30
KONSELOR SEBAGAI TELENT SCOUT: IDENTIFIKASI KEBERBAKATAN, MASALAH PERKEMBANGAN GIFTED, DAN KEBUTUHAN BIMBINGAN KONSELING BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesungguhnya Indonesia memiliki banyak anak-anak yang tergolong memiliki kecerdasan dan bakat istimewa. Keberadaan anak-anak ini belum disadari sepenuhnya oleh para pendidik (guru). Jika kita mengacu pada data di atas maka kita akan menemukan keberadaan mereka dalam setiap populasi di sekolah. Anak-anak ini terkadang memang sulit untuk disadari karena potensi mereka sering tertutup oleh masalah/gangguan perilaku, keadaan social budaya, dan kondisi lain yang menyebabkan mereka menjadi sulit untuk menunjukkan kemampuan yang dimilikinya. Sebagaimana yang sering terjadi pada kasus-kasus anak berbakat. Mereka sering dituduh sebagai anak nakal, pemalas, suka mengganggu, atau bahkan disebut anak bodoh. Sesungguhnya perilaku negative yang muncul dari anak berbakat itu lebih disebabkan oleh banyak factor, diantaranya pembelajaran yang tidak mampu mengakomodasi kemampuan dan kebutuhan belajarnya. Tentunya itu sangat merugikan. Sangat disayangkan bila kondisi ini terus terjadi. Jika terus terjadi maka kita akan banyak kehilangan generasi unggul. Kerugian besar bagi kita jika anak-anak berbakat ini tidak dapat mengaktualisasikan potensinya. Sebaliknya, apabila mereka mampu mengaktualisasikan potensinya maka bangsa ini akan memperoleh manfaat yang besar dari hasil-hasil karya mereka. Jangan sampai terjadi lagi, banyak diantara mereka “dibajak” oleh negara lain. Contohnya dalam setiap kegiatan olimpiade sains tingkat internasional, negara-negara seperti Singapura atau Korea sering melakukan pendekatan ke peserta dari Indonesia dengan jalan “mengiming-ngiming” pekerjaan dan kesejahteraan agar anak-anak cerdas itu bersedia mengabdi pada mereka.

Konselor Sebagai Telent Scout

Embed Size (px)

Citation preview

KONSELOR SEBAGAI TELENT SCOUT: IDENTIFIKASI KEBERBAKATAN, MASALAH PERKEMBANGAN GIFTED, DAN KEBUTUHAN BIMBINGAN KONSELING

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sesungguhnya Indonesia memiliki banyak anak-anak yang tergolong memiliki kecerdasan dan bakat istimewa. Keberadaan anak-anak ini belum disadari sepenuhnya oleh para pendidik (guru). Jika kita mengacu pada data di atas maka kita akan menemukan keberadaan mereka dalam setiap populasi di sekolah. Anak-anak ini terkadang memang sulit untuk disadari karena potensi mereka sering tertutup oleh masalah/gangguan perilaku, keadaan social budaya, dan kondisi lain yang menyebabkan mereka menjadi sulit untuk menunjukkan

kemampuan yang dimilikinya.

Sebagaimana yang sering terjadi pada kasus-kasus anak berbakat. Mereka sering dituduh sebagai anak nakal, pemalas, suka mengganggu, atau bahkan disebut anak bodoh. Sesungguhnya perilaku negative yang muncul dari anak berbakat itu lebih disebabkan oleh banyak factor, diantaranya pembelajaran yang tidak mampu mengakomodasi kemampuan dan kebutuhan belajarnya. Tentunya itu sangat merugikan. Sangat disayangkan bila kondisi ini terus terjadi. Jika terus terjadi maka kita akan banyak kehilangan generasi unggul.

Kerugian besar bagi kita jika anak-anak berbakat ini tidak dapat mengaktualisasikan potensinya. Sebaliknya, apabila mereka mampu mengaktualisasikan potensinya maka bangsa ini akan memperoleh manfaat yang besar dari hasil-hasil karya mereka. Jangan sampai terjadi lagi, banyak diantara mereka “dibajak” oleh negara lain. Contohnya dalam setiap kegiatan olimpiade sains tingkat internasional, negara-negara seperti Singapura atau Korea sering melakukan pendekatan ke peserta dari Indonesia dengan jalan “mengiming-ngiming” pekerjaan dan kesejahteraan agar anak-anak cerdas itu bersedia mengabdi pada mereka.

Seharusnya kita sendiri yang harus lebih peduli terhadap potensi yang dimiliki oleh anak-anak tersebut. Kepedulian itu perlu dikembangkan mulai dari para pendidik sebagai ujung tombak keberhasilan pendidikan bagi mereka itu. Para pendidik harus menyadari bahwa di dalam kelas tempat ia melakukan proses pembelajran terdapat keberagaman kemampuan belajar yang dimiliki oleh peserta didik/siswanya. Itu harus disadari dan diperhatikan secara seksama sehingga proses pembelajaran yang dilakukan akan mempedulikan keberagaman itu. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan antara lain bahwa "warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus" (Pasal 5, ayat 4). Di samping itu juga dikatakan bahwa "setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya" (pasal 12, ayat 1b). Hal ini pasti merupakan berita yang menggembirakan bagi warga negara yang memiliki bakat khusus dan tingkat kecerdasan yang istimewa untuk mendapat pelayanan pendidikan sebaik-baiknya.

