Konsep Dasar Perencanaan Pembelajaran

Embed Size (px)

Citation preview

RANGKUMANJUDUL BUKU PERENCANAAN PEMBELAJARAN Dr. Hamzah B. Uno, M.Pd.Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Perencanaan Pembelajaran

Di kerjakan oleh :

Yuli Yuliani 0900212

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB I. KONSEP DASAR PERENCANAAN PEMBELAJARANA. Definisi Perencanaan Perencanaan adalah suatu cara untuk mengantisipasi dan menyeimbangkan perubahan. B. Perencanaan Pembelajaran Pembelajaran atau pengajaran menurut Degeng adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Dalam hal ini istilah pembelajaran memiliki hakikat perencanaan atau perancangan (desain) sebagai upaya untuk membelajarkan siswa. C. Dasar Perlunya Perencanaan Pembelajaran Perlunya perencanaan pembelajaran sebagaimana disebutkan diatas, dimaksudkan agar dapat dicapai perbaikan pembelajaran. Upaya perbaikan pembelajaran ini dilakukan dengan asumsi sebagai berikut: 1. Untuk memperbaiki kualitas pembelajaran Haruslah diawali dengan perbaikan desain pembelajaran. Itu dapat dijadikan titik awal perbaikan kualitas pembrlajaran. Hal ini dimungkinkan karena dalam desain pembelajaran, tahapan yang akan dilakukan oleh guru atau dosen dalam mengajar telah terancang dengan baik. 2. Untuk pembelajaran dirancang dengan Pendekatan sistem Hal ini didasari bahwa dengan pendekatan sistem, akan memberikan peluang yang lebih besar dalam mengintegrasikan semua variabel yang mempengaruhi belajar, termasuk keterkaitan antarvariabel pengajaran yakni variabel kondisi pembelajaran, variabel metode, dan variabel hasil pembelajaran. 3. Desain Pembelajaran Mengacu pada Bagaimana Seseorang Belajar Kualitas pembelajaran juga banyak tergantung pada bagaimana pembelajaran itu dirancang. Rancangan pembelajaran biasanya dibuat berdasarkan pendekatan perancangannya. 4. Desain Pembelajaran Diacukan Pada Siswa Perorangan Seseorang belajar memiliki potensi yang perlu dikembangkan. Tindakan atau perilaku belajar dapat ditata atau dipengaruhi, tetapi tindakan atau perilaku belajar itu akan tetap berjalan sesuai dengan karakteristik siswa. Dalam hal ini jika perencanaan pembelajaran tidak diacukan pada individu yang belajar seperti ini, maka besar kemungkinan bahwa siswa yang lambat belajar akan makin tertinggal, dan yang cepat berpikir makin maju pembelajarannya. 5. Desain Pembelajaran Harus Diacukan Pada Tujuan

Perancangan pembelajaran perlu memilah hasil pembelajaran yang langsung dapat diukur setelah melalui keseluruhan proses pembelajaran, atau hasil pengiring. 6. Desain Pembelajaran Diarahkan pada Kemudahan Belajar Dalam kondisi yang ditata dengan baik, strategi yang direncanakan akan memberikan peluang dicapainya hasil pembelajaran. Dengan desain pembelajaran, setiap kegiatan yang dilakukan guru telah terencana, dan guru dapat dengan mudah melakukan kegiatan pembelajaran. Jika hal ini dilakukan dengan bai, sudah tentu sasaran akhir dari pembelajaran adalah terjadinya kemudahan belajar siswa dapat dicapai. 7. Desain Pembelajaran Melibatkan Variabel Pembelajaran Desain pembelajaran diupayakan mencakup semua variabel pembelajaran yang dirasa turut mempengaruh belajar. Ada tiga variabel pembelajaran yang perlu perlu dipertimbangkan dalam merancang pembelajaran yakni, variabel kondisi, metode dan variabel hasil pembelajaran. 8. Desain Pembelajaran Penetapan Metode untuk Mencapai Tujuan Fokus utama perancangan pembelajaran adalah pada pemilihan, pentapan, dan pengembangan variabel metode pembelajaran. Ada tiga prinsip yang perlu dipertimbangkan dalam upaya menetapkan metode pembelajaran yakni, (1) tidak ada satu metode pembelajaran yang unggul untuk semua tujuan dalam semua kondisi, (2) metode (strategi) pembelajaran yang berbeda memiliki pengaruh yang berbeda dan konsisten pada hasil pembelajaran dan, (3) kondisi pembelajaran bisa memiliki pengaruh yang konsisten pada hasil pengajaran. D. Prinsip-Prinsip Umum Tentang Mengajar Prinsip-prinsip umum yang harus dijadikan pegangan guru dalam melaksanakan proses belajar mengejar adalah sebagai berikut : 1. Mengajar harus berdasarkan pengalaman yang sudah dimiliki siswa. 2. Pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan harus bersifat praktis. 3. Mengajar harus memperhatikan perbedaan individual setiap siswa. 4. Kesiapan (readiness) dalam belajar sangat penting dijadikan landasan dalam mengajar. 5. Tujuan pengajaran harus diketahui siswa. 6. Mengajar harus mengikuti prinsip psikologi tentang belajar. E. Tipe-Tipe Balajar Pada hakikatnya merupakan prinsip umum baik dalam belajar maupun mengajar. 1. Belajar Isyarat

Tipe belajar seperti ini dilakukan dengan merespons suatu isyarat. Menurut Therndike (1961) bntuk belajar seperti ini biasanya bersifat tidak disadari, dalam arti respons diberikan secara tidak sadar. 2. Belajar Stimulus-Respons (Stimulus Respons Learning) Belajar stimulus respons sama dengan teori asosiasi (S-Rbond). Setiap respons dapat diperkuat dengan reinforcement. Hal ini berlaku pula pada tipe belajar stimulus respons. 3. Belajar Rangkaian Semacam rangkaian antara berbagai S-R yang bersifat segera. Seperti gerakan dalam mengikat sepatu, makan-minum-merokok. 4. Asosiasi Verbal (Verbal Assosiation) Tipe belajar ini mampu mengaitkan suatu yang bersifat verbalisme kepada sesuatu yang sudah dimilikinya. 5. Belajar Diskriminasi (Discrimination Learning) Tipe belajar ini adalah pembedaan terhadap berbagai rangkaian seperti membedakan berbagai bentuk wajah, hewan, tumbuhan, dan lain-lain. 6. Belajar Konsep (Concept Learning) Konsep merupakan simbol berfikir. Hal ini diperoleh dari hasil memuat tafsiran terhadap fakta atau realita, dan hubungan antara berbagai fakta. Suatu konsep dapat diklasifikasikan berdasarkan ciri tertentu. Misalnya konsep tentang manusia dll. 7. Belajar Aturan (Rule Learning) Tipe belajar ini lebih meningkat dari tipe belajar konsep. Dalam belajar aturan seseorang dianggap telah memiliki berbagai konsep yang dapat digunakan untuk mengemukakan berbagai formula, hukum atau dalil. 8. Belajar Pemecahan masalah (Problem Solving) Tipe belajar ini dapat dilakukan oleh seseorang apabila dalam dirinya sudah mampu mengaplikasikan berbagai aturan yang relevan dengan masalah yang dihadapinya. Kedelapan tipe belajar di atas tampaknya para ahli sepakat merupakan tipe belajar yang memiliki hierarki. Setiap tipe belajar merupakan prasyarat bagi tipe belajar lainnya.

