410
KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN PERUBAHANNYA (VER.1/08) Mencakup Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketujuh Keppres 80 Tahun 2003 DILENGKAPI UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2003 TENTANG KEUANGAN NEGARA UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG PERBENDAHARAAN NEGARA UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2004 TENTANG PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN TANGGUNG JAWAB NEGARA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PERATURAN PRESIDEN NOMOR 67 TAHUN 2005 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PERATURAN PRESIDEN NOMOR 106 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 42 TAHUN 2002 DAN PERUBAHANNYA (KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 72 TAHUN 2004) TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN APBN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 08/PMK.02/2006 TENTANG KEWENANGAN PENGADAAN BARANG/JASA PADA BADAN LAYANAN UMUM

KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

KO

NSO

LID

ASI

K

EP

PR

ES

80 T

AH

UN

200

3 D

AN

PE

RU

BA

HA

NN

YA

(VE

R.1

/08

)

Mencakup Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2007

Tentang Perubahan Ketujuh Keppres 80 Tahun 2003

DILENGKAPI

UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2003

TENTANG KEUANGAN NEGARA

UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2004

TENTANG PERBENDAHARAAN NEGARA

UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2004

TENTANG PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN

TANGGUNG JAWAB NEGARA

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 29 TAHUN 2000

TENTANG PENYELENGGARAAN JASA

KONSTRUKSI

PERATURAN PRESIDEN NOMOR 67 TAHUN 2005

TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN

BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN

INFRASTRUKTUR

PERATURAN PRESIDEN NOMOR 106 TAHUN 2007

TENTANG LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN

BARANG/JASA PEMERINTAH

KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 42 TAHUN 2002 DAN

PERUBAHANNYA (KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 72 TAHUN 2004)

TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN APBN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 08/PMK.02/2006

TENTANG KEWENANGAN PENGADAAN

BARANG/JASA PADA BADAN LAYANAN UMUM

Page 2: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

KONSOLIDASI

KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN PERUBAHANNYA

(VER. 1/08) – JULI 2008

Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia

KEPPRES 61 TAHUN 2004 (Perubahan Pertama) PERPRES 32 TAHUN 2005 (Perubahan Kedua) PERPRES 70 TAHUN 2005 (Perubahan Ketiga) PERPRES 8 TAHUN 2006 (Perubahan Keempat) PERPRES 79 TAHUN 2006 (Perubahan Kelima) PERPRES 85 TAHUN 2006 (Perubahan Keenam) PERPRES 95 TAHUN 2006 (Perubahan Ketujuh)

Tata penyusunan buku, dan isi di luar muatan peraturan perundang-undangan merupakan hak cipta yang dilindungi oleh Undang-Undang.

Buku Konsolidasi ini tidak boleh diperbanyak sebagian atau keseluruhan untuk kepentingan komersial tanpa persetujuan terlebih dahulu dari Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP).

[Keterangan untuk dicetak jika diperbanyak secara resmi] Permintaan terhadap salinan Buku Konsolidasi ini serta saran dan masukan harap ditujukan kepada: [Cantumkan nama instansi penerbit dan alamat]

Page 3: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

[Bagian ini harus disisihkan dalam penerbitan resmi]

Catatan Penyusunan Buku Konsolidasi Keppres 80/2003 dan Perubahannya merupakan salah satu hasil tindak lanjut dari kerjasama bilateral Pemerintah RI c.q. Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dengan Pemerintah Australia c.q. AusAID dalam rangka implementasi program bantuan teknis bilateral penguatan pengadaan publik di Indonesia atau ISP3 (Indonesia: Strengthening Public Procurement Program). Keluaran Buku Konsolidasi ini merupakan bagian dari Output 1.3 “to assist GoI to improve the regulatory environment” dalam rangka pemenuhan Objective 1 dari ISP3 “to improve the institutional and regulatory environment at the national level”. Kebutuhan akan Buku Konsolidasi yang merupakan restatement dari Keppres 80/2003 beserta ketujuh perubahannya plus kompilasi peraturan perundang-undangan terkait mengenai pengelolaan keuangan publik dalam konteks pengadaan barang/jasa pemerintah, didasarkan pada saran dan masukan para praktisi dan pemangku kepentingan pengadaan pemerintah pada instansi pusat, daerah maupun dunia usaha. Para praktisi pengadaan mengalami kesukaran untuk dengan mudah dan cepat memahami garis besar, substansi dan konteks aturan Keppres 80/2003 karena luasnya cakupan, banyaknya perubahan dan ketiadaan, misalnya alat bantu sederhana seperti sistematika/daftar isi atau indeks. Terima kasih disampaikan kepada para pihak baik dari instansi Pemerintah Indonesia, AusAID Indonesia, Tim Konsultan ISP3 dan Charles Kendall & Partners, Ltd. yang mengelola Tim Konsultan. Buku Konsolidasi ini disusun oleh Dondy Sentya, Deputy Team Leader & Chief Legal Adviser, Tim Konsultan AusAID ISP3.

Jakarta, Juli 2008

Page 4: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

PENGANTAR

Buku Konsolidasi Keputusan Presiden tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah ini merupakan salah satu upaya untuk memudahkan para pengelola pengadaan pada instansi Pemerintah, para penyedia barang/jasa, dunia usaha maupun masyarakat luas memahami Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 (”Keppres 80/2003”) yang telah diubah sebanyak tujuh kali pada saat Buku Konsolidasi ini diterbitkan dengan perubahan terakhir melalui Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2007. Mengingat telah berulang kalinya Keppres 80/2003 diubah serta luasnya cakupan regulasi yang terdiri dari aturan dasar pengadaan dalam 54 Pasal pada Batang Tubuh dan 162 halaman petunjuk teknis dan pelaksanaan pengadaan pemerintah pada bagian Lampiran (sesuai salinan resmi yang tersedia pada situs jaringan Sekretariat Negara), telah menjadi tantangan tersendiri bagi para praktisi pengadaan pemerintah untuk dengan cepat dan mudah menemukan aturan-aturan tertentu sesuai dengan kebutuhan analisis dan memastikan kekinian aturan tersebut. Melalui Buku Konsolidasi ini yang telah merumuskan ulang semua ketentuan dalam Keppres 80/2003 dan ketujuh perubahannya dalam satu dokumen (restatement) diharapkan para praktisi pengadaan pemerintah dapat seketika membaca ketentuan-ketentuan Keppres 80/2003 terkini (up-to-date) yang telah disesuaikan dengan perubahan-perubahan yang terakhir tanpa perlu membuka secara terpisah ketujuh Keppres atau Perpres perubahan. Selain itu, untuk kemudahan pembaca Batang Tubuh dan Penjelasan Keppres 80/2003 disejajarkan dan disertakan pula Daftar Isi dan Indeks Keppres 80/2003 sehingga dengan cepat dapat diketahui sistematika, struktur dan garis besar (outline) dari Keppres 80/2003. Hal ini diharapkan dapat mengenalkan kepada pembaca keluasan cakupan aturan dalam Keppres 80/2003 baik yang termuat dalam Batang Tubuh maupun dalam Lampiran yang merupakan petunjuk teknis dan pelaksanaannya. Pada bagian lain dari Buku Konsolidasi ini disertakan juga matriks perubahan Keppres 80/2003 yang mensejajarkan aturan awal Keppres 80/2003 yang diubah dan perubahan-perubahannya melalui tujuh Keppres/Perpres, serta matriks klausul kontrak yang bersifat wajib (mandatory) menurut Keppres 80/2003 untuk dicantumkan dalam setiap kontrak pengadaan barang/jasa pemerintah. Lebih lanjut, untuk melengkapi Buku Konsolidasi sebagai alat bantu (tool) para praktisi pengadaan pemerintah disertakan pula peraturan perundang-undangan bidang pengelolaan keuangan publik yang dijadikan acuan atau yang merupakan pelaksanaan lebih lanjut dari Keppres 80/2003.

CATATAN Buku Konsolidasi ini hanya merupakan alat bantu untuk memudahkan pembaca memahami Keppres 80/2003 dan semua perubahannya dan tidak dimaksudkan untuk memberikan advis hukum atau menggantikan fungsi peraturan perundang-undangan terkait yang diterbitkan secara resmi oleh Pemerintah Republik Indonesia. Diingatkan juga agar dalam hal pengambilan keputusan dan tindakan-tindakan lain yang berimplikasi hukum maka pembaca tetap perlu merujuk kepada peraturan perundang-undangan terkait yang diterbitkan secara resmi melalui Lembaran Negara, Tambahan Lembaran Negara atau instansi pemerintah yang bersangkutan.

i

Page 5: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

PETUNJUK PEMAKAIAN

1. Untuk memudahkan pembaca mengetahui penyesuaian-penyesuaian terhadap aturan Keppres 80/2003 dalam Buku Konsolidasi ini, penyesuaian tersebut dicetak dalam huruf miring dan diberikan catatan kaki. Namun demikian, perlu diingat bahwa penggunaan kata atau istilah asing dalam Keppres 80/2003 sesuai kaidah Bahasa Indonesia yang benar juga dicetak dalam huruf miring terlepas ada penyesuaian atau tidak. Contoh: 9. Pejabat Pengadaan adalah 1 (satu) orang yang diangkat oleh Pengguna Anggaran / Kuasa Pengguna Anggaran / Dewan Gubernur BI / Pimpinan BHMN / Direksi BUMN / Direksi BUMD untuk melaksanakan pengadaan barang/jasa11 dengan nilai sampai dengan Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta). 11 Disesuaikan dalam Perpres 8 Tahun 2006 (Perubahan Keempat) Pasal I angka (1).

2. Untuk penyesuaian berupa frasa atau istilah yang tercantum dalam keseluruhan bagian Keppres

80/2003 maka penyesuaian tersebut dicetak dengan huruf miring tanpa catatan kaki. Penyesuaian ini terbatas pada perubahan yang diatur dalam Penjelasan Pasal I Perpres 8 Tahun 2006, Angka 1:

Dengan perubahan pada Pasal 1 sebagaimana dimaksud dalam angka 1 ini, maka semua istilah di dalam Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2005 yang berbunyi: a. "Pengguna barang/jasa atau pejabat yang disamakan sebagai pemilik pekerjaan yang

bertanggung jawab atas pelaksanaan pengadaan barang/jasa" untuk selanjutnya dibaca "Pejabat Pembuat Komitmen";

b. "Pejabat/Panitia Pengadaan" untuk selanjutnya dibaca "Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit)."

3. Pada prinsipnya, penyesuaian yang dilakukan pada bagian Batang Tubuh terdiri dari dua jenis,

yaitu penambahan judul, pasal, ayat atau alinea baru, atau perubahan frasa atau bagian kata tertentu dalam satu judul, pasal, ayat atau alinea. Untuk penyesuaian jenis pertama maka dalam catatan kaki akan disebut sebagai ”Ditambahkan”, sedangkan untuk penyesuaian jenis kedua disebut ”Disesuaikan”.

4. Jika dalam satu bagian yang telah disesuaikan dilakukan penyesuaian lagi atau artinya telah

terjadi penyesuaian yang berbeda melalui lebih dari satu Keppres/Perpres perubahan maka akan terdapat lebih dari satu catatan kaki. Untuk mengetahui dan membedakan penyesuaian mana yang dijelaskan oleh catatan kaki tersebut maka catatan kaki yang dicantumkan pada awal ayat atau alinea tersebut menandai bahwa ayat atau alinea tersebut telah ditambahkan dari ketentuan awal Keppres 80/2003, dan catatan kaki yang kemudian dalam bagian yang sama tersebut hanya menandakan penyesuaian yang dilakukan terhadap frasa, bagian kata atau butir/poin yang mendahului angka catatan kaki. Contoh: (5)62 Pekerjaan pengadaan barang/jasa yang penanganannya memerlukan pelaksanaan secara

cepat dalam rangka rehabilitasi dan rekonstruksi di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara yang dilaksanakan oleh Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah dan Kehidupan Masyarakat Provinsi NAD dan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara. Pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam angka (5) meliputi: a. pekerjaan pengadaan perumahan, yang waktu pelaksanaan pengadaannya dilakukan

sebelum 31 Desember 200663; 5. Bagian Konsideran dari setiap Keppres/Perpres tidak dicantumkan dalam bagian Batang Tubuh

Buku Konsolidasi, tetapi dapat dilihat dalam bagian Matriks Perubahan.

ii

Page 6: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

iii

DAFTAR ISI

PENGANTAR................................................................................................................................................... I PETUNJUK PEMAKAIAN .......................................................................................................................... II SISTEMATIKA BATANG TUBUH............................................................................................................ IV SISTEMATIKA LAMPIRAN-LAMPIRAN............................................................................................VIII BATANG TUBUH......................................................................................................................................... 13 LAMPIRAN-LAMPIRAN............................................................................................................................ 74 MATRIKS PERUBAHAN.......................................................................................................................... 189 MATRIKS KLAUSUL KONTRAK PENGADAAN................................................................................ 244 INDEKS........................................................................................................................................................ 266

LAMPIRAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT................................................. 270 UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2003 TENTANG KEUANGAN NEGARA............... 271 UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG PERBENDAHARAAN NEGARA. 286 UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2004 TENTANG PEMERIKSAAN PENGELOLAAN

DAN TANGGUNG JAWAB NEGARA .................................................................................. 313 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN

JASA KONSTRUKSI................................................................................................................ 325 PERATURAN PRESIDEN NOMOR 67 TAHUN 2005 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH

DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR....................... 359 PERATURAN PRESIDEN NOMOR 106 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEBIJAKAN

PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH.................................................................. 374 KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 42 TAHUN 2002 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA.................................................. 383 KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 72 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN TERHADAP

KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 42 TAHUN 2002 ......................................................... 403 PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG KEWENANGAN

PENGADAAN BARANG/JASA PADA BADAN LAYANAN UMUM ................................ 404

Page 7: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

DAFTAR ISI – Sistematika Batang Tubuh Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

SISTEMATIKA BATANG TUBUH

BAB I KETENTUAN UMUM ................................................................................................................................. 14

BAGIAN PERTAMA....................................................................................................................................... 14 PENGERTIAN ISTILAH .................................................................................................................................. 14

Pasal 1 ................................................................................................................................................................ 14 BAGIAN KEDUA........................................................................................................................................... 18 MAKSUD DAN TUJUAN ................................................................................................................................ 18

Pasal 2 ................................................................................................................................................................ 18 BAGIAN KETIGA.......................................................................................................................................... 18 PRINSIP DASAR............................................................................................................................................ 18

Pasal 3 ................................................................................................................................................................ 18 BAGIAN KEEMPAT....................................................................................................................................... 19 KEBIJAKAN UMUM ...................................................................................................................................... 19

Pasal 4 ................................................................................................................................................................ 19 Pasal 4A ............................................................................................................................................................. 20

BAGIAN KELIMA ......................................................................................................................................... 21 ETIKA PENGADAAN ..................................................................................................................................... 21

Pasal 5 ................................................................................................................................................................ 21 BAGIAN KEENAM ........................................................................................................................................ 22 PELAKSANAAN ATAS PENGADAAN ............................................................................................................. 22

Pasal 6 ................................................................................................................................................................ 22 BAGIAN KETUJUH ....................................................................................................................................... 22 RUANG LINGKUP ......................................................................................................................................... 22

Pasal 7 ................................................................................................................................................................ 22 BAB II PENGADAAN YANG DILAKSANAKAN PENYEDIA BARANG/JASA .............................................. 23

BAGIAN PERTAMA....................................................................................................................................... 23 PEMBIAYAAN PENGADAAN ......................................................................................................................... 23

Pasal 8 ................................................................................................................................................................ 23 BAGIAN KEDUA........................................................................................................................................... 24 TUGAS POKOK DAN PERSYARATAN PARA PIHAK ........................................................................................ 24

Paragraf Pertama .................................................................................................................................. 24 Persyaratan dan Tugas Pokok Pejabat Pembuat Komitmen ................................................................. 24

Pasal 9 ................................................................................................................................................................ 24 Paragraf Kedua ..................................................................................................................................... 26 Pembentukan, Persyaratan, Tugas Pokok dan Keanggotaan Panitia / Pejabat Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) .............................................................................................. 26

Pasal 10 .............................................................................................................................................................. 26 Paragraf Ketiga ..................................................................................................................................... 29 Persyaratan Penyedia Barang/Jasa....................................................................................................... 29

Pasal 11 .............................................................................................................................................................. 29 BAGIAN KETIGA.......................................................................................................................................... 31 JADUAL PELAKSANAAN PEMILIHAN PENYEDIA BARANG/JASA ................................................................... 31

Pasal 12 .............................................................................................................................................................. 31 BAGIAN KEEMPAT....................................................................................................................................... 31 PENYUSUNAN HARGA PERKIRAAN SENDIRI ................................................................................................ 31

Pasal 13 .............................................................................................................................................................. 31 BAGIAN KELIMA ......................................................................................................................................... 32 PRAKUALIFIKASI DAN PASCAKUALIFIKASI .................................................................................................. 32

Paragraf Pertama .................................................................................................................................. 32 Prinsip-Prinsip Prakualifikasi dan Pascakualifikasi ............................................................................. 32

Pasal 14 .............................................................................................................................................................. 32 Paragraf Kedua ..................................................................................................................................... 33 Proses Prakualifikasi dan Pascakualifikasi........................................................................................... 33

iv

Page 8: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

DAFTAR ISI – Sistematika Batang Tubuh Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

Pasal 15 .............................................................................................................................................................. 33

BAGIAN KEENAM ........................................................................................................................................ 34 PRINSIP PENETAPAN SISTEM PENGADAAN .................................................................................................. 34

Pasal 16 .............................................................................................................................................................. 34 BAGIAN KETUJUH ....................................................................................................................................... 35 SISTEM PENGADAAN BARANG / JASA PEMBORONGAN / JASA LAINNYA...................................................... 35

Paragraf Pertama .................................................................................................................................. 35 Metode Pemilihan Penyedia Barang / Jasa Pemborongan / Jasa Lainnya ........................................... 35

Pasal 17 .............................................................................................................................................................. 35 Paragraf Kedua ..................................................................................................................................... 38 Metode Penyampaian Dokumen Penawaran ......................................................................................... 38 pada Pemilihan Penyedia Barang / Jasa Pemborongan / Jasa Lainnya ............................................... 38

Pasal 18 .............................................................................................................................................................. 38 Paragraf Ketiga ..................................................................................................................................... 39 Evaluasi Penawaran .............................................................................................................................. 39 Pada Pemilihan Penyedia Barang / Jasa Pemborongan / Jasa Lainnya............................................... 39

Pasal 19 .............................................................................................................................................................. 39 Paragraf Keempat.................................................................................................................................. 40 Prosedur Pemilihan Penyedia Barang / Jasa Pemborongan / Jasa Lainnya ........................................ 40

Pasal 20 .............................................................................................................................................................. 40 Pasal 20A ........................................................................................................................................................... 42

BAGIAN KEDELAPAN................................................................................................................................... 43 SISTEM PENGADAAN JASA KONSULTANSI ................................................................................................... 43

Paragraf Pertama .................................................................................................................................. 43 Persiapan Pelaksanaan Pemilihan Jasa Konsultansi ............................................................................ 43

Pasal 21 .............................................................................................................................................................. 43 Paragraf Kedua ..................................................................................................................................... 43 Metoda Pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi...................................................................................... 43

Pasal 22 .............................................................................................................................................................. 43 Paragraf Ketiga ..................................................................................................................................... 45 Metoda Penyampaian Dokumen Penawaran......................................................................................... 45 Pada Pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi.......................................................................................... 45

Pasal 23 .............................................................................................................................................................. 45 Paragraf Keempat.................................................................................................................................. 46 Metoda Evaluasi Penawaran................................................................................................................. 46 Untuk Pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi ........................................................................................ 46

Pasal 24 .............................................................................................................................................................. 46 Paragraf Kelima .................................................................................................................................... 47 Prosedur Pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi ................................................................................... 47

Pasal 25 .............................................................................................................................................................. 47 Pasal 25A ........................................................................................................................................................... 50

BAGIAN KESEMBILAN ................................................................................................................................. 50 PEJABAT YANG BERWENANG MENETAPKAN PENYEDIA BARANG/JASA ...................................................... 50

Pasal 26 .............................................................................................................................................................. 50 BAGIAN KESEPULUH ................................................................................................................................... 51 SANGGAHAN PEMILIHAN PENYEDIA BARANG/JASA, PENGADUAN MASYARAKAT, DAN ............................. 51 PELELANGAN ATAU SELEKSI GAGAL........................................................................................................... 51

Paragraf Pertama .................................................................................................................................. 51 Sanggahan Pemilihan Penyedia Barang/Jasa dan Pengaduan Masyarakat ......................................... 51

Pasal 27 .............................................................................................................................................................. 51 Paragraf Kedua ..................................................................................................................................... 52 Pelelangan/Seleksi Ulang ...................................................................................................................... 52

Pasal 28 .............................................................................................................................................................. 52 BAGIAN KESEBELAS.................................................................................................................................... 54 KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA ....................................................................................................... 54

Paragraf Pertama .................................................................................................................................. 54 Isi Kontrak ............................................................................................................................................. 54

Pasal 29 .............................................................................................................................................................. 54 Paragraf Kedua ..................................................................................................................................... 56 Jenis Kontrak ......................................................................................................................................... 56

v

Page 9: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

DAFTAR ISI – Sistematika Batang Tubuh Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

Pasal 30 .............................................................................................................................................................. 56

Paragraf Ketiga ..................................................................................................................................... 58 Penandatanganan Kontrak .................................................................................................................... 58

Pasal 31 .............................................................................................................................................................. 58 Paragraf Keempat.................................................................................................................................. 59 Hak dan Tanggung Jawab Para Pihak .................................................................................................. 59 dalam Pelaksanaan Kontrak.................................................................................................................. 59

Pasal 32 .............................................................................................................................................................. 59 Paragraf Kelima .................................................................................................................................... 59 Pembayaran Uang Muka dan ................................................................................................................ 59 Prestasi Pekerjaan................................................................................................................................. 59

Pasal 33 .............................................................................................................................................................. 59 Paragraf Keenam................................................................................................................................... 59 Perubahan Kontrak................................................................................................................................ 59

Pasal 34 .............................................................................................................................................................. 59 Paragraf Ketujuh ................................................................................................................................... 60 Penghentian dan Pemutusan Kontrak.................................................................................................... 60

Pasal 35 .............................................................................................................................................................. 60 Paragraf Kedelapan .............................................................................................................................. 61 Serah Terima Pekerjaan ........................................................................................................................ 61

Pasal 36 .............................................................................................................................................................. 61 Paragraf Kesembilan............................................................................................................................. 61 Sanksi..................................................................................................................................................... 61

Pasal 37 .............................................................................................................................................................. 61 Paragraf Kesepuluh............................................................................................................................... 62 Penyelesaian Perselisihan ..................................................................................................................... 62

Pasal 38 .............................................................................................................................................................. 62 BAB III SWAKELOLA............................................................................................................................................... 63

Pasal 39 .............................................................................................................................................................. 63 BAB IV PENDAYAGUNAAN PRODUKSI DALAM NEGERI DAN PERAN SERTA USAHA KECIL TERMASUK KOPERASI KECIL..................................................... 64

BAGIAN PERTAMA....................................................................................................................................... 64 PENGADAAN BARANG/JASA YANG DIBIAYAI .............................................................................................. 64 DENGAN DANA DALAM NEGERI .................................................................................................................. 64

Pasal 40 .............................................................................................................................................................. 64 BAGIAN KEDUA........................................................................................................................................... 65 PENGADAAN BARANG/JASA YANG DIBIAYAI............................................................................................... 65 DENGAN DANA PINJAMAN/HIBAH LUAR NEGERI ........................................................................................ 65

Pasal 41 .............................................................................................................................................................. 65 BAGIAN KETIGA.......................................................................................................................................... 65 KEIKUTSERTAAN PERUSAHAAN ASING ....................................................................................................... 65

Pasal 42 .............................................................................................................................................................. 65 BAGIAN KEEMPAT....................................................................................................................................... 66 PREFERENSI HARGA .................................................................................................................................... 66

Pasal 43 .............................................................................................................................................................. 66 BAGIAN KELIMA ......................................................................................................................................... 66 PENGGUNAAN PRODUKSI DALAM NEGERI .................................................................................................. 66

Pasal 44 .............................................................................................................................................................. 66 BAGIAN KEENAM ........................................................................................................................................ 66 PERAN SERTA DAN PEMAKETAN PEKERJAAN .............................................................................................. 66 UNTUK USAHA KECIL TERMASUK KOPERASI KECIL ................................................................................... 66

Paragraf Pertama .................................................................................................................................. 66 Peran Serta Usaha Kecil Termasuk Koperasi Kecil .............................................................................. 66

Pasal 45 .............................................................................................................................................................. 66

vi

Page 10: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

DAFTAR ISI – Sistematika Batang Tubuh Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

Paragraf Kedua ..................................................................................................................................... 67 Pemaketan Pekerjaan Untuk Usaha Kecil Termasuk Koperasi Kecil ................................................... 67

Pasal 46 .............................................................................................................................................................. 67 BAB V PEMBINAAN DAN PENGAWASAN ......................................................................................................... 67

BAGIAN PERTAMA....................................................................................................................................... 67 PEMBINAAN................................................................................................................................................. 67

Pasal 47 .............................................................................................................................................................. 67 BAGIAN KEDUA........................................................................................................................................... 68 PENGAWASAN ............................................................................................................................................. 68

Pasal 48 .............................................................................................................................................................. 68 BAGIAN KETIGA.......................................................................................................................................... 69 TINDAK LANJUT PENGAWASAN................................................................................................................... 69

Pasal 49 .............................................................................................................................................................. 69 BAB VI PENGEMBANGAN KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH...................................................................................... 71

Pasal 50 .............................................................................................................................................................. 71 BAB VII KETENTUAN LAIN-LAIN ......................................................................................................................... 71

Pasal 51 .............................................................................................................................................................. 71 BAB VIII KETENTUAN PERALIHAN....................................................................................................................... 71

Pasal 52 .............................................................................................................................................................. 71 BAB IX KETENTUAN PENUTUP............................................................................................................................ 73

Pasal 53 .............................................................................................................................................................. 73 Pasal 54 .............................................................................................................................................................. 73

vii

Page 11: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

DAFTAR ISI – Sistematika Lampiran-Lampiran Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

viii

SISTEMATIKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

LAMPIRAN I ................................................................................................................................................ 75 BAB I PERSIAPAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH .............................................................. 75

A Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah ......................................................................... 75 1. Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Yang Dilaksanakan Penyedia Barang/Jasa ...................................... 75

a. Pemaketan Pekerjaan.......................................................................................................................... 75 b. Jadual Pelaksanaan Pekerjaan............................................................................................................. 75 c. Biaya Pengadaan ................................................................................................................................ 75 d. Pelaksana Pengadaan.......................................................................................................................... 76

2. Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa dengan Swakelola............................................................................ 76 a. Perencanaan Kegiatan ........................................................................................................................ 76 b. Penyusunan Kerangka Acuan Kerja Swakelola.................................................................................. 76 c. Jadual Pelaksanaan Pekerjaan/Kegiatan ............................................................................................. 76 d. Penyusunan Rencana Biaya Pekerjaan/Kegiatan................................................................................ 76 e. Pelaksanaan Kegiatan oleh Masyarakat/Lembaga Swadaya Masyarakat ........................................... 77

B. Pembentukan Panitia Pengadaan/Penunjukan Pejabat Pengadaan................................................. 77 1. Panitia Pengadaan ...................................................................................................................................... 77 2. Anggota panitia pengadaan ........................................................................................................................ 77 3. Pejabat pengadaan ...................................................................................................................................... 77

C Penetapan Sistem Pengadaan Yang Dilaksanakan Penyedia Barang/Jasa...................................... 77 1. Penetapan Metoda Pemilihan Penyedia Barang/Jasa.................................................................................. 77

a. Metoda Pemilihan Penyedia Barang/Jasa Pemborongan/Jasa Lainnya............................................... 77 b. Metoda Pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi.................................................................................... 79

2. Penetapan Metoda Penyampaian Dokumen Penawaran.............................................................................. 80 a. Metoda Satu Sampul........................................................................................................................... 80 b. Metoda Dua Sampul ........................................................................................................................... 80 c. Metoda Dua Tahap ............................................................................................................................. 81

3. Penetapan Metoda Evaluasi Penawaran...................................................................................................... 82 a. Kriteria dan Tata Cara Evaluasi.......................................................................................................... 82 b. Evaluasi Penawaran............................................................................................................................ 83

1) Evaluasi Penawaran Untuk Pengadaan Barang/Jasa Pemborongan/Jasa Lainnya ...................... 83 a) Sistem Gugur ...................................................................................................................... 83 b) Sistem Nilai (Merit Point System) ...................................................................................... 84 c) Sistem Penilaian Biaya Selama Umur Ekonomis (Economic Life Cycle Cost)................... 85

2) Evaluasi Penawaran Untuk Pengadaan Jasa Konsultansi ........................................................... 86 a) Metoda Evaluasi Berdasarkan Kualitas .............................................................................. 86 b) Metoda Evaluasi Berdasarkan Kualitas Teknis dan Biaya.................................................. 86 c) Metoda Evaluasi Pagu Anggaran........................................................................................ 87 d) Metoda Evaluasi Biaya Terendah ....................................................................................... 87 e) Metoda Evaluasi Penunjukan Langsung ............................................................................. 88

D. Penyusunan Jadual Pelaksanaan Pengadaan................................................................................... 88 1. Pengadaan Barang/Jasa Pemborongan/Jasa Lainnya................................................................................... 88

a. Pelelangan umum dengan prakualifikasi ............................................................................................ 88 b. Pelelangan umum dengan pasca kualifikasi ....................................................................................... 89 c. Pelelangan terbatas ............................................................................................................................. 90 d. Pemilihan langsung ............................................................................................................................ 90 e. Penunjukan langsung......................................................................................................................... 91

2. Jasa Konsultansi ......................................................................................................................................... 91 a. Seleksi umum melalui metoda evaluasi kualitas dengan metoda dua sampul................................... 91 b. Seleksi umum melalui metoda evaluasi kualitas dan biaya dengan metoda dua sampul ................... 91 c. Seleksi umum melalui metoda evaluasi pagu anggaran, dengan metoda satu sampul ....................... 91 d. Seleksi umum dengan melalui metoda biaya terendah dengan metoda dua samp ............................. 92 e. Seleksi terbatas melalui metoda evaluasi kualitas dengan metoda dua sampul ................................. 92 f. Seleksi terbatas melalui metoda evaluasi kualitas dan biaya dengan metoda dua sampul .................. 92 g. Seleksi terbatas melalui metoda evaluasi pagu anggaran, dengan metoda satu samp........................ 92 h. Seleksi terbatas dengan melalui metoda biaya terendah dengan metoda dua sampu ......................... 92 i. Seleksi langsung ................................................................................................................................. 92 j. Penunjukan langsung......................................................................................................................... 92

3. Penyusunan Jadual Pelaksanaan Swakelola ............................................................................................... 92

Page 12: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

DAFTAR ISI – Sistematika Lampiran-Lampiran Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

E. Penyusunan Harga Perhitungan Sendiri (HPS)................................................................................ 92 F. Penyusunan Dokumen Pengadaan Barang/Jasa............................................................................... 94

1. Dokumen Pengadaan Barang/ Jasa Pemborongan/ Jasa Lainnya ............................................................... 94 2. Dokumen Pengadaan Jasa Konsultansi ...................................................................................................... 97

BAB II PROSES PENGADAAN BARANG/JASA................................................................................................ 99 YANG MEMERLUKAN PENYEDIA BARANG/JASA........................................................................... 99

A. Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemborongan/Jasa Lainnya................................................ 99 1. Pelelangan Umum ...................................................................................................................................... 99

a. Pengumuman dan Pendaftaran Peserta ............................................................................................... 99 b. Pasca Kualifikasi dan Prakualifikasi ................................................................................................ 100

1) Persyaratan Kualifikasi Penyedia Barang/Jasa ......................................................................... 100 2) Tata Cara Pascakualifikasi........................................................................................................ 101 3) Tata Cara Prakualifikasi ........................................................................................................... 101

c. Penyusunan Daftar Peserta Lelang, Penyampaian Undangan dan Pengambilan Dokumen Pemilihan Penyedia Barang/Jasa ....................................................................................................................... 102

d. Penjelasan Lelang (Aanwijziing) ...................................................................................................... 102 e. Penyampaian dan Pembukaan Dokumen Penawaran ....................................................................... 103 f. Evaluasi Penawaran.......................................................................................................................... 105 g. Pembuktian Kualifikasi .................................................................................................................... 109 h. Pembuatan Berita Acara Hasil Pelelangan ....................................................................................... 110 i. Penetapan Pemenang Lelang ............................................................................................................ 110 j. Pengumuman Pemenang Lelang....................................................................................................... 112 k. Sanggahan Peserta Lelang dan Pengaduan Masyarakat.................................................................... 112 l. Penerbitan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa ........................................................................ 113 m. Pelelangan Gagal dan Pelelangan Ulang .......................................................................................... 114 n. Penandatanganan Kontrak ................................................................................................................ 116

2. Pelelangan Terbatas.................................................................................................................................. 117 3. Pemilihan Langsung ................................................................................................................................. 117 4. Penunjukan Langsung .............................................................................................................................. 118 5. Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemborongan/Jasa Lainnya untuk Pekerjaan Penanggulangan

Bencana Alam, Bencana Sosial, dan Bencana Perang.............................................................................. 119 B. Pelaksanaan Pengadaan Jasa Konsultasi....................................................................................... 120

1. Seleksi Umum ......................................................................................................................................... 120 a. Pengumuman Prakualifikasi ............................................................................................................. 120 b. Pengambilan Dokumen Prakualifikasi.............................................................................................. 121 c. Pemasukan Dokumen Prakualifikasi ................................................................................................ 121 d. Evaluasi Dokumen Prakualifikasi..................................................................................................... 121 e. Penetapan Hasil Prakualifikasi ......................................................................................................... 122 f. Pengumuman Hasil Prakualifikasi.................................................................................................... 122 g. Undangan Kepada Konsultan Yang Masuk Daftar Pendek .............................................................. 122 h. Penjelasan (aanwijzing).................................................................................................................... 122 i. Pemasukan Penawaran ..................................................................................................................... 123 j. Evaluasi Administrasi....................................................................................................................... 124 k. Evaluasi Teknis ................................................................................................................................ 125 l. Penetapan Peringkat Tekni ............................................................................................................... 126 m. Pengumuman Peringkat.................................................................................................................... 126 n. Sanggahan ........................................................................................................................................ 127 o. Pembukaan Penawaran Harga (Sampul II) Peringkat Teknis Terbaik.............................................. 127 p. Klarifikasi dan Negosiasi ................................................................................................................. 128

2. Seleksi Terbatas....................................................................................................................................... 130 3. Seleksi Langsung...................................................................................................................................... 130 4. Penunjukan Langsung .............................................................................................................................. 130 5. Pengadaan Jasa Konsultansi Perorangan .................................................................................................. 131

a. Ketentuan Umum ............................................................................................................................. 131 b. Pengadaan Jasa Konsultansi Perorangan dengan Seleksi Umum ..................................................... 131 c. Pengadaan Jasa Konsultansi Perorangan Melalui Seleksi Terbatas dan Seleksi Langsung .............. 132 d. Pengadaan Jasa Konsultansi Perorangan Melalui Penunjukan Langsung......................................... 132

C. Penyusunan Kontrak ....................................................................................................................... 133 1. Surat Perjanjian ........................................................................................................................................ 133

a. Pembukaan (Komparisi) ................................................................................................................... 133 b. Isi...................................................................................................................................................... 134 c. Penutup............................................................................................................................................. 134

ix

Page 13: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

DAFTAR ISI – Sistematika Lampiran-Lampiran Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

2. Syarat-Syarat Umum Kontrak .................................................................................................................. 134

a. Ketentuan Umum ............................................................................................................................. 134 b. Ketentuan Khusus............................................................................................................................. 140

1) Ketentuan Khusus Untuk Kontrak Pengadaan Barang ............................................................. 140 2) Ketentuan Khusus untuk Kontrak Jasa Konsultansi ................................................................. 140 3) Ketentuan Khusus Untuk Kontrak Jasa Pemboronga ............................................................... 142

3. Syarat-Syarat Khusus Kontrak ................................................................................................................. 144 a. Ketentuan Umum ............................................................................................................................. 144 b. Ketentuan Khusus............................................................................................................................. 144

1) Kontrak pengadaan barang ....................................................................................................... 145 2) Kontrak pengadaan jasa konsultansi......................................................................................... 145 3) Kontrak pengadaan pekerjaan jasa pemborongan..................................................................... 145

4. Dokumen Lainnya Yang Merupakan Bagian Dari Kontrak ..................................................................... 145 a. Untuk kontrak jasa pemborongan..................................................................................................... 145 b. Untuk pengadaan jasa konsultansi.................................................................................................... 145 c. Pengadaan Barang/Jasa Lainnya....................................................................................................... 145

D. Pelaksanaan Kontrak ...................................................................................................................... 146 1. Ketentuan Umum ..................................................................................................................................... 146

a. Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK)................................................................................................. 146 b. Penggunaan Program Mutu .............................................................................................................. 146 c. Mobilisasi ......................................................................................................................................... 146 d. Pemeriksaan Bersama....................................................................................................................... 147 e. Pembayaran Uang Muka .................................................................................................................. 147 f. Pembayaran Prestasi Pekerjaan ........................................................................................................ 147 g. Perubahan Kegiatan Pekerjaan ......................................................................................................... 147 h. Denda dan Ganti Rugi ...................................................................................................................... 148 i. Penyesuaian Harga ........................................................................................................................... 148 j. Keadaan Kahar (Force Majeure)..................................................................................................... 148 k. Penghentian dan Pemutusan Kontrak ............................................................................................... 148

2. Jasa Pemborongan .................................................................................................................................... 149 a. Ketentuan Umum ............................................................................................................................. 149 b. Rapat Persiapan Pelaksanaan Kontrak.............................................................................................. 149 c. Laporan Hasil Pekerjaan................................................................................................................... 150 d. Perpanjangan Waktu Pelaksanaan .................................................................................................... 150 e. Kerjasama antara penyedia barang/jasa dan sub kontraktor ............................................................. 150 f. Serah Terima Pekerjaan.................................................................................................................... 151

3. Jasa Konsultansi ....................................................................................................................................... 151 a. Ketentuan Umum ............................................................................................................................. 151 b. Persiapan Pelaksanaan Kontrak........................................................................................................ 151 c. Pemeriksaan Personil dan Peralatan ................................................................................................. 152 d. Perubahan Personil dan Peralatan yang Diajukan oleh Penyedia Jasa.............................................. 152 e. Penggantian Personil Penyedia Jasa atas Perintah Pejabat Pembuat Komitmen .............................. 152 f. Pembayaran Uang Muka .................................................................................................................. 152 g. Penyelesaian Pekerjaan .................................................................................................................... 152

4. Pengadaan Barang .................................................................................................................................... 153 a. Ketentuan Umum ............................................................................................................................. 153 b. Surat Pesanan ................................................................................................................................... 153 c. Persiapan Pelaksanaan Kontrak........................................................................................................ 153 d. Inspeksi Pabrikasi............................................................................................................................. 153 e. Perubahan Lingkup........................................................................................................................... 153 f. Perlindungan Hak Atas Kekayaan Intelektual .................................................................................. 153 g. Pengiriman ....................................................................................................................................... 153 h. Serah Terima Barang........................................................................................................................ 154 i. Uji Coba ........................................................................................................................................... 154 j. Asuransi............................................................................................................................................ 154 k. Pembayaran ...................................................................................................................................... 154

5. Pengadaan Jasa Lainnya........................................................................................................................... 155 a. Ketentuan Umum ............................................................................................................................. 155 b. Pemeriksaan Personil dan Peralatan ................................................................................................. 155 c. Perubahan Personil dan Peralatan yang Diajukan oleh Penyedia Jasa.............................................. 155 d. Penggantian Personil Dan Peralatan Yang Diperintahkan Oleh Pejabat Pembuat Komitmen.......... 155 e. Denda ............................................................................................................................................... 155 f. Kerahasiaan ...................................................................................................................................... 156

E Tata Cara Perhitungan Penyesuaian Harga (Price Adjustment)................................................... 156 1. Persyaratan penggunaan rumusan penyesuaian harga .............................................................................. 156

x

Page 14: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

DAFTAR ISI – Sistematika Lampiran-Lampiran Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

2. Rumusan penyesuaian harga satuan ......................................................................................................... 156 3. Rumusan penyesuaian nilai kontrak ......................................................................................................... 157

BAB III PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA DENGAN SWAKELOLA........................................................................................................................ 158

A. Ketentuan Umum............................................................................................................................. 158 B. Pelaksanaan Swakelola................................................................................................................... 158

1. Swakelola oleh Pejabat Pembuat Komitmen ............................................................................................ 158 2. Swakelola oleh instansi pemerintah lain non swadana ............................................................................. 159 3. Swakelola yang dilaksanakan oleh kelompok masyarakat/lembaga swadaya masyarakat penerima hibah

.................................................................................................................................................................. 159 C. Pelaporan Pelaksanaan Swakelola ................................................................................................. 159

BAB IV LAIN-LAIN.............................................................................................................................................. 161

A. Pendayagunaan Produksi Dalam Negeri, Usaha Kecil Termasuk Koperasi Kecil......................... 161 1. Ketentuan Umum ..................................................................................................................................... 161 2. Pendayagunaan Produksi Dalam Negeri Berkaitan dengan Pengadaan Barang/Jasa yang Dibiayai dengan

Dana Dalam Negeri .................................................................................................................................. 161 3. Pendayagunaan Produksi Dalam Negeri Berkaitan dengan Pengadaan Barang/Jasa yang Dibiayai dengan

Dana Pinjaman Luar Negeri ..................................................................................................................... 162 4. Komponen Dalam Negeri Barang/Jasa..................................................................................................... 163

a. Jenis Komponen Dalam Negeri Barang/Jasa.................................................................................... 163 b. Tingkat Komponen Dalam Negeri Barang/Jasa................................................................................ 163 c. Pernyataan Penggunaan Komponen Dalam Negeri .......................................................................... 163

5. Preferensi Harga....................................................................................................................................... 164 6. Pembinaan Penggunaan Produksi Dalam Negeri ..................................................................................... 164 7. Pengawasan Penggunaan Produksi Dalam Negeri ................................................................................... 165

a. Pelaksanaan Pengawasan.................................................................................................................. 165 b. Sanksi ............................................................................................................................................... 165

8. Pemberdayaan Usaha Kecil Termasuk Koperasi Kecil Dalam Pengadaan Barang/Jasa........................... 166 a. Perluasan Peluang Usaha Kecil Termasuk Koperasi Kecil............................................................... 166 b. Pembinaan ........................................................................................................................................ 167

B. Pengadaan Barang/Jasa dengan Dana Pinjaman/Hibah Luar Negeri........................................... 167 1. Umum....................................................................................................................................................... 167 2. Pengadaan Barang/Jasa Berdasarkan NPLN/Grant Agreement................................................................ 168 3. Kredit Ekspor dan Kerjasama Perdagangan ............................................................................................. 168 4. Manajemen dan Monitoring Proyek Pinjaman/Hibah Luar Negeri .......................................................... 169

C. Pengawasan dan Pemeriksaan........................................................................................................ 169 D. Pengadaan Barang/Jasa dengan E-Procurement ........................................................................... 170

BAB V PELAKSANAAN PENILAIAN KUALIFIKASI..................................................................................... 171

A. Ketentuan Umum............................................................................................................................. 171

LAMPIRAN II............................................................................................................................................. 173 FORMULIR 1.......................................................................................................................................... 173

CONTOH FORMULIR PENILAIAN KUALIFIKASI PEKERJAAN .................................................... 173 JASA PEMBORONGAN, PEMASOKAN BARANG/JASA LAINNYA .................................................. 173

Formulir 1.a.............................................................................................................................................. 174 SURAT PERNYATAAN MINAT ................................................................................................. 174

Formulir 1.b............................................................................................................................................. 175 PAKTA INTEGRITAS .................................................................................................................... 175

Formulir 1.c.............................................................................................................................................. 176 Formulir Isian Penilaian Kualifikasi................................................................................................. 176

FORMULIR 2........................................................................................................................................... 181 CONTOH FORMULIR PENILAIAN KUALIFIKASI PEKERJAAN .................................................... 181 JASA KONSULTANSI.......................................................................................................................... 181

Formulir 2.a.............................................................................................................................................. 182

xi

Page 15: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

DAFTAR ISI – Sistematika Lampiran-Lampiran Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

SURAT PERNYATAAN MINAT ................................................................................................. 182

Formulir 2.b............................................................................................................................................. 183 PAKTA INTEGRITAS .................................................................................................................... 183

Formulir 2.c.............................................................................................................................................. 184 Formulir Isian Penilaian Kualifikasi................................................................................................. 184

xii

Page 16: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

13

KONSOLIDASI

KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 80 TAHUN 2003 DAN PERUBAHANNYA

KEPPRES 61 TAHUN 2004 (Perubahan Pertama) PERPRES 32 TAHUN 2005 (Perubahan Kedua) PERPRES 70 TAHUN 2005 (Perubahan Ketiga) PERPRES 8 TAHUN 2006 (Perubahan Keempat) PERPRES 79 TAHUN 2006 (Perubahan Kelima) PERPRES 85 TAHUN 2006 (Perubahan Keenam) PERPRES 95 TAHUN 2006 (Perubahan Ketujuh)

TENTANG

PEDOMAN PELAKSANAAN

PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

Page 17: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

BATANG TUBUH – Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

PASAL PENJELASAN

BAB I KETENTUAN UMUM

Bagian Pertama Pengertian Istilah

Pasal 1

Dalam Peraturan Presiden ini, yang dimaksud dengan: 1. Pengadaan barang/jasa pemerintah adalah kegiatan

pengadaan barang/jasa yang dibiayai dengan APBN/APBD, baik yang dilaksanakan secara swakelola maupun oleh penyedia barang/jasa.

1a. Pejabat Pembuat Komitmen adalah pejabat yang

diangkat oleh Pengguna Anggaran / Kuasa Pengguna Anggaran / Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) / Pemimpin Badan Hukum Milik Negara (BHMN) / Direksi Badan Usaha Milik Negara (BUMN)/Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) sebagai pemilik pekerjaan, yang bertanggung jawab atas pelaksanaan pengadaan barang/jasa. 1

1b. Pengguna Anggaran adalah sebagaimana dimaksud

dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.2

1c. Kuasa Pengguna Anggaran adalah pejabat yang

ditunjuk oleh Pengguna Anggaran Kementrian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah.3

2. Dihapus.4 3. Penyedia barang/jasa adalah badan usaha atau orang

perseorangan yang kegiatan usahanya menyediakan barang/layanan jasa;

4. Dihapus.5

Angka 1 Yang dimaksud dengan dilaksanakan secara

swakelola adalah: a. Dilaksanakan sendiri secara langsung

oleh instansi penanggung jawab anggaran;

b. Institusi pemerintah penerima kuasa dari

penanggung jawab anggaran, misalnya: perguruan tinggi negeri atau lembaga

penelitian/ilmiah pemerintah; c. Kelompok masyarakat penerima hibah

dari penanggung jawab anggaran. Angka 2. Dihapus (red.) Angka 3 Cukup jelas Angka 4. Dihapus (red.)

1 Ditambahkan dalam Perpres 8 Tahun 2006 (Perubahan Keempat) Pasal I angka (1). 2 Lihat catatan kaki 1. 3 Lihat catatan kaki 1. 4 Disesuaikan dalam Perpres 8 Tahun 2006 (Perubahan Keempat) Pasal I angka (1). 5 Lihat catatan kaki 4.

14

Page 18: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

BATANG TUBUH – Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

PASAL PENJELASAN

5. Dihapus.6 6. Dihapus.7 7. Dihapus.8 8. Panitia Pengadaan adalah tim yang diangkat oleh

Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran / Dewan Gubernur BI / Pimpinan BHMN / Direksi BUMN / Direksi BUMD,9 untuk melaksanakan pemilihan penyedia barang barang/jasa.

8a. Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) adalah

satu unit yang terdiri dari pegawai-pegawai yang telah memiliki sertifikat keahlian pengadaan barang/jasa pemerintah, yang dibentuk oleh Pengguna Anggaran / Gubernur / Bupati / Walikota / Dewan Gubernur BI / Pimpinan BHMN / Direksi BUMD yang bertugas secara khusus untuk melaksanakan pemilihan penyedia barang/jasa di lingkungan Departemen / Lembaga / Sekretariat Lembaga Tinggi Negara / Pemerintah Daerah / Komisi / BI / BHMN / BUMN / BUMD.10

9. Pejabat Pengadaan adalah 1 (satu) orang yang

diangkat oleh Pengguna Anggaran / Kuasa Pengguna Anggaran / Dewan Gubernur BI / Pimpinan BHMN / Direksi BUMN / Direksi BUMD untuk melaksanakan pengadaan barang/jasa11 dengan nilai sampai dengan Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta).

10. Pemilihan penyedia barang/jasa adalah kegiatan untuk

menetapkan penyedia barang/jasa yang akan ditunjuk untuk melaksanakan pekerjaan.

11. Barang adalah benda dalam berbagai bentuk dan

uraian, yang meliputi bahan baku. Barang setengah jadi, barang jadi/peralatan, yang spesifikasinya ditetapkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen sesuai penugasan Kuasa Pengguna Anggaran.

12. Jasa Pemborongan adalah layanan pekerjaan

pelaksanaan kontruksi atau wujud fisik lainnya yang perencanaan teknis dan spesifikasinya ditetapkan Pejabat Pembuat Komitmen sesuai penugasan Kuasa Pengguna Anggaran dan proses serta pelaksanaannya diawasi oleh Pejabat Pembuat Komitmen.

Angka 5. Dihapus (red.) Angka 6. Dihapus (red.) Angka 7. Dihapus (red.) Angka 8 Cukup jelas Angka 9 Cukup jelas Angka 10 Cukup jelas Angka 11 Cukup jelas Angka 12 Cukup jelas

6 Disesuaikan dalam Perpres 8 Tahun 2006 (Perubahan Keempat) Pasal I angka (1). 7 Lihat catatan kaki 6. 8 Lihat catatan kaki 6. 9 Lihat catatan kaki 6. 10 Ditambahkan dalam Perpres 8 Tahun 2006 (Perubahan Keempat) Pasal I angka (1). 11 Disesuaikan dalam Perpres 8 Tahun 2006 (Perubahan Keempat) Pasal I angka (1). 12 Ditambahkan dalam Perpres 8 Tahun 2006 (Perubahan Keempat) Pasal I angka (1). 13 Lihat catatan kaki 12. 14 Lihat catatan kaki 12.

15

Page 19: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

BATANG TUBUH – Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

PASAL PENJELASAN

13. Jasa Konsultansi adalah layanan jasa keahlian profesional dalam berbagai bidang yang meliputi jasa perencanaan kontruksi, jasa pengawasan kontruksi, dan jasa pelayanan profesi lainnya, dalam rangka mencapai sasaran tertentu yang keluarannya berbentuk piranti lunak yang disusun secara sistematis berdasarkan kerangka acuan kerja yang ditetapkan Pejabat Pembuat Komitmen sesuai penugasan Kuasa Pengguna Anggaran.

14. Jasa Lainnya adalah segala pekerjaan dan/atau

penyediaan jasa selain jasa konsultansi, jasa pemborongan, dan pemasokan barang.

15. Sertifikat keahlian pengadaan barang/jasa pemerintah

adalah tanda bukti pengakuan atas kompetensi dan kemampuan profesi di bidang pengadaan barang/jasa pemerintah yang diperoleh melalui ujian sertifikasi keahlian pengadaan barang/jasa nasional dan untuk memenuhi persyaratan seseorang menjadi Pejabat Pembuat Komitmen atau panitia/pejabat pengadaan atau anggota Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit).

16. Dokumen pengadaan adalah dokumen yang disiapkan

oleh panitia / pejabat pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) sebagai pedoman dalam proses pembuatan dan penyampaian penawaran oleh calon penyedia barang/jasa serta pedoman evaluasi penawaran oleh panitia / pejabat pengadaan atau Unit Layanan Pengadaan (procurement Unit).

17. Kontrak adalah perikatan antara Pejabat Pembuatan

Komitmen dengan penyedia barang/jasa dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa.

18. Usaha kecil termasuk koperasi kecil adalah kegiatan

ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria yang ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil.

Angka 13 Cukup jelas Angka 14 Cukup jelas Angka 15 Cukup jelas Angka 16 Cukup jelas Angka 17 Cukup jelas Angka 18 Kriteria Usaha kecil adalah: a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak

Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah); dan

b. Milik Warga Negara Indonesia; dan c. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak

perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Menegah atau Usaha Besar; atau

d. Koperasi kecil yang mempunyai unit

usaha jasa pemborongan, pengadaan barang atau jasa lainnya.

16

Page 20: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

BATANG TUBUH – Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

PASAL PENJELASAN

19. Surat jaminan adalah jaminan tertulis yang

dikeluarkan bank umum/lembaga keuangan lainnya yang diberikan oleh penyedia barang/jasa kepada Pejabat Pembuat Komitmen untuk menjamin terpenuhinya persyaratan/kewajiban penyedia barang/jasa.

20. Kemitraan adalah kerjasama usaha anatara penyedia

barang/jasa dalam negeri maupun dengan luar negeri yang masing-masing pihak mempunyai hak, kewajiban dan tanggung jawab yang jelas, berdasarkan kesepakatan bersama yang dituangkan dalam perjanjian tertulis.

21. Pakta integritas adalah surat pernyataan yang

ditandatangani oleh Pejabat Pembuat Komitmen / panitia pengadaan / pejabat pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) / penyedia barang/jasa.

22. Pekerjaan kompleks adalah pekerjaan yang

memerlukan teknologi tinggi dan/atau mempunyai risiko tinggi dan/atau menggunakan peralatan didesain khusus dan/atau bernilai di atas Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh miliyar rupiah).

23. Surat kabar nasional adalah surat kabar yang

beroplah besar dan memiliki peredaran luas secara nasional, yang tercantum dalam daftar surat kabar nasional yang ditetapkan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika.12

24. Surat kabar provinsi adalah surat kabar yang

beroplah besar dan memiliki peredaran luas di daerah provinsi, yang tercantum dalam daftar surat kabar yang ditetapkan oleh Gubernur.13

25. Website pengadaan nasional adalah website yang

dikoordinasikan oleh Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional / Kepala Bappenas untuk mengumumkan rencana pengadaan barang/jasa di Departemen / Lembaga / Komisi / BI / Pemerintah Daerah / BHMN / BUMN / BUMD dan kegiatan pengadaan barang/jasa pemerintah.14

Pembuktian usaha kecil cukup dengan surat

ijin usaha yang dikeluarkan oleh pemerintah kabupaten/kota setempat.

Angka 19 Cukup jelas Angka 20 Cukup jelas Angka 21 Cukup jelas Angka 22 Cukup jelas Perpres 8 Tahun 2006 Penjelasan Pasal I Angka 1 Dengan perubahan pada Pasal 1 sebagaimana dimaksud dalam angka 1 ini, maka semua istilah di dalam Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden

17

Page 21: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

BATANG TUBUH – Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

PASAL PENJELASAN

Nomor 70 Tahun 2005 yang berbunyi: a. "Pengguna barang/jasa atau pejabat yang

disamakan sebagai pemilik pekerjaan yang bertanggung jawab atas pelaksanaan pengadaan barang/jasa" untuk selanjutnya dibaca "Pejabat Pembuat Komitmen";

b. "Pejabat/Panitia Pengadaan" untuk

selanjutnya dibaca "Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit)."

Bagian Kedua Maksud dan Tujuan

Pasal 2

(1) Maksud diberlakukannya Keputusan Presiden ini adalah untuk mengatur pelaksanaan pengadaan barang/jasa yang sebagian atau seluruhnya dibiayai dari APBN/APBD.

Ayat (1) Yang dimaksud dengan dibiayai dari

APBN/APBD adalah pengadaan barang/jasa yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari APBN/APBD.

(2) Tujuan diberlakukannya Keputusan Presiden ini adalah agar pelaksanaan pengadaan barang/jasa yang sebagian atau seluruhnya dibiayai APBN/APBD dilakukan secara efisien, efektif, terbuka dan bersaing, transparan, adil/tidak diskriminatif, dan akuntabel.

Ayat (2) Cukup jelas

Bagian Ketiga Prinsip Dasar

Pasal 3

Pengadaan barang/jasa wajib menerapkan prinsip-prinsip: a. Efisien, berarti pengadaan barang/jasa harus

diusahakan dengan menggunakan dana dan daya yang terbatas untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam waktu sesingkat-singkatnya dan dapat dipertanggungjawabkan;

b. Efektif, berarti pengadaan barang/jasa harus sesuai

dengan kebutuhan yang telah ditetapkan dan dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya sesuai dengan sasaran yang ditetapkan;

c. Terbuka dan bersaing, berarti pengadaan barang/jasa

harus terbuka bagi penyedia barang/jasa yang memenuhi persyaratan dan dilakukan melalui persaingan yang sehat di antara penyedia barang/jasa yang setara dan memenuhi syarat/kriteria tertentu berdasarkan ketentuan dan prosedur yang jelas dan transparan;

d. Transparan, berarti semua ketentuan dan informasi

mengenai pengadaan barang/jasa, termasuk syarat teknis administrasi pengadaan, tata cara evaluasi, hasil evaluasi, penetapan calon penyedia barang/jasa,

Panitia pengadaan dan/atau pejabat yang berwenang dalam mengeluarkan keputusan, ketentuan, prosedur, dan tindakan lainnya, harus didasarkan pada nilai-nilai dasar tersebut. Dengan demikian akan dapat tercipta suasana yang kondusif bagi tercapainya efisiensi, partisipasi dan persaingan yang sehat dan terbuka antara penyedia jasa yang setara dan memenuhi syarat, menjamin rasa keadilan dan kepastian hukum bagi semua pihak, sehingga dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap proses pengadaan barang/jasa, karena hasilnya dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat, baik dari segi fisik, keuangan dan manfaatnya bagi kelancaran pelaksanaan tugas institusi pemerintah.

18

Page 22: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

BATANG TUBUH – Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

PASAL PENJELASAN

sifatnya terbuka bagi peserta penyedia barang/jasa yang berminat serta bagi masyarakat luas pada umumnya;

e. Adil/tidak diskriminatif, berarti memberikan perlakuan

yang sama bagi semua calon penyedia barang/jasa dan tidak mengarah untuk memberi keuntungan kepada pihak tertentu, dengan cara dan atau alasan apapun;

f. Akuntabel, berarti harus mencapai sasaran baik fisik,

keuangan maupun manfaat bagi kelancaran pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pelayanan masyarakat sesuai dengan prinsip-prinsip serta ketentuan yang berlaku dalam pengadaan barang/jasa.

Bagian Keempat Kebijakan Umum

Pasal 4

Kebijakan umum pemerintah dalam pengadaan barang/jasa adalah: a. meningkatkan penggunaan produksi dalam negeri,

rancang bangun dan perekayasaan nasional yang sasarannya adalah memperluas lapangan kerja dan mengembangkan industri dalam negeri dalam rangka meningkatkan daya saing barang/jasa produksi dalam negeri pada perdagangan internasional;

b. meningkatkan peran serta usaha kecil termasuk

koperasi kecil dan kelompok masyarakat dalam pengadaan barang/jasa;

c. menyederhanakan ketentuan dan tata cara untuk

mempercepat proses pengambilan keputusan dalam pengadaan barang/jasa;

d. meningkatkan profesionalisme, kemandirian dan

tanggung jawab Pejabat Pembuat Komitmen, panitia/pejabat pengadaan, dan penyedia barang/jasa;

e. meningkatkan penerimaan negara melalui sektor

perpajakan; f. menumbuhkembangkan peran serta usaha nasional; g. mengharuskan pelaksanaan pemilihan penyedia

barang/jasa dilakukan di dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;

h. mengharuskan pengumuman secara terbuka rencana

pengadaan barang/jasa kecuali yang bersifat rahasia, pada setiap awal pelaksanaan anggaran kepada

Huruf a Cukup jelas Huruf b Cukup jelas Huruf c Cukup jelas Huruf d Cukup jelas Huruf e Cukup jelas Huruf f Cukup jelas Huruf g Wilayah Republik Indonesia termasuk

Kantor Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri.

Huruf h Pengumuman secara terbuka artinya

rencana pengadaan Departemen / Lembaga

15 Ditambahkan dalam Perpres 8 Tahun 2006 (Perubahan Keempat) Pasal I angka (2).

19

Page 23: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

BATANG TUBUH – Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

PASAL PENJELASAN

masyarakat luas; i. mengumumkan kegiatan pengadaan barang/jasa

pemerintah secara terbuka melalui surat kabar nasional dan/atau surat kabar provinsi. 15

/ Komisi / BI / Pemerintah Daerah / BHMN / BUMN / BUMD diumumkan di website pengadaan nasional dengan alamat www.pengadaannasionalbappenas.go.id yang dikoordinasikan oleh Menteri Negera Perencanaan Pembangunan Nasional / Kepala Bappenas dan/atau di website Departemen / Lembaga / Komisi BI / Pemerintah Daerah / BHMN / BUMN / BUMD yang telah diintegrasikan ke website pengadaan nasional. 16

Huruf i Cukup jelas17

Pasal 4A18

(1) Pemilihan surat kabar nasional dan surat kabar provinsi sebagai dimaksud dalam Pasal 4 huruf i, dilakukan sesuai tata cara pemilihan penyedia barang/jasa sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden ini.

(2) Pemilihan surat kabar nasional dan surat kabar

provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas untuk surat kabar nasional dan Gubernur untuk surat kabar provinsi.

(3) Menteri Negara Perencanaan Pembangunan

Nasional/Kepala Bappenas dan Gubernur melaksanakan pemilihan surat kabar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berdasarkan daftar surat kabar yang beroplah besar dan memiliki peredaran luas yang dikeluarkan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika.

(4) Segala biaya yang timbul dalam rangka pemilihan

surat kabar sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

Pemilihan surat kabar sebagaimana dimaksud dalam pasal ini dimaksudkan agar calon penyedia barang/jasa dan masyarakat dapat dengan mudah mendapatkan informasi mengenai rencana kegiatan pengadaan barang/jasa pemerintah. Di lain pihak, dengan telah ditetapkannya surat kabar untuk pengumuman kegiatan pengadaan barang/jasa, Pejabat Pembuat Komitmen akan mengeluarkan biaya pengumuman lelang yang lebih murah sehingga pada akhirnya menghemat APBN/APBD.19

16 Disesuaikan terakhir kali dalam Perpres 8 Tahun 2006 (Perubahan Keempat) Penjelasan Pasal I angka (2). 17 Lihat catatan kaki 15. 18 Ditambahkan dalam Perpres 8 Tahun 2006 (Perubahan Keempat) Pasal I angka (3) dan Penjelasannya. 19 Dalam Perpres 8 Tahun 2006 (Perubahan Keempat) Pasal II angka (5) dijelaskan lebih lanjut perihal surat kabar nasional dan provinsi yang dijadikan tempat pengumuman kegiatan pengadaan selama penetapan resmi surat kabar tersebut belum dilakukan: ”Sebelum Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas dan Gubernur menetapkan surat kabar nasional dan surat kabar provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4A, pengumuman kegiatan pengadaan barang/jasa pemeriksaan dilakukan sekurang-kurangnya di satu surat kabar yang mempunyai oplah besar dan memiliki peredaran luas secara nasional dan/atau wilayah provinsi.”

20

Page 24: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

BATANG TUBUH – Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

PASAL PENJELASAN

Bagian Kelima Etika Pengadaan

Pasal 5

Pejabat Pembuat Komitmen, penyedia barang/jasa, dan para pihak yang terkait dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa harus mematuhi etika sebagai berikut: a. melaksanakan tugas secara tertib, disertai rasa

tanggungjawab untuk mencapai sasaran kelancaran dan ketepatan tercapainya tujuan pengadaan barang/jasa;

b. bekerja secara profesional dan mandiri atas dasar

kejujuran, serta menjaga kerahasiaan dokumen pengadaan barang dan jasa yang seharusnya dirahasiakan untuk mencegah terjadinya penyimpangan dalam pengadaan barang/jasa;

c. tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun

tidak langsung untuk mencegah dan menghindari terjadinya persaingan tidak sehat;

d. menerima dan bertanggung jawab atas segala

keputusan yang ditetapkan sesuai dengan kesepakatan para pihak;

e. menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan

kepentingan para pihak yang terkait, langsung maupun tidak langsung dalam proses pengadaan barang/jasa (conflict of interest);

Huruf a Cukup jelas Huruf b Cukup jelas Huruf c Cukup jelas Huruf d Cukup jelas Huruf e Yang dimaksud dengan “menghindari dan

mencegah terjadinya pertentangan kepentingan para pihak yang terkait, langsung maupun tidak langsung dalam proses pengadaan”, adalah dimaksudkan untuk menjamin perilaku dan tindakan tidak mendua dari para pihak dalam melaksanakan tugas, fungsi dan perannya. Oleh karena itu, yang bersangkutan tidak boleh memiliki/melakukan peran ganda, misalnya:

1) Dalam suatu perusahaan Perseroan

Terbatas, seorang anggota Direksi tidak boleh merangkap sebagai Dewan Komisaris;

2) Dalam pelaksanaan proyek jasa

konstruksi/pemborongan, konsultan perencana tidak boleh bertindak sebagai pelaksana/pemborong pekerjaan yang direncanakannya, kecuali dalam pelaksanaan turnkey contract;

3) Pengurus koperasi pegawai atau anak

perusahaan dalam suatu instansi / BHMN / BUMN / BUMD yang mengikuti pengadaan barang/jasa dan bersaing dengan perusahaan lainnya, tidak boleh

21

Page 25: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

BATANG TUBUH – Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

PASAL PENJELASAN

f. menghindari dan mencegah terjadinya pemborosan

dan kebocoran keuangan negara dalam pengadaan barang/jasa;

g. menghindari dan mencegah penyalahgunaan

wewenang dan/atau kolusi dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan atau pihak lain yang secara langsung atau tidak langsung merugikan negara;

h. tidak menerima, tidak menawarkan atau tidak

menjanjikan untuk memberi atau menerima hadiah, imbalan berupa apa saja kepada siapapun yang diketahui atau patut dapat diduga berkaitan dengan pengadaan barang/jasa.

merangkap sebagai anggota panitia pengadaan atau sebagai pejabat yang berwenang menentukan pemenang lelang / Pemilihan Langsung / Penunjukan Langsung.

Huruf f Cukup jelas Huruf g Cukup jelas Huruf h Cukup jelas

Bagian Keenam Pelaksanaan Atas Pengadaan

Pasal 6

Pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah dilakukan: a. dengan menggunakan penyedia barang/jasa; b. dengan cara swakelola.

Huruf a Cukup jelas Huruf b Pengadaan barang/jasa swakelola adalah

pelaksanaan pekerjaan yang direncanakan, dikerjakan, dan diawasi sendiri oleh institusi pemerintah penanggungjawab anggaran atau institusi pemerintah penerima kuasa dari penanggungjawab anggaran atau kelompok masyarakat penerima hibah.

Bagian Ketujuh Ruang Lingkup

Pasal 7

(1) Ruang lingkup berlakunya Keputusan Presiden ini adalah untuk:

a. pengadaan barang/jasa yang pembiayaannya

sebagian atau seluruhnya dibebankan pada APBN/APBD;

b. pengadaan barang/jasa yang sebagian atau

seluruhnya dibiayai dari pinjaman/hibah luar negeri (PHLN) yang sesuai atau tidak bertentangan dengan pedoman dan ketentuan pengadaan barang/jasa dari pemberi pinjaman/hibah bersangkutan;

Ayat (1) Huruf a Cukup jelas Huruf b Proses penyusunan Naskah

Pinjaman/Hibah Luar Negeri (NPHLN) harus berpedoman pada Keputusan Presiden ini.

22

Page 26: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

BATANG TUBUH – Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

PASAL PENJELASAN

c. pengadaan barang/jasa untuk investasi di lingkungan BI, BHMN, BUMN, BUMD, yang pembiayaannya sebagian atau seluruhnya dibebankan pada APBN/APBD.

(2) Pengaturan pengadaan barang/jasa pemerintah yang

dibiayai dari dana APBN, apabila ditindaklanjuti dengan Keputusan Menteri/Pemimpin Lembaga / Panglima TNI / Kapolri / Dewan Gubernur BI / Pemimpin BHMN / Direksi BUMN harus tetap berpedoman serta tidak boleh bertentangan dengan ketentuan dalam Keputusan Presiden ini.

(3) Peraturan Daerah/Keputusan Kepala Daerah yang

mengatur pengadaan barang/jasa pemerintah yang dibiayai dari dana APBD harus tetap berpedoman serta tidak boleh bertentangan dengan ketentuan dalam Keputusan Presiden ini.

Huruf c Pengadaan barang/jasa untuk investasi

adalah barang/jasa yang ditujukan untuk menambah aset guna meningkatkan kemampuan operasi baik dalam jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang dan pada umumnya tidak habis dipakai dalam 1 (satu) tahun. Dalam pembukuan/neraca perusahaan aset tersebut dapat berupa aktiva lancar maupun maupun aktiva tetap.

Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas

BAB II PENGADAAN YANG DILAKSANAKAN PENYEDIA BARANG/JASA

Bagian Pertama Pembiayaan Pengadaan

Pasal 8

Departemen / Kementerian / Lembaga / TNI / Polri / Pemerintah Daerah / BI / BHMN / BUMN / BUMD wajib menyediakan biaya administrasi proyek untuk mendukung pelaksanaan pengadaan barang/jasa yang dibiayai dari APBN/APBD, yaitu: a. honorarium Pejabat Pembuat Komitmen,

panitia/pejabat pengadaan, bendaharawan, dan staf proyek;

b. pengumuman pengadaan barang/jasa;

Komponen biaya administrasi proyek harus disediakan dalam anggaran: Huruf a Besaran honorarium Pejabat Pembuat

Komitmen, panitia/pejabat pengadaan, bendaharawan, dan staf proyek ditetapkan secara proporsional berdasarkan pengalaman dan profesionalisme;

Huruf b Biaya pengumuman pengadaan barang/jasa

meliputi: 1) Biaya pengumuman rencana pengadaan

barang/jasa pada awal pelaksanaan anggaran;

2) Biaya pengumuman pemilihan penyedia

barang/jasa.

23

Page 27: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

BATANG TUBUH – Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

PASAL PENJELASAN

c. penggandaan dokumen pengadaan barang/jasa dan/atau dokumen prakualifikasi;

d. administrasi lainnya yang diperlukan untuk

mendukung pelaksanaan pengadaan barang/jasa.

Huruf c Cukup jelas Huruf d Cukup jelas

Bagian Kedua Tugas Pokok dan Persyaratan Para Pihak

Paragraf Pertama Persyaratan dan Tugas Pokok Pejabat Pembuat Komitmen

Pasal 9

(1) Pejabat Pembuat Komitmen harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. memiliki integritas moral; b. memiliki disiplin tinggi; c. memiliki tanggung jawab dan kualifikasi teknis

serta manajerial untuk melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya;

Ayat (1) Huruf a Cukup jelas Huruf b Cukup jelas Huruf c Yang dimaksud persyaratan manajerial,

antara lain: 1) Berpendidikan sekurang-kurangnya

Diploma 3 (D3) sesuai dengan bidang keahlian yang diperlukan;

2) Memiliki sertifikat pengadaan

barang/jasa pemerintah; 3) Memiliki pengalaman minimal 2

(dua) tahun memimpin / mengorganisasi kelompok kerja yang berkaitan dengan kegiatan pengadaan barang/jasa;

4) Memiliki ketaatan yang tinggi dalam

melaksanakan setiap tugas/pekerjaannya;

5) Memiliki kemampuan untuk

mengambil keputusan, bertindak tegas dan keteladanan dalam sikap dan perilaku antara lain tidak terlibat korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN);

20 Disesuaikan terakhir kali dalam Perpres 8 Tahun 2006 (Perubahan Keempat) Pasal I angka (4). 21 Ketentuan huruf b ayat 3 sebelum Perpres 8 Tahun 2006 mengatur bahwa salah satu tugas pokok Pejabat Pembuat Komitmen atau sebelumnya disebut sebagai pengguna barang jasa adalah untuk “mengangkat panitia/pejabat pengadaan barang/jasa”. Tugas pokok ini telah dihapus dalam Perpres 8 Tahun 2006 (Perubahan Keempat) Pasal I angka (4). 22 Ditambahkan dalam Perpres 8 Tahun 2006 (Perubahan Keempat) Pasal I angka (4).

24

Page 28: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

BATANG TUBUH – Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

PASAL PENJELASAN

d. memiliki sertifikat keahlian pengadaan barang/jasa

pemerintah; e. memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan,

bertindak tegas dan keteladanan dalam sikap dan perilaku serta tidak pernah terlibat KKN.

(2) Pejabat Pembuat Komitmen diangkat dengan surat

Keputusan Pengguna Anggaran / Kuasa Pengguna Anggaran / Dewan Gubernur BI / Pemimpin BHMN / Direksi BUMN BUMD.20

(3) Tugas pokok Pejabat Pembuat Komitmen dalam

pengadaan barang/jasa adalah: a. menyusun perencanaan pengadaan barang/jasa; b. 21 menetapkan paket-paket pekerjaan disertai

ketentuan mengenai peningkatan penggunaan produksi dalam negeri dan peningkatan pemberian kesempatan bagi usaha kecil termasuk koperasi kecil, serta kelompok masyarakat;

c. menetapkan dan mengesahkan harga perkiraan

sendiri (HPS), jadual, tata cara pelaksanaan dan lokasi pengadaan yang disusun oleh panitia pengadaan / pejabat pengadaan / unit layanan pengadaan;

d. menetapkan dan mengesahkan hasil pengadaan

panitia / pejabat pengadaan / unit layanan pengadaan sesuai kewenangannya;

e. menetapkan besaran uang muka yang menjadi hak

penyedia barang/jasa sesuai ketentuan yang berlaku; f. menyiapkan dan melaksanakan perjanjian/kontrak

dengan pihak penyedia barang/jasa;

6) Penilaian kondite dan prestasi kerja (Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan) untuk masa 3 (tiga) tahun terakhir dengan nilai rata-rata minimal “Baik”.

Huruf d Dalam masa transisi, sebelum memiliki

sertifikat keahlian pengadaan barang/jasa pemerintah, seseorang yang telah

diangkat menjadi Pejabat Pembuat Komitmen harus mengikuti pelatihan pengadaan barang/jasa pemerintah.

Pejabat yang wajib mempunyai sertifikat keahlian pengadaan barang/jasa adalah: Pejabat Pembuat Komitmen dan panitia/pejabat pengadaan.

Huruf e Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas

23 Ditambahkan dalam Perpres 8 Tahun 2006 (Perubahan Keempat) Penjelasan Pasal I angka (4).

25

Page 29: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

BATANG TUBUH – Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

PASAL PENJELASAN

g. melaporkan pelaksanaan/penyelesaian pengadaan barang/jasa kepada pimpinan instansinya;

h. mengendalikan pelaksanaan perjanjian/kontrak; i. menyerahkan aset hasil pengadaan barang/jasa dan

aset lainnya kepada Menteri / Panglima TNI / Kepala Polri / Pimpinan Lembaga / Pimpinan Kesekretariatan Lembaga Tinggi Negara / Pimpinan Kesekretariatan Komisi / Gubernur / Bupati / Walikota / Dewan Gubernur BI / Pemimpin BHMN / Direksi BUMN/BUMD dengan berita acara penyerahan;

j. menandatangani pakta integritas sebelum

pelaksanaan pengadaan barang/jasa dimulai. (4) Pejabat Pembuat Komitmen dilarang mengadakan

ikatan perjanjian dengan penyedia barang/jasa apabila belum tersedia anggaran atau tidak cukup tersedia anggaran yang akan mengakibatkan dilampauinya batas anggaran yang tersedia untuk kegiatan/proyek yang dibiayai dari APBN/APBD.

(5) Pejabat Pembuat Komitmen bertanggung jawab dari

segi administrasi, fisik, keuangan, dan fungsional atas pengadaan barang/jasa yang dilaksanakannya.

(6) Pejabat Pembuat Komitmen dapat melaksanakan

proses pengadaan barang/jasa sebelum dokumen anggaran disahkan sepanjang anggaran untuk kegiatan yang bersangkutan telah dialokasikan, dengan ketentuan penerbitan surat penunjukan penyedia barang/jasa (SPPBJ) dan penandatangan kontrak pengadaan barang/jasa dilakukan setelah dokumen anggaran untuk kegiatan/proyek sebagaimana dimaksud pada ayat (4) disahkan.22

Ayat (4) Yang dimaksud dengan dilarang

mengadakan ikatan perjanjian adalah menerbitkan surat penunjukan dan/atau menandatangani surat perintah kerja/kontrak.

Ayat (5) Cukup jelas Ayat (6) Cukup jelas23

Paragraf Kedua Pembentukan, Persyaratan, Tugas Pokok dan Keanggotaan Panitia / Pejabat Pengadaan / Unit

Layanan Pengadaan (Procurement Unit) 24

Pasal 10

(1) Panitia pengadaan wajib dibentuk untuk semua pengadaan dengan nilai di atas Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

(2) Untuk pengadaan sampai dengan nilai

Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dilaksanakan oleh panitia atau pejabat pengadaan.

(2a) Pengadaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan

ayat (2) dapat dilaksanakan oleh Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit). 25

Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Ayat (2a) Cukup jelas28

24 Disesuaikan terakhir kali dalam Perpres 8 Tahun 2006 (Perubahan Keempat) Pasal I angka (5). 25 Ditambahkan dalam Perpres 8 Tahun 2006 (Perubahan Keempat) Pasal I angka (6).

26

Page 30: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

BATANG TUBUH – Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

PASAL PENJELASAN

(3) Anggota panitia pengadaan / pejabat pengadaan /

anggota unit layanan pengadaan berasal dari pegawai negeri, baik dari instansi sendiri maupun instansi teknis lainnya.

(3a) Dalam hal pengadaan barang/jasa dilakukan oleh

Badan Pelaksana Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah dan Kehidupan Masyarakat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara, anggota panitia pengadaan berasal dari instansinya sendiri atau instansi teknis Pemerintah, dan dapat menyertakan pihak lain yang ditunjuk oleh Kepala Badan pelaksana.26

(4) Panitia / pejabat pengadaan / anggota unit layanan

pengadaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) di atas harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. memiliki integritas moral, disiplin dan tanggung

jawab dalam melaksanakan tugas; b. memahami keseluruhan pekerjaan yang akan

diadakan; c. memahami jenis pekerjaan tertentu yang menjadi

tugas panitia / pejabat pengadaan / unit layanan pengadaan yang bersangkutan;

d. memahami isi dokumen pengadaan/metode dan

prosedur pengadaan berdasarkan Keputusan Presiden ini;

e. tidak mempunyai hubungan keluarga dengan pejabat

yang mengangkat dan menetapkannya sebagai panitia / pejabat pengadaan / anggota unit layanan pengadaan;

f. memiliki sertifikat keahlian pengadaan barang/jasa

pemerintah. (5) Tugas, wewenang, dan tanggung jawab pejabat /

panitia pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) meliputi sebagai berikut:

Ayat (3) Anggota panitia yang berasal dari instansi

teknis lain adalah anggota panitia yang diangkat dari unit kerja / instansi / departemen / lembaga lain karena di instansi yang sedang melakukan pengadaan barang/jasa tidak mempunyai pegawai yang memahami masalah teknis yang ada dalam ketentuan pengadaan barang/jasa, jenis pekerjaan, dan isi dokumen pengadaan dari pekerjaan yang akan dilakukan pengadaannya.

Ayat (3a) Cukup jelas29 Ayat (4) Huruf a Cukup jelas Huruf b Cukup jelas Huruf c Cukup jelas Huruf d Cukup jelas Huruf e Hubungan keluarga yang dimaksud

adalah hubungan keluarga sedarah dan semenda.

Huruf f Cukup jelas Ayat (5) Cukup jelas

26 Ditambahkan dalam Perpres 70 Tahun 2005 (Perubahan Ketiga) Pasal I angka (1). 27 Lihat catatan kaki 25. 28 Lihat catatan kaki 25. 29 Ditambahkan dalam Perpres 8 Tahun 2006 (Perubahan Keempat) Penjelasan Pasal I angka (6).

27

Page 31: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

BATANG TUBUH – Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

PASAL PENJELASAN

a. menyusun jadual dan menetapkan cara pelaksanaan

serta lokasi pengadaan; b. menyusun dan menyiapkan harga perkiraan sendiri

(HPS); c. menyiapkan dokumen pengadaan; d. mengumumkan pengadaan barang/jasa di surat

kabar nasional dan/atau provinsi dan/atau papan pengumuman resmi untuk penerangan umum, dan diupayakan diumumkan di website pengadaan nasional;

e. menilai kualifikasi penyedia melalui

pascakualifikasi atau prakualifikasi; f. melakukan evaluasi terhadap penawaran yang

masuk; g. mengusulkan calon pemenang; h. membuat laporan mengenai proses dan hasil

pengadaan kepada pejabat pembuat komitmen dan/atau pejabat yang mengangkatnya;

i. menandatangani pakta integritas sebelum pelaksanaan pengadaan barang/jasa dimulai.

(6) Panitia berjumlah gasal beranggotakan sekurang-

kurangnya 3 (tiga) orang yang memahami tata cara pengadaan, substansi pekerjaan/kegiatan yang bersangkutan dan bidang lain yang diperlukan, baik dari unsur-unsur di dalam maupun dari luar instansi yang bersangkutan.

(7) Pejabat pengadaan hanya 1 (satu) orang yang

memahami tata cara pengadaan, substansi pekerjaan/kegiatan yang bersangkutan dan bidang lain yang diperlukan, baik dari unsur-unsur di dalam maupun dari luar instansi yang bersangkutan.

(8) Dilarang duduk sebagai panitia / pejabat pengadaan /

anggota Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit):

a. Pejabat Pembuat Komitmen dan bendahara; b. Pegawai pada Badan Pengawasan Keuangan dan

Pembangunan (BPKP) / Inspektorat Jenderal Departemen / Inspektorat Utama Lembaga Pemerintah Non-Departemen / Badan Pengawas Daerah Propinsi / Kabupaten/Kota, Pengawasan Internal BI / BHMN / BUMN / BUMD kecuali menjadi panitia / pejabat pengadaan / anggota unit layanan pengadaan untuk pengadaan barang/jasa yang dibutuhkan instansinya;

Ayat (6) Cukup jelas Ayat (7) Cukup jelas Ayat (8) Cukup jelas

28

Page 32: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

BATANG TUBUH – Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

PASAL PENJELASAN

c. Pejabat yang bertugas melakukan verifikasi surat permintaan pembayaran dan/atau pejabat yang bertugas menandatangani surat perintah membayar.27

Paragraf Ketiga Persyaratan Penyedia Barang/Jasa

Pasal 11

(1) Persyaratan penyedia barang/jasa dalam pelaksanaan pengadaan adalah sebagai berikut:

a. memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan

untuk menjalankan usaha/kegiatan sebagai penyedia barang/jasa; b. memiliki keahlian, pengalaman, kemampuan teknis

dan manajerial untuk menyediakan barang/jasa; c. tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak pailit,

kegiatan usahanya tidak sedang dihentikan, dan/atau direksi yang bertindak untuk dan atas nama

perusahaan tidak sedang dalam menjalani sanksi pidana;

d. secara hukum mempunyai kapasitas

menandatangani kontrak; e. sebagai wajib pajak sudah memenuhi kewajiban

perpajakan tahun terakhir, dibuktikan dengan melampirkan fotokopi bukti tanda terima penyampaian Surat Pajak Tahunan (SPT) Pajak Penghasilan (PPh) tahun terakhir, dan fotokopi Surat Setoran Pajak (SSP) PPh Pasal 29;

f. dalam kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir pernah

memperoleh pekerjaan menyediakan barang/jasa baik di lingkungan pemerintah maupun swasta

termasuk pengalaman subkontrak, kecuali penyedia barang/jasa yang baru berdiri kurang dari 3 (tiga)

tahun; g. memiliki sumber daya manusia, modal, peralatan,

dan fasilitas lain yang diperlukan dalam pengadaan barang/jasa; h. tidak masuk dalam daftar hitam;

Ayat (1) Huruf a Yang dimaksud dengan memenuhi

ketentuan peraturan perundang-undangan untuk menjalankan usaha/kegiatan sebagai penyedia barang/jasa antara lain peraturan perundang-undangan di bidang jasa konstruksi, kesehatan, perhubungan, perindustrian.

Huruf b Cukup jelas Huruf c Cukup jelas Huruf d Cukup jelas Huruf e Cukup jelas Huruf f Cukup jelas Huruf g Cukup jelas Huruf h Merupakan kewajiban panitia/pejabat

pengadaan untuk mencari informasi dalam rangka meyakini atau memastikan suatu badan usaha tidak masuk dalam daftar hitam instansi pemerintah manapun

29

Page 33: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

BATANG TUBUH – Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

PASAL PENJELASAN

i. memiliki alamat tetap dan jelas serta dapat

dijangkau dengan pos; j. khusus untuk penyedia barang/jasa orang

perseorangan persyaratannya sama dengan di atas kecuali huruf f.

(2) Tenaga ahli yang akan ditugaskan dalam

melaksanakan pekerjaan jasa konsultansi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. memiliki Nomor Pokok Wajib pajak (NPWP) dan

bukti penyelesaian kewajiban pajak; b. lulusan perguruan tinggi negeri atau perguruan

tinggi swasta yang telah diakreditasi oleh instansi yang berwenang atau yang lulus ujian negara, atau perguruan tinggi luar negeri yang ijasahnya telah disahkan/diakui oleh instansi pemerintah yang berwenang di bidang pendidikan tinggi;

c. mempunyai pengalaman di bidangnya. (3) Pegawai negeri, pegawai BI, pegawai

BHMN/BUMN/BUMD dilarang menjadi penyedia barang/jasa, kecuali yang bersangkutan mengambil cuti di luar tanggungan negara / BI / BHMN / BUMN / BUMD.

(4) Penyedia barang/jasa yang keikutsertaannya

menimbulkan pertentangan kepentingan dilarang menjadi penyedia barang/jasa.

(5) Terpenuhinya persyaratan penyedia barang/jasa dinilai

melalui proses prakualifikasi atau pascakualifikasi

dengan cara antara lain menghubungi Pejabat Pembuat Komitmen sebelumnya. Untuk mempercepat kerja panitia/pejabat pengadaan, cukup penyedia membuat pernyataan bahwa penyedia barang/jasa tidak sedang masuk dalam daftar hitam. Kepada seluruh penyedia jasa juga tidak diwajibkan mempunyai surat keterangan tidak masuk dalam daftar hitam dari instansi/lembaga baik pemerintah maupun swasta.

Huruf i Cukup jelas Huruf j Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Yang dimaksud dengan pertentangan

kepentingan antara lain: a. Penyedia barang/jasa yang telah ditunjuk

sebagai konsultan perencana tidak boleh menjadi penyedia barang/jasa pemborongan untuk pekerjaan fisik yang direncanakan;

b. Penyedia barang/jasa yang telah ditunjuk sebagai konsultan pengawas tidak boleh menjadi penyedia/barang jasa pemborongan untuk pekerjaan fisik yang diawasi;

Ayat (5) Cukup jelas

30

Page 34: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

BATANG TUBUH – Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

PASAL PENJELASAN

oleh panitia/pejabat pengadaan.

Bagian Ketiga Jadual Pelaksanaan Pemilihan Penyedia Barang/Jasa

Pasal 12

Pejabat Pembuat Komitmen wajib mengalokasikan waktu yang cukup untuk penayangan pengumuman, kesempatan untuk pengambilan dokumen, kesempatan untuk mempelajari dokumen, dan penyiapan dokumen penawaran.

Cukup jelas

Bagian Keempat Penyusunan Harga Perkiraan Sendiri

Pasal 13

(1) Pejabat Pembuat Komitmen wajib memiliki harga perkiraan sendiri (HPS) yang dikalkulasikan secara keahlian dan berdasarkan data yang dapat dipertangungjawabkan.

(2) HPS disusun oleh Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit

Layanan Pengadaan (Procurement Unit) dan ditetapkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen.

(3) HPS digunakan sebagai alat untuk menilai kewajaran

harga penawaran termasuk rinciannya dan untuk menetapkan besaran tambahan nilai jaminan pelaksanaan bagi penawaran yang dinilai terlalu rendah, tetapi tidak dapat dijadikan dasar untuk menggugurkan penawaran.

(4) Nilai total HPS terbuka dan tidak bersifat rahasia.

Ayat (1) Data yang digunakan sebagai dasar

penyusunan HPS antara lain: a. Harga pasar setempat menjelang

dilaksanakannya pengadaan; b. Informasi biaya satuan yang

dipublikasikan secara resmi oleh Badan Pusat Statistik (BPS), asosiasi terkait dan sumber data lain yang dapat dipertanggungjawabkan;

c. Daftar biaya/tarif barang/jasa yang

dikeluarkan oleh agen tunggal/ pabrikan; d. Biaya kontrak sebelumnya yang sedang

berjalan dengan mempertimbangkan faktor perubahan biaya, apabila terjadi perubahan biaya;

e. Daftar biaya standar yang dikeluarkan

oleh instansi yang berwenang. Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Nilai total HPS diumumkan sejak rapat

penjelasan lelang/aanwijzing, rincian HPS tidak boleh dibuka dan bersifat rahasia.

31

Page 35: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

BATANG TUBUH – Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

PASAL PENJELASAN

(5) HPS merupakan salah satu acuan dalam menentukan tambahan nilai jaminan.

Ayat (5) Cukup jelas

Bagian Kelima Prakualifikasi dan Pascakualifikasi

Paragraf Pertama Prinsip-Prinsip Prakualifikasi dan Pascakualifikasi

Pasal 14

(1) Prakualifikasi adalah proses penilaian kompetensi dan kemampuan usaha serta pemenuhan persyaratan tertentu lainnya dari penyedia barang/jasa sebelum memasukkan penawaran.

(2) Pascakualifikasi adalah proses penilaian kompetensi

dan kemampuan usaha serta pemenuhan persyaratan tertentu lainnya dari penyedia barang/jasa setelah memasukkan penawaran.

(3) Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan

Pengadaan (Procurement Unit) wajib melakukan pascakualifikasi untuk pelelangan umum pengadaan barang / jasa pemborongan / jasa lainnya secara adil, transparan, dan mendorong terjadinya persaingan yang sehat dengan mengikutsertakan sebanyak-banyaknya penyedia barang/jasa.

(4) Prakualifikasi wajib dilaksanakan untuk pengadaan

jasa konsultansi dan pengadaan barang/jasa pemborongan/jasa lainnya yang menggunakan metoda penunjukan langsung untuk pekerjaan kompleks, pelelangan terbatas dan pemilihan langsung.

(5) Panitia/pejabat pengadaan dapat melakukan

prakualifikasi untuk pelelangan umum pengadaan barang / jasa pemborongan / jasa lainnya yang bersifat kompleks.

(6) Dalam proses prakualifikasi/pascakualifikasi

panitia/pejabat pengadaan dilarang menambah persyaratan prakualifikasi/pascakualifikasi di luar yang telah ditetapkan dalam ketentuan Keputusan Presiden ini atau ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi;

(7) Persyaratan prakualifikasi/pascakualifikasi yang

ditetapkan harus merupakan persyaratan minimal yang dibutuhkan untuk pelaksanaan kegiatan agar terwujud

persaingan yang sehat secara luas. (8) Pejabat Pembuat Komitmen wajib menyederhanakan

proses prakualifikasi dengan tidak meminta seluruh dokumen

yang disyaratkan melainkan cukup dengan formulir isian kualifikasi penyedia barang/jasa.

Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Cukup jelas Ayat (5) Cukup jelas Ayat (6) Cukup jelas Ayat (7) Cukup jelas Ayat (8) Cukup jelas

32

Page 36: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

BATANG TUBUH – Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

PASAL PENJELASAN

(9) Penyedia barang/jasa wajib menandatangani surat pernyataan di atas meterai bahwa semua informasi yang disampaikan dalam formulir isian kualifikasi adalah benar, dan apabila diketemukan penipuan/pemalsuan atas informasi yang disampaikan, terhadap yang bersangkutan dikenakan sanksi pembatalan sebagai calon pemenang, dimasukkan dalam daftar hitam sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun, dan tidak boleh mengikuti pengadaan untuk 2 (dua) tahun berikutnya, serta diancam dituntut secara perdata dan pidana.

(10) Dalam proses prakualifikasi/pascakualifikasi

panitia/pejabat pengadaan tidak boleh melarang, menghambat, dan membatasi keikutsertaan calon peserta pengadaan barang/jasa dari luar propinsi/kabupaten/kota lokasi pengadaan barang/jasa.

(11) Departemen / Kementerian / Lembaga / TNI / Polri /

Pemerintah / Daerah / BI / BHMN / BUMN / BUMD dilarang melakukan prakualifikasi massal yang berlaku untuk pengadaan dalam kurun waktu tertentu.

(12) Pada setiap tahapan proses pemilihan penyedia

barang/jasa, Pejabat Pembuat Komitmen / panitia/pejabat pengadaan dilarang membebani atau memungut biaya apapun kepada penyedia barang/jasa, kecuali biaya penggandaan dokumen pengadaan.

Ayat (9) Cukup jelas Ayat (10) Cukup jelas Ayat (11) Yang dimaksud dengan prakualifikasi

massal untuk pengadaan barang/jasa kurun waktu tertentu adalah pelaksanaan prakualifikasi yang dilakukan secara sekaligus kepada seluruh calon penyedia barang/jasa yang mendaftar dengan menerbitkan tanda daftar lulus prakualifikasi/sejenis yang berlaku pada kurun waktu tertentu, misalnya 1 (satu) tahun anggaran dan hanya berlaku untuk Departemen / Kementerian / Lembaga / TNI / Polri / Pemerintah Daerah / BI / BHMN/ BUMN / BUMD yang menerbitkan.

Ayat (12) Semua pungutan yang dilakukan oleh

Pejabat Pembuat Komitmen / Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) harus disetorkan ke Kas Negara.

Paragraf Kedua Proses Prakualifikasi dan Pascakualifikasi

Pasal 15

(1) Proses prakualifikasi secara umum meliputi pengumuman prakualifikasi, pengambilan dokumen

prakualifikasi, pemasukan dokumen prakualifikasi, evaluasi dokumen prakualifikasi, penetapan calon peserta pengadaan yang lulus prakualifikasi, dan pengumuman hasil prakualifikasi.

(2) Proses pascakualifikasi secara umum meliputi

pemasukan dokumen kualifikasi bersamaan dengan dokumen penawaran dan terhadap peserta yang diusulkan untuk menjadi pemenang serta cadangan pemenang dievaluasi dokumen kualifikasinya.

Cukup jelas

33

Page 37: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

BATANG TUBUH – Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

PASAL PENJELASAN

Bagian Keenam Prinsip Penetapan Sistem Pengadaan

Pasal 16

(1) Untuk menentukan sistem pengadaan yang meliputi metoda pemilihan penyedia barang/jasa, metoda penyampaian dokumen penawaran, metoda evaluasi penawaran, dan jenis kontrak, perlu mempertimbangkan jenis, sifat, dan nilai barang/jasa serta kondisi lokasi, kepentingan masyarakat, dan jumlah penyedia barang/jasa yang ada.

(2) Dalam menyusun rencana dan penentuan paket

pengadaan, Pejabat Pembuat Komitmen bersama dengan panitia, wajib memaksimalkan penggunaan produksi dalam negeri dan perluasan kesempatan bagi usaha kecil, koperasi kecil, dan masyarakat.

(3) Dalam menetapkan sistem pengadaan, Pejabat

Pembuat Komitmen: a. wajib menyediakan sebanyak-banyaknya paket

pengadaan untuk usaha kecil termasuk koperasi kecil tanpa mengabaikan prinsip efisiensi, persaingan sehat, kesatuan sistem, kualitas, dan kemampuan teknis usaha kecil;

b. dilarang menyatukan atau memusatkan beberapa

kegiatan yang tersebar di beberapa daerah yang menurut sifat pekerjaan dan tingkat efisiensinya seharusnya dilakukan di daerah masing-masing;

c. dilarang menyatukan beberapa paket pekerjaan yang

menurut sifat pekerjaan dan besaran nilainya seharusnya dilakukan oleh usaha kecil termasuk koperasi kecil;

d. dilarang menetapkan kriteria dan persyaratan

pengadaan yang diskriminatif dan tidak obyektif.

Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Huruf a Cukup jelas Huruf b Cukup jelas Huruf c Cukup jelas Huruf d Yang dimaksud dengan kriteria dan

persyaratan yang diskriminatif dan tidak obyektif, antara lain:

1. Persyaratan-persyaratan yang

menghalangi terwujudnya persaingan sehat, misalnya: persyaratan menjadi anggota asosiasi tertentu, penggunaan metode pemilihan penyedia dengan cara undian, mengharuskan pelaksanaan pengadaan barang/jasa kepada BUMD setempat, dan sebagainya;

2. Persyaratan-persyaratan yang

menghalangi keikutsertaaan penyedia

34

Page 38: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

BATANG TUBUH – Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

PASAL PENJELASAN

barang/jasa dari daerah lain, misalnya: kewajiban mempunyai rekening di bank daerah setempat, kewajiban membuka kantor perwakilan/cabang sebelum ditunjuk sebagai penyedia barang/jasa, kewajiban mempunyai surat ijin tempat usaha (SITU) daerah setempat.

Bagian Ketujuh Sistem Pengadaan Barang / Jasa Pemborongan / Jasa Lainnya

Paragraf Pertama Metode Pemilihan Penyedia Barang / Jasa Pemborongan / Jasa Lainnya

Pasal 17

(1) Dalam pemilihan penyedia barang/jasa pemborongan/jasa lainnya, pada prinsipnya dilakukan melalui metoda pelelangan umum.

(2) Pelelangan umum adalah metoda pemilihan penyedia

barang/jasa yang dilakukan secara terbuka dengan pengumuman secara luas sekurang-kurangnya di satu surat kabar nasional dan/atau satu surat kabar provinsi30

(3) Dalam hal jumlah penyedia barang/jasa yang mampu

melaksanakan diyakini terbatas dan untuk pekerjaan yang kompleks, maka pemilihan penyedia barang/jasa dapat dilakukan dengan metoda pelelangan terbatas dan diumumkan secara luas sekurang-kurangnya di satu surat kabar nasional dan/atau satu surat kabar provinsi dengan mencantumkan penyedia barang/jasa yang mampu31 , guna memberi kesempatan kepada penyedia barang/jasa lainnya yang memenuhi kualifikasi.

(4) Dalam hal metode pelelangan umum atau pelelangan

terbatas dinilai tidak efisien dari segi biaya pelelangan, maka pemilihan penyedia barang/jasa dapat dilakukan dengan metoda pemilihan langsung, yaitu pemilihan penyedia barang/jasa yang dilakukan dengan membandingkan sebanyak-banyaknya penawaran, sekurang-kurangnya 3 (tiga) penawaran dari penyedia barang/jasa yang telah lulus prakualifikasi serta dilakukan negosiasi baik teknis maupun biaya serta

Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Pengumuman pemilihan penyedia

barang/jasa harus dapat memberikan informasi secara luas kepada masyarakat dunia usaha baik pengusaha daerah setempat maupun pengusaha daerah lainnya.

Pengumuman pemilihan penyedia barang/jasa tersebut, selain dilakukan melalui surat kabar sebagaimana dimaksud pada ayat ini, diupayakan pula melalui Website pengadaan nasional.32

Ayat (3) Pengumuman pemilihan penyedia

barang/jasa dengan metode pelelangan terbatas, selain diumumkan secara luas melalui surat kabar sebagaimana dimaksud pada ayat ini, diupayakan pula melalui website pengadaan.33

Ayat (4) Cukup jelas

30 Disesuaikan terakhir kali dalam Perpres 8 Tahun 2006 (Perubahan Keempat) Pasal I angka (7). 31 Lihat catatan kaki 30. 32 Disesuaikan terakhir kali dalam Perpres 8 Tahun 2006 (Perubahan Keempat) Penjelasan Pasal I angka (7). 33 Lihat catatan kaki 32.

35

Page 39: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

BATANG TUBUH – Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

PASAL PENJELASAN

harus diumumkan minimal melalui papan pengumuman resmi untuk penerangan umum dan bila memungkinkan melalui internet.

(5) Dalam keadaan tertentu dan keadaan khusus,

pemilihan penyedia barang/jasa dapat dilakukan dengan cara penunjukan langsung terhadap 1 (satu) penyedia barang/jasa dengan cara melakukan negosiasi baik teknis maupun biaya sehingga diperoleh harga yang wajar dan secara teknis dapat dipertanggungjawabkan.

Ayat (5) Yang dimaksud dalam keadaan tertentu

adalah:34 a. penanganan darurat untuk pertahanan

negara, keamanan dan keselamatan masyarakat yang pelaksanaan pekerjaannya tidak dapat ditunda atau harus dilakukan segera, termasuk penanganan darurat akibat bencana alam serta tindakan darurat untuk pencegahan bencana dan/atau kerusakan infrastruktur yang apabila tidak segera dilaksanakan dipastikan dapat membahayakan keselamatan masyarakat.