Di kelas-kelas Taman Kanak-Kanak atau Sekolah Dasar anak-anak berbakat sering tidak menunjukkan prestasi yang menonjol. Sebaliknya justru menunjukkan perilaku yang kurang menyenangkan, misalnya: tulisannya tidak teratur, mudah bosan dengan cara guru mengajar, terlalu cepat menyelesaikan tugas tetapi kurang teliti, dan sebagainya. Yang menjadi minat dan perhatiannya kadang-kadang justru hal-hal yang tidak diajarkan di kelas.

Tulisan anak berbakat sering kurang teratur karena ada perbedaan perkembangan antara perkembangan kognitif (pemahaman, pikiran) dan perkembangan motorik, dalam hal ini gerakan tangan dan jari untuk menulis. Perkembangan pikirannya jauh lebih cepat daripada perkembangan motoriknya. Demikian juga seringkali ada perbedaan antara perkembangan kognitif dan perkembangan bahasanya, sehingga dia menjadi berbicara agak gagap karena pikirannya lebih cepat daripada alat-alat bicara di mulutnya.

Berdasarkan kondisi demikian dibutuhkan layanan konseling yang diharapkan dapat mengaktualkan potensi yang dimiliki oleh anak-anak berbakat itu. Layanan ini dapat dilakukan teritegrasi dengan progam pembelajaran dan kegiatan sekolah lainnya. Sehingga penting sekali untuk dipahami tentang konsep keberbakatan ini, identifikasinya, permasalahan yang dihadapi, dan kebutuhan layanan bimbingan dan konselingnya.

B. Permasalahan

berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka adapun permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain sebagai berikut:

1. Apakah konsep dari keberbakatan itu?

2. Bagaimana mengindetifikasi keberbakatan?

3. Bagaimana kebutuhan bimbingan konseling bagi anak berbakat?

C. Tujuan penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini anatara lain sebagai berikut:

1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah bimbingan konseling bagi anak berkebutuhan khusus.

2. Untuk mengetahui konsep keberbakatan

3. Untuk mengetahui identifikasi anak berbakat

4. Untuk mengetahui kebutuhan BK bagi anak berbakat

BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakekat Anak Berbakat

Banyak istilah keberbakatan (anak berbakat) yang digunakan di psikologi seperti gifted, talented,genius dan prodigy ternyata tidak memiliki satu definisi atau batasan yang sama.

Abdurrachman & Sudjadi (1995) Istilah gifted ditujukan untuk orang, anak didik atau siswa yang memiliki kemampuan akademis (secara umum) yang tinggi, yang ditandai dengan didapatkannya skor IQ yang tinggi pada pengerjaan tes kecerdasan/intelegensi, sedangkan talented adalah kebalikannya, ditujukan untuk orang yang memiliki kemampuan unggul dalam bidang akademis yang khusus (seperti matematika, bahasa), juga bidang seni, musik, dan drama. Jadi kalau gifted itu ditujukan untuk kemampuan akademis secara umum, sedangkan talented ditujukan untuk dua kemampuan unggul:

- Bidang akademis khusus

- Bidang non-akademis

Contoh orang yang talented bisa diwakili oleh Bung Karno yang sangat jago dalam berpidato dan jago menguasai massa. Presiden Soekarno (EYD: Sukarno) dapat berpidato berjam-jam tanpa jeda dan tanpa teks, dan anehnya pendengarnya tidak jenuh-jenuh dan tetap serius mendengarkan beliau.

Adapun bedanya gifted dan genius (jenius)?Genius merujuk pada individu yang telah menampilkan kemampuan tingkat tinggi yang luar biasa pada prestasi bermakna, sedangkan giftedadalah secara umum merujuk pada mereka yang menampilkan tanda-tanda atau indikasi kemampuan superior. Jadi, seorang gifted belum tentu orang yang jenius, sebab gifted belum tentu memberikan kontribusi unik pada lingkungannya dalam kurun tertentu, tetapi orang jenius sudah pasti seorang gifted. Contoh orang jenius bisa diwakili oleh Bapak B.J. Habibie yang banyak memberikan kontribusi yang mengagumkan dalam bidang teknologi penerbangan di Indonesia dan dunia, juga berkontribusi atas perkembangan demokrasi di Indonesia.

Istilah prodigy (anak ajaib) merujuk pada anak yang mampu berprestasi secara menakjubkan dalam bidang keterampilan tertentu seperti matematika, catur dan musik. Jadi prodigy ini boleh dibilang sama dengan talented menurut pengertian di atas. Contoh orang seperti ini barangkali bisa diwakili oleh Utut Adianto, seorang pecatur yang sering dianggap sebagai yang terbaik yang pernah dimiliki Indonesia. Ia adalah Grandmaster (GM) Indonesia berperingkat tertinggi di dunia saat ini. Saat meraih gelar grand master, ia adalah pecatur Indonesia termuda yang berhasil mencapai prestasi ini, yaitu pada usia 21 tahun.

Kita telah mendapat gambaran perbedaan antara anak berbakat, talented, jenius, dan prodigy. Selanjutnya dalam makalah ini hanya akan diperdalam mengenai hakekat anak berbakat.

