Upload
vankhanh
View
215
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
STRATEGI KOPERASI INDUSTRI KAYU DAN MEUBEL (KIKM)
JAKARTA TIMUR DALAM PEMBERDAYAAN USAHA KECIL DAN
MENENGAH (UKM) MENURUT PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI)
Oleh:
ANDI IRMANSYAH 203046101670
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429 H/2008 M
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas ridha
dan rahmat serta hidayah –Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dalam
rangka memenuhi persyaratan mencapai gelar sarjana Ekonomi Islam pada Fakultas
Syari’ah dan Hukum Unversitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Shalawat serta salam semoga selalu terlimpah kepada jujungan kita, Nabi
Muhammad SAW, pemikir besar yang telah meletakan dasa-dasar ekonomi Islam
dalam kehidupan demi kemashalatan seluruh umat manusia
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebanyak-
banyaknya atas segala bantuan, dorongan dan bimbingan yang ditunjukan kepada
penulis sehingga terselesaikan skripsi ini.
Untuk itu, patut kiranya ucapan terima kasih yang besar-besarnya penulis
sampaikan kepada :
1. Prof. DR. Amin Suma, SH. MA. MM, selaku Dekan Fakultas Syari’ah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Euis Amalia, M.Ag., selaku ketua Jurusan Muamalat Ekonomi Islam
Negeri Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bpk AH Azharuddin Latif, M.Ag., selaku sekretaris Jurusan Muamalat
Ekonomi Islam Negeri Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Dedy Nursyamsy, SH. M Hum. dan Bapak Drs. H. Ahmad Yani M.Ag
selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan
bimbingan selama penyusunan skripsi.
5. Pimpinan Koperasi Industri Kayu dan Meubel (KIKM) Jakarta Timur, atas
kesempatan yang telah diberikan kepada penulis untuk mengadakan studi
kasus serta bantuan data yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini.
6. Pimpinan perpustakaan yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan
studi perustakaan
7. Ayahanda H. Mihar dan Ibunda Hj. Fatimah selaku orang tua kandung dari
penulis. Saudari Siti Khodijah dan Syifa Fauziah serta seluruh anggota
keluarga lainnya yang selalu memberikan dukungan kepada penulis.
8. Rekan-rekan mahasiswa Jurusan Muamalat Program Non Reguler angkatan
2003 khususnya Fahmi, Ichan, Inal, Waiz, Arif, Yayat, Widie, babe, luhfi
sobat dan rekan-rekan Perbankan Syariah C dan rekan-rekan khususnya
Khaerul, Jaenal, Ahmad Mastur, Acho, Anam, Faiz yang memberikan
dukungan dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.
9. Serta pihak-pihak lain yang memberikan bantuan, yang tidak mungkin
disebutkan semua.
Penulis sangat menyadari bahwa karya ini masih terlampau dari
sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun akan penulis terima
dengan besar hati
Harapan penulis semoga karya yang sederhana ini dapat memberikan
manfaat yang besar bagi para pihak dan instansi yang membutuhkannya. Seiring
dengan itu semoga amal kebaikan mereka yang telah membantu, memperoleh
ridha dan balasan dari Allah SWT, Amiin
Jakarta, 11 Januari 2008
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………….i
DAFTAR ISI……………………………………………………………...…………iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………..1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah……………………………..7
C. Tujuan Penulisan dan Manfaat Penulisan….……………………...8
D. Kajian Pustaka…………………………………………………….9
E. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep…………………………..11
F. Objek Penelitian…...…………………………………………….12
G. Metodelogi Penelitian………….………………………………..13
H. Sistematika Penulisan……………………………………………15
BAB II TINJAUAN TEOIRITIS TENTANG KOPERASI DAN USAHA
KECIL DAN MENENGAH SERTA KONSEP
PEMBERDAYAAN DALAM EKONOMI ISLAM
A. Koperasi
1. Pengertian Koperasi…………………………………….……16
2. Landasan hukum, Asas dan Tujuan Koperasi………….……19
3. Fungsi, Peran. dan Prinsip koperasi…………………………21
4. Jenis – jenis Usaha Koperasi………………………………....24
5. Manajemen Koperasi..………………………………….…...32
B. Usaha Kecil dan Menengah
1. Pengertian Usaha Kecil dan Menengah……..……………….35
2. Jenis- jenis Usaha Kecil dan Menengah……………………..39
3. Manajemen Usaha Kecil dan Menengah………………...…..41
4. Permasalahan/ Hambatan yang dihadapi Usaha kecil
dan Menengah (UKM) ……………………………………...45
5. Konsep Pemberdayaan dalam Ekonomi Islam………….…...47
BAB III GAMBARAN UMUM KOPERASI INDUSTRI KAYU
dan MEUBEL (KIKM) JAKARTA TIMUR
A. Sejarah Berdirinya, Tujuan dan Keanggotaan……………………56
B. Manajemen Operasional Koperasi Industri Kayu dan Meubel
(KIKM) Jakarta Timur…………………………...………………58
C. Usaha-Usaha yang dilakukan oleh Koperasi Industri
Kayu Meubel (KIKM) Jakarta Timur……………………………60
BAB IV ANALISA STRATEGI KOPERASI INDUSTRI KAYU DAN
MEUBEL (KIKM) JAKARTA TIMUR DALAM
PEMBERDAYAAN USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM)
MENURUT PERSEPEKTIF EKONOMI ISLAM
A. Faktor-faktor apa saja yang dihadapi oleh koperasi Industri Kayu
dan Meubel (KIKM) Jakarta Timur dalam Pemberdayaan UKM
……………………………………………………………………
63
B. Strategi Koperasi Industri Kayu dan Meubel (KIKM) Jakarta
Timur dalam pemberdayaan UKM………………………………66
C. Kegiatan-kegiatn yang telah dilakukan oleh Koperasi Industri
Kayu dan Meubel (KIKM) Jakarta Timur……………………….74
D. Analisa Strategi Koperasi Industri Kayu dan Meubel (KIKM)
Jakarta Timur dalam Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah
(UKM) Menurut Persepektif Ekonomi Islam……………………76
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………82
B. Saran……………………………………………………………...84
DAFTAR PUSTAKA 86
LAMPIRAN
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif hidayatullah Jakarta.
3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 12 Mei 2008
Andi Irmansyah
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dilihat dari sejarahnya, koperasi memang dilahirkan sebagai badan usaha
dengan tujuan lugas untuk memajukan kepentingan ekonomi dari anggota-
anggotanya. Latar belakang kelahirannya telah memberikan ciri khusus kepada
koperasi berbeda dengan bentuk usaha yang lain. Koperasi sebagai bentuk seperti
yang kita kenal sekarang ini dilahirkan kira-kira satu setengah abad yang lalu di
Eropa Barat dalam suatu sistem sosial ekonomi kapitalis liberal yang dirasakan
sebagai penekannan dan penghisapan oleh yang kuat terhadap yang lemah. Oleh
karena itu koperasi selalu menampakan wataknya yang selalu cenderung untuk
membela diri, menunjukan ciri-ciri manusiawi yang kuat dan menjujung tinggi
keadilan dan pemerataan.1
Salah satu cara mewujudkan pembangunan sebagaimana tertuang dalam
pembukaan undang-undang dasar 1945, yaitu tercapainya masyarakat yang adil dan
makmur baik materiil maupun spiritual adalah dengan berkoperasi.
Undang-Undang Dasar 1945 mengaskan didalam pembukaannya bahwa salah
satu tujuan Negara Indonesia adalah untuk mewujudkan kesejahteraan umum.
Penegasan diatas tidak terlepas dari pokok pikiran yang terkandung dalam
1 Ninik Widiyanti.Dra, Manajemen Koperasi, (Jakarta : Rineka Cipta,2002), edisi terbaru , h.1
1
pembukaan yaitu Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh
Indonesia.2
Pasal 3 UURI No. 25/1992 tentang perkoperasian dikatakan bahwa: “Koperasi
bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada
umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka
mewujudkan masyarakat yang maju adil makmur berlandaskan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945”
Dari bunyi pasal 3 diatas jelas, bahwa koperasi hendak memajukan
kesejahteraan anggota terlebih dahulu. Dan sekiranya nanti mempunyai kelebihan
kemampuan, maka usaha tersebut diperluas kemasyarakat disekitarnya, karena para
anggota koperasi pada dasarnya juga merupakan anggota masyarakat, maka dengan
jalan ini secara bertahap koperasi ikut berperan meningkatkan taraf hidup
masyarakat.3
Secara operasional dapat dijabarkan ekonomi kerakyatan adalah kegiatan
ekonomi yang bertumpu pada sektor riil, yang mampu menyerap potensi dan sumber
daya yang ada di masyarakat, dan hasil yang ditunjukan untuk kemakmuran seluruh
anggota masyarakat. Bentuk usaha yang sesuai dengan konsep ini adalah koperasi
serta Usaha Kecil dan Menengah (UKM)4
2 Muhammad Firdaus, S.P.,M.M., Agus Edhi Susanto, S.E.(PERKOPERASIAN : Sejarah, Teor
dan Praktek, Jakarta:Penerbit Ghalia Indonesia, 2002.),h.37 3 Ibid., h.43 4 Sri Edi Sasono, Koperasi di dalam Orde Ekonomi Indonesia, (Jakarta : Universitas Indonesia
Press,1987), h.166
Adanya persamaan falsasafah antara koperasi dan ajaran Islam, bisa
ditemukan dalam Al-Qur’an, dalam penekanan pentingnya kerjasama dan tolong
menolong (ta’awun), persaudaraan (Ukhuwah) dan padangan hidup demokrasi
(Musyawarah). Sebagaiman firman Allah menyatatakan dalam Surat Al-Maidah ayat
yaitu:
) ٢ :المائداها ( ⌧ Artinya : Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. (QS. Al-Maidah:2)
Adapun pengertian usaha kecil dan menengah dibeberapa Negara tidak selalu
sama. Tergantung kepada konsep yang digunakan untuk Negara tersebut. Oleh karena
itu pengertian usaha kecil dan mengah ternyata berbeda di satu Negara dengan
Negara yang lainnya. Dalam pengertiannnya mencakup sedikitnya dua aspek, yaitu
aspek penyerapan tenaga kerja dan aspek pengelompokkan perusahaan ditinjau dari
jumlah tenaga kerja yang diserap dalam gugusan/kelompok perusahaan tersebut,
(Range of The Member of Employes).5
Menurut Undang-Undang no 9 th 1995, tentang usaha kecil, bahwa usaha
kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang bersekala kecil dan yang memenuhi
5 Titik Sartika Partomo, M.s dan Abd. Rachman Soejoedono, Ekonomi Sekala Kecil ,Menenga
dan Koperasi, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 2002), cet. ke-1,h.16
kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan perusahaan.
Kekayaan perusahaan maksimal Rp. 200 Juta, tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usha.
Sedangkan menurut Inpres No. 10 Th. 1999, tentang usaha menegah bahwa
usaha menengah adalah unit kegiatan yang memiliki kekayaan lebih besar dari Rp.
200 juta sampai maksimal Rp. 10 Milyar6
Dalam wawasan Islam, ditegaskan bahwasanya Tuhan tidak akan merobah
keadaan mereka, selama mereka tidak merobah sebab-sebab kemunduran
mereka.yaitu : Surat Ar-Ra’d ayat 11
)١١:الراد( Artinya : Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (Qs.Ar-Ra’d:11).
Ayat di atas membuktikan dengan nyata, bahwa untuk mewujudkan
perkonomian nasional yang baik, tentunya tidak akan berjalan dengan sendirinya
artinya diperlukan peran dari seluruh pihak terutama pemerintah dan masyarakat.
Karena masyarakatlah yang lebih tahu bagimana kebutuhan masyarakat itu sendiri.
Keberadaan koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah (KUKM)
mencerminkan wujud nyata kehidupan sosial dan ekonomi bagian terbesar dari rakyat
Indonesia. Peran usaha kecil dan menengah (UKM) yang besar ditunjukkan oleh
6 Direktorat Jendral Fasilitas Pembiayaan dan Simpan Pinjam, Himpunan ketentuan skim kredit
Program koperasi , Usaha Kecil dan Menengah, (Jakarta: tpn, 1999), h. 49
kontribusinya terhadap produksi nasional, jumlah unit usaha dan pengusaha, serta
penyerapan tenaga kerja.
Masalah yang dihadapi oleh Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Indonesia
dalam perkembangannya yang tingkat intensitas dan sifatnya berbeda, namun
masalah yang sering disebut adalah keterbatasan dana dan kesulitan dalam
pemasaran.7
Tantangan ke depan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) untuk mampu
bersaing di era perdagangan bebas, baik di pasar domestik maupun di pasar ekspor,
sangat ditentukan oleh dua kondisi utama. Pertama, lingkungan internal Usaha Kecil
dan Menengah (UKM) harus diperbaiki, yang mencakup aspek kualitas SDM,
terutama kewirausahaan (entrepreneurship), penguasaan teknologi dan informasi,
struktur organisasi, sistem manajemen, kultur/budaya bisnis, kekuatan modal dan
jaringan bisnis dengan pihak luar. Kedua, lingkungan eksternal harus juga kondusif,
yang terkait dengan kebijakan pemerintah, aspek hukum, kondisi persaingan pasar,
kondisi ekonomi-sosial-kemasyarakatan, kondisi infrastruktur, tingkat pendidikan
masyarakat, dan perubahan ekonomi global. Secara nasional, pilihan strategi dan
kebijakan untuk memberdayakan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dalam
memasuki era pasar global menjadi sangat penting bagi terjaminnya kelangsungan
hidup dan perkembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) sebagai penyedia
lapangan kerja, sumber pertumbuhan dan pemerataan pendapatan8.
7 Titik Sartika, Ekonomi Sekala Kecil ,Menenga dan Koperasi h. 27 8 Pemberdayaan Koperasi, dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, (www.bappenas.go.id)
Latar belakang yang mendasari dibentuknya Koperasi Industri Kayu dan
Meubel (KIKM) Klender Jakarta Timur tersebut, tidak lain karena posisi Jakarta
Timur saat ini yang merupakan sentra meubel terbesar tidak hanya di Jakarta, tapi
juga di Indonesia bahkan di negara-negara ASEAN (Assosiation South East Asian
Nation).
Berdirinya Koperasi Industri Kayu dan Meubel (KIKM) di Klender Jakarta
Timur yang merupakan koperasi binaan Suku dinas Industri dan Perdagangan Kodya
Jakarta Timur ini, didukung pula dengan berdirinya gedung Pusat Promosi Industri
Kayu dan Meubel (PPIKM) di Jatinegara Kaum Jakarta Timur.
Salah satu tujuannya untuk mengembangkan kualitas produk para perajin
kayu dan meubel yang tergabung dalam koperasi, yang nota bene merupakan
pengusaha kecil ini, Koperasi Industri Kayu dan Meubel (KIKM) Jakarta Timur
dengan mengadakan pelatihan kepada para pengrajin dan pengusaha agar mutu
produk meubel yang dibuat dapat diminati oleh konsumen baik dari dalam maupun
luar negeri. Dalam mengembangkan kualitas9
Terdorong dari pemikiran inilah, penulis mencoba untuk menyusun sebuah
tulisan dalam bentuk skripsi dengan judul ” STRATEGI KOPERASI INDUSTRI
KAYU DAN MEUBEL (KIKM) JAKARTA TIMUR DALAM
PEMBERDAYAAN USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) MENURUT
PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM ”
9 www.jaktim.beritajakarta.com
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Dalam penulisan skripsi ini, penulis ingin menganalisa terhadap strategi yang
dilakukan Koperasi Industri Kayu dan Meubel (KIKM) Jakarta Timur dalam
pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah menurut perspektif ekonomi Islam.
Khususnya Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang menjadi anggota Koperasi
Industri Kayu dan Meubel (KIKM) Jakarta Timur yaitu para perajin meubel. Adapun
yang dimaksud strategi dalam pembahasan ini adalah segala bentuk perencanaan,
program-program dan usaha-usaha yang dilakukan oleh Koperasi Industri Kayu dan
Meubel (KIKM) Jakarta Timur.
Sedangkan perumusan masalah dalam skripsi ini, penulis merumuskan
masalahnya ke dalam bentuk pertanyaan, yaitu sebagai berikut :
1. Bagaimana manajemen operasional dan usaha-usaha yang dilakukan oleh
Koperasi Industri Kayu dan Meubel (KIKM) Jakarta Timur dalam
memberdayakan Usaha Kecil dan Menengah (UKM)?
2. Faktor-faktor apa saja yang dihadapi oleh koperasi Industri Kayu dan Meubel
(KIKM) Jakarta Timur dalam Pemberdayaan Usaha Kecil dan Meubel serta
faktor-faktor yang dihadapi oleh Usaha kecil dan Menengah (UKM) pada
industri meubel ?
3. Bagaimana strategi yang dilakukan oleh Koperasi Industri Kayu dan Meubel
(KIKM) Jakarta Timur terhadap pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah?
