12
KONSEP PENGELOLAAN SDA & LINGKUNGAN a. Konsep ini pada intinya mengacu pada upaya mengelola manusia agar mampu mempertahankan kualitas lingkungan sebaik mungkin. Dengan kata lain mengkaji secara seksama bagairnana intervensi manusia terhadap SDA dan lingkungan dan inengupayakan agar memberi manfaat sebesar. mungkin dan selama mungkin bagi kehidupan manusia. b. Diarahkan pada keseimbangan ekologi dan equilibrium antara manusia dengan manusia dan antara manusia spesies lainnya serta ciclus makanan dan energi, minimilalisasi limbah di berbagai ekosistem, memaksimalkan kemampuan hidup. c. Pendekatan Holistik, mengacu upaya mengelola SDA dan LH agar mampu mempertahankan kualitas sumberdaya sebaik mungkin. Mengkaji secara seksama bagaimana intervensi manusia terhadap SDA-LH dan mengupayakan memberi manfaat sebesar mungkin dan selama mungkin bagi pembangunan. Prinsip dasar adalah keseimbangan dinamis antara manusia dan segala aktivitas kehidupannya di berbagai ekosistem dengan memaksimalkan kelembagaan. Konsep ini mengintegrasikan berbagai fenomena teknologi sosial-ekonomi-managemen-politik dalam suatu sistem pembangunan yang semakin baik. 1. Aspek teknologi berkaitan dengan biologi, toricity, definiency, equality standard, material balance. 2. Aspek ekonomi berkaitan dengan analisa biaya internal dan ekstemal, simulasi biaya, transaksi, analisis effectiveness, trade-of analisis dan lain sebagainya. 3. Aspek managerial berkaitan dengan struktur pengambilan keputusan, kelembagaan perencanaan, penganggaran SDA dan lingkungan, struktur organisasi. 4. Aspek politik berkaitan dengan keinginan, kebutuhan sistem nilai masyarakat, kelompok tertentu dan publik yang rnenghendaki lingkungan yang sehat—adanya negosiasi, koalisi, komprorni dan lain sebagainya.

KONSEP PENGAMBILAN KEPUTUSAN

  • Upload
    izhom

  • View
    20

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

II

KONSEP PENGELOLAAN SDA & LINGKUNGAN

a.Konsep ini pada intinya mengacu pada upaya mengelola manusia agar mampu mempertahankan kualitas lingkungan sebaik mungkin. Dengan kata lain mengkaji secara seksama bagairnana intervensi manusia terhadap SDA dan lingkungan dan inengupayakan agar memberi manfaat sebesar. mungkin dan selama mungkin bagi kehidupan manusia.

b.Diarahkan pada keseimbangan ekologi dan equilibrium antara manusia dengan manusia dan antara manusia spesies lainnya serta ciclus makanan dan energi, minimilalisasi limbah di berbagai ekosistem, memaksimalkan kemampuan hidup.

c.Pendekatan Holistik, mengacu upaya mengelola SDA dan LH agar mampu mempertahankan kualitas sumberdaya sebaik mungkin. Mengkaji secara seksama bagaimana intervensi manusia terhadap SDA-LH dan mengupayakan memberi manfaat sebesar mungkin dan selama mungkin bagi pembangunan. Prinsip dasar adalah keseimbangan dinamis antara manusia dan segala aktivitas kehidupannya di berbagai ekosistem dengan memaksimalkan kelembagaan. Konsep ini mengintegrasikan berbagai fenomena teknologi sosial-ekonomi-managemen-politik dalam suatu sistem pembangunan yang semakin baik.

1.Aspek teknologi berkaitan dengan biologi, toricity, definiency, equality standard, material balance.

2.Aspek ekonomi berkaitan dengan analisa biaya internal dan ekstemal, simulasi biaya, transaksi, analisis effectiveness, trade-of analisis dan lain sebagainya.