1. Pengertian Anak Berbakat

Kirk & Gallagher, dalam Abdurrachman (1995) pada awalnya, Keberbakatan (giftedness) memiliki pengertian yang berbeda-beda untuk tiap latar budaya. Dalam kebudayaan yunani kuno yang dimaksud dengan orang berbakat adalah yang memiliki kecakapan luar biasa dalam berpidato, sedangkan di Roma ialah insinyur atau prajurit. Pengertian berbakat di Amerika Serikat pada mulanya dikaitkan dengan skor tes inteligensi Standford Binet yang dikembangkan yang dikembangkan oleh Terman setelah perang dunia II. Anak-anak yang memiliki skor IQ 130 atau 140 dinyatakan sebagai anak berbakat.

Munandar (1982), defenisi keberbakatan di Indonesia yang disepakati pada seminar pengembangan pendidikan luar biasa di jakarta pada tanggal 15-17 September 1980 menyatakan bahwa yang dimaksud anak berbakat adalah mereka yang oleh orang-orang profesional diidentifikasikan sebagai anak yang mampu mencapai prestasi tinggi karena mempunyai kemampua-kemampuan yang unggul. Anak-anak tersebut memerlukanprogram pendidikan yang berdeferensiasi dan atau pelayanan di luar jangkauan program sekolah biasa, agar dapat merealisasikan sumbangan mereka terhadap masyarakat maupun terhadap dri sendiri.

Pengertian giftedness atau keberbakatan telah diungkapkan oleh Joseph S.

Renzulli (Rahardja, 2006), bahwa keberbakatan itu harus memenuhi tiga area, yaitu kecerdasan di atas rata-rata, memiliki kreatifitas, dan keterikatan terhadap tugas/motivasi. Jadi anak berbakat harus memiliki minimal 3 ciri tersebut. Konsep tersebut dikenal dengan The Three Rings Conception, dapat digambarkan seperti di bawah ini:

Pada gambar terlihat bahwa keberbakatan ditunjukkan dalam bagian yang diarsir, yang merupakan perpaduan dari masing-masing konsep. Kelebihan-kelebihan mereka bisa nampak dalam tanda-tanda berikut:

§ Kemampuan inteligensi umum yang sangat tinggi, biasanya ditunjukkan dengan perolehan tes inteligensi yang sangat tinggi, misal IQ diatas 120.

§ Bakat istimewa dalam bidang tertentu, misalnya bidang bahasa, matematika, seni, dan lain-lain. Hal ini biasanya ditunjukkan dengan prestasi istimewa dalam bidang-bidang tersebut.

§ Kreativitas yang tinggi dalam berpikir, yaitu kemampuan untuk menemukan ide-ide baru.

§ Kemampuan memimpin yang menonjol, yaitu kemampuan untuk mengarahkan dan mempengaruhi orang lain untuk bertindak sesuai dengan harapan kelompok.

§ Prestasi-prestasi istimewa dalam bidang seni atau bidang lain, misalnya seni musik, drama, tari, lukis, dan lain-lain.

Jelaslah bahwa keberbakatan dapat meliputi macam-macam bidang, dapat bersifat umum atau bersifat khusus. Berbakat atau gifted dapat berarti : memiliki kemampuan intelektual umum atau bakat-bakat khusus dalam derajat yang tinggi.

2. Klasifikasi Anak Berbakat

Sternberg (Colangelo dan Davis) dalam Abdurrachman & Sudjadi (1995) mengklasifikasikan keberbakatan berdasarkan teori triachic dari inteligensi manusia. Menurut teori tersebut ada tiga macam keberbakatan, yaitu:

a. Keberbakatan analitik

Keberbakatan analitik meliputi kemampuan memilah masalah dan memahami bagian-bagian dari masalah tersebut. Orang yang memiliki keberbakatan analitik mampu melaksanakan dengan baik tes-tes inteligensi konvensional kerena tes-tes tersebut mengutamakan penalaran analisis.

Contoh: seorang mahasiswa memperleh skor yang unggul dalam sekali tes, nilai-nilainya sangat baik. Akan tetapi mahasiswa tersebut tidak memiliki kemampuan untuk mengemukakan ide-ide cemerlang yang berasal dari dirinya sendiri sehingga mengalami kesulitan untuk menemukan masalah yang ingin dipecahkan melalui penelitian ilmiah untuk tesisnya.

b. Keberbakatan sintetik

Keberbakatan sintetik tampak pada orang yang memiliki kemampuan memahami, intuitif, kreatif, atau benar-benar cakap dalam mengatasi situasi-situasi yang relatif baru

Contoh: seorang mahasiswa tidak memperoleh nilai tinggi pada semua tes hasil belajar, namn mahasiswa ini sangat kreatif dalam mengemukakan ide-ide untuk penelitian baru.

c. Keberbakatan praktis

Keberbakatan praktis meliputi penerapan kemampuan analitik maupun sintetik dalam kehidupan sehari-hari, dalam situasi-situasi pragmatik. Orang yang berbakat praktis dapat masuk ke suatu lingkungan, memperhitungkan kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan untuk memperoleh keberhasilan dalam lingkungan tersebut dan kemudian melaksanakannya.

Contoh: seorang mahasiswa yang memiliki kemampuan analitik dan kemampuan sintetis yang tidak terlalu tinggi, tetapi mampu meraih keberhasilan tinggi dalam dalam memperhitungkan apa yang perlu dilakukan dalam meraih keberhasilan dalam suatu lingkungan akademik.

