116
KONSEP HARGA LELANG DALAM PERSPEKTIF ISLAM SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata Satu (S.1) Ekonomi Islam Disusun Oleh : ZUMROTUL MALIKAH (072411091) FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2012

Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

Citation preview

Page 1: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

KONSEP HARGA LELANG DALAM PERSPEKTIF ISLAM

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata Satu (S.1)

Ekonomi Islam

Disusun Oleh :

ZUMROTUL MALIKAH

(072411091)

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2012

Page 2: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

ii

Dr. Hj. Siti Mujibatun, M.Ag

H. Ahmad Furqan, LC, MA

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Lamp. : 4 (empat) eks.

Hal : Naskah Skripsi

A.n. Sdr. Zumrotul Malikah

Kepada Yth.

Dekan Fakultas Syari’ah

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Setelah saya memberikan bimbingan dan koreksi seperlunya,

bersama ini saya kirim naskah skripsi saudara :

Nama : Zumrotul Malikah

Nim : 072411091

Judul : “KONSEP HARGA LELANG PERSPEKTIF ISLAM”

Dengan ini, saya mohon kiranya skripsi saudara tersebut dapat

segera dimunaqasyahkan.

Demikian harap menjadi maklum.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Hj. Siti Mujibatun, M.Ag H. Ahmad Furqan, L

NIP. 19590413 198703 2 001 NIP. 19751218 2005

Page 3: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

iii

Page 4: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

iv

ABSTRAK

Dalam kehidupan bermasyarakat kegiatan ekonomi sangat berpengaruh

dalam memenuhi kehidupan manusia. Jual beli merupakan salah satu kegiatan

yang sering bahkan pasti dilakukan oleh manusia. Jual beli dapat dilakukan secara

langsung maupun dengan menggunakan sistem lelang. Jual beli dalam sistem

lelang dalam fiqh biasa disebut dengan Ba’i Muzayadah yaitu sebagai bentuk

penjualan barang di depan umum kepada penawar tertinggi.

Lelang adalah bentuk jual beli maka ada peranan harga di dalamnya.

Harga dalam Islam menganut pada konsep harga yang adil yaitu harga yang

dikembalikan kepada pasar (yang dipengaruhi oleh suply dan demand). Namun,

dalam praktik lelang sering terjadi ketidak stabilan harga (adanya trik-trik kotor

dalam penawaran lelang oleh klomplotan penawar), keadaan tersebut

dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu yang hanya menguntungkan salah satu

pihak.

Berangkat dari fenomena tersebut maka penulis tertarik untuk mencoba

mengkaji lebih dalam mengenai bagaimanakah mekanisme penetapan harga

perspektif ekonomi Islam, kemudian bagaimana pandangan ekonomi terhadap

harga dalam sistem lelang.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian lapangan

dengan menggunakan pendapatan deskriptif kualitatif. Sedangkan dalam

pengumpulan data, peneliti menggunakan dokumentasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam penetapan harga dalam

ekonomi Islam dengan mempertimbangkan harga yang pantas yaitu harga yang

adil yang memberikan perlindungan kepada konsumen. Dan konsep harga dalam

sistem lelang adalah harga ditentukan oleh juru lelang dengan melihat keadaan

fisik barang tersebut dan tidak meninggalkan Nilai Limit atau lebih dikenal

dengan Harga Limit Lelang (HLL): bisa berupa Harga Pasar Pusat (HPP), Harga

Pasar Daerah (HPD), dan Harga Pasar Setempat (HPS). Tujuannya agar tidak

adanya trik-trik kotor komplotan lelang (auction ring) dan komplotan penawar

(bidder’s ring). Hal ini sesuai dengan konsep ekonomi Islam yang menjunjung

tinggi keadilan konsep maslahah.

Page 5: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

v

DEKLARASI

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, Penulis

menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah

ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini

tidak berisi satu pun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi

yang terdapat dalam referensi yang dijadikan sebagai bahan

rujukan.

Semarang, 22 Juni 2012

Deklarator,

Zumrotul Malikah

NIM. 072411091

Page 6: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

vi

MOTTO

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta

sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang

berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu”

(Q.S. An-Nisa‟: 29)

Page 7: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

vii

PERSEMBAHAN

“The highest happiness that human being can have is family happiness”

Bapak Nur Hajid (in memoriam)

Ibunda Jikronah yang telah banyak memberikan segalanya dengan ikhlas. Tiada yang dapat penulis perbuat untuk membalas kebaikan mu. Hanya sekuntum do‟a yang dapat ku berikan, jazakum Allah Jazakum katsir “semoga Allah SWT. Membalas amal kebaikan mereka dengan balasan yang berlipat ganda” Amin.

Adik-adikku tercinta (Aminatuz Zahro & Isyfi Rohmah), kalian penyemangatku dalam menyelesaikan skripsi dan menjalani hidup ini dalam susah dan senang.

Saudara-saudaraku semua yang selalu senantiasa memberi dukungan dan motivasi kepada penulis dan selalu senantiasa mendengar keluh kesah penulis, terima kasih atas do‟a dan dukungannya.

EIB Belguyank „07, terkhusus untuk Kakak Rani, Safi‟, Mihex Yuyun, Izah, Mbak Firoh, Faqeh, Zen, Haqi‟, Fajri, Saad, Ulil, Habib, Khasan, Aik, dll terima kasih atas do‟a, dukungan, dan waktu yang telah kita lewati bersama.

Semua orang yang telah mendo‟akan penulis dan semua pihak yang telah membantu tercapainya skripsi ini.

Page 8: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

viii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan

hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta

salam semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta

keluarga, sahabat-sahabat dan pengikutnya.

Berkat rahmat dan hidayah yang diberikan oleh Allah SWT, sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, yang berjudul : “Konsep Harga Lelang

Dalam Perspektif Islam”, Skripsi ini diajukan guna memenuhi tugas dan syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S.1) Jurusan Ekonomi Islam

Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang.

Ucapan terima kasih sedalam-dalamnya penulis sampaikan kepada semua

yang telah memberikan pengarahan, bimbingan dengan moral dan bantuan apapun

yang sangat besar bagi penulis. Ucapan terima kasih terutama penulis sampaikan

kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Muhibbin, M.Ag selaku Rektor IAIN Walisongo

Semarang.

2. Bapak Drs. Imam Yahya, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syari’ah IAIN

Walisongo Semarang

3. Bapak Dr. Ali Murtadho, M.Ag dan Bapak Nur Fatoni., M.Ag selaku Ketua

dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Islam

4. Ibu Dr. H. Siti Mujibatun, M.Ag selaku Dosen Pembimbing I, serta Bapak H.

Ahmad Furqon, LC, MA selaku Dosen Pembimbing II, yang telah bersedia

meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan pengarahan dan

bimbingan kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.

5. Semua Dosen dan Civitas Akademika Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo

Semarang yang telah membimbing dan mengajar penulis selama belajar di

bangku kuliah.

6. Seluruh petugas perpustakaan yang telah membantu memberikan fasilitas dan

waktunya. Semua itu sangat berharga bagi penulis

Page 9: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

ix

7. Kedua orang tuaku tercinta (Bapak Nur hajid dan Ibu Jikronah), kedua adikku,

dan seluruh keluarga besar yang telah memberikan dukungan baik moril

maupun materiil, serta do’a dan kasih sayangnya pada penulis.

8. Teman-teman seperjuangan, EIB’07 Belguyank yang selalu setia melangkah

bersama dalam suka maupun duka dan telah memberikan do’a, dorongan serta

motivasi pada penulis.

9. Dan semua pihak yang telah membantu, sehingga selesainya penulisan skripsi

ini.

Terimakasih atas semua kebaikan dan keikhlasan yang telah di berikan.

Penulis hanya bisa berdo’a dan berikhtiar karena hanya Allah SWT yang bisa

membalas kebaikan untuk semua.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna, khususnya

bagi penulis sendiri dan tentunya bagi para pembaca pada umumya.

Semarang, 22 Juni 2012

Penulis

Zumrotul Malikah

NIM: 72411091

Page 10: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ ii

PENGESAHAN .............................................................................................. iii

ABSTRAK ..................................................................................................... iv

DEKLARASI ................................................................................................. v

MOTTO ......................................................................................................... vi

PERSEMBAHAN ........................................................................................... vii

KATA PENGANTAR .................................................................................... viii

DAFTAR ISI .................................................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ............................... 6

D. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 7

E. Metodologi Penelitian .............................................................. 8

F. Metode Analisis Data ............................................................... 11

G. Sistematika Penulisan............................................................... 12

BAB II SISTEM LELANG DALAM PERSPEKTIF EKONOMI

ISLAM

A. Pengertian Lelang..................................................................... 13

B. Sistem Lelang .......................................................................... 16

C. Syarat-Syarat Lelang ............................................................... 18

D. Macam-Macam Lelang ............................................................ 19

E. Lelang Perspektif Syariah ...................................................... 20

F. Harga yang digunakan dalam sistem lelang ............................. 21

1. Pengertian Harga.................................................................. 21

2. Teori Harga .......................................................................... 25

Page 11: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

xi

3. Harga Menurut Islam ........................................................... 29

4. Harga Lelang........................................................................ 39

BAB III KONSEP LELANG MENURUT REGULASI MENTERI

KEUANGAN

A. Badan Kewengan Lelang .......................................................... 40

B. Petunjuk Pelaksanaan Lelang Menurut Menteri Keuangan ..... 44

BAB IV ANALISIS KONSEP HARGA LELANG PERSPEKTIF

ISLAM

A. Konsep Harga Lelang Perspektif Islam.................................... 60

B. Mekanisme Penetapan Harga Lelang Perspektif Islam ............ 64

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................. 66

B. Saran ......................................................................................... 66

C. Penutup ..................................................................................... 67

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 12: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Manusia merupakan makhluk sosial, yang artinya manusia tidak bisa hidup sendiri

dalam memenuhi kebutuhan untuk mempertahankan hidupnya. Oleh sebab itu, sudah

seharusnya manusia saling tolong menolong. Disadari atau tidak, dalam hidup

bermasyarakat manusia selalu berhubungan satu dengan yang lainnya. Hal ini disebabkan

karena pada suatu saat seseorang memiliki sesuatu yang dibutuhkan orang lain,

sedangkan orang lain membutuhkan sesuatu yang dimiliki seseorang tersebut, sehingga

terjadilah hubungan saling memberi dan menerima.

Dalam Al-Qur’an Allah berfirman:

.....

Artinya: Dan tolong menolonglah kamu dalam kebajikan dan taqwa, dan janganlah

tolong menolonglah dalam berbuat dosa dan kebajikan, dan bertaqwalah kamu kepada

Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksanya. (QS. Al-Maidah : 2)1

Sebagaimana perekonomian sebagai salah satu sakaguru kehidupan negara.

Perekonomian negara yang kokoh juga akan mampu menjamin kesejahteraan rakyat.

Untuk itu Allah memberi inspirasi kepada mereka untuk mengadakan penukaran dan

semua yang kiranya bermanfaat dengan jalan jual beli dan semua cara penghitungan,

sehingga hidup manusia dapat berdiri dengan lurus dan mekanisme hidup ini bekerja

dengan baik dan produktif.

1 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Al-Karim Dan Terjemah Bahasa Indonesia (Ayat Pojok), Kudus:

Menara Kudus, hlm.106

Page 13: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

2

Dengan berkembangnya teknologi telah mendorong masyarakat untuk

mengadakan spesialisasi produksi. Dalam tingkatan ini orang tidak lagi memproduksi

untuk dirinya sendiri, melainkan mereka memproduksi untuk pasar. Dalam hal ini muncul

peranan jual beli atau perdagangan.2

Jual beli secara umum adalah suatu perjanjian, dengan perjanjian itu kedua belah

pihak mengatakan dirinya untuk menyerahkan hak milik atas suatu barang dan pihak yang

lain membayar harga yang telah dijanjikan. Perdagangan atau jual beli dapat dilakukan

dengan langsung dan dapat pula dengan lelang. Cara jual beli dengan sistem lelang dalam

fiqih disebut Muzayyadah.3

Muzayyadah adalah salah satu jenis jual beli di mana penjual menawarkan barang

dagangannya di tengah-tengah keramaian, lalu para pembeli saling menawar dengan

harga yang lebih tinggi sampai pada harga yang paling tinggi dari salah satu pembeli, lalu

terjadilah akad dan pembeli tersebut mengambil barang dari penjual.4

Lelang masa kini tidak hanya terjadi pada lembaga informal saja, lembaga formal

juga banyak yang melaksanakan proses lelang. Khususnya lembaga yang mempunyai

produk gadai seperti pada Lembaga Keuangan yaitu Pegadaian Syariah.

Dalam Pegadaian Syariah sistem lelang berlaku bagi nasabah, apabila nasabah

tersebut tidak mampu membayar utangnya setelah jatuh tempo. Penjualan barang gadai

setelah jatuh tempo adalah sah. Hal itu, sesuai dengan maksud dari pengertian hakikat

gadai itu sendiri, yakni sebagai kepercayaan dari suatu utang untuk dipenuhi harganya,

bila yang berutang tidak sanggup membayar utangnya dari orang yang berpiutang. Karena

2 A. M. Syaefuddin, Islam untuk Disiplin Ilmu Ekonomi, Jakarta : Dirjen Lembaga Islam Depag RI,

1997, hlm. 93 3 Imam Ash-Shan’ani, Subulus Salam Juz. III, Beirut : Darul Kutub Al-Ilmiyah, 1995, hlm. 23 4 Syaikh Abdurrahman Al-Jaziri, Al-Fiqh ‘Ala al-Madzahib Al-Arba’ah Juz. II , Beirut Libanon, 1992,

hlm. 257

Page 14: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

3

itu, barang gadai dapat dijual untuk membayar utang, dengan cara mewakilkan

penjualannya kepada orang yang adil dan terpercaya.

Jual beli sistem lelang merupakan suatu sarana yang sangat tepat untuk

menampung para pembeli untuk mendapatkan barang yang telah diinginkannya. Sehingga

benar-benar apa yang telah diinginkannya telah tercapai. Jual beli dengan sistem lelang

juga harus mempunyai sistem menajemen yang professional dalam menjalankan tugas

dan perannya di masyarakat. Sehingga pelelangan yang terjadi merupakan pelelangan

yang berbasis keadilan, yaitu harga yang digunakan harus adil.

Islam mengartikan harga sebagai harga yang adil yaitu harga yang diserahkan

pada keseimbangan pasar.5 Harga diserahkan kepada hukum pasar untuk memainkan

perannya secara wajar, sesuai dengan penawaran dan permintaan yang ada.6

Kesalahan dalam penentuan harga dapat menimbulkan berbagai konsekuensi dan

dampaknya berjangkauan jauh. Tindakan penetapan harga yang melanggar etika dapat

menyebabkan para pelaku usaha tidak disukai oleh para pembeli, bahkan para pembeli

dapat melakukan suatu reaksi yang dapat menjatuhkan nama baik pelaku usaha. Apabila

kewenangan harga tidak berada pada pelaku usaha melainkan berada pada kebijakan

pemerintah, maka penentuan harga yang tidak diinginkan oleh para pembeli (dalam hal

ini sebagian masyarakat) bisa mengakibatkan suatu reaksi penolakan oleh banyak

orang/kalangan.7

Tetapi, seringkali harga pasar yang tercipta dianggap tidak sesuai dengan

kebijakan dan keadaan perekonomian secara keseluruhan. Dalam dunia nyata mekanisme

5 http://hargyangadill.blogspot.com/2011/02/definisi-harga-menurut-islam.html diakses pada 30 -03-

2012 pukul 14.35.

6 Yusuf Qardawi, Halal Haram Dalam Islam, Solo: Era Intermedia,2003, hlm.357 7 http://www.daneprairie.com. Diakses pada 26-03- 2012 pukul 20.30

Page 15: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

4

pasar terkadang tidak dapat berjalan dengan baik karena adanya berbagai faktor yang

mendistorsinya.

Sebagaimana jual beli dalam kasus lelang, dalam pematokan harga banyak trik-

trik kotor berupa komplotan lelang (auction ring) dan komplotan penawar (bidder’s ring)

yaitu sekelompok pembeli dalam lelang yang bersekongkol untuk menawar dengan harga

rendah, dan jika berhasil kemudian dilelang sendiri di antara mereka. 8

Pasar lelang (auction market) sendiri didefinisikan sebagai suatu pasar

terorganisir, dimana harga menyesuaikan diri terus menerus terhadap penawaran dan

permintaan, serta biasanya dengan barang dagangan standar, jumlah penjual dan pembeli

cukup besar dan tidak saling mengenal. Menurut ketentuan yang berlaku di pasar tersebut,

pelaksanaan lelang dapat menggunakan persyaratan tertentu seperti si penjual dapat

menolak tawaran yang dianggapnya terlalu rendah yaitu dengan memakai batas harga

terendah/cadangan (reservation price) atau harga bantingan (upset price).

Negara Islam, sejak Rasulullah SAW di Madinah fokus pada masalah keseimbang

harga, terutama pada bagaimana peran negara dalam mewujudkan harga, terutama pada

bagaimana peran negara dalam mewujudkan kestabilan harga dan bagaimana mengatasi

masalah kestabilan harga. Oleh karena itu dalam ekonomi islam juga mempunyai etika

bisnis islam yang menjunjung tinggi semangat saling percaya, kejujuran,dan keadilan.9

Segala bentuk rekayasa curang untuk mengeruk keuntungan tidak sah dalam

praktik lelang maupun tender dikategorikan para ulama dalam praktik najasy

(komplotan/trik kotor tender dan lelang) yang diharamkan Nabi SAW (HR. Bukhari dan

Muslim), atau juga dapat dimasukkan dalam kategori Risywah (sogok) bila penjual atau

8 http//kerjoanku.wordpress.com diakses pada 14-04-2012 pukul 14.09

9 Johan Arifin, Fiqih Perlindungan Konsumen, Semarang : Rasail, 2007 hlm. 66

Page 16: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

5

pembeli menggunakan uang, fasilitas ataupun servis untuk memenangkan tender ataupun

lelang yang sebenarnya tidak memenuhi kriteria yang dikehendaki mitranya bisnisnya.

Dalam praktiknya, tidak jarang terjadi penyimpangan prinsip syariah seperti

manipulasi, kolusi maupun permainan kotor lainnya. Permasalahan harga memang

merupakan masalah yang berada diantara dua aspek yang berbeda yaitu dari aspek bisnis

dan aliran agama yang mengatur segala bentuk hal yang ada dalam kehidupan manusia.

Kemudian yang menjadi perdebatan adalah mengenai konsep harga dalam sistem

lelang, mengingat harga dalam Islam adalah harga yang dikembalikan ke pasar.

Sedangkan pada praktik lelang penentuan harga sangat dibutuhkan karena dalam sistem

lelang rawan terjadinya trik-trik kotor oleh komplotan lelang (auction ring) dan

komplotan penawar (bidder’s ring).

Melihat masalah di atas, maka penulis mencoba menganalisis secara Ekonomi

Islam, harga seperti apakah yang digunakan sesuai dengan prisip syariah dalam sistem

lelang . Kemudian mengangkatnya dalam sebuah judul “KONSEP HARGA LELANG

PERSPEKTIF ISLAM”.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, permasalahan penelitian dapat

dirumuskan :

1. Bagiamanakah konsep harga lelang perspektif Islam?

2. Bagiamanakah mekanisme penetapan harga lelang perspektif Ekonomi

Islam?

Page 17: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

6

C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

1. Tujuan Penelitian

Setiap kegiatan yang dilakukan oleh manusia dengan sebuah perencanaan

kerja sudah dapat dipastikan memiliki tujuan sebagai cita-cita kegiatan tersebut,

termasuk dalm penelitian karya ilmiah.

Adapun tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui bagaimanakah pandangan ekonomi Islam terhadap

harga lelang.

b. Untuk mengetahui bagaimanakah mekanisme penetapan harga lelang

perspektif ekonomi Islam.

c. Untuk mengkaji secara mendalam tentang harga lelang dengan studi

analisis ekonomi Islam.

d. Untuk mengetahui dan mengakaji tentang analisis terhadap konsep harga

lelang pespektif Islam.

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi Peneliti

Hasil-hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan

tentang Konsep Harga Lelang Perspektif Islam.

b. Bagi Pihak Lain

Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai bahan perbandingan

untuk menambah pengetahuan khususnya bagi pihak-pihak yang tertarik

pada masalah yang dibahas untuk diteliti lebih lanjut. Dan untuk

menambah informasi yang bermanfaat bagi pembaca yang berkepentingan

dan sebagai salah satu sumber referensi bagi pembaca dalam mengatasi

permasalahan yang sama.

Page 18: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

7

D. TINJAUAN PUSTAKA

Dalam rangka pencapaian penulisan skripsi yang maksimal, sebagai bahan

perbandingan penelitian yang sudah dilakukan oleh beberapa mahasiswa antara lain:

Penelitian dilakukan oleh Siti Muflikhatul Hidayat yang berjudul Penentuan

Harga Jual Beli Dalam Ekonomi Islam skripsi ini membahas tentang penentuan harga

dalam transaksi jual beli yang biasa terjadi dikalangan masyarakat dengan menggunakan

analisis ekonomi islam. Dalam skripsi ini masalah yang timbul adalah bagaimanakah

cara penentuan harga dalam kegiatan jual beli menurut ekonomi islam.

Penelitian lain juga dilakukan oleh Isti Fajarani berjudul Proses Lelang di Perum

Pegadaian Cabang Sleman (Studi Perspektif Hukum Islam). Skripsi ini membahas

tentang pelaksanaan lelang barang jaminan dan menganalisis proses lelang barang

jaminan dalam perspektif Hukum Islam. Dalam masalah pelaksanaan lelang di Perum

Pegadaian Cabang Sleman karena pembeli tidak bisa menyetorkan uang bulanannya

selama batas waktu yang telah disepakati bersama, maka barang yang digunakan oleh

pembeli dapat ditarik oleh pegadaian dan yang akan dijadikan barang lelang.

Skripsi yang lain berjudul Analisis Perspektif Syari’ah Terhadap Proses Lelang

Barang Jaminan Pada Perum Pegadaian Cabang Indramayu. Dalam skripsi Yayah

Kamsiyah ini terdapat pemaparan perhitungan proses jaminan, sehingga dalam hasil

analisisnya tidak hanya menjelaskan perspektif Hukum Islam terhadap proses lelang

barang jaminan, melainkan juga tentang perhitungan proses lelang barang jaminan.

Dalam skripsi ini permasalahan yang timbul karena pembeli terlambat pembayaran uang

cicilan tiap bulan dengan batas waktu yang telah ditentukan, maka barang tersebut

dijadikan barang lelang dan pembeli harus menyetorkan barang yang akan dijadikan

barang jaminan.

Page 19: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

8

E. METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi dalam skripsi ini dapat dijelaskan sebagai berikut:10

1. Jenis Penelitian

Untuk mendapatkan data-data yang sebaik-baiknya, kemudian ditempuhlah

teknik-teknik tertentu di antaranya yang paling utama ialah research yakni

mengumpulkan bahan dengan membaca buku-buku, jurnal,dan bentuk-bentuk bahan

lain atau yang lazim disebut dengan penyelidikan kepustakaan (library research). 11

2. Pendekatan Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian penulis menggukan pendekatan penelitian

deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan

menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok

tertentu, atau untuk melakukan penyebaran suatu gejala, atau untuk menentukan ada

tidaknya hubungan antara suatu gejala dengan gejala lain dalam masyarakat.

Penelitian kualitatif adalah tata cara penelitian yang menghasilkan data

deskriptif. Yaitu apa yang dinyatakan oleh responden secara tertulis atau lisan dan

perilaku nyata. Yang diteliti dan dipelajari adalah objek penelitian yang utuh,

sepanjang hal tersebut mengenai manusia atau sejarah kehidupan manusia.12

Sedangkan tujuan dalam penelitian ini bukan untuk menguji, tetapi didasari oleh rasa

ingin tahu yang mendalam tentang konsep harga dalam sistem lelang perspektif

ekonomi Islam.

10

Menurut Hadiri Nawawi, Metode penelitian atau metodologi research adalah ilmu yang

membincangkan tentang metode-metode ilmiah dalam menggali kebenaran pengetahuan. Lihat Hadiri Nawawi,

Metode Penelitian Bidang Sosial,cet. 5, Yogyakarta: Gajah Mada University Pers, 1991, hlm. 24 11

Sutrino Hadi, Metode Penelitian Research, Yogyakarta : Andi Offset, 1990, hlm. 42 12

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Cet. X; Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005,

hlm. 3.

Page 20: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

9

3. Sumber Data

Sumber data ialah tempat atau orang dimana data diperoleh.13 Dalam

penelitian ini data yang diperlukan diperoleh melalui penelitian pustaka (library

risearch). Bahan-bahan yang terkait dengan penelitian dikumpulkan, diseleksi, dan

diklasifikasikan menurut pokok-pokok pembahasan. Sumber-sumber data tersebut

terdiri atas:

a. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber asli. Dalam

hal ini, maka proses pengumpulan datanya perlu dilakukan dengan

memperhatikan siapa sumber utama yang akan dijadikan objek penelitian.14

Dalam literatur lain juga menyatakan sumber data primer adalah sumber yang

dapat memberikan informasi secara langsung, serta sumber data tersebut memiliki

hubungan dengan masalah pokok penelitian sebagai bahan informasi yang

dicari.15

Dengan demikian, maka dalam data primer dalam penelitian ini adalah

data yang diambil dari sumber yang pertama berupa hasil dokumentasi (buku).

Data primer yang diguanakan peniliti meliputi sumber yang berhubungan dengan

pemikiran islam dan sumber yang berkaitan dengan konsep harga dalam ekonomi

islam.

Adapun data primer yang dipergunakan dalam penelitian ini diantaranya

adalah: Fikih Lelang oleh DRS. H. Aiyub Ahmad, Ekonomi Mikro Dalam

Perspektif Islam oleh Drs. Muhammad, M.Ag, Ekonomi Makro Islam Pendekatan

Teoritis oleh Nurul Huda, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam oleh Ir. H.

