12
Pengkajian Data Dasar 1. Riwayat atau adanya factor-faktor risiko: Penyakit kompleks imun seperti sistemik lupus eritematosus dan skleroderma Pemajanan terhadap obat nefrotoksik atau bahan seperti antimicrobial, agen anti-inflamasi, agen kemoterapi, media kontras, pestisida, obat narkotika, atau logam berat Infeksi tenggorok atau kulit sebelumnya dengan streptokokus beta-hemolitik atau hepatitis 2. Pemeriksaan fisik berdasarkan survey umum (Apendiks F) dapat menunjukkan: hemturis Edema-secara umum tampak pada wajah (peritobital) dan kaki tetapi dapat tampak sebagai asites, edema paru, atau efusi pleural Hipertensi Penurunan haluaran urine dengan penurunan berat jenis Urine gelap (warna-teh) Peningkatan berat badan karena retensi cairan Sakit kepala, peka atau perubahan ringan pada mental karena hipertensi 3. Pemeriksaan diagnostic: Urinalisis (UA) menunjukan hematuria gross, protein, dismorfik (bentuk tidak serasi) SDM, leukosit, dan gips hialin. Adanya dismorfik SDM menunjukkan perdarahan yang berasal dari glomerulus

Konsep Dasar Askep Glomerulonefritis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

laporan pendahuluan glomerulonefritis

Citation preview

Pengkajian Data Dasar

Pengkajian Data Dasar

1. Riwayat atau adanya factor-faktor risiko:

Penyakit kompleks imun seperti sistemik lupus eritematosus dan skleroderma

Pemajanan terhadap obat nefrotoksik atau bahan seperti antimicrobial, agen anti-inflamasi, agen kemoterapi, media kontras, pestisida, obat narkotika, atau logam berat

Infeksi tenggorok atau kulit sebelumnya dengan streptokokus beta-hemolitik atau hepatitis

2. Pemeriksaan fisik berdasarkan survey umum (Apendiks F) dapat menunjukkan: hemturis

Edema-secara umum tampak pada wajah (peritobital) dan kaki tetapi dapat tampak sebagai asites, edema paru, atau efusi pleural

Hipertensi

Penurunan haluaran urine dengan penurunan berat jenis

Urine gelap (warna-teh)

Peningkatan berat badan karena retensi cairan

Sakit kepala, peka atau perubahan ringan pada mental karena hipertensi

3. Pemeriksaan diagnostic:

Urinalisis (UA) menunjukan hematuria gross, protein, dismorfik (bentuk tidak serasi) SDM, leukosit, dan gips hialin. Adanya dismorfik SDM menunjukkan perdarahan yang berasal dari glomerulus

Laju filtrasi glomerulus (LFG) menurun. Klirens keratinin pada urine digunakan sebagai pengukur LFG. Specimen urine 24 jam dikumpulkan. Sampel darah untuk kreatinin serum juga ditampung dengan cara arus setengah (midstream) Nitrogen urea adalah (BUN) dan kreatinin serum meningkat bila fungsi ginjal mulai menurun. Ini adalah temuan konsisten dengan berkembangnya glomerulusnefritis.

Pielogram intravena (PIV) menunjukkan abnormalitas pada system penampungan ginjal (collecting). Kewaspadaan harus diberikan bila kerusakan ginjal berat terjadi karena zat kontras dapat tertahan dan menyebabkan kerusakan ginjal tambahan Biopsy ginjal secara akurat mendiagnosa jenis khusus dari glomerulonephritis dan luasnya kerusakan. Glomerulonephritis poliferatif endokapiler menyebar adalah lesi patologis dasar. Contoh urine acak untuk elektrofoesis protein mengidentifikasi jenis protein yang dikeluarkan dalam urine

Titer antistrepsomisin O (ASO) tinggi, menunjukkan pemajanan baru pada infeksi streptokokal

Kadar komplemen menunjukkan penurunan kadar C3 Penampungan urine 24 jam mendeteksi jumlah dan jenis protein yang dikeluarkan

Elektrolit seru menunjukkan peningkatan netrium dan peningkatan atau normal kadar kalium dan klorida

Albumin serum dan protein total mungkin normal atau agak turun (karena hemodilusi). Paa proteinuria massif, kadar rendah secar bermakna

4. Kaji pemahaman pasien tentang tindakan dan prognosis. Perhatian sering berpusat pada kemungkinan berkembangnya kerusakan ginjal.

