8
Konsep Pengembangan Konsep pengembangan jaringan drainase didasarkan pada kondisi alam Pulau Sabang (Pulau Weh) yang sebagian besarnya dibentuk oleh lahan perbukitan dengan tingkat kecuraman sampai 40% dan lembah dengan kimiringan minimal 2%. Rona alam ini memungkinkan pergerakan air hujan terdistribusi secara cepat dari bukit menuju ke lembah-lembah. Melalui sungai-sungai alami, air dari lembah ini sebagiannya akan dikirim ke laut secara langsung. Ini menunjukan bahwa rona alam Sabang telah memberikan sistem drainase alami yang baik terhadap limpasan air pada saat hujan. Karenanya, konsep pengembangan Sabang harus didasarkan pada potensi alam ini. Secara garis besar konsep pengembangan sistem drainase Kota Sabang adalah sebagai berikut: a. Pemanfaatan sungai-sungai alam sebagai drainase horisontal Dibanding dengan pembangunan saluran utama baru, maka pemanfaatan sungai baik kecil maupun besar sebagai kerangka utama saluran drainase merupakan strategi yang ekonomis dan berdayaguna tinggi. Yang dimaksud sungai adalah dapat berupa sungai utama, sungai kecil atau sungai anakan atau dapat juga berupa bidang-bidang cekungan pada rona bumi yang mempunyai elevasi yang rendah. Pemanfaatan sungai sebagai saluran utama akan dapat mengurangi perubahan besar-besaran rona bumi yang cenderung merusak alam. b. Pemanfaatan hutan-hutan alam sebagai drainase vertikal Air hujan yang jatuh ke bumi tidak harus dilimpaskan ke arah lautan semuanya. Sebagiannya harus diresapkan ke dalam tanah guna menjaga kestabilan ekosistem. Pemanfaatan hutan-hutan sebagai drainase vertikal memiliki arti bahwa hutan berfungsi sebagai sarana untuk menghambat laju limpasan air hujan menuju lembah atau sungai atau dataran yang lebih rendah. Air yang tertahan akan mengalami infiltrasi ke dalam tanah menuju ke cadangan air di kerak bumi. Dengan adanya infiltrasi ini, maka didapat dua keuntungan, yaitu 1) berkurangnya eksfoliasi atau pengelupasan lapisan tanah atas karena

Konsep Dan Skenario Pengembangan Jaringan Drainase

Embed Size (px)

DESCRIPTION

menyusun konsep dan skenario jaringan drainase kawasan perkotaan

Citation preview

Page 1: Konsep Dan Skenario Pengembangan Jaringan Drainase

Konsep PengembanganKonsep pengembangan jaringan drainase didasarkan pada kondisi alam Pulau Sabang (Pulau Weh) yang sebagian besarnya dibentuk oleh lahan perbukitan dengan tingkat kecuraman sampai 40% dan lembah dengan kimiringan minimal 2%. Rona alam ini memungkinkan pergerakan air hujan terdistribusi secara cepat dari bukit menuju ke lembah-lembah. Melalui sungai-sungai alami, air dari lembah ini sebagiannya akan dikirim ke laut secara langsung. Ini menunjukan bahwa rona alam Sabang telah memberikan sistem drainase alami yang baik terhadap limpasan air pada saat hujan.

Karenanya, konsep pengembangan Sabang harus didasarkan pada potensi alam ini. Secara garis besar konsep pengembangan sistem drainase Kota Sabang adalah sebagai berikut:a. Pemanfaatan sungai-sungai alam sebagai drainase

horisontalDibanding dengan pembangunan saluran utama baru, maka pemanfaatan sungai baik kecil maupun besar sebagai kerangka utama saluran drainase merupakan strategi yang ekonomis dan berdayaguna tinggi. Yang dimaksud sungai adalah dapat berupa sungai utama, sungai kecil atau sungai anakan atau dapat juga berupa bidang-bidang cekungan pada rona bumi yang mempunyai elevasi yang rendah. Pemanfaatan sungai sebagai saluran utama akan dapat mengurangi perubahan besar-besaran rona bumi yang cenderung merusak alam.

