88
23 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI SURAKARTA DENGAN PENEKANAN PADA RUANG BERSAMA MELALUI PENDEKATAN ARSITEKTUR PERILAKU TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Universitas Sebelas Maret Disusun Oleh : CITRA DWI PUTRA NIM. I O2O4O41 JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN - …/Konsep... · Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai ... Sistem Penangkal Petir ... bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

  • Upload
    doduong

  • View
    250

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN - …/Konsep... · Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai ... Sistem Penangkal Petir ... bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

23

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI SURAKARTA

DENGAN PENEKANAN PADA RUANG BERSAMA MELALUI PENDEKATAN

ARSITEKTUR PERILAKU

TUGAS AKHIR

Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai

Gelar Sarjana Teknik Arsitektur

Universitas Sebelas Maret

Disusun Oleh :

CITRA DWI PUTRA

NIM. I O2O4O41

JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

Page 2: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN - …/Konsep... · Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai ... Sistem Penangkal Petir ... bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

23

2009

RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI SURAKARTA

DENGAN PENEKANAN PADA RUANG BERSAMA MELALUI PENDEKATAN

ARSITEKTUR PERILAKU

Disusun Oleh :

CITRA DWI PUTRA

NIM. I O2O4O41

Menyetujui, Surakarta, 26 Oktober 2009

Pembimbing I Pembimbing II Ir. MDE Purnomo, MT Fauzan Ali Ikhsan. ST, MT NIP. 19511111 198003 1 001 NIP. 19731227 200003 1 003

Mengesahkan,

Pembantu Dekan I Ketua Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Fakultas Teknik Ir. Nugroho Djarwanti, MT. Ir. Hardiyati, MT. NIP. 19561112 198403 2 009 NIP. 19561209 198601 2 001

JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

Page 3: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN - …/Konsep... · Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai ... Sistem Penangkal Petir ... bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

24

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2009 KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan Karunia, Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan

tugas akhir ini dengan baik dan lancar. Tugas akhir ini merupakan salah satu syarat

akademik untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik di Jurusan Arsitektur Universitas

Sebelas Maret Surakarta (UNS).

Penulis menyadari bahwa dengan keterbatasan yang dimiliki tidak akan dapat

menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik tanpa bantuan,saran, dorongan, perhatian dari

berbagai pihak. Dalam kesempatan ini dengan segenap kerendahan hati perkenankan

penyusun menghaturkan terimakasih kepada :

1. Bapak Ir. Mukahar, MSCE, selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

2. Ibu Ir. Noegroho Djarwanti, MT, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Teknik

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ibu Ir. Hardiyati, MT, selaku Ketua Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik UNS.

4. Bapak Ir. MDE Purnomo, MT selaku Dosen Pembimbing I atas bimbingan,

dorongan, dan motivasi yang diberikan.

5. Bapak Fauzan Ali Ikhsan, ST, MT selaku Dosen Pembimbing II atas bimbingan,

dorongan, dan motivasi yang diberikan.

6. Ibu Ir. Hardiyati, MT selaku Pembimbing Akademis.

7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuan

serta dukungannya dalam menyelesaikan konsep tugas akhir ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan ini masih jauh

dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran akan Penulis terima dengan terbuka.

Akhir kata, semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi Penulis pribadi dan

kita semua, Amin.

Surakarta, September 2009 Penulis,

Citra Dwi Putra

Page 4: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN - …/Konsep... · Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai ... Sistem Penangkal Petir ... bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

25

DAFTAR ISI

Halaman Judul…………………………………………………………… i

Halaman Pengesahan……………………………………………………. ii

Kata Pengantar…………………………………………………………... iii

Daftar Isi………………………………………………………………… iv

Daftar Gambar………………………………………………………….... xii

Daftar Tabel……………………………………………………………… xvi

Daftar Skema…………………………………………………………….

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………… 1

A. Judul………………………………………………………… 1

B. Definisi Judul……………………………………………….. 1

C. Latar Belakang Masalah…………………………………… 2

1. Permasalahan Kependudukan di Surakarta……………… 2

2. Fungsi Ruang Bersama pada Rusunawa…………………. 4

3. Fenomena Ruang Bersama……………………………….. 7

D. Permasalahan dan Persoalan………………………………. 10

1. Permasalahan……………………………………………… 10

2. Persoalan………………………………………………….. 10

E. Tujuan dan Sasaran………………………………………… 12

1. Tujuan…………………………………………………….. 12

2. Sasaran……………………………………………………. 12

F. Batasan dan Lingkup Pembahasan………………………… 14

1. Batasan Pembahasan……………………………………… 14

2. Lingkup Pembahasan……………………………………... 14

Page 5: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN - …/Konsep... · Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai ... Sistem Penangkal Petir ... bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

26

G. Metode Pembahasan dan Strtegi Desain………………….. 15

1. Metode Pembahasan……………………………………... 15

2. Strategi Desain…………………………………………… 17

H. Sistematika Pembahasan…………………………………… 18

I. Pola Pikir……………………………………………………. 21

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA…………………………………….. 23

I. Arsitektur Perilaku Lingkungan………………………… 23

A. Pengertian Arsitektur, Perilaku, dan Lingkungan…. 23

B. Proses Perilaku Manusia……………………………… 23

1. Proses Individual……………………………………. 23

2. Proses Sosial………………………………………… 26

C. Behavior Setting dalam desain……………………….. 32

II. Tinjauan Rusunawa……………………………………… 33

A. Pengertian, Landasan, Kriteria,

dan Sasaran Pembangunan…………………………. 33

1. Pengertian………………………………………….. 33

2. Landasan Hukum Pembangunan Rusunawa………. 33

3. Tujuan……………………………………………… 35

4. Kriteria Pembangunan rumah Susun………………. 35

5. Sasaran Pembanunan Rumah Susun……………….. 36

B. Kategori Rumah Susun………………………………. 36

1. Berdasarkan Ketinggian Bangunan…………………. 36

2. Berdasarkan Sistem Pelayanan Sirkulasi……………. 36

3. Berdasarkan Status Kepemilikan……………………. 36

C. Komponen Perencanaan Rumah Susun

Sederhana……………………………………………… 38

1. Komponen Fisik……………………………………... 38

2. Komponen Non Fisik………………………………… 38

D. Dasar Penyelenggaraan Rumah Susun………………. 39

Page 6: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN - …/Konsep... · Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai ... Sistem Penangkal Petir ... bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

27

E. Persyaratan Teknis Pembangunan

Lingkungan Rumah Susun…………………………… 40

1. Ruang………………………………………………… 40

2. Struktur, Komponen, Bahan Bangunan…………….. 41

3. Kelengkapan Rumah Susun…………………………. 42

4. Kepadatan dan Tata Letak Bangunan………………. 44

5. Satuan Rumah Susun……………………………….. 45

6. Benda Bersama……………………………………… 46

7. Bagian Bersama…………………………………….. 46

8. Prasarana……………………………………………. 46

9. Utilitas Umum Lingkungan………………………… 47

10. Fasilitas Lingkungan……………………………… 48

F. Persyaratan Lain-lain…………………....................... 50

G. Sistem Kepemilikan……………………………........... 51

H. Penyelenggaraan dan Status Kelembagaan……........ 51

I. Aspek Desain Rusunawa Bagi Masyarakat

Menengah Kebawah…………………………………. 53

1. Fleksibilitas dan Variasi Tata Ruang………………. 53

2. Ketinggian Bangunan……………………………… 54

3. Ruang Usaha Untuk Peningkatan Faktor Ekonomi... 54

4. Ruang Bersama…………………………………….. 55

5. Keterpaduan dengan Ruang Kota…………………. 55

J. Studi Tentang Kepenghunian Rumah Susun……… 56

K. Studi Kasus…………………………………………... 57

1. Rusunawa Dupak………………………………. …. 57

2. Rusunawa Sombo………………………………….. 60

BAB III : TINJAUAN SETTING (RUANG) BERSAMA

A. Proses Terjadinya Interaksi Sosial………………… 64

B. Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial……………………. 65

Page 7: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN - …/Konsep... · Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai ... Sistem Penangkal Petir ... bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

28

C. Macam dan Pola Interaksi Sosial………………….. 67

D. Atribut pada Ruang Bersama……………………… 67

E. Ruang Bersama pada Rusunawa 1

di Kp. Begalon Panularan …………………………. 69

BAB IV : TINJAUAN KAWASAN PERENCANAAN…………. 77

A. Tinjauan Kota Surakarta…………………………… 77

1. Kondisi Fisik………………………………………. 77

2. Kondisi Non Fisik………………………………….. 80

B. Tinjauan Lokasi Perencanaan……………………… 85

1. Letak dan Batas Wilayah………………………….. 85

2. Kondisi Non Fisik…………………………………. 86

3. Kondisi Fisik……………………………………….. 89

4. Kesimpulan Hasil Tinjauan……………………….... 92

BAB V : ANALISA PENDEKATAN PERENCANAAN

DAN KONSEP PERANCANGAN…………………….. 93

I. Analisis Pendedekatan Konsep Perencanaan……….. 93

A. Ruang Bersama……………………………………. 93

B. Pemilihan dan Pengolahan Lokasi Lokasi………. 93

C. Tampilan Bangunan………………………………. 93

D. Struktur dan Material…………………………….. 94

E. Utilitas……………………………………………… 94

II. Analisis Pendedekatan Konsep Perancangan……….. 94

A. Analisa Pendekatan Peruangan………………….. 94

1. Analisa Pendekatan Program Ruang…………. …. 94

2. Analisa Pendekatan Kebutuhan dan

Besaran Fasilitas Penunjang……………………… 98

3. Rekapitulasi Perhitungan Perencanaan Fasilitas…. 105

Page 8: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN - …/Konsep... · Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai ... Sistem Penangkal Petir ... bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

29

4. Analisa Perencanaan Rumah Susun………………. 106

5. Analisa Organisasi dan Hubungan Ruang………… 116

B. Analisa Pendekatan Ruang Bersama…………….. 118

1. Jenis Ruang Bersama……………………………… 118

a. Ruang Bersama Pada Tiap Lantai Hunian…….. 121

b. Ruang Bersama pada Lantai Dasar……………. 126

c. Taman Bermain Anak…………………………. 128

d. Taman Untuk Remaja………………………….. 131

e. Ruang Serbaguna………………………………. 133

f. Ruang Bersama Antar Kelompok Sosial……….. 134

g. Ruang-ruang Ekonomi………………………….. 137

h. Fasilitas Penunjang……………………………… 138

C. Analisa Pendekatan Tata Site………………………. 142

1. Analisa Lokasi Tapak………………………………. 142

2. Analisa Sirkulasi……………………………………. 145

3. Analisa View……………………………………….. 149

4. Analisa Orientasi…………………………………… 152

5. Analisa Klimatologis……………………………….. 154

D. Analisa Tampilan Bangunan……………………….. 156

1. Analisa Pola Penataan Massa Bangunan…………… 156

2. Analisa Bentuk dan Penampilan Bangunan………… 158

E. Analisa Persyaratan Bangunan……………………... 162

1. Analisa Sistem Penghawaan………………………. 162

2. Analisa Sistem Pencahayaan Alami……………….. 163

3. Analisa Sistem Noise………………………………. 163

4. Analisa Sistem Sirkulasi Bangunan……………….. 164

F. Analisa Struktur…………………………………….. 165

1. Sub Struktur……………………………………….. 165

2. Supper Srtuktur……………………………………. 167

G. Analisa Bahan dan Material Bangunan…………… 169

Page 9: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN - …/Konsep... · Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai ... Sistem Penangkal Petir ... bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

30

1. Material Elemen Dinding………………………….. 169

2. Material Elemen Lantai……………………………. 170

3. Material Elemen Plafond………………………….. 171

4. Material Elemen Penutup Atap……………………. 172

H. Analisa Pendekatan Utilitas………………………… 173

1. Sistem Plumbing Jaringan Air…………………….. 173

2. Sistem Elektrikal…………………………………… 177

3. Sistem Komunikasi………………………………… 178

4. Sistem Pengaman Bahaya Kebakaran……………… 179

5. Sistem Penangkal Petir…………………………….. 183

6. Sistem Pembuangan Sampah………………………. 185

BAB VI : KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN… 186

I. Konsep Peruangan……………………………………… 186

A. Konsep Bangunan Rumah Susun…………….......... 186

1. Jumlah Unit Hunian……………………………….. 186

2. Jumlah Lantai, Massa, Penataan Ruang, Luas…….. 186

B. Konsep Peruangan dalam Hunian…………………. 188

1. Kegiatan dan Kebutuhan Ruang…………………. 188

2. Program Ruang…………………………………… 188

3. Organisasi Ruang Tinggal………………………… 189

C. Konsep Bentuk dasar Hunian………………………. 190

1. Modul Ruang…………………………………….. 190

2. Bentuk Dasar Unit Tinggal………………………. 190

3. Peruangan Unit Tinggal………………………….. 191

D. Konsep Organisai dan Hubungan Ruang…………. 192

1. Organisasi Ruang Makro………………………… 192

2. Organisasi Fasilitas Pendidikan…………………. 193

3. Organisasi Masjid………………………………… 193

4. Organisasi Ruang Serbaguna……………………. 194

Page 10: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN - …/Konsep... · Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai ... Sistem Penangkal Petir ... bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

31

5. Organisasi Fasilitas Kesehatan………………….. 194

E. Perencanaan Fasilitas Penunjang…………………. 194

II. Konsep Ruang Bersama……………………………….. 195

A. Jenis Ruang Bersama………………………………. 195

1. Ruang Bersama Pada Tiap Lantai Hunian……….. 195

2. Ruang Bersama pada Lantai Dasar………………. 199

3. Taman Bermain Anak……………………………. 200

4. Taman Untuk Remaja……………………………. 203

5. Ruang Serbaguna………………………………… 205

6. Ruang Bersama Antar Kelompok Sosial…………. 206

7. Ruang-ruang Ekonomi……………………………. 208

8. Fasilitas Penunjang……………………………….. 210

III. Konsep Tata Site………………………………………… 213

A. Konsep Lokasi Tapak……………………………….. 213

B. Konsep Sirkulasi…………………………………….. 215

1. Sirkulasi Pencapaian Kawasan…………………… 215

2. Sirkulasi dalam Tapak……………………………. 217

C. Analisa View…………………………………………. 219

1. View To Site………………………………………. 219

2. View From Site…………………………………… 220

D. Analisa Orientasi…………………………………….. 220

E. Analis Klimatologis………………………………….. 222

1. Analisa Matahari…………………………………. 222

2. Analisa Angin…………………………………….. 222

IV. Konsep Tampilan Bangunan…………………………… 223

A. Konsep Pola Penataan Massa Bangunan………….. 223

B. Konsep Bentuk dan Penampilan Bangunan………. 225

1. Konsep Bentuk Bangunan……………………….. 225

2. Konsep Penampilan Bangunan…………………… 226

V. Konsep Persyaratan Bangunan……………………….. 229

Page 11: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN - …/Konsep... · Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai ... Sistem Penangkal Petir ... bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

32

A. Analisa Sistem Penghawaan………………………. 229

B. Analisa Sistem Pencahayaan Alami………………. 230

C. Analisa Sistem Noise……………………………….. 230

D. Analisa Sistem Sirkulasi Bangunan………………. 231

1. Sirkulasi Horizontal……………………………… 231

2. Sirkulasi Vertikal………………………………… 231

VI. Konsep Struktur……………………………………….. 232

A. Sub Struktur……………………………………….. 232

B. Supper Srtuktur……………………………………. 232

VII. Konsep Bahan dan Material Bangunan………………. 232

1. Material Elemen Dinding………………………….. 232

2. Material Elemen Lantai…………………………… 232

3. Material Elemen Plafond………………………….. 232

4. Material Elemen Penutup Atap…………………… 232

VIII. Konsep Pendekatan Utilitas…………………………… 233

A. Sistem Plumbing Jaringan Air……………………. 233

1. Jaringan Air Bersih……………………………… 233

2. Jaringan Air Hujan……………………………… 234

3. Jaringan Air Kotor……………………………… 235

B. Sistem Elektrikal…………………………………… 235

C. Sistem Komunikasi…………………………………. 236

D. Sistem Pengaman Bahaya Kebakaran……………. 237

E. Sistem Penangkal Petir…………………………….. 237

F. Sistem Pembuangan Sampah……………………… 238

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………… xvii

UCAPAN TERIMAKASIH………………………………………….. xv…

Page 12: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN - …/Konsep... · Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai ... Sistem Penangkal Petir ... bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

33

UCAPAN TERIMAKASIH

è ALLAH SWT, atas segala ke-MAHA-segalaan-Mu yang telah diberikan kepada

penulis.

è Kedua Orang tuaku, Terima kasih terspecial sebanyak-banyaknya untuk cinta

kasih yang tulus, doa dan dukungan yang tiada henti terucap demi kesuksesan

penulis dan segalanya yang telah diberikan dengan ikhlas. Semoga ini bisa menjadi

hadiah kecil buat papah dan mamah.

è Kakak dan Adekku, Terimakasih untuk doa dan dukunganya.

è R.A. Adhisti Harrydiant Putri, setelah semua yang diberikan selama ini, rasanya

terlalu pelit jika pada karya TA aku ini tidak mengucapkan kata terimaksih yang

“terspecial” buat kamu.

è Nazal Arridho (Nawir) dan Anggi (Petroez), teman seperjuangan. Teman dari

awal masuk kost, berjuang bersama di kuliah, tugas akhir, sampai keluar UNS

dengan gelar Ir. Terima kasih untuk pertemanannya yang luar biasa, untuk segala

tawa, dan untuk segala bantuan.

è Buat anak-anak kos Rumah Keonk dan Alfista 2, Nawier, Petroez, Kiwil,

Gundul(Thnx dah Jd Temen Bergadang diwaktu lembur), Ervan, Keong, Rikon,

Lambe, Bogi, Penyok, Agung, Beler (Makasih tuk pinjeman komputernya yo),

Page 13: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN - …/Konsep... · Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai ... Sistem Penangkal Petir ... bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

34

Sendhok, Beck, Danang, Penthol, Vanoy, Havid, Ridho, Terima kasih untuk

persahabatan kita, untuk canda tawa dan keceriaan, cerita dan gosip yang seru dan

heboh (ceritanya gundul, hehe), untuk segala perhatiannya, untuk menjadi

pendengar dan teman yang baik. Jangan pernah lupa, kalo kita pernah menjadi

keluarga yach.

è Anak-anak Studio TA periode 115, Kawan-kawan yang lulus bersama, terima

kasih untuk membuat skripsi tidak sesulit itu karena kita jalani bersama. Selamat!

è Pak Ir. MDE Purnomo, MT (Pak Ipung) dan Pak Fauzan, ST, MT, sebagai

pembimbing Tugas Akhir, yang telah memberikan banyak sekali ilmu, masukan,

kritikan, cerita dan tidak bosan-bosannya untuk penulis ganggu untuk konsultasi,

Terimakasih sangat.

è Ir. Hardiyati, MT (Bu Nunuk), sebagai pembimbing akademis selama masa

perkuliahan. Terimakasih atas bimbingan, perhatian, dan waktu yang diberikan.

è Teman-teman angkatan 2004, terimakasih karena sudah menjadi temanku selama

kuliah. Aku tidak akan melupakan saat-saat yang menyenangkan bersama kalian.

