120
KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA SOKO KECAMATAN JEPON KABUPATEN BLORA PROVINSI JAWA TENGAH Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Disusun Oleh : M Aminuddin NIM: 1113032100078 PROGRAM STUDI STUDI AGAMA-AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H./ 2017 M.

KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

  • Upload
    docong

  • View
    252

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO

DI DESA SOKO KECAMATAN JEPON

KABUPATEN BLORA

PROVINSI JAWA TENGAH

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Disusun Oleh :

M Aminuddin

NIM: 1113032100078

PROGRAM STUDI STUDI AGAMA-AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H./ 2017 M.

Page 2: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan
Page 3: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan
Page 4: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan
Page 5: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

iv

ABSTRAK

M. Aminuddin

Judul Skripsi : “ Konsep Etika dalam Aliran Wringin Seto di Desa Soko

Kecamatan Jepon Kabupaten Blora Provinsi Jawa Tengah”

Pergaulan hidup diperlukan seperangkat aturan atau norma yang

digunakan untuk mengatur bagaimana semestinya manusia menjalin sebuah

hubungan dalam sebuah masyarakat. Seperangkat aturan tersebut menghasilkan

sikap saling menghormati, sopan santun, dan tata krama. Seperangkat aturan

tersebut sering kali dinamakan dengan etika. Etika adalah aturan atau norma yang

dipergunakan oleh masyarakat untuk mengambil langkah dalam menjalani

kehidupan agar berhasil dalam hidupnya.

Penelitian ini dilakukan di Blora Jawa Tengah di sebuah kelompok

masyarakat penganut aliran kepercayaan Wringin Seto. Penelitian ini

menggunakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode wawancara dan

pengumpulan dokumen-dokumen. Penelitian ini menggunakan pendekatan

antropologis dan sosiologis. Keduanya berhubungan dengan perilaku individu

antara satu dengan lainya, antara kelompok dengan kelompok dan berkaitan

dengan pola keberagamaan seperti tradisi, ritual dan adat istiadat.

Penelitian ini ingin mengetahui bagaimana etika dan implementasinya

dalam keseharian penganut Wringin Seto. Melalui wawancara dan observasi

diketahui bahwa etika dalam wringin seto terbagi menjadi tiga macam. Pertama,

etika berkeluarga. Keluarga adalah bagian dasar dari tolak ukur etika. Karena

fungsi keluarga sangat pokok untuk penanaman etika usia dini dengan menjalin

hubungan antara ayah, ibu dan anaknya. Kedua, etika bermasyrakat. Cakupan

sedikit melebar dari sebelumnya karena di sini setiap individu harus beretika

menurut pribadinya sendiri, mengatur hubungan antara satu sama lainya supaya

terciptanya hubungan yang harmonis di dalam sebuah masyrakat. Ketiga, etika

bernegara. Dalam hal ini etika sudah sangatlah meluas karena kita tidak disatukan

atas dasar ras, bahasa, budaya ataupun agama, tetapi atas dorongan rasa

nasionalisme terhadap bangsa.

Page 6: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT semata yang semoga

selalu memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada penulis. Segala syukur

senantiasa penulis panjatkan atas segala nikmat sehat dan beragam nikmat

lainnya. Dengan syukur kepada Allah Yang Maha Esa maka semoga menjadi

penghapus kesalahan dan ditambahkannya nikmat oleh Allah SWT. Berkat izin

dan karunia-Nya, penulis bisa mempersembahkan skripsi yang sederhana ini

sebagai syarat memperoleh gelar sarjana.

Tak lupa juga salam serta sholawat terus saya lantunkan secara spesial

teruntuk baginda Nabi Muhammad S.A.W semoga kelak kita termasuk umat yang

mendapat syafaat darinya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tentunya jauh dari kata sempurna

sehingga penulis membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk

kemajuan pendidikan di masa yang akan datang. Selanjutnya dalam penulisan

skiripsi ini penulis banyak diberi bantuan oleh berbagai pihak. Terima kasih

penulis haturkan kepada:

1. Bapak, Ibu dan saudara-saudara penulis yang tidak pernah padam

dalam melimpahkan kasih sayangnya mulai dari kecil sampai

waktu yang tak terkira, semoga orang tua dan sanak saudara dari

penulis selalu mendapatkan kasih sayang dari Allah SWT. Bapak

dan Ibu yang selalu memberikan semangat, motivasi, kasih sayang,

Page 7: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

vi

dan doa yang tulus untuk kesuksesan penulis. Semoga Allah selalu

melimpahkan rahmat-Nya dan memberikan umur panjang pada

mereka.

2. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., selaku Rektor Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Prof. Dr. Masri Mansoer, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Dr. Media Zainul Bahri, MA selaku Ketua Jurusan Studi Agama-

agama, Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

5. Dra. Halimah SM, M. Ag Selaku Sekertaris Jurusan Studi Agama-

agama, Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

6. Dr. Hamid Nasuhi, MA selaku Dosen Pembimbing Skripsi, atas

kesabaran dan ketelitiannya dalam membimbing penulis. Beliau

yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga, fikiran dan

kesabaran dalam memberikan arahan, motivasi serta bimbingan

kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Dr. Ahmad Ridho, DESA, selaku Penasehat Akademik yang

memberikan arahan dan motivasi kepada penulis untuk

menyelesaikan dengan baik.

8. Seluruh dosen diprogram Studi Agama-Agama yang telah

mendidik penulis dan mencurahkan segala ilmunya.

Page 8: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

vii

9. Seluruh staf di Jurusan Studi Agama-Agama, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

10. Kepala Desa Soko pak Mulyono dan mbak Sarti selaku perangkat

desa dan juga staff yang bertugas di Kelurahan Desa Soko

Kecamatan Jepon Kabupaten Blora Provinsi Jawa Tengah dan

Rizqi Bachtiar yang menemani selama penelitian.

11. Ketua Pusat kekadangan Wringin Seto: Ign. Untung sadimin B. Sc.,

Penuntun Penerus : Eka Agus Tijana Budi, Penuntun Cabang

Rembang : Mbah Daman, Ketua Cabang Rembang: Pak Suroso

dan para anggota penghayat kepercayaan Wringin Seto.

12. Kepada sahabat IKAMARU, Kang Arif, Kang Purnomo, Kang

Salman, Kang Widodo, Kang Arifin, Ilham, Hakim beserta anggota

lainnya.

13. Untuk sahabat terdekat penulis Fahad Muhammad Al-Faruq,

Shawin Bugi Pangestu, Siti Kusniyatus Sayyidah, Oktavia

Damayanti, Achmad Teddy Anwar, Ismail Sholeh, Abuzar,

Saniman dan rekan-rekan Studi Agama-Agama kelas A dan B

angkatan 2013 yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

14. Dan kepada semua orang yang mengajarkan penulis tentang

pelajaran dan perjalanan hidup, terima kasih atas ilmu dan

pengalaman yang diberikan.

Jakarta, 22 November 2017

M Aminuddin

Page 9: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ........................................................ iii

ABSTRAK ...................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR .................................................................................... v

DAFTAR ISI ................................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................... 9

C. Tujuan penelitian................................................................................... 9

D. Manfaat Penelitian ................................................................................ 9

E. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 10

F. Metodologi Penelitian .......................................................................... 11

G. Sistematika Penulisan .......................................................................... 16

BAB II SEJARAH ALIRAN KEPERCAYAAN WRINGIN SETO

A. Letak Geografis dan Demografis Desa Soko ....................................... 18

B. Aliran Kepercayaan dan Sejarahnya .................................................... 22

C. Riwayat Pendiri Wringin Seto ............................................................. 27

D. Persebaran Wringin Seto ...................................................................... 31

E. Lambang dan Makna Wringin Seto…………........………………..... 33

F. Tradisi Aliran Wringin Seto ................................................................ 38

BAB III KEPERCAYAAN ALIRAN WRINGIN SETO

A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ................................... 42

B. Konsep Alam Semesta dalam Aliran Wringin Seto ............................. 45

Page 10: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

ix

C. Konsep Manusia dalam Aliran Wringin Seto...................................... 47

D. Konsep Kesempurnaan dalam Aliran Wringin Seto............................ 50

E. Ritual-Ritual dalam Wringin Seto....................................................... 52

BAB IV KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DAN

IMPLEMENTASINYA

A. Pengertian Etika ................................................................................... 59

B. Pandagangan Wringin Seto tentang Etika ............................................ 64

C. Penanaman Nilai Budi Luhur dalam Wringin Seto.............................. 67

D. Macam-Macam Etika dalam Wringin Seto..........………………….... 69

E. Contoh Sikap Pengimplementasian Ajaran Etika dalam Keseharian

Penganut Wringin Seto......................................................................... 72

F. Konsekuensi Terhadap Pelanggaran Etika dalam Wringin Seto.......... 73

BAB V KESIMPULAN

A. Kesimpulan .......................................................................................... 74

B. Saran .................................................................................................... 75

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………. 76

LAMPIRAN.................................................................................................... 80

Page 11: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 ...................................................................................................... 80

Surat Izin Penelitian ............................................................................ 80

Surat Bukti Penelitian dari Desa ......................................................... 81

Lampiran 2 ...................................................................................................... 82

Bukti Wawancara ................................................................................ 82

Lampiran 3 ...................................................................................................... 87

Pertanyaan Wawancara ....................................................................... 87

Lampiran 4 ...................................................................................................... 88

Hasil Wawancara Eka Agus Tijana Budi ........................................... 88

Hasil Wawancara Ign. Untung Sadimin B. Sc .................................... 90

Hasil Wawancara Pak Suroso .............................................................. 93

Hasil Wawancara Mbah Daman .......................................................... 95

Lampiran 5 ....................................................................................................... 98

Foto Kegiatan Lapangan ...................................................................... 98

Page 12: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keberadaan agama menjadi hal menarik untuk diulas di tengah-tengah

kehidupan masyarakat yang semakin modern ini. Agama menjadi hal yang sangat

penting karena menjadi pedoman bagi setiap pemeluknya dalam era globalisasi.

Di satu sisi, agama memiliki peranan positif, di mana agama dinilai mampu

berperan sebagai pembangun dan kontrol sosial serta moral dalam kehidupan

manusia. Namun di sisi lain agama juga memiliki fungsi negatif, keberadaan

agama misalnya justru dijadikan sebagai dasar kebencian, ketidakadilan,

pembunuhan, kekerasan dan kejahatan-kejahatan lain oleh pihak-pihak yang

mengatasnamakan agama.

Manusia selalu diwarnai dengan kepercayaan terhadap Tuhan. Kebenaran

ungkapan ini dibuktikan dengan tumbuh dan berkembangnya berbagai

kepercayaan dan agama yang dianut dan dipeluk oleh umat manusia (Homo

Sapiens) yang hidup dari masa pra sejarah sampai zaman modern ini.1

Kepercayaan manusia sangat beragam, begitu juga dalam kepercayaan

beragama. Banyak sekali jenis agama tersebar dalam kehidupan manusia. Selain

agama ada juga bentuk kepercayaan manusia dalam bentuk yang bisa dibilang

bukan sebagai agama atau sering disebut dengan istilah aliran kepercayaan,

penghayat kepercayaan atau aliran kebatinan yang di Indonesia oleh Pemerintah

sudah diperhatikan dan mendapat pembinaan oleh Direktorat Pembinaan

1K. Sukarji, Agama-Agama yang Berkembang di Dunia dan Pemeluknya (Bandung: CV

Angkasa, 2007), h. 38.

Page 13: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

2

Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa Kementrian Pendidikan

dan Kebudayaan sejak tahun 1980.2

Menurut Dr. Harun Hadiwijono kemunculan aliran kebatinan di Indonesia

dipengaruhi oleh krisis moral yang terjadi pasca kemerdekaan. Aliran kebatinan

muncul ke permukaan dengan menawarkan solusi bagi bangsa Indonesia untuk

pembaruan moral menuju arah yang lebih baik seperti yang diterbitkan oleh BKKI

(Badan Kongres Kebatinan Indonesia) bertujuan atas dasar semangat “sepi ing

pamrih rame ing gawe, memayu hayuning bawono”. Secara garis besar

kesempurnaan hidup berada pada semangat cinta kasih untuk mewujudkan

kesejahteraan manusia tanpa memandang agama dan kepercayaan,

membangkitkan budi pekerti luhur, meningkatkan kesucian jiwa, dan meyakini

bahwa nurani adalah dasar dalam segala aspek kehidupan.3

Keberadaan aliran kebatinan di Jawa tidaklah ada dengan sendirinya akan

tetapi harus dilihat bahwa pulau Jawa termasuk daerah tempat pertemuan

kebudayaan asli setempat dengan kebudayaan Hindu dan Islam. Sebelum orang-

orang Hindu datang, orang Jawa telah mempunyai kepercayaannya sendiri

sehingga bisa dikatakan bahwa kebatinan Jawa mempunyai 4 unsur, yaitu unsur-

unsur agama asli, unsur-unsur agama Hindhu dan Budha, unsur-unsur agama

Islam, dan pengolahan Jawa atas ketiga unsur tersebut.4 Jadi jika dilihat dari

2Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Pedoman Teknis Pembinaan Penghayat

Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Kebijaksanaan Teknis Operasional Direktorat

Pembinaan Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa (Jakarta:Depdikbud,1990),

h. v. 3Harun Hadiwijono, Kebatinan dan Injil (Jakarta: Gunung Mulia, 2009), h. 3.

4Harun Hadiwijono, Konsepsi tentang Manusia dalam Kebatinan Jawa (Jakarta: Sinar

Harapan, 1983), h. 12-13.

Page 14: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

3

unsur-unsur pembangun kebatinan tersebut bisa diketahui bahwa lahirnya

kebatinan Jawa adalah proses sinkretisasi dari unsur-unsur tersebut.

Istilah “Kebatinan” tidak begitu disukai oleh para pengikutnya. Adapun

istiliah yang lebih disukai ialah “kepercayaan”, guna membedakannya dengan

agama.5 Keberadaan aliran kebatinan atau kepercayaan masyarakat sudah diakui

semenjak lama di Indonesia. Tercantum dalam GBHN tahun 1978, yang diwadahi

dalam sayap kata “kepercayaan terhadap Tuhan Yang Esa”. Memang mayoritas

masyarakat beranggapan aliran kepercayaan bukan sebuah agama dan mungkin

tidak akan menjadi agama baru, tetapi dalam kenyataannya, aliran kebatinan telah

menjadi alternatif sebagai pelarian masyarakat yang lebih merasa aman untuk

tidak beragama.6

Kebatinan dianut oleh sebagian masyarakat Indonesia khususnya suku

Jawa. Kebatinan yang merupakan hasil pemikiran dari angan-angan manusia

menimbulkan suatu aliran kepercayaan bagi penganutnya dengan melakukan

ritual-ritual tertentu dalam usaha mencapai ketenangan jiwa dan kesempurnaan

hidup.

M.M. Djojodiguna mengklasifikasikan aliran kebatinan menjadi empat

golongan. Pertama, golongan yang menggunakan ilmu gaib. Kedua, golongan

yang berusaha mempersatukan jiwa manusia dengan Tuhan. Ketiga, golongan

yang berniat mengenal dari mana asal hidup manusia ini dan ke mana hidup itu

5Harun Hadiwijono, Konsepsi tentang Manusia dalam Kebatinan Jawa, h. 9.

6Ranhip, Aliran-Aliran Kepercayaan (Surabaya: Pustaka Progresif, 1997), h. 1.

Page 15: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

4

akhirnya. Keempat, golongan yang berhasrat untuk menempuh budi luhur di dunia

ini.7

Dalam perkembangannya, di Jawa muncul banyak sekali aliran kebatinan

contohnya Pangestu, Subud, Sapta Dharma, Ki Ageng Surya Mentaram,

Paguyuban Sumarah, Bratakesawa, Wringin Seto dan lain-lain.

Aliran kebatinan mempunyai ajaran yang berkisar pada tiga kosep dasar

yaitu kosep Tuhan, konsep manusia dan konsep mistik. Mengenai konsep Tuhan

dalam aliran kebatinan umumnya sangat sederhana. Konsep ketuhanan hanya

dipahami sebatas Dzat yang menciptakan, mengatur, dan sumber segala sesuatu.

Tidak seperti konsep agama-agama yang sangat mendalam dan kompleks seperti

contohnya perbedabatan dalam Teologi kalam dan lain sebagainya. Konsep

manusia dalam aliran kebatinan mencakup jasmani dan rohani yang dikaitkan

dengan hubungan antara manusia dan Tuhan, yang salah satunya adalah

peningkatan rohani manusia agar dapat mencapai kesatuan dengan Tuhan dengan

cara menekankan perilaku yang mengarah kepada perbuatan budi pekerti luhur

dan etika, menjauhkan dari perbuatan nafsu negatif, dan lebih memelihara

kesucian hati atau batin. Konsep mistik dalam aliran kebatinan berkaitan dengan

konsep manusia dalam aliran masing-masing yang tidak lepas dari unsur-unsur

sinkretisme.8

Salah satu aliran yang berada di tanah Jawa ialah Kekadhangan Wringin

Seto yang bertempat di puncak Bukti Soko, Desa Soko Kecamatan Jepon,

7Suwarno Imam S, Konsep Tuhan, Manusia, Mistik dalam berbagai Kebatinan Jawa

(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), h. 81. 8Sinkretisme adalah suatu proses percampuran dari berbagai paham-paham atau aliran-

aliran agama atau kepercayaan.

Page 16: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

5

Kabupaten Blora Jawa Tengah. Organisasi Wringin Seto didirikan di Solo pada

tanggal 8 September 1895 Masehi. Pendirinya adalah Eyang Amiseno dan

Amiluhur, keduanya hidup pada tahun 1818 (1895 M) sampai 1915.9

Wringin Seto diambil dari dua kata yaitu Wringin, artinya pohon beringin

yang memiliki makna filosofi bahwa pohon beringin yang berukuran besar bisa

digunakan banyak orang tempat berteduh di bawahnya. Kata Wringin dalam nama

Wringin Seto menyimbolkan bahwa aliran kepercayaan Wringin Seto bisa

menjadi tempat perlindungan, bernaung, meminta pertolongan tanpa perduli

statusnya, agamanya, maupun latarbelakangnya tanpa harus beralih menjadi

penganut Wringin Seto, karena menjadi penganut Wringin Seto dikembalikan

pada pilihan masing-masing individu. Hal ini menandakan bahwa Wringin Seto

terbuka bagi siapa saja dan siap membantu mereka yang membutuhkan

pertolongan. Sedangkan Seto berarti putih, maknanya bergerak ke arah kebaikan

atau kesucian. Jadi Wringin Seto sebagai nama kekadhangan penghayat

kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa mengajak kepada yang berlindung

untuk mengenal, menghayati, dan mengamalkan ajaran ketuhanan.10

Wringin Seto mempunyai tiga ajaran utama secara garis besar, yaitu ajaran

teologi tentang Tuhan Yang Maha Esa, ajaran kosmologi yaitu tentang alam

semesta, dan ajaran tentang manusia.

