Upload
others
View
17
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KONSEP HUBBUL WATHAN MINAL IMAN
DALAM PANDANGAN ULAMA NU
DI BANDA ACEH
SKRIPSI
Diajukan Oleh:
LUQMANUL HAKIM
NIM. 150301003
Mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Filsafat
Program Studi: Aqidah dan Filsafat Islam
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
DARUSSALAM-BANDAACEH
2020 M/1441 H
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
Dengan ini saya:
Nama : Luqmanul Hakim
NIM : 150301003
Jenjang : Strata Satu (S1)
Prodi : Aqidah dan Filsafat Islam
Menyatakan bahwa naskah skripsi ini secara keseluruhan adalah
hasil penulisan/karya saya sendiri kecuali pada bagian-bagian yang
dirujuk sumbernya.
Banda Aceh, 20 Februari 2020
Yang menyatakan,
Luqmanul Hakim
NIM. 150301003
iii
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat
UIN Ar-Raniry Sebagai Salah Satu Beban Studi
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S1)
Dalam Ilmu Ushuluddin dan Filsafat
Prodi Aqidah dan Filsafat Islam
Diajukan Oleh
Luqmanul Hakim
NIM. 150301003
Mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Filsafat
Prodi Aqidah dan Filsafat Islam
Disetujui Oleh:
Pembimbing I,
Dr. Samsul Bahri, S.Ag, M.Ag
NIP. 197005061996031003
Pembimbing II,
Zulihafnani, S.TH.,M.A
NIP. 198109262005012011
iv
SKRIPSI
Telah Diuji Oleh Panitia Ujian Munaqasyah Skripsi
Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Ar-Raniry dan Dinyatakan Lulus
Serta Diterima Sebagai Salah Satu Beban Studi Program Strata Satu (S1)
Dalam Ilmu Ushuluddin dan Filsafat
Prodi Aqidah dan Filsafat Islam
Pada Hari/Tanggal : Jum’at, 24 Januari 2020 M
: 27 Dzulhijjah 1441 H
di Darussalam – Banda Aceh
Panitia Sidang Munaqasyah Skripsi
Ketua,
Dr. Samsul Bahri, S.Ag., M.Ag
NIP. 197005061996031003
Sekretaris,
Zulihafnani, S.TH.,M.A
NIP. 198109262005012011
Penguji I,
Drs. Miskahuddin, M.Si
NIP. 196402011994021001
Penguji II,
Happy Saputra, S.Ag., M.Fil.I
NIP. 19780807201101005
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat
UIN Ar-Raniry Darussalam Banda Aceh
Drs. Fuadi, M.Hum
NIP. 19602041995031002
iv
ABSTRAK
Nama/NIM : Luqmanul Hakim/150301003
Judul Skripsi : Konsep Hubbul Wathan Minal Iman dalam
Pandangan Ulama NU di Banda Aceh
Tebal Skripsi : 66 Halaman
Prodi : Aqidah dan Filsafat Islam
Pembimbing 1 : Dr. Samsul Bahri, S.Ag, M.Ag
Pembimbing 2 : Zulihafnani, S.TH., M.A
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman
Ulama NU Kota Banda Aceh terhadap konsep hubbul wathan
minal iman. Agama mengajarkan umat muslim tentang cinta,
seperti yang diketahui bahwa cinta mengandung rasa kasih dan
sayang terhadap sesuatu. Berawal dari rasa kasih dan sayang itulah
akan timbul keinginan untuk memberikan yang terbaik terhadap
apa yang dicintai. Adapun yang menjadi masalah dalam skripsi ini
adalah bagaimana pemahaman Ulama NU Kota Banda Aceh
terhadap konsep hubbul wathan minal iman.
Metode yang diajukan dalam penelitian ini adalah penelitian
lapangan yang bersifat kualitatif. Penelitian ini terjun langsung
pada objek yang ingin diteliti, serta mengumpulkan data dan
informasi yang terdapat di lapangan saat melakukan penelitian dan
menganalisis.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa NU kota
Banda Aceh memahami konsep hubbul wathan minal iman
sebagaimana yang dicetuskan oleh K.H Hasyim Asy’ari. Hanya
saja konsep tersebut tidak terlalu familiar di kalangan masyarakat
Kota Banda Aceh dikarenakan masih kurangnya sosialisasi dari NU
Kota Banda Aceh. Belum ada acara atau program khusus yang
dilaksanakan terkait konsep tersebut untuk memberikan
pemahaman kepada masyarakat Kota Banda Aceh. Namun dengan
pemberian pemahaman konsep tersebut kepada masyarakat,
diharapkan mampu membuat masyarakat lebih memahami konsep
hubbul wathan minal iman. Sehingga masyarakat lebih menghargai
antar sesama, mencintai perbedaan, keberagaman dan makin
bertambahnya kecintaan tehadap tanah air mereka sendiri.
Adapun implementasi konsep hubbul wathan di era
kontemporer seperti saat ini tidak lagi dalam bentuk resolusi
v
jihadatau peperangan karena kondisi negara kita saat ini tidak
dalam keadaan dijajah tetapi lebih kepada melawan paham-paham
radikalisme yang muncul di tengah-tengah kita hari ini dan
memberikan pemahaman kepada masyarakat khususnya
masyarakat Kota Banda Aceh itu sendiri dan masyarakat luas pada
umumnya tentang pentingnya cinta tanah air dengan cara
mensosialisasikan kepada masyarakat dan menjadi pelaku hubbul
wathan dalam bentuk bergotong-royong, membantu sesama dan
menjaga kebersihan karena itu juga bentuk dari konsep hubbul
wathan.
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas berkah
dan rahmat hidayah-Nya yang senantiasa dilimpahkan kepada
penulis, sehingga bisa menyelesaikan skripsi dengan judul “Konsep
Hubbul Wathan Minal Iman dalam Pandangan Ulama NU di Banda
Aceh” ini dapat diselesaikan guna memenuhi salah satu persyaratan
dalam menyelesaikan pendidikan pada Prodi Aqidah dan Filsafat
Islam di Fakultas Ushuluddin dan Filsafat.
Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini, tentunya
banyak hambatan serta rintangan baik dari segi penulisan, penataan
bahasa dan lain sebagainya yang penulis hadapi. Namun pada
akhirnya dapat dilalui berkat adanya bimbingan, arahan, bantuan
saran, dorongan dan semangat dari berbagai pihak. Maka kesulitan
yang dihadapi tersebut akhirnya dapat diatasi dengan baik. Oleh
karena itu peneliti ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada Bapak Dr. Samsul Bahri, S.Ag, M.Ag, selaku
pembimbing pertama dan Ibu Zulihafnani, S.TH., M.A. selaku
pembimbing kedua, yang telah memberi bimbingan arahan kepada
penulis. Semoga kebaikan keduanya dibalas oleh Allah.
Selanjutnya, ucapan terimakasih juga penulis haturkan kepada
karyawan/karyawati Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Ar-
Raniry yang telah memberikan bantuan untuk kepentingan belajar
di UIN Ar-Raniry dan melayani peneliti serta membantu dalam
kelancaran proses penyusunan skripsi ini.
Peneliti juga ingin mengucapkan terima kasih kepada
Pengurus Organisasi Pengurus Cabang Nahdhatul Ulama (PCNU)
Kota Banda Aceh yang telah banyak membantu demi kelancaran
penyusunan skripsi ini. Skripsi ini penulis persembahkan kepada
kedua orang tua yaitu ayahanda Drs. Jamaluddin Yusuf dan ibunda
Nafsiah (almarhumah). Terima kasih telah menjadi penyemangat
yang luar biasa bagi penulis dalam mengiringi perjalanan hidup ini
dengan dibarengi alunan doa yang tiada henti dari mereka berdua
agar penulis sukses dalam menggapai cita-cita. Kemudian ucapan
vii
terimakasih kepada sahabat saya, Akmal Suryadi dan Teuku
Multazami, atas dorongan doa, nasihat, motivasi, dan pengorbanan
materilnya sangat membantu penulis dalam penyelesaian skripsi
ini. Dan terima kasih juga kepada teman-teman seperjuangan
saya,Yulia Herimawar, Ibnu Katsir, Muhammad Afdhal, Siddik
Fahmi, Awalul Iksan, Nova Ratna Sari, Junaida Syarifna, Intan
Halimah, Ayu Yuwita dan seluruh kawan-kawan Prodi Aqidah dan
Filsafat Islammulai dari Angkatan 2019 sampai tahun 2014, yang
telah memberikan semangat, motivasi, dan memberikan saran
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, semoga Allah
SWT membalas kebaikan mereka.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna, dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan
yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
segala bentuk saran, masukan, dan kritikan yang membangun dari
berbagai pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang
membacanya.
Banda Aceh, 20 Februari 2020
Penulis,
Luqmanul Hakim
NIM. 150301003
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................ i
PERNYATAAN KEASLIAN ................................................... ii
LEMBARAN PENGESAHAN ................................................ iii
ABSTRAK ................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ............................................................... vi
DAFTAR ISI .............................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................... 1
B. Fokus Penelitian ....................................................... 3
C. Rumusan Masalah .................................................... 3
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................. 4
BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN
A. Kajian Pustaka .......................................................... 5
B. Kerangka Teori ......................................................... 9
C. Definisi Operasional ................................................. 25
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian ............................................... 29
B. Sumber Data Penelitian ............................................ 31
C. Teknik Pengumpulan Data ....................................... 32
D. Teknik Analisis Data ................................................ 34
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................ 36
B. Organisasi Nahdatul Ulama (NU) ............................ 37
C. Hasil Penelitian ......................................................... 38
D. Analisis Data ............................................................ 57
ix
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................... 60
B. Saran ......................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA ................................................................ 62
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 : Gambar Denah Kantor PCNU Kota Banda
Aceh
Gambar 4.2 : Lambang Nahdlatul Ulama
Gambar 1.1 : Wawancara dengan Ketua PCNU Kota
Banda Aceh
Gambar 1.2 : Wawancara dengan Sekretaris PCNU Kota
Banda Aceh
Gambar 1.3 : Wawancara dengan Anggota PCNU Kota
Banda Aceh
Gambar 1.4 : Wawancara dengan Pemuda Anshor NU
Kota Banda Aceh
Gambar 1.5 : Wawancara dengan Anggota NU Kota
Banda Aceh
Gambar 1.6 : Foto Peserta Acara Pelantikan NU Kota
Banda Aceh
Gambar 1.7 : Foto Peserta Acara Pelantikan Majelis Wakil
Cabang (MWC) NU Se-Kota Banda Aceh
dan Konferensi Cabang XIII Nahdhatul Ulama
(KONFERCAB 8 NU) Kota Banda Aceh
Gambar 1.8 : Foto Bersama Peserta dan Pengurus Baru
Nahdhatul Ulama (NU)
Gambar 1.9 : Foto Bersama Petinggi NU Kota Banda
Aceh dan Ketua MPU Aceh
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Keputusan Pengangkatan Pembimbing
Skripsi
Lampiran 2 : Surat Pengantar Penelitian dari Fakultas
Ushuluddin dan Filsafat
Lampiran 3 : Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
dari Kantor NU Kota Banda Aceh
Lampiran 4 : Pertanyaan Wawancara
Lampiran 5 : Struktur PBNU (Pengurus Besar Nahdhatul
Ulama) dan PCNU (Pengurus Cabang
Nahdhatul Ulama)
Lampiran 6 : Dokumentasi Penelitian Acara Pelantikan
Lampiran 7 : Daftar Riwayat Hidup
1
BAB l
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Agama Islam mengajarkan umat muslim tentang cinta.
Sebagimana yang telah diketahui cinta mengandung rasa kasih dan
sayang terhadap sesuatu. Berawal dari rasa kasih dan sayang itulah
kemudian akan timbul keinginan untuk memberikan yang terbaik
terhadap apa yang dicintai, baik itu untuk diri sendiri atau untuk
orang lain sehingga muncul interpretasi dalam bentuk tingkah laku
dari dalam diri untuk merawat, memelihara dan melindunginya dari
segala bahaya yang akan mengancam. Begitu juga dengan cinta
terhadap tanah air, dengan cinta kepada tanah air berarti rela
berkorban untuk tanah air dan membelanya dari ancaman apapun.
Para pahlawan terdahulu telah membuktikan cintanya kepada tanah
air dengan cara mengusir penjajah dan berani mengorbankan
nyawanya demi membela tanah air.
Sebagai warga Negara Indonesia, orang Indonesia harus
memiliki rasa cinta terhadap tanah air dan mewujudkan kecintaan
itu dalam kehidupan sehari-hari. Kecintaan sebagai warga negara
dapat diwujudkan dengan cara menjaga tali persaudaraan antar
sesama warga negara dengan menciptakan suasana yang aman dan
tentram dalam kehidupan bermasyarakat dan menghargai
perbedaan satu sama lain.
Semua negara dan bangsa membutuhkan nasionalisme
sebagai alat pemersatu bangsa, terutama Negara Indonesia yang
multi etnis, multi agama, multi bahasa dengan jumlah penduduk
250 juta jiwa, sehingga sikap cinta tanah air sangat penting untuk
ditanamkan dalam diri setiap individu Warga Negara Indonesia.
Berbicara tentang sikap cinta tanah air, Presiden Pertama
Republik Indonesia, Soekarno pernah mengatakan, “nasionalisme
merupakan salah satu alat perekat kohesi sosial untuk
mempertahankan eksistensi negara dan bangsa”. Dalam pidato
tanggal 1 Juni 1945, Soekarno menempatkan “nasionalisme” (cinta
2
tanah air) di urutan nomor satu dari deretan lima poin pancasila
karena beliau menyadari bahwa Indonesia merupakan satu bangsa,
maka masyarakat yang sedemikian beranekaragam yang hidup di
kepulauan Nusantara antara Asia dan Australia, bisa menjadi satu
kesatuan dalam Negara Indonesia. Nasionalisme bagi Bung Karno
adalah cinta sepenuh hati kepada Indonesia dan rasa bangga bahwa
“kita orang Indonesia”, maksudnya yaitu suatu rasa persatuan di
antara orang-orang yang sedemikian berbeda, yang terbangun
dalam sebuah sejarah penderitaan karena penjajahan dan
perjuangan pembebasan bersama selama ratusan tahun.
Oleh karena demikian, apa yang dikemukakan oleh
Soekarno di atas menunjukkan betapa pentingnya nasionalisme
yang harus tertanam dalam jiwa dan diri setiap warga Negara
Indonesia. Mengingat kehidupan di zaman seperti sekarang ini,
banyak sekali di kalangan masyarakat Indonesia betapa jiwa
nasionalisme dalam jiwa mereka kian hari semakin luntur dan
memudar. Hal ini diakibatkan oleh derasnya dampak negatif dari
arus globalisasi di era millenial dan kontemporer seperti saat ini.
Di Indonesia terdapat organisasi Islam, salah satunya yaitu
Nahdlatul Ulama (NU) yang didirikan dengan tujuan untuk
membumikan ajaran Islam menurut paham ahlus sunnah wal
jamaah dan menganut salah satu mazhab dari empat mazhab di
dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Diantaranya yaitu di bidang Tauhid yang menganut
pemikiran Imam Abu Hasan Al-Asy’ari dan Abu Mansur Al-
Maturidi, sedangkan dalam bidang ilmu fiqih menganut Imam
Madzhab yang empat (Hanafi, Maliki, Syafi’i, Hambali), serta
dalam bidang tasawuf mengikuti Imam Al Ghazali dan Imam
Junaid Al-Baghdadi.1
NU mempunyai suatu pandangan kebangsaan yaitu hubbul
wathan minal iman sebagai slogan bahwa cinta tanah air sebagian
dari iman yang merupakan fatwa dan jargon dari KH. Hasyim
1Said Aqil Siradj, Ahlussunnah wal Jama’ah; Sebuah Kritik Historis,
(Jakarta: Pustaka Cendikia Muda, 2008), hlm. 5.
3
Asy’ari selaku pendiri NU.2 Hubbul wathan minal iman merupakan
keyakinan yang teguh di dalam hati tentang pentingnya bangsa
yang mandiri, berdikari, berdaulat, adil, dan makmur sebagaimana
yang dicita-citakan dan berada dalam suatu wadah yang bernama
Indonesia.
Penulis menemukan permasalahan yang terjadi di lapangan
tempat penelitian terkait konsep Hubbul Wathan Minal Iman dalam
Pandangan Ulama NU di Banda Aceh yaitu adanya berbagai
macam penafsiran makna tentang Hubbul Wathan Minal Iman,
khususnya pandangan yang dikemukakan oleh ulama Pengurus
Cabang Nadhlatul Ulama Kota Banda Aceh. Sehingga dalam
penerapan konsep tersebut, masih banyak ditemukan
ketidaksesuaian antara konsep (teori) dengan praktik dalam
kehidupan sehari-hari masyarakat Kota Banda Aceh. Oleh karena
itu, penulis tertarik untuk membuat penelitian dengan
judul“Konsep Hubbul Wathan Minal Iman dalam Pandangan
Ulama NU di Banda Aceh.”
B. Fokus Penelitian
Penelitian ini menjadikan konsep hubbul wathan minal
iman sebagai fokus utama. Dalam pemahamannya, konsep ini
adalah sebuah konsep nasionalisme yang dikonsepkan ulama NU
sebagai marwah nasionalisme untuk membangkitkan spirit
nasionalisme dalam melawan penjajah. Namun dalam penelitian
ini, penulis mengambil fokus bagaimana perspektif ulama NU Kota
Banda Aceh dalam memahami makna konsep hubbul wathan minal
iman.
C. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah peneliti jabarkan dalam bentuk
pertanyaan sebagai berikut:
2NU Online, 2016, Kiai Said: Cinta Tanah Air Penjaga Bangsa dari
Perpecahan, https://www.nu.or.id/post/read/68797/kiai-said-cinta-tanah-air-
penjaga-bangsa-dari-perpecahan (diakses pada tanggal 10/12/2019).
4
1. Bagaimana pemahaman ulama NU Kota Banda Aceh terhadap
konsep hubbul wathan minal iman sebagaimana yang telah
dicetuskan oleh pendiri NU?
2. Bagaimana konsep hubbul wathan minal iman dapat
diimplementasikan di era kontemporer ini?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui pemahaman ulama NU Kota Banda Aceh
terhadap konsep hubbul wathan minal iman.
b. Untuk mengetahui implementasi konsep hubbul wathan minal
iman di era kontemporer ini.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat
sebagai berikut:
a. Secara akademik penelitian ini diharapkan bisa memberikan
landasan para civitas akademika untuk proses transformasi
sosial melalui pendidikan di Indonesia.
b. Secara praktis penelitian ini diharapkan mampu memberikan
pengembangan wacana konsep hubbul wathan minal iman
dalam dunia pendidikan dan dapat dijadikan sebagai referensi
sehingga dapat dibaca oleh siapa saja yang berminat untuk
mengetahui konsep hubbul wathan minal iman.
5
BAB II
KAJIAN KEPUSTAKAAN
A. Kajian Pustaka
Pembahasan yang ditulis oleh Nur Rofiq dalam jurnalnya
mengenai Telaah Konseptual Implementasi Slogan Hubbul Wathan
Minal Iman K.H. Hasyim Asy‟ari Dalam Pendidikan Karakter
Cinta Tanah Air. Jurnal tersebut menjelaskan tentang pendidikan
karakter cinta tanah air yang merupakan sebuah usaha membentuk
kepribadian seseorang secara sadar yang dilakukan sejak dini.
Usaha yang dilakukan tersebut mengandung komponen
pengetahuan, kesadaran individu, tekat, serta adanya kemauan dan
tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai,baik terhadap Tuhan yang
Maha Esa, diri sendiri, lingkungan, maupun bangsa sehingga akan
terwujud insan kamil dengan dilandasi rasa bangga terhadap bangsa
dalam bahasa, budaya, sosial, politik serta ekonomi sehingga rela
berkorban untuk mempertahankan bangsa secara sadar tanpa ada
paksaan dari siapapun itu.1
Ita Mutiara Dewi juga membahas dalam sebuah jurnal
dengan judul Nasionalisme dan Kebangkitan dalam Teropong.
Jurnal ini menjelaskan tentangnasionalisme sebagai kekuatan
pembangkit bangsa khususnya Indonesiasering dengan peringatan
100 tahun kebangkitan nasional pada 20 Mei dianggap sebagai hari
kebangkitan nasional ternyata mendapat kritik.