è Bang Rojib, Andika, Helmoy; Tim Maket. Terimaksih untuk maketnya sungguh

menawan.

è Untuk segenap Karyawan TU-Jurusan Arsitektur atas dedikasi tingginya

melayani kami, para mahasiswa yang sering merepotkan.

è Terimaksih Solo; kota yang tenang, yang mengenyangkan, yang ramah, yang

praktis, yang murah, pokoknya i love Solo.

è Pihak-pihak yang belum penulis sebutkan yang turut membantu baik dengan

moril maupun materiil sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Terima kasih

yang sebanyak-banyaknya atas kebaikan dan perhatian yang kalian berikan.

Page 14: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN - …/Konsep... · Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai ... Sistem Penangkal Petir ... bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

35

BAB I

PENDAHULUAN

A. Judul

Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) di Surakarta dengan Penekanan pada

Perancangan Ruang Bersama Melalui Pendekatan Arsitektur Perilaku.

B. Definisi judul

· Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) :

- Rumah susun sederhana sewa, yang selanjutnya disebut Rusunawa, adalah

bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang

terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah

horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing

digunakan secara terpisah, status penguasaannya sewa serta dibangun dengan

menggunakan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah dengan fungsi utamanya sebagai hunian.17

17 Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor : 18/PERMEN/M/2007. Tentang Petunjuk Pelaksanaan Perhitungan Tarif Sewa Rumah Susun Sederhana yang Dibiayai APBN dan APBD.

Page 15: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN - …/Konsep... · Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai ... Sistem Penangkal Petir ... bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

36

- Rumah susun yang dibangun untuk masyarakat berpenghasilan rendah dan

dikelola oleh pengelola lokasi yang ditunjuk pemilik rusunawa untuk

dioperasikan berdasarkan sistem sewa.18

· Ruang Bersama :

- Ruang-ruang umum pada bangunan dan di luar bangunan rusunawa yang

menjadi bagian dari tanggung jawab pengelolaan dan dapat dimanfaatkan untuk

pemakaian bersama, termasuk selasar, ruang tangga, taman, tempat bermain,

sarana olahraga, tempat parkir, sarana ibadah, dan ruang serbaguna.19

- Suatu wadah yang dapat menampung berbagai kegiatan kebersamaan di dalam

memenuhi kebutuhan ekonomi, sosial, budaya penghuni sehingga mampu

membawa penghuninya menjadi suatu komunitas yang lebih baik dalam

peningkatan taraf kehidupan masyarakat baik materiil ataupun spirituil.20silitas

Ø Perilaku :

Menunjukan manusia dalam aksinya, berkaitan dengan semua aktivitas manusia

secara fisik; berupa karakter interaksi manusia dengan sesamanya ataupun dengan

lingkungan fisiknya.21gkunk akan

“Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) di Surakarta dengan Penekanan

pada Perancangan Ruang Bersama Melalui Pendekatan Arsitektur Perilaku”

yang dimaksud adalah Rumah susun yang dibangun untuk masyarakat berpenghasilan

menengah kebawah yang dioperasikan berdasarkan sistem sewa dengan penekanan

pada perancangan suatu wadah yang dapat menampung berbagai kegiatan

kebersamaan di dalam memenuhi kebutuhan ekonomi, sosial, budaya penghuni

melalui pendekatan karakter interaksi calon penghuni dengan sesamanya ataupun

dengan lingkungan fisiknya, sehingga membawa penghuninya menjadi suatu

18 DPU, Badan Penelitian dan Pengembangan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Permikiman, dan JICA . Buku 4 Konsep Pengelolaan Operasional Rumah Susun Sederhana Sewa. 19 DPU, Badan Penelitian dan Pengembangan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Permikiman, dan JICA . Buku 4 Konsep Pengelolaan Operasional Rumah Susun Sederhana Sewa. 20 Ratna Darmiwati. Staff Pengajar Fakultas Teknik Jurusan Arsitektur Universitas Merdeka Surabaya. Studi Ruang Dalam Rumah Susun Bagi Penghuni Berpenghsailan Rendah. 21 Laurens, J.M. 2004. Arsitektur dan Perilaku Manusia. Grasindo. Surabaya

Page 16: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN - …/Konsep... · Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai ... Sistem Penangkal Petir ... bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

37

komunitas yang lebih baik dalam peningkatan taraf kehidupan masyarakat baik

materil ataupun spirituil.

C. Latar Belakang Masalah

1. Permasalahan Kependudukan dan Perumahan di Surakarta

Secara makro, perkembangan tata ruang kota Surakarta dicirikan sebagai

daerah transisi antara perumahan dan fasilitas komersial, sedangkan fasilitas umum

berkembang seiring dengan perkembangan kedua kelompok tersebut. Namun pada

kenyataannya kegiatan komersial semakin mendesak peruntukan lahan perumahan.

Lahan pemukiman yang berada di daerah yang memiliki intensitas kegiatan dengan

nilai ekonomi tinggi semakin tergeser, mengakibatkan lahan pemukiman semakin

berkurang dan bertambah padat. Lahan pemukiman yang ada tidak lagi mampu

mencukupi/mewadahi perkembangan pemukiman secara horisontal. Kondisi

keterbatasan lahan hunian ini sangat dirasakan oleh masyarakat yang mempunyai

tingkat sosial ekonomi rendah, sehingga muncul kecenderungan terjadinya

lingkungan kumuh.

Berdasarkan distribusi penduduk kota Surakarta menurut jenis pekerjaan

dan tingkat pendidikan maka secara komparatif dapat kita ketahui bahwa masih

banyak penduduk kota Surakarta yang bekerja dengan penghasilan rendah dengan

pendapatan sekitar pada Rp. 350.000,- sampai dengan Rp. 450.000,- perbulan.

Besarnya pendapatan dari masyarakat golongan ini hampir sebanding dengan nilai

UMK yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar keluarga selama satu

bulan.22 Pastinya dengan besar pendapatan tersebut kebutuhan pendidikan,

kesehatan yang layak dan kebutuhan rumah sebagai tempat tinggal tidak dapat

dipenuhi (bahkan untuk jangka waktu berpuluh tahun). Kondisi ekonomi yang

terbatas membuat keterbatasan pada aspek sosial mereka, karena kemampuan dan

penghasilan terutama hanya utnuk memenuhi kebutuhan pokok hidup keluarga,

sisa atau lebihnya biasanya untuk biaya pendidikan anak-anak (itupun maksimal

sampai usia wajib belajar). Kebutuhan akan kesehatan yang layak menjadi nomor 22 Tw/Nn. “Kawasan Kumuh di Indonesia Hanya Tinggal 20%”. Website BPKSDM. 2 Oktober 2007

Page 17: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN - …/Konsep... · Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai ... Sistem Penangkal Petir ... bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

38

sekian, apalagi untuk memenuhi kebutuhan akan rumah tempat tinggal. Pada sisi

lain laju pertumbuhan kota yang semakin positif memberi kesempatan besar bagi

usaha komersial, pemilik fasilitas kegiatan komersial memiliki kemampuan lebih

untuk membeli lahan di perkotaan terus mendesak lahan pemukiman di wilayah

perkotaan.

Dari alasan sosial (pendidikan dan penghasilan yang rendah) serta semakin

terdesaknya lahan hunian di tengah kota, kemampuan dan kesempatan membeli

lahan tempat tinggal semakin berkurang. Keadaan demikian ini sunguh

menyulitkan bagi mereka yang berpenghasilan rendah, padahal jumlah keluarga

semakin bertambah atau bahkan muncul satuan keluarga baru yang juga

membutuhkan tempat tinggal, sebagai dampaknya maka semakin banyak muncul

pemukiman tak terkendali seperti misalnya daerah kantung di belakang pusat

bisnis, daerah sekitar lintasan kereta, daerah bantaran sungai, bahkan tak jarang

terjadi penjarahan tanah kosong yang telah mempunyai hak milik.

Untuk memenuhi kebutuhan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan

rendah tersebut, pemerintah telah berupaya dengan berbagai program perumahan

salah satunya adalah dengan pengadaan rumah susun sederhana sewa (Rusunawa).

Penyediaan pemukiman berupa Rusunawa yang ditujukan bagi konsumen

golongan menengah kebawah menjadi salah satu alternatif yang efisien dan efektif

untuk menyikapi konflik kebutuhan perumahan ditinjau dari nilai lahan kota

Surakarta yang cukup tinggi.23

2. Fungsi Ruang Bersama pada Rusunawa

Membangun sebuah rumah susun merupakan kegiatan berbudaya,

merupakan cerminan upaya perwujudan nilai-nilai sosial budaya yang dianut oleh

calon penghuninya, tidak semata-mata sekedar membangun tempat berlindung.

Sebagai hasil budaya manusia maka karakteristik interaksi calon penghuninya akan

menentukan wujud hunian yang akan dihasilkan, dan hal ini akan berlaku

sebaliknya kelak bila hunian sudah terwujud. Demikianlah manusia berinteraksi

dengan lingkungan binaanya yang menghasilkan sebuah lingkungan hunian yang 23 Tw/Nn. “Kawasan Kumuh di Indonesia Hanya Tinggal 20%”. Website BPKSDM. 2 Oktober 2007

Page 18: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN - …/Konsep... · Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai ... Sistem Penangkal Petir ... bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

39

khas. Prof. Ir. Eko Budiharjo menyatakan “Bahwa pembangunan perumahan

seharusnyalah dilakukan melalui penyesuaian diri dengan pola hidup

penghuninya, bukan menentukan bagaimana seharusnya mereka hidup”.24

Sehingga sebelum melangkah pada persoalan pembangunan rumah susun,

perlu adanya pemahaman tentang karakter-karakter interaksi calon penghuninya

yang berasal dari masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Berdasarkan

kenyataan, bahwa masyarakat golongan MBR ini sebelumnya telah menjalani

corak kehidupan tertentu berdasarkan keadaan sosial ekonomi dan budaya mereka

di dalam lingkungan khusus, dan akhirnya membentuk tingkah laku tertentu pula.

Maka, corak seperti ini pula yang harus mendasari pendekatan teknis yang akan

dilakukan. Kebiasaan sehari-hari, cara hidup sehari-hari, cara berinteraksi, cara

berkomunikasi, cara hidup bertetangga, merupakan nilai-nilai hidup yang khas,

kompleksitas yang mengandung nilai-nilai sosial yang positif. Nilai-nilai ini harus

diolah di dalam cara-cara pendekatan masalah, sehingga akhirnya masyarakat

calon penghuni bukanlah objek, melainkan subjek dalam perencanaan rumah susun

tersebut yang dilakukan untuk peningkatan kualitas tentunya.

Dari hasil survey yang pernah dilakukan, para pakar Ilmu Sosial Universitas

Gajah Mada terhadap pola kehidupan sosial ekonomi golongan berpenghasilan

rendah adalah munculnya suatu gambaran yang sifatnya cukup konsisten, betapa

masyarakaat golongan berpenghasilan rendah ini tak pantas dikatagorikan sebagai

gelandangan. Istilah gelandangan seperti yang kita dapati di Indonesia membawa

kesan seolah-olah anggota-anggota masyarakat ini memiliki sifat serba tuna,

seperti tuna karya, tuna wisma, tuna tertib, dan sebagainya pokoknya suatu

masyarakat yang labil , yang serba tak menentu, dan yang sulit diatur.25

Survey yang dilakukan para pakar ilmu sosial UGM tersebut menunjukkan

betapa mereka ini umumnya mempunyai pekerjaan, memiliki tempat bernaung,

mempunyai aturan-aturan hidup bermasyarakat, dan yang terpenting mempunyai

aspirasi-aspirasi. Tentu saja semua ini dalam batasan-batasan pendapatan rendah 24 iDEA. 2008. “Apatemen Bersubsidi”. Majalah iDEA. Augustus 2008. 25 Ratna Darmiwati. Staff Pengajar Fakultas Teknik Jurusan Arsitektur Universitas Merdeka Surabaya. Studi Ruang Dalam Rumah Susun Bagi Penghuni Berpenghsailan Rendah

Page 19: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN - …/Konsep... · Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai ... Sistem Penangkal Petir ... bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

40

dari pekerjaan kasar, tempat tinggal yang sangat sederhana, dan aspirasi yang

alami. Artinya; dalam lingkungan keterbatasan semacam ini, suatu pola kehidupan

yang sederhana tetap berlangsung dan terdapat suatu sistem, dengan kualitas yang

juga sederhana.

Sifat ini banyak membatasi arti dan kualitas sistem kekeluargaan dan gotong

royong yang ada didalamnya. Di dalam perkampungan kumuh yang merupakan

asal mula daerah pembangunan rusunawa, terdapat kehidupan masyarakat

kampung dengan berbagai karakteristik interaksinya yang secara menyeluruh

memperlihatkan adanya kebersamaan didalam kehidupan sehari-harinya.26

Didalam bangunan rusunawa inilah gaya hidup masyarakat kampung yang penuh

kebersamaan, ikut terbawa masuk.

Aspek - aspek yang berpengaruh terhadap gaya hidup masyarakat

berpenghasilan rendah, antara lain :27

a. Aspek Sosial : Komunal, guyub, dan penuh kebersamaan

b. Aspek Budaya :

c. Aspek Ekonomi : :

Karakteristik interaksi warga yang sudah mendarah daging ini, memang

tidak mudah untuk dihapuskan; mengingat kebiasaan di atas sebenarnya menjadi

matang setelah mereka hidup di kampung yang kebetulan letaknya di kota;

26 Data “Urbanisasi Pembangunan dan Kerusakan Kota”, kutipan Herilianto dari hasil survey pakar Ilmu Sosial UGM 27 Ratna Darmiwati. Staff Pengajar Fakultas Teknik Jurusan Arsitektur Universitas Merdeka Surabaya. Studi Ruang Dalam Rumah Susun Bagi Penghuni Berpenghsailan Rendah

Kecendrungan bergotong royong dan hidup sederhana,

dan membuka usaha sederhana untuk meringankan

beban ekonomi keluarga.

Keterkaitan dalam suatu kelompok (komunitas) sangat

kuat. Mereka cenderung hidup secara out-door living.

Aktivitas sehari-hari lebih banyak dilakukan diluar

rumah. Pergaulan dengan sesamanaya yang dilakukan

diluar rumah dengan sekedar berkumpul bersama

menjadi suatu kebutuhanya.

Page 20: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN - …/Konsep... · Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai ... Sistem Penangkal Petir ... bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

41

sehingga dengan kepindahan penduduk menjadi warga rusunawa maka seluruhnya

akan juga diterapkan didalamnya. Dalam rusunawa, yang perencanaanya matang,

kebiasaan-kebiasaan masyarakat yang merupakan latar belakang kehidupannya ini,

sengaja diantisipasi seoptimal mungkin dan selanjutnya dituangkan kedalam

tatanan dan kelengkapan ruang-ruang di dalam bangunan bertingkat tersebut. Jadi

jelaslah bahwa “Ruang Bersama” dalam Rusunawa yang keberadaannya tidak

formal tersebut, besar manfaatnya bagi warga kampung sebagai calon penghuni..

Dikaitkan dengan karakter interaksi penghuni Rumah Susun (golongan

berpenghasilan rendah), “Ruang Bersama” bermanfaat sebagai28 :

a. Wadah temu warga, dimana proses bersosialisasi antar warga dapat berlangsung,

hasilnya: berbagai informasi bisa diperoleh.

b. Wadah berlangsungnya usaha dagang, hasilnya: bermanfaat menambah

penghasilan warga sehingga meningkatkan taraf kehidupan penghuni(material).

c. Wadah menempa moral/akhlak, hasilnya: pengendalian diri (spiritual).

d. Wadah memperluas wawasan, hasilnya: warga bisa mengikuti perkembangan

situasi, dan memanfaatkan peluang-peluang.

Selain itu adanya ruang bersama juga diperlukan dalam Rusunawa golongan

berpenghasilan rendah; karena keberadaanya dapat menampung kegiatan warga

yang tidak memiliki ruang keluarga di dalam unit huniannya (luasan sangat sempit,

pada umumnya hanya 18-36m2). Dimensi ruangan yang kecil pada rumah susun ini

sudah merupakan konsekuensi logis dari biaya yang harus ditekan serendah

mungkin sesuai kemampuan kelompok sasaran yang dituju, sehingga harus

disediakan suatu wadah untuk penghuni rumah susun untuk lebih banyak

beraktivitas di luar rumah, karena sebagian dari mereka tinggal di unit-unit yang

sudah sempit.

Keberadaan ruang bersama pada rumah susun itu sendiri telah ditetapkan

pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1988 Tentang

Rumah Susun pada paragraph 5 tentang bagian bersama dan benda bersama, pasal

28 Ratna Darmiwati. Staff Pengajar Fakultas Teknik Jurusan Arsitektur Universitas Merdeka Surabaya. Studi Ruang Dalam Rumah Susun Bagi Penghuni Berpenghsailan Rendah

Page 21: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN - …/Konsep... · Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai ... Sistem Penangkal Petir ... bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

42

20 : “Bagian bersama yang berupa ruang untuk umum, ruang tangga , selasar,

harus mempunyai ukuran, yang mempunyai persyaratan dan diatur serta

dikoordinasikan untuk dapat memberikan kemudahan bagi penghuni dalam

melakukan kegiatan sehari-hari baik dalam hubungan sesama penghuni, maupun

dengan pihak-pihak lain, dengan memperhatikan keserasian, keseimbangan, dan

keterpaduan.”

3. Fenomena Ruang Bersama

Pada kenyataanya perencanaan ruang bersama yang sudah ada cenderung

kurang terencana, sehingga para penghuni belum dapat memanfaatkan ruangan ini

secara optimal. Dapat dilihat dari beberapa fenomena pola pemanfataan ruang

bersama pada Rusunawa yang telah ada, seperti :

a. Penyediaan tempat komunal untuk menjemur tidak berfungsi dengan baik karena

para penghuni merasa tidak aman/privasi untuk menjemur pakaian secara

bersama, yang akhirnya memaksa mereka untuk menjemur pakaian mereka di

balkon tiap unit yang sebenarnya tidak direncanakan untuk menjemur,

sehingga menimbulkan kesan kumuh.

b. Perencanaan sirkulasi kendaraan pada site yang melewati ruang-ruang bersama

pada lantai dasar menjadikan ruang-ruang bersama (ruang bermain anak dan

taman) kurang nyaman baik dari segi kenyamanan (polusi kendaraan) maupun

keamanan (tempat bermain anak-anak).

Gambar I.1. Temput jemur komunal yang tidak dipakai(kiri) dan ruang bermain anak yang tidak berfungsi(kanan) Sumber : Dokumentasi Pribadi/www.google.com

Page 22: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN - …/Konsep... · Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai ... Sistem Penangkal Petir ... bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

43

c. Perancangan ruang bermain anak yang sulit terjangkau akan mengurangi minat

penghuni, apalagi anak-anak balita masih memerlukan pengawasan para orang

tua. Sehingga dapat dikatakan perancangan ruang ini kurang memperhatikan

aksesibilitas serta visibilitas.

d. Penghuni cenderung lebih menyenangi bergerak secara horizontal sehingga

keberadaan ruang bersama pada setiap lantai cukup berperan dalam

mengarahkan penghuni lebih banyak bergerak dan berhubungan sosial, serta

mudah dijangkau oleh penghuni.

e. Semula (di kampung), rumah tinggal memiliki nilai ekonomis yang tinggi,

karena hampir disetiap hunian yang dihuni banyak orang ternyata penghuninya

dapat memanfaatkan space yang amat sempit tersebut untuk kegiatan usaha

keluarga, sehingga diperlukan ruang untuk berjualan yang keberadaanya

mampu meningkatkan sumber penghasilan penghuni.

f. Terdapatnya ruangan yang semula tidak direncanakan sebagai ruang bersama

namun dimanfaatkan penghuni untuk berkumpul, dan ada juga yang awalnya

direncanakan sebagai ruang bersama namun tidak dimanfaatkan oleh

penghuninya. Fenomena ini dipengaruhi atribut-atribut yang terjadi pada

masing-masing ruangan bersama.