Diagnose Keperawatan:1. PERUBAHAN VOLUME CAIRAN: KELEBIHAN

Berhubungan dengan Faktor : Kerusakan kapiler glomerulus sekunder terhadap proses inflamasi.Batasan Karakteristik : Edema, hipertensi, penurunan haluaran urine bermakna dibandingkan dengan masukan cairan, peningkatan TD, peningkatan berat badan, hypernatremia.

Kriteria Evaluasi : TD antara 90/60-120/90 mmHg, tidak ada edema perifer, natrium serum dalam batas normal, penurunan berat badan.

2. PERUBAHAN NUTRISI, KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH

Berhubungan dengan Faktor : Anoreksia dan kehilangan protein sekunder terhadap kerusakan glomerulus

Batasan Karakteristik : Penggunaan otot, kelemahan, masukan makan sedikit, keluhan penurunan nafsu makan, proteinuria.

Kriteria Evaluasi : Berat badan stabil, peningkatan masukan makanan, nilai-nilai laboratorium dalam batas normal (BUN, kreatinin serum, JDL, protein dan albumin serum).

3. INTOLERANSI AKTIVITAS

Berhubungan dengan Faktor : Perubahan produksi SDM sekunder terhadap kerusakan ginjal dan masukan nutrisi tidak adekuat

Batasan Karakteristik : Takikardi dan takipnea pada kerja minimal, keluhan kelelahan menetap.Kriteria Evaluasi : Tidak ada takikardi dan takipnea dengan kerja minimal, menyangkal kelelahan pada aktivitas.4. RISIKO TINGGI TERHADAP INFEKSI

Berhubungan dengan Faktor : Imunosupresi sekunder terhadap terapi steroid, disfungsi imunologisBatasan Karakteristik : Peningkatan SDP, suhu diatas 37,2C, malaise.Kriteria Evaluasi : SDP antara 5000-10000/mm3, suhu 37C.5. ANSIETAS Berhubungan dengan Faktor : Takut tentang kemungknan memburuknya kerusakan ginjal, kurang pengetahuan tentang pemeriksaan diagnostic, rencana tindakanBatasan Karakteristik : Meminta informasi, keluhan perasaan gugup atau ansietas, menyatakan kurang pemahaman, ekspresi wajah tegang.Kriteria Evaluasi : Keluhan perasaan cemas atau gugup berkurang, ekspresi wajah rileks, menyatakan pemahaman tentang rencana tindakan dan pemeriksaan diagnostic.6. RISIKO TINGGI TERHADAP KERUSAKAN PENATALAKSANAAN PEMELIHARAAN DIRUMAH

Berhubungan dengan Faktor : Kurang pengetahuan tentang perawatan sendiri dirumah, system pendukung kurang adekuat, finansial takadekuat.Batasan Karakteristik : Meminta informasi menyatakan kurang pemahaman tentang tindakan pencegahan, meminta bantuan dalm biaya keuangan perawatan rumah sakit, dapat mengeluh kurangnya transportasi yang adekuat.Kriteria Evaluasi : Mengungkapkan pemahaman tentang instruksi pulang, menyatakan keinginan menggunakan sumber komunitass untuk memenuhi kebutuhan perawatan dirumah.Rencana Keperawatan 1. Perubahan Volume Cairan: KelebihanINTERVENSIRASIONAL

1. Pantau : Kecenderungan berat jenis urine dan proteinuria

Masukan dan haluaran setiap 2-4 jam

Hasil laporan laboratorium serum: elektrolit, BUN, kreatinin, albumin

Status umum (Apendiks F) setiap 8 jam

Timbang berat badan setiap hari (timbanagan, waktu, dan jumlah pakaian sama.)Untuk mengidentifikasi kemajuan kearah atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan.

2. Berikan diuretic loop yang diprogramkan dan evaluasi efektivitasnya: resolusi edema, bunyi paru bersih, penurunan TD, peningkatan haluaran urine, penurunan berat badan, natrium serum dalam batas normal.Hipertensi pada golmerulonefritis akut lebih terganting pada volume daripada renin. Diuretic mengeluarkan kelebihan cairan tubuh. Hyponatremia, hypokalemia, dan asidosis metabolic hipokoremik dapat terjadi dengan terapi diuretic agresif.