BAB II. Pendekatan Sistem Dalam Kegiatan PembelajaranA. Pengertian Sistem Pengertian sistem adalah suatu kesatuan unsur-unsur yang saling berinteraksi secara fungsional yang memperoleh masukan menjadi keluaran.

B. Tujuan Sistem Suatu sistem mempunyai tujua. Tujuan ini merupakan akhir dari apa yang dikehendaki oleh suatu kegiatan. Seperti tujuan suatu lembaga pendidikan ialah memberikan pelayanan pendidikan kepada yang membutuhkan, tujuan instruksional ialah agar siswa belajar mengalami perubahan perilaku tertentu sesuai dengan tingkatan taksonomi yang telah dirumuskan terlebih dahulu. C. Fungsi-Fungsi Sistem Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, diperlukan berbagai fungsi yang beraktivitas. Misalnya seorang manusia agar dapat hidup dan menunaikan tugasnya di dalam dirinya diperlukan adanya fungsi koordinasi dan penggerak dan sebagainya. D. Komponen-Komponen Sistem Bagian-bagian yang merupakan komponen pelaksana fungsi dapat ditunjukan pada tabel berikut : Nama Instruksional Tujuan Siswa belajar prilaku tertentu yang telah ditetapkan Terlebih dahulu Fungsi-fungsi Riset Rancangan Produksi Seleksi Logistik Pemanfaatan Evaluasi Manajemen Organisasi Manajemen Personil Pelaksana Fungsi Dosen, Peneliti Dosen, Ahli Pengembangan Instruksional Spesialis Media Dosen Pustakawan, Teknisi Dosen Dosen Ketua Jurusan, Ketua Lembaga, Ketua UPP, Rektor, Ketua Dekan Komponen yang melakukan proses transformasi disebut subsiste, karena masing-masing bagian atau komponen itu sesungguhnya adalah suatu sistem pula. E. Interaksi Atau Saling Hubungan Semua komponen dalam sistem pembelajaran haruslah saling berhubungan satu sama lain. Sebagai misal dalam proes pembelajaran disajikan penyampaian pesan melalui media OHP, maka diperlukan adanya aliran listrik untukmembantu memberikan sinar dalam jaringan OHP. F. Penggabungan Yang Menimbulkan Jaringan Keterpaduan

Dalam kaitan dengan kegiatan pembelajaran, para guru sebaiknya berusaha menjalin keterpaduan antara sesama guru, antara guru dengan siswa, atau antara materi, guru, media, dan siswa. G. Proses Transformasi Proses kerja sistem ini secara sederhana dapat dilukiskan seperti berikut: Hasil yang dikeluarkan oleh suatu sistem kepada sebuah atau beberapa sistem lainnya sebagai masukan yang akan diproses lebih lanjut. Pemrosesan kedua akan menghasilkan sesuatu yang akan dikeluarkan oleh sistem pemrosesan dan ditampung lagi oleh sistem lain lagi.

BAB III. TIGA VARIABEL PEMBELAJARANA. Pendahuluan Simon (1969), umpamanya telah mengklasifikasikan variabel-variabel pelajaran ini, yang dikatakannya sebagai komponen utama dari ilmu merancang menjadi tiga yaitu (1) altenative goals or requirement, (2) possibilities for action, (3) fixed parameters or constrains. Klasifikasi lain dikemukakan oleh Glaser (1965, 1976) yang disebutnya empat components of a psychology of instruction. Keempat komponen ini adalah sebagai berikut : analisis isi bidang studi, diagnosis kemampuan awal siswa, proses pembelajaran, pengukuran hasil belajar. B. Metode Pembelajaran Variabel metode pembelajaran diklasifikasikan lebih lanjut menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu : 1. Strategi pengorganisasian Metode untuk mengorganisasi isi bidang studi yang telah dipilih untuk pembelajaran. Strategi ini, lebih lanjut dibedakan menjadi dua jenis yaitu strategi mikro dan strategi makro. 2. Strategi penyampaian Merupakan komponen variabel metode untuk melaksanakan proses pembelajaran. Fungsinya yaitu menyampaiakan isi pembelajaran kepada si belajar dan menyediakan informasi atau bahan-bahan yang diperlukan siswa untuk menampilkan unjuk kerja 3. Strategi pengelolaan Merupakan komponen variabel metode yang berurusan dengan bagaimana menata interaksi antara si belajar dengan variabel metode pembelajaran lainnya. C. Kondisi Pembelajaran

Reigeluth dan Merril (1979) mengelompokan variabel kondisi pembelajaran menjadi tiga kelompok yaitu : 1. Tujuan dan karakteristik bidang studi : pernyataan tentang hasil pembelajaran apa yang diharapkan. Tujuan ini bisa sangat umum, sangat khusus atau di mana saja dalam kontinu khusus. 2. Kendala dan karakteristik bidang studi : Aspek-aspek suatu bidang studi yang dapat memberikan landasan yang berguna sekali dalam mendeskripsikan strategi pembelajaran. 3. Karakteristik si belajar : Aspek-aspek atau kualitas perseorangan siswa seperti bakat, motivasi, dan hasil belajar yang telah dimilikinya. D. Hasil Pembelajaran Pada tingkat yang amat umum sekali, hasil pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi tig yaitu : 1. Keefektifan : keefektifan pembelajaran biasanya diukur dengan tingkat pencapaian si belajar. 2. Efisiensi : biasanya diukur dengan rasio antara keefektifan dan jumlah waktu yang dipakai si belajar dan/atau jumlah biaya pembelajaran yang digunakan. 3. Daya tarik : biasanya diukur dengan mengamati kecenderungan siswa untuk tetap belajar, kemudian erat sekali kaitannya dengan daya tarik bidang studi, di mana kualitas pembelajaran biasanya akan mempengaruhi keduanya.

BAB IV. SEPULUH LANGKAH MENDESAIN PEMBELAJARAN MENURUT DICK AND CARREYA. Pendahuluan Sebagai seorang tenaga pengajar (guru), aktivitas kegiatannya tidak dapat dilepaskan dengan proses pengajaran. Sementara proses pengajaran merupakan suatu proses yang sistematis, yang tiap komponennya sangat menentukan keberhasilan belajar anak didik. B. Desain Pembelajaran Menurut Dick And Carrey Salah satu model dalam mengorganisir pengajaran, menurut Dick and Carrey (1985) dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi tujuan umum pengajaran Dick and Carrey (1985) menjelaskan bahwa tujuan pengajaran adalah untuk menentukan apa yang dapat dilakukan oleh anak didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Keuntungan tujuan pembelajaran yang dirumuskan secara spesifik dan jelas diantara lain:

a. Siswa untuk dapat mengatur waktu, dan pemusatan perhatian pada tujuan yang ingin dicapai. b. Guru untuk dapat mengatur kegiatan instruksionalnya, metodenya, dan strategi untuk mencapai tujuan tersebut. c. Evaluator untuk dapat menyusun tes sesuai dengan apa yang harus dicapai oleh anak didik. 2. Melaksanakan analisis pengajaran Dengan hal ini akan diidentifikasikan keterampilan-keterampilan bawahan. Jadi hal ini dalam keseluruhan desain pembelajaran merupakan perilaku prasyarat, sebagai perilaku yang menurut urutan gerak fisik berlangsung lebih dahulu, perilaku yang menurut proses psikologis muncul lebih dahulu atau secara kronologis terjadi lebih awal, sehingga analisis ini merupakan acuan dasar dalam melanjutkan langkah-langkah desain berikutnya. 3. Mengidentifikasi tingkah laku masukan dan karakteristik siswa Mengidentifikasi tingkah laku masukan dan karakteristik mahasiswa sangat perlu dilakukan untuk mengetahui kualitas perseorangan untuk dapat dijadikan sebagai petunjuk dalam menmpreskripsikan strategi pengelolaan pembelajaran. 4. Merumuskan tujuan performansi Menurut Dick an Carrey (1985) menyatakan bahwa tujuan performansi terdiri atas : 1. Tujuan harus menguraikan apa yang akan dapat dikerjakan, atau diperbuat oleh anak didik. 2. Menyebutkan tujuan, memberikan kondisi atau keadaan yang menjadi syarat, yang ahadir pada waktu anak didik berbuat. 3. Menyebutkan kriteria yang digunakan untuk menilai unjuk perbuatan anak didik yang dimaksudkan pada tujuan. 5. Mengembangkan butir-butir es acuan patokan Tes acuan patokan terdiri atas soal-soal secara langsung mengukur istilah patokan yang dideskripsikan dalam suatu perangkap tujuan khusus. Istilah patokan (criterion) digunakan karena soal-soal tes merupakan rambu-rambu untuk menentukan kelayakan penampilan siswa dalam tujuan keberhasilan siswa dalam tes ini menentukan apakah siswa telah mencapai tujuan khusus yang telah ditentukan atau belum, tes acuan patokan disebut juga tes acuan tujuan. 6. Mengembangkan strategi pengajaran Komponen strategi pembelajaran terdiri atas:

a. Kegiatan prapembelajaran : kegiatan ini sangat penting untuk memotivasi anak didik atau (mahasiswa) untuk mempelajari mata kuliah perencanaan pembelajaran. b. Penyajian informasi : karena dengan adanya penyajian informasi, anak didik (siswa atau mahasiswa) akan tahu seberapa jauh material pembelajaran yang harus mereka pelajari, disajikan sesuai dengan urutannya, keterlibatan mereka dalam setiap urutan pembelajaran. c. Peran serta mahasiswa : Anak didik (siswa atau mahasiswa) harus diberi kesempatan (terlibat) dalam setiap langkah pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran, apakah itu dalam tanya jawab atau mengerjakan soal-soal latihan untuk mencapai tujuan pembelajaran. d. Pengetesan : Untuk keperlaun pengetesan ada 4 macam tes acuan patokan yang dapat digunakan , yaitu : tes tingkah laku masukan, prates, tes sisipan, pascates. e. Kegiatan tindak lanjut : kegiatan tindak lanjut dilakukan karena rancangan pembelajaran dalam mata kuliah atau mata pelajaran tertentu dapat dikuasi seluruhnya oleh anak didik (siswa atau mahasiswa) diukur pada penguasaan pascates. 7. Mengembangkan dan memilih materiiial pengajaran Dick and Carrey (1985) menyarankan ada tiga pola yang dapat diikuti oleh pengajar untuk merancang atau menyampaikan pembelajaran, yaitu sebagai berikut : 1. Pengajar merancang bahan pembelajaran individual, semua tahap pembelajaran dimasukkan ke dalam bahan, kecuali prates dan pascates. 2. Pengajaran memilih dan mengubah bahan yang ada agar sesuai dengan strategi pembelajaran. 3. Pengajar tidak memakai bahan, tetapi menyampaikan semua pelajaran menurut strategi pembelajarannya yang telah disusunnya. Keuntungan strategi ini adalah pengajar dapat dengan segera memperbaiki dan memperbarui pembelajaran bila terjadi perubahan isi. Kerugiannya adalah sebagian besar waktu tersita untuk menyampaikan informasi, sehingga sedikit sekali waktu untuk membantu anak didik (mahasiswa). 8. Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif dilakukan karena evaluasi ini adalah salah satu langkah dalam mengembangkan desain pembelajaran yang berfungsi untuk mengumpulkan data untuk perbaikan pembelajaran. 9. Merevisi bahan pembelajaran

Hal ini dilakukan karena untuk menyempurnakan bahan pembelajaran sehingga lebih menarik, efektif bila digunakan dalam keperluan pembelajaran, sehingga memudahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. 10. Mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif Hal ini dilakukan karena melalui evaluasi sumatif dapat ditetapkan atau diberikan nilai apakah suatu desain pembelajaran, di mana dasar keputusan penilaian didasarkan pada keefektifan dan efisiensi dalam kegiatan belajar mengajar.

BAB V. TUJUAN PEMBELAJARANA. Pendahuluan Tujuan pembelajaran merupakan salah satu aspek yang perlu dipertimbangkan dalam merencanakan pembelajaran. Sebagai segala kegiatan pembelajaran muaranya pada tercapainya tujuan tersebut B. Arti Tujuan Pembelajaran Banyak pengertian dari para ahli salah satunya menurut Robert F. Mager (1962) pengertian tujuan pemebelajaran sebagai perialaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi dan tingkat kompetensi tertentu. C. Taksonomi Tujuan Pembelajaran Tujuan pembelajaran biasanya diarahkan pada salah satu kawasan dari taksonomi. Benyamin S. Bloom dan D. Krathwohl (1964) memilah taksonomi pembelajaran dalam tiga kawasan, yakni: 1. Kognitif : kawasan yang membahas tujuan pembelajaran berkenaan dengan proses mental yang berawal dari tingkat pengetahuan sampai ketingkat yang lebih tinggi yakni evaluasi. Kawasan kognitif ini terdiri atas 6 tingkatan : tingkat pengetahuan, tingkat pemahaman, tingkat penerapan, tingkat analisis, tingkat sintesis, tingkat evaluasi. 2. Afektif : suatu domain yang berkaitan dengan sikap, nilai-nilai interes, apresiasi (penghargaan) dan penyesuaian perasaan sosial. Tingkatan afektif ini adal lima dari yang sederhana sampai ke yang kompleks adalah sebagai berikut : kemauan menerima, kemauan menanggapi, berkeyakinan, penerapan karya, ketekunan dan ketelitian. 3. Psikomotor : domain psikomotor mencakup tujuan yang berkaitan dengan keterampilan (skill) yang bersifat manual atau motorik. Urutan tingkatan dari yang paling sederhana sampai ke yang paling kompleks (tertinggi) adalah : persepsi, kesiapan melakukan suatu kegiatan, mekanisme, respon terbimbing, kemahiran, adaptasi, originasi.

D. Format Untuk Menulis Tujuan Pembelajaran Untuk menulis tujuan pembelajaran, tata bahasa merupakan unsur yang perlu diperhatikan. Sebab dari tujuan pembelajaran tersebut dapat dilihat konsep atau proses berfikir seseorang dalam menuangkan ide-idenya.

BAB 6. STRATEGI PEMBELAJARANA. Sekilas Tentang Strategi Pembelajaran Strategi pembelajaran merupakan hal yang perlu diperhatikan guru dalam proses pembelajaran. Ada tiga jenis strategi yang berkaitan dengan pembelajaran, yakni (1) strategi pengorganisasian pembelajaran, (2) strategi penyampaian pembelajaran, (3) strategi pengelolaan pembelajaran. B. Strategi Pengorganisasian Pengajaran Strategi mengorganisasi isi pengajaran disebut oleh Reigeluth, Bunderson, dan Merrill (1977) sebagai struktural strategi, yang mengacu pada cara untuk membuat urutan dan mensintesis fakta, konsep, prosedur dan prinsip yang berkaitan. Pengorganisasian pengajaran secara khusus, merupakan fase yang amat penting dalam rancangan pengajaran.