Dari fenomena-fenomena diatas, dapat disimpulkan bahwa dibalik kebijakan

pemerintah tentang perencanaan rusunawa yang sudah dianggap berhasil dalam

teknis bangunan, ternyata masih terdapat permasalahan dimana kurang optimalnya

perencanaan ruang bersama, yang disebabkan pada perencanaan yang kurang

memperhatikan atribut-atribut yang ada seperti aksesibilitas, kenyamanan,

sosialitas, keamanan, dan lain-lain. Padahal apabila penghuni rusunawa ini mampu

memanfaatkan ruang bersama ini secara optimal, maka mereka mendapatkan

manfaat-manfaat yang begitu besar (seperti yang dibahas pada halaman 6) dalam

meningkatkan taraf kehidupan masyarakat baik materiil ataupun spirituil.

Jadi perancangan ruang bersama sebagai suatu wadah yang menampung

kebersamaan masyarakat di dalam memenuhi kebutuhan ekonomi, sosial, budaya

penghuninya, harus direncanakan seoptimal mungkin. Dengan memberikan

Page 23: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN - …/Konsep... · Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai ... Sistem Penangkal Petir ... bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

44

atribut-atribut yang mampu memberikan kenikmatan memakai, yaitu kenyamanan,

aksesbilitas, sosialitas, visibilitas, adaptabilitas, keamanan pada perencanaan ruang

bersama, diharapkan dapat mewujudkan ruang bersama yang keberadaanya dapat

dimanfaatkan secara optimal oleh penghuninya. Penekanan pada perancangan

ruang bersama yang dimaksudkan ini diharapkan nantinya akan menghasilkan

sebuah desain rusunawa yang akan membawa penghuninya menjadi suatu

komunitas yang lebih baik dalam peningkatan taraf kehidupan masyarakat baik

materiil ataupun spirituil.

D. Permasalahan dan Persoalan

1. Permasalahan

Bagaimana konsep perencanaan dan perancangan yang dapat merespon wadah

fisik Rusunawa sebagai wahana budaya berhuni melalui kajian optimalisasi Ruang

bersama sebagai wahana peningkatan taraf hidup penghuni baik materiil ataupun

spirituil.

2. Persoalan

Ø Ruang Bersama (Khusus)

a. Bagaimana menentukan karakter ruang bersama yang memberi kenyamanan

fisik maupun visual bagi penghuni Rusunawa.

b. Bagaimana menentukan karakter ruang bersama yang mampu memfasilitasi

interaksi sosial antar penghuni Rusunawa.

c. Bagaimana menentukan karakter ruang bersama yang memberi kemudahan

aksesbilitas menuju ruang bersama yang dituju penghuni, serta tidak

terpotong arus sirkulasi.

d. Bagaimana menentukan karakter ruang bersama yang adaptabilitas yang

mampu menampung kegiatan berbeda akibat perubahan aktivitas penghuni

Rusunawa meliputi susunan, letak, pengurangan, atau penambahan

komponen fisik pada ruang.

Page 24: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN - …/Konsep... · Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai ... Sistem Penangkal Petir ... bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

45

e. Bagaimana menentukan karakter ruang bersama yang memberikan

visibilitas yang menarik sehingga menciptakan pola interaksi yang dinamis

antar penghuni Rusunawa maupun dengan masyarakat luar.

f. Bagaimana menentukan karakter ruang bersama yang memberi rasa aman

serta dapat saling mengawasi pada tiap-tiap ruang bersama.

Ø Rusunawa (Umum)

a. Tata site

· Bagaimana menentukan pemilihan lokasi yang berada pada titik-titik

simpul kegiatan ekonomi atau transpotasi sehingga terjadi pergerakan

pejalan kaki yang menghubungkan titik simpul tersebut melalui lokasi

Rusunawa sehingga mengoptimalkan lantai dasar sebagai ruang bersama

untuk kegiatan ekonomi dan sosial.

· Bagaimana menentukan pengolahan site, yaitu pada : tata sirkulasi

kawasan, tata sirkulasi dalam tapak, tata ruang lingkungan, tata orientasi,

tata view, yang mendukung optimalisasi ruang bersama pada rusunawa

dengan mewujudkan ruang-ruang bersama (taman bermain) di dalam site

yang bebas dari sirkulasi kendaraan (aman dan nyaman) serta membentuk

ruang-ruang luar yang terlingkup sehingga dapat menghasilkan ruang-

ruang bersama yang optimal di dalam site.

b. Peruangan

· Bagaimana menentukan pola hubungan antar tata letak unit dengan

ruang-ruang bersama serta hubungan tiap-tiap kegiatan dalam rusunawa

yang mampu mengoptimalkan interaksi sosial penghuninya.

· Bagaimana menentukan program ruang beserta besaranya, baik unit

rusunawa maupun ruang-ruang bersama yang sesuai dengan pola

aktivitas yang ada di dalamnya.

c. Tampilan

Bagaimana menentukan tampilan bangunan yang didasarkan pada

kesederhanaan bentuk serta fungsionalitas melalui kejelasan entrance pada

Page 25: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN - …/Konsep... · Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai ... Sistem Penangkal Petir ... bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

46

bangunan, pengenalan block dan unit, tempat jemuran yang tidak kumuh,

serta optimalisasi penghawaan serta pencahayaan alami.

d. Tata Massa

Bagaimana menentukan penataan masa bangunan yang sesuai bentuk dan

potensi site yang mampu mengakomodasi setiap karakter aktivitas

penghuninya serta membentuk ruang bersama di dalam bangunan yang

aman dan nyaman.

e. Struktur

Bagaimana menentukan material serta konstruksi bangunan yang efesiensi,

ekonomis, serta estetis dalam menunjang penampilan bangunan, serta

mendukung penciptaan ruang bersama di dalam bangunan yang bebas

kolom.

f. Utiliti

Bagaimana menentukan sistem utilitas bangunan Rusunawa sesuai dengan

kebutuhan penghuni, serta menunjang kenyamanan penghuni dalam

memanfaatkan ruang bersama.

E. Tujuan dan Sasaran

1. Tujuan

Menyusun konsep perencanaan dan perancangan sebagai dasar perencanaan dan

perancangan wadah fisik Rusunuwa sebagai wahana budaya berhuni melalui kajian

optimalisasi Ruang bersama sebagai wahana peningkatan taraf hidup penghuni

baik materiil ataupun spirituil.

2. Sasaran

Mendapatkan :

Ø Konsep Ruang Bersama (Khusus)

a. Penentuan karakter ruang bersama yang memberi kenyamanan fisik maupun

visual bagi penghuni Rusunawa.

b. Penentuan karakter ruang bersama yang mampu memfasilitasi interaksi

sosial antar penghuni Rusunawa.

Page 26: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN - …/Konsep... · Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai ... Sistem Penangkal Petir ... bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

47

c. Penentuan karakter ruang bersama yang memberi kemudahan aksesbilitas

menuju ruang bersama yang dituju penghuni, serta tidak terpotong arus

sirkulasi.

d. Penentuan karakter ruang bersama yang adaptabilitas yang mampu

menampung kegiatan berbeda akibat perubahan aktivitas penghuni

Rusunawa meliputi susunan, letak, pengurangan, atau penambahan

komponen fisik pada ruang.

e. Penentuan karakter ruang bersama yang memberikan visibilitas yang

menarik sehingga menciptakan pola interaksi yang dinamis antar penghuni

Rusunawa maupun masyarakat luar.

f. Penentuan karakter ruang bersama yang memberi rasa aman serta dapat

saling mengawasi pada tiap-tiap ruang bersama.

Ø Rusunawa (Umum)

a. Tata site

· Penentuan pemilihan lokasi yang berada pada titik-titik simpul kegiatan

ekonomi atau transpotasi sehingga terjadi pergerakan pejalan kaki yang

menghubungkan titik simpul tersebut melalui lokasi Rusunawa sehingga

mengoptimalkan lantai dasar sebagai ruang bersama untuk kegiatan

ekonomi dan sosial.

· Penentuan pengolahan site, yaitu pada : tata sirkulasi kawasan, tata

sirkulasi dalam tapak, tata ruang lingkungan, tata orientasi, tata view,

yang mendukung optimalisasi ruang bersama pada rusunawa dengan

mewujudkan ruang-ruang bersama (taman bermain) di dalam site yang

bebas dari sirkulasi kendaraan (aman dan nyaman) serta membentuk

ruang-ruang luar yang terlingkup sehingga dapat menghasilkan ruang-

ruang bersama yang optimal di dalam site.

b. Peruangan

· Penentuan pola hubungan antar tata letak unit dengan ruang-ruang

bersama serta hubungan tiap-tiap kegiatan dalam rusunawa yang mampu

mengoptimalkan interaksi sosial penghuninya.

Page 27: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN - …/Konsep... · Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai ... Sistem Penangkal Petir ... bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

48

· Penentuan program ruang beserta besaranya, baik unit rusunawa maupun

ruang-ruang bersama yang sesuai dengan pola aktivitas yang ada di

dalamnya.

c. Tampilan

Penentuan tampilan bangunan yang didasarkan pada kesederhanaan bentuk

serta fungsionalitas melalui kejelasan entrance pada bangunan, pengenalan

block dan unit, tempat jemuran yang tidak kumuh, serta optimalisasi

penghawaan serta pencahayaan alami.

d. Tata Massa

Penentuan penataan masa bangunan yang sesuai bentuk dan potensi site

yang mampu mengakomodasi setiap karakter aktivitas penghuninya serta

membentuk ruang bersama di dalam bangunan yang aman dan nyaman.

e. Struktur

Penentuan material serta konstruksi bangunan yang efesiensi, ekonomis,

serta estetis dalam menunjang penampilan bangunan, serta mendukung

penciptaan ruang bersama di dalam bangunan yang bebas kolom.

f. Utiliti

Penentuan sistem utilitas bangunan Rusunawa sesuai dengan kebutuhan

penghuni, serta menunjang kenyamanan penghuni dalam memanfaatkan

ruang bersama.

F. Lingkup dan Batasan Pembahasan

1. Lingkup Pembahasan

Pembahasan diorientasikan untuk menjawab permasalahan dalam lingkup disiplin

ilmu arsitektur yang sesuai dengan tujuan dan sasaran Rusunawa yang

direncanakan. Sedangkan disiplin ilmu lainya sebagai pendukung akan dibahas

dalam batas logika, asumsi, dan sesuai dengan proporsi keterlibatanya.

2. Batasan Pembahasan

Page 28: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN - …/Konsep... · Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai ... Sistem Penangkal Petir ... bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

49

Pembahasan dibatasi pada unsur-unsur yang berkaitan dengan masalah arsitektural

pada bangunan rusunawa di Surakarta dan dititikberatkan pada :

a. Kebijakan pemerintah mengenai rusunawa serta ruang bersama pada rusunawa.

b. Pemecahan permasalahan arsitektural bangunan didasari pada pendekatan

Arsitektur perilaku.

c. Penyediaan ruang bersama yang optimal untuk mewadahi karakteristik penghuni

golongan penghasilan rendah.

d. Tinjauan kota Surakarta yang digunakan sebagai pedoman perencanaan dan

perancangan.

G. Metode Pembahasan dan Strategi Desain

1. Metode Pembahasan

a) Penelusuran Masalah

Penelusuran masalah sebagai pemberangkatan ide awal untuk mengangkat

tema/topik yang terpilih untuk penulisan.

b) Pengumpulan Informasi dan Data.

· Informasi

- Studi Literatur

Pada studi literatur ini, mencoba mencari informasi melalui buku-buku

referensi, situs-situs internet, hasil penilitian yang terkait dengan judul

yang diajukan, yang terdiri dari :

(i) Peraturan/kebijakan pemerintah tentang rusunawa.

(ii) Teori Arsitektur Perilaku Lingkungan

(iii) Tinjauan ruang bersama pada rusunawa

(iv) Masalah kependudukan danperumahan di Surakarta

(v) Studi Kompirasi

Melakukan studi kasus dari objek bangunan Rusunawa yang telah

ada untuk lebih mendukung objek pembahasan.

· Data

- Wawancara

Page 29: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN - …/Konsep... · Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai ... Sistem Penangkal Petir ... bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

50

Merupakan data yang dibutuhkan untuk mengetahui tentang :

o Pendapat tentang penghuni rusunawa tentang fasilitas ruang bersama

yang ada, apakah dapat dimanfaatkan secara optimal..

o Keinginan penghuni tentang ruang bersama yang seperti apa sehingga

dapat optimal dalam menunjang aktivitas bersama dalam memenuhi

kebutuhan sosial, ekonomi, dan budaya.

- Survey lapangan

o Metode survey lapangan bertujuan mengetahui kondisi di lapangan

mengenai gambaran karakteristik dari pola pemanfaatan ruang

bersama pada Rusunawa.

o Kondisi fisik kawasan yang akan dijadikan site meliputi keadaan

fisik-sosial kawasan, topografi, letak geografis, jaringan infrastruktur,

serta potensi lingkungan lokasi perencanaan.

c) Analisis Pendekatan Konsep Perencanaan dan Perancangan (Programatik)

Pada tahapan ini dilakukan dengan analisa data menggunakan metode analisis

deskriptif yaitu melalui penguraian data-data yang disertai gambar sebagai

media berdasar pada teori normativ yang ada. Tahapan analisa akan dilakukan

pengolahan data-data yang telah terkumpul dan dikelompokan berdasarkan

pemograman fungsional, performansi, dan arsitektural.

· Pemograman Fungsional bertujuan untuk mengidentifikasi penggunaan

rusunawa di Surakarta, termasuk kegiatan :

- Pengguna : Penghuni, Pengelola, Pengunjung (non penghuni)

- Kegiatan Penghuni, : Bertempat tinggal, berinteraksi, dan berjualan.

Kegiatan Pengelola, : Mengelola rusunawa.

Kegiatan Pengunjung : Bertamu, menggunakan fasilitas umum.

- Alur Kegiatan

- Jumlah Penghuni

· Pemograman Performansi menerjemahkan secara sistematik kebutuhan

calon pemakai rusun beserta fasilitasnya di dalam situasi institusi kedalam

pernyataan persyaratan karakteristik respon lingkungan binaan (tolak ukur

Page 30: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN - …/Konsep... · Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai ... Sistem Penangkal Petir ... bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

51

kinerja). Dalam hal ini membahas tentang persyaratan pemilihan site,

persyaratan kebutuhan ruang, persyaratan besaran ruang, dan program

ruang, serta kriteria pemilihan ruang bersama yang optimal dalam bangunan

rusunawa yang direncanakan.

· Analisa Arsitektural merupakan tahap penggabungan dari hasil identifikasi

kedua analisa sebelumnya (fungsional dan performansi). Dalam proses ini

akan menganalisa masalah massa, ruang, tampilan, pengolahan site, utilitas,

dan struktur bangunan yang menyatukan akan tuntutan kebutuhan pengguna

dengan persyaratan yang ada.

d) Sintesa

Tahap penyatuan antara keseluruhan data dan hasil analisa untuk mencapai

tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Data dan analisa diolah dengan

ketentuan atau persyaratan perencanaan dan perancangan yang pada akhirnya

seluruh hasil olahan dikembangkan menjadi konsep rancangan yang siap

ditransformasikan kedalam ungkapan bentuk fisik yang dikehendaki.

e) Konsep Perencanaan dan Perancangan (Programatik)

Dari proses analisa dan sintesa arsitektural akan dihasilakan beberapa konsep

yaitu konsep ruang bersama, konsep lokasi dan site, konsep peruangan, konsep

tampilan bangunan, konsep utilitas dan struktur bangunan rusunawa di

Surakarta dengan penekanan pada perancangan ruang bersama.

f) Alat yang digunakan

· Referensi buku, majalah, jurnal, serta studi penelitian.

· Media internet

· Perekam fenomena (kamera)

2. Strategi Desain

Secara arsitektural, bangunan rusunawa dirancang melalui pendekatan

arsitektur perilaku, dimana karakter-karakter interaksi calon penghuni yang berasal

dari masyarakat berpenghasilan rendah akan menentukan wujud bangunan.

Karakter interaksi calon penghuni, seperti cara hidup komunal, guyub, serta

Page 31: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN - …/Konsep... · Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai ... Sistem Penangkal Petir ... bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

52

kebiasaan berjualan dalam meringankan beban ekonomi keluarga ini sulit untuk di

hapuskan. Dalam rusunawa, yang perencanaanya matang, kebiasaan-kebiasaan

masyarakat yang merupakan latar belakang kehidupannya ini, sengaja diantisipasi

seoptimal mungkin dan selanjutnya dituangkan kedalam tatanan dan kelengkapan

ruang-ruang didalam bangunan bertingkat tersebut. Dari fenomena tersebut

jelaslah bahwa “Ruang Bersama” yang keberadaannya, tidak formal tersebut, besar

manfaatnya bagi warga kampung. Dari Rusunawa yang telah ada, perencanaan

pada ruang bersamanya dinilai belum optimal.

Dari uraian diatas, maka yang ditekankan adalah pada perancangan ruang

bersama pada rusunawa yang masih dianggap kurang optimal. Dengan

memberikan tolak ukur kinerja (atribut) yang mampu memberikan kenikmatan

memakai ruang bersama ini, diharapkan dapat diwujudkan perencanaan ruang

bersama yang keberadaanya dapat dimanfaatkan secara optimal oleh penghuninya.

Atribut tersebut dalah :

a. Sosialitas, yaitu terjadinya hubungan komunikasi/interaksi antar penghuni dalam

ruang bersama.

b. Kenyamanan, yaitu sebuah ruang bersama harus dapat memberikan kenyamanan

pada pengguna.

c. Visibilitas, yaitu ruang yang memberikan visibilitas yang menarik sehingga

menciptakan pola interaksi yang dinamis antar penghuni Rusunawa maupun

masyarakat luar.

d. Aksesbilitas, yaitu memberikan kemudahan dalam mengakses ruang bersama.

e. Adaptabilitas, yaitu ruang bersama dapat disesuiakan untuk beberapa bentuk

pola kegiatan yang dilakukan bersama.

f. Keamanan, yaitu setting ruang bersama yang memberi rasa aman serta dapat

saling mengawasi pada tiap-tiap ruang bersama.

H. Sistematika Pembahasan

BAB I :

PENDAHULUAN

Mengungkapkan permasalahan mengenai rusunawa melalui

penjabaran latar belakang, permasalahn dan persoalan, tujuan dan

sasaran, batasan dan lingkup pembahsan, metoda pembahasan, strategi

desain, dan sistematika pembahasan.

