163
“KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK SYARIAH (FPJPS)” Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy) Oleh : Fitrianingsih NIM : 106046101620 KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H / 2010 M

“KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

  • Upload
    vodieu

  • View
    233

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

“KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM FASILITAS

PENDANAAN JANGKA PENDEK SYARIAH (FPJPS)”

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy)

Oleh :

Fitrianingsih

NIM : 106046101620

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H / 2010 M

Page 2: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul “Konsep dan Mekanisme Akad Mudharabah dalam Fasilitas

Pendanaan Jangka Pendek Syariah (FPJPS)” telah diujikan dalam sidang

Munaqasah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta pada tanggal 24 September 2010 M / 15 Syawal 1431 H. Skripsi

tersebut telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

Syariah (SE.Sy) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Syariah)

Jakarta, 24 September 2010 M

15 Syawal 1431 H Dekan,

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM NIP: 195505051982031012

PANITIA UJIAN MUNAQASAH

Ketua : Dr. Euis Amalia, M.Ag NIP. 197107011998032002

(_____________)

Sekretaris : H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, MH NIP. 197407252001121001

(_____________)

Pembimbing I : Dr. Hasanudin, M.Ag NIP. 196103041955031001

(_____________)

Pembimbing II : Djaka Badranaya, ME NIP. 19770530200711008

(_____________)

Penguji I : Prof. Dr. H. Fathurrahman Djamil, MA NIP. 196011071985051001

(_____________)

Penguji II : Dra. Isnawati Rais, MA NIP. 195710271985032001

(_____________)

Page 3: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS
Page 4: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

LEMBAR PERNYATAAN :

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai

dengan ketentuan yang belaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau merupakan

hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

MSeptemberHRamadhanJakarta

20102143123,

Fitrianingsih

iii

Page 5: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

ABSTRAKSI

Fitrianingsih, 106046101620, “Konsep dan Mekanisme Akad Mudharabah dalam Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah”, Program Strata I, Program Studi Muamalat, Konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.

Perkembangan Bank Syariah saat ini telah mengalami pertumbuhan yang pesat sejak berdirinya Bank Muamalat Indonesia sebagai bank syariah pertama di Indonesia. Seiring dengan pertumbuhannya tersebut, resiko bisnis pun sering terjadi, termasuk resiko likuiditas. Bank Indonesia sebagai bank sentral dapat memberikan bantuan likuiditas kepada bank tersebut, kebijakan tersebut diambil dengan tujuan untuk menjaga kepercayaan masyarakat kepada sektor perbankan. Bagi perbankan syariah kebijakan bantuan likuiditas tersebut dinamakan Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah (FPJPS).

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dan menggunakan pendekatan dokumen (content analisys) yaitu melakukan pengumpulan data dan informasi melalui pengujian arsip dan dokumen. Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara dengan membuat list pertanyaan yang diajukan kepada pihak Bank Indonesia (BI) yang telah ditunjuk oleh pihak BI itu sendiri yaitu Analisis Bank Madya Direktorat Perbankan Syariah. Sedangkan data sekunder diperoleh dari data yang dipublikasikan berupa laporan keuangan dan laporan lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.

Selain membahas tentang mekanisme dan prosedural pembiayaan FPJPS, penelitian ini juga membahas mengenai kesesuaian akad mudharabah yang diterapkan dalam FPJPS dengan menggunakan analisis Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 07/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Pembiayaan Mudharabah (Qiradh). Penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat dua hal yang kontradiktif dengan ketentuan pembiayaan mudharabah dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 07/DSN-MUI/IV/2000, khususnya terkait dengan perhitungan imbalan FPJPS yang memberi indikasi bahwa mekanisme akad mudharabah dalam FPJPS kurang sesuai dengan prinsip syariah.

Penulis menyarankan agar Bank Indonesia sebagai otoritas yang mengeluarkan kebijakan bantuan likuiditas untuk bank syariah yakni agar melakukan pengkajian lagi secara lebih mendalam khususnya mengenai pengawasan dan birokrasi dalam pemberian FPJPS ketika suatu saat digunakan agar tidak bertentangan dengan prisip syariah.

v

Page 6: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan

kehadirat Allah SWT, yang telah mencurahkan rahmat, taufik, dan hidayahnya tanpa

jemu. Sesungguhnya, hanya karena kemurahan hati-Nya lah sehingga akhirnya

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga selalu

tercurahkan kepada junjungan Rasulullah saw beserta seluruh keluarga, sahabat, dan

juga ummatnya.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari terdapat banyak kendala

yang menghambat langkah penulis untuk merampungkan skripsi ini. Namun, berkat

bimbingan, arahan, dan motivasi dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Secara khusus penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, S.H., M.A., M.M., sebagai Dekan Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Euis Amalia, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan Muamalat (Ekonomi Islam)

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag., M.H., sebagai Pembimbing Akademik Penulis.

4. Dr. Hasanudin, M.Ag., dan Djaka Badranaya, M.E., sebagai Dosen Pembimbing

Skripsi penulis yang telah memberi arahan, saran, dan ilmunya hingga penulisan

skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

vi

Page 7: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

5. Segenap pihak Bank Indonesia, khususnya Bapak Dwiyanto selaku Analisis Bank

Madya DPBS dan Bapak M. Zein Ibrahim yang telah bersedia meluangkan waktu

di tengah kesibukannya untuk membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, yang telah mengajarkan ilmu yang tidak ternilai, hingga

penulis menyelesaikan studi di Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Segenap staff akademik dan staff perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

8. Orang tua tercinta H. Ruslan dan Hj. Sayu Sa’adi yang selalu membimbing dan

men-support penulis baik moril maupun materiil tanpa pernah mengeluh dan

berputus asa.

9. Saudara dan saudari penulis; Mas Yanto, Mas Heri, Mas Udi, Mas Enjir, Mba

Nelly, Mba Widi, Mba Rahmi, Mba Erly dan adikku Aty, yang turut memberikan

kontribusi dan motivasi bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

10. Sahabat – sahabat terbaik penulis; Ikrimah, Annisa Auditasari, Evi Tamala yang

sama-sama berjuang dengan penulis dalam susah dan senang selama proses

perkuliahan hingga akhir, serta yang spesial untuk Ricka, Yovita, Ophiey, Ika,

Novita & Ratna yang selalu memberi dukungan dan mengingatkan penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini.

11. Teman-teman Mahasiswa jurusan Perbankan Syariah kelas B angkatan 2006,

khususnya Diyanti, Asril, Fajar, Egrie, Anya, Yanie, Ade, Giska, Arie, yang

selalu membantu dan menemani penulis selama masa perkuliahan berlangsung.

vii

Page 8: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

12. Dan akhirnya, semua pihak yang telah turut membantu dalam penyelesaian skripsi

ini namun tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih.

Semoga segala kebaikan yang tulus dari semua pihak dapat diterima oleh

Allah SWT serta mendapatkan pahala yang berlipat dari-Nya.

Kiranya skripsi ini masih jauh dari sempurna. Namun kritik dan saran dari

para pembaca sangat diharapkan untuk kesempurnaannya. Besar harapan penulis agar

skripsi ini dapat bermanfaat dan memberi kontribusi bagi penulis dan masyarakat

seluruhnya.

MSeptemberHRamadhanJakarta

20102143123,

Penulis

viii

Page 9: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

ix

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………….. vi

DAFTAR ISI…………………………………………………………………. ix

DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………... xii

DAFTAR TABEL……………………………………………………………. xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.................................................................. 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah............................................. 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian....................................................... 7

D. Tinjauan Pustaka............................................................................. 8

E. Definisi Operasional........................................................................ 12

F. Metode Penelitian........................................................................... 13

G. Sistematika Penulisan..................................................................... 16

BAB II LANDASAN TEORI

A. Konsep Dasar Mudharabah

1. Pengertian…………………………………………………….. 19

2. Landasan Syariah…………………………………………….. 22

3. Rukun dan Syarat……………………………………………. 25

4. Jenis – jenis Mudharabah…………………………………….. 31

Page 10: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

x

5. Prinsip Kontrak dan Skema Mudharabah…………………… 32

6. Kerugian dan Berakhirnya Akad Mudharabah……………… 37

B. Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah (FPJPS)

1. Pengertian FPJPS..................................................................... 38

2. Konsep Dasar FPJPS............................................................... 39

3. Pengaturan FPJPS.................................................................... 40

4. Karakteristik FPJPS................................................................. 41

5. Perkembangan FPJPS sampai saat ini...................................... 42

BAB III PROFIL SINGKAT BANK INDONESIA

A. Gambaran Umum Bank Indonesia sebagai Lembaga Keuangan yang

Menaungi Kebijakan FPJPS........................................................... 47

B. Sejarah Lahirnya Kebijakan Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek

Syariah (FPJPS)............................................................................... 56

BAB IV KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM

FPJPS

A. Ketentuan Umum Akad Mudharabah Berdasarkan Fatwa No: 07/DSN-

MUI/IV/2000.................................................................................. 63

B. Ketentuan Umum Akad Mudharabah dalam Kebijakan FPJPS…. 67

Page 11: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

xi

C. Analisa Penerapan Akad Mudharabah Berdasarkan Fatwa No:

07/DSN-MUI/IV/2000 dalam Kebijakan FPJPS

1. Penetapan Bagi Hasil oleh Bank Indonesia Sebesar 90%........ 70

2. Penggunaan Akad Mudharabah yang Pada Dasarnya Akad ini

Bersifat Amanah (yad al-amanah)............................................ 75

3. Kedudukan Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor

11/24/PBI/2009………………………………………………. 82

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan...................................................................................... 91

B. Saran................................................................................................ 93

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... xiv

LAMPIRAN – LAMPIRAN

Page 12: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema Pembiayaan Mudharabah ……………………………….. 36

Gambar 3.1 Independensi BI dalam Skema Ketatanegaraan…………………. 55

Gambar 4.1 Kedudukan Lembaga Tertinggi dan Tinggi Negara setelah Amandemen UUD 1945…………………………………………. 87

Page 13: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Rasio Keuangan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah… 48

Tabel 2.2 Penempatan pada Bank Indonesia – Bank Umum Syariah dan Unit

Usaha Syariah…………………………………………………….. 49

Page 14: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan bank syariah di Indonesia secara formal baru di mulai tahun

1992 dan secara serius mulai dikembangkan pada tahun 1998 yaitu sejak mulai

berdirinya Bank Muamalat Indonesia tahun 1991 sebagai bank syariah pertama di

tanah air, yang memulai kegiatan operasinya pada bulan Mei 1992. Dan dengan

diberlakukannya Undang-Undang No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah

yang terbit tanggal 16 Juli 2008, maka pengembangan industri perbankan syariah

nasional semakin memiliki landasan hukum yang memadai dan akan mendorong

pertumbuhannya secara lebih cepat lagi.

Perbankan Indonesia sendiri dalam menjalankan fungsinya berasaskan prinsip

kehati-hatian. Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan

penyalur dana masyarakat serta bertujuan untuk menunjang pelaksanaan

pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan

dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional, kearah

peningkatan taraf hidup rakyat banyak.1 Ditinjau dari segi fungsi intermediasi

perbankan syariah menunjukkan kinerja yang mengagumkan yang hampir

mendekati angka 100 persen, dengan kata lain hampir 100 persen dana pihak

1 Ikhtisar Pebankan, Institusi Perbankan di Indonesia, Artikel diakses pada tanggal 18 Februari 2010 dari http://www.bi.go.id/web/id/Perbankan/Ikhtisar+Perbankan/Lembaga+Perbankan/

Page 15: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

2

ketiga yang ada di bank syariah disalurkan kembali ke masyarakat.2

Perkembangan Bank Syariah tersebut tidak bisa dilepaskan begitu saja dari peran

Bank Indonesia.

Bank Indonesia memiliki tugas utama untuk menjaga stabilitas moneter dan

stabilitas sistem keuangan (perbankan dan sistem pembayaran). Untuk mencapai

tujuan tersebut, Bank Indonesia mempunyai fungsi sebagai lender of the last

resort (LLR), yaitu bantuan likuiditas untuk mengatasi kesulitan pendanaan

jangka pendek karena adanya mismatch yang disebabkan oleh resiko kredit atau

resiko pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, resiko manajemen ataupun resiko

pasar. Keadaan mismatch ini dapat terlihat dari posisi bank sebagai peserta

kliring. Bagi suatu bank, kalau hak tagihnya lebih kecil dari kewajiban

membayarnya menurut dokumen yang dimasukkan proses kiliring dikatakan

mengalami kalah kliring.3

Bagi bank syariah, keadaan mismatch dalam kondisi normal dapat pula

terjadi, mengingat resiko usaha yang selalu ada, baik resiko likuiditas maupun

resiko kredit.4 Kebijakan bantuan LLR pada bank syariah ini dikenal Fasilitas

Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS adalah

2 A. Riawan Amin, Perbankan Syariah Sebagai Solusi Perekonomian Nasional, Pidato Penganugerahan Gelar Doktor Honoris Causa dalam Bidang Perbankan Syariah, Disampaikan dalam Sidang Senat terbuka UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009

3 Modul SPN 02 – Sistem Kliring di Indonesia, diakses pada tanggal 20 Februari 2010 dari http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/AF3FDCB9-F4BD-4278-8B40-A02633F72D5E/836/SistemKliringBankIndonesia1.pdf

4 Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, (Jakarta: Gema Insani, 2005), h. 178

Page 16: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

3

fasilitas pendanaan berdasarkan prinsip syariah dari Bank Indonesia kepada Bank

yang hanya dapat digunakan untuk mengatasi kesulitan pendanaan jangka pendek,

dan diatur dalam Peraturan Bank Indonesia No: 11/24/PBI/2009. Akad yang

digunakan dalam FPJPS tersebut adalah akad mudharabah dengan penerapan

prinsip bagi hasil.

Ketentuan mengenai akad mudharabah sendiri diatur dalam Fatwa Dewan

Syariah Nasional dan belum diatur secara rinci dalam hukum positif. Walaupun

ketiadaan aturan hukum secara positif dipandang sebagai suatu kelemahan, tetapi

sebagai umat Islam yang berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli,

penggunaan akad mudharabah tersebut tetap harus dipertanggungjawabkan, tidak

hanya terkait antara sesama manusia saja tetapi antara manusia dengan sang

pencipta. Maka, dalam menerapkan akad mudharabah, rukun dan syarat

mudharabah mutlak harus terpenuhi di setiap transaksi. Ketentuan tersebut secara

khusus terkait dengan pemenuhan rukun, penetapan syarat-syarat pihak, ketentuan

modal, ketentuan nisbah bagi hasil/keuntungan, serta aspek trustee (kepercayaan)

dalam akad tersebut, yang menjadikan akad mudharabah bersifat amanah.

Apabila salah satu rukun maupun syarat tersebut tidak terpenuhi, berakibat pada

batalnya akad mudharabah tersebut.

Terkait dengan penggunaan akad mudharabah dalam FPJPS, terdapat

ketentuan yang bersifat kontradiktif antara Peraturan Bank Indonesia No:

11/24/PBI/2009 dan ketentuan akad mudharabah dalam literatur fiqh. Ketentuan

Page 17: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

4

mudharabah menyebutkan bahwa keuntungan proporsional bagi setiap pihak

harus diketahui dan dinyatakan dalam bentuk prosentasi (nisbah) dari keun-

tungan sesuai kesepakatan. Perubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan.

Dalam perhitungan Imbalan FPJPS menyebutkan bahwa besarnya nisbah bagi

hasil akad mudharabah bagi Bank Indonesia, ditetapkan sebesar 90% (sembilan

puluhpersen). Secara tersirat menyatakan bahwa nisbah bagi hasil ditetapkan

secara langsung oleh pihak BI tanpa ada negosiasi terlebih dahulu dengan pihak

bank umum syariah. Jadi, angka besaran nisbah ini tidak muncul sebagai hasil

tawar-menawar antara shahib al-maal dengan mudharib.

Selain itu, perhitungan imbalan fasilitas FPJPS besarnya dihitung berdasarkan

nilai nominal, tingkat realisasi imbalan, nisbah bagi hasil Bank Indonesia, dan

jumlah penggunaan fasilitas tersebut.5 Perhitungan tersebut memberi indikasi

adanya keuntungan yang dipastikan bagi salah satu pihak yang merupakan hal

ribawi, karena nisbah tersebut dihitung dari nilai nominal FPJPS.

Perlu dicatat bahwa skim mudharabah ini memiliki resiko tinggi karena

pemilik modal menyerahkan seluruh modal kepada mudharib yang menjalankan

seluruh usaha dan manajemen.6 Dan ketika terjadi kerugian yang bukan

merupakan kelalaian mudharib, pemilik modal tidak berhak menuntut ganti rugi.

5 Gemala Dewi, Aspek – aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di

Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 115

6 Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h. 173

Page 18: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

5

Penggunaan akad mudharabah dalam kebijakan FPJPS tersebut juga sangat

beresiko tinggi, mengingat kondisi perbankan yang illiquid. Sehingga resiko

modal tidak kembali sangat besar. Selain itu, berkaca pada kegagalan Bank

Indonesia sendiri dalam perannya sebagai LLR dalam kebijakan BLBI yang

diterapkan pada krisis 1998 yang penuh dengan penyelewengan menjadi sebuah

perhatian penting. Hal tersebut dikarenakan kebijakan yang mendasari pemberian

BLBI bersifat temporer, individual, subjektif dan lemah dari segi pengawasan.7

Dengan melihat dasar itulah, penulis merasa tertarik untuk melakukan

penelitian, memberikan gambaran apa dan bagaimana konsep dan mekanisme

akad mudharabah dalam kebijakan Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah

(FPJPS) serta kesesuaian penerapannya dengan prinsip syariah yang didasarkan

pada Fatwa Dewan Syariah. Sehingga penulis tertarik untuk mengambil judul

“KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM

FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK SYARIAH”.

7 Marwan Batubara, dkk., Skandal BLBI: Ramai – ramai Merampok Negara, (Jakarta: Haekal

Media Center, 2008), h. 223

Page 19: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

6

B. Pembatasan dan Perumusan Permasalahan

1. Pembatasan Masalah

Pembahasan mengenai kebijakan yang dilakukan Bank Indonesia

terhadap Bank Syariah di Indonesia sangat luas, mengingat semakin pesatnya

perkembangan Bank Syariah di Indonesia sejak berdirinya Bank Muamalat

Indonesia (BMI) pada tahun 1992. Untuk itu, pembahasan hanya akan dibatasi

pada kebijakan Bank Indonesia dalam fungsinya sebagai lender of the last

resort, analisa penerapan akad mudharabah pada kebijakan Fasilitas

Pendanaan Jangka Pendek Syariah (FPJPS) berdasarkan ketentuan umum

terhadap transaksi mudharabah menurut Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No:

07/DSN-MUI/IV/2000.

2. Perumusan Masalah

Dari pembatasan masalah tersebut, maka dapat dirumuskan bahwa

pokok-pokok permasalahan yang dibahas adalah sebagai berikut:

a) Bagaimana konsep dan mekanisme pembiayaan mudharabah yang

diberikan Bank Indonesia kepada Bank Syariah dalam FPJPS ?

b) Bagaimana ketentuan umum transaksi mudharabah menurut Fatwa Dewan

Syari’ah Nasional No: 07/DSN-MUI/IV/2000 ?

c) Apakah konsep dan mekanisme pembiayaan mudharabah dalam FPJPS

telah sesuai dengan ketentuan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No:

07/DSN-MUI/IV/2000 ?

Page 20: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penulisan

Dengan mengacu pada permasalahan diatas maka hasil penelitian

bertujuan sebagai berikut:

a) Untuk mengetahui konsep dan mekanisme akad mudharabah yang

diterapkan dalam Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah (FPJPS).

b) Untuk mengetahui ketentuan umum transaksi mudharabah berdasarkan

Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No: 07/DSN-MUI/IV/2000.

c) Untuk mengetahui kesesuaian penerapan akad mudharabah dalam

Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah (FPJPS) dengan ketentuan

Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No: 07/DSN-MUI/IV/2000.

2. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini, semoga dapat memberikan manfaat

antara lain :

a) Penulis ; penelitian ini merupakan studi awal dan menambah wawasan

tentang konsep dan mekanisme akad mudharabah dalam FPJPS serta

ketentuan akad mudharabah menurut Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No:

07/DSN-MUI/IV/2000 dan relevansinya dengan kebijakan FPJPS.

b) Fakultas ; menambah khazanah kepustakaan Ekonomi Islam dan sebagai

sumber referensi bagi mahasiswa, staf pengajar dan lainnya.

Page 21: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

8

c) Masyarakat ; memberi pengetahuan dan pemahaman tentang fatwa

mudharabah sebagai landasan transaksi ekonomi syariah sekaligus sebagai

masukan, saran, serta perbandingan bagi para praktisi dan akademisi

dalam penelitian selanjutnya.

D. Tinjauan Pustaka

Setelah membuka daftar skripsi tahun sebelumnya maka dapat disimpulkan

belum ada skripsi sebelumnya yang membahas mengenai konsep dan mekanisme

akad mudharabah dalam Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah (FPJPS).

Skripsi sebelumnya yang membahas mengenai akad mudharabah dan kebijakan

Bank Indonesia yang terdaftar dalam pustaka skripsi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta adalah :

1. Suhendar, 104053002033, Jurusan Manajemen Dakwah, Fakultas Dakwah

dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009.

“Implementasi Prinsip Mudharabah Muthalaqah dalam Sistem Pengelolaan

Produk Simpanan Qurban pada BMT Al-Fath Kedaung - Pamulang”.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Penelitian tersebut

menghasilkan fokus pembahasan mengenai implementasi akad mudharabah

al-muthlaqah yang tergambar dari prosedur dan sistem pengelolaan dana

simpanan qurban pada BMT AL-FATH IKMI. Pengelolaan dana tersebut

dilakukan dengan menggabungkan dana simpanan qurban dengan tabungan

Page 22: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

9

lainnya yang menggunakan prinsip mudharabah al-muthlaqah, kemudian

dana tersebut disalurkan kembali pada masyarakat untuk usaha dalam jangka

waktu tertentu. Nisbah bagi hasil antara penabung dengan BMT AL-FATH

IKMI adalah 20% : 80%.

2. Siti Nur Lailatul Mahmudah, 203046101762, Jurusan Perbankan Syariah,

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.

“Fungsi Jaminan dalam Pembiayaan Mudharabah (Studi Pada LKS Berkah

Madani Kelapa Dua)”. Metode penelitian yang digunakan adalah metode

penelitian deskriptif. Penelitian tersebut menghasilkan fokus pembahasan

mengenai penyertaan jaminan dalam akad mudharabah. Walaupun konteks

asli secara fikih akad mudharabah ditetapkan tanpa adanya jaminan, tetapi

penyertaan jaminan tersebut berfungsi sebagai salah satu langkah untuk

melindungi dana masyarakat agar tidak hilang begitu saja akibat keteledoran

mudharib.

3. Zulpadli, 101046122326, Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005.

“Aplikasi Pembiayaan Mudharabah pada BMT Al-Mansur”. Metode analisa

data yang digunakan adalah metode deskriptif. Fokus penelitian tersebut

membahas mengenai aplikasi akad mudharabah pada operasional pembiayaan

yang dilakukan oleh BMT Al-Mansur yang notabene 99% merupakan produk

pembiayaan mudharabah. Penelitian tersebut menghasilkan bahwa kelayakan

Page 23: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

10

pembiayaan yang dilakukan menggunakan analisa 5C (Character, Capacity,

Capital, Condition, Collateral), sedangkan masalah yang sering terjadi adalah

penyelewengan dana pembiayaan yang dilakukan oleh nasabah, seperti

penggunaan dana pembiayaan yang seharusnya bagi kepentingan produksi

justru digunakan untuk kepentingan konsumtif.

4. Nurlaila, 9946117151, Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2004.

“Mudharabah dalam perspektif Imam Mazhab (Imam Abu Hanifah, Imam

Malik, Imam Syafi’i, dan Imam Ahmad bin Hanbal)”. Metode penelitian yang

digunakan adalah penelitian kepustakaan atau Library Research. Fokus

penelitian tersebut menghasilkan bahwa para imam mazhab (Imam Abu

Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i, dan Imam Ahmad bin Hanbal)

menghalalkan kerjasama mudharabah, karena dalam kerjasama mudharabah

ini ada azas manfaat serta sangat membantu pihak-pihak yang tidak mampu,

dengan kata lain mempererat hubungan antara si kaya dengan si miskin,

sekaligus menyatukan capital dengan labour (skill dan entrepreneurship)

yang selama ini terpisah dalam sistem konvensional.

5. Ahmad Mulyadi, 9946117164, Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Syariah

dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003.

“Tinjauan Hukum Islam Terhadap Otoritas Bank Indonesia sebagai

Pengawas Bank Syariah”. Penelitian ini menggunakan metode penelitian

Page 24: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

11

deskriptif. Fokus penelitian ini membahas tentang otoritas Bank Indonesia

sebagai pengawas Bank Syariah menurut hukum Islam yang meliputi

landasan dasar otoritas Bank Indonesia sebagai pengawas bank-bank syariah,

dan pandangan hukum Islam tentang pengawasan bank syariah oleh Bank

Indonesia.

6. Cahyadin Ibnu Waqos, Jurusan perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003.

“Konsep Bank Sentral dalam Ekonomi Islam”. Penelitian ini menggunakan

metode penelitian kepustakaan atau Library Research. Fokus penelitian

tersebut menghasilkan bahwa salah satu fungsi yang utama dari Bank Sentral

adalah menjaga kepercayaan masyarakat terhadap sistem perbankan, menjaga

stabilitas harga-harga, dan sebagai bank bagi bank-bank syari’ah yang ada.

dan juga Bank Sentral Islam bertindak sebagai lender of last resort. Dimana

Bank Sentral Islam akan bertindak sebagai pusat penyedia cadangan terakhir

bagi bank-bank umum.

Sedangkan yang membedakan penelitian ini dengan penelitian-penelitian

sebelumnya adalah :

a. Objek penelitian yang dilakukan berada di Bank Indonesia sebagai lembaga

otoritas keuangan yang menaungi kebijakan Fasilitas Pendanaan Jangka

Pendek Syariah (FPJPS).

Page 25: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

12

b. Penelitian menggunakan ketentuan umum Fatwa Dewan Syari’ah Nasional

tentang Mudharabah No: 07/DSN-MUI/IV/2000.

c. Analisa konsep dan mekanisme akad mudharabah yang dipraktekkan dalam

kebijakan FPJPS berdasarkan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional tentang

Mudharabah No: 07/DSN-MUI/IV/2000.

E. Definisi Operasional

Dalam UU No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah pengertian akad

adalah kesepakatan tertulis antara Bank Syariah atau UUS dan pihak lain yang

memuat adanya hak dan kewajiban bagi masing-masing pihak sesuai dengan

Prinsip Syariah.

Menurut para fuqaha, mudharabah ialah akad antara dua pihak (orang) saling

menanggung, salah satu pihak menyerahkan hartanya kepada pihak lain untuk

diperdagangkan dengan bagian yang telah ditentukan dari keuntungan, seperti

setengah atau sepertiga dengan syarat – syarat yang telah ditentukan.8

Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah (FPJPS) diatur dalam Peraturan

Bank Indonesia No. 11/24/PBI/2009 tanggal 1 Juli 2009. FPJPS adalah fasilitas

pembiayaan dari Bank Indonesia kepada bank syariah yang hanya dapat

digunakan untuk mengatasi kesulitan. FPJPS mempunyai tujuan yaitu sebagai

8 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h. 136

Page 26: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

13

penyedia plafon pendanaan yang hanya dapat digunakan untuk mengatasi

kesulitan pendanaan jangka pendek.9

Konsep dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti rancangan.10

Sedangkan Mekanisme adalah cara kerja suatu organisasi.11 Pemaparan teori

tersebut dalam suatu penelitian berguna untuk membantu dalam memberikan

pengarahan pada penelitian. Dengan kata lain, agar penelitian lebih terarah dan

terfokus pada teori-teori yang akan dimunculkan. Pada penelitian kali ini

bahasannya terfokus pada Konsep dan Mekanisme Akad Mudharabah dalam

FPJPS.