Pekerjaan sebagai kelanjutan dari tindakan darurat di atas, untuk selanjutnya dilakukan sesuai dengan tata cara pengadaan barang/jasa sebagaimana diatur di dalam Peraturan Presiden ini; dan/atau35

b. pekerjaan yang perlu dirahasiakan yang

menyangkut pertahanan dan keamanan negara yang ditetapkan oleh Presiden; dan/atau36

c. pekerjaan yang berskala kecil dengan

nilai maksimum Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah), dengan ketentuan:

1) untuk keperluan sendiri; dan/atau 2) teknologi sederhana; dan/atau 3) risiko kecil; dan/atau 4) dilaksanakan oleh penyedia

barang/jasa usaha orang-

34 Ditambahkan dalam Perpres 32 Tahun 2005 (Perubahan Kedua) Pasal I angka (1). 35 Lihat catatan kaki 34. 36 Lihat catatan kaki 34. 37 Lihat catatan kaki 34. 38 Ditambahkan dalam Perpres 70 Tahun 2005 (Perubahan Ketiga) Pasal I angka (1). 39 Penomoran baru Huruf e. ditambahkan dalam Perpres 70 Tahun 2005 (Perubahan Ketiga) Pasal I angka (1). 40 Paragraf dalam Huruf e. ditambahkan dalam Perpres 32 Tahun 2005 (Perubahan Kedua) Pasal I angka (1). 41 Tenggat waktu 31 Desember 2006 yang diatur dalam Perpres 79 Tahun 2006 (Perubahan Kelima) Pasal I angka (1) merupakan penyesuaian dari sebelumnya tanggal 1 Juli 2006 dalam Perpres 70 Tahun 2005 (Perubahan Ketiga) Pasal I angka (4). 42 Ditambahkan dalam Perpres 70 Tahun 2005 (Perubahan Ketiga) Pasal I angka (1). 43 Huruf g. ditambahkan dalam Perpres 85 Tahun 2006 (Perubahan Keenam) Pasal I angka (1). 44 Sub-huruf e ditambahkan dalam Perpres 95 Tahun 2007 (Perubahan Ketujuh) Pasal I angka (1).

36

Page 40: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

BATANG TUBUH – Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

PASAL PENJELASAN

perseorangan dan/atau badan usaha kecil termasuk koperasi kecil; dan/atau37

d. pekerjaan yang hanya dapat dilakukan

oleh pemegang hak paten atau pihak yang telah mendapat ijin; dan/atau38

e. 39 pekerjaan pengadaan barang dan

pendistribusian logistik pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang penanganannya memerlukan pelaksanaan secara cepat dalam rangka penyelenggaraan pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang diselenggarakan sampai dengan bulan Juli 2005 berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Pekerjaan tersebut meliputi pengadaan dan pendistribusian surat suara, kartu pemilih beserta perlengkapan lainnya untuk pelaksanaan pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah; dan/atau40

f. pekerjaan pengadaan barang/jasa yang

penanganannya memerlukan pelaksanaan secara cepat dalam rangka rehabilitasi dan rekonstruksi di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara yang dilaksanakan oleh Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah dan Kehidupan Masyarakat Provinsi NAD dan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara.

Pekerjaan tersebut meliputi: 1) pekerjaan pengadaan perumahan,

yang waktu pelaksanaan pengadaannya dilakukan sebelum 31 Desember 200641 ;

2) pekerjaan yang dilakukan dalam

rangka meneruskan pekerjaan pengadaan perumahan yang tidak dilaksanakan oleh pemberi hibah sesuai dengan tenggat waktu yang telah ditetapkan oleh Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi, yang penyelesaian pekerjaannya perlu dilaksanakan secara cepat paling lama 1 (satu) tahun setelah pemberi hibah tidak mampu melaksanakan kewajibannya; dan/atau42

43g. pekerjaan pengadaan barang dan

pendistribusian logistik pemilihan Kepala

37

Page 41: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

BATANG TUBUH – Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

PASAL PENJELASAN

Daerah dan Wakil Kepala Daerah di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang penanganannya memerlukan pelaksanaan secara cepat dalam rangka penyelenggaraan pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi dan kabupaten/kota yang diselenggarakan sampai dengan bulan Desember 2006 berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Pekerjaan tersebut meliputi pengadaan Kartu Tanda Penduduk, pengadaan dan pendistribusian surat suara, kartu pemilih beserta perlengkapan lainnya untuk pelaksanaan pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

Yang dimaksud dalam keadaan khusus adalah:

a. pekerjaan berdasarkan tarif resmi

yang ditetapkan pemerintah; atau b. pekerjaan/barang spesifik yang hanya

dapat dilaksanakan oleh satu penyedia barang/jasa, pabrikan, pemegang hak paten; atau

c. merupakan hasil produksi usaha kecil

atau koperasi kecil atau pengrajin industri kecil yang telah mempunyai pasar dan harga yang relatif stabil; atau

d. pekerjaan yang kompleks yang hanya

dapat dilaksanakan dengan penggunaan teknologi khusus dan/atau hanya ada satu penyedia barang/jasa yang mampu mengaplikasikannya; atau

44 e.pekerjaan pengadaan dan distribusi

bahan obat, obat dan alat kesehatan dalam rangka menjamin ketersediaan obat untuk pelaksanaan peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang jenis, jumlah dan harganya telah ditetapkan oleh Menteri yang bertanggung jawab di bidang kesehatan.

Paragraf Kedua Metode Penyampaian Dokumen Penawaran

pada Pemilihan Penyedia Barang / Jasa Pemborongan / Jasa Lainnya

Pasal 18

(1) Dalam pemilihan penyedia barang / jasa pemborongan / jasa lainnya dapat dipilih salah 1 (satu) dari 3 (tiga) metoda penyampaian dokumen penawaran

Cukup jelas

38

Page 42: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

BATANG TUBUH – Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

PASAL PENJELASAN

berdasarkan jenis barang/jasa yang akan diadakan dan metoda penyampaian dokumen penawaran tersebut harus dicantumkan dalam dokumen lelang yang meliputi:

a. metoda satu sampul; b. metoda dua sampul; c. metoda dua tahap. (2) Metoda satu sampul yaitu penyampaian dokumen

penawaran yang terdiri dari persyaratan administrasi, teknis, dan penawaran harga yang dimasukan ke dalam 1 (satu) sampul tertutup kepada panitia/pejabat pengadaan.

(3) Metoda dua sampul yaitu penyampaian dokumen

penawaran yang persyaratan administrasi dan teknis dimasukkan dalam sampul tertutup I, sedangkan harga penawaran dimasukkan dalam sampul tertutup II, selanjutnya sampul I dan sampul II dimasukkan ke dalam 1 (satu) sampul (sampul penutup) dan disampaikan kepada panitia/pejabat pengadaan.

(4) Metoda dua tahap yaitu penyampaian dokumen

penawaran yang persyaratan administrasi dan teknis dimasukkan dalam sampul tertutup I, sedangkan harga penawaran dimasukkan dalam sampul tertutup II, yang penyampaiannya dilakukan dalam 2 (dua) tahap secara terpisah dan dalam waktu yang berbeda.

Paragraf Ketiga Evaluasi Penawaran

Pada Pemilihan Penyedia Barang / Jasa Pemborongan / Jasa Lainnya

Pasal 19

(1) Dalam pemilihan penyedia barang/jasa pemborongan/jasa lainnya dapat dipilih salah 1 (satu) dari 3 (tiga) metoda evaluasi penawaran berdasarkan jenis barang/jasa yang akan diadakan, dan metoda evaluasi penawaran tersebut harus dicantumkan dalam dokumen lelang, yang meliputi:

a. sistem gugur; b. sistem nilai; c. sistem penilaian biaya selama umur ekonomis. (2) Sistem gugur adalah evaluasi penilaian penawaran

dengan cara memeriksa dan membandingkan dokumen penawaran terhadap pemenuhan persyaratan yang telah ditetapkan dalam dokumen pemilihan penyedia barang/jasa dengan urutan proses evaluasi dimulai dari penilaian persyaratan administrasi, persyaratan teknis dan kewajaran harga, terhadap penyedia barang/jasa

Cukup jelas

39

Page 43: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

BATANG TUBUH – Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

PASAL PENJELASAN

yang tidak lulus penilaian pada setiap tahapan dinyatakan gugur.

(3) Sistem nilai adalah evaluasi penilaian penawaran

dengan cara memberikan nilai angka tertentu pada setiap unsur yang dinilai berdasarkan kriteria dan nilai yang telah ditetapkan dalam dokumen pemilihan penyedia barang/jasa, kemudian membandingkan jumlah nilai dari setiap penawaran peserta dengan penawaran peserta lainnya.

(4) Sistem penilaian biaya selama umur ekonomis adalah

evaluasi penilaian penawaran dengan cara memberikan nilai pada unsur-unsur teknis dan harga yang dinilai menurut umur ekonomis barang yang ditawarkan berdasarkan kriteria dan nilai yang ditetapkan dalam dokumen pemilihan penyedia barang/jasa, kemudian nilai unsur-unsur tersebut dikonversikan ke dalam satuan mata uang tertentu, dan dibandingkan dengan jumlah nilai dari setiap penawaran peserta dengan penawaran peserta lainnya.

(5) Dalam mengevaluasi dokumen penawaran,

panitia/pejabat pemilihan penyedia barang/jasa tidak diperkenankan mengubah, menambah, dan mengurangi kriteria dan tatacara evaluasi tersebut dengan alasan apapun dan atau melakukan tindakan lain yang bersifat post bidding.

Paragraf Keempat Prosedur Pemilihan Penyedia Barang / Jasa Pemborongan / Jasa Lainnya

Pasal 20

(1) Prosedur pemilihan penyedia barang / jasa pemborongan / jasa lainnya dengan metoda pelelangan umum meliputi:

a. dengan prakualifikasi: 1) pengumuman prakualifikasi; 2) pengambilan dokumen prakualifikasi; 3) pemasukan dokumen prakualifikasi; 4) evaluasi dokumen prakualifikasi; 5) penetapan hasil prakualifikasi; 6) pengumuman hasil prakualifikasi; 7) masa sanggah prakualifikasi; 8) undangan kepada peserta yang lulus

prakualifikasi; 9) pengambilan dokumen lelang umum; 10) penjelasan; 11) penyusunan berita acara penjelasan dokumen

lelang dan perubahannya; 12) pemasukan penawaran; 13) pembukaan penawaran; 14) evaluasi penawaran; 15) penetapan pemenang; 16) pengumuman pemenang; 17) masa sanggah;

Cukup jelas

40

Page 44: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

BATANG TUBUH – Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

PASAL PENJELASAN

18) penunjukan pemenang; 19) penandatanganan kontrak. b. dengan pasca kualifikasi: 1) pengumuman pelelangan umum; 2) pendaftaran untuk mengikuti pelelangan; 3) pengambilan dokumen lelang umum; 4) penjelasan; 5) penyusunan berita acara penjelasan dokumen

lelang dan perubahannya; 6) pemasukan penawaran; 7) pembukaan penawaran; 8) evaluasi penawaran termasuk evaluasi

kualifikasi; 9) penetapan pemenang; 10) pengumuman pemenang; 11) masa sanggah; 12) penunjukan pemenang; 13) penandatanganan kontrak. (2) Prosedur pemilihan penyedia barang / jasa

pemborongan / jasa lainnya dengan metoda pelelangan terbatas meliputi:

a. pemberitahuan dan konfirmasi kepada peserta

terpilih; b. pengumuman pelelangan terbatas; c. pengambilan dokumen prakualifikasi; d. pemasukan dokumen prakualifikasi; e. evaluasi dokumen prakualifikasi; f. penetapan hasil prakualifikasi; g. pemberitahuan hasil prakualifikasi; h. masa sanggah prakualifikasi; i. undangan kepada peserta yang lulus prakualifikasi; j. penjelasan; k. penyusunan berita acara penjelasan dokumen lelang

dan perubahannya; l. pemasukan penawaran; m.pembukaan penawaran; n. evaluasi penawaran; o. penetapan pemenang; p. pengumuman pemenang; q. masa sanggah; r. penunjukan pemenang; s. penandatanganan kontrak. (3) Prosedur pemilihan penyedia barang / jasa

pemborongan / jasa lainnya dengan metoda pemilihan langsung meliputi:

a. pengumuman pemilihan langsung; b. pengambilan dokumen prakualifikasi; c. pemasukan dokumen prakualifikasi d. evaluasi dokumen prakualifikasi; e. penetapan hasil prakualifikasi; f. pemberitahuan hasil prakualifikasi; g. masa sanggah prakualifikasi; h. undangan pengambilan dokumen pemilihan

41

Page 45: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

BATANG TUBUH – Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

PASAL PENJELASAN

langsung; i. penjelasan; j. penyusunan berita acara penjelasan dokumen lelang

dan perubahannya; k. pemasukan penawaran; l. pembukaan penawaran; m.evaluasi penawaran; n. penetapan pemenang; o. pemberitahuan penetapan pemenang; p. masa sanggah; q. penunjukan pemenang; r. penandatanganan kontrak. (4) Tata cara pemilihan penyedia barang / jasa

pemborongan / jasa lainnya dengan metoda penunjukan langsung meliputi:

a. undangan kepada peserta terpilih; b. pengambilan dokumen prakualifikasi dan dokumen

penunjukan langsung; c. pemasukan dokumen prakualifikasi, penilaian

kualifikasi, penjelasan, dan pembuatan berita acara penjelasan;

d. pemasukan penawaran; e. evaluasi penawaran; f. negosiasi baik teknis maupun biaya; g. penetapan/penunjukan penyedia barang/jasa; h. penandatanganan kontrak.

Pasal 20A45

Pengumuman pengadaan barang / jasa pemborongan / jasa lainnya dengan metode pelelangan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) dan metode pelelangan terbatas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (2) wajib dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: a. untuk pengadaan dengan metode pelelangan umum

yang bernilai sampai dengan Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) diumumkan sekurang- kurangnya di:

1) satu surat kabar provinsi di lokasi kegiatan

bersangkutan; 2) satu surat kabar nasional, dalam hal jumlah

penyedia barang/jasa yang mampu melaksaanakan kegiatan tersebut yang berdomisili di provinsi setempat kurang dari 3 (tiga) penyedia barang/jasa.

b. untuk pengadaan dengan metode pelelangan

umum/terbatas yang bernilai di atas Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) diumumkan sekurang-kurangnya di satu surat

Pengumuman pengadaan barang / jasa pemborongan / jasa lainnya dengan metode pelelangan umum / terbatas yang bernilai di atas Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah), selain dilakukan di surat kabar nasional/provinsi, diupayakan pula diumumkan di website pengadaan nasional.

45 Ditambahkan dalam Perpres 8 Tahun 2006 (Perubahan Keempat) Pasal I angka (8).

42

Page 46: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

BATANG TUBUH – Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

PASAL PENJELASAN

kabar nasional dan satu surat kabar provinsi di lokasi kegiatan bersangkutan.

Bagian Kedelapan Sistem Pengadaan Jasa Konsultansi

Paragraf Pertama Persiapan Pelaksanaan Pemilihan Jasa Konsultansi

Pasal 21

(1) Pejabat Pembuat Komitmen menyusun Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan menunjuk Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit).

(2) Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan

Pengadaan (Procurement Unit) menyusun harga perkiraan sendiri (HPS) dan dokumen pemilihan penyedia jasa konsultansi meliputi KAK, syarat administrasi, syarat teknis, syarat keuangan, metoda pemilihan penyedia jasa konsultansi, metoda penyampaian dokumen penawaran, metoda evaluasi penawaran, dan jenis kontrak yang akan digunakan.

Cukup jelas

Paragraf Kedua Metoda Pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi

Pasal 22

(1) Pemilihan penyedia jasa konsultansi pada prinsipnya harus dilakukan melalui seleksi umum, dan dalam keadaan tertentu pemilihan penyedia jasa konsultansi dapat dilakukan melalui seleksi terbatas, seleksi langsung atau penunjukan langsung.

(2) Seleksi umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

merupakan metode pemilihan penyedia jasa konsultansi yang daftar pendek pesertanya dipilih melalui proses prakualifikasi yang diumumkan secara luas sekurang-kurangnya di satu surat kabar nasional dan/atau satu surat kabar provinsi. 46

(3) Seleksi terbatas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

merupakan metode pemilihan penyedia jasa konsultansi untuk pekerjaan yang kompleks dan diyakini jumlah penyedia jasa yang mampu melaksanakan pekerjaan tersebut jumlahnya terbatas, dan diumumkan secara luas sekurang-kurangnya di satu surat kabar nasional dan/atau satu surat kabar provinsi dengan mencantumkan penyedia jasa yang

Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Pengumuman pemilihan penyedia jasa

konsultansi harus dapat memberikan informasi kepada masyarakat luas, ter utama penyedia jasa konsultansi baik dari daerah setempat maupun dari daerah lainnya.

Pengumuman pemilihan penyedia jasa konsultansi tersebut, selain diumumkan di surat kabar nasional/provinsi, diupayakan pula untuk diumumkan di website pengadaan nasional. 48

Ayat (3) Cukup jelas

46 Disesuaikan terakhir kali dalam Perpres 8 Tahun 2006 (Perubahan Keempat) Pasal I angka (9).

43

Page 47: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

BATANG TUBUH – Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

PASAL PENJELASAN

mampu guna memberi kesempatan kepada penyedia jasa lainnya yang memenuhi kualifikasi. 47

(4) Dalam hal metode seleksi umum atau seleksi terbatas

dinilai tidak efisien dari segi biaya seleksi, maka pemilihan penyedia jasa konsultansi dapat dilakukan dengan seleksi langsung, yaitu metode pemilihan penyedia jasa konsultansi yang daftar pendek pesertanya ditentukan melalui proses prakualifikasi terhadap penyedia jasa konsultansi yang dipilih langsung dan diumumkan sekurang-kurangnya di papan pengumuman resmi untuk penerangan umum dan diupayakan diumumkan di website pengadaan nasional.

(5) Dalam keadaan tertentu dan keadaan khusus,

pemilihan penyedia jasa konsultansi dapat dilakukan dengan menunjuk satu penyedia jasa konsultansi yang memenuhi kualifikasi dan dilakukan negosiasi baik dari segi teknis maupun biaya sehingga diperoleh biaya yang wajar dan secara teknis dapat dipertanggungjawabkan.

Ayat (4) Cukup jelas 49 Ayat (5) Yang dimaksud dalam keadaan tertentu dan

keadaan khusus dalam ayat ini adalah: a. penanganan darurat untuk pertanahan

negara, keamanan dan keselamatan masyarakat yang pelaksanaan pekerjaannya tidak dapat ditunda/harus dilakukan segera; dan/atau

b. penyedia jasa tunggal; dan/atau c. pekerjaan yang perlu dirahasiakan yang

menyangkut pertahanan dan keamanan negara yang ditetapkan oleh Presiden; dan/atau

d. pekerjaan yang berskala kecil dengan

ketentuan: untuk keperluan sendiri, mempunyai risiko kecil, menggunakan teknologi sederhana, dilaksanakan oleh penyedia jasa usaha orang perseorangan dan badan usaha kecil, dan/atau bernilai sampai dengan Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah); dan/atau

e. pekerjaan yang hanya dapat dilakukan

oleh pemegang hak paten atau pihak yang telah mendapat izin; dan/atau

f. pekerjaan yang memerlukan penyelesaian

secara cepat dalam rangka pengembalian kekayaan negara yang penanganannya dilakukan secara khusus berdasarkan peraturan perundang-undangan.

47 Lihat catatan kaki 45. 48 Disesuaikan terakhir kali dalam Perpres 8 Tahun 2006 (Perubahan Keempat) Penjelasan Pasal I angka (9). 49 Huruf a – f ditambahkan dalam Keppres 61 Tahun 2004 (Perubahan Pertama) Pasal I angka (1). 50 Huruf g. ditambahkan dalam Perpres 70 Tahun 2005 (Perubahan Ketiga) Pasal I angka (5). 51 Tenggat waktu 31 Desember 2006 yang diatur dalam Perpres 79 Tahun 2006 (Perubahan Kelima) Pasal I angka (2) merupakan penyesuaian dari sebelumnya tanggal 1 Juli 2006 dalam Perpres 70 Tahun 2005 (Perubahan Ketiga) Pasal I angka (5).

44

Page 48: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

BATANG TUBUH – Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

PASAL PENJELASAN

Pekerjaan sebagaimana dimaksud pada huruf f adalah pekerjaan yang dilakukan untuk menyelesaikan pekerjaan yang diserahkan kepada Pemerintah oleh badan khusus yang dibentuk dalam rangka penyehatan perbankan sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, termasuk penilaian pertanggungjawaban badan khusus dimaksud; dan/atau

50g. pekerjaan yang memerlukan

penyelesaian secara cepat dalam rangka rehabilitasi dan rekonstruksi di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara yang dilaksanakan oleh Badan Rehabilitas dan Rekonstruksi Wilayah dan Kehidupan Masyarakat Provinsi NAD dan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara.

Pekerjaan sebagaimana dimaksud pada huruf g adalah pekerjaan desain dan perencanaan, yang waktu pelaksanaan pengadaannya dilakukan sebelum 31 Desember 200651 .

Paragraf Ketiga Metoda Penyampaian Dokumen Penawaran Pada Pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi

Pasal 23

(1) Dalam pemilihan penyedia jasa konsultansi dapat dipilih salah 1 (satu) dari 3 (tiga) metoda penyampaian dokumen penawaran berdasarkan jenis jasa konsultansi yang akan diadakan dan harus dicantumkan dalam dokumen seleksi.

(2) Metoda penyampaian dokumen penawaran jasa

konsultansi meliputi: a. metoda satu sampul; b. metoda dua sampul; c. metoda dua tahap.

Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Huruf a Metoda 1 (satu) sampul hanya untuk

pengadaan jasa konsultansi dengan metoda evaluasi penunjukan langsung.

Huruf b Metoda 2 (dua) sampul untuk pengadaan

jasa konsultansi dengan metoda evaluasi selain penunjukan langsung.

Huruf c Metoda 2 (dua) tahap hanya digunakan

untuk pengadaan jasa konsultansi yang

45

Page 49: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

BATANG TUBUH – Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

PASAL PENJELASAN

bersifat kompleks dan biayanya relatif besar yang menggunakan metoda evaluasi kualitas.

Paragraf Keempat

Metoda Evaluasi Penawaran Untuk Pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi

Pasal 24

(1) Dalam pemilihan penyedia jasa konsultansi dapat dipilih salah 1 (satu) dari 5 (lima) metoda evaluasi penawaran berdasarkan jenis jasa konsultansi yang akan diadakan dan harus dicantumkan dalam dokumen seleksi, yaitu:

a. metoda evaluasi kualitas; b. metoda evaluasi kualitas dan biaya; c. metoda evaluasi pagu anggaran; d. metoda evaluasi biaya terendah; e. metoda evaluasi penunjukan langsung. (2) Metoda evaluasi kualitas adalah evaluasi penawaran

jasa konsultansi berdasarkan kualitas penawaran teknis terbaik, dilanjutkan dengan klarifikasi dan negosiasi teknis serta biaya.

(3) Metoda evaluasi kualitas dan biaya adalah evaluasi

pengadaan jasa konsultansi berdasarkan nilai kombinasi terbaik penawaran teknis dan biaya terkoreksi dilanjutkan dengan klarifikasi dan negosiasi teknis serta biaya.

(4) Metoda evaluasi pagu anggaran adalah evaluasi

pengadaan jasa konsultansi berdasarkan kualitas penawaran teknis terbaik dari peserta yang penawaran biaya terkoreksinya lebih kecil atau sama dengan pagu anggaran, dilanjutkan dengan klarifikasi dan negosiasi teknis serta biaya.

(5) Metoda evaluasi biaya terendah adalah evaluasi

pengadaan jasa konsultansi berdasarkan penawaran biaya terkoreksinya terendah dari konsultan yang nilai penawaran teknisnya di atas ambang batas persyaratan teknis yang telah ditentukan, dilanjutkan dengan klarifikasi dan negosiasi teknis serta biaya.

(6) Metoda evaluasi penunjukan langsung adalah evaluasi

terhadap hanya satu penawaran jasa konsultansi berdasarkan kualitas teknis yang dapat dipertanggungjawabkan dan biaya yang wajar setelah dilakukan klarifikasi dan negosiasi teknis dan biaya.

Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Pada prinsipnya harga satuan tidak dapat

dinegosiasikan, kecuali untuk biaya langsung non-personil yang dapat diganti (reimburseable at cost) atau biaya langsung personil yang dinilai tidak wajar.

Ayat (4) Cukup jelas Ayat (5) Cukup jelas Ayat (6) Cukup jelas

46

Page 50: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

BATANG TUBUH – Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

PASAL PENJELASAN

Paragraf Kelima Prosedur Pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi

Pasal 25

(1) Prosedur pemilihan penyedia jasa konsultansi dengan metoda seleksi umum meliputi:

a. metoda evaluasi kualitas, metoda dua sampul: 1) pengumuman prakualifikasi; 2) pengambilan dokumen prakualifikasi; 3) pemasukan dokumen prakualifikasi; 4) evaluasi prakualifikasi; 5) penetapan hasil prakualifikasi; 6) pengumuman hasil prakualifikasi; 7) masa sanggah prakualifikasi; 8) undangan kepada konsultan yang masuk daftar

pendek; 9) pengambilan dokumen seleksi umum; 10) penjelasan; 11) penyusunan berita acara penjelasan dokumen

seleksi dan perubahaannya; 12) pemasukan penawaran; 13) pembukaan penawaran administrasi dan teknis

(sampul I); 14) evaluasi administrasi dan teknis; 15) penetapan peringkat teknis; 16) pemberitahuan/pengumuman peringkat teknis

(pemenang); 17) masa sanggah; 18) pembukaan penawaran harga (sampul II)

peringkat teknis terbaik; 19) klarifikasi dan negosiasi teknis dan biaya; 20) penunjukan pemenang; 21) penandatanganan kontrak. b. metoda evaluasi kualitas, metoda dua tahap: 1) pengumuman prakualifikasi; 2) pengambilan dokumen prakualifikasi; 3) pemasukan dokumen prakualifikasi; 4) evaluasi prakualifikasi; 5) penetapan hasil prakualifikasi; 6) pengumuman hasil prakualifikasi; 7) masa sanggah prakualifikasi; 8) undangan kepada konsultan yang masuk daftar

pendek; 9) pengambilan dokumen seleksi umum; 10) penjelasan; 11) penyusunan berita acara penjelasan dokumen

seleksi dan perubahaannya; 12) tahap I, pemasukan penawaran administrasi dan

teknis; 13) pembukaan penawaran administrasi dan teknis; 14) evaluasi administrasi dan teknis;

Cukup jelas

47

Page 51: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

BATANG TUBUH – Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

PASAL PENJELASAN

15) penetapan peringkat teknis; 16) pemberitahuan/pengumuman peringkat teknis

(pemenang); 17) masa sanggah; 18) tahap II, mengundang peringkat teknis terbaik

(pemenang) untuk memasukkan penawaran biaya;

19) pemasukan penawaran biaya; 20) pembukaan penawaran biaya; 21) klarifikasi dan negosiasi teknis dan biaya; 22) penunjukan pemenang; 23) penandatanganan kontrak. c. metoda evaluasi kualitas dan biaya, metoda dua

sampul: 1) pengumuman prakualifikasi; 2) pengambilan dokumen prakualifikasi; 3) pemasukan dokumen prakualifikasi; 4) evaluasi prakualifikasi; 5) penetapan hasil prakualifikasi; 6) pengumuman hasil prakualifikasi; 7) masa sanggah prakualifikasi; 8) undangan kepada konsultan yang masuk daftar

pendek; 9) pengambilan dokumen seleksi umum; 10) penjelasan; 11) penyusunan berita acara penjelasan dokumen

seleksi dan perubahaannya; 12) pemasukan penawaran; 13) pembukaan penawaran administrasi dan teknis

(sampul I); 14) evaluasi administrasi dan teknis; 15) penetapan peringkat teknis; 16) pemberitahuan/pengumuman peringkat teknis; 17) undangan pembukaan penawaran kepada peserta

yang lulus evaluasi teknis; 18) pembukaan penawaran biaya (sampul II); 19) evaluasi biaya; 20) perhitungan kombinasi teknis dan biaya; 21) penetapan pemenang; 22) pengumuman pemenang; 23) masa sanggah; 24) klarifikasi dan negosiasi teknis serta biaya

dengan pemenang; 25) penunjukan pemenang; 26) penandatanganan kontrak. d. metoda evaluasi pagu anggaran, metoda dua sampul: 1) pengumuman prakualifikasi; 2) pengambilan dokumen prakualifikasi; 3) pemasukan dokumen prakualifikasi; 4) evaluasi prakualifikasi; 5) penetapan hasil prakualifikasi; 6) pengumuman hasil prakualifikasi; 7) masa sanggah prakualifikasi; 8) undangan kepada konsultan yang masuk daftar

pendek; 9) penjelasan;

48

Page 52: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

BATANG TUBUH – Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

PASAL PENJELASAN

10) penyusunan berita acara penjelasan dokumen seleksi dan perubahaannya;

11) pemasukan penawaran; 12) pembukaan penawaran administrasi dan teknis

(sampul I); 13) evaluasi administrasi dan teknis; terhadap yang

penawaran biayanya sama atau di bawah pagu anggaran;

14) penetapan peringkat teknis; 15) pengumuman/pemberitahuan peringkat teknis; 16) masa sanggah; 17) Undangan pembukaan penawaran biaya kepada

peserta yang lulus evaluasi teknis; 18) pembukaan penawaran biaya (sampul II),

koreksi aritmatik, dan penetapan pemenang; 19) klarifikasi dan konfirmasi negosiasi teknis dan

biaya dengan pemenang (peringkat teknis terbaik yang penawaran biayanya sama atau di bawah pagu anggaran);

20) penunjukan pemenang (award); 21) penandatanganan kontrak. e. metoda evaluasi biaya terendah, metoda dua sampul: 1) pengumuman prakualifikasi; 2) pengambilan dokumen prakualifikasi; 3) pemasukan dokumen prakualifikasi; 4) evaluasi prakualifikasi; 5) penetapan hasil prakualifikasi; 6) pengumuman hasil prakualifikasi; 7) masa sanggah prakualifikasi; 8) undangan kepada konsultan yang masuk daftar

pendek; 9) pengambilan dokumen seleksi umum; 10) penjelasan; 11) penyusunan berita acara penjelasan dokumen

seleksi dan perubahaannya; 12) pemasukan penawaran; 13) pembukaan penawaran administrasi dan teknis

(sampul I); 14) evaluasi administrasi dan teknis; 15) pengumuman/pemberitahuan hasil evaluasi

administrasi dan teknis; 16) undangan pembukaan penawaran bagi yang

lulus; 17) pembukaan penawaran biaya (sampul II); 18) evaluasi penawaran biaya; 19) penetapan pemenang; 20) pengumuman pemenang; 21) masa sanggah; 22) klarifikasi dan negosiasi teknis dan biaya

dengan pemenang; 23) penunjukan pemenang; 24) penandatanganan kontrak. (2) Prosedur pemilihan penyedia jasa konsultansi dengan

metoda seleksi terbatas dan seleksi langsung pada prinsipnya sama dengan prosedur pemilihan penyedia jasa konsultansi dengan metoda seleksi umum, hanya

49

Page 53: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

BATANG TUBUH – Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

PASAL PENJELASAN

berbeda pada cara penyusunan daftar pendek. (3) Tata cara pemilihan penyedia jasa konsultansi dengan

metoda penunjukan langsung meliputi: a. undangan kepada konsultan terpilih dilampiri

dokumen prakualifikasi dan dokumen penunjukan langsung;

b. pemasukan dan evaluasi dokumen prakualifikasi serta penjelasan;

c. pemasukan penawaran administrasi, teknis, dan biaya dalam satu sampul;

d. pembukaan dan evaluasi penawaran oleh panitia; e. klarifikasi dan negosiasi teknis dan biaya; f. penetapan/penunjukan penyedia jasa konsultansi; g. penandatanganan kontrak.

Pasal 25A52

(1) Untuk pengadaan jasa konsultansi dengan metode seleksi umum/seleksi terbatas dengan nilai diatas Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) wajib diumumkan sekurangkurangnya di satu surat kabar nasional dan satu surat kabar provinsi di lokasi kegiatan bersangkutan.

(2) Untuk pengadaan jasa konsultansi dengan metode

seleksi umum yang bernilai sampai dengan Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah), wajib diumumkan sekurang-kurangnya di satu surat kabar provinsi di lokasi kegiatan bersangkutan atau sekurang-kurangnya di satu surat kabar nasional dalam hal untuk kegiatan dimaksud tidak dapat dipenuhi oleh sekurang-kurangnya 5 (lima) penyedia jasa konsultasi di kabupaten / kota / provinsi yang bersangkutan.

Ayat (1) Pengumuman pengadaan jasa konsultansi sebagaimana diatur pada ayat ini, selain diumumkan di surat kabar nasional dan surat kabar provinsi diupayakan pula untuk diumumkan di website pengadaan nasional. Ayat (2) Cukup jelas

Bagian Kesembilan Pejabat yang Berwenang Menetapkan Penyedia Barang/Jasa

Pasal 26

Pejabat yang berwenang menetapkan penyedia barang/jasa adalah: a. Pejabat Pembuat Komitmen untuk pengadaan yang

bernilai sampai dengan Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah) tanpa memerlukan persetujuan Menteri / Panglima TNI / Kepala Polri / Pemimpin Lembaga / Gubernur / Bupati / Walikota / Dewan Gubernur BI / Pemimpin BHMN / Direksi BUMN/BUMD, pejabat atasan Pejabat Pembuat Komitmen yang bersangkutan.

b. Menteri / Panglima TNI / Kepala Polri / Pemimpin

Cukup jelas

52 Ditambahkan dalam Perpres 8 Tahun 2006 (Perubahan Keempat) Pasal I angka (10).

50

Page 54: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

BATANG TUBUH – Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

PASAL PENJELASAN

Lembaga / Dewan Gubernur BI / Pemimpin BHMN / Direksi BUMN untuk pengadaan barang/jasa yang dibiayai dari dana APBN yang bernilai di atas Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah).

c. Gubernur untuk pengadaan barang/jasa yang dibiayai

dari dana APBD Propinsi yang bernilai di atas Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah).

d. Bupati/Walikota untuk pengadaan barang/jasa yang

dibiayai dari dana APBD Kabupaten/Kota yang bernilai di atas Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah).

e. Direksi BUMD untuk pengadaan barang/jasa yang

dibiayai dari dana APBN/APBD yang bernilai di atas Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah) dengan persetujuan Gubernur / Walikota / Bupati.

Bagian Kesepuluh Sanggahan Pemilihan Penyedia Barang/Jasa, Pengaduan Masyarakat, dan

Pelelangan atau Seleksi Gagal

Paragraf Pertama Sanggahan Pemilihan Penyedia Barang/Jasa dan Pengaduan Masyarakat

Pasal 27

(1) Peserta pemilihan penyedia barang/jasa yang merasa dirugikan, baik secara sendiri maupun bersama-sama dengan peserta lainnya, dapat mengajukan surat sanggahan kepada Pejabat Pembuat Komitmen apabila ditemukan:

a. penyimpangan terhadap ketentuan dan prosedur

yang telah ditetapkan dalam dokumen pemilihan penyedia barang/jasa;

b. rekayasa tertentu sehingga menghalangi terjadinya

persaingan yang sehat; c. penyalahgunaan wewenang oleh panitia/pejabat

pengadaan dan/atau pejabat yang berwenang lainnya;

d. adanya unsur KKN di antara peserta pemilihan

penyedia barang/jasa; e. adanya unsur KKN antara peserta dengan anggota

Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) dan/atau dengan pejabat yang berwenang lainnya.

(2) Pejabat Pembuat Komitmen wajib memberikan

jawaban selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja sejak surat sanggahan diterima.

Ayat (1) Huruf a Cukup jelas Huruf b Cukup jelas Huruf c Yang dimaksud dengan pejabat yang

berwenang lainnya adalah Pejabat Pembuat Komitmen, atasan langsung/atasan Pejabat Pembuat Komitmen.

Huruf d Cukup jelas Huruf e Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas

51

Page 55: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

BATANG TUBUH – Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

PASAL PENJELASAN

(3) Apabila penyedia barang/jasa tidak puas terhadap

jawaban Pejabat Pembuat Komitmen sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), maka dapat mengajukan surat sanggahan banding.

(4) Surat sanggahan banding disampaikan kepada Menteri

/ Panglima TNI / Kepala Polri / Pemimpin Lembaga / Gubernur / Bupati / Walikota / Dewan Gubernur BI / Pemimpin BHMN / Direksi BUMN/BUMD selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja sejak diterimanya jawaban atas sanggahan tersebut.

(5) Menteri / Panglima TNI / Kepala Polri / Pemimpin

Lembaga / Gubernur / Bupati / Walikota / Dewan Gubernur BI / Pemimpin BHMN / Direksi BUMN/BUMD wajib memberikan jawaban selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari kerja sejak surat sanggahan banding diterima.

(6) Proses pemilihan penyedia barang/jasa tetap

dilanjutkan tanpa menunggu jawaban atas sanggahan banding.

(7) Apabila sanggahan banding ternyata benar, maka

proses pemilihan penyedia barang/jasa dievaluasi kembali atau dilakukan proses pemilihan ulang, atau dilakukan pembatalan kontrak.

(8) Setiap pengaduan harus ditindaklanjuti oleh

instansi/pejabat yang menerima pengaduan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Cukup jelas Ayat (5) Cukup jelas Ayat (6) Cukup jelas Ayat (7) Cukup jelas Ayat (8) Cukup jelas

Paragraf Kedua Pelelangan/Seleksi Ulang

Pasal 28

(1) Pelelangan umum dan terbatas dinyatakan gagal oleh panitia/pejabat pengadaan, apabila:

a. jumlah penyedia barang/jasa yang memasukkan

penawaran kurang dari 3 (tiga) peserta; atau b. tidak ada penawaran yang memenuhi persyaratan

administrasi dan teknis; atau c. harga penawaran terendah lebih tinggi dari pagu

anggaran yang tersedia. (2) Seleksi umum dan terbatas dinyatakan gagal oleh

panitia/pejabat pengadaan, apabila: a. jumlah penyedia jasa konsultansi yang memasukkan

penawaran kurang dari 3 (tiga) peserta; atau b. tidak ada penawaran yang memenuhi persyaratan

Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Huruf a Cukup jelas Huruf b

52

Page 56: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

BATANG TUBUH – Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

PASAL PENJELASAN

administrasi dan teknis; atau c. negosiasi atas harga penawaran gagal karena tidak

ada peserta yang menyetujui/menyepakati klarifikasi dan negosiasi.

(3) Pelelangan/seleksi dinyatakan gagal oleh Pejabat

Pembuat Komitmen atau pejabat berwenang lainnya apabila:

a. sanggahan dari penyedia barang/jasa ternyata benar; b. pelaksanaan pelelangan/seleksi tidak sesuai atau

menyimpang dari dokumen pengadaan yang telah ditetapkan.

(4) Apabila pelelangan/seleksi dinyatakan gagal, maka

Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) segera melakukan pelelangan/seleksi ulang.

(5) Apabila dalam pelelangan ulang, jumlah penyedia

barang/jasa yang lulus prakualifikasi hanya 2 (dua) maka dilakukan permintaan penawaran dan negosiasi seperti pada proses pemilihan langsung.

(6) Apabila dalam pelelangan ulang, jumlah penyedia

barang/jasa yang memasukkan penawaran hanya 2 (dua) maka dilakukan negosiasi seperti pada proses pemilihan langsung.

Seleksi ulang yang disebabkan karena tidak ada peserta yang memenuhi persyaratan teknis maka dilakukan dengan:

a. melakukan perbaikan KAK; b. mengumumkan kembali pengadaan jasa

konsultansi; c. melakukan kembali prakualifikasi dan

menyusun kembali daftar pendek konsultan.

Huruf c Seleksi ulang yang disebabkan karena

tidak ada peserta yang menyetujui/menyepakati klarifikasi dan negosiasi, maka dilakukan dengan:

a. mengumumkan kembali pengadaan jasa

konsultansi; b. melakukan kembali prakualifikasi dan

menyusun daftar pendek konsultan dengan tidak mengikutsertakan konsultan yang telah masuk dalam daftar pendek konsultan sebelumnya.

Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Apabila sanggahan dan sanggahan banding

karena sebab pada Pasal 27 ayat (1) huruf b, huruf c atau huruf e ternyata benar, maka dilakukan lelang/seleksi umum/terbatas ulang dengan membentuk panitia/pejabat pengadaan baru.

Ayat (5) Cukup jelas Ayat (6) Cukup jelas

53

Page 57: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

BATANG TUBUH – Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

PASAL PENJELASAN

(7) Apabila dalam pelelangan ulang, jumlah penyedia barang/jasa yang lulus prakualifikasi hanya 1 (satu) maka dilakukan permintaan penawaran dan negosiasi seperti pada proses penunjukan langsung.

(8) Apabila dalam pelelangan ulang, jumlah penyedia

barang/jasa yang memasukkan penawaran hanya 1 (satu) maka dilakukan negosiasi seperti pada proses penunjukan langsung.

(9) Apabila dalam seleksi umum/terbatas ulang, jumlah

penyedia jasa konsultansi yang lulus prakualifikasi hanya 2 (dua) maka dilakukan permintaan penawaran dan negosiasi seperti pada proses seleksi langsung.

(10) Apabila dalam seleksi umum/terbatas ulang, jumlah

penyedia jasa konsultansi yang memasukkan penawaran hanya 2 (dua) maka dilakukan negosiasi seperti pada proses seleksi langsung.

(11) Apabila dalam seleksi umum/terbatas ulang, jumlah

penyedia jasa konsultansi yang lulus prakualifikasi hanya 1 (satu) maka dilakukan permintaan penawaran dan negosiasi seperti pada proses penunjukan langsung.

(12) Apabila dalam seleksi umum/terbatas ulang, jumlah

penyedia jasa konsultansi yang memasukkan penawaran hanya 1 (satu) maka dilakukan negosiasi seperti pada proses penunjukan langsung.

(13) Pejabat Pembuat Komitmen dilarang memberikan

ganti rugi kepada peserta lelang/seleksi bila penawarannya ditolak atau pelelangan/seleksi dinyatakan gagal.

Ayat (7) Cukup jelas Ayat (8) Cukup jelas Ayat (9) Cukup jelas Ayat (10) Cukup jelas Ayat (11) Cukup jelas Ayat (12) Cukup jelas Ayat (13) Cukup jelas

Bagian Kesebelas Kontrak Pengadaan Barang/Jasa

Paragraf Pertama Isi Kontrak

Pasal 29

(1) Kontrak sekurang-kurangnya memuat ketentuan sebagai berikut:

a. para pihak yang menandatangani kontrak yang

meliputi nama, jabatan, dan alamat; b. pokok pekerjaan yang diperjanjikan dengan uraian

yang jelas mengenai jenis dan jumlah barang/jasa yang diperjanjikan;

c. hak dan kewajiban para pihak yang terikat di dalam

perjanjian; d. nilai atau harga kontrak pekerjaan, serta syarat-

syarat pembayaran;

Cukup jelas

54

Page 58: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

BATANG TUBUH – Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

PASAL PENJELASAN

e. persyaratan dan spesifikasi teknis yang jelas dan

terinci; f. tempat dan jangka waktu penyelesaian/penyerahan

dengan disertai jadwal waktu penyelesaian/penyerahan yang pasti serta syarat- syarat penyerahannya;

g. jaminan teknis/hasil pekerjaan yang dilaksanakan

dan/atau ketentuan mengenai kelaikan; h. ketentuan mengenai cidera janji dan sanksi dalam

hal para pihak tidak memenuhi kewajibannya; i. ketentuan mengenai pemutusan kontrak secara

sepihak; j. ketentuan mengenai keadaan memaksa; k. ketentuan mengenai kewajiban para pihak dalam hal

terjadi kegagalan dalam pelaksanaan pekerjaan; l. ketentuan mengenai perlindungan tenaga kerja; m. ketentuan mengenai bentuk dan tanggung jawab

gangguan lingkungan; n. ketentuan mengenai penyelesaian perselisihan. (2) Ketentuan peraturan perundang-undangan yang

berlaku dalam kontrak pengadaan barang/jasa pemerintah adalah peraturan perundang-undangan Republik Indonesia.

(3) Perjanjian/kontrak untuk pengadaan barang/jasa di

dalam negeri tidak dapat dilakukan dalam bentuk valuta asing.

(4) Perjanjian/kontrak dalam bentuk valuta asing tidak

dapat membebani dana rupiah murni. (5) Perjanjian atau kontrak dalam bentuk valuta asing

tidak dapat diubah dalam bentuk rupiah dan sebaliknya kontrak dalam bentuk rupiah tidak dapat diubah dalam bentuk valuta asing.

(6) Pengecualian terhadap ketentuan ayat (3), ayat (4), dan

ayat (5) Pasal ini harus mendapat persetujuan dari Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Anggaran.

55

Page 59: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

BATANG TUBUH – Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

PASAL PENJELASAN

Paragraf Kedua Jenis Kontrak

Pasal 30

(1) Kontrak pengadaan barang/jasa dibedakan atas: a. berdasarkan bentuk imbalan: 1) lump sum; 2) harga satuan; 3) gabungan lump sum dan harga satuan; 4) terima jadi (turn key); 5) persentase. b. berdasarkan jangka waktu pelaksanaan: 1) tahun tunggal; 2) tahun jamak. c. berdasarkan jumlah Pejabat Pembuat Komitmen: 1) kontrak pengadaan tunggal; 2) kontrak pengadaan bersama. (2) Kontrak lump sum adalah kontrak pengadaan

barang/jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu, dengan jumlah harga yang pasti dan tetap, dan semua resiko yang mungkin terjadi dalam proses penyelesaian pekerjaan sepenuhnya ditanggung oleh penyedia barang/jasa.

(3) Kontrak harga satuan adalah kontrak pengadaan

barang/jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu, berdasarkan harga satuan yang pasti dan tetap untuk setiap satuan/unsur pekerjaan dengan spesifikasi teknis tertentu, yang volume pekerjaannya masih bersifat perkiraan sementara, sedangkan pembayarannya didasarkan pada hasil pengukuran bersama atas volume pekerjaan yang benar-benar telah dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa.

Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Sistem kontrak ini lebih tepat digunakan

untuk pembelian barang dengan contoh yang jelas, atau untuk jenis pekerjaan borongan yang perhitungan volumenya untuk masing-masing unsur/jenis pekerjaan sudah dapat diketahui dengan pasti berdasarkan gambar rencana dan spesifikasi teknisnya. Harga yang mengikat dalam kontrak sistem ini adalah total penawaran harga.

Ayat (3) Untuk sistem kontrak harga satuan,

pekerjaan tambah/kurang dimungkinkan berdasarkan hasil pengukuran bersama atas pekerjaan yang diperlukan. Pertimbangan untuk memilih dengan cara ini adalah karena untuk keakuratan pengukuran volume pekerjaan yang tinggi diperlukan survei dan penelitian yang sangat mendalam, detail dan sampel yang banyak, waktu yang lama sehingga biaya sangat besar, padahal pengukuran juga lebih mudah dalam pelaksanaan, dipihak lain

53 Disesuaikan terakhir kali dalam Perpres 70 Tahun 2005 (Perubahan Ketiga) Pasal I angka (2).

56

Page 60: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

BATANG TUBUH – Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

PASAL PENJELASAN

(4) Kontrak gabungan lump sum dan harga satuan adalah

kontrak yang merupakan gabungan lump sum dan harga satuan dalam satu pekerjaan yang diperjanjikan.

(5) Kontrak terima jadi adalah kontrak pengadaan

barang/jasa pemborongan atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu dengan jumlah harga pasti dan tetap sampai seluruh bangunan/konstruksi, peralatan dan jaringan utama maupun penunjangnya dapat berfungsi dengan baik sesuai dengan kriteria kinerja yang telah ditetapkan.

(6) Kontrak persentase adalah kontrak pelaksanaan jasa

konsultansi di bidang konstruksi atau pekerjaan pemborongan tertentu, dimana konsultan yang bersangkutan menerima imbalan jasa berdasarkan persentase tertentu dari nilai pekerjaan fisik konstruksi/ pemborongan tersebut.

(7) Kontrak tahun tunggal adalah kontrak pelaksanaan

pekerjaan yang mengikat dana anggaran untuk masa 1 (satu) tahun anggaran.

(8) Kontrak tahun jamak adalah kontrak pelaksanaan

pekerjaan yang mengikat dana anggaran untuk masa lebih dari 1 (satu) tahun anggaran yang dilakukan atas persetujuan oleh Menteri Keuangan untuk pengadaan yang dibiayai APBN, Gubernur untuk pengadaan yang dibiayai APBD Propinsi, Bupati/Walikota untuk pengadaan yang dibiayai APBD Kabupaten/Kota, Kepala Badan Pelaksana Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah dan kehidupan Masyarakat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara untuk pengadaan yang dibiayai APBN dalam rangka kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi wilayah dan kehidupan masyarakat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara53 .

(9) Kontrak pengadaan tunggal adalah kontrak antara satu

unit kerja atau satu proyek dengan penyedia barang/jasa tertentu untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu dalam waktu tertentu.

(10) Kontrak pengadaan bersama adalah kontrak antara

beberapa unit kerja atau beberapa proyek dengan penyedia barang/jasa tertentu untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu dalam waktu tertentu sesuai dengan kegiatan bersama yang jelas dari masing-masing unit kerja dan pendanaan bersama yang dituangkan dalam kesepakatan bersama.

pekerjaan sangat mendesak dan harus segera dilaksanakan, sehingga untuk pekerjaan yang sifat kondisinya seperti hal tersebut tidak tepat bila digunakan kontrak dengan Sistem lump sum.

Ayat (4) Cukup jelas Ayat (5) Sistem ini lebih tepat digunakan untuk

membeli suatu barang atau industri jadi yang hanya diperlukan sekali saja, dan tidak mengutamakan kepentingan untuk alih (transfer) teknologi selanjutnya.

Ayat (6) Cukup jelas Ayat (7) Cukup jelas Ayat (8) Untuk sistem kontrak tahun jamak perlu

diperhatikan bahwa ketentuan mengenai eskalasi dan perhitungan rumus eskalasi ditetapkan oleh kepala kantor / satuan kerja / pimpinan proyek / pimpinan bagian proyek dan dimasukan dalam dokumen pengadaan/kontrak.

Ayat (9) Cukup jelas Ayat (10) Cukup jelas

57

Page 61: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

BATANG TUBUH – Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

Paragraf Ketiga

Penandatanganan Kontrak

Pasal 31

(1) Para pihak menandatangani kontrak selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak diterbitkannya surat keputusan penetapan penyedia barang/jasa dan setelah penyedia barang/jasa menyerahkan surat jaminan pelaksanaan sebesar 5% (lima persen) dari nilai kontrak kepada Pejabat Pembuat Komitmen.

(2) Untuk pekerjaan jasa konsultansi tidak diperlukan

jaminan pelaksanaan. (3) Untuk pengadaan dengan nilai di bawah

Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) bentuk kontrak cukup dengan kuitansi pembayaran dengan meterai secukupnya.

(4) Untuk pengadaan dengan nilai di atas Rp5.000.000,00

(lima juta rupiah) sampai dengan Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah), bentuk kontrak berupa Surat Perintah Kerja (SPK) tanpa jaminan pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).

(5) Untuk pengadaan dengan nilai di atas

Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah), bentuk kontrak berupa kontrak pengadaan barang/jasa (KPBJ) dengan jaminan pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).

(6) Dalam melakukan perikatan, para pihak sedapat

mungkin menggunakan standar kontrak atau contoh SPK yang dikeluarkan pimpinan instansi yang bersangkutan atau instansi lainnya.

(7) Kontrak untuk pekerjaan barang/jasa yang bernilai di

atas Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah) ditandatangani oleh Pejabat Pembuat Komitmen setelah memperoleh pendapat ahli hukum kontrak yang profesional.

Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Cukup jelas Ayat (5) Cukup jelas Ayat (6) Bentuk standar kontrak dan SPK

dicantumkan pada dokumen pengadaan dan disampaikan kepada para calon penyedia jasa.

Ayat (7) Untuk memperlancar persiapan

penandatanganan kontrak dan memperkecil resiko yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan kontrak baik secara material maupun finansial, maka untuk pengadaan barang/jasa yang kompleks dan atau bernilai di atas Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah) agar sejak penyusunan dokumen pengadaan khususnya pembuatan konsep kontrak telah menggunakan jasa ahli hukum kontrak yang profesional.

58

Page 62: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

BATANG TUBUH – Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

Paragraf Keempat

Hak dan Tanggung Jawab Para Pihak dalam Pelaksanaan Kontrak

Pasal 32

(1) Setelah penandatanganan kontrak, Pejabat Pembuat Komitmen segera melakukan pemeriksaan lapangan bersama-sama dengan penyedia barang/jasa dan membuat berita acara keadaan lapangan/serah terima lapangan.

(2) Penyedia barang/jasa dapat menerima uang muka dari

Pejabat Pembuat Komitmen. (3) Penyedia barang/jasa dilarang mengalihkan tanggung

jawab seluruh pekerjaan utama dengan mensubkontrakkan kepada pihak lain.

(4) Penyedia barang/jasa dilarang mengalihkan tanggung

jawab sebagian pekerjaan utama dengan mensubkontrakkan kepada pihak lain dengan cara dan alasan apapun, kecuali disub-kontrakkan kepada penyedia barang/jasa spesialis.

(5) Terhadap pelanggaran atas larangan sebagaimana

dimaksud dalam ayat (3), dikenakan sanksi berupa denda yang bentuk dan besarnya sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam kontrak.

Ayat (1) Bentuk acara serah terima lapangan

ditetapkan berdasarkan hasil berita acara peninjauan lapangan yang dilakukan pada saat peninjauan lapangan.

Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Cukup jelas Ayat (5) Cukup jelas

Paragraf Kelima Pembayaran Uang Muka dan

Prestasi Pekerjaan

Pasal 33

(1) Uang muka dapat diberikan kepada penyedia barang/jasa sebagai berikut:

a. Untuk usaha kecil setinggi-tingginya 30% (tiga

puluh persen) dari nilai kontrak; b. Untuk usaha selain usaha kecil setinggi-tingginya

20% (dua puluh persen) dari nilai kontrak. (2) Pembayaran prestasi pekerjaan dilakukan dengan

sistem sertifikat bulanan atau sistem termin, dengan memperhitungkan angsuran uang muka dan kewajiban pajak.

Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Khusus untuk pekerjaan konstruksi,

pembayaran hanya dapat dilakukan senilai pekerjaan yang telah terpasang, tidak termasuk bahan-bahan, alat-alat yang ada di lapangan.

Paragraf Keenam Perubahan Kontrak

Pasal 34

Perubahan kontrak dilakukan sesuai kesepakatan Pejabat Pembuat Komitmen dan penyedia barang/jasa (para pihak) apabila terjadi perubahan lingkup pekerjaan, metoda kerja, atau waktu pelaksanaan, sesuai dengan ketentuan yang

Dalam melaksanakan perubahan kontrak harus memperhatikan sistem kontrak. Ketentuan perpanjangan pelaksanaan kontrak harus dengan dokumen tertulis dari pemberi tugas.

59

Page 63: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

BATANG TUBUH – Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

berlaku.

Paragraf Ketujuh Penghentian dan Pemutusan Kontrak

Pasal 35

(1) Penghentian kontrak dilakukan bilamana terjadi hal-hal di luar kekuasaan para pihak untuk melaksanakan kewajiban yang ditentukan dalam kontrak, yang disebabkan oleh timbulnya perang, pemberontakan, perang saudara, sepanjang kejadian-kejadian tersebut berkaitan dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia, kekacauan dan huru hara serta bencana alam yang dinyatakan resmi oleh pemerintah, atau keadaan yang ditetapkan dalam kontrak.

(2) Pemutusan kontrak dapat dilakukan bilamana para

pihak cidera janji dan/atau tidak memenuhi kewajiban dan tanggung jawabnya sebagaimana diatur di dalam kontrak.

(3) Pemutusan kontrak yang disebabkan oleh kelalaian

penyedia barang/jasa dikenakan sanksi sesuai yang ditetapkan dalam kontrak berupa:

a. jaminan pelaksanaan menjadi milik negara; b. sisa uang muka harus dilunasi oleh penyedia

barang/jasa; c. membayar denda dan ganti rugi kepada negara; d. pengenaan daftar hitam untuk jangka waktu tertentu. (4) Pejabat Pembuat Komitmen dapat memutuskan

kontrak secara sepihak apabila denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan akibat kesalahan penyedia barang/jasa sudah melampaui besarnya jaminan pelaksanaan.

(5) Pemutusan kontrak yang disebabkan oleh kesalahan

Pejabat Pembuat Komitmen, dikenakan sanksi berupa kewajiban mengganti kerugian yang menimpa penyedia barang/jasa sesuai yang ditetapkan dalam kontrak dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(6) Kontrak batal demi hukum apabila isi kontrak

melanggar ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

(7) Kontrak dibatalkan apabila para pihak terbukti

melakukan KKN, kecurangan, dan pemalsuan dalam proses pengadaan maupun pelaksanaan kontrak.

Cukup jelas

60

Page 64: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

BATANG TUBUH – Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

Paragraf Kedelapan

Serah Terima Pekerjaan

Pasal 36

(1) Setelah pekerjaan selesai 100% (seratus persen) sesuai dengan yang tertuang dalam kontrak, penyedia barang/jasa mengajukan permintaan secara tertulis kepada Pejabat Pembuat Komitmen untuk penyerahan pekerjaan.

(2) Pejabat Pembuat Komitmen melakukan penilaian

terhadap hasil pekerjaan yang telah diselesaikan, baik secara sebagian atau seluruh pekerjaan, dan menugaskan penyedia barang/jasa untuk memperbaiki dan/atau melengkapi kekurangan pekerjaan sebagaimana yang disyaratkan dalam kontrak.

(3) Pejabat Pembuat Komitmen menerima penyerahan

pekerjaan setelah seluruh hasil pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan kontrak.

(4) Penyedia barang/jasa wajib melakukan pemeliharaan

atas hasil pekerjaan selama masa yang ditetapkan dalam kontrak, sehingga kondisinya tetap seperti pada saat penyerahan pekerjaan dan dapat memperoleh pembayaran uang retensi dengan menyerahkan jaminan pemeliharaan.

(5) Masa pemeliharaan minimal untuk pekerjaan

permanen 6 (enam) bulan untuk pekerjaan semi permanen 3 (tiga) bulan dan masa pemeliharaan dapat melampaui tahun anggaran.

(6) Setelah masa pemeliharaan berakhir, Pejabat Pembuat

Komitmen mengembalikan jaminan pemeliharaan kepada penyedia barang/jasa.

Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Masa pemeliharaan pekerjaan harus

diberikan waktu yang cukup, dengan memperhatikan sifat, jenis dari pekerjaannya.

Ayat (5) Yang dimaksud dengan pekerjaan permanen

adalah pekerjaan yang umur rencananya lebih dari 1 (satu) tahun.

Yang dimaksud dengan pekerjaan semi permanen adalah pekerjaan yang umur rencananya kurang dari 1 (satu) tahun.

Ayat (6) Cukup jelas

Paragraf Kesembilan Sanksi

Pasal 37

(1) Bila terjadi keterlambatan penyelesaian pekerjaan akibat dari kelalaian penyedia barang/jasa, sebagaimana diatur dalam kontrak, maka penyedia barang/jasa yang bersangkutan dikenakan denda keterlambatan sekurang-kurangnya 1/100054 (satu perseribu) per hari dari nilai kontrak.

(2) Bila terjadi keterlambatan pekerjaan/pembayaran

karena semata-mata kesalahan atau kelalaian Pejabat Pembuat Komitmen, maka Pejabat Pembuat

Ayat (1) Besarnya denda keterlambatan tidak

dibatasi dan Pejabat Pembuat Komitmen dapat memutuskan kontrak apabila denda keterlambatan sudah melampaui nilai jaminan pelaksanaan. Penyedia barang/jasa tidak dapat menuntut kerugian atas pemutusan kontrak tersebut.

Ayat (2) Cukup jelas

54 Disesuaikan terakhir kali dalam Perpres 70 Tahun 2005 (Perubahan Ketiga) Pasal I angka (3).

61

Page 65: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

BATANG TUBUH – Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

Komitmen membayar kerugian yang ditanggung penyedia barang/jasa akibat keterlambatan dimaksud, yang besarnya ditetapkan dalam kontrak sesuai ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.

(3) Konsultan perencana yang tidak cermat dan

mengakibatkan kerugian Pejabat Pembuat Komitmen dikenakan sanksi berupa keharusan menyusun kembali perencanaan dengan beban biaya dari konsultan yang bersangkutan, dan/atau tuntutan ganti rugi.

Ayat (3) Cukup jelas

Paragraf Kesepuluh Penyelesaian Perselisihan

Pasal 38

(1) Bila terjadi perselisihan antara Pejabat Pembuat Komitmen dan penyedia barang/jasa maka kedua belah pihak menyelesaikan perselisihan di Indonesia dengan cara musyawarah, mediasi, konsiliasi, arbitrase, atau melalui pengadilan, sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam kontrak menurut hukum yang berlaku di Indonesia.

Ayat (1) Arbitrase atau perwasitan adalah cara

penyelesaian suatu sengketa diluar peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa.

Perjanjian arbitrase (Arbitrarian agreement) adalah suatu kesepakatan berupa klausul arbitrase yang tercantum dalam suatu perjanjian tertulis yang dibuat para pihak sebelum timbul sengketa, atau suatu perjanjian arbitrase tersendiri yang dibuat para pihak setelah timbul sengketa.

Klausul Arbitrase adalah suatu klausul dalam perjanjian yang menyatakan bahwa kedua belah pihak sepakat untuk menyelesaikan sengketa diantara mereka yang mungkin timbul dimasa depan menyangkut hubungan hukum mereka ke forum arbitrase.

Arbiter/wasit adalah seorang atau lebih yang dipilih oleh para pihak yang bersengketa atau yang ditunjuk oleh Pengadilan Negeri atau oleh lembaga arbitrase, untuk memberikan putusan mengenai sengketa tertentu yang diserahkan penyelesaiannya melalui arbitrase.

Musyawarah adalah metode penyelesaian sengketa melalui perundingan dan persetujuan yang mengikat kedua belah pihak diluar arbitrase maupun pengadilan.

Mediasi adalah metode penyelesaian sengketa yang diselesaikan oleh suatu panitia pendamai yang berfungsi sebagai wasit dibentuk dan diangkat oleh kedua belah pihak yang terdiri dari anggota mewakili pihak pertama dan pihak kedua dan ketua yang disetujui oleh kedua belah pihak. Keputusan panitia pendamai mengikat kedua belah pihak dan biaya penyelesaian perselisihan yang dikeluarkan ditanggung secara bersama.

Penyelesaian pengadilan adalah metode penyelesaian sengketa yang timbul dari

62

Page 66: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

BATANG TUBUH – Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

(2) Keputusan dari hasil penyelesaian perselisihan dengan

memilih salah satu cara tersebut di atas adalah mengikat dan segala biaya yang timbul untuk menyelesaikan perselisihan tersebut dipikul oleh para pihak sebagaimana diatur dalam kontrak.

hubungan hukum mereka yang diputuskan oleh pengadilan. Keputusan pengadilan mengikat kedua belah pihak.

Ayat (2) Biaya yang diakibatkan penyelesaian

perselisihan yang merupakan tanggung jawab kepala kantor / satuan kerja / pemimpin proyek / bagian proyek dibebankan pada kegiatan proyek bersangkutan.

BAB III SWAKELOLA

Pasal 39

(1) Swakelola adalah pelaksanaan pekerjaan yang direncanakan, dikerjakan, dan diawasi sendiri.

(2) Swakelola dapat dilaksanakan oleh: a. Pejabat Pembuat Komitmen; b. instansi pemerintah lain; c. kelompok masyarakat/lembaga swadaya masyarakat

penerima hibah. (3) Pekerjaan yang dapat dilakukan dengan swakelola: a. pekerjaan yang bertujuan untuk meningkatkan

kemampuan teknis sumber daya manusia instansi pemerintah yang bersangkutan dan sesuai dengan fungsi dan tugas pokok Pejabat Pembuat Komitmen; dan/atau

b. pekerjaan yang operasi dan pemeliharaannya

memerlukan partisipasi masyarakat setempat; dan/atau

c. pekerjaan tersebut dilihat dari segi besaran, sifat,

lokasi atau pembiayaannya tidak diminati oleh penyedia barang/jasa; dan/atau

d. pekerjaan yang secara rinci/detail tidak dapat

dihitung/ditentukan terlebih dahulu, sehingga apabila dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa akan menanggung resiko yang besar; dan/atau

e. penyelenggaraan diklat, kursus, penataran, seminar,

lokakarya, atau penyuluhan; dan/atau f. pekerjaan untuk proyek percontohan (pilot project)

yang bersifat khusus untuk pengembangan teknologi/metoda kerja yang belum dapat dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa; dan/atau

g. pekerjaan khusus yang bersifat pemrosesan data,

perumusan kebijakan pemerintah, pengujian di

Cukup jelas

63

Page 67: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

BATANG TUBUH – Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

laboratorium, pengembangan sistem tertentu dan penelitian oleh perguruan tinggi/lembaga ilmiah pemerintah;

h. pekerjaan yang bersifat rahasia bagi instansi

Pejabat Pembuat Komitmen yang bersangkutan. (4) Prosedur swakelola meliputi kegiatan perencanaan,

pelaksanaan, pengawasan di lapangan dan pelaporan.

BAB IV PENDAYAGUNAAN PRODUKSI DALAM NEGERI DAN

PERAN SERTA USAHA KECIL TERMASUK KOPERASI KECIL

Bagian Pertama Pengadaan Barang/Jasa yang Dibiayai

dengan Dana Dalam Negeri

Pasal 40

(1) Instansi pemerintah wajib: a. memaksimalkan penggunaan barang/jasa hasil

produksi dalam negeri, termasuk rancang bangun dan perekayasaan nasional dalam pengadaan barang/jasa;

b. memaksimalkan penggunaan penyedia barang/jasa

nasional; c. memaksimalkan penyediaan paket-paket pekerjaan

untuk usaha kecil termasuk koperasi kecil serta kelompok masyarakat.

(2) Kewajiban instansi pemerintah sebagaimana

disebutkan dalam ayat (1) dilakukan pada setiap tahapan pengadaan barang/jasa mulai dari persiapan sampai dengan penyelesaian perjanjian/kontrak.

(3) Dalam perjanjian wajib mencantumkan persyaratan

penggunaan: a. Standar Nasional Indonesia (SNI) atau standar lain

yang berlaku dan/atau standar internasional yang setara yang ditetapkan oleh instansi terkait yang berwenang;

b. produksi dalam negeri sesuai dengan kemampuan

industri nasional; c. tenaga ahli dan/atau penyedia barang/jasa dalam

negeri.

Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Yang dimaksud dengan instansi terkait yang

berwenang antara lain: a. Departemen Pertahanan/TNI untuk

standar peralatan/perlengkapan militer; b. Departemen/Lembaga lainnya sesuai

dengan tugas pokok dan fungsinya.

64

Page 68: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

BATANG TUBUH – Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

Bagian Kedua

Pengadaan Barang/Jasa yang dibiayai dengan Dana Pinjaman/Hibah Luar Negeri

Pasal 41

(1) Pengadaan barang/jasa melalui pelelangan internasional agar mengikutsertakan penyedia barang/jasa nasional seluas-luasnya.

(2) Pengadaan barang/jasa yang dibiayai dengan pinjaman

kredit ekspor atau kredit lainnya harus dilakukan dengan persaingan sehat dengan persyaratan yang paling menguntungkan negara, dari segi harga dan teknis, dengan memaksimalkan penggunaan komponen dalam negeri dan penyedia barang/jasa nasional.

(3) Pemilihan penyedia barang/jasa yang dibiayai dengan

pinjaman kredit ekspor atau kredit lainnya harus dilakukan di dalam negeri.

(4) Apabila pinjaman kredit ekspor atau hibah luar negeri

disertai dengan syarat bahwa pelaksanaan pengadaan barang/jasa hanya dapat dilakukan di negara pemberi pinjaman kredit ekspor/hibah, agar tetap diupayakan semaksimal mungkin penggunaan barang/jasa hasil produksi dalam negeri dan mengikutsertakan penyedia barang/jasa nasional.

Cukup jelas

Bagian Ketiga Keikutsertaan Perusahaan Asing

Pasal 42

(1) Perusahaan asing dapat ikut serta di dalam pengadaan barang/jasa dengan nilai:

a. Untuk jasa pemborongan di atas

Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah); b. Untuk barang/jasa lainnya di atas

Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah); c. Untuk jasa konsultansi di atas Rp5.000.000.000,00

(lima miliar rupiah). (2) Perusahaan asing yang melaksanakan pekerjaan

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus melakukan kerjasama usaha dengan perusahaan nasional dalam bentuk kemitraan, subkontrak, dan lain-lain, apabila ada perusahaan nasional yang memiliki kemampuan di bidang yang bersangkutan.

(3) Ketentuan ayat (1) dan ayat (2) pada pasal ini dapat

dikecualikan untuk pengadaan material dan peralatan pertahanan di lingkungan Departemen Pertahanan/TNI yang ditetapkan oleh Menteri Pertahanan / Panglima TNI / Kepala Staf Angkatan.

Cukup jelas

65

Page 69: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

BATANG TUBUH – Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

Bagian Keempat Preferensi Harga

Pasal 43

(1) Dalam dokumen pengadaan diwajibkan memberikan preferensi harga untuk barang produksi dalam negeri, dan penyedia jasa pemborongan nasional.

(2) Untuk pengadaan barang/jasa internasional yang

dibiayai dengan pinjaman luar negeri, besarnya preferensi harga untuk barang produksi dalam negeri setinggi-tingginya 15% (lima belas persen) di atas harga penawaran barang impor, tidak termasuk bea masuk.

(3) Besarnya preferensi harga untuk pekerjaan jasa

pemborongan yang dikerjakan oleh kontraktor nasional adalah 7,5% (tujuh koma lima persen) di atas harga penawaran terendah dari kontraktor asing.

Ayat (1) Pemberian preferensi harga tidak mengubah

harga penawaran dan hanya dipergunakan Panitia pengadaan untuk keperluan evaluasi penawaran.

Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas

Bagian Kelima Penggunaan Produksi Dalam Negeri

Pasal 44

(1) Pengadaan barang/jasa supaya mengacu pada daftar inventarisasi barang/jasa yang termasuk produksi dalam negeri yang didasarkan pada kriteria tertentu, menurut bidang, subbidang, jenis, dan kelompok barang/jasa.

(2) Pengaturan mengenai daftar inventarisasi dan

penyebarluasan informasi barang/jasa produksi dalam negeri sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) yang dikeluarkan oleh departemen yang membidangi perindustrian55 .

Cukup jelas

Bagian Keenam Peran Serta dan Pemaketan Pekerjaan

Untuk Usaha Kecil Termasuk Koperasi Kecil

Paragraf Pertama Peran Serta Usaha Kecil Termasuk Koperasi Kecil

Pasal 45

(1) Dalam proses perencanaan dan penganggaran proyek/kegiatan, instansi pemerintah mengarahkan dan menetapkan besaran pengadaan barang/jasa untuk usaha kecil termasuk koperasi kecil.

(2) Departemen yang membidangi koperasi, pengusaha

kecil, dan menengah mengkoordinasikan pemberdayaan usaha kecil termasuk koperasi kecil dalam pengadaan barang/jasa pemerintah.

Cukup jelas

55 Disesuaikan terakhir kali dalam Perpres 8 Tahun 2006 (Perubahan Keempat) Pasal I angka (11).

66

Page 70: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

BATANG TUBUH – Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

(3) Pimpinan instansi yang membidangi koperasi, pengusaha kecil dan menengah bersama instansi terkait di Propinsi / Kabupaten / Kota menyebarluaskan informasi mengenai peluang usaha kecil termasuk koperasi kecil mengenai rencana pengadaan barang/jasa pemerintah di wilayahnya dan menyusun Direktori Peluang Bagi Usaha Kecil termasuk koperasi kecil untuk disebarluaskan kepada usaha kecil termasuk koperasi kecil.

Paragraf Kedua Pemaketan Pekerjaan Untuk Usaha Kecil Termasuk Koperasi Kecil

Pasal 46

Nilai paket pekerjaan pengadaan barang / jasa pemborongan / jasa lainnya sampai dengan Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) diperuntukkan bagi usaha kecil termasuk koperasi kecil, kecuali untuk paket pekerjaan yang menuntut kompetensi teknis yang tidak dapat dipenuhi oleh usaha kecil termasuk koperasi kecil.

Cukup jelas

BAB V PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Bagian Pertama Pembinaan

Pasal 47

(1) Instansi pemerintah wajib mensosialisasikan dan memberikan bimbingan teknis secara intensif kepada semua pejabat perencana, pelaksana, dan pengawas di lingkungan instansinya yang terkait agar Keputusan Presiden ini dapat dipahami dan dilaksanakan dengan baik dan benar.

(2) Instansi pemerintah bertanggung jawab atas

pengendalian pelaksanaan pengadaan barang/jasa termasuk kewajiban mengoptimalkan penggunaan produksi dalam negeri, perluasan kesempatan berusaha bagi usaha kecil termasuk koperasi kecil.

(3) Pejabat Pembuat Komitmen setiap triwulan wajib

melaporkan realisasi pengadaan barang/jasa secara kumulatif kepada pimpinan instansinya.

(4) Instansi pemerintah wajib mengumumkan secara

terbuka rencana pengadaan barang/jasa setiap awal pelaksanaan tahun anggaran.

(5) Pemimpin instansi pemerintah wajib membebaskan

segala bentuk pungutan biaya yang berkaitan dengan perijinan dalam rangka pengadaan barang/jasa pemerintah kepada usaha kecil termasuk koperasi kecil.

(6) Instansi pemerintah dilarang melakukan pungutan

dalam bentuk apapun dalam pengadaan barang/jasa pemerintah kecuali pungutan perpajakan sesuai dengan

Cukup jelas

67

Page 71: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

BATANG TUBUH – Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Bagian Kedua Pengawasan

Pasal 48

(1) Pejabat Pembuat Komitmen segera setelah pengangkatannya, menyusun organisasi, uraian tugas dan fungsi secara jelas, kebijaksanaan pelaksanaan, rencana kerja yang menggambarkan kegiatan yang harus dilaksanakan, bentuk hubungan kerja, sasaran yang harus dicapai, tata laksana dan prosedur kerja secara tertulis, dan disampaikan kepada atasan langsung dan unit pengawasan intern instansi yang bersangkutan.

(2) Pejabat Pembuat Komitmen wajib melakukan

pencatatan dan pelaporan keuangan dan hasil kerja pada setiap kegiatan/proyek, baik kemajuan maupun hambatan dalam pelaksanaan tugasnya dan disampaikan kepada atasan langsung dan unit pengawasan intern instansi yang bersangkutan.

(3) Pejabat Pembuat Komitmen wajib menyimpan dan

memelihara seluruh dokumen pelaksanaan pengadaan barang/jasa termasuk berita acara proses pelelangan/seleksi.

(4) Instansi pemerintah wajib melakukan pengawasan

terhadap Pejabat Pembuat Komitmen dan Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) di lingkungan instansi masing-masing, dan menugaskan kepada aparat pengawasan fungsional untuk melakukan pemeriksaan sesuai ketentuan yang berlaku.

(5) Unit pengawasan intern pada instansi pemerintah

melakukan pengawasan kegiatan/proyek, menampung dan menindaklanjuti pengaduan masyarakat yang berkaitan dengan masalah atau penyimpangan dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa, kemudian melaporkan hasil pemeriksaannya kepada menteri/pimpinan instansi yang bersangkutan dengan tembusan kepada Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).

(5a) Dalam hal berdasarkan tembusan laporan hasil

pemeriksan yang disampaikan oleh unit pengawasan intern sebagaimana dimaksud pada ayat (5), BPKP menilai terdapat penyimpangan dalam pengadaan barang/jasa, maka BPKP dapat menindaklanjutinya.56

(6) Pejabat Pembuat Komitmen wajib memberikan

tanggapan/informasi mengenai pengadaan barang/jasa yang berada di dalam batas kewenangannya kepada

Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Cukup jelas Ayat (5) Cukup jelas Ayat (5a) Cukup jelas57 Ayat (6) Informasi yang wajib diberikan kepada

masyarakat adalah:

56 Ditambahkan dalam Perpres 8 Tahun 2006 (Perubahan Keempat) Pasal I angka (12). 57 Ditambahkan dalam Perpres 8 Tahun 2006 (Perubahan Keempat) Penjelasan Pasal I angka (12).

68

Page 72: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

BATANG TUBUH – Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

peserta pengadaan/masyarakat yang mengajukan pengaduan atau yang memerlukan penjelasan.

a. Perencanaan paket-paket pekerjaan; b. Pengumuman pengadaan barang/jasa; c. Hasil evaluasi prakualifikasi; d. Hasil evaluasi pemilihan penyedia; e. Dokumen kontrak; f. Pelaksanaan kontrak.

Bagian Ketiga Tindak Lanjut Pengawasan

Pasal 49

(1) Kepada para pihak yang ternyata terbukti melanggar ketentuan dan prosedur pengadaan barang/jasa, maka:

a. dikenakan sanksi administrasi; b. dituntut ganti rugi/digugat secara perdata; c. dilaporkan untuk diproses secara pidana. (2) Perbuatan atau tindakan penyedia barang/jasa yang

dapat dikenakan sanksi adalah: a. berusaha mempengaruhi panitia pengadaan/pejabat

yang berwenang dalam bentuk dan cara apapun, baik langsung maupun tidak langsung guna memenuhi keinginannya yang bertentangan dengan ketentuan dan prosedur yang telah ditetapkan dalam dokumen pengadaan/kontrak, dan atau ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

Ayat (1) Huruf a Yang dimaksud dengan sanksi

administrasi adalah: 1. Sanksi administrasi kepada aparat

erintah / BUMN / BUMD meliputi sanksi dalam Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 untuk Pegawai Negeri Sipil, dan sanksi untuk anggota TNI, sanksi untuk anggota Polri dan sanksi untuk pegawai BUMN/BUMD, serta sanksi untuk pejabat negara sesuai ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku.

2. Sanksi administrasi bagi penyedia

barang/jasa meliputi: pembatalan sebagai pemenang, pembatalan kontrak, dimasukkan dalam daftar hitam.

Huruf b Cukup jelas Huruf c Cukup jelas Ayat (2) Huruf a Cukup jelas

69

Page 73: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

BATANG TUBUH – Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

b. melakukan persekongkolan dengan penyedia barang/jasa lain untuk mengatur harga penawaran di luar prosedur pelaksanaan pengadaan barang/jasa sehingga mengurangi/menghambat/memperkecil dan/atau meniadakan persaingan yang sehat dan/atau merugikan pihak lain;

c. membuat dan/atau menyampaikan dokumen

dan/atau keterangan lain yang tidak benar untuk memenuhi persyaratan pengadaan barang/jasa yang ditentukan dalam dokumen pengadaan;

d. mengundurkan diri dengan berbagai alasan yang

tidak dapat dipertanggung jawabkan dan/atau tidak dapat diterima oleh panitia pengadaan;

e. tidak dapat menyelesaikan pekerjaannya sesuai

dengan kontrak secara bertanggung jawab. (3) Atas perbuatan atau tindakan sebagaimana dimaksud

dalam ayat (2), dikenakan sanksi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang didahului dengan tindakan tidak mengikutsertakan penyedia barang/jasa yang terlibat dalam kesempatan pengadaan barang/jasa pemerintah yang bersangkutan.

(4) Pemberian sanksi sebagaimana dimaksud dalam ayat

(3), dilaporkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen atau pejabat yang berwenang lainnya kepada:

a. Menteri / Panglima TNI / Kepala Polri / Pemimpin

Lembaga / Gubernur / Bupati / Walikota / Dewan Gubernur BI / Pemimpin BHMN / Direksi BUMN/BUMD;

b. Pejabat berwenang yang mengeluarkan izin usaha

penyedia barang/jasa yang bersangkutan. (5) Kepada perusahaan non usaha kecil termasuk non

koperasi kecil yang terbukti menyalahgunakan kesempatan dan/atau kemudahan yang diperuntukkan bagi usaha kecil termasuk koperasi kecil dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil.

Huruf b Berdasarkan Pasal 22 Undang-undang

Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, penyedia barang/jasa dilarang melakukan persekongkolan dengan pihak lain untuk mengatur dan/atau menentukan pemenang pelelangan sehingga dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat. Terhadap penyedia barang/jasa yang melanggar Pasal 22 tersebut, berdasarkan Pasal 48 ayat (2) Undang-Undang tersebut dikenakan hukuman minimal Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah), setinggi-tingginya Rp25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah), atau pidana kurungan pengganti selama- lamanya 5 (lima) bulan.

Huruf c Cukup jelas Huruf d Cukup jelas Huruf e Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Cukup jelas Ayat (5) Cukup jelas

70

Page 74: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

BATANG TUBUH – Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

BAB VI

PENGEMBANGAN KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

Pasal 50

(1) Pengembangan kebijakan pengadaan barang/jasa pemerintah dilakukan oleh Lembaga Pengembangan Kebijakan Pengadaan Pemerintah (LPKPP) yang pembentukannya ditetapkan dengan Keputusan Presiden tersendiri.

(2) LPKPP sudah terbentuk paling lambat pada tanggal 1

Januari 2005. (3) Langkah-langkah persiapan pembentukan LPKPP

dikoordinasikan oleh Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.

Cukup jelas

BAB VII KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 51

Ketentuan pengadaan barang/jasa yang dilakukan melalui pola kerjasama pemerintah dengan badan usaha, diatur dengan Keputusan Presiden tersendiri.

Cukup jelas

BAB VIII KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 52

(1) Pejabat Pembuat Komitmen dan Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) wajib memenuhi persyaratan sertifikasi keahlian pengadaan barang/jasa pemerintah sebagaimana diatur dalam Pasal 9 dan Pasal 10 paling lambat tanggal 1 Januari 2006.58

(2) Selama persyaratan sertifikasi keahlian pengadaan

barang/jasa pemerintah bagi Pejabat Pembuat Komitmen dan Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) sebagaimana diatur dalam Pasal 9 dan Pasal 10 belum dipenuhi, maka sampai dengan batas waktu tanggal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), berlaku tanda bukti

Cukup jelas

58Perpres 8 Tahun 2006 (Perubahan Keempat) Pasal II angka (1) menjelaskan lebih lanjut pengaturan sertifikasi keahlian pengadaan barang/jasa sebagai berikut: ”Sebelum pelaksanaan sertifikasi keahlian pengadaan barang/jasa dapat dilakukan sesuai dengan Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, maka pelaksanaan sertifikasi keahlian pengadaan barang/jasa dikoordinasikan oleh Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas.” Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas melalui Surat Edaran Nomor 0021/M. PPN/01/2008 angka (2) menegaskan pengalihan kebijakan sertifikasi keahlian pengadaan barang/jasa pemerintah kepada Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) yang telah dibentuk melalui Peraturan Presiden Nomor 106 Tahun 2007.

71

Page 75: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

BATANG TUBUH – Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

keikutsertaan dalam pelatihan pengadaan barang/jasa pemerintah.59

(3) Sampai dengan tanggal 31 Desember 2005, di bidang

jasa konstruksi diberlakukan ketentuan pemaketan sebagai berikut:

a. Pengadaan dengan nilai di atas Rp1.000.000.000,00

(satu miliar rupiah) sampai dengan Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) diperuntukkan bagi usaha menengah jasa pelaksanaan konstruksi, kecuali untuk paket pekerjaan yang menuntut kompetensi teknis yang tidak dapat dipenuhi oleh usaha menengah;

b. Pengadaan dengan nilai sampai dengan

Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) diperuntukkan bagi usaha kecil jasa perencanaan dan pengawasan konstruksi, kecuali untuk paket pekerjaan yang menuntut kompetensi teknis yang tidak dapat dipenuhi oleh usaha kecil;

(4) Pengadaan barang/jasa yang dilaksanakan sebelum

tanggal 1 Januari 2004 dapat berpedoman pada Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 2000 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Instansi Pemerintah beserta Petunjuk Teknisnya.

59 Perpres 8 Tahun 2006 (Perubahan Keempat) Pasal II angka (2), (3) dan (4) menjelaskan lebih lanjut pengaturan pemberlakuan dan keberlakuan sertifikasi keahlian pengadaan barang/jasa sebagai berikut: “2. Dalam hal Pejabat Pembuat Komitmen dan panitia/pejabat pengadaan belum memiliki sertifikat

keahlian pengadaan barang/jasa pemerintah sampai dengan batas waktu yang ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (1), maka panitia/pejabat pengadaan tetap dapat melakukan pengadaan barang/jasa pemerintah sampai dengan tanggal 31 Desember 2007, sepanjang telah memiliki bukti keikutsertaan dalam pelatihan pengadaan barang/jasa pemerintah.”

Namun demikian, dalam Penjelasan Pasal II Angka (2) ditegaskan agar Departemen / Lembaga / Komisi / BI / Pemerintah Daerah / BHMN / BUMN / BUMD wajib mengutamakan pejabat yang telah mempunya sertifikat keahlian tersebut untuk diangkat menjadi Pejabat / Panitia Pengadaan / Anggota Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit). Selanjutnya Perpres 8 Tahun 2006 menyatakan: “3. Pengadaan barang/jasa pemerintah yang dilaksanakan oleh Pejabat Pembuat

Komitmen/panitia/pejabat pengadaan yang belum memiliki sertifikat keahlian pengadaan barang/jasa sebelum berlakunya Peraturan Presiden ini, dinyatakan tetap sah, sepanjang pada saat kegiatan pengadaan barang/jasa pemerintah dimaksud dilaksanakan, yang bersangkutan telah memiliki bukti keikutsertaan dalam pelatihan pengadaan barang/jasa pemerintah.

4. Sertifikat keahlian pengadaan barang/jasa yang telah diterbitkan oleh Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas sebelum berlakunya Peraturan Presiden ini dinyatakan berlaku sebagai sertifikat keahlian pengadaan barang/jasa sebagaimana diatur dalam Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2005.”

Khusus untuk angka (2) tersebut di atas, Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas melalui Surat Edaran Nomor 0021/M. PPN/01/2008 angka (1) telah memperpanjang keberlakuan sementara bukti keikutsertaan dalam pelatihan pengadaan barang/jasa pemerintah sebagai sertifikat keahlian pengadaan barang/jasa sampai dengan 31 Desember 2008.

72

Page 76: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

BATANG TUBUH – Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

BAB IX KETENTUAN PENUTUP

Pasal 53

Dengan berlakunya Keputusan Presiden ini, maka: 1. Keputusan Presiden Nomor 16 Tahun 1994 tentang

Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagaimana diubah beberapa kali terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 6 Tahun 1999 yang masih berlaku pada saat Keputusan Presiden ini ditetapkan;

2. Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 2000 tentang

Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Instansi Pemerintah; beserta petunjuk teknis dan seluruh

perubahannya dinyatakan tidak berlaku.

Cukup jelas

Pasal 54

Keputusan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Keputusan Presiden ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Cukup jelas

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 3 Nopember 2003

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd.

MEGAWATI SOEKARNOPUTRI

Diundangkan di Jakarta pada tanggal 3 Nopember 2003

SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

ttd. BAMBANG KESOWO

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2003 NOMOR 120

73

Page 77: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

74

KONSOLIDASI

KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 80 TAHUN 2003 DAN PERUBAHANNYA

KEPPRES 61 TAHUN 2004 (Perubahan Pertama) PERPRES 32 TAHUN 2005 (Perubahan Kedua) PERPRES 70 TAHUN 2005 (Perubahan Ketiga) PERPRES 8 TAHUN 2006 (Perubahan Keempat) PERPRES 79 TAHUN 2006 (Perubahan Kelima) PERPRES 85 TAHUN 2006 (Perubahan Keenam) PERPRES 95 TAHUN 2006 (Perubahan Ketujuh)

TENTANG

PEDOMAN PELAKSANAAN

PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

Page 78: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 80 TAHUN 2003 TANGGAL : 3 NOPEMBER 2003

BAB I

PERSIAPAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

A. Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

1. Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Yang Dilaksanakan Penyedia Barang/Jasa

Pejabat Pembuat Komitmen diwajibkan menyusun perencanaan pengadaan barang/jasa yang meliputi:

a. Pemaketan Pekerjaan

1) Dalam penentuan paket pengadaan, Pejabat Pembuat Komitmen bersama dengan panitia, wajib memaksimalkan penggunaan produksi dalam negeri dan perluasan kesempatan bagi usaha kecil termasuk koperasi kecil.

2) Pejabat Pembuat Komitmen diwajibkan: a) menetapkan sebanyak-banyaknya paket pengadaan untuk usaha kecil termasuk

koperasi kecil tanpa mengabaikan prinsip efisiensi, kesatuan sistem barang/jasa, kualitas dan kemampuan teknis usaha kecil termasuk koperasi kecil;

b) mengumumkan secara luas paket-paket pekerjaan dan rencana pelaksanaan pengadaan sebelum proses pemilihan penyedia barang/jasa dimulai.

3) Pejabat Pembuat Komitmen dilarang: a) memecah pengadaan barang/jasa menjadi beberapa paket dengan maksud

untuk menghindari pelelangan; b) menyatukan atau memusatkan beberapa kegiatan yang tersebar di beberapa

daerah yang menurut sifat pekerjaan dan tingkat efisiensinya seharusnya dilakukan di daerah masing-masing;

c) menyatukan/menggabung beberapa paket pekerjaan yang menurut sifat pekerjaan dan besaran nilainya seharusnya dilakukan oleh usaha kecil termasuk koperasi kecil menjadi satu paket pekerjaan untuk dilaksanakan oleh perusahaan/koperasi menengah dan/atau besar;

d) menentukan kriteria, persyaratan atau prosedur pengadaan yang diskriminatif dan/atau dengan pertimbangan yang tidak obyektif.

b. Jadual Pelaksanaan Pekerjaan

1) Pejabat Pembuat Komitmen wajib membuat jadual pelaksanaan pekerjaan; 2) Jadual pelaksanaan pekerjaan meliputi pelaksanaan pemilihan penyedia

barang/jasa, waktu mulai dan berakhirnya pelaksanaan pekerjaan, dan waktu serah terima akhir hasil pekerjaan;

3) Pembuatan jadual pelaksanaan pekerjaan disusun sesuai dengan waktu yang diperlukan serta dengan memperhatikan batas akhir tahun anggaran/batas akhir efektifnya anggaran.

c. Biaya Pengadaan

Pejabat Pembuat Komitmen wajib menyediakan biaya yang diperlukan untuk proses pengadaan.

75

Page 79: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB I (PERSIAPAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

d. Pelaksana Pengadaan

1) Untuk melaksanakan pengadaan Pejabat Pembuat Komitmen wajib membentuk panitia pengadaan atau menunjuk pejabat pengadaan;

2) Untuk paket pengadaan di atas Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dilaksanakan dengan membentuk panitia pengadaan;

3) Untuk paket pengadaan sampai dengan nilai Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dilaksanakan dengan membentuk panitia pengadaan atau menunjuk pejabat pengadaan.

2. Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa dengan Swakelola

Pekerjaan swakelola adalah pekerjaan yang dilaksanakan sendiri oleh Pejabat Pembuat Komitmen atau dikuasakan kepada instansi pemerintah bukan penanggung jawab anggaran/kelompok masyarakat/lembaga swadaya masyarakat.

a. Perencanaan Kegiatan

1) Menetapkan sasaran, rencana kegiatan dan jadual pelaksanaan; 2) Melakukan perencanaan teknis dan menyiapkan metode pelaksanaan yang tepat

agar diperoleh rencana keperluan tenaga, bahan, dan peralatan yang sesuai; 3) Menyusun rencana keperluan tenaga, bahan dan peralatan secara rinci serta

dijabarkan ke dalam rencana kerja bulanan, rencana kerja mingguan dan rencana kerja harian;

4) Menyusun rencana total biaya secara rinci dalam rencana biaya bulanan dan biaya mingguan;

5) Butir 1) sampai dengan butir 4) dituangkan dalam bentuk kerangka acuan kerja.

b. Penyusunan Kerangka Acuan Kerja Swakelola

Kerangka Acuan Kerja memuat hal-hal sebagai berikut: 1) Uraian kegiatan yang akan dilaksanakan meliputi latar belakang, maksud dan

tujuan, sumber pendanaan, serta jumlah tenaga yang diperlukan; 2) Waktu pelaksanaan yang diperlukan; 3) Produk yang dihasilkan; 4) Besarnya pembiayaan.

c. Jadual Pelaksanaan Pekerjaan/Kegiatan

1) Pejabat Pembuat Komitmen untuk membantu pelaksanaan kegiatan membuat jadual pelaksanaan pekerjaan/kegiatan;

2) Jadual pelaksanaan kegiatan adalah waktu pelaksanaan pekerjaan/kegiatan yang meliputi waktu mulai hingga berakhirnya pelaksanaan pekerjaan/ kegiatan;

3) Pembuatan jadual pelaksanaan pekerjaaan/kegiatan disusun dengan mempertimbangkan waktu yang cukup bagi pelaksanaan pekerjaan/ kegiatan.

d. Penyusunan Rencana Biaya Pekerjaan/Kegiatan

1) Pejabat Pembuat Komitmen membuat rincian biaya pekerjaan/kegiatan dengan tidak melampaui pagu anggaran yang telah ditetapkan dalam dokumen anggaran;

2) Rincian biaya pekerjaan/kegiatan tersebut mengikuti ketentuan peraturan perundangan yang berlaku;

3) Dalam hal diperlukan tenaga ahli/peralatan/bahan tertentu maka dapat dilakukan kontrak/sewa tersendiri.

76

Page 80: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB I (PERSIAPAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

e. Pelaksanaan Kegiatan oleh Masyarakat/Lembaga Swadaya Masyarakat

1) Untuk pekerjaan/kegiatan yang sebagian atau seluruhnya dilaksanakan oleh masyarakat/lembaga swadaya masyarakat, perlu dibuat surat penunjukan/surat kuasa;

2) Pertanggung jawaban untuk pekerjaan/kegiatan ini dilaksanakan sesuai ketentuan yang berlaku dan disampaikan kepada pengguna.

B. Pembentukan Panitia Pengadaan/Penunjukan Pejabat Pengadaan

1. Panitia Pengadaan berjumlah gasal beranggotakan sekurang-kurangnya:

a. 3 (tiga) orang, untuk pengadaan barang/jasa pemborongan/jasa lainnya sampai dengan nilai Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) atau untuk pengadaan jasa konsultansi sampai dengan nilai Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah);

b. 5 (lima) orang, untuk pengadaan barang/jasa pemborongan/jasa lainnya dengan nilai di atas Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) atau untuk pengadaan jasa konsultansi dengan nilai di atas Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).

2. Anggota panitia pengadaan terdiri dari unsur-unsur yang memahami:

a. tata cara pengadaan;

b. substansi pekerjaan/kegiatan yang bersangkutan;

c. hukum-hukum perjanjian/kontrak.

3. Pejabat pengadaan yang ditunjuk adalah 1 (satu) orang yang memahami:

a. tata cara pengadaan;

b. substansi pekerjaan/kegiatan yang bersangkutan;

c. Ketentuan-ketentuan perjanjian/surat perintah kerja.

C. Penetapan Sistem Pengadaan Yang Dilaksanakan Penyedia Barang/Jasa

Dengan mempertimbangkan jenis, sifat, dan nilai barang/jasa serta kondisi lokasi, kepentingan masyarakat dan jumlah penyedia barang/jasa yang ada, Pejabat Pembuat Komitmen bersama dengan panitia/pejabat pengadaan, terlebih dahulu harus menetapkan metoda pemilihan penyedia barang/jasa, metoda penyampaian dokumen penawaran, metoda evaluasi penawaran, dan jenis kontrak yang paling tepat atau cocok dengan barang/jasa yang bersangkutan.

1. Penetapan Metoda Pemilihan Penyedia Barang/Jasa

a. Metoda Pemilihan Penyedia Barang/Jasa Pemborongan/Jasa Lainnya

1) Semua pemilihan penyedia barang/jasa pemborongan/jasa lainnya pada prinsipnya dilakukan dengan pelelangan umum;

2) Untuk pekerjaan yang kompleks dan jumlah penyedia barang/jasa yang mampu melaksanakan diyakini terbatas, maka pemilihan penyedia barang/jasa dapat dilakukan dengan metoda pelelangan terbatas;

3) Pemilihan langsung dapat dilaksanakan untuk pengadaan yang bernilai sampai dengan Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah);

77

Page 81: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB I (PERSIAPAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

4) Penunjukan langsung dapat dilaksanakan dalam hal memenuhi kriteria sebagai berikut: a) Keadaan tertentu, yaitu:

(1) penanganan darurat untuk pertahanan negara, keamanan dan keselamatan masyarakat yang pelaksanaan pekerjaannya tidak dapat ditunda, atau harus dilakukan segera, termasuk penanganan darurat akibat bencana alam; dan/atau

(2) pekerjaan yang perlu dirahasiakan yang menyangkut pertahanan dan keamanan negara yang ditetapkan oleh Presiden; dan/atau

(3) pekerjaan yang berskala kecil dengan nilai maksimum Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dengan ketentuan: (a) untuk keperluan sendiri; dan/atau (b) teknologi sederhana; dan/atau (c) resiko kecil; dan/atau (d) dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa usaha orang perseorangan

dan/atau badan usaha kecil termasuk koperasi kecil. (4) Pekerjaan pengadaan barang dan pendistribusian logistik pemilihan

Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang penanganannya memerlukan pelaksanaan secara cepat dalam rangka penyelenggaraan pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang diselenggarakan sampai dengan bulan Juli 2005 berdasarkan peraturan perundang-undangan; dan/atau60

(5)61 Pekerjaan pengadaan barang/jasa yang penanganannya memerlukan pelaksanaan secara cepat dalam rangka rehabilitasi dan rekonstruksi di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara yang dilaksanakan oleh Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah dan Kehidupan Masyarakat Provinsi NAD dan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara. Pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam angka (5) meliputi: a. pekerjaan pengadaan perumahan, yang waktu pelaksanaan

pengadaannya dilakukan sebelum 31 Desember 200662; b. pekerjaan yang dilakukan dalam rangka meneruskan pekerjaan

pengadaan perumahan yang tidak dilaksanakan oleh pemberi hibah sesuai dengan tenggat waktu yang telah ditetapkan oleh Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi, yang penyelesaian pekerjaannya perlu dilaksanakan secara cepat paling lama 1 (satu) tahun setelah pemberi hibah tidak mampu melaksanakan kewajibannya.

(6) pekerjaan pengadaan barang dan pendistribusian logistik pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang penanganannya memerlukan pelaksanaan secara cepat dalam rangka penyelenggaraan pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi dan kabupaten/kota yang diselenggarakan sampai dengan bulan Desember 2006 berdasarkan peraturan perundang-undangan. Pekerjaan tersebut meliputi pengadaan Kartu Tanda Penduduk, pengadaan dan pendistribusian surat suara, kartu pemilih beserta

60 Ditambahkan dalam Perpres 32 Tahun 2004 (Perubahan Kedua) Pasal I angka (2). 61 Ditambahkan dalam Perpres 70 Tahun 2005 (Perubahan Ketiga) Pasal I angka (6). 62 Tenggat waktu 31 Desember 2006 yang diatur dalam Perpres 79 Tahun 2006 (Perubahan Kelima) Pasal I angka (3) merupakan penyesuaian dari sebelumnya tanggal 1 Juli 2006 dalam Perpres 70 Tahun 2005 (Perubahan Ketiga) Pasal I angka (6).

78

Page 82: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB I (PERSIAPAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

perlengkapan lainnya untuk pelaksanaan pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.63

b) Pengadaan barang/jasa khusus, yaitu: (1) pekerjaan berdasarkan tarif resmi yang ditetapkan pemerintah; atau (2) pekerjaan/barang spesifik yang hanya dapat dilaksanakan oleh satu penyedia

barang/jasa, pabrikan, pemegang hak paten; atau (3) merupakan hasil produksi usaha kecil atau koperasi kecil atau pengrajin

industri kecil yang telah mempunyai pasar dan harga yang relatif stabil; atau

(4) pekerjaan yang kompleks yang hanya dapat dilaksanakan dengan penggunaan teknologi khusus dan/atau hanya ada satu penyedia barang/jasa yang mampu mengaplikasikannya.

(5) Pekerjaan pengadaan dan distribusi bahan obat, obat dan alat kesehatan dalam rangka menjamin ketersediaan obat untuk pelaksanaan peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang jenis, jumlah dan harganya telah ditetapkan oleh Menteri yang bertanggung jawab di bidang kesehatan64

b. Metoda Pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi

1) Semua pengadaan jasa konsultansi pada prinsipnya dilakukan dengan seleksi umum;

2) Untuk pekerjaan jasa konsultansi yang kompleks dan jumlah penyedia jasa yang mampu melaksanakan diyakini terbatas, maka pemilihan penyedia barang/jasa dapat dilakukan dengan metoda seleksi terbatas;

3) Seleksi langsung dapat dilaksanakan untuk pengadaan yang bernilai sampai dengan Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah);

4) Penunjukan langsung dapat dilaksanakan dalam hal memenuhi kriteria sebagai berikut: a. penanganan darurat untuk pertahanan negara, keamanan dan keselamatan

masyarakat yang pelaksanaan pekerjaannya tidak dapat ditunda/harus dilakukan segera; dan/atau

b. penyedia jasa tunggal; dan/atau c. pekerjaan yang perlu dirahasiakan yang menyangkut pertahanan dan keamanan

negara yang ditetapkan oleh Presiden; dan/atau d. pekerjaan yang berskala kecil dengan ketentuan: untuk keperluan sendiri,

mempunyai resiko kecil, menggunakan teknologi sederhana, dilaksanakan oleh penyedia jasa usaha orang perseorangan dan badan usaha kecil, dan/atau bernilai sampai dengan Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah); dan/atau

e. pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh pemegang hak paten atau pihak yang telah mendapat ijin.

f. pekerjaan yang memerlukan penyelesaian secara tepat dalam rangka pengembalian kekayaan negara yang penanganannya dilakukan secara khusus berdasarkan peraturan perundang-undangan.65

g.66 pekerjaan yang memerlukan penyelesaian secara cepat dalam rangka rehabilitasi dan rekonstruksi di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara yang dilaksanakan oleh Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah dan Kehidupan Masyarakat Provinsi NAD dan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara.

63 Ditambahkan dalam Perpres 85 Tahun 2006 (Perubahan Keenam) Pasal I angka (2). 64 Ditambahkan dalam Perpres 95 Tahun 2007 (Perubahan Ketujuh) Pasal I angka (2). 65 Ditambahkan dalam Keppres 61 Tahun 2004 (Perubahan Pertama) Pasal I angka (2). 66 Ditambahkan dalam Perpres 70 Tahun 2005 (Perubahan Ketiga) Pasal I angka (7).