Sebenarnya momen kebangkitan nasional tidaklah tepat
dilekatkan pada lahirnya Boedi Oetomo sebagai gerakan kooperatif
kepada Belanda, justru Syarikat Islam yang menunjukkan indikasi
kebangkitan nasional sebagai gerakan non-kooperatif terhadap
belanda dengan anggota sebagai kalangan disuatu wilayah yang
1Nur Rofiq, “Tela‟ah Konseptual Implementasi Slogan Hubb al-Wathan
Min al-Iman KH. Hasyim Asy‟ari Dalam Pendidikan Karakter Cinta Tanah Air”,
dalam Jurnal Keluarga Sehat Sejahtera Vol. 16, (2018), hlm. 50.
6
disebut nusantara dengan anggaran dasar bahasa Melayu yang
merupakan bibit awal bahasa Indonesia.2
Dalam jurnal yang di tulis oleh Asmaul Husna, Febriyanti
tentang Sikap Keagamaan Moderat Nahdatul Ulama (NU) dan
Komitmennya dalam Mempertahankan Empat Pilar. Jurnal ini
menjelaskan tentang Bangunan Negara-negara (Nation State)
membutuhkan pilar yang merupakan tiang penyangga agar rakyat
yang mendiami merasakan keamanan, kenyamanan dan
kesejahtraan. Pilar bagi suatu bangsa-bangsa berupa sistem
keyakinan atau belief system atau philoshophisce grondslag, yang
berisi konsep, prinsip-prinsip dan nilai yang dianut oleh rakyat
bangsa-bangsa dan diyakini memiliki kekuatan untuk di
pergunakan sebagai landasan dalam kehidupan, bermasyarakat dan
bernegara.
Nahdatul Ulama (NU) merupakan ormas terbesar
diIndonesia bahkan di dunia, yang mewakili tradisi paham
keagamaan sunni. Sejak didirikan tahun1926, NU telah terlibat
secara aktif dalam mengontrol negara dan melakukan berbagai
terobosan untuk menjaga empat pilar kebangsaan yaitu pancasila,
UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika dan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI).
Adapun modal kultural NU dalam kancah politik nasional
tidak terlepas dari prinsip-prinsip perjuangan NU yang tasammuh
(toleran), tawasuth (moderat), tawazun (serasi dan seimbang), dan
ta‟adul (adil). Modal inilah yang kemudian bisa menjembatani
hubungan antara NU dengan masyarakat luas, sehingga bisa
diterima tidak hanya oleh umat Islam, tetapi juga oleh umat agama
lain.3
2Ita Mutiara Dewi, “Nasionalisme dan Kebangkitan dalam Teropong”,
dalam Jurnal Mozaik Vol. 3 No. 3, (2018), hlm. 2. 3Asmaul Husna, Febriyanti, “Sikap Keagamaan Moderat Nahdlatul
Ulama (NU) dan Komitmen dalam Mempertahankan Empat Pilar Kebangsaan,
dalam Jurnal Penguatan Spirit Kebangsaan di Tengah Tarikan Primordialisme
dan Globalisme Vol. 1, No. 1, (2017), hlm. 15.
7
Jurnal yang ditulis oleh Rochanah tentang Menumbuhkan
Sikap Hubbul Wathon Mahasiswa STAIN Kudus Melalui Pelatihan
Bela Negara, menjelaskan tentang menjaga dan keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia, maka rakyat Indonesia harus
memiliki pemahaman yang sama bahwa mereka harus bersatu
padu, bergandengan tangan, saling merangkul, saling bahu
membahu serta saling membantu satu sama lain. Ibarat peribahasa
yang berbunyi bahwa “bersatu kita teguh bercerai kita runtuh”,4
mengingat begitu pentingnya bagi suatu warga negara untuk
menjaga keutuhan negara maka sangat diperlukan adanya rasa
kecintaan terhadap keutuhan negara.
Menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa terhadap
berbagai ancaman, maka diperlukan ketahanan nasional yang
tangguh. Ketahanan nasional merupakan kondisi dinamis suatu
bangsa Indonesia yang berisi kekuatan dan ketangguhan yang
mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional.
Didalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman,
hambatan serta gangguan baik yang datang dari luar,maupun yang
datang dari dalam, yang langsung maupun yang tidak langsung
membahayakan integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa
dan Negara Indonesia yang berdasarkan pancasila serta perjuangan
mengejar tujuan perjuangan nasional Indonesia.5
K.H. A. Mutamakin telah melapori sebuah pendekatan baru
dalam hubungan antar Islam dan kekuasaan negara pada abad ke 18
masehi, yang memerlukan penelitian mendalam, untuk memahami
strategi perjuangan Islam di masa lampau, saat ini maupun masa
depan. Tilikan mendalam ini diperlukan guna memungkinkan
4https://www.id.m.wikiquote.org/wiki/bersatu_kita_teguh_bercerai_kita
_runtuh 5Trisnowaty Tuahunse, “Hubungan Antara Pemahaman Sejarah
Pergerakan Nasional Indonesia Dengan Sikap Terhadap Bela Negara”, dalam
Jurnal KependidikanNo. 2, (2009), hlm. 23.
8
untuk menemukan strategi perjuangan Islam yang tepat di negara
ini.6
Buku yang ditulis oleh Lukman Hakim Saifuddin tentang
Riwayat Hidup dan Perjuangan Prof. K.H. Saifuddin Zuhri Ulama
Perjuangan Kemerdekaan. Buku ini menjelaskan Pahlawan adalah
orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya
dalam membela kebenaran. Pahlawan juga bisa diartikan sebagai
pejuang yang gagah berani. Secara legal formal UU No. 20 Tahun
2009 tentang gelar, tanda jasa, dan tanda kehormatan. Pahlawan
nasional adalah gelar yang diberikan kepada Warga Negara
Indonesiauntuk seorang yang berjuang melawan penjajah di
wilayah yang sekarang menjadi wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) yang gugur atau meninggal dunia demi membela
bangsa dan negara, atau yang semasa hidupnya melakukan tindak
kepahlawanan atau menghasilkan prestasi dan karya yang luar
biasa bagi pembangunan kemajuan bangsa dan negara Republik
Indonesia (RI).7
Jurnal yang ditulis oleh Lina Yulianti tentang Upaya
Penanaman Rasa Cinta Tanah Air pada Para Santri di Pesantren
Majma‟al Bahrain Shiddiqiyyah Kabupaten JombangJurnal ini
menjelaskan tentang Pesantren Majma‟al Bahrain Shiddiqiyyah.
Pesantren ini juga dikenal sebagai pesantren cinta tanah air dengan
selogan “hubbul wathan minal iman” yang artinya cinta tanah air
sebagian dari iman. Cinta tanah air adalah perasaan bangga dan
setia menjadi bangsa Indonesia serta mempunyai sikap rela
berkorban demi bangsa dan negara Indonesia dari segala ancaman
yang ada. Hal ini selaras dengan pernyataan Mahbubi yang
menyatakan bahwa cinta tanah air adalah cara berfikir,bersikap dan
berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan
6Abdurrahman Wahid, Islamku Islam Anda Islam Kita, (Jakarta:
Democracy Project, 2011), hlm. 38-39. 7Lukman Hakim Saifuddin, dkk. Riwayat Hidup dan Perjuangan Prof.
KH. Saifuddin Zuhri Ulama Pejuang Kemerdekaan. (Jakarta: Yayasan Saifuddin
Zuhri, 2013), hlm. 3.
9
yang tinggi terhadap bahasalingkungan fisik, sosial, kultur,
ekonomi dan politik bangsanya.
Ajaran cinta tanah air yang ada di Pesantren Majma‟al
Bahrain Shiddiqiyyah antara lain menghormati perjuangan sesepuh,
menghormati dan menghargai sesama manusia, menjaga dan
mencintai lingkungan sekitar dan menuntut ilmu setinggi
mungkin.8
Berdasarkan kajian di atas, belum pernah ada yang meneliti
tentang konsep Hubbul Wathan Minal Iman dalam pandangan
Ulama NU di Kota Banda Aceh.
B. Kerangka Teori
1. Pengertian Nasionalisme
Nasionalisme tidak lepas dari unsur konsep nation,
nasional, dan isme. Ketiga unsur ini memiliki arti yang berbeda,
yang sama berbeda dengan definisi nasionalisme. Nation berarti
kumpulan penduduk dari suatu provinsi, suatu negeri atau suatu
kerajaan. Ada pula yang mengartikan suatu negara atau badan
politik yang mengakui suatu pusat pemerintahan bersama dan juga
wilayah yang dikuasai oleh negara tersebut serta penduduk yang
ada di dalamnya, atau lebih mudahnya dikatakan sebagai bangsa.9
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), Nasional
berarti bersifat kebangsaan, berkenaan/berasal dari bangsa sendiri
meliputi suatu bangsa. Nasionalisme lebih merupakan paham
meskipun memiliki akhiran isme. Hal ini pun diakui dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia bahwa nasionalisme bermakna paham
(ajaran) untuk mencintai bangsa dan negara sendiri.
Dalam Ensiklopedia nasional Indonesia, nasionalisme
diartikan sebagai paham kebangsaan yang tumbuh karena adanya
persamaan nasib dan sejarah serta kepentingan untuk hidup
8Lina Yuliatin, “Upaya Penanaman Rasa Cinta Tanah Air pada Para
Santri di Pesantren Majma‟al Bahrain Shiddikiyyah Kabupaten Jombang”.Vol.
2 No.1, (2013), hlm. 10. 9Ita Mutiara Dewi, Nasionalisme dan Kebangkitan dalam Teropong.
Mozaik Vol. 3 No. 3, Juli 2008.
10
bersama sebagai suatu bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat,
demokratis dan maju di dalam suatu kesatuan bangsa dan negara
serta cita-cita bersama guna mencapai memelihara dan
mengabadikan identitas persatuan kemakmuran dan kekuatan atau
kekuasaan negara bangsa yang bersangkutan.10
Nasionalisme di Indonesia muncul sebagai antitesa dari
praktik kolonialisme yang merendahkan martabat kemanusiaan.
Kolonialisme selalu menjalankan politik diskriminasi ras dan
warna kulit dimanapun. Hal itu kemudian memicu semangat
Pemuda Indonesia karena mereka enggan jika bangsanya hidup
dalam kehinaan yang berada pada lapisan paling bawah ada sebuah
negara kolonial.
Walaupun berasal dari daerah yang berbeda tetapi mereka
memiliki rasa senasib sepenanggungan untuk mengatasi bersama
penjajahan, kapitalisme, dekadensi moral, penetrasi budaya, dan
kemiskinan rakyat Indonesia. Hal itu kemudian memicu mereka
untuk membentuk perkumpulan yang selanjutnya menjadi
organisasi pergerakan nasional.Mereka berusaha menanamkan
pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa, menanamkan rasa
nasionalisme, menanamkan semangat untuk memprioritaskan
segalanya demi kepentingan bangsa daripada kepentingan pribadi
dan terbentuklah jiwa nasionalisme warga Indonesia.11
Sartono Kartodirjo menyatakan bahwa nasionalisme dalam
negara kebangsaan dijiwai oleh lima prinsip nasionalismeyaitu:
1. Kesatuan (dalam wilayah, bangsa, bahasa, ideologi,
pemerintahan)
2. Kebebasan (dalam beragama, berbicara dan berpendapat,
berkelompok, dan berorganisasi)
3. Kesamaan (dalam hukum dan kewajiban)
10
Hamka Haq, Islam Rahmah Untuk Bangsa, (Jakarta: RMBOOKS,
2009), hlm. 21. 11
Asrhawi Muin, “Nilai Nasionalisme Dalam Film Tanah Surga
Katanya (Analisis Semiotika)”, (Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Hasanudin Makasar, 2015), hlm. 46-49.
11
4. Kepribadian dan identitas (memiliki harga diri, rasa bangga,
rasa sayang terhadap kepribadian dan identitas bangsanya yang
tumbuh dari dan sesuai dengan sejarah dan kebudayaan)
5. Prestasi (cita-cita untuk mewujudkan kesejahteraan
bangsanya)12
Jadi pada intinya jiwa nasionalisme dapat diartikan sebagai
sikap yang tertanam dalam tubuh untuk mempertahankan harga diri
dan kehormatan bangsa, sehingga akan muncul perasaan satu
sebagai suatu bangsa, satu dengan seluruh warga yang ada dalam
masyarakat.
Ada beberapa indikator yang dapat diketahui pada diri
seseorang mengenai jiwa nasionalisme sebagai berikut:13
1) Bangga sebagai warga negara
2) Cinta Tanah air
3) Rela berkorban demi bangsa
4) Menerima kemajemukan
5) Bangga dengan budaya
6) Menghargai jasa pahlawan
7) Mengutamakan kepentingan umum
2. Nasionalisme Dalam Pandangan Islam
Nasionalisme atau paham kebangsaan sebagai asas
pergerakan atau perjuangan pada umumnya sering ditandai dengan
sekularisme, aktif, dan agresif memalingkan muka dari agama dan
Wahyu dalam kehidupan kenegaraan dan kemasyarakatan inilah
yangbertentangan dengan Islam. Dalam Islam, negara dan negeri
adalah anugerah nikmat dari Allah SWT. Setiap nikmat harus
disyukuri. Syukur artinya menggunakan nikmat tertentu sesuai
dengan fungsinya seperti yang dikehendaki oleh pemberinya.
Bentuk syukur terhadap nikmat negara dan negeri ialah sebagai
berikut:
12
Sartono Kartodirjo, Model Evaluasi Pembelajaran Sejarah,
(Yogyakarta: Ombak, 2011), hlm. 41. 13
Sartono Kartodirjo, Model Evaluasi ..., hlm. 141.
12
1. Menjaga, memelihara, serta membela negara terhadap
penjajahan bangsa lain, terhadap penjajahan bangsa sendiri,
dan terhadap penjajahan umat Islam.
2. Menggunakan negara dan negeri ini sesuai dengan kehendak
Allah yang telah berkenan memberikannya.14
Berdasarkan penjelasan diatas, maka nasionalisme juga
masih bagian dari ajaran Islam, sebagai bentuk rasa syukur
terhadap negaranya dalam bentuk semangat membela negaranya
dari penjajahan, penjajahan dalam bentuk fisik atau perang,
penjajahan budaya, dan lain sebagainya.
Jadi, berdasarkan pada berbagai pemaparan di atas jelas
bahwa nasionalisme dalam pandangan Islam lebih bermakna
sebagai wihdah wathoniyah (persatuan bangsa dalam satu tanah air)
dan sejalan dengan hubbul wathan minal iman (cinta tanah air
adalah bagian dari iman).
3. Nasionalisme dan Sikap Anti Penjajahan
Urusan mencintai negara (hubbal wathan) adalah bagian
yang paling penting esensial dari kampanye nasionalisme.
Nasionalisme tidak sekedar menjadi pembicaraan dan ideologi,
Warga Negara Indonesiasudah pasti berkewarganegaraan Indonesia
jika lahir di negara ini, dan kedua orangtua berkewarganegaraan
lazim disebut ius soli. Sementara yang mengikuti keturunan asal
orang tua, meski tidak lahir di negeri asalnya, disebut ius saguinis.
Fenomena yang terjadi saat ini, sebenarnya menunjukkan
kalau mencintai negara itu punya andil besar dalam menjaga
keberlangsungan kehidupan dan pelaksanaan ajaran agama yang
didasari oleh keimanan.Pelajaran dari tokoh bangsa ketika
menjadikan ungkapan ini (boleh jadi diyakini sebagai hadits)
adalah sarana meningkatkan semangat juang yang rakyat harus
teladani dan ambil semangatnya pada hari ini.
14
Endang Saifudin Anshari, Wawasan Islam: Pokok-pokok Pikiran
Tentang Paradigma dan Sistem Islam, (Jakarta: Gema Insani, 2004), hlm. 177-
178.
13
Memakmurkan dan mengelola muka bumi ini (termasuk
kampung halaman) adalah sebagian dari ajaran Islam, yaitu
mensyukuri pemberian nikmat hidup di dunia, dengan bekerja
mencari nafkah yang halal meskipun tanah air tidak hanya
berbicara soal tanah kelahiranatau kampung. Mula Al-Qari
misalnya menambahkan kalau hubbul wathan juga memiliki
tafsiran makna akhirat karena semua akan kembali ke “kampung
akhirat”, maka pantaslah kalau merindukannya.15
Sekarang ini, banyak negara telah jatuh dari kebangkitan
termasuk yang dialami oleh Indonesia. Indonesia dianggap telah
memperingati 100 tahun kebangkitanya. Namun yang terjadi
hingga sekarang adalah keterpurukan dalam berbagai bidang.
Nasionalisme seringkali diharapkan sebagai energi yang dapat
membangkitkan sesuatu bangsa, masyarakat dan negara agar
negara tersebut dapat mengetahui potensi kekuatan nasionalnya
untuk dikembangkan menuju cita-cita yang diharapkan yaitu
masyarakat yang aman, damai, adil, makmur dan sentosa.16
Menurut Steven Rosen, konflik nasionalis dan etnis
meliputi sekitar 70% kasus, sementara konflik kelas dan konflik-
konflik lainya membagi rata angka sisanya. Nasionalisme dianggap
sebagai faktor penyebab perang yang paling utama. Mata rantai
utama antara nasionalisme dan perang adalah bangkitnya identitas
sebagai penduduk yang pembagian geografis menyimpang dari
garis batas internasional, sehingga terjadi tuntutan teritorial dan
politik militan yang diorganisir atas dasar prinsip-prinsip identitas
etnik, bangsa, dan kelompok rasial.17
Setiap individu atau orang yang ingin maju dalam
mengembangkan diri dan kemampuannya sertausahanya, hampir
dapat dipastikan semua mengalami tantangan dan rintangan.
Rintangan dan tantangan datangnya bisa beberapa kali tapi
15
Yunal Isra, Fikih Nasionalisme, (Banten: Yayasan Pengkajian Hadis
el-Bukhari Institute), 2018, hlm. 26-29. 16
Ita Mutiara Dewi, “Nasionalisme dan Kebangkitan dalam Teropong”,
hlm. 9. 17
Ita Mutiara Dewi, “Nasionalisme dan Kebangkitan..., hlm. 11.
14
mungkin juga datangnya bisa bertubi-tubi, itulah namanya resiko
yang harus dihadapi bila ingin maju dan berkembang, hanya
mereka yang sabar, tabah, kuat dantidak akan mundur selangkah
pun dalam menghadapi tantangan dan rintangan yang demikian.
Kalau namanya sudah melangkah, sudah harus siap, mental dan
fisik menghadapi situasi buruk seperti itu tantangan dan rintangan
tentu tidak mungkin untuk dihindari bila ingin maju. Oleh karena
itu harus tetap siap menghadapinya dan apapun resikonya. Semakin
besar tantangan dan rintangan dihadapi, maka makin teruji individu
yang banyak mengalami pahit getirnya tantangan dan rintangan
dalam hidupnya biasanya lebih dewasa cara berfikir, bertindak
dalam mengendalikan dirinya. Orang-orang yang berperilaku
seperti demikian makin kuat dalam menghadapi tantangan dan
rintangan, sebaliknya mereka yang selalu menghindar dari
tantangan dan rintangan bisa jadi manusia manusia kerdil jiwanya.
Mereka yang memiliki semangat juang antara lain didorong
oleh rasa cinta yang bergelora dalam lubuk jiwanya yang tidak
kunjung padam. Bahkan kalau sudah rasa cinta yang berbicara
dalam hal memperjuangkan suatu cita-cita biasanya apapun siap di
korbankan, termasuk dalam hal ini adalah rasa cinta terhadap tanah
air. Bagaimana sosok jenderal besar sudirman juga termasuk yang
berjuang karena didorong oleh rasa cinta terhadap tanah air
Indonesia. Oleh karena itu, walaupun dalam kondisi sakit yang
cukup berat beliau tetap berjuang tanpa lelah dan rasa takut
sedikitpun, juga tidak takut dengan penyakit yang dideritanya.
Penyakit yang dialaminya kurang dirasakan karena adanya rasa
cinta kepada bangsa dan negara.
Demikian pula halnya dengan Soekarno sebelum beliau
menjadi presiden Republik Indonesia yang pertama. Beliau tidak
jera-jeranya berjuang meskipun dipenjara berulang-ulang oleh
penjajah bangsa Belanda. Berulang kali setelah beliau menjadi
presiden Republik Indonesia menyampaikan melalui pidatonya
antara lain sebagai berikut: “aku cinta diriku,tapi aku lebih cinta
akan kemerdekaan negeriku”.