4. Bagaimana strategi yang dilakukan oleh Koperasi industri Kayu dan Meubel
Jakarta Timur dalam pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah menurut
perspektif ekonomi Islam?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dan manfaat yang hendak diperoleh oleh penulis dalam melakukan
penelitian ini adalah sebagai berikut :
a) Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana manajemen operasional dan usaha-usaha
yang dilakukan oleh Koperasi Industri Kayu dan Meubel (KIKM) Jakarta
Timur
2. Untuk mengetahui Faktor-faktor apa saja yang dihadapi oleh koperasi
Industri Kayu dan Meubel (KIKM) Jakarta Timur dalam Pemberdayaan
Usaha Kecil dan Menegah (UKM) serta faktor-faktor yang dihadapi oleh
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) pada usaha permebeulan.
3. Untuk mengetahui bagaimana strategi yang dilakukan oleh Koperasi
Industri Kayu dan Meubel (KIKM) Jakarta Timur
4. Untuk mengetahui menurut persepektif ekonomi Islam terhadap strategi
yang dilakukan oleh Koperasi Industri Kayu dan Meubel (KIKM) Jakarta
timur Pemberdayaan pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
b) Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi alat ukur khususnya bagi
sebuah koperasi Industri, dan Pemerintah serta Instansi terkait dalam
pemberdayaan UKM
2. Hasil penelitian juga diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan
khususnya bagi sebuah koperasi Industri, dan Pemerintah serta Instansi
terkait dalam pemberdayaan UKM
3. Penelitian ini diharapkan berguna bagi kalangan Usaha Kecil dan
Menengah khususnya di Industri kayu dan Meubel Jakarta Timur dan
umumnya pada seluruh Industri atau Usaha Kecil dan Menengah
(IKM/UKM)
4. Penelitian ini diharapkan berguna bagi kalangan akademisi ataupun
khalayak umum sebagai pedoman atau referansi untuk bahan perkuliahan
atau sebagai perbandingan dalam pengelolaan Koperasi industri dan bahan
perbandingan bagi sebuah koperasi khususnya Koperasi Industri Kayu dan
Meubel (KIKM) Jakarta Timur
D. Kajian Pustaka
Berdasarkan telaah yang telah dilakukan terhadap beberapa sumber
kepustakaan, peneliti melihat bahwa masalah pokok dalam penelitian ini tampaknya
masih kurang mendapatkan perhatian dari para peneliti, untuk tidak mengatakan
belum pernah di teliti sama sekali.
Latip Wicaksono pernah melakukan penelitian pada tahun 200410. sifat
penelitiaanya adalah kualitatif, yaitu tinjauan ekonomi Islam terhadap sumber dana
dan penggunaan dana koperasi (studi kasus koperasi pedagang pasa (koppas) karet
pedurenan dan disimpulkan bahwa koperasi merupakan lembaga ekonomi yang
berwatak sosial, karena disamping berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan
anggotanya, lembaga ini juga harus memerhatikan kehidupan sosial dari anggotanya.
Agama Islam memandang positif dari pada kegiatan koperasi ini, karena sejalan
dengan surat al-Maidah ayat 2 yang mengajarkan manusia untuk saling tolong
menolong.
Siti Irma Fatimah pernah melakukan penelitian pada tahun 200611. sifat
penelitiaanya adalah kualitatif, yaitu Analisa strategi koperasi pondok pesantren
dalam pemberdayaan ekonomi rakyat (studi pada koperasi pondok pesantren Al-
Ikhlas Subang Jawa Barat) dan disimpulkan bahwa upaya-upaya yang telah dilakukan
Kopotren Al-Ikhlas dalam pemberdayaan ekonomi rakyat adalah Mengajak
masyarakat untuk berkerja sama dalam bidang ekonomi yang sesuai dengan Syariat,
dengan harapan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
10 Latip Wicaksono, Tinjauan Ekonomi Islam Terhadap Sumber dan Penggunaan Dana koperasi
(studi Kasus Pedagang Pasar (KOPPAS) karet pedurena), Jurusan Muamalah Fak Syariah & Hukum, UIN Ciputat 2004.
11 Siti Irma Fatimah, Analisa strategi koperasi pondok pesantren dalam pemberdayaan ekonomi rakyat (studi pada koperasi pondok pesantren Al-Ikhlas Subang Jawa Barat) Jurusan Muamalah Fak Syariah & Hukum, UIN Ciputat 2006.
Yang menjadi perbedaan dari penelitian ini yaitu penulis ingin menganalisa
Strategi yang dilakukan oleh Koperasi Industri dalam memberdayakan Usaha Kecil
dan Menengah (UKM) sebagai Anggotanya menurut perspektif ekonomi Islam.
E. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep
Kerangka teori yang digunakan dalam penelitian mengacu pada Teori
Dalam Bab II pasal 3 UURI No. 25/1992 dikatakan bahwa: “Koperasi bertujuan
memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya
serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan
masyarakat yang maju adil makmur berlandaskan Pancasila dan Undang Undang
Dasar 1945”
Dari bunyi pasal 3 diatas jelas, bahwa koperasi hendak memajukan
kesejahteraan anggota terlebih dahulu. Dan sekitarnya nanti mempunyai kelebihan
kemampuan, maka usaha tersebut diperluas kemasyarakat disekitarnya, karena para
anggota koperasi pada dasarnya juga merupakan anggota masyarakat, maka dengan
jalan ini secara bertahap koperasi ikut berperan meningkatkan taraf hidup
masyarakat.12
secara operasional dapat dijabarkan ekonomi kerakyatan adalah kegiatan
ekonomi yang bertumpu pada sector riil, yang mampu menyerap potensi dan sumber
daya yang ada dimasyarakat, dan hasil yang ditunjukan untuk kemakmuran seluruh
12Muhammad Firdaus,.PERKOPERASIAN : Sejarah, Teor dan Praktek, h..43
anggota masyarakat. Bentuk usaha yang sesuai dengan konsep ini adalah koperasi
serta UKM13
Masalah yang dihapai oleh UKM di Indonesia dalam perkembangannya yang
tingkat intensitas dan sifatnya berbeda, namun maslah yang sering disebut adalah
keterbatasan dana dan kesulitan dalam pemasaran.14
Koperasi merupakan sebuah wadah untuk Usaha kecil dan Menengah UKM
yang bergabung didalamnya untuk mengatasi permaslahan mereka terutama dalam
masalah permodalan dan kesulitan dalam pemasaran.
Tabel 1.1
Pembinaan Koperasi UMKM & Koperasi tahun 2005, Dinas DKI Jakarta15
13 Sri Edi Sasono, Koperasi di dalam Orde Ekonomi Indonesia, h. 166 14 Titik Sartika Partomo, Ekonomi Sekala Kecil ,Menenga dan Koperasi, h. 27 15 www.dinaskukm.jakarta.go.id
Objek Penelitian
Objek penelitian ini mengenai strategi koperasi indusri kayu dan
meubel (KIKM) Jakarta Timur dalam pemberdayaan UKM antara lain mengenai
strategi kebijakan dan factor-faktor yang dihadapi oleh koperasi indusri kayu dan
meubel (KIKM) Jakarta Timur dalam pemberdayaan UKM Industri Futniture
Metodelogi Penelitian
1. Lokasi Penelitian yaitu pada Koperasi Industri Kayu dan Meubel (KIKM)
Jakarta Timur dengan alamat : Gedung PPIKM. Jl. Jatinegara Kaum- Pulo
Gadung telp. 021-70296918
2. Sumber Data
a. Primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari sumber data atau
dari hasil penelitian lapangan. Untuk dapat memperoleh data primer ini,
penulis secara langsung mengadakan wawancara dengan bapak Drs Abdul
Rosyid sebagai sekretaris umum dan bapak Abdul Rojak sebagai salah
satu anggota Koperasi Industri Kayu dan Meubel (KIKM) Jakarta Timur
b. Sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui studi dokumentasi yang ada
hubungannya dengan materi skripsi ini. Dalam penelitian ini penulis
melakukan studi kepustakaan (Library Research) yaitu dengan
mempelajari buku kepustakaan, literatur, buletin, majalah serta materi
kuliah yang berkaitan erat dengan pembahasan masalah ini yaitu laporan
Rapat Anggota Tahunan Koperasi Kayu dan Meubel (KIKM) Jakarta
Timur
3. Teknik Pengambilan Data
a. Wawancara, berupa tanya jawab dengan pihak Koperasi Industri Kayu dan
Meubel (KIKM) Jakarta Timur sebagai sumber data yaitu wawancara
dengan bapak Drs Abdul Rosyid sebagai sekretaris umum dan bapak
Abdul Rojak sebagai salah satu anggota Koperasi Industri Kayu dan
Meubel (KIKM) Jakarta Timur
b. Dokumenter, berupa data-data yang diperoleh melalui Laporan Rapat
Anggota Tahunan Koperasi Industri Kayu dan Meubel (KIKM) Jakarta
Timur sebagai studi dokumentasi.
4. Metode Analisis Data
Metode Analisis Data yang digunakan adalah Pendekatan Kualitatif
Analitik-Deskriptif, yaitu pendekatan bahasa yang menceritakan gambaran
tentang Strategi yang dilakukan oleh Koperasi Industri Kayu dan Meubel
(KIKM) Jakarta Timur dalam pemberdayaan UKM
5. Teknik Penulisan
Teknik penulisan skripsi ini berpedoman kepada buku: “Pedoman
Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2007.” Dengan pengecualian ayat-ayat Al-Qur’an
dan Terjemah yang dikeluarkan oleh Departemen Agama. Al-Qur’an tidak
memakai catatan kaki, akan tetapi cukup dibuatkan di akhir kutipan (dalam
kurung) nama atau nomor surah dan ayat serta dibuatkan terjemahannya.
Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan skripsi ini oleh penulis akan dibagi
menjadi lima bab pembahasan, yaitu :
Bab I Merupakan Pendahuluan yang meliputi: Latar Belakang, Pembatasan
dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Kajian
Pustaka, Kerangka Teori dan Kerangka Konsep, Objek Penelitian,
Metodelogi Penelitian serta Sistematika Penulisan.
Bab II Kerangka Teoritis Tentang Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
(UKM) serta konsep pemberdayaan menurut ekonomi Islam. Akan
menerangkan kajian teori berkenaan dengan judul penelitian. Bagian ini
membahas tinjauan teoritis meliputi : pengertian, landasan hukum dan
asas, prinsip- prinsip, tujuan, fungsi. peran koperasi, Jenis-jenis Usaha,
dan Manajemen Koperasi, pengertian, permasalahan, manajemen,
perkembangan, dan pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM),
konsep pemberdayaan dalam ekonomi Islam.
Bab III Gambaran Umum Koperasi Industri Kayu dan Meubel (KIKM) Jakarta
Timur yang meliputi: Sejarah Berdiri, Tujuan, Keanggotaan, Struktur
Organisasi dan manajemen operasional.
Bab IV Analisa Terhadap Strategi Koperasi Industri Kayu dan Meubel (KIKM)
Jakarta Timur dalam pemberdayaan UKM dalam perspaektif ekonomi
Islam meliputi : Strategi Koperasi Industri Kayu dan Meubel (KIKM)
Jakarta Timur dalam pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
dan Usaha-usaha Koperasi Industri Kayu dan Meubel (KIKM) Jakarta
Timur serta Analisa terhadap strategi Koperasi Industri Kayu dan
Meubel (KIM) dalam pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah
menurut perspektif ekonomi Islam.
Bab V Penutup yang meliputi: kesimpulan dari hasil penelitian serta saran dari
penulis mengenai hal-hal yang telah dibahas dalam permasalahan
tersebut
BAB II
TINJAUAN TEOIRITIS TENTANG KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN
MENENGAH SERTA KONSEP PEMBERDAYAAN DALAM EKONOMI
ISLAM
A. Koperasi
1. Pengertian Koperasi
Dilihat dari segi bahasa, secara umum koperasi berasal dari kata-kata Latin
yaitu Cum yang berarti dengan, dan Aperari yang berarti bekerja. Dari dua kata
ini dalam bahasa inggris dikenal dengan Co dan Operation, yang dalam bahasa
Belanda disebut dengan Istilah Cooperatieve Vereneging yang berarti berkerja
bersama dengan orang lain untuk mencapai suatu tujuan tertentu.16
Koperasi berasal dari kata “cooperation” (Bhs. Inggris) yang berarti :
kerjasama. Secara umum yang dimaksud dengan koperasi adalah : “ Suatu badan
usaha bersama yang bergerak dalam bidang perekonomian, beranggotakan
mereka yang berekonomi lemah yang bergabung secara sukarela dan atas dasar
persamaan hak, berekwajiban melakukan suatu usaha yang bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan-keebutuhan anggotanya”. Koperasi merupakan suatu badan
usaha bersama yang bertujuan dalam bidang ekonomi dengan menempuh jalan
16 R.T. Sutantya Rahardja Hadhikusuma, SH., MH. Hukum Koperasi Indonesia, (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2002) Ed.1 Cet. ke-2, h. 1
16
yang tepat dan mantap dengan tujuan membebaskan diri para anggotanya dari
kesulitan-kesulitan ekonomi yang umumnya diderita oleh manusia17
Menurut Kamus Bahasa Indonesia, Pengertian Koperasi disebutkan sebagai
”Perkumpulan yang berusaha di lapangan ekonomi, tetapi tidak bermaksud
mencari keuntungan”.18
Adapun yang dimaksud dengan tidak mencari keuntungan disini, mereka
berkerja berdasarkan semangat kekeluargaan, tidak mementingkan untuk dan rugi
bagi dirinya sendiri, melainkan berkerja demi kesejahteraan bersama. Apa yang
dikejar dalam koperasi adalah tidak hanya kesejahteraan ekonomi, namun
kesejahteraan sosial. Kesejahteraan ekonomi berarti koperasi berkewajiban
melayani kebutuhan anggotanya dengan harga relative murah. Apabila dalam
usaha itu mendapatkan keuntungan, maka masing anggota menerima bagian
keuntungan secara adil sesuai dengan kadar kerjanya. Adapun kesejahteraan
sosial yang dimaksud dalam koperasi adalah semua anggota mempunyai hak dan
kewajiban yang sama (equal treatment), yang merupakan prinsip dasar dalam
demokrasi.
Menurut Undang-Undang N0. 25 Tahun 1992, pasal 1 (1) tentang perkoperasian, “ Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan”.
17 G. Kartasaputra, et.al., Koperasi Indonesia yang Berdasarkan Pancasila dan UUD 1945,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2001), Cet. ke-5, h.1 18 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia,(Jakarta: P.H. Balai Pustaka, 1976),
hal.522
Jadi, Koperasi Indonesia adalah kumpulan orang-orang yang secara bersama-
sama bergotong- royong, berkerja untuk mewujudkan kepentingan ekonomi
mereka dan kepentingan disekitarnya.
Menurut hasil Kongres dan Rapat Anggota International Cooperative Alliance
(ICA) tanggal 20-23 September 1995, di Manchester, Inggris. Memberikan
definisi Koperasi sebagai berikut:
“Koperasi adalah perkumpulan otonom dari orang-orang yang bergabung secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi ekonomi, social dan budaya mereka yang sama melalui perusahaan yang memiliki dan diawasi secara demokratis”.19
Sedangkan penegrtian Koperasi dalam fiqh Islam dikenal dengan
Syirkah atau semakna dengan kata al-Syirkah atau semakna dengan kata “al-
Ikhtilat” yaitu suatu perserikatan/ perserikatan. Adapun dilihat dari segi istilah,
koperasi adalah akad antara orang-orang untuk berserikat modal dan
keuntungan.20
Al-Syirkah atau al-Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua atau lebih
dua pihak atau lebih untuk usaha tertentu dimana masing-masing pihak
memberikan kontribusi dana (atau amal expertise) dengan kesepakatan bahwa
keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.21
19 Hans, H. Munkner, MASA DEPAN KOPERASI Disertai dengan Hasil Kongres dan Rapat Anggota Ica di Manchester, Inggris 20-23 September 1995 (Jakarta: Dewan Koperasi Indonesia (dekopin),1997) Cet. ke-1. h. 259
20 Junadi B. SM, Islam dan Interprenearialisme : Suatu studi Fiqh Ekonomi bisnis Modern, (Jakarta, Kalam Mulia, 1993), h. 147
21 Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtashid, (Beirut, Darul-Qalam, 1988), h. 253-257
2. Landasan Hukum, Asas dan Tujuan Koperasi
Didalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 25 tahun 1992 tentang
Perkoperasian pasal 2 dikatakan bahwa : ”Koperasi Berlandaskan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945 serta atas dasar asas kekeluargaan”. Dari bunyi
pasal 2 itu jelas bahwa koperasi berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945.
Sedangkan asas koperasi, sesuai dengan pasal 2 Undang-Undang Republik
Indonesia No. 35 tahun 1992 tentang perkoperasian adalah berdasarkan
kekeluargaan. Asas ini sesuai dengan jiwa dan kepribadian bagsa Indonesia.
Koperasi sebagai suatu usaha bersama harus mencerminkan ketentuan-
ketentuan sebagaimana dalam kehidupan keluarga. Dalam suatu keluarga, segala
sesuatu yang dikerjakan secara bersama-sama ditunjukan untuk kepentingan
bersama seluruh anggota keluarga. Usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan
ini biasanya disebut gotong-royong.
Gotong royong dalam pengertian kerja sama pada koperasi mempunyai
pengertian yang luas, yaitu sebagai berikut.
a. Gotong royong dalam lingkup organisasi,
b. Bersipat terus menerus dan dinamis
c. Dalam bidang atau hubungan ekonomi
d. Dilaksanakan dengan terencana dan berkesinambungan.