79

Page 83: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB I (PERSIAPAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

Pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam huruf g adalah pekerjaan desain dan perencanaan, yang waktu pelaksanaan pengadaannya dilakukan sebelum 31 Desember 2006.67

2. Penetapan Metoda Penyampaian Dokumen Penawaran

a. Metoda Satu Sampul

Metoda Satu Sampul lebih tepat digunakan untuk pengadaan barang/jasa yang bersifat sederhana dan spesifikasi teknisnya jelas atau pengadaan dengan standar harga yang telah ditetapkan pemerintah atau pengadaan barang/jasa yang spesifikasi teknis atau volumenya dapat dinyatakan secara jelas dalam dokumen pengadaan. Sebagai contoh: pengadaan jasa pemborongan, alat tulis kantor (ATK), mobil, dan sepeda motor.

Cara penyampaian dokumen penawaran dengan sistem satu sampul adalah sebagai berikut:

1) Keseluruhan dokumen penawaran dimasukkan ke dalam satu sampul, yang mencakup semua persyaratan dan dokumen sebagaimana diminta dalam dokumen pengadaan;

2) Dokumen penawaran mencakup surat penawaran yang dilengkapi dengan persyaratan administrasi, teknis, dan perhitungan harga yang ditandatangani oleh penyedia barang/jasa sebagaimana disyaratkan dalam dokumen pengadaan;

3) Pada sampul luar hanya dicantumkan alamat Pejabat Pembuat Komitmen yang mengadakan pengadaan barang/jasa dan kata-kata “dokumen penawaran pengadaan barang/jasa … (yang mencantumkan: jenis pekerjaan, tempat, hari, tanggal, bulan, tahun, jam pemasukan)”;

4) Apabila penawaran disampaikan melalui pos, sampul tersebut pada angka 3) dimasukkan ke dalam sampul luar yang hanya mencantumkan alamat Pejabat Pembuat Komitmen yang mengadakan pengadaan barang/jasa serta tempat, hari, tanggal, bulan, tahun, dan jam pemasukan;

5) Harga penawaran dalam dokumen penawaran dicantumkan dengan jelas dalam angka dan huruf;

6) Dokumen penawaran bersifat rahasia. Oleh sebab itu, dilarang dikirim kepada anggota panitia pengadaan atau perseorangan, melainkan kepada alamat sebagaimana disebutkan pada angka 4);

7) Jika disampaikan secara langsung, maka dokumen penawaran harus dimasukkan oleh peserta yang bersangkutan ke dalam tempat/kotak yang telah disediakan oleh panitia/pejabat pengadaan;

8) Jika dokumen penawaran disampaikan melalui pos, Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) mencatat tanggal dan jam penerimaannya, serta memasuk-kannya ke tempat/kotak yang tertutup, yang terkunci dan tersegel yang telah ditentukan. Dokumen penawaran yang diterima setelah batas waktu pemasukan penawaran tidak diikutsertakan.

b. Metoda Dua Sampul

Metoda Dua Sampul digunakan dalam hal diperlukan evaluasi teknis yang lebih mendalam terhadap penawaran yang disampaikan oleh para penyedia barang/jasa, dan untuk menjaga agar evaluasi teknis jangan sampai terpengaruh oleh besarnya

67 Tenggat waktu 31 Desember 2006 yang diatur dalam Perpres 79 Tahun 2006 (Perubahan Kelima) Pasal I angka (4) merupakan penyesuaian dari sebelumnya tanggal 1 Juli 2006 dalam Perpres 70 Tahun 2005 (Perubahan Ketiga) Pasal I angka (7).

80

Page 84: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB I (PERSIAPAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

penawaran harga. Metoda ini lebih tepat digunakan untuk pengadaan peralatan dan mesin yang tidak sederhana.

Cara penyampaian penawaran dengan metoda dua sampul adalah sebagai berikut:

1) Sampul pertama berisi kelengkapan data administrasi dan teknis yang disyaratkan dan pada sampul tertulis “Data Administrasi dan Teknis“;

2) Sampul kedua berisi data perhitungan harga penawaran dan pada sampul ditulis “Data Harga Penawaran”;

3) Sampul pertama dan kedua dimasukkan ke dalam satu sampul (disebut sampul penutup);

4) Sampul penutup hanya mencantumkan alamat Pejabat Pembuat Komitmen yang mengadakan pengadaan barang/jasa dan kata-kata “dokumen penawaran pengadaan barang/jasa … (yang mencantumkan: jenis, tempat, hari, tanggal, bulan, tahun, jam pemasukan)”;

5) Apabila penawaran disampaikan melalui pos, sampul penutup yang berisi sampul pertama dan sampul kedua dimasukkan dalam satu sampul, disebut sampul luar;

6) Sampul luar hanya mencantumkan alamat Pejabat Pembuat Komitmen yang mengadakan pengadaan barang/jasa serta tempat, hari, tanggal, bulan, tahun, dan jam pemasukan. Dokumen penawaran yang diterima melalui pos, pada sampul luarnya diberi catatan tanggal dan jam penerimaan. Dokumen penawaran yang diterima setelah batas akhir pemasukan, tidak diikutsertakan dan diberitahukan kepada peserta yang bersangkutan untuk diambil kembali;

7) Harga penawaran dalam dokumen penawaran dicantumkan dengan jelas dalam angka dan huruf. Jumlah yang tertera dalam angka harus sesuai dengan jumlah yang tertera dalam huruf;

8) Dokumen penawaran bersifat rahasia. Oleh sebab itu, dilarang dikirim kepada anggota panitia pengadaan atau perseorangan, melainkan kepada alamat sebagaimana disebutkan pada angka 4);

9) Dokumen penawaran disampaikan pada waktu yang telah ditentukan dan sekaligus dimasukkan ke dalam tempat/kotak tertutup yang terkunci dan disegel, yang disediakan oleh panitia/pejabat pengadaan.

c. Metoda Dua Tahap

Metoda Dua Tahap dapat digunakan untuk pengadaan barang/jasa berkaitan dengan penggunaan teknologi tinggi, kompleks dan resiko tinggi dan/atau yang mengutamakan tercapainya/pemenuhan kriteria kinerja tertentu dari keseluruhan sistem termasuk pertimbangan kemudahan atau efisiensi pengoperasian dan pemeliharan peralatannya dan/atau yang mempunyai beberapa alternatif penggunaan sistem dan disain penerapan teknologi yang berbeda, serta pengadaan barang/jasa yang memerlukan penyesuaian kriteria teknis untuk menyetarakan spesifikasi teknis diantara penawar sesuai yang disyaratkan pada dokumen pengadaan. Sebagai contoh: kontrak terima jadi (turnkey), rancang bangun rekayasa, dan pembangkit tenaga listrik.

Pemasukan dokumen penawaran dengan metoda dua tahap dilakukan sebagai berikut:

1) Tahap Pertama a) Pada tahap I dimasukkan sampul yang memuat persyaratan administrasi dan

teknis sebagaimana disyaratkan dalam dokumen pengadaan barang/jasa dan tidak termasuk usulan harga;

b) Pada sampul tahap I hanya dicantumkan alamat Pejabat Pembuat Komitmen yang mengadakan pengadaan barang/jasa dan kata-kata “dokumen penawaran

81

Page 85: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB I (PERSIAPAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

pengadaan barang/jasa tahap I (yang mencantumkan: jenis, tempat, hari, tanggal, bulan, tahun, jam pemasukan)”;

c) Apabila penawaran disampaikan melalui pos, sampul pertama dimasukkan dalam satu sampul, disebut sampul luar;

d) Sampul luar hanya memuat alamat Pejabat Pembuat Komitmen yang mengadakan pengadaan barang/jasa serta tempat, hari, tanggal, bulan, tahun, dan jam pemasukan. Dokumen penawaran yang diterima melalui pos, pada sampul luarnya diberi catatan tanggal dan jam penerimaan. Dokumen penawaran yang diterima setelah batas akhir pemasukan, tidak diikutsertakan dan diberitahukan kepada peserta yang bersangkutan untuk diambil kembali.

2) Tahap Kedua a) Calon penyedia barang/jasa, yang telah dinyatakan lulus oleh Pejabat / Panitia

Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) pada evaluasi tahap pertama, diminta memasukkan surat penawaran harga yang dimasukan ke dalam sampul kedua;

b) Surat penawaran harga tersebut dilampiri rincian analisis biaya, dan syarat lainnya yang telah disepakati pada tahap pertama;

c) Harga penawaran dalam surat penawaran dicantumkan dengan jelas dalam angka dan huruf;

d) Dokumen penawaran bersifat rahasia dan hanya ditujukan kepada alamat yang telah ditetapkan;

e) Dokumen penawaran disampaikan pada waktu yang telah ditentukan dan dimasukkan ke dalam kotak/tempat tertutup yang terkunci dan disegel. Dokumen penawaran yang diterima setelah batas akhir pemasukan, tidak diikutsertakan dan diberitahukan kepada peserta yang bersangkutan untuk mengambil kembali dokumen penawarannya;

f) Apabila penawaran disampaikan melalui pos, sampul kedua dimasukkan dalam satu sampul, disebut sampul luar. Sampul luar hanya memuat alamat Pejabat Pembuat Komitmen, tempat, hari, tanggal, bulan, tahun, dan jam pemasukan akan diadakan. Dokumen penawaran yang diterima melalui pos, pada sampul luarnya diberi catatan tanggal dan jam penerimaan. Dokumen penawaran yang diterima setelah batas waktu pemasukan, tidak diikutsertakan dan diberitahukan kepada peserta yang bersangkutan untuk mengambil kembali dokumen penawarannya.

3. Penetapan Metoda Evaluasi Penawaran

a. Kriteria dan Tata Cara Evaluasi

1) Kriteria dan tata cara evaluasi harus ditetapkan dalam dokumen pengadaan dan dijelaskan pada waktu pemberian penjelasan. Perubahan kriteria dan tata cara evaluasi dapat dilakukan dan disampaikan secara tertulis kepada seluruh peserta dalam waktu memadai sebelum pemasukan penawaran;

2) Dalam mengevaluasi penawaran, Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) berpedoman pada kriteria dan tata cara evaluasi yang ditetapkan dalam dokumen pengadaan dan penjelasan sebelumnya. Bila terdapat hal-hal yang kurang jelas dalam suatu penawaran, Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) dapat melakukan klarifikasi dengan calon penyedia barang/jasa yang bersangkutan. Dalam klarifikasi, penawar hanya diminta untuk menjelaskan hal-hal yang menurut Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) kurang jelas, namun tidak diperkenankan mengubah substansi penawaran. Demikian juga, calon penyedia barang/jasa tidak diperbolehkan menambah atau mengurangi atau mengubah penawarannya setelah penawaran dibuka (post bidding);

82

Page 86: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB I (PERSIAPAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

3) Pengertian/batasan tentang substansi penawaran harus dicantumkan dengan jelas dalam dokumen pengadaan dan dijelaskan kepada calon penyedia barang/jasa sebelum pembukaan penawaran;

4) Untuk hal-hal tertentu, calon penyedia barang/jasa mungkin perlu diminta konfirmasi, untuk membuat pernyataan kesanggupannya, misalnya apabila masa berlakunya surat jaminan penawaran telah habis. Dalam hal tersebut calon penyedia barang/jasa diminta konfirmasi mengenai kesanggupannya untuk pelaksanaan pekerjaan tersebut berdasarkan harga yang ditawarkannya;

5) Dalam pengadaan barang/jasa Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) maupun peserta dilarang melakukan tindakan post bidding;

6) Dalam penelitian/evaluasi atas penawaran harga, perlu diperhatikan: a) HPS merupakan salah satu acuan untuk menilai kewajaran harga terhadap

penawaran yang masuk dan tidak dapat dijadikan dasar untuk menggugurkan penawaran;

b) Penerapan preferensi harga penggunaan produksi dalam negeri dilakukan untuk menentukan harga terevaluasi guna menetapkan urutan calon pemenang;

c) Apabila dalam dokumen pengadaan mengatur kemungkinan calon penyedia barang/jasa menyampaikan penawaran alternatif, maka penawaran alternatif yang ternyata baik dari segi teknis maupun harga lebih menguntungkan bagi negara (harga lebih rendah dari penawaran utama), dapat diusulkan sebagai calon pemenang lelang dengan ketentuan penawaran alternatif yang dievaluasi hanya penawaran alternatif dari calon penyedia barang/jasa yang penawaran utamanya merupakan penawaran terendah dan responsif.

b. Evaluasi Penawaran

1) Evaluasi Penawaran Untuk Pengadaan Barang/Jasa Pemborongan/Jasa Lainnya a) Sistem Gugur

Evaluasi penawaran dengan sistem gugur dapat dilakukan untuk hampir seluruh pengadaan barang/jasa pemborongan/jasa lainnya. Urutan proses penilaian dengan sistem ini adalah sebagai berikut: (1) Evaluasi Administrasi

(a) Evaluasi administrasi dilakukan terhadap penawaran yang memenuhi syarat pada pembukaan penawaran;

(b) Evaluasi administrasi dilakukan terhadap dokumen penawaran yang masuk dan dievaluasi kelengkapan dan keabsahan syarat administrasi. Unsur-unsur yang dievaluasi pada tahap ini harus berdasarkan ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam dokumen pengadaan (tidak dikurangi atau ditambah);

(c) Evaluasi administrasi menghasilkan dua kesimpulan, yaitu memenuhi syarat administrasi atau tidak memenuhi syarat administrasi.

(2) Evaluasi Teknis (a) Evaluasi teknis dilakukan terhadap penawaran yang dinyatakan

memenuhi persyaratan/lulus administrasi; (b) Faktor-faktor yang dievaluasi pada tahap ini harus sesuai dengan

kriteria yang ditetapkan dalam dokumen pengadaan (tidak dikurangi atau ditambah);

(c) Hasil evaluasi teknis adalah: memenuhi syarat teknis (lulus) atau tidak memenuhi syarat teknis (gugur).

(3) Evaluasi Harga (a) Evaluasi harga hanya dilakukan terhadap penawaran yang dinyatakan

lulus/memenuhi persyaratan administrasi dan teknis;

83

Page 87: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB I (PERSIAPAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

(b) Berdasarkan hasil evaluasi harga, Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) membuat daftar urutan penawaran yang dimulai dari urutan harga penawaran terendah dan mengusulkan penawar terendah sebagai calon pemenang.

b) Sistem Nilai (Merit Point System) Evaluasi penawaran dengan sistem nilai digunakan untuk pengadaan barang/jasa pemborongan/jasa lainnya yang memperhitungkan keunggulan teknis sepadan dengan harganya, mengingat penawaran harga sangat dipengaruhi oleh kualitas teknis. Urutan proses penilaian dengan sistem ini adalah sebagai berikut: (1) Evaluasi Administrasi

(a) Evaluasi administrasi dilakukan terhadap penawaran yang memenuhi syarat pada pembukaan penawaran;

(b) Evaluasi administrasi dilakukan terhadap dokumen penawaran yang masuk dan dievaluasi kelengkapan dan keabsahan syarat administrasi. Unsur-unsur yang dievaluasi pada tahap ini harus berdasarkan ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam dokumen pengadaan (tidak dikurangi atau ditambah);

(c) Evaluasi administrasi menghasilkan dua kesimpulan, yaitu memenuhi syarat administrasi atau tidak memenuhi syarat administrasi.

(2) Evaluasi Teknis dan Harga (a) Sistem nilai menggunakan pendekatan/metode kuantitatif, yaitu

dengan memberikan nilai angka terhadap unsur-unsur teknis dan harga yang dinilai sesuai dengan kriteria yang ditetapkan dalam dokumen pengadaan;

(b) Evaluasi teknis dan harga dilakukan terhadap penawaran-penawaran yang dinyatakan memenuhi persyaratan administrasi, dengan memberikan penilaian (skor) terhadap unsur-unsur teknis dan/atau harga penawaran (lihat contoh);

(c) Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) membuat daftar urutan penawaran, yang dimulai dari urutan penawaran yang memiliki nilai tertinggi;

Contoh:

Sistem Nilai (Merit Point System)

Pengadaan Barang: 1 (satu) Unit Turbin Air

No. Unsur Penilaian Nilai Bobot

Penawar “A”

Penawar “B”

Penawar “C”

1. Harga alat (setelah dievaluasi)

50 50 45 44

2. Harga suku cadang 10 7 4 5 3. Disain teknis dan

kinerja 15 11 14 15

4. Waktu penyerahan 5 3 3 5 5. Pelayanan pasca jual 10 6 7 8 6. Standardisasi 10 6 8 8 Total 100 83 81 85 Peringkat II III I

84

Page 88: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB I (PERSIAPAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

(d) Bila menggunakan nilai ambang batas lulus (passing grade), hal ini harus dicantumkan dalam dokumen pengadaan. Panitia membuat daftar urutan yang dimulai dari penawaran harga terendah untuk semua penawaran yang memperoleh nilai di atas atau sama dengan nilai ambang batas lulus (passing grade).

c) Sistem Penilaian Biaya Selama Umur Ekonomis (Economic Life Cycle Cost) Evaluasi penawaran dengan sistem penilaian biaya selama umur ekonomis khususnya dilakukan untuk pengadaan barang/peralatan yang memperhitungkan faktor-faktor: umur ekonomis, harga, biaya operasi dan pemeliharaan, dalam jangka waktu operasi tertentu. Urutan proses penilaian dengan sistem ini adalah sebagai berikut: (1) Evaluasi Administrasi

(a) Evaluasi administrasi dilakukan terhadap penawaran yang memenuhi syarat pada pembukaan penawaran;

(b) Evaluasi administrasi dilakukan terhadap dokumen penawaran yang masuk dan dievaluasi kelengkapan dan keabsahan syarat administrasi. Unsur-unsur yang dievaluasi pada tahap ini harus berdasarkan ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam dokumen pengadaan (tidak dikurangi atau ditambah);

(c) Evaluasi administrasi menghasilkan dua kesimpulan, yaitu memenuhi syarat administrasi atau tidak memenuhi syarat administrasi.

(2) Evaluasi Teknis dan Harga (a) Sistem economic life cycle cost digunakan khusus untuk mengevaluasi

pengadaan barang yang kompleks dengan memperhitungkan perkiraan biaya operasi dan pemeliharaan serta nilai sisa selama umur ekonomis barang tersebut;

(b) Sistem ini diterapkan terhadap penawaran-penawaran yang dinyatakan telah memenuhi persyaratan administrasi;

(c) Unsur-unsur teknis dan harga yang dinilai telah ditetapkan dalam dokumen pengadaan;

(d) Unsur harga tersebut dikonversikan ke dalam mata uang tunggal berdasarkan perhitungan secara profesional;

(e) Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) membuat daftar urutan yang dimulai dari urutan harga evaluasi terendah;

(f) Biaya-biaya yang dihitung dalam evaluasi, kecuali harga penawaran yang terkoreksi (total bid evaluated price), tidak dimasukkan dalam harga kontrak (hanya berfungsi sebagai alat pembanding saja).

85

Page 89: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB I (PERSIAPAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

Contoh:

SISTEM PENILAIAN BIAYA SELAMA UMUR EKONOMIS (Economic Life Cycle Cost System)

Pengadaan Barang: 1 (satu) Unit Buldozer (x 1 Juta)

No. Umur Penilaian Penawar “A”

Penawar “B”

A Harga Penawaran (setelah koreksi aritmatik)

300 250

B Biaya Operasional (8 Tahun) 250 200 C Biaya Pemeliharaan (8 tahun) 240 300 D Nilai Sisa ( - ) 30 25 Biaya Selama Umur Ekonomis 760 725 Peringkat Tanpa Preferensi

Harga II I

E Preferensi Komponen Dalam Negeri

-- 37.5

Total Harga Evaluasi 760 762.5 Peringkat Dengan Preferensi

Harga I II

Catatan: Umur Ekonomis alat 8 tahun

2) Evaluasi Penawaran Untuk Pengadaan Jasa Konsultansi

a) Metoda Evaluasi Berdasarkan Kualitas (1) Evaluasi penawaran dengan sistem evaluasi digunakan untuk pengadaan

jasa konsultansi yang kompleks dan menggunakan teknologi tinggi, kualitas usulan merupakan faktor yang menentukan terhadap outcome secara keseluruhan, dan lingkup pekerjaan sulit ditetapkan dalam kerangka acuan kerja (KAK). Sebagai contoh: desain pembuatan pembangkit tenaga nuklir, perencanaan terowongan di bawah laut, dan desain pembangunan bandara internasional;

(2) Urutan proses adalah sebagai berikut: (a) Dilakukan penilaian kualitas penawaran teknis, kemudian dipilih

konsultan yang mengajukan penawaran teknis yang terbaik dan diatas batas lulus terendah (passing grade);

(b) Dilakukan pembukaan penawaran biaya dari konsultan dengan nilai penawaran teknis terbaik;

(c) Diadakan klarifikasi dan negosiasi penawaran teknis dan penawaran biaya;

(d) Klarifikasi tidak boleh mengubah sasaran kerangka acuan kerja; (e) Negosiasi biaya dapat segera dilakukan apabila biaya tersebut tidak

wajar; (3) Pengadaan jasa konsultansi dengan cara evaluasi kualitas digunakan bagi

pekerjaan jasa konsultansi yang memerlukan inovasi atau pekerjaan konsultansi yang permasalahannya kompleks.

b) Metoda Evaluasi Berdasarkan Kualitas Teknis dan Biaya (1) Metoda evaluasi berdasarkan kualitas dan biaya digunakan untuk

pekerjaan yang lingkup, keluaran (output), waktu penugasan, dan hal-hal lain dapat diperkirakan dengan baik dalam KAK, serta besarnya biaya dapat ditentukan dengan tepat. Sebagai contoh: desain jaringan irigasi

86

Page 90: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB I (PERSIAPAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

primer, desain jalan, studi kelayakan, konsultansi manajemen, dan supervisi bangunan non-gedung.

(2) Urutan proses evaluasi adalah sebagai berikut: (a) Dilakukan penilaian kualitas penawaran teknis, kemudian dipilih

penawaran-penawaran yang diatas batas lulus (passing grade); (b) Dilakukan penilaian penawaran biaya terhadap konsultan yang

mempunyai nilai evaluasi penawaran teknis di atas batas lulus (passing grade);

(c) Dilakukan penjumlahan atau perhitungan kombinasi nilai penawaran teknis dan nilai penawaran biaya;

(d) Diadakan klarifikasi dan negosiasi terhadap konsultan yang mempunyai nilai kombinasi penawaran teknis dan penawaran biaya terbaik;

(e) Klarifikasi dan negosiasi tidak boleh mengubah sasaran kerangka acuan kerja. Pada prinsipnya harga satuan tidak boleh dinegosiasi kecuali untuk biaya langsung non personil yang dapat diganti dan biaya langsung personil yang dinilai tidak wajar.

(3) Pengadaan jasa konsultansi dengan cara evaluasi kualitas dan biaya digunakan bagi pekerjaan jasa konsultansi yang jumlah maupun kualifikasi tenaga ahli yang diperlukan sudah diketahui secara pasti.

c) Metoda Evaluasi Pagu Anggaran (1) Metoda evaluasi pagu anggaran digunakan untuk pekerjaan yang sederhana,

dapat didefinisikan dan diperinci dengan tepat, meliputi: waktu penugasan, kebutuhan tenaga ahli dan input lainnya serta anggarannya tidak melampaui pagu tertentu. Sebagai contoh: pekerjaan disain dan supervisi bangunan gedung serta pekerjaan survei dan pemetaan skala kecil, dan lain-lain yang serupa.

(2) Urutan proses adalah sebagai berikut: (a) Dilakukan pembukaan penawaran biaya dan dilakukan koreksi

aritmatik; (b) Dipilih konsultan yang menawarkan biaya lebih rendah atau sama

dengan pagu anggaran setelah dilakukan koreksi aritmatik; (c) Dilakukan penilaian kualitas penawaran teknis dari konsultan yang

lulus dari persyaratan penawaran biaya tersebut pada butir (2) huruf (b);

(d) Penentuan pemenang pengadaan jasa konsultansi berdasarkan nilai penawaran teknis terbaik, dilanjutkan dengan klarifikasi dan negosiasi;

(e) Klarifikasi dan negosiasi tidak boleh mengubah sasaran kerangka acuan kerja. Pada prinsipnya harga satuan tidak boleh dinegosiasi kecuali untuk biaya langsung non personil yang dapat diganti dan biaya langsung personil yang dinilai tidak wajar.

(3) Peserta pengadaan jasa konsultansi dengan sistem evaluasi pagu anggaran terdiri dari konsultan yang memenuhi syarat prakualifikasi.;

(4) Pengadaan jasa konsultansi dengan cara evaluasi pagu anggaran digunakan bagi pekerjaan jasa konsultansi yang sederhana dan dana terbatas.

d) Metoda Evaluasi Biaya Terendah (1) Metoda evaluasi biaya terendah digunakan untuk pekerjaan yang bersifat

sederhana dan standar. Sebagai contoh: desain dan/atau supervisi bangunan sederhana dan pengukuran skala kecil.

(2) Urutan proses adalah sebagai berikut: (a) Dilakukan penilaian kualitas penawaran teknis, kemudian dipilih

penawaran-penawaran yang diatas batas lulus (passing grade); (b) Dilakukan pembukaan penawaran biaya terhadap konsultan yang

mempunyai nilai evaluasi penawaran teknis diatas batas lulus (passing

87

Page 91: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB I (PERSIAPAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

grade) serta pengembalian penawaran biaya dari konsultan yang tidak lulus;

(c) Dilakukan penilaian penawaran biaya termasuk koreksi perhitungan pada hari yang sama dengan hari pembukaan penawaran biaya;

(d) Penentuan pemenang pengadaan jasa konsultansi berdasarkan nilai penawaran biaya yang paling rendah;

(e) Diadakan klarifikasi teknis dan negosiasi harga terhadap konsultan pemenang. Klarifikasi tidak boleh mengubah sasaran kerangka acuan kerja dan mengubah harga satuan.

e) Metoda Evaluasi Penunjukan Langsung (1) Metoda evaluasi penunjukan langsung digunakan untuk evaluasi yang

hanya terdiri dari satu penawaran jasa konsultansi berdasarkan kualitas teknis yang dapat dipertanggungjawabkan dan biaya yang wajar;

(2) Urutan proses adalah sebagai berikut: (a) Pembukaan penawaran teknis dan penawaran harga dibuka sekaligus; (b) Dilakukan penilaian kualitas penawaran teknis; (c) Dilakukan klarifikasi dan negosiasi penawaran teknis; (d) Dilakukan kesesuaian penawaran teknis dan penawaran harga; (e) Dilakukan klarifikasi dan negosiasi penawaran harga meliputi biaya

langsung personil, biaya langsung non-personil dan komposisi biaya langsung personil dan/atau biaya langsung non-personil.

D. Penyusunan Jadual Pelaksanaan Pengadaan

Penyusunan jadual pelaksanaan pengadaan harus memberikan alokasi waktu yang cukup untuk semua tahapan proses pengadaan.

1. Pengadaan Barang/Jasa Pemborongan/Jasa Lainnya

a. Pelelangan umum dengan prakualifikasi:

1) Ketentuan alokasi waktu dalam penyusunan jadual adalah sebagai berikut: a) Penayangan pengumuman prakualifikasi sekurang-kurangnya dilaksanakan

selama 7 (tujuh) hari kerja dalam hal pengumuman dilakukan di papan pengumuman resmi untuk penerangan umum, dan internet. Penayangan pengumuman prakualifikasi yang dilaksanakan melalui media cetak, radio atau televisi minimal dilakukan 1 (satu) kali, diawal masa pengumuman;

b) Pengambilan dokumen prakualifikasi dimulai sejak tanggal pengumuman sampai dengan satu hari sebelum batas akhir pemasukan dokumen prakualifikasi;

c) Batas akhir pemasukan dokumen prakualifikasi sekurang-kurangnya 3 (tiga) hari kerja setelah berakhirnya penayangan pengumuman prakualifikasi;

d) Tenggang waktu antara hari pengumuman dengan batas akhir hari pengambilan dokumen prakualifikasi sekurang-kurangnya 7 (tujuh) hari kerja;

e) Pengambilan dokumen penawaran dilakukan satu hari setelah dikeluarkannya undangan lelang sampai dengan satu hari sebelum pemasukan dokumen penawaran;

f) Penjelasan (aanwijzing) dilaksanakan paling cepat 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal pengumuman;

g) Pemasukan dokumen penawaran dimulai satu hari setelah penjelasan (aanwijzing). Batas akhir pemasukan dokumen penawaran sekurang-kurangnya 7 (tujuh) hari kerja setelah penjelasan.

2) Pengalokasian waktu di luar proses butir a) sampai dengan butir g) di atas, diserahkan sepenuhnya kepada Pejabat Pembuat Komitmen.

88

Page 92: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB I (PERSIAPAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

b. Pelelangan umum dengan pasca kualifikasi:

1) Ketentuan alokasi waktu dalam penyusunan jadual adalah sebagai berikut: a) Penayangan pengumuman lelang sekurang-kurangnya dilaksanakan selama 7

(tujuh) hari kerja di website pengadaan nasional. Penayangan pengumuman lelang yang dilaksanakan melalui surat kabar nasional/provinsi minimal dilakukan 1 (satu) kali, diawal masa pengumuman68 ;

b) Pendaftaran dan Pengambilan dokumen penawaran dilakukan 1 (satu) hari setelah pengumuman sampai dengan satu hari sebelum batas akhir pemasukan dokumen penawaran69 ;

c) Penjelasan (aanwijzing) dilaksanakan paling cepat 4 (empat)70 hari kerja sejak tanggal pengumuman;

d) Pemasukan dokumen penawaran dimulai 1 (satu) hari setelah penjelasan (aanwijzing). Batas akhir pemasukan dokumen penawaran sekurang-kurangnya 2 (dua) hari kerja setelah penjelasan. Penetapan waktu pemasukan dokumen penawaran harus memperhitungkan waktu yang diperlukan untuk mempersiapkan dokumen penawaran sesuai dengan jenis, kompleksitas, dan lokasi pekerjaan. Contoh: waktu pemasukan dokumen penawaran untuk pengadaan ATK cukup 2 (dua) hari kerja, waktu pemasukan dokumen penawaran untuk pengadaan untuk peningkatan jalan kabupaten/kota 14 (empat belas) hari kerja, waktu pemasukan dokumen penawaran untuk pengadaan pekerjaan kompleks dapat lebih dari 30 (tiga puluh) hari kerja.71

e) Evaluasi penawaran dapat dilakukan dalam waktu 1 (satu) hari atau sesuai dengan waktu yang diperlukan. Contoh: evaluasi penawaran pengadaan sederhana, misal ATK dapat diselesaikan dalam waktu 1 (satu) hari, waktu evaluasi penawaran pekerjaan peningkatan jalan provinsi diperlukan selama kurang lebih 5 (lima) hari, waktu evaluasi penawaran pekerjaan pembangunan bendungan serbaguna (multi purpose dam) diperlukan selama dapat lebih 15 (lima belas) hari.72

2 Pengalokasian waktu di luar proses butir a) sampai dengan butir d) di atas, diserahkan sepenuhnya kepada Pejabat Pembuat Komitmen, kecuali ditentukan lain dalam Peraturan Presiden ini.73

68 Frasa dalam huruf miring merupakan penyesuaian terakhir kali dalam Perpres 8 Tahun 2006 (Perubahan Keempat) Pasal I angka (13). 69 Lihat catatan kaki 64. 70 Lihat catatan kaki 64. 71 Lihat catatan kaki 64. 72 Ditambahkan dalam Perpres 8 Tahun 2006 (Perubahan Keempat) Pasal I angka (13). 73 Disesuaikan terakhir kali dalam Perpres 8 Tahun 2006 (Perubahan Keempat) Pasal I angka (13).

89

Page 93: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB I (PERSIAPAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

3 Berikut ini contoh tabel jadwal pengadaan barang/jasa pemborongan/jasa lainnya dengan pascakualifikasi:74

Hari Kerja Ke- No Uraian Kegiatan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 Keterangan

1. Pengumuman lelang

1 hari surat kabar dan minimal 7 hari untuk di internet

2. Pendaftaran dan pengambilan dokumen

1 hari setelah pengumuman s.d. 1 hari sebelum batas akhir pemasukan dokumen

3. Penjelasan (Aanwijzing)

paling cepat 4 hari sejak tanggal pengumuman

4. Pemasukan penawaran

batas akhir pemasukan min. 2 hari setelah penjelasan

5. Pembukaan dokumen penawaran

hari terahir pemasukan dok. penawaran

6. Evaluasi dokumen penawaran

maksimal 7 hari setelah pembukaan penawaran/pembukaan penawaran harga (dua sampul)

7. Penilaian dan pembuktian kualifikasi

tidak diatur

8. Usulan calon pemenang

paling lambat 7 hari setelah pembukaan penawaran harga

9. Penetapan pemenang

tidak diatur

10. Pengumuman pemenang

maks. 2 hr setelah surat penetapan

11. Masa Sanggah maks. 2 hr setelah surat pengumuman

12. Penunjukan pemenang (SPPBJ)

paling lambat 6 hari sejak pengumuman

13. Penandatanganan kontrak

paling lambat 14 hr sejak SPPBJ

c. Pelelangan terbatas

1) Ketentuan alokasi waktu dalam penyusunan jadual adalah sebagai berikut: a) Penayangan pengumuman lelang terbatas sekurang-kurangnya dilaksanakan

selama 7 (tujuh) hari kerja dalam hal pengumuman dilakukan di papan pengumuman resmi untuk penerangan umum, dan internet. Penayangan pengumuman lelang yang dilaksanakan melalui media cetak, radio atau televisi minimal dilakukan 1 (satu) kali, diawal masa pengumuman;

b) Pengambilan dokumen penawaran dilakukan satu hari setelah pengumuman sampai dengan satu hari sebelum batas akhir pemasukan dokumen penawaran;

c) Penjelasan (aanwijzing) dilaksanakan paling cepat 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal pengumuman;

d) Pemasukan dokumen penawaran dimulai satu hari setelah penjelasan (aanwijzing). Batas akhir pemasukan dokumen penawaran sekurang-kurangnya 7 (tujuh) hari kerja setelah penjelasan.

2) Pengalokasian waktu di luar proses butir a) sampai dengan butir d) di atas, diserahkan sepenuhnya kepada Pejabat Pembuat Komitmen.

d. Pemilihan langsung

1) Dalam penyusunan jadual pelaksanaan pengadaan dengan pemilihan langsung harus mengalokasikan waktu untuk proses: pengumuman pemilihan langsung di papan pengumuman resmi untuk penerangan umum dan di internet sekurang-kurangnya selama 3 (tiga) hari kerja; pengambilan dokumen prakualifikasi, pemasukan dokumen prakualifikasi dan pengambilan dokumen pengadaan, penetapan hasil prakualifikasi, pemberitahuan hasil prakualifikasi dan penjelasan,

74 Ditambahkan dalam Perpres 8 Tahun 2006 (Perubahan Keempat) Pasal I angka (13).

90

Page 94: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB I (PERSIAPAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

pemasukan penawaran, pembukaan penawaran, evaluasi penawaran, penetapan pemenang, pemberitahuan penetapan pemenang, masa sanggah, penunjukan pemenang, penandatanganan kontrak;

2) Pengalokasian waktu dalam proses pemilihan langsung diserahkan sepenuhnya kepada Pejabat Pembuat Komitmen.

e. Penunjukan langsung

1) Dalam penyusunan jadual pelaksanaan pengadaan dengan penunjukan langsung yang melalui prakualifiaksi harus mengalokasikan waktu untuk proses: undangan kepada peserta terpilih dilampiri dokumen prakualifikasi dan dokumen pengadaan, pemasukan dokumen prakualifikasi, penilaian kualifikasi dan penjelasan, pemasukan penawaran, evaluasi penawaran, negosiasi baik teknis maupun harga penetapan/penunjukan penyedia barang/jasa, penandatanganan kontrak;

2) Pengalokasian waktu dalam proses pemilihan langsung diserahkan sepenuhnya kepada Pejabat Pembuat Komitmen

2. Jasa Konsultansi

a. Seleksi umum melalui metoda evaluasi kualitas dengan metoda dua sampul.

1) Ketentuan alokasi waktu dalam penyusunan jadual adalah sebagai berikut: a) Penayangan pengumuman prakualifikasi sekurang-kurangnya dilaksanakan

selama 7 (tujuh) hari kerja dalam hal pengumuman dilakukan di papan pengumuman resmi untuk penerangan umum, dan internet. Penayangan pengumuman prakualifikasi yang dilaksanakan melalui media cetak, radio dan televisi minimal dilakukan 1 (satu) kali, diawal masa pengumuman;

b) Pengambilan dokumen prakualifikasi dimulai sejak tanggal pengumuman sampai dengan 1 (satu) hari sebelum batas akhir pemasukan dokumen prakualifikasi;

c) Batas akhir pemasukan dokumen prakualifikasi sekurang-kurangnya 3 (tiga) hari setelah berakhirnya penayangan pengumuman prakualifikasi;

d) Tenggang waktu antara hari pengumuman dengan batas akhir hari pengambilan dokumen prakualifikasi sekurang-kurangnya 7 (tujuh) hari kerja;

e) Pengambilan dokumen penawaran dilakukan 1 (satu) hari setelah dikeluarkannya undangan lelang sampai dengan 1 (satu) hari sebelum pemasukan dokumen penawaran;

f) Penjelasan (aanwijzing) dilaksanakan paling cepat 7 (tujuh) hari sejak tanggal pengumuman;

g) Pemasukan dokumen penawaran dimulai satu hari setelah penjelasan (aanwijzing). Batas akhir pemasukan dokumen penawaran sekurang-kurangnya 7 (tujuh) hari setelah penjelasan.

2) Pengalokasian waktu di luar proses butir a) sampai dengan butir g) di atas, diserahkan sepenuhnya kepada Pejabat Pembuat Komitmen.

b. Seleksi umum melalui metoda evaluasi kualitas dan biaya dengan metoda dua sampul. Ketentuan alokasi waktu dalam penyusunan jadual mengikuti ketentuan pada butir 2.a.1) tersebut di atas.

c. Seleksi umum melalui metoda evaluasi pagu anggaran, dengan metoda satu sampul. Ketentuan alokasi waktu dalam penyusunan jadual mengikuti ketentuan pada butir 2. a.1) tersebut di atas.

91

Page 95: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB I (PERSIAPAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

d. Seleksi umum dengan melalui metoda biaya terendah dengan metoda dua sampul. Ketentuan alokasi waktu dalam penyusunan jadual mengikuti ketentuan pada butir 2.a.1) tersebut di atas.

e. Seleksi terbatas melalui metoda evaluasi kualitas dengan metoda dua sampul. Ketentuan alokasi waktu dalam penyusunan jadual mengikuti ketentuan pada butir 2.a.1) tersebut di atas.

f. Seleksi terbatas melalui metoda evaluasi kualitas dan biaya dengan metoda dua sampul. Ketentuan alokasi waktu dalam penyusunan jadual mengikuti ketentuan pada butir 2.a.1) tersebut di atas.

g. Seleksi terbatas melalui metoda evaluasi pagu anggaran, dengan metoda satu sampul. Ketentuan alokasi waktu dalam penyusunan jadual mengikuti ketentuan pada butir 2.a.1) tersebut di atas.

h. Seleksi terbatas dengan melalui metoda biaya terendah dengan metoda dua sampul. Ketentuan alokasi waktu dalam penyusunan jadual mengikuti ketentuan pada butir 2.a.1) tersebut di atas.

i. Seleksi langsung

1) Dalam penyusunan jadual pelaksanaan pengadaan jasa konsultansi dengan seleksi langsung harus mengalokasikan waktu untuk proses: pengumuman seleksi langsung di papan pengumuman atau internet sekurang-kurangnya selama 3 (tiga) hari kerja, undangan kepada peserta dilampiri dokumen prakualifikasi, pemasukan dokumen prakualifikasi dan pengambilan dokumen pengadaan, pemberitahuan hasil prakualifikasi dan penjelasan, pemasukan penawaran, pembukaan penawaran, evaluasi penawaran, penetapan pemenang, pemberitahuan penetapan pemenang, masa sanggah, penunjukan pemenang, penanda-tanganan kontrak;

2) Pengalokasian waktu dalam proses seleksi langsung diserahkan sepenuhnya kepada Pejabat Pembuat Komitmen.

j. Penunjukan langsung

1) Dalam penyusunan jadual pelaksanaan pengadaan harus mengalokasikan waktu untuk proses: undangan kepada konsultan terpilih dilampiri dokumen pengadaan dan dokumen prakualifikasi, pemasukan dan evaluasi dokumen prakualifikasi serta penjelasan, pemasukan penawaran, pembukaan dan evaluasi penawaran oleh panitia, klarifikasi dan negosiasi, penetapan/penunjukan penyedia jasa konsultansi, penanda-tanganan kontrak;

2) Pengalokasian waktu dalam proses penunjukan langsung diserahkan sepenuhnya kepada Pejabat Pembuat Komitmen.

3. Penyusunan Jadual Pelaksanaan Swakelola

a. Dalam penyusunan jadual pelaksanaan swakelola harus mengalokasikan waktu untuk proses: perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pelaporan;

b. Pengalokasian waktu dalam proses pemilihan langsung diserahkan sepenuhnya kepada Pejabat Pembuat Komitmen.

E. Penyusunan Harga Perhitungan Sendiri (HPS)

1. Perhitungan HPS harus dilakukan dengan cermat, dengan menggunakan data dasar dan mempertimbangkan:

92

Page 96: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB I (PERSIAPAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

a. analisis harga satuan pekerjaan yang bersangkutan;

b. perkiraan perhitungan biaya oleh konsultan/engineer's estimate (EE);

c. harga pasar setempat pada waktu penyusunan HPS;

d. harga kontrak/Surat Perintah Kerja (SPK) untuk barang/pekerjaan sejenis setempat yang pernah dilaksanakan;

e. informasi harga satuan yang dipublikasikan secara resmi oleh Badan Pusat Statistik (BPS), badan/instansi lainnya dan media cetak yang datanya dapat dipertanggungjawabkan;

f. harga/tarif barang/jasa yang dikeluarkan oleh pabrikan/agen tunggal atau lembaga independen;

g. daftar harga standar/tarif biaya yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang;

h. informasi lain yang dapat dipertanggungjawabkan.

2. HPS telah memperhitungkan:

a. Pajak Pertambahan Nilai (PPN);

b. biaya umum dan keuntungan (overhead cost and profit) yang wajar bagi penyedia barang/jasa.

3. HPS tidak boleh memperhitungkan biaya tak terduga, biaya lain-lain dan Pajak Penghasilan (PPh) penyedia barang/jasa.

4. Untuk pekerjaan jasa konsultansi:

a. HPS dibuat pada saat akan melaksanakan pengadaan yang terdiri dari dua komponen pokok, yaitu: Biaya Personil (Remuneration), dan Biaya Langsung Non Personil (Direct Reimbursable Cost) yang meliputi antara lain biaya untuk sewa kantor, biaya perjalanan, biaya pengiriman dokumen, biaya pengurusan surat ijin, biaya komunikasi, tunjangan perumahan, dan lain-lain;

b. Dalam penyusunan HPS, Biaya Langsung Non Personil tidak melebihi 40% (empat puluh persen) dari total biaya, kecuali untuk jenis pekerjaan konsultansi yang bersifat khusus, seperti: pemetaan udara, survei lapangan, pengukuran, penyelidikan tanah dan lain-lain;

c. Pembuat/penyusun HPS/OE harus mempunyai kualifikasi sebagai berikut:

1) Memahami dokumen pengadaan dan seluruh tahapan pekerjaan yang akan dilaksanakan;

2) Menguasai informasi/kondisi lapangan dan lingkungan di lokasi pekerjaan;

3) Memahami dan menguasai berbagai metode pelaksanaan dan mengetahui mana yang paling efisien;

4) Tidak pernah terlibat pelanggaran kode etik profesi;

5) Diutamakan yang telah mendapatkan penataran mengenai pengadaan barang/jasa termasuk pembuatan/penyusunan HPS untuk pekerjaan jasa konsultansi.

d. KAK dan HPS digunakan sebagai acuan dalam evaluasi penawaran, klarifikasi, dan/atau negosiasi dengan calon konsultan terpilih. Dimungkinkan adanya perbedaan hasil negosiasi terhadap KAK dan HPS seperti kualifikasi, jumlah penggunaan tenaga ahli (person-month), satuan biaya personil sepanjang tidak mengubah sasaran, tujuan, dan keluaran/ouput yang dihasilkan serta tidak melampui pagu anggaran, yang dipertanggungjawabkan secara keahlian (professional).

93

Page 97: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB I (PERSIAPAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

F. Penyusunan Dokumen Pengadaan Barang/Jasa

1. Dokumen Pengadaan Barang/ Jasa Pemborongan/ Jasa Lainnya

a. Panitia menyiapkan dokumen pemilihan penyedia barang/jasa untuk keperluan pengadaan barang/jasa. Dalam dokumen pemilihan penyedia barang/jasa, panitia harus mencantumkan secara jelas dan terinci semua persyaratan yang diperlukan, baik administratif maupun teknis, penggunaan barang/jasa produksi dalam negeri dan preferensi harga, unsur-unsur yang dinilai, kriteria, formula evaluasi yang akan digunakan, dan jenis kontrak yang dipilih termasuk contoh-contoh formulir yang perlu diisi yang dapat dimengerti dan diikuti oleh calon penyedia barang/jasa yang berminat;

b. Panitia juga menyiapkan dokumen pasca/prakualifikasi untuk calon penyedia barang/jasa berupa formulir isian yang memuat data administrasi, keuangan, personil, peralatan, dan pengalaman kerja;

c. Panitia menetapkan nilai nominal jaminan penawaran sebesar 1% (satu persen) sampai dengan 3% (tiga persen) dari nilai HPS.

d. Dokumen pengadaan terdiri dari:

1) Dokumen pasca/prakualifikasi;

2) Dokumen pemilihan penyedia barang/jasa.

e. Dalam hal pengadaan dilakukan prakualifikasi, dokumen prakualifikasi sekurang-kurangnya memuat:

1) pengumuman prakualifikasi yang memuat: lingkup pekerjaan, persyaratan peserta, waktu dan tempat pengambilan dan pemasukan dokumen prakualifikasi, serta penanggung jawab prakualifikasi;

2) tata cara penilaian yang meliputi penilaian aspek administrasi, per-modalan, tenaga kerja, peralatan, pengalaman dengan mempergunakan metode sistem gugur atau sistem nilai (scoring system).

f. Dokumen pemilihan penyedia barang/jasa sekurang-kurangnya memuat:

1) Undangan kepada penyedia barang/jasa yang mendaftar dalam hal dilakukan pascakualifikasi/yang lulus prakualifikasi, sekurang-kurangnya memuat:

a) tempat, tanggal, hari, dan waktu untuk memperoleh dokumen pemilihan penyedia barang/jasa dan keterangan lainnya;

b) tempat, tanggal, hari, dan waktu pemberian penjelasan mengenai dokumen pemilihan penyedia barang/jasa dan keterangan lainnya;

c) tempat, tanggal, hari, dan waktu penyampaian dokumen penawaran;

d) alamat tujuan pengiriman dokumen penawaran;

e) jadual pelaksanaan pengadaan barang/jasa sampai dengan penetapan penyedia barang/jasa.

2) Instruksi kepada peserta pengadaan barang/jasa sekurang-kurangnya memuat:

a) umum: lingkup pekerjaan, sumber dana, persyaratan dan kualifikasi peserta pengadaan barang/jasa, jumlah dokumen penawaran yang disampaikan, dan peninjauan lokasi kerja;

b) isi dokumen pemilihan penyedia barang/jasa, penjelasan isi dokumen pemilihan penyedia barang/jasa, dan perubahan isi dokumen pemilihan penyedia barang/jasa;

94

Page 98: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB I (PERSIAPAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

c) persyaratan bahasa yang digunakan dalam penawaran, penulisan harga penawaran, mata uang penawaran dan cara pembayaran, masa berlaku penawaran, surat jaminan penawaran, usulan penawaran alternatif oleh peserta pengadaan barang/jasa, bentuk penawaran, dan penandatanganan surat penawaran;

d) cara penyampulan dan penandaan sampul penawaran, batas akhir waktu penyampaian penawaran, perlakuan terhadap penawaran yang terlambat, serta larangan untuk perubahan dan penarikan penawaran yang telah masuk;

e) prosedur pembukaan penawaran, kerahasiaan dan larangan, klarifikasi dokumen penawaran, pemeriksaan kelengkapan dokumen penawaran, koreksi aritmatik, konversi ke dalam mata uang tunggal, sistem evaluasi penawaran meliputi kriteria, formulasi dan tata cara evaluasi, serta penilaian preferensi harga;

f) penilaian kualifikasi dalam hal dilakukan pascakualifikasi, kriteria penetapan pemenang pengadaan barang/jasa, hak dan kewajiban Pejabat Pembuat Komitmen untuk menerima dan menolak salah satu atau semua penawaran, syarat penandatanganan kontrak, dan surat jaminan pelaksanaan.

3) Syarat-syarat umum kontrak: memuat batasan pengertian istilah yang digunakan, hak, kewajiban, tanggung jawab termasuk tanggung jawab pada pekerjaan yang disub-kontrakkan, sanksi, penyelesaian perselisihan, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dalam pelaksanaan kontrak bagi para pihak.

4) Syarat-syarat khusus kontrak: merupakan bagian dokumen pemilihan penyedia barang/jasa yang memuat ketentuan-ketentuan yang lebih spesifik sebagaimana dirujuk dalam pasal-pasal syarat-syarat umum kontrak, dan memuat perubahan, penambahan, atau penghapusan ketentuan dalam syarat-syarat umum kontrak, yang sifatnya lebih mengikat dari syarat-syarat umum kontrak.

5) Daftar kuantitas dan harga: jenis dan uraian singkat pekerjaan yang akan dilaksanakan atau barang yang akan dipasok, negara asal barang/jasa, volume pekerjaan, harga satuan barang/jasa yang akan ditawarkan, komponen produksi dalam negeri, harga total pekerjaan/barang, biaya satuan angkutan (khusus untuk pengadaan barang/jasa), Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan pajak lainnya.

6) Khusus untuk pengadaan barang, harga barang dalam negeri dan barang impor harus dipisahkan. Jika barang dalam negeri, harus dijelaskan apakah harga tersebut merupakan harga eks pabrik, eks gudang, atau di lapangan (on site stock), sedangkan untuk barang impor, harus dijelaskan apakah harga tersebut merupakan harga free on board (FOB) atau cost insurance and freight (CIF).

7) Spesifikasi teknis dan gambar: tidak mengarah kepada merk/produk tertentu kecuali untuk suku cadang/komponen produk tertentu, tidak menutup digunakannya produksi dalam negeri, semaksimal mungkin diupayakan menggunakan standar nasional, metode pelaksanaan pekerjaan harus logis, jadual waktu pelaksanaan pekerjaan harus sesuai dengan metode pelaksanaan, macam/jenis, kapasitas, dan jumlah peralatan utama minimal yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan, syarat-syarat kualifikasi dan jumlah personil inti yang dipekerjakan, syarat-syarat material (bahan) yang dipergunakan dalam pelaksanaan pekerjaan, gambar-gambar kerja harus lengkap dan jelas, dan kriteria kinerja produk (output performance) yang diinginkan harus jelas.

8) Bentuk surat penawaran: merupakan pernyataan resmi mengikuti pengadaan barang/jasa, pernyataan bahwa penawaran dibuat sesuai dengan peraturan pengadaan barang/jasa, harga total penawaran dalam angka dan huruf, masa berlaku penawaran, lamanya waktu penyelesaian pekerjaan, nilai jaminan

95

Page 99: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB I (PERSIAPAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

penawaran dalam angka dan huruf, kesanggupan memenuhi persyaratan yang ditentukan, dilampiri dengan daftar volume dan harga pekerjaan, dan ditandatangani oleh pimpinan/direktur utama perusahaan atau yang dikuasakan di atas materai dan bertanggal.

9) Bentuk kontrak: memuat tanggal mulai berlakunya kontrak, nama dan alamat para pihak, nama paket pekerjaan yang diperjanjikan, harga kontrak dalam angka dan huruf, pernyataan bahwa kata dan ungkapan yang terdapat dalam syarat-syarat umum/khusus kontrak telah ditafsirkan sama bagi para pihak, kesanggupan penyedia barang/jasa yang ditunjuk untuk memperbaiki kerusakan pekerjaan atau akibat pekerjaan, kesanggupan Pejabat Pembuat Komitmen untuk membayar kepada penyedia barang/jasa sesuai dengan jumlah harga kontrak, dan tandatangan para pihak di atas materai.

10) Bentuk surat jaminan penawaran: memuat nama dan alamat Pejabat Pembuat Komitmen, penyedia barang/jasa, dan pihak penjamin, nama paket pekerjaan yang dilelangkan, besar jumlah jaminan penawaran dalam angka dan huruf, pernyataan pihak penjamin bahwa jaminan penawaran dapat dicairkan dengan segera sesuai ketentuan dalam jaminan penawaran, masa berlaku surat jaminan penawaran, batas akhir waktu pengajuan tuntutan pencairan surat jaminan penawaran oleh Pejabat Pembuat Komitmen kepada pihak penjamin, mengacu kepada Kitab Undang-undang Hukum Perdata, khususnya Pasal 1831 dan 1832, dan tandatangan penjamin.

11) Bentuk surat jaminan pelaksanaan: memuat nama dan alamat Pejabat Pembuat Komitmen, penyedia barang/jasa, dan pihak penjamin, nama paket kontrak, nilai jaminan pelaksanaan dalam angka dan huruf, kewajiban pihak penjamin untuk mencairkan surat jaminan pelaksanaan dengan segera kepada Pejabat Pembuat Komitmen sesuai dengan ketentuan dalam jaminan pelaksanaan, masa berlaku surat jaminan pelaksanaan, mengacu kepada Kitab Undang-undang Hukum Perdata khususnya Pasal 1831 dan 1832, dan tanda tangan penjamin;

12) Bentuk surat jaminan uang muka: memuat nama dan alamat Pejabat Pembuat Komitmen, penyedia barang/jasa yang ditunjuk, dan hak penjamin, nama paket kontrak, nilai jaminan uang muka dalam angka dan huruf, kewajiban pihak-pihak penjamin untuk mencairkan surat jaminan uang muka dengan segera kepada Pejabat Pembuat Komitmen sesuai dengan ketentuan dalam jaminan uang muka, masa berlaku jaminan uang muka, mengacu kepada Kitab Undang-undang Hukum Perdata Pasal 1831 dan 1832, dan tanda tangan penjamin.

g. Untuk pengadaan dengan pascakualifikasi dokumen pascakualifikasi dimasukkan dalam dokumen pengadaan barang/jasa.

h. Untuk pengadaan jasa konsultansi dokumen pemilihan dilengkapi dengan kerangka acuan kerja.

i. Untuk kontrak yang jangka waktu pelaksanaannya lebih dari 12 (dua belas) bulan, bila dianggap perlu, dalam dokumen pengadaan dapat dicantumkan ketentuan tentang penyesuaian harga (price adjustment) dan sekaligus dijelaskan rumus-rumus penyesuaian harga yang akan digunakan.

j. Dalam dokumen pengadaan harus dijelaskan metoda penyampaian dokumen penawaran dan jenis kontrak yang akan digunakan.

k. Dalam dokumen pengadaan harus memuat ketentuan tentang hubungan kontrak kerja dengan sub penyedia barang/jasa dan hak intervensi Pejabat Pembuat Komitmen terhadap sub penyedia barang/jasa dalam hal-hal yang menyangkut:

1) pembayaran kepada sub penyedia barang/jasa;

96

Page 100: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB I (PERSIAPAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

2) hubungan langsung dengan sub penyedia barang/jasa dalam kaitan pelaksanaan pekerjaan.

2. Dokumen Pengadaan Jasa Konsultansi

a. Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) menyiapkan dan menyusun dokumen pengadaan yang terdiri dari dokumen pemilihan penyedia jasa dan dokumen prakualifikasi yang berupa formulir isian yang memuat data administrasi keuangan, personil dan pengalaman kerja.

b. Dokumen pemilihan penyedia jasa terdiri dari:

1) Surat undangan kepada penyedia jasa konsultansi untuk memasukkan penawaran teknis dan biaya. Dalam surat undangan dicantumkan secara jelas hal-hal sebagai berikut: a) Nomor dan tanggal surat; b) Nama dan alamat seluruh konsultan yang diundang; c) Nama atau judul dari paket pengadaan jasa konsultansi; d) Sumber dana; e) Jumlah lampiran dan nama lampiran surat; f) Petugas dan alamat petugas yang dapat dimintakan informasi; g) Tempat dan waktu pengambilan dokumen pengadaan, rapat penjelasan dan

pemasukan penawaran; h) Permintaan masa berlaku penawaran; i) Permintaan konfirmasi kesediaan atau menolak mengikuti pengadaan jasa

konsultansi.

2) KAK yang sudah disetujui Pejabat Pembuat Komitmen;

a) Sebelum melaksanakan pengadaan, Pejabat Pembuat Komitmen wajib menyusun dan mempersiapkan Kerangka Acuan Kerja (KAK) dengan tujuan sebagai berikut: (1) Menjelaskan tujuan dan lingkup jasa konsultansi serta keahlian yang

diperlukan. (2) Sebagai acuan dan informasi bagi para konsultan yang diundang mengikuti

pengadaan dalam rangka menyiapkan kelengkapan administrasi, usulan teknis, dan usulan biaya.

(3) Sebagai acuan dalam evaluasi usulan, klarifikasi dan negosiasi dengan calon konsultan terpilih, dasar pembuatan kontrak dan acuan evaluasi hasil kerja konsultan.

b) KAK sekurang-kurangnya memuat hal-hal sebagai berikut: (1) Uraian pendahuluan berupa gambaran secara garis besar mengenai

pekerjaan yang akan dilaksanakan, antara lain latar belakang, maksud dan tujuan, lokasi, asal sumber pendanaan, nama dan organisasi Pejabat Pembuat Komitmen;

(2) Data penunjang berupa data yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan, antara lain data dasar, standar teknis, studi-studi terdahulu yang pernah dilaksanakan, dan peraturan perundang~undangan yang harus digunakan;

(3) Tujuan dan ruang lingkup pekerjaan yang memberikan gambaran mengenai tujuan yang ingin dicapai, keluaran yang akan dihasilkan, keterkaitan antara suatu keluaran dengan keluaran lain, peralatan dan material yang disediakan oleh Pejabat Pembuat Komitmen serta peralatan dan material yang harus disediakan oleh konsultan, lingkup kewenangan yang dilimpahkan kepada konsultan, perkiraan jangka waktu penyelesaian pekerjaan jasa konsultansi, kualifikasi dan jumlah tenaga ahli yang harus

97

Page 101: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB I (PERSIAPAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

disediakan oleh konsultan, perkiraan keseluruhan tenaga ahli/tenaga pendukung yang diperlukan (jumlah person-months) dan jadual setiap tahapan pelaksanaan pekerjaan. Khusus untuk pengadaan jasa konsultansi dengan evaluasi pagu anggaran, jumlah tenaga ahli tidak dicantumkan dalam kerangka acuan kerja;

(4) Jenis dan jumlah laporan yang disyaratkan (antara lain laporan pendahuluan, laporan bulanan, laporan antara dan laporan akhir);

(5) Ketentuan bahwa kegiatan jasa konsultansi harus dilaksanakan di Indonesia, kecuali untuk kegiatan tertentu yang belum mampu dilaksanakan di Indonesia;

(6) Hal-hal lain seperti fasilitas yang disediakan oleh Pejabat Pembuat Komitmen untuk membantu kelancaran tugas konsultan, persyaratan kerjasama dengan konsultan lain (apabila diperlukan), dan pedoman tentang pengumpulan data lapangan.

3) Rencana kerja dan syarat terdiri dari:

a) Persyaratan administrasi yang harus dipenuhi;

b) Hal-hal yang dapat menggugurkan penawaran pada saat evaluasi administrasi;

c) Kerangka penyusunan penawaran teknis berikut uraian singkat tiap butir dalam kerangka tersebut;

d) Kerangka dan format penyusunan penawaran biaya berikut hal-hal yang dapat atau tidak dapat dibiayai;

e) Tata cara penilaian administrasi, penawaran teknis dan penawaran biaya;

f) Kriteria, batasan nilai dan formula dari penilaian teknis dan/atau penawaran biaya;

g) Jadual pengadaan untuk tiap tahapan dengan waktu yang memadai.

4) Konsep kontrak. Khusus untuk pekerjaan pengadaan barang/jasa yang bersifat kompleks atau bernilai di atas Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah), konsep kontrak harus sudah memperoleh pendapat ahli hukum kontrak yang profesional;

c. Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) mengajukan dokumen pengadaan kepada Pejabat Pembuat Komitmen untuk meminta pengesahan.

98

Page 102: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB II (PROSES PENGADAAN BARANG/JASA YANG MEMERLUKAN PENYEDIA BARANG/JASA)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

99

BAB II

PROSES PENGADAAN BARANG/JASA

YANG MEMERLUKAN PENYEDIA BARANG/JASA

A. Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemborongan/Jasa Lainnya

Dalam proses pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemborongan/jasa lainnya yang memerlukan penyedia barang/jasa dibedakan menjadi 4 (empat), sebagai berikut:

1. Pelelangan Umum

a. Pengumuman dan Pendaftaran Peserta

1) Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) harus mengumumkan secara luas tentang adanya pelelangan umum dengan pascakualifikasi atau adanya prakualifikasi dalam rangka pelelangan umum untuk pengadaan yang kompleks, melalui media cetak, papan pengumuman resmi untuk penerangan umum serta bila memungkinkan melalui media elektronik.

2) Isi pengumuman memuat sekurang-kurangnya: a) nama dan alamat Pejabat Pembuat Komitmen yang akan mengadakan

pelelangan umum; b) uraian singkat mengenai pekerjaan yang akan dilaksanakan atau barang yang

akan dibeli; c) perkiraan nilai pekerjaan; d) syarat-syarat peserta lelang umum; e) tempat, tanggal, hari, dan waktu untuk mengambil dokumen pengadaan.

3) Agar pengumuman secara luas pada butir 1) tersebut dapat mencapai sasaran secara luas, efisien, dan tepat sesuai dengan jangkauan masyarakat pengusaha yang dituju, maka pengumuman diatur sebagai berikut: a) Pengumuman pelelangan/prakualifikasi yang ditujukan kepada usaha kecil

termasuk koperasi kecil, menggunakan surat kabar dan siaran radio pemerintah daerah/swasta yang mempunyai jangkauan pembaca dan pendengar sekurang-kurangnya di seluruh kabupaten/ kota yang bersangkutan, serta memasang pengumuman pada papan pengumuman resmi untuk penerangan umum yang letaknya strategis di ibukota kabupaten/kota yang bersangkutan dan papan pengumuman Pejabat Pembuat Komitmen. Dalam hal di kabupaten/kota yang bersangkutan tidak memiliki surat kabar harus dipergunakan surat kabar terbitan ibu kota propinsi yang bersangkutan;

b) Pengumuman pelelangan/prakualifikasi yang ditujukan kepada perusahaan/koperasi bukan usaha kecil dengan menggunakan surat kabar yang mempunyai jangkauan propinsi dan nasional, serta memasang pengumuman pada papan pengumuman resmi untuk penerangan umum yang letaknya strategis di ibukota kabupaten/kota yang bersangkutan dan papan pengumuman Pejabat Pembuat Komitmen serta mengupayakan menggunakan media elektronik/internet.

4) Calon peserta lelang dari propinsi/kabupaten/kota lain tidak boleh dihalangi/dilarang untuk mengikuti proses lelang di propinsi/ kabupaten/kota lokasi pelelangan;

Page 103: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB II (PROSES PENGADAAN BARANG/JASA YANG MEMERLUKAN PENYEDIA BARANG/JASA)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

5) Dalam hal pelelangan umum dengan pascakualifikasi, apabila penyedia barang/jasa yang memasukan dokumen penawaran kurang dari 3 (tiga) maka dilakukan pengumuman ulang;

6) Dalam hal pelelangan umum dengan prakualifikasi, apabila penyedia barang/jasa yang lulus prakualifikasi kurang dari 3 (tiga), maka dilakukan pengumuman prakualifikasi ulang. Penyedia barang/jasa yang telah lulus prakualifikasi tidak perlu diprakualifikasi ulang;

7) Apabila terbukti terjadi kecurangan dalam pengumuman lelang, maka kepada: a) Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit)

dikenakan sanksi administrasi, ganti rugi dan/atau pidana sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

b) penyedia barang/jasa yang terlibat dikenakan sanksi tidak boleh mengikuti pengadaan barang/jasa pemerintah selama 2 (dua) tahun, dan sanksi pidana sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b. Pasca Kualifikasi dan Prakualifikasi

Pada prinsipnya penilaian kualifikasi atas kompetensi dan kemampuan usaha peserta pelelangan umum, dilakukan dengan pascakualifikasi. Khusus untuk pekerjaan yang kompleks dapat dilakukan dengan prakualifikasi.

1) Persyaratan Kualifikasi Penyedia Barang/Jasa a) Memiliki surat izin usaha pada bidang usahanya yang dikeluarkan oleh instansi

pemerintah yang berwenang yang masih berlaku, seperti SIUP untuk jasa perdagangan, IUJK untuk jasa konstruksi, dan sebagainya;

b) Secara hukum mempunyai kapasitas menandatangani kontrak pengadaan; c) Tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak bangkrut, kegiatan usahanya tidak

sedang dihentikan, dan/atau tidak sedang menjalani sanksi pidana; d) Dalam hal penyedia jasa akan melakukan kemitraan, penyedia barang/jasa

wajib mempunyai perjanjian kerjasama operasi/kemitraan yang memuat persentase kemitraan dan perusahaan yang mewakili kemitraan tersebut;

e) Telah melunasi kewajiban pajak tahun terakhir (SPT/PPh) serta memiliki laporan bulanan PPh Pasal 25 atau Pasal 21/Pasal 23 atau PPN sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan yang lalu;

f) Selama 4 (empat) tahun terakhir pernah memiliki pengalaman menyediakan barang/jasa baik di lingkungan pemerintah atau swasta termasuk pengalaman subkontrak baik di lingkungan pemerintah atau swasta , kecuali penyedia barang/jasa yang baru berdiri kurang dari 3 (tiga) tahun;

g) Memiliki kinerja baik dan tidak masuk dalam daftar sanksi atau daftar hitam di suatu instansi;

h) Memiliki kemampuan pada bidang pekerjaan yang sesuai untuk usaha kecil termasuk koperasi kecil;

i) Memiliki kemampuan pada bidang dan subbidang pekerjaan yang sesuai untuk bukan usaha kecil: (1) Untuk jasa pemborongan memenuhi KD = 2 NPt (KD: Kemampuan Dasar,

NPt: nilai pengalaman tertinggi) pada subbidang pekerjaan yang sesuai untuk bukan usaha kecil dalam kurun waktu 7 (tujuh) tahun terakhir;

(2) Untuk pengadaan barang/jasa lainnya memenuhi KD = 5 NPt (KD: Kemampuan Dasar, NPt: nilai pengalaman tertinggi) pada subbidang pekerjaan yang sesuai untuk bukan usaha kecil dalam kurun waktu 7 (tujuh) tahun terakhir;

j) Dalam hal bermitra yang diperhitungkan adalah kemampuan dasar dari perusahaan yang mewakili kemitraan (lead firm);

100

Page 104: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB II (PROSES PENGADAAN BARANG/JASA YANG MEMERLUKAN PENYEDIA BARANG/JASA)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

k) Untuk pekerjaan khusus/spesifik/teknologi tinggi dapat ditambahkan persyaratan lain seperti peralatan khusus, tenaga ahli spesialis yang diperlukan, atau pengalaman tertentu;

l) Memiliki surat keterangan dukungan keuangan dari bank pemerintah/swasta untuk mengikuti pengadaan barang/jasa sekurang-kurangnya 10% (sepuluh persen) dari nilai proyek untuk pekerjaan jasa pemborongan dan 5% (lima persen) dari nilai proyek untuk pekerjaan pemasokan barang/jasa lainnya, kecuali untuk penyedia barang/jasa usaha kecil termasuk koperasi kecil;

m) Memiliki kemampuan menyediakan fasilitas dan peralatan serta personil yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan;

n) Termasuk dalam penyedia barang/jasa yang sesuai dengan nilai paket pekerjaan;

o) Menyampaikan daftar perolehan pekerjaan yang sedang dilaksanakan khusus untuk jasa pemborongan;

p) Tidak membuat pernyataan yang tidak benar tentang kompetensi dan kemampuan usaha yang dimilikinya;

q) Untuk pekerjaan jasa pemborongan memiliki sisa kemampuan keuangan (SKK) yang cukup dan sisa kemampuan paket (SKP).

2) Tata Cara Pascakualifikasi a) Pengumuman pelelangan umum dengan pascakualifikasi; b) Penyampaian dokumen kualifikasi bersamaan (menjadi satu) dengan dokumen

penawaran; c) Evaluasi dokumen kualifikasi dilaksanakan setelah evaluasi dokumen

penawaran; d) Penyedia barang/jasa yang dinyatakan lulus kualifikasi apabila memenuhi

persyaratan kualifikasi pada butir 1) huruf a) sampai dengan huruf q) di atas; e) Penawaran yang tidak memenuhi syarat kualifikasi dinyatakan gugur.

3) Tata Cara Prakualifikasi a) Pengumuman prakualifikasi untuk pelelangan umum; b) Pendaftaran dan pengambilan dokumen prakualifikasi; c) Penyampaian dokumen prakualifikasi oleh penyedia barang/jasa; d) Evaluasi dokumen prakualifikasi yang telah dilengkapi oleh penyedia

barang/jasa; e) Penyedia barang/jasa dinyatakan lulus kualifikasi apabila memenuhi

persyaratan kualifikasi pada butir 1) huruf a) sampai dengan huruf q) di atas; f) Penetapkan daftar penyedia barang/jasa yang lulus prakualifikasi oleh

panitia/pejabat pengadaan; g) Pengesahan hasil prakualifikasi oleh Pejabat Pembuat Komitmen; h) Pengumuman hasil prakualifikasi; i) Penelitian dan tindak lanjut atas sanggahan terhadap hasil prakualifikasi; j) Pengumuman hasil prakualifikasi sekurang-kurangnya memuat:

(1) Nama dan perkiraan nilai pekerjaan serta sumber dananya; (2) Nama dan alamat penyedia barang/jasa dan nama pengurus yang berhak

menandatangani kontrak pekerjaan untuk setiap calon penyedia barang/jasa;

(3) Nama dan nilai paket tertinggi pengalaman pada bidang pekerjaan yang sesuai untuk usaha kecil termasuk koperasi kecil dan subbidang pekerjaan yang sesuai untuk bukan usaha kecil dalam kurun waktu 7 (tujuh) tahun terakhir;

(4) Keputusan lulus tidaknya setiap calon penyedia barang/jasa; k) Penyedia barang/jasa yang tidak lulus prakualifikasi dapat menyatakan

keberatan/mengajukan sanggahan kepada Pejabat Pembuat Komitmen;

101

Page 105: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB II (PROSES PENGADAAN BARANG/JASA YANG MEMERLUKAN PENYEDIA BARANG/JASA)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

l) Apabila sanggahan/keberatan penyedia barang/jasa terbukti benar maka Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) melakukan evaluasi ulang dan daftar penyedia barang/jasa yang lulus prakualifikasi hasil evaluasi ulang diumumkan;

m) Dalam rangka efisiensi pelaksanaan penilaian kualifikasi, Pejabat Pembuat Komitmen wajib menyediakan fomulir isian kualifikasi penyedia barang/jasa yang memuat ringkasan informasi dari persyaratan kualifikasi sesuai butir 1) huruf a) sampai dengan huruf q). Formulir isian tersebut disertai pernyataan penyedia barang/jasa yang ditanda-tangani di atas meterai, bahwa informasi yang disampaikan dalam formulir tersebut adalah benar dan bersedia untuk dituntut secara pidana dan perdata serta bersedia dimasukkan dalam daftar hitam sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun sehingga tidak boleh mengikuti pengadaan untuk 2 (dua) tahun berikutnya, apabila terbukti informasi yang disampaikan merupakan kebohongan. Formulir isian tersebut sebagai pengganti dokumen yang dipersyaratkan.

c. Penyusunan Daftar Peserta Lelang, Penyampaian Undangan dan Pengambilan Dokumen Pemilihan Penyedia Barang/Jasa

1) Daftar peserta lelang yang akan diundang harus disahkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen;

2) Apabila penyedia barang/jasa yang lulus prakualifikasi kurang dari 3 (tiga) maka dilakukan pengumuman dan proses prakualifikasi bagi penyedia barang/jasa yang baru;

3) Bila setelah pengumuman lelang/prakualifikasi diulang, ternyata tidak ada tambahan calon peserta lelang yang baru atau keseluruhan peserta lelang masih kurang dari 3 (tiga) peserta, maka Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) melanjutkan proses pemilihan dengan metoda seperti pemilihan langsung apabila peserta yang mendaftar/lulus prakualifikasi 2 (dua) peserta atau penunjukan langsung apabila peserta yang mendaftar/lulus prakualifikasi hanya 1 (satu) peserta;

4) Semua calon peserta lelang yang tercatat dalam daftar peserta lelang harus diundang untuk mengambil dokumen pemilihan penyedia barang/jasa;

5) Peserta lelang yang diundang berhak mengambil dokumen pemilihan penyedia barang/jasa dari panitia/pejabat pengadaan;

6) Hanya penyedia barang/jasa yang diundang sebagai peserta lelang yang diperkenankan memasukkan penawaran.

d. Penjelasan Lelang (Aanwijziing)

1) Penjelasan lelang dilakukan di tempat dan pada waktu yang ditentukan, dihadiri oleh para penyedia barang/jasa yang terdaftar dalam daftar peserta lelang;

2) Ketidakhadiran penyedia barang/jasa pada saat penjelasan lelang tidak dapat dijadikan dasar untuk menolak/menggugurkan penawaran;

3) Dalam acara penjelasan lelang, harus dijelaskan kepada peserta lelang mengenai: a) Metoda pengadaan/penyelenggaraan pelelangan; b) Cara penyampaian penawaran (satu sampul atau dua sampul atau dua tahap); c) Dokumen yang harus dilampirkan dalam dokumen penawaran; d) Acara pembukaan dokumen penawaran; e) Metoda evaluasi; f) Hal-hal yang menggugurkan penawaran; g) Jenis kontrak yang akan digunakan;

102

Page 106: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB II (PROSES PENGADAAN BARANG/JASA YANG MEMERLUKAN PENYEDIA BARANG/JASA)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

h) Ketentuan dan cara evaluasi berkenaan dengan preferensi harga atas penggunaan produksi dalam negeri;

i) Ketentuan dan cara sub kontrak sebagian pekerjaan kepada usaha kecil termasuk koperasi kecil;

j) Besaran, masa berlaku dan penjamin yang dapat mengeluarkan jaminan penawaran.

4) Bila dipandang perlu, Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) dapat memberikan penjelasan lanjutan dengan cara melakukan peninjauan lapangan;

5) Pemberian penjelasan mengenai pasal-pasal dokumen pemilihan penyedia barang/jasa yang berupa pertanyaan dari peserta dan jawaban dari Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) serta keterangan lain termasuk perubahannya dan peninjauan lapangan, harus dituangkan dalam Berita Acara Penjelasan (BAP) yang ditandatangani oleh Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) dan minimal 1 (satu) wakil dari peserta yang hadir, dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari dokumen pemilihan penyedia barang/jasa;

6) Apabila dalam BAP sebagaimana dimaksud angka 5 tersebut terdapat hal-hal/ketentuan baru atau perubahan penting yang perlu ditampung, maka Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) harus menuangkan ke dalam adendum dokumen pemilihan penyedia barang/jasa yang menjadi bagian tak terpisahkan dari dokumen pemilihan penyedia barang/jasa dan harus disampaikan dalam waktu bersamaan kepada semua peserta secara tertulis setelah disahkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen. Bila ketentuan baru atau perubahan penting tersebut tidak dituangkan dalam adendum dokumen pemilihan penyedia barang/jasa maka bukan merupakan bagian dari dokumen pemilihan penyedia barang/jasa dan yang berlaku adalah dokumen pemilihan penyedia barang/jasa awal (asli).

e. Penyampaian dan Pembukaan Dokumen Penawaran

1) Metoda penyampaian dan cara pembukaan dokumen penawaran harus mengikuti ketentuan yang dipersyaratkan dalam dokumen pemilihan penyedia barang/jasa.

2) Metoda penyampaian dokumen penawaran yang akan digunakan harus dijelaskan pada waktu acara pemberian penjelasan, yaitu apakah dengan sistem satu sampul, dua sampul atau dua tahap.

3) Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) mencatat waktu, tanggal dan tempat penerimaan dokumen penawaran yang diterima melalui pos pada sampul luar penawaran dan memasukkan ke dalam kotak/tempat pelelangan.

4) Pada akhir batas waktu penyampaian dokumen penawaran, Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) membuka rapat pembukaan dokumen penawaran, menyatakan dihadapan para peserta pelelangan bahwa saat pemasukan dokumen penawaran telah ditutup sesuai waktunya, menolak dokumen penawaran yang terlambat dan/atau tambahan dokumen penawaran, kemudian membuka dokumen penawaran yang masuk.

5) Bagi penawaran yang disampaikan melalui pos dan diterima terlambat, Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) membuka sampul luar dokumen penawaran untuk mengetahui alamat peserta lelang. Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) segera memberitahukan kepada penyedia barang/jasa yang bersangkutan untuk mengambil kembali seluruh

103

Page 107: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB II (PROSES PENGADAAN BARANG/JASA YANG MEMERLUKAN PENYEDIA BARANG/JASA)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

dokumen penawaran. Pengembalian dokumen penawaran disertai dengan bukti serah terima.

6) Tidak diperkenankan mengubah waktu penutupan penyampaian penawaran untuk hal-hal yang tidak penting. Apabila terpaksa dilakukan perubahan waktu penutupan penyampaian penawaran maka perubahan tersebut harus dituangkan di dalam adendum dokumen pemilihan penyedia barang/jasa dan disampaikan pada seluruh peserta lelang.

7) Pembukaan dokumen penawaran yang masuk dilaksanakan sebagai berikut: a) Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit)

meminta kesediaan sekurang-kurangnya 2 (dua) wakil dari peserta pelelangan yang hadir sebagai saksi. Apabila tidak terdapat saksi dari peserta pelelangan yang hadir, panitia/ pejabat pengadaan menunda pembukaan kotak/tempat pemasukan dokumen penawaran sampai dengan waktu tertentu yang telah ditentukan Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) sekurang-kurangnya 2 (dua) jam. Setelah sampai batas waktu yang telah ditentukan, wakil peserta lelang tetap tidak ada yang hadir, acara pembukaan kotak/tempat pemasukan dokumen penawaran dilakukan dengan disaksikan oleh 2 (dua) orang saksi di luar Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) yang ditunjuk secara tertulis oleh panitia/pejabat pengadaan;

b) Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) meneliti isi kotak/tempat pemasukan dokumen penawaran dan menghitung jumlah sampul penawaran yang masuk (tidak dihitung surat pengunduran diri) dan bila penawaran yang masuk kurang dari 3 (tiga) peserta, pelelangan tidak dapat dilanjutkan dan harus diulang, kemudian mengumumkan kembali dengan mengundang calon peserta lelang yang baru;

c) Pembukaan dokumen penawaran untuk setiap sistem dilakukan sebagai berikut: (1) Untuk Sistem Satu Sampul, Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan

Pengadaan (Procurement Unit) membuka kotak dan sampul dokumen penawaran di hadapan para peserta lelang.

(2) Untuk Sistem Dua Sampul, Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) membuka kotak dan sampul I di hadapan peserta lelang. Sampul I yang berisi data administrasi dan teknis dibuka, dan dijadikan lampiran berita acara pembukaan dokumen penawaran sampul I. Sampul II yang berisi data harga tidak boleh dibuka dan sampulnya dituliskan identitas perusahaan dan diparaf oleh Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) dan wakil peserta lelang dari perusahaan yang berbeda sebelum disimpan oleh panitia/pejabat pengadaan.

(3) Untuk Sistem Dua Tahap, Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) membuka kotak dan sampul I di hadapan peserta lelang. Sampul I yang berisi data administrasi dan teknis dibuka, dan dijadikan lampiran berita acara pembukaan dokumen penawaran sampul I. Sampul II yang berisi data harga disampaikan kemudian oleh peserta lelang bilamana telah dinyatakan lulus persyaratan teknis dan administrasi.

d) Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) memeriksa, menunjukkan dan membacakan di hadapan para peserta pelelangan mengenai kelengkapan dokumen penawaran, yang terdiri atas: (1) Untuk satu sampul:

(a) surat penawaran yang di dalamnya tercantum masa berlaku penawaran; (b) jaminan penawaran asli;

104

Page 108: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB II (PROSES PENGADAAN BARANG/JASA YANG MEMERLUKAN PENYEDIA BARANG/JASA)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

(c) daftar kuantitas dan harga (khusus untuk kontrak harga satuan). (2) Untuk dua sampul:

(a) surat penawaran yang di dalamnya tercantum masa berlaku penawaran tetapi tidak tercantum harga penawaran;

(b) jaminan penawaran asli. (3) Untuk dua tahap:

(a) surat penawaran yang di dalamnya tercantum masa berlaku penawaran tetapi tidak tercantum harga penawaran;

(b) jaminan penawaran asli; (c) dokumen penawaran teknis dan dokumen pendukung lainnya yang

disyaratkan dalam dokumen pemilihan penyedia barang/jasa. e) Dalam hal dilakukan prakualifikasi, untuk menghindari kesalahan-kesalahan

kecil yang dapat menggugurkan peserta pelelangan, maka syarat-syarat administrasi lainnya yang diperlukan agar diminta dan dievaluasi pada saat prakualifikasi dan tidak perlu lagi dilampirkan pada dokumen penawaran;

f) Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) tidak boleh menggugurkan penawaran pada waktu pembukaan penawaran kecuali untuk penawaran yang terlambat memasukkan/menyampaikan penawarannya;

g) Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) segera membuat berita acara pembukaan dokumen penawaran terhadap semua penawaran yang masuk

h) Setelah dibacakan dengan jelas, berita acara ditandatangani oleh Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) yang hadir dan dua orang wakil peserta lelang yang sah yang ditunjuk oleh para peserta lelang yang hadir;

i) Dalam hal terjadi penundaan waktu pembukaan penawaran, maka penyebab penundaan tersebut harus dimuat dengan jelas di dalam berita acara pembukaan penawaran (BAPP);

j) BAPP dibagikan kepada wakil peserta pelelangan yang hadir tanpa dilampiri dokumen penawaran.

f. Evaluasi Penawaran

1) Pelaksanaan evaluasi penawaran dilakukan oleh Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) terhadap semua penawaran yang masuk. Evaluasi tersebut meliputi evaluasi administrasi, teknis, dan harga berdasarkan kriteria, metoda, dan tatacara evaluasi yang telah ditetapkan dalam dokumen pemilihan penyedia barang/jasa.

2) Pada tahap awal, Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) dapat melakukan koreksi aritmatik terhadap semua penawaran yang masuk dan melakukan evaluasi sekurang-kurangnya 3 (tiga) penawaran terendah setelah koreksi aritmatik.

3) Penawaran yang memenuhi syarat adalah penawaran yang sesuai dengan ketentuan, syarat-syarat, dan spesifikasi yang ditetapkan dalam dokumen pemilihan penyedia barang/jasa, tanpa ada penyimpangan yang bersifat penting/pokok atau penawaran bersyarat.

4) Penyimpangan yang bersifat penting/pokok atau penawaran bersyarat adalah: a) jenis penyimpangan yang berpengaruh terhadap hal-hal yang sangat substantif

dan akan mempengaruhi lingkup, kualitas, dan hasil/kinerja/performance pekerjaan;

b) substansi kegiatan tidak konsisten dengan dokumen pemilihan penyedia barang/jasa;

105

Page 109: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB II (PROSES PENGADAAN BARANG/JASA YANG MEMERLUKAN PENYEDIA BARANG/JASA)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

c) adanya penawaran dari penyedia barang/jasa dengan persyaratan tambahan di luar ketentuan dokumen pemilihan penyedia barang/jasa yang akan menimbulkan persaingan tidak sehat dan/atau tidak adil di antara peserta lelang yang memenuhi syarat.

5) Penawaran dinyatakan memenuhi persyaratan administrasi, apabila: a) Syarat-syarat yang diminta berdasarkan dokumen pemilihan penyedia

barang/jasa dipenuhi/ dilengkapi dan isi setiap dokumen benar serta dapat dipastikan bahwa dokumen penawaran ditandatangani oleh orang yang berwenang;

b) Dokumen penawaran yang masuk menunjukkan adanya persaingan yang sehat, tidak terjadi pengaturan bersama (kolusi) di antara para peserta dan/atau dengan Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) yang dapat merugikan negara dan/atau peserta lainnya;

c) Surat jaminan penawaran memenuhi ketentuan sebagai berikut: (1) diterbitkan oleh bank umum (tidak termasuk bank perkreditan rakyat) atau

oleh perusahaan asuransi yang mempunyai program asuransi kerugian (surety bond) yang mempunyai dukungan reasuransi sebagaimana persyaratan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

(2) masa berlaku jaminan penawaran tidak kurang dari jangka waktu yang ditetapkan dalam dokumen pemilihan penyedia barang/jasa.

(3) nama peserta lelang sama dengan nama yang tercantum dalam surat jaminan penawaran.

(4) besar jaminan penawaran tidak kurang dari nilai nominal yang ditetapkan dalam dokumen pemilihan penyedia barang/jasa.

(5) besar jaminan penawaran dicantumkan dalam angka dan huruf. (6) nama Pejabat Pembuat Komitmen yang menerima jaminan penawaran

sama dengan nama Pejabat Pembuat Komitmen yang mengadakan pelelangan.

(7) paket pekerjaan yang dijamin sama dengan paket pekerjaan yang dilelang. (8) isi surat jaminan penawaran harus sesuai dengan ketentuan dalam

dokumen pemilihan penyedia barang/jasa. Apabila ada hal-hal yang kurang jelas dan/atau meragukan dalam surat jaminan penawaran perlu diklarifikasi dengan pihak yang terkait tanpa mengubah substansi dari jaminan penawaran.

d) Surat penawaran (contoh untuk sistem satu sampul): (1) ditandatangani oleh pemimpin/direktur utama perusahaan atau penerima

kuasa dari direktur utama yang nama penerima kuasanya tercantum dalam akte pendirian atau perubahannya, atau kepala cabang perusahaan yang diangkat oleh kantor pusat yang dibuktikan dengan dokumen otentik, atau pejabat yang menurut perjanjian kerjasama adalah yang berhak mewakili perusahaan yang bekerjasama;

(2) jangka waktu berlakunya surat penawaran tidak kurang dari waktu yang ditetapkan dalam dokumen pemilihan penyedia barang/jasa;

(3) jangka waktu pelaksanaan pekerjaan yang ditawarkan tidak melebihi jangka waktu yang ditetapkan dalam dokumen pemilihan penyedia barang/jasa;

(4) bermaterai, dan bertanggal. e) Daftar kuantitas dan harga satuan setiap jenis/item pekerjaan untuk kontrak

harga satuan diisi dengan lengkap kecuali ditentukan lain dalam dokumen pemilihan penyedia barang/jasa. Sedangkan untuk kontrak lumpsum, bila diperlukan, daftar kuantitas dan harga hanya sebagai pelengkap. Daftar rincian kuantitas dan harga satuan dalam sistem kontrak lumpsum tidak dapat dijadikan dasar untuk menggugurkan penawaran dan perhitungan prestasi kerja berkaitan dengan persyaratan pembayaran;

106

Page 110: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB II (PROSES PENGADAAN BARANG/JASA YANG MEMERLUKAN PENYEDIA BARANG/JASA)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

f) Analisis harga satuan pekerjaan utama harus disampaikan dengan lengkap sesuai yang ditentukan dalam dokumen pemilihan penyedia barang/jasa;

g) Telah melunasi kewajiban membayar pajak tahun terakhir, dibuktikan dengan melampirkan foto copy bukti tanda terima penyampaian Surat Pajak Tahunan (SPT) Pajak Penghasilan (PPh) tahun terakhir, dan foto copy Surat Setoran Pajak (SSP) PPh Pasal 29, yang dikeluarkan oleh kantor pelayanan pajak setempat, sesuai dengan domisili perusahaan yang bersangkutan;

h) Terhadap hal-hal yang kurang jelas dan meragukan, Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) dapat melakukan klarifikasi dan terhadap penawaran yang memenuhi persyaratan administrasi dilanjutkan dengan evaluasi teknis. Terhadap penawaran yang tidak memenuhi persyaratan administrasi tidak dilanjutkan dengan evaluasi teknis.

6) Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) melakukan evaluasi teknis terhadap semua penawaran yang memenuhi persyaratan administrasi. Faktor-faktor yang dinilai pada evaluasi teknis harus sesuai dengan yang ditetapkan dalam dokumen pemilihan penyedia barang/jasa. Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) tidak diperkenankan menambah dan/atau mengurangi faktor-faktor yang dinilai dan tatacara penilaian yang ditetapkan dalam dokumen pemilihan penyedia barang/jasa.

7) Untuk pengadaan jasa pemborongan, penawaran dinyatakan memenuhi persyaratan teknis, apabila: a) Metode pelaksanaan pekerjaan yang ditawarkan memenuhi persyaratan

substantif yang ditetapkan dalam dokumen pemilihan penyedia barang/jasa dan diyakini menggambarkan penguasaan dalam penyelesaian pekerjaan;

b) Jadual waktu pelaksanaan pekerjaan yang ditawarkan tidak melampaui batas waktu yang ditetapkan dalam dokumen pemilihan penyedia barang/jasa;

c) Jenis, kapasitas, komposisi, dan jumlah peralatan minimal yang disediakan sesuai dengan dokumen pemilihan penyedia barang/jasa;

d) Spesifikasi teknis memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam dokumen pemilihan penyedia barang/jasa;

e) Personil inti yang akan ditempatkan secara penuh sesuai dengan persyaratan yang ditentukan dalam dokumen pemilihan penyedia barang/jasa serta posisinya dalam manajemen pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan organisasi pelaksanaan yang diajukan;

f) Bagian pekerjaan yang akan disubkontrakkan sesuai dengan persyaratan yang dicantumkan dalam dokumen pemilihan penyedia barang/jasa;

g) Memenuhi syarat teknis lainnya yang ditetapkan dalam dokumen pemilihan penyedia barang/jasa.

8) Untuk pengadaan barang/jasa lainnya, penawaran dinyatakan memenuhi persyaratan teknis, apabila: a) Memenuhi spesifikasi teknis barang yang ditawarkan berdasarkan contoh,

brosur, dan gambar-gambar yang ditetapkan dalam dokumen pemilihan penyedia barang/jasa;

b) Jadual waktu penyerahan barang/jasa lainnya tidak melampaui batas waktu yang ditetapkan dalam dokumen pemilihan penyedia barang/jasa;

c) Identitas barang/jasa lainnya yang ditawarkan tercantum dengan lengkap dan jelas;

d) Jumlah barang/jasa lainnya yang ditawarkan tidak kurang dari yang ditetapkan dalam dokumen pemilihan penyedia barang/jasa;

e) Memenuhi syarat teknis lainnya yang ditetapkan dalam dokumen pemilihan penyedia barang/jasa.

9) Tidak dapat menggugurkan teknis berdasarkan analisa harga satuan.

107

Page 111: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB II (PROSES PENGADAAN BARANG/JASA YANG MEMERLUKAN PENYEDIA BARANG/JASA)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

10) Apabila dalam evaluasi teknis termaksud pada butir 7) dan butir 8) terdapat hal-hal yang kurang jelas atau meragukan, Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) melakukan klarifikasi dengan pihak penawar. Terhadap penawaran yang memenuhi persyaratan teknis akan dilanjutkan dengan evaluasi kewajaran harga, sedangkan terhadap penawaran yang tidak memenuhi persyaratan teknis dinyatakan gugur.

11) Dalam sistem satu sampul, Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) dapat langsung melakukan evaluasi kewajaran harga secara rinci bagi penawaran yang memenuhi persyaratan administrasi dan teknis tersebut. Dalam sistem dua sampul, Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) mengumumkan hasil evaluasi administrasi dan teknis serta mengundang penawar yang lulus untuk menyaksikan pembukaan sampul II (penawaran harga).

12) Unsur-unsur yang perlu diteliti dan dinilai dalam evaluasi kewajaran harga adalah hal-hal yang pokok atau penting, meliputi: a) Total harga penawaran terhadap pagu anggaran:

(1) apabila total harga penawaran melebihi pagu anggaran dinyatakan gugur; (2) apabila semua harga penawaran di atas pagu anggaran dilakukan lelang

ulang. b) unsur-unsur yang mempengaruhi substansi/lingkup/kualitas pekerjaan untuk

kontrak harga satuan, apabila mata pembayaran utama di bawah persyaratan/spesifikasi yang ditentukan dalam dokumen pemilihan penyedia barang/jasa dan akan mempengaruhi substansi/kualitas pekerjaan, maka penawaran dinyatakan gugur;

c) harga satuan timpang yang nilainya lebih besar dari 110% (seratus sepuluh persen) dari HPS dilakukan klarifikasi. Apabila setelah dilakukan klarifikasi ternyata harga satuan tersebut timpang, maka harga satuan timpang hanya berlaku untuk volume sesuai dengan dokumen pemilihan penyedia barang/jasa;

d) mata pembayaran yang harga satuannya nol atau tidak ditulis dilakukan klarifikasi dan kegiatan tersebut harus tetap dilaksanakan, dianggap termasuk dalam harga satuan pekerjaan lainnya;

e) untuk kontrak lumpsum atau kontrak harga satuan yang harga satuannya ditulis dalam angka dan huruf, apabila terdapat perbedaan antara penulisan nilai dalam angka dan huruf maka nilai penawaran yang diakui adalah nilai dalam tulisan huruf;

f) koreksi aritmatik dilakukan sebagai berikut: (1) volume pekerjaan yang tercantum dalam dokumen penawaran disesuaikan

dengan yang tercantum dalam dokumen pemilihan penyedia barang/jasa; (2) apabila terjadi kesalahan hasil pengalian antara volume dengan harga

satuan pekerjaan, maka dilakukan pembetulan, dengan ketentuan harga satuan pekerjaan yang ditawarkan tidak boleh diubah;

(3) jenis pekerjaan yang tidak diberi harga satuan dianggap sudah termasuk dalam harga satuan pekerjaan yang lain, dan harga satuan pada surat penawaran tetap dibiarkan kosong.

g) hasil koreksi aritmatik dapat mengubah nilai atau urutan penawaran menjadi lebih tinggi atau lebih rendah terhadap urutan penawaran semula.

h) memperhitungkan preferensi harga atas penggunaan produksi dalam negeri.

13) Dalam mengevaluasi kewajaran harga penawaran dapat dilakukan: a) klarifikasi dalam hal penawaran komponen dalam negeri terlalu tinggi

dibandingkan dengan perkiraan panitia/pejabat pengadaan;

108

Page 112: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB II (PROSES PENGADAAN BARANG/JASA YANG MEMERLUKAN PENYEDIA BARANG/JASA)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

b) klarifikasi kewajaran harga apabila harga penawaran dinilai terlalu rendah. Apabila dari hasil klarifikasi terbukti dinilai harganya terlampau rendah, dan peserta lelang tetap menyatakan mampu melaksanakan pekerjaan sesuai dokumen pemilihan penyedia barang/jasa, maka peserta lelang tersebut harus bersedia untuk menaikkan jaminan pelaksanaannya menjadi sekurang-kurangnya persentase jaminan pelaksanaan yang ditetapkan dalam dokumen pemilihan penyedia barang/jasa dikalikan 80% (delapan puluh persen) HPS, bilamana ditunjuk sebagai pemenang lelang. Dalam hal peserta lelang yang bersangkutan tidak bersedia menambah nilai jaminan pelaksanaannya, maka penawarannya dapat digugurkan dan jaminan penawarannya disita untuk negara, sedangkan penyedia barang/jasa itu sendiri, di black list (didaftarhitamkan) selama 1 (satu) tahun dan tidak diperkenankan ikut serta dalam pengadaan barang/jasa pada instansi pemerintah.

14) Penilaian kualifikasi untuk pelelangan dengan pascakualifikasi terhadap 3 (tiga) penawaran terendah yang responsif.

g. Pembuktian Kualifikasi

Terhadap penyedia barang/jasa yang akan diusulkan sebagai pemenang dan pemenang cadangan, dilakukan verifikasi terhadap semua data dan informasi yang ada dalam formulir isian kualifikasi dengan meminta rekaman atau asli dokumen yang sah dan bila diperlukan dilakukan konfirmasi dengan instansi terkait.

109

Page 113: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB II (PROSES PENGADAAN BARANG/JASA YANG MEMERLUKAN PENYEDIA BARANG/JASA)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

h. Pembuatan Berita Acara Hasil Pelelangan

1) Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) membuat kesimpulan dari hasil evaluasi administrasi, teknis, dan harga dituangkan dalam berita acara hasil pelelangan (BAHP). BAHP memuat hasil pelaksanaan pelelangan, termasuk cara penilaian, rumus-rumus yang digunakan, sampai dengan penetapan urutan pemenangnya berupa daftar peserta pelelangan yang dimulai dari harga penawaran terendah. BAHP ditandatangani oleh ketua dan semua anggota Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) atau sekurang-kurangnya dua pertiga dari jumlah anggota panitia.

2) BAHP bersifat rahasia sampai dengan saat penandatangan kontrak.

3) BAHP harus memuat hal-hal sebagai berikut: a) Nama semua peserta lelang dan harga penawaran dan/atau harga penawaran

terkoreksi, dari masing-masing peserta lelang; b) Metoda evaluasi yang digunakan; c) Unsur-unsur yang dievaluasi; d) Rumus yang dipergunakan; e) Keterangan-keterangan lain yang dianggap perlu mengenai hal ikhwal

pelaksanaan pelelangan; f) Tanggal dibuatnya berita acara serta jumlah peserta yang lulus dan tidak lulus

pada setiap tahapan evaluasi; g) Penetapan urutan dari 1 (satu) calon pemenang dan 2 (dua) cadangan. Apabila

tidak ada penawaran yang memenuhi syarat, BAHP harus mencantumkan pernyataan bahwa pelelangan dinyatakan gagal, dan harus segera dilakukan pelelangan ulang. Apabila peserta lelang yang memenuhi syarat kurang dari 3 (tiga), maka penyedia barang/jasa tersebut tetap diusulkan sebagai calon pemenang lelang.

i. Penetapan Pemenang Lelang

1) Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) menetapkan calon pemenang lelang yang menguntungkan bagi negara dalam arti: a) Penawaran memenuhi syarat administratif dan teknis yang ditentukan dalam

dokumen pemilihan penyedia barang/jasa; b) Perhitungan harga yang ditawarkan adalah terendah yang responsif; c) Telah memperhatikan penggunaan semaksimal mungkin hasil produksi dalam

negeri; d) Penawaran tersebut adalah terendah di antara penawaran yang memenuhi

syarat sebagaimana dimaksud dalam butir 1) huruf a) sampai dengan huruf c).

2) Calon pemenang lelang harus sudah ditetapkan oleh Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja setelah pembukaan penawaran dalam sistem satu sampul, atau atau 7 (tujuh) hari kerja setelah pembukaan sampul II pada sistem dua sampul atau dua tahap.

3) Dalam hal terdapat 2 (dua) calon pemenang lelang mengajukan harga penawaran yang sama, maka Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) meneliti kembali data kualifikasi peserta yang bersangkutan, dan memilih peserta yang menurut pertimbangannya mempunyai kemampuan yang lebih besar, dan hal ini dicatat dalam berita acara.

4) Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) membuat dan menyampaikan laporan kepada Pejabat Pembuat Komitmen atau kepada pejabat yang berwenang mengambil keputusan untuk menetapkan pemenang lelang, melalui Pejabat Pembuat Komitmen. Laporan tersebut disertai usulan calon

110

Page 114: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB II (PROSES PENGADAAN BARANG/JASA YANG MEMERLUKAN PENYEDIA BARANG/JASA)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

pemenang dan penjelasan atau keterangan lain yang dianggap perlu sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan.

a) Untuk pengadaan barang/jasa yang bernilai sampai dengan Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah), apabila Pejabat Pembuat Komitmen tidak sependapat dengan usulan panitia/pejabat pengadaan, maka Pejabat Pembuat Komitmen membahas hal tersebut dengan Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) untuk mengambil keputusan sebagai berikut: (1) menyetujui usulan panitia/pejabat pengadaan; atau (2) menetapkan keputusan yang disepakati bersama untuk melakukan evaluasi

ulang atau lelang ulang atau menetapkan pemenang lelang, dan dituangkan dalam berita acara yang memuat keberatan dan kesepakatan masing-masing pihak; atau

(3) bila akhirnya tidak tercapai kesepakatan, maka akan diputuskan oleh Menteri/Panglima TNI/Kapolri/Kepala LPND/Gubernur/ Bupati/Walikota/Dewan Gubernur BI/Pimpinan BHMN/ Direktur Utama BUMN/BUMD dan bersifat final.

b) Untuk pengadaan yang bernilai di atas Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah), apabila Pejabat Pembuat Komitmen tidak sependapat dengan usulan panitia/pejabat pengadaan, maka Pejabat Pembuat Komitmen membahas hal tersebut dengan Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) untuk mengambil keputusan sebagai berikut: (1) menyetujui usulan panitia/pejabat pengadaan untuk dimintakan

persetujuan kepada Menteri / Panglima TNI / Kapolri / Kepala LPND / Gubernur / Bupati / Walikota / Dewan Gubernur BI / Pimpinan BHMN / Direktur Utama BUMN/BUMD; atau

(2) menetapkan keputusan yang disepakati bersama untuk melakukan evaluasi ulang atau lelang ulang, dan dituangkan dalam berita acara serta dilaporkan kepada Menteri / Panglima TNI / Kapolri / Kepala LPND / Gubernur / Bupati / Walikota / Dewan Gubernur BI / Pimpinan BHMN / Direktur Utama BUMN/BUMD; atau

(3) apabila masih belum ada kesepakatan maka dilaporkan kepada Menteri / Panglima TNI / Kapolri / Kepala LPND / Gubernur / Bupati / Walikota / Dewan Gubernur BI / Pimpinan BHMN / Direktur Utama BUMN/BUMD, dengan catatan keberatan dari Pejabat Pembuat Komitmen, untuk diputuskan dan bersifat final.

c) Untuk pengadaan yang bernilai di atas Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah), apabila Pejabat Pembuat Komitmen dan/atau Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) pengadaan tidak sependapat dengan keputusan Menteri / Panglima TNI / Kapolri / Kepala LPND / Gubernur / Bupati / Walikota / Dewan Gubernur BI / Pimpinan BHMN / Direktur Utama BUMN/BUMD, maka: (1) Penetapan pemenang lelang atau keputusan lain diserahkan kepada

Menteri / Panglima TNI / Kapolri / Kepala LPND / Gubernur / Bupati / Walikota / Dewan Gubernur BI / Pimpinan BHMN / Direktur Utama BUMN/BUMD dan Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) dan Pejabat Pembuat Komitmen tidak perlu melakukan perubahan berita acara evaluasi.