15
Dua sosok membanggakan diatas, jenderal Besar Sudirman
dan Soekarno mengajarkan bahwa membela tanah air serta
mempertahankannya di atas segalanya. Kondisi sakit yang di alami
oleh sosok jenderal Besar Sudirman tidak menjadi penghambat dan
penghalang untuk tetap mempertahankan keutuhan negara
Republik Indonesia. Begitu juga kegigihan dan ketabahan yang
nampak pada sosok Soekarno, beliau tidak pernah merasakan putus
asa meskipun begitu banyak rintangan serta hambatan yang
menghadangnya. Tentunya hal ini perlu menjadi inspirasi bagi kita
untuk mengikuti jejak perjuangan sejarah yang telah beliau ukir.18
Sejak kedatangan belanda yang bertujuan ingin menguasai
Indonesia, para ulama dan pimpinan Islam selalu berada di garda
terdepan dalam menentang dan melakukan perlawanan. Seperti
halnya perlawanan yang dipimpin oleh pangeran Diponegoro di
jawa, perlawanan Sultan Hasanuddin di Sulawesi, perlawanan
Teuku Umar di Aceh, perlawanan pangeran Hidayat di Banjar
Masin dan perlawanan-perlawanan lainya yang dimotori oleh para
ulama di daerah-daerah lain.
Kehadiran NU merupakan salah satu upaya melambangkan
wawasan tradisi keagamaan yang dianut jauh sebelumnya, yakin
paham ahlussunnah wal jama‟ah. Selain itu NU sebagaimana
organisasi-organisasi pribumi lain baik yang bersifat sosial, budaya
dan keagamaan yang lahir di masa penjajah, pada dasarnya
merupakan perlawanan terhadap penjajah hal ini didasarkan
berdirinya NU dipengaruhi kondisi politik dalam dan luar negeri,
sekaligus merupakan kebangkitan kesadaran politik.
Hal tersebut ditampakkan dalam wujud gerakan organisasi
dalam menjawab kepentingan nasional dan dunia Islam umumnya
itulah yang menyebabkan faktor utama berdirinya Nahdatul Ulama
(NU), yaitu untuk mempertahankan ajaran Islam ahlussunnah wal
jama‟ah dan memperjuangkan kemerdekaan negara Indonesiadari
18
Jassin Tuloli dan Dian Ekawaty Ismail, Pendidikan Karakter
Menjadikan Manusia Berkarakter Unggul, (Yogyakarta: UII Press, 2016), hlm.
50-51.
16
cengkraman penjajah Belanda. Bahkan K.H. Hasyim Asy‟ari pun
membuat jargon yakni hubbul wathan minal iman, yang berarti
cinta terhadap tanah air sebagian dari iman, yang kemudian
diciptakan sebuah karya berupa lagu, dengan judul Ya Ahlal
Wathan oleh KH Abdul Wahab Hasbullah tahun 1934. Diharapkan
dengan adanya lagu ini bisa menambah dan meningkatkan rasa
nasionalisme Rakyat Indonesia.
K.H. Hasyim Asy‟ari merupakan sosok alim ulama yang
lahir di Desa Gedang, Kecamatan Diwek, Jombang, Jawa Timur,
10 April 1875. Beliau memiliki nama lengkap Muhammad Hasyim
Asy‟ari, di dalam dirinya sudah tertanam semangat dakwah
antikomunisme. Semangat dakwah anti komunisme ini sudah
melekat pada diri K.H. Hasyim Asy‟ari sejak belajar di Mekkah.
Hal ini terbukti, ketika jatuhnya dinasti Ottoman di Turki. Menurut
Muhammad Asad Syihab, K.H. Hasyim Asy‟ari pernah
mengumpulkan kawan-kawannya, lalu berdoa di depan multazam,
berjanji menegakkan panji panji keIslaman dan melawan berbagai
bentuk penjajahan di bumi persada nusantara.
Sikap anti penjajah tersebut membawa K.H. Hasyim
Asy‟ari masuk penjara ketika pada masa penjajahan Jepang. Waktu
itu, kedatangan Jepang disertai kebudayaan saikerei yaitu
menghormati kaisar Jepang Tenno Heika dengan cara
membungkukkan badan 90 derajat menghadap ke arah Tokyo
setiap hari pukul 07.00 WIB. Budaya itu wajib dilakukan penduduk
tanpa kecuali, baik anak sekolah, pegawai pemerintahan, kaum
pekerja dan buruh, serta penuntut ilmu di pesantren-pesantren. K.H.
Hasyim Asy‟ari menentang hal tersebut karena dia menganggapnya
haram dan dosa besar.
Membungkukkan badan semacam itu menyerupai rukun
dalam salat, yang hanya diperuntukkan menyembah Allah SWT.
Menurut K.H. Hasyim Asy‟ari, selain Allah hukumnya haram
sekalipun terhadap kaisar Tenno Heika yang katanya keturunan
Dewa Amaterasu (dewa langit). Akibat penolakanya itu, pada akhir
April 1942, K.H. Hasyim Asy‟ariyang sudah berumur 70 tahun
17
dijebloskan ke dalam penjara di Jombang. Kemudian di pindah ke
Mojekerto, lalu ke penjara Bubutan, Surabaya. Selama dalam
tawanan Jepang, K.H. Hasyim Asy‟ari disiksa hingga jari-jari
kedua tangannya remuk tak lagi bisa digerakkan. Beliau meninggal
di Jombang, 25 Juli 1947 pada umur 72 tahun. Soekarno atas saran
JenderalSudirman mengirimkan utusan khusus kepada K.H.
Hasyim Asy‟ari. Raisul akbar NU di Tebuireng Jombang untuk
meminta mengeluarkan fatwa hukum berjihad membela negara
yang bukan berasaskan Islam seperti NKRI. Menanggapi
pernyataan itu K.H. Hasyim Asy‟ari memberi jawaban tegas bahwa
sudah terang bagi ummat Islam Indonesia untuk melakukan
pembelaan terhadap tanah airnya dari budaya dan ancaman
kekuatan asing.
Sebagai organisasi sosial keagamaan yang sangat anti
terhadap penjajah, NU (Nahdatul Ulama) memanggil para
konsulnya sejawa dan Madura untuk menentukan sikap terhadap
NICA. Pertemuan para konsul NU berlangsung 21-22 Oktober
1945 bertempat dikantor PBNU di Bubutan Surabaya. Maka
lahirlah resolusi jihad. Resolusi ini menyebar, dan menjadi
pegangan moral bagi badan perjuangan Islam di Jawa dan
Madura.Setelah resolusi jihad digaungkan maka para kiai
membentuk barisan pasukan sabilillah yang dipimpin oleh K.H.
Maskur. Dua minggu setelah resolusi jihad tersebut terjadilah
pertempuran 10 November 1945.
Perilaku sikap cinta tanah air berarti mencintai produk
dalam negeri, rajin belajar bagi kemajuan bangsa dan negara,
mencintai lingkungan hidup, melaksanakan hidup bersih dan sehat,
mengenal wilayah tanah air tanpa fanatisme kedaerahan.
Indikator seorang yang berperilaku cinta tanah air yaitu
beriman atau memiliki kepercayaan religius, bertakwa,
berkepribadian, semangat kebangsaan, disiplin, sadar bangsa dan
negara, tanggung jawab, peduli, rasa ingin tahu, berbahasa
Indonesia yang baik dan benar, mengutamakan kepentingan
nasional daripada individu, kerukunan, kekeluargaan, demokrasi,
percaya diri, adil persatuan dan kesatuan, menghormati atau
18
menghargai, bangga akan bangsa dan negara, cinta produk dalam
negeri, tenggang rasa, Bhineka Tunggal Ika (berbeda tetap satu
tujuan), sederhana, kreatif menempatkan diri.
Selain itu bagi seseorang yang merupakan implementasi
slogan hubbul wathan minal iman K.H. Hasyim Asy‟ari akan
terbentuk karakter mempunyai rasa bangga terhadap bangsa dalam
bahasa, budaya, sosial, politik, serta ekonomi sehingga rela
berkorban untuk mempertahankan, melindungi, dan memajukan
bangsa secara sadar tanpa ada paksaan dari siapapun dengan
demikian selogan hubbul wathan minal iman, K.H. Hasyim Asy‟ari
bisa dikatakan yang melandasi munculnya pendidikan karakter
cinta tanah air sehingga apapun yang dimiliki bangsa dan negara ini
negara wajib mencintai dan menjaganya.
K.H. Hasyim Asy‟ari juga bisa memunculkan sifat
ketakwaan, peduli, tanggap, tangguh, dan terengginas serta
menunjukkan semangat kebangsaan dan rela berkorban demi nusa
dan bangsa melalui Slogan hubbul wathan minal iman,
sebagaimana yang sudah dicontohkan oleh K.H. Hasyim Asy‟ari
dalam mengusir penjajah.
Resolusi jihad itu tidak dapat dipisahkan dari serangkaian
banyaknya peristiwa sejarah sebelumnya. Setelah kemenangan
sekutu atas Jepang yang ditandai menyerahnya Jepang tanpa syarat
tanggal 14 Agustus 1945, maka Indonesia memproklamirkan
kemerdekaan secara de facto tanggal 17 Agustus 1945. Keesokan
harinya, Indonesia menetapkan undang-undang dan pemerintahan
Indonesia serta lembaga Legislatif pada waktu itu PPKI,
sssehingga dinyatakan merdeka secara de jure. Sementara,
kesepakatan sekutu dengan Jepang adalah selama sekutu belum
berada di Indonesia kekuasaan pemerintahan diserahkan kepada
jepang. Semangat kemerdekaan menguat sehingga terjadi
perjuangan hidup mati mempertahankan kemerdekaan.19
19
Abdul Latif Bustami dan Tim Sejarawan Tebuireng, Resolusi Jihad
“Perjuangan Ulama: dari Menegakkan Agama Hingga Negara”, (Jombang:
Pustaka Tebuireng, 2015), hlm. 137-138.
19
Kemudian, sekutu melakukan infiltrasi militer ke Indonesia
dengan tujuan untuk menggagalkan kemerdekaan Indonesia.
Sementara, Jepang bertindak atas nama sekutu melebihi
kewenangan yang diberikan sehingga terjadi perjuangan fisik untuk
melucuti Jepang. Bahkan ada operasi intelejen yang membebaskan
tahanan Belanda. Para tahanan itu memprovokasi dengan
mengibarkan bendera Belanda tiga warna (merah, putih, biru) di
Hotel Yamato sehingga terjadi penyobekan bendera biru menjadi
bendera dua warna (merah putih). Insiden itu di kenal dengan
insiden Bendera Hotel Yamoto.20
Kondisi itu menimbulkan semangat anti penjajahan untuk
mempertahankan kemerdekaan. Bahkan, pada bulan September
1945, ketika orang-orang Belanda baru saja mendarat di Surabaya
dengan kapal perang Inggris, cumberland, maka orang-orang
Surabaya segera menyambut mereka dengan bentrokan fisik.
Situasi menjadi genting, dimana-mana terjadi bentrokan fisik.
Melihat kondisi itu presiden Soekarno mengutus seseorang
menghadap kiai terkemuka di Jawa Timur sekaligus Rais Akbar
organisasi NU, yakni K.H. Hasyim Asy‟ari yang berdomisili di
pondok pesantren Tebuireng Jombang. Presiden meminta fatwa
kepada K.H. Hasyim Asy‟ari dengan pertimbangan data dari
Gunseikabu bahwa K.H. Hasyim Asy‟ari termasuk orang
terkemuka di Jawa. Melalui utusanya Soekarno bertanya kepada
K.H. Hasyim Asy‟ari “Apakah hukumnya membela tanah air,
bukan membela Allah, membela Islam atau membela al-Qur‟an.
Sekali lagi membela tanah air?”.
Pertanyaan Soekarno ini sebenarnya sudah ada jawabannya
pada muktamar NU ke-11 di Banjarmasin. Bahkan, dalam catatan
sejarah pesantren sejak berdiri kesultanan Demak, perjuangan
melawan penjajah portugis yang dipimpin Adipati Unus, baik yang
ada di Malaka, Ambon maupun Sunda Kelapa, mendapat dukungan
kuat dari kalangan pesantren. Bahkan perang Jawa (1825-1830)
20
Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1984), hlm. 101.
20
yang dipimpin Diponegoro tidak digerakkan dari kerajaan tapi dari
pesantren Tegalrejo. Perjuangan fisik bangsa Indonesia
memberikan penguatan pentingnya fatwa sebagai legitimasi
syari‟ah bahwa membela tanah air sebagian dari iman sehingga
perjuangan itu menjadi jihad dan mempertahankan kemerdekaan
lebih berkobar.
K.H. Hasyim Asy‟ari mengeluarkan fatwa dengan substansi
penolakan kembalinya kekuasaan kolonial dan mengakui
kekuasaan Republik Indonesia yang baru merdeka sesuai dengan
hukum Islam. Pesan peran tren dalam perspektif sejarah
menunjukkan sejak berdirinya pesantren memberikan kontribusi
dalam perjuangan menegakkan keadilan, kebenaran, dan amar
makruf nahi munkar.
K.H. Hasyim Asy‟ariberinisiatif untuk melakukan rapat
konsul-konsul NU se-Jawa dan Madura untuk mengeluarkan fatwa
tentang perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah belanda
anti kemerdekaan pengakuan peserta rapat Saifuddin Zuhri itu
menyatakan bahwa: “Aku baru saja tiba dari Ungaran Semarang
ketika mendapat panggilan dari ketua besar NU agar datang ke
Surabaya pada tanggal 21 Oktober 1945 untuk menghadiri rapat
PBNU yang diperlengkapi dengan konsul-konsul seluruh Jawa dan
Madura. Selama zaman Jepang hubungan dengan luar Jawa
terutama Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Sunda Kecil kecuali
Bali praktis terputus. Jawa dan Sumatera dikuasai oleh angkatan
darat Jepang sisanya oleh angkatan laut. Setelah Jepang menyerah,
Jawa, Sumatera, dan Bali diduduki oleh Inggris dan kepulauan lain
diduduki oleh Australia, keduanya atas nama Sekutu. Sebab itu,
maka rapat PBNU yang dilengkapi dengan konsul-konsul hanya
terbatas pada Jawa dan Madura.21
Rapat dilaksanakan pada tanggal 21-22 Oktober 1945
dengan pimpinan rapat adalah K.H. Abdul Wahab Hasbullah.
Rapat didahului penyajian amanat K.H. Hasyim Asy‟ari tentang
21
Saifuddin Zuhri, Berangkat dari Pesantren Otobiografi Prof. KH.
Saifuddin Zuhdi, (Jakarta: Gunung Agung, 1987), hlm. 251.
21
landasan hukum Islam berupa pokok-pokok kaidah tentang
kewajiban ummat Islam pria maupun wanita dalam jihad
mempertahankan kemerdekaan tanah air dan bangsanya.
Sikap NU untuk menentang keras kehadiran pasukan sekutu
seperti tergambar dalam substansi resolusi jihad dan realitas
perlawanan umat Islam sebagai bagian dari realisasinya, sekilas
memang menampakkan keganjilan. Greg Fealy kurang memahami
proses penentuan hukum (istibathul hukum) model NU sehingga
cenderung menilai hal ini sebagai perubahan sikap yang dramatis.
NU yang sebelumnya terkesan moderat dan akomodatif terhadap
eksistensi pemerintahan Belanda maupun Jepang, kemudian
menjadi tampak garang dan radikal. Dasar pemikiran NU adalah
keputusan muktamar NU di Banjarmasin tahun 1936, yaitu NU
menyatakan bahwa Indonesia adalah Dar al-Islam, meskipun saat
itu berada di bawah pemerintahan Hindia Belanda. Hal ini sesuai
dengan pemikiran politik ahlussunnah wal jamaah. Sebagai mana
pendapat Nawawi al-Bantani yang menyatakan bahwa negeri yang
pernah dikuasai oleh umat Islam, meskipun kemudian tidak lagi
dibawah pemerintahan ummat Islam.22
Selanjutnya, dalam pandangan NU sejak proklamasi
kemerdekaan, pemerintah RI adalah pemerintahan yang sah sesuai
hukum Islam, dan oleh karenanya, tidak diragukan lagi bahwa
negara Indonesia adalah negara Islam. Oleh karena itu, usaha yang
merampas kemerdekaan itu sinilah, idiom keagamaan berupa
“jihad fi sabilillah” melawan kembalinya kekuatan penjajah
menemukan relevansi konseptualnya. Hal ini sesuai dengan firman
Allah:
لل ن لق ي ر اذن للذين ي قات لون بن هم ظلموا . ان اال Artinya: “Diizinkan (berperang) kepada orang-orang yang
diperangi, karena sesungguhnya mereka dizalimi. Dan
22
Abdul Latif Bustami dan Tim Sejarawan Tebuireng, Resolusi Jihad...,
hlm. 143-144.
22
sungguh, Allah Maha kuasa menolong mereka itu”.
(QS. 22: 39)23
Selain itu, sesuai pendapat al-Anshari dalam kitab Fath al-
Wahhab: “Fardhu „ain ialah yang wajib yang mesti di kerjakan
oleh tiap-tiap orang Islam, yaitu apabila musuh telah menyerbu ke
negeri Islam”. Adapun merupakan yang mati dalam jihad
menegakkan titah Allah adalah mati di jalan Allah dan mereka mati
syahid. Hal ini sesuai dengan hadis Nabi SAW yang diriwayat oleh
Bukhari dan Muslim:
وئل رووا صل : ن وو ن س اا اا ل ه ولم ن ال جل ي قاتل جا ة، ي قاتل ح ة، ي قاتل ريء؛
ن اتل لتكون كلمة هي :ذلك ف و ل ؟ ف قاا رووا صلى الله عليه وسلم( تفق ل ه). ال ل ا ف هو ف و ل
Artinya: “Dari Abu MusaAbdullah bin Qais berkata: Seorang lelaki
mendatangi Nabi SAW lalu berkata: seorang yang
berperang karena mencari ghanimah (harta rampasan
perang), seorang yang berperang karena ingin dikenang,
dan seorang yang berperang karena ingin dipandang
kedudukannya, manakah yang di jalan Allah? Rasulullah
bersabda: Barangsiapa berperang untuk menjadikan
kalimah (agama) Allah tinggi itulah yang di jalan Allah.”
(HR Al-Bukhari dan Muslim).24
Sikap di atas, merupakan ekspresi dari pandangan
keagamaan ahlussunnah wal jama‟ah yang lebih mengedepankan
substansi Islam dari pada formalitas. Dalam pandangan politik (fiqh
siyasi) Sunni, berlakunya syari‟at Islam lebih penting dibanding
menampilkan simbol-simbol Islam. Bentuk negara, termasuk di
dalamnya mekanisme suksesi (nasb al-imamah) boleh bermacam-
macam, tetapi yang penting adalah berlakunya nilai-nilai universal
23
Al-Qur‟anul Karim. 24
Shahih al-Bukhari.
23
Islam dan mengandung jaminan kebebasan bagi ummat Islam
untuk melaksanakan ibadahnya. Al-Mawardi, misalnya, dalam
kitabnyaAhkam al-Shulthaniyyah, tidak memasukkan agama Islam
sebagai syarat bagi kepala negara, sebaliknya mempersyaratkan
sifat adil dan nilai-nilai universal lain yang dimiliki oleh Islam.
Lebih lanjut, fatwa jihad yang dikeluarkan oleh
Hadratusyaikh didasari oleh gaya berfikir seorang faqih yang
mencerminkan penguasaan terhadap metode istinbath hukum
secara penguasaan konteks kesejarahan dimana rumusan hukum
yang dihasilkannya tersebut diterapkan. Ia tidak sekedar
mengambil referensi hasil ijtihad ulama klasik, tetapi lebih dari itu,
mengeksplorasi sumber-sumber otentik dengan mempertimbangkan
konteks kesejahteraannya.
Fatwa K.H. Hasyim Asy‟ari sebagaimana kesaksian peserta
rapat, Saifuddin Zuhri, dinyatakan bahwa sebelum rapat yang
dihadiri oleh seluruh konsul NU se-Jawa dan Madura tanggal 21-22
Oktober 1945 didahului oleh penjelasan K.H. Hasyim Asy‟ari
tentang kewajiban mempertahankan republik adalah kewajiban
agama bagi semua orang Islam (fardlu „ain). Hasil rapat itu
mengimplementasikan isi fatwa yang hanya dapat diketahui secara
tertulis sebagimana yang dinyatakan dalam kedaulatan rakyat,
Yogyakarta, tanggal 26 Oktober 1945 tertulis ”Toentoetan
Nahdlatoel Oelama kepada Pemerintah Repoeblik Soepaja
mengambil tindakan yang sepadan Resolusi”.25
Tulisan fatwa K.H. Hasyim Asy‟ari pada awalnya menurut
Nurchalis Majid ditulis dalam huruf pegon. Fatwa itu muncul
ketika NU mengadakan rapat di madiun dengan Badan Keamanan
Rakyat (29Agustus 1945) menjadi tentara keamanan Republik
Indonesia (12 Oktober 1946) pada waktu itu diwakili oleh jenderal
Sudirman hasil rapat yang berupa fatwa wajibnya jihad melawan
belanda ditulis dalam huruf pegon. Fatwa itu ditulis pada selembar
kertas, dan menurut kebiasaan dengan menggunakan huruf pegon.