BAB 7. DESAIN PESAN DAN KARAKTERISTIK SISWA DALAM PEMBELAJARANA. Konsep Desain dalam Teknologi Pembelajaran Teknlogi pembelajaran adalah penerapan secara sistemik dan sistematik strategi dan teknik yang diambil dari konsep ilmu perilaku dan ilmu yang bersifat fisik serta pengetahuan lain untuk keperluan pemecahan masalah pembelajaran. B. Desain Pesan dalam Penelitian Teknologi Pendidikan Dalam kawasan teknologi pendidikan terdapat lima kawasan yang menjadi bidang garapan penelitian diantaranya (1) design, (2) development, (3) utilization, (4) management, (5) evaluation. Salah satu dari unsur desain adalah desain pesan. Pesan adalah informasi yang akan disampaikan oleh komponen lain dapat berupa ide, fakta, makna dan data. C. Karakteristik Isi Pesan Pesan dalam media massa diupayakan agar khalayak akan tertarik apabila pesan mengandung unsur-unsur sebagai berikut : 1. Novelty (sesuatu yang baru), pendengar akan tertarik apabila yang disajikan sesuatu yang baru.

2. Kedekatan (proximity), pendengar akan lebih tertarik apabila yang disajikan suatu peristiwa yang dekat secara fisik dengan pengalamannya. 3. Popularitas, pemberitaan seorang tokoh yang populer akan mempunyai daya tarik tersendiri. 4. Pertentangan (conflict), sesuatu yang mengungkapkan pertentangan. 5. Komedi (humor), hal-hal yang lucu dan menyenangkan akan lebih menarik untuk didengar sehingga tidak membosankan. 6. Keindahan, menyenangi keindahan dan kecantikan adalah salah satu sifat manusia. 7. Emosi, sesuatu yang membangkitkan emosi dan menyentuh perasaan yang merupakan daya tarik tersendiri dalam pengemasan suatu pesan 8. Nostalgia, hal-hal yang mengungkapkan pengalaman di masa lalu. 9. Human interest, pada dasarnya akan menyukai tentang cerita yang menyangkut kehidupan orang lain (sendjaja:1993) D. Struktur Pesan Struktur pesan mengacu pada bagaimana mengorganisasi elemen-elemen pokok dalam sebuah pesan, yaitu : 1. sisi pesan, terdiri atas dua bentuk penyusunan yaitu satu sisi dan dua sisi. 2. urutan penyajian,berbentuk climax versus anticlimax order dan recency and primacy model. 3. penarikan kesimpulan, membuat suatu kesimpulan dapat secara merata langsung dan jelas (explisit) atau secara tidak langsung (implisit). E. Daya Tarik Pesan Daya tarik pesan berkaitan dengan teknik penampilan dalam penyusunan suatu pesan, ide yang meliputi fear (threat) appeals, emotional appeals, rational appeals dan humor appeals. F. Beberapa Teori Pembelajaran Visual Riset yang dilaukukan (Knolton, 1966; Levie & Dickie, 1973; Reiber, 1994; dan Winn, 1987) telah membuktikan bahwa paling sedikit ada empat riset mengenai ilustrasi yang meliputi : (1) persepsi gambar, (2) memori atau gambar, (3) pembelajaran dan kognisi, (4) respon yang efektif terhadap gamabar. G. Model Memori Bukti-bukti memperlihatkan bahwa pada umumnya memori gambar lebih baik dari pada memori kata. Hal ini sesuai dengan efek superioritas gambar (picture superiority effect). Paling tidak ada tiga teori yang dapat menggambarkan picture superiority effect, yaitu (1) model kode gambar, (2) model kode tunggal, dan (3) model semantik sensori.

H. Gambar Statis dan Pemerolehan Pengetahuan Ilustrasi gambar statis dapat bertindak sebagai fasilitas pemerolehan pengetahuan bilamana disajikan bersamaan dengan teks materi. Akan tetapi gambar tadi tidak akan bisa menjawab semua situasi belajar. I. Tinjauan Karakteristik Siswa dalam Penelitian Teknologi Pendidikan Untuk menganalisis desain pesan dan karakteristik siswa sebagai bidang garapan dalam penelitian teknologi pendidikan Reigeluth dan Merril (1987) mengklasifikasikan variabel pengajaran. Ketiga variabel tersebut yaituTujuan & karaketristik Bidang studi Kendala & karaketristik Bidang studi karaketristik Siswa

Strategi pengorganisasian pengajaran

Strategi Penyampaian Pengajaran

Strategi Pengelolaan Pengajaran

Keefektifan, Efisiensi, dan Daya Tarik Pengajaran

Berdasarkan diagram variabel pengajaran di atas, karakteristik siswa berada pada variabel kondisi pengajaran, sedangkan desain pesan berada dalam variabel strategis penyampaian pengajaran yang penjelasannya di bawah ini. J. Karakteristik Siswa Sebagaimana diuraikan di atas bahwa karakteristik siswa merupakan salah satu variabel dari kondisi pengajaran. Variabel ini didefinisikan sebagai aspek atau kualitas perseorangan siswa. Aspek-aspek ini bisa berupa bakat, minat, sikap, motivasi belajar, gaya belajar, kemampuan berfikir dan kemampuan awal (hasil belajar) yang telah dimilikinya. Karakteristik siswa akan amat berpengaruh dalam pemilihan strategi peneglolaan, yang berkaitan dengan bagaimana menata pengajaran, khususnya komponen-komponen strategi pengajaran agar sesuai dengan karakteristik peeerseorangan siswa. K. Aliran Behaviorisme Kaitannya dengan Karakteristik Siswa

Aliran perilaku stimulus dan respons (S-R) adalah suau aliran perilaku yang menekankan antecendent sebagai penyebab dari prilaku yang umumnya disebut metodologi aliran perilaku (Skiner, 1974). L. Analisis Tugas dan Tujuan Perilaku Riset dalam tujuan perilaku dimasukkan ke dalam 4 kategori : 1. Pengaruh dari pengetahuan murid tentang tujuan perilaku pada cara belajar; 2. Pengaruh dari tuuan yang spesifik dengan tujuan yang umum pada belajar; 3. Pengaruh pada belajar murid dari penguasaan materi dari guru dan penggunaan dari suatu tujuan; 4. Pengaruh pada penguasaan murid dari tujuan-tujuan perilaku tentang efisiensi. M. Desain Saat ini dan Model Penyampaian Tiga desain perilaku/ model penyampaian akan jelas melalui cara-cara: 1. PSI (Personalized System of Instruction) Sistem ini sama seperti instruksi terprogram, menggunakan ajaran dari aliran perilaku dan penguasaan cara belajar. PSI mempunyai 5 (lima) karakteristik, yaitu : menggunakan instruktur atau pengajar, penguasaan materi pelajaran, menyusun sendiri kecepatan belajarnya, guru sebagai motivator, menggunakan kata-kata tertulis. 2. Precision Teaching (Ketepatan Mengajar) Suatu metode yang lebih menekankan monitoring kegiatan belajar di dalam kelas, dibanding dengan menciptakan program yang didasarkan pada temuan-temuan di laboratorium. Ketepatan mengajar telah menciptakan temuan-temuan praktis dari potensi penggunaan pada teknologi pendidikan, seperti contoh seorang guru yang tetap secara konsisten bahwa murid-murid yang diberikan tugas yang lebih sulit (menghasilkan tingkat kesalahan yang lebih tinggi) dan lebih cepatnya tingkat untuk belajar kembali. 3. Direction Instruction (Pembelajaran Langsung) Dalam mendesain pembelajaran agar belajar dapat lebih dimengerti diperlukan tiga analisis, yaitu analisis perilaku, analisis komunikasi, dan analisis sistem ilmu pengetahuan. Analisis perilaku berkaitan dengan bagaimana lingkungan mempengaruhi perilaku. Analisis komunikasi mencoba mencari prinsip-prinsip untuk mendesain secara logis dari rangkaian mengajar efektif. Analisis dari sistem pengetahuan berfokus pada organisasi yang logis atau kualifikasi dari pengetahuan dimana keahlian dan konsep yang sama dapat diajarkan dengan cara yang sama.