Istilah asas kekeluargaan secara historis dalam sidang-sidang Badan
Penyelidik Usaha-usaha persiapan kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) diperlawankan dengan perseorangan.
Istilah sas perseorangan adalah istilah Indonesia untuk penegertian
individualistik, sedangkan asas kekeluargaan adalah untuk menterjemahkan
istilah integralistik atau non individualistik22.
Meskipun koperasi adalah suatu perkumpulan yang bergerak di bidang
ekonomi dan melaksanakan kegiatan-kegiatan di bidang ekonomi, namun tujuan
koperasi yang utama bukanlah untuk mencarai keuntungan sebesar-besarnya.
Koperasi Indonesia di Negara pancasila juga tidak bertujuan untuk mengadakan
persaingan, akan tetapi justru harus mengadakan kerjasama dengan siapapun dan
dengan pihak manapun juga. Akan tetapi maksud dan tujuan koperasi ialah untuk
mencapai perbaikan hidup dengan usaha bersama berdasarkan kekeluargaan dan
kegotongroyongan. Tujuan koperasi Indonesia yang jauh lebih luhur ialah
mencapai serta mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 194523
Dalam pasal 3 Undang-Undang RI Nomor 25 tahun 1992 dikatakan bahwa:
“ Koperasi bertujuan untuk memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.”
22 Ibid,. h. 42 23 Sagimun M.D., Koperasi Sokoguru Ekonomi Nasional Indonesia, (Jakarta: CV. Haji
Masagung, 1989), cet ke-3, h.20
3. Fungsi, Peran dan Prinsip Koperasi
Didalam pasal 4 Undang-Undang Republik Indonesia No. 25 tahun 1992
tentang perkoperasian diuraikan fungsi dan peran koperasi. Fungsi dan peran
koperasi adalah sebgai berikut:
1. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi
anngota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk
meningkatkan kesejahteraan ekonomi sosialnya.
2. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas
kehidupan manusia dan masyarakat.
3. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan
katahanan perekonomian nasioanl dengan koperasi sokogurunya.
4. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian
nasional yang bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan demokrasi
ekonomi.
Berdasarkan definisi-definisi yang dikemukakan diatas, maka banyak
versi juga yang berkenaan dengan prinsip-prinsip koperasi, namun prinsip
koperasi yang dijelaskan dalam ICA (International Co-operative Alliance)
dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 tahun 1992 tentang
perkoperasian, cukup respensif yaitu :
(1) Dikemukakan dalam forum ICA (International Co-operative Alliance)
yang menghasilkan Cooperative Identity Statement (Pernyataan
Identitas Koperasi), Manchester September 23, 1995 yang terdiri dari
tujuh prinsip, yaitu :
i. Keanggotaan Sukarela dan Terbuka
Keanggotaan terbuka bagi semua orang yang membutuhkan dan
dapat memanfaatkan jasa-jasa koperasi. Tidak ada diskriminasi
terhadap agama, jender, suku, dan apapun. Dan tidak ada paksaan,
baik sebelum ataupun sesudah menjadi anggota. Setiap anggota
boleh keluar setiap waktu.
ii. Pengendalian oleh Anggota-anggota secara Demokratis
Anggota sebagai pemilik koperasi, mempunyai hak suara yang
bersama dalam forum bersama, yang sering tersebut Rapat Anggota
Tahunan (RAT). Dalam forum tersebut, anggota berhak menentukan
kebijakan strategis dari koperasi, bahkan sampai membubarkan
koperasi, pada saat itu sah untuk diajukan dan diputuskan. Setiap
anggota berhak untuk memilih dan dipilih.
iii. Partisipasi Ekonomi Anggota
Modal koperasi yang paling utama adalah dari anggota (modal
pernyataan). Namun, banyaknya jumlah simpanan yang ditanam
dikoperasi tidak menjadikan seorang anggota mempunyai hak
istimewa dibanding yang lainnya yang menanam uangnya lebih
sedikit. Surplus usaha yang didapat oleh koperasi dibandingkan
kepada anggota sebagian, sesuai dengan aktivitas transaksi anggota
dikoperasinya. Dan sebagian keuntungan yang lain ditanam kembali
untuk modal usaha koperasi. Prosentase pembagian keuntungan
sepenuhnya menjadi wewenang anggota.
iv. Otonomi dan Kemerdekaan
Anggota sebagai pemilik dari koperasi, menjadikan koperasi
memiliki independensi. Kekuasaan tertinggi ada di tangan anggota,
yaitu dalam Rapat Anggota.
v. Pendidikan, Latihan dan Informasi
Koperasi merupakan organisasi/badan usaha, memerlukan anggota
yang tahu dan sadar akan hak dan kewajibannya sebagai anggota.
Tiap anggota mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih dan
memilih menjadi pengurus atau pengawas. Sehingga koperasi
mempunyai kewajiban untuk menyiapkan dana pendidikan untuk
anggotanya sebagai upaya mengusahakan kontinuitas estapeta
kepemimpinan di dalam tubuh koperasi. Anggota juga berhak
menerima informasi tentang segala sesuatu yang berkenaan dengan
koperasinya.
vi. Kerjasama antar Koperasi
Kerjasama antar koperasi merupakan kekuatan tersendiri bagi
koperasi yang akan menaikan bargaining position (posisi tawar) di
kalangan pelaku ekonomi lainya, dan koperasi maupun memberikan
pelayanan yang efektif kepada anggotanya.
vii. Kepedulian terhadap Lingkungan
Koperasi memberikan kontribusi langsung dalam pembangunan
komunitas yang berkesinambungan, sesuai dengan persetujuan
anggota.24
(2) Undang Undang RI Nomor 25 tahun 1992 tentang perkoperasian
menyebutkan bahwa prinsip koperasi itu ada tujuh, yaitu :
i. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka
ii. Pengelolaan dilakukan secara demokratis
iii. Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan
besarnya usaha masing-masing anggota
iv. Pemberian balas jasa terhadap modal
v. Kemandirian
vi. Pendidikan koperasian
vii. Kerjasama antar koperasi.
4. Jenis- Jenis Usaha Koperasi
Koperasi merupakan organisasi ekonomi rakyat yang berwatak social yang
mempunyai tujuan utama yaitu pemenuhan kebutuhan anggota khususnya dan
masyarakat pada umumnya. Tujuan koperasi tersebut terlihat nyata bila koperasi
24 Point-point diambil dari buku Membangun Manajemen Profesional Koperasi, (ICA ROAP,
1995). Hal, 3-5
menjalankan usaha. Cara berusaha dalam koperasi adalah cara berusaha
organisasi ekonomi dengan watak sosial. Watak sosial tercermin pada manfaat
yang dipancarkan yaitu; usaha memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan
anggota dan masyarakat, dan usaha memberikan keringanan harga/penambahan
pendapatan kepada anggota dan masyarakat.25
Tidak ada keterbatasan koperasi dalam menentukan jenis kegiatan usaha.
Seluruh bidang dapat dijalankan, terlebih dahulu dipilih menurut kesepakatan dan
kepentingan bersama. Di antara jenis usaha yang dijalankan koperasi adalah
simpan pinjam, konsumsi, produksi, jasa dan koperasi serba usaha.
1. Koperasi Simpan Pinjam
Pengertian Koperasi Simpan Pinjam (KSP) adalah koperasi yang bergerak
dalam lapangan usaha pembentukan modal melalui tabungan-tabungan para
anggota secara teratur dan terus-menerus untuk kemudian dipinjamkan kepada
para anggota dengan cara mudah, murah, cepat dan tepat untuk tujuan
produktif dan kesejahteraan26
Pengumpulan modal pada usaha simpan pinjam berasal dari; permodalan
intern, berasal dari anggota berupa simapanan pokok, simpanan wajib,
simpanan sukarela, dan cadangan dari sisa hasil usaha koperasi. Permodalan
ekstern, berupa pinjaman-pinjaman atau simpanan dari luar anggota.
25 E.D. Damanik.dkk, Pengantar Perkoperasian, (Jakarta: Dwi Sagara, 1986), hal. 113 26 Panji Anoraga, Manajemen Koperasi : Teori dan Praktek, (Jakarta : Pustaka Jaya, 1995), cet,
ke-1, hal. 33
Uang terkumpul selanjutnya dipergunakan untuk persediaan anggota yang
meminjam. Dengan kata lain koperasi menyediakan kredit untuk anggota.
Pengertian kredit menurut Winardi adalah setiap persetujuan dimana prestasi
dan kontra prestasi dipisah oleh waktu.27
Perbedaan pokok antara Koperasi Simpan Pinjam (KSP) konvensional
dengan Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Syari’ah atau Koperasi Jasa
Keuangan Syari’ah adalah adanya larangan untuk membayar dan menerima
bunga pada Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Syari’ah atau Koperasi Jasa
Keuangan Syari’ah.
Dalam menaggung resiko, perbedaan keduanya yaitu jika pada Koperasi
Simpan Pinjam (KSP) konvensional menerapkan resiko dalam menjalankan
usaha berbeda pada anggota, dan tidak ikut menanggung kerugian jika
usahanya merugi , maka pada Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Syari’ah atau
Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah ikut menanggung dan berbagi kerugian
kepada anggotanya yang usahanya mengalami kerugian, secara propesional.
2. Koperasi Konsumsi
Pengertian koperasi konsumsi adalah koperasi yang anggota-anggotanya
terdiri dari tiap-tiap orang yang mempunyai kepentingan langsung dalam
bidang konsumsi.
Koperasi ini berfungsi :
27 D.Danoewikarsa, Tanya Jawab Tentang Koperasi,(Jakarta : Orba Shakti, 1978), h. 48
a. Sebagai penyalur tunggal barang-barang kebutuhan rakyat sehari-hari
yang memperpendek jarak antara produsen dan konsumen
b. harga barang di tangan konsumen menjadi lebih murah
c. biaya penjualan maupun biaya pembelian dapat ditekan
Bentuk usaha dari koperasi ini adalah menyelenggarakan toko konsumsi, yang
melanyani masyarakat secara terbuka. Berbeda dengan usaha simpan pinjam
yang ditujukan untuk anggota, maka toko konsumsi seperti itu justru harus
masuk dalam lingkungan masyarakat luas untuk melayani anggota dan bukan
anggota. Penjualan kepada bukan anggota akan memperbesar nilai penjualan
dan nilai keuntungan.
Komunikasi dan transportasi yang baik membantu pula tercapainya stabilitasi
harga, dalam arti tidak banyak bedanya antara daerah satu dengan daerah yang
lainnya. Oleh sebab itu penumbuhan toko-toko koperasi konsumsi tidak
mungkin hanya dengan semboyan “ Harga lebih murah” tetapi harus dengan
daya tarik yang lain yang diperlukan oleh konsumen. Disamping itu masalah
pelayanan dan suasana yang menyenangkan bagi pembeli dan keluargannya
merupakan daya taring yang perlu dikembangkan. Dalam pegembangan toko
koperasi komsumsi, kerja sama dengan Yayasan Lembaga Konsumen Perlu
diadakan. Kedua organisasi ini mempunyai kesamaan kepentingan yaitu
berkerja untuk konsumen. Konsumen memang harus dididik untuk dapat
menggunakan hak-haknya guna memperoleh keperluannya dengan baik, dan
kedua organisasi tersebut memang berusaha untuk mendidik konsumen28
Jadi koperasi konsumsi menggunakan modal untuk membeli barang-barang
untuk melayani kebutuhan/kepentingan para anggotanya, terutama kebutuhan
sehari-hari dengan menitik beratkan pada pemuasan para anggota.
3. Koperasi Produksi
Koperasi Produksi adalah Koperasi yang bergerak dalam bidang kegiatan
ekonomi pembuatan dan penjualan barang-barang baik yang dilakukan oleh
koperasi maupun anggota-anggota koperasi.
Contohnya koperasi peternak sapi perah, koperasi tahu tempe, koperasi
pertanian, dan sebagainya.
Anggota Koperasi Produksi terdiri dari orang-orang yang mampu
menghasilkan suatu barang atau jasa. Koperasi produksi dibedakan menjadi
dua macam yaitu:
a. Koperasi Produksi yang anggota-anggotanya adalah para produsen,
misalnya petani, pengrajin, dan nelayan
b. Koperasi Produksi sebagai Badan Hukum yang memiliki unit produksi.
Koperasi Produksi jenis pertama akan lebih menekankan fungsinya untuk
melayani anggota sebagai produsen. Jadi fungsi utama koperasi adalah
melayani anggota-anggotanya, misalnya untuk memasarkan hasil-hasil
produksi para anggotanya, mengusahakan pengadaan bahan-bahan baku, dan
28 Ninik Widiyanti, Dra.,Manajemen Koperasi ,(Jakarta: Rineka Cipta, 1991), Cet ke-2, h. 10
penyedian informasi pasar. Untuk koperasi jenis kedua, fungsi utamanya
adalah bagaimana dapat menghasilkan barang atau jasa sesefisien mungkin
sehingga kegiatan produksi tersebut dapat menguntungkan koperasi, anggota
koperasi dan masyarakat.
Peranan koperasi produksi antara lain :
1). Bagi anggota
Bagi anggota, Koperasi Produksi dapatmeningkatkan penghasilan atau
keuntungan anggota produsen atau pengusaha antara lain berupa :
a). Pengadaan bahan baku. Untuk bahan baku yang sulit diperoleh maka
pengadaannya dapat diusahakan secara bersama-sama melalui
koperasi maka akan diperoleh keuntungan yaitu jumlah, harga, dan
kualitas bahan baku dapat diperoleh lebih mudah sehingga
memungkinkan diperoleh harga yang termurah dan kualitas sesuai.
b). Pengadaan fasilitas produksi bersama, fasilitas ini misalnya generator
pembangkit tenaga listrik di desa yang belum ada PLN. Seorang
produsen cukup banyak mengeluarkan investasi untuk pembangkit
tenaga listrik. Akan tetapi dengan usaha bersama melalui koperasi
masing-masing pengusaha anggota koperasi tidak perlu harus
mengeluarkan biaya yang besar.
c). pemasaran hasil produksi, banyak dari produsen atau pengrajin yang
mempunyai kemampuan untuk membuat suatu produk dengan mutu
yang cukup baik, tetapi tidak mampu untuk memasarkan. Mereka
sangat tergantung pada pedagang perantara yang seorang bertindak
sebagai monopsoni atau oligopsoni.
Dengan demikian bilamana koperasi berhasil menyatukan para produsen
kecil, hal itu dapat menyelesaikan masalah tersebut. Maka koperasi harus
mempunyai wawasan yang luas jauh ke depan untuk dapat menembus pasar
seperti, bernegosiasi besar, agen, pabrik dan lain sebagainya.
2). Bagi Masyarakat
Koperasi Produksi tidak hanya memberikan manfaat bagi para
anggotanya, tetapi juga bagi masyarakat, terutama yang berada di
lingkungan wilayah kerja koperasi tersebut. Maka manfaat Koperasi
Produksi bagi masyarakat antara lain :
a). Menyerap faktor-faktor produksi, seperti bahan baku dan tenaga
kerja.
b). Menambah jumlah barang-barang dan jasa untuk kebutuhan
masyarakat.
c). Mengurangi dampak negative dari struktur pasar yang mempunyai
unsur monopoli atau monopsoni.
Proses Koperasi Produksi memerlukan faktor-faktor produksi seperti, bahan
baku dan tenaga kerja. Dalam hal ini, koperasi menciptakan kesempatan
kerja dan pendapatan bagi anggota masyarakat yang menjual bahan baku
dan tenaga kerja kepada koperasi tersebut. Dari segi barang supply barang-
barang Koperasi Produksi berpartisipasi dalam menambah supply barang-
barang dan jasa kebutuhan masyarakat. Ini berarti bahwa konsumen
mempunyai pilihan lebih banyak untuk mengkomsumsi sehingga dia dapat
membelanjakan uangnya dengan cara optimal29
4. Koperasi Jasa
Koperasi jasa adalah koperasi yang berusaha dalam bidang penyediaan
barang tertentu bagi para anggota dan bagi masyarakay umum, contohnya
adalah koperasi angkutan, perumahan, asuransi, perlistrikan dan alin-lain.
Mereka ini biasanya terdiri dari orang-orang yang tidak mampu bahkan
miskin atau lemah ekonominya, kemudian bersatu dan berkerjasama dalam
sebuah koperasi angkutan. Hal ini akan menghindarkan parsaingan dan
memecah permusuhan diantara mereka. Di dalam koperasi mereka dapat
berkerjasama untuk memperoleh alat-alat dan barang-barang kebutuhan
profesi mereka dengan mudah dan murah.
Ada beberapa macam koperasi jasa anatara lain:
a. Koperasi pengankutan memberikan jasa angkutan barang atau orang.
