11
KONSEP EKONOMI ISLAM Islam muncul sebagai sumber kekuatan yang baru pada abad ke-7 M. Fakta sejarah menunjukkan bahwa Islam merupakan sistem kehidupan yang bersifat komprehensif, yang mengatur semua aspek, baik dalam sosial, ekonomi dan politik maupun kehidupan yang bersifat spiritual. Sebagaimana firman-Nya : “….dan kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu…” (QS.An Nahl;89). Karena itu ekonomi sebagai satu aspek kehidupan, tentu juga sudah diatur oleh Islam. Ekonomi Islam sesungguhnya secara inheren merupakan konsekuensi logis dari kesempurnaan Islam itu sendiri. Dalam mehwujudkan kehiupan ekonomi sesungguhnya Allah SWT telah menyediakan sumberdaya di alam raya ini dan mempersilahkan manusia untuk memanfaatkannya. Tentu saja Allah juga menetapkan aturan-aturan penggunaan sumberdaya tesebut dalam menjalankan kehidupan ekonomi. Aturan-aturan itu bersumber pada kerangka konseptual masyarakat dalam hubungannya dengan Kekuatan Tertinggi (Tuhan), kehidupan sesama manusia, dunia, sesama mahluk dan tujuan akhir manusia. Beberapa aturan itu di antaranya 1 : 1 Nasution dkk. Pengenalan Eksklisf Ekonomi Islam Jakarta Kencana 2007 hlm 3 1

Konsep Ekonomi Islam

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ok

Citation preview

KONSEP EKONOMI ISLAM

KONSEP EKONOMI ISLAM

Islam muncul sebagai sumber kekuatan yang baru pada abad ke-7 M. Fakta sejarah menunjukkan bahwa Islam merupakan sistem kehidupan yang bersifat komprehensif, yang mengatur semua aspek, baik dalam sosial, ekonomi dan politik maupun kehidupan yang bersifat spiritual. Sebagaimana firman-Nya : .dan kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu (QS.An Nahl;89). Karena itu ekonomi sebagai satu aspek kehidupan, tentu juga sudah diatur oleh Islam.Ekonomi Islam sesungguhnya secara inheren merupakan konsekuensi logis dari kesempurnaan Islam itu sendiri. Dalam mehwujudkan kehiupan ekonomi sesungguhnya Allah SWT telah menyediakan sumberdaya di alam raya ini dan mempersilahkan manusia untuk memanfaatkannya. Tentu saja Allah juga menetapkan aturan-aturan penggunaan sumberdaya tesebut dalam menjalankan kehidupan ekonomi. Aturan-aturan itu bersumber pada kerangka konseptual masyarakat dalam hubungannya dengan Kekuatan Tertinggi (Tuhan), kehidupan sesama manusia, dunia, sesama mahluk dan tujuan akhir manusia. Beberapa aturan itu di antaranya :a. Alam semesta, termasuk manusia adalah milik Allah yang memiliki kedaulatan sepenuhnya dan sempurna atas mahluk-mahlukNya. Manusia sebagai mahluk tertinggi di antara ciptaan-ciptaan lainnya diberi hak untuk memanfaatkan semua yang ada di muka bumi sebagai khalifah atau pengemban amanat. Ia boleh mengambil keuntungan atau manfaat sebanyak-banyaknya sesuai kemampuannya dari barang-barang ciptaan Allah ini.b. Allah menetapkan batasan tertentu terhadap prilaku manusia sehingga menguntungkan individu tanpa mengorbanakan hak-hak individu lainnya. Dia telah menetapkan kewajiban-kewajiban tertentu terhadap manusia; penampilan atau prilaku mereka ditetapkan dalam hukum Islam (Syariah) harus diawasi oleh masyarakat secara keseluruhan.c. Semua manusia tergantung pada Allah. Semakin ketat ketergantungan manusia pad Allah maka dia semakin dicintai-Nya. Setiap pribadi bertanggung jawab atas pengembangan masyarakat dan atas lenyapnya kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi.