3.Aspek managerial berkaitan dengan struktur pengambilan keputusan, kelembagaan perencanaan, penganggaran SDA dan lingkungan, struktur organisasi.

4.Aspek politik berkaitan dengan keinginan, kebutuhan sistem nilai masyarakat, kelompok tertentu dan publik yang rnenghendaki lingkungan yang sehatadanya negosiasi, koalisi, komprorni dan lain sebagainya.

4. Pendekatan Holistik Dalam Pengambilan Keputusan

Konsep ini pada intinya mengacu pada upaya mengelola sumber daya daerah agar mampu mempertahankan kualitas sumberdaya sebaik mungkin. Dengan kata lain mengkaji secara seksama bagaimana intervensi manusia terhadap sumberdaya daerah dan mengupayakan agar memberi manfaat sebesar mungkin dan selama mungkin bagi pembangunan daerah. Prinsip dasar yang diacu adalah keseimbangan dinamis antara manusia dan segala aktivitas kehidupannya di berbagai ekosistem daerah dengan memaksimalkan membangun kelembagaan. Dengan acuan tersebut, konsep ini mengintegrasikan berbagai fenomena teknologi sosial-ekonomi-managemen-politik dalam suatu system pembangunan daerah yang semakin baik (lihat Gambar 1).

Aspek teknologi berkaitan dengan efiensi dan efektifitas penggunaan sumber-sumber input produksi yang dikaji dari sisi biologi, toricity, deficiency, quality standard, material balance. Aspek ekonomi berkaitan dengan analisa biaya internal dan eksternal, simulasi biaya, transaksi, analisis effectiveness, trade-of analisis dan lain sebagainya Aspek managerial berkaitan dengan struktur pengambilan keputusan, kelembagaan perencanaan, penganggaran sumberdaya daerah, struktur organisasi. Aspek politik berkaitan dengan keinginan, kebutuhan sistem nilai masyarakat kelompok tertentu dan public yang menghendaki alokasi sumberdaya agraria yang berkeadilan melalui negosiasi, koalisi, kompromi dan lain sebagainya. Sistem nilai masyarakat mempunyai peran yang penting dalam proses pengambilan keputusan manajemen sumberdaya tanah. Terdapat beberapa pertimbangan publik yang membatasi pengambilan keputusan masyarakat terhadap sumberdaya daerah, khusunya tanah secara parsial, antara lain:

Pemilik tanah harus menghormati hak masyarakat dan membayar pajak tanah untuk mendukung pelayanan sosial dan kepentingan umum Masyarakat harus memperoleh kompensasi atas pelepasan/penjualan hak atas tanah secara parsial yang umumnya dinikmati oleh perorangan Penggunaan tanah dibatasi oleh tata ruang yang melibatkan publik.

Gambar :. Pendekatan Holistik Manajemen Agraria

5. Model Analisis Pengambilan Keputusan

Secara umum model adalah gambaran sederhana mengenai sesuatu yang relevan dari kondisi atau proses suatu sistem yang sesungguhnya dalam dunia nyata. Pengertian relevan bersifat relatif karena setiap model tergantung pada bagaimana dan sejauhmana dapat memggambarkan keadaan yang nyata tersebut. Fokus model adalah berkaitan dengan penerapan pengambilan keputusan organisasi, namun yang sering terjadi proses pengambilan keputusan lebih banyak ditentukan oleh orang-orang tertentu secara sepintas. Maka yang perlu dipertanyakan bukan hanya bagaimana model tersebut bvbdibangun, namun lebih kepada seberapa jauh model tersebut diterapkan. Model yang dibangun tergantung dari karateristik obyek, masalah atau sistem dalam studi tertentu. Model dapat berbentuk fisik atau simbolik atau kombinasi fisik dan simbolik. Beberapa bentuk yang sering digunakan dapat dikemukakan sebagai berikut.:

Model fisik

Model fisik menggambarkan obyek, masalah atau sistem dalam bentuk fisik secara sederhana dan relatif bentuknya sudah tertentu dan umumnya terbatas dalam pengembangan analisis pengambilan keputusan. Model fisik secara garis besar terdiri dari dua bentuk, yaitu model ikonik dan model analog.