25
Abdul Latif Bustami dan Tim Sejarawan Tebuireng, Resolusi Jihad...,
hlm. 146-147.
24
Menurut Tabuireng, fatwa K.H. Hasyim Asy‟ari sebagai
proses yang panjang di keluarkan sekitar 22 Agustus 1945.
Alasannya, K.H. Hasyim Asy‟ari sebagai Ketua Masyumi yang
sering membincangkan masalah nasional dan putranya K.H. Wahid
Hasyim sebagi anggota PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia) akan memberikan pemuktakhiran informasi nasional
terutama tentang kehadiran penjajah baru.26
Penyebarluasan fatwa itu bersifat representatif mewakili
suara ummat Islam karena K.H. Hasyim Asy‟ari sebagai ketua
Masyumi, dan seperguruan dengan ulama yang diberi lebel
subyektif modernis sewaktu belajar di makkah. Peran K.H. Hasyim
Asy‟ari mampu menjadi pengintegrasi kekuatan ummat Islamyang
secara pemikiran beragam. Fatwa sebagai pusat solidaritas ummat
Islam melawan NICA yang ingin menggagalkan kemerdekaan.
Hadratus Syeikh sebagai ahli hadits terkemuka di Indonesia
melahirkan fatwa tersebut setelah melakukan dua tahapan
metodelogis, yaitu ta‟yin al-faridlah (penentuan hukum fardhunya)
dan tahqiq al-Faridlah (realisasi hukum fardhunya).27
Resolusi jihad dan penerimaan pancasila sebagai asas
adalah dua contoh besar tentang sikap ulama dan ummat Islam
yang memahami ajaran agama secara luntur dan kontekstual. Ini
menunjukkan bahwa Islam selaras dengan upaya mempertahankan
nilai-nilai kebangsaan.28
C. Definisi Operasional
Definisi operasional dimaksudkan untuk menghindari
kesalahan pemahaman dan perbedaan penafsiran yang berkaitan
dengan istilah-istilah dalam judul skripsi. Sesuai dengan judul
penelitian yaitu: “Konsep Hubbul Wathan Minal Iman dalam
26
Abdul Latif Bustami dan Tim Sejarawan Tebuireng, Resolusi Jihad.,
hlm. 149-150. 27
Abdul Latif Bustami dan Tim Sejarawan Tebuireng, Resolusi Jihad...,
hlm. 137-152. 28
YunalIsra, dkk, Fikih Nasionalisme, (Banten: Yayasan Pengkajian
Hadist el-Bukhari Institute, 2018), hlm. 32-34.
25
Pandangan Ulama NU di Banda Aceh”, maka definisi operasional
yang perlu dijelaskan, yaitu:
1. Konsep
Konsep menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti:
pengertian, gambaran mental dari objek, proses, pendapat (paham),
rancangan (cita-cita) yang telah dipikirkan.29
Agar segala kegiatan
berjalan dengan sistematis dan lancar, dibutuhkan suatu
perencanaan yang mudah dipahami dan dimengerti. Perencanaan
yang matang akan menambah kualitas dari kegiatan tersebut.
Fungsi dari konsep sangat beragam, akan tetapi pada
umumnya konsep memiliki fungsi yaitu mempermudah seseorang
dalam memahami suatu hal. Karena sifat konsep sendiri adalah
mudah dimengerti, serta mudah dipahami.30
Adapun pengertian konsep menurut para ahli:31
a. Soedjadi, mengartikan konsep ke dalam bentuk atau suatu
yang abstrak untuk melakukan penggolongan yang nantinya
akan dinyatakan ke dalam suatu istilah tertentu.
b. Bahri, konsep adalah suatu perwakilan dari banyak objek yang
memiliki ciri-ciri sama serta memiliki gambaran yang abstrak.
c. Singarimbun dan Efendi, konsep adalah suatu generalisasi dari
beberapa konsep yang memiliki fenomena tertentu sehingga
dapat digunakan untuk penggambaran fenomena lain dalam hal
yang sama.
Adapun konsep yang dimaksud dalam penelitian ini
berdasarkan uraian di atas adalah gambaran umum berisi uraian
yang berkaitan tentang hubbul wathan minal iman.
29
Pusat Pembinaan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI,
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), hlm. 520. 30
Idtesis.com, Pengertian Konsep Menurut Para Ahli, (Diposting
Tanggal 20 Maret 2015). https://idtesis.com/konsep-menurut-para-ahli/ (Diakses
pada tanggal 15 Januari 2020). 31
Idtesis.com, Pengertian Konsep..., (Diakses pada tanggal 15 Januari
2020).
26
2. Hubbul Wathan Minal Iman
Istilah hubbul wathan minal iman sering disebut juga
dengan nasionalisme adalah rasa cinta terhadap tanah air. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia “Nasionalisme berasal dari kata
nasional dan isme yaitu paham kebangsaan yang mengandung
makna kesadaran dan semangat cinta tanah air, memiliki rasa
kebangsaan bangsa, atau memelihara kehormatan bangsa”.32
Menurut Hitler “Nasionalisme adalah sikap dan semangat
berkorban untuk melawan bangsa lain”.33
Nasionalisme memiliki beberapa bentuk antara lain:34
1) Nasionalisme kewarganegaraan (nasionalisme sipil) adalah
nasionalisme dimana negara memperoleh kebenaran politik
dari partisipasi aktif rakyatnya. Keanggotaan suatu bangsa
bersifat sukarela. Bentuk nasionalisme ini mula-mula dibangun
oleh Jean-Jacques Rousseau dan menjadi bahan tulisannya.
2) Nasionalisme etnis atau etnonasionalisme adalah dimana
negara memperoleh kebenaran politik dari budaya asal atau
etnis sebuah masyarakat. Keanggotaan suatu bangsa bersifat
turun-temurun.
3) Nasionalisme romantik adalah bentuk nasionalisme etnis
dimana negara memperoleh kebenaran politik sebagai suatu
yang alamiah dan merupakan ekspresi dari bangsa atau ras.
Nasionalisme romantik menitik beratkan pada budaya etnis
yang sesuai dengan idealisme romantik .
4) Nasionalisme budaya adalah nasionalisme dimana negara
memperoleh kebenaran politik dari budaya bersama dan tidak
bersifat turun-temurun seperti warna kulit.
5) Nasionalisme kenegaraan adalah merupakan variasi
nasionalisme kewarganegaraan yang sering dikombinasikan
dengan nasionalisme etnis. Dalam nasionalisme kenegaraan
bangsa adalah suatu komunitas yang memberikan kontribusi
terhadap pemeliharaan dan kekuatan negara.
32
Listyarti Retno, Pendidikan Kewarganegaraan, (Jakarta: Esis, 2007),
hlm. 26. 33
Chotib dan Djazuli, Kewarganegaraan Menuju Masyarakat Madani,
(Jakarta: Ghalia Indonesia, 2007), hlm. 24. 34
Listyarti Retno, Pendidikan Kewarganegaraan, (Jakarta: Esis, 2007),
hlm. 28.
27
6) Nasionalisme agama adalah nasionalisme dimana negara
memperoleh legitimasi politik dari persamaan agama.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
hubbul wathan minal iman adalah suatu paham atau ajaran untuk
mencintai bangsa dan negara atas kesadaran secara bersama-sama
untuk mencapai, mempertahankan, dan mengabdikan identitas,
integritas, kemakmuran dan kekuatan bangsa, dan berdasarkan
syariat kenyakinan keberagaman kepada Allah SWT.
3. Nahdhatul Ulama (NU)
Nahdhatul Ulama adalah organisasi Islam di Indonesia yang
memiliki pengikut cukup banyak dan pengaruh yang cukup besar.
Pengaruh organsisasi ini hampir di semua aspek kehidupan, seperti
ekonomi, politik, sosial budaya, agama dan sebagainya. NU adalah
singkatan dari Nahdlatul „Ulama yang berarti kebangkitan „ulama
atau kebangkitan cendekiawan Islam. Organisasi ini berdiri pada
tanggal 31 Januari 1926 yang diprakarsai oleh K.H. Hasyim
Asy‟ari yang tidak lain adalah seorang ulama besar nusantara di
kala itu yang sangat berpengaruh dan berilmu tinggi.
Nahdlatul Ulama merupakan gerakan keagamaan yang
bertujuan untuk ikut membangun dan mengembangkan insan dan
masyarakat yang bertaqwa kepada Allah SWT, cerdas, terampil,
berakhlak mulia, tenteram, adil dan sejahtera. Nahdlatul Ulama
mewujudkan cita-cita dan tujuannya melalui serangkaian ikhtiyar
yang didasari oleh dasar-dasar faham keagamaan yang membentuk
kepribadian khas Nahdlatul Ulama.35
Dasar-dasar faham keagamaan yang dianut oleh organisasi
NU adalah sebagai berikut:36
a. Mendasarkan faham keagamaan kepada sumber ajaran agama
Islam: Al-Qur‟an, As-Sunnah, Al-Ijma‟ dan Al-Qiyas.
35
Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga Nahdlatul Ulama, Hasil
Keputusan Muktamar Ke-33 NU 1-5 Agustus 2015 Jombang, Jawa Timur,
(Jakarta: Lembaga Ta‟lif wan Nasyr PBNU, 2015), hlm. 153. 36
Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga Nahdlatul Ulama, Hasil
Keputusan..., hlm. 154-156.
28
b. Dalam memahami, manafsirkan Islam dari sumber-sumbernya
diatas, Nahdlatul Ulama mengikuti faham ahlussunnah wal
jama‟ah dan menggunakan jalan pendekatan (al-madzhab):
1) Di bidang aqidah, Nahdlatul Ulama mengikuti
ahlussunnah wal jama‟ah yang dipelopori oleh Imam
Abul Hasan al-Asy‟ari dan Imam Mansur al-Maturidi.
2) Di bidang fiqih, Nahdlatul Ulama mengikuti jalan
pendekatan (al-madzhab) salah satu dari madzhab Abu
Hanifah an-Nu‟man, Imam Malik bin Anas, Imam
Muhammad bin Idris As-Syafi‟i dan Imam Ahmad bin
Hanbal.
3) Di bidang tasawuf, mengikuti antara lain Imam al-Junaidi
al-Baghdadi dan Imam al-Ghazali serta imam-imam yang
lain.
c. Mengikuti pendirian, bahwa Islam adalah agama yang fitri,
yang bersifat menyempurnakan segala kebaikan yang sudah
dimiliki manusia. Faham keagamaan yang dianut oleh
Nahdlatul Ulama bersifat menyempurnakan nilai-nilai yang
baik yang sudah ada dan menjadi milik serta ciri-ciri suatu
kelompok manusia seperti suku maupun bangsa dan tidak
bertujuan menghapus nilai-nilai tersebut.
Adapun Nahdhatul Ulama (NU) yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah berpusat pada Kantor NU di Banda Aceh.
29
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan ini merupakan salah satu jenis penelitian
lapangan (field research) dengan menggunakan pendekatan
sosiologis, filosofis, historis, kebudayaan dan teologis normatif.
1. Pendekatan Sosiologis
Sosiologi adalah suatu ilmu yang menggambarkan tentang
keadanan masyarakat lengkap dengan struktur. Lapisan serta
berbagai gejala sosial lainya yang saling berkaitan. Dengan ilmu ini
suatu fenomena sosial dapat dianalisis dengan faktor-faktor yang
mendorong terjadinya hubungan, mobilitas serta sosial keyakinan-
keyakinan yang mendasari terjadinya proses tersebut. Selanjutnya
sosiologis dapat digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam
memahami agama, hal demikian dapat dimengerti, karena dapat
memahami bidang kajian agama yang baru secara proporional dan
tepat apabila menggunakan jasa buatan dari ilmu sosiologis.1
Pendekatan ini untuk melihat hubungan sosial manusia dan
memberikan makna terhadap sesuatu yang di jumpainya dan dapat
pula mendapatkan hikmah dan ajaran yang terkandung di
dalamnya. Pendekatan ini membantu penulis membangun
pendekatan dengan pengurus organisasi PCNU Kota Banda Aceh.
2. Pendekatan Filosofis
Filsafat berarti cinta kepada kebenaran, ilmu dan hikmah
atau upaya menjelaskan inti, hakikat atau hikmah mengenai sesuatu
yang berada di balik objek formasinya. Dengan mengunakan
pendekatan filosofis ini seseorang akan dapat memberi makna
terhadap sesuatu yang dijumpainya dan dapat pula mendapat
hikmah dan ajaran yang terkadung di dalamnya.2 Pendekatan ini
1Abuddin Nata, Metodelogi Studi Islam (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2012), hlm. 28. 2Abuddin Nata, Metodelogi Studi..., hlm. 42.
30
membatu penulis mendapat hikmah penelitian di PCNU Kota
Banda Aceh.
3. Pendekatan Historis
Pendekatan historis atau sejarah yang dengan menggunakan
metode ini diharapkan dapat mengumpulkan dan mengungkapkan
sumber-sumber sejarah yang sudah ada. Dalam penyusunan
penelitian sejarah ini maka penelitian dilakukan bersifat setudi
kepustakaan (library research). Sebab penelitian library research
yaitu penelitian yang di lakukan dengan menggunakan bahan baca
sebagai sumber atau disebut juga dengan penelitian pustaka.
Penelitian sejaran adalah sebuah proses yang meliputi
pengumpulan dan penafsiran gejala, peristiwa atau gagasan yang
timbul di masa lampau untuk menemukan generalisasi yang
berguna dalam usaha untuk memahami keyataan sejarah.
Pendekatan ini penulis gunakan untuk memahami sejauh mana
perbedaan PCNU Kota Banda Aceh dulu dan sekarang.
4. Pendekatan Kebudayaan
Kebudayaan adalah hasil cipta manusia dengan
menggunakan dan mengarahkan segenap potensi batin yang
dimilikinya. Di dalam kebudayaan tersebut terhadap pengetahuan,
keyakinan, seni, moral, adat istiadat dan sebagainya. Kebudayaan
dapat di gunakan untuk memahami agama yang terdapat pada
tataran empiris atau agama yang tampil dalam bentuk formal yang
mengejala di masyarakat. Pengalaman agama yang terdapat di
masyarakat tersebut diproses oleh pengetahuan dari sumber agama,
yaitu wahyu melalui penalaran.3 Pendekatan ini penulis gunakan
untuk melihat adat-istiadat masyarakat Kota Banda Aceh dan
sejauh mana masyarakat memahami konsep hubbul wathan minal
iman.
5. Pendekatan Teologis Normatif
Pendekatan teologis normatis dalam memahami agama
menggunakan kerangka ilmu ketuhanan yang bertolak dari suatu
3Abuddin Nata, Metodelogi Studi..., hlm. 49.
31
keyakinan bahwa wujud empirik dari suatu keagamaan di anggap
sebagai yang paling benar dengan yang lainnya, dengan ciri-ciri
loyalitas terhadap kelompok sendiri, komitmen dan dedikasi serta
penggunaan bahasa yang bersifat subjektif yakni bahasa sebagai
pelaku, bukan sebagai pengamat.4 Pendekatan ini penulis gunakan
untuk melihat dampak hubbul wathan minal iman di tengah-tengan
masyarakat dalam pandangan normatis.
B. Sumber Data Penelitian
Data yaitu sebuah kumpulan bukti-bukti yang disimpulkan
atau disajikan untuk mendapatkan suatu tujuan yang diinginkan.
Data sangat memegang peran aktif dalam pelaksanaan penelitian.
Data dilihat menurut sifatnya dapat digolongkan menjadi dua
bagian yaitu data kualitatif dan data kuantitatif.5
Penelitian kualitatif yaitu suatu penelitian yang dilakukan
dengan memaparkan pendeskripsian fenomena, peristiwa, aktivitas
sosial, kepercayaan, persepsi dan pemikiran orang secara individu
maupun dalam suatu kelompok.6
Jadi, dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif yaitu
penelitian yang dapat menghasilkan data deskriptif yang berupa
kejadian, kata-kata, yang dapat menggambarkan suatu objek yang
diteliti sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan.
1. Data Primer
Data primer merupakan sumber data yang di peroleh oleh
peneliti langsung dari responden (objek penelitian) seperti
kuesioner, observasi, wawancara dan lain lainya. Adapun
responden yang peneliti jumpai secara langsung yaitu Ketua PCNU
Kota Banda Aceh, Sekretaris, Bendahara Dan Anggota Organisasi
PCNU Kota Banda Aceh yang akan menjadi sumber data. Dapat
4Abuddin Nata, Metodelogi Studi..., hlm. 28.
5Moh Pabundu Tika, Metodologi Riset Bisnis, (Jakarta: Bumi Akasara,
2006), hlm. 57-58. 6Sukmadinata, Ns, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Graha
Akasara, 2006), hlm. 6.
32
penulis jadikan rujukan mengenai hubbul wathan minal iman dalam
pandangan nahdatul ulama di Kota Banda Aceh.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh oleh
penelitian melalui data yang telah dikumpulkan oleh orang lain,
seperti peneliti yang telah dilakukan peneliti sebelumnya, buku-
buku yang telah dipublikasikan, dokumen, koran, majalah dan lain-
lain. Penulis mengumpulkan beberapa data pendukung dalam
penelitian ini yang bersumber dari buku berjudul Resolusi Jihad
paling syar’i karangan Gugun El Guyane dan juga dari beberapa
dokumen (arsip) milik Organisasi PCNU Kota Banda Aceh.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara yang dilakukan oleh
peneliti untuk mengumpulkan data. Pengumpulan data dilakukan
untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka
mencapai tujuan penelitian. Sementara itu, instrumen pengumpulan
data merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data.
Berikut ini adalah penjelasan terhadap teknik-teknik
pengumpulan data yang penulis lakukan dilapangan, yaitu:
1. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara
pengamatan secara langsung terhadap suatu subjek yang diteliti
meliputi berbagai macam kejadian, peristiwa, keadaan, tindakan
yang menyusun. Observasi tidak hanya dilakukan terhadap fakta-
fakta lapangan yang terlihat, namun bisa juga terhadap fakta atau
berita yang didengar. Dengan observasi, peneliti dapat lebih mudah
dalam mengolah informasi yang ada atau bahkan informasi yang
muncul secara tiba-tiba tanpa diprediksi terlebih dahulu.7
Peneliti melakukan observasi dengan cara turun ke
lapangan dan mengamati hal-hal yang berkaitan dengan objek
7Albi Anggito & Johan Setiawan, Metodelogi Kualitatif, Cet-1,
(Sukabumi: Jejak, 2018), hlm. 108-110.
33
penelitian.8 Observasi yang dilakukan tersebut juga dengan
memanfaatkan panca indera disertai pencatatan secara rinci
terhadap objek penelitian.
Jadi, dalam hal ini peneliti melakukan pengamatan dengan
mendatangi langsung lokasi penelitian yaitu Kantor NU Kota
Banda Aceh. Di lokasi tersebut, peneliti mengumpalkan data
tentang letak geografis kantor PCNU, data tentang struktur
organisasi dari periode sejak pertama berdiri sampai saat ini, dan
dokumen serta arsip penting yang ada kaitannya dengan PCNU
Banda Aceh.
2. Wawancara
Wawancara adalah percakapan yang memiliki tujuan untuk
mendapatkan konstruksi yang terjadi sekarang mengenai orang,
kejadian, aktivitas, organisasi, perasaan, motivasi, pengakuan,
kerisauan dan lain sebagainya. Peneliti mengadakan rekonstruksi
keadaan berdasarkan pengalaman masa lalu, selanjutnya membuat
proyeksi keadaan yang diharapkan terjadi pada masa yang akan
datang. Dan tindakan akhir adalah mengadakan verifikasi tentang
konstruksi, dan proyeksi yang telah didapat sebelumnya.9
Wawancara merupakan suatu teknik bentuk komunikasi
secara verbal. Wawancara dapat dikatakan sejenis dengan
percakapan yang memiliki tujuan untuk memperoleh informasi
yang diinginkan. Wawancara adalah salah satu metode dari
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara tanya jawab yang
kemudian dikerjakan secara sistematik serta berdasarkan pada
permasalahan, tujuan, dan hipotesa penelitian.