3. Karakteristik Anak Berbakat

Berikut ini secara berturut-turut akan dikaji karakteristik anak-anak yang memiliki keberbakatan intelektual, keberbakatan akdemik, keberbakatan kreatif, keberbakatan kepemimpinan dan sosial, dan keberbakatan dalam seni:

a. Keberbakatan intelektual

Berdasarkan hasil penelitian Terman dan penelitian-penelitian lain, Kitano dan Kirby dalam Abdurrachman & Sudjadi (1995) mencoba menyimpulkan karakteristik anak berbakat intelektual sebagai berikut:

§ Memiliki perbendaharaan kata-kata yang maju pada usianya.

§ Memiliki minat yang lebih dini terhadap buku-buku untuk membaca

§ Memiliki kemampuan membaca lebih awal dan belajar sendiri pada usia dua atau tiga tahun

§ Membaca secara mandiri dan sering menyukai buku-buku bacaan orang dewasa

§ Cepat dalam belajar dan mudah mengingat informasi faktual

§ Cepat memahami hubungan sebab akibat

§ Memiliki rasa ingin tahu yang besar

§ Lebih menyukai teman-teman yang usianya lebih tinggi

§ Memiliki rasa humor yang matang untuk usianya

§ Menyukai pengalaman-pengalaman baru dan menantang

§ Memiliki retensi yang tinggi tentang informasi

§ Memiliki kemampuan yang tinggi dalam membuat perencanaan , pemecahan masalah dan berpikir abstrak

§ Memiliki simpanan informasi yang luas tentang berbagai topik

§ Mempunyai perhatian yang besar terhadap isu-isu tentang baik buruk

b. Keberbakatan Akademik

Dari penemuan-penemuan Bloom dan peneliti-peneliti lain, Kitano dan Kirbu (1986) dalam Abdurrachman & Sudjadi (1995) mengidentifikasikan karakteristik anak yang berbakat dalam bidang akademik khusus sebagai berikut:

§ Memiliki perhatian yang lama terhadap suatu bidang akdemik khusus

§ Memiliki pemahaman yang dangat maju tentang konsep, metode, dan terminologi dari bidang akademik khusus.

§ Mampu mengaplikasikan berbagai konsep dari bidang akademik khusus yang dpelajari pada aktivitas-aktivitas dalam bidang-bidang lain

§ Kesediaan mencurahkan sejumlah besar perhatian dan usaha untuk mencapai standar yang tinggi dalam suatu bidang akademik

§ Memiliki sifat kompetitif yang tinggi dalam suatu bidang akademik khusus dan motivasi yang tinggi untuk berbuat yang terbaik

§ Belajar dengan cepat dalam suatu bidang akademik khusus.

c. Keberbakatan kreatif

Menurut Taft dan Gilchhrist seperti dikutip oleh kitano dan Kirby (1986:77) dalam Abdurrachman & Sudjadi (1995:193) anak dengan prestasi kreatif tinggi menunjukkan karakteristik sebagai berikut:

§ Memiliki rasa ingin tahu yang besar

§ Cenderung mengerjakan sesuatu dengan cara mereka sendiri

§ Lebih menyukai kerja sendiri

§ Senang bereksperimen tentang apa saja

§ Aktif berimajinasi

§ Mampu berpikir dan banyak cara untuk mencapai tujuan

§ Mampu menghasilkan ide-ide orisinal

§ Memiliki ketajaman atau rasa humor yang tinggi

§ Memiliki sensitivitas terhadap keindahan

§ Krang tertarik pada detail

d. Keberbakatan kepemimpinan dan sosial

Menurut Jerecky seperti dikutip oleh kitano dan Kirby (1986:81) dalam Abdurrachman & Sudjadi (1995:195) karakteristik anak berbakat sosial antara lain:

§ Fisik yang menarik dan rapi dalam penampilan

§ Diterima dari mayoritas teman-teman sebaya dan orang dewasa

§ Keterlibatan dalam beberapa kegiatan sosial

§ Kecenderungan dipandag sebagai juru pemisah dalam pertengkaran

§ Memiliki kepercayaan tentang persamaan derajat semua orang dan jujur

§ Memiliki tenggang rasa

§ Bebas dari tekanan emosi dan mampu mengontrol ekspresi emosional sehingga relevan dengan situasi

§ Mampu mempertahankan hubungan abadi dengan teman sebaya dan orang dewasa

§ Memiliki kepastian yang luar biasa untuk menanggulangi sitasi sosial dengan cerdas, humor dan pemahaman

e. Keberbakatan dalam seni

Kitano dan Kirby (1986:77) dalam Abdurrachman & Sudjadi (1995:193) karakeristik anak berbakat dalam bidang seni, baik seni rupa, seni musik, maupun seni drama, sebagai berikut:

§ Mampu menyusu nada-nada orisinal

§ Menyukai aktivitas musikal

§ Merespon secara sensitif terhadap musik

§ Mengisi waktu luang dnegan menggambar atau melukis

§ Memperlihatkan imajinasi yang luar biasa tinggi

§ Memperlihatkan kemahiran dalam menggambarkan gerakan

§ Memperlihakan perhatian dalam aktivitas drama secara sukarela

§ Ahli dalam memainkan peran

§ Secara mudah mengaitkan cerita-cerita dengan penggunaan secara efektif ekspresi gerak tubuh dan wajah

B. Identifikasi Anak Berbakat

Identifikasi ini penting dilakukan untuk menemukan anak berbakat sedini mungkin. Dengan ditemukannya anak berbakat yang ada di dalam populasi sekolah atau kelas maka potensi mereka akan segera dapat dilayani dan dikembangkan menjadi kemampuan yang aktual. Untuk melakukan identifikasi guru dapat dibantu oleh konselor. Bruder FIC (....).