13

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2002,

hlm. 45. 14

Muhammad, “Metodologi Penelitian Ekonomi Islam Pendekatan Kuantitati”. Jakarta: Rajawali Pers.

2008. hlm. 103 15

Safidin Azwar, Metodologi Penelitian, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1998, hlm. 91.

Page 21: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

10

Adiwarman Azwar Karim, S.E., M.B.A., M.A.E.P., Pengantar Ekonomi Mikro

Islami oleh M. B. Hendri Anto, ,dan lain-lain.

b. Data Sekunder

Data Skunder, yaitu data yang mencakup buku-buku, hasil penelitian dan

seterusnya. Atau data yang mendukung pembahasan, yang diperoleh dari orang

lain baik berupa laporan-laporan, buku-buku, film maupun surat kabar.16

Sumber lain, data sekunder adalah sumber-sumber yang menjadi bahan

penunjang dan melengkapi dalam suatu analisis, selanjutnya data ini disebut juga

data tidak langsung.17

Dalam hal ini penulis melakukan penelitian dengan cara

mengkaji literatur-literatur yang relevan yang berkaitan dengan objek penelitian.

Skripsi ini akan mengolah kembali data-data sekunder yang terdapat dalam

skripsi-skripsi sebelumnya ataupun buku-buku yang ada yang telah membahas

tentang pemikiran Ekonomi Islam, seperti adalah: Halal Dan Haram Dalam Islam

oleh Dr. Yusuf Qordhawi, Manajemen Pemasaran oleh Philip Kotler, Fiqih

Perlindungan Konsumen oleh Johan Arifin, Pemasaran Strategik oleh Fandy

Tjiptono, Memenangkan Pasar Dengan Pemasaran Efektif dan Profitabel oleh

Bilson Simamora, dan lain-lain.

4. Teknik Pengumpulan Data

Sebagai upaya untuk memperoleh data yang valid tentang konsep harga dalam

sistem lelang perspektif ekonomi islam, penulis menggunakan metode dokumentasi.

Teknik dokumentasi atau studi dokumenter.18

16

Skripsi Nurul Hidayat, Pengaruh Nisbah Bagi Hasil Terhadap Minat Nasabah di BMT, 2007. hlm.

10 17

Ibid, hlm. 92. 18

Menurut Suharsimi Arikunto metode dokumentasia adalah mencari data mengenai hal-hal atau

variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar,majalah ,prasasti, notulen rapat,lengger, agenda,dan

sebagainya. lihat Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,cet 12, Jakarta: PT.

Rineka Cipta, 2002, hlm. 206

Page 22: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

11

Dalam hal ini, penulis akan mendokumentasikan masalah-masalah yang

berkenaan dengan konsep harga dalam sistem lelang perspektif ekonomi Islam,

penyebabnya dan permasalahan lainnya yang berasal dari buku-buku yang berkaitan

dengan penelitian penulis tersebut.

Metode dokumentasi yang penulis gunakan adalah pengumpulan data yang

dilakukan dengan kategorisasi dan klasifikasi bahan-bahan tertulis yang berhubungan

dengan masalah penelitian, baik dari nara sumber, dokumen maupun buku-buku,

ensiklopedi dan lain-lain.19

F. METODE ANALISIS DATA

Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data.

Tahap analisis data yaitu merupakan suatu proses penelelaahan data secara mendalam.

Menurut Lexy J. Moleong proses analisa data dapat dilakukan pada saat yang bersamaan

dengan pelaksanaan pengumpulan data meskipun pada umumnya dilakukan setelah data

terkumpul.20

Guna untuk memperoleh gambaran yang jelas dalam memberikan,

menyajikan, dan menyimpulkan data.

Dalam menganalisis data, penulis menggunakan metode kualitatif diskriptif yang

terdiri dari tiga kegiatan; yaitu pengumpulan data dan sekaligus reduksi data serta

penarikan kesimpulan verifikasi.

Metode analisa deskriptif kualitatif yaitu suatu penelitian yang dimaksudkan

untuk mendeskripsikan suatu situasi tertentu yang bersifat faktual secara sistematis dan

akurat.21

Metode ini merupakan metode analisa data dengan cara menggambarkan

keadaan atau status fenomena dengan kata-kata atau kalimat yang dipisah-pisah menurut

kategori untuk memperoleh kesimpulan.

19 Hadiri Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial,cet. 11, Yogyakarta: Gajah Mada University Pers,

1997, hlm. 97 20

Lexy Moleong, op. cit, hlm. 103. 21

Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif, Bandung : CV Pustaka Setia, 2002, hlm. 21.

Page 23: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

12

Adapun langkah-langkah menganalisis dalam penelitian ini adalah penulis

mengkaji buku-buku yang berkenaan dengan mikro ekonomi, teori harga dan

permasalahan lelang yang tidak bertentangan dengan Ekonomi Islam. Kemudian

dikuatkan dengan data-data yang berasal dari koran dan internet yang menggambarkan

keadaan saat ini.

Sebagai langkah penutup adalah pengambilan kesimpulan, yang mana

pengambilan kesimpulan itu merupakan akhir proses dari sebuah penelitian, dari

pengambilan kesimpulan ini akhirnya akan terjawab pertanyaan ada dalam rumusan

masalah didalam latar belakang masalah.

G. SISTEMATIKA PENELITIAN

Adapun sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan, Latar Belakang Masalah, Rumusan masalah, Tujuan dan

Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metodologi Penelitian, Sistematika

penulisan.

Bab II : Tinjauan Umum Tentang Harga Lelang. Bab ini memuat pengertian lelang,

sistem lelang, syarat-syarat lelang, macam-macam lelang, lelang perspektif

Islam, harga lelang perspektif Islam.

Bab III : Konsep Lelang Menurut Regulasi Menteri Keuangan. Bab ini memuat Badan

Kewenangan Lelang, Petunjuk Pelaksanaan Lelang menurut Menteri

Keuangan.

Bab IV : Analisis Konsep Harga Lelang Perspektif Islam. Konsep harga lelang

perspektif islam, mekanisme penetapan harga lelang perspektif islam.

Bab V : Penutup, Kesimpulan, Saran/ Rekomendasi, Penutup

Page 24: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

13

BAB II

SISTEM LELANG DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM

Bentuk perjanjian jual beli telah berkembang demikian pesat sebagai usaha mencapai

kebutuhan hidup manusia, kadangkala perjanjian itu tidak memenuhi ketentuan hukum yang

berlaku, dan bahkan dapat terjadi ketimpangan. Begitu pula dengan lelang yang secara umum

termasuk bentuk jual beli, karena tidak mustahil terjadi kecurangan terhadap hak orang lain

bahkan kepentingan masyarakat pada umumnya. Untuk menanggulangi hal tersebut syariat

islam telah memberikan pedoman untuk mencapai kesejahteraan masyarakat.

A. PENGERTIAN LELANG

Lelang termasuk salah satu bentuk jual beli, akan tetapi ada perbedaan secara

umum. Jual beli ada hak memilih, boleh tukar menukar di muka umum dan sebaliknya,

sedangkan lelang tidak ada hak memilih, tidak boleh tukar menukar di depan umum, dan

pelaksanaannya dilakukan khusus di muka umum.1

Jual beli menurut bahasa artinya “menukarkan sesuatu” sedangkan menurut syara’

jual beli artinya “menukarkan harta dengan harta menurut cara-cara tertentu (‘aqad)”.2

Jual beli dalam Al-Qur’an merupakan bagian dari ungkapan perdagangan atau dapat juga

disamakan dengan perdagangan. Pengungkapan perdagangan ini ditemui dalam tiga

bentuk, yaitu tijarah, bai’ dan Syiraa’. Kata التجارة adalah mashdar dari kata kerja (يتجر تجر

.yaitu menjual dan membeli ( شراع dan باع) yang berarti (تجارة و تجرا

Jual beli secara etimologis berarti pertukaran mutlak. Kata al-bai’ (jual) dan Asy-

Syiraa’ (beli) penggunaannya disamakan antara keduanya, yang masing-masing

mempunyai pengertian lafadz yang sama dan pengertian berbeda. Dalam syariat Islam,

1Aiyub Ahmad, Fikih Lelang Perspektif Hukum Islam Dan Hukum Positif , Jakarta: Kiswah, 2004, hlm.

3 2 Mohd. Rifai, Ilmu Fiqih Islam Lengkap, Semarang: CV. Toha Putra, t.th, hlm. 402

Page 25: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

14

jual beli merupakan pertukaran semua harta (yang dimiliki dan dapat dimanfaatkan)

dengan harta lain berdasarkan keridhaan antara keduanya. Atau dengan pengertian lain

memindahkan hak milik dengan hak milik orang lain berdasarkan persetujuan dan

hitungan materi 3

Berdasarkan definisi tersebut dapat dipahami bahwa jual beli adalah suatu bentuk

perjanjian. Begitu pula dengan cara jual beli dengan sistem lelang yang dalam penjualan

tersebut ada bentuk perjanjian yang akan menghasilkan kata sepakat antara pemilik

barang maupun orang yang akan membeli barang tersebut, baik berupa harga yang

ditentukan maupun kondisi barang yang diperdagangkan. Dalam fiqih disebut

Muzayyadah.4

Secara Umum Lelang adalah penjualan barang yang dilakukan di muka umum

termasuk melalui media elektronik dengan cara penawaran lisan dengan harga yang

semakin meningkat atau harga yang semakin menurun dan atau dengan penawaran harga

secara tertulis yang didahului dengan usaha mengumpulkan para peminat.5 Lebih

jelasnya lelang menurut pengertian diatas adalah suatu bentuk penjualan barang didepan

umum kepada penawar tertinggi. Namun akhirnya penjual akan menentukan, yang

berhak membeli adalah yang mengajukan harga tertinggi. Lalu terjadi akad dan pembeli

tersebut mengambil barang dari penjual.

Jual beli model lelang (muzayyadah) dalam hukum Islam adalah boleh mubah. Di

dalam kitab Subulus salam disebutkan Ibnu Abdi Dar berkata, ”Sesungguhnya tidak

haram menjual barang kepada orang dengan adanya penambahan harga (lelang), dengan

kesepakatan di antara semua pihak.

3 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, Jilid IV, Bandung, 2006, hlm. 45

4 Imam Ash-Shan’ani, Subulus Salam Juz. III, Beirut : Darul Kutub Al-Ilmiyah, 1995, hlm. 23. 5 Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia. No. 304/KMK.01/2002

Page 26: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

15

Menurut Ibnu Qudamah Ibnu Abdi Dar meriwayatkan adanya ijma’ kesepakatan

ulama tentang bolehnya jual-beli secara lelang bahkan telah menjadi kebiasaan yang

berlaku di pasar umat Islam pada masa lalu. Sebagaimana Umar bin Khathab juga pernah

melakukannya demikian pula karena umat membutuhkan praktik lelang sebagai salah satu

cara dalam jual beli.

Jual beli secara lelang tidak termasuk praktik riba meskipun ia dinamakan bai’

muzayyadah dari kata ziyadah yang bermakna tambahan sebagaimana makna riba, namun

pengertian tambahan di sini berbeda. Dalam muzayyadah yang bertambah adalah

penawaran harga lebih dalam akad jual beli yang dilakukan oleh penjual atau bila lelang

dilakukan oleh pembeli maka yang bertambah adalah penurunan tawaran. Sedangkan

dalam praktik riba tambahan haram yang dimaksud adalah tambahan yang tidak

diperjanjikan dimuka dalam akad pinjam-meminjam uang atau barang ribawi lainnya.6

Lebih jelasnya, praktik penawaran sesuatu yang sudah ditawar orang lain dapat

diklasifikasi menjadi tiga kategori: Pertama; Bila terdapat pernyataan eksplisit dari

penjual persetujuan harga dari salah satu penawar, maka tidak diperkenankan bagi orang

lain untuk menawarnya tanpa seizin penawar yang disetujui tawarannya. Kedua; Bila

tidak ada indikasi persetujuan maupun penolakan tawaran dari penjual, maka tidak ada

larangan syariat bagi orang lain untuk menawarnya maupun menaikkan tawaran pertama,

sebagaimana analogi hadits Fathimah binti Qais ketika melaporkan kepada Nabi bahwa

Mu’awiyah dan Abu Jahm telah meminangnya, maka karena tidak ada indikasi

persetujuan darinya terhadap pinangan tersebut, beliau menawarkan padanya untuk

menikah dengan Usamah bin Zaid. Ketiga; Bila ada indikasi persetujuan dari penjual

6 Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid Juz II, Beirut Libanon,1992, hlm. 162

Page 27: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

16

terhadap suatu penawaran meskipun tidak dinyatakan secara eksplisit, maka menurut Ibnu

Qudamah tetap tidak diperkenankan untuk ditawar orang lain.7

Syari’at tidak melarang segala jenis penawaran selagi tidak ada penawaran di atas

penawaran orang lain ataupun menjual atas barang yang telah dijualkan pada orang lain.

Sebagaimana hadits yang berhubungan hal ini. Dari Abu Hurairah sesungguhnya Nabi

bersabda “tidak boleh seseorang melamar di atas lamaran saudaranya dan tidak ada

penawaran di atas penawaran saudaranya.”8

B. SISTEM LELANG

Dilihat dari segi cara penawarannya, dalam pelelangan dikenal dengan dua sistem,

yaitu sistem pelelangan dengan cara lisan dan sistem pelelangan dengan cara penawaran

tertulis.

a. Sistem Pelelangan Dengan Penawaran Lisan

Sistem pelelangan dengan penawaran lisan ini dapat dibedakan lagi,

yaitu dengan penawaran lisan harga berjenjang naik dan pelelangan dengan

penawaran lisan harga berjenjang turun. Dalam sistem pelelangan dengan

penawaran lisan harga berjenjang naik, juru lelang menyebutkan harga

penawaran dengan suara yang terang dan nyaring di depan para peminat/

pembeli. Penawaran ini dimulai dengan harga yang rendah. Kemudian setelah

diadakan tawar-menawar, ditemukan seorang peminat yang mengajukan

penawaranya dengan harga yang tertinggi.

Dalam sistem pelelangan dengan penawaran lisan harga berjenjang

turun, juru lelang menyebutkan harga penawarn pertama dengan harga yang

tinggi atas suatu barang yang dilelang. Apabila dalam penawaran tinggi

7 Asy-Syaukani, Nailul Authar Juz.V, Beirut Libanon,1986, hlm. 191

8 http//www.lelangsyariah.com . diakses pada 20 April 2012 pukul. 20.34

Page 28: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

17

tersebut belum ada peminat/pembeli, harga penawarannya diturunkan dan

demikian seterusnya sehingga ditemukan peminatnya. Praktik pelelangan

penawaran lisan dengan harga berjenjang turun ini jarang dilakukan.

b. Sistem Pelelangan Dengan Penawaran Tertulis

Sistem pelelangan dengan penawaran tertulis ini biasanya diajukan di

dalam sampul tertutup. Pelelangan yang diajukan dengan penawaran tertulis

ini, pertama-tama juru lelang membagikan surat penawaran yang telah

disediakan (oleh penjual atau dikuasakan kepada kantor lelang) kepada para

peminat.

Dalam surat penawaran tersebut, para peminat/pembeli menulis nama,

alamat, pekerjaan, bertindak untuk diri sendiri atau sebagai kuasa; dan syarat-

syarat penawaran, nama barang yang ditawarkan serta banyaknya barang yang

ditawarkan.

Sesudah para peminat atau pembeli mengisi surat penawaran tersebut,

semua surat penawaran itu dikumpulkan dan dimasukan ke tempat yang telah

disediakan oleh juru lelang di tempat pelelangan. Setelah juru lelang membeca

risalah lelang, membuka satu persatu surat penawaran yang telah diisi oleh

para peminat/pembeli dan selanjutnya menunjukkan salah seorang dari para

peminat yang mengajukan harga penawaran tertinggi/terendah sebagai

peminat/pembeli. Jika terjadi persamaan harga di dalam penawaran harga

tertinggi/terendah itu, dilakukan pengundian untuk menunjukkan pembelinya

yang sah, atau dengan cara lain yang ditentukan oleh juru lelang, yaitu dengan

cara perundingan.9

9 Aiyub Ahmad, Op.Cit., hlm. 77-79

Page 29: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

18

C. SYARAT-SYARAT LELANG

Dalam bab sebelumnya telah dijelaskan secara rinci bahwa lelang merupakan salah

satu transaksi jual beli, walaupun dengan cara yang berbeda dan tetap mempunyai

kesamaan dalam rukun dan syarat-syaratnya sebagaiman diatur dalam jual beli secara

umum. Dalam lelang rukun dan syarat-syarat dapat diaplikasikan dalam panduan dan

kriteria umum sebagai pedoman pokok yaitu diantaranya:

1. Transaksi dilakukan oleh pihak yang cakap hukum atas dasar saling sukarela

(‘an taradhin).

2. Objek lelang harus halal dan bermanfaat.

3. Kepemilikan / Kuasa Penuh pada barang yang dijual

4. Kejelasan dan transparansi barang yang dilelang tanpa adanya manipulasi

5. Kesanggupan penyerahan barang dari penjual,

6. Kejelasan dan kepastian harga yang disepakati tanpa berpotensi menimbulkan

perselisihan.

7. Tidak menggunakan cara yang menjurus kepada kolusi dan suap untuk

memenangkan tawaran.10

Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk melakukan pelelangan adalah

sebagai berikut:

1. Bukti diri pemohon lelang

2. Bukti pemilikan atas barang

3. Keadaan fisik dari barang

Bukti diri dari pemohon lelang ini diperlukan untuk mengetahui bahwa pemohon

lelang tersebut benar-benar orang yang berhak untuk melakukan pelelangan atas barang

10

http://ulgs.tripod.com/favorite.htm-ekonomi -islam/ diakses pada 06-4-2012 pukul 20.15

Page 30: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

19

yang dimaksud. Apabila pemohon lelang tersebut bertindak sebagai kuasa, dari pemberi

kuasa. Jika pelelangan tersebut atas permintaan hakim atau panitia urusan piutang negara,

harus ada surat penetapan dari pengadilan negeri atau panitia urusan piutang negara.

Kemudian, bukti pemilikan atas barang diperlukan untuk mengetahui bahwa

pemohon lelang tersebut merupakan orang yang berhak atas barang dimaksud. Bukti

pemilikan ini, misalnya tanda pembayaran, surat bukti hak atas tanah (sertifikat) dan

lainnya.

Di samping itu, keadaan fisik dari barang yang dilelang juga perlu untuk

mengetahui keadaan sebenarnya dari barang yang akan dilelang. Untuk barang bergerak,

harus ditunjukkan mana barang yang akan dilelang; sedangkan untuk barang tetap seperti

tanah, harus ditunjukkan sertifikatnya apabila tanah tersebut sudah didaftarkan atau

dibukukan. Adapun, tanah yang belum didaftarkan/dibukukan harus diketahui dimana

letak tanah tersebut dan bagaimana keadaan tanahnya, dengan disertai keterangan dari

pejabat setempat.11

D. MACAM-MACAM LELANG

Pada umumya lelang hanya ada dua macam yaitu lelang turun dan lelang naik.

keduanya dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Lelang Turun

Lelang turun adalah suatu penawaran yang pada mulanya membuka

lelang dengan harga tinggi, kemudian semakin turun sampai akhirnya diberikan

kepada calon pembeli dengan tawaran tertinggi yang disepakati penjual melalui

juru lelang (auctioneer) sebagai kuasa si penjual untuk melakukan lelang, dan

biasanya ditandai dengan ketukan.

11 Ibid, hlm.79-80

Page 31: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

20

2. Lelang Naik

Sedangkan penawaran barang tertentu kepada penawar yang pada

mulanya membuka lelang dengan harga rendah, kemudian semakin naik sampai

akhirnya diberikan kepada calon pembeli dengan harga tertinggi, sebagaimana

lelang ala Belanda (Dutch Auction) dan disebut dengan lelang naik. 12

E. LELANG PESPEKTIF ISLAM

Lelang menurut pengertian transaksi mua’amalat kontemporer dikenal sebagai

bentuk penjualan barang di depan umum kepada penawar tertinggi. Dalam Islam juga

memberikan kebebasan keleluasaan dan keluasan ruang gerak bagi kegiatan usaha umat

Islam dalam rangka mencari karunia Allah berupa rizki yang halal melalui berbagai

bentuk transaksi saling menguntungkan yang berlaku di masyarakat tanpa melanggar

ataupun merampas hak-hak orang lain secara tidak sah.

Pada prinsipnya, syariah Islam membolehkan jual beli barang/ jasa yang halal

dengan cara lelang yang dalam fiqih disebut sebagai akad Bai’ Muzayadah. Praktik lelang

(muzayadah) dalam bentuknya yang sederhana pernah dilakukan oleh Nabi SAW,

sebagaimana hadis Salah satu hadis yang membolehkan lelang sebagai berikut;

ه وسلم سأله صلى الله عل تك عن أنس بن مالك أن رجلا من الأنصار جاء إلى النب فقال لك ف ب

ء قال بلى حلس نلبس بعضه ونبسط بعضه وق دح نشزب فه الماء قال ائتن بهما قال فأتاه بهما ش

ن فقال رجل أ ده ثم قال من شتزي هذ ه وسلم ب نا خخذهما بدرهم قال فأخذهما رسىل الله صلى الله عل

ن من زد على در ن فأعطاهما إاه وأخذ الدرهم ن أو ثلاثا قال رجل أنا خخذهما بدرهم هم مزت

فأعطاهما الأنصاري

Artinya : “Dari Anas bin Malik ra bahwa ada seorang lelaki Anshar yang datang

menemui Nabi saw dan dia meminta sesuatu kepada Nabi saw. Nabi saw bertanya

12

http;// one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugas makalah/hukum Islam/hukum lelang dalam islam.

Diakses pada 01-4-2012 pukul 11.00

Page 32: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

21

kepadanya,”Apakah di rumahmu tidak ada sesuatu?” Lelaki itu menjawab,”Ada.

sepotong kain, yang satu dikenakan dan yang lain untuk alas duduk, serta cangkir untuk

meminum air.” Nabi saw berkata,”Kalau begitu, bawalah kedua barang itu kepadaku.”

Lelaki itu datang membawanya. Nabi saw bertanya, ”Siapa yang mau membeli barang

ini?” Salah seorang sahabat beliau menjawab,”Saya mau membelinya dengan harga satu

dirham.” Nabi saw bertanya lagi,”Ada yang mau membelinya dengan harga lebih

mahal?” Nabi saw menawarkannya hingga dua atau tiga kali. Tiba-tiba salah seorang

sahabat beliau berkata,”Aku mau membelinya dengan harga dua dirham.” Maka Nabi

saw memberikan dua barang itu kepadanya dan beliau mengambil uang dua dirham itu

dan memberikannya kepada lelaki Anshar tersebut.(HR. Tirmizi).13

Sebagian ulama seperti an-Nakha`i memakruhkan jual beli lelang, dengan dalil

hadits dari Sufyan bin Wahab bahwa dia berkata;

سمعت رسىل اهلل صلى اهلل عله وسلم نهى عن بع المزادة

Artinya: Aku mendengar Rasulullah SAW melarang jual beli lelang. (HR Al-

Bazzar)

Syariat Islam dengan berbagai pertimbangan yang sangat dijunjung tinggi tidak

melarang dalam melakukan usaha untuk mencari kekayaan sebanyak-banyaknya dan

dengan cara seperti apa selama cara yang dilakukan masih berada dalam garis syariat

yang dihalalkan. Sedangkan adanya aturan dalam ajaran Islam tentunya tidak semata-

matahanya aturan belaka yang hanya menjadi dasar, tetapi merupakan suatu aturan yang

berfungsi menjaga dari adanya manipulasi atai kecurangan-kecurangan dalam

menjalankan bisnis dengan cara lelang.14

F. HARGA LELANG PERSPEKTIF ISLAM

1. Pengertian Harga

Macam-macam istilah yang kerap digunakan dalam mengungkapkan harga

antara lain iuran, tarif, sewa, premium, komisi, upah, gaji, honorarium, SPP, dan lain-

13 At Tirmidzi, Al-Jami’ Al-Shohih, Beirut Libanon: Darul Al-Fikr, 1988, Hadist No. 908.

14 http//kerjoanku.wordpress.com diakses pada pada 20 April 2012 pukul. 20.34

Page 33: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

22

lain.15

Harga dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia berarti nilai suatu barang yang

dirupakan dengan uang 16

Philip Kotler mengungkapkan bahwa harga adalah salah satu unsur bauran

pemasaran yang menghasilkan pendapatan, unsur-unsur lainnya menghasilkan biaya.

Harga adalah unsur bauran pemasaran yang paling mudah disesuaikan; ciri-ciri

produk, saluran, bahkan promosi membutuhkan lebih banyak waktu. Harga juga

mengkomunikasikan posisi nilai yang dimaksudkan perusahaan tersebut kepada pasar

tentang produk dan mereknya.17

Dapat dijelaskan dari pengertian di atas bahwa unsur-unsur bauran pemasaran

yang dimaksud adalah harga, produk, saluran dan promosi, yaitu apa yang dikenal

dengan istilah empat P (Price,Product, Place dan Promotion). Harga bagi suatu usaha

atau badan usaha menghasilkan pendapatan (income), adapun adapun unsur-unsur

bauran pemasaran lainnya yaitu Product (produk), Place (tempat/saluran) dan

Promotion (promosi) menimbulkan biaya atau beban yang harus ditanggung oleh

suatu usaha atau badan usaha.18

Prof. DR. H. Buchari Alma juga mengatakan bahwa dalam teori ekonomi,

pengertian harga, nilai dan utility merupakan konsep yang paling berhubungan. Yang

dimaksud dengan utility ialah suatu atribut yang melekat pada suatu barang, yang

memungkinkan barang tersebut dapat memenuhi kebutuhan (needs), keinginan

(wants) dan memuaskan konsumen (satisfaction). Value adalah nilai suatu produk

15

Irine Diana Sari W., Manajemen Pemasaran Usaha Kesehatan, Jojakarta : Nuha Medika, 2010, hlm.