BAB 8. PERLUNYA MEMPERTIMBANGKAN FAKTOR EMOSIONAL ANAK DALAM MERANCANG PEMBELAJARANA. Konsep Dasar Emosional Kecerdasan emosional adalah suatu cara baru untuk membesarkan anak. Mempelajari perkembangan kepribadian anak intelligence quotient (IQ) merupakan salah satu alat yang banyak digunakan untuk mengetahuinya. Namun belakangan berkembang suatu alat yang disebut emotional quotient (EQ) yang oleh pakar dianggap sebagai salah satu alat yang baik untuk mengukur kecerdasan emosional anak. Menurut Lawrence Shapiro (1997) kecerdasan emosional anak dapat dilihat pada keuletan, optimisme, motivasi diri, antusiasme. B. EQ Versus IQ Keterampilan EQ bukanlah lawan keterampilan IQ atau keterampilan kognitif, namun keduanya berinteraksi secara dinamis, baik pada tingkatan konseptual maupun di dunia nyata. Idealnya, seseorang dapat menguasai keterampilan kognitif sekaligus keterampilan sosial dan emosional, sebagaimana ditunjukan oleh negarawan besar dunia. C. Anatomi Saraf Emosi Para ilmuwan sering membicarakan bagian otak yang digunakan untuk berfikir, yaitu korteks. Kadang-kadang disebut neokorteks sebagai bagian yang berbeda dari bagian otak yang mengurusi emosi yakni sistem limbik tetapi sesungguhnya hubungan antara kedua bagian inilah yang menentukan kecerdasan emosional seseorang. Menurut Lawrence otak manusia dapat digoongkan dalam dua fungsi, yaitu (a) otak logika dan (b) otak emosi. Kedua otak tersebut menjalankan fungsi yang berbeda dalam menentukan perilaku kita, namun keduanya saling bergantung. D. Menjadi Orang Tua Ber-EQ Tinggi Para peneliti yang mempelajari reaksi orang tua terhadap anak-anaknya menemukan bahwa ada tiga gaya yang umum bagaimana orang tua menjalankan peranannya sebagai orang tua, yakn otoriter, permisif, dan otoritatif. Penelitian menyatakan bahwa anak-anak yang berasal dari keluarga yang menerpakan keotoriteran dan pengawasan ketat tidak memperhatikanpola yang berhasil. Mereka cenderung tidak bahagia, penyendiri, dan sulit mempercayai orang lain. Sebaliknya orang tua permisif, berusaha menerima dan mendidik sebaik mungkin, tapi cenderung sangat pasif ketika sampai ke masalah penetapan batas-batas atau menanggapi ketidakpatuhan. Orang tua otoritatif, berusaha menyeimbangkan antara batas-batas yang jelas dan lingkungan rumah yang baik untuk tumbuh, menghargai kemandirian anak-anaknya tetapi menuntut

mereka memenuhi standar tanggung jawab yang tinggi kepada keluarga, teman dan masyarakat. E. Emosi dan Segi Moral Willian Damon, seorang profesor Amerika dalam perkembangan moral anak-anak dan remaja menyatakan anak-anak harus mendapatkan keterampilan emosional sebagai berikut: 1. Mereka harus mengikuti dan memahami perbedaan antara perilaku yang baik dan buruk serta mengembangkan kebiasaan dalam hal perbuatan yang konsisten dengan sesuatu yang dianggap baik. 2. Mereka harus mengembangkan kepedulian, perhatian dan rasa tanggung jawab atas kesejahteraan dan hak-hak orang lain, yang diungkapkan melalui sikap peduli, dermawan, ramah, dan pemaaf. 3. Mereka harus merasakan reaksi emosi negatif seperti malu, bersalah marah, takut, dan rendah diri bila melanggar aturan moral. Menurut William Damon, perkembangan moral anak tidak dapat dipisahkan dengan emosi seseorang. F. Empati dan Kepedulian kepada Anak Salah satu unsur dari emosional adalah empati. Empati merupakan suatu sikap kepribadian seseorang dimana seseorang mampu menempatkan diri dalam posisi orang lain. Para psikolog pengembangan menegaskan bahwa seseungguhnya ada dua komponen empati, yaitu : (1) reaksi emosi pada orang lain yang normalnya berkembang dalam enam tahun pertama kehidupan anak-anak, dan (2) reaksi kognitif yang sampai sejauh mana anak-anak dari sudut pandang atau perspektif orang lain. G. Mengembangkan Empati dan Kepedulian Para psikolog perkembangan menegaskan bahwa sesungguhnya ada dua komponen empati : reaksi emosi kepada orang lain yang normalnya berkembang dalam enam tahun pertam kehidupan anak dan reaksi kognitif yang menentukan sampai sejauh mana anak-anak ketika sudah leih besar mampu memandang sesuatu dari sudut pandang atau perspektif orang lain. H. Keterampilan EQ yang Harus Diingat Hal yang perlu diingat dalam EQ dalam hal ini adalah (1) ajarkan nilai kejujuran kepada anak sejak mereka masih muda dan konsisten dengan pesan anda waktu usia mereka bertambah. (2) anda dapat menjadikan kejujuran dan etika sebagai bahan perbincangan sejak anak masuk sangat mudah dengan memilihkan buku-buku dan video untuk dinikmati bersama anak, memainkan permainan kepercayaan, dan memahami berubahnya kebutuhan anak atas privasi. I. Emosi Moral Negatif: Rasa Malu dan Rasa Bersalah

Malu didefinisikan sebagai salah satu bentuk rasa rendah diri, ekstrem yang terjadi ketika anak-anak merasa gagal memenuhi harapan orang lain dalam bertindak. Membuat anak merasa malu akan perbuatan anti sosialnya merupakan cara manjur untuk mengubah perilaku ini. emosi negatif rasa malu dan rasa bersalah dapat dimanfaatkan secara konstruktif untuk membentuk perilaku moral anak. 1. Memanfaatkan rasa malu a. Upaya mempermalukan harus diberikan apabila seorang anak tidak memiliki reaksi emosi setelah melakukan sesuatu yang seharusnya membuatnya malu. b. Upaya mempermalukan harus dipertimbangkan sebagai strategi perubahan perilaku yang sah apabila cara pendisiplinan yang lebih lunak dianggap gagal. 2. Berfikir Realistis 3. Keuntungan Optimisme 4. Mengubah Kelakuan Anak dengan Mengubah Pola Pikir Mereka 5. Mendefinisikan Masalah Sebagai Musuh 6. Membuat Kerangka Baru Suatu Masalah dan Menuliskannya J. Aplikasi Pertimbangan Faktor Emosional Anak dalam Perencanaan Pembelajaran Emotional Qoutient (EQ) merupakan faktor penting dalam perkembangan intelektual anak, hal ini sejalan dengan pandangan Semiawan bahwa stimulasi intelektual sangat dipengaruhi oleh keterlibatan emosional, bahkan emosi juga sangat menentukan perkembangan intelektual anak secara bertahap artinya secar timbal balik faktor kognitif juga terlibat dalam perkembangan emosional. Dengan demikian, antara IQ dan EQ tidak dapat dipisahkan perannya satu sama lain. K. Aplikasi Emosi dalam Kehidupan Sehari-hari Dalam kehidupan sehari-hari faktor emosi anak dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan mencerdaskan anak di lingkungan keluarga. Beberapa hal yang terkait dengan ini dijelaskan sebagai berikut. 1. Proses emosi dapat dijelaskan dari proses fisiologik, yaitu terjadinya emosi ditandai oleh adanya perubahan dalam diri (visceral change). 2. Perubahan dalam refleks kulit galvanis-RKG (galvanis skin refleks-GSR), sirkulasi (termasuk di dalamnya perubahan tekanan darah, perubahan kimiawi dan distribusinya). 3. Kondisi bangkitnya (arousal state) emosi dan motivasi sangat mirip satu sama lain. 4. Takut dan marah misalnya, merupakan akibat dan proses fisiologikal yang berbeda. Impilkasi Emosi