Modal yang dikumpulkan dibelikan alat angkutan seperti truk, yang
mengangkut barang-barang dari anggota dengan tarif yang lebih rendah
jika dibandingkan dengan tarif umum. Ada juga koperasi pengangkutan
29 Umar Burhan, Prinsip-prinsip Manajemen Koperasi Produksi, (Jakarta: Kalam Mulia, 1989),
Cet ke-1, h. 23
yang secara bersama-sama memberikan jasa kepada anggotanya dan
kepada masyarakat umum seperti koperasi taksi
b. Koperasi perumahan memberikan jasa dengan cara menyewakan rumah-
rumah sehat dengna sewa yang cukup rendah atau menjual rumah
dengan harga rendah.
c. Koperasi Asuransi memberikan jasa jaminan kepada anggotanya,
misalnya asuransi jiwa, asuransi kebakaran.
d. Koperasi perlistrikan memberikan jasa aliran listrik kepada para
anggotanya,
Ada dua macam koperasi perlistrikan yaitu:
1) Membeli bersama tenaga listrik dalam kekuatan yang besar dan
kemudian dibagikan kepada para anggotanya, dialirkan ke rumah-rumah
anggota dengan tarif ringan.
2) Menghasilkan tenaga listrik sendiri dengan mesin pembangkit tenaga
listrik dan menyalurkan keruam para anggota dengan tariff ringan.30
5. Manajemen Koperasi
Sebagai organisasi ekonomi, Koperasi pun tidak bisa luput dari
pengaruh lingkungannya seperti lingkungan konsumen. Situasi persaingan dan
perubahan harga-harga. Karena itu Koperasi pun harus menghayati
lingkungannya dengan mengindentifiser struktur pasar, tanggapan anggota
terhadap usaha Koperasi, kebutuhan dan keinginan anggota. Hal ini berarti
30 Panji Anggoro dan Ninik Widiyanti, Manajemen Koperasi : Teori dan Prakte, h. 35
bahwa dalam mengendalikan usaha Koperasi efektivitas dan efisiensi kerja
harus menjadi prinsip kerja Koperasi. Sekalipun ukuran efisiensi dan
efektivitas usaha Koperasi bukan diukur dari besarnya laba atau sisa usaha
yang diperoleh.31
Manajemen Koperasi berlandaskan kekeluargaan dan kegotong-royongan
yang lebih terkenal dengan landasan pancasila. Landasan yang demikian
diwujudkan pada sifat manajemen Koperasi, yaitu bersifat demokrasi yaitu:
a). Kekuasaan Tertinggi
Semua kebijakan dan keputusan-keputusan yang akan dilaksanakan di
dalam suatu Koperasi ditentukan dalam forum Rapat Anggota berdasarkan
hikmah kebijaksanaan permusyawaratan; dimana setiap orang dengan tidak
memandang umur, besarnya simpanan di dalam Koperasi serta golongan
mempunyai hak suara yang sama yaitu satu orang satu hak suara. Pengurus
dalam hal ini hanyalah melaksanakan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang telah
ditetapkan dalam Rapat Anggota yang telah dituangkan dalam bentuk
Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga. Pengurus berhak hanya dalam
merumuskan kebijaksanaan pelaksanaan keputusan–keputusan Rapat
Anggota.32
Yang bertanggung jawab menyelenggarakan Rapat Anggota adalah
Pengurus Koperasi. Rapat Anggota pada umumnya diadakan sekali setahun
31. P. hasibuan. Drs, Manajemen Koperasi, (Jakarta: Yayasan Pembinaan Keluarga UPN
Veteran,1986), hal.197 32 Ninik Widianti. Dra, Manajemen Koperas,i h.16
yang disebut Rapat Anggota Tahunan, disingkat RAT dimana pengurus
memberi pertanggung jawaban atas kebijaksanaan yang telah dilakukannnya
selama tahun buku yang lampau. Ada juga yang mengadakan dua kali rapat
anggota dalam satu tahun yaitu satu kali untuk menyusun anggaran biaya dan
pendapatan (rencana usaha) untuk tahun yang akan datang dan yang kedua
kali rapat anggota tahunan untuk membicarakan kebijaksanaan pengurus
selama tahun yang lampau. Yang pertama diadakan menjelang akhir tahun
buku (September-Desember), sedangkan yang kedua diadakan beberapa bulan
akhir tahun buku.33
Rapat Anggota Tahunan Koperasi membicarakan antara lain hal-hal
sebgai berikut:
1. Penilaian kebijakan pengurus dalam memimpin koperasi selama tahun
buku yang lampau
2. Neraca tahunan dan perhitungan laba rugi
3. Penilaian laporan Badan Pemeriksa
4. Menetapkan pembagian sisa hasil usaha Koperasi
5. Rencana Kerja dan Rencana Anggaran tahun berikutnya
6. Pemilihan Pengurus dan Badan pemeriksa (jika masing-masing sudah
berakhir masa jabatannya
7. Masalah yang timbul dalam rapat (pertanyaan keliling).34
33 Lihat Buku Pengetahuan perkoperasian, ( Jakarta :PN Balai Pustaka,1981), hal.89 34 Ninik Widiyanti. Dra……, hal. 26
b). Pengurus dan Badan Pemeriksa
Pengurus dan Badan Pemeriksa adalah anggota yang dikuasakan oleh anggota
untuk menggunakan kekayaan anggota yang telah dikumpulkan guna
menjalankan usaha bersama itu.
Badan Pemeriksa mewakili anggota untuk mengawasi Pengurus agar berkerja
menurut kebijaksanaan-kebijaksanaan sebagaimana telah dituangkan di dalam
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Koperasi. Ini mengandung arti
bahwa usaha dan organisasi Koperasi diurus secara bersama-sama oleh anggota
untuk kepentingan itu sendiri.35
B. Usaha Kecil dan Menengah
1. Pengertian Usaha Kacil dan Menengah.
a). Usaha Kecil
Usaha kecil merupakan bagian integral dan usaha nasional yang mempunyai
kedudukan dan peranan yang strategis dalam mewujudkan pembangunan
nasional36. Di Indonesia salah satu acuan untuk memberikan gambaran profil
usaha kecil dapat dilihat dari definisi yang termuat dalam Surat Edaran Bank
Indonesia No. 26/1/UKK tanggal 29 Mei 1993 perihal Kredit Usaha Kecil.
Dalam Surat Edaran dijelaskan bahwa37 :
35 Ibid, hal 17 36 Noer Soetrisno, Peranan Perbankan Sebagai Sumber Pembiayaan Usaha Golongan Ekonomi
Lemah dan Koperasi, (Jakarta: Badan hukum Nasional Departemen Kehakiman, 1998), h. 4 37 Indra Ismawan, Sukses di Era Ekonomi Liberal, Bagi Koperasi Perusahaan Kecil-Menengah,
(Jakarta: Grasindo, 2001), h. 3
” Yang dimaksud dengan Usaha Kecil adalah uasaha yang memiliki total asset
maksimum Rp. 600 juta, tidak termasuk tanah dan rumah yang ditempati”
Menurut Dr. Muhammad Jafar Hafsah Usaha Kecil adalah kegiatan ekonomi
rakyat yang bersekala kecil dan memiliki kekayaan berssih paling banyak Rp.
200 juta (tidak termasuk tanah dan bangunan) tempat usaha atau memiliki hasil
penjualan tahunan paling banyak Rp. 1 Milyar.38
Ditengah keragaman pengertian tersebut, menarik untuk dicatat suatu fenomena
yang tidak dapat dipisahkan begitu saja dari catatan perjalanan pengembangan
usaha kecil, yaitu definisi yang disusun oleh Biro Pusat statistik (BPS) yang
mendeteksi bahwa usaha kecil difokuskan dengan menggunakan criteria
serapan tenaga kerja. Berdasarkan criteria tersebut industri skala kecil dicatat
sebagai perusahaan manufaktur yang memperkerjakan tenaga kerja antara 5-19
orang. Biro Pusat statistik (BPS) juga mengkelompokan jenis usaha kedalam
dua kelompok yaitu : (1) Usaha besar dan usaha sedang; dan (2) Usaha kecil
serta usaha rumah tangga (tidak berbadan hukum)
Departemen perindustrian dan perdagangan membagi usaha kecil menjadi dua
kelompok, yaitu39:
1. Industri kecil adalah Usaha industri yang memiliki investasi peralatan di
bawah Rp 70 juta, Investasi per tenaga kerja maksimal Rp. 625 ribu, jumlah
pekerja di bawah 20 orang, serta memiliki asset tidak lebih dari Rp 100 juta.
38 Muhammad Jafar Hafsah, Kemitraan Usaha Kecil Konsepsi dan Strategi, (Jakarta : Pustaka
Sinar Harapan, 2000), h. 10 39 Ibid.
2. Perdagangan kecil digolongkan sebagai perusahaan yang bergerak dibidang
perdagangan atau jasa komersial yang memiliki modal kurang dari Rp. 80
juta, dan perusahaan yang bergerak di bidang usaha produksi atau industri
yang memiliki modal maksimal Rp. 200 juta.
Kamar Dagang dan Industri (KADIN) memberikan batasan untuk usaha kecil
sector industri dengan asset maksimal RP. 250 juta, tenaga kerja paling banyak
300 orang, dan nilai penjualan (Omzet) di bawah Rp. 100 juta. Sedangkan
batasan sector perdagangan adalah modal kerja maksimal Rp. 150 juta, tenaga
kerja maksimal 300 orang, dan nilai penjualan maksimal Rp. 600 juta40.
Menurut kriteria Departemen Keuangan usaha kecil adalah perusahaan yang
mempunyai asset maksimal Rp. 600 juta atau omzet maksimal Rp. 600 juta
pertahun.41 Sedangkan menurut Bank Indonesia, yang dimaksud usaha kecil
adalah perusahaan yang mempunyai asset maksimal Rp. 600 juta.42
Menurut Undang-undang No. 9 tahun 1995, tentang usha kecil bahwa ’’Usaha
kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan yang memenuhi
kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan
perusahaan. Kekayaan perusahaan maksimal Rp. 200 Juta, tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha”.
40 Ibid 41 Lihat keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 316/1994 Tanggal 27 Juni 1994
tentang Pedoman Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi melalui dana dari bagian laba BUMN dan SKB Ditjen Pembinaan BUMN, Departemen Keuangan dan Ditjen PPK, Departemen Koperasi dan PPK tanggal 14 oktober 1994 tentang Pedoman Pelaksanaan Usaha Kecil dan Koperasi melalui Dana dan Bagian Laba BUMN.
42 Lihat www. Bi. Com, Penertian Usaha Kecil dalam Paket Januari 1990 yang mewajibkan Perbankan Mealokasikan 20% dari Fortopolio Kreditnya Kepada Usaha Kecil
Departemen keuangan memberi batasan, bahwa usaha kecil adalah usaha
dengan asset dan omzet kurang dari 300 juta rupiah.
b). Usaha Menengah
Menurut Undang-undang No.9 tahun 1995 tentang Usaha Menengah, bahwa
pengertian usaha menengah adalaha:
a. Untuk sektor Industri: Memiliki total asset maksimal Rp.
5.000.000.000.(Lima Milyar Rupiah)
b. Sektor non Industri:
1). Memiliki kekayaan bersih maksimal Rp. 600.000.000.(Enam Ratus Juta
Rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
2). Memiliki hasil penjualan maksimal Rp. 3.000.000.000. (Tiga Milyar
rupaiah) pertahun.
Sedangkan menurut Inpres No. 10 tahun 1999, usaha menengah adalah
unit kegiatan yang memiliki kekayaan lebih besar dari Rp. 200.000.000 samapai
maksimal Rp. 10.000.000.000. tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha43
Adapun kriteria umum usaha kecil-menengah dilihat dari cirri-cirinya
pada dasarnya bisa dianggap sama , yaitu sebagai berikut:
a. Struktur organisasi yang sederhana
b. Tanpa staf berlebihan
43 Direktorat Jendral Fasilitas Pembiayaan dan Simpan Pinjam, Himpunan ketentuan Skim
Kredit Program Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah, (Jakarta: tpn, 1999), h. 49
c. Pembagian kerja yang “kendur”
d. Memiliki hirarki manajerial yang pendek
e. Aktifitas sedikit yang formal, dan sedikit yang menggunakan proses
perencanaan
f. Kurang membedakan asset peribadi dari perusahaan.44
2. Jenis-Jenis Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
Ada salah satu sub kecil Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang memiliki
entrepreneurship (kewirausahaan), tetapi adapula yang tidak menunjukan sifat
tersebut. Dengan menggunankan criteria tersebut, maka kita dapat membedakan
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dalam empat kelompok/jenis sebagai berikut:
1. Livelihood Aktivities, Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang masuk
katagori ini pada umumnya bertujuan mencari kesempatan kerja untuk
mencari nafkah. Para pelaku di kelompok ini tidak memiliki jiwa
kewirausahaan. Kelompok ini disebut sebagai sector informal.
2. Micro Enterprises, Usaha Kecil dan Menengah (UKM) ini lebih bersifat
pengrajin dan tidak bersifat wirausaha.
3. Smaal Dynamic Enterprises, Usaha Kecil dan Menengah (UKM) jenis ini
cukup memiliki kewirausahaan,.
44 Titik Sartika Partomo M.S dan Abd. Rachman Soejoedono, Ekonomi Skala Kecil, Menengah
dan Koperasi (Jakarta : Ghalia Indonesia, 2002), Cet ke-1, h.15
4. Fast Moving Interprises, ini adalah Usaha Kecil dan Menengah (UKM) asli
yang mempunyai jiwa kewirausahaan. Kelompok ini akan menghasilkan
pengusaha skala menengah dan besar.45
Sedangkan berdasarkan laporan kelompok pakar Usaha Kecil dan Menengah
(UKM), APEC-di mana Indonesia mkenjadi motornya telah diidentifikasi empat
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dilingkungan APEC, yaitu46
1. Kelompok A
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang telah memiliki pasar global.
Kelompok ini telah menjadi sub-kontrak dari perusahaan multi-nasional
terutama disektor otomotif dan elektronik. Jumlah mereka sekitar 3-4%.
2. Kelompok B
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang telah memasuki pasar
Internasional. Kelompok ini sudah mengekspor, tetapi atas dasar pesanan luar
negeri dan bukan atas upaya pemasarran yang agresif, berbeda dengan
kelompok A, kelompok B tidak continue. Di Indonesia kelompok ini banyak
terdapat di Bali dimana para Importer asing (yang datang sebagai turis) telah
melaksanakan order bisnis yang cukup lumayan. Bahkan produk yang
diekspornya bukan dari Jawa Tengah dan Jawa Barat. Jumlah mereka 5-7%
3. Kelompok C
45 Ibid h. 26. 46 Hasan Amin AA.D., Dasar-Dasar Ekonomi Perusahaan, (Jakarta: Pradiya Utama, 1976),
h.17
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang belum pernah melakukan
teransaksi luar negeri, tetapi memiliki potensi yang besar. Jumlah mereka
sekitas 30%
4. Kelompok D
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang tidak ada orientasi ke pasar
luar negeri. Mayoritas Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Indonesia berada
di Kelompok ini dan jumlah mereka sekitar 60%
3. Manajemen Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
Koontz dan O’Donel dalam bukunya “Principle of Management menyatakan
bahwa Management is getting thing done thruoght the efforrs of other people
secara bebas dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai upaya mencapai sesuatu
tujuan dengan manfaatkan atau melalui tenaga orang lain.47
Sementara itu, Murti Sumarni mendefinisikan manajemen dengan proses
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian, serta penggunaan
semua sumber daya organisasi untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.
Adapun fungsi manajemen yang terpenting bagi seorang wirausahawan adalah
untuk mengambil keputusan mengenai apa yang hendak dihasilkan.48
Di dalam mengambil keputusan, diperlukan suatu seni dan ilmu pertimbangan
yang banyak ditentukan oleh pengalaman dan mengambil keputusan, disini
diperlukan manajer yang mampu memadukan keterampilan teknis dengan
47 Edilius, et.all., Pengantar Ekonomi Perusahaan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), h. 195. 48 Murti Sumarni, Marketing Perbankan, (Yogyakarta: Liberty, 1997), h. 55
keterampilan manajerialnya untuk mengambil keputusan perusahaan secara
mantap.
Masalah manajemen yang dihadapi para pengusaha kecil dan menengah
adalah tentang bagaimana mereka mampu bersikap tanggap terhadap keadaan
lingkungan yang berubah dengan cepat. Meskipun demikian, sikap positif
pengusaha yang diikuti dengan tindakan-tindakan konkret, betapapun tepatnya
kerap kali juga tidak mampu mengatasi masalahnya, yaitun apabila faktor
eksternal ternyata lebih besar pengaruhnya dari pada faktor kemampuan
manajemen pengusaha sendiri. Di sinilah perlunya mempelajari masalah
perusahaan dari sudut ekologis, yaitu melihat sosok perusahaan sebagai bagian
dari eco-sistem.
Selama 10-15 tahun terakhir ini kita menyaksikan berbagai peristiwa jatuh-
bangunya perusahaan-perusahaan kecil dan menengah. Sebagian terpukul atau
gulung tikar, bukan ketidakmampuan manajemen, melainkan karena tidakan
moneter, bergulirnya suatu kebijaksanaan departemen tertentu, atau karena suatu
paket kebijakan yang maksudnya baik ditinjau dari persfektif pembangunan.