Page 32: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN - …/Konsep... · Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai ... Sistem Penangkal Petir ... bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

53

BAB II :

BAB III :

BAB IV :

BAB V :

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini dipaparkan tinjauan teoritikal Arsitektur Perilaku

Lingkungan sebagai teori pendukung serta penjelasan tentang rumah

susun, meliputi penyelenggaraan rumah susun, kajian teori rumah

susun, kategori rumah susun, persyaratan rumah susun, sistem

pembangunan, pola pembiayaan, dan sistem kepemilikan rumah susun,

serta beberapa studi kasus Rusunawa di Indonesia TINJAUAN SETTING (RUANG) BERSAMA

Dalam bab ini akan dibahas penyebab terjadinya interaksi, bentuk-

bentuk interaksi, dan pola-pola interkasi sosial yang akhirnya

membutuhkan ruang bersama dengan atribut-atribut sebagai parameter

perancangan ruang bersama yang membawa keberadaanya dapat

dimanfaatkan secara optimal. Serta studi kasus Rusunawa di Indonesia

yang fokus bahasanya pada ruang bersama dalam Rusunawa

ANALISA PENDEKATAN KONSEP PERENCANAAN DAN

PERANCANGAN

Dalam Bab V dibahas mengenai pendekatan konsep perancangan.

Dapat dikatakan bahwa bab ini merupakan bab yang membahas

mengenai proses transformasi dari bab konsep perencanaan

sebelumnya. Dari gagasan utama dalam perencanaan, kemudian

menggali literatur yang diperlukan dan kemudian menerapkannya

kedalam desain. Sesuai urutannya, semakin kebelakang konsep yang

dibahas semakin mendekati bentuk teknis bangunan yang akan

diwujudkan.

TINJAUAN KAWASAN PERENCANAAN

Meninjau Surakarta sebagai lokasi yang akan dipilih untuk bangunan

rusunawa dengan mendeskripsikan alasan pemilihan lokasi terpilih

sebagai lokasi untuk pembangunan Rusunawa.

Page 33: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN - …/Konsep... · Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai ... Sistem Penangkal Petir ... bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

54

BAB VI :

LAMPIRAN :

· TRANFORMASI DESAIN (KONSEP SKEMATIK)

· DESAIN

- Situasi

- Block Plan

- Site Plan

- Denah

- Tampak

- Potongan

- Utilitas

- Perspektif Exterior dan Interior

- Detail Arsitek

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini dipaparkan tinjauan teoritikal Arsitektur Perilaku Lingkungan

sebagai teori pendukung serta penjelasan tentang rumah susun, meliputi

penyelenggaraan rumah susun, kajian teori rumah susun, kategori rumah susun,

persyaratan rumah susun, sistem pembangunan, pola pembiayaan, dan sistem

kepemilikan rumah susun serta beberapa studi kasus Rusunawa di Indonesia.

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN (KONSEP

PROGRAMATIK)

Merumuskan konsep perencanaan dan perancangan sebagai dasar

dalam perancangan desain rumah susun sederhana sewa di Surakarta

dengan pendekatan pada perancangan ruang bersama melalui

pendekatan arsitektur perilaku .

Page 34: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN - …/Konsep... · Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai ... Sistem Penangkal Petir ... bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

55

I. ARSITEKTUR PERILAKU LINGKUNGAN

A. Pengertian Arsitektur, Perilaku dan Lingkungan

· Arsitektur

Arsitektur adalah ruang fisik untuk aktivitas manusia, yang memungkinkan

pergerakan manusia dari satu ruang ke ruang lainya, yang menciptakan

tekanan antara ruang dalam bangunan dan ruang luar. Bentuk arsitektur juga

ada karena ada persepsi dan imajinasi manusia.

· Perilaku

Kata perilaku menunjukan manusia dalam aksinya, berkaitan dengan semua

aktivitas manusia secara fisik, berupa interaksi manusia dengan sesamanya

ataupun dengan lingkungan fisiknya.

· Lingkungan

Bagi arsitektur lingkungan bangunan dan ruang luar yang sangat kaya dengan

affordances atau kemanfataan lingkungan untuk berperilaku.

B. Proses Perilaku Manusia

Page 35: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN - …/Konsep... · Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai ... Sistem Penangkal Petir ... bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

lvi

lvi

Proses dan pola perilaku manusia dikelompokkan ke dalam dua bagian, yaitu

proses individual dan proses sosial.

1. Proses Individual

Proses Individual membahas hal-hal yang ada dalam benak seseorang,

yaitu bagaimana persepsi lingkungan terjadi, bagaimana lingkungan fisik

tersebut diorganisasikan dalam pikiran sesorang, dan mengenal berbagai

cara orang berpikir dan mersakan ruang, termasuk preferensi personal dan

respon emosional terhadap stimulus lingkungan. Proses individual ini

mengacu pada skemata pendekatan perilaku berikut :

a. Persepsi Persepsi adalah proses memperoleh atau menerima informasi dari

lingkungan. Suatu proses untuk mendapatkan informasi, dari dan

tentang lingkungan seseorang, yang berfokus pada penerimaan

pengalaman empiris. Biasanya didahului degan adanya

stimulus/perangsang.

Proses diterimanya rangsangan sampai rangsangan itu disadari

dan dimengerti oleh individu yang bersangkutan inilah yang disebut

dengan persepsi. Proses ini digambarkan melalui skema oleh Paul A.

Bell (1978) pada skema II.2

Persepsi terjadi secara spontan dan langsung. Jadi bersifat

holistic. Spontanitas ini terjadi karena manusia selalu mengeksplorasi

lingkunganya. Dalam eksplorasi itu manusia melibatkan setiap objek

Skema II.1. Proses Fundamental Perilaku Manusia Sumber : Arsitektur dan Perilaku Manusia, Joyce Marcella Laurens, Grasindo, 2004

Memaanfaatkan Lingkungan

Persepsi Kognisi dan Afeksi Perilaku Spasial

Respon Emosional

Skema

Persepsi Terhadap Perilaku

Motvasi

Page 36: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN - …/Konsep... · Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai ... Sistem Penangkal Petir ... bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

lvii

lvii

yang ada dalam lingkungannya dan setiap objek menonjolakan sifat-

sifatnya yang khas untuk organisme tersebut. Penampilan makna ini

disebutnya affordances.13

Orang akan tertarik pada penggunaan (affordances) lingkungan

sesuai dengan nilai dan motivasinya, bergantung pada pengalaman

terdahulunya dan juga pada keuntungan-keuntungan yang dilihatnya

apabila ia melakukan aktivitas tersebut. Manusia menelusuri lingkungan

sekitarnya, mencari peluang untuk memenuhi kebutuhanya. Lingkungan

dengan pola tertentu dapat memenuhi kebutuhan laten seseorang, yang

tidak disadari, yang termanifestasikan dalam affordances dari

lingkungan yang tertata dengan pola yang baik dan jelas.

13 Gibson, J.J. 1979. An Ecological Approach to Visual Perception. Boston : Houghton Miffin.

Skema II.2. Proses Persepsi Sumber : Arsitektur dan Perilaku Manusia, Joyce Marcella Laurens, Grasindo, 2004

OBJEK FISIK

INDIVIDU

PERSEPSI

DALAM BATAS OPTIMAL

DI LUAR BATAS OPTIMAL

HOMEO-STATIS

STERSS COPING

STERSS LANJUTAN

ADAPTASI

EFEK LANJUTAN

STERSS LANJUTAN GAGAL

Page 37: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN - …/Konsep... · Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai ... Sistem Penangkal Petir ... bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

lviii

lviii

b. Kognisi Spasial

Kognisi spasial/peta mental berkaiatan dengan cara kita

memperoleh, mengorganisasi, menyimpan, dan membuka kembali

informasi mengenai lokasi, jarak, dan tatanan di lingkungan fisik.

c. Perilaku Spasial

Perilaku spasial atau bagaimana orang rnenggunakan tatanan

dalam lingkungan adalah sesuatu yang dapat diamati secara langsung

sehingga pada tingkat deskriptif hal ini tidak menjadi kontroversi seperti

halnya usaha orang menjelaskan proses persepsi dan kognisi.

Pendekatan perilaku-lingkungan mengenai perilaku manusia

menunjukkan bahwa perilaku seseorang adalah fungsi dari motivasinya,

affordances lingkungan, dan image-nya tentang dunia di luar persepsi

langsung, dan makna citra tersebut bagi orang yang bersangkutan.

2. Proses Sosial

Manusia mempunyai kepribadian individual, tetapi manusia juga

makhluk sosial, hidup dalam masyarakat dalam suatu kolektivitas. Dalam

memenuhi kebutuhan sosialnya inilah manusia berperilaku sosial dalam

lingkungannya yang dapat diamati dari

· fenomena perilaku-lingkungan;

· kelompok-kelompok pemakai;

· tempat terjadinya aktivitas

Skema II.3. Diagram Sistem Spasial Sumber : Bahan MK Arsitektur Perilaku, Arsitektur UNS,

Gambar II.1. Susunan anak tangga menawarkan peluang/affordances untuk aktivitas duduk, serta kemampuan patung untuk dipanjat dan diduduki. Sumber : Arsitektur dan Perilaku Manusia, Joyce Marcella Laurens, Grasindo, 2004

Page 38: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN - …/Konsep... · Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai ... Sistem Penangkal Petir ... bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

lix

lix

Fenomena ini menunjuk pada pola-pola perilaku pribadi, yang

berkaitan dengan lingkungan fisik yang ada, terkait dengan perilaku

interpersonal manusia atau perilaku sosial manusia. Perilaku interpersonal

manusia tersebut yang meliputi hal-hal sebagai berikut:

a. Ruang Personal (personal space).

Ruang personal solah-olah merupakan sebuah balon atau tabung yang

menyelubungi kita, membatasi jarak dengan orang lain, dan tabung itu

membesar atau mengecil bergantung dengan siapa kita sedang

berhadapan. Atau dengan kata lain, luas atau sempitnya kapsul tersebut

bergantung pada kadar dan sifat hubungan individu dengan individu

lainya.

- Jarak Komunikasi

Dalam pengendalian terhadap gangguan-gangguan yang ada,

manusia mengatur jarak personalnya dengan pihak lain. Edward

Hall (1963)14 membagi jarak tersebut dalam empat jenis, yaitu

a) Jarak intim: fase dekat (0.00 - 0.15m) dan fase jauh (0.15 -

0.50 m). Jarak untuk saling merangkul kekasih, sahabat atau

anggota keluarga, untuk melakukan hubungan seks.

b) Jarak personal: fase dekat (0.50 - 0.75 m) dan fase jauh (0.75 -

1.20 m). Jarak untuk percakapan antara dua sahabat atau antara

orang yang sudah saling akrab.

c) Jarak sosial: fase dekat (1.20 - 2.10 m) dan fase jauh (2.10 -

3.60 m). Merupakan batas normal bagi individu dengan

kegiatan serupa atau kelompok sosial yang sama.

d) Jarak publik: fase dekat (3.60 - 7.50 m) dan fase jauh (> 7.50

m). Suatu jarak yang tidak digunakan dalam interaksi antar dua

individu, tetapi dalam suatu pembicaraan antara satu orang dan

tiga puluh atau lebih orang.

- Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Ruang Personal.

a) Faktor Personal

14 Hall, Edward. 1966. The Hidden Dimension. Garden City. Newyork.

Page 39: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN - …/Konsep... · Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai ... Sistem Penangkal Petir ... bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

lx

lx

Faktor ini meliputi :

(i) Jenis Kelamin

(ii) Umur

(iii) Tipe Kepribadian

(iv) Latar Belakang Budaya

b) Faktor Budaya

- Ruang Personal dan Desain Arsitektur

Ruang Personal berperan dalam menentukan kualitas hubungan

seorang individu dengan individu lainya.

a) Ruang Sosiopetal

Istilah Sosiopetal merujuk pada suatu tatanan yang mampu

memfasilitasi interaksi sosial.

b) Ruang Sosiofugal

Tatanan yang mampu mengurangi interaksi sosial.

Gambar II.2. Tatanan Ruang Sosiopetal Sumber : Arsitektur dan Perilaku Manusia, Joyce Marcella Laurens, Grasindo, 2004

Gambar II.3. Tatanan Ruang Sosiofugal Sumber : Arsitektur dan Perilaku Manusia, Joyce marcella Laurens, Grasindo, 2004

Page 40: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN - …/Konsep... · Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai ... Sistem Penangkal Petir ... bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

lxi

lxi

b. Teritorialitas (territoriality)

Teritorialitas adalah suatu pola tingkah laku yang ada hubunganya

dengan kepemilikan atau hak seseorang atau sekelompok orang atas

suatu tempat atau suatu lokasi geografis. Pola tingkah laku ini

mencakup personalisasi dan pertahanan terhadap gangguan dari luar.

- Klasifikasi Teritorialitas

a) Teritori Primer

Teritori primer adalah tempat-tempat yang sangat pribadi

sifatnya, hanya boleh dimasuki oleh orang-orang yang sudah

sangat akrab.

b) Teritori Sekunder

Teritori sekunder adalah tempat-tempat yang diiniliki bersama

oleh sejumiah orang yang sudah cukup saling mengenal.

c) Teritori Publik

Teritori publik adalah tempat-tempat yang terbuka untuk umum.

- Pelanggaran dan Pertahan Teritori

a) Bentuk Pelanggaran Teritori :

(i) Invasi

Seseorang secara fisik memasuki teritori orang lain,

biasanya dengan maksud mengambil kendali atas teritori

tersebut dari pemiliknya.

(ii) Kekerasan

Suatu bentuk pelanggaran yang bersifat temporer atas

teritori seseorang. Biasanya tujuanya suatu bentuk

gangguan, bukan untuk menguasai kepemilikinya.

(iii) Kontaminasi

Seseorang mengganggu teritori orang lain dengan

meninggalkan sesuatu yang tidak menyenangkan.

Page 41: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN - …/Konsep... · Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai ... Sistem Penangkal Petir ... bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

lxii

lxii

b) Bentuk Pertahanan Teritori

(i) Pencegahan, seperti memberi lapisan pelindung, memberi

pagar batas, sebagai antisipasi sebelum terjadinya

pelanggaran.

(ii) Reaksi, sebagai respons terhadap terjadinya pelanggaran,

seperti langsung menghadap ke si pelanggar.

(iii) Batas Sosial, terdiri atas kesepakatan yang dibuat pemilik

teritori dengan tamunya.

- Faktor yang Mempengaruhi Teritorialitas

a) Faktor Personal

Karakteristik seseorang, seperti jenis kelamin, usia, dan

kepribadian mempunyai pengaruh terhadap sikap teritorialitas.

b) Situasi

Dua aspek situasi, yaitu tatanan fisik dan sosial budaya

mempunyai peran dalam menentukan sikap teritorialitas

seseorang.

c) Faktor Budaya

Secara budaya terdapat perbedaan sikap territorial.

- Teritorialitas dalam Desain Arsitektur

Penerapanya dalam desain mengacu pada pola tingkah laku

manusia yang berkaitan dengan teritrialitas sehingga dapat

mengurang agresi, meningkatkan kontrol, dan membangkitkan rasa

tertib dan aman.

a) Ruang Publik dan Privat

Dalam perancangan ruang-ruang arsitektural, apabila disadari

adanya derajat teritori yang berkaitan dengan aksesibilitas

menuju ruang-ruang tertentu, arsitek dapat mengekspresikan

perbedaan teritori ini baik melalui batas nyata, seperti dinding,

pintu, ataupun batas simbolik melalui artikulasi bentuk,

penggunaan material, permainan cahaya dan warna.

Page 42: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN - …/Konsep... · Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai ... Sistem Penangkal Petir ... bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

lxiii

lxiii

b) Ruang Peralihan

Daerah peralihan dibuat sebagai penghubung berbagai teritori

yang berbeda sifatnya.

c. Kesesakan (Crowding)

Crowding (kesesakan/kesumpekan) terjadi karena privacy yang

diperoleh/dicapai lebih tinggi dari pada privacy yang diinginkan.

Merupakan pengalaman yang multidimensional, bisa untuk diri sendiri

maupun setting. Terlalu besar privacy menyebabkan isolasi sosial,

sedangkan terlalu sedikit privacy menyebabkan perasaan terlalu ramai.

Keramaian disamakan dengan suatu perasaan kurangnya kontrol

terhadap lingkungan. Kondisi-kondisi ramai menyebabkan timbulnya

perilaku negatif, karena memiliki hubungan secara kausal dengan beban

sosial yang berlebih.

Dampak dari kesesakan/ kepadatan manusia :

(i) Penyakit sosial : kriminalitas.

(ii) Tingkah laku sosial : agresif, menarik diri, acuh, tidak toleran,

tidak suka menolong, melanggar aturan, melihat sisi jelek orang

lain.

(iii) Hasil usaha/ kerja/ produktivitas menurun.

(iv) Suasana hati cenderung lebih murung/ stress.

d. Privacy

Privacy adalah keinginan atau kecenderungan pada diri seseorang untuk

tidak diganggu kesendiriannya. Holahan (1982:237) pernah membuat

alat untuk mengukur kadar dan mengetahui jenis-jenis privacy (privacy

preference scale) dan ia mendapatkan bahwa ada 6 jenis dalam privacy

yang terbagi dalam dua golongan.

- Golongan pertama adalah keinginan untuk tidak diganggu secara

fisik. Golongan ini terwujud dalam tingkah laku menarik diri

(withdrawal yang terdiri atas 3 jenis.

Page 43: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN - …/Konsep... · Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai ... Sistem Penangkal Petir ... bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

lxiv

lxiv

a) Keinginan untuk menyendiri (solitude).

b) Keinginan untuk menjauh dari pandangan dan gangguan suara

tetangga atau kebisingan lalu lintas(seclusion)

c) Keinginan untuk intim (intimacy) dengan orang-orang

(misalnya dengan keluarga) atau orang tertentu saja (misalnya

dengan pacar), tetapi jauh dari semua orang Iainnya.

- Golongan kedua adalah keinginan untuk menjaga kerahasiaan diri

sendiri yang berwujud dalam tingkah laku hanya memberi

informasi yang dianggap perlu (control of information). Tiga jenis

privacy yang termasuk dalam golongan ini adalah:

a) Keinginan untuk merahasiakan jati diri. (anoniinity);

b) Keinginan untuk tidak mengungkapkan diri terlalu banyak

kepada orang lain (reserve); dan

c) Keinginan untuk tidak terlibat dengan tetangga (not

neighboring).

C. Behavior Setting dalam Desain

Dalam berbagai argumentasi dikatakan bahwa desain behavior setting yang

baik adalah yang sesuai atau pas dengan struktur perilaku penggunanya. Itu

sebabnya desain arsitektur disebut sebagai suatu proses argumentative.

Argumentasi dilontarkan dalam membuat desain yang dapat di adaptasikan,

fleksibel, atau terbuka. Edward Hall mengidentifikasikan tiga tipe dasar pola

ruang sebagai berikut :

1. Ruang Berbatas Tetap (fixed-feature space)

Ruang berbatas tetap dilingkupi oleh pembatas yang relative tetap dan

tidak mudah digeser, seperti dinding massif, jendela, pintu, dan lantai.

2. Ruang Berbatas Semi Tetap (semifixed-feature space)

Adalah ruang yang pembatasnya dapat berpindah.