Model ikonik merupakan replica dalam skala kecil dari bentuk sesungguhnya. Misalnya replika mobil atau pesawat terbang. Model analog dibangun untuk menggambarkan hubungan fungsi secara fisik. Misalnya model Bendungan/DAM yang menggambarkan fungsi bendungan dan fungsi aliran air untuk berbagai penggunaan seperti tenaga listrik, irigasi pertanian atau sumberair minum daerah perkotaan. Model juga dapat berbentuk Grafik atau Diagram suatu organisasi dengan fungsi-fungsi yang saling berkaitan.

Model Simbolik

Model simbolik digunakan untuk menggambarkan hubungan fungsional antara berbagai variabel yang tidak dapat digambarkan secara fisik . Selain itu nilai-nilai variabel dapat dimanipulir sehingga dapat diperoleh hubungan fungsional yang relevan dengan tujuan analisis dan prediksi yang diperlukan. Model simbolik secara garis besar terdiri dari dua bentuk, yaitu model matematik dan model verbal.

Pada model matematik, basis analisis didasarkan pada hubungan karyawan yang menggunakan symbol matematik sebagai contoh kebijakan kode produksi ditentukan oleh luas area (hektar) dan produktivitas dinyatakan dalam hubungan fungsi V=A x P. Pengguna model matematik dalam alternatif pengambilan keputusan sangat penting, karena system matematika akan berperan sebagaimana sistem yang sesungguhnya . Jadi dengan pengalaman berbagai alternatif variasi dalam pemecahan masalah, para pengambil keputusan dapat mensimulasi perilaku system yang nyata pada berbagai kondisi. Model matematik ada dua tipe: (1) model deskriptif-normatif, (2) model. Model matematik-probabilistik

Model deskriptif-normatif

Model deskriptif menjelaskan sesuatu apa adanya digunakan untuk menjelaskan situasi agar lebih jelas, mengidentifikasi perubahan area yang mungkin terjadi dan meneliti konsekuensi dari berbagai alternatif ,namun model deskriptif mampu mengidentifikasi semua alternatif yang mungkin terjadi. Keuntunganmodel ini adalah memberi kerangka kerja untuk analisis pengambilan keputusan dalam menyeleksi alternative. Model normative mengiidikasi bagaimana seharusnya. Digunakan untuk mengidentifikasi alternatif yang sebaiknya berdasarkan beberapa kriteria tertentu . Biasanya mengacu kepada model keputusan yang optimal, karena memang untuk menempatkan solusi yang optimal di bawah

Model matematik-probabilitik.

Model matematik menggunakan variabel tertentu yang sudah pasti. Misalnya dalam kasus V = A x P, tidak ada variabel lain, kecuali formula yang sudah ditentukan tersebut. Model Probabilitas menggunakan sejumlah variabel yang belum dapat ditentukan secara pasti dan sulit diprediksi secara pasti, misalnya dalam kasus penambangan pasir (galian C) sulit ditetapkan berapa tahun kemapuan untuk ditambang

Model Verbal

Model ini dikenal sebagai model mental, karena tidak menggunakan symbol-simbol tertentu, tetapi berupa tulisan atau pernyataan individu yang bersifat abstrak. Keuntungan model ini pengambil keputusan dapat mengidentifikasi hubungan dan kendala sebelum sampai pada pemecahan masalah. Proses pembentukkan model dideskripsi dalam hubungan dengan pemilihan alternatif tertentu sebelum diputuskan dakam kategori tertentu.