9Koesoema Soerodiningrat Soewardi, Naskah Pemaparan Budaya Spiritual Organisasi

Wringin Seto,Penyajian Pemaparan Budaya Spiritual di Hotel Gondaria Cisarua, Bogor Jawa

Barat Tanggal 3 S.D 5 Desember 1991, h. 1. 10

Wawancara Pribadi dengan Eka Agus Tijana Budi (Penuntun Penerus Wringin Seto di

Sasono Hangudi Sembah Raosing Gesang Kecamatan Jepon Kabupaten Blora Provinsi Jawa

Tengah) pada tanggal 2 Agustus 2017.

Page 17: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

6

Ajaran tentang Tuhan Yang Maha Esa ialah keyakinan tentang Tuhan

sebagai sebab pertama dari adanya sesuatu yang selamanya ada atau abadi, yang

hanya ada satu, yang merupakan asal muasal dan tujuan akhir segala sesuatu serta

tidak berubah, tidak terbatas, Dzat mutlak, dan sebagai pengatur ketertiban alam.

Dari penjelasan singkat tersebut bisa dipahami bahwa pemahaman Wringi Seto

tentang Tuhan sangatlah sederhana.11

Ajaran kosmologi Wringin Seto menjelaskan bahwa alam semesta dan

segala sesuatu yang ada di dalamnya dapat terjadi karena disebabkan oleh suatu

hal yang keberadaannya tidak disebabkan oleh hal yang lain atau bisa disebut

penyebab tersebut ialah Tuhan sebagai penyebab pertama yang tidak

disebabkan.12

Ajaran tentang manusia menurut Wringin Seto bahwa manusia adalah

entitas monopluralis yang majemuk tapi sarwa tunggal, bertubuh dan berjiwa,

berakal dan berkehendak. Manusia merupakan makhluk sosial yang berkedudukan

pribadi berdiri sendiri sebagai makhluk Tuhan yang memiliki kebutuhan jasmani

dan rohani.13

Selain tiga konsep di atas, sebagaimana umumnya aliran kepercayaan juga

memiliki kegiatan ritual. Dalam hal ini, Wringin Seto mengajarkan tuntunan ritual

sebagai berikut: Pengelolaan tata laku dasar yaitu dengan cara mendaki puncak-

11

Koesoema Soerodiningrat Soewardi, Naskah Pemaparan Budaya Spiritual Organisasi

Wringin Seto,Penyajian Pemaparan Budaya Spiritual di Hotel Gondaria Cisarua, Bogor Jawa

Barat Tanggal 3 S.D 5 Desember 1991, h. 5. 12

Koesoema Soerodiningrat Soewardi, Naskah Pemaparan Budaya Spiritual Organisasi

Wringin Seto,Penyajian Pemaparan Budaya Spiritual di Hotel Gondaria Cisarua, Bogor Jawa

Barat Tanggal 3 S.D 5 Desember 1991, h. 9. 13

Koesoema Soerodiningrat Soewardi, Naskah Pemaparan Budaya Spiritual Organisasi

Wringin Seto,Penyajian Pemaparan Budaya Spiritual di Hotel Gondaria Cisarua, Bogor Jawa

Barat Tanggal 3 S.D 5 Desember 1991, h. 7.

Page 18: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

7

puncak bukit, berziarah ke tempat-tempat para leluhur, dan latihan konsentrasi

dengan melakukan pernapasan dan pengosongan pikiran dengan cermat dan teliti.

Selain itu ada juga tata cara mandi khusus yang wajib dilakukan oleh para

penganut Wringin Seto dalam jam-jam tertentu dan hari-hari tertentu. Terdapat

juga upacara pujian yang biasa dilaksanakan setiap malam pada pukul 24.00 WIB

atau tengah malam.14

Dalam interaksi sosial, masyarakat Wringin Seto mempunyai ajaran

tersendiri dalam beretika yang disebut dengan tiga fungsi manusia. Sebagaimana

terdapat dalam buku pedoman moral Panca Budhi Barata:

1. Makhluk yang bermoral artinya Manusia berketuhanan yang maha Esa,

berdarma bakti kepada Tuhan Yang Maha Esa, percaya sepenuh-penuhnya

bahkan seyakin-yakinnya dan selalu ingat dan taat kepada Tuhan Yang

Maha Esa.

2. Makhluk indidual artinya berdarma bakti kepada diri pribadi dan keluarga.

3. Makhluk sosial artinya manusia harus mengerti dengan sejelas jelasnya

bahwa manusi hidup di dunia ini atas welas asih-Nya dan kehendak-Nya

supaya menjadi masyarakat yang teratur harmonis dan berbakti kepada-

Nya.15

Sebagaimana ketiga gambaran manusia tersebut, maka Wringin Seto juga

menekankan ajaran bahwa etika sebagai cerminan budi luhur pada seseorang.

Sebagaimana orang Jawa pada umumnya, nilai etika akan memberi rambu-rambu

apakah tindakan orang Jawa sudah tepat atau tidak. Biasanya sikap dan tindakan

14

Koesoema Soerodiningrat Soewardi, Santi Aji Wigati Manusia Tanpa Berketuhanan

Tiadalah Ketentraman Hidup (Blora, Jawa Tengah), h. 61-62 15

Ign. Untung S, B. Sc., Pedoman Moral Panca Budhi Barata,(Blora:2005), h. 6.

Page 19: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

8

yang dirasa tepat ditandai dengan timbulnya kenyamanan untuk masyarakat secara

umum, dan pihak yang terkait secara khusus.

Dalam kehidupan sehari-hari, etika adalah istilah yang acap kali kita

dengar. Hal ini karena etika dipandang sebagai peraturan kehidupan sehari-hari di

tengah masyarakat yang tak tertulis dan ditaati, meski tidak ada sanksi atau

hukuman bagi pelanggarnya. Dalam KBBI etika diartikan dalam tiga pengertian:

1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan

tentang kewajiban moral (akhlaq).

2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlaq.

3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut dalam masyarakat.16

Makna etika dalam masyarakat sangatlah kompleks. Etika meliputi sebuah

konstruksi sosial, budaya, keyakinan, dan pandangan hidup secara total. Bahkan

etika Jawa juga terkait dengan wawasan gender, usia, status, kedudukan, dan lain-

lain.17

Etika merupakan hal yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan

masyarakat Jawa, dan Kekadhangan Wringin Seto merupakan bagian dari

masyarakat Jawa dengan kepercayaannya tersendiri, sehingga melahirkan corak

etika yang dipengaruhi oleh kepercayaan mereka. Oleh karena itu, penulis tertarik

untuk meneliti konsep etika yang diajarkan dalam aliran Wringin Seto. Maka dari

itu, judul penelitian yang diangkat penulis adalah, “Konsep Etika dalam Aliran

Wringin Seto di Desa Soko Kecamatan Jepon Kabupaten Blora Provinsi Jawa

Tengah”.

16

K. Bertens, Etika (Yogyakarta: Kanisius, 2013), h. 4. 17

Suwardi Endraswara, Etika Hidup Orang Jawa: Pedoman Beretika dalam Menjalani

Kehidupan Sehari-hari (Yogyakarta: NARASI, 2010), h. 13.

Page 20: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

9

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dan agar penelitian ini lebih

fokus, penulis akan membatasi ruang lingkup pembahasan, yaitu bagaimana

konsep etika dalam aliran kepercayaan Wringin Seto. Sedang rumusan masalah,

penulis memfokuskan kepada masalah yaitu:

1. Bagaimana konsep etika menurut aliran Wringin Seto di Desa Soko

Kecamatan Jepon Kabupaten Blora Provinsi Jawa Tengah?

2. Bagaimana pengimplementasian konsep etika Wringin Seto dalam

kehidupan sehari-hari?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab masalah di atas:

1. Untuk mengetahui bagaimana konsep etika menurut aliran Wringin

Seto di Desa Soko Kecamatan Jepon Kabupaten Blora Provinsi Jawa

Tengah

2. Untuk mengetahui Bagaimana implementasi konsep etika dalam

keseharian Wringin Seto

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat akademis

Penelitian ini sebagai salah satu syarat untuk memenuhi

persyaratan akhir perkuliahan untuk meraih gelar Sarjana Agama

(S.Ag) dalam Jurusan Studi Agama-Agama Fakultas Ushuluddin (UIN)

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Manfaat teoritis

Page 21: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

10

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih pemikiran

atau memperkaya konsep-konsep, teori-teori terhadap ilmu pengetahuan

dari hasil penelitian yang sesuai dengan bidang ilmu. Suatu penelitian

secara teoritis dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam

memperkaya wawasan tentang etika dalam aliran Wringin Seto.

3. Manfaat Praktis

Melalui penelitian ini diharapkan penulis dapat memahami tentang

ajaran etika menurut aliran Wringin Seto.

E. Tinjauan Pustaka

Penulis hanya menemukan satu karya ilmiah dalam bentuk tesis yang

mengangkat objek kajian Wringin Seto. Tesis itu berjudul “Menjadi Manusia

Berketuhanan Melalui Wewarah Kekadhangan Wringin Seto Refleksi Terhadap

Fungsi Institusi Agama Katolik dalam Usaha Pendalaman Penghayatan Umatnya

Berelasi dengan Yesus”. Tesis ini ditulis oleh Yuventius Fusi Nusantoro dari

Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana Malang tahun 2000. Dalam

penelitian tersebut dibahas tentang konsep mistik atau kajian esoteris menurut

Kekadhangan Wringin Seto yang dikomparasikan dengan ajaran esoteris dalam

Katolik. Yang di dalamnya membahas bagaimanakah Kekadhangan Wringin Seto

ini membantu para penghayatnya dalam memenuhi kerinduan sebagai manusia

untuk mencari Tuhan dan sejauh manakah agama Katolik dapat terilhami dari

Wringin Seto dalam usaha tersebut.

Page 22: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

11

Perbedaan antara tesis tersebut dengan penelitian yang akan penulis

lakukan ialah penulis hanya akan melakukan penelitian tentang konsep etika

dalam ajaran kekadhangan yang diimplementasikan dalam keseharian mereka.

Persamaan dalam penelitian yang akan dilakukan oleh penulis dengan tesis

tersebut ialah sama-sama memasukkan pembahasan tentang ajaran Wringin Seto

secara garis besar seperti konsep ketuhanan manusia dan kosmologi. Akan tetapi

dalam penelitian ini konsep etika akan lebih ditonjolkan sebagaimna judul yang

penulis angkat.

F. Metodologi Penelitian

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang peneliti ambil adalah penelitian lapangan

yang bersifat kualitatif. Penelitan kualitatif adalah penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dan lisan dari orang-

orang dan perilaku yang dapat diamati.18

2. Metode Penelitian

Pada penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan antropologis

dan sosiologis. Pendekatan ini lebih untuk melihat pengaruh agama dalam

kehidupan sosial masyarakat. Antropologi sosial agama berkaitan dengan

soal-soal upacara, kepercayaan, tindakan dan kebiasaan yang tetap

(everyday life) dalam masyarakat sebelum mengenal tulisan, yang

menunjuk pada apa yang dianggap suci dan supernatural. sekarang

terdapat kecenderungan antropologi tidak hanya digunakan untuk meneliti

18

Lexy J. Meolong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2007), h. 4.

Page 23: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

12

masyrakat primitif melainkan juga masyarakat yang komplek dan maju,

menganalisis simbolisme dalam agama dan mitos, serta mencoba

mengembangkan metode baru yang lebih tepat untuk studi agama dan

mitos. Antropologi pada kajian agama memandang agama sebagai

fenomena kultural dalam pengungkapannya yang beragam, khususnya

tentang kebiasaan, peribadabatan dan kepercayaan dalam hubungan-

hubungan sosial.19

Pendekatan yang digunakan oleh para ahli antropologi dalam

meneliti wacana keagamaan adalah pendekatan kebudayaan. Yaitu melihat

agama sebagai inti kebudayaan. Nilai-nilai keagamaan tersebut terwujud

dalam kehidupan masyarakat.20

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori antropologi

Clifford Geertz yang menyatakan bahwa pendekatan antropologi adalah

penafsiran ilmiah yang dipesan dalam penelitian untuk mengartikan

kebudayaan melalui analisis sistematik, dan mempelajari makna

kemanusiaan dalam bentuk simbol-simbol. Segala bentuk upacara

keagamaan, dengan berbagai makna yang terkandung di dalamnya baik

berupa simbol, tindakan dan pikiran manusia dalam kehidupanya dalam

masyarakat, tidak lain adalah manifestasi kebudayaan.21

19

Imam Suprayogo, Metodologi Penelitian Sosial Agama (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2003), h. 62. 20

U. Maman KH., M.SI, metodologi Penelitian Agama : Teori dan Praktik (Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2006), h. 94. 21

Prof. Dr. H. Abdullah Ali, M. A, Agama dalam Ilmu Perbandingan (Bandung: Nuansa

Aulia, 2007), h. 97.

Page 24: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

13

Pendekatan sosiologis yang dipakai dalam penelitian ini ialah

penelitian sosiologis dalam hal aspek sosial agama yang berkaitan dengan

kelompok-kelompok dan lembaga keagamaan serta perilaku individu

dalam kelompok-kelompok tersebut. Dalam aspek kelompok dan lembaga

keagamaan yaitu menyangkut tentang sekte atau ormas keagamaan, maka

dalam penelitian ini berkaitan dengan objek kekadhangan Wringin Seto

sebagai kelompok penganut kepercayaan. Sedangkan aspek perilaku

individu dalam hubungannya dengan kelompok keagamaan yaitu tentang

perilaku individu yang dipengaruhi oleh keyakinan yang dianutnya terkait

dengan simbol atau doktrik kepercayaan tertentu yang dalam penelitian ini

digunakan sebagai pendekatan untuk melihat gejala sosial dalam

kehidupan sehari-hari yang dipengaruhi oleh kepercayaan tertentu, salah

satunya adalah Wringin Seto yang akan penulis angkat dalam penelitian

ini.22

3. Sumber Data

A. Data primer adalah data yang diperoleh langsung oleh peneliti

dari hasil penelitian atau observasi lapangan pada lokasi

penelitian, serta dokumen-dokumen resmi yang diterbitkan

secara resmi oleh Kekadhangan Wringin Seto. Data primer

diperoleh dari hasil pengamatan, pemahaman, dan wawancara

dengan masyarkat dan tokoh Wringin Seto.

22

Imam Suprayogo, Metodologi Penelitian Sosial Agama, h. 61.

Page 25: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

14

B. Data sekunder adalah data penunjang data primer, data yang

diperoleh dari skirpsi, tesis, buku-buku, jurnal penelitian dan

buku-buku yang berhubungan dengan Wringin Seto.

4. Teknik Pengumpulan Data

A. Observasi

Observasi adalah salah satu metode utama yang terpenting

dalam penelitian sosial keagamaan terutama pada penelitian

kualitatif. Observasi merupakan metode pengumpulan data yang

paling alamiah dan paling banyak digunakan tidak hanya dalam

dunia keilmuan tetapi juga di dalam berbagai aktifitas kehidupan.

Observasi bermakna umum yaitu pengamatan atau

penglihatan sedangkan secara khusus, dalam dunia penelitian

ilmiah, observasi adalah mengamati dan mendengar dalam rangka

memahami, mencari jawaban, mencari bukti terhadap fenomena

sosial keagamaan baik itu berupa kejadian-kejadian, benda maupun

simbol-simbol tertentu selama beberapa waktu tanpa

mempengaruhi fenomena yang diobservasi, dengan melakukan

kegiatan pencatatan, perekaman pemotretan sebagai hasil temuan

data analisis.23

B. Interview atau Wawancara

Interview atau wawancara merupakan metode

pengumpulan data dengan cara tanya jawab yang dilakukan untuk

23

Imam Suprayogo, Metodologi Penelitian Sosial Agama, h, 167

Page 26: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

15

mendapatkan hasil penelitian. Hal ini dilakukan untuk memperoleh

data langsung dari sumber-sumber yang dianggap kompeten dan

memiliki informasi serta data-data yang dibutuhkan dalam

penelitian ini. Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan di Blora

Jawa Tengah bertempat di pusat Wringin Seto.

C. Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengumpulan data yang didapat dari

dokumen-dokumen, catatan-catatan, video-video atau foto-foto

yang berkaitan dengan penyusunan skripsi.

D. Analisis Data

Analisis data yang penulis gunakan adalah metode

desktiptif analitik, yaitu metode yang dilakukan dengan cara

menguraikan sekaligus menganalisis data-data yang menjadi hasil

pengkajian dan pendalaman atas bahan-bahan penelitian. Metode

deskriptif lebih banyak berkaitan dengan kata-kata, di mana semua

data-data hasil penelitian diterjemahkan ke dalam bentuk bahasa,

baik lisan maupun tulisan. Kemudian, data-data yang berbentuk

bahasa ini dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian sehingga

menghasilkan kesimpulan.24

Dengan mendeskripsikan dan menganalisa, penulis

berharap dapat memberikan gambaran secara maksimal atas objek

penelitian yang dikaji dan di dalami dalam penelitian ini. Hasil

24Nyoman Kutha Ratna, Metodologi Penelitian: Kajian Budaya dan Ilmu Sosial Humaniora

Pada Umumnya (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 337.

Page 27: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

16

kajian dan penelitian dalam skripsi ini disajikan dalam bentuk

narasi.

E. Teknik Penulisan

Penulis dalam penyusunan skripsi ini berpedoman pada

prinsip-prinsip yang diatur dan dibukukan dalam Pedoman

Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi), yang

diterbitkan oleh Biro Akademik dan Kemahasiswaan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta tahun 2013/2014.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penyusunan ini diajukan untuk memberikan sebuah gambaran

secara garis besar yang penulis kemukakan dalam tiap-tiap bab agar

mempermudah pembahasan. Skripsi ini akan disusun menjadi lima bab:

Bab I: Bab ini akan membahas tentang latar belakang masalah,

batasan dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan

sistematika penulisan.

Bab II: Bab ini akan menjelaskan tentang profil dan letak geografis

masyarakat Wringin Seto di Blora. Pada bab ini akan

dijelaskan tentang pengertian Wringin Seto, riwayat pendiri

ajaran Wringin Seto, sejarah singkat Wringin Seto, letak

geografis, demografis dan tradisi dalam aliran Wringin seto

di Blora.

Page 28: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

17

BAB III: Bab ini akan membahas tentang kepercayaan penganut

penghayat Wringin Seto. Di antara pembahasan pada bab

ini adalah pembahasan ketuhanan menurut Wringin Seto,

konsep alam menurut Wringin Seto, Konsep manusia

menurut Wringin Seto, serta upacara dan ritual pada

penganut penghayat Wringin Seto.

BAB IV: Bab ini akan membahas tentang etika menurut ajaran

Wringin Seto. Pada bab ini akan dijelaskan konsep etika

dalam ajaran Wringin Seto, pandangan Wringin Seto

tentang etika, usaha dalam penanaman budi luhur,

pengimplementasian ajaran etika dalam Wringin Seto pada

kehidupan sehari-hari, dan konsekuensi bila tidak beretika.

BAB V Bab ini merupakan bab penutup yang berisikan kesimpulan

dari seluruh kajian dalam skripsi ini, dan saran-saran yang

sifatnya membangun dari penulis.

