Click here to load reader
Upload
doantruc
View
281
Download
19
Embed Size (px)
Citation preview
KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU
DALAM MEMBENTUK MANUSIA SEMPURNA
(Studi Terhadap Sikap Kemanusiaan Umat Khonghucu
di Lithang Bakti Pondok Cabe)
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I.)
Oleh
V I V I A N A
NIM: 1110032100064
JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436H./2015M.
i
ABSTRAK
Viviana
Konsep Humanisme Agama Khonghucu Dalam Membentuk Manusia
Sempurna (Studi Terhadap Sikap Kemanusiaan Umat Khonghucu di
Lithang Bakti Pondok Cabe)
Problem manusia kontemporer adalah pendangkalan proses hidup sehari-
hari dan miskonsepsi tentang hakikat manusia. Manusia kehilangan visi tentang
apa yang transenden atau makna spiritual yang bisa ditemukan dalam kehidupan
sehari-hari. Memasuki abad ke-21, memahami manusia yang ideal dalam
kehidupan masyarakat terasa sulit. Sebab pemahaman tersebut lain dari
pemahaman teori-teori dan pengetahuan ilmiah. Meskipun terdapat banyak aliran
filsafat dan agama yang secara ilmiah dan spektakuler yang memaparkan tentang
pengertian eksistensi manusia, tetapi terdapat titik temu dan prinsip-prinsip pokok
yang disepakati bersama tentang eksitensi manusia yang dinamakan, humanisme.
Humanisme dalam agama Khonghucu sangat ditekankan, karena
Khonghucu membimbing manusia untuk menyadari makna dan tujuan hidup,
ketentraman hati, kesentosaan batin sehingga dapat berfikir yang benar. Dalam
agama Khonghucu, manusia ditempatkan pada posisi yang tertinggi. Manusia
sebagai makhluk yang paling mulia di antara makhluk lainnya diharuskan dapat
memperoleh kebaikan sempurna, serta penuh kebajikan dan kemanusiaan.
Penelitian ini ingin mengetahui konsep humanisme dalam agama
Khonghucu dan implementasinya membentuk manusia sempurna. Melalui studi
pustaka, wawancara kepada beberapa tokoh agama serta observasi, penulis
medeskripsikan dan menganalisa sikap kemanusiaan umat Khonghucu di Lithang
Pondok Cabe.
Konsep manusia sempurna merupakan hal yang tidak mudah untuk diraih.
Namun demikian, umat Khonghucu di Lithang Bakti Pondok Cabe terus berusaha
menjalankan nilai-nilai kemanusiaan yang diajarkan agama Khonguchu agar dapat
memanusiakan manusia. Terlihat dari beberapa kegiatan-kegiatan sosial yang
mereka lakukan serta hubungan harmonis yang terjalin di antara masyarakat
Pondok Cabe yang tidak hanya satu umat saja, bahkan enam agama yang diakui
Indonesia pun terdapat di dalamnya.
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi rabbi al-‘alamin, puji syukur kehadirat Allah Swt., Dzat
yang memberikan hembusan nafas kepada para hamba-Nya. Penulis panjatkan
atas segala limpahan hidayah, rahmat, dan nikmat-Nya, penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Konsep Humanisme Agama Khonghucu
Dalam Membentuk Manusia Sempurna (Studi Terhadap Sikap
Kemanusiaan Umat Khonghucu di Lithang Bakti Pondok Cabe)” dengan
sebaik-baiknya. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada sosok
rahmatan li al-‘alamin, Nabi Muhammad saw., Rasul penutup para Nabi, serta
doa untuk keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga zaman menutup mata.
Penulis sadari bahwa banyak pihak yang telah membimbing dan
membantu dalam proses penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan
kali ini penulis mengucapan terimaksih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Orangtuaku tercinta, Ayahanda Wagimin dan Ibunda Rusminah, atas segala
kasih sayang, perhatian, dan dorongannya. Tak pernah lelah dan tak bosan
dalam memberikan dukungan moral maupun materil, serta selalu mendoakan
yang terbaik untuk buah hatimu ini.
2. Ibu Siti Nadroh, M.A., selaku pembimbing yang selalu bersabar memberikan
ilmu dan bimbingannya selama proses penulisan.
3. Bapak Dq. Ade Cahyadi, selaku ketua Lithang Bakti Pondok Cabe, para
rohaniawan Bapak Js. Hendra Suprapto, Bapak Js. Dadang, Bapak Js. Wasdi,
dan guru agama Khonghucu Bapak Wicandra, serta seluruh keluarga besar
iii
Lithang Bakti Pondok Cabe, yang telah memberikan banyak sumber utama
skripsi ini serta meluangkan waktunya kepada penulis untuk dapat berdiskusi
secara langsung, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
4. Ibu Dra. Halimah SM, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Perbandingan Agama,
dan kepada Ibu Rosmaria Sjafariah W, SS M.Si, selaku Sekretaris Jurusan
Perbandingan Agama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Prof. Dr. Masri Mansoer, M.A., selaku Kepala Dekan Fakultas
Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta para Pembantu Dekan.
6. Seluruh dosn Fakultas Ushuluddin yang memberikan dedikasinya mendidik
penulis, memberi ilmu, pengalaman, serta pengarahan kepada penulis selama
masa perkuliahan.
7. Segenap pemimpin dan karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakan
Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidatullah Jakarta, yang telah melayani
penulis dalam mempergunakan buku-buku dan literatur yang penulis
butuhkan selama penyusunan skripsi ini.
8. Kakaku tercinta Hajib, yang mana senantiasa memberikan dukungan dan doa
juga menghibur dikala sedih.
9. Indi dan Nina yang telah menemani penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Keluarga silat Perisai Diri Banten, khususnya Ranting UIN, para pelatih dan
teman seperjuangan, terimakasih atas kebersamaan serta kehangatan yang
diberikan, sehingga penulis dapat merasakan kebanggaan berada di dalam
gelanggang pertandingan Internasional.
iv
11. Seluruh teman-teman di UIN Syarif Hidatullah Jakarta, alumni Pesantren
Raudlatul Ulum, SDN dan MI Sambilawang, dan seluruh keluarga besar
Perbandingan Agama angkatan 2010 yang selalu memberi warna-warni
indahnya persahabatan.
12. Kepada pihak-pihak yang turut membantu dan berperan dalam proses
penyelesaian skripsi ini, namun luput untuk penulis sebutkan, tanpa
mengurangi rasa terimakasih penulis.
Penulisan skripsi ini tentunya tidak terlepas dari berbagai kekurangan, baik
dalam penulisan maupun penyusunannya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat diperlukan demi perbaikan penulisan.
Akhirnya, hanya kepada Allah Swt. Penulis berserah diri, mudah-mudahan
bentuk perhatian, bantuan dan partisipasi yang sudah diberikan mendapat pahala
yang setimpal dari-Nya. Harapan penulis semoga skripsi ini sedikit banyak dapat
memberi manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam
bidang Perbandingan Agama.
Amin ya Rabb al-‘Alamin.
Jakarta, 18 Januari 2015
Penulis
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..............................................................
B. Rumusan Masalah .......................................................................
C. Tujuan Penelitian ........................................................................
D. Kegunaan Penelitian ...................................................................
E. Tinjauan Pustaka .........................................................................
F. Konsep Teoritis Penelitian ..........................................................
G. Metode Penelitian .......................................................................
H. Sisitematika Penulisan ................................................................
1
6
7
7
8
10
13
17
BAB II KONSEP HUMANISME DALAM AGAMA KHONGHUCU
A. Pengertian Humanisme ...............................................................
B. Sejarah Humanisme ....................................................................
1. Latar Belakang Humanisme ...................................................
2. Perkembangan Humanisme ....................................................
C. Humanisme dalam Agama Khonghucu ......................................
1. Hubungan Manusia dengan Tuhan .........................................
2. Hubungan Manusia dengan Alam ..........................................
3. Hubungan Manusia dengan Manusia .....................................
19
21
21
23
26
28
33
36
BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG LITANG PONDOK CABE
A. Letak Geografis Litang Pondok Cabe .........................................
B. Pendirian Litang Pondok Cabe ...................................................
1. Sejarah Pendirian ....................................................................
2. Tujuan Didirikannya Lithang Pondok Cabe ...........................
3. Keorganisasian Lithang ..........................................................
4. Aktivitas Lithang ....................................................................
a. Kegiatan Kebaktian ...........................................................
b. Pelayanan Umat .................................................................
C. Perkembangan Lithang ...............................................................
43
44
44
46
47
49
49
51
54
BAB IV IMPLEMENTASI KONSEP HUMANISME DALAM
MEMBENTUK MANUSIA SEMPURNA UMAT
KHONGHUCU DI LITANG PONDOK CABE
A. Pandangan Khonghucu Tentang Pengertian Manusia ................
B. Konsep Manusia Sempurna dan Masyarakat Ideal dalam
Agama Khonghucu .....................................................................
1. Manusia Sempurna ................................................................
2. Masyarakat Ideal....................................................................
C. Implementasi Humanisme dalam Kehidupan Sosial ...........
56
58
58
63
69
vi
1. Cinta Kasih (Ren) ...................................................................
2. Bijaksana (Ce) ........................................................................
3. Kebenaran (I) ..........................................................................
4. Susilla (Li) ..............................................................................
5. Kepercayaan (Sin) ..................................................................
69
71
74
75
76
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................
B. Saran ............................................................................................
79
80
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 81
LAMPIRAN ...................................................................................................... 84
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejarah kemanusiaan sebagai proses perkembangan akal budi dan moral
telah dihiasi dengan sejumlah nama yang telah memberikan sumbangan besar
terhadap peradaban dan kebudayaan umat manusia. Negara Indonesia adalah
negara kesatuan yang berbentuk Republik. Di samping itu, Indonesia juga
dikenal sebagai negara kepulauan, karena memiliki 17.508 pulau yang
membentang dari Sabang sampai Merauke. Sebagai negara kepulauan,
Indonesia dihuni oleh berbagai suku bangsa, baik yang berasal dari Indonesia
itu sendiri maupun dari negeri lain yang sudah lama tinggal di Indonesia.
Salah satu di antara suku-suku tersebut adalah suku bangsa Cina atau orang
Tionghoa.1
Problem manusia kontemporer adalah pendangkalan proses hidup
sehari-hari dan miskonsepsi tentang hakikat manusia. Manusia kehilangan
visi tentang apa yang transenden, makna spiritual yang bisa ditemukan dalam
kehidupan sehari-hari. Aparat berlaku keras kepada masyarakat atau sesama
masyarakat saling menyakiti, hal itu terjadi karena persepsi yang telah
terdistorsi tentang apa nilai manusia itu sebenarnya. Ketika terjadi
penganiayaan bahkan pemenggalan kepala, si pelaku melihat korbannya
1M. Ikhsan Tanggok, Mengenal Lebih Dekat “Agama Khonghucu” di Indonesia (Jakarta:
Pelita Kebajikan. 2005), h. xiii.
2
bukan lagi sebagai manusia, melainkan benda atau binatang, sehingga nilai
transenden dalam jiwa si korban diabaikan.2
Memasuki abad ke-21, memahami manusia yang ideal dalam kehidupan
masyarakat terasa sulit. Sebab pemahaman tersebut lain dari pemahaman
teori-teori dan pengetahuan ilmiah. Meskipun terdapat banyak aliran filsafat
dan agama yang secara ilmiah dan spektakuler yang memaparkan tentang
pengertian eksistensi manusia, tetapi terdapat titik temu dan prinsip-prinsip
pokok yang disepakati bersama tentang eksitensi manusia yang dinamakan,
humanisme.3
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia humanisme berarti aliran yang
bertujuan menghidupkan rasa perikemanusiaan dan mencita-citakan
pergaulan hidup yang lebih baik.4
Dilihat dari segi kebahasaan, humanisme berasal dari kata
Latin humanus dan mempunyai akar kata homo yang berarti
manusia. Humanus berarti sifat manusiawi atau sesuai dengan kodrat
manusia. Secara terminologi, humanisme berarti martabat dan nilai dari setiap
manusia, dan semua upaya untuk meningkatkan kemampuan-kemampuan
alamiahnya (fisik nonfisik) secara penuh.5
2Ellen Christiani Nugroho, Menghargai Modus-Modus Esensial Manusia Sebagai Upaya
Mengatasi Problem Dehumanisasi Di Indonesia, Vol. 14 (Semarang: Undip, 2011), h. 10, diakses
pada 2 September 2014 dari ejournal.undip.ac.id/index.php/humanika/article/view/4004/3680. 3Nina Asmara, Humanisme Dalam Agama Khonghucu „Studi Terhadap Interaksi Sosial
di Kelenteng Tjen Ling Kiong Yogyakarta‟ (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga, 2008), h. 1. 4Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h. 316. 5Haryanto Al-Fandi, Desain Pembelajaran yang Demokratis & Humanis (Jogyakarta: Ar-
Ruzz Media, 2011), h. 71.
3
Manusia sebagai makhluk sosial tentu tidak dapat menghindar dari
manusia lainnya. Untuk dapat berinteraksi satu dengan lainnya diperlukan
nilai-nilai kemanusiaan agar “memanusiakan” manusia lainnya. Namun
demikian, dewasa ini banyak terjadi distorsi nilai-nilai kemanusiaan yang
seharusnya menjadi penuntun dalam kehidupan. Salah satu contohnya adalah
penganiayaan seorang ayah terhadap anak kandungnya sendiri yang terjadi di
daerah Jakarta Utara. Angga dianiaya ayah kandungnya, Novianto, Minggu
24 Agustus malam tahun 2014. Selain dianiaya, korban juga disekap dan
diborgol agar tidak bisa kabur atau melapor ke warga lain. Penganiayaan
yang dilakukan sang ayah hanya karena Angga minta dibelikan sampul buku
pelajaran.6
Tidak hanya hal tersebut di atas, bahkan agama pun dapat dijadikan
alasan untuk memunculkan konflik sesama manusia. Seperti konflik yang
terjadi di Maluku, Poso, dan di beberapa tempat lain baik nasional maupun
internasional yang baru-baru ini juga terjadi di Iraq seperti ISIS, dan konflik
yang terjadi di antara Palestina dan Israel.7
Contoh-contoh tersebut adalah sebagian dari sekian banyak kasus yang
menjadi contoh bahwa saat ini nilai-nilai kemanusiaan tidak lagi menjadi
bahan pertimbangan dalam melakukan kegiatan kehidupan.
Humanisme dalam agama Khonghucu sangat ditekankan, karena
Khonghucu membimbing manusia untuk menyadari makna dan tujuan hidup,
6Http://News.Liputan6.Com/Read/2096090/Hanya-Gara-Gara-Sampul-Buku-Bocah-
Dianiaya-Ayah-Kandung, diakses pada 2 September 2014, pukul: 10:41 WIB. 7Http://Www.Nu.Or.Id/A,Public-M,Dinamic-S,Detail-Ids,44-Id,53272-Lang,Id-
C,Nasional-T,Pernyataan+Gus+Mus+Soal+Konflik+Palestina+Israel-.Phpx, diakses pada 2
September 2014, pukul: 10:58 WIB.
4
ketentraman hati, kesentosaan batin sehingga dapat berfikir yang benar.
Sehingga dapat membimbing manusia untuk melihat dan meneliti hakikat tiap
perkara, mencukupkan pengetahuan, mengimankan tekad, meluruskan hati,
membereskan rumah tangga, mengabdi kepada masyarakat, negara dan dunia
sebagai pernyataan satya dan baktinya kepada Thian.8
Di dalam Khonghucu memperbaiki diri dan masyarakat memerlukan
proses yang berulang-alik tanpa henti,9 seperti dapat dihayati melalui ayat
suci sebagai berikut:
“Orang jaman dahulu yang hendak menggemilangkan Kebajikan yang
Bercahaya pada setiap orang di dunia ini, ia harus lebih dahulu mengatur
negerinya. Untuk dapat mengatur negerinya, ia harus lebih dahulu
membereskan rumah tangganya. Untuk membereskan rumah tangganya, ia
harus lebih dahulu membina dirinya. Untuk membina dirinya, ia harus lebih
dahulu meluruskan hatinya. Untuk meluruskan hatinya, ia harus lebih dahulu
mengimankan tekadnya. Untuk mengimankan tekadnya, ia harus lebih dahulu
mencukupkan pengetahuannya. Untuk mencukupkan pengetahuannya, ia
harus meneliti hakekat (awal dan akhir) tiap perkara. (Ajaran Besar
Utama.4).”10
“Dengan meneliti hakekat tiap perkara, maka akan cukuplah
pengetahuannya. Dengan cukup pengetahuannya, maka ia akan dapat
mengimankan tekadnya. Dengan tekad yang terlah beriman, ia akan dapat
membina dirinya. Dengan diri yang telah terbina, ia akan dapat membereskan
rumah tangganya. Dengan rumah tangga yang terbina, ia akan dapat mengatur
negerinya. Dan dengan negeri yang teratur akan dapat dicapai dunia yang
damai. (Ajaran Besar Utama.5).”11
“Karena itu dari Raja sampai rakyat jelata, semua mempunyai satu
kewajiban yang sama, yaitu mengutamakan pembinaan diri sendiri sebagai
pokok (dasar) dari pelaksanaan Jalan Suci. (Ajaran Besar Utama.6).”12
“Adapun pokok yang kacau itu tidak pernah menghasilkan penyelesaian
yang teratur baik, hal ini sama halnya dengan seumpama menipiskan benda
yang seharusnya tebal dan menebalkan benda yang seharusnya tipis. Jikalau
8Thian atau Thian Kong merupakan sebutan nama Tuhan Yang Maha Esa bagi orang
Tionghoa secara umum. 9Tjhie Tjay Ing, Mengenang 50 Tahun Mengemban Firman Sebagai Xueshi (Jakarta:
Matakin PNR, 2013), h. 280. 10
Si Shu „Kitab Yang Empat‟ (Jakarta: MATAKIN, t.t.), h. 6. 11
Ibid., h. 7. 12
Ibid., h. 7.
5
dikatakan pokok yang kacau akan dapat membuat dunia menjadi damai, maka
hal itu belum pernah (dan tidak akan pernah) terjadi. (Ajaran Besar
Utama.7).”13
Dalam pandangan Khonghucu, manusia merupakan kesatuan utuh yang
tidak bisa di lepaskan dari lingkungannya. Manusia sebagai kesatuan utuh
tentunya memiliki tanggung jawab terhadap kelompok dan lingkungannya
serta memahami kematangan Ren (nilai- nilai kemanusiaan) yang dilandasi
dengan Yi (kebenaran) baik kebenaran penalaran rasional maupun kebenaran
ilmu pengetahuan melalui Zhi (kebijaksanaannya).14
Dalam kehidupan di dunia, Tuhan menciptakan manusia untuk saling
tolong-menolong, dan mengasihi satu sama lain tanpa membeda-bedakan
status sosial. Bagi Tuhan manusia itu sama, yang membedakan adalah iman
mereka kepada Yang Maha Pencipta.
Dalam agama Khonghucu, manusia ditempatkan pada posisi yang
tertinggi. Manusia sebagai makhluk yang paling mulia di antara makhluk
lainnya diharuskan dapat memperoleh kebaikan sempurna, serta penuh
kebajikan dan kemanusiaan.
Hal inilah yang menarik dalam agama Khonghucu, yakni konsep
kesempurnaan moral dalam menjadi manusia. Baik dalam perbedaan laki-laki
maupun perempuan, atau pun perbedaan tingkat sosial tertentu,
kesempurnaan dapat diraih oleh siapapun melalui pengelolaan diri menjadi
lebih baik.
13
Ibid., h. 7. 14
Http://Www.Spocjournal.Com/Filsafat/127-Khonghucu-Dan-Humanisme.Html/,
diakses pada 22 Oktober 2014, pukul: 09:17 WIB.
6
Dalam penelitian ini penulis memfokuskan penelitian pada konsep
humanisme dalam ajaran agama Khonghucu untuk menciptakan manusia
sempurna yang teraplikasi dalam kehidupan sosial keagamaan sehari-hari
masyarakat Khonghucu di Lithang Pondok Cabe. Beberapa kegiatan sosial
keagamaan yang dilakukan oleh masyarakat Pondok Cabe, khususnya umat
Khonghucu Lithang Pondok Cabe, diantaranya kegiatan kebaktian dan
pelayanan umat.
Kegiatan kebaktian meliputi: kebaktian malam Chee It dan Cap Go;
kebaktian malam Jum’at; sekolah minggu; kebaktian remaja/pemuda agama
Khonghucu (PAKIN); dan kebaktian syukuran ulang tahun. Sedangkan
pelayanan umat Khonghucu meliputi: pelayanan doa ulang tahun; pemberian
nilai agama bagi siswa; upacara pernikahan; membesuk dan mendoakan umat
sakit; upacara kematian; dan kebaktian sosial.
B. Rumusan Masalah
Agar penelitian ini lebih fokus, penulis akan membatasi ruang lingkup
pembahasan, yaitu bagaimana konsep humanisme agama Khonghucu dalam
membentuk manusia sempurna dan penerapan sikap kemanusiaan umat
Khonghucu di Lithang Bakti Pondok Cabe dalam kehidupan sosial
keagamaan sehari-hari.
Rumusan masalah penelitian ini: berdasarkan latar belakang
permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka penulis mengajukan
perumusan masalah dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1. Apa konsep humanisme dalam agama Khonghucu?
7
2. Bagaimana pandangan agama Khonghucu tentang manusia dan manusia
sempurna?
3. Bagaimana implementasi sifat-sifat kemanusiaan/humanisme dalam
kehidupan sehari-hari sebagai perwujudan manusia sempurna?
C. Tujuan Penelitian
Dari latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan di
atas, dapat diketahui bahwa tujuan dari penulisan ini adalah:
1. Ingin mengetahui tentang konsep humanisme dalam agama Khonghucu.
2. Ingin mengetahui pandangan agama Khonghucu tentang manusia dan
manusia sempurna.
3. Ingin mengetahui tentang implementasi sifat-sifat
kemanusiaan/humanisme dalam kehidupan sehari-hari sebagai perwujudan
manusia sempurna.
D. Kegunaan Penelitian
Adapun beberapa kegunaan dari penelitian ini diantaranya dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
bagi ilmu Perbandingan Agama dan sekaligus dapat memberikan
penjelasan tentang konsep humanisme yang terdapat di dalam agama
Khonghucu dalam membentuk manusia sempurna.
8
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini juga diharapkan dapat memberi kontribusi berupa
bacaan perpustakaan di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
khususnya di Fakultas Ushuluddin, Jurusan Perbandingan Agama.
3. Manfaat Umum
Semoga penelitian ini memberikan manfaat dan pengetahuan bagi
orang yang mempelajarinya terutama bagi pemeluk beda agama.
E. Tinjauan Pustaka
Setiap penelitian harus berpegang teguh pada asas orisinalitas,
autentisitas, dan kontekstualitas. Melihat hal tersebut, penulis melakukan
kajian kepustakaan supaya penelitian yang dilakukan merupakan penelitian
baru. Dari hasil penelusuran penulis, ditemukan beberapa hasil penelitian
yang terkait dengan tema yang akan diteliti, diantaranya sebagai berikut:
Pertama: skripsi dari Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Fakultas
Ushuluddin Jurusan Perbandingan Agama tahun 2008, yang ditulis oleh Nina
Asmara yang berjudul Humanisme Dalam Agama Khonghucu (Studi
terhadap Interaksi Sosial di Kelenteng Tjen Ling Kiong Yogyakarta). Dalam
skripsi ini, Nina menekankan pada studi interaksi sosial yang dilakukan antar
umat Tridharma di Kelenteng Tjen Ling Kiong dan terhadap masyarakat
sekitar. Sedangkan dalam skripsi ini penulis mengambil tentang pengertian
humanisme dan humanisme Khonghucu.
Kedua: skripsi yang ditulis oleh Nurul Qomariyah yang berjudul Etika
Sosial Dalam Perspektif Agama Khonghucu Dan Islam dari Universitas Islam
9
Negeri Sunan Kalijaga Fakultas Ushuluddin Jurusan Perbandingan Agama
tahun 2008. Skripsi ini menjelaskan tentang konsep etika sosial yang terdapat
dalam agama Khonghucu dan Islam yang kemudian memaparkan tentang
persamaan dan perbedaan konsep etika sosial yang mereka jalani. Dalam
skripsi ini penulis mengambil pembahasan tentang hubungan manusia dengan
alam, manusia dengan Tuhan, dan manusia dengan sesama manusia.
Ketiga: skripsi dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Jurusan Perbandingan Agama tahun
2006 yang ditulis oleh M. Rosim Maromi yang berjudul tentang Manusia
dalam Agama Khonghucu. Skripsi ini membahas pendapat Khonghucu untuk
menjadi manusia dan bagaimana manusia dalam menegakkan satya dan
tepasarira. Sedangkan dalam skripsi ini penulis mengambil tentang
pengertian manusia menurut Khonghucu.
Perbedaan yang signifikan mengenai hasil penelitian yang diulas oleh
peneliti yang sebelumnya. Melalui tinjauan pustaka ini penulis memang
menggunakan humanisme sebagai objek sentral dalam penelitian. Akan tetapi
dalam penulisan karya ilmiah ini, selain membahas kajian-kajian tentang
agama Khonghucu yang telah ada sebelumnya, penulis juga melengkapinya
dengan menggunakan sisi lain yakni menjelaskan konsep humanisme agama
Khonghucu dalam membentuk manusia sempurna.