Penerapan model fisik atau model simbolik tergantung situasi tertentu. Beberapa kekuatan dan kelemahan model tersebut dapat dikemukakan berikut iniUraianModel Fisik (Ikonik, Analog)Model Simbolik (Matematik, Verbal)

Tingkatan abstraksi

Kemudahan menyusun

Kemudahan manipulasikecil / sempit

lebih mudah

lebih sulitbesar / luas

lebih sulit

lebih mudah

6. Operasionalisasi Model

Terdapat berbagai model yang dapat digunakan dalam analisis pengambilan keputusan. Berdasarkan faktor-faktor yang telah diuraikan pada butir 3 berikut akan dibahas tujuh model dasar yang sering digunakan dalam analisis pengambilan keputusan, yaitu (a) model Decision Theory, (b) Model Alokasi Sumberdaya, (c) Model Inventory, (d) Model Quening, (e) Model Simulation, (f) Model Markov dan (g) Model Network. Secara garis besar penerapan model disajikan pada Tabel 23 berikut.

Tabel 23Ringkasan Berbagai Model Pengambilan Keputusan

NoOperasionalisasi Model Pengambilan Keputusan

1.Decision Theory Models

Tujuan : membuat keputusan yang lebih baik terhadap suatu masalah yang bersifat penuh risiko dan ketidakpastian. Focus Model : elemen yang biasa digunakan sebagai basis untuk analisis yang complex dengan berbagai alternatif keputusan. Model didasarkan pada analisis statistik dengan basis variabel yang probabilistic (peluang).

2.Allocation Model

Tujuan : Memilih penggunaan sumberdaya yang terbatas untuk berbagai kegiatan dengan maksud memperoleh hasil terbaik karakternya atau meminimumkan biaya.

Contoh : Linear Programming dengan fungsi minimum atau maksimum dengan variabel yang deterministic.

3.Inventory Model

Tujuan : Memilih sumberdaya yang strategis stok di gudang atau dipasarkan dengan maksud menghemat biaya penyimpanan. Focus model : mendesign keuntungan ekonomi order quantity (EOQ) dan mengoptimumkan barang yang dipesan. Model ini merupakan normative dengan pola determinan atau probabilitas tergantung dari kondisi ketidakpastian atau resiko. Penerapan: department store, apotik.

4.Queing Model

Tujuan : Memilih fasilitas pelayanan yang terbaik agar waktu menunggu dapat diminimumkan, sehingga diperoleh keseimbangan antara biaya dan waktu fungsi.

Penerapan: jalan tol dan jenbatan laying pada Perencanaan Fasilitas Pelayanan Publik.

Model ini seringkali bersifat deskriptif dan terdiri dari variabel probabilistic.

5.Simulation Model

Tujuan : merupakan gambaran bentuk sesungguhnya dengan menggunakan percobaan pada berbagai komponen dan melihat responnya, sehingga diperoleh solusi yang terbaik.

Model biasanya menggunakan model matematik dan pendekatan system dengan cara step demi step. Keuntungannya dapat meyakinkan hasil tanpa menggunakan sumberdaya yang sesungguhnya. Model menggunakan deskripsi dengan variabel probabilistic. Penerapan : Model DAS dan bendungan / dam.

6.Markov Model

Tujuan : menganalisis perilaku konsumen dalam memilih produk yang diinginkan dari berbagai jenis yang dipasarkan. Model ini sering dikenal dengan istilah model Brand-Switching karena mampu memprediksi perubahan produk yang diinginkan konsumen.

Model menggunakan deskripsi analisis dengan variabel probabilistic.

7.Network Model

Tujuan : menganalisis waktu tercepat yang diperlukan untuk memilih beberapa alternatif cara mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Basis model adalah The Gantchart yang kemudian dikembangkan ke dalam dua model yaitu PERT (Program Evalution Review Technique) dan CPM (Critical Path Method). Keduanya digunakan untuk perencanaan dan pengendalian proyek.

Model ini adalah normative dan biasanya dengan variabel probabilistic.