(2) Keputusan Menteri / Panglima TNI / Kapolri / Kepala LPND / Gubernur / Bupati / Walikota / Dewan Gubernur BI / Pimpinan BHMN / Direktur Utama BUMN/BUMD bersifat final.

5) Usulan penetapan pemenang lelang disusun sesuai dengan urutannya dan harus memuat: a) Nama dan alamat penyedia barang/jasa;

111

Page 115: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB II (PROSES PENGADAAN BARANG/JASA YANG MEMERLUKAN PENYEDIA BARANG/JASA)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

b) Harga penawaran setelah dikoreksi aritmatik; c) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

6) Pemenang lelang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang menetapkan berdasarkan usulan Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) melalui Pejabat Pembuat Komitmen. Pejabat yang berwenang segera menetapkan pemenang lelang dan mengeluarkan surat penetapan penyedia barang/jasa, serta menyampaikannya kepada Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) selambat-lambatnya: a) Lima hari kerja untuk penetapan oleh Pejabat Pembuat Komitmen; b) Empat belas hari kerja untuk penetapan oleh Menteri / Panglima TNI / Kapolri

/ Kepala LPND / Gubernur / Bupati / Walikota / Dewan Gubernur BI / Pimpinan BHMN / Direktur Utama BUMN/BUMD.

Ketentuan butir a) dan butir b) terhitung sejak surat usulan penetapan pemenang lelang tersebut diterima oleh pejabat yang berwenang menetapkan pemenang lelang.

7) Data pendukung yang diperlukan untuk menetapkan pemenang lelang adalah: a) Dokumen pemilihan penyedia barang/jasa beserta adendum (bila ada); b) Berita acara pembukaan penawaran (BAPP); c) Berita acara hasil pelelangan (BAHP); d) Ringkasan proses pelelangan dan hasil pelelangan; e) Dokumen penawaran dari calon pemenang pelelangan dan cadangan calon

pemenang yang telah diparaf Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) dan 2 (dua) wakil peserta lelang;

f) Apabila terjadi keterlambatan dalam menetapkan pemenang lelang dan mengakibatkan penawaran/jaminan penawaran habis masa berlakunya, maka dilakukan konfirmasi kepada seluruh peserta lelang untuk memperpanjang surat penawaran dan jaminan penawaran. Calon pemenang lelang dapat mengundurkan diri tanpa dikenakan sanksi.

j. Pengumuman Pemenang Lelang

Pemenang lelang diumumkan dan diberitahukan oleh Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) kepada para peserta selambat-lambatnya 2 (dua) hari kerja setelah diterimanya surat penetapan penyedia barang/jasa dari pejabat yang berwenang.

k. Sanggahan Peserta Lelang dan Pengaduan Masyarakat

1) Kepada peserta lelang yang berkeberatan atas penetapan pemenang lelang diberikan kesempatan untuk mengajukan sanggahan secara tertulis, selambat-lambatnya dalam waktu 5 (lima) hari kerja setelah pengumuman pemenang lelang.

2) Sanggahan disampaikan kepada pejabat yang berwenang menetapkan pemenang lelang, disertai bukti-bukti terjadinya penyimpangan, dengan tembusan disampaikan sekurang-kurangnya kepada unit pengawasan internal. Sanggahan yang disampaikan kepada bukan pejabat yang berwenang menetapkan pemenang lelang dianggap sebagai pengaduan dan tetap harus ditindaklanjuti.

3) Sanggahan wajib diajukan oleh peserta lelang baik secara sendiri-sendiri maupun bersama dengan peserta lelang lain apabila telah terjadi penyimpangan prosedur yang merugikan negara dan/atau masyarakat dirugikan, meliputi: a) Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) dan/atau

pejabat yang berwenang menyalahgunakan wewenangnya; dan/atau b) Pelaksanaan pelelangan menyimpang dari ketentuan yang telah ditetapkan

dalam dokumen pemilihan penyedia barang/jasa; dan/atau

112

Page 116: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB II (PROSES PENGADAAN BARANG/JASA YANG MEMERLUKAN PENYEDIA BARANG/JASA)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

c) Terjadi praktek KKN di antara peserta lelang dan/atau dengan anggota panitia/pejabat pengadaan/pejabat yang berwenang; dan/atau

d) Terdapat rekayasa pihak-pihak tertentu yang mengakibatkan pelelangan tidak adil, tidak transparan dan tidak terjadi persaingan yang sehat.

4) Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) sepenuhnya bertanggung jawab atas seluruh proses pelelangan dan hasil evaluasi yang dilakukan. Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) wajib menyampaikan bahan-bahan, yang berkaitan dengan sanggahan peserta lelang yang bersangkutan baik secara tertulis maupun lisan kepada pejabat yang berwenang memberikan jawaban atas sanggahan tersebut.

5) Pejabat yang berwenang menetapkan pemenang lelang memberikan jawaban tertulis selambat-lambatnya dalam 5 (lima) hari kerja atas sanggahan tersebut secara proporsional sesuai dengan masalahnya dengan ketentuan sebagai berikut: a) Apabila pelaksanaan evaluasi tidak sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan

dalam dokumen pemilihan penyedia barang/jasa karena kesalahan atau kelalaian panitia/pejabat pengadaan, maka pejabat yang berwenang memerintahkan Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) melakukan evaluasi ulang;

b) Apabila terbukti terjadi KKN antara pejabat yang berwenang, anggota Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) dengan peserta lelang tertentu yang merugikan peserta lainnya, maka diambil tindakan dengan memberhentikan pejabat/anggota Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) dari jabatannya dan menggugurkan penawaran peserta yang terlibat KKN tersebut. Kemudian pejabat yang berwenang mengganti Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) dengan pejabat lain untuk melakukan evaluasi ulang;

c) Peserta lelang yang terlibat KKN dan rekayasa sebagaimana pada butir 3).c) dan butir 3).d) dikenakan sanksi berupa pencairan jaminan penawaran dan dilarang untuk mengikuti kegiatan pengadaan barang/jasa di instansi pemerintah selama 1 (satu) tahun;

d) Apabila pelaksanaan pelelangan tidak sesuai dengan prosedur yang ditetapkan dalam dokumen pemilihan penyedia barang/jasa, maka dilakukan pelelangan ulang dimulai dari pengumuman kembali oleh Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) yang baru.

6) Apabila peserta lelang yang menyanggah tidak dapat menerima jawaban atas sanggahan dari Pejabat Pembuat Komitmen, maka peserta lelang tersebut dapat mengajukan sanggahan banding kepada Menteri / Panglima TNI / Kapolri / Kepala LPND / Gubernur / Bupati / Walikota / Dewan Gubernur BI / Pimpinan BHMN / Direktur Utama BUMN/BUMD, selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja sejak diterimanya jawaban sanggahan tersebut. Sedangkan proses pengadaan dapat dilanjutkan tanpa harus menunggu hasil keputusan tersebut.

l. Penerbitan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa

1) Pejabat Pembuat Komitmen mengeluarkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa (SPPBJ) sebagai pelaksana pekerjaan yang dilelangkan, dengan ketentuan: a) Tidak ada sanggahan dari peserta lelang; atau b) Sanggahan yang diterima pejabat yang berwenang menetapkan dalam masa

sanggah ternyata tidak benar, atau sanggahan diterima melewati waktu masa sanggah.

2) Peserta lelang yang ditetapkan sebagai penyedia barang/jasa wajib menerima keputusan tersebut. Apabila yang bersangkutan mengundurkan diri dan masa

113

Page 117: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB II (PROSES PENGADAAN BARANG/JASA YANG MEMERLUKAN PENYEDIA BARANG/JASA)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

penawarannya masih berlaku maka pengunduran diri tersebut hanya dapat dilakukan berdasarkan alasan yang dapat diterima secara obyektif oleh Pejabat Pembuat Komitmen, dengan ketentuan bahwa jaminan penawaran peserta lelang yang bersangkutan dicairkan dan disetorkan pada Kas Negara/Daerah.

3) Terhadap penyedia barang/jasa yang ditetapkan sebagai pelaksana pekerjaan mengundurkan diri dengan alasan yang tidak dapat diterima dan masa penawarannya masih berlaku, disamping jaminan penawaran yang bersangkutan dicairkan dan disetorkan pada Kas Negara/Daerah penyedia barang/jasa tersebut juga dikenakan sanksi berupa larangan untuk mengikuti kegiatan pengadaan barang/jasa di instansi pemerintah selama 2 (dua) tahun.

4) Apabila pemenang lelang urutan pertama yang ditetapkan sebagai penyedia barang/jasa mengundurkan diri, maka penetapan penyedia barang/jasa dapat dilakukan kepada calon pemenang lelang urutan kedua (jika ada) sesuai dengan harga penawarannya, dengan ketentuan: a) Penetapan pemenang lelang urutan kedua tersebut harus terlebih dahulu

mendapat persetujuan/penetapan pejabat yang berwenang menetapkan pemenang lelang;

b) Masa penawaran calon pemenang lelang urutan kedua masih berlaku atau sudah diperpanjang masa berlakunya.

5) Apabila calon pemenang lelang urutan kedua juga mengundurkan diri, maka penetapan penyedia barang/jasa dapat dilakukan kepada calon pemenang urutan ketiga (jika ada) sesuai dengan harga penawarannya dengan ketentuan: a) Penetapan pemenang lelang tersebut harus terlebih dahulu mendapat

persetujuan/penetapan pejabat yang berwenang menetapkan pemenang lelang; b) Masa berlakunya penawaran calon pemenang lelang urutan ketiga masih

berlaku atau sudah diperpanjang; c) Jaminan penawaran dari pemenang lelang urutan kedua dicairkan dan

disetorkan pada Kas Negara/Daerah; d) Bila calon pemenang kedua mengundurkan diri, dengan alasan yang tidak

dapat diterima, dikenakan sanksi sebagaimana tersebut pada butir 3) di atas.

6) Apabila calon pemenang ketiga mengundurkan diri, dengan alasan yang tidak dapat diterima, maka dikenakan sanksi sebagaimana tersebut pada butir 3) di atas. Kemudian Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) melakukan pelelangan ulang, dengan ketentuan bahwa jaminan penawaran dari calon pemenang lelang urutan ketiga dicairkan dan disetorkan pada Kas Negara/Daerah.

7) Dalam hal tidak ada sanggahan, SPPBJ harus diterbitkan paling lambat 6 (enam) hari kerja setelah pengumuman penetapan pemenang lelang dan dalam hal terdapat sanggahan, SPPBJ harus diterbitkan paling lambat 1 (satu) hari setelah jawaban atas semua sanggahan tersebut dijawab serta segera SPPBJ tersebut disampaikan kepada pemenang lelang.75

8) Salah satu tembusan dari SPPBJ disampaikan (tanpa lampiran perjanjian/kontrak) sekurang-kurangnya kepada unit pengawasan internal.

m. Pelelangan Gagal dan Pelelangan Ulang

1) Pelelangan dinyatakan gagal apabila: a) Penyedia barang/jasa yang tercantum dalam daftar calon peserta lelang kurang

dari 3 (tiga); atau b) Penawaran yang masuk kurang dari 3 (tiga); atau

75 Frasa dalam huruf miring merupakan penyesuaian terakhir kali dalam Perpres 8 Tahun 2006 (Perubahan Keempat) Pasal I angka (14).

114

Page 118: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB II (PROSES PENGADAAN BARANG/JASA YANG MEMERLUKAN PENYEDIA BARANG/JASA)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

c) Tidak ada penawaran yang memenuhi syarat yang ditentukan dalam dokumen pemilihan penyedia barang/jasa; atau

d) Semua penawaran di atas pagu dana yang tersedia; atau e) Sanggahan dari peserta lelang atas kesalahan prosedur yang tercantum dalam

dokumen pemilihan penyedia barang/jasa ternyata benar; atau f) Sanggahan dari peserta lelang atas terjadinya KKN dari calon pemenang lelang

urutan 1, 2, dan 3 ternyata benar; atau g) Calon pemenang lelang urutan 1, 2, dan 3 mengundurkan diri dan tidak

bersedia ditunjuk; atau h) Pelaksanaan pelelangan tidak sesuai dengan ketentuan dokumen pemilihan

penyedia barang/jasa atau prosedur yang berlaku; atau i) Pengaduan masyarakat atas terjadinya KKN dalam pelaksanaan lelang ternyata

benar.

2) Pelelangan Ulang: Dalam hal pelelangan dinyatakan gagal, Pejabat Pembuat Komitmen/pejabat yang berwenang memerintahkan pelelangan ulang dengan prosedur: a) Pelelangan gagal karena tersebut pada butir 1).a), dan/atau butir 1).b), dan/atau

butir 1).e) dilakukan pelelangan ulang, dengan cara mengumumkan kembali dan mengundang calon peserta lelang yang baru selain calon peserta lelang yang telah masuk dalam daftar calon peserta lelang;

b) Pelelangan gagal karena tersebut pada butir 1).c) dan/atau butir 1).d), dan/atau butir 1).h) dilakukan pelelangan ulang, dengan cara mengundang ulang semua peserta lelang yang tercantum dalam daftar calon peserta lelang untuk mengajukan penawaran ulang secara lengkap (administrasi, teknis, dan harga). Bilamana dianggap perlu Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) melakukan pelelangan ulang dengan mengundang calon peserta lelang yang baru;

c) Pelelangan gagal yang disebabkan sebagaimana tersebut pada butir 1).f) dan butir 1).i) dilakukan sebagai berikut: (1) apabila Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement

Unit) lelang tidak terbukti terlibat KKN, Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) lelang mengundang ulang semua peserta lelang yang tercantum dalam daftar calon penyedia barang/jasa untuk mengajukan penawaran ulang secara lengkap (administrasi, teknis, dan harga). Bilamana dianggap perlu Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) lelang melakukan pelelangan ulang dengan mengundang calon penyedia barang/jasa yang baru. Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) lelang dilarang mengundang peserta lelang yang terlibat KKN, dan penyedia barang/jasa dikenakan sanksi pidana berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

(2) apabila Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) lelang terbukti terlibat KKN, maka panitia/ pejabat pengadaan dikenakan sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan dibentuk Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) lelang baru untuk melakukan pelelangan ulang. Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) lelang baru dilarang mengikutsertakan peserta lelang yang terbukti terlibat KKN.

d) Pelelangan gagal yang disebabkan sebagaimana tersebut pada butir 1).g), dilakukan pelelangan ulang dengan cara sebagai berikut: (1) mengundang peserta yang memenuhi syarat untuk menyampaikan

penawaran harga yang baru apabila peserta lelang yang memenuhi syarat

115

Page 119: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB II (PROSES PENGADAAN BARANG/JASA YANG MEMERLUKAN PENYEDIA BARANG/JASA)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

sama dengan atau lebih dari 3 (tiga) peserta (tidak termasuk peserta yang mengundurkan diri);

(2) mengumumkan kembali/mengundang peserta lelang yang baru dan lama yang memenuhi syarat untuk mengajukan penawarannya apabila peserta yang memenuhi syarat kurang dari 3 (tiga) peserta (tidak termasuk peserta yang mengundurkan diri);

e) Apabila dalam pelelangan ulang pesertanya kurang dari 3 (tiga) maka: (1) Dalam hal peserta lelang yang memenuhi syarat hanya 2 (dua), maka

proses pemilihan dilanjutkan seperti pada proses pemilihan langsung; (2) Dalam hal peserta lelang yang memenuhi syarat hanya 1 (satu), maka

proses pemilihan dilanjutkan seperti pada proses penunjukan langsung. f) Dalam hal Pejabat Pembuat Komitmen atau Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit

Layanan Pengadaan (Procurement Unit) menemukan indikasi kuat adanya KKN di antara para penyedia barang/jasa, maka: (1) Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit)

meneliti kewajaran penawaran dengan cara memeriksa koefisien dan harga satuan dasar upah, bahan, dan alat dan membandingkan dengan harga satuan pekerjaan sejenis terdekat;

(2) Memeriksa dokumentasi yang mendukung adanya KKN; (3) Apabila hasil penelitian dan pemeriksaan pada butir (1) dan butir (2)

mengarah kepada terjadinya KKN, maka Pejabat Pembuat Komitmen atau Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) wajib menghentikan proses pelelangan untuk diperiksa intansi yang berwenang.

g) Apabila dalam pelaksanaan lelang ulang terjadi KKN, maka Pejabat Pembuat Komitmen wajib menghentikan proses pengadaan dan pejabat yang berwenang mengusulkan pemindahan alokasi dananya untuk pekerjaan lain.

n. Penandatanganan Kontrak

Setelah SPPBJ diterbitkan, Pejabat Pembuat Komitmen menyiapkan dan menandatangani kontrak pelaksanaan pekerjaan apabila dananya telah cukup tersedia dalam dokumen anggaran, dengan ketentuan sebagai berikut: 1) Penandatanganan kontrak dilakukan paling lambat 14 (empat belas) hari setelah

diterbitkan SPPBJ dan setelah penyedia barang/jasa menyerahkan jaminan pelaksanaan dengan ketentuan: a) Nilai jaminan pelaksanaan dengan jaminan bank 5% (lima persen) dari nilai

kontrak; b) Untuk nilai pengadaan kecil sampai dengan Rp50.000.000,00 (lima puluh juta

rupiah) tanpa jaminan pelaksanaan; c) Masa berlakunya jaminan pelaksanaan sekurang-kurangnya sejak tanggal

penandatanganan kontrak sampai dengan 14 (empat belas) hari setelah tanggal masa pemeliharaan berakhir berdasarkan kontrak.

2) Apabila penyedia barang/jasa yang ditunjuk menolak/ mengundurkan diri dengan alasan yang tidak dapat diterima atau gagal untuk menandatangani kontrak, maka Pejabat Pembuat Komitmen membatalkan SPPBJ, mencairkan jaminan penawaran, dan penyedia barang/jasa dikenakan sanksi dilarang mengikuti pengadaan barang/jasa instansi pemerintah selama 2 (dua) tahun;

3) Pejabat Pembuat Komitmen dan penyedia barang/jasa tidak diperkenankan mengubah dokumen pengadaan secara sepihak sampai dengan penandatanganan kontrak;

4) Pejabat Pembuat Komitmen dan penyedia barang/jasa wajib memeriksa konsep kontrak meliputi substansi, bahasa/redaksional, angka, dan huruf serta membubuhkan paraf pada lembar demi lembar dokumen kontrak;

116

Page 120: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB II (PROSES PENGADAAN BARANG/JASA YANG MEMERLUKAN PENYEDIA BARANG/JASA)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

5) Menetapkan urutan hirarki bagian-bagian dokumen kontrak di dalam surat perjanjian dengan maksud apabila terjadi pertentangan ketentuan antara bagian satu dengan bagian yang lain, maka yang berlaku adalah ketentuan berdasarkan urutan yang ditetapkan sebagai berikut: a) Surat perjanjian; b) Surat penawaran berikut kuantitas dan harga; c) Amandemen kontrak; d) Ketentuan khusus kontrak; e) Ketentuan umum kontrak; f) Spesifikasi khusus; g) Spesifikasi umum; h) Gambar-gambar; i) Dokumen lainnya seperti: jaminan-jaminan, SPPBJ, Berita Acara Hasil

Pelelangan, Berita Acara Penjelasan dokumen pemilihan penyedia barang/jasa.

6) Banyaknya rangkap kontrak dibuat sesuai kebutuhan, yaitu: a) Sekurang-kurangnya 2 (dua) kontrak asli, kontrak asli pertama untuk Pejabat

Pembuat Komitmen dibubuhi materai pada bagian yang ditandatangani oleh penyedia barang/jasa , dan kontrak asli kedua untuk penyedia barang/jasa dibubuhi materai pada bagian yang ditandatangani oleh Pejabat Pembuat Komitmen;

b) Rangkap kontrak lainnya tanpa dibubuhi materai.

2. Pelelangan Terbatas

a. Proses pelelangan terbatas pada prinsipnya sama dengan proses pelelangan umum kecuali dalam pengumuman dicantumkan kriteria peserta dan nama-nama penyedia barang/ jasa yang akan diundang.

b. Apabila setelah diumumkan ternyata ada penyedia barang/jasa yang tidak tercantum dalam pengumuman dan berminat serta memenuhi kualifikasi, maka wajib untuk diikutsertakan dalam pelelangan terbatas.

3. Pemilihan Langsung

a. Penetapan Calon Peserta

1) Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) wajib melakukan prakualifikasi;

2) Prakualifikasi harus diumumkan minimal melalui papan pengumuman resmi untuk penerangan umum dan bila memungkinkan melalui internet.

b. Undangan, permintaan penawaran, dan evaluasi.

1) Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) mengundang sebanyak-banyaknya calon peserta yang lulus prakualifikasi.

2) Apabila penyedia barang/jasa yang lulus prakualifiaksi kurang dari 3 (tiga), maka dilakukan pengumuman ulang.

3) Apabila setelah pengumuman ulang, yang lulus prakualifikasi hanya 2 (dua), maka proses pemilihan langsung dilanjutkan.

4) Apabila setelah pengumuman ulang, yang lulus prakualifikasi hanya 1 (satu), maka dilakukan proses penunjukan langsung.

5) Atas dasar pengajuan penawaran yang dilakukan secara terpisah dari masing-masing peserta pemilihan langsung, Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) melakukan evaluasi administrasi, teknis, dan harga

117

Page 121: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB II (PROSES PENGADAAN BARANG/JASA YANG MEMERLUKAN PENYEDIA BARANG/JASA)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

terhadap semua penawaran yang masuk serta menyusun urutan penawaran sebagai dasar untuk melakukan klarifikasi dan negosiasi selanjutnya.

6) Klarifikasi dan negosiasi dilaksanakan sebagai berikut: a) sebelum klarifikasi dan negosiasi dilakukan, panitia/pejabat pengada-an

membuat pedoman klarifikasi dan negosiasi teknis dan harga. Dalam pedoman klarifikasi dan negosiasi teknis dan harga di-cantumkan hal-hal teknis dan item pekerjaan yang akan diklarifikasi dan dinegosiasi, tetapi tidak boleh mencantumkan rincian HPS;

b) klarifikasi dan negosiasi dilakukan kepada peserta pemilihan langsung yang menawarkan harga terendah sampai terjadi kesepakatan. Klarifikasi dan negosiasi tidak boleh dihadiri oleh peserta pemilihan langsung lainnya;

c) klarifikasi dan negosiasi teknis dilakukan untuk mendapatkan barang/jasa yang sesuai dengan spesifikasi yang tercantum dalam dokumen pemilihan penyedia barang/jasa atau spesifikasi yang lebih tinggi;

d) bagi pengadaan barang/jasa berdasarkan kontrak harga satuan, panitia/pejabat pengadaan melakukan klarifikasi dan negosiasi terutama terhadap harga satuan item-item pekerjaan yang harga satuan penawarannya lebih tinggi dari harga satuan yang tercantum dalam HPS;

e) bagi pengadaan barang/jasa berdasarkan kontrak lumpsum, Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) melakukan negosiasi hanya pada harga total saja;

f) setelah klarifikasi dan negosiasi, Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) meminta kepada peserta pemilihan langsung yang akan diusulkan untuk menandatangani berita acara hasil klarifikasi dan negosiasi. Apabila tidak terjadi kesepakatan dengan urutan pertama, maka klarifikasi dan negosiasi dilakukan kepada urutan penawar terendah berikutnya;

g) berdasarkan berita acara tersebut, Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) membuat surat usulan penetapan penyedia barang/jasa kepada pejabat yang berwenang menetapkan.

7) Penetapan pemenang a) Berdasarkan usulan dari panitia/pejabat pengadaan, pejabat yang berwenang

menetapkan pemenang pemilihan langsung; b) Dalam hal terjadi perbedaan pendapat antara Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit

Layanan Pengadaan (Procurement Unit) dengan Pejabat Pembuat Komitmen dilakukan proses sesuai ketentuan yang tercantum dalam butir i.4) di atas;

c) Hasil penetapan pemenang pemilihan langsung diumumkan/di-sampaikan kepada seluruh peserta pemilihan langsung.

8) Sanggahan dan pengaduan

Mekanisme dan prosedur sanggahan dan pengaduan mengikuti ketentuan seperti yang ditetapkan pada proses pelelangan.

9) Penunjukan pemenang

Pejabat Pembuat Komitmen menerbitkan surat penunjukan penyedia barang/jasa untuk melaksanakan pekerjaan.

10) Penandatanganan kontrak

Pejabat Pembuat Komitmen menyiapkan dan menandatangani kontrak pelaksanaan pekerjaan mengikuti ketentuan seperti yang ditentukan dalam proses pelelangan.

4. Penunjukan Langsung

118

Page 122: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB II (PROSES PENGADAAN BARANG/JASA YANG MEMERLUKAN PENYEDIA BARANG/JASA)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

a. Penilaian kualifikasi: Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) melakukan prakualifikasi terhadap penyedia barang/jasa yang akan ditunjuk untuk pekerjaan kompleks.

b. Permintaan penawaran dan negosiasi harga dilakukan sebagai berikut:

1) Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) mengundang penyedia barang/jasa untuk mengajukan penawaran secara tertulis.

2) Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) melakukan evaluasi, klarifikasi, dan negosiasi teknis dan harga terhadap penawaran yang diajukan penyedia barang/jasa berdasarkan dokumen pengadaan.

3) Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) membuat berita acara hasil evaluasi, klarifikasi, dan negosiasi.

c. Penetapan penunjukan langsung Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) mengusulkan hasil evaluasi, klarifikasi, dan negosiasi kepada pejabat yang berwenang untuk ditetapkan.

d. Penunjukan penyedia barang/jasa Berdasarkan surat penetapan dari pejabat yang berwenang, Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) mengumumkan di papan pengumuman resmi untuk penerangan umum atas penetapan penyedia barang/jasa yang ditunjuk untuk pekerjaan dimaksud dan kemudian Pejabat Pembuat Komitmen menerbitkan surat penunjukan penyedia barang/jasa (SPPBJ) kepada penyedia barang/jasa yang ditunjuk.

e. Pengaduan Masyarakat dapat menyampaikan pengaduan apabila dalam proses penunjukan langsung dipandang tidak transparan, tidak adil, dan terdapat indikasi KKN.

f. Penandatanganan kontrak Penandatanganan kontrak mengikuti ketentuan sebagaimana diatur dalam proses pelelangan.

5. Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemborongan/Jasa Lainnya untuk Pekerjaan Penanggulangan Bencana Alam, Bencana Sosial, dan Bencana Perang.

a. Pekerjaan penanggulangan bencana alam, bencana sosial, dan bencana perang adalah pekerjaan untuk penanganan darurat menjelang, pada saat, dan setelah terjadinya bencana.

b. Pekerjaan dalam rangka penanggulangan bencana alam, bencana sosial, dan bencana perang diuraikan sebagai berikut:

1) Pengadaan barang/jasa lainnya untuk keperluan penanggulangan bencana sosial, dan bencana perang, misalnya pengadaan obat-obatan, tenda darurat, bahan pangan untuk yang terkena bencana;

2) Konstruksi darurat yang harus segera dilaksanakan dan diselesaikan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya untuk keamanan dan keselamatan masyarakat dan/atau menghindari kerugian negara/ masyarakat yang lebih besar;

3) Konstruksi darurat harus dapat mengatasi kelancaran kegiatan masyarakat semula dan harus tetap memenuhi persyaratan teknis sebagai jenis pekerjaan darurat walaupun kemampuan konstruksinya dapat lebih rendah, dan pengamatan atas kestabilan konstruksi/ perawatannya harus diawasi secara terus menerus;

119

Page 123: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB II (PROSES PENGADAAN BARANG/JASA YANG MEMERLUKAN PENYEDIA BARANG/JASA)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

4) Pekerjaan penanggulangan bencana alam yang tidak masuk dalam cakupan areal suatu kontrak, pengadaan penyedia barang/jasa dilakukan dengan penunjukan langsung kepada penyedia barang/jasa yang sedang melaksanakan kontrak pekerjaan sejenis terdekat dan/atau yang dinilai mempunyai kemampuan, peralatan, tenaga yang cukup serta kinerja baik dan diyakini dapat melaksanakan pekerjaan dengan tahapan sebagai berikut: a) Pejabat Pembuat Komitmen dapat menerbitkan Surat Perintah Mulai Kerja

(SPMK), setelah mendapat persetujuan dari penanggung jawab keuangan (Menteri/Panglima TNI/Kapolri/Pemimpin Lembaga/ Gubernur/Bupati/Walikota) dan ada pernyataan bencana alam dari Presiden/ Gubernur/ Bupati/Walikota;

b) Opname pekerjaan di lapangan dilakukan bersama antara Pejabat Pembuat Komitmen dan penyedia barang/jasa, sementara proses dan administrasi pengadaan dapat dilakukan secara simultan;

c) Dana bencana alam dalam DIP bencana alam digunakan hanya untuk membiayai penanganan darurat dengan konstruksi darurat, bukan untuk membiayai penanganan yang sifatnya permanen;

d) Bagi kejadian bencana alam yang masuk dalam cakupan areal suatu kontrak, pekerjaan penanganan darurat dapat dimasukkan ke dalam Contract Change Order (CCO) dan dapat melebihi 10% (sepuluh persen) dari nilai kontrak awal.

B. Pelaksanaan Pengadaan Jasa Konsultasi

1. Seleksi Umum

a. Pengumuman Prakualifikasi

1) Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) harus mengumumkan secara luas tentang adanya prakualifikasi untuk seleksi umum melalui surat kabar, papan pengumuman resmi untuk penerangan umum, dan bilamana memungkinkan melalui media eletronik;

2) Isi pengumuman prakualifikasi memuat sekurang-kurangnya: a) nama dan alamat Pejabat Pembuat Komitmen jasa konsultansi yang akan

mengadakan seleksi umum; b) uraian singkat mengenai pekerjaan yang akan dilaksanakan; c) perkiraan nilai pekerjaan; d) syarat-syarat peserta seleksi umum; e) tempat, tanggal, hari, dan waktu untuk mengambil dokumen prakualifikasi.

3) Agar pengumuman secara luas tersebut pada butir a. 1) dapat mencapai sasaran secara luas, efisien, dan tepat sesuai dengan jangkauan masyarakat pengusaha yang dituju, maka pengumuman diatur sebagai berikut: a) Pengumuman seleksi umum untuk nilai sampai dengan Rp200.000.000,00 (dua

ratus juta rupiah) menggunakan surat kabar dan siaran radio pemerintah daerah/swasta yang mempunyai jangkauan pembaca dan pendengar sekurang-kurangnya di seluruh kabupaten/kota yang bersangkutan, memasang pengumuman pada papan pengumuman resmi untuk penerangan umum yang letaknya strategis di ibukota kabupaten/kota yang bersangkutan dan papan pengumuman Pejabat Pembuat Komitmen serta. Dalam hal di kabupaten/ kota yang bersangkutan tidak memiliki surat kabar harus diperguna-kan surat kabar terbitan ibu kota propinsi yang bersangkutan;

b) Pengumuman seleksi umum untuk nilai di atas Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) menggunakan surat kabar yang mempunyai jangkauan nasional, memasang pengumuman pada papan pengumuman resmi untuk penerangan umum yang letaknya strategis di ibukota kabupaten/kota yang bersangkutan,

120

Page 124: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB II (PROSES PENGADAAN BARANG/JASA YANG MEMERLUKAN PENYEDIA BARANG/JASA)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

dan papan pengumuman Pejabat Pembuat Komitmen serta mengupayakan menggunakan media elektronik/internet.

b. Pengambilan Dokumen Prakualifikasi

1) Pengambilan dokumen prakualifikasi dimulai sejak tanggal pengumuman sampai dengan satu hari sebelum batas akhir pemasukan dokumen prakualifikasi.

2) Tenggang waktu antara hari pengumuman dengan batas akhir hari pengambilan dokumen prakualifikasi sekurang-kurangnya 7 (tujuh) hari kerja.

3) Calon peserta seleksi umum dari propinsi/kabupaten/kota lain tidak boleh dihalangi/dilarang untuk mengikuti proses seleksi umum di propinsi/kabupaten/kota lokasi seleksi umum dilakukan.

c. Pemasukan Dokumen Prakualifikasi

1) Batas akhir pemasukan dokumen prakualifikasi sekurang-kurangnya 3 (tiga) hari setelah batas akhir pengambilan dokumen prakualifikasi.

2) Apabila terbukti terjadi kecurangan dalam pengumuman lelang, maka kepada: a) Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit)

dikenakan sanksi administrasi, ganti rugi dan/atau pidana sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

b) penyedia jasa konsultansi yang terlibat dikenakan sanksi tidak boleh mengikuti pengadaan barang/jasa pemerintah selama 2 (dua) tahun, dan sanksi pidana sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

d. Evaluasi Dokumen Prakualifikasi

Penyedia jasa konsultansi dinyatakan lulus prakualifikasi apabila memenuhi persyaratan dan kriteria sebagai berikut:

1) Memiliki surat izin usaha sesuai dengan bidang usahanya yang dikeluarkan oleh instansi pemerintah yang berwenang, seperti SIUP untuk jasa konsultansi non konstruksi dan IUJK untuk jasa konsultansi konstruksi;

2) Surat penyampaian dokumen prakualifikasi ditandatangani oleh orang yang secara hukum mempunyai kapasitas menandatangani kontrak;

3) Tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak bangkrut, kegiatan usahanya tidak sedang dihentikan, dan/atau tidak sedang menjalani sanksi pidana berupa surat pernyataan dari konsultan yang bersangkutan;

4) Dalam hal penyedia jasa konsultansi akan melakukan kemitraan, penyedia jasa konsultansi wajib mempunyai perjanjian kerjasama operasi/kemitraan yang memuat persentase kemitraan dan perusahaan yang mewakili kemitraan tersebut;

5) Telah melunasi kewajiban pajak tahun terakhir (SPT/PPh) serta memiliki laporan bulanan PPh Pasal 25 atau Pasal 21/Pasal 23 atau PPN sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan terakhir, kecuali untuk perusahaan baru yang belum berkewajiban untuk melapor;

6) Selama 4 (empat) tahun terakhir pernah memiliki pengalaman menyediakan jasa konsultansi termasuk pengalaman subkontrak, kecuali penyedia jasa konsultansi yang baru berdiri kurang dari 2 (dua) tahun;

7) Memiliki kinerja baik dan tidak masuk dalam daftar sanksi atau daftar hitam di suatu instansi pemerintah;

8) Memiliki kemampuan pada subbidang pekerjaan yang sesuai;

121

Page 125: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB II (PROSES PENGADAAN BARANG/JASA YANG MEMERLUKAN PENYEDIA BARANG/JASA)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

9) Untuk pekerjaan khusus/spesifik/teknologi tinggi dapat ditambahkan persyaratan lain seperti peralatan khusus, tenaga ahli spesialis yang diperlukan, atau pengalaman tertentu;

10) Memiliki kemampuan menyediakan fasilitas dan peralatan serta personil yang diperlukan;

11) Tidak membuat pernyataan yang tidak benar tentang kompetensi dan kemampuan usaha yang dimiliki;

12) Memenuhi KD = 3 NPt (KD: Kemampuan Dasar, NPt: nilai pengalaman tertinggi) pada subbidang pekerjaan dalam kurun waktu 7 (tujuh) tahun terakhir.

e. Penetapan Hasil Prakualifikasi

1) Peserta yang lulus prakualifikasi dimasukkan dalam daftar pendek konsultan sekurang-kurangnya 5 (lima) konsultan dan sebanyak-banyaknya 7 (tujuh) konsultan;

2) Apabila peserta yang lulus prakualifikasi lebih dari 7 (tujuh) konsultan, maka yang dimasukkan dalam daftar pendek adalah 7 (tujuh) konsultan peringkat terbaik;

3) Apabila peserta yang lulus prakualifikasi kurang dari 5 (lima) konsultan, maka dilakukan prakualifikasi ulang dengan mengumumkan prakualifikasi kembali;

4) Apabila peserta yang lulus prakualifikasi ulang berjumlah 2 (dua) sampai dengan 4 (empat) konsultan, maka proses seleksi umum dilanjutkan;

5) Apabila peserta yang lulus prakualifikasi ulang hanya 1 (satu) konsultan, maka dilakukan proses penunjukan langsung.

f. Pengumuman Hasil Prakualifikasi

1) Hasil prakualifikasi setelah ditetapkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen jasa konsultansi disampaikan kepada seluruh peserta prakualifikasi dan diumumkan melalui papan pengumuman resmi untuk penerangan umum dan/atau internet;

2) Peserta yang berkeberatan terhadap hasil prakualifikasi dapat mengajukan surat sanggahan kepada Pejabat Pembuat Komitmen jasa konsultansi;

3) Proses sanggahan secara mutatis mutandis mengikuti Pasal 27 Keputusan Presiden ini.

g. Undangan Kepada Konsultan Yang Masuk Daftar Pendek

1) Peserta yang masuk dalam daftar pendek diundang untuk mengambil dokumen seleksi umum apabila tidak ada sanggahan atau sanggahan sudah dinyatakan tidak benar;

2) Pengambilan dokumen seleksi umum dilakukan satu hari setelah dikeluarkannya undangan seleksi umum sampai dengan satu hari sebelum batas waktu pemasukan dokumen penawaran.

h. Penjelasan (aanwijzing)

1) Penjelasan (aanwijzing) dilaksanakan paling cepat 7 (tujuh) hari kerja dan paling lama 14 (empat belas) hari kerja sejak tanggal undangan kepada konsultan yang masuk daftar pendek;

2) Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) menjelaskan isi dokumen pengadaan, menampung pertanyaan peserta, dan memberikan jawaban atas hal-hal yang kurang jelas yang terdapat dalam dokumen seleksi umum;

122

Page 126: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB II (PROSES PENGADAAN BARANG/JASA YANG MEMERLUKAN PENYEDIA BARANG/JASA)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

3) Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) membuat Berita Acara Penjelasan (aanwijzing) yang ditandatangani oleh Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) dan wakil peserta yang hadir;

4) Berita acara memuat segala keterangan dan perubahan yang dianggap perlu, serta risalah tanya jawab. Apabila terjadi perubahan atau tambahan ketentuan dan persyaratan yang tercantum dalam dokumen seleksi umum harus dituangkan dalam adendum. Berita acara dan adendum ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari dokumen seleksi umum;

5) Berita acara dan adendum dokumen seleksi umum wajib disampaikan kepada seluruh peserta dalam waktu yang memadai;

6) Ketidakhadiran peserta dalam rapat penjelasan dan kunjungan lapangan tidak menggugurkan keikutsertaan peserta.

i. Pemasukan Penawaran

1) Pemasukan dokumen penawaran dimulai satu hari setelah penjelasan (aanwijzing). Batas akhir pemasukan dokumen penawaran sekurang-kurangnya 7 (tujuh) hari setelah penjelasan;

2) Sampul I yang berisi dokumen administrasi dan teknis serta sampul II yang berisi dokumen penawaran harga dimasukkan dalam satu sampul luar untuk disampaikan kepada panitia/pejabat pengadaan;

3) Pada sampul I ditulis “Data Administrasi dan Teknis” yang mencantumkan: jenis pekerjaan dan nama serta alamat konsultan;

4) Pada sampul II ditulis “Data Biaya Penawaran” yang mencantumkan: jenis pekerjaan dan nama serta alamat konsultan;

5) Pada sampul luar ditulis jenis pekerjaan, tempat, hari, tanggal, bulan, tahun, jam batas akhir pemasukan penawaran, nama konsultan, dan ditujukan kepada panitia/pejabat pengadaan/ pejabat pengadaan;

6) Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat pemasukan dokumen penawaran: a) Jumlah rangkap dokumen penawaran sebanyak 3 (tiga) buah, 1 (satu) rangkap

untuk Pejabat Pembuat Komitmen jasa konsultansi dan 2 (dua) rangkap untuk panitia/pejabat pengadaan;

b) Dokumen penawaran asli untuk Pejabat Pembuat Komitmen jasa konsultansi disampaikan oleh Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) dalam keadaan tertutup dan dilak serta hanya dibuka setelah diterbitkannya surat penetapan pemenang atau bilamana ada sanggahan dari peserta. Pembukaan dokumen penawaran asli dilakukan dihadapan peserta yang menyanggah dan disanggah;

c) Dokumen penawaran dan surat pengantar penawaran dimasukkan dalam sampul luar disampaikan kepada Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) dengan jumlah rangkap sesuai yang disyaratkan dan alamat yang ditentukan oleh Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) di dalam surat undangan;

d) Jika disampaikan secara langsung, maka dokumen penawaran harus dimasukkan oleh peserta yang bersangkutan ke dalam tempat yang telah disediakan oleh panitia/pejabat pengadaan;

e) Jika dokumen penawaran disampaikan melalui pos, Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) mencatat tanggal dan waktu penerimaannya serta memasukkannya ke tempat yang telah ditentukan;

123

Page 127: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB II (PROSES PENGADAAN BARANG/JASA YANG MEMERLUKAN PENYEDIA BARANG/JASA)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

f) Jika dokumen penawaran diterima setelah melampaui batas akhir pemasukan dokumen penawaran, maka dokumen penawaran tersebut tidak diikutsertakan.

7) Pembukaan Penawaran Administrasi Dan Teknis (Sampul I) a) Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit)

membuka dokumen penawaran dihadapan peserta pada tanggal yang sama dengan tanggal terakhir pemasukan dokumen penawaran sebagaimana telah ditentukan dalam dokumen seleksi umum;

b) Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) membuka sampul I di hadapan peserta. Sampul II tidak boleh dibuka dan sampulnya diparaf oleh Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) serta wakil peserta seleksi umum dari perusahaan yang berbeda, sebelum disimpan oleh panitia/pejabat pengadaan.

8) Berita acara pembukaan sampul I sekurang-kurangnya memuat: a) Jumlah dokumen penawaran yang masuk; b) Jumlah dokumen penawaran yang lengkap dan tidak lengkap; c) Kelainan-kelainan yang dijumpai dalam dokumen penawaran; d) Keberatan/sanggahan dari konsultan peserta; e) Keterangan lain yang dianggap perlu; f) Tanggal pembuatan berita acara; g) Tanda tangan anggota Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan

(Procurement Unit) dan wakil konsultan peserta yang hadir; h) Berita acara pembukaan sampul I dilampiri dokumen penawaran sampul I.

9) Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat pembukaan dokumen penawaran: a) Pembukaan dokumen penawaran dilakukan oleh panitia/pejabat

pengadaan/pejabat pengadaan setelah menyatakan dihadapan para peserta yang hadir bahwa saat pemasukan dokumen penawaran telah ditutup;

b) Dokumen penawaran tidak dapat lagi diterima setelah batas waktu pemasukan dokumen penawaran yang telah ditetapkan;

c) Setelah pemasukan dokumen penawaran ditutup, perubahan atau susulan pemberian bahan dan penjelasan secara lisan atau tertulis atas dokumen penawaran yang telah disampaikan tidak dapat diterima;

d) Sampul penawaran biaya tidak boleh dibuka; e) Semua dokumen penawaran dan surat keterangan dibacakan dengan jelas

sehingga terdengar oleh semua peserta.

j. Evaluasi Administrasi

1) Penilaian terhadap data administrasi hanya dilakukan terhadap hal-hal yang tidak dilakukan penilaian pada saat prakualifikasi;

2) Penawaran dinyatakan gugur apabila salah satu persyaratan administrasi yang diminta dalam dokumen seleksi umum tidak dipenuhi atau tidak memenuhi syarat, yaitu: a) Tidak ditandatangani oleh pemimpin/direktur utama atau penerima kuasa dari

pemimpin/direktur utama yang namanya tercantum dalam akte pendirian atau perubahannya, atau kepala cabang perusahaan yang diangkat oleh kantor pusat atau pejabat yang menurut perjanjian kerjasama (association agreement) adalah yang berhak mewakili kemitraan (pejabat dari perusahaan konsultan utama/lead firm);

b) Tidak mencantumkan masa berlakunya penawaran, atau mencantumkan kurun waktu kurang dari yang diminta dalam dokumen pengadaan;

c) Tidak menyampaikan dokumen penawaran teknis.

124

Page 128: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB II (PROSES PENGADAAN BARANG/JASA YANG MEMERLUKAN PENYEDIA BARANG/JASA)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

3) Untuk menghindari kesalahan-kesalahan kecil yang dapat menggugur-kan peserta pengadaan, maka syarat-syarat lainnya yang diperlukan agar diminta dan dievaluasi pada saat penyusunan daftar pendek konsultan dan tidak perlu dilampirkan pada dokumen penawaran;

4) Untuk dokumentasi panitia/pejabat pengadaan, dokumen asli yang mengakibatkan gugurnya penawaran disimpan oleh Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) sebagai arsip;

5) Penawaran yang lulus administrasi dilanjutkan dengan evaluasi teknis;

6) Dokumen penawaran teknis dan penawaran biaya bagi penawaran yang dinyatakan gugur administrasi dapat diambil kembali oleh peserta yang bersangkutan.

k. Evaluasi Teknis

1) Penilaian penawaran teknis dilakukan dengan cara memberikan nilai angka terhadap unsur penawaran teknis dengan memperhatikan bobot yang diberikan pada unsur-unsur yang dinilai;

2) Unsur-unsur pokok yang dinilai adalah: pengalaman konsultan, pendekatan dan metodologi, serta kualifikasi tenaga ahli;

3) Penilaian dilakukan sesuai pembobotan dari masing-masing unsur yang telah ditentukan dalam dokumen seleksi umum. Pada saat menyusun dokumen seleksi umum, acuan yang digunakan untuk pembobotan sesuai dengan rentang sebagai berikut:

Unsur Bobot (%) � Pengalaman Perusahaan Konsultan 10 - 20 � Pendekatan dan Metodologi 20 - 40 � Kualifikasi Tenaga Ahli 50 - 70

Jumlah 100

4) Penetapan bobot yang digunakan untuk masing-masing unsur, dalam rentang tersebut di atas didasarkan pada jenis pekerjaan jasa yang akan dilaksanakan;

5) Untuk jasa studi analisis perlu diberikan penekanan kepada pengalaman perusahaan konsultan dan pendekatan metodologi, sedangkan untuk jasa supervisi dan perencanaan teknis, penekanan lebih diberikan kepada kualifikasi tenaga ahli.

6) Pengalaman Perusahaan Konsultan: a) Penilaian dilakukan atas pengalaman perusahaan konsultan dalam melaksanakan

pekerjaan sejenis dengan pekerjaan yang dipersyaratkan dalam KAK untuk 7 (tujuh) tahun terakhir. Pengalaman kerja di Indonesia dan/atau di lokasi proyek mendapat tambahan nilai. Pengalaman tersebut diuraikan secara jelas dengan mencantumkan informasi: nama pekerjaan yang dilaksanakan, lingkup dan data pekerjaan yang dilaksanakan secara singkat, lokasi, pemberi tugas, nilai, dan waktu pelaksanaan (menyebutkan bulan dan tahun). Penilaian juga dilakukan terhadap jumlah pekerjaan yang sedang dilaksanakan oleh konsultan, disamping untuk mengukur pengalaman juga dapat dipergunakan untuk mengukur kemampuan/kapasitas konsultan yang bersangkutan dalam melaksanakan tugasnya.

b) Pengalaman perusahaan konsultan harus dilengkapi dengan referensi dari pengguna jasa, yang menunjukkan kinerja konsultan yang bersangkutan selama 7 (tujuh) tahun terakhir.

Subunsur yang dinilai, antara lain: (1) Pengalaman melaksanakan proyek/kegiatan sejenis; (2) Pengalaman melaksanakan proyek/kegiatan di Indonesia dan/atau di lokasi

proyek/kegiatan;

125

Page 129: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB II (PROSES PENGADAAN BARANG/JASA YANG MEMERLUKAN PENYEDIA BARANG/JASA)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

(3) Pengalaman manajerial dan fasilitas utama; (4) Kapasitas perusahaan dengan memperhatikan jumlah tenaga ahli tetap.

7) Pendekatan dan Metodologi: a) Untuk menilai pemahaman konsultan atas lingkup pekerjaan/jasa layanan yang

diminta dalam KAK, pemahaman atas sasaran/tujuan, kualitas metodologi, dan hasil kerja, subunsur yang dinilai antara lain: (1) Pemahaman atas jasa layanan yang tercantum dalam KAK, penilaian terutama

meliputi: pengertian terhadap tujuan proyek/kegiatan, lingkup serta jasa konsultansi yang diperlukan (aspek-aspek utama yang diindikasikan dalam KAK), dan pengenalan lapangan;

(2) Kualitas metodologi, penilaian terutama meliputi: ketepatan menganalisa masalah dan langkah pemecahan yang diusulkan dengan tetap mengacu kepada persyaratan KAK, konsistensi antara metodologi dengan rencana kerja, apresiasi terhadap inovasi, tanggapan terhadap KAK khususnya mengenai data yang tersedia, orang bulan (person-month) tenaga ahli, uraian tugas, jangka waktu pelaksanaan laporan-laporan yang disyaratkan, jenis keahlian serta jumlah tenaga ahli yang diperlukan, program kerja, jadual pekerjaan, jadual penugasan, organisasi, kebutuhan jumlah orang bulan, dan kebutuhan fasilitas penunjang;

(3) Hasil kerja (deliverable), penilaian meliputi antara lain: analisis, gambar-gambar kerja, spesifikasi teknis, perhitungan teknis, dan laporan-laporan;

(4) Fasilitas pendukung dalam melaksanakan pekerjaan yang diminta dalam KAK.

b) Konsultan yang mengajukan gagasan baru yang meningkatkan kualitas keluaran yang diinginkan dalam KAK diberikan nilai lebih.

8) Kualifikasi Tenaga Ahli a) Penilaian dilakukan atas tenaga ahli yang diusulkan untuk melaksanakan

pekerjaan dengan memperhatikan jenis keahlian, persyaratan, serta jumlah tenaga yang telah diindikasikan di dalam KAK. Subunsur yang dinilai, antara lain: (1) Tingkat pendidikan, yaitu lulusan perguruan tinggi negeri atau perguruan

tinggi swasta yang telah lulus ujian negara atau yang telah diakreditasi, atau perguruan tinggi luar negeri yang telah diakreditasi, dibuktikan dengan salinan ijazah;

(2) Pengalaman kerja profesional seperti yang disyaratkan dalam KAK, didukung dengan referensi dari pengguna jasa. Bagi tenaga ahli yang diusulkan sebagai pemimpin/wakil pemimpin pelaksana pekerjaan (Team Leader/Co Team Leader) dinilai pula pengalaman sebagai pemimpin/wakil pemimpin tim;

(3) Lain-lain: penguasaan bahasa Inggris, bahasa Indonesia (bagi konsultan Asing), bahasa setempat, aspek pengenalan (familiarity) atas tata-cara, aturan, situasi, dan kondisi (custom) setempat. Personil yang menguasai/memahami aspek-aspek tersebut di atas diberikan nilai lebih tinggi.

b) Kualifikasi dari tenaga ahli yang melebihi kualifikasi dari persyaratan KAK tidak memperoleh tambahan nilai.

l. Penetapan Peringkat Teknis

1) Berdasarkan evaluasi penawaran teknis, Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) menetapkan urutan konsultan yang dituangkan dalam berita acara evaluasi penawaran teknis;

2) Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) melaporkan hasil penilaian teknis kepada Pejabat Pembuat Komitmen untuk dimintakan persetujuan.

m. Pengumuman Peringkat

126

Page 130: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB II (PROSES PENGADAAN BARANG/JASA YANG MEMERLUKAN PENYEDIA BARANG/JASA)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

Hasil evaluasi teknis setelah ditetapkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen jasa konsultansi disampaikan kepada seluruh peserta dan diumumkan melalui papan pengumuman resmi untuk penerangan umum dan/atau internet.

n. Sanggahan

(1) Peserta yang berkeberatan terhadap hasil evaluasi teknis dapat mengajukan surat sanggahan kepada Pejabat Pembuat Komitmen jasa konsultansi;

(2) Proses sanggahan secara mutatis mutandis mengikuti Pasal 27 Keputusan Presiden ini.

o. Pembukaan Penawaran Harga (Sampul II) Peringkat Teknis Terbaik

(1) Dalam hal menggunakan metoda evaluasi kualitas, maka Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) hanya membuka sampul II peringkat teknis terbaik dan melakukan evaluasi harga;

(2) Dalam hal menggunakan metoda evaluasi kualitas teknis dan biaya, maka Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) mengundang peserta yang lulus evaluasi teknis untuk menghadiri acara pembukaan penawaran sampul II sebagai berikut: a) Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit)

menyebutkan peserta yang lulus evaluasi teknis dan masing-masing nilai evaluasi penawaran teknis;

b) Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) menyebutkan ketentuan pembobotan nilai evaluasi penawaran teknis dan nilai evaluasi penawaran biaya sebagaimana tercantum dalam dokumen pengadaan;

c) Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) membuka sampul II dari seluruh peserta yang lulus evaluasi teknis;

d) Panitia/pejabat pengadaan membacakan dan menulis biaya penawaran dari tiap peserta yang lulus evaluasi teknis;

e) Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) di hadapan peserta melakukan evaluasi gabungan teknis dan biaya sebagai berikut: (1) Melakukan koreksi aritmatik; (2) Menghitung nilai kombinasi antara nilai penawaran teknis dan nilai

penawaran biaya dengan cara perhitungan sebagai berikut: NILAI AKHIR = {Nilai (score) Penawaran Teknis x Bobot Penawaran Teknis} +{Nilai (score) Penawaran Biaya x Bobot Penawaran Biaya} Catatan:

- Pembobotan nilai (score) teknis dan biaya sesuai dengan bobot yang telah ditentukan dalam dokumen seleksi umum. Pada saat menyusun dokumen seleksi umum, acuan yang digunakan untuk pembobotan sesuai dengan rentang sebagai berikut:

Bobot penawaran teknis antara 0,60 sampai 0,80

Bobot penawaran biaya antara 0,20 sampai 0,40

- Nilai penawaran biaya terendah diberikan nilai (score) penawaran biaya tertinggi

(3) Hasil dari peringkat gabungan tersebut akan dijadikan dasar untuk penetapan peringkat konsultan.

127

Page 131: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB II (PROSES PENGADAAN BARANG/JASA YANG MEMERLUKAN PENYEDIA BARANG/JASA)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

f) Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) membuat berita acara pembukaan penawaran biaya, yang mencantumkan penawaran biaya, penawaran biaya terkoreksi, nilai (score) penawaran teknis, nilai (score) penawaran biaya, dan nilai gabungan penawaran teknis dan penawaran biaya. Berita acara ditandatangani oleh Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) dan wakil peserta.

(3) Dalam hal menggunakan metoda evaluasi pagu anggaran, maka Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) mengundang peserta yang lulus evaluasi teknis untuk menghadiri acara pembukaan penawaran sampul II sebagai berikut: a) Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit)

menyebutkan peserta yang lulus evaluasi teknis dan masing-masing nilai evaluasi penawaran teknis;

b) Panitia/pejabat pengadaan membuka sampul II dari seluruh peserta yang lulus evaluasi teknis;

c) Panitia/pejabat pengadaan membacakan dan menulis biaya penawaran dari tiap peserta yang lulus evaluasi teknis;

d) Panitia/pejabat pengadaan di hadapan peserta: (1) Melakukan koreksi aritmatik; (2) Menggugurkan penawaran terkoreksi yang melampaui pagu anggaran; (3) Menetapkan pemenang yang peringkat teknisnya tertinggi;

e) Panitia/pejabat pengadaan/pejabat pengadaan membuat berita acara pembukaan penawaran biaya, yang mencantumkan penawaran biaya, penawaran biaya terkoreksi, dan nilai penawaran teknis. Berita acara ditandatangani oleh Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) dan wakil peserta.

(4) Dalam hal menggunakan metoda evaluasi biaya terendah, maka Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) mengundang peserta yang lulus evaluasi teknis untuk menghadiri acara pembukaan penawaran sampul II sebagai berikut: a) Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit)

menyebutkan peserta yang lulus evaluasi teknis dan masing-masing nilai evaluasi penawaran teknis;

b) Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) membuka sampul II dari seluruh peserta yang lulus evaluasi teknis;

c) Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) membacakan dan menulis biaya penawaran dari tiap peserta yang lulus evaluasi teknis;

d) Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) di hadapan peserta: (1) Melakukan koreksi aritmatik; (2) Menetapkan pemenang yang harga penawaran terkoreksinya terendah dan

tidak melampaui pagu anggaran. e) Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit)

membuat berita acara pembukaan penawaran biaya, yang mencantumkan penawaran biaya, penawaran biaya terkoreksi, dan nilai penawaran teknis. Berita acara ditandatangani oleh Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) dan wakil peserta.

p. Klarifikasi dan Negosiasi

Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) melakukan klarifikasi dan negosiasi kepada calon pemenang seleksi umum dengan ketentuan sebagai berikut:

128

Page 132: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB II (PROSES PENGADAAN BARANG/JASA YANG MEMERLUKAN PENYEDIA BARANG/JASA)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

1) Klarifikasi dan negosiasi dilakukan oleh Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) dengan pemimpin/direktur utama perusahaan konsultan atau wakil yang memperoleh kuasa penuh dari pemimpin/direktur utama perusahaan (dinyatakan dengan surat kuasa);

2) Dalam hal penilaian menggunakan metoda evaluasi kualitas, klarifikasi dan/atau negosiasi dilakukan untuk memperoleh kemantapan dan kejelasan teknis dan biaya dengan memperhatikan kesesuaian antara bobot pekerjaan dan tenaga ahli yang ditugaskan dengan mempertimbangkan pula kebutuhan perangkat/fasilitas pendukung yang proporsional guna pencapaian hasil kerja yang optimal: a) Aspek-aspek teknis yang perlu diklarifikasi dan/atau dinegosiasi terutama:

(1) lingkup dan sasaran jasa konsultansi; (2) cara penanganan pekerjaan dan rencana kerja; (3) kualifikasi tenaga ahli; (4) organisasi pelaksanaan; (5) program alih pengetahuan; (6) jadual pelaksanaan pekerjaan; (7) jadual penugasan personil; (8) fasilitas penunjang.

b) Klarifikasi dan/atau negosiasi dilakukan untuk memperoleh kesepakatan biaya yang efisien dan efektif dengan tetap mempertahankan hasil yang ingin dicapai sesuai dengan penawaran teknis yang diajukan konsultan.

c) Aspek-aspek biaya yang perlu diklarifikasi dan/atau dinegosiasi terutama: (1) kesesuaian rencana kerja dengan jenis pengeluaran biaya; (2) volume kegiatan dan jenis pengeluaran; (3) biaya satuan dibandingkan dengan biaya yang berlaku di

pasaran/kewajaran biaya. d) Klarifikasi dan/atau negosiasi terhadap unit biaya personil dilakukan

berdasarkan daftar gaji yang telah diaudit dan/atau bukti setor pajak penghasilan tenaga ahli konsultan yang bersangkutan. Biaya satuan dari biaya langsung personil maksimum 3,2 (tiga koma dua) kali gaji dasar yang diterima tenaga ahli tetap dan maksimum 1,5 (satu koma lima) kali penghasilan yang diterima tenaga ahli tidak tetap.

e) Unit biaya personil dihitung berdasarkan satuan waktu yang dihitung berdasarkan tingkat kehadiran dengan ketentuan sebagai berikut : (1) 1 (satu) bulan dihitung minimal 22 (dua puluh dua) hari kerja; (2) 1 (satu) hari kerja dihitung minimal 8 (delapan) jam kerja.

f) Apabila klarifikasi dan/atau negosiasi dengan konsultan peringkat pertama tidak menghasilkan kesepakatan, maka Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) melanjutkan klarifikasi dan negosiasi kepada konsultan peringkat kedua, dan demikian seterusnya dari konsultan yang lulus atau di atas nilai ambang batas sampai tercapai kesepakatan.

g) Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) membuat berita acara hasil klarifikasi dan negosiasi dilampiri pernyataan konsultan tentang telah/tidak tercapainya kesepakatan klarifikasi dan/atau negosiasi.

h) Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) menyusun risalah hasil klarifikasi dan negosiasi serta melaporkan hasilnya kepada Pejabat Pembuat Komitmen untuk ditetapkan.

3) Dalam hal penilaian menggunakan metoda evaluasi kualitas teknis dan biaya atau pagu anggaran atau biaya terendah, klarifikasi dan/atau negosiasi teknis dan biaya dilakukan sesuai klarifikasi dan negosiasi pada metoda evaluasi kualitas, kecuali: a) harga satuan biaya langsung personil tidak boleh dikurangi, kecuali jika dinilai

terlalu tinggi yaitu melebihi 10% (sepuluh persen) dari 3,2 (tiga koma dua) kali

129

Page 133: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB II (PROSES PENGADAAN BARANG/JASA YANG MEMERLUKAN PENYEDIA BARANG/JASA)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

gaji dasar yang diterima tenaga ahli tetap dan melebihi 10% (sepuluh persen) dari 1,5 (satu koma lima) kali penghasilan yang diterima tenaga ahli tidak tetap, berdasarkan perhitungan dari daftar gaji yang telah diaudit dan/atau bukti setor pajak penghasilan tenaga ahli konsultan yang bersangkutan;

b) harga satuan biaya langsung non personil yang bersifat lump sum tidak boleh dikurangi.

2. Seleksi Terbatas

Tata cara seleksi terbatas pada prinsipnya sama dengan tata cara seleksi umum, kecuali pada pengumuman prakualifikasi, isi pengumuman prakualifikasi harus ditambahkan:

a. penyedia jasa konsultansi yang akan diikutsertakan dalam proses seleksi terbatas;

b. penyedia jasa konsultansi lain yang memenuhi kualifikasi dapat mengikuti proses prakualifikasi.

3. Seleksi Langsung

Tata cara seleksi langsung pada prinsipnya sama dengan tata cara seleksi umum, kecuali prakualifikasi cukup diumumkan melalui papan pengumuman resmi untuk penerangan umum dan bila memungkinkan melalui internet.

4. Penunjukan Langsung

Proses penunjukan langsung dilakukan sebagai berikut:

a. Undangan

1) Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) mengirimkan undangan kepada konsultan yang akan ditunjuk dilampiri dokumen prakualifikasi dan dokumen pemilihan penyedia jasa;

2) Dalam dokumen pemilihan penyedia jasa ditetapkan jadual untuk rapat penjelasan dan pemasukan dokumen penawaran.

b. Pemasukan dan evaluasi dokumen prakualifikasi serta penjelasan

1) Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) menerima dokumen prakualifikasi dan melakukan penilaian kualifikasi;

2) Apabila dari hasil penilaian, ternyata penyedia jasa konsultansi tidak memenuhi kualifikasi, maka diundang penyedia jasa konsultansi yang lain;

3) Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) memberikan penjelasan kepada konsultan yang memenuhi kualifikasi.

c. Pemasukan penawaran

Konsultan memasukkan penawaran pada waktu dan tempat yang telah ditetapkan.

d. Pembukaan dan evaluasi penawaran

Penawaran teknis dan harga dibuka sekaligus:

1) Evaluasi penawaran teknis dan penawaran harga dilakukan bersamaan dan diselesaikan sebelum dilakukan klarifikasi dan negosiasi penawaran teknis dan penawaran harga.

2) Unsur-unsur pokok yang dinilai adalah: pengalaman konsultan, pendekatan dan metodologi, serta kualifikasi tenaga ahli. Evaluasi dilakukan dalam rangka mencari kesesuaian antara usulan teknis dan biaya dengan kebutuhan jasa konsultansi yang dituangkan dalam KAK.

130

Page 134: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB II (PROSES PENGADAAN BARANG/JASA YANG MEMERLUKAN PENYEDIA BARANG/JASA)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

e. Klarifikasi dan negosiasi teknis dan biaya

1) Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) melakukan klarifikasi dan negosiasi teknis dan harga kepada konsultan yang akan ditunjuk sebagaimana pada pengadaan jasa konsultansi metoda seleksi umum dengan sistem evaluasi teknis.

2) Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) membuat berita acara klarifikasi dan negosiasi yang ditanda-tangani Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) dan konsultan serta membuat laporan hasil klarifikasi dan negosiasi kepada Pejabat Pembuat Komitmen.

f. Penetapan/penunjukan penyedia jasa konsultansi

Pejabat Pembuat Komitmen jasa konsultansi menetapkan konsultan berdasarkan hasil klarifikasi dan negosiasi.

5. Pengadaan Jasa Konsultansi Perorangan

a. Ketentuan Umum

Konsultan perorangan dapat digunakan untuk melaksanakan pekerjaan yang memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1) Pekerjaan yang tidak memerlukan kerja kelompok (team work);

2) Pekerjaan yang secara utuh berdiri sendiri;

3) Pekerjaan hanya dimungkinkan dilakukan oleh seorang yang ahli di bidangnya. Keahlian tersebut dibuktikan dengan tingkat pendidikan dan pengalaman pada bidang pekerjaan yang dipersyaratkan;

4) Pekerjaan yang berkaitan dengan tugas-tugas khusus instansi pelaksana yang memerlukan masukan/nasehat.

b. Pengadaan Jasa Konsultansi Perorangan dengan Seleksi Umum

1) Prosedur Pemilihan

Prosedur pemilihan penyedia jasa konsultansi perorangan dengan seleksi umum dilakukan sesuai dengan prosedur pemilihan pada metoda evaluasi kualitas kecuali ditetapkan lain pada subbab ini.

2) Peserta Pengadaan

Yang dapat mengikuti pengadaan jasa konsultansi perorangan adalah penyedia jasa konsultansi perorangan yang memiliki keahlian di bidangnya. Keahlian tersebut dibuktikan dengan tingkat pendidikan dan pengalaman pada bidang pekerjaan yang dipersyaratkan.

3) Konsultan Yang Diundang

Seluruh penyedia jasa konsultansi yang lulus prakualifikasi, wajib diundang untuk diikutsertakan dalam seleksi.

4) Evaluasi Penawaran Teknis a) Evaluasi penawaran teknis dilakukan dengan sistem evaluasi kualitas; b) Penilaian penawaran teknis dilakukan dengan sistem nilai (scoring system); c) Unsur pokok yang dinilai adalah kualifikasi dan pengalaman tenaga ahli.

Kualifikasi tenaga ahli harus didukung sertifikat yang otentik atau telah dilegalisir. Pengalaman tenaga ahli yang dihitung harus berdasarkan referensi

131

Page 135: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB II (PROSES PENGADAAN BARANG/JASA YANG MEMERLUKAN PENYEDIA BARANG/JASA)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

dari pengguna jasa sebelumnya. Bilamana diperlukan, penilaian penawaran teknis dapat ditambahkan dengan metoda kerja yang diusulkan;

d) Penilaian dilakukan dengan pembobotan dari masing-masing unsur dan rentang pembobotan masing-masing unsur ditetapkan berdasarkan tingkat pengaruh unsur yang dinilai terhadap keberhasilan penugasan. Bobot kualifikasi dan pengalaman tenaga ahli tidak boleh kurang dari 80% (delapan puluh persen).

5) Klarifikasi dan/atau Negosiasi a) Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit)

melakukan klarifikasi dan/atau negosiasi teknis dan harga kepada konsultan yang akan ditunjuk sebagaimana pada pengadaan jasa konsultansi dengan metoda evaluasi kualitas.

b) Aspek-aspek yang perlu diklarifikasi dan/atau dinegosiasi terutama: (1) kesesuaian rencana kerja dengan jenis pengeluaran biaya; (2) volume kegiatan dan jenis pengeluaran; (3) harga satuan dibandingkan dengan harga yang berlaku di

pasaran/kewajaran harga. c) Klarifikasi dan/atau negosiasi terhadap unit biaya personil dilakukan

berdasarkan daftar gaji yang telah diaudit dan/atau bukti setor pajak penghasilan tenaga ahli konsultan yang bersangkutan. Biaya langsung personil tidak boleh dibebankan biaya overhead dan keuntungan.

d) Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) membuat berita acara klarifikasi dan/atau negosiasi yang ditanda-tangani oleh Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) dan konsultan serta membuat laporan hasil klarifikasi dan negosiasi kepada Pejabat Pembuat Komitmen.

c. Pengadaan Jasa Konsultansi Perorangan Melalui Seleksi Terbatas dan Seleksi Langsung

Prosedur pemilihan penyedia jasa konsultansi perorangan dengan seleksi terbatas dan seleksi langsung dilakukan sesuai dengan prosedur pemilihan pada metoda evaluasi kualitas. Konsultan perorangan yang dipilih dan yang mendaftar baru yang memenuhi kualifikasi wajib diikutsertakan dalam proses pemilihan.

d. Pengadaan Jasa Konsultansi Perorangan Melalui Penunjukan Langsung

1) Prosedur Pemilihan

Prosedur pemilihan penyedia jasa konsultansi perorangan dengan penunjukan langsung mengikuti prosedur penunjukan langsung untuk badan usaha jasa konsultansi kecuali ditetapkan lain pada subbab ini.

2) Peserta Pengadaan

Penyedia jasa konsultansi yang dapat mengikuti pengadaan jasa konsultansi perorangan adalah penyedia jasa konsultansi perorangan yang memiliki sertifikat dari asosiasi profesi.

3) Klarifikasi dan Negosiasi a) Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit)

melakukan klarifikasi dan/atau negosiasi teknis dan harga kepada konsultan yang akan ditunjuk sebagaimana pada pengadaan jasa konsultansi dengan metoda evaluasi kualitas.

b) Aspek-aspek yang perlu diklarifikasi dan/atau dinegosiasi terutama: (1) kesesuaian rencana kerja dengan jenis pengeluaran biaya; (2) volume kegiatan dan jenis pengeluaran;

132

Page 136: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB II (PROSES PENGADAAN BARANG/JASA YANG MEMERLUKAN PENYEDIA BARANG/JASA)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

(3) harga satuan dibandingkan dengan harga yang berlaku di pasaran/kewajaran harga.

c) Klarifikasi dan/atau negosiasi terhadap unit biaya personil dilakukan berdasarkan daftar gaji yang telah diaudit dan/atau bukti setor pajak penghasilan tenaga ahli konsultan yang bersangkutan. Biaya langsung personil tidak boleh dibebankan biaya overhead dan keuntungan.

d) Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) membuat berita acara klarifikasi dan/atau negosiasi yang ditanda-tangani oleh Pejabat / Panitia Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) dan konsultan serta membuat laporan hasil klarifikasi dan negosiasi kepada Pejabat Pembuat Komitmen.

C. Penyusunan Kontrak

Kontrak terdiri dari:

1. Surat Perjanjian

Kerangka surat perjanjian pengadaan barang/jasa terdiri dari:

a. Pembukaan (Komparisi)

Pembukaan adalah bagian dari surat perjanjian yang meliputi:

1) Judul Kontrak a) Menjelaskan tentang judul dari kontrak yang akan ditandatangani; b) Menjelaskan jenis pekerjaan (pekerjaan jasa pemborongan, pengadaan barang,

jasa lainnya, dan jasa konsultansi).

2) Nomor Kontrak a) Menjelaskan nomor kontrak yang akan ditandatangani; b) Bilamana kontrak berupa perubahan kontrak maka nomor kontrak harus

berurut sesuai dengan berapa kali mengalami perubahan.

3) Tanggal Kontrak Menjelaskan hari, tanggal, bulan, dan tahun kontrak ditandatangani oleh para pihak.

4) Kalimat Pembuka Merupakan kalimat pembuka dalam kontrak yang menjelaskan bahwa para pihak pada hari, tanggal, bulan, dan tahun mereka membuat dan menandatangani kontrak.

5) Penandatanganan Kontrak Kontrak ditandatangani setelah ada penunjukan penyedia barang/jasa. Oleh karena itu, tanggal penandatanganan kontrak tidak boleh mendahului tanggal surat penunjukan penyedia barang/jasa.

6) Para Pihak Dalam Kontrak a) Menjelaskan identitas dari para pihak yang menandatangani kontrak. Identitas

para pihak meliputi: nama, jabatan, dan alamat serta kedudukan para pihak dalam kontrak tersebut, apakah sebagai pihak pertama atau pihak kedua;

b) Para pihak dalam kontrak terdiri dari dua pihak yaitu: (1) Pihak pertama adalah pihak Pejabat Pembuat Komitmen; (2) Pihak kedua adalah pihak penyedia barang/jasa yang telah ditunjuk untuk

melaksanakan pekerjaan; (3) Menjelaskan bahwa pihak-pihak tersebut bertindak untuk dan atas nama

siapa dan dasar ia bertindak;

133

Page 137: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB II (PROSES PENGADAAN BARANG/JASA YANG MEMERLUKAN PENYEDIA BARANG/JASA)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

(4) Penjelasan mengenai identitas para pihak harus jelas dan terinci dan menerangkan hal yang sebenarnya;

(5) Apabila pihak kedua dalam kontrak merupakan suatu konsorsium, kerjasama, joint venture, dan bentuk kerjasama lainnya, maka harus dijelaskan nama bentuk kerjasamanya, siapa saja anggotanya, dan siapa yang memimpin dan mewakili kerjasama tersebut.

b. Isi

1) Pernyataan bahwa para pihak telah sepakat atau setuju untuk mengadakan kontrak mengenai obyek yang dikontrakkan sesuai dengan jenis pekerjaannya;

2) Pernyataan bahwa para pihak telah menyetujui besarnya harga kontrak. Harga kontrak harus ditulis dengan angka dan huruf, serta rincian sumber pembiayaannya;

3) Pernyataan bahwa ungkapan-ungkapan dalam perjanjian harus mempunyai arti dan makna yang sama seperti yang tercantum dalam kontrak;

4) Pernyataan bahwa kontrak yang dibuat ini meliputi beberapa dokumen dan merupakan satu kesatuan yang disebut kontrak;

5) Pernyataan bahwa apabila terjadi pertentangan antara ketentuan yang ada dalam dokumen-dokumen perjanjian/kontrak maka yang dipakai adalah dokumen urutannya lebih dulu;

6) Pernyataan mengenai persetujuan para pihak untuk melaksanakan kewajiban masing-masing, yaitu pihak pertama membayar harga kontrak dan pihak kedua melaksanakan pekerjaan yang diperjanjikan dalam kontrak;

7) Pernyataan mengenai jangka waktu pelaksanaan pekerjaan, yaitu kapan dimulai dan diakhirinya pekerjaan tersebut;

8) Pernyataan mengenai kapan mulai efektif berlakunya kontrak.

c. Penutup

Penutup adalah bagian surat perjanjian yang memuat:

1) Pernyataan bahwa para pihak dalam perjanjian ini telah menyetujui untuk melaksanakan perjanjian sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia pada hari dan tanggal penandatanganan perjanjian tersebut;

2) Tanda tangan para pihak dalam surat perjanjian dengan dibubuhi materai.

2. Syarat-Syarat Umum Kontrak

Syarat-syarat umum kontrak meliputi:

a. Ketentuan Umum

Ketentuan-ketentuan umum ini berlaku untuk semua jenis kontrak. Ketentuan-ketentuan pokok yang dapat diterapkan pada semua jenis kontrak adalah:

1) Definisi

Definisi adalah uraian atau pengertian mengenai istilah-istilah yang digunakan dalam kontrak. Istilah-istilah tersebut dijelaskan dan diberi arti atau tafsiran sehingga isi kontrak mudah dipahami oleh setiap orang yang membacanya dan tidak ditafsirkan atau diartikan lain.

2) Penerapan

134

Page 138: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB II (PROSES PENGADAAN BARANG/JASA YANG MEMERLUKAN PENYEDIA BARANG/JASA)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

Penerapan adalah ketentuan bahwa syarat-syarat umum dalam kontrak ini diterapkan secara luas tetapi tidak boleh melanggar ketentuan-ketentuan yang ada dalam kontrak.

3) Asal Barang dan Jasa

Asal barang dan jasa adalah ketentuan mengenai penjelasan dari negara mana asal barang atau jasa yang menjadi obyek perjanjian dalam kontrak.

Asal barang adalah tempat barang diperoleh, antara lain tempat barang ditambang, tumbuh, atau diproduksi.

Dalam ketentuan ini juga harus dirinci komponen dalam negeri dan komponen impornya. Asal barang harus dibedakan dengan negara penjual. Penjelasan dan rincian komponen dalam negeri dan impor dijelaskan pada syarat-syarat khusus kontrak.

4) Penggunaan Dokumen-Dokumen Kontrak dan Informasi

Penggunaan dokumen-dokumen kontrak dan informasi adalah ketentuan mengenai penggunaan dokumen-dokumen kontrak atau dokumen lainnya yang berhubungan dengan kontrak, misalnya ketentuan-ketentuan kontrak, spesifikasi tehnik, gambar-gambar, pola, contoh serta informasi-informasi yang berkaitan dengan kontrak oleh penyedia barang/jasa dengan ijin tertulis dari Pejabat Pembuat Komitmen.

5) Hak Paten, Hak Cipta, dan Merek

Hak paten, hak cipta, dan merek adalah ketentuan yang mengatur kewajiban penyedia barang/jasa untuk melindungi Pejabat Pembuat Komitmen dari segala tuntutan atau klaim dari pihak ketiga atas pelanggaran hak paten, hak cipta, dan merek.

6) Jaminan

Jaminan adalah ketentuan mengenai jaminan yang harus disediakan oleh penyedia barang/jasa yaitu: a) Jaminan uang muka diberikan kepada Pejabat Pembuat Komitmen dalam

rangka pengambilan uang muka dengan nilai minimal 100% (seratus persen) dari besarnya uang muka;

b) Jaminan pelaksanaan diberikan kepada Pejabat Pembuat Komitmen sebelum dilakukan penanda-tanganan kontrak dengan besar jaminan ditentukan dalam syarat-syarat khusus kontrak;

c) Besarnya jaminan pelaksanaan bagi penawaran yang dinilai terlalu rendah (lebih kecil dari 80% (delapan puluh persen) HPS), dinaikan menjadi sekurang-kurangnya persentase jaminan pelaksanaan yang telah ditetapkan dalam dokumen pengadaan dikalikan dengan 80 % (delapan puluh persen) HPS;

d) Jaminan pemeliharaan diberikan kepada Pejabat Pembuat Komitmen setelah pekerjaan dinyatakan selesai 100% (seratus persen);

e) Besarnya jaminan, bentuk, dan masa berlakunya jaminan-jaminan tersebut di atas disesuaikan dengan ketentuan dalam dokumen pengadaan.

7) Asuransi

Asuransi adalah ketentuan mengenai asuransi yang harus disediakan oleh pihak penyedia barang/jasa dalam rangka pelaksanaan pekerjaan yaitu: a) Pihak penyedia barang/jasa harus mengasuransikan semua barang dan

peralatan-peralatan yang mempunyai resiko tinggi terjadi kecelakaan, pelaksanaan pekerjaan, serta pekerja-pekerja untuk pelaksanaan pekerjaan

135

Page 139: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB II (PROSES PENGADAAN BARANG/JASA YANG MEMERLUKAN PENYEDIA BARANG/JASA)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

kontrak atas segala resiko yaitu kecelakaan, kerusakan-kerusakan, kehilangan, serta resiko lain yang tidak dapat diduga;

b) Pihak penyedia barang/jasa harus mengasuransikan pihak ketiga sebagai akibat kecelakaan di tempat kerjanya;

c) Besarnya asuransi ditentukan di dalam dokumen pengadaan.

8) Pembayaran

Pembayaran adalah ketentuan mengenai cara-cara dan termin pembayaran serta mata uang yang digunakan. Cara pembayaran harus disesuaikan dengan ketentuan dalam dokumen anggaran.

9) Harga

Harga adalah ketentuan mengenai harga yang harus dibayarkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen kepada penyedia barang/jasa atas pelaksanaan pekerjaan dalam kontrak. Harga kontrak harus jelas, pasti, dan dirinci sumber pembiayaannya.

10) Amandemen Kontrak

Amandemen kontrak adalah ketentuan mengenai perubahan kontrak. Perubahan kontrak dapat terjadi apabila: a) Perubahan pekerjaan disebabkan oleh sesuatu hal yang dilakukan oleh para

pihak dalam kontrak sehingga mengubah lingkup pekerjaan dalam kontrak; b) Perubahan jadual pelaksanaan pekerjaan akibat adanya perubahan

pekerjaan; c) Perubahan harga kontrak akibat adanya perubahan pekerjaan dan perubahan

pelaksanaan pekerjaan; d) Amandemen bisa dilaksanakan apabila disetujui oleh para pihak yang

membuat kontrak tersebut.

11) Hak dan Kewajiban Para Pihak

Hak dan kewajiban para pihak adalah ketentuan mengenai hak-hak yang dimiliki serta kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan oleh Pejabat Pembuat Komitmen dan penyedia barang/jasa dalam melaksanakan kontrak. Hak dan kewajiban para pihak adalah: a) Hak dan kewajiban pihak Pejabat Pembuat Komitmen

(1) Mengawasi dan memeriksa pekerjaan yang dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa;

(2) Meminta laporan-laporan secara periodik mengenai pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh pihak penyedia barang/jasa;

(3) Membayar pekerjaan sesuai dengan harga kontrak yang telah ditetapkan kepada pihak penyedia barang/jasa;

(4) Memberikan fasilitas berupa sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh pihak penyedia barang/jasa untuk kelancaran pelaksanan pekerjaan sesuai ketentuan kontrak.

b) Hak dan kewajiban Pihak Penyedia Barang/Jasa (1) Menerima pembayaran untuk pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan

harga yang telah ditentukan dalam kontrak; (2) Berhak meminta fasilitas-fasilitas dalam bentuk sarana dan prasarana

dari pihak Pejabat Pembuat Komitmen untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan sesuai ketentuan kontrak;

(3) Melaporkan pelaksanaan pekerjaan secara periodik kepada pihak Pejabat Pembuat Komitmen;

(4) Melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan jadual pelaksanaan pekerjaan yang telah ditetapkan dalam kontrak;

136

Page 140: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB II (PROSES PENGADAAN BARANG/JASA YANG MEMERLUKAN PENYEDIA BARANG/JASA)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

(5) Memberikan keterangan-keterangan yang diperlukan untuk pemeriksaan pelaksanaan yang dilakukan pihak Pejabat Pembuat Komitmen;

(6) Menyerahkan hasil pekerjaan sesuai dengan jadual penyerahan pekerjaan yang telah ditetapkan dalam kontrak;

(7) Kontraktor harus mengambil langkah-langkah yang cukup memadai untuk melindungi lingkungan baik di dalam maupun di luar tempat kerja dan membatasi perusakan dan pengaruh/ gangguan kepada masyarakat maupun miliknya, sebagai akibat polusi, kebisingan dan kerusakan lain sebagai akibat kegiatan kontraktor.

12) Jadual Pelaksanaan Pekerjaan

Jadual pelaksanaan pekerjaan adalah ketentuan mengenai: a) Kapan kontrak mulai berlaku; b) Kapan pekerjaan mulai dilaksanakan; c) Kapan penyerahan hasil pekerjaan dari penyedia barang/jasa kepada Pejabat

Pembuat Komitmen.

13) Pengawasan

Pengawasan adalah ketentuan tentang kewenangan Pejabat Pembuat Komitmen melakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap pelaksanaan pekerjaan yang sudah dan sedang dilaksanakan oleh pihak penyedia barang/jasa.

Apabila diperlukan oleh Pejabat Pembuat Komitmen karena Pejabat Pembuat Komitmen tidak dapat melakukan pemeriksaan atau pengawasan, maka Pejabat Pembuat Komitmen dapat memerintahkan kepada pihak ketiga untuk melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas semua pelaksanaan pekerjaan yang sudah atau sedang dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa.

14) Keterlambatan Pelaksanaan Pekerjaan

Keterlambatan pelaksanaan pekerjaan adalah ketentuan mengenai: a) Hal-hal yang berkaitan dengan keterlambatan dalam pelaksanaan pekerjaan

oleh pihak penyedia barang/jasa atau Pejabat Pembuat Komitmen dari jadual yang ditentukan dalam kontrak;

b) Sanksi yang diberikan kepada pihak penyedia barang/jasa atau Pejabat Pembuat Komitmen jika terjadi keterlambatan pelaksanaan pekerjaan;

c) Pengecualian dari ketentuan butir b) akibat keadaan kahar.

15) Keadaan Kahar a) Yang dimaksud keadaan kahar adalah suatu keadaan yang terjadi diluar

kehendak para pihak sehingga kewajiban yang ditentukan dalam kontrak menjadi tidak dapat dipenuhi;

b) Yang digolongkan keadaan kahar adalah: (1) Peperangan; (2) Kerusuhan; (3) Revolusi; (4) Bencana alam: banjir, gempa bumi, badai, gunung meletus, tanah

longsor, wabah penyakit, dan angin topan; (5) Pemogokan; (6) Kebakaran; (7) Gangguan industri lainnya.

c) Keadaan kahar ini tidak termasuk hal-hal yang merugikan yang disebabkan oleh perbuatan atau kelalaian para pihak;

d) Keterlambatan pelaksanaan pekerjaan yang diakibatkan oleh karena terjadinya keadaan kahar tidak dapat dikenai sanksi;

137

Page 141: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB II (PROSES PENGADAAN BARANG/JASA YANG MEMERLUKAN PENYEDIA BARANG/JASA)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

e) Siapa yang menanggung kerugian akibat terjadinya keadaan kahar, diserahkan pada kesepakatan para pihak;

f) Tindakan yang diambil untuk mengatasi terjadinya keadaan kahar, diserahkan kepada kesepakatan dari para pihak.

16) Itikad Baik a) Para pihak bertindak berdasarkan asas saling percaya yang disesuaikan

dengan hak-hak yang terdapat dalam kontrak; b) Para pihak setuju untuk melaksanakan perjanjian dengan jujur tanpa

menonjolkan kepentingan masing-masing pihak. Jika selama kontrak, salah satu pihak merasa dirugikan, maka diupayakan tindakan yang terbaik untuk mengatasi keadaan tersebut.

17) Pemutusan Kontrak

Pemutusan Kontrak adalah ketentuan mengenai kapan kontrak dapat diputuskan, dibagi dua yaitu: a) Pemutusan kontrak oleh pihak penyedia barang/jasa; b) Pemutusan kontrak oleh pihak Pejabat Pembuat Komitmen.

18) Penyelesaian Perselisihan Penyelesaian perselisihan adalah ketentuan mengenai penyelesaian perselisihan atau sengketa antara para pihak dalam kontrak. Cara yang diambil dapat melalui pengadilan atau di luar pengadilan yaitu melalui musyawarah, mediasi, konsiliasi atau arbitrase di Indonesia.

19) Bahasa dan Hukum

Bahasa dan hukum adalah ketentuan mengenai bahasa dan hukum yang digunakan dalam kontrak. Bahasa kontrak harus dalam Bahasa Indonesia kecuali dalam rangka pinjaman/hibah luar negeri dapat menggunakan bahasa Inggris. Hukum yang digunakan adalah hukum yang berlaku di Indonesia.

20) Perpajakan

Perpajakan adalah ketentuan mengenai perpajakan sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku di Indonesia.

21) Korespondensi

Korespondensi adalah ketentuan kontrak mengenai semua korespondensi yang dapat berbentuk surat, telex, atau kawat dan ditujukan kepada alamat para pihak. Dijelaskan alamat para pihak yang digunakan sebagai alamat korespondensi.

22) Penggunaan Penyedia Barang/Jasa Usaha Kecil Termasuk Koperasi Kecil a) Apabila penyedia barang/jasa yang ditunjuk adalah penyedia barang/jasa

usaha kecil termasuk koperasi kecil, maka dalam kontrak dimuat ketentuan bahwa pekerjaan tersebut harus dilaksanakan sendiri oleh penyedia barang/jasa yang ditunjuk dan dilarang diserahkan atau disubkontrakkan kepada pihak lain;

b) Apabila penyedia barang/jasa yang terpilih adalah penyedia barang/jasa bukan usaha kecil termasuk koperasi kecil, maka dalam kontrak dimuat: (1) Penyedia barang/jasa wajib bekerja sama dengan penyedia barang/jasa

usaha kecil termasuk koperasi kecil, antara lain dengan mensubkontrakkan sebagian pekerjaannya;

(2) Dalam melaksanakan kewajiban di atas penyedia barang/jasa terpilih tetap bertanggung-jawab penuh atas keseluruhan pekerjaan tersebut;

(3) Bentuk kerjasama tersebut hanya untuk sebagian pekerjaan, dilarang mensubkontrakkan seluruh pekerjaan tersebut;

(4) Membuat laporan periodik mengenai pelaksanaan ketetapan di atas.

138

Page 142: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB II (PROSES PENGADAAN BARANG/JASA YANG MEMERLUKAN PENYEDIA BARANG/JASA)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

c) Apabila ketentuan tersebut di atas dilanggar, maka kontrak akan batal dan penyedia barang/jasa dikenakan sanksi yang ditetapkan dalam Keputusan Presiden ini.

139

Page 143: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB II (PROSES PENGADAAN BARANG/JASA YANG MEMERLUKAN PENYEDIA BARANG/JASA)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

b. Ketentuan Khusus

Ketentuan khusus berikut ini berlaku untuk masing-masing kontrak sesuai dengan jenis pekerjaannya.

1) Ketentuan Khusus Untuk Kontrak Pengadaan Barang a) Standar

Standar adalah ketentuan mengenai barang yang disediakan oleh pihak penyedia barang harus sesuai dengan standar yang telah disebutkan dalam spesifikasi teknis.

b) Pengepakan Pengepakan adalah ketentuan mengenai kewajiban penjual untuk melakukan pengepakan atas barang-barang yang dikirim dari asal barang sampai ke tujuan akhir yang telah ditentukan dalam kontrak. Tujuan ketentuan pengepakan ini adalah supaya barang-barang yang dikirimkan terlindungi dari resiko kerusakan atau kehilangan pada saat pengiriman dari tempat asal barang sampai ke tujuan akhir yang telah dicantumkan dalam kontrak.

c) Pengiriman Pengiriman adalah ketentuan mengenai pengiriman barang yang dilakukan pihak penjual sesuai dengan waktu yang telah ditentukan oleh pihak pembeli disesuaikan dengan jadual kebutuhan.

d) Transportasi Transportasi adalah ketentuan mengenai transportasi yang digunakan untuk pengiriman barang (melalui laut, darat atau udara). Biaya transportasi pada waktu pengiriman barang dimasukan dalam harga kontrak.

e) Pemeriksaan dan Pengujian Pemeriksaan dan pengujian adalah ketentuan tentang pihak Pejabat Pembuat Komitmen mempunyai hak untuk melakukan pemeriksaan dan pengujian atas barang untuk memastikan kecocokannya dengan spesifikasi dan persyaratan yang telah ditentukan dalam kontrak. Pemeriksaan dan pengujian dapat dilakukan sendiri oleh pihak pembeli atau diwakilkan kepada pihak ketiga.

f) Layanan Tambahan Penjual mungkin diperlukan untuk menyediakan beberapa atau semua layanan lanjutan, termasuk penambahan layanan, yang dituangkan dalam syarat-syarat khusus kontrak.

2) Ketentuan Khusus untuk Kontrak Jasa Konsultansi a) Kewenangan Anggota Konsultan

Kewenangan anggota penyedia jasa adalah ketentuan yang mengatur mengenai apabila penyedia jasa adalah sebuah joint venture yang beranggotakan lebih dari sebuah penyedia jasa, anggota joint venture tersebut memberi kuasa kepada salah satu anggota joint venture untuk bertindak dan mewakili hak-hak dan kewajiban anggota penyedia jasa lainnya terhadap Pejabat Pembuat Komitmen.

b) Kewajiban Penyedia Jasa (1) Umum

(a) Standar pelaksanaan jasa Penyedia jasa akan melaksanakan perjanjian dan kewajiban-kewajiban yang dibebankan kepadanya dengan penuh tanggung-jawab, ketekunan, efisien dan ekonomis serta memenuhi kriteria teknik profesional dan melindungi secara efektif peralatan-peralatan, mesin, material yang berkaitan dengan pekerjaan dalam kontrak.

140

Page 144: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB II (PROSES PENGADAAN BARANG/JASA YANG MEMERLUKAN PENYEDIA BARANG/JASA)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

(b) Hukum Penyedia jasa dalam melaksanakan jasa sesuai dengan hukum yang berlaku di Indonesia. Pejabat Pembuat Komitmen secara tertulis akan memberitahukan kepada penyedia jasa mengenai kebiasaan-kebiasaan setempat.

(2) Pertentangan Kepentingan (a) Penyedia jasa tidak mengambil keuntungan

Penyedia jasa tidak akan menerima keuntungan untuk mereka sendiri dari komisi usaha (trade commision), rabat (discount) atau pembayaran-pembayaran lain yang berhubungan dengan kegiatan pelaksanaan jasa.

(b) Penyedia jasa dan anggotanya tidak bertentangan dengan kegiatan tertentu. Penyedia jasa setuju bahwa selama pelaksanaan kontrak, penyedia jasa dinyatakan tidak berwenang untuk melaksanakan jasa maupun mengadakan barang yang tidak sesuai dengan kontrak.

(c) Larangan atas kegiatan yang bertentangan. Penyedia jasa, subkonsultan, dan personil konsultan dilarang untuk tidak menentang secara langsung atau tidak langsung kegiatan yang akan menimbulkan pertentangan kepentingan (conflict of interest) dengan kegiatan yang merupakan tugas penyedia jasa.

(3) Tanggungjawab Penyedia Jasa Tanggungjawab penyedia jasa adalah ketentuan mengenai hal-hal pertanggung-jawaban penyedia jasa sesuai dengan hukum yang berlaku di Indonesia.

(4) Pemeriksaaan keuangan Pemeriksaan keuangan adalah ketentuan mengenai kewajiban penyedia jasa untuk merinci setiap biaya-biaya yang berhubungan dengan pelaksanaan perjanjian, sehingga dapat dilakukan pemeriksaan keuangan. Selain itu, dengan sepengetahuan penyedia jasa atau kuasanya, Pejabat Pembuat Komitmen dapat memeriksa dan menggandakan dokumen pengeluaran yang telah diaudit sampai 1 (satu) tahun setelah berakhirnya kontrak.

(5) Tindakan penyedia jasa yang perlu mendapat persetujuan Pejabat Pembuat Komitmen. Ketentuan mengenai tindakan yang perlu mendapat persetujuan Pejabat Pembuat Komitmen meliputi: (a) Memobilisasi personil yang terdapat dalam daftar; (b) Membuat subkontrak dengan pengaturan (i) cara seleksi, waktu, dan

kualifikasi dari subkonsultan harus mendapat persetujuan tertulis sebelum pelaksanaan, (ii) penyedia jasa bertanggung-jawab penuh terhadap pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh subkonsultan dan personilnya.

(6) Dokumen-dokumen yang disiapkan oleh penyedia jasa dan menjadi hak milik Pejabat Pembuat Komitmen. Ketentuan ini mengatur bahwa semua rancangan, gambar-gambar, spesifikasi, disain, laporan dan dokumen-dokumen lain serta software yang disiapkan oleh penyedia jasa menjadi hak milik Pejabat Pembuat Komitmen. Penyedia jasa, segera setelah pekerjaan selesai atau berakhirnya kontrak harus menyerahkan seluruh dokumen dan data pendukung lainnya kepada Pejabat Pembuat Komitmen. Penyedia jasa dapat menyimpan salinan dari dokumen-dokumen tersebut.

(7) Peralatan dan bahan yang disediakan oleh Pejabat Pembuat Komitmen

141

Page 145: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB II (PROSES PENGADAAN BARANG/JASA YANG MEMERLUKAN PENYEDIA BARANG/JASA)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

Ketentuan ini mengatur mengenai peralatan dan bahan yang disediakan oleh Pejabat Pembuat Komitmen untuk kebutuhan pelaksanaan pekerjaan oleh penyedia jasa. Pada saat berakhirnya kontrak, penyedia jasa harus menyerahkan peralatan dan bahan sisa sesuai dengan instruksi Pejabat Pembuat Komitmen.

c) Personil Konsultan dan Subkonsultan (1) Umum

Ketentuan ini mengatur mengenai pernyataan penyedia jasa akan mempekerjakan personil atau subkonsultan sesuai dengan kualifikasi dan pengalamannya.

(2) Personil Inti Personil inti adalah ketentuan yang mengatur mengenai: (a) nama personil dan uraian pekerjaan, kualifikasi minimum, perkiraan

waktu pelaksanaan; (b) penyesuaian terhadap perkiraan waktu pekerjaan personil akan

dibuat oleh penyedia jasa melalui pemberitahuan secara tertulis kepada Pejabat Pembuat Komitmen;

(c) jika terdapat pekerjaan tambah, maka perkiraan waktu pelaksanaan harus ditentukan secara tertulis oleh para pihak.

(3) Persetujuan Personil Persetujuan personil adalah ketentuan yang mengatur mengenai tenaga kerja inti dan subkonsultan yang telah disetujui oleh Pejabat Pembuat Komitmen harus memberikan data dirinya dan surat keterangan tidak mengidap penyakit berbahaya/menular (medical certificate) serta terdaftar atau tertera dalam daftar personalia penyedia jasa.

(4) Waktu kerja dan lembur Waktu kerja dan lembur adalah ketentuan yang mengatur mengenai: (a) jam kerja dan waktu cuti untuk tenaga kerja inti ditentukan dalam

dokumen kontrak; (b) waktu kerja tenaga kerja asing yang dimobilisasi ke Indonesia

dihitung sejak kedatangannya di Indonesia sesuai dengan surat perintah mobilisasi;

(c) tenaga kerja tidak berhak untuk dibayar atas pekerjaan lembur ataupun sakit atau liburan, karena perhitungan upah sudah mencakup hal tersebut.

(5) Penggantian dan Perpindahan Tenaga Kerja (a) penggantian dan perpindahan tenaga inti hanya dapat dilaksanakan

dengan persetujuan Pejabat Pembuat Komitmen. Jika memang terdapat hal-hal penting yang mengharuskan penggantian, maka atas persetujuan Pejabat Pembuat Komitmen, dapat dilakukan penggantian tenaga kerja dengan tenaga kerja yang setara atau lebih baik tanpa menambah biaya;

(b) jika Pejabat Pembuat Komitmen menemukan tenaga kerja yang melakukan kesalahan serius atau terlibat tindak kejahatan, atau mengabaikan pekerjaan yang menjadi tugasnya, maka Pejabat Pembuat Komitmen dapat secara tertulis mengajukan penggantian tenaga kerja tersebut.

3) Ketentuan Khusus Untuk Kontrak Jasa Pemborongan a) Personil

Personil adalah ketentuan mengenai pihak Pejabat Pembuat Komitmen (employer) dapat menilai dan menyetujui penempatan/penggantian personil atau tenaga ahli menurut kualifikasi yang dibutuhkan.

b) Penilaian Pekerjaan Sementara oleh Pejabat Pembuat Komitmen

142

Page 146: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB II (PROSES PENGADAAN BARANG/JASA YANG MEMERLUKAN PENYEDIA BARANG/JASA)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

Penilaian pekerjaan sementara oleh Pejabat Pembuat Komitmen adalah ketentuan mengenai pihak Pejabat Pembuat Komitmen dalam masa pelaksanaan pekerjaan dapat melakukan penilaian atas hasil pekerjaan yang dilakukan oleh pihak penyedia jasa.

c) Penemuan-penemuan Penemuan-penemuan adalah ketentuan mengenai penemuan-penemuan benda/barang yang mempunyai nilai sejarah atau penemuan kekayaan yang menurut Undang-Undang dikuasai oleh negara di lokasi pekerjaan pada masa pelaksanaan kontrak. Pihak penyedia jasa wajib memberitahukan kepada pihak Pejabat Pembuat Komitmen dan kepada pihak yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.

d) Kompensasi Kompensasi dapat diberikan kepada penyedia jasa bilamana dapat dibuktikan merugikan penyedia jasa dalam hal sebagai berikut: (1) Pihak Pejabat Pembuat Komitmen memodifikasi atau mengubah jadual

yang dapat mempengaruhi pekerjaan penyedia jasa; (2) Keterlambat pembayaran kepada penyedia jasa; (3) Pihak Pejabat Pembuat Komitmen tidak memberikan gambar-gambar,

spesifikasi atau instruksi sesuai jadual yang dibutuhkan untuk pelaksanaan pekerjaan;

(4) Pihak penyedia jasa belum bisa masuk ke lokasi sebagaimana yang diperjanjikan dalam kontrak;

(5) Pihak Pejabat Pembuat Komitmen menginstruksikan kepada pihak penyedia jasa untuk melakukan pengujian tambahan yang setelah dilaksanakan pengujian ternyata tidak diketemukan kerusakan/ kegagalan/penyimpangan;

(6) Kompensasi lain yang dirinci dalam syarat khusus kontrak. e) Penangguhan

Pihak Pejabat Pembuat Komitmen secara tertulis memberitahukan kepada penyedia jasa tentang penangguhan hak pembayaran sesuai dengan proporsi, jika pihak penyedia jasa tidak melakukan kewajiban sebagaimana mestinya, disertai alasan-alasan yang jelas mengenai penangguhan tersebut, dan diberi kesempatan kepada pihak penyedia jasa untuk memperbaiki dalam jangka waktu tertentu.

f) Hari Kerja Hari kerja adalah ketentuan mengenai hal-hal sebagai berikut: (1) Semua pekerja dibayar selama hari kerja dan datanya disimpan oleh

pihak penyedia jasa. Daftar pembayaran ditandatangani oleh masing-masing pekerja dan dapat diperiksa oleh Pejabat Pembuat Komitmen;

(2) Penyedia jasa harus membayar upah hari kerja kepada tenaga kerjanya setelah formulir upah ditanda-tangani;

(3) Jam kerja dan waktu cuti untuk karyawan harus dilampirkan. g) Pengambilalihan

Pengambilalihan adalah ketentuan yang mengatur bahwa pihak Pejabat Pembuat Komitmen akan mengambil alih lokasi dan hasil pekerjaan dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkan surat keterangan selesai/pengakhiran pekerjaan.

h) Pedoman Pengoperasian dan Perawatan (1) Penyedia jasa diwajibkan memberikan petunjuk kepada pihak Pejabat

Pembuat Komitmen tentang pengoperasian dan petunjuk perawatan, sebagaimana yang ditetapkan dalam kontrak;

143

Page 147: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB II (PROSES PENGADAAN BARANG/JASA YANG MEMERLUKAN PENYEDIA BARANG/JASA)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

(2) Jika penyedia jasa tidak melakukan hal tersebut butir (1), Pejabat Pembuat Komitmen dapat memperhitungkan pembayaran kepada penyedia jasa sesuai dengan ketentuan dalam kontrak.

i) Penyesuaian Biaya Penyesuaian biaya adalah ketentuan mengenai harga kontrak dapat berubah akibat adanya penyesuaian biaya. Perhitungan penyesuaian biaya harus disesuaikan dengan peraturan yang berlaku termasuk mata uang yang dipakai untuk penyesuaian biaya sesuai dengan kesepakatan para pihak.