Page 29: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

18

BAB II

SEJARAH ALIRAN KEPERCAYAAN WRINGIN SETO

A. Letak Geografis dan Demografis Desa Soko

A. Letak Geografis

Wringin Seto merupakan aliran kepercayaan yang berada di Puncak

Bukit Soko, tepatnya di Desa Soko Kecamatan Jepon Kabupaten Blora

Jawa Tengah. Desa Soko berada di sebelah utara pusat Pemerintahan

Kecamatan Jepon berjarak 10 km dan sekitar 15 km dari pusat

Pemerintahan Kabupaten Blora dengan waktu tempuh sekitar 1 jam dengan

menggunkan kendaraan bermotor.1

Letak Desa Soko berada di atas Puncak Bukit Soko dengan batas

wilayah sebagai berikut:

1. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Waru

2. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Jurangjero

3. Sebalah selatan berbatasan dengan Desa Jatirejo

4. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Tempuran.

Luas wilayah berdasarkan Hak Pemilikan tanah dibagi menjadi 2

bagian

1. Tanah Hak Milik penduduk seluas 254,3 Ha

2. Tanah Hak Milik Desa seluas 1,9 Ha

1Data Desa Soko Kecamatan Jepon Kabupaten Blora Jawa Tengah Bulan Mei 2017

Page 30: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

19

Sedangkan luas wilayah Desa Soko Kecamatan Jepon sebagai berikut:

1. Luas Wilayah; 256,2 Ha

2. Tanah Sawah; 63,59 Ha

3. Tanah Tegalan; 112,11 Ha

4. Tanah Pekarangan; 14,5 Ha

5. Tanah Hutan; 60 Ha

6. Tanah Lain-lain; 6 Ha

PETA DESA SOKO KECAMATAN JEPON

Page 31: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

20

B. Kondisi Demografis

No Dukuh RW RT

1 Jegolan 01 1

2 Karangasem 01 2

3 Banyubanger 01 3

4 Watumalang 01 4

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa Desa Kelurahan Soko mempunyai

dukuh sebanyak 4 RT dan 1 RW yang masing-masing RT dipimpin oleh ketua RT

dan satu ketua RW.

Jumlah penduduk Desa / Kelurahan Soko berdasarakan laporan penduduk

bulan Mei 2017.

Penduduk berdasarkan umur

No Umur Laki-laki Perempuan Jumlah

1 00 s/d 04 17 12 29

2 05 s/d 09 25 29 54

3 10 s/d 14 30 36 66

4 15 s/d 19 34 39 73

5 20 s/d 24 26 19 45

6 25 s/d 29 22 29 51

7 30 s/d 34 38 40 78

8 35 s/d 39 36 45 81

9 40 s/d 44 27 30 57

Page 32: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

21

10 45 s/d 49 31 31 62

11 50 s/d 54 32 35 67

12 55 s/d 59 27 33 60

13 60 s/d 64 15 10 25

14 65 s/d 69 13 12 25

15 70 keatas 11 22 34

JUMLAH 384 422 806

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa jumlah penduduk berdasarkan

umur Kelurahan Soko adalah 806 jiwa, dengan rincihan penduduk laki-laki

berjumlah 384 jiwa dan perempuan berjumlah 422 jiwa.

Penduduk Berdasarkan Agama dan Aliran Kepercayaan

JENIS AGAMA JUMLAH

PENGANUT

RUMAH IBADAH

ISLAM 78 9

KRISTEN 18 1

ALIRAN

KEPERCAYAAN

6 1

Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

PEKERJAAN JUMLAH

Belum bekerja 99

Buruh harian lepas 1

Page 33: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

22

Karyawan Swasta 15

Kepala Desa 1

Ibu Rumah Tangga 186

Pekerjaan lainya 1

Pelajar 154

Pembantu Rumah Tangga 2

Pendeta 2

Perangkat Desa 7

Pedagang 6

Petani 247

Pegawai Negri Sipil 8

Wirasawasta 77

Jika dilihat dari tabel di atas jumlah dengan mata pencaharian terbanyak

adalah petani, karena sebagian besar luas wilayah Desa Soko Kecamatan Jepon

merupakan ladang atau sawah.

B. Aliran Kepercayaan dan Sejarahnya

Bangsa Indonesia terdiri dari masyarakat yang pluralistik dan berasaskan

Pancasila, tepatnya pada sila pertama yaitu ketuhanan Yang Maha Esa. Gambaran

tersebut ditampakkan dalam bentuk keanekaragaman adat istiadat, bahasa, agama,

dan sebagainya.

Salah satu daerah di Indonesia yang menjadi tempat berkembangnya aliran

kebatinan adalah pulau Jawa. Pulau Jawa merupakan pulau yang terdapat banyak

kepercayaan yang tumbuh dan berkembang. Konsep teologi dan eskatologi yang

Page 34: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

23

masuk ke tanah Jawa mempunyai peranan penting dalam munculnya kebatinan di

Indonesia.

Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa secara etimologi

mengandung arti menganggap benar, mengakui dengan kesungguhan serta

meyakini terhadap eksistensi Tuhan Yang Maha Esa yang mengatur kehidupan

alam semesta beserta isinya. Pemaknaan terhadap arti dari percaya kepada Tuhan

Yang Maha Esa hanya dapat diresapi dengan jalan penghayatan secara

mendalam.2

Dengan demikian aliran kepercayaan atau kepercayaan terhadap Tuhan

Yang Maha Esa dapat diartikan sebagai kesadaran batin, rohani, atau kejiwaan

dalam bentuk perilaku budaya yang tidak terpisahkan dengan nilai leluhur budaya

bangsa.

Prof. Kamil Kartapradja menggolongkan aliran kepercayaan ke dalam dua

jenis3, yaitu:

1) Golongan kepercayaan yang sifatnya sederhana (tradisional) dan

animistis, yaitu golongan kepercayaan yang tidak mempunyai filosofi

dan tidak mempunyai ajaran mistik, sehingga kepercayaan yang diyakini

tersebut dinilai sederhana. Contoh di antaranya adalah kepercayaan

Parmalim dan Pelebegu di Tapanuli.

2) Golongan kepercayaan yang mempunyai ajaran filosofi dan juga ajaran

mistik. Sehingga sistem kepercayaannya jauh lebih kompleks dan

2Hertoto Basuki, Mengenal Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa laku hidup

dalam : Managemen Manunggaling Kawulo Gusti, (2013), h. 19. 3Kamil Kartapraja, Aliran Kebatinan dan Kepercayaan di Indonesia ( Jakarta; Yayasan

Masagung, 1985), h. 118.

Page 35: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

24

mendalam dibanding kepercayaan yang tradisional. Dalam

perjalanannya, golongan kepercayaan ini lebih dikenal dengan golongan

kebatinan.

Menurut keputusan Direktur Jenderal Kebudayaan Nomor: 021/AI/1980,

definisi kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa berbunyi: “Kepercayaan

terhadap Tuhan YME adalah budaya spiritual yang berunsurkan tuntunan luhur

dalam wujud perilaku, hukum, dan ilmu suci, yang dihayati oleh penganutnya

dengan hati nurani dalam kesadaran keyakinan terhadap Tuhan YME, dengan

membina keteguhan tekad dan kewaspadaan batin serta menghaluskan budi

pekerti dalam tata pergaulan menuju kebersihan jiwa dan kedewasaan rohani,

demi mencapai kesejahteraan dan kesempurnaan hidup di dunia dan di alam yang

kekal.4

Dalam sarasehan penghayat kepercayaan Tuhan Yang Maha Esa tingkat

Nasional tahun 1981, penghayat kepercayaan mempunyai definisi tersendiri

bahwa “ kepercayaan terhadap Tuhan YME adalah pernyataaan dan pelaksanaan

hubungan pribadi dengan Tuhan berdasarkan keyakinan yang diwujudkan dengan

perilaku ketakwaan atau peribadatan serta pengamalan budi luhur”.5

Menurut Badan Kongres Kebatinan Indonesia (BKKI) di Solo tahun 1956

menyatakan bahwa aliran kebatinan adalah sumber asas sila ketuhanan Yang

Maha Esa untuk mencapai budi luhur guna kesempurnaan hidup.6

4Hertoto Basuki, Mengenal Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa laku hidup

dalam : Managemen Manunggaling Kawulo Gusti , h. 24. 5Hertoto Basuki, Mengenal Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa laku hidup

dalam : Managemen Manunggaling Kawulo Gusti, h. 25. 6Suwarno Imam S, Konsep Tuhan, Manusia, Mistik dalam berbagai Kebatinan Jawa, h.

85.

Page 36: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

25

Sejarah aliran kepercayaan dimulai pada perkembangan kepercayaan asli

Indonesia yang bertemu dengan paham dari luar yang beragam. Agama asli di

Indonesia menurut antropologi dibagi menjadi dua. Pertama, agama asli sebagai

jenis murni terutama terdapat pada suku-suku bangsa yang dikenal dengan nama

Protomelayu. Kelompok ini meliputi suku-suku di wilayah Nias, Sumatra,

Kalimantan dan Sulawesi. Kedua, kelompok Deteromelayu. Kebudayaan dan

agama asli mereka pada umumnya terdapat dalam keadaan tercampur. Kelompok

Deteromelayu ini meliputi semua suku di wilayah Sumatra, Jawa, Madura,

Bawean, Bali, Lombok dan Sumbawa.7

Kemudian pada abad ke 6 masehi, Agama Hindu masuk ke Indonesia

dengan pengaruh besar terhadap perkembangan kebudayaan dan kepercayaan.

Pengaruh terbesar dirasakan di wilayah Sumatra, Jawa, Bali dan Kalimantan.

Sebelum kedatangan Hindu, masyarakat Jawa telah memiliki kebudayaan dan

kepercayaannya sendiri. Lalu kepercayaan asli tersebut melebur dengan

kepercayaan Hindu.8 Kemudian hasil percampuran keduanya lebih dikenal dengan

kebudayaan campuran Hindu Jawa.

Sedangkan munculnya kebatinan terjadi bersamaan dengan masuknya

Agama Islam di Indonesia atau lebih tepatnya ditandai dengan berdirinya kerajaan

Islam di Demak. Dalam UUD 1945 pasal 29 ayat 2 menjelaskan bahwa, “Negara

menjamin kemerdekaan tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing

dan untuk beribadah menurut agama dan kepercayaanya tersebut. Dari UUD

tersebut, banyak aliran yang menerjemahkannya sebagai jaminan oleh negara

7Rachmat Subagya, Agama Asli Indonesia (Jakarta; Yayasan Cipta Loka Caraka, 1981),

h. 29. 8Harun Hadiwijono, Konsepsi tentang Manusia dalam Kebatinan Jawa, h. 11.

Page 37: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

26

akan kebatinan yang telah mereka yakini. Kondisi ini lantas menjadi faktor

munculnya berbagai aliran kebatinan baru seperti jamur di musim hujan. Artinya

di mana-mana muncul berbagai aliran kebatinan dengan bermacam-macam nama

yang disesuaikan dengan iklim dan selera lingkungannya.9

Harun Hadiwijono menjelaskan bahwa semenjak Indonesia

mendeklarasikan kemerdekaan, kemerosotan moral menjadi fokus permasalahan

yang mengecewakan banyak orang. Agama yang ada baik Islam, Kristen, Katolik

dan lainnya tidak terbukti sebagai benteng kekuatan moral tersebut. Hal ini

dipahami bahwa aliran kebatinan hadir sebagai respon atas ketidakberdayaan

agama dalam menanggulangi kemerosotan moral bangsa Indonesia. Bahkan di

Salatiga pada tahun 1960 sempat diadakan konferensi untuk membicarakan soal

kepribadian bangsa Indonesia dalam menemukan solusi dari kemerosotan moral

tersebut.10

Menurut M.M Djojodiguna, aliran kebatinan dapat dibedakan menjadi

empat golongan11

:

1. Golongan yang menggunakan ilmu ghaib

2. Golongan yang berusaha mempersatukan jiwa manusia dengan Tuhan

3. Golongan yang berniat mengenal dari mana asal hidup dan kemana itu

akhirnya pergi.

4. Golongan yang berhasrat untuk menempuh budi luhur di dunia ini.

9H. M. Danuwijoto B. A., Seluk Beluk Aliran Kebatianan (Semarang; Djaura Prop.

Djateng bhg. Aliran, 1970), h. 12. 10

Harun Hadiwijono, Kebatinan dan Injil, h. 2. 11

Suwarno Imam S, Konsep Tuhan, Manusia, Mistik dalam berbagai Kebatinan Jawa),

h. 81.

Page 38: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

27

Beberapa contoh dari aliran kebatianan yang ada di Jawa contohnya

Pangestu, Subud, Sapta Dharma, Ki Ageng Surya Mentaram, Paguyuban

Sumarah, Bratakesawa, dan yang menjadi fokus pada penelitian ini adalah

Wringin Seto.

C. Riwayat Pendiri Wringin Seto

Organisasi Kekadangan Wringin Seto didirikan pada bulan Suro, tepatnya

tanggal 8 September tahun 1895 Masehi di Mergoyudan, jalan Kartisono, Solo,

Jawa Tengah. Kekadangan Wringin Seto ini bertempat di puncak Bukit Soko,

Desa Soko Kecamatan Jepon, yang beralamatkan di Jln. Ahmad Yani No. 56

Kabupaten Blora, Jawa Tengah.12

Ajaran Wringin Seto ini pertama kali didirikan oleh Eyang Amiseno dan

Amiluhur. Kedua eyang ini hidup pada tahun 1818(1895 M)-1915. Aliran ini bisa

terbentuk dikarenakan Eyang Amiseno dan Amiluhur mendapatkan wangsit pada

waktu sedang bertapa di Panca Garuda Gung yang sekarang ini dikenal dengan

nama Selo Pamundutan yaitu Gunung Lawu. Waktu sedang bertapa, mereka

mendengar suara gaib. Suara gaib “Writ-writing ngelmu laku nuju ing bebener” .

kemudian beliau mendengar suara gaib lagi “Wringin Seto”.13

Adapun tempat-tempat yang pernah dipakai kedua eyang ini untuk bertapa

di antaranya adalah14

:

12

Tim penyusun Depdikbud, Enksiklopedia Kekadhangan Wringin Seto Pusat Nasional

(Blora: Depdikbud, 2015 ), h. 1. 13

Koesoema Soerodiningrat Soewardi, Naskah Pemaparan Budaya Spiritual Organisasi

Wringin Seto,Penyajian Pemaparan Budaya Spiritual di Hotel Gondaria Cisarua, Bogor Jawa

Barat Tanggal 3 S.D 5 Desember 1991, h. 1. 14

Yuventius Fusi Nusantoro, Menjadi manusia Berketuhanan Melalui Wewarah

Kekadhangan Wringin Seto Refleksi Terhadap Fungsi Institusi Agama Katolik Dalam Usaha

Pendalaman Penghayatan Umatnya Berealisasi Dengan Yesus, Tesis, Sekolah Tinggi Filsafat

Teologi Widya Sasana Malang, 2000, h. 15.

Page 39: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

28

1. Daerah sekitar Gunung Lawu tepatnya Argo Dumiling, Argo Tiling,

Argo Pusoro, Argo Dalem, Sendang Derajad, Selo Pamundutan Cokro

Suryo, Sendang Kaputren, Telogo Kuning, dan gua-gua di sekitar

Gunung Lawu.

2. Parang Kusumo, Parang Tritis dan Gua Langse.

3. Gunung Srandil.

4. Derah sekitar Pegunungan Muria seperti Ukir Rahwatu, Puncak Songo

Likur, Sendang Buton, dan Candi Angin.

5. Gunung Tidar.

6. Gunung Bromo.

7. Gunung Mahameru.

Ajaran Kekadhangan Wringin Seto ini sebenarnya sudah lama adanya.

Namun ajaran Wringin Seto sebelumnya hanya di gethok tularkan (dari mulut ke

mulut saja) dengan bentuk wewarah atau yang dikenal dengan wejangan-

wejangan. Jadi pada saat itu, ajaran ini belum bisa dituangkan dalam bentuk

tertulis.15

Pengalaman kedua eyang tersebut kemudian dibagikan kepada orang-

orang dalam keraton Surakarta. Cara penyampaian wejangan dilakukan secara

perorangan dan dalam suasana khusyuk. Sang murid yang akan mendapat

wejangan itu duduk bersila di atas sebuah tikar, yang harus selalu baru setiap kali

hendak mendapatkan wejangan, sang pemberi wejangan duduk bersila di

hadapannya lalu kedua dahi mereka saling bertemu. Dalam suasana yang sangat

15

Koesoema Soerodiningrat Soewardi, Naskah Pemaparan Budaya Spiritual Organisasi

Wringin Seto,Penyajian Pemaparan Budaya Spiritual di Hotel Gondaria Cisarua, Bogor Jawa

Barat Tanggal 3 S.D 5 Desember 1991, h. 1.

Page 40: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

29

sakral inilah sang murid mendapatkan wejangan. Murid-murid dari kedua eyang

ini antara lain adalah para wiku (penasehat raja), empu (pembuat senjata

kerajaan), dan dukun (tabib Jawa) yang berada di dalam keraton dan sekitarnya.16

Berdasarkan wangsit itulah kemudian Eyang Amiseno dan Amiluhur

sering memberikan nasihat-nasihat kepada murid-muridnya. Sebelum wafat

Eyang Amiluhur memanggil putranya, Djoyo Amiharjo untuk meneruskan apa

yang telah diajarkan oleh Eyang Amiseno dan Amiluhur. Djoyo Amiharjo diberi

tanggung jawab untuk meneruskan ajaran Wringin Seto dari kedua eyang

tersebut.17

Pada tahun 1915, Djoyo Amiharjo mulai aktif dalam memberikan ajaran

Wringin Seto kepada para pengikutnya. Djoyo Amiharjo memberikan ajarannya

melalui penghayatan bersama-sama dan pengamalan terhadap sesama melalui

komunikasi ritual. Setelah Djoyo Amiharjo wafat kemudian ajaran Wringin Seto

diteruskan oleh putranya yaitu Koesoema Soerodiningrat Soewardi. Sepeninggal

Eyang Koesoema Soerodiningrat Soewardi, ajaran diteruskan oleh putranya, Eka

Agus Tijana Budi dan Eka Distya Saputra.

Secara turun temurun dan bertahap, mulai dari Eyang Amiseno dan

Amiluhur yang menerima wangsit kemudian diteruskan oleh Djoyo Amiharjo

kemudian dipegang oleh sesepuh Koesoema Soerodiningrat Soewardi hingga

sekarang oleh kedua anaknya. Secara prinsip ajaran tidak berubah. Pada

16

Yuventius Fusi Nusantoro, Menjadi manusia Berketuhanan Melalui Wewarah

Kekadhangan Wringin Seto Refleksi Terhadap Fungsi Institusi Agama Katolik Dalam Usaha

Pendalaman Penghayatan Umatnya Berealisasi Dengan Yesus, Tesis, Sekolah Tinggi Filsafat

Teologi Widya Sasana Malang, 2000, h. 17. 17

Koesoema Soerodiningrat Soewardi, Naskah Pemaparan Budaya Spiritual Organisasi

Wringin Seto,Penyajian Pemaparan Budaya Spiritual di Hotel Gondaria Cisarua, Bogor Jawa

Barat Tanggal 3 S.D 5 Desember 1991, h. 1-2.