Page 44: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN - …/Konsep... · Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai ... Sistem Penangkal Petir ... bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

lxv

lxv

3. Ruang Informal

Adalah ruang yang terbentuk hanya unyuk waktu singkat, seperti ruang

yang terbentuk dua atau lebih orang berkumpul. Ruang ini tidak tetap dan

terjadi diluar kesadaran orang yang bersangkutan.

II. TINJAUAN RUSUNAWA

A. Pengertian, Landasan, Tujuan, Kriteria, dan Sasaran Pembangunan

1. Pengertian

Rumah susun sederhana sewa, yang selanjutnya disebut rusunawa,

adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan

yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional

dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang

masing-masing digunakan secara terpisah, status penguasaannya sewa serta

dibangun dengan menggunakan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dengan fungsi

utamanya sebagai hunian.15

Program pembangunan Rusunawa diharapan dapat meningkatkan

kualitas lingkungan menuju perumahan yang lengkap, serasi, dan

seimbang.

2. Landasan Hukum Pembangunan Rumah Susun

Landasan hukum pembangunan rumah susun sederhana :

a. UU No. 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun dan Peraturan

Pemerintah No. 4 Tahun 1988 tentang Rumah Susun. Pasal 15

dalam undang-undang yang berkaitan dengan pembangunan rumah

susun antara lain menyebutkan:

· Rumah susun dibangun disesuaikan dengan tingkat keperluan dan

kemampuan masyarakat terutama yang berpenghasilan rendah.

15Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor : 18/PERMEN/M/2007. Tentang Petunjuk Pelaksanaan Perhitungan Tarif Sewa Rumah Susun Sederhana yang Dibiayai APBN dan APBD.

Page 45: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN - …/Konsep... · Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai ... Sistem Penangkal Petir ... bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

lxvi

lxvi

· Pembangunan rumah susun dapat diselenggarakan oleh Badan Usaha

Milik Negara atau Daerah, Koperasi dan Badan Usaha Milik Swasta

yang bergerak dalam bidang itu, serta swadaya masyarakat.

b. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 60/PRT/1992 tentang

Persyaratan Teknis Pembangunan Rumah Susun. Di dalam pasal 2

tentang maksud dan tujuan Persyaratan Teknis Pembangunan Rumah

Susun, disebutkan antara lain:

· Persyaratan teknis pembangunan rumah susun dimaksudkan sebagai

landasan dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengelolaan

dan pembangunan rumah susun dalam rangka peningkatan kualitas

hidup penghuninya.

· Persyaratan teknis pembangunan rumah susun bertujuan untuk

menjamin keamanan, keselamatan, kesehatan, dan kenyamanan bagi

penghuni dan/atau pemakainya.

c. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 3 Tahun 1992 tentang

Pedoman Penyusunan Peraturan Daerah tentang Rumah Susun.

Peraturan ini berisi tentang perlunya membentuk Perhimpunan

penghuni sebagai Badan Hukum untuk mengatur kehidupan di

lingkungan rumah susun agar tertib dan lebih menjamin kepastian

hukum bagi penggunaan bagian bersama, benda bersama dan tanah

bersama.

d. UU No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman. Pola

hunian perumahan di kota-kota besar maupun berkembang menurut dua

bentuk yaitu sistem sewa dan system kepemilikan. Pembangunan

rumah susun sederhana dengan system sewa sebagai salah satu bentuk

dari perumahan sederhana, merupakan salah satu alternatif perumahan

bagi masyarakat golongan berpenghasilan rendah. Membangun

Rusunawa bagi masyarakat berpenghasilan rendah mempunyai

beberapa sasaran, yaitu :

· Untuk masyarakat berpenghasilan rendah yang tidak memiliki

pendapatan atau penghasilan tetap yaitu sulit mendapatkan Kredit

Page 46: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN - …/Konsep... · Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai ... Sistem Penangkal Petir ... bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

lxvii

lxvii

Kepemilikan Rumah (KPR) karena persyaratan bank yang sulit

terpenuhi.

· Masyarakat yang belum dapat kesempatan memiliki rumah yang

dibangun oleh Perumnas atau sendiri.

· Bagi mereka yang baru berumahtangga dan belum mampu membeli

rumah.

3. Tujuan

Berdasarkan Undang-Undang No. 16 tahun 1985 tentang Rumah

Susun, pembangunan rumah susun bertujuan :

· Memenuhi kebutuhan perumahan yang layak bagi rakyat, terutama

golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah yang menjamin

kepastian hukum dalam pemanfaatannya.

· Meningkatkan daya guna dan hasil guna lahan di daerah perkotaan

dengan memperhatikan kelestarian sumber daya alam dan menciptakan

lingkungan pemukiman yang lengkap, serasi dan seimbang.

Tujuan khusus pembangunan rumah susun adalah untuk mengurangi

laju pertumbuhan perumahan biasa yang banyak memakan lahan dan

kurang terkendali dalam perencanaannya.

4. Kriteria Pembangunan Rumah Susun

Kriteria pembangunan rumah susun :

a. Kesesuaian dengan Tata Ruang Kota (sesuai peruntukannya)

b. Konsisi sosial ekonomi dan sosial budaya penghuni kawasan pada

umumnya rendah (penghasilan, pendidikan, perilaku/kebiasaan).

c. Kepadatan bangunan melebihi daya dukung lingkungan.

d. Kondisi prasarana dan sarana lingkungan pada umumnya kurang dan

tidak memenuhi persyaratan teknis dan kesehatan.

e. Potensi kawasan untuk kegiatan perdagangan, jasa, pendidikan,

pariwisata, industri, dan lain-lain.

f. Jika akan dibangun rumah susun/sewa yang akan dikelola oleh Pemda,

Pemda harus dapat menyediakan lahan dan biaya penampungannya

selama proses pembangunan rumah susun.

Page 47: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN - …/Konsep... · Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai ... Sistem Penangkal Petir ... bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

lxviii

lxviii

g. Penduduk awal diprioritaskan dapat ditampung kembali pada rumah

susun.

5. Sasaran Pembangunan Rumah Susun

Pembangunan rumah susun seperti yang telah dicantumkan dalam UU No.

16/1985 lebih diutamakan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat yang

berpenghasilan rendah. Upah minimum yang ditetapkan dunia adalah US$

2.00 per hari atau (Rp. 500.000/bulan). Jadi masyarakat ekonomi rendah

bisa dikatagorikan masyarakat yang berpenghasilan kurang dari atau sama

dengan Rp. 500.00,00. Selanjutnya yang termasuk golongan masyarakat

rendah antara lain :16

· Golongan yang berpenghasilan tetap, yaitu :

a. Pegawai Negeri golongan I dan II

b. Anggota Angkatan Bersenjata golongan Tamtama dan Prajurit

c. Pegawai rendah Badan Usaha Milik Negara

d. Pegawai rendah Perusahaan Daerah

e. Pegawai rendah Perusahaan Swasta Nasional

· Golongan yang berpenghasilan tidak tetap, yaitu :

a. Golongan Profesi : sopir angkutan umum, tukang becak, dan lain-

lain.

b. Golongan Wiraswasta : pedagang asongan, PKL, pedagang kecil

pasar, dan lain-lain.

B. Kategri Rumah Susun

Bangunan rumah susun dapat dikategorikan dalam beberapa kelompok:

1. Berdasarkan ketinggian bangunan:

a. Rumah susun low rise, dengan ketinggian maksimal 4 lantai

b. Rumah susun medium rise, dengan ketinggian sampai dengan 8 lantai

c. Rumah susun high rise, dengan ketinggian 9 lantai atau lebih

2. Berdasarkan sistem pelayanan sirkulasi:

a. Inner Corridor Type (koridor tengah) 16 Perum Perumnas, Peraturan Perum Perumnas, 1983.

Page 48: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN - …/Konsep... · Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai ... Sistem Penangkal Petir ... bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

lxix

lxix

b. Single Corridor Type (koridor satu sisi)

c. Cout Type Corridor Type (koridor terpusat)

d. Twin Corridor Type (koridor kembar)

e. Stair Case Type (koridor tangga)

f. Open Gallery Corridor (koridor galeri terbuka)

3. Berdasarkan status kepemilikan rumah susun dibagi menjadi dua,

yaitu:

a. Rumah susun untuk dimiliki, penghuni dapat membeli satuan unit

rumah susun :

· Rasa tenang penghuni karena sudah merasa memiliki unit hunian.

· Ada kecenderungan daya tarik bagi pembeli, karena keuntungan

yang dengan membeli unit hunian pada kompleks rumah susun

seperti letaknya yang dekat dengan pusat kota.

· Ada rasa memiliki terhadap rumah susun sehingga penghuni akan

merasa bertanggungjawab terhadap keberadaan rumah susun.

· Salah satu kelemahan kategori ini adalah kesulitan bagi penghuni

untuk biaya perbaikan dan perawatan, terutama bagi mereka yang

berpenghasilan rendah.

· Bagi developer, rumah susun dengan hak milik lebih membantu

dalam pengembalian modal, dan tidak perlu memikirkan sistem

pengelolaan rumah susun.

b. Rumah susun sewa, penghuni membayar uang sewa atau kontrak sesuai

dengan perjanjian yang disepakati bersama :

· Bagi keluarga baru/masyarakat tidak mampu untuk membeli rumah

susun, rumah susun sewa memberi kemudahan dapat tinggal dan

menempati unit hunian dengan secara sewa.

· Cocok bagi orang-orang yang sering berpindah tempat kerja, dan

tinggal pada suatu daerah tidak terlalu lama.

· Bagi developer, pengembalian modal butuh waktu lama serta

membutuhkan biaya maintenance yang besar.

Page 49: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN - …/Konsep... · Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai ... Sistem Penangkal Petir ... bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

lxx

lxx

C. Komponen Perencanaan Rumah Susun Sederhana

1. Komponen Non Fisik

a. Penyiapan Masyarakat

Berupa penyuluhan antara lain mengenai untung ruginya hidup di rumah

susun, tata cara hidup di rumah susun, kelembagaan masyarakat yang

tinggal di rumah susun.

b. Instansi Terkait

Kaitan antara Pemda, masyarakat, dan pihak lain yang terlibat dalam

penyelenggaraan rumah susun, meliputi penyiapan lahan, jaringan

listrik, air bersih, kelembagaan yang menangani rumah susun dalam

rangka pengelolaan dan pemeliharaan yang berkelanjutan.

c. Detail Engineering

Perencanaan rumah susun disesuaikan dengan aspirasi masyarakat yang

akan menghuni rumah susun, memperhatikan efisiensi penggunaan

lahan, memenuhi persyaratan teknis pembangunan rumah susun yang

sesuai dengan standarisasi dan pedoman yang telah ditetapkan.

2. Komponen Fisik

a. Bangunan Rumah Susun

Terdiri dari unit-unit hunian yang mengelompokkan dalam jumlah

tertentu yang dinyatakan dalam blok-blok rumah susun. Untuk mencapai

efisiensi lahan maka ruang-ruang penunjang dapat dipergunakan secara

komunal, misalnya, fasilitas ruang bersama, sirkulasi koridor, tangga.

b. Fasilitas Umum

Rumah susun dilengkapi pula dengan fasilitas umum berupa ruang serba

guna, parkir dan tempat ibadah.

c. Sarana Penunjang dan Jaringan Utilitas Lingkungan

Dapat saling menunjang dengan kegiatan peremajaan perumahan kota,

antara lain: jalan, drainase, air bersih, persampahan.

D. Dasar Penyelenggaraan Rumah Susun .

Page 50: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN - …/Konsep... · Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai ... Sistem Penangkal Petir ... bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

lxxi

lxxi

Sebenarnya secara hukum, undang-undang tentang rumah susun telah

ditetapkan sejak tahun 1985 (UU RI No. 16 Tahun 1985) namun karena

kurang sosialisasi, komitmen dan penerimaan mitra serta masyarakat

pengguna, sehingga belum tercipta visi bersama tentang peranan dan

penyelenggaraan rumah susun sehingga dalam pelaksanaannya masih terasa

jauh dari harapan. Pengembangan rumah susun dinilai berpotensi dalam

mengatasi permasalahan di bidang perumahan dan pemukiman mencakup

aspek pembiayaan dan operasional, keterjangkauan masyarakat, pemanfaatan

lahan serta pengendalian pengembangan kawasan di perkotaan, serta juga

diharapkan dapat ikut mengendalikan pengembangan wilayah strategis secara

lebih luas.

Gagasan penyelenggaraan rumah susun diperkuat dengan

dikeluarkannya PP No. 4 tahun 1988 tentang Penyelenggaraan Rumah

Susun, yang juga merupakan tidak lanjut pemerintah Indonesia dalam

meratifikasi kesepakatan-kesepakatan dunia untuk penyediaan perumahan dan

pemukiman bagi manusia. Kesepakatan-kesepakatan tersebut pada intinya

memberi perhatian untuk mewujudkan tempat hunian yang layak bagi seluruh

manusia sebagai kebutuhan dasarnya. Namun demikian, belum semua kota-

kota besar di Indonesia telah mengembangkan bentuk hunian dalam

mengakomodasi kebutuhan perumahan di masing-masing daerah perkotaan.

Penyelenggaraan rumah susun ternyata belum cukup memadai dalam

mengimbangi laju peningkatan kebutuhan perumahan terutama di kawasan

perkotaan dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan masalah urbanisasi.

Banyak hambatan-hambatan ditemui terutama terkait dengan permasalahan

sosial, budaya, landasan hukum di daerah di luar aspek teknis dan ekonomi,

sehingga upaya percepatan pemenuhan kebutuhan perumahan melalui

penyediaan rumah susun tidak mudah direalisasikan.17

Pembangunan rumah susun memberikan penawaran terhadap

penghematan penggunaan lahan, terutama di kawasan perkotaan dengan

17 Sugandy, Aca.2002. Sambutan pada buku hasil Sayembara Gagasan Desain Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa), Jakarta, hal.5.

Page 51: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN - …/Konsep... · Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai ... Sistem Penangkal Petir ... bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

lxxii

lxxii

tingkat kepadatan penduduk yang tinggi dan pertumbuhan ekonomi perkotaan

yang semakin meningkat. Penyelenggaraan rumah susun diharapkan mampu

mengurangi pemanfaatan lahan produktif tanpa melampaui daya dukung

lingkungannya serta daya dukung kawasan perkotaan secara lebih luas.

Pemanfaatan lahan untuk rumah susun yang terkonsentrasi akan turut

mengendalikan pola perkembangan kota serta mengurangi rusaknya struktur

kawasan perkotaan.

Memperhatikan uraian tersebut di atas, dengan demikian hendaknya

penyelenggaraan dan pembangunan rumah susun bukan hanya dipandang

sebagai sebuah bangunan atau kompleks bangunan, melainkan juga harus

memperhatikan nilai-nilai fisik, sosial budaya, ekonomi, dan kelembagaan

masyarakat. Pada bagian lain penyelenggaraan dan pembangunan rumah susun

juga melaksanakan peran dalam memperkokoh struktur dan kedudukan kota

secara keseluruhan dalam skala wilayah.

E. Persyaratan Teknis Pembangunan Lingkunan Rumah Susun.18

Persyaratan teknis mengenai rumah susun diatur dalam Peraturan

Menteri Pekerjaan Umum No. 60/PRT/1992. Maksud dan tujuan peraturan

tersebut adalah sebagai landasan dalam perencanaan, pelaksanaan,

pengawasan, pengelolaan dan pengembangan rumah susun. Dalam rangka

peningkatan kualitas hidup penghuninya, serta untuk menjamin keamanan,

keselamatan, kesehatan dan kenyamanan bagi penghuni dan pemakai rumah

susun.

1. Ruang

Ruang-ruang harus memenuhi fungsi utamanya sebagai tempat tinggal,

tempat usaha, atau fungsi ganda. Semua ruang yang dipergunakan sehari-

hari harus disediakan penghawaan alami atau buatan, pencahayaan secara

18 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 60/PRT/1992, tentang Persyaratan Untuk Pembangunan Perumahan, bab 1 pasal 1.

Page 52: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN - …/Konsep... · Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai ... Sistem Penangkal Petir ... bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

lxxiii

lxxiii

alami atau buatan, memenuhi ambang batas suara baik dari dalam ke luar

atau dari luar ke dalam.

Tabel II. 1 Persyaratan Ruang Pada Rumah Susun

KRITERIA PERSYARATAN

Penghawaan alami atau

buatan

Memakai sistem pertukaran udara cross

ventilation dengan lubang angin minimum 1%

dari luas ruang.

Pencahayaan alami atau

buatan

Minimum 50 lux untuk ruang kerja dan 20 lux

untuk ruang lain.

Suara dan kebisingan Memenuhi ambang batas suara.

Bau Memenuhi persyaratan ambang batas

pencemaran baik dari dalam maupun

sebaliknya.

Sumber: Disarikan dari Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.60/PRT/1992, tentang Persyaratan Teknis Pembangunan Rumah Susun.

2. Struktur, Komponen, dan Bahan Bangunan

Rumah susun harus menggunakan struktur, komponen dan bahan bangunan

dengan memperhatikan prinsip-prinsip koordinasi modular dan memenuhi

persyaratan konstruksi dan memperhitungkan kekuatan dan ketahanannya.

Tabel II. 2 Persyaratan Sturktur, komponen, dan Bahan Bangunan Pada Rumah Susun

KRITERIA PERSYARATAN

Struktur Merupakan satu kesatuan sistem konstruksi

bangunan atas maupun bawah dan tidak

boleh diubah, keawetan struktur minimum 50

tahun.

Komponen Komponen dan bahan bangunan bukan

struktur harus memiliki keawetan minimum

20 tahun.

Bahan bangunan

Page 53: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN - …/Konsep... · Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai ... Sistem Penangkal Petir ... bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

lxxiv

lxxiv

Sumber: Disarikan dari Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 60/PRT/1992, tentang Persyaratan Teknis Pembangunan Rumah Susun.

3. Kelengkapan Rumah Susun

Rumah susun harus dilengkapi dengan alat transportasi bangunan, pintu

dan tangga darurat kebakaran, alat dan sistem kebakaran, alat pemadam

kebakaran, penangkal petir, jaringan air bersih, saluran pembuangan air

kotor dan limbah, tempat pembuangan sampah, tempat jemuran,

kelengkapan pemeliharaan bangunan, jaringan dan instalasi listrik, jaringan

komunikasi dan sebagainya.

Tabel II. 3 Persyaratan Kelengkapan Pada Rumah Susun

KRITERIA

KELENGKAPAN PERSYARATAN

Alat transportasi Tangga disediakan untuk bangunan

maksimal 5 lantai, lebar tangga minimal 120

cm, lebar borders minimal 120 cm, lebar

injakan minimal 22,5 cm, railing tangga 110

cm.

Alat dan sistem bahaya

kebakaran

Berupa detector kebakaran yang dapat

memberikan isyarat sehingga dapat

menjangkau semua bagian ruangan rumah

susun dan diletakkan mulai dari lantai satu.

Alat pemadam kebakaran Berupa hidran gedung, pemadam api ringan,

dan hidran halaman yang dipasang mulai

dari lantai satu.

Penangkal petir Untuk rumah susun kurang dari 5 lantai

penangkal petir berupa penangkal

konvensional (non-radioaktif), yang terdiri

dari kabel penghantar dan logam

pembumian.