147 16 WJS Poerwadaminta, Kamus Umum Bahasa Indinesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1976, hlm. 752 17

Philip Kotler, Manajemen Pemasaran (edisi ke sebelas) jilid 2, Jakarta :Gramedia, 2005, hlm. 139 18 Ibid , hlm. 140

Page 34: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

23

untuk ditukarkan dengan produk lain. Nilai ini dapat dilihat dalam situasi barter yaitu

pertukaran antara barang dengan barang.19

Menurut para ekonom, harga, nilai, dan faedah/ manfaat (utility) merupakan

konsep-konsep yang berkaitan. Utility adalah atribut suatu produk yang dapat

memuaskan kebutuhan.sedangkan nilai adalah ungkapan secara kuantitatif tentang

kekuatan barang untuk dapat menarik barang lain dalam pertukaran. Dalam

perekonomian sekarang ini untuk mengadakan pertukaran atau mengukur nilai suatu

produk menggunakan uang, bukan sistem barter. Jumlah uang yang digunakan dalam

pertukaran tersebut mencerminkan tingkat harga dari suatu barang tersebut. Jadi,

harga adalah sejumlah uang yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi

dari produk dan pelayanannya.20

Dalam Islam harga dikenal dengan harga yang adil, hal ini juga mendapat

perhatian banyak pemikir dunia termasuk dunia barat. Penulis jerman Rudolf Kaulla

menyatakan konsep tentang justum pretium (harga yang adil), mula-mula konsep ini

dilaksanakan di Roma dengan latar belakang pentingnya menerapkan atau

menempatkan aturan khusus untuk memberi petunjuk dalam kasus-kasus yang

dihadapi hakim, dimana dengan tatanan itu dia menetapkan nilai-nilai dari sebuah

barang dagangan atau jasa. Pernyataan ini hanya menggambarkan sebagian cara harga

dibentuk dengan pertimbangan etika dan hukum.21

Ilmuwan pada abad pertengahan yang pemikirannya tentang harga banyak

menjadi pijakan pemikiran di masa berikutnya adalah St. Thomas Aquinus tanpa

secara eksplisit menjelaskan definisi harga yang adil ia mengatakan :

19

Buchari Alma, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, Bandung : ALFABETA, hlm. 169 20

Didit Purnomo, Buku Pegangan Kuliah Kebijakan Harga (Pendekatan Agrikultural), Surakarta : FE-

UMS, 2005, hlm. 302 21

M. B. Hendri Anto, Pengantar Ekonomi Islam, Yogyakarta : Ekonisia, 2003, hlm. 288

Page 35: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

24

sangat berdosa mempraktekan penipuan terhadap tujuan penjualan sesuatu

yang melebihi dari harga yang adil, karena itu sama dengan mencurangi

tetangganya agar menderita kerugian.

Ia juga mengatakan :

Harga yang sdil itu akan menjadi salah satu hal yang tak hanya dimasukkan

dalam perhitungan nilai barang yang dijual, juga bisa mendatangkan kerugian

bagi penjual. Dan juga suatu barang bisa dibolehkan secara hukum dijual lebih

tinggi ketimbang nilainya sendiri, meskipun nilainya tak lebih dibanding harga

pemiliknya.22

Dari sudut pandang pemasaran, harga merupakan satuan moneter atau ukuran

lainnya (termasuk barang dan jasa lainnya) yang ditukarkan agar memperoleh hak

kepemilikan atau penggunaan suatu barang atau jasa. Pengertian ini sejalan dengan

konsep pertukaran (exchange) dalam pemasaran.23

Apabila harga suatu produk di pasaran adalah cukup tinggi, hal ini

menandakan bahwa kualitas produk tersebut adalah cukup baik dan merek produk di

benak konsumen adalah cukup bagus dan meyakinkan. Sebaliknya apabila harga suatu

produk di pasaran adalah rendah, maka ini menandakan bahwa kualitas produk

tersebut adalah kurang baik dan merek produk tersebut kurang bagus dan kurang

meyakinkan di benak konsumen.

Jadi harga bisa menjadi tolak ukur bagi konsumen mengenai kualitas dan

merek dari suatu produk, asumsi yang dipakai disini adalah bahwa suatu usaha atau

badan usaha baik usaha dagang, usaha manufaktur, usaha agraris, usaha jasa dan

usaha lainnya menetapkan harga produk dengan memasukkan dan

mempertimbangkan unsur modal yang dikeluarkan untuk produk tersebut.

22

Ibid, hlm. 288 23

Fandy Tjiptono, Strategi Pemasaran, Yoyakarta : Penerbit Andi, 1997, hlm. 151

Page 36: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

25

Dari pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa harga merupakan sesuatu

kesepakatan mengenai transaksi jual beli barang atau jasa di mana kesepakatan

tersebut diridai oleh kedua belah pihak. Harga tersebut haruslah direlakan oleh kedua

belah pihak dalam akad, baik lebih sedikit, lebih besar, atau sama dengan nilai barang

atau jasa yang ditawarkan oleh pihak penjual kepada pihak pembeli.

2. Teori Harga

Teori harga merupakan teori ekonomi yang menerangkan tentang perilaku

harga-harga atau jasa-jasa. Isi dari teori harga pada intinya adalah harga suatu barang

atau jasa yang pasarnya kompetitif tinggi rendahnya ditentukan oleh permintaan dan

penawaran.24

a. Permintaan

Perilaku permintaan merupakan salah satu perilaku yang mendominasi

dalam praktek ekonomi mikro, walaupun berlaku juga pada ekonomi makro.

Oleh sebab itu pembahasan mengenai permintaan yang ditinjau dari segi

diterminasi harga terhadap permintaan selalu menjadi pokok kajian dalam

ilmu ekonomi.

Permintaan adalah banyaknya jumlah barang yang diminta pada suatu

pasar tertentu dengan tingkat harga tertentu pada tinkat pendapatan tertentu

dan dalamperiode tertentu. Dari definisi ini dapat diketahui, bahwa permintaan

terjadi karena dipengaruhi beberapa faktor, yaitu: (1) Harga barang yang

diminta; (2) Tingkat pendapatan; (3) Jumlah penduduk; (4) Selera dan estimasi

yang akan datang; (5) Harga barang lain atau subtitusi.25

24

Siti Muflikhatul Hidayat. Penentuan Harga Jual Beli Dalam Ekonomi Islam, Skripsi Universitas

Muhammadiyah Surakarta, 2011, hlm.55 25

Iskandar Putong, Ekonomi Makro Dan Mikro, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002, hlm.34

Page 37: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

26

1) Hukum Permintaan

Determinasi harga terhadap permintaan dengan mengasumsikan

faktor-faktor yang mempengaruhinya dianggap citeris paribus akan

menghasiikan hukum permintaan.

Hukum permintaan menyatakan:

Bila harga suatu barang naik, maka permintaan barang tersebut

akan turun, sebaliknya bila harga barang tersebut turun maka

permintaan akan naik.

Hukum (sunnatullah) permintaan tersebut berlaku, jika asumsi-

asumsi yang dibutuhkan terpenuhi, yaitu: citeris paribus.

2) Kurva Permintaan

Kurva permintaan adalah kurva yang menggambarkan hubungan

antara harga (P) dengan jumlah yang diminta (Qd). Hubungan tersebut

dapat dilihat pada tabel di bawah:

P 10 12 14 16 18

Qd 50 40 30 20 10

Tabel Dalam Permintaan Barang X

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kalau harga (P) semakin

tinggi maka jumlah yang diminta (Qd) semakin rendah atau semakin

sedikit.

Page 38: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

27

Arah kurva permintaan adalah turun ke kanan, yang berarti arah

atau lerengnya negatif sebagai akibat adanya hubungan yang berbalikan

antar P dan Qd.

Dengan memperhatikan kurva di atas maka dapat disimpulkan

bahwa pengertian atau definisi permintaan suatu barang adalah berbagai

kuantitas barang di mana konsumen bersedia membayar pada berbagai

alternatif harganya. 26

Dengan demikian, teori permintaan dapat dinyatakan:

perbandingan lurus antara permintaan terhadap harganya, yaitu

apabila permintaan naik, maka harga relatif akan naik, sebaliknya

bila permintaan turun, maka harga akan turun. 27

b. Penawaran

Penawaran adalah banyaknya barang yang ditawarkan oleh penjual pada

suatu pasar tertentu, pada periode tertentu dan pada tingkat harga tertentu.

Sebagai suatu mekanisme ekonomi, penawaran terjadi karena ada

beberapa faktor yang mempengaruhi. Faktor-faktor yang mempengaruhi

produsen dalam menawarkan produknya adalah: (1) Harga barang itu sendiri;

(2) Harga barang-barang lain; (3) Ongkos dan biaya produksi; (4) Tujuan

produksi dari perusahaan; (5) Teknologi yang digunakan.

Bila beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat penawaran di atas

dianggap tetap selain harga barang itu sendiri, maka penawaran hanya

ditentukan oleh harga. Hal ini berarti besar kecilnya perubahan penawaran

ditentukan oleh besar kecilnya perubahan harga. Dalam hal inilah yang

dikenal dengan hukum penawaran.

26 Soeharno, Ekonomi Manajerial, Yogyakarta : CV. Andi Offset, 2007, hlm. 42 27 Ibid hlm. 115

Page 39: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

28

1) Hukum penawaran

Hukum penawaran adalah suatu penawaran yang menjelaskan

tentang sifat hubungan antara harga suatu barang dan jumlah barang

tersebut yang ditawarkan pada penjual.

Hukum penawaran:

Perbandingan lurus antara harga terhadap jumlah barang yang

ditawarkan, yaitu apabila harga naik, maka penawaran akan

meningkat, sebaliknya apabila harga turun penawaran akan turun.28

2) Kurva Penawaran

Kurva penawaran adalah suatu kurva yang menggambarkan hubungan

antara berbagai kuantitas (Qs) yang di tawarkan pada berbagai alternatif

harga (P).

P 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110

Qs 5 10 15 20 25 35 40 45 50 55

Tabel Dalam Penawaran Barang X

Tampak dalam tabel jumlah barang X yang di tawarkan semakin

meningkat dengan meningkatnya harga barang. Ini berarti bahwa

produsen bersedia menjual barangnya lebih banyak pada harga yang lebih

tinggi.

28

Ibid hlm. 140

Page 40: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

29

Kurva penawaran mempunyai slop (kemiringan) positif atau ada

hubungan positif antara P antara Qs juga naik. Begitu pula sebaliknya. Hal

ini juga dapat diartikan kalau harga naik maka jumlah harga yang

ditawarkan akan meningkat.29

3. Harga Menurut Islam

Dalam terminoligi Arab yang maknanya menuju pada harga yang adil antara

lain adalah: si’r al mithl, staman al mithl, dan qimah al adl . Istilah qimah al adl

(harga yang adil) pernah digunakan oleh Rosulullah SAW dalam mengomentari

kompensasi bagi pembebasan budak dimana budak ini kan menjadi manusia merdeka

dan majikannya tetap memperoleh kompensasi dengan harga yang adil. Istilah ini juga

ditemukan dalam laporan Kholifah Umar bin Khatab dan Ali bin Abi Thalib. Umar

bin Khatab menggunakan istilah harga yang adil ini ketika menetapkan nilai baru atas

diyah (denda/uang tebusan darah), setelah nilai diham turun sehingga harga-harga

naik.

Istilah qimah al adl juga banyak digunakan loleh para hakim yang telah

mengkodifikasikan hukum islam tentang transaksi bisnis dalam obyek barang cacat

yang dijual, perebutan kekuasaan, memaksa penimbun barang untuk menjual barang

tibunannya, membuang jaminan atas atas harta milik dan sebagainya. Secara umum

mereka berpikir bahwa harga sesuatu yang adil adalah harga yang dibayar untuk

obyek yang sama yang diberikan pada waktu dan tempat diserahkan.30

Konsep harga islam juga banyak menjadi daya tarik bagi para pemikir Islam

dengan menggunakan kondisi ekonomi di sekitarnya dan pada massanya, pemikir

tersebut adalah sebagai berikut ;

29 Soeharno, Op. Cit., hlm. 47 30

M. B. Hendri Anto, Pengantar Ekonomi Islam, Yogyakarta: Ekonisia, 2003, hlm. 286

Page 41: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

30

a. Konsep Harga Abu Yusuf

Abu Yusuf adalah seorang mufti pada kekhalifahan Harun al-

Rasyid. Ia menulis buku pertama tentang sistem perpajakan dalam Islam

yang berjudul Kitab al-Kharaj. Dan Abu Yusuf tercatat sebagai ulama

terawal yang mulai menyinggung mekanisme pasar. Beliau

memperhatikan peningkatan dan penurunan produksi dalam kaitannya

dengan perubahan harga.Beliau jugalah yang mengajukan pertama kali

tentang teori permintaan dan persediaan (demand and supplay) dan

pengaruhnya terhadap harga.31

Fenomena yang terjadi pada masa Abu Yusuf adalah, ketika terjadi

kelangkaan barang maka harga cenderung akan tinggi, sedangkan pada

saat barang tersebut melimpah, maka harga cenderung untuk turun atau

lebih rendah.32

Abu Yusuf mengatakan:

“Tidak ada batasan tertentu tentang murah dan mahal yang dapat

dipastikan. Hal tersebut ada yang mengaturnya. Prisipnya tidak

bisa diketahui. Murah bukan karena melimpahnya makanan,

demikian juga dengan mahal tidak disebabkan karena kelangkaan

makanan. Murah dan mahal merupakan ketentuan Allah. Kadang-

kadang makanan sangat sedikit tetapi murah.” 33

Pandangan Abu Yusuf di atas menunjukkan adanya hubungan

negatif antara persediaan (supply) dengan harga. Hal ini adalah benar

bahwa harga itu tidak tergantung pada supply itu sendiri, oleh karena itu

berkurangnya atau bertambahnya harga semata-mata tidak berhubungan

dengan bertambah atau berkurangnya dalam penawaran.

31

Skripsi Siti Muflikhatul Hidayah, Penentuan Harga Jual Beli Dalam Ekonomi Islam, UMS, 2011,

hlm. 70 32

Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam edisi ketiga, Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2006, hlm.250 33

Muhammad, Ekonomi Mikro Dalam Perspektif Islam, Yogyakarta: BPFE, 2004, hlm. 353

Page 42: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

31

Dalam hal ini, Abu Yusuf tampaknya menyangkal pendapat umum

mengenai hubungan terbalik antara permintaan dengan harga. Pada

kenyataannya harga tidak tergantung pada penawaran saja tetapi juga

permintaan. Abu Yusuf menegaskan bahwa ada variabel lain yang

mempengaruhi akan tetapi beliau tidak menjelaskan secara rinci.34

Dalam analisis ekonomi pada masalah pengendalian harga (tas’ir).

Abu Yusuf menentang penguasa yang menetapkan harga35

. Menurutnya

harga merupakan ketentuan Allah. Maksudnya adalah harga akan

terbentuk sesuai dengan hukum alam yang berlaku disuatu tempat dan

waktu tertentu sesuai dengan faktor-faktor yang mempengaruhi harga itu

sendiri. Pendapat Abu Yusuf ini relevan pada pasar persaingan sempurna

dimana banyak penjual dan banyak pembeli sehingga harga ditentukan

oleh pasar.

b. Konsep Harga Al Ghazali

Seperti halnya para cendikiawan muslim terdahulu, perhatian Al

Ghazali terhadap kehidupan masyarakat tidak terfokus pada satu bidang

tertentu tetapi meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Ia melakukan

studi keislaman secara luas untuk mempertahankan ajaran agama Islam.

Perhatiannya di bidang ekonomi terkandung dalam ilmu fiqhnya karena

pada hakikatnya, merupakan bagian yang tak terpisahkan dari fiqh

Islam.36

Pemikiran sosio ekonomi Al Ghazali berakar pada sebuah konsep

yang dia sebut sebagai “fungsi kesejahteraan sosial Islami”. Tema yang

menjadi pangkal seluruh karyanya adalah konsep maslahat atau

34

Ibid, hlm. 252 35

Ibid, hlm.253 36

H. Adiwarman Azwar Karim, Op. Cit., hlm. 317

Page 43: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

32

kesejahteraan bersama sosial atau utilitas (kebaikan bersama), yakni

sebuah konsep yang mencakup semua aktivitas manusia dan membuat

kaitan erat antara individu dengan masyarakat.37

Proses evolusi pasar merupakan teori yang dikemukakan oleh Al

Ghazali. Al Ghazali dengan nama lengkapnya Abu Hamid Al Ghazali

sebagai ahli tasawuf mengajukan pandangan dan mulai berpikir tentang

pasar. Pandangannya ia jabarkan dengan rinci, bahwa peran aktivitas

perdagangan dan timbulnya pasar yang harganya bergerak sesuai kekuatan

permintaan dan penawaran. Bagi Al Ghazali merupakan bagian dari

“keteraturan alami” (natural order).38

Menurut Al-Ghazali hukum alam adalah segala sesuatu, yakni

sebuah ekspresi berbagai hasrat yang timbul dari diri sendiri untuk saling

memuaskan kebutuhan ekonomi. Begitu pula dengan pendapat Al Ghazali

mengenai pasar merupakan keteraturan alami (natural order), yaitu

hharga di pasar akan terbentuk secara alami sesuai dengan faktor-faktor

yang mempengaruhi harga, dan pendapat Al Ghazali ini lebih cocok pada

pasar persaingan sempurna.

Al Ghazali menjelaskan secara eksplisit mengenai perdagangan

regional, bahwa:

“Praktek-praktek ini terjadi di berbagai kota dan negara. Orang-

orang yang melakukan perjalanan ke berbagai tempat untuk

mendapatkan alat-alat dan makanan dan membawanya ke tempat

lain. Urusan ekonomi orang akhirnya diorganisasikan ke kota-kota

yang mungkin tidak mempunyai alat-alat yang dibutuhkan, dan ke

desa-desa yang mungkin tidak memiliki semua bahan makanan

yang dibutuhkan. Keadaan inilah yang pada gilirannya

menimbulkan kebutuhan alat transportasi. Terciptalah kelas

pedagang regional dalam masyarakat. Motifnya tentu saja mencari

37

Ibid, 38

Muhammad, Op. Cit., hlm.354

Page 44: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

33

keuntungan. Para pedagang ini bekerja keras memenuhi kebutuhan

orang lain dan mendapatkan keuntungan dan makan oleh orang

lain juga”39

Walaupun Al Ghazali tidak menjelaskan konsep permintaan dan

penawaran dalam terminologi modern. Terdapat banyak bagian dari buku-

bukunya yang berbicara mengenai harga yang berlaku, seperti yang

ditentukan oleh praktik-praktik pasar, sebuah konsep ini kemudian dikenal

sebagi al-tsaman al-adl (harga yang adil) dikalangan ilmuwan Muslim

atau equilibrium price (harga keseimbangan) dikalangan ilmuwan Eropa

kontemporer.

Sejalan dengan konsep permintaan dan penawaran, menurutnya

untuk kurva penawaran “ naik dari kiri naik ke bawah kanan atas”

dinyatakan sebagai “ jika petani tidak mendapatkan pembeli dan

barangnya, maka ia akan menjual pada harga yang lebih murah”.

Sementara untuk kurva permintaan yang ”turun dari kiri atas ke kanan

bawah” dijelaskan sebagai “harga dapat diturunkan dengan mengurangi

permintaan”.40

Seperti halnya pemikir lain pada masanya, Al Ghazali juga

berbicara tentang harga yang biasanya langsung dihubungkan dengan

keuntungan. Keuntungan belum secara jelas dikaitkan dengan pendapatan

dan biaya. Bagi Al Ghazali keuntungan adalah kompensasi dari

kepayahan perjalanan, risiko bisnis, dan ancaman diri keselamatan si

pedagang. Walaupun ia tidak setuju dengan keuntungan yang berlebih

untuk menjadi motivasi pedagang bagi Al Ghazali keuntungan

sesungguhnya adalah keuntungan di akhirat kelak. Adapun keuntungan

39

Al Ghazali, Ihya’ Ulumudin vol.3, Beirut: Dar al Nadwah, t.th , hlm.227 40

Muhammad, Op. Cit., hlm.356

Page 45: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

34

normal merutnya adalah berkisar antara 5 sampai 10 persen dari harga

barang.

c. Konsep Harga Ibnu Taimiyah

Ibnu Taimiyah menjelaskan mengenai mekanisme pertukaran,

ekonomi pasar bebas, dan bagaiman kecenderungan harga terjadi sebagai

akibat dari kekuatan permintaan dan penawaran. Jika permintaan terhadap

barang meningkat sementara penawaran menurun harga akan naik. Begitu

sebaliknya, kelangkaan dan melimpahnya barang mungkin disebabkan

oleh tindakan yang adil, atau mungkin tindakan yang tidak adil.

Hal ini terjadi karena pada masanya ada anggapan bahwa

penigkatan harga merupakan akibat dari ketidakadilan dan tindakan dari

melanggar hukum dari pihak penjual, atau mungkin sebagaiakibat

manipulasi pasar.

Ibnu Taimiyah berkata:

“Naik dan turunnya harga tak selalu berkaitan dengan kezaliman

(zulm) yang dilakukan seseorang. Sesekali alasannya adalah

adanya kekurangan dalam produksi atau penurunan impor dari

barang-barang yang diminta. Jika membutuhkan peningkatan

jumlah barang sementara kemampuannya menurun, harga dengan

sendirinya akan naik. Di sisi lain, jika kemampuan penyediaan

barang meningkat dan permintaannya menurun, harga akan turun.

Kelangkaan dan kelimpahan tak mesti diakibatkan oleh perbuatan

seseorang. Bisa saja berkaitan dengan sebab yang takmelibatkan

ketidakadilan. Atau sesekali bisa juga disebabkan ketidakadilan.

Maha besar Allah yang menciptakan kemauan pada hatimanusia.

(Ibnu Taimiyah, Majmu’ fatawa)”. 41

Menurut Ibnu Taimiyah, penawaran bisa datang dari produksi

domestik dan impor. Perubahan dalam penawaran digambarkan sebagai

41

A. A. Islahi, Konsepsi Ekonomi Ibnu Taimiyah, Jakarta: Bina Ilmu, 1997, hlm. 12

Page 46: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

35

peningkatan atau penurunan dalam jumlah barang yang ditawarkan,

sedangkan permintaan sangat ditentukan oleh selera dan pendapatan.42

Di sisi lain, Ibnu Taimiyah mengidentifikasi beberapa faktor lain

yang menetukan permintaan dan penawaran yang mempengaruhi harga

pasar, yaitu:

1) Keinginan masyarakat (raghbah) terhadap berbagai jenis

barang yang berbeda dan selalu berubah-ubah. Prubahan ini

sesuai dengan langka atau tidaknya barang-barang yang

diminta. Semakin sedikit jumlah suatu barang yang tersedia

akan semakin diminati masyarakat.

2) Jumlah para peminat (tullab) terhadap suatu barang. Jika

jumlah masyarakat yang menginginkan suatu barang tersebut

akan semakin meningkat, dan begitu pula sebaliknya.

3) Lemah atau kuatnya kebutuhan terhadap suatu barang serta

besar atau kecilnya tingkat dan ukuran kebutuhan. Apabila

kebutuhan besar dan kuat, harga akan naik. Sebaliknya jika

kebutuhan kecil dan lemah harga akan turun.

4) Kualitas pembeli. Jika pembeli adalah seorang yang kaya dan

terpercaya dalam membeyar utang, harga yang diberikan lebih

rendah. Sebaliknya, harga yang diberikan lebih tinggi jika

pembeli adalah seorang yang sedang bangkrut, suka

mengulur-ulur pembayaran utang serta mengingkari utang.

5) Jenis uang yang digunakan dalam transaksi. Harga akan lebih

rendah jika pembayaran dilakukan dengan menggunakan uang

42

Muhammad, Op. Cit., hlm.358

Page 47: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

36

yang umum dipakai (naqd ra’ij) daripada uang yang jarang

dipakai.

6) Tujuan transaksi yang menghendaki adanya kepemilikan

resiprokal diantara kedua belah pihak. Harga suatu barang

yang telah tersedia di pasaran lebih rendah daripada harga

suatu barang yang belum ada di pasaran. Begitu pula halnya

harga akan lebih rendah jika pembayaran dilakukan secara

tunai daripada pembayaran dilakukan secara angsuran.

7) Besar kecilnya biaya harus dikeluarkan oleh produsen atau

penjual. Semakin besar biaya yang dibutuhkan oleh produsen

atau penjualuntuk menghasilkan atau memperoleh barang

akan semakin tinggi pula harga yang diberikan, dan begitu

pula sebaliknya.43

Jika transaksi telah berjalan sesuai dengan ketentuan yang ada

tetapi harga tetap naik, menurut Ibnu Taimiyah ini merupakan kehendak

Allah. Maksudnya pelaku pasar bukanlah satu-satunya faktor yang

menentukan harga tetapi ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi

harga, yang dalam hal ini dapat disebut dalam hukum alam dalam proses

jual beli.

d. Konsep Harga Ibnu Khaldun

Dalam karyanya yang berjudul al muqoddimah pada bab yang

berjudul “harga di kota-kota” ia membagi jenis barang menjadi barang

kebutuhan pokok dan mewah. Menurutnya, bila suatu kota berkembang

dan selanjutnya populasinya akan bertambah banyak, maka harga-harga

43

Adiwarman Azwar Karim, Op. Cit., hlm. 366-367

Page 48: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

37

kebutuhan pokok akan mendapatkan prioritas pengadaannya. Akibatnya

penawaran meningkat dan ini berarti turunnya harga. Sedangkan untuk

barang-barang mewah, permintaannya akan menigkat sejalan dengan

berkembangnya kota dan berubahnya gaya hidup. Akibatnya harga barang

mewah akan meningkat. 44

Bagi Ibnu Khaldun, harga adalah hasil dari hukum permintaan dan

penawaran. Pengecualian satu-satunya dari hukum ini adalah harga emas

dan perak, yyang merupakan standar moneter. Semua barang-barang lain

terkena fluktuasi harga yang tergantung pada pasar. Bila suatu barang

langka dan banyak diminta, maka harganya tinggi. Jika suatu barang

berlimpah maka harganya akan rendah.