Adapun wawancara yang dilakukan penulis yaitu secara
mendalam guna mendapatkan jawaban-jawaban narasumber
mengenai pendapatnya terhadap konsep hubbul wathan minal iman
8Sugioyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 222. 9I Wayan Suwendra, Metodelogi Penelitian Kualitatif dalam Ilmu
Sosial, Pendidikan, Kebudayaan dan Keagamaan, cet-1, (Bandung: Nilacakra,
2018), hlm. 55.
34
dalam Pandangan NU di Banda Aceh. Wawancara dilakukan
dengan melibatkan beberapa orang responden di organisasi NU
Banda Aceh.
Dalam penelitian ini, penulis menjumpai Ketua dan
Pengurus Cabang Nahdhatul Ulama (PCNU) Banda Aceh guna
untuk memperoleh informasi berupa data yang akurat dan tepat
dalam penelitian ini.
3. Dokumentasi
Dalam metode ini peneliti menggunakan perolehan data-
data yang terkait dengan permasalahan penelitian yang peneliti
lakukan. Peneliti mencoba menelusuri data tertulis yang terdapat di
dalam internal organisasi NU, seperti arsip sejarah NU, regulasi,
panduan, AD/ART (Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga)
dan SOP (Standar Operasional Prosedur) di media cetak, dan buku-
buku yang terkait dengan persoalan yang diteliti oleh peneliti.
Ada dua jenis dokumen yang akan dibicarakan dalam
tulisan ini yaitu: dokumen pribadi dan dokumen resmi. Dokumen
pribadi, menurut Moleong (1988) ada tiga jenis yaitu: buku harian,
surat pribadi, dan otobiografi, sedangkan dokumen resmi terdiri
dari dokumen internal dan eksternal.
Dokumen internal berupa memo, pengumuman, instruksi,
aturan, rekaman hasil rapat, dan keputusan pimpinan yang
digunakan dalam kalangan sendiri. Sedangkan dokumen eksternal
berupa bahan-bahan informasi yang dihasilkan oleh lembaga sosial
seperti majalah, buletin, pernyataan dan berita pada media massa.10
D. Teknik Analisis Data
Setiap data observasi, wawancara mendalam dan telaah
dokumen, dianalisis melalui tiga tahapan, yaitu reduksi data,
penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.11
Di
bagian reduksi, setiap informasi diedit sesuai dengan tema pokok
10
I Wayan Suwendra, Metodelogi Penelitian Kualitatif..., hlm. 66. 11
Husaini Usman dan Pornomo Setiadi Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, hlm. 85.
35
penelitian atau mengabaikan data-data yang relevan. Di bagian
penyajian, data hasil reduksi dideskripsikan dalam bentuk laporan
yang bersifat naratif. Adapun di bagian verifikasi, setiap data hasil
reduksi yang sudah dalam bentuk narasi disimpulkan kembali
secara sistematis. Tujuannya ialah agar kesimpulan yang diambil
tidak bersalahan dengan realita yang berlaku di lokasi penelitian.
Adapun teknik penulisan dan penyusunan skripsi ini
peneliti berpedoman pada buku: Panduan Penulisan Skripsi yang
diterbitkan oleh Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam
Negeri Ar-Raniry Banda Aceh tahun 2017.
36
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Peneliti melakukan penelitiandi Kantor Kesekretariatan
Pengurus Cabang Nahdhatul Ulama (PCNU) Kota Banda Aceh
beralamat di jalan Dayah Nomor 5 Dusun Cempaka Gampong
Lamteumen Timur, Banda Aceh.
Adapun denah lokasi kantor kesekretariatan PCNU Kota
Banda Aceh dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4.1 Gambar Denah Kantor PCNU Kota Banda Aceh
37
B. Organisasi NahdhatulUlama (NU)
Nahdhatul Ulama (NU) sebagai jam‟iyyah diniyah adalah
wadah bagi para ulama dan pengikut-pengikutnya yang didirikan
pada 16 Rajab 1344 H / 31 Januari 1926 M. dengan tujuan untuk
memelihara, melestarikan, mengembangkan dan mengamalkan
ajaran Islam yang berhaluan ahlussunnah wal jama’ah dan
menganut salah satu madzhab empat, masing-masing Abu Hanifah
An-Nu‟man, Imam Malik bin Anas, Imam Muhammad bin Idris
Asy-Syafi‟i dan Imam Ahmad bin Hanbal, serta untuk
mempersatukan langkah para ulama dan pengikut-pengikutnya
dalam melakukan kegiatan yang bertujuan untuk menciptakan
kemaslahatan masyarakat, kemajuan bangsa dan ketinggian harkat
dan martabat manusia.1
Lambang Nahdhatul Ulama berupa gambar bola dunia yang
dilingkari tali tersimpul, dikitari oleh 9 (sembilan) bintang, 5 (lima)
bintang terletak melingkari di atas garis khatulistiwa yang terbesar
di antaranya terletak di tengah atas, sedang 4 (empat) bintang
lainnya terletak melingkar di bawah garis khatulistiwa, dengan
tulisan NAHDHATUL ULAMA dalam huruf Arab yang melintang
dari sebelah kanan bola dunia ke sebelah kiri, dan ada huruf “N” di
bawah kiri dan “U” di bawah kanan, semua terlukis dengan warna
putih di atas dasar hijau.
Gambar 4.2 Lambang Nahdhatul Ulama
1Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga Nahdlatul Ulama, Hasil
Keputusan Muktamar Ke-33 NU 1-5 Agustus 2015 Jombang, Jawa Timur,
(Jakarta: Lembaga Ta‟lif wan Nasyr PBNU, 2015), hlm. 152-153.
38
Struktur Organisasi Nahdhatul Ulama (NU) terdiri dari:2
1. Pengurus Besar
2. Pengurus Wilayah
3. Pengurus Cabang/Pengurus Cabang Istimewa
4. Pengurus Majelis Wakil Cabang
5. Pengurus Ranting
6. Pengurus Anak Ranting
Secara garis besar, kepengurusan Organisai Nahdhatul
Ulama (NU) terbagi menjadi 3 yaitu:
a. Pengurus Besar Nahdhatul Ulama (PBNU)
b. Pengurus Wilayah Nahdhatul Ulama (PWNU)
c. Pengurus Cabang Nahdhatul Ulama (PCNU)
Kepengurusan Nahdhatul Ulama terdiri dari bagian, yaitu
Mustasyar, Syuriyah dan Tanfidziyah.
a. Mustasyar adalah penasehat yang terdapat di Pengurus Besar,
Pengurus Wilayah, Pengurus Cabang/ Pengurus Cabang
Istimewa, dan pengurus Majelis Wakil Cabang.
b. Syuriyah adalah pimpinan tertinggi Nahdhatul Ulama.
c. Tanfidziyah adalah pelaksana.3
Adapun data tentang kepengurusan organisasi Nahdhatul
Ulama secara lengkap dan terperinci akan penulis sertakan di
bagian lampiran.
C. Hasil Penelitian
Pemahaman Ulama NU Kota Banda Aceh terhadap konsep
hubbul wathan minal iman sedikit banyaknya tidak jauh berbeda
dengan konsep hubbul wathan yang dipelopori dan digaungkan
oleh K.H. Hasyim Asy‟ari. Inti dari konsep tersebut adalah
mengajak ummat islam pada umumnya baik laki-laki maupun
perempuan dari berbagai elemen masyarakat untuk menanamkan
dalam diri mereka sikap cinta tanah air.
2Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga Nahdlatul Ulama, Hasil
Keputusan..., hlm. 42. 3Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga Nahdlatul Ulama, Hasil
Keputusan..., hlm. 43.
39
Konsep yang telah dianut tersebut selanjutnya diaplikasikan
dalam kehidupan sosial sehingga dikenallah dengan istilah resolusi
jihad, yaitu sebuah upaya mempertahankan tanah air dari gangguan
atau ancaman dari luar yang membahayakan negara kesatuan
Republik Indonesia (NKRI).
1. Pemahaman Ulama NU Kota Banda Aceh Terhadap Konsep
Hubbul Wathan Minal Iman
Berdasarkan dari hasil wawancara dengan Ketua, Sekretaris,
dan beberapa Anggota Pengurus Cabang NU Kota Banda Aceh,
penulis menemukan beragam hasil yang sedikit banyaknya hampir
sama jawabannya satu sama lain terkait konsep hubbul wathan
minal iman.
Penulis memulai penelitian terhadap pertanyaan ini dengan
meminta tanggapan pertama sekali dari Ketua PCNU Kota Banda
Aceh, Tgk. Rusli Daud, SH.I atau yang sering disapa dengan
sebutan WaledRusli. Beliau memberikan penjelasan tentang
sebagai berikut:
Bahwa konsep hubbul wathan minal iman sejalan dan
searah dengan visi misi dan bagian dari pada identitas NU
Kota Banda Aceh yaitu masyarakat memiliki jiwa cinta
terhadap tanah air. Berkaca dari sejarah, di Aceh pernah
terjadi konflik yang berkepanjangan. Ketika itu, banyak dari
masyarakatAceh yang berjuang demi mempertahankan
tanah Aceh dari penindasan. Ini adalah bukti bahwa secara
praktek di lapangan memang masyarakat Aceh pada
umumnya dan Kota Banda Aceh khususnya sudah
menganut dan mengamalkan konsep hubbul wathan minal
iman namun mereka tidak terlalu familiar dengan
penggunaan istilah hubbul wathan minal iman
sehinggasulituntuk kita deteksi di kalangan masyarakat.
Sehingga perlu upaya lagi dari kita untuk membentuk
konsep hubbul wathan ini menjadi lebih sistematis agar
semua kalangan mengerti dan memahami secara betul
tentang konsep tersebut. Masyarakat Banda Aceh juga sadar
40
bahwa mereka selaku orang Aceh memang masih terikat
dengan NKRI. Dari itu, disadari atau pun tidak setiap
masyarakat pada umumnya sudah memiliki jiwa hubbul
wathan minal iman.4
Menurut peneliti pemahaman Waled Rusli tentang konsep
hubbul wathan minal iman kurang nasionalis, karena apa yang
disampaikan lebih banyak pembahasan yang mengarah kepada
kecintaan terhadap Aceh. Penulis beranggapan apa yang
disampaikan oleh waled terlalu fanatik terhadap Aceh khususnya
dan kurang berkaitan dengan harapan dan konsep yang
dimaksudkan oleh K.H. Hasyim Asy'ari, yaitu cinta terhadap tanah
air Indonesia. Padahal sejarah Indonesia juga mencatat penolakan
dan penentangan umat Islam terhadap penindasan kolonialisme.5
Nasionalisme yang mengarah kepada fanatisme kesukuan
tentu bertentangan dengan Islam. Tapi tidak selamanya
nasionalisme selalu berwajah fanatisme dan perpecahan antar-suku.
Sejarah membuktikan bahwa nasionalisme punya saat-saat
membebaskan dan mencerahkan.6
Kemudian peneliti melanjutkan wawancara dengan
Sekretaris NU Kota Banda Aceh, Tgk. Ismi Amran atau kerap
disapa dengan Ustad Mimi Amran yang beralamat di Ketapang.
Tidak jauh berbeda dengan apa yang disampaikan oleh Ketua
PCNU, Tgk. Ismi Amran memberikan penjelasan sebagai berikut:
Hubbul wathan minal iman sebagai sebuah konsep yang
mesti ada dalam setiap jiwa orang islam agar cinta terhadap
tanah air dan memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi.
Jikadilihat kondisi sosial masyarakat Kota Banda Aceh
sekarang, memang mayoritas pemerintah Aceh adalah
mantan kombatan GAM ketika masa konflik di Aceh kala
4Hasil wawancara dengan Ketua PCNU Kota Banda Aceh, Tgk. Rusli
Daud, SH.I, pada tanggal 1 Januari 2020. 5Lathiful Khuluk, Fajar Kebangunan Ulama, (Yogyakarta: LKIS,
2000), hlm. 69. 6Hasan Al-Banna, Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin, (Solo: Era
Intermedia, 2011), hlm. 206-208.
41
itu, tetapi seiring berjalannya waktu dapat kita lihat sendiri
bahwa sekarang mereka sangat mendukung penerapan
konsep hubbul wathan di masyarakat. Ditambah dengan
keadaan Aceh hari ini, meski dulu pernah terjadi konflik,
namun itu bukanlah satu masalah terhadap konsep hubbul
wathan minal iman Masyarakat kota Banda Aceh karena itu
cuman bentuk dari kekecewaan masyarakat Aceh kepada
pemerintah pusat. Kalau di Banda Aceh sendiri itu bukan
masalah apalagi masyarakat Kota Banda Aceh tidak terlalu
terkena dampak dari konflik Aceh. Jadi, tidak ada yang
tidak setuju terhadap konsep tersebut baik dari mantan
kombatan GAM, pemerintah, dan masyarakat, bahkan
mereka termasuk pelaku hubbul wathan minal iman itu
sendiri danberdiri di garda terdepan dalam memperjuangkan
tanah airnya.7
Menurut peneliti pemahaman konsep hubbul wathan minal
iman yang disampaikan oleh sekretaris NU kota Banda Aceh yang
penulis pahami. Sekarang konsep hubbul wathan minal iman di
terima di kalangan GAM karena adanya konflik butuh proses yang
panjang bagi masyarakat Aceh untuk memulihkan luka lama
walaupun di kota banda Aceh tidak terlalu berimbas karena
memang bukan tempat basis konflik Aceh.
Seorang penulis, Kamaruzzaman dalam bukunya yang
berjudul “Ulama Separatisme dan Radikalisme di Aceh”
mengatakan bahwa sejarah masa depan di Aceh akan begitu rumit,
tertama jika orang Aceh tidak mampu keluar dari kemelut konflik,
baik dengan pemerintah pusat maupun diantara sesama orang
Aceh. Jika kedua model konflik ini masih diteruskan, maka
tidaklah begitu susah memahami sejarah masa depan Aceh. Hal ini
tentu saja dapat dilihat dari hasil konflik Aceh yang selalu berujung
7Hasil wawancara dengan Sekretaris NU Kota Banda Aceh, Tgk. Ismi
Amran, pada tanggal 1 Januari 2020.
42
pada pengulangan sejarah, dengan modifikasi aktor dan isu yang
menjadi asbab kemunculan konflik tersebut.8
Selanjutnya ada juga tanggapan dari Desi Hartika, salah
satu anggota pengurus PCNU Kota Banda Aceh. Berikut ini
pemahaman beliau terhadap konsep hubbul wathan minal iman:
Konsep hubbul wathan minal iman sudah sangat dipahami
oleh semua kalangan, karena konsep hubbul wathan minal
iman ini adalah konsep yang sering diterapkan dan
dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari, dimana semua
orang menerapkan konsep tersebut dalam kesehariannya.
Contoh kecilnya seperti membantu fakir miskin itu juga
bentuk dari kecintaan terhadap tanah air. Adapun kegiatan
positif yang dilaksanakan oleh NU seperti acara-acara
silaturahmi adalah suatu hal yang sangat positif. Hal
tersebut tujuannya hanya satu yaitu memperkuat ukhuwah
persaudaraan . Dan harapannya, bukan di kalangan NU saja
yang bisa melakukan seperti itu, namun ormas-ormas lain di
Aceh ke depannya juga ikut bergerak dan mengambil andil
dan saling bersatu padu sehingga konsep hubbul wathan
minal iman itu bisa lebih terasa dalam keseharian
masyarakat luas, jadi tidak hanya di Banda Aceh dan
kalangan NU saja.9
Apa yang disampaikan oleh Desi Hartika di atas, menurut
peneliti belum sesuai dengan yang terjadi di lapangan. Nyatanya,
belum semua masyarakat terutama di Kota Banda Aceh sudah
memahami sepenuhnya konsep hubbul wathan minal iman dan
implementasinya pun masih jauh dari apa yang diharapkan
implementasinya oleh K.H. Hasyim Asy‟ari. Contoh yang
disampaikan memang sudah sesuai dengan konsep hubbul wathan
minal iman, yaitu berupa untuk saling membantu antar sesama dan
8Kamaruzzaman Bustaman-Ahmad dan M. Hasbi Amiruddin, Ulama
Separatisme dan Radikalisme di Aceh, (Yogyakarta: Kaukaba, 2013), hlm. 87. 9Hasil wawancara dengan anggota pengurus PCNU Kota Banda Aceh
Desi Hartika, pada tanggal 1 Januari 2020.
43
bersatu padu dalam tujuan yang sama. Namun ciri-ciri seseorang
sudah dianggap memiliki jiwa hubbul wathan tidak cukup hanya
itu saja, sehingga perlu adanya aksi yang lebih konkret dan
konsisten dari NU dan ormas-ormas yang ada di Aceh untuk
menggaungkan kembali hakikat dan makna dari konsep hubbul
wathan minal iman.
Indikator seseorang yang berperilaku cinta tanah air
beriman/memiliki kepercayaan religius, bertaqwa, berkepribadian,
semangat kebangsaan, disiplin, sadar bangsa dan negara, tanggung
jawab, peduli, rasa ingin tahu, berbahasa Indonesia baik dan benar,
mengutamakan kepentingan nasional dari pada individu,
kerukunan, kekeluargaan, demokrasi, percaya diri, adil, persatuan
dan kesatuan, menghormati/ menghargai, bangga akan bangsa dan
negara, cinta produk dalam negeri, tenggang rasa, Bhineka Tunggal
Ika (berbeda tetap satu tujuan), sederhana, kreatif, menempatkan
diri, cekatan/ulet.10
Tanggapan lain juga disampaikan oleh Tgk. Hendriansyah
yang beralamat di Jelingke. Beliau juga merupakan salah satu
anggota PCNU Kota Banda Aceh.
Mengenai konsep hubbul wathan minal imansebagaimana
yang dicetuskan oleh K.H. Hasyim Asy'ari Pendiri NU,
merupakan sebuah keyakinan yang teguh di dalam hati
seseorang tentang pentingnya bangsa yang mandiri dan
dapat berdiri sendiri dalam satu wadah yang bernama
Indonesia.Di Kota Banda Aceh saja untuk hal ini masih
sangat jauh dari harapan K.H. Hasyim Asy'ari, mungkin
sebagian kecil konsep hubbul wathan minal imansudah
diterapkan oleh NU Kota Banda Aceh, akan tetapi efek
yang timbul di masyarakat masih sangat jauh dari harapan
K.H. Hasyim Asy'ari. Ke depan konsep hubbul wathan ini
10
Budi Susanto, Gemerlap Nasionalitas Postkolonial, (Yogyakarta:
Kanisius, 2008), hlm. 25.
44
akan lebih diterapkan lagi dalam masyarakat Kota banda
Aceh khususnya.11
Peneliti setuju dengan apa yang disampaikan oleh Tgk.
Hendriansyah, karena konsep yang dipelopori oleh K.H. Hasyim
Asy'ari adalah konsep yang penerapannya luas dan tidak hanya
bersifat lokal. Oleh karena itu, konsep tersebut harus bisa
diterapkan dalam kehidupan masyarakat luas dan bisa dipahami
oleh setiap orang khususnya masyarakat Kota Banda Aceh.
Cinta tanah air adalah cara berfikir, bersikap dan berbuat
yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang
tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, kultur, ekonomi
dan politik bangsanya”.12
Hal yang sama pula disampaikan oleh Tgk. Hendry, yang
juga anggota PCNU Kota Banda Aceh beralamat di Lam Ateuk.
Beliau menerangkan bahwa:
Pemahaman NU Kota Banda Aceh sejauh ini sudah sangat
baik, karena semua komponen bangsa sudah mulai
memasukkan konsep hubbul wathan minal iman dalam
semua kurikulum baik itu di sekolah-sekolah dan pengajian-
pengajian yang tersebar di Kota Banda Aceh. Sejauh ini
tidak ditemukan kelompok-kelompok yang bertentangan
dengan NKRI, hanya saja NU Kota Banda Aceh harus lebih
mewaspadai dan mengantisipasi hal-hal yang akan terjadi
akibat masuknya ideologi dari luar yang nantinya akan
mengancam idiologi masyarakat tentang hubbul wathan
minal iman itu sendiri. Karena Kota Banda Aceh adalah
episentrumnya politik dan sosial sebagaimana yang kita
ketahui implementasi dari hubbul wathan yaitu resolusi
jihad. Singkatnya, resolusi jihad harus dipelopori kembali
maknanya dalam kondisi dan situasi saat ini. Karena pada
11
Hasil wawancara dengan anggota pengurus PCNU Kota Banda Aceh
Tgk. Hendriansyah, pada tanggal 2 Januari 2020. 12
Mahbubi, Pendidikan Karakter, (Yogyakarta: Pustaka Ilmu
Yogyakarta, 2012), hlm. 48.