Proses identifikasi anak berbakat merupakan pengembangan dari ciri atau karakteristik yang telah ditemukan, dengan demikian diharapkan dapat memperlancar usaha penemuan dan penempatan anak berbakat. Hal tersebut sangat membantu dalam menetapkan kebutuhan pendidikan anak berbakat. Mengidentifikasi anak berbakat bukanlah hal yang mudah. Oleh karena banyak anak-anak berbakat di sekolah tidak menampakkan bakat mereka dan tidak dipupuk. Banyak di antara mereka berasal dari golongan ekonomi rendah, mengalami masalah emosional yang menyamarkan kemampuan intelektualnya atau subkultur yang menekan kemampuan bicara.

Proses awal identifikasi yang lazim digunakan adalah menggunakan tes inteligensi namun cara ini dianggap memakan biaya, waktu dan tenaga. Untuk itu ada cara lain yang dianjurkan adalah cara metode majemuk yang merupakan kombinasi dari penggunaan tes inteligensi dengan observasi dan studi kasus yang diperoleh dari sumber-sumber di sekitar anak.

Alat-alat yang digunakan dalam identifikasi berfokus pada beberapa hal, seperti yang dikemukakan oleh Kirk (1986), yaitu kelancaran (kemampuan untuk memberikan jawaban bagi pertanyaan yang diberikan), kelenturan (kemampuan untuk memberikan berbagai macam jawaban atau beralih dari satu macam respons ke respons yang lain), dan kemurnian (kemampuan untuk memberikan respons yang unik dan layak). Namun, hal-hal yang ditemukan oleh guru, orang tua, perlu dicek dengan tes standar dan pengukuran kemampuan objektif lainnya oleh para ahli dalam bidang tersebut.

* Proses identifikasi anak berbakat

Wahab (tanpa tahun) mengungkapkan bahwa prosedur yang digunakan dalam proses identifikasi bersifat nondiskriminatif dikaitkan dengan ras, latar belakang ekonomik, suku, dan kondisi kecacatan. Ada dua langkah penting dalam identifikasi anak berbakat, yaitu:

1. Penjaringan (Screening)

§ Nominasi guru

Observasi guru memungkinkan evaluasi perkembangan sepanjang waktu. Guru dapat mempertimbangkan cara siswa memecahkan masalah, seperti juga mempertimbangkan jawabannya. Guru-guru dapat juga melihat cara siswa menggunakan waktunya, dan cara beberapa indikator keberbakatan yang telah dikutip untuk diterapkannya. Siswa diminta menjawab siapa yang paling pintar dan paling membantu di antara mereka dapat membantu guru dalam melakukan identifkasi.

§ Nominasi orangtua

Orangtua dapat memungkinkan pemberian rekomendasi berdasarkan pengamatannya yang lama terhadap bakat yang dimiliki anak. Berkaitan dengan hal tersebut, orangtua dapat memperhatikan tingkat penguasaan anak dalam tugas intelektual dan minat dan keingintahuan yang bervariasi. Pada kenyataannya, menyuruh orangtua untuk mempertimbangkan bakat anak adalah suatu cara yang baik untuk melibatkan orangtua dalam memberikan informasi yang sangat berharga bagi pemahaman anak yang lebih komprehensif.

§ Nominasi teman sebaya (peer nomination)

Penunjukkan teman sebaya dapat memberikan informasi tentang keunggulan anak berbakat dalam sekolah, baik berkenaan dengan keunggulan bidang akademik maupun bidang non-akademik, terutama kemampuan anak memecahkan masalah, kemampuan kepemimpinan, dan sikap kejujuran anak.

§ Prestasi akademik anak

Posisi anak pada saat diidentifikasi memiliki nilai informasi yang sangat penting, terutama berkenaan dengan kedudukan prestasi terakhir siswa, di samping sejarah prestasi akademiknya, maupun non akademiknya yang sangat terkait dengan keunggulan anak dalam kinerjanya.

§ Portofolio

Kemajuan sepanjang waktu, yang disertai dengan prestasi keseluruhannya, dapat dinilai oleh pemantau bahan-bahan yang tersimpan dalam portofolionya. Hal tersebut memungkinkan evaluasi dalam berbagai bidang, seperti belajar yang memiliki gaya tertentu dan penggunaan pengetahuan. Portofolio juga memungkinkan kegiatan asessmen kreativitas siswa melalui unjuk kinerja dalam berbagai even yang telah terdokumentasikan. Untuk membantu dalam membakukan evaluasi portofolio, sekolah dapat mengembangkan suatu daftar kriteria untuk dipertimbangkan, seperti: kompleksitas penyajian.

§ Produk kerja atau kinerja yang bagus sekali

Selama dalam sejarah kehidupan anak, perlu terus ditelusuri produk-produk karya siswa berbakat, baik yang dihasilkan secara voluntir maupun hasil lomba, yang dibuktikan dengan piala atau piagam penghargaan. Karya-karya mereka dapat didokumentasikan dengan baik, sehingga dapat dijadikan bukti sebagai karya-karya yang berprestasi untuk melengkapi bukti-bukti lainnya.