Mekanisme penawaran dan permintaan dalam menentukan harga

keseimbangan menrut Ibnu Khaldun, ia menjabarkan pengaruh persaingan

diantara konsumen untuk mendapatkan barang pada sisi permintaan.

Setelah itu pada sisi penawaran, ia menjelaskan pula pangaruh

meningkatnya biaya produksi karena pajak dan pungutan-pungutan

lainnya di kota tersebut.45

Hal ini menunjukkan bahwa Ibnu Khaldun, sebagaimana Ibnu

Taimiyah telah mengidentifikasi kekuatan permintaan dan penawaran

sebagai penentu harga keseimbangan. Ibnu Khaldun kemudian

mengatakan bahwa keuntungan yang wajar akan mendorong tumbuhnya

perdagangan, sedangkan keuntungan yang sangat rendah akan membuat

lesu perdagangan karena pedagang kehilangan motivasi. Sebaliknya, jika

44

Muhammad, Op. Cit., hlm.361 45

Ibid

Page 49: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

38

pedagang mengambil keuntungan sangat tinggi, juga akan membuat lesu

perdagangan karena lemahnya permintaan konsumen.

Pendapat Ibnu Khaldun juga sama dengan pendapat tokoh-tokoh di

atas, hanya yang membedakan dengan tokoh di atas adalah sudut pandang.

Karena secara eksplisit Ibnu Khaldun menjelaskan jenis-jenis biaya yang

membentuk penawaran dan Ibnu Khaldun lebih fokus menjelaskan

fenomena yang terjadi.

4. Harga Lelang

Telah dijelaskan di atas secara rinci tentang harga, bahwa harga mempunyai

peranan penting dalam kegitan ekonomi. Jual beli merupakan kegiatan ekonomi yang

di dalamnya melibatkan transaksi antara penjual dan pembeli dengan menggunakan

harga yang telah disepakati.

Lelang merupakan suatu bentuk penjualan barang didepan umum kepada

penawar tertinggi. Lelang dapat berupa penawaran barang tertentu kepada penawar

yang pada mulanya membuka lelang dengan harga rendah, kemudian semakin naik

sampai akhirnya diberikan kepada calon pembeli dengan harga tertinggi. Namun,

dalam kegiatan jual beli banyak terjadi penyimpangan syariah baik pelanggaran hak,

norma dan etika dalam jual beli tersebut dalam hal ini adalah praktik lelang. Maka,

dalam penentuan harga dilakukan oleh juru lelang atas permintaan penjual dengan

melihat keadaan fisik barang lelang sebagai salah satu syarat pelelangan. Baik berupa

harga naik maupun harga turun.46

Sebagaimana diketahui harga ditentukan oleh pasar, begitu pula dengan lelang

yang dikenal dengan pasar lelang (action market). Pasar lelang sendiri didefinisikan

46

Ibid, hlm.73

Page 50: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

39

sebagai suatu pasar terorganisir, dimana harga menyesuaikan diri terus menerus

terhadap penawaran dan permintaan, serta biasanya dengan barang dagangan standar,

jumlah penjual dan pembeli cukup besar dan tidak saling mengenal.

Menurut ketentuan yang berlaku di pasar tersebut, pelaksanaan lelang dapat

menggunakan persyaratan tertentu seperti sipenjual dapat menolak tawaran yang

dianggapnya terlalu rendah yaitu dengan memakai batas harga terendah/cadangan

(reservation price), biasanya disebut sebagai Harga Limit Lelang (HLL) : bisa berupa

Nilai Pasar Lelang (NPL) atau Nilai Minimum Lelang (NML). Sedangkan harga

lelang adalah harga penawaran tertinggi yang diajukan oleh peserta lelang yang telah

disahkan sebagai pemenang lelang oleh Pejabat Lelang.47

47

Peraturan menteri keuangan tahun 2010 tentang petunjuk pelaksanaan lelang bab 1 pasal 27

Page 51: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

40

BAB III

KONSEP LELANG MENURUT REGULASI MENTERI KEUANGAN

Di Indonesia, sejarah pengelola keuangan pemerintahan sudah ada sejak masa

lampau. Tiap pemerintahan dari zaman kerajaan sampai sekarang, memiliki pengelola

keuangan untuk dapat melaksanakan pembangunan perekonomian di pemerintahannya.

Pengelolaan keuangan pemerintahan disini meliputi semua milik pemerintahan atau kekayaan

yang dimiliki oleh suatu pemerintahan. Keuangan yang dikelola berasal dari masyarakat yang

berupa upeti, pajak, bea cukai, dan lain-lain.

A. BADAN KEWENANGAN LELANG

Sesudah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945

diumumkan, pemerintah Republik Indonesia memandang perlu untuk mengeluarkan

uang sendiri. Uang tersebut, bagi pemerintah tidak sekedar sebagai alat pembayaran

semata-mata, tetapi juga berfungsi sebagai lambang utama suatu negara merdeka, serta

sebagai alat untuk memperkenalkan diri kepada khalayak umum.

Pada saat itu, pada awal pemerintahan Republik Indonesia keadaan ekonomi

moneter Indonesia sangat kacau. Inflasi hebat bersumber pada kenyataan beredarnya

mata uang pendudukan Jepang yang diperkirakan berjumlah 4 milyar. Untuk

menggantikan peranan uang asing tersebut, dibutuhkan mata uang sendiri sebagai alat

pembayaran dan digunakan oleh rakyat Indonesia dari masa ke masa sebagai alat

pertukaran, pembayaran dan sebagai alat pemuas kebutuhan yang sah.

Maka pada tanggal 30 Oktober 1946, pemerintah Indonesia merdeka menyatakan

hari tersebut adalah hari bersejarah bagi bangsa Indonesia sebagai tanggal beredarnya

Page 52: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

41

Oeang Repoeblik Indonesia (ORI). Pada hari itu juga dinyatakan bahwa uang Jepang dan

uang Javasche Bank tidak berlaku lagi. Walaupun masa peredaran ORI cukup singkat,

namun ORI telah diterima dengan bangga di seluruh wilayah Republik Indonesia dan

telah ikut menggelorakan semangat perlawanan terhadap penjajah di segenap kubu

patriot pembela tanah air. Pada waktu suasana di Jakarta genting maka pemerintah pada

waktu itu memutuskan untuk melanjutkan pencetakan ORI di daerah pedalaman, seperti

di Yogyakarta, Surakarta dan Malang.1

Pada tanggal 30 Oktober disahkan sebagai Hari Keuangan Republik Indonesia

oleh presiden berdasarkan lahirnya uang emisi pertama Republik Indonesia, yang

membanggakan seluruh rakyat Indonesia. Uang adalah lambang utama suatu negara

merdeka serta sebagai alat untuk memperkenalkan diri kepada khalayak umum. Untuk

menghargai jasa A.A Maramis, maka gedung Department of Financien atau gedung

Daendels diberi nama gedung A.A Maramis. Gedung ini menjadi pusat kerja Menteri

Keuangan selaku pimpinan Departemen Keuangan Republik Indonesia saat menjalankan

tugasnya sehari-hari. Seiring dengan kebutuhan akan koordinasi antar unit, sejak tahun

2007 gedung Menteri Keuangan dipindah ke Gedung Djuanda 1 yang berlokasi di

seberang gedung A.A Maramis.

Menindaklanjuti Undang-Undang Nomor 39 tahun 2008 tentang Kementerian

Negara juncto Peraturan Presiden Nomor 47 tahun 2009 tentang pembentukan dan

Organisasi Kementerian Negara, serta merujuk pada surat edaran Sekretaris Jenderal

Departemen Keuangan Nomor SE-11 MK.1/2010 tentang perubahan Nomenklatur

1 http://id.wikipedia.org/wiki/Kementerian_Keuangan_Republik_Indonesia diakses pada 23-06-2012

pukul 22.14

Page 53: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

42

Departemen Keuangan menjadi Kementerian keuangan, maka sejak 2009, Departemen

Keuangan resmi berubah nama menjadi Kementerian Keuangan.2

Departemen Keuangan pada masa penjajahan Jepang di Indonesia juga digunakan

sebagai pusat kegiatan pengolahan keuangan. Kementerian Keuangan, disingkat

Kemenkeu, (dahulu Departemen Keuangan, disingkat Depkeu) adalah kementerian

dalam Pemerintah Indonesia yang membidangi urusan keuangan. Kementerian Keuangan

dipimpin oleh seorang Menteri Keuangan (Menkeu) Kementerian Keuangan mempunyai

motto Nagara Dana Rakça yang berarti Penjaga Keuangan Negara.3

1. Tugas Menteri Keuangan

menyelenggarakan urusan di bidang keuangan dan kekayaan negara dalam

pemerintahan untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan

negara.

2. Fungsi Menteri Keuangan

a. Perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang keuangan

dan kekayaan negara;

b. Pengelolaan Barang Milik/Kekayaan Negara yang menjadi tanggung

jawab Kementerian Keuangan;

c. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian

Keuangan;

d. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan

Kementerian Keuangan di daerah;

2 http://www.depkeu.go.id/ind/Organization/?prof=sejarah diakses pada 23-06-2012 pukul 22.56

3 http://id.wikipedia.org/wiki/Kementerian_Keuangan_Republik_Indonesia diakses pada 23-06-2012

pukul 22.57

Page 54: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

43

e. Pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional; dan

f. Pelaksanaan kegiatan teknis dari pusat sampai ke daerah.4

Sebagaimana tugas dan fungsi dari Menteri Keuangan menyelenggarakan

dibidang keuangan maka dalam urusan lelang juga ditur dalam peraturan menteri

keuangan melalui notaris. Di negara-negara yang menganut sistem Civil Law, perjanjian

dibuat dalam suatu akta oleh notaris. Notaris sebagai pejabat negara yang membuat akta

otentik diharapkan netral, dan keterangan yang dibuatnya dapat diandalkan sebagai bukti

yang sempurna. Berdasarkan perkembangannya, awalnya notaris diatur dalam Reglement

op Het Notaris Ambt in Indonesie (Peraturan Jabatan Notaris) yang diundangkan pada

tanggal 26 Januari 1860 dalam Stbl. Nomor 3, mulai berlaku pada tanggal 1 Juli 1860.

Notaris berwenang membuat akta yang berkaitan dengan risalah lelang. UU

Lelang (Vendu Reglement) yang tertuang dalam Ordonansi 28 Februari 1908 St. 08-189,

sampai saat ini masih digunakan sebagai aturan pokok dalam pelaksanaan lelang.

Berdasarkan Pasal 35 joPasal (1) huruf a Vendu Reglement bahwa setiap pelaksanaan

lelang oleh Pejabat Lelang dibuat berita acara yang disebut Risalah Lelang, yang

berwenang membuat risalah lelang adalah Pejabat Lelang.

Dalam Vendu Reglement disebutkan notaris adalah Pejabat Lelang Kelas II.

Namun demikian dalam membuat risalah lelang, notaris tidak dapat serta merta membuat

risalah lelang, harus terlebih dahulu mengikuti diklat lelang dan mendapat sertifikat.

Setelah itu calon Pejabat Lelang yang berasal dari notaris tersebut baru dapat diangkat

dan disumpah selaku Pejabat Lelang Kelas II. Hal ini mengacu pada pada Keputusan

Presiden No. 109 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi dan Tugas Pokok Eselon I

Departemenjo Keputusan Presiden No. 84 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Fungsi,

4 http://www.depkeu.go.id/ind/organization/tugasfungsi.htm diakses pada 23-06-2012 pukul 21.56

Page 55: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

44

Susunan Organsasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal di Lingkungan Departemen

Keuangan.

Selanjutnya untuk pengaturan tentang syarat pengangkatan Pejabat Lelang, pada

tahun 2010 dan 2005 Menteri Keuangan menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan yang

mengatur syarat-syarat pengangkatan Pejabat Lelang dengan PMK No.175/PMK.06/2010

dan PMK No.119/ PMK.07/2005.5

Dalam pelaksanaan lelang yang dipandu oleh pejabat lelang (juru lelang)

dilaksanakan di Balai Lelang, yaitu Badan Hukum Indonesia berbentuk Perseroan

Terbatas (PT) yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan usaha di bidang lelang

yang sebelumnya didahului dengan pengumumuan lelang dengan cara pemberitahuan

kepada masyarakat tentang akan adanya Lelang dengan maksud untuk menghimpun

peminat lelang dan pemberitahuan kepada pihak yang berkepentingan.

B. PETUNJUK PELAKSANAAN LELANG MENURUT MENTERI KEUANGAN

Dalam peraturan lelang menurut Menteri Keuangan Republik Indonesia memang

banyak mengalami penyempurnaan seiring dengan berkembangnya kondisi ekonomi. Hal

ini dilakukan mengingat :

1. Undang-Undang Lelang (Vendu Reglement, Ordonantie 28 Februari 1908

Staatsblad 1908:189 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan

Staatsblad 1941:3);

5 http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt4fe7fa1c58fbf/relevansi-menghapus-kewenangan-notaris-

broleh--surahmin- diakses pada 23-06-2012 pukul 21.56

Page 56: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

45

2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan

Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 43,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3687);

3. Instruksi Lelang (Vendu Instructie, Staatsblad 1908:190 sebagaimana telah

beberapa kali diubah terakhir dengan Staatsblad 1930:85);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2003 tentang Tarif Atas Jenis

Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku Pada Departemen Keuangan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 95, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4313);

5. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas

Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa

kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 50 Tahun 2008;

6. Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Instansi Vertikal di Lingkungan Departemen Keuangan sebagaimana telah

diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2007;

7. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan

Organisasi Kementerian Negara;

8. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009; tentang kedudukan tugas, fungsi

dan susunan organisasi dan tata kerja instansi vertikal di lingkungan

Departemen Keuangan;

9. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 100/PMK.01/2008 tentang Organisasi

dan Tata Kerja Departemen Keuangan sebagaimana telah beberapa kali diubah

terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 143.1/PMK.01/2009;

10. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 102/PMK.01/2008 tentang Organisasi

dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Kekayaan Negara;

Page 57: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

46

11. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 347/KMK.01/2008 tentang Pelimpahan

Wewenang Kepada Pejabat Eselon I6 di Lingkungan Departemen Keuangan

untuk dan Atas Nama Menteri Keuangan Menandatangani Surat dan atau

Keputusan Menteri Keuangan;7

Dalam pasal 1 Peraturan Lelang (Vendureglement) disebutkan bahwa

peraturan penjualan di muka umum di Indonesia mulai berlaku sejak 1 April 1908.

Penjualan dengan cara tersebut dalam pelaksanaannya harus dilakukan di depan

seorang Vendumeester (juru lelang). Namun, dalam pasal 1 (a) ayat 2 disebutkan

bahwa hanya dengan peraturan pemerintah penjualan di depan umum dapat

dilaksanakan tanpa Vendumeester. Penjualan di depan umum (lelang) yang boleh

dilaksanakan tanpa Vendumeester ialah:

1. Lelang barang-barang gadaian milik/ dikuasai oleh Pegadaian Negara (LN.

1941 No. 456)

2. Lelang ikan basah (segar) dan lain-lain binatang yang berasal dari laut atau

air tawar (LN. 1908 No. 642)

3. Lelang barang-barang bahan kayu (lelang kecil untuk kebutuhan rakyat)

dan hasil-hasil hutan tertentu, yang bersal dari kehutanan Dinas Kehutanan

Pemerintah (LN. 1941 No. 456)

4. Lelang hasil tetentu dari usaha pertanian dan perkebunan yang

dipeliharaoleh dan untuk kepentingan rakyat (LN. 1915 No. 456)

6 Direktorat Jenderal Kekayaan Negara, yang selanjutnya disebut DJKN, adalah unit Eselon I di

lingkungan Kementerian Keuangan yang mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan

standardisasi teknis di bidang kekayaan negara, piutang negara dan lelang sesuai dengan kebijakan yang

ditetapkan oleh Menteri Keuangan dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Lihat pada

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93/Pmk. 06/2010 pasal 1. 7 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93 /Pmk.06/2010 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang

Page 58: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

47

5. Lelang barang-barang milik anggotadan pejabat bawahan (kelasi) angkatan

laut yang dinyatakan hilang, meninggal dunia atau melarikan diri (LN.

1940 No. 503)

6. Lelang barang-barang harta peniggalan milik anggota tentara bawahan,

jika terpaksa (tidak ada jalan lain) (LN. 1874 No. 147)

7. Lelang barang-barang berbahaya dan mudah rusak (busuk) yang disuruh

di/ tidak diambil dari stasiun Kereta Api atau Term (LN. 1972 No. 261 dan

262)8

Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1999, Peraturan Menteri Keuangan

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93/Pmk. 06/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan

Lelang. Dalam hal ini pelaksanaan lelang dapat dilakukan di tempat balai lelang

Negara atau balai lelang swasta. Kantor Lelang Negara dan Balai Lelang swasta dapat

dilaksanakan apabila terdapat paling sedikit dua peserta lelang.

Menteri Keuangan Republik Indonesia membedakan lelang menjadi tiga

macam pertama Lelang Eksekusi adalah lelang untuk melaksanakan

putusan/penetapan pengadilan, dokumen-dokumen lain yang dipersamakan dengan

itu, dan/atau melaksanakan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan. Kedua

Lelang Noneksekusi Wajib adalah lelang untuk melaksanakan penjualan barang yang

oleh peraturan perundang-undangan diharuskan dijual secara lelang. Ketiga Lelang

Noneksekusi Sukarela adalah lelang atas barang milik swasta, orang atau badan

hukum/badan usaha yang dilelang secara sukarela.

8 S. Soewondoropranoto, Penjualan Barang-Barang Lelang, Jakarta: Panitia Urusan Piutang Negara

Pusat, 1971, hlm. 119-120

Page 59: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

48

Petunjuk Pelaksanaan Lelang, lelang dapat dilakukan dan awasi oleh pejabat

lelang yang dipilih oleh pejabat balai lelang negara atau pejabat balai lelang swasta.

Pejabat lelang negara yang dianggkat oleh negara yaitu Pegawai Negeri Sipil (PNS)

atau pegawai notaris serta pegwai pajak, sedangkan pejabat lelang swasta yang

diangkat dan dipilih oleh lembaga lelang swasta yang berkuatan hukum atas dasar

kesepakatan bersama. Pejabat Lelang Kelas I, yang berwenang melaksanakan lelang

untuk semua jenis lelang atas permohonan Penjual/Pemilik Barang sedangkan Pejabat

Lelang Kelas II, yang mana pejabat lelang ini berwenang melaksanakan lelang

Noneksekusi Sukarela atas permohonan Balai Lelang atau Penjual/Pemilik Barang.

Dalam pelaksanaan lelang adapun persiapan lelang yang dilakukan

diantaranya adalah adanya permohonan lelang, penjual/ pemilik barang, tempat

pelaksanaan lelang, waktu pelaksanaan lelang, surat keterangan tanah, pembatalan

sebelum lelang, uang jaminan penawar lelang, nilai limit, pengumuman lelang.

1. Permohonan Lelang

Penjual/Pemilik Barang yang bermaksud melakukan penjualan

barang secara lelang melalui KPKNL, harus mengajukan surat permohonan

lelang secara tertulis kepada Kepala KPKNL untuk dimintakan jadwal

pelaksanaan lelang, disertai dokumen persyaratan lelang sesuai dengan jenis

lelangnya. Permohonan lelang diajukan dalam bentuk Nota Dinas oleh

Kepala Seksi Piutang Negara KPKNL kepada Kepala KPKNL.

Penjual/Pemilik Barang sebagaimana dimaksud dapat menggunakan Balai

Lelang untuk memberikan jasa pralelang dan/atau jasa pascalelang.

Page 60: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

49

2. Penjual/ Pemilik Barang

Dalam penjualan lelang Penjual/Pemilik Barang bertanggung jawab

terhadap:

a. keabsahan kepemilikan barang;

b. keabsahan dokumen persyaratan lelang;

c. penyerahan barang bergerak dan/atau barang tidak bergerak;

dan

d. dokumen kepemilikan kepada Pembeli.

Selain hal di atas penjual/pemilik barang juga bertanggung jawab

terhadap gugatan perdata maupun tuntutan pidana yang timbul akibat tidak

dipenuhinya peraturan perundang-undangan di bidang lelang.

penjual/pemilik barang harus menguasai fisik barang bergerak yang akan

dilelang, kecuali barang tak berwujud, termasuk tetapi tidak terbatas pada

saham tanpa warkat, hak tagih, hak cipta, merek, dan/atau hak paten. Untuk

barang yang tak berwujud penjual/pemilik barang harus menyebutkan jenis

barang yang dilelang dalam surat permohonan lelang.

Penjual/Pemilik Barang dapat mengajukan syarat-syarat lelang

tambahan sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-

undangan, termasuk tetapi tidak terbatas pada:

a. Jangka waktu bagi peserta lelang untuk melihat, meneliti secara

fisik barang yang akan dilelang;

b. Jangka waktu pengambilan barang oleh Pembeli; dan/atau;

Page 61: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

50

c. Jadwal penjelasan lelang kepada peserta lelang sebelum

pelaksanaan lelang (aanwijzing).

d. Syarat-syarat lelang tambahan sebagaimana dimaksud di atas

dilampirkan dalam surat permohonan lelang.

3. Tempat Pelaksanaan Lelang

Tempat pelaksanaan lelang harus dalam wilayah kerja KPKNL atau

wilayah jabatan Pejabat Lelang Kelas II tempat barang berada. Adapun

pengecualian terhadap ketentuan hanya dapat dilaksanakan setelah

mendapat persetujuan tertulis dari pejabat yang berwenang, kecuali

ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan.

Yang dimaksud dengan Pejabat yang berwenang adalah:

a. Direktur Jenderal atas nama Menteri untuk barang yang berada

di luar wilayah Republik Indonesia;

b. Direktur Lelang atas nama Direktur Jenderal untuk barang yang

berada dalam wilayah antar Kantor Wilayah; atau;

c. Kepala Kantor Wilayah setempat untuk barang yang berada

dalam wilayah Kantor Wilayah setempat.

4. Waktu Pelaksanaan Lelang

Dalam pelaksanaan lelang waktu pelaksanaan lelang ditetapkan oleh

Kepala KPKNL atau Pejabat Lelang Kelas II dan dilakukan pada jam dan

hari kerja KPKNL, kecuali untuk Lelang Noneksekusi Sukarela, dapat

Page 62: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

51

dilaksanakan di luar jam dan hari kerja dengan persetujuan tertulis Kepala

Kantor Wilayah setempat.

5. Surat Keterangan Tanah

Pelaksanaan lelang atas tanah atau tanah dan bangunan wajib

dilengkapi dengan SKT dari Kantor Pertanahan setempat. SKT dapat

digunakan berkali-kali apabila tidak ada perubahan data fisik atau data

yuridis dari tanah atau tanah dan bangunan yang akan dilelang, sepanjang

dokumen kepemilikan dikuasai oleh Penjual.

6. Pembatalan Sebelum Lelang

Lelang yang akan dilaksanakan hanya dapat dibatalkan dengan

permintaan Penjual atau penetapan provisional atau putusan dari lembaga

peradilan umum

7. Uang Jaminan Penawar Lelang

Setiap lelang disyaratkan adanya uang jaminan penawaran lelang.

Persyaratan ini dapat tidak diberlakukan pada Lelang Kayu dan Hasil Hutan

Lainnya dari tangan pertama dan Lelang Noneksekusi Sukarela.

Dalam Penyetoran Uang Jaminan Penawaran Lelang dilakukan:

a. Melalui rekening KPKNL atau langsung ke Bendahara

Penerimaan KPKNL atau Pejabat Lelang Kelas I untuk lelang

yang diselenggarakan oleh KPKNL;

Page 63: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

52

b. Melalui rekening Balai Lelang atau langsung ke Balai Lelang

untuk jenis Lelang Noneksekusi Sukarela, yang

diselenggarakan oleh Balai Lelang dan dilaksanakan oleh

Pejabat Lelang Kelas I/Pejabat Lelang Kelas II; atau

c. Melalui rekening khusus atas nama jabatan Pejabat Lelang

Kelas II atau langsung ke Pejabat Lelang Kelas II untuk lelang

yang diselenggarakan oleh Pejabat Lelang Kelas II.

8. Nilai Limit

Dalam penjualan sistem pelelangan Nilai Limit dikenal sebagai

harga minimal barang yang akan dilelang dan ditetapkan oleh

Penjual/Pemilik Barang. Sedangkan harga lelang sendiri adalah harga

penawaran tertinggi yang diajukan oleh peserta lelang yang telah disahkan

sebagai pemenang lelang oleh Pejabat Lelang.

Setiap pelaksanaan lelang disyaratkan adanya Nilai Limit, Nilai

Limit bersifat tidak rahasia. Penetapan Nilai Limit menjadi tanggung jawab

Penjual/Pemilik Barang. Penetapan Nilai Limit dapat tidak diberlakukan

pada Lelang Noneksekusi Sukarela atas barang bergerak milik orang atau

badan hukum/badan usaha swasta.

Bagi para penjual/ pemilik barang dalam menetapkan Nilai Limit

mempunyai dasar sebagai berikut;

a. Penilaian yaitu merupakan pihak yang melakukan penilaian

secara independen berdasarkan kompetensi yang

dimilikinya.

Page 64: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

53

b. Penaksiran oleh Penaksir/Tim Penaksir yaitu pihak yang

berasal dari instansi atau perusahaan Penjual, yang

melakukan penaksiran berdasarkan metode yang dapat

dipertanggungjawabkan, termasuk kurator untuk benda seni

dan benda antik/kuno.