45
saat resolusi jihad dicetuskan, kondisi di Indonesia kala itu
masih melawan penjajah. Sedangkan kondisi hari ini,
Indonesia sudah aman dan damai, sesekali mungkin masih
juga berupaya melawan paham-paham radikalisme yang
merusak Islam.13
Menurut peneliti, tanggapan yang diberikan oleh Tgk.
Hendri terkait pemahaman NU Kota Banda Aceh terhadap konsep
hubbul wathan minal iman sangatlah baik. Karena dalam kondisi
apapun jika berbicara tentang pandangan, sisi negatif dan sisi
positif akan pasti ada tidak terkecuali pada konsep itu sendiri. Oleh
karena itu, perlu adanya kewaspadaan dari NU sendiri dengan
masuknya ideologi dari luar. Peneliti juga setuju dengan tanggapan
yang diberikan terkait resolusi jihad yang mana istilah tersebut
harus dipelopori kembali mengingat pentingnya makna dan
kaitannya yang berhubungan erat dengan konsep yang dipelopori
oleh K.H. Hasyim Asy'ari. Bukan berarti resolusi jihad dan
prakteknya dalam masyarakat sudah hilang ditelan masa, akan
tetapi kondisi yang dihadapi saat ini berbeda dengan yang dihadapi
oleh masyarakat terdahulu. Jadi dengan dipelopori kembali istilah
resolusi jihad hari ini oleh NU sendiri khususnya, maka masyarakat
pun akan ikut lebih memahami dan lebih mengerti apa yang harus
dilakukan untuk saat ini dan ke depan.
Fatwa K.H Hasyim Asy„ari yang dikenal dengan nama
Resolusi Jihad berupa pernyataan yang diputuskan dalam rapat
konsul NU se-Jawa dan Madura itu berisikan ajakan untuk bersatu
mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia yang telah
diproklamirkan pada 17 Agustus 1945 oleh Soekarno. Bagi umat
Islam terutama warga NU wajib berjihad mengangkat senjata
melawan Belanda dan sekutu-sekutunya yang ingin menjajah
Negara ini kembali.14
13
Hasil wawancara dengan anggota pengurus PCNU Kota Banda Aceh
Tgk. Hendry, pada tanggal 2 Januari 2020. 14
Gugun el Guyane, Resolusi Jihad Paling Syar‟i, (Yogyakarta: Pustaka
Pesantren, 2010), hlm. 74-75.
46
Tidak berbeda jauh dari yang disampaikan oleh Tgk.
Hendri, Tgk. Andika yang juga pengurus NU yang beralamat di
Tungkop ikut memberi tanggapan yang hampir sama. Berikut
penjelasannya:
Konsep hubbul wathan minal imandi Banda Aceh saat ini
sedang berada pada proses transpormasi penanaman nilai-
nilai dari konsep hubbul wathan itu sendiri yang saat ini
mulai digalakkan melalui mimbar-mimbar dan seminar-
seminar dan tentunya kalangan NU baik secara struktural
khususnya sangat menerima serta menjadi agen penyebar
dari konsep hubbul wathan terhadap masyarakat umum di
Kota Banda Aceh dan konsep ini sangat sesuai karena sudah
menuju kepada konsep peradaban yang moderat.15
Penulis juga sepakat dengan tanggapan yang diberikan oleh
Tgk. Andika yang bahwa pemahaman konsep hubbul wathan minal
iman yang istilahnya tidak dikenal meluas oleh masyarakat Kota
Banda Aceh, untuk saat ini sedang diupayakan oleh NU sehingga
wajar jika masih pada tahapan transformasi penanaman nilai-nilai
dari konsep hubbul wathan minal iman sebelum diterapkan secara
meluas. Tentunya kalangan NU sendiri sangat menerima segala
masukan dan saran yang membangun dari masyarakat Kota Banda
Aceh di kemudian hari agar pemahaman terhadap konsep tersebut
tidak disalah artikan dan dapat dipahami sesuai harapan yang
diinginkan selama ini.
Nilai-nilai nasionalisme perlu ditanamkan kepada generasi
muda lewat kesadaran nasional yang dibangkitkan melalui
kesadaran sejarah. Tanpa kesadaran sejarah nasional tidak akan ada
identitas nasional, orang tidak punya keperibadian nasional.
Kesadaran nasional merupakan inspirasi dan aspirasi nasional,
keduanya penting guna menumbuhkan semangat nasionalis.16
15
Hasil wawancara dengan anggota pengurus PCNU Kota Banda Aceh
Tgk. Andika, pada tanggal 2 Januari 2020. 16
Tim Dosen PAI UNY, Din Al Islam, (Yogyakarta: UNY Press, 2002),
hlm. 13.
47
Peneliti juga mewawancarai Pemuda Anshor NU Kota
Banda Aceh, Tgk. Ibadurrahman. Menurutnya:
NU Kota Banda Aceh belum menyuarakan hubbul wathan
di kalangan masyarakat walaupun secara tidak sadar
masyarakat sendiri telah menerapkan konsep tersebut, tetapi
upaya dari NU sendiri masih sangat kurang sebagaimana
yang dicetuskan oleh K.H. Hasyim Asy'ari. Besar harapan
agar ke depan masyarakat kota Banda Aceh dibekali dengan
pemahaman tentang hubbul wathan minal iman yang
disosialisasi oleh NU Kota Banda Aceh secara lebih intens
agar mereka memahami secara lebih mendalam sehingga
masyarakat Kota Banda Aceh ikut andil dan lebih antusias
lagi dalam penerapan konsep hubbul wathan nantinya.17
Peneliti sepakat dengan apa yang disampaikan oleh
Ibadurrahman. Hakikatnya, Ulama NU Kota Banda Aceh
memahami konsep hubbul wathan minal iman sebagai suatu sikap
cinta tanah air. Fakta di lapangan sekilas memang, masyarakat kota
Banda Aceh belum memahami konsep tersebut secara mendalam
dan meluas, sehingga NU Kota Banda Aceh perlu memberikan
sosialisasi yang terus-menerus kepada masyarakat Kota Banda
Aceh.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Kementerian
Pendidikan Nasional menyebutkan cinta tanah air adalah cara
berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan,
kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,
lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.18
Berikut ini ada perbedaan penfsiran makna konsep hubbul
wathan minal iman antara Pengurus Besar Nahdhatul Ulama
(PBNU) dengan Kota Banda Aceh:
1. Konsep hubbul wathan minal iman menurut Pengurus Besar
Nahdhatul Ulama (PBNU) secara umum lebih condong ke arah
17
Hasil wawancara dengan Pemuda Anshor NU Kota Banda Aceh,
Ibadurrahman, pada tanggal 2 Januari 2020. 18
Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan
Karakter, (Bandung: Remaja Rosdakarya Offset, 2013), hlm. 54.
48
pemikiran K.H. Hasyim Asy‟ari, yaitu rasa cinta tanah air
sebagai suatu sikap yang harus dimiliki oleh seluruh rakyat
Indonesia dalam mempertahankan NKRI. Artinya, rakyat
Indonesia dimanapun mereka berada selagi dalam wilayah
NKRI harus berjiwa nasionalis tanpa terkecuali dalam
mempertahankan dan memperjuangkan NKRI apabila terjadi
ancaman dan marabahaya dari luar.
2. Sedangkan Pengurus Cabang Nahdhatul Ulama (PCNU)
memaknai hal itu lebih kedaerahan karena konsep itu sudah
tidak relefan untuk saat ini dan juga dari segi sejarah Indonesia
dan Aceh khususnya pernah mengalami konflik yang
mengakibatkan pergeseran budaya dan ideologi msyarakat
Aceh umumnya dan Banda Aceh khususnya, ditambah
Masyarakat Aceh hari ini sudah memiliki kekhususan untuk
mengatur daeranya sendiri baik itu berupa Qanun Kekhususan
Aceh contoh kecilnya seperti sejarah organisasi Persatuan
Ulama Aceh (PUSA) yang sekarang telah berubah nama
menjadi Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU).
2. Implementasi Konsep Hubbul Wathan Minal Iman
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ketua, Sekretaris, dan
beberapa Anggota Pengurus Cabang NU Kota Banda Aceh, penulis
menanyakan tentang implementasi dari Konsep hubbul wathan
minal imanapakah masih relevan untuk diterapkan di era
kontemporer seperti saat ini terutama sekali di Kota Banda Aceh.
Terkait pertanyaan peneliti mengenai relevan atau tidaknya
implementasi konsep hubbul wathan minal iman di era
kontemporer seperti saat ini, Ketua PCNU Kota Banda Aceh,Tgk.
Rusli Daud, SH.I memberikan penjelasan:
Konsep hubbul wathan minal iman: akan selalu relevan
untuk diterapkan dalam kehidupan masyarakat terutama di
Kota Banda Aceh. Dalam implementasi nantinya memang
sekarang bukan lagi dalam bentuk perang fisik atau jihad,
tetapi lebih kepada perang terhadap pemahaman sesat yang
terjadi di lapangan, perang dalam menjaga harkat martabat
Aceh dari kemerosotan moral akhlak akibat pengaruh
teknologi, dan juga perang terhadap budaya luar yang
49
sedikit demi sedikit mulai pudar dan mengikis nilai-nilai
keacehan dari budaya Aceh disebabkan pengaruh budaya
luar yang menyeleneh, menyimpang, dan tidak sesuai
syari‟at islam yang berlaku di Aceh. Beliau menambahkan,
dalam penerapannya tentu masih ada kendalanya, salah
satunya adalah sumber daya manusia dari orang Aceh masih
sangat lemah terhadap budayanya sendiri, sehingga generasi
sekarang atau sering diistilahkan dengan generasi
milenialbanyak yang tidak paham lagi tentang keacehan
padahal ia sendiri orang aceh tetapi tidak begitu paham
tentang Aceh. Selain itu mereka juga kurang dalam
pemahaman ilmu agama, jangankan paham ilmu kadang
mengaji pun tidak bisa. Jika membaca Al-Qur'an saja dia
tidak bisa, apalagi mengamalkan isi kandungannya. Apabila
sudah seperti ini kondisinya, sangat besar kemungkinan
akan berefek kepada pribadi tersebut seperti tidak merasa
bertanggung jawab terhadap kewajiban yang diperintahkan
agama sehingga jiwa hubbul wathan minal iman dalam
dirinya juga ikut tergerus dan merosot bahkan hilang tidak
ada lagi sama sekali. Jadi, upaya yang harus dilakukan
adalah memberikan sosialisasi kepada masyarakat tentang
keacehan, keagamaan, dan syari‟at islam sehingga siapapun
dan dimanapun dia berada dapat dipastikan bahwa dalam
dirinya terdapat jiwa nasionalisme dan loyal terhadap
agamanya sendiri.19
Menurut peneliti, implementasi dari konsep hubbul wathan
minal iman yang disampaikan oleh Waled Rusli sesuai karena
konsep tersebut akan selalu sesuai untuk diterapkan di kalangan
masyarakat hari ini. Negara Indonesia tidak lagi seperti dulu yang
selalu dijajah, sehingga bentuk kecintaan terhadap tanah air bisa
diaplikasikan dengan leluasa tanpa kendala. Bentuk dari kecintaan
19
Hasil wawancara dengan Ketua PCNU Kota Banda Aceh, Tgk. Rusli
Daud, SH.I, pada tanggal 1 Januari 2020.
50
terhadap tanah air bisa dalam bentuk menghidupkan pengajian-
pengajian dan tempat-tempat pendidikan.
Ada tiga aspek dalam nasionalisme kebangsaan indonesia:20
1. Aspek politik yang bersifat menumbangkan dominasi politik
bangsa asing yang merugikan bangsa ini untuk menggantinya
dengan suatu sistem pemerintahan yang demokratis yang
dipegang oleh kaum terjajah itu sendiri.
2. Aspek sosial ekonomis yang bersifat menghentikan eksploitasi
ekonomi asing dan membangun masyarakat yang bebas dari
kemelaratan dan mandiri.
3. Aspek kultural yang bersifat menghidupkan kembali tradisi-
tradisi lokal yang sesuai dengan kepribadian bangsa dan
disesuaikan dengan laju zaman.
Kemudian peneliti menyatakan hal yang serupa kepada
sekretaris PCNU Kota Banda Aceh, Tgk. Ismi Amran. Berbicara
tentang implementasi hubbul wathan minal iman, beliau memberi
tanggapan sebagai berikut:
Penerapan konsep hubbul wathan minal iman di era
kontemporer seperti sekarang ini masih sangat relevan dan
sangat cocok, terlebih jika dipadukan dengan konsep agama
sehingga melahirkan generasi Aceh yang maju dan
berakhlakul karimah serta memiliki kecintaan terhadap
sesama. Penerapan konsep tersebut di Banda Aceh saat ini
sedang digalakkan kepada muda-mudi kota Banda Aceh
melalui PCNU sendiri. Ditambah lagi dari kepemudaan
Ansor NU Kota Banda Aceh juga mulai mensosialisasikan
kepada masyarakat tentang semangat cinta tanah air
meskipun hari ini bukti kecintaan terhadap tanah air tidak
lagi dalam bentuk peperangan karena memang tidak ada
lagi penjajah. Kecintaan masyarakat terhadap tanah air
diaplikasikan dalam bentuk keummatan, maknanya kita
harus memikirkan penyelesaian konflik sesama saudara
20
Muhamad Rifai, K.H Hasyim Asy‟ari: Biografi Singkat 1871-1947,
(Jogjakarta: Garasi, 2009), hlm. 24.
51
sebangsa dan setanah air demi terciptanya masyarakat yang
sejahtera. Tugas PCNU Kota banda Aceh hari ini sebagai
bentuk kecintaan terhadap tanah air yaitu membantu
masyarakat contohnya seperti memberikan pemahaman
kepada masyarakat tentang aqidah ahlussunnah wal jama'ah
kepada masyarakat Kota Banda Aceh dari paham-paham
radikal contohnya seperti paham salafi wahabi supaya
masyarakat tidak terjerumus kepada pemahaman yang
salah. Beliau menambahkan, konsep hubbul wathan saat ini
dapat diaplikasikan dalam bentuk rasa saling peduli dan
membantu satusama lain dalam kehidupan bermasyarakat
dan bernegara. Contohnya budaya ronda malam demi
menjaga keamanan gampong dan bentuk kekompakan
lainnya yang sekarang sudah sangat jarang dilihat di
masyarakat seperti di desa-desa apalagi di Kota Banda Aceh
yang dengan kemajuannya hari ini hampir tidak terlihat lagi
budaya yang seperti itu. Kendala yang dihadapi saat ini
adalah adanya paham-paham radikal dan paham salafi
wahabi yang akhir-akhir ini muncul di kalangan masyarakat
Kota Banda Aceh dan meresahkan masyarakat kota Banda
Aceh. Namun itu bukanlah masalah yang besar, bahkan
dengan banyaknya konflik malah menambah hubbul wathan
masyarakat. Karena kenapa itu adalah bukti dari kecintaan
masyarakat terhadap tanah air. Adapun upaya yang
dilakukan terhadap masyarakat yang anti Nasionalisme
yaitu dengan memberi pemahaman kepada masyarakat
awam, sehingga tidak ada lagi yang tidak paham dengan
konsep tersebut karena secara tidak sadar mereka adalah
pelaku hubbul wathan minal iman. Hanya saja mereka tidak
paham tentang pemaknaan hubbul wathan itu sendiri.21
Menurut peneliti implementasi yang dimaksudkan oleh
sekretaris NU Kota Banda Aceh sekarang ini sudah sesuai, akan
21
Hasil wawancara dengan Sekretaris NU Kota Banda Aceh, Ismi
Amran, pada tanggal 1 Januari 2020.
52
tetapi peneliti tidak sepakat dengan yang disampaikan sekretaris
NU Kota Banda Aceh mengenai dampak dari konflik akan
membuat bertambahnya hubbul wathan minal iman masyarakat
kota Banda Aceh. Seperti konflik yang terjadi di Aceh dahulu,
adalah bentuk dari kekecewaan terhadap pemerintah pusat. Hal
tersebut tentu akan membuat rasa nasionalisme masyarakat Banda
Aceh menjadi berkurang terhadap NKRI.
Organisasi NU sebagaimana organisasi-organisasi pribumi
lain baik yang bersifat sosial, budaya dan keagamaan yang muncul
dan lahir di masa penjajahan, pada dasarnya merupakan
perlawanan terhadap penjajah.22
Namun NU juga harus berupa
sebisa mungkin untuk terlebih dahulu menyelesaikan konflik yang
terjadi baru kemudian fokus dalam implementasi konsep hubbul
wathan minal iman.
Hal senada juga disampaikan oleh salah satu anggota
pengurus PCNU Kota Banda Aceh, Desi Hartika yang beralamat
di Jeulingke. Berikut penjelasan singkatnya:
Bahwa konsep hubbul wathan minal iman saat ini bisa
diterapkan melalui pesantren-pesantren, madrasah dan
sekolah-sekolah yang ada di kota Banda Aceh dalam bentuk
sosialisasi tentang pemahaman konsep hubbul wathan.23
Menurut peneliti implementasi konsep hubbul wathan minal
imam yang disampaikan oleh Desi Hartika cukup baik yaitu
memberikan pemahaman-pemahaman tentang hubbul wathan
minal iman di pesantren dan sekolah-sekolah yang ada di Banda
Aceh. Akan tetapi peneliti merasa hal itu masih belum cukup tanpa
didorong oleh lingkungan masyarakat yang mendukung akan hal
tersebut.
22
Abdul Mun‟im DZ, K.H. Abdul Wahab Hasbullah, Kaidah Berpolitik
dan Bernegara, (Jakarta: PBNU, 2014), hlm. 26. 23
Hasil wawancara dengan anggota pengurus PCNU Kota Banda Aceh
Desi Hartika, pada tanggal 1 Januari 2020.
53
Indikator nasionalisme yang diterapkan di sekolah dan kelas
antara lain:24
1. Menanamkan nasionalisme dan rasa persatuan dan kesatuan
bangsa.
2. Menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
3. Memajang bendera Indonesia, pancasila, gambar presiden,
serta simbol-simbol negara lainnya.
4. Bangga dengan karya bangsa.
5. Melestarikan seni dan budaya bangsa.
Demikian juga ada penjelasan dari Tgk. Hendriansyah yang
beralamat di Jeulingke yang juga salah satu pengurus cabang NU
kota Banda Aceh. Menurutnya:
Konsep hubbul wathan minal iman di era kontemporer saat
ini yang di terapkan oleh PCNU Kota Banda Aceh yaitu
dalam bentuk kegiatan sosialisasi seperti penanaman
Aqidah yang kokoh kepada masyarakat yaitu melalui
majelis pengajian dan dengan metode dakwah yang sering
kita lihat di masjid-masjid di Kota Banda Aceh25
Peneliti setuju dengan apa yang disampaikan oleh Tgk.
Hendriansyah, karena konsep yang dipelopori oleh K.H. Hasyim
Asy'ari adalah konsep yang penerapannya luas dan tidak hanya
bersifat lokal. Oleh karena itu, konsep tersebut harus bisa
diterapkan dalam kehidupan masyarakat luas dan bisa dipahami
oleh setiap orang.
Perilaku sikap cinta tanah air berarti mencintai produk
dalam negeri, rajin belajar bagi kemajuan bangsa dan negara,
mencintai lingkungan hidup, melaksanakan hidup bersih dan sehat,
mengenal wilayah tanah air tanpa fanatisme kedaerahan.26
24
Agus Zaenul Fitri, Pendidikan Karakter Berbasis Nilai & Etika di
Sekolah, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), hlm. 39. 25
Hasil wawancara dengan anggota pengurus PCNU Kota Banda Aceh
Hendriansyah, pada tanggal 2 Januari 2020. 26
Dirjen Pothankam, Pendidikan Kesadaran Bela Negara (Pedoman
Bagi Dosen Pendidikan Kewarganegaraan), (Jakarta: Direktorat Jendral Potensi
Pertahanan, 2010), hlm. 47.
