Upload
trinhdan
View
221
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
“PRAKTEK WAKAF DI KAMPUNG KENARI SERANG-BANTEN
(Yayasan Kenadziran Sultan Abdul Mafahir Mahmud Abdul Qodir Kenari)”
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh :
RAMADHANA
NIM: 1111046300014
KONSENTRASI MANAJEMEN ZAKAT DAN WAKAF
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1437 H/2015 M
v
ABSTRAKSI
Ramadhana. “PRAKTEK WAKAF DI KAMPUNG KENARI SERANG
BANTEN (Yayasan Kenadziran Sultan Abul Mafahir Mahmud Abdul Qodir
Kenari)”. SkripsiProgram Studi Muamalat (Ekonomi Islam), Konsentrasi
Manajemen Zakat dan Wakaf, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan praktek wakaf di Yayasan
Kenadziran Sultan Abul Mafahir Mahmud Abdul Qodir Kenari khususnya dalam
pemahaman Nadzir serta pengelolaan dan dampak pengelolaan tanah wakaf terhadap
ekonomi masyarakat.
Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode kualitatif dekriptif,
sebuah metode untuk mengungkapkan masalah dengan cara memaparkan atau
menggambarkan situasi atau peristiwa dari penelitian. Skripsi ini mendeskripsikan
kesesuaian antara teori yang ada dengan kondisi riil dilapangan. Dengan demikian
pendekatan yang dilakukan pada penelitian ini mengarah pada pendekatandeskriptif.
Hasil penelitian ini bahwa dalam pengelolaan tanah wakaf di Kampung
Kenari pada umumnya adalah pengelolaan secara tradisional. Dengan Asset cukup
besar 195.981 m2. Terdiri dari tanah sawah sebesar 144.400 m
2, Tegal/Darat sebesar
32.321 m2, dan Empang sebesar 19.260 m
2.Hasil pengelolaan tanah wakaf yang ada
di kampung Kenari peruntukannya lebih banyak digunakan untuk kegiatan ibadah
yang bergerak dalam kepentingan pembangunan fisik, seperti masjid, membayar gaji
pengurus masjid, madrasah dan makam serta kegiatan keagamaan lainnya.
Pemahaman nadzir juga menjadi salah satu permasalahan dalam dunia wakaf, kurang
pahamnya nazhir tentang wakaf dan teknik-teknik pengelolaan aset wakaf. Maka
peran nazhir sangat menentukan berjalan atau tidaknya harta wakaf, karena peran
nazhir adalah sebagai manajer yang menentukan, mengendalikan perwakafan
sehingga berdaya guna dan berhasil.Harta benda wakaf Yayasan Kenadziran Sultan
Abdul Mafahir Mahmud Abdul Qodir Kenari sudah sesuai dengan kondisi kebutuhan
masyarakat sekitar. Sesuai dengan tujuan wakaf demi kesejahteraan umum
Kata Kunci: PRAKTEK WAKAF DI KAMPUNG KENARI SERANG BANTEN
(YayasanKenadziran Sultan Abul Mafahir Mahmud Abdul Qodir
Kenari)
Pebimbing : Dr. Asep Saepudin Jahar, MA.
NIP. 19691216 199603 1 001
vi
بسم ميحرلا نمحرلا هللا
KATA PENGANTAR
Degan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang.
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
kemudahan yang diberikan oleh-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW,
kepada sahabat serta pengikutnya yang selalu istiqomah mengikuti ajarannya.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak sedikit
hambatan serta kesulitan yang dihadapi. Namun berkat kesungguhan hati dan kerja
keras, serta support dan bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun
tidak langsung, sehingga membuat penulis tetap bersemangat dalam menyelesaikan
skripsi ini. Untuk itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Asep SaepudinJ ahar, M.A. selaku Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakartadan selaku
Dosen Pembimbing Skripsi yang dengan sabar telah memberikan banyak
masukan, arahan, saran-saran, serta motivasi kepada penulis sehingga skripsi ini
dapat selesai dengan baik.
2. Bapak AM. Hasan Ali, M.A, selaku Ketua Program Studi Muamalat dan Bapak
Abdurrauf, Lc, M.A, selaku Sekretaris Porgram Studi Muamalat Fakultas Syariah
dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Mujibur Rohman, M.A. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang turut
vii
membantu memberikan bimbingan dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.
4. Kepada seluruh Dosen dan Karyawan Akademik Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah
memberikan pengetahuan dan bantuannya kepada penulis. Serta para pengurus
Perpustakaan yang senantiasa memberikan pelayanan kepada para mahasiswa.
5. Pimpinan dan staf Perpustakaan Utama (PU) dan Perpustakaan Fakultas Syariah
dan Hukum Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam memberikan fasilitas,
kemudahan, dan bantuan berupa bahan-bahan yang menjadi refrensi dalam
penulisan ini.
6. Kedua orang tuaku, Bapak Muslim dan (Almh) Ibu Muti yang dengan tulus
selalu mendoakan, memberi dukungan baik materil maupun nonmateril, dan telah
sabar menunggu penulis menyelesaikan skripsi ini dan menjadi sarjana. Semoga
Allah selalu memberikan berkah, rahmat, dan perlindungan untuk Ayah dan
Ampunilah dia, rahmatilah dia, berilah dia kesejahteraan, maafkanlah
kesalahannya dan luaskanlah kuburnya untuk Almh Ibu.
7. Ketua Yayasan Kenadziran Sultan Abul Mafahir Mahmud Abdul Qodir Kenari
yang telah memberikan izin penelitian kepada peneliti serta kepada Bapak Anis
Fuad selaku Sekretaris yang telah meluangkan wakunya dan memberikan arahan,
informasi, dan dukungan dalam penyusunan skripsi ini.
8. Kakak Hendrian dan Apriyani ,serta adik tersayang Lika yang telah memberikan
dukungan sertado’anya.
9. Teman-teman seperjuangan Manajemen ZISWAF 2011, Saepudin Elman,
viii
Hendriansyah, Ali Ma’ruf, M.A.S.S.Moyo, Achmad Rendi, Acmad Romdoni,
Nurseha Satyarini, Siti Kholifah, Eva Nurlutfiah, Rini Dian Haerani, Rozalia,
Haslinda, Mitra Yunimar YM, Nur Adini Rahma, Putri Noviyanti, Pungky
Septiani Hapsari dan teman – teman KKN AKMASI 2014 yang lainnya, semoga
kita semua diberikan kesuksesan sehingga dapat menjadi orang yang berguna
kelak bagi nusa dan bangsa dan bermanfaat bagi orang lain.
10. Terimakasih untuk Annida Suri Hasanah atas dukungan, masukan dan
semangatnya
11. Seluruh pihak yang terkait yang telah membantu dan menyemangati penulis
selama proses penyelesaian skripsi ini.
Besar harapan penulis agar skripsi ini dapat menambah khazanah keilmuan
dan bermanfaat bagi banyak pihak. Penulis sadar bahwa masih banyak kekurangan
dalam penulisan skripsi ini, sehingga penulis berharap peneliti-peneliti selanjutnya
dapat menyempurnakan dan melakukan perbaikan.
Penulis, 30 September 2015
Ramadhana
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN PEBIMBING ......................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ....................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................... iv
ABSTRAK ................................................................................................. v
KATA PENGANTAR ............................................................................... vi
DAFTAR ISI .............................................................................................. ix
DAFTAR ILUSTRASI GAMBAR .......................................................... xii
DAFTAS ILUSTRASI TABEL ................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ........................... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................... 7
D. Review Study Terdahulu .............................................. 8
E. Metode Penelitian ......................................................... 12
F. Sistematika Penulisan ................................................... 14
BAB II LANDASAN TEORI
A. Konsep Wakaf
1. Pengertian Zakat .................................................... 16
2. Pengertian Wakaf Produktif .................................. 17
x
3. Dasar Hukum Wakaf ............................................ 18
4. Manfaat Wakaf ...................................................... 19
B. Jenis Harta Benda Wakaf ............................................. 21
C. Manajemen ................................................................... 25
1. Pengertian Manajemen Wakaf ............................. 25
2. Unsur-unsur Manajemen ...................................... 26
3. Manajemen Tanah Wakaf .................................... 27
D. Pengelolaan .................................................................. 31
1. Periode Pengelolaan Wakaf................................... 32
2. Dasar – dasarPengelolaanWakafdalamfiqih .......... 35
BAB III GAMBARAN UMUM
A. Sejarah Kesultanan ....................................................... 41
B. Sejarah Kampung Kenari ............................................. 42
C. Letak Geografis ............................................................ 43
D. Keadaan Demografi ...................................................... 44
E. Sejarah Perwakafan ...................................................... 45
F. Struktur Organisasi ....................................................... 47
G. Program Kerja .............................................................. 47
H. Aset Tanah WakafYayasanKenadziranSultan Abul
Mafahir Mahmud Abdul QodirKenari ......................... 48
xi
BAB IV PengelolaandanPendayagunaanHartaWakaf
A. Pemahaman Nadzir Kesultanan Kenari Tentang
Wakaf ........................................................................... 53
B. Mekanisme Pengelolaan Tanah Wakaf di Yayasan
Kenadziran Sultan Abul Mafahir Mahmud
Abdul QodirKenari ....................................................... 55
C. PengaruhPengelolaanHartaWakafTerhadap
EkonomiMasyarakat ..................................................... 70
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................... 78
B. Saran ............................................................................. 80
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel1.1 TabelRingkasanRiviewTerdahulu ....................................... 8
Tabel 3.2 TabelLuasWakaf Tanah Sawah ........................................... 49
Tabrel 3.3 TabelLuasWakafDarat/Tegal .............................................. 50
Tabel 3.4 TabelLuasWakafEmpang .................................................... 51
Tabel 4.5 TabelLaporanKeuangan ...................................................... 65
Tabel 4.6 TabelDaftarPenerimaManfaat Tanah Wakaf ....................... 71
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.4 MekanismePengelolaanWakaf Tanah SawahYayasan
Kenadziran Sultan AbulMafahir Mahmud Abdul Qodir
Kenari .................................................................................. 57
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perwakafan atau wakaf merupakan pranata dalam keagamaan Islam yang
sudah mapan. Dalam hukum Islam, wakaf tersebut termasuk kedalam kategori
ibadah kemasyarakatan (ibadah ijtima‟iyyah).1 Wakaf berasal dari bahasa Arab,
waqf (jamaknya auqaf), menyerahkan harta milik dengan penuh keikhlasan
(dedikasi) dan pengabdian, yaitu berupa penyerahan sesuatu pada saatu lembaga
Islam, dengan menahan benda itu. 2 Wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk
memisahkan dan atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk
dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan
kepentingannya guna keperluan ibadah dan atau kesejahteraan umum menurut
syariah.3 Wakaf juga merupakan salah satu sumber dana sosial potensial yang
erat kaitannya dengan kesejahteraan umat disamping Zakat, Infak dan
Shadakah.4
Kemiskinan adalah sebuah masalah dari sekian banyak masalah yang ada
di negeri ini. Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah dan elemen masyarakat
1Direktorat Permberdayaan Wakaf, Perkembangan Pengelolaan Wakaf di Indonesia,(Jakarta,
Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam :2006) h.1 2 Abdul Halim, Hukum Perwakafan di Indonesia, (Ciputat:Ciputat Press, 2005),h.7
3 Undang –undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf.
4http://anget-team.blogspot.com/2012/05/lembaga-keuangan-wakaf-dan-wakaf-tunai.html
diakses pada tanggal 23 Oktober 2014
2
agar masalah kemiskinan di negeri ini bisa teratasi. Ada upaya yang berhasil, ada
pula yang tidak berhasil. Namun demikian, upaya tersebut patut untuk
diapresiasi karena ada suatu kemauan untuk menjalankan amanah konstitusi
yang tercantum dalam Pasal 34 ayat (1) UUD 1945, yaitu: “Fakir miskin dan
anak-anak terlantar dipelihara oleh negara.”
Kemauan dan upaya untuk menanggulangi masalah kemiskinan di negeri
ini harus terus diperkuat. Pasalnya penanggulangan masalah kemiskinan masih
menjadi pekerjaan rumah yang besar bagi negeri ini. Kemiskinan masih menjadi
masalah utama bangsa Indonesia dalam lima tahun terakhir ini yang harus
diselesaikan oleh negara (Kompas, 11 April 2011). Berdasarkan data Badan
Pusat Statistik, jumlah penduduk miskin di Indonesia pada tahun 2010 adalah 31,
02 juta.5
Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah untuk mengentaskan
kemiskinan.Islam sebagai agama wahyu telah memberikan solusi ekonomi dalam
upaya mengentaskan kemiskinan. Salah satunya ialah melalui wakaf. Wakaf
adalah salah satu instrumen ekonomi Islam yang sangat unik dan khas serta tidak
dimiliki oleh sistem ekonomi yang lain.6
Islam memiliki konsep pemberdayaan ekonomi umat, yaitu dengan
memaksimalkan peran lembaga pemberdayaan ekonomi umat seperti wakaf dan
5rafiqatul-hanniah.blogspot.com/2012/06/wakaf-mengatasi-kemiskinan.html/diaksespada
tanggal 23 Oktober 2014. 6m.riaupos.co/3864-daerah-wakaf,-solusi-tekan-angka-kemiskinan.html diakses pada tanggal
23 Oktober 2014.
3
zakat. Sebetulnya kalau wakaf dikelola secara baik, dapat meningkatkan taraf
hidup masyarakat. Selama ini, peruntukan wakaf di Indonesia kurang mengarah
pada pemberdayaan ekonomi umat, cenderung terbatas hanya untuk kepentingan
kegiatan ibadah, pendidikan, dan pemakaman semata, kurang mengarah pada
pengelolaan wakaf produktif. Beban ekonomi yang dihadapi bangsa saat ini,
seperti tingginya tingkat kemiskinan dapat dipecahkan secara mendasar dan
menyeluruh melalui pengelolaan wakaf dalam ruang lingkup yang lebih luas
yakni pengelolaan wakaf produktif.7
Merujuk pada data Departemen Agama (Depag) RI, jumlah tanah wakaf di
Indonesia mencapai 2.686.536.656,68 meter persegi atau sekitar 268,653,67
hektar (ha) yang tersebar di 366,595 lokasi di seluruh Indonesia.8 Mayoritas asset
wakaf itu terwujud fasilitas sosial yang tidak mendatangkan keuntungan.
Bahkan untuk oprasional asset-asset wakaf tersebut agar tetap kekal
kamanfaatannya justru disubsidi dari anggaran infak dan sedekah umat Islam.
Kondisi ini merupakan tantangan bagi umat Islam Indonesia untuk mengubah
asset wakaf dari tidak produktif menjadi produktif. Tujuannya agar harta wakaf
dapat membantu mensejahterakan umat Islam.9
Seiring berjalannya perkembangan tersebut, maka pemerintah pun mulai
serius dalam pengembangan wakaf dan istilah wakaf produktif pun muncul
7http://rozalinda.wordpress.com/2010/05/04/perkembangan-perwakafan-di-indonesia/diakses
pada tanggal 23 Oktober 2014 8http://affgani.wordpress.com/ekonomi-islam/wakaf-memberdayakan-umat, di akses pada
tanggal 22 oktober 2014 9 Ismail A. said. 2013. The Power Of Wakaf. Ciputat:2013 h: 23
4
dipermukaan serta diakui secara legal, ditandai dengan munculnya Undang-
undang No. 41 tahun 2004. Nadzir pun dituntut untuk lebih serius dan
professional dalam menjalankan tugasnya.10
Wakaf produtif adalah harta benda
atau pokok tetap yang di wakafkan untuk dipergunakan dalam kegiatan produksi
dan hasilnya di salurkan sesuai dengan tujuan wakaf.11
Menurut Undang-Undang
ini secara surat telah memebagi harta benda wakaf kepada benda wakaf bergerak
dan tidak bergerak. Benda tidak bergerak meliputi tanah, bangunan, tanaman,
satuan rumah susun dll. Sedangkan benda wakaf bergerak meliputi uang, logam
mulia, surat berharga, kendaraan, hak atas kekayaan intelektual, hak sewa dll.12
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa pengelolaan suatu perwakafan
tidak dapat dipisahkan dari keberadaan nadzir .hal ini disebabkan karena
berkembang tidaknya harta benda wakaf, salah satu diantaranya sangat
tergantung pada nadzir wakaf. Walaupun para mujtahid tidak menjadikan Nadzir
sebagai salah satu rukun wakaf, namun para Ulama sepakat bahwa Wakif harus
menunjuk nadzir wakaf. Mengingat pentingnya nadzir dalam pengelolaan wakaf
maka Indonesia, nadzir di tetapkan sebagai dasar pokok perwakafan.