Page 41: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

30

hakikatnya Wringin Seto ini berisi ajaran mengenai ketuhanan YME, manusia,

dan mengenai alam semesta. Namun secara metode penyampaian, wejangan

Wringin Seto mengalami perubahan, terutama pada masa Koesoema

Soerodiningrat Soewardi yang menjadi penuntun. Saat ini, metode pengajaran

dilakukan secara massal dan sudah terbuka untuk umum, berbeda dengan

sebelumnya di mana yang mendapatkan wejangan hanya terbatas pada orang

tertentu.

Kekadangan Wringin Seto juga mempunyai susunan kepengurusan, yang

terdiri atas;

Penuntun perintis : Koesoema Soerodiningrat Soewardi

Penuntun Penerus : Eka Agus Tijana Budi dan Eka Distya Saputra

Wakil Penuntun I : Suparyanto, SE.

Wakil Penuntun II : Yp. Sukiyanto BA.

Ketua : Ign. Untung Sadimin B. Sc.

Wakil Ketua : Ahmad Djaswadi

Sekertaris : Budi Utomo. A. Md.

Bendahara : M. M maryuniati.

Sie Bidang Peningkatan Penghayatan : Dr. Supriyono

Sie Bidang Umum & Kewargaan : M. Sugeng sudiartono

Sie Bidang Pelestarian Budaya : Drs. Adhiyanto W. P.

Sie Bidang generasi Muda : Kresno Andi C. & Eko Yulianto

Page 42: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

31

Gambar: Sesepuh Eyang Koesoemo Soerodiningrat Soewardi

D. Persebaran Aliran Kepercayaan Wringin Seto

Awalnya aliran Wringin Seto didirikan oleh Eyang Amiseno dan

Amiluhur di kota Solo. Lalu kepemimpinan ini diteruskan oleh Djoyo Amiharjo di

kota yang sama. Setelah itu, barulah pada kepemimpinan Eyang Koesoema aliran

ini dikembangkan di kota lain, yaitu Blora. Hal ini dilakukan, karena pada waktu

yang sama, Eyang Koesoema bekerja di BRI Pusat yang berada di Blora.

Kelompok aliran kepercayaan Wringin Seto tersebar di beberapa daerah di Jawa

Tengah seperti sekitar Solo, Yogyakarta, Muntilan, Magelang, Rembang dan

sekitar jalan pantura.18

Penyebaran aliran ini tidak begitu pesat dikarenakan proses dan

metodenya yang masih sederhana. Hanya melalui mulut ke mulut dan terbatas

untuk yang bersedia ikut serta.

18

Wawancara Pribadi dengan Ign. Untung Sadimin B. Sc. (Ketua Umum Pusat Wringin

Seto di rumah yang berada di Kecamatan Jepon Kabupaten Blora Provinsi Jawa Tengah) pada

tanggal 7 Agustus 2017.

Page 43: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

32

Menurut Eka Agus Tijana Budi aliran ini terbagi menjadi dua golongan.

Pertama, golongan murni. Mereka masih berpegang pada ajaran orang-orang

terdahulu sebelum agama masuk ke pulau Jawa, dan masih mempertahankan

kebudayaan lokal yang diwarisi oleh leluhur. Kedua, golongan campuran. Mereka

yang beragama tapi tidak bisa meninggalkan budaya leluhur.19

Dalam mengembangkan ajaranya, Wringin Seto mendirikan padepokan

Wringin Seto di Sayuran Jepon. Anggota Wringin Seto diperkirakan sebanyak

24.000 orang.20

Peta Persebaran Penghayat Aliran Kepercayaan Kabupaten Blora

19Wawancara Pribadi dengan Eka Agus Tijana Budi (Penuntun Penerus Wringin Seto di

Sasono Hangudi Sembah Raosing Gesang Kecamatan Jepon Kabupaten Blora Provinsi Jawa

Tengah) pada tanggal 2 Agustus 2017. 20

Tim Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi,

Enksiklopedia Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa (Jakarta: Kementrian Pendidikan dan

Kebudayaan, 2017 ), h. 680.

Page 44: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

33

E. Lambang dan Makna Wringin Seto

Wringin Seto terdiri dari dua bentuk suku kata Wringin atau pohon

beringin yang memiliki arti bahwa siapa saja bisa berteduh tanpa pandang bulu

dan Seto suci atau putih berarti yang bermakna bergerak kearah kebaikan atau

kesucian. Jadi Wringin Seto ini merupakan nama kekadangan penghayat

kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang mengamalkan ajaran

ketuhanan.

Wringin Seto mempunyai lambang berupa lingkaran yang di dalamnya

terdapat bintang lima dan di bawahnya terdapat manusia yang sedang manembah

yang disertai terdapat lingkaran tiga, dupa menyala dan tiga keris lurus.21

1) Bintang Lima

Bintang yang terletak di atas melambangkan ketuhanan Yang

Maha Esa, mempunyai arti asal/pusat dasar perilaku tata kehidupan yang

berasaskan Pancasila

2) Manusia yang sedang manembah (Mring Kang Kawoso).

Artinya bahwa manusia berkewajiban berperilaku sesuai dengan

kehendak Tuhan Yang Maha Esa. Hanya kepada-Nya kita menyembah

dan memohon perlindungan. Manusia boleh atau tidak perlu manembah,

namun mereka tidak akan menemui kekuatan dan kedamaian seperti yang

mereka temui ketika mereka manembah.

21

Tim penyusun Depdikbud, Enksiklopedia Kekadhangan Wringin Seto Pusat Nasional,

h. 3.

Page 45: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

34

3) Lingkaran Tiga.

Artinya bahwa dalam kehidupan ini dipengaruhi oleh tiga elemen

alam yang menjadi unsur utama dalam kehidupan ini, yaitu:

a) Tanah (bumi) asal muasal atau pembawaan.

b) Air perilaku ke arah ketentraman atau kedamaian.

c) Api perilaku kearah kekacauan, sifat ini bergantung pada yang

menggunakan bisa juga berarti menerangi ataupun

memusnahkan.

4) Warna Merah Putih

Warna tersebut melambangkan keberanian (merah) dan kesucian

(putih), di dalamnya keberanian harus memiliki dasar kesucian. Itulah

perilaku dari manusia manembah.

5) Warna Kuning Melingkar

Kuning di sini sebagai lambang kehidupan sejati. Orang

manembah harus menjaga kehiduapan sesama, saling menghormati dan

menghargai (tepa slira).

6) Warna Biru

Warna ini melambangkan cita-cita dari Wringin Seto yang

mengarah kedamaian pribadi dan masyarakat dunia (saindengaing

bawono).

Page 46: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

35

7) Warna Hijau

Warna ini melambangkan cita-cita yang ditujukan ke arah Tata

Tentrem Kerta Raharja.

8) Tujuh Lengkungan

Tujuh lengkungan ini melambangkan tujuh tahapan kerohanian

yang perlu dipelajari (biasane laku ngelmu, iku srana laku).

9) Tiga Bukit

Melambangkan batu ujian yang harus didaki untuk mencapai

terjadinya suatu cita-cita, ada tiga fase:

a) Fase pertama: pada waktu akan dimulainya suatu ikhtiar

b) Fase kedua : selama melakukan ikhtiar

c) Fase ketiga: setelah melakukan ikhtiar, yaitu apakah ia mampu

menjaga kondisi yang telah dicapai selama ini.

10) Air Bergelombang

Melambangkan bahwa kenyataan hidup itu seperti air yang

bergelombang, yang merupakan mulut raksasa yang siap menelan siapa

saja yang bisa diombang – ambingkan dan ditenggelamkan.

Page 47: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

36

11) Dupa Menyala

Melambangkan bahwa semangat itu harus tetap berkobar dalam

ikhtiar apapun jika ingin berhasil. Tanpa semangat yang tinggi hidup ini

tak akan bergairah.

12) Tiga Keris

Melambangkan pusaka tradisional yang merupakan piandel

(pegangan) bagi siapa saja yang mau memakainya. Jumlah tiga ini

menggambarkan nilai yang terkandung dalam piandel tersebut yaitu:

panembah (penyembah), pangucap (mulut), dan pakarti (tindakan).

Manusia akan memiliki nilai yang tinggi di hadapan Tuhan dan

masyarakat jika ia memelihara ketiga pusaka tadi.

Ketiga keris tersebut terletak di atas sesanti kekadangan, yang

berarti bahwa di dalam membina kekadangan juga harus didasarkan pada

dasar-dasar keluhuran agar terhindar suasana ketidakpuasan maupun

kekecewaan dalam kekadangan. Dasarnya ialah : ing ngarso sung tulada

(para pemimpin yang ada di depan haruslah memberi contoh), ing madya

mangun karsa (pemimpin haruslah membangkitkan semangat para warga

untuk bersama-sama menempuh suatu tujuan), tut wuri handayani

(pemimpin hendaknya memberi kekuatan dan dorongan).

Page 48: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

37

13) Tulisan Kekadangan

Semangat kekadangan merupakan dasar dari organisasi, yakni

saling menghormati antar sesama warga yang berbeda pendapat, karena

tujuan yang hendak dicapai bersama adalah mengagungkan Tuhan Yang

Maha Esa.

14) Tulisan Wringin Seto

Wringin berarti pohon beringin yang menggambarkan bahwa

organisasi ini diharapkan dapat menjadi tempat bernaung bagi siapapun

tanpa kecuali. Seto (putih) yang berarti suci menggambarkan bahwa

kekadangan ini hendak mengajak para penganutnya untuk kembali kepada

kesusian bagi mereka yang banyak bertindak buruk dan jauh dari Tuhan

untuk berbuat baik dan kembali pada Tuhan sebagai lambang pensucian

diri dan senantiasa memlihara kesucian tersebut dengan cara mengenal,

menghayati dan mengamalkan ajaran Tuhan Yang Maha Esa.

Page 49: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

38

Gambar: Lambang dari Aliran Kepercayaan Wringin Seto

F. Tradisi Penganut Aliran Kepercayaan Wringin Seto

Ada beberapa tradisi yang sering dilakukan oleh aliran Wringin Seto

antara lain22

;

1. Suran

Tradisi suran ini tidak asing bagi orang-orang Jawa yang masih

mempertahankan budaya para leluhur. Bagi masyarakat Jawa bulan suro

sebagai awal tahun Jawa juga dianggap bulan yang sakral atau suci, bulan

yang tepat untuk melakukan renungan guna mendekatkan diri pada Yang

Maha Kuasa.

22

Wawancara Pribadi dengan Eka Agus Tijana Budi (Penuntun Penerus Wringin Seto di

Sasono Hangudi Sembah Raosing Gesang Kecamatan Jepon Kabupaten Blora Provinsi Jawa

Tengah) pada tanggal 2 Agustus 2017.

Page 50: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

39

Penganut Wringin Seto sendiri mempunyai serangkaian acara

untuk menyambut datangnya bulan suran ini dimulai dengan buka suran

(awal bulan Suro), 15 Suro (pertengahan bulan) dan tutup suran (akhir

bulan Suro). Awal dan akhir bulan meraka melakukan puasa dan di

tengah-tengah bulan di tanggal 15 Suro mengadakan berbagai acara.

Upacara tradisi dimulai dengan syukuran ambeng atau tumpeng dan doa

bersama yang didoakan oleh 7 keyakinan antara lain, 6 agama dan satu

keyakinan budaya lokal Wringin Seto. Setelah selasai didoakan ambeng

lainya diarak kirab atau kirab budaya mengelilingi sanggar lengkap

dengan pakaian adat Jawa beskap lengkap dengan blangkon yang kental

dengan tradisi Jawa.

Beberapa jenis sesaji yang biasanya disajikan dalam acara suran

atau acara khusus lainnya antara lain;

a. Sesaji berupa makanan yang dimasak; nasi ambeng atau

tumpeng, bubur merdeka merah putih, nasi gudangan dan

jajanan pasar

b. Sesaji berupa wewangian; minyak wangi dan dupa.

c. Sesaji berupa bunga; bunga panca lima (mawar, melati,

gading, kantil dan kenanga) bunga jambe, bungan kelapa

(manggar) dan bunga gantal (daun sirih, gambir, injot dan

tembakau)

d. Sesaji berupa buah-buahan; kelapa, pisang, jeruk bali, salak

dan nanas.

Page 51: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

40

e. Palawija komplit; polo kependem (dalam tanah) kentang klici

hitam, wortel, ketela, dan kacang tanah. Polo gumandul

(menggantung) buncis, lombok, jagung dan padi.

f. Sesaji lainnya: daun alang-alang, tebu ulung, janur kuning, air

tawar, dan lain-lain.

2. Sarasehan

Tradisi ini dilakukan dalam satu bulan sekali yaitu pada hari Selasa

Kliwon dan Jumat Kliwon di kalender Jawa. Serasehan merupakan acara

rutin yang digunakan untuk sembahyang bersama, ajang silaturahmi dan

bertukar pikiran. Sarasehan terkadang berupa ceramah oleh pembimbing

atau penuntun.23

3. Tujuh Belasan

Tradisi tujuh belasan ini dilaksanakan secara rutin setiap tahunnya.

Acaranya di laksanakan di puncak Gunung Lawu yang tepatnya di

perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Dalam pelaksanaannya orang-orang Wringin Seto menaiki Gunung

Lawu selama 9 hari tapi ada juga yang hanya 3 hari tergantung

kemampuan setiap individunya. Acara pembukaannya diawali dengan

pengibaran Sang Saka atau bendera Merah Putih. Diteruskan dengan doa

23

Wawancara Pribadi dengan Ign. Untung Sadimin B. Sc. (Ketua Umum Pusat Wringin

Seto di rumah yang berada di Kecamatan Jepon Kabupaten Blora Provinsi Jawa Tengah) pada

tanggal 7 Agustus 2017.

Page 52: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

41

bersama untuk para pahlawan yang telah gugur untuk merebut

kemerdekaan negara Indonesia.24

Acara tujuh belasan ini mempunyai makna untuk memupuk rasa

nasionalisme bagi warga Indonesia khusunya untuk penganut Wringin

Seto untuk menghargai dan meniru pengorbanan para pahlawan zaman

dahulu dalam mempertahankan bangsa Indonesia.

24

Wawancara Pribadi dengan Daman (Penuntun Wringin Seto Cabang Rembang di rumah

yang berada di Desa Waru Kabupaten Rembang Provinsi Jawa Tengah) pada tanggal 10 Agustus

2017.

Page 53: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

42

BAB III

KEPERCAYAAN ALIRAN WRINGIN SETO

A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto

Dalam Wringin Seto konsep tentang ketuhanan Yang Maha Esa

merupakan konsep dasar dari ajaran kekadangan ini. Segala sesuatu yang ada

merupakan kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa, atas kuasa-Nya dan wewenang-

Nya menunjukkan ciptaan-Nya seisi alam. Sehingga penganut Wringin Seto

percaya atas kekuasaan-Nya. Tuhan yang memberikan Sih-Nya (kasih sayang-

Nya) kepada seluruh manusia dan ciptaan-Nya sehingga seluruh Sih-Nya dapat

dinikmati di dalam kehidupan.1

Menurut ajaran Wringin Seto mengenai paham ketuhanan bahwa semua

yang hidup di Jagad Raya ini ada yang memberi hidup. Penganut Wringin Seto

menyebutnya sebagai Tuhan Yang Maha Hidup. Tuhan di dalam Wringin Seto

digambarkan Yang Maha Adil. Ia bertindak tanpa pilih kasih, Ia akan memberikan

hukuman bagi siapapun yang melakukan kesalahan.2

Tuhan atau Yang Maha Hidup mempunyai sifat-sifat antara lain

“wewarah nawa sapta ing jiwangga atas kuasa-Nya atas wewenang-Nya Tuhan

Yang Maha Esa” (sembilan wewarah, tujuh di jiwa raga atas kuasa-Nya dan atas

kehendak Tuhan Yang Maha Esa).

1Koesoema Soerodiningrat Soewardi, Naskah Pemaparan Budaya Spiritual Organisasi

Wringin Seto,Penyajian Pemaparan Budaya Spiritual di Hotel Gondaria Cisarua, Bogor Jawa

Barat Tanggal 3 S.D 5 Desember 1991, h. 5. 2Koesoema Soerodiningrat Soewardi, Naskah Pemaparan Budaya Spiritual Organisasi

Wringin Seto,Penyajian Pemaparan Budaya Spiritual di Hotel Gondaria Cisarua, Bogor Jawa

Barat Tanggal 3 S.D 5 Desember 1991, h. 5.

Page 54: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

43

Sembilan wewarah tersebut adalah sebagai berikut:3

1. “Wulu urip uriping Kang Maha Nasa wus manunggal ing

jiwanggakuki” (bulu hidup-hidupnya Yang Maha Kuasa sudah

menyatu di dalam jiwa ragaku).

2. “Kulit rasa rasaning Kang Maha Resik wus manunggak ing

jiwanggakuki” (kulit rasa-rasanya Yang Maha Bersih sudah

menyatu di dalam jiwa ragaku).

3. “Getih sari sarining Kang Maha Ayem wus manunggal ing

jiwanggakuki” (Darah sari-sarinya Yang Maha Tenang sudah

manunggal di dalam jiwa ragaku).

4. “Otot daya dayaning Kang Maha Utami wus manunggal ing

jiwanggakuki” (Otot daya-dayanya Yang Maha Utama sudah

manunggal di dalam jiwa ragaku).

5. “Daging bantolo bantalaning Kang Maha Linuwih wus

manunggal ing jiwanggakuki” (Daging dunia-dunianya Yang

Maha Agung sudah menyatu di dalam jiwa ragaku).

6. “Balung tosing kukuh kinukuhing Kang Maha Tanpapilih Kasih

wus manunggal ing jiwanggakuki” (Tulang kokoh-kokohnya Yang

Maha Adil sudah menyatu di dalam di jiwa ragaku).

7. “Utek, saraf, sumsung, daya rasa sari sih asihing Kang Maha

Welas Asih wus manunggal ing jiwanggakuki”. (Sumsum otak

3Buku Saku Wringin Seto, 21 Desember 20015, h. 28

Page 55: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

44

daya sari Sih-Nya Yang Maha Belas Kasih Sayang sudah menyatu

di dalam jiwa ragaku).

8. “Nylurupi rasa, resik, sukma, urip, tuking tumekane kang tanpa

ginantha, rasa, resik, sukma, urip, daya kwasaning Kang Murba

Amisesa, Jagad Ageng, Jagad Alit sawetahipun . . . . . ulun pasrah

jiwangga ulun, tuwin rasa saklimah, semanten ugi lampah ulun

setindak. Ulun muhun paukuman sedaya tumindak ulun ingkah

ulun sengaja lan mboten ulun sengaja. Ampun ngantos dateng run

temurun ulun nampi Sih paduko sampun ulun tanpi tanpa paduko

ulun mboten kawagang”. (Menyelami rasa, membersihkan sukma,

hidup, daya, dalam Kuasa Yang Ilahi, Dunia Besar dan Dunia

Kecil seisinya, hamba memasrahkan jiwa dan rasa seutuhnya,

demikian juga seluruh hidup hamba. Hamba mohon pengampunan

atas segala tindakan-tindakan hamba yang hamba lakukan secara

sengaja maupun yang tidak hamba sengaja. Janganlah kiranya

hukuman itu menimpa hamba turun temurun, kasih Tuhan telah

hamba terima secara berlimpah-limpah).