Nilai Limit pada Lelang Noneksekusi Sukarela atas barang bergerak

milik orang, badan hukum/badan usaha swasta yang menggunakan Nilai

Limit ditetapkan oleh Pemilik Barang. Untuk Lelang Eksekusi, Lelang

Noneksekusi Wajib, dan Lelang Non Eksekusi Sukarela atas barang tidak

bergerak, Nilai Limit harus dicantumkan dalam pengumuman lelang. Untuk

lelang kayu dan hasil hutan lainnya dari tangan pertama serta lelang

Noneksekusi Sukarela barang bergerak, Nilai Limit dapat tidak

dicantumkan dalam pengumuman lelang.

Dalam lelang biasanya ada pembatalan yang dilakukan oleh penjual

oleh karena itu dalam hal pelaksanaan Lelang Ulang, Nilai Limit pada

lelang sebelumnya dapat diubah oleh Penjual/Pemilik Barang dengan

menyebutkan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan. Nilai Limit dibuat

secara tertulis dan diserahkan oleh Penjual kepada Pejabat Lelang paling

lambat sebelum lelang dimulai.

9. Pengumuman Lelang

Penjualan secara lelang harus didahului dengan pengumuman lelang

dengan cara penjual harus menyerahkan bukti Pengumuman Lelang sesuai

ketentuan kepada Pejabat Lelang. Dalam pengumuman ini meliputi;

Page 65: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

54

a. Identitas penjual;

b. Hari, tanggal, waktu dan tempat pelaksanaan lelang

dilaksanakan;

c. Jenis dan jumlah barang;

d. Lokasi, luas tanah, jenis hak atas tanah, dan ada/tidak adanya

bangunan, khusus untuk barang tidak bergerak berupa tanah

dan/atau bangunan;

e. Spesifikasi barang, khusus untuk barang bergerak;

f. Waktu dan tempat melihat barang yang akan dilelang;

g. Uang Jaminan Penawaran Lelang meliputi besaran, jangka

waktu, cara dan tempat penyetoran, dalam hal dipersyaratkan

adanya Uang Jaminan Penawaran Lelang;

h. Nilai Limit, kecuali Lelang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya dari

tangan pertama dan Lelang Noneksekusi Sukarela untuk barang

bergerak;

i. Cara penawaran lelang; dan

j. Jangka waktu Kewajiban Pembayaran Lelang oleh Pembeli.

Dalam pelaksanaan lelang sebagaimana telah diuaraikan dia atas pejabat

lelang dapat dibantu oleh pemandu lelang. Pemandu Lelang dapat berasal dari

Pegawai DJKN atau dari luar DJKN.

Adapun persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjadi Pemandu Lelang

diantaranya adalah:

Page 66: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

55

1. Pemandu Lelang yang berasal dari Pegawai DJKN:

a. Sehat jasmani dan rohani;

b. Pendidikan paling rendah Sekolah Menengah Umum atau yang

sederajat; dan

c. Lulus Diklat Pemandu Lelang atau memiliki kemampuan dan cakap

untuk memandu lelang, dan mendapat surat tugas dari Pejabat yang

berwenang

2. Pemandu Lelang yang berasal dari luar DJKN:

a. Sehat jasmani dan rohani;

b. Pendidikan paling rendah Sekolah Menengah Umum atau yang

sederajat; dan

c. Memiliki kemampuan dan cakap untuk memandu lelang.

Dalam hal pelaksanaan lelang dibantu oleh Pemandu Lelang, Pemandu Lelang

mendapat kuasa khusus secara tertulis dari Pejabat Lelang untuk menawarkan barang

dengan ketentuan Pejabat Lelang harus tetap mengawasi dan memperhatikan

pelaksanaan lelang dan/atau penawaran lelang oleh Pemandu Lelang.

Dari beberapa peraturan di atas peraturan lelang telah mengalami

penyempurnaan oleh Menteri Keuangan yaitu yang diatur dalam Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 93/Pmk. 06/2010 tentang petunjuk pelaksaan lelang.

Dalam pasal 1 Menteri Keuangan mengartikan lelang adalah penjualan barang

yang terbuka untuk umum dengan penawaran harga secara tertulis dan/atau lisan yang

semakin meningkat atau menurun untuk mencapai harga tertinggi, yang didahului

Page 67: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

56

dengan Pengumuman Lelang. Dan di dalam penjualan tersebut terdapat adanya proses

penawaran yang dilakukan oleh pembeli dan penjual yang diwakilkan oleh pejabat

lelang yang dibantu oleh pemandu lelang yaitu berupa Penawaran Lelang Langsung

atau Penawaran Lelang Tidak Langsung dilakukan dengan cara baik lisan maupun

tertulis. Dan setiap pelaksanaan lelang dikenakan Bea Lelang dan Uang Miskin sesuai

Peraturan Pemerintah tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang

Berlaku Pada Kementerian Keuangan.

Pembayaran Harga Lelang dan Bea Lelang harus dilakukan secara tunai/cash

atau cek/giro paling lama 3 (tiga) hari kerja setelah pelaksanaan lelang. Pengecualian

jangka waktu hanya diberikan untuk pembayaran Harga Lelang setelah Penjual

mendapat izin tertulis dari Direktur Jenderal atas nama Menteri dan harus

dicantumkan dalam pengumuman lelang.

Dalam penjualan penjual harus menyerahkan dokumen asli maksimal 1 (satu)

hari kerja kepada pejabat lelang setelah Pembeli menunjukkan bukti pelunasan

pembayaran dan menyerahkan bukti setor Bea Perolehan Hak atas Tanah dan

Bangunan (BPHTB). Apabila ketentuan tidak terpenuhi maka Penjual/Pemilik Barang

harus menyerahkan asli dokumen kepemilikan dan/atau barang yang dilelang kepada

Pembeli, paling lama 1 (satu) hari kerja setelah Pembeli menunjukkan bukti pelunasan

pembayaran dan menyerahkan bukti setor BPHTB.

Adapun dalam penjualan dengan sistem lelang, pejabat lelang harus

menetapkan berita acara lelang atau disebut dengan risalah lelang. Risalah Lelang

adalah berita acara pelaksanaan lelang yang dibuat oleh Pejabat Lelang yang

merupakan akta otentik dan mempunyai kekuatan pembuktian sempurna. dan Setiap

Page 68: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

57

pelaksanaan lelang harus dilakukan oleh dan/atau dihadapan Pejabat Lelang kecuali

ditentukan lain oleh Undang-Undang atau Peraturan Pemerintah.

Isi dari risalah lelang terdiri dari:

1. Bagian Kepala

Bagian ini meliputi Hari, tanggal, dan jam lelang. Nama lengkap

dan tempat kedudukan Pejabat Lelang. Nomor/tanggal Surat Keputusan

Pengangkatan Pejabat Lelang, dan nomor/tanggal surat tugas khusus untuk

Pejabat Lelang Kelas I. Nama lengkap, pekerjaan dan tempat

kedudukan/domisili Penjual. Nomor/tanggal surat permohonan lelang.

Tempat pelaksanaan lelang. Sifat barang yang dilelang dan alasan barang

tersebut dilelang. Cara Pengumuman Lelang yang telah dilaksanakan oleh

Penjual. Cara penawaran lelang; dan syarat-syarat lelang.

2. Bagian Badan

Bagian ini meliputi banyaknya penawaran lelang yang masuk dan

sah. Nama/merek/jenis/tipe dan jumlah barang yang dilelang. Nama,

pekerjaan dan alamat Pembeli atas nama sendiri atau sebagai kuasa atas

nama orang lain. Bank kreditor sebagai Pembeli untuk orang atau badan

hukum/usaha yang akan ditunjuk namanya, dalam hal bank kreditor sebagai

Pembeli Lelang. Harga lelang dengan angka dan huruf; dan daftar barang

yang laku terjual maupun yang ditahan disertai dengan nilai, nama, dan

alamat peserta lelang yang menawar tertinggi.

Page 69: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

58

3. Bagian Kaki.

Bagian ini meliputi banyaknya barang yang ditawarkan/dilelang

dengan angka dan huruf. banyaknya barang yang laku/terjual dengan angka

dan huruf. Jumlah harga barang yang telah terjual dengan angka dan huruf.

Jumlah harga barang yang ditahan dengan angka dan huruf. Banyaknya

dokumen/surat-surat yang dilampirkan pada Risalah Lelang dengan angka

dan huruf. Jumlah perubahan yang dilakukan (catatan, tambahan, coretan

dengan penggantinya) maupun tidak adanya perubahan ditulis dengan

angka dan huruf; dan tanda tangan Pejabat Lelang dan Penjual/kuasa

Penjual, dalam hal lelang barang bergerak atau tanda tangan Pejabat

Lelang, Penjual/kuasa Penjual dan Pembeli/kuasa Pembeli, dalam hal lelang

barang tidak bergerak.

Risalah Lelang dibuat dalam Bahasa Indonesia.

Setelah pelaksanaan lelang telah terlaksana dan memenuhi syarat-syarat yang

ditentukan sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93/Pmk. 06/2010

tentang petunjuk pelaksaan lelang. KPKNL, Balai Lelang dan Kantor Pejabat Lelang

Kelas II menyelenggarakan administrasi perkantoran dan membuat laporan yang

berkaitan dengan pelaksanaan lelang.

Page 70: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

60

BAB IV

ANALISIS KONSEP HARGA LELANG PERSPEKTIF ISLAM

Dalam konsep ekonomi Islam harga ditentukan oleh keseimbangan permintaan dan

penawaran. Keseimbangan ini tidak akan terjadi jika diantara penjual dan pembeli tidak

saling merelakan. Kerelaan ini ditentukan oleh penjual dan pembeli dalam mempertahankan

kepentingannya tas barang tersebut. Jadi, harga ditentukan oleh kemampuan penjual untuk

menyediakan barang yang ditawarkan kepada pembeli, dan kemampuan pembeli untuk

mendapatkan barang tersebut dari penjual.

A. KONSEP HARGA LELANG PERSPEKTIF ISLAM

Transaksi pasar bekerja berdasarkan mekanisme harga. Ajaran Islam

memberikan perhatian yang besar terhadap kesempurnaan mekanisme pasar. Pasar yang

bersaing sempurna dapat menghasilkan harga yang adil bagi penjual dan pembeli.

Karena, jika mekanisme pasar terganggu, maka harga yang adil tidak akan tercapai.

Demikian pula dengan harga yang adil akan mendorong para pelaku pasar untuk

bersaing dengan sempurna. Jika harga tidak adil, maka para pelaku pasar akan enggan

untuk bertransaksi atau malah terpaksa tetap bertransaksi dengan mengalami kerugian.

Hadis Nabi SAW :

ا فقال :اى اهلل هى عي أس قال غال السعز على عهد رسىل اهلل ص.م فقالىا يار سىل اهلل سعزل

كن يطلبى ألرجى أى القى سبز ليس أحد ه لوظلوة فى دم الوسعز القابض الباسط الزساق وإي

حوالهال قال أبىعيس هذا حديث حسي صح

Artinya : Dari Anas ra, ia berkata: “ suatu ketika rosulullah SAW harga barang

melonjak naik, hingga para sahabat mengeluh dan mengadu kepada Rasulullah SAW”,

Ya Rosul tetapkanlah harga barang bagi kita. Rasulullah menjawab sesungguhnya hanya

Allah dzat yang menentukan harga (bilangan), dzat yang menentukan rizki. Sungguh

Page 71: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

61

saya berharap akan bertemu Tuhanku, dan tidak ada seorangpun yang menuntutku akan

sebuah kedhaliman, baik yang di jiwa maupun harta.

Jika diperhatikan hadist tersebut, dapat diketahui bahwa jual beli secara lelang

telah ada sejak masa Rasulullah SAW masih hidup dan telah dilaksanakannya secara

terang-terangan di depan umum (para sahabat) untuk mendapatkan harga yang lebih

tinggi dari pihak penawar yang ingin membeli sesuatu barang yang akan dilelang

Rasulullah sendiri. Dengan demikian jelas bahwa praktik jual beli sistem lelang telah ada

dan berkembang sejak masa Rasulullah untuk memberikan suatu kebijaksanaan dalam

bidang ekonomi.

Dan Hadist di atas juga menyatakan bahwa Rasulullah tidak berkenan menetapkan

harga pasalnya hanya Allah SWT yang dapat menentukan harga, kondisi seperti ini sama

dengan pendapat dari pemikir-pemikir Islam yang telah dijelaskan di atas. Bahwa,

Menurutnya harga merupakan ketentuan Allah. Maksudnya adalah harga akan terbentuk

sesuai dengan hukum alam yang berlaku disuatu tempat dan waktu tertentu sesuai

dengan faktor-faktor yang mempengaruhi harga itu sendiri.

Secara umum harga yang adil ini adalah harga yang tidak menimbulkan

eksploitasi atau penindasan sehingga merugikan salah satu pihak dan menguntungkan

pihak yang lain. Harga harus mencerminkan manfaat bagi pembeli dan penjualnya secara

adil, yaitu penjual memperoleh keuntungan yang normal dan pembeli memperoleh

manfaat yang setara dengan harga yang dibayarkannya.

Dalam kegiatan ekonomi tidak bisa dipungkiri ada segelintir penjual yang sengaja

menimbun dan menahan barangnya pada suatu waktu dengan tujuan untuk mendapatkan

harga yang lebih tinggi di waktu mendatang. Di sini penimbunan memang dilakukan

untuk mempermainkan harga sesuai dengan kepentingan penimbun. Inilah yang disebut

Page 72: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

62

ikhtikar yang tidak saja dilarang oleh ajaran Islam karena merugikan masyarakat banyak,

tetapi juga dikategorikan perbuatan dosa.

Keadaan seperti inilah yang kemudian menjadi pertimbangan apakah harga yang

adil (harga pasar) sebagai konsep harga Islam masih relevan digunakan pada kondisi

pasar sekarang. Menjawab pertanyaan tersebut; sebagaimana Islam juga melihat

permasalahan harga dengan begitu kompleks. Karena dilihat dari kondisi di atas Islam

juga mempunyai perkembangan dibidang ekonomi, yang artinya tidak lepas dari risalah-

risalah agama terdahulu, Islam memiliki syariah yang sangat istimewa, yakni bersifat

komprehensif dan universal. Komprehensif berarti syariat Islam merangkum seluruh

aspek kehidupan, baik ritual (ibadah) maupun sosial (muamalah), sedangkan universal

berarti syariah Islam dapat diterapkan dalam setiap waktu dan tempat sampai Yaum al-

Hisab nanti1, firman Allah Swt:

Artinya : Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi)

rahmat bagi semesta alam (QS Al-Anbiya (21): 107)2

Disinilah konsep maslahah mulai berperan, secara umum maslahah diartikan

sebagai (kesejahteraan umum) yaitu maslahat-maslahat yang bersesuaian dengan tujuan-

tujuan syariat Islam, dan tidak ditopang oleh sumber dalil yang khusus, baik bersifat

melegitimasi atau membatalkan maslahat tersebut.3

Sesuai dengan Hadist sebagai berikut:

1 Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

2010 hlm. 5 2 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2006 , hlm. 331 3 Muhamad Abu Zahra, Ushul Fiqh, Jakarta: PT. Pustaka Firdaus, 2010, hlm. 427

Page 73: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

63

Artinya: “Dari Malik dari Yunus bin Yusuf dari Sa'id bin Musayyab bahwa Umar

bin al-Khattab melewati Hatib bin Abi Balta'ah yang sedang menjual kismis di pasar.

Umar bin al-Khattab lalu berkata kepadanya: Ada dua pilihan buat kamu, menaikkan

harga atau angkat kaki dari pasar kami.”(H.R. Malik). Muwatta’ Imam Malik 1164 (II:

148)

Hadis tersebut menyatakan bahwa Umar bin Khattab marah ketika menjumpai

pedagang yang mempermainkan harga, bisa jadi ketika terjadi kenaikan harga barang,

ada spekulan yang mencoba merusak pasar dengan menurunkan harga, sedangkan

Khalifah Umar ingin menjaga stabilitas harga di pasar sesuai dengan teori supply and

demand (penawaran dan permintaan) yaitu ketika persediaan barang melimpah maka

harga akan turun, sebaliknya ketika permintaan barang naik, maka otomatis harga akan

naik.

Sikap Khalifah Umar tersebut bisa disimpulkan karena beliau ingin membela para

pedagang ketika membeli barang dengan harga tinggi, menjualnya pun juga dengan

harga tinggi, sementara terdapat pedagang lain yang menawarkan dagangannya dengan

harga rendah, bisa jadi karena mereka telah melakukan penimbunan barang dagangan

sebelumnya.

Dalam kasus lelang permainan hargapun mulai menjadi tanding topic, konsep

harga yang diusung adalah menggunakan nilai limit sebagaimana yang diatur dalam

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93/Pmk. 06/2010 pasal 1 ayat 26. Hal ini

digunakan untuk membatasi harga terendah dalam pelelangan.

Nilai limit diartikan harga minimal barang yang akan dilelang dan ditetapkan oleh

Penjual/Pemilik Barang. Harga limit bisa berupa bisa berupa Nilai Pasar Lelang (NPL)

atau Nilai Minimum Lelang (NML). Tujuannya untuk mencegah adanya trik-trik kotor

berupa komplotan lelang (auction ring) dan komplotan penawar (bidder’s ring) yaitu

Page 74: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

64

sekelompok pembeli dalam lelang yang bersekongkol untuk menawar dengan harga

rendah, dan jika berhasil kemudian dilelang sendiri diantara mereka.

Dalam konsep harga lelang yang digunakan adalah harga yang ditentukan oleh

penjual dengan menggunakan harga limit hal ini memang sesuai dengan Islam walaupun

harga ditentukan tidak membiarkan harga pada mekanisme pasar pada umumnya. Akan

tetapi, penentuan harga yang dilakukan dalam pelelangan menuju pada konsep keadilan

dengan tujuan untuk melindungi penjual maupun pembeli supaya tidak menimbulkan

eksploitasi atau penindasan sehingga merugikan salah satu pihak dan menguntungkan

pihak yang lain.

B. MEKANISME PENETAPAN HARGA LELANG PERSPEKTIF ISLAM

Syariat Islam dengan berbagai pertimbangan yang sangat dijunjung tinggi tidak

melarang dalam melakukan usaha untuk mencari kekayaan sebanyak-banyaknya dan

dengan cara seperti apa selama cara yang dilakukan masih berada dalam garis syariat

yang dihalalkan. Sedangkan adanya aturan dalam ajaran Islam tentunya tidak semata-

mata hanya aturan belaka yang hanya menjadi dasar, tetapi merupakan suatu aturan yang

berfungsi menjaga dari adanya manipulasi.

Seperti halnya dalam menentukan harga dalam praktik lelang harga harus menuju

pada keadilan. Sama dengan penentuan harga pada umumnya harga ditentukan oleh

pasar. Dalam lelang dikenal dengan pasar lelang (action market). Pasar lelang sendiri

didefinisikan sebagai suatu pasar terorganisir, dimana harga menyesuaikan diri terus

menerus terhadap penawaran dan permintaan, serta biasanya dengan barang dagangan

standar, jumlah penjual dan pembeli cukup besar dan tidak saling mengenal.

Menurut ketentuan yang berlaku di pasar tersebut, pelaksanaan lelang dapat

menggunakan persyaratan tertentu seperti sipenjual dapat menolak tawaran yang

dianggapnya terlalu rendah yaitu dengan memakai batas harga terendah/cadangan

Page 75: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

65

(reservation price) biasanya sebut sebagai Harga Limit Lelang (HLL) : bisa berupa Nilai

Pasar Lelang (NPL) atau Nilai Minimum Lelang (NML). Tujuannya untuk mencegah

adanya trik-trik kotor berupa komplotan lelang (auction ring) dan komplotan penawar

(bidder’s ring) yaitu sekelompok pembeli dalam lelang yang bersekongkol untuk

menawar dengan harga rendah, dan jika berhasil kemudian dilelang sendiri diantara

mereka. Penawaran curang seperti itu disebut penawaran cincai (collusive bidding).

Pembatasan harga terendah juga dilakukan untuk mencegah permainan curang antara

Penjual Lelang (Kuasa Penjual) dan Pembeli yang akan merugikan pemilik barang.4

Adapun klasifikasi harga yang menjadi patokan dalam menentukan Harga

Penawaran Lelang (HPL) : Bisa berupa Harga Pasar Pusat (HPP), Harga Pasar Daerah

(HPD) dan Harga Pasar Setempat (HPS) dengan memperhitungkan kualitas/kondisi

barang, daya tarik (model dan kekhasan) serta animo pembeli pada marhun lelang

tersebut pada saat lelang. Lelang seperti ini dipakai pula dalam praktik penjualan saham

dibursa efek, yakni penjual dapat menawarkan harga yang diinginkan, tetapi jika tidak

ada pembeli, penjual dapat menurunkan harganya sampai terjadi kesepakatan.

Konsep harga dalam sistem lelang ini mengacu pada harga pasar. Dan proses

penetapan harga dilakukan oleh juru lelang yang bertugas di balai lelang. Sehingga

konsep harga dalam sistem lelang tidak merugikan salah satu pihak. Hal ini sesuai

dengan hukum perjanjian jual beli itu sudah lahir pada detik terciptanya “sepakat”

mengenai barang dan harga, maka dari itu terjadilah jual beli yang sah.5

Berdasarkan praktik lelang tersebut dapat diketahui bahwa pelaksanaan

pelelangan di kantor lelang negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan di

Indonesia dan tidak bertentangan dengan Islam.

4 http://ulgs.tripod.com/favorite.htm diakses pada 14-4-2012 pukul 15.30

5 Subekti, Aneka Perjanjian, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1992, hlm.2

Page 76: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

66

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sesuai dengan permasalahan penelitian skripsi ini, maka peneliti dapat menarik

kesimpulan mengenai pengetahuan terhadap konsep harga dalam sistem lelang perspektif

ekonomi Islam, maka penulis menyimpulkan:

1. Konsep harga yang digunakan dalam lelang adalah menggunakan nilai limit

sebagaimana telah diatur oleh Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93/Pmk.

06/2010 pasal 1 ayat 26 tentang petunjuk pelaksanaan lelang. Sedangkan

dalam Islam adalah harga yang adil ini yaitu harga yang tidak menimbulkan

eksploitasi atau penindasan sehingga merugikan salah satu pihak dan

menguntungkan pihak yang lain.

2. Harga merupakan instrumen penting dalam jual beli, sebagaimana lelang

adalah salah satu bentuk jual beli maka dalam penentuan harga dilakukan

oleh juru lelang atas permintaan penjual dengan melihat keadaan fisik barang

lelang sebagai salah satu syarat pelelangan. Pandangan ekonomi Islam

tentang harga dalam sistem lelang, harga lelang adalah harga penawar

tertinggi yang dibayar oleh pembeli dengan tidak meninggalkan Nilai Limit

atau lebih dikenal dengan Harga Limit Lelang (HLL) : bisa berupa Nilai

Pasar Lelang (NPL) atau Nilai Minimum Lelang (NML). Tujuannya untuk

mencegah adanya trik-trik kotor berupa komplotan lelang (auction ring) dan

komplotan penawar (bidder’s ring). Hal ini sesuai dengan Keputusan Menteri

Keuangan Nomor 304/KMK.01/2002 serta selaras dengan konsep maslahah.

Page 77: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

67

B. Saran

Dari penelitian yang penulis lakukan, ada beberapa hal yang dapat

dipertimbangkan sebagai masukan untuk meningkatkan khazanah keilmuan terutama

mengenai harga dalam sistem lelang perspektif ekonomi Islam. Dalam hal ini saran

tersebut adalah :

1. Sedikitnya kontribusi ilmiah secara teoritis yang menjadi rujukan atau

referensi yang relevan dengan kondisi ekonomi masyarakat masa kini baik

secara hukum Islam maupun hukum positif.

2. Hendaknya pemerintah (Badan Pembinaan Hukum Nasional) segera

membuat peraturan jual beli sistem lelang yang sesuai dengan iklim dan

mayoritas rakyat Indonesia agar dapat tumbuh dan berkembang sesuai

dengan kemajuan perkembangan ekonomi di Indonesia sehingga masyarakat

dapat melaksanakannya secara baik dan benar.

C. Penutup

Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas Rahmat serta

Karunianya sehingga penulisan skripsi ini telah selesai serta tak lupa penulis berterima

kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga penulisan skripsi ini penulis

dapat selesaikan. Penulis menyadari bahwa kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT

sehingga wajarlah apabila skripsi ini jauh dari sempurna hanya Tak Ada Gading yang

Tak Retak. Kiranya hanya saran dan kritik yang kritis, progresif, konstruktif, yang

mampu membuat perubahan bagi karya penulis selanjutnya sebuah perubahan baru akan

terjadi manakala manusia tersebut mau merubahnya.

Ada satu keyakinan apabila dimasa depan akan benar-benar tercipta kehidupan

masyarakat yang damai sejahtera setiap orang menjunjung tinggi hak hak dan kewajiban,

sehingga konsep masyarakat madani tidak lagi utopia semata. Semoga karya yang

Page 78: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

68

sederhana ini mampu menjadi inspirasi bagi para penulis dan pemikir tentang khasanah

keilmuan Islam, serta penulis berharap ini merupakan langkah awal perubahan

paradigma terhadap perkembangan ekonomi terutama masalah jual beli khususnya jual

beli dengan proses lelang yang berkembang di kehidupan masyarakat. Semakin

berkembangnya kebutuhan manusia, maka berkembang pula sistem perekonomian

masyarakat. Oleh karena itu supaya tercapainya sistem tersebut maka kita sebagai

generasi muslim harus mampu mengembangkan syariat-syariat Islam yang sesuai dengan

kaidah-kaidah Islami.

Page 79: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Islahi, Konsepsi Ekonomi Ibnu Taimiyah, Jakarta: Bina Ilmu, 1997

Abdul Wahab Kholaf, Kaidah Hukum Islam, Jakarta: Rajawali Press, 1993

Adiwarman Azwar Karim, Ekonomi Mikro Islami Edisi Ketiga, Jakata: PT. Raja

Grafindo Persada, 2008.

Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam edisi ketiga, Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada, 2006.

Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada. 2010.

Aiyub Ahmad, Fikih Lelang Perspektif Hukum Islam Dan Hukum Positif , Jakarta:

Kiswah, 2004.