Penjelasan proses emsi yang secara umum dan ringkas dapat dipetik sebuah implikasi bahwa dengan diketahuinya emosi dan sebab-sebabnya, akan dapat diambil manfaat atau kegunaan, baik untukn keperluan penelitian dan pengembangan ilmu maupun untuk keperluan praktis.

BAB 9. MERANCANG EVALUASI HASIL BELAJARA. Pendahuluan Sering kali dalam proses belajar mengajar (PBM) itu aspek evaluasi hasil belajar ini diabaikan. Dalam membuat soal ujian atau evaluasi hasil belajar, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1. Memberikan ukuran yang dipakai : seperti bagaimana mengukur, menilai dan mengevaluasi. 2. Mendiskusikan tentang fungsi penilaian untuk memperoleh pemahaman tentang hal-hal apasaja yang dapat dinilai melalui ujian. 3. Melaksanakan standar penilaian ujian. Ini berarti melakukan penilaian yang baik, dibutuhkan mutu ujian yang baik pula. 4. Merancang soal-soal ujian dalam struktur soal sedemikian rupa sehingga jumlah maupun derajat kesukaran soal tetap relevan. B. Pengukuran, Penilaian, dan Pengevaluasian Hasil Belajar Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan ukuran tertentu dan bersifat kuantitatif. Menilai adalah mengambil keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran subjektif dan bersifat kualitatif. Mengevaluasi adalah proses mengukur dan memulai. C. Fungsi Ujian sebagai Instrumen Evaluasi Ujian mempunyai tiga fungsi, yaitu mengukur, menilai dan mengevaluasi karena macam ujian tergantung pada objek pengajaran apa yang akan dievaluasi. Suatu ujian dikatakan bermutu baik apabila ujian tersebut : a. Menguji apa yang hendak diuji, rancangan ujian harus relevan dengan fungsi evaluasi mana yang diinginkan. b. Terdiri atas serangkaian soal ujian yang baik, Soal yang baik adalah soal yang berkualitas baik, yaitu soal yang valid, relevan, spesifik, representatif, dan seimbang. D. Struktur Sosial Ujian Di dalam ujian seyogianya semua pokok bahasan harus terwakili dalam ujian sehingga ujian tersebut dapat dikatakan ujian yang representatif. Hakikatnya didasarkan pada materi perkuliahan dan buku bacaan wajib serta sejumlah handout yang diberikan. Materi perkuliahan

yang sifatnya must know (harus diketahui) merupakan materi terpenting dan karenanya harus ditanyakan paling banyak dalam ujian. Suatu ujian dikatakan seimbang apabila pokok bahasan terpenting juga ditanyakan paling banyak. Selain itu, suatu ujian akan dikatakan bermutu apabila ujian tersebut terdiri atas serangkaian soal yanga telah diorganisasikan dalam suatu struktur soal sedemikian rupa sehingga rangkaian soal itu akan menunjukan representatif, seimbang dan relevansi dengan sasaran belajar sekaligus. Tanpa struktur soal, rangkaian soal itu akan tidak terorganisasi. E. Kriteria Evaluasi Untuk melakukan penilaian terhadap kemampuan individual mahasiswa dibutuhkan beberapa syarat. Pertama soal ujian harus dibuat secara spesifik. Kedua, penilaian dilakukan secara dikotomi artinya bobot yang diberikan sebagai penghargaan kepada mahasiswa untuk setiap soal yang yang dikerjakan harus ekstrem mendekati. Ada dua acuan penilaian dalam pengambilan keputusan : a. Penilaian acuan patokan (PAP) b. Penilaian acuan norma (PAN) F. Beberapa Konsep yang Berkaitan dengan Evaluasi Validitas Instrumen, hakikatnya adalah berhubungan dengan sejauh mana suatu alat mampu mengukur apa yang dianggap orang seharusnya diukur oleh alat tersebut. Jenis validitas ada 4 (empat) macam, yaitu (a) validitas logis meliputi validitas isi, validitas konstruksi, (b) validitas empiris meliputi, validitas ada sekarang, validitas prediksi. Reabilitas Instrumen, hakikatnya berhubungan dengan masalah kepercayaan. Maksudnya suatu instrumen dapat dikatakan mempunyai taraf kepecayaan yang tinggi jika dapat memberikan hasil yang tetap.

BAB 10. MERANCANG KEGIATAN PEMBELAJARANA. Perlunya Penyiapan Rancangan Kegiatan Pembelajaran (RKP) Rancanangan kegiatan pembelajaran (RKP) adalah seperangkat tulisan yang berisi rencana pembelajaran dan praktikum dari dosen atau tenaga pengajar dalam memberikan kuliah dan/atau praktikum. Dalam menbuat RKP perlu ditampilkan atau disiapkan tujuan pembelajaran yang jelas dan dapat dilaksanakan sesuai dengan kondisi setempat. B. Bagaimana Menyusun Rancangan Kegiatan Pembelajaran Paling tidak ada sepuluh langkah yang dilalui dalam menyiapkan kegiatan pembelajaran. Beberapa yang dapat dijadikan acuan misalnya apa yang pernah ditulis oleh Atwi Suparman

(1993), Toeti Soekamto, dkk. (1993), dan Asmawi Zainul, dkk. (1993). Namun secara singkat digambarkan sebagai berikut: 1. Pentingnya Dosen Mencari Informasi Sebanyak-banyaknya Apabila dosen ingin menyiapkan bahan perkuliahan, ia harus selalu ingat pada tiga hal penting berikut . a. Bahan ajar apa yang akan diberikan kepada mahasiswanya. b. Apa yang diinginkan dosen dalam memberikan kuliah dan apa pula yang harus dikerjakan mahasiswa dalam kaitannya dengan kuliah tersebut. c. Sejauh mana mahasiswa mengetahui materi kuliah yang diberikan dosen. 2. Menuliskan Pokok Bahasan dan Subpokok Bahasan Pkok bahasan (PB) itu berupa materi pokok kuliah yang akan diberikan dalan kuliah atau praktikum. Setiap pokok bahasan terdiri atas subpokok bahasan. Banyaknya pokok bahasan setiap mata kuliah akan berbeda satu sama lain dan setiap subpokok bahasan terdiri atas satu atau lebih dari sasaran belajar (Sasbel). 3. Merumuskan TIU untuk Tiap Pokok Bahasan Perlu dibedakan antara TIU untuk mata kuliah dan TIU untum setiap pokok bahasan. Fungsi TIU adalah : a. Sebagai dasar untuk menyusun Sasbel; b. Sebagai dasar untuk menjelaskan tujuan mata kuliah secara ringkas; c. Untuk menjelaskan kedudukan mata kuliah di dalam kurikulum; d. Untuk menentukan kegiatan mengajar. Adapun sifat dari TIU adalah sebagai berikut : 1). Luas dan Umum. Jangan menuliskan TIU secara spesifik 2). Jumlahnya sedikit saja. Misalnya setiap Pokok Bahasan hanya ada satu atau dua. 3). Penulisan TIU untuk kepentingan dosen dalam mengarahkan kuliah yang dibimbingnya. 4). Rumusan TIU dapat berorientasi pada dosen (perilaku memberikan kuliah) dan mahasiswa (perilaku mahasiswa dalam belajar). 4. Menyusun Pokok Bahasan dan Subpokok Bahasan dalam Skema Hubungan 5. Menentukan Frekuensi Kuliah untuk Setiap Pokok Bahasan Karena tiap mata kuliah mempunyai bobot yang berbeda misalnya 4sks, 3sks, dan 2sks, maka tiap mata kuliah mempunyai Pokok Bahasan yang berbeda pula satu sama yang