Page 54: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN - …/Konsep... · Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai ... Sistem Penangkal Petir ... bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

lxxv

lxxv

Jaringan air bersih Air bersih diperoleh dari jaringan pelayanan

kota yang terlebih dahulu ditampung dalam

tangki bawah/tangki atas, sebelum

disambungkan langsung pada sistem

pemompaan dan didistribusikan ke tiap

lantai.

Saluran pembuangan air

hujan

Berupa talang datar dan talang agak tegak

yang dihubungkan dengan saluran terbuka

atau tertutup menuju ke penangkap air atau

peresapan setempat. Saluran tersebut

dilengkapi dengan pipa udara dan bak control

Saluran pembuangan air

limbah

Air limbah yang berasal dari dapur, kamar

mandi, dan tempat cuci dialirkan melaui

saluran tertutup ke saluran lingkungan atau

tempat pengolahan limbah. Sedangkan air

limbah yang berasal dari kakus diteruskan ke

septictank dengan dilengkapi pipa udara, bak

control dan bidnag resapan.

Pembuangan sampah Pembuangan sampah harus terkoordinasi

dengan system pembuangan sampah

lingkungan, saluran sampah dengan diameter

terkecil ± 0,5 myg dilengkapi dengan lubang

masuk dan ruang pengumpul sampah

Tempat jemuran Memenuhi persyaratan keamanan,

kebersihan, tidak mengganggu pandangan

serta dapat memberi ruang bagi aliran udara

dan sinar matahari yang cukup

Jaringan listrik Setiap satuan rumah susun mendapat

pelayanan listrik dengan kelengkapan 1 unit

meter listrik, dan sambungan kabel

Page 55: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN - …/Konsep... · Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai ... Sistem Penangkal Petir ... bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

lxxvi

lxxvi

4. Kepadatan dan Tata Letak Bangunan

Kepadatan bangunan harus memperhitungkan koefisien Dasar

Bangunan (KBD), Koefisien Lantai Bangunan (KLB), ketinggian dan

kedalaman bangunan serta penggunaan tanah untuk mencapai optimasi

daya guna dan hasil guna tanah. Penggunaan tanah harus memperhatikan

ketentuan sebagai berikut :

· Luas tanah bangunan rusun maksimal 50% dari luas tanah bersama

· Luas tanah prasarana lingkungan minimal 20% dari luas tanah bersama

· Luas tanah fasilitas lingkungan minimal 30% dari luas tanah bersama

Tata letak bangunan rumah susun harus memperhatikan jarak antara

bangunan, batas kepemilikan tanah serta kemudahan pencapaian dan

pengelolan, guna mencapai keamananan, keselamatan, dan kenyamanan

penghuni dan lingkungan, yaitu :

· Jarak bangunan harus memenuhi persyaratan terhadap bahaya

kebakaran, pencahayaan dan pertukaran udara.

· Kemudahan pencapaian dan pengelolaan harus memperhitungkan

besarnya hunian dengan batas pengelompokan hunian dan orientasi

pencapaian.

Tabel II. 4

seperlunya

Jaringan telepon Apabila ada yang menggunakan sambungan

telepon pemasangannya ditempatkan

sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu

keamanan dan keselamatan penghuni lainnya.

Sumber: Disarikan dari Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 60/PRT/1992, tentang Persyaratan Teknis Pembangunan Rumah Susun.

Page 56: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN - …/Konsep... · Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai ... Sistem Penangkal Petir ... bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

lxxvii

lxxvii

Koefisien Dasar Bangunan dan Koefisien Lantai Bangunan KDB KLB Jumlah lantai

(lantai) Jumlah Penduduk (Jiwa)

34 % 1,105 3-4 1528 28 % 1,2 4-5 1667 25 % 1,25 5 1736

20,2 % 1,33 6-7 1847 317,5 % 1,375 7-8 1909

16 % 1,4 8-9 1944 15 % 1,42 9-10 1974 14 % 1,436 10-11 1995 13 % 1,45 11-12 2014

Sumber : Disarikan dari peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 60/PRT/1992 tentang Persyaratan Teknis Pembangunan Rumah Susun.

5. Satuan Rumah Susun

a. Mempunyai ukuran standart minimal 21 m2, lebar bagian muka

minimal 3 m.

b. Dapat terdiri dari satu ruang utama dan ruang lain di dalam dan/atau di

luar ruang utama. Ruang utama berfungsi ruang tidur pada rumah untuk

unit hunian dan ruang utama sebagai ruang kerja pada rumah susun

untuk unit bukan hunian, sementara ruang lain berfungsi sebagai ruang

penunjang untuk kamar mandi, kakus, dan dapur.

c. Harus dilengkapi dengan pencahayaan dan penghawan alami dan

buatan yang cukup, sistem evakuasi penghuni yang menjamin

kelancaran dan kemudahan, sistem penyediaan daya listrik yang

memadai dan sistem penyediaan air secara otomatis.

d. Batas pemilihan satuan rumah susun berupa ruang tertutup dan

sebagian terbuka.

Tabel II. 5 Satuan Hunian Dalam Rumah Susun

Page 57: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN - …/Konsep... · Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai ... Sistem Penangkal Petir ... bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

lxxviii

lxxviii

SATUAN

HUNIAN

PERSYARATAN

Ruang utama Diperuntukkan sebagai ruang tamu dan ruang tidur

Kamar mandi Berada diluar satuan rumah susun, untuk 1 unit

kamar mandi harus dapat melayani minimal 2 satuan

rumah susun.

Dapur Dapat berada di luar satuan rumah susun, berupa

tempat untuk memasak dan dapat melayani 1 unit

rumah susun.

Sumber : Disarikan dari peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 60/PRT/1992 tentang Persyaratan Teknis Pembangunan Rumah Susun.

6. Benda Bersama

Benda bersama dapat berupa prasarana lingkungan atau fasilitas

lingkungan.

7. Bagian Bersama

Bagian bersama dapat berupa ruang untuk umum, struktur dan kelengkapan

rumah susun, prasarana lingkungan dan fasilitas lingkungan yang menyatu

dengan bangunan rumag susun. Ruang bersama ini dapat berupa koridor,

selasar dan ruang tangga.

8. Prasarana

Prasarana lingkungan berupa jalan setapak, jalan kendaraan sebagai

penghubung antar bangunan rumah susun atau keluar lingkungan rumah

susun, tempat parkir dan tempat penyimpanan barang. Lingkungan rumah

susun harus dilengkapi dengan utilitas umum yang terdiri dari jaringan air

bersih, saluran pembuangan air hujan, saluran pembuangan air limbah,

jaringan tempat pembuangan sampah, jaringan pemadam kebakaran,

jaringan listrik, jaringan telepon dan alat komunikasi lainnya.

Tabel II. 6 Prasarana Dalam Rumah Susun

Page 58: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN - …/Konsep... · Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai ... Sistem Penangkal Petir ... bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

lxxix

lxxix

KRITERIA PERSYARATAN

Jalan setapak Badan jalan 2 m dengan lebar perkerasan jalan

+ 1,5 m dan lebar bahu jalan + 0,25 m, saluran

tepi jalan dibuat pada 1 atau 2 sisi jalan

Jalan kendaraan dengan

kecepatan 10-20 km/jam

Badan jalan 3,5 m dengan lebar perkerasan

jalan + 3 m dan lebar bahu jalan + 0,25 m,

saluran tepi jalan dibuat pada 1 atau 2 sisi

jalan, trotoar + 0,9 m di kedua sisi jalan

Tempat parkir Jarak tempat parkir dari pintu bangunan

rumah susun + 300 m, fasilitas parkir

menjamin keamanan bagi pejalan kaki

terhadap pengendara.

9. Utilitas Umum Lingkungan

Lingkungan rumah susun harus dilengkapi dengan fasilitas lingkungan

berupa ruangan dan bangunan yang dapat terdiri dari fasilitas perniagaan

dan perbelanjaan, lapangan terbuka, fasilitas pendidikan, kesehatan,

peribadatan, fasilitas pemerintahan atau pelayanan umum serta pemakaman

dan pertamaan. Penyediaannya dengan mempertimbangkan fasilitas yang

telah ada di sekitarnya dan berdasarkan jumlah penghuni rumah susun yang

ditampung.

Tabel II. 7 Persyaratan Utilitas Dalam Rumah Susun

UTILITAS

UMUM

PERSYARATAN

Jaringan air bersih · Penyediaan tangki air, pompa hisap dan tekan.

· Melayani sambungan halaman dengan kapasitas +

90 lt/org/hari.

· Dilengkapi dengan kran-kran air atau hydran

Sumber: Disarikan dari Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 60/PRT/1992, tentang Persyaratan Teknis Pembangunan Rumah Susun.

Page 59: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN - …/Konsep... · Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai ... Sistem Penangkal Petir ... bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

lxxx

lxxx

kebakaran dengan jarak penempatan yang dapat

menjangkau seluruh lingkungan rumah susun

vertical maupun horizontal.

Saluran air hujan · Saluran air hujan dilengkapi dengan bak kontrol

· Dihubungkan dengan riol kota

· Dilengkappi dengan pompa hisap yang lebih

rendah dari riol kota.

Saluran air limbah · Saluran limbah cair dihubungkan dengan saluran

kota menuju tempat pengelolahan limbah.

· Septictank untuk limbah cair padat

Pembuangan

sampah

· Bahan bak sampah dibuata dari bahan yang kedap

air, kedap bau dan tidak mudah berkarat

Jaringan listrik · Dilengkapi dengan gardu listrik, tiang lietrik dan

sebagainya.

Jaringan telepon · Dipasang pada tempat-tempat tertentu yang

memudahkan penyambungan ke unit-unit hunian

dan mudah dalam perbaikan serta perawatan.

10. Fasilitas Lingkungan

Fasilitas lingkungan pada rumah susun dapat berupa ruangan dan

bangunan, antara lain fasilitas perniagaan atau perbelanjaan, lapangan

terbuka, fasilitas pendidikan, kesehatan, peribadatan, pemerintahan dan

pelayanan umum serta permakanan dan pertamanan. Tetapi itu semua tidak

harus dipenuhi, karena tergantung dari tingkat kebutuhan penduduknya.

Tabel II. 8 Persyaratan Fasilitas Lingkungan

Fasilitas Persyaratan

Fasilitas niaga · Jumlah penduduk < 250 minimal disediakan warung

Sumber: Disarikan dari Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 60/PRT/1992, tentang Persyaratan Teknis Pembangunan Rumah Susun.

Page 60: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN - …/Konsep... · Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai ... Sistem Penangkal Petir ... bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

lxxxi

lxxxi

dan perbelanjaan dan pelataran kaki lima yang menjual kebutuhan

sehari-hari dan sembako

· Jumlah penduduk 250-1000 minimal disediakan

pertokoan yang menjual kebutuhan sehari-hari lebih

lengkap.

· Jumlah > 1000 minimal disediakan pusat

perbelanjaan (pasar swalayan), bengkel-bengkel

reparasi dan usaha jas lainnya.

Lapangan

terbuka

· Dapat berupa taman sebagai penghijauan, tempat

bermain anak, lapangan olahraga dengan luas tanah

min 20 % dari luas tanah lingkungan rumah susun

Fasilitas

pendidikan

· Jumlah penduduk < 1000 minimal disediakan

fasilitas pra sekolah atau TK

· Jumlah penduduk 1000-1600 minimal disediakan

SD

· Jumlah penduduk 1600-6000 minimal disediakan

SMP

· Jumlah penduduk 6000-9000 minimal disediakan

SLTA

· Atau disesuaikan dengan jumlah jiwa yang sesuai

dengan tingkat pendidikan dan melihat daya

tampung fasilitas pendidikan untuk pemukiman.

Fasilitas

kesehatan

· Sesuai dengan peraturan pengadaan fasilitas

kesehatan pada permukiman pada umumnya

Fasilitas

pemerintahan

dan pelayanan

umum lainnya

· Sesuai dengan peraturan pengadaan fasilitas

pemerintahan pada permukiman pada umumnya

Fasilitas

peribadatan

· Sekurang-kurangnya dapat melayani peribadatan

mingguan dan untuk kegiatan yang sifatnya tertentu

Sumber: Disarikan dari Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 60/PRT/1992, tentang Persyaratan Teknis Pembangunan Rumah Susun.

Page 61: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN - …/Konsep... · Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai ... Sistem Penangkal Petir ... bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

lxxxii

lxxxii

dapat mengguanakan fasilitas ruang serba guna

Fasilitas lingkungan ini sebesar-besarnya dengan luas lantai 30%

dari jumlah luas lantai bangunan rumah susun dan tidak dari 3 lantai.

Fasilitas lingkungan rumah susun juga dapat dilayani oleh fasilitas lain

yang berada diluar lingkungan rumah susun sesuai dengan ketentuan yang

berlaku.

F. Persyaratan Lain-Lain

1. Persyaratan Rumah Susun Sebagai Hunian Komunal (Sugiyanto, Rumah

Susun di Bantaran Kali Code, Tugas Akhir JUTA UGM.2001. hal. 10):

a. Kenyamanan dan ketenangan visual / psikologis.

b. Kompleksitas kepemilikan.

c. Kemudahan penyelesaian struktur, yaitu dengan bentuk-bentuk tipikal.

d. Memungkinkan terciptanya interaksi antar penghuni.

e. Penyelesaian fisik bangunan yang menghindari kesan formal.

2. Persyaratan Rumah Susun Sebagai Hunian Vertikal (Peraturan Menteri PU

No.60/PRT/1992):

a. Semua ruang kecuali gudang harus terang dan segar.

b. Memperhatikan keamanan struktur, komponen dan bahan bangunan.

c. Melengkapi ruang-ruang pembentuk suatu hunian.

d. Ditentukan ukuran minimum untuk setiap ruang.

e. Ruang bersama (tangga, lobby, koridor) mempunyai view keluar.

f. Kepadatan dan letak bangunan ditentukan sedemikian rupa sehingga

menjamin aliran udara dan pencahayaan alami.

3. Persyaratan Lokasi Rumah Susun (Ditjen Cipta Karya, 1980):

a. Waktu tempuh + 30 menit dari tempat kerja dan pusat pelayanan.

b. Mempunyai aksesibilitas ke tempat umum.

Page 62: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN - …/Konsep... · Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai ... Sistem Penangkal Petir ... bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

lxxxiii

lxxxiii

c. Lokasi rumah susun berada di daerah yang memberikan keseimbangan

sosial dan keserasian serta keterpaduan antar kawasan yang menjadi

lingkungannya.

d. Memberikan kesempatan untuk membina individu dan keluarga serta

terjamin atas bahaya.

e. Tersedia infrastruktur dan prasarana yang memadai.

G. Sistem Kepemilikan

1. Pemukiman Kembali, penduduk kampung yang digusur dikembalikan ke

rumah susun. Kelemahan dari sistem ini adalah jangka waktu yang lama

yang dalam menunggu proses pembangunan

2. Sistem Sewa, penghuni membayar sewa kepada pengelola baik tak terikat

masa waktu atau melalui kontrak (terikat masa waktu)

3. Kepemilikan Bersama, rumah susun diperolah dengan sewa beli secara

langsung yang pada akhirnya penghuni mendapatkan serifikat kepemilikan.

H. Penyelenggaraan dan Status Kelembagaan

Penyelenggaraan rumah susun merupakan bagian dari kebijaksanaan

perumahan di perkotaan. Bagan penyelenggaraan rumah susun sebagai

kebijaksanaan masalah perumahan di perkotaan adalah sebagai berikut :19

Skema II. 4 Penyelenggaraan Rumah Susun

19 Bahan Kuliah MK Kota dan Pemukiman 2, Arsitektur UNS. 2004

KEBIJAKAN / PROGRAM Peremajaan : pembongkaran sebagian besar/seluruh wilayahnya berada di tanah negara dan kemudian di tempat yang sama dibangun sarana dan prasarana dan fasilitas lingkungan rumah susun serta bangunan-bangunan lainnya.

TUJUAN · Meningkatkan kehidupan dan penghidupan, harkat dan martabat masyarakat

penghuni pemukiman kumuh · Mewujudkan kawasan kota yang ditata secra lebih baik yang sesuai

Page 63: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN - …/Konsep... · Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai ... Sistem Penangkal Petir ... bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

lxxxiv

lxxxiv

Status Kelembagaan dalam proyek rumah susun sebagai program peremajaan

:

Skema II. 5 Lembaga Penyelenggara

Skema II.4. Kebijakan Masalah Perumahan di Perkotaan (Pembangunan Rumah Susun)

Pemda DATI II

· BAPPEDA · Dinas Tata Kota · Dinas Kimtaru

Page 64: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN - …/Konsep... · Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai ... Sistem Penangkal Petir ... bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

lxxxv

lxxxv

I. Aspek Desain Hunian Vertikal Sederhana Bagi Masyarakat Menengah

Kebawah

1. Fleksibilitas dan Variasi Tata Ruang

Keterikatan bangunan vertikal terhadap sistem strukturnya dan demi

kemudahan proses pembangunan seringkali menghasilkan bentuk hunian

yang seragam dan tidak fleksibel, sehingga pada akhirnya mengasingkan

penghuni dari huniannya sendiri. Berbagai upaya telah dilakukan untuk

mengatasi permasalahan ini, salah satunya adalah sistem Support Structure

and Infill Package. Prinsip pembangunan sistem ini ialah penyediaan

struktur dan infrastruktur utama saja, sedangkan pengaturan tata ruang dan

blok hunian dibuat fleksibel sesuai dengan kebutuhan penghuninya.

Bangunan dipecah ke dalam modul-modul yang bervariasi tanpa

harus kehilangan harmoni. Prinsip ini memberi keuntungan pada

penyusutan biaya dalam hal pembangunan struktur dan infrastruktur,

sementara kebebasan pengaturan bentuk tata ruang dan tempat hunian

dapat meningkatkan partisipasi penghuni dalam keterbatasan. Sementara

Skema II.5. Skema Pola Kelembagaan Pembangunan Rumah Susun

Page 65: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN - …/Konsep... · Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai ... Sistem Penangkal Petir ... bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

lxxxvi

lxxxvi

fleksibilitas dalam blok massa juga perlu diperhatikan untuk antisipasi

terhadap konteks lingkungannya.

2. Ketinggian bangunan

Dalam hal ini, istilah rumah susun tidak selalu harus berupa bentuk hunian

vertikal 4 lantai ke atas. Alasan untuk hal ini adalah:

a. Semakin tinggi bangunan, maka biaya pembangunan semakin tinggi

termasuk juga biaya operasional dan perawatan. Biaya tinggi bagi

masyarakat berpenghasilan rendah adalah persoalan yang besar dan

sulit untuk dipenuhi.

b. Semakin tinggi bangunan, maka teknologi yang dibutuhkan juga

semakin tinggi termasuk peralatannya, dengan demikian hanya

beberapa pihak yang dapat melaksanakannya.

3. Ruang usaha untuk peningkatan faktor ekonomi penghuni

Dalam upaya menciptakan lingkungan hunian yang produktif perlu

diupayakan peluang usaha, dengan demikian akan tercipta kemandirian

penghuni dalam pengelolaan maupun pengembangan huniannya, hal ini

dapat ditempuh dengan menciptakan tempat usaha pada lantai dasar

bangunan. Namun seringkali pada suatu hunian vertikal tumbuh warung-

warung, PKL, jualan yang sporadis memanfaatkan ruang kosong baik di

dalam maupun di luar bangunan, baik lantai bawah maupun lantai atas

sekalipun. Pengelolaan bentuk ruang bisa jadi tidak mampu mengantisipasi

konflik antara fungsi hunian dan fungsi usaha. Untuk itu penyediaan

tempat usaha perlu memperhatikan jenis usaha dan pengelolaannya yang

dikembangkan sesuai dengan karakter masyarakat penghuni kompleks

rumah susun, konsep penggunaan ruang usaha, termasuk ketersediaan

sarana-prasarana pendukung.