3. Syarat-Syarat Khusus Kontrak

Syarat-syarat khusus kontrak adalah ketentuan-ketentuan yang merupakan perubahan, tambahan dan/atau penjelasan dari ketentuan-ketentuan yang ada pada syarat-syarat umum kontrak. Syarat-syarat khusus kontrak terdiri atas:

a. Ketentuan Umum

Ketentuan umum berisi uraian lebih lanjut dari ketentuan yang ada di dalam syarat-syarat umum kontrak, misalnya:

1) Definisi (Tambahan Ketentuan butir 1 Syarat Umum Kontrak)

Dalam definisi ini dijelaskan tambahan dari istilah-istilah Kontrak yang masih perlu diberi arti atau ditafsirkan artinya.

2) Asal Barang dan Jasa (Tambahan Ketentuan butir 3 Syarat Umum Kontrak)

Dijelaskan lebih terinci mengenai dari mana asal barang atau jasa yang menjadi obyek kontrak.

3) Jaminan (Tambahan Ketentuan butir 6 Syarat Umum Kontrak)

Dijelaskan mengenai besarnya jaminan, bentuk dan jangka waktu berlakunya jaminan.

4) Asuransi (Tambahan Ketentuan butir 7 Syarat Umum Kontrak)

Dijelaskan mengenai apa saja yang perlu diasuransikan dan besarnya premi, serta siapa yang menanggung premi asuransi tersebut.

4) Pembayaran (Tambahan Ketentuan butir 8 Syarat Umum Kontrak) Dijelaskan lebih rinci mengenai: a) Tahapan pembayaran dengan cara bulanan dan/atau termijn, dari

pembayaran pertama sampai dengan pembayaran terakhir; b) Rincian mengenai jumlah pembayaran; c) Penjelasan mengenai mata uang yang digunakan.

5) Harga (Tambahan Ketentuan butir 9 Syarat Umum Kontrak) Penjelasan lebih terinci mengenai harga kontrak dan sumber pembiayaan.

6) Hak dan Kewajiban Para Pihak (Tambahan Ketentuan butir 11 Syarat Umum Kontrak) Tambahan penjelasan mengenai hak dan kewajiban dari para pihak dalam kontrak.

7) Penyelesaian Perselisihan (Tambahan Ketentuan butir 16 Syarat Umum Kontrak) Penjelasan mengenai pengadilan mana atau badan arbitrase mana yang dipilih untuk menyelesaikan perselisihan antara para pihak dalam kontrak.

b. Ketentuan Khusus

144

Page 148: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB II (PROSES PENGADAAN BARANG/JASA YANG MEMERLUKAN PENYEDIA BARANG/JASA)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

Ketentuan khusus berisi perubahan dan/atau tambahan dari syarat-syarat umum kontrak, misalnya:

1) Kontrak pengadaan barang Layanan tambahan: menjelaskan jenis layanan tambahan yang diperlukan, contohnya layanan purna jual.

2) Kontrak pengadaan jasa konsultansi

Layanan tambahan: pembuatan maket/model dari hasil desain.

3) Kontrak pengadaan pekerjaan jasa pemborongan

a) Kompensasi Menjelaskan hal-hal lain yang tergolong sebagai terjadinya kompensasi.

b) Pedoman pengoperasian dan perawatan (tambahan ketentuan-ketentuan khusus syarat-syarat umum kontrak) (1) Hal-hal yang disyaratkan dalam petunjuk pengoperasian dan perawatan; (2) Hal-hal yang tidak dimasukkan dalam ketentuan petunjuk pengoperasian

dan perawatan.

4. Dokumen Lainnya Yang Merupakan Bagian Dari Kontrak

Dokumen berikut ini menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari kontrak.

a. Untuk kontrak jasa pemborongan, terdiri dari:

1) Surat penunjukan;

2) Surat penawaran;

3) Spesifikasi umum;

4) Spesifikasi khusus;

5) Gambar-gambar;

6) Adenda dalam proses pemilihan yang kemudian dimasukkan di masing-masing substansinya;

7) Daftar kuantitas dan harga (untuk kontrak harga satuan);

8) Dokumen lainnya, misalnya: a) Dokumen penawaran lainnya; b) Jaminan pelaksanaan; c) Jaminan uang muka.

b. Untuk pengadaan jasa konsultansi, terdiri dari: 1) Surat penunjukan; 2) Kerangka Acuan Kerja; 3) Hasil negosiasi; 4) Dokumen penawaran; 5) Adenda dalam proses pemilihan yang kemudian dimasukkan di masing-masing

substansinya; 6) Dokumen lainnya, misalnya jaminan uang muka.

c. Pengadaan Barang/Jasa Lainnya, terdiri dari: 1) Surat penunjukan; 2) Dokumen penawaran; 3) Spesifikasi umum; 4) Spesifikasi khusus; 5) Gambar-gambar;

145

Page 149: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB II (PROSES PENGADAAN BARANG/JASA YANG MEMERLUKAN PENYEDIA BARANG/JASA)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

6) Adenda dalam proses pemilihan yang kemudian dimasukkan di masing-masing substansinya;

7) Daftar kuantitas dan harga; 8) Dokumen lainnya, misalnya:

a) Jaminan pelaksanaan; b) Jaminan uang muka.

D. Pelaksanaan Kontrak

1. Ketentuan Umum

a. Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK)

1) Selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari sejak tanggal penanda tanganan kontrak, Pejabat Pembuat Komitmen sudah harus menerbitkan SPMK;

2) Dalam SPMK dicantumkan saat paling lambat dimulainya pelaksanaan kontrak yang akan dinyatakan Pihak Kedua dalam pernyataan dimulainya pekerjaan;

3) Untuk kontrak sederhana, tanggal mulai kerja dapat ditetapkan sama dengan tanggal penandatangan kontrak atau tanggal dikeluarkannya SPMK.

b. Penggunaan Program Mutu

1) Program mutu pengadaan barang/jasa harus disusun oleh penyedia barang/jasa dan disepakati Pejabat Pembuat Komitmen pada saat rapat persiapan pelaksanaan kontrak dan dapat direvisi sesuai dengan kondisi lapangan;

2) Program mutu pengadaan barang/jasa paling tidak berisi: a) informasi pengadaan barang/jasa; b) organisasi proyek, Pejabat Pembuat Komitmen dan penyedia barang/jasa; c) jadual pelaksanaan; d) prosedur pelaksanaan pekerjaan; e) prosedur instruksi kerja; f) pelaksana kerja.

c. Mobilisasi

1) Mobilisasi paling lambat harus sudah mulai dilaksanakan dalam waktu 30 (tiga puluh) hari sejak diterbitkan SPMK.

2) Mobilisasi dilakukan sesuai dengan lingkup pekerjaan meliputi: a) Pekerjaan pemborongan:

(1) mendatangkan peralatan-peralatan terkait yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan;

(2) mempersiapkan fasilitas seperti kantor, rumah, gedung laboratorium, bengkel, gudang, dan sebagainya;

(3) mendatangkan personil-personil. b) Pekerjaan Konsultansi:

(1) Mendatangkan tenaga ahli; (2) Menyiapkan peralatan pendukung.

c) Pengadaan barang/jasa lainnya tidak diperlukan mobilisasi.

3) Mobilisasi peralatan dan personil penyedia barang/jasa dapat dilakukan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan.

146

Page 150: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB II (PROSES PENGADAAN BARANG/JASA YANG MEMERLUKAN PENYEDIA BARANG/JASA)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

d. Pemeriksaan Bersama

1) Pada tahap awal periode pelaksanaan kontrak dan pada pelaksanaan pekerjaan, Pejabat Pembuat Komitmen bersama-sama dengan penyedia barang/jasa melakukan pemeriksaan bersama;

2) Untuk pemeriksaan bersama ini, Pejabat Pembuat Komitmen dapat membentuk panitia/pejabat peneliti pelaksanaan kontrak;

3) Apabila dalam pemeriksaan bersama mengakibatkan perubahan isi kontrak maka harus dituangkan dalam bentuk adendum kontrak.

e. Pembayaran Uang Muka

1) Penyedia barang/jasa mengajukan permohonan pengambilan uang muka secara tertulis kepada Pejabat Pembuat Komitmen disertai dengan rencana penggunaan uang muka untuk melaksanakan pekerjaan sesuai kontrak;

2) Pejabat Pembuat Komitmen sudah harus mengajukan surat permintaan pembayaran untuk permohonan tersebut pada butir 1) yang nilainya paling tinggi sesuai dengan yang ditetapkan dalam kontrak, paling lambat 7 (tujuh) hari setelah jaminan uang muka diterima dari penyedia barang/jasa;

3) Besarnya jaminan uang muka harus bernilai sekurang-kurangnya sama dengan jumlah uang muka yang diberikan;

4) Jaminan uang muka harus diterbitkan oleh bank umum atau perusahaan asuransi yang mempunyai program asuransi kerugian (surety bond) dan harus direasuransikan sesuai dengan ketentuan Menteri Keuangan;

5) Pengembalian uang muka diperhitungkan berangsur-angsur secara proporsional pada setiap pembayaran prestasi pekerjaan dan paling lambat harus lunas pada saat pekerjaan mencapai prestasi 100 % (seratus persen);

6) Untuk kontrak tahun jamak (multi years) nilai jaminan uang muka secara bertahap dapat dikurangi sesuai dengan pencapaian prestasi pekerjaan.

f. Pembayaran Prestasi Pekerjaan

1) Pembayaran prestasi hasil pekerjaan yang disepakati dilakukan oleh Pejabat Pembuat Komitmen, apabila penyedia barang/jasa telah mengajukan tagihan disertai laporan kemajuan hasil pekerjaan;

2) Pejabat Pembuat Komitmen dalam kurun waktu 7 (tujuh) hari harus sudah mengajukan surat permintaan pembayaran untuk pembayaran prestasi kerja;

3) Pembayaran prestasi hasil pekerjaan yang disepakati dapat dilakukan dengan sistem bulanan atau sistem termijn yang didasarkan pada prestasi pekerjaan sebagaimana tertuang dalam dokumen kontrak;

4) Pembayaran bulanan/termijn harus dipotong jaminan pemeliharaan, angsuran uang muka, denda (jika ada), dan pajak;

5) Untuk kontrak yang mempunyai subkontrak, permintaan pembayaran kepada Pejabat Pembuat Komitmen harus dilengkapi bukti pembayaran kepada seluruh subkontraktor sesuai dengan perkembangan (progress) pekerjaannya.

g. Perubahan Kegiatan Pekerjaan

1) Untuk kepentingan pemeriksaan, Pejabat Pembuat Komitmen dapat membentuk panitia/pejabat peneliti pelaksanaan kontrak;

147

Page 151: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB II (PROSES PENGADAAN BARANG/JASA YANG MEMERLUKAN PENYEDIA BARANG/JASA)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

2) Apabila terdapat perbedaan yang signifikan antara kondisi lapangan pada saat pelaksanaan dengan gambar dan spesifikasi yang ditentukan dalam dokumen kontrak, maka Pejabat Pembuat Komitmen bersama penyedia barang/jasa dapat melakukan perubahan kontrak yang meliputi antara lain:

a) menambah atau mengurangi volume pekerjaan yang tercantum dalam kontrak;

b) mengurangi atau menambah jenis pekerjaan; c) mengubah spesifikasi pekerjaan sesuai dengan kebutuhan lapangan; d) melaksanakan pekerjaan tambah yang belum tercantum dalam kontrak yang

diperlukan untuk menyelesaikan seluruh pekerjaan.

3) Pekerjaan tambah tidak boleh melebihi 10% (sepuluh persen) dari harga yang tercantum dalam perjanjian/kontrak awal;

4) Perintah perubahan pekerjaan dibuat oleh Pejabat Pembuat Komitmen secara tertulis kepada penyedia barang/jasa, ditindaklanjuti dengan negosiasi teknis dan harga dengan tetap mengacu pada ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam perjanjian/kontrak awal;

5) Hasil negosiasi tersebut dituangkan dalam berita acara sebagai dasar penyusunan adendum kontrak.

h. Denda dan Ganti Rugi

1) Denda adalah sanksi finansial yang dikenakan kepada penyedia barang/jasa sedangkan ganti rugi adalah sanksi finansial yang dikenakan kepada Pejabat Pembuat Komitmen, karena terjadinya cidera janji yang tercantum dalam kontrak;

2) Besarnya denda kepada penyedia barang/jasa atas keterlambatan penyelesaian pekerjaan adalah 10/00 (satu perseribu) dari harga kontrak atau bagian kontrak untuk setiap hari keterlambatan;

3) Besarnya ganti rugi yang dibayar oleh Pejabat Pembuat Komitmen atas keterlambatan pembayaran adalah sebesar bunga terhadap nilai tagihan yang terlambat dibayar, berdasarkan tingkat suku bunga yang berlaku pada saat itu menurut ketetapan Bank Indonesia, atau dapat diberikan kompensasi sesuai ketentuan dalam dokumen kontrak;

4) Tata cara pembayaran denda dan/atau ganti rugi diatur di dalam dokumen kontrak.

i. Penyesuaian Harga

1) Penyesuaian harga dilakukan sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam dokumen kontrak;

2) Penyesuaian harga diberlakukan terhadap kontrak jangka panjang (lebih dari 12 (dua belas) bulan).

j. Keadaan Kahar (Force Majeure)

Apabila terjadi keadaan kahar maka penyedia barang/jasa memberitahukan dalam waktu 14 (empat belas) hari dari hari terjadinya keadaan kahar dengan menyertakan pernyataan keadaan kahar dari instansi yang berwenang.

k. Penghentian dan Pemutusan Kontrak

1) Penghentian kontrak dapat dilakukan karena pekerjaan sudah selesai;

148

Page 152: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB II (PROSES PENGADAAN BARANG/JASA YANG MEMERLUKAN PENYEDIA BARANG/JASA)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

2) Penghentian kontrak dilakukan karena terjadinya hal-hal di luar kekuasaan kedua belah pihak sehingga para pihak tidak dapat melaksanakan kewajiban yang ditentukan di dalam kontrak antara lain: a) timbulnya perang; b) pemberontakan di wilayah Republik Indonesia; c) keributan, kekacauan dan huru-hara; d) bencana alam. Dalam hal kontrak dihentikan, maka Pejabat Pembuat Komitmen wajib membayar kepada penyedia barang/jasa sesuai dengan prestasi atau kemajuan pelaksanaan proyek yang telah dicapai;

3) Pemutusan kontrak dilakukan bilamana penyedia barang/jasa cidera janji atau tidak memenuhi kewajiban dan tanggung jawabnya sebagaimana diatur di dalam kontrak. Kepada penyedia barang/jasa dikenakan sanksi sesuai ketentuan dalam dokumen kontrak;

4) Pemutusan kontrak dilakukan bilamana para pihak terbukti melakukan kolusi, kecurangan atau tindak korupsi baik dalam proses pemilihan penyedia barang/jasa maupun pelaksanaan pekerjaan, dalam hal ini: a) Penyedia barang/jasa dapat dikenakan sanksi yaitu:

(1) jaminan pelaksanaan dicairkan dan disetorkan ke kas negara/daerah; (2) sisa uang muka harus dilunasi oleh penyedia barang/jasa; (3) pengenaan daftar hitam untuk jangka waktu 2 (dua) tahun.

b) Pejabat Pembuat Komitmen dikenakan sanksi berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil atau ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Jasa Pemborongan

a. Ketentuan Umum

Ketentuan umum pada Bab II butir D.1. di atas dinyatakan berlaku untuk pelaksanaan kontrak jasa pemborongan kecuali dinyatakan lain pada ketentuan berikut ini.

b. Rapat Persiapan Pelaksanaan Kontrak

1) Sebelum pelaksanaan kontrak, Pejabat Pembuat Komitmen bersama-sama dengan penyedia barang/jasa, unsur perencanaan, dan unsur pengawasan, terlebih dahulu menyusun rencana pelaksanaan kontrak;

2) Pejabat Pembuat Komitmen harus menyelenggarakan rapat persiapan pelaksanaan kontrak selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sejak tanggal diterbitkannya SPMK;

3) Beberapa hal yang dibahas dan disepakati dalam rapat persiapan pelaksanaan kontrak adalah: a) organisasi kerja; b) tata cara pengaturan pelaksanaan pekerjaan; c) jadual pelaksanaan pekerjaan; d) jadual pengadaan bahan, mobilisasi peralatan dan personil; e) penyusunan rencana dan pelaksanaan pemeriksaan lapangan; f) pendekatan kepada masyarakat dan pemerintah daerah setempat mengenai

rencana kerja; g) penyusunan program mutu proyek.

149

Page 153: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB II (PROSES PENGADAAN BARANG/JASA YANG MEMERLUKAN PENYEDIA BARANG/JASA)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

c. Laporan Hasil Pekerjaan

1) Untuk kepentingan pengendalian dan pengawasan pelaksanaan pekerjaan, seluruh aktivitas kegiatan pekerjaan di lapangan dicatat di dalam buku harian sebagai bahan laporan harian pekerjaan berupa rencana dan realisasi pekerjaan harian;

2) Laporan harian berisi: a) kuantitas dan macam bahan yang berada di lapangan; b) penempatan tenaga kerja untuk tiap macam tugasnya; c) jumlah, jenis dan kondisi peralatan; d) kuantitas jenis pekerjaan yang dilaksanakan; e) keadaan cuaca termasuk hujan, banjir, dan peristiwa alam lainnya yang

berpengaruh terhadap kelancaran pekerjaan; f) catatan-catatan lain yang berkenaan dengan pelaksanaan.

3) Laporan harian dibuat oleh penyedia barang/jasa, bilamana perlu diperiksa oleh konsultan, dan disetujui oleh wakil Pejabat Pembuat Komitmen;

4) Laporan mingguan terdiri dari rangkuman laporan harian dan berisi hasil kemajuan fisik pekerjaan dalam periode satu minggu, serta hal-hal penting yang perlu ditonjolkan;

5) Laporan bulanan terdiri dari rangkuman laporan mingguan dan berisi hasil kemajuan fisik pekerjaan dalam periode satu bulan, serta hal-hal penting yang perlu ditonjolkan;

6) Untuk merekam kegiatan pelaksanaan proyek, Pejabat Pembuat Komitmen membuat foto-foto dokumentasi pelaksanaan pekerjaan di lapangan.

d. Perpanjangan Waktu Pelaksanaan

1) Perpanjangan waktu pelaksanaan dapat diberikan oleh Pejabat Pembuat Komitmen atas pertimbangan yang layak dan wajar;

2) Yang dimaksud hal-hal yang layak dan wajar untuk perpanjangan waktu pelaksanaan adalah sebagai berikut: a) pekerjaan tambah; b) perubahan disain; c) keterlambatan yang disebabkan oleh pihak Pejabat Pembuat Komitmen; d) masalah yang timbul di luar kendali penyedia barang/jasa; e) keadaan kahar (force majeur).

3) Pejabat Pembuat Komitmen dapat menyetujui perpanjangan waktu pelaksanaan atas kontrak setelah melakukan penelitian dan evaluasi terhadap usulan tertulis yang diajukan oleh penyedia barang/jasa;

4) Persetujuan perpanjangan waktu pelaksanaan dituangkan di dalam adendum kontrak.

e. Kerjasama antara penyedia barang/jasa dan sub kontraktor

1) Penyedia barang/jasa yang mempunyai harga kontrak di atas Rp25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah) wajib bekerja sama dengan penyedia barang/jasa golongan usaha kecil termasuk koperasi kecil, yaitu dengan mensubkontrakkan sebagian pekerjaan yang bukan pekerjaan utama;

2) Bagian pekerjaan yang disubkontrakkan tersebut harus diatur dalam kontrak dan disetujui terlebih dahulu oleh Pejabat Pembuat Komitmen;

150

Page 154: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB II (PROSES PENGADAAN BARANG/JASA YANG MEMERLUKAN PENYEDIA BARANG/JASA)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

3) Penyedia barang/jasa tetap bertanggung jawab atas bagian pekerjaan yang disubkontrakkan tersebut;

4) Ketentuan-ketentuan dalam subkontrak harus mengacu kepada kontrak serta menganut prinsip kesetaraan.

f. Serah Terima Pekerjaan

1) Setelah pekerjaan selesai 100% (seratus persen), penyedia barang/jasa mengajukan permintaan secara tertulis kepada Pejabat Pembuat Komitmen untuk penyerahan pekerjaan;

2) Pejabat Pembuat Komitmen melakukan penilaian terhadap hasil pekerjaan yang telah diselesaikan oleh penyedia barang/jasa. Bilamana terdapat kekurangan-kekurangan dan/atau cacat hasil pekerjaan, penyedia barang/jasa wajib memperbaiki/menyelesaikannya;

3) Pejabat Pembuat Komitmen menerima penyerahan pekerjaan setelah seluruh hasil pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan kontrak;

4) Pembayaran dilakukan sebesar 95% (sembilan puluh lima persen) dari nilai kontrak, sedangkan yang 5% (lima persen) merupakan retensi selama masa pemeliharaan, atau pembayaran dilakukan sebesar 100% (seratus persen) dari nilai kontrak dan penyedia barang/jasa harus menyerahkan jaminan bank sebesar 5% (lima persen) dari nilai kontrak yang diterbitkan oleh Bank Umum atau oleh perusahaan asuransi yang mempunyai program asuransi kerugian (surety bond) dan direasuransikan sesuai dengan ketentuan Menteri Keuangan;

5) Penyedia barang/jasa wajib memelihara hasil pekerjaan selama masa pemeliharaan sehingga kondisi tetap seperti pada saat penyerahan pertama pekerjaan;

6) Setelah masa pemeliharaan berakhir, penyedia barang/jasa mengajukan permintaan secara tertulis kepada Pejabat Pembuat Komitmen untuk penyerahan akhir pekerjaan;

7) Pejabat Pembuat Komitmen menerima penyerahan akhir pekerjaan setelah penyedia barang/jasa melaksanakan semua kewajibannya selama masa pemeliharaan dengan baik dan wajib melakukan pembayaran sisa nilai kontrak yang belum dibayar atau mengembalikan jaminan pemeliharaan;

8) Apabila penyedia barang/jasa tidak melaksanakan kewajiban pemeliharaan sebagaimana mestinya maka Pejabat Pembuat Komitmen berhak menggunakan uang retensi untuk membiayai perbaikan/pemeliharaan atau mencairkan jaminan pemeliharaan.

3. Jasa Konsultansi

a. Ketentuan Umum

Ketentuan umum pada Bab II butir D.1. dinyatakan berlaku untuk pelaksanaan kontrak jasa konsultansi kecuali dinyatakan lain pada ketentuan berikut ini.

b. Persiapan Pelaksanaan Kontrak

Pejabat Pembuat Komitmen bersama penyedia jasa melakukan persiapan pelaksanaan kontrak mencakup penyusunan organisasi, mobilisasi, rencana pengadaan peralatan, bahan, waktu dan tata cara pelaksanaan pekerjaan serta pelaporan kemajuan pekerjaan.

151

Page 155: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB II (PROSES PENGADAAN BARANG/JASA YANG MEMERLUKAN PENYEDIA BARANG/JASA)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

c. Pemeriksaan Personil dan Peralatan

1) Pemeriksaan (inspeksi) personil dan peralatan harus dilaksanakan setelah personil dan peralatan tiba di lokasi pekerjaan serta dibuatkan berita acara hasil inspeksi/pemeriksaan yang ditandatangani oleh Pejabat Pembuat Komitmen dan penyedia jasa;

2) Bila hasil inspeksi/pemeriksaan personil dan peralatan ternyata belum memenuhi persyaratan namun tidak mengganggu kelancaran pelaksanaan pekerjaan, maka penyedia jasa dapat melanjutkan pekerjaan dengan syarat personil dan peralatan yang belum memenuhi syarat harus segera diganti sesuai dengan waktu yang disepakati bersama;

3) Pada waktu penyedia jasa mulai melaksanakan tugasnya, Pejabat Pembuat Komitmen harus melakukan pengecekan apakah personil yang dimobilisasi sesuai dengan kontrak.

d. Perubahan Personil dan Peralatan yang Diajukan oleh Penyedia Jasa

1) Penyedia jasa tidak dibenarkan melakukan penggantian personil dan/atau peralatan tanpa persetujuan Pejabat Pembuat Komitmen;

2) Apabila personil dan/atau peralatan dari penyedia jasa tersebut akan diganti maka penyedia jasa harus mengajukan permohonan terlebih dahulu kepada Pejabat Pembuat Komitmen sebelum melaksanakan penggantian personil dan/atau peralatan tersebut;

3) Untuk mengajukan permohonan penggantian personil, penyedia jasa diwajibkan melampirkan riwayat hidup/pengalaman kerja personil yang diusulkan dan disertai alasan penggantian personil yang bersangkutan.

e. Penggantian Personil Penyedia Jasa atas Perintah Pejabat Pembuat Komitmen

1) Apabila Pejabat Pembuat Komitmen menilai bahwa personil dari penyedia jasa tersebut tidak mampu atau tidak dapat melakukan pekerjaan dengan baik atau berkelakuan tidak baik, Pejabat Pembuat Komitmen harus segera memerintahkan kepada penyedia jasa untuk mengganti personil dengan kualifikasi keahlian yang sama atau lebih tinggi;

2) Dalam waktu tidak lebih dari 15 (lima belas) hari sejak diterimanya surat perintah penggantian personil dari Pejabat Pembuat Komitmen, penyedia jasa harus mengganti personil dengan keahlian yang setara atau lebih baik tanpa penambahan biaya;

3) Apabila waktu 15 (lima belas) hari terlampaui, maka penyedia jasa harus melaporkan kepada Pejabat Pembuat Komitmen disertai alasannya.

f. Pembayaran Uang Muka

Uang muka diberikan untuk membiayai mobilisasi peralatan, personil, dan pengeluaran bulan pertama. Besaran uang muka setinggi-tingginya 20% (dua puluh persen) dari nilai kontrak dan diberikan setelah penyedia jasa menyerahkan jaminan uang muka sekurang-kurangnya sama dengan uang muka.

g. Penyelesaian Pekerjaan

Pekerjaan dinyatakan selesai apabila penyedia jasa telah menyerahkan laporan akhir pekerjaan dan diterima serta disetujui oleh Pejabat Pembuat Komitmen.

152

Page 156: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB II (PROSES PENGADAAN BARANG/JASA YANG MEMERLUKAN PENYEDIA BARANG/JASA)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

4. Pengadaan Barang

a. Ketentuan Umum

Ketentuan umum pada Bab II butir D.1. di atas dinyatakan berlaku untuk pelaksanaan kontrak pengadaan barang kecuali dinyatakan lain pada ketentuan berikut ini.

b. Surat Pesanan

1) Pejabat Pembuat Komitmen harus menerbitkan surat pesanan (SP)/Purchase Order (PO) selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja sejak tanggal keputusan penetapan penyedia barang/jasa;

2) Selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sejak tanggal penerbitan surat pesanan (SP)/Purchase Order (PO), surat pesanan (SP)/Purchase Order (PO) tersebut harus sudah disetujui/ditanda tangani di atas kertas segel/bermaterai oleh penyedia barang sesuai dengan yang dipersyaratkan;

3) Tanggal penanda tanganan surat pesanan (SP)/Purchase Order (PO) oleh penyedia barang ditetapkan sebagai tanggal awal perhitungan waktu penyerahan;

4) Pesanan barang yang telah diserahkan sebelum diterbitkan surat pesanan/purchase order, harus dinyatakan secara jelas dalam surat pesanan (SP)/Purchase Order (PO).

c. Persiapan Pelaksanaan Kontrak

Persiapan pelaksanaan kontrak dilakukan sebagai berikut:

1) Penyedia barang membuat penjelasan rinci terhadap barang yang akan dikirim untuk pabrikasi sesuai dengan pesanan;

2) Dalam hal pengadaan barang dilaksanakan dengan “sistem harga satuan” maka harga satuan, jadual dan tempat pengiriman serta perkiraan jumlah barang harus ditetapkan.

d. Inspeksi Pabrikasi

1) Pejabat Pembuat Komitmen atau jasa inspeksi yang ditunjuk Pejabat Pembuat Komitmen dapat melakukan inspeksi atas proses pabrikasi barang/peralatan khusus yang nilainya lebih dari Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah);

2) Jadual, tempat, dan ruang lingkup inspeksi harus disepakati kedua belah pihak;

3) Biaya pelaksanaan inspeksi termasuk dalam harga kontrak.

e. Perubahan Lingkup

Berdasarkan pertimbangan efisiensi, ekonomis dan kesempurnaan hasil, Pejabat Pembuat Komitmen dapat mengubah surat pesanan (purchase order) dengan persetujuan penyedia barang sepanjang tidak mengurangi kualitas dengan mempertimbangkan tersedianya anggaran dan setinggi-tingginya 10% (sepuluh persen) dari nilai kontrak.

f. Perlindungan Hak Atas Kekayaan Intelektual

Penyedia barang harus menjamin Pejabat Pembuat Komitmen bahwa barang yang diserahkan tidak melanggar hak atas kekayaan intelektual sebagaimana ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

g. Pengiriman

153

Page 157: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB II (PROSES PENGADAAN BARANG/JASA YANG MEMERLUKAN PENYEDIA BARANG/JASA)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

1) Penyedia barang memberi informasi kepada Pejabat Pembuat Komitmen tentang jadual pengiriman barang serta menyampaikan dokumen pengiriman barang;

2) Sarana transportasi yang dipakai harus sesuai dengan dokumen kontrak;

3) Untuk barang-barang yang mudah rusak atau berisiko tinggi, penyedia barang harus memberikan informasi secara rinci tentang cara penanganannya.

h. Serah Terima Barang

1) Pada saat penyerahan barang harus dilakukan penelitian atas spesifikasi, mutu, kelengkapan, dan kondisi nyata (actual condition) dicocokkan dengan yang tertuang dalam surat pesanan/purchase order dan/atau dokumen yang menyertai penyerahan barang;

2) Hasil penelitian dituangkan dalam berita acara serah terima yang ditandatangani oleh penyedia barang dan Pejabat Pembuat Komitmen;

3) Berita acara serah terima merupakan dokumen yang harus dilampirkan dalam surat permintaan pembayaran, kecuali dalam hal cara pembayaran menggunakan letter of credit (LC);

4) Pejabat Pembuat Komitmen dapat menunjuk wakil untuk memeriksa barang yang akan diserahkan sebagai petugas penerima/pemeriksa dan menandatangani berita acara;

5) Apabila hasil pemeriksaan barang tidak sesuai dengan jenis dan mutu barang yang ditetapkan dalam kontrak/PO, Pejabat Pembuat Komitmen berhak menolak barang tersebut dan penyedia barang harus mengganti barang yang tidak sesuai tersebut dengan biaya sepenuhnya ditanggung penyedia barang.

i. Uji Coba

1) Setelah barang dikirim, barang diuji-coba oleh penyedia barang disaksikan oleh Pejabat Pembuat Komitmen;

2) Hasil uji coba dituangkan dalam berita acara;

3) Apabila pengoperasian barang tersebut memerlukan keahlian khusus maka harus dilakukan pelatihan kepada Pejabat Pembuat Komitmen oleh penyedia barang, biaya pelatihan termasuk dalam harga barang;

4) Apabila hasil uji coba tidak sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan dalam kontrak, maka penyedia barang memperbaiki atau mengganti barang tersebut dengan biaya sepenuhnya ditanggung penyedia barang.

j. Asuransi

1) Penyedia barang harus mengasuransikan barang-barang yang akan dikirim sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan ketentuan yang tercantum dalam kontrak;

2) Penerima manfaat harus dijelaskan dalam dokumen asuransi yang disesuaikan dengan ketentuan kontrak.

k. Pembayaran

1) Penyelesaian pembayaran hanya dapat dilaksanakan setelah barang dinyatakan diterima sesuai dengan berita acara serah terima barang dan bilamana dianggap perlu dilengkapi dengan berita acara hasil uji coba;

2) Pembayaran dengan LC mengikuti ketentuan umum yang berlaku di bidang perdagangan.

154

Page 158: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB II (PROSES PENGADAAN BARANG/JASA YANG MEMERLUKAN PENYEDIA BARANG/JASA)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

5. Pengadaan Jasa Lainnya

a. Ketentuan Umum

Ketentuan umum pada Bab II butir D.1. di atas dinyatakan berlaku untuk pelaksanaan kontrak pengadaan jasa lainnya kecuali dinyatakan lain pada ketentuan berikut ini.

b. Pemeriksaan Personil dan Peralatan

1) Pemeriksaan (inspeksi) peralatan dan tenaga kerja harus dilaksanakan setelah personil atau peralatan dilokasi pekerjaan siap diperiksa dan dibuatkan berita acara hasil inspeksi/pemeriksaan yang ditanda tangani oleh penyedia jasa dan Pejabat Pembuat Komitmen;

2) Bila hasil inspeksi/pemeriksaan personil dan peralatan ternyata belum memenuhi persyaratan namun tidak mengganggu kelancaran pelaksanaan pekerjaan, maka penyedia jasa dapat melanjutkan pekerjaan dengan syarat personil dan peralatan yang belum memenuhi syarat harus segera diganti sesuai dengan waktu yang disepakati bersama;

3) Pada waktu penyedia jasa mulai melaksanakan tugasnya, Pejabat Pembuat Komitmen harus melakukan pengecekan apakah personil yang melakukan pekerjaan sesuai dengan yang disetujui dalam kontrak.

c. Perubahan Personil dan Peralatan yang Diajukan oleh Penyedia Jasa

1) Penyedia jasa tidak dibenarkan melakukan penggantian personil dan/atau peralatan tanpa persetujuan Pejabat Pembuat Komitmen;

2) Apabila personil dan/atau peralatan dari penyedia jasa tersebut akan diganti maka penyedia jasa harus mengajukan permohonan terlebih dahulu kepada Pejabat Pembuat Komitmen sebelum melaksanakan penggantian personil dan/atau peralatan tersebut;

3) Untuk mengajukan permohonan tersebut, penyedia jasa diwajibkan melampirkan riwayat hidup/pengalaman kerja personil yang diusulkan dan disertai alasan penggantian personil yang tidak dapat melaksanakan tugas sebagaimana tertuang dalam kontrak.

d. Penggantian Personil Dan Peralatan Yang Diperintahkan Oleh Pejabat Pembuat Komitmen

1) Apabila Pejabat Pembuat Komitmen menilai bahwa personil dari penyedia jasa tersebut tidak mampu atau tidak dapat melakukan pekerjaan dengan baik atau berkelakuan tidak baik, Pejabat Pembuat Komitmen harus segera memerintahkan kepada penyedia jasa untuk mengganti personil dengan kualifikasi keahlian yang sama atau lebih tinggi;

2) Dalam waktu tidak lebih dari 15 (lima belas) hari setelah menerima perintah dari Pejabat Pembuat Komitmen, penyedia jasa harus telah mengganti personil tanpa penambahan biaya;

3) Apabila jangka waktu lima belas hari terlampaui, maka penyedia jasa harus melaporkan kepada Pejabat Pembuat Komitmen dengan disertai alasan.

e. Denda

Denda dapat dilakukan secara selektif sesuai dengan sifat pengadaan jasa lainnya.

155

Page 159: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB II (PROSES PENGADAAN BARANG/JASA YANG MEMERLUKAN PENYEDIA BARANG/JASA)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

f. Kerahasiaan

1) Personil penyedia jasa harus menjaga kerahasiaan pekerjaannya sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam kontrak;

2) Apabila diperlukan, janji untuk menjaga kerahasiaan pekerjaan oleh personil penyedia jasa dilakukan di bawah sumpah.

E. Tata Cara Perhitungan Penyesuaian Harga (Price Adjustment)

1. Persyaratan penggunaan rumusan penyesuaian harga

a. Penyesuaian harga diberlakukan bagi kontrak yang masa pelaksanaannya lebih dari 12 (dua belas) bulan dan diberlakukan mulai bulan pertama pelaksanaan pekerjaan;

b. Penyesuaian harga satuan berlaku bagi seluruh kegiatan/mata pembayaran kecuali komponen keuntungan dan overhead sebagaimana tercantum dalam penawaran;

c. Penyesuaian harga satuan diberlakukan sesuai dengan jadual pelaksanaan yang tercantum dalam kontrak/addendum. Bagian kontrak atau pekerjaan yang terlambat dilaksanakan karena kesalahan rekanan, penyesuaian harga satuan dan nilai kontrak menggunakan indeks harga sesuai jadual pelaksanaan pekerjaan yang ditetapkan pada kontrak awal;

d. Penyesuaian harga satuan bagi komponen pekerjaan yang berasal dari luar negeri dan dibayar dengan valuta asing menggunakan indeks penyesuaian harga dari negara asal barang tersebut.

2. Rumusan penyesuaian harga satuan

Hn = Ho (a + b.Bn/Bo + c.Cn/Co + d.Dn/Do + ……… )

Hn = Harga satuan barang/jasa pada saat pekerjaan dilaksanakan

Ho = Harga satuan barang/jasa pada saat penyusunan harga penawaran (28 (dua puluh delapan) hari sebelum pemasukan penawaran)

a = Koefisien tetap yang terdiri keuntungan dan overhead.

Dalam hal penawaran tidak mencantumkan besaran komponen keuntungan dan overhead, maka a adalah 0,15.

b, c, d = Koefisien komponen kontrak seperti tenaga kerja, bahan, alat kerja dsb.

Penjumlahan a+b+c+d+…. dst. adalah 1,00.

Bn, Cn, Dn = indeks harga komponen pada saat pekerjaan dilaksanakan

Bo, Co, Do = indeks harga komponen pada saat penyusunan harga penawaran (28 (dua puluh delapan) hari sebelum pemasukan penawaran).

Catatan:

a. Indeks harga yang digunakan bersumber dari penerbitan Badan Pusat Statistik (BPS). Jika indeks harga tidak dimuat dalam penerbitan BPS, maka digunakan indeks harga yang disiapkan oleh departemen teknis.

b. Penetapan koefisien komponen kontrak pekerjaan dilakukan oleh menteri teknis yang terkait.

156

Page 160: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB II (PROSES PENGADAAN BARANG/JASA YANG MEMERLUKAN PENYEDIA BARANG/JASA)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

3. Rumusan penyesuaian nilai kontrak

Pn = (Hn1 x V1) + (Hn2 x V2) + (Hn3 x V3) + ..... dst

Pn = Nilai kontrak setelah dilakukan penyesuaian harga satuan barang/jasa

Hn = Harga satuan baru setelah dilakukan penyesuaian harga menggunakan rumusan penyesuaian satuan harga

Vi = Volume pekerjaan yang dilaksanakan

157

Page 161: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB III (PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA DENGAN SWAKELOLA)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

158

BAB III

PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA DENGAN SWAKELOLA

A. Ketentuan Umum

1. Swakelola adalah pekerjaan yang direncanakan, dikerjakan, dan diawasi sendiri oleh pelaksana swakelola dengan menggunakan tenaga sendiri dan/atau tenaga dari luar baik tenaga ahli maupun tenaga upah borongan. Tenaga ahli dari luar tidak boleh melebihi 50% (lima puluh persen) dari tenaga sendiri.

2. Swakelola dilihat dari pelaksana pekerjaan dibedakan menjadi:

a. Swakelola oleh Pejabat Pembuat Komitmen adalah pekerjaan yang direncanakan, dikerjakan, dan diawasi sendiri oleh Pejabat Pembuat Komitmen dengan menggunakan tenaga sendiri, dan/atau tenaga dari luar baik tenaga ahli maupun tenaga upah borongan;

b. Swakelola oleh instansi pemerintah lain non swadana (universitas negeri, lembaga penelitian/ilmiah pemerintah, lembaga pelatihan) adalah pekerjaan yang perencanaan dan pengawasannya dilakukan oleh Pejabat Pembuat Komitmen, sedangkan pelaksanaan pekerjaan dilakukan oleh instansi pemerintah yang bukan penanggung jawab anggaran;

c. Swakelola oleh penerima hibah adalah pekerjaan yang perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasannya dilakukan oleh penerima hibah (kelompok masyarakat, LSM, komite sekolah/pendidikan, lembaga pendidikan swasta/lembaga penelitian/ilmiah non badan usaha dan lembaga lain yang ditetapkan oleh pemerintah) dengan sasaran ditentukan oleh instansi pemberi hibah.

B. Pelaksanaan Swakelola

1. Swakelola oleh Pejabat Pembuat Komitmen

Dalam pelaksanaan swakelola perlu mengikuti ketentuan sebagai berikut:

a. Pengadaan bahan, jasa lainnya, peralatan/suku cadang, dan tenaga ahli yang diperlukan dilakukan oleh panitia yang ditetapkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen dan menggunakan metoda pengadaan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan di dalam keputusan presiden ini, yaitu lelang/seleksi umum, lelang/seleksi terbatas, pemilihan/seleksi langsung atau penunjukan langsung;

b. Pembayaran upah tenaga kerja yang diperlukan dilakukan secara harian berdasarkan daftar hadir pekerja atau dengan cara upah borong;

c. Pembayaran gaji tenaga ahli tertentu yang diperlukan dilakukan berdasarkan kontrak konsultan perorangan;

d. Penggunaan tenaga kerja, bahan, dan peralatan dicatat setiap hari dalam laporan harian;

e. Pengiriman bahan dapat dilakukan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan dan kapasitas penyimpanan;

f. Panjar kerja dipertanggungjawabkan secara berkala maksimal secara bulanan;

g. Pencapaian target fisik dicatat setiap hari dan dievaluasi setiap minggu agar dapat diketahui apakah dana yang dikeluarkan sesuai dengan target fisik yang dicapai,

Page 162: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB III (PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA DENGAN SWAKELOLA)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

sedangkan pencapaian target non fisik/perangkat lunak dicatat dan dievaluasi setiap bulan;

h. Pengawasan pekerjaan fisik di lapangan dilakukan oleh pelaksana yang ditunjuk oleh Pejabat Pembuat Komitmen, berdasarkan rencana yang telah ditetapkan.

2. Swakelola oleh instansi pemerintah lain non swadana

a. Pengadaan bahan, jasa lainnya, peralatan/suku cadang, dan tenaga ahli yang diperlukan dilakukan oleh panitia dari unsur instansi pemerintah pelaksana swakelola yang ditetapkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen dan menggunakan metoda pengadaan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan di dalam keputusan presiden ini, yaitu lelang/seleksi umum, lelang/seleksi terbatas, pemilihan/seleksi langsung atau penunjukan langsung;

b. Pembayaran upah tenaga kerja yang diperlukan dilakukan secara harian berdasarkan daftar hadir pekerja atau dengan cara upah borong;

c. Pelaksanaan pengadaan yang menggunakan UYHD (uang yang harus dipertanggungjawabkan) dilakukan oleh instansi pemerintah pelaksana swakelola;

d. Pembayaran gaji tenaga ahli tertentu yang diperlukan dilakukan berdasarkan kontrak konsultan perorangan;

e. Penggunaan tenaga kerja, bahan, dan peralatan dicatat setiap hari dalam laporan harian;

f. Pengiriman bahan dapat dilakukan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan dan kapasitas penyimpanan;

g. Panjar kerja dipertanggungjawabkan secara berkala maksimal secara bulanan;

h. Pencapaian target fisik dicatat setiap hari dan dievaluasi setiap minggu agar dapat diketahui apakah dana yang dikeluarkan sesuai dengan target fisik yang dicapai, sedangkan pencapaian target non fisik/perangkat lunak dicatat dan dievaluasi setiap bulan;

i. Pengawasan pekerjaan fisik di lapangan dilakukan oleh pelaksana yang ditunjuk oleh instansi penerima kuasa, berdasarkan rencana yang telah ditetapkan.

3. Swakelola yang dilaksanakan oleh kelompok masyarakat/lembaga swadaya masyarakat penerima hibah

a. Pengadaan barang, jasa lainnya, peralatan/suku cadang, dan tenaga ahli yang diperlukan dilakukan oleh penerima hibah;

b. Penyaluran dana hibah khusus untuk pekerjaan konstruksi dilakukan secara bertahap sebagai berikut:

1) 50% (lima puluh persen) apabila organisasi pelaksanaan penerima hibah telah siap;

2) 50% (lima puluh persen) sisanya apabila pekerjaan telah mencapai 30% (tiga puluh persen).

c. Pencapaian kemajuan pekerjaan dan dana yang dikeluarkan dilaporkan secara berkala kepada Pejabat Pembuat Komitmen;

d. Pengawasan pelaksanaan pekerjaan dilakukan oleh penerima hibah.

C. Pelaporan Pelaksanaan Swakelola

1. Laporan kemajuan pelaksanaan pekerjaan dan penggunaan keuangan dilaporkan oleh pelaksana lapangan/pelaksana swakelola kepada Pejabat Pembuat Komitmen setiap bulan;

159

Page 163: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB III (PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA DENGAN SWAKELOLA)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

2. Laporan kemajuan realisasi fisik dan keuangan dilaporkan setiap bulan oleh Pejabat Pembuat Komitmen kepada Menteri / Kepala Lembaga Pemerintah Non Departemen / Gubernur / Bupati / Walikota / Direktur Utama BUMN/BUMD terkait atau pejabat yang disamakan.

160

Page 164: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

161

BAB IV

LAIN-LAIN

A. Pendayagunaan Produksi Dalam Negeri, Usaha Kecil Termasuk Koperasi Kecil

1. Ketentuan Umum

a. Dalam proses pembuatan produksi dalam negeri baik berupa barang maupun jasa dimungkinkan penggunaan komponen yang tidak berasal dari dalam negeri (impor).

b. Termasuk di dalam pengertian produksi dalam negeri adalah:

1) Barang yang bahan baku dan pembuatannya di Indonesia, terdiri dari: a) barang jadi, barang setengah jadi, peralatan, suku cadang, komponen utama,

dan komponen pembantu; b) bahan baku bahan pelengkap, dan bahan pembantu.

2) Jasa yang dilaksanakan di Indonesia oleh tenaga Indonesia meliputi jasa pemborongan, jasa konsultansi, dan jasa lainnya.

2. Pendayagunaan Produksi Dalam Negeri Berkaitan dengan Pengadaan Barang/Jasa yang Dibiayai dengan Dana Dalam Negeri

a. Upaya pendayagunaan produksi dalam negeri pada proses pengadaan barang/jasa dilakukan sebagai berikut:

1) Dalam dokumen pengadaan barang/jasa dimuat secara jelas ketentuan dan syarat penggunaan hasil produksi dalam negeri dan dijelaskan kepada semua peserta.

2) Dalam pengadaan barang/jasa supaya diteliti sebaik-baiknya agar benar-benar merupakan hasil produksi dalam negeri dan bukan barang/jasa impor yang dijual di dalam negeri.

3) Apabila sebagian bahan untuk menghasilkan barang/jasa produksi dalam negeri berasal dari impor, dipilih barang/jasa yang komponen dalam negerinya paling besar.

4) Dalam mempersiapkan pengadaan barang/jasa, sejauh mungkin digunakan standar nasional dan memperhatikan kemampuan atau potensi nasional.

b. Dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa diupayakan agar penyedia barang/jasa nasional bertindak sebagai penyedia barang/jasa utama, sedangkan penyedia barang/jasa asing dapat berperan sebagai sub-penyedia barang/jasa sesuai dengan kebutuhan.

c. Apabila sifat dan lingkup kegiatan pengadaan barang/jasa terlalu besar, atau jenis keahlian yang diperlukan untuk menyelesaikan kegiatan tidak dapat dilakukan oleh satu penyedia barang/jasa nasional, maka dalam pelaksanaan pengadaan barang /jasa:

1) Diberikan kesempatan yang memungkinkan para penyedia barang/jasa nasional saling bergabung dalam suatu konsorsium atau bentuk kerja sama lain.

2) Diberikan kesempatan yang memungkinkan penyedia barang/jasa nasional, atau konsorsium penyedia barang/jasa nasional untuk menggunakan tenaga ahli asing sepanjang hal itu diperlukan untuk mencukupi kebutuhan jenis keahlian yang benar-benar belum dimiliki, dan benar-benar untuk meningkatkan kemampuan teknis guna menangani kegiatan atau pekerjaan.

d. Penggunaan tenaga ahli asing yang keahliannya belum dapat diperoleh di Indonesia harus disusun berdasarkan keperluan yang nyata dan diusahakan secara terencana

Page 165: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB IV (LAIN-LAIN)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

untuk semaksimal mungkin terjadinya alih pengalaman/keahlian dari tenaga ahli asing ke tenaga Indonesia.

e. Apabila pengadaan tersebut menyangkut barang/jasa yang terdiri atas bagian atau komponen dalam negeri dan bagian atau komponen yang masih harus diimpor, maka harus dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

1) Pemilahan atau pembagian komponen harus benar-benar mencerminkan bagian atau komponen yang telah dapat diproduksi di dalam negeri dan bagian atau komponen yang masih harus diimpor.

2) Pekerjaan pemasangan, pabrikasi, pengujian, dan lainnya sejauh mungkin dilakukan di dalam negeri.

3) Dalam rangka pengadaan barang yang terdiri atas bagian/komponen produksi dalam negeri dan impor, peserta pengadaan diwajibkan membuat daftar barang yang diimpor, dan melampirkan pada penawarannya. Daftar barang tersebut dilengkapi dengan spesifikasi teknis, jumlah, dan harganya.

f. Pengadaan barang impor dapat dimungkinkan bilamana:

1) Barang tersebut belum diproduksi di dalam negeri; dan/atau

2) Spesifikasi teknis barang yang diproduksi di dalam negeri belum memenuhi persyaratan.

g. Prinsipal luar negeri yang memasok barang-barang yang membutuhkan pelayanan purna jual harus mempunyai agen resmi pemegang merek yang ditunjuk dan berkantor di Indonesia.

h. Penyedia barang/jasa yang melaksanakan pengadaan barang/jasa yang diimpor langsung diwajibkan untuk semaksimal mungkin menggunakan jasa pelayanan yang ada di dalam negeri, seperti jasa asuransi, angkutan, ekspedisi, perbankan, dan pemeliharaan.

3. Pendayagunaan Produksi Dalam Negeri Berkaitan dengan Pengadaan Barang/Jasa yang Dibiayai dengan Dana Pinjaman Luar Negeri

a. Dalam kegiatan perencanaan dan perumusan perjanjian/ kerjasama/pinjaman, perumusan KAK/dokumen pelelangan dan dokumen kontrak perlu memperhatikan penggunaan spesifikasi, kualifikasi, dan standar nasional, serta kemampuan/potensi nasional yang diatur sebagai berikut:

1) Dalam tahap perumusan dan negosiasi Naskah Pinjaman Luar Negeri (NPLN) agar diusahakan memasukkan persyaratan pengadaan dan evaluasi yang berkaitan dengan penggunaan produksi dalam negeri;

2) Dalam tahap studi dan rancang bangun proyek (design and engineering) telah diperhitungkan adanya produksi dalam negeri dengan memperhatikan kemampuan/potensi nasional dan standar nasional;

3) Dalam pembuatan harga perhitungan sendiri (owner’s estimate) sudah harus diperhitungkan penggunaan produksi dalam negeri;

4) Dalam dokumen pengadaan/KAK telah mencantumkan syarat semaksimal mungkin menggunakan barang/jasa produksi dalam negeri;

5) Dalam menetapkan kriteria dan tata cara evaluasi agar secara jelas mencantumkan rumusan peran serta penyedia barang/jasa nasional, preferensi harga yang ditetapkan, dan menjelaskan kepada semua peserta pengadaan;

162

Page 166: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB IV (LAIN-LAIN)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

6) Dalam tahap penyusunan kontrak perlu diteliti dan dicantumkan kewajiban penggunaan produksi dalam negeri sesuai dengan penawaran peserta yang bersangkutan serta sanksi bila yang bersangkutan tidak memenuhinya.

b. Apabila suatu pekerjaan harus dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa asing, dalam dokumen pengadaan agar disyaratkan:

1) Adanya kerjasama antara penyedia barang/jasa asing dengan penyedia barang/jasa nasional.

2) Adanya ketentuan yang jelas dan tegas dalam perjanjian kerjasama tersebut mengenai cara pelaksanaan pengalihan kemampuan, pengetahuan, keahlian, dan keterampilan.

3) Sejauh mungkin seluruh kegiatan dilaksanakan di wilayah Indonesia.

4. Komponen Dalam Negeri Barang/Jasa

a. Jenis Komponen Dalam Negeri Barang/Jasa

1) Komponen dalam negeri untuk barang adalah penggunaan bahan baku, rancang bangun, dan rekayasa dalam negeri yang mengandung unsur manufactur, pabrikasi, perakitan, dan penyelesaian pekerjaan.

2) Komponen dalam negeri untuk jasa adalah jasa yang dilakukan di dalam negeri dengan menggunakan tenaga ahli dan perangkat lunak dari dalam negeri.

3) Komponen dalam negeri untuk gabungan barang dan jasa adalah penggabungan antara butir 1) dan butir 2).

b. Tingkat Komponen Dalam Negeri Barang/Jasa

1) Tingkat komponen dalam negeri untuk barang adalah perbandingan antara harga barang jadi dikurangi harga komponen luar negeri terhadap harga barang jadi.

2) Tingkat komponen dalam negeri untuk jasa adalah perbandingan antara harga jasa yang diperlukan dikurangi harga komponen jasa luar negeri terhadap harga seluruh jasa yang diperlukan.

3) Tingkat komponen dalam negeri untuk gabungan barang dan jasa adalah penggabungan antara butir a dan b dalam satu paket kontrak.

c. Pernyataan Penggunaan Komponen Dalam Negeri

1) Para penyedia barang/jasa yang mengikuti pengadaan barang/jasa menyatakan sendiri besarnya komponen dalam negeri barang/jasa yang ditawarkan (self assesment).

2) Para penyedia barang/jasa harus dapat membuktikan kebenaran pernyataan besarnya komponen dalam negeri barang/jasa dan melampirkan rincian dan nilai bahan baku/bahan penolong, baik dari dalam negeri maupun impor, nilai barang jadi keseluruhan serta daftar nama pemasok.

3) Besarnya komponen dalam negeri barang/jasa yang ditawarkan oleh penyedia barang/jasa dapat diklarifikasikan oleh panitia pada saat evaluasi. Jika dilakukan klarifikasi, hasil klarifikasi tersebut dijadikan dasar untuk menghitung preferensi.

4) Formulir yang berkaitan dengan cara perhitungan tingkat komponen dalam negeri barang/jasa, sesuai ketentuan dari instansi yang berwenang dicantumkan dalam dokumen pengadaan.

5) Dalam setiap kontrak dilampirkan rincian barang/jasa dilengkapi dengan spesifikasi teknis dan besarnya komponen dalam negeri.

163

Page 167: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB IV (LAIN-LAIN)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

5. Preferensi Harga

a. Besarnya preferensi terhadap komponen dalam negeri barang/jasa adalah tingkat komponen dalam negeri dikalikan preferensi harga.

b. Preferensi harga diperhitungkan dalam evaluasi harga penawaran yang telah memenuhi persyaratan administrasi dan teknis, termasuk koreksi aritmatik.

c. Perhitungan Harga Evaluasi Akhir (HEA):

100 HEA =

100 + KP x HP

Keterangan:

HEA = Harga Evaluasi Akhir

KP = Koefisien Preferensi (Tingkat komponen dalam negeri (TKDN) dikali Preferensi)

HP = Harga Penawaran (Harga penawaran yang memenuhi persyaratan lelang dan telah dievaluasi)

Catatan: apabila ada dua atau lebih penawaran dengan HEA yang sama maka penawar dengan tingkat komponen dalam negeri terbesar adalah sebagai pemenang.

6. Pembinaan Penggunaan Produksi Dalam Negeri

a. Pembinaan teknis penggunaan produksi dalam negeri dilaksanakan oleh:

1) Departemen yang membidangi perindustrian dan perdagangan untuk barang-barang hasil industri, rancang bangun dan perekayasaan pabrik, dan jasa-jasa yang berkenaan dengan bidang industri dan perdagangan.

2) Menteri yang membidangi konstruksi untuk pekerjaan bidang konstruksi.

3) Departemen/lembaga/instansi teknis lain di luar butir 1 dan butir 2 untuk bidang-bidang/tugas di bawah pembinaannya.

b. Pembinaan sebagaimana dimaksud pada huruf a meliputi:

1) Menggali dan menghimpun masukan sebanyak mungkin mengenai komponen dalam negeri barang/jasa, baik dari produsen, importir, instansi Pejabat Pembuat Komitmen, maupun lembaga independen.

2) Melakukan pengkajian secara mendalam dan bekerja sama dengan instansi terkait lainnya dan lembaga profesional independen untuk menyusun daftar inventarisasi komponen dalam negeri barang/jasa berdasarkan kriteria tertentu, secara sistimatis menurut bidang/sub-bidang dan kelompok barang/jasa.

3) Menyusun dan menyiapkan sistem informasi yang handal yang dapat dimanfaatkan berbagai pihak yang berkepentingan dalam penggunaan produksi dalam negeri.

4) Menyebarluaskan informasi produksi dalam negeri secara periodik.

5) Memberikan bimbingan teknis kepada pelaksana pengadaan barang/jasa di instansi pemerintah.

6) Melakukan kegiatan promosi produksi dalam negeri.

7) Departemen yang membidangi perindustrian dan perdagangan melakukan koordinasi antar instansi teknis terkait dalam rangka meningkatkan produksi dalam negeri.

164

Page 168: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB IV (LAIN-LAIN)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

8) Memberikan pembinaan secara dini kepada para penyedia barang/jasa yang telah menunjukkan kemampuan dan kinerja yang baik serta mempunyai potensi yang dapat dikembangkan di waktu mendatang, untuk memungkinkan yang bersangkutan meningkatkan kemampuan / keahlian / kualifikasinya.

9) Mendorong penyedia barang/jasa nasional untuk meningkatkan kemampuannya sehingga mendapat pengakuan oleh lembaga-lembaga internasional.

7. Pengawasan Penggunaan Produksi Dalam Negeri

a. Pelaksanaan Pengawasan

Aparat pengawasan fungsional pemerintah melakukan pemeriksaan terhadap pemenuhan penggunaan produksi dalam negeri dalam pengadaan barang/jasa untuk keperluan instansinya masing-masing, dan segera melakukan langkah serta tindakan yang bersifat kuratif/perbaikan bilamana terjadi ketidaksesuaian dalam penggunaan produksi dalam negeri, termasuk audit teknis (technical audit) berdasarkan dokumen pengadaan dan kontrak pengadaan barang/jasa yang bersangkutan.

b. Sanksi

Bila hasil pemeriksaan sebagaimana tersebut di atas menyatakan adanya ketidaksesuaian dalam penggunaan barang/jasa produksi dalam negeri, maka dikenakan sanksi finansial dan atau administrasi berdasarkan ketentuan dalam kontrak.

1) Sanksi bagi penyedia barang/jasa a) Sanksi administrasi

Sanksi administrasi diberikan kepada penyedia barang/jasa yang bersangkutan dalam bentuk peringatan tertulis dan bilamana terbukti dengan sengaja memalsukan data komponen dalam negeri, maka penyedia barang/jasa yang bersangkutan dikenakan sanksi antara lain dimasukkan dalam daftar hitam (black list).

b) Sanksi finansial Sanksi perubahan tingkat komponen dalam negeri tidak mengubah peringkat pemenang. Besarnya sanksi adalah selisih perhitungan normalisasi harga yang dimenangkan dengan normalisasi harga atas tingkat komponen dalam negeri yang sebenarnya.

Contoh:

Penawaran Yang Seharusnya Penyedia Barang/jasa

Harga Penawaran

(Rp.) TKDN HEA

(Rp) Peringkat TKDN HEA (Rp) Peringkat

A 1.100.000.000 80% 982.142.857,14 I 75% 988.764.044,94 I B 1.050.000.000 40% 990.566.037,74 II 40% 990.566.037,74 II C 1.200.000.000 80% 1.071.428.571,43 III 80% 1.071.428.571,43 III

100

HEA =100 + KP

x HP

Keterangan:

KP = TKDN x Preferensi Besarnya sanksi yang dikenakan kepada penyedia barang/jasa A adalah: Rp988.764.044,94 – Rp982.142.857,14 = Rp6.621.187,80

c) Sanksi perubahan tingkat komponen dalam negeri yang mengubah peringkat pemenang.

165

Page 169: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB IV (LAIN-LAIN)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

Besarnya sanksi adalah selisih nilai penawaran yang dimenangkan dengan penawaran terbaik yang dikalahkan ditambah selisih perhitungan normalisasi harga yang dimenangkan dengan normalisasi harga atas tingkat komponen dalam negeri yang sebenarnya.

Contoh:

Penawaran Yang Seharusnya Penyedia

barang/jasa Harga

Penawaran (Rp.)

TKDN HEA (Rp) Peringkat TKDN HEA

(Rp) Peringkat

A 1.100.000.000 80% 982.142.857,14 I 60% 1.009.174.311,93 II B 1.050.000.000 40% 990.566.037,74 II 40% 990.566.037,74 I C 1.200.000.000 80% 1.071.428.571,43 III 80% 1.071.428.571,43 III

Besarnya sanksi yang dikenakan kepada Penyedia barang/jasa A adalah: (Rp1.100.000.000,00 - Rp1.050.000.000,00) + (Rp1.009.174.311,93 - Rp982.142.857,14) = Rp50.000.000,00 + Rp27.031.454,79 = Rp77.031.454,79

2) Sanksi bagi Pejabat Pembuat Komitmen Pejabat Pembuat Komitmen yang menyimpang dari ketentuan ini dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

8. Pemberdayaan Usaha Kecil Termasuk Koperasi Kecil Dalam Pengadaan Barang/Jasa

a. Perluasan Peluang Usaha Kecil Termasuk Koperasi Kecil

Untuk meningkatkan pemberdayaan usaha kecil termasuk koperasi kecil setempat dalam rangka pengadaan barang/jasa instansi pemerintah, ditetapkan sebagai berikut:

1) Setiap awal tahun anggaran, Pejabat Pembuat Komitmen atau pejabat berwenang lainnya wajib membuat rencana pengadaan barang/jasa sesuai dengan keperluannya berdasarkan dana yang tersedia dan agar sebanyak mungkin menyediakan paket-paket pekerjaan bagi usaha kecil termasuk koperasi kecil, selanjutnya segera melaporkan kepada pimpinan instansinya, serta instansi yang membidangi usaha kecil termasuk koperasi kecil di setiap kabupaten/kota.

2) Instansi yang membidangi usaha kecil di setiap kabupaten/kota wajib menghimpun laporan rencana pengadaan barang/jasa instansi pemerintah di wilayahnya dan menyusun direktori peluang bagi usaha kecil termasuk koperasi kecil, serta memantau pelaksanaannya berdasarkan pedoman teknis dari Menteri yang membidangi usaha kecil.

3) Apabila Pejabat Pembuat Komitmen mengikat kontrak dengan penyedia barang/jasa bukan usaha kecil, maka di dalam kontrak agar dicantumkan klausul tentang: “Kepada penyedia barang/jasa bukan usaha kecil yang terbukti menyalahgunakan fasilitas dan kesempatan yang diperuntukkan bagi usaha kecil termasuk koperasi kecil sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995, maka yang bersangkutan dikenakan sanksi sebagaimana termaktub dalam Pasal 34, Pasal 35 dan Pasal 36 undang-undang tersebut yaitu sebagai berikut: a) Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain

secara melawan hukum dengan mengaku atau memakai nama usaha kecil sehingga memperoleh fasilitas kemudahan dana, keringanan tarif, tempat usaha, bidang dan kegiatan usaha, atau pengadaan barang dan jasa atau pemborongan pekerjaan Pemerintah yang diperuntukkan dan dicadangkan bagi usaha kecil yang secara langsung atau tidak langsung menimbulkan kerugian

166

Page 170: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB IV (LAIN-LAIN)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

bagi usaha kecil diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana denda paling banyak Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah);

b) Perbuatan sebagaimana dimaksud pada butir a) di atas adalah tindak pidana kejahatan;

c) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada butir a) dilakukan oleh atau atas nama badan usaha, dapat dikenakan sanksi administratif berupa pencabutan sementara atau pencabutan tetap izin usaha oleh instansi yang berwenang.”

b. Pembinaan

1) Menteri / Panglima TNI / Kapolri / Kepala LPND / Gubernur / Bupati / Walikota / Dewan Gubernur BI / Pimpinan BHMN / Direktur Utama BUMN/BUMD agar membebaskan segala bentuk pungutan biaya yang berkaitan dengan perizinan usaha, registrasi usaha kecil termasuk koperasi kecil, serta pungutan lain dalam pengadaan barang/jasa instansi pemerintah kepada usaha kecil termasuk koperasi kecil di wilayahnya.

2) Menteri / Panglima TNI / Kapolri / Kepala LPND / Gubernur / Bupati / Walikota / Dewan Gubernur BI / Pimpinan BHMN / Direktur Utama BUMN/BUMD bertanggung jawab atas pengendalian pelaksanaan pengadaan barang/jasa termasuk upaya peningkatan pelaksanaan kemitraan antara usaha besar, menengah dan usaha kecil termasuk koperasi kecil di lingkungan instansinya.

3) Usaha kecil termasuk koperasi kecil yang ditetapkan sebagai penyedia barang/jasa (pemenang pengadaan barang/jasa) dilarang mengalihkan pelaksanaan pekerjaan kepada pihak lain dengan alasan apapun.

B. Pengadaan Barang/Jasa dengan Dana Pinjaman/Hibah Luar Negeri

1. Umum

a. Pinjaman luar negeri adalah penerimaan negara yang diperoleh dari lembaga keuangan internasional atau negara-negara lain, baik dalam bentuk devisa dan atau devisa yang dirupiahkan maupun dalam bentuk barang dan atau jasa yang harus dibayar kembali dengan persyaratan tertentu.

b. Hibah luar negeri adalah penerimaan negara yang diperoleh dari lembaga keuangan internasional maupun negara-negara sahabat dalam bentuk devisa dan atau devisa yang dirupiahkan maupun dalam bentuk barang dan atau jasa termasuk tenaga ahli dan pelatihan yang tidak perlu dibayar kembali.

c. Pinjaman dengan fasilitas kredit ekspor (export credit) atau trade-related aid adalah pinjaman luar negeri yang diberikan oleh lembaga keuangan suatu negara yang didukung oleh negara yang bersangkutan dalam bentuk pemberian pinjaman langsung, subsidi bunga, bantuan keuangan, jaminan dan asuransi dan sebagainya untuk meningkatkan ekspor negara yang bersangkutan atau bagian terbesar dari dana tersebut dipergunakan untuk membeli barang dari negara pemberi pinjaman.

d. Ketentuan dalam Keputusan Presiden ini berlaku bagi pengadaan barang/jasa yang dibiayai sebagian atau seluruhnya dengan pinjaman/hibah luar negeri sepanjang ketentuan-ketentuan dalam Keputusan Presiden ini sesuai atau tidak bertentangan dengan pedoman dan ketentuan pengadaan barang/jasa dari pemberi pinjaman/hibah yang bersangkutan atau kesepakatan-kesepakatan yang dibuat antara Pemerintah Indonesia dengan pemberi pinjaman.

e. Pejabat Pembuat Komitmen yang melaksanakan pekerjaan yang dibiayai sebagian atau seluruhnya dengan pinjaman, wajib memahami isi semua dokumen penyiapan,

167

Page 171: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB IV (LAIN-LAIN)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

penilaian dan pelaksanaan proyek, serta Naskah Perjanjian Luar Negeri (NPLN) atau dokumen kesepahaman (Memorandum of Understanding) dan ketentuan-ketentuan pelaksanaan proyek dan guidelines pengadaan yang ada dari pemberi pinjaman bersangkutan.

2. Pengadaan Barang/Jasa Berdasarkan NPLN/Grant Agreement

a. Pengadaan barang/jasa pada umumnya dilakukan setelah NPLN/grant agreement disepakati pemerintah RI dan pemberi pinjaman/hibah kecuali untuk beberapa pinjaman bilateral.

b. Pengadaan barang/jasa yang sebagian atau seluruhnya dibiayai dari pinjaman/hibah luar negeri dan dilakukan setelah penandatangan NPLN/grant agreement, pelaksanaannya harus mengikuti ketentuan-ketentuan (guidelines) dari pemberi pinjaman dan atau ketentuan-ketentuan lain yang disepakati oleh pemerintah RI dengan pemberi pinjaman dalam NPLN/grant agreement beserta dokumen persiapan maupun dokumen-dokumen proyek dalam rangka pelaksanaan proyek terkait.

c. Ketentuan dalam Keputusan Presiden ini berlaku sepanjang sesuai dan atau tidak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan (guidelines) dari pemberi pinjaman dan atau ketentuan-ketentuan lain yang disepakati oleh pemerintah RI dengan pemberi pinjaman dalam NPLN/grant agreement beserta dokumen persiapan maupun dokumen-dokumen proyek dalam rangka pelaksanaan proyek terkait.

3. Kredit Ekspor dan Kerjasama Perdagangan

a. Pengadaan barang/jasa yang akan dibiayai dengan kredit ekspor harus dilakukan melalui cara pelelangan internasional.

b. Pengadaan barang/jasa yang dibiayai sebagian atau seluruhnya dari kredit ekspor harus merupakan proyek prioritas yang tercantum dalam Daftar Rencana Pinjaman/Hibah Luar Negeri (DRPHLN) yang diterbitkan Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan/Bappenas dan baru dapat dilaksanakan setelah alokasi pembiayaan kredit ekspor disetujui Menteri Koordinator Bidang Perekonomian.

c. Pembiayaan yang diperlukan untuk pembelanjaan lokal (local expenditure) yang tidak dibiayai kredit ekspor harus dijamin ketersediaan dana pendampingnya oleh instansi pelaksana proyek dari bagian anggarannya.

d. Peserta pelelangan internasional memasukan penawaran administratif, teknis, harga dan penawaran sumber pendanaannya yang persyaratannya sesuai dengan ketentuan Overseas Economic Cooperation for Development (OECD) menyangkut antara lain: jenis proyek yang memenuhi syarat untuk memperoleh pendanaan dari kredit ekspor maupun trade-related aid; jangka waktu pengembalian maksimum yang dapat diberikan; besarnya insurance premium; interest rate; dan sebagainya.

e. Penawaran

1) Tahap-tahap penyiapan pelelangan sepenuhnya mengacu kepada Keputusan Presiden ini;

2) Penawaran disampaikan dalam dua tahap, yaitu persyaratan administrasi dan teknis disampaikan pada tahap pertama, sedangkan harga penawaran dan penawaran sumber pendanaanya (kondisi dan syarat pinjaman) disampaikan pada tahap kedua setelah ditetapkan penawar yang memenuhi syarat teknis.

f. Evaluasi Penawaran

1) Metoda evaluasi teknis maupun harga dan pembiayaan (termasuk syarat-syarat finansial yang dikehendaki) harus sudah dicantumkan dalam dokumen pelelangan;

168

Page 172: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB IV (LAIN-LAIN)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

2) Evaluasi penawaran teknis dapat dilakukan dengan membandingkan spesifikasi teknis disain atau kinerja disain antara spesifikasi teknis yang dicantumkan dalam dokumen pemilihan penyedia barang/jasa dengan spesifikasi teknis atau kinerja disain yang diajukan penyedia barang/jasa;

3) Setelah dilakukan evaluasi teknis, ditetapkan dan diumumkan penawar yang memenuhi persyaratan;

4) Evaluasi penawaran harga dan penawaran sumber pendanaan dilakukan setelah penawaran tahap dua diterima. Evaluasi penawaran harga dilakukan dengan memperhitungkan harga dan kondisi pembiayaan ke dalam perhitungan-perhitungan yang mendasari kelayakan proyek yang bersangkutan dengan menggunakan metode perhitungan biaya efektif diantaranya discounted cost/net present value;

5) Penyedia barang/jasa yang menawarkan biaya efektif terendah mencerminkan biaya pendanaan yang termurah ditetapkan sebagai calon pemenang.

g. Sebelum kontrak ditandatangani oleh pemenang lelang yang telah ditetapkan, penawaran pembiayaan dievaluasi kembali dan kalau perlu dinegosiasikan kembali oleh Departemen Keuangan untuk meneliti komponen-komponen maturity, grace period, repayment period, interest rate, commitment fee dan management fee dikaitkan kemampuan membayar kembali dan proyeksi keuangan negara, khususnya berkaitan dengan besarnya cicilan dan jatuh tempo pinjaman.

4. Manajemen dan Monitoring Proyek Pinjaman/Hibah Luar Negeri

Dalam rangka memperlancar komunikasi dengan lender/donor, terutama proyek-proyek pinjaman yang pelaksanaannya tersebar di beberapa propinsi, instansi penanggung jawab (executing agency) di tingkat pusat dapat membentuk unit manajemen dan monitoring pelaksanaan proyek yang membantu Pejabat Pembuat Komitmen dengan tanpa mengurangi tanggung jawab dan wewenangnya sebagaimana diatur dalam Keputusan Presiden ini.

C. Pengawasan dan Pemeriksaan

1. Pelaksanaan pengadaan barang/jasa harus dilakukan pengawasan dan pemeriksaan. Pengawasan dilakukan oleh Menteri / Panglima TNI / Kapolri / Kepala LPND / Gubernur / Bupati / Walikota / Dewan Gubernur BI / Pimpinan BHMN / Direktur Utama BUMN/BUMD dan Pejabat Pembuat Komitmen dengan menciptakan sistem pemantauan terhadap pelaksanaan pengadaan barang/jasa. Pemeriksaan dilakukan oleh aparat pengawasan intern pemerintah.

2. Menteri / Panglima TNI / Kapolri / Kepala LPND / Gubernur / Bupati / Walikota / Dewan Gubernur BI / Pimpinan BHMN / Direktur Utama BUMN/BUMD dan Pejabat Pembuat Komitmen harus mempedomani prosedur pengadaan barang/jasa yang diatur dalam Keputusan Presiden ini dan menciptakan sistem pengendalian manajemen sebelum pengadaan barang/jasa dilakukan.

3. Inspektorat Jenderal / Inspektorat Utama Lembaga Pemerintah Non Departemen / Badan Pengawas Daerah Propinsi/Kabupaten/Kota / satuan pengawasan internal BI/BHMN/BUMN/BUMD melakukan pemeriksaan terhadap proses pelaksanaan pengadaan barang/jasa sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dan menyampaikan laporan pemeriksaannya kepada Menteri/pimpinan instansi yang bersangkutan dengan tembusan kepada Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).

169

Page 173: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB IV (LAIN-LAIN)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

4. Ketentuan dalam butir 3 (tiga) tidak mengurangi kewenangan BPKP untuk melaksanakan pengawasan dan pemeriksaan terhadap proses pelaksanaan pengadaan barang/jasa, sebagai bagian integral dari penilaian kinerja pelaksanaan anggaran secara menyeluruh yang dilaksanakan oleh BPKP sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

5. Pengawasan dan pemeriksaan atas pengadaan barang/jasa dimaksudkan untuk mendukung usaha pemerintah guna:

a. Meningkatkan kinerja aparatur pemerintah, mewujudkan aparatur yang profesional, bersih dan bertanggung-jawab.

b. Memberantas penyalahgunaan wewenang dan praktek KKN.

c. Menegakkan peraturan yang berlaku dan mengamankan keuangan negara.

6. Tindak lanjut pengaduan masyarakat agar dimanfaatkan untuk:

a. Menegakkan hukum dan keadilan secara tertib dan proporsional bagi semua pihak yang melanggar ketentuan yang berlaku dalam pengadaan barang/jasa.

b. Membangun citra aparat pemerintah yang bersih, profesional dan bertanggung jawab.

c. Menumbuhkembangkan partisipasi masyarakat dalam kontrol sosial terhadap pelaksanaan pengadaan barang/jasa.

d. Membangun sensitifitas fungsi-fungsi manajerial para pejabat pemerintah dalam pengadaan barang/jasa.

e. Memperbaiki kelemahan-kelemahan dalam pengorganisasian, metode kerja, dan ketatalaksanaan dalam pengadaan barang/jasa dan pelayanan masyarakat.

f. Menggiatkan dan mendinamisasi pelaksanaan aparat pengawasan fungsional.

7. Pengawasan Masyarakat (Wasmas) dapat berfungsi:

a. Sebagai barometer untuk mengukur dan mengetahui kepercayaan publik terhadap kinerja aparatur pemerintah, khususnya dalam pengadaan barang/jasa.

b. Memberikan koreksi secara mendasar atas kecenderungan sikap cara berfikir dan perilaku pejabat birokrasi yang menyimpang dalam pengadaan barang/jasa.

c. Memberikan masukan-masukan yang bermanfaat sekaligus mendinamisasi fungsi-fungsi perumusan kebijakan perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, laporan pertanggungjawaban dan pengawasan internal maupun fungsional (sebagai second opinion) dalam pengadaan barang/jasa.

D. Pengadaan Barang/Jasa dengan E-Procurement

Dalam menyikapi era globalisasi, pelaksanaan pengadaan barang/jasa dapat menggunakan sarana elektronik (internet, Electronic Data Interchange dan e-mail).

Pelaksanaan e-procurement disesuaikan dengan kepentingan Pejabat Pembuat Komitmen dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Tujuan e-Procurement adalah:

a. Memudahkan sourcing, proses pengadaan, dan pembayaran;

b. Komunikasi On-line antara Buyers dengan Vendors;

c. Mengurangi biaya proses dan administrasi pengadaan;

d. Menghemat biaya dan mempercepat proses.

170

Page 174: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB V (PELAKSANAAN PENILAIAN KUALIFIKASI)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

171

BAB V

PELAKSANAAN PENILAIAN KUALIFIKASI

A. Ketentuan Umum

1. Sesuai Pasal 15 dan Lampiran Bab II huruf A dari Keputusan Presiden ini, penilaian kualifikasi dilaksanakan sebagai berikut:

a. Pekerjaan jasa pemborongan, pemasokan barang, dan pemasokan jasa lainnya

Metode pengadaan Tidak kompleks Kompleks

Pelelangan umum Pasca kualifikasi Pra atau pasca kualifikasi Pelelangan terbatas Prakualifikasi Prakualifikasi Pemilihan langsung Prakualifikasi Prakualifikasi Penunjukan langsung Prakualifikasi Prakualifikasi

b. Pekerjaan jasa konsultansi

Metode pengadaan Tidak kompleks atau kompleks

Seleksi umum Prakualifikasi Seleksi terbatas Prakualifikasi Seleksi langsung Prakualifikasi Penunjukan langsung Prakualifikasi

2. Untuk efisiensi, data yang diperlukan untuk menilai kualifikasi cukup dari formulir isian yang harus dilengkapi oleh penyedia barang/jasa disertai penyataan kebenaran data yang disampaikan. Bila ternyata data tersebut palsu atau bohong, maka penyedia barang/jasa sanggup dikenakan sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, antara lain bersedia dimasukkan ke dalam daftar hitam selama 2 (dua) tahun yang berarti tidak boleh mengikuti pengadaan barang/jasa pemerintah selama 2 (dua) tahun. Bukti kebenaran data tersebut baru diminta apabila penyedia barang/jasa akan diusulkan menjadi pemenang atau cadangan.

3. Prakualifikasi belum merupakan ajang kompetisi, maka data yang kurang masih dapat diminta untuk dilengkapi. Berbeda dengan pasca kualifikasi yang merupakan bagian dari penawaran, maka penambahan data kualifikasi yang merupakan bagian dari dokumen penawaran pada prinsipnya dilarang. Klarifikasi terhadap data kualifikasi dapat dilakukan sepanjang tidak mengubah substansinya.

4. Pengalaman pekerjaan dapat dilakukan konversi dengan menggunakan rumus berikut:

a. NPt = Nilai paket tertinggi berdasarkan pengalaman menangani pekerjaan dalam kurun waktu 7 (tujuh) tahun terakhir.

b. nilai pengalaman pekerjaan dapat dikonversi menjadi nilai pekerjaan sekarang dengan present value menggunakan perhitungan sebagai berikut:

NPs = Npo x Is Io NPs = Nilai pekerjaan sekarang

Npo = Nilai pekerjaan keseluruhan termasuk eskalasi (bila ada) saat penyerahan pertama/provisional hand over (PHO)

Io = Indeks dari Biro Pusat Statistik (BPS) pada bulan PHO

Page 175: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN I BAB V (PELAKSANAAN PENILAIAN KUALIFIKASI)

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

Is = Indeks dari BPS pada bulan penilaian prakualifikasi (bila belum ada dapat dihitung dengan regresi linier berdasarkan indeks bulan-bulan sebelumnya)

Indeks BPS yang dipakai adalah:

a. Untuk jasa pemborongan: indeks perdagangan besar barang-barang konstruksi atau lainnya yang merupakan komponen terbesar dari pekerjaan.

b. Untuk jasa konsultansi: indeks biaya hidup (consumer Price Index/CPI).

c. Untuk pemasokan barang: indeks perdagangan besar barang-barang yang sesuai.

d. Untuk jasa lainnya: indeks yang sesuai.

5. Formulir isian menggunakan contoh sebagaimana yang tercantum dalam Lampiran II.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 3 Nopember 2003

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd. MEGAWATI SOEKARNOPUTRI

172

Page 176: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN II CONTOH FORMULIR PENILAIAN KUALIFIKASI

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

173

LAMPIRAN II KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 80 TAHUN 2003 TANGGAL : 3 NOPEMBER 2003

FORMULIR 1

CONTOH FORMULIR PENILAIAN KUALIFIKASI PEKERJAAN

JASA PEMBORONGAN, PEMASOKAN BARANG/JASA LAINNYA

Formulir Isian Penilaian Kualifikasi Pekerjaan Pemborongan, Pemasokan Barang/Jasa Lainnya

Pengadaan ………………….

Proyek/unit kerja …………………

Departemen/Lembaga/Pemda …………..

Tahun Anggaran ……..

Page 177: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN II CONTOH FORMULIR PENILAIAN KUALIFIKASI

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

Formulir 1.a.

CONTOH FORMULIR PENILAIAN KUALIFIKASI PEKERJAAN JASA PEMBORONGAN, PEMASOKAN BARANG/JASA LAINNYA

SURAT PERNYATAAN MINAT UNTUK MENGIKUTI PENGADAAN …….

Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Jabatan : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Bertindak untuk : PT/CV/Firma/Koperasi . . . . . . . . . . . . . . . dan atas nama Alamat : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Telepon/Fax : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Email : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Menyatakan dengan sebenarnya bahwa setelah mengetahui pengadaan yang akan dilaksanakan oleh proyek/unit kerja …………… …………… , tahun anggaran ….., maka dengan ini saya menyatakan berminat untuk mengikuti proses pengadaan paket pekerjaan/kegiatan : ……………………….…. (nama pekerjaan/kegiatan) sampai selesai. Demikian pernyataan ini kami buat dengan penuh kesadaran dan rasa tanggung jawab.

……………………….. , ……………..200...

PT/CV/Firma/Koperasi ……………………..

Materai

Rp. 6.000,- Tanggal dan

Cap Perusahaan

(Nama Jelas) Jabatan

174

Page 178: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN II CONTOH FORMULIR PENILAIAN KUALIFIKASI

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

Formulir 1.b.

PAKTA INTEGRITAS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, dalam rangka pengadaan …………………. (nama pekerjaan/kegiatan) pada proyek/satuan kerja…………….., dengan ini menyatakan bahwa saya:

1. Tidak akan melakukan praktek KKN; 2. Akan melaporkan kepada pihak yang berwajib/berwenang apabila mengetahui ada indikasi KKN di

dalam proses pengadaan ini; 3. Dalam proses pengadaan ini, berjanji akan melaksanakan tugas secara bersih, transparan, dan

profesional dalam arti akan mengerahkan segala kemampuan dan sumber daya secara optimal untuk memberikan hasil kerja terbaik mulai dari penyiapan penawaran, pelaksanaan, dan penyelesaian pekerjaan/kegiatan ini;

4. Apabila saya melanggar hal-hal yang telah saya nyatakan dalam PAKTA INTEGRITAS ini, saya

bersedia dikenakan sanksi moral, sanksi administrasi serta dituntut ganti rugi dan pidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

…………………………………. , ………….200….

1. Pengguna Barang/Jasa : …………(tanda tangan), ……… (nama jelas) 2. Panitia/Pejabat Pengadaan :

a. ………… (tanda tangan), ………… (nama jelas) b. ………… (tanda tangan), ………… (nama jelas) c. ………… (tanda tangan), ………… (nama jelas) d. ………… (tanda tangan), ………… (nama jelas) e. ………… (tanda tangan), ………… (nama jelas)

3. Penyedia Barang/Jasa : …………… (tanda tangan), ………… (nama jelas)

175

Page 179: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN II CONTOH FORMULIR PENILAIAN KUALIFIKASI

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

Formulir 1.c.

Formulir Isian Penilaian Kualifikasi

Pengadaan …………………. Proyek/Unit kerja …………………

Departemen/Lembaga/Pemda ………….. Tahun Anggaran ……..

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Jabatan : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Bertindak untuk : PT/CV/FIRMA/KOPERASI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . dan atas nama Alamat : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Telepon/Fax : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Email : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa : 1 Saya secara hukum mempunyai kapasitas menandatangani kontrak berdasarkan Surat

…………………… (sesuai akte pendirian/perubahannya/surat kuasa, disebutkan secara jelas no akta pendirian/perubahan/surat kuasa dan tanggalnya);

2 Saya/Perusahaan saya tidak sedang dinyatakan pailit atau kegiatan usahanya tidak sedang dihentikan

atau tidak sedang menjalani sanksi pidana atau sedang dalam pengawasan pengadilan; 3 Saya tidak pernah dihukum berdasarkan putusan pengadilan atas tindakan yang berkaitan dengan

kondite profesional saya; 4 Data-data saya/perusahaan saya adalah sebagai berikut:

A. Data Administrasi

1. Umum

1.

Nama (PT/CV/Firma/ Koperasi/Perorangan)

:

2.

Status (PT/CV/Firma/ Koperasi/Perorangan)

:

3.

Alamat PT/CV/Firma/ Koperasi/Perorangan) No. Telepon No. Fax E-Mail

: : :

CabangPusat

176

Page 180: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN II CONTOH FORMULIR PENILAIAN KUALIFIKASI

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003 4.

Alamat Kantor Pusat No. Telepon No. Fax E-Mail

: : : :

(diisi, dalam hal yang menawar cabang perusahan/bukan perusahaan pusatnya)

B. Ijin Usaha

No. IUJK/SIUP/SIUI/TDP* : ………………. Tanggal ……………. Masa berlaku ijin usaha : ……………………………………… Instansi pemberi ijin usaha : ………………………………………..

* Pilih yang sesuai

C. Landasan Hukum Pendirian Perusahaan

1. Akta Pendirian PT/CV/Firma/ Koperasi a. Nomor Akta : b. Tanggal : c. Nama Notaris :

2. Akta Perubahan Terakhir a. Nomor Akta : b. Tanggal : c. Nama Notaris :

D. Pengurus

1. Komisaris (untuk PT)

No.

Nama

No. KTP

Jabatan dalam

Perusahaan

2. Direksi/Penanggung Jawab/Pengurus Perusahaan

No.

Nama

No. KTP

Jabatan dalam Perusahaan

177

Page 181: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN II CONTOH FORMULIR PENILAIAN KUALIFIKASI

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

E. Data Keuangan

1. Susunan Kepemilikan Saham (untuk PT)/Susunan Persero (untuk CV/Firma)

No.

Nama

No. KTP

Alamat

Persentase

2. Pajak

1. Nomor Pokok Wajib Pajak

:

2. Bukti Pelunasan Pajak Tahun terakhir Nomor/Tanggal

3. Laporan bulanan PPH/PPN tiga

bulan terakhir Nomor/ Tanggal

: :

3. Neraca Perusahaan Terakhir Per Tanggal …. Bulan …. Tahun ….. (hanya untuk

jasa pemborongan)

(dalam ribuan rupiah) AKTIVA PASIVA

I

Aktiva Lancar

:

Rp. ……….

IV

Utang jangka pendek

Kas : Rp. ………. Utang dagang : Rp. ……….

Bank : Rp. ………. Utang pajak : Rp. ……….

Piutang *) : Rp. ………. Utang lainnya : Rp. ……….

Persediaan Barang : Rp. ………. Jumlah (d) Rp. ………. Pekerjaan dalam

proses : Rp. ……….

Jumlah (a) Rp. ……….

V Utang jangka panjang (e)

Rp. ……….

II Aktiva tetap : Rp. ………. Peralatan dan

mesin : Rp. ………. VI Kekayaan bersih

(a+b+c) – (d+e)

Rp. ………. Inventaris : Rp. ………. Gedung-gedung : Rp. ………. Jumlah (b) Rp.

……….

III Aktiva lainnya (c) Rp. ……….

Jumlah

Rp. ……….

Jumlah

Rp. ……….

*) Piutang jangka pendek (sampai dengan enam bulan) : Rp. Piutang jangka panjang (lebih dari enam bulan) : Rp. Jumlah : Rp.

178

Page 182: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN II CONTOH FORMULIR PENILAIAN KUALIFIKASI

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

………….., tanggal ……………….. 2003 PT/CV. ………………………….

Direktur Utama/Penanggung Jawab Perusahaan

Materai Rp. 6.000,- Nama Jelas

F. Data Personalia

1. Tenaga ahli/teknis yang diperlukan (prinsipnya hanya untuk jasa pemborongan)

No.

N a m a

Tgl/bln/thn

lahir

Pendidikan Jabatan

dalam “Proyek”

Pengalaman Kerja (tahun)

Profesi/ keahlian

Sertifikat/

Ijazah

1 2 3 4 5 6 7 8

Direktur Utama / Penanggung jawab

Perusahaan

Nama Jelas

G. Data Peralatan/Perlengkapan (prinsipnya hanya untuk jasa pemborongan)

No. Jenis

Peralatan/ Perlengkapan

Jumlah

Kapasitas atau

output pada saat

ini

Merk dan tipe

Tahun pembuatan

Kondisi Baik/rusak

Lokasi Sekarang

Bukti Kepemilikan

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Catatan : bila diperlukan dapat dibuat rincian tersendiri untuk setiap jenis dan bukti-bukti surat pemilikan harus dapat ditunjukkan pada waktu diperlukan

H. Data Pengalaman Perusahaan (nilai 3 paket tertinggi pengalaman di bidang/subbidang yang sesuai)

Pemberi Tugas / Pengguna Jasa Kontrak *) Tanggal Selesai

Menurut

No. Nama Paket

Pekerjaan

Bidang/ Sub

Bidang Pekerjaan

Lokasi

Nama Alamat/ Telepon

No / Tanggal Nilai Kontrak

BA. Serah

Terima

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

179

Page 183: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN II CONTOH FORMULIR PENILAIAN KUALIFIKASI

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

I. Data Pekerjaan Yang Sedang Dilaksanakan ( hanya untuk jasa pemborongan)

Pemberi Tugas / Pengguna Jasa Kontrak *) Progres Terakhir

No. Bidang Pekerjaan

Sub Bidang

Pekerjaan

Lokasi

Nama Alamat Telepon

No / Tanggal Nilai Tanggal

Prestasi Kerja (%)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

J. Modal Kerja

Surat dukungan keuangan dari Bank: Nomor :

Tanggal :

Nama Bank :

Nilai :

Demikian pernyataan ini kami buat dengan sebenarnya dan penuh rasa tanggung jawab. Apabila

dikemudian hari, ditemui bahwa data/dokumen yang kami sampaikan tidak benar dan ada pemalsuan,

maka kami bersedia dikenakan sanksi administrasi yaitu dimasukkan dalam daftar hitam perusahaan

dalam jangka waktu selama 2 (dua) tahun dan sanksi perdata dan pidana sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

…………………… , ………………. 200…

PT/CV/Firma/Koperasi ……………………..

Materai Rp. 6.000,- Tanggal dan

Cap Perusahaan

(Nama Jelas) Jabatan

180

Page 184: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN II CONTOH FORMULIR PENILAIAN KUALIFIKASI

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

FORMULIR 2

CONTOH FORMULIR PENILAIAN KUALIFIKASI PEKERJAAN

JASA KONSULTANSI

Formulir Isian Penilaian Kualifikasi Pekerjaan Jasa Konsultansi

Pengadaan …………………. Proyek/unit kerja …………………

Departemen/Lembaga/Pemda ………….. Tahun Anggaran ……..

181

Page 185: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN II CONTOH FORMULIR PENILAIAN KUALIFIKASI

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

Formulir 2.a.

CONTOH FORMULIR PENILAIAN KUALIFIKASI PEKERJAAN JASA KONSULTANSI

SURAT PERNYATAAN MINAT

UNTUK MENGIKUTI PENGADAAN ……. Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ………………………….... . . Jabatan : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ……………………………... Bertindak untuk : PT/CV/Firma/Koperasi . . . . . . . . . . . .. . ……………………….. dan atas nama Alamat : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ……………………………. Telepon/Fax : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ……………………………. Email : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ……………………………. Menyatakan dengan sebenarnya bahwa setelah mengetahui pengadaan yang akan dilaksanakan oleh proyek/unit kerja …………… …………… , tahun anggaran ….., maka dengan ini saya menyatakan berminat untuk mengikuti proses pengadaan paket pekerjaan/kegiatan : ……………………….…. (nama pekerjaan/kegiatan) sampai selesai. Demikian pernyataan ini kami buat dengan penuh kesadaran dan rasa tanggung jawab.

……………….. , ……………. ……..200…

PT/CV/Firma/Koperasi ……………………..

Materai Rp. 6.000,- Tanggal dan

Cap Perusahaan

(Nama Jelas) Jabatan

182

Page 186: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN II CONTOH FORMULIR PENILAIAN KUALIFIKASI

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

Formulir 2.b.

PAKTA INTEGRITAS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, dalam rangka pengadaan …………………. (nama pekerjaan/kegiatan) pada proyek/satuan kerja…………….., dengan ini menyatakan bahwa saya :

1. Tidak akan melakukan praktek KKN; 2. Akan melaporkan kepada pihak yang berwajib/berwenang apabila mengetahui ada indikasi KKN di

dalam proses pengadaan ini; 3. Dalam proses pengadaan ini, berjanji akan melaksanakan tugas secara bersih, transparan, dan

profesional dalam arti akan mengerahkan segala kemampuan dan sumber daya secara optimal untuk memberikan hasil kerja terbaik mulai dari penyiapan penawaran, pelaksanaan, dan penyelesaian pekerjaan/kegiatan ini;

4. Apabila saya melanggar hal-hal yang telah saya nyatakan dalam PAKTA INTEGRITAS ini, saya

bersedia dikenakan sanksi moral, sanksi administrasi serta dituntut ganti rugi dan pidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

………………………. , ………….200….

1. Pengguna Barang/Jasa : …………(tanda tangan), ……… (nama jelas) 2. Panitia/Pejabat Pengadaan :

a. ………… (tanda tangan), ………… (nama jelas) b. ………… (tanda tangan), ………… (nama jelas) c. ………… (tanda tangan), ………… (nama jelas) d. ………… (tanda tangan), ………… (nama jelas) e. ………… (tanda tangan), ………… (nama jelas)

3. Penyedia Barang/Jasa : …………… (tanda tangan), ………… (nama jelas)

183

Page 187: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN II CONTOH FORMULIR PENILAIAN KUALIFIKASI

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

Formulir 2.c

CONTOH FORMULIR PENILAIAN KUALIFIKASI PEKERJAAN JASA KONSULTANSI

FORMULIR-1 DAN FORMULIR-2 UNTUK JASA KONSULTANSI SAMA DENGAN CONTOH FORMULIR-1 DAN FORMULIR-2 UNTUK

JASA PEMBORONGAN

Formulir Isian Penilaian Kualifikasi

Pengadaan …………………. Proyek/Unit kerja …………………

Departemen/Lembaga/Pemda ………….. Tahun anggaran ……..

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Jabatan : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Bertindak untuk : PT/CV/FIRMA/KOPERASI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . dan atas nama Alamat : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Telepon/Fax : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Email : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa : 1 Saya secara hukum mempunyai kapasitas menandatangani kontrak berdasarkan Surat

…………………… (sesuai akte pendirian/perubahannya/surat kuasa, disebutkan secara jelas no akta pendirian/perubahan/surat kuasa dan tanggalnya);

2 Saya/Perusahaan saya tidak sedang dinyatakan pailit atau kegiatan usahanya tidak sedang dihentikan

atau tidak sedang menjalani sanksi pidana atau sedang dalam pengawasan pengadilan; 3 Saya tidak pernah dihukum berdasarkan putusan pengadilan atas tindakan yang berkaitan dengan

kondite profesional saya; 4 Data-data saya/perusahaan saya adalah sebagai berikut:

A. Data Administrasi

1. Umum

1.

Nama (PT/CV/Firma/ Koperasi/Perorangan)

:

2.

Status (PT/CV/Firma/ Koperasi/Perorangan)

:

CabangPusat

184

Page 188: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN II CONTOH FORMULIR PENILAIAN KUALIFIKASI

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003 3.

Alamat PT/CV/Firma/ Koperasi/Perorangan) No. Telepon No. Fax E-Mail

: : :

4.

Alamat Kantor Pusat No. Telepon No. Fax E-Mail

: : : :

(diisi, dalam hal yang menawar cabang perusahan/bukan perusahaan pusatnya)

B. Ijin Usaha

No. IUJK/SIUP/SIUI/TDP* : ………………. Tanggal ……………. Masa berlaku ijin usaha : ……………………………………… Instansi pemberi ijin usaha : ………………………………………..

* Pilih yang sesuai

C. Landasan Hukum Pendirian Perusahaan

1. Akta Pendirian PT/CV/Firma/ Koperasi a. Nomor Akta : b. Tanggal : c. Nama Notaris :

2. Akta Perubahan Terakhir a. Nomor Akta : b. Tanggal : c. Nama Notaris :

D. Pengurus

1. Komisaris (untuk PT)

No.

Nama

No. KTP

Jabatan dalam

Perusahaan

2. Direksi/Penanggung Jawab/Pengurus Perusahaan

No.

Nama

No. KTP

Jabatan dalam Perusahaan

185

Page 189: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN II CONTOH FORMULIR PENILAIAN KUALIFIKASI

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

E. Data Keuangan

1. Susunan Kepemilikan Saham (untuk PT)/Susunan Persero (untuk CV/Firma)

No.

Nama

No. KTP

Alamat

Persentase

2. Pajak

1. Nomor Pokok Wajib Pajak

:

2. Bukti Pelunasan Pajak Tahun terakhir Nomor/Tanggal

3. Laporan bulanan PPH/PPN tiga

bulan terakhir Nomor/ Tanggal

: :

3. Neraca Perusahaan Terakhir Per Tanggal …. Bulan …. Tahun ….. (hanya untuk

jasa pemborongan)

(dalam ribuan rupiah) AKTIVA PASIVA

I

Aktiva Lancar

:

Rp. ……….

IV

Utang jangka pendek

Kas : Rp. ………. Utang dagang : Rp. ……….

Bank : Rp. ………. Utang pajak : Rp. ……….

Piutang *) : Rp. ………. Utang lainnya : Rp. ……….

Persediaan Barang : Rp. ………. Jumlah (d) Rp. ………. Pekerjaan dalam

proses : Rp. ……….

Jumlah (a) Rp. ……….

V Utang jangka panjang (e)

Rp. ……….

II Aktiva tetap : Rp. ………. Peralatan dan

mesin : Rp. ………. VI Kekayaan bersih

(a+b+c) – (d+e)

Rp. ………. Inventaris : Rp. ………. Gedung-gedung : Rp. ………. Jumlah (b) Rp.

……….

III Aktiva lainnya (c) Rp. ……….

Jumlah

Rp. ……….

Jumlah

Rp. ……….

*) Piutang jangka pendek (sampai dengan enam bulan) : Rp. Piutang jangka panjang (lebih dari enam bulan) : Rp. Jumlah : Rp.

186

Page 190: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN II CONTOH FORMULIR PENILAIAN KUALIFIKASI

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

………….., tanggal ……………….. 2003 PT/CV. ………………………….

Direktur Utama/Penanggung Jawab Perusahaan

Materai Rp. 6.000,- Nama Jelas

F. Data Personalia

1. Tenaga ahli/teknis yang diperlukan (prinsipnya hanya untuk jasa pemborongan)

No.