Pengangkatan nadzir ini tampaknya ditunjukan agar harta wakaf itu tidak sia-sia.
Sebagaimana telah di sebutkan nadzir adalah orang yang diserahi tugas untuk
10
Muhammad Syafi‟I Antonio, “pengelolaan wakaf secara Produktif”, dalam Achmad
Djunaidi dan Thobieb. Menuju Era Wakaf Produktif.(Jakarta : Mitra Abadi press), h. V 11
Muhammad Faisal Sultoni,” Strategi Pengembngan Wakaf Produktif an Pengaruhnya
Terhadap Perekonomian Pondok Pesantren Darunnajah 2 Cipining”, (Skripsi S1 Fakultas Syariah
dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif HIdayatullah Jakarta, 2013), h.26 12
http://wakafproduktif.org/pengertian-wakaf-peoduktif/ diakses pada tanggal 24 Oktober
2014
5
mengurus dan memelihara benda wakaf.13
Nadzir (pengelola) wakaf mulai mengalami perubahan, meskipun masih
banyak yang mengelola wakaf secara tradisional (konsumtif) tetapi sudah dapat
dilihat juga banyak lembaga yang mengelola wakaf secara professional sehingga
harta wakaf lebih produktif. Menurut Undang-Undang Nomor 41 tahun 2004
Nadzir tidak hanya berbentuk perorangan, tetapi juga berbentuk organisasi atau
badan hukum dengan memenuhi persyaratan tertentu.14
Salah satu contoh praktek wakaf yang ada, yaitu di Kampung Kenari
Serang Banten tepatnya di Yayasan Kenadziran Sultan Abdul Mafahir Mahmud
Abdul Qodir Kenari. Penulis memilih Kampung Kenari sebagai objek penelitian
karena berbagai alasan, yang paling utama adalah karena secara kuantitas tanah
wakaf yang ada di Kampung Kenari cukup besar 195.981 m2. Terdiri dari tanah
sawah sebesar 144.400 m2, Tegal/Darat sebesar 32.321 m
2, dan Empang sebesar
19.260 m2. Namun, memang dari jumlah tanah wakaf tersebut mayoritas tanah
sawah yang ada di Kampung Kenari dalam peruntukan hasil pengelolaan lebih
banyak untuk kegiatan-kegiatan peribadatan dan belum secara Produktif.
Berdasarkan keterangan yang telah diuraikan di atas, perlu dilakukan
penelitian secara teoritis dan praktis untuk mengkaji lebih lanjut. Oleh karena itu,
penulis akan mengangkatnya menjadi sebuah karya ilmiah (skripsi) yang
berjudul “PRAKTEK WAKAF DI KAMPUNG KENARI SERANG
13
Departemen Agama, Pedoman pengelolaan dan pengembangan wakaf , (jakata:Direktorat
Jendral Bimbingan Masyarakat Islama, 2006 ), h. 99 14
Undang –undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf.
6
BANTEN (Yayasan Kenadziran Sultan Abdul Mafahir Mahmud Abdul
Qodir Kenari)”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar permasalahan dalam penelitian skripsi ini tidak meluas serta
menjaga kemungkinan penyimpangan dalam penelitian skripsi ini, maka
penulisan ini, penulis memfokuskan dan membatasi masalah yang dikaji,
yaitu sebagai berikut:
a. Ruang lingkup : Praktek Wakaf Di Kampung Kenari Serang Banten
(Yayasan Kenadziran Sultan Abdul Mafahir Mahmud Abdul Qodir
Kenari)
b. Objek : Yayasan Kenadziran Sultan Abdul Mafahir Mahmud Abdul
Qodir Kenari
c. Tempat dan waktu : Kenari Serang Banten, Tahun 2015
2. Perumusan Masalah
Selanjutnya, untuk mempermudah pembahasan, maka penulis
memberikan batasan-batasan penelitian yaitu:
a. Bagaimana Pemahaman Nadzir kesultanan kenari tentang wakaf?
b. Bagaimana mekanisme pengelolaan tanah wakaf di Yayasan Kenadziran
Sultan Abul Mafahir Mahmud Abdul Qodir Kenari?
c. Bagaimana pengaruh pengelolaan tanah wakaf terhadap ekonomi
masyarakat?
7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui sejauh mana pemahaman Nadzir kesultanan Kenari
tentang Wakaf.
b. Untuk menggambarkan Mekanisme Pengelolaan Wakaf Di Yayasan
Kesultanan Kenari Serang Banten.
c. Untuk membuktikan pengaruh pengelolaan tanah wakaf yayasan
kesultanan kenari terhadap ekonomi masyarakat.
2. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu memberikan
kontribusi dan manfaat bagi pihak-pihak terkait, yaitu sebagai berikut:
a. Bagi Penulis
Penelitian ini sangat bernilai untuk menambah dan memperluas
wawasan atau ilmu pengetahuan di bidang ekonomi syariah khususnya
yang berhubungan dengan Manajemen Pengelolaan Wakaf.
b. Bagi Institusi
Hasil penelitian ini dapat dijadikan tambahan wacana pemikiran
kepada praktisi wakaf sebagai acuan dalam mengetahui Manajemen
Pengelolaan Wakaf agar menghasilkan dampak positif terhadap masalah
kemiskinan yang dihadapi Indonesia.
8
c. Bagi Program Studi Muamalat
Diharapkan penelitian ini dapat memperkaya khazanah
pengetahuan, melengkapi, dan memberikan informasi yang berharga
mengenai Manajemen pengelolaan tanah wakaf. Selain itu, penelitian ini
dapat dijadikan rujukan untuk penelitian selanjutnya yang ingin
membahas mengenai Manajemen Pengelolaan Wakaf.
D. Review Studi Terdahulu
Dari hasil pengamatan dan pengkajian yang telah dilakukan terhadap
beberapa sumber kepustakaan yang terkait dengan permasalahan yang dibahas
dalam penulisan skripsi ini, penulis menemukan beberapa literatur yang
membahas tentang pengukuran tingkat efisiensi, di antaranya:
Tabel 1.1
Ringkasan Review Studi Terdahulu
No Aspek Perbandingan Studi Terdahulu Skripsi
1. a. Judul
Didin Najmudin,
Strategi
pengelolaan tanah
wakaf di desa
Babakan Ciseeng –
Bogor.
Praktek Wakaf Di
Kampung Kenari
Serang Banten
(Yayasan Kenadziran
Sultan Abdul
Mafahir Mahmud
Abdul Qodir Kenari)
b. Pendekatan Teori Menggunakan teori
tinjauan pustaka
Menggunakan teori
tinjauan pustaka
9
Strategi
pengelolaan tanah
wakaf.
Manajemen
Pengelolaan Tanah
Wakaf.
c. Fokus
Pembahasan
terfokus pada
Strategi
pengelolaan tanah
wakaf di Desa
Babakan – Ciseeng
Bogor.
Pembahasan terfokus
pada Praktek Wakaf
Pengelolaan Tanah
Wakaf Di Yayasan
Kenadziran Sultan
Abdul Mafahir
Mahmud Abdul
Qodir Kenari
d. Metode Penelitian
Menggunakan
metode penelitian
kualitatif
pengambilan data
penelitian
kepustakaan dan
lapangan.
Menggunakan
metode penelitian
kualitatif dan
penelitian lapangan
(Field Research)
e. Waktu dan Tempat
Penelitian
dilakukan pada
tahun 2011 pada
Desa Babakan –
Ciseeng Bogor.
Penelitian dilakukan
di Di Desa Kenari
Serang Banten
(Yayasan Kenadziran
Sultan Abdul
Mafahir Mahmud
Abdul Qodir Kenari)
2. a. Judul
Samsudin, Peranan
Nadzir Dalam
Pengelolaan dan
Pengembangan
Tanah Wakaf Pada
Yayasan
Pendidikan Islam
At-Taqwa.
Praktek Wakaf Di
Kenari Kenari Serang
Banten (Yayasan
Kenadziran Sultan
Abdul Mafahir
Mahmud Abdul
Qodir Kenari)
10
b. Pendekatan Teori
Menggunakan teori
tinjauan pustaka
Pengelolaan dan
Pengembangan
Tanah Wakaf.
Menggunakan teori
tinjauan pustaka
Manajemen
pengelolaan tanah
wakaf.
c. Fokus
Pembahasan
terfokus pada
Pengelolaan dan
Pengembangan
Tanah Wakaf di
Yayasan
Pendidikan Islam
At-Taqwa.
Pembahasan terfokus
pada Praktek Wakaf
Di Desa Kenari
Serang Banten
(Yayasan Kenadziran
Sultan Abdul
Mafahir Mahmud
Abdul Qodir Kenari)
d. Metode Penelitian
Menggunakan
metode penelitian
kualitatif
pengambilan data
penelitian
kepustakaan dan
lapangan.
Menggunakan
metode penelitian
kualitatif dan
penelitian lapangan
(Field Research)
e. Waktu dan Tempat
Penelitian
dilakukan pada
tahun 2011 pada
Yayasan
Pendidikan Islam
At-Taqwa.
Penelitian dilakukan
di Yayasan
Kenadziran Sultan
Abdul Mafahir
Mahmud Abdul
Qodir Kenari- desa
Kenari Serang
Banten
3. a. Judul
Sadar Rukmana,
Profesionalisme
Nadzir dalam
Pemeliharaan dan
Pengembangan
Aset-Aset Wakaf
Praktek Wakaf Di
Kampung Kenari
Serang Banten
(Yayasan Kenadziran
Sultan Abdul
Mafahir Mahmud
11
Produktif. Abdul Qodir Kenari)
b. Pendekatan Teori
Menggunakan teori
tinjauan pustaka
tentang
Pemeliharaan dan
Pengembangan
Aset-Aset Wakaf
Produktif.
Menggunakan teori
tinjauan pustaka
Manajemen
pengelolaan tanah
wakaf.
c. Fokus
Pembahasan
terfokus pada
Profesionalisme
Nadzir dalam
Pemeliharaan dan
Pengembangan
Aset-Aset Wakaf
Produktif.
Pembahasan terfokus
pada Praktek Wakaf
Di Desa Kenari
Serang Banten
(Yayasan Kenadziran
Sultan Abdul
Mafahir Mahmud
Abdul Qodir Kenari)
d. Metode Penelitian
Menggunakan
metode penelitian
kualitatif dan
penelitian yang
menghasilkan data
deskriptif analisis.
Menggunakan
metode penelitian
kualitatif dan
penelitian lapangan
(Field Research)
e. Waktu dan Tempat
Penelitian
dilakukan pada
tahun 2010 Pada
Tabung Wakaf
Indonesia
Penelitian dilakukan
di Yayasan
Kenadziran Sultan
Abdul Mafahir
Mahmud Abdul
Qodir Kenari- desa
Kenari Serang
Banten
12
E. Metode Penelitian
1. Objek Penelitian
Adapun yang dijadikan tempat penelitian ini adalah Lembaga
Kesultanan Kenari. Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah Manajemen
Pengelolaan Tanah Wakaf.
2. Jenis Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode kualitatif
dekriptif, sebuah metode untuk mengungkapkan masalah dengan cara
memaparkan atau menggaambarkan situasi atau peristiwa dari penelitian.
Skripsi ini mendeskripsikan kesesuaian antara teori yang ada dengan
kondisi sebenarnya di lapangan. Dengan demikian pendekatan yang
dilakukan pada penelitian ini mengarah pada pendekatan deskriptif.
3. Sumber Data Penelitian
a. Data primer
Data primer yaitu data yang di dapat dari sumber pertama, dari
individu seperti hasil wawancara dan observasi yang bisa dilakukan
peneliti.15
b. Data Sekunder
adalah data yang berupa dokumen-dokumen yang terkait dengan
penelitian ini. Seperti Al-Qur‟an, Hadits, kitab-kitab klasik atau
15
Lexy J. Maleony, metode penelitian kualitatif, cetakan ke II, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1928),h.3
13
kontemporer, buku-buku, majalah, newsletter dan bahan-bahan informasi
lainnya yang memiliki relevansi atau kaitan dengan skripsi.
4. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
a. Wawancara
Wawancara adalah proses dalam mencari keterangan untuk tujuan
penelitian dengan jalan Tanya jawab secara tatap muka dengan
narasumber, yang mana dengan wawancara tersebut dapat memberikan
informasi yang akurat sehubungan dengan topik penelitian.
b. Studi Dokumentasi
Agar data-data yang telah penulis peroleh menadi lengkap, penulis
melakukan penelitian dokumentasi dengan jalan meneliti berbagi macam
literature yang terkait, baik itu buku, majalah, ataupun sumber lainnya.
5. Teknis Pengelolaan Data
Setelah pengumpulan data dilakukan, maka selanjutnya adalah proses
pengelolaan data. Dalam penelitian kualitatif, pengelolaan data dilakukan
dengan mentranskripkan hasil wawancara, mengkatagorikan atau
mengklasifikasikan data berdasarkan beberapa tema sesuai fokus penelitian.16
6. Teknik Penulisan Skripsi
Teknik penulisan ini menggunakan buku “Pedoman Penulisan Skripsi
16
Bagong Suyanto dan Sutinah. Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan
Ed.REV. Cet.VI., hal. 173
14
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2012” yang merupakan standar dari penulisan karya ilmiah Fakultas
Syariah dan Hukum.
F. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penyusunan, skripsi ini dibagi dalam lima bab yang
memuat ide-ide pokok dan kemudian dibagi lagi menjadi sub-sub bab yang
mempertajam ide-ide pokok, sehingga secara keseluruhan menjadi kesatuan yang
saling menjelaskan sebagai satu pemikiran.
BAB I, PENDAHULUAN merupakan bagian yang dijadikan sebagai
acuan pembahasan bab-bab berikutnya dan sekaligus mencerminkan isi global
skripsi yang berisi tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review study terdahulu, kerangka teori,
metodologi penelitian, sistematika penulisan.
BAB II, TINJAUAN TEORITIS dalam bab ini penulis menjelaskan
tentang Pengertian Wakaf Produktif, Dasar Hukum Wakaf, Manfaat Wakaf, Jenis
Harta Benda, Manajemen, Pengertian Manajemen Wakaf, Unsur-unsur
Manajemen, Manajemen Tanah Wakaf, Konsep Wakaf, Pengertian Wakaf,
Wakaf Macam-macam Wakaf, Manajemen tanah wakaf Produktif, Pengelolaan,
Periode Pengelolaan Wakaf dan Dasar-dasar Pengelolaan Wakaf dalam fiqih.
BAB III, GAMBARAN UMUM dalam bab ini penulis memaparkan
gambaran secara umum mengenai Sejarah, letak Geografis, Keadaan Demografi,
15
Sejarah Perwakafan, Struktur Organisasi, Program Kerja dan Aset Tanah Wakaf
Yayasan Kesultanan Sultan Abul Mafahir Mahmud Abdul Qodir Kenari
BAB IV dalam bab ini penulis akan menjelaskan tentang Pemahaman
Nadzir Kesultanan Kenari Tentang Wakaf, Mekanisme Pengelolaan tanah wakaf
di Yayasan Kesultanan Kenari dan Pengaruh Pengelolaan Tanah Wakaf terhadap
ekonomi masyarakat
BAB V PENUTUP, merupakan bab terakhir yang berisi tentang
kesimpulan yang diperoleh dari penelitiandan saran-saran baik untuk Yayasan
dalam dalam pengelolaan agar terciptanya perwakafan yang mampu
mensejaterahkan masyarakat banyak . Berikutnya disebutkan daftar pustaka dan
lampiran-lampiran.