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah dengan menggunakan metodologi

kualitatif. Metodologi kualitatif menurut pengertiannya adalah penelitian yang

bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek

penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik

dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu

9 Gemala Dewi, Aspek – aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di

Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 114

10 Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet.II, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), h. 432

11 Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet.II, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), h. 570

Page 27: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

14

konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode

alamiah.12 Penelitian ini juga merupakan penelitian deskriptif yang

dimaksudkan untuk menggali data dan informasi baik tentang proses dan

mekanisme.13 Selain itu, penelitian ini merupakan paduan dari penelitian

kepustakaan dan penelitian lapangan, karena diawali dengan telaah bahan

pustaka dan literatur.

2. Jenis Data dan Sumber Data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis data yaitu data

kualitatif berupa kata-kata atau gambar bukan angka-angka, kalaupun ada

angka-angka sifatnya hanya sebagai penunjang14. Data kualitatif ini

merupakan data yang pada umumnya sukar diukur atau menunjukkan kualitas

tertentu.15 Menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur

analisis statistik atau cara kuantifikasi lainnya. Ada dua sumber data yang

digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

12 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2006), h. 6

13 Ipah Farihah, Buku Panduan Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 35

14 Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif, (Bandung : CV. Pustaka Setia, 2002), h. 51.

15 Taliziduhu Ndraha, Research Teori Metodologi Administrasi, (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1985), h. 60

Page 28: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

15

a) Sumber Data Primer

Merupakan sumber data yang langsung memberikan data kepada

pengumpul data. Data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara

dengan pihak Bank Indonesia yang berkompeten dan ahli mengenai konsep

dan mekanisme akad mudharabah dalam kebijakan Fasilitas Pembiayaan

Jangka Pendek pada Bank Syariah (FPJPS).

b) Sumber Data Sekunder

Merupakan sumber data yang tidak langsung diberikan data kepada

pengumpul data. Data yang diperoleh dari literatur-literatur kepustakaan

seperti buku-buku, majalah, artikel atau literatur lain yang relevan dengan

pembahasan dalam penelitian ini.

3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penulisan ini, maka

teknik pengumpulan data yang digunakan adalah :

a) Penelitian kepustakaan (library research)

Yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan dan

mempelajari data-data atau bahan-bahan dari berbagai daftar kesusastraan

yang ada. Dengan cara membaca, mempelajari, mencatat, dan merangkum

teori-teori yang ada kaitannya dengan masalah pokok pembahasan melalui

buku-buku, skripsi terdahulu, majalah, surat kabar, artikel, buletin, brosur,

Page 29: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

16

internet dan media lainnya yang berhubungan dengan pembahasan

penelitian ini.

b) Penelitian Lapangan (field research)

Penulis melakukan peninjauan langsung ke lokasi, dalam hal ini Bank

Indonesia sebagai otoritas bank sentral yang mengeluarkan kebijakan

Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah (FPJPS) dengan menerapkan

akad mudharabah, sehingga dapat melakukan observasi langsung

kegiatan-kegiatan yang terjadi disana. Penulis juga menggunakan teknik

wawancara atau interview dengan narasumber yang cakap dan

berkompeten pada bidangnya untuk memberikan keterangan dari masalah

yang sedang dibahas.

4. Teknik Penulisan Skripsi

Adapun teknik penulisan dalam penulisan skripsi ini adalah

menggunakan “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta 2007”.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan dalam menyusun skripsi ini adalah

sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan, yang meliputi Latar Belakang Masalah, Pembatasan

dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan

Page 30: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

17

Pustaka, Kerangka Teori, Metode Penelitian serta Sistematika

Penulisan.

BAB II Tinjauan Umum Akad Mudharabah, Fatwa Dewan Syariah

Nasional, dan Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah

(FPJPS), bab ini membahas tentang pengertian, landasan syariah,

rukun dan syarat, jenis-jenis, prinsip kontrak, skema, dan pendapat

ulama tentang mudharabah, dan tinjauan umum mengenai fatwa yang

meliputi pengertian, dasar hukum, kedudukan, dan syarat fatwa, serta

mengenai kebijakan Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah

(FPJPS) dalam literatur syariah meliputi pengertian dan konsep dasar

FPJPS, pengaturan FPJPS, karakteristik FPJPS, perkembangan

FPJPS sampai saat ini dan praktek fasilitas pendanaan likuiditas oleh

Bank Sentral di Negara lain.

BAB III Gambaran Umum Terhadap Bank Indonesia sebagai Lembaga

Otoritas yang Menaungi Kebijakan FPJPS, bab ini membahas

sekilas tentang profil singkat Bank Indonesia sebagai lembaga otoritas

jasa keuangan yang menaungi kebijakan FPJPS dan sejarah lahirnya

kebijakan Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah (FPJPS).

BAB IV Konsep dan Mekanisme Akad Mudharabah dalam Fasilitas

Pendanaan Jangka Pendek Syariah (FPJPS), merupakan bagian

pembahasan mengenai analisa penerapan akad mudharabah dalam

Page 31: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

18

FPJPS mulai dari ketentuan umum akad mudharabah berdasarkan

Fatwa No: 07/DSN-MUI/IV/2000, ketentuan umum akad mudharabah

dalam kebijakan FPJPS, serta analisa penerapan akad mudharabah

berdasarkan Fatwa No: 07/DSN-MUI/IV/2000 dalam kebijakan

FPJPS.

BAB V Penutup

Merupakan bagian terakhir penulisan yang akan menunjukkan pokok-

pokok penting dari keseluruhan pembahasan ini. Bagian ini

menunjukkan jawaban ringkas dari permasalahan yang dibahas pada

bagian permasalahan di atas yang berisi kesimpulan dan saran.

Page 32: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

19

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konsep Dasar Mudharabah

1. Pengertian

Mudharabah berasal dari akronim, “Ad-dhorbu fi’l ardhi”, bepergian

untuk berdagangan. Sinonim kata ini ialah qiradh, yang berasal dari kata Al-

Qardhu atau potongan, karena pemilik memotong sebagian hartanya untuk

diperdagangkan dan memperoleh sebagian keuntungannya, dan sering pula

disebut dengan kata muamalah. Menurut Imam Syafi’i, Qiradh menurut logat,

artinya seseorang pergi berdagang. Menurut istilah harta yang diserahkan

kepada seseorang supaya diperdagangkan, sedang keuntungan dibagi

(bersyarikat) antara keduanya.1

Secara terminologi, ulama fikih mendefinisikan mudharabah atau qiradh

dengan, “Pemilik modal menyerahkan modalnya kepada pekerja (pedagang)

untuk diperdagangkan, sedangkan keuntungan dagang itu dibagi menurut

kesepakatan bersama.” Apabila terjadi kerugian dalam perdagangan tersebut,

kerugian ini ditanggung sepenuhnya oleh pemilik modal. Definisi ini

1Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 13, terjemahan Kamaluddin A. Marzuki, (Bandung: Al-Ma’arif,

1987), h. 31

Page 33: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

20

menunjukkan bahwa yang diserahkan kepada pekerja (ahli dagang) tersebut

adalah berbentuk modal, bukan manfaat seperti penyewaan rumah.2

Menurut Nabil A. Saleh, hampir seluruh aliran hukum dalam hukum

Islam mengartikan mudharabah dalam pengertian:

"A contract between at least two parties whereby one party, called the investor

(rabb Al-mal) enturst money to the other party called the agent-manager

(mudharib) who is to trade with it in an agreed manner and then return to the

investor the principal and a preagreed share of the profit and keep for him self

what remains of such profits."3

Menurut Abdur Rahman L. Doi, mudharabah dalam terminologi hukum

adalah suatu kontrak di mana suatu kekayaan (property) atau persediaan (stock)

tertentu (Ras Al-mal) ditawarkan oleh pemiliknya atau pengurusnya (Rabb Al-

mal) kepada pihak lain untuk membentuk suatu kemitraan (joint partnership)

yang diantara kedua pihak dalam kemitraan itu akan berbagi keuntungan. Pihak

yang lain berhak untuk memperoleh keuntungan karena kerjanya mengelola

kekayaan itu. Orang ini disebut mudharib. Perjanjian ini adalah suatu contract of

co-partnership.4

2 Abdul Azis Dahlan, et.al., Ensiklopedi Hukum Islam, jilid 4, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve,

1996), h. 1196.

3 Sutan Remi Sjahdeini, Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia, (Jakarta: PT. Temprint, 1999), h. 29

4 Sutan Remi Sjahdeini, Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia, (Jakarta: PT. Temprint, 1999), h. 29

Page 34: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

21

Mazhab Hanafi, mudharabah adalah 'Akad atas suatu syarikat dalam

keuntungan dengan modal harta dari satu pihak dan dengan pekerjaan (usaha)

dari pihak yang lain'. Mazhab Maliki, mudharabah adalah 'Suatu pemberian

modal (taukil) untuk berdagang dengan mata uang tunai yang diserahkan

(kepada pengelola) dengan mendapatkan sebagian dari keuntungan jika

diketahui jumlah dan keuntungan'. Mazhab Syafi'i, mudharabah adalah 'Suatu

akad yang memuat penyerahan modal kepada orang lain untuk

mengusahakannya dan keuntungannya dibagi antara mereka berdua'. Mazhab

Hambali, mudharabah adalah 'Penyerahan suatu modal tertentu dan jelas

jumlahnya atau semaknanya kepada orang yang mengusahakannya dengan

mendapatkan bagian tertentu dari keuntungannya'.5

Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 07/DSN-MUI/IV/2000,

pembiayaan mudharabah adalah pembiayaan yang disalurkan oleh LKS kepada

pihak lain untuk usaha yang produktif.

Jadi definisi yang representatif sebagai jalan tengah kelengkapan definisi

dari beberapa ahli maupun mazhab menurut hemat penulis, mudharabah adalah

suatu akad (kontrak) kerjasama antara pemilik modal dengan pengelola dimana

keuntungan dari usaha tersebut akan dibagi menurut kesepakatan bersama.

5 Muhamad, Tehnik Perhitungan Bagi Hasil di Bank Syariah, (Yogyakarta: UII Press, 2001), h. 47

Page 35: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

22

2. Landasan Syariah

Akad seperti ini dibolehkan dalam Islam, karena bertujuan untuk saling

membantu antara pemilik modal dan seorang ahli dalam memutar uang.6 Secara

umum landasan dasar syariah mudharabah lebih mencerminkan anjuran untuk

melakukan usaha. Hal ini tampak dari ayat – ayat dan hadis berikut ini:

a. Al – Qur’an

1. Firman Allah QS. al-Muzzammil [73]: 20:

وءاخرون يضربون في األرض يبتغون من فضل اهللا

“Dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah.” (QS. 73:20)

2. Firman Allah QS. al-Jumuah [62]: 10:

فإذا قضيت الصالة فانتشروا في األرض وابتغوا من فضل اهللا واذآروا اهللا آثيرا لعلكم تفلحون

“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” (QS. 62:10)

3. Firman Allah QS. al-Baqarah [2]: 198:

ليس عليكم جناح أن تبتغوا فضال من ربكم“Tidak ada dosa bagimu mencari karunia (rezki hasil perniagaan) dari Rabbmu.” (QS. 2:198)

6 Abdul Azis Dahlan, et.al., Ensiklopedi Hukum Islam, jilid 4, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve,

1996), h. 1196.

Page 36: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

23

b. Al – Hadis

1. Hadis Nabi riwayat Thabrani:

آان سيدنا : روى ابن عباس رضي اهللا عنهما أنه قال العباس بن عبد المطلب اذا دفع المال مضاربة اشترط على صاحبه أن اليسلك به بحرا والينزل به واديا واليشترى به دابة ذات آبد رطبة فان فعل ذلك ضمن فبلغ

عليه وسلم فأجازهاهللاهللا صلى شرطه رسول “Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Sayyidina Abas bin Abdul Muthalib jika memberikan dana ke mitra usahanya secara mudharabah ia mensyaratkan agar dananya tidak dibawa mengarungi lautan, menuruni lembah yang berbahaya atau membeli ternak, jika menyalahi peraturan lersebut yang bersangkutan bertanggungjawab atas dana tersebut. Disampaikanlah syarat-syarat tersebut kepada Rasulullah SAW, dan rasulullah pun membolehkannya.” (HR. Thabrani)

2. Hadis Nabi riwayat Ibnu Majah

قال رسول اهللا : عن صالح ابن صهيب عن ابيه قال صلى اهللا عليه وسلم ثالث فيهن البرآة البيع إلى أجل

رواه (والمقارضة وخلط البر بالشعير للبيت ال للبيع )ابن ماجه عن صهيب

Dari Shalih bin Suhaib r.a. bahwa Rasulullah saw bersabda, "Tiga hal yang didalamnya terdapat keberkatan: jual beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung unluk keperluan rumah, bukan untuk dijual". (HR. Ibnu Majah no 2280, Kitab At-Tijarat)

Page 37: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

24

3. Hadis Nabi

الضرر والضرار

“Tidak boleh membahayakan diri sendiri maupun orang lain” (HR. Ibnu

Majah, Daraquthni, dan yang lain dari Abu Sa’id al-Khudri).

c. Ijma

Diriwayatkan, sejumlah sahabat menyerahkan (kepada orang, mudharib)

harta anak yatim sebagai mudharabah dan tak ada seorang pun mengingkari

mereka. Karenanya, hal itu dipandang sebagai ijma’ (Wahbah Zuhaily, al-Fiqh

al-Islami wa Adillatuhu, 1989, 4/838).7

d. Qiyas

Mudharabah diqiyaskan kepada al-musaqah (menyuruh seseorang

untuk mengelola kebun). Selain di antara manusia, ada yang miskin dan ada

pula yang kaya. Di satu sisi, banyak orang kaya yang tidak dapat

mengusahakan hartanya. Di sisi lain, tidak sedikit orang miskin yang

mau bekerja, tetapi tidak memiliki modal. Dengan demikian, adanya

mudharabah ditujukan antara lain untuk memenuhi kebutuhan kedua

7 Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No: 07/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Pembiayaan

Mudharabah (Qiradh).

Page 38: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

25

golongan di atas, yakni untuk kemaslahatan manusia dalam rangka

memenuhi kebutuhan mereka.8

e. Kaidah Fiqh

األصل فى المعامالت اإلباحة إال أن يدل الدليل على تحريمها

“Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya.”

3. Rukun dan Syarat

Menurut ulama Mazhab Hanafi, rukun mudharabah tersebut hanyalah ijab

(ungkapan penyerahan modal dari pemiliknya) dan kabul (ungkapan menerima

modal dan persetujuan mengelola modal dari pedagang). Jumhur ulama

mengatakan bahwa rukun mudharabah adalah:

a. عاقدان (kedua pihak yang mengadakan persetujuan) b. صيغة (ucapan pernyataan) c. مال (harta sebagai modal) d. عمل (kerja) e. ربح (keuntungan) Untuk masing-masing rukun tersebut di atas terdapat syarat – syarat yang harus

dipenuhi:

8 Rachmat Syafe’i, Fiqih Muamalah untuk IAIN, STAIN, PTAIS, dan Umum, (Bandung: Pustaka

Setia, 2001), h. 226

Page 39: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

26

a. Kedua pihak yang mengadakan persetujuan

Yang terkait dengan orang yang melakukan transaksi haruslah orang yang

cakap bertindak hukum dan cakap diangkat sebagai wakil.

b. Ucapan pernyataan

Ucapan (sighat) yaitu penawaran dan penerimaan (ijab dan kabul) harus

diucapkan oleh kedua pihak guna menunjukkan kemauan mereka untuk

menyempurnakan kontrak. Sighat tersebut harus sesuai dengan hal – hal

berikut:

1) Secara eksplisit dan implisit menunjukkan tujuan kontrak.

2) Sighat dianggap tidak sah jika salah satu pihak menolak syarat-syarat

yang diajukan dalam penawaran. Atau, salah satu pihak meninggalkan

tempat berlangsungnya negosiasi kontrak tersebut, sebelum kesepakatan

disempurnakan.

3) Kontrak boleh dilakukan secara lisan atau verbal, bisa juga secara tertulis

dan ditandatangani. Akademi Fiqih Islam dari Organisasi Konferensi

Islam (OKI) membolehkan pula pelaksanaan kontrak melalui

korespondensi, atau dengan menggunakan cara-cara komunikasi modern

seperti faksimili atau komputer.9

c. Harta sebagai modal

Yang terkait dengan modal, disyaratkan:

9 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah; Wacana Ulama dan Cendikiawan, (Jakarta: Tazkia Institute, 1999), h. 174

Page 40: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

27

1) Berbentuk uang

2) Jelas jumlahnya

3) Tunai

4) Diserahkan sepenuhnya kepada mudharib. Karena pada hakikatnya, bila

modal tidak diserahkan oleh shahibul maal, maka perjanjian

mudharabah tidak sah.10

Jika modal itu berbentuk barang, menurut ulama tidak diperbolehkan, karena

sulit untuk menentukan keuntungannya. Demikian juga halnya dengan

utang. Utang tidak dapat dijadikan modal mudharabah. Tetapi, jika modal

tersebut berupa al-wadiah, yaitu titipan pemilik modal kepada pedagang,

maka wadiah itu boleh dijadikan modal mudharabah. Apabila sebagian

modal itu tetap dipegang oleh pemilik modal, dalam arti tidak diserahkan

seluruhnya, menurut ulama Mazhab Hanafi, Maliki, dan Syafi’i hal itu tidak

diperbolehkan. Namun, ulama Mazhab Hanbali menyatakan bahwa sebagian

modal tersebut boleh berada di tangan pemilik modal, asalkan tidak

mengganggu kelancaran usaha tersebut.11

d. Kerja

10 Sutan Remi Sjahdeini, Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata Hukum Perbankan

Indonesia, (Jakarta: PT. Temprint, 1999), h. 32

11 Abdul Azis Dahlan, et.al., Ensiklopedi Hukum Islam, jilid 4, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996), h. 1197

Page 41: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

28

Mengenai kerja atau jenis usaha pengelolaan ini sebagian ulama, khususnya

Syafi’i dan Maliki, mensyaratkan bahwa usaha itu hanya berupa usaha

dagang (commercial). Tetapi Abu Hanifah membolehkan usaha apa saja

selain berdagang, termasuk kegiatan kerajinan atau industri.12

Kegiatan usaha oleh pengelola (mudharib), sebagai perimbangan (muqabil)

modal yang disediakan oleh penyedia dana, harus memperhatikan hal-hal

berikut:

1) Kegiatan usaha adalah hak eksklusif mudharib, tanpa campur tangan

penyedia dana, tetapi ia mempunyai hak untuk melakukan pengawasan.

Namun mazhab Hanbali mengizinkan partisipasi penyedia dana dalam

pekerjaan itu.

2) Penyedia dana tidak boleh mempersempit tindakan pengelola sedemikian

rupa yang dapat menghalangi tercapainya tujuan mudharabah, yaitu

keuntungan.

3) Pengelola tidak boleh menyalahi hukum Syari’ah Islam dalam

tindakannya yang berhubungan dengan mudharabah, dan harus

mematuhi kebiasaan yang berlaku dalam aktifitas itu.

4) Pengelola harus mematuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh penyedia

dana jika syarat-syarat itu tidak bertolak belakang dengan isi kontrak

mudharabah.

12 Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005), h. 104

Page 42: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

29

e. Keuntungan

Keuntungan adalah jumlah yang didapat sebagai kelebihan dari modal.

Keuntungan adalah tujuan akhir mudharabah. Keuntungan terikat oleh

syarat-syarat berikut:

1) Keuntungan harus dibagi untuk kedua pihak. Salah satu tidak

diperkenankan mengambil seluruh keuntungan tanpa membagi pada

pihak lain.

2) Proporsi keuntungan masing-masing pihak harus diketahui pada waktu

berkontrak dan proporsi tersebut harus dari keuntungan. Yang

dinyatakan dengan prosentase nisbah. Misalnya 60% dari keuntungan

untuk pemodal dan 40% dari keuntungan untuk pengelola. Karena itu

Mudharabah menjadi tidak sah jika keuntungannya dibagi dengan,

menentukan jumlah tertentu dari keuntungan seperti Rp 100.000,00 atau

Rp 150.000,00 atau menentukan salah satu pihak mendapat jumlah yang

tidak jelas dari keuntungan.

3) Kalau jangka waktu akad mudharabah relatif lama, tiga tahun ke atas

maka, nisbah keuntungan dapat disepakati untuk ditinjau dari waktu ke

waktu.

4) Kedua belah pihak juga harus menyepakati biaya-biaya apa saja yang

ditanggung pengelola. Kesepakatan ini penting karena biaya akan

mempengaruhi nilai keuntungan.

Page 43: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

30

Terkait dengan hukum yang menyangkut keuntungan, ada tiga hal yang

menjadi pembahasan, yaitu:

1) Pengakuan Keuntungan

Harus ditentukan suatu waktu untuk menilai keuntungan yang dicapai

dalam suatu mudharabah. Menurut Akademi Fiqih Islam OKI,

“Keuntungan dapat dibayarkan (due) ketika diakui, dan dimiliki dengan

pernyataan atau revaluasi, dan hanya bisa dibayarkan pada waktu

dibagikan.”13

2) Hak terhadap Keuntungan

Mazhab Hanafi dan sebagian mazhab Syafi'i mengatakan bahwa

keuntungan harus diakui seandainya keuntungan usaha sudah diperoleh

(walaupun belum dibagikan). Sedangkan mazhab Maliki dan sebagian

mazhab Hambali menyebutkan bahwa keuntungan hanya dapat diakui

hanya ketika dibagikan secara tunai kepada kedua pihak.

3) Distribusi Keuntungan

Distibusi atau pembagian keuntungan umumnya dilakukan dengan

mengembalikan lebih dahulu modal yang ditanamkan shahibul maal.

Meskipun demikian kebanyakan ulama menyetujui bila kedua pihak

sepakat membagi keuntungan tanpa mengembalikan modal. Tentu saja

13 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah; Wacana Ulama dan Cendikiawan, (Jakarta:

Tazkia Institute, 1999), h. 178

Page 44: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

31

hal tersebut berlaku sepanjang kerja sama mudharabah masih

berlangsung.

Para ulama berbeda pendapat tentang keabsahan menahan untung. Bila

keuntungan telah dibagikan, setelah itu mengalami kerugian, sebagian

ulama berpendapat bahwa pengelola diminta untuk menutupi kerugian

tersebut dari keuntungan yang telah dibagikan kepadanya.14

4. Jenis – Jenis Mudharabah

Secara umum mudharabah terbagi kepada dua jenis, yaitu: mudharabah

muthlaqah dan mudharabah muqayyadah.

a. Mudharabah Muthlaqah

Transaksi yang dimaksud dengan mudharabah muthlaqah adalah bentuk kerja

sama antara shahibul maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak

dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu dan daerah bisnis. Dalam

pembahasan fiqih ulama Salaf ash Shalih sering kali dicontohkan dengan

ungkapan if' al ma syi'ta (lakukan sesukamu) dari shahibul maal ke mudharib

yang memberi kekuasaan sangat besar.

b. Mudharabah Muqayyadah

14 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah; Wacana Ulama dan Cendikiawan, (Jakarta:

Tazkia Institute, 1999), h. 178.

Page 45: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

32

Mudharabah Muqayyadah atau disebut juga dengan istilah restricted

mudharabah/specified mudharabah adalah kebalikan dari mudharabah

muthlaqah. Si mudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu atau tempat

usaha. Adanya pembatasan ini seringkali mencerminkan kecenderungan umum

si shahibul maal memasuki dunia usaha.15

5. Prinsip Kontrak dan Skema Mudharabah

Prinsip Kontrak

"Nisbah adalah rukun yang khas dalam akad mudharabah, yang tidak

ada dalam akad jual beli. Nisbah ini mencerminkan imbalan yang berhak

diterima oleh kedua pihak yang bermudharabah."16 Besarnya nisbah

ditentukan berdasarkan kesepakatan masing- masing pihak yang

berkontrak. Jadi, angka besaran nisbah ini muncul sebagai hasil tawar-

menawar antara shahib al-maal dengan mudharib. Dalam pembiayaan

mudharabah (bagi hasil) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh kedua

belah pihak, yaitu: (1) nisbah bagi hasil yang disepakati; (2) tingkat keuntungan

bisnis aktual yang didapat.17

15 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah bagi Bankir dan Praktisi Keuangan, (Jakarta:

Tazkia Institute, 1999), h. 151

16 Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), h. 194.

17 Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005), h. 109

Page 46: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

33

Ada dua faktor yang mempengaruhi bagi hasil, yaitu faktor langsung dan faktor

tidak langsung.

Faktor Langsung

Diantara faktor-faktor langsung (direct factors) yang mempengaruhi

perhitungan bagi hasil adalah invesment rate, jumlah dana yang tersedia dan

nisbah bagi hasil.

a. Invesment rate merupakan persentase aktual dana yang diinvestasikan dari

total dana. Jika bank menentukan invesment rate sebesar 80 persen, hal ini

berarti 20 persen dari total dana dialokasikan untuk memenuhi likuiditas.

b. Jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan merupakan jumlah dana

dari berbagai sumber dana yang tersedia untuk diinvestasikan. Dana

tersebut dapat dihitung dengan menggunakan salah satu metode yaitu rata-

rata saldo minimum bulanan dan rata-rata total saldo harian. Invesment rate

dikalikan dengan jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan,

akan menghasilkan jumlah dana aktual yang digunakan.18

c. Nisbah (profit sharing ratio)

Salah satu ciri mudharabah adalah nisbah yang harus ditentukan dan

disetujui pada awal perjanjian. Besaran nisbah bisa berbeda antara satu

pihak dengan pihak lain yang berkontrak.

18 Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2002), h. 106

Page 47: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

34

Faktor tidak Langsung

Faktor-faktor tidak langsung yang mempengaruhi perhitungan bagi hasil adalah:

a. Penentuan butir-butir pendapatan dan biaya mudharabah

1) Shahibul Maal dan Mudharib akan melakukan share baik dalam

pendapatan maupun biaya. Pendapatan yang dibagihasilkan merupakan

pendapatan yang diterima setelah dikurangi biaya-biaya;

2) Jika semua biaya ditanggung bank, hal ini disebut revenue

sharing.

b. Kebijakan akunting (prinsip dan metode akunting). Bagi hasil secara tidak

langsung dipengaruhi oleh berjalannya aktivitas yang diterapkan,

terutama sehubungan dengan pengakuan pendapatan dan biaya.

Terkait dengan cara menentukan nisbah bagi hasil yang merupakan

aspek yang disepakati bersama antara dua belah pihak yang melakukan

transaksi, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:

a. Data usaha;19

b. Kemampuan angsuran;20

c. Hasil usaha yang dijalankan atau tingkat return aktual bisnis;21

d. Tingkat return yang diharapkan;22

19 Dilihat dari keterangan perusahaan.

20 Dilihat dari Cash Flow.

21 Dilihat dari Laporan Keuangan.

Page 48: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

35

e. Nisbah pembiayaan;

f. dan Distribusi pembagian hasil;

Penentuan nisbah bagi hasil pada produk pendanaan di Bank Syariah

biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: jenis produk simpanan,

perkiraan pendapatan investasi dan biaya operasional bank. Pertama-tama

dihitung besarnya tingkat pendapatan investasi yang dapat dibagikan kepada

nasabah. Ekspektasi pendapatan ini dihitung oleh bank syariah dengan melihat

performa kegiatan ekonomi di sektor-sektor yang menjadi tujuan investasi,

misalnya di sektor properti, perdagangan, pertanian, telekomunikasi atau sektor

transportasi. Setiap sektor ekonomi memiliki karakteristik dan performa yang

berbeda-beda, sehingga akan memberikan return investasi yang berbeda-beda

juga.