3. Beritahu dokter tentang temuan yang menandakan berkembangnya insufisiensi ginjal yang meliputi peningkatan BUN dan kreatinin serum, dan penurunan secara kontinu haluaran urine disertai dengan perubahan mental. Berikan obat yang diresepkan (agen sitotoksik seperti Cytoxan atau kortikosteroid seperti prednison) untuk mencegah kerusakan glomerulus lanjut bila perkembangan glomerulonephritis berjalan cepat. Evaluasi efektivitasnya. Jadwalkan obat untuk mencapai efektifitas terapeutik maksimum dan hindari interaksi merugikan antara obat dengan obat. Konsul pada referensi farmakologi atau farmasis bila diperlukan.Tindakan awal untuk progresi glome-rulonefritis adalah agen imunosupresif. Tindakan segera diperlukan untuk mencegah penyakit ginjal tahap akhir. Agen Cytotoxic menghambat deposisi kompleks imun di glomerulus, sedangkan kortikosteroid mengurangi inflamasi pada glomerulus.

4. Konsul dokter bila manofestasi kelebihan cairan menetap atau memburuk terhadap tindakan. Siapkan untuk hemodialisa atau dialisa peritoneal bila dipesankan.Dialisa mungkin sementara diperlukan untuk mengeluarkan produk sisa nitrogen dan kelebihan cairan sampai fungsi glomerulus diperbaiki.

2. Perubahan Nutrisi, Kurang Dari Kebutuhan Tubuh INTERVENSIRASIONAL

1. Pantau :

Hasil albumin, protein, hemoglobin, hematocrit, BUN, dan kreatinin serum

Persentase makanan yang dikonsumsi pada sekali makan

Timbang berat badan setip mingguUntuk mengidetifikasi indikadi kemajuan atau penyimpanagn dari hasil yang diharapkan. Hemoglobin dan hematocrit rendah menyebabkan sedikit oksigen yang tersedia untuk digunakan oleh tubuh, mengakibatkan kelelahan. Peningkatan BUM dan kreatinin serum menndakan insufisiensi ginjal dan kebutuhan dialisa.

2. Berikan lingkungan yang nyaman, bebas bau pada saat makan.Nyeri dan bau menyebabkan anoreksia.

3. Berikan makanan sedikit dan sering. Berikan permen keras dan es batu bila pasien pada pembatasan cairan mengalami haus. Alokasikan waktu pemberian cairan sehingga pasien menerima sesuatu untuk diminum saat interval regular dan pada saat makan dan minum obat.Makanan sedikit sedikit kemungkinan menyebabkan distensi gaster, sehingga menurunkan mual. Batu es dan cairan melumasi mulut dan mencegah mukosa oral kering. Permen juga membantu memperbaiki rasa pada mulut.

4. Rujuk pasien pada ahli diet untuk instruksi tentang modifikasi diet yang diprogramkan, seperti pembatasan masukan natrium untuk glomerulonephritis akut bila oliguria. Jelaskan bahwa natrium dibatasi untuk membantu menghilangan retensi cairan.Ahli diet adalah spesialis dalam bidang nutrisi dan dapat membantu pasien memahami hubungan antara penyakit glomerulus dan pembatasan diet dan memilih makanan yang memenuhi kebutuhan nutrisi relative terhadap pembatasan diet. Kepatuhan ditingkatkan bila pasien memahami hubungan antara kondisi mereka dan terapi yang diprogramkan.

5. Berikan sumber protein dan optimal pada diet bila albumin serum rendah secara bermakna.Diet tinggi protein dapat mencegah keseimbangan nitrogen negative, yangbterjadi pada proteinuria massif. Karbohidrat untuk mensuplai kalori yang digunakan pada efek pemecahan protein.

6. Anjurkan ambulansi dan sosialisasi untuk toleransi.Latihan meningkatkan peristatik yang membantu merangsang nafsu makan. Sosialisasi membantu menghilangkan depresi, yang sering terjadi pada berbagai derajat selama penyakit kronis atau akut.

3. Intoleransi Aktivitas INTERVENSIRASIONAL

1. Pantau : Frekuensi nadi dan pernafasan sebelum dan sesudah aktivitas.

Hasil laporan JDLUntuk mengidentifikasi kemajuan kearah atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan. Anemia, ditunjukkan oleh hemoglobin rendah, menimbulkan kelelahan. Sehingga jumlah oksigen yang tersedia untuk jaringan berkurang karena jumlah SDM yang membawa oksigen lebih sedikit.

2. Berikan periode istirahat. Hindari gangguan. Batasi pengunjung bila diindikasikan.Periode kerja singkat dengan periode istirahat menghemat konsumsi oksigen.

3. Mungkinkan aktivitas untuk ditoleransi. Bantu dalam AKS sesuai kebutuhan. Hentikan aktivitas bila pasien mengeluh lelah, frekuensi pernafasan lebih dari 24 per menit dan frekuensi nadi lebih dari 100 kali/menit dengan kerja minimal.Temuan ini menunjukkan intoleransi terhadap aktivitas.