b. Pemanfaatan hutan-hutan alam sebagai drainase vertikalAir hujan yang jatuh ke bumi tidak harus dilimpaskan ke arah lautan semuanya. Sebagiannya harus diresapkan ke dalam tanah guna menjaga kestabilan ekosistem. Pemanfaatan hutan-hutan sebagai drainase vertikal memiliki arti bahwa hutan berfungsi sebagai sarana untuk menghambat laju limpasan air hujan menuju lembah atau sungai atau dataran yang lebih rendah. Air yang tertahan akan mengalami infiltrasi ke dalam tanah menuju ke cadangan air di kerak bumi. Dengan adanya infiltrasi ini, maka didapat dua keuntungan, yaitu 1) berkurangnya eksfoliasi atau pengelupasan lapisan tanah atas karena terbawa aliran air hujan, dan 2) meningkatkan cadangan air tanah di dalam kerak bumi.Untuk itu, karena hutan ditetapkan sebagai sarana penunjang sistem draianse vertikal, maka keberadaanya harus dijaga dan dilindungi. Setidaknya, hutan-hutan yang berada di lereng bukit harus tetap berdiri kokoh.

c. Pemanfaatan lembah sebagai kolam retensiPemanfaatan lembah sebagai kolam retensi dimaksudkan untuk mengurangi jumlah air hujan yang harus dikirim ke laut. Dengan cara ini, diharapkan dapat mengurangi jalur pergerakan air dari titik nol di bukit sampai ke outlet utama yaitu muara. Pemanfataan

Page 2: Konsep Dan Skenario Pengembangan Jaringan Drainase

lembah sebagai kolam retensi banyak memiliki keuntungan diantaranya adalah 1) mengurangi panjang aliran sehingga dapat mengurangi dimensi saluran drainase, 2) menyediakan tempat-tempat resapan air dalam skala besar, dan 3) menyediakan sumber daya air bagi keperluan kehidupan masyarakat seperti air minum.

d. Saluran drainase sebisa mungkin tidak menggunakan konstruksi kedap airPenggunaan saluran drainase dengan konstruksi kedap air diyakini disamping dapat meningkatkan kecepatan aliran sehingga mengurangi dimensi saluran, juga menyebabkan berkurangnya daya manfaat air hujan bagi kehidupan manusia. Hal ini disebabkan oleh sebagian besar air hujan akan terbuang ke laut tanpa sempat dimanfaatkan melalui penampungan atau diresapkan ke dalam tanah. Pemanfaatan saluran drainase dengan konstruksi tidak kedap air dapat meningkatkan kadar infiltrasi air ke dalam tanah. Sekalipun konstruksi seperti ini dapat mengurangi kecepatan aliran, akan tetapi dengan kondisi alam Sabang yang sangat berkontur, pengurangan kecepatan tersebut tidak terlalu signifikan pengaruhnya.

Gambar Konsep lembah sebagai kolam retensi

Infiltrasi

Limpasan permukaa

n

Lembah/Danau

penampung

Hujan Hutan u/ Vertical Drain

Page 3: Konsep Dan Skenario Pengembangan Jaringan Drainase

Gambar Konsep drainase alam di Sabang

Skenario PengembanganDisebabkan oleh belum adanya suatu perencanaan sistem drainase sebelumnya, maka pengembangan dilakukan dengan mendasarkan semata pada potensi, kekuatan, dan kelemahan kondisi wilayah Pulau Sabang. Pengembangan secara garis besar akan didasarkan pada skenario sebagai berikut:

a. Air hujan pertama-tama ditahan oleh hutan bukit lalu diresapkan ke dalam bumi dan sebagiannya melimpas ke arah lembah.

b. Air yang menuju lembah sebagiannya ditampung di lembah dan dengan memungsikannya sebagai kolam retensi.

c. Air dari bukit yang menuju cekungan akan dialirkan oleh sungai-sungai untuk selanjutnya dialirkan ke arah muara. Sungai ini berfungsi sebagai saluran primer.

d. Air dari bukit yang menuju dataran permukiman harus melewati saluran drainase terleih dahulu sehingga mengurangi kemungkinan limpasan langsung dari bukit menuju kawasan permukiman. Saluran ini disebut saluran sabuk dengan strata saluran tersier.

e. Air yang melimpas di kawasan dilayani oleh saluran-saluran drainase kecil di perumahan (saluran tersier) yang akan diteruskan ke saluran lebih besar (saluran sekunder).