Sebagaimana layaknya seorang investment manager, bank syariah akan

menggunakan berbagai indikator ekonomi dan keuangan yang dapat

mencerminkan kinerja dari sektoral tersebut untuk menghitung

ekspektasi/proyeksi return investasi. Termasuk juga indikator historis (track

record) dari aktivitas investasi bank syariah yang telah dilakukan, yang

tercermin dari nilai rata-rata dari seluruh jenis pembiayaan iB yang selama ini

telah diberikan ke sektor riil. Dari hasil perhitungan tersebut, maka dapat

22 Dengan pembiayaan yang diberikan tersebut bisa meningkatkan return atau tidak.

Page 49: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

36

diperoleh besarnya pendapatan investasi dalam bentuk equivalent rate yang

akan dibagikan kepada nasabah.23

Skema Mudharabah24

Gambar 2.1. Skema Pembiayaan Mudharabah

6. Kerugian dan Berakhirnya Akad Mudharabah

23 Menghitung Bagi Hasil iB, diakses pada tanggal 25 Mei 2010 dari

http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/D6B8DE61-4B67-4C34-BCB3-4959A394CE1C/17636/Menghitung_Bagi_Hasil_iB.pdf

24 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah bagi Bankir dan Praktisi Keuangan, (Jakarta: Tazkia Institute, 1999), h. 153

Page 50: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

37

Kerugian dalam mudharabah adalah ketidakmampuan mudharib

dalam membayar cicilan pokok senilai pembiayaan yang telah diterimanya

atau jumlah seluruh cicilan lebih kecil dari pembiayaan yang telah

diterimanya. Kerugian ditanggung oleh pemilik modal, kecuali akibat:

a. Nasabah melanggar syarat yang telah disepakati;

b. Nasabah lalai dalam menjalankan modalnya;25

Pemilik modal tidak boleh mensyaratkan kepada mudharib untuk

menanggung kerugian yang akan terjadi, karena ia adalah orang yang

mendapatkan amanah (amin) sedangkan orang yang mendapatkan amanah tidak

menanggung atas suatu kerugian. Dan apabila terjadi kesepakatan yang

demikian, maka akad qiradh menjadi rusak (fasid) karena menyalahi aturan

dalam qiradh.26

Akad mudharabah dinyatakan berakhir atau batal dalam hal-hal sebagai berikut:

a. Masing-masing pihak menyatakan batal, atau pekerja dilarang untuk

bertindak hukum terhadap modal yang diberikan, atau pemilik modal

menarik modalnya.

b. Salah seorang yang berakad meninggal dunia.

25 Muhammad, Teknik Perhitungan Bagi Hasil dan Profit Margin pada Bank Syariah,

(Yogyakarta: UII Press, 2004), h. 74

26 Ash-Shadiq Abdurrahman Al-Gharyani, Fatwa-Fatwa Muamalah Kontemporer, (Surabaya: Penerbit Pustaka Progressif, 2004), h. 98

Page 51: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

38

c. Salah seorang yang berakad gila, karena orang gila tidak cakap lagi

bertindak hukum.

d. Pemilik modal murtad (keluar dari agama Islam), menurut Imam Abu

Hanifah, akad mudharabah batal.27

e. Modal habis ditangan pemilik modal sebelum dikelola oleh mudharib.

B. Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah (FPJPS)

1. Pengertian Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah (FPJPS)

FPJPS adalah fasilitas pembiayaan dari Bank Indonesia kepada bank

syariah yang hanya dapat digunakan untuk mengatasi kesulitan. FPJPS

mempunyai tujuan sebagai penyediaan plafond pendanaan yang hanya dapat

digunakan untuk mengatasi kesulitan pendanaan jangka pendek. Kesulitan

jangka pendek adalah keadaan yang disebabkan oleh terjadinya arus dana masuk

yang lebih kecil dibandingkan dengan arus dana masuk yang lebih kecil

dibandingkan dengan arus dana keluar. FPJPS hanya dapat diberikan maksimum

sebesar kewajiban yang tidak dapat diselesaikan oleh bank syariah pada saat

penyelesaian akhir.28

27 Abdul Azis Dahlan, et.al., Ensiklopedi Hukum Islam, jilid 4, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve,

1996), h. 1198.

28 Wirdyaningsih, et.al., Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2005), h. 152

Page 52: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

39

2. Konsep Dasar Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah (FPJPS)

Bank Indonesia memiliki fungsi sebagai jaring pengaman sistim

keuangan melalui fungsi bank sentral sebagai lender of the last resort (LLR).

LLR atau lender of the last resort inilah yang menjadi konsep dasar dari

penetapan FPJPS. Konsep dasar FPJPS ini merupakan konsep LLR (Lender of

The Last Resort).

Lender of the last resort (LLR) dapat didefinisikan sebagai fasilitas

likuiditas yang diberikan secara diskresioner kepada suatu lembaga keuangan

(atau pasar secara keseluruhan) oleh bank sentral sebagai respon terhadap suatu

gejolak yang mengganggu, yang menimbulkan peningkatan permintaan yang

berlebihan terhadap likuiditas yang tidak dapat dipenuhi dari sumber alternatif

(Freixas et al., 1999). Konsep LLR bermula pada awal abad ke 19 oleh Henry

Thornton (1802) yang mengemukakan elemen-elemen dasar praktik bank sentral

yang baik dalam kaitannya dengan pemberian pinjaman darurat. Kemudian,

Walter Bagehot (1873), yang lebih dikenal sebagai peletak teori LLR modern

mengembangkan karya Thornton (meskipun sama sekali tidak merujuk

namanya). Bagehot mengemukakan tiga prinsip pemberian LLR yakni: (i) beri

pinjaman jika didukung dengan agunan yang memadai (hanya untuk bank

solven); (ii) beri pinjaman dengan suku bunga pinalti (hanya untuk bank

Page 53: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

40

illikuid); dan (iii) umumkan kesediaan untuk meminjamkan tanpa batas (untuk

meyakinkan kredibilitas).29

Penetapan kebijakan LLR di Indonesia sendiri diatur dengan Undang-

Undang30, Bank Indonesia dapat memberikan fasilitas LLR baik untuk kondisi

normal maupun untuk mencegah krisis sistemik. Sesuai pasal 11 ayat 1 dan 2

Undang-Undang tersebut LLR untuk kondisi normal diberikan kepada Bank

untuk mengatasi kesulitan pendanaan jangka pendek dalam bentuk kredit atau

pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah untuk jangka waktu paling lama 90

(sembilan puluh) hari yang wajib dijamin dengan agunan yang berkualitas tinggi

dan mudah dicairkan yang nilai minimalnya sebesar jumlah kredit atau

pembiayaan yang diterimanya.

3. Pengaturan Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah (FPJPS)

Pengaturan mengenai Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah

(FPJPS) tercantum dalam Peraturan Bank Indonesia No. 11/24/PBI/2009

Pengganti Peraturan Bank Indonesia No. 7/23/PBI/2005 tentang perubahan atas

Peraturan Bank Indonesia No. 5/3/PBI/2003 tentang Fasilitas Pembiayaan

jangka Pendek bagi Bank Syariah.

29 Sukarela Batunanggar, Jaring Pengaman Keuangan : Kajian Literatur dan Praktiknya di

Indonesia, Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan, diakses pada 18 Februari 2010 dari http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/E9161ADE-FA45-47E6-B8DC-540D9FC6BBD4/8042/03jpk.pdf

30 Undang-Undang Republik Indonesia No.23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah menjadi Undang-Undang Republik Indonesia No.3 Tahun 2004

Page 54: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

41

4. Karakteristik Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah (FPJPS)

Karakteristik FPJPS sebagai berikut :

a. Merupakan pelaksanaan fungsi Bank Indonesia sebagai The Lender of Last

Resort;

b. Diberikannya FPJPS bagi bank syariah atau unit usaha syariah Bank

Konvensional yang mengalami kesulitan pendanaan jangka pendek karena

system kliring dan/atau karena pemakaian fasilitas pendanaan dalam rangka

Real Time Gross Settlement (RTGTS) Bank Indonesia;

c. Bank syariah atau unit usaha syariah Bank Konvensional pemohon harus

memenuhi tingkat kesehatan secara keseluruhan “Cukup Sehat” (CS)

sekurang-kurangnya dalam 3 (tiga) bulan terakhir dan “Sehat” (S) dalam

permodalan;

d. Bersifat likuid dengan kualitas agunan yang tinggi, mudah dicairkan dan

tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan tercatat di bank Indonesia;

e. Agunan yang dapat dijaminkan berupa Sertifikat Wadiah Bank Indonesia

(SWBI) dan surat berharga lainnya atau tagihan lainnya;

f. Besarnya imbalan FPJPS yang dihitung berdasarkan nilai nominal investasi,

tingkat realisasi imbalan, nisbah bagi hasil Bank Indonesia, dan jumlah

penggunaan fasilitas tersebut.

g. Mekanisme Operasional FPJPS; Penggunaan FPJPS dilakukan dengan

alasan karena apabila saldo negatif tersebut tidak dapat ditutup sampai

Page 55: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

42

dengan pukul 09.00 WIB hari kerja berikutnya, maka bank tersebut dapat

dikenakan sanksi penghentian sementara dari kliring local Bank Indonesia.

Rumus perhitungan besarnya imbalan FPJPS adalah sebagai berikut :

X = P x R x k x t/360

Keterangan :

X = Besarnya imbalan yang diterima Bank Indonesia

P = Jumlah nominal FPJPS

R = Realisasi tingkat imbalan sebelum didistribusikan pada bulan terakhir

atas deposito mudharabah 1 bulan bank penerima FPJPS dalam hal deposito

mudharobah 3 bulan tidak tersedia.

k = Nisbah bagi hasil Bank Indonesia.

t = Jumlah hari kalender penggunaan FPJPS.

5. Perkembangan Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah (FPJPS)

sampai saat ini

Sebagai sebuah negara yang perekonomiannya terbuka, Indonesia tak

luput dari imbas krisis keuangan yang berawal dari Amerika Serikat, yang

menerpa negara-negara lainnya, dan kemudian meluas menjadi krisis ekonomi

secara global yang dirasakan sejak semester kedua tahun 2008. International

Monetary Fund (IMF) memperkirakan terjadinya perlambatan pertumbuhan

ekonomi dunia dari 3,9% pada 2008 menjadi 2,2% pada tahun 2009.

Perlambatan ini tentu saja mempengaruhi kinerja ekspor nasional, yang pada

Page 56: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

43

akhirnya berdampak kepada laju pertumbuhan ekonomi nasional. Kasus yang

masih hangat di benak kita akibat krisis global tersebut adalah pemberian FPJP

(Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek) bagi Bank Century.

Eksposure pembiayaan perbankan syariah yang masih lebih diarahkan

kepada aktivitas perekonomian domestik, sehingga belum memiliki tingkat

integritas yang tinggi dengan sistem keuangan global dan belum memiliki

tingkat sofistikasi yang tinggi adalah dua faktor yang “menyelamatkan” bank

syariah dari dampak langsung guncangan ekonomi global.31

Eksposure pembiayaan perbankan syariah tersebut yang menjadi salah

satu indikator yang menjadi alasan belum digunakannya Fasilitas Pendanaan

Jangka Pendek Syariah (FPJPS) oleh Bank Syariah hingga saat ini, bahkan

ketika terjadi krisis finansial global.

Indikator lain yang menjadi alasan belum digunakannya Fasilitas

Pendanaan Jangka Pendek Syariah (FPJPS) adalah pertumbuhan Bank Syariah

di Indonesia yang cukup baik, yang tergambar dalam Tabel Rasio32 Keuangan

Bank Syariah dan Bank Umum Syariah serta Penempatan pada Bank Indonesia

31 Bank Syariah: Lebih Tahan Krisis Global, diakses pada tanggal 20 Mei 2010 dari

http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/2FA608A9-DDFE-4551-884D-D0B9D5965572/17639/Perbankan_Syariah_Lebih_Tahan_Krisis_Global.pdf

32 Dalam mengadakan interpretasi dan analisa laporan finansiil suatu perusahaan, seorang penganalisa finansiil memerlukan adanya ukuran atau “yard-stick” tertentu. Ukuran yang sering digunakan dalam analisa finansiil adalah “rasio”. Pengertian rasio itu sebenarnya hanyalah alat yang dinyatakan dalam “arithmetical terms” yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua macam data finansiil.

Page 57: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

44

di bawah ini, yang menjadi faktor untuk menganalisis tingkat kesehatan Bank

Syariah.33

Dari tabel tersebut, dapat diketahui Bank Umum Syariah memiliki posisi

modal yang baik, yang dilihat dari rasio CAR (Capital Adiquacy Ratio) yang

melebihi angka 8%.

Selain itu dari Financing to Deposit Ratio (FDR) sebagai perbandingan

antara pembiayaan yang diberikan oleh bank dengan dana pihak ketiga yang

berhasil dikerahkan oleh bank, menunjukkan bahwa tingkat likuiditas bank

syariah di Indonesia cukup likuid yang ditandai dengan nilai FDR tidak melebihi

angka 110%. Karena berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.26/5/BPPP

besarnya Financing to Deposit Ratio tidak boleh melebihi 110%.34

33 Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005),

h. 54.

34 Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005), h. 55.

Page 58: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

47

BAB III

PROFIL SINGKAT BANK INDONESIA

A. Gambaran Umum Bank Indonesia sebagai Lembaga Otoritas yang

Menaungi Kebijakan

1. Status dan Kedudukan Bank Indonesia1

:: Lembaga Negara yang Independen

Babak baru dalam sejarah Bank Indonesia sebagai Bank Sentral yang

independen dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya. dimulai ketika sebuah

undang-undang baru, yaitu UU No. 23/1999 tentang Bank Indonesia, dinyatakan

berlaku pada tanggal 17 Mei 1999 dan sebagaimana telah diubah dengan Undang-

Undang Republik Indonesia No. 6/ 2009. Undang-undang ini memberikan status

dan kedudukan sebagai suatu lembaga negara yang independen dalam

melaksanakan tugas dan wewenangnya, bebas dari campur tangan Pemerintah

dan/atau pihak lain, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam undang-

undang ini.

Bank Indonesia mempunyai otonomi penuh dalam merumuskan dan

melaksanakan setiap tugas dan wewenangnya sebagaimana ditentukan dalam

undang-undang tersebut. Pihak luar tidak dibenarkan mencampuri pelaksanaan

1Status dan Kedudukan Bank Indonesia, diakses pada tanggal 30 Juni 2010 dari

http://www.bi.go.id/web/id/Tentang+BI/Fungsi+Bank+Indonesia/Status+dan+Kedudukan/

Page 59: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

48

tugas Bank Indonesia, dan Bank Indonesia juga berkewajiban untuk menolak atau

mengabaikan intervensi dalam bentuk apapun dari pihak manapun juga.

Status dan kedudukan yang khusus tersebut diperlukan agar Bank Indonesia

dapat melaksanakan peran dan fungsinya sebagai otoritas moneter secara lebih

efektif dan efisien.

:: Sebagai Badan Hukum

Status Bank Indonesia baik sebagai badan hukum publik maupun badan hukum

perdata ditetapkan dengan undang-undang. Sebagai badan hukum publik Bank

Indonesia berwenang menetapkan peraturan-peraturan hukum yang merupakan

pelaksanaan dari undang-undang yang mengikat seluruh masyarakat luas sesuai

dengan tugas dan wewenangnya. Sebagai badan hukum perdata, Bank Indonesia

dapat bertindak untuk dan atas nama sendiri di dalam maupun di luar pengadilan.

2. Dewan Gubernur Bank Indonesia2

Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya Bank Indonesia dipimpin oleh

Dewan Gubernur. Dewan ini terdiri atas seorang Gubernur sebagai pemimpin,

dibantu oleh seorang Deputi Gubernur Senior sebagai wakil, dan sekurang-

kurangnya empat atau sebanyak-banyaknya tujuh Deputi Gubernur. Masa jabatan

2 Dewan Gubernur Bank Indonesia, diakses pada tanggal 30 Juni 2010 dari

http://www.bi.go.id/web/id/Tentang+BI/Dewan+Gubernur/

Page 60: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

49

Gubernur dan Deputi Gubernur selama 5 tahun dan dapat diangkat kembali dalam

jabatan yang sama untuk sebanyak-banyaknya 1 kali masa jabatan berikutnya.

Gubernur, Deputi Gubernur Senior, dan Deputi Gubernur diusulkan dan

diangkat oleh Presiden dengan persetujuan DPR. Calon Deputi Gubernur

diusulkan oleh Presiden berdasarkan rekomendasi dari Gubernur Bank Indonesia.

(vide Pasal 41 UU No.3 Tahun 2004 yang mengubah UU No.23 Tahun 1999

tentang Bank Indonesia). Anggota Dewan Gubernur Bank Indonesia tidak dapat

diberhentikan oleh Presiden, kecuali bila mengundurkan diri, terbukti melakukan

tindak pidana kejahatan, tidak dapat hadir secara fisik dalam jangka waktu 3

(tiga) bulan berturut-turut tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan,

dinyatakan pailit atau tidak mampu memenuhi kewajiban kepada kreditur, atau

berhalangan tetap.

:: Pengambilan Keputusan

Sebagai suatu forum pengambilan keputusan tertinggi, Rapat Dewan

Gubernur diselenggarakan sekurang-kurangnya sekali dalam sebulan untuk

menetapkan kebijakan umum di bidang moneter, serta sekurang-kurangnya sekali

dalam seminggu untuk melakukan evaluasi atas pelaksanaan kebijakan moneter

atau menetapkan kebijakan lain yang bersifat prinsipil dan strategis. Pengambilan

keputusan dilakukan dalam Rapat Dewan Gubernur, atas dasar prinsip

musyawarah demi mufakat. Apabila mufakat tidak tercapai, Gubernur

menetapkan keputusan akhir.

Page 61: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

50

3. Misi, Visi, dan Sasaran Strategis Bank Indonesia3

:: Misi

Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan

moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan

nasional jangka panjang yang berkesinambungan.

:: Visi

Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional

maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta

pencapaian inflasi yang rendah dan stabil.

:: Nilai-Nilai Strategis

Kompetensi - Integritas - Transparansi - Akuntabilitas - Kebersamaan (KITA -

Kompak)

:: Sasaran Strategis

Untuk mewujudkan Misi, Visi dan Nilai-nilai Strategis tersebut, Bank Indonesia

menetapkan sasaran strategis jangka menengah panjang, yaitu :

1. Terpeliharanya Kestabilan Moneter

2. Terpeliharanya Stabilitas Sistem Keuangan

3. Terpeliharanya kondisi keuangan Bank Indonesia yang sehat dan akuntabel

4. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi manajemen moneter

3 Misi, Visi dan Sasaran Strategis Bank Indonesia, diakses pada tanggal 30 Juni 2010 dari

http://www.bi.go.id/web/id/Tentang+BI/Fungsi+Bank+Indonesia/Misi+dan+Visi/

Page 62: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

51

5. Memelihara SSK : (i) melalui efektifitas pengaturan dan pengawasan bank,

surveillance sektor keuangan, dan manajemen krisis serta (ii) mendorong

fungsi intermediasi

6. Memelihara keamanan dan efisiensi sistem pembayaran

7. Meningkatkan kapabilitas organisasi, SDM dan sistem informasi

8. Memperkuat institusi melalui good governance, efektivitas komunikasi dan

kerangka hukum

9. Mengoptimalkan pencapaian dan manfaat inisiatif Bank Indonesia

4. Tujuan dan Tugas Bank Indonesia4

:: Tujuan Tunggal

Dalam kapasitasnya sebagai bank sentral, Bank Indonesia mempunyai satu tujuan

tunggal, yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai

rupiah ini mengandung dua aspek, yaitu kestabilan nilai mata uang terhadap

barang dan jasa, serta kestabilan terhadap mata uang negara lain.

Aspek pertama tercermin pada perkembangan laju inflasi, sementara aspek kedua

tercermin pada perkembangan nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara lain.

Perumusan tujuan tunggal ini dimaksudkan untuk memperjelas sasaran yang

harus dicapai Bank Indonesia serta batas-batas tanggung jawabnya. Dengan

4 Tujuan dan Tugas Bank Indonesia, diakses pada tanggal 30 Juni 2010 dari

http://www.bi.go.id/web/id/Tentang+BI/Fungsi+Bank+Indonesia/Tujuan+dan+Tugas/

Page 63: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

52

demikian, tercapai atau tidaknya tujuan Bank Indonesia ini kelak akan dapat

diukur dengan mudah.

:: Tiga Pilar Utama

Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Indonesia didukung oleh tiga pilar yang

merupakan tiga bidang tugasnya, yaitu:

a. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter.

b. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran.

c. Mengatur dan mengawasi bank.

Ketiga bidang tugas tersebut perlu diintegrasi agar tujuan mencapai dan

memelihara kestabilan nilai rupiah dapat dicapai secara efektif dan efisien.

5. Sekilas Perjalanan Sejarah Bank Indonesia5

1828: De Javasche Bank didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda sebagai bank

sirkulasi yang bertugas mencetak dan mengedarkan uang.

1953: Undang-Undang Pokok Bank Indonesia menetapkan pendirian Bank

Indonesia untuk menggantikan fungsi De Javasche Bank sebagai bank sentral,

dengan tiga tugas utama di bidang moneter, perbankan, dan system pembayaran.

Di samping itu, Bank Indonesia diberi tugas penting lain dalam hubungannya

5 Sekilas Perjalanan Sejarah Bank Indonesia, diakses pada tanggal 30 Juni 2010 dari

http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/86CE0C47-626D-49A6-989C-125F12C9F938/18316/07_sejarah_rev.pdf

Page 64: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

53

dengan pemerintah dan melanjutkan fungsi bank komersial yang dilakukan De

Javasche Bank sebelumnya.

1968: Undang-Undang Bank Sentral mengatur kedudukan dan tugas Bank

Indonesia sebagai bank sentral, terpisah dari bank-bank lain yang melakukan

fungsi komersial. Selain tiga tugas pokok bank sentral, Bank Indonesia juga

bertugas membantu Pemerintah sebagai agen pembangunan mendorong

kelancaran produksi dan pembangunan serta memperluas kesempatan kerja guna

meningkatkan taraf hidup rakyat.

1999: Babak baru dalam sejarah Bank Indonesia, sesuai dengan UU No. 23/1999

yang menetapkan tujuan tunggal Bank Indonesia yaitu mencapai dan memelihara

kestabilan nilai rupiah.

2004: Undang-Undang Bank Indonesia diamandemen dengan fokus pada aspek

penting yang terkait dengan pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia,

termasuk penguatan governance.

2008: Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-

Undang (PerPPU) No.2 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-

Undang No.23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagai bagian dari upaya

menjaga stabilitas sistem keuangan. Amandemen dimaksudkan untuk

meningkatkan ketahanan perbankan nasional dalam menghadapi krisis global

melalui peningkatan akses perbankan terhadap Fasilitas Pembiayaan Jangka

Pendek dari Bank Indonesia.

Page 65: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

54

6. Peran BI terhadap Bank Syariah

Berdasarkan UU Perbankan yang diubah, yang ditindaklanjuti dengan Surat

Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 32/34/KEP/DIR dan Surat Keputusan

Direksi Bank Indonesia Nomor 32/36/KEP/DIR, maka pengawasan umum

terhadap Bank Syariah dilakukan oleh Bank Indonesia, sama seperti Bank

Konvensional pada umumnya. Bank Indonesia bertindak mengawasi bank syariah

selaku pemegang otoritas dan pengawas bank. Di samping itu, secara internal

bank syariah diawasi pula oleh Dewan Komisaris, Dewan Pengawas, atau

Pengawas Bank yang bersangkutan.6

Berlakunya UU No. 10 Tahun 1998 menunjukkan komitmen Bank Indonesia

dalam pengakuan dan pengembangan akan keberadaan bank syariah dan bank

konvensional di tanah air. Tidak lama setelah itu, Bank Indonesia membentuk

komite pengarah, komite ahli, dan komite kerja pengembangan perbankan

syariah. Komite-komite inilah yang merumuskan Cetak Biru pengembangan

perbankan syariah di Indonesia sampai pada tahun 2011 yang kemudian menjadi

program kerja di Biro Perbankan Syariah yang sekarang menjadi Direktorat

Perbankan Syariah.7 Adapun tahapan dalam realisasi Blue Print BI 2002-2011

adalah:

6 Rachmadi Usman, Aspek-aspek Hukum Perbankan Islam di Indonesia, (Bandung: PT. Citra

Aditya Bakti, 2002), h. 57 7 Miftakhussurur, Kebijakan Perbankan Bank Indonesia dalam Upaya Meningkatkan Aset

Perbankan Syariah, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam Vol. 1, No. 2, Juni 2007, h. 50-51

Page 66: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

55

a. Tahap pertama (2002-2004), dalam tahap ini inisiatif-inisiatif difokuskan

untuk meletakkan landasan yang kuat bagi pertumbuhan perbankan syariah

yang sehat dan berkelanjutan.

b. Tahap kedua (2004-2008), dalam tahap ini, fokus sasaran yang ingin dicapai

adalah memperkuat struktur industri perbankan syariah.

c. Tahap ketiga (2008-2011), pada tahap ini, semua stakeholder perbankan

syariah harus berupaya untuk meningkatkan standar kinerja keuangan dan

kualitas pelayanan bank syariah setingkat dengan bank-bank syariah

internasional.

7. Posisi Bank Indonesia dalam Skema Ketata-Negaraan Indonesia

Gambar 3.1. Independensi Bank Indonesia dalam Skema Ketatanegaraan

Presiden UU UU

PBI

KEPALA

LPND

BADAN NEGARA

SETINGKAT KEMENTRIAN:

BANK

MENTERI NEGARA

MENTERI DEPARTEME

N DEPKEU

MENTERI KOORDINAT

OR

PEMERINTAH PUSAT

Page 67: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

56

Keterangan Gambar/Skema :8 Kedudukan Bank Indonesia adalah sebagai Badan Negara setingkat kementrian, Bank Indonesia dipimpin oleh seorang pejabat setingkat Menteri yang disebut Gubernur BI. Hubungan Presiden (pemerintah) dengan Bank Indonesia adalah hubungan koordinatif dan bukan merupakan hubungan sub-ordinatif yang bersifat komando. Bank Indonesia bersifat independen dalam menetapkan kebijakan moneter. Bank Indonesia berada di luar struktur cabinet pemerintahan (Presiden) dan bersifat mandiri, namun secara teoritis tetap merupakan bagian dalam lingkup kerja lembaga eksekutif. Garis putus-putus dari Presiden ke BI dalam gambar tersebut menunjukkan tidak adanya garis komando langsung (no chain of command) dari kedua lembaga tersebut, melainkan hanya hubungan kooordinatif dalam kebijakan keuangan Negara yang menyangkut moneter. Jadi, dalam perspektif Hukum Tata Negara, secara structural terlihat tidak berdiri sendiri tetapi tetap dalam lingkup kerja eksekutif, namun sebenarnya BI berwenang sepenuhnya melaksanakan kebijakan moneter. Dengan demikian BI tetap dikatakan sebagai Bank Sentral yang independen (otonom secara structural khusus dalam fungsi kebijakan moneter). Gubernur BI bukan bagian dari cabinet pemerintah, namun wajib hadir dalam rapat kabinet bila diminta dalam pembahasan yang berakitan dengan kebijakan perekonomian yang menyangkut moneter. Harus ditegaskan bahwa kekuasaan eksekutif (presiden) dalam bidang moneter telah di delegasikan otoritasnya kepada institusi Bank Sentral. Dalam hal ketentuan normatif perundang-undangan, kedudukan PBI (Peraturan BI) tidak sejajar dengan PP, sebagai konsekuensi tidak sejajarnya kedudukan Gubernur BI dan Presiden. PBI dapat lahir dari UU maupun PP.