N a m a

Tgl/bln/thn

lahir

Pendidikan Jabatan

dalam “Proyek”

Pengalaman Kerja (tahun)

Profesi/ keahlian

Sertifikat/

Ijazah

1 2 3 4 5 6 7 8

Direktur Utama / Penanggung jawab

Perusahaan

Nama Jelas

G. Data Peralatan/Perlengkapan (prinsipnya hanya untuk jasa pemborongan)

No. Jenis

Peralatan/ Perlengkapan

Jumlah

Kapasitas atau

output pada saat

ini

Merk dan tipe

Tahun pembuatan

Kondisi Baik/rusak

Lokasi Sekarang

Bukti Kepemilikan

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Catatan : bila diperlukan dapat dibuat rincian tersendiri untuk setiap jenis dan bukti-bukti surat pemilikan harus dapat ditunjukkan pada waktu diperlukan

H. Data Pengalaman Perusahaan (nilai 3 paket tertinggi pengalaman di bidang/subbidang yang sesuai)

Pemberi Tugas / Pengguna Jasa Kontrak *) Tanggal Selesai

Menurut

No. Nama Paket

Pekerjaan

Bidang/ Sub

Bidang Pekerjaan

Lokasi

Nama Alamat/ Telepon

No / Tanggal Nilai Kontrak

BA. Serah

Terima

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

187

Page 191: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LAMPIRAN II CONTOH FORMULIR PENILAIAN KUALIFIKASI

Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

I. Data Pekerjaan Yang Sedang Dilaksanakan ( hanya untuk jasa pemborongan)

Pemberi Tugas / Pengguna Jasa Kontrak *) Progres Terakhir

No. Bidang Pekerjaan

Sub Bidang

Pekerjaan

Lokasi

Nama Alamat Telepon

No / Tanggal Nilai Tanggal

Prestasi Kerja (%)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

J. Modal Kerja

Surat dukungan keuangan dari Bank: Nomor :

Tanggal :

Nama Bank :

Nilai :

Demikian pernyataan ini kami buat dengan sebenarnya dan penuh rasa tanggung jawab. Apabila

dikemudian hari, ditemui bahwa data/dokumen yang kami sampaikan tidak benar dan ada pemalsuan,

maka kami bersedia dikenakan sanksi administrasi yaitu dimasukkan dalam daftar hitam perusahaan

dalam jangka waktu selama 2 (dua) tahun dan sanksi perdata dan pidana sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

…………………… , ………………. 200…

PT/CV/Firma/Koperasi ……………………..

Materai Rp. 6.000,- Tanggal dan

Cap Perusahaan

(Nama Jelas) Jabatan

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 3 Nopember 2003 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd. MEGAWATI SOEKARNOPUTRI

Salinan sesuai dengan aslinya Deputi Sekretaris Kabinet Bidang Hukum dan Perundang-undangan,

ttd. Lambock V. Nahattands

188

Page 192: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

189

KONSOLIDASI

KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 80 TAHUN 2003DAN PERUBAHANNYA

KEPPRES 61 TAHUN 2004 (Perubahan Pertama) PERPRES 32 TAHUN 2005 (Perubahan Kedua) PERPRES 70 TAHUN 2005 (Perubahan Ketiga) PERPRES 8 TAHUN 2006 (Perubahan Keempat) PERPRES 79 TAHUN 2006 (Perubahan Kelima) PERPRES 85 TAHUN 2006 (Perubahan Keenam) PERPRES 95 TAHUN 2006 (Perubahan Ketujuh)

TENTANG

PEDOMAN PELAKSANAAN

PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

Page 193: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

MATRIKS PERUBAHAN Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

190

No. Keppres 80/2003 Keppres 61/2004 (Perubahan Ke-1)

Perpres 32/2005 (Perubahan Ke-2)

Perpres 70/2005 (Perubahan Ke-3)

Perpres 8/2006 (Perubahan Ke-4)

Perpres 79/2006 (Perubahan Ke-5)

Perpres 85/2006 (Perubahan Ke-6)

Perpres 95/2007 (Perubahan Ke-7)

1. KONSIDERANS

Menimbang: a. bahwa agar

pengadaan barang/jasa pemerintah yang dibiayai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBN/APBD) dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien dengan prinsip persaingan sehat, transparan, terbuka, dan perlakuan yang adil bagi semua pihak, sehingga hasilnya dapat dipertanggungjawabkan baik dari segi fisik, keuangan maupun manfaatnya bagi kelancaran tugas Pemerintah dan pelayanan masyarakat, dipandang perlu menyempurnakan Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 2000 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Instansi

Menimbang: a. bahwa

penyelesaian pekerjaan yang menjadi tugas pemerintah berkaitan dengan pengakhiran tugas dan pembubaran badan khusus yang dibentuk untuk penyehatan perbankan sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 harus diselesaikan dengan cepat;

b. bahwa sehubungan

dengan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan dalam upaya percepatan pengembalian kekayaan negara dan menunjang perbaikan kondisi ekonomi nasional, dipandang perlu

Menimbang: a. bahwa sehubungan

dengan mendesaknya waktu pelaksanaan pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah di tahun 2005 sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, perlu diadakan pengadaan dan pendistribusian surat suara, kartu pemilih serta perlengkapan pelaksanaan pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah secara cepat dengan tetap mengutamakan aspek kualitas, keamanan dan tepat waktu;

Menimbang: a. bahwa berdasarkan

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2005 tentang Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah dan Kehidupan Masyarakat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara, Badan Pelaksana Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah dan Kehidupan Masyarakat Provinsi NAD dan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara bertugas melaksanakan kegiatan pengadaan barang/jasa sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku;

b. bahwa untuk

Menimbang: a. bahwa dengan

berlakunya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dipandang perlu menyesuaikan beberapa ketentuan dan istilah di dalam Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2005 agar selaras dengan kedua undang-undang dimaksud;

b. bahwa untuk lebih

meningkatkan transparansi dan kompetisi dalam pengadaan barang/jasa pemerintah serta untuk mewujudkan efisiensi dan efektifitas pengelolaan keuangan negara, dipandang perlu melakukan

Menimbang: a. bahwa untuk

mempercepat pengadaan perumahan bagi masyarakat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dan masyarakat Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara yang terkena bencana alam gempa bumi dan gelombang tsunami oleh Badan Pelaksana Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah dan Kehidupan Masyarakat Provinsi NAD dan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara, dipandang perlu menyesuaikan Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir

Menimbang: a. bahwa sehubungan

dengan mendesaknya waktu pelaksanaan pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Tahun 2006 sesuai dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh dan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, perlu dilakukan pengadaan kartu tanda penduduk, pengadaan dan pendistribusian surat suara, kartu pemilih, serta perlengkapan pelaksanaan pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah secara cepat dengan tetap mengutamakan

Menimbang: a. bahwa dalam

rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pengadaan obat dan alat kesehatan perlu didukung jaminan, ketersediaan obat generik dan alat kesehatan;

b. bahwa untuk

mempercepat pengadaan dan pendistribusian bahan dan obat generik sebagaimana dimaksud pada huruf a, dipandang perlu segera menetapkan penyedia barang/jasa melalui penunjukan langsung dengan tetap mengacu pada kaidah-kaidah yang berlaku dalam pedoman pelaksanaan pengadaan barang/jasa Pemerintah;

Page 194: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

MATRIKS PERUBAHAN Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

Keppres 61/2004 Perpres 32/2005 Perpres 70/2005 Perpres 8/2006 Perpres 79/2006 Perpres 85/2006 Perpres 95/2007 No. Keppres 80/2003 (Perubahan Ke-1) (Perubahan Ke-2) (Perubahan Ke-3) (Perubahan Ke-4) (Perubahan Ke-5) (Perubahan Ke-6) (Perubahan Ke-7)

Pemerintah; b. bahwa untuk

maksud tersebut di atas, perlu ditetapkan Keputusan Presiden tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;

segera menetapkan konsultan penilai melalui penunjukkan langsung dengan tetap mengacu pada kaedah-kaedah yang berlaku dalam pedoman pelaksanaan pengadaan barang/jasa Pemerintah;

c. bahwa sehubungan

dengan hal-hal tersebut di atas, dipandang perlu mengubah Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003, tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;

b. bahwa dalam rangka

mempercepat pengadaan dan pendistribusian perlengkapan pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah tersebut, dipandang perlu segera menetapkan penyedia barang/jasa melalui penunjukan langsung dengan tetap mengacu kepada kaidah-kaidah yang berlaku dalam pedoman pelaksanaan pengadaan barang/jasa Pemerintah;

c. bahwa berdasarkan

pertimbangan tersebut pada huruf a dan huruf b, dipandang perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Perubahan Kedua atas Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;

memperlancar pelaksanaan tugas Badan Pelaksana Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah dan Kehidupan Masyarakat Provinsi NAD dan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara, khususnya dalam melaksanakan kegiatan pengadaan barang/jasa untuk rehabilitasi dan rekonstruksi di Provinsi NAD dan Kepulauan Nias Sumatera Utara, dipandang perlu menyesuaikan Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dengan kondisi yang ada, agar pelaksanaannya dapat dilakukan dengan cepat, efektif dan efisien, dengan tetap berpegang pada prinsip persaingan sehat, transparan, terbuka dan

penyempurnaan terhadap ketentuan mengenai tata cara pengumuman dalam rangka pengadaan barang/jasa pemerintah;

c. bahwa untuk lebih

memperoleh hasil yang maksimal dalam pelaksanaan sertifikasi bagi Pejabat Pembuat Komitmen dan panitia/pejabat pengadaan dalam rangka meningkatkan kompetensi keahlian pengadaan barang/jasa pemerintah, dipandang perlu mengatur kembali batas waktu kewajiban syarat sertifikasi bagi Pejabat Pembuat Komitmen dan panitia/pejabat pengadaan dalam pengadaan barang/jasa pemerintah;

d. bahwa sehubungan

pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, dipandang perlu mengubah

dengan Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2006, agar pelaksanaannya dapat dilakukan dengan cepat, efektif dan efisien dengan tetap berpegang pada prinsip persaingan sehat, transparan, terbuka dan perlakuan yang adil bagi semua pihak serta akuntabel;

b. bahwa berdasarkan

pertimbangan tersebut pada huruf a, dipandang perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Perubahan Kelima Atas Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;

aspek kualitas, keamanan dan tepat waktu;

b. bahwa dalam rangka

mempercepat pengadaan dan pendistribusian perlengkapan pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, perlu segera menetapkan penyedia barang/jasa melalui penunjukan langsung dengan tetap mengacu pada kaidah-kaidah yang berlaku dalam pedoman pelaksanaan pengadaan barang/jasa Pemerintah;

c. bahwa berdasarkan

pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Perubahan Keenam Atas Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Perubahan Ketujuh Atas Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;

191

Page 195: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

MATRIKS PERUBAHAN Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

Keppres 61/2004 Perpres 32/2005 Perpres 70/2005 Perpres 8/2006 Perpres 79/2006 Perpres 85/2006 Perpres 95/2007 No. Keppres 80/2003 (Perubahan Ke-1) (Perubahan Ke-2) (Perubahan Ke-3) (Perubahan Ke-4) (Perubahan Ke-5) (Perubahan Ke-6) (Perubahan Ke-7)

Mengingat: 1. Pasal 4 ayat (1)

Undang-Undang Dasar 1945 sebagaimana telah diubah dengan Perubahan Keempat Undang-Undang Dasar 1945;

2. Peraturan

Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi

Mengingat: 1. Pasal 4 ayat (1)

Undang-Undang Dasar 1945 sebagaimana telah diubah dengan Perubahan Keempat Undang-Undang Dasar 1945;

2. Peraturan

Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan

Mengingat: 1. Pasal 4 ayat (1)

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-undang

Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara

perlakuan yang adil bagi semua pihak serta akuntabel;

c. bahwa berdasarkan

pertimbangan tersebut pada huruf a dan huruf b, dipandang perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Perubahan Ketiga Atas Keputusan Presiden Nomor 80 Perpres no 70 tentang Perubahan Ketiga Keppres 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;

Mengingat: 1. Pasal 4 ayat (1)

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang

Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,

Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;

Mengingat: 1. Pasal 4 ayat (1)

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Peraturan

Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor

Mengingat: 1. Pasal 4 ayat (1)

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang

Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,

Pemerintah; Mengingat: 1. Pasal 4 ayat (1)

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang

Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara

Mengingat: 1. Pasal 4 ayat (1)

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 100,

192

Page 196: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

MATRIKS PERUBAHAN Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

Keppres 61/2004 Perpres 32/2005 Perpres 70/2005 Perpres 8/2006 Perpres 79/2006 Perpres 85/2006 Perpres 95/2007 No. Keppres 80/2003 (Perubahan Ke-1) (Perubahan Ke-2) (Perubahan Ke-3) (Perubahan Ke-4) (Perubahan Ke-5) (Perubahan Ke-6) (Perubahan Ke-7)

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3956);

3. Keputusan Presiden

Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4212);

Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3956);

3. Keputusan

Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4212);

4. Keputusan

Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah (Lembaran Negara RI Tahun 2003 Nomor 120, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4330);

Republik Indonesia Nomor 4286);

3. Undang-undang

Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

4. Undang-undang

Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

5. Undang-undang

Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437);

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

3. Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

4. Undang-Undang

Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

5. Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 3956);

3. Keputusan Presiden

Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4212), sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 72 Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4418);

4. Keputusan Presiden

Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

3. Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

4. Undang-Undang

Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

5. Undang-Undang

Nomor 10 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 4286);

3. Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

4. Undang-Undang

Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

5. Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3495);

3. Undang-Undang

Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

4. Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

5. Undang-Undang

Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik

193

Page 197: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

MATRIKS PERUBAHAN Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

Keppres 61/2004 Perpres 32/2005 Perpres 70/2005 Perpres 8/2006 Perpres 79/2006 Perpres 85/2006 Perpres 95/2007 No. Keppres 80/2003 (Perubahan Ke-1) (Perubahan Ke-2) (Perubahan Ke-3) (Perubahan Ke-4) (Perubahan Ke-5) (Perubahan Ke-6) (Perubahan Ke-7)

.bpkp.go.id 6. Peraturan

Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 Tentang Pemilihan, Pengesahan Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4480);

7. Keputusan Presiden

Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2003 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 120, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4430) sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2 Tahun 2005 tentang Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah dari Kehidupan Masyarakat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara;

6. Peraturan Presiden

Nomor 34 Tahun 2005 tentang Pembentukan Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah dan Kehidupan Masyarakat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara;

7. Keputusan

Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 120, Tambahan Lembaran Negara

Tahun 2003 Nomor 120, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4430), sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2005;

Pengganti Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2005 tentang Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah dan Kehidupan Masyarakat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4550);

6. Peraturan Presiden

Nomor 34 Tahun 2005 tentang Pembentukan Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah dan Kehidupan Masyarakat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara;

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 108 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);

6. Undang-Undang

Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4633);

7. Peraturan

Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan Pengangkatan, dan

Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

6. Peraturan

Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi Dan Alat Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3781);

7. Keputusan

Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 120, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4330)

194

Page 198: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

MATRIKS PERUBAHAN Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

Keppres 61/2004 Perpres 32/2005 Perpres 70/2005 Perpres 8/2006 Perpres 79/2006 Perpres 85/2006 Perpres 95/2007 No. Keppres 80/2003 (Perubahan Ke-1) (Perubahan Ke-2) (Perubahan Ke-3) (Perubahan Ke-4) (Perubahan Ke-5) (Perubahan Ke-6) (Perubahan Ke-7)

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: KEPUTUSAN

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: KEPUTUSAN

2004 Nomor 77);

MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN

Republik Indonesia Nomor 4430) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2005 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 36);

MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN

7. Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 120, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4330) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2006;

MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN

Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4480) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2005;

8. Keputusan Presiden

Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 120, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4330) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 79 Tahun 2006;

MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN

sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 85 Tahun 2006;

MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN

195

Page 199: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

MATRIKS PERUBAHAN Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

Keppres 61/2004 Perpres 32/2005 Perpres 70/2005 Perpres 8/2006 Perpres 79/2006 Perpres 85/2006 Perpres 95/2007 No. Keppres 80/2003 (Perubahan Ke-1) (Perubahan Ke-2) (Perubahan Ke-3) (Perubahan Ke-4) (Perubahan Ke-5) (Perubahan Ke-6) (Perubahan Ke-7)

PRESIDEN TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH.

PRESIDEN TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH.

PRESIDEN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 80 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

PRESIDEN TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 80 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH.

PRESIDEN TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 80 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH.

PRESIDEN TENTANG PERUBAHAN KELIMA ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 80 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH.

PRESIDEN TENTANG PERUBAHAN KEENAM ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 80 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH.

PRESIDEN TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 80 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH.

BATANG TUBUH

2. PASAL 1 PENGERTIAN ISTILAH

8. Panitia pengadaan

adalah tim yang diangkat oleh pengguna barang/jasa untuk melaksanakan pemilihan penyedia barang/jasa;

9. Pejabat pengadaan

adalah personil yang diangkat oleh pengguna

Perubahan 8. Panitia pengadaan

adalah tim yang diangkat oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran / Dewan Gubernur BI / Pimpinan BHMN / Direksi BUMN / Direksi BUMD, untuk melaksanakan pemilihan penyedia barang barang/jasa.

9. Pejabat Pengadaan

adalah 1 (satu) orang yang diangkat oleh Pengguna

196

Page 200: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

MATRIKS PERUBAHAN Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

Keppres 61/2004 Perpres 32/2005 Perpres 70/2005 Perpres 8/2006 Perpres 79/2006 Perpres 85/2006 Perpres 95/2007 No. Keppres 80/2003 (Perubahan Ke-1) (Perubahan Ke-2) (Perubahan Ke-3) (Perubahan Ke-4) (Perubahan Ke-5) (Perubahan Ke-6) (Perubahan Ke-7)

barang/jasa untuk melaksanakan pemilihan penyedia barang/jasa dengan nilai sampai dengan Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah);

Anggaran / Kuasa Pengguna Anggaran / Dewan Gubernur BI / Pimpinan BHMN / Direksi BUMN / Direksi BUMD untuk melaksanakan pengadaan barang/jasa dengan nilai sampai dengan Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta).

Penambahan Judul/Pasal/Ayat Baru 1a. Pejabat Pembuat

Komitmen adalah pejabat yang diangkat oleh Pengguna Anggaran / Kuasa Pengguna Anggaran / Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) / Pemimpin Badan Hukum Milik Negara (BHMN) / Direksi Badan Usaha Milik Negara (BUMN)/Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) sebagai pemilik pekerjaan, yang bertanggung jawab atas pelaksanaan pengadaan

197

Page 201: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

MATRIKS PERUBAHAN Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

Keppres 61/2004 Perpres 32/2005 Perpres 70/2005 Perpres 8/2006 Perpres 79/2006 Perpres 85/2006 Perpres 95/2007 No. Keppres 80/2003 (Perubahan Ke-1) (Perubahan Ke-2) (Perubahan Ke-3) (Perubahan Ke-4) (Perubahan Ke-5) (Perubahan Ke-6) (Perubahan Ke-7)

barang/jasa. 1b. Pengguna

Anggaran adalah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.

1c. Kuasa Pengguna

Anggaran adalah pejabat yang ditunjuk oleh Pengguna Anggaran Kementrian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah.

8a. Unit Layanan

Pengadaan (Procurement Unit) adalah satu unit yang terdiri dari pegawai-pegawai yang telah memiliki sertifikat keahlian pengadaan barang/jasa pemerintah, yang dibentuk oleh Pengguna Anggaran / Gubernur / Bupati / Walikota / Dewan Gubernur BI / Pimpinan BHMN / Direksi BUMD yang bertugas secara khusus

198

Page 202: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

MATRIKS PERUBAHAN Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

Keppres 61/2004 Perpres 32/2005 Perpres 70/2005 Perpres 8/2006 Perpres 79/2006 Perpres 85/2006 Perpres 95/2007 No. Keppres 80/2003 (Perubahan Ke-1) (Perubahan Ke-2) (Perubahan Ke-3) (Perubahan Ke-4) (Perubahan Ke-5) (Perubahan Ke-6) (Perubahan Ke-7)

untuk melaksanakan pemilihan penyedia barang/jasa di lingkungan Departemen / Lembaga / Sekretariat Lembaga Tinggi Negara / Pemerintah Daerah / Komisi / BI / BHMN / BUMN / BUMD.

23. Surat kabar

nasional adalah surat kabar yang beroplah besar dan memiliki peredaran luas secara nasional, yang tercantum dalam daftar surat kabar nasional yang ditetapkan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika.

24. Surat kabar

provinsi adalah surat kabar yang beroplah besar dan memiliki peredaran luas di daerah provinsi, yang tercantum dalam daftar surat kabar yang ditetapkan oleh Gubernur.

199

Page 203: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

MATRIKS PERUBAHAN Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

Keppres 61/2004 Perpres 32/2005 Perpres 70/2005 Perpres 8/2006 Perpres 79/2006 Perpres 85/2006 Perpres 95/2007 No. Keppres 80/2003 (Perubahan Ke-1) (Perubahan Ke-2) (Perubahan Ke-3) (Perubahan Ke-4) (Perubahan Ke-5) (Perubahan Ke-6) (Perubahan Ke-7)

25. Website pengadaan nasional adalah website yang dikoordinasikan oleh Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional / Kepala Bappenas untuk mengumumkan rencana pengadaan barang/jasa di Departemen / Lembaga / Komisi / BI / Pemerintah Daerah / BHMN / BUMN / BUMD dan kegiatan pengadaan barang/jasa pemerintah.

Penghapusan Pasal/Ayat/Paragraf 2. Pejabat Pembuat

Komitmen adalah kepala kantor/satuan kerja/pemimpin proyek/pemimpin bagian proyek/pengguna anggaran Daerah/pejabat yang disamakan sebagai pemilik pekerjaan yang bertanggung jawab atas pelaksanaan pengadaan barang/jasa dalam

200

Page 204: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

MATRIKS PERUBAHAN Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

Keppres 61/2004 Perpres 32/2005 Perpres 70/2005 Perpres 8/2006 Perpres 79/2006 Perpres 85/2006 Perpres 95/2007 No. Keppres 80/2003 (Perubahan Ke-1) (Perubahan Ke-2) (Perubahan Ke-3) (Perubahan Ke-4) (Perubahan Ke-5) (Perubahan Ke-6) (Perubahan Ke-7)

lingkungan unit kerja/proyek tertentu;

4. Kepala

kantor/satuan kerja adalah pejabat struktural departemen/lembaga yang bertanggung jawab atas pelaksanaan pengadaan barang/jasa yang dibiayai dari dana anggaran belanja rutin APBN;

5. Pemimpin

proyek/pemimpin bagian proyek adalah pejabat yang diangkat oleh Menteri / Pemimpin Lembaga / Gubernur / Bupati / Walikota / pejabat yang diberi kuasa, yang bertanggung jawab atas pelaksanaan pengadaan barang/jasa yang dibiayai dari anggaran belanja pembangunan APBN;

6. Pengguna

Anggaran Daerah

201

Page 205: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

MATRIKS PERUBAHAN Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

Keppres 61/2004 Perpres 32/2005 Perpres 70/2005 Perpres 8/2006 Perpres 79/2006 Perpres 85/2006 Perpres 95/2007 No. Keppres 80/2003 (Perubahan Ke-1) (Perubahan Ke-2) (Perubahan Ke-3) (Perubahan Ke-4) (Perubahan Ke-5) (Perubahan Ke-6) (Perubahan Ke-7)

adalah pejabat di lingkungan pemerintah propinsi / kabupaten / kota yang bertanggung jawab atas pelaksanaan pengadaan barang/jasa yang dibiayai dari dana anggaran belanja APBD;

7. Pejabat yang

disamakan adalah pejabat yang diangkat oleh pejabat yang berwenang di lingkungan Tentara Nasional Indonesia (TNI) / Kepolisian Republik Indonesia (Polri) / pemerintah daerah / Bank Indonesia (BI) / Badan Hukum Milik Negara (BHMN) / Badan Usaha Milik Negara (BUMN) / Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), yang bertanggung jawab atas pelaksanaan pengadaan barang/jasa yang dibiayai dari APBN/APBD;

202

Page 206: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

MATRIKS PERUBAHAN Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

Keppres 61/2004 Perpres 32/2005 Perpres 70/2005 Perpres 8/2006 Perpres 79/2006 Perpres 85/2006 Perpres 95/2007 No. Keppres 80/2003 (Perubahan Ke-1) (Perubahan Ke-2) (Perubahan Ke-3) (Perubahan Ke-4) (Perubahan Ke-5) (Perubahan Ke-6) (Perubahan Ke-7)

3. PASAL 4 KEBIJAKAN UMUM

Penambahan Judul/Pasal/Ayat Baru i. mengumumkan

kegiatan pengadaan barang/jasa pemerintah secara terbuka melalui surat kabar nasional dan/atau surat kabar provinsi.

Pasal 4A (1) Pemilihan surat

kabar nasional dan surat kabar provinsi sebagai dimaksud dalam Pasal 4 huruf i, dilakukan sesuai tata cara pemilihan penyedia barang/jasa sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden ini.

(2) Pemilihan surat

kabar nasional dan surat kabar provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Menteri Negara

203

Page 207: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

MATRIKS PERUBAHAN Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

Keppres 61/2004 Perpres 32/2005 Perpres 70/2005 Perpres 8/2006 Perpres 79/2006 Perpres 85/2006 Perpres 95/2007 No. Keppres 80/2003 (Perubahan Ke-1) (Perubahan Ke-2) (Perubahan Ke-3) (Perubahan Ke-4) (Perubahan Ke-5) (Perubahan Ke-6) (Perubahan Ke-7)

Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas untuk surat kabar nasional dan Gubernur untuk surat kabar provinsi.

(3) Menteri Negara

Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas dan Gubernur melaksanakan pemilihan surat kabar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berdasarkan daftar surat kabar yang beroplah besar dan memiliki peredaran luas yang dikeluarkan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika.

(4) Segala biaya yang

timbul dalam rangka pemilihan surat kabar sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

204

Page 208: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

MATRIKS PERUBAHAN Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

Keppres 61/2004 Perpres 32/2005 Perpres 70/2005 Perpres 8/2006 Perpres 79/2006 Perpres 85/2006 Perpres 95/2007 No. Keppres 80/2003 (Perubahan Ke-1) (Perubahan Ke-2) (Perubahan Ke-3) (Perubahan Ke-4) (Perubahan Ke-5) (Perubahan Ke-6) (Perubahan Ke-7)

4. PASAL 9 PERSYARATAN DAN TUGAS POKOK PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN

(2) Berdasarkan

usulan pimpinan unit kerja yang bersangkutan dengan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), pengguna barang/jasa diangkat dengan surat keputusan Menteri/Panglima TNI/Kapolri/Pe-mimpin

Lembaga / Gubernur / Bupati / Walikota / Dewan Gubernur BI / Pemimpin BHMN / Direksi BUMN / BUMD atau pejabat yang diberi kuasa.

Perubahan (2) Pejabat Pembuat

Komitmen diangkat dengan surat Keputusan Pengguna Anggaran / Kuasa Pengguna Anggaran / Dewan Gubernur BI / Pemimpin BHMN / Direksi BUMN BUMD.

Penambahan Judul/Pasal/Ayat Baru (6) Pejabat Pembuat

Komitmen dapat melaksanakan proses pengadaan barang/jasa sebelum dokumen anggaran disahkan sepanjang anggaran untuk kegiatan yang

205

Page 209: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

MATRIKS PERUBAHAN Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

Keppres 61/2004 Perpres 32/2005 Perpres 70/2005 Perpres 8/2006 Perpres 79/2006 Perpres 85/2006 Perpres 95/2007 No. Keppres 80/2003 (Perubahan Ke-1) (Perubahan Ke-2) (Perubahan Ke-3) (Perubahan Ke-4) (Perubahan Ke-5) (Perubahan Ke-6) (Perubahan Ke-7)

bersangkutan telah dialokasikan, dengan ketentuan penerbitan surat penunjukan penyedia barang/jasa (SPPBJ) dan penandatangan kontrak pengadaan barang/jasa dilakukan setelah dokumen anggaran untuk kegiatan/proyek sebagaimana dimaksud pada ayat (4) disahkan.

Penghapusan Pasal/Ayat/Paragraf (3)b mengangkat

panitia/pejabat pengadaan barang/jasa;

5. PASAL 10 PEMBENTUKAN, PERSYARATAN, TUGAS POKOK DAN KEANGGOTAAN PANITIA / PEJABAT PENGADAAN / UNIT LAYANAN PENGADAAN (PROCUREMENT UNIT)

Subjudul: Paragraf Kedua Pembentukan, Persyaratan, Tugas Pokok dan Keanggotaan Panitia/Pejabat Pengadaan

Perubahan Subjudul: Paragraf Kedua Pembentukan, Persyaratan, Tugas Pokok dan Keanggotaan Panitia / Pejabat Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit)

206

Page 210: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

MATRIKS PERUBAHAN Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

Keppres 61/2004 Perpres 32/2005 Perpres 70/2005 Perpres 8/2006 Perpres 79/2006 Perpres 85/2006 Perpres 95/2007 No. Keppres 80/2003 (Perubahan Ke-1) (Perubahan Ke-2) (Perubahan Ke-3) (Perubahan Ke-4) (Perubahan Ke-5) (Perubahan Ke-6) (Perubahan Ke-7)

Penambahan Judul/Pasal/Ayat Baru (3a) Dalam hal

pengadaan barang/jasa dilakukan oleh Badan Pelaksana Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah dan Kehidupan Masyarakat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara, anggota panitia pengadaan berasal dari instansinya sendiri atau instansi teknis Pemerintah, dan dapat menyertakan pihak lain yang

Penambahan Judul/Pasal/Ayat Baru (2a) Pengadaan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat dilaksanakan oleh Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit).

207

Page 211: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

MATRIKS PERUBAHAN Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

Keppres 61/2004 Perpres 32/2005 Perpres 70/2005 Perpres 8/2006 Perpres 79/2006 Perpres 85/2006 Perpres 95/2007 No. Keppres 80/2003 (Perubahan Ke-1) (Perubahan Ke-2) (Perubahan Ke-3) (Perubahan Ke-4) (Perubahan Ke-5) (Perubahan Ke-6) (Perubahan Ke-7)

ditunjuk oleh Kepala Badan pelaksana.

(8)c. Pejabat yang

bertugas melakukan verifikasi surat permintaan pembayaran dan/atau pejabat yang bertugas menandatangani surat perintah membayar.

6. PASAL 17 METODE PEMILIHAN PENYEDIA BARANG / JASA PEMBORONGAN / JASA LAINNYA

(2) Pelelangan umum

adalah metoda pemilihan penyedia barang/jasa yang dilakukan secara terbuka dengan pengumuman secara luas melalui media massa dan papan pengumuman resmi untuk penerangan umum sehingga masyarakat luas dunia usaha yang berminat dan memenuhi kualifikasi dapat mengikutinya.

Perubahan (2) Pelelangan umum

adalah metoda pemilihan penyedia barang/jasa yang dilakukan secara terbuka dengan pengumuman secara luas sekurang-kurangnya di satu surat kabar nasional dan/atau satu surat kabar provinsi.

208

Page 212: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

MATRIKS PERUBAHAN Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

Keppres 61/2004 Perpres 32/2005 Perpres 70/2005 Perpres 8/2006 Perpres 79/2006 Perpres 85/2006 Perpres 95/2007 No. Keppres 80/2003 (Perubahan Ke-1) (Perubahan Ke-2) (Perubahan Ke-3) (Perubahan Ke-4) (Perubahan Ke-5) (Perubahan Ke-6) (Perubahan Ke-7)

(3) Dalam hal jumlah penyedia barang/jasa yang mampu melaksanakan diyakini terbatas yaitu untuk pekerjaan yang kompleks, maka pemilihan penyedia barang/jasa dapat dilakukan dengan metoda pelelangan terbatas dan diumumkan secara luas melalui media massa dan papan pengumuman resmi dengan mencantumkan penyedia barang/jasa yang telah diyakini mampu, guna memberi kesempatan kepada penyedia barang/jasa lainnya yang memenuhi kualifikasi.

(3) Dalam hal jumlah penyedia barang/jasa yang mampu melaksanakan diyakini terbatas dan untuk pekerjaan yang kompleks, maka pemilihan penyedia barang/jasa dapat dilakukan dengan metoda pelelangan terbatas dan diumumkan secara luas sekurang-kurangnya di satu surat kabar nasional dan/atau satu surat kabar provinsi dengan mencantumkan penyedia barang/jasa yang mampu, guna memberi kesempatan kepada penyedia barang/jasa lainnya yang memenuhi kualifikasi.

209

Page 213: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

MATRIKS PERUBAHAN Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

Keppres 61/2004 Perpres 32/2005 Perpres 70/2005 Perpres 8/2006 Perpres 79/2006 Perpres 85/2006 Perpres 95/2007 No. Keppres 80/2003 (Perubahan Ke-1) (Perubahan Ke-2) (Perubahan Ke-3) (Perubahan Ke-4) (Perubahan Ke-5) (Perubahan Ke-6) (Perubahan Ke-7)

7. PASAL 20 PROSEDUR PEMILIHAN PENYEDIA BARANG / JASA PEMBORONGAN / JASA LAINNYA

Penambahan Judul/Pasal/Ayat Baru Pasal 20A Pengumuman pengadaan barang / jasa pemborongan / jasa lainnya dengan metode pelelangan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) dan metode pelelangan terbatas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (2) wajib dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: a. untuk pengadaan

dengan metode pelelangan umum yang bernilai sampai dengan Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) diumumkan sekurang-kurangnya di:

1) satu surat

kabar provinsi di lokasi kegiatan bersangkutan;

210

Page 214: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

MATRIKS PERUBAHAN Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

Keppres 61/2004 Perpres 32/2005 Perpres 70/2005 Perpres 8/2006 Perpres 79/2006 Perpres 85/2006 Perpres 95/2007 No. Keppres 80/2003 (Perubahan Ke-1) (Perubahan Ke-2) (Perubahan Ke-3) (Perubahan Ke-4) (Perubahan Ke-5) (Perubahan Ke-6) (Perubahan Ke-7)

2) satu surat

kabar nasional, dalam hal jumlah penyedia barang/jasa yang mampu melaksaanakan kegiatan tersebut yang berdomisili di provinsi setempat kurang dari 3 (tiga) penyedia barang/jasa.

b. untuk pengadaan

dengan metode pelelangan umum/terbatas yang bernilai di atas Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) diumumkan sekurang-kurangnya di satu surat kabar nasional dan satu surat kabar provinsi di lokasi kegiatan bersangkutan.

211

Page 215: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

MATRIKS PERUBAHAN Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

Keppres 61/2004 Perpres 32/2005 Perpres 70/2005 Perpres 8/2006 Perpres 79/2006 Perpres 85/2006 Perpres 95/2007 No. Keppres 80/2003 (Perubahan Ke-1) (Perubahan Ke-2) (Perubahan Ke-3) (Perubahan Ke-4) (Perubahan Ke-5) (Perubahan Ke-6) (Perubahan Ke-7)

8. PASAL 22 METODA PEMILIHAN PENYEDIA JASA KONSULTANSI

(2) Seleksi umum

adalah metoda pemilihan penyedia jasa konsultansi yang daftar pendek pesertanya dipilih melalui proses prakualifikasi secara terbuka yaitu diumumkan secara luas melalui media massa dan papan pengumuman resmi untuk penerangan umum sehingga masyarakat luas mengetahui dan penyedia jasa konsultansi yang berminat dan memenuhi kualifikasi dapat mengikutinya.

(3) Seleksi terbatas

adalah metoda pemilihan penyedia jasa konsultansi untuk pekerjaan yang kompleks dan diyakini jumlah penyedia jasa yang mampu melaksanakan

Perubahan (2) Seleksi umum

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan metode pemilihan penyedia jasa konsultansi yang daftar pendek pesertanya dipilih melalui proses prakualifikasi yang diumumkan secara luas sekurang-kurangnya di satu surat kabar nasional dan/atau satu surat kabar provinsi.

(3) Seleksi terbatas

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan metode pemilihan penyedia jasa konsultansi untuk pekerjaan yang kompleks dan diyakini jumlah penyedia jasa yang

212

Page 216: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

MATRIKS PERUBAHAN Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

Keppres 61/2004 Perpres 32/2005 Perpres 70/2005 Perpres 8/2006 Perpres 79/2006 Perpres 85/2006 Perpres 95/2007 No. Keppres 80/2003 (Perubahan Ke-1) (Perubahan Ke-2) (Perubahan Ke-3) (Perubahan Ke-4) (Perubahan Ke-5) (Perubahan Ke-6) (Perubahan Ke-7)

pekerjaan tersebut jumlahnya terbatas.

mampu melaksanakan pekerjaan tersebut jumlahnya terbatas, dan diumumkan secara luas sekurang-kurangnya di satu surat kabar nasional dan/atau satu surat kabar provinsi dengan mencantumkan penyedia jasa yang mampu guna memberi kesempatan kepada penyedia jasa lainnya yang memenuhi kualifikasi.

9. PASAL 25 PROSEDUR PEMILIHAN PENYEDIA JASA KONSULTANSI

Penambahan Judul/Pasal/Ayat Baru Pasal 25A (1) Untuk pengadaan

jasa konsultansi dengan metode seleksi umum/seleksi terbatas dengan nilai diatas Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) wajib diumumkan sekurang-

213

Page 217: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

MATRIKS PERUBAHAN Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

Keppres 61/2004 Perpres 32/2005 Perpres 70/2005 Perpres 8/2006 Perpres 79/2006 Perpres 85/2006 Perpres 95/2007 No. Keppres 80/2003 (Perubahan Ke-1) (Perubahan Ke-2) (Perubahan Ke-3) (Perubahan Ke-4) (Perubahan Ke-5) (Perubahan Ke-6) (Perubahan Ke-7)

kurangnya di satu surat kabar nasional dan satu surat kabar provinsi di lokasi kegiatan bersangkutan.

(2) Untuk pengadaan

jasa konsultansi dengan metode seleksi umum yang bernilai sampai dengan Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah), wajib diumumkan sekurang-kurangnya di satu surat kabar provinsi di lokasi kegiatan bersangkutan atau sekurang-kurangnya di satu surat kabar nasional dalam hal untuk kegiatan dimaksud tidak dapat dipenuhi oleh sekurang-kurangnya 5 (lima) penyedia jasa konsultasi di kabupaten / kota / provinsi yang bersangkutan.

214

Page 218: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

MATRIKS PERUBAHAN Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

Keppres 61/2004 Perpres 32/2005 Perpres 70/2005 Perpres 8/2006 Perpres 79/2006 Perpres 85/2006 Perpres 95/2007 No. Keppres 80/2003 (Perubahan Ke-1) (Perubahan Ke-2) (Perubahan Ke-3) (Perubahan Ke-4) (Perubahan Ke-5) (Perubahan Ke-6) (Perubahan Ke-7)

10. PASAL 30 JENIS KONTRAK

(8) Kontrak tahun

jamak adalah kontrak pelaksanaan pekerjaan yang mengikat dana anggaran untuk masa lebih dari 1 (satu) tahun anggaran yang dilakukan atas persetujuan oleh Menteri Keuangan untuk pengadaan yang dibiayai APBN, Gubernur untuk pengadaan yang dibiayai APBD Propinsi, Bupati/Walikota untuk pengadaan yang dibiayai APBD Kabupaten/Kota.

Perubahan (8) Kontrak tahun

jamak adalah kontrak pelaksanaan pekerjaan yang mengikat dana anggaran untuk masa lebih dari 1 (satu) tahun anggaran yang dilakukan atas persetujuan oleh Menteri Keuangan untuk pengadaan yang dibiayai APBN, Gubernur untuk pengadaan yang dibiayai APBD Propinsi, Bupati/Walikota untuk pengadaan yang dibiayai APBD Kabupaten/Kota, Kepala Badan Pelaksana Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah dan kehidupan Masyarakat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara untuk pengadaan yang dibiayai

215

Page 219: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

MATRIKS PERUBAHAN Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

Keppres 61/2004 Perpres 32/2005 Perpres 70/2005 Perpres 8/2006 Perpres 79/2006 Perpres 85/2006 Perpres 95/2007 No. Keppres 80/2003 (Perubahan Ke-1) (Perubahan Ke-2) (Perubahan Ke-3) (Perubahan Ke-4) (Perubahan Ke-5) (Perubahan Ke-6) (Perubahan Ke-7)

APBN dalam rangka kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi wilayah dan kehidupan masyarakat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara.

11. PASAL 37 SANKSI

(1) Bila terjadi

keterlambatan penyelesaian pekerjaan akibat dari kelalaian penyedia barang/jasa, maka penyedia barang/jasa yang bersangkutan dikenakan denda keterlambatan sekurang-kurangnya 1o/oo (satu perseribu) per hari dari nilai kontrak.

Perubahan (1) Bila terjadi

keterlambatan penyelesaian pekerjaan akibat dari kelalaian penyedia barang/jasa, sebagaimana diatur dalam kontrak, maka penyedia barang/jasa yang bersangkutan dikenakan denda keterlambatan sekurang-kurangnya 1/1000 (satu perseribu) per hari dari nilai kontrak.

216

Page 220: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

MATRIKS PERUBAHAN Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

Keppres 61/2004 Perpres 32/2005 Perpres 70/2005 Perpres 8/2006 Perpres 79/2006 Perpres 85/2006 Perpres 95/2007 No. Keppres 80/2003 (Perubahan Ke-1) (Perubahan Ke-2) (Perubahan Ke-3) (Perubahan Ke-4) (Perubahan Ke-5) (Perubahan Ke-6) (Perubahan Ke-7)

12. PASAL 44 PENGGUNAAN PRODUKSI DALAM NEGERI

(2) Pengaturan

mengenai daftar inventarisasi dan penyebarluasan informasi barang/jasa produksi dalam negeri sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) yang dikeluarkan oleh departemen yang membidangi perindustrian dan perdagangan.

Perubahan (2) Pengaturan

mengenai daftar inventarisasi dan penyebarluasan informasi barang/jasa produksi dalam negeri sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) yang dikeluarkan oleh departemen yang membidangi perindustrian

13.

PASAL 48 PENGAWASAN

Penambahan Judul/Pasal/Ayat Baru (5a) Dalam hal

berdasarkan tembusan laporan hasil pemeriksan yang disampaikan oleh unit pengawasan intern sebagaimana dimaksud pada ayat (5), BPKP

217

Page 221: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

MATRIKS PERUBAHAN Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

Keppres 61/2004 Perpres 32/2005 Perpres 70/2005 Perpres 8/2006 Perpres 79/2006 Perpres 85/2006 Perpres 95/2007 No. Keppres 80/2003 (Perubahan Ke-1) (Perubahan Ke-2) (Perubahan Ke-3) (Perubahan Ke-4) (Perubahan Ke-5) (Perubahan Ke-6) (Perubahan Ke-7)

menilai terdapat penyimpangan dalam pengadaan barang/jasa, maka BPKP dapat menindaklanjutinya.

PENJELASAN

13. PENJELASAN – PASAL 4

Huruf h Pengumuman

secara terbuka artinya diumumkan di media cetak, media elektronik, dan papan pengumuman resmi untuk penerangan umum.

Huruf h Pengumuman

secara terbuka artinya rencana pengadaan Departemen / Lembaga / Komisi / BI / Pemerintah Daerah / BHMN / BUMN / BUMD diumumkan di website pengadaan nasional dengan alamat www.pengadaannasionalbappenas.go.id yang dikoordinasikan oleh Menteri Negera Perencanaan Pembangunan Nasional / Kepala Bappenas dan/atau di website Departemen /

218

Page 222: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

MATRIKS PERUBAHAN Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

Keppres 61/2004 Perpres 32/2005 Perpres 70/2005 Perpres 8/2006 Perpres 79/2006 Perpres 85/2006 Perpres 95/2007 No. Keppres 80/2003 (Perubahan Ke-1) (Perubahan Ke-2) (Perubahan Ke-3) (Perubahan Ke-4) (Perubahan Ke-5) (Perubahan Ke-6) (Perubahan Ke-7)

Lembaga / Komisi BI / Pemerintah Daerah / BHMN / BUMN / BUMD yang telah diintegrasikan ke website pengadaan nasional.

Pasal 4A Pemilihan surat kabar sebagaimana dimaksud dalam pasal ini dimaksudkan agar calon penyedia barang/jasa dan masyarakat dapat dengan mudah mendapatkan informasi mengenai rencana kegiatan pengadaan barang/jasa pemerintah. Di lain pihak, dengan telah ditetapkannya surat kabar untuk pengumuman kegiatan pengadaan barang/jasa, Pejabat Pembuat Komitmen akan mengeluarkan biaya pengumuman lelang yang lebih murah sehingga pada akhirnya menghemat APBN/APBD.

219

Page 223: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

MATRIKS PERUBAHAN Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

Keppres 61/2004 Perpres 32/2005 Perpres 70/2005 Perpres 8/2006 Perpres 79/2006 Perpres 85/2006 Perpres 95/2007 No. Keppres 80/2003 (Perubahan Ke-1) (Perubahan Ke-2) (Perubahan Ke-3) (Perubahan Ke-4) (Perubahan Ke-5) (Perubahan Ke-6) (Perubahan Ke-7)

14. PENJELASAN – PASAL 10

Ayat (2a) Cukup jelas Ayat (3a) Cukup jelas

15. PENJELASAN – PASAL 17

Ayat (2) Pengumuman

pemilihan penyedia barang/jasa harus dapat memberikan informasi secara luas kepada masyarakat dunia usaha baik pengusaha daerah setempat maupun pengusaha daerah lainnya.

Ayat (3) Cukup jelas

Ayat (2) Pengumuman

pemilihan penyedia barang/jasa harus dapat memberikan informasi secara luas kepada masyarakat dunia usaha baik pengusaha daerah setempat maupun pengusaha daerah lainnya.

Pengumuman pemilihan penyedia barang/jasa tersebut, selain dilakukan melalui surat kabar sebagaimana dimaksud pada ayat ini, diupayakan pula melalui Website pengadaan nasional.

Ayat (3) Pengumuman

pemilihan penyedia barang/jasa dengan metode

220

Page 224: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

MATRIKS PERUBAHAN Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

Keppres 61/2004 (Perubahan Ke-1)

Perpres 32/2005 (Perubahan Ke-2)

Perpres 70/2005 (Perubahan Ke-3)

Perpres 8/2006 (Perubahan Ke-4)

Perpres 79/2006 (Perubahan Ke-5)

Perpres 85/2006 (Perubahan Ke-6)

Perpres 95/2007 (Perubahan Ke-7) No. Keppres 80/2003

Ayat (5) Ayat (5)

Yang dimaksud dalam keadaan tertentu adalah:

Cukup jelas

a. penanganan

darurat untuk pertahanan negara, keamanan dan keselamatan masyarakat yang pelaksanaan pekerjaannya tidak dapat ditunda atau harus dilakukan segera, termasuk penanganan darurat akibat bencana alam serta tindakan darurat untuk pencegahan bencana dan/atau kerusakan infrastruktur

pelelangan terbatas, selain diumumkan secara luas melalui surat kabar sebagaimana dimaksud pada ayat ini, diupayakan pula melalui website pengadaan.

221

Page 225: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

MATRIKS PERUBAHAN Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

No. Keppres 80/2003 Keppres 61/2004 (Perubahan Ke-1)

Perpres 32/2005 (Perubahan Ke-2)

Perpres 70/2005 (Perubahan Ke-3)

Perpres 8/2006 (Perubahan Ke-4)

Perpres 79/2006 (Perubahan Ke-5)

Perpres 85/2006 (Perubahan Ke-6)

Perpres 95/2007 (Perubahan Ke-7)

yang apabila tidak segera dilaksanakan dipastikan dapat membahayakan keselamatan masyarakat.

Pekerjaan sebagai kelanjutan dari tindakan darurat di atas, untuk selanjutnya dilakukan sesuai dengan tata cara pengadaan barang/jasa sebagaimana diatur di dalam Peraturan Presiden ini; dan/ atau

b. pekerjaan yang

perlu dirahasiakan yang menyangkut pertahanan dan keamanan negara yang ditetapkan oleh Presiden; dan/atau

c. pekerjaan yang

berskala kecil dengan nilai maksimum Rp50.000.000,0

222

Page 226: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

MATRIKS PERUBAHAN Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

No. Keppres 80/2003 Keppres 61/2004 (Perubahan Ke-1)

Perpres 32/2005 (Perubahan Ke-2)

Perpres 70/2005 (Perubahan Ke-3)

Perpres 8/2006 (Perubahan Ke-4)

Perpres 79/2006 (Perubahan Ke-5)

Perpres 85/2006 (Perubahan Ke-6)

Perpres 95/2007 (Perubahan Ke-7)

0 (lima puluh juta rupiah), dengan ketentuan:

1) untuk

keperluan sendiri; dan/atau

2 )teknologi

sederhana; dan/atau

3) risiko kecil;

dan/atau 4) dilaksanakan

oleh penyedia barang/jasa usaha orang perseorangan dan/atau badan usaha kecil termasuk koperasi kecil; dan/atau

e. pekerjaan

pengadaan barang dan pendistribusian

Ayat (5) d. pekerjaan yang

hanya dapatdilakukan oleh pemegang hak paten atau pihak yang telah mendapat ijin; dan/atau

223

Page 227: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

MATRIKS PERUBAHAN Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

No. Keppres 80/2003 Keppres 61/2004 (Perubahan Ke-1)

Perpres 32/2005 (Perubahan Ke-2)

Perpres 70/2005 (Perubahan Ke-3)

Perpres 8/2006 (Perubahan Ke-4)

Perpres 79/2006 (Perubahan Ke-5)

Perpres 85/2006 (Perubahan Ke-6)

Perpres 95/2007 (Perubahan Ke-7)

logistik pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang penanganannya memerlukan pelaksanaan secara cepat dalam rangka penyelenggara -an pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang diselenggara- kan sampai dengan bulan Juli 2005 berdasarkan peraturan perundang- undangan.

Pekerjaan tersebut meliputi pengadaan dan pendistribusian surat suara, kartu pemilih beserta perlengkapan lainnya untuk pelaksanaan pemilihan Kepala Daerah dan Wakil

224

Page 228: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

MATRIKS PERUBAHAN Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

No. Keppres 80/2003 Keppres 61/2004 (Perubahan Ke-1)

Perpres 32/2005 (Perubahan Ke-2)

Perpres 70/2005 (Perubahan Ke-3)

Perpres 8/2006 (Perubahan Ke-4)

Perpres 79/2006 (Perubahan Ke-5)

Perpres 85/2006 (Perubahan Ke-6)

Perpres 95/2007 (Perubahan Ke-7)

Kepala Daerah; dan/atau

f. pekerjaan

pengadaan barang/jasa yang penanganannya memerlukan pelaksanaan secara cepat dalam rangka rehabilitasi dan rekonstruksi di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara yang dilaksanakan oleh Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah dan Kehidupan Masyarakat Provinsi NAD dan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara. Pekerjaan tersebut meliputi:

1) pekerjaan

pengadaan perumahan,yang waktu pelaksanaan pengadaannya dilakukan sebelum 1 Juli 2006;

2) pekerjaan yang

dilakukan dalam rangka meneruskan pekerjaan

Ayat (5) f. 1) pekerjaan

pengadaan perumahan, yang waktu pelaksanaan pengadaannya dilakukan sebelum 31Desember 2006;

225

Page 229: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

MATRIKS PERUBAHAN Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

No. Keppres 80/2003 Keppres 61/2004 (Perubahan Ke-1)

Perpres 32/2005 (Perubahan Ke-2)

Perpres 70/2005 (Perubahan Ke-3)

Perpres 8/2006 (Perubahan Ke-4)

Perpres 79/2006 (Perubahan Ke-5)

Perpres 85/2006 (Perubahan Ke-6)

Perpres 95/2007 (Perubahan Ke-7)

pengadaan perumahan yang tidak dilaksanakan oleh pemberi hibah sesuai dengan tenggat waktu yang telah ditetapkan oleh Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi, yang penyelesaian pekerjaannya perlu dilaksanakan secara cepat paling lama 1 (satu) tahun setelah pemberi hibah tidak mampu melaksanakan kewajibannya; dan/atau

Ayat (5) g. pekerjaan

pengadaan barang dan pendistribusian logistik pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang penanganannya memerlukan pelaksanaan secara cepat dalam rangka penyelenggaraan pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi dan

226

Page 230: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

MATRIKS PERUBAHAN Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

No. Keppres 80/2003 Keppres 61/2004 (Perubahan Ke-1)

Perpres 32/2005 (Perubahan Ke-2)

Perpres 70/2005 (Perubahan Ke-3)

Perpres 8/2006 (Perubahan Ke-4)

Perpres 79/2006 (Perubahan Ke-5)

Perpres 85/2006 (Perubahan Ke-6)

Perpres 95/2007 (Perubahan Ke-7)

Yang dimaksud

dalam keadaan khusus adalah:

a. pekerjaan

berdasarkan tarif resmi yang ditetapkan pemerintah; atau

b. pekerjaan /

barang spesifik yang hanya dapat

kabupaten/kota yang diselenggarakan sampai dengan bulan Desember 2006 berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Pekerjaan tersebut meliputi pengadaan Kartu Tanda Penduduk, pengadaan dan pendistribusian surat suara, kartu pemilih beserta perlengkapan lainnya untuk pelaksanaan pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

227

Page 231: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

MATRIKS PERUBAHAN Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

No. Keppres 80/2003 Keppres 61/2004 (Perubahan Ke-1)

Perpres 32/2005 (Perubahan Ke-2)

Perpres 70/2005 (Perubahan Ke-3)

Perpres 8/2006 (Perubahan Ke-4)

Perpres 79/2006 (Perubahan Ke-5)

Perpres 85/2006 (Perubahan Ke-6)

Perpres 95/2007 (Perubahan Ke-7)

dilaksanakan oleh satu penyedia barang/jasa, pabrikan, pemegang hak paten; atau

c. merupakan hasil

produksi usaha kecil atau koperasi keci atau pengrajin industri kecil yang telah mempunyai pasar dan harga yang relatif stabil; atau

d. pekerjaan yang

kompleks yang hanya dapat dilaksanakan dengan penggunaan teknologi khusus dan/atau hanya ada satu penyedia barang/jasa yang mampu mengaplikasi- kannya.

e. pekerjaan

pengadaan dan distribusi bahan obat, obat dan alat kesehatan dalam rangka menjamin

228

Page 232: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

MATRIKS PERUBAHAN Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

No. Keppres 80/2003 Keppres 61/2004 (Perubahan Ke-1)

Perpres 32/2005 (Perubahan Ke-2)

Perpres 70/2005 (Perubahan Ke-3)

Perpres 8/2006 (Perubahan Ke-4)

Perpres 79/2006 (Perubahan Ke-5)

Perpres 85/2006 (Perubahan Ke-6)

Perpres 95/2007 (Perubahan Ke-7)

ketersediaan obat untuk pelaksanaan peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang jenis, jumlah dan harganya telah ditetapkan oleh Menteri yang bertanggung jawab di bidang kesehatan.

16. PENJELASAN – PASAL 20A

Pasal 20A Pengumuman pengadaan barang / jasa pemborongan / jasa lainnya dengan metode pelelangan umum / terbatas yang bernilai di atas Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah), selain dilakukan di surat kabar nasional/provinsi, diupayakan pula diumumkan di website pengadaan nasional.

17. PENJELASAN – PASAL 22

Ayat (2) Pengumuman

pemilihan penyedia jasa konsultansi harus dapat memberikan informasi kepada

Ayat (2) Pengumuman

pemilihan penyedia jasa konsultansi harus dapat memberikan informasi kepada

229

Page 233: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

MATRIKS PERUBAHAN Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

No. Keppres 80/2003 Keppres 61/2004 (Perubahan Ke-1)

Perpres 32/2005 (Perubahan Ke-2)

Perpres 70/2005 (Perubahan Ke-3)

Perpres 8/2006 (Perubahan Ke-4)

Perpres 79/2006 (Perubahan Ke-5)

Perpres 85/2006 (Perubahan Ke-6)

Perpres 95/2007 (Perubahan Ke-7)

masyarakat luas, terutama penyedia jasa konsultansi baik dari daerah setempat maupun dari daerah lainnya.

Ayat (5) Cukup jelas

Ayat (5) Yang dimaksud

dalam keadaan tertentu dan keadaan khusus dalam ayat ini adalah:

a. penanganan

darurat untuk pertanahan negara, keamanan dan keselamatan masyarakat yang pelaksanaan pekerjaannya tidak dapat ditunda/harus dilakukan segera; dan/atau

masyarakat luas, ter utama penyedia jasa konsultansi baik dari daerah setempat maupun dari daerah lainnya. Pengumuman pemilihan penyedia jasa konsultansi tersebut, selain diumumkan di surat kabar nasional/provinsi, diupayakan pula untuk diumumkan di website pengadaan nasional.

230

Page 234: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

MATRIKS PERUBAHAN Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

No. Keppres 80/2003 Keppres 61/2004 (Perubahan Ke-1)

Perpres 32/2005 (Perubahan Ke-2)

Perpres 70/2005 (Perubahan Ke-3)

Perpres 8/2006 (Perubahan Ke-4)

Perpres 79/2006 (Perubahan Ke-5)

Perpres 85/2006 (Perubahan Ke-6)

Perpres 95/2007 (Perubahan Ke-7)

b. penyedia jasa tunggal; dan/atau

c. pekerjaan yang

perlu dirahasiakan yang menyangkut pertahanan dan keamanan negara yang ditetapkan oleh Presiden; dan/atau

d. pekerjaan yang

berskala kecil dengan ketentuan: untuk keperluan sendiri, mempunyai risiko kecil, menggunakan teknologi sederhana, dilaksanakan oleh penyedia jasa usaha orang- perseorangan dan badan usaha kecil, dan/atau bernilai sampai dengan Rp50.000.000,0 0 (lima puluh juta rupiah); dan/atau

231

Page 235: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

MATRIKS PERUBAHAN Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

No. Keppres 80/2003 Keppres 61/2004 (Perubahan Ke-1)

Perpres 32/2005 (Perubahan Ke-2)

Perpres 70/2005 (Perubahan Ke-3)

Perpres 8/2006 (Perubahan Ke-4)

Perpres 79/2006 (Perubahan Ke-5)

Perpres 85/2006 (Perubahan Ke-6)

Perpres 95/2007 (Perubahan Ke-7)

e. pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh pemegang hak paten atau pihak yang telah mendapat izin; dan/atau

f. pekerjaan yang

memerlukan penyelesaian secara cepat dalam rangka pengembalian kekayaan negara yang penanganannya dilakukan secara khusus berdasarkan peraturan perundang- undangan.

Pekerjaan sebagaimana dimaksud pada huruf f adalah pekerjaan yang dilakukan untuk menyelesaikan pekerjaan yang diserahkan kepada Pemerintah oleh badan khusus yang dibentuk dalam rangka penyehatan perbankan sebagaimana dimaksud dalam

232

Page 236: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

MATRIKS PERUBAHAN Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

No. Keppres 80/2003 Keppres 61/2004 (Perubahan Ke-1)

Perpres 32/2005 (Perubahan Ke-2)

Perpres 70/2005 (Perubahan Ke-3)

Perpres 8/2006 (Perubahan Ke-4)

Perpres 79/2006 (Perubahan Ke-5)

Perpres 85/2006 (Perubahan Ke-6)

Perpres 95/2007 (Perubahan Ke-7)

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, termasuk penilaian pertanggung-jawaban badan khusus dimaksud; dan/atau

Ayat (5) g. pekerjaan yang

memerlukan penyelesaian secara cepat dalam rangka rehabilitasi dan rekonstruksi di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara yang dilaksanakan oleh Badan Rehabilitas dan Rekonstruksi Wilayah dan Kehidupan Masyarakat Provinsi NAD dan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara. Pekerjaan sebagaimana dimaksud pada

Ayat (5) g. pekerjaan yang

memerlukan penyelesaian secara cepat dalam rangka rehabilitasi dan rekonstruksi di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara yang dilaksanakan oleh Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah dan Kehidupan Masyarakat Provinsi NAD dan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara. Pekerjaan sebagaimana

233

Page 237: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

MATRIKS PERUBAHAN Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

No. Keppres 80/2003 Keppres 61/2004 (Perubahan Ke-1)

Perpres 32/2005 (Perubahan Ke-2)

Perpres 70/2005 (Perubahan Ke-3)

Perpres 8/2006 (Perubahan Ke-4)

Perpres 79/2006 (Perubahan Ke-5)

Perpres 85/2006 (Perubahan Ke-6)

Perpres 95/2007 (Perubahan Ke-7)

huruf g adalah pekerjaan desain dan perencanaan, yang waktu pelaksanaan pengadaannya dilakukan sebelum 1 Juli 2006.

dimaksud pada huruf g adalah pekerjaan desain dan perencanaan, yang waktu pelaksanaan pengadaannya dilakukan sebelum 31 Desember 2006.

18. PENJELASAN – PASAL 25

Pasal 25A Ayat (1) Pengumuman

pengadaan jasa konsultansi sebagaimana diatur pada ayat ini, selain diumumkan di surat kabar nasional dan surat kabar provinsi diupayakan pula untuk diumumkan di website pengadaan nasional.

Ayat (2) Cukup jelas

234

Page 238: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

MATRIKS PERUBAHAN Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

No. Keppres 80/2003 Keppres 61/2004 (Perubahan Ke-1)

Perpres 32/2005 (Perubahan Ke-2)

Perpres 70/2005 (Perubahan Ke-3)

Perpres 8/2006 (Perubahan Ke-4)

Perpres 79/2006 (Perubahan Ke-5)

Perpres 85/2006 (Perubahan Ke-6)

Perpres 95/2007 (Perubahan Ke-7)

LAMPIRAN-LAMPIRAN

19. LAMPIRAN I BAB I HURUF C.1.A.4)A)(4)

Pekerjaan pengadaan barang dan pendistribusian logistik pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang penanganannya memerlukan pelaksanaan secara cepat dalam rangka penyelenggaraan pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang diselenggarakan sampai dengan bulan Juli 2005 berdasarkan peraturan perundang-undangan.

20. LAMPIRAN I BAB I HURUF C.1.A.4)A)(5)

Pekerjaan pengadaan barang/jasa yang penanganannya memerlukan pelaksanaan secara cepat dalam rangka rehabilitasi dan rekonstruksi di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara yang dilaksanakan oleh Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah dan Kehidupan

Pekerjaan pengadaan barang/jasa yang penanganannya memerlukan pelaksanaan secara cepat dalam rangka rehabilitasi dan rekonstruksi di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara yang dilaksanakan oleh Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah dan Kehidupan

235

Page 239: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

MATRIKS PERUBAHAN Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

No. Keppres 80/2003 Keppres 61/2004 (Perubahan Ke-1)

Perpres 32/2005 (Perubahan Ke-2)

Perpres 70/2005 (Perubahan Ke-3)

Perpres 8/2006 (Perubahan Ke-4)

Perpres 79/2006 (Perubahan Ke-5)

Perpres 85/2006 (Perubahan Ke-6)

Perpres 95/2007 (Perubahan Ke-7)

Masyarakat Provinsi NAD dan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara. Pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam angka (5) meliputi: a. pekerjaan

pengadaan perumahan, yang waktu pelaksanaan pengadaannya dilakukan sebelum 1 Juli 2006;

b. pekerjaan yang

dilakukan dalam rangka meneruskan pekerjaan pengadaan perumahan yang tidak dilaksanakan oleh pemberi hibah sesuai dengan tenggat waktu yang telah ditetapkan oleh Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi, yang penyelesaian pekerjaannya perlu dilaksanakan secara cepat paling lama 1 (satu) tahun ssetelah pemberi hibah tidak mampu melaksanakan kewajibannya.

Masyarakat Provinsi NAD dan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara. Pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam angka (5) meliputi: a. pekerjaan pengadaan

perumahan, yang waktu pelaksanaan pengadaannya dilakukan sebelum 31 Desember 2006;

b. pekerjaan yang

dilakukan dalam rangka meneruskan pekerjaan pengadaan perumahan yang tidak dilaksanakan oleh pemberi hibah sesuai dengan tenggat waktu yang telah ditetapkan oleh Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi, yang penyelesaian pekerjaannya perlu dilaksanakan secara cepat paling lama 1 (satu) tahun setelah pemberi hibah tidak mampu melaksanakan kewajibannya.

236

Page 240: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

MATRIKS PERUBAHAN Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

No. Keppres 80/2003 Keppres 61/2004 (Perubahan Ke-1)

Perpres 32/2005 (Perubahan Ke-2)

Perpres 70/2005 (Perubahan Ke-3)

Perpres 8/2006 (Perubahan Ke-4)

Perpres 79/2006 (Perubahan Ke-5)

Perpres 85/2006 (Perubahan Ke-6)

Perpres 95/2007 (Perubahan Ke-7)

21. LAMPIRAN I BAB I HURUF C.1.A.4)A)(6)

pekerjaan pengadaan barang dan pendistribusian logistik pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang penanganannya memerlukan pelaksanaan secara cepat dalam rangka penyelenggaraan pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi dan kabupaten/kota yang diselenggarakan sampai dengan bulan Desember 2006 berdasarkan peraturan perundang-undangan. Pekerjaan tersebut meliputi pengadaan Kartu Tanda Penduduk, pengadaan dan pendistribusian surat suara, kartu pemilih beserta perlengkapan lainnya untuk pelaksanaan pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

237

Page 241: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

MATRIKS PERUBAHAN Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

No. Keppres 80/2003 Keppres 61/2004 (Perubahan Ke-1)

Perpres 32/2005 (Perubahan Ke-2)

Perpres 70/2005 (Perubahan Ke-3)

Perpres 8/2006 (Perubahan Ke-4)

Perpres 79/2006 (Perubahan Ke-5)

Perpres 85/2006 (Perubahan Ke-6)

Perpres 95/2007 (Perubahan Ke-7)

22. LAMPIRAN I BAB I HURUF C.1.A.4)B)(5)

Pekerjaan pengadaan dan distribusi bahan obat, obat dan alat kesehatan dalam rangka menjamin ketersediaan obat untuk pelaksanaan peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang jenis, jumlah dan harganya telah ditetapkan oleh Menteri yang bertanggung jawab di bidang kesehatan.

23. LAMPIRAN I BAB I HURUF C.1.B.4)F.

pekerjaan yang memerlukan penyelesaian secara tepat dalam rangka pengembalian kekayaan negara yang penanganannya dilakukan secara khusus berdasarkan peraturan perundang-undangan.

24. LAMPIRAN I BAB I HURUF C.1.B.4)G.

pekerjaan yang memerlukan penyelesaian secara cepat dalam rangka rehabilitasi dan rekonstruksi di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Kepulauan Nias

pekerjaan yang memerlukan penyelesaian secara cepat dalam rangka rehabilitasi dan rekonstruksi di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Kepulauan Nias

238

Page 242: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

MATRIKS PERUBAHAN Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

No. Keppres 80/2003 Keppres 61/2004 (Perubahan Ke-1)

Perpres 32/2005 (Perubahan Ke-2)

Perpres 70/2005 (Perubahan Ke-3)

Perpres 8/2006 (Perubahan Ke-4)

Perpres 79/2006 (Perubahan Ke-5)

Perpres 85/2006 (Perubahan Ke-6)

Perpres 95/2007 (Perubahan Ke-7)

Provinsi Sumatera Utara yang dilaksanakan oleh Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah dan Kehidupan Masyarakat Provinsi NAD dan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara. Pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam huruf g adalah pekerjaan desain dan perencanaan, yang waktu pelaksanaan pengadaannya dilakukan sebelum 1 Juli 2006.

Provinsi Sumatera Utara yang dilaksanakan oleh Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah dan Kehidupan Masyarakat Provinsi NAD dan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara. Pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam huruf g adalah pekerjaan desain dan perencanaan, yang waktu pelaksanaan pengadaannya dilakukan sebelum 31Desember 2006.

25. LAMPIRAN I BAB I HURUF D.1.B.1)

a) Penayangan pengumuman lelang sekurang-kurangnya dilaksanakan selama 7 (tujuh) hari kerja dalam hal pengumuman dilakukan di papan pengumuman resmi untuk penerangan umum, dan internet. Penayangan pengumuman lelang yang dilaksanakan melalui media cetak, radio atau televisi minimal dilakukan 1 (satu)

a) Penayangan pengumuman lelang sekurang-kurangnya dilaksanakan selama 7 (tujuh) hari kerja di website pengadaan nasional. Penayangan pengumuman lelang yang dilaksanakan melalui surat kabar nasional/provinsi minimal dilakukan 1 (satu) kali, diawal masa pengumuman.

239

Page 243: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

MATRIKS PERUBAHAN Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

No. Keppres 80/2003 Keppres 61/2004 (Perubahan Ke-1)

Perpres 32/2005 (Perubahan Ke-2)

Perpres 70/2005 (Perubahan Ke-3)

Perpres 8/2006 (Perubahan Ke-4)

Perpres 79/2006 (Perubahan Ke-5)

Perpres 85/2006 (Perubahan Ke-6)

Perpres 95/2007 (Perubahan Ke-7)

kali, diawal masa pengumuman;

b) Pengambilan

dokumen penawaran dilakukan satu hari setelah pengumuman sampai dengan satu hari sebelum batas akhir pemasukan dokumen penawaran;

c) Penjelasan

(aanwijzing) dilaksanakan paling cepat 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal pengumuman;

d) Pemasukan

dokumen penawaran dimulai satu hari setelah penjelasan (aanwijzing). Batas akhir pemasukan dokumen penawaran sekurang-kurangnya 7 (tujuh) hari kerja setelah penjelasan.

b) Pendaftaran dan

Pengambilan dokumen penawaran dilakukan 1 (satu) hari setelah pengumuman sampai dengan satu hari sebelum batas akhir pemasukan dokumen penawaran;

c) Penjelasan

(aanwijzing) dilaksanakan paling cepat 4 (empat) hari kerja sejak tanggal pengumuman;

d) Pemasukan

dokumen penawaran dimulai 1 (satu) hari setelah penjelasan (aanwijzing). Batas akhir pemasukan dokumen penawaran sekurang-kurangnya 2 (dua) hari kerja setelah penjelasan. Penetapan waktu pemasukan dokumen penawaran harus memperhitungkan waktu yang

240

Page 244: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

MATRIKS PERUBAHAN Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

No. Keppres 80/2003 Keppres 61/2004 (Perubahan Ke-1)

Perpres 32/2005 (Perubahan Ke-2)

Perpres 70/2005 (Perubahan Ke-3)

Perpres 8/2006 (Perubahan Ke-4)

Perpres 79/2006 (Perubahan Ke-5)

Perpres 85/2006 (Perubahan Ke-6)

Perpres 95/2007 (Perubahan Ke-7)

diperlukan untuk mempersiapkan dokumen penawaran sesuai dengan jenis, kompleksitas, dan lokasi pekerjaan.

Contoh: waktu pemasukan

dokumen penawaran untuk pengadaan ATK cukup 2 (dua) hari kerja, waktu pemasukan dokumen penawaran untuk pengadaan untuk peningkatan jalan kabupaten/kota 14 (empat belas) hari kerja, waktu pemasukan dokumen penawaran untuk pengadaan pekerjaan kompleks dapat lebih dari 30 (tiga puluh) hari kerja.

e) Evaluasi

penawaran dapat dilakukan dalam waktu 1 (satu) hari atau sesuai dengan waktu yang diperlukan.

Contoh: evaluasi penawaran pengadaan sederhana, misal ATK dapat

241

Page 245: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

MATRIKS PERUBAHAN Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

No. Keppres 80/2003 Keppres 61/2004 (Perubahan Ke-1)

Perpres 32/2005 (Perubahan Ke-2)

Perpres 70/2005 (Perubahan Ke-3)

Perpres 8/2006 (Perubahan Ke-4)

Perpres 79/2006 (Perubahan Ke-5)

Perpres 85/2006 (Perubahan Ke-6)

Perpres 95/2007 (Perubahan Ke-7)

diselesaikan dalam waktu 1 (satu) hari, waktu evaluasi penawaran pekerjaan peningkatan jalan provinsi diperlukan selama kurang lebih 5 (lima) hari, waktu evaluasi penawaran pekerjaan pembangunan bendungan serbaguna (multi purpose dam) diperlukan selama dapat lebih 15 (lima belas) hari.

26. LAMPIRAN I BAB I HURUF D.1.B.2)

Pengalokasian waktu di luar proses butir a) sampai dengan butir d) di atas, diserahkan sepenuhnya kepada pengguna barang/jasa.

Pengalokasian waktu di luar proses butir a) sampai dengan butir d) di atas, diserahkan sepenuhnya kepada Pejabat Pembuat Komitmen, kecuali ditentukan lain dalam Peraturan Presiden ini.

27. LAMPIRAN I BAB I HURUF D.1.B.3)

Berikut ini contoh tabel jadwal pengadaan barang/jasa pemborongan/jasa lainnya dengan pascakualifikasi: (Contoh tabel jadwal dapat dilihat pada Konsolidasi Keppres 80

242

Page 246: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

MATRIKS PERUBAHAN Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

No. Keppres 80/2003 Keppres 61/2004 (Perubahan Ke-1)

Perpres 32/2005 (Perubahan Ke-2)

Perpres 70/2005 (Perubahan Ke-3)

Perpres 8/2006 (Perubahan Ke-4)

Perpres 79/2006 (Perubahan Ke-5)

Perpres 85/2006 (Perubahan Ke-6)

Perpres 95/2007 (Perubahan Ke-7)

Tahun 2003 perihal Lampiran-Lampiran on page 90, red.)

28. LAMPIRAN I BAB II HURUF A.1.L.7)

SPPBJ harus dibuat paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah pengumuman penetapan pemenang lelang dan segera disampaikan kepada pemenang lelang.

Dalam hal tidak ada sanggahan, SPPBJ harus diterbitkan paling lambat 6 (enam) hari kerja setelah pengumuman penetapan pemenang lelang dan dalam hal terdapat sanggahan, SPPBJ harus diterbitkan paling lambat 1 (satu) hari setelah jawaban atas semua sanggahan tersebut dijawab serta segera SPPBJ tersebut disampaikan kepada pemenang lelang.

243

Page 247: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

244

KONSOLIDASI

KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 80 TAHUN 2003 DAN PERUBAHANNYA

KEPPRES 61 TAHUN 2004 (Perubahan Pertama) PERPRES 32 TAHUN 2005 (Perubahan Kedua) PERPRES 70 TAHUN 2005 (Perubahan Ketiga) PERPRES 8 TAHUN 2006 (Perubahan Keempat) PERPRES 79 TAHUN 2006 (Perubahan Kelima) PERPRES 85 TAHUN 2006 (Perubahan Keenam) PERPRES 95 TAHUN 2006 (Perubahan Ketujuh)

TENTANG

PEDOMAN PELAKSANAAN

PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

Page 248: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

MATRIKS KLAUSUL KONTRAK PENGADAAN Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

245

No. Hal Yang Diatur Substansi Pengaturan Dasar Hukum Mengikat

Redaksi Klausul Kontrak Penjabaran Referensi

1. Para pihak Para pihak yang menandatangani kontrak yang meliputi nama, jabatan, dan alamat.

Keppres 80 Tahun 2003 Bab II, Bagian Kesebelas, Pasal 29 ayat (1) (a)

Tidak ada. a) Menjelaskan identitas dari para pihak yang menandatangani kontrak. Identitas para pihak meliputi: nama, jabatan, dan alamat serta kedudukan para pihak dalam kontrak tersebut, apakah sebagai pihak pertama atau pihak kedua;

b) Para pihak dalam kontrak terdiri dari dua pihak yaitu: (1) Pihak pertama

adalah pihak Pejabat Pembuat Komitmen;

(2) Pihak kedua

Keppres 80 Tahun 2003 Lampiran I, Bab II, C. 1. a. 6)

Catatan Matriks Klausul Kontrak Pengadaan ini merupakan sarana bantu bagi para pengelola pengadaan barang/jasa pemerintah untuk memetakan secara mudah klausul-klausul (contract provisions) yang bersifat mutlak dan mengikat (mandatory) sebagaimana diatur dalam Keppres 80 Tahun 2003 dan semua perubahannya untuk dicantumkan dalam setiap bentuk kontrak pengadaan pemerintah. Mayoritas klausul-klausul kontrak ini sebagaimana tercantum dalam Keppres 80 Tahun 2003 hanya bersifat untuk memberikan arahan mengenai substansi yang akan diatur tetapi tidak dilengkapi dengan redaksi atau bunyi klausul itu sendiri. Oleh karena itu, para pengelola pengadaan masih dituntut untuk dapat menerjemahkan substansi klausul-klausul kontrak ke dalam redaksi kontrak yang benar.

Page 249: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

MATRIKS KLAUSUL KONTRAK PENGADAAN Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

Redaksi Klausul Dasar Hukum No. Hal Yang Diatur Substansi Pengaturan Penjabaran Referensi Mengikat Kontrak

adalah pihak penyedia barang/jasa yang telah ditunjuk untuk melaksanakan pekerjaan;

(3) Menjelaskan bahwa pihak-pihak tersebut bertindak untuk dan atas nama siapa dan dasar ia bertindak;

(4) Penjelasan mengenai identitas para pihak harus jelas dan terinci dan menerangkan hal yang sebenarnya;

(5) Apabila pihak kedua dalam kontrak merupakan suatu konsorsium, kerjasama, joint venture, dan bentuk kerjasama lainnya, maka harus

246

Page 250: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

MATRIKS KLAUSUL KONTRAK PENGADAAN Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

Redaksi Klausul Dasar Hukum No. Hal Yang Diatur Substansi Pengaturan Penjabaran Referensi Mengikat Kontrak

dijelaskan nama bentuk kerjasamanya, siapa saja anggotanya, dan siapa yang memimpin dan mewakili kerjasama tersebut.

2. Hal yang diperjanjikan Pokok pekerjaan yang diperjanjikan dengan uraian yang jelas mengenai jenis dan jumlah barang/jasa yang diperjanjikan.

Keppres 80 Tahun 2003 Bab II, Bagian Kesebelas, Pasal 29 ayat (1) (b)

Tidak ada. Pernyataan bahwa para pihak telah sepakat atau setuju untuk mengadakan kontrak mengenai obyek yang dikontrakkan sesuai dengan jenis pekerjaannya.

Keppres 80 Tahun 2003 Lampiran I, Bab II, C. 1. b. 1)

3. Hak dan kewajiban Hak dan kewajiban para pihak yang terikat di dalam perjanjian.

Keppres 80 Tahun 2003 Bab II, Bagian Kesebelas, Pasal 29 ayat (1) (c)

Tidak ada. Hak dan kewajiban para pihak adalah ketentuan mengenai hak-hak yang dimiliki serta kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan oleh Pejabat Pembuat Komitmen dan penyedia barang/jasa dalam melaksanakan kontrak. Hak dan kewajiban para pihak adalah: a) Hak dan kewajiban

pihak Pejabat Pembuat Komitmen

Keppres 80 Tahun 2003 Lampiran I, Bab II, C. 2. a. 11)

247

Page 251: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

MATRIKS KLAUSUL KONTRAK PENGADAAN Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

Redaksi Klausul Dasar Hukum No. Hal Yang Diatur Substansi Pengaturan Penjabaran Referensi Mengikat Kontrak

(1) Mengawasi dan memeriksa pekerjaan yang dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa;

(2) Meminta laporan-laporan secara periodik mengenai pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh pihak penyedia barang/jasa;

(3) Membayar pekerjaan sesuai dengan harga kontrak yang telah ditetapkan kepada pihak penyedia barang/jasa;

(4) Memberikan fasilitas berupa sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh pihak penyedia barang/jasa untuk kelancaran pelaksanan pekerjaan sesuai ketentuan kontrak.

248

Page 252: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

MATRIKS KLAUSUL KONTRAK PENGADAAN Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

Redaksi Klausul Dasar Hukum No. Hal Yang Diatur Substansi Pengaturan Penjabaran Referensi Mengikat Kontrak

b) Hak dan kewajiban Pihak Penyedia Barang/Jasa (1) Menerima

pembayaran untuk pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan harga yang telah ditentukan dalam kontrak;

(2) Berhak meminta fasilitas-fasilitas dalam bentuk sarana dan prasarana dari pihak Pejabat Pembuat Komitmen untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan sesuai ketentuan kontrak;

(3) Melaporkan pelaksanaan pekerjaan secara periodik kepada pihak Pejabat Pembuat Komitmen;

(4) Melaksanakan dan menyelesaikan

249

Page 253: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

MATRIKS KLAUSUL KONTRAK PENGADAAN Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

Redaksi Klausul Dasar Hukum No. Hal Yang Diatur Substansi Pengaturan Penjabaran Referensi Mengikat Kontrak

pekerjaan sesuai dengan jadual pelaksanaan pekerjaan yang telah ditetapkan dalam kontrak;

(5) Memberikan keterangan-keterangan yang diperlukan untuk pemeriksaan pelaksanaan yang dilakukan pihak Pejabat Pembuat Komitmen;

(6) Menyerahkan hasil pekerjaan sesuai dengan jadual penyerahan pekerjaan yang telah ditetapkan dalam kontrak;

(7) Kontraktor harus mengambil langkah-langkah yang cukup memadai untuk melindungi lingkungan baik di dalam maupun di luar tempat kerja dan membatasi perusakan dan

250

Page 254: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

MATRIKS KLAUSUL KONTRAK PENGADAAN Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

Redaksi Klausul Dasar Hukum No. Hal Yang Diatur Substansi Pengaturan Penjabaran Referensi Mengikat Kontrak

pengaruh/ gangguan kepada masyarakat maupun miliknya, sebagai akibat polusi, kebisingan dan kerusakan lain sebagai akibat kegiatan kontraktor.

4. Harga dan pembayaran Nilai atau harga kontrak pekerjaan, serta syarat-syarat pembayaran.

Keppres 80 Tahun 2003 Bab II, Bagian Kesebelas, Pasal 29 ayat (1) (d)

Tidak ada. Pernyataan bahwa para pihak telah menyetujui besarnya harga kontrak. Harga kontrak harus ditulis dengan angka dan huruf, serta rincian sumber pembiayaannya.

8) Pembayaran

Pembayaran adalah ketentuan mengenai cara-cara dan termin pembayaran serta mata uang yang digunakan. Cara pembayaran harus disesuaikan dengan ketentuan dalam dokumen anggaran.

Keppres 80 Tahun 2003 Lampiran I, Bab II, C. 1. b. 2) Keppres 80 Tahun 2003 Lampiran I, Bab II, C. 2. a.

251

Page 255: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

MATRIKS KLAUSUL KONTRAK PENGADAAN Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

Redaksi Klausul Dasar Hukum No. Hal Yang Diatur Substansi Pengaturan Penjabaran Referensi Mengikat Kontrak

9) Harga

Harga adalah ketentuan mengenai harga yang harus dibayarkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen kepada penyedia barang/jasa atas pelaksanaan pekerjaan dalam kontrak. Harga kontrak harus jelas, pasti, dan dirinci sumber pembiayaannya.

5. Syarat khusus dan spesifikasi teknis berdasarkan jenis pengadaan

Persyaratan dan spesifikasi teknis yang jelas dan terinci.

Keppres 80 Tahun 2003 Bab II, Bagian Kesebelas, Pasal 29 ayat (1) (e)

Tidak ada. Lihat ketentuan-ketentuan spesifik berdasarkan jenis pengadaan barang atau jasa pemborongan atau jasa lainnya atau jasa konsultansi yang tercantum dalam bagian “Ketentuan Khusus” di bawah “Syarat-Syarat Umum Kontrak”.

Keppres 80 Tahun 2003 Lampiran I, Bab II, C. 2. b.

6. Jadwal penyelesaian/penyerahan

Tempat dan jangka waktu penyelesaian / penyerahan dengan disertai jadwal waktu penyelesaian /

Keppres 80 Tahun 2003 Bab II, Bagian Kesebelas, Pasal 29 ayat (1) (f)

Tidak ada. Jadual pelaksanaan pekerjaan adalah ketentuan mengenai: a) Kapan kontrak mulai

berlaku;

Keppres 80 Tahun 2003 Lampiran I, Bab II, C. 2. a. 12)

252

Page 256: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

MATRIKS KLAUSUL KONTRAK PENGADAAN Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

Redaksi Klausul Dasar Hukum No. Hal Yang Diatur Substansi Pengaturan Penjabaran Referensi Mengikat Kontrak

penyerahan yang pasti serta syarat-syarat penyerahannya.

b) Kapan pekerjaan mulai dilaksanakan;

c) Kapan penyerahan hasil pekerjaan dari penyedia barang/jasa kepada Pejabat Pembuat Komitmen.

7. Mutu Jaminan teknis/hasil pekerjaan yang dilaksanakan dan/atau ketentuan mengenai kelaikan.

Keppres 80 Tahun 2003 Bab II, Bagian Kesebelas, Pasal 29 ayat (1) (g)

Tidak ada. Lihat ketentuan-ketentuan spesifik berdasarkan jenis pengadaan barang atau jasa pemborongan atau jasa lainnya atau jasa konsultansi yang tercantum dalam bagian “Ketentuan Khusus” di bawah “Syarat-Syarat Umum Kontrak”.

Keppres 80 Tahun 2003 Lampiran I, Bab II, C. 2. b.

8. Wanprestasi Ketentuan mengenai cidera janji dan sanksi dalam hal para pihak tidak memenuhi kewajibannya.

Keppres 80 Tahun 2003 Bab II, Bagian Kesebelas, Pasal 29 ayat (1) (h)

Tidak ada. - -

9. Pemutusan sepihak Ketentuan mengenai pemutusan kontrak secara sepihak.

Keppres 80 Tahun 2003 Bab II, Bagian Kesebelas, Pasal 29 ayat (1) (i)

Tidak ada. Pemutusan Kontrak adalah ketentuan mengenai kapan kontrak dapat diputuskan, dibagi dua yaitu: a) Pemutusan kontrak

oleh pihak penyedia barang/jasa;

b) Pemutusan kontrak

Keppres 80 Tahun 2003 Lampiran I, Bab II, C. 2. a. 17)

253

Page 257: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

MATRIKS KLAUSUL KONTRAK PENGADAAN Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

Redaksi Klausul Dasar Hukum No. Hal Yang Diatur Substansi Pengaturan Penjabaran Referensi Mengikat Kontrak

oleh pihak Pejabat Pembuat Komitmen.

10. Keadaan kahar (force majeure)

Ketentuan mengenai keadaan memaksa.

Keppres 80 Tahun 2003 Bab II, Bagian Kesebelas, Pasal 29 ayat (1) (j)

Tidak ada. a) Yang dimaksud keadaan kahar adalah suatu keadaan yang terjadi diluar kehendak para pihak sehingga kewajiban yang ditentukan dalam kontrak menjadi tidak dapat dipenuhi;

b) Yang digolongkan keadaan kahar adalah: (1) Peperangan; (2) Kerusuhan; (3) Revolusi; (4) Bencana alam:

banjir, gempa bumi, badai, gunung meletus, tanah longsor, wabah penyakit, dan angin topan;

(5) Pemogokan; (6) Kebakaran; (7) Gangguan

industri lainnya. c) Keadaan kahar ini

tidak termasuk hal-hal yang merugikan yang disebabkan oleh perbuatan atau kelalaian para pihak;

Keppres 80 Tahun 2003 Lampiran I, Bab II, C. 2. a. 15)

254

Page 258: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

MATRIKS KLAUSUL KONTRAK PENGADAAN Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

Redaksi Klausul Dasar Hukum No. Hal Yang Diatur Substansi Pengaturan Penjabaran Referensi Mengikat Kontrak

d) Keterlambatan pelaksanaan pekerjaan yang diakibatkan oleh karena terjadinya keadaan kahar tidak dapat dikenai sanksi;

e) Siapa yang menanggung kerugian akibat terjadinya keadaan kahar, diserahkan pada kesepakatan para pihak;

f) Tindakan yang diambil untuk mengatasi terjadinya keadaan kahar, diserahkan kepada kesepakatan dari para pihak.

11. Kegagalan pelaksanaan pekerjaan

Ketentuan mengenai kewajiban para pihak dalam hal terjadi kegagalan dalam pelaksanaan pekerjaan.

Keppres 80 Tahun 2003 Bab II, Bagian Kesebelas, Pasal 29 ayat (1) (k)

Tidak ada. Keterlambatan pelaksanaan pekerjaan adalah ketentuan mengenai:

a) Hal-hal yang berkaitan dengan keterlambatan dalam pelaksanaan pekerjaan oleh pihak penyedia barang/jasa atau Pejabat Pembuat

Keppres 80 Tahun 2003 Lampiran I, Bab II, C. 2. a. 14)

255

Page 259: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

MATRIKS KLAUSUL KONTRAK PENGADAAN Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

Redaksi Klausul Dasar Hukum No. Hal Yang Diatur Substansi Pengaturan Penjabaran Referensi Mengikat Kontrak

Komitmen dari jadual yang ditentukan dalam kontrak;

b) Sanksi yang diberikan kepada pihak penyedia barang/jasa atau Pejabat Pembuat Komitmen jika terjadi keterlambatan pelaksanaan pekerjaan;

c) Pengecualian dari ketentuan butir b) akibat keadaan kahar.

Lihat ketentuan-ketentuan spesifik berdasarkan jenis pengadaan barang atau jasa pemborongan atau jasa lainnya atau jasa konsultansi yang tercantum dalam bagian “Ketentuan Khusus” di bawah “Syarat-Syarat Umum Kontrak”.

Keppres 80 Tahun 2003 Lampiran I, Bab II, C. 2. b.

12. Perlindungan tenaga kerja

Ketentuan mengenai perlindungan tenaga kerja.

Keppres 80 Tahun 2003 Bab II, Bagian Kesebelas, Pasal 29 ayat (1) (l)

Tidak ada. Lihat ketentuan-ketentuan spesifik berdasarkan jenis pengadaan barang atau

Keppres 80 Tahun 2003 Lampiran I, Bab II, C. 2. b.

256

Page 260: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

MATRIKS KLAUSUL KONTRAK PENGADAAN Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

Redaksi Klausul Dasar Hukum No. Hal Yang Diatur Substansi Pengaturan Penjabaran Referensi Mengikat Kontrak

jasa pemborongan atau jasa lainnya atau jasa konsultansi, seperti perlindungan upah, yang tercantum dalam bagian “Ketentuan Khusus” di bawah “Syarat-Syarat Umum Kontrak”.

13. Tanggung jawab lingkungan hidup

Ketentuan mengenai bentuk dan tanggung jawab gangguan lingkungan.

Keppres 80 Tahun 2003 Bab II, Bagian Kesebelas, Pasal 29 ayat (1) (m)

Tidak ada. (7) Kontraktor harus mengambil langkah-langkah yang cukup memadai untuk melindungi lingkungan baik di dalam maupun di luar tempat kerja dan membatasi perusakan dan pengaruh/ gangguan kepada masyarakat maupun miliknya, sebagai akibat polusi, kebisingan dan kerusakan lain sebagai akibat kegiatan kontraktor.

Keppres 80 Tahun 2003 Lampiran I, Bab II, C. 2. a. 11) b)

257

Page 261: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

MATRIKS KLAUSUL KONTRAK PENGADAAN Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

Redaksi Klausul Dasar Hukum No. Hal Yang Diatur Substansi Pengaturan Penjabaran Referensi Mengikat Kontrak

14. Penyelesaian perselisihan Ketentuan mengenai penyelesaian perselisihan.

Keppres 80 Tahun 2003 Bab II, Bagian Kesebelas, Pasal 29 ayat (1) (n)

Tidak ada. Penyelesaian perselisihan adalah ketentuan mengenai penyelesaian perselisihan atau sengketa antara para pihak dalam kontrak. Cara yang diambil dapat melalui pengadilan atau di luar pengadilan yaitu melalui musyawarah, mediasi, konsiliasi atau arbitrase di Indonesia.

Keppres 80 Tahun 2003 Lampiran I, Bab II, C. 2. a. 18)

15. Penggunaan produksi dalam negeri dan SNI (Standar Nasional Indonesia)

Dalam perjanjian wajib mencantumkan persyaratan penggunaan: a. Standar Nasional

Indonesia (SNI) atau standar lain yang berlaku dan/atau standar internasional yang setara yang ditetapkan oleh instansi terkait yang berwenang;

b. produksi dalam negeri sesuai dengan kemampuan industri nasional;

c. tenaga ahli dan/atau penyedia barang/jasa dalam

Keppres 80 Tahun 2003 Bab IV, Bagian Pertama, Pasal 40 ayat (3)

Tidak ada. Asal barang dan jasa adalah ketentuan mengenai penjelasan dari negara mana asal barang atau jasa yang menjadi obyek perjanjian dalam kontrak.

Asal barang adalah tempat barang diperoleh, antara lain tempat barang ditambang, tumbuh, atau diproduksi.

Dalam ketentuan ini juga harus dirinci komponen dalam negeri dan komponen

Keppres 80 Tahun 2003 Lampiran I, Bab II, C. 2. a. 3)

258

Page 262: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

MATRIKS KLAUSUL KONTRAK PENGADAAN Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

Redaksi Klausul Dasar Hukum No. Hal Yang Diatur Substansi Pengaturan Penjabaran Referensi Mengikat Kontrak

negeri. Upaya pendayagunaan produksi dalam negeri pada proses pengadaan barang/jasa dilakukan sebagai berikut:

1) Dalam dokumen pengadaan barang/jasa dimuat secara jelas ketentuan dan syarat penggunaan hasil produksi dalam negeri dan dijelaskan kepada semua peserta.

Keppres 80 Tahun 2003 Lampiran I, Bab IV, A. 2. a.

impornya. Asal barang harus dibedakan dengan negara penjual. Penjelasan dan rincian komponen dalam negeri dan impor dijelaskan pada syarat-syarat khusus kontrak.

16. Perlindungan usaha kecil termasuk koperasi kecil

Menjaga akuntabilitas usaha kecil termasuk koperasi kecil dalam pengadaan barang/jasa pemerintah.

Keppres 80 Tahun 2003 Lampiran I, Bab IV, A. 8. a. 3)

Kepada penyedia barang/jasa bukan usaha kecil yang terbukti menyalahgunakan fasilitas dan kesempatan yang diperuntukkan bagi usaha kecil termasuk koperasi kecil sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995, maka yang bersangkutan dikenakan sanksi

- -

259

Page 263: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

MATRIKS KLAUSUL KONTRAK PENGADAAN Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

Redaksi Klausul Dasar Hukum No. Hal Yang Diatur Substansi Pengaturan Penjabaran Referensi Mengikat Kontrak

sebagaimana termaktub dalam Pasal 34, Pasal 35 dan Pasal 36 undang-undang tersebut yaitu sebagai berikut: a) Barang siapa

dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum dengan mengaku atau memakai nama usaha kecil sehingga memperoleh fasilitas kemudahan dana, keringanan tarif, tempat usaha, bidang dan kegiatan usaha, atau pengadaan barang dan jasa atau pemborongan pekerjaan Pemerintah yang diperuntukkan dan dicadangkan bagi usaha kecil yang secara langsung atau tidak langsung menimbulkan kerugian bagi usaha

260

Page 264: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

MATRIKS KLAUSUL KONTRAK PENGADAAN Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

Redaksi Klausul Dasar Hukum No. Hal Yang Diatur Substansi Pengaturan Penjabaran Referensi Mengikat Kontrak

a) Apabila penyedia

barang/jasa yang ditunjuk adalah penyedia

Keppres 80 Tahun 2003 Lampiran I, Bab II, C. 2. a. 22)

kecil diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana denda paling banyak Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah);

b) Perbuatan

sebagaimana dimaksud pada butir a) di atas adalah tindak pidana kejahatan;

c) Jika tindak pidana

sebagaimana dimaksud pada butir a) dilakukan oleh atau atas nama badan usaha, dapat dikenakan sanksi administratif berupa pencabutan sementara atau pencabutan tetap izin usaha oleh instansi yang berwenang.

261

Page 265: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

MATRIKS KLAUSUL KONTRAK PENGADAAN Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

Redaksi Klausul Dasar Hukum No. Hal Yang Diatur Substansi Pengaturan Penjabaran Referensi Mengikat Kontrak

barang/jasa usaha kecil termasuk koperasi kecil, maka dalam kontrak dimuat ketentuan bahwa pekerjaan tersebut harus dilaksanakan sendiri oleh penyedia barang/jasa yang ditunjuk dan dilarang diserahkan atau disubkontrakkan kepada pihak lain;

b) Apabila penyedia

barang/jasa yang terpilih adalah penyedia barang/jasa bukan usaha kecil termasuk koperasi kecil, maka dalam kontrak dimuat: (1) Penyedia

barang/jasa wajib bekerja sama dengan penyedia barang/jasa usaha kecil termasuk koperasi kecil, antara lain

262

Page 266: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

MATRIKS KLAUSUL KONTRAK PENGADAAN Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

Redaksi Klausul Dasar Hukum No. Hal Yang Diatur Substansi Pengaturan Penjabaran Referensi Mengikat Kontrak

dengan mensubkontrakkan sebagian pekerjaannya;

(2) Dalam melaksanakan kewajiban di atas penyedia barang/jasa terpilih tetap bertanggung-jawab penuh atas keseluruhan pekerjaan tersebut;

(3) Bentuk kerjasama tersebut hanya untuk sebagian pekerjaan, dilarang mensubkontrakkan seluruh pekerjaan tersebut;

(4) Membuat laporan periodik mengenai pelaksanaan ketetapan di atas.

263

Page 267: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

MATRIKS KLAUSUL KONTRAK PENGADAAN Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

Redaksi Klausul Dasar Hukum No. Hal Yang Diatur Substansi Pengaturan Penjabaran Referensi Mengikat Kontrak

c) Apabila ketentuan tersebut di atas dilanggar, maka kontrak akan batal dan penyedia barang/jasa dikenakan sanksi yang ditetapkan dalam Keputusan Presiden ini.Menjaga akuntabilitas pemaketan pekerjaan untuk usaha kecil termasuk koperasi kecil.

17. Penyesuaian harga (price adjustment)

Untuk kontrak yang jangka waktu pelaksanaannya lebih dari 12 (dua belas) bulan, bila dianggap perlu, dalam dokumen pengadaan dapat dicantumkan ketentuan tentang penyesuaian harga (price adjustment) dan sekaligus dijelaskan rumus-rumus penyesuaian harga yang akan digunakan.

Keppres 80 Tahun 2003 Lampiran I, Bab I, F. 1. i.

Tidak ada. Lihat ”Tata Cara Perhitungan Penyesuaian Harga (Price Adjustment)”

Keppres 80 Tahun 2003 Lampiran I, Bab II, E.

264

Page 268: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

MATRIKS KLAUSUL KONTRAK PENGADAAN Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

Redaksi Klausul Dasar Hukum No. Hal Yang Diatur Substansi Pengaturan Penjabaran Referensi Mengikat Kontrak

18. Kewenangan dalam subkontrak

Dalam dokumen pengadaan harus memuat ketentuan tentang hubungan kontrak kerja dengan sub penyedia barang/jasa dan hak intervensi Pejabat Pembuat Komitmen terhadap sub penyedia barang/jasa dalam hal-hal yang menyangkut:

1) pembayaran kepada sub penyedia barang/jasa;

2) hubungan langsung dengan sub penyedia barang/jasa dalam kaitan pelaksanaan pekerjaan.

Keppres 80 Tahun 2003 Lampiran I, Bab I, F. 1. k.