Al Ghazali, Ihya’ Ulumudin vol.3, Beirut: Dar al Nadwah, t.th.

M. Syaefuddin., Islam untuk Disiplin Ilmu Ekonomi, Jakarta: Dirjen Lembaga Islam

Depag RI,1997

Asy Syaukani, Nailul Authar Juz.V, Beirut Libanon,1986

At Tirmidzi, Al-Jami’ Al-Shohih, Beirut Libanon: Darul Al-Fikr, 1988

Buchari Alma, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, Bandung : Alfabeta, 2005

Departemen Agama RI, Al-Qur’an Al-Karim Dan Terjemah Bahasa Indonesia (Ayat

Pojok), Kudus: Menara Kudus, 2006

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2006

Didit Purnomo, Buku Pegangan Kuliah Kebijakan Harga (Pendekatan Agrikultural),

Surakarta : FE-UMS, 2005

Hadiri Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial,cet. 5, Yogyakarta: Gajah Mada

University Pers, 1991

Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid Juz II, Beirut Libanon,1992

Imam As-Suyuthi, Al-Jami’ Ash-Shaghir, Juz II,t.th

Imam Ash-Shan’ani, Subulus Salam Juz. III, Beirut Darul Kutub Al-Ilmiyah, 1995

Irine Diana Sari W., Manajemen Pemasaran Usaha Kesehatan, Jojakarta : Nuha

Medika, 2010

Page 80: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada. 2010

Iskandar Putong, Ekonomi Makro Dan Mikro, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002

Johan Arifin, Fiqih Perlindungan Konsumen, Semarang : Rasail, 2007

Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia. No. 304/KMK.01/2002

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Cet. X; Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2005

M. B. Hendri Anto, Pengantar Ekonomi Islam, Yogyakarta : Ekonisia, 2003

Mohd. Rifai, Ilmu Fiqih Islam Lengkap, Semarang: CV. Toha Putra, t.th

Muhammad, M.Ag, Ekonomi Mikro Dalam Perspektif Islam, Yogyakarta: BPFE-UGM,

2004.

Muhammad, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam Pendekatan Kuantitati”. Jakarta:

Rajawali Pers. 2008

Muhamad Abu Zahra, Ushul Fiqh, Jakarta: PT. Pustaka Firdaus, 2010

Philip Kotler, Manajemen Pemasaran (edisi ke sebelas) jilid 2, Jakarta :Gramedia,

2005.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93/Pmk. 06/2010

Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah, Bandung : Pustaka Setia, 2000

Safidin Azwar, Metodologi Penelitian, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1998

Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, Jilid IV, Bandung, 2006

Shahih Bukhari, Dar Al Maktabah Al-Ilmiyah cet. 1, Beirut Libanon, 1990

Skripsi Siti Muflikhatul Hidayat. Penentuan Harga Jual Beli Dalam Ekonomi Islam,

Surakarta : Universitas Muhammadiyah, 2011

Skripsi yayah kamsiyah, Analisis Perspektif Syari’ah Terhadap Proses Lelang Barang

Jaminan Pada Perum Pegadaian Cabang Indramayu, Surakarta: STAIN

Subekti, Aneka Perjanjian, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1992.

Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif, Bandung : CV Pustaka Setia, 2002

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,cet 12, Jakarta:

PT. Rineka Cipta, 2002

Page 81: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

Sutrino Hadi, Metode Penelitian Research, Yogyakarta : Andi Offset, 1990

Syaikh Abdurrahman Al-Jaziri, Al-Fiqh ‘Ala al-Madzahib Al-Arba’ah Juz. II , Beirut:

Libanon, 1992

Tatik Suryati, Perilaku Konsumen Implikasi Dan Strategi Pemasaran, Yogyakarta :

Graha Ilmu, 2008

Thorik Gunara, Utus Hardiono Sudibyo, Marketing Muhammad SAW, Bandung: PT.

Karya Kita, 2008

WJS Poerwadaminta, Kamus Umum Bahasa Indinesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1976

Yusuf Qardhawi, .Norma Dan Etika Ekonomi Islam, Jakarta : Gema Insani, 1997

Yusuf Qardhawi, Peran Nilai dan Moral Dalam Perekonomian Islam (terjemahan),

Jakarta: Robbani Press,1997

Yusuf Qardhawi, Halal Haram Dalam Islam, Solo: Era Intermedia,2003

http://hafidalbadar.blog.uns.ac.id/2009/06/04mekanisme-pasar-dan-regulasi-harga-

menurut-ibnu-thaimiyah/

http://hargyangadill.blogspot.com/2011/02/definisi-harga-menurut-islam.html

http//kerjoanku.wordpress.com

http;//one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugas makalah/hukum Islam/hukum lelang

dalam islam.

http://id.wikipedia.org/wiki/Kementerian_Keuangan_Republik_Indonesia

http://www.depkeu.go.id/ind/Organization/?prof=sejarah

http://id.wikipedia.org/wiki/Kementerian_Keuangan_Republik_Indonesia

http://ulgs.tripod.com/favorite.htm

http://www.daneprairie.com.

http//www.lelangsyariah.com .

http//www..urlg.blog.uns.ac.id/2009/06/04 sosialmanusia

http://yanasatia.wordpress.com/2008/31/teori-harga-dalam-mikro-ekonomi -islam/

Page 82: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

SALINAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN

NOMOR 93 /PMK.06/2010

TENTANG

PETUNJUK PELAKSANAAN LELANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KEUANGAN,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan pelayanan lelang, serta

mewujudkan pelaksanaan lelang yang lebih efisien, efektif, transparan,

akuntabel, adil, dan menjamin kepastian hukum, dipandang perlu

untuk melakukan penyempurnaan ketentuan mengenai lelang;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf

a, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Petunjuk

Pelaksanaan Lelang;

Mengingat : 1. Undang-Undang Lelang (Vendu Reglement, Ordonantie 28 Februari

1908 Staatsblad 1908:189 sebagaimana telah beberapa kali diubah

terakhir dengan Staatsblad 1941:3);

2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara

Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997

Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

3687);

3. Instruksi Lelang (Vendu Instructie, Staatsblad 1908:190 sebagaimana

telah beberapa kali diubah terakhir dengan Staatsblad 1930:85);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2003 tentang Tarif Atas Jenis

Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku Pada Departemen

Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor

95, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4313);

5. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan

Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana

telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor

50 Tahun 2008;

Page 83: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

6. Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata

Kerja Instansi Vertikal di Lingkungan Departemen Keuangan

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2007;

7. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan

Organisasi Kementerian Negara;

8. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009;

9. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 100/PMK.01/2008 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Departemen Keuangan sebagaimana telah

beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 143.1/PMK.01/2009;

10. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 102/PMK.01/2008 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Kekayaan Negara;

11. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 347/KMK.01/2008 tentang

Pelimpahan Wewenang Kepada Pejabat Eselon I di Lingkungan

Departemen Keuangan untuk dan Atas Nama Menteri Keuangan Menandatangani Surat dan atau Keputusan Menteri Keuangan;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG PETUNJUK

PELAKSANAAN LELANG.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri Keuangan ini yang dimaksud dengan:

1. Lelang adalah penjualan barang yang terbuka untuk umum dengan penawaran harga secara tertulis dan/atau lisan yang semakin

meningkat atau menurun untuk mencapai harga tertinggi, yang

didahului dengan Pengumuman Lelang.

2. Barang adalah tiap benda atau hak yang dapat dijual secara lelang.

3. Pengumuman Lelang adalah pemberitahuan kepada masyarakat

tentang akan adanya Lelang dengan maksud untuk menghimpun peminat lelang dan pemberitahuan kepada pihak yang berkepentingan.

Page 84: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

4. Lelang Eksekusi adalah lelang untuk melaksanakan putusan/penetapan

pengadilan, dokumen-dokumen lain yang dipersamakan dengan itu,

dan/atau melaksanakan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan.

5. Lelang Noneksekusi Wajib adalah lelang untuk melaksanakan

penjualan barang yang oleh peraturan perundang-undangan diharuskan dijual secara lelang.

6. Lelang Noneksekusi Sukarela adalah lelang atas barang milik swasta,

orang atau badan hukum/badan usaha yang dilelang secara sukarela.

7. Menteri adalah Menteri Keuangan Republik Indonesia.

8. Direktorat Jenderal Kekayaan Negara, yang selanjutnya disebut DJKN,

adalah unit Eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan yang

mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan

standardisasi teknis di bidang kekayaan negara, piutang negara dan lelang sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri

Keuangan dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

9. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Kekayaan Negara.

10. Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara, yang

selanjutnya disebut Kantor Wilayah, adalah instansi vertikal Direktorat

Jenderal Kekayaan Negara yang berada di bawah dan bertanggungjawab langsung kepada Direktur Jenderal Kekayaan

Negara.

11. Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang, yang selanjutnya

disebut KPKNL, adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal Kekayaan

Negara yang berada di bawah dan bertanggungjawab langsung kepada Kepala Kantor Wilayah.

12. Kantor Pejabat Lelang Kelas II adalah kantor swasta tempat

kedudukan Pejabat Lelang Kelas II.

13. Balai Lelang adalah Badan Hukum Indonesia berbentuk Perseroan

Terbatas (PT) yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan usaha di bidang lelang.

14. Pejabat Lelang adalah orang yang berdasarkan peraturan perundang-

undangan diberi wewenang khusus untuk melaksanakan penjualan

barang secara lelang.

15. Pejabat Lelang Kelas I adalah Pejabat Lelang pegawai Direktorat

Jenderal Kekayaan Negara yang berwenang melaksanakan Lelang

Eksekusi, Lelang Noneksekusi Wajib, dan Lelang Noneksekusi Sukarela.

Page 85: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

16. Pejabat Lelang Kelas II adalah Pejabat Lelang swasta yang berwenang

melaksanakan Lelang Noneksekusi Sukarela.

17. Pemandu Lelang (Afslager) adalah orang yang membantu Pejabat

Lelang untuk menawarkan dan menjelaskan barang dalam suatu pelaksanaan lelang.

18. Pengawas Lelang (Superintenden) adalah pejabat yang diberi

kewenangan untuk melakukan pembinaan dan pengawasan kepada Pejabat Lelang.

19. Penjual adalah orang, badan hukum/usaha atau instansi yang

berdasarkan peraturan perundang-undangan atau perjanjian berwenang untuk menjual barang secara lelang.

20. Pemilik Barang adalah orang atau badan hukum/usaha yang memiliki

hak kepemilikan atas suatu barang yang dilelang.

21. Peserta Lelang adalah orang atau badan hukum/badan usaha yang telah

memenuhi syarat untuk mengikuti lelang.

22. Pembeli adalah orang atau badan hukum/badan usaha yang

mengajukan penawaran tertinggi dan disahkan sebagai pemenang lelang oleh Pejabat Lelang.

23. Legalitas formal subjek dan objek lelang adalah suatu kondisi dimana

dokumen persyaratan lelang telah dipenuhi oleh pemohon

lelang/Penjual sesuai jenis lelangnya dan tidak ada perbedaan data,

menunjukkan hubungan hukum antara pemohon lelang/Penjual (subjek lelang) dengan barang yang akan dilelang (objek lelang), sehingga

meyakinkan Pejabat Lelang bahwa subjek lelang berhak melelang

objek lelang, dan objek lelang dapat dilelang.

24. Lelang Ulang adalah pelaksanaan lelang yang dilakukan untuk

mengulang lelang yang tidak ada peminat, lelang yang ditahan atau lelang yang Pembelinya wanprestasi.

25. Uang Jaminan Penawaran Lelang adalah uang yang disetor kepada

Kantor Lelang/Balai Lelang atau Pejabat Lelang oleh calon Peserta

Lelang sebelum pelaksanaan lelang sebagai syarat menjadi Peserta Lelang.

26. Nilai Limit adalah harga minimal barang yang akan dilelang dan

ditetapkan oleh Penjual/Pemilik Barang.

27. Harga Lelang adalah harga penawaran tertinggi yang diajukan oleh

peserta lelang yang telah disahkan sebagai pemenang lelang oleh Pejabat Lelang.

Page 86: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

28. Pokok Lelang adalah Harga Lelang yang belum termasuk Bea Lelang

pembeli dalam lelang yang diselenggarakan dengan penawaran harga

secara ekslusif atau Harga Lelang dikurangi Bea Lelang pembeli dalam lelang yang diselenggarakan dengan penawaran harga secara

inklusif.

29. Hasil Bersih Lelang adalah Pokok Lelang dikurangi Bea Lelang

Penjual dan/atau Pajak Penghasilan atas penghasilan dari pengalihan

hak atas tanah dan/atau bangunan (PPh Final) dalam lelang dengan penawaran harga lelang ekslusif, dalam lelang dengan penawaran

harga inklusif dikurangi Bea Lelang Pembeli.

30. Kewajiban Pembayaran Lelang adalah harga yang harus dibayar oleh

Pembeli dalam pelaksanaan lelang yang meliputi Pokok Lelang dan Bea Lelang Pembeli.

31. Bea Lelang adalah bea yang berdasarkan peraturan perundang-undangan, dikenakan kepada Penjual dan/atau Pembeli atas setiap

pelaksanaan lelang, yang merupakan Penerimaan Negara Bukan Pajak.

32. Risalah Lelang adalah berita acara pelaksanaan lelang yang dibuat oleh

Pejabat Lelang yang merupakan akta otentik dan mempunyai kekuatan pembuktian sempurna.

33. Minuta Risalah Lelang adalah Asli Risalah Lelang berikut

lampirannya, yang merupakan dokumen/arsip Negara.

34. Salinan Risalah Lelang adalah salinan kata demi kata dari seluruh

Risalah Lelang.

35. Kutipan Risalah Lelang adalah kutipan kata demi kata dari satu atau

beberapa bagian Risalah Lelang.

36. Grosse Risalah Lelang adalah Salinan asli dari Risalah Lelang yang

berkepala "Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Pasal 2

Setiap pelaksanaan lelang harus dilakukan oleh dan/atau dihadapan Pejabat

Lelang kecuali ditentukan lain oleh Undang-Undang atau Peraturan Pemerintah.

Pasal 3

Lelang yang telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, tidak

dapat dibatalkan.

Pasal 4

Page 87: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

(1) Lelang tetap dilaksanakan walaupun hanya diikuti oleh 1 (satu) orang

peserta lelang.

(2) Dalam hal tidak ada peserta lelang, lelang tetap dilaksanakan dan

dibuatkan Risalah Lelang Tidak Ada Penawaran.

Pasal 5

Lelang Eksekusi termasuk tetapi tidak terbatas pada: Lelang Eksekusi Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN), Lelang Eksekusi Pengadilan, Lelang

Eksekusi Pajak, Lelang Eksekusi Harta Pailit, Lelang Eksekusi Pasal 6

Undang-Undang Hak Tanggungan (UUHT), Lelang Eksekusi Benda Sitaan

Pasal 45 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), Lelang

Eksekusi Barang Rampasan, Lelang Eksekusi Jaminan Fidusia, Lelang

Eksekusi Barang yang Dinyatakan Tidak Dikuasai atau Barang yang

Dikuasai Negara-Bea Cukai, Lelang Barang Temuan, Lelang Eksekusi

Gadai, Lelang Eksekusi Benda Sitaan Pasal 18 ayat (2) Undang-Undang

Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001.

Pasal 6

Lelang Noneksekusi Wajib termasuk tetapi tidak terbatas pada: Lelang

Barang Milik Negara/Daerah, Lelang Barang Milik Badan Usaha Milik

Negara/Daerah (BUMN/D), Lelang Barang Yang Menjadi Milik Negara-Bea Cukai, Lelang Benda Berharga Asal Muatan Kapal Yang Tenggelam

(BMKT), dan Lelang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya dari tangan pertama.

Pasal 7

Lelang Noneksekusi Sukarela termasuk tetapi tidak terbatas pada: Lelang Barang Milik BUMN/D berbentuk Persero, Lelang harta milik bank dalam

likuidasi kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan, Lelang

Barang Milik Perwakilan Negara Asing, dan Lelang Barang Milik Swasta.

BAB II

PEJABAT LELANG

Pasal 8

(1) Pejabat Lelang terdiri dari:

a. Pejabat Lelang Kelas I; dan

b. Pejabat Lelang Kelas II.

(2) Pejabat Lelang Kelas I berwenang melaksanakan lelang untuk semua

jenis lelang atas permohonan Penjual/Pemilik Barang.

Page 88: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

(3) Pejabat Lelang Kelas II berwenang melaksanakan lelang Noneksekusi

Sukarela atas permohonan Balai Lelang atau Penjual/Pemilik Barang.

Pasal 9

Ketentuan lebih lanjut mengenai Pejabat Lelang Kelas I, Pejabat Lelang

Kelas II dan Balai Lelang, diatur dengan Peraturan Menteri.

BAB III

PERSIAPAN LELANG

Bagian Kesatu

Permohonan Lelang

Pasal 10

(1) Penjual/Pemilik Barang yang bermaksud melakukan penjualan barang secara lelang melalui KPKNL, harus mengajukan surat permohonan

lelang secara tertulis kepada Kepala KPKNL untuk dimintakan jadwal

pelaksanaan lelang, disertai dokumen persyaratan lelang sesuai dengan

jenis lelangnya.

(2) Dalam hal Lelang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa Lelang Eksekusi Panitia Urusan Piutang Negara, permohonan lelang diajukan

dalam bentuk Nota Dinas oleh Kepala Seksi Piutang Negara KPKNL

kepada Kepala KPKNL.

(3) Penjual/Pemilik Barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menggunakan Balai Lelang untuk memberikan jasa pralelang dan/atau

jasa pascalelang.

Pasal 11

(1) Penjual/Pemilik Barang yang bermaksud melakukan penjualan barang secara lelang melalui Balai Lelang atau Kantor Pejabat Lelang Kelas

II, harus mengajukan surat permohonan lelang secara tertulis kepada

Pemimpin Balai Lelang/Pejabat Lelang Kelas II, disertai dokumen

persyaratan lelang sesuai dengan jenis lelangnya.

(2) Dalam hal legalitas formal subjek dan objek lelang telah dipenuhi dan Pemilik Barang telah memberikan kuasa kepada Balai Lelang untuk

menjual secara lelang, Pemimpin Balai Lelang mengajukan surat

permohonan lelang kepada Kepala KPKNL/Pejabat Lelang Kelas II

untuk dimintakan jadwal pelaksanaan lelangnya.

Pasal 12

Page 89: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

Kepala KPKNL/Pejabat Lelang Kelas II tidak boleh menolak permohonan lelang yang diajukan kepadanya sepanjang dokumen persyaratan lelang

sudah lengkap dan telah memenuhi legalitas formal subjek dan objek lelang.

Pasal 13

(1) Dalam hal terdapat gugatan terhadap objek lelang hak tanggungan dari

pihak lain selain debitor/suami atau istri debitor/tereksekusi,

pelaksanaan lelang dilakukan berdasarkan titel eksekutorial dari Sertifikat Hak Tanggungan yang memerlukan fiat eksekusi.

(2) Permohonan atas pelaksanaan lelang sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dilakukan oleh Pengadilan Negeri.

Pasal 14

Dalam hal terdapat permohonan lelang eksekusi dari kreditur pemegang hak

agunan kebendaan yang terkait dengan putusan pernyataan pailit, maka

pelaksanaan lelang dilakukan dengan memperhatikan Undang-Undang Kepailitan.

Pasal 15

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara permohonan lelang dan dokumen

persyaratan lelang diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal.

Bagian Kedua

Penjual/Pemilik Barang

Pasal 16

(1) Penjual/Pemilik Barang bertanggung jawab terhadap:

a. keabsahan kepemilikan barang;

b. keabsahan dokumen persyaratan lelang;

c. penyerahan barang bergerak dan/atau barang tidak bergerak; dan

d. dokumen kepemilikan kepada Pembeli.

(2) Penjual/Pemilik Barang bertanggung jawab terhadap gugatan perdata maupun tuntutan pidana yang timbul akibat tidak dipenuhinya

peraturan perundang-undangan di bidang lelang.

(3) Penjual/Pemilik Barang bertanggung jawab atas tuntutan ganti rugi terhadap kerugian yang timbul karena ketidakabsahan barang dan

dokumen persyaratan lelang.

Page 90: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

(4) Penjual/Pemilik Barang harus menguasai fisik barang bergerak yang

akan dilelang, kecuali barang tak berwujud, termasuk tetapi tidak

terbatas pada saham tanpa warkat, hak tagih, hak cipta, merek, dan/atau hak paten.

(5) Dalam hal yang dilelang berupa barang tak berwujud sebagaimana

dimaksud pada ayat (4), Penjual/Pemilik Barang harus menyebutkan jenis barang yang dilelang dalam surat permohonan lelang.

Pasal 17

(1) Penjual/Pemilik Barang dapat mengajukan syarat-syarat lelang

tambahan sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, termasuk tetapi tidak terbatas pada:

a. jangka waktu bagi peserta lelang untuk melihat, meneliti secara

fisik barang yang akan dilelang;

b. jangka waktu pengambilan barang oleh Pembeli; dan/atau

c. jadwal penjelasan lelang kepada peserta lelang sebelum

pelaksanaan lelang (aanwijzing).

(2) Syarat-syarat lelang tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilampirkan dalam surat permohonan lelang.

Pasal 18

(1) Penjual/Pemilik Barang wajib memperlihatkan atau menyerahkan asli dokumen kepemilikan kepada Pejabat Lelang paling lama 1 (satu) hari

kerja sebelum pelaksanaan lelang, kecuali Lelang Eksekusi yang

menurut peraturan perundang-undangan tetap dapat dilaksanakan

meskipun asli dokumen kepemilikannya tidak dikuasai oleh Penjual.

(2) Dalam hal Penjual/Pemilik Barang menyerahkan asli dokumen

kepemilikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Pejabat

Lelang, Pejabat Lelang wajib memperlihatkannya kepada Peserta Lelang sebelum lelang dimulai.

(3) Dalam hal Penjual/Pemilik Barang tidak menyerahkan asli dokumen

kepemilikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Pejabat

Lelang, Penjual/Pemilik Barang wajib memperlihatkannya kepada Peserta Lelang sebelum lelang dimulai.

Bagian Ketiga

Tempat Pelaksanaan Lelang

Pasal 19

Page 91: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

Tempat pelaksanaan lelang harus dalam wilayah kerja KPKNL atau wilayah

jabatan Pejabat Lelang Kelas II tempat barang berada.

Pasal 20

(1) Pengecualian terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

19 hanya dapat dilaksanakan setelah mendapat persetujuan tertulis dari

pejabat yang berwenang, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan.

(2) Pejabat yang berwenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara

lain:

a. Direktur Jenderal atas nama Menteri untuk barang yang berada di

luar wilayah Republik Indonesia;

b. Direktur Lelang atas nama Direktur Jenderal untuk barang yang

berada dalam wilayah antar Kantor Wilayah; atau

c. Kepala Kantor Wilayah setempat untuk barang yang berada dalam

wilayah Kantor Wilayah setempat.

(3) Permohonan persetujuan pelaksanaan lelang atas barang yang berada

di luar wilayah kerja KPKNL atau di luar wilayah jabatan Pejabat

Lelang Kelas II, diajukan oleh Penjual kepada pejabat sebagaimana

dimaksud pada ayat (2), dengan syarat sebagian barang harus berada di dalam wilayah kerja KPKNL/Pejabat Lelang Kelas II tempat lelang

yang dikehendaki.

(4) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku untuk jangka

waktu 6 (enam) bulan sejak tanggal persetujuan dan dilampirkan pada Surat Permohonan Lelang.

Bagian Keempat

Waktu Pelaksanaan Lelang

Pasal 21

(1) Waktu pelaksanaan lelang ditetapkan oleh Kepala KPKNL atau

Pejabat Lelang Kelas II.

(2) Waktu pelaksanaan lelang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan pada jam dan hari kerja KPKNL, kecuali untuk Lelang

Noneksekusi Sukarela, dapat dilaksanakan di luar jam dan hari kerja

dengan persetujuan tertulis Kepala Kantor Wilayah setempat.

(3) Surat permohonan persetujuan pelaksanaan lelang di luar jam dan hari

kerja diajukan oleh Penjual/Pemilik Barang.

(4) Surat persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilampirkan

pada Surat Permohonan Lelang.

Page 92: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

Bagian Kelima

Surat Keterangan Tanah (SKT)

Pasal 22

(1) Pelaksanaan lelang atas tanah atau tanah dan bangunan wajib

dilengkapi dengan SKT dari Kantor Pertanahan setempat.

(2) Permintaan penerbitan SKT kepada Kepala Kantor Pertanahan

setempat diajukan oleh Kepala KPKNL atau Pejabat Lelang Kelas II.

(3) Dalam hal tanah atau tanah dan bangunan yang akan dilelang belum terdaftar di Kantor Pertanahan setempat, Kepala KPKNL atau Pejabat

Lelang Kelas II mensyaratkan kepada Penjual untuk meminta Surat

Keterangan dari Lurah/Kepala Desa yang menerangkan status

kepemilikan.

(4) Berdasarkan Surat Keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Kepala KPKNL atau Pejabat Lelang Kelas II meminta SKT ke Kantor

Pertanahan setempat.

(5) Biaya pengurusan SKT menjadi tanggung jawab Penjual/Pemilik

Barang.

Pasal 23

(1) SKT dapat digunakan berkali-kali apabila tidak ada perubahan data fisik atau data yuridis dari tanah atau tanah dan bangunan yang akan

dilelang, sepanjang dokumen kepemilikan dikuasai oleh Penjual.

(2) Dalam hal tidak ada perubahan data fisik atau data yuridis dari tanah atau tanah dan bangunan yang akan dilelang ulang, Penjual harus

mencantumkan dalam surat permohonan lelang.

(3) Dalam hal terjadi perubahan data fisik atau data yuridis dari tanah atau tanah dan bangunan yang akan dilelang ulang, Penjual harus

menginformasikan secara tertulis hal tersebut kepada Kepala KPKNL

atau Pejabat Lelang Kelas II untuk dimintakan SKT baru.