B. SEJARAH LAHIRNYA KEBIJAKAN FASILITAS PENDANAAN

JANGKA PENDEK SYARIAH (FPJPS)

Kebijakan Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah pertama kali ditetapkan

dalam PBI No: 5/3/PBI/2003 dengan istilah Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek

8 Hendra Nurtjahjo, dkk., Eksistensi Bank Sentral dalam Konstitusi Berbagai Negara,

(Jakarta: Pusat Studi Hukum Tata Negara FHUI, 2002), h. 90

Page 68: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

57

Bagi Bank Syariah. Alasan dari penetapan kebijakan tersebut adalah bahwa dalam

menjalankan kegiatan usahanya bank syariah dapat menghadapi resiko kesulitan

pendanaan jangka pendek disebabkan oleh terjadinya arus dana masuk yang lebih

kecil dibandingkan dengan arus dana keluar dan bahwa untuk mengatasi kesulitan

pendanaan jangka pendek tersebut, Bank Indonesia sebagai the lender of last

resort dapat memberikan pembiayaan kepada Bank Syariah yang dijamin dengan

agunan berkualitas tinggi dan mudah dicairkan. Selain itu, kebijakan FPJPS juga

ditetapkan setelah berkaca pada krisis perbankan pada tahun 1997-1998 yang

melanda Indonesia dan khususnya berdampak pada beberapa bank yang kollaps

dan akhirnya harus di likuiditas.

Sebelum terjadinya krisis perbankan pada tahun 1997, berdasarkan ketentuan

Undang-Undang Bank Indonesia No. 13 Tahun 1968 untuk menghadapi bank-

bank yang mengalami kesulitan likuiditas jangka pendek akibat terjadinya

mismatch dalam pengelolaan dana maupun untuk kesulitan permodalan, Bank

Indonesia dapat menyediakan bantuan berupa Kredit Likuiditas Darurat. Pasal 32

ayat (3) Undang-Undang No. 13 Tahun 1968 menyebutkan bahwa Bank

Indonesia dapat pula memberikan kredit likuiditas kepada bank-bank untuk

mengatasi kesulitan-kesulitan likuiditas yang dihadapinya dalam keadaan darurat.

Selanjutnya, dalam penjelasan umum undang-undang tersebut, disebutkan bahwa

sebagai Lender of The Last Resort Bank Indonesia dapat memberikan kredit

Page 69: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

58

likuiditas kepada bank-bank untuk mengatasi kesulitan-kesulitan likuiditas yang

dihadapinya dalam keadaan darurat.

Setelah terjadi krisis, pemerintah dan Bank Indonesia mengalami

kekhawatiran apabila fungsi Lender of The Last Resort tersebut digunakan untuk

menanggulangi kesulitan keuangan yang sistemik. Oleh karena itu, perumusan

Lender of The Last Resort dalam pembaharuan undang-undang Bank Indonesia,

yaitu Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 dalam Pasal 11 menjadi amat terbatas.

Ketentuan Pasal 11 ini mengatur sebagai berikut.

Ayat (1): Bank Indonesia dapat memberikan kredit atau pembiayaan

berdasarkan prinsip Syariah untuk jangka waktu paling lama 90 (sembilan puluh)

hari kepada bank untuk mengatasi kesulitan pendanaan jangka pendek bank yang

bersangkutan.

Ayat (2): Pelaksanaan pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip

syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib dijamin oleh bank penerima

dengan agunan yang berkualitas tinggi dan mudah dicairkan yang nilainya

minimal sebesar jumlah kredit atau pembiayaan yang diterimanya.

Ayat (3): Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat

(2) ditetapkan dengan Peraturan Bank Indonesia.

Setelah beberapa waktu berjalan, pemerintah menyadari bahwa ketentuan

pasal 11 tersebut dapat mengulang kembali kondisi krisis karena tidak cukup

tersedianya fungsi Lender of The Last Resort yang dapat merespon situasi krisis,

Page 70: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

59

sementara bercermin pada pemberian Bantuan Likuiditas Bank Indonesia atau

BLBI yang ditujukan untuk menanggulangi krisis tetapi kemudian banyak

dipermasalahkan, antara lain karena belum terdapat kejelasan landasan hukum

yang menegaskan bahwa kesulitan keuangan yang bersifat sistemik dapat

diberikan pembiayaan darurat oleh Bank Indonesia yang dananya menjadi beban

pemerintah.9 Oleh karena itu, dalam amandemen Undang-Undang Bank

Indonesia No. 3 Tahun 2004, ketentuan pasal 11 tersebut dilengkapi dengan ayat

(4) dan (5) sebagai berikut.

Ayat (4) : Dalam hal suatu bank mengalami kesulitan keuangan yang

berdampak sistemik dan berpotensi mengakibatkan krisis yang membahayakan

sistem keuangan, Bank Indonesia dapat memberikan fasilitas pembiayaan darurat

yang pendanaannya menjadi beban pemerintah.

Ayat (5) : Ketentuan dan tata cara pengambilan keputusan mengenai kesulitan

keuangan yang berdampak sistemik, pemberian fasilitas pembiayaan darurat, dan

sumber pendanaan yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

diatur dalam Undang-Undang tersendiri yang ditetapkan selambat-lambatnya

akhir tahun 2004.

Dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) No. 2

Tahun 2008 tanggal 13 Oktober 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-

Undang No. 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia, dilakukan perubahan pada

9 Kusumaningtuti SS., Peranan Hukum dalam Penyelesaian Krisis Perbankan di Indonesia,

(Jakarta: Rajawali Pers, 2008), h. 71

Page 71: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

60

Pasal 11 ayat (2) yang menghilangkan kata-kata dan mudah dicairkan, dan pada

Pasal 11 ayat (5) yang menghilangkan kata-kata yang ditetapkan selambat-

lambatnya akhir tahun 2004.10

Dengan demikian, seluruh bunyi Pasal 11 Ayat (2) menjadi: ”Pelaksanaan

pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), wajib dijamin oleh bank penerima dengan agunan yang

berkualitas tinggi yang nilainya minimal sebesar jumlah kredit atau pembiayaan

yang diterimanya”. Dan seluruh bunyi Pasal 11 ayat (5) menjadi : ”Ketentuan dan

tata cara pengambilan keputusan mengenai kesulitan keuangan bank yang

berdampak sistemik, pemberian fasilitas pembiayaan darurat, dan sumber

pendanaan yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara diatur

dalam Undang-Undang tersendiri”.11

Latar belakang perubahan tersebut dikemukakan dalam Penjelasan Umum

Perpu No. 2 Tahun 2008 tersebut, yaitu: ”Adanya krisis keuangan akhir-akhir ini

di Amerika Serikat yang merupakan krisis terbesar sejak krisis tahun 1929 telah

memaksa pemerintah Amerika Serikat memberikan dana talangan atau bantuan

likuiditas kepada industri keuangan yang bermasalah sebesar USD 700 miliar.

Krisis keuangan ini dipicu dari masalah pembiayaan kredit properti (subprime

10 Kusumaningtuti SS., Peranan Hukum dalam Penyelesaian Krisis Perbankan di Indonesia,

(Jakarta: Rajawali Pers, 2008), h. 72 11 Undang-Undang Jaring Pengaman Keuangan yang dimaksud Pasal 11 ayat (5) hingga tahun

2008 ini belum terbentuk sehingga kata-kata yang ditetapkan selambat-lambatnya akhir tahun 2004 tidak sesuai lagi dan perlu dihilangkan.

Page 72: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

61

mortage) yang dilakukan kurang hati-hati. Dampak krisis keuangan ini berimbas

pada berbagai negara termasuk Indonesia karena sistem global saling

interdepensi. Pemerintah Indonesia sudah, tengah dan akan terus melakukan

berbagai langkah antisipasif dan mengambil langkah-langkah responsif dalam

membendung dampak krisis keuangan Amerika Serikat sehingga stabilitas

keuangan tetap terpelihara”.

Hal tersebut pulalah yang menjadi dasar untuk mengatur kembali ketentuan

mengenai Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek bagi Bank Umum Syariah melalui

Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/24/PBI/2009. Latar belakang penetapan

Peraturan Bank Indonesia tersebut dikemukakan dalam Penjelasan Umum

Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/24/PBI/2009, yaitu: ”Salah satu pengaruh

dari krisis keuangan global tersebut adalah meningkatnya potensi keraguan

masyarakat terhadap sistem perbankan termasuk perbankan syariah yang ditandai

antara lain dengan meningkatnya kepanikan masyarakat dalam menyikapi krisis.

Sementara itu, kepercayaan masyarakat merupakan salah satu prasyarat utama

yang diperlukan untuk menciptakan sistem perbankan yang stabil. Dengan

memperhatikan hal-hal tersebut di atas diperlukan langkah-langkah tertentu dalam

mengantisipasi terjadinya risiko likuiditas dan upaya untuk menjaga kepercayaan

masyarakat terhadap perbankan syariah.”

Selain itu, latar belakang diterbitkannya Peraturan Bank Indonesia Nomor

11/24/PBI/2009 adalah untuk memberikan landasan hukum yang lebih jelas

Page 73: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

62

antara lain mengenai persyaratan dan tata cara permohonan Fasilitas Pendanaan

Jangka Pendek Syariah (FPJPS) bagi Bank Umum Syariah termasuk pengaturan

pelunasan dan eksekusi agunan serta pengawasannya.12

12 http://www.bi.go.id/web/id/Peraturan/Perbankan/pbi_112409.htm diakses pada tanggal 25

Juli 2010.

Page 74: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

63

BAB IV

KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM FPJPS

A. Ketentuan Umum Akad Mudharabah Berdasarkan Fatwa No: 07/DSN-

MUI/IV/2000

• Ketentuan Pembiayaan

1. Pembiayaan untuk suatu usaha yang produktif

2. Shahibul maal (pemilik dana) membiayai 100% kebutuhan suatu proyek

(usaha), sedangkan pengusaha bertindak sebagai mudharib atau pengelola

usaha.

3. Jangka waktu usaha, tatacara pengembalian dana dan pembagian keuntungan

ditentukan berdasarkan kedua belah pihak.

4. Mudharib boleh melakukan berbagai macam usaha yang telah disepakati

bersama dan sesuai dengan syariah; dan shahibul maal (pemilik dana) tidak

ikut serta dalam manajemen perusahaan atau proyek tetapi mempunyai hak

untuk melakukan pembinaan dan pengawasan.

5. Jumlah dana pembiayaan harus dinyatakan dengan jelas dalam bentuk tunai

bukan piutang.

6. Shahibul maal menanggung semua kerugian akibat dari mudharabah kecuali

jika mudharib (nasabah) melakukan kesalahan yang disengaja, lalai, dan

menyalahi perjanjian.

Page 75: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

64

7. Pada prinsipnya, dalam pembiayaan mudharabah tidak ada jaminan, namun

agar mudharib tidak melakukan penyimpangan, shahibul maal dapat meminta

jaminan dari mudharib atau pihak ketiga. Jaminan ini hanya dapat dicairkan

apabila mudharib terbukti melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang telah

disepakati bersama dalam akad. Hal ini disebut dengan istilah jaminan

khianat, diperbolehkan oleh ulama mazhab Maliki dan Islamic Fiqh Academy,

begitu juga dengan jaminan dari pihak ketiga.1

8. Kriteria pengusaha, prosedur pembiayaan, dan mekanisme pembagian

keuntungan diatur oleh shahibul maal dengan memperhatikan fatwa DSN.

9. Biaya operasional dibebankan kepada mudharib.

10. Dalam hal penyandang dana tidak melakukan kewajiban atau melakukan

pelanggaran terhadap kesepakatan, mudharib berhak mendapat ganti rugi atau

biaya yang telah dikeluarkan.

• Rukun dan Syarat Pembiayaan2

1. Shahibul maal dan mudharib harus cakap hukum

2. Pernyataan ijab dan kabul dengan memperhatikan:

a. Penawaran dan penerimaan harus secara eksplisit menunjukkan tujuan

kontrak (akad).

b. Penerimaan dan penawaran dilakukan pada saat kontrak.

1Ahmad Kamil dan M. Fauzan, Kitab Undang-Undang Hukum Perbankan dan Ekonomi Syariah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), h. 352

2 Zainul Arifin, Produk Bank Syariah, (Jakarta: Pelatihan Dasar Perbankan Syariah Bank Indonesia, 2007), h. 39

Page 76: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

65

c. Akad dituangkan secara tertulis, melalui korespondensi, atau dengan

menggunakan cara-cara komunikasi modern.

3. Modal ialah sejumlah uang dan/atau asset yang diberikan oleh shahibul maal

kepada mudharib untuk tujuan usaha dengan syarat:

a. Harus diketahui jumlah dan jenisnya

b. Dapat berbentuk uang atau barang yang dinilai. Jika dalam bentuk asset,

harus dinilai pada waktu akad

c. Tidak berbentuk piutang dan harus dibayarkan kepada mudharib, baik

secara bertahap maupun tidak, sesuai dengan kesepakatan dalam akad.

4. Keuntungan mudharabah adalah jumlah yang didapat sebagai kelebihan dari

modal, dengan syarat yang harus dipenuhi:

a. Harus diperuntukkan bagi kedua pihak dan tidak boleh disyaratkan untuk

satu pihak.

b. Bagian keuntungan proporsional bagi setiap pihak harus diketahui dan

dinyatakan pada waktu kontrak disepakati dan harus dalam bentuk

prosentasi (nisbah) dari keuntungan sesuai kesepakatan. Perubahan nisbah

harus berdasarkan kesepakatan.

c. Penyedia dana menanggung semua kerugian akibat dari mudharabah, dan

pengelola tidak boleh menanggung kerugian apapun kecuali diakibatkan

dari kesalahan disengaja, kelalaian, atau pelanggaran kesepakatan.

5. Kegiatan usaha oleh pengelola (mudharib) sebagai perimbangan modal yang

disediakan oleh penyedia dana, harus memperhatikan:

Page 77: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

66

a. Kegiatan usaha adalah hak eksklusif mudharib, tanpa campur tangan

penyedia dana, tetapi ia mempunyai hak untuk melakukan pengawasan.

b. Penyedia dana tidak boleh mempersempit tindakan pengelola sedemikian

rupa yang dapat menghalangi tercapainya tujuan mudharabah, yaitu

keuntungan.

c. Pengelola tidak boleh menyalahi hukum syariah Islam dalam tindakannya

yang berhubungan dengan mudharabah, dan harus mematuhi kebiasaan

yang berlaku dalam aktifitas itu.

• Beberapa Ketentuan Hukum Pembiayaan

1. Mudharabah boleh dibatasi pada periode tertentu.

2. Kontrak tidak boleh dikaitkan (mu’allaq) dengan kontrak sebuah kejadian di

masa depan yang belum terjadi.

3. Pada dasarnya dalam mudharabah tidak ada ganti rugi, karena pada dasarnya

akad ini bersifat amanah (yad al-amanah), kecuali akibat dari kesalahan

disengaja, kelalaian, atau pelanggaran kesepakatan. Jika memang modal

tersebut habis bukan karena kelalaian pihak mudharib, maka ia tidak memiliki

tanggung jawab untuk menggantinya. Karena pada hakekatnya, mudharib

merupakan wakil/pengganti dari pemilik dana dalam mengelola modal

tersebut, mudharib tidak berkewajiban mengganti jika bukan karena

kelalaian.3

3 Ahmad Kamil dan M. Fauzan, Kitab Undang-Undang Hukum Perbankan dan Ekonomi

Syariah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), h. 352

Page 78: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

67

4. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi

perselisihan diantara kedua belah pihak, maka penyelesaiannya dilakukan

melalui Badan Arbitrase Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui

musyawarah.

B. Ketentuan Umum Akad Mudharabah dalam Kebijakan FPJPS

Dalam Bab II (Persyaratan dan Tata Cara Permohonan FPJPS) PBI No.

11/24/PBI/2009, Pasal 3 disebutkan bahwa ”FPJPS yang diterima oleh Bank

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) berdasarkan akad Mudharabah”.

Akad mudharabah tersebut dijelaskan berdasarkan Bab I (Ketentuan Umum) PBI

No. 11/24/PBI/2009, bahwa mudharabah adalah perjanjian antara pemilik dana

dengan pengelola dana untuk memelihara likuiditas Bank.

1. Pemenuhan rukun dan syarat mudharabah dalam FPJPS:

a. Yang bertindak sebagai shahibul maal (pemilik dana) adalah Bank

Indonesia.4

b. Yang bertindak sebagai mudharib (pengelola) adalah Bank Umum

Syariah, yang selanjutnya disebut Bank, yang mengalami kesulitan

pendanaan jangka pendek.5

4 Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009

5 Kesulitan pendanaan jangka pendek adalah suatu kondisi yang dialami Bank yaitu arus dana masuk lebih kecil dibandingkan denga arus dana ke luar yang dapat menimbulkan tidak terpenuhinya kewajiban GWM dalam mata uang rupiah pada Bank.

Page 79: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

68

c. Pernyataan ijab dan kabul di nyatakan dalam pasal 10 ayat (2) PBI No.

11/24/PBI/2009;

”Persetujuan pemberian FPJPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dituangkan dalam perjanjian pemberian FPJPS antara Bank Indonesia

dengan Bank penerima FPJPS”.

d. Modal yang diberikan dinyatakan dalam Pasal 2 ayat (3), Pasal 2 ayat (4),

dan Pasal 10 ayat (4) PBI No. 11/24/PBI/2009, yang masing-masing

disebutkan;

Pasal 2 ayat (3); ”Plafon FPJPS diberikan berdasarkan perkiraan jumlah

likuiditas sampai Bank memenuhi GWM dalam mata uang rupiah sesuai

dengan ketentuan yang berlaku”.

Pasal 2 ayat (4); ”Pencairan FPJPS dilakukan sebesar kebutuhan Bank

untuk memenuhi kewajiban GWM dalam mata uang rupiah”.6

Pasal 10 ayat (4); ”Realisasi pemberian FPJPS oleh Bank Indonesia

dilakukan melalui rekening giro rupiah Bank yang bersangkutan pada

Bank Indonesia”.

e. Keuntungan mudharabah disebutkan dalam Bab III (Perhitungan Imbalan)

PBI No. 11/24/PBI/2009;

6 Persentase giro wajib minimum (GWM) di Bank Indonesia dalam Rupiah ditetapkan sebesar

5% dari Dana Pihak Ketiga (DPK) dalam Rupiah; Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005), h. 56

Page 80: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

69

(1) Bank Indonesia memperoleh imbalan atas setiap FPJPS yang diterima

oleh Bank.

(2) Besarnya imbalan FPJPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dihitung berdasarkan jumlah pokok FPJPS, tingkat realisasi imbalan,

nisbah bagi hasil bagi Bank Indonesia dan jumlah hari kalender

penggunaan FPJPS.

(3) Besarnya nisbah bagi hasil bagi Bank Indonesia sebagaimana

dimaksud pada ayat (2), ditetapkan sebesar 90% (sembilan puluh

persen).

f. Kegiatan usaha oleh pengelola tertuang dalam Pasal 1 ayat (2) PBI No.

11/24/PBI/2009;

”Bank Umum Syariah, yang selanjutnya disebut Bank adalah bank

syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas

pembayaran”.

2. Ketentuan lain pembiayaan mudharabah dalam FPJPS:

a. Pembiayaan mudharabah dalam FPJPS tersebut disyaratkan ada

penyertaan jaminan/agunan di dalamnya. Yang tertuang secara jelas dalam

Bab II (Persyaratan dan Tata Cara Permohonan FPJPS) Pasal 4 PBI No.

11/24/PBI/2009;

”FPJPS wajib dijamin oleh Bank dengan agunan yang berkualitas tinggi

yang nilainya memadai sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank

Indonesia ini”.

Page 81: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

70

Yang untuk selanjutnya mengenai agunan pembiayaan mudharabah dalam

FPJPS secara terperinci diatur dalam pasal 5, pasal 6, pasal 7, dan pasal 8

PBI No. 11/24/PBI/2009.

b. Pembiayaan mudharabah dalam FPJPS dibatasi pada periode tertentu,

yang tertuang dalam Pasal 12 PBI No. 11/24/PBI/2009;

(1) Jangka waktu setiap FPJPS paling lama 14 (empat belas) hari.

(2) Jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diperpanjang

secara berturut-turut dengan jangka waktu FPJPS keseluruhan paling

lama 90 (sembilan puluh) hari.

C. Analisa Penerapan Akad Mudharabah Berdasarkan Fatwa No: 07/DSN-

MUI/IV/2000 dalam Kebijakan FPJPS.

1. Penetapan Bagi Hasil oleh Bank Indonesia sebesar 90%.

Salah satu ketentuan dalam Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah yang

menjadi perhatian adalah terkait dengan penetapan Bagi Hasil oleh Bank

Indonesia selaku pemilik modal (shahibul maal). Dalam pasal 15 ayat (3)

disebutkan “Besarnya nisbah bagi hasil bagi Bank Indonesia sebagaimana

dimaksud pada ayat (2), ditetapkan sebesar 90% (sembilan puluh persen)”.

Dengan menggunakan rumus perhitungan sebagai berikut:7

X = P x R x k x t/360

7 Surat Edaran Bank Indonesia Tentang Tata Cara Pemberian FPJPS Bagi Bank Syariah No.

6/9/DPM.

Page 82: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

71

Dimana:

X = Besarnya nilai imbalan yang diterima Bank Indonesia

P = Jumlah nominal FPJPS

R = Realisasi tingkat imbalan sebelum didistribusikan pada bulan terakhir atas

deposito mudharabah 3 (tiga) bulan atau deposito mudharabah 1 (satu) bulan

dari Bank Syariah atau UUS penerima FPJPS dalam hal deposito mudharabah

tiga (tiga) bulan tidak tersedia.

k = Nisbah bagi hasil bagi Bank Indonesia

t = Jumlah hari kalender penggunaan FPJPS

Contoh 1 perhitungan imbalan:

P = Rp.200.000.000.000,00

R = 10%

k = 90%

t = 1

Maka besarnya nilai imbalan :

= Rp.200.000.000.000,00 x 10% x 90% x 1/360

= Rp.50.000.000

Contoh 2 perhitungan imbalan :

Dalam hal pengajuan FPJPS pada hari jumat maka jangka waktu penggunaan

FPJPS dihitung 1 (satu) hari namun perhitungan imbalan FPJPS dihitung 3 (tiga)

hari.

P = Rp.200.000.000.000,00

Page 83: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

72

R = 10%

k = 90%

t = 3

Maka besarnya nilai imbalan :

= Rp.200.000.000.000,00 x 10% x 90% x 3/360

= Rp.150.000.000

Dan untuk setiap perpanjangan FPJPS, nisbah bagi hasil bagi Bank Indonesia (k)

akan ditambah sebesar 2,25%, dengan nilai maksimum k menjadi sebesar 99%.

Dengan demikian, maka pada saat:

a. Perpanjangan FPJPS pertama, nisbah bagi hasil menjadi sebesar 92,25%;

b. Perpanjangan FPJPS kedua, nisbah bagi hasil menjadi 94,50%;

c. Perpanjangan FPJPS ketiga, nisbah bagi hasil menjadi 96,75%;

d. Perpanjangan FPJPS keempat dan seterusnya, nisbah bagi hasil menjadi

sebesar 99%.

Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat diketahui bahwa Bank Syariah yang

mengajukan FPJPS harus menerima ketentuan bahwa bagi hasil bagi Bank

Indonesia ditetapkan sebesar 90%. Dengan kata lain tidak ada tawar menawar

antara kedua belah pihak, yaitu Bank Indonesia sebagai shahibul maal dan Bank

Syariah yang mengajukan FPJPS sebagai mudharib. Sedangkan dalam ketentuan

Mudharabah berdasarkan Fatwa No: 07/DSN-MUI/IV/2000 disebutkan bahwa

Keuntungan mudharabah adalah jumlah yang didapat sebagai kelebihan dari

modal, dengan syarat yang harus dipenuhi: Bagian keuntungan proporsional bagi

Page 84: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

73

setiap pihak harus diketahui dan dinyatakan pada waktu kontrak disepakati dan

harus dalam bentuk prosentasi (nisbah) dari keuntungan sesuai kesepakatan.

Perubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan. Maka, berdasarkan komparasi

antara dua ketentuan tersebut, memberi kesan bahwa Bank Indonesia menetapkan

secara sepihak perihal tentang prosentase nisbah bagi Bank Indonesia sebesar

90%.

Analisis

Konsep dasar pemberian FPJPS tersebut adalah Jaring Pengaman Keuangan

(financial safety net). Jaring Pengaman Keuangan merupakan salah satu pilar

utama stabilitas sistem keuangan. Jaring pengaman keuangan (JPK) mencegah

bank run, meminimalkan kemungkinan terjadinya krisis keuangan, dan

mengurangi frekuensi dan dampak kontraksi ekonomi. Secara lebih sempit, JPK

biasanya dibatasi pada lender of last resort.

Walter Bagehot (1873), yang lebih dikenal sebagai peletak teori LLR,

mengemukakan tiga prinsip pemberian LLR yakni: (i) beri pinjaman jika

didukung dengan agunan yang memadai (hanya untuk bank solven); (ii) beri

pinjaman dengan suku bunga pinalti (hanya untuk bank illikuid); dan (iii)

umumkan kesediaan untuk meminjamkan tanpa batas (untuk meyakinkan

kredibilitas).

Pemberian fasilitas dalam bentuk bantuan likuiditas dari BI dalam fungsinya

sebagai LLR tersebut, mengandung unsur hukuman atau penalty, agar bank tidak

mudah menggunakan fasilitas ini, untuk menjaga timbulnya moral hazard.

Page 85: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

74

Bagi bank, penggunaan kebijakan ini adalah langkah terakhir untuk mengatasi

masalah likuiditas akibat mismatch, karena dalam kondisi normal hal ini

dipandang sebagai tindakan yang menunjukkan kelemahan bank yang

bersangkutan kepada bank-bank lain, bahwa bank tersebut tidak dipercaya

meminjam dana jangka pendek dari sesama bank.8 Maka ditetapkanlah suku

bunga yang tinggi dibanding pasar, seperti pada kebijakan Fasilitas Diskonto.

Penetapan imbalan yang tinggi tersebut berlaku pula bagi kebijakan FPJPS

yang diperuntukkan bagi bank umum syariah, yang notabene merupakan

kebijakan yang diambil oleh Bank Indonesia sebagai lender of the last resort.

Penetapan nisbah bagi hasil sebesar 90% (Sembilan puluh persen) sejalan dengan

konsep awal kebijakan LLR yang ditetapkan oleh Walter Bagehot, guna menjaga

timbulnya moral hazard.

Selain itu, penetapan nisbah bagi hasil sebesar 90% bagi Bank Indonesia

merupakan sebuah equal treatment dengan industri perbankan secara umum,

nisbah 90% ini hitung-hitungan secara matematika nya akan sama dengan

kompensasi yang dikenakan kepada industri perbankan konvensional kalau dia

dapat FPJP.9 Bank Indonesia mengenakan biaya bunga atas FPJP yang digunakan

Bank dengan tingkat bunga ditetapkan sebesar BI-Rate ditambah 100 (seratus)

8 J. Soedradjad Djiwandono, “Permasalahan BLBI” diakses pada tanggal 18 Februari 2010

dari http://www.pacific.net.id/pakar/sj/permasalahan_blbi1.html 9 Wawancara pribadi dengan Bapak Dwiyanto, Analisis Bank Madya Direktorat Perbankan

Syariah – BI, Jakarta, pada tanggal 20 Juli 2010.