16
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Wakaf
1. Pengertian Wakaf
Kata “wakaf” atau “wacf” berasal dari bahasa arab “waqafa”. Asal
kata “wakafa” berarti “menahan” atau “berhenti” atau “diam di tempat” atau
“tetap berdiri”.17
Sedangkan menurut istilah syarak adalah “menahan harta yang
mungkin diambil manfaatnya tanpa menghabiskan atau merusak bendanya
(ainnya) dan digunakan untuk kebaikan”.18
Wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan atau
menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya
atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna
keperluan ibadah dan atau kesejahteraan umum menururt syariah.19
Secara ekonomi wakaf bisa diilustrasikan sebagai tindakan seorang
mengalokasikan modal untuk proyek wakaf yang benda dan kekayaan atau
17
Fiqih wakaf. Direktorat pemberdayaan wakaf Direktorat Jendral Bimbingan masyarakat
Islam . departemen agama RI jakarta tahun 2006, h. 1 18
Perwakafan Tanah di Indonesia dalam teori da praktek. Adijani al-alabijcv. Rajawali,
Jakarta cetakan kedua 1992, h. 23 19
Himpunan peraturan perundang-undangan tentang wakaf di Indonesia. Badan wakaf
Indonesia.tahun 2013. Cet-1jakarta
16
17
hasil pengelolaanya dimanfaatkan untuk kebaikan dan berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat umum. Dengan demikian, wakaf
merupakan salah satu mekanisme keuangan dalam islam yang disyariatkan
untuk memberikan kesempatan kepada kaum Muslimin yang mampu untuk
berderma dan peduli kepada kalangan miskin berupa sedekah jariyah. Wakaf
menjadi salah satu bentuk infak dijalan Allah SWT. Demi mendapatkan
pahala dari Allah SWT.20
2. Pengertian Wakaf Produktif
Wakaf produktif adalah harta benda yang diwakafkan untuk digunakan
dalam kegiatan produksi dan hasilnya disalurkan sesuai dengan tujuan
wakaf.21
Wakaf produktif adalah wakaf harta yang digunakan untuk
kepentingan produksi, baik bidang pertanian, perindustrian, perdagangan dan
jasa yang manfaatnya bukan pada benda wakaf secara langsung, tetapi dari
keuntungan hasil bersih pengembangan wakaf kepada orang-orang yang
berhak sesuai dengan tujuan wakaf. Disini wakaf produktif diolah untuk dapat
menghasilkan barang atau jasa kemudian dijual dan hasilnya dipergunakan
untuk kepentingan wakaf.22
20
Manajemen Wakaf di Era Modern. Badan Wakaf Indonesia.jakarta 2013, h.1 21
The Power of Wakaf. Ismail A.said. Dompet Dhuafa. Cetakan pertama. 2013, h. 30 22
Muhammad Faisal Sultoni,” Strategi Pengembngan Wakaf Produktif an Pengaruhnya
Terhadap Perekonomian Pondok Pesantren Darunnajah 2 Cipining”, (Skripsi S1 Fakultas Syariah
dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif HIdayatullah Jakarta, 2013), h. 11
18
3. Dasar Hukum Wakaf
Dalil yang menjadi dasar disyariatkannya ibadah wakaf bersumber dari23
:
a. Ayat Al-Quran
كمثل حبت أوبتج سبع سىابل في م في سبيل للا ال مثل الريه يىفقن أم
اسع عليم للا يضاعف لمه يشاء للا كل سىبلت مائت حبت
Artinya:
“Perumpamaan (nafakah yang di keluarkan oleh) orang-orang
yang menafkahkan hartanya dijalan Allah, adalah serupa dengan
sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada tiap-tiap butir
menumbuhkan seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran)
bagi siapa saja yang Dia kehendaki.dan Allah Maha Luas
(karunianya) Lagi Maha Mengetahui”.(QS. Al-Baqarah : 261)
b. Sunnah Rasulullah SAW
سيسة أن إذا ماث اإلوسان » قال -ملسو هيلع هللا ىلص-زسل هللا عه أبى
علم يىتفع ب اوقطع عى عمل إال مه ثالثت إال مه صدقت جازيت أ
لد صالح يدع ل ]زاي مسلم[«. أ
23
Fiqih wakaf. Direktorat pemberdayaan wakaf Direktorat Jendral Bimbingan masyarakat
Islam . departemen agama RI jakarta tahun 2006, h. 11-12
19
Dari Abu Hurairah ra., sesungguhnya Rasulullah SAW. bersabda
“Apabila anak Adam (manusia) meninggal dunia, maka putuslah amalnya,
kecuali tiga perkara : shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak
sholeh yang mendoakan orang tuanya”. (HR.Muslim)
Adapun penafsiran shadaqah jariyah dalam hadits tersebut adalah :
Hadits tersebut dikemukakan didalam bab waka, karena para ulama
menafsikan shadaqah jariyah dengan wakaf” (Imam Muhammad Ismail Al-
Kahlani, tt., 87)
4. Manfaat Wakaf
Wakaf memiliki hikmah yang sangat besar, dan pahala yang diterima oleh
mereka yang melakukannya adalah amat besar pula. Sebagian orang miskin
tidak mampu untuk mencari nafkah dikarenakan lemahnya kekuatan yang
mereka miliki, yang disebabkan karena sakit atau yang lainnya, seperti halnya
para wanita yang tidak memiliki kekuatan untuk melakukan pekerjaan
sebagaimana para lelaki.
Mereka adalah orang-orang yang sangat berhak mendapatkan cinta dan
belas kasihan. Apabila diwakafkan kepada mereka sejumlah harta atau
sedekah, maka hal itu akan sangat membantu mereka untuk bisa terlepas dari
belenggu kemiskinan, sehingga beban kehidupan mereka akan menjadi lebih
ringan. Orang yang mewakafkan hartanya akan mendapatkan pahala dari
20
Allah di hari yang tidak ada perlindungan kecuali perlindungan-Nya, yaitu di
hari di mana amal perbuatan ditimbang.24
Wakaf adalah menahan sesuatu benda yang kekal zatnya, dan
memungkinkan untuk diambil manfaatnya guna diberikan untuk jalan
kebaikan.25
Untuk itu wakaf hikmahnya besar sekali antara lain:
a. Harta benda yang diwakafkan dapat tetap terpelihara dan terjamin
kelangsungannya. Tidak perlu khawatir barangnya hilang atau pindah
tangan, karena barang wakaf tidak boleh dijual, dihibahkan, atau
diwariskan. Orang yang berwakaf sekalipun sudah meninggal dunia,
masih terus menerima pahala, sepanjang barang wakafnya itu masih
tetap ada dan masih dimanfaatkan.
b. Wakaf merupakan salah-satu sumber dana yang penting yang besar
sekali manfaatnya bagi kepentingan agama dan umat. Antara lain
untuk pembinaan kehidupan beragama dan peningkatan kesejahteraan
umat Islam, terutama bagi orang-orang yang tidak mampu, cacat
mental/fisik, orang-orang yang sudah lanjut usia dan sebagainya yang
sangat
Menurut Didin Hafidhuddin, banyak hikmah dan manfaat yang dapat
diambil dari kegiatan wakaf, baik bagi wakif maupun bagi masyarakat secara
24
Syeikh Ali Ahmad al-Jarjawi, Hikmah al-Tasyri' wa Falsafatuh, Juz II, Beirut: Dar al-Fikr,
1980, hlm. 131.
25
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002, hlm. 240
21
lebih luas, antara lain yaitu menunjukkan kepedulian dan tanggung jawab
terhadap kebutuhan masyarakat. Keuntungan moral bagi wakif dengan
mendapatkan pahala yang akan mengalir terus, walaupun wakif sudah
meninggal dunia. Memperbanyak asset-aset yang digunakan untuk
kepentingan umum yang sesuai dengan ajaran Islam merupakan sumber dana
potensial bagi kepentingan peningkatan kualitas umat, seperti pendidikan,
kesehatan, kesejahteraan dan sebagainya.26
B. Jenis Harta Benda Wakaf
Jenis harta benda wakaf dalam Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004
tentang Wakaf terdiri dari : benda tidak bergerak, benda bergerak selain uang, dan
bergerak berupa uang.
Benda tidak bergerak yang dimaksud dalam Undang-undang wakaf dapat
dijabarkan sebagai berikut:
a. hak atas tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undang baik
yang sudah maupun yang belum terdaftar,
b. bangunan atau bagian baguan yang terdiri dari atas tanah sebagaimana
dimaksud pada huruf a,
c. tanaman dan benda lain yang berkaitan dengan tanah,
d. hak milik atas satuan rumah susun sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan , dan
26
Didin Hafidhuddin, Islam Aplikatif, Jakarta: Gema Insani, 2003, hlm.124
22
e. benda tidak bergerak lain sesuai dengan ketentuan prinsip syariah dan
peraturan perundang-undangan.
Sedangkan hak atas tanah yang bisa diwakafkan terdiri dari:
1. hak milik atas tanah baik yang sudah atau belum terdaftar;
2. hak atas tanah beersama dari satuan rumah susun sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
3. hak guna bangunan, hak guna usaha atau hak pakai yang berada di atas
negara;
4. hak guna bangunan atau hak pakai yang berada di atas tanah hak pengelolaan
atau hak milik pribadi yang harus mendapat izin tertulis dari pemegang hak
pengelolaan atau hak milik.
Benda bergerak selain uang dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. benda digolongkan sebagai benda bergerak karena sifatnya yang dapat
dipindah atau pindahkan atau karena ketetapan Undang-undang.
2. Benda bergerak berbagai dalam benda bergerak yang dapat dihabiskan dan
yang tidak dapat dihabiskan karena pemakaian.
3. Benda bergerak yang dapat dihabiskan karena pemakaian tidak dapat
diwakafkan, kecuali air dan bahan bakar minyak yang persediaannya
berkelanjutan.
4. Benda bergerak yang tidak dapat dihabiskan karena pemakaian dapat
diwakafkan dengan memperhatikan ketentuan prinsip syariah.
23
Benda bergerak karena sifatnya yang dapat diwakafkan meliputi:
a. Kapal
b. Pesawat terbang
c. Kendaraan bermotor
d. Mesin atau peralatan industri yang tidak tertancap pada bangunan
e. Logam dan batu mulia, dan atau
f. Benda lainnya yang tergolong sebagai benda bergerak karena sifatnya dan
memiliki manfaat jangka panjang.
Benda bergerak selain uang karena peraturan perundang-undangan yang dapat
diwakafkan sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah sebagai berikut:
a. Surat berharga yang berhaga :
1. Saham;
2. Surat utang negara;
3. Obligasi pada umumnya ; dan atau
4. Surat berharga lainnya yang dapat dinilai dengan uang.
b. Hak atas kekayaan intelektual yang berupa:
1. Hak cipta;
2. Hak merk;
3. Hak paten;
4. Hak desain industry;
5. Hak rahasia dagang;
24
6. Hak sirkuit terpadu;
7. Hak perlindungan varietas tanaman; dan atau
8. Hak lainnya
c. Hak atas benda bergerak lainnya yang berupa:
1. Hak sewa, hak pakai dan hak pakai hasil atas benda bergerak; atau
2. Perikatan, tuntutan atas jumlah uang yang dapat ditagih atas benda
bergerak
Wakaf benda bergerak berupa uang yang merupakan terobosan dalam
undang-undang No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf yang dapat dijabarkan sebagai
berikut:
1. Wakaf uang yang dapat diwakafkan adalah mata uang rupiah
2. Dalam hal uang yang dapat diwakafkan masih dalam mata uang asing, maka
harus dikonversi terlebih dahulu kedalam rupiah.
3. Wakif yang akan mewakafkan uangnya diwajibkan untuk:
4. Dalam hal wakif tidak dapat hadir, maka wakif dapat menunjukan wakil atau
kuasanya.
5. Wakif dapat menyatakan ikrar wakaf benda bergerak berupa uang kepada
Nazhir di hadapan PPAIW yang selanjutnya Nazhir menyerahkan akta ikrar
wakaf tersebut kepada LKS.27
27
Fiqih wakaf. Direktorat pemberdayaan wakaf Direktorat Jendral Bimbingan masyarakat
Islam . departemen agama RI jakarta tahun 2006. 70-73
25
C. Manajemen
a. Pengertian Manajemen Wakaf
Manajemen berasal dari bahasa inggris yaitu Management dengan kata
dasar to manage yang secara harfiah berarti mengelola. Menuurut Mary
Parker Follet, manajemen adalah seni (art) untk melakukan pekejaan melalui
orang lain. Dan menurut luther Gulik, manajemen adalah suatu ilmu (science)
yang memungkinkan manusia saling bekerja secara sistematis sehingga
bermanfaat bagi manusia.28
Menurut James Stoner, manajemen adalah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha para anggota organisasi
dengan menggunakan sumber daya yang ada agar mencapai tujuan organisasi
yang telah ditentukan. Stoner dalam hal ini menekankan pada proses usaha
untuk mencapai tujuan, bukan pada hasilnya, namun manajemen dan hasilnya
sangat berkaitan. Semakin baik manajemen yang dilakukan, akan
memaksimalkan pendayagunaan sumber daya yang dimiliki sehingga sistem
berjalan efektif dan efisien. Dengan begitu, hasil yang dicapai lebih baik.29
Secara etimologi, dalam bahasa Indonesia belum ada keseragaman
mengenai terjemahan terhadap istilah "management" hingga saat ini
terjemahannya sudah banyak dengan alasan-alasan tertentu seperti pembinaan,
28
Setot Imam Wahyono, Manajemen Tata Kelola OrganisasiBisnis. (Jakarta: PT.Indeks,
2008) 29
Farid Wadjdy. Wakaf dan Kesejahteraan Umat (Filantropi Islam yang hamper
Terlupakan). (Jakarta: Pustaka Pelajar, 20017) hal. 175
26
pengurusan, pengelolaan ketatalaksanaan, manajemen dan management.30
Hal
yang sama dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut:
a. Menurut M. Manullang bahwa istilah manajemen terjemahannya dalam
bahasa Indonesia, hingga saat ini belum ada keseragaman. Berbagai istilah
yang dipergunakan" seperti: ketatalaksanaan, manajemen, manajemen
pengurusan dan lain sebagainya.31
b. Dalam Kamus Ekonomi, management berarti pengelolaan, kadangkadang
ketatalaksanaan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, manajemen
berarti penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran.32
b. Unsur-unsur Manajemen
Unsur-unsur kegiatan manajemen dikenal juga dengan fungsi manajemen,
yaitu:33
1. Perencanaan, yaitu menentukan tujuan proyek, strategi untuk
mewujudkannya, serta metode pembinaan bagi para pegawai dalam
melaksanakan pekerjaan mereka untuk mewujudkan tujuan ini.
2. Pengorganisasian, yaitu menentukan kegiatan-kegiatan yang mesti
dilaksanakan untuk mewujudkan tujuan-tujuan tersebut dalam bentuk
gambaran tugas secara detail. Juga, masing-masing menurut keahlian
30 Harbangan Siagian, Manajemen Suatu Pengantar, (Semarang: Satya Wacana. 1993),
hlm. 8-9. 31 M. Manullang, Dasar-Dasar Manajemen, (Jakarta: Balai Aksara, 1963), hlm. 15 dan
17. 32
DEPDIKNAS.Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), hlm.708. 33
Badan Wakaf Indonesia Kuwait Awqaf Public Foundation Islamic Research and Training
Institute. Manajemen Wakaf di Era Modern, (Jakarta: Badan Wakaf Indonesia Kuwait Awqaf Public
Foundation Islamic Research and Training Institute , 2013) hal. 25-26
27
dan pengalaman mereka demi menjamin pekerjaan mereka terlaksana
dengan sinergi dan selaras di bawah pimpinan seorang pimpinan yang
bijak.
3. Pengarahan, yaitu memberikan petunjuk dan dorongan kepada para
pekerja untuk melaksanakan tugas mereka dengan baik demi
menjamin tidak ada penyimpangan dalam mewujudkan tujuan.
4. Kordinasi, yaitu menciptakan keseimbangan, keterkaitan, dan
keselarasan, serta menghilangkan kontradiktif dalam bekerja. Di
samping itu juga dengan tetap menjaga variable waktu yang menuntut
adanya keputusan pada saat yang tepat.
5. Pengawasan, yaitu memastikan bahwa pekerjaan yang terlaksana telah
sesuai dengan rencana yang dibuat dan hasil yang ditetapkan telah
terwujud dengan baik.
c. Manajemen Tanah Wakaf
Sistem manajemen pengelolaan wakaf merupakan satu aspek penting
dalam pengembangan paradigma baru wakaf di Indonesia. Kalau paradigma
lama wakaf selama ini menekankan pentingnya pelestarian dan keabadian
benda wakaf, maka dalam pengembangan paradigma baru wakaf lebih
menitikbertkan pada aspek pemanfaatan yang lebih nyata tanpa kehilangan
eksistensi benda wakaf itu sendiri.Untuk menigkatkan dan mengembangkan
28
aspek kemanfaatannya, tentu yang sangat berperan sentral adalah sistem
manajemen pengelolaan yang diterapkan.34
Untuk mengelola, memberdayakan dan mengembangan tanah wakaf yang
strategis dimana hampir semua wakif yang menyerahkan tanahnya kepada
nazir tanpa menyertakan dana untuk membiayai oprasional usaha produktif,
tentu saja menjadi persoalan yang cukup serius. Karena itu dioerlukan strategi
riil agar bagaimana tanah-tanah wakaf yang begitu banyak dihampir seluruh
provinsi di Indonesia dapat segera diberdayakan untuk kepentingan
kesejahteraan masyarakat banyak. Strategi riil dalam pengembangkan tanah-
tanah wakaf wakaf produktif adalah dengan kemitraan.