Seorang pengusaha juga merupakan bagian dari lingkungan sosial tertentu dengan
sistem nilai tertentu yang tidak saja mempengaruhi, melaikan juga dapat
membentuk sikap dan tingkah laku sebagai pengusaha. Bahkan dilihat dari aspek
legal, sistem dan struktur perusahaan-perusahaan atau industri merupakan bagian
dari sistem hukum dan sistem politik yang berlaku. Maka dari itu, masalah
manajemen perusahaan tidak dapat dilepaskan atau diceraikan dengan
lingkungannya begitu saja.49
Untuk itu, maka pengusaha harus berpandangan luas, setidak-tidaknya peka
terhadap ekologi dunia usaha. Karena itu para pengusaha harus bisa menciptakan
suatu lingkungan terdekat yang memungkinkan mereka bersentuhan dengan
informasi perubahan. Disinilah kita meli8hat bahwa persoalan manajemen
sebenarnya tidak terbatas dilingkungan perusahaan saja, pengusaha dapat
memecahkan persoalan secara lebih efaktif di luar perusahaan, yaitu dengan
rekan-rekan pengusaha lain.
Masalah manajemen Usaha Kecil dan Menengah (UKM) berhubungan dengan
lingkungannya sendiri-sendiri yang kesemuanya membentuk suatu eko-sistem.
Ada beberapa masalah yang mempengaruhi hal tersebut diantaranya, Pertama,
dengan lingkungan yang paling dekat, kita mendapatkan kelompok permasalahan
psikologis pengusaha dan tenaga kerja. Kedua, adalah soal kemampuan teknis
pengelolaan usaha. Di sini kita dapatkan masalah-maslah seperti, kemampuan
mengatur keluar-masuk uang, pembukuan dan administrasi perusahaan, teknik
pemasaran menghitung biaya produksi dan menentukan harga, dan lain-lain.
Sarana dan prasarana manajemen adalah faktor Ketiga, yang perlu diamati
secara tersendiri. Sarana dan prasarana ini diantaranya menyangkut bidang
manajemen. Iklim perekonomian adalah lingkungan Keempat, yang perlu
49 M Dawam raharjo, ed. Pembangunan Ekonomi Nasional Suatu Pendekatan pemerataan,
keadilan dan ekonomi kerakyatan, (Jakarta : PT Intermasa,1997), cet ke-1, h. 151
diperhatikan dalam pengembangan manajemen. Aspek sosiologis dan
antropologis merupakan catatan disekitar ekologi dunia usaha. Dari sudut ini, kita
temukan pendekatan-pendekatan baru dalam mengembangkan manajemen.
Kelompok-kelompok permaslahan tersebut diatas menunjukan secara ringkas
bahwa manajemen bukan merupakan persoalan yang sederhana. Faktor
lingkungan sagat mempengaruhi. Dalam situasi yang sedang berubah dengan
cepat seperti sekarang ini diperhatikan usaha pemahaman lingkungan dimana
manajemen dikembangkan.
Dengan melihat lingkungan manajemen tersebut, kita dapat menyederhanakan
persoalan manajemn sebagai berikut dari segi penawaran (Supply-side), masalah
utamanya adalah pengelolaan produksi. Dari segi permintaan (Demand-side), kita
melihat maslah pemasaran. Kedua segi itu dapat dibagi pula menjadi dua lingkup
permaslahan, yaitu permaslahan internal dan eksternal.
Lingkungan ekternal mengandung maslah-maslah yang berada dalam batas
kemapuan pengusaha untuk mengatasinya, sedangkan lingkup eksternal
mengadung masalah-maslah yang lebih banyak ditentukan oleh factor luar yang
sangat dipengaruhi oleh kekuatan luar perusahaan. Diantaranya seperi rencana
pembangunan, kebijaksanaan-kebijaksanaan ekonomi–keuangan, peraturan-
peraturan, perjanjian internasional, atau peraturan Negara lain, kesemuanya
merupakan factor-faktor yang perlu diperhatikan oleh pemerintah
4. Permasalahan/ Hambatan yang dihadapi Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
Dalam perkembangan di Indonesia, Usaha kecil dan Menengah (UKM)
menjumpai banyak hambatan/kendala yang terjadi dalam beberapa aspek yang
berkaitan langsung dengan kegiatan usahanya. Adapun hambatan-hambatan
tersebut antara lain:
a Keterbatasan Pemasaran
Pemasaran sering dianggap sebgai salah satu kendala yang kritis bagi
perlembagaan Usaha kecil dan Menengah (UKM). Salah satu yang terkait
dengan pemasaran yang umum dihadapi oleh Usaha kecil dan Menengah
(UKM) adalah tekanan-tekanan persaingan, baik di pasar besar (UB) maupun
pasar ekspor.
Selain informasi terbatas, banyak Usaha kecil dan Menengah (UKM),
khususnya mereka yang kekurangan modal dan SDM serta mereka yang
berlokasi di daerah-daerah pedalaman yang relatif terisolasi dari pusat-pusat
informasi. Komunikasi dan transportasi, juga mengalami kesulitan untuk
memenuhi standar-standar internasional yang terkait dengan produksi dan
perdagangan.50
b. Keterbatasan Finansial
Usaha kecil dan Menengah (UKM), khususnya usaha kecil di Indonesia
menghadapi 2 masalah utama aspek Finansial. Mobilitas modal awal (Star-up
capital) dan akses ke modal kerja dan Finansial jangka panjang untuk
50 Tulus T.H. Tambunan, Usaha kecil dan Menengah di Indonesia, Beberapa Isu Penting,
(Jakarta: Salemba Empat,2002),Edisi1, h. 73
investasi yang sangat diperlukan demi pertumbuhan output jangka panjang.
Hal ini disebabkan lokasi bank relative terisolasi, persyaratan terlalu berat,
urusan administrasi terlalu bertetele-tele, dan kurang informasi mengenal
skim-skim perkreditan yang ada dan prosedurnya.51
c. Keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM)
Keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM) juga merupakan salah
satu kendala yang serius bagi banyak Usaha kecil dan menengah di Indonesia,
terutama dalam aspek-aspek entrepreneurship, manajemen, teknik produksi,
pengembangan produk, engineering desaign, quality control, organisasi bisnis
akuntansi, data processing, teknik pemasaran dan penelitian pasar.
Keterbatasan Keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah
satu ancaman bagi usaha kecil dan menengah di Indonesia untuk dapat
bersaing baik di pasar domestic maupun di pasar internasional.52
d. Keterbatasan bahan baku
Keterbatasan bahan baku (dan Imput-imput lainnya) juga menjadi
salah satu kendala serius bagi pertumbuhan output atau kelangsungan
produksi bagi banyak usaha kecil dan menegah di Indonesia.53
e. Keterbatasan Teknologi
Usaha kecil dan menegah di Indonesia umumnya masih menggunakan
teknologi lama/tradisional dalam bentuk mesin-mesin tua atau alat-alat
51 Ibid, h. 74 52 Ibid, h. 79 53 Ibid
produksi yang sifatnya manual, keterbatasan teknologi tidak hanya membuat
total factor rendah, productivity dan efisiensi di dalam proses produksi, tetapi
juga kualitas produk yang dibuat rendah. Keterbatasan teknologi ini
disebabkan oleh banyak faktor; diantaranya keterbatasan modal investasi,
informasi mengenai teknologi atau mesin-mesin dan alat-alat produksi baru
serta keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM)
Itulah berbagai macam masalah yang dihadapi oleh usaha kecil dan
mengeah di Indonesia dalam perkembangannya yang tingkat intensitas dan
sifatnya berbeda, namun masalah yang sering disebut adalah keterbatasan
modal dan kesulitan dalam pemasaran.54
C. KONSEP PEMBERDAYAAN DALAM EKONOMI ISLAM
Kata pemberdayaan adalah terjemahan dari istilah bahasa
inggris yaitu empowerment. Pemberdayaan (empowerment) berasal dari kata dasar
power yang berarti kemampuan berbuat, mencapai, melakukan atau mungkinkan.
Awal em berasal dari bahasa latin dan yunani, yang berarti di dalamnya, jadi
pemberdayaan dapat diartikan kekuatan dalam diri manusia, suatu sumber
kreativitas.55
Istilah pemberdayaan diartikan sebagai upaya memperluas horison pilihan
bagi masyarakat, dengan upaya pendayagunaan potensi, pemanfaatan yang
sebaik-baiknya dengan hasil yang memuaskan. Ini berarti masyarakat
54 Ibid., h. 81 55 Lili Bariadi dkk, Zakat & wirausaha (Jakarta: CED,2005), h.53
diberdayakan untuk melihat dan memilih sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya,
dapat dikatakan bahwa masyarakat yang berdaya adalah yang dapat memilih dan
mempunyai kesempatan untuk mendapat pilihan-pilihan.
Selain itu pemberdayaan atau pengembangan juga berarti menciptakan
kondisi hingga semua orang (yang lemah) dapat menyumbang kemampuannya
secara maksimal untuk mencapai tujuannya, kartasasmita menyatakan bahwa
keberdayaan dalam konteks masyarakat adalah kemampuan individu bersenyawa
dalam masyarakat dan membangun keberdayaan masyarakat yang bersangkutan.56
Pola-pola pemberdayaan ekonomi masyarakat mempunyai ciri-ciri atau
unsur-unsur pokok sebagai berikut:57
a. Mempunyai tujuan yang hendak dicapai
b. Mempunyai wadah kegiatan terorganisir
c. Aktivitas yang dilakukan terencana, berlanjut serta harus sesuaI
dengan kebutuhan dan sumberdaya setempat.
d. Ada tindakan bersamadan keterpaduan dari berbagai aspek yang
terkait.
e. Ada perubahan sikap pada masyarakat sasaran selama tahap-tahap
pemberdayaan.
f. Menekankan pada peningkatan partisipasi masyarakat dalam ekonomi
terutama dalam wirausaha.
56 Ibid. h. 54 57 Ibid. h. 55
g. Ada keharusan membantu seluruh lapisan masyarakat khususnya
masyarakat lapisan bawah. Jika tidak maka solidaritas dan kerjasama
sulit tercapai.
h. Akan lebih efektif bila program pengembangan masyarakat pada
awalnya memperoleh bantuan dan dukungan pemerintah.
Selain itu sumber-sumber dari organisasi sukarela non-pemerintah
harus dimanfaatkan.
Secara umum, pemberdayaan
ekonomi masyarakat dapat dibagi menjadi empat strategi yaitu:58
a. The Growth Strategy : Penerapan strategi pertumbuhan ekonomi masyarakat
pada umumnya dimaksud untuk mencapai peningkatan pendapatan yang cepat
dalam nilai ekonomi melalui peningkatan perkapita penduduk, produktivitas,
sektor pertanian, permodalan dan kesempatan kerja yang dibarengi dengan
kemampuan konsumsi masyarakat.
b. The Welfare Strategy : Strategi kesejahteraan ini pada dasarnya
dimaksudkan untuk memperbaikai kesejahteraan masyarakat
c. The Responsive Strategy : Strategi ini merupakan reaksi terhadap strategi
kesejahteraan melalui pengadaan teknologi serba sumber-sumber yang sesuai
dengan kebutuhan proses pembangunan.
58 Ibid. h. 58.
d. The Integrated or Holistik Strategy : dalam strategi ini, terdapat tiga prinsip
dasar sebagai konsep kombinasi dari unsur-unsur pokok ketiga strategi diatas,
yaitu:
1. Persamaan, keadilan, pemerataan dan partisipasi merupakan tujuan yang
secara eksplisit harus ada dari strategi menyeluruh, maka badan publik
yang ditugasi untuk melaksanakan harus :
a. Memahami dinamika sosial masyarakat sebagai intervensinya
b. Intervensi dilakukan untuk memperkokoh kemampuan masyarakat
sendiri dalam memecah masalah yang dihadapinya, serta untuk
mengambil langkah langkah instrumental yang menumbuh kan
kemampuan aparatur melakukan intervensi sosial.
2. Memerlukan perubahan-perubahan mendasar, baik dalam komitmen
ataupun gaya dan cara bekerja, maka badan publik yang belum
memiliki kemapuan intervensi sosial akan memerlukan pemimpin
yang kuat komitmen pribadinya terhadap tercapainya tujuan dari
strategi holistik tersebut, yakni untuk:
a. Menentukan arah nilai organisasi, energi dan proses menuju strtegi
b. Memelihara integritas organisasi yang didukung oleh institusional
Leadership.
3. Keterlibatan badan publik dan organisasi sosial secara terpadu, maka
memerlukan suatu pedoman untuk memfungsikan organisasi ynag
bertugas atara lain :
a. membangun dan memelihara perspektif menyeluruh
b. Melaksanakan rekrutmen dan pengembangan pimpinan
kelembagaan, dan
c. Membuat mekanisme kontrol untuk mengatur saling keterkaitan
(Interpedensi) antara organisasi formal dan informal melaui system
management strategis.
Manusia memiliki kebebasan untuk membuat suatu keputusan yang
berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan hidupnya, dengan kebebasasan ini
manusia dapat mengoptimalkan potensinya. Kebebasan manusia didasarkan pada
nilai-nilai tauhid. Nilai ini membentuk prilaku yang berani
mempertanggungjawabkan secara pribadi atas apa yang telah dibuatnya.
Berkaitan dengan kebebasan individu dalam berimprovisasi dan berkreativitas
dalam kehidupannya ditegaskan dalam Q.S ar-Ra’d:11, yaitu59:
)١١: ١٣/االراد(... Artinya:
“ Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” ........(Q.S ar-Ra’d:11)
59 M. Arifin Hamid, MH.DR.H, Membumikan Ekonomi Islam Di Indonesia; Perspektif Sosio-
yuridis, (Jakarta; eLSAS, 2007), hal.135
Dalam ayat tersebut, para ahli tafsir memberikan pengertian terhadap
perubahan keadaan yang berkaitan erat dengan Iktisab (usaha/kerja) manusia.
Perubahan hanya akan terjadi jika diikuti dengan usaha dan kerja keras sebagai fungsi
kekhalifahan manusia dibumi.
Berkaitan dengan usaha/kerja, setiap manusia akan mendapatkan atas
apa yang telah diusahakannya sesuai kapasitasnya, sebagaimana dinyatakan dalam
(Q.S an-Najm:39), yaitu60 :
)۵٣:٣٩/النجم(
Artinya: “ Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang Telah diusahakannya,”(Q.S an-Najm:39) Terdapat larangan yang berkaitan dengan harta benda, adalah larangan
mengkonsentrasikan peredaran harta benda pada segelintir orang saja. Distribusi
kekayaan harus berjalan berimbang dan merata ke seluruh lapaisan masyarakat.
Dalam Q.S. al-Hasyr:7 ditegaskan, yaitu61:
v) :الحشر(
Artinya: ”..Supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja di antara kamu.” (Q.S. al-Hasyr:7)
60 Ibid.,h. 137 61 Ibid.,h. 142
Setiap individu memiliki hak untuk melangsungkan kehidupannya yang
mendapat jaminan dari Negara. Dalam konteks kehidupan sosial ekonomi, hukum
ekonomi Islam memberikan pedoman normatif bahwa setiap orang dengan
strtifikasinya masing-masing memiliki keterkaitan yang saling membutuhkan, seperti
dinyatakan dalam Q.S. az-Zariyat: 19, yaitu :62
اتري لذاا (
:١٩ ( Artinya :
” Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian”
Salah satu
nuktah paling mengesankan dari ajaran Islam mengenai dinamika umat adalah
pernyataan Rasul bahwa seorang Mukmin yang kuat lebih baik dari Mukmin yang
lemah. Rasul bersabda:
قال رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم ألمؤمن القوي خير وأحب إلى اهللا من المؤمن الضعيف وفي
اهللا والتعجز وإن أصابك شيء فال تقل لو أني آان آذا آل خير أخرص على ما ينفعك واستعن ب
63)رواه مسلم(وآذا ولكن قدر اهللا وما شاء فعل فإن لوتفتح عمل الشيطان
Artinya: " Orang Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disukai Allah daripada orang Mukmin yang lemah, meskipun pada kedua-duanya ada kebaikan. Perhatikanlah hal-hal yang bermanfaat bagimu, serta mohonlah pertolongan kepada Allah dan janganlah menjadi lemah. Jika sesuatu musibah menimpamu, maka janganlah berkata: " andaikan aku lakukan sesuatu maka hasilnya akan begini dan begitu". Sebaliknya
62 Ibid., 63 Abu Husain Muslim bin al-Hajaj al-Qusyairy, Shahih Muslim bi Sarh Al-Nawwawy,
(Beirut: Daar al-Turas al-'Araby, 1984), juz XVI, h. 215
berkatalah "ketentuan Allah dan apa pun yang dikehendakinya tentu dilaksanakannya". Sebab sesungguhnya perkataan "andaikan" itu membuka perbuatan setan.(HR. Muslim). " Jadi pemberdayaan adalah upaya membangun daya (masyarakat)
dengan mendorong, memotivasi, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang
dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkan. Memberdayakan masyarkat
berarti upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat dalam
kondisi yang kurang mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan
keterbelakangan. Dengan kata lain memberdayakan adalah memampukan dan
memandirikan masyarakat.64 Pemberdayaan diarahkan guna meningkatkan
kemampuan ekonomi masyarakat secara produktif sehingga mampu menghasilkan
nilai tambah yang tinggi dan pendapatan lebih besar.