9. “Tumpakku rasa, obahku sukma; jumangkahku urip”.

(Landasanku rasa, gerakku sukma; langkahku hidup).

Dalam Wewarah Nawa Sapta Ing Jiwangga di atas dari sembilan wewarah

tersebut ada tujuh di antaranya yang terdapat dalam diri manusia. Dan dari

wewarah tersebut mampu membantu manusia lebih dekat dengan Tuhan Yang

Maha Esa. Dengan tujuh wewarah yang ada dalam diri manusia membantu

Page 56: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

45

manusia semakin mengenal Tuhan Yang Maha Esa dengan merenungkan

keberadaan dirinya sendiri, dari bulu, kulit, darah, dan sebagainya.4

Penganut Wringin Seto mempunyai pandangan bahwa Tuhan Yang Maha

Esa itu adalah satu, ada di mana-mana, abadi, dan seluruh alam ini merupakan

ciptaan oleh-Nya. Tuhan Yang Maha Esa itu kekal dan tidak dapat digambarkan

perwujudan-Nya, Ia merupakan asal dan tujuan dari segala yang ada.5

Tuhan Yang Maha Esa adalah Maha Kuasa kepastian kehendak-Nya, tiada

satupun yang dapat menggagalkan-Nya. Tuhan adalah Esa, tiada yang dapat

menandingi-Nya. Tuhan adalah Kang Murba Amisesa Kwasaning Jagad lan

seisine (Tuhan adalah Yang Maha Ilahi yang menguasai bumi dan seisinya).6

B. Konsep Alam Semesta dalam Aliran Wringin Seto

Alam semesta dan segala sesuatunya ada, karena ada yang menyebabkan.

Segala sesuatunya adalah pemberian dari Sang Pencipta, pusat dari alam semesta

ini sendiri adalah Tuhan, yang memberikan penghidupan, keseimbangan, dan

kestabilan.

4Wawancara Pribadi dengan Eka Agus Tijana Budi (Penuntun Penerus Wringin Seto di

Sasono Hangudi Sembah Raosing Gesang Kecamatan Jepon Kabupaten Blora provinsi Jawa

Tengah) pada tanggal 2 Agustus 2017. 5Koesoema Soerodiningrat Soewardi, Naskah Pemaparan Budaya Spiritual Organisasi

Wringin Seto,Penyajian Pemaparan Budaya Spiritual di Hotel Gondaria Cisarua, Bogor Jawa

Barat Tanggal 3 S.D 5 Desember 1991, h. 6. 6Koesoema Soerodiningrat Soewardi, Naskah Pemaparan Budaya Spiritual Organisasi

Wringin Seto,Penyajian Pemaparan Budaya Spiritual di Hotel Gondaria Cisarua, Bogor Jawa

Barat Tanggal 3 S.D 5 Desember 1991, h. 7.

Page 57: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

46

Dalam Wringin Seto mengenai konsep alam terbagi menjadi 4 kategori

sebagai berikut7:

Pertama, kejadian menjelaskan tentang bagaimana Wringin Seto

menjelaskan tentang asal usul terjadinya alam semesta. Konsep terjadinya segala

sesuatu dalam Wringin Seto bermula dari air. Air yang bergulir (bergerak) akan

menimbulkan angin, air dan angin yang bergabung sehingga menimbulkan api-

daya-terang. Gabungan dari air, angin dan api akan menimbulkan wujud atau

bentuk. Sedangkan air yang pada mulanya itu melayang-layang terbawa api ber-

bapak angkasa dan ber-ibu bumi.

Kedua, bahwa alam semesta memiliki hubungan dan keterkaitan antara

satu sama lain. Hal itu dalam Wringin Seto bisa dilihat dari sudut pandang

teologis dan sains, secara teologi bahwa Wringin Seto mempunyai paham

kesatuan dengan Tuhan. Sedangkan sains bahwa setiap materi yang ada dalam

alam semesta itu memiliki keterkaitan satu sama lain dengan peran yang berbeda

yang menunjang keteraturan alam semesta.

Ketiga, keharmonisan dan keteraturan. Manusia dan alam harus bisa

menjalin hubungan yang harmonis artinya manusia tidak boleh merusak alam

karena itu akan berdampak pada manusia sendiri. Alam semesta dalam Wringin

Seto dianggap sebagai saudara. Sedangkan alam mempunyai keteraturan seperti

7Yuventius Fusi Nusantoro, Menjadi Manusia Berketuhanan Melalui Wewarah

Kekadhangan Wringin Seto Refleksi Terhadap Fungsi Institusi Agama Katolik Dalam Usaha

Pendalaman Penghayatan Umatnya Berealisasi Dengan Yesus, Tesis, Sekolah Tinggi Filsafat

Teologi Widya Sasana Malang, 2000, h. 24.

Page 58: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

47

layaknya sebuah mesin, keteraturan tersebut yang membuat alam semesta ini tetap

dalam keseimbangan.

Keempat, alam menuju kesempurnaan. Konsep alam ini memiliki kaitan

dengan proses menuju kesempurnaan dalam Wringin Seto ketika seseorang

berperilaku buruk dia akan mengalami netes yaitu lahir ke alam berwujud benda

mati atau hewan. Ketika berbuat baik dia lahir ke alam manusia dan lahir sebagai

manusia.

C. Konsep Manusia dalam Aliran Wringin Seto

Konsep manusia dalam Wringin Seto memilki kesamaan dengan

karakteristik konsep manusia Jawa pada umumnya, seperti bahwa dalam tubuh

manusia ada unsur jiwa, nyawa, sukma, atau roh. Pada umumnya diakui ketika

manusia hidup berarti dalam tubuh jasmaninya ada jiwa.8

Dalam konsep jiwa manusia dalam Wringin Seto unsur halus dalam urip

manusia itu ada tiga. Pertama, nyawa. Merupakan bagian dari manusia yang

sepenuhnya merupakan hasil kerja otak, rasio, atau nafsu. Kedua, sukma. Bagian

dari jiwa manusia yang memiliki kecenderungan mengarah kepada Yang Maha

Hidup, namun masih tercampur dengan nafsu. Ketiga, rasa. Unsur manusia yang

paling tinggi yang tidak tercampur lagi oleh nafsu dan akan langsung kembali

menuju Sang Pemberi Hidup. Sedangkan unsur badan, nyawa, sukma yang masih

8Rachmat Subagya, Agama Asli Indonesia, h. 87

Page 59: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

48

terikat kepada nafsu, harus menumpuh proses kesempurnaan untuk kembali pada

Sang Pemberi Hidup.9

Sedangkan badan jasmani atau kasar dari manusia terjadi karena

bertemunya air, api, angin. Dari unsur semesta tadi sebenarnya manusia berasal,

karena manusia berbentuk wujud yakni raga, yang merupakan hasil perpaduan

dari air, api dan angin.

Dalam Wringin Seto manusia mempunyai struktur-struktur. Karena

manusia adalah makhluk yang beraga dan berjiwa. Struktur manusia terdiri dari:10

1. Kebuk (Paru-paru)

2. Jantung (Jantung)

3. Ati (Hati)

4. Rempelu (Empedu)

5. Waduk (Lambung)

6. Asih (Pangkreas)

7. Kendangan wates perangan nginggil lan ngandap (Diafragma)

8. Usus alit (Usus Kecil)

9. Ginjal sepasang (Ginjal)

10. Usus agung (Usus Besar)

11. Usus pugak (Usus Buntu)

9Yuventius Fusi Nusantoro, Menjadi Manusia Berketuhanan Melalui Wewarah

Kekadhangan Wringin Seto Refleksi Terhadap Fungsi Institusi Agama Katolik Dalam Usaha

Pendalaman Penghayatan Umatnya Berealisasi Dengan Yesus, Tesis, Sekolah Tinggi Filsafat

Teologi Widya Sasana Malang, 2000, h 28 10

Koesoema Soerodiningrat Soewardi, Naskah Pemaparan Budaya Spiritual Organisasi

Wringin Seto,Penyajian Pemaparan Budaya Spiritual di Hotel Gondaria Cisarua, Bogor Jawa

Barat Tanggal 3 S.D 5 Desember 1991, h. 7.

Page 60: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

49

12. Bol (Rektum)

13. Peh (Kandung Kemih)

14. Puser (Pusar)

Manusia dalam adat Jawa umumnya bersifat fatalistik, yaitu bahwa

manusia merancang hidupnya tapi Tuhanlah yang menentukan. Sikap fatalistik ini

sangat merata dalam masyarakat Jawa. Walau terdapat juga pendapat lain yang

mengatakan nasib manusia berada di tangan manusia sendiri, tak kan bisa tercapai

sesuatu dalm hidupnya bila ia tidak berusaha sendiri mencapainya.11

Dalam Wringin seto juga dikenal konsep kehendak manusia yaitu bahwa

manusia merupakan makhluk yang berkehendak karsa atau menentukkan

keinginannya sendiri. Manusia menciptakan sesuatu yang memenuhi hasrat

hidupnya sebagai pemenuhan kehidupan. Manusia berbudi untuk menentukkan

baik dan buruk. Tujuan dari berkehendak karsa ialah untuk memenuhi hasrat

hidupnya memperoleh suatu yang telah diputuskan oleh akal budinya.12

Berarti

Wringin Seto mempunyai prinsip bahwa manusia menentukkan arah hidupnya

sendiri sesuai dengan kemauannya sendiri setelah itu manusia kembali kepada

sifat pembawaan asli hidupnya dari sumber hidup yang mutlak, yakni kodrat

Tuhan yang menjiwai jiwa manusia.

Manusia berkomunikasi dengan Tuhan, alam dan dirinya sendiri melalui

keheningan jiwa. Manusia dalam hal mencari keheningan jiwa selalu mencari

11

Drs. Marbangun Hardjowirogo, Manusia Jawa (Jakarta; Inti Idayu Press, 1984), h. 26. 12

Koesoema Soerodiningrat Soewardi, Naskah Pemaparan Budaya Spiritual Organisasi

Wringin Seto,Penyajian Pemaparan Budaya Spiritual di Hotel Gondaria Cisarua, Bogor Jawa

Barat Tanggal 3 S.D 5 Desember 1991, h. 8

Page 61: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

50

ketinggian yang tertinggi, itulah sebabnya keheningan jiwa selalu berhubungan

dengan Tuhan. Tanpa berketuhanan manusia tidak mungkin mencapai keheningan

jiwa. Segala yang ada dalam manusia dan apa yang dimilikinya ini hanyalah

sekedar titipan dari Sang Pemberi Hidup. Manusia harus berjuang untuk sadar

atau eling bahwa segala sesuatunya adalah milik Sang Pemberi Hidup.13

D. Konsep Kesempurnaan dalam Aliran Wringin Seto

Dalam Wringin Seto mengajarakan tentang konsep kesempurnaan yang

berkaitan dengan pencapaian manusia melalui tingkah lakunya selama di dunia.

Dalam proses mencapai kesempurnaan seseorang diharuskan untuk bisa

mengendalikan hasratnya tentang harta, kenikmatan dan kekuasaan. Hal itu bisa

dilakukan dengan melakukan latihan-latihan spiritual Wringin Seto yang dibantu

dengan bertapa maupun berpuasa.14

Selain itu manusia harus memiliki keyakinan, bahwa yang mengisi jiwa

raganya merupakan titipan dari Tuhan semata. Sehingga manusia dituntut untuk

menyerahkan jiwa raga sepenuhnya kepada Tuhan, untuk bisa bersatu dengan

Tuhan.

Dalam kehidupan Wringin Seto menuju kesempurnaan diperlukan sikap-

sikap seperti mawas diri, agar tidak melakukan hal-hal yang tercela, berbudi

13

Koesoema Soerodiningrat Soewardi, Naskah Pemaparan Budaya Spiritual Organisasi

Wringin Seto,Penyajian Pemaparan Budaya Spiritual di Hotel Gondaria Cisarua, Bogor Jawa

Barat Tanggal 3 S.D 5 Desember 1991, h. 9. 14

Yuventius Fusi Nusantoro, Menjadi manusia Berketuhanan Melalui Wewarah

Kekadhangan Wringin Seto Refleksi Terhadap Fungsi Institusi Agama Katolik Dalam Usaha

Pendalaman Penghayatan Umatnya Berealisasi Dengan Yesus, Tesis, Sekolah Tinggi Filsafat

Teologi Widya Sasana Malang, 2000, h. 30.

Page 62: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

51

luhur, memperhalus budi pekerti yang berkaitan dengan pemeliharaan hubungan

baik dengan sesama manusia dan alam, serta membina kebersihan jiwa atau

meningkatkan keheningan jiwa. Dalam proses pembersihan jiwa bagi orang yang

memiliki harta yang berlebih harus menganggap bahwa harta tersebut merupakan

titipan dan tidak boleh menyembah harta. Sedangkan bagi orang tidak memiliki

cukup harta, hendaklah berpasrah diri dan menerima ketentuan dari Yang Maha

Kuasa agar bisa hidup tentram dan tidak selalu merasa kekurangan terhadap apa

yang diberikan oleh Tuhan.15

Dalam pemahaman Wringin Seto tentang konsep kesempurnaan mereka

menyakini bahwa yang mengalami proses kesempurnaan ialah unsur-unsur non

ragawi yang bersifat langgeng seperti urip, nyawa, sukma, dan rasa. Untuk rasa,

tidak akan mengalami proses pemurniaan dalam kesempurnaan karena rasa

merupakan unsur terlembut dan terhalus dalam manusia yang akan secara

langsung bersatu dengan Tuhan. Sedangkan ketiga unsur lainya yaitu urip nyawa

dan sukma harus mengalami proses pemurniaan melalui perilaku hidup sehari-

sehari ketika masih menjadi satu dengan unsur ragawi.

Dalam proses pemurniaan menuju kesempurnaan Wringin Seto akan

melewati proses-proses yang ditentukan oleh perilaku manusia sehari-hari yaitu:16

15

Koesoema Soerodiningrat Soewardi, Naskah Pemaparan Budaya Spiritual Organisasi

Wringin Seto,Penyajian Pemaparan Budaya Spiritual di Hotel Gondaria Cisarua, Bogor Jawa

Barat Tanggal 3 S.D 5 Desember 1991, h. 11 16

Koesoema Soerodiningrat Soewardi, Naskah Pemaparan Budaya Spiritual Organisasi

Wringin Seto,Penyajian Pemaparan Budaya Spiritual di Hotel Gondaria Cisarua, Bogor Jawa

Barat Tanggal 3 S.D 5 Desember 1991, h. 10

Page 63: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

52

1. Netes = pada tingkatan ini merupakan tingkatan yang paling rendah

manusia yang sudah mati harus kembali atau meraga di hewan,

batu, kayu, jin, setan, dan sebagainya.

2. Nitis = pada tingkatan ini proses menuju kesempurnaan. Manusia

yang sudah mati harus meraga kembali ke alamnya manusia dan

meneruskan perjuangannya.

3. Natas = pada tingkatan ini merupakan puncak dari kesempurnaan.

Manusia yang sudah mati tidak meraga lagi tidak ditemui lagi jalan

apalagi impian karena sudah menyatu dengan Yang Maha Hidup.

E. Ritual-Ritual dalam Wringin Seto

Ritual merupakan serangkain kegiatan yang dilakukan untuk jalan

simbolis. Ritual dilaksanakan menurut suatu agama atau kepercayaan bisa juga

berdasarkan tradisi dari suatu komunitas. Kegiatan yang dilakukan selama ritual

biasanya sudah ditentukan, diatur dan tidak boleh dilaksanakan secara

sembarangan.

Pedoman menjadi hal penting dalam melaksanakan sebuah ritual yang

harus dimiliki setiap manusia yang akan melakukan manembah kepada Tuhan

Yang Maha Esa. Sebelum melaksanakan manembah kepada Tuhan Yang Maha

Esa diperlukan aturan-aturan yang harus dipatuhi sewaktu seseorang akan

Page 64: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

53

melaksanakan manembah. Bagi penganut aliran Wringin Seto mereka mempunyai

aturan tersendiri antara lain:17

1. Membersihkan badan dari kotoran-kotoran yang melekat, misalnya

dengan mandi terlebih dahulu.

2. Apabila selesai melakukan hubungan suami istri, mereka harus mandi

keramas terlebih dahulu yang disertai niat dalam hati memohon

disucikan lahir dan batin. Suci lahir dalam arti raga yang bersih dan

suci batin dalam arti bersih dari ingatan nafsu sewaktu bersetubuh

yang memungkinkan masih terlintas dalam ingatan.

3. Badan atau raga dalam keadaan bersih ataupun dirasakan masih dalam

kondisi yang bersih.

4. Pakaian bebas tapi diusahakan jangan memakai yang terlalu kotor,

pakaian harus sopan dan pantas.

5. Tempat untuk melaksanakan penghayatan diusahakan yang bersih,

tidak boleh di tempat yang kotor.

6. Untuk manembah atau bersembahyang khusus digunakan

kelengkapan bunga setaman, dupa, minyak wangi, kemenyan, air dan

lain-lain.

Selain harus memenuhi aturan-aturan sewaktu seseorang akan

melaksanakan manembah, ada juga pola perilaku penghayatan antara lain:18

17

Koesoema Soerodiningrat Soewardi, Naskah Pemaparan Budaya Spiritual Organisasi

Wringin Seto,Penyajian Pemaparan Budaya Spiritual di Hotel Gondaria Cisarua, Bogor Jawa

Barat Tanggal 3 S.D 5 Desember 1991, h. 12 18

Buku Saku Wringin Seto, 21 Desember 2015, h. 10

Page 65: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

54

1) Sebelum melakukan penghayatan, mandi bersih dan tidak memaksa

kondisi badan.

2) Pakaian ritual;

a) Pakain rapi, bersih dan sopan.

b) Pakaian adat tertentu (hari yang khusus)

3) Tempat ritual, bisa di sembarang tempat asal bersih, sanggar Wringin

Sari dan tempatnya harus sunyi.

4) Sikapnya ritual anggota tubuh:

a) Ada variasi antara berdiri dan duduk atau duduk bersila

b) Memejamkan mata.

c) Kedua tangan dilipat saling bertumpu (bersedakap)

d) Tangan bersembah di hidung (ada kalanya)

e) Tangan bersembah di dada (ada kalanya)

f) Ada kalanya kepala menghadap keatas

g) Tangan juga bisa dalam keadaan bebas

h) Sikap kepala menunduk

i) Badan dan seluruh anggota badan dalam keadaan kendor

j) Jika anggota badan kurang, cukup disederhanakan.