54
Adapun impelementasi hubbul wathan minal iman jugaikut
disampaikan oleh Tgk. Hendry. Beliau beralamat di Lam Ateuk
dan merupakan anggota PCNU Kota Banda Aceh, memberikan
penjelasan:
Bahwa konsep tersebut untuk saat ini dapat diterapkan
dengan cara menjaga nilai-nilai adat dan amaliah
ahlussunnah waljama’ah yang sudah sangat sesuai dengan
konsep Kota Banda Aceh Gemilang yang dipelopori oleh
Wali Kota Banda Aceh cuma keadaan hari ini yang kurang
mendukung Hubbul wathan karena akibat beberapa faktor,
yaitu: 1. Lemahnya pengkaderan organisasi; 2. Apatisme
masyarakat untuk membela tanah air; 3. Kurangnya
pendidikan politik kalau itu sudah bisa di atasi maka akan
terbentuk Kota Banda Aceh yang gemilang seperti harapan
masyarakat Kota Banda Aceh.27
Peneliti sepakat dengan apa yang disampaikan oleh Tgk.
Hendry. Bagaimanapun juga konsep hubbul wathan minal iman
hari ini harus dijaga dengan nilai-nilai adat dan amaliah
ahlussunnah wal jama'ah. Akan tetapi seperti yang sebelumnya
peneliti sampaikan bahwa di dalam penerapan konsep tersebut
nantinya pasti ada plus-minusnya seperti yang di sampaikan oleh
Tgk. Hendry dimana kekurangan paling mencolok adalah lemahnya
pengkaderan organisasi, apatisme masyarakat untuk membela tanah
air dan kurangnya pendidikan politik. Maka dari itu, kehadiran NU
merupakan salah satu upaya melembagakan wawasan tradisi
keagamaan yang dianut jauh sebelumnya, yakni paham ahlussunah
wal jama’ah.28
Tanggapan dari Tgk. Andika, yang juga pengurus NU yang
beralamat di Tungkop sedikit agak berbeda dengan apa yang
dijelaskan oleh beberapa anggota pengurus lainnya, bahwa:
27
Hasil wawancara dengan anggota pengurus PCNU Kota Banda Aceh
Tgk. Hendry, pada tanggal 2 Januari 2020. 28
K.H. Achmad Shiddiq, Khittah Nahdliyyah, (Surabaya: Balai Buku,
1980), hlm. 11.
55
Terdapat beberapa masalahdan bisa dikatakan sulit dalam
mengimplementasikan konsep hubbul wathan minal iman di
Banda Aceh saat ini karena adanya pola indokrinisasi dari
gerakan-gerakan garis radikal yang cenderung memaknai
jihad yang tidak sesuai dan relatif salah. Banda Aceh hari
ini dipenuhi oleh sekelompok orang yang cenderung tidak
mendukung konsep hubbul wathan kalau dalam segi
penerapan sudah mulai diterapkan pada seminar-seminar
yang disosialisasikan pada masyarakat kemudian di lakukan
sebuah gerakan nyata terhadap konsep hubbul wathan minal
iman pemahaman ini harus terus diberikan kepada
masyarakat dan terlebih kepada pihak yang menentangnya
supaya masyarakat paham apa itu konsep hubbul wathan
karena konsep hubbul wathan minal iman merupakan
konsep terhadap mencintai tanah air dan di kolaborasi
dengan konsep agama sehingga melahirkan jargon hubbul
wathan minal iman yg sesuai dengan harapan pendiri NU.29
Menurut peneliti, penyampaian informasi dari beliau kurang
akurat karena beliau tidak memperjelas sekelompok orang yang
dimaksudkan di atas. Beliau hanya menyampaikan ciri-ciri
sekelompok orang tersebut yaitu mereka berpaham radikal dan
menyesatkan. Sehingga peneliti tidak bisa mengambil kesimpulan
terkait identitas kelompok yang dimaksudkan, dikarenakan maksud
radikal dan sesat yang disampaikan oleh beliau masih umum sekali
penafsirannya. Jika memang konsep hubbul wathan minal iman di
Aceh masih dianggap terkendala dan belum bisa diterapkan karena
usikan dan gangguan dari kelompok radikal dan sesat tersebut,
maka NU Kota Banda Aceh harus terlebih dahulu menyelesaikan
dan menumpas kolompok tersebut dengan melakukan kerjasama
dan meminta bantu dari pihak terkait seperti pihak kepolisian atau
MPU (Majelis Permusyawaratan Ulama) Aceh. Dengan begitu,
diharapkan kedepan tidak ada kendala dan halangan dalam
29
Hasil wawancara dengan anggota pengurus PCNU Kota Banda Aceh
Tgk. Andika, pada tanggal 2 Januari 2020.
56
penerapan konsep tersebut di kalangan masyarakat Kota Banda
Aceh.
Perasaan cinta tanah air dapat diwujudkan dalam berbagai
hal, yaitu (1) menjaga nama baik bangsa dan tanah air Indonesia;
(2) berjiwa dan berkeperibadian Indonesia; (3) bangga bertanah air
Indonesia dengan penduduk dan adat istiadat yang berbhineka; (4)
tidak akan melalukan perbuatan dan tindakan yang merugikan
tanah air dan bangsa; (5) setia dan taat pada peraturan perundang-
undangan yang berlaku.30
Terkait hal ini, penulis juga meminta tanggapan dari
anggota Anshor NU Kota Banda Aceh, Ibadurrahman. Dia
menjelaskan bahwa:
Konsep hubbul wathan minal iman di jaman milenial ini
dapat diimplementasikan dalam bentuk sosialisasi yaitu
memberikan pemahaman tentang hubbul wathan itu sendiri
terhadap remaja zaman sekarang yang sangat meresahkan
masyarakat karena kebiasaan buruk mereka yaitu mabuk
game online. Oleh karena itu perlunya upaya dari NU Kota
Banda Aceh secara khusus bisa memberikan pemahaman
hubbul wathan kepada mereka supaya mereka lebih cinta
budayanya sendiri ketimbang budaya orang lain.31
Penulis sangat sepakat dengan yang disampaikan oleh Tgk.
Ibadurrahman. Implemetasi dari hubbul wathan minal iman sangat
cocok untuk remaja. Melihat kondisi mereka yang kian hari
semakin kecanduan game online, maka disinilah seharusnya peran
NU Kota Banda Aceh untuk memberikan perhatian lebih kepada
remaja yang menjadi korban game online. Mereka dibina, dididik,
dan diberikan pemahaman tentang hubbul wathan minal iman
30
Yusmar Basri, dkk, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama untuk Siswa Kelas 1, (Jakarta: Balai Pustaka,
1997), hlm. 13-14. 31
Hasil wawancara dengan Pemuda Anshor NU Kota Banda Aceh,
Ibadurrahman, pada tanggal 2 Januari 2020.
57
supaya kebiasaan buruk tersebut tidak berefek fatal di kemudian
hari bagi bangsa dan negera khususnya Kota Banda Aceh.
Kementerian Pendidikan Nasional menyebutkan penanaman
nilai cinta tanah air sangat erat kaitannya dalam pembentukan
karakter siswa yang berguna bagi pembangunan bangsa. Oleh
karena itu sangat penting bagi sekolah, terurtama guru, untuk
menanamkan nilai cinta tanah air ke dalam diri siswa, sehingga
siswa memiliki karakter cinta tanah air sebagai bekal sebagai
generasi penerus bangsa.32
D. Analisis Data
Setelah menganalisis hasil penelitian di atas penulis akan
melakukan telaah dengan beberapa teori pendukung sebagai bentuk
ulasan terhadap hasil penelitian. Pada bab sebelumnya telah
diuraikan tentang teknik analisis data, diantaranya adalah
menganalisis (membahas), pandangan tokoh maupun pandangan
masyarakat Gampong Lambaro Skep, penulis dapat menyimpulkan
bahwa karakteristik ulama karismatik sebagai berikut:
Menurut teori yang di kemukakan oleh Sartono Kartodirjo
menyatakan bahwa nasionalisme dalam negara kebangsaan dijiwai
oleh lima prinsip nasionalisme: yaitu kesatuan, kebebasan,
kesamaan, keperibadian dan identitas, serta prestasi.33
Jadi pada intinya jiwa nasionalisme dapat diartikan sebagai
sikap yang tertanam dalam tubuh untuk mempertahankan harga diri
dan kehormatan bangsa, sehingga akan muncul perasaan satu
sebagai suatu bangsa, satu dengan seluruh warga yang ada dalam
masyarakat.
Ada beberapa indikator yang dapat diketahui pada diri
seseorang mengenai jiwa nasionalisme sebagai berikut:34
1. Bangga sebagai warga negara
2. Cinta Tanah air
32
Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep..., hlm. 54. 33
Sartono Kartodirjo, Model Evaluasi Pembelajaran Sejarah,
(Yogyakarta: Ombak, 2011), hlm. 41. 34
Sartono Kartodirjo, Model Evaluasi..., hlm. 141.
58
3. Rela berkorban demi bangsa
4. Menerima kemajemukan
5. Bangga dengan budaya
6. Menghargai jasa pahlawan
7. Mengutamakan kepentingan umum
Menurut teori George McTurnan Kahin berakar pada tradisi
islam di Nusantara yang digerakkan dari pesantren. Nasionaisme
hadir dari perjuangan ulama dan kiai di Nusantara untuk melawan
penjajah yang merampas kekayaan pribumi saat itu. Pesantren yang
di maksud adalah pesantren yang diasuh oleh K.H. Hasyim Asy‟ari
pendiri Nahdatul Ulama (NU) yang menggelorakan spirit
nasionalisme bernafaskan islam. Para santri saat itu membuktikan
nasionalismenya dengan mengangkat senjata mengusir penjajah.35
Apabila bersungguh-sungguh dalam melakukan sesuatu
dengan niat dan ridha Allah pastinya akan mendapatkan hal
tersebut. Sama halnya dengan menerapkan konsep hubbul wathan
minal iman dalam kehidupan kita sehari-hari sebagai bentuk
kecintaan terhadap tanah air. Karena walaupun telah memahami
dan mengamalkan konsep hubbul wathan minal iman tidak lengkap
tanpa mensosialisasikan kepada masyarakat luas tentang konsep
tersebut supaya bentuk dari kecintaan terhadap tanah air bisa di
pahami dan bertambahnya nasionalisme masyarakat.
Adapun mengenai pemahaman Ulama NU Kota Banda
Aceh terhadap konsep hubbul wathan sebagaimana yang telah
penulis sebutkan pada hasil penelitian bahwa Ulama NU Kota
Banda Aceh memahami konsep hubbul wathan sebagaiman yang di
cetuskan oleh K.H. Hasyim Asy‟ari. Menurut Sartono Kartodirjo
menyatakan bahwa nasionalisme dalam negara kebangsaan dijiwai
oleh lima prinsip nasionalisme kesatuan, kebebasan, kesamaan,
keperibadian dan prestasi. Jadi pada intinya jiwa nasionalisme
dapat diartikan sebagai sikap yang tertanam dalam tubuh untuk
35
Zainul Milal Bizawie, Materpiece Islam Nusantara: Sanad dan
Jejaring Ulama-Santri (1830-1945), (Tanggerang: Pustaka Compas, 2016), hlm.
19.
59
mempertahankan harga diri dan kehormatan bangsa, sehingga akan
muncul perasaan satu sebagai suatu bangsa, satu dengan seluruh
warga yang ada dalam masyarakat. Pada dasarnya setiap manusia
sejak mereka hadir di dunia sudah memiliki hubbul wathan dalam
dirinya seiring berjalannya waktu dengan perkembangan zaman
pada alam sekitar kita akan membuat kecintaan kita terhadap tanah
air bertamabah dan dengan dinamika yang terjadi tentu akan
membawa kita kepada arah yang lebih baik lagi.
Konsep hubbul wathan minal iman di era kontemporer saat
ini berdasarkan teori di atasmenunjukkan bahwa penerapan konsep
hubbul wathan sekarang ini tidak lagi dalam bentuk resolusi jihad
atau peperangan karena kondisi negara kita saat ini tidak dalam
keadaan dijajah tetapi lebih kepada melawan paham-paham
radikalisme yang muncul di tengah-tengah kita hari ini dan
memberikan pemahaman kepada masyarakat khususnya
masyarakat Kota Banda Aceh itu sendiri dan masyarakat luas pada
umumnya tentang pentingnya cinta tanah air dengan cara
mensosialisasikan kepada masyarakat dan menjadi pelaku hubbul
wathan dalam bentuk bergotong-royong, membantu sesama dan
menjaga kebersihan karena itu juga bentuk dari konsep hubbul
wathan.
60
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, penulis dapat mengambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Ulama NU Kota Banda Aceh memahami konsep hubbul
wathan minal iman sebagai berikut:
a. Hubbul wathan minal iman sebagai sebuah konsep yang
sangat penting dan perlu untuk dimiliki oleh setiap
muslim.
b. Konsep hubbul wathan minal iman yang dipahami oleh
ulama NU Kota Banda Aceh sejalan dengan apa yang
dipelopori oleh K.H. Hasyim Asy’ari.
c. Ulama NU Kota Banda memberikan pandangan bahwa
hubbul wathan minal iman adalah rasa cinta terhadap
tanah air yang harus dimiliki oleh setiap masyarakat
Kota Banda Aceh demi tegaknya kesatuan masyarakat di
KotaBanda Aceh.
d. Dengan memahami konsep hubbul wathan minal iman,
jiwa nasionalisme masyarakat akan lebih muncul
membentuk keperibadian secara sadar yang di lakukan
sejak dini, yang mengandung komponen pengetahuan,
kesadaran individu, tekat, serta adanya kemauan dan
tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai, baik terhadap
Tuhan yang maha Esa, diri sendiri, lingkungan, maupun
bangsa sehingga akan terwujud insan kamil dengan
dilandasi rasa bangga terhadap bangsa dalam bahasa,
budaya, sosial, politik serta ekonomi sehingga rela
berkorban untuk mempertahankan bangsa secara sadar
tanpa ada paksaan dari siapapun.
2. Ulama NU Kota Banda Aceh menganggap bahwa konsep
hubbul wathan minal iman masih relevan untuk
diimplementasikan di era kontemporer seperti saat ini, hanya
61
saja konsep tersebut hari ini tidak lagi diimplementasikan
dalam bentuk peperangan karena memang sekarang tidak ada
lagi peperangan. Akan tetapi implementasi konsep hubbul
wathan minal imanlebih kepada perang terhadap pemahaman
sesat yang terjadi di lapangan, perang dalam menjaga harkat
martabat Aceh dari kemerosotan moral akhlak akibat
pengaruh teknologi, dan juga perang terhadap budaya luar
yang sedikit demi sedikit mulai pudar dan mengikis nilai-
nilai keacehan dari budaya Aceh disebabkan pengaruh
budaya luar yang menyeleneh, menyimpang, dan tidak sesuai
syari’at islam yang berlaku di Aceh.
B. Saran
1. Ada baiknya NU Kota Banda Aceh mengadakan satu
acara rutin dan berkelanjutan untuk memberikan
pemahaman terhadap konsep hubbul wathan minal
iman,sehingga konsep tersebut dapat lebih dipahami oleh
masyarakat Kota Banda Aceh dan lebih cinta terhadap
tanah air.
2. NU Kota Banda Aceh harus meningkatkan lagi
sosialisasi di kalangan masyarakat terkait konsep hubbul
wathan minal iman dalam bentuk kegiatan berupa
seminar, pengajian, atau ceramah-ceramah dalam praktik
keagamaan.
3. Diharapkan kepada masyarakat Aceh khususnya Kota
BandaAceh untuk memberi dukungan penuh dan ikut
terlibat dalam acara atau kegiatan yang diadakan dan
disosialisasikan oleh NU Kota Banda Aceh, serta
mengajak masyarakat lain ikut serta dalam kegiatan NU
tersebut agar terwujud masyarakat yang cinta tanah air.
62
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an dan Hadits
Al-Qur’anul Karim.
Shahih al-Bukhari
Buku
Anggito, Albi & Johan Setiawan. Metodelogi Kualitatif Cet-1.
Sukabumi: Jejak, 2018.
Anshari, Endang Saifudin. Wawasan Islam: Pokok-pokok Pikiran
Tentang Paradigma dan Sistem Islam. Jakarta: Gema
Insani, 2004.
Al-Banna, Hasan. Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin. Solo:
Era Intermedia, 2011.
Basri, Yusmar, dkk. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama untuk Siswa Kelas 1.
Jakarta: Balai Pustaka, 1997.
Bizawie, Zainul Milal. Materpiece Islam Nusantara: Sanad dan
Jejaring Ulama-Santri (1830-1945). Tanggerang: Pustaka
Compas, 2016.
Bustaman, Kamaruzzaman dan M. Hasbi Amiruddin. Ulama
Separatisme dan Radikalisme di Aceh. Yogyakarta:
Kaukaba, 2013.
Bustami, Abdul Latif dan Tim Sejarawan Tebuiring. Resolusi
Jihad. Jawa Timur: Pustaka Tebuireng, 2015.
Chotib dan Djazuli. Kewarganegaraan Menuju Masyarakat
Madani. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2007.
63
Dirjen Pothankam. Pendidikan Kesadaran Bela Negara (Pedoman
Bagi Dosen Pendidikan Kewarganegaraan). Jakarta:
Direktorat Jendral Potensi Pertahanan, 2010.
El Guyane, Gugun. Resolusi Jihad Paling Syar‟i. Yogyakarta:
Pustaka Pesantren, 2010.
Fitrah, Muh. dan Luthfiyah. Metodelogi Penelitian; Penelitian
Kualitatif, Tindakan Kelas & Studi Kasus cet-1. Jawa Barat:
Jejak, 2017.
Haq, Amka. Islam Rahmah Untuk Bangsa. Jakarta: RMBOOKS,
2009.
Isra,Yunal, dkk. Fikih Nasionalisme. Banten: Yayasan Pengkajian
Hadits el-Bukhari Institute, 2018.
Kartodirjo, Sartono. Model Evaluasi Pembelajaran Sejarah.
Yogyakarta: Ombak, 2011.
Khuluk, Lathiful. Fajar Kebangunan Ulama. Yogyakarta: LKIS,
2000.
Mahbubi. Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Pustaka Ilmu
Yogyakarta,2012.
Mun’im DZ, Abdul. KH. Abdul Wahab Hasbullah, Kaidah
Berpolitik dan Bernegara. Jakarta: PBNU, 2014.
Retno, Listyarti. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Esis,
2007.
Rifai, Muhamad. K.H. Hasyim Asy‟ari: Biografi Singkat 1871-
1947. Jogjakarta: Garasi, 2009.
64
Saifuddin, Lukman Hakim, dkk. Riwayat Hidup dan Perjuangan
Prof. K.H. Saifuddin Zuhri Ulama Pejuang Kemerdekaan.
Jakarta: Yayasan Saifuddin Zuhri, 2013.
Samani, Muchlas dan Hariyanto. Konsep dan Model Pendidikan
Karakter. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset, 2013.
Shiddiq, Achmad. Khittah Nahdliyyah. Surabaya: Balai Buku,
1980.
Siradj, Said Aqil. Ahlussunnah wal Jama’ah; Sebuah Kritik
Historis. Jakarta: Pustaka Cendikia Muda, 2008.
Sugioyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta, 2011.
Sukmadinata, Ns. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Graha
Akasara, 2006.
Susanto, Budi. Gemerlap Nasionalitas Postkolonial. Yogyakarta:
Kanisius, 2008.
Suwendra, I Wayan. Metodelogi Penelitian Kualitatif dalam Ilmu
Sosial, Pendidikan, Kebudayaan dan Keagamaan Cet-1.
Bandung: Nilacakra, 2018.
Tika, Moh Pabundu. Metodologi Riset Bisnis. Jakarta: Bumi
Akasara, 2006.
Tuloli, Jassin dan Dian Ekawaty Ismail. Pendidikan Karakter
Menjadikan Manusia Berkarakter Unggul. Yogyakarta: UII
Press, 2016.
UNY, Tim Dosen PAI. Din Al Islam. Yogyakarta: UNY Press,
2002.
65
Wahid, Abdurrahman. Islamku Islam Anda Islam Kita. Jakarta:
Democracy Project, 2011.
Zaenul Fitri, Agus. Pendidikan Karakter Berbasis Nilai & Etika di
Sekolah. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012.
Zuhri, Saifuddin. Berangkat dari Pesantren Otobiografi Prof. K.H.
Saifuddin Zuhdi. Jakarta: Gunung Agung, 1987.