Penggunaan Model Operasional secara umum dapat digambarkan dalam Tabel sebagai berikut

Tabel 24

Penerapan Penggunaan Model Pengambilan Keputusan

ModelPenggunaanTipe VariabelJumlah Variabel

DeskriptifNormatifDeterminateProbabilistikSedikitBanyak

Decision TheoryXXX

AllocationXXX

InventoryXXXX

QueringXXX

SimulationXXX

NetworkXXX

MarhovXXX

Keterangan : deskriptif apa adanya

normatif - seharusnya, ada ukuran tertentu

deterministic - tertentu, pasti

probabilitas - tidak pasti, tidak menentu

7. Tahapan Analisis Model

Dalam analisis model pengambilan keputusan, terdapat berbagai langkah yang dapat ditempuh . Tahapan dasar tersebut tidak terpisah satu sama lain, namun saling berkaitan dalam suatu sekuen tertentu.

Penentuan Masalah.

Untuk pemecahan suatu masalah perlu diketahui apa masalahnya. Namun karena suatu masalah sering bersifat kompleks maka dalam prakteknya tidak mudah membuat pernyataan masalah. Kekeliruan dalam penentuan masalah merupakan sumber masalah yang tidak terpecahkan. Tidak ada ruang yang tepat bagaimana menentukan masalah dalam proses pengembangan model. Namun ada acuan yang dapat digunakan yaitu kemampuan dalam membedah doing things right dan doing the right things. Untuk mengidentifikasi masalah dapat dikembangkan dari variabel dalam komponen input,masukan atau output. Selanjutnya ditetapkan hubungan antar variabel. Definisi masalah tergantung dari sejumlah variabel yang dikembangkan . Suatu masalah mungkin mempunyai variabel yang sedikit dan mudah didefinisikan serta mempunyai tingkat kepastian yang tinggi. Masalah yang lain mempunyai variabel yang banyak dan penuh dengan ketidakpastian.

Penyederhanaan Masalah

Masalah yang diperkirakan sangat kompleks perlu disederhanakan , maka diperlukan beberapa asumsi, menyederhanakan hubungan antara variabel serta membatasi lingkup masalah . Asumsi yang digunakan antara lain berkaitan dengan periode waktu tertentu kondisi .tidak berubah secara drastic demand terhadap suatu komoditi tidak berubah dan sebagainya. Model hubungan dapat disederhanakan berkaitan dengan asumsi adanya kesamaan konsumsi masayarakat berkaitan dengan tingkat/kadar social ekonominya atau tingkat pendapatannya. Penyederhanaan lain misalnya pola perubahan pendapatan dan pola konsumsi diasumsikan bersifat linear sehingga model dapat diprediksi. Pembatasan lingkup masalah diperlukan dengan pemecahan masalahnya dapat ditangani dengan hasil yang optimal. Walaupun model yang dibangun sangat komplek dan memerlukan wawasan pengetahuan yang luas namun pada sekmen tertentu perlu dibatasi permasalahannya. Ada acuan yang dapat digunakan dalam pembatasan masalah yaitu globally thingking but locally acting

Model Pemecahan Masalah

Sebagaimana dikemukakan model pemecahan masalah perlu diseduaikan dengan karakteristik masalah. Misalnya untuk kondisi yang spesipik digunakan model matematik. Untuk model normative lebih sesuai untuk meneliti masalah secara optimal, adalah dengan memperhitungkan kondisi yang ada. Model deskriptif lebih sesuai untuk model analisis simbolis digunakan untuk menyederhanakan fungsi suatu system.

Testing Pemecahan Masalah

Hasil analisis seyogyanya diadakan testing untuk memantapkan hasil prediksi model. Penyesuaian seperlunya dapat dilakukan bilamana hasil testing belum dapat memuaskan pengambilan keputusan.

