaan bergerak, membimbing terpidana agar bertaubat, mendidik
agar ia menjadi masyarakat sosialis Indonesia yang baik dan tujuan pidana penjara adalah
pemasyarakatan . Peran keluarga para narapidana merupakan factor internal yang sangat
penting untuk membentuk jiwa dan rasa kepercayaan diri pada diri narapidana setelah
kembali dari rumah tahanan untuk kembali hidup ke dalam lingkungan masyarakat. Factor
eksternal dari pemerintah, tokoh-tokoh masyarakat dan lingkungan sekitar juga sangat
penting dalam membentuk jiwa dan moral narapidana agar kembali menjadi masyarakat
yang baik dan patu terhadap norma hukum
V. PENUTUP
Demikian pemaparan makalah dari kami. Apabila ada kesalahan mari koreksi bersama
untuk perbaikan makalah berikutnya. Semoga makalah ini bermanfaat untuk pembaca yang
budiman. Aamiin.
7
DAFTAR PUSTAKA
Santoso, Salimin Budi, Kebijaksanaan Pembinaan Narapidana Dalam Pembangunan Nasional
Berdasarkan Sistem Permasyarakatan. (Jakarta: Dirjen BTW)
Dirdjosworo, Soejono. 1992. Sejarah dan Asas Teknologi (Pemasyarakatan). Bandung : Amico
Simorangkir, dkk. 1987. Kamus Hukum. (Jakarta : Aksara Baru).
Riyanto, Andi. 2006. Skripsi : Integrasi Narapidana Di Masyarakat Setelah Bebas Dari Rumah
Tahanan Di Desa Karanglo Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten.
(Semarang : UNNES)
Muladi. 1985. Lembaga Pidana Bersyarat. (Bandung : Penerbit Alumni)
Cooke, David J, Pamela J. Baldwin dan Jaqueline Howison, 2008. Menyikap Dunia Gelap
Penjara. (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama)
8