4. Ruang publik dan ruang komunal

Pada permukiman masyarakat saat ini keberadaan ruang publik sangat

penting untuk proses sosialisasi dan mengekspresikan diri dalam

lingkungan hunian. Ruang publik yang terbentuk dalam suatu rumah susun

Page 66: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN - …/Konsep... · Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai ... Sistem Penangkal Petir ... bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

lxxxvii

lxxxvii

berupa ruang di dalam blok-blok bangunan dan di ruang luar. Persoalan

efisiensi biaya dalam pembangunan hunian vertikal seringkali menjadikan

ruang-ruang publik di dalam bangunan adalah in-efisiensi. Gagasan desain

fasilitas umum (WC, ruang cuci, ruang jemur dan kamar mandi) bersama

sebagai ruang komunal adalah sebuah kemungkinan. Demikian pula untuk

ruang publik di luar bangunan, semakin jauh ruang publik dari blok-blok

hunian maka ruang publik semakin tidak berfungsi dan seringkali

terbengkalai. Bentuk, skala interaksi ruang luar dan ruang dalam

merupakan salah satu cara untuk menghidupkan ruang publik. Interaksi dan

orientasi dari ruang dalam juga penting untuk membuat ruang luar lebih

bernilai.

5. Keterpaduan dengan ruang kota

Meskipun pada dasarnya fungsi hunian merupakan fungsi yang cenderung

berorientasi ke dalam, namun tetap diperlukan ruang umum sebagai

penghubung dengan lingkungan sekitarnya. Kehadiran rumah susun yang

berbeda dengan karakteristik lingkungannya (tidak ada keterpaduan dengan

lingkungan) seringkali menjadikan image negatif terhadap penghuninya.

Keterpaduan dengan ruang kota adalah gambaran pola sekuen dan alur

aktifitas penghuni yang memberi kesempatan untuk berinteraksi timbal

balik secara saling menguntungkan antara rumah susun dan lingkungannya.

Sebagai contoh adalah jalur sirkulasi dan pergerakan yang melalui zona

pelayanan umum, fasilitas publik, tempat usaha serta pengolahan fasilitas

umum seperti lapangan dan sebagainya yang memungkinkan terbentuknya

wadah sosialisasi penghuni dengan masyarakat lingkungan sekitar.

J. Studi Tentang Kepenghunian Rumah Susun

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dra. Komadjaja dan

kelompok yang tergabung dalam Tim Study Rumah Susun, mengenai perilaku

penghuni rumah susun didapatkan kesimpulan sebagai berikut :20

20 Dra. Komadjaja dkk, “Kelaikan Penghuni Rumah Susun” Majalah PU No. 6/Th.XXVI/September/1990.

Page 67: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN - …/Konsep... · Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai ... Sistem Penangkal Petir ... bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

lxxxviii

lxxxviii

· Ukuran hunian yang kecil tidak menguntungkan bagi perkembangan

kehidupan keluarga, terutama pada perkembangan anak-anak yang

membutuhkan ruang gerak yang luas.

· Pilihan tinggal di rumah susun mendukung kegiatan sehari-hari dari

penghuni, karena dekat dengan tempat kerja, fasilitas pendidikan dan akses

sarana transportasi.

· Sekalipun pada awalnya rumah susun diperuntukkan bagi masyarakat yang

berpenghasilan rendah, tetapi pada kenyataannya kebanyakan penghuninya

berasal dari tingkat ekonomi yang lebih tinggi.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fisip UNAIR Surabaya,

keberadaan rumah susun dibutuhkan di kota besar namun masyarakat daerah

kumuh enggan menempatinya, hal ini disebabkan karena :21

1. Rumah susun masih terlalu mahal.

2. Kualitas bangunan baik, tetapi luasan bangunan masih terlalu sempit dan

aspek kenyamanan tinggal di rumah horisontal dirasa lebih baik.

3. Faktor ancaman keselamatan masih belum terjamin, seperti anak-anak, ibu

hamil dan orang tua yang menempati unit hunian lantai atas.

4. Faktor keamanan masih kurang terjamin, seperti parkir dan tempat jemur

pakaian.

Sementara itu beberpa pertimbangan yang mendorong penghuni untuk

tinggal di rumah susun antara lain :22

1. Penilaian terhadap adanya kemudahan

Dengan mempertimbangkan kedekatan dengan lokasi kerja, aksesibel

terhadap pusat kegiatan dan pelayanan.

2. Penilaian atas keterjangkauan ekonomi

21 Penelitian Fisip Unair Surabaya, Jawa Pos, 6Augustus 1994. 22 Disarikan dari Tugas Akhir Septa Nugroho 9Arsitektur UNS). “Rumah Susun Sederhana sebagai Upaya Penanganan Permukiman Kumuh Melalui Konsep Peremajaan.”

Page 68: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN - …/Konsep... · Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai ... Sistem Penangkal Petir ... bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

lxxxix

lxxxix

Penghematan biaya bila dibandingkan dengan tinggal di rumah biasa

karena beberapa sarana dan prasarana serta fasilitas dalam komplek hunian

dapat dimanfaatkan bersama (seperti dapur umum, KM/MCK umum, ruang

cuci bersama, ruang jemur).

3. Penilaian atas kriteria kesehatan dan kenyamanan.

4. Penilaian terhadap sifat kepraktisan.

5. Lain-lain seperti misalnya suasana lingkungan dan kontak sosial yang unik.

Penelitian ini menegaskan bahwa pembangunan rumah susun di masa

datang merupakan keharusan dan kebutuhan mutlak bagi pemerintah daerah di

kota-kota besar. Pembangunannya pun bukan sekedar asal bangun dengan

alokasi dana subsidi, membangun rumah sebanyak mungkin, atau peremajaan

lingkungan kumuh secara sporadis, melainkan harus mengutamakan asas

kemanfaatan.

K. Studi Kasus

1. Rusunawa Dupak

a) Lokasi : terletak di Surabaya utara, berjarak 2 km dari Jalan Raya

Demak, dibangun dengan harapan untuk dapat menggantikan

perumahan kumuh yang ada disekitarnya sebelum hunian tersebut

dibangun.

b) Phisik bangunan :

- Type unit hunian :

- Struktur : Beton bertulang dengan jarak modul 3m dan 6m.

- Dinding : Batako dengan sebagian pasangan bata

diplester.

- Plafon : Plat dak beton yang diexpose, tinggi

2.60 m

- Kusen dan Jendela : Kayu dengan jendela engsel

Nako.

T-18, ukuran 3x6 m yang terdiri atas 5 blok,

masing-masing 25 unit hunian terdiri atas 3 lantai.

Page 69: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN - …/Konsep... · Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai ... Sistem Penangkal Petir ... bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

xc

xc

- Kamar mandi : Diluar unit hunian, bersifat penggunaan

bersama.

- Dapur : Diluar unit hunian, bersifat penggunaan

bersama.

- Ruang Bersama : Memanfaatkan jarak koridor yang

cukup lebar.

- Koridor : Cukup lebar yaitu 3 m dan 4 m yang

termanfaatkan sebagai ruang umum bersama,

kesan tidak monoton.

- Lantai : Dari plat dak yang diplester.

Kondisi saat ini banyak perubahan, kamar mandi dan dapur tidak

dilengkapi pada tiap hunian ditempatkan secara bersama pada bagian

lantai tertentu. Bentuk ini memberikan keuntungan nilai efisiensi luas

lantai yang cukup tinggi dan sistem perpipaan yang tersentralisir akan

memudahkan pemeliharaan.

Gambar II.4

Bagian bawah dan koridor seringkali dimanfaatkan

sebagai tempat jualan, warung. Seperti yang banyak

terdapat pada Rusun yang lain, memberikan kesan

padat dan tidak rapih.

Sumber : W, Andi. 1998. Studi Kasus Rusun

Gambar II.5

Desain Arsitektur yang berbentuk tropis, baik

unyuk menahan panas dan tampias panas matahari.

Dengan sistem balkon yang cukup besar selain

berfungsi untuk menahan panas, juga akan

termanfaatkan untuk kebiasaan kehidupan dalam

kampungnya lama, misal : bertanam bunga, piara

burung

Sumber : W, Andi. 1998. Studi Kasus Rusun

Page 70: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN - …/Konsep... · Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai ... Sistem Penangkal Petir ... bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

xci

xci

c) Perancangan :

Kesan ruang umum bersama yang bersifat dinamis dan luas

karena bergabung dengan koridor. Privacy antar hunian yang terjadi

lebih baik karena bentuk koridor yang tidak berderet. Masalahnya

adalah :

- Cross Ventilation tidak terjadi

- Bangunan yang pendek (18 m) dan hanya berlantai 3 terasa

kurang memanfaatkan lahan yang tersedia, sehingga nilai efisiensi

nett area dibanding gross area hanya dapat mencapai 61 %.

d) Aspek Sosial Ekonomi Penghuninya.

Secara umum pendapatan keluarga bervariatif, kebanyakan

bekerja pada sektor informal dengan penghasilan rata-rata perbulan

sebesar Rp.150.000-Rp.300.000, tetapi sebagian lebih besar terutama

yang tinggal di lantai dasar.

Kekeluargaan antar warga cukup tinggi, tersedia balai umum

yang dipakai untuk kepentingan bersama, secara umum desain

bangunan cukup baik, masalahnya adalah lokasi yang terbatas sehingga

fasilitas yang tersedia sangat terbatas. Bila dibangun menjadi 4 lantai

maka dengan kapasitas yang sama jumlah blok (5 buah) akan dapat

Gambar II.6. Denah dan massa bangunan Rusun Dupak Sumber : W, Andi. 1998. Studi Kasus Rusun

Page 71: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN - …/Konsep... · Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai ... Sistem Penangkal Petir ... bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

xcii

xcii

dikurangi dengan biaya yang dapat lebih murah dan sisa bahan dapat

terpakai sebagai fasilitas umum.

Kamar mandi, tempat cuci, dan dapur yang disediakan untuk

bersama mempunyai pengaruh masalah sosial cukup besar. Pada

umumnya penghuni tidak suka masak di dapur umum karena masalah

pribadi, sehingga dapur yang tersedia tidaklah banyak dimanfaatkan,

sebagian menyatakan lebih suka pada kondisi lingkungan lama, yang

biarpun ‘kumuh’ tetapi pemisah antar keluarga masih cukup baik dan

secara umum mereka tidak mempermasalahkan kekumuhan karena sifat

gotong royong yang sangat tinggi.

Penataan lingkungan baru haruslah memasukkan unsur sosial

penghuni, untuk itulah perancangan dibuat berbentuk bangunan tropis

dengan susunan yang cukup panjang agar kegiatan kebiasaan lamanya

(piara burung, bertanam tanaman) masih bisa sedikit dilakukan.

2. Rusunawa Sombo

a) Lokasi : Terletak diwilayah Surabaya utara, kecamatan

Simokerto yang dibangun untuk menggantikan

perumahan kumuh dilingkungannya.

b) Phisik bangunan : (diresmikan pada 1990)

- Type unit hunian : T-18 ukuran 3x 6 m yang terdiri atas 10 blok

dengan jumlah berkisar 40-60 unit yang

terdiri dari 4 lantai. Bentuk bangunan dan

jumlah unit tidak sama pada tiap blok, tetapi

mempunyai pola ang mirip.

- Struktur : Beton bertulang, atap dari genteng.

- Dinding : Batako tanpa plester.

- Lantai : Abu-abu ukuran 20x 20 cm.

- Plafon : Plat dak lantai yang diexpose.

- Kosen : Kayu meranti ukuran 6 x 12 cm

- Tangga : Lebar 3.00 m, satu buah pada tiap lantai.

Page 72: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN - …/Konsep... · Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai ... Sistem Penangkal Petir ... bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

xciii

xciii

Kondisi saat ini ada dua blok pada lantai dasar yang digunakan

sebagai pasar, sebagian besar bangunan tidak mengalami perubahan,

penambahan partisi pemisah semi permanen terutama dilakukan untuk

kamar tidur yang dalam satu unit dapat ditempati oleh beberapa kepala

keluarga.

Gambar II.7. Tampak luar dengan arsitektur tropis memberi nilai keindahan sendiri

Sumber : W, Andi. 1998. Studi Kasus Rusun

Gambar II.8

Masalah tempat jemuran tetap menjadi

masalah utama yang pelik dan selalu

member kesan kumuh.

Sumber : W, Andi. 1998. Studi Kasus Rusun

Gambar II.9

Ruang dalam yang terbuka dengan partisi

pendek hanya untuk penutup tempat tidur.

Sumber : W, Andi. 1998. Studi Kasus Rusun

Page 73: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN - …/Konsep... · Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai ... Sistem Penangkal Petir ... bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

xciv

xciv

c) Perancangan

Koridor yang sangat lebar 3m-9m memberikan kesan sangat

longgar, dipakai sebagai ruang bersama dengan bentuknya yang

dinamis. Permasalahanna adalah luas lantai efektif menjadi sangat kecil

(66%, kamar mandi dan dapur yang dipakai bersama sudah

diperhitungkan efisiensinya). Karena pada bagian ujung-ujung

bangunan bersifat terbuka ventilasi silang dan pencahayaan pada ruang

bersama dan unit hunian dapat terjadi dengan baik.

d) Aspek Sosial Ekonomi Penghuninya :

Gambar II.10

Bagian lantai dasar yang terbuka dipakai

untuk pasar lingkungan.

Sumber : W, Andi. 1998. Studi Kasus

Rusun

Gambar II.11. Floor plan pada salah satu blok Sumber : W, Andi. 1998. Studi Kasus Rusun

Page 74: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN - …/Konsep... · Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai ... Sistem Penangkal Petir ... bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

xcv

xcv

Sebelum dibangun menjadi rusun lingkungan Sombo mempunyai

tingkat kepadatan yang sangat tinggi dan sangat kumuh. Bangunan

lama yang bersifat permanen kurang dari 29% dan banyak warga yang

menghuni untuk satu keluarga dengan rumah luasnya kurang dari 10 m2

sebanyak 20% dan luas antara 10 – 20 m2 sebanyak 37% dengan seluas

itu dihuni oleh 4 – 6 orang (Silas, 1996).

Penggunaan dapur dan kamar mandi diluar yang dipakai bersama

dapat memberikan nilai tambah pada luasan unit hunian yang ada,

tetapi mempunyai masalah sosial seperti yang ada pada rusun Dupak

dimana penghuninya enggan menggunakannya terutama dapur umum.

Setiap lantai satu buah unit hunian dipakai sebagai tempat ibadah

bersama.

Mata pencaharian warga terutama bekerja pada sektor informal,

sebagai buruh tidak tetap, atau sebagai pedagang kaki lima dengan

penghasilan berkisar antara Rp.200.000,- per bulan. Pada komplek site

diperlengkapi dengan sekolah taman kanak-kanak, masjid, madrasah,

lapangan bermain anak, dan tempat olah raga. Pada lantai dasar

dibeberapa blok dibuka yang dipakai sebagai pasar untuk warga, terasa

sangat menunjang dalam kehidupan warga sehari-hari dan dapat

menciptakan suasana lingkungan dan kemudahan dalam kegiatan

keluarga.

Page 75: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN - …/Konsep... · Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai ... Sistem Penangkal Petir ... bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

xcvi

xcvi

BAB III

TINJAUAN SETTING (RUANG) BERSAMA

Dalam bab ini akan dibahas penyebab terjadinya interaksi, bentuk- bentuk

interaksi, dan pola interkasi sosial yang akhirnya membutuhkan setting ruang bersama

dengan atribut-atribut sebagai parameter perancangan ruang bersama yang membawa

keberadaanya dapat dimanfaatkan secara optimal. Serta studi kasus Rusunawa di

Indonesia yang fokus bahasanya pada ruang bersama dalam Rusunawa.

F. Proses Terjadinya Interaksi Sosial

Karena berfungsi sebagai tempat tinggal, mau tidak mau rumah susun juga

mempunyai fungsi lain, yaitu sebagai tempat berlangsungnya proses sosialisasi.

Proses dimana seseorang individu atau kelompok kecil diperkenalkan kepada nilai,

adat kebiasaan yang berlaku dalam lingkungan rumah susun dan juga tempat

manusia memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan setiap manusia berbeda satu

dengan yang lain, akan tetapi paling tidak sebuah rumah susun sebagai rumah akan

selalu diusahakan untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar manusia, yaitu

kebutuhan akan tempat tinggal dan sosialisasi.

Proses sosial adalah cara-cara berhubungan yang dapat dilihat apabila

individu dan kelompok-kelompok manusia saling bertemu dan menentukan sistem

dan bentuk hubungan tersebut, atau apa yang akan terjadi apabila ada perubahan-

perubahan yang menyebabkan goyahnya cara-cara hidup yang telah ada (Soekanto,

1982). Interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktifitas-aktifitas sosial.

Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis dan

menyangkut hubungan antara orang perorangan atau kelompok.

Terjadinya interaksi sosial baik antara penghuni dengan penghuni, maupun

penghuni dengan masyarakat sekitar rumah susun dimulai pada saat menegur,

berjabat tangan, dan saling berbicara. Interaksi sosial atau kontak sosial dapat

berlangsung dalam 3 bentuk, yaitu :

1. Antar individu dengan individu

Page 76: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN - …/Konsep... · Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai ... Sistem Penangkal Petir ... bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

xcvii

xcvii

2. Antar individu dengan kelompok manusia

3. Antar kelompok manusia dengan kelompok manusia

Pembagian interaksi diatas menunjukkan jumlah pelaku interaksi yang

berbeda akan berpengaruh terhadap bagaimana interaksi terjadi. Pelaku interaksi

yang terbagi dalam tingkatan yang berbeda dikarenakan keinginan individu dalam

melakukan interaksi tidak bisa konstan dalam satu bentuk saja.

G. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial

Bentuk interaksi sosial dengan lingkungan dapat berupa kerjasama

(cooperation), kompetisi (competition), dan bahkan juga dalam bentuk pertentangan

dan pertikaian (conflic). Ada lima hal yang menentukan tingkat interaksi sosial

masyarakat dengan lingkungannya (Rapoport, 1983):

1. Struktur fisik dan susunan tipe tempat tinggal

2. Aspek-aspek simbolis dari unit-unit tempat tinggal.

3. Homogenous dan heterogenitas yang relatif dan populasi masing-masing.

4. Sifat pengendalian informasi yang diberikan oleh masing-masing unit

5. Mobilitas masing-masing populasi dan lama waktu mereka tinggal.

Menurut ahli sosio-psikologi (Poeteous, 1977), karakteristik hubungan sosial

di dalam suatu komunitas akan sangat dipengaruhi oleh besarnya kesempatan setiap

individu dari anggota komunitas untuk memilih atau membentuk kelompok yang

sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya. Kebutuhan tersebut didasari oleh sifat

manusia untuk memperoleh keuntungan yang timbal balik didalam jalinan yang

dibutuhkan. Seorang individu kadang kala ingin bersama dengan banyak orang

untuk melakukran sesuatu, tetapi bukan hal yang aneh pula jika seorang individu

ingin berada dalam kesendiriannya dalam melakukan sesuatu. Faktor, yang dapat

memunculkan rasa ingin menikmati atau berada dalam kesendiriannya adalah

perilaku ingin mendapatkan privasi.

H. Macam dan Pola Interaksi Sosial

Page 77: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN - …/Konsep... · Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai ... Sistem Penangkal Petir ... bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

xcviii

xcviii

Di dalam interaksi sosial antar individu, jumlah pelaku mempengaruhi

bentuk interaksi yang akan tercipta. Macam bentuk yang berbeda mengakibatkan,

setting ruang yang dibutuhkan juga berbeda, sehingga perlu ditinjau pembentukan

macam-macam bentuk interaksi yang terjadi. Menurut besaran serta tingkat

keterikatan, dapat dikelompokkan menjadi beberapa macam interaksi sosial, yaitu:

1. Interaksi Sosial Kelompok Akrab

Yaitu interaksi sosial antar individu dalam jumlah yang terbatas (2 sampai 6

orang). Interaksi kelompok akrab ini hubungaan individu satu dengan yang lain

dapat berlangsung secara terbuka dari hati ke hati. Wujudnya berupa

persahabatan ataupun teman dekat.

2. Interaksi Sosial Kelompok Kecil

Jumlah individu yang berinteraksi lebih besar dari kelompok akrab, aksistensi

masing-masing individu masih tetap muncul dan jumlah populasi anggota

berkisar antara 12 sampai 24 orang,

3. Interaksi Sosial Kelompok Besar

Interaksi sosial yang terjadi antara seluruh anggota suatu kelompok sosial

sebagai kesatuan. Hubungan yang terjadi bersifat fungsional dan rasional,

misalnya anggota suatu perkumpulan, penghuni tiap block rumah susun, dan

lain-lain.

4. Interaksi Antar Kelompok Sosial

Interaksi sosial yang terjadi antara suatu kelompok sosial dengan kelompok

sosial yang lainnya atau dengan masyarakat luas di luar kelompok tersebut.

Macam-macam interaksi diatas, terjadi karena pengaruh privasi yang masuk

ke dalam interaksi yang berakibat ruang untuk mewadahinya tidak hanya satu jenis

saja, interaksi kelompok akrab mempunyai sifat kadar privasi lebih besar daripada

sifat kebersamaan, tetapi interaksi tersebut masih termasuk dalam sifat aktivitas

bersama. Sedangkan interaksi antar kelompok sosial merupakan interaksi yang

paling kental makna komunalnya dan sifat privasi sangat kecil atau hampir tidak

ada. Dari kedua jenis interaksi diatas, meniunjukkan bahwa setting bersama masih

dipengaruhi oleh privasi yang besar kecilnya menentukan macam interaksi yang

terjadi.

Page 78: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN - …/Konsep... · Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai ... Sistem Penangkal Petir ... bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

xcix

xcix

Interaksi kelompok akrab terbentuk karena 2-10 orang ingin membatasi

aktivitas interaksinya dimana mereka ingin berada dalam kondisi privat mereka.

Seperti halnya interaksi akrab, macam interaksi yang lain terbentuk penciptaan

privasi terhadap orang atau kelompok lainnya.

Berdasarkan macam interaksi sosial, maka dalam suatu rumah susun akan

terdapat pola interaksi. Pada rumah susun pola interaksi sosial yang terjadi dapat

dikelompokkan sebagai interaksi sosial sesama penghuni rumah susun dalam satu

unit hunian, antar penghuni dalam tiap lantai, antar kelompok block bangunan

rumah susun, dan interaksi sosial antar penghuni rumah susun dengan masyarakat

sekitar. Pola interaksi sosial tersebut sebagai berikut.:

1. Interaksi sosial antar penghuni dalam satu unit hunian.

2. Interaksi sosial antar penghuni dalam satu lantai.

3. Interaksi sosial antar penghuni antar tiap block rumah susun.

4. Interaksi sosial penghuni rumah susun dengan non penghuni rumah susun.

Berdasarkan penjelasan tentang macam dan pola interaksi yang terjadi dalam

suatu lingkungan sosial, menunjukkan bahwa interaksi dan privasi memiliki

hubungan keterkaitan.

I. Atribut Pada Setting Ruang Bersama

Pola interaksi sosial akan melibatkan tiga komponen, yaitu :

1. Individu, sebagai pengguna setting (penghuni rumah susun baik secara

perorangan maupun kelompok) yang melakukan kegiatan atas dasar tujuan

tertentu.

2. Seting fisik, sebagai tempat individu pengguna setting tinggal dan melakukan

kegiatan informal.

3. Organisasi, institusi dimana individu melakukan tugasnya yang tercermin

dalam kegiatan sehari-hari.

Hubungan antara ketiga komponen ini akan menghasilkan fenomena

perilaku yang disebut Atribut. Atribut merupakan kualitas lingkungan sebagai

pengalaman yang dirasakan manusia adalah komponen yang diproduksi oleh

komponen manusia dengan kelompoknya (organisasi dan individu) dan seting fisik.

Page 79: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN - …/Konsep... · Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai ... Sistem Penangkal Petir ... bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

c

c

Oleh Wiesman (1981 : 34-35) telah dirumuskan tentang atribut lingkungan yang

dialami manusia, sebagai produk dari organisasi, individu, serta setting fisik.

Berdasarkan macam dan pola interaksi yang ada dalam lingkungan

Rusunawa, maka dibutuhkan beragam ruang bersama untuk menampung setiap pola

interaksi yang terjadi. Dari beragamnya ruang bersama dalam Rusunawa, atribut-

atribut yang terjadi di ruang bersama tersebut adalah :

1. Kenyamanan

Suatu ruang yang memberi kenyamanan bagi penghuni Rusunawa, baik merasa

nyaman saat melakukan kegiatan, atau merasa nyaman berada di ruang tersebut.

2. Sosialitas

Suatu ruang yang mampu memfasilitasi interaksi sosial. Selain tata perabot,

pembentukan ruang pun akan sangat berperan dalam keberhasilan membentuk

ruang sosiopetal.

3. Aksesbilitas

Suatu ruang yang mudah untuk dicapai oleh penghuni, memberi kemudahan

aksesbilitas menuju ruang yang dituju penghuni, serta tidak terpotong arus

sirkulasi.

4. Adaptabilitas

Suatu ruang yang mampu menampung kegiatan berbeda akibat perubahan

aktivitas penghuni Rusunawa meliputi susunan, letak, pengurangan, atau

penambahan komponen fisik pada ruang.

5. Visibilitas

Suatu ruang yang memberikan visibilitas yang menarik sehingga menciptakan

pola interaksi yang dinamis antar penghuni Rusunawa maupun masyarakat luar.

6. Keamanan

Suatu ruang yang memberi rasa aman serta dapat saling mengawasi pada tiap-

tiap ruang bersama.

J. Ruang Bersama pada Rusunawa 1 di Kp. Begalon Panularan

Page 80: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN - …/Konsep... · Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai ... Sistem Penangkal Petir ... bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

ci

ci

1. Analisa

Dari hasil survey pengamatan terhadap ruang-ruang bersama di

Rusunawa di Kp. Begalon, maka ditemukan beberapa jenis ruang bersama yang

berfungsi untuk menampung aktivitas-aktivitas kebersamaan antar penghuni.

Beragamnya ruang bersama yang ada di pengaruhi oleh macam dan pola

interaksi yang terjadi. Adapun beberapa hasil analisa ruang bersama dari hasil

pengamatan tersebut, yaitu :

a. Ruang Parkir (Lantai Dasar)

Lokasi ruang bersama ini berada di lantai dasar banguanan

Rusunawa, tepatnya menggunakan lahan yang sebenarnya diperuntukan

untuk parkir kendaraan. Jadi dapat dikatakan sebagai ruang bersama yang

tidak terencana sebelumnya. Ruang bersama ini beratap (plat lantai 1),

sehingga berkesan teduh dan sejuk (kenyamanan) karena terlindungi dari

panas matahari.

Ruang bersama ini terbuka tanpa dinding penutup sehingga para

pengguna bisa melihat kehadiran tamu yang berkunjung (visibilitas), karena

Tempat Parkir

Tempat Parkir

Ram

Gambar III.1. Suasana Ruang Bersama di Ruang Parkir Sumber : Dokumentasi Pribadi 2009

ME

Page 81: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN - …/Konsep... · Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai ... Sistem Penangkal Petir ... bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

cii

cii

sirkulasi tamu yang masuk dipastikan melewati ruang bersama ini.

Penyediaan tempat duduk untuk setting aktivitas komunikasi antara penghuni

menandakan terjadinya sosialitas dimana terjadi komunikasi dalam aktivitas

ngobrol dan diskusi informal.

Peletakan setting aktivitas yang tidak memotong sirkulasi kendaraan

yang hendak parkir juga mendukung aktivitas pada ruang bersama ini

(aksesbilitas) sehingga mendukung terjadinya sosialisasi. Selain untuk

aktivitas ngobrol, setting ruangan ini juga dapat dikondisikan untuk dapat

dirubah sehingga dapat digunakan dengan pengguna yang lebih besar dan

memberikan keluasan aktivitas (adaptabilitas), seperti acara pengajian,

arisan, atau penyuluhan.

b. Tempat Jemur Bersama

Ruang ini berupa ruangan kosong yang terbuka dan berada pada

lantai 3. Fungsi asli dari ruangan ini adalah sebagai temapt untuk menjemur

bersama, namun tidak fungsikan oleh penghuni karena para penghuninya

merasa tidak aman (privasi) untuk menjemur pakaian secara bersama-sama.

Yang akhirnya memaksa meraka untuk menjemur pakaian mereka di tras

sehingga menimbulkan kesan kumuh pada rusunawa tersebut.

Selain kurangnya privasi, peletakan ruangan ini tidak memberikan

kemudahan aksesibilitas kepada penghuni, karena letaknya hanya pada lantai

3 saja dan diletakan pada sayap bangunan.

c. Tempat Bermain Anak

Gambar III.2. Suasana Tempat Jemur Bersama Sumber : Dokumentasi Pribadi 2009

Page 82: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN - …/Konsep... · Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai ... Sistem Penangkal Petir ... bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

ciii

ciii

Tempat ini berada pada lantai dasar bangunan berupa arena game

yang kurang mendidik. Karena tidak tersedia taman bermain pada Rusunawa

ini maka anak-anak banyak yang mengunjungi tempat ini. Hal ini didukung

dengan adanya fasilitas rekreatif yang dapat menghibur anak-anak

(penyegaran).

Namun untuk perencanaan selanjutnya lebih baik disediakan fasilitas

rekreatif yang mampu memancing kreatifitas untuk menggunakanya (karena

anak-anak memerlukan permainan konstruktif dan kreatif untuk menentang

kecerdasanya dan mengembangkan kecakapanya (Mulder, 1986) selain itu

juga, menurut DR.T. Berry Brazelton, sebagain besar proses awal belajar

pada anak berlangsung secara tidak terstruktur melalui proses bermain yang

membutuhkan kegiatan secara fisik, emosional, intelektual, sensual, serta

ketertarikan terhadap hal-hal kecil, bukan mainan yang mahal dan rumit.

d. Kios Makanan

Kios-kios ini terletak pada lantai dasar bangunan Rusunawa. Tempat

ini mempunyai ruang makan minum yang terdiri dari kursi-kursi panjang

serta meja. Tempat ini mempunyai kondisi yang terbuka (tanpa dinding

pembatas) dan terletak dekat dengan jalan lingkungan (Jl. Tejomoyo). Posisi

Gambar III.3. Suasana Tempat Bermain Anak Sumber : Dokumentasi Pribadi 2009

Tempat Parkir

Tempat Parkir

Ram

ME

Page 83: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN - …/Konsep... · Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai ... Sistem Penangkal Petir ... bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

civ

civ

yang (aksesbilitas) dekat dengan jalan lingkungan, membuat kios makanan

ini selain dikunjungi penghuni Rusunawa sering juga dikunjungi oleh

penduduk perumahan sekitar Rusunawa, sehingga dapat menambah

penghasilan warga.

Selain untuk makan tempat ini juga sering digunakan untuk aktivitas

ngobrol (sosialitas) antar sesama penghuni, bahkan antara penghuni dengan

masyarakat sekitar yang mampir untuk membeli makanan. Hal ini didukung

adanya kursi-kursi panjang serta suasana yang teduh karena ruangan tertutup

atap/plat lantai 1 (kenyamanan). Selain itu, disediakanya sarana rekreasi

(penyegaran) seperti televisi juga mendukung tempat ini untuk dimanfaatkan

sebagai ruang sosialisasi.

e. Masjid

Masjid ini berada pada lantai dasar bangunan, berdekatan dengan

jalan lingkungan sehingga warga dari pemukiman sekitar juga dapat

menggunakan masjid ini. Namun pemakai dari penghuni Rusunawa sendiri

pada waktu sholat 5 waktu hanya sedikit, biasanya hanya yang di lantai satu

Gambar III.4. Suasana Kios Makanan Sumber : Dokumentasi Pribadi 2009

Tempat Parkir

Tempat Parkir

Ram

ME

Page 84: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN - …/Konsep... · Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai ... Sistem Penangkal Petir ... bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

cv

cv

saja (tang terdekat) yang menggunakan masjid ini. Hal ini dikarenakan

penghuni (penghuni lantai 3 dan 4) merasa terlalu jauh untuk mengakses

(aksebilitas) kebawah melewati tangga, sehingga mereka lebih memilih solat

di unit masing-masing.

Namun pada hari Jumat Masjid tidak dapat menampung jemaah solat

Jumat. Masjid juga digunakan oleh warga sekitar karena memberi

kemudahan akses yang posisinya di dekat jalan lingkungan pemukiman.

Aktivitas selain solat yang teradi disini antar lain : untuk sore hari

untuk pengajian ibu-ibu, aktivitas pengajian anak, serta acara-acara pengajian

penghuni Rusunawa. Suasana masjid terlihat teduh di bawah pepohonan,

sehingga penghuni memilih masjid ini untuk aktivitas sosialisasi karena

adanya kenyamanan di tempat ini. Selain itu adanya tempat-tempat duduk

dengan bentuk melingkar juga mendukung terjadinya sosialitas pada tempat

ini.

f. Ruang BersamaTiap Hunian

Tempat Parkir

Tempat Parkir

Ram

ME

Gambar III.5. Suasana Masjid An Nur Sumber : Dokumentasi Pribadi 2009

Page 85: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN - …/Konsep... · Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai ... Sistem Penangkal Petir ... bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

cvi

cvi

Ruang bersama ini terdapat pada tiap-tiap lantai hunian, ditempatkan

pada daerah-daerah dekat tangga berupa hall yang cukup luas. Pada tiap

lantai hunian terdapat beberapa lokasi ruangan bersama seperti ini, yang

dikarenakan adanya 3 tangga sirkulasi pada bangunan. Dari beberapa

ruangan tersebut ada yang jarang dimanfaatkan dan ada juga yang ramai

dikunjungi. Hali ini disebabkan atribut-atribut yang berada dalam ruangan

tersebut.

Dapat dilihat perbandingan beberapa ruang bersama dengan tipe yang

sama, namun tedapat perbedaan suasana.

Pertama: ruang bersama pada lantai 4. Tempat ini mempunyai

suasana yang teduh serta pandangan kearah view yang menarik. Namun tidak

didukung dengan adanya sarana penyegaran dan tempat-tempat untuk

duduk, membuat tempat ini jarang dimanfaatkan untuk sosialisasi oleh

penghuni.

Gambar III.6. Beberapa ruang bersama pada tiap lantai Sumber : Dokumentasi Pribadi 2009

Page 86: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN - …/Konsep... · Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai ... Sistem Penangkal Petir ... bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

cvii

cvii

Kedua : ruang bersama ini terdapat pada lantai 2. Terlihat banyak

penghuni rusun yang memanfaatkan tempat ini untuk sosialisasi. Berbeda

dengan ruang bersama lantai 4, pada ruang bersama ini dilengkapi tempat

untuk duduk-duduk, serta adanya warung makan membuat aktivitas

sosialisasi (sosialitas) pada ruang ini hidup. Aktivitas ini didukung dengan

suasana yang teduh (kenyamanan), mempunyai pandangan kearah yang

menarik (visibilitas), serta memberikan kemudahan pencapaian

(aksesibilitas) karena koridor ke ruangan tidak berbelok-belok dan masih

berada dalam tiap lantai hunian. Hal ini menjawab fenomena bahwa

penghuni lebih menyukai bergerak horizontal.

2. Kesimpulan

Dari beragamnya ruang bersama pada Rusunawa Begalon 1 terdapat

beberapa ruang yang dapat dimanfaatkan penghuni secara optimal dan adapula

yang tidak dapat dimanfaatkan secara optimal. Ada ruangan yang semula tidak

Gambar III.7. Ruang bersama yang miskin atribut terlihat sepi karena jarang dimanfaatkan penghuni Sumber : Dokumentasi Pribadi 2009

Gambar III.8. Adanya atribut ruang bersama mendukung efektifitas ruang bersama Sumber : Dokumentasi Pribadi 2009

Page 87: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN - …/Konsep... · Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai ... Sistem Penangkal Petir ... bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

cviii

cviii

direncanakan sebagai ruang bersama namun dimanfaatkan penghuni untuk

berkumpul, dan ada juga yang awalnya direncanakan sebagai ruang bersama

namun tidak dimanfaatkan oleh penghuninya. Fenomena ini dipengaruhi

atribut-atribut yang terjadi pada masing-masing ruangan bersama. Atribut-

atribut yang terjadi adalah : (a) kenyamanan, (b) sosialitas, (c) visibilitas, (d)

aksesibilitas, (e) adaptabilitas, (f) penyegaran.

Hal ini memberi tanda-tanda bahwa pada saat penghuni berada di ruang

bersama, penghuni membutuhkan :

a. Suatu tempat yang member kenyamanan bagi penghuni, baik merasa Nyman

saat melakukan kegiatan, atau merasa nyaman berada di ruang tersebut,

misalnya suasana yang teduh dan sejuk.

b. Hubungan Sosiolitas, misalnya dengan adanya tempat duduk yang dapat

digunakan bersama.

c. Pandangan kearah yang sesuatu yang dapat memberikan kenyamanan visual

kepada penghuni, misalnya pandangan yang lepas dan menarik penghuni.

d. Suatu ruang yang mudah untuk dicapai oleh penghuni, memberi kemudahan

aksesbilitas menuju ruang yang dituju penghuni, serta tidak terpotong arus

sirkulasi.

e. Sutau tempat yang memiliki adaptabilitas atau dapat disesuaikan dengan

kegiatan lain.

f. Ruang yang memberikan rasa segar kepada penghuni, karena adanya fasilitas

rekreatif yang dapat menghibur penghuni, seperti televisi dan arena bermain.

Sehingga ruang bersama dengan atribut-atribut tersebut dapat dimiliki

oleh penghuni atau sekelompok penghuni Rusunuwa dalam menempati ruang

tersebut dengan berbagai kegiatanya sehingga dapat dimanfaatkan secara

optimal.

Page 88: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN - …/Konsep... · Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai ... Sistem Penangkal Petir ... bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

cix

cix