Perbedaan lainnya adalah penulis membahas tentang konsep manusia
sempurna dan masyarakat ideal dalam agama Khonghucu serta implementasi
dalam keseharian, serta menggali lebih dalam tentang manusia seperti apakah
10
yang diharapkan agama Khonghucu dalam kehidupan sehari-hari. Apakah
sudah sesuai yang diajarkan dalam agama tersebut atau belum dengan
menggunakan studi kasus Lithang Bakti di Pondok Cabe.
F. Konsep Teoritis Penelitian
Untuk meneliti dan memahami permasalahan tersebut, diperlukan
landasan teori yang dapat mengantar penulis untuk melakukan penelitian ini,
sehingga dapat menghasilkan karya ilmiah yang diharapkan.
Humanisme; dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti aliran
yang bertujuan menghidupkan rasa perikemanusiaan dan mencita-citakan
pergaulan hidup yang lebih baik.15
Menurut Mangunwijaya, humanisme
gerakan sosiokultural yang secara sistematik berusaha mengartikulasikan
makna humanis atau kodrat manusiawi (apa kira-kira tujuan kepatuhan
hidupnya dan apa tolak ukur kemajuan peradaban moralnya.16
Humanisme
dalam agama Khonghucu merupakan etika hubungan harmonis antara
manusia dengan manusia, manusia dengan Tuhan, dan manusia dengan
alam.17
Agama; berasal dari bahasa Sansekerta, yang berasal dari dua kata,
yaitu a (tidak) dan gama (kacau). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah ajaran atau sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan
15
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, h. 316. 16
Forum Mangunwijaya IV, Penziarahan Panjang Humanisme Mangnwijaya (Jakarta: PT
Kompas Media Nusantara, 2009), h. 96. 17
M. Ikhsan Tanggok, Jalan Keselamatan Melalui Agama Khonghucu, (Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2000), h. 84-85.
11
peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang
berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.18
Sedangkan menurut H. A. Mukti Ali, agama adalah keperayaan akan
adanya Tuhan Yang Maha Esa dan hukum yang diwahyukan kepada utusan-
utusan-Nya untuk kebahagiaan hidup manusia di dunia dan akhirat. Ciri-ciri
agama bagi H. A. Mukti Ali yakni mempercayai adanya Tuhan Yang Maha
Esa; mempunyai kitab suci dari Tuhan Yang Maha Esa; mempercayai
rasul/utusan dari Tuhan Yang Maha Esa; dan yang terakhir mempunyai
hukum sendiri bagi kehidupan penganutnya berupa perintah dan petunjuk.19
Agama dalam keimanan seorang konfusianis atau agama Khonghucu
merupakan bimbingan hidup karunia Tuhan Yang Maha Esa agar manusia
dapat membina diri menempuh Jalan Suci (DAO), yakni hidup menegakkan
Firman Tuhan (Thian Ming) yang mewujud di dalam Watak Sejati (Xing),
hakekat kemanusiaan insani. Beragama berarti hidup beriman (Cheng Xin)
kepada Tuhan dan lurus satya melaksanakan FirmanNya.20
Khonghucu atau Konfusianisme merupakan agama tertua di Cina tetapi
bukan merupakan agama satu-satunya disana. Cina merupakan sebuah negeri
yang mempunyai sejarah panjang sekitar 2.700 SM., yang pada waku itu
tradisi dan lembaga-lembaga sudah dibakukan, membudaya dan tersusun
secara rapi. Hal ini dapat dibuktikan dari beberapa sumber kuno seperti Sje
Tsing buku tentang pujian, dan Shu Ching buku tentang sejarah bahwa agama
18
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, h. 9. 19
Mudjahid Abdul Manaf, Ilmu Perbandingan Agama, Cet. I (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Pesada, 1994), h. 3-4. 20
Tjhie Tjay Ing, Mengenang 50 Tahun Mengemban Firman Sebagai Xueshi, h. 295.
12
Khonghucu percaya dan meyakini adanya Tuhan yang di sebut Thian
(penguasa pertinggi). Bagi kepercayaan Khonghucu segala benda-benda alam
mempunyai kekuatan sehingga dipuja, begitu juga orang yang telah
meninggal dunia mempunyai roh yang masih hidup, diantara roh-roh yang
paling berperan adalah roh-roh leluhur dan orang-orang yang berjasa (para
pahlawan)21
Khonghucu juga dalam istilah aslinya yakni Ru Jiao,22
adalah
bimbingan hidup karunia Tuhan (TIAN XI), Tuhan Yang Maha Esa yang
diturunkan lewat Nabi dan para Suci purba yang digenapkan, disempurnakan
dengan ajaran Nabi Kongzi.23
Manusia adalah makhluk yang berakal budi.24
Menurut Ali Syari’ati,
manusia merupakan kombinasi dua hal yang berlawanan, fenomena dialektis
yang dari oposisi “Allah – Syaitan”.25
Dalam agama Khonghucu, hukumnya manusia diciptakan sama seperti
benda yang lainnya tanpa ada perbedaan. Tetapi dengan Firman Tuhan,
manusia dikarunia dengan Watak Sejati (Xing), dengan Tujuan untuk Li Ming
Xing Dao, mengemban FirmanNya membina diri dan menempuh Jalan Suci,
21
Nurhikmah, Upacara Kematian Dalam Agama Khonghucu: Studi Kasus di Curug
Parung Bogor (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2006), h. 1-2. 22
Ru Jiao adalah istilah asli dari agama Khonghucu yang memiliki makna yakni agama
dari pada kaum yang taat, yang lembut hati, yang beroleh bimbingan atau terpelajar. Di Indonesia
Ru Jiao juga digunakan untuk menyebut nama lain dari agama Khonghucu, dikarenakan mengikuti
istilah yang dari sarjana Barat. 23
Tjhie Tjay Ing, Mengenang 50 Tahun Mengemban Firman Sebagai Xueshi, h. 295. 24
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, h. 558. 25
Lesmadona Ferutama, Konsep Manusia Dalam Perspektif Ali Syari‟ati (Skripsi S1
Fakultas Akidah Filsafat Universitas Islam Negeri Jakarta, 2008), h. 31.
13
sehingga mampu menggenapkan, mengembangkan dan menyempurnakan apa
yang telah di cipatakan oleh Thian.26
G. Metodologi Penelitian
Data apa pun yang hendak dikumpulkan pada suatu penelitian,
diperoleh melalui metode-metode tertentu, pada sumber-sumber tertentu, dan
menggunakan alat dan instrumen tertentu.27
Dengan demikian untuk
mempermudah peneliti dalam melaksanakan penelitian agar sesuai dengan
kaidah, peneliti menggunakan metode sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Bentuk penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan (field
research) yang bersifat kualitatif karena lebih mengutamakan pendapat
responden yang berupaya menemukan kebenaran dalam situasi atau
peristiwa tingkah laku manusia. Dalam penelitian ini penulis melakukan
penelitian pada masyarakat Khonghucu di Lithang Bakti Pondok Cabe.
Berbeda dengan agama-agama yang lain seperti, Islam yang menekankan
ajaran tauhid, Kristen yang mengajarkan cinta kasih, dan Budha
menekankan penghapusan duka, ajaran dalam agama Khonghucu
menekankan ajaran tentang etika. Selain efesiensi waktu, agama Khongucu
di Lithang Pondok Cabe memiliki penganut yang besar yakni sekitar 500
umat yang terdaftar.28
Di wilayah ini pula terdapat beberapa umat
beragama lainnya namun, umat Khongucu di Lithang Pondok Cabe tetap
26
Tjhie Tjay Ing, Mengenang 50 Tahun Mengemban Firman Sebagai Xueshi, h. 306. 27
Sanapiah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial, Cet. VI (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2003), h. 51. 28
Ht. Saputra, Makin Pondok Cabe, h. 3.
14
dapat berinteraksi dengan harmonis. Dalam penelitian ini penulis
mengambil 4 responden yang kompeten untuk memberikan data yang
dibutuhkan, yakni: Ade Cahyadi (Lauw Kim It) sebagai ketua Lithang
Pondok Cabe, Js. Hendra Suprapto, Js. Dadang dan Wichandra sebagai
rohaniawan. Penelitian dimulai dari awal bulan September, penelitian
terhenti pada bulan oktober dikarenakan penulis sakit, kemudian penelitian
dilanjutkan kembali pada bulan november sampai tanggal 14 Januari 2015.
2. Pendekatan Penelitian
Untuk membantu penelitian penulis agar lebih maksimal, penulis
mengunakan pendekatan antropologi yang memiliki arti ilmu yang
mempelajari manusia sebagai makhluk sosial budaya.29
Karena secara
umum, agama dapat didefinisikan sebagai seperangkat aturan yang
mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan
antar sesama manusia, dan hubungan manusia dengan lingkungannya.30
Dalam pendekatan ini yang menjadi fokus penelitian dengan pendekatan
antropologi secara umum adalah mengkaji agama sebagai ungkapan
kebutuhan makhluk budaya yang meliputi:
a. Pola-pola keberagamaan manusia, dari perilaku yang mengedepankan
magic, animisme, totemisme, paganisme pemujaan terhadap roh, dan
politeisme, sampai pola keberagamaan masyarakat industri yang
mengedepankan rasionalitas dan keyakinan monoteisme;
29
Imam Suprayogo dan Tobroni, Metodlogi Penelitian Sosial – Agama, Cet. II (Bandung:
PT Reamaja Rosdakarya, 2003), h. 62 30
M. H. Sayuthi ali, Metode Penelitian Agama: Pendekatan Teori dan Praktek (Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2002), h.73.
15
b. Agama dan pengungkapannya dalam bentuk mitos, simbol-simbol,
ritus, tariaan ritual, upacara pengorbanan, semedi, selamatan;
c. Pengalaman religius, yang meliputi meditasi, doa, mistisisme, sufisme.31
Pada umumnya penelitian dengan perspektif antropologi
menggunakan perspektif mikro atau paradigma humanistik, seperti
fenomenologi, etnometodologi, everyday life, arkeologi. Unit analisanya
bisa berupa individu, kelompok/organisasi dan masyarakat, benda-benda
bersejarah, buku, prasasti, dan cerita-cerita rakyat.32
Penulis menggunakan
pendekatan antropologi untuk mendeskripsikan sikap kemanusiaan umat
Khongucu di Lithang Pondok Cabe dengan Konsep Humanisme dalam
agama Khongucu.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis sebagai berikut:
a. Penelitian kepustakaan (Library research)
Pada tahapan selanjutnya untuk membantu penulis dalam
menyempurnakan dan mempermudah penelitian, penulis mencari data
atau informasi riset melalui buku-buku, internet, artikel surat kabar dan
tulisan lainnya.
b. Wawancara
Pada tahap wawancara ini, penulis mewawancarai responden
yang dianggap layak untuk dijadikan informan. Responden tersebut
adalah para tokoh agama dan ketua Lithang Pondok Cabe. Para tokoh
31
Imam Suprayogo dan Tobroni, Metodlogi Penelitian Sosial – Agama, h. 63. 32
Ibid., h. 63.
16
agama tersebut adalah Js. Hendra, Js. Dadang, Ws. Wicandra tentang
konsep-konsep dan sikap kemanusiaan umat Khonghucu di Lithang
Pondok Cabe. Sedangkan ketua Lithang Pondok Cabe adalah Dq. Ade
tentang Lithang di Pondok Cabe. Untuk mempermudah penulis dalam
mengumpulkan data, penulis mencatat dan atau merekam jawaban-
jawabannya dengan alat perekam.
c. Observasi (pengamatan/ peninjauan secara cermat)
Sebelum melakukan metode wawancara, penulis mendatangi
tempat yang akan menjadi pusat penelitian untuk melihat secara
langsung terhadap suatu benda, kondisi, situasi, proses, atau perilaku
yang merupakan bahan-bahan informasi penulis terhadap masyarakat
agama Khonghucu di Lithang Bakti Pondok Cabe. Saat melakukan
observasi sebelum penelitian, penulis menemukan alasan yang lebih
penting ternyata umat Khonghucu di Pondok Cabe merupakan umat
Khonghucu yang baru mengenal ajaran Khonghucu, karena sebelumnya
umat Khonghucu belum menjadi Khonghucu sebenarnya, yakni masih
mengikuti tradisi Tionghoa yang bercampur dengan tradisi lokal.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis berpedoman pada ketentuan dan
petunjuk buku “Pedoman Akademik Program Strata 1 Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2013-2014” yang dikeluarkan oleh
UIN Jakarta.
17
H. Sitematika Penulisan
Untuk mendapatkan gambaran yang menyeluruh tentang apa yang akan
diuraikan dalam penelitian ini, maka perlu penulis kemukakan susunan atau
sistematis penyusunan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Mencakup delapan pasal pembahasan yang terdiri dari latar
belakang masalah, rumusan masalah dan pertanyaan penelitian,
tujuan penelitian, kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, konsep
teoritis penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II KONSEP HUMANISME DALAM AGAMA KHONGHUCU
Memuat pembahasan tentang pengertian humanisme yang
berisikan arti dan latar belakang beserta perkembangan wacana
humanisme; humanisme dalam agama Khonghucu yang terdiri
dari tiga bagian yakni: hubungan manusia dengan tuhan,
hubungan manusia dengan alam, dan hubungan manusia dengan
manusia.
BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG LITHANG BAKTI
PONDOK CABE
Memuat pemabahasan tentang gambaran umum Lithang
Bakti di Pondok Cabe yang terdiri dari tiga point, yang pertama
mengenai letak geografis; kedua tentang sejarah lithang yang
terbagi menjadi sejarah pendiriannya, tujuan didirikannya,
keorganisasian yang terdapat di lithang, dan aktivitas kebaktian
18
dan pelayanan umat; point ketiga perkembangan Lithang Bakti
Pondok Cabe.
BAB IV IMPLEMENTASI KONSEP HUMANISME DALAM
MEMBENTUK MANUSIA SEMPURNA UMAT
KHONGHUCU DI LITHANG BAKTI PONDOK CABE
Dalam pembahasan ini memuat tiga point, yang pertama
tentang pandangan Khonghucu mengenai pengertian manusia;
yang kedua: konsep manusia sempurna dan masyarakat ideal
dalam agama Khonghucu; dan point terakhir mengenai
implementasi humanisme umat Khonghucu yakni terdiri dari lima
watak sejati yakni: cinta kasih, bijaksana, kebenaran, susila , dan
kepercayaan.
BAB V PENUTUP
Bab ini memuat tentang kesimpulan dan saran peneliti.
Setelah melakuka pengkajian terhadap Konsep Humanisme
Agama Khonghucu Dalam Membentuk Manusia Sempurna Studi
Terhadap Sikap Kemanusian Umat Khonghucu di Lithang Bakti
Pondok Cabe.
19
BAB II
KONSEP HUMANISME DALAM AGAMA KHONGHUCU
A. Pengertian Humanisme
Humanisme merupakan suatu istilah yang melihat pada sisi
perkembangan kepribadian manusia. Humanisme merupakan suatu
pendekatan yang melihat bagaimana manusia membangun dirinya untuk
melakukan hal-hal positif yang merupakan potensi yang dimiliki setiap
manusia. Kemampuan positif disini erat kaitannya dengan pengembangan
emosi positif yang terdapat dalam domain afektif. Emosi adalah karakterisitik
yang sangat kuat yang nampak dari para pendidik beraliran humanisme.1
Dilihat dari segi bahasa, humanisme bersal dari kata latin humanus dan
mempunyai akar kata homo yang memiliki arti manusia. Humanus berarti
sifat manusiawi atau sesuai dengan kodrati manusia. Secara terminologi,
humansime berarti martabat dan nilai dari setiap manusia, dan semua upaya
untuk meningkatkan kemampuan-kemampuan alamiahnya (fisik nonfisik)
secara penuh.2
Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan arti humanisme sebagai
aliran yang bertujuan menghidupkan rasa perikemanusiaan dan mencita-
citakan pergaulan hidup yang lebih baik.3 Sedangkan dalam kamus ilmiah,
1Rina Harahap, Teori Belajar Humanisme. Diakses pada 20 Agustus 2014. Dari:
http://rinaapriyaniharahap.blogspot.com/2012/12/psikologi-perkembangan.html. Pukul: 22.40. 2Haryanto Al-Fandi, Desain Pembelajaran yang Demokratis & Humanis (Jogyakarta: Ar-
Ruzz Media, 2011), h. 71. 3Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, h. 316.
20
humanisme adalah suatu doktrin yang menekankan kepentingan-kepentingan
kemanusiaan dan ideal.4
Mangun Harjana mengatakan, pengertian humanisme adalah pandangan
yang menekankan martabat manusia dan kemampuannya. Dalam pandangan
ini manusia bermartabat luhur, mampu menentukan nasib sendiri dan dengan
kekuatan sendiri mampu mengembangkan diri dan memenuhi kepatuhan
sendiri dan memenuhi kepunahan eksistensinya menjadi paripurna.5
Pengertian humanisme menurut Ali Syari‘ati adalah, humanisme
mencita-citakan adanya kebebasan dari penindasan, kesempurnaan hidup,
keadilan, kebenaran, kesadaran diri manusia, mendahulukan masyarakat atas
individu, esensi kerja, keseimbangan antar konsumsi dan penghasilan,
penolakan terhadap kesewenang-wenangan, menolak perang, melindungi
peribadatan, menolak kebodohan dan kelemahan, kemampuan
memperjuangkan hak hidup, menolak diskriminasi ras dan golongan, dan
privilege sosial, yang semuanya adalah cita-cita kemanusiaan yang ada di
sepanjang sejarah manusia yang beradab dari kaum intelektual yang bebas
dan cinta kemanusiaan.6
Humanisme dalam agama Khonghucu, merupakan ajaran satya dan
tepasarira, yakni hubungan manusia dengan Tuhan, dan hubungan manusia
dengan sesama manusia, termasuk juga hubungan manusia dengan alam
4Tim Prima Pena, Kamus Ilmiah Populer „Edisi Lengkap‟, Cet. I (Surabaya: Gitamedia
Press, 2006), h. 184. 5Http://Www.Referensimakalah.Com/2013/01/Humanisme-Pengertian-Dan-
Sejarah.Html, diakses pada5 Mei 2014, pukul: 15.40 WIB. 6Nina Asmara, Humanisme dalam agama Khonghcu „Studi terhadap Interaksi Sosial di
Kelenteng Tjen Ling Kong Yogyakarta‟, h. 68.
21
semesta.7 Setiap umat harus menjaga keharmonisan tersebut agar terwujud
perdamaian abadi dengan adanya kebijaksanaan, cinta kasih, dan keberanian.
Dengan memahami makna kata humanisme di atas, menunjukkan
bahwa inti persoaalan yang dibahas dalam humanisme adalah manusia itu
sendiri, bagaimana membentuk manusia itu menjadi lebih manusiawi, serta
pihak mana atau siapa yang bertanggungjawab pada proses pembentukannya.8
B. Sejarah Humanisme
1. Latar Belakang Humanisme
Pada awal abad pertengahan tahun 500 sampai 1000 Masehi, Eropa
Barat mengalami zaman-zaman kegelapan. Masa ketika setengah bagian
Barat dari kekaisaran Roma mulai runtuh karena invasi kaum Barbar,
setelah Roma jatuh pada tahun 410. Negara-Negara Barat terus diinvasi
oleh bangsa Norwegia dan Denmark dari utara oleh Islam lewat Spanyol di
bagian selatan. Pada tahun 1500 kekristenan Barat tampak sangat luas dan
aman; Gereja mengumpulkan banyak kekayaan dan pengaruhnya di bawah
pimpinan Paus Sylvester II. Tapi keamanan itu sengaja digoncang oleh
Reformasi kaum Protestan. Mengakibatkan banyak faktor yang
mempengaruhi munculnya reformasi, salah satunya adalah kemunculan
humanisme Renaissance.9
7Wawancara Pribadi dengan Hendra Suprapto, Pondok Cabe, 05 September 2014.
8Zulfan Taufik, Ilusi dan Harapan „Pembacaan Humanisme Ali Shari‟ati‟, Cet I (Jakarta:
Impressa, 2012), h. 36. 9Linda Smith, dan William Raeper, Ide-Ide Filsafat dan Agama Dulu dan Sekarang.
(Yogyakarta: Kanisius, 2000), h. 121-122. e-book: diakses pada tanggal 19 November 2014.
Pukul. 17.32. Lihat di: http://books.google.co.id/books?id.
22
Sebelum membahas awal munculnya istilah humanisme, istilah yang
berkaitan satu sama lain, terdapat dua hal yang perlu dipahami. Pertama,
kata ―humanismus‖ diciptakan pada tahun 1808 oleh ahli pendidikan
Jerman, F.J. Niethammer, untuk menunjuk pada tekanan pengajar yang
diberikan pada karya-karya klasik berbahasa Latin dan Yunani di sekolah-
sekolah menengah yang dilawankan dengan tuntutan yang semakin meluas
terhadap pendidikan yang lebih bersifat praktis dan berorientasi pada ilmu
pengetahuan dan sains.10
Kedua, sebelum humanismus yakni humanista, yang diciptakan pada
puncak kejayaan zaman Renaissance untuk menunjuk pada para profesor
humanisme di universitas-universtas Italia. Kemudian istilah yang lebih
tua dari kedua kata di atas adalah yang ketiga, humanities atau studia
humanistis, kata yang digunakan untuk menunjuk pada pendidikan liberal
arts dengan menggunakan karya-karya pengarang Romawi klasik seperti
Cicero dan Gellius, yang pada abad pertengahan ke-5 menunjuk pada
bidang-bidang studi yang berbeda, yakni, tata bahsa, retorika, sejarah
puisi, dan filsafat moral.11
Humanisme pertama kali digunakan sebagai istilah pada permulaan
abad ke-16 untuk merujuk pada para penulis dan sarjana Renaisans
Eropa.12
Humanisme abad ke enam belas tidak boleh dicampurkan dengan
humanisme modern yang bersifat agnostik dan ateis. Di Eropa bagian
10
Thomas Hidya Tjaya, Pustaka Filsafat Humanisme Dan Skolastisisme „Sebuah Debat‘
(Yogyakarta: Kanisius, 2004), h. 20. e-book: diakses pada tanggal 20 November 2014. Pukul.
04.30. Lihat di: http://books.google.co.id/books?id. 11
Ibid., h. 20. 12
Zulfan Taufik, Ilusi dan Harapan „Pembacaan Humanisme Ali Shari‟ati‟, h. 32.
23
selatan muncul kembali minat terhadap hidup klasik Yunani dan Romawi,
itulah Renaissance. Pada tahun 1860, Jakob Buckhart menyebutkan
Renaissance merupakan dimana datangnya zaman manusia sebagai
individu rohani.13
Gerakan humanisme di Eropa diawali oleh Humanisme Renaisans
yang diwakili oleh Renaisans Italia di (Eropa) selatan dan Renaisans
Jerman di utara. Humanisme Renaisans Italia bercita-cita membebaskan
individualitas dari belenggu kekuasaan agama dan feodalisme,
menekankan pemekaran dan kesempurnaan kemanusiaan melalui studi
kesusastraan Yunani dan Latin kuno, menekankan dimensi sekular dari
pengalaman manusia, namun tidak menampilkan diri sebagai kekuatan
transformasi dan reformasi sosial.14
Humanisme Renaisans Jerman terus menekankan perhatian pada
kehidupan agama namun dengan pendekatan yang lebih individualistik dan
subjektif. Humanisme Resaisans Jerman menghasilkan reformasi Protestan
yang akhirnya berubah pada transformasi dan reformasi sosial, manakala
kegandrungan pada sastra klasik tersebut disatukan dengan Alkitab.15
2. Perkembangan Humanisme
Perkembangan humanisme dalam pandangan Jon Every dapat
dipahami dari dua tingkatan. Pertama, tradisi itu berkembang dari sejarah
intelektual Eropa dan, kedua, berkembang dari sejarah intelektual Amerika
13
Linda Smith, dan William Raeper, Ide-Ide Filsafat dan Agama Dulu dan Sekarang, h.
122. 14
Forum mangunwijaya IV, Penjiarahan panjang humanisme mangunwijaya (Jakarta:
Kompas, 2009), h. 5. 15
Ibid., h.6.
24
Serikat. Pandangan humanisme dari Yunani kuno, yakni ketika Socrates
mengarahkan filsafatnya pada kesadaran etik bagaimana cara
meningkatkan martabat manusia sebagai individu dan masyarakat yang
membentuk esensi dari perhatian humanisme yang membentuk sejarah
pemikiran Eropa.16
Tingkatan kedua tentang humanisme di Amerika. Gerakan
humanisme Amerika menemukan pada diri Thomas Jefferson suatu kritik
yang tajam tehadap mukjizat dan supranaturalisme. Namun sebenarnya
secara langsung lebih berkaitan dengan perkembangannya di abad 20.