Lembaga-lembaga Nazhir harus menjalin kemitraan usaha dengan pihak-
pihak lain yang mempunyai modal dan ketertarikan usaha sesuai dengan
posisi tanah strategis yang ada. Jalinan kerja sama ini dalam rangka
menggerakan seluruh potensi ekonomi yang dimiliki oleh tanah-tanah wakaf
tersebut sekali lagi harus ditekankan bahwa sistem kerja sama dengan pihak
ketiga tetap harus mengikuti sistem syariah, baik dengan cara musyarakah
maupun mudharabah. 35
Pemberdayaan dan penembangan wakaf produktif merupakan sebuah
langkah maju bagi lembaga perwakafan di tanah air. Dalam rangka
34
Direktorat Permberdayaan Wakaf, Paradigma baru wakaf di Indonesia,(Jakarta, Direktorat
Jendral Bimbingan Masyarakat Islam :2006),h.105 35
Panduan pemberdayaan tanah wakaf produktif strategis di indonesia. Direktorat
pemberdayaan wakaf Direktorat Jendral Bimbingan masyarakat Islam . departemen agama RI tahun
2006, h. 121-122
29
pemberdayan dan pengembangan wakaf, diperlukan organisasi pengelola
wakaf yang mampu menjalin kemitraan dengan lembaga lain yang peduli
terhadap dunia wakaf.36
Pola manajemen pengelolaan wakaf yang selama ini berjalan adalah pola
manajemen pengelolaan secara tradisional-konsumtif. Hal tersebut bisa
diketahui dari beberapa aspek:37
1. Kepemimpinan
Corak kepemimpinan dalam lembaga kenadziran masih sentralistik-
otoriter (paternalistic) dan tidak ada sistem kontrol yang memadai
2. Rekruitmen SDM Kenazhiran
Banyak nadzir wakaf yang hanya disarankan pada aspek ketokohan
seperti ulama, kyai, ustadz dan lain-lain, bukan aspek professionalme
atau kemampuan mengelola. Sehingga banyak benda-benda wakaf
yang tidak terurus atau terkelola secara baik.
3. Operasionalisasi Pemberdayaan
Pola yang digunakan lebih kepada sistem yang tidak jelas (tidak
memiliki standar operasional) karena lemahnya SDM, Visi dan Misi,
pemberdayaan, dukungan political will pemerintah yang belum
maksimal, dan masih menggunakan sistem ribawi.
36
Perkembangan pengelolaan wakaf di indonesia. Direktorat pengembangan zakat dan wakaf
direktorat jendral bimbingan masyarakat islam dan penyelenggarakan haji, tahun 2005 37
Direktorat Jendral bimbingan Masyarakat Islam. Paradigma Baru Wakaf di Indonesia,
(Jakarta: Direktorat Jendrak binbingan Masyarakat Islam, 2006) hal. 105-106
30
4. Pola Pemanfaatan Hasil
Dalam menjalankan usaha pemanfaatan hasil usaha wakaf masih
banyak yang bersifat konsumtif-statis sehingga kurang dirasakan
manfaatnya oleh masyarakat banyak.
5. Sistem Kontrol dan Pertanggung Jawaban
Seabagai resiko dari pengelola kepemimpinan yang sentralistik dan
lemah oprasionalisasi pemberdayaan mengakibatkan pada lemahnya
sistem control, baik yang besifat kelembagaan, pengembangan usaha,
maupun keuangan.
Mengelola tanah wakaf secara konsumtif seperti masjid, tidak berdampak
pada kesejahteraan ekonomi masyarakat, atau bahkan masyarakat harus
mengeluarkan biaya untuk merawat kebersihan masjid. Harta wakaf yang tidak
berkembang dan cenderung menjadi beban bagi pengelolanya, atau bahkan hilang
diambil alih oleh orang-orang yang tidak amanah.
Manajemen pengelolaan wakaf merupakan salah satu aspek penting dalam
pengembangan paradigma baru wakaf di Indonesia. Kalau dalam paradigma lama
wakaf selama ini lebih menekankan pentingnya pelestarian dan keabdian benda
wakaf, maka dalam pengembangan paradigma baru wakaf lebih menitik beratkan
pada aspek pemanfaatan yang lebih nyata tanpa kehilangan eksistensi benda
wakaf itu sendiri untuk meningkatkan dan mengembangkan aspek
31
kemanfaatannya, tentu yang sangat berperan sentral adalah sistem manajemen
pengelolaan yang diterapkan.38
D. Pengelolaan
Sesuai dengan Undang-undang RI No.16 Tahun 2001 tentang Yayasan,
definisi Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan
dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan
dan kemanusiaan. Yayasan sebagai salah satu bentuk badan hukum sangat
penting sekali bagi organisasi Islam. Setiap lembaga swadaya masyarakat (LSM)
atau Non-Governmental Organization (NGO) Islam perlu mendirikan yayasan
sebagai sarana formal dalam melakukan tindakan hukum para anggotanya.
Dengan adanya yayasan, pengurus organisasi dapat bertransaksi, membuat
perjanjian dan kerja sama, berhubungan dengan instansi pemerintah, swasta atau
perorangan yang memerlukan aspek legalitas. Ditinjau dari segi kepentingan
organisasi, yayasan memberikan manfaat, antara lain:
1. Mendapat perlindungan hukum berdasarkan undang-undang.
2. Memiliki kejelasan aturan organisasi yang tertuang dalam Anggaran Dasar.
3. Menambah rasa percaya diri para aktivisnya dalam berhubungan dengan
pihak lain.
4. Memudahkan pihak lain yang akan berhubungan dengan organisasi
tersebut.
38
Farid Wadjdy. Wakaf dan Kesejahteraan Umat (Filantropi Islam yang hampir Terlupakan).
(Jakarta: Pustaka Pelajar, 20017) hal. 118
32
5. Memberikan rasa kepercayaan kepada pihak-pihak yang bersimpati.
6. Memungkinkan pengembangan usaha organisasi secara lebih luas.
7. Apabila timbul permasalahan atau konflik dapat diselesaikan secara hukum
dengan aturan undang-undang dan peraturan pemerintah yang jelas.
1. Periode Pengelolaan Wakaf
a. Periode tradisional
Dalam periode ini, wakaf masih ditempatkan sebagai ajaran yang
murni dimasukan dalam katagori ibadah muhdhah (pokok). Yaitu
dihampir semua benda-benda wakaf diperuntukan untuk kepentingan
pembangunan fisik, seperti masjid, musholah, pesantren, kuburan, yayasan
dan sebagainya. Sehingga keberadaan wakaf belum memberikan
kontribusi sosial yang lebih luas karena hanya untung kepentingan yang
bersifat konsumtif. Kondisi tersebut disebabkan oleh beberapa aspek,
diantaranya:
Kebekuan paham terhadap wakaf
Pertama, ikrar wakaf. Kebiasaan masyarakat lebih banyak
menggunakan pernyataan lisan pada saat ingin mewakafkan sebagian
hartanya tanpa menyertai dengan bukti tertulis (sertifikat ikrar wakaf)
33
Kedua, harta yang boleh diwakafkan lebih banyak pada benda-
benda yang tidak bergerak, sehingga peruntukannya tidak maksimal
untuk kepentigan kebajikan
Ketiga, boleh tidaknya tukar menukar harta wakaf dalam masalah
ini, mayoritas wakif dari umat islam indoneia berpegang pada
pandangan konservatifnya asy-syafi‟I sendiri menyatakan bahwa harta
wakaf tidak boleh ditukar dengan alasan apapun.
Nazhir wakaf yang masih tradisional
Kebiasaan masyarakat kita yang ingin mewakafkan sebagian
hartanya dengan mempercayakan penuh kepada seseorang yang
dianggap tokoh dalam masyarakat sekitar, seperti kyai, ulama, ustadz,
ajengan dan lain-lain untuk mengelola harta wakaf sebagai nazhir.
Orang yang ingin mewakafkan harta (wakif) tidak tahu persis
kemampuan yang dimiliki oleh nazhir tersebut.
Peraturan perundangan yang belum memadai
Peraturan perundang-undangan tentang wakaf di Indonesia
memang masih menjadi persoalan yang cukup lama belum
terselesaikan secara baik. Karena wakaf lebih banyak ditempatkan
pada perseoalan-persoalan yang terkait dengan tanah. sehingga wakaf
belum memberikan kesejahteraan secara lebih luas bagi kepentingan
masyarakat banyak.
34
b. Periode semi-profesional
Periode semi-profesional merupakan pola pengelolaan wakaf yang
kondisinya relative sama dengan periode tradisional, namun pada masa ini
sudah mulai dikembangkan pola pemberdayaan wakaf secara produktif,
meskipun belum maksimal.sebagai contoh adalah pembangunan masjid-
masjid yang letaknya strategis dengan menambah bangunan gedung untuk
pertemuan, pernikahan, seminar dan acara lainnya seperti masjid sunda
kelapa, masjid pondok indah, masjid at-taqwa pasar minggu ni‟matil
ijtihad pondok pinang dan lain-lain.
Selain hal tersebut juga sudah mulai dikembangkannya pemberdayaan
tanah-tanah wakaf utuk bidang pertanian, pendirian usah-usah kecil
seperti toko-toko ritel koperasi, penggilingan padi, usaha bengkel dan
sebaginya yang hasilnya untuk kepentingan pengembangan dibidang
pendidikan (pondok pesantren), meskipun pola pengelolaannya masih
dikatan tradisional.
c. Periode professional
Yaitu sebuah kondisi dimana daya tarik wakaf sudah mulai dilirik
untuk diberdayakan secara professional-produktif. Keprofesionalan yang
dilakukan meliputi aspek: manajemen, SDM kenazhiran, pola kemitraan
usaha, bentuk benda wakaf yang tidak hanya berupa harta tidak bergerak
seperti uang, saham dan surat berharga lainnya, dukungan political will
35
pemerintah secara penuh, seperti lahirnya Undang-undang No. 41 tahun
2004 tentang wakaf.39
2. Dasar – dasar Pengelolaan Wakaf dalam fiqih
1. Dasar pertama
Dasar ini diambil dari definisi wakaf itu sendiri, yaitu menahan harta
asal dan menyedekahkan hasilnya, dari definisi ini ada dua komponen,
yaitu:
1. Menahan harta asal
Ini menunjukan bahwa institusi wakaf berumur panjang sesuai
dengan keabadian harta benda wakaf yang dikelolanya. Kontinuitas
terhadap kemampuan produksinya melalui perbaikan dan perawatan
yang merupakan tugas utama manajemen dan pada gilirannya
ditekankan oleh para ahli fiqih sebagaimana terungkap dalam salah
satu pandangan mereka, “pertama kali yang harus dilakukan terhadap
hasil pengelolaan wakaf adalah menggunakannya untuk perawatan
harta benda wakaf”
2. Menyedekahkan Hasil Pengelolaan
Yakni, menyalurkan hasil pengelolaan wakaf dijalan Allah SWT,
sesuai dengan peruntukan yang telah diperuntukan yang telah
ditentukan dalam Akta Ikrar Wakaf. Komponen ini menurut wakaf
39
Strategi Pengembangan wakaf tunai di Indonesia, direktorat pemberdayaan wakaf
direktorat jendral bimbingan masyarakat islam tahun 2006. H. 1-6
36
menghasilkan keuntungan atau manfaat hingga tujuan wakaf bisa
tercapai dan eksistensinya terjaga. Hal ini mengharuskan pengelola
wakaf bertanggung jawab untuk memproduktifkan harta benda wakaf
dengan pola yang dapat memperbesar manfaat yang bisa diminati oleh
mauquf „alaihi, tampak jelas bahwa tujuan investasi wakaf adalah
untuk menghasilkan keuntungan sebesar mungkin hingga bisa
memberikan layanan sebaik mungkin kepada masyarakat.
2. Dasar kedua, kepemilikan wakaf
Ada tiga pendapat ulama fiqih tentang kepemilikan wakaf yaitu:
1. Menurut madzhab Hanafi dan Zhaihiri, juga pendapat yang kuat dari
madzhab Syafi‟I dan riwayat dari Imam Ahmad dan Imam Hanbal,
bahwa wakaf adalah milik Allah SWT.
2. Menurut madzhab Hanbali dan sebagian madzhab Syafi‟I, bahwa
wakaf adalah milik mauquf‟alaih
3. Menurut madzhab Maliki, Abu Hanifah, dan satu riwayat dari Imam
Ahmad, bahwa wakaf masih tetap menjadi milik wakif
Dengan mengambil pendapat yang paling kuat bahwa wakaf
adalah milik Allah SWT, dalam pandangan Islam kepemilikan Allah
SWT adalah kepemilikan masyarakat. Karena itu ahli fiqih berkata,
“kepemilikan wakif terlepas dari pemiliknya menjadi milik Allah
SWT dalam bentuk kembalinya manfaat kepada para hamba.
37
3. Dasar ketiga, mauquf‟alaih
Para ulama menetapkan beberapa syarat bagi mauquf‟alaih terkait
aktivitas pengelolaan. Diantaranya adalaha:
Wakaf tersebut diperuntukan bagi kebaikan dan persembahan kepada
Allah SWT. Yang dimaksud kebaikan adalah apa saja yang
bermanfaat bagi orang lain. Dengan demikian objek pengelolaan
wakaf itu sangat luas sehingga bisa mencakup segala sesuatu yang
bermanfaat bagi masyarakat, baik dalam bentuk fasilitas umum atau
bantuan untuk fakir miskin dan orang-orang yang membutuhkan, atau
untuk pengembangan sumber daya manusia seperti pendidikan dan
kesehatan. Sedangkan yang dimaksud dengan persembahan kepada
Allah SWT, adalah tidak ada imbalan balik dari mauquf‟alaih. Hasil
pengelolaan wakaf diberikan kepada mereka secara cuma-cuma.
Mauquf‟alaih tidak terputus, yakni ada titik awal tapi tiada akhir.
Secara manajemen ini memastikan kontinuitas lembaga yang bertugas
menjaga harta benda wakaf dan kemampuan produksinya.
Pemeliharaan terhadap kontinuitas ini dianggap sebagai indikator
efektivitas pengelolaan wakaf.
4. Dasar keempat, kenazhiran wakaf
Diantara hal mendasar dalam wakaf adalah nazhir yang mengelola
secara langsung. Para ahli fiqih membahas masalah kenazhiran secara
38
panjang lebar, baik nazhir asli maupun representatifnya. Diantara hukum-
hukum adalah sebagai berikut:
a. Syarat-syarat nazhir, yaitu Islam, berakal, baligh, adil, amanah, dan
kompeten.
Patut dituturkan disini bahwa para ulama klasik menyebutkan syarat-
syarat ini bagi seseorang yang mengurusi pengelolaan, terutama
pengelolaan keuangan publik seperti pegawai baitul maal atau
pengelolaan zakat. Begitu pula pengelolaan wakaf. Dengan demikian
mereka telah mendahului para pakar manajemen modern yang
menepatkan tiga standard kompetensi pegawai, yaitu:
1. Standard personal, yaitu kemampuan untuk melakukan suatu
tindakan serta percaya diri. Ini tersirat pada syarat baligh dan
berakal.
2. Standard profesi, yaitu strata pendidikan dan pengalaman kerja.
Ini diungkspksn dengan syarat kompeten.
3. Standard etis. Standard etis terpenting dalam bidang keuangan
adalah amanah dan adil.
b. Kewajiban Nazhir wakaf
Para ulama membagi kewajiban nazhir menjadi tiga.
1. Yang wajib dikerjakan oleh nazhir, yaitu memproduktifkan
wakaf, melaksanakan syarat-syarat wakif, dan
mempertahankan hak-hak wakaf.