Tidak ada - -

265

Page 269: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

266

KONSOLIDASI

KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 80 TAHUN 2003DAN PERUBAHANNYA

KEPPRES 61 TAHUN 2004 (Perubahan Pertama) PERPRES 32 TAHUN 2005 (Perubahan Kedua) PERPRES 70 TAHUN 2005 (Perubahan Ketiga) PERPRES 8 TAHUN 2006 (Perubahan Keempat) PERPRES 79 TAHUN 2006 (Perubahan Kelima) PERPRES 85 TAHUN 2006 (Perubahan Keenam) PERPRES 95 TAHUN 2006 (Perubahan Ketujuh)

TENTANG

PEDOMAN PELAKSANAAN

PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

Page 270: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

INDEKS B

Barang ............................................................... 14 Berita Acara

Berita Acara Hasil Inspeksi ................ 152, 155 Berita Acara Hasil Klarifikasi dan Negosiasi

....................................... 118, 119, 131, 133 Berita Acara Hasil Pelelangan (BAHP)...... 110 Berita Acara Pembukaan Penawaran (BAPP)

............................................... 105, 124, 128 Berita Acara Penjelasan (Aanwijzing) 103, 123 Berita Acara Serah TErima......................... 154

D

Daftar Hitam...................................Lihat "Sanksi" Pemeriksaan.................................................. 29

Dokumen Pengadaan......................................... 14 Barang/Jasa Pemborongan/Jasa Lainnya 94–97 Jasa Konsultansi ..................................... 97–98

H

Harga Perkiraan Sendiri (HPS).............. 31, 92–93

J

Jasa Konsultansi ........................................ 14, 131 Jasa Lainnya ...................................................... 14 Jasa Pemborongan ............................................. 14

K

Keadaan Kahar (Force Majeure)....... 137–38, 148 Kemitraan ............................ 14, 65, 100, 121, 124 Keppres 80 Tahun 2003

Maksud dan Tujuan ...................................... 18 Ruang Lingkup ............................................. 22

Kontrak Pengadaan............................................ 54 Amandemen.................................................. 59 Bentuk Kontrak

Kontrak Pengadaan Barang/Jasa (KPBJ) . 58 Kuitansi Pembayaran ............................... 58 Surat Perintah Kerja (SPK)...................... 58

Hak dan Tanggung Jawab Para Pihak........... 59 Isi Kontrak .................................................... 54

Lampiran (Appendixes) .................... 145–46 Surat Perjanjian (Letter of Agreement) 133–

34 Syarat-Syarat Khusus Kontrak (Special

Conditions of Contract)............... 133–34 Syarat-Syarat Umum Kontrak (General

Conditions of Contract)............... 134–44 Jenis Kontrak ................................................ 55 Pelaksanaan Kontrak ............................ 155–56

Barang.............................................. 153–54 Jasa Konsultansi............................... 151–52 Jasa Pemborongan............................ 149–51 Ketentuan Umum............................. 146–49

Pembayaran .......................................... 59, 147 Penandatanganan Kontrak ............................ 58 Pengertian ..................................................... 14

Penghentian dan Pemutusan............60, 148–49 Penyelesaian Perselisihan............................. 62 Sanksi ........................................................... 61 Serah Terima Pekerjaan................................ 61 Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) .......... 146

Koreksi Aritmatik ........................................... 108 Kualifikasi

Pascakualifikasi ............................................ 32 Prakualifikasi................................................ 32 Prinsip .............................................32, 171–72

Kuasa Pengguna Anggaran ............................... 14

L

Lelang Terbatas (Limited Sealed Bidding) Pengertian..................................................... 35 Tahapan Pelaksanaan ................................. 117

Lelang Umum (Open Sealed Bidding) Pengertian..................................................... 35 Tahapan Pelaksanaan ........................... 99–117

Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) ...................................... 71

M

Monitoring dan Evaluasi Laporan Realisasi Pengadaan ....................... 67

P

Pakta integritas.................................................. 14 Panitia Pengadaan

Larangan....................................................... 26 Pembentukan, Persyaratan, Tugas Pokok dan

Keanggotaan .................................26, 76, 77 Pengertian..................................................... 14

Pejabat Pembuat Komitmen Larangan....................................................... 24 Pengertian..................................................... 14 Persyaratan dan Tugas Pokok....................... 24 Tanggung Jawab........................................... 24

Pejabat Pengadaan Larangan....................................................... 26 Pembentukan, Persyaratan, Tugas Pokok dan

Keanggotaan .................................26, 76, 77 Pengertian................................................. ii, 14

Pekerjaan Kompleks.......................................... 14 Pekerjaan Tambah........................................... 148 Pemilihan Langsung (Competitive Proposals)

Pengertian..................................................... 35 Tahapan Pelaksanaan ........................... 117–18

Pemilihan Penyedia Barang/Jasa....................... 14 Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

Bimbingan Teknis ........................................ 67 Etika Pengadaan ........................................... 20 Kebijakan Umum Pengadaan ....................... 19 Pengadaan dengan Pendanaan Pinjaman/Hibah

Luar Negeri (PHLN)........................ 167–69 Optimalisasi Produksi Dalam Negeri .. Lihat

"Produksi Dalam Negeri"

267

Page 271: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

INDEKS Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

Pengadaan mendahului pengesahan anggaran

................................................................. 24 Pengadaan Secara Elektronis (Electronic

Procurement) ......................................... 170 Pengadaan untuk Investasi............................ 22 Pengadaan untuk Penanggulangan Bencana

Alam/Sosial/Perang ......................... 119–20 Pengertian ..................................................... 14 Prinsip Dasar Pengadaan .............................. 18

Pengaduan Masyarakat........ 51, 68, 112, 118, 170 Pengawasan (Audit)

Mekanisme ..................................... 68, 169–70 Sanksi ........................................................... 69

Pengguna Anggaran .......................................... 14 Pengumuman

Pengumuman Pelaksanaan Pengadaan (Barang/Jasa Pemborongan/Jasa Lainnya)................................................................. 42

Pengumuman Pelaksanaan Pengadaan (Jasa Konsultansi) ............................................. 50

Rencana Pengadaan ...................................... 67 Penjelasan Lelang (Aanwijzing) .................. 102–3 Penunjukan Langsung (Sole Source)

Pengadaan Bencana/Perang ..Lihat "Pengadaan untuk Penanggulangan Bencana Alam/Sosial/Perang" di bawah "Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah"

Pengertian ..................................................... 35 Tahapan Pelaksanaan............................ 118–19

Penunjukan Langsung Jasa Konsultansi (Sole Source) Pengertian ..................................................... 43 Tahapan Pelaksanaan.............. 130–31, 132–33

Penyedia Barang/Jasa Pengertian ..................................................... 14 Persyaratan ................................................... 29

Penyesuaian Harga (Price Adjustment) Pengertian ............................................. 96, 148 Tata Cara Perhitungan .......................... 156–57

Persengkongkolan Pengadaan (Bid Rigging)..... 69 Perusahaan Asing .............................................. 65 Produksi Dalam Negeri

Kewajiban....................................... 64, 161–62 Komponen Dalam Negeri ........................... 163 Mekanisme Penggunaan ....................... 66, 161 Pembinaan ............................................ 164–65 Pengawasan .......................................... 165–66 PHLN dan Optimalisasi Produksi Dalam

Negeri ........................................ 65, 162–63 Preferensi Harga ................................... 66, 164 Standar Nasional Indonesia (SNI) ................ 64

S

Sanggahan Pengadaan ......... 51, 112–13, 118, 127 Sanksi

Daftar Hitam.... 32, 60, 69, 102, 109, 149, 165, 171

Denda (Penyedia Barang/Jasa) ............. 61, 148 Ganti Rugi (PPK)............................ 61–62, 148

Segmentasi Penyedia Barang/Jasa

Jasa Konstruksi (Transisi) ............................ 71 Pemaketan Pekerjaan.............................. 67, 75

Seleksi Langsung (Competitive Proposals) Pengertian..................................................... 43 Tahapan Pelaksanaan ..........................130, 132

Seleksi Terbatas (Limited Sealed Bidding) Pengertian..................................................... 43 Tahapan Pelaksanaan ..........................130, 132

Seleksi Umum (Open Sealed Bidding) Pengertian..................................................... 43 Tahapan Pelaksanaan ..............120–30, 131–32

Sertifikat Keahlian Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Keberlakuan ................................................. 71 Pengertian..................................................... 14 Syarat...................................................... 25, 27

Sistem Pengadaan Biaya Pengadaan ...................23, 33, 67–68, 75 Metode Evaluasi Penawaran

Barang/Jasa Pemborongan/Jasa Lainnya . 39 Sistem Gugur ................................ 83–84 Sistem Nilai (Merit Point) ............ 84–85 Sistem Penilaian Biaya Selama Umur

Ekonomis (Economic Life Cycle Cost)......................................... 85–86

Jasa Konsultansi ...................................... 46 Biaya Terendah............................. 87–88 Kualitas ............................................... 86 Kualitas Teknis dan Biaya ............ 86–87 Pagu Anggaran.................................... 87 Penunjukan Langsung......................... 88

Kriteria dan Tata Cara Evaluasi......... 82–83 Metode Pemilihan

Barang/Jasa Pemborongan/Jasa Lainnya 35, 77–79

Jasa Konsultansi ...........................43, 79–80 Metode Penyampaian Dokumen Penawaran

Barang/Jasa Pemborongan/Jasa Lainnya . 38 Jasa Konsultansi ...................................... 45 Metode Dua Sampul .......................... 80–81 Metode Dua Tahap ............................ 81–82 Metode Satu Sampul................................ 80

Pelelangan/Seleksi Ulang ............................. 52 Penetapan Pemenang.................................... 50 Prinsip .......................................................... 33 Tahapan Pemilihan

Barang/Jasa Pemborongan/Jasa Lainnya . 40 Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan........... 75, 76 Jadwal Pelaksanaan Pemilihan ................ 31

Barang/Jasa Pemborongan/Jasa Lainnya................................................. 88–91

Jasa Konsultansi............................ 91–92 Jasa Konsultansi ...................................... 47

Situs jaringan pengadaan nasional .................... 14 Surat Jaminan............................................ 14, 135 Surat Kabar

Nasional........................................................ 14 Pemilihan...................................................... 20 Provinsi ........................................................ 14

Swakelola (Self-Management)

268

Page 272: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

INDEKS Konsolidasi Keppres 80 Tahun 2003

269

Jadwal Pelaksanaan ...................................... 92 Lingkup Pekerjaan........................................ 63 Pelaksanaan

oleh Instansi Pemerintah Lain................ 159 oleh LSM (Hibah) .................................. 159 oleh PPK .......................................... 158–59

Pelaporan .............................................. 159–60 Pengertian ............................................... 14, 63 Perencanaan............................................ 76–77

U

Uang Muka........147, 152, Lihat "Pembayaran" di bawah "Kontrak Pengadaan"

Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) Larangan....................................................... 26 Pembentukan, Persyaratan, Tugas Pokok dan

Keanggotaan ...................................... 26, 76 Pengertian..................................................... 14

Usaha Kecil termasuk Koperasi Kecil Kriteria ......................................................... 14 Pengertian..................................................... 14 Preferensi.........................................66, 166–67

Page 273: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

KONSOLIDASI

KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 80 TAHUN 2003 DAN PERUBAHANNYA

270

Page 274: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 17 TAHUN 2003

TENTANG

KEUANGAN NEGARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang:

a. bahwa penyelenggaraan pemerintahan negara untuk mewujudkantujuan bernegara menimbulkan hak dan kewajiban negara yang dapatdinilai dengan uang;

b. bahwa pengelolaan hak dan kewajiban negara sebagaimana dimaksudpada huruf a telah diatur dalam Bab VIII UUD 1945;

c. bahwa Pasal 23C Bab VIII UUD 1945 mengamanatkan hal-hal lainmengenai keuangan negara diatur dengan undang-undang;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada hurufa, huruf b, dan huruf c perlu dibentuk Undang-undang tentangKeuangan Negara;

Mengingat:

Pasal 4, Pasal 5 ayat (1), Pasal 11 ayat (2), Pasal 17, Pasal 18, Pasal 18A,Pasal 20, Pasal 20A, Pasal 21, Pasal 22D, Pasal 23, Pasal 23A, Pasal 23B,Pasal 23C, Pasal 23D, Pasal 23E, dan Pasal 33 ayat (2), ayat (3) dan ayat(4) Undang-Undang Dasar 1945 sebagaimana telah diubah denganPerubahan Keempat Undang-Undang Dasar 1945;

Dengan PersetujuanDEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN:Menetapkan :

UNDANG-UNDANG TENTANG KEUANGAN NEGARA.

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan :

1. Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilaidengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapatdijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.

2. Pemerintah adalah pemerintah pusat dan/atau pemerintah daerah.

3. Dewan Perwakilan Rakyat yang selanjutnya disebut DPR adalah Dewan PerwakilanRakyat sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar 1945.

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah DewanPerwakilan Rakyat Daerah Propinsi, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten, danDewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota sebagaimana dimaksud dalam Undang-UndangDasar 1945.

5. Perusahaan Negara adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian modalnyadimiliki oleh Pemerintah Pusat.

6. Perusahaan Daerah adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian modalnyadimiliki oleh Pemerintah Daerah.

7. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, selanjutnya disebut APBN, adalahrencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan PerwakilanRakyat.

8. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya disebut APBD, adalahrencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh Dewan PerwakilanRakyat Daerah.

9. Penerimaan negara adalah uang yang masuk ke kas negara.

10. Pengeluaran negara adalah uang yang keluar dari kas negara.

11. Penerimaan daerah adalah uang yang masuk ke kas daerah.

12. Pengeluaran daerah adalah uang yang keluar dari kas daerah.

13. Pendapatan negara adalah hak pemerintah pusat yang diakui sebagai penambahnilai kekayaan bersih.

14. Belanja negara adalah kewajiban pemerintah pusat yang diakui sebagai pengurangnilai kekayaan bersih.

15. Pendapatan daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambahnilai kekayaan bersih.

16. Belanja daerah adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurangnilai kekayaan bersih.

17. Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/ataupengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutanmaupun tahun-tahun anggaran berikutnya.

Pasal 2

Keuangan Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 1, meliputi :

a. hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang, danmelakukan pinjaman;

b. kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum pemerintahannegara dan membayar tagihan pihak ketiga;

c. Penerimaan Negara;d. Pengeluaran Negara;e. Penerimaan Daerah;f. Pengeluaran Daerah;

271

Page 275: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

g. kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupauang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang,termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negara/ perusahaan daerah;

h. kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka penyelenggaraantugas pemerintahan dan/atau kepentingan umum;

i. kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang diberikanpemerintah.

Pasal 3(1) Keuangan Negara dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien,

ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasakeadilan dan kepatutan.

(2) APBN, perubahan APBN, dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN setiap tahunditetapkan dengan undang-undang.

(3) APBD, perubahan APBD, dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD setiap tahunditetapkan dengan Peraturan Daerah.

(4) APBN/APBD mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi,dan stabilisasi.

(5) Semua penerimaan yang menjadi hak dan pengeluaran yang menjadi kewajiban negaradalam tahun anggaran yang bersangkutan harus dimasukkan dalam APBN.

(6) Semua penerimaan yang menjadi hak dan pengeluaran yang menjadi kewajiban daerahdalam tahun anggaran yang bersangkutan harus dimasukkan dalam APBD.

(7) Surplus penerimaan negara/daerah dapat digunakan untuk membiayai pengeluarannegara/daerah tahun anggaran berikutnya.

(8) Penggunaan surplus penerimaan negara/daerah sebagaimana dimaksud dalam ayat (7)untuk membentuk dana cadangan atau penyertaan pada Perusahaan Negara/Daerahharus memperoleh persetujuan terlebih dahulu dari DPR/DPRD.

Pasal 4Tahun Anggaran meliputi masa satu tahun, mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengantanggal 31 Desember.

Pasal 5

(1) Satuan hitung dalam penyusunan, penetapan, dan pertanggungjawaban APBN/APBDadalah mata uang Rupiah.

(2) Penggunaan mata uang lain dalam pelaksanaan APBN/APBD diatur oleh MenteriKeuangan sesuai de- ngan ketentuan perundangan-undangan yang berlaku.

BAB II

KEKUASAAN ATAS PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

Pasal 6

(1) Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan keuangan

negara sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan.

(2) Kekuasaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) :

a. dikuasakan kepada Menteri Keuangan, selaku pengelola fiskal dan Wakil Pemerintahdalam kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan;

b. dikuasakan kepada menteri/pimpinan lembaga selaku PenggunaAnggaran/Pengguna Barang kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya;

c. diserahkan kepada gubernur/bupati/walikota selaku kepala pemerintahan daerahuntuk mengelola keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikankekayaan daerah yang dipisahkan.

d. tidak termasuk kewenangan dibidang moneter, yang meliputi antara lain

mengeluarkan dan mengedarkan uang, yang diatur dengan undang-undang.

Pasal 7

(1) Kekuasaan atas pengelolaan keuangan negara digunakan untuk mencapai tujuanbernegara.

(2) Dalam rangka penyelenggaraan fungsi pemerintahan untuk mencapai tujuan bernegarasebagaimana dimaksud dalam ayat (1) setiap tahun disusun APBN dan APBD.

Pasal 8

Dalam rangka pelaksanaan kekuasaan atas pengelolaan fiskal, Menteri Keuanganmempunyai tugas sebagai berikut :

a) menyusun kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro;

b) menyusun rancangan APBN dan rancangan Perubahan APBN;

c) mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran;

d) melakukan perjanjian internasional di bidang keuangan;

e) melaksanakan pemungutan pendapatan negara yang telah ditetapkan dengan undang-undang;

f) melaksanakan fungsi bendahara umum negara;

g) menyusun laporan keuangan yang merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN;

h) melaksanakan tugas-tugas lain di bidang pengelolaan fiskal berdasarkan ketentuanundang-undang.

Pasal 9

Menteri/pimpinan lembaga sebagai Pengguna Anggaran/ Pengguna Barang kementeriannegara/lembaga yang dipimpinnya mempunyai tugas sebagai berikut :

a. menyusun rancangan anggaran kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya;b. menyusun dokumen pelaksanaan anggaran;c. melaksanakan anggaran kementerian negara /lembaga yang dipimpinnya;d. melaksanakan pemungutan penerimaan negara bukan pajak dan menyetorkannya ke

Kas Negara;e. mengelola piutang dan utang negara yang menjadi tanggung jawab kementerian

negara /lembaga yang dipimpinnya;f. mengelola barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab kementerian

negara /lembaga yang dipimpinnya;g. menyusun dan menyampaikan laporan keuangan kementerian negara /lembaga yang

dipimpinnya;

272

Page 276: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

h. melaksanakan tugas-tugas lain yang menjadi tanggung jawabnya berdasarkanketentuan undang-undang.

Pasal 10(1) Kekuasaan pengelolaan keuangan daerah sebagaimana tersebut dalam Pasal 6 ayat (2)

huruf c :

a. dilaksanakan oleh kepala satuan kerja pengelola keuangan daerah selaku pejabatpengelola APBD;

b. dilaksanakan oleh kepala satuan kerja perangkat daerah selaku pejabat penggunaanggaran/barang daerah.

(2) Dalam rangka pengelolaan Keuangan Daerah, Pejabat Pengelola Keuangan Daerahmempunyai tugas sebagai berikut :

a. menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan APBD;

b. menyusun rancangan APBD dan rancangan Perubahan APBD;

c. melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah ditetapkan denganPeraturan Daerah;

d. melaksanakan fungsi bendahara umum daerah;

e. menyusun laporan keuangan yang merupakan per-tanggungjawaban pelaksanaanAPBD.

(3) Kepala satuan kerja perangkat daerah selaku pejabat pengguna anggaran/barang daerahmempunyai tugas sebagai berikut:

a. menyusun anggaran satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya;

b. menyusun dokumen pelaksanaan anggaran;

c. melaksanakan anggaran satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya;

d. melaksanakan pemungutan penerimaan bukan pajak;

e. mengelola utang piutang daerah yang menjadi tanggung jawab satuan kerjaperangkat daerah yang dipimpinnya;

f. mengelola barang milik/kekayaan daerah yang menjadi tanggung jawab satuan kerjaperangkat daerah yang dipimpinnya;

g. menyusun dan menyampaikan laporan keuangan satuan kerja perangkat daerahyang dipimpinnya.

BAB IIIPENYUSUNAN DAN PENETAPAN APBN

Pasal 11

(1) APBN merupakan wujud pengelolaan keuangan negara yang ditetapkan tiap tahun denganundang- undang.

(2) APBN terdiri atas anggaran pendapatan, anggaran belanja, dan pembiayaan.

(3) Pendapatan negara terdiri atas penerimaan pajak, penerimaan bukan pajak, dan hibah.

(4) Belanja negara dipergunakan untuk keperluan penyelenggaraan tugas pemerintahan pusatdan pelak- sanaan perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah.

(5) Belanja negara dirinci menurut organisasi, fungsi, dan jenis belanja.

Pasal 12

(1) APBN disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan negara dankemampuan dalam menghimpun pendapatan negara.

(2) Penyusunan Rancangan APBN sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berpedomankepada rencana kerja Pemerintah dalam rangka mewujudkan tercapainya tujuanbernegara.

(3) Dalam hal anggaran diperkirakan defisit, ditetapkan sumber-sumber pembiayaan untukmenutup defisit tersebut dalam Undang-undang tentang APBN.

(4) Dalam hal anggaran diperkirakan surplus, Pemerintah Pusat dapat mengajukan rencanapenggunaan surplus anggaran kepada Dewan Perwakilan Rakyat.

Pasal 13

(1) Pemerintah Pusat menyampaikan pokok-pokok kebijakan fiskal dan kerangka ekonomimakro tahun anggaran berikutnya kepada Dewan Perwakilan Rakyat selambat-lambatnyapertengahan bulan Mei tahun berjalan.

(2) Pemerintah Pusat dan Dewan Perwakilan Rakyat membahas kerangka ekonomi makro danpokok-pokok kebijakan fiskal yang diajukan oleh Pemerintah Pusat dalam pembicaraanpendahuluan rancangan APBN tahun anggaran berikutnya.

(3) Berdasarkan kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal, Pemerintah Pusatbersama Dewan Perwakilan Rakyat membahas kebijakan umum dan prioritas anggaranuntuk dijadikan acuan bagi setiap kementerian negara/lembaga dalam penyusunanusulan anggaran.

Pasal 14

(1) Dalam rangka penyusunan rancangan APBN, menteri/ pimpinan lembaga selaku penggunaanggaran/pengguna barang menyusun rencana kerja dan anggaran kementeriannegara/lembaga tahun berikutnya.

(2) Rencana kerja dan anggaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disusun berdasarkanprestasi kerja yang akan dicapai.

(3) Rencana kerja dan anggaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disertai denganprakiraan belanja untuk tahun berikutnya setelah tahun anggaran yang sedang disusun.

(4) Rencana kerja dan anggaran dimaksud dalam ayat (1) disampaikan kepada DewanPerwakilan Rakyat untuk dibahas dalam pembicaraan pendahuluan rancangan APBN.

(5) Hasil pembahasan rencana kerja dan anggaran disampaikan kepada Menteri Keuangansebagai bahan penyusunan rancangan undang-undang tentang APBN tahun berikutnya.

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyusunan rencana kerja dan anggaran kementeriannegara/lembaga diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 15

(1) Pemerintah Pusat mengajukan Rancangan Undang-undang tentang APBN, disertai notakeuangan dan dokumen-dokumen pendukungnya kepada Dewan Perwakilan Rakyat padabulan Agustus tahun sebelumnya.

(2) Pembahasan Rancangan Undang-undang tentang APBN dilakukan sesuai dengan undang-undang yang mengatur susunan dan kedudukan Dewan Perwakilan Rakyat.

273

Page 277: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

(3) Dewan Perwakilan Rakyat dapat mengajukan usul yang mengakibatkan perubahan jumlahpenerimaan dan pengeluaran dalam Rancangan Undang-undang tentang APBN.

(4) Pengambilan keputusan oleh Dewan Perwakilan Rakyat mengenai Rancangan Undang-undang tentang APBN dilakukan selambat-lambatnya 2 (dua) bulan sebelum tahunanggaran yang bersangkutan dilak- sanakan.

(5) APBN yang disetujui oleh DPR terinci sampai dengan unit organisasi, fungsi, program,kegiatan, dan jenis belanja.

(6) Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui Rancangan Undang-undangsebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Pemerintah Pusat dapat melakukan pengeluaransetinggi-tingginya sebesar angka APBN tahun anggaran sebelumnya.

BAB IV

PENYUSUNAN DAN PENETAPAN APBD

Pasal 16

(1) APBD merupakan wujud pengelolaan keuangan daerah yang ditetapkan setiap tahundengan Peraturan Daerah.

(2) APBD terdiri atas anggaran pendapatan, anggaran belanja, dan pembiayaan.

(3) Pendapatan daerah berasal dari pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan lain-lainpendapatan yang sah.

(4) Belanja daerah dirinci menurut organisasi, fungsi, dan jenis belanja.

Pasal 17

(1) APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dan kemampuanpendapatan daerah.

(2) Penyusunan Rancangan APBD sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berpedomankepada rencana kerja Pemerintah Daerah dalam rangka mewujudkan tercapainya tujuanbernegara.

(3) Dalam hal anggaran diperkirakan defisit, ditetapkan sumber-sumber pembiayaan untukmenutup defisit tersebut dalam Peraturan Daerah tentang APBD.

(4) Dalam hal anggaran diperkirakan surplus, ditetapkan penggunaan surplus tersebut dalamPeraturan Daerah tentang APBD.

Pasal 18

(1) Pemerintah Daerah menyampaikan kebijakan umum APBD tahun anggaran berikutnyasejalan dengan Rencana Kerja Pemerintah Daerah, sebagai landasan penyusunanRAPBD kepada DPRD selambat-lambatnya pertengahan Juni tahun berjalan.

(2) DPRD membahas kebijakan umum APBD yang diajukan oleh Pemerintah Daerah dalampembicaraan pendahuluan RAPBD tahun anggaran berikutnya.

(3) Berdasarkan kebijakan umum APBD yang telah disepakati dengan DPRD, PemerintahDaerah bersama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah membahas prioritas dan plafonanggaran sementara untuk dijadikan acuan bagi setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah.

Pasal 19

(1) Dalam rangka penyusunan RAPBD, Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah selakupengguna anggaran menyusun rencana kerja dan anggaran Satuan Kerja PerangkatDaerah tahun berikutnya.

(2) Rencana kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah disusun dengan pendekatan berdasarkanprestasi kerja yang akan dicapai.

(3) Rencana kerja dan anggaran dimaksud dalam ayat (1) disertai dengan prakiraan belanjauntuk tahun berikutnya setelah tahun anggaran yang sudah disusun.

(4) Rencana kerja dan anggaran dimaksud dalam ayat (1) dan (2) disampaikan kepada DPRDuntuk dibahas dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD.

(5) Hasil pembahasan rencana kerja dan anggaran disampaikan kepada pejabat pengelolakeuangan daerah sebagai bahan penyusunan Rancangan Peraturan Daerah tentangAPBD tahun berikutnya.

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyusunan rencana kerja dan anggaran Satuan KerjaPerangkat Daerah diatur dengan Peraturan Daerah.

Pasal 20

(1) Pemerintah Daerah mengajukan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD, disertaipenjelasan dan dokumen-dokumen pendukungnya kepada DPRD pada minggu pertamabulan Oktober tahun sebelumnya.

(2) Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD dilakukan sesuai denganundang-undang yang mengatur susunan dan kedudukan DPRD.

(3) DPRD dapat mengajukan usul yang mengakibatkan perubahan jumlah penerimaan danpengeluaran dalam Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD.

(4) Pengambilan keputusan oleh DPRD mengenai Rancangan Peraturan Daerah tentangAPBD dilakukan selambat-lambatnya satu bulan sebelum tahun anggaran yangbersangkutan dilaksanakan.

(5) APBD yang disetujui oleh DPRD terinci sampai dengan unit organisasi, fungsi, program,kegiatan, dan jenis belanja.

(6) Apabila DPRD tidak menyetujui Rancangan Peraturan Daerah sebagaimana dimaksuddalam ayat (1), untuk membiayai keperluan setiap bulan Pemerintah Daerah dapatmelaksanakan pengeluaran setinggi-tingginya sebesar angka APBD tahun anggaransebelumnya.

BAB VHUBUNGAN KEUANGAN ANTARA

PEMERINTAH PUSAT DAN BANK SENTRAL, PEMERINTAH DAERAH,SERTA PEMERINTAH/LEMBAGA ASING

Pasal 21

Pemerintah Pusat dan bank sentral berkoordinasi dalam penetapan dan pelaksanaankebijakan fiskal dan moneter.

Pasal 22

(1) Pemerintah Pusat mengalokasikan dana perimbangan kepada Pemerintah Daerahberdasarkan undang-undang perimbangan keuangan pusat dan daerah.

(2) Pemerintah Pusat dapat memberikan pinjaman dan/atau hibah kepada Pemerintah Daerahatau sebaliknya.

274

Page 278: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

(3) Pemberian pinjaman dan/atau hibah sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dilakukan setelahmendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.

(4) Pemerintah Daerah dapat memberikan pinjaman kepada/menerima pinjaman dari daerah laindengan persetujuan DPRD.

Pasal 23

(1) Pemerintah Pusat dapat memberikan hibah/pinjaman kepada atau menerimahibah/pinjaman dari pemerintah/lembaga asing dengan persetujuan DPR.

(2) Pinjaman dan/atau hibah yang diterima Pemerintah Pusat sebagaimana dimaksud dalamayat (1) dapat diteruspinjam-kan kepada Pemerintah Daerah/Perusahaan Negara/Perusahaan Daerah.

BAB VI

HUBUNGAN KEUANGAN ANTARAPEMERINTAH DAN PERUSAHAAN NEGARA,

PERUSAHAAN DAERAH, PERUSAHAAN SWASTA, SERTABADAN PENGELOLA DANA MASYARAKAT

Pasal 24

(1) Pemerintah dapat memberikan pinjaman/hibah/ penyertaan modal kepada dan menerimapinjaman/hibah dari perusahaan negara/daerah.

(2) Pemberian pinjaman/hibah/penyertaan modal dan penerimaan pinjaman/hibahsebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terlebih dahulu ditetapkan dalam APBN/APBD.

(3) Menteri Keuangan melakukan pembinaan dan pengawasan kepada perusahaan negara.

(4) Gubernur/bupati/walikota melakukan pembinaan dan pengawasan kepada perusahaandaerah.

(5) Pemerintah Pusat dapat melakukan penjualan dan/atau privatisasi perusahaan negarasetelah mendapat persetujuan DPR.

(6) Pemerintah Daerah dapat melakukan penjualan dan/atau privatisasi perusahaan daerahsetelah mendapat persetujuan DPRD.

(7) Dalam keadaan tertentu, untuk penyelamatan perekonomian nasional, Pemerintah Pusatdapat memberikan pinjaman dan/atau melakukan penyertaan modal kepada perusahaanswasta setelah mendapat persetujuan DPR.

Pasal 25

(1) Menteri Keuangan melakukan pembinaan dan pengawasan kepada badan pengelola danamasyarakat yang mendapat fasilitas dari Pemerintah Pusat.

(2) Gubernur/bupati/walikota melakukan pembinaan dan pengawasan kepada badan pengeloladana masyarakat yang mendapat fasilitas dari Pemerintah Daerah.

(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) berlaku bagi badan pengeloladana masyarakat yang mendapat fasilitas dari pemerintah.

BAB VIIPELAKSANAAN APBN DAN APBD

Pasal 26

(1) Setelah APBN ditetapkan dengan undang-undang, pelaksanaannya dituangkan lebih lanjutdengan Keputusan Presiden.

(2) Setelah APBD ditetapkan dengan peraturan daerah, pelaksanaannya dituangkan lebihlanjut dengan Keputusan Gubernur/Bupati/Walikota.

Pasal 27

(1) Pemerintah Pusat menyusun Laporan Realisasi Semester Pertama APBN dan prognosisuntuk 6 (enam) bulan berikutnya.

(2) Laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disampaikan kepada DPR selambat-lambatnya pada akhir Juli tahun anggaran yang bersangkutan, untuk dibahas bersamaantara DPR dan Pemerintah Pusat.

(3) Penyesuaian APBN dengan perkembangan dan/atau perubahan keadaan dibahas bersamaDPR dengan Pemerintah Pusat dalam rangka penyusunan prakiraan perubahan atasAPBN tahun anggaran yang bersangkutan, apabila terjadi :

a. perkembangan ekonomi makro yang tidak sesuai dengan asumsi yang digunakandalam APBN;

b. perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal;

c. keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran anggaran antarunitorganisasi, antarkegiatan, dan antarjenis belanja;

d. keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya harusdigunakan untuk pembiayaan anggaran yang berjalan.

(4) Dalam keadaan darurat Pemerintah dapat melakukan pengeluaran yang belum tersediaanggarannya, yang selanjutnya diusulkan dalam rancangan perubahan APBN dan/ataudisampaikan dalam Laporan Realisasi Anggaran.

(5) Pemerintah Pusat mengajukan rancangan undang-undang tentang Perubahan APBN tahunanggaran yang bersangkutan berdasarkan perubahan sebagaimana dimaksud dalam ayat(3) untuk mendapatkan persetujuan DPR sebelum tahun anggaran yang bersangkutanberakhir.

Pasal 28

(1) Pemerintah Daerah menyusun Laporan Realisasi Semester Pertama APBD dan prognosisuntuk 6 (enam) bulan berikutnya.

(2) Laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disampaikan kepada DPRD selambat-lambatnya pada akhir Juli tahun anggaran yang bersangkutan, untuk dibahas bersamaantara DPRD dan Pemerintah Daerah.

(3) Penyesuaian APBD dengan perkembangan dan/atau perubahan keadaan dibahas bersamaDPRD dengan Pemerintah Daerah dalam rangka penyusunan prakiraan Perubahan atasAPBD tahun anggaran yang bersangkutan, apabila terjadi :

a. perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi kebijakan umum APBD;

b. keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran anggaran antarunitorganisasi, antarkegiatan, dan antarjenis belanja.

c. keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya harusdigunakan untuk pembiayaan anggaran yang berjalan.

275

Page 279: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

(4) Dalam keadaan darurat Pemerintah Daerah dapat melakukan pengeluaran yang belumtersedia angga- rannya, yang selanjutnya diusulkan dalam rancangan perubahan APBD,dan/atau disampaikan dalam Laporan Realisasi Anggaran.

(5) Pemerintah Daerah mengajukan Rancangan Peraturan Daerah tentang Perubahan APBDtahun angga- ran yang bersangkutan berdasarkan perubahan sebagaimana dimaksuddalam ayat (3) untuk menda- patkan persetujuan DPRD sebelum tahun anggaran yangbersangkutan berakhir.

Pasal 29

Ketentuan mengenai pengelolaan keuangan negara dalam rangka pelaksanaan APBNdan APBD ditetapkan dalam undang-undang yang mengatur perbendaharaan negara.

BAB VIIIPERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN

APBN DAN APBD

Pasal 30

(1) Presiden menyampaikan rancangan undang-undang tentang pertanggungjawabanpelaksanaan APBN kepada DPR berupa laporan keuangan yang telah diperiksa olehBadan Pemeriksa Keuangan, selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaranberakhir.

(2) Laporan keuangan dimaksud setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi APBN, Neraca,Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan, yang dilampiri dengan laporankeuangan perusahaan negara dan badan lainnya.

Pasal 31

(1) Gubernur/Bupati/Walikota menyampaikan rancangan peraturan daerah tentangpertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan keuangan yangtelah diperiksa oleh Badan Peme- riksa Keuangan, selambat-lambatnya 6 (enam) bulansetelah tahun anggaran berakhir.

(2) Laporan keuangan dimaksud setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi APBD, Neraca,Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan, yang dilampiri dengan laporankeuangan perusahaan daerah.

Pasal 32

(1) Bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD sebagaimanadimaksud dalam Pasal 30 dan Pasal 31 disusun dan disajikan sesuai dengan standarakuntansi pemerintahan.

(2) Standar akuntansi pemerintahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disusun oleh suatukomite standar yang independen dan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah setelahterlebih dahulu mendapat pertimbangan dari Badan Pemeriksa Keuangan.

Pasal 33

Pemeriksaan pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara diatur dalamundang-undang tersendiri.

BAB IXKETENTUAN PIDANA, SANKSI ADMINISTRATIF,

DAN GANTI RUGI

Pasal 34

(1) Menteri/Pimpinan lembaga/Gubernur/Bupati/Walikota yang terbukti melakukanpenyimpangan kebijakan yang telah ditetapkan dalam undang-undang tentangAPBN/Peraturan Daerah tentang APBD diancam dengan pidana penjara dan dendasesuai dengan ketentuan undang-undang.

(2) Pimpinan Unit Organisasi Kementerian Negara/Lembaga/ Satuan Kerja Perangkat Daerahyang terbukti melakukan penyimpangan kegiatan anggaran yang telah ditetapkan dalamundang-undang tentang APBN/Peraturan Daerah tentang APBD diancam dengan pidanapenjara dan denda sesuai dengan ketentuan undang-undang.

(3) Presiden memberi sanksi administratif sesuai dengan ketentuan undang-undang kepadapegawai negeri serta pihak-pihak lain yang tidak memenuhi kewajibannya sebagaimanaditentukan dalam undang-undang ini.

Pasal 35

(1) Setiap pejabat negara dan pegawai negeri bukan bendahara yang melanggar hukum ataumelalaikan kewajibannya baik langsung atau tidak langsung yang merugikan keuangannegara diwajibkan mengganti kerugian dimaksud.

(2) Setiap orang yang diberi tugas menerima, menyimpan, membayar, dan/atau menyerahkanuang atau surat berharga atau barang-barang negara adalah bendahara yang wajibmenyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada Badan Pemeriksa Keuangan.

(3) Setiap bendahara sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) bertanggung jawab secarapribadi atas kerugian keuangan negara yang berada dalam pengurusannya.

(4) Ketentuan mengenai penyelesaian kerugian negara diatur di dalam undang-undangmengenai perbendaharaan negara.

BAB X

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 36

(1) Ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrualsebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 13, 14, 15, dan 16 undang-undang inidilaksanakan selambat-lambatnya dalam 5 (lima) tahun. Selama pengakuan danpengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual belum dilaksanakan, digunakanpengakuan dan pengukuran berbasis kas.

(2) Batas waktu penyampaian laporan keuangan oleh pemerintah pusat/pemerintah daerah,demikian pula penyelesaian pemeriksaan laporan keuangan pemerintah pusat/ pemerintahdaerah oleh Badan Pemeriksa Keuangan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 danPasal 31, berlaku mulai APBN/APBD tahun 2006.

BAB XIKETENTUAN PENUTUP

276

Page 280: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

Pasal 37

Pada saat berlakunya undang-undang ini :

1. Indische Comptabiliteitswet (ICW), Staatsblad Tahun 1925 Nomor 448 sebagaimanatelah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1968(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 53, Tambahan LembaranNegara Nomor 2860);

2. Indische Bedrijvenwet (IBW) Stbl. 1927 Nomor 419 jo. Stbl. 1936 Nomor 445;

3. Reglement voor het Administratief Beheer (RAB) Stbl. 1933 Nomor 381;

sepanjang telah diatur dalam undang-undang ini, dinyatakan tidak berlaku lagi.

Pasal 38

Ketentuan pelaksanaan sebagai tindak lanjut undang-undang ini sudah selesai selambat-lambatnya 1 (satu) tahun sejak undang-undang ini diundangkan.

Pasal 39

Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-undang inidengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Telah sahpada tanggal 5 April 2003

Diundangkan di JakartaDiundangkan di Jakartapada tanggal 5 April 2003

SEKRETARIS NEGARAREPUBLIK INDONESIA,

ttd.

BAMBANG KESOWO

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2003 NOMOR 47

PENJELASAN

ATAS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 17 TAHUN 2003

TENTANG

KEUANGAN NEGARA

I. UMUM

1. Dasar Pemikiran

Dalam rangka pencapaian tujuan bernegara sebagaimanatercantum dalam alinea IV Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945dibentuk pemerintahan negara yang menyelenggarakan fungsipemerintahan dalam berbagai bidang. Pembentukan pemerintahan negaratersebut menimbulkan hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai denganuang yang perlu dikelola dalam suatu sistem pengelolaan keuangannegara.

Sebagai suatu negara yang berkedaulatan rakyat, berdasarkanhukum, dan menyelenggarakan pemerintahan negara berdasarkankonstitusi, sistem pengelolaan keuangan negara harus sesuai denganaturan pokok yang ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar. DalamUndang-Undang Dasar 1945 Bab VIII Hal Keuangan, antara lain disebutkanbahwa anggaran pendapatan dan belanja negara ditetapkan setiap tahundengan undang-undang, dan ketentuan mengenai pajak dan pungutan lainyang bersifat memaksa untuk keperluan negara serta macam dan hargamata uang ditetapkan dengan undang-undang. Hal-hal lain mengenaikeuangan negara sesuai dengan amanat Pasal 23C diatur dengan undang-undang.

Selama ini dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan negaramasih digunakan ketentuan perundang-undangan yang disusun pada masapemerintahan kolonial Hindia Belanda yang berlaku berdasarkan AturanPeralihan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu Indische Comptabiliteitswetyang lebih dikenal dengan nama ICW Stbl. 1925 No. 448 selanjutnyadiubah dan diundangkan dalam Lembaran Negara 1954 Nomor 6, 1955Nomor 49, dan terakhir Undang-undang Nomor 9 Tahun 1968, yangditetapkan pertama kali pada tahun 1864 dan mulai berlaku pada tahun1867, Indische Bedrijvenwet (IBW) Stbl. 1927 No. 419 jo. Stbl. 1936 No.445 dan Reglement voor het Administratief Beheer (RAB) Stbl. 1933 No.381. Sementara itu, dalam pelaksanaan pemeriksaan pertanggungjawabankeuangan negara digunakan Instructie en verdere bepalingen voor deAlgemeene Rekenkamer (IAR) Stbl. 1933 No. 320. Peraturan perundang-undangan tersebut tidak dapat mengakomodasikan berbagaiperkembangan yang terjadi dalam sistem kelembagaan negara danpengelolaan keuangan pemerintahan negara Republik Indonesia. Olehkarena itu, meskipun berbagai ketentuan tersebut secara formal masihtetap berlaku, secara materiil sebagian dari ketentuan dalam peraturanperundang-undangan dimaksud tidak lagi dilaksanakan.

Kelemahan perundang-undangan dalam bidang keuangannegara menjadi salah satu penyebab terjadinya beberapa bentukpenyimpangan dalam pengelolaan keuangan negara. Dalam upayamenghilangkan penyimpangan tersebut dan mewujudkan sistempengelolaan fiskal yang berkesinambungan (sustainable) sesuai denganaturan pokok yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar danasas-asas umum yang berlaku secara universal dalam penyelenggaraanpemerintahan negara diperlukan suatu undang-undang yang mengaturpengelolaan keuangan negara.

277

Page 281: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

Upaya untuk menyusun undang-undang yang mengaturpengelolaan keuangan negara telah dirintis sejak awal berdirinya negaraIndonesia. Oleh karena itu, penyelesaian Undang-undang tentangKeuangan Negara merupakan kelanjutan dan hasil dari berbagai upayayang telah dilakukan selama ini dalam rangka memenuhi kewajibankonstitusional yang diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945.

2. Hal-hal Baru dan/atau Perubahan Mendasar dalam Ketentuan PengelolaanKeuangan Negara yang Diatur dalam Undang-undang ini

Hal-hal baru dan/atau perubahan mendasar dalam ketentuankeuangan negara yang diatur dalam undang-undang ini meliputi pengertiandan ruang lingkup keuangan negara, asas-asas umum pengelolaankeuangan negara, kedudukan Presiden sebagai pemegang kekuasaanpengelolaan keuangan negara, pendelegasian kekuasaan Presiden kepadaMenteri Keuangan dan Menteri/Pimpinan Lembaga, susunan APBN danAPBD, ketentuan mengenai penyusunan dan penetapan APBN dan APBD,pengaturan hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan bank sentral,pemerintah daerah dan pemerintah/lembaga asing, pengaturan hubungankeuangan antara pemerintah dengan perusahaan negara, perusahaandaerah dan perusahaan swasta, dan badan pengelola dana masyarakat,serta penetapan bentuk dan batas waktu penyampaian laporanpertanggungjawaban pelaksanaan APBN dan APBD.

Undang-undang ini juga telah mengantisipasi perubahan standarakuntansi di lingkungan pemerintahan di Indonesia yang mengacu kepadaperkembangan standar akuntansi di lingkungan pemerintahan secarainternasional.

3. Pengertian dan Ruang Lingkup Keuangan Negara

Pendekatan yang digunakan dalam merumuskan KeuanganNegara adalah dari sisi obyek, subyek, proses, dan tujuan. Dari sisi obyekyang dimaksud dengan Keuangan Negara meliputi semua hak dankewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kebijakan dankegiatan dalam bidang fiskal, moneter dan pengelolaan kekayaan negarayang dipisahkan, serta segala sesuatu baik berupa uang, maupun berupabarang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaanhak dan kewajiban tersebut. Dari sisi subyek yang dimaksud denganKeuangan Negara meliputi seluruh obyek sebagaimana tersebut di atasyang dimiliki negara, dan/atau dikuasai oleh Pemerintah Pusat, PemerintahDaerah, Perusahaan Negara/Daerah, dan badan lain yang ada kaitannyadengan keuangan negara. Dari sisi proses, Keuangan Negara mencakupseluruh rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan obyeksebagaimana tersebut di atas mulai dari perumusan kebijakan danpengambilan keputusan sampai dengan pertanggunggjawaban. Dari sisitujuan, Keuangan Negara meliputi seluruh kebijakan, kegiatan danhubungan hukum yang berkaitan dengan pemilikan dan/atau penguasaanobyek sebagaimana tersebut di atas dalam rangka penyelenggaraanpemerintahan negara.

Bidang pengelolaan Keuangan Negara yang demikian luasdapat dikelompokkan dalam sub bidang pengelolaan fiskal, sub bidangpengelolaan moneter, dan sub bidang pengelolaan kekayaan negara yangdipisahkan.

4. Asas-asas Umum Pengelolaan Keuangan Negara

Dalam rangka mendukung terwujudnya good governance dalampenyelenggaraan negara, pengelolaan keuangan negara perludiselenggarakan secara profesional, terbuka, dan bertanggung jawabsesuai dengan aturan pokok yang telah ditetapkan dalam Undang-UndangDasar. Sesuai dengan amanat Pasal 23C Undang-Undang Dasar 1945,Undang-undang tentang Keuangan Negara perlu menjabarkan aturanpokok yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar tersebut kedalam asas-asas umum yang meliputi baik asas-asas yang telah lamadikenal dalam pengelolaan keuangan negara, seperti asas tahunan, asasuniversalitas, asas kesatuan, dan asas spesialitas maupun asas-asas barusebagai pencerminan best practices (penerapan kaidah-kaidah yang baik)dalam pengelolaan keuangan negara, antara lain :

• akuntabilitas berorientasi pada hasil;

• profesionalitas;

• proporsionalitas;

• keterbukaan dalam pengelolaan keuangan negara;

• pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri.

Asas-asas umum tersebut diperlukan pula guna menjaminterselenggaranya prinsip-prinsip pemerintahan daerah sebagaimana yangtelah dirumuskan dalam Bab VI Undang-Undang Dasar 1945. Dengandianutnya asas-asas umum tersebut di dalam Undang-undang tentangKeuangan Negara, pelaksanaan Undang-undang ini selain menjadi acuandalam reformasi manajemen keuangan negara, sekaligus dimaksudkanuntuk memperkokoh landasan pelaksanaan desentralisasi dan otonomidaerah di Negara Kesatuan Republik Indonesia.

5. Kekuasaan atas Pengelolaan Keuangan Negara

Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaanpengelolaan keuangan negara sebagai bagian dari kekuasaanpemerintahan. Kekuasaan tersebut meliputi kewenangan yang bersifatumum dan kewenangan yang bersifat khusus. Untuk membantu Presidendalam penyelenggaraan kekuasaan dimaksud, sebagian dari kekuasaantersebut dikuasakan kepada Menteri Keuangan selaku Pengelola Fiskal danWakil Pemerintah dalam kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan,serta kepada Menteri/Pimpinan Lembaga selaku PenggunaAnggaran/Pengguna Barang kementerian negara/lembaga yangdipimpinnya. Menteri Keuangan sebagai pembantu Presiden dalam bidangkeuangan pada hakekatnya adalah Chief Financial Officer (CFO)Pemerintah Republik Indonesia, sementara setiap menteri/pimpinanlembaga pada hakekatnya adalah Chief Operational Officer (COO) untuksuatu bidang tertentu pemerintahan. Prinsip ini perlu dilaksanakan secarakonsisten agar terdapat kejelasan dalam pembagian wewenang dantanggung jawab, terlaksananya mekanisme checks and balances sertauntuk mendorong upaya peningkatan profesionalisme dalampenyelenggaraan tugas pemerintahan.

Sub bidang pengelolaan fiskal meliputi fungsi-fungsipengelolaan kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro, penganggaran,administrasi perpajakan, administrasi kepabeanan, perbendaharaan, danpengawasan keuangan.

278

Page 282: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

Sesuai dengan asas desentralisasi dalam penyelenggaraanpemerintahan negara sebagian kekuasaan Presiden tersebut diserahkankepada Gubernur/ Bupati/Walikota selaku pengelola keuangan daerah.Demikian pula untuk mencapai kestabilan nilai rupiah tugas menetapkandan melaksanakan kebijakan moneter serta mengatur dan menjagakelancaran sistem pembayaran dilakukan oleh bank sentral.

6. Penyusunan dan Penetapan APBN dan APBD

Ketentuan mengenai penyusunan dan penetapan APBN/APBDdalam undang-undang ini meliputi penegasan tujuan dan fungsipenganggaran pemerintah, penegasan peran DPR/DPRD dan pemerintahdalam proses penyusunan dan penetapan anggaran, pengintegrasiansistem akuntabilitas kinerja dalam sistem penganggaran, penyempurnaanklasifikasi anggaran, penyatuan anggaran, dan penggunaan kerangkapengeluaran jangka menengah dalam penyusunan anggaran.

Anggaran adalah alat akuntabilitas, manajemen, dan kebijakanekonomi. Sebagai instrumen kebijakan ekonomi anggaran berfungsi untukmewujudkan pertumbuhan dan stabilitas perekonomian serta pemerataanpendapatan dalam rangka mencapai tujuan bernegara. Dalam upaya untukmeluruskan kembali tujuan dan fungsi anggaran tersebut perlu dilakukanpengaturan secara jelas peran DPR/DPRD dan pemerintah dalam prosespenyusunan dan penetapan anggaran sebagai penjabaran aturan pokokyang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar 1945. Sehubungandengan itu, dalam undang-undang ini disebutkan bahwa belanjanegara/belanja daerah dirinci sampai dengan unit organisasi, fungsi,program, kegiatan, dan jenis belanja. Hal tersebut berarti bahwa setiappergeseran anggaran antarunit organisasi, antarkegiatan, dan antarjenisbelanja harus mendapat persetujuan DPR/DPRD.

Masalah lain yang tidak kalah pentingnya dalam upayamemperbaiki proses penganggaran di sektor publik adalah penerapananggaran berbasis prestasi kerja. Mengingat bahwa sistem anggaranberbasis prestasi kerja/hasil memerlukan kriteria pengendalian kinerja danevaluasi serta untuk menghindari duplikasi dalam penyusunan rencanakerja dan anggaran kementerian negara/lembaga/perangkat daerah, perludilakukan penyatuan sistem akuntabilitas kinerja dalam sistempenganggaran dengan memperkenalkan sistem penyusunan rencana kerjadan anggaran kementerian negara/lembaga/perangkat daerah. Denganpenyusunan rencana kerja dan anggaran kementerian/lembaga/perangkatdaerah tersebut dapat terpenuhi sekaligus kebutuhan akan anggaranberbasis prestasi kerja dan pengukuran akuntabilitas kinerjakementerian/lembaga/perangkat daerah yang bersangkutan.

Sejalan dengan upaya untuk menerapkan secara penuhanggaran berbasis kinerja di sektor publik, perlu pula dilakukan perubahanklasifikasi anggaran agar sesuai dengan klasifikasi yang digunakan secarainternasional. Perubahan dalam pengelompokan transaksi pemerintahtersebut dimaksudkan untuk memudahkan pelaksanaan anggaran berbasiskinerja, memberikan gambaran yang objektif dan proporsional mengenaikegiatan pemerintah, menjaga konsistensi dengan standar akuntansi sektorpublik, serta memudahkan penyajian dan meningkatkan kredibilitas statistikkeuangan pemerintah.

Selama ini anggaran belanja pemerintah dikelompokkan atasanggaran belanja rutin dan anggaran belanja pembangunan.Pengelompokan dalam anggaran belanja rutin dan anggaran belanjapembangunan yang semula bertujuan untuk memberikan penekanan pada

arti pentingnya pembangunan dalam pelaksanaannya telah menimbulkanpeluang terjadinya duplikasi, penumpukan, dan penyimpangan anggaran.Sementara itu, penuangan rencana pembangunan dalam suatu dokumenperencanaan nasional lima tahunan yang ditetapkan dengan undang-undang dirasakan tidak realistis dan semakin tidak sesuai dengan dinamikakebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dalam era globalisasi.

Perkembangan dinamis dalam penyelenggaraan pemerintahanmembutuhkan sistem perencanaan fiskal yang terdiri dari sistempenyusunan anggaran tahunan yang dilaksanakan sesuai denganKerangka Pengeluaran Jangka Menengah (Medium Term ExpenditureFramework) sebagaimana dilaksanakan di kebanyakan negara maju.

Walaupun anggaran dapat disusun dengan baik, jika prosespenetapannya terlambat akan berpotensi menimbulkan masalah dalampelaksanaannya. Oleh karena itu, dalam undang-undang ini diatur secarajelas mekanisme pembahasan anggaran tersebut di DPR/DPRD, termasukpembagian tugas antara panitia/komisi anggaran dan komisi-komisipasangan kerja kementerian negara/lembaga/perangkat daerah diDPR/DPRD.

7. Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Bank Sentral,Pemerintah Daerah, Pemerintah/Lembaga Asing, Perusahaan Negara,Perusahaan Daerah, Perusahaan Swasta, serta Badan Pengelola DanaMasyarakat

Sejalan dengan semakin luas dan kompleksnya kegiatanpengelolaan keuangan negara, perlu diatur ketentuan mengenai hubungankeuangan antara pemerintah dan lembaga-lembaga infra/supranasional.Ketentuan tersebut meliputi hubungan keuangan antara pemerintah pusatdan bank sentral, pemerintah daerah, pemerintah asing, badan/lembagaasing, serta hubungan keuangan antara pemerintah dan perusahaannegara, perusahaan daerah, perusahaan swasta dan badan pengelola danamasyarakat. Dalam hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan banksentral ditegaskan bahwa pemerintah pusat dan bank sentral berkoordinasidalam penetapan dan pelaksanaan kebijakan fiskal dan moneter. Dalamhubungan dengan pemerintah daerah, undang-undang inimenegaskan adanya kewajiban pemerintah pusat mengalokasikan danaperimbangan kepada pemerintah daerah. Selain itu, undang-undang inimengatur pula perihal penerimaan pinjaman luar negeri pemerintah. Dalamhubungan antara pemerintah dan perusahaan negara, perusahaan daerah,perusahaan swasta, dan badan pengelola dana masyarakat ditetapkanbahwa pemerintah dapat memberikan pinjaman/hibah/penyertaan modalkepada dan menerima pinjaman/hibah dari perusahaan negara/daerahsetelah mendapat persetujuan DPR/DPRD.

8. Pelaksanaan APBN dan APBD

Setelah APBN ditetapkan secara rinci dengan undang-undang,pelaksanaannya dituangkan lebih lanjut dengan keputusan Presidensebagai pedoman bagi kementerian negara/lembaga dalam pelaksanaananggaran. Penuangan dalam keputusan Presiden tersebut terutamamenyangkut hal-hal yang belum dirinci di dalam undang-undang APBN,seperti alokasi anggaran untuk kantor pusat dan kantor daerah kementeriannegara/lembaga, pembayaran gaji dalam belanja pegawai, danpembayaran untuk tunggakan yang menjadi beban kementeriannegara/lembaga. Selain itu, penuangan dimaksud meliputi pula alokasi

279

Page 283: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

dana perimbangan untuk provinsi/kabupaten/kota dan alokasi subsidisesuai dengan keperluan perusahaan/badan yang menerima.

Untuk memberikan informasi mengenai perkembanganpelaksanaan APBN/APBD, pemerintah pusat/pemerintah daerah perlumenyampaikan laporan realisasi semester pertama kepada DPR/DPRDpada akhir Juli tahun anggaran yang bersangkutan. Informasi yangdisampaikan dalam laporan tersebut menjadi bahan evaluasi pelaksanaanAPBN/APBD semester pertama dan penyesuaian/perubahan APBN/APBDpada semester berikutnya.

Ketentuan mengenai pengelolaan keuangan negara dalamrangka pelaksanaan APBN/APBD ditetapkan tersendiri dalam undang-undang yang mengatur perbendaharaan negara mengingat lebih banyakmenyangkut hubungan administratif antarkementerian negara/ lembaga dilingkungan pemerintah.

9. Pertanggungjawaban Pengelolaan Keuangan Negara

Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi danakuntabilitas pengelolaan keuangan negara adalah penyampaian laporanpertanggungjawaban keuangan pemerintah yang memenuhi prinsip-prinsiptepat waktu dan disusun dengan mengikuti standar akuntansi pemerintahyang telah diterima secara umum.

Dalam undang-undang ini ditetapkan bahwa laporanpertanggung-jawaban pelaksanaan APBN/APBD disampaikan berupalaporan keuangan yang setidak-tidaknya terdiri dari laporan realisasianggaran, neraca, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuanganyang disusun sesuai dengan standar akuntansi pemerintah. Laporankeuangan pemerintah pusat yang telah diperiksa oleh Badan PemeriksaKeuangan harus disampaikan kepada DPR selambat-lambatnya 6 (enam)bulan setelah berakhirnya tahun anggaran yang bersangkutan, demikianpula laporan keuangan pemerintah daerah yang telah diperiksa oleh BadanPemeriksa Keuangan harus disampaikan kepada DPRD selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah berakhirnya tahun anggaran yangbersangkutan.

Dalam rangka akuntabilitas pengelolaan keuangan negaramenteri/pimpinan lembaga/gubernur/bupati/walikota selaku penggunaanggaran/pengguna barang bertanggung jawab atas pelaksanaankebijakan yang ditetapkan dalam Undang-undang tentang APBN/PeraturanDaerah tentang APBD, dari segi manfaat/hasil (outcome). SedangkanPimpinan unit organisasi kementerian negara/lembaga bertanggung jawabatas pelaksanaan kegiatan yang ditetapkan dalam Undang-undang tentangAPBN, demikian pula Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah bertanggungjawab atas pelaksanaan kegiatan yang ditetapkan dalam Peraturan Daerahtentang APBD, dari segi barang dan/atau jasa yang disediakan (output).Sebagai konsekuensinya, dalam undang-undang ini diatur sanksi yangberlaku bagi menteri/pimpinan lembaga/gubernur/bupati/walikota, sertaPimpinan unit organisasi kementerian negara/lembaga/Satuan KerjaPerangkat Daerah yang terbukti melakukan penyimpangankebijakan/kegiatan yang telah ditetapkan dalam Undang-undang tentangAPBN /Peraturan Daerah tentang APBD. Ketentuan sanksi tersebutdimaksudkan sebagai upaya preventif dan represif, serta berfungsi sebagaijaminan atas ditaatinya Undang-undang tentang APBN/Peraturan Daerahtentang APBD yang bersangkutan.

Selain itu perlu ditegaskan prinsip yang berlaku universal bahwabarang siapa yang diberi wewenang untuk menerima, menyimpan dan

membayar atau menyerahkan uang, surat berharga atau barang miliknegara bertanggungjawab secara pribadi atas semua kekurangan yangterjadi dalam pengurusannya. Kewajiban untuk mengganti kerugiankeuangan negara oleh para pengelola keuangan negara dimaksudmerupakan unsur pengendalian intern yang andal.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas

Pasal 2

Huruf a

Cukup jelas

Huruf b

Cukup jelas

Huruf c

Cukup jelas

Huruf d

Cukup jelas

Huruf e

Cukup jelas

Huruf f

Cukup jelas

Huruf g

Cukup jelas

Huruf h

Cukup jelas

Huruf i

Kekayaan pihak lain sebagaimana dimaksud dalam huruf i meliputikekayaan yang dikelola oleh orang atau badan lain berdasarkankebijakan pemerintah, yayasan-yayasan di lingkungan kementeriannegara/lembaga, atau perusahaan negara/daerah.

Pasal 3

Ayat (1)

Setiap penyelenggara negara wajib mengelola keuangan negarasecara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien,ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab denganmemperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.

Pengelolaan dimaksud dalam ayat ini mencakup keseluruhankegiatan perencanaan, penguasaan, penggunaan, pengawasan,dan pertanggung-jawaban.

Ayat (2)

280

Page 284: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat (4)

Fungsi otorisasi mengandung arti bahwa anggaran negara menjadidasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahunyang bersangkutan.

Fungsi perencanaan mengandung arti bahwa anggaran negaramenjadi pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatanpada tahun yang bersangkutan.

Fungsi pengawasan mengandung arti bahwa anggaran negaramenjadi pedoman untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraanpemerintahan negara sesuai dengan ketentuan yang telahditetapkan.

Fungsi alokasi mengandung arti bahwa anggaran negara harusdiarahkan untuk mengurangi pengangguran dan pemborosansumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitasperekonomian.

Fungsi distribusi mengandung arti bahwa kebijakan anggarannegara harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.

Fungsi stabilisasi mengandung arti bahwa anggaran pemerintahmenjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbanganfundamental perekonomian.

Ayat (5)

Cukup jelas

Ayat (6)

Cukup jelas

Ayat (7)

Cukup jelas

Ayat (8)

Cukup jelas

Pasal 4

Cukup jelas

Pasal 5

Cukup jelas

Pasal 6

Ayat (1)

Kekuasaan pengelolaan Keuangan Negara sebagaimana dimaksuddalam ayat ini meliputi kewenangan yang bersifat umum dankewenangan yang bersifat khusus.

Kewenangan yang bersifat umum meliputi penetapan arah,kebijakan umum, strategi, dan prioritas dalam pengelolaan APBN,

antara lain penetapan pedoman pelaksanaan danpertanggungjawaban APBN, penetapan pedoman penyusunanrencana kerja kementerian negara/lembaga, penetapan gaji dantunjangan, serta pedoman pengelolaan Penerimaan Negara.

Kewenangan yang bersifat khusus meliputi keputusan/ kebijakanteknis yang berkaitan dengan pengelolaan APBN, antara lainkeputusan sidang kabinet di bidang pengelolaan APBN, keputusanrincian APBN, keputusan dana perimbangan, dan penghapusanaset dan piutang negara.

Ayat (2)

Huruf a

Cukup jelas

Huruf b

Dalam ketentuan ini yang dimaksud dengan lembaga adalahlembaga negara dan lembaga pemerintah nonkementeriannegara.

Di lingkungan lembaga negara, yang dimaksud denganpimpinan lembaga adalah pejabat yang bertangguing jawabatas pengelolaan keuangan lembaga yang bersangkutan.

Huruf c

Cukup jelas

Huruf d

Cukup jelas

Pasal 7

Cukup jelas

Pasal 8

Cukup jelas

Pasal 9

Huruf a

Cukup jelas

Huruf b

Cukup jelas

Huruf c

Cukup jelas

Huruf d

Cukup jelas

Huruf e

Piutang dimaksud dalam ayat ini adalah hak negara dalam rangkapenerimaan negara bukan pajak yang pemungutannya menjaditanggung jawab kementerian negara/lembaga yangbersangkutan.

281

Page 285: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

Utang dimaksud dalam ayat ini adalah kewajiban negara kepadapihak ketiga dalam rangka pengadaan barang dan jasa yangpembayarannya merupakan tanggung jawab kementeriannegara/lembaga berkaitan sebagai unit pengguna anggarandan/atau kewajiban lainnya yang timbul berdasarkan undang-undang/keputusan pengadilan.

Huruf f

Cukup jelas

Huruf g

Penyusunan dan penyajian laporan keuangan dimaksud adalahdalam rangka akuntabilitas dan keterbukaan dalam pengelolaankeuangan negara, termasuk prestasi kerja yang dicapai ataspenggunaan anggaran.

Huruf h

Cukup jelas

Pasal 10

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Huruf a

Cukup jelas

Huruf b

Cukup jelas

Huruf c

Cukup jelas

Huruf d

Cukup jelas

Huruf e

Cukup jelas

Ayat (3)

Huruf a

Cukup jelas

Huruf b

Cukup jelas

Huruf c

Cukup jelas

Huruf d

Cukup jelas

Huruf e

Cukup jelas

Huruf f

Cukup jelas

Huruf g

Penyusunan dan penyajian laporan keuangan dimaksudadalah dalam rangka akuntabilitas dan keterbukaandalam pengelolaan keuangan daerah, termasuk prestasikerja yang dicapai atas penggunaan anggaran.

Pasal 11

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Dalam pungutan perpajakan tersebut termasuk pungutan bea masukdan cukai.

Ayat (4)

Cukup jelas

Ayat (5)

Rincian belanja negara menurut organisasi disesuaikan dengansusunan kementerian negara/lembaga pemerintahan pusat.

Rincian belanja negara menurut fungsi antara lain terdiri daripelayanan umum, pertahanan, ketertiban dan keamanan, ekonomi,lingkungan hidup, perumahan dan fasilitas umum, kesehatan,pariwisata, budaya, agama, pendidikan, dan perlindungan sosial.

Rincian belanja negara menurut jenis belanja (sifat ekonomi) antaralain terdiri dari belanja pegawai, belanja barang, belanja modal,bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, dan belanja lain-lain.

Pasal 12

Ayat (1)

Dalam menyusun APBN dimaksud, diupayakan agar belanjaoperasional tidak melampaui pendapatan dalam tahun anggaranyang bersangkutan.

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Defisit anggaran dimaksud dibatasi maksimal 3% dari ProdukDomestik Bruto. Jumlah pinjaman dibatasi maksimal 60% dariProduk Domestik Bruto.

Ayat (4)

Penggunaan surplus anggaran perlu mempertimbangkan prinsippertang-gungjawaban antargenerasi sehingga penggunaannyadiutamakan untuk pengurangan utang, pembentukan danacadangan, dan peningkatan jaminan sosial.

282

Page 286: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

Pasal 13

Cukup jelas

Pasal 14

Cukup jelas

Pasal 15

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Perubahan Rancangan Undang-undang tentang APBN dapatdiusulkan oleh DPR sepanjang tidak mengakibatkan peningkatandefisit anggaran.

Ayat (4)

Cukup jelas

Ayat (5)

Cukup jelas

Ayat (6)

Cukup jelas

Pasal 16

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat (4)

Rincian belanja daerah menurut organisasi disesuaikan dengansusunan perangkat daerah/lembaga teknis daerah.

Rincian belanja daerah menurut fungsi antara lain terdiri daripelayanan umum, ketertiban dan keamanan, ekonomi, lingkunganhidup, perumahan dan fasilitas umum, kesehatan, pariwisata,budaya, agama, pendidikan, serta perlindungan sosial.

Rincian belanja daerah menurut jenis belanja (sifat ekonomi) antaralain terdiri dari belanja pegawai, belanja barang, belanja modal,bunga, subsidi, hibah, dan bantuan sosial.

Pasal 17

Ayat (1)

Dalam menyusun APBD dimaksud, diupayakan agar belanjaoperasional tidak melampaui pendapatan dalam tahun anggaranyang bersangkutan.

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Defisit anggaran dimaksud dibatasi maksimal 3% dari ProdukRegional Bruto daerah yang bersangkutan. Jumlah pinjamandibatasi maksimal 60% dari Produk Regional Bruto daerah yangbersangkutan.

Ayat (4)

Penggunaan surplus anggaran perlu mempertimbangkan prinsippertanggungjawaban antar generasi, sehingga penggunaannyadiutamakan untuk pengurangan utang, pembentukan cadangan,dan peningkatan jaminan sosial.

Pasal 18

Cukup jelas

Pasal 19

Cukup jelas

Pasal 20

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Perubahan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD dapatdiusulkan oleh DPRD sepanjang tidak mengakibatkan peningkatandefisit anggaran.

Ayat (4)

Cukup jelas

Ayat (5)

Cukup jelas

Ayat (6)

Cukup jelas

Pasal 21

Cukup jelas

283

Page 287: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

Pasal 22

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Pemerintah wajib menyampaikan kepada Badan PemeriksaKeuangan salinan setiap perjanjian pinjaman dan/atau hibah yangtelah ditandatangani.

Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat (4)

Cukup jelas

Pasal 23

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Pemerintah wajib menyampaikan kepada Badan PemeriksaKeuangan salinan setiap perjanjian pinjaman dan/atau hibah yangtelah ditandatangani.

Pasal 24

Ayat (1)

Pemerintah wajib menyampaikan kepada Badan PemeriksaKeuangan salinan setiap perjanjian pinjaman dan/atau hibah yangtelah ditandatangani.

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat (4)

Cukup jelas

Ayat (5)

Cukup jelas

Ayat (6)

Cukup jelas

Ayat (7)

Cukup jelas

Pasal 25

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan badan pengelola dana masyarakat dalamayat ini tidak termasuk perusahaan jasa keuangan yang telahdiatur dalam aturan tersendiri.

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Pasal 26

Cukup jelas

Pasal 27

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat (4)

Pengeluaran tersebut dalam ayat ini termasuk belanja untukkeperluan mendesak yang kriterianya ditetapkan dalam Undang-undang tentang APBN yang bersangkutan.

Ayat (5)

Cukup jelas

Pasal 28

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat (4)

Pengeluaran tersebut dalam ayat ini termasuk belanja untukkeperluan mendesak yang kriterianya ditetapkan dalam PeraturanDaerah tentang APBD yang bersangkutan.

Ayat (5)

Cukup jelas

Pasal 29

Cukup jelas

284

Page 288: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

Pasal 30

Ayat (1)

Pemeriksaan oleh Badan Pemeriksa Keuangan diselesaikanselambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah menerima laporankeuangan dari Pemerintah Pusat.

Ayat (2)

Laporan Realisasi Anggaran selain menyajikan realisasipendapatan dan belanja, juga menjelaskan prestasi kerja setiapkementerian negara/lembaga.

Pasal 31

Ayat (1)

Pemeriksaan laporan keuangan oleh Badan Pemeriksa Keuangandiselesaikan selambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah menerimalaporan keuangan dari Pemerintah Daerah.

Ayat (2)

Laporan Realisasi Anggaran selain menyajikan realisasipendapatan dan belanja, juga menjelaskan prestasi kerja satuankerja perangkat daerah.

Pasal 32

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Apabila dalam waktu 2 (dua) bulan tidak memberikan pertimbanganyang diminta, Badan Pemeriksa Keuangan dianggap menyetujuisepenuhnya standar akuntansi pemerintahan yang diajukan olehPemerintah.

Pasal 33

Cukup jelas

Pasal 34

Ayat (1)

Kebijakan yang dimaksud dalam ayat ini tercermin padamanfaat/hasil yang harus dicapai dengan pelaksanaan fungsi danprogram kementerian negara/lembaga/pemerintahan daerah yangbersangkutan.

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Pasal 35

Cukup jelas

Pasal 36

Cukup jelas

Pasal 37

Cukup jelas

Pasal 38

Peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pelaksanaanUndang-undang ini sudah harus selesai selambat-lambatnya dalam waktu1 (satu) tahun. Pelaksanaan penataan dimulai sejak ditetapkannyaUndang-undang ini dan sudah selesai dalam waktu 2 (dua) tahun.

Pasal 39

Cukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4286

285

Page 289: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 1 TAHUN 2004

TENTANG

PERBENDAHARAAN NEGARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemerintahan negara untuk mewujudkantujuan bernegara menimbulkan hak dan kewajiban negara yang perludikelola dalam suatu sistem pengelolaan keuangan negara;

b. bahwa pengelolaan keuangan negara sebagaimana dimaksud dalamUndang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 perludilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, yang diwujudkan dalam AnggaranPendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan danBelanja Daerah (APBD);

c. bahwa dalam rangka pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangannegara diperlukan kaidah-kaidah hukum administrasi keuangan negarayang mengatur perbendaharaan negara;

d. bahwa Undang-undang Perbendaharaan Indonesia/IndischeComptabiliteitswet (Staatsblad Tahun 1925 Nomor 448) sebagaimana

telah beberapa kali diubah dan ditambah terakhir dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1968 (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 1968 Nomor 53), tidak dapat lagi memenuhi kebutuhanpengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara;

e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada hurufa, huruf b, huruf c, dan huruf d di atas perlu dibentuk Undang-undangtentang Perbendaharaan Negara;

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 23, dan Pasal 23C Undang-UndangDasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: UNDANG-UNDANG TENTANG PERBENDAHARAAN NEGARA.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Bagian Pertama

Pengertian

Pasal 1

Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan:

1. Perbendaharaan Negara adalah pengelolaan danpertanggungjawaban keuangan negara, termasuk investasi dankekayaan yang dipisahkan, yang ditetapkan dalam APBN dan APBD.

2. Kas Negara adalah tempat penyimpanan uang negara yangditentukan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negarauntuk menampung seluruh penerimaan negara dan membayar seluruhpengeluaran negara.

3. Rekening Kas Umum Negara adalah rekening tempat penyimpananuang negara yang ditentukan oleh Menteri Keuangan selaku BendaharaUmum Negara untuk menampung seluruh penerimaan negara danmembayar seluruh pengeluaran negara pada bank sentral.

4. Kas Daerah adalah tempat penyimpanan uang daerah yangditentukan oleh gubernur/bupati/walikota untuk menampung seluruhpenerimaan daerah dan membayar seluruh pengeluaran daerah.

5. Rekening Kas Umum Daerah adalah rekening tempat penyimpananuang daerah yang ditentukan oleh gubernur/bupati/walikota untukmenampung seluruh penerimaan daerah dan membayar seluruhpengeluaran daerah pada bank yang ditetapkan.

6. Piutang Negara adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepadaPemerintah Pusat dan/atau hak Pemerintah Pusat yang dapat dinilaidengan uang sebagai akibat perjanjian atau akibat lainnya berdasarkanperaturan perundang-undangan yang berlaku atau akibat lainnya yangsah.

7. Piutang Daerah adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepadaPemerintah Daerah dan/atau hak Pemerintah Daerah yang dapat dinilaidengan uang sebagai akibat perjanjian atau akibat lainnya berdasarkanperaturan perundang-undangan yang berlaku atau akibat lainnya yangsah.

8. Utang Negara adalah jumlah uang yang wajib dibayar Pemerintah

286

Page 290: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

Pusat dan/atau kewajiban Pemerintah Pusat yang dapat dinilai denganuang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku,perjanjian, atau berdasarkan sebab lainnya yang sah.

9. Utang Daerah adalah jumlah uang yang wajib dibayar PemerintahDaerah dan/atau kewajiban Pemerintah Daerah yang dapat dinilaidengan uang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku,perjanjian, atau berdasarkan sebab lainnya yang sah.

10. Barang Milik Negara adalah semua barang yang dibeli atau diperolehatas beban APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.

11. Barang Milik Daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperolehatas beban APBD atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.

12. Pengguna Anggaran adalah pejabat pemegang kewenanganpenggunaan anggaran kementerian negara/lembaga/satuan kerjaperangkat daerah.

13. Pengguna Barang adalah pejabat pemegang kewenanganpenggunaan barang milik negara/daerah.

14. Bendahara adalah setiap orang atau badan yang diberi tugas untukdan atas nama negara/daerah, menerima, menyimpan, danmembayar/menyerahkan uang atau surat berharga atau barang-barangnegara/daerah.

15. Bendahara Umum Negara adalah pejabat yang diberi tugas untukmelaksanakan fungsi bendahara umum negara.

16. Bendahara Umum Daerah adalah pejabat yang diberi tugas untukmelaksanakan fungsi bendahara umum daerah.

17. Bendahara Penerimaan adalah orang yang ditunjuk untuk menerima,menyimpan, menyetorkan, menatausahakan, danmempertanggungjawabkan uang pendapatan negara/daerah dalamrangka pelaksanaan APBN/APBD pada kantor/satuan kerja kementeriannegara/lembaga/pemerintah daerah.

18. Bendahara Pengeluaran adalah orang yang ditunjuk untuk menerima,menyimpan, membayarkan, menatausahakan, danmempertanggungjawabkan uang untuk keperluan belanja negara/daerahdalam rangka pelaksanaan APBN/APBD pada kantor/satuan kerjakementerian negara/lembaga/ pemerintah daerah.

19. Menteri/Pimpinan Lembaga adalah pejabat yang bertanggung jawabatas pengelolaan keuangan kementerian negara/ lembaga yangbersangkutan.

20. Kementerian Negara/Lembaga adalah kementerian negara/ lembagapemerintah non kementerian negara/lembaga negara.

21. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah adalah kepala badan/ dinas/birokeuangan/bagian keuangan yang mempunyai tugas melaksanakanpengelolaan APBD dan bertindak sebagai Bendahara Umum Daerah.

22. Kerugian Negara/Daerah adalah kekurangan uang, surat berharga,dan barang, yang nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatanmelawan hukum baik sengaja maupun lalai.

23. Badan Layanan Umum adalah instansi di lingkungan Pemerintah yangdibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupapenyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan

mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan padaprinsip efisiensi dan produktivitas.

24. Bank Sentral adalah sebagaimana dimaksud dalam Undang-UndangDasar 1945 Pasal 23D.

Bagian Kedua

Ruang Lingkup

Pasal 2

Perbendaharaan Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 Angka 1,meliputi:

a. pelaksanaan pendapatan dan belanja negara;

b. pelaksanaan pendapatan dan belanja daerah;

c. pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran negara;

d. pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran daerah;

e. pengelolaan kas;

f. pengelolaan piutang dan utang negara/daerah;

g. pengelolaan investasi dan barang milik negara/daerah;

h. penyelenggaraan akuntansi dan sistem informasi manajemenkeuangan negara/daerah;

i. penyusunan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD;

j. penyelesaian kerugian negara/daerah;

k. pengelolaan Badan Layanan Umum;

l. perumusan standar, kebijakan, serta sistem dan prosedur yangberkaitan dengan pengelolaan keuangan negara dalam rangkapelaksanaan APBN/APBD.

Bagian Ketiga

Asas Umum

Pasal 3

(1)

(2)

(3)

(4)

Undang-undang tentang APBN merupakan dasar bagi Pemerintah Pusatuntuk melakukan penerimaan dan pengeluaran negara.

Peraturan Daerah tentang APBD merupakan dasar bagi PemerintahDaerah untuk melakukan penerimaan dan pengeluaran daerah.

Setiap pejabat dilarang melakukan tindakan yang berakibat pengeluaranatas beban APBN/APBD jika anggaran untuk membiayai pengeluarantersebut tidak tersedia atau tidak cukup tersedia.

Semua pengeluaran negara, termasuk subsidi dan bantuan lainnya yangsesuai dengan program pemerintah pusat, dibiayai dengan APBN.

Semua pengeluaran daerah, termasuk subsidi dan bantuan lainnya yang

287

Page 291: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

(5)

(6)

(7)

sesuai dengan program pemerintah daerah, dibiayai dengan APBD.

Anggaran untuk membiayai pengeluaran yang sifatnya mendesak dan/atautidak terduga disediakan dalam bagian anggaran tersendiri yangselanjutnya diatur dalam peraturan pemerintah.

Kelambatan pembayaran atas tagihan yang berkaitan dengan pelaksanaanAPBN/APBD dapat mengakibatkan pengenaan denda dan/atau bunga.

BAB II

PEJABAT PERBENDAHARAAN NEGARA

Bagian Pertama

Pengguna Anggaran

Pasal 4

(1)

(2)

Menteri/pimpinan lembaga adalah Pengguna Anggaran/ Pengguna Barangbagi kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya.

Menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/ Pengguna Barangkementerian negara/lembaga yang dipimpinnya, berwenang:

a. menyusun dokumen pelaksanaan anggaran;

b. menunjuk Kuasa Pengguna Anggaran/Pengguna Barang;

c. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pemungutanpenerimaan negara;

d. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan utang danpiutang;

e. melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaranbelanja;

f. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengujian dan perintahpembayaran;

g. menggunakan barang milik negara;

h. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan barangmilik negara;

i. mengawasi pelaksanaan anggaran;

j. menyusun dan menyampaikan laporan keuangan;

kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya.

Pasal 5

Gubernur/bupati/walikota selaku Kepala Pemerintahan Daerah:

a. menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBD;

b. menetapkan Kuasa Pengguna Anggaran dan Bendahara Penerimaandan/atau Bendahara Pengeluaran;

c. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pemungutanpenerimaan daerah;

d. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan utang danpiutang daerah;

e. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan barangmilik daerah;

f. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengujian atas tagihandan memerintahkan pembayaran.

Pasal 6

(1)

(2)

Kepala satuan kerja perangkat daerah adalah PenggunaAnggaran/Pengguna Barang bagi satuan kerja perangkat daerah yangdipimpinnya.

Kepala satuan kerja perangkat daerah dalam melaksanakan tugasnyaselaku pejabat Pengguna Anggaran/Pengguna Barang satuan kerjaperangkat daerah yang dipimpinnya berwenang:

a. menyusun dokumen pelaksanaan anggaran;

b. melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas bebananggaran belanja;

c. melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran;

d. melaksanakan pemungutan penerimaan bukan pajak;

e. mengelola utang dan piutang;

f. menggunakan barang milik daerah;

g. mengawasi pelaksanaan anggaran;

h. menyusun dan menyampaikan laporan keuangan;

satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya.

Bagian Kedua

Bendahara Umum Negara/Daerah

Pasal 7

(1)

(2)

Menteri Keuangan adalah Bendahara Umum Negara.

Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara berwenang:

a. menetapkan kebijakan dan pedoman pelaksanaan anggarannegara;

b. mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran;

c. melakukan pengendalian pelaksanaan anggaran negara;

d. menetapkan sistem penerimaan dan pengeluaran kas negara;

e. menunjuk bank dan/atau lembaga keuangan lainnya dalam rangkapelaksanaan penerimaan dan pengeluaran anggaran negara;

f. mengusahakan dan mengatur dana yang diperlukan dalampelaksanaan anggaran negara;

288

Page 292: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

g. menyimpan uang negara;

h. menempatkan uang negara dan mengelola/menatausahakaninvestasi;

i. melakukan pembayaran berdasarkan permintaan pejabatPengguna Anggaran atas beban rekening kas umum negara;

j. melakukan pinjaman dan memberikan jaminan atas namapemerintah;

k. memberikan pinjaman atas nama pemerintah;

l. melakukan pengelolaan utang dan piutang negara;

m. mengajukan rancangan peraturan pemerintah tentang standarakuntansi pemerintahan;

n. melakukan penagihan piutang negara;

o. menetapkan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan negara;

p. menyajikan informasi keuangan negara;

q. menetapkan kebijakan dan pedoman pengelolaan sertapenghapusan barang milik negara;

r. menentukan nilai tukar mata uang asing terhadap rupiah dalamrangka pembayaran pajak;

s. menunjuk pejabat Kuasa Bendahara Umum Negara.

Pasal 8

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara mengangkat KuasaBendahara Umum Negara untuk melaksanakan tugas kebendaharaandalam rangka pelaksanaan anggaran dalam wilayah kerja yang telahditetapkan.

Tugas kebendaharaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputikegiatan menerima, menyimpan, membayar atau menyerahkan,menatausahakan, dan mempertanggungjawab-kan uang dan suratberharga yang berada dalam pengelolaannya.

Kuasa Bendahara Umum Negara melaksanakan penerimaan danpengeluaran Kas Negara sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 7 ayat (2) huruf c.

Kuasa Bendahara Umum Negara berkewajiban memerintahkan penagihanpiutang negara kepada pihak ketiga sebagai penerimaan anggaran.

Kuasa Bendahara Umum Negara berkewajiban melakukan pembayarantagihan pihak ketiga sebagai pengeluaran anggaran.

Pasal 9

(1)

(2)

Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah adalah BendaharaUmum Daerah.

Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah selaku BendaharaUmum Daerah berwenang:

a. menyiapkan kebijakan dan pedoman pelaksanaan APBD;

b. mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran;

c. melakukan pengendalian pelaksanaan APBD;

d. memberikan petunjuk teknis pelaksanaan sistem penerimaan danpengeluaran kas daerah;

e. melaksanakan pemungutan pajak daerah;

f. memantau pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran APBD olehbank dan/atau lembaga keuangan lainnya yang telah ditunjuk;

g. mengusahakan dan mengatur dana yang diperlukan dalampelaksanaan APBD;

h. menyimpan uang daerah;

i. melaksanakan penempatan uang daerah danmengelola/menatausahakan investasi;

j. melakukan pembayaran berdasarkan permintaan pejabatPengguna Anggaran atas beban rekening kas umum daerah;

k. menyiapkan pelaksanaan pinjaman dan pemberian jaminan atasnama pemerintah daerah;

l. melaksanakan pemberian pinjaman atas nama pemerintahdaerah;

m. melakukan pengelolaan utang dan piutang daerah;

n. melakukan penagihan piutang daerah;

o. melaksanakan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan daerah;

p. menyajikan informasi keuangan daerah;

q. melaksanakan kebijakan dan pedoman pengelolaan sertapenghapusan barang milik daerah.

Bagian Ketiga

Bendahara Penerimaan/Pengeluaran

Pasal 10

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

Menteri/pimpinan lembaga/gubernur/bupati/walikota mengangkatBendahara Penerimaan untuk melaksanakan tugas kebendaharaan dalamrangka pelaksanaan anggaran pendapatan pada kantor/satuan kerja dilingkungan kementerian negara/lembaga/satuan kerja perangkat daerah.

Menteri/pimpinan lembaga/gubernur/bupati/walikota mengangkatBendahara Pengeluaran untuk melaksanakan tugas kebendaharaan dalamrangka pelaksanaan anggaran belanja pada kantor/satuan kerja dilingkungan kementerian negara/lembaga/satuan kerja perangkat daerah.

Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) adalah Pejabat Fungsional.

Jabatan Bendahara Penerimaan/Pengeluaran tidak boleh dirangkap olehKuasa Pengguna Anggaran atau Kuasa Bendahara Umum Negara.

Bendahara Penerimaan/Pengeluaran dilarang melakukan, baik secaralangsung maupun tidak langsung, kegiatan perdagangan, pekerjaan

289

Page 293: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

pemborongan dan penjualan jasa atau bertindak sebagai penjamin ataskegiatan/pekerjaan/ penjualan tersebut.

BAB III

PELAKSANAAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA/DAERAH

Bagian Pertama

Tahun Anggaran

Pasal 11

Tahun anggaran meliputi masa satu tahun mulai dari tanggal 1 Januari sampaidengan 31 Desember.

Pasal 12

(1)

(2)

APBN dalam satu tahun anggaran meliputi:

a. hak pemerintah pusat yang diakui sebagai penambah nilaikekayaan bersih;

b. kewajiban pemerintah pusat yang diakui sebagai pengurang nilaikekayaan bersih;

c. penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaranyang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yangbersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.

Semua penerimaan dan pengeluaran negara dilakukan melalui RekeningKas Umum Negara.

Pasal 13

(1)

(2)

APBD dalam satu tahun anggaran meliputi:

a. hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilaikekayaan bersih;

b. kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilaikekayaan bersih;

c. penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaranyang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yangbersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.

Semua penerimaan dan pengeluaran daerah dilakukan melalui RekeningKas Umum Daerah.

Bagian Kedua

Dokumen Pelaksanaan Anggaran

Pasal 14

(1) Setelah APBN ditetapkan, Menteri Keuangan memberitahukan kepada

(2)

(3)

(4)

(5)

semua menteri/pimpinan lembaga agar menyampaikan dokumenpelaksanaan anggaran untuk masing-masing kementerian negara/lembaga.

Menteri/pimpinan lembaga menyusun dokumen pelaksanaan anggaranuntuk kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya berdasarkan alokasianggaran yang ditetapkan oleh Presiden.

Di dalam dokumen pelaksanaan anggaran, sebagaimana dimaksud padaayat (2), diuraikan sasaran yang hendak dicapai, fungsi, program danrincian kegiatan, anggaran yang disediakan untuk mencapai sasarantersebut, dan rencana penarikan dana tiap-tiap satuan kerja, sertapendapatan yang diperkirakan.

Pada dokumen pelaksanaan anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat(2) dilampirkan rencana kerja dan anggaran Badan Layanan Umum dalamlingkungan kementerian negara yang bersangkutan.

Dokumen pelaksanaan anggaran yang telah disahkan oleh MenteriKeuangan disampaikan kepada menteri/pimpinan lembaga, kuasabendahara umum negara, dan Badan Pemeriksa Keuangan.

Pasal 15

(1)

(2)

(3)

(4)

Setelah APBD ditetapkan, Pejabat Pengelola Keuangan Daerahmemberitahukan kepada semua kepala satuan kerja perangkat daerahagar menyampaikan dokumen pelaksanaan anggaran untuk masing-masing satuan kerja perangkat daerah.

Kepala satuan kerja perangkat daerah menyusun dokumen pelaksanaananggaran untuk satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnyaberdasarkan alokasi anggaran yang ditetapkan olehgubernur/bupati/walikota.

Di dalam dokumen pelaksanaan anggaran, sebagaimana dimaksud padaayat (2), diuraikan sasaran yang hendak dicapai, fungsi, program danrincian kegiatan, anggaran yang disediakan untuk mencapai sasarantersebut, dan rencana penarikan dana tiap-tiap satuan kerja sertapendapatan yang diperkirakan.

Dokumen pelaksanaan anggaran yang telah disahkan oleh PejabatPengelola Keuangan Daerah disampaikan kepada Kepala satuan kerjaperangkat daerah dan Badan Pemeriksa Keuangan.

Bagian Ketiga

Pelaksanaan Anggaran Pendapatan

Pasal 16

(1)

(2)

(3)

Setiap kementerian negara/lembaga/satuan kerja perangkat daerah yangmempunyai sumber pendapatan wajib mengintensifkan perolehanpendapatan yang menjadi wewenang dan tanggung jawabnya.

Penerimaan harus disetor seluruhnya ke Kas Negara/Daerah padawaktunya yang selanjutnya diatur dalam peraturan pemerintah.

Penerimaan kementerian negara/lembaga/satuan kerja perangkat daerahtidak boleh digunakan langsung untuk membiayai pengeluaran.

290

Page 294: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

(4)

Penerimaan berupa komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibatdari penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa olehnegara/daerah adalah hak negara/daerah.

Bagian Keempat

Pelaksanaan Anggaran Belanja

Pasal 17

(1)

(2)

Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran melaksanakan kegiatansebagaimana tersebut dalam dokumen pelaksanaan anggaran yang telahdisahkan.

Untuk keperluan pelaksanaan kegiatan sebagaimana tersebut dalamdokumen pelaksanaan anggaran, Pengguna Anggaran/Kuasa PenggunaAnggaran berwenang mengadakan ikatan/perjanjian dengan pihak laindalam batas anggaran yang telah ditetapkan.

Pasal 18

(1)

(2)

(3)

Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran berhak untuk menguji,membebankan pada mata anggaran yang telah disediakan, danmemerintahkan pembayaran tagihan-tagihan atas beban APBN/APBD.

Untuk melaksanakan ketentuan tersebut pada ayat (1), PenggunaAnggaran/Kuasa Pengguna Anggaran berwenang:

a. menguji kebenaran material surat-surat bukti mengenai hak pihakpenagih;

b. meneliti kebenaran dokumen yang menjadi per-syaratan/kelengkapan sehubungan dengan ikatan/ perjanjianpengadaan barang/jasa;

c. meneliti tersedianya dana yang bersangkutan;

d. membebankan pengeluaran sesuai dengan mata anggaranpengeluaran yang bersangkutan;

e. memerintahkan pembayaran atas beban APBN/APBD.

Pejabat yang menandatangani dan/atau mengesahkan dokumen yangberkaitan dengan surat bukti yang menjadi dasar pengeluaran atas bebanAPBN/APBD bertanggung jawab atas kebenaran material dan akibat yangtimbul dari penggunaan surat bukti dimaksud.

Pasal 19

(1)

(2)

Pembayaran atas tagihan yang menjadi beban APBN dilakukan olehBendahara Umum Negara/Kuasa Bendahara Umum Negara.

Dalam rangka pelaksanaan pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat(1) Bendahara Umum Negara/Kuasa Bendahara Umum Negaraberkewajiban untuk:

a. meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang diterbitkan olehPengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran;

b. menguji kebenaran perhitungan tagihan atas beban APBN yangtercantum dalam perintah pembayaran;

c. menguji ketersediaan dana yang bersangkutan;

d. memerintahkan pencairan dana sebagai dasar pengeluarannegara;

e. menolak pencairan dana, apabila perintah pembayaran yangditerbitkan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran tidakmemenuhi persyaratan yang ditetapkan.

Pasal 20

(1)

(2)

Pembayaran atas tagihan yang menjadi beban APBD dilakukan olehBendahara Umum Daerah.

Dalam rangka pelaksanaan pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat(1) Bendahara Umum Daerah berkewajiban untuk:

a. meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang diterbitkan olehPengguna Anggaran;

b. menguji kebenaran perhitungan tagihan atas beban APBD yangtercantum dalam perintah pembayaran;

c. menguji ketersediaan dana yang bersangkutan;

d. memerintahkan pencairan dana sebagai dasar pengeluarandaerah;

e. menolak pencairan dana, apabila perintah pembayaran yangditerbitkan oleh Pengguna Anggaran tidak memenuhi persyaratanyang ditetapkan.

Pasal 21

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Pembayaran atas beban APBN/APBD tidak boleh dilakukan sebelumbarang dan/atau jasa diterima.

Untuk kelancaran pelaksanaan tugas kementeriannegara/lembaga/satuan kerja perangkat daerah kepada PenggunaAnggaran/Kuasa Pengguna Anggaran dapat diberikan uang persediaanyang dikelola oleh Bendahara Pengeluaran.

Bendahara Pengeluaran melaksanakan pembayaran dari uang persediaanyang dikelolanya setelah :

a. meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang diterbitkan olehPengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran;

b. menguji kebenaran perhitungan tagihan yang tercantum dalamperintah pembayaran;

c. menguji ketersediaan dana yang bersangkutan.

Bendahara Pengeluaran wajib menolak perintah bayar dari PenggunaAnggaran/Kuasa Pengguna Anggaran apabila persyaratan pada ayat (3)tidak dipenuhi.

Bendahara Pengeluaran bertanggung jawab secara pribadi ataspembayaran yang dilaksanakannya.

291

Page 295: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

Pengecualian dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diaturdalam peraturan pemerintah.

BAB IV

PENGELOLAAN UANG

Bagian Pertama

Pengelolaan Kas Umum Negara/Daerah

Pasal 22

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara berwenang mengaturdan menyelenggarakan rekening pemerintah.

Dalam rangka penyelenggaraan rekening pemerintah sebagaimanadimaksud pada ayat (1) Menteri Keuangan membuka Rekening Kas UmumNegara.

Uang negara disimpan dalam Rekening Kas Umum Negara pada banksentral.

Dalam pelaksanaan operasional penerimaan dan pengeluaran negara,Bendahara Umum Negara dapat membuka Rekening Penerimaan danRekening Pengeluaran pada bank umum.

Rekening Penerimaan digunakan untuk menampung penerimaan negarasetiap hari.

Saldo Rekening Penerimaan setiap akhir hari kerja wajib disetorkanseluruhnya ke Rekening Kas Umum Negara pada bank sentral.

Dalam hal kewajiban penyetoran tersebut secara teknis belum dapatdilakukan setiap hari, Bendahara Umum Negara mengatur penyetoransecara berkala.

Rekening Pengeluaran pada bank umum diisi dengan dana yangbersumber dari Rekening Kas Umum Negara pada bank sentral.

Jumlah dana yang disediakan pada Rekening Pengeluaran sebagaimanadimaksud pada ayat (8) disesuaikan dengan rencana pengeluaran untukmembiayai kegiatan pemerintahan yang telah ditetapkan dalam APBN.

Pasal 23

(1)

(2)

Pemerintah Pusat memperoleh bunga dan/atau jasa giro atas dana yangdisimpan pada bank sentral.

Jenis dana, tingkat bunga dan/atau jasa giro sebagaimana dimaksud padaayat (1), serta biaya sehubungan dengan pelayanan yang diberikan olehbank sentral, ditetapkan berdasarkan kesepakatan Gubernur bank sentraldengan Menteri Keuangan.

Pasal 24

(1) Pemerintah Pusat/Daerah berhak memperoleh bunga dan/atau jasa giroatas dana yang disimpan pada bank umum.

(2)

(3)

Bunga dan/atau jasa giro yang diperoleh Pemerintah Pusat/Daerahsebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan pada tingkat suku bungadan/atau jasa giro yang berlaku.

Biaya sehubungan dengan pelayanan yang diberikan oleh bank umumsebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan pada ketentuan yangberlaku pada bank umum yang bersangkutan.

Pasal 25

(1)

(2)

Bunga dan/atau jasa giro yang diperoleh Pemerintah merupakanPendapatan Negara/Daerah.

Biaya sehubungan dengan pelayanan yang diberikan oleh bank umumdibebankan pada Belanja Negara/Daerah.

Pasal 26

(1)

(2)

(3)

Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara dalam hal tertentudapat menunjuk badan lain untuk melaksanakan penerimaan dan/ataupengeluaran negara untuk mendukung kegiatan operasional kementeriannegara/lembaga.

Penunjukan badan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukandalam suatu kontrak kerja.

Badan lain yang ditunjuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1)berkewajiban menyampaikan laporan secara berkala kepada BendaharaUmum Negara mengenai pelaksanaan penerimaan dan/atau pengeluaransesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya.

Pasal 27

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dalam rangka penyelenggaraan rekening Pemerintah Daerah, PejabatPengelola Keuangan Daerah membuka Rekening Kas Umum Daerah padabank yang ditentukan oleh gubernur/bupati/walikota.

Dalam pelaksanaan operasional Penerimaan dan Pengeluaran Daerah,Bendahara Umum Daerah dapat membuka Rekening Penerimaan danRekening Pengeluaran pada bank yang ditetapkan olehgubernur/bupati/walikota.

Rekening Penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakanuntuk menampung Penerimaan Daerah setiap hari.

Saldo Rekening Penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) setiapakhir hari kerja wajib disetorkan seluruhnya ke Rekening Kas UmumDaerah.

Rekening Pengeluaran pada bank sebagaimana dimaksud pada ayat (1)diisi dengan dana yang bersumber dari Rekening Kas Umum Daerah.

Jumlah dana yang disediakan pada Rekening Pengeluaran sebagaimanadimaksud pada ayat (1) disesuaikan dengan rencana pengeluaran untukmembiayai kegiatan pemerintahan yang telah ditetapkan dalam APBD.

Pasal 28

292

Page 296: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

(1)

(2)

(3)

Pokok-pokok mengenai pengelolaan uang negara/daerah diatur dengan

peraturan pemerintah setelah dilakukan konsultasi dengan bank sentral.

Pedoman lebih lanjut mengenai pengelolaan uang negara/daerah sesuai

dengan ketentuan yang diatur dalam peraturan pemerintah sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Menteri Keuangan selaku

Bendahara Umum Negara.

Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang

berkaitan dengan pengelolaan uang daerah selanjutnya diatur dengan

peraturan daerah.

Bagian Kedua

Pelaksanaan Penerimaan Negara/Daerah oleh KementerianNegara/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah

Pasal 29

(1)

(2)

(3)

Menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran dapat membukarekening untuk keperluan pelaksanaan penerimaan di lingkungankementerian negara/lembaga yang bersangkutan setelah memperolehpersetujuan dari Bendahara Umum Negara.

Menteri/pimpinan lembaga mengangkat bendahara untuk menatausahakanpenerimaan negara di lingkungan kementerian negara/lembaga.

Dalam rangka pengelolaan kas, Bendahara Umum Negara dapatmemerintahkan pemindahbukuan dan/atau penutupan rekeningsebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Pasal 30

(1)

(2)

Gubernur/bupati/walikota dapat memberikan ijin pembukaan rekening untukkeperluan pelaksanaan penerimaan di lingkungan pemerintah daerahsesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Gubernur/bupati/walikota mengangkat bendahara untuk menatausahakanpenerimaan satuan kerja perangkat daerah di lingkungan pemerintahdaerah yang dipimpinnya.

Bagian Ketiga

Pengelolaan Uang Persediaan untuk Keperluan KementerianNegara/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah

Pasal 31

(1) Menteri/pimpinan lembaga dapat membuka rekening untuk keperluanpelaksanaan pengeluaran di lingkungan kementerian negara/lembaga yang

(2)

(3)

bersangkutan setelah mendapat persetujuan dari Menteri Keuangan selakuBendahara Umum Negara.

Menteri/pimpinan lembaga mengangkat bendahara untuk mengelola uangyang harus dipertanggungjawabkan dalam rangka pelaksanaanpengeluaran kementerian negara/lembaga.

Dalam rangka pengelolaan kas, Bendahara Umum Negara dapatmemerintahkan pemindahbukuan dan/atau penutupan rekeningsebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Pasal 32

(1)

(2)

Gubernur/bupati/walikota dapat memberikan ijin pembukaan rekening untukkeperluan pelaksanaan pengeluaran di lingkungan satuan kerja perangkatdaerah.

Gubernur/bupati/walikota mengangkat bendahara untuk mengelola uangyang harus dipertanggungjawabkan dalam rangka pelaksanaanpengeluaran satuan kerja perangkat daerah.

BAB V

PENGELOLAAN PIUTANG DAN UTANG

Bagian Pertama

Pengelolaan Piutang

Pasal 33

(1)

(2)

(3)

Pemerintah Pusat dapat memberikan pinjaman atau hibah kepadaPemerintah Daerah/Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerahsesuai dengan yang tercantum/ditetapkan dalam Undang-undang tentangAPBN.

Pemerintah Pusat dapat memberikan pinjaman atau hibah kepada lembagaasing sesuai dengan yang tercantum/ditetapkan dalam Undang-undangtentang APBN.

Tata cara pemberian pinjaman atau hibah sebagaimana dimaksud padaayat (1) dan ayat (2) diatur dengan peraturan pemerintah.

Pasal 34

(1)

(2)

Setiap pejabat yang diberi kuasa untuk mengelola pendapatan, belanja,dan kekayaan negara/daerah wajib mengusahakan agar setiap piutangnegara/daerah diselesaikan seluruhnya dan tepat waktu.

Piutang negara/daerah yang tidak dapat diselesaikan seluruhnya dan tepatwaktu, diselesaikan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 35

Piutang negara/daerah jenis tertentu mempunyai hak mendahulu sesuaidengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

293

Page 297: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

Pasal 36

(1)

(2)

(3)

(4)

Penyelesaian piutang negara/daerah yang timbul sebagai akibat hubungankeperdataan dapat dilakukan melalui perdamaian, kecuali mengenaipiutang negara/daerah yang cara penyelesaiannya diatur tersendiri dalamundang-undang.

Penyelesaian piutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yangmenyangkut piutang negara ditetapkan oleh:

a. Menteri Keuangan, jika bagian piutang negara yang tidakdisepakati tidak lebih dari Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliarrupiah);

b. Presiden, jika bagian piutang negara yang tidak disepakati lebihdari Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) sampai denganRp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah);

c. Presiden, setelah mendapat pertimbangan Dewan PerwakilanRakyat, jika bagian piutang negara yang tidak disepakati lebih dariRp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah).

Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yangmenyangkut piutang Pemerintah Daerah ditetapkan oleh:

a. Gubernur/bupati/walikota, jika bagian piutang daerah yang tidakdisepakati tidak lebih dari Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah);

b. Gubernur/bupati/walikota, setelah mendapat pertimbangan DewanPerwakilan Rakyat Daerah, jika bagian piutang daerah yang tidakdisepakati lebih dari Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

Perubahan atas jumlah uang, sebagaimana dimaksud pada ayat (2) danayat (3), ditetapkan dengan undang-undang.

Pasal 37

(1)

(2)

(3)

Piutang negara/daerah dapat dihapuskan secara mutlak atau bersyarat daripembukuan, kecuali mengenai piutang negara/daerah yang carapenyelesaiannya diatur tersendiri dalam undang-undang.

Penghapusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sepanjangmenyangkut piutang Pemerintah Pusat, ditetapkan oleh:

a. Menteri Keuangan untuk jumlah sampai denganRp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah);

b. Presiden untuk jumlah lebih dari Rp10.000.000.000,00 (sepuluhmiliar rupiah) sampai dengan Rp100.000.000.000,00 (seratus miliarrupiah);

c. Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat untukjumlah lebih dari Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah).

Penghapusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sepanjangmenyangkut piutang Pemerintah Daerah, ditetapkan oleh:

a. Gubernur/bupati/walikota untuk jumlah sampai denganRp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah);

(4)

(5)

b. Gubernur/bupati/walikota dengan persetujuan Dewan PerwakilanRakyat Daerah untuk jumlah lebih dari Rp5.000.000.000,00 (limamiliar rupiah).

Perubahan atas jumlah uang, sebagaimana dimaksud pada ayat (2) danayat (3) ditetapkan dengan undang-undang.

Tata cara penyelesaian dan penghapusan piutang negara/daerahsebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) serta dalam Pasal 36ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan peraturan pemerintah.

Bagian Kedua

Pengelolaan Utang

Pasal 38

(1)

(2)

(3)

(4)

Menteri Keuangan dapat menunjuk pejabat yang diberi kuasa atas namaMenteri Keuangan untuk mengadakan utang negara atau menerima hibahyang berasal dari dalam negeri ataupun dari luar negeri sesuai denganketentuan yang telah ditetapkan dalam Undang-undang APBN.