Pengendalian Feedback/Umpan Balik

Berdasarkan hasil testing model serta pengaruh yang mungkin dapat terjadi, para pengambil keputusan dapat melakukan pengendalian melalui monitoring dan evaluasi. Bilamana pengaruh lebijakan yang ditetapkan dianggap kurang memuaskan dapat dilakukan tiga hal; antara lain merevisi model analisis, memformulasi kembali masalahnya atau dampak yang diduga terjadi dapat dieleminasi.

Penerapan Model

Analisis pengambilan keputusan seringkali dilaksanakan oleh staf yang professional. Namun bilamana pengambilan keputusan tidak mengikuti secara langsung atau kurang memahami persoalan yang berkaitan dengan tujuan, asumsi serta simulasi yang diperlukan maka hasil analisis mungkin dianggap kurang memuaskan maka koordinasi antara pengambil keputusan dengan analisis yang professional menjadi penting agar terkjadi komunikasi dan keberhasilan dalam menerapkan hasil analisis bagi pengambilan keputusan bagi pengembangan argumen.

Tidak ada data yang pasti tentang seberapa besar model analisis pengambilan keputusan yang digunakan oleh organisasi. Namun selain decade 1975 Schumacher dan Smith telah mengirim questioner kepada 168 perusahaan yang tercatat dalam majalah Fortune Magazines sebagai 500 perusahaan industri yang terkemuka. Dari 65 perusahaan yang memberi respon, terdapat 49 perusahaan yang menerapkan analisis pengambilan keputusan. Hasil studi juga menunjukkan bahwa ada dua kesulitan pokok dalam membangun koordinasi antara staf professional dengan para pengambil keputusan, yaitu menyangkut tingkat kepercayaan/keyakinan dari para pengambil keputusan dan miss komunikasi anta para analisis professional dengan para pelaksana operasional.

Survey kedua dilakukan pada tahun 1967 oleh Vatter yang mengirim questioner kepada 3.500 perusahaan di USA dengan focus penelitian tentang model analisis yang digunakan oleh para eksekutif dari 360 perusahaan besar dan menengah yang memberi respon sebagian besar (63 %) menggunakan model PERT/CPM network untuk perencanaan jadual opersional perusahaan dan kontrol pelaksanaan kegiatan. Selanjutnya menggunakan model analisis inventori dan linear programming. Hasil penelitian Vatter juga mencatat bahwa penerapan model analisis PERT/CPM memperoleh hasil yang paling sukses (34 %) disbanding model analisis lainnya. Namun perlu dicatat bahwa hampir 2/3 reeponden menyatakan semua model kurang sesuai untuk diimplementasi. Model PERT/CPM meskipun dianggap paling sukses pada waktu itu, dalam implementasinya kurang diikuti dengan feedback atau monitoring dan evaluasi serta partisipasi aktif selama kegiatan berlangsung.

Tabel 25

Model Analisis Pengambilan Keputusan Hasil Penerapan di USA, Tahun 1967.No.Model

AnalisisPenggunaan (%)Hasil Penerapan (%)

Tidak terlaluKadang-kadangTerlaluBaikJelekTidak Jelas

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Matematika Programing

PERT/CPM

Questionaire

Model Inventory

Simulasi

Lain-lainnya*54

37

78

48

50

8731

45

19

32

34

715

18

3

20

6

624

34

9

24

31

969

59

87

68

63

907

7

4

8

6

1

Keterangan : - Jumlah responden 3160 perusahaan besar dan menengah

-* Model lain meliputi Model Analisis Marshal, Theory Probability, Vatter juga menambahkan model analisis factor, analisis regresi dan statistic sampling, namun dalam laporan tersebut tidak dibahas secara khusus harus merupakan bagian pengembnagan model-model di atas.

Melihat hasil penelitian pada tahun 1970-an di atas menunjukkan bahwa masih ada gap penggunaan analisis pengambilan keputusan dan para pengambil keputusan dalam mengevaluasi hasil tersebut perlu dikemukakan tiga pendapat ahli manajemen yaitu Harvey M. Wagner, Peter F. Qoucher dan C. Jackson Grayson.

Wagner (1969) adalah guru besar Manajemen Sciences, menyatakan bahwa dalam dua decade mendatang, (1990-an) model analisis pengambilan keputusan akan mengalami perkembangan pesat dan akan banyak diterapkan di bidang pemerintahan dan perusahaan bisnis. Perkiraan tersebut didasarkan pada keyakinan bahwa para manager dan pengambil kepputusan akan belajar dari kenyataan bahwa kebijakan yang ditetapkan memerlukan dasar analisis yang rasional. Disamping itu perkembangan komputer telah membantu proses analisis yang rumit menjadi lebih cepat diperoleh hasilnya. Wagner menyatakan : Sangat sedikit eksekutif yang menentukan kabijakan organisasi masih menanyakan Mengapa kami memerlukan bantuan analisis pengambil keputusan/operation riset ? Mereka tahu jawabannya !

Quecher (1971) seorang konsultan manajemen berpendapat Model analisis pengambilan keputusan kurang diminati para manager karena kurang meyakinkan dalam memecahkan permasalahan organisasi. Menurut Quecher anggapan para manager tersebut disebabkan analisis hanya memfokuskan sebagian dari masalah organisasi disbanding dengan masalah organisasi keseluruhan. Akibatnya bagian yang dianalisis memang merupakan solusi optimal namun dalam penerapan tidak mampu memecahkan masalah organisasi yang sesungguhnya disbanding dengan dasar pengalaman manajerioal selama bertahun-tahun.

Grayson (1971) adalah ketua Komisi Penetapan Harga menyatakan bahwa analisis pengambilan keputusan akan berkembang pada perusahaan yang berbasis manajemen. Adapun gap antara hasil analisis dengan praktek penerapan disebabkan lima hal yaitu :

a. Para manager membutuhkan waktu yang singkat untuk memperoleh hasil yang nyata sesuai rekomendasi hasil penelitian.

b. Analisis model pengambilan keputusan memerlukan basis data yang lengkap dan akurat sedangkan para manager tidak dapat menunggu proses pengumpulan data yang memerlukan waktu cukup lama.

c. Masih sedikit staf peneliti yang mempunyai kemampuan menggunakan model analisis yang memang cukup sulit.

d. Banyak persoalan dalam keputusan organisasi yang memerlukan kebijakan yang cepat dan kadang kotor yang tidak dapat diterima oleh para analisis yang professional.

e. Adanya asumsi analisis yang kurang realistis. Keadaan nyata sehingga formulasi model dapat diaplikasi dalam kondisi politik dan social ekonomi yang sesungguhnya.

Bagi para peneliti yang professional pekerjaan penelitian merupakan salah satu kepuasan. Dalam suatu penelitian terhadap 400 peneliti yang terlibat dalam analisis pengambilan keputusan yang tergabung dalam the Operation Researc Society of Amerika (ORSA) pada tahun 1971 telah diproses respon dati 192 peneliti yang menyatakan bahwa pengamanan hasil peneliti merupakan kepuasan yang utama. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa peneliti professional akan bekerja dengan baik pada lingkungan negara yang memberi kesempatan berkembang

KUALITAS

SUMBER DAYA

ALAM DAN LH

SOCIO

ECONOMIC

SOCIETY

POLITICAL

SOCIETY

TECHNICAL SOCIETY

MANAGERIAL SOCIETY

Material

Balance

Quality

Standards

Marginal

Analysis

Market

Simulation

Trade

Off

Analysis

Decision

Structure

Planning

Methode

Financing

Landresources

Program

New Decision

Structure

Biologi

Toxicity

Deficiency

Interest Group VS

Public Needs

Need and

Value

System

Negoziation

Compromise

Coalition