§ Observasi

Pengamatan terhadap perilaku anak berbakat, baik dalam kelas, maupun di luar kelas, terutama berkenaan dengan perilaku-perilaku yang menunjukkan kinerja baik sebagai pribadi maupun anggota kelompok, keluarga, atau masyarakat. Kegiatan ini dapat dilakukan oleh konselor atau wali kelas yang memang bertanggung jawab dalam mendampingi kehidupan anak di sekolah

§ Mereview catatan siswa

Siswa biasanya memiliki catatan pribadi. Melalui cara ini, dapat dilihat bagaimana catatan pribadi siswa tentang kegiatan di luar sekolah, misalnya, keanggotaan dalam suatu drama club, peran dalam kegiatan keluarga, dan serta peran di masyarakat. Yang juga sangat penting adala. Bagaimana dengan konsistensi prestasi di sekolah.

§ Tes kelompok (group test).

Tes kelompok dilakukan untuk menambah informasi tentang anak, baik berkenaan dengan informasi inteligensi maupun bakat skolastik dan prestasi belajarnya, sehingga perlu dilakukan tes inteligensi, tes bakat skolastik, maupun tes prestasi belajar.

2. Assesment

Berdasarkan hasil screening, maka selanjutnya dilakukan assessment baik terkait dengan kemampuan kecerdasan umum, bakat skolastik dan bakat lainnya, maupun tingkat kreativitas dan komitmen akan tugas. Assessmen dilakukan dengan mengunakan tes dan instrumen terstandar, di antaranya digunakan tes inteligensi, tes bakat skolastik, tes bakat, tes kreativitas, dan inventori komitmen akan tugas. Sebagian besar tes tersebut lebih bersifat individual.

a. Petunjuk identifikasi

Instrumen harus reliabel dan valid sesuai konstruk keberbakatan.

Instrumen harus bebas budaya.

Gunakan multi metode atau multi pendekatan.

Matrik yg mereduksi data jamak ke dalam skor tunggal – tidak tepat.

Siswa harus diidentifikasi dan ditempatkan sesuai kebutuhan dan kemampuannya, lebih dari jumlah siswa yang dapat dilayani oleh suatu program.

Identifikasi anak berbakat dapat berupa

Observasi dan asesmen guru dengan menggunakan kriteria yang cocok.

Keterlibatan dan prestasi dalam kompetisi.

Prestasi dalam kegiatan ektrakurikuler.

Nominasi kelompok sebaya

Nominasi lembaga atau pihak eksternal

c. Lima prinsip dasar dari identifikasi:

Defensibility yaitu prosedur harus mampu menemukan siswa dalam seluruh domain dan bidang keberbakatan (all domains of giftedness and fields of talent).

Advocacy yaitu guru harus menggunakan asesmen untuk meningkatkan minat siswa dan tidak berharap memiliki kesamaan yang sama dalam seluruh area pengukuran.

Equity yaitu dapat mengidentifikasi kelompok anak berbakat yang disadvantaged.

Comprehensiveness yaitu menggunakan sumber data jamak.

Pragmatism yaitu konsisten dengan tingkat ketersediaan data.

Berikut ini contoh instrument identifikasi yang dikembangkan oleh guru atau konselor:

DAFTAR ISIAN UNTUK MENGIDENTIFIKASI SISWA BERBAKAT

(adaptasi dari Janice Szabos 1989:34)

Nama Siswa :

Kelas :

Sekolah :

Tanggal Pelaksanaan :

Tanda Tangan Guru/Konselor :

Petunjuk:

Berikut adalah daftar ciri-ciri umum yang biasa ditemukan pada anak-anak berbakat. Silahkan lingkaran nomor yang sesuai dengan cirri-ciri yang dimiliki. Skalanya sebagai berikut berikut:

1 - Jarang 2 - Kadang-kadang 3 - Sering 4 - Hampir Selalu

A. Ciri-ciri dalam Pembelajaran

1. Apakah bahasa ekspresif secara verbal, menggunakan kosakata yang luar biasa

1

2

3

4

2. canggih (di atas kebiasaan anak-anak sebayanya) dan diucapkan secara fasihan

1

2

3

4

3. Menampilkan tingkat pengetahuan yang sangat baik di atas teman-temannya.

1

2

3

4

4. Dapat membuat generalisasi dengan tepat; menggunakan alasan/bahas sendiri, Mampu membuat kesimpulan yang logis.

1

2

3

4

5. Menyukai materi pembalajaran yang penuh tantangan.

1

2

3

4

Jumlah

B. Ciri-ciri Motivasi

1. Menjadi bosan dengan tugas-tugas rutin.

1

2

3

4

2. Lebih suka bekerja secara independen/mandiri; sedikit membutuhkan arahan.

1

2

3

4

3. Memiliki motivasi dalam diri (internal) yang sangat kuat untuk menyelesaikan tugas.

1

2

3

4

Jumlah

C. Karakteristik Kreatif

1. Menampilkan rasa ingin tahu yang tinggi tentang berbagai subyek

2. Tidak puas dengan satu jawaban yang benar, mampu menghasilkan banyak ide atau solusi untuk masalah dan pertanyaan.

3. Melihat satu hal dari berbagai aspek; berimajinasi, membayangkan, memanipulasi ide, menganalisisnya.

4. Berpikir mendalam, dengan cara-cara yang orisinil.

5. Berani mengambil risiko tinggi; suka mencoba hal baru dan ide baru.

6. Menunjukkan bakat dalam menulis.

Jumlah

JUMLAH SUB SKOR: ……..