Page 4: Konsep Dan Skenario Pengembangan Jaringan Drainase

f. Air yang melimpas ke jalan dilayani oleh saluran tepi jalan yang harus dibangun di kanan dan kiri jalan.

g. Saluran drainase sebisa mungkin tidak dipergunakan secara bersamaan sebagai saluran pembuangan limbah rumah tangga

h. Jika tidak memungkinkan adanya saluran ganda, maka di setiap outlet saluran menuju sungai harus dibangun bak penampung limbah yang berfungsi menjebak limbah padat agar tidak ikut mengalir ke sungai dan mencemari sungai.

Gambar Pola pembangunan saluran sabuk di kawasan permukiman

Ganmbar Pola saluran dengan konstruksi porous

Infiltrasi

Limpasan permukaa

n

Hujan Hutan u/ Vertical Drain

Saluran Sabuk

Rumput

Pasir

Batu

Page 5: Konsep Dan Skenario Pengembangan Jaringan Drainase

(a) Skenario sistem drainase di Sabang

(b) Skenario jaringan drainase di Sabang

Gambar Skenario Sistem dan jaringan drainase

Rencana Pengembangan

Saluran SabukSaluran

Permukiman

LautSungaiSaluran Sekunder

Saluran Permukiman

Saluran Tepi Jalan

Saluran Sabuk Bukit

Page 6: Konsep Dan Skenario Pengembangan Jaringan Drainase

Pengembangan drainase diarahkan untuk 1) mengurangi limpasan air hujan dari bukit ke arah badan jalan, 2) mengurangi limpasan air hujan dari bukit ke kawasan permukiman, 3) meningkatkan kualitas drainase di permukiman, dan 4) meningkatkan pengadaan kolam-kolam retensi.Untuk mencapai arah pengembangan tersebut dapat ditempuh melalui 1) pengadaan saluran tepi jalan yang dibangun di kanan dan kiri jalan, 2)membangun saluran sabuk pada setiap perbukitan tinggi yang berbatasan langsung dengan kawasan permukiman, 3) membangun saluran drainase sebanyak mungkin di setiap permukiman, dan 4) menggalakan penataan lembah-lembah atau danau agar berfungsi optimal sebagai kolam retensi.Prioritas rencana pengembangan 5 tahun ke depan adalah 1) pembangunan saluran drainase di setiap kawasan permukiman dengan kualitas baik, 2) pembangunan saluran tepi jalan terutama jalan-jalan utama dengan kualitas baik, dan 3) membangun saluran sabuk di kawasan-kawasan yang berbatasan langsung dengan perbukitan.Saluran di permukiman didesain dengan kualifikasi sebagai berikut:- lebar maksimal 0,4 m dan tinggi minimal 0,3 m- konstruksi dari beton atau pasangan batu kali- kemiringan minimal adalah 0,0001- untuk kawasan kota, saluran drainase harus ditutup dan tiap

jarak 10 m di pasang bak kontrol- outlet saluran permukiman ke saluran lebih besar harus

dipasang bak penampung limbah jika saluran drainase difungsikan bersamaan dengan saluran limbah

Saluran di tepi jalan di luar permukiman di desain berdasarkan kualifikasi sebagai berikut:- lebar maksimal 0,5 m dengan tinggi minimal 0,4 m- konstruksi dari beton atau pasangan batu- kemiringan mengikuti kemiringan jalan dan tidak boleh kurang

dari 0,0002- konstruksi saluran tidak perlu ditutup

Saluran sabuk didesain dengan kualifikasi sebagai berikut:- lebar minimal 1 m dan tinggi minimal 0,7 m- konstruksi dari batu susun, pasir dan rumput (porous)- Setiap jarak 10 meter harus diberi saluran pengarah ke arah

sungai atau saluran sekunder- Bentuk saluran lebih disukai berbentuk trapesium

Page 7: Konsep Dan Skenario Pengembangan Jaringan Drainase

Gambar Rencana pengembangan jaringan drainase di Sabang