5) Arah dalam penghayatan dapat menghadap ke utara, timur, selatan,

dan barat atau arahnya bebas.

6) Pemantapan ritual rohani:

a) Melakukan puasa, rialat pati geni (tidak boleh terkena cahaya

selama 3 hari dan tidak makan dan minum)

Page 66: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

55

b) Menjalankan tapa brata (bertapa), kebebasan setiap individual

c) Mencegah makan dan minum tertentu

d) Mengurangi tidur

e) Merendam diri di air.

Setelah semua persiapan tersebut terpenuhi barulah bersembahyang dan

ucapan manembahnya kepada Tuhan Yang Maha Esa adalah:

“Gusti kang kwasaning jagad seisine, kami

hamba titah-Mu, bersimpuh bersujud di

hadapan-Mu dengan penuh kerendahan hati”.

“Titah jiwa ragaku, tiada berdaya apapun

tanpa perkenaan-Mu segala apa yang ada kini

padaku, sesungguhnya tiada padaku hanya

anugerah yang adi mulia dan Sih Gusti Yang

Maha Luhung”.

“ampunkan semua kekhilafan titah jiwa

ragaku di dalam mengemban tugas dalam

gumelar inu (alam seutuhnya beserta isinya).

Tunjukkan kami selalu dalam jalan yang

terang selama-lamanya”.

“Limpahkan pengayoman pada jiwa ragaku

beserta keluargaku sampai semua

keturunannya, dan tak lupa sesama hidup”.

Page 67: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

56

Atas Kuasa-Mu Ini diucapkan berkali-

kali dan semakin

banyak makin lebih

baik

Atas Kemuliaan-Mu

Atas Keagungan-Mu

Selain persiapan dari sembahyang Wringin Seto punya tata waktu dan doa

tersendiri yang diucapkan pada jam-jam tertentu antara lain sebagai berikut:19

1. Siang (jam 12.00 s/d 14.00), matahari tepat di tengah atau semua

bayangan persis di tengah samapai tidak terlihat oleh mata. Doanya:

“Terima kasih ya Tuhan Yang Maha Esa, atas wewenang-Mu, atas

pengayoman-Mu, semua dari sari alam seutuhnya, yang lewat sang

surya adalah manunggal di jiwa raga hamba-Mu, atas Sih-Mu, atas

kemuliaan-Mu, yang melimpah Engkau berikan pada hamba-Mu. Ya

Tuhan Yang Maha Esa selama-lamanya.”

2. Sore (jam 17.00 s/d 18.00). Doanya: “Terima kasih ya Tuhan atas

kuasa-Mu, atas kewenangan-Mu yang telah engkau limpahkan kepada

hamba-Mu dan kehidupan sealam raya ini. Semoga para leluhur dan

bangsa-bangsa lain mendapat pepadang-Mu, bimbing-Mu. Ya Tuhan

Yang Maha Esa selama-lamanya.”

3. Malam (jam 24.00 s/d 02.00), ketika rasa dingin di kulit sudah

muncul. Doa di tengah malam untuk permohonan pribadi, doa untuk

19

Koesoema Soerodiningrat Soewardi, Naskah Pemaparan Budaya Spiritual Organisasi

Wringin Seto,Penyajian Pemaparan Budaya Spiritual di Hotel Gondaria Cisarua, Bogor Jawa

Barat Tanggal 3 S.D 5 Desember 1991, h. 13

Page 68: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

57

bangsa dan negara. Doanya: “Ada api berupa putih, arahnya dari

timur, musnah segala penyakit dan semua pembuat kejelekan lebur

sirna tak ada yang berani, tinggallah yang mudah dicipta, mudah-

mudah dari kehendak Tuhan Yang Esa cara mencari sandang

pangan,” (diucapkan dengan bati sebanyak 3x).

Dilanjutkan dengan doa: “Ada api dari selatan berupa merah,

rupanya api dalam bentuk tunung, santet, penyakit ayan, gila, tuli,

gudhing, panas, pusing, segala penyakit sirna dari dayanya api,

tertiup Lesung Gung, kalap di Samudra Gung, yang kesemuanya sirna

dari kehendak Tuhan Yang Maha Esa, terdapatlah sehat wal afiat,

panjang umur mudah mencari sandang dan pangan siang dan malam,

terlaksanalah semua sampai seturun-turun keanak cucu.” (diucapkan

dengan batin sebanyak 3x).

Dilanjutkan dengan doa: “Ada api dari barat kuning warnanya,

lenyaplah semua yang membuat segala gangguang penyakit, dari

daya api semua dari kehendak Tuhan Yang Maha Esa. Terdapatlah

kesehatannya, panjang umurnya, mudah mencari sandang dan

pangan dari beberapa tujuan sampai seturun-turun ke anak cucu.”

Dilanjutkan dengan doa: “Ada api dari utara berupa hitam warnanya,

api segala macam tenung, santet, gila, ayan, pusing, pilek, panas,

jemper, lumpuh, tuli, gudhing, segala goda rencana, sirna dari

dayanya api, tertiup Lesus Gung kalap di Samudera Gung, segala

macam penyakit sirna tanpa jadi, sirna-sirna semua. Atas kuasa-Nya

Page 69: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

58

Tuhan Yang Maha Esa terdapatlah kesehatan, panjang umur, muda

mencari sandang pangan siang dan malam, mudah mencari

kepandaian seturun-turunnya sampai ke anak cucu, mudah-mudah

sarinya mudah dari kuasa-Nya Tuhan Yang Maha Esa.” (diucapkan

dengan batin 3x).

Dilanjutkan dengan doa: “Ada api dari tengah hamanca warna

nyalanya, smarap-smarap memenuhi jagad raya, banyaknya dhedho

penyakit, tenung, santet, ayan, gila, segala macam gangguan

musnahlah, semua sirna tanpa membekas dari dayanya api yang di

tengah. Semua serba mudah mencari sandang pangan, panjang umur,

lepas dari banyaknya bahaya, semua kehendak Tuhan Yang Maha

Esa.” (diucapkan dengan batik 3x).

Tata waktu sembahyang yang paling utama adalah dua waktu yaitu di jam

antara 12:00 s/d 14:00 dan 24:00 s/d 02:00. Pada waktu itu matahari tepat berada

di atas kita, dan pada waktu jam malam tersebut adalah malam yang sunyi sangat

mudah mengatur konsentrasi untuk meditasi.20

Tujuan akhir dari penghayatan kepada Tuhan Yang Maha Esa adalah

ketika bertemunya antara sifat Kawulo dan sifat Gusti atau manusia dengan

Tuhan. Dalam pertemuan kedua sifat ini manusia atau Kawulo memperoleh

kebahagiaan yang tiada banding dan tidak bisa dicapai dalam sistem nilai

keduniaan.

20

Wawancara Pribadi dengan Eka Agus Tijana Budi (Penuntun Penerus Wringin Seto di

Sasono Hangudi Sembah Raosing Gesang Kecamatan Jepon Kabupaten Blora Provinsi Jawa

Tengah) pada tanggal 2 Agustus 2017.

Page 70: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

59

BAB IV

KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO

A. Pengertian Etika

Istilah etika berasal dari bahasa Yunani yang berarti ethos, kata ethos

mempumyai banyak arti di antaranya tempat tinggal yang biasa, kebiasaan, adat,

watak, perasaan, sikap dan cara berpikir.1

K. Bertens menjelaskan dalam bukunya mengenai etika, bahwa etika

mempunyai tiga arti yang bersumber dari Kamus Besar Bahasa Indonesia Baru

(Departemen Pendidikan Kebudayaan, 1998) yaitu2:

1. Etika sebagai ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk,

tentang hak dan kewajiban moral (akhlaq).

2. Sebagai kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlaq.

3. Sebagai nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan

atau masyarakat.

Sedangkan Benny H. Hoed menjelaskan bahwa etika dalam hati manusia

yang harus mempertimbangkan baik dan buruk yang menjadi pedoman berpikir

dan berperilaku dalam interaksi sosial, itulah yang menjadi dasar etika. Maka dari

itu etika bersifat subjektif jauh di dalam perasaan manusia.3

1K. Bertens, Etika, h. 4.

2K. Bertens, Etika, h. 5.

3Benny H. Hoed, semiotika dan dinamika budaya (Depok; Fakultas Ilmu Pengetahuan

Budaya Universitas Indonesia), h. 143.

Page 71: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

60

Masyarakat Jawa tidak bisa dipisahkan dari etika, dapat dikatakan etika

merupakan panduan atau hukum tidak tertulis yang mengatur kehidupan di

masyarakat Jawa dalam segala aspek kehidupan.

Franz Magnis Suseno mengartikan etika sebagai keseluruhan norma, dan

penilaian yang dipergunakan oleh masyarakat yang bersangkutan untuk

mengetahui bagaimana seharusnya manusia menjalankan kehidupannya. Etika

mempunyai arti di mana seseorang harus bisa menjaga sikap, membawa diri dan

tindakan-tindakan apa saja yang harus dikembangkan agar hidup sebagai manusia

yang berhasil. Kategori manusia yang berhasil di sini maksudnya ialah

memperoleh kenikmatan sebanyak-banyaknya, pengakuan oleh masyarakat,

kesesuaian dengan tuntutan-tuntutan kewajiban mutlak, dan sebagainya yang

merupakan pencapaian dari mengikuti norma-norma atau etika yang berlaku.4

Dalam teori etika Jawa Franz Magnis Suseno didasari oleh beberapa

prinsip yang menjadi pilar dalam etika. Magniz Suseno mengambil pola kaidah

Hildred Greetzt dalam teorinya mengenai etika Jawa dalam ruang lingkup

kemasyarakatan Jawa. Kaidah pertama, ialah prinsip keharmonisan yang

menuntun setiap manusia agar bersikap ramah hingga tidak sampai menimbulkan

konflik atau prinsip kerukunan yang bertujuan untuk mempertahankan masyrakat

dalam keadaan harmonis. Prinsip rukun dalam etika Jawa artinya suatu kondisi di

mana semua pihak berada dalam keadaan damai, gotong royong, saling nerimo,

dalam suasana tenang dan sepakat. Rukun atau keharmonisan diciptakan dengan

4Magnis Suseno, Etika Jawa Sebuah Analisa Falsafi tentang Kebijaksanaan Hidup Jawa

(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1984), h. 6.

Page 72: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

61

cara menghilangkan tanda-tanda ketegangan dalam masyarakat atau antara

pribadi-pribadi sehingga hubungan sosial terlihat selaras dan baik.5

Kaidah kedua, yang memainkan peranan besar dalam etika berinteraksi

masyarakat Jawa adalah prinsip hormat. Maksudnya, setiap orang dalam berbicara

dan pembawaan diri harus menunjukkan sikap hormat terhadap orang lain, sesuai

dengan derajat dan kedudukannya. Tatanan sosial dalam masyarakat Jawa

mempunyai peran penting, artinya satu sama lain harus saling menghormati. Sikap

hormat tersebut menjaga stabilitas kedudukan sosial Jawa dengan tidak

melakukan tindakan-tindakan kurag sopan, ambisius, persaingan, dalam mengejar

persaingan sosial. Kesadaran akan kedudukan sosial masing-masing pihak

meresapi seluruh kehidupan orang Jawa, karena dalam kebiasaan Jawa tidak ada

kemungkinan untuk menyapa seseorang dan bercakap-cakap dengannya tanpa

sekaligus memperlihatkan bagaimana menafsirkan kedudukan sosial kita

dibandingkan dengan dia.6

Dalam etika masyarakat Jawa bisa dibedakan menjadi dua golongan.

Pertama, yaitu etika atau tata nilai kesatriaan dan kepriyaian. Etika orang yang

bergerak dalam lingkungan istana dan pangreh praja terutama golongan bupati

dan kalangan sastrawan yang bermutu tingi. Corak etika seperti ini memang asli,

tetapi cukup dipengaruhi agama Hindu Indonesia. Kedua, merupakan etika atau

tata nilai masyarakat desa yang berkaitan dengan hidup pertanian. Corak etika asli

5Magnis Suseno, Etika Jawa Sebuah Analisa Falsafi tentang Kebijaksanaan Hidup Jawa,

h. 38. 6Magnis Suseno, Etika Jawa Sebuah Analisa Falsafi tentang Kebijaksanaan Hidup Jawa,

h. 60.

Page 73: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

62

tanpa pengaruh yang berarti dari corak Hindu dan Islam. Etika yang kedua ini

lebih bersifat sosiosentris atau kolektif maksudnya menjamin kesatuan

masyarakat.7

Etika Jawa memiliki konsep luas meliputi sebuah konstruksi sosial,

budaya, keyakinan, dan pandangan hidup secara total. Bahkan etika Jawa juga

mencakup wawasan gender, tua muda, senior junior, atasan bawahan, dan lain-

lain.8

Pada masyarakat, etika dapat dikatakan sebagai tolak ukur kesalehan

seseorang atau patokan seseorang berbudi luhur dan berbudi pekerti atau tidak.

Bagi yang melanggar etika Jawa yang berlaku di suatu masyarakat maka ada

sebuah bentuk hukuman dalam etika Jawa, berupa tindakan, sikap, dan juga kata-

kata lisan. Hukuman semacam ini jauh lebih parah akibatnya dibandingkan

hukuman tertulis. Karena sifatnya mengambang atau tidak ditentukan batas

waktunya.9

Pada tahun 1955 dalam kongres BKKI pertama, etika kebatinan

dirumuskan sebagai sepi ing pamrih, rame ing gawe, memayu hayuning bawana.

Dua elemen pertama dari rumusan itu berpadu menjadi sebuah ujaran kejawen

7Rachmat Subagya, Agama Asli Indonesia, h. 222.

8Suwardi Endraswara, Etika Hidup Orang Jawa; Pedoman Beretika dalam Menjalani

Kehidupan Sehari-hari, h. 13. 9Suwardi Endraswara, Etika Hidup Orang Jawa; Pedoman Beretika dalam Menjalani

Kehidupan Sehari-hari, h. 16.

Page 74: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

63

yang sering terdengar dan kemungkinan bisa diterima merata di seluruh Pulau

Jawa. Elemen ketiga bisa dibaca sebagai “memperindah dunia”.10

Elemen pertama, kata sepi ing pamrih bisa diterjemahkan menjadi “tidak

mementingkan diri sendiri, tidak dikendalikan oleh hasrat demi keuntungan

sendiri. Ujaran tersebut dimaksudkan untuk mengontrol secara sadar nafsu

seseorang sebab nafsu-nafsu tersebut mencegah pencapaian hati yang tenang.

Dalam terjemahan bahasa Indonesia, pamrih sering disebut dengan kepentingan

diri sendiri atau mementingkan diri. Dari sudut pandang masyarakat Jawa, diri,

raga, dan ambisi pribadi harus diatasi karena semua itu adalah penghalang jalan

menuju pencapaian. Jika rintangan-rintangan tersebut bisa disingkirkan maka

dalam diri seseorang akan muncul sikap belas kasih terhadap orang lain dan

kepada seluruh umat manusia.11

Elemen kedua, rame ing gawe diterjemahkan sebagai “aktif melakukan

perbuatan baik untuk kemaslahatan semua orang”. Rame bisa diterjemahkan

sebagai aktif atau penuh semangat, tetapi kata gawe merujuk pada kerja yang

berarti persinggahan dalam kehidupan. Dengan demikian kata itu menjadi “abdi

yang baik”, dengan setia dan aktif melakukan tugas dalam tatanan kehidupan

sosial.12

Elemen ketiga dari rumusuan itu, Memayu hayuning bawana diartikan

dengan menghias “menghias dunia” yang artinya ialah suatu usaha atau suatu

10

Niels Mulder, Mistisisme Jawa: Ideologi di Indonesia (Yogyakarta: LkiS, 2001), h. 65. 11

Niels Mulder, Mistisisme Jawa: Ideologi di Indonesia, h. 66. 12

Niels Mulder, Mistisisme Jawa: Ideologi di Indonesia, h. 66.

Page 75: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

64

kewajiban manusia untuk menata, memelihara, memperbaiki dunia tempat di

mana mereka hidup, dengan prinsip meminimalisirkan terjadinya kejahatan dan

menegakkan prinsip keadilan dan kejujuran.13

B. Pandangan Wringin Seto tentang Etika

Etika Wringin Seto lebih ditekankan kepada penanaman nilai-nilai budi

luhur dan ajaran kesadaran moral sebagai bentuk upaya untuk memberikan

rambu-rambu dalam kehidupan bermasyarakat bagi aliran Wringin Seto. Etika

dituangkan dalam bentuk wewarah-wewarah berbahasa Jawa yang didasarkan

kepada ajaran Wringin Seto yang digunakan untuk menanamkan nilai-nilai budi

luhur dan budi pekerti dalam pribadi setiap penganut Wringin Seto:14

1. “Writ-writing ngelmu nuju ing bebener”, artinya sulit-sulitnya ilmu

menuju kebenaran, bahwa kebenaran itu adalah hanya satu milik

Yang Maha Hidup.

2. “Nangisa sak banter-bantermu nganti sak indenging bawana,

eluhmu nganti ngebaki jagad raya, nanging ora ono godong, ora

ono angin kemrisik kena pireng apa maneh kutu-kutu alang ataga

(sakenging penguripan ora ono kang ngrungokake)”, artinya: bahwa

tangis yang ada di dalam hati manusia merupakan serah diri total

kepada Sang Maha Pencipta.

13

Niels Mulder, Mistisisme Jawa: Ideologi di Indonesia, h. 67. 14

Koesoema Soerodiningrat Soewardi, Naskah Pemaparan Budaya Spiritual Organisasi

Wringin Seto,Penyajian Pemaparan Budaya Spiritual di Hotel Gondaria Cisarua, Bogor Jawa

Barat Tanggal 3 S.D 5 Desember 1991, h. 22.

Page 76: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

65

3. “Gusti iku sambetan Nalika sira nandang kesengsaraan lan pujinen

yen sira lagi nampa kanugrahaning pengeran”, artinya memohonlah

kepada Tuhan Yang Maha Esa jikalau engkau sedang sengsara dan

memuji syukur kepada Tuhan apabila engkau diberi anugerah.

4. “Dadio wong kang luhur bebudene”, artinya jadilah orang yang

berbudi luhur.

5. “Sing sapa gelem gawe seneng marang liyan, iku bakal oleh welas

kamg linuwih gedhe ketimbang apa kang wis ditindakake”, artinya

barang siapa suka atau membuat senang orang lain, ia akan

mendapat balasan yang lebih banyak dari apa yang ia lakukan.

6. “Titikane aluhur,alusing bebuden lan legawane ati”, artinya

tandanya orang luhur, budinya halus dan berhati ikhlas.

7. “Sing sopo gelem ngelakoni kebecikan lan uga gelem lelaku iku ing

tembe bakal tampa nugrahaing pengeran”, artinya barang siapa suka

menjalankan kebaikan dan suka menjalankan tapa brata (prihatin)

kelak mendapat anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa.

8. “Aja lali marang penggawe becik, jalaran penggawe becik iku

minangka dalane mulya sira”, artinya jangan melupakan perbuatan

yang baik sebab perbuatan baik itu lantaran kemuliaanmu.