Utang/hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diteruspinjamkankepada Pemerintah Daerah/BUMN/BUMD.

Biaya berkenaan dengan proses pengadaan utang atau hibahsebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibebankan pada Anggaran BelanjaNegara.

Tata cara pengadaan utang dan/atau penerimaan hibah baik yang berasaldari dalam negeri maupun dari luar negeri serta penerusan utang atauhibah luar negeri kepada Pemerintah Daerah/BUMN/BUMD, diatur denganperaturan pemerintah.

Pasal 39

(1)

(2)

(3)

(4)

Gubernur/bupati/walikota dapat mengadakan utang daerah sesuai denganketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah tentang APBD.

Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah menyiapkanpelaksanaan pinjaman daerah sesuai dengan keputusangubernur/bupati/walikota.

Biaya berkenaan dengan pinjaman dan hibah daerah dibebankan padaAnggaran Belanja Daerah.

Tata cara pelaksanaan dan penatausahaan utang negara/daerah diaturlebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

Pasal 40

(1)

(2)

Hak tagih mengenai utang atas beban negara/daerah kedaluwarsa setelah5 (lima) tahun sejak utang tersebut jatuh tempo, kecuali ditetapkan lain olehundang-undang.

Kedaluwarsaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertunda apabilapihak yang berpiutang mengajukan tagihan kepada negara/daerah sebelum

294

Page 298: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

(3) berakhirnya masa kedaluwarsa.

Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku untukpembayaran kewajiban bunga dan pokok pinjaman negara/daerah.

BAB VI

PENGELOLAAN INVESTASI

Pasal 41

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(1)

(2)

(3)

(1)

(2)

(3)

Pemerintah dapat melakukan investasi jangka panjang untuk memperolehmanfaat ekonomi, sosial dan/atau manfaat lainnya.

Investasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam bentuksaham, surat utang, dan investasi langsung.

Investasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturanpemerintah.

Penyertaan modal pemerintah pusat pada perusahaannegara/daerah/swasta ditetapkan dengan peraturan pemerintah.

Penyertaan modal pemerintah daerah pada perusahaannegara/daerah/swasta ditetapkan dengan peraturan daerah.

BAB VII

PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH

Pasal 42

Menteri Keuangan mengatur pengelolaan barang milik negara.

Menteri/pimpinan lembaga adalah Pengguna Barang bagi kementeriannegara/lembaga yang dipimpinnya.

Kepala kantor dalam lingkungan kementerian negara/lembaga adalahKuasa Pengguna Barang dalam lingkungan kantor yang bersangkutan.

Pasal 43

Gubernur/bupati/walikota menetapkan kebijakan pengelolaan barang milikdaerah.

Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah melakukan pengawasanatas penyelenggaraan pengelolaan barang milik daerah sesuai dengankebijakan yang ditetapkan oleh gubernur/bupati/walikota.

Kepala satuan kerja perangkat daerah adalah Pengguna Barang bagisatuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya.

Pasal 44

Pengguna Barang dan/atau Kuasa Pengguna Barang wajib mengelola danmenatausahakan barang milik negara/daerah yang berada dalam

penguasaannya dengan sebaik-baiknya.

Pasal 45

(1)

(2)

Barang milik negara/daerah yang diperlukan bagi penyelenggaraan tugaspemerintahan negara/daerah tidak dapat dipindahtangankan.

Pemindahtanganan barang milik negara/daerah dilakukan dengan caradijual, dipertukarkan, dihibahkan, atau disertakan sebagai modalPemerintah setelah mendapat persetujuan DPR/DPRD.

Pasal 46

(1) Persetujuan DPR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (2)dilakukan untuk:

a. pemindahtanganan tanah dan/atau bangunan.

b. tanah dan/atau bangunan sebagaimana dimaksud pada huruf aayat ini tidak termasuk tanah dan/atau bangunan yang:

1)

2)

3)

4)

5)

sudah tidak sesuai dengan tata ruang wilayah atau penataan kota;

harus dihapuskan karena anggaran untuk bangunan pengganti sudahdisediakan dalam dokumen pelaksanaan anggaran;

diperuntukkan bagi pegawai negeri;

diperuntukkan bagi kepentingan umum;

dikuasai negara berdasarkan keputusan pengadilan yang telahmemiliki kekuatan hukum tetap dan/atau berdasarkan ketentuanperundang-undangan, yang jika status kepemilikannya dipertahankantidak layak secara ekonomis.

(2)

(3)

c. Pemindahtanganan barang milik negara selain tanah dan/ataubangunan yang bernilai lebih dari Rp100.000.000.000,00 (seratusmiliar rupiah).

Pemindahtanganan barang milik negara selain tanah dan/atau bangunanyang bernilai lebih dari Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)sampai dengan Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah) dilakukansetelah mendapat persetujuan Presiden.

Pemindahtanganan barang milik negara selain tanah dan/atau bangunanyang bernilai sampai dengan Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)dilakukan setelah mendapat persetujuan Menteri Keuangan.

Pasal 47

(1) Persetujuan DPRD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (2)dilakukan untuk:

a. pemindahtanganan tanah dan/atau bangunan.

b. tanah dan/atau bangunan sebagaimana dimaksud pada huruf aayat ini tidak termasuk tanah dan/atau bangunan yang:

1) sudah tidak sesuai dengan tata ruang wilayah atau penataan kota;

harus dihapuskan karena anggaran untuk bangunan pengganti sudah

295

Page 299: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

2)

3)

4)

5)

disediakan dalam dokumen pelaksanaan anggaran;

diperuntukkan bagi pegawai negeri;

diperuntukkan bagi kepentingan umum;

dikuasai daerah berdasarkan keputusan pengadilan yang telahmemiliki kekuatan hukum tetap dan/atau berdasarkan ketentuanperundang-undangan, yang jika status kepemilikannya dipertahankantidak layak secara ekonomis.

(2)

(1)

(2)

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

c. Pemindahtanganan barang milik daerah selain tanah dan/ataubangunan yang bernilai lebih dari Rp5.000.000.000,00 (lima miliarrupiah).

Pemindahtanganan barang milik daerah selain tanah dan/atau bangunanyang bernilai sampai dengan Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)dilakukan setelah mendapat persetujuan gubernur/bupati/walikota.

Pasal 48

Penjualan barang milik negara/daerah dilakukan dengan cara lelang,kecuali dalam hal-hal tertentu.

Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturanpemerintah.

Pasal 49

Barang milik negara/daerah yang berupa tanah yang dikuasai PemerintahPusat/Daerah harus disertifikatkan atas nama pemerintah RepublikIndonesia/pemerintah daerah yang bersangkutan.

Bangunan milik negara/daerah harus dilengkapi dengan bukti statuskepemilikan dan ditatausahakan secara tertib.

Tanah dan bangunan milik negara/daerah yang tidak dimanfaatkan untukkepentingan penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi instansi yangbersangkutan, wajib diserahkan pemanfaatannya kepada MenteriKeuangan/ gubernur/bupati/ walikota untuk kepentingan penyeleng-garaantugas pemerintahan negara/daerah.

Barang milik negara/daerah dilarang untuk diserahkan kepada pihak lainsebagai pembayaran atas tagihan kepada Pemerintah Pusat/Daerah.

Barang milik negara/daerah dilarang digadaikan atau dijadikan jaminanuntuk mendapatkan pinjaman.

Ketentuan mengenai pedoman teknis dan administrasi pengelolaan barangmilik negara/daerah diatur dengan peraturan pemerintah.

BAB VIII

LARANGAN PENYITAAN UANG DAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAHDAN/ATAU YANG DIKUASAI NEGARA/DAERAH

Pasal 50

Pihak mana pun dilarang melakukan penyitaan terhadap:

a. uang atau surat berharga milik negara/daerah baik yang berada padainstansi Pemerintah maupun pada pihak ketiga;

b. uang yang harus disetor oleh pihak ketiga kepada negara/daerah;

c. barang bergerak milik negara/daerah baik yang berada pada instansiPemerintah maupun pada pihak ketiga;

d. barang tidak bergerak dan hak kebendaan lainnya miliknegara/daerah;

e. barang milik pihak ketiga yang dikuasai oleh negara/daerah yangdiperlukan untuk penyelenggaraan tugas pemerintahan.

BAB IX

PENATAUSAHAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN APBN/APBD

Bagian Pertama

Akuntansi Keuangan

Pasal 51

(1)

(2)

(3)

Menteri Keuangan/Pejabat Pengelola Keuangan Daerah selaku BendaharaUmum Negara/Daerah menyelenggarakan akuntansi atas transaksikeuangan, aset, utang, dan ekuitas dana, termasuk transaksi pembiayaandan perhitungannya.

Menteri/pimpinan lembaga/kepala satuan kerja perangkat daerah selakuPengguna Anggaran menyelenggarakan akuntansi atas transaksikeuangan, aset, utang, dan ekuitas dana, termasuk transaksi pendapatandan belanja, yang berada dalam tanggung jawabnya.

Akuntansi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) digunakanuntuk menyusun laporan keuangan Pemerintah Pusat/Daerah sesuaidengan standar akuntansi pemerintahan.

Bagian Kedua

Penatausahaan Dokumen

Pasal 52

Setiap orang dan/atau badan yang menguasai dokumen yang berkaitandengan perbendaharaan negara wajib menatausahakan dan memeliharadokumen tersebut dengan baik sesuai dengan peraturan perundang-undanganyang berlaku.

Bagian Ketiga

Pertanggungjawaban Keuangan

Pasal 53

(1) Bendahara Penerimaan/Bendahara Pengeluaran bertanggung jawab

296

Page 300: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

(2)

(3)

(4)

secara fungsional atas pengelolaan uang yang menjadi tanggung jawabnyakepada Kuasa Bendahara Umum Negara/Bendahara Umum Daerah.

Kuasa Bendahara Umum Negara bertanggung jawab kepada MenteriKeuangan selaku Bendahara Umum Negara dari segi hak dan ketaatankepada peraturan atas pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran yangdilakukannya.

Bendahara Umum Negara bertanggung jawab kepada Presiden dari segihak dan ketaatan kepada peraturan atas pelaksanaan penerimaan danpengeluaran yang dilakukannya.

Bendahara Umum Daerah bertanggung jawab kepadagubernur/bupati/walikota dari segi hak dan ketaatan kepada peraturan ataspelaksanaan penerimaan dan pengeluaran yang dilakukannya.

Pasal 54

(1)

(2)

(1)

(2)

(3)

Pengguna Anggaran bertanggung jawab secara formal dan materialkepada Presiden/gubernur/bupati/walikota atas pelaksanaan kebijakananggaran yang berada dalam penguasaannya.

Kuasa Pengguna Anggaran bertanggung jawab secara formal dan materialkepada Pengguna Anggaran atas pelaksanaan kegiatan yang beradadalam penguasaannya.

Bagian Keempat

Laporan Keuangan

Pasal 55

Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal menyusun Laporan KeuanganPemerintah Pusat untuk disampaikan kepada Presiden dalam rangkamemenuhi pertanggungjawaban pelaksanaan APBN.

Dalam penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat sebagaimanadimaksud pada ayat (1):

a. Menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/PenggunaBarang menyusun dan menyampaikan laporan keuangan yangmeliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan atasLaporan Keuangan dilampiri laporan keuangan Badan LayananUmum pada kementerian negara/lembaga masing-masing.

b. Laporan Keuangan sebagaimana dimaksud pada huruf adisampaikan kepada Menteri Keuangan selambat-lambatnya 2 (dua)bulan setelah tahun anggaran berakhir.

c. Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara menyusunLaporan Arus Kas Pemerintah Pusat;

d. Menteri Keuangan selaku wakil Pemerintah Pusat dalamkepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan menyusun ikhtisarlaporan keuangan perusahaan negara.

Laporan Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikanPresiden kepada Badan Pemeriksa Keuangan paling lambat 3 (tiga) bulan

(4)

(5)

setelah tahun anggaran berakhir.

Menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barangmemberikan pernyataan bahwa pengelolaan APBN telah diselenggarakanberdasarkan sistem pengendalian intern yang memadai dan akuntansikeuangan telah diselenggarakan sesuai dengan standar akuntansipemerintahan.

Ketentuan lebih lanjut mengenai laporan keuangan dan kinerja instansipemerintah diatur dengan peraturan pemerintah.

Pasal 56

(1)

(2)

(3)

(4)

Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah selaku PejabatPengelola Keuangan Daerah menyusun laporan keuangan pemerintahdaerah untuk disampaikan kepada gubernur/bupati/walikota dalam rangkamemenuhi pertanggungjawaban pelaksanaan APBD.

Dalam penyusunan laporan keuangan Pemerintah Daerah sebagaimanadimaksud pada ayat (1):

a. Kepala satuan kerja perangkat daerah selaku PenggunaAnggaran/Pengguna Barang menyusun dan menyampaikan laporankeuangan yang meliputi laporan realisasi anggaran, neraca, dancatatan atas laporan keuangan.

b. Laporan Keuangan sebagaimana dimaksud pada huruf adisampaikan kepada kepala satuan kerja pengelola keuangan daerahselambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah tahun anggaran berakhir.

c. Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah selakuBendahara Umum Daerah menyusun Laporan Arus Kas PemerintahDaerah;

d. Gubernur/bupati/walikota selaku wakil pemerintah daerah dalamkepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan menyusun ikhtisarlaporan keuangan perusahaan daerah.

Laporan Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikangubernur/bupati/walikota kepada Badan Pemeriksa Keuangan palinglambat 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir.

Kepala satuan kerja perangkat daerah selaku PenggunaAnggaran/Pengguna Barang memberikan pernyataan bahwa pengelolaanAPBD telah diselenggarakan berdasarkan sistem pengendalian intern yangmemadai dan akuntansi keuangan telah diselenggarakan sesuai denganstandar akuntansi pemerintahan.

Bagian Kelima

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan

Pasal 57

(1)

(2)

Dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan akuntansipemerintahan dibentuk Komite Standar Akuntansi Pemerintahan.

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan bertugas menyusun standarakuntansi pemerintahan yang berlaku baik untuk Pemerintah Pusat

297

Page 301: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

(3)

maupun Pemerintah Daerah sesuai dengan kaidah-kaidah akuntansi yangberlaku umum.

Pembentukan, susunan, kedudukan, keanggotaan, dan masa kerja KomiteStandar Akuntansi Pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)ditetapkan dengan keputusan Presiden.

BAB X

PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH

Pasal 58

(1)

(2)

Dalam rangka meningkatkan kinerja, transparansi, dan akuntabilitaspengelolaan keuangan negara, Presiden selaku Kepala Pemerintahanmengatur dan menyelenggarakan sistem pengendalian intern di lingkunganpemerintahan secara menyeluruh.

Sistem pengendalian intern sebagaimana dimaksud pada ayat (1)ditetapkan dengan peraturan pemerintah.

BAB XI

PENYELESAIAN KERUGIAN NEGARA/DAERAH

Pasal 59

(1)

(2)

(3)

(1)

(2)

(3)

Setiap kerugian negara/daerah yang disebabkan oleh tindakan melanggarhukum atau kelalaian seseorang harus segera diselesaikan sesuai denganketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain yangkarena perbuatannya melanggar hukum atau melalaikan kewajiban yangdibebankan kepadanya secara langsung merugikan keuangan negara,wajib mengganti kerugian tersebut.

Setiap pimpinan kementerian negara/lembaga/kepala satuan kerjaperangkat daerah dapat segera melakukan tuntutan ganti rugi, setelahmengetahui bahwa dalam kementerian negara/lembaga/satuan kerjaperangkat daerah yang bersangkutan terjadi kerugian akibat perbuatan daripihak mana pun.

Pasal 60

Setiap kerugian negara wajib dilaporkan oleh atasan langsung atau kepalakantor kepada menteri/pimpinan lembaga dan diberitahukan kepada BadanPemeriksa Keuangan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja setelahkerugian negara itu diketahui.

Segera setelah kerugian negara tersebut diketahui, kepada bendahara,pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain yang nyata-nyatamelanggar hukum atau melalaikan kewajibannya sebagaimana dimaksuddalam Pasal 59 ayat (2) segera dimintakan surat pernyataan kesanggupandan/atau pengakuan bahwa kerugian tersebut menjadi tanggung jawabnyadan bersedia mengganti kerugian negara dimaksud.

(1)

(2)

(3)

(1)

(2)

(3)

(1)

(2)

(1)

(2)

Jika surat keterangan tanggung jawab mutlak tidak mungkin diperoleh atautidak dapat menjamin pengembalian kerugian negara, menteri/pimpinanlembaga yang bersangkutan segera mengeluarkan surat keputusanpembebanan penggantian kerugian sementara kepada yang bersangkutan.

Pasal 61

Setiap kerugian daerah wajib dilaporkan oleh atasan langsung atau kepalasatuan kerja perangkat daerah kepada gubernur/bupati/walikota dandiberitahukan kepada Badan Pemeriksa Keuangan selambat-lambatnya 7(tujuh) hari kerja setelah kerugian daerah itu diketahui.

Segera setelah kerugian daerah tersebut diketahui, kepada bendahara,pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain yang nyata-nyatamelanggar hukum atau melalaikan kewajibannya sebagaimana dimaksuddalam Pasal 59 ayat (2) dapat segera dimintakan surat pernyataankesanggupan dan/atau pengakuan bahwa kerugian tersebut menjaditanggung jawabnya dan bersedia mengganti kerugian daerah dimaksud.

Jika surat keterangan tanggung jawab mutlak tidak mungkin diperoleh atautidak dapat menjamin pengembalian kerugian daerah,gubernur/bupati/walikota yang bersangkutan segera mengeluarkan suratkeputusan pembebanan penggantian kerugian sementara kepada yangbersangkutan.

Pasal 62

Pengenaan ganti kerugian negara/daerah terhadap bendahara ditetapkanoleh Badan Pemeriksa Keuangan.

Apabila dalam pemeriksaan kerugian negara/daerah sebagaimanadimaksud pada ayat (1) ditemukan unsur pidana, Badan PemeriksaKeuangan menindaklanjutinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Ketentuan lebih lanjut tentang pengenaan ganti kerugian negara terhadapbendahara diatur dalam undang-undang mengenai pemeriksaanpengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara.

Pasal 63

Pengenaan ganti kerugian negara/daerah terhadap pegawai negeri bukanbendahara ditetapkan oleh menteri/pimpinanlembaga/gubernur/bupati/walikota.

Tata cara tuntutan ganti kerugian negara/daerah diatur dengan peraturanpemerintah.

Pasal 64

Bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, dan pejabat lain yang telahditetapkan untuk mengganti kerugian negara/daerah dapat dikenai sanksiadministratif dan/atau sanksi pidana.

Putusan pidana tidak membebaskan dari tuntutan ganti rugi.

Pasal 65

Kewajiban bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain

298

Page 302: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

untuk membayar ganti rugi, menjadi kedaluwarsa jika dalam waktu 5 (lima)tahun sejak diketahuinya kerugian tersebut atau dalam waktu 8 (delapan)tahun sejak terjadinya kerugian tidak dilakukan penuntutan ganti rugi terhadapyang bersangkutan.

Pasal 66

(1)

(2)

Dalam hal bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lainyang dikenai tuntutan ganti kerugian negara/daerah berada dalampengampuan, melarikan diri, atau meninggal dunia, penuntutan danpenagihan terhadapnya beralih kepada pengampu/yang memperolehhak/ahli waris, terbatas pada kekayaan yang dikelola atau diperolehnya,yang berasal dari bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, ataupejabat lain yang bersangkutan.

Tanggung jawab pengampu/yang memperoleh hak/ahli waris untukmembayar ganti kerugian negara/daerah sebagaimana dimaksud padaayat (1) menjadi hapus apabila dalam waktu 3 (tiga) tahun sejak keputusanpengadilan yang menetapkan pengampuan kepada bendahara, pegawainegeri bukan bendahara, atau pejabat lain yang bersangkutan, atau sejakbendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain yangbersangkutan diketahui melarikan diri atau meninggal dunia,pengampu/yang memperoleh hak/ahli waris tidak diberi tahu oleh pejabatyang berwenang mengenai adanya kerugian negara/daerah.

Pasal 67

(1)

(2)

Ketentuan penyelesaian kerugian negara/daerah sebagaimana diaturdalam Undang-undang ini berlaku pula untuk uang dan/atau barang bukanmilik negara/daerah, yang berada dalam penguasaan bendahara, pegawainegeri bukan bendahara, atau pejabat lain yang digunakan dalampenyelenggaraan tugas pemerintahan.

Ketentuan penyelesaian kerugian negara/daerah dalam Undang-undang iniberlaku pula untuk pengelola perusahaan negara/daerah dan badan-badanlain yang menyelenggarakan pengelolaan keuangan negara, sepanjangtidak diatur dalam undang-undang tersendiri.

BAB XII

PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM

Pasal 68

(1)

(2)

(3)

Badan Layanan Umum dibentuk untuk meningkatkan pelayanan kepadamasyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum danmencerdaskan kehidupan bangsa.

Kekayaan Badan Layanan Umum merupakan kekayaan negara/daerah yangtidak dipisahkan serta dikelola dan dimanfaatkan sepenuhnya untukmenyelenggarakan kegiatan Badan Layanan Umum yang bersangkutan.

Pembinaan keuangan Badan Layanan Umum pemerintah pusat dilakukan olehMenteri Keuangan dan pembinaan teknis dilakukan oleh menteri yang

(4)

bertanggung jawab atas bidang pemerintahan yang bersangkutan.

Pembinaan keuangan Badan Layanan Umum pemerintah daerah dilakukanoleh pejabat pengelola keuangan daerah dan pembinaan teknis dilakukan olehkepala satuan kerja perangkat daerah yang bertanggung jawab atas bidangpemerintahan yang bersangkutan.

Pasal 69

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

Setiap Badan Layanan Umum wajib menyusun rencana kerja dananggaran tahunan.

Rencana kerja dan anggaran serta laporan keuangan dan kinerja BadanLayanan Umum disusun dan disajikan sebagai bagian yang tidak terpisahkandari rencana kerja dan anggaran serta laporan keuangan dan kinerjaKementerian Negara/Lembaga/pemerintah daerah.

Pendapatan dan belanja Badan Layanan Umum dalam rencana kerja dananggaran tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)dikonsolidasikan dalam rencana kerja dan anggaran KementerianNegara/Lembaga/pemerintah daerah yang bersangkutan.

Pendapatan yang diperoleh Badan Layanan Umum sehubungan denganjasa layanan yang diberikan merupakan Pendapatan Negara/Daerah.

Badan Layanan Umum dapat memperoleh hibah atau sumbangan darimasyarakat atau badan lain.

Pendapatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5) dapatdigunakan langsung untuk membiayai belanja Badan Layanan Umum yangbersangkutan.

Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan keuangan Badan LayananUmum diatur dalam peraturan pemerintah.

BAB XIII

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 70

(1)

(2)

(3)

(4)

Jabatan fungsional bendahara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10dibentuk selambat-lambatnya 1 (satu) tahun sejak Undang-undang inidiundangkan.

Ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanjaberbasis akrual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 dan Pasal 13Undang-undang ini dilaksanakan selambat-lambatnya pada tahunanggaran 2008 dan selama pengakuan dan pengukuran pendapatan danbelanja berbasis akrual belum dilaksanakan, digunakan pengakuan danpengukuran berbasis kas.

Penyimpanan uang negara dalam Rekening Kas Umum Negara pada BankSentral sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 dilaksanakan secarabertahap, sehingga terlaksana secara penuh selambat-lambatnya padatahun 2006.

Penyimpanan uang daerah dalam Rekening Kas Umum Daerah pada bankyang telah ditentukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27

299

Page 303: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

dilaksanakan secara bertahap, sehingga terlaksana secara penuhselambat-lambatnya pada tahun 2006.

Pasal 71

(1)

(2)

(3)

Pemberian bunga dan/atau jasa giro sebagaimana dimaksud dalam Pasal23 ayat (1) mulai dilaksanakan pada saat penggantian Sertifikat BankIndonesia dengan Surat Utang Negara sebagai instrumen moneter.

Penggantian Sertifikat Bank Indonesia dengan Surat Utang Negarasebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan mulai tahun 2005.

Selama Surat Utang Negara belum sepenuhnya menggantikan SertifikatBank Indonesia sebagai instrumen moneter, tingkat bunga yang diberikanadalah sebesar tingkat bunga Surat Utang Negara yang berasal daripenyelesaian Bantuan Likuiditas Bank Indonesia.

BAB XIV

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 72

Pada saat berlakunya Undang-undang ini, Undang-undang PerbendaharaanIndonesia/Indische Comptabiliteitswet (ICW), Staatsblad Tahun 1925 Nomor

448 sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-undangNomor 9 Tahun 1968 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1968Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2860) dinyatakan tidakberlaku.

Pasal 73

Ketentuan pelaksanaan sebagai tindak lanjut Undang-undang ini sudahselesai selambat-lambatnya 1 (satu) tahun sejak Undang-undang inidiundangkan.

Pasal 74

Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara RepublikIndonesia.

Disahkan di Jakarta

pada tanggal 14 Januari 2004

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

MEGAWATI SOEKARNOPUTRI

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 14 Januari 2004

SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

BAMBANG KESOWO

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2004 NOMOR 5

Salinan sesuai dengan aslinya

Deputi Sekretaris Kabinet Bidang Hukum dan Perundang-undangan,

Lambock V. Nahattands

300

Page 304: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

PENJELASAN

ATAS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 1 TAHUN 2004

TENTANG

PERBENDAHARAAN NEGARA

I. UMUM

1. Dasar Pemikiran

Penyelenggaraan pemerintahan negara untuk mewujudkan tujuan bernegara

menimbulkan hak dan kewajiban negara yang perlu dikelola dalam suatu

sistem pengelolaan keuangan negara. Pengelolaan keuangan negara

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 perlu dilaksanakan secara profesional, terbuka, dan

bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, yang

diwujudkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Sebagai landasan hukum pengelolaan keuangan negara tersebut, pada

tanggal 5 April 2003 telah diundangkan Undang-undang Nomor 17 Tahun

2003 tentang Keuangan Negara. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 ini

menjabarkan lebih lanjut aturan-aturan pokok yang telah ditetapkan dalam

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ke dalam

asas-asas umum pengelolaan keuangan negara. Sesuai dengan ketentuan

dalam Pasal 29 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan

Negara, dalam rangka pengelolaan dan pertanggungjawaban Keuangan

Negara yang ditetapkan dalam APBN dan APBD, perlu ditetapkan kaidah-

kaidah hukum administrasi keuangan negara.

Sampai dengan saat ini, kaidah-kaidah tersebut masih didasarkan pada

ketentuan dalam Undang-undang Perbendaharaan Indonesia/Indische

Comptabiliteitswet (ICW) Staatsblad Tahun 1925 Nomor 448 sebagaimana

telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun

1968 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 53,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 2860) Undang-undang

Perbendaharaan Indonesia tersebut tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan

pengelolaan keuangan negara yang sesuai dengan tuntutan perkembangan

demokrasi, ekonomi, dan teknologi. Oleh karena itu, Undang-undang

tersebut perlu diganti dengan undang-undang baru yang mengatur kembali

ketentuan di bidang perbendaharaan negara, sesuai dengan tuntutan

perkembangan demokrasi, ekonomi, dan teknologi modern.

2. Pengertian, Ruang Lingkup, dan Asas Umum Perbendaharaan Negara

Undang-undang tentang Perbendaharaan Negara ini dimaksudkan

untuk memberikan landasan hukum di bidang administrasi keuangan

negara. Dalam Undang-undang Perbendaharaan Negara ini ditetapkan

bahwa Perbendaharaan Negara adalah pengelolaan dan

pertanggungjawaban keuangan negara, termasuk investasi dan

kekayaan yang dipisahkan, yang ditetapkan dalam APBN dan APBD.

Sesuai dengan pengertian tersebut, dalam Undang-undang

Perbendaharaan Negara ini diatur ruang lingkup dan asas umum

perbendaharaan negara, kewenangan pejabat perbendaharaan negara,

pelaksanaan pendapatan dan belanja negara/daerah, pengelolaan uang

negara/daerah, pengelolaan piutang dan utang negara/daerah,

pengelolaan investasi dan barang milik negara/daerah, penatausahaan

dan pertanggungjawaban APBN/APBD, pengendalian intern pemerintah,

penyelesaian kerugian negara/daerah, serta pengelolaan keuangan

badan layanan umum.

Sesuai dengan kaidah-kaidah yang baik dalam pengelolaan keuangan

negara, Undang-undang Perbendaharaan Negara ini menganut asas

kesatuan, asas universalitas, asas tahunan, dan asas spesialitas. Asas

kesatuan menghendaki agar semua Pendapatan dan Belanja

Negara/Daerah disajikan dalam satu dokumen anggaran. Asas

universalitas mengharuskan agar setiap transaksi keuangan ditampilkan

secara utuh dalam dokumen anggaran. Asas tahunan membatasi masa

berlakunya anggaran untuk suatu tahun tertentu. Asas spesialitas

mewajibkan agar kredit anggaran yang disediakan terinci secara jelas

peruntukannya. Demikian pula Undang-undang Perbendaharaan

Negara ini memuat ketentuan yang mendorong profesionalitas, serta

menjamin keterbukaan dan akuntabilitas dalam pelaksanaan anggaran.

Ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Perbendaharaan Negara

ini dimaksudkan pula untuk memperkokoh landasan pelaksanaan

desentralisasi dan otonomi daerah. Dalam rangka pelaksanaan

desentralisasi dan otonomi daerah, kepada daerah telah diberikan

301

Page 305: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

kewenangan yang luas, demikian pula dana yang diperlukan untuk

menyelenggarakan kewenangan itu. Agar kewenangan dan dana

tersebut dapat digunakan dengan sebaik-baiknya untuk

penyelenggaraan tugas pemerintahan di daerah, diperlukan kaidah-

kaidah sebagai rambu-rambu dalam pengelolaan keuangan daerah.

Oleh karena itu Undang-undang Perbendaharaan Negara ini selain

menjadi landasan hukum dalam pelaksanaan reformasi pengelolaan

Keuangan Negara pada tingkat pemerintahan pusat, berfungsi pula

untuk memperkokoh landasan pelaksanaan desentralisasi dan otonomi

daerah dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

3. Pejabat Perbendaharaan Negara

Sejalan dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Nomor 17

Tahun 2003 tentang Keuangan Negara Menteri Keuangan sebagai

pembantu Presiden dalam bidang keuangan pada hakikatnya adalah

Chief Financial Officer (CFO) Pemerintah Republik Indonesia,

sementara setiap menteri/pimpinan lembaga pada hakikatnya adalah

Chief Operational Officer (COO) untuk suatu bidang tertentu

pemerintahan.

Sesuai dengan prinsip tersebut Kementerian Keuangan berwenang dan

bertanggung jawab atas pengelolaan aset dan kewajiban negara secara

nasional, sementara kementerian negara/lembaga berwenang dan

bertanggung jawab atas penyelenggaraan pemerintahan sesuai dengan

tugas dan fungsi masing-masing.

Konsekuensi pembagian tugas antara Menteri Keuangan dan para

menteri lainnya tercermin dalam pelaksanaan anggaran. Untuk

meningkatkan akuntabilitas dan menjamin terselenggaranya saling-uji

(check and balance) dalam proses pelaksanaan anggaran perlu

dilakukan pemisahan secara tegas antara pemegang kewenangan

administratif dengan pemegang kewenangan kebendaharaan.

Penyelenggaraan kewenangan administratif diserahkan kepada

kementerian negara/lembaga, sementara penyeleng-garaan

kewenangan kebendaharaan diserahkan kepada Kementerian

Keuangan. Kewenangan administratif tersebut meliputi melakukan

perikatan atau tindakan-tindakan lainnya yang mengakibatkan terjadinya

penerimaan atau pengeluaran negara, melakukan pengujian dan

pembebanan tagihan yang diajukan kepada kementerian

negara/lembaga sehubungan dengan realisasi perikatan tersebut, serta

memerintahkan pembayaran atau menagih penerimaan yang timbul

sebagai akibat pelaksanaan anggaran.

Di lain pihak, Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara dan

pejabat lainnya yang ditunjuk sebagai Kuasa Bendahara Umum Negara

bukanlah sekedar kasir yang hanya berwenang melaksanakan

penerimaan dan pengeluaran negara tanpa berhak menilai kebenaran

penerimaan dan pengeluaran tersebut. Menteri Keuangan selaku

Bendahara Umum Negara adalah pengelola keuangan dalam arti

seutuhnya, yaitu berfungsi sekaligus sebagai kasir, pengawas

keuangan, dan manajer keuangan.

Fungsi pengawasan keuangan di sini terbatas pada aspek

rechmatigheid dan wetmatigheid dan hanya dilakukan pada saat

terjadinya penerimaan atau pengeluaran, sehingga berbeda dengan

fungsi pre-audit yang dilakukan oleh kementerian teknis atau post-audit

yang dilakukan oleh aparat pengawasan fungsional. Dengan demikian,

dapat dijalankan salah satu prinsip pengendalian intern yang sangat

penting dalam proses pelaksanaan anggaran, yaitu adanya pemisahan

yang tegas antara pemegang kewenangan administratif (ordonnateur)

dan pemegang fungsi pembayaran (comptable). Penerapan pola

pemisahan kewenangan tersebut, yang merupakan salah satu kaidah

yang baik dalam pengelolaan keuangan negara, telah mengalami

?deformasi? sehingga menjadi kurang efektif untuk mencegah dan/atau

meminimalkan terjadinya penyimpangan dalam pelaksanaan

penerimaan dan pengeluaran negara. Oleh karena itu, penerapan pola

pemisahan tersebut harus dilakukan secara konsisten.

4. Penerapan kaidah pengelolaan keuangan yang sehat di lingkungan

pemerintahan

Sejalan dengan perkembangan kebutuhan pengelolaan keuangan

negara, dirasakan pula semakin pentingnya fungsi perbendaharaan

dalam rangka pengelolaan sumber daya keuangan pemerintah yang

terbatas secara efisien. Fungsi perbendaharaan tersebut meliputi,

terutama, perencanaan kas yang baik, pencegahan agar jangan sampai

terjadi kebocoran dan penyimpangan, pencarian sumber pembiayaan

yang paling murah dan pemanfaatan dana yang menganggur (idle cash)

untuk meningkatkan nilai tambah sumber daya keuangan.

302

Page 306: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

Upaya untuk menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan keuangan yang

selama ini lebih banyak dilaksanakan di dunia usaha dalam pengelolaan

keuangan pemerintah, tidaklah dimaksudkan untuk menyamakan

pengelolaan keuangan sektor pemerintah dengan pengelolaan

keuangan sektor swasta. Pada hakikatnya, negara adalah suatu

lembaga politik.

Dalam kedudukannya yang demikian, negara tunduk pada tatanan

hukum publik. Melalui kegiatan berbagai lembaga pemerintah, negara

berusaha memberikan jaminan kesejahteraan kepada rakyat (welfare

state).

Namun, pengelolaan keuangan sektor publik yang dilakukan selama ini

dengan menggunakan pendekatan superioritas negara telah membuat

aparatur pemerintah yang bergerak dalam kegiatan pengelolaan

keuangan sektor publik tidak lagi dianggap berada dalam kelompok

profesi manajemen oleh para profesional. Oleh karena itu, perlu

dilakukan pelurusan kembali pengelolaan keuangan pemerintah dengan

menerapkan prinsip-prinsip pemerintahan yang baik (good governance)

yang sesuai dengan lingkungan pemerintahan.

Dalam Undang-undang Perbendaharaan Negara ini juga diatur prinsip-

prinsip yang berkaitan dengan pelaksanaan fungsi-fungsi pengelolaan

kas, perencanaan penerimaan dan pengeluaran, pengelolaan utang

piutang dan investasi serta barang milik negara/daerah yang selama ini

belum mendapat perhatian yang memadai.

Dalam rangka pengelolaan uang negara/daerah, dalam Undang-undang

Perbendaharaan Negara ini ditegaskan kewenangan Menteri Keuangan

untuk mengatur dan menyelenggarakan rekening pemerintah,

menyimpan uang negara dalam rekening kas umum negara pada bank

sentral, serta ketentuan yang mengharuskan dilakukannya optimalisasi

pemanfaatan dana pemerintah. Untuk meningkatkan transparansi dan

akuntabilitas pengelolaan piutang negara/daerah, diatur kewenangan

penyelesaian piutang negara dan daerah. Sementara itu, dalam rangka

pelaksanaan pembiayaan ditetapkan pejabat yang diberi kuasa untuk

mengadakan utang negara/daerah. Demikian pula, dalam rangka

meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan investasi dan barang

milik negara/daerah dalam Undang-undang Perbendaharaan Negara ini

diatur pula ketentuan yang berkaitan dengan pelaksanaan investasi

serta kewenangan mengelola dan menggunakan barang milik

negara/daerah.

5. Penatausahaan dan Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran

Untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan

keuangan negara, laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah perlu

disampaikan secara tepat waktu dan disusun mengikuti standar akuntansi

pemerintahan. Sehubungan dengan itu, perlu ditetapkan ketentuan yang

mengatur mengenai hal-hal tersebut agar:

• Laporan keuangan pemerintah dihasilkan melalui proses akuntansi;

• Laporan keuangan pemerintah disajikan sesuai dengan standar

akuntansi keuangan pemerintahan, yang terdiri dari Laporan Realisasi

Anggaran (LRA), Neraca, dan Laporan Arus Kas disertai dengan catatan

atas laporan keuangan;

• Laporan keuangan disajikan sebagai wujud pertanggungjawaban

setiap entitas pelaporan yang meliputi laporan keuangan pemerintah

pusat, laporan keuangan kementerian negara/lembaga, dan laporan

keuangan pemerintah daerah;

• Laporan keuangan pemerintah pusat/daerah disampaikan kepada

Dewan Perwakilan Rakyat/Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selambat-

lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran yang bersangkutan

berakhir;

• Laporan keuangan pemerintah diaudit oleh lembaga pemeriksa

ekstern yang independen dan profesional sebelum disampaikan kepada

Dewan Perwakilan Rakyat;

• Laporan keuangan pemerintah dapat menghasilkan statistik keuangan

yang mengacu kepada manual Statistik Keuangan Pemerintah

(Government Finance Statistics/GFS) sehingga dapat memenuhi

kebutuhan analisis kebijakan dan kondisi fiskal, pengelolaan dan analisis

perbandingan antarnegara (cross country studies), kegiatan

pemerintahan, dan penyajian statistik keuangan pemerintah.

Pada saat ini laporan keuangan pemerintah dirasakan masih kurang

transparan dan akuntabel karena belum sepenuhnya disusun mengikuti

standar akuntansi pemerintahan yang sejalan dengan standar akuntansi

sektor publik yang diterima secara internasional. Standar akuntansi

303

Page 307: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

pemerintahan tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal 32 Undang-undang

Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara menjadi acuan bagi

Pemerintah Pusat dan seluruh Pemerintah Daerah di dalam menyusun dan

menyajikan Laporan Keuangan.

Standar akuntansi pemerintahan ditetapkan dalam suatu peraturan

pemerintah dan disusun oleh suatu Komite Standar Akuntansi Pemerintahan

yang independen yang terdiri dari para profesional. Agar komite dimaksud

terjamin independensinya, komite harus dibentuk dengan suatu keputusan

Presiden dan harus bekerja berdasarkan suatu due process. Selain itu, usul

standar yang disusun oleh komite perlu mendapat pertimbangan dari Badan

Pemeriksa Keuangan. Bahan pertimbangan dari Badan Pemeriksa Keuangan

digunakan sebagai dasar untuk penyempurnaan. Hasil penyempurnaan

tersebut diberitahukan kepada Badan Pemeriksa Keuangan, dan selanjutnya

usul standar yang telah disempurnakan tersebut diajukan oleh Menteri

Keuangan untuk ditetapkan dalam peraturan pemerintah.

Agar informasi yang disampaikan dalam laporan keuangan pemerintah dapat

memenuhi prinsip transparansi dan akuntabilitas, perlu diselenggarakan

Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) yang terdiri dari Sistem

Akuntansi Pusat (SAP) yang dilaksanakan oleh Kementerian Keuangan dan

Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yang dilaksanakan oleh kementerian

negara/lembaga.

Selain itu, perlu pula diatur agar laporan pertanggungjawaban keuangan

pemerintah dapat disampaikan tepat waktu kepada DPR/DPRD. Mengingat

bahwa laporan keuangan pemerintah terlebih dahulu harus diaudit oleh

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sebelum disampaikan kepada

DPR/DPRD, BPK memegang peran yang sangat penting dalam upaya

percepatan penyampaian laporan keuangan pemerintah tersebut kepada

DPR/DPRD. Hal tersebut sejalan dengan penjelasan Pasal 30 dan Pasal 31

Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang

menetapkan bahwa audit atas Laporan Keuangan Pemerintah harus

diselesaikan selambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah Laporan Keuangan

tersebut diterima oleh BPK dari Pemerintah. Selama ini, menurut Pasal 70

ICW, BPK diberikan batas waktu 4 (empat) bulan untuk menyelesaikan tugas

tersebut.

6. Penyelesaian Kerugian Negara

Untuk menghindari terjadinya kerugian keuangan negara/daerah akibat

tindakan melanggar hukum atau kelalaian seseorang, dalam Undang-undang

Perbendaharaan Negara ini diatur ketentuan mengenai penyelesaian kerugian

negara/daerah. Oleh karena itu, dalam Undang-undang Perbendaharaan

Negara ini ditegaskan bahwa setiap kerugian negara/daerah yang disebabkan

oleh tindakan melanggar hukum atau kelalaian seseorang harus diganti oleh

pihak yang bersalah. Dengan penyelesaian kerugian tersebut negara/daerah

dapat dipulihkan dari kerugian yang telah terjadi.

Sehubungan dengan itu, setiap pimpinan kementerian negara/

lembaga/kepala satuan kerja perangkat daerah wajib segera melakukan

tuntutan ganti rugi setelah mengetahui bahwa dalam kementerian

negara/lembaga/satuan kerja perangkat daerah yang bersangkutan terjadi

kerugian. Pengenaan ganti kerugian negara/daerah terhadap bendahara

ditetapkan oleh Badan Pemeriksa Keuangan, sedangkan pengenaan ganti

kerugian negara/daerah terhadap pegawai negeri bukan bendahara

ditetapkan oleh menteri/pimpinan lembaga/gubernur/bupati/walikota.

Bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, dan pejabat lain yang telah

ditetapkan untuk mengganti kerugian negara/daerah dapat dikenai sanksi

administratif dan/atau sanksi pidana apabila terbukti melakukan pelanggaran

administratif dan/atau pidana.

7. Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum

Dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dapat dibentuk

Badan Layanan Umum yang bertugas memberikan pelayanan kepada

masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang diperlukan dalam

rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

Kekayaan Badan Layanan Umum merupakan kekayaan negara yang tidak

dipisahkan serta dikelola dan dimanfaatkan sepenuhnya untuk

menyelenggarakan kegiatan Badan Layanan Umum yang bersangkutan.

Berkenaan dengan itu, rencana kerja dan anggaran serta laporan keuangan dan

kinerja Badan Layanan Umum disusun dan disajikan sebagai bagian yang tidak

terpisahkan dari rencana kerja dan anggaran serta laporan keuangan

kementerian negara/lembaga/pemerintah daerah.

Pembinaan keuangan Badan Layanan Umum dilakukan oleh Menteri Keuangan,

sedangkan pembinaan teknis dilakukan oleh menteri yang bertanggung jawab

atas bidang pemerintahan yang bersangkutan.

304

Page 308: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas

Pasal 2

Cukup jelas

Pasal 3

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat (4)

Program Pemerintah Pusat dimaksud diusulkan di dalam Rancangan

Undang-undang tentang APBN serta disusun sesuai dengan kebutuhan

penyelenggaraan pemerintahan negara dan kemampuan dalam

menghimpun pendapatan negara dengan berpedoman kepada rencana

kerja Pemerintah dalam rangka mewujudkan tercapainya tujuan bernegara.

Ayat (5)

Program Pemerintah Daerah dimaksud diusulkan di dalam Rancangan

Peraturan Daerah tentang APBD serta disusun sesuai dengan kebutuhan

penyelenggaraan pemerintahan daerah dan kemampuan dalam

menghimpun pendapatan daerah dengan berpedoman kepada rencana

kerja Pemerintah dalam rangka mewujudkan tercapainya tujuan bernegara.

Ayat (6)

Cukup jelas

Ayat (7)

Denda dan/atau bunga dimaksud dapat dikenakan kepada kedua belah pihak.

Pasal 4

Cukup jelas

Pasal 5

Gubernur/bupati/walikota menetapkan Kuasa Pengguna Anggaran, Bendahara

Penerimaan dan/atau Bendahara Pengeluaran berdasarkan usulan Pengguna

Anggaran yang bersangkutan.

Pasal 6

Cukup jelas

Pasal 7

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Huruf a

Cukup jelas

Huruf b

Cukup jelas

Huruf c

Cukup jelas

Huruf d

Cukup jelas

Huruf e

Cukup jelas

Huruf f

Cukup jelas

Huruf g

Cukup jelas

Huruf h

Dalam rangka pengelolaan kas, investasi yang dimaksud adalah pembelian

Surat Utang Negara.

Huruf i

Cukup jelas

Huruf j

Cukup jelas

Huruf k

Cukup jelas

Huruf l

305

Page 309: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

Cukup jelas

Huruf m

Cukup jelas

Huruf n

Cukup jelas

Huruf o

Cukup jelas

Huruf p

Cukup jelas

Huruf q

Cukup jelas

Huruf r

Cukup jelas

Huruf s

Cukup jelas

Pasal 8

Cukup jelas

Pasal 9

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Huruf a

Cukup jelas

Huruf b

Cukup jelas

Huruf c

Cukup jelas

Huruf d

Cukup jelas

Huruf e

Cukup jelas

Huruf f

Cukup jelas

Huruf g

Cukup jelas

Huruf h

Cukup jelas

Huruf i

Dalam rangka pengelolaan kas, investasi yang dimaksud adalah

pembelian Surat Utang Negara.

Huruf j

Cukup jelas

Huruf k

Cukup jelas

Huruf l

Cukup jelas

Huruf m

Cukup jelas

Huruf n

Cukup jelas

Huruf o

Cukup jelas

Huruf p

Cukup jelas

Huruf q

Cukup jelas

Pasal 10

Ayat (1), ayat (2), dan ayat (3)

Tugas kebendaharaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)

meliputi kegiatan menerima, menyimpan, menyetor/membayar/

menyerahkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan

penerimaan/pengeluaran uang dan surat berharga yang berada dalam

pengelolaannya.

Persyaratan pengangkatan dan pembinaan karier bendahara diatur oleh

Bendahara Umum Negara selaku Pembina Nasional Jabatan Fungsional

Bendahara.

306

Page 310: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

Ayat (4)

Cukup jelas

Ayat (5)

Cukup jelas

Pasal 11

Cukup jelas

Pasal 12

Cukup jelas

Pasal 13

Cukup jelas

Pasal 14

Cukup jelas

Pasal 15

Cukup jelas

Pasal 16

Cukup jelas

Pasal 17

Cukup jelas

Pasal 18

Cukup jelas

Pasal 19

Cukup jelas

Pasal 20

Cukup jelas

Pasal 21

Cukup jelas

Pasal 22

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Uang negara dimaksud pada ayat ini adalah uang milik negara yang meliputi rupiah

dan valuta asing.

Ayat (4)

Dalam hal tertentu, Bendahara Umum Negara dapat membuka rekening

pada lembaga keuangan lainnya.

Pembukaan rekening pada bank umum sebagaimana dimaksud pada

ayat ini dilakukan dengan mempertimbangkan asas kesatuan kas dan

asas kesatuan perbendaharaan, serta optimalisasi pengelolaan kas.

Ayat (5)

Cukup jelas

Ayat (6)

Cukup jelas

Ayat (7)

Cukup jelas

Ayat (8)

Cukup jelas

Ayat (9)

Cukup jelas

Pasal 23

Cukup jelas

Pasal 24

Cukup jelas

Pasal 25

Cukup jelas

Pasal 26

Ayat (1)

Hal tertentu yang dimaksud pada ayat ini adalah keadaan belum

tersedianya layanan perbankan di satu tempat yang menjamin kelancaran

pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran negara.

Badan lain yang dimaksud pada ayat ini adalah badan hukum di luar

lembaga keuangan yang memiliki kompetensi dan reputasi yang baik

untuk melaksanakan fungsi penerimaan dan pengeluaran negara.

Kompetensi dimaksud meliputi keahlian, permodalan, jaringan, dan sarana

penunjang layanan yang diperlukan.

Reputasi dinilai berdasarkan perkembangan kinerja badan hukum yang

bersangkutan sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun terakhir.

307

Page 311: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

Kegiatan operasional dimaksud terutama berkaitan dengan

penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi kementerian negara/ lembaga.

Ayat (2)

Penunjukan badan lain tersebut dilakukan secara tertib, taat pada

peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan,

dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan

kepatutan serta mengutamakan badan hukum di luar lembaga keuangan

yang sebagian besar atau seluruh sahamnya dimiliki oleh negara.

Ayat (3)

Badan lain dimaksud berkewajiban menyampaikan laporan bulanan atas

pelaksanaan penerimaan dan/atau pengeluaran yang dilakukannya.

Laporan dimaksud disusun dan disajikan sesuai dengan standar

akuntansi pemerintahan.

Pasal 27

Cukup jelas

Pasal 28

Cukup jelas

Pasal 29

Ayat (1)

Pembukaan rekening dapat dilakukan oleh Kuasa Pengguna Anggaran/pejabat lain

yang ditunjuk.

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Pasal 30

Ayat (1)

Ketentuan perundang-undangan yang berlaku sebagaimana dimaksud

pada ayat ini adalah peraturan pemerintah yang mengatur pengelolaan

uang negara/daerah.

Ayat (2)

Cukup jelas

Pasal 31

Ayat (1)

Untuk kelancaran pelaksanaan tugas kementerian negara/lembaga,

kantor/satuan kerja di lingkungan kementerian negara/lembaga dapat

diberi persediaan uang kas untuk keperluan pembayaran yang tidak

dapat dilakukan langsung oleh Kuasa Bendahara Umum Negara kepada

pihak yang menyediakan barang dan/atau jasa. Sehubungan dengan itu,

diperlukan pembukaan rekening untuk menyimpan uang persediaan

tersebut sebelum dibayarkan kepada yang berhak. Tata cara

pembukaan rekening dimaksud, serta penggunaan dan mekanisme

pertanggungjawaban uang persediaan tersebut ditetapkan oleh

Bendahara Umum Negara sesuai dengan peraturan pemerintah

mengenai pengelolaan uang negara.

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Pasal 32

Ayat (1)

Untuk kelancaran pelaksanaan tugas satuan kerja perangkat daerah,

satuan kerja yang bersangkutan dapat diberi persediaan uang kas untuk

keperluan pembayaran yang tidak dapat dilakukan langsung oleh

Bendahara Umum Daerah kepada pihak yang menyediakan barang

dan/atau jasa. Sehubungan dengan itu, diperlukan pembukaan rekening

untuk menyimpan uang persediaan tersebut sebelum dibayarkan

kepada yang berhak. Tata cara pembukaan rekening dimaksud, serta

penggunaan dan mekanisme pertanggungjawaban uang persediaan

tersebut ditetapkan oleh Bendahara Umum Negara sesuai dengan

peraturan pemerintah mengenai pengelolaan uang daerah.

Ayat (2)

Cukup jelas

Pasal 33

Cukup jelas

Pasal 34

Cukup jelas

308

Page 312: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

Pasal 35

Yang dimaksud dengan piutang negara/daerah jenis tertentu antara lain

piutang pajak dan piutang yang diatur dalam undang-undang tersendiri.

Pasal 36

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan bagian piutang yang tidak disepakati adalah

selisih antara jumlah tagihan piutang menurut pemerintah dengan

jumlah kewajiban yang diakui oleh debitur.

Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat (4)

Cukup jelas

Pasal 37

Cukup jelas

Pasal 38

Cukup jelas

Pasal 39

Cukup jelas

Pasal 40

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Kedaluwarsaan sebagaimana dimaksud ayat ini dihitung sejak tanggal 1 Januari

tahun berikutnya.

Ayat (3)

Cukup jelas

Pasal 41

Cukup jelas

Pasal 42

Cukup jelas

Pasal 43

Cukup jelas

Pasal 44

Cukup jelas

Pasal 45

Cukup jelas

Pasal 46

Cukup jelas

Pasal 47

Cukup jelas

Pasal 48

Cukup jelas

Pasal 49

Ayat (1)

Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara dalam menetapkan

ketentuan pelaksanaan pensertifikatan tanah yang dimiliki dan dikuasai

pemerintah pusat/daerah berkoordinasi dengan lembaga yang

bertanggung jawab di bidang pertanahan nasional.

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat (4)

Cukup jelas

Ayat (5)

Cukup jelas

Ayat (6)

Peraturan Pemerintah yang dimaksud pada ayat ini meliputi

perencanaan kebutuhan, tata cara penggunaan, pemanfaatan,

pemeliharaan, penatausahaan, penilaian, penghapusan, dan

pemindahtanganan.

Pasal 50

Huruf a

Cukup jelas

309

Page 313: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

Huruf b

Cukup jelas

Huruf c

Cukup jelas

Huruf d

Cukup jelas

Huruf e

Barang milik pihak ketiga yang dikuasai dimaksud adalah barang yang

secara fisik dikuasai atau digunakan atau dimanfaatkan oleh pemerintah

berdasarkan hubungan hukum yang dibuat antara pemerintah dan pihak

ketiga.

Pasal 51

Ayat (1)

Aset yang dimaksud pada ayat ini adalah sumber daya, yang antara lain

meliputi uang, tagihan, investasi, dan barang, yang dapat diukur dalam

satuan uang, serta dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah dan

diharapkan memberi manfaat ekonomi/sosial di masa depan.

Ekuitas dana yang dimaksud pada ayat ini adalah kekayaan bersih

pemerintah yang merupakan selisih antara nilai seluruh aset dan nilai

seluruh kewajiban atau utang pemerintah.

Ayat (2) dan Ayat (3)

Tiap-tiap kementerian negara/lembaga merupakan entitas pelaporan

yang tidak hanya wajib menyelenggarakan akuntansi, tetapi juga wajib

menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan.

Pasal 52

Peraturan perundang-undangan yang berlaku adalah Undang-undang tentang

kearsipan.

Pasal 53

Cukup jelas

Pasal 54

Cukup jelas

Pasal 55

Cukup jelas

Pasal 56

Cukup jelas

Pasal 57

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Dalam penyusunan standar akuntansi pemerintahan sebagaimana

dimaksud pada ayat ini, Komite Standar Akuntansi Pemerintahan

menetapkan proses penyiapan standar dan meminta pertimbangan

mengenai substansi standar kepada Badan Pemeriksa Keuangan.

Proses penyiapan standar dimaksud mencakup langkah-langkah yang

perlu ditempuh secara cermat (due process) agar dihasilkan standar

yang objektif dan bermutu.

Terhadap pertimbangan yang diterima dari Badan Pemeriksa

Keuangan, Komite Standar Akuntansi Pemerintahan memberikan

tanggapan, penjelasan, dan/atau melakukan penyesuaian sebelum

standar akuntansi pemerintahan ditetapkan menjadi peraturan

pemerintah.

Ayat (3)

Keanggotaan Komite Standar Akuntansi Pemerintahan sebagaimana

dimaksud pada ayat ini berasal dari profesional di bidang akuntansi dan

berjumlah sebanyak-banyaknya 9 (sembilan) orang yang ketua dan

wakil ketuanya dipilih dari dan oleh anggota.

Pasal 58

Ayat (1)

Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara menyelenggarakan

sistem pengendalian intern di bidang perbendaharaan.

Menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/Pengguna

Barang menyelenggarakan sistem pengendalian intern di bidang

pemerintahan masing-masing.

Gubernur/bupati/walikota mengatur lebih lanjut dan meyelenggarakan

sistem pengendalian intern di lingkungan pemerintah daerah yang

dipimpinnya.

310

Page 314: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

Ayat (2)

Sistem pengendalian intern yang akan dituangkan dalam peraturan

pemerintah dimaksud dikonsultasikan dengan Badan Pemeriksa

Keuangan.

Pasal 59

Ayat (1)

Kerugian negara dapat terjadi karena pelanggaran hukum atau kelalaian

pejabat negara atau pegawai negeri bukan bendahara dalam rangka

pelaksanaan kewenangan administratif atau oleh bendahara dalam

rangka pelaksanaan kewenangan kebendaharaan.

Ganti rugi sebagaimana dimaksud didasarkan pada ketentuan Pasal 35

Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

Penyelesaian kerugian negara perlu segera dilakukan untuk

mengembalikan kekayaan negara yang hilang atau berkurang serta

meningkatkan disiplin dan tanggung jawab para pegawai negeri/pejabat

negara pada umumnya, dan para pengelola keuangan pada khususnya.

Ayat (2)

Pejabat lain sebagaimana dimaksud meliputi pejabat negara dan

pejabat penyelenggara pemerintahan yang tidak berstatus pejabat

negara, tidak termasuk bendahara dan pegawai negeri bukan

bendahara.

Ayat (3)

Cukup jelas

Pasal 60

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Surat keputusan dimaksud pada ayat ini mempunyai kekuatan hukum

untuk pelaksanaan sita jaminan (conservatoir beslaag).

Dalam hal pejabat yang melakukan kerugian negara adalah

menteri/pimpinan lembaga, surat keputusan pembebanan penggantian

kerugian sementara dimaksud diterbitkan oleh Menteri Keuangan selaku

Bendahara Umum Negara.

Dalam hal pejabat yang melakukan kerugian negara adalah Menteri

Keuangan, surat keputusan pembebanan penggantian kerugian

sementara dimaksud diterbitkan oleh Presiden.

Dalam hal pejabat yang melakukan kerugian negara adalah pimpinan

lembaga negara, surat keputusan pembebanan penggantian kerugian

sementara dimaksud diterbitkan oleh Presiden.

Pasal 61

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Surat keputusan dimaksud pada ayat ini mempunyai kekuatan hukum

untuk pelaksanaan sita jaminan (conservatoir beslaag).

Dalam hal pejabat yang melakukan kerugian daerah adalah Kepala

Satuan Kerja Perangkat Daerah, surat keputusan pembebanan

penggantian kerugian sementara dimaksud diterbitkan oleh Kepala

Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah selaku Bendahara Umum

Daerah.

Dalam hal pejabat yang melakukan kerugian daerah adalah Kepala

Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah, surat keputusan

pembebanan penggantian kerugian sementara dimaksud diterbitkan

oleh gubernur/bupati/walikota.

Dalam hal pejabat yang melakukan kerugian daerah adalah pimpinan

lembaga pemerintahan daerah, surat keputusan pembebanan

penggantian kerugian sementara dimaksud diterbitkan oleh Presiden.

Pasal 62

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan menindaklanjuti sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku adalah menyampaikan hasil

311

Page 315: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

pemeriksaan tersebut beserta bukti-buktinya kepada instansi yang

berwenang.

Ayat (3)

Cukup jelas

Pasal 63

Cukup jelas

Pasal 64

Cukup jelas

Pasal 65

Cukup jelas

Pasal 66

Cukup jelas

Pasal 67

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Pengenaan ganti kerugian negara terhadap pengelola perusahaan

umum dan perusahaan perseroan yang seluruh atau paling sedikit 51%

(lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh Negara Republik

Indonesia ditetapkan oleh Badan Pemeriksa Keuangan, sepanjang

tidak diatur dalam undang-undang tersendiri.

Pasal 68

Cukup jelas

Pasal 69

Cukup jelas

Pasal 70

Pelaksanaan secara bertahap dimaksud disesuaikan dengan kondisi

perbankan dan kesiapan sarana dan prasarana pendukung.

Pasal 71

Cukup jelas

Pasal 72

Cukup jelas

Pasal 73

Cukup jelas

Pasal 74

Cukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4355

312

Page 316: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 15 TAHUN 2004

TENTANG

PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN TANGGUNG JAWAB

KEUANGAN NEGARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa untuk mendukung keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan

negara, keuangan negara wajib dikelola secara tertib, taat pada

peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan,

dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan

kepatutan;

b. bahwa untuk mewujudkan pengelolaan keuangan negara sebagaimana

dimaksud pada huruf a, perlu dilakukan pemeriksaan berdasarkan

standar pemeriksaan oleh Badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan

mandiri;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a

dan huruf b, perlu dibentuk Undang-undang tentang Pemeriksaan

Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara;

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 18, Pasal 20, Pasal 20A, Pasal 23 dan Pasal 23E

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286);

3. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan

Lembaran Negara Nomor 4355);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

dan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN

TANGGUNG JAWAB KEUANGAN NEGARA

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan:

1. Pemeriksaan adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi

yang dilakukan secara independen, obyektif, dan profesional

berdasarkan standar pemeriksaan, untuk menilai kebenaran,

kecermatan, kredibilitas, dan keandalan informasi mengenai pengelolaan

dan tanggung jawab keuangan negara.

2. Badan Pemeriksa Keuangan, yang selanjutnya disebut BPK, adalah

Badan Pemeriksa Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

3. Pemeriksa adalah orang yang melaksanakan tugas pemeriksaan

pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara untuk dan atas

nama BPK.

4. Pejabat yang diperiksa dan/atau yang bertanggung jawab, yang

selanjutnya disebut pejabat, adalah satu orang atau lebih yang diserahi

tugas untuk mengelola keuangan negara.

313

Page 317: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

5. Lembaga perwakilan adalah DPR, DPD, DPRD Provinsi dan/atau DPRD

Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

6. Pengelolaan Keuangan Negara adalah keseluruhan kegiatan pejabat

pengelola keuangan negara sesuai dengan kedudukan dan

kewenangannya, yang meliputi perencanaan, pelaksanaan,

pengawasan, dan pertanggungjawaban.

7. Tanggung Jawab Keuangan Negara adalah kewajiban Pemerintah untuk

melaksanakan pengelolaan keuangan negara secara tertib, taat pada

peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, dan

transparan, dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.

8. Standar pemeriksaan adalah patokan untuk melakukan pemeriksaan

pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang meliputi

standar umum, standar pelaksanaan pemeriksaan, dan standar

pelaporan yang wajib dipedomani oleh BPK dan/atau pemeriksa.

9. Laporan Keuangan adalah bentuk pertanggungjawaban sebagaimana

ditetapkan dalam Pasal 30, Pasal 31, dan Pasal 32 Undang-undang

Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Pasal 55 ayat (2) dan

ayat (3), serta Pasal 56 ayat (3) Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004

tentang Perbendaharaan Negara.

10. Dokumen adalah data, catatan, dan/atau keterangan yang berkaitan

dengan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara, baik tertulis

di atas kertas atau sarana lain, maupun terekam dalam bentuk/corak

apapun.

11. Opini adalah pernyataan profesional sebagai kesimpulan pemeriksa

mengenai tingkat kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan

keuangan.

12. Rekomendasi adalah saran dari pemeriksa berdasarkan hasil

pemeriksaannya, yang ditujukan kepada orang dan/atau badan yang

berwenang untuk melakukan tindakan dan/atau perbaikan.

BAB II

LINGKUP PEMERIKSAAN

Pasal 2

(1) Pemeriksaan keuangan negara meliputi pemeriksaan atas pengelolaan

keuangan negara dan pemeriksaan atas tanggung jawab keuangan

negara.

(2) BPK melaksanakan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab

keuangan negara.

Pasal 3

(1) Pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang

dilakukan oleh BPK meliputi seluruh unsur keuangan negara

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Undang-undang Nomor 17

Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

(2) Dalam hal pemeriksaan dilaksanakan oleh akuntan publik berdasarkan

ketentuan undang-undang, laporan hasil pemeriksaan tersebut wajib

disampaikan kepada BPK dan dipublikasikan.

Pasal 4

(1) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 terdiri atas

pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan dengan

tujuan tertentu.

(2) Pemeriksaan Keuangan adalah pemeriksaan atas laporan keuangan.

(3) Pemeriksaan Kinerja adalah pemeriksaan atas pengelolaan keuangan

negara yang terdiri atas pemeriksaan aspek ekonomi dan efisiensi serta

pemeriksaan aspek efektivitas.

(4) Pemeriksaan dengan tujuan tertentu adalah pemeriksaan yang tidak

termasuk dalam pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan

ayat (3).

314

Page 318: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

Pasal 5

(1) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dilaksanakan

berdasarkan standar pemeriksaan.

(2) Standar pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun

oleh BPK, setelah berkonsultasi dengan Pemerintah.

BAB III

PELAKSANAAN PEMERIKSAAN

Pasal 6

Penentuan obyek pemeriksaan, perencanaan dan pelaksanaan pemeriksaan,

penentuan waktu dan metode pemeriksaan, serta penyusunan dan penyajian

laporan pemeriksaan dilakukan secara bebas dan mandiri oleh BPK.

Pasal 7

(1) Dalam merencanakan tugas pemeriksaan, BPK memperhatikan

permintaan, saran, dan pendapat lembaga perwakilan.

(2) Dalam rangka membahas permintaan, saran, dan pendapat

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), BPK atau lembaga perwakilan

dapat mengadakan pertemuan konsultasi.

Pasal 8

Dalam merencanakan tugas pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (1), BPK dapat mempertimbangkan informasi dari pemerintah,

bank sentral, dan masyarakat.

Pasal 9

(1) Dalam menyelenggarakan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung

jawab keuangan negara, BPK dapat memanfaatkan hasil pemeriksaan

aparat pengawasan intern pemerintah.

(2) Untuk keperluan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), laporan hasil

pemeriksaan intern pemerintah wajib disampaikan kepada BPK.

(3) Dalam melaksanakan tugas pemeriksaan, BPK dapat menggunakan

pemeriksa dan/atau tenaga ahli dari luar BPK yang bekerja untuk dan

atas nama BPK.

Pasal 10

Dalam pelaksanaan tugas pemeriksaan, pemeriksa dapat:

a. meminta dokumen yang wajib disampaikan oleh pejabat atau pihak lain

yang berkaitan dengan pelaksanaan pemeriksaan pengelolaan dan

tanggung jawab keuangan negara;

b. mengakses semua data yang disimpan di berbagai media, aset, lokasi,

dan segala jenis barang atau dokumen dalam penguasaan atau kendali

dari entitas yang menjadi obyek pemeriksaan atau entitas lain yang

dipandang perlu dalam pelaksanaan tugas pemeriksaannya;

c. melakukan penyegelan tempat penyimpanan uang, barang, dan

dokumen pengelolaan keuangan negara;

d. meminta keterangan kepada seseorang;

e. memotret, merekam dan/atau mengambil sampel sebagai alat bantu

pemeriksaan.

Pasal 11

Dalam rangka meminta keterangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10

huruf d, BPK dapat melakukan pemanggilan kepada seseorang.

Pasal 12

Dalam rangka pemeriksaan keuangan dan/atau kinerja, pemeriksa melakukan

pengujian dan penilaian atas pelaksanaan sistem pengendalian intern

pemerintah.

Pasal 13

Pemeriksa dapat melaksanakan pemeriksaan investigatif guna mengungkap

adanya indikasi kerugian negara/daerah dan/atau unsur pidana.

315

Page 319: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

Pasal 14

(1) Apabila dalam pemeriksaan ditemukan unsur pidana, BPK segera

melaporkan hal tersebut kepada instansi yang berwenang sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Tata cara penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diatur bersama oleh BPK dan Pemerintah.

BAB IV

HASIL PEMERIKSAAN DAN TINDAK LANJUT

Pasal 15

(1) Pemeriksa menyusun laporan hasil pemeriksaan setelah pemeriksaan

selesai dilakukan.

(2) Dalam hal diperlukan, pemeriksa dapat menyusun laporan interim

pemeriksaan.

Pasal 16

(1) Laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah memuat

opini.

(2) Laporan hasil pemeriksaan atas kinerja memuat temuan, kesimpulan,

dan rekomendasi.

(3) Laporan hasil pemeriksaan dengan tujuan tertentu memuat kesimpulan.

(4) Tanggapan pejabat pemerintah yang bertanggung jawab atas temuan,

kesimpulan, dan rekomendasi pemeriksa, dimuat atau dilampirkan pada

laporan hasil pemeriksaan.

Pasal 17

(1) Laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah pusat

disampaikan oleh BPK kepada DPR dan DPD selambat-lambatnya 2

(dua) bulan setelah menerima laporan keuangan dari pemerintah pusat.

(2) Laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah daerah

disampaikan oleh BPK kepada DPRD selambat-lambatnya 2 (dua) bulan

setelah menerima laporan keuangan dari pemerintah daerah.

(3) Laporan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan

ayat (2) disampaikan pula kepada Presiden/gubernur/ bupati/walikota

sesuai dengan kewenangannya.

(4) Laporan hasil pemeriksaan kinerja disampaikan kepada

DPR/DPD/DPRD sesuai dengan kewenangannya.

(5) Laporan hasil pemeriksaan dengan tujuan tertentu disampaikan kepada

DPR/DPD/DPRD sesuai dengan kewenangannya.

(6) Laporan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan

ayat (5) disampaikan pula kepada Presiden/gubernur/ bupati/walikota

sesuai dengan kewenangannya.

(7) Tata cara penyampaian laporan hasil pemeriksaan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (5), dan ayat (6)

diatur bersama oleh BPK dan lembaga perwakilan sesuai dengan

kewenangannya.

Pasal 18

(1) Ikhtisar hasil pemeriksaan semester disampaikan kepada lembaga

perwakilan selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sesudah berakhirnya

semester yang bersangkutan.

(2) Ikhtisar hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

disampaikan pula kepada Presiden/gubernur/bupati/ walikota selambat-

lambatnya 3 (tiga) bulan sesudah berakhirnya semester yang

bersangkutan.

Pasal 19

(1) Laporan hasil pemeriksaan yang telah disampaikan kepada lembaga

perwakilan, dinyatakan terbuka untuk umum.

(2) Laporan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak

termasuk laporan yang memuat rahasia negara yang diatur dalam

peraturan perundang-undangan.

316

Page 320: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

Pasal 20

(1) Pejabat wajib menindaklanjuti rekomendasi dalam laporan hasil

pemeriksaan.

(2) Pejabat wajib memberikan jawaban atau penjelasan kepada BPK

tentang tindak lanjut atas rekomendasi dalam laporan hasil pemeriksaan.

(3) Jawaban atau penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

disampaikan kepada BPK selambat-lambatnya 60 (enam puluh) hari

setelah laporan hasil pemeriksaan diterima.

(4) BPK memantau pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(5) Pejabat yang diketahui tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dapat dikenai sanksi administratif sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian.

(6) BPK memberitahukan hasil pemantauan tindak lanjut sebagaimana

dimaksud pada ayat (4) kepada lembaga perwakilan dalam hasil

pemeriksaan semester.

Pasal 21

(1) Lembaga perwakilan menindaklanjuti hasil pemeriksaan BPK dengan

melakukan pembahasan sesuai dengan kewenangannya.

(2) DPR/DPRD meminta penjelasan kepada BPK dalam rangka

menindaklanjuti hasil pemeriksaan.

(3) DPR/DPRD dapat meminta BPK untuk melakukan pemeriksaan lanjutan.

(4) DPR/DPRD dapat meminta Pemerintah untuk melakukan tindak lanjut

hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan/atau ayat

(3).

BAB V

PENGENAAN GANTI KERUGIAN NEGARA

Pasal 22

(1) BPK menerbitkan surat keputusan penetapan batas waktu

pertanggungjawaban bendahara atas kekurangan kas/barang yang

terjadi, setelah mengetahui ada kekurangan kas/barang dalam

persediaan yang merugikan keuangan negara/daerah.

(2) Bendahara dapat mengajukan keberatan atau pembelaan diri kepada

BPK dalam waktu 14 (empat belas) hari kerja setelah menerima surat

keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(3) Apabila bendahara tidak mengajukan keberatan atau pembelaan dirinya

ditolak, BPK menetapkan surat keputusan pembebanan penggantian

kerugian negara/daerah kepada bendahara bersangkutan.

(4) Tata cara penyelesaian ganti kerugian negara/daerah terhadap

bendahara ditetapkan oleh BPK setelah berkonsultasi dengan

pemerintah.

(5) Tata cara penyelesaian ganti kerugian sebagaimana dimaksud pada

ayat (4) berlaku pula bagi pengelola perusahaan umum dan perusahaan

perseroan yang seluruh atau paling sedikit 51% (lima puluh satu persen)

sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia, sepanjang tidak

diatur dalam undang-undang tersendiri.

Pasal 23

(1) Menteri/pimpinan lembaga/gubernur/bupati/walikota/direksi perusahaan

negara dan badan-badan lain yang mengelola keuangan negara

melaporkan penyelesaian kerugian negara/daerah kepada BPK

selambat-lambatnya 60 (enam puluh) hari setelah diketahui terjadinya

kerugian negara/daerah dimaksud.

(2) BPK memantau penyelesaian pengenaan ganti kerugian negara/daerah

terhadap pegawai negeri bukan bendahara dan/atau pejabat lain pada

kementerian negara/lembaga/ pemerintah daerah.

BAB VI

KETENTUAN PIDANA

Pasal 24

317

Page 321: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

(1) Setiap orang yang dengan sengaja tidak menjalankan kewajiban

menyerahkan dokumen dan/atau menolak memberikan keterangan yang

diperlukan untuk kepentingan kelancaran pemeriksaan pengelolaan dan

tanggung jawab keuangan negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal

10 dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun 6 (enam)

bulan dan/atau denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta

rupiah).

(2) Setiap orang yang dengan sengaja mencegah, menghalangi, dan/atau

menggagalkan pelaksanaan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 10 dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun 6

(enam) bulan dan/atau denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima

ratus juta rupiah).

(3) Setiap orang yang menolak pemanggilan yang dilakukan oleh BPK

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 tanpa menyampaikan alasan

penolakan secara tertulis dipidana dengan pidana penjara paling lama 1

(satu) tahun 6 (enam) bulan dan/atau denda paling banyak

Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

(4) Setiap orang yang dengan sengaja memalsukan atau membuat palsu

dokumen yang diserahkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau

denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Pasal 25

(1) Setiap pemeriksa yang dengan sengaja mempergunakan dokumen yang

diperoleh dalam pelaksanaan tugas pemeriksaan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 10 melampaui batas kewenangannya, dipidana

dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau denda paling

banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

(2) Setiap pemeriksa yang menyalahgunakan kewenangannya sehubungan

dengan kedudukan dan/atau tugas pemeriksaan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 10 dipidana dengan pidana penjara sekurang-kurangnya 1

(satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda setinggi-

tingginya Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Pasal 26

(1) Setiap pemeriksa yang dengan sengaja tidak melaporkan temuan

pemeriksaan yang mengandung unsur pidana yang diperolehnya pada

waktu melakukan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13

dan Pasal 14 dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun

6 (enam) bulan dan/atau denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima

ratus juta rupiah).

(2) Setiap orang yang tidak memenuhi kewajiban untuk menindaklanjuti

rekomendasi yang disampaikan dalam laporan hasil pemeriksaan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 dipidana dengan pidana penjara

paling lama 1 (satu) tahun 6 (enam) bulan dan/atau denda paling banyak

Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

BAB VII

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 27

(1) Ketentuan mengenai pemeriksaan atas laporan keuangan sebagaimana

dimaksud dalam Undang-undang ini dilaksanakan mulai sejak

pemeriksaan atas laporan keuangan Tahun Anggaran 2006.

(2) Penyelesaian ganti kerugian negara/daerah yang sedang dilakukan oleh

BPK dan/atau Pemerintah pada saat Undang-undang ini mulai berlaku,

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

yang ada sebelum berlakunya Undang-undang ini.

(3) Tata cara penyelesaian ganti kerugian negara sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 22 ayat (4) dan ayat (5) ditetapkan selambat-lambatnya 1

(satu) tahun setelah berlakunya Undang-undang ini.

BAB VIII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 28

Pada saat Undang-undang ini berlaku, Instructie en Verdere Bepalingen voor

de Algemene Rekenkamer atau IAR (Staatsblad 1898 Nomor 9 sebagaimana

318

Page 322: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

telah diubah terakhir dengan Staatsblad 1933 Nomor 320) dinyatakan tidak

berlaku.

Pasal 29

Undang-undang ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-

undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik

Indonesia.

Disahkan di Jakarta

pada tanggal 19 Juli 2004

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

MEGAWATI SOEKARNOPUTRI

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 19 Juli 2004

SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

BAMBANG KESOWO

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2004 NOMOR 66

Salinan sesuai dengan aslinya

Deputi Sekretaris KabinetBidang Hukum dan

Perundang-undangan,

Lambock V. Nahattands_______________________________________________________________________

______________________________

PENJELASAN

ATAS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 15 TAHUN 2004

TENTANG

PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN TANGGUNG JAWAB

KEUANGAN NEGARA

I. UMUM

A. Dasar Pemikiran

Untuk mewujudkan pengelolaan keuangan negara sesuai dengan ketentuan yang telah

ditetapkan dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan

Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara perlu dilakukan

pemeriksaan oleh satu badan pemeriksa keuangan yang bebas dan mandiri,

sebagaimana telah ditetapkan dalam Pasal 23E Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945. Dalam pelaksanaan tugas pemeriksaan pengelolaan dan

tanggung jawab keuangan negara, sampai saat ini, BPK masih berpedoman kepada

Instructie en Verdere Bepalingen voor de Algemene Rekenkamer atau IAR (Staatsblad

1898 Nomor 9 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Staatsblad 1933 Nomor 320).

Sampai saat ini BPK, yang diatur dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1973 tentang

Badan Pemeriksa Keuangan, masih belum memiliki landasan operasional yang memadai

dalam pelaksanaan tugasnya untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab

keuangan negara. Sebelum berlakunya Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang

Perbendaharaan Negara, selain berpedoman pada IAR, dalam pelaksanaan

pemeriksaan BPK juga berpedoman pada Indische Comptabiliteitswet atau ICW

(Staatsblad 1925 Nomor 448 Jo. Lembaran Negara 1968 Nomor 53).

Agar BPK dapat mewujudkan fungsinya secara efektif, dalam Undang-undang ini diatur

hal-hal pokok yang berkaitan dengan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab

keuangan negara sebagai berikut:

1. Pengertian pemeriksaan dan pemeriksa;

2. Lingkup pemeriksaan;

3. Standar pemeriksaan;

4. Kebebasan dan kemandirian dalam pelaksanaan pemeriksaan;

319

Page 323: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

5. Akses pemeriksa terhadap informasi;

6. Kewenangan untuk mengevaluasi pengendalian intern;

7. Hasil pemeriksaan dan tindak lanjut;

8. Pengenaan ganti kerugian negara;

9. Sanksi pidana.

B. Lingkup Pemeriksaan BPK

Sebagaimana telah ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945, pemeriksaan yang menjadi tugas BPK meliputi pemeriksaan atas

pengelolaan dan tanggung jawab mengenai keuangan negara. Pemeriksaan tersebut

mencakup seluruh unsur keuangan negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2

Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

Sehubungan dengan itu, kepada BPK diberi kewenangan untuk melakukan 3 (tiga) jenis

pemeriksaan, yakni:

1. Pemeriksaan keuangan, adalah pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah

pusat dan pemerintah daerah. Pemeriksaan keuangan ini dilakukan oleh BPK dalam

rangka memberikan pernyataan opini tentang tingkat kewajaran informasi yang

disajikan dalam laporan keuangan pemerintah.

2. Pemeriksaan kinerja, adalah pemeriksaan atas aspek ekonomi dan efisiensi, serta

pemeriksaan atas aspek efektivitas yang lazim dilakukan bagi kepentingan

manajemen oleh aparat pengawasan intern pemerintah.

Pasal 23E Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

mengamanatkan BPK untuk melaksanakan pemeriksaan kinerja pengelolaan

keuangan negara. Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengidentifikasikan hal-hal

yang perlu menjadi perhatian lembaga perwakilan. Adapun untuk pemerintah,

pemeriksaan kinerja dimaksudkan agar kegiatan yang dibiayai dengan keuangan

negara/daerah diselenggarakan secara ekonomis dan efisien serta memenuhi

sasarannya secara efektif.

3. Pemeriksaan dengan tujuan tertentu, adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan

tujuan khusus, di luar pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan kinerja. Termasuk

dalam pemeriksaan tujuan tertentu ini adalah pemeriksaan atas hal-hal lain yang

berkaitan dengan keuangan dan pemeriksaan investigatif.

Pelaksanaan pemeriksaan sebagaimana dimaksudkan di atas didasarkan pada suatu

standar pemeriksaan. Standar dimaksud disusun oleh BPK dengan mempertimbangkan

standar di lingkungan profesi audit secara internasional. Sebelum standar dimaksud

ditetapkan, BPK perlu mengkonsultasikannya dengan pihak pemerintah serta dengan

organisasi profesi di bidang pemeriksaan.

C. Pelaksanaan Pemeriksaan

BPK memiliki kebebasan dan kemandirian dalam ketiga tahap pemeriksaan, yakni

perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan hasil pemeriksaan. Kebebasan dalam tahap

perencanaan mencakup kebebasan dalam menentukan obyek yang akan diperiksa,

kecuali pemeriksaan yang obyeknya telah diatur tersendiri dalam undang-undang, atau

pemeriksaan berdasarkan permintaan khusus dari lembaga perwakilan.

Untuk mewujudkan perencanaan yang komprehensif, BPK dapat memanfaatkan hasil

pemeriksaan aparat pengawasan intern pemerintah, memperhatikan masukan dari pihak

lembaga perwakilan, serta informasi dari berbagai pihak. Sementara itu kebebasan

dalam penyelenggaraan kegiatan pemeriksaan antara lain meliputi kebebasan dalam

penentuan waktu pelaksanaan dan metode pemeriksaan, termasuk metode pemeriksaan

yang bersifat investigatif. Selain itu, kemandirian BPK dalam pemeriksaan keuangan

negara mencakup ketersediaan sumber daya manusia, anggaran, dan sarana

pendukung lainnya yang memadai.

BPK dapat memanfaatkan hasil pekerjaan yang dilakukan oleh aparat pengawasan

intern pemerintah. Dengan demikian, luas pemeriksaan yang akan dilakukan dapat

disesuaikan dan difokuskan pada bidang-bidang yang secara potensial berdampak pada

kewajaran laporan keuangan serta tingkat efisiensi dan efektivitas pengelolaan keuangan

negara. Untuk itu, aparat pengawasan intern pemerintah wajib menyampaikan hasil

pemeriksaannya kepada BPK.

BPK diberi kewenangan untuk mendapatkan data, dokumen, dan keterangan dari pihak

yang diperiksa, kesempatan untuk memeriksa secara fisik setiap aset yang berada dalam

pengurusan pejabat instansi yang diperiksa, termasuk melakukan penyegelan untuk

mengamankan uang, barang, dan/atau dokumen pengelolaan keuangan negara pada

saat pemeriksaan berlangsung.

D. Hasil Pemeriksaan dan Tindak Lanjut

Hasil setiap pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK disusun dan disajikan dalam laporan

hasil pemeriksaan (LHP) segera setelah kegiatan pemeriksaan selesai. Pemeriksaan

keuangan akan menghasilkan opini. Pemeriksaan kinerja akan menghasilkan temuan,

kesimpulan, dan rekomendasi, sedangkan pemeriksaan dengan tujuan tertentu akan

menghasilkan kesimpulan. Setiap laporan hasil pemeriksaan BPK disampaikan kepada

320

Page 324: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

DPR/DPD/DPRD sesuai dengan kewenangannya ditindaklanjuti, antara lain dengan

membahasnya bersama pihak terkait.

Selain disampaikan kepada lembaga perwakilan, laporan hasil pemeriksaan juga

disampaikan oleh BPK kepada pemerintah. Dalam hal laporan hasil pemeriksaan

keuangan, hasil pemeriksaan BPK digunakan oleh pemerintah untuk melakukan koreksi

dan penyesuaian yang diperlukan, sehingga laporan keuangan yang telah diperiksa

(audited financial statements) memuat koreksi dimaksud sebelum disampaikan kepada

DPR/DPRD. Pemerintah diberi kesempatan untuk menanggapi temuan dan kesimpulan

yang dikemukakan dalam laporan hasil pemeriksaan. Tanggapan dimaksud disertakan

dalam laporan hasil pemeriksaan BPK yang disampaikan kepada DPR/DPRD. Apabila

pemeriksa menemukan unsur pidana, Undang-undang ini mewajibkan BPK

melaporkannya kepada instansi yang berwenang sesuai dengan peraturan perundang-

undangan.

BPK diharuskan menyusun ikhtisar hasil pemeriksaan yang dilakukan selama 1 (satu)

semester. Ikhtisar dimaksud disampaikan kepada DPR/DPD/DPRD sesuai dengan

kewenangannya, dan kepada Presiden serta gubernur/ bupati/walikota yang

bersangkutan agar memperoleh informasi secara menyeluruh tentang hasil pemeriksaan.

Dalam rangka transparansi dan peningkatan partisipasi publik, Undang-undang ini

menetapkan bahwa setiap laporan hasil pemeriksaan yang sudah disampaikan kepada

lembaga perwakilan dinyatakan terbuka untuk umum. Dengan demikian, masyarakat

dapat memperoleh kesempatan untuk mengetahui hasil pemeriksaan, antara lain melalui

publikasi dan situs web BPK.

Undang-undang ini mengamanatkan pemerintah untuk menindaklanjuti rekomendasi

BPK. Sehubungan dengan itu, BPK perlu memantau dan menginformasikan hasil

pemantauan atas tindak lanjut tersebut kepada DPR/DPD/DPRD.

E. Pengenaan Ganti Kerugian Negara

Sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 62 ayat (3) Undang-undang Nomor 1 Tahun

2004 tentang Perbendaharaan Negara, Undang-undang ini mengatur lebih lanjut tentang

pengenaan ganti kerugian negara/daerah terhadap bendahara. BPK menerbitkan surat

keputusan penetapan batas waktu pertanggungjawaban bendahara atas kekurangan

kas/barang yang terjadi, setelah mengetahui ada kekurangan kas/barang dalam

persediaan yang merugikan keuangan negara/daerah. Bendahara tersebut dapat

mengajukan keberatan terhadap putusan BPK. Pengaturan tata cara penyelesaian ganti

kerugian negara/daerah ini ditetapkan oleh BPK setelah berkonsultasi dengan

pemerintah.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas

Pasal 2

Cukup jelas

Pasal 3

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Penyampaian laporan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat ini

diperlukan agar BPK dapat melakukan evaluasi pelaksanaan pemeriksaan yang

dilakukan oleh akuntan publik. Hasil pemeriksaan akuntan publik dan evaluasi

tersebut selanjutnya disampaikan oleh BPK kepada lembaga perwakilan, sehingga

dapat ditindaklanjuti sesuai dengan kewenangannya.

Pasal 4

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat (4)

Pemeriksaan dengan tujuan tertentu meliputi antara lain pemeriksaan atas hal-hal

lain di bidang keuangan, pemeriksaan investigatif, dan pemeriksaan atas sistem

pengendalian intern pemerintah.

Pasal 5

Ayat (1)

Cukup jelas

321

Page 325: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

Ayat (2)

Dalam penyusunan standar pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat ini,

BPK menetapkan proses penyiapan standar dan berkonsultasi mengenai substansi

standar kepada Pemerintah.

Proses penyiapan standar dimaksud mencakup langkah-langkah yang perlu

ditempuh secara cermat (due process) dengan melibatkan organisasi terkait dan

mempertimbangkan standar pemeriksaan internasional agar dihasilkan standar

yang diterima secara umum.

Pasal 6

Cukup jelas

Pasal 7

Ayat (1)

Permintaan dimaksud dapat berupa hasil keputusan rapat paripurna, rapat kerja,

dan alat kelengkapan lembaga perwakilan.

Ayat (2)

Cukup jelas

Pasal 8

Informasi dari pemerintah termasuk dari lembaga independen yang dibentuk dalam

upaya pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme, seperti Komisi Pemberantasan

Korupsi, Komisi Pengawasan Persaingan Usaha, dan Pusat Pelaporan dan Analisis

Transaksi Keuangan.

Informasi dari masyarakat termasuk hasil penelitian dan pengembangan, kajian,

pendapat dan keterangan organisasi profesi terkait, berita media massa, pengaduan

langsung dari masyarakat.

Pasal 9

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Penggunaan pemeriksa dan/atau tenaga ahli dari luar BPK dilakukan apabila BPK

tidak memiliki/tidak cukup memiliki pemeriksa dan/atau tenaga ahli yang diperlukan

dalam suatu pemeriksaan.

Pemeriksa dan/atau tenaga ahli dalam bidang tertentu dari luar BPK dimaksud

adalah pemeriksa di lingkungan aparat pengawasan intern pemerintah, pemeriksa,

dan/atau tenaga ahli lain yang memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh BPK.

Penggunaan pemeriksa yang berasal dari aparat pengawasan intern pemerintah

merupakan penugasan pimpinan instansi yang bersangkutan.

Pasal 10

Huruf a

Cukup jelas

Huruf b

Cukup jelas

Huruf c

Penyegelan adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh pemeriksa sebagai salah

satu bagian dari prosedur pemeriksaan paling lama 2 x 24 jam dengan

memperhatikan kelancaran pelaksanaan pekerjaan/ pelayanan di tempat yang

diperiksa. Penyegelan hanya dilakukan apabila pemeriksaan atas persediaan

uang, barang, dan/atau dokumen pengelolaan keuangan negara terpaksa

ditunda karena sesuatu hal. Penyegelan dilakukan untuk mengamankan uang,

barang, dan/atau dokumen pengelolaan keuangan negara dari kemungkinan

usaha pemalsuan, perubahan, pemusnahan, atau penggantian pada saat

pemeriksaan berlangsung.

Huruf d

Permintaan keterangan sebagaimana dimaksud pada huruf d dilakukan oleh

pemeriksa untuk memperoleh, melengkapi, dan/atau meyakini informasi yang

dibutuhkan dalam kaitan dengan pemeriksaan.

Yang dimaksud dengan seseorang adalah perseorangan atau badan hukum.

Huruf e

Kegiatan pemotretan, perekaman, dan/atau pengambilan sampel (contoh) fisik

obyek yang dilakukan oleh pemeriksa bertujuan untuk memperkuat dan/atau

melengkapi informasi yang berkaitan dengan pemeriksaan.

Pasal 11

Tata cara pemanggilan dimaksud ditetapkan oleh BPK setelah berkonsultasi dengan

Pemerintah.

322

Page 326: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

Pasal 12

Pengujian dan penilaian dimaksud termasuk atas pelaksanaan sistem kendali mutu dan

hasil pemeriksaan aparat pemeriksa intern pemerintah.

Dengan pengujian dan penilaian dimaksud BPK dapat meningkatkan efisiensi dan

efektifitas pelaksanaan pemeriksaan.

Hasil pengujian dan penilaian tersebut menjadi masukan bagi pemerintah untuk

memperbaiki pelaksanaan sistem pengendalian dan kinerja pemeriksaan intern.

Pasal 13

Cukup jelas

Pasal 14

Cukup jelas

Pasal 15

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Laporan interim pemeriksaan dimaksud, diterbitkan sebelum suatu pemeriksaan

selesai secara keseluruhan dengan tujuan untuk segera dilakukan tindakan

pengamanan dan/atau pencegahan bertambahnya kerugian.

Pasal 16

Ayat (1)

Opini merupakan pernyataan profesional pemeriksa mengenai kewajaran informasi

keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan yang didasarkan pada kriteria (i)

kesesuaian dengan standar akuntansi pemerintahan, (ii) kecukupan

pengungkapan (adequate disclosures), (iii) kepatuhan terhadap peraturan

perundang-undangan, dan (iv) efektivitas sistem pengendalian intern. Terdapat 4

(empat) jenis opini yang dapat diberikan oleh pemeriksa, yakni (i) opini wajar tanpa

pengecualian (unqualified opinion), (ii) opini wajar dengan pengecualian (qualified

opinion), (iii) opini tidak wajar (adversed opinion), dan (iv) pernyataan menolak

memberikan opini (disclaimer of opinion).

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat (4)

Cukup jelas

Pasal 17

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan laporan keuangan pemerintah pusat pada ayat ini adalah

laporan keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 Undang-undang Nomor

17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan laporan keuangan pemerintah daerah pada ayat ini adalah

laporan keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 Undang-undang Nomor

17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat (4)

Cukup jelas

Ayat (5)

Cukup jelas

Ayat (6)

Cukup jelas

Ayat (7)

Cukup jelas

Pasal 18

Cukup jelas

Pasal 19

Ayat (1)

Laporan hasil pemeriksaan yang terbuka untuk umum berarti dapat diperoleh

dan/atau diakses oleh masyarakat.

Ayat (2)

Cukup jelas

Pasal 20

Ayat (1)

Tindak lanjut atas rekomendasi dapat berupa pelaksanaan seluruh atau sebagian

dari rekomendasi.

323

Page 327: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

Dalam hal sebagian atau seluruh rekomendasi tidak dapat dilaksanakan, pejabat

wajib memberikan alasan yang sah.

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat (4)

Dalam rangka pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat ini, BPK

menatausahakan laporan hasil pemeriksaan dan menginventarisasi permasalahan,

temuan, rekomendasi, dan/atau tindak lanjut atas rekomendasi dalam laporan hasil

pemeriksaan. Selanjutnya BPK menelaah jawaban atau penjelasan yang diterima

dari pejabat yang diperiksa dan/atau atasannya untuk menentukan apakah tindak

lanjut telah dilakukan.

Ayat (5)

Cukup jelas

Ayat (6)

Cukup jelas

Pasal 21

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Pemeriksaan lanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat ini dapat berupa

pemeriksaan hal-hal yang berkaitan dengan keuangan, pemeriksaan kinerja, dan

pemeriksaan dengan tujuan tertentu.

Ayat (4)

Cukup jelas

Pasal 22

Ayat (1)

Surat keputusan dimaksud pada ayat ini diterbitkan apabila belum ada

penyelesaian yang dilakukan sesuai dengan tata cara penyelesaian ganti kerugian

negara/daerah yang ditetapkan oleh BPK.

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Pembelaan diri ditolak oleh BPK apabila bendahara tidak dapat membuktikan

bahwa dirinya bebas dari kesalahan, kelalaian, atau kealpaan.

Ayat (4)

Cukup jelas

Ayat (5)

Cukup jelas

Pasal 23

Cukup jelas

Pasal 24

Cukup jelas

Pasal 25

Cukup jelas

Pasal 26

Cukup jelas

Pasal 27

Cukup jelas

Pasal 28

Cukup jelas

Pasal 29

Cukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4400

324

Page 328: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 29 TAHUN 2000

TENTANG

PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang :

a. bahwa jasa konstruksi mempunyai peran strategis dalam pembangunan nasionalsehingga penyelenggaraannya perlu diatur untuk mewujudkan tertib pengikatan danpenyelenggaraan pekerjaan konstruksi, hasil pekerjaan konstruksi yang berkualitas, danpeningkatan peran masyarakat;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut pada huruf a dan untuk melaksanakanUndang-undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi, dipandang perlumenetapkan Peraturan Pemerintah tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi;

Mengingat :

1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945;

2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 1995 Nomor 13, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3587);

3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli danPersaingan Usaha Tidak Sehat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3817);

4. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 1999 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3833);

5. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor3839).

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENYELENGGARAAN JASA

KONSTRUKSI.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan :

1. Pelelangan umum adalah pelelangan yang dilakukan secara terbuka denganpengumuman secara luas melalui media massa, sekurang-kurangnya 1 (satu) mediacetak dan papan pengumuman resmi untuk umum sehingga masyarakat luas duniausaha yang berminat dan memenuhi kualifikasi dapat mengikutinya.

2. Pelelangan terbatas adalah pelelangan untuk pekerjaan tertentu yang diikuti olehpenyedia jasa yang dinyatakan telah lulus prakualifikasi dan jumlahnya diyakini terbatasdengan pengumuman secara luas melalui media massa, sekurang-kurangnya 1 (satu)media cetak dan papan pengumuman resmi untuk umum sehingga masyarakat luasdunia usaha yang berminat dan memenuhi kualifikasi dapat mengikutinya.

3. Pemilihan langsung adalah pengadaan jasa konstruksi tanpa melalui pelelangan umumatau pelelangan terbatas, yang dilakukan dengan membandingkan sekurang-kurangnya3 (tiga) penawar dari penyedia jasa dan dapat dilakukan negosiasi, baik dari segi teknismaupun harga, sehingga diperoleh harga yang wajar dan secara teknis dapatdipertanggungjawabkan.

4. Penunjukan langsung adalah pengadaan jasa konstruksi yang dilakukan tanpa melaluipelelangan umum, pelelangan terbatas, atau pemilihan langsung yang dilakukan hanyaterhadap 1 (satu) penyedia jasa dengan cara melakukan negosiasi baik dari segi teknismaupun harga sehingga diperoleh harga yang wajar dan secara teknis dapatdipertanggungjawabkan.

5. Lembaga adalah organisasi sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 18Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi, yang bertujuan untuk mengembangkan kegiatanjasa konstruksi nasional.

6. Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab dalam bidang konstruksi.

Pasal 2

Lingkup pengaturan penyelenggaraan pekerjaan konstruksi meliputi pemilihan penyedia jasa,kontrak kerja konstruksi, penyelenggaraan pekerjaan konstruksi, kegagalan bangunan,

penyelesaian sengketa, larangan persekongkolan, dan sanksi administratif.

BAB II

PEMILIHAN PENYEDIA JASA

Bagian Pertama

Umum

Pasal 3

(1) Pemilihan penyedia jasa yang meliputi perencana konstruksi, pelaksana konstruksi, danpengawas konstruksi oleh pengguna jasa dapat dilakukan dengan cara pelelangan umum,

pelelangan terbatas, pemilihan langsung, atau penunjukan langsung.

325

Page 329: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

(2) Dalam pemilihan penyedia jasa dengan cara pelelangan umum sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1), pengguna jasa dapat melakukan prakualifikasi dan pasca kualifikasi.

(3) Dalam pemilihan penyedia jasa dengan cara pelelangan terbatas sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1), pengguna jasa wajib melakukan prakualifikasi.

(4) Perusahaan nasional yang mengadakan kerja sama dengan perusahaan nasional lainnya danatau perusahaan asing dapat mengikuti prakualifikasi dan dinilai sebagai perusahaan gabungan.

(5) Dalam pelelangan umum, pelelangan terbatas, atau pemilihan langsung penyedia jasa,pengguna jasa harus mengikutsertakan sekurang-kurangnya 1 (satu) perusahaan nasional.

(6) Dalam pemilihan perencana konstruksi dan pengawas konstruksi dapat disyaratkan adanyakewajiban :

a. jaminan penawaran dan jaminan pelaksanaan pekerjaan perencanaan untuk perencanakonstruksi; atau

b. jaminan penawaran untuk pengawas konstruksi, apabila hal tersebut disepakati oleh

pengguna jasa dan penyedia jasa yang mengikuti pemilihan.

Bagian Kedua

Perencana Konstruksi dan Pengawas Konstruksi

Pasal 4

(1) Pemilihan perencana konstruksi dan atau pengawas konstruksi oleh pengguna jasa dengancara pelelangan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1), berlaku untuk semua

pekerjaan perencanaan dan pengawasan konstruksi.

(2) Pemilihan perencana konstruksi dan pengawas konstruksi sebagaimana dimaksud dalam

ayat (1) dilakukan dengan syarat :

a. diumumkan secara luas melalui media massa sekurang-kurangnya 1 (satu) media cetakdan papan pengumuman resmi untuk umum;

b. peserta yang berbentuk badan usaha atau usaha orang perseorangan harus sudahdiregistrasi pada Lembaga; dan

c. tenaga ahli dan tenaga terampil yang dipekerjakan oleh badan usaha atau usaha orang

perseorangan harus bersertifikat yang dikeluarkan oleh Lembaga.

(3) Tata cara pemilihan perencana konstruksi dan pengawas konstruksi sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) terdiri dari :

a. pengumuman;

b. pendaftaran untuk mengikuti pelelangan;

c. penjelasan;

d. pemasukan penawaran;

e. evaluasi penawaran;

f. penetapan calon pemenang dilakukan berdasarkan penilaian kualitas dan atau gabungankualitas dan harga dan atau harga tetap dan atau harga terendah;

g. pengumuman calon pemenang;

h. masa sanggah; dan

i. penetapan pemenang.

(4) Pemilihan cara evaluasi penawaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) huruf e ditetapkan

oleh pengguna jasa.

Pasal 5

(1) Pemilihan perencana konstruksi untuk mendapatkan gagasan arsitektural terbaik danperencana konstruksi untuk perencanaan sistem dapat dilakukan melalui sayembara terbukaatau terbatas.

(2) Lembaga merumuskan dan menerbitkan model dokumen termasuk tata cara mengenaisayembara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) sebagai acuan bagi pengguna jasa.

Pasal 6

(1) Pemilihan perencana konstruksi dan pengawas konstruksi dengan cara pelelangan terbatassebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3), dilakukan untuk pekerjaan yang :

a. mempunyai risiko tinggi; dan atau

b. mempunyai teknologi tinggi.

(2) Pemilihan perencana konstruksi dan pengawas konstruksi sebagaimana dimaksud dalam

ayat (1) dilakukan dengan syarat :

a. diumumkan secara luas melalui media massa, sekurang-kurangnya 1 (satu) media cetakdan papan pengumuman resmi untuk umum;

b. jumlah penyedia jasa yang tersedia terbatas;

c. melalui proses prakualifikasi untuk menetapkan daftar pendek peserta pelelangan;

d. peserta yang berbentuk badan usaha atau usaha orang perseorangan harus sudahdiregistrasi pada Lembaga;

e. tenaga ahli dan tenaga terampil yang dipekerjakan oleh badan usaha atau usaha orangperseorangan harus bersertifikat yang dikeluarkan oleh Lembaga; dan

f. kriteria penetapan daftar pendek sebagaimana dimaksud butir c meliputi :

1) pengalaman perusahaan untuk pekerjaan sejenis; dan

2) kualifikasi tenaga ahli yang dimiliki.

(3) Tata cara pemilihan perencana konstruksi dan pengawas konstruksi sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) terdiri dari :

a. pengumuman prakualifikasi;

b. pