72
KONSEP IMAN MENURUT IBN TAIMIYYAH Skripsi ini Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Filsafat Islam (S.Fil.I) Oleh Idrus Habsyi NIM: 105033101098 PROGRAM STUDI AQIDAH FILSAFAT FAKULTAS USHULUDDIN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H / 2010 M.

KONSEP IMAN MENURUT IBN TAIMIYYAH - … · Skripsi ini telah diterima sebagai ... B. Pandangan tentang Makna Iman Menurut Aliran ... ialah apakah rukun iman tersebut hanya

  • Upload
    buikien

  • View
    218

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KONSEP IMAN MENURUT IBN TAIMIYYAH - … · Skripsi ini telah diterima sebagai ... B. Pandangan tentang Makna Iman Menurut Aliran ... ialah apakah rukun iman tersebut hanya

KONSEP IMAN MENURUT IBN TAIMIYYAH

Skripsi ini

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Filsafat Islam (S.Fil.I)

Oleh

Idrus Habsyi NIM: 105033101098

PROGRAM STUDI AQIDAH FILSAFAT

FAKULTAS USHULUDDIN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H / 2010 M.

Page 2: KONSEP IMAN MENURUT IBN TAIMIYYAH - … · Skripsi ini telah diterima sebagai ... B. Pandangan tentang Makna Iman Menurut Aliran ... ialah apakah rukun iman tersebut hanya

KONSEP IMAN MENURUT IBN TAIMIYYAH

Skripsi ini

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Filsafat Islam (S.Fil.I)

Oleh

Idrus Habsyi NIM: 105033101098

Dibawah Bimbingan

Dr. Syamsuri, M.Ag. NIP. 19590405 1989031 003

PROGRAM STUDI AQIDAH FILSAFAT

FAKULTAS USHULUDDIN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H / 2010 M.

Page 3: KONSEP IMAN MENURUT IBN TAIMIYYAH - … · Skripsi ini telah diterima sebagai ... B. Pandangan tentang Makna Iman Menurut Aliran ... ialah apakah rukun iman tersebut hanya

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana srata 1 di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa ini bukan hasil karya saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 14 Juni 2010

Idrus Habsyi

Page 4: KONSEP IMAN MENURUT IBN TAIMIYYAH - … · Skripsi ini telah diterima sebagai ... B. Pandangan tentang Makna Iman Menurut Aliran ... ialah apakah rukun iman tersebut hanya

PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul “Konsep Iman Menurut Ibn Taimiyyah”, yang di tulis oleh Idrus habsyi, NIM: 105033101098, telah di uji dan dinyatakan lulus dalam Sidang Munaqasyah di Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tanggal 14 Juni 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Filsafat Islam (S.Fil.I) Program Srata 1 (S1) pada jurusan Aqidah Filasafat. Jakarta, 14 Juni 2010

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris

Prof. Dr. Zainun Kamaludin faqih MA. Dra. Tien Rahmatin, MA. NIP. 19500804 198603 1 002 NIP. 19680803 199403 2 002

Anggota

Penguji II Pembimbing

Dra. Wiwi Siti Sajaroh, MA Dr. Syamsuri, M.Ag. NIP. 19690210 199403 2 004 NIP. 19590405 1989031 003

Page 5: KONSEP IMAN MENURUT IBN TAIMIYYAH - … · Skripsi ini telah diterima sebagai ... B. Pandangan tentang Makna Iman Menurut Aliran ... ialah apakah rukun iman tersebut hanya

KATA PENGANTAR

Bismilahirrahmanirrahim.

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillâhirabbil’âlamîn, tiada kata yang pantas diucapkan melainkan

mengucapkan kalimat syukur tersebut kehadirat Allah SWT, Tuhan penguasa

semesta alam. Yang telah menciptakan manusia sebagai khalifah di jagat raya

Shalawat serta salam mudah-mudahan selalu terlimpahkan pada junjungan kita

Nabi Muhammad SAW. Nabi terakhir di alam semesta yang memiliki banyak

jasa, membawa berita gembira pada segenap insan dalam perjalanan mereka

menuju alam baka.

Dengan kesehatan yang diberikan Allah SWT, penulis mendapatkan

kesempatan dan kemampuan untuk menyelesaikan skripsi ini semua impian dan

cita-cita penulis dapat terwujud karena adanya dukungan dari beberapa pihak

yang telah dengan senang hati memberikan bantuan, bimbingan dan motivasi.

Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhinga

kepada:

1. Prof. Dr. Zainun Kamaludin Faqih, M.A., selaku Dekan Fakultas

Ushuluddin UIN yarif Hidayatullah Jakarta, beserta para pembantu Dekan.

2. Drs. Agus Darmadji, M.Fil., selaku Ketua Jurusan Aqidah Filsafat

Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dra. Tien Rahmatin, M.Ag., selaku Sekretaris Jurusan Aqidah Filsafat

Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

i

Page 6: KONSEP IMAN MENURUT IBN TAIMIYYAH - … · Skripsi ini telah diterima sebagai ... B. Pandangan tentang Makna Iman Menurut Aliran ... ialah apakah rukun iman tersebut hanya

4. Dr. Syamsuri, M.Ag., selaku pembimbing penulis. Terima kasih atas

bimbingan serta waktu luangnya yang telah diberikan kepada penulis

dalam menyelesaikan skripsi.

5. Seluruh Dosen Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah, pimpinan

dan seluruh karyawan perpustakaan di lingkungan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

6. Pimpinan Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Ushuluddin beserta staff,

yang telah memberikan layanan berupa buku-buku selama penulis

menjalani dan mengakhiri kuliah jenjang S1 ini.

7. Orang tua tercinta, Ayahanda Ali bin Idrus al-Habsyi dan Ibunda Syarifah

Fadlun binti Husin al-Aththas, terima kasih atas segala pengorbanan dan

do’a yang tak terhingga kepada penulis, serta dukungan moril, materil dan

juga tenaga sehingga penulis dapat menyelesaikan studi yang kesemuanya

itu tidak bisa terbayarkan dengan materi hanya do’alah yang dapat penulis

berikan. Serta saudara-saudaraku yang tercinta, Kakakku Syarifah Fatimah

Habsyi, dan Adikku Achmad Habsyi, serta temanku Marullah S.Th.I,

Abdul Fatah, S.Sos.I yang selalu menemani dalam berdakwah dan juga

Syakir al-Idrus serta jama’ah Majelis Dzikir Dan Ta’lim Khairul

Maghfirah yang telah memberikan dukungan serta do’a kepada penulis.

8. Guru saya Al-Habib Muhammad Rizieq bin Husain Syihab dan Ustadz

Muhammad Zen, yang telah memberikan banyak ilmu kepada penulis

terima kasih atas bantuan dan do’anya.

9. Teman-teman Aqidah Filsafat angkatan 2005 ……..

ii

Page 7: KONSEP IMAN MENURUT IBN TAIMIYYAH - … · Skripsi ini telah diterima sebagai ... B. Pandangan tentang Makna Iman Menurut Aliran ... ialah apakah rukun iman tersebut hanya

Dengan berbagai macam kekurangan yang terdapat dalam laporan

penelitian ini, mudah-mudahan dapat memberikan manfaat bagi kita semua,

khususnya bagi penulis. Akhirnya tiada sesuatu yang dapat penulis ucapakan,

kecuali rasa terima kasih kepada para dosen yang telah memberikan pendidikan

kepada kami, semoga ilmu yang penulis dapatkan dijadikan Allah SWT ilmu yang

bermanfaat dan berkah. Semoga kita semua senantiasa selalu dalam bimbingan,

Rahmat dan Hidayah-Nya. Âmîn Yâ Rabb al-‘Âlamîn.

Wassalâmu’alaikum Warahmatullâhi Wabarakâtuh.

Jakarta, 04 Mei 2010

penulis

Idrus Habsyi

iii

Page 8: KONSEP IMAN MENURUT IBN TAIMIYYAH - … · Skripsi ini telah diterima sebagai ... B. Pandangan tentang Makna Iman Menurut Aliran ... ialah apakah rukun iman tersebut hanya

Pedoman Transliterasi∗

Aksara Arab dan Padanannya dalam Aksara Latin

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan Tidak dilambangkan ا

B be ب

T te ت

Ts te dan es ث

J je ج

H ح ha dengan garis di bawah

Kh ka dan ha خ

D de د

Dz de dan zet ذ

R er ر

Z zet ز

S es س

Sy es dan ye ش

S ص es dengan garis di bawah

D ض de dengan garis di bawah

T te dengan garis di bawah ط

Z ظ zet dengan garis di bawah

koma terbalik di atas, menghadap ke kanan ' ع

G ge غ

F ef ف

Q ki ق

K ka ك

L el ل

M em م

N en ن

W we و

∗ Hamid Nasuhi dkk, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi), 2007.

iv

Page 9: KONSEP IMAN MENURUT IBN TAIMIYYAH - … · Skripsi ini telah diterima sebagai ... B. Pandangan tentang Makna Iman Menurut Aliran ... ialah apakah rukun iman tersebut hanya

H ha ه

apostrof ' ء

Y ye ي

Vokal

Tanda Vokal

Arab Tanda Vokal Latin keterangan

� a fathah

� i kasrah

� u dammah

Vokal Rangkap

Tanda Vokal Arab

Tanda Vokal Latin keterangan

ai a dan i ي �

au a dan u و�

Vokal Panjang (Madd)

Tanda Vokal

Arab Tanda Vokal Latin keterangan

ا� â a dengan topi di atas

ي� î i dengan topi di atas

و� û u dengan topi di atas

Syaddah (Tasydid)

Syaddah atau Tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan

sebuah tanda (�), dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan

menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak

berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang

v

Page 10: KONSEP IMAN MENURUT IBN TAIMIYYAH - … · Skripsi ini telah diterima sebagai ... B. Pandangan tentang Makna Iman Menurut Aliran ... ialah apakah rukun iman tersebut hanya

yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya kata: الضر�و�ر�ة tidak

ditulis “ad-darûrah”, melainkan “al-darûrah”, demikian seterusnya.

Kata Sandang Kata sandang yang dalam Bahasa Arab dilambangkan dengan huruf )ال( ,

dialih-aksarakan menjadi huruf “l” (el), baik diikuti huruf syamsiyyah maupun

huruf qamariyyah. Contoh al-rijâl, bukan ar-rijâl, al-dîwân bukan ad-dîwân.

Ta Marbūtah

No Kata Arab Alih Bahasa

tarîqah طريقة 1

al-jâmi’ah al-islâmiyyah الجامعة االسالمية 2

wahdat al-wujûd وحدة الوجود 3

DAFTAR ISI

vi

Page 11: KONSEP IMAN MENURUT IBN TAIMIYYAH - … · Skripsi ini telah diterima sebagai ... B. Pandangan tentang Makna Iman Menurut Aliran ... ialah apakah rukun iman tersebut hanya

KATA PENGANTAR …………………………………………………..…….. i

PEDOMAN TRANSLITERASI ………………………………….………….. iv

DAFTAR ISI ………………………………………………………………….. vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ……………………………………… 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ………………………… 5

C. Tinjauan Pustaka ……………………………………………… 5

D. Tujuan Penelitian ……………………………………………… 7

E. Metodologi Penelitian …………………………………………. 7

F. Sistematika Penulisan ………………………………………… 8

BAB II BIOGRAFI IBNU TAIMIYYAH

A. Riwayat Hidup Ibnu Taimiyah ……………………………… 10

B. Karya-karya Ibnu Taimiyah ………….……………………… 16

BAB III SEKILAS TENTANG IMAN

A. Pengertian Iman ……………………………………………… 20

1. Bertambah dan Berkurangnya Iman………………………… 24

2. Hal-Hal yang Membatalkan Iman………………………… 27

B. Pandangan tentang Makna Iman Menurut Aliran

Kalam…………………………………………………………… 31

1. Murji’ah……………………………………………………. 31

2. Mutazilah……………………………………………………. 34

3. Asy’âriyah …………………………………………………. 36

BAB IV PEMIKIRAN IBNU TAIMIYYAH TENTANG IMAN

vii

Page 12: KONSEP IMAN MENURUT IBN TAIMIYYAH - … · Skripsi ini telah diterima sebagai ... B. Pandangan tentang Makna Iman Menurut Aliran ... ialah apakah rukun iman tersebut hanya

viii

A. Iman yang global dan iman yang terinci…………………………… 39

B. Amal Perbuatan Termasuk Syarat Iman…………………………… 42

C. Kritik Ibn Taimiyyah Terhadap Aliran-Aliran Kalam Tentang Makna

Iman……………………………………………………………... 48

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………….. 55

B. Saran-saran………………………………………………………… 56

DAFTAR PUSTAKA

Page 13: KONSEP IMAN MENURUT IBN TAIMIYYAH - … · Skripsi ini telah diterima sebagai ... B. Pandangan tentang Makna Iman Menurut Aliran ... ialah apakah rukun iman tersebut hanya

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam agama Islam kita mengenal adanya rukun Islam dan rukun Iman

dan umat Islam wajib menjalankan dan meyakini dengan sepenuh hati keduanya.

Karena keduanya adalah dasar-dasar agama Islam atau Ushûl al-Dîn, yang dimana

ulama sepakat bahwa umat Islam tidak boleh berbeda pendapat mengenai masalah

Ushûl al-Dîn. Adapun masalah Furû’al-Dîn yakni cabang-cabang agama ulama

mengatakan boleh berbeda pendapat. Kenapa ulama mengatakan tidak boleh

berbeda dalam masalah Ushûl al-Dîn, karena masalah Ushûl al-Dîn ini

menyangkut masalah tauhid, yakni merupakan pokok keyakinan bagi umat Islam.

Selain itu tauhid juga menyangkut masalah keimanan antara sang hamba

dengan Tuhan-Nya, karena keimanan merupakan sarana yang tepat bagi manusia

untuk menjauhi diri dari murka Allah SWT1. Karena dengan adanya iman akan

mendapatkan petunjuk, sebagaimana yang ditegaskan oleh Allah SWT dalam

firman-Nya:

“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk”.

1 Husein Afandiy, Memperkokoh Aqidah Islamiyyah, (terj), Abdullah Zakiy al-Kaaf (Bandung: Pustaka Setia, 1999), h. 11

Page 14: KONSEP IMAN MENURUT IBN TAIMIYYAH - … · Skripsi ini telah diterima sebagai ... B. Pandangan tentang Makna Iman Menurut Aliran ... ialah apakah rukun iman tersebut hanya

2

Oleh karena itu, tampak jelas sekali hikmahnya, mengapa iman dijadikan

prinsip umum dan kekal abadi. Juga mengapa Allah SWT tidak pernah

membiarkan suatu generasi atau suatu umat dalam keadaan kosong tanpa

mengutus seorang Rasul kepada mereka untuk mengajak mereka kepada iman ini,

dan memperdalam akar-akar akidah ini di dalam hati mereka.2 Karena dengan

iman kita mendapatkan kepuasan batin dan keselamatan hidup di dunia dan

akhirat. Kalau hanya mengandalkan kemampuan akal saja, kita tidak akan pernah

berhasil mencapai kepuasan dan kebahagian. Sebagai bukti ialah bahwa

kekacauan di dunia di mana-mana ditimbulkan oleh mereka yang tidak beriman.

Banyak pemerkosaan, perampokan, pembunuhan, mati gantung diri dan kasus

yang terjadi ada era globalisasi pada saat ini seperti para elit politik yang tidak

segan-segan melakukan tindakan korupsi, yang mengakibatkan rakyat menjadi

terdzalimi. Perilaku korup banyak menyebar bagaikan virus HIV yang teramat

ganas. Justru yang memprihatinkan hal ini banyak dilakukan oleh orang-orang

muslim. Seharusnya kita merasa malu karena kita adalah umat muslim. Belum

lagi banyak yang melakukan perusakan moral bangsa, diantaranya banyak yang

melakukan perkawinan diluar nikah. Semua itu karena orang tidak membekali diri

dengan iman dan tauhid.3

Iman juga merupakan pokok-pokok keyakinan bagi seorang hamba,

seperti menyangkut iman kepada Allah dan Rasul-Nya, iman kepada malaikat-

malaikat-Nya, iman kepada kitab-kitab Rasul, iman kepada adanya hari

2 Sayyid Sabiq, Aqidah Islâmiyah, (terj), Ali Mahmudi (Jakarta: Robbani Press, 2008), h.

8. 3 Zainuddin, Ilmu Tauhid Lengkap (Jakarta: Rineka, 1996), h. 8.

Page 15: KONSEP IMAN MENURUT IBN TAIMIYYAH - … · Skripsi ini telah diterima sebagai ... B. Pandangan tentang Makna Iman Menurut Aliran ... ialah apakah rukun iman tersebut hanya

3

kebangkitan, serta iman kepada qada 4dan qadar.5 Rukun iman tersebut harus

mutlak diyakini bagi seorang muslim. Tetapi yang menjadi perdebatan para

aliran-aliran Islam dan juga para ulama, ialah apakah rukun iman tersebut hanya

sekedar pembenaran dalam hati saja tanpa dibarengi dengan ucapan lisan, ataukah

harus dibarengi dengan lisan dan amal perbuatan.

Jadi menanamkan iman ke dalam jiwa merupakan cara yang paling tepat

untuk mewujudkan unsur-unsur yang baik, yang dapat melaksanakan peranannya

secara sempurna dalam kehidupan, dan dapat memberikan andil yang sangat besar

untuk menumbuhkan dan memperkokoh tauhid di dalam diri seseorang.

Di atas sudah dijelaskan mengenai konsep iman. Ada yang menyatakan

bahwa iman itu hanya pengetahuan dan pengakuan tentang Tuhan, dan ada pula

yang menyatakan bahwa iman itu pembenaran dalam hati dan di ucapkan dengan

lisan serta diikuti oleh amal perbuatan., serta ada juga yang berpendapat amal

perbuatan tidak termasuk dalam konsep iman.

Di sini kita melihat begitu banyak perbedaan dan pertentangan pendapat

yang terjadi di kalangan umat Islam,6 yang di mana begitu banyak perbedaan

pendapat sampai-sampai mazhab dengan mazhab yang lain saling mengkafirkan

begitu juga dengan para ulamanya.7

4 Qada adalah kehendak Allah yang azaly yang berkaitan dengan segala sesuatu

berdasarkan putusan-Nya atas sesuatu itu. Sedangkan Qadar adalah penciptaan Allah akan segala sesuatu berdasarkan ketentuan yang sesuai dengan ilmu-Nya. Lihat Nawawi al-Bantani, Qothrul Ghoits (Indonesia: Dâr al-Ihyâ, tth), h. 13.

5 Ibn Taimiyyah, Al-Aqidah al-Wasatiyah, (Beirut : Dâr al-Arabiyyah wa an-Nasr,tth), h.5 6 Muhammad Abu Zahrah, Aliran Politik Dan Aqidah Dalam Islam. (terj), Abd Rahman

dan Ahmad Qarib (Jakarta: Logos, 1996), h. 145. 7 Muhammad Alwî al-Mâlikî, (Mafâhim Yajib an-Tasaha (Kairo: al-Musaha Karthoum),

h. 59.

Page 16: KONSEP IMAN MENURUT IBN TAIMIYYAH - … · Skripsi ini telah diterima sebagai ... B. Pandangan tentang Makna Iman Menurut Aliran ... ialah apakah rukun iman tersebut hanya

4

Di antara dampak perselisihan dan penyimpangan maka para pengemban

akidah terpecah-pecah menjadi beberapa aliran yang beranekaragam masing-

masing aliran tersebut mencerminkan suatu warna pemikiran tertentu dan

mengklaim diri sebagai kelompok yang paling benar di antaranya: aliran

Khawarij, Syi’ah, Murjiah, Mu’tazilah, dan Asy’ariyah di antara perselisihan itu

masalah iman8.

Dalam sejarah pembaruan Islam Syaikhul Islam Ibn Taimiyyah yang

paling serius dalam mengangkat masalah iman. Ibn Taimiyyah ingin

mengembalikan kepada ajaran-ajaran salaf terutama ajaran Rasulullah dan

sahabatnya, dalam pandangan mengenai konsep iman ia menyatakan bahwa Iman

itu tidak cukup dengan pembenaran hati dan juga lisan tetapi harus disertai amal

perbuatan dia mengkritik aliran-aliran yang mengatakan iman itu cukup dengan

pembenaran hati tanpa dilandasi dengan perbuatan. Menurutnya iman dan amal

tidak dapat dipisahkan, ia mengatakan banyak orang yang menyatakan dengan

lisannya bahwa ia telah beriman tetapi perbuatan mereka telah banyak melakukan

hal-hal yang dilarang oleh syari’at, yang demikian itu bukanlah iman.9

Ibn Taimiyyah mengatakan jika amal-amal disertakan kepada iman,

dimaksudkan agar tidak ada yang beranggapan bahwa hanya dengan iman saja

tanpa amal-amal salih yang merupakan keharusan bagi iman, suda cukup untuk

mendapatkan janji untuk masuk ke dalam surga. Penyebutan amal-amal shalih

merupakan pengkhususan terhadap nash yang sudah ada, agar dapat diketahui

8 Muhammad Abduh, Risâlah at-Tauhîd (Kairo: Dâr al-Manâr, 1366 H), h. 21.

9 Ibn Taimiyyah, al-Amar bil Ma’rûf Wa an-Nahyu An al-Munkar (Kairo: Maktaba Sunnah), h. 109.

Page 17: KONSEP IMAN MENURUT IBN TAIMIYYAH - … · Skripsi ini telah diterima sebagai ... B. Pandangan tentang Makna Iman Menurut Aliran ... ialah apakah rukun iman tersebut hanya

5

bahwa pahala yang dijanjikan di akhirat, yaitu berupa surga tanpa azab, tidak akan

diberikan kepada orang yang beriman dan mengerjakan amal salih.10

Ibn Taimiyyah juga mengatakan banyak ayat-ayat di dalam al-Qur’an

yang mendukung bahwa iman itu harus disertakan dengan amal perbuatan atau

dengan kata lain iman tidak dapat dipisahkan dengan amal perbuatan.

Berdasarkan pemikiran di atas maka penulis merasa tertarik untuk

mengkaji lebih dalam lagi mengenai konsep iman yang dikemukakan oleh Ibn

Taimiyyah oleh karena itu penulis ingi mencoba menulis skripsi dengan judul:

“Konsep Iman Menurut Ibn Taimiyyah”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Kiranya sangat menarik bagi penulis untuk mengungkap lebih jauh tentang

konsep iman perspektif Ibn Taimiyyah. Dengan latar belakang masalah yang telah

dipaparkan di atas, penulis hanya akan membatasi pembahasan pada

permasalahan konsep iman dalam pandangan Ibn Taimiyyah.

Berdasarkan pembahasan masalah di atas, maka rumusannya adalah:

1. Bagaimana Ibn Taimiyyah menjelaskan dan memaparkan pendapatnya

mengenai konsep iman,

2. Apakah amal perbuatan itu tergolong ke dalam konsep iman?

3. Dan apakah iman dapat bertambah dan berkurang?

C. Tinjauan Kepustakaan

10 Ibn Taimiyyah, al-Îmân. (terj), Kathur Suhardi (Jakarta: Dâr al-Falah), h. 119

Page 18: KONSEP IMAN MENURUT IBN TAIMIYYAH - … · Skripsi ini telah diterima sebagai ... B. Pandangan tentang Makna Iman Menurut Aliran ... ialah apakah rukun iman tersebut hanya

6

Penelitian pemikiran Ibn Taimiyyah bukanlah hal yang baru. Kajian dan

eksplorasi terhadap figur ulama ini telah berlangsung sejak lama. Apalagi

penelitian denagan mengambil sebagian pemikiran darinya, beberapa tema yang

mempunyai intensitas rasional dengan karekteristik pemikirannya sudah banyak

dilakukan. Mengingat beliau adalah seorang ahli teologi.

Dalam dunia akademis ditemukan juga beberapa karya ilmiah yang

mengkaji pemikirannya baik dalam bentuk makalah, laporan penelitian, skripsi,

maupun disertasi. Terdapat beberapa nama yang berhasil menyumbangkan

karyanya yang membahas tokoh ini, di antaranya adalah karya Syaikh Saîd

‘Abdul Azhim dengan bukunya yang berjudul Ibn Taimiyyah Tajdid Salafi wa

Da’wah Islahiyyah.Yang dimana di dalam buku itu menjelaskan secara lengkap

perjalanan Ibn Taimiyyah, serta bagaimana kiprah dan prestasi dakwah beliau,

serta ciri khas metode pembaharuan dan reformasi yang diperjuangkan terutama

dalam masalah akidah dan fikih. Serta kritik Ibn Taimiyyah terhadap berbagai

paham dan aliran yang menyimpang Zainun Kamal dengan bukunya yang

berjudul Ibn Taimiyyah Versus Para Filosof. Dan Zainun Kamal (dosen UIN)

dalam disertasinya Kritik Ibn Taimiyyah terhadap Logika Aristeles yang

merupakan sebuah studi yang serius terhadap pemikiran Ibn Taimiyyah mengenai

logika yang di tulis dalam bahasa Indonesia.

Di samping itu, Ibn Taimiyyah tidak asing lagi di kalangan mahasiswa di

antaranya adalah skripsi yang ditulis oleh Himawan Priditio dalam skripsinya

Kritik Ibn Taimiah dan Wittgenstein terhadap Filsafat yang dimana Ibn

Page 19: KONSEP IMAN MENURUT IBN TAIMIYYAH - … · Skripsi ini telah diterima sebagai ... B. Pandangan tentang Makna Iman Menurut Aliran ... ialah apakah rukun iman tersebut hanya

7

Taimiyyah dan Wittgenstein menolak klaim-klaim metafisika dan kritik terhadap

logika.

Dari buku dan judul skripsi yang telah disebutkan diatas, ternyata yang

membahas tentang konsep iman pemikiran Ibn Taimiyyah secara khusus belum

ada. Oleh karena itu sudah pasti berbeda dengan skripsi yang telah ada. Dengan

itu, penulis tidak ragu lagi dalam menulis skripsi ini.

D. Tujuan Penelitian

Secara formal, penelitian skripsi ini dibuat dalam rangka memenuhi syarat

memperoleh gelar sarjana strata satu (S-1) pada jurusan Aqidah Filsafat, fakultas

Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Adapun tujuan non formal penulisan

skripsi ini adalah untuk menambah literatur tentang pemikiran Ibn Taimiyyah

dengan harapan dapat merangsang kajian-kajian berikutnya.

Tujuan penelitian skripsi ini adalah di antaranya:

1. Guna mengetahui lebih jauh lagi mengenai Ibn Taimiyyah dalam bidang

yang sedang dikaji.

2. Untuk mendapatkan seseuatu yang berharga dalam pemikiran Ibn

Taimiyyah, yakni ilmu dalam bidang yang dikaji.

3. Mengungkap seseuatu dari pemikiran Ibn Taimiyyah yang sedang dikaji,

sehingga membuka ruang kritik terhadapnya.

E. Metode Penelitian

Page 20: KONSEP IMAN MENURUT IBN TAIMIYYAH - … · Skripsi ini telah diterima sebagai ... B. Pandangan tentang Makna Iman Menurut Aliran ... ialah apakah rukun iman tersebut hanya

8

Metode pengumpulan data skripsi ini mengunakan kajian kepustakaan

(Library research) yaitu menghimpun data atau tulisan yang ada kaitannya

dengan tema skripsi ini. Data-data tersebut diambil dari tulisan Ibn Taimiyyah

sendiri yang terdokumentasi dalam bentuk kitab, baik yang berbahasa Arab

maupun yang sudah diterjemahkan. Al-Iman merupakan salah satu sumber primer

yang dijadikan rujukan utama dalam penulisan skripsi ini. Sedangkan tulisan-

tulisan tentang Ibn Taimiyyah baik yang terdokumentasi dalam buku, makalah,

artikel, jurnal, dan majalah yang mempunyai relevansi dengan maksud uraian

skripsi ini, merupakan sumber skunder yang menjadi penunjang sumber primer.

Metode pembahasan yang digunakan adalah metode deskriptif analisis.

Metode ini digunakan untuk menjelaskan serta mengelaborasi pikiran-pikiran Ibn

Taimiyyah yang berkenaan dengan judul ini. Kemudian menyajikannya secara

kritis melalui sumber-sumber pustaka primer maupun skunder dengan

menggunakan karangan-karangan Ibn Taimiyyah dan yang berkaitan dengan

pembahasan konsep keimanan.

Adapun pedoman teknik penulisan, penulis mengacu kepada buku

‘Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (skripsi, Tesis, dan Disertasi)’ yang diterbitkan

oleh CEQDA (Center for Quality Development and Assurance) UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta tahun 2007. Pedoman transliterasi tersebut dilampirkan

sebelum bab ini.

F. Sistematika Penulisan

Page 21: KONSEP IMAN MENURUT IBN TAIMIYYAH - … · Skripsi ini telah diterima sebagai ... B. Pandangan tentang Makna Iman Menurut Aliran ... ialah apakah rukun iman tersebut hanya

9

Agar penelitian skripsi ini menjadi terarah dan lebih sistematis dan

menjadi standar penulisan skripsi S-1, maka penulisan ini di susun dalam lima bab

yang masing-masing memiliki sub-sub bab diantaranya yaitu.

Bab pertama, pendahuluan, latar belakang masalah, pembatasan dan

perumusan masalah, tinjauan kepustakaan, tujuan penelitian, metode penelitian,

dan sistematika penulisan.

Bab kedua, membahas tentang biografi dan karya-karya Ibn Taimiyyah.

Bab ketiga, menjelaskan gambaran umum tentang pengertian iman

Bab keempat, membahas tentang konsep iman menurut Ibn Taimiyyah

Bab kelima adalah penutup

Page 22: KONSEP IMAN MENURUT IBN TAIMIYYAH - … · Skripsi ini telah diterima sebagai ... B. Pandangan tentang Makna Iman Menurut Aliran ... ialah apakah rukun iman tersebut hanya

BAB II

BIOGRAFI IBN TAIMIYYAH

A. Riwayat Hidup Ibn Taimiyyah

Nama lengkapnya adalah Ahmad Taqiyuddîn ibn Abbâs ibn Syihâbuddîn

Abdul Mahâsin Abdul Halîm ibn Syaikh Majduddîn Abil Barakat Abd al-Salâm

ibn Abî Muhammad Abdillah ibn Abî Qâsim al-Khadar ibn Muhammad ibn al

Khadhar ibn Alî ibn Abdillah. Famili ini dinamakan Ibn Taimiyyah karena

neneknya yang bernama Muhammad ibn al Khadhar. Beliau ketika naik haji

melalui jalur Taima. Setelah ia kembali dari haji ia dapati istrinya melahirkan

seorang anak wanita, yang kemudian diberi nama Taimiyyah dan keturunannya

dinamai keturunan Ibn Taimiyyah, 1sebagai peringatan bagi jalan yang dilalui

oleh neneknya ketika mengerjakan haji itu.

Ahmad Taqiyuddîn yang kita bicarakan sekarang ini lahir di desa Heran,

sebuah desa kecil di Palestina pada tanggal 10 Rabi al-Awwal 661 H. Ahmad

Taqiyuddîn tinggal di desa ini sampai ia berumur 7 tahun, lalu ia pindah ke

Damsyik sampai ia wafat pada tahun 724 H.2

Ibn Taimiyyah tumbuh di dalam keluarga yang berilmu, ayahnya Abdul

Halim merupakan direktur dari madrasah Sukkariyyah, sebuah sekolah mazhab

Hambali, di Damaskus keluarga Taimiyyah sendiri dikenal sebagai keluarga

ulama. Pamannya Fakhr al-Dîn dan kakeknya Majd al-Dîn adalah pakar teolog

1 Sirajuddin Abbas, I’tiqad Ahlu Sunnah Wal Jamaah (Jakarta: Pustaka Tarbiah, 2006), h.

296

12 2 Sirajuddin Abbas, 40 Masalah Agama (Jakarta: Pustaka Tarbiah, 2005), h. 218

Page 23: KONSEP IMAN MENURUT IBN TAIMIYYAH - … · Skripsi ini telah diterima sebagai ... B. Pandangan tentang Makna Iman Menurut Aliran ... ialah apakah rukun iman tersebut hanya

dan fikih Hambali, di kemudian hari Ibn Taimiyyah melanjutkan jejak keluarga

sebagai penerus tradisi Hambali.3

Di dalam lingkungan yang bagus inilah Ibn Taimiyyah tumbuh. Beliau

mulai menuntut ilmu kepada bapaknya dan para ulama di Damaskus. Maka beliau

mampu menghafal al-Qur’an ketika beliau masih sangat kecil, beliau dikenal

sebagai sosok yang cerdas dan memiliki hafalan yang begitu kuat, dan beliau

kemudian memperluas dan memperdalam disiplin-disiplin ilmu di sana, sampai

terkumpulah pada diri beliau sifat-sifat seorang mujtahid sejak masih sangat

muda.

Ibn Taimiyyah menggantikan ayahnya sebagai direktur madrasah

Sukkariyyah, setahun kemudian ia menjadi pengajar tafsir al-Qur’an di masjid

Umayyah. Di akhir tahun 691 H, ia naik haji ke Mekkah dari sana ia menulis

sebuah risalah yang mengungkapkan sejumlah bid’ah dalam pelaksanaan ibadah

haji. Pada tanggal 17 Sya’ban 695 H, Ibn Taimiyyah mulai mengajar di

Hanbaliyyah, madrasah Hanbali tertua di Damaskus, menggantikan gurunya yang

telah tiada.4

Ibn Taimiyyah, selain seorang yang alim, ia juga seorang mujahid

keberaniannya luar biasa ketika ia berjuang melawan bangsa Tartar. al-Qâdhi

Syihabudîn Abû al-Abas Ahmad ibn Fadhullah berkata:

“Syaikhul Islam duduk bersama Sultan Ghazan saat pasukan musuh telah siap siaga, dan hati menciut karena takut menghadapinya. Sultan duduk lalu mengisyaratkan tangannya ke dadanya sembari meminta doa kepada Syaikh. Maka Ibn Taimiyyah mengangkat kedua tangannya dan berdoa, sementara Sultan mengaminkan doa tersebut”.

3 Henri Loust, Ibn Taimiyyah’, Encyclopaedia of Islam (ttp 1980), h. 951

13

4 Muhammad Sharif Khan dan Anwar Saleem, Muslim Philosophy and Philosophers (Delhi: Ashish Pubishing Housw, 1994), h. 103

Page 24: KONSEP IMAN MENURUT IBN TAIMIYYAH - … · Skripsi ini telah diterima sebagai ... B. Pandangan tentang Makna Iman Menurut Aliran ... ialah apakah rukun iman tersebut hanya

Pertempuran itu terjadi pada tahun 669 H. Mereka menceritakan tentang

keberanian Ibn Taimiyyah dapat dijadikan teladan oleh para patriot-patriot

kenamaan. Sultan dan pasukan-pasukannya sangat takjub dengan keberaniannya

menghadapi Mongolia Tartar.

Ibn Taimiyyah pergi ke Syam untuk menemui penguasa Syam, dia

memberi semangat kepada penduduk Syam dan menjanjikan kemenangan atas

musuh-musuh mereka jika mereka sabar dan mempersiapkan segalanya.5 Dia juga

membacakan firman Allah:

⌦ ⌧

“Demikianlah, dan barangsiapa membalas seimbang dengan penganiayaan yang pernah ia derita Kemudian ia dianiaya (lagi), pasti Allah akan menolongnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pema'af lagi Maha Pengampun.” (al-Hajj : 60)

Ibn Taimiyyah juga pernah turun langsung pada perang Syaqhab6 pada

tahun 702 H. Latar belakangnya, karena mental pasukan sudah jatuh dan gemetar,

saat itu Ibn Taimiyyah bersama beberapa sahabatnya terjun langsung dalam

kancah pertempuran, dan berakhir dengan kemenangan untuk kaum muslimin,

dalam perang itu pasukan Tartar banyak yang terbunuh.

Sikap kepahlawanan yang ditunjukkan oleh Ibn Taimiyyah dalam

mengusir bangsa Mongol, menjadikannya sebagai seorang tokoh yang penting

14

5 Said Abdul Azhim, Ibn Taimiyyah Pembaharu Salafi dan Dakwah Reformasi, (terj),

Faisal Saleh Lc (Jakarta: Pustaka Kausar, 2005), h. 26-27 `6 Perang Syaqhab ialah peperangan yang terjadi melawan bangsa tartar.

Page 25: KONSEP IMAN MENURUT IBN TAIMIYYAH - … · Skripsi ini telah diterima sebagai ... B. Pandangan tentang Makna Iman Menurut Aliran ... ialah apakah rukun iman tersebut hanya

dalam percaturan politik pada saat itu. Hal ini pula yang menyebabkan hampir

dari seluruh hidupnya dihabiskan untuk berpolemik dengan musuh-musuhnya.

Sifat kritis yang ditunjukkan oleh Ibn Taimiyyah pada dasarnya hasil dari

polemik pahit yang ia alami dalam memperjuangkan kepercayaannya. Bagi Ibn

Taimiyyah agama Islam telah digerogoti dari dalam oleh sufisme, panteisme,

kalam, filsafat dan berbagai khurafat. Karenanya untuk meluruskan ajaran agama

seorang muslim harus kembali kepada al-Qur’an dan al-Sunnah serta perilaku

kaum salaf. Ibn Taimiyyah juga menentang sebagian kaum sufi yang dengan

ajarannya itu dapat membuat beku pikiran umat dan membuat umat bertaklid buta,

dan umat banyak yang menggantungkan harapan bukan lagi kepada Allah.

Banyak sekali dakwaan yang ditunjukkan kepada Ibn Taimiyyah, akan tetapi

dengan kecerdasannya yang luar biasa dalam menjawab setiap dakwaan ia mampu

meyakinkan para hakim yang mengadilinya bahwa apa yang ia kerjakan itu benar

sejalan dengan ajaran al-Qur’an dan hadis.7

15

Tidak puas dengan hasil pengadilan sebelumnya, lawan-lawan Ibn

Taimiyyah mendesak diadakan sebuah pengadilan kembali. Kali ini yang

menuntut qadhi Syafi’î dan sekali lagi mereka gagal memberangus karyanya

tersebut. Sejumlah musuhnya pun pergi ke Kairo untuk mengadakan sebuah

konsili baru. Konsili pun diadakan, kali ini berlangsung di benteng Mesir dan

dihadiri oleh sejumlah para pejabat tinggi negara. Ibn Taimiyyah di tuduh sebagai

antropomorfis dan dijebloskan ke tahanan bersama dua orang saudaranya selama

satu setengah tahun.

7 Ibn Taimiyyah, al-Iman, (terj), Kuthur Suhardi (Jakarta: Darul Falah, 2007), h.13

Page 26: KONSEP IMAN MENURUT IBN TAIMIYYAH - … · Skripsi ini telah diterima sebagai ... B. Pandangan tentang Makna Iman Menurut Aliran ... ialah apakah rukun iman tersebut hanya

Setelah bebas Ibn Taimiyyah kembali untuk menyeru memberantas bid’ah,

hal ini membuat dua orang sufi berpengaruh di Mesir yakni Ibn ‘Atha’illah dan

Karim al-Din al-Amuli memusuhinya, lalu pada bulan syawal dua ribuan orang

sufi melakukan demonstrasi untuk menentangnya. Lalu mereka menuntut seorang

hakim dari mazhab Syâfi’î untuk mengadilinya, lalu Ibn Taimiyyah dibawa ke

meja pengadilan. Maka dia berkata, ’Tidak ada yang pantas dimintai pertolongan

kecuali Allah dan Rasul-Nya.’ Hakim menganggap perkataannya ini tidak pantas

diucapkan.

Pemerintah menawarkan pilihan kepada Ibn Taimiyyah antara pulang ke

Damaskus atau dijebloskan ke penjara, dia memilih yang terakhir. Alasannya

karena campur tangan sebagian orang yang dengki kepadanya agar hakim

menjebloskannya ke dalam penjara.8 Selama di dalam penjara orang-orang datang

untuk meminta fatwa, maka Ibn Taimiyyah memberikan fatwa dalam berbagai

masalah.

Pada tahun 709 H, hakim mengekstradisikannya ke Iskandaria dan dia

ditempatkan di sebuah kastel yang besar dan luas milik Sultan Jasyingkir, yang

sepertinya akan melenyapkannya. Para pengikut Ibn Taimiyyah mengkhawatirkan

keselamatannya dari tipu daya Jasyingkir. Selama delapan bulan Ibn Taimiyyah

berada di sana dan banyak orang yang mengunjunginya untuk berdiskusi dan

meminta fatwa.

Ketika Sultan Jasyingkir berhasil dikalahkan oleh Sultan al-Nasir, Ibn

Taimiyyah dibebaskan dari penjara, Sultan sangat menghormatinya, lalu Ibn

16 8 Ibn Taimiyyah, al-Iman, (terj), Kuthur Suhardi (Jakarta: Darul Falah, 2007), h. 14

Page 27: KONSEP IMAN MENURUT IBN TAIMIYYAH - … · Skripsi ini telah diterima sebagai ... B. Pandangan tentang Makna Iman Menurut Aliran ... ialah apakah rukun iman tersebut hanya

Taimiyyah menetap di Mesir, bergaul dengan orang khusus dan umum serta

tempat menjadi kunjungan mereka. Para fuqaha dan hakim mengunjunginya untuk

meminta maaf kepadanya atas apa yang pernah mereka perbuat terhadap dirinya.

Pada tahun 712 Ibn Taimiyyah kembali ke Damaskus untuk menyertai

Sultan, setelah dia berjauhan dengannya selama tujuh tahun. Pada saat

kedatangannya, semua penduduk Damaskus keluar untuk menyambutnya. Mereka

merasa bergembira atas kedatangannya ke Damaskus. Ibn Taimiyyah berada di

sana untuk melanjutkan penyebaran ilmu dan penyusunan buku, menyampaikan

fatwa kepada manusia. Ibn Taimiyyah mengeluarkan fatwa berdasarkan ijtihadnya

yang terkadang sama dengan empat mazhab dan terkadang berlainan.

Pada tahun 726 H ia ditangkap lagi atas perintah Sultan, dan dikurung di

penjara benteng Damsyik. Banyak murid-muridnya ketika ia ditangkap dan

dikurung di dalam penjara, di antara muridnya ialah Ibn Qayyîm al-Jauzîah yang

nantinya akan meneruskan perjuangannya. Maka wafatlah Ibn Taimiyyah di

dalam penjara pada 20 Dzulqaedah 728 H.9

Banyak para pemimpin, tokoh masyarakat, ulama datang untuk

menyaksikan jenazah beliau, setelah jenazah beliau dikeluarkan maka setiap orang

berebut ingin merangkul dan memegang jenazah beliau. Jenazah beliau kemudian

dibawa ke tempat peristirahatannya yang terakhir dengan penuh penghormatan,

pengagungan, dan sanjungan dari para hadirin karena keilmuan, amal salih,

kezuhudan, ibadah, jauh dari dunia dan hanya menyibukan diri dengan urusan

akhirat.

17

9 Sirajudin Abbas, 40 Masalah Agama, h. 222.

Page 28: KONSEP IMAN MENURUT IBN TAIMIYYAH - … · Skripsi ini telah diterima sebagai ... B. Pandangan tentang Makna Iman Menurut Aliran ... ialah apakah rukun iman tersebut hanya

Banyak para ulama yang mengomentari atau berkata terhadap dirinya, di

antaranya adalalah al-Hafizh Ibn Hajar yang mengatakan:

“Ibn Taimiyyah, menulis, mengajar, memberikan fatwa, dan beliau memperluas kajian ilmiahnya dalam disiplin berbagai ilmu, dan mengkaji secara seksama mazhab-mazhab salaf dan juga khalaf”.

Berkata pula al-Hafizh al-Dzahabi:

“Ibn Taimiyyah adalah seorang yang luar biasa ketika berbicara tentang suatu masalah khilafiah, beliau adalah salah seorang yang mendapatkan hak untuk berijtihad, karena pada diri beliau telah terkumpul syarat-syarat sebagai seorang mujtahid”.10

Bagaimana perjuangan hidup Ibn Taimiyyah, tidak dipungkiri lagi. Beliau

adalah seorang ‘ pejuang lapangan’ dengan segala perilaku yang meledak-ledak.

Ia seorang yang sangat teguh mempertahankan aqidahnya. Tetapi juga tidak

dipungkiri bahwa beliau ini juga sering dianggap sebagai tokoh yang

controversial, banyak fatwa-nya yang keluar dari mazhab yang dianutnya yakni

mazhad Hanbali, dan juga dikenal sebagai tokoh yang paling banyak mengkritik

sufisme tak heran kalau kebanyakan para sufi mengkritiknya bahkan ada yang

menyesatkannya.

B. Karya-Karya Ibn Taimiyyah

Ibn Taimiyyah adalah seorang penulis yang produktif, beliau adalah

seorang yang tidak pernah lelah hidupnya dihabiskan hanyak untuk belajar dan

mengajar serta mengarang kitab. Ibn Taimiyyah telah meninggalkan warisan yang

18

10 Ibn Taimiyyah, Majmu Fatâwa, (terj), Izzudin karimi (Jakarta: Pustaka Azam, 2001), h. 13

Page 29: KONSEP IMAN MENURUT IBN TAIMIYYAH - … · Skripsi ini telah diterima sebagai ... B. Pandangan tentang Makna Iman Menurut Aliran ... ialah apakah rukun iman tersebut hanya

begitu besar dan berharga bagi umat ini. Para ulama dan para pakar terus dan terus

mengadakan penelitian terhadap karya-karyanya.

Al-Hafizh Ibn Hajar menyebutkan dalam al-Durr al-Kamîmah, bahwa

hasil karya tulis Ibn Taimiyyah mencapai lebih dari 400 buku manuskrip. Dalam

Fawat al-Wafayat disebutkan bahwa karya tulis beliau mencapai 300 jilid.

Bahkan al-Dzahabi menyebutkan bahwa jumlah karya Ibn Taimiyyah mencapai

500 jilid. Berikut ini adalah di antara karya tulis beliau:

1. al-Aqidah al-Wâsitiyah. Kitab ini menjelaskan masalah aqidah dan

masalah yang membuat aqidah kita menjadi rusak, di kitab ini pula Ibn

Taimiyyah menjabarkan secara rinci masalah tawassul, ziarah kubur,

dll

2. al-Îmân: Kitab ini membahas secara rinci tentang masalah iman.

Seperti perbedaan antara Islam dan iman, bertambah dan berkurangnya

iman dan hal-hal yang dapat membuat iman menjadi rusak. Dalam

kitab ini pula Ibn Taimiyyah mengkritik aliran-aliran, seperti Murji’ah,

Mu’tazilah berkenaan dengan konsep iman.

3. al-Furqân Baina Auliyâ al-Rahmân wa Auliyâ al-Syaitân: Kitab ini

membahas masalah wali-wali Allah, di dalamnya di sebutkan siapa

wali Allah dan bagaimana seseorang dapat disebut menjadi wali,

dalam kitab itu Ibn Taimiyyah membedakan antara wali Allah dengan

wali Syaitan.

4. al-Amar bi al-Ma’rûf wa al-Nahyu ‘an al-Munkar: Kitab ini

membahas tentang kewajiban menjalankan amar ma’ruf nahi munkar,

19

Page 30: KONSEP IMAN MENURUT IBN TAIMIYYAH - … · Skripsi ini telah diterima sebagai ... B. Pandangan tentang Makna Iman Menurut Aliran ... ialah apakah rukun iman tersebut hanya

dan bagaimana cara menjalankan amar ma’ruf nahi munkar sesuai

dengan petunjuk al-Qur’an dan al-Sunnah.

5. al-Furqân Baina al-Haq wa al-Bâtil: Kitab ini menjelaskan dan

membedakan antara yang haq dengan yang bathil.

6. Minhâj al-Sunnah : Kitab ini dikarang oleh Ibn Taimiyyah untuk

menyerang teologi Syi’ah.

7. Huqqûqu ahl-Bait : Kitab ini membahas tentang ahl-bait (keluarga

Nabi Saw) dan kemuliaan serta keutamaan ahl al-bait.

8. Risâlah at-Taubat: Kitab ini membahas masalah taubat, bagaimana

seorang hamba bertaubat kepada Allah.

9. al-Radd Alâ al-Manthiqiyyin: Kitab ini membahas berkenaan dengan

kritik yang dilontarkan oleh Ibn Taimiyyah terhadap filsafat dan logika

Aristoteles.

10. Majmû’ al-Fatâwa: Ini adalah karya monumental Ibn Taimiyyah, yang

menghimpun fatwa-fatwa Ibn Taimiyyah dalam seluruh kajian atau

disiplin ilmu keislaman.

11. Ulûm at-Tafsîr : Kitab ini membahas tentang Ulûm al-Qur’ân.

12. Syarh Hadîts Jibrîl al-Islâm wa al-Îmân : Kitab ini menjelaskan makna

hadis tentang Rasulullah, ketika di tanya oleh malaikat Jibril yang kala

itu Jibril menyamar menjadi manusia, hadits ini menjelaskan tentang

Islam, iman, dan Ihsan.

13. Risâlah fi Aqîdah al-Asy’ariyah wa Aqîdah al-Maturidiyah: Kitab ini

membahas tentang ajaran aqidah Asy’ari dan Maturidi.

20

Page 31: KONSEP IMAN MENURUT IBN TAIMIYYAH - … · Skripsi ini telah diterima sebagai ... B. Pandangan tentang Makna Iman Menurut Aliran ... ialah apakah rukun iman tersebut hanya

21

14. Manasik al-Hâjj: Kitab ini membahas prtunjuk praktis yang berkenaan

dengan masalah haji.

15. Bayân al-Talaq al-Mubâh wa al-Haram. Kitab ini membahas masalah

perceraian.

16. al-Hasana wa al-Sayyiah. Kitab ini membahas masalah kebaikan dan

keburukan.

17. al-Ubûdiyah.Kitab ini membahas masalah hubungan manusia dengan

Tuhan-nya.

18. Risalah al-Aqidah al-Isfahaniyah: Kitab ini membahas masalah tauhid

khususnya masalah keimanan dan pendapat al-Isfahaniyah tentang

makna iman

Masih banyak lagi karangan Ibn Taimiyyah, yang tidak mungkin

disebutkan semuanya di lembaran yang singkat ini. Ibn Hajar al-‘Asqalânî

mengatakan bahwa karangan Ibn Taimiyyah mencapai 300 kitab.

Page 32: KONSEP IMAN MENURUT IBN TAIMIYYAH - … · Skripsi ini telah diterima sebagai ... B. Pandangan tentang Makna Iman Menurut Aliran ... ialah apakah rukun iman tersebut hanya

22

BAB 111

SEKILAS TENTANG IMAN

A. Pengertian Iman

Menurut bahasa iman berarti pembenaran hati, sedangkan menurut istilah

iman itu ialah.

ا نآ را أل بلم ع وا نس لل باارراق و.بلقا ل بقيتصد “Membenarkan dengan hati, mengikrarkan dengan lisan dan mengamalkan dengan anggota badan”.1 Membenarkan dengan hati, menerima ajaran Rasulullah Saw. Lalu yang di

maksud dengan mengikrarkan dengan lisan adalah, mengucapkan dua kalimat

syahadat (tiada Tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah). Lalu yang

di maksud dengan mengamalkan dengan anggota badan adalah, hati meyakini,

anggota badan mengamalkan dengan beribadah sesuai dengan fungsinya2. Sesuai

dengan firman Allah:

النور ( ☺ :٤٧(

“Dan mereka berkata, kami telah beriman kepada Allah dan Rasul, dan kami mentaati keduanya. Kemudian sebagian mereka berpaling sesudah itu, sekali-kali mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman”. (QS. al-Nur: 47)

1 Agus Hasan Bashori Lc, Kitab Tauhid (Jakarta: Uii, 2001), h. 2 2 Abdul Hafidz, Risalah Aqidah (Jakarta: Aulia Press, 2007), h. 3-4

Page 33: KONSEP IMAN MENURUT IBN TAIMIYYAH - … · Skripsi ini telah diterima sebagai ... B. Pandangan tentang Makna Iman Menurut Aliran ... ialah apakah rukun iman tersebut hanya

23

Ayat ini menafikan iman dari orang-orang yang berpaling dari ketaatan dan

tidak mau memikirkannya. Ini merupakan nash al-Qur’an yang sangat jelas maknanya

dan di ayat lain Allah berfirman:

ا ( ☺ )٣–٢: لعنكبوت

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan. Kami telah beriman, sedang mereka tidak diuji lagi. Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang –orang yang benar dan sesungguhnya dia juga mengetahui orang-orang yang dusta”. (QS. al-Ankabut: 2-3). Jadi sangat jelas bahwa iman itu tidak hanya membenarkan di hati, dan

diucapkan dengan lisan, tetapi juga harus di ikuti oleh perbuatan.3 Apabila seseorang

membenarkan dalam hati saja tanpa pengucapan dengan lisan maka orang itu kafir,

dan sebaliknya orang yang mengucapkan dengan lisan, sedangkan dia tidak

membenarkan di dalam hatinya maka orang itu tergolong kedalam orang yang

munafik. Adapun dengan masalah amal perbuatan apakah ia dapat mempengaruhi

imannya atau tidak dan apakah dengan amal perbuatannya yang durhaka apakah ia

masih disebut seorang mukmin ataukah dia bukan orang muslim.? Ini menjadi

perbedaan pendapat ulama. Tetapi mayoritas ulama berpendapat bahwa apabila

seseorang membenarkan di dalam hati, dan mengucapkan dengan lisan, tetapi tidak

3 Ibn Taimiyyah, al-Iman, (terj), Kathur Suhardi (Jakarta: Dâr al-Falah, 2007), h. 119

Page 34: KONSEP IMAN MENURUT IBN TAIMIYYAH - … · Skripsi ini telah diterima sebagai ... B. Pandangan tentang Makna Iman Menurut Aliran ... ialah apakah rukun iman tersebut hanya

24

dibarengi dengan amal perbuatan yang baik. Maka orang itu masih dalam keadaan

muslim tetapi ia bukan disebut orang mukmin. Ulama mengatakan bahwa seorang

muslim yang meninggal dalam keadaan maksiat dan belum sempat bertaubat,

nasibnya ditentukan oleh Tuhan. Bisa jadi dosanya diampuni atau diberi syafaat, bisa

jadi pula ia disiksa dengan api neraka sesuai dengan dosa-dosanya, kemudian

dikeluarkan darinya setelah dosanya bersih, lalu dimasukkan ke dalam surga. Hal itu

sesuai dengan sabda Nabi Muhammad yang berbunyi:

ى فنماري الن فىقبي الملس وهيلع ىل ص اهللالوس رالقي ردخل اديعي سب انع

)رواه البخاري ومسلم (انميإل ان مهر ذالقث مهبلق “Seseorang yang di dalam hatinya masih tertinggal setitik iman, tidak akan tetap tinggal di dalam neraka”. (HR, Bukhori, Muslim).4 Jadi menurut ulama, hadis tersebut sudah jelas menggambarkan bahwa

seseorang itu walaupun amal perbuatannya buruk, ia masih seorang muslim yang

tetap dalam beragama Islam. Tetapi bukan mukmin yang keimanan yang tinggi di sisi

Allah. Sebab seseorang muslim belum tentu mukmin, dan sebaliknya seorang

mukmin sudah pasti muslim. Sebab Nabi Muhammad Saw telah membagi pengertian

Islam, pengertian iman, dan pengertian ihsan dalam hadis Jibril. Dalam hal ini beliau

bersabda:

يو تت وةال الصمي قا و اهللالوسا ردمحمن او اهللا ال اهل ان ال ادهش تنا مالسإلا

اليب سه اليتعت اسن اتيلبج اح ت وانضم رمصوت واةآالز “Islam ialah jika engkau bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, puasa ramadhan, menunaikan haji di jika engkau sanggup mengadakan perjalanan ke sana”.

4 Tsuraya Kiswati, al-Juwainî Peletak Dasar Teologi Rasional Dalam Islam (Jakarta: Erlangga, tth), h. 185-186

Page 35: KONSEP IMAN MENURUT IBN TAIMIYYAH - … · Skripsi ini telah diterima sebagai ... B. Pandangan tentang Makna Iman Menurut Aliran ... ialah apakah rukun iman tersebut hanya

25

ردالق بنؤمت ورخأل اميولا وهلوسر وهبتآ وهتكئ الم وا هللا بن تو من اانميإلا

هرش وهريخ “Iman ialah jika engkau beriman kepada Allah, para Malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, hari akhirat, beriman kepada qadar yang baik dan yang buruk”. Perbedaan ini disebutkan di dalam hadis Umar yang diriwayatkan oleh

Muslim. Hadis Jibril ini menjelaskan bahwa Nabi Muhammad Saw menjadikan

agama pada tingkatan. Yang paling tinggi adalah ihsan, pertengahannya adalah iman

dan yang paling bawah adalah Islam5. Setiap muhsin adalah mukmin, setiap mukmin

adalah muslim, tidak setiap mukmin adalah muhsin, dan tidak setiap muslim adalah

mukmin. Jadi jelas menurut jumhur ulama bahwa iman itu berbeda dengan Islam.

Mereka melihat bahwa iman dan Islam mempunyai arti masing-masing. Islam

semacam pengucapan dua kalimat syahadat dengan pengakuan hati sanubari,

sedangkan iman merupakan ketaatan secara totalitas kepada sang pencipta tanpa

keragu-raguan terhadap-Nya, atau iman merupakan aplikasi amaliah.

Tetapi ada juga sebagian ulama yang mengatakan bahwa iman dan Islam itu

satu makna. Di antara ulama yang mengatakan seperti itu ialah Syaik Muhammad bin

Nasr al-Marwazy, ia melihat bahwa iman dan Islam itu satu makna. Dia berpendapat

bahwa iman yang disyariatkan Allah kepada hamba-Nya adalah Islam yang dijadikan

sebuah agama yang diridhai-Nya sebagai padanan kafir. Allah berfirman:

5 Zein bin Ibrahim bin Sumaith, Hidayatuh al-Tâlibin fi Bayân Muhimmatuddîn (Yaman: Dâr

Ilmi wa ad-Da’wa, 2007), h. 15-16

Page 36: KONSEP IMAN MENURUT IBN TAIMIYYAH - … · Skripsi ini telah diterima sebagai ... B. Pandangan tentang Makna Iman Menurut Aliran ... ialah apakah rukun iman tersebut hanya

26

)٣ :المائد ة ( “Dan telah aku ridhai Islam sebagai agama bagi kamu”. (QS. al-Maidah: 3)

)٧ :الزمر ( “Dan dia tidak meridhai kekufuran bagi hamba-hamba-Nya”. (QS. al-Zumar:

7)

)٢٢:الزمر( “Maka apakah orang-orang yang dilapangkan hatinya oleh Allah untuk menerima Islam lalu dialah mendapat cahaya dari Tuhannya”. (QS. al-Zumar: 22)

Dalam beberapa ayat tersebut terlihat betapa Allah memuji Islam sebagaimana

ia memuji keimanan dan menjadikannya sebagai nama pujian dan pensucian dengan

kata-Nya yang menggambarkan orang yang Islam mendapatkan cahaya dan petunjuk

dari Tuhan mereka, juga mengatakan bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang di

ridhai-Nya.6

a. Bertambah dan berkurangnya iman Masalah-masalah yang erat kaitannya dengan definisi iman adalah masalah

bertambah dan berkurangnya keimanan seseorang. Di atas telah di jelaskan bahwa

ada perbedaan di antara ulama dalam menentukan kata atau definisi iman, maka

begitu juga dalam menentukan bobot keimanan. Ada yang mengatakan iman itu tetap

6 Harapandi Dahri, Pemikiran Teologi Sufistik Syekh Abdul Qadir Jaelani (Jakarta: Wahyu

Press, 2004), h. 35-36

Page 37: KONSEP IMAN MENURUT IBN TAIMIYYAH - … · Skripsi ini telah diterima sebagai ... B. Pandangan tentang Makna Iman Menurut Aliran ... ialah apakah rukun iman tersebut hanya

27

dan ada yang berpendapat bahwa iman itu bisa bertambah dan bisa juga berkurang.

Perlu diketahui bahwa istilah bertambah dan berkurangnya iman itu hanya di kenal

oleh mereka yang memasukan amal perbuatan ke dalam bagian dari iman. Sedangkan

yang memandang iman hanya terdiri dari ikrar dan tasdiq tidak mengenal bertambah

dan berkurangnya iman.

Perihal bertambahnya dan berkurangnya iman seseorang itu, banyak nash-

nash yang menunjukkannya baik yang bersumber dari al-Qur’an maupun sunnah

nabawiyah, di antaranya adalah firman Allah

☺ ☺

☺ )٢: ا ألنفال (

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah, gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan Hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal”. (QS. al-Anfal: 2).

☺ )١٧٣:إلمران ا(

"(yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya manusia Telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, Karena itu takutlah kepada mereka", Maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah Allah

Page 38: KONSEP IMAN MENURUT IBN TAIMIYYAH - … · Skripsi ini telah diterima sebagai ... B. Pandangan tentang Makna Iman Menurut Aliran ... ialah apakah rukun iman tersebut hanya

28

menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung". (QS. Ali Imran: 173)7. Ini merupakan penambahan jika dibacakan ayat-ayat al-Qur’an kepada

mereka. Artinya, ketika ayat-ayat itu dibacakan maka maknanya bukan pembenaran

mereka terhadap ayat-ayat itu ketika diturunkan. Yang demikian itu akan dirasakan

orang mukmin jika ayat-ayat dibacakan kepadanya, yang menambah pemahaman al-

Qur’an dan makna-maknanya yang berasal dari ilmu yaqin, yang sebelumnya tidak

pernah dirasakan. Sehingga seakan-akan dia tidak pernah mendengar ayat tersebut

kecuali pada saat itu. Lalu di dalam hatinya muncul hasrat untuk melakukan kebaikan

dan ketakutan jika melakukan keburukan, yang sebelumnya tidak pernah dia rasakan.

Dengan begitu, ilmunya tentang Allah semakin bertambah, begitu pula dengan

kecintaannya untuk mentaati-Nya. Yang demikian itu merupakan penambahan iman.

Begitu juga dengan ayat yang menyuruh jihad, perintah ini terjadi pada saat

ada ancaman dari pihak musuh, dan bukan pada saat suatu ayat diturunkan. Sehingga

hal itu menambah keyakinan dan tawakkal kepada Allah, keteguhan hati dalam

berjihad dan kesatuan, agar mereka tidak takut kepada makhluk, tapi mereka takut

hanya kepada Allah. Dan Nabi Saw bersabda dalam hadisnya8.

ازهد الناس من لم ينس القبروالبلى وترك افضل زينة الياة الد نيا واثرمايبقى

ولم يعد غدا من ايا مه وعد نفسه فى الموتى “Orang yang paling zuhud adalah orang yang selalu mengingat kuburan (mati) dan kebinasaan serta meninggalkan perhiasan dunia yang mewah karena memilih pahala (kehidupan akhirat) yang abadi daripada perhiasan dunia yang pasti binasa,

7 Muhammad Na’im, Iman Yang Menguatkan dan Yang Membatalkan Kajian Rinci Dari Kalimat Syahadat, (terj) Abu Fahmi, h. 124-125

8 Ibn Taimiyyah, al-Iman, (terj), Kathur Suhardi, h. 135-136

Page 39: KONSEP IMAN MENURUT IBN TAIMIYYAH - … · Skripsi ini telah diterima sebagai ... B. Pandangan tentang Makna Iman Menurut Aliran ... ialah apakah rukun iman tersebut hanya

29

juga tidak menganggap bahwa hari esok adalah harinya, dan ia menganggap bahwa dirinya pasti mati”. Yang dimaksud dalam hadis ini adalah bagaimana seseorang apabila

keimanannya ingin bertambah maka ia harus selalu mengingat kematian, serta tidak

tertipu dengan dunia yang hanya sementara ini sampai ia melupakan akhiratnya9.

Di samping nash-nash dan atsar tadi, maka cukup jelas bahwa keimanan

seseorang dapat bertambah atau memuncak dan sebaliknya keimanan seseorang dapat

berkurang.

b. Hal-hal yang dapat membatalkan iman

Di antara masalah yang sering kali mengundang perdebatan ulama, ialah

masalah kapan seseorang dinyatakan telah keluar dari agama Islam. Ada pun orang-

orang yang dinyatakan keluar dari Islam setelah beberapa saat berada di dalamnya

(sebagai muslim), ada beberapa sebab yang menentukannya. Untuk itu ada baiknya

kita kaji terlebih dahulu kaidah-kaidah yang telah dikemukakan oleh para ulama,

yang tentunya bersandar pada al-Qur’an dan sunnah.

Berkata imam at-Thahawi:

Orang-orang Islam dan orang yang beriman selama mereka mengakui apa yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw serta mereka membenarkan apa-apa yang di benarkan dan disabdakan oleh beliau. Kami tidak mengkafirkan seseorang pun di antara ahli-ahli kiblat dengan sebab melakukan dosa, selama ia tidak menghalalkan dosa tersebut. Dan kami tidak mengatakan dengan dosanya itu mereka telah memberi mudharat kepada imannya. Dan seorang hamba itu tidak dinyatakan keluar dari iman, melainkan dengan mengingkari hukum-hukum (konsekuensi iman) yang telah ia selami.10

9 Nawawi, Mukhtârul Hadîts (Beirut: Dâr al-Fikr, 2006), h. 17 10 Thahawi, Aqidah Thahawiyah, (Beirut : Dar al-Arrabiyyah wa an-Nasr, tth), h. 350-351

Page 40: KONSEP IMAN MENURUT IBN TAIMIYYAH - … · Skripsi ini telah diterima sebagai ... B. Pandangan tentang Makna Iman Menurut Aliran ... ialah apakah rukun iman tersebut hanya

30

Berkata juga Imam al-Juwaini:

bahwasanya barang siapa yang telah mengucapkan kalimat murtad dan beranggapan bahwasanya tidak demikian dalam hatinya dan hanya karena menjilat, maka ia telah kafir secara zahir dan batin. Kecuali apabila dipaksa atau ditekan untuk mengucapkan kalimat murtad, padahal hatinya beriman, maka ia tetap dalam keadaan Islam11.

Sesuai dengan firman Allah SWT:

⌧ ☺

☺ ☺

⌧ ⌧

)١٠۶ النحل( “Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (Dia mendapat

kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (Dia tidak berdosa), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, Maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar”. (QS. al-Nahl:104). Sebagaimana yang telah dinyatakan di atas, sesungguhnya iqrar dan tashdîq

dua kalimat syahadat itu merupakan kunci dan pintunya iman dan Islam. Maka dari

itu orang bisa dianggap keluar dari iman dan Islam apabila daripadanya lahir

perkataan, perbuatan, dan i’tikad yang membatalkan ikrâr dan tashdîq terhadap dua

kalimat syahadat, yang pada hakekatnya mempunyai makna mentauhidkan Allah swt,

baik dalam rubûbîyyah-Nya, dalam asmâ dan sifât-Nya.

11 Alwi ibn Abdul Qadir as-Segaf, at-Tawasut wa al-Iqtisad (Kairo: al-Musaha Karthoum,

tth), h. 52

Page 41: KONSEP IMAN MENURUT IBN TAIMIYYAH - … · Skripsi ini telah diterima sebagai ... B. Pandangan tentang Makna Iman Menurut Aliran ... ialah apakah rukun iman tersebut hanya

31

Di antara hal-hal yang dapat membatalkan iman seseorang, atau yang dapat

mengantarkan seseorang kepada kemurtadan dapat dirinci menjadi tiga bagian, yakni:

Murtad dalam itiqad, Murtad dalam perbuatan, Murtad dalam ucapan.

1. Murtad dalam itiqad

Yang termasuk dalam murtad itiqad adalah :

a. Meragukan kebenaran atau keesaan Allah swt, serta menisbatkan sifat-sifat

yang mustahil bagi Allah. Seperti Allah itu mempunyai anak, istri, dan juga Allah

mempunyai sifat mengantuk, tidur, lalai, mati, dan sebagainya. Begitu juga orang

yang mengaku mempunyai sifat seperti yang dimiliki Allah swt, maka kafirlah orang

yang demikian dan juga kafir bagi orang yang mempercayainya.

b. Meragukan kerasulan Muhammad saw, atau juga meragukan Rasul-rasul

atau Nabi-nabi lainnya, terutama mereka yang namanya tercantum dalam al-Qur’an.

c. Meragukan kebenaran isi al-Qur’an walaupun hanya satu ayat.

d. Meragukan adanya hari akhir (kiamat).

e. Meragukan adanya surga dan neraka.

f. Meragukan adanya pahala, atau siksaan (azab atau pembalasan amal).

2. Murtad dalam perbuatan

Pada bagian kedua, yaitu mengenai murtad yang terjadi karena perbuatan,

seperti : bersujud kepada berhala, matahari, atau makhluk lainnya. Meminta-minta

kepada makhluk Allah, memuja-muja, menganggap memiliki kekuatan (kekuasaan)

selain kekuasaan Allah.

Page 42: KONSEP IMAN MENURUT IBN TAIMIYYAH - … · Skripsi ini telah diterima sebagai ... B. Pandangan tentang Makna Iman Menurut Aliran ... ialah apakah rukun iman tersebut hanya

32

3. Murtad dalam ucapan

Bagian ketiga, ialah murtad dalam ucapan, hal ini sangat banyak dan tidak di

sadari oleh manusia, bahwa apa yang diucapkannya itu dapat membuat ia keluar dari

Islam. Di antaranya:

Mengucapkan kepada orang muslim. Hai kafir, hai Yahudi, atau hai Nasrani.

Sambil beritiqad bahwa orang yang dituju itu adalah orang yang beragama Islam,

maka orang yang memanggil itu menjadi kafir. Karena Nabi Muhammad Saw

bersabda:

امهدحااه باء بدق فاهخ الجالررفآ اذا “Apabila seorang laki-laki mengkafirkan saudaranya yang muslim, maka kafirlah itu kembali kepada salah seorangnya”. (Riwayat Muslim)12 Oleh karena itu, barang siapa yang mengucapkan atau mengerjakan perkara-

perkara yang menunjukkan keingkaran kepada ikrar syahadatnya maka batal

syahadatnya dan keluar ia dari pintu Islam. Adapun bagi orang mukmin yang

melakukan perbuatan dosa, maka tidak batal imannya sekalipun dia belum bertaubat,

jika tidak ada perkara-perkara yang membatalkan syahadatnya. Dan jika Allah

berkehendak maka dosanya bisa saja diampuni, dan jika Allah menghendaki lain

maka dia dimasukkan ke dalam neraka, lalu setelah dari neraka baru Allah

memasukkannya ke dalam surga. Pernyataan ini banyak di dukung oleh hadis sahih

dan al-Qur’an yang menjelaskan bahwa Allah akan membebaskan dari neraka kepada

orang-orang yang ada iman di dalam hatinya walau hanya sebesar zarrah, di

antaranya adalah firman Allah SWT:

12 Nawawi al-Bantani, Sullâm at-Taufiq (Surabaya: Dâr al-Ilmi, tth), h. 11-12

Page 43: KONSEP IMAN MENURUT IBN TAIMIYYAH - … · Skripsi ini telah diterima sebagai ... B. Pandangan tentang Makna Iman Menurut Aliran ... ialah apakah rukun iman tersebut hanya

33

☺ ⌧

)١١۶النساء ( “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu)

dengan-Nya, dan mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, Maka Sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya. (QS. al-Nisa: 114)13

ن ابي سعيد الخدري قال رسول اهللا صلى عليه وسلم اليبقى في النارمن فى ع

)رواه البخاري ومسلم واحمد(قلبه مثقال ذره من اإليمان “Seseorang yang di dalam hatinya masih tertinggal setitik iman, tidak akan tetap tinggal di dalam neraka”. (HR. Bukhari, Muslim, dan Ahmad). B. Pandangan tentang Makna Iman Menurut Aliran Kalam Di atas kita sudah membahas pengertian iman, dan hal-hal yang dapat

membatalkan iman, tetapi di dalam merumuskan iman itu sendiri terjadi banyak

perbedaan pendapat di antara masing-masing aliran-aliran kalam. Ada yang

menyatakan bahwa iman itu pembenaran dengan hati dan diucapkan dengan lisan

secara bersamaan. Dan ada yang memasukkan amal perbuatan ke dalam konsep iman,

dan juga yang menjadi perdebatan apakah iman itu bisa bertambah dan berkurang,

ataukah orang yang melakukan dosa besar itu nasih mukmin ataukah ia sudah keluar

dari muslim. Pada bab ini kita melihat pandangan konsep iman dari berbagai aliran-

aliran kalam, yang di antaranya adalah, Murji’ah, Mu’tazilah, dan al-Asy’ariyah.

13 Muhammad Na’im Yasin, Iman yang Menguatkan dan Yang Membatalkan Kajian rinci

Dua Kalimat Syahadat, (terj) Abu Fahmi, h. 154

Page 44: KONSEP IMAN MENURUT IBN TAIMIYYAH - … · Skripsi ini telah diterima sebagai ... B. Pandangan tentang Makna Iman Menurut Aliran ... ialah apakah rukun iman tersebut hanya

34

1. Murji’ah

Golongan Murji’ah menganggap iman cukup dinyatakan dalam hati, iman

ialah pengetahuan dan pengakuan tentang Tuhan, tentang Rasul-rasul dan tentang

segala apa yang datang tentang Tuhan. Iman tidak mempunyai sifat bertambah dan

berkurang, dan tidak ada perbedaan di antara manusia dalam hal iman, dengan kata

lain tidak ada perbedaan antara iman orang yang melakukan dosa besar dan iman

orang-orang yang menjalankan perintah-perintah Tuhan14. Murji’ah menolak amal

perbuatan dimasukkan ke dalam konsep iman, karena mereka melihat bahwa Allah

membedakan antara iman dan amal di dalam al-Qur’an, seperti, ‘Sesungguhnya

orang-orang yang beriman dan beramal shalih’. Mereka berpendapat bahwa Allah

menyeru manusia dengan dasar iman sebelum ada amal, dan Allah juga berfirman:

☺ ) ٦: ئدة الما(

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki”.(QS. Al-Maidah: 6).15

Golongan Murji’ah mengatakan sekiranya seseorang beriman kepada Allah

dan rasul-Nya pada suatu pagi lalu dia meninggal sebelum sampai mengerjakan amal-

amal yang diwajibkan atas dirinya, maka dia mati dalam keadaan mu’min dan

14 Harun Nasution, Teologi Islam (Jakarta: Ui Press, 1983), h. 27 15 Ibn Taimiyyah, al-Iman, h. 114

Page 45: KONSEP IMAN MENURUT IBN TAIMIYYAH - … · Skripsi ini telah diterima sebagai ... B. Pandangan tentang Makna Iman Menurut Aliran ... ialah apakah rukun iman tersebut hanya

35

termasuk penghuni surga. Hal ini menunjukkan bahwa amal bukan termasuk iman.

Golongan ini bersikap pasif terhadap pelaku dosa besar, tetapi lebih dari itu mereka

menetapkan bahwa dosa tidak membahayakan iman. Mereka mengatakan bahwa

iman adalah pengakuan, pembenaran, keyakinan, dan pengetahuan, mereka

menganggap bahwa perbuatan maksiat tidak merusak iman. Iman terpisah dari

perbuatan. Di antara kelompok ini ada yang bersikap ekstrim dengan beranggapan

bahwa keimanan adalah keyakinan hati. Dengan demikian, jika seseorang

menyatakan kekafiran dengan lidahnya, menyembah berhala, lalu ia mati, maka ia

tetap seorang mu’min yang imannya sempurna di sisi Allah.16 Karena mereka

menganggap bahwa iman tempatnya hanya di dalam hati, bukan dalam bagian yang

lain dari tubuh manusia.

Pendapat-pendapat ekstrim seperti yang diuraikan di atas timbul dari

pengertian bahwa perbuatan atau amal tidaklah sepenting iman, yang kemudian

meningkat pada pengertian bahwa hanya imanlah yang penting dan yang menentukan

mukmin atau tidak mukminnya seseorang, perbuatan-perbuatan tidak mempunyai

pengaruh dalam hal ini. Iman letaknya dalam hati dan apa yang ada di dalam hati

seseorang tidak diketahui oleh manusia lain. Selanjutnya perbuatan-perbuatan

manusia tidak selamanya menggambarkan apa yang ada dalam hatinya. Oleh karena

itu ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan seseorang tidak mesti mengandung arti

16 Muhammad Abu Zahrah, Aliran Politik dan Aqidah dalam Islam, (terj), Abd Rahman dan

Ahmad Qarib (Jakarta: Logos, 1996), h. 145

Page 46: KONSEP IMAN MENURUT IBN TAIMIYYAH - … · Skripsi ini telah diterima sebagai ... B. Pandangan tentang Makna Iman Menurut Aliran ... ialah apakah rukun iman tersebut hanya

36

bahwa ia tidak mempunyai iman. Yang penting ialah iman yang di dalam hati.

Dengan demikian ucapan dan perbuatan-perbuatan tidak merusak iman seseorang.

Ajaran-ajaran seperti ini dinilai oleh para ulama sangat berbahaya, karena

dapat membawa pada moral yang lemah atau dapat membawa penyimpangan-

penyimpangan moral di masyarakat.17

2. Mu’tazilah

Iman itu tidak hanya pembenaran dalam hati dan ucapan dengan lisan. Tetapi

juga oleh perbuatan, oleh karena itu bagi kaum Mu’tazilah bahwa iman itu bukanlah

tasdiq, dan iman dalam arti pengetahuan pun belumlah cukup, tetapi iman itu bagi

kaum Mu’tazilah ialah amal yang timbul sebagai akibat mengetahui tentang Tuhan.

Menurut Abd al-Jabbar orang yang mengetahui Tuhan tetapi melawannya bukanlah

mukmin. Menurut Abû Huzail yang dimaksud dengan perintah-perintah Tuhan

bukanlah yang wajib saja, tetapi meliputi pula yang sunnah. Sedangkan menurut al-

Jubba’i bahwa yang dimaksud dengan perintah Tuhan hanya yang wajib saja.

Sedangkan menurut al-Nazzam yang dimaksud dengan perintah Tuhan ialah

menjauhi dosa-dosa besar.18

Selanjutnya, bagi kaum Mu’tazilah bagi orang yang melakukan dosa besar ia

tidak kafir, melainkan ia fasik. Ancaman hukuman bagi orang fasik di akhirat nanti

adalah siksaan di neraka kalau ia belum sempat bertaubat. Tentunya konsep ini

bertentangan dengan Asy’ariyah yang mengatakan bahwa orang yang fasik bisa saja

17 Harun Nasution, Teologi Islam, h. 29 18 Harun Nasution, Teologi Islam, h. 147

Page 47: KONSEP IMAN MENURUT IBN TAIMIYYAH - … · Skripsi ini telah diterima sebagai ... B. Pandangan tentang Makna Iman Menurut Aliran ... ialah apakah rukun iman tersebut hanya

37

masuk surga tanpa ada siksaan dikarenakan Tuhan dengan rahman-Nya bisa

membatalkan siksa bagi orang yang berdosa, dan kemudian memasukkannya ke

dalam surga. Asy’ariyah mengunakan dalil bahwa Allah berfirman:

)۵٣:الزمر (

“Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. al-Zumar: 53).

Menurut Abd al-Jabbar, ayat ini hanyalah menganjurkan kepada orang-orang

agar tidak berputus asa dari kemungkinan ampunan Allah atas dosa-dosa mereka.

Kemudian kata Abd al-Jabbar pada ayat sesudahnya diperintahkan agar orang-orang

itu bertaubat kepada Tuhan dan berserah diri sebelum kedatangan siksa, yaitu firman

Allah:

⌧ )۵٤: الزمر (

“Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu Kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi)”. (QS. al-Zumar: 53).

Kalau memang Tuhan akan memaafkan begitu saja. Ia tidak akan menyebut-

nyebut kedatangan siksaan sebagai ancaman bagi mereka kalau tidak bertaubat dan

Page 48: KONSEP IMAN MENURUT IBN TAIMIYYAH - … · Skripsi ini telah diterima sebagai ... B. Pandangan tentang Makna Iman Menurut Aliran ... ialah apakah rukun iman tersebut hanya

38

berserah diri. Jadi mereka itu barulah dimaafkan kalau bertaubat dan karenanya tidak

ada alasan di sini untuk mengatakan bahwa orang fasik akan di maafkan begitu saja19.

3. Asy’ariyah

Menurut Imam Asy’arî iman itu ialah pengakuan dalam hati tentang keesaan

Allah dan tentang kebenaran rasul-rasul-Nya apa yang segala mereka bawa, lalu

mengucapkan dengan lisan. Asy’arî berpendapat seperti ini dengan tujuan untuk

menetapkan orang yang fasik (berdosa besar) masih disebut orang mukmin. Bukti

bahwa orang fasik itu masih disebut mukmin, bahwa orang fasik masih diberlakukan

seperti orang mukmin di dalam menghukuminya. Bila mereka meninggal dunia,

mereka masih dikuburkan di kuburan orang muslim dan dishalatkan serta di

mandikan.

Asy’arî mengatakan bahwa amal perbuatan itu tidak dimasukkan ke dalam

konsep iman, alasannya jika amal perbuatan dimasukkan ke dalam konsep iman

adalah orang yang berdosa besar hanya sekali akan bisa menghapus kebaikan-

kebaikan yang pernah ia kerjakan dan ia akan kehilangan atribut imannya.

Menurut Asy’ariyah orang yang fasik (berdosa besar) Tuhan bisa saja

membatalkan siksanya, asalkan orang yang fasik ini memiliki iman walaupun hanya

sedikit, pembatalan siksa ini disebut syafa’at. Menurut Asy’arî sesungguhnya syafa’at

itu dimaksudkan untuk melepaskan siksa bagi orang-orang yang telah ditetapkan

mendapatkan siksa. Sesuai dengan sabda Nabi Muhammad Saw:

19 Machasin, al-Qadi Abd al-Jabbar Mutasyabih al-Qur’an Dalih Rasionalitas al-Qur’an

(Yogyakarta: Lkis, 2000), h. 155-157

Page 49: KONSEP IMAN MENURUT IBN TAIMIYYAH - … · Skripsi ini telah diterima sebagai ... B. Pandangan tentang Makna Iman Menurut Aliran ... ialah apakah rukun iman tersebut hanya

39

ا ر النن منوجرخ ينيب نذلم انا“Bahwa seluruh orang-orang yang melakukan dosa akan dikeluarkan dari

neraka”.20

ونسلجيور ننمرا بن م لأل نبياءعوض ي :قال رسول اهللا. وروي عن ابن عبا س

ى رب يما بين يدئ عليه قاعدقال ا: اوقال . يه علسلجى ال اربنى مبقييها وعل

. يارب امتى ا متى : وتبقى امتى بعدى فا قول ى الجنةلى ا بثعب ان يةمخاف

. مهابسل حج عبيار : ولفا ق . كت با مع ان اصنيدر ماتدمحيام: فيقول اهللا

ةنل الجخد ينم منه ومهتمرح بةل الجنخد ينم مهنفم. ون با سحيفى بهم عدفي

هم الى النارث بع بد قا برجالا آكى صطع حتى اعف ش االزفما ا. ى تاعفشب

قمةمتك من نك فى اب ربض الغترآ ما تيامحمد : ولقي النارلنا خازكالحتى م“Ibn Abbas ra menuturkan, bahwasanya Rasulullah saw berkata menerangkan.

Pada hari kiamat para nabi disediakan mimbar dari cahaya. Mereka pada duduk di atas mimbar-mimbar tersebut, hanya mimbarku yang tidak aku duduki. Aku berdiri di hadapan Tuhanku, khawatir kalau-kalau diriku dikirim ke surga, tetapi setelah itu umatku tetap berada di tempatnya. Karena itu aku memohon kepada Tuhanku cepatkanlah hisab mereka. Mereka lalu dipanggil diperintahkan datang, kemudian dihisab. Di antara mereka ada yang masuk surga karena rahmat-Nya dan ada juga yang masuk surga karena syafa’atku. Aku terus memberikan syafa’at dan pada akhirnya aku diberikan kewenangan kekuasaan menyelamatkan sejumlah orang yang sudah dikirim ke neraka, sehingga malaikat Malik berkata. Ya Muhammad engkau tidak membiarkan umatmu ditimpa murka Tuhanmu”.21

20 Abu Hasan al-Asy’ariyyah, al-Ibânah ‘an Usûl al-Diyânah (Beirut: Dâr al-Kutub al-Ilmiah,

2005), h. 85 21 Muhammad al-Mâlikî, Syaraf al-Ummah al-Muhammadiyyah (Kairo: al-Musaha

Karthoum, tth), h. 234

Page 50: KONSEP IMAN MENURUT IBN TAIMIYYAH - … · Skripsi ini telah diterima sebagai ... B. Pandangan tentang Makna Iman Menurut Aliran ... ialah apakah rukun iman tersebut hanya

38

BAB IV KONSEP IMAN MENURUT IBN TAIMIYYAH Sebelum kita membahas lebih dalam tentang konsep iman menurut Ibn

Taimiyyah, penulis akan menguraikan apa makna iman menurut Ibn Taimiyyah. Iman

menurut Ibn Taimiyyah ialah tidak cukup hanya sekedar pembenaran hati dan juga

lisan, tetapi juga harus disertai amal perbuatan. Banyak orang yang menyatakan

dengan lisan-nya bahwa ia telah beriman, tetapi perbuatan mereka banyak yang

melakukan hal-hal yang dilarang oleh syari’at. Sesuai dengan firman Allah SWT:

النور ( ☺

:٤٧(

“Dan mereka berkata: "Kami Telah beriman kepada Allah dan Rasul, dan kami mentaati (keduanya)." Kemudian sebagian dari mereka berpaling sesudah itu, sekali-kali mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman”. (QS. al-Nur : 47)

Menurut Ibn Taimiyyah ayat ini menafikan iman dari orang-orang yang

berpaling dari ketaatan dan tidak mau memikirkannya. Ini merupakan nash al-Qur’ân

yang sangat jelas. Ibn Taimiyyah mengatakan jika amal perbuatan disertakan ke

dalam iman, dimaksudkan agar tidak ada yang beranggapan bahwa hanya dengan

iman saja tanpa amal salih yang merupakan keharusan bagi iman, sudah cukup untuk

Page 51: KONSEP IMAN MENURUT IBN TAIMIYYAH - … · Skripsi ini telah diterima sebagai ... B. Pandangan tentang Makna Iman Menurut Aliran ... ialah apakah rukun iman tersebut hanya

39

mendapatkan janji untuk masuk ke dalam surga. Penyebutan amal-amal salih

merupakan pengkhususan terhadap nash yang sudah ada, agar dapat diketahui bahwa

pahala yang dijanjikan di akhirat, yaitu berupa surga tanpa azab, tidak akan di berikan

kepada orang yang beriman tanpa mengerjakan amal shalih.

Adapun yang dimaksud dengan iman menurut Ibn Taimiyyah bahwa iman itu

harus diwujudkan dengan amal perbuatan, maksudnya ialah mengerjakan perintah-

perintah yang wajib. Artinya jika seseorang muslim yang meninggalkan perbuatan

yang sunnah, maka yang demikian itu tidak mempengaruhi iman-nya, tetapi jika

meninggalkan hal-hal yang diwajibkan maka itu sangat mempengaruhi iman-nya1

A. Iman Yang Global dan Iman Yang Terinci

Di antara manusia ada yang beriman kepada para Rasul dengan keimanan

global dan menyeluruh. Adapun keimanan yang terperinci adalah sebagaian besar apa

yang dibawa oleh para Rasul yang sampai kepadanya (ia mengetahuinya) meski

sebagian lainnya tidak. Apa yang tidak sampai kepadanya dan ia pun tidak tahu,

namun seandainya sampai kepadanya ia tentu beriman kepadanya. Inilah yang disebut

beriman kepada apa yang dibawa oleh para Rasul secara global.

Apabila ia mengamalkan apa yang ia ketahui, yaitu apa yang diperintahkan

oleh Allah SWT, untuk dilaksanakan dengan keimanan dan ketakwaannya, sesuai

dengan apa yang dianjurkan oleh al-Qur’ân dan sunnah, maka itulah yang disebut

1 Ibn Taimiyyah, al-Iman, (terj), Kathur Suhardi (Jakarta: Darul Falah), h. 104

Page 52: KONSEP IMAN MENURUT IBN TAIMIYYAH - … · Skripsi ini telah diterima sebagai ... B. Pandangan tentang Makna Iman Menurut Aliran ... ialah apakah rukun iman tersebut hanya

40

dengan keimanan yang terinci.2 Perlu diketahui bahwa setiap hamba tidak dibebani

kewajiban iman yang terinci. Tetapi kata Ibn Taimiyyah apabila seseorang yang

mengetahui al-Qur’an dan sunnah serta makna-maknanya, maka ia diwajibkan atas

dirinya iman yang terinci, berdasarkan pengetahuannya itu, tidak seperti yang

diwajibkan atas orang lain. Tetapi apabila seseorang ini meninggalkan dari keimanan

yang terinci maka ia tidak akan diazab oleh Allah. Sebaliknya apabila seseorang

mengamalkan keimanan yang terinci ini, maka ia telah mencapai kesempurnaan

dalam agamanya, sesuai dengan firman Allah swt:

⌧ ☺

)١١: المجا د لة ( ☺ “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-

lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. al-Mujadalah : 11)

2 Ibn Taimiyyah, al-Furqân Baina Auliâ al-Rahmân wa Aulia al-Syaithân (Beirut: Dâr al-Kutub Ilmiyah, tth), h. 20

Page 53: KONSEP IMAN MENURUT IBN TAIMIYYAH - … · Skripsi ini telah diterima sebagai ... B. Pandangan tentang Makna Iman Menurut Aliran ... ialah apakah rukun iman tersebut hanya

41

Ayat tersebut menegaskan bahwa orang yang beriman kepada Rasulullah Saw

itu bertingkat-tingkat, sebagian mereka keimanannya itu lebih besar dari pada yang

lain sesuai dengan keilmuan yang sampai kepadanya. Demikian juga dari segi amal

perbuatan, maka keimanan dari padanya ini adalah amal perbuatan, jika ia

mengamalkan apa yang di bawa oleh Nabi Muhammad Saw. maka itu adalah bukti

keimanan yang paling besar.

Jadi orang yang mencari pengetahuan secara terinci dan mengamalkannya,

maka imannya lebih sempurna daripada orang yang mengetahui apa yang diwajibkan

atas dirinya, namun ia tidak mengamalkan semuanya.

Menurut Ibn Taimiyyah, pembenaran yang mengharuskan amal hati (seperti

takut kepada Allah SWT, tawakkal, mencintai Nabi Muhammad Saw dan berharap

syafaat-nya), lebih sempurna daripada pembenaran yang tidak disertai dengan amal

hati. Pengetahuan yang kemudian diamalkan oleh orangnya, lebih sempurna daripada

pengetahuan yang tidak diamalkan orangnya. Jika dua orang sama-sama mengetahui

bahwa Allah SWT adalah haq, Rasul-Nya adalah haq, surga adalah haq, lalu

pengetahuan salah seorang di antaranya mendatangkan rasa cinta kepada Allah SWT,

takut kepadanya, mengharapkan surga dan lari dari neraka, sementara pengetahuan

yang satunya tidak mendatangkan hal-hal itu, maka dapat diketahui bahwa

pengetahuan orang yang pertama lebih sempurna.3

Kekuatan akibat merupakan bukti dan kekuatan sebab semua ini muncul dari

pengetahuan. Pengetahuan tentang apa yang dicintai mengharuskan pencariannya dan

3 Ibn Taimiyyah, al-Iman (terj), Kathur Suhardi, h. 141

Page 54: KONSEP IMAN MENURUT IBN TAIMIYYAH - … · Skripsi ini telah diterima sebagai ... B. Pandangan tentang Makna Iman Menurut Aliran ... ialah apakah rukun iman tersebut hanya

42

pengetahuan tentang apa yang ditakuti mengharuskan penghindaran darinya. Jika

tidak ada sesuatu yang mengharuskan, menunjukkan kelemahan apa yang diharuskan

karena itulah Nabi Muhammad Saw bersabda:

نا يعما ل آربخلم اسيل“Sesuatu yang dikabarkan tidak seperti yang dilihat dengan mata kepala”.

Karena itulah ketika Allah mengabarkan kepada Musa bahwa kaumnya

menyembah anak lembu, maka beliau tidak melempar lembaran al-kitab. Tetapi

ketika melihat dengan mata kepala, beliau melemparkannya, itu terjadi bukan berarti

Musa menyaksikan pengabaran Allah, tapi seakurat apapun suatu pengabaran dan

sebenar apapun pemberi kabar, tetap tidak seperti gambaran ketika hal itu terlihat

langsung di depan mata kepala. Bahkan hatinya hanya disibukkan dengan apa yang

digambarkan, meski apa yang dikabarkan itu dapat di percaya. Sebagaimana yang

diketahui ketika melihat dengan mata kepala itulah tampak apa yang dikabarkan,

tidak hanya sebatas pengabaran. Pembenaran ini lebih sempurna daripada

pembenaran yang lainnya.4

Jadi amal-amal hati seperti mencintai Allah dan Rasul-Nya, taat kepada Allah,

berharap kepada-Nya dan lain sebagainya, semua termasuk bagian dari keimanan

seperti yang diisyaratkan al-Kitab dan al-Sunnah serta kesepakatan orang-orang salaf.

Maka karena itulah manusia ada yang beriman dengan terinci dan ada yang beriman

secara global.

4 Ibn Taimiyyah, al-Iman (terj), Kathur Suhardi, h. 142

Page 55: KONSEP IMAN MENURUT IBN TAIMIYYAH - … · Skripsi ini telah diterima sebagai ... B. Pandangan tentang Makna Iman Menurut Aliran ... ialah apakah rukun iman tersebut hanya

43

B. Amal Perbuatan Termasuk Syarat Iman

Iman bagi Ibn Taimiyyah ialah pembenaran dalam hati dan pengucapan

dengan lisan, serta dibarengi dengan pembuktian yakni dengan amal perbuatan. Ibn

Taimiyyah menambahkan konsep iman dengan amal perbuatan, dimaksudkan agar

tidak ada orang yang beranggapan bahwa hanya dengan iman saja atau hanya dengan

pembenaran dalam hati saja dan pengucapan dengan lisan, seseorang sudah cukup

mendapatkan janji masuk surga, tanpa mereka memperdulikan amal perbuatannya.

Justru amal shalih ini merupakan keharusan bagi iman. Dan sesungguhnya iman itu

tidak bisa dipisahkan dengan amal salih.5 Sebagaimana firman Allah swt:

)٣–١: ا لعصر ( “Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman serta mengerjakan amal shalih dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran, dan nasehat menasehati supaya menetapi kebenaran”. (QS. al-Ashr : 1-3) Ayat ini jelas bahwa iman itu tidak bisa dipisahkan dengan amal perbuatan

salih, atau dengan kata lain yang dikatakan orang yang beriman itu adalah orang

mewujudkan amal perbuatannya yang shalih. Tidak hanya pembenaran dalam hati

dan pengucapan dengan lisan, tetapi ia membuktikan imannya itu dengan amal

5 Ibn Taimiyyah, al-Iman (terj), Kathur Suhardi, h. 119

Page 56: KONSEP IMAN MENURUT IBN TAIMIYYAH - … · Skripsi ini telah diterima sebagai ... B. Pandangan tentang Makna Iman Menurut Aliran ... ialah apakah rukun iman tersebut hanya

44

perbuatan. Jadi penyebutan amal salih itu merupakan pengkhususan terhadap nash

yang sudah ada, agar dapat diketahui bahwa pahala yang dijanjikan di akhirat, yaitu

berupa surga tanpa azab, tidak akan diberikan kepada orang yang menyatakan iman

tanpa beramal.

Allah telah menjelaskan di beberapa ayat, bahwa orang-orang yang benar-

benar dalam perkataannya. “Aku beriman”, harus melaksanakan kewajiban. Karena

banyak orang yang mengaku beriman, tetapi ia tidak melakukan kewajibannya.

Sebagaimana Allah berfirman:

ا لنور ( ☺

:٤٧( “Dan mereka berkata: "Kami Telah beriman kepada Allah dan Rasul, dan

kami mentaati (keduanya)." Kemudian sebagian dari mereka berpaling sesudah itu, sekali-kali mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman”. (QS. al-Nur : 47)

Oleh karenanya iman itu perkataan dan perbuatan, keduanya tidak

terpisahkan, sebagaimana yang sudah diterangkan di atas. Ibn Taimiyyah mengatakan

hanya semata-mata pembenaran oleh hati dan ucapan lisan, tetapi disertai benci

kepada Allah dan tidak menjalankan syariat-Nya ini adalah bukan iman, sampai

pembenaran oleh hati itu bergandengan dengan amal shalih6.

6 Ibn Taimiyyah, al-Amar bi al-Ma’rûf wa an al-Munkar (Kairo: Maktaba Sunnah, tth), h.

109

Page 57: KONSEP IMAN MENURUT IBN TAIMIYYAH - … · Skripsi ini telah diterima sebagai ... B. Pandangan tentang Makna Iman Menurut Aliran ... ialah apakah rukun iman tersebut hanya

45

Jadi yang dikatakan dengan iman yang sempurna ialah pembenaran hati, serta

mewujudkan dengan amal yang nyata atau secara lahir. Hal ini merupakan harga

mati, mustahil di dalam hati ada iman yang sempurna tanpa amal yang lahir. Sebagai

misal, ada orang yang berkata, “Di dalam hatinya ada iman seperti iman yang ada di

dalam hati Abû Bakar dan Umar”. Padahal dia tidak pernah sujud kepada Allah, tidak

puasa Ramadhan, lalu ia berzina. Apakah orang semacam ini adalah orang mukmin

yang sempurna. Tentu saja semua orang mukmin menolak pendapat ini.

Bahkan al-Isfirayainy mengatakan, sesungguhnya orang mukmin itu menjadi

orang mukmin yang sebenarnya jika dia mewujudkan imannya itu dengan amal salih.

Sebagaimana orang berilmu yang disebut orang berilmu sebenarnya jika ia berbuat

sesuai dengan ilmu yang dimilikinya7, sebagaimana Allah berfirman:

☺ ☺

7 Ibn Taimiyyah, al-Iman (terj), Kathur Suhardi, h. 90

Page 58: KONSEP IMAN MENURUT IBN TAIMIYYAH - … · Skripsi ini telah diterima sebagai ... B. Pandangan tentang Makna Iman Menurut Aliran ... ialah apakah rukun iman tersebut hanya

46

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu, adalah mereka yang apabila disebut nama Allah, gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka dan kepada Tuhan-nya lah mereka bertawakkal, yaitu orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya”. (QS. Al-Anfal: 2-4). Lebih lanjut al-Isfayainy mengatakan, bahwa hakikat iman menurut bahasa

adalah pembenaran, yang tidak dapat terwujud kecuali dengan ma’rifat dan

melaksanakan apa yang diperintahkan kepadanya, atau dapat dilakukan dengan

isyarat dan kepatuhan sebagai ganti dari ungkapan lewat kata-kata (artinya, bagi

orang yang bisu umpamanya, dapat melakukannya dengan isyarat, sebagai ganti dari

ungkapan dengan kata-kata).

Adapun tentang orang yang melakukan dosa besar, Ibn Taimiyyah

mengatakan, dia tidak bisa disebut sebagai kafir di dalam hatinya, kecuali jika dia

orang munafik, yang dimaksud dengan orang munafik, ialah dia yang telah

mengucapkan syahadat dengan lisannya tetapi masih ada di dalam hatinya keragu-

raguan tentang Allah dan Rasul-Nya. Maka kata Ibn Taimiyyah, orang yang seperti

ini akan kekal di dalam neraka, adapun bagi orang yang fasik atau melakukan dosa

besar, maka orang tersebut tidak kekal di neraka, dan Allah akan masukkan dia ke

dalam surga.8

8 Syaikh Sa’id Abdul Azhim, Ibn Taimiyyah Pembaharu Salafi dan Dakwah Reformasi, (terj),

Faisal Shaleh Lc (Jakarta: Pustaka Kausar, 2005), h. 213

Page 59: KONSEP IMAN MENURUT IBN TAIMIYYAH - … · Skripsi ini telah diterima sebagai ... B. Pandangan tentang Makna Iman Menurut Aliran ... ialah apakah rukun iman tersebut hanya

47

Ibn Taimiyyah mengkritik Mu’tazilah yang mengatakan bahwa orang yang

melakukan dosa besar dan dia belum sempat bertaubat, maka orang itu akan kekal di

dalam neraka. Mu’tazilah menyebut fasik kepada orang yang melakukan dosa besar,

dan orang fasik sama seperti orang munafik yang akan kekal di neraka. Kaum

Mu’tazilah memakai dalil, bahwasanya Allah berfirman

)۵٣: التوبة ( “Katakanlah: "Nafkahkanlah hartamu, baik dengan sukarela ataupun dengan terpaksa, namun nafkah itu sekali-kali tidak akan diterima dari kamu. Sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang fasik”. (QS. al-Taubah : 52) Menurut kaum Mu’tazilah setelah disebutkan bahwa infaq mereka tidak akan

diterima, ini menunjukkan bahwa sebab tidak diterimanya adalah kefasikan mereka.

Mu’tazilah mengatakan bahwa bentuk lahiriah dari ayat ini menunjukkan bahwa

penafian penerimaan itu terjadi karena kefasikan.9

Ibn Taimiyyah mengkritik Mu’tazilah bahwa yang kekal di dalam neraka,

adalah orang kafir dan orang munafik, kalau setiap orang yang melakukan dosa besar

dikatakan sebagai orang fasik atau munafik dan akan kekal di neraka, lalu apa

gunanya syafaat yang akan diberikan kepada Nabi Muhammad Saw kepada umatnya.

Sementara Nabi Muhammad Saw apabila didatengi seseorang yang membutuhkan

9 Muhsin, al-Qadhi Abd Jabbar Mutasyabih al-Qur’an Dalih Rasionalitas al-Qur’an, h. 157-

158

Page 60: KONSEP IMAN MENURUT IBN TAIMIYYAH - … · Skripsi ini telah diterima sebagai ... B. Pandangan tentang Makna Iman Menurut Aliran ... ialah apakah rukun iman tersebut hanya

48

sesuatu, maka beliau bersabda kepada para sahabat-Nya,’ Baiklah dia syafa’at10,

niscaya kalian akan mendapat pahala, dan Allah akan memenuhi lewat lisan Nabi-nya

menurut apa yang di kehendaki-Nya.

Atas dasar ini maka Ibn Taimiyyah membagi kezhaliman menjadi tiga

macam: Pertama; kezhaliman yang berupa kemusrikan dan tidak ada syafa’at di

dalamnya., kedua; kezhaliman sebagian manusia terhadap sebagian yang lain, dengan

keharusan pemenuhan hak bagi orang yang dizhalimi, yang harus di lakukan oleh

orang yang berbuat zhalim., ketiga; orang yang menzhalimi dirinya sendiri, seperti

sering melakukan dosa besar, orang yang seprti ini kata Ibn Taimiyyah masih dalam

keadaan Islam, dan dia tetap ahli tauhid (masih dalam keadaan bertauhid) meskipun

ia zhalim kepada dirinya sendiri, dan dalam hal ini dia termasuk orang yang

mendapatkan syafa’at11.

C. Kritik Ibn Taimiyyah Terhadap Aliran Kalam Tentang Makna Iman

Ibn Taimiyyah mengkritik keras terhadap golongan Murji’ah, yang

menganggap bahwa iman itu hanya sekedar pembenaran dalam hati dan

pengetahuannya dan menganggap bahwa iman seseorang sama semua, dan

menganggap seseorang menjadi orang mukmin secara sempurna hanya dengan

hatinya. Dengan gambaran ini dia dapat mencaci maki Allah dan Rasul-Nya, bahkan

seseorang boleh saja menampakkan perilakunya sebagai orang yang kafir. Menurut

10 Ibn Taimiyyah, al-Iman (terj), Kathur Suhardi, h. 53 11 Ibn Taimiyyah, al-Iman, (terj), Kathur Suhardi, h. 68

Page 61: KONSEP IMAN MENURUT IBN TAIMIYYAH - … · Skripsi ini telah diterima sebagai ... B. Pandangan tentang Makna Iman Menurut Aliran ... ialah apakah rukun iman tersebut hanya

49

mereka yang hatinya tidak sama dengan perlakuannya, karena seseorang tidak dapat

mengetahui hati seseorang.

Ibn Taimiyyah memandang pemikiran mereka ini sangat berbahaya, karena

mereka tidak hanya mengabaikan amal perbuatan saja tetapi mereka juga

mengabaikan pengakuan dengan lisan. Ibn Taimiyyah tidak segan-segan

mengkafirkan mereka, karena sesungguhnya Iblis menjadi kafir dikarenakan

kesombongan mereka tidak mau melaksanakan perintah Allah untuk sujud kepada

Nabi Adam, bukan karena Iblis mendustakan pengabaran. Begitu pula Fir’aun dan

kaumnya. Firman Allah tentang mereka:

⌧ ⌧

)١٤: النمل ( ☺

“Dan mereka mengingkarinya Karena kezaliman dan kesombongan (mereka) padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya. Maka perhatikanlah betapa kesudahan orang-orang yang berbuat kebinasaan”. (QS. al-Naml : 14) Ayat ini menegaskan bahwa seseorang itu menjadi kafir, karena amal

perbuatannya jelas jelas sudah tidak seperti seorang muslim, walaupun di dalam

hatinya mengetahui, dan ayat di atas menunjukkan bahwa Fir’aun tahu Allah

menurunkan ayat-ayat dan dia termasuk makhluk Allah yang paling ingkar, karena

kehendaknya yang rusak, bukan karena dia tidak mempunyai ilmu.12

12 Ibn Taimiyyah, al-Iman, (terj), Kathur Suhardi, h. 111

Page 62: KONSEP IMAN MENURUT IBN TAIMIYYAH - … · Skripsi ini telah diterima sebagai ... B. Pandangan tentang Makna Iman Menurut Aliran ... ialah apakah rukun iman tersebut hanya

50

Ibn Taimiyyah mengutip perkataan Imam Ahmad ibn Hambal yang

mengatakan: Golongan Jahmiah berkata, dengan ketetapannya seseorang harus

disebut mukmin. Jika dia mengakui zakat secara keseluruhan dan tidak mengeluarkan

lima dirham dari dua ratus dirham yang dimilikinya, maka dia tetap mukmin. Maka

dia harus mengatakan, jika dia menetapkan pengakuan kemudian main judi,

menyembah kepada salib, melakukan dosa besar, namun dia tetap mengakui Allah

maka dia harus disebut mukmin. Menurut Imam Ahmad ibn Hambal tentu saja ini

pendapat yang batil.

Ibn Taimiyyah juga mengkritik keras kaum Mu’tazilah yang mengatakan,

bahwa orang yang melakukan dosa besar berarti ia telah fasik dan munafik, dan

apabila ia mati sebelum bertaubat maka ia akan kekal di neraka. Ibn Taimiyyah

mengatakan yang di maksud dengan orang yang munafik dan akan kekal di neraka,

bukan orang Islam yang melakukan dosa besar. Tetapi orang munafik yang akan

kekal di neraka ialah orang yang mengucapkan dengan lisannya syahadat dan telah

mengaku beriman, tetapi di dalam hatinya masih terdapat keragu-raguan tentang

keesaan Allah SWT, juga kerasulan Muhammad Saw, dan juga meragukan rukun

iman.

Adapun orang yang berdosa besar ia tidak dimasukkan ke dalam golongan itu.

Ibn Taimiyyah berpendapat bahwa orang yang berdosa besar itu masih mempunyai

iman walaupun hanya sedikit13, dan ia setelah di neraka akan di masukkan ke dalam

13 Ibn Taimiyyah, al-Iman, (terj), Kathur Suhardi, h. 186

Page 63: KONSEP IMAN MENURUT IBN TAIMIYYAH - … · Skripsi ini telah diterima sebagai ... B. Pandangan tentang Makna Iman Menurut Aliran ... ialah apakah rukun iman tersebut hanya

51

surga oleh Allah SWT. Jadi orang yang berdosa besar dan belum sempat bertaubat, ia

masih muslim dan tidak akan kekal di neraka. Sesuai dengan sabda Nabi Saw:

ى فنماري الن فيقبي الملس وهيل على صل اهللاوس رالي قردخل اديعي سب انع

)رواه البخاري ومسلم (انميإل ان مهر ذالقث مهبلق “Seseorang yang di dalam hatinya masih tertinggal setitik iman, tidak akan tetap tinggal di dalam neraka”. (HR, Bukhori, Muslim). Dengan begitu diketahui bahwa siapa yang memiliki iman, meskipun hanya

sedikit, dia tidak akan kekal di neraka. Jika di dalam hatinya banyak kemunafikan,

maka dia akan diazab di dalam neraka sebanyak kadar kemunafikan yang

dimilikinya, kemudian dia akan dikeluarkan dari neraka. Karena itulah Allah SWT

berfirman tentang orang-orang Arab Badui:

☺ ☺

☺ ⌧

⌦ ⌧

“Orang-orang Arab Badui itu berkata: "Kami Telah beriman". Katakanlah: "Kamu belum beriman, tapi Katakanlah 'kami Telah tunduk', Karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu; dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, dia tidak akan mengurangi sedikitpun pahala amalanmu; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. al-Hujarat : 14)

Page 64: KONSEP IMAN MENURUT IBN TAIMIYYAH - … · Skripsi ini telah diterima sebagai ... B. Pandangan tentang Makna Iman Menurut Aliran ... ialah apakah rukun iman tersebut hanya

52

Ibn Taimiyyah mengatakan bahwa dalam ayat ini Allah menafikan masuknya

hakikat iman ke dalam hati mereka. Hal ini seperti penafian iman dari orang yang

berzina, mencuri, yang tidak mencintai bagi saudaranya apa yang dia cintai bagi

dirinya sendiri, dan lain sebagainya. Dari sini dapat disimpulkan bahwa Ibn

Taimiyyah menetapkan orang-orang yang durhaka dan yang melakukan dosa besar,

tidak kekal di dalam neraka. Berarti di hadapan mereka masih terbuka pintu harapan

kepada Allah. Selagi orang muslim tidak melakukan dosa syirik kepada Allah, maka

harapan masih terbuka di hadapannya dan masih ada kesempatan baginya untuk

menambal kekurangan dan mendorongnya kembali kepada Allah, karena Allah

menerima taubat orang-orang yang berbuat keburukan14.

Adapun pandangan Asy’ariyah tentang makna iman, Asy’ari mengatakan

bahwa iman itu pembenaran dalam hati dan pengucapan dengan lisan. Tetapi Asy’ari

tidak memasukkan amal perbuatan ke dalam konsep iman, dengan alasan bahwa

apabila amal perbuatan dimasukkan ke dalam konsep iman, dikhawatirkan nanti

orang yang melakukan dosa besar hanya sekali bisa menghapus kebaikan-

kebaikannya yang pernah ia kerjakan, dan ia akan kehilangan atribut iman.15

Ibn Taimiyyah sependapat dengan Asy’ari, tetapi ia mengkritik pandangan

Asy’ari yang mengatakan amal perbuatan tidak dimasukkan ke dalam konsep iman.

Menurut Ibn Taimiyyah bahwa iman itu tidak dapat dipisahkan dari amal perbuatan,

ia mengatakan bahwa banyak orang yang menyatakan dengan lisan-nya bahwa ia

14 Ibn Taimiyyah, al-Iman, (terj), Kathur Suhardi, h. 187 15 Tsuraya Kiswati, al-Juwaini Peletak Dasar Teologi Rasional Dalam Islam (Jakarta:

Erlangga, tth), h. 185

Page 65: KONSEP IMAN MENURUT IBN TAIMIYYAH - … · Skripsi ini telah diterima sebagai ... B. Pandangan tentang Makna Iman Menurut Aliran ... ialah apakah rukun iman tersebut hanya

53

telah beriman tetapi perbuatan mereka telah banyak melakukan hal-hal yang di larang

oleh syari’at, yang demikian itu bukanlah iman. Sesuai dengan firman Allah SWT:

☺ )

) ٨: ة البقر

“Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian pada hal mereka itu Sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman”. (QS. al-Baqarah : 8) Ibn Taimiyyah mengatakan bahwa iman tidak cukup hanya dengan lidah,

tidak pula dengan pembenaran hati saja, bahkan tidak cukup dengan pengakuan lidah

dan pembenaran hati secara bersama-sama. Ibn Taimiyyah mengatakan iman itu ada

tiga syarat secara terpadu, yaitu: pengakuan dengan lisan, pembenaran dengan hati,

dan amal dengan anggota tubuh atau mengerjakan apa yang diperintahkan Allah dan

Rasul-Nya, meninggalkan apa yang dilarang Allah dan Rasul-Nya16. Selanjutnya Ibn

Taimiyyah mengatakan, bahwa Allah menafikan iman dari diri mereka dengan

firman-Nya:

☺ ☺

16 Ibn Taimiyyah, al-Iman, (terj), Kathur Suhardi, h. 88

Page 66: KONSEP IMAN MENURUT IBN TAIMIYYAH - … · Skripsi ini telah diterima sebagai ... B. Pandangan tentang Makna Iman Menurut Aliran ... ialah apakah rukun iman tersebut hanya

54

“Orang-orang Arab Badui itu berkata: "Kami Telah beriman". Katakanlah: "Kamu belum beriman, tapi Katakanlah 'kami Telah tunduk', Karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu; dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, dia tidak akan mengurangi sedikitpun pahala amalanmu; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. al-Hujarat : 14)

النور ( ☺

:٤٧(

"Dan mereka berkata: "Kami Telah beriman kepada Allah dan Rasul, dan kami mentaati (keduanya)." Kemudian sebagian dari mereka berpaling sesudah itu, sekali-kali mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman".(QS. al-Nur : 47)

⌧ "Dan ia tidak mau membenarkan (Rasul dan Al Quran) dan tidak mau mengerjakan shalat, tetapi ia mendustakan (Rasul) dan berpaling (dari kebenaran)". (QS. al-Qiyamah: 31-32) Dengan begitu, dapat diketahui bahwa berpaling di sini bukan mendustakan,

tapi berpaling dari ketaatan. Manusia harus membenarkan Rasul tentang apa yang

dikabarkannya, dan harus mentaatinya tentang apa yang diperintahkannya.

Di dalam al-Qur’an dan al-sunnah banyak disebutkan penafian iman dari

orang yang tidak beramal, seperti disebutkannya penafian iman dari orang-orang

Page 67: KONSEP IMAN MENURUT IBN TAIMIYYAH - … · Skripsi ini telah diterima sebagai ... B. Pandangan tentang Makna Iman Menurut Aliran ... ialah apakah rukun iman tersebut hanya

55

munafik. Orang yang tahu dengan hatinya, namun ia memusuhi dan menyalahi secara

lahir, maka orang semacam ini sama sekali tidak disebut orang mukmin.17

17 Ibn Taimiyyah, al-Iman, (terj), Kathur Suhardi, h. 88

Page 68: KONSEP IMAN MENURUT IBN TAIMIYYAH - … · Skripsi ini telah diterima sebagai ... B. Pandangan tentang Makna Iman Menurut Aliran ... ialah apakah rukun iman tersebut hanya

55

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

kalau kita memperhatikan pemikiran-pemikiran Ibn Taimiyyah, nampak

sebagian besar aktivitas ilmiahnya dicurahkan untuk mengungkap penyimpangan

pemikiran Islam yang ada di tengah-tengah masyarakat. Ibn Taimiyyah, juga

memberikan penjelasan atas berbagai hal yang masih dianggap bisa dalam ajaran

Islam. Salah satunya adalah yang berhubungan dengan konsep iman yang masih

banyak disalah tafsirkan yang akibatnya iman adalah tidak sesuai dengan ajaran Islam

atau dengan kata lain, iman ditempatkan bukan pada posisinya dengan akhirnya

banyak penyimpangan makna iman dari ajaran Islam.

Dari seluruh pembahasan skripsi ini dapat dipetik beberapa butir kesimpulan

diantaranya:

1. Ibn Taimiyyah menjelaskan konsep iman adalah pembenaran dalam hati dan

pengakuan dengan lisan, serta diwujudkan dengan amal perbuatan secara

zhahir. Bagi Ibn Taimiyyah seseorang tidak bisa disebut orang mukmin jika

hanya membenarkan dalam hati dan ucapan tanpa ada amal perbuatan. Ia

menyatakan banyak orang yang menyatakan dengan lisannya bahwa ia telah

beriman, tetapi mereka telah banyak melakukan hal-hal yang dilarang oleh

syari’at, yang demikian itu bukanlah iman.

Page 69: KONSEP IMAN MENURUT IBN TAIMIYYAH - … · Skripsi ini telah diterima sebagai ... B. Pandangan tentang Makna Iman Menurut Aliran ... ialah apakah rukun iman tersebut hanya

56

2. Ibn Taimiyyah memasukkan amal perbuatan kedalam konsep iman, agar tidak

ada orang yang beranggapan bahwa iman hanya pembenaran dengan hati dan

ucapan saja, tanpa adanya amal perbuatan seseorang sudah cukup

mendapatkan janji masuk surga tanpa azab, tanpa mereka memperpedulikan

amal perbuatan.

3. Iman itu dapat bertambah dan bertkurang. Jika seseorang menyebut nama

Allah dan memuji-Nya maka itu merupakan penambahan iman, jika seseorang

lupa dan lalai melakukannya maka itu merupakan pengurangannya.

B. Saran-Saran

Pada akhir pembahasan ini penulis ingin menyampaikan beberapa saran antara

lain:

1. Penulis menyadari bahwa skripsi ini mungkin mempunyai keterbatasan dan

kekurangan. Oleh karena itu penulis menyarankan kepada pembaca agar

menelaah lebih lanjut pemikiran tokoh ini.

2. Dari pembahasan penulis terhadap pokok-pokok pemikiran Ibn Taimiyyah

tentang konsep iman, penulis memandang dan menyepakati pemikiran beliau

dan menyarankan kepada setiap pembaca memiliki keimanan yang tidak

hanya di dalam hati saja tetapi harus diwujudkan dengan amal perbuatan, kita

melihat sekarang banyak orang yang memiliki ilmu begitu tinggi tetapi dia

tidak mempunyai rasa takut kepada Allah SWT, mereka mengetahui bahwa

korupsi itu haram, tetapi dia tetap berani korupsi. Karena dengan konsep iman

Page 70: KONSEP IMAN MENURUT IBN TAIMIYYAH - … · Skripsi ini telah diterima sebagai ... B. Pandangan tentang Makna Iman Menurut Aliran ... ialah apakah rukun iman tersebut hanya

57

inilah yang telah dipaparkan oleh Ibn Taimiyyah, kita menjadi seorang

muslim yang sejati yang takut kepada Allah SWT. Dengan begitu kita akan

melahirkan generasi-generasi yang bertakwa kepada Allah SWT. Alangkah

bahagia kalau di suatu negeri banyak orang-orang yang bertakwa kepada

Allah SWT, dengan begitu tidak ada lagi kejahatan dan para koruptor yang

berani korupsi.

3. Penulis juga berharap semoga kita dapat mengambil pelajaran dari konsep

iman menurut Ibn Taimiyyah ini, dan dapat kita amalkan dalam kehidupan

sehari-hari.

Page 71: KONSEP IMAN MENURUT IBN TAIMIYYAH - … · Skripsi ini telah diterima sebagai ... B. Pandangan tentang Makna Iman Menurut Aliran ... ialah apakah rukun iman tersebut hanya

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Sirajuddin. I’tiqad Ahlu Sunnah Wal Jamaah, (Jakarta : Pustaka Tarbiah, 2006).

-------------------. 40 Masalah Agama, (Jakarta: Pustaka Tarbiah, 2005). Abu Zahrah, Muhammad. Aliran Politik Dan Aqidah Dalam Islam. (terj), Abd Abdul

Rahman dan Ahmad Qarib, (Jakarta : Logos, 1996). Azhim, Said. Ibn Taimiyyah Pembaharu Salafi dan Dakwah Reformasi, (terj), Faisal

Saleh Lc (Jakarta : Pustaka Kausar, 2005). Afandiy, Husain Memperkokoh Aqidah Islamiyyah, (terj), Abdullah Zakiy al-Kaaf

(Bandung : Pustaka Setia, 1999). al-Asy’ariyyah, Abu Hasan. al-Ibânah fi Usûl al-Diyânah, (Beirut : Dar al-Kutub al-

Ilmiah, 2005). al-Bantani, Nawawi. Qothrul Ghoits, (Indonesia : Darul Ihya, tth). ------------------------. Sullâm at-Taufiq, (Surabaya : Darul Ilmi, tth). Dahri, Harapandi. Pemikiran Teologi Sufistik Syekh Abdul Qadir Jaelani, (Jakarta :

Wahyu Press, 2004). Henri Loust, Ibn Taimiyyah’, Encyclopaedia of Islam, (ttp). Hafidz, Abdul. Risalah Aqidah, (Jakarta: Aulia Press, 2007). al-Juwainî, Abd al-Malik. (al-Irsyâd ‘ala Quwati al-Adillah), (Mesir : Matba’ah al-

Maktaba al-Khariji, 1959). Kiswati, Tsuraya. al-Juwaini Peletak Dasar Teologi Rasional dalam Islam, (Jakarta :

Erlangga, tth). al-Mâlikî, Muhammad Alwî. (Mafâhim Yajib an-Tasaha, (Kairo::al-Musaha

Karthoum). ---------------------------------------. Syaraf al-Ummah al-Muhammadiyyah, (Kairo : al-

Musaha Karthoum, tth).

Page 72: KONSEP IMAN MENURUT IBN TAIMIYYAH - … · Skripsi ini telah diterima sebagai ... B. Pandangan tentang Makna Iman Menurut Aliran ... ialah apakah rukun iman tersebut hanya

Machasin, al-Qadi Abd al-Jabbar Mutasyabih al-Qur’an Dalih Rasionalitas al-

Qur’an, (Yogyakarta : Lkis, 2000). Muhammad Abduh, Risâlah at-Tauhîd, (Kairo: Dar al-Manar, 1366 H). Muhammad sharif Khan dan Anwar Saleem, Muslim Philosophy and Philosophers,

(Delhi : Ashish Pubishing Housw, 1994). Nawawi, Mukhtârul Hadîts, (Beirut : Dar al-Fikr, 2006). Nasution, Harun. Teologi Islam, (Jakarta : UI Press, 1983). Sabiq, Sayyid. Aqidah Islamiyah, (terj), Ali Mahmudi, (Jakarta : Robbani Press,

2008). al-Segaf, Alwi ibn Abdul Qadir. at-Tawasut wa al-Iqtisad, (Kairo : al-Musaha

Karthoum, tth). Thahawi, Aqidah Thahawiyah, (Beirut : Dar al-Arrabiyyah wa an-Nasr, tth). Taimiyyah, Ibn. Al-Aqidah al-Wasatiyah, (Beirut : Dar al-Arabiyyah wa an-Nasr,tth) -------------------. al-Amar bil Ma’rûf Wa al-Nahyu An al-Munkar (Kairo : Maktaba

Sunnah). -------------------. al-Iman. (terj), Kathur Suhardi, (Jakarta : Darul Falah, 2007). -------------------. Majmu Fatâwa, (terj), Izzudin karimi Agus Hasan Bashori Lc, Kitab

Tauhid, (Jakarta : Uii, 2001). ------------------. al-Furqân Baina Auliâ ar-Rahmân wa Aulia al-Syaithân, (Beirut :

Dar al-Kutub Ilmiah, tth). Yasin, Muhammad Na’im. Iman Yang Menguatkan dan Yang Membatalkan Kajian

Rinci Dua Kalimat Syahadat, (terj) Abu Fahmi, (Jakarta : Gema Insan Press, 1990).

Zein bin Ibrahim bin Sumaith, Hidayatuh al-Tâlibin fi Bayân Muhimmatuddîn,

(Yaman: Dar Ilmi wa ad-Da’wa, 2007). Zainuddin, Ilmu Tauhid Lengkap, (Jakarta : Rineka, 1996).