39
2. Yang boleh dikerjakan oleh nazhir, yaitu prosedur-prosedur
atau kebijakan-kebijakan yang bisa mewujudkan kemaslahatan
bagi harta benda wakaf dan mauquf‟alaih seperti memilih pola
investasi yang paling baik.
3. Yang tidak boleh dikerjakan oleh nazhir, yaitu tindakan-
tindakan apapun yang membahayakan eksistensi wakaf
maupun mauquf‟alaih, khususnya menggadaikan harta benda
wakaf atau meminjamkan.
c. Gaji nazhir, yakni imbalan pengelolaan wakaf
Menurut pendapat mayoritas ulama, gaji nazhir ditaksir sepadan
dengan gaji yang berlaku di wilayah setempat. Penetuannya bisa
berdasarkan kesepakatan anatar wakif dan nazhir atau ditentukan oleh
pemerintah. Gaji nazhir diambil dari penghasilan dan pemasukan
wakaf.
5. Dasar kelima, Jenis-jenis wakaf khairi
Terdapat beberapa pembagian yang mempengaruhi bentuk pengelolaan
wakaf, yaitu:
a. Wakaf yang penghasilannya disalurkan kepada pihak-pihak
tertentu seperti lahan pertanian, gedung perkantoran, uang, atau
harta benda lainnya.
40
b. Wakaf yang tidak menghasilkan pemasukan seperti masjid. Masjid
mendapatkan pemasukan dari baitul maal atau dari sumbangan
para dermawan. Wakaf ini dikelola sebagai institusi non-profit.
c. Wakaf yang hasil pengelolaannya disalurkan ke lembaga lain
seperti sekolah dan rumah sakit.wakaf jenis ini memerlukan
manajemen khusus di samping manajemen investasi untuk
mengatasi kesulitan-kesulitan dan permasalahan-permasalahan
yang muncul.40
40
Badan Wakaf Indonesia, Manajemen Wakaf Di Era Modern. Badan wakaf Indonesia. Cet-1
jakarta 2013, h.16-24
41
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Sejarah Kesultanan
Pada tahun 1580 Sultan Maulana Yusuf wafat, kemudian digantikan
anaknya Maulana Muhammad Kanjeng Ratu Banten Surosowan yang
memerintah sejak tahun 1580 hingga tahun 1596. Maulana Muhammad
mencoba menguasai Palembang tahun 1596 sebagai bagian dari usaha Banten
dalam mempersempit gerakan Portugal di nusantara, namun gagal karena ia
meninggal dalam penaklukkan tersebut. Maulana Muhammad meninggal
dalam usia muda, kurang lebih 25 tahun dengan meninggalkan seorang putra
berusia lima bulan dari permaisuri Ratu Wanagiri, putri dari Mangkubumi.
Anak ini menggantikan pemerintahan Maulana Muhammad. Namun
sehubungan dengan usia Sultan Abul Mufakhir Mahmud Abdul kadir (anak
Sultan Muhammad) masih sangat muda, maka untuk menjalankan
pemerintahan ditunjuk Mangkubumi Jayanagara. Pada masa pemerintahannya
banyak kemajuan di bidang perdagangan, dan untuk pertama kalinya kapal
dagang Belanda mendarat di Pelabuhan Banten
Namun pada masa tersebut terjadi konflik diantara anggota keluarga
kerajaan yang hendak merebut tahta kerajaan karena usia Sultan masih sangat
muda. Barulah pada tanggal 16 November 1624 Sultan Abul Mufakhir
Mahmud Abdul Qadir Kenari memerintah Banten. Beliau menjadi raja
41
42
pertama di Pulau Jawa yang mengambil gelar "Sultan" pada tahun 1638
dengan nama Arab Abu al-Mafakhir Mahmud Abdul Qadir. Masa
pemerintahan Sultan Abu Al-Mafakhir Mahmud Abdul Qadir penuh dengan
ketegangan antara Banten dan Belanda. Banyak terjadi pertempuran-
pertempuran kecil antara pihak Banten dan Belanda. Pada tanggal 10 Maret
1651, Sultan Abu al-Mafakhir Mahmud Abdul Qadir meninggal dunia dan
dimakamkan di Kampung Kenari.41
B. Sejarah Kampung Kenari42
Kampung Kenari adalah sebuah kampung yang terletak di Jl. Raya
Banten Lama Km 5 Desa Kasunyatan Kecamatan Kasemen Kabupaten Serang
Provinsi Banten. Pada waktu Raden Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati)
orang tua dari Maulana Hassanudin Banten dateng ke daerah Banten dia
singgah di Kampung Kenari sekitar pada tahun 1500 M.
Ketika Maulana Hassanudin diutus pertama ke Banten datang ke
Kampung Kenari terlebih dahulu sekitar pada tahun 1550 M. Maka salah satu
sejarah tersebut nama Kampung Kenari berasal dari kata “Kenali” (pertama
kali mengenali daerah Banten). Dari sumber lain nama Kampung Kenari
diambil dari sebuah pohon kuno yang besar bernama “Pohon Kenari” yang
diberi nama oleh Sultan Abul Mafakhir Mahmud Abdul Qodir karena melihat
41
http//blog-ipah.blogspot.co.id/2012/05/sejarah-kerajaan-banten.html diakses pada tanggal
23 juli 2015 jam 13.30 WIB 42
http//sejarahkenari.blogspot.co.id/ diakses pada tanggal 23 juli 2015 jam 13.30 WIB
43
pohon yang besar dan untuk tempat berteduh masyarakat Kampung Kenari
supaya hidup dalam kedamaian, kemakmuran dan kesejahteraan, kokoh dan
kuat seperti pohon Kenari.
C. Letak Geografis 43
Kampung Kenari adalah sebuah kampung yang terletak di Desa
Kasunyatan Kecamatan Kasemen Kabupaten Serang Provinsi Banten
Adapun batas-batas Kampung Kenari adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara : dikelilingi tanah sawah
Sebelah Selatan : berbatasan dengan Desa Kasemen Kecamatan
Kasemen
Sebelah Barat : berbatasan dengan Desa Margasana Kecamatan
Kasemen
Sebelah Timur : dipisahkan oleh kali Cibanten
Bentuk wilayah dataran rendah, dikelilingi oleh tanah sawah 3 km
jaraknya dari sebelah Selatan dari Desa Banten dan 10 km jaraknya dari
sebelah Utara Kota Serang
43 Hasil wawancara, dengan Anis Fuad, (Sekretaris Yayasan Kenadziran Sultan Abul
Mafakhir Mahhmud Abdul Qodir Kenari) Kenari 14 Juni 2015
44
D. Keadaan Demografi 44
Dengan wilayah yang cukup luas, wilayah administrasi Kampung
Kenari terdiri dua Rt, yaitu Rt. 013 dan Rt. 014. Jumlah penduduk Kampung
Kenari yaitu sebanyak 1.273 jiwa dengan perbandingan jumlah penduduk
laki-laki sebanyak 678 jiwa, dan penduduk perempuan 595 jiwa, dan terbagi
menjadi 322 KK. Jumlah penduduk ini merupakan yang terbesar di Desa
Kasunyatan.
Mayoritas penduduk Kampung Kenari adalah pemeluk agama Islam,
tak terjauh dari kenari juga terdapat Pondok Pesantren Al-Muawammah dan
melihat data diatas sangat berpotensial dalam pengembangan ekonomi syariah
di Kampung Kenari.
Penduduk kampung kenari pada umumnya paling banyak adalah SMA
sekitar 55%, lulus SMP 15% lulusan SD 10%tidak sekolah 15% perguruan
tinggi 5% dan yang tidak melanjutkan kejenjang selanjutnya kebanyakan dari
masyarakat kampung kenari adalah melanjutkan ke pesantren. Karena para
orang tua berfikir bahwa pendidikan agama lebih penting
Perekonomian kampung Kenari adalah pertanian karena sesuai dengan
kekayaan yang ditinggalkan oleh sultan atau disebut juga dengan wakaf yang
44 Hasil wawancara, dengan Anis Fuad, (Sekretaris Yayasan Kenadziran Sultan Abul
Mafakhir Mahhmud Abdul Qodir Kenari) Kenari 14 Juni 2015
45
berupa sawah seluas 14 hektar yang di peruntukan untuk masyarakat
Kampung Kenari.45
E. Sejarah Perwakafan
Perjalanan sejarah wakaf di kampung Kenari yang sudah cukup lama.
Awal pengurus kenadziran Sultan Kenari adalah SK Perorangan, yang
diangkat berdasarkan Surat Pengesahan Nazhir Nomor: W5/3/337/X/Tahun
1994 tanggal 18 Oktober 1994 yang pertama menjadi Ketua Pengurus
Kenadziran Kenari adalah Bapak H. TB. Bagus Hanati beliau meninggal pada
hari Senin, 25 September 2006, dilanjutkan kepengurusan oleh Bapak H. TB.
Mihrob dari tahun 2006 sampai 2009, kepengurusan dilanjutkan oleh Bapak
TB. Hujaimi dari tahun 2009 sampai 2012 dan kepengurusan dilanjutkan oleh
Bapak TB. Ihsan dari tahun 2012 sampai 2014.46
Hasil musyawarah mufakat masyarakat mengenai Kepengurusan yang
dihadiri oleh para duriat, tokoh masyarakat, para ustad, para ketua Rt, dan Rw
di kelurahan Kasunyatan Kecamatan Kasemen Kota Serang, dalam
musyawarah tersebut akhirnya memperoleh kesepakatan untuk melangkah
secara demokrasi dan masyarakat sepenuhnya sepakat menginginkan
kepengurusan Kenadziran yang resmi dan jelas demi tertibnya administrasi.
Pada hari kamis Tanggal dua puluh tujuh Bulan November Dua Ribu Empat
45
Hasil wawancara, dengan Anis Fuad, (Sekretaris Yayasan Kenadziran Sultan Abul
Mafakhir Mahhmud Abdul Qodir Kenari) Kenari 14 Juni 2015 46 Hasil wawancara, dengan Anis Fuad, (Sekretaris Yayasan Kenadziran Sultan Abul
Mafakhir Mahhmud Abdul Qodir Kenari) Kenari 14 Juni 2015
46
Belas diadakan pemilihan ketua Pengurus Kendziran Sultan Abul Mafakhir
Mahmud Abdul Qodir Kenari Kelurahan Kasunyatan Kecamatan Kasemen
Kota Serang, dengan umlah jiwa hak pilih yang hadir untuk mengikuti
pemilihan tersebut berjumlah 249 (dua ratus empat puluh sembilan) dan yang
terpilih sebagai Ketua adalah H. TB. Junaidi
Berdasarkan hasil musyawarah kepengurusan kenadziran sultan Abul
Mafakhir Mahmud Abdul Qodir Kenari, hari Ahad pada tanggal 08 Maret
2015, pengurus kenadziran sepakat dan menyetujui untuk dibuatkan SK
Kelembagaan sebelumnya adalah SK perorangan hal ini kami tuangkan dalam
hasil musyawarah para pengurus kenadziran dan kemasjidan
Yayasan Kenadziran Sultan Abul Mafahir Mahmud Abdul Qodir
Kenari telah terdaftar di Badan Wakaf Indonesia sebagai Nadzir pada 10
februari 2015, dengan nomor pendaftaran : 36.73.1.1.00002. hal tersebut
berdasarkan UU No. 41 tahun 2004.
Yayasan Kenadziran Sultan Abul Mafahir Mahmud Abdul Qodir
Kenari mrupaka nadzir yang berbentuk badan hukum, sesuai dengan UU
Nomor 41 Tahun 2004. Maka, sesuai dengan Undang-undang tersebut
Yayasan Kenadziran Sultan Abul Mafahir Mahmud Abdul Qodir Kenari
merupakan badan hukum yang bergerak di bidang sosial, pendidikan,
kemasyarakatan dan atau keagamaan Islam.
47
F. Struktur Organisasi47
Secara umum struktur Yayasan Kenadziran Sultan Abul Mafakhir
Mahhmud Abdul Qodir Kenari periode 2015-2020 sebagai berikut :
Pelindung :Etik Sefullaoh SE
Penasehat :K.H. Asmawi Jazuli
Penasehat :H. Safrani
Ketua :H. Tb. Junaedi
H. Fatoni :Wakil Ketua
Anis Fuad Thahir :Sekretaris
H. Sa‟ajudin :wakil Sekretaris
H. Mahdum :Bendahara
H. Hariri :Wakil Bendahara
M. Tahri :Anggota
Mulyadi :Anggota
Dikdik Sumarna :Anggota
G. Program Kerja48
Kami Pengurus Kenadziran Sultan Abul Mafahir Mahmud Abdul Qodir
Kenari mempunyai Program Kerja Sebagai Berikut:
47 Hasil wawancara, dengan Anis Fuad, (Sekretaris Yayasan Kenadziran Sultan Abul
Mafakhir Mahhmud Abdul Qodir Kenari) Kenari 14 Juni 2015 48 Hasil wawancara, dengan Anis Fuad, (Sekretaris Yayasan Kenadziran Sultan Abul
Mafakhir Mahhmud Abdul Qodir Kenari) Kenari 14 Juni 2015
48
I. Program Jangka Pendek
Menjaga dan Melestarikan peninggalan kepurbakalaan dan semua
Aset yang berada di Lingkungan Kesultanan Kenari.
Mengelola tanah wakaf dengan baik agar berhasil guna dan
berdaya guna demi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Kenari.
II. Program Jangka Panjang
Membantu anak-anak yang kurang mampu dalam melanjutkan
pendidikan.
Mengembangkan Program Pendidikan yang ada dibawah naungan
Kenadziran.
Menyediakan Traktor dan Pupuk bagi para petani penggarap
sawah wakaf guna kelancaran pengelolaan tanah wakaf.
Akan menyelesaikan seluruh permasalahan yang berkaitan dengan
perwakafan Kenadziran Sultan Kenari.
H. Aset Tanah Wakaf Yayasan Kenadziran Sultan Abul Mafahir Mahmud
Abdul Qodir Kenari .
Berbicara harta benda wakaf yang dimiliki Yayasan Kenadziran Sultan
Abul Mafahir Mahmud Abdul Qodir Kenari bahwa berdasarkan hasil
penelitian, harta benda wakaf yang ada pada saat ini dapat dijelaskan dalam
49
tiga macam yaitu:
a. Tanah Sawah
Tabel 3.2
Luas Wakaf Tanah Sawah
NO NO. PERSIL BLOK LUAS (M2)
1. 95.148.S.III BLEBER/SIDEPOK 11.030
2. 55.149.S.III SIKENDI/SIJAMBU 2.735
3. 81.147.S.III KILOSONG/SUSUKAN 3.305
4. 80.147.S.III KRAPCAK 3.310
5. 76.151.S.III SIBUYUNG/SIWATU 975
6. 88.233.S.V SIKEBURAN 6.160
7. 89.194.S.IV PAL 2.700
8. 83.147.S.III KRAPCAK 2.325
9. 83.151.S.III TEGAL
BUNDER/SISERUT
6.660
10. 78.147.S.III KEBEDARAN 2.135
11. 67.204.206.S.IV PEKAUMAN 109.065
JUMLAH 144.400
Luas tanah sawah Yayasan Kenadziran Sultan Abul Mafahir Mahmud
Abdul Qodir Kenari itu berjumlah 144.400 m2
yang tersebar dan terpencar di
berbagai tempat, antara lain di blok Bleber/Sidepok luas tanah sawah sebesar
11.030 m2
(sebelas ribu tiga puluh meter pesegi), Sikendi/Sijambu luas tanah
50
sebesar 2.735 m2
(dua ribu tujuh ratus tiga puluh lima meter persegi),
Kilosong/Susukan luas tanah sebesar 3.305 m2
(tiga ribu tiga ratus lima meter
persegi), Krapcak luas tanah sebesar 5.635 m2
(lima ribu enam ratus tiga
puluh lima meter persegi), Sibuyung/Siwatu luas tanah sebesar 975 m2
(Sembilan ratus tujuh puluh lima meter persegi), Sikeburan luas tanah sebesar
6.160 m2
(ena ribu seratus enam puluh meter persegi), PAL luas tanah sebesar
2.700 m2
(dua ribu tujuh ratus meter persegi ), Tegal Bunder/Siserut luas
tanah sebesar 2.325 m2
(dua ribu tiga ratus dua puluh lima meter persegi),
Kebedaran luas tanah sebesar 2.135 m2
(dua ribu seratus tiga puluh lima meter
persegi), dan Pekauman luas tanah sebesar 109.065 m2
(seratus ribu sembilan
ribu enam puluh lima meter persegi).
b. Darat/Tegal
Tabel 3.3
Luas Wakaf Darat/Tegal
NO NO.