Page 86: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

75

basis poin.10 Pengenaan biaya bunga FPJP dilakukan dengan rumus sebagai

berikut:

360)()()( WaktuJangkaxFPJPBungaSukuxFPJPJumlah

Akan tetapi, jika diperhatikan dengan seksama dari proses perhitungan

imbalan FPJPS, nilai P dari contoh perhitungan tersebut adalah Jumlah nominal

FPJPS. Esensi dari perhitungan bagi hasil, prosentase nisbah tersebut seharusnya

tidak dikalikan dengan pokoknya, tetapi dari besarnya keuntungan ataupun

proyeksi keuntungan. Maka, dengan kata lain, perhitungan imbalan tersebut sama

dengan pengenaan biaya bunga pada FPJP. Selain itu, perhitungan imbalan

tersebut telah melanggar kaidah dalam akad mudharabah sendiri yaitu tidak boleh

menentukan keuntungan yang dipastikan.

2. Penggunaan Akad Mudharabah yang Pada Dasarnya Akad ini Bersifat

Amanah (yad al-amanah).

Dalam Fatwa No: 07/DSN-MUI/IV/2000 tentang Mudharabah disebutkan

bahwa “Penyedia dana menanggung semua kerugian akibat dari mudharabah,

dan pengelola tidak boleh menanggung kerugian apapun kecuali diakibatkan dari

kesalahan disengaja, kelalaian atau pelanggaran kesepakatan”.

10 Ringkasan Perturan Perundang-undangan Bank Indonesia, Surat Edaran Bank Indonesia

Nomor 10/39/DPM tanggal 14 November 2008 perihal Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Umum.

Page 87: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

76

Pada penjelasan Fatwa No. 07/DSN-MUI/IV/2000 disebutkan:

“Pada dasarnya, dalam mudharabah tidak ada ganti rugi, karena pada dasarnya

akad ini bersifat amanah (yad al-amanah), kecuali akibat dari kesalahan yang

disengaja, kelalaian atau pelanggaran kesepakatan. Jika memang modal tersebut

habis bukan karena kelalaian pihak mudharib, maka ia tidak memiliki tanggung

jawab untuk menggantinya. Karena pada hakikatnya, mudharib merupakan

wakil/pengganti dari pemilik dana dalam mengelola modal tersebut, mudahrib

tidak berkewajiban mengganti jika bukan karena kelalaian”.

Dalam hal bank umum syariah yang mengajukan FPJPS, resiko modal

pembiayaan tidak kembali menjadi lebih besar, karena sejak awal telah diketahui

bahwa kondisi bank tersebut dalam status illiquid, yang menjadi indikator bahwa

bank tersebut dalam kondisi tidak baik. Disamping itu, skim mudharabah ini

merupakan skim pembiayaan yang beresiko tinggi karena pemilik modal

menyerahkan seluruh modal kepada mudharib yang menjalankan seluruh usaha

dan manajemen.11 Di antara resiko tersebut adalah:12

a. Side streaming, mudharib menggunakan dana itu bukan seperti yang

disebut dalam kontrak;

b. Lalai dan kesalahan yang disengaja;

c. Penyembunyian keuntungan oleh nasabah bila nasabahnya tidak jujur;

11 Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h.

173 12 Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, (Jakarta: Gema Insani, 2005), h. 98

Page 88: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

77

Analisis

Bank Indonesia memiliki misi dan sasaran di sektor perbankan. Misi Bank

Indonesia adalah untuk mewujudkan iklim yang kondusif untuk pengembangan

perbankan yang sehat dalam rangka mendorong pembangunan nasional. Sistem

perbankan yang sehat ditandai oleh keberadaan lembaga-lembaga perbankan yang

mampu berfungsi secara efisien, sehat dan berkembang secara wajar, mampu

menghadapi persaingan yang semakin bersifat global, mampu melindungi secara

baik dana yang dititipkan masyarakat kepadanya, serta mampu menyalurkan dana

masyarakat di bidang-bidang usaha produktif dalam rangka pencapaian

kesejahteraan masyarakat.

Misi tersebut di atas secara operasional dijabarkan dalam sasaran yang akan

dicapai Bank Indonesia, yang salah satu diantaranya sasaran mikro ditujukan

untuk mewujudkan iklim pengembangan individual yang sehat, yang ditandai

dengan individual bank yang secara nyata memberikan perhatian terhadap

kepentingan semua pihak yang terkait dengan bank, khususnya jaminan akan hak-

hak masyarakat yang mempercayakan dananya untuk disimpan di bank.13

Berdasarkan pemaparan tentang sasaran tersebut, maka ditetapkanlah

kebijakan bantuan likuiditas oleh Bank Indonesia dalam fungsinya sebagai LLR,

yang bagi bank umum syariah dalam bentuk FPJPS, sebagai sarana untuk

menjaga kepercayaan masyarakat terhadap sektor perbankan.

13 Harisman, Tugas Bank Indonesia dalam Pengawasan dan Pembinaan Perbankan Syariah

di Indonesia, Jurnal Hukum Bisnis Vol. 20, Agustus – September 2002, h. 23.

Page 89: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

78

Hal yang kontradiktif dengan Fatwa No. 07/DSN-MUI/IV/2000 adalah

mengenai hal biaya ganti rugi dan skim pembiayaan mudharabah yang beresiko

tinggi.

Pada dasarnya, dalam mudharabah tidak ada ganti rugi, karena pada dasarnya

akad ini bersifat amanah (yad al-amanah), kecuali akibat dari kesalahan yang

disengaja, kelalaian atau pelanggaran kesepakatan. Dalam kebijakan FPJPS yang

merupakan bantuan likuiditas Bank Indonesia dalam perannya sebagai Bank

Sentral yang di Indonesia diatur secara khusus dalam Undang-Undang No. 23

Tahun 1999. Sumber dana yang diberikan dalam bantuan likuiditas oleh Bank

Indonesia berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Yang

disebutkan dalam Peraturan Pemerintah Penggganti Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia Pasal 11.

Ayat (1):

Bank Indonesia dapat memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip

Syariah untuk jangka waktu paling lama 90 (sembilan puluh) hari kepada Bank

untuk mengatasi kesulitan jangka pendek Bank yang bersangkutan.

Ayat (4):

Dalam hal suatu Bank mengalami kesulitan keuangan yang berdampak sistemik

dan berpotensi mengakibatkan krisis yang membahayakan sistem keuangan, Bank

Indonesia dapat memberikan fasilitas pembiayaan darurat yang pendanaannya

menjadi beban Pemerintah.

Page 90: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

79

Ayat (5):

Ketentuan dan tata cara pengambilan keputusan mengenai kesulitan keuangan

Bank yang berdampak sistemik, pemberian fasilitas pembiayaan darurat, dan

sumber pendanaan yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

diatur dalam undang-undang tersendiri.

Sedangkan terkait dengan pembiayaan mudharabah yang memiliki resiko

tinggi, dalam ketentuan FPJPS sendiri yang tertuang dalam PBI No.

11/24/PBI/2009, disebutkan bahwa FPJPS wajib dijamin oleh Bank dengan

agunan yang berkualitas tinggi berupa surat berharga dan aset pembiayaan

kolektibilitas lancar yang nilainya memadai.14 Nilai asset yang dijadikan agunan

diatus secara terperinci dalam PBI No. 11/24/PBI/2009 pasal 6 ayat (1) dan ayat

(2).15

Maka dengan adanya syarat agunan tersebut dapat meng-cover resiko dari

pembiayaan yang diberikan dalam FPJPS, dimana dalam hal Bank Syariah tidak

melunasi FPJPS yang telah jatuh waktu dan tidak melakukan perpanjangan

FPJPS, maka Bank Indonesia dapat melakukan eksekusi terhadap agunan FPJPS.

14 Ikhtisar PBI No. 11/24/PBI/2009, diakses dari

http://www.bi.go.id/web/id/Perturan/Perbankan/pbi_112409.htm, pada tanggal 25 Juli 2010. 15 Nilai agunan ditetapkan paling kurang 100% (seratus persen) dari plafon FPJPS.

Page 91: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

80

Contoh Eksekusi Agunan:16

1) Pada tanggal 5 Agustus 2003, Bank Syariah A mengajukan permohonan

FPJPS sebagai berikut:

• Penitipan dalam SWBI sebesar Rp. 12.000.000.000.000,00 dalam waktu

28 hari (tanggal 1 s.d. 29 Agustus 2003);

• Jumlah permohonan FPJPS = Rp.3.000.000.000,00

• Jumlah SWBI yang diagunkan hanya sebesar Rp.5.000.000.000,00

2) Pada tanggal 6 Agustus 2003, FPJPS jatuh waktu namun Bank Syariah A

tidak mampu membayar imbalan FPJPS dan nominal FPJPS serta tidak

memperpanjang FPJPS maka agunan dieksekusi dengan perhitungan sebagai

berikut:

• Jumlah agunan dieksekusi adalah sebesar Rp.5.000.000.000,00.

• Asumsi imbalan FPJPS sebesar Rp.50.000.000,00.

• Kelebihan nilai eksekusi sebesar Rp.1.950.000.000,00

(Rp.5.000.000.000,00 – Rp.3.000.000.000,00 – Rp50.000.000,00) akan

dikembalikan kepada Bank Syariah A selambat-lambatnya pada hari kerja.

Dalam ketentuan Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 07/DSN-MUI/IV/2000

Tentang Mudharabah disebutkan tentang masalah jaminan, yaitu:

16 Surat Edaran Bank Indonesia Tentang Tata Cara Pemberian FPJPS Bagi Bank Syariah No.

6/9/DPM.

Page 92: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

81

“Pada prinsipnya, dalam pembiayaan mudharabah tidak ada jaminan, namun

agar mudharib tidak melakukan penyimpangan, LKS dapat meminta jaminan dari

mudharib atau pihak. Jaminan ini hanya dapat dicairkan apabila mudharib

terbukti melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang telah disepakati bersama

dalam akad”.

Ketika akad mudaharabah dipraktekkan dalam Lembaga Keuangan Syariah,

jaminan tersebut diperuntukkan untuk menjaga kepercayaan nasabah yang

menitipkan dananya, karena notabene dana yang dijadikan modal pembiayaan

mudharabah tersebut merupakan dana pihak ketiga yang harus dijaga oleh

Lembaga Keuangan Syariah yang bersangkutan.

Dalam hal agunan/jaminan yang dikenakan dalam FPJPS, alasan dari

penetapan tersebut selain agar tidak terjadi penyelewengan, diperuntukkan pula

sebagai sebuah hukuman penalty, dan memberi pembelajaran bagi bank yang

bersangkutan dan bank lain agar tidak dengan mudah meminta bantuan likuiditas

dari Bank Indonesia.

Kembali kepada alasan, bahwa penggunaan kebijakan ini adalah langkah

terakhir untuk mangatasi masalah likuiditas akibat mismatch, karena dalam

kondisi normal hal ini dipandang sebagai tindakan yang menunjukkan kelemahan

bank yang bersangkutan kepada bank-bank lain, bahwa bank tersebut tidak

dipercaya meminjam dana jangka pendek dari sesama bank.17

17 J. Soedradjad Djiwandono, “Permasalahan BLBI” diakses pada tanggal 18 Februari 2010

dari http://www.pacific.net.id/pakar/sj/permasalahan_blbi1.html

Page 93: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

82

Tindak pengawasan juga secara tegas disebutkan dalam ketentuan FPJPS. Pada

BAB V (PENGAWASAN) PBI No. 11/24/PBI/2009 disebutkan:

Pasal 17

(1) Bank wajib menyampaikan rencana tindak perbaikan (action plan) untuk

mengatasi kesulita likuiditas paling lambat 5 (lima) hari setelah pencairan

FPJPS.

(2) Bank wajib menyampaikan laporan kepada Bank Indonesia mengenai

penggunaan FPJPS dan kondisi likuiditas Bank pada setiap akhir hari kerja.

Pasal 18

Bank Indonesia melakukan pemeriksaan khusus atas penggunaan FPJPS terhadap

Bank penerima FPJPS

Pasal 19

Bank Indonesia menetapkan Bank penerima FPJPS dalam status pengawasan

khusus.

3. Kedudukan Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 11/24/PBI/2009

Sebagai otoritas moneter, perbankan dan sistem pembayaran, tugas utama

Bank Indonesia tidak saja menjaga stabilitas moneter, namun juga stabilitas

sistem keuangan (perbankan dan sistem pembayaran). Stabilitas sistem keuangan

adalah suatu kondisi dimana mekanisme ekonomi dalam penetapan harga, alokasi

Page 94: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

83

dana dan pengelolaan risiko berfungsi secara baik dan mendukung pertumbuhan

ekonomi.18

Sebagai bank sentral, Bank Indonesia memiliki lima peran utama dalam

menjaga stabilitas sistem keuangan. Kelima peran utama yang mencakup

kebijakan dan instrumen dalam menjaga stabilitas sistem keuangan itu adalah:19

1) Bank Indonesia memiliki tugas untuk menjaga stabilitas moneter antara lain

melalui instrumen suku bunga dalam operasi pasar terbuka.

2) Bank Indonesia memiliki peran vital dalam menciptakan kinerja lembaga

keuangan yang sehat, khususnya perbankan. Penciptaan kinerja lembaga

perbankan seperti itu dilakukan melalui mekanisme pengawasan dan regulasi.

Seperti halnya di negara-negara lain, sektor perbankan memiliki pangsa yang

dominan dalam sistem keuangan. Oleh sebab itu, kegagalan di sektor ini dapat

menimbulkan ketidakstabilan keuangan dan mengganggu perekonomian.

3) Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk mengatur dan menjaga

kelancaran sistem pembayaran. Bila terjadi gagal bayar (failure to settle) pada

salah satu peserta dalam sistem pembayaran, maka akan timbul risiko

potensial yang cukup serius dan mengganggu kelancaran sistem pembayaran.

18 Definisi Stabilitas Sistem Keuangan, diakses dari

http://www.bi.go.id/web/id/Perbankan/Stabilitas+Sistem+Keuangan/Ikhtisar/Definisi+SSK/ pada tanggal 18 Juli 2010.

19 Peran Bank Indonesia dalam Stabilitas Keuangan, diakses dari http://www.bi.go.id/web/id/Perbankan/Stabilitas+Sistem+Keuangan/Peran+Bank+Indonesia/Peran+BI/ pada tanggal 18 Juli 2010

Page 95: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

84

Kegagalan tersebut dapat menimbulkan risiko yang bersifat menular

(contagion risk) sehingga menimbulkan gangguan yang bersifat sistemik.

4) Melalui fungsinya dalam riset dan pemantauan, Bank Indonesia dapat

mengakses informasi-informasi yang dinilai mengancam stabilitas keuangan.

5) Bank Indonesia memiliki fungsi sebagai jaring pengaman sistim keuangan

melalui fungsi bank sentral sebagai lender of the last resort (LLR).

Selain kelima peran Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas keuangan, Bank

Indonesia sebagai otoritas pengawas dan pembina bank memiliki kewenangan

dasar pengawasan bank yang mencakup empat aspek, yaitu:20

1) Power to licence, kewenangan dalam mengatur perizinan bank, adalah

kewenangan dasar yang pertama dan merupakan proses pengawasan yang

paling awal, karena hal ini memungkinkan dapat ditetapkannya persayaratan

operasi suatu bank.

2) Power to regulate, memungkinkan otoritas pengawas mengatur kegiatan

operasi bank berupa ketentuan dan peraturan sehingga dapat mendorong

terciptanya sistem perbankan yang sehat sekaligus dapat memenuhi harapan

masyarakat atas kecukupan dan kualitas pelayanan jasa perbankan.

3) Power to control, merupakan kewenangan dasar yang diperlukan oleh setiap

otoritas pengawas bank, agar dalam melaksanakan kegiatan pengawasan dapat

20 Harisman, Tugas Bank Indonesia dalam Pengawasan dan Pembinaan Perbankan Syariah

di Indonesia, Jurnal Hukum Bisnis Vol. 20, Agustus – September 2002, h.23-24.

Page 96: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

85

dengan jelas mengetahui batasan-batasan wewenang dalam melakukan

pengawasan bank.

4) Power to impose sanction, kewenangan untuk menetapkan dan menjatuhkan

sanksi kepada setiap bank yang kurang atau tidak memenuhi hal-hal yang

telah diatur dalam ketiga aspek dimaksud.

Berdasarkan peran dan kewenangan tersebut maka Bank Indonesia

mengeluarkan PBI No. 11/24/PBI/2009. Penetapan Peraturan Bank Indonesia

tersebut secara tegas dikemukakan dalam Pasal 11 Undang-Undang No. 3 Tahun

2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23

Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia.

1) Bank Indonesia dapat memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan

Prinsip Syariah untuk jangka waktu paling lama 90 (sembilan puluh) hari

kepada Bank untuk mengatasi kesulitan pendanaan jangka pendek Bank yang

bersangkutan.

2) Pelaksanaan pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib dijamin oleh Bank penerima

dengan agunan yang berkualitas tinggi dan mudah dicairkan yang nilainya

minimal sebesar jumlah kredit atau pembiayaan yang diterimanya.

3) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)

ditetapkan dengan Peraturan Bank Indonesia.

4) Dalam hal suatu Bank mengalami kesulitan keuangan yang berdampak

sistemik dan berpotensi mengakibatkan krisis yang membahayakan sistem

Page 97: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

86

keuangan, Bank Indonesia dapat memberikan fasilitas pembiayaan darurat

yang pendanaannya menjadi beban Pemerintah.

5) Ketentuan dan tata cara pengambilan keputusan mengenai kesulitan keuangan

Bank yang berdampak sistemik, pemberian fasilitas pembiayaan darurat, dan

sumber pendanaan yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara diatur dalam undang-undang tersendiri, yang ditetapkan selambat-

lambatnya akhir tahun 2004.

Berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang tersebut, Bank Indonesia

mempunyai hak mutlak untuk menetapkan peraturan terkait dengan pembiayaan

jangka pendek dalam bentuk Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah.

Indonesia menganut asas hukum yang menyebutkan bahwa peraturan

perundang-undangan yang tingkatnya lebih tinggi akan mengesampingkan

ketentuan atau norma mengenai hal yang sama yang dimuat dalam peraturan

perundang-undangan yang tingkatnya lebih rendah. Atau sebaliknya, ketentuan

atau norma hukum yang berada pada peraturan yang lebih rendah tidak dapat

meniadakan dengan hal yang sama yang diatur oleh peraturan perundang-

undangan yang tingkatnya lebih tinggi.21

Menurut ketentuan Pasal 7 Ayat (1) Undang-Undang No. 10 Tahun 2004

tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, tata urutan peraturan

perundang-undangan yang berlaku di Indonesia adalah:

21 Kusumaningtuti SS., Peranan Hukum dalam Penyelesaian Krisis Perbankan di Indonesia,

(Jakarta: Rajawali Pers, 2008), h. 55

Page 98: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

87

(1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

(2) undang-undang atau peraturan pemerintah pengganti undang-undang;

(3) peraturan pemerintah;

(4) peraturan presiden;

(5) peraturan daerah;

Kedudukan Bank Indonesia dalam perubahan ke-4 UUD 1945, yang

selanjutnya diatur dalam UUD 1945 Pasal 23 D adalah sebagai berikut:

Negara memiliki bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab dan independensinya diatur dengan undang-undang. Sementara itu, independensi Bank Indonesia telah diberikan semenjak disahkannya Undang-Undang No. 23 Tahun 1999. Pemberian independensi bank sentral ini tidak terlepas dari letter of intent IMF pada Januari 1998, yang memberikan rekomendasi untuk independensi Bank Indonesia.

Gambar 4.1. Kedudukan Lembaga Tertinggi dan Tinggi Negara setelah Amandemen UUD 1945

Rakyat memegang kekuasaan tertinggi

Gubernur Bank Sentral (menjadi lembaga yang

lebih independen)

Lembaga Tinggi Negara (DPR, DPA,

BPK, MA)

Lembaga

Kepresidenan

Menteri

(Pembantu Presiden)

Pejabat Negara

Setingkat Menteri

BPPN

Letter of Intent

IMF

Page 99: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

88

Maka, berdasarkan tata urutan peraturan perundang-undangan, Bank

Indonesia sebagai bank sentral berhak menetapkan Peraturan Bank Indonesia

Nomor 11/24/PBI/2009 tentang Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah

dengan segala ketentuan di dalamnya, yang memiliki kekuatan hukum

berdasarkan Undang-Undang No. 10 Tahun 2004. Karena Peraturan Bank

Indonesia Nomor 11/24/PBI/2009 merupakan pelaksana dari Undang-Undang

Bank Indonesia.

Dalam ketentuan pembiayaan mudharabah menurut Fatwa No. 07/DSN-

MUI/IV/2000 menyebutkan bahwa, “Kriteria pengusaha, prosedur pembiayaan,

dan mekanisme pembagian keuntungan diatur oleh LKS dengan memperhatikan

fatwa DSN”. Ketentuan tersebut secara implisit menyatakan bahwa mengenai

mekanisme praktek di lapangan, LKS dalam hal ini shahibul maal dapat

menentukan kriteria khusus secara tersendiri. Maka Bank Indonesia pun

mempunyai kewenangan tersebut.

Dalam Hadis Nabi riwayat Tirmidzi:

اهللا رسول أن عنه تعالى اهللا رضي المزنى عوف بن عمرو عن صلحا اال المسلمين بين جائز الصلح ׃قال وسلم عليه اهللا صلى إال شروطهم على والمسلمون حراما أحل أو حالال حرم) وصححه الترمذى رواه( حراما احل أو حالال حرم شرطا

“Dari Amru bin ‘Auf al-Muzani, r.a., (katanya): Sesungguhnya Rasulullah saw bersabda: Perdamaian dapat dilakukan di antara kaum muslimin kecuali perdamaian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang

Page 100: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

89

mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.” (Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan Beliau menilainya Shahih)22

Berdasarkan hadis ini, terdapat kebebasan untuk melakukan transaksi ataupun

menetapkan beberapa syarat dalam transaksi, sepanjang syarat tersebut tidak

bertentangan dengan nash syar’i.23 Perlu diingat, walaupun Bank Indonesia

mempunyai kewenangan mutlak, hal yang paling penting untuk diperhatikan

adalah Bank Indonesia harus tetap menjunjung tinggi esensi dari suatu kaidah

yang menyatakan bahwa “aturan ulil amri harus ditaati sepanjang tidak

melanggar syariah” yang berarti tidak menghalalkan sesuatu yang haram,

ataupun mengharamkan sesuatu yang halal. Ketentuan akad mudharabah dalam

FPJPS khususnya terkait dengan penetapan perhitungan imbalan yang dihitung

dari nilai nominal FPJPS ataupun dengan alasan equal treatment dengan imbalan

FPJP bank konvensional, hal tersebut menjadi sesuatu yang menghalalkan sesuatu

yang haram, dan mengharamkan sesuatu yang halal dalam penggunaan akad

mudharabah yang tidak sesuai dengan kaidah syariah.

Dan meskipun tidak ada Fatwa Khusus yang mengatur mengenai kebijakan

bantuan likuiditas dari Bank Sentral kepada Bank Umum Syariah, Fatwa No.

07/DSN-MUI/IV/2000 harus tetap digunakan sebagai rujukan dalam menetapkan

akad mudharabah pada Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/24/PBI/2009.

Karena, peraturan Bank Indonesia tersebut tidak bisa dilepaskan dari ketentuan

22 As-Shan’ani, Subulus Salam III, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1995), h. 207

23 Penjelasan Fatwa No. 07/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Pembiayaan Mudharabah (Qiradh).

Page 101: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

90

dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah.24

Dalam Undang-Undang tersebut disebutkan secara tegas bahwa:

“Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan

Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank

Pembiayaan Rakyat Syariah.”

“Prinsip Syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan

berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan

dalam penetapan fatwa di bidang syariah.”

Maka, dalam penyusunan ketentuan perbankan syariah secara umum termasuk

FPJPS, karena terkait dengan aspek syariah, Bank Indonesia harus secara utuh

mengikuti ketentuan Fatwa No. 07/DSN-MUI/IV/2000 tentang Mudharabah, baik

secara subsatansi ataupun implementasi di lapangan.

24 Tersebut dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/24/PBI/2009.

Page 102: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

91

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Mekanisme pembiayaan jangka pendek dalam FPJPS bagi bank syariah,

Bank Indonesia bertindak sebagai shahibul maal atau pemilik dana,

sedangkan bank syariah bertindak sebagai mudharib, dimana BI

memperoleh kompensasi dalam bentuk imbalan dari FPJPS yang

diberikan. Pembiayaan FPJPS hanya diberikan sebesar kebutuhan dana

untuk memenuhi likuiditas selama 14 hari ke depan, dan dapat

diperpanjang berturut-turut dengan kangka waktu keseluruhan paling lama

90 hari serta wajib dijamin dengan agunan yang berkualitas tinggi.

Penetapan kebijakan FPJPS tersebut adalah terkait dengan fungsi Bank

Indonesia sebagai Lender of The Last Resort dan independensi bank

sentral yang diatur dalam UU No. 23 Tahun 1999 Tentang Bank

Indonesia.

2. Mekanisme pembiayaan mudharabah adalah pembiayaan untuk suatu

usaha yang produktif, dimana salah satu pihak bertindak sebagai shahibul

maal, sedangkan pihak lain sebagai pengelola atau mudharib, yang

keduanya harus cakap hukum. Penyerahan modal dilakukan secara tunai.

Kriteria pengusaha, prosedur pembiayaan dan mekanisme pembagian

keuntungan harus disepakati bersama dalam kontrak. Jaminan dapat

Page 103: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

92

diminta oleh shahibul maal agar mudharib tidak melakukan

penyimpangan. Dan karena mudharib berperan sebagai wakil dari

shahibul maal, maka mudharib tidak boleh menanggung kerugian apapun

kecuali diakibatkan kesalahan disengaja, kelalaian, atau pelanggaran

kesepakatan.

3. Dengan melakukan perbandingan antara PBI No. 11/24/PBI/2009, Fatwa

Dewan Syariah Nasional No. 07/DSN-MUI/IV/2000, dan Undang-Undang

Bank Indonesia, maka dapat dikatakan bahwa ketentuan mengenai

kebijakan Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah kurang sesuai

dengan prinsip syariah, pelanggaran prinsip syariah tersebut khususnya

terkait dengan perhitungan imbalan FPJPS, yang memberi indikasi adanya

penentuan keuntungan yang dipastikan dalam akad mudharabah. Selain

itu, penggunaan akad mudharabah tersebut kurang tepat, karena walaupun

mudharabah merupakan skim pembiayaan yang ideal, tetapi secara

implikasinya tidak ada seorang pun yang ingin memperoleh kerugian.

B. Saran

1. Bagi Bank Indonesia sebagai lembaga otoritas yang menaungi kebijakan

FPJPS agar mengkaji lagi secara lebih mendalam mengenai konsep, serta

tepat atau tidaknya kebijakan FPJPS tersebut bagi bank syariah,

mengingat hingga saat ini belum pernah digunakan, jadi tidak hanya

Page 104: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

93

sekedar mengekor pada kebijakan FPJP bagi bank konvensional yang

sudah ditetapkan lebih dulu.

2. Bank Indonesia harus meningkatkan sistem pengawasan dan birokrasi

yang tinggi ketika suatu saat FPJPS tersebut digunakan, agar

penyimpangan dalam kebijakan BLBI dan bantuan FPJP bagi Bank

Century yang menjadi perdebatan di masyarakat tidak terulang lagi.