(4) Dalam hal dokumen kepemilikan tidak dikuasai oleh Penjual, setiap

dilaksanakan lelang harus dimintakan SKT baru.

Bagian Keenam

Pembatalan Sebelum Lelang

Pasal 24

Lelang yang akan dilaksanakan hanya dapat dibatalkan dengan permintaan

Penjual atau penetapan provisional atau putusan dari lembaga peradilan umum.

Page 93: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

Pasal 25

(1) Pembatalan lelang dengan putusan/penetapan pengadilan disampaikan

secara tertulis dan harus sudah diterima oleh Pejabat Lelang paling lama sebelum lelang dimulai.

(2) Dalam hal terjadi pembatalan sebelum lelang sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), Penjual dan Pejabat Lelang harus mengumumkan kepada Peserta Lelang pada saat pelaksanaan lelang.

Pasal 26

(1) Pembatalan lelang atas permintaan Penjual dilakukan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang undangan yang berlaku bagi Penjual.

(2) Pembatalan lelang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan

secara tertulis dan sudah harus diterima oleh Pejabat Lelang paling

lama 3 (tiga) hari kerja sebelum pelaksanaan lelang, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan.

(3) Dalam hal terjadi pembatalan sebelum lelang sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), Penjual harus mengumumkan pembatalan pelaksanaan,

paling lama 2 (dua) hari sebelum pelaksanaan lelang, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan.

(4) Pengumuman pembatalan pelaksanaan lelang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus diumumkan dalam surat kabar harian yang sama

dalam hal Pengumuman Lelang dilakukan melalui surat kabar harian.

Pasal 27

Pembatalan lelang sebelum pelaksanaan lelang diluar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 dilakukan oleh Pejabat Lelang dalam hal:

a. SKT untuk pelaksanaan lelang tanah atau tanah dan bangunan belum

ada;

b. barang yang akan dilelang dalam status sita pidana, khusus Lelang

Eksekusi;

c. terdapat gugatan atas rencana pelaksanaan Lelang Eksekusi

berdasarkan Pasal 6 UUHT dari pihak lain selain debitor/suami atau istri debitor/tereksekusi;

d. barang yang akan dilelang dalam status sita jaminan/sita eksekusi/sita

pidana, khusus Lelang Noneksekusi;

e. tidak memenuhi legalitas formal subjek dan objek lelang karena

terdapat perbedaan data pada dokumen persyaratan lelang;

Page 94: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

f. Penjual tidak dapat memperlihatkan atau menyerahkan asli dokumen

kepemilikan kepada Pejabat Lelang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18;

g. Penjual tidak hadir pada saat pelaksanaan lelang, kecuali lelang yang

dilakukan melalui internet;

h. Pengumuman Lelang yang dilaksanakan Penjual tidak dilaksanakan

sesuai peraturan perundang-undangan;

i. keadaan memaksa (force majeur)/kahar;

j. Nilai Limit yang dicantumkan dalam Pengumuman Lelang tidak sesuai

dengan surat penetapan Nilai Limit yang dibuat oleh Penjual/Pemilik Barang; atau

k. Penjual tidak menguasai secara fisik barang bergerak yang dilelang.

Pasal 28

Dalam hal terjadi pembatalan lelang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24

dan Pasal 27, Peserta Lelang yang telah menyetorkan Uang Jaminan Penawaran Lelang tidak berhak menuntut ganti rugi.

Bagian Ketujuh

Uang Jaminan Penawaran Lelang

Pasal 29

(1) Setiap lelang disyaratkan adanya uang jaminan penawaran lelang.

(2) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat tidak diberlakukan pada Lelang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya dari tangan

pertama dan Lelang Noneksekusi Sukarela.

Pasal 30

(1) Penyetoran Uang Jaminan Penawaran Lelang dilakukan:

a. melalui rekening KPKNL atau langsung ke Bendahara Penerimaan

KPKNL atau Pejabat Lelang Kelas I untuk lelang yang

diselenggarakan oleh KPKNL;

b. melalui rekening Balai Lelang atau langsung ke Balai Lelang untuk

jenis Lelang Noneksekusi Sukarela, yang diselenggarakan oleh

Balai Lelang dan dilaksanakan oleh Pejabat Lelang Kelas I/Pejabat

Lelang Kelas II; atau

c. melalui rekening khusus atas nama jabatan Pejabat Lelang Kelas II

atau langsung ke Pejabat Lelang Kelas II untuk lelang yang

diselenggarakan oleh Pejabat Lelang Kelas II.

(2) Dalam setiap pelaksanaan Lelang, 1 (satu) penyetoran Uang Jaminan

Page 95: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

Penawaran Lelang hanya berlaku untuk 1 (satu) barang atau paket

barang yang ditawar.

Pasal 31

(1) Uang Jaminan Penawaran Lelang dengan jumlah paling banyak

Rp20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) dapat disetorkan secara

langsung kepada Bendahara Penerimaan KPKNL, Pejabat Lelang

Kelas I, Balai Lelang atau Pejabat Lelang Kelas II paling lama

sebelum lelang dimulai.

(2) Lelang dengan Uang Jaminan Penawaran Lelang di atas

Rp20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) harus disetorkan melalui

rekening Bendahara Penerimaan KPKNL, rekening Balai Lelang atau

rekening khusus atas nama jabatan Pejabat Lelang Kelas II paling lama

1 (satu) hari kerja sebelum pelaksanaan lelang harus sudah efektif pada

rekening tersebut.

Pasal 32

Besarnya Uang Jaminan Penawaran Lelang ditentukan oleh Penjual/Pemilik

Barang paling sedikit 20% (dua puluh persen) dari Nilai Limit dan paling

banyak sama dengan Nilai Limit.

Pasal 33

(1) Uang Jaminan Penawaran Lelang yang telah disetorkan, dikembalikan

seluruhnya tanpa potongan kepada peserta lelang yang tidak disahkan

sebagai Pembeli.

(2) Pengembalian Uang Jaminan Penawaran Lelang paling lama 1 (satu)

hari kerja sejak permintaan pengembalian dari Peserta Lelang diterima.

(3) Permintaan pengembalian sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

disertai penyerahan asli bukti setor dan fotokopi identitas dengan

menunjukkan aslinya serta dokumen pendukung lainnya.

(4) Uang Jaminan Penawaran Lelang dari Peserta Lelang yang disahkan

sebagai Pembeli, akan diperhitungkan dengan pelunasan seluruh

kewajibannya sesuai dengan ketentuan lelang.

Pasal 34

(1) Dalam pelaksanaan Lelang Eksekusi dan Lelang Noneksekusi Wajib,

jika Pembeli tidak melunasi Kewajiban Pembayaran Lelang sesuai

ketentuan (wanprestasi), Uang Jaminan Penawaran Lelang disetorkan

seluruhnya ke Kas Negara dalam waktu 1 (satu) hari kerja setelah

pembatalan penunjukan Pembeli oleh Pejabat Lelang.

(2) Dalam pelaksanaan Lelang Noneksekusi Sukarela yang

diselenggarakan oleh KPKNL, jika Pembeli tidak melunasi Kewajiban

Pembayaran Lelang sesuai ketentuan (wanprestasi), Uang Jaminan

Penawaran Lelang disetorkan sebesar 50% (lima puluh persen) ke Kas

Negara dalam waktu 1 (satu) hari kerja setelah pembatalan penunjukan

Pembeli oleh Pejabat Lelang, dan sebesar 50% (lima puluh persen)

Page 96: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

menjadi milik Pemilik Barang.

(3) Dalam pelaksanaan Lelang Noneksekusi Sukarela yang

diselenggarakan oleh Balai Lelang bekerjasama dengan Pejabat Lelang

Kelas I, jika Pembeli tidak melunasi Kewajiban Pembayaran Lelang

sesuai ketentuan (wanprestasi), Uang Jaminan Penawaran Lelang

disetorkan sebesar 50% (lima puluh persen) ke Kas Negara dalam

waktu 1 (satu) hari kerja setelah pembatalan penunjukan Pembeli oleh

Pejabat Lelang, dan sebesar 50% (lima puluh persen) menjadi milik

Pemilik Barang dan/atau Balai Lelang sesuai kesepakatan antara

Pemilik Barang dan Balai Lelang.

(4) Dalam pelaksanaan lelang yang diselenggarakan oleh Balai Lelang

bekerjasama dengan Pejabat Lelang Kelas II, jika Pembeli tidak

melunasi Kewajiban Pembayaran Lelang sesuai ketentuan

(wanprestasi), Uang Jaminan Penawaran Lelang menjadi milik Pemilik

Barang dan/atau Balai Lelang sesuai kesepakatan antara Pemilik

Barang dan Balai Lelang.

(5) Dalam pelaksanaan lelang yang diselenggarakan Pejabat Lelang Kelas

II, jika Pembeli tidak melunasi Kewajiban Pembayaran Lelang sesuai

ketentuan (wanprestasi), Uang Jaminan Penawaran Lelang menjadi

milik Pemilik Barang dan/atau Pejabat Lelang Kelas II sesuai

kesepakatan antara Pemilik Barang dan Pejabat Lelang Kelas II.

Bagian Kedelapan

Nilai Limit

Pasal 35

(1) Setiap pelaksanaan lelang disyaratkan adanya Nilai Limit.

(2) Penetapan Nilai Limit menjadi tanggung jawab Penjual/Pemilik

Barang.

(3) Persyaratan adanya Nilai Limit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat tidak diberlakukan pada Lelang Noneksekusi Sukarela atas

barang bergerak milik orang atau badan hukum/badan usaha swasta.

Pasal 36

(1) Penjual/Pemilik Barang dalam menetapkan Nilai Limit, berdasarkan:

a. penilaian oleh Penilai; atau

b. penaksiran oleh Penaksir/Tim Penaksir.

(2) Penilai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan pihak yang melakukan penilaian secara independen berdasarkan kompetensi

yang dimilikinya.

(3) Penaksir/Tim Penaksir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan pihak yang berasal dari instansi atau perusahaan Penjual,

yang melakukan penaksiran berdasarkan metode yang dapat

dipertanggungjawabkan, termasuk kurator untuk benda seni dan benda

Page 97: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

antik/kuno.

(4) Nilai Limit pada Lelang Noneksekusi Sukarela atas barang bergerak

milik orang, badan hukum/badan usaha swasta yang menggunakan

Nilai Limit ditetapkan oleh Pemilik Barang.

(5) Dalam hal bank kreditor akan ikut menjadi peserta pada Lelang

Eksekusi berdasarkan Pasal 6 UUHT, Nilai Limit harus ditetapkan

oleh Penjual berdasarkan hasil penilaian dari Penilai.

Pasal 37

(1) Nilai Limit bersifat tidak rahasia.

(2) Untuk Lelang Eksekusi, Lelang Noneksekusi Wajib, dan Lelang Non

Eksekusi Sukarela atas barang tidak bergerak, Nilai Limit harus

dicantumkan dalam pengumuman lelang.

(3) Untuk lelang kayu dan hasil hutan lainnya dari tangan pertama serta

lelang Noneksekusi Sukarela barang bergerak, Nilai Limit dapat tidak

dicantumkan dalam pengumuman lelang.

Pasal 38

Dalam hal pelaksanaan Lelang Ulang, Nilai Limit pada lelang sebelumnya

dapat diubah oleh Penjual/Pemilik Barang dengan menyebutkan alasan yang

dapat dipertanggungjawabkan.

Pasal 39

Nilai Limit dibuat secara tertulis dan diserahkan oleh Penjual kepada Pejabat

Lelang paling lambat sebelum lelang dimulai.

Pasal 40

Ketentuan lebih lanjut mengenai Nilai Limit diatur dengan peraturan

Direktur Jenderal.

Bagian Kesembilan

Pengumuman Lelang

Pasal 41

(1) Penjualan secara lelang wajib didahului dengan Pengumuman Lelang

yang dilakukan oleh Penjual.

(2) Penjual harus menyerahkan bukti Pengumuman Lelang sesuai

ketentuan kepada Pejabat Lelang.

Pasal 42

(1) Pengumuman Lelang paling sedikit memuat:

a. identitas Penjual;

b. hari, tanggal, waktu dan tempat pelaksanaan lelang dilaksanakan;

Page 98: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

c. jenis dan jumlah barang;

d. lokasi, luas tanah, jenis hak atas tanah, dan ada/tidak adanya bangunan, khusus untuk barang tidak bergerak berupa tanah

dan/atau bangunan;

e. spesifikasi barang, khusus untuk barang bergerak;

f. waktu dan tempat melihat barang yang akan dilelang;

g. Uang Jaminan Penawaran Lelang meliputi besaran, jangka waktu, cara dan tempat penyetoran, dalam hal dipersyaratkan adanya

Uang Jaminan Penawaran Lelang;

h. Nilai Limit, kecuali Lelang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya dari tangan pertama dan Lelang Noneksekusi Sukarela untuk barang

bergerak;

i. cara penawaran lelang; dan

j. jangka waktu Kewajiban Pembayaran Lelang oleh Pembeli.

(2) Pengumuman Lelang diatur sedemikian rupa sehingga terbit pada hari kerja KPKNL dan tidak menyulitkan peminat lelang melakukan

penyetoran Uang Jaminan Penawaran Lelang.

Pasal 43

(1) Pengumuman Lelang dilaksanakan melalui surat kabar harian yang

terbit di kota/kabupaten tempat barang berada.

(2) Dalam hal tidak ada surat kabar harian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pengumuman Lelang diumumkan dalam surat kabar harian

yang terbit di kota/kabupaten terdekat atau di ibukota propinsi atau ibu

kota negara dan beredar di wilayah kerja KPKNL atau wilayah jabatan

Pejabat Lelang Kelas II tempat barang akan dilelang.

(3) Pengumuman Lelang melalui surat kabar harian sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) harus mempunyai tiras/oplah:

a. paling rendah 5.000 (lima ribu) eksemplar, jika dilakukan dengan

surat kabar harian yang terbit di kota/kabupaten; atau

b. paling rendah 15.000 (lima belas ribu) eksemplar, jika dilakukan

dengan surat kabar harian yang terbit di ibukota propinsi; atau

c. paling rendah 20.000 (dua puluh ribu) eksemplar, jika dilakukan

dengan surat kabar harian yang terbit di ibukota negara.

(4) Dalam hal di suatu daerah tidak terdapat surat kabar harian yang memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Pengumuman

Lelang dilakukan pada surat kabar harian yang diperkirakan

mempunyai tiras/oplah paling tinggi.

(5) Pengumuman Lelang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), harus dicantumkan dalam halaman utama/reguler dan tidak dapat

Page 99: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

dicantumkan pada halaman suplemen/tambahan/khusus.

(6) Penjual dapat menambah Pengumuman Lelang pada media lainnya

guna mendapatkan peminat lelang seluas-luasnya.

Pasal 44

(1) Pengumuman Lelang untuk Lelang Eksekusi terhadap barang tidak

bergerak atau barang tidak bergerak yang dijual bersama-sama dengan

barang bergerak, dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. pengumuman dilakukan 2 (dua) kali, jangka waktu Pengumuman

Lelang pertama ke Pengumuman Lelang kedua berselang 15 (lima

belas) hari dan diatur sedemikian rupa sehingga Pengumuman

Lelang kedua tidak jatuh pada hari libur/hari besar;

b. pengumuman pertama diperkenankan tidak menggunakan surat

kabar harian, tetapi dengan cara pengumuman melalui selebaran,

tempelan yang mudah dibaca oleh umum, dan/atau melalui media

elektronik termasuk Internet, namun demikian dalam hal

dikehendaki oleh Penjual, dapat dilakukan melalui surat kabar

harian; dan

c. Pengumuman kedua harus dilakukan melalui surat kabar harian

dan dilakukan paling singkat 14 (empat belas) hari sebelum

pelaksanaan lelang.

(2) Pengumuman Lelang untuk Lelang Eksekusi terhadap barang bergerak

dilakukan 1 (satu) kali melalui surat kabar harian paling singkat 6

(enam) hari sebelum pelaksanaan lelang, kecuali:

a. lelang barang yang lekas rusak/busuk atau yang membahayakan

atau jika biaya penyimpanan barang tersebut terlalu tinggi, dapat

dilakukan kurang dari 6 (enam) hari tetapi tidak boleh kurang dari

2 (dua) hari kerja; dan

b. lelang ikan dan sejenisnya dapat dilakukan kurang dari 6 (enam)

hari tetapi tidak boleh kurang dari 1 (satu) hari kerja.

Pasal 45

(1) Pengumuman Lelang Eksekusi terhadap barang bergerak yang Nilai

Limit keseluruhannya paling banyak Rp20.000.000,00 (dua puluh juta

rupiah) dalam 1 (satu) kali lelang, dapat dilakukan melalui surat kabar

harian dalam bentuk iklan baris paling singkat 6 (enam) hari sebelum

hari pelaksanaan lelang.

(2) Pengumuman Lelang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus

ditambahkan Pengumuman Lelang tempelan pada hari yang sama

untuk ditempel di tempat yang mudah dibaca oleh umum atau paling

kurang pada papan pengumuman di KPKNL dan di Kantor Penjual,

yang memuat hal-hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (1).

(3) Pengumuman Lelang dalam bentuk iklan baris melalui surat kabar

harian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat

Page 100: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

identitas Penjual, nama barang yang dilelang, tempat dan waktu lelang,

serta informasi adanya Pengumuman Lelang tempelan.

Pasal 46

Khusus Pengumuman Lelang Eksekusi Pajak untuk barang bergerak

diumumkan paling singkat 14 (empat belas) hari sebelum hari pelaksanaan

lelang dengan ketentuan sebagai berikut:

a. untuk pelaksanaan lelang dengan Nilai Limit keseluruhan paling

banyak Rp20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) dalam 1 (satu) kali

lelang, pengumuman lelang dapat dilakukan 1 (satu) kali melalui

tempelan yang mudah dibaca oleh umum dan/atau melalui media

elektronik;

b. untuk pelaksanaan lelang dengan Nilai Limit keseluruhan lebih dari

Rp20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) dalam 1 (satu) kali lelang,

pengumuman lelang dilakukan 1 (satu) kali melalui surat kabar harian.

Pasal 47

(1) Pengumuman Lelang untuk pelaksanaan Lelang Eksekusi yang

diulang, dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. lelang barang tidak bergerak atau barang bergerak yang dijual

bersama-sama dengan barang tidak bergerak, dilakukan dengan

cara:

1) Pengumuman Lelang Ulang dilakukan 1 (satu) kali melalui

surat kabar harian paling singkat 7 (tujuh) hari sebelum

pelaksanaan lelang, jika waktu pelaksanaan lelang ulang

dimaksud tidak melebihi 60 (enam puluh) hari sejak

pelaksanaan lelang terdahulu atau sejak pelaksanaan lelang

terakhir; atau

2) Pengumuman Lelang Ulang berlaku ketentuan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 44 ayat (1), jika waktu pelaksanaan

lelang ulang dilakukan lebih dari 60 (enam puluh) hari sejak

pelaksanaan lelang terdahulu atau sejak pelaksanaan lelang

terakhir.

b. lelang barang bergerak, pengumuman Lelang Ulang dilakukan

sesuai ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (2).

(2) Pengumuman Lelang Ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

harus menunjuk Pengumuman Lelang terakhir.

Pasal 48

(1) Pengumuman Lelang untuk Lelang Noneksekusi Wajib dan Lelang

Noneksekusi Sukarela dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. barang tidak bergerak atau barang bergerak yang dijual bersama-

sama dengan barang tidak bergerak, dilakukan 1 (satu) kali melalui

surat kabar harian paling singkat 7 (tujuh) hari sebelum

Page 101: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

pelaksanaan lelang;

b. barang bergerak dilakukan 1 (satu) kali melalui surat kabar harian

paling singkat 5 (lima) hari sebelum pelaksanaan lelang.

(2) Pengumuman Lelang untuk Lelang Noneksekusi Wajib dan Lelang

Noneksekusi Sukarela yang diulang berlaku ketentuan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1).

Pasal 49

(1) Pengumuman Lelang untuk pelaksanaan Lelang Noneksekusi Wajib

dan Lelang Noneksekusi Sukarela yang Nilai Limit keseluruhannya

paling banyak Rp30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah) dalam 1 (satu)

kali lelang, dapat dilakukan 1 (satu) kali melalui tempelan yang mudah

dibaca oleh umum dan/atau melalui media elektronik, paling singkat 5

(lima) hari sebelum hari pelaksanaan lelang.

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku dalam hal ada

permintaan tertulis dari Penjual dengan menyebutkan alasan

mengumumkan melalui tempelan yang mudah dibaca oleh umum

dan/atau melalui media elektronik dan disetujui oleh Kepala KPKNL

atau Pejabat Lelang Kelas II.

(3) Pengumuman Lelang untuk pelaksanaan Lelang Noneksekusi Wajib

dan Lelang Noneksekusi Sukarela yang diulang dengan Nilai Limit

keseluruhan paling banyak Rp30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah)

dalam 1 (satu) kali lelang, berlaku ketentuan pada ayat (1).

Pasal 50

(1) Pengumuman Lelang untuk pelaksanaan Lelang Noneksekusi Wajib

dan Lelang Noneksekusi Sukarela yang sudah terjadwal setiap bulan,

dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan, dilakukan paling

singkat 7 (tujuh) hari sebelum pelaksanaan lelang pertama.

(2) Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit

memuat identitas Penjual, barang yang akan dilelang, tempat dan

waktu pelaksanaan lelang, serta informasi mengenai adanya

pengumuman yang lebih rinci melalui tempelan/selebaran/brosur atau

media elektronik.

Pasal 51

(1) Pengumuman Lelang yang pelaksanaan lelangnya dilakukan di luar

wilayah kerja KPKNL atau wilayah jabatan Pejabat Lelang Kelas II

tempat barang berada, dilakukan di surat kabar harian yang terbit di

kota/kabupaten di tempat pelaksanaan lelang dan di tempat barang

berada.

(2) Dalam hal pengumuman lelang tidak dapat dilakukan di tempat

pelaksanaan lelang dan/atau di tempat barang berada, karena tidak

terdapat surat kabar harian sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

pengumuman lelang dilakukan di satu surat kabar harian nasional/ibu

Page 102: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

kota propinsi yang mempunyai peredaran di tempat pelaksanaan

lelang.

(3) Terhadap pelaksanaan lelang yang objek lelangnya tersebar di 3 (tiga)

kota atau lebih, pengumuman lelang dapat dilakukan di satu surat

kabar harian yang mempunyai peredaran nasional.

Pasal 52

(1) Pengumuman Lelang yang sudah diterbitkan melalui surat kabar

harian, atau melalui media lainnya, apabila diketahui terdapat

kekeliruan yang prinsipil harus segera diralat.

(2) Kekeliruan yang prinsipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

menyangkut waktu dan tanggal lelang, spesifikasi barang-barang, atau

persyaratan lelang seperti besarnya uang jaminan dan batas waktu

penyetoran.

(3) Ralat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak diperkenankan

dilakukan terhadap hal-hal sebagai berikut:

a. mengubah besarnya Uang Jaminan Penawaran Lelang;

b. memajukan jam dan tanggal pelaksanaan lelang;

c. memajukan batas waktu penyetoran Uang Jaminan Penawaran

Lelang; atau

d. memindahkan lokasi dari tempat pelaksanaan lelang semula.

(4) Rencana ralat Pengumuman Lelang diberitahukan secara tertulis

kepada Kepala KPKNL atau Pejabat Lelang Kelas II yang

bersangkutan paling singkat 2 (dua) hari kerja sebelum pelaksanaan

lelang.

(5) Ralat Pengumuman Lelang harus diumumkan melalui surat kabar

harian atau media yang sama dengan menunjuk Pengumuman Lelang

sebelumnya dan dilakukan paling singkat 1 (satu) hari kerja sebelum

hari pelaksanaan lelang.

BAB IV

PELAKSANAAN LELANG

Bagian Kesatu

Pemandu Lelang

Pasal 53

(1) Dalam pelaksanaan lelang, Pejabat Lelang dapat dibantu oleh

Pemandu Lelang.

(2) Pemandu Lelang dapat berasal dari Pegawai DJKN atau dari luar

DJKN.

(3) Persyaratan menjadi Pemandu Lelang:

Page 103: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

a. Pemandu Lelang yang berasal dari Pegawai DJKN:

1) sehat jasmani dan rohani;

2) pendidikan paling rendah Sekolah Menengah Umum atau yang

sederajat; dan

3) lulus Diklat Pemandu Lelang atau memiliki kemampuan dan cakap untuk memandu lelang, dan mendapat surat tugas dari

Pejabat yang berwenang.

b. Pemandu Lelang yang berasal dari luar DJKN:

1) sehat jasmani dan rohani;

2) pendidikan paling rendah Sekolah Menengah Umum atau yang

sederajat; dan

3) memiliki kemampuan dan cakap untuk memandu lelang.

(4) Pemandu Lelang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat membantu pelaksanaan lelang yang dilakukan oleh Pejabat Lelang

Kelas I/Pejabat Lelang Kelas II dan diberitahukan secara tertulis oleh

Penjual/Balai Lelang kepada Kepala KPKNL atau Pejabat Lelang

Kelas II paling singkat 3 (tiga) hari kerja sebelum pelaksanaan lelang.

(5) Dalam hal pelaksanaan lelang dibantu oleh Pemandu Lelang, Pemandu Lelang mendapat kuasa khusus secara tertulis dari Pejabat Lelang

untuk menawarkan barang dengan ketentuan Pejabat Lelang harus

tetap mengawasi dan memperhatikan pelaksanaan lelang dan/atau

penawaran lelang oleh Pemandu Lelang.

Bagian Kedua

Penawaran Lelang

Pasal 54

Penawaran Lelang Langsung dan/atau Penawaran Lelang Tidak Langsung

dilakukan dengan cara:

a. lisan, semakin meningkat atau semakin menurun;

b. tertulis; atau

c. tertulis dilanjutkan dengan lisan, dalam hal penawaran tertinggi belum

mencapai Nilai Limit.