Pada tahun 1941, di Chicago, Illionis, telah didirikan The Amerian
Humanist Association. Lembaga ini sangat mengakar dalam kerangka
naturalistik yang memperoleh bentuknya dalam pemikiran universitas
Amerika. Misalkan John Dewey, memusatkan perhatian pada penerapan
evolusi Darwin atas filsafat dan mempublikasikan sebuah buku di tahun
1910 tentang evolusi Darwin dan pengaruhnya terhadap filsafat.17
Selama Renaissance, dari abad ke-14 sampai ke-16, kata humanis
dicetak untuk pertama kalinya. Keunggulan manusiawi dirayakan di dalam
ledakan seni, penalaran, dan sastra klasik. Para humanis awal tidak melihat
pertentangan antara gerakan humanis dengan iman kristen mereka. Namun
konflik terjadi sewaktu benih-benih humanisme sekuler modern dianggap
sudah ditaburkan. Renaissance membuka apa yang oleh Vasari disebut
―semangat kritisisme‖, yang menyusun kekuatan dan di dalam abad ke-18
16
Jon Avery dan Hasan Askari, Menuju Humanisme Spiritual „Kontribusi Perspektif
Muslim Humanis‟, Cet. I (Surabaya: Risalah Gusti, 1995), h. 6. 17
Ibid., h. 8.
25
menjadi zaman Pencerahan, yang merupakan zaman ketika pengetahuan
ilmiah berkembang memunculkan kritik yang keras terhadap kepercayan
iman Kristen.18
Humanisme setelah Renaisans, dinamakan Neo-Humanisme, yang
berkembang pada abad ke-18 ketika para seniman, filosof, dan kaum
intelektual, berpaling kembali ke zaman klasik Yunani dan Romawi. Cita-
cita humanisme dilihat dalam gagasan Yunani kuno tentang pembentukan
manusia yang selaras badan dan jiwanya.19
Pada abad ke-18, mereka yang
meragukan eksistensi Tuhan, tidak menyebutkan diri mereka ―ateis‖,
banyak di antara mereka menyeut diri dengan kata ―Deis‖20
yang berarti
bahwa mereka percaya akan sesuatu pengada tertinggi yag tidak dikenal
(dan mungkin impersonal). Paine mengatakan: ―Merupakan tugas manusia
untuk memperoleh semua pengetahuan yang ia mampu dan
memanfaatkannya sebaik-baiknya.‖21
Sejak permulaan abad ke-19, humanisme menjadi suatu sikap sosial
politik yang diarahkan untuk memantapkan lembaga-lembaga hukum dan
politik sesuai dengan cita-cita martabat manusia, dimana paham hak-hak
asasi manusia sudah masuk di panggung etika politik modern.22
18
Linda Smith, dan William Raeper, Ide-Ide Filsafat dan Agama Dulu dan Sekarang,
h.132. 19
Zulfan Taufik, Ilusi dan Harapan „Pembacaan Humanisme Ali Shari‟ati‟, h. 35. 20
Deis yang paling terkenal adalah Thomas Paine (1737-1809). Ia menulis tiga buku yang
paling penting: Commonsense, yang punya andil dalam perang kemerdekaan Amerika; The Rights
of Man, pembelaan terhadap Revolusi Prancis; dan The Age of Reason, kritik keras terhadap kitab
suci. 21
Linda Smith, dan William Raeper, Ide-Ide Filsafat dan Agama Dulu dan Sekarang, h.
132-133. 22
Ibid., h. 35.
26
Akhir abad ke-20, paham humanisme telah lepas dari kaitannya
dengan kebudayaan Eropa, khususnya Yunani dan Romawi kuno. Pada
abad ini, humanisme menjadi cita-cita transtruktural dan universal yang
menyangkut sikap-sikap dan mutu etis lembaga-lembaga politik yang
menjamin martabat manusia. Roger L. Shin mendifinisikan humanisme
sebagai penghargaan pada manusia dan nilai yang nyata dan potensial di
dalam kehidupan manusia.23
Dengan demikian humanisme dapat
dipandang sebagai suatu upaya intelektual yang gigih untuk memaknai
kemanusiaan dan keterlibatan manusia di dalam dunianya.
C. Humanisme Dalam Agama Khonghucu
Humanisme atau juga bisa disebut nilai-nilai kemanusiaan yang
terdapat dalam agama Khonghucu sangat erat kaitannya, karena pedoman
nilai-nilai dalam agama Khonghucu selalu mengajarkan keharmonisan dan
kerukuan dalam hidup di dunia. Dalam arti kata humanisme menurut umat
agama Khonghucu adalah nilai-nilai kemanusiaan yang mengartikan ajaran
satya dan tepasarira.24
Nabi Kongzi mengartikan ajaran satya dan tepasarira sebagai jalan suci
Yang Satu yang Menembusi Semuanya, karena ajaran vertikal yang
menjalinkan manusia kepada Tuhan, Kholik-nya dan horizontal yang
menjalinkan manusia kepada sesama dan lingkungan hidupnya. Dalam hal ini
23
Zulfan Taufik, Ilusi dan Harapan „Pembacaan Humanisme Ali Shari‟ati‟, h. 35-36. 24
Wawancara Pribadi dengan Hendra Suprapto.
27
setiap umat wajib mengerti mana yang pokok dan mana yang ujung, serta
mana yang wajib didahulukan dan mana yang wajib dikemudiankan.25
Khonghucu adalah salah satu ajaran yang mempengaruhi pola pikir dan
cara hidup sebagian umat manusia. Khonghucu yang aslinya disebut ―Ji
Kauw‖ (Hokkian) atau ―Ju Chiao‖ (Mandarin) berarti ‖agama orang yang
taat, lembut hati, terpercaya, dan beroleh bimbingan mengikuti jalan suci‖.
Karena itu, nilai kebajikan mendapat perhatian yang sangat penting.
Salah satu dari nilai kebajikan adalah Chun Tzu yang berarti seorang
gentleman, manusia unggul (insankamil) yang telah memiliki kemanusiaan
yang sempurna. Manusia yang berada pada derajat yang paling tinggi, yang
memiliki kebijaksanaan dan budi luhur, yang di dalam dirinya terpantulkan
sifat ―yi, jen, li, dan chih‖26
untuk menjadi manusia ideal. Nilai-nilai
kebajikan tidak terlepas dari etika sebagai pendampingnya. Etika hubungan
antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan alam, dan manusia dengan
manusia dapat mewujudkan keharmonisan dan perdamaian abadi.
25
Tjhie Tjay Ing, Mengenang 50 Tahun Mengemban Firman Sebagai Xueshi 1963-2013,
h. 159. 26
Yi adalah cara terbaik untuk melakukan sesatu sesuai dengan kodrat alam dan fitrah
manusia. Dalam sifat Yi menurut pandangan khonghucu alam dan manusia pada dasarnya adalah
baik dan tidak seorang pun mampu bersikap bijaksana hingga memahami yi dengan sebaik-
baiknya. Jen berarti keinginan baik. Ini mencakup cinta, kebaikan, susila dan kemanusiaan. Karena
keinginan baik adalah keinginan untuk melakukan perbuatan terbaik dalam hidup kemasyarakatan.
Li memiliki makna kesopanan—cara yang tepat untuk melahirkan sikap batin. Dalam sikap batin
harus selalu sejalan dengan perilaku lahir, karena berkaian dengan sin (ketulusan) yang ditekankan
oleh sikap yi. Dalam ajaran Khonghucu li mengandung makna peraturan atau kaedah yang menjadi
keseimbangan hidup manusia. Chih yakni bijaksana. Chih mengandung kehidupan yang dilandasi
oleh kepercayaan teerhadap diri sendiri dengan menghayati yi, jen, dan li. Untuk menghayati chih
diperlukan pengetahuan yang memungkinkan seseorang yang mampu bersikap dan bertindak
sesuai dengan fitrahnya.
28
1. Hubungan Manusia dengan Tuhan
Keyakinan pemeluk terhadap agama merupakan pusat dalam
kehidupan beragama. Seperti halnya ungkapan yang terdapat di dalam Eka
Prasetia Pancakarsa, bahwa agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa adalah masalah yang menyangkut hubungan pribadi dengan
Tuhan Yang Maha Esa yang dipercayai dan diyakininya.
Tuhan dalam agama Khonghucu disebut Thian.27
Dalam kitab-kitab
agama Khonghucu banyak bagian yang berbicara tentang Tuhan Yang
Maha Esa, diantaranya:
Kitab Shi Jing/ She Cing (kitab sajak/puisi)
―kekuasaan dan bimbingan dari Thian (Tuhan Yang Maha Esa)
sangat luas dan dalam hal ini di luar jangkauan suara, sentuhan, atau
penciuman‖. (She Cing IV Wen Wang I/7).
―oh, betapa besarnya Shang Ti (tuhan yang maha kuasa)! Berkahnya
dicurahkan ke bumi. Dengan pangdangan yang menyeluruh dengan
perhatian yang sekama mengatur segala makhluk di dunia agar hidup
dalam berkecukupan‖. (She Cing IV Wen Wang VII/I).28
Setiap pemeluk agama wajib beriman terhadap Tuhan yang mereka
yakini. Dalam ajaran agama Khonghucu orang yang beriman kepada Thian
akan senantiasa satya bakti melaksanakan firman-Nya. Batin hendaknya
tidak bimbang atau mendua hati, melainkan menyadari dan percaya Thian
ialah sang pencipta, Khalik semesta alam, baik yang berwujud hukum,
benda atau makhluk; karena-Nya segenap wujud dan makhluk bermula
dan berpulang; daripada-Nya manusia mendapatkan hidupnya,
27
M. Ikhsan Tanggok, Jalan Keselamatan Melalui Agama Khonghucu, h. 43 28
Ibid., h. 44.
29
mendapatkan kekuatan dan kemampuannya sebagai manusia. Karena
Thian merupakan sumber kekuatan hidup, keluhuran budi; Dia-lah yang
senantiasa mengerti, membimbing, memberkati, melindungi, dan
menyertai hidup ini.29
Dalam penyebutan nama Tuhan Yang Maha Esa, kitab suci umat
agama Khonghucu menyebut Tuhan dengan beberapa nama, yakni sebagai
berikut:
a. Thian, yang mengandung makna: Yang Maha Besar, Yang Maha Esa
dan sering ditambah nama sebutan:
- Huang Thian: Thian Yang Maha Besar, Maha Kuasa
- Min Thian: Thian Yang Maha Kasih
- Hao Thian: Thian Yang Maha Besar Maha Meliputi
- Chang Thian: Thian Yang Maha Tinggi, Maha Suci
- Shang Thian: Thian yang di tempat Maha Tinggi
b. Di, yang memiliki makna: Yang Maha Besar yang menciptakan dan
menguasai langit dan bumi; dan sering ditambah dengan sebutan Shang
Di yaitu Di Yang Di Tempat Maha Tinggi.
c. Tai Yi, Yang Maha Esa.
d. Qian: Yang Maha Ada, Khalik Semesta Alam.
e. Gui Shen: Yang Maha Rokh, Tuhan daripada hukum alam, ang
menjadikan hukum Yin Yang atau negatif dan positif.30
29
Tjhie Tjay Ing, Tanya Jawab Keimanan Konfusiani (T.tp.: MATAKIN, t.t.), h. 8. 30
Ibid,. h. 9.
30
Kitab Suci Konfusiani menyebutkan, Tuhan Yang Maha Esa yang
mereka yakini, mempunyai sifat-sifat yang utama yang empat atau empat
kebajikan Tuhan (SIDE) adalah:
a. Yuan: Maha Kasih, Maha Sempurna, Khalik Semesta Alam, Yang
menjadi mula dan berpulang semua makhluk dan benda.
b. Heng: Yang Maha Besar, Maha menjalin / menembusi, Maha Indah,
Maha Luhur.
c. Li: Maha Pemberkah, Yang menjadikan hukum sebab-akibat, Maha
Adil.
d. Zhen: Maha Kuas, Maha Kokoh, Maha Abadi Hukum-Nya.31
Selain sifat-sifat utama Empat Kebajikan Tuhan di atas, Thian dalam
agama Khonghucu juga memiliki sifat-sifat yang lain diantaranya: Maha
Melihat dan Mendengar, Maha Tahu, Maha Mengerti, Maha Lembut,
Maha Gaib, Maha Rokh; Dilihat tidak tampak, didengar tiada terdengar,
namun tiap wujud tiada yang tanpa Dia; tidak dapat diperkirakan, lebih-
lebih tidak dapat ditetapkan; mendukung semuanya sekalipun tiada suara
dan tiada bau.32
Manusia diharuskan untuk berlaku satya terhadap Tuhan Yang Maha
Esa dan melaksanakan Firmannya dan menggemilangkan Kebajikan,
sebagaimana diterangkan dalam ayat berikut:
31
Ibid.,h. 9. 32
Ibid., h. 8-9.
31
Mengzi VI A: 16,
―Ada kemuliaan karunia Tuhan dan ada kemuliaan pemberian
manusia; Cinta Kasih (Ren), Kebenaran (Yi), Satya (Zhong), Dapat
Dipercaya (Xin) dan gemar akan Kebajikan dengan tidak merasa
jemu, itulah kemuliaan karena Tuhan Yang Maha Esa. Kedudukan
Raja Muda (Gong), menteri (Qing) dan pembesar (Da Fu) itulah
kemuliaan pemberian manusia. Orang jaman dahulu membina
kemuliaan karunia Tuhan Yang Maha Esa dan kemudian
mendapatkan kemuliaan pemberian manusia. Orang jaman sekarang
membina kemuliaan karunia Tuhan Yang Maha Esa untuk
mendapatkan kemuliaan pemberian manusia. Setelah mendapatkan
kemuliaan pemberia manusia, lalu dibuanglah kemuliaan karunia
Tuhan itu. Sungguh tersesatlah jalan pikirannya, karena akhirnya
akan kehilangan semuanya.‖
Umat agama Khonghucu dalam mewujudkan imannya kepada Thian
di penghidupan ini, dengan menegakkan iman dan mengokohkan tekad
untuk membina diri, hidup satya melaksanakan Firman Tuhan dengan
tulus dan lurus hati dan sungguh-sungguh memacu diri mengasihi-
tenggangrasa dan menyayangi serta bertanggung jawab kepada sesama
manusia, sesama makhluk rakyat Tuhan (Thian Min) dan alam lingkungan
hidup ini. Itulah yang disebut Jalan Suci Satu yang menembusi
semuanya.33
Untuk menjaga keharmonisan antara manusia dengan Tuhan, umat
agama Konghucu melakukan beberapa upacara sebagai berikut:
a. Sembahyang ucapan rasa syukur, yang dilaksanakan tiap hari, pagi dan
sore atau tiap bulan baru dan bulan purnama, Chee Iet dan Cap Go;
yakni sore menjelang Chee Iet, Chee Iet pagi dan sore demikian pula
33
Ibid., h. 10.
32
Cap Go. Di Lithang pun hendaknya dilaksankan Tiam Hio Chee Iet dan
Cap Go.
b. Sembahyang syukur malam penutupan tahun (malam menjelang Gwan
tan), sembahyang ini dilakukan dalam keluarga pada saat Cu Si (23.00 –
01.00), cukup dengan Tiam Hio; kecuali bila telah melakukan nazar
(janji/kaul) wajib dilakukan altar lengkap.
c. King Thi Kong, yakni sembahyang besar kepada Tuhan Yang Maha
Esa, pada tanggal 8 atau 9 Cia Gwee.
d. Sembahyang syukur saat siang gwan/ gwan siau, dilaksanakan pada
waktu Cap Go Meh/ tanggal 15 bulan Cia Gwee, antara saat Shien Si
sampai saat Cu Si (15.00 – 01.00).
e. Sembahyang besar Twan Yang, dilaksanakan pada tanggal 5 Go Gwee
(tanggal 5 bulan 5 Imlik).
f. Sembahyang besar Tangcik, dilaksankan pada tanggal 22 Desember
pada dinihari saat Ien Si (pukul: 03.00 – 05.00).34
Thian adalah Maha Mengetahui, Maha Mencintai Rakyat Ciptaan-
Nya, Yang Maha Meridhoi Kebajikan, dan Yang Maha Menghukum
Kejahatan. Kitab suci Khonfusiani membimbingkan Thian atau Shang Di
kepada umat agama Khonghucu sebagai Tuhan Yang Maha Hidup yang
menjadi sumber dan tempat berpulang bagi semua yang hidup. Hal ini
menjadi iman dan penghayatan umat Khonghucu terhadap Tuhan.35
34
Seri Genta Suci Konfusian, Tata Agama Dan Tata Laksana Upacara Agama
Khonghucu (Solo: MATAKIN, 1984), h. 60-66. 35
Tjhie Tjay Ing, Tanya Jawab Keimanan Konfusiani, h. 12.
33
Dalam melaksanakan persujudan terhadap Tuhan, ajaran yang
terdapat dalam Kitab suci mengajarkan umat agama Khonghucu untuk
melakukan sujud kepada Thian. Ada empat syarat pokok yang harus ditaati
oleh pemeluknya, yakni di dalam bathin setiap umatnya harus ada Cheng
(beriman, tulus, penuh kesungguhan), Xin (percaya penuh keyakinan),
Zhong (satya, penuh semangat bakti) dan Jing (rasa sujud, hormat yang
sungguh-sungguh).36
2. Hubungan Manusia dengan Alam
Pada dasarnya suku bangsa Cina awalnya hidup dalam dunia agraris
(bertani). Banyaknya masyarakat berhubungan dengan alam yang akhirnya
mempengaruhi proses kejiwaan dan alam pikir mereka sebagai suatu
keajaiban. Anggapan demikian menjadi sebab munculnya pemujaan-
pemujaan terhadap yang gaib, dengan tujuan agar kekuatan gaib yang
mereka yakini tidak menimbulkan kerusakan serta kejahatan pada
kehidupan pertanian mereka. Pemikiran masyarakat petani yang primitif
menjadikan hubungan yang erat dengan alam dan kekuatan kedewataan.
Berbagai ritual dan pesta dirayakan sepanjang tahun yang bertujuan untuk
meningkatkan hasil pertanian.37
Dalam ajaran agama Khonghucu alam semesta merupakan bukti
kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa. Menaruh kepercayaan serta memuja
Shen yakni sejenis semangat atau arwah nenek moyang dan Kui yaitu
tenaga alam seperti matahari, bulan, dan bintang. Umat agama Khonghucu
36
Ibid., h. 12 37
M. Ikhsan Tanggok, Jalan Keselamatan Melalui Agama Khonghucu, h. 8-9.
34
mempercayai Kui dan Shen dapat mempengaruhi dan mengatur alam ini.
Kui dan Shen terbagi atas dua bagian yakni: pertama, yang tinggi, yaitu
roh-roh yang tinggi termasuk roh-roh bintang; kedua, yang rendah, yaitu
sungai, mata air, dan nyawa.38
Bermacam-macam kepercayaan yang disertai untuk menurunkan
hujan, mendatangkan kemarau, menyuburkan tanah, dan juga memelihara
rumah tangga dan keluarga. Kepercayaan-kepercayaan tersebut
menyebabkan umat Khonghucu senantiasa berusaha untuk
membahagiakan dan menggembirakan Kui dan Shen.39
Sebagai wujud rasa syukurnya kepada Thian dan untuk menjaga
keharmonisan antara manusia dengan alam semesta. Umat Khonghucu
melaksanakan upacara keagamaan dengan alam sekitar dengan penuh
kesadaran dan ketulusan agar lingkungan disekitar tetap asri dan seimbang,
yakni sebagai berikut:
a. Hari sembahyang Tiong Chiu, yakni sembahyang yang dilaksanakn
pada tanggal 15 bulan VIII Imlek (Pik Gwee Cap-go). Sembahyang ini
diperuntukkan kepada malaikat bumi sebagai pernyataan rasa syukur
(Hok Tik Cing Sien, Tho Sien atau Tho Tee Kong).
b. Hari sembahyang He Gwan, yaitu sembahyang yang dilaksanakan
untuk penghormatan kepada malaikat bumi. Perhormatan ini
diselenggarakan pada tanggal 15 Cap Gwee/bulan 10 Imlek.
38
Ibid., h. 6. 39
Ibid., h. 6.
35
c. Sembahyang hari persaudaraan (sosial) atau hari kenaikan Cookun.
Sembahyang ini dilaksanakan pada tanggal 24 bulan 12 Imlek (Cap-ji-
gwee Ji-si) dan dilaksanakan pula pada tanggal 4 bulan 1 Imlik (Cia
Gwee Chee Si), sebagai hari penyambutan Coo-Kun (malaikat
pemeriksa/ dapur) turun.40
Kuatnya tradisi menjadi pandangan hidup rohaniah melatarbelakangi
kepercayaan terhadap hal-hal yang gaib. Menjadikan landasan hidup
keberagamaan bangsa Cina adalah animisme. Landasan animisme tersebut
dimanifestasikan dalam bentuk pemujaan terhadap leluhur (nenek
moyang), langit, dan alam sekitar.41
Selain pemujaan terhadap dewa bumi, umat Khonghucu juga
melaksanakan pemujaan terhadap langit. Karena sejak jaman dahulu langit
dianggap sebagai tempat dewa yang maha tinggi dan agung; dan dewa
yang memiliki akhlak yang paling mulia. Menurut para ahli sejarah, dewa
langit dianggap sebagai dewa yang paling tua. Dewa yang melambangkan
suatu makhluk kedewaan yang tinggal di langit, dipandang sebagai
seorang kaisar yang bertahta dan mempunyai kekuasaan yang tertinggi.
Dalam masyarakat Cina, sebelum mereka melakukan sembahyang di
depan meja abu terlebih dahulu mereka melakukan sembahyang
menyembah Tian yang berada di langit.42
40
Seri Genta Suci Konfusian, Tata Agama Dan Tata Laksana Upacara Agama
Khonghucu, h. 85-86. 41
M. Ikhsan Tanggok, Jalan Keselamatan Melalui Agama Khonghucu, h. 6. 42
Ibid., h. 10-11
36
Dalam baktinya menjaga alam semesta, manusia diwajibkan
menjaga kelestarian alam lingkungannya. Hal ini tercantum dalam kitab
Lee Ki XXIV : 20/1, sebagai berikut:
―Cingcu berkata, „Pohon dipotong hanya pada waktunya; burung-
hewan dipotong hanya pada waktunya.‟ Nabi bersabda, „Sekali
memotong pohon, sekali memotong hewan tidak pada waktunya; itu
tidak berbakti.”43
3. Hubungan Manusia dengan Manusia
Manusia memiliki kedudukan yang tertinggi dalam agama
Khonghucu. Karena tujuan hidup umat Khonghucu adalah mengasah
kualiatas moral setiap orang. Menjadikan moral umat Khonghucu sebagai
upaya manusia untuk memiliki kebudayaan dan peradaban yang luhur.
Karena pada dasarnya hakikat manusia itu baik, maka metode yang
digunakan adalah: Pendidikan, Mengajar dan Mendewasakan.44
Sekiranya
dengan pendidikan sifat manusia itu jahat, maka tidak akan terlaksana
tanpa sebuah pemaksaan.45
Ajaran agama Khonghucu dalam mengatur hubungan manusia
dengan manusia merupakan unsur yang sangat penting dalam kehidupan
sosial yakni lima kesopanan dalam masyarakat (Ngo Lun), di antaranya:
43
Hau King ‗Kitab Bakti‘, Cet. VIII (Jakarta: MATAKIN, 2008), h. 45. 44
Metode pendidikan yang digunakan untuk mengasah setiap moral manusia oleh umat
Khonghucu adalah Pendidikan – Megajar dan Mendewasakan. Maka, jika hanya mengajar tanpa
mendewasan atau hanya mendewasan tanpa mengajar adalah menyalahi esensi sebenarnya tentang
pendidikan. Brdasarkan filosofi pendidikan ini mencul peribahasa ―Menanam pohon cukup
sepuluh tahun, menanam manusia butuh seratus tahun‖. 45
Brataya Ongkowijaya, Pendidikan Budi Pekerti: Pedoman Perilaku Siswa (Banten:
MATAKIN, 2011), h. iii.
37
a. Hubungan seorang raja dengan menteri (atasan dengan bawahan)
“Seorang Raja memperlakukan menterinya dengan Li (kesopanan atau
penuh dengan budi pekerti yang baik). Seorang menteri mengapdi
kepada raja dengan kesetiaanya.” (Lun Gi III: 19)
Ayat di atas, menggambarakan bahwa seseorang pemimpin
haruslah bersifat arif dan bijaksana terhadap orang yang dipimpinnya,
dan begitu juga dengan sebaliknya seorang bawahan haruslah dapat
menghormati atasannya sebagaimana layaknya seorang atasan. Dalam
hal ini, seorang atasan seharusnya tidak bersikap otoriter terhadap
bawahannya, dan seorang bawahan haruslah dapat memberikan
masukan-masukan kepada atasannya demi kebaikan bersama.46
b. Hubungan orang tua dengan anak
“Raja berfungsi sebagai raja, menter berfungsi sebagai menteri, ayah
berfungsi sebagai ayah dan anak berfungsi sebagai anak.” (Lun Gi
XII: 11)
Ayat di atas menjelaskan, dalam kehidupan sehari-hari, seorang
harus dapat menempatkan fungsi sosialnya dengan baik. Jika ia seorang
raja, ia harus berfungsi sebagai raja, jika ia seorang menteri, ia
berfungsi menteri, jika ia sebagai seorang ayah, ia harus berfungsi
sebagai ayah yang baik, dan jika ia adalah seorang anak, maka ia juga
harus berfungsi sebagai seorang anak baik yang dapat menyenangkan
hati orang tuanya dan juga masyarakat.47
46
M. Ikhsan Tanggok, Jalan Keselamatan Melalui Agama Khonghucu,h. 63. 47
Ibid, h. 63.