lain. Karena Pokok Bahasan untuk setiap mata kuliah berbeda, maka frekuensi kuliah setiap Pokok Bahasan untuk setiap mata kuliah juga berbeda. 6. Merumuskan Sasaran Belajar Sebenarnya inti dari kegiatan perkuliahan, terletak pada sasaran belajar (Sasbel). Oleh karena itu, penyusunan Sasbel harus benar. Untuk itu penulisan Sasbel sebaiknya harus : a. Terperinci; b. Sesuai dengan perilaku mahasiswa (dan terukur); c. Diberiakan sesuai dengan waktu yang ditentukan; d. Sesuai dengan hasil minimal yang ingin dicapai; e. Sesuai dengan sarana yang ada. 7. Membuat Matriks Rencana Kegiatan Perkuliahan (RKP) Matriks RKP berisi seperangkat informasi yang menjelaskan secara rinci hubungan antara Pokok Bahasan, Subpokok Bahasan, Sasbel, Bentuk Pengajaran Media Pengajaran, Tugas Terstruktur, waktu tatap muka yang diperlukan dan Pustaka. Untuk penulisan matriks ini sudah relatif baku, yaitu mulai dari : a. Nomor urut b. Pokok Bahasan c. Subpokok Bahasan d. Sasbel e. Bentuk Pengajaran f. Media Pengajaran g. Waktu yang diperlukan setiap tatap muka dalam menjelaskan h. Pokok Bahasan tersebut i. Penulisan Pustaka (buku wajib atau pendukung Readers) 8. Menentukan Ujian dan Bobot Soal Seperti diketahui, biasanya dalam satu semester itu terdiri atas 14 kali tatap muka (termasuk penyelesaian tugas terstruktur), yang pada umumnya terdiri atas: a. Satu kali midtest; dan b. Satu kali ujian akhir semester, sehingga terjadi 16 kegiatan per semester. Pembobotannya juga berbeda antara midtest, Ujian Akhir Semester (UAS) dan Tugas Terstruktur. Sebagai contoh seorang dosen membagi bobot soalnya sebagai berikut : 1). Ada 3 tugas terstruktur masing-masing diberi bobot 10% sehingga berjumlah 30%; 2). Midtest dengan bobot 20%;

3). UAS diberi nilai bobot 50%; sehingga secara keseluruha akan diperoleh penilaian 100%. 9. Menyusun Pedoman Perkuliahan dan RKP Untuk menyusun suatu pedoman perkuliahan, sangat baik diadakan diskusi terlebih dahulu dengan teman-teman untuk selalu merevisi isi dan format RKP yang telah dibuat. Selanjutnya ditetapkan Pedoman Perkuliahan. Jika sudah dioperasionalkan pelaksanaannya dan mengalami hambatan, maka secepatnya diadakan revisi. 10. Menyerahkan Rencana Kegiatan Perkuliahan (RKP) Rencana Perkuliahan biasanya hanya bersifat tentatif, artinya pembuatan RKP tersebut adalah bersifat sementara yang menuntut perbaikan dan penyempurnaan. Meskipun demikian jika telah selesai dibuat yang bersifat tentatif, segera diserahkan ke bagian akademik, ke jurusan dan lainnyamenjadi pegangan kita sebagai dosen.

BAB 11. PENERAPAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI DALAM PEMBELAJARANA. Pendahuluan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) merupakan suatu paradigma baru dalam sistem pembaruan kurikulum pendidikan di sekolah. Munculnya kurikulum berbasis kompetensi didasari oleh lemahnya kemampuan lulusan sekolah formal sekarang ini dalam arti lulusan sekolah kurang memiliki kemampuan taksonomi yan diharapkan baik secara kognitif, afektif, maupun secara psikomotorik. B. Esensi KBK KBK yang telah diberlakukan pada tahun pelajaran 2003/2004 di dalamnya telah melaksanakan suatu sistem pembelajaran yang (mungkin) asing bagi guru yang terbiasa menggunakan sistem klasikal. Dengan KBK guru dituntut untuk membuktikan keprofesionalanny, mereka dituntut untuk dapat menyusun dan membuat rencana pembelajaran yang berdasarkan kemampuan dasar apa yang dapat digali dan dikembangkan oleh peserta didik. C. Kompetensi yang Diharapkan dalam Pembelajaran Kompetensi yang diharapkan akan muncul dan dikembangkan dari peserta didik melalui kurikulum berbasis kompetensi, secara garis besar perlu kita ingatkan kompetensi pada jenjang pendidikan sebelumnya sebagai berikut:

1. Tamatan Sekolah Dasar, Madrasah Ibtidaiyah, dan sederajat diharapkan memiliki kompetensi : a. Mengenal dan berperilaku sesuai dengan ajaran agamanya; b. Mengenali dan menjalankan hak dan kewajiban diri, belajar dan beraktivitas sehari-hari, serta peduli terhadap lingkungan; c. Berfikir logis, kritis, dan kreatif serta berkomunikasi terutama dengan kelompok sebaya. d. Membiasakan hidup bersih, bugar, dan sehat; e. Memiliki rasa cinta dan bangga terhadap bangsa dan tanah air. 2. Tamatan Sekolah Menengah Pertama, Madrasah Tsanawiyah, dan sederajat diharapkan memiliki kompetensi : a. Meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran agama yang dianut dalam kehidupan; b. Memahami dan menjalankan hak dan kewajiban untuk belajar dan mempersiapkan karier; c. Berfikir logis, kritis, kreatif inovatif, memecahkan masalah, serta berkomunikasi melalui media; d. Menyenangi dan menghargai seni; e. Menjalankan pola hidup mandiri dan sosial yang sehat, bersih, bugar serta sehat rohani dan jasmani; f. Berpartisipasi dalam kehidupan sebagai cerminan rasa cinta dan bengga terhadap bangsa dan tanah air. 3. Tamatan Sekolah Menengah Umum /Kejuruan, Madrasah Aliyah, dan sederajat diharapkan memilki kompetensi : a. Memiliki keyakinan dan ketakwaan sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya; b. Memiliki nilai dasar humaniora untuk menerapkan kebersamaan dalam kehidupan; c. Menguasai pengetahuan dan keterampilan akademik; d. Mengalihgunakan kemampuan akademik dan keterampilan berkarya; e. Menghargai dan berekspresi seni; f. Mengembangkan pola hidup berdasarkan nilai-nilai kebersihan, kesehatan rohani, dan kebugaran jasmani; g. Berpartisipasi dan berwawasan kebangsaan dalam kehidupan. h. Memilki pemahaman dan wawasan yang luas. D. KBK Penerapannya dalam Pembelajaran Matematika 1. Karakteristik Mata Pelajaran Matematika