Pasal 55

(1) Dalam Penawaran Lelang Langsung, Peserta Lelang yang sah atau

kuasanya pada saat pelaksanaan lelang harus hadir di tempat

pelaksanaan lelang.

(2) Dalam Penawaran Lelang Tidak Langsung, Peserta Lelang yang sah

atau kuasanya pada saat pelaksanaan lelang tidak diharuskan hadir di

tempat pelaksanaan lelang dan penawarannya dilakukan dengan

Page 104: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

menggunakan teknologi informasi dan komunikasi.

Pasal 56

(1) Penawaran Lelang dalam Lelang Eksekusi dan Lelang Noneksekusi

Wajib harus dilakukan dengan Penawaran Lelang Langsung.

(2) Penawaran Lelang Langsung dapat menggunakan penawaran dengan

melalui surat yang dikirim sebelum pelaksanaan lelang.

(3) Penawaran Lelang dalam Lelang Noneksekusi Sukarela dapat

dilakukan dengan Penawaran Lelang Langsung atau Penawaran Lelang

Tidak Langsung.

Pasal 57

(1) Dalam hal penawaran lelang tidak langsung secara lisan, Peserta

Lelang mengajukan penawaran dengan menggunakan media audio

visual dan telepon.

(2) Dalam hal penawaran lelang tidak langsung secara tertulis, Peserta

Lelang mengajukan penawaran dengan menggunakan teknologi

informasi dan komunikasi antara lain: LAN (local area network),

Intranet, Internet, pesan singkat (short message service/SMS), dan

faksimili.

Pasal 58

(1) Penawaran Lelang Tidak Langsung dalam Lelang Noneksekusi

Sukarela melalui Internet, harus memenuhi ketentuan di bawah ini,

termasuk tetapi tidak terbatas pada:

a. menggunakan perangkat lunak yang khusus untuk penyelenggaraan

lelang melalui Internet dengan harga semakin meningkat;

b. Peserta Lelang yang sah mendapatkan nomor Peserta Lelang dan

sandi akses (password) sehingga dapat melakukan penawaran;

c. penawaran dilakukan secara berkesinambungan sejak waktu yang

ditetapkan sampai dengan penutupan penawaran sebagaimana

disebutkan dalam Pengumuman Lelang;

d. Nilai Limit bersifat terbuka/tidak rahasia dan harus ditayangkan

dalam situs;

e. Peserta Lelang dapat mengetahui penawaran tertinggi yang

diajukan oleh Peserta Lelang lainnya secara berkesinambungan;

dan

f. Pejabat Lelang mengesahkan penawar tertinggi sebagai Pembeli

berdasarkan cetakan rekapitulasi yang diproses perangkat lunak

lelang melalui Internet pada saat penutupan penawaran.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan lelang melalui Internet

diatur dengan Peraturan Menteri.

Page 105: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

Pasal 59

(1) Penawaran lelang yang diselenggarakan KPKNL dapat dilakukan

dengan Harga Lelang inklusif atau dengan Harga Lelang eksklusif.

(2) Lelang dengan Harga Lelang inklusif dilakukan dengan harga

penawaran sudah termasuk Bea Lelang pembeli.

(3) Lelang dengan Harga Lelang eksklusif dilakukan dengan harga

penawaran belum termasuk Bea Lelang pembeli.

Pasal 60

(1) Setiap Peserta Lelang wajib melakukan penawaran dan penawaran tersebut paling sedikit sama dengan Nilai limit dalam hal lelang

dengan Nilai Limit diumumkan.

(2) Penawaran yang telah disampaikan oleh Peserta Lelang kepada Pejabat

Lelang tidak dapat diubah atau dibatalkan oleh Peserta Lelang.

(3) Dalam hal Peserta Lelang tidak melakukan penawaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dikenakan sanksi tidak diperbolehkan

mengikuti lelang selama 3 (tiga) bulan di wilayah kerja KPKNL yang

melaksanakan lelang.

Pasal 61

Dalam hal terdapat beberapa Peserta Lelang yang mengajukan penawaran tertinggi secara lisan semakin menurun atau tertulis dengan nilai yang sama

dan/atau telah mencapai atau melampaui Nilai Limit dalam lelang yang

menggunakan Nilai Limit, Pejabat Lelang berhak mengesahkan Pembeli

dengan cara:

a. melakukan penawaran lanjutan hanya terhadap Peserta Lelang yang mengajukan penawaran sama, yang dilakukan secara lisan semakin

meningkat atau tertulis berdasarkan persetujuan Peserta Lelang

bersangkutan; atau

b. melakukan pengundian di antara Peserta Lelang yang mengajukan penawaran sama apabila ketentuan sebagaimana dimaksud dalam

huruf a tidak dapat dilaksanakan.

Pasal 62

(1) Pemohon Lelang/Penjual menentukan cara penawaran lelang dengan

mencantumkan dalam Pengumuman Lelang.

(2) Dalam hal Pemohon Lelang/Penjual tidak menentukan cara penawaran lelang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala KPKNL/Pejabat

Lelang Kelas I atau Pejabat Lelang Kelas II berhak menentukan sendiri

cara penawaran lelang.

Pasal 63

Ketentuan lebih lanjut mengenai penawaran lelang diatur dengan Peraturan

Page 106: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

Direktur Jenderal.

Bagian Ketiga

Bea Lelang dan Uang Miskin

Pasal 64

Setiap pelaksanaan lelang dikenakan Bea Lelang dan Uang Miskin sesuai Peraturan Pemerintah tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan

Pajak Yang Berlaku Pada Kementerian Keuangan.

Pasal 65

(1) Pembatalan terhadap rencana pelaksanaan lelang yang dilakukan oleh Penjual dalam jangka waktu kurang dari 5 (lima) hari kerja sebelum

hari pelaksanaan lelang dikenakan Bea Lelang Batal sesuai Peraturan

Pemerintah tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak

Yang Berlaku Pada Kementerian Keuangan, kecuali lelang Barang

Milik Negara/Daerah.

(2) Bea Lelang Batal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibayar oleh

Penjual.

(3) Bea Lelang Batal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dikenakan dalam hal terdapat pembatalan lelang karena adanya

putusan/penetapan lembaga peradilan atau pembatalan oleh Pejabat

Lelang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1) dan Pasal 27.

Bagian Keempat

Pembeli

Pasal 66

(1) Pejabat Lelang mengesahkan penawar tertinggi yang telah mencapai

atau melampaui Nilai Limit sebagai Pembeli, dalam pelaksanaan

lelang yang menggunakan Nilai Limit.

(2) Pejabat Lelang mengesahkan penawar tertinggi sebagai Pembeli dalam

pelaksanaan Lelang Noneksekusi Sukarela yang tidak menggunakan

Nilai Limit.

(3) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

dalam pelaksanaan Lelang Noneksekusi Sukarela yang penawar

tertinggi tidak mencapai Nilai Limit, Pejabat Lelang dapat

mengesahkan penawar dimaksud sebagai Pembeli, setelah mendapat

persetujuan tertulis dari Pemilik Barang.

Pasal 67

Pembeli dilarang mengambil/menguasai barang yang dibelinya sebelum

memenuhi Kewajiban Pembayaran Lelang dan pajak/pungutan sah lainnya

sesuai peraturan perundang-undangan.

Pasal 68

Page 107: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

(1) Peserta Lelang yang bertindak untuk orang lain atau badan hukum atau badan usaha harus menyampaikan surat kuasa yang bermaterai cukup

kepada Pejabat Lelang dengan dilampiri fotokopi Kartu Tanda

Penduduk (KTP)/Surat Izin Mengemudi (SIM)/Paspor pemberi kuasa

dan penerima kuasa dengan menunjukkan aslinya.

(2) Penerima kuasa dilarang menerima lebih dari satu kuasa untuk barang

yang sama.

Pasal 69

(1) Pejabat Lelang dan keluarga sedarah dalam garis lurus ke atas dan ke bawah derajat pertama, suami/istri serta saudara sekandung Pejabat

Lelang, Pejabat Penjual, Pemandu Lelang, Hakim, Jaksa, Panitera,

Juru Sita, Pengacara/Advokat, Notaris, PPAT, Penilai, Pegawai DJKN,

Pegawai Balai Lelang dan Pegawai Kantor Pejabat Lelang Kelas II

yang terkait langsung dengan proses lelang dilarang menjadi peserta

lelang.

(2) Selain pihak-pihak yang dimaksud pada ayat (1), pada pelaksanaan Lelang Eksekusi, pihak tereksekusi/debitor/tergugat/terpidana yang

terkait dengan lelang dilarang menjadi peserta lelang.

Pasal 70

(1) Sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan di bidang pertanahan, bank sebagai kreditor dapat membeli agunannya

melalui lelang, dengan ketentuan menyampaikan surat pernyataan

dalam bentuk Akte Notaris, bahwa pembelian tersebut dilakukan untuk

pihak lain yang akan ditunjuk kemudian dalam jangka waktu 1 (satu)

tahun terhitung mulai tanggal pelaksanaan lelang.

(2) Dalam hal jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah

terlampaui, bank ditetapkan sebagai Pembeli.

Bagian Kelima

Pembayaran dan Penyetoran

Pasal 71

(1) Pembayaran Harga Lelang dan Bea Lelang harus dilakukan secara

tunai/cash atau cek/giro paling lama 3 (tiga) hari kerja setelah

pelaksanaan lelang.

(2) Pengecualian jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

hanya diberikan untuk pembayaran Harga Lelang setelah Penjual

mendapat izin tertulis dari Direktur Jenderal atas nama Menteri dan

harus dicantumkan dalam pengumuman lelang.

(3) Dalam hal Pembayaran Harga Lelang dilakukan melebihi 3 (tiga) hari

kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2), penyetoran Bea Lelang

tetap dilakukan paling lama 3 (tiga) hari kerja setelah pelaksanaan

lelang.

Page 108: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

Pasal 72

(1) Pelunasan Kewajiban Pembayaran Lelang oleh Pembeli dilakukan melalui rekening KPKNL/Balai Lelang/rekening khusus atas nama

jabatan Pejabat Lelang Kelas II atau secara langsung kepada

Bendahara Penerimaan KPKNL/Pejabat Lelang Kelas I/Balai

Lelang/Pejabat Lelang Kelas II.

(2) Dalam hal Pelunasan Kewajiban Pembayaran Lelang oleh Pembeli dilakukan dengan cek/giro, pembayaran harus sudah diterima efektif

pada rekening KPKNL/Balai Lelang/rekening khusus atas nama

jabatan Pejabat Lelang Kelas II paling lama 3 (tiga) hari kerja setelah

pelaksanaan lelang atau dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 71 ayat (2).

(3) Setiap Pelunasan Kewajiban Pembayaran Lelang oleh Pembeli harus dibuatkan kuitansi atau tanda bukti pembayaran oleh Bendahara

Penerimaan KPKNL/Pejabat Lelang Kelas I/Balai Lelang/Pejabat

Lelang Kelas II.

Pasal 73

(1) Dalam hal Pembeli tidak melunasi Kewajiban Pembayaran Lelang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71, pada hari kerja berikutnya

Pejabat Lelang harus membatalkan pengesahannya sebagai Pembeli

dengan membuat Pernyataan Pembatalan.

(2) Pembeli yang tidak dapat memenuhi kewajibannya setelah disahkan sebagai Pembeli Lelang, tidak diperbolehkan mengikuti lelang di

seluruh wilayah Indonesia dalam waktu 6 (enam) bulan.

Pasal 74

(1) Hasil Bersih Lelang atas lelang Barang Milik Negara/Daerah, Barang Temuan, Barang Rampasan dan Barang yang Menjadi Milik Negara-

Bea Cukai serta barang-barang yang sesuai peraturan perundang-

undangan, harus disetor ke Kas Negara, dilakukan paling lama 1 (satu)

hari kerja setelah pembayaran diterima oleh Bendahara Penerimaan

KPKNL.

(2) Penyetoran Bea Lelang dan Pajak Penghasilan (PPh) ke Kas Negara paling lama 1 (satu) hari kerja setelah pembayaran diterima oleh

Bendahara Penerimaan KPKNL/Balai Lelang/Pejabat Lelang Kelas II.

(3) Penyetoran Hasil Bersih Lelang ke Penjual/Pemilik Barang paling lama 3 (tiga) hari kerja setelah pembayaran diterima oleh Bendahara

Penerimaan KPKNL/Balai Lelang/Pejabat Lelang Kelas II.

Pasal 75

Ketentuan lebih lanjut mengenai pembayaran dan penyetoran diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal.

Bagian Keenam

Page 109: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

Penyerahan Dokumen Kepemilikan Barang

Pasal 76

(1) Dalam hal Penjual/Pemilik Barang menyerahkan asli dokumen

kepemilikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) kepada

Pejabat Lelang, Pejabat Lelang harus menyerahkan asli dokumen

kepemilikan dan/atau barang yang dilelang kepada Pembeli, paling

lama 1 (satu) hari kerja setelah Pembeli menunjukkan bukti pelunasan

pembayaran dan menyerahkan bukti setor Bea Perolehan Hak atas

Tanah dan Bangunan (BPHTB).

(2) Dalam hal Penjual/Pemilik Barang tidak menyerahkan asli dokumen

kepemilikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (3) kepada

Pejabat Lelang, Penjual/Pemilik Barang harus menyerahkan asli

dokumen kepemilikan dan/atau barang yang dilelang kepada Pembeli,

paling lama 1 (satu) hari kerja setelah Pembeli menunjukkan bukti

pelunasan pembayaran dan menyerahkan bukti setor BPHTB.

BAB V

RISALAH LELANG

Pasal 77

(1) Pejabat Lelang yang melaksanakan lelang wajib membuat berita acara

lelang yang disebut Risalah Lelang.

(2) Risalah Lelang terdiri dari:

a. Bagian Kepala;

b. Bagian Badan; dan

c. Bagian Kaki.

(3) Risalah Lelang dibuat dalam Bahasa Indonesia.

(4) Setiap Risalah Lelang diberi nomor urut.

Pasal 78

Bagian Kepala Risalah Lelang paling kurang memuat:

a. hari, tanggal, dan jam lelang ditulis dengan huruf dan angka;

b. nama lengkap dan tempat kedudukan Pejabat Lelang;

c. nomor/tanggal Surat Keputusan Pengangkatan Pejabat Lelang, dan

nomor/tanggal surat tugas khusus untuk Pejabat Lelang Kelas I;

d. nama lengkap, pekerjaan dan tempat kedudukan/domisili Penjual;

e. nomor/tanggal surat permohonan lelang;

f. tempat pelaksanaan lelang;

g. sifat barang yang dilelang dan alasan barang tersebut dilelang;

Page 110: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

h. dalam hal yang dilelang berupa barang tidak bergerak berupa tanah

atau tanah dan bangunan harus disebutkan:

1) status hak atau surat-surat lain yang menjelaskan bukti

kepemilikan;

2) SKT dari Kantor Pertanahan; dan

3) keterangan lain yang membebani, apabila ada;

i. dalam hal yang dilelang barang bergerak harus disebutkan jumlah,

jenis dan spesifikasi barang;

j. cara Pengumuman Lelang yang telah dilaksanakan oleh Penjual;

k. cara penawaran lelang; dan

i. syarat-syarat lelang.

Pasal 79

Bagian Badan Risalah Lelang paling kurang memuat:

a. banyaknya penawaran lelang yang masuk dan sah;

b. nama/merek/jenis/tipe dan jumlah barang yang dilelang;

c. nama, pekerjaan dan alamat Pembeli atas nama sendiri atau sebagai

kuasa atas nama orang lain;

d. bank kreditor sebagai Pembeli untuk orang atau badan hukum/usaha yang akan ditunjuk namanya, dalam hal bank kreditor sebagai Pembeli

Lelang;

e. harga lelang dengan angka dan huruf; dan

f. daftar barang yang laku terjual maupun yang ditahan disertai dengan

nilai, nama, dan alamat peserta lelang yang menawar tertinggi.

Pasal 80

Bagian Kaki Risalah Lelang paling kurang memuat:

a. banyaknya barang yang ditawarkan/dilelang dengan angka dan huruf;

b. banyaknya barang yang laku/terjual dengan angka dan huruf;

c. jumlah harga barang yang telah terjual dengan angka dan huruf;

d. jumlah harga barang yang ditahan dengan angka dan huruf;

e. banyaknya dokumen/surat-surat yang dilampirkan pada Risalah Lelang

dengan angka dan huruf;

f. jumlah perubahan yang dilakukan (catatan, tambahan, coretan dengan penggantinya) maupun tidak adanya perubahan ditulis dengan angka

dan huruf; dan

Page 111: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

g. tanda tangan Pejabat Lelang dan Penjual/kuasa Penjual, dalam hal lelang barang bergerak atau tanda tangan Pejabat Lelang,

Penjual/kuasa Penjual dan Pembeli/kuasa Pembeli, dalam hal lelang

barang tidak bergerak.

Pasal 81

(1) Pembetulan kesalahan redaksional Risalah Lelang berupa pencoretan,

penambahan dan/atau perubahan, dilakukan sebagai berikut:

a. pencoretan, kesalahan kata, huruf atau angka dilakukan dengan

garis lurus tipis, sehingga yang dicoret dapat dibaca; dan/atau

b. tambahan kata atau kalimat, ditulis di sebelah pinggir kiri dari lembar Risalah Lelang atau ditulis pada bagian bawah dari bagian

kaki Risalah Lelang dengan menunjuk lembar dan garis yang

berhubungan dengan perubahan itu, apabila penulisan di pinggir

kiri dari lembar Risalah Lelang tidak mencukupi.

(2) Jumlah kata, huruf atau angka yang dicoret/ditambahkan diterangkan pada sebelah pinggir lembar Risalah Lelang, begitu pula banyaknya

kata/angka yang ditambahkan.

(3) Perubahan sesudah Risalah Lelang ditutup dan ditandatangani tidak

boleh dilakukan.

Pasal 82

(1) Minuta Risalah Lelang ditandatangani oleh Pejabat Lelang pada saat

penutupan pelaksanaan lelang.

(2) Penandatanganan Risalah Lelang dilakukan oleh:

a. Pejabat Lelang pada setiap lembar di sebelah kanan atas dari

Risalah Lelang, kecuali lembar yang terakhir;

b. Pejabat Lelang dan Penjual/kuasa Penjual pada lembar terakhir

dalam hal lelang barang bergerak; atau

c. Pejabat Lelang, Penjual/kuasa Penjual dan Pembeli/kuasa Pembeli

pada lembar terakhir dalam hal lelang barang tidak bergerak.

(3) Dalam hal Penjual/kuasa Penjual tidak mau menandatangani Risalah Lelang atau tidak hadir sewaktu Risalah Lelang ditutup, Pejabat

Lelang membuat catatan keadaan tersebut pada Bagian Kaki Risalah

Lelang dan menyatakan catatan tersebut sebagai tanda tangan Penjual.

(4) Dalam hal Pejabat Lelang berhalangan tetap, penandatanganan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh Kepala KPKNL

untuk Pejabat Lelang Kelas I dan oleh Pengawas Lelang

(Superintenden) untuk Pejabat Lelang Kelas II.

Pasal 83

(1) Dalam hal terdapat hal-hal penting yang diketahui setelah penutupan

Page 112: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

Risalah Lelang, Pejabat Lelang harus membuat catatan hal-hal tersebut

pada bagian bawah setelah Kaki Minuta Risalah Lelang dan

membubuhi tanggal dan tanda tangan.

(2) Hal-hal penting sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. ada atau tidak ada verzet terhadap hasil lelang;

b. adanya Pembeli wanprestasi;

c. adanya pemberian pengganti Kutipan Risalah Lelang yang hilang

atau rusak;

d. adanya pemberian Grosse Risalah Lelang atas permintaan Pembeli;

e. adanya Penjual yang tidak mau menandatangani Risalah Lelang

atau tidak hadir sewaktu Risalah Lelang ditutup;

f. adanya Pembatalan Risalah Lelang berdasarkan putusan hakim

yang sudah berkekuatan hukum tetap; atau

g. hal-hal lain yang akan ditetapkan oleh Direktur Jenderal.

(3) Dalam hal Pejabat Lelang Kelas I dibebastugaskan, cuti, berhalangan

tetap atau dipindahtugaskan, pencatatan dan penandatanganan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Kepala KPKNL.

(4) Dalam hal Pejabat Lelang Kelas II dibebastugaskan, cuti atau

berhalangan tetap, pencatatan dan penandatanganan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Kepala Kantor Wilayah

setempat selaku Pengawas Lelang (Superintenden).

Pasal 84

(1) Minuta Risalah Lelang dibuat dan diselesaikan paling lama 3 (tiga)

hari kerja setelah pelaksanaan lelang.

(2) Minuta Risalah Lelang yang dibuat oleh Pejabat Lelang Kelas I

disimpan pada KPKNL.

(3) Minuta Risalah Lelang yang dibuat oleh Pejabat Lelang Kelas II

disimpan oleh yang bersangkutan.

(4) Jangka waktu simpan Minuta Risalah Lelang selama 30 (tiga puluh)

tahun sejak pelaksanaan lelang.

Pasal 85

KPKNL atau Pejabat Lelang Kelas II hanya dapat memperlihatkan atau

memberitahukan Minuta Risalah Lelang kepada pihak yang berkepentingan

langsung dengan Risalah Lelang, ahli warisnya atau orang yang memperoleh

hak, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan.

Pasal 86

(1) Pihak yang berkepentingan dapat memperoleh Kutipan/Salinan/Grosse

Page 113: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

yang otentik dari Minuta Risalah Lelang dengan dibebani Bea Materai.

(2) Pihak yang berkepentingan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

meliputi:

a. Pembeli memperoleh Kutipan Risalah Lelang sebagai Akta Jual

Beli untuk kepentingan balik nama atau Grosse Risalah Lelang

sesuai kebutuhan;

b. Penjual memperoleh Salinan Risalah Lelang untuk laporan

pelaksanaan lelang atau Grosse Risalah Lelang sesuai kebutuhan;

c. Pengawas Lelang (Superintenden) memperoleh Salinan Risalah

Lelang untuk laporan pelaksanaan lelang/kepentingan dinas; atau

d. Instansi yang berwenang dalam balik nama kepemilikan hak objek

lelang memperoleh Salinan Risalah Lelang sesuai kebutuhan.

(3) Kutipan/Salinan/Grosse yang otentik dari Minuta Risalah Lelang

ditandatangani, diberikan teraan cap/stempel basah dan diberi tanggal

pengeluaran oleh Kepala KPKNL atau Pejabat Lelang Kelas II yang

bersangkutan.

(4) Kutipan Risalah Lelang untuk lelang tanah atau tanah dan bangunan

ditandatangani oleh Kepala KPKNL/Pejabat Lelang Kelas II setelah

Pembeli menyerahkan bukti pembayaran BPHTB.

(5) Kutipan Risalah Lelang yang hilang atau rusak dapat diterbitkan

pengganti atas permintaan Pembeli.

Pasal 87

(1) Dalam rangka kepentingan proses peradilan, fotokopi Minuta Risalah

Lelang dan/atau surat-surat yang dilekatkan pada Minuta Risalah

Lelang dapat diberikan kepada penyidik, penuntut umum atau hakim,

dengan persetujuan Kepala KPKNL bagi Pejabat Lelang Kelas I atau

Pengawas Lelang (Superintenden) bagi Pejabat Lelang Kelas II.

(2) Pengambilan fotokopi Minuta Risalah Lelang dan/atau surat-surat

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat Berita Acara Penyerahan.

Pasal 88

Ketentuan lebih lanjut mengenai Risalah Lelang diatur dengan Peraturan

Direktur Jenderal.

BAB VI

ADMINISTRASI PERKANTORAN

DAN PELAPORAN

Pasal 89

(1) KPKNL, Balai Lelang dan Kantor Pejabat Lelang Kelas II menyelenggarakan administrasi perkantoran dan membuat laporan

yang berkaitan dengan pelaksanaan lelang.

Page 114: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

(2) Kantor Wilayah dan Kantor Pusat DJKN membuat laporan rekapitulasi

pelaksanaan lelang sesuai jenis lelangnya.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan administrasi perkantoran dan pelaporan pada KPKNL, Balai Lelang dan Kantor

Pejabat Lelang Kelas II sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur

dengan Peraturan Direktur Jenderal.

BAB VII

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 90

Pada saat Peraturan Menteri Keuangan ini berlaku:

a. Permohonan lelang yang telah ditetapkan jadwal pelaksanaan

lelangnya, dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan

Nomor 40/PMK.07/2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang.

b. Sebelum ditetapkannya Peraturan Pemerintah tentang Tarif atas jenis

Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian

Keuangan yang baru, pengenaan tarif Bea Lelang masih berlaku

ketentuan yang lama.

BAB VIII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 91

Pada saat Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 40/PMK.07/2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang

sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 61/PMK.06/2008, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 92

Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku setelah 2 (dua) bulan sejak tanggal pengundangan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri Keuangan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik

Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 23 April 2010

MENTERI KEUANGAN,

SRI MULYANI INDRAWATI

Diundangkan di Jakarta

Page 115: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

pada tanggal 23 April 2010

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA,

PATRIALIS AKBAR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2010 NOMOR 217

Page 116: Konsep Harga Lelang Dalam Perspektif Islam

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama Lengkap : Zumrotul Malikah

Tempat Tanggal Lahir : Demak, 06 Oktober 1989

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Krajan Wonosekar RT.04 RW.03. Kecamatan :

Karangawen, Kabupaten : Demak,

Provinsi : Jawa Tengah

Jenjang Pendidikan

1. TK Tarbiyatul Athfal Lulus Tahun 1995

2. SD Negeri 1 Wonosekar Lulus Tahun 2001

3. MTS Manbaul Ulum Tlogorejo Lulus Tahun 2004

4. MA Tajul Ulum Brabo Lulus Tahun 2007

5. Fakultas Syari'ah IAIN Walisongo Semarang

Demikian daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenarnya untuk dapat

dipergunakan sebagaimana mestinya.

Semarang, 22 Juni 2012

Penulis

Zumrotul Malikah

NIM. 072411091