PERSIL
BLOK LUAS (M2)
1. 64.163.D.IV KENARI 2.090
2. 85.D.III PENGGAMBIRAN/SIGARENG 3.565
3. 87.157.D.IV SICENGKER 11.580
4. 35.163.D.III MASJID,MADRASAH,MAKBAROH 4.790
5. 82.D.III MUSHOLAH/LANGGAR 196
JUMLAH 32.321
51
Luas tanah Darat/Tegal Yayasan Kenadziran Sultan Abul Mafahir
Mahmud Abdul Qodir Kenari itu berjumlah 32.321 m2
(tiga puluh ribu tiga
ratus dua puluh satu meter persegi) yang tersebar dan terpencar di berbagai
tempat, antara lain di blok Kenari luas tanah sebesar 2.090 m2 (dua ribu
semblan puluh meter persegi), Pegambiran/Sigareng luas tanah sebesar 3.565
m2 (tiga ribu lima ratus enam puluh lima meter persegi), Sicengker luas tanah
sebesar 11.580 m2 (sebelas ribu lima ratus delapan puluh meter persegi),
Masjid,Madrasah dan makbaroh luas tanah sebesar 4.790 m2 (empat ribu tujuh
ratus sembilan puluh), dan Mushola/Langgar luas tanah sebesar 196 m2
(seratus Sembilan puluh enam meter persegi)
c. Empang
Tabel 3.4
Luas Wakaf Empang
NO NO.
PERSIL
BLOK LUAS (M2)
1. 172.C.298 PETIMBANG SAWAH LUHUR 7.140
2. 167.C.298 PETIMBANG SAWAH LUHUR 12.120
JUMLAH 19.260
Luas Empang Yayasan Kenadziran Sultan Abul Mafahir Mahmud
Abdul Qodir Kenari itu berjumlah 19.260 m2 (sembilan belas ribu dua ratus
enam puluh meter persegi) yang terdapat di blok Petimbang Sawah Luhur luas
52
empang yang pertama sebesar 7.140 m2 (tujuh ribu seratus empat puluh meter
persegi) dan yang kedua sebesar 12.120 m2 (dua belas ribu seratus dua puluh
meter pesegi)
Dari keterangan atau rincian sebagaimana disebutkan di atas, jumlah
keseluruhan luas tanah sampai dengan priode tahun 2015 adalah 195.981 m2.
Adapun harta benda wakaf berupa rumah tinggal yang berjumlah 10 unit.
53
BAB IV
PENGELOLAAN DAN PENDAYAGUNAAN HARTA WAKAF
A. Pemahaman Nadzir Kesultanan Kenari Tentang Wakaf
Sejak dahulu praktek perwakafan di Indonesia sering dilakukan oleh
masyarakat yang beragama Islam. Sekalipun pelaksanaan wakaf bersumber
dari ajaran Islam, namun seolah-olah wakaf merupakan kesepakatan para ahli
hukum dan budaya bahwa perwakafan adalah sebuah masalah hukum adat di
Indonesia. Oleh karena itu masalah wakaf ini sangat erat kaitannya dengan
adat di Indonesia, maka pelaksanaan wakaf itu disesuaikan dengan adat yang
berlaku, dengan tidak mengurangi nilai-nilai ajaran Islam yang terdapat dalam
wakaf itu sendiri.
Menurut Undang-undang Nomor 41 tahun 2004, Nazhir adalah pihak
yang menerima harta benda wakaf dari wakif untuk dikelola dan
dikembangkan sesuai dengan peruntukannya. Dan tugas nadzir berdasarkan
UU wakaf No. 41 Tahun 2004, yaitu:49
1. Melakukan pengadministrasian harta benda wakaf;
2. Mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf seuai dengan tujuan,
fungsi, dan peruntukannya;
3. Mengawasi dan melindungi harta benda wakaf; dan
49
Dinamika Perwakafan di Indonesia dan Berbagai Belahan Dunia, (Kementrian Agama R.I,
Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Jakarta:2013), hal. 78
53
54
4. Amanah juga merujuk pada syarat pemimipin termasuk di dalamnya
manajer paling tidak memiliki dua kriteria: al-qawi (kuat, baik
keterampilan intelektual, maupun emosional, seperti kuat menghadapi
resiko) dan al-amin (terpecaya, memiliki kemampuan dan etika
manajerial)
Wakaf Kenadziran Sultan Abul Mafahir Mahmud Abdul Qodir adalah
sebuah amanah yang harus dijalankan, dipertahankan dan dilanjutkan oleh
masyarakat dari sultan serta menjaga kelestariannya untuk kepentingan
masyarakat sekitar baik berupa tanah sawah, makam, masjid, madrasah dan
rumah tinggal.50
Pemahaman nadzir juga menjadi salah satu permasalahan
dalam dunia wakaf, kurang pahamnya nazhir tentang wakaf dan teknik-teknik
pengelolaan aset wakaf. Maka peran nazhir sangat menentukan berjalan atau
tidaknya harta wakaf, karena peran nazhir adalah sebagai manajer yang
menentukan, mengendalikan perwakafan sehingga berdaya guna dan berhasil.
Oleh karena itu, nadzir sebagai pihak yang berkewajiban mengawasi
dan memelihara harta wakaf, tidak boleh menjual, menggadaikan,
mewariskan dan menghibahkan. Sehingga dengan demikian, keberadaan harta
benda wakaf dapat dikelola dan diberdayakan secara maksimal untuk
kepentingan kesejahteraan masyarakat banyak yang bisa dipertanggung
jawabkan secara moral dan hukum Allah.
50
Hasil wawancara, dengan Anis Fuad , (Sekretaris Yayasan Kenadziran Sultan Abul
Mafakhir Mahhmud Abdul Qodir Kenari) Kenari 14 Juni 2015
55
Untuk optimalisasi wakaf produktif, dibutuhkan adanya nadzir yang
profesional. Dalam hal ini, perlu adanya pembinaan nadzir sehingga dapat
mengembangkan wakaf seoptimal mungkin. Dalam Undang-Undang 41
Tahun 2004 tentang wakaf diamanatkan perlunya dibentuk Badan Wakaf
Indonesia. Salah satu tugas dan wewenangnya adalah melakukan pembinaan
terhadap nadzir dalam mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf.
Salah satu tujuan Badan Wakaf Indonesia adalah untuk memajukan dan
mengembangkan perwakafan nasional. Pembinaan itu adalah bagaimana
membentuk nadzir profesional. Nadzir dan lembaga pengelola wakaf sebagai
ujung tombak pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf. Kualitas
nadzir di Indonesia selalu dimotivasi dalam rangka melakukan pembenahan,
baik menyangkut kemampuan manajerial maupun skill individu yang sangat
menentukan dalam pemberdayaan wakaf.
B. Mekanisme Pengelolaan Tanah Wakaf di Yayasan Kenadziran Sultan
Abul Mafahir Mahmud Abdul Qodir Kenari
Sebagaimana data yang telah penulis dapat, berdasarkan hasil
musyawarah kepengurusan Yayasan Kenadziran Sultan Abul Mafahir
Mahmud Abdul Qodir Kenari, hari Ahad pada tanggal 08 Maret 2015,
pengeurus Kenadzira sepakat dan menyetujui untuk dibuatkan SK
Kelembagaan sebelumnya adalah SK perorangan yang diangkat berdasarkan
56
Surat Pengesahan Nazhir Nomor: W5/3/337/X/Tahun 1994 tanggal 18
Oktober 1994, telah habis masa baktinya, hal ini kami tuangkan dalam hasil
musyawarah para pengurus kenadziran dan kemasjidan
Yayasan Kenadziran Sultan Abul Mafahir Mahmud Abdul Qodir
Kenari telah terdaftar di Badan Wakaf Indonesia sebagai Nadzir pada 10
februari 2015, dengan nomor pendaftaran : 36.73.1.1.00002. hal tersebut
berdasarkan UU No. 41 tahun 2004.
Yayasan Kenadziran Sultan Abul Mafahir Mahmud Abdul Qodir
Kenari merupaka nadzir yang berbentuk badan hukum, sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004. Maka, sesuai dengan Undang-
Undang tersebut Yayasan Kenadziran Sultan Abul Mafahir Mahmud Abdul
Qodir Kenari merupakan badan hukum yang bergerak di bidang sosial,
pendidikan, kemasyarakatan dan atau keagamaan Islam.
Tanah wakaf di Yayasan Kenadziran Sultan Abul Mafahir Mahmud
Abdul Qodir Kenari semua adalah peninggalan dari Sultan Abul Mafahir itu
sendiri, dalam pengelolaan harta wakaf yang di wakafkan oleh sultan maka
Yayasan memeliki skema dalam pengelolaan.51
Mekanisme pengelolaan tanah wakaf sawah Yayasan Kenadziran
Sultan Abul Mafakhir Mahmud Abdul Qodir Kenari melalui beberapa tahapan
yang dapat digambarkan ssebagai berikut:
51
Hasil wawancara, dengan Anis Fuad, (Sekretaris Yayasan Kenadziran Sultan Abul
Mafakhir Mahmud Abdul Qodir Kenari) Kenari 14 Juni 2015
57
Gambar 4.5
Mekanisme Pengelolaan Wakaf Tanah Sawah Yayasan
Kenadziran Sultan Abul Mafahir Mahmud Abdul Qodir Kenari
Keterangan Gambar:
Yayasan Kenadziran Sultan Abul Mafahir Mahmud Abdul Qodir
Kenari mempunyai wakaf yang bersumber dari Sultan Abul MafahirMahmud
Abdul Qodir Kenari berupa tanah sawah yang dikelola untuk masyarakat
dengan menggunakan akad Ijarah, besar biaya sewa tergantung berapa luas
tanah sawah yang disewa dan menggunakan akad bagi hasil yang akan di
tentukan di akhir masa panen.
Dimana aset wakaf yang dimiliki Yayasan Kenadziran Sultan Abul
Yayasan Kenadziran Sultan Abul Mafahir
Mahmud Abdul Qodir Kenari
Wakaf Tanah
Sawah
Ijarah
(Kontrak)
Masyarakat
Bagi Hasil
(Garap)
58
Mafahir Mahmud Abdul Qodir Kenari bahwa berdasarkan hasil penelitian,
harta benda wakaf yang ada pada saat ini dapat dijelaskan dalam tiga macam
yaitu:
a. Tanah Sawah
Luas tanah sawah Yayasan Kenadziran Sultan Abul Mafahir
Mahmud Abdul Qodir Kenari itu berjumlah 144.400 m2
yang tersebar dan
terpencar di berbagai tempat, antara lain di blok Bleber/Sidepok luas tanah
sawah sebesar 11.030 m2
(sebelas ribu tiga puluh meter pesegi),
Sikendi/Sijambu luas tanah sebesar 2.735 m2
(dua ribu tujuh ratus tiga
puluh lima meter persegi), Kilosong/Susukan luas tanah sebesar 3.305 m2
(tiga ribu tiga ratus lima meter persegi), Krapcak luas tanah sebesar 5.635
m2
(lima ribu enam ratus tiga puluh lima meter persegi), Sibuyung/Siwatu
luas tanah sebesar 975 m2
(Sembilan ratus tujuh puluh lima meter persegi),
Sikeburan luas tanah sebesar 6.160 m2
(ena ribu seratus enam puluh meter
persegi), PAL luas tanah sebesar 2.700 m2
(dua ribu tujuh ratus meter
persegi ), Tegal Bunder/Siserut luas tanah sebesar 2.325 m2
(dua ribu tiga
ratus dua puluh lima meter persegi), Kebedaran luas tanah sebesar 2.135
m2
(dua ribu seratus tiga puluh lima meter persegi), dan Pekauman luas
tanah sebesar 109.065 m2
(seratus ribu sembilan ribu enam puluh lima
meter persegi).
59
Dari keterangan atau rincian sebagaimana disebutkan di atas,
jumlah keseluruhan luas wakaf tanah sawah sampai dengan priode tahun
2015 adalah 144.400 m2. Sawah yang telah disewakan kepada para petani
penggarap juga dapat dilihat manfaatnya. lahan wakaf yang berupa sawah
di sewakan kepada masyarakat sekitar untuk dikelola, biaya sewa lahan
yang digarap dihitung dengan permeter, setiap permeter tanah sawah
yang siap garap sama dengan 1.000 rupiah. Dari itu, dapat ditentukan
berapa biaya sewa yang harus dibayarkan setiap tahunnya. Dalam
pembayaran masyarakat diberikan kemudahan yaitu dengan cara
mengangsur kepada Yayasan Kenadziran Sultan Abul Mafahir Mahmud
Abdul Qodir Kenari. 52
Dalam hal penyewaan tanah garapan, petani sekitar dapat
memperoleh penghasilan dari sewa sawah, disamping itu dengan
mayoritas warga masyarakat kenari yang terdiri dari petani, dan dengan
jumlah tanah yang luasnya 195.981 m2
yang disewakan tersebut, tentunya
akan banyak membutuhkan petani penggarap, maka akan membuka lahan
pekerjaan bagi petani yang tidak mampu membeli tanah sendiri. Sistem
sewa digunakan sebagai usaha untuk mendapatkan untung atas tanah yang
digarapnya dengan hasil itu lah mereka memenuhi kebutuhan sehari-hari.
52
Hasil wawancara, dengan Anis Fuad, (Sekretaris Yayasan Kenadziran Sultan Abul
Mafakhir Mahhmud Abdul Qodir Kenari) Kenari 14 Juni 2015
60
Menurut penulis, Yayasan Kenadziran Sultan Abul Mafahir
Mahmud Abdul Qodir Kenari harus melakukan inovasi dalam beberapa
hal dalam pengelolaan wakaf tanah sawah. Seperti menyediakan traktor
dan pupuk bagi para petani penggarap sawah wakaf guna kelancaran
pengelolaan tanah wakaf serta melakukan pengembangan dari segi
pemasaran, hasil pertanian yang biasanya langsung dijual kepada para
tengkulak, bisa dapat dipasarkan oleh Yayasan dan atau juga memiliki
gudang beras dengan pengelolaan dan pengemasan. Sehingga biaya
produksi lebih efisien dan harga jual lebih kompetitif, sehingga
pendapatan Yayasan Meningkat dan pendapatan para petani ikut
meningkat agar tujuan wakaf tercapai sesuai dengan fungsinya yaitu untuk
mensejahterakan masyarakat umum.
b. Empang
Luas Empang Yayasan Kenadziran Sultan Abul Mafahir Mahmud
Abdul Qodir Kenari itu berjumlah 19.260 m2 (sembilan belas ribu dua
ratus enam puluh meter persegi) yang terdapat di blok Petimbang Sawah
Luhur luas empang yang pertama sebesar 7.140 m2 (tujuh ribu seratus
empat puluh meter persegi) dan yang kedua sebesar 12.120 m2 (dua belas
ribu seratus dua puluh meter pesegi)
Kejadian yang dihadapi Yayasan Sultan Abdul Mafahir Mahmud
Abdul Qodir Kenari adalah harta wakaf yang digadaikan. Harta wakaf
61
yang digadaikan adalah empang seluas 19.260 m2 (sembilan belas ribu
dua ratus enam puluh meter persegi) yang terdapat di blok Petimbang
Sawah Luhur luas empang yang pertama sebesar 7.140 m2 (tujuh ribu
seratus empat puluh meter persegi) dan yang kedua sebesar 12.120 m2
(dua belas ribu seratus dua puluh meter pesegi) serta luas tanah sawah
13.600 m2. Semua ini bertentangan dengan hukum Islam dan Undang-
Undang Nomor 41 Tahun 2004.
Namun Yayasan Sultan Abdul Mafahir Mahmud Abdul Qodir Kenari
sepakat untuk menebus harta wakaf yang sudah digadaikan dengan cara di
angsur dalam setiap tahunnya, alhamdulillah tanah wakaf sawah dengan
luas 6600 m2
sudah selesai masa cicilan dan kembali menjadi hak milik
Yayasan.53
Wakaf dalam Islam mempunyai kedudukan penting. Oleh karena itu,
wakaf mendapat perhatian khusus dari kalangan ahli hukum fikih, baik
dari segi persyaratan yang menyangkut sah dan batalnya, maupun dari
segi efesiensi pendayagunaanya. Namun dalam praktiknya, dikalangan
umat Islam wakaf mempunyai banyak permsalahan, bukan saja terjadi
dalam masyarakt islam di Indonesia, tetapi juga di negeri-negeri lain
dalam berbagai periode sejarah umat Islam.54
53
Hasil wawancara, dengan Anis Fuad, (Sekretaris Yayasan Kenadziran Sultan Abul
Mafakhir Mahhmud Abdul Qodir Kenari) Kenari 14 Juni 2015 54
Satria Effendi M, Zein, Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer
(Jakarta:Kencana 2004).,h.410.