38
c. Hubungan suami dengan istri
“Menurut (mengikuti) sifat-sifat yang benar itulah jalan suci bagi
seorang wanita.” (Mencius III, 2: 2)
Hubungan suami dengan istri harus didasari dengan sifat-sifat
yang baik dan terpuji. Dalam ayat di atas, seorang istri yang baik adalah
istri yang tunduk dan patuh terhadap perintah suami, bukan menjadi
istri yang selalu melanggar perintah suaminya. Dalam hal ini, seorang
istri patuh terhadap perintah suami dalam hal kebaikan, bukan dalam
hal keburukan.48
Perkataan Mencius (murid Khonghucu) di atas, menyiratkan
pengertian bahwa sifat-sifat yang benar adalah petunjuk dari Tuhan
Yang Maha Kuasa. Jika seoarang istri menjalankan sifat-sifat yang
benar tersebut berarti ia telah mengikuti petunjuk Thian.
d. Hubungan saudara dengan saudara
“Sorang muda, di rumah hendaklah berlaku bakti, di luar (rumah)
hendaklah bersikap rendah hati, hati-hati sehingga dapat dipercaya,
menaruh cinta kepada masyarakat, dan berhubungan erat dengan
orang yang berperi cinta kasih.” (Lun Gi, I: 6)
Dalam perkataan Khonghucu di atas tidak secara jelas
menerangkan hubungan saudara dengan saudara. Dalam perkataan
―Seorang muda di rumah hendaklah berlaku adil‖, diartikan bahwa
dalam kehidupan keluarga sebaiknya yang tua (saudara yang tua)
hendaknya menghormati yang muda (saudara muda).49
48
Ibid, h. 64. 49
Ibid, h. 65.
39
Ayat di atas juga menekankan bahwa orang muda harus berlaku
bakti apabila berada di luar rumah, dalam artian seorang muda (usia
lebih muda) harus menghormati yang lebih tua, begitu juga sebaliknya
orang yang tua juga menghormati orang yang lebih muda. Hal ini tidak
terkait apakah saudara atau bukan. Apabila ini terjadi, akan terwujud
keharmonisan antara saudara dalam kehidupan berumah tangga bahkan
dalam masyarakat. Dalam menciptakan keharmonisan dalam hubungan
masyarakat harus dimulai dari keharmonisan dalam keluarga.50
e. Hubungan teman dengan teman
“Ada tiga macam sahabat yang membawa manfaat dan ada tiga
macam sahabat yang membawa celaka. Seorang sahabat yang lurus,
yang jujur, dan yang berpengetahuan luas, akan membawa manfaat.
Seorang sahabat yang licik, yang lemah dalam hal-hal yang baik, dan
hanya pandai memutar ldah akan membawa celaka.” (Lun Gi, XIV: V)
Dalam ayat di atas, Konghucu menekankan pentingnya memilih
teman yang baik. Salah satu teman yang baik adalah teman yang
memberi manfaat, sedangkan teman yang tidak dapat memberi manfaat
adalah teman yang tidak baik.51
Menurut Khonghucu, teman yang dapat memberi manfaat bukan
dilihat dari besar kecilnya materi yang dimilikinya, tetapi yang
terpenting adalah teman yang memiliki pengetahuan yang banyak.
Karena pengetahuan adalah penting, sebab dengan pengetahuan yang
50
Ibid, h. 66. 51
Ibid, h. 66.
40
banyak, orang dapat membentuk manusia yang bodoh menjadi pintar,
miskin menjadi kaya, terbelakang menjadi maju, dan lain sebagainya.52
Kelima hubungan di atas haruslah berjalan dengan baik. Apabila
terlaksana akan mewujudkan keharmonisan antara bawahan dengan atasan,
antara anggota keluarga dalam suatu keluarga, antara keluarga dengan
masyarakat, antara anggota masyarakat dengan negara, dan antara negara
dengan negara.53
Agar manusia dapat mencapai puncak kesejahteraan/ kedamaian/
kebahagiaan (Ci Sian), manusia harus berpedoman kepada agama, karena
agama akan memberi penerangan, bimbingan, dan tuntunan. Seperti yang
digambarkan dalam ayat berikut:
Kitab Tiong Yong XIX : 8
“Adapun jalan suci yang harus ditempuh di dunia ini mempunyai Lima
Perkara dengan Tiga Syarat dalam menjalaninya, yakni: Hubungan
Raja dengan Menteri, Ayah dengan Anak, Suami dengan Isrti, Kakak
dengan adik, dan Kawan dengan Sahabat”.
“Lima Perkara inilah Jalan Suci yang harus ditempuh di dunia.
Kebajikan, Cinta Kasih, dan Berani; Tiga Perkara inilah Kebajikan
yang harus ditempuh, maka yang hendak menjalani harusllah Satu
Tekadnya”.
Manusia hidup mempunyai posisi yang unik dalam memiliki kebebasan
untuk memilih bagaimana hidup dalam kehidupan ini. Kedinamisan dalam
menjalin hubungan dengan orang lain menuntut menghilangkan rasa ego-
sentris dan mengorbankan sebagian hak otonominya. Ini merupakan bentuk
interaksi yang memperkaya dan memperluas parameter tanggung jawab serta
52
Ibid, h. 66. 53
Ibid, h. 67.
41
pertumbuhan moral. Kesemuanya ini terealisasi dalam bentuk hubungan yang
paling mendasar yakni hubungan suami-istri/ keluarga.
Manusia bukan hanya merupakan individu dan keluarga tetapi hidup
bersama dengan individu dan keluarga yang lain. Dalam komunitas yang
lebih besar yakni hubungan masyarakat, negara, dan umat manusia di dunia.
Seperti yang diterangkan dalam kitab Tai Hak Utama :5;
―Dengan meneliti hakekat tiap perkara, dapat cukuplah
pengetahuannya; dengan cukup pengetahuannya, akan dapatlah
menimankan tekadnya; dengan tekad yang beriman, akan dapatlah
meluruskan hatinnya; dengan hati yang lurus, akan dapatlah membina
dirinya; dengan diri yang terbina, akan dapatlah membereskan rumah
tangganya; dengan ruma tangga yang beres; akan dapat mengatur
negerinya; dan denang negeri yang teratur, akan dapat tercapai damai
di dunia.”
Selain mengajarkan hubungan manusia dengan manusia yang masih
hidup di dunia,agama Khonghucu juga mengajarkan hubungan dengan
manusia yang sudah mati. Adanya pemujaan terhadap roh leluhur menjadi
bukti hubungan manusia dengan yang sudah mati untuk menjaga
keharmonisan. Karena, orang yang masih hidup harus mempunyai hubungan
dengan yang mati. Walaupun secara jasmani mereka sudah meninggal, tetapi
secara harmoni mereka tetap hidup.
Sebagai tindak lanjut dari rasa hormat anak kepada orang tua,
berkembang pula rasa cinta dan hormat kepada leluhur. Kebiasaan bakti
terhadap leluhur diungkapkan dalam bentuk-bentuk pemujaan terhadap
leluhur, diharapkan arwah leluhur akan melindungi keturunannya dari
malapetaka. Maka umat Khonghucu memberi penghormatan pada yang mati
dengan melakukan sebagai berikut:
42
a. Thiam hio tanggal 1 dan 15 Imlek; dilaksanakan pada petang hari
sebelumnya, dan pada tanggal tersebut pagi dan sore hari (semuanya
dilakukan tiga kali).
b. Sembahyang hari wafat leluhur (Co Ki): dilaksanakan pada saat Bau Si
(antara jam 05.00 – 07.00). sajian (bila memungkinkan) lengkap, jangan
dilupakan sayur sawi dan nasi putih.
c. Pada tutup tahun lama: dilaksanakan pada siang hari (saat Bi Si) antara
Jam 13.00 – 15.00.
d. Ching Bing (Sadranan), dilaksanakan di makam atau di Thiong Ting
(umum). Waktu : bebas, sekitar 10 hari sebelum/sesudah 5 April.
e. Tiong-gwan atau Tiong Yang: dilaksanakan pada tanggal dilaksanakan
pada tanggal 15 bulan 7 Imlik, di altar keluarga, pada saat Ngo Si (antara
jam 11.00 s/d 13.00).
f. King Hoo Ping (Sembahyang bagi arwah umum/arwah sahabat), untuk
sembahyang ini dibuatkan altar khusus, di halaman kelenteng atau di
ruangan khusus, atau di rumah abu umum atau Tiong Ting.54
54
Seri Genta Suci Konfusian, Tata Agama Dan Tata Laksana Upacara Agama
Khonghucu,h. 92-93.
43
BAB III
GAMBARAN UMUM LITHANG BAKTI MAKIN PONDOK CABE
A. Letak Geografis Litang Pondok Cabe
Lithang Bakti MAKIN Pondok Cabe atau lebih dikenal sebagai
MAKIN Pondok Cabe terletak di jalan Kemiri nomor: 57, Rt/Rw: 05/05,
Kelurahan Pondok Cabe, Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan.
Lithang merupakam tempat ibadah yang lokasinya strategis sehingga mudah
dijangkau oleh umat yang akan datang untuk beribadah.
Lithang yang dibangun dengan hasil dari musyawarah ini, terbagi
menjadi 2 bagian, yakni altar bagian luar dan altar bagian dalam. Altar bagian
luar yang digunakan untuk tempat sembahyang kepada Tuhan, yang diapit
oleh dua buah patung singa batu, dan juga sebelah kirinya terdapat tempat
duduk yang dipergunakan para jemaatnya melakukan diskusi.1
Altar bagian dalam, saat masuk terdapat tempat alat-alat untuk
melakukan kebaktian, kemudian tempat duduk kebaktian para umat
Khonghucu; lonceng dan mimbar sebagai sebagai pelengkap kebaktian dan
ruang sembahyang atau meja sembahyang terdapat patung nabi Khongcu
sebagai tempat pemujaan utama, lengkap dengan tempat lilin, tempat
pembakaran dupa, menancapkan lidi hio, dan tempat pembakaran uang kertas
atau Jin Lu.
Bangunan Lithang dominan berwarna merah dan emas. Merah berarti
bahagian atau meriah, sedangkan emas memiliki arti mewah atau mahal.
1Wawancara Pribadi dengan Hendra Suprapto, Pondok Cabe, 9 November 2014
44
Harapan umat Khonghucu dalam perkembangannya mereka artikan dalam
warna merah dan emas tersebut. Pada bagian atap dihiasi oleh hiasan-hiasan
imlek yang semuanya berartikan uang dan pada dinding Lithang terdapat
foto-foto para pendiri Lithang, bangunan pertama Lithang sebelum
direnovasi, dan juga orang yang pernah berkunjung di Lithang.
Adapun batas-batas wilayah Lithang Bakti MAKIN Pondok Cabe yang
terletak di jalan Kemiri nomor: 57, Rt/Rw: 05/05, Kelurahan Pondok Cabe,
Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan adalah sebagai berikut:
Sebelah utara : Kelurahan Pondok Cabe Ilir.
Sebelah selatan : Kota Depok.
Sebelah barat : Kelurahan Pamulang Timur.
Sebelah timur : Kota Depok.2
B. Pendirian Lithang Pondok cabe
1. Sejarah Pendirian
Sebelum dikenal dengan nama MAKIN Pondok Cabe, dulunya
dinamakan MAKIN Ciputat yang didirikan pada tahun 1974 tepatnya pada
hari Minggu, tanggal 20 Oktober, oleh Alm. Bapak Law A Set; Alm.
Bapak Budiman; Alm. Bapak Gaw Tek Tjiu; Alm. Bapak Kwee Nyan
Wah dan Alm. Bapak Ong Tjeng Yam. Pada tanggal yang sama juga
2Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang, Nomor: 03, seri E, 2005, ‘Pembentukan 77
Kelurahan Di Lingkungan Pemerintahan Daerah Kabupaten Tangerang’.e-book, h. 14. Diakses
pada 25 Desember 2014. Dari http://www.jdih.setjen.kemendagri.go.id/files/kab_
tangerang_3_2005.pdf.
45
menjadi tempat pertemuan pertama dalam pembentukan Lithang dirumah
Bapak Law A Set.3
Salah satu pendiri yang sangat berpengaruh memegang peranan
penting adalah Alm. Bapak Ong Tjeng Yam dalam pembinaan rohani umat
agama Khonghucu di Lithang Pondok Cabe. Bapak Ong Tjeng Yam
adalah salah satu seorang umat dari MAKIN Cibinong, Bogor yang
kebetulan bekerja di perkebunan Cengkeh di Pondok Cabe. Selain bekerja
di perkebunan, beliau lah yang mengarahkan dan mendidik umat
Khonghucu di Pondok Cabe untuk mengikuti kebaktian, yang pada saat itu
terdata sekitar 250 orang yang aktif mengikuti kebaktian.4
Berdasarkan sejarah, bangunan Lithang MAKIN Pondok Cabe
berdiri di atas tanah wakaf oleh Bapak Law A Set, dengan tanahnya seluas
+/- 400 m2 pada tahun 1975. Berdasarkan rekomendasi/izin yang diberikan
oleh Bupati Kabupaten Tangerang yang tepatnya pada tanggal 28 Oktober
1974 untuk melaksanakan pembangunan. Dalam surat izin tersebut
ditandatangani oleh Bapak H.E Muchid.5
Masa dimana Lithang belum didirikan, umat Khonghucu beribadat di
blandongan depan rumah bapak law A Set, dengan secara sederhana. Pada
tahun 1989 sampai tahun 1992 Lithang dibangun seperti bentuk sekarang.6
Pada tahun yang sama yakni pada tahun 1989, tepatnya pada tanggal 18
3Ht. Saputra,Makin Pondok Cabe (TangerangSelatan: T.pn., 2013), h. 1.
4Ibid., h. 1.
5Ibid., h. 2.
6Wawancara Pribadi dengan Ade Cahyadi, Pondok Cabe, 13 November 2014.
46
Juni peletakkan batu pertamanya diletakkan oleh Bapak Obun Burhanudin,
selaku Camat Kecamatan Ciputat.7
Pada masa pembangunan ini, tahun 1977 s/d 1987 perkembangan
agama Khonghucu mengalami pasang surut yang disebabkan oleh tidak
adanya pembinaan (Bapak Ong Tjeng Yam telah dipindah tugaskan ke
daerah lain) dan belum adanya tenaga rohaniawan setempat yang
membuat MAKIN Pondok Cabe hanya bisa mengandalkan rohaniawan
dari daerah lain. Namun dengan demikian, perkembangan kebaktian
pemuda, pelayanan umat dan pemberian nilai agama di sekolah-sekolah
yang diasuh oleh Dq. Kwee Kian Tjuan dan Dq. Kwee Ho Tjiang yang
sekarang menjadi Ws. Ht Saputra tetap berjalan walaupun kebaktian
umum sudah tidak ada.8
2. Tujuan Didirikannya Lithang Pondok Cabe
Dalam pendirian tempat ibadah, secara tidak langsung harus
memiliki tujuan. Lithang MAKIN Pondok Cabe yang didirikan pada tahun
1974 tidak lepas dari tujuan.
Tujuan itu yang menjadikan tempat ibadah bisa mengembangkan
masyarakat khususnya umat agama Khonghucu dapat melaksanakan apa
yang diperinatahkan oleh Thian-nya dan menjauhi larangan-Nya, serta
dapat membedakan mana yang baik dan buruk bagi dirinya dan
lingkungannya, baik sesama dan juga alam sekitar.
7Ht. Saputra,Makin Pondok Cabe, h. 3.
8Ibid., h. 2.
47
Selain itu, Lithang Bakti MAKIN Pondok Cabe juga bertujuan untuk
memberikan pendidikan rohani pada umat Khonghucu karena sebelumnya
umat Khonghucu yang ada di Pondok Cabe hanya menjalankan tradisi
upacara sembhayang saja. Tetapi tentang keimanan, jalan suci Tuhan, dan
pembinaan rohani sendiri tidak ada. Sehingga ini dipandang perlu bagi
umat Khonghucu untuk mengerti makna persebahyangan dan juga
keimanan untuk bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.9
Tujuan tersebut bermaksud untuk mengembalikan agama
Khonghucu sebenaranya. Karena pada zaman dahulu sebelum agama
Khonghucu diresmikan, ajaran umat Khonghucu yang mereka yakini
hanya mengikuti ajaran tradisi Tionghoa yang ada sebelumnya yang
bercampur dengan tradisi lokal (Indonesia).10
Maka dari itu, keinginan umat Khonghucu kembali ke ajaran yang
sebenarnya, dibangunlah Lithang dengan tujuan agar umat Khonghucu ada
yang mengajarkan ajaran-ajaran yang ada di kitab-kitab Khonghucu,
melakukan kebaktian yang sesuai dengan ajaran bukan cuma hanya
mengikuti tradisi sebelumnya. Pelurusan ajaran ini, menjadi pusat tujuan
pembangunan Lithang.11
3. Keorganisasian Lithang
Kesatuan masyarakat yang bergabung dalam satu kelompok,
koordinasi sangat menentukan dalam mengatur jalannya segala masalah
yang berhubungan dengan kesatuan kelompok tersebut, guna mencapai
9Ibid., h. 1.
10Wawancara Pribadi dengan Hendra Suprapto.
11Ibid.
48
suatu tujuan yang diharapkan. Menurut Griffin (2002), organisasi adalah a
group of people working together in a structured and coordinated fashion
to achieve a set of goals. Organisasi adalah sekelompok orang yang
bekerja sama dalam struktur dan koordinasi tertentu dalam mencapai
serangkaian tujuan tertentu.12
Lithang Bakti MAKIN Pondok Cabe merupakan suatu bentuk
perserikatan manusia yang berdasarkan pada kebutuhan pokok beragama.
Untuk menunjang tercapainya tujuan yang diharapkan, perlu adanya
koordinasi yang baik dan terkontrol dengan dibentuknya suatu
kepengurusan yang resmi. Adapun struktur keorganisasian Lithang Bakti
MAKIN Pondok Cabe masa bakti 2014-2018 adalah sebagai berikut:
Ketua : Dq. Ade Cahyadi/ Lauw Kim It.
Wakil ketua : Suherman/ Oey Ok Bih.
Sekretaris : Angga Kristian.
Bendahara : Suherman/ Oey Guan It.
Ketua Bidang Perempuan : Novita Sandra.
Seksi-seksi :
Humas : Oey San Nio (Sasak Tinggi Ciputat)
Elsy Susanti (Pamulang)
Kocilliah (Pondok Cabe)
Rohim (BSD)
Konsumsi : Linda Setiawan
12
Erni Tisnawati Sule dan Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen, Edisi Pertama,
Cet. IV(Jakarta: Kencana, 2009), h. 4.
49
Iin
Morih
Sosial : The Giok Seng
Handry Wijaya
Kesenian : Denny Selamat
Perlengkapan : Teddy Kurniawan
Aryanto
Riyan Ferdianto
Benny Setiawan
Rohaniawan : a. Ws. Ht Saputra.
b. Js. Dadang.
c. Js. Hendra Suprapto.
d. Js. Wasdi Suwandi.13
4. Aktifitas Lithang
Aktifitas yang dilakukan oleh umat Khonghucu di Lithang Pondok
Cabe terdiri dari:
a. Kegiatan Kebaktian:
1) Kebaktian Malam Chee It dan Cap Go untuk umum.
Kebatikan Malam Chee It dan Cap Go untuk umum yakni
anak-anak sekolah minggu, PAKIN (Remaja atau Pemuda Agama
13
Surat Keputusan (SK) Dewan Pengurus MATAKIN No. 153/MATAKIN/SK/1014:
MAKIN Pondok Cabe.
50
Khonghucu) dan juga orang dewasa diadakan setiap malam 1 dan
14/15 bulan imlek yakni awal dan pertengahan bulan.14
2) Kebaktian Malam Jum’at untuk orang tua.
Merupakan kebaktian mingguan umat Khonghucu Lithang
Bakti Pondok Cabe yang hanya diadakan untuk orang tua saja.15
3) Sekolah minggu untuk anak-anak dari pukul: 09.00 pagi sampai
dengan 10.00 pagi.
Pada sekolah minggu untuk anak-anak diadakan karena di
sekolahnya tidak memiliki guru agama Khonghucu, maka di Lithang
Bakti Pondok Cabe diadakan sekolah minggu untuk anak-anak dari
pukul 09.00 sampai 10.00 pagi.16
4) Kebaktian Remaja atau Pemuda Agama Khonghucu (PAKIN) dari
pukul: 11.00 pagi sampai dengan 12.30 siang.
Kebaktian Remaja atau Pemuda Agama Khonghucu (PAKIN)
diadakan setiap seminggu sekali yakni pada hari minggu dari pukul
11.00 sampai 12.30.17
5) Kebaktian syukuran ulang tahun umat dari pukul: 19.30 sampai
dengan 21.00 malam.
Kebaktian syukuran ulang tahun umat Khonghucu diadakan
setiap sebulan sekali tepatnya pada akhir bulan di Lithang Bakti .
Setiap umat khonghucu yang ulang tahun pada bulan yang sama
14
Wawancara Pribadi dengan Ade Cahyadi. 15
Ibid. 16
Ibid. 17
Ibid.
51
akan dikumpulkan menjadi satu dalam perayaan tersebut tanpa
membeda-bedakan tanggal. Tujuan pelayanan doa tersebut adalah
untuk mendoakan yang berulang tahun agar mendapatkan
kemudahan dan keberkahan dalam hidupnya. 18
b. Pelayanan Umat:
1) Pelayanan doa ulang tahun.
Pelayanan doa ulang tahun berbeda dengan kebaktian sukuran
ulang tahun. Pada pelayanan doa ulang tahun ini rohaniawan akan
datang ke rumah orang yang sedang ulang tahun untuk mendoakan
agar mendapatkan kemudahan dan keberkahan dalam hidupnya.19
2) Memberi nilai agama untuk anak-anak sekolah dari taman kanak-
kanak sampai perguruan tinggi.
Pada pelayanan umat ini diadakan di Lithang Bakti atas
permintaan sekolah dari taman kanak-kanak sampai perguruan
tinggi, karena dari pihak yang bersangkutan belum ada guru yang
mengajarkan agama Khonghucu. Kurikulum yang diterapakan di
Lithang disesuaikan dengan kurikulum sekolah dan buku yang
digunakan merupakan hasil percetakan dari MATAKIN.20
3) Upacara Penikahan
Upacara pernikahan dalam umat agama Khonghucu dilakukan
sebgai berikut:
18
Ibid. 19
Wawancara Pribadi dengan Hendra Suprapto. 20
Wawancara Pribadi dengan Ade Cahyadi.
52
a. Dalam keluarga:
- Dilakukan terlebih dahulu upacara pertemuan pengantin,
kemudian sembahyang di altar keluarga.
- Melaksanakan penghormatan (Pai Ciu) kepada orang tua.
Sebelum upacara pertemuan antara mempelai, para
mempelai melakukan sembahyang kepada Tuhan Yang Maha Esa
dan kepada altar leluhur yang dipimpin oleh orang tua masing-
masing.21
b. Di Lithang :
- Peneguhan pernikahan di Lithang.
- Orang tua atau wali dan saksi
- Dipimpin seorang rokhaniawan atau Tiangloo, dengan dibantu
oleh dua orang pendamping.
- Penggunaan dupa: pemimpin 9 batang, kedua calon 3 batang.
- setelah penaikan dupa dilakukan penghormatan dengan
membongkokkan badan tiga kali ke arah altar dan kedua calon
berlutut (kwi ping sien).
- Meneguk air sidi, yakni air yang terdiri dari air putih dan air
belengkeng (kelengkeng, angcoo, tangkwih, dan teh direbus).
- Bila di dalam keluarga belim melaksanakan cioo thau, maka
upacara tersebut bisa dilaksanakan di Lithang pula.
21
Seri Genta Suci Konfusian, Tata Agama dan Tata Laksana Upacara Agama
Khonghucu, h. 110.
53
- Setelah menerima peneguhan/liepgwan, mempelai wajib
mengurus keformilan pernikahannya kepda petugas kantor
catatan sipil.22
4) Membesuk dan Mendoakan umat yang sakit.
Sosial yang tinggi ditunjukan oleh umat agama Khonghucu
dengan mengadakan pelayanan umat untuk membesuk dan
mendoakan umat yang sakit.23
Pelayanan umat ini diadakan pada
hari sabtu, kecuali dalam keadaan kritis hari dipercepat.24
5) Upacara kematian.
Pada upacara kematian ini, para rohaniawan Lithang Bakti
MAKIN Pondok Cabe akan datang ke rumah duka. Para rohaniawan
akan mempersiapkan barang-barang yang digunakan untuk
penguburan dan sembahyang jenazah, yakni dari mendoakan awal
jenazah dimasukan ke peti, mencari hari penguburan, sembahyang
sebelum jenazah dikuburkan dan sesudah dikuburkan selama tiga
tahun penguburan.25
6) Setiap bualan Chit Gwee mengadakan bakti sosial.