d. Status khalifah atau pengemban amanat berlaku umum bagi setiap manusia. Namun tidak berarti manusia harus selalu memliki hak yang sama untuk mendapatkan keuntungan dari alam semesta. Kesamaman hanya dalam kesempatan, sedangkan keuntungan itu sesuai dengan kemampuan.e. Individu-individu memiliki kesamaan dalam harga dirinya sebagai manusia. Hak-hak dan kewajiban-kewajiban ekonomi setiap ekonomi disesuaikan kemampuan yang dimilikinya dan peran normatif masing-masing dalam struktur sosial. f. Dalam Islam bekerja dinilai sebagai kebaikan , dan kemalasan dinilai sebagai kejahatan. Ibadah yang baik adalah bekerja dan pada saat yang sama bekerja merupakan hak dan sekaligus kewajiban. Kewjiban masyarakat dan badan yang mewakilinya adalah menyediakan kesempatan-kesempatan kerja kepada para individu.

g. Kehidupan adalah proses dinamis menuju peningkatan. Manusia berpacu dengan waktu karena umur manusia yang terbatas. Sedangkan banyak sekali peningkatan yang harus dicapai dalam rentang waktu yang terbatas ini.

h. Jangan membuat mudarat (kesulitan). Mudarat harus dilenyapkan tanpa mempertimbangkan niat yang melatarbelakanginya. Memang sulit untuk menghilangkannya karena mudarat itu sendiri selalu tidak diharapkan.

i. Suatu kebaikan dalam peringkat kecil dirumuskan. Pelaksanaan kebaikan ini diawasi oleh lembaga-lembaga sosial yang pada akhirnya mewajibkannya dengan kekuatan hukum.Perbedaan dasar sistem ekonomi Islam dan konvensional boleh dilihat dari beberapa sudut yaitu :1. Sumber (Epistemology)

Ekonomi Islam bersumber pada sesuatu yang mutlak yaitu Al-Quran dan As-Sunnah yang berisi suruhan dan larangan dari Allah SWT atas perkara-perkara manusia tak terkecuali perkara muamalah atau ekonomi. Sedangkan ekonomi konvensional tidak bersumber berdasarkan wahyu melainkan lahir dari pemikiran manusia yang bisa berubah berdasarkan waktu sehingga diperlukan maklumat yang baru. Kalaupun ada yang diambil dari wahyu bukan bertujuan mengambil pendekatan Ilahiah melainkan akal memprosesnya mengikuti selera manusia sendiri.

Tujuan yang tidak sama akan melahirkan implikasi yang berbeda karena pakar ekonomi Islam bertujuan mencapai al-falah atau kejayaan di dunia dan akhirat, sedangkan pakar ekonomi konvensional mencoba menyelesaikan segala persoalan yang timbul tanpa ada pertimbangan mengenai soal ketuhanan dan keakhiratan tetapi lebih mengutamakan untuk kemudahan manusia di dunia saja.2. Tujuan Kehidupan

Tujuan ekonomi Islam membawa kepada konsep al-falah, sedangkan ekonomi sekuler untuk kepuasan di dunia saja. Ekonomi Islam meletakkan manusia sbagai khalifah di muka bumi ini dimana segala bahan-bahan yang ada di bumi dan di langit adalah diperuntukkan bagi manusia.Kesemuanya bertujuan untuk beribadah kepada Allah SWT. Dalam kaitan ibadah, kita mengenal ada ibadah khusus ada pula ibadah umum. Manusia merupakan mahluk sosial karena itu dalam pemilikan harta terdapat hak milik individu dan juga terdapat harta yang menjadi hak masyarakat umum.