Meskipun pada kenyataannya manusia dilahirkan secara sama, dalam
perkembangannya mereka bisa berlainan, tergantung dari bakat, keterampilan
lingkungan, pengalaman hidup, dan sebagainya. Bakat dan kesempatan yang dimiliki
manusia akan berimplikasi pada adanya kemampuan berbeda, dan kemampuan yang
berbeda akan berimplikasi pada pembagian kerja dalam masyarkat. Sementara
pembagian kerja yang berbeda akan mengakibatkan bidang kerja dan usaha yang
berbeda, yang pada gilirannya akan menimbulkan perbedaan pendapatan dan
penghasilan bagi setiap orang.
Itulah sebabnya Islam memberikan petunjuk yang
mengesankan mengenai penegakan keadilan sosial, agar jurang antara mereka yang
64 Mubyarto, Membangun Sistem Ekonomi, (Yogyakarta, BPFE, 2000), cet. Ke-1, h. 263
miskin dan yang kaya tidak terjadi atau tidak membiarkan harta itu beredar hanya
pada orang kaya saja. Itulah tanggung jawab kita semua.
Secara garis besar ada dua pendekatan yang digunakan Islam dalam
pemberdayaan.65 Pertama, pendekatan parsial-kontinyu, yaitu pemberian bantuan
secara langsung. Kedua, pendekatan Struktural yaitu pemberian pertolongan secara
kontinyu agar fakir/miskin dapat mengatasi kelemahannya. Bahkan dari yang dibantu
menjadi orang yang turut membantu.
65 Ibid.. h 91
BAB III
GAMBARAN UMUM KOPERASI INDUSTRI KAYU MEUBEL (KIKM)
JAKARTA TIMUR
A. Sejarah Berdiri, Tujuan dan Keanggotaan
Koperasi Industri Kayu Meubel (KIKM) Jakarta Timur berdiri pada tanggal,
21 Januari 2006. yang berlokasi di Jalan Raya Bekasi Timur Km 17 sampai jalan
pahlawan revolusi (Ujung Jl Kali Malang) disebut juga Meubel klender, sejak
dahulu sudah terkenal akan produk Industri Kayu dan Meubelnya, sampai
sekarang terkenal di mancanegara. Lebih dari 8000 pengrajin dan pengusaha
meubel berada disentra-sentra meubel di Jakarta timur, atas keinginan kuat dari
para pengusaha dan pengrajin kayu dan meubel yang ada di Jakarta timur,
sehingga pada gilirannya tergabung dalam Koperasi Industri Kayu Meubel
(KIKM) Jakarta Timur melalui proses yang panjang. Diharapkan pada gilirannya
nmenjadi koperasi yang kuat yang mampu memperjuangkan segala aspirasi dan
keinginan dari para pengusaha dan perajin yang terwakili66.
Koperasi Industri Kayu dan Meubel (KIKM) Jakarta Timur dengan Badan
Hukum No. 0327/BH/-1. 82/IX/2006
Tujuan didirikannya Koperasi Industri Kayu Meubel (KIKM) Jakarta Timur
adalah untuk67:
1. Meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup anggota pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya.
66 Wawancara Pribad dengan Abdul Rosyid, Drs, Sekretaris Koperasi Industri Kayu dan Meubel
(KIKM) Jakarta Timur, , Jakarta, 6 Oktober 2007 67 Rapat Anggota Tahunan (RAT) Koperasi Industri Kayu dan Meubel (KIKM) Jakarta Timur,
Anggaran Dasar Koperasi Industri Kayu dan Meubel (KIKM) Jakarta Timur, Cisarua, 25-26 April 2007, hal 2
2. Menjadi gerakan ekonomi rakyat serta ikut membangun tatanan perkoperasian
nasional.
Persyaratan untuk diterima menjadi anggota sebagai berikut68:
1. Warga Negara Indonesia
2. Memiliki kesinambungan kegiatan usaha dengan kegiatan usaha koperasi
3. Memiliki kemampuan untuk melakukan tindakan hukum (dewasa dan tidak
dalam perwalian dan sebagainya)
4. Bersedia membayar simpanan pokok sebasar Rp. 500.000 (Lima Ratus Ribu
Rupiah) dan simapanan wajib yang besarnya ditentukan dalam Anggaran
Rumah Tangga dan atau keputusan Rapat Anggota
5. Mata Pencaharian: Perajin Meubel, swasta, dan pengusaha.
6. Menyetujui Anggaran Dasar, Anggran Rumah Tangga, dan ketentuan
ketentuan yang berlaku dalam koperasi.
7. bertempat tinggal kedudukan dan berdomisili di dalam wilayah Jakarta Timut
.
B. Manajemen Operasional Koperasi Kayu dan Meubel (KIKM) Jakarta
Timur
Sistem kerja yang dilakukan oleh Koperasi Industri Kayu dan Meubel
(KIKM) Jakarta Timur adalah melakukan pelayanan sepenuhnya untuk kebutuhan
anggota artinya koperasi ini tidak memiliki sebuah usaha sendiri seperti Koperasi
pada umumnya.
Koperasi Industri Kayu dan Meubel (KIKM) Jakarta Timur pada saat ini
memiliki anggota 162 anggota Aktif, dengan berpenghasilan bersih setiap
bulannya Rp. 40 juta
68 Ibid.,
56
Manajemen operasional yang dilakukan oleh Koperasi Industri Kayu dan
Meubel (KIKM) Jakarta Timur, merupakan sebuah Koperasi yang mewadahi para
perajin dan pengusaha kayu dan meubel wilayah Jakarta Timur. tidak jauh
berbeda dengan Koperasi pada umumnya yang berlandaskan kekeluargaan dan
gotong-royong yang bersifat demokrasi yaitu69:
Pertama, Rapat Anggota Tahunan, merupakan kekuasaan tertinggi pada
Koperasi Industri Kayu dan Meubel (KIKM) Jakarta Timur, dalam rapat ini
membahas segala sesuatu yang berhubungan dengan organisasi koperasi itu
sendiri dan segala sesuatu permasalahan yang ada di koperasi tersesebut, Rapat
Anggota Tahunan Koperasi Industri Kayu dan Meubel (KIKM) Jakarta Timur,
antara lain membahas; Laporan Pertanggung Jawaban Pengurus dan Pengawas,
Rencana Kerja dan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Koperasi untuk
tahun berikutnya, Menetapkan pembagian sisa hasil usaha serta Program-program
yang akan dilakukan baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Dari hasil Rapat Anggota Tahunan ini selanjutnya diserahkan kepada
pengurus untuk dilaksanakan dan Koperasi Industri Kayu dan Meubel (KIKM)
Jakarta Timur, memiliki Badan Pengawas (BP) untuk mengawasi pengurus dalam
mengelola organisasi Koperasi dan pelaksanaan segala program yang sudah
ditetapkan sebelumnya yang selanjutnya dipertanggung jawabkan dalam Rapat
Anggota Tahunan berikutnnya.
69 Wawancara Pribadi dengan Abdul Rosyid
Kedua, Tugas Pengurus dan Pengawas sesuai yang terdapat dalam Anggaran
Dasar sebagai anggota yang dikuasakan untuk mengelola kekayaan anggota guna
kepentingan bersama, sesuai dengan ketetapan pada Rapat Anggota Tahunan.
Ketiga, Sisa Hasil Usaha (SHU) yang diperoleh Koperasi Industri Kayu dan
Meubel (KIKM) Jakarta Timur pada tahun 2007 ini sebesar Rp. 239 Juta.70
D. Usaha-Usaha dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Koperasi Industri
Kayu Meubel (KIKM) Jakarta Timur
Usaha-usaha koperasi terdiri dari71:
1. Unit Usaha Simpan pinjam
Bidang Usaha Simpan Pinjam adalah
1). Sebagai wadah usaha simapan pinjam bagi anggota koperasi dalam
menjalankan usahannya di bidang permodalan.
2). Dana Pelaksanaan Bidang Unit Simpan pinjam didapat dari:
a). Simpanan Pokok, Simpanan Wajib dan Simpanan Sukarela dari pada
anggota
b). Pinjaman Lunak dari Perbankan
c). Pinjaman Lunak dari dana bergulir yang ada di Suku Dinas dan Dinas
Pemerintah Daerah yang terkait dengan keberadaan koperasi.
d). Sumbangan Halal dan tidak mengikat.
3). Proses/prosedur Peminjaman
a). Peminjam yang mendapat fasilitas Peminjaman adalah anggota
koperasi yang secara sah telah ditetapkan menjadi anggota koperasi
b). Jumlah pinjaman tidak lebih dari 10 juta
70 Laporan Keangangan Koperasi Industri Kayu dan Meubel (KIKM) Jakarta Timur 71Rapat Anggota Tahunan (RAT) Koperasi Industri Kayu dan Meubel (KIKM) Jakarta Timur,
Anggaran Rumah Tangga Koperasi Industri Kayu dan Meubel (KIKM) Jakarta Timur, Cisarua, 25-26 April 2007, hal 4
c). Harus mendapat persetujuan dari pengurus Unit Simpan Pinjam dan
pengurus koperasi
d). Harus melawati, survey lapangan, memilki jaminan usaha, kontrak
perjanjian, dan ketentuan-ketentuan lain yang diatur oleh pananggung
jawab Unit Simpan Pinjam.
2. Bidang Promosi dan pameran
1). Promosi merupakan usaha untuk mempopulerkan lembaga guna
meningkatkan keberadaan perusahaan/koperasi di dunia pada umumnya.
2) Promosi seyogyanya harus ditangani oleh seorang yang propesional
3). Pameran adalah langkah kongkrit dibidang Publik end Relation demi
menunjang bidang marketing untuk memasarkan produk dengan usaha
penjualan langsung kepada konsumen.
4). Interen artinya pameran yang biasa diadakan di Gedung Pusat Promosi
Industri Kayu dan Meubel (PPIKM) yang merupakan sarana promosi yang
disediakan Pemda DKI untuk para pengrajin dan Industri Kayu dan
Meubel di Jakarta Timur
5). Pameran bersifat Intern dan ekstren
6). Pameran di Industri Kayu dan Meubel untuk promosi secara continue
sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan koperasi atas petunjuk dan
arahan Instansi terkait.
7). Pameran di Pusat Promosi Industri Kayu dan Meubel (PPIKM) juga
dilaksanakan mengikuti Agenda yang telah ditentukan oleh pihak Suku
Dinas Perindustrian dan Perdagangan didasarka oleh APBD yang ada di
Suku Dinas Perindustrian dan Perdagangan, koperasi dalam hal ini hanya
mempasilitasi dan membantu secara maksimal dalam melaksanakannya.
8). Pameran yang bersifat ekstren adalah paeran yang diadakan diluar Gedung
Pusat Promosi Industri Kayu dan Meubel (PPIKM) dan dilaksanakan di
Pusat Bisnis yang ada di Jabodetabek, maupun pameran yang diadakan
atas fasilitas instansi terkait.
9). Dalam pelaksanaanya pameran yang bersifat ekstern akan ditunjuk
penanggung jawab sebagai koordinator pelaksanaan berdasarkan
penunjukan dan SK dari Pengurus Koperasi
10). Pameran yang diadakan diluar gedung Pusat Promosi Industri Kayu dan
Meubel (PPIKM) akan dikenakan komisi sebesar 1,5% diperuntukan bagi
kas Koperasi.
11). Selama jeda pameran antara satu dan yang lainnya dikoordinir oleh
petugas yang ditunjuk Koperasi untuk menagani penjualan dan akan
dikenakan konfensasi sebesar 1,5% untuk kepentingan kas koperasi bagi
anggota yang mengikuti harus mengirimkan harga penjualan berdasarkan
kebikjakan masing-masing.
3. Bidang Usaha Permodalan/Kerjasama dengan Badan Usaha Milik
Negara/Daerah dan perbankan dibidang poermodalan dan kerjaan/marketing
Bidang Usaha permodalan dan Marketing yang dimaksud adalah:
1). Pihak Koperasi mengupayakan pinjaman lunak yang dipasilitasi Pemerintah
lewat BUMN-BUMD dan Perbankan, hal ini dapat diusahakan sebagai
terobosan untuk dapat memenuhi kebutuhan anggota dibidang permodalan
dan marketing.
2). Koperasi dapat melaksanakan usaha ini dengan upaya dari Pengurus dan
Koordinator yang membidangi usaha dan marketing
3). Usaha Permodalan dan Marketing dapat pula dilakukan oleh Perusahaan
yang dibentuk oleh Koperasi sebagai upaya mendapatkan hasil yang
dimaksud.
4. Pemenuhan kebutuhan lokal dengan menyediakan hasil produk barang
maupun olahan yang disediakan untuk memenuhi kebutuhan bagi kalangan
Pegawai Negeri Sipil yang ada di kementrian sampai ke pemerintahan daerah.
5. Menyediakan fasilitas Kredit kepada Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai
Swasta dengan berkerjasama dengan pihak perbankan
Yang dimaksud dengan Cash and Credit bagi Pegawai Negeri Sipil adalah
dalam rangka memenuhi kebutuhan produk rumah tangga dibidang
permeubelan bagi Pegawai Negeri Sipil dan Karyawan dalam bentuk
kerjasama dengan Bank Penjamin. Sistem yang dipergunakan adalah
pengelolaan berada di koperasi dengan mengambil sample produk dari
beberapa pengrajin yang sesuai dengan keinginan konsumen dan selanjutnya
dapat diatur antara pengrajin dan pihak koperasi.
6. Eksport Import bagi anggota yang telah mampu untuk menangani proyek
yang berskala Internasional.
Eksport Import adalah bentuk marketing yang membutuhkan kerja jeras dan
link bisnis yang kuat seharusnya diupayakan oleh Koperasi Industri Kayu dan
Meubel dengan demikian keinginan para pengrajin yang sudah mampu untuk
melakukan ekspor terpenuhi, hal ini dapat dilakukan melalui kerjasama
dengan pihak terkait, seperti BPPN dan Kedutaan-kedutaan Negara Sahabat
untuk memudahkan aktualisasi dari program ini. Memang butuh kosekuensi
ketika kita menagani pekerjaan ini diantaranya adalah Kualitas, Target dan
kemampuan peraturan disamping perlu adanya tim khusus yang menagani
secara propesional.
BAB IV
ANALISA TERHADAP STRATEGI KOPERASI INDUSTRI KAYU DAN
MEUBEL (KIKM) JAKARTA TIMUR DALAM PEMBERDAYAAN USAHA
KECIL DAN MENENGAH (UKM) MENURUT PERSPEKTIF EKONOMI
ISLAM
A. Faktor-faktor yang dihadapi oleh Koperasi Industri Kayu dan Meubel
(KIKM) Jakarta Timur dalam pemberdayaan Usaha Kecil dan
Menengah (UKM).
Selama ini faktor-faktor yang dihadapi oleh Koperasi Industri Kayu dan
Meubel (KIKM) Jakarta Timur dalam pemberdayaan anggotanya untuk
memenuhi kebutuhan para pengusaha yang tergabung dalam Koperasi Industri
Kayu dan Meubel (KIKM) Jakarta Timur antara lain72:
Pertama, Menyangkut masalah Administrasi, karena Koperasi Industri
Kayu dan Meubel (KIKM) Jakarta Timur ini masih baru, jadi masih banyak data-
data yang harus di lengkapi untuk memenuhi kebutuahan administrasi organisasi
koperasi atau data-data yang berkaitan dengan anggota. Seperti komputerisasi
administrasi agar lebih terjaga dan rapih.
72 Abdul Rosyid, Drs, Sekretaris Koperasi Industri Kayu dan Meubel (KIKM) Jakarta Timur,
Wawancara Pribadi, Jakarta, 6 Oktober 2007
Kedua, Untuk masalah permodalan, Koperasi Industri Kayu dan Meubel
(KIKM) Jakarta Timur ini dalam masalah keuangan masih sangat mengandalkan
simpanan-simpanan dari anggota saja dan pihak-pihak luar organisasi yang tidak
mengikat, seperti : Simpanan Pokok, Simpanan Wajib dan Simpanan Sukarela
untuk memenuhi kebutuhan keuangan organisasi Koperasi, dan belum optimalnya
Usaha Simpan Pinjam yang koperasi ini miliki.
Ketiga, Masalah Sumber Daya Manusia, pada masalah ini erat kaitannya
dengan manajemen perkoperasian dan manajemen usaha. Masalah ini menjadi
kendala yang besar dikarenakan hampir 90% anggota Koperasi Industri Kayu dan
Meubel (KIKM) belum sebenarnya mengetahui dan memahami tentang
perkoperasian.
Keempat, Masalah marketing atau penjualan pada masalah ini Koperasi
Industri Kayu dan Meubel (KIKM) di untungkan dengan didirikan gedung Pusat
Promosi Industri Kayu dan Meubel (PPIKM) sebagai pusat promosi produk-
produk kayu dan meubel yang di hasilkan oleh anggota, tetapi yang menjadi
kendala adalah letak gedung tersebut yang terhalang oleh pemukiman warga yang
mengakibatkan pengunjungpun tidak terlalu banyak yang pada akhirnya
mengurangi penjualan dan pendapatan para anggota yang mengikuti promosi
ditempat tersebut.