Bakti sosial bulan Chit Gwee diadakan setiap akhir bulan. Pada
bakti sosial ini umat khonghucu memberikan sembako kepada fakir
miskin. Bakti sosial ini tidak hanya bagi umat Khonghucu.26
22
Ibid., h. 109-110 23
Wawancara Pribadi dengan Ade Cahyadi. 24
Wawancara Pribadi dengan Hendra Suprapto. 25
Ibid. 26
Wawancara Pribadi dengan Ade Cahyadi.
54
C. Perkembangan Lithang
Pada tahun 1975 Bapak Law A Set menghibahkan tanahnya seluas +/-
4002
untuk dibangun Lithang Bakti MAKIN Pondok Cabe. Pembangunan
tersebut berdasarkan surat rekomendasi yang diberikan oleh Bupati
Kabupaten Tangerang, H.E Muchid, tercatat tanggal 28 Oktober 1975.
Namun, masa pembangunan Lithang Bakti Makin Pondok Cabe tidak
berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan, bahkan dalam pembangunan
tersebut mengalami hambatan dan kekurangan dana.27
Tahun 1977 s/d 1987 kurang lebih 10 tahun perkembangan agama
Khonghucu mengalami pasang surut yang disebabkan karena tidak adanya
pembinaan oleh Bapak Ong Tjeng Yam yang telah dipindah tugaskan
kedaerah lain dan juga belum adanya tenaga rohaniawan setempat yang
membuat Makin Pondok Cabe hanya bisa mengandalkan rohaniawan dari
daerah lain. Namun demikian, perkembangan kebaktian pemuda, pelayanan
umat dan pemberian nilai agama di sekolah-sekolah yang diasuh oleh Dq.
Kwee Kian Tjuan dan Dq. Kwee Ho Tjiang yang sekarang menjadi Ws. Ht
Saputra tetap berjalan walaupun kebaktian umum sudah tidak ada.28
Kebangkitan Lithang Bakti MAKIN Pondok Cabe terjadi pada tahun
1987, tepatnya terjadi pada tanggal 19 September yang dipelopori oleh
angkatan muda Khonghucu Pondok Cabe diantaranya seperti, Ws. Ht
Saputra, Dq. Edward Selamet, Dq. Law Kim It. Beliau-beliau berhasil
mengadakan pertemuan dengan tokoh Khonghucu dan mengundang pelopor
27
Ht. Saputra, Makin Pondok Cabe, h. 2. 28
Ibid., h. 2.
55
pendiri MAKIN Pondok Cabe. Pada pertemuan tersebut terpilihlah Bapak
Kwee Kim Sam (Encam) yang saat itu menjabat sebagai Ketua Rw. 05, Desa
Pondok Cabe sebagai Ketua MAKIN.29
Dengan kepemimpinan baru ini, perkembangan agama Khonghucu di
Lithang Bakti MAKIN Pondok Cabe terus meningkat pesat bahkan setiap kali
kebaktin malam Chee It dan Cap Go sampai tidak tertampung. Pada tahun
1990 terdapat dua orang rohaniawan, Js. Ht Saputra dan Js. Aang Budiman.
Pada tanggal 22 Desember 2007, Js. Aang menjadi guru agama (Wense).30
Berkat dukungan dari pemeintah setempat dan juga seluruh umat
Konghucu di Lithang Bakti MAKIN Pondok Cabe dan sekitarnya maka
dibangunlah Lithang Bakti yang baru dan peletakan batu patung singa
pertama oleh Bapak Obun Burhanudin pada tanggal 18 Juli 1989 selaku cama
kecamatan Ciputat.31
Hingga saat ini usianya yang ke-39 tahun, walaupun terus berganti
kepemimpinan di setiap periodenya, Lithang Bakti MAKIN Pondok Cabe
tetap eksis di dalam misinya mengembangkan agama Khonghucu dan
memberikan pelayanan dan pembinaan Umat Khonghucu di Lithang Bakti
MAKIN Pondok Cabe-Pamulang dan sekitarnya yang mana para umat
berdomisili di daerah Pamulang, Bojongsari-Sawangan, Sasak Tinggi,
Ciputat, serta Serpong BSD. Hingga saat ini telah terdaftar sekitar 500 umat
yang berhimpun di Lithang Bakti MAKIN Pondok Cabe.32
29
Ibid., h. 2. 30
Ibid., h. 2. 31
Ibid., h. 3. 32
Ibid., h. 3.
56
BAB IV
IMPLEMENTASI KONSEP HUMANISME DALAM MEMBENTUK
MANUSIA SEMPURNA UMAT KHONGHUCU
DI LITHANG PONDOK CABE
A. Pandangan Khonghucu Tentang Pengertian Manusia
Manusia sebagai makhluk yang diberikan akal tentu berbeda dengan
binatang. Menurut Wicandra, perbedaan di antara manusia dengan binatang
terletak pada kemampuan berfikir (akal) dan watak sejati. Meskipun binatang
memiliki watak sejati, namun ia hanya diberikan satu saja yakni cinta kasih,
sedangkan manusia ada cinta kasih, kebenaran, susila dan bijaksana. Jika
keempat watak itu terkumpul maka akan muncul satu lagi yakni dapat
dipercaya. Statusnya sebagai Makhluk sosial tidak dapat lepas dari orang lain.
Ernst Cassirer filusuf Amerika asal Jerman, menyatakan bahwa manusia
merupakan animal symbolicam, yaitu makhluk yang penuh dengan lambang.
Baginya realitas adalah lebih dari sekedar tumpukan fakta-fakta.1
Agama Khonghucu mengartikan manusia adalah hati/hakikat batin
langit dan bumi dan menjadi perwujudan dari lima unsur yakni air, api, kayu,
logam dan tanah. Karena manusia menikmati berbagai rasa, memilahkan
berbagai nada, dan mengenakan berbagai warna.2
Selain itu, dalam ajaran agama Khonghucu manusia adalah Thian Min
(rakyat Tuhan, abdi Tuhan), pengemban firman Tuhan. Dalam artian, yakni
1Sujarwa, Manusia Dan Fenomena Budaya: Menuju Perspektif Moralitas Agama,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 1999), h. 23. 2Tjhie Tjay Ing, dkk, Hidup Bahagia Dalam Jalan Suci Tian: Pendekatan Hati Dan
Pikiran Agama Ru–Khonghucu(Bandung: Mascot Jaya, 2010), h. 60.
57
manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan (Thian) yang mengemban tugas suci
untuk menjaga, merawat, mengembangkan, memuliakan, mengamalkan dan
mewujudkan kebajikan Tuhan di dalam kehidupan.3
Menurut Js. Dadang, manusia dalam ajaran khongcu adalah ciptaan
Tuhan yang paling mulia diantara tiga makluk yang ada didunia ini yang
diberikan akal dan fikiran yang sehat (watak sejati) dan mengikuti ajaran nabi
yang difirmankan Thian.4
Tuhan dengan (Li) hukum-Nya menjadikan / menciptakan manusia
seperti juga terhadap makhluk dan benda yang lain. Tetapi dengan firman-
Nya, Thian menghendaki dan mengaruniakan sesuatu yang lebih dari yang
lain. Berwujud di dalam watak sejati (Xing), hakikat hidup insani yang
merupakan harkat dan martabat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan.
Dalam watak sejati manusia mengandung benih-benih Kebajikan yang
bersifat Cinta Kasih, kebenaran, susila, dan arif bijaksana, yang hidup dan
mampu berkembang, dan merupakan pancaran kebajikan Tuhan yang bersifat
yuan, li, heng, dan zhen.5
Dengan demikian dalam ajaran agama Khonghucu, kelahiran manusia
digambarkan sebagai takdir Tuhan. Dalam ajaran agama Khonghucu
penciptaan manusia merupakan kehendak Thian dan dilahirkan beserta watak
sejati. Manusia wajib menjunjung tinggi dan merealisasikan perintah Tuhan
sebagai cipataan-Nya.
3ibid, h. 19.
4Wawancara Pribadi dengan Dadang, Pondok Cabe, 25 Desember 2014.
5Tjhie Tjay Ing, Tanya Jawab Keimanan Konfusiani, h. 18-19.
58
B. Konsep Manusia Sempurna dan Masyarakat Ideal Dalam Agama
Khonghucu
Agama Khonghucu, yang tertera dalam filosofi pendidikannya yang
mengatakan: “Hanya mengajar tanpa mendewasakan atau hanya
mendewasakan tanpa mengajar adalah melayani esensi sebenarnya tentang
pendidikan.” Dalam filosofi pendidikan tersebut sangat menekankan adanya
suatu pandangan bahwa: “Sifat manusia itu pada dasarnya (hakikatnya)
baik.”6
Manusia yang pada dasarnya berwatak sejati, namun karakter dan bakat
mereka berbeda. Ada yang tetap baik seperti kodrat artinya, ada yang karena
faktor tertentu menjadi tidak baik. Manusia pada umumnya akan terpengaruh
keadaan yang mengikuti arus mode, akan tetapi manusia yang arif bijaksana
sangatlah langka. Meng Zi berkata: “Menjalankan tetapi tidak mengerti
maksudnya; berkebiasaan tetapi tidak mau memeriksa; sepanjang hidup
mengikuti tetapi tidak mengenal jalan suci, begitulah kebanyakan orang.”
(Meng Zi. VIIA: 5).7
1. Manusia Sempurna
Manusia sempurna atau bisa disebut dengan Chun Tzu (Kuncu)
dalam pandangan agama Khonghucu, yakni setelah seseorang dapat
melaksanakan San Kang (tiga hubungan tata krama), ngo lun (lima norma
kesopanan dalam masyarakat), yang tertera dalam pembahasan
sebelumnya yakni ditambah dengan wu chang (lima sifat mulia), dan Pa
6Brataya Ongkowijaya, Pendidikan Budi Pekerti: Pedoman Perilaku Siswa, h. iii.
7ibid, h. 88.
59
Te (delapan kebajikan) maka dalam pengertian ini, manusia akan sampai
pada pengertian manusia yang ideal, manusia sempurna (manusia
budiaman).8
a. Wu Chang (lima sifat yang mulia), Kelima sifat tersebut berhubungan
antara satu dengan lainnya. Lima sifat itu terdiri dari:9
1) Ren/ Jin/ Jen
Arti kata ren/jin yakni cinta kasih, rasa kebenaran, kebajikan,
tahu diri, halus budi pekerti (sopan santun) dan teposeliro serta dapat
menyelami perasaan orang lan.
2) I/ Gi
I/ Gi yang memiliki arti rasa solidaritas, senasib
sepenanggungan dan rasa membela kebenaran dalam pandangan
Chau Ming. Sedangkan Fung Yu Lan mengartikannya sebagai
„keadilan‟ dan „kebenaran‟.
3) Li/ Lee
Li menurut Khonghucu adalah “sopan-santun” dan “tata
krama” atau “budi pekerti”. Suatu hubungan yang dilakukan oleh
manusia yang satu dengan yang lain harus dilakukan dengan Li yang
merupakan suatu pedoman yang harus ditaati oleh manusia dalam
berhubungan antara satu dengan yang lainnya.
8M. Ikhsan Tanggok, Mengenal Lebih Dekat ‘Agama Khongucu di Indonesia’,(Jakarta:
Pelita Kebajikan, 2005). h.83. 9ibid, h. 69-80.
60
4) Ce/ Ti
Setelah seseorang memiliki Jen, Gi, dan Li, ia juga harus
melengkapi dirinya dengan Ti atau Ci yang secara harfiah memiliki
arti bijaksana, atau kebijaksanaan, pengertian, dan kearifan.
5) Sin
Sin adalah kepercayaan, rasa untuk dapat dipercaya oleh orang
lain serta dapat memegang janji dan menepati janji. Sin digambarkan
oleh Khonghucu sebagai alat untuk menuntun etika manusia.
Menurut Khonghucu, setelah orang memiliki Jin/Jen, Gi, Li, dan Ti,
orang atau pemimpin harus dilengkapi dengan Sin.
b. Pa Te (delapan sifat yang mulia), terdiri dari:10
1) Siau/Hau
Sian/Hau dapat diartikan rasa bakti yang tulus terhadap orang
tua, guru, dan leluhur. Seorang anak harus dapat berbakti kepada
orang tuanya, baik orang tuanya masih hidup maupun sudah
meninggal dunia.
2) Thi/Tee
Thi/Tee dapat diartikan sebagai rasa hormat terhadap yang
lebih tua di antara saudara. Demikian juga dalam pergaulan sehari-
hari, yang muda menghormati yang lebih tua.
10
ibid, h. 80-82.
61
3) Cung/Tiong
Cung atau Tiong, dapat diartikan sebagai setia terhadap atasan,
setia terhadap teman dan kerabat. Setia tidak hanya diartikan sebagai
patuh, tapi juga harus dapat menjaga nama baik atasannya. Hal ini
juga berlaku terhadap teman dan sahabat karib.
4) Sin
Sin, adalah kepercayaan, rasa untuk dapat dipercaya/ dapat
menepati janji. Orang yang dapat menepati janji amat disegani oleh
orang lain, namun orang yang tidak dapat menepati janji akan
dibenci orang lain.
5) Lee/Li
Lee/Li diartikan sebagai sopan santun, tata krama, dan budi
pekerti. Li juga diartikan sebagai “ritus” atau “upacara” atau
“ketentuan kepantasan”.
6) I/Gi
I atau Gi dapat diartikan sebagai rasa solidaritas, rasa senasib
dan sepenanggungan, dan mau membela kebenaran serta menolak
hal-hal yang dirasakan tidak baik dalam hidup ini.
7) Lien/Liam
Lien/Liam, diartikan sebagai mempraktekan cara hidup yang
sederhana dan tidak melakukan penyelewengan.
62
8) Che/Thi
Che atau Thi, diartikan dapat menahan diri untuk tidak
melakukan hal-hal yang amoral atau hal-hal yang dapat merusak
moral.
Demikian ajaran-ajaran moral dari Khonghucu, yang harus dapat
dimengerti dan dihayati oleh seorang kuncu (manusia budiman). Chun Tzu
adalah susilawan dalam istilah Indonesia, yang dalam bahasa inggris dapat
diartikan dengan “gentleman” atau “superiorman”. Chun tzu dapat
diwujudkan melalui pengembangan watak dan moral yang baik
berdasarkan ajaran agama Khonghucu. Chun Tzu yang merupakan tujuan
hidup manusia, maka seseorang yang ingin memperoleh salah satu tujuan
hidup, manusia harus bermoral baik dalam rumah tangga, terhadap sesama,
saudara, teman, orang tua, atasan dan masyarakat umum.11
Wicandra mengemukakan bahwa manusia sempurna adalah manusia
yang mampu menetapi firman Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Namun
demikian menurutnya, untuk mencapai manusia sempurna adalah sesuatu
yang sulit untuk dicapai.
“Manusia sempurna itu susah bahkan Nabi saja tidak sempurna
walaupun dia dekat sekali (dengan Tuhan), tapi yang dikatan (manusia)
sempurna adalah manusia yang mampu menetapi firman Tuhan dalam
kehidupan sehari-hari.”12
Agama Khonghucu atau tradisi masyarakat Tionghoa di dalam
ajarannya untuk mengukur kualitas moral manusia, yakni menjelaskan
11
M. Ikhsan Tanggok, Jalan Keselamatan Melalui Agama Khonghucu, h.82-83. 12
wawancara pribadi dengan Wicandra
63
seorang yang berpendidikan adalah seseorang yang memiliki moralitas
yang tinggi. Tetapi orang yang memiliki pengetahuan dan tidak memiliki
moral yang tinggi tidak bisa disebut dengan Chun Tzu/ Jun Zi. Prinsip
dasar dan target akhir dari pendidikan itu sendiri adalah pembinaan pribadi
yang penuh cinta kasih, kemampuan memuliakan hubungan dalam setiap
interaksinya dengan semua unsur kehidupan, kemampuan mengendalikan
emosi, memiliki ketulusan hati, dan pelaksanaan kebajikan yang lainnya,
sehingga pembinaan moralnya berkembang terus dari hari ke hari.13
2. Masyarakat Ideal
Agama pada dasarnya tidak menganjurkan kekerasan dan hal-hal
yang akan menyengsarakan orang lain. Namun, demi kodratnya sebagai
instrumen manusia untuk berhubungan dengan kuasa-kuasa adikodrati atau
Yang Maha Kuasa, agama mudah dijadikan alat untuk melegitimasi tindak
kekerasan, terutama pada awal kelahiran dan penyebaran agama. Demi
tegaknya kewibawaan agama, sanksi-sanksi kaku dan keras diberlakukan
guna mencapai sebuah masyarakat ideal dengan keseragaman tata
hukum.14
Keberadaan agama yang digunakan sebagai alasan untuk
menciptakan kekacauan bukanlah tujuan sebenarnya mengapa agama itu
ada. Agar masyarakat tidak berjalan mundur, agama harus dihadirkan
13
Ibid., h. vi. 14
Yonki Karman, Runtuhnya Kepedulian Kita: Fenomena Bangsa Yang Terjebak
Formalisme Agama, Jakarta: Buku Kompas, 2010. h. 19. Diakses pada 24 Desember 2014. Dari:
https://books.google.co.id/books?id=WlvqwP5XmuEC&pg=PA19&dq=masyarakat+ideal+menur
ut+agama&hl=id&sa=X&ei=WGqaVMTeF5HluQT32IHICQ&redir_esc=y#v=onepage&q=masya
rakat%20ideal%20menurut%20agama&f=true.
64
dalam bentuk yang beradab. Sesuatu yang diamalkan dari agama adalah
nilai-nilai kemanusiaannya yang menghargai toleransi (bukan radikal),
yang membangun (bukan merusak), dan yang menghidupkan (bukan
mematikan).15
Oleh karena itu, agama seharusnya mampu dijadikan sebab untuk
menciptakan kedamaian di tengah-tengah umatnya. Lebih dari itu, agama
harus dijadikan pedoman hidup untuk dapat melakukan interaksi sosial
dengan masyarakat yang tidak hanya memiliki suatu keyakinan tertentu.
Dengan menggunakan dan menerapkan ajaran-ajaran yang terkandung
dalam agama sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya, bukan suatu hal yang
mustahil, bahkan suatu keniscayaan akan tercipta suatu masyarakat yang
harmonis dan tercipta suatu masyarakat ideal.
Terdapat beberapa definisi mengenai masyarakat dari para sarjana,
diantaranya:16
a. R. Linton: seorang ahli antropologi mengemukakan, bahwa masyarakat
adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan
bekerja sama, sehingga mereka ini dapat mengorganisasikan dirinya
berpikir tentang dirinya dalam satu kesatuan sosial dengan batas-batas
tertentu.
b. M.J. Herskovits: mengatakan bahwa masyarakat adalah kelompok
individu yang diorganisasikan dan mengikuti satu cara hidup tertentu.
15
Ibid., h. 19. 16
Abu Ahmadi, dkk, Ilmu Sosial Dasar (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1991), h. 225-226.
65
c. Hasan Shadily: mendefinisikan masyarakat adalah golongan besar atau
kecil dari beberapa manusia, yang dengan atau sendirinya bertalian
secara golongan dan mempunyai pengaruh kebatinan satu sama lain.
Dengan demikian, secara umum masyarakat dapat diartikan sebagai
sekelompok manusia yang diorganisasikan dan mengikuti satu cara hidup
tertentu yang memiliki pengaruh kebatinan satu sama lain dan telah lama
hidup serta bekerja sama.
Agama Khonghucu dalam ajarannya mengartikan tentang
masyarakat ideal adalah masyarakat yang di dalamnya bisa saling mengisi
satu sama lainnya, yang mengedepankan cinta kasih.17
Masyarakat ideal
juga dipandang sebagai masyarakat yang dapat menciptakan
keseimbangan antara kebutuhan jasmani dan rohani. Dengan terciptanya
keseimbangan tersebut akan memberikan keharmonisan dalam
bermasyarakat. Setiap anggota masyarakat terlepas dari identitas apapun
baik dari agama, etnis, ras dan sebagainya, selalu mendambakan dapat
selalu hidup dengan damai dan harmonis.
Di Lithang Pondok Cabe keadaan masyarakat yang seperti ini
hendak diciptakan. Umat Khonghucu di Lithang Pondok Cabe terdapat
beberapa umat yang tidak memiliki mata pencaharian atau kurang dari segi
ekonomi. Untuk mencukupi kebutuhan jasmani umatnya, Lithang di
Pondok Cabe mengajak umat lain untuk dapat berpartisipasi dalam
17
Wawancara Pribadi dengan Wicandra, Depok, pada tanggal 31 Desember 2014.
66
memajukan kehidupan bersama, tidak hanya dari sisi ekonomi, sisi
kesehatan pun menjadi hal yang terus di perhatikan.
“Pasti ada, karena umat kita banyak (jadi) ada beberapa (yang tidak
memiliki pekerjaan), karena (faktor) umur juga bisa, itu yang kita
perhatikan. (jika terdapat) acara-acara (dengan) sumbangan besar biasanya
kita kasih. Kalau dia sakit kadang-kadang kita kumpulkan khusus hari itu
kita sumbang ke mereka. Lithang juga keluar (uang) kas lagi, ada
perhatian untuk orang-orang seperti itu. Salah satu contohnya ada umat
yang janda tidak kerja (karena) sakit-sakitan punya anak kita suport untuk
pengobatan. Jadi orang-orang yang seperti itu yang kita usahakan, karena
(uang) kas kita sudah ada, kalau zaman dulu tidak ada untuk men-support
hal seperti itu”.18
Selain kebutuhan jasmani, umat Khonghucu di Lithang Pondok Cabe
juga tidak melupakan kebutuhan rohani hal ini dapat dilihat dari ucapan Js.
Hendra:
“Kehadiran disini bagus kurang lebih jika dalam keadaan menurun
saat capgo, itu 60-80 orang kalau ramai bisa sampai 150 orang. Di Banten,
kehadiran (umat) Pondok Cabe paling hebat”
Melihat dari keterangan di atas kehadiran umat Khonghucu di
Lithang Pondok Cabe dalam kebhaktian tidak selalu menaik ataupun
menurun, tapi mengalami fluktuatif. Beberapa faktor yang memicu hal
tersebut diantaranya dapat berupa ketidaksenangan terhadap seorang
terutama pengurus.
“Ada pasang surutnya, kadang-kadang karena masalah itu (seperti)
yang saya bilang kalau dia tidak suka seseorang itu bisa (tidak hadir). Jika
kita di sini ada masalah itu tiba-tiba bisa berkurang umatnya. orang tidak
respect karena pengurus saja saling bertengkar, tapi kita berusaha
menghindari hal seperti itu. Masalah besar cepat kita selesaikan, masalah
kecil bisa hilang sendiri.”19
18
Wawancara Pribadi dengan Hendra Suprapto, Pondok Cabe, 14 Januari 2015. 19
Wawancara Pribadi dengan Hendra Suprapto
67
Keinginan untuk mencapai atau menciptakan masyarakat ideal
tersebut dapat diwujudkan melalui keyakinan agama masing-masing.
Namun dalam penelitian ini, harapan untuk menciptakan masyarakat ideal,
dalam pandangan agama Khonghucu, Ws. Wicandra yang merupakan
seorang tokoh agama Khonghucu mengemukakan bahwa ada 2 syarat
untuk mencapainya, yakni:20
a. Tepasalira di dalam kehidupan sehari-hari.
b. Tidak memiliki keegoisan, dalam hal ini seseorang harus memiliki sifat
rendah hati.
Selain dua syarat tersebut, penempatan seorang individu dalam
bersosialisasi atau berinteraksi dengan anggota masyarakat lainnya, juga
merupakan kunci untuk menerapkan dua syarat di atas. Keanekaragaman
sifat seseorang menuntut manusia untuk menggunakan pemikirannya agar
sikap saling asuh, asah dan asih terlaksana sebagaimana mestinya. Dalam
agama Khonghucu mengenai pergaulan terdapat dua kriteria sahabat.
Pertama, sahabat yang membawa faedah yaitu sahabat yang jujur, sahabat
yang lurus dan sahabat yang memiliki pengetahuan luas. Sedangkan yang
kedua, sahabat yang membawa celaka, merupakan sahabat yang licik,
sahabat yang lemah dalam hal-hal yang baik dan sahabat yang pandai
berbohong.
Dua kriteria tersebut bukan berarti ajaran untuk memilih-milih atau
membatasi pergaulan umat Khonghucu. Sebaliknya ajaran tersebut
20
Wawancara Pribadi dengan Wicandra.
68
mengarahkan umat Khonghucu agar bijak dalam berinteraksi sosial.
Ketika bertemu dengan sahabat yang membawa faedah tentu merupakan
hal yang positif dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Sebaliknya, jika
bertemu dengan sahabat yang membawa celaka, di sinilah ajaran tersebut
mengingatkan pemeluk agama Khonghucu agar segala hal negatif yang
keluar darinya tidak memengaruhi sifat baik yang dimiliki umat
Khonghucu, bahkan umat Khonghucu mengubah sifat buruk yang terdapat
pada sahabatnya menjadi sifat positif, tentu dengan cara yang baik sesuai
dengan apa yang telah dibimbing oleh Nabi Khong Cu.
Dalam agama Khonghucu hidup manusia bukan hanya sekedar
peristiwa kebetulan atau sesuatu yang tidak memilki makna atau nilai,
manusia hidup oleh firman Thian/ Thian Ming atau atas kehendak-Nya.
Watak sejati manusia yang merupakan karunia dari Thian berupa benih-
benih kebajikan (De), yang menjadi hakikat kemanusiaan, yakni sifat-sifat
cinta kasih, rasa akan kebenaran/ keadilan, suka akan kesusilaan, dan
kebijaksanaan.21
Dengan demikian, melalui ajaran tersebut para pemeluk agama
Khonghucu dapat menerapkan sikap saling asuh, asah dan asih
sebagaimana mestinya dan mewujudkan masyarakat yang ideal,
masyarakat yang seimbang antara kebutuhan jasmani dan rohani serta
masyarakat yang selalu dalam keharmonisan.
21
Tan Djin Meng dan Indira Agustin, Pendidikan Agama Khonghucu: Untuk SMA Kelas
X. (Jakarta: Pusat Pembukuan Kementrian Pendidikan Nasional, 2010). h. 33.
69
C. Implementasi Humanisme Dalam Kehidupan Sosial
Dari hasil observasi atau pengamatan selama melakukan penelitian,
penulis menyaksikan bahwa para rohaniawan terus memberikan pemahaman
kepada umat Khonghucu di Lithang Pondok Cabe untuk selalu mengasah 5
watak sejati (Wu Chang) dan Laku Bakti (Xiao). Namun demikian masih
banyak “PR” bagi para rohaniawan untuk membenahi Wu Chang para umat
di Lithang Pondok Cabe.
1. Cinta Kasih (Ren)
Sikap kemanusiaan umat Khonghucu di Lithang Pondok Cabe
belum dapat mencerminkan ajaran agama yang diyakininya. Masih
terdapat beberapa “konflik” berskala kecil yang menunjukkan kurangnya
cinta kasih; seperti di ranah keluarga dan keorganisasian.
“Pasti ada, kadang-kadang karena masalah keuangan atau materi
atau karena omongan bisa terjadi keributan. Itu adalah hal wajar, itulah
fungsi kami, membina orang untuk menjalankan cinta kasih, kebenaran,
susila, supaya konflik-konflik itu hilang. tidak hanya umat saja bahkan
rohaniawan bisa melakukan seperti itu. Di sinilah (Lithang), tempat
untuk membina hal seperti itu, dari kecil kita tanamkan watak sejati.
Terdapat juga masalah rumah tangga yang diadukan ke kita, mereka
meminta saran kepada rohaniawan, ada yang mau cerai karena suaminya
tidak bertanggung jawab. Terkadang ada juga karena tidak sesuai dengan
persepsi pemimpinnya dia tidak mau ke Lithang. Bahkan karena ada
yang tidak dia sukai disini dia bisa pindah Lithang, parahnya pindah
agama.”22
Mengenai Ren dapat juga terlihat dari hubungan sosial sesama
umat Khonghucu, tentu yang menjadi perhatian utama adalah bagaimana
bakti seorang anak terhadap kedua orang tuanya. Bakti kepada orang tua
merupakan salah satu bakti yang sangat diprioritaskan dalam ajaran
22
Wawancara pribadi dengan Hendra Suprapto, Lithang Pondok Cabe, 14 Januari 2015.
70
agama Khonghucu, bahkan ketika hendak melakukan bakti kepada
Thian, dan melihat orang tua sedang sakit, maka mengurus orang tua
harus didahulukan. Namun demikian, berbakti bukan berarti selalu nurut.
Berbakti juga berarti menjaga orang tua dari perbuatan dosa. Ketika
seorang anak melihat suatu hal berdosa dilakukan oleh orang tua seorang
anak tidak boleh diam, ia harus melakukan sesuatu untuk menjauhkan
mereka dari perbuatan dosa. Js. Dadang mengatakan:23
“Berbhakti kepada orang tua tidak berarti selalu nurut, hubungan
anak dengan orang tua sebenarnya harmonis. Dalam suatu kisah nyata,
terdapat anak yang nurut terhadap orang tuanya, pada suatu ketika orang
tuanya pulang mabuk, marah-marah dan minta dibukakan pintu. Setelah
dibukakan, pintu anak itu ditonjok orang tuanya, karena dia nurut saat
ditonjok dia diam saja. kemudian nabi mendengar orang seperti itu. Itu
tidak boleh, jangan sebatas nurut saja, kalau memang orang tua memukul
kita harus menghindar, jangan sampai nanti, misalnya, orang tua
memukul kita ternyata kita meninggal, maka orang tua dosa. Jangan
membuat dosa orang tua. Jadi seperti itulah yang disebut berbakti kepada
orang tua.”
Ajaran tersebut sedikit-banyak berpengaruh pada hubungan antara
orang tua dan anak di Litang Pondok Cabe. Tidak pernah ada kasus
kekerasan yang terjadi di antara umat Khonguchu Litang Pondok Cabe
layaknya yang banyak diberitakan oleh media massa, seperti
pembunuhan anak terhadap orang tua maupun sebaliknya, pembuangan
bayi, pemukulan orang tua terhadap anak maupun sebaliknya. Meskipun
ada itu hanya tindakan kecil saja seperti tidak mau diperintah atau biasa
disebut ngeyel. Senada dengan ucapan Js. Dadang:24
23
Wawancara Pribadi dengan Dadang. 24
Ibid.
71
“Contoh seperti anak-anak saya yang masih juga kadang-kadang
kita kasih tau masih ngeyel lah bahasa kasarnya. Paling kita arahkan
terutama masalah ibadahnya. Tapi kalau anak memukul orang tua tidak
ada, begitu juga sebaliknya bisa saya jamin itu tidak ada.”
Meskipun masih terdapat sifat tidak patuh pada orang tua, bukan
berarti bahwa tindakan memukul anak untuk memberikan pendidikan
dibenarkan dalam ajaran Khonghucu. Jalan keluar yang ditawarkan oleh
ajaran agama Khonghucu menurut Js. Dadang, jika memang terdapat
anak yang sudah benar-benar tidak dapat dinasihati adalah dengan
melakukan tukar anak dengan anak orang lain. Hal ini diharapkan
mungkin dengan orang lain mau mendengarkan nasihat dari pada orang
tua sendiri. Sikap tukar anak ini tidaklah bersifat permanen, artinya jika
sang anak sudah memiliki perubahan yang dikehendaki, kedua anak
tersebut dikembalikan kepada orang tua asli mereka.
“Itu sebenarnya tidak dibenarkan, tapi di agama Khonghucu,
kalau kita tidak bisa menasehati anak itu bisa ditukar keorang lain.
Biasanya kan anak ada yang mendengarkan orang lain dari pada orang
tuanya. Jadi memukul anak dalam agama khonghucu itu tidak dibenarkan
meskipun memukul kakinya.”25
2. Bijaksana (Ce)
Selain cinta kasih, watak sejati umat Khonghucu Lithang Pondok
Cabe meskipun tidak sepenuhnya namun mulai terdapat peningkatan.
Mereka mulai terlibat aktif untuk menengahi konflik di masyarakat.
Peran aktif tersebut mencerminkan sikap bijaksana yang dimiliki
manusia sejak lahir.
25
Ibid.
72
“Sekarang kita lebih berperan karena ada FKUB. Di sini yang
sering menjadi masalah itu pembangunan gereja. Mereka membangun
gereja tanpa izin, tiba-tiba sudah mulai kebaktian. Dalam hal seperti ini
kita juga ikut menengahi di dalamnya, karena kita juga tergabung di
FKUB. Salah satu rohaniawan yang ikut di FKUB adalah Js. Dadang”.26
Sifat kebijaksanaan juga terlihat dari penyesuaian ajaran yang
dilakukan umat Khonghucu. Bagi umat Khonghucu menerapkan ajaran
yang terkadung dalam agama harus dipraktekkan dalam kehidupan
sehari-hari. Ajaran yang diharuskan dalam menjaga hubungan sesama
umat Khonghucu pun tetap harus dilakukan juga terhadap siapapun.
Karena bagi mereka semua manusia tanpa memandang agama, ras dan
suku apapun adalah saudara. Tidak secara sama persis hubungan tersebut
dilakukan namun disesuaikan dengan lingkungan. Contoh, umat
Khunghucu diharuskan menghormati orang tua, tidak hanya orang tua
kandung atau sesama Khonghucu saja, namun juga terhadap masyarakat
yang berbeda keyakinan.
Penghormatan terhadap seseorang saat bertemu dapat terlihat dari
cara mengucapkan salam dengan mengepal kedua tangan dan
mengangkatnya. Semakin tinggi mengangkat semakin tinggi pula tingkat
penghormatannya, dan yang paling tertinggi adalah penghormatan untuk
Tuhan/ Thian. Penghormatan semacam ini tentu tidak secara langsung
dilakukan kepada non-Khonghucu, namun disesuaikan. Mereka
memberikan hormat kepada orang tua atau orang lain non-Khonghucu
26
Wawancara Pribadi dengan Hendra Suprapto.
73
tidak lagi berpacu pada kepalan tangan, namun lebih ditekankan kepada
penyesuaian sikap.
Selain berusaha menjaga diri untuk berinteraksi, umat Khonghucu
juga berusaha untuk menghargai keberadaan umat agama lain seperti
dengan mengucapkan hari raya, membesuk yang sakit dan membantu
mereka yang terkena mushibah.
Dalam berinteraksi sosial dengan warga yang heterogen, tentu
terdapat beberapa nilai yang bisa saja terjadi. Menanggapi hal tersebut
umat Khonghucu lebih memilih untuk menempuh jalan duduk bersama
atau musyawarah. Namun tentu permasalahan yang sudah masuk ke
ranah itu adalah sesuatu yang sangat besar. Jika dalam pelaksanaan
ibadah suatu agama masyarakat di Pondok Cabe telah memiliki tingkat
toleransi yang tinggi. Begitu pula yang dilakukan oleh masyarakat yang
beragama Khonghucu. Sikap toleransi yang tinggi menjadikan
masyarakat Pondok Cabe tidak mudah untuk terpecah.
“Disini kita duduki lah satu sama lain. kita beritahu mengenai
yang dibilang (ajaran agama). Kalau dari zaman dahulu orang tua kita
gotong royongnya kuat, sampai sekarang pun ke anak-cucunya masih
seperti itu. walaupun dahulu belum mengenal agama, apalagi sekarang
sudah mengenal agama, sifat kegotong royongan kita ini diperkuat lagi.
Jadi jangan sampai ada sistem berkelompok-kelompok antar agama.
Disini tidak ada pengelompokan seperti itu semua membaur. kita disini
tidak ada suara-suara melecehkan, kita berupaya mendidik anak-anak
Khonghucu jangan sampai kita, istilahnya, mengeluarkan atau
melecehkan agama orang lain walaupun bercanda, karena itu fatal.
Karena sekali kata keluar, enam ekor kuda pun tidak akan terkejar.”27
27
Ibid.
74
3. Kebenaran (I)
Cerminan watak kebenaran umat Khonghucu di Lithang Pondok
Cabe dalam setiap kegiatan terlihat bahwa mereka terus berupaya untuk
menjalankan apa yang diajarkan oleh agama tanpa pamrih. Namun dari
masing-masing individu masih terdapat orang yang meminta pamrih dari
orang lain.
“Salah satunya ada orang yang untuk khotbah saja minta ongkos.
Jika khotbah di tempat yang besar bayarannya di rajin sedangkan
sebaliknya dia malas. Orang seperti ini tidak akan kita berikan jabatan.
Dalam kebaktian tidak bisa melakukan hal itu (korupsi), karena
administrasi jelas sekali.”.28
Terlihat dari berbagai aktifitas yang ada di Lithang Pondok Cabe,
aktifitas kegiatan kebaktian/ peribadatan dan aktifitas pelayanan umat.
Aktifitas-aktifitas terseut diantarnya:
a. Kegiatan kebaktian
1) Kebaktian Malam CheeIt dan CapGo untuk umum.
2) Kebaktian Malam Jum‟at untuk orang tua.
3) Sekolah minggu untuk anak-anak dari pukul: 09.00 pagi
sampai dengan 10.00 pagi.
4) Kebaktian Remaja atau Pemuda Agama Khonghucu
(PAKIN) dari pukul: 11.00 pagi sampai dengan 12.30 siang.
5) Kebaktian syukuran ulang tahun umat dari pukul: 19.30
sampai dengan 21.00 malam.
28
Ibid.
75
b. Pelayanan umat:
1) Pelayanan doa ulang tahun.
2) Memberi nilai agama untuk anak-anak sekolah dari taman
kanak-kanak sampai perguruan tinggi.
3) Upacara Penikahan
4) Membesuk dan Mendoakan umat yang sakit.
5) Upacara kematian.
6) Setiap bualan Chit Gwee mengadakan bakti sosial.
Menurut Ws. Wicandra pengamalan aktiftas-aktifitas tersebut
merupakan perwujudan ajaran humanime dalam interaksi sosial sesama
umat Khonghucu.
“Kita yang paling pertama, yang paling dekat untuk umat agama
sendiri itu kegiatan-kegiatan sosial ataupun perayaan-perayaan itu bentuk
humanisme secara intern.”29
4. Susila (Li)
Begitu juga dalam susila, umat Khonghucu di Lithang Pondok
Cabe mulai tertutup dalam berpakaian meskipun masih dianggap belum
sesuai dengan ajaran susila agama Khonghucu.
“Di pondok cabe ini syukur sudah, karena benar-benar terus kita
bina. zaman dahulu untuk kebaktian memakai celana pendek, baju
buntung, atau memakai daster saja berani kebaktian, tapi sekarang jika
kebaktian sudah mulai rapih sudah memakai batik, kemeja, bahkan yang
memakai kaos sekarang sudah jarang. Dalam keseharian juga sudah
mulai bagus, karena zaman dahulu nenek-nenek hanya menggunakan
“kutang” berani keliling-keliling, tapi sekarang sudah tidak pernah lihat
di jalan”.30
29
Wawancara Pribadi dengan Wicandra. 30
Ibid.
76
Menurut Ws. Wicandra hal ini bukan merupakan kesalahan dari
umatnya, namun lebih pada ketidaksanggupan atau sikap umat yang
belum sanggup menerapkannya. Oleh karena itu para rohaniawan masih
terus berusaha mengingatkan dan mengajarkan untuk tetap semangat
dalam menerapkan ajaran agama.
“Kalau seperti apa yang saya katakan memang saya sampaikan
tidak sebatas di Lithang (Pondok Cabe) saja. Kita kadang-kadang
khotbah itu di Teluk Naga, Tangerang, Ciapus dan Kebon Baru, kita
himbau semua ke umat setiap kita khotbah.”31
Etika atau susila juga meruapakan ajaran yang sangat ditekankan
oleh agama Khonghucu dalam berinteraksi sosial. Agama Khongucu
menekankan untuk selalu menjaga tubuh warisan orang tua. Menjaga
tubuh berarti tidak mengubah dan menjaga seperti apa adanya. Sehingga
menurut agama Khonghucu segala sesuatu yang dapat merusak tubuh
adalah dilarang, seperti tindik, mabuk, narkoba dan sebagainya.
“Apa yang kita dapat kita terapkan. Apa yang kita dapatkan dari
ajaran Nabi ya kita terapkan ketengah masyarakat sesuai dengan yang
Nabi bimbingkan, ajarkan. Semuanya itu agar dalam masyarakat ini
terlihat, itu umat Khonghucu. Kita tidak menginginkan hal-hal (tindik)
seperti itu di masyarakat, karena warisan dari orang tua adalah dari ujung
rambut sampai ujung kaki. Kalau keadaan seperti ini, harus terus dijaga
seperti ini sampai meninggal. Di Pondok Cabe untuk umat khonghucu
tidak ada hal-hal aneh seperti itu, apalagi narkoba.”32
5. Kepercayaan (Sin)
Watak sejati dapat dipercaya, umat Khonghucu di Lithang
Pondok Cabe memiliki peran yang cukup bagus di masyarakat, hal ini
31
Wawancara Pribadi dengan Dadang. 32
Ibid.
77
terlihat dari beberapa umat Khonghucu yang dipercaya mulai menjadi
ketua RT, ketua RW, hingga sebagai pengurus pemakaman.
“Boleh dikatakan sudah bagus, sudah bisa dipercaya. Seperti
bapak Js. Dadang sebagai ketua RT, bapak Ade sebagai ketua RW, bapak
Gunawan yang mengurusi tanggung jawab masalah Wihara, Ws. Ht.
Saputra dan beberapa penasehat kita merupakan seorang tokoh yang di
segani di sini. Meskipun orang Tionghoa tapi orang lain segan. Mereka
disegani karena jika ada masalah mereka turun tangan untuk
membereskan. Dan juga tetua-tetua di sini meskipun tidak berkecimpung
di Lithang sampai sekarang masih terdengar setiap ada masalah turun
untuk menyelesaikan baik untuk masalah umat Khonghucu maupun
masyarakat sekitar. hingga masalah pemakaman bapak Yan Sang yang
mengurusi, di lithang Dia rajin, meskipun bukan pengurus. Sehingga kita
jadikan sebagai penasehat kita”.33
Perbedaan cerminan ajaran agama pada setiap sikap kemanusiaan
beberapa umat Khonghucu di Lithang Pondok Cabe dikarenakan ketidak
tahuan mereka tentang ajaran agama Khonghucu. Mereka yang jarang
hadir bahkan tidak pernah datang ke Lithang akan lebih terlihat jauh dari
ajaran.
“Kalau yang ingin ke Lithang sudah rata-rata meninggalkan sifat-
sifat sau zin (berhati kerdil), walaupun pelan dia mencerna, walaupun
pelan dia belajar dari yang kita ajarkan, dia mencontoh, dia lihat kanan
kirinya dengan cara berpakaiannya. Pertama dia datang dengan pakaian
kurang rapi, kalau yang saya temui di Lithang tidak ada yang seperti itu,
tapi kalau di luar masih ada yang seperti itu, yaitu orang yang tidak ingin
ke Lithang (sau zin), dia tidak membina diri dia, dia tidak tahu, dia
mengimani, kalau dia di tanya agama dia ngotot Khonghucu, tapi ke
Lithang tidak pernah, sembahyang tidak pernah, apapun tidak pernah,
Cuma KTP saja yang khonghucu, ada yang seperti itu, itu yang tidak mau
datang ke Lithang, umat kita ada yang seperti itu, tapi kalo dia ingin
datang ke Lithang kita jamin perubahannya cepat, karena dia mencontoh
dengan lihat cara kita berpakaian, dan berbicara.”34
33
Wawancara Pribadi dengan Hendra. 34
Wawancara pribadi dengan Hendra.
78
Para rohaniawan di Lithang Pondok Cabe tidak menjadikan hal
tersebut sebagai alasan untuk menyalahkan umat Khonghucu namun
mereka menjadikannya sebagai penilaian diri dan motivasi untuk lebih
dapat menaburkan ajaran-ajaran dari agama Khonghucu yang mereka
yakini untuk dapat membuat perubahan di masyarakat kearah positif.
“kita ada humas kita keliling, tapi sistem kita lebih ke saudaranya
yang lebih berperan yang sering ke Lithang mengajak saudaranya ke
Lithang, tapi kalau saudaranya atau tetangga sudah tidak sanggup
mengajak baru berbicara ke kita, kita coba manju mengajaknya. Karena
tempat belajarnya disini, karena orang yang untuk keliling-keliling itu
kurang, sekarang sistemnya orang yang jarang ke Lithang kita kunjungi
untuk mengajak ke Lithang.”35
Apa yang tiada susila jangan engkau lihat, Apa yang tiada susila
jangan engkau ucap,dan apa yang tiada susila jangan engkau lakukan.
Ajaran tersebut membuktikan bahwa menjaga sikap untuk berinteraksi
sosial bagi agama Konghucu sangatlah penting.
35
Wawancara pribadi dengan Hendra.
79
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan di Lithang Bakti MAKIN Pondok
Cabe tentang konsep humanisme agama Khonghucu dalam membentuk
manusia sempurna studi terhadap sikap kemanusiaan umat Khonghucu di
Lithng Pondok Cabe, maka dapat diambil suatu kesimpulan sebagai berikut.
1. Konsep humanisme dalam agama Khonghucu, merupakan ajaran satya
dan tepasarira, yakni hubungan manusia dengan Tuhan, dan hubungan
manusia dengan sesama manusia, termasuk juga hubungan manusia
dengan alam semesta.
2. Agama Khonghucu mengartikan manusia adalah hati/hakikat batin langit
dan bumi dan menjadi perwujudan dari lima unsur yakni air, api, kayu,
logam dan tanah. Selain itu manusia juga dapat diartikan sebagai Thian
Min (rakyat Tuhan, abdi Tuhan), pengemban firman Tuhan. Sedangkan
manusia sempurna adalah manusia yang mampu menetapi firman Tuhan
dalam kehidupan sehari-hari.
3. Konsep manusia sempurna dalam agama Khonghucu pada kenyataanya
tidak mudah untuk dicapai. Setelah Lithang Bakti Pondok Cabe berdiri,
walaupun belum sesuai dengan ajaran, namun umat Khonghucu di
Pondok Cabe mulai mengalami perubahan, baik dari sisi interaksi sosial
sesama umat Khonghucu, maupun antar umat beragama lainnya. Keadaan
ini menjadikan para rohaniawan terus berupaya menanamkan nilai-nilai
80
kemanusia dengan berusaha mengingatkan dan mengajarkan untuk tetap
semangat dalam menerapkan ajaran-ajaran agama. Seperti yang terjadi di
Lithang Pondok Cabe mengenai bentuk hubungan sosial terlihat dari
berbagai aktifitas kebaktian/ peribadatan dan aktifitas pelayanan umat.
B. Saran-Saran
Heterogenitas yang dimiliki Indonesia tidak seharusnya menjadi
penyebab terjadinya hal-hal negatif seperti kekerasan maupun konflik baik
sesama maupun antar umat beragama. Bahkan sebaliknya, umat beragama di
Indonesia seharusnya mampu menjadikan perbedaan-perbedaan tersebut
sebagai stimulan untuk berlomba-lomba dalam kebaikan bahkan
menjadikannya sebagai rahmat bagi Indonesia.
Penulis berharap kajian-kajian mengenai ajaran-ajaran positif yang
dapat mencerahkan masyarakat dapat terus digiatkan tidak hanya dalam dunia
ide saja namun harus mengejawantahkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Penulis juga berharap penelitian ini dapat terus dilanjutkan oleh para pembaca
mengingat masih banyak hal yang belum terjangkau mengenai konsep
humanisme agama Khonghucu dalam penelitian ini; seperti seberapa jauh
humanisme dalam agama Khonghucu mempengaruhi sikap dan perilaku
kehidupan umat Khonghucu sehari-hari.
81
DAFTARPUSTAKA
Ahmadi, Abu. dkk. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: PT Rineka Cipta, 1991.
Ali, M. H. Sayuthi. Metode Penelitian Agama: Pendekatan Teori dan Praktek.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002.
Asmara, Nina. Humanisme Dalam Agama Khonghucu „Studi Terhadap Interaksi
Sosial di Kelenteng Tjen Ling Kiong Yogyakarta‟. Skripsi S1 Fakultas
Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2008.
Avery, Jon dan Askari, Hasan. Menuju Humanisme Spiritual „Kontribusi
Perspektif Muslim Humanis‟. Cet. I. Surabaya: Risalah Gusti, 1995.
Faisal, Sanapiah. Format-Format Penelitian Sosial.Cet. VI. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2003.
Fandi, Haryanto Al. Desain Pembelajaran yang Demokratis & Humanis.
Jogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011.
Ferutama, Lesmadona. Konsep Manusia Dalam Perspektif Ali Syari‟ati. Skripsi
S1 Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2008.
Forum Mangunwijaya IV. Penziarahan Panjang Humanisme Mangnwijaya.
Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2009.
Harahap, Rina. Teori Belajar Humanisme. Diakses pada 20 Agustus 2014. Dari:
http://rinaapriyaniharahap.blogspot.com/2012/12/psikologi-
perkembangan.html
Hau King ‘Kitab Bakti’, Cet. VIII. Jakarta: MATAKIN, 2008.
Ing, Tjhie Tjay. Mengenang 50 Tahun Mengemban Firman Sebagai Xueshi.
Jakarta: Matakin PNR, 2013.
___________. Tanya Jawab Keimanan Konfusiani. T.tp.: MATAKIN, t.t.
Ing, Tjhie Tjay. dkk. Hidup Bahagia Dalam Jalan Suci Tian: Pendekatan Hati
Dan Pikiran Agama Ru – Khonghucu. Bandung: Mascot Jaya, 2010.
Karman, Yonki. Runtuhnya Kepedulian Kita: Fenomena Bangsa Yang Terjebak
Formalisme Agama. Jakarta: Buku Kompas, 2010.
Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang, Nomor: 03, seri E, 2005, ‘Pembentukan
77 Kelurahan Di Lingkungan Pemerintahan Daerah Kabupaten
Tangerang‟.
Manaf, Mudjahid Abdul. Ilmu Perbandingan Agama, Cet. I. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Pesada,1994.
Meng, Tan Djin dan Agustin, Indira. Pendidikan Agama Khonghucu: Untuk SMA
Kelas X. Jakarta: Pusat Pembukuan Kementrian Pendidikan Nasional,
2010.
82
Nugroho, Ellen Christiani. Menghargai Modus-Modus Esensial Manusia Sebagai
Upaya Mengatasi Problem Dehumanisasi Di Indonesia, Vol. 14.
Semarang: Undip, 2011.
Nurhikmah. Upacara Kematian Dalam Agama Khonghucu: Studi Kasus di Curug
Parung Bogor. Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006.
Ongkowijaya, Brataya. Pendidikan Budi Pekerti: Pedoman Perilaku Siswa.
Banten: MATAKIN, 2011.
Saputra, Ht., Makin Pondok Cabe. TangerangSelatan: T.pn., 2013.
Seri Genta Suci Konfusian. Tata Agama Dan Tata Laksana Upacara Agama
Khonghucu. Solo: MATAKIN, 1984.
Si Shu „Kitab Yang Empat‟. Jakarta: MATAKIN, t.t.
Smith, Linda dan Raeper, William. Ide-Ide Filsafat dan Agama Dulu dan
Sekarang. Yogyakarta: Kanisius, 2000.
Sujarwa. Manusia Dan Fenomena Budaya: Menuju Perspektif Moralitas Agama.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 1999.
Sule, Erni Tisnawati dan Saefullah, Kurniawan. Pengantar Manajemen, Edisi
Pertama, Cet. IV. Jakarta: Kencana, 2009.
Suprayogo, Imam dan Tobroni. Metodlogi Penelitian Sosial – Agama, Cet. II.
Bandung: PT Reamaja Rosdakarya, 2003.
Surat Keputusan (SK) Dewan Pengurus MATAKIN No.
153/MATAKIN/SK/1014: MAKIN Pondok Cabe.
Taufik, Zulfan. Ilusi dan Harapan „Pembacaan Humanisme Ali Shari‟ati‟, Cet I.
Jakarta: Impressa, 2012.
Tanggok, M. Ikhsan. Jalan Keselamatan Melalui Agama Khonghucu. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2000.
________________. Mengenal Lebih Dekat “Agama Khonghucu” di Indonesia.
Jakarta: Pelita Kebajikan. 2005.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1988.
Tim Prima Pena. Kamus Ilmiah Populer „Edisi Lengkap‟, Cet. I. Surabaya:
Gitamedia Press, 2006.
Tjaya, Thomas Hidya. Pustaka Filsafat Humanisme Dan Skolastisisme „Sebuah
Debat’. Yogyakarta: Kanisius, 2004.
Http://News.Liputan6.Com/Read/2096090/Hanya-Gara-Gara-Sampul-Buku-
Bocah-Dianiaya-Ayah-Kandung, diakses pada 2 September 2014, pukul:
10:41 WIB.
Http://Www.Nu.Or.Id/A,Public-M,Dinamic-S,Detail-Ids,44-Id,53272-Lang,Id-
C,Nasional-T,Pernyataan+Gus+Mus+Soal+Konflik+Palestina+Israel-
.Phpx, diakses pada 2 September 2014, pukul: 10:58 WIB.
83
Http://Www.Spocjournal.Com/Filsafat/127-Khonghucu-Dan-Humanisme.Html/,
diakses pada 22 Oktober 2014, pukul: 09:17 WIB.
Http://Www.Referensimakalah.Com/2013/01/Humanisme-Pengertian-Dan-
Sejarah.Html, diakses pada 5 Mei 2014, pukul: 15.40 WIB.
Https://www.google .com/maps/place/Lithang+Bakti/, diakses pada tanggal 10
Januari 2015, pukul: 19.10 WIB.
84
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Denah Lokasi
2. Surat Keputusan Dewan Pengurus MATAKIN
3. Surat Permohonan Izin Mendirikan Tempat Peribadatan Agama Khonghucu
4. Surat Permohonan Izin Bangunan
5. Surat Penelitian
6. Surat Keterangan Wawancara
7. Narasumber
8. Lithang Bakti
9. Lampiran Wawancara
DENAH LOKASI
Gambar 1. Denah lokasi Lithang Bakti Pondok Cabe
Batas-batas wilayah Kelurahan Pondok Cabe:
Sebelah utara : Kelurahan Pondok Cabe Ilir.
Sebelah selatan : Kota Depok.
Sebelah barat : Kelurahan Pamulang Timur.
Sebelah timur : Kota Depok.1
1https://www.google .com/maps/place/Lithang+Bakti/, diakses pada tanggal 10 Januari 2015.
NARASUMBER
Gambar 2. Sebelah kanan adalah Bapak Wichandra sebagai guru dan dosen
Agama Khnghucu
Gambar 3. Sebelah kiri adalah Bapak Js. Dadang sebagai rohaniawan
Gambar 4. Sebelah kanan adalah Bapak Hendra Suprapto sebagai rohaniawan
Gambar 5. Sebelah kiri adalah Bapak Ade Cahyadi sebagai Ketua Lithang
Bakti, masa bakti 18 Oktober 2014 s.d 17 Oktober 2018
LITHANG BAKTI
Gambar 6. Lithang Bakti tampak depan
Gambar 7. Llithang Bakti tampak dalam.
Gambar 8. Tempat duduk umat untuk beribadah.
Gambar 9. Altar utama.
HASIL WAWANCARA
Bapak Js. Hendra Suprapto
No Pertanyaan Jawaban
1. Apakah dalam ajaran
khonghucu ditanamkan
humanisme di dalamnya?
Jika ia, apa arti
humanisme dalam agama
khunghucu? Dan
bagaimana pandangan
terhadap humanisme?
Mempelajari humanisme / nilai-nilai kemanusiaan dalam
agama Khonghucu berarti mempelajari keseluruhan,
karena itu yang diajarkan oleh Nabi Kongcu. Dalam
pembahasan ini yang paling dasar untuk dikuasai adalah
pengakuan iman, ajaran besar (seperti pembaptisan): 1.
Menggemilangkan kebajikan yang bercahaya, mengasihi
rakyat dan berhenti pada puncak kebajikan. 2. Firman
Tuhan itulah yang dinamakan watak sejati / hati nurani.
yang di jalankan dalam khonghucu adalah watak sejati
tersebut, membinanya sehingga menjadi “Chun Tsu” atau
manusia sempurna.
Setiap manusia dalam agama khonghucu pasti memiliki
“sing”: cinta kasih, kebenaran, susila dan bijaksana.
Keempat kemampuan manusia tersebut harus
dilaksanakan dalam kehidupan sehingga muncullah
kebajikan. Dengan kelima hal tersebut sehingga dalam
agama khonghucu tujuan umatnya adalah agar dapat di
percaya. Kemampuan hati nurani setiap manusia saat
lahir adalah sama, namun pengaruh lingkungan, perilaku
hidup yang mempengaruhi kualitas hati nurani seorang
manusia. Pelatihan hati nurani saat ini adalah dengan
menjalani kehidupan berbeda dengan saat lampau yang
dengan bertapa.
Untuk mencapai tingkat tertinggi dalam agama
khonghucu adalah dengan menjalankan bakti sebaik-
baiknya. Karena yang paling utama dalam ajaran
khonghucu adalah bhakti. Bhakti yang paling dasar
adalah menjaga badan yang telah diberikan agar tidak
rusak, pertengahannya adalah dengan melayani orang tua
dan akhirnya adalah menjaga nama baik orang tua dan
keluarga.
2. Apakah dalam
humanisme yang
diajarkan dalam agama
khonghucu dijelaskan
hubungan-hubungan
antara manusia dengan
Tuhan, alam dan sesama
manusia? Dan seperti
Humanisme dalam ajaran khonghucu mengacu pada
ajaran satya dan tepasarira. Satya hubungan antara
manusia dan Tuhan. Segala sesuatu tiada diciptakan
selain melalui firman-Nya. Tidak ada perintah keharusan
untuk menyembah Tuhan, tapi tahu dirilah. Manusia
tidak meminta udara pun diberikan-Nya. Tuhan tidak
dapat dilihat dan tidak didengar tapi dapat dirasakan,
dengan bersujud maka semakin terasa kehadiran Tuhan.
apakah hubungan itu? Menyembah hanya kepada Tuhan semata, sedangkan
kepada yang lain hanya untuk mengembil semangatnya,
bukan untuk menyembah patungnya.
Tepasarira merupakan ajaran hubungan manusia dengan
manusia. “gembirakalah yang dekat maka yang jauh akan
berdatangan”. “empat penjuru lautan semua bersaudara”.
“apa yang kita sendiri tiada inginkan jangan lakukan pada
orang lain”. Dalam agama khonguchu, untuk meraih
keberhasilan tidak dapat dilakukan sendiri-sendiri,
melainkan dengan mengajak orang lain untuk berhasil
pula. “jika kamu mau tegak maka bantulah orang lain
untuk tegak”. Kita tidak perlu hebat dahulu untuk dapat
membantu orang. Ajaran tentang Tuhan ada, tapi tidak
terlalu jelas. Bhakti yang paling utama adalah kepada
orang tua. Saat ingin kebhaktian kepada Tuhan, jika
orang tua sakit maka harus mendahulukan kebhaktian
kepada orang tua.
Hubungan manusia dengan alam juga termasuk bhakti.
3. Melihat keaadan saat ini,
dimana nilai-nilai
kemanusiaan mulai
mengalami penurunan
seperti kekerasan
terhadap anak,
perkelahian terhadap
kelompok, bahkan
pembunuhan antar
pemeluk agama,
Bagaimanakah
humanisme dalam agama
khonghucu menyikapi
hal tersebut?
Dahulu hanya datang, sembahyang dan pulang, saat ini
lithang juga berfungsi untuk menjaga hati nurani
umatnya, sehingga meskipun keluarga telah acak2an
(mabuk/minum), dengan adanya penjagaan dari lithang
degradasi kekuatan sing dapat dicegah. Bukan hukumnya
yang harus diperkuat, tapi bina orangnya. Sebelum
dilantik, harus dibina dulu orangnya agar tidak korupsi.
4. Dalam ajaran cinta kasih,
apakah dalam umat
khongucu di Lithang
sering terjadi konflik?
Seperti apakah konflik
tersebut?
ribut, wajar gitu, makanya fungsi kita itu, membina orang
untuk menjalankan cinta kasih, kebenaran, susila,
supanya konflik-konflik itu hilang gitu, malah
rohaniawan bisa begitu, maka disinilah (lithang) tempat
membina itu, dari kecil kita tanamkan watak sejati.
Kalau konflik masalah rumah tangga juga mengadu ke
kita, minta saran ke rohaniawan gitu, ada yang mo cerai
suaminya tidak bertanggung jawab. Kadang2 ada yang g
sesuai dengan persepsi pemimpinnya dia g mau ke
Lithang ada juga yang seperti itu. Karena dia ada yang
tidak suka orang yang disini dia g ke litang, bisa dia
pindah litang, parahnya pindah agama, gara2 dia g suka
orang yang ada disni, itu sering, hampir setiap lithang
mengalami hal yang sama.
5. Bagaimana awal
pendirian Lithang?
Dari Cuma obrolan aja dan dirembuk akhirnya jadi.
6. Apakah di masyarakat
umat khonghucu terlibat
aktif dalam pemecahan
konflik yang ada di
lithang maupun di
masyarakat sekitar?
Sekarang kita lebih ini karena ada fkub, kalo sini yang
sering ada maslah itu masalah gereja, orang bangun
gereja tanpa ijin, tau2 udah kebaktian atau apa itu sering
sekali, dan kita juga ikut di dalamnya, maksudnya
menengahi gitu, karena kita juga ikut di fkub y, jagang
sampe meluas bakar2an gitu, ada rohaniawan yang ikut di
fkub js. Dadang, klo g sempet saya yang pergi sekrg
ketua juga ikut mulai terlibat, karena sudah terbuka kita
boleh ada tempat disitu, jadi ya itu kita lewat fkub jadinya
untuk menengahi masalah yang ada di masyarakat, yang
sering ketemu ya itu masalah orang yang bkin gereja
yaitu yang baru2 sekarg kesaksin yehova. Kita tegor
dengan baik, klo org kampung bisa dibawain golok saya
bilang, kita tegor begitu langsung keorangnya. Pliang kta
sistemnya langsung kita laporin ke pihak yang berwenang
seperti FKUB.
7. Apa maksud dari
keimanan yang ada
ditujuan?
dul tidak ada yang mengajar, intinya begitu, yang kita
tahu dulu dari orang tua saja, seperti saya dulu khonghucu
tadisional. keimanan saya ya khonghucu di tanya
bagaimana ya ngotot tetep khonghucu tapi disuruh
ngejelasin ya tidak ngerti. saya taunya dari orang tua
saya. orang tua saya ngikutin, saya tinggal saya ikutin.
mungkin dari Engkong. Saya tahunya 100% dia belajar
yang turun dari Bapak saya, ibu saya, saya belajar dan
pembinaannya cuma di keluarga. Nggak ada yang
ngajarin, nggak ada yang khotbah, nggak ada yang ngasih
tahu, jadinya diadakan Lithang itu, biar bener-bener ada
yang ngajarin, ada rohaniawannya yang memberika
khotbah, ada rohaniawannya yang memberika doa,adat
tempat berdoa sesuai yang ada di kitab-kitab suci.
8. Terdapat berapa bagian
di Lithang ini?
Altar di atas dan luar sama dalam, pembagaanya tidak
terlalu spesifikkarenatimpat kita terbatas, tempat
sembahyang Cuma depat aja. Altar di depan sembahyang
buat Tuhan, ini baru dua tahun dulu kita semua di dalam,
jadi dulu semuanya di lakukan di dalam trs ada kebijakan
dari biro pusat. Kalau lonceng lagi ada kebaktian baru
dipake sebagai petunjuk. Sebenarnya kalau di kita kan
ada yang namanya Genta, sebenarnya dia dibilang mu
dou. Mu dou itu genta kayu, gentanya besi tapi lidahnya
kayu, getokannya harus kayu, gentanya ya genta logam
tapi lidahnya kayu. Jaman dahulu jika gentanya lidah besi
itu jika Raja ngeluarin titah, perintah, pengumuman.
Kalau lidah kayu kalau buat bencana, makanya disebut
penyelamat, makanya kita sebut genta rohani atau mu
dou. Yakni dibunyikan pada saat penolongan orang,
peringatan ada bencana, kalau nolong orang ya itu genta
rohani.
Altra di luar untuk menyembayangan Tuhan saja. Bagian
tengah untuk kebaktian, kalau acara layar di tutup,
menrima tamu tari setiap acara resmi di sin.
Dua lilin di tengah meja altar untk perlengkapan
sembahyang, kalau sembahnyang biasa Cuma lilin dua,
kalau sembahnyang besar seperti perkawinan lilin 4, ada
apai sebagai penerangan, tulisan yang ada di kanan kiri
adalah puisi. Mimbar dipake untuk kebaktian/ seminar.
9. Apa tujuan pemasangan
hiasan yanga da di
Lithang?
Itu cuma karena da Imlek aja, itu cuma abis pasang
jangan dilepas biar bagus aja. Tapi, cuma ada
pertandanya kebanyakan artinya mengenai rezeki karena
kalau kita imlek kan mengenai datangnya tahun baru,
datangnya berkar baru, berkah itu biasanya sehat, umur
panjang, punya anak. Kalau sebenarnya kita ngerti
kebanyakan lambang sekarang artinya duit semua. Itu
kantong duit dibawahnya ikan, kenapa ikan? Ikan itu
“you yi” itu ada lebih, uangnya selalu ada lebih, itu
harapannya. Ada tempat sampah bawahnya duit, itu
artinya buat ngambil duit, saking banyaknya jadi
nampunya pake tempat sampah. Jeruk, berarti berkah
besar. Kalau lentera artinya penerangan, hidup kita selalu
terang. “hok kie” saat ini diidentikan dnegan duait.
Padahal bukan itu saja tapi juga berarti punya anak, umur
panjang dsb. “orang yang membina rohanianya dengan
melakukan kebijakan pada akhirnya akan mendapatkan
berkah.”
10. Apa arti warna merah
dan emas pada
bangunana Lithang?
Merah berarti bahagia, meriah. Emas, mewah mahal,
seperti itulah yang diharapkan perkembangan kita. Dulu
tidak berani sama sekali menggunakan putih karena
berarti sedih, untuk meninggal. Makanya dulu warna
Lithang habis berwarna merah dan emas. Kalau sekarang
yang penting ada warna merahnya dan emas sudah cukup.
Intinya kita mengharapkan yang lebih baik untuk Litang
ini dan orang yang datang sembahnya ke tempat ini.
11. Apa maksud dari
diadakannya pelayanan
umat?
Doa ulang tahun, tapi kahir bulan, januari, yang lahir di
bulan januari dikumpulkan di akhir bulan di doakan
bersama.
Upacara pernikahan: 3 bulan sebelum pernikahan harus
sudah ngasih tahu ke Lithang untuk pembinaan.
Membesuk: kita datengin khususnya hari sabtu, tapi juga
suka dadakan jika gawat darurat kita langsng berangkat
untuk mendoakan.
Upacara kematian: di Lithang tidak pernah ada upacara,
kta datengain ke rumahnya dari awal proses meninggal
kita siapakan, awal masuk peti kita doakan, terus cari hari
untuk penguburan, besok mau dikuburkan malamnya di
sembahyang kembang malam jenazah di rumah, terus
besok [agi mau dikubur sebelumnya disembahyang ci be,
3, 7, 100, 1 tahun, 3 tahun. Kita yang lakuin proses
perkabungan.
Syukran ulang tahun: untuk rame kumpul di Lithang,
pelayanan doa ulang tahun kita di rumahnya.
12. Apakah di masyarakat
umat Khonghucu terlibat
aktif dalam pemecaha
Sekarang kita lebih ini karena ada FKUB, kalau disini
yang sering ada masalah itu gereja, orang yang bangun
gereja tanpa ijin, tau-tau udah kebaktian atau apa itu
sering sekali, dan kita jga ikut di dalamnya, maksudnya
kita menengahi gitu, karena kita juga ikut di FKUB nya,
ada rohaniawan yang ikt di FKUB js. Dadang, kalau
nggak sempet saya yang pergi, sekarang ketua juga ikut
mulia terlibat, karen sudah terbuka kita boleh ada tempat
di situ., jadi yang itu kita lewat FKUB jadinya untuk
menengahi masalah yang ada di masyarakat, yang sering
ketemu yaitu masalah oranng yang bikin gereja yantu
yang baru-baru sekarang kekasih yehova. Kita tegor
dengan baik, kalau orang kapung bisa dibawain golok
saya bilang, kita tegor langsng keorangnya. Paling kita
sistemnya langsng kita laporin ke pihak yang berwenang
seperti FKUB.
13. Dalam tata cara
berpaikan baik ibadah
maupun dalam
keseharian,dan juga cara
berkomunikasi dalam
masyarakat apakah umat
Khonghucu di lithang
Pondok Cabe sesuai
dengan yang ada dalam
ajaran?
Kalo di pondok cabe ini syukur sudah, karena kita bener2
kita terus (bina), klo dulu kan kebaktian pake celana
pendek, pake baju buntung, pke daster j berani kebktian
gitu, tapi sekarang klo kebaktian udah mulai rapi udah
pake batik, kemeja, kaos juga jarang2. Keseharian udah
mulai bagus, karena dulu pake kutang berani keliling2,
nenek2, sekarng udah g pernah liat di jalan. Kalo
komunikasi sudah bagus sekarang, karena kita tekankan
tepasarira, tipasarira itu tenggang rasa, kalo tidak menjaga
mulut gimana mau tepasarira sama orang itu yang salalu
kita tekankan di sini. Mulai mendidiknya itu pas
kebaktian.
Menjaga sikap dalam sama sadara dan sebagainya sudah
sesuai? Sudah kami tekankan dari diri sendiri, keluarga ,
tetangga, dan masyarakat. Kmunikasi denga orag tua
sudah bagus dari situ dia belajar, baru dia ke masyarakat
bisa diterima gitu. Klo mau kesini dan sering kebaktian
kita bisa tanamkan seperti itu, sukurnya disni banyak
umat yang dateng 100 lebih kalo kebaktian lumayan kita
bisa bina, klo yang tidak datang ke litang kita tidak bisa
bina karena kita tidak mungkin keluar, yang kita minta y
orang yang ke litang ja.
14. Apakah umat Khonghucu
di Lithang Pondok Cabe
selalu mengejar dunia?
Yang kita alami sekarang kita kan menjalankan sosial,
menjalankan kebenaran, membina orang, membantu
orang, menyuluh orang tapi ada yang dia anggap
melakukan itu harus ada pamprihnya, klo kita kerja pada
kebenaran kan g da pamprihnya, korban semuanya kan,
perasaan kita korbanin, waktu kita korbanin, biaya kita
korbanin, tapi klo orang siau zin itu nyari untung ada
yang seperti itu, dia berangkat pergi khotbah saja minta
ongkos gitu, kalo pergi ke tempat yang bayarannya gede
dia rajin, kalo g bayarannya dia males. Salah satu
contohnya seperti itu. Orang seperti ini g bakalan kita
berikan jabatan. Dalam kebaktian tidak bisa melakukan
hal itu (korupsi). Karena administrasi jelas sekali.
15. Apakah dalam umat
Khonghucu banyak
menjadi seorang penjabat
di masyarakat semisal
rt/rw?
Boleh dikatakan udah bagus, udah bisa dipercaya gitu klo
dilitang sini ya, klo pembinadirinya sudah bagus dari
sekolah miggu pakin, pembinaan dirinya sudah bagus.
Seperti bapak JS dadang ketua rt, pak ade ketua rw, pak
gunawan dulu sering maen ke lithang tp tanggung jawab
masalah wihara dia urusin, ws. Ht. Saputra dan beberapa
penasehat kita itu seorang tokoh yang di segani di sini,
ande kata orang tionghoa tpi orang pada segan gitu,
karena klo ada maslah masing turun tangan untuk
membereskan. Dan juga tetua2 disni meskipun tidak
berkecimpung di lithang sampe sekarang masih
kedengeran setiap ada masalah turun untuk
menyelesaikan baik untuk masalah umat khonghucu dan
masyarakat sekitar. untuk maslah pemakaman itu bapak
Yan Sang , di lithang dia rajin, meskipun bukan pengurus,
akhirnya kita masukin sebagai penasehat kita. Jadi msih
bisa ditengah masyarakat bisa di percaya.
16. Bagaimana cara
menghadapi orang
khonghucu yang tidak
bermoral?
Kalo yang mo ke lithang sudah rata2 meninggalkan sifat2
sau zin (berhati kerdil), walaupun pelan dia mencerna,
walaupun pelan dia belajar dari yang kita ajarkan gitu, di
mencontoh gitu, dia lihat kanan kirinya dengan cara
berpakaiannya. Pertama dia datang dengan pakaian
kucel2 atau apa gitu, kalo yang saya temui di litang tidak
ada yang seperti itu, tp klo di luar masih ada yang seperti
itu, yaitu orang yang g mau ke lithang sau zin itu, dia
tidak membina diri dia, dia tidak tau, dia mengimani, kalo
dia di tanya agama dia ngotot Khonghucu, tapi ke lithang
tidak pernah, sembahyang tidak pernah, apaun tidak
pernah, Cuma ktp saja yang khonghucu, ada yang seperti
itu, itu yang tidak mau datang ke Lithang, umat kita ada
yang seperti itu, tapi kalo dia mau datang ke lithang kita
jamin deh perubahanny cepet ada, karena dia mencontoh
lihat cara kita berpakaian, berbicara.
Merangkul: kita ada humas kita keliling, tapi sistem kita
lebih ke saudaranya yang lebih berperan yang sering ke
lithang mengajak saudaranya ke lithang, tapi kalo
saudaranya atau tetangga sudah tidak sanggup ngajak
baru ngomong ke kita, kita coba manju mengajaknya.
Karena tmpt belajarnya disini, karena orang yang untuk
keliling2 itu kurang, skrg sistemnya orng yang jarang ke
lithang kita kunjungi untuk mengajak ke lithang.
17. Apakah umat khonghucu
di Pondok Cabe sudah
bekerja semua?
Pasti ada, karena umat kita banyak ada beberapa, karena
umur juga bisa, itu yang kita perhatikan, untuk acara2
sumbangan besar biasanya kita kasih, kalo dia sakit
kadang2 kita kumpulin khusus hari itu kita sumbang ke
dia, dari lithang juga keluar kas lagi, ada perhatian untuk
orang-orang seperti itu, ada yang baru kamaren disitu
masih ada umat yang janda g kerja sakit-sakitan punya
anak kita suport untuk pengobatan. Jadi orang-orang yang
seperti itu yang kita usahakan, karena kas kita sudah ada,
kalo jaman dulu tidak ada untuk suport2 hal seperti itu.
18. Bagaimana tingkat
kehadiran umat
konghucu di setiap
kebaktian?
Ada pasang surutnya, kadang-kadang karena masalah itu
yang saya bilang kalo dia tidak suka seseorang itu bisa.
Kita ada masalah disini itu tiba-tiba bisa berkurang
umatnya. Karena orang tidak respek, wah yang ngurusin
aja pada ribut katanya, tapi kita berusaha menghindari,
masalah besar gitu cepat kita selesaikan, masalah kecil y
ilang sendiri, usahakan jangan sampai. Ada beberapa
kejadian, tapi kehadiran disini bagus kurang lebih kalo
jelek itu 60-80 kalo cap go, kalo rame bisa 150. Kalo
banten, kehadiran Pondok Cabe paling hebat, kalo
kebaktian di Pondok cabe paling rame tapi klo jalan-jalan
sedikit, tapi kalo di Lithang lain kebaktian sedikit, tapi
kalo jalan-jalan bisa 2 bus.
HASIL WAWANCARA
Bapak Ade Cahyadi/ Lauw Kim It.
No Pertanyaan Jawaban
1 Dari manakah dana
pendirian rumah ibadah?
Dari donatur, dari umat-umat, dari pemerintah tidak,
dari mereka para pengusaha. Dari matakin juga tidak,
hanya support saja. Dari donatur dan dana kebhaktian.
Tapi saat ini misal ada yang ingin mengajukan
proposal bisa di ajukan ke lithang-lithang yang lain.
2 Bagaimana tahap
pembangunan yang ada
di Lithang?
Tahap renovasi Dari 1989-1992, selama 3 tahun.
Pendirian dari 1974-78 baru ada (rumah ibadah yang
sederhana) ini.
3 Lithang apakah berada di
bawah naungan yayasan?
Lithang sini juga bisa disebut yayasan warga bhakti.
4 Sebelum didirikannya
lithang dimana
kebhaktian umat
Khonghucu di Pondok
Cabe?
Kebhaktian di bikin di depan rumah orang tua saya
secara sederhana.
5 Bagaimana
perkembangan PAKIN
di Lithang?
Berada dibawah naungan lithang. Setiap lithang
memiliki PAKIN masing-masing tergantung
wilayahnya dimana ada MAKIN disitu juga ada
PAKIN. Setiap setahun sekali terdapat DISPENKASI
(pertemuan seluruh PAKIN se jabodetabek). Lithang
pondok cabe sempat menjadi tuan rumah yang ke-25.
6 Bagaimana sistem
kepengurusan yang ada
di Lithang?
Setiap lithang harus memiliki kepengurusan.
Berfungsi juga untuk pembentukan kepengurusan
MATAKIN. Ketua pengurus lithang yang diundang
dapat memberikan suaranya di pemilihan ketua
MATAKIN. Berfungsi juga untuk kepentingan umat
khonghucu. Seperti pendataan kehadiran kebhaktian.
7 Bagaimana sistem
pemilihan ketua?
Dipilih secara demokratis. Dilakukan saat jamaah
hadir banyak, sepeti saat kebhaktian. Rapat badan
pengurus lama untuk menentukan calon-calon ketua,
setelah itu barulah umat memilih langsung dengan
menggunakan kertas. Pemilihan dilakukan setiap 4
tahun sekali. Pemilih terdiri dari umat lithang
setempat saja. Ketua tidak harus dari keluarga saja,
siapapun dapat menjadi ketua lithang.
8 Fungsi lithang awal dan
saat ini?
Fungsi lithang dari awal sampai sekarang ini masih
sama. Hanya saja setelah pengakuan, semuanya ada
standar dari MATAKIN. Seperti standar pengajaran
dulu hanya berdasarkan dari kitab saja tapi saat ini
sudah mulai ada kurikulumnya.
9 Apa yang dimaksud
keimanan yang ada di
tujuan pendirian rumah
ibadah?
Masalah keimanan belum diketahui, dahulu hanya
sebatas menjalani tradisi dengan sembahyang kepada
leluhur. Tata cara juga belum diketahui, misal doa
kepada Khonguchu belum pada tahu hanya sebatas
kepada leluhur saja, bahkan kitab suci khonghucu pun
belum diketahui
HASIL WAWANCARA
Bapak JS. Dadang
NO Pertanyaan Jawaban
1 Sejak kapan
humanisme
diajarkan dalam
agama khonghucu?
Dan bagaimana
perkembangannya
saat ini?
Humanisme diajarkan sejak jazam dahlulu sebelum
nabi khong hucu lahir yaitu 2500 tahun silam.
Perkembangan saat ini sudah lebih cukup baik.
2 Apakah dalam
humanisme yang
diajarkan dalam
agama khonghucu
dijelaskan
hubungan-
hubungan antara
manusia dengan
Tuhan, alam dan
sesama manusia?
Dan seperti apakah
hubungan itu?
Didalam ajaran Agama Khonghucu sudah diajarkan
berbakti kepada Thian , Berbakti kepada orang tua ,
berbakti kepada alam.
Hubungan manusia dengan alam sudah sejak zaman
dahulu para orang bijak sudah menyadari akan
pentingnya keseimbangan alam dan kelestariaan
kehidupan, para orang bijak itu sudah termasuk para
nabi telah menyadari Pentingnya harmonis kehidupan,
mereka amat menyadari bahwa bencana alam
bukanlah semata hukuman Tuhan didalamnya ada
hukum sebab akibat yang sayang logis ini didasari
betul oleh para orang bijak dan nabi sejak zaman
dahulu kisah nyata dizaman raja suci dan nabi purba
yao (2357sM-2255sM), Shun (2255sM-2205sM)dan
YU (2205sM-2197sM) serta teladan yang diberikan
Nabi Shang Tang (1766sM-1753sM) dan Nabi agung
khongcu sendiri (551sM-475sM) adalah sebuah bukti
kesadaran untuk menjaga keseimbangan,
keharmonisan dan kelestarian alam sudah muncul
sejak ribuan tahun lalu, bahkan dalam gaya bahasa
sinisme yang sangkat meyindir kesombongan
manusia dikatakan bahwa burungpun sudah bersiap-
siap menambal sarangnya yang bocor kalau dirasakan
hujan telah tiba.
Manusia sebagai makluk yang diberikan akal budi
berlebih segoyanya mau berencana jangan panjang,
karena kunci kesuksean setiap hal amatlah ditentukan
oleh rencana jangan panjang yang baik dikatakan
lebih lanjut bahwa orang yang tidak mau memikirkan
hal-hal yang masih jauh ,sesungguhnya kegagalan
sudah nenantinya diambang pintu.
Kisah nyata pada zaman Nabi Shang Tang (1766sM-
1753sM) pendiri dinasti Shang (1766sM-1122sM).
Suatu saat dalam perjalanan dinasnya ia menjumpai
sekelompok orang yang sedang menangkap burung
dengan jarring-jaring yang sangkat rapat. Ini
membuat semua burung ,baik yang berukuran besar
maupun yang masih kecil, tidak mudah terhindar dan
kemudian tertangkap. Apa yang dilakukan Shang
Tang? Dia lalu merobek jaring-jaring itu beberapa
tempat, sehingga memudahkan anak-anak burung
yang terjaring melepaskan diri. Shang Tang berkata
bahwa kelangsungan hidup burung itu juga perlu
dijaga. Bila semuanya ditangkap, maka akan terjadi
kepunahan dan ketidak seimbangan alam.
Nabi Agung Khongcu juga memberi yang tal kalah
heroik. Ia tidak mau memanah burung yang sedang
hinggap atau beristirahat. Selain menghormati
makhluk yang sedang atau butuh istirahat, ia juga
member kesempatan Si burung untuk menghindar dan
menyelamatkan nyawannya. Sementara si pemanah
dituntut untuk selalu belajar melatih diri. Bila ia tidak
mampu memanah burung yang sedang terbang,ia
memang tidak pantas mendapatkan burung tersebut.
Namun bila ia memang berkemampuan, ia layak
mendapatkannya.
Nabi khongcu juga tidak suka menjaring ikan. Beliau
lebih suka memancingnya. Dengan memancing Nabi
member kesempatan dan pilihan kepada ikan tersebut
untuk menghindar.
NASIHAT NABI DAN PARA BIJAK TENTANG
PENTINGNYA MENJAGA KELESTARIAN
LINGKUNGAN
Agama Khonghucu mempunyai (tiga) Himpunan
Kitab Suci Yakni: WU JING, SI SHU dan XIAO
JING. WU JING terdiriatas 5 (LIMA) Kitab: SHU
JING, SI JING, YI JING, LI JING DAN CHUN QIU
JING. SI SHU Terdiri Atas 4 (EMPAT) Kitab DA
XAUE, ZHONG YONG, LUN YU, DAN MENG ZE.
WU JING ditulis oleh Nabi Khong cu sendiri
berdasarkan ajaran dan wahyu yang diterima para
nabisebelumnya dan beliau sendiri; sedangkan si shu
dan Xiao jing ditulis oleh murid,cucu murid dan cicit
murid Nabi Khongcu berdasarkan ajaran dan wahyu
yang diterima Nabi khongcu Baik Wu jing. SI shu dan
Xiao Jing, didalamnya dapat kita jumpai ayat-ayat
yang berbicara tentang perlunya keseimbangan dan
kelestarian lingkungan hidup memang. Karena para
nabi agama Khonghucu lahir pada jaman kuno, lebih
dari 2500 tahun yang lalu, ayat-ayat tentang
pelestarian alam tentunya tidak selengkap seperti apa
yang digambarkan ilmu pengetahuan sekarang, yang
bicara soal pencemaraan udara, kimia, dsb. Namun
kelestarian gunung, hutan, hewan dan tumbuhan
cukup banyak dibahas diWu jing, si shu dan Xiao
jing. Berapa ayat diantarannya yang dibahasa disini,
setidaknya bias member gambaran besar bahwa setiap
agama, termasuk Khonghucu, juga sangkat menaruh
perhatian akan pentingnya kelestarian lingkungan .
Zeng Zi, salah satu murid Nabi Khongcu yang
menulis DA XUE, mengatakan bahwa memotong
pohon dan hewan ada waktunya. Intinya harus diatur
sedimikian rupa agar tidak mengganggung kelestarian
pohon dan hewan itu sendiri.Nabi Khongcu malah
bersikap lebih tegas menanggapi kata-kata Zeng Zi
tadi. Orang yang memotong pohon dan hewan tidak
pada waktunya, disebut tidak berbakti. Dalam agama
Khonghucu salah satu hukuman yang paling berat
adalah ketika seseorang dikatakan tidak berbakti, baik
kepada orang tua mereka, yang dituakan, guru,
masyarakat, bangsa, dan kemanusiaan.Salah satu
wujud perilaku bakti atau XIAO adalah mampu
menjaga nama baik warisan orang tua, Dengan
demikian bila seseorang tidak bisa ikut menjaga
kelestarianalam, maka sebenarnya ia pantas juga
disebut orang yang tidak berbakti.
Salah satu ajaranpakok agama khonghucu adalah
anjuran agar manusia terus belajar tanpa henti
mencari hakikat setiap perkara. Dengan demikian
setiap persoalan dapat diketahui secara benar ujung
pangkanya, dengan demikian meniliti hakikat perkara
pulalah kita akan tahu bahwa berbagai bencana alam
yang selama ini terjadi berturut-turut ditanah air kita,
pada dasarnya disebabkan kesalahan akumulaf kita
sendiri yang tidak mampu mengelola alam dan
seisinya secara bijak, Demi mengejar keuntungan
sebesar-besarnya misalnya, hutan ditebang habis-
habisan.Meski penanaman kembali dilakukan, namun
tidak seta merta mampu menggantikan kerusakan
yang telah terjadi. Erosi meluas, lapisan tanah yang
subur terkikis, arus air menjadi lebih deras daya serap
tanah menurun, sungai-sungai menjadi dangkal,
longsor dan banjir lebih sering terjadi dsb.
Pada satu kesempatan Nabi Khongcu meningkatkan
bahwa keuntungan adalah harapan dan dambaan
setiap orang. Namun apalah artinya kalau dicapai
dengan jalan yang tidak benar dan tidak bertanggung
jawab. Nasihat itu kiranya masih tetap relevan.
Janganlah demi mengejar keuntungan jangka pendek,
kelestarian dan keseimbangan alam yang menjadi
taruhannya.
Menyadari hal tersebut diatas, maka menjaga
kelestarian dan keseimbangan alam adalah kewajiban
dan tanggung jawab kita bersama. Jalan terbaik untuk
menjaga kelestarian dan kesseimbangan lingkungan
adalah dengan hidup secara harmonis dengan alam,
Nasihat para pakar lingkungan dan juga nasihat para
Nabi yang tertuang dalam kitab-kitab suci wajib
ditaati. Bila tidak maka suatu saat nanti kita
sendiripun akan terkena dampak negative rusaknya
lingkungan. Sebuah ayat yang indah dalam Zhong
Yong XVI, ayat 3, ada baiknya kita renungkan
bersama, Demikianlah Tian menjadikan segenap
wujud masing-masing dibantu sesuai dengan sifatnya.
Kepada yang bersemi dibantu tumbah, sementara
kepada yang condong dibantu roboh apakah kita akan
tetap meneruskan kebiasaan buruk kita selama ini
ataukah kita akan segera sadar berbenah diri dan
merawat alam semesta tempat kita bernaung
sepenuhnya merupakan pilihan kita sendiri. Semoga
kesadaran menapa dan menggugah hati nurani kita.
3 Apa arti manusia
dalam agama
Khonghucu?
Manusia dalam ajaran khongcu adalah cipta Tuhan
yang paling mulia diantara tiga makluk yang ada
didunia ini yang diberikan akal dan fikiran yang
sehat(watak sejati) dan mengikutin ajaran nabi yang
difirmankan Thian dan apa yang disabda kan Nabi
Zhong Yong XIV Jalan suci seorang Jun zi itu
seumpama pergi ketempat yang jauh, harus dimulia
dari yang dekat: seumpama mendaki ketempat tinggi
,harus dimulia dari bawah. Artinya dalam langka-
langka perjalan hidup ini, selalu ingan Tian telah
menjilmakan kita lewat ayah-bundah menjadi
manusia :difirmakan wajib mengamalkan delapan
kebajikan yaitu Bakti(XIAO), Renda hati (TI)
Setia(ZHONG), Dapat dipercaya(XIN) Susila(LI),
Menjunjung kebenaran(YI), Suci Hati(LIAN), Dan
Tahu Malu(CHI)
- Bakti ialah cinta hormat kepada orang tua,
semangkat dan kemampuan baik-baik
merawat dan melayani orang tua, rasa
tanggung jawab terhadap lestarinya generasi
- Renda hati ialahrasa persaudaraan, mencintai
dan rukun dengan saudara, tidak sombong dan
mencinta perdamaian, tolong menolong
dengan sesama,saling mengharga sesame
manusia.
- Setia ialah semangkat menepati tugas,
kewajiban,kedudukan dan fungsi:setia sebagai
manusia,setia sebagai pembantu atau
rakyat,taat kepada disiplin, mencintai tanah
air,setia kepada pekerjaan dan sebagainya.
- Dapat dipercaya ialah kemampuan menegakan
Firman Tian maupun dalam hidup
bermasyarakat, berbangsa maupun bernegara
dan berdunia ini,memegang teguh apa yang
dijanjikan dan dapat mengerjakan sebaik-
baiknya.
- Susila ialah ketaatan dan ketertiban mematuhi
tata susila,adat sopan santun,kewajiban
ibadah, peraturan,perundang-undangan dan
segala sesuatu yang menyakut tata kehidupan
manusia sehingga menciptakan suasana yang
tertib,rapi,indah.
- Menjunjung kebenaran ialah berpegangan dan
berpedoman kepada prinsip yang benar, berani
menegahkan keadilan, tidak gentar
menghadapi kesukaran, cobaan dan
ujian,mematuhi kewajiban, konsekwen
didalam jalan suci.
- Suci hati ialah membersihkan diri dari naluri-
naluri negative seperti iri-dengki, hanya
mementingankan diri sendiri,tidak menghargai
karya dan budi orang,dendam-
kesumat,kebencian yang tanpa dasar moral
dan berbagai cacat-cacat rendah budi yang
lain.
- Tahu malu ialah sadar akan harga diri ,sadar
akan harkat dan martabatnya sebagai manusia
berbudi makluk ciptaan Tian, menyadari
bahwa seluruh hidupnya wajib dipertanggung
jawabkan kepada Tian, maka tidak
merendahkan diri dengan melakukan perbuat
tercelah, tidak
bermoral,korup,menjilat,khianat,berdusta,licik
,dan sebagainya.
4 Apakah terdapat
dalam ajaran agama
khonghucu untuk
menciptakan
masyarakat ideal?
Ada, Kita bisa melihat didalam ajaran besar bab
utama ayat 1s/d 4
Adapun jalan suci yang dibawakan ajaran besar ini,
ialah : mengemilangkan Kebajikan yang bercahaya,
mengasihi rakyat, dan berhenti pada puncak kebaikan.
Bila sudah diketahui tempat hentian, akan diperoleh
ketetapan tujuan; setelah diperoleh ketetapan,
baharulah dapat dirasakan ketenteraman ;setelah
tenteram, baharulah dapat dicapai kesentosaan
bahtin;setelah sentosa, baharulah dapat berpikir
benar,dan berfikir benar, baharulah orang dapat
berhasil.
Karena itu dari raja sampai rakyat jelata mempunyai
satu kewajiban yang sama, yang mengutamakan
pembinaan diri sebagai pokok.
Didalam masyarakat yang dicita-cita adalah kedamai,
ketenangan lahir bahtin,maka kita diwajihkan dalam
ajaran khong hucu untuk selalu membina diri sendiri
jangan sampai dalam kehidupan ada kekacauan itulah
manusia yang sempurna dalam ajaran khongcu.
5 Bagaimana untuk
mencapainya?
Didalam hidup kita harus mempunyai ada rasa cinta
kasih, kebenaran,susila,bijaksana dan akhirnya dapat
dipercaya dan harus kita jalankan dalam kehidupan
sehari-hari ditanamkan kepada sesama manusia. Agar
tidak ada peperangan antara golongan,suku, agama.
Bisa menghargai, menghormati kepada sesame
manusia. Bagaimana untuk mencapainya hidup
menempuh jalan suci kita lihat dalam sabda Nabi
Khongcu yang terdapat dalam sabda suci jilid VI ayat
yng ke 17. Nabi bersabda Siapa yang keluar rumah
tidak melalui pintu? Mengapa orang tidak mau hidup
menempuh jalan suci? Nabi khong member jawaban
tentang jalan yang menyelamatkan kehidupan
manusia itu dengan suatu perumpaman yang sangkat
sederhana. Setiap orang keluar masuk rumah itu
melalui pintu. Dalam arti pintu yang dilalui manusia
itu adalah pintu yang melambangankan jalan suci.
Namun manusia acap kali lupa kepada diri sendirinya
, tertutup hatinya sehingga menyimpang dari
bimbingan, jalan suci itu bahkan dilanggar dijauhi.
Oleh karena itu kalimat terakhit Nabi khongcu
bertanya, Mengapa umat manusia tidak mau
menempuh jalan suci itu?.
Gambaran kenyataan yang kita hadapi selama ini
selalu terjadi kekacauan, pengrusakan, dan
sabagainya karena umat manusia tidak mau
menempuh jalan suci tadi.
Jalan suci yang dibimbingankan Tuhan mulia terlihat
jelas lagi, dengan wujud apa semuanya bergerak
hatinya untuk memberikan pertoloangan kepada
saudara-saudara kita yang kena musibah itu.
Didalam memberi pertolongan ini mereka benar-
benar sesuai dengan hati nurani, jadi kita member
pertolongan itu tidak lagi membedah-bedahkan
apakah rasnya ,apakah sukunya perbautan ini adalah
cinta kasih kepada sesame manusia.
6. Apakah ajaran-
ajaran humanisme
tersebut
terimplikasi
(keterlibatan) dan
terimplementasi
(penerapan) dalam
hubungan antar
umat khonghucu?
Kalo kita ini mengajarkan terutama bhakti, kepada
Tuhan, orang tua dan masyarakat, itu ajaran pokok
agama khonghucu. Karena klo kita sudah berbhakti
tidak ada nanti kekerasan-kekerasan anak membunuh
orang tua begitu pula sebaliknya. Berbhakti kepada
orang tua tidak berarti selalu nurut, hubungan anak
dengan orang tua itukan sebenarnya harmonis kan,
ada kisah nyata ada anak yang nurut sama orang
tuanya, pada suatu ketika orang tuanya pulang mabuk
marah2, minta dibukain pintu, pas dibukain pintu
anak itu ditonjok sama orang tuanya, krna dia nurut
pas ditonjok diem aja, nah nabi denger orang kaya
gitu, itu ga boleh jangan sebates nurut aja, kalo emang
orang tua mukul ya kita harus menghindar, jangan
sampe nanti misalnya orang tua mukul kita ternyata
kita meninggal ya orang tua dosa. Jangan bikin dosa
orang tua. Jadi seperti itu namanya bebakti sama
orang tua.
Selama ini umat khunghucu khusus di pondok cabe
ini, kita dengan masyarakat, anak muda dan orang
tuanya kita selalu damai tidak ada masalah. Belum
ada di pondok cabe ini ribut dari zaman dulu karena
kita ini saling menghargai saling menghormati antar
umat beragama.
HASIL WAWANCARA
Bapak Wicandra, SE.
No Pertanyaan Jawaban
1 Sejak kapan
humanisme diajarkan
dalam agama
khonghucu?
Itu sudah ada muncul pada zaman Nabi Fuzi, kalo
di Islam Nabi Adam. Dia yang memulai peradaban
agama Khonghucu seperti memasak, menciptakan
alat-alat, yang nanti dipergunakan untuk manusia
termasuk bagaimana dia mengajarkan orang-orang
pada zaman itu untuk rajin beribadah
bersembahyang dan lain sebagainya. Jadi itu sudah
dimulai 25 abad sebelum kelahiran nabi. Pada
waktu itu bukan agama Khonghucu tapi bahasa
internasionalnya disebut Ru Jiao. Nabi Khongcu
yang menyempurnakan dari pada nabi-nabi
sebelumnya bukan diselewengkan.
2 Bagaimana
perkembangan
humanisme saat ini?
Untuk penekanan humanisme dalam agama
Khonghucu tetap stabil cuma tinggal
pengembangan umat itu sendiri dalam kehidupan.
Penekanan dalam humanisme itu kembali kepada
cinta kasih. Di Khongucu untuk berpakaian tertutup
terutama untuk beribadah. Pergeseran sih nggak
gitu ya, cuma memang karena dari pada individu
itu sendiri yang mengikuti zaman. Bahkan ada
ajaran jika tidak susila jangan dilihat.
3 Apa arti manusia
dalam agama
Khonghucu?
Manusia itu sosok yang sengaja diturunkan ke
dunia ini untuk mengembangkan dari pada benih
keturunan berikutnya, jadi manusia itu makhluk
yang terpilih untuk hidup untuk mengikuti dari
pada firman Tuhan. Setelah manusia diciptakan
Tuhan memberikan watak sejati, dalam kehidupan
selanjutnya dalam bersosial dalam bermasyarakat ia
memiliki karakter yang nanti akan timbul dua sifat
baik dan buruk yang disebut dengan Yin Yang.
Selama ini yang saya baca dari kitab saya, jadi
manusia itu apa tidak dijelaskan. Sebetulnya hewan
juga punya (sing) tapi hanya cinta kasih saja.
4 Apa arti manusia
sempurna dalam
agama khonghucu?
Manusia sempurna itu susah bahkan Nabi saja tidak
sempurna walaupun dia dekat sekal (dengan
Tuhan) tapi yang dikatan sepurna adalah manusia
yang mampu menetapi firman Tuhan dalam
kehidupan sehari-hari.
5 Bagaimana cara Dengan menjalankan ajaran agama. Manusia
mencapai manusia
sempurna?
sempurna ada tingkatannya. Yang pertama adalah
orang baik. Orang yang keinginan2nya memang
layak. Orang yang masih baru keinginan saja, niat.
Yang kedua, orang yang dipercaya, yakni orang
yang benar-benar memiliki kebaikan. Ketiga sifat
yang indah, orang yang melaksanakan kebaikan.
Keempat, sifat yang besar jadi sudah benar-benar
terkonsep dalam prilaku sehari-hari. Kelima, yang
menjadi nabi, yang benar-benar dapat membawa
pengaruh/ perubahan bagi manusia.
6 Apakah terdapat
dalam ajaran agama
khonghucu untuk
menciptakan
masyarakat ideal?
Ada. Bagaimana manusia bisa memberikan
keseimbangan jasmani dan rohani. Jadi di sini
jangan sampai keidealan kita ini naik turun.
7 Lantas apa yang
dimaksud masyarakat
ideal itu?
Masyarakat yang didalamnya bisa saling mengisi
satu sama lainnya, yang mengedepankan cinta
kasih.
8 bagaimana cara
mencapai masyarakat
ideal?
Yang pertama adalah tepasalira di dalam kehidupan
sehari-hari. Yang kedua tidak memiliki keegoisan,
harus memiliki rendah hati. Dalam pergaulan
dengan yang bagaimana, ada sahabat yang
membawa faedah (jujur, yang lurus dan memiliki
pengetahuan luas) dan yang membawa celaka
(licik, lemah dalam hal-hal yang baik dan pandai
berbohong). Jadi jangan bergaul dengan orang yang
akan merusak diri kita.
8 Apakah ajaran-ajaran
humanisme tersebut
terimplikasi dan
terimplementasi
dalam hubungan antar
umat khonghucu?
Iya sudah.
Kita yang paling pertama yang paling deket itu
untuk umat agama sendiri itu kegiatan-kegiatan
sosial perayaan-perayaan itu bentuk humanisme
secara intern. Kemudian kita mulai keluar seperti
mengucapkan hari raya membesuk rumah sakit,
membantu mereka yang kena mushibah.