9. “Wong tuo kudu minulang kang prayoga marang putra wayahe”,

artinya orang tua harus mengajarkan yang baik kepada anak

cucunya.

Page 77: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

66

10. “Sing sapa seneng ngerusak ketentramaning liyan bakal dibendu

dening Pengeran lan diwelehke dening tumindake dewe”, artinya

barang siapa senang merusak ketentraman orang lain, akan mendapat

hukuman dari Tuhan Yang Yang Maha Esa dan hukuman itu

sebagian dari perbuatan dirinya sendiri.

Selain etika yang dituangkan dalam wewarah-wewarah Wringin Seto juga

mempunyai lima pedoman yang tertuang dalam Paugeran (pedoman moral) Panca

Budhi Barata:15

1. Penghayat kepercayaan adalah manusia berketuhanan Yang Maha

Esa serta menjunjung tinggi kehormatan dan martabat Bangsa dan

Negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila.

2. Penghayat kepercayaan adalah manusia susila berbudi pekerti luhur

penuh cinta kasih terhadap sesama titah serta membela kejujuran dan

kebenaran serta keadilan.

3. Penghayat kepercayaan adalah manusia teladan baik ucapan,

tindakan maupun dalam kehidupan sehari-hari dan seterusnya.

4. Penghayat kepercayaan adalah manusia karyawan yang berlandaskan

tekad suci “sepi ing pamrih, rame ing gawe, demi memayu hayuning

bawana seisinya.

5. Penghayat kepercayaan adalah manusia kerta yang membina

terwujudnya ketentraman, kerukunan dan kebahagiaan/ karahayon

15

Buku Saku Wringin Seto, 21 Desember 2015, h. 1.

Page 78: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

67

lahir dan batin menurut masing-masing yang dianut, bebas dan

merdeka batin dan lahirnya selama-lamanya.

C. Penanaman Nilai Budi Luhur dalam Wringin Seto

Dalam pembahasan etika Wringin Seto maka tidak bisa lepas dari

bagaimana usaha penganut Wringin Seto dalam membentuk karakter budi luhur

kepada setiap penganutnya. Menurut mbah Daman, pembentukan karakter budi

luhur sangat penting bagi para penganut Wringin Seto sebagai sebuah modal

dalam beretika. Beliau menjelaskan bahwa etika Wringin Seto merupakan

seperangkat aturan yang menjadi rambu-rambu dalam berprilaku, dan aturan

tersebut berpotensi dilanggar atau tidak ditaati. Maka dari itu pembentukan

manusia yang berbudi luhur sangat penting agar etika yang berlaku tidak hanya

menjadi slogan atau hiasan belaka namun bisa ditaati dan dilaksanakan dengan

penuh kesadaran oleh para penganut Wringin Seto itu sendiri.16

Usaha-usaha yang dilaksanakan untuk menanamkan sifat budi luhur

kepada para penganut Wringin Seto adalah:

a. Ceramah, dilaksanakan di sanggar Wringin Sari.17

b. Pertemuan berkala, mengumpulkan para anggotanya atau yang

ditunjuk sebagai pengurus untuk membicarakan masalah-masalah yang

16

Wawancara Pribadi dengan Mbah Daman (Penuntun Wringin Seto Cabang Rembang di

rumah yang berada di Desa Waru Kabupaten Rembang Provinsi Jawa Tengah) pada tanggal 10

Agustus 2017. 17

Sanggar Wringin Sari merupakan tempat untuk berkumul atau bisa disebut sebagai aula

perkumpulan untuk membahas ceramaah-ceramaah atau sekedar tempat berkumpulnya acara-

acara.

Page 79: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

68

menyangkut kepentingan anggota penghayat Wringin Seto dan

kepentingan masyarakat luas.

c. Berdoa bersama (menekung dalam keheningan jiwa ) di waktu malam.

Keheningan merupakan keadaan batin yang jernih dan bersih, sikap

pasrah secara total pikiran, perasaan, kemauan, sehingga mampu

merasakan dan memancarakan cahaya cinta kasih Tuhan Yang Maha

Esa yang berada dalam dirinya di tengah-tengah sesama hidup.

d. Mengajarkan Tirakat. Menurut penuturan pak Agus, Setiap penganut

Wringin Seto selalu melakukan tirakat, yaitu menahan hawa nafsu

dalam bentuk berpuasa atau "tarakan" atau mengurang-ngurangi hal

yang biasa dilakukan contohnya ketika tradisi Suran berpuasa selama 3

hari dan tarakan mengurangi makan atau megurangi jam tidur untuk

mendapatkan ketenangan dan memohon kepada Tuhan untuk diberikan

kemudahan dalam melakukan tujuan tertentu dan mencapai tingkatan

hidup yang lebih baik.18

Pembentukan budi luhur diarahkan agar para penganut Wringin Seto

mempunyai sifat-sifat yang mengarah kepada kesadaran etika di antaranya, gemar

menolong terhadap sesama, berhati sabar, setia atau taat kepada kewajiban yang

dibebankan jujur dan segala sesuatu perbuatan harus selalu didasarkan rasa taqwa

dan eling terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

18

Wawancara Pribadi dengan Eka Agus Tijana Budi (Penuntun Penerus Wringin Seto di

Sasono Hangudi Sembah Raosing Gesang Kecamatan Jepon Kabupaten Blora Provinsi Jawa

Tengah) pada tanggal 2 Agustus 2017.

Page 80: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

69

D. Macam-Macam Etika dalam Wringin Seto

1) Etika terhadap Keluarga

Menurut mbah Daman, wong tuwa kudu mulang kang prayoga

marang putra wayahe. Artinya, sebagai orang tua harus mendidik yang

baik terhadap anak dan cucunya. Makna tersebut diwujudkan dalam sikap

dan perilaku yang selalu memberi petuah-petuah dan teladan kepada anak

cucunya. Dan sikap tersebut diterapkan dalam hubungan yang terkecil

antara orang tua dan anaknya.19

Dalam membina kehidupan rumah tangga hubungan antara ayah,

ibu dan anak harus saling menghormati satu sama lain, dan di dalam

Wringin Seto ketika sudah membangun rumah tangga mereka tidak boleh

bercerai.

2) Etika bermasyarakat

Wringin Seto mempunyai konsep etika bermasyrakat yang

mengatur tentang pergaulan dalam kehidupan sosial serta bagaimana

perlakuan terhadap orang lain. Menurut Ign. Untung selaku ketua umum

pusat “Mardiko Ing Salabeting Kamardikan”. Artinya setiap manusia

mereka mempunyai kemerdekaannya masing-masing. Sebagai manusia kita

harus memanusiakan manusia (ngewongke uwong), tidak boleh membeda-

19

Wawancara Pribadi dengan Mbah Daman (Penuntun Wringin Seto Cabang Rembang di

rumah yang berada di Desa Waru Kabupaten Rembang Provinsi Jawa Tengah) pada tanggal 10

Agustus 2017.

Page 81: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

70

bedakan dalam bermasyarakat karena manusia merupakan ciptaan Tuhan

Yang Maha Esa.20

Ada tiga poin penting dalam mengatur etika pergaulan dalam

masyarakat Wringin Seto daintaranya;

1. Panembah kepada Sang Pencipta artrinya etika Wringin Seto

dalam pergaulan masyarakat ditanamkan nilai-nilai ketuhanan

dengan harapan menciptakan rasa takut akan pelanggaran

terhadap norma-norma masyarakat sekitar maupun norma yang

berlaku untuk Wringin Seto.

2. Pangucap (lisan) ada ungkapan “awake dewe kui iso

ngomong, neng nek ngomong nganggo waton”. Artinya kita

bisa berucap, tapi kalau berucap harus memakai norma. Jadi

setiap perkataan yang keluar dari mulut haruslah dengan kata-

kata yang pantas dan sopan untuk didengarkan oleh orang lain.

3. Pakarti (tindakan) dalam Wringin Seto ada ungkapan yang

berbunyi “JARKONI” “iso ngujar ora iso ngelakoni”.

Artinya jadi orang jangan hanya bisa berbicara saja, tanpa

dibarengi dengan tindakan yang nyata. Juga jangan jadi orang

yang sukanya nyuruh-nyuruh saja tanpa sebuah tindakan

nyata.

20

Wawancara Pribadi dengan Ign. Untung Sadimin B. Sc. (Ketua Umum Pusat Wringin

Seto di rumah yang berada di Kecamatan Jepon Kabupaten Blora Provinsi Jawa Tengah) pada

tanggal 7 Agustus 2017.

Page 82: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

71

Dalam Etika bermasyarakat selanjutnya terdapat konsep asah, asih,

dan asuh. Konsep tersebut merupakan suasana saling mencintai (asih),

saling membelajarkan (asah) dan saling menolong (asuh) adalah kondisi

yang menjadikan hubungan manusia antara satu dengan yang lainya

menjalin kerukunan dalam rangka mewujudkan rasa sejahtera bersama.

Sikap dan perilaku adanya sebuah kebersamaan, keterbukaan dan saling

menerima diterapkan dalam hubungan seseorang dengan orang lain.

3) Etika bernegara

Dalam etika bernegara Wringin Seto menerapakan suatu kesadaran

atau yang mereka sebut sebagai rasa eling (ingat). Rasa eling ini secara

umum merupakan sebuah kesadaran akan sebuah tanggung jawab terhadap

orang tua, guru, pemerintah, bangsa, dan negara sebagai suatu totalitas dan

bentuk loyalitas terhadap negara. Keharusan adanya rasa eling merupakan

sebuah kesamaan, yaitu dalam segi orangnya sama, batinya sama, rasanya

sama, dan kerjanya sama. Jika manusia memperhatikan unsur tentang

kesamaan tersebut, maka secara tidak langsung akan terjalin hidup yang

damai, rukun, dan tentram bagi kehidupan pribadi, keluarga, masyrakat,

dan bagi kehidupan berbangsan dan bernegara. Menurut penuturan pak

Suruso yang berkaitan dengan etika bernegara masyarakat Wringin Seto

memandang bahwa perbedaan masyarakat Indonesia adalah suatu hal yang

harus dipandang sebagai pemersatu bangsa bukan malah sebaliknya.

Page 83: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

72

Pancasila merupakan patokan utama untuk menentukan etika penganut

Wringin Seto dalam bernegara.21

E. Contoh Sikap Pengimplementasian Ajaran Etika dalam Keseharian

Penganut Wringin Seto

Beberapa contoh pengimplementasian ajaran etika Wringin Seto yang

berkaitan dengan keluarga, masyarakat dan bernegara. Menurut penuturan

keempat narasumber dan penemuan lapangan penulis beberapa contoh tersebut

yaitu antara lain;

1. Menurut penuturan dari pak Untung bahwa percerain di antara

penganut Wringin Seto sangat sedikit.

2. Anak-anak muda penganut Wringin Seto sangat sopan terhadap

orang tua mereka, seperti gaya bicara halus, tindak tanduknya

sopan, tidak membangkan, serta mentaati apa yang diperintahkan

oleh orang yang lebih tua.

3. Penganut Wringin Seto sangat ramah terhadap pendatang dari

luar, seperti keramahan mereka terhadap penulis dan peneliti

lainnya dan juga banyak anak-anak SMA yang mengambil

dokumentasi untuk dijadikan tugas sekolah.

4. Penulis melihat bahwa penganut Wringin Seto ramah terhadap

masyarakat setempat.

21

Wawancara Pribadi dengan Pak Suroso (Ketua Cabang Rembang Wringin Seto di

rumah yang berada di Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang Provinsi Jawa Tengah) pada

tanggal 14 Agustus 2017.

Page 84: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

73

5. Penulis juga melihat ciri khas penganut Wringin Seto adalah

adanya rasa nasionalisme, ini dibuktikan dengan setiap menjelang

kemerdekaan para penganut Wringin Seto berkumpul guna

upacara pengibaran Bendera Merah Putih.

F. Konsekuensi Terhadap Pelanggaran Etika dalam Wringin Seto

Menurut penuturan keempat narasumber, penulis menyimpulkan bahwa

bagi penganut aliran Wringin Seto konsekuensi pelanggaran etika bersifat

individual dengan usaha-usaha penanaman budi luhur. Penganut Wringin Seto

sendiri tidak mempunyai hukuman berupa fisik bagi pelanggaran etika yang

dilanggar oleh penganutnya. Tugas yang harus dilakukan antara sesama penganut

Wringin Seto adalah saling mengingatkan ketika ada salah satu penganut

melakukan pelanggaran etika.

Ketika seorang penganut melakukan pelanggaran terhadap etika maka

hukuman yang akan diterima adalah balasan atas perbuatan apa yang diperbuat.

Seperti yang terdapat dalam ungkapan yang sering dipakai penganut Wringin Seto

"ngunduh woheng pakarti" artinya di dalam perbuatan apa yang dilakukan itu

adalah buah yang nantinya kita peroleh. Maksud dari ungkapan tersebut ialah

kebaikan akan mendapatkan kebaikan dan kejelekan akan mendapat balasan yang

setimpal, entah dari mana asalnya atau siapa yang menjadi perantara dari buah

perbuatannya, yang pasti semua akan ada akibatnya sesuai apa yang diperbuat.

Page 85: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

74

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penulis akan memaparkan sebuah kesimpulan yang kiranya merupakan

seluruh dari isi tulisan ini. Permasalahan yang mendasari tulisan ini adalah

bagaimana konsep etika dalam aliran Wringin Seto di Desa Soko Blora Jawa

Tengah. Pembahasan mengenai etika adalah bagian dari kemanusiaan. Etika

merupakan cerminan budi luhur. Dasarnya, dimulai dari Wejangan atau Wewarah

berbahasa Jawa yang inti dari semua itu adalah berbuat baik, menjauhi perbuatan

yang buruk, dan mendekatkan diri kepada Yang Maha Hidup. Setelah dibekali

dasar etika, penghayat akan ditanamkan ketaataan melalui ceramaah dari

penasehat, pertemuan berkala, dan mengajarkan tirakat. Sehingga akan

melahirkan kesadaran etika di antaranya gemar menolong, sabar, jujur, rasa ingat

kepada Yang Maha Hidup.

Penganut Wringin Seto mengimplementasikan etika dalam keseharian

berupa etika terhadap keluarga, bermasyarakat dan bernegara. Ketiga etika

tersebut melahirkan sikap harmonis, ramah tamah, sopan santun, memiliki rasa

nasionalisme terhadap bangsa. dalam berkeluarga, bermasyarakat dan bernegara.

Konsekuensi pelanggaran etika dalam Wringin Seto lebih ditekankan kepada

keyakinan akan adanya balasan yang setimpal kepada orang yang melanggar.

Namun dalam etika Wringin Seto tidak terdapat hukuman yang tertulis.

Page 86: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

75

B. Saran

Penulis berharap tulisan ini dapat memberikan pengetahuan baru,

khususnya dalam aliran kepercayaan yang masih belum didengar oleh banyak

orang dan juga dan memberikan rujukan tentang konsep etika aliran Wringin Seto

di Desa Soko Blora Jawa Tengah.

Penulis berharap pada pihak Fakultas Ushuluddin menyediakan buku-buku

mengenai aliran kepercayaan Wringin Seto, dan saran untuk penulis lainnya

harap meneruskan tulisan tentang Aliran Wringin Seto.

Page 87: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

76

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Abdullah M. A, Agama dalam Ilmu Perbandingan . Bandung: Nuansa Aulia,

2007.

Basuki, Hertoto, Mengenal Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa laku

hidup dalam : Managemen Manunggaling Kawulo Gusti 2013.

Bertens, K. Etika. Yogyakarta: Kanisius, 2013.

Buku Saku Wringin Seto, 21 Desember 20015.

Danuwijoto B. A., H. M. Seluk Beluk Aliran Kebatianan. Semarang: Djaura Prop.

Djateng bhg. Aliran, 1970.

Data Desa Soko Kecamatan Jepon Kabupaten Blora Jawa Tengah Bulan Mei

2017.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Pedoman Teknis Pembinaan Penghayat

Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Kebijaksanaan Teknis

Operasional Direktorat Pembinaan Penghayat Kepercayaan Terhadap

Tuhan Yang Maha Esa. Jakarta: Depdikbud, 1990.

Endraswara, Suwardi, Etika Hidup Orang Jawa: Pedoman Beretika dalam

Menjalani Kehidupan Sehari-hari. Yogyakarta: NARASI, 2010.

Hadiwijono, Harun. Kebatinan dan Injil. Jakarta: Gunung Mulia, 2009.

Hadiwijono, Harun. Konsepsi tentang Manusia dalam Kebatinan Jawa. Jakarta:

Sinar Harapan, 1983.

Hardjowirogo, Drs. Marbangun. Manusia Jawa. Jakarta: Inti Idayu Press, 1984.

Hoed, Benny H. Semiotika dan Dinamika Budaya. Depok: fakultas ilmu

pengetahuan budaya universitas Indonesia.

Page 88: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

77

Imam S, Suwarno. Konsep Tuhan, Manusia, Mistik dalam berbagai Kebatinan

Jawa. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005.

Kartapraja, Kamil. Aliran Kebatinan dan Kepercayaan di Indonesia. Jakarta:

Yayasan Masagung, 1985.

K, Sukarji. Agama-Agama yang Berkembang di Dunia dan Pemeluknya,

Bandung: CV Angkasa, 2007.

Maman KH., M.SI, U. Metodologi Penelitian Agama : Teori dan Praktik. Jakarta:

PT RajaGrafindo Persada, 2006.

Meolong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja

Rosdakarya, 2007.

Mulder, Niels. Mistisisme Jawa: Ideologi di Indonesia. Yogyakarta: LkiS, 2001.

Nusantoro, Yuventius Fusi. Menjadi manusia Berketuhanan Melalui Wewarah

Kekadhangan Wringin Seto Refleksi Terhadap Fungsi Institusi Agama

Katolik Dalam Usaha Pendalaman Penghayatan Umatnya Berealisasi

Dengan Yesus, Tesis, Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana

Malang, 2000.

Ranhip, Aliran-Aliran Kepercayaan. Surabaya:Pustaka Progresif, 1997.

Ratna, Nyoman Kutha. Metodologi Penelitian: Kajian Budaya dan Ilmu Sosial

Humaniora Pada Umumnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.

Soewardi, Koesoema Soerodiningrat. Naskah Pemaparan Budaya Spiritual

Organisasi Wringin Seto,Penyajian Pemaparan Budaya Spiritual di Hotel

Gondaria Cisarua, Bogor Jawa Barat Tanggal 3 S.D 5 Desember 1991.

Page 89: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

78

Soewardi, Koesoema Soerodiningrat. Santi Aji Wigati Manusia Tanpa

Berketuhanan Tiadalah Ketentraman Hidup, Blora Jawa Tengah.

Subagya, Rachmat. Agama Asli Indonesia. Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka,

1981.

Suprayogo, Imam. Metodologi Penelitian Sosial Agama. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2003.

Suseno, Magnis. Etika Jawa Sebuah Analisa Falsafi tentang Kebijaksanaan

Hidup Jawa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1984.

Tim penyusun Depdikbud. Enksiklopedia Kekadhangan Wringin Seto Pusat

Nasional, Blora: depdikbud, 2015.