3. Konsep Harta sebagai Wasilah

Di dalam Islam, harta bukanlah merupakan tujuan hidup tetapi sekedar wasilah atau perantara bagi mewujudkan perintah Allah SWT. Harta hanyalah sebagai jalan bagi mencapai nikmat ketenangan dunia dan akhirat. Ini berbeda dengan konsep konvensional yang meletakkan keduniaan sebagai tujuan dan tidak mempunyai kaitan dengan Tuhan dan akhirat sama sekali. Konsep ini bersifat materiil sehingga aliran konvensional lebih mengutamakan kepentingan individu atau golongan di atas kepentingan umum.Konsep hak milik pribadi dalam Islam bersifat unik, dalam arti bhawa setiap pemilik mutlak segala sesuatu yang ada di bumi dan langit adalh Allah, manusia hanyalah khalifah di muka bumi. Pada umumnya ada ketentuan syariat yang mengatur hak milik pribadi.

Prinsip-prinsip Umum Ekonomi Islam

A. Nilai-nilai universal : Teori Ekonomi

Nilai-nilai ini menjadi dasar inspirasi untuk membangun teori-teori ekonomi Islami. Rinciannya: Tauhid (Keesaan Tuhan)

Tauhid merupakan fondasi ajaran Islam. Dengan tauhid manusia menyaksiakn keesaan Allah sebagai pencipta alam semesta dan isinya termasuk pemiliknya. Manusia hanya diberi amanah memeliharanya dan bertujuan semata mengabdi atau beribadah kepada-Nya. Manusia akan mempertanggungjawabkan segala perbuatannya kepada Tuhan termasuk aktivitas ekonomi dan bisnis.

KeadilanAllah adalah pencippta segala sesuatu, dan salah satu sifat-Nya adalah adil. Dalam banyak ayat, Allah memerintahkan manusia untuk berbuat adil. Pengertian adil dalam Islam adalah tidak menzalimi dan tidak dizalimi. Implikasi ekonomi dari nilai ini adalah bahwa pelaku ekonomi tidak diperkenankan untuk mengejar keuntungan pribadi bila hal itu merugikan orang lain atau merusak alam.

Nubuwwah (kenabian)

Sifat-sifat utama nabi sebagai sang model yang harus diteladani oleh manusia pada umumnya dan pelaku ekonomi dan bisnis pada khususnya adalah sebagai berikut :1. Siddiq (benar, jujur)

Sifat siddiq harus menjadi visi setiap muslim, karena hidup kita berasal dari Yang Maha Benar, maka kehidupan di dunia pun harus dijalani dengan benar. Konsep efektifitas (mencapai tujuan yang tepat, benar) dan efisien (melakukan kegiatan dengan benar, yakni menggunakan teknik dan metode yang tidak meyebabkan kemubadziran) dalam ekonomi merupakan turunan dari konsep siddiq.

2. Amanah (tanggung jawab, kepercayaan dan kredibilitas)Amanah menjadi misi hidup setiap Muslim. Karena Sang Benar hanya dapat kita jumpai dalam keadaan ridha dan diridhai, bila kita menepati amanat yang telah dipikulkan kepada kita. Sifat ini akan membentuk kredibilitas yang tinggi dan penuh tanggung jawab pada setiap muslim.Sifat ini berperan fundamental dalam ekonomi dan bisnis, karena tanpa kredibilitas dan tanggung jawab, kehidupan ekonomi dan bisnis bisa hancur.