3. Sebagai salah satu kebijakan bagi Bank Syariah, Fasilitas Pendanaan

Jangka Pendek Syariah harus selalu mengedepankan aspek

kesyariahannya dan mentaati ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan

dalam fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-

MUI). Maka, Bank Indonesia harus melakukan pengkajian ulang dan

perbaikan mengenai ketentuan akad mudharabah dalam FPJPS,

khususnya dalam hal penetapan imbalan ataupun penggunaan akad

mudharabah itu sendiri bagi kebijakan FPJPS.

4. Dalam hal ini penulis menyarankan untuk mengganti akad dalam

kebijakan FPJPS dari akad mudharabah ke akad qardh. Mengingat

minimal waktu penggunaan fasilitas tersebut adalah satu hari, sehingga

penggunaan akad mudharabah menjadi kurang sesuai karena tidak ada

pengendapan dana. Tetapi, penggunaan akad qardh tersebut harus dikaji

kembali terkait dengan diharuskannya pemberian imbalan bagi Bank

Indonesia. Semoga hal tersebut dapat menjadi objek penelitian bagi

penelitian selanjutnya.

Page 105: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

xiv

DAFTAR PUSTAKA

Al Qur’an al Karim. Al Hadits. Buku Al-Gharyani, Ash-Shadiq Abdurrahman, Fatwa-Fatwa Muamalah Kontemporer,

Surabaya: Penerbit Pustaka Progressif, 2004 Antonio, Muhammad Syafi’i, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, Jakarta: Gema

Insani, 2005. , Bank Syariah; Wacana Ulama dan Cendikiawan, Jakarta:

Tazkia Institute, 1999. , Bank Syariah bagi Bankir dan Praktisi Keuangan, Jakarta:

Tazkia Institute, 1999. Arifin, Zainul Produk Bank Syariah, Jakarta: Pelatihan Dasar Perbankan Syariah

Bank Indonesia, 2007. Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007. Dahlan, Abdul Azis, et.al., Ensiklopedi Hukum Islam, jilid 4, Jakarta: Ichtiar Baru

Van Hoeve, 1996. Danim, Sudarwan, Menjadi Peneliti Kualitatif, Bandung : CV. Pustaka Setia, 2002. Dewi, Gemala, Aspek – aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah

di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2006. Farihah, Ipah, Buku Panduan Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta:

UIN Jakarta Press, 2006.

Page 106: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

xv

Kamil, Ahmad dan M. Fauzan, Kitab Undang-Undang Hukum Perbankan dan Ekonomi Syariah, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007.

Karim, Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2004. Kusumaningtuti SS., Peranan Hukum dalam Penyelesaian Krisis Perbankan di

Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers, 2008. Batubara, Marwan, dkk., Skandal BLBI: Ramai – ramai Merampok Negara, Jakarta:

Haekal Media Center, 2008. Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2006. Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, Yogyakarta: UPP AMP YKPN,

2005. , Tehnik Perhitungan Bagi Hasil di Bank Syariah, Yogyakarta: UII

Press, 2001. , Manajemen Bank Syariah, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2002. , Teknik Perhitungan Bagi Hasil dan Profit Margin pada Bank

Syariah, Yogyakarta: UII Press, 2004. Ndraha, Taliziduhu, Research Teori Metodologi Administrasi, Jakarta: PT. Bina

Aksara, 1985. Nurtjahjo, Hendra, dkk., Eksistensi Bank Sentral dalam Konstitusi Berbagai Negara,

Jakarta: Pusat Studi Hukum Tata Negara FHUI, 2002. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet.II,

Jakarta: Balai Pustaka, 1989. Riyanto, Bambang, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi 4, Yogyakarta:

BPFE – Yogyakarta, 2001.

Page 107: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

xvi

Sabiq, Sayyid, Fikih Sunnah 13, terjemahan Kamaluddin A. Marzuki, Bandung: Al-Ma’arif, 1987.

Semiawan, Conny R., Catatan Kecil Tentang Penelitian dan Pengembangan Ilmu

Pengetahuan, Jakarta: Kencana, 2007. Sjahdeini, Sutan Remi, Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata Hukum

Perbankan Indonesia, Jakarta: PT. Temprint, 1999. Soehandjono, Bank Indonesia dalam Kasus BLBI, Jakarta: Bank dan Perbankan,

2003. Suhendi, Hendi, Fiqh Muamalah, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007. Syafe’i, Rachmat, Fiqih Muamalah untuk IAIN, STAIN, PTAIS, dan Umum, Bandung:

Pustaka Setia, 2001. Usman, Rachmadi, Aspek-aspek Hukum Perbankan Islam di Indonesia, Bandung: PT.

Citra Aditya Bakti, 2002. Widyo Gunadi, et.al., Membangun Karakteristik Sebuah Bank Sentral, Jakarta: Tim

Penulis Buku Budaya Kerja Bank Indonesia, 2005. Wirdyaningsih, et.al., Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana

Prenada Media, 2005. Jurnal dan Artikel Amin, A. Riawan, Perbankan Syariah Sebagai Solusi Perekonomian Nasional,

Pidato Penganugerahan Gelar Doktor Honoris Causa dalam Bidang Perbankan Syariah, Disampaikan dalam Sidang Senat terbuka UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009

Harisman, Tugas Bank Indonesia dalam Pengawasan dan Pembinaan Perbankan

Syariah di Indonesia, Jurnal Hukum Bisnis Vol. 20, Agustus – September 2002.

Page 108: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

xvii

Miftakhussurur, Kebijakan Perbankan Bank Indonesia dalam Upaya Meningkatkan Aset Perbankan Syariah, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam Vol. 1, No. 2, Juni 2007.

Shomad, Abdul, Akad Mudharabah dalam Perbankan Syariah, Yuridika, Vol. 16,

No. 4, Juli – Agustus 2001. Website Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia tentang Perubahan Kegiatan Usaha Bank

Umum Konvensional Menjadi Bank Umum yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah dan Pembukaan Kantor Bank yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah oleh Bank Umum Konvensional, PBI No: 8/3/PBI/2006, diakses pada tanggal 18 Februari 2010 dari http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/E6079AE4-EF24-4E32-9F50-1ED0A20413F8/11854/pbi8306.pdf

, Peraturan Bank Indonesia tentang Fasilitas Pendanaan Jangka

Pendek Syariah Pengganti Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/23/PBI/2005 tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/3/PBI/2003 tentang Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek Bagi Bank Syariah, PBI Nomor 11/24/PBI/2009, diakses pada tanggal 18 Februari 2010 dari http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/E6079AE4-EF24-4E32-9F50-1ED0A20413F8/11854/pbi112409.pdf

Bank Syariah: Lebih Tahan Krisis Global, diakses pada tanggal 20 Mei 2010 dari

http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/2FA608A9-DDFE-4551-884D-D0B9D5965572/17639/Perbankan_Syariah_Lebih_Tahan_Krisis_Global.pdf

Batunanggar, Sukarela, Jaring Pengaman Keuangan : Kajian Literatur dan

Praktiknya di Indonesia, Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan, diakses pada 18 Februari 2010 dari http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/E9161ADE-FA45-47E6-B8DC-540D9FC6BBD4/8042/03jpk.pdf

Page 109: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

xviii

Definisi Stabilitas Sistem Keuangan, diakses dari http://www.bi.go.id/web/id/Perbankan/Stabilitas+Sistem+Keuangan/Ikhtisar/Definisi+SSK/ pada tanggal 18 Juli 2010.

Dewan Gubernur Bank Indonesia, diakses pada tanggal 30 Juni 2010 dari

http://www.bi.go.id/web/id/Tentang+BI/Dewan+Gubernur/ http://www.bi.go.id/web/id/Peraturan/Perbankan/pbi_112409.htm diakses pada

tanggal 25 Juli 2010. Ikhtisar PBI No. 11/24/PBI/2009, diakses dari

http://www.bi.go.id/web/id/Perturan/Perbankan/pbi_112409.htm, pada tanggal 25 Juli 2010.

Ikhtisar Pebankan, Institusi Perbankan di Indonesia, Artikel diakses pada tanggal 18

Februari 2010 dari http://www.bi.go.id/web/id/Perbankan/Ikhtisar+Perbankan/Lembaga+Perbankan/

Djiwandono, J. Soedradjad, “Permasalahan BLBI”, diakses pada tanggal 18 Februari

2010 dari http://www.pacific.net.id/pakar/sj/permasalahan_blbi1.html , “Permasalahan BLBI”, diakses pada tanggal 18 Februari

2010 dari http://www.pacific.net.id/pakar/sj/permasalahan_blbi2.html Laporan Pengawasan Perbankan Desember 2004,

http://www.bi.go.id/pdf/LaporanPengawasanPerbankan_Des_2004.pdf. diakses pada tanggal 20 Februari 2010

Menghitung Bagi Hasil iB, diakses pada tanggal 25 Mei 2010 dari

http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/D6B8DE61-4B67-4C34-BCB3-4959A394CE1C/17636/Menghitung_Bagi_Hasil_iB.pdf

Misi, Visi dan Sasaran Strategis Bank Indonesia, diakses pada tanggal 30 Juni 2010

dari http://www.bi.go.id/web/id/Tentang+BI/Fungsi+Bank+Indonesia/Misi+dan+Visi/

Page 110: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

xix

Modul SPN 02 – Sistem Kliring di Indonesia, diakses pada tanggal 20 Februari 2010 dari http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/AF3FDCB9-F4BD-4278-8B40-A02633F72D5E/836/SistemKliringBankIndonesia1.pdf

Peran Bank Indonesia dalam Stabilitas Keuangan, diakses dari

http://www.bi.go.id/web/id/Perbankan/Stabilitas+Sistem+Keuangan/Peran+Bank+Indonesia/Peran+BI/ pada tanggal 18 Juli 2010

Sekilas Perjalanan Sejarah Bank Indonesia, diakses pada tanggal 30 Juni 2010 dari

http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/86CE0C47-626D-49A6-989C-125F12C9F938/18316/07_sejarah_rev.pdf

Status dan Kedudukan Bank Indonesia, diakses pada tanggal 30 Juni 2010 dari

http://www.bi.go.id/web/id/Tentang+BI/Fungsi+Bank+Indonesia/Status+dan+Kedudukan/

Tujuan dan Tugas Bank Indonesia, diakses pada tanggal 30 Juni 2010 dari

http://www.bi.go.id/web/id/Tentang+BI/Fungsi+Bank+Indonesia/Tujuan+dan+Tugas/

Peraturan – peraturan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No: 07/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Pembiayaan

Mudharabah (Qiradh). Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/3/PBI/2003 Tentang Fasilitas Pembiayaan Jangka

Pendek Bagi Bank Syariah. Penjelasan Fatwa No. 07/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Pembiayaan Mudharabah

(Qiradh). Ringkasan Peraturan Perundang-undangan Bank Indonesia, Surat Edaran Bank

Indonesia Nomor 10/39/DPM tanggal 14 November 2008 perihal Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Umum.

Page 111: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

xx

Surat Edaran Bank Indonesia Tentang Tata Cara Pemberian FPJPS Bagi Bank Syariah No. 6/9/DPM.

Undang – undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas

Undang – undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia.

Undang – undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan

Syariah. Undang – undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2009 Tentang Penetapan

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia.

Skripsi Fauziyah, Umi, Analisis Perhitungan Bagi Hasil Pada Pembiayaan Mudharabah

Berdasarkan Fatwa DSN di BMT Khonsa Cilacap, Skripsi S1, Jurusan Ekonomi Islam STAIN Surakarta, 2006

Wawancara Wawancara pribadi dengan Bapak Dwiyanto, Analisis Bank Madya Direktorat

Perbankan Syariah – BI, Jakarta, pada tanggal 20 Juli 2010.

Page 112: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

TRANSKIP WAWANCARA

Nama : Dwiyanto

Jabatan : Analisis Bank Madya

Waktu : 15 Juli 2010, pukul 07.38 – 08.16 WIB

Tempat Wawancara : Direktorat Perbankan Syariah (DPBS) Gedung A Lnt. 21

Bank Indonesia, Jakarta

1. Apa yang di maksud dengan Fasilitas Pendanaan Jangka pendek Syariah?

Jawab

Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek bagi Bank Syariah, yang untuk selanjutnya

disebut FPJPS adalah fasilitas pembiayaan dari Bank Indonesia kepada Bank

Syariah yang hanya dapat digunakan untuk mengatasi Kesulitan Pendanaan

Jangka Pendek;

2. Apa yang menjadi latar belakang ditetapkannya kebijakan Fasilitas Pendanaan

Jangka Pendek Syariah tersebut? Dan kapan?

Jawab

a. bahwa dalam menjalankan kegiatan usahanya, Bank Syariah menghadapi

risiko kesulitan pendanaan jangka pendek yang disebabkan oleh terjadinya

arus dana masuk yang lebih kecil dibandingkan dengan arus dana keluar;

b. bahwa untuk mengatasi kesulitan pendanaan jangka pendek tersebut, Bank

Indonesia sebagai the lender of last resort dapat memberikan pembiayaan

kepada Bank Syariah yang dijamin dengan agunan berkualitas tinggi dan

mudah dicairkan;

3. Bagaimana proses penetapan kebijakan FPJPS tersebut hingga menjadi Peraturan

Bank Indonesia No: 11/24/PBI/2009?

Jawab

Peraturan Bank Indonesia ini merupakan implementasi dari undang – undang.

Semua aturan BI itu bukan aturan dari direktorat, tetapi aturan dari lembaga yang

Page 113: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

ditandatangani oleh Gubernur BI, dan ini punya kekuatan hukum, ini sama

dengan perturan perundang-undangan yang lain, sehingga ini kan diundangkan di

lembaran Negara. Yang dari sisi gradasi hukum kedudukannya di bawah Undang-

Undang BI. Jadi kalau ada UUD, kemudian ada UU, kemudian ada peraturan

pemerintah, dan lain sebagainya itu sama. Ini adalah pelaksana dari UU BI, PBI

FPJPSnya yaa … tapi ga semua PBI itu merupakan pelaksana dari UU BI, juga

ada UU perbankan, UU Perbankan Syariah, itu semua mengamanatkan adanya

beberapa ketentuan pelaksanaan dalam bentuk peraturan Bank Indonesia.

4. Dalam penetapan FPJPS hingga menjadi Peraturan Bank Indonesia No:

11/24/PBI/2009 tersebut, Apakah ada pihak-pihak lain seperti MUI misalnya,

yang terlibat dalam proses tersebut?

Jawab

Dalam penyusunan ketentuan perbankan syariah secara umum termasuk FPJPS,

karena terkait dengan aspek syariah, maka tentunya ada koordinasi dengan DSN

MUI yang terkait dengan akad-akad yang digunakan dalam ketentuan FPJPS.

Khususnya dalam implikasi dan implementasinya dari aspek syariahnya kita

minta pendapat dari Dewan Syariah Nasional. Tetapi bukan pada masalah

substansinya.

5. Mengapa dalam FPJPS tersebut akad yang digunakan adalah Mudharabah yang

notabene merupakan skim pembiayaan yang memiliki resiko tinggi?

Jawab

Pak Dwiyanto :

Ada macam-macam akad Murabahah, Mudharabah, ada Musyarakah, Salam,

Istishna. Akad-akad tersebut masing-masing bukan asal dipilih dalam

penerapannya, tergantung kondisinya. Artinya kalau kita mau jual beli tentu tidak

bisa dengan mudharabah. Maka, pertimbangannya itu bukan karena resiko,

kemudian harusnya tidak karena resikonya tinggi … pilihannya bukan karena

hanya resiko, tapi yang lebih substansial adalah apakah akad-akad yang banyak

Page 114: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

itu implemented ga diterapkan dengan skim nya, itu yang lebih esensial. Jadi,

jangan dikomentari karena resikonya lebih besar kemudian tidak dipilih, jangan

begitu. Itu adalah hal yang dalam prinsip syariah justru yang membuat produk-

produk syariah variatif, dia akan di implementasikan dengan karakteristik

transaksinya… nah untuk pembiayaan FPJPS sesuai dengan judulnya ya,

pembiayaan jangka pendek, itukan short liquidity, pinjaman dalam bentuk uang

untuk mengatasi kesulitan likuiditas. BI merupakan Bank Sentral yang beda

dengan lembaga bisnis yang perbankan secara umum. Jadi ada aspek-aspek yang

memang lebih kepada, istilahnya otoritas. Jadi tujuan dari transaksi BI ini

melakukan FPJPS dengan Bank itu beda dengan bank misalnya memberikan

pembiayaan kepada nasabahnya. Nah, disisi lain ketentuan mengenai Fasilitas

Pembiayaan itu berlaku untuk semua Bank, ada bank umum syariah, ada juga

bank umum konvensional. Nah BI itu melihat institusi perbankan itu equal

treatment. Jadi kalau bank konvensional dia dapat FPJP dia harus membayar

bunga sebesar rate yang ditetapkan, maka bank syariah kalau dia akan dapat

FPJPS, dia harus juga memberikan kompensasi kepada BI. Nah untuk

memberikan kompensasi kepada BI itu bentuknya apa… dari sekian tadi akad,

seperti yang Mbak bilang qardh, jelas tidak bisa kan? Kenapa? Karena tidak ada

kompensasinya, nanti kalau dikasih Qardh semua bank akan ngambil uangnya di

BI. Disisi lain BI kalau mau memberikan FPJP kepada bank konvensional,

memberikan kompensasi dalam bentuk bunga, nah itukan harus equal treatment

Mbak… nah, itu intinya disitu… Sehingga pilihan akad dari sekian alternatif akad

yang ada, itu yang lebih tepat, yang bisa diimplementasikan untuk industri

perbankan syariah… yaa akadnya mudharabah.

6. Pasal 15 Ayat 3 Peraturan Bank Indonesia No: 11/24/PBI/2009 menyebutkan

bahwa besarnya nisbah bagi hasil bagi Bank Indonesia sebagaimana dimaksud

pada ayat (2), ditetapkan sebesar 90% (sembilan puluh persen), apa yang menjadi

latar belakang penetapan nisbah 90% tersebut? Dan apakah besarnya itu tetap

dalam arti tidak ada tawar menawar?

Page 115: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

Jawab

Membayangkan tawar menawar, ini kan sebenarnya, akad itu kan kesepakatan

yaa … Mbak Fitri pernah belanja di supermarket kan? Nah disitu ada jual beli

barang… baju katakan… ada harganya kan…misalkan katakan yang di SOGO lah

15 ribu, harganya segitu… Mbak Fitri bilang “wah mahal banget, ini harusnya 5

ribu”.

Terserah, bagi penjual dia bilang “Kalau anda suka, anda cocok beli saja.” Apa itu

salah secara syariah? Ngga ada itu yang salah …

Sama dengan di akad mudharabah. Dalam bermudharabah BI menerapkan

nisbahnya 90%, tentunya 90% itu sudah ada analisanya yaa … Bahwa dengan

kembali kepada equal treatment dengan industri perbankan secara umum, nisbah

90% ini hitung-hitungan secara matematika nya akan sama dengan kompensasi

yang dikenakan kepada industri perbankan konvensional kalau dia dapat FPJP.

Sehingga tidak ada arbitrase disitu, gitu Mbak… Jadi kalau nanti ada bank syariah

yang “koq mahal 90%?” yaa….jangan diambil, gitu saja… kan logikanya seperti

itu. Nah, kalau gitu kan kesepakatan, seperti orang belanja di Supermarket saja,

bagi BI sebagai lender of the last resort nya sudah menetapkan seperti ini. Jadi,

esensi jual beli maupun mudharabah itu kan sebenarnya akad, kesepakatan dua

belah pihak, kalau tidak ada kesepakatan kan tidak akan terjadi transaksi,

esensinya disitu.

7. Sepengetahuan saya, FPJPS tersebut belum pernah digunakan oleh Bank Syariah,

apakah benar? Dan mengapa?

Jawab

Hhmmmm…. Dari kalimatnya saja tadi dapat difahami bahwa FPJPS itu fungsi

Central Bank sebagai Lender of The Last Resort, jadi dalam kondisi yang paling

akhir, ini dalam konteks kesulitan likuiditas saja. Kalau dia mengalami kesulitan

likuiditas tentunya dia akan mengakses pasar, bisa ga dia cari likuiditas di pasar,

maksudnya ke pasar interbank, ke pasar yang lain gitu ya. Kalau dia sudah

kemana-mana ngga ada, baru dia ke BI. Jadi,

Page 116: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

Pertama; Bank nya mengalami kesulitan

Kedua; dia kesulitan untuk mencari pasar dalam menutupi likuiditas

Baru nanti the last, itu kalau dia udah ga bisa, dia baru masuk ke BI, namanya the

last resort. Makanya itu bukan pilihan pertama sebenarnya, tapi sudah pilihan

yang paling akhir. Pertama, kalau kondisi perbankan syariahnya bagus, yaa ga

kan pernah ada orang yang minta likuiditas ke BI. Konteks FPJPS itu jangan di

anggap seperti pinjaman, kalau dulu di BI ada kredit program, memberikan kredit

kepada Bank untuk pengembangan bisnisnya, bukan… ini adalah untuk

mengatasi kesulitan likuiditas, jadi kalau ditanya mengapa tidak terjadi, yaa

memang karena mereka belum butuh, pertanyaannya gitu kan, kalau ga butuh

ngapain pinjem ke BI. Karena kan kalau dia mengambil FPJPS, pertama dia kan

akan kena tadi ada nisbahnya 90% segala macam. Karena konteks FPJPS itu tadi

seperti yang saya bilang di depan, pembiayaan kalau dia mengalami kesulitan

likuiditas. Jadi, jangan didoakan dapat, itu nanti Bank nya kasian. Kalau yang

dapat itu bank bermasalah. Bank Century dapat karena dia bermasalah.

8. Saya pernah baca sebuah artikel yang menulis kenapa Bank Syariah belum

menggunakan dana pembiayaan BI melalui FPJPS, terkait dengan masih kecilnya

pembiayaan yang dilakukan oleh Bank Syariah, khususnya sektor riil…

Bagaimana Pak?

Jawab

Ngga ada hubungannya, Bank Syariah tidak memberikan pembiayaan pun dia

bisa mengalami kesulitan likuiditas kok, Bank yang pembiayaannya besar dia bisa

saja tidak mengalami kesulitan likuiditas, tergantung bagian manajemen

likuiditasnya. Karena manajemen likuiditas itu tidak semata-mata tergantung pada

pembiayaannya. Kalau dalam perbankan itu, untuk mengukur, menghitung

likuiditas itu ada macam-macam caranya. Bukan karena pembiayaannya yang

kecil, bukan karena itu. Tetapi kalau sebagai indikasi awal bisa, jadi kalau kita

bicara, jadi ngomongnya jangan pembiyaan saja, jadi kaya FDR, LDR. Jadi, kalau

FDR tinggi, atau LDR tinggi itu akan berbeda dengan FDR atau LDR yang

Page 117: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

rendah dalam konteks likuiditas. Tahu ga apa yang dimaksud dengan FDR,

Financing to Deposit Ratio, jadi jumlah pembiayaan dibagi dengan Dana Pihak

Ketiga nya. Jadi kalau nilainya semakin besar itu artinya semakin besar dana

masyarakat yang dihimpun bank syariah itu nanti disalurkan kepada masyarakat,

kalau konteksnya seperti itu, berarti kalau namanya pembiayaan itu kan uang

kembalinya itu kan tidak gampang ditagih, nah…kalau dana-dana pihak ketiga

tersebut nantinya pada cepat nariknya, itu kan bisa menjadi mismatch kan, itu

baru ngomong kesulitan likuiditas. Jadi kalau manajemen likuiditas seperti itu,

jadi kalau semakin tinggi FDR, itu resiko likuiditasnya semakin besar sehingga

potensi dia untuk mengakses FPJPS nya akan lebih besar, itu aja. Bukan karena

pembiayaannya kecil, bukan hanya itu.

Jakarta, 20 Juli 2010

Dwiyanto Analisis Bank Madya

Page 118: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

FATWA DEWAN SYARI’AH NASIONAL

NO: 07/DSN-MUI/IV/2000

Tentang

PEMBIAYAAN MUDHARABAH (QIRADH)

بسم اهللا الرحمن الرحيم

Dewan Syari’ah Nasional setelah

Menimbang : a. bahwa dalam rangka mengembangkan dan meningkatkan dana lembaga keuangan syari’ah (LKS), pihak LKS dapat menyalurkan dananya kepada pihak lain dengan cara mudharabah, yaitu akad kerjasama suatu usaha antara dua pihak di mana pihak pertama (malik, shahib al-mal, LKS) menyediakan seluruh modal, sedang pihak kedua (‘amil, mudharib, nasabah) bertindak selaku pengelola, dan keuntungan usaha dibagi di antara mereka sesuai kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak;

b. bahwa agar cara tersebut dilakukan sesuai dengan syari’ah Islam, DSN memandang perlu menetapkan fatwa tentang mudharabah untuk dijadikan pedoman oleh LKS.

Mengingat : 1. Firman Allah QS. al-Nisa’ [4]: 29:

يآ أيها الذين آمنوا التأكلوا أموالكم بينكم بالباطـل إال أن تكـون كماض منرت نة عارتج...

“Hai orang yang beriman! Janganlah kalian saling memakan (mengambil) harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan sukarela di antaramu…”.

2. Firman Allah QS. al-Ma’idah [5]: 1:

…ياأيها الذين آمنوا أوفوا بالعقود

“Hai orang yang beriman! Penuhilah akad-akad itu….”

3. Firman Allah QS. al-Baqarah [2]: 283:

..هبق اهللا رتليو ،هتانأم منتالذى اؤ دؤا فليضعب كمضعب فإن أمن...

“…Maka, jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya…”.

4. Hadis Nabi riwayat Thabrani:

Page 119: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

07 Pembiayaan Mudharabah (Qiradh)

Dewan Syariah Nasional MUI

2

كان سيدنا العباس بن عبد المطلب إذا دفع المال مضاربة اشـترط ن ال يسلك به بحرا، وال ينزل به واديا، وال يشتري على صاحبه أ

به دابة ذات كبد رطبة، فإن فعل ذلك ضمن، فبلغ شرطه رسـول هازفأج لمسآله وه وليلى اهللا عرواه الطرباين ىف األوسط عن (اهللا ص

).ابن عباس “Abbas bin Abdul Muthallib jika menyerahkan harta sebagai

mudharabah, ia mensyaratkan kepada mudharib-nya agar tidak mengarungi lautan dan tidak menuruni lembah, serta tidak membeli hewan ternak. Jika persyaratan itu dilanggar, ia (mudharib) harus menanggung resikonya. Ketika persyaratan yang ditetapkan Abbas itu didengar Rasulullah, beliau membenarkannya.” (HR. Thabrani dari Ibnu Abbas).

5. Hadis Nabi riwayat Ibnu Majah dari Shuhaib:

لمسآله وه وليلى اهللا عص بيكة: لقا أن النرالب هنثالث في : ـعيالبرواه ابن (إلى أجل، والمقارضة، وخلط البر بالشعير للبيت ال للبيع

)ماجه عن صهيب “Nabi bersabda, ‘Ada tiga hal yang mengandung berkah: jual

beli tidak secara tunai, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan jewawut untuk keperluan rumah tangga, bukan untuk dijual.” (HR. Ibnu Majah dari Shuhaib).

6. Hadis Nabi riwayat Tirmizi dari ‘Amr bin ‘Auf:

و أحل حرامـا الصلح جائز بين المسلمني إال صلحا حرم حالال أ .والمسلمون على شروطهم إال شرطا حرم حالال أو أحل حراما

“Perdamaian dapat dilakukan di antara kaum muslimin kecuali perdamaian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.”