Tim Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi,

Enksiklopedia Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Jakarta:

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017.

Untung S, B. Sc, Ign., Pedoman Moral Panca Budhi Barata, Blora, 2005.

Page 90: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

79

Wawancara:

Eka Agus Tijana Budi (Penuntut Penurus Aliran Kepercayaan Kekadangan

Wringin Seto Pusat Kabupaten Blora Provinsi Jawa Tengah yang

merupakan putra dari Koesoema Soerodiningrat Soewardi).

Ign. Untung Sadimin B. Sc (Ketua Umum Pusat Aliran Kepercayaan Kekadangan

Wringin Seto Kabupaten Blora Provinsi Jawa Tengah).

Pak Suroso (Ketua Cabang Kabupaten Rembang Provinsi Jawa Tengah Aliran

Kepercayaan Kekadangan Wringin Seto Kabupaten Blora Provinsi Jawa

Tengah).

Mbah Daman (Paranpara atau Penuntut Cabang Kabupaten Rembang Provinsi

Jawa Tengah Aliran Kepercayaan Kekadangan Wringin Seto Kabupaten

Blora Provinsi Jawa Tengah).

Mbak Sarti (Perangkat Desa Soko Kecamatan Jepon Kabupaten Blora Provinsi

Jawa Tengah).

Pak Mulyono (Kepala Desa Soko Kecamatan Jepon Kabupaten Blora Provinsi

Jawa Tengah).

Page 91: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

80

Lampiran 1 : Surat Bukti Penelitian

Page 92: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

81

Page 93: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

82

Lampiran 2 : Surat Bukti Wawancara

Page 94: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

83

Page 95: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

84

Page 96: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

85

Page 97: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

86

Page 98: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

87

Lampiran 3 : Pertanyaan Wawancara

1. Bagaimana tantangan ketika mendirikan Aliran Kepercayaan Wringin

Seto?

2. Dimana saja persebaran penganut Aliran Kepercayaan Wringin Seto?

3. Bentuk tradisi apa saja yang rutin dilakukan?

4. Bagaimana bentuk tradisi tersebut?

5. Apa ada konsep etika dalam Aliran Kepercayaan Wringin Seto?

6. Tertuang dalam apa etika Aliran Kepercayaan Wringin Seto?

7. Seperti apa konsep etika dalam Aliran Kepercayaan Wringin Seto?

8. Dalam bentuk apa sanksi pelanggaran etika menurut Aliran Kepercayaan

Wringin Seto?

9. Bagaimana penerapan etika dalam kehidupan sehari-hari?

10. Bagaimana penganut Wringin Seto memandang tentang etika?

Page 99: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

88

Lampiran 4 : Hasil wawancara

Nama Eka Agus Tijana Budi

Jabatan Penuntut Penurus Aliran Kepercayaan Kekadangan

Wringin Seto Pusat Kabupaten Blora Provinsi Jawa

Tengah yang merupakan putera dari Koesoema

Soerodiningrat Soewardi

Tanggal

Wawancara

02 Agustus 2017

Tempat

Wawancara

Pusat Wringin Seto di Desa Soko Kecamatan Jepon

Kabupaten Blora Provinsi Jawa Tengah.

1. Bagaimana tantangan ketika mendirikan Aliran Kepercayaan Wringin

Seto?

Belum banyak yang mengetahui aliran ini, selain itu juga dari segi lokasi

kekadangan ini jauh dari pusat kota Blora.

2. Dimana saja persebaran penganut Aliran Kepercayaan Wringin Seto?

Sekitar Solo, Yogyakarta dan Wilayah Pantura.

3. Bentuk tradisi apa saja yang rutin dilakukan?

Suran, Sarasehan dan Tujuh Belasan

4. Bagaimana bentuk tradisi tersebut?

Suran tradisi ini dilakukan satu tahun sekali pada bulan Suro dalam

kalender Jawa.

Page 100: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

89

Sarasehan ini merupakan tradisi untuk berkumpul yang dilakukan setiap

bulan pada hari selasa kliwon dan jumat kliwon.

Tujuh Bealasan tradisi khas dari Wringin seto, menaiki Gunung Lawu 9

hari.

5. Apa ada konsep etika dalam Aliran Kepercayaan Wringin Seto?

Iya, ada.

6. Tertuang dalam apa etika Aliran Kepercayaan Wringin Seto?

Tertuang dalam Panca Budhi Barata di dalam buku saku.

7. Seperti apa konsep etika dalam Aliran Kepercayaan Wringin Seto?

Etika Wringin Seto terbagi ke dalam 3 macam. Pertama, Etika berkeluarga

di mana antara bapak, ibuk dan anak harus saling menghargai satu sama

lain. Kedua, etika bermasyarakat bahwa kita manusia hidup saling

berdekatan dan saling membutuhkan jadi harus saling bahu membahu

dalam masyarakat. Ketiga, etika bernegara ini merupakan etika khas,

karen Wringin Seto merupakan aliran kepercayaan yang sangat nasionalis.

Masyarakat Indonesia memperjuangkan kemerdekaan susah jadi kita harus

menghargai jasa para Pahlawan.

8. Dalam bentuk apa sanksi pelanggaran etika menurut Aliran Kepercayaan

Wringin Seto?

Tidak ada sanksi bagi pelanggaran etika, karena etika adalah buah dari diri

kita sendiri, jadi apa yang kita lakukan itulah apa yang nantinya kita

dapatkan.

9. Bagaimana penerapan etika dalam kehidupan sehari-hari?

Page 101: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

90

Di dalam keseharian manusia itu sangatlah penting menggunakan etika,

dan penerapan dalam keseharian ramaah terhadap orang-orang yang akan

melakukan penelitian di Wringin Seto, bertingkah laku baik terhadap

sesama dan beda kepercayaan.

10. Bagaimana penganut Wringin Seto memandang tentang etika?

Pandangan etika sangatlah penting karena kehidupan haruslah diatur

norma-norma tentang bagaimana seharusnya kita bermsyarakat. Dan juga

etika haruslah dijalankan dalam keseharian bukan hanya sebagai rambu-

rambu dalam kehidupan.

Nama Ign. Untung Sadimin B. Sc

Jabatan Ketua Umum Pusat Aliran Kepercayaan Kekadangan

Wringin Seto Kabupaten Blora Provinsi Jawa

Tengah.

Tanggal

Wawancara

07 Agustus 2017

Tempat

Wawancara

Kediaman Pak untung Desa Seso Kecamatan Jepon

Kabupaten Blora Provinsi Jawa Tengah.

1. Bagaimana tantangan ketika mendirikan Aliran Kepercayaan Wringin

Seto?

Page 102: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

91

Memang belum banyak yang mengetahui aliran ini, persebaranya juga

hanya dalam lingkup kadang saja.

2. Dimana saja persebaran penganut Aliran Kepercayaan Wringin Seto?

Persebarannya di sekitar Solo karena mulanya aliran ini dibawa oleh

Eyang Amiseno dan Amiluhur setelahnya diteruskan oleh Djoyo Amiharjo

dan kemudian sesepuh penerus Eyang Koesoema Soerodiningrat Soewardi

dan saat ini diteruskan oleh kedua anaknya Eka Agus Tijana Budi dan Eka

Distya Saputra.

3. Bentuk tradisi apa saja yang rutin dilakukan?

Ada 3 tradisi yang rutin dilakukan, yang sifatnya bulanan seperti sarasehan

dan tahunan Suran atau Suroan dan Tujuh Belasan.

4. Bagaimana bentuk tradisi tersebut?

Ritual yang bersifat bulanan ini di hari selasa kliwon dan jum’at kliwon,

ini berupa doa bersama, bentuk bertukar pikiran atau musyawarah.

Ritual tahunan Suran acara yang sangat meriah mengundang masyrakat

untuk berbondong turut serta dalam acara ini, dan Tujuh Belasan menaiki

Gunung Lawu selama 9 meninggalkan keluarga untuk memupuk rasa

nasionalisme berdoa di atas puncak Gunung.

5. Apa ada konsep etika dalam Aliran Kepercayaan Wringin Seto?

Ada kosep etika karena etika sangatlah penting bagi kehidupan

bermasyarakat khususnya masrakat Jawa.

6. Tertuang dalam apa etika Aliran Kepercayaan Wringin Seto?

Page 103: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

92

Ini ada di dalam buku saku yang dibacakan setiap akan melaksanakan

acara, yaitu Panca Budhi Barata supaya penghayat senantiasa ingat

pedoman pedoman dalam beretika.

7. Seperti apa konsep etika dalam Aliran Kepercayaan Wringin Seto?

Etika dalam berkeluarga ya harus saling menghargai satu sama lain dan

dalam membina kekeluargaan tidak boleh bercerai, dalam masyarakat

setiap orang kan punya “Mardiko ing salabeting kamardikan” artinya

setiap orang mempunyai kemerdekaan masing-masing. jadi kita harus

memanusiakan manusia saling menghormati satu dengan lainya dan tidak

boleh membeda-bedakan. Dalam pergaulan juga ada 3 prinsip. Pertama,

panembah atau hubungan kepada Sang Pencipta. Kedua, Pangucap atau

ucapan. artinya kalau berbicara harus menggunakan norma. Ketiga, Pakarti

atau tindakan, artinya harus dilakukan jangan hanya bisa berucap tanpa

sebuah tindakan. Memegang juga konsep kebhinekaan.

8. Dalam bentuk apa sanksi pelanggaran etika menurut Aliran Kepercayaan

Wringin Seto?

Tidak ada sanksi karena etika merupakan cerminan langsung bagi diri kita

sendiri maka dari itu dia yang menanam dia pula yang menuai hasil

tersebut, dan itu adalah prinsip dari Wringin Seto. Jadi ketika seseorang

bernasib kurang baik itu dari dirinya sendiri, dari sikap penembahnya,

pangucapnya, dan pakartinya. Tugas penuntun antara satu dengan lainya

harus saling mengingatkan ketika ada kekeliruan.

9. Bagaimana penerapan etika dalam kehidupan sehari-hari?

Page 104: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

93

Penerapan keseharianya dalam beretika, secara kekeluargaan antara ayah,

ibu dan anak saling melengkapi dan tidak ada percerain di dalam rumah

tangga, dan penerapan kepada masyarakat, prinsip yang dipegang adalah

perilaku jujur, adil dan kesejahteraan.

10. Bagaimana penganut Wringin Seto memandang tentang etika?

Etika merupakan sebuah prinsip bagi kehidupan khususnya bagi

masyarakat Jawa sendiri, etika itu harus dijalankan bukan dipikirkan dan

setiap perkataan haruslah ada norma-normanya.

Nama Pak Suroso

Jabatan Ketua Cabang Kabupaten Rembang Provinsi Jawa

Tengah Aliran Kepercayaan Kekadangan Wringin

Seto Kabupaten Blora Provinsi Jawa Tengah.

Tanggal

Wawancara

14 Agustus 2017

Tempat

Wawancara

Kediaman Pak Suroso di Desa Gegunung Wetan

Kabupaten Rembang

1. Bagaimana tantangan ketika mendirikan Aliran Kepercayaan Wringin

Seto?

Hanya sekitar kadang Wringin Seto.

2. Dimana saja persebaran penganut Aliran Kepercayaan Wringin Seto?

Page 105: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

94

Persebarannya di sekitaran Jawa Tengah.

3. Bentuk tradisi apa saja yang rutin dilakukan?

Sarasehan, Tujuh Belasan dan Suran.

4. Bagaimana bentuk tradisi tersebut?

Sarasehan setiap selasa kliwon dan jumat kliwon yang diadakan di sanggar

yang di Blora, seperti ceramaah atau informasi menganai Wringin Seto.

Tujuh Belasan ini ditujukan memupuk rasa nasionalisme dengan cara

pengibaran bendera di atas Gunung Lawu dan merenung atas apa yang kita

lakukan setiap harinya serta berdoa untuk diri kita, untuk pendiri dan

untuk bangsa Indonesia.

Suran acra tahunan pada bulan Suro dalam kalender Jawa.

5. Apa ada konsep etika dalam Aliran Kepercayaan Wringin Seto?

Iya ada.

6. Tertuang dalam apa etika Aliran Kepercayaan Wringin Seto?

Tertuang dalam Panca Budhi Barata yang pada setiap acara selalu

dibacakan supaya antar anggota dan lainya terus mengingat pedoman ini.

7. Seperti apa konsep etika dalam Aliran Kepercayaan Wringin Seto?

Etika keluarga yang mengatur hubungan keluarga, etika berkehidupan atau

bermasyarakat mengatur hubungan masyrakat dan kenegaraan yang

berpatokan Pancasila

8. Dalam bentuk apa sanksi pelanggaran etika menurut Aliran Kepercayaan

Wringin Seto?

Page 106: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

95

Dalam Wringin Seto sendiri tidak sanksi berupa tindakan langsung hanya

saja sebagai sesama anggota harus saling mengingatkan ketika ada salah

satu lalai dalam pedoman beretika.

9. Bagaimana penerapan etika dalam kehidupan sehari-hari?

Didalam lingkup terkecil dahulu adalah dalam keluarga haruslah saling

menghargai, yang lebih tua memberi contoh kepada yang lebih muda.

Kepada sekitar saling tolong menolong. Jadi pribadi yang tegas tidak

boleh berubah-ubah dalam perkataan.

10. Bagaimana penganut Wringin Seto memandang tentang etika?

Ajaran atau pandangan etika sangatlah penting dan ini harus ditanamkan

sejak dini untuk diterapkan di kehidupan sehari-hari.

Nama Mbah Daman

Jabatan Paranpara atau Penuntut Cabang Kabupaten

Rembang Provinsi Jawa Tengah Aliran Kepercayaan

Kekadangan Wringin Seto Kabupaten Blora Provinsi

Jawa Tengah

Tanggal

Wawancara

10 Agustus 2017

Tempat

Wawancara

Kediaman Mbah Daman Desa Waru Kabupaten

Rembang

Page 107: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

96

1. Bagaimana tantangan ketika mendirikan Aliran Kepercayaan Wringin

Seto?

Nggeh ingkang ngertos mawon, dadose nggeh mboten roto. iya yang tau

saja, jadi kurang bisa merata.

2. Dimana saja persebaran penganut Aliran Kepercayaan Wringin Seto?

Persebaranipun niki nggeh Tuban, Semarang, Boyolali, sejawi hampir

wonten isine sedoyo. Sejawa hampir ada isinya semua.

3. Bentuk tradisi apa saja yang rutin dilakukan?

Seloso kliwonan kaleh jumat kliwon, Suronan atau Suran, kaleh pitulasan.

4. Bagaimana bentuk tradisi tersebut?

Ingkang Seloso kaleh Jumat niku nggeh pitutur ngoten niki dongo sareng-

sareng, Suran nggeh jawi ngoteniku lan pitulasan nggeh roso hormat

kaleh pejuang lan Bongso. Selasa dan jumat kliwon kumpul-kumpul dan

doa bersama, suran tradisi Jawa umumnya, dan Tujuh Belasan wujud rasa

nasonalisme terhadap para pahlawan dan bangsa kita.

5. Apa ada konsep etika dalam Aliran Kepercayaan Wringin Seto?

Nggeh Wonten, Iya Ada.

6. Tertuang dalam apa etika Aliran Kepercayaan Wringin Seto?

Panca Budhi Barata

7. Seperti apa konsep etika dalam Aliran Kepercayaan Wringin Seto?

sapa gelem gawe seneng marang liyan, iku bakal oleh welas kamg linuwih

gedhe ketimbang apa kang wis ditindakake. Siapa saja yang membuat

Page 108: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

97

orang lain bahagia, dia akan mendapat balasan yang lebih baik dari apa

yang dilakukannya

8. Dalam bentuk apa sanksi pelanggaran etika menurut Aliran Kepercayaan

Wringin Seto?

Moral niku nggeh ngundoh woh ing pakerti, dadine apik eleke nggeh

ingkang ngunduh awake piyambak. Jadi baik buruk apa yang dilakukan

tergantung dari apa yang diperbuat.

9. Bagaimana penerapan etika dalam kehidupan sehari-hari?

Niki kann kulo tiang sepuh dadose kagem panutan, nek tumindak yow

tumindak seng apik, nek ngomong kui seng jujur. Sebagai orang tua

menjadi contoh bagi anak cucunya, ucapan juga harus yang baik-baik,

kepada siapa saja harus baik, harus jujur.

10. Bagaimana penganut Wringin Seto memandang tentang etika?

“Opo-opo kui nek ora dilakoni yo gak ngarah tok”, nek ilmu kan

dipelajari tapi yen laku kan dilakoni. Apapaun ketika hanya dalam ucapan

tidak akan kesampaian tanpa sebuah tindakan, jadi maksudnya etika butuh

sebuah penerapan bukan hanya sebuah pelajaran.

Page 109: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

98

Lampiran 5 : Foto Kegiatan Lapangan

Foto 1: Kelurahan Soko Kecamatan Jepon Kabupaten Blora Jawa Tengah

Foto 2: Pintu Masuk Kekadangan Wringin Seto Blora Jawa Tengah

Page 110: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

99

Foto 3: Pintu Gerbang Kekadangan Wringin Seto

Foto 4: Wadah Kang Tansah Pinayungan

Page 111: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

100

Foto 5: Penurunan Bendera Merah Putih

Foto 6: Kondisi bagian dalam dari Sasono Hangudi Sembah Raosing Gesang

Page 112: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

101

Foto 7: Aula Banyu Mili

Foto 8: Pertapaan Sanggar Agung

Page 113: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

102

Foto 9: Pertapaan Sanggar Melok

Foto 10: Pertapaan Pamelengan

Page 114: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

103

Foto 11: Pertapaan Sanggar Atas

Foto 12: Jalan Menuju Atas pucak atau ke Makam Pendiri Wringin Seto

Page 115: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

104

Foto 13: Tugu Pancasila

Foto 14: Tiang Bendera 18 Meter (Tugu Garudagung) dan Makam Pendiri

Wringin Seto

Page 116: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

105

Foto 15: Gedung Pusaka

Foto 16: Makam Keluarga Kadang Wringin Seto

Page 117: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

106

Foto 17: Penurunan Bendera di atas puncak bukit

Foto 18: Foto Bersama pak Agus Penerus Pendiri Wringin Seto

Page 118: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

107

Foto 19: Bukti Wawancara dengan Pak Untung Ketua Umum Pusat

Foto 20: Bukti Wawancara dengan Pak Suroso Ketua Cabang Rembang

Page 119: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

108

Foto 21: Bukti Wawancara dengan Mbah Daman Penuntun Cabang Rembang

Foto 22: Bukti Wawancara dengan Pak Agus pendiri Penerus

Page 120: KONSEP ETIKA DALAM ALIRAN WRINGIN SETO DI DESA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36885/2/M... · A. Konsep Ketuhanan dalam Aliran Wringin Seto ... Konsep ketuhanan

109

Foto 23: Bukti Wawancara dengan Pak Mulyono (Lurah) dan Mbak Sarti

(Perangkat Desa)

Foto 24: Bukti bahwa peneliti benar-benar telah melakukan penelitian secara

langsung