4. Risiko Tinggi Terhadap Infeksi INTERVENSIRASIONAL

1. Pantau:

Suhu setiap 4 jam

Laporan JDL, khususnya SDPUntuk mengidentifikasi indikasi kemajuan kearah atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan.

2. Ikuti tindakan kewaspadaan umum (teknik mencuci tangan yang baik sebelum dan sesudah kontak langsung dengan pasien, memakai srung tangan bila kontak dengan darah atau cairan tubuh yang mungkin terjadi).Untuk mencegah infeksi nosocomial. Tindakan kewaspadaan umum menolong melindungi pasien dan yang merawatnya.

3. Konsul dokter jika manifestasi dari infeksi ditemukan seperti peningkatan suhu, SDP lebih dari 10.000/mm3, urine keruh, bau menyengat, diikuti oleh dysuria. Jika diduga adanya infeksi saluran kemih, lakukan pemeriksaan urine bersih untuk kultur.Karena agen imunosupresif melemahkan kemampuan pasien untuk melawan infeksi, infeksi opotunistik dapat berkembang.

5. Ansietas INTERVENSIRASIONAL

1. Anjurkan pasien dan orang terdekat untuk mengungkapkan tentang rasa takut. Berikan privasi tanpa gangguan. Sediakan waktu bersama mereka untuk mengembangkan hubungan.Pasien yang merasa nyaman berbicara dengan perawat mereka sering dapat memahami dan memasukan perubahan kebutuhan dalam praktik kesehatan dengan sedikit kesulitan.

2. Berikan informasi tentang:a. Sifat kondisi, khususnya hubungan antara infeksi sterptokokal kulit atau tenggorok dan glomerulonephritis

b. Tujuan tindakan yang diprogramkan

c. Pemeriksaan diagnostic, meliputi:

Tujuan

Deskripsi singkat

Persiapan yang diperlukan sebelum pemeriksaan

Perawatan setelah pemeriksaanPengetahuan harapan dan alasan mengapa membantu mengurangi ansietas dan membantu mengembangkan kerja sama pasien dengan rencana terapeutik.

6. Risiko Tinggi Terhadap Kerusakan Penatalaksanaan Pemeliharaan Dirumah

INTERVENSIRASIONAL

1. Tinjau ulang tindakan pencegahan untuk infeksi saluran perkemihanSuatu episode glomerulonefritis merupakan predisposisi bagi pasien untuk terjadi infeksi ulang.

2. Berikan informasi tentang obat-obatan yang diresepkan untuk digunakan dirumah, termasuk nama, tujuan, dosis, dan efek samping yang dapat dilaporkan.Untuk memastikan keuntungan keamanan terapeutik.

3. Pastikan pasien atau oranag terdekat mempunyai perjanjian tertulis untuk perawatan lanjut dan instruksi tertulis untuk perawatan diri dirumah.Instruksi verbal mudah terlupakan.

4. Instruksikan pasien untuk mencari pengobatan medis segera untuk: Sakit tenggorok atau lesi kulit untu diagnose infeksi streptokokal

Tanda kelebihan cairan (edema), sesak nafas, peningkatan berat badn setiap hari.Diagnosis dini dan tindakan membantu memelihara fungsi ginjal.

5. Instruksikan pasien untuk menimbang berat badan setiap hari dan menyimpan catatan hasil Untuk memantau status cairan

6. Ajarkan bagaimana merawat area edema dan jelaskan tujuan masing-masing. Tinggikan ekstremitas bila berbaring untuk membantu mengurangi bengkak dengan memungkinkan gravitasi untuk meningkatkan aliran balik darah ke jantung.

Mandi dengan air hangat dan sabun ringan beas deodorant. Keringkan kulit seluruhnya. Berikan emolin ringan bila kulit kering. Kulit yang bersih dan berminyak kurang kemungkinan untuk pecah.

Hindari tidak menggunakan alas kaki untuk mencegah cedera kaki takdisengaja. Pemulihan kulit edema lama karena kerusakan suplai nutrient. Berpartisipasi dalam AKS yang ditoleransi untuk menjamin latihan adekuat. Latihan meningkatkan sirkulasi dan rasa sehat.Kepatuhan ditingkatkan bila pasien memahami kondisi mereka dan bagaimana melaksanakan tanggung jawab untuk meningkatkan pemulihan mereka.

7. Lakukan rujukan pada pelayanan social atau departemen perencanaan pulang bila pasien mengekspresikan kebutuhan untuk bantuan pada beberapa aspek penatalaksanaan perawatan dirumah.Untuk menjamin kontinuitas perawatan saat pulang.