Jika Anda merasa karakteristik berikut ini berlaku untuk siswa ini dan akan memberi kita informasi tambahan , silahkan mengisi dua bagian berikut:

D. Ciri-ciri Kepemimpinan

1. Melaksanakan tanggung jawab dengan baik; dapat diamati melalui tugas sehari-hari yang biasanya tidak dapat dilakukan oleh anak-anak pada umumnya.

1

2

3

4

2. Dihormati oleh teman-teman sekelasnya

1

2

3

4

3. Menampilkan rasa percaya diri dalam berurusan dengan orang lain.

1

2

3

4

4. Memiliki kecenderungan untuk mengatur orang, benda, dan situasi.

1

2

3

4

Jumlah

E. Pertunjukan & Ciri-ciri Seni Visual

1. Menunjukkan bakat orisinil di bidang seni (misalnya membuat lukisan-lukisan orisinil, gambar, patung, desain, dll)

1

2

3

4

2. Menunjukkan bakat orisinil dalam musik (misalnya mengarang lagu, membuat music sendiri, interpretasi, dll)

1

2

3

4

3. Menunjukkan keterampilan berakting/bermain peran dan pertunjukan.

1

2

3

4

4. Menunjukkan bakat orisinil dalam seni tarian atau kemampuan seni gerak yang baik.

Jumlah

JUMLAH SUB SKOR: ……

C. Masalah Perkembangan Keberbakatan

Perkembangan keberbakatan pada seorang anak selain membawa berkah namun juga memunculkan potensi masalah perkembangan. Masalah perkembangan ini tidak boleh dibiarkan sebab akan berdampak negative terhadap potensi keunggulannya. Guru dan konselor harus memahami tentang masalah perkembangan ini.

Barbara (1991) dalam Abdurrachman & Sudjadi (1995) mengemukakan bahwa masalah perkembangan keberbakatan ini dapat meliputi masalah gender, pendidikan, karier, dan masalah penyesuaian diri serta masalah psikologis lainnya. Rochmat Wahab (…) lebih rinci mengemukakan sejumlah masalah, di antaranya: (1) kebingungan tentang makna keberbakatan, (2) perasaan akan perbedaan, (3) perasaan akan ketidaktepatan, (4) kritik terhadap diri sendiri, (5) tingkat konflik internal yang meningkat, (6) kurangnya pemahaman diri dari orang lain, (7) harapan dari orang lain yang tidak realistik, dan (8) Hostility orang lain terhadap kemampuan anak berbakat.

D. Kebutuhan BK Bagi Anak Berbakat

* Pentingnya Konseling Bagi Anak Berbakat

Banyak karakteristik yang dimiliki anak berbakat. Namun beberapa karakteristik anak yang menyakut sensitivitas yang tinggi, idealis, dorongan yang luar biasa untuk unggul, dan rasa keadilan yang sangat tinggi sungguh berkonsekuensi terhadap sejumlah masalah. Bruder FIC (....) mengemukakan sejumlah masalah, di antaranya:

§ Kebingungan tentang makna keberbakatan

§ Perasaan akan perbedaan,

§ Perasaan akan ketidaktepatan

§ Kritik terhadap diri sendiri

§ Tingkat konflik internal yang meningkat

§ Kurangnya pemahaman diri dari orang lain.

§ Harapan dari orang lain yang tidak relistik hostility orang lain terhadap kemampuan anak berbakat.

Persoalan-persoalan inilah yang menyebabkan pentingnya program konseling di sekolah. Di samping itu bahwa berdasarkan potensi yang dimiliki anak berbakat, maka untuk perkembangan anak secara optimal sangatlah diperlukan fasilitasi dan bimbingan orang dewasa lainnya yang secara profesional dapat diwujudkan melalui layanan konseling.

Rochmat Wahab (…) melalui pendapatnya bahwa konseling sangat diperlukan untuk membantu anak berbakat dalam mengatasi sikap masyarakat, di samping membantu mereka untuk mencari jalan keluar terhadap sistem pendidikan yang tidak dirancang untuk mengoptimalkan kemajuannya. Dengan demikian konselor diharapkan mampu memberikan bantuan emosional bagi anak berbakat dan guru, bahkan orangtuanya untuk melakukan modifikasi kurikuler dan strategi layanan konseling, sehingga sesuai dengan potensi dan kebutuhan anak berbakat.

Dalam membahas tentang apa yang merupakan kebutuhan-kebutuhan dalam konseling kepada siswa berbakat, Bruder FIC (....) menjelaskan bahwa anak berbakat memiliki kebutuhan bimbingan dan konseling yang sama dengan anak-anak lainnya, ditambah dengan sejumlah kebutuhan yang berakar dari kemampuan luar biasanya. Seperti halnya anak-anak berkelainan yang memiliki perbedaan perkembangan dari norma-norma umum, siswa berbakat tidak akan mampu memaksimalkan kemampuannya dalam program-program kelas regular, kecuali kalau dilakukan penyesuaian-penyesuaian sesuai keluarbiasaaannya, melalui modifikasi dalam peralatan khusus, kurikulum, pembelajaran, penyusunan adminsitrasi, atau layanan khusus.

Kemampuan luar biasa khusus pada anak berbakat memerlukan bimbingan dan konseling yang berbeda dalam hal pendekatan dan tujuan-tujuan yang diharapkan. Selanjutnya, dijelaskan bahwa terdapat tiga kategori kebutuhan dalam bimbingan dan konseling anak berbakat, yaitu kebutuhan kognitif-akademik, pribadi-sosial, dan pengalaman.