Ditinjau dari aspek kompetensi yang ingin dicapai, mata pelajaran matematika menekankan penguasaan konsep dan algoritma disamping kemampuan memecahkan masalah. 2. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika Kompetensi adalah kemampuan yang dapat dilakukan peserta didik yang mencakup pengetahuan, keterampilan, dan perilaku. Standar adalah arahan atau acuan bagi pendidik tentang kemampuan dan keterampilan yang menjadi fokus proses pembelajaran dan penilaian. Jadi standar kompetensi adalah batas dan arah kemampuan yang harus dimiliki dan dapat dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran suatu mata pelajaran tertentu. Untuk mata pelajaran matematika di SMA, telah dirumuskan sembilan standar kompetensi sebagai berikut : a. b. c. d. e. f. g. h. i. Menggunakan operasi dan sifat serta manipulasi aljabar dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan bentuk pangkat, akar dan logaritma. Menggunakan perbandingan, fungsi, persamaan, dan identitas trigonometri dalam pemecahan masalah. Menggunakan sifat dan aturan geometri dalam menentukan kedudukan titik, garis dan bidang, jarak, sudut dan volum. Menggunakan aturan statistika dalam menyajikan dan meringkas data dengan berbagai cara. Menggunakan manipulasi aljabar untuik merancang rumus trigonometri dan menyusun bukti. Menyusun dan menggunakan persamaan lingkaran. Menggunakan konsep limit fungsi dan turunan dalam pemecahan masalah. Menggunakan konsep integral dalam pemecahan masalah Merancang dan menggunakan model matematika program linear serta menggunakan sifat dan aturan yang berkaitan dengan barisan, deret, matriks, vektor, transformasi,dalam pemecahan masalah. 3. Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Silabus dan sistem penilaian merupakan urutan penyajian bagian-bagian dari silabus dan sistem penilaian suatu mata pelajaran. Disusun berdasarkan prinsip yang berorientasi pada pencapaian kompetensi. Silabus dan sistem penilaian berfungsi untuk mengetahui kemajuan belajar sisw, mendiagnosis kesulitan belajar, memberiakan umpan balik, melakukan perbaikan, memotivasi guru agar mengajar lebih baik, dan memotivasi siswa untuk belajar lebih baik.

Langkah-langkah Penyusunan Silabus dan Sistem Penilaian a. b. c. d. e. f. g. h. i. a. b. Identifikasi Pengurutan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Penentuan Materi Pokok dan uraian materi pokok. Pemilihan pengalaman belajar. Penjabaran kompetensi dasar menjadi indikator. Penjabaran indikator ke dalam instrumen penilaian. Jenis tagihan berupa: kuis, pertanyaan lisan, ulangan harian, ulangan blok, tugas individu, tugas kelompok, responsi atau ujian praktek, laporan kerja praktik. Menentukan alokasi waktu. Sumber atau bahan atau alat. Langkah Penyusunan Instrumen Bentuk Instrumen dan Penskorannya 1. Pertanyaan lisan, penskoran pertanyaan lisan dapat dilakukan dengan pola kontinum 0 s.d 10 atau 0 s.d 100. Untuk memudahkan penskoran, dibuat ramburambu jawaban yang akan dijadikan acuan. 2. Pilihan Ganda, dapat dipakai untuk menguji penguasaan kompetensi pada tingkat berfikir rendah seperti pengetahuan (recall) dan pemahaman, sampai pada tingkat berfikir tinggi seperti aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Penskoran pilihan ganda dapat dilakukan dengan rumus : Skor = B/N x 100 B = adalah banyaknya butir yang dijawab benar N = adalah banyaknya butir soal 3. Uraian objektif, pertanyaan yang biasa digunakan adalah simpulkan, tafsirkan, dan sebagainya. Penskoran instrumen uraian objektif dapat dilakukan dengan memberikan skor tertentukan langkah-langkah dalam menjawab soal. 4. Uraian bebas. Bentuk instrumen ini dapat dipakai untuk mengukur kompetensi siswa dalam semua tingkat ranah kognitif. Untuk memudahkan penskoran dibuat rambu-rambu jawaban yang akan dijadikan acuan. c. Bentuk Instrumen Nontes dan Penskorannya Instrumen nontes meliputi angket, inventori, dan pengamatan. Instrumen ini digunakan untuk menilai aspek sikap dan minat terhadap mata pelajaran, konsep diri dan nilai.

4. Penyusunan dan Analisis Instrumen

Penilaian terhadap minat siswa dapat menggunakan skala bertingkat, misalnya dengan rentangan 4-1 atau 1-4 tergantung arah pertanyaan/pernyataan. 5. Analisis instrumen Suatu instrumen hendaknya dianalisis dahulu sebelum digunakan. Ada dua model analisis yang dapat dilakukan, yaitu analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif adalah analisis yang dilakukan oleh teman sejawat dalam rumpun keahlian yang sama. Analisis kuantitatif dilakukan dengan cara menguji cobakan instrumen yang telah dianalisis secara kualitatif kepada sejumlah siswa yang memiliki karakteristik sama dengan siswa yang akan diuji dengan instrumen tersebut. 6. Evaluasi Hasil Penilaian Evaluasi terhadap hasil belajar bertujuan untuk mengetahui ketuntasan siswa dalam menguasai kompetensi dasar. Dari evalusi tersebut dapat diketahui kompetensi dasar, materi, atau indikator yang belum mencapai ketuntasan. Dengan mengevaluasi hasil belajar, guru akan mendapatkan manfaat yang besar untuk melakukan program perbaikan yang tepat. E. Pelaporan Hasil Penilaian dan Pemanfaatannya 1. Pelaporan Hasil Penilaian Hasil penilaian ranah kognitif dan psikomotor dapat berupa nilai angka maupun deskripsi kualitatif terhadap kompetensi dasar tertentu. Pelaporan hasil inventori afektif ini akan sangat bermanfaat khususnya untuk mengetahui sikap dan minat siswa terhadap pelajaran matematika dan dan hasilnya dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki sikap serta minat siswa terhadap pembelajaran matematika. Pelaporan dilakukan secara kualitatif. 2. Pemanfaatan Hasil Penilaian a. Untuk Siswa Dapat dimanfaatkan siswa untuk : (a) mengetahui kemajuan hasil belajar diri, (b) mengetahui konsep-konsep atau teori yang belum dikuasai, (c) memotivasi diri untuk belajar lebih baik, dan (d) memperbaiki strategi belajar. b. Untuk Orang Tua Informasi hasil belajar dimanfaatkan oleh orang tua untuk : (a). Membantu anaknya belajar, (b). Memotivasi anaknya belajar,(c). Membantu sekolah meningkatkan hasil belajar siswa, (d). Membantu sekolah melengkapi fasilitas belajar. c. Untuk Guru dan Kepala Sekolah Untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan siswa dalam satu kelas sekolah dalam semua mata pelajaran. Hasil penilaian harus dapat mendorong guru untuk mengajar

lebih baik, membantu guru untuk menentukan strategi mengajar yang lebih tepat, dan mendorong sekolah agar memberi fasilitas belajar lebih baik.