7. Hadis Nabi:

ارالضرو رررواه ابن ماجه والدارقطين وغريمها عن أيب سعيد ( الض )اخلدري

“Tidak boleh membahayakan diri sendiri maupun orang lain” (HR, Ibnu Majah, Daraquthni, dan yang lain dari Abu Sa’id al-Khudri).

Page 120: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

07 Pembiayaan Mudharabah (Qiradh)

Dewan Syariah Nasional MUI

3

8. Ijma. Diriwayatkan, sejumlah sahabat menyerahkan (kepada orang, mudharib) harta anak yatim sebagai mudharabah dan tak ada seorang pun mengingkari mereka. Karenanya, hal itu dipandang sebagai ijma’ (Wahbah Zuhaily, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, 1989, 4/838).

9. Qiyas. Transaksi mudharabah diqiyaskan kepada transaksi musaqah.

10. Kaidah fiqh:

.األصل فى المعامالت اإلباحة إال أن يدل دليل على تحريمها “Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan

kecuali ada dalil yang mengharamkannya.”

Memperhatikan : Pendapat peserta Rapat Pleno Dewan Syari'ah Nasional pada hari Selasa, tanggal 29 Dzulhijjah 1420 H./4 April 2000.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : FATWA TENTANG PEMBIAYAAN MUDHARABAH (QIRADH)

Pertama : Ketentuan Pembiayaan:

1. Pembiayaan Mudharabah adalah pembiayaan yang disalurkan oleh LKS kepada pihak lain untuk suatu usaha yang produktif.

2. Dalam pembiayaan ini LKS sebagai shahibul maal (pemilik dana) membiayai 100 % kebutuhan suatu proyek (usaha), sedangkan pengusaha (nasabah) bertindak sebagai mudharib atau pengelola usaha.

3. Jangka waktu usaha, tatacara pengembalian dana, dan pembagian keuntungan ditentukan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak (LKS dengan pengusaha).

4. Mudharib boleh melakukan berbagai macam usaha yang telah disepakati bersama dan sesuai dengan syari’ah; dan LKS tidak ikut serta dalam managemen perusahaan atau proyek tetapi mempunyai hak untuk melakukan pembinaan dan pengawasan.

5. Jumlah dana pembiayaan harus dinyatakan dengan jelas dalam bentuk tunai dan bukan piutang.

6. LKS sebagai penyedia dana menanggung semua kerugian akibat dari mudharabah kecuali jika mudharib (nasabah) melakukan kesalahan yang disengaja, lalai, atau menyalahi perjanjian.

7. Pada prinsipnya, dalam pembiayaan mudharabah tidak ada jaminan, namun agar mudharib tidak melakukan penyimpangan, LKS dapat meminta jaminan dari mudharib atau pihak ketiga. Jaminan ini hanya dapat dicairkan apabila mudharib terbukti melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang telah disepakati bersama dalam akad.

Page 121: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

07 Pembiayaan Mudharabah (Qiradh)

Dewan Syariah Nasional MUI

4

8. Kriteria pengusaha, prosedur pembiayaan, dan mekanisme pembagian keuntungan diatur oleh LKS dengan memperhatikan fatwa DSN.

9. Biaya operasional dibebankan kepada mudharib.

10. Dalam hal penyandang dana (LKS) tidak melakukan kewajiban atau melakukan pelanggaran terhadap kesepakatan, mudharib berhak mendapat ganti rugi atau biaya yang telah dikeluarkan.

Kedua : Rukun dan Syarat Pembiayaan:

1. Penyedia dana (sahibul maal) dan pengelola (mudharib) harus cakap hukum.

2. Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk menunjukkan kehendak mereka dalam mengadakan kontrak (akad), dengan memperhatikan hal-hal berikut:

a. Penawaran dan penerimaan harus secara eksplisit menunjukkan tujuan kontrak (akad).

b. Penerimaan dari penawaran dilakukan pada saat kontrak.

c. Akad dituangkan secara tertulis, melalui korespondensi, atau dengan menggunakan cara-cara komunikasi modern.

3. Modal ialah sejumlah uang dan/atau aset yang diberikan oleh penyedia dana kepada mudharib untuk tujuan usaha dengan syarat sebagai berikut:

a. Modal harus diketahui jumlah dan jenisnya.

b. Modal dapat berbentuk uang atau barang yang dinilai. Jika modal diberikan dalam bentuk aset, maka aset tersebut harus dinilai pada waktu akad.

c. Modal tidak dapat berbentuk piutang dan harus dibayarkan kepada mudharib, baik secara bertahap maupun tidak, sesuai dengan kesepakatan dalam akad.

4. Keuntungan mudharabah adalah jumlah yang didapat sebagai kelebihan dari modal. Syarat keuntungan berikut ini harus dipenuhi:

a. Harus diperuntukkan bagi kedua pihak dan tidak boleh disyaratkan hanya untuk satu pihak.

b. Bagian keuntungan proporsional bagi setiap pihak harus diketahui dan dinyatakan pada waktu kontrak disepakati dan harus dalam bentuk prosentasi (nisbah) dari keun-tungan sesuai kesepakatan. Perubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan.

c. Penyedia dana menanggung semua kerugian akibat dari mudharabah, dan pengelola tidak boleh menanggung kerugian apapun kecuali diakibatkan dari kesalahan disengaja, kelalaian, atau pelanggaran kesepakatan.

5. Kegiatan usaha oleh pengelola (mudharib), sebagai perimbangan (muqabil) modal yang disediakan oleh penyedia dana, harus memperhatikan hal-hal berikut:

Page 122: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

07 Pembiayaan Mudharabah (Qiradh)

Dewan Syariah Nasional MUI

5

a. Kegiatan usaha adalah hak eksklusif mudharib, tanpa campur tangan penyedia dana, tetapi ia mempunyai hak untuk melakukan pengawasan.

b. Penyedia dana tidak boleh mempersempit tindakan pengelola sedemikian rupa yang dapat menghalangi tercapainya tujuan mudharabah, yaitu keuntungan.

c. Pengelola tidak boleh menyalahi hukum Syari’ah Islam dalam tindakannya yang berhubungan dengan mudhara-bah, dan harus mematuhi kebiasaan yang berlaku dalam aktifitas itu.

Ketiga : Beberapa Ketentuan Hukum Pembiayaan:

1. Mudharabah boleh dibatasi pada periode tertentu.

2. Kontrak tidak boleh dikaitkan (mu’allaq) dengan sebuah kejadian di masa depan yang belum tentu terjadi.

3. Pada dasarnya, dalam mudharabah tidak ada ganti rugi, karena pada dasarnya akad ini bersifat amanah (yad al-amanah), kecuali akibat dari kesalahan disengaja, kelalaian, atau pelanggaran kesepakatan.

4. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di antara kedua belah pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syari’ah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.

Ditetapkan di : Jakarta

Tanggal : 29 Dzulhijjah 1420 H. 4 April 2000 M

DEWAN SYARI’AH NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA

Ketua, Sekretaris,

Prof. KH. Ali Yafie Drs. H.A. Nazri Adlani

Page 123: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

TRANSKIP WAWANCARA

Nama : Dwiyanto

Jabatan : Analisis Bank Madya

Waktu : 15 Juli 2010, pukul 07.38 – 08.16 WIB

Tempat Wawancara : Direktorat Perbankan Syariah (DPBS) Gedung A Lnt. 21

Bank Indonesia, Jakarta

1. Apa yang di maksud dengan Fasilitas Pendanaan Jangka pendek Syariah?

Jawab

Pak Dwiyanto :

Sudah pernah baca PBI nya belum…? Nah,,, itukan ada definisinya disitu. Jadi,

kalau mau tau tentang FPJPS baca aja PBI nya. Mungkin dari PBI nya itu ada hal

yang mau ditanyakan, silahkan… karena disitukan sudah dijelaskan gitu,

pengertiannya apa, kemudian latar belakangnya.

2. Apa yang menjadi latar belakang ditetapkannya kebijakan Fasilitas Pendanaan

Jangka Pendek Syariah tersebut? Dan kapan?

Jawab

Pak Dwiyanto :

Yaah tadi yang saya cerita… (tertawa). Baca aja di PBI nya, yang menimbang itu,

itulah latar belakang dari suatu aturan itu adanya di yang menimbang. Kalau mau

saya bacain Mbak…? PBI FPJPS itu sebenarnya sudah ada sejak tahun 2003,

pernah baca ga yang tahun 2003?

Fitrianingsih :

iya pernah … yang tahun 2003, 2005, dan yang paling baru tahun 2009.

Pak Dwiyanto :

Nah itu jadi satu rangkaian, yang tahun 2009 itu penyempurnaan. Jadi disini

disebutkan bahwa dalam menjalankan kegiatan usahanya, Bank Syariah

menghadapi risiko kesulitan pendanaan jangka pendek yang disebabkan oleh

terjadinya arus dana masuk yang lebih kecil dibandingkan dengan arus dana

Page 124: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

keluar dan bahwa untuk mengatasi kesulitan pendanaan jangka pendek tersebut,

Bank Indonesia sebagai the lender of last resort dapat memberikan pembiayaan

kepada Bank Syariah yang dijamin dengan agunan berkualitas tinggi dan mudah

dicairkan. Ini latar belakangnya.

3. Bagaimana proses penetapan kebijakan FPJPS tersebut hingga menjadi Peraturan

Bank Indonesia No: 11/24/PBI/2009?

Jawab

Pak Dwiyanto :

Proses penetapan kebijakan maksudnya apa yaa…? Saya tidak mengerti dengan

pertanyaannya…

Fitrianingsih :

Apakah ini kebijakan DPBS sendiri atau …

Pak Dwiyanto :

Ooh ngga … ini kan BI ya, bukan DPBS … jadi PBI itu yang tanda tangan

gubernur BI … bukan DPBS. Tapi ini implementasi dari undang – undang.

Semua aturan BI itu bukan aturan dari direktorat, tetapi aturan dari lembaga, dan

ini punya kekuatan hukum, ini sama dengan perturan perundang-undangan yang

lain, sehingga ini kan diundangkan di lembaran Negara.

Fitrianingsih :

Jadi kedudukannya dengan kata lain sama dengan undang-undang BI sendiri?

Pak Dwiyanto :

Bukan sama, tetapi apa istilahnya yaa … kalau dari sisi gradasi hukum itu

dibawahnya. Jadi kalau ada UUD, kemudian ada UU, kemudian ada perturan

pemerintah, dan lain sebagainya itu sama. Ini adalah pelaksana dari UU BI, PBI

FPJPSnya yaa … tapi ga semua PBI itu merupakan pelaksana dari UU BI, juga

ada UU perbankan, UU Perbankan Syariah, itu semua mengamanatkan adanya

beberapa ketentuan pelaksanaan dalam bentuk peraturan Bank Indonesia.

Page 125: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

4. Dalam penetapan FPJPS hingga menjadi Peraturan Bank Indonesia No:

11/24/PBI/2009 tersebut, Apakah ada pihak-pihak lain seperti MUI misalnya,

yang terlibat dalam proses tersebut?

Jawab

Pak Dwiyanto :

Yaa…kalau turut ikut campur itu maksudnya gimana yaa …? Tapi gini, dalam

penyusunan ketentuan perbankan syariah secara umum termasuk FPJPS, karena

terkait dengan aspek syariah, maka tentunya ada koordinasi dengan DSN MUI

yaa … khususnya yang terkait dengan akad-akad yang digunakan dalam

ketentuan FPJPS. Tapi bukan berarti turut ikut campur itu maksudnya dia yang

mengatur-ngatur, itu tidak … tapi dalam implikasi dari aspek syariahnya kita

minta pendapat dari Dewan Syariah Nasional.

Fitrianingsih :

Jadi hanya sekedar meminta persetujuan akadnya sesuai atau tidak?

Pak Dwiyanto :

Yaa…sebenarnya yaa… untuk bicara akad, bukan hanya sekedar akadnya kan,

implementasinya kaya apa segala macam tapi lebih banyak kepada aspek syariah,

bukan masalah substansi nya.

5. Mengapa dalam FPJPS tersebut akad yang digunakan adalah Mudharabah yang

notabene merupakan skim pembiayaan yang memiliki resiko tinggi?

Jawab

Pak Dwiyanto :

Mbak Fitri kan di muamalat yaa …? Faham kan masing-masing akad tadi, ada

Murabahah, Mudharabah, ada Musyarakah, Salam, Istishna, macam-macam,

faham ga? Yaa itukan masing-masing bukan asal dipilihkan, tergantung

kondisinya. Artinya kalau kita mau jual beli tentunya bisa ga dengan

mudharabah?

Fitrianingsih :

Ngga bisa Pak…

Page 126: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

Pak Dwiyanto :

(Tertawa) Makanya … jadi jangan asal dipilih, pertimbangannya itu bukan karena

resiko, kemudian harusnya tidak karena resikonya tinggi … pilihannya bukan

karena hanya resiko, tapi yang lebih substansial adalah apakah akad-akad yang

banyak itu implemented ga diterapkan dengan skim nya, itu yang lebih esensial.

Jadi, jangan dikomentari karena resikonya lebih besar kemudian tidak dipilih,

jangan begitu, jadi sekarang kalau FPJPS pakai akad murabahah bisa ga…?

Fitrianingsih :

Ngga Pak…

Pak Dwiyanto :

Laah makanya … jadi, (tertawa) … itu adalah hal yang dalam prinsip syariah

justru yang membuat produk-produk syariah variatif, dia akan di implementasikan

dengan karakteristik transaksinya… nah untuk pembiayaan FPJPS sesuai dengan

judulnya ya, pembiayaan jangka pendek, itukan short liquidity, pinjaman dalam

bentuk uang untuk mengatasi kesulitan likuiditas, sekarang pertanyaanya akad

apa yang bisa digunakan? Sekarang saya tanya mbak Fitri deh … untuk industri

perbankan syariah kalau dia akan memberikan pinjaman dalam bentuk uang, akad

apa yang bisa?

Fitrianingsih :

Kalau maksud saya karena itu kan dalam kesulitan likuiditas, kenapa ngga pake,

contohnya akan Qardh Pak…

Pak Dwiyanto :

Yaa… ok… qardh, terus apa lagi?

Fitrianingsih :

Terus bisa juga dengan Ijarah Pak….

Pak Dwiyanto :

Ijarah? Apanya yang Ijarah?

Fitrianingsih :

Jadi maksudnya seluruh asset Bank tersebut di beli oleh BI, dan nanti BI

menyewakan kepada bank syariah tersebut…

Page 127: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

Pak Dwiyanto :

Ok… terus apa lagi? Nah… apa yang kira-kira bisa?

Fitrianingsih :

Yaa akad mudharabah pak…

Pak Dwiyanto :

Yaa… makanya… jadi tidak semua… Jadi BI itu sentral bank yaa… itu beda

dengan lembaga bisnis yang perbankan secara umum kan? Jadi ada aspek-aspek

yang memang lebih kepada, istilahnya otoritas. Jadi tujuan dari transaksi BI ini

melakukan FPJPS dengan Bank itu beda dengan bank misalnya memberikan

pembiayaan kepada nasabahnya. Nah, disisi lain ketentuan mengenai Fasilitas

Pembiayaan itu berlaku untuk semua Bank, ada bank umum syariah, ada juga

bank umum konvensional. Nah BI itu melihat institusi perbankan itu equal

treatment. Jadi kalau bank konvensional dia dapat FPJP dia harus membayar

bunga sebesar rate yang ditetapkan, maka bank syariah kalau dia akan dapat

FPJPS, dia harus juga memberikan kompensasi kepada BI …. Yaa kan? Nah

untuk memberikan kompensasi kepada BI itu bentuknya apa… dari sekian tadi

akad, kalau qardh jelas tidak bisa kan? Kenapa?

Fitrianingsih :

Karena tidak ada kompensasi…

Pak Dwiyanto :

Betul, karena tidak ada kompensasinya, nanti kalau dikasih Qardh semua bank

akan ngambil uangnya di BI… (tertawa)… apa mau begitu. Disisi lain BI kalau

mau memberikan FPJP kepada bank konvensional, memberikan kompensasi

dalam bentuk bunga, nah itukan harus equal treatment Mbak… nah, itu intinya

disitu… Sehingga pilihan akad dari sekian alternatif akad yang ada, itu yang lebih

tepat, yang bisa diimplementasikan untuk industri perbankan syariah… yaa

akadnya mudharabah … gitu.

6. Pasal 15 Ayat 3 Peraturan Bank Indonesia No: 11/24/PBI/2009 menyebutkan

bahwa besarnya nisbah bagi hasil bagi Bank Indonesia sebagaimana dimaksud

Page 128: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

pada ayat (2), ditetapkan sebesar 90% (sembilan puluhpersen), apa yang menjadi

latar belakang penetapan nisbah 90% tersebut? Dan apakah besarnya itu tetap

dalam arti tidak ada tawar menawar?

Jawab

Pak Dwiyanto :

Membayangkan tawar menawar, ini kan sebenarnya, akad itu kan kesepakatan

yaa … Mbak Fitri pernah belanja di supermarket kan? Nah disitu ada jual beli

barang… baju katakan… ada harganya kan…misalkan katakan yang di SOGO lah

15 ribu, harganya segitu… Mbak Fitri bilang “wah mahal banget, ini harusnya 5

ribu”…(tertawa)

Terserah, bagi penjual dia bilang “Kalau anda suka, anda cocok beli saja.” Apa itu

salah secara syariah? Ngga ada itu yang salah …

Sama dengan di akad mudharabah. Dalam bermudharabah BI menerapkan

nisbahnya 90%, tentunya 90% itu sudah ada analisanya yaa … Bahwa dengan

kembali kepada equal treatment dengan industri perbankan secara umum, nisbah

90% ini hitung-hitungan secara matematika nya akan sama dengan kompensasi

yang dikenakan kepada industri perbankan konvensional kalau dia dapat FPJP.

Sehingga tidak ada arbitrase disitu, gitu Mbak… Jadi kalau nanti ada bank syariah

yang “koq mahal 90%?” yaa….jangan diambil, gitu saja… kan logikanya seperti

itu. Nah, kalau gitu kan kesepakatan, bagi BI sebagai lender of the last resort nya

sudah menetapkan seperti ini.

Fitrianingsih :

Tetapi, kalau dari DSN MUI nya tidak ada perbedaan pendapat mengenai nisbah

90% ini?

Pak Dwiyanto :

Loh…apa ada yang salah secara syariahnya? Justru itu tadi saya bilang, ketentuan

FPJPS ini sejak awal dari aspek syariahnya sudah didiskusikan, sudah

dikonsultasikan dengan DSN MUI, dengan Pak Ma’ruf dan teman-temannnya

gitu. Jadi yang namanya semua aturan PBI yang berhubungan dengan institusi

lain, khususnya terkait dengan aspek syariah yaa ini sudah diomongin. Jadi,

Page 129: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

penerapan nisbah itu tidak ada masalah, seperti yang tadi saya ilustrasikan loh,

orang jual beli kenapa ditetapkan harga seperti itu, yaa Mbak nya kalau mau beli

silahkan, ngga yaa ga apa-apa, atau kalau mau di nego yaa silahkan, tetapi tidak

semua harga bisa di nego kan. Tapi esensi jual beli maupun mudharabah itu kan

sebenarnya akad, kesepakatan dua belah pihak, kalau tidak ada kesepakatan kan

tidak akan terjadi transaksi, esensinya disitu…

7. Sepengetahuan saya, FPJPS tersebut belum pernah digunakan oleh Bank Syariah,

apakah benar? Dan mengapa?

Jawab

Pak Dwiyanto :

Hhmmmm…. Dari kalimatnya saja tadi dapat difahami bahwa FPJPS itu fungsi

Central Bank sebagai Lender of The Last Resort, jadi dalam kondisi yang paling

akhir, ini dalam konteks kesulitan likuiditas saja. Kalau dia mengalami kesulitan

likuiditas tentunya dia akan mengakses pasar, bisa ga dia cari likuiditas di pasar,

maksudnya ke pasar interbank, ke pasar yang lain gitu ya. Kalau dia sudah

kemana-mana ngga ada, baru dia ke BI. Jadi,

Pertama; Bank nya mengalami kesulitan

Kedua; dia kesulitan untuk mencari pasar dalam menutupi likuiditas

Baru nanti the last, itu kalau dia udah ga bisa, dia baru masuk ke BI, namanya the

last resort. Makanya itu bukan pilihan pertama sebenarnya, tapi sudah pilihan

yang paling akhir. Pertama, kalau kondisi perbankan syariahnya bagus, yaa ga

kan pernah ada orang yang minta likuiditas ke BI. Ini beda dengan pinjaman loh

Mbak. Konteks FPJPS itu jangan di anggap seperti pinjaman, kalau dulu di BI ada

kredit program, memberikan kredit kepada Bank untuk pengembangan bisnisnya,

bukan… ini adalah untuk mengatasi kesulitan likuiditas, jadi kalau ditanya

mengapa tidak terjadi, yaa memang karena mereka belum butuh, pertanyaannya

gitu kan, kalau ga butuh ngapain pinjem ke BI. Karena kan kalau dia mengambil

FPJPS, pertama dia kan akan kena tadi ada nisbahnya 90% segala macam. Mba

Fitri sudah tau kan, yang namanya angka 90 itu besarkan… Tetapi bukan berarti

Page 130: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

angka 90 itu akan lebih besar dari 80 kan… belum tentu… tergantung kepada

pengali nya lagi. Baca itu ketentuan mengenai perhitungan nisbah imbalan bagi

hasilnya. Sama dengan Mba Fitri nabung di Bank Syariah 50, di Bank lain di

aksih nisbah 30, bukan berarti yang 50 itu hasilnya lebih besar loh, kan

tergantung return bank nya, gitu. Jadi angka 90 itu berarti “wah mahal banget

yaa???” Belum tentu… Kalau yang namanya nisbah itu kan masih ada pengalinya

lagi, kalau pengalinya kecil yaa jadi kecil, kalau pengalinya besar yaa jadi besar,

beda dengan suku bunga loh yaa… Kalau suku bunga diomongin 9% dengan 12%

itu sudah fix, yaa angkanya dikalikan dengan nominalnya.

Kalau FPJPS nisbah kan ga seperti itu, Mbak Fitri pasti tau, lebih tau dengan

aspek fikihnya, karena menghitung bagi hasilkan tidak hanya sekedar dikalikan

dengan nominal. Jadi kalau ditanya kenapa sampai sekarang belum ada, yaa

karena industrinya belum membutuhkan. Karena konteks FPJPS itu tadi seprti

yang saya bilang di depan, pembiayaan kalau dia mengalami kesulitan likuiditas.

Jadi, jangan didoakan dapat, itu nanti Bank nya kasian … (tertawa)

Jadi, kalau yang dapat itukan bank bermasalahkan… Bank Century dapat karena

dia bermasalah, gitu.

8. Saya pernah baca sebuah artikel yang menulis kenapa Bank Syariah belum

menggunakan dana pembiayaan BI melalui FPJPS, terkait dengan masih kecilnya

pembiayaan yang dilakukan oleh Bank Syariah, khususnya sektor riil…

Bagaimana Pak?

Jawab

Pak Dwiyanto :

Ngga ada hubungannya, Bank Syariah tidak memberikan pembiayaan pun dia

bisa mengalami kesulitan likuiditas kok, Bank yang pembiayaannya besar dia bisa

saja tidak mengalami kesulitan likuiditas, tergantung bagian manajemen

likuiditasnya. Karena manajemen likuiditas itu tidak semata-mata tergantung pada

pembiayaannya. Kalau dalam perbankan itu, untuk mengukur, menghitung

likuiditas itu ada macam-macam caranya. Bukan karena pembiayaannya yang

Page 131: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

kecil, bukan karena itu. Tetapi kalau sebagai indikasi awal bisa, jadi kalau kita

bicara, jadi ngomongnya jangan pembiyaan aja Mbak… jadi kaya FDR, LDR.

Jadi, kalau FDR tinggi, atau LDR tinggi itu akan berbeda dengan FDR atau LDR

yang rendah dalam konteks likuiditas. Tahu ga apa yang dimaksud dengan FDR,

Financing to Deposit Ratio, jadi jumlah pembiayaan dibagi dengan Dana Pihak

Ketiga nya. Jadi kalau nilainya semakin besar itu artinya semakin besar dana

masyarakat yang dihimpun bank syariah itu nanti disalurkan kepada masyarakat,

kalau konteksnya seperti itu, berarti kalau namanya pembiayaan itu kan uang

kembalinya itu kan tidak gampang ditagih, nah…kalau dana-dana pihak ketiga

tersebut nantinya pada cepat nariknya, itu kan bisa menjadi mismatch kan, itu

baru ngomong kesulitan likuiditas. Jadi kalau manajemen likuiditas seperti itu,

jadi kalau semakin tinggi FDR, itu resiko likuiditasnya semakin besar sehingga

potensi dia untuk mengakses FPJPS nya akan lebih besar, itu aja. Bukan karena

pembiayaannya kecil, bukan hanya itu.

Jakarta, 20 Juli 2010

Dwiyanto Analisis Bank Madya

Page 132: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM

FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK SYARIAH (FPJPS)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar

Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh:

FITRIANINGSIH NIM. 106046101620

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Hasanudin, MAg. Djaka Badranaya, ME. NIP. 196103041955031001 NIP. 19770530200711008

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H/2010

Page 133: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul Pendistribusian Kekayaan Negara Dalam Perspektif Ekonomi Islam, telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 21 Nopember 2006. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam)

Jakarta, 1 Desember 2006 Dekan,

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH,MA, MM NIP. 195505051982031012

Panitia Ujian Munaqasyah

Ketua : Dr. Euis Amalia, M.Ag (......................................) NIP. 197107011998032002 Sekretaris : H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, MH (......................................) NIP. 197407252001121001 Pembimbing I : Dr. H. Afifi Fauzi Abbas, MA (......................................) NIP. 1956090061982031004 Pembimbing I : Drs. H. Hamid Farihi, MA (......................................) NIP. 195811191986031001 Penguji I : A.M. Hasan Ali, MA (......................................)

NIP. 150370226

Penguji II : H. Irfan Humaidi, S.Ag, MM (......................................)

Page 134: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

PERATURAN BANK INDONESIA

NOMOR 11/24/PBI/2009

TENTANG

FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK SYARIAH

BAGI BANK UMUM SYARIAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

GUBERNUR BANK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa perkembangan perekonomian nasional dapat berfluktuasi

karena dipengaruhi oleh berbagai hal, termasuk ekonomi global;

b. bahwa dalam kondisi perekonomian yang sedang mengalami

penurunan dapat menimbulkan krisis keuangan nasional;

c. bahwa krisis keuangan nasional dapat meningkatkan risiko

likuiditas pada perbankan syariah;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam

huruf a, huruf b dan huruf c, dipandang perlu untuk mengatur

kembali ketentuan mengenai fasilitas pendanaan jangka pendek

bagi Bank Umum Syariah;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 66,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3843)

sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2008 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4962);

2. Undang-Undang ...

Page 135: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

-2-

2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan

Syariah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008

Nomor 94; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4867);

M E M U T U S K A N:

Menetapkan : PERATURAN BANK INDONESIA TENTANG FASILITAS

PENDANAAN JANGKA PENDEK SYARIAH BAGI BANK

UMUM SYARIAH.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Yang dimaksud dalam Peraturan Bank Indonesia ini dengan:

1. Bank Indonesia adalah Bank sentral Republik Indonesia

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun

1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana diubah terakhir

dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009;

2. Bank Umum Syariah, yang selanjutnya disebut Bank adalah

bank syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam

lalu lintas pembayaran;

3. Giro Wajib Minimum yang selanjutnya disebut GWM adalah

simpanan minimum yang harus dipelihara oleh Bank dalam

bentuk saldo rekening giro pada Bank Indonesia sebagaimana

diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai GWM bagi

Bank;

4. Fasilitas ...

Page 136: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

-3-

4. Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk

selanjutnya disebut FPJPS adalah fasilitas pendanaan

berdasarkan prinsip syariah dari Bank Indonesia kepada Bank

yang hanya dapat digunakan untuk mengatasi kesulitan

pendanaan jangka pendek;

5. Kesulitan Pendanaan Jangka Pendek adalah suatu kondisi yang

dialami Bank yaitu arus dana masuk lebih kecil dibandingkan

dengan arus dana keluar yang dapat menimbulkan tidak

terpenuhinya kewajiban GWM dalam mata uang rupiah pada

Bank;

6. Sertifikat Bank Indonesia Syariah, yang untuk selanjutnya

disebut SBIS adalah surat berharga berdasarkan prinsip syariah

berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah yang

diterbitkan oleh Bank Indonesia;

7. Surat Berharga Syariah Negara, yang selanjutnya disebut SBSN

adalah surat berharga negara sebagaimana dimaksud dalam

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga

Syariah Negara;

8. Pembiayaan adalah pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan

Syariah;

9. Mudharabah adalah perjanjian antara pemilik dana dengan

pengelola dana untuk memelihara likuiditas Bank.