Skripsi
Asmaul Husna, Febriyanti, “Sikap Keagamaan Moderat Nahdlatul
Ulama (NU) dan Komitmen dalam Mempertahankan Empat
Pilar Kebangsaan, dalam Jurnal Penguatan Spirit
Kebangsaan di Tengah Tarikan Primordialisme dan
Globalisme. 2017.
Asrhawi Muin, “Nilai Nasionalisme Dalam Film Tanah Surga
Katanya (Analisis Semiotika)”, Skripsi, Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanudin Makasar,
2015.
Jurnal
Ita Mutiara Dewi, “Nasionalisme Dan Kebangkitan Dalam
Teropong”, dalam Jurnal Mozaik Vol.3 No.3, 2018.
Lina Yuliatin, “Upaya Penanaman Rasa Cinta Tanah Air Pada
Para Santri di Pesantren Majma’al Bahrain Shiddikiyyah
Kabupaten Jombang”.Vol. 2 No.1, 2013.
Nur Rofiq, “Tela’ah Konseptual Implementasi Slogan Hubb al-
Wathan Min al-Iman KH.Hasyim Asy’ari dalam Pendidikan
Karakter Cinta Tanah Air”, dalam jurnal Keluarga Sehat
Sejahtera Vol. 16, 2018.
66
Nur Rofiq, “Telaah Konseptual Implementasi Slogan Hubb al-
Wathan Min al-Iman Kh.Hasyim Asy’ari Dalam Jurnal
Pendidikan Karakter Cinta Tanah Air”, Vol 16, No 2,
2018.
Trisnowaty Tuahunse, “Hubungan Antara Pemahaman Sejarah
Pergerakan Nasional Indonesia Dengan Sikap Terhadap
Bela Negara”, dalam Jurnal Kependidikan No.2, 2009.
Situs Web/Internet
Idtesis, Pengertian Konsep Menurut Para Ahli,
2015,https://idtesis.com/konsep-menurut-para-ahli/ (diakses
pada tanggal 15 Januari 2020).
NU Online, Kiai Said: Cinta Tanah Air Penjaga Bangsa dari
Perpecahan, 2016, https://www.nu.or.id/post/read/68797/
kiai-said-cinta-tanah-air-penjaga-bangsa-dari-
perpecahan(diakses pada tanggal 08 Januari 2020).
https://aceh.tribunnews.com/2016/03/17/dilantik-besok-ini-susunan
-pengurus-pw-nu-aceh-2015-2020?page=2 (diakses pada
tanggal 10 Januari 2020).
https://www.id.m.wikiquote.org/wiki/bersatu_kita_teguh_bercerai_
kita_runtuh(diakses pada tanggal 17 Januari 2020).
AD ART Organisasi NU Kota Banda Aceh
Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga Nahdlatul Ulama.
Hasil Keputusan Muktamar Ke-33 NU 1-5 Agustus
Jombang, Jawa Timur. Jakarta: Lembaga Ta’lif wan Nasyr
PBNU, 2015.
SCAN
PERTANYAAN PENELITIAN
PEWAWANCARA
Nama : Luqmanul Hakim
NIM : 150301003
RESPONDEN
Nama :
Alamat :
No. Hp :
NO PERTANYAAN JAWABAN
1 1 Menurut pandangan
Bapak sejauh manakah
penerapan Konsep
hubbul wathan saat ini?
2 Bagaimana respon
kalangan NU terhadap
penerapan Konsep
hubbul wathan di Kota
Banda Aceh?
3 Sebagaimana yang kita
ketahui bahwa resolusi
jihad adalah
implementasi dari
konsep hubbul wathan.
Apa yang Bapak ketahui
tentang resolusi jihad ?
4 Dengan kondisi adat dan
budaya masyarakat
Banda Aceh saat ini
menurut bapak apakah
implementasi dari
resolusi jihad masih
relevan untuk saat ini di
kota Banda Aceh?
5 Apa saja kendala dalam
penerapan konsep
hubbul wathan di kota
Banda Aceh yang bapak
ketahui?
2 1 Menurut bapak Apakah
konsep hubbul wathan
sesuai dengan kehidupan
masyarakat kota Banda
Aceh yang pernah
mengalami konflik
berkepanjangan?
2 Bagaimana relevansi
konsep hubbul wathan
sejak dicetuskan dengan
saat ini?
3 Secara kekinian,
menurut bapak untuk
saat ini dalam bentuk
apa saja dapat di
terapkan konsep hubbul
wathan tersebut?
4 Fakta yang saya
temukan di lapangan,
bahwa pemerintah Aceh
mayoritasnya adalah
mantan kombatan GAM.
Menurut pandangan
bapak apakah mereka
mendukung penerapan
konsep hubbul wathan di
Banda Aceh?
5 Menurut Bapak, upaya
apa yang dilakukan oleh
NU Kota Banda Aceh
terhadap masyarakat
yang anti nasionalisme
(hubbul wathan)?
STRUKTUR
PBNU (PENGURUS BESAR NAHDHATUL ULAMA)
DAN PCNU (PENGURUS CABANG NAHDHATUL ULAMA)
1. Nahdhatul Ulama (NU) di Indonesia
a. Susunan Pengurus Besar Nahdhatul Ulama (NU)
Susunan Pengurus Besar Nahdhatul Ulama Masa Khidmat
2015-2020 seperti pada tabel 4.1 berikut:1
Pengurus Besar Nahdhatul Ulama
1. MUSTASYAR
1. KH. Maimoen Zubair (Alm)
2. Dr. KH. Ahmad Musthofa Bisri
3. KH. Nawawi Abdul Jalil
4. KH. Abdul Muchit Muzadi (Alm)
5. Prof. Dr. KH. M. Tholhah Hasan
6. KH. Dimyati Rois
7. KH. Makhtum Hannan
8. Drs. H. Muhtadi Dimyathi
9. Dr. AG. KH. Muhammad Sanusi Baco, Lc
10. TGH. L.M. Turmudzi Badruddin
11. KH. Zaenuddin Djazuli
12. KH. Abdurahim Musthofa
13. KH. M. Anwar Manshur
14. KH. Habib M. Luthfiy Ali Bin Yahya
15. KH. Sya’roni Ahmadi
16. KH. Ahmad Syatibi Syarwan
17. KH. Syukri Unus
18. Dr. H. M. Jusuf Kalla
19. Prof. Dr. KH. Chotibul Umam
20. Prof. Dr. Tengku H. Muslim Ibrahim
21. KH. Hasbullah Badawi
1Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga Nahdlatul Ulama, Hasil
Keputusan..., hlm. 190.
22. KH. Hasyim Wahid Hasyim
23. KH. Thohir Syarqawi
24. KH. Hamdan Kholid
25. KH. Saifuddin Amsir, M.A.
26. KH. Zubair Muntashor
27. KH. Ahmad Basyir
28. KH. Ahmad Shodiq
29. KH. Mahfud Ridwan
30. Prof. Dr. KH. Nasarudin Umar, M.A.
31. Prof. Dr. H. Machasin, M.A.
32. KH. Adib Rofiuddin Izza
33. Habib Zein Bin Smith
34. Dr. Ir. H. Awang Faroeq Ishaq
2. SYURIYAH
Rais ‘Aam : Dr. KH. Ma’ruf Amin
Wakil
Rais ‘Aam : KH. Miftachul Akhyar
Rais :
1. KH. Mas Subadar
2. KH. Nurul Huda Djazuli
3. KH. Masdar F. Mas’udi, M.A.
4. KH. Ahmad Ishomuddin, M.Ag
5. KH. AR Ibnu Ubaidillah Syatori
6. KH. Dimyati Romli
7. KH. Abdullah Kafabihi Mahrus Ali
8. KH. Khalilurrahman
9. KH. Syarifuddin Abdul Ghani
10. KH. Ali Akbar Marbun
11. KH. Subhan Ma’mun Ma’sum
12. KH. M. Mustofa Aqiel Siroj
13. KH. Cholil As’ad Syamsul Arifin
14. KH. Idris Hamid
15. KH. Akhmad Said Asrori
16. KH. Tb. Abdul Hakim
17. Dr. KH. Zakky Mubarak, M.A.
18. Prof. Dr. H. Masykuri Abdillah
19. KH. Najib Abdul Qadir
Katib ‘Aam : KH. Yahya Cholil Staquf
Katib :
1. H. M. Mujib Qolyubi, M.H.
2. Drs. KH. Sholahuddin Al Aiyubi, M.Si.
3. Dr. KH. Abdul Ghafur Maimoen
4. KH. Zulfa Mustofa
5. Dr. H. Asrorun Ni’am Sholeh
6. Drs. KH. Acep Adang Ruchiyat, M.Si.
7. KH. Lukman Al-Hakim Haris
8. KH. Taufiqurrahman Yasin
9. KH. Abdussalam Shohib
10. KH. Zamzami Amin
11. Dr. H. Sa’dullah Affandy, M.Ag. M.Si.
A’wan :
1. KH. Abun Bunyamin Ruhiat
2. Drs. KH. Cholid Mawardi
3. KH. TK. Bagindo M. Letter
4. Prof. Dr. HM. Ridwan Lubis
5. KH. Mukhtar Royani
6. KH. Abdullah Syarwani, SH
7. KH. Eep Nuruddin, M.Pd.I
8. Drs. KH. Nuruddin Abdurrahman, SH
9. KH. Ulinnuha Arwani
10. KH. Abdul Aziz Khayr Afandi
11. H. Fauzian Noor
12. Dr.H. Hilmi Muhammadiyah, M.Si.
13. KH. Maulana Kamal Yusuf
14. Drs. H. Ahmad Bagdja
15. KH. Muadz Thohir
16. KH. Maimun Ali
17. H. Imam Mudzakir
18. H. Ahmad Ridlwan
19. Drs. H. Taher Hasan
20. Dra. Hj. Shinta Nuriyah, M. Hum.
21. Dra. Hj. Mahfudloh Ali Ubaid
22. Dra. Hj. Nafisah Sahal Mahfudh
23. Prof. Dr. Hj. Chuzaimah Tahido Yanggo
24. Dr. Hj. Faizah Ali Sibromalisi, M.A.
25. Prof. Dr. Hj. Ibtisyaroh, SH. MM
26. Dr. Hj. Sri Mulyati
3. TANFIDZIYAH
Ketua Umum : Prof. Dr. KH. Said Agil Siroj, M.A.
Wakil Ketua
Umum : Drs. H. Slamet Effendy Yusuf. M.Si
Ketua :
1. Drs. H. Syaifullah Yusuf
2. Dr. H. Marsudi Syuhud
3. Prof. Dr. H.M. Nuh, DEA
4. Prof. Dr. Ir. Maksum Machfoedz, M.Sc.
5. Drs. KH. Abbas Abdul Mu’in, M.A.
6. Drs. H. M. Imam Aziz
7. Dr. H. Farid Wadjdy, M.Pd.
8. Prof. Dr. H. M. Salim Al Jufri, M.Sos.I.
9. KH. M. Hasib Wahab
10. Dr. H. A. Hanief Saha Ghafur, M.A.
11. KH. Abdul Manan Ghani
12. H. Aizzudin Abdurrahman, S.H.
13. H. Nusron Wahid, SE, M.SE.
14. Dr. H. Eman Suryaman, MM.
15. Robikin Emhas, SH, MH.
16. Ir. H. M Iqbal Sullam
17. H. M Sulton Fathoni, M.Si.
Sekretaris
Jenderal : Dr. Ir. H. A Helmy Faishal Zaini
Wakil Sekjen : 1. H. Andi Najmi Fuaidi, SH
2. dr. H. Syahrizal Syarif, MPH, Ph.D
3. Drs. H. Masduki Baidlowi
4. Drs. H. Abd. Mun’im DZ
5. Ishfah Abidal Aziz
6. H. Imam Pituduh, SH, MH.
7. Ir. Suwadi D. Pranoto
8. H. Ulil Hadrawi, M. Hum.
9. Sultonul Huda, M.Si.
10. Dr. Muhammad Aqil Irham, M.Si.
11. H. Muhammad Said Aqil
12. Heri Haryanto Azumi, S. Ag, MM.
Bendahara
Umum : Dr-Ing H. Bina Suhendra
Bendahara :
1. Dr. H. Abidin HH
2. H. Bayu Priawan Joko, SE. M.BM.
3. H. Raja Sapta Ervian, SH. M.Hum.
4. H. Norhin Harun
5. H. Hafidz Taftazani
6. H. Umar Syah HS
7. N. M. Dipo Nusantara Pua Upa
Di Indonesia, terdapat 21 Pengurus Wilayah organisasi NU,
antara lain:
1. PWNU Banten
2. PWNU Jabar
3. PWNU DKI Jakarta
4. PWNU Jawa Tengah
5. PWNU Jawa
6. PWNU Bali
7. PWNU NTB
8. PWNU NTT
9. PWNU Kalimantan Utara
10. PWNU Kalimantan Timur
11. PWNU Kalimantan Tengah
12. PWNU Kalimantan Selatan
13. PWNU Sulawesi Selatan
14. PWNU Sulawesi Utara
15. PWNU Gorontalo
16. PWNU Sulawesi Tengah
17. PWNU Sulawesi Tenggara
18. PWNU Maluku
19. PWNU Maluku Utara
20. PWNU Papua Barat
21. PWNU Papua
Di luar negeri ada 6 cabang kepengurusan NU, antara lain:
1. PCINU India
2. PCINU Amerika Serikat dan Kanada
3. PCINU Perancis
4. PCINU Mesir
5. PCINU Tunisia
6. PCINU Sudan
2. NU di Aceh
a. Susunan Pengurus Wilayah NU2
Pengurus Wilayah Nahdhatul Ulama di Aceh Periode 2015-
2020 dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Pengurus Wilayah Nahdhatul Ulama di Aceh
Ketua : Tgk. H. Faisal Ali
Wakil Ketua :
1. Dr. Tgk. H. Bustami Usman SH, M.Si
2. Drs. Tgk H Ibnu Sa'dan M.Pd
3. Tgk H. Muhammad Hatta Lc, Med
4. Drs. Tgk. Abdurrahman Ahmad
5. Tgk. H. Hasbi Al-Bayuny
6. Tgk. H. Masrul Aidi, Lc.
7. Dr. Tgk. HM Andalas SpOG
8. Tgk. H Syarifuddin As-Singkily, M.A.
9. Dr Tgk. Iskandar Zulkarnaini, M.A.
2https://aceh.tribunnews.com/2016/03/17/dilantik-besok-ini-susunan-
pengurus-pw-nu-aceh-2015-2020?page=2
Sekretaris : Tgk. Asnawi M Amin S.Ag.
Wakil
Sekretaris :
1. Tgk. Handono Asnawy
2. Tgk. Saifullah SPd, M.Pd.
3. Tgk. Akmal Abzal, S.H.I.
4. Tgk. Fuad Abdullah S.Ag.
5. Tgk. Zulkarnaini M.A.
6. Drs. Tgk. Darmawan
7. Tgk. Sayuti M. Nur
8. Zulfan Effendi SE Ak
9. Tgk. Munawardi S.H.
Bendahara : Tgk H Amirullah Jakfar S.H.I.
Wakil
Bendahara :
1. Tgk. Ismi Amran S.Kom.
2. Tgk. Bukhari Attajiri
3. Tgk. H. Ihsanuddin, MZ., SE., MM.
4. Tgk. Syafii M Amin, SE., Ak.
b. Pengurus Cabang Nahdhatul Ulama (PCNU)
Ada 22 kepengurusan cabang Nahdhatul Ulama yang
tersebar di seluruh wilayah Aceh, antara lain:
1. PCNU Kabupaten Aceh Selatan
2. PCNU Kabupaten Aceh Tenggara
3. PCNU Kabupaten Aceh Timur
4. PCNU Kabupaten Aceh Tengah
5. PCNU Kabupaten Aceh Barat
6. PCNU Kabupaten Aceh Besar
7. PCNU Kabupaten Pidie
8. PCNU Kabupaten Aceh Utara
9. PCNU Kabupaten Simeulue
10. PCNU Kabupaten Aceh Singkil
11. PCNU Kabupaten Bireuen
12. PCNU Kabupaten Aceh Barat Daya
13. PCNU Kabupaten Gayo Lues
14. PCNU Kabupaten Aceh Jaya
15. PCNU Kabupaten Nagan Raya
16. PCNU Kabupaten Aceh Tamiang
17. PCNU Kabupaten Bener Meriah
18. PCNU Kota Banda Aceh
19. PCNU Kota Sabang
20. PCNU Kota Lhokseumawe
21. PCNU Kota Langsa
22. PCNU Lueng Bata
3. NU di Kota Banda Aceh
a. Susunan Pengurus Wilayah NU3
Susunan Pengurus Cabang Nahdhatul Ulama (PCNU) Kota
Banda Aceh periode kepengurusan 2015-2020 adalah sebagai
berikut:
Pengurus Cabang Nahdhatul Ulama
Kota Banda Aceh
1. MUSTASYAR
1. Tgk. H. Bulqini Tanjongan, S.Sos.I.
2. Tgk Atasykuri
3. Drs. T. Raden Sulaiman
4. Tgk. H. Adian Ali, S.Pd.I
5. Tgk. H. Marhaban BTRG
6. Dr. Tgk. Mujiburrahman, M.Ag.
7. Dr. H. Muhammad Zulhilmi, M.A.
8. Chairul Saleh, S.Ag.
9. Suprijal Yusuf, S.H.
10. Irfansyah, SH., M.Hum.
11. H. Zakaria Cut Ahmad, S.Ag.
12. Tgk Marwan Yusuf
3Sumber diperoleh dari Data SK Kepengurusan Kantor PCNU Kota
Banda Aceh Periode Kepengurusan 2015/2020.
2. SYURIYAH
Rais : Tgk. H. Muhibban H. M. Hajad
Wakil Rais :
1. Drs. Tgk Tarmizi Daud, M.A.
2. Tgk. H. Misnan M.Ag.
3. Dr. Fajrul Falakh, M.A.
4. Tgk. M. Sufi
5. Tgk. Nurkhalis MY
6. Tgk. H. Basir Djalal
Katib : Tgk. Muhammad, M.A.
Wakil Katib :
1. Tgk. Hafizy
2. Tgk. Azhari Antara
3. Tgk. H. Abdurraak, Lc., M.A.
4. Tgk. H. M. Zaini, M.A.
5. Tgk. M. Nur AR
A’wan :
1. Dr. Teuku Analiansyah, M.Ag.
2. T. Lembong Misbah, M.A.
3. dr. Nasrul Musadir Alsa, Sp.S.
4. Ferdi Nazi run Sijabat, M.Si.
5. Muttaqin, M. Si.
6. Iwan Doa Sampena, MPS. Sp.
7. Muhammad isa, S.Sos I.,SH.
3. TANFIDZIYAH
Ketua Umum : Tgk. Rusli Daud, SH.I.
Wakil Ketua
Umum :
1. Tgk. Azharuddin
2. Drs. Mukhlis A. Karim
3. Tgk. H. Syukri Daud
4. Tgk. Irwandi yusuf, M.Ag.
5. Tgk. Mizaj, M.A.
6. Drs.Tgk. H. Ayyub, M.A.
7. Tgk. H. Bukhari, S.Ag.
Sekretaris : Tgk. Ismi Amran
Wakil
Sekretaris :
1. Tgk. Nasruddin, M.Ag.
2. Tgk. T. Mahyuddin Helmi, S.Sos.
3. Tgk. Mirza Fahlevy, S.HI.
4. Muhammad Saman
5. Tgk. Lukman Hakim, M.A.
6. Tgk. Iqbal
DOKUMENTASI PENELITIAN
Gambar 1.1 Wawancara dengan Ketua PCNU Kota Banda Aceh
Gambar 1.2 Wawancara dengan Sekretaris PCNU Kota
Banda Aceh
Gambar 1.3 Wawancara dengan Anggota PCNU Kota Banda Aceh
Gambar 1.4 Wawancara dengan Pemuda Anshor NU
Kota Banda Aceh
Gambar 1.5 Wawancara dengan Anggota NU Kota Banda Aceh
Gambar 1.6 Wawancara dengan Anggota NU Kota Banda Aceh
Gambar 1.7 Foto Peserta Acara Pelantikan Majelis Wakil Cabang
(MWC) NUSe-Kota Banda Aceh dan Konferensi Cabang XIII
Nadhlatul Ulama (KONFERCAB 8 NU) Kota Banda Aceh
Gambar 1.8 Foto Bersama Peserta dan Pengurus Baru NU
Gambar 1.9 Foto Bersama Petinggi NU Kota Banda Aceh dan
Wakil Ketua MPU Aceh