Kebutuhan kognitif-akademik, merujuk kepada pernyataan bahwa anak berbakat memerlukan pengetahuan tentang diri mereka sendiri dan tentang akademiknya, serta kesempatan-kesempatan karir. Mereka membutuhkan informasi yang lengkap dan akurat tentang pilihan-pilihan yang tersedia dalam sitem sekolah saat ini, detail-detail tentang syarat-syarat khusus untuk dapat diterima, informasi utama yang positif maupun negative dari universitas-universitas, dan pekerjaan yang dapat diraih di masa depan.

Kebutuhan pribadi-sosial, merujuk bahwa anak berbakat membutuhkan konseling dalam bidang pribadi-sosial, yaitu dalam rangka membantu anak menyadari tentang kemampuan-kemampuan khususnya pada perasaan-perasaaannya, sikap, nilai, dan interaksi dengan keluarga, teman sebaya, guru, dan orang dewasa lainnya, sehingga mampu mengambil keuntungan dari berbagai kesempatan guna meluaskan motivasi dan menguji hubungan mereka untuk tujuan jangka pendek, dan dalam bidang akademik, personal, dan professional untuk tujuan jangka panjang. Kebutuhan ini, juga didasari oleh kepercayaan bahwa anak-anak berbakat, memiliki kemiskinan atau bahkan problem dalam penyesuaian pribadi-sosial.

Kebutuhan pengalaman, merujuk bahwa anak-anak berbakat sudah sepantasnya memerlukan pendidikan khusus dalam setting sekolah formal, serta membutuhkan pengalaman-pengalaman lain sebaik yang diterima di sekolah dalam rangka meluaskan variasi orientasi tugas, peningkatan kemampuan khusus, serta memberikan pengalaman-pengalaman dari dunia nyata guna penambahan pengetahuan kognitif-akademik serta kesadaran pribadi-sosialnya.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Konseling bagi anak berbakat merupakan suatu kebutuhan yang tidak bisa dihindari sedikitpun, kendatipun konselor dihadapkan sejumlah persoalan yang kompleks. Jika konselor tidak mampu menunjukkan kinerjanya secara optimal terutama bagi perkembangan anak berbakat, maka konselor secara berangsur-angsur akan menghadapi penururan trust yang sudah ada di tangannya. anak berbakat dengan segala karakateristik dan sifatnya menunjukkan perilaku dan kebutuhan yang berbeda dengan anak-anak sebayanya, sehingga konselor perlu sekali memahami hakekat dan perkembangan anak berbakat guna memudahkan layanan yang akan diberikan.

Dengan segala kelebihannya, anak berbakat tetap masih memerlukan layanan konseling untuk dapat menuju kepada cita-citanya. Tanpa konseling yang tepat, tidak menutup kemungkinan potensi yang unggul pada anak berbakat justru kontra produktif, tidak hanya merugikan dirinya saja, tetapi menimbulkan persoalan yang besar, baik bagi keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Akhirnya anak berbakat yang memiliki berbagai keunggulan akan tetap unggul manakala mendapatkan perlakuan konseling yang sesuai pada saatnya.

B. Saran

Berdasarkan uraian kesimpulan di atas, dalam hal ini penulis merekomendasikan beberapa hal terkait dengan keadaan anak berbakat yang merasa frustasi bila diperlakukan sama dengan anak lainnya, oleh karena itu memerlukan layanan bimbingan dan konseling. Maka konselor hendaknya:

§ Terlatih dan teknik konseling secara umum.

§ Sensitif terhadap isu-isu afektif pada berbagai fae perkembangan.

§ Bersedia menyusun mentorship, magang, dan program khusus.

§ Terlatih untuk melaksanakan dan menginterpretasi tes-tes khusus dan inventori.

§ Familiar dengan teknik-teknik bermain peran.

§ Mampu mendiagnose bidang-bidang masalah berkaitan dengan pengembangan psikososial anak.

Selain konselor, peran guru dan orang tua juga sangat mendukung dalam pemberian layanan bagi anak berbakat guna mengembangkan bakat dan potensi yang dimilikinya. Oleh karena itu, dalam pemberian layanan bimbingan konseling harus menjalin kerjasama dengan berbagai pihak, termasuk dengan orang-orang yang dekat dengan anak berbakat. Idealnya setiap pihak tidak harus mendominasi dalam mendidik dan mempenagruhi pertumbuhan ABA, melainkan yang penting adalah setiap pihak mampu menampilakn perannya sesuai dengan kebutuhan pada saat yang tepat. Lepas dari itu, untuk kepentingan layanan konseling diharapkan konselor sekolah mampu

menunjukkan peran dan keterlibatannya secara optimal, sehingga mampu berbuat yang terbaik baik optimalisasi ABA dalam kehidupannya.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrachman, Muljono & Sudjadi. 1995. Pendidikan luar biasa umum. Jakarta. Depdikbud.

Bruder FIC (…). Anak Berbakat dan Pendidikannya. Tersedia di http://bruderfic.or.id/h-63/

Munandar, Utami. 1982. Anak Anak Berbakat, Pembinaan Dan Pendidikannya. Jakarta. CV. Rajawali.

Rochmat Wahab, (…) Konseling Bagi Anak Berbakat Akademik. Tersedia di http://staff.uny.ac.id/system/files/prof-dr-rochmat-wahab-mpd-ma/konseling-bagi-anak-berbakat-final.pdf.