63
Adapun faktor-faktor yang dihadapi oleh para parajin meubel yang
merupakan usha kecil dan menengah yang tergabung dalam Koperasi Industri
kayu dan Meubel (KIKM) Jakarta Timur 73:
Pertama: menyangkut permodalan, faktor ini sangat penting sekali
mengingat setiap bulannya kami harus menyediakan modal puluhan juta rupiah
bahkan hingga ratusan juta untuk kelas menengah untuk memenuhi biaya
operasional kami yang selama ini modal tersebut kami dapat dengan modal pribadi
kami sendiri dan modal pinjaman lunak dari pihak perbankan dan intansi
pemerintah namun masih memberatkan dan menyulitkan.
Kedua: Mengenai pemasaran dan marketing, faktor ini kami anggap sama
pentingnya mengingat selama ini kami hanya menjajakan produk yang kami
hasilkan ditoko-toko kami sendiri dengan mengharapkan pembeli yang berkunjung
ketoko kami yang kami rasakan sangat lambat. Kami butuh tempat-tempat untuk
bisa memamerkan produk kami dengan lebih luas lagi.
Ketiga : Mengenai sumber daya manusia, selama ini usaha permeubelan
bisa dikatakan keluarga turun menurun oleh karena itu perlu peningkatan
pengetahuan melalui pendidikan. Untuk memenuhi faktor sumber daya manusia
yang berkualitas untuk menunjang dan meneruskan usaha dibidang ini agar bisa
bertahan dan bersaing dengan usaha sejenis, ada yang dengan cara memasukan
anak-anak kami ke perguruaan tinggi pada fakultas ekonomi dan ada yang dengan
73 Abdul Rozak, Salah Satu Anggota Koperasi Industri Kayu dan Meubel (KIKM) Jakarta Timur, Wawancara Pribadi, Jakarta, 31 Desember 2007
mengikuti pelatihan-pelatihan tentunya dengan biaya yang mahal serta ada yang
langsung memperkerjakan orang-orang yang berpengalaman dari luar kota
misalnya dari Jepara
Keempat : Mengenai Teknologi dan Bahan Baku, ini sangat berpengaruh
sekali karena dapat mempengaruhi seluruh biaya operasional dan harga jual dari
seluruh produk yang telah dihasilkan, walaupun kebanyakan yang dibergerak di
bidang permeubelan hanya membeli barang-barang setengah jadi. oleh karena itu
kami butuh berkerjasama dengan departemen perindustrian dan perdagangan serta
perhutani.
B. Strategi Koperasi Industri Kayu dan Meubel (KIKM) Jakarta Timur
Dalam Memperdayakan Usaha Kecil dan Menengah
Sistem kerja yang dilakukan oleh Koperasi Industri Kayu dan Meubel
(KIKM) Jakarta Timur adalah sistem yang berfungsi melakukan pelayanan
sepenuhnya untuk kebutuhan anggota artinya koperasi ini tidak memiliki
sebuah usaha sendiri seperti Koperasi pada umumnya74.
Strategi yang dilakukan oleh Koperasi Industri Kayu dan Meubel
(KIKM) Jakarta Timur dalam pemberdayaan anggotanya yaitu para perajin
kayu dan meubel yang seluruhnya merupakan usaha kecil dan menengah,
terdapat didalam Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Koperasi
(RAPBK) sebagai acuan kebijakan dalam menjalankan berbagai kegiatan
74 Ibid,.
yang ada dalam Koperasi Industri Kayu dan Meubel (KIKM) Jakarta Timur
yang pembahasannya dilakukan pada Rapat Anggota Tahunan (RAT)75.
Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Koperasi terbagi kepada
beberapa bidang diantaranya adalah76 :
1. Bidang Organisasi dan Keanggotaan
Konsep Koperasi dalam upaya merekrut anggota sebanyak-banyaknya adalah
:
1) Mengadakan pendekatan secara persuasive oleh pengurus dan
anggota kepada perajin dan pengusaha selama ini belum berminat
bergabung menjadi anggota Koperasi.
2) Memberikan informasi yang sebenar-benarnya tentang Koperasi
Industri Kayu dan Meubel (KIKM) Jakarta Timur sehingga tertarik
untuk bergabung pastinya dengan adanya selembaran dan surat yang
secara continue disamapaikan tiap ada kegiatan yang diadakan
Koperasi
3) Memberikan persyaratan yang ringan bagi perajin untuk menjadi
anggota Koperasi.
75 Wawancara Pribad dengan Abdul Rosyid, Drs, Sekretaris Koperasi Industri Kayu dan Meubel
(KIKM) Jakarta Timur, , Jakarta, 6 Oktober 2007 76 Rapat Anggota Tahunan (RAT) Koperasi Industri Kayu dan Meubel (KIKM) Jakarta Timur,
Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Koperasi Industri Kayu dan Meubel (KIKM) Jakarta Timur, Cisarua, 25-26 April 2007.
4) Berkerjasama dengan instansi terkait untuk mengajak para binaan
untuk berperan aktif dalam memajukan Koperasi dan mengakomodir
keinginan-keinginan positif dari para perajin yang tidak mampu
untuk mengatasi berbagai permaslahan yang mereka hadapi.
5) Mengadakan pembinaan secara continue terhadap perajin dengan
memberikan arahan produk terbaik dan memberikan arahan tentang
model dan design serta memberikan solusi penjualan (Marketing
Plan) yang pada gilirannya akan memperlancar usahanya.
6) Memberikan perhatian lebih dengan mengadakan satu agenda
khusus tentunya lebih mengarah kepada kepuasan para perajin
sehingga mereka bangga menjadi anggota Koperasi.
2. Bidang Pendidikan dan Pelatihan
Rencana konkrit yag akan ditempuh dalam bidang pendidikan adalah:
1) Memberikan pemahaman secara langsung maupun tidak langsung
kepada segenap anggota tentang apa yang dimaksud dengan
Koperasi
2) Memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada anggota yang
ingin bertanya tentang perkoperasiaan baik formal maupun
nonformal
3) Mengutus pengurus dan anggota untuk dapat mengikuti
pendidikan perkoperasian baik yang diselenggarakan oleh
pemerintah maupun swasta,
4) Memberikan kesempatan dan fasilitas kepada pengurus untuk
dapat mengembangkan pengetahuan tentang administrasi,
manajemen dan keuangan Koperasi
5) Berkerjasama dengan Akademisi untuk dapat mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler selama dapat diikuti oleh pengurus dan anggota
6) Berkerjasama dengan instansi terkait dalam upaya
penyelenggaraan penigkatan pendidikan dikalangan pengurus dan
anggota Koperasi.
3. Bidang Promosi
Sebagai langkah kongkrit yang dapat dituangkan dalam bidang
promosi tersebut adalah:
1). Memaksimalkan promosi yang baik dan benar tiap diadakan di
gedung Pusat promosi Industri Kayu dan Meubel (PPIKM) maupu
diluar gedung Pusat promosi Industri Kayu dan Meubel (PPIKM).
2). Membuat standarisasi baku terhadap konsef promosi yang akan
dijalankan tiap adanya even pameran
3). Mendokumentasi serta mengevaluasi pelaksanaan promosi dalam
upaya lebih meningkatkan kualitas promosi yang diadakan.
4) Mengikuti secara aktif perkembangan bidang promosi yang
diadakan oleh pihak lain sebagai study banding untuk kepentingan
promosi yang diadakan Koperasi Industri Kayu dan Meubel
(KIKM).
5). Membentuk team khusus dalam upaya melaksanakan promosi baik
tenaga teknis maupun non teknis, sehingga yang bersangkutan
dapat mengevaluasi secara langsung dalam upaya pembelajaran
(Self Studying) sehingga pada gilirannya menjadi sorang yang
propesional dibidangnya.
4. Bidang Penelitian dan Pengembangan.
Bidang ini sesungguhnya merupakan bidang yang cukup
dipertimbangkan, sebab melaui penelitian maka akan melahirkan
proses pengembangan dari usaha-usaha Koperasi itu sendiri. Oleh
karenanya bidang ini butuh penanganan yang baik agar upaya
Koperasi dalam mengemban tugas-tugasnya dapat dilaksanakan
dengan baik dan benar, sehingga pada gilirannya akan mendatangkan
keuntungan bagi pengurus dan anggota Koperasi itu sendiri.
4. Bidang Humas
Bidang Humas secara kongkrit kerjanya adalah:
1). Memberikan informasi secara lengkap dan benar kepada segenap
pengurus dan anggota Koperasi serta pihak lain
2). Menjalin hubungan kerjasama dengan pihak-pihak terkait
3). Mengakomodir opini publik yang datangnya dari luar
4). Memberikan penjelasan kepada media cetak maupun elektronik
sehingga pesan yang disampaikan terarah secara baik dan benar.
6. Bidang Kesejahteraan Anggota
Bidang kesejahteraan anggota merupakan bidang yang sangat dominan
sebab ketika anggota sudah dapat menjalankan usahanya dengan baik
maka akan menjadikannya sejahtera, upaya ini dapat dilakukan lewat:
1). Memberikan arahan terbaik dalam menjalankan usahnya baik
dalam bidang administrasi, manajemen, produksi, design,
administrasi keuangan dan marketing tentunya.
2). Mengupayakan permodalan demi menunjang gerak usaha yang
terhambat oleh minimnya modal yang mereka miliki
3). Mengupayakan market yang jelas (kongkrit) dan lebih
menguntungkan sehingga usahanya dapat berputar
4). Memberikan kesempatan sebaik-baiknya dalam kegiatan yang
sifatnya internal maupun ekternal
5) Mengadakan kegiatan yang sifatnya refresing demi menselaraskan
kehidupan yang tidak untuk berkerja terus
6). Lewat dunia perbankan, instansi terkait dan perusahaan BUMN /D
dan swasta mengupayakan jalan keluar dalam urusan modal dan
kerjaan
7). Bidang humas antar lembaga.
Bidang humas antar lembaga dimaksud adalah bahwa ada lembaga
lain diluar Koperasi Industri Kayu dan Meubel (KIKM) dalam
pelaksanaannya berhubungan dengan dunia industri kayu dan meubel
baik dalam bentuk pembinaan maupun kesempatan. Sesungguhnya
jika hal ini diupayakan secara baik dan benar maka akan
mendatangkan hasil yang terbaik untuk Koperasi, sudah pasti
Pemerintah lewat departemen, Pemerintah Daerah memberikan
bantuan kongkrit dalam upaya mengembangkan Usaha Mikro Kecil
dan Menengah diberbagai daerah. Perlu pengembangan khusus di
tubuh Koperasi Industri Kayu dan Meubel (KIKM) dalam
mengupayakan bantuan dari pemerintah, Cuma permasalahannya
kesempatan dihadapan tidak dimaksimalkan.
8. Bidang Pemasaran
Bidang pemasaran dapat ditempuh melaui :
1). Mengadakan pameran secara berkala di gedung Pusat promosi
Industri Kayu dan Meubel (PPIKM) dengan meningkatkan
kualitas dan kuantitas pelaksanaan itu sendiri.
2). Menjalin kerjasama dengan pusat-pusat pembelanjaan yang ada
di JABODETABEKJUR dalam upaya memasarkan produk dari
Koperasi Industri Kayu dan Meubel (KIKM)
3). Menjalin kerjasama dengan perusahaan dan perkantoran
4). Membuat standar baku demi terciptanya jalur marketing sebagai
supplier produk Industri kayu dan meubel bagi toko-toko yang
berada di wilayah terjangkau.
5). Membuat konsef Cash and credit bagi karyawan dan Pegawai
Negeri Sipil dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga dengan
berkerjasama dengan Bank DKI sebagai penjamin.
9. Bidang permodalan
Modal memang seharusnya menjadi skala prioritas ketika usaha akan
berkembang, oleh karena itu perlu diupayakan semaksimal mungkin
hal-hal sebagai berikut:
1). Mengusahan kredit jangka pendek, menengah dan panjang bagi
anggota Koperasi
2). Membentuk staf Unit Usaha Simpan Pinjam yang ada dalam
Koperasi Industri Kayu dan Meubel (KIKM)
3). Bekerjasama dengan perbankan dalan upaya memenuhi sector
permodalan secara kolektif
4). Bekerjasama dengan pihak terkait untuk mengupayakan mendapat
kesempatan dibidang permodalan yang bersifat bergulir.
10. Bidang Produksi
Produksi yang berkualitas baik memenuhi standarisasi ISO tentunya
sebagai bukti kerja nyata yang dilakukan oleh Koperasi, upaya-upaya
kongkrit dala mencapai tujuan tersebut adalah sebagai berikut:
1). Memberikan design terbaik yang memenuhi kebutuhan pasar
2). Memberikan arahan tentang tatacara memproduksi barang dengan
baik dan benar (berkualitas tinggi)
3). Membentuk team khusus yang menangani Qualitay Control (QC)
bagianggota yang memproduksi barang agar bisa meningkatkan
kualitas dalam segi design maupun finishing.
C. Kegiatan-Kegiatan yang telah dilakukan oleh Koperasi Industri Kayu
dan Meubel (KIKM) Jakarta Timur
1. Mengadakan pameran meubel dan kerajinan kayu di Gedung Pusat
Promosi Industri Kayu dan Meubel (PPIKM) yang sudah menjadi agenda
tetap, seperti:
a. Koperasi Furniture Fair/April
b. Jakarta Furniture Fair/Juni
c. Merdeka Furniture Fair/Agustus
d. Ramadhan Furniture Fair/Menyambut bulan puasa dan lebaran
e. Tren Meubel 2007/Desember
Pada tahun ini pameran yang dilakukan 6 sampai 8 kali di Gedung Pusat
Promosi Industri Kayu dan Meubel (PPIKM)77
2. Mengikuti Pameran-pameran Meubel baik di dalam maupun diluar negeri,
seperti:
a. Pameran Produk Indonesia di PRJ (diberikan lahan 800m2 gratis untuk
anggota Koperasi KIKM selama 1 tahun)
b. Pameran diluar daerah, Lampung Exspo 2006 dibiayai/gratis
c. Pameran luar negeri (kerjasama dengan BPEN,BUMN,Pemda,
maupun Swasta)
Pada tahun ini pameran yang dilakukan 2 sampai 6 kali di Gedung Pusat
Promosi Industri Kayu dan Meubel (PPIKM)
3. Mengadakan pelatihan-pelatihan kepada para perajin meubel/anggota
Koperasi KIKM agar dapat meningkatkan kualitas mutu produk meubel
agar dapat menarik pembeli baik dalam maupun luar negeri.
Pelatihan yang sudah dilaksanakan seperti:
a. Pemanfaatan limbah kayu menjadi barang berharga dan mempunyai
daya jual tinggi. (berkerjasama dengan Suku Dinas Perindag Kodya
Jakarta Timur.
b. Pelatihan manajemen pemasaran
77 Wawancara Pribadi dengan Abd Rosyid, tanggal 23 April 2008
c. Pelatihan Ekspo meubel sebagai andalan DKI Jakarta (Kerjasama
dengan Perindag Prov DKI Jakarta
d. Pelatihan Gugus Kendali Mutu (prindag)
e. Pelatihan- Pelatihan lainnya yang berkerjasama dengan instansi
terkait, Kementrian UKM/Kop, Kementrian Perdagangan, Kementrian
Kehutanan, BUMN, Universitas/Lembaga Pendidikan, Perbankan dan
Swasta.
f. Pelatihan Finishing di PT Propan Raya
g. Pendidikan dan pelatihan tersebut akan terus ditingkatkan demi
meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia para anggota Koperasi
Industri Kayu dan Meubel (KIKM) Jakarta Timur 78
C. Analisa Strategi Koperasi Industri Kayu dan Meubel (KIKM) Jakarta
Timur Terhadap Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
dalam Perspektif Ekonomi Islam
Berdasarkan kajian teori Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah dan
Pemberdayaan dalam perspektif ekonomi Islam serta data deskripsi Strategi
Koperasi Industri Kayu dan Meubel (KIKM) Jakarta Timur dalam Pemberdayaan
Usaha Kecil Dan Menengah (UKM), penulis menganalisa beberapa hal sebagai
berikut :
1. Bila dilihat dari sistem operasionalnya Koperasi Industri Kayu dan Meubel
(KIKM) Jakarta Timur termasuk dalam jenis koperasi Produksi karena
anggota-anggotanya adalah para perajin meubel. Koperasi Industri Kayu dan
Meubel (KIKM) Jakarta Timur tidak memiliki sebuah usaha sendiri namun
78 Wawancara Pribadi dengan Abdul Rosyid Drs.,
koperasi ini berfungsi untuk melanyani para anggotanya, misalnya untuk
memasarkan hasil-hasil produksi para anggotanya, serta memberikan fasilitas-
fasilitas pendukung yang lainnya, tidak hanya terhadap anggotanya saja
koperasi ini juga untuk melanyani masyarakat dalam memenuhi kebutuhan
masyarakat terhadap produk-produk alat-alat rumah tangga serta menciptakan
kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar.
2. Langkah yang dilakukan oleh Koperasi Industri Kayu dan Meubel (KIKM)
Jakarta Timur pada program-program kerjanya ini dapat dikatakan cukup baik
dan merata sesuai dengan pola pemberdayaan ekonomi tetapi belum semua
program-program yang mereka miliki berjalan, namun ada beberapa bidang
yang berjalan dengan baik yaitu ;
a. Di bidanng keanggotaan ditandai dengan bertambahnya anggota tiap
tahunnya hingga saat ini 162 perajin (anggota aktif).
b. Di bidang pendidikan dan pelatihan ditandai dengan mengadakan
pendidikan dan pelatihan terhadap anggotanya seperti Pemanfaatan
limbah kayu menjadi barang berharga dan mempunyai daya jual tinggi.
(berkerjasama dengan Suku Dinas Perindag Kodya Jakarta
TimurdanPelatihan Ekspo meubel sebagai andalan DKI Jakarta
(Kerjasama dengan Perindag Prov DKI Jakarta
c. Di bidang promosi dan pameran ditandai dengan mengadakan promosi
dan pameran terhadap hasil-hasil yang diproduksi oleh para anggota
koperasi, pengadaan pameran ini dibagi dua macam, yaitu :
i. Pameran yang diadakan di gedung Pusat Promosi Industri
Kayu dan Meubel (PPIKM) Jakarta Timur, pameran ini
dilaksanakan antara 6 sampai 8 kali pertahun.
ii. Pameran yang dilakukan diluar gedung Pusat Promosi Industri
Kayu dan Meubel (PPIKM) Jakarta Timur, pameran ini
dilaksanakan 2 sampai 6 kali pertahun
Dari hasil pameran tersebut total kontribusi yang diberikan oleh
anggota kepada koperasi mencapai Rp. 680.000.000.dan pameran ini
tidak hanya berdampak kepada pendapatan koperasi semata namun
pendapatan anggota juga bertambah pendapatan bersih sebesar
Rp.40.000.000 hingga Rp. 80.000.000. tiap bulannya
3. Bila dilihat dari laporan keuangan Koperasi Industri Kayu dan Meubel
(KIKM) Jakarta Timur, koperasi ini untuk modalnya berasal dari simpanan
pokok, simpanan wajib, dan simpanan sukarela pada tahun ini mencapai
Rp.90.000.000. dalam segi pendapatan, karena koperasi ini tidak melakukan
produksi atau penjualan maka pendaptannya diperoleh dari kontribusi para
anggota yang mengikuti pameran-pameran yang diadakan Koperasi Industri
Kayu dan Meubel (KIKM) Jakarta Timur, baik diluar gedung Pusat Promosi
Industri Kayu dan Meubel (PPIKM) dan diluar gedung tersebut sebesar
Rp.680.000.000, dan hasil Sisa Hasil Usaha (SHU) yang dicapai oleh
Koperasi Industri Kayu dan Meubel (KIKM) Jakarta Timur pada tiap
tahunnya terus mengingkat dengan total Sisa Hasil Usaha (SHU) pada RAT
2008 sebesar Rp. 239.000.000..
4. Langkah usaha-usaha dilakukan oleh Koperasi Industri Kayu dan Meubel
(KIKM) Jakarta Timur dalam pendekatan dalam pemberdayaan usaha kecil
dan menengah yaitu
a. Pendekatan parsial kontinu yaitu memberikan bantuan secara langsung
yaitu berupa dana sosial karena koperasi disamping lembaga ekonomi
juga sebagai lembaga yang mengedepankan kesosialannya.
b. Pendekatan struktural yaitu dengan memberikan pendidikan dan pelatihan
secara berkelanjutan baik tentang koperasi maupun bidang usaha,
memberikan bantuan pinjaman modal baik dari koperasi itu sendiri
maupun dari perbankan melalui perantara koperasi serta memberikan
fasilitas bantuan teknologi dan bahan baku dengan berkerjasama dengan
departemen perindustrian dan perhutani. Adapun untuk bidang pemasaran
Koperasi Industri Kayu dan Meubel (KIKM) Jakarta Timur telah
menyediakan tempat untuk memamerkan dan mempromosikan hasil dari
produksi para perajin kayu dan meubel di gedung Pusat Promosi Industri
Kayu dan Meubel dan pameran yang diadakan diluar daerah.
5. Bila dilihat dari yang dilakukan oleh Koperasi Industri Kayu dan Meubel
(KIKM) Jakarta Timur terhadap pemberdayaan usaha kecil dan menengah
sesuai dengan pola pemberdayaan dan pendekatan yang digunakan Islam
terhadap pemberdayaan dengan memakai The Integrated or Holistic Strategy.
Pemberdayaan dilakukan secara merata melalui program dari bidang-bidang
atau koordinator bidang yang ada didalam organisasi koperasi tersebut untuk
mengembangkan dan pemenfaatan potensi dan kreativitas, dalam
meningkatkan kesejahteraan dari masing-masing individu anggotanya sesuai
dengan pengertian dari pemberdayaan itu sendiri menurut ekonomi Islam.
Adapun unsur-unsur pemberdayaan pokok The Integrated or Holistic
Strategy. Telah dilakukan oleh Koperasi Industri Kayu dan Meubel (KIKM)
Jakarta Timu, yaitu :Terbentukunya Koperasi Industri Kayu dan Meubel
(KIKM) Jakarta Timur adalah merupakan sekumpulan para perajin yang ingin
bersama-sama memecahkan permasalahan mereka di bidang permeubelan
dikarenakan mereka memiliki persamaan, partisipasi dan pemerataan dalam
segala secara profesional demi tercapainya sebuah keadilan dalam ekonomi..
6. Bila dilihat dari sudut prinsip ekonomi Islam, bahwa Koperasi ini telah
menjalankan prinsip ekonomi Islam diantaranya :
a. Kebebasan Individu
kebebasan individu menjadi hal yang utama dala sebuah koperasi
dikarenakan satu orang anggota mempunyai bicara dan suara dalam forum
tanpa membedakan status mereka.
b. Hak Terhadap Harta dan Distribusi Kekayaan
Di dalam sebuah Koperasi kepemilikan harta individu tetap diakui
walaupun harta itu dikumpulkan secara bersama namun harta itu akan
kembali atau diditribusikan kembali kepada individu para anggotanya
secara professional sesuai yang mereka lakukan untuk koperasi tersebut
c. Kesejahteraan Individu dan Masyarakat
Dalam koperasi tujuan utamanya adalah mensejahterakan anggota pada
khususnya dan masyarakan pada umumnya, sebagai implementasi
masyarakat sebagai sasaran utamanya, dengan memposisikan individu dan
masyarakat saling mendukung dan melengkapi demi memenuhi
kemaslahatan umum.
7. Bila dilihat dari keseluruhan strategi atau program yang dimiliki oleh
Koperasi Industri Kayu dan Meubel (KIKM) Jakarta Timur ini terdapat unit
usaha yang mereka miliki belum mejalankan prinsip syariah yaitu Unit Usaha
Simpan Pinjam, karena masih memakai simtem bunga.
BAB V
PENUTUP
B. Kesimpulan
Dari pembahsan terdahulu, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Koperasi Industri Kayu dan Meubel (KIKM) Jakarta Timur merupakan
sebuah Koperasi yang mewadahi para perajin dan pengusaha kayu dan
meubel wilayah Jakarta Timur. Dengan tujuan untuk meningkatkan
pendapatan dan omset penjualan sehingga dapat mensejahterakan
keluarga, masyarakat dan bangsa, dan dapat mengangkat harkat dan
martabat para perajin kayu dan meubel. Hal ini untuk menuju perubahan
dalam bidang ekonomi agar lebih baik dengan berkerjasama (Syirkah)
diantara mereka dalam bentuk koperasi sesuai dengan implementasi
syariat Islam tentang tolong-menolong dalam mengerjakan kebaikan dan
menempatakan kemaslahatan individu dan masyarakat sebagai
sasarannya. Manajemen operasional yang dilakukan oleh Koperasi
Industri Kayu dan Meubel (KIKM) Jakarta Timur, tidak jauh berbeda
dengan Koperasi pada umumnya yang berlandaskan kekeluargaan dan
gotong-royong yang bersifat demokrasi yaitu : Kekuasaan tertinggi
terdapat pada Rapat Anggota Tahunan dan tugas pengurus dan pengawas
82
hanya sebatas menjalankan apa yang telah diamanatkan pada Rapat
Anggota Tahunan.
2. Faktor-faktor yang dihadapi oleh Koperasi Industri Kayu dan Meubel
(KIKM) Jakarta Timur dalam pemberdayaan anggotanya adalah masalah
administrasi, permodalan, rendahnya pengetahuan Sumber Daya Manusia
(SDM) tentang Koperasi dan marketing. Dan faktor-faktor yang dihadapi
oleh Usaha Kecil dan Menengah (UKM) para perajin meubel yaitu
permodalan, rendahnya pengatahuan tentang bidang ekonomi, pemasaran
dan marketing, teknologi dan bahan baku.
3. Bila dilihat dari sudut pemberdayaan yang dilakukan oleh Koperasi
Industri Kayu dan Meubel (KIKM) Jakarta Timur terhadap pemberdayaan
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) cukup baik. Terlihat dari tujuan
koperasi ini didirikan yaitu untuk meningkatkan pendapatan dan omset
penjualan sehingga dapat mensejahterakan keluarga, masyarakat dan
bangsa, dan dapat mengangkat harkat dan martabat para perajin kayu dan
meubel. Serta usaha-usaha yang dilakukan oleh oleh Koperasi Industri
Kayu dan Meubel (KIKM) Jakarta Timur dalam meningkatkan ilmu
pengetahuan dan motivasi melalui pendidikan dan pelatiahan,
peningkatkan penjualan dengan mengadakan beberapa pameran,
penambahan modal dengan berkerjasama dengan dunia perbankan, dan
brekerjasama dengan instansi terkait lainnya guna memenuhi kebutuhan
organisasi Koperasi ataupun kebutuhan anggota (para perajin kayu).
Namun demikian masih banyak yang harus dilakukan demi mewujudkan
tujuan dari koperasi dan para anggotanya.
4. Adapun unsur-unsur pemberdayaan pokok The Integrated or Holistic
Strategy. Telah dilakukan oleh Koperasi Industri Kayu dan Meubel (KIKM)
Jakarta Timu, yaitu :Terbentukunya Koperasi Industri Kayu dan Meubel
(KIKM) Jakarta Timur adalah merupakan sekumpulan para perajin yang ingin
bersama-sama memecahkan permasalahan mereka di bidang permeubelan
dikarenakan mereka memiliki persamaan, partisipasi dan pemerataan dalam
segala secara profesional demi tercapainya sebuah keadilan dalam ekonomi..
dan bila dilihat dari sudut prinsip ekonomi Islam, bahwa Koperasi ini telah
menjalankan prinsip ekonomi Islam diantaranya : Kebebasan Individu ,Hak
Terhadap Harta dan Distribusi Kekayaan serta Kesejahteraan Individu dan
Masyarakat. dan Bila dilihat dari keseluruhan strategi atau program yang
dimiliki oleh Koperasi Industri Kayu dan Meubel (KIKM) Jakarta Timur ini
terdapat unit usaha yang mereka miliki belum mejalankan prinsip syariah
yaitu Unit Usaha Simpan Pinjam, karena masih memakai simtem bunga.
C. Saran-Saran
1. Meningkatkan tertib dan membenahi administrasi dan keuangan
2. Mengembangkan Usaha Simpan Pinjam dengan beberapa inovasi-
inovasi baru yaitu dengan memamakai sistem ekonomi syariah yang
terbukti mampu bertahan dalam kondisi krisis moneter .
3. Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dengan pedidikan
dan pelatihan yang berkelanjutan.
4. Memperluas pola kemitraan dengan lembaga keuangan syariah guna
pemenuhan kebutuhan permodalan
5. Peningkatan pola promosi dengan lebih banyak mengadakan pameran-
pameran baik didalam dan luar negeri
6. Peningkatan kualitas produk-produk yang dihasilkan agar diterima
oleh pasaran luar negeri atau manca Negara
7. Mempererat hubungan dengan instansi-instansi pemerintah dan swasta
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’anulkarim
Amin, Hasan AA.D., Dasar-Dasar Ekonomi Perusahaan, Jakarta: Pradiya Utama,
1976
Anoraga, Pandji dan Ninik Widiyanti,Dinamika Koperasi, Jakarta: Rineka Cipta,1997
Bariadi, Lili dkk, Zakat & wirausaha Jakarta: CED,2005
Biro Hukum dan Organisasi, Departemen Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah
Instruksi Presiden No. 10 th 1999, Jakarta, tpn, 1999
Burhan, Umar. Prinsip-prinsip Manajemen Koperasi Produksi, Jakarta: Kalam
Mulia, 1989
Danoewikarsa, Tanya Jawab Tentang Koperasi, Jakarta : Orba Shakti, 1978
Departemen Agama RI Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta, , 2000
Direktorat Jendral Fasilitas Pembiayaan dan Simpan Pinjam, Himpunan ketentuan
skim kredit Program koperasi , Usaha Kecil dan Menengah, Jakarta: tpn, 1999,
Damanik, D, E.D..dkk. Pengantar Perkoperasian, Jakarta: Dwi Sagara, 1986
Edilius, et.all., Pengantar Ekonomi Perusahaan, Jakarta: Rineka Cipta, 1992
Firdaus, Muhammad, S.P.,M.M., Agus Edhi Susanto, S.E.PERKOPERASIAN :
Sejarah, Teor dan Praktek, Jakarta:Penerbit Ghalia Indonesia, 2002.
Harahap, Syahrin. Islam: Konsep dan Implementasi pemberdayaan, Yogyakarta, PT
Tiara Wacana, 1999
Hafsah, Jafar Muhammad Kemitraan Usaha Konsepsi dan Strategi, Jakarta, Pustaka
Sinar Harapan, 2000
Hamid, Muhammad Arifin MH.DR.H. Membumikan Ekonomi Islam Di Indonesia;
Perspektif Sosio-yuridis, Jakarta; eLSAS, 2007
Hasibuan, P. Drs.. Manajemen Koperasi, (Jakarta: Yayasan Pembinaan Keluarga
UPN Veteran,1986
Ismawan, Indra. Sukses di Era Ekonomi Liberal, Bagi Koperasi, Perusahaan Kecil
Menegah, Jakarta, Grasindo, 2001
Junadi B. SM. Islam dan Interprenedrialisme : Suatu studi Fiqh Ekonomi bisnis
Modern, Jakarta, Kalam Mulia, 1993
Kartasaputra, G. et.alL., Koperasi Indonesia yang Berdasarkan Pancasila dan UUD
1945, Jakarta: Rineka Cipta, 2001, Cet. ke-5
Kementrian Koperasi. Pengetahuan perkoperasian, Jakarta :PN Balai Pustaka,1981
Koperasi Industri Kayu dan Meubel (KIKM) Jakarta Timur. Laporan Rapat Anggota
Tahunan (RAT). Jakarta: KIKM, 2007
Koperasi Industri Kayu dan Meubel (KIKM) Jakarta Timur. Laporan Rapat Kerja
Jakarta: KIKM, 2007
Modul: Pendidikan dan Pelatihan bagi Anggota Koperasi, Jakarta : Kementrian
Koperasi Dan UKM Deputi Bidang Pengembangan SDM, 2002.
Mubyarto, Membangun Sistem Ekonomi, Yogyakarta, BPFE, 2000, cet. Ke-1
Munkner, H, Hans, Masa Depan Koperasi, cet pertama, Jakarta: Penerbit Dewan
Koperasi Indonesia (DEKOPIN), 1997
Muslim, Abu Husain bin al-Hajaj al-Qusyairy. Shahih Muslim bi Sarh Al-Nawwawy,
Beirut: Daar al-Turas al-'Araby, 1984
Partomo, Titik Sartika M.s dan Abd. Rachman Soejoedono. Ekonomi Sekala Kecil
,Menenga dan Koperasi, Jakarta : Ghalia Indonesia, 2002, cet. ke-1
Point-point diambil dari buku Membangun Manajemen Profesional Koperasi, ICA
ROAP, 1995
Poerwadarminta, W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia,Jakarta: P.H. Balai Pustaka,
1976
Pratowo, Mulyo dan Akmad Anwari, Kredi Investasi untuk Kemajuan Usaha Anda,
Jakarta, Balai Pustaka
Raharjo, Muhammad Dawam ed. Pembangunan Ekonomi Nasional Suatu
Pendekatan pemerataan, keadilan dan ekonomi kerakyatan, Jakarta : PT
Intermasa,1997
Rusyd, Ibnu Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtashid, (Beirut, Darul-Qalam,
1988)
Sasono, Sri Edi. Koperasi di dalam Orde Ekonomi Indonesia, Jakarta : Universitas
Indonesia Press,1987
Soetrisno, Noer. Peranan Perbankan Sebagai Sumber Pembiayaan Usaha Golongan
Ekonomi Lemah dan Koperasi, Jakarta, Badan Hukum Nasional Departemen
Kehakiman, 1998
Sumarni, Murti. Marketing Perbankan, Yogyakarta: Liberty, 1997
Sutantya Rahardja Hadhikusuma, R.T. SH., MH. Hukum Koperasi Indonesia, Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2002,Ed.1 Cet. ke-2,
Tambunan, Tulus T.H. Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia, Beberapa Isu
Penting, Jakarta, Salemba Empat, 2002
Tadjoedin, Achmad Ramzy ,dkk. Berbagai Aspek Ekonomi Islam,Yogyakarta: PT
Tiara Wacana Yogya dan P3EI UII
www.bappenas.go.id
www.jaktim.beritajakarta.com
www.dinaskukm.jakarta.go.id
www.depkop.go.id