62
Menurut Syeikh Sayyid Sabiq dalam Fiqh Al-Sunnah nya, pendapat
yang kuat adalah dari Imam syafi‟I yaitu menahan harta pewakaf untuk
bisa dimanfaatkan disegala bidang kemaslahatan dengan tetap
melanggengkan harta tersebut sebagai taqarrub (mendekatkan diri) kepada
Allah SWT. Kepemilikan pindah kepada Allah SWT, maka harta wakaf
itu bukan pemilik pewakaf, pengelola, dan juga bukan milik penerima
wakaf. Sehingga tanah wakaf tidak dapat dijual, dihibahkan, diwariskan
ataupun yang dapat menghilangkan kewakafannya
Dari Ibmu Umar Radhiyallu‟anhuma, beliau berkata: Umar Bin
Khattab radiyallahu‟anhu pernah mendaptkan (harta rampasan perang
berupa) tanah di negeri Khaibar kemudian Umarrdiyallahu‟anhu, datang
kepada Rosulullah shalallahu‟alaihi wa sallam meminta pendapat beliau
tentang harta tersebut. Umar radhiyallahu‟anhu bertanya:”wahai
Rosulullah seungguhnya aku mendapatkan harta rampasan perang khaibar
yang belum pernah aku dapatkan yang lebih berharga daripada tanah di
negeri Khaibar ini, maka apa yang engkau perintahkan kepadaku dalam
perkara ini? “maka Nabi shalallahu‟alaihi wa salam mengatakan: “kalau
engkau mau, engkau wakafkan tanah itu, dan engkau sedekahkan
(manfaat/kegunaan) tanah itu, sehingga tidak dijual (tanah) itu, tidak boleh
dibeli (oleh orang lain), tidak boleh dihibahkan, dan tidak boleh
diwariskan”.
63
Mengadaikan barang wakaf hukumnya tidak boleh karena barang
wakaf tidak boleh atau tidak sah dijual, sedangkan syarat barang yang
digadaikan harus sah diperjual-belikan. Dalam Undang-Undang Nomor 41
Tahun 2004 tentang wakaf juga mengatur tentang perubahan dan
pengalihan harta wakaf yang sudah dianggap tidak atau kurang berfungsi
sebagaimana maksud wakaf itu sendiri. Secara prinsip, harta benda wakaf
yang sudah diwakafkan dilarang:
a. dijadikan jaminan;
b. disita;
c. dihibahkan;
d. dijual;
e. diwariskan;
f. ditukar; atau
g. dialihkan dalam bentuk pengalihan hak lainnya
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa wakaf ialah
menahan barang yang diwakafkan itu agar tidak diwariskan, dihibahkan,
digadaikan, disewakan dan sejenisnya, yang cara pemanfaatannya adalah
menggunakan sesuai dengan kehendak pemberi wakaf ( wakif ) tanpa
imbalan.
Nadzir tidak boleh menggadaikan harta wakaf dengan membebankan
biaya tebusan kepada kekayaan wakaf. Atau dirinya, atau kepada salah
64
seorang dari mustahik, sebab tindakan ini bisa mengakibatkan hilangnya
harta wakaf, dimna harta wakaf itu menjadi milik si penggadai ketika
nadzir tidak mampu untuk menebusnya kembali. Selain itu, tindakan
terebut bisa menghilangkan manfaat dari harta wakaf itu sendiri.
c. Darat/Tegal
Luas tanah Darat/Tegal Yayasan Kenadziran Sultan Abul Mafahir
Mahmud Abdul Qodir Kenari itu berjumlah 32.321 m2
(tiga puluh ribu
tiga ratus dua puluh satu meter persegi) yang tersebar dan terpencar di
berbagai tempat, antara lain di blok Kenari luas tanah sebesar 2.090 m2
(dua ribu semblan puluh meter persegi), Pegambiran/Sigareng luas tanah
sebesar 3.565 m2 (tiga ribu lima ratus enam puluh lima meter persegi),
Sicengker luas tanah sebesar 11.580 m2 (sebelas ribu lima ratus delapan
puluh meter persegi), Masjid,Madrasah dan makbaroh luas tanah sebesar
4.790 m2 (empat ribu tujuh ratus sembilan puluh), dan Mushola/Langgar
luas tanah sebesar 196 m2 (seratus Sembilan puluh enam meter persegi).
Selain lahan Sawah, Sultan juga meninggalkan 10 unit rumah sewa
atau kontrakan dengan adanya ini sangat membantu masyarakat yang
belum mempunyai rumah, mengingat harga tanah dan bangunan semakin
mahal. Pembiayaan perbankan pun masih terbilang mencekik bagi mereka
yang berat dengan biaya cicilan dan lain sebagainya. Maka, rumah sewa
atau kontrakan pun menjadi solusi untuk memenuhi kenutuhan papan
65
masyarakat. Rumah sewa atau kontrakan yang dikontrakan kepada
masyarakat Kampung Kenari, biaya sewa yang dikenakan masyarakat
adalah sebesar 100.000 per setahun.55
Berikut adalah laporan keuangan Yayasan Kenadziran Sultan Abul
Mafakhir Mahmud Abdul Qodir Kenari selama 6 terakhir ( Januari-juni )
tahun 2015 dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 4.6
LAPORAN KEUANGAN
Yayasan Kenadziran Sultan Abul Mafakhir Mahmud Abdul Qodir Kenari
Periode Januari – Juli 2015
No. Tanggal Uraian Pemasukan Pengeluaran
1` 01-01-2015 Pemasukan hasil
kontrak sawah 1 tahu
Rp.112.550.000
2 03-01-2015 Bayar pinjaman
H.TB.Mahmud
Rp. 10.000.000
3 Bayar Pinjaman M.
holili
Rp.15.000.000
4 04-01-2015 Mapag tanggal selawat
kiyai dan qori
Rp. 1.450.000
5 09-01-2015 Bayar ukur tanah wakaf Rp. 500.000
6 15-01-2015 Rehab jendela masjid
31 buah
Rp. 17.000.000
55
Hasil wawancara, dengan Anis Fuad, (Sekretaris Yayasan Kenadziran Sultan Abul
Mafakhir Mahmud Abdul Qodir Kenari) Kenari 14 Juni 2015
66
7 20-01-2015 Ongkos tukang dan
pembantu
Rp. 1.600.000
8 21-01-2015 Beli bata merah 300
buah
Rp. 300.000
9 22-01-2015 Konsumsi pekerja Rp. 200.000
10 24-01-2015 Beli piring gelas alat
kebersihan
Rp. 425.000
11 26-01-2015 Gotong royong
kebersihan makam
Rp. 200.000
12 01-02-2015 Gaji pengurus
kenadziran
Rp. 12.000.000
Gaji Imam 3 orang
@Rp.2.500.000
Rp. 7.500.000
Gaji muadzin 3 orang
@Rp.2.000.000
Rp. 6.000.000
Gaji kaom 3 orang
@Rp.2.000.000
Rp. 6.000.000
Gaji Guru 8 orang
@Rp.1.000.000
Rp. 1.000.000
13 02-02-2015 Pembuatan Mading Rp. 2.600.000
14 14-02-2015 Servis speaker dan
kipas
Rp. 500.000
15 15-02-2015 Beli mic, tiang speaker Rp. 600.000
16 22.02.2015 Notaris Rp. 5.000.000
17 24-02-2015 Bayar pembuatan SK
kenazhiran
RP. 5.000.000
67
18 01-03-2015 Tambahan kontrak
sawah
Rp. 7.962.000
19 Sewa rumah tanah
wakaf
Rp. 1.000.000
20 05-03-2015 Pembuatan Pintu pagar
masjid
Rp. 3.000.000
21 21-04-2015 Peringatan isra miraj
22 selawat Kiyai 2 orang
@Rp. 750.000
Rp. 1.500.000
23 Santri 6 orang @Rp.
600.000
Rp. 600.000
24 Qori Rp. 500.000
25 Konsumsi Rp. 1.000.000
26 26-05-2015 Selamatan acara Nifshu
sa‟ban dan Ruahan
27 selawat Kyai Rp. 1.000.000
28 Para undangan Rp. 500.000
29 13-06-2015 Haul Sulton Kenari
Slawat kiyai Rp. 500.000
Santri Rp 200.000
Snack Jamuan Rp. 3.000.000
68
JUMLAH Rp. 121.512.000 Rp. 111.825.000
SALDO Rp. 9.687.000
Sumber : Data Yayasan Kenadziran Sultan Abul Mafahir Mahmud Abdul Qodir
Tabel di atas adalah tabel laporan selama enam bulan, laporan diatas
dapat dijelaskan bahwa Yayasan Sultan Abdul Mafahir Mahmud Abdul Qodir
Kenari dalam mengelola wakaf masih secara tradisional (konsumtif). Pada
bulan januari pemasukan hasil kontrak sawah 1 tahun Rp.112.550.000 (seratus
dua belas juta lima ratus lima puluh ribu rupiah) bertambah pada bulan maret
pemasukan dari hasil sewa kontrak sawah sebesar Rp. 7.962.000 (tujuh juta
sembilan ratus enam puluh dua ribu rupiah) dan hasil Sewa rumah tanah
wakaf sebesar Rp. 1.000.000 (satu juta ribu ruiah) dari 10 rumah yang
dikontrakan per tahunnya. Total keseluruhan pemasukan sebesar Rp.
121.512.000 (seratus dua satu juta lima ratus dua belas ribu rupiah).
Sedangkan total pengeluaran sebesar Rp. 111.825.000 (seratus sebelas juta
delapan ratus dua pulu lima ribu rupiah) maka saldo yang tersisa dalam
laporan selama enam bulan sebesar Rp. 9.687.000 (Sembilan juta enam ratus
delapan puluh tujuh ribu rupiah).
Bila dilihat dari laporan keuangan hasil pemasukan pengelolan tanah
wakaf berasal dari tanah sawah yang disewakan kepada masyarakat dengan
luas tanah sawah sebesar 144.400 m2
yang ditanami padi karena mayoritas
masyarakat kenari adalah petani dan kontrakan rumah berjumlah 10 unit.
69
penyaluran dana wakaf mayoritas peruntukan hasil wakaf digunakan untuk
kegiatan ibadah semua bergerak dalam kepentingan pembangunan fisik,
seperti masjid, membayar gaji madrasah, kegiatan keagamaan dan
sebagainya. sehingga keberadaan wakaf belum memberikan kontribusi sosial
yang lebih luas. Namun melihat masyarakat Indonesia yang belum sepenuhya
merdeka secara ekonomi seharusnya wakaf mampu menjadi sarana yang
sangat strategis untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat kenari.
Lokasi kampung Kenari yang berada di perkampungan yang banyak
terdapat cagar budaya dan peninggalan-peninggalan para Sultan, sehingga
tidak memungkinkan untuk membangun ruko, real estate dan semacamnya
namun yang tepat dalam memanfaatkan tanah wakaf di kenari adalah dengan
menanami padi karena sesuai dengan mayoritas masyarakat kenari adalah
petani.
Manajemen pengelolan Yayasan Sultan Abdul Mafahir Mahmud
Abdul Qodir Kenari yang ada belum begitu baik, hal ini dapat dimaklumkan
karena memang nadzir masih kurang begitu mengerti dalam hal manajemen.
Salah satu aspek akuntansi dan auditing. Yang penting bagi mereka adalah
tanah peninggalan sultan dikelola, dijaga dan dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat sekitar. Namun mereka cenderung mengabaikan masalah
pencatatan keuangan
70
C. Pengaruh Pengelolaan Harta Wakaf Terhadap Ekonomi Masyarakat
Konsep wakaf Yayasan Kenadziran Sultan Abul Mafakhir Mahmud
Amdul Qodir Kenari adalah berlandaskan pada tujuan hukum islam yaitu
mewujudkan kemaslahatan. Wakaf adalah menahan sesuatu benda yang kekal
zatnya, dan memungkinkan untuk diambil manfaatnya guna diberikan untuk
jalan kebaikan.56
Untuk itu wakaf hikmahnya besar sekali antara lain:
1. Harta benda yang diwakafkan dapat tetap terpelihara dan terjamin
kelangsungannya. Tidak perlu khawatir barangnya hilang atau pindah
tangan, karena barang wakaf tidak boleh dijual, dihibahkan, atau
diwariskan. Orang yang berwakaf sekalipun sudah meninggal dunia,
masih terus menerima pahala, sepanjang barang wakafnya itu masih tetap
ada dan masih dimanfaatkan.
2. Wakaf merupakan salah-satu sumber dana yang penting yang besar sekali
manfaatnya bagi kepentingan agama dan umat. Antara lain untuk
pembinaan kehidupan beragama dan peningkatan kesejahteraan umat
Islam, terutama bagi orang-orang yang tidak mampu, cacat mental/fisik,
orang-orang yang sudah lanjut usia dan sebagainya yang sangat.
Berikut adalah daftar penerima manfaat tanah wakaf sawah Yayasan
Kenadziran Sultan Abul Mafakhir Mahmud Abdul Qodir Kenari tahun 2015
dapat dilihat dari tabel berikut:
56
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002, hlm. 240
71
Tabel 4.7
Daftar Penerima Manfaat Tanah wakaf
Yayasan Kenadziran Sultan Abul Mafakhir Mahmud Abdul Qodir
Kenari
Periode 2015
No. Nama Luas Tanah
1 Tb. Nasir 5,6 m2
2 Hj. Hulaiyah 5,0 m2
3 Usman 1,3 m2
4 Rafiudin 5,7 m2
5 Hambali 9,6 m2
6 Hamami 4,3 m2
7 Bahri 5,0 m2
8 Sani‟in 5,4 m2
9 Naim 2,8 m2
10 Tahri 2,7 m2
11 Haer siti 2,8 m2
12 Tb. Afandi 6,6 m2
13 Hj. Halimah 3,2 m2
14 Bi. Rabuah 3,4 m2
15 Aspuri 5,0 m2
16 Jaeludin 2,5 m2
72
17 Tb. Johadi 5,8 m2
18 Dedi 5,6 m2
19 Fakdi 6,6 m2
20 Rusdi 3,0 m2
21 Romli 7,0 m2
22 Tamim 2,7 m2
23 Asmu‟i 5,3 m2
24 Rt. Ujang 3,0 m2
25 Tb. Halimi 2,5 m2
26 Tb. Wasehudin 5,0 m2
27 H. Harun 2,0 m2
28 H. Masfuad 1,3 m2
29 Ust. H. Fatoni 6,4 m2
30 Hj. Hulaiyah 1,3 m2
31 Robi‟in 1,0 m2
32 M. Juri 3,0 m2
33 Jasmari 3,0 m2
34 As‟ari 2,7 m2
35 Tb. Hujaimi 2,8 m2
36 Tb. Johadi 5,5 m2
37 Fatani 2,8 m2
Sumber : Data Yayasan Kenadziran Sultan Abul Mafahir Mahmud Abdul Qodir
73
Keberadaan wakaf dengan memiliki aset potensial yang sangat dinamis
dan dapat dikembangkan untuk membangun ekonomi umat dalam
meningkatkan kualitas kehidupan yang layak sesuai dengan prinsip dan tujuan
ajaran syariat Islam demi kemaslahatan umat, dalam masalah wakaf, Harta
benda wakaf Yayasan Sultan Abdul Mafahir Mahmud Abdul Qodir Kenari
sudah sesuai dengan kondisi kebutuhan masyarakat sekitar. Perekonomian
Kampung Kenari adalah pertanian karena sesuai dengan kekayaan yang
ditinggalkan oleh sultan atau disebut juga dengan wakaf yang di peruntukan
masyarakat kenari.
Maka kesejahteraan dan pemberdayaan ekonomi umat akan meningkat.