3. Fathanah ( kecerdikan, kebijaksanaan dan intelektualitas)Sifat ini sebagai strategi hidup setiap Muslim. Implikasi ekonomi dan bisnis dari sifat ini adalah bahwa segala aktivitas harus dilakukan dengan ilmu, kecerdikan dan pengoptimalan semua potensi akal yang ada untuk mencapai tujuan. Para pelaku ekonomi harus pintar dan cerdik supaya usahanya efektif dan efisien serta tidak menjadi korban penipuan.4. Tabligh (komunikasi, keterbukaan, pemasaran)Sifat ini merupakan taktik hidup Muslim. Karena setiap Muslim mengemban tanggung jawab untuk menyeru, mengajak dan memberitahu. Dalam bidang ekonomi dan bisnis sifat ini akan menjadikan pelakunya menjadi pemasar-pemasar yang tangguh dan lihai. Khilafah (Pemerintahan)Manusia diciptakan menjadi khalifah di bumi yang berarti menjadi pemimpin dan pemakmur bumi. Nilai ini mendasari kehidupan olektif manusia dalam Islam. Fungsi utamanya adalah agar menjaga keteraturan interaksi (muamalah) antar kelompok termasuk dalam bidang ekonomi, agar kekacauan dan keributan dapat dihilangkan, atau dikurangi. Dalam Islam pemerintah berperan utama dalam menjamin perekonomian agar berjalan sesuai syariah dan memastikan supaya tidak terjadi pelanggaran-pelanggaran terhadap hak-hak manusia. Semua ini dalam kerangka mencapai maqashid syariah (tujuan-tujuan syariah), yang menurut Imam Al-Ghazali adlah untuk memajukan kesejahteraan manusia. Hal ini dicapai dengan melindungi keimanan, jiwa, akal, kehormatan dan kekayaan manusia. Maad (Hasil)Maad diartikan sebagai imbalan atau ganjaran. Implikasi nilai ini dalam kehidupan ekonomi dan bisnis, misalnya diformulasikan oleh Imam Ghazali yang menyatakan bahwa motivasi para pelaku bisnis adalah untuk mendapatkan laba di dunia dan akhirat. Karena itu konsep profit mendapatkan legitimasi dalam Islam.

B. Prinsip-prinsip Derivatif : Ciri-ciri sistem ekonomi Islam

Ada tiga prinsip yang menjadi ciri sistem ekonomi Islam, yaitu :

Multiple Ownership (Kepemilikan Multijenis)

Nilai tauhid dan nilai adil melahirkan konsep Multiple Ownership. Berbeda dengan system kapitaslis yang berprinsip kepemilikan yang berlaku adalah kepemilikan swasta, sedangkan system sosialis, kepemilikan Negara. Dalam Islam prnsip kepemilikan multijenis, yakni mengakui bermacam-macam bentuk kepemilikan, baik oleh swasta, neegara atau campuran.

Freedom to Act (Kebebasan bertindak atau berusaha)

Keempat nilai-nilai nubuwwah bila digabung dengan nilai keadilan dan khilafah akan menghasilkan prnsip Freedom to Act yang akan menciptakan mekanisme pasar dalam perekonomian. Potensi distorsi seperti seperti mafsadah (segala yang merusak), riba (tambahan yang didapat secara zalim), gharar (ketidpastian), tadlis (penipuan), dan maysir (perjudian, zerosum game, orang mendapat keuntungan dengan merugikan orang lain) harus dilarang oleh pemerintah sehingga tercipta iklim ekonomi dan bisnis yang sehat. Social Justice (Keadilan Sosial)

Gabungan nilai khilafah dan nilai maad melahirkan prinsip keadialn social. Dalam Islam pemerintah bertanggung jawab menjamin pemenuhan kebutuhan dasar rakyatnya dan menciptakan keseimbangan social antara yang kaya dan miskin.C. Akhlak : Prilaku Islami dalam Perkonomian

Teori ekonomi Islam sebagai landasan serta prinsip-prinsip ekonomi Islam sebagai tiang kerangka ekonomi Islam harus disempurnakan dengan akhlak atau prilaku Islami dalam tatanan praktis. Akhlak diibaratkan sebagai atap dalam bangunan ekonomi Islam. Akhlak menempati posisi puncak karena inilah yang menjadi tujuan Islam dan dakwah para nabi, yakni untuk menyempurnakan akhlak manusia. Akhlak menjadi panduan para pelaku ekonomi dalam melakukan aktivitasnya. Nasution dkk. Pengenalan Eksklisf Ekonomi Islam Jakarta Kencana 2007 hlm 3

Ibid hal 8

Adi Warman A Karim, Ekonomi Mikro Islami Edisi 3, Raja Grafindo, Jakarta, 2007 hal 33.

PAGE 1