BAB II ...

Page 137: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

-4-

BAB II

PERSYARATAN DAN TATA CARA PERMOHONAN FPJPS

Pasal 2

(1) Bank yang mengalami Kesulitan Pendanaan Jangka Pendek

dapat memperoleh FPJPS dengan memenuhi persyaratan

sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia ini.

(2) FPJPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat

diajukan apabila Bank memiliki rasio kewajiban penyediaan

modal minimum (capital adequacy ratio) positif.

(3) Plafon FPJPS diberikan berdasarkan perkiraan jumlah kebutuhan

likuiditas sampai dengan Bank memenuhi GWM dalam mata

uang rupiah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

(4) Pencairan FPJPS dilakukan sebesar kebutuhan Bank untuk

memenuhi kewajiban GWM dalam mata uang rupiah.

Pasal 3

FPJPS yang diterima oleh Bank sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2

ayat (1) berdasarkan akad Mudharabah.

Pasal 4

FPJPS wajib dijamin oleh Bank dengan agunan yang berkualitas

tinggi yang nilainya memadai sebagaimana diatur dalam Peraturan

Bank Indonesia ini.

Pasal 5

(1) Agunan yang berkualitas tinggi sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 4 berupa:

a.surat berharga ...

Page 138: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

-5-

a. surat berharga;

b. aset Pembiayaan.

(2) Jenis surat berharga sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf a:

a. surat berharga yang diterbitkan oleh Pemerintah Republik

Indonesia dan/atau Bank Indonesia yang meliputi SBSN

dan SBIS;

b. surat berharga syariah yang diterbitkan oleh badan hukum

lainnya yang pada saat permohonan FPJPS memiliki

peringkat paling kurang peringkat investasi (investment

grade), aktif diperdagangkan, dan sisa jangka waktu surat

berharga paling kurang 90 (sembilan puluh) hari.

(3) Aset Pembiayaan yang dapat dijadikan agunan FPJPS

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b wajib memenuhi

kriteria sebagai berikut:

a. kolektibilitas lancar selama 3 (tiga) bulan terakhir;

b. bukan merupakan Pembiayaan konsumsi kecuali

Pembiayaan pemilikan rumah;

c. bukan merupakan Pembiayaan kepada pihak terkait Bank;

d. aset Pembiayaan memiliki agunan;

e. saldo pokok Pembiayaan tidak melebihi plafon Pembiayaan

dan batas maksimum penyaluran dana pada saat diberikan;

dan

f. memiliki akad Pembiayaan dan pengikatan agunan yang

memiliki kekuatan hukum.

(4) Surat berharga sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b

hanya dapat digunakan sebagai agunan FPJPS dalam hal:

a. Bank ...

Page 139: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

-6-

a. Bank tidak memiliki surat berharga sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) huruf a; atau

b. Bank memiliki surat berharga sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) huruf a namun tidak mencukupi untuk menjadi

agunan FPJPS.

(5) Aset Pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b

hanya dapat digunakan sebagai agunan FPJPS dalam hal Bank

tidak memiliki surat berharga atau surat berharga yang dimiliki

oleh Bank tidak mencukupi untuk menjadi agunan FPJPS.

Pasal 6

(1) Nilai aset yang digunakan sebagai agunan FPJPS sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 5 ditetapkan sebagai berikut :

a. dalam hal agunan berupa SBIS, nilai agunan ditetapkan

paling kurang sebesar 100% (seratus persen) dari plafon

FPJPS yang dihitung berdasarkan nilai nominal surat

berharga tersebut;

b. dalam hal agunan berupa SBSN, nilai agunan ditetapkan

paling kurang sebesar 105% (seratus lima persen) dari

plafon FPJPS yang dihitung berdasarkan nilai pasar surat

berharga tersebut.

c. dalam hal agunan berupa surat berharga sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf b, nilai agunan

ditetapkan sesuai dengan jenis surat berharga paling kurang

sebesar 120% (seratus dua puluh persen) dari plafon

FPJPS, yang dihitung berdasarkan nilai pasar surat

berharga.

d. dalam ...

Page 140: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

-7-

d. dalam hal agunan berupa aset Pembiayaan, nilai agunan

tersebut ditetapkan paling kurang sebesar 150% (seratus

lima puluh persen) dari plafon FPJPS, yang dihitung

berdasarkan saldo pokok aset Pembiayaan.

(2) Ketentuan mengenai nilai nominal dan nilai pasar sebagaimana

tersebut pada ayat (1) huruf a, huruf b dan huruf c akan diatur

lebih lanjut dalam Surat Edaran Bank Indonesia.

Pasal 7

(1) Agunan FPJPS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1)

harus bebas dari segala bentuk perikatan, sengketa, dan tidak

sedang dijaminkan kepada pihak lain dan/atau Bank Indonesia,

yang dinyatakan dalam surat pernyataan Direksi Bank kepada

Bank Indonesia.

(2) Bank yang telah memperoleh FPJPS dilarang untuk

memperjualbelikan dan/atau menjaminkan kembali agunan surat

berharga yang masih dalam status sebagai agunan FPJPS.

(3) Bank wajib mengganti dan/atau menambahkan agunan FPJPS

apabila tidak memenuhi kondisi-kondisi sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dan ayat (2).

(4) Bank wajib melakukan penilaian terhadap agunan FPJPS secara

berkala yang penentuan periode penilaiannya diatur lebih lanjut

dalam Surat Edaran Bank Indonesia.

(5) Dalam hal terjadi penurunan nilai agunan FPJPS setelah

dilakukan penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (4)

dan/atau terjadi penurunan kolektibilitas aset Pembiayaan yang

diagunkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3), Bank

wajib ...

Page 141: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

-8-

wajib menambah dan/atau mengganti agunan FPJPS.

(6) Untuk keperluan perpanjangan FPJPS, Bank dapat menjaminkan

kembali aset yang sedang menjadi agunan FPJPS.

Pasal 8

(1) Pengikatan agunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat

(1) dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

(2) Dokumen-dokumen atas aset yang menjadi agunan FPJPS

ditatausahakan oleh Bank Indonesia atau pihak lain yang

ditunjuk oleh Bank Indonesia.

(3) Ketentuan mengenai bentuk pengikatan agunan diatur lebih

lanjut dalam Surat Edaran Bank Indonesia.

Pasal 9

(1) Bank yang memerlukan FPJPS wajib mengajukan permohonan

secara tertulis kepada Bank Indonesia.

(2) Permohonan FPJPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilengkapi dengan dokumen-dokumen sebagai berikut:

a. surat pernyataan Direksi Bank yang menyatakan bahwa

Bank mengalami kesulitan likuiditas;

b. dokumen yang mendukung jumlah kebutuhan likuiditas;

c. daftar aset yang menjadi agunan beserta dokumen

pendukung;

d. surat pernyataan bahwa seluruh aset yang akan menjadi

agunan FPJPS tidak sedang dijaminkan kepada pihak lain,

tidak di bawah sitaan, tidak tersangkut dalam suatu perkara

atau ...

Page 142: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

-9-

atau sengketa, dan memenuhi seluruh persyaratan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5;

e. surat kesanggupan Direksi Bank untuk membayar segala

kewajiban terkait FPJPS pada saat jatuh tempo.

(3) Bank wajib meyakini kebenaran data dan dokumen yang

disampaikan termasuk namun tidak terbatas pada kualitas

pembiayaan dan agunan yang menyertainya.

(4) Tatacara permohonan FPJPS sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) diatur lebih lanjut dalam Surat Edaran Bank Indonesia.

Pasal 10

(1) Persetujuan Bank Indonesia atas permohonan FPJPS

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) dilakukan apabila:

a. Bank memenuhi persyaratan permohonan FPJPS;

b. Bank memenuhi persyaratan kelengkapan dokumen

permohonan FPJPS;

c. Berdasarkan analisis Bank Indonesia diperkirakan bahwa

Bank tidak dapat memenuhi kewajiban GWM berdasarkan

perkiraan arus kas selama 14 (empat belas) hari ke depan.

(2) Persetujuan pemberian FPJPS sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dituangkan dalam perjanjian pemberian FPJPS antara Bank

Indonesia dengan Bank penerima FPJPS.

(3) Perjanjian pemberian FPJPS sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) dilampiri dengan perjanjian pengikatan agunan FPJPS.

(4) Realisasi pemberian FPJPS oleh Bank Indonesia dilakukan

melalui rekening giro rupiah Bank yang bersangkutan pada Bank

Indonesia.

(5) Ketentuan ...

Page 143: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

-10-

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai perjanjian pemberian FPJPS

diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia.

Pasal 11

Bank Indonesia dapat menolak permohonan FPJPS sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 9 yang tidak sesuai dengan ketentuan,

persyaratan dan tatacara yang diatur dalam Peraturan Bank Indonesia

ini.

Pasal 12

(1) Jangka waktu setiap FPJPS paling lama adalah 14 (empat belas)

hari.

(2) Jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

diperpanjang secara berturut-turut dengan jangka waktu FPJPS

keseluruhan paling lama 90 (sembilan puluh) hari.

Pasal 13

Perpanjangan FPJPS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2)

hanya dapat dilakukan apabila:

a. imbalan atas FPJPS yang jatuh tempo dilunasi terlebih dahulu;

b. Bank tidak dapat memenuhi kewajiban GWM rupiah

berdasarkan perkiraan arus kas selama 14 (empat belas) hari ke

depan;

c. agunan masih mencukupi dan memenuhi persyaratan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, Pasal 6 dan Pasal 7.

Pasal 14 ...

Page 144: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

-11-

Pasal 14

Dalam rangka perpanjangan FPJPS sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 12 ayat (2), Bank dapat mengajukan tambahan nilai FPJPS yang

dibutuhkan untuk menutup kewajiban yang tidak dapat diselesaikan

oleh Bank sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) sepanjang:

a. agunan masih mencukupi dan memenuhi persyaratan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, Pasal 6 dan Pasal 7; dan

b. penggunaan FPJPS belum melampaui 90 (sembilan puluh) hari

berturut-turut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2).

BAB III

PERHITUNGAN IMBALAN

Pasal 15

(1) Bank Indonesia memperoleh imbalan atas setiap FPJPS yang

diterima oleh Bank.

(2) Besarnya imbalan FPJPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dihitung berdasarkan jumlah pokok FPJPS, tingkat realisasi

imbalan, nisbah bagi hasil bagi Bank Indonesia dan jumlah hari

kalender penggunaan FPJPS.

(3) Besarnya nisbah bagi hasil bagi Bank Indonesia sebagaimana

dimaksud pada ayat (2), ditetapkan sebesar 90% (sembilan puluh

persen).

BAB IV ...

Page 145: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

-12-

BAB IV

PELUNASAN DAN EKSEKUSI AGUNAN

Pasal 16

(1) Pada saat FPJPS jatuh tempo, Bank Indonesia mendebet

rekening giro rupiah Bank yang bersangkutan di Bank Indonesia

sebesar nilai FPJPS dan imbalan FPJPS.

(2) Dalam hal FPJPS jatuh tempo dan saldo giro rupiah Bank yang

bersangkutan di Bank Indonesia tidak mencukupi untuk

membayar pokok dan imbalan FPJPS dan Bank tidak lagi

memenuhi persyaratan untuk memperoleh perpanjangan FPJPS,

maka agunan FPJPS dieksekusi.

(3) Bank Indonesia tetap mengenakan imbalan sampai dengan

eksekusi agunan selesai dilaksanakan.

(4) Apabila nilai hasil eksekusi agunan sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) lebih kecil dibandingkan dengan jumlah pokok dan

imbalan FPJPS yang harus dilunasi oleh Bank, maka Bank wajib

membayar kekurangannya kepada Bank Indonesia.

(5) Apabila nilai hasil eksekusi agunan sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) lebih besar dibandingkan dengan jumlah pokok dan

imbalan FPJPS yang harus dilunasi oleh Bank, maka Bank

Indonesia mengembalikan kelebihan tersebut kepada Bank.

(6) Eksekusi agunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB V ...

Page 146: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

-13-

BAB V

PENGAWASAN

Pasal 17

(1) Bank wajib menyampaikan rencana tindak perbaikan (action

plan) untuk mengatasi kesulitan likuiditas paling lambat 5 (lima)

hari kerja setelah pencairan FPJPS.

(2) Bank wajib menyampaikan laporan kepada Bank Indonesia

mengenai penggunaan FPJPS dan kondisi likuiditas Bank pada

setiap akhir hari kerja.

Pasal 18

Bank Indonesia melakukan pemeriksaan khusus atas penggunaan

FPJPS terhadap Bank penerima FPJPS.

Pasal 19

Bank Indonesia menetapkan Bank penerima FPJPS dalam status

pengawasan khusus.

BAB VI

BIAYA PEMBERIAN FPJPS

Pasal 20

Biaya-biaya yang timbul sehubungan dengan pengikatan perjanjian,

pengikatan dan eksekusi agunan serta biaya lainnya yang mungkin

timbul dalam rangka pemberian FPJPS menjadi beban Bank.

BAB VII ...

Page 147: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

-14-

BAB VII

SANKSI

Pasal 21

Dalam hal Bank tidak melunasi FPJPS dan/atau melakukan

pelanggaran atas ketentuan dalam Peraturan Bank Indonesia ini

dan/atau berdasarkan pemeriksaan sebagaimana dimaksud Pasal 18

diketahui adanya penyimpangan penggunaan FPJPS, maka Bank dapat

dikenakan sanksi berupa:

a. tidak dapat menerima FPJPS dalam jangka waktu tertentu; dan

b. sanksi administratif sebagaimana diatur dalam Pasal 58 ayat (1)

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan

Syariah antara lain berupa teguran tertulis, larangan untuk turut

serta dalam kegiatan kliring, pembekuan kegiatan usaha tertentu

dan/atau pemberhentian pengurus Bank.

Pasal 22

Apabila pengurus Bank, pemegang saham pengendali dan pejabat

eksekutif Bank dengan sengaja tidak melaksanakan langkah-langkah

yang diperlukan untuk memastikan ketaatan Bank terhadap ketentuan

dalam Peraturan Bank Indonesia ini dan/atau memberikan keterangan

atau dokumen yang diwajibkan dalam Peraturan Bank Indonesia ini

secara tidak benar, selain dikenakan sanksi sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 21 dikenakan juga sanksi sebagaimana diatur dalam Pasal

63 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan

Syariah.

BAB VIII ...

Page 148: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

-15-

BAB VIII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 23

Ketentuan lebih lanjut mengenai FPJPS diatur dalam Surat Edaran

Bank Indonesia.

Pasal 24

Dengan berlakunya Peraturan Bank Indonesia ini maka :

a. Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/3/PBI/2003 tanggal 4

Februari 2003 tentang Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek Bagi

Bank Syariah; dan

b. Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/23/PBI/2005 tanggal 3

Agustus 2005 tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia

Nomor 5/3/PBI/2003 tanggal 4 Februari 2003 tentang Fasilitas

Pembiayaan Jangka Pendek Bagi Bank Syariah;

dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 25

Peraturan Bank Indonesia ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Agar ...

Page 149: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

-16-

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan

Peraturan Bank Indonesia ini dengan penempatannya dalam Lembaran

Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

Pada tanggal 1 Juli 2009

Pjs. GUBERNUR BANK INDONESIA,

MIRANDA S. GOELTOM

Diundangkan di Jakarta Pada tanggal 1 Juli 2009 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

ANDI MATTALATTA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2009 NOMOR 102

DPbS

Page 150: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN BANK INDONESIA

NOMOR 11/24/PBI/2009

TENTANG

FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK SYARIAH

BAGI BANK UMUM SYARIAH

I. UMUM

Dampak dari krisis keuangan global yang berlangsung saat ini berimbas

pada berbagai negara termasuk Indonesia. Hal tersebut secara langsung maupun

tidak langsung mempengaruhi stabilitas sistem keuangan Indonesia termasuk

sistem perbankan.

Salah satu pengaruh dari krisis keuangan global tersebut adalah

meningkatnya potensi keraguan masyarakat terhadap sistem perbankan termasuk

perbankan syariah yang ditandai antara lain dengan meningkatnya kepanikan

masyarakat dalam menyikapi krisis. Sementara itu, kepercayaan masyarakat

merupakan salah satu prasyarat utama yang diperlukan untuk menciptakan sistem

perbankan yang stabil.

Dengan memperhatikan hal-hal tersebut di atas diperlukan langkah-langkah

tertentu dalam mengantisipasi terjadinya risiko likuiditas dan upaya untuk

menjaga kepercayaan masyarakat terhadap perbankan syariah.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank

Indonesia sebagaimana diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun

2009, Bank Indonesia dapat memberikan Pembiayaan berdasarkan prinsip

syariah kepada bank untuk mengatasi kesulitan pendanaan jangka pendek yang

dijamin dengan agunan yang berkualitas tinggi termasuk aset Pembiayaan lancar.

Sejalan ...

Page 151: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

-2- Sejalan dengan hal tersebut, Bank Indonesia menyediakan fasilitas pendanaan

dalam rangka mengatasi kesulitan pendanaan jangka pendek kepada bank dengan

maksud agar kelangsungan kegiatan usaha Bank Umum Syariah dapat

terpelihara.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas.

Pasal 2

Ayat (1)

Apabila terdapat unit usaha syariah yang mengalami Kesulitan

Pendanaan Jangka Pendek, maka unit usaha syariah wajib meminta

tambahan dana dari bank umum konvensional yang menjadi induknya.

Ayat (2)

Rasio kewajiban penyediaan modal minimum yang digunakan adalah

berdasarkan perhitungan Bank Indonesia.

Ayat (3)

Perkiraan Bank atas jumlah kebutuhan likuiditas didasarkan pada

proyeksi arus kas paling lama 14 hari kalender ke depan.

Ayat (4)

Yang dimaksud dengan “kewajiban GWM” adalah berdasarkan

perhitungan Bank Indonesia.

Pasal 3

Cukup jelas.

Pasal 4 ...

Page 152: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

-3- Pasal 4

Cukup jelas.

Pasal 5

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Yang dimaksud dengan “surat berharga syariah yang diterbitkan

oleh badan hukum lainnya” adalah obligasi syariah korporasi

(sukuk korporasi).

Peringkat tersebut berdasarkan hasil penilaian lembaga

pemeringkat yang diakui Bank Indonesia sebagaimana diatur

dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai lembaga pemeringkat

dan peringkat yang diakui Bank Indonesia.

Ayat (3)

Huruf a

Kolektibilitas lancar adalah kualitas lancar sebagaimana diatur

dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai Penilaian Kualitas

Aktiva Bank Umum Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha

Berdasarkan Prinsip Syariah.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Yang dimaksud dengan “pihak terkait” adalah pihak terkait

sebagaimana ...

Page 153: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

-4- sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia yang

mengatur mengenai Batas Maksimum Pemberian Kredit

(BMPK) Bank Umum.

Huruf d

Adanya agunan disini dimaksudkan untuk memberi tambahan

keyakinan mengenai kualitas Pembiayaan yang dijadikan agunan

FPJPS.

Huruf e

Batas maksimum penyaluran dana mengacu pada ketentuan

Bank Indonesia yang mengatur mengenai Batas Maksimum

Pemberian Kredit (BMPK) Bank Umum.

Huruf f

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup Jelas.

Ayat (5)

Apabila Bank memiliki surat berharga sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) namun nilainya tidak mencukupi untuk menjadi agunan

FPJPS maka Bank dapat menggunakan aset Pembiayaan untuk

menambah kekurangan nilai agunan.

Pasal 6

Cukup jelas.

Pasal 7

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2) ...

Page 154: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

-5- Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Penggantian atau penambahan agunan FPJPS dimaksudkan agar nilai

aset agunan FPJPS sesuai dengan ketentuan Pasal 6.

Ayat (6)

Cukup jelas.

Pasal 8

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan “peraturan perundang-undangan yang

berlaku” adalah antara lain peraturan yang mengatur gadai atau

fidusia.

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan “dokumen-dokumen atas aset yang menjadi

agunan FPJPS” adalah antara lain akad Pembiayaan antara Bank

dengan nasabah, bukti pengikatan agunan dan kepemilikan atas aset

yang menjadi agunan Pembiayaan Bank.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 9

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2) ...

Page 155: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

-6- Ayat (2)

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Yang dimaksud dengan “dokumen pendukung” adalah antara

lain akad Pembiayaan antara Bank dengan nasabah dan

perjanjian pengikatan agunan atas Pembiayaan tersebut dan

dokumen lain yang dapat membuktikan terpenuhinya persyaratan

agunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5.

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Pasal 10

Cukup jelas.

Pasal 11

Cukup jelas.

Pasal 12 ...

Page 156: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

-7- Pasal 12

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan ”hari pada ayat ini” adalah hari kalender.

Apabila saat jatuh tempo FPJPS bertepatan pada hari Sabtu, Minggu

atau hari libur, maka pendebetan saldo rekening giro Bank pada Bank

Indonesia dilakukan pada hari kerja berikutnya.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 13

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Yang dimaksud dengan ”hari” pada ayat ini adalah hari kalender.

Huruf c

Dalam rangka pelaksanaan perpanjangan FPJPS, agunan yang telah

diagunkan Bank untuk menjamin FPJPS yang diterima Bank

sebelumnya akan dinilai kembali, sehingga Bank perlu menyesuaikan

jumlah agunan yang diserahkan untuk menjamin perpanjangan FPJPS.

Pasal 14

Tambahan nilai FPJPS yang diajukan akan diakumulasikan terhadap nilai

FPJPS yang belum dilunasi.

Pasal 15

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2) ...

Page 157: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

-8- Ayat (2)

Rumus perhitungan besarnya imbalan FPJPS adalah sebagai berikut:

X = P x R x k x t/360

Dimana :

X : Besarnya imbalan yang diterima Bank Indonesia.

P : Jumlah pokok FPJPS.

R : Realisasi tingkat imbalan sebelum distribusi pada Bank

penerima FPJPS.

k : Nisbah bagi hasil bagi Bank Indonesia

t : Jumlah hari kalender penggunaan FPJPS.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 16

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan jatuh tempo adalah berakhirnya jangka waktu

FPJPS dan tidak terdapat perpanjangan atas FPJPS dimaksud.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Ayat (6)

Cukup jelas.

Pasal 17 ...

Page 158: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

-9- Pasal 17

Cukup jelas.

Pasal 18

Pemeriksaan terhadap Bank yang menerima FPJPS dapat dilakukan pada

periode diterimanya atau setelah jatuh tempo FPJPS.

Pasal 19

Cukup jelas.

Pasal 20

Yang dimaksud biaya dalam pasal ini antara lain adalah biaya notaris untuk

pengikatan perjanjian dan pengikatan agunan dalam rangka pemberian

FPJPS serta biaya-biaya lainnya yang timbul karena eksekusi agunan

FPJPS.

Pasal 21

Cukup jelas.

Pasal 22

Cukup jelas.

Pasal 23

Cukup jelas.

Pasal 24

Cukup jelas.

Pasal 25 ...

Page 159: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

-10-

Pasal 25

Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5028

DPbS

Page 160: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

Tabel 2.1 Rasio Keuangan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah

Tabel Rasio Keuangan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah

(Financial Ratios of Islamic Commercial Bank and Islamic Business Unit)

Rasio (Ratio) 2005 2006 2007 Mar-08 Jun-08 Sep-08 Dec-08 Mar-09 Jun-09 Sep-09 Dec-09 Feb-10 Mar-10

1 CAR 1) 12.41%

13.73%

10.67%

11.54% 10.51%

10.59%

12.81%

13.87% 12.47%

11.50%

10.77% 11.43%

11.07%

2 ROA 1.35%

1.55%

2.07%

2.59% 2.32% 2.21% 1.42%

2.44% 2.16% 1.38% 1.48% 1.76% 2.13%

3 ROE 1) 27.58%

28.45%

40.38%

54.06% 49.39%

45.94%

38.79%

34.14% 29.51%

28.33%

26.09% 23.95%

32.02%

4 NPF 2.82%

4.75%

4.05%

4.17% 4.23% 4.12% 1.42%

5.14% 4.39% 5.72% 4.01% 4.75% 4.53%

5 FDR 97.75%

98.90%

99.76%

100.26% 103.18%

112.25%

103.65%

103.33% 100.22%

98.11%

89.70% 90.96%

95.07%

6 BOPO 78.91%

76.77%

76.54%

76.28% 72.94%

73.60%

81.75%

67.61% 73.56%

84.05%

84.39% 79.73%

76.27%

1) Hanya data Bank Umum Syari ah (Islamic Commercial Bank only)

Sumber : Statistik Perbankan Syariah (Islamic Banking Statistics), Maret 2010, Bank Indonesia35

35Statistik Perbankan Syariah diakses pada tanggal 23 Mei 2010 dari

http://www.bi.go.id/web/id/Statistik/Statistik+Perbankan/Statistik+Perbankan+Syariah/sps_0310.htm

45

Page 161: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

46

Page 162: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

Tabel 2.2 Penempatan pada Bank Indonesia – Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah

Tabel Penempatan pada Bank Indonesia - Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah (Deposit in Bank Indonesia - Islamic Commercial Bank and Islamic Business 2005 2006 2007 Mar-08 Jun-08 Sep-08 Dec-08 Mar-09 Jun- Sep-09 Dec-09 Feb-10 Mar-10 Gi ro Wadi ah (Wadiah Demand Deposits) SWBI/SBI Syari ah (Bank Indonesia Wadiah Certificate/Bank Indonesia Islamic Certificate) Lai nnya (Others)

464

2,395

321

1,282

2,357

2

1,840

2,599

101

2,713

2,135

12

2,449

1,751

306

2,506

366

56

2,363

2,545

280

2,700

2,704

553

2,265

1,819

2,44

2,131

2,635

1,779

2,694

3,076

4,623

2,933

2,972

3,932

2,883

2,425

3,327

Total 3,18 3,64 4,540 4,860 4,506 2,92 5,18 5,958 6,53 6,545 10,393 9,837 8,635

Sumber : Statistik Perbankan Syariah (Islamic Banking Statistics), Maret 2010, Bank Indonesia36

36Statistik Perbankan Syariah diakses pada tanggal 23 Mei 2010 dari

http://www.bi.go.id/web/id/Statistik/Statistik+Perbankan/Statistik+Perbankan+Syariah/sps_0310.htm

46

Page 163: “KONSEP DAN MEKANISME AKAD MUDHARABAH DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3807/1/... · Pendanaan Jangka Pendek Syariah, yang untuk selanjutnya disebut FPJPS

Tabel 2.2 Penempatan pada Bank Indonesia – Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah

47