Dengan adanya tambahan terhadap tempat untuk bekerja, dengan menyewa
tanah wakaf maka, dapat terkuranginya jumlah pengangguran. Dengan
terpenuhinya kebutuhan Rohani yang diseimbangkan dengan kebutuhan
jasmani pada diri masyarakat, maka keselarasan hidup yang bermoral Islami
dapat terwujud. Cara hidup yang bermoral adalah cara yang memperhatikan
tata masyarakat yang baik. Sehingga tercapailan tujuan wakaf yaitu
memanfaatkan benda wakaf sesuai dengan dengan fungsinya untuk
kepentingan ibadah dan untuk memajukan kesejahteraan umum.
Jika dilihat hal-hal diatas maka dapat digambarkan bahwa pemahaman
nadzir tentang wakaf masih dalam konteks menjaga, melestarikan dan
mengelola, dan dalam pengelolaan tanah wakaf diperuntukan untuk
74
merenovasi masjid, madrasah, membayar gaji guru madrasah dan acara
keagamaan lainnya. Baik dalam pembinaan nadzir maupun dalam
pengontrolan kegiatan pengelolaan tanah wakaf peran Badan Wakaf Indonesia
dan KUA sangatlah minim, sedangkan semua itu sangat di butuhkan agar
pengelolaan tanah wakaf menjadi lebih baik.
Setelah melihat data hasil penelitian dan teori diatas maka penulis
menganalisa hal-hal yang terkait pemahaman nadzir dan pengelolaan tanh
wakaf di Yayasan Kenadziran Sultan Abul Mafahir Mahmud Abdul Qodir
Kenari sebagai berikut:
1. Pemahaman nadzir di Yayasan Kenadziran Sultan Abul Mafahir Mahmud
Abdul Qodir Kenari hanya sebatas sebuah amanah yang harus dijalankan,
dipertahankan dan dilanjutkan oleh masyarakat dari sultan serta menjaga
kelestariannya untuk kepentingan masyarakat sekitar baik berupa tanah
sawah, makam, masjid, madrasah dan rumah tinggal.
2. Pengelolaan tanah wakaf di kampung kenari sudah sesuai dengan
kebutuhan masyarakat kenari, karena mayoritas pekerjaan masyarakat
adalah seorang petani. Namun hasil dari pengelolaan tanah wakaf
diperuntukan untuk merenovasi masjid, madrasah, membayar gaji guru
madrasah dan acara keagamaan lainnya yang cenderung kurang produktif.
3. Harta wakaf yang digadikan kejadian yang dihadapi oleh Yayasan Sultan
Abdul Mafahir Mahmud Abdul Qodir Kenari. Harta wakaf yang
75
digadaikan adalah empang seluas 19.260 m2 (sembilan belas ribu dua
ratus enam puluh meter persegi) yang terdapat di blok Petimbang Sawah
Luhur luas empang yang pertama sebesar 7.140 m2 (tujuh ribu seratus
empat puluh meter persegi) dan yang kedua sebesar 12.120 m2 (dua belas
ribu seratus dua puluh meter pesegi) serta luas tanah sawah 13.600 m2.
Semua ini bertentangan dengan hukum islam dan Undang-Undang Nomor
41 Tahun 2004.
4. Pengaruh pengelolaan tanah wakaf bagi ekonomi masyarakat meningkat
karena sesuai dengan kondisi kebutuhan masyarakat sekitar.
Perekonomian Kampung Kenari adalah pertanian, sehingga sesuai dengan
kekayaan yang ditinggalkan oleh sultan atau disebut juga dengan wakaf
yang di peruntukan masyarakat kenari. Maka kesejahteraan dan
pemberdayaan ekonomi umat akan meningkat. Dengan adanya tambahan
terhadap tempat untuk bekerja, dengan menyewa tanah wakaf maka, dapat
terkuranginya jumlah pengangguran. Dengan terpenuhinya kebutuhan
Rohani yang diseimbangkan dengan kebutuhan jasmani pada diri
masyarakat, maka keselarasan hidup yang bermoral Islami dapat terwujud.
Cara hidup yang bermoral adalah cara yang memperhatikan tata
masyarakat yang baik. Sehingga tercapailan tujuan wakaf yaitu
memanfaatkan benda wakaf sesuai dengan dengan fungsinya untuk
kepentingan ibadah dan untuk memajukan kesejahteraan umum.
76
Namun, ada beberapa masukan dari penulis untuk Yayasan Kenadziran
Sultan Abul Mafahir Mahmud Abdul Qodir Kenari, yaitu sebagai berikut:
1. Pemahaman Nadzir Untuk optimalisasi wakaf produktif, dibutuhkan
adanya nadzir yang profesional. Dalam hal ini, perlu adanya pembinaan
nadzir sehingga dapat mengembangkan wakaf seoptimal mungkin. Dalam
Undang-Undang 41 Tahun 2004 tentang wakaf diamanatkan perlunya
dibentuk Badan Wakaf Indonesia. Salah satu tugas dan wewenangnya
adalah melakukan pembinaan terhadap nadzir dalam mengelola dan
mengembangkan harta benda wakaf. Salah satu tujuan Badan Wakaf
Indonesia adalah untuk memajukan dan mengembangkan perwakafan
nasional. Pembinaan itu adalah bagaimana membentuk nadzir profesional.
Nadzir dan lembaga pengelola wakaf sebagai ujung tombak pengelolaan
dan pengembangan harta benda wakaf. Kualitas nadzir di Indonesia selalu
domotivasi dalam rangka melakukan pembenahan, baik menyangkut
kemampuan manajerial maupun skill individu yang sangat menentukan
dalam pemberdayaan wakaf.
2. Yayasan Kenadziran Sultan Abul Mafahir Mahmud Abdul Qodir Kenari
harus melakukan inovasi dalam beberapa hal dalam pengelolaan dan
penyaluran hasil wakaf tanah sawah. Seperti menyediakan traktor dan
pupuk bagi para petani penggarap sawah wakaf guna kelancaran
pengelolaan tanah wakaf serta melakukan pengembangan dari segi
77
pemasaran, hasil pertanian yang biasanya langsung dijual kepada para
tengkulak, bisa dapat dipasarkan oleh Yayasan dan atau juga memiliki
gudang beras dengan pengelolaan dan pengemasan. Sehingga biaya
produksi lebih efisien dan harga jual lebih kompetitif, sehingga
pendapatan Yayasan Meningkat dan pendapatan para petani ikut
meningkat agar tujuan wakaf tercapai sesuai dengan fungsinya yaitu untuk
mensejahterakan masyarakat umum.
78
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil uraian hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Wakaf Sultan Abul Mafahir Mahmud Abdul Qodir Kenari adalah
sebuah amanah yang harus dijalankan, dipertahankan dan dilanjutkan
oleh masyarakat dari sultan serta menjaga kelestariannya untuk
kepentingan masyarakat sekitar baik berupa tanah sawah, makam, masjid,
madrasah dan rumah tinggal. Pemahaman nadzir juga menjadi salah satu
permasalahan dalam dunia wakaf, kurang pahamnya nazhir tentang wakaf
dan teknik-teknik pengelolaan aset wakaf. Maka peran nazhir sangat
menentukan berjalan atau tidaknya harta wakaf, karena peran nazhir
adalah sebagai manajer yang menentukan, mengendalikan perwakafan
sehingga berdaya guna dan berhasil.
2. Sitem pengelolaan tanah wakaf di Kampung Kenari pada umumnya
adalah pengelolaan secara tradisional. Hasil pengelolaan tanah wakaf
yang ada di kampung Kenari peruntukannya lebih banyak digunakan
untuk kegiatan ibadah yang bergerak dalam kepentingan pembangunan
fisik, seperti masjid, membayar gaji pengurus masjid, madrasah dan
78
79
makam serta kegiatan keagamaan lainnya.
3. Keberadaan wakaf dengan memiliki aset potensial yang sangat dinamis
dan dapat dikembangkan untuk membangun ekonomi umat dalam
meningkatkan kualitas kehidupan yang layak sesuai dengan prinsip dan
tujuan ajaran syariat islam demi kemaslahatan umat, dalam masalah
wakaf, Harta benda wakaf Yayasan Sultan Abdul Mafahir Mahmud
Abdul Kodir Kenari sudah sesuai dengan kondisi kebutuhan masyarakat
sekitar. Perekonomian Kampung Kenari adalah pertanian karena sesuai
dengan kekayaan yang ditinggalkan oleh sultan atau disebut juga dengan
wakaf yang di peruntukan masyarakat kenari.
4. Penulis dapat menyimpulkan bahwa permasalahan yang dihadapi oleh
Yayasan Sultan Abdul Mafahir Mahmud Abdul Qodir Kenari berupa
harta wakaf yang digadaikan. Namun Yayasan Sultan Abdul Mafahir
Mahmud Abdul Qodir Kenari memiliki solusi untuk menebus harta wakaf
yang sudah digadaikan yaitu dengan cara di angsur dalam setiap
tahunnya, alhamdulillah tanah wakaf sawah dengan luas 6600 m2
sudah
selesai cicilan dalam melunasi hutang gadai.
80
B. Saran-saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian diatas, maka penulis ingin
memberikan beberapa saran terkait pengelolaan wakaf yang ada di kampung
Kenari sebagai berikut:
1. Nazir/badan hukum/yayasan yang mengurus wakaf, harus dengan sungguh-
sungguh menjaga serta melestarikan, mengamankan dan mengoptimalkan
fungsi wakaf tersebut. Sebab apa yang dilakukan itu adalah fisabilillah. Dan
yang perlu diingat dan menjadi perhatian jangan sampai wakaf hilang ,
beralih fungsi dan beralih hak.
2. Pemahaman Nadzir Untuk optimalisasi wakaf produktif, dibutuhkan adanya
nadzir yang profesional. Dalam hal ini, perlu adanya pembinaan nadzir
sehingga dapat mengembangkan wakaf seoptimal mungkin. Dalam Undang-
Undang 41 Tahun 2004 tentang wakaf diamanatkan perlunya dibentuk
Badan Wakaf Indonesia. Salah satu tugas dan wewenangnya adalah
melakukan pembinaan terhadap nadzir dalam mengelola dan
mengembangkan harta benda wakaf. Salah satu tujuan Badan Wakaf
Indonesia adalah untuk memajukan dan mengembangkan perwakafan
nasional. Pembinaan itu adalah bagaimana membentuk nadzir profesional.
Nadzir dan lembaga pengelola wakaf sebagai ujung tombak pengelolaan dan
pengembangan harta benda wakaf. Kualitas nadzir di Indonesia selalu
domotivasi dalam rangka melakukan pembenahan, baik menyangkut
kemampuan manajerial maupun skill individu yang sangat menentukan
81
dalam pemberdayaan wakaf.
3. Yayasan Kenadziran Sultan Abul Mafahir Mahmud Abdul Qodir Kenari
harus melakukan inovasi dalam beberapa hal dalam pengelolaan dan
penyaluran hasil wakaf tanah sawah. Seperti menyediakan traktor dan
pupuk bagi para petani penggarap sawah wakaf guna kelancaran pengelolaan
tanah wakaf serta melakukan pengembangan dari segi pemasaran, hasil
pertanian yang biasanya langsung dijual kepada para tengkulak, bisa dapat
dipasarkan oleh Yayasan dan atau juga memiliki gudang beras dengan
pengelolaan dan pengemasan. Sehingga biaya produksi lebih efisien dan
harga jual lebih kompetitif, sehingga pendapatan Yayasan Meningkat dan
pendapatan para petani ikut meningkat agar tujuan wakaf tercapai sesuai
dengan fungsinya yaitu untuk mensejahterakan masyarakat umum
4. Dalam menjaga, memelihara, mengamankan dan mengembangkan harta
wakaf tersebut disarankan kepada nazir wakaf untuk menunjuk pengawas
yang ditugasi secara khusus untuk mengamankan harta tersebut secara fisik,
serta melakukan upaya penyelamatan secara hukum, administrasi,
membukukan data harta wakaf tersebut serta menyebarluaskan kepada
pihak-pihak yang berkepentingan.
5. Proses penuntutan hukum baik Perdata maupun Pidana, yang meliputi
pelanggaran-pelanggaran tanah wakaf harus ditindak tegas sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku yaitu Undang-Undang No. 41 Tahun
2004 tanpa pandang bulu.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Wakaf Indonesia Kuwait Awqaf Public Foundation Islamic Research and
Training Institute. Manajemen Wakaf di Era Modern, Jakarta: Badan Wakaf
Indonesia Kuwait Awqaf Public Foundation Islamic Research and Training
Institute , 2013
Badan Wakaf Indonesia, Manajemen wakaf di era modern. Badan wakaf Indonesia.
Cet-1 jakarta 2013
Departemen Agama, Pedoman pengelolaan dan pengembangan wakaf
,jakata:Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islama, 2006.
DEPDIKNAS.Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002
Didin Hafidhuddin, Didin, Islam Aplikatif, Jakarta: Gema Insani, 2003.
Direktorat Permberdayaan Wakaf, Perkembangan Pengelolaan Wakaf di Indonesia,
Jakarta, Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam ,2006.
Direktorat Pengembangan Zakat Dan Wakaf, Perkembangan Pengelolaan Wakaf Di
Indonesia. Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Dan
Penyelenggarakan Haji, tahun 2005
Direktorat Permberdayaan Wakaf, Paradigma baru wakaf di Indonesia,Jakarta:
Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam ,2006.
Direktorat pemberdayaan wakaf, Panduan Pemberdayaan Tanah Wakaf Produktif
Strategis Di Indonesia. Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam .
Departemen Agama RI tahun 2006.
Halim, Abdul , Hukum Perwakafan di Indonesia, Ciputat: Ciputat Press, 2005.
M, Zein, Satria Effendi Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer
Jakarta:Kencana 2004
Maleony , Lexy J, metode penelitian kualitatif, cetakan ke II, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1928.
Manullang, M, Dasar-Dasar Manajemen, Jakarta: Balai Aksara, 1963
Muhammad Syafi’I Antonio, “pengelolaan wakaf secara Produktif”, dalam Achmad
Djunaidi dan Thobieb. Menuju Era Wakaf Produktif. Jakarta : Mitra Abadi press
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional RI, kamus besar bahasa Indonesia,
Edisi ketiga, Jakarta: balai pustaka,2005.
Said, Ismail A. The Power Of Wakaf. Ciputat:Dompet Dhuafa, 2013.
Syeikh Ali Ahmad al-Jarjawi, Hikmah al-Tasyri' wa Falsafatuh, Juz II, Beirut: Dar
al-Fikr, 1980.
Suhendi, Hendi, Fiqh Muamalah, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002
Sultoni, Muhammad Faisal,” Strategi Pengembngan Wakaf Produktif an
Pengaruhnya Terhadap Perekonomian Pondok Pesantren Darunnajah 2
Cipining”, Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri
Syarif HIdayatullah Jakarta, 2013,
Siagian, Harbangan Manajemen Suatu Pengantar, Semarang: Satya Wacana. 1993.
Undang –undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf.
Wadjdy, Farid, Wakaf dan Kesejahteraan Umat (Filantropi Islam yang hampir
Terlupakan). Jakarta: Pustaka Pelajar, 2007
Wahyono, Setot Imam, Manajemen Tata Kelola Organisasi Bisnis. Jakarta:
PT.Indeks, 2008
Internet:
http://affgani.wordpress.com/ekonomi-islam/wakaf-memberdayakan-umat, diakses
pada tanggal 22 oktober 2014
http://www.tabungwakaf Indonesia.com/index.2012-02-07-42-27/profil.html, diakses
pada tanggal 22 oktober 2014
http//blog-ipah.blogspot.co.id/2012/05/sejarah-kerajaan-banten.html diakses pada
tanggal 23 juli 2015 jam 13.30 WIB
http//tabungwakaf.com/profil-tabung-wakaf-indonesia/ diakses pada tanggal 23
oktober 2014
rafiqatul-hanniah.blogspot.com/2012/06/wakaf-mengatasi-kemiskinan.html/ diakses
pada tanggal 23 Oktober 2014.
m.riaupos.co/3864-daerah-wakaf,-solusi-tekan-angka-kemiskinan.html diakses pada
tanggal 23 Oktober 2014.
http//sejarahkenari.blogspot.co.id/ diakses pada tanggal 23 juli 2015 jam 13.30 WIB
http://anget-team.blogspot.com/2012/05/lembaga-keuangan-wakaf-dan-wakaf-
tunai.html diakses pada tanggal 23 Oktober 2014
http://rozalinda.wordpress.com/2010/05/04/perkembangan-perwakafan-di-indonesia/
diakses pada tanggal 23 Oktober 2014
http://wakafproduktif.org/pengertian-wakaf-peoduktif/ diakses pada tanggal 24
Oktober 2014