Konsep Anatomi Otot Intramuskular

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/17/2019 Konsep Anatomi Otot Intramuskular

    1/24

    Konsep Anatomi Otot Intramuskular

    Pemberian Obat Secara Intramuskular dan Subkutan

    Anatomi

    • Jaringan subkutan: jaringan yang berlapis yang terdiri dari serat kolagen, elastis yang

    mengandung elastin yang tersebar di dalam senyawa kental, terutama terdiri dari asam

    hialuronat. Aliran darah debit rendah (1 mL/gr/menit).

    • Jaringan intramuskular: terbentuk dari otot bergaris yang mempunyai banyak

    askularisasi (setiap !" mm# terdiri dari !"" otot dan $"" kapiler darah). Aliran darah

    tergantung dari posisi otot di tempat penyuntikkan.

    Absorpsi obat subkutan/intramuskular tergantung dari:

    1. Aliran darah

    !. %ermeabilitas kapiler darah

    #. &epadatan jaringan di daerah penyuntikkan

    '. Laju pelepasan at akti 

    *. +ekanisme absorpsi: diusi pasi, iltrasi, dan pinositosis

    . Adanya asodilator dan asokonstriktor 

    Pengaruh pembawa

    1. Larutan dalam air: penambahan makromolekul dapat memperlama waktu aksi at

    akti. +isalnya penambahan %-% pada injeksi insulin. +akromolekul akan

    meningkatkaniskositas airan sehingga menghambat diusi obat dan menghambat

    metabolisme enim proteolitik 

    !. uspensi larut air: aksi obat akan diperlambat karena adanya at pengsuspensi,

    tergantung kepada besarnya obat. (1"" 0m). at pengsuspensi merupakan polimer

    larut air sehingga meningkatkan iskositas.

  • 8/17/2019 Konsep Anatomi Otot Intramuskular

    2/24

    #. Larutan dan suspensi dalam minyak: pelepasan at akti lebih lama dibandingkan

    dalam larutan air.

    Pengendapan zat aktif 

    %engendapan terjadi karena:

    • Adanya perbedaan p2 antara pembawa dan airan biologik 

    • %engaruh pengeneran oleh airan intestinal (penggunaan pelarut ampur)

    %engendapan dapat menyebabkan aksi obat diperlambat.

    Tablet susuk 

    • 3apat melepaskan at akti dalam waktu lama karena luas permukaan terbatas.

    • Laju penyerapan tergantung dari siat isikokimia obat, karakteristik airan intestinal,

    gerakan tubuh, suhu tubuh, dan debit darah di tempat penyusukan

    Evaluasi biofarmasetik 

    4ahapan 5ji:

    • +enentukan waktu aksi yang diharapkan

    • +emilih pembawa yang dapat memberikan hasil yang sesuai harapan

    • 6aluasi in io: penentuan kadar obat di dalam darah hewan dan manusia.

    7njeksi 7+ dilakukan dengan ara obat dimasukan ke dalam otot skeletal, biasanya otot

    deltoit atau gluteal. 8nset o ation 7+ 9 &. Absorpsi obat dikendalikan seara diusi dan

    lebih epat daripada & karena askularitas pada jaringan otot lebih tinggi. &eepatan

    absorpsi berariasi bergantung pada

  • 8/17/2019 Konsep Anatomi Otot Intramuskular

    3/24

    iat isikokimia larutan yang diinjeksikan dan ariasi isiologi (sirkulasi darah otot dan

    aktiitas otot). %emberian 7+ ke dalam otot dapat membentuk depot obat di otot dan akan

    terjadi absoprsi seara perlahanlahan. Adapun kekurangan dari ara 7+ yaitu nyeri di tempat

    injeksi, jumlah olume yang diinjeksikan terbatas yang bergantung pada masa otot yang

    tersedia , dapat terjadik&omplikasi dan pembentukan hematoma serta abses pada tempat

    injeksi. ;aktor yang mempengaruhi pelepasan obat dari depot otot antara lain kekompakandepot yang mana pelepasan obat akan lebih epat dari depot yang kurang kompak dan lebih

    diuse, konsentrasi dan ukuran partikel obat dalam pembawa, pelarut yang digunakan, bentuk 

    isik sediaan, karakteristik aliran sediaan dan olume obat yang diinjeksikan.

  • 8/17/2019 Konsep Anatomi Otot Intramuskular

    4/24

     b. +engeek ara pemberian pada label / kemasan obat

    . %emberian per oral : mengeek kemampuan menelan, menunggui pasien sampai meminum

    obatnya

    d. %emberian melalui intramuskular : tidak memberikan obat 9 * pada satu lokasi suntikan

    . 4epat dokumentasi

    a. +engeek program terapi pengobatan dari dokter 

     b. +enatat nama pasien , nama obat, dosis, ara dan waktu pemberian obat

    . +enantumkan nama/ inisial dan para 

    d. +enatat keluhan pasien

    e. +enatat penolakan pasien

    . +enatat jumlah airan yang digunakan untuk melarutkan obat ( pada pasien yang

    memerlukan pembatasan airan)

    g. +enatat segera setelah memberikan obat

    http://altruistiobserer.wordpress.om/!"11/1!/!'/tempatinjeksisubkutanintramuskular/

    http://ladytulipe.wordpress.om/!"">/1!/1*/pemberianobatsearaintramuskulardan

    subkutan/

    Faktor-Faktor Farmasetik yang Mempengaruhi Pemberian Obat Secara Parenteral 

    Beberapa karakteristik farmasetik mempengaruhi metoda,rute pemberian,

    kecepatan dan ketercapaian ketersediaan hayati obat-obat yang diberikan

    secara parenteral. Faktor-faktor itu antara lain kelarutan obat dan volume ineksi!

    karakteristik pemba"a! p# dan osmolalitas larutan ineksi, bentuk sediaan ineksi

    dan komponen formulasi.

    $elarutan Obat dan %olume &neksi

    Pada pemberian secara intravena, obat-obat harus sepenuhnya dalam keadaanterlarut dalam pemba"a 'dan lebih disukai pemba"a yang digunakan adalah

    air(. $elarutan obat dalam pemba"a yang digunakan dan dosis yang diperlukan

    akan menentukan volume ineksi intravena. )ntuk rute ineksi selain intravena

    seperti intramuskular, intradermal, subkutan, intraokular, intraventrikular,

    intratekal, ada volume maksimum yang dapat diberikan. )ntuk rute

    intramuskular sediaan ineksi dapat berupa suspensi atau larutan dalam

    pemba"a non air.

    $arakteristik Pemba"a

    Pemba"a air dapat digunakan untuk sediaan ineksi melalui berbagai rute

    pemberian, sedangkan ineksi dalam pemba"a non air 'yang bercampur atautidak bercampur dengan air( hanya digunakan terutama untuk rute ineksi

    http://altruisticobserver.wordpress.com/2011/12/24/tempat-injeksi-subkutan-intramuskular/http://ladytulipe.wordpress.com/2008/12/15/pemberian-obat-secara-intramuskular-dan-subkutan/http://ladytulipe.wordpress.com/2008/12/15/pemberian-obat-secara-intramuskular-dan-subkutan/http://ma-share.blogspot.co.id/2009/09/faktor-faktor-farmasetik-yang.htmlhttp://ladytulipe.wordpress.com/2008/12/15/pemberian-obat-secara-intramuskular-dan-subkutan/http://ladytulipe.wordpress.com/2008/12/15/pemberian-obat-secara-intramuskular-dan-subkutan/http://ma-share.blogspot.co.id/2009/09/faktor-faktor-farmasetik-yang.htmlhttp://altruisticobserver.wordpress.com/2011/12/24/tempat-injeksi-subkutan-intramuskular/

  • 8/17/2019 Konsep Anatomi Otot Intramuskular

    5/24

    intramuskular. &neksi dengan rute pemberian intravena dapat diformulasikan

    dengan menggunakan pelarut campur 'misalnya untuk formula ineksi

    mengandung dia*epam, digo+in dan fenitoin(, dengan catatan kecepatan

    pemberian infus harus tetap diperhatikan agar tidak teradi pengendapan obat di

    lokasi pemberian. mulsi lemak dapat uga diberikan secara intravena 'dengan

    catatan emulsinya harus berupa emulsi mikro(. Pemba"a non air yang lebihkental dari air akan mempengaruhi kecepatan ineksi melalui arum dan

    kecepatan absorpsi di lokasi ineksi.

    p# dan Osmolalitas arutan &neksi

    &dealnya sediaan ineksi adalah isohidri dan isotoni dengan cairan biologis,

    sayangnya hal ini seringkali tidak dapat dicapai karena beberapa sebab,

    misalnya banyak obat-obat yang tidak stabil pada p# netral 'p# cairan biologis(.

    $arena itu banyak obat diformulasikan dalam bentuk sediaan ineksi pada p#

    stabilitasnya yang tidak sama dengan p# cairan biologis. Sebagai contoh

    dia*o+ide 'turunan ben*otiadia*in non diuretik( diformulasikan sebagai sediaan

    ineksi pada p# stabilitasnya yaitu ,/. Banyak senya"a obat yang merupakanbasa lemah banyak diformulasikan sebagai sediaan ineksi dalam bentuk

    garamnya 'misalnya tetrasiklin #0l( pada p# stabilitasnya yaitu sekitar 1,2. 3tau

    senya"a obat yang merupakan asam lemah banyak diformulasikan sebagai

    sediaan ineksi dalam bentuk garamnya 'misalnya 4ilantin5( pada p#

    stabilitasnya yaitu sekitar 1,2. Sediaan ineksi dengan p# ekstrem 'berbeda

     auh dari p# cairan biologis( harus diineksikan dengan kecepatan yang

    terkontrol untuk menghindari teradinya nyeri dan iritasi pada pasien serta

    teradinya kerusakan aringan di sekitar lokasi penyuntikan.

    Beberapa formulasi sediaan ineksi merupakan sediaan yang hiperosmotik atau

    hipertoni dibandingkan dengan cairan biologis dengan tuuan untuk mencapai

    ketersediaan hayati yang diinginkan. Sebagai contoh adalah golongan anestetik

    spinal, dia+o*ide dan golongan diuretik osmotik, dan obat tetes mata

    sulfasetamide. Produk nutrisi parenteral mengandung asam amino dan dekstrosa

    dengan konsentrasi tinggi sehingga hipertoni. arutan ini disebut larutan

    hiperalimentasi dan harus diberikan melalui vena yang besar seperti vena

    subclavian. 4arah dari vena ini langsung menuu antung sehingga larutan yang

    hipertoni itu langsung diencerkan dengan volume darah yang besar.

    Pada umumnya sediaan yang hipertoni merupakan kontarindikasi untuk rute

    pemberian intramuskular dan subkutan. $arena pada lokasi penyuntikantersebut, tidak banyak cairan biologis yang tersedia untuk mengencerkan larutan

    hipertoni itu sehingga hal ini dapat menimbulkan rasa sakit dan kerusakan

     aringan di sekitar tempat penyuntikan.

    Bentuk Sediaan &neksi

    Bentuk sediaan parenteral berupa larutan seati, suspensi atau padatan steril

    untuk direkonstitusi dengan pemba"a steril. Bentuk sediaan suspensi hanya

    dapat digunakan melalui rute intramuskular dan subkutan. 6idak boleh ada

    partikel sedikitpun pada sediaan yang diberikan secara intravena, atau rute

    parenteral lain yang obatnya langsung cairan biologis atau aringan yang sensitif

    'misal otak atau mata(, sehingga untuk rute-rute tersebut bentuk sediaannyaharus berupa larutan seati. Padatan steril sebelum digunakan harus dilarutkan

  • 8/17/2019 Konsep Anatomi Otot Intramuskular

    6/24

    dahulu dalam pemba"a steril sebelum digunakan. Formulasi ini seringkali

    berhubungan dengan stabilitas bahan aktif obat dalam bventuk terlarut. $arena

    itu pelarutan bahan aktif obat dilakukan sesaat sebelum penyuntikan dilakukan.

    $omponen Formulasi

    $omponen formulasi sediaan parenteral antara lain meliputi bahan aktif obat,pemba"a, pendapar, pengisotoni, antioksidan, surfaktan, pengikat logam

    'chelating agents( dan penga"et. $omponen penga"et terutama digunakan

    untuk sediaan dosis ganda atau multidose. Penga"et tidak boleh diberikan pada

    sediaan ineksi untuk rute melalui cairan cerebrospinal atau cairan intraokular

    karena dapat menimbulkan toksisitas. Surfaktan kadang dimasukkan dalam

    formulasi untuk meningkatkan kelarutan bahan aktif, tapi harus diingat surfaktan

    dapat uga mengubah permeabilitas membran, oleh karena itu sebaiknya

    surfaktan digunakan dengan hati-hati pada sediaan yang dituukan untuk rute

    intramuskular dan subkutan.

    )ntuk sediaan pelepasan lambat atau terkontrol seringkali ditambahkan eksipienberupa pelarut minyak atau polimer dengan berat molekul yang tinggi. Sediaan

    pelepasan lambat ini seringkali dituukan untuk rute subkutan atau

    intramuskular.

    ...........................

    untuk posting ini aku ngintip buku Pharmaceutical 4osage Forms7 Parenteral

    Medications, %olume &, yang diedit oleh $enneth 3. 3vis, eon achman dan

    #erbert 3. ieberman, Marcel 4ekker, &nc., 8e" 9ork, :;

  • 8/17/2019 Konsep Anatomi Otot Intramuskular

    7/24

    ?ute pemberian obat terutama ditentukan oleh siat dan tujuan dari penggunaan obat sehingga

    dapat memberikan eek terapi yang tepat. 4erdapat ! rute pemberian obat yang utama, enteral

    dan parenteral.

    A Enteral

    ! Oral " memberikan suatu obat melalui muut adalah ara pemberian obat yang paling

    umum tetapi paling berariasidan memerlukan jalan yang paling rumit untuk menapai

     jaringan. @eberapa obat diabsorbsi di lambung namun, duodenum sering merupakan jalan

    masuk utama ke sirkulasi sistemik karena permukaan absorbsinya yang lebih besar.

    &ebanyakan obat diabsorbsi dari saluran erna dan masuk ke ahti sebelum disebarkan ke

    sirkulasi umum. +etabolisme langakah pertama oleh usus atau hati membatasi eikasi banyak 

    obat ketika diminum per oral. +inum obat bersamaan dengan makanan dapat mempengaruhi

    absorbsi. &eberadaan makanan dalam lambung memperlambat waktu pengosongan lambungsehingga obat yang tidak tahan asam, misalnya penisilin menjadi rusak atau tidak diabsorbsi.

    8leh karena itu, penisilin ata obat yang tidak tahan asam lainnya  dapat dibuat sebagai salut

    enterik yang dapat melindungi obat dari lingkungan asam dan bisa menegah iritasi lambung.

    2al ini tergantung pada ormulasi, pelepasan obat bisa diperpanjang, sehingga menghasilkan

     preparat lepas lambat.

    # Sublingual "  penempatan di bawah lidah memungkinkan obat tersebut berdiusi

    kedalam anyaman kapiler dan karena itu seara langsung masuk ke dalam sirkulasi sistemik.

    %emberian suatu obat dengan rute ini mempunyai keuntungan obat melakukan bypass

    melewati usus dan hati dan obat tidak diinaktiasi oleh metabolisme.

    $ %ektal "  *"B aliran darah dari bagian rektum memintas sirkulasi portal jadi,

     biotransormasi obat oleh hati dikurangi. ?ute sublingual dan rektal mempunyai keuntungan

    tambahan, yaitu menegah penghanuran obat oleh enim usus atau p2 rendah di dalam

    lambung. ?ute rektal tersebut juga berguna jika obat menginduksi muntah ketika diberikan

    seara oral atau jika penderita sering muntahmuntah.

    & Parenteral

    %enggunaan parenteral digunakan untuk obat yang absorbsinya buruk melalui saluran erna,

    dan untuk obat seperti insulin yang tidak stabil dalam saluran erna. %emberian parenteral

  • 8/17/2019 Konsep Anatomi Otot Intramuskular

    8/24

     juga digunakan untuk pengobatan pasien yang tidak sadar dan dalam keadaan yang

    memerlukan kerja obat yang epat.

    %emberian parenteral memberikan kontrol paling baik terhadap dosis yang sesungguhnya

    dimasukkan kedalam tubuh.

    ! Intravena 'I() " suntikan intraena adalah ara pemberian obat parenteral yan sering

    dilakukan. 5ntuk obat yang tidak diabsorbsi seara oral, sering tidak ada pilihan. 3engan

     pemberian 7-, obat menghindari saluran erna dan oleh karena itu menghindari metabolisme

     first pass oleh hati. ?ute ini memberikan suatu eek yang epat dan kontrol yang baik sekali

    atas kadar obat dalam sirkulasi. Camun, berbeda dari obat yang terdapat dalam saluran erna,

    obatobat yang disuntukkan tidak dapat diambil kembali seperti emesis atau pengikatan

    dengan activated charcoal. untikan intraena beberapa obat dapat memasukkan bakteri

    melalui kontaminasi, menyebabkan reaksi yang tidak diinginkan karena pemberian terlalu

    epat obat konsentrasi tinggi ke dalam plasma dan jaringanjaringan. 8leh karena it,

    keepatan inus harus dikontrol dengan hatihati. %erhatiab yang sama juga harus berlaku

    untuk obatobat yang disuntikkan seara intraarteri.

    # Intramuskular 'I*) " obatobat yang diberikan seara intramuskular dapat berupa

    larutan dalam air atau preparat depo khusus sering berpa suspensi obat dalam ehikulum non

    aDua seperti etilenglikol. Absorbsi obat dalam larutan epat sedangkan absorbsi preparat

     preparat depo berlangsung lambat. etelah ehikulum berdiusi keluar dari otot, obat tersebut

    mengendap pada tempat suntikan. &emudian obat melarut perlahanlahan memberikansuatu

    dosis sedikit demi sedikit untuk waktu yang lebih lama dengan eek terapetik yang panjang.

    $ Subkutan " suntukan subkutan mengurangi resiko yang berhubungan dengan suntikanintraaskular.

  • 8/17/2019 Konsep Anatomi Otot Intramuskular

    9/24

    $ Intratekal.intraventrikular " &adangkadang perlu untuk memberikan obatobat

    seara langsung ke dalam airan serebrospinal, seperti metotreksat pada leukemia limostik 

    akut.

    / Topikal " %emberian seara topikal digunakan bila suatu eek lokal obat diinginkan

    untuk pengobatan. +isalnya, klortrimazol diberikan dalam bentuk krem seara langsung pada

    kulit dalam pengobatan dermatoitosis dan atropin atropin diteteskan langsung ke dalam mata

    untuk mendilatasi pupil dan memudahkan pengukuran kelainan reraksi.

    0 Transdermal " ?ute pemberian ini menapai eek sistemik dengan pemakaian obat

     pada kulit, biasanya melalui suatu Etransdermal pathF. &eepatan absorbsi sangat berariasi

    tergantun pada siatsiat isik kulit pada tempat pemberian.

  • 8/17/2019 Konsep Anatomi Otot Intramuskular

    10/24

    pada area ini tidak terdapat pembuluh darah dan saraf besar. 3rea ini ini auh

    dari anus sehingga tidak atau kurang terkontaminasi.

    c.  Dorsogluteal 

    4alam melakukan ineksi dorsogluteal, pera"at harus teliti dan hati- hati

    sehingga ineksi tidak mengenai saraf skiatik dan pembuluh darah. okasi ini

    dapat digunakan pada orang de"asa dan anak-anak diatas usia ? tahun, lokasi

    ini tidak boleh digunakan pada anak diba"ah ? tahun karena kelompok usia ini

    otot dorsogluteal belum berkembang. Salah satu cara menentukan lokasi

    dorsogluteal adalah membagi area glutael menadi kuadran-kuadran. 3rea

    glutael tidak terbatas hanya pada bokong saa tetapi memanang kearah $ristal

    iliaka. 3rea ineksi dipilih pada kuadran area luar atas.

    d.  Rectus femoris

    Pada orang de"asa, rectus femoris terletak pada sepertiga

    tengah paha bagian depan.Pada bayi atau orang tua, kadang-kadang kulit di

    atasnya perlu ditarik atau sedikit dicubit untuk membantu arum mencapai

    kedalaman yang tepat. %olume ineksi ideal antara -A ml 'untuk bayi antara -?ml(.okasi ini arang digunakan, namun biasanya sangat penting untuk

    melakukan auto-inection, misalnya pasien dengan ri"ayat alergi berat biasanya

    menggunakan tempat ini untuk menyuntikkan steroid ineksi yang mereka ba"a

    kemana-mana

    e.  Otot Deltoid di lengan atasPosisi klien duduk atau berbaring datar dengan lengan ba"ah @eksi tetapi

    rileks menyilangi abdomen atau pangkuan. 3rea ini dapat ditemukan pada

    lengan atas bagian luar. 3rea ini arang digunakan untuk ineksi intramuscular

    karena mempunyai resiko besar terhadap bahaya tertusuknya pembuluh darah,

    mengenai tulang atau serabut saraf. 0ara sederhana untuk menentukan lokasi

    pada deltoid adalah meletakkan dua ari secara vertical diba"ah akromion

    dengan ari yang atas diatas akromion. okasi inekssi adalah ? ari diba"ah

    akromion.

     6uuan ineksi &ntramuskular

  • 8/17/2019 Konsep Anatomi Otot Intramuskular

    11/24

    a.  Pemberian obat dengan intramuscular bertuuan agar absorpsi obat lebih cepat

    disbanding dengan pemberian secara subcutan karena lebih banyaknya suplai

    darah di otot tubuhb.  )ntuk memasukkan dalam umlah yang lebih besar disbanding obat yang

    diberikan melalui subcutan.c.  Pemberian dengan cara ini dapat pula mencegah atau mengurangi iritasi obat.

    8amun pera"at harus nerhati-hati dalam melakukan ineksi secara intramuscular

    karena cara ini dapat menyebabkan luka pada kulit dan rasa nyeri dan rasa takut

    pad pasien.

    Macam-macam Obat dan 0ara Pemberian

     M36O30

    •  )ntuk penggunaan angka pendek untuk nyeri akut sedang sampai dengan

    berat.

    •  4OS&S 7 2-?2 mg tiap

  • 8/17/2019 Konsep Anatomi Otot Intramuskular

    12/24

    •  )ntuk nyeri akut atau kronik setelah operasi.

    •  4OS&S7 &M -1 amp A2 mg=ml atau amp 22 mg=1ml 7 S$ ,-1 amp A2 mg=ml

    atau amp 22mg= 1ml, apabila masih nyeri dapat ditambahkan ml setelah

    selang "aktu ?2-/2 menit ,dosis sehari tidak melebihi

  • 8/17/2019 Konsep Anatomi Otot Intramuskular

    13/24

      $ulit ditekan dengan kapas alcohol sambil melakukan masase

      Pasien dirapikan

      Penyuntikan harus tepat dan betul, bila salah akan dapat mengenai saraf.

    SUM!R

     ohnson >uth, 6aylor Gendy. 1221. ,Buku Ajar Praktik Kebidanan. akarta 7 0

    $asim,Fau*i. 121. ISO (Informasi Spesialite Obat) Indonesia. akarta 7 P6. &SF&

    Penerbitan

    #idayat,3*i*. 122;. Keterampilan Dasar Praktik Klinik untuk Kebidanan. akarta7

    Salemba Medika

    >)6 &86>3M)S$)3>untikan 7ntramuskular (7+) merupakan teknik memasukan obat dengan memanaatkan

     perusi otot, memberikan penyerapan sistemik yang epat dan menyerap dosis yang relati

     besar. %ilihan lokasi dalam suntikan 7ntramuskular ini harus mempertimbangkan keadaan

    umum pasien, usia, dan jumlah obat yang diberikan. Lokasi yang direnanakan untuk

    suntikan harus diperiksa untuk menari tandatanda adanya peradangan, dan harus bebas dari

    lesi kulit. 3emikian pula, !' jam setelah suntikan, lokasi suntikan harus diperiksa untuk

    memastikan tidak ada reaksi yang merugikan. 3okumentasi berupa oto dan notiikasi

    diperlukan pada suntikan yang dilakukan berulang atau sering, untuk memastikan rotasi yang

    seimbang. 2al ini dapat mengurangi ketidaknyamanan pasien akibat suntikan yang

     berlebihan dari salah satu lokasi, dan mengurangi kemungkinan komplikasi, seperti atroi ototatau abses steril yang dihasilkan dari jeleknya absorbsi jaringan.

    %asien yang telah berumur dan pasien kurus enderung memiliki lebih sedikit otot daripada

    yang lebih muda atau pasien yang akti. 8leh karena itu lokasi suntikan harus dinilai

     banyaknya massa otot. %ada pasien yang memiliki massa otot sedikit lebih baik melakukan

     penggembungan otot sebelum penyuntikan.

     

    Ada lima situs yang tersedia untuk suntikan 7ntramuskular, yaitu:

    • Otot deltoid lengan atas, yang digunakan untuk vaksin seperti hepatitis Bdan tetanus toksoid.

    • okasi dorsogluteal memanfaatkan musculus Gluteus maximus. 0atatan,ada komplikasi yang terkait dengan lokasi ini, karena ada kemungkinanmerusak nervus sciatic atau arteri Gluteal superior  ika penusukan arumsalah. Beyea dan 8icholl '::A( melaporkan suntikan ke lokasidorsogluteal, cairan yang disuntikan lebih sering masuk ke dalam aringanadiposa daripada otot, dan akibatnya memperlambat lau penyerapan

    obat.

  • 8/17/2019 Konsep Anatomi Otot Intramuskular

    14/24

    • okasi ventrogluteal merupakan pilihan yang lebih aman dalammengakses musculus Gluteus medius. okasi ini merupakan lokasi utamauntuk suntikan &ntramuskular karena menghindari semua saraf utama danpembuluh darah dan tidak ada komplikasi dilaporkan. Selain itu, aringanadiposa pada lokasi ventrogluteal memiliki ketebalan yang relatif

    konsisten, yaitu7 ?.DA cm dibandingkan dengan -: cm pada lokasidorsogluteal, sehingga memastikan bah"a ukuran arum 1 akanmenembus area otot gluteus medius.

    • astus lateralis adalah otot paha depan terletak di sisi luar tulang paha.okasi ini umunya dipilih pada pasien anak-anak. >esiko yang terkaitdengan otot ini adalah cedera pada nervus femoralis dan atroH ototdikarenakan suntikan yang sering. Beyea dan 8icholl '::A(mengemukakan bah"a situs ini aman untuk pasien anak-anak sampai usiatuuh bulan.

    • Musculus >ektus femoris adalah otot paha anterior yang arang digunakan,

    tetapi mudah dicapai ika menyuntik diri sendiri atau untuk bayi.

    •  

    Slider. 7 Situs ineksi intramuskular

    Pemberian intramuskuler

    &ntramuskuler artinya diantara aringan otot. 0ara ini keceparan absorbsinya

    terhitung nomor 1 sesudah intravena. arum suntik ditusukkan langsung pada

    serabut otot yang letaknya diba"ah lapisan subkutis. Penyuntikan dapat di

    pinggul, lengan bagian atas. %olume ineksi samapi ? ml dengan batas sampai2 ml 'P6MIvolume ineksi tetap diaga kecil, biasanya tidak lebih dari 1 ml,

     arum suntik digunakan samai J inci. Problem klinik yang biasa teradi

    adalah kerusakan otot atau syaraf, terutama apabila ada kesalahan dalam teknik

    pemberian 'ini penting bagi praktisi yang berhak menyuntik(. 9ang perlu

    diperhatikan bagi Farmasis anatara lain bentuk sediaan yang dapat diberikan

    intramuskuler, yaitu bentuk larutan emulsi tipe m=a atau a=m, suspensi dalam

    minyak atau suspensi baru dari puder steril. Pemberian intramuskuler

    memberikan efek KdepotL 'lepas lambat(, puncak konsentrasi dalam darah

    dicapai setelah -1 am. Faktor yang mempengaruhi pelepasan obat dari aringan

    otot 'im( anatar lain 7 rheologi produk, konsentrasi dan ukuran partikel obat

    dalam pemba"a, bahan pemba"a, volume ineksi, tonisitas produk dan bentuk

    Hsik dari produk. Persyaratan p# sebaiknya diperhatikan, karena masalah iritasi,

    tetapi dapat dibuat p# antara ?-A kalau bentuk suspensi ukuran partikel kurang

    dari A2 mikron.

    &SO)S&

    3gar suatu obat  diasorbsi, mula-mula obat tersebut harus larut dalam

    cairan tablet dan dalam tempat absorpsi. Sebagai contoh, suatu obat yang

  • 8/17/2019 Konsep Anatomi Otot Intramuskular

    15/24

    diberikan secara oral dalam bentuk tablet atau kapsul tidak dapat diabsorpsi

    sampai partikel-partikel obat larut dalam cairan pada suatu tempat dalam

    saluran lambung-usus. 4alam hal ini dimana kelarutan suatu obat tergantung

    dari apakah medium asam atau medium basa, obat tersebut akan dilarutkan

    berturut-turut dalam lambung dan dalam usus halus. Proses melarutnya suatu

    obat disebut disolusi. '3nsel, :(.

    Pada "aktu suatu partikel obat mengalami disolusi, molekul-molekul obat

    pada permukaan mula-mula masuk ke dalam larutan menciptakan suatu lapisan

     enuh obat-larutan yang membungkus permukaan partikel obat padat. apisan

    larutan ini dikenal sebagai lapisan difusi. 4ari lapisan difusi ini molekul-molekul

    obat keluar mele"ati cairan yang melarut dan berhubungan dengan membran

    biologis serta absorpsi teradi. ika molekul-molekul obat terus meninggalkan

    lapisan difusi, molekul-molekul tersebut diganti dengan obat yang dilarutkan dari

    permukaan partikel obat dan proses tersebut berlanut. '3nsel, :(.

     ika proses disolusi untuk suatu partikel obat tertentu adalah cepat, atau

     ika obat diberikan sebagai suatu larutan dan tetap ada di dalam tubuh seperti

    itu, lau obat yang terabsorpsi terutama akan tergantung pada kesanggupannya

    menembus pembatas membran. 6etapi, ika lau disolusi untuk suatu partikel

    obat lambat, misalnya mungkin karena karakterstik *at obat atau bentuk dosisyang diberikan, proses disolusinya sendiri akan merupakan tahap yang akan

    menentukan lau dalam proses absorpsi. Perlahan-lahan obat-obat yang larut

    tidak hanya bisa diabsorbsi pada suatu lau rendah, obat-obat tersebut mungkin

    tidak seluruhnya diabsorbsi atau dalam beberapa hal banyak yangtidak

    diabsorpsi setelah pemberian oral, karena batasan "aktu alamiah bah"a obat

    bisa tinggal dalam lambung atau saluran usus halus. 4engan demikian, obat-

    obat yang sukar larut atau produk obat yang formulasinya buruk bisa

    mengakibatkan absorpsi tidak sempurna dari obat tersebut serta le"atnya dalam

    bentuk tidak berubah E keluar dari sistem melalui feses. '3nsel, :(.

    4isolusi dari suatu *at bisa digambarkan oleh persamaan 8oyes-Ghitney7

    $S'0s E 0(

    4i mana dc=dt adalah lau disolusi, $ adalah konstanta lau disolusi, S luas

    permukaan *at padat yang melarut, 0skonsentrasi obat dalam lapisan difusi

    'yang bisa diperkirakan dengan kelarutan obat dalam pelarut karena lapisan

  • 8/17/2019 Konsep Anatomi Otot Intramuskular

    16/24

    difusi dianggap enuh(, dan 0 adalah konsentrasi obat dalam medium disolusi

    pada "aktu t. au disolusi diatur oleh lau difusi molekul-molekul *at terlarut

    mele"ati lapisan difusi ke dalam badan dari larutan tersebut. Persamaan

    mengutarakan bah"a lau disolusi dari suatu obat bisa ditingkatkan dengan

    meningkatkan luas permukaan 'mengurangi ukuran partikel( dari obat tersebut,

    dengan meningkatkan kelarutan obat dalam lapisan difusi, dan dengan faktor

    -faktor yang di"uudkan dalam konstanta lau disolusi, $, termasuk intensitas

    pengadukan pelarut dan koeHsien difusi dari obat yang melarut. )ntuk suatu

    obat tertentu, koeHsien difusi dan biasanya konsentrasi dari obat tersebut dalam

    lapisan difusi akan meningkat dengan meningkatnya temperatur. uga, dengan

    menaikkan lau pengadukan medium yang melarutkan akan meningkatkan lau

    disolusi. Pengurangan viskositas pelarut yang dipakai merupakan cara lain yang

    bisa digunakan untuk menambah lau disolusi dari suatu obat. Perubahan p#

    atau sifat pelarut yang mempengaruhi kelarutan dari obat tersebut bisa

    digunakan untuk menarik keuntungan dalam peningkatan lau disolusi. Banyak

    pembuat menggunakan bentuk amorf, $ristal, garam atau ester yang khusus

    dari suatu obat yang akan menunukkan karakteristik kelarutan yang diperlukan

    untuk mencapai karakteristik disolusi yang dikehendaki bila diberikan. '3nsel,

    12(.

    Perbedaan aktivitas biologis dari suatu *at obat mungkin diakibatkan oleh

    lau di mana obat menadi tersedia untuk organisme tersebut. 4alam banyak hal,

    lau disolusi, atau "aktu yang diperlukan bagi obat untuk melarut dalam cairan

    pada tempat absorpsi, merupakan tahap yang menentukan lau dalam proses

    absorpsi. &ni benar untuk obat-obat yang diberikan secara oral dalam bentuk

    padat seperti tablet, kapsul atau suspensi, seperti uga obat-obat yang diberikan

    secara intramuscular dalam bentuk pellet atau suspensi. Bila lau disolusi

    merupakan tahap yang menentukan lau, apa pun yang mempengaruhinya akan

    mempengaruhi absorpsi. 3kibatnya, lau disolusi dapat mempengaruhi onset,

    intensitas, dan lama respons, serta kontrol bioavailabilitas obat tersebut secara

    keseluruhan dari bentuk sediaannya, seperti dibicarakan dalam bab sebelumnya.

    '3nsel, A

  • 8/17/2019 Konsep Anatomi Otot Intramuskular

    17/24

    menggunakan suatu garam yang larut dari suatu asam lemak akan secara

    berurutan mengendap sebagai asam bebas dalam fase bulk dari suatu larutan

    asam, seperti cairan lambung, ia akan berlaku demikian dalam bentuk partikel-

    partikel halus dengan suatu luas permukaan besar. '3nsel, A

  • 8/17/2019 Konsep Anatomi Otot Intramuskular

    18/24

      &ntramuskuler 'i.m(,>ute &M memungkinkan absorbsi obat yang lebih cepat

    daripada rute S0 karena pembuluh darah lebih banyak terdapat di otot.

    Bahaya kerusakan aringan berkurang ketika obat memasuki otot yang

    dalam tetapi bila tidak berhati-hati ada resiko mengineksi obat langsung ke

    pembuluh darah. 4enganineksi d i dalam otot yang terlarut

    ber langsung dalam "aktu 2-?2 men it . una memperlambat

    reabsorbsi dengan maksud memperpanag kera obat, seringkali digunakan

    larutan atau suspensi dalam minyak, contoh suspensi penisilin dan hormone

    kelamin.

    Mekanisme *siologis

    Obat masuk kedalam tubuh beberapa saat setelah di ineksikan, obat akan

    masuk ke dalam tubuh melalui pembuluh darah, mengikuti aliran darah, disana

    obat akan di absorbsi oleh tubuh, Setelah di absorbsi partikel obat yang telah

    terabsorbsi akan di edarkan oleh darah ke seluruh tubuh lainnya, namun disini

    belum memberikan efek karena belum tepat pada organ target sesuai dengan

    fungsi obat itu sebagai apa, entah sebagai analgesik, antipiretik, antiemesis, dan

    lain sebagainya. Selanutnya setelah obat di distribusikan ke seluruh tubuh,

    karena obat belum memberikan efek , obat akan di metabolisme oleh hati, di

    hati ini obat akan dipisahkan berbagai komponenenya, partikel obat yang

    dibutuhkan oleh organ target akan di edarkan ke organ target tersebut untuk

    memberikan efek sesuai dengan masalah ' penyakit ( yang akan diatasi ,

    sedangkan bagian partikel yang tidak dibutuhkan tubuh akan di ekskresikan oleh

    tubuh baik melalui keringat, urine, dan lain sebagainya.

    okasi +ang digunakan untuk penyuntikan 7

    . 4eltoid=lengan atas1. 4orso gluteal=otot panggul

    ?. %astus lateralis

    ektus femoralis

    4aerah tersebut diatas digunakan dalam penyuntikan dikarenakan massa otot

    yang besar, vaskularisasi yang baik dan auh dari syaraf.

    ,aktor +ang mempengaruhi kerja obat

      $egemukan

  • 8/17/2019 Konsep Anatomi Otot Intramuskular

    19/24

    Obat akan sulit di absorbs oleh tubuh karena terhalang oleh lemak, sehingga

    obat itu akan sulit masuk ke pembuluh darah

      Penyakit liver, antung, 4M

    Pada penyakit liver, obat akan mengalami hambatan dalam proses

    metabolismenya karena tempat metabolism adalah hati.

    Pada pasien penyakit antung karena aliran darah yang lemah, obat yang

    akan diba"a ke seluruh tubuh oleh pembuluh darah akan sulit di distribusikan.

    Pada penyakit 4M, ika telah teradi penumpukan gula pada pembuluh

    darahnya, ia akan memperlambat proses distribusi obat karena terhalang oleh

    plak.

    ,aktor +ang perlu dipertimbangkan pada saat memilih cara pemberian

    obat

      &ndikasi

    Biasa dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau bekera sama

    karena tidak memungkinkan untuk diberikan obat secara oral, bebas dari infeksi,

    lesi kulit, aringan parut, tonolan tulang, otot atau saras besar di ba"ahnya.

      $ontra indikasi

    &nfeksi, lesi kulit, aringan parut, tonolan tulang, otot atau saraf besar di

    ba"ahnya.

    %emberian suntikan intramuskuler ( 7+ ). 8bat obat yang larut dalam air akan diabsorbsi

    dengan epat setelah penyuntikan 7+. 5mumnya keepatan absorpsi setelah penyuntikan

     pada muskulus deloid atau astus lateralis adalah lebih epat dari pada bila disuntikkan pada

    gluteus maGimus. %emberian suntikan intraanterial. &adangkadang obat disuntikan ke

    dalam sebuah arteri untuk mendapatkan eek yang terlokalisir pada jaringan atau alat tubuh

    tertentu. 4etapi nilai terapi ara ini masih belum pasti. &adangkadang obat tertentu jug a

    disuntikan intraarteri untuk keperluan diagnosis. utikan intraarteri harus dilakukan oleh

    orang yang benarbenar ahli. %emberian suntikan intratekal. 3engan ara ini oabt langsung

    disuntikkan ke dalam ruang subaraknoid spinal. untikan intratekal dilakukan karena banyak 

    obat yang tidak dapat menapi otak, karena adanya sawar darah otak.

    ( dr.sjamsuir muna,1HH' )

  • 8/17/2019 Konsep Anatomi Otot Intramuskular

    20/24

    A@ ! 47CJA5AC 468?7 !.1 %engertian 7njeksi 7njeksi adalah pemberian obat pada pasien

    yang berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau

    disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan seara merobek jaringan ke

    dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir. %emberian injeksi merupakan prosedur

    inasi yang harus dilakukan dengan menggunakan teknik steril. !.! 4ujuan 7njeksi %ada

    umumnya 7njeksi dilakukan dengan tujuan untuk memperepat proses penyerapan (absorbsi)obat untuk mendapatkan eek obat yang epat. !.# 7ndikasi 7njeksi biasanya dilakukan pada

     pasien yang tidak sadar dan tidak mau bekerja sama karena tidak memungkinkan untuk

    diberikan obat seara oral. Apabila klien tidak sadar atau bingung, sehingga klien tidak

    mampu menelan atau mempertahankan obat dibawah lidah. 8leh karena itu, untuk memenuhi

    kebutuhan obat klien dilakukan denganpemberian obat seara injeksi. elain itu, indikasi

     pemberian obat seara injeksi juga disebabkan karena ada beberapa obat yang merangsang

    atau dirusak getah lambung (hormon), atau tidak direarbsorbsi oleh usus. %emberian injeksi

     bisa juga dilakukan untuk anastesi lokal. !.' &ontra 7ndikasi ?esiko ineksi dan obat yang

    mahal. &lien berulang kali disuntik. ?ute

  • 8/17/2019 Konsep Anatomi Otot Intramuskular

    21/24

    lebih epat disbanding dengan pemberian seara subutan karena lebih banyaknya suplai

    darah di otot tubuh . b. 5ntuk memasukkan dalam jumlah yang lebih besar disbanding obat

    yang diberikan melalui subutan. . %emberian dengan ara ini dapat pula menegah atau

    mengurangi iritasi obat. Camun perawat harus nerhatihati dalam melakukan injeksi seara

    intramusular karena ara ini dapat menyebabkan luka pada kulit dan rasa nyeri dan rasa

    takut pad pasien. !.H Lokasi %emberian 7+ a. %aha (astus lateralis) posisi klien terlentangdengan lutut agak leksi. Area ini terletak antar sisi median anterior dan sisi midlateral paha.

    8tot astus lateralis biasanya tebal dan tumbuh seara baik pada orang deawasa dan anak

    anak. @ila melakukan injeksi pada bayi disarankan menggunakan area ini karena pada area

    ini tidak terdapat serabut sara dan pemubuluh darah besar. Area injeksi disarankan pada 1/#

     bagian yang tengah. Area ini ditentukan dengan ara membagi area antara trokanter mayor

    sampai dengan kondila emur lateral menjadi # bagian, lalu pilih area tengah untuk lokasi

    injeksi. 5ntuk melakukan injeksi ini pasian dapat diatur miring atau duduk. b. -entrogluteal

    %osisi klien berbaring miring, telentang, atau telentang dengan lutut atau panggul miring

    dengan tempat yang diinjeksi leksi. Area ini juga disebut area on hoehstetter. Area ini

     paling banyak dipilih untuk injeksi musular karena pada area ini tidak terdapat pembuluh

    darah dan sara besar. Area ini ini jauh dari anus sehingga tidak atau kurang terkontaminasi.. Lengan atas (deltoid) %osisi klien duduk atau berbaring datar dengan lengan bawah leksi

    tetapi rileks menyilangi abdomen atau pangkuan. Area ini dapat ditemukan pada lengan atas

     bagian luar. Area ini jarang digunakan untuk injeksi intramusular karena mempunyai resiko

     besar terhadap bahaya tertusuknya pembuluh darah, mengenai tulang atau serabut sara.

  • 8/17/2019 Konsep Anatomi Otot Intramuskular

    22/24

     pengisap keluar sementara ujung jarum tetap terendam dalam larutan yang disediakan.

    %erawat dapat memegang bagian luar badan spuit dan pegangan pengisap. 5ntuk

    mempertahankan sterilitas, perawat menghindari objek yang tidak steril menyentuh ujung

    spuit atau bagian dalam tabung, hub, badan pengisap, atau jarum. @. Jarum upaya indiidu

    leksibel dalam memilih jarum yang tepat, jarum dibingkus seara indiidual. @eberapa

     jarum tudak dipasang pada spuit ukuran standar. &lebanyakan jarum terbuat sari stainlesssteel dan hanya digunakan satu kali. Jarum memiliki tiga bagian: hub, yang tepat terpasang

     pada ujung sebuah spuit batang jarum (shat), yang terhubung dengan bagian pusat dan

     beel, yakni bagian ujung yang miring. etiapum memiliki tiga karaktreisrik utama:

    kemiringan beel, panjang batang jarum, dan ukuran atau diameter jarum. @eel yang

     panjang dan lebih tajam, sehingga meminimalkan rasa ridak nyaman akibat injeksi < dan

    7+. %anjang jarum berariasi dari sampai * ini. %erawat memilih panjang jarum

     berdasarkan ukuran dan berat klien serta tipe jaringan tubuh yang akan diinjeksi obat.

    emakin keil ukuran jarum, semakin besar ukuran diameternya. eleksi ukuran jarum

     bergantung pada iskositas airan yang akan disuntikkan atau diinuskan. !.11 2al2al Kang

    %erlu 3iperhatikan 3alam +elakukan 7njeksi %emberian obat seara injeksi dapat berungsi

    sebagaimana mestinya, maka kita harus memperhatikan beberapa hal berikut ini : a) Jenisspuit dan jarum yang digunakan b) Jenis dan dosis obat yang diinjeksikan ) 4empat injeksi

    d) 7neksi yang mungkin terjadi selama injeksi e) &ondisi/penyakit klien !.1!

  • 8/17/2019 Konsep Anatomi Otot Intramuskular

    23/24

    kemudian letakkan dalam bak injeksi. menjamin kesterilan obat. #. %ertahankan duk atau

     pakaian untuk menutupi bagian tubuh yang tidak memerlukan pemajanan mempertahankan

     priasi klien. '. %ilih tempat injeksi yang tepat. area entrogluteal lebih dipilih untuk klien

    lebih dari $ bulan. @ila bayi kurang dari $ bulan, area lateralis harus digunakan. *. 1*. %eriksa

    tempat yang akan dilakukan penyuntikan (lihat lokasi penyuntikan). %alpasi tempat untuk

    adanya edema, massa, atau adanya nyeri tekan. 2indari area jaringan parut, memar, abrasi,atau ineksi. %alpasi otot untuk menetapkan kekerasan dan ukurannya. tempat injeksi harus

     bebas luka yang dapat mempengaruhi absorbsi obat. +assa otot yang tepat diperlukan untuk

    menjamin injeksi intra muskuler akurat ke dalam jaringan yang tepat. . @antu klien untuk

    mengambil posisi nyaman sesuai pada tempat yang dipilih untuk dilakukan injeksi. a. %ada

    daerah paha (astus lateralis) dengan ara meminta pasien untuk berbaring terlentang dengan

    lutut sedikit leksi. b. %ada entrogluteal dengan ara meminta pasien miring, telungkup, atau

    telentang dengan lutut dan panggul pada posisi yang akan disuntik dalam keadaan leksi. .

    %ada dorsogluteal dengan meminta pasien untuk telungkup dengan lutut diputar ke arah

    dalam atau miring dengan lutut bagian atas dan pinggul leksi dan diletakkan di depan

    tungkai bawah. d. %ada deltoid (lengan atas) dengan meminta pasien untuk duduk atau

     berbaring mendatar dengan lengan bawah leksi tetapi rileks menyilang abdomen atau pangkuan. dengan membantu klien mengambil posisi yang mengurangi ketegangan pada otot

    akan meminimalkan ketidaknyamanan injeksi. $. ?elokasi tempat dengan menggunakan garis

    anatomi. injeksi akurat memerlukan insersi pada tempat anatomi yang tepat untuk

    menghindari edera sara di bawahnya, tulang, atau pembuluh darah. >. Iunakan sarung

    tangan. 3esineksi dengan kapas alohol. @ersihkan pada bagian tengah tempat injeksi dan

    rotasikan keluar dalam arah sirkulasi seluas kirakira * m. kerja mekanis desineksi untuk

    menghilangkan sekresi yang mengandung miroorganisme. H. 4empatkan penutup jarum dari

     jarum diantara ibu jari dan jari telunjuk pada tangan nondominan. Lepaskan penutup jarum

    dari spuit dengan menarik penutup tegak lurus. menegah jarum menyentuh sisi penutup dan

    menjadi terkontaminasi. 1". %egang spuit diantara ibu jari dan jari tengah tangan dominant

    seolah seperti mengarahkan anak panah pada papan tembok. &ebanyakan perawat memegang

    spuit dalam telapak ke bawah untuk injeksi intramuskuler. injeksi halus, terarah dan epat

    memerlukan manipulasi bagian spuit dengan tepat sehingga rasa dapat mengurangi nyari. 11

    !!. Lakukan penusukan dengan jarum pada posisi tegak lurus (sudut H" derajat) terhadap

    tempat injeksi. sudut menjamin bahwa obat menapai massa otot. 1! 4epat di bawah tempat

    injeksi, tarik kulit di bawahnya dan jaringan subutan !,*#,* m ke bawah atau lateral

    terhadap tempat injeksi dengan tangan nondominan. : hal ini mengurangi kebooran obat ke

    dalam jaringan subutan dan sehingga mengurangi nyeri. 1#. %egang taut kulit dan dengan

    epat injeksikan jarum kedalam otot pada sudut H" derajat dengan menggunakan metode

    trak. : jarum tetap diinsersikan selama 1" detik untuk memungkinkan obat menyebar dengan

    rata. +etode trak meniptakan jalur igag pada jaringan yang menguni jalur jarumuntuk menghindari keluarnya obat melalui jaringan subutan. 1'. !*. etelah jarum

    memasuki area, pegang bagian bawah ujung tabung spuit dengan tangan nondominan. 4erus

     pegang kulit dengan kenang. Lepaskan tangan dominant pada ujung plunger. 2indari

    menggerakkan spuit. melakukan injeksi dengan tepat memerlukan manipulasi halus bagian

    spuit. Ierakan spuit dapat mengubah posisi jarum dan menyebabkan ketidaknyamanan.

    &etika menggunakan metode trak, pertahankan pegangan kuat pada kulit dengan tangan

    nondominan. 1*. etelah jarum masuk, tarik plunger untuk mengaspirasi spuit seara

     perlahan. @ila tidak ada darah, injeksikan obat seara perlahan dengan keepatan 1" dtk/ml

    hingga habis Jangan memberikan obat seara 7+ pada dosis lebih dari * ml pada 1 tempat

    injeksi aspirasi darah ke dalam spuit menunjukkan jarum berada pada intraena (7-). 8bat

    intramuskuler tidak diberikan seara 7-. 7njeksi perlahan mengurangi nyeri dan trauma jaringan serta berpengaruh pada absorbsi obat. 1$. etelah selesai tunggu 1" detik kemudian

  • 8/17/2019 Konsep Anatomi Otot Intramuskular

    24/24

    seara halus dan mantap tarik jarum dengan epat sambil menempatkan kapas alohol pada

    daerah penyuntikan. Letakkan jarum langsung pada bengkok. sokongan jaringan sekitar

    tempat injeksi meminimalkan ketidaknyamanan selama jarum ditarik. 1>. @erikan tekanan

     perlahan. Jangan memasase kulit. masase dapat merusak jaringan di bawahnya. 1H. 5ntuk

    tempat injeksi entrogluteal dan astus lateralis, dorong latihan kaki. meningkatkan absorbsi

    obat. !". @antu klien untuk mengambil posisi yang nyaman setelah injeksi. memberi klien posisi nyaman. !1. @antu klien merapikan diri 5apkan terimakasih atas kerjasama klien.

    &embalikan tempat tidur pada posisi semula. @uang jarum dalam posisi tertutup dan spuitnya

    kedalam wadah berlabel seara tepat. menegah edera pada klien dan personel rumah sakit.

    4idak menutup kembali ujung jarum dapat menyebabkan tusukan jarum dan tidak lagi

    dianggap praktek aman. !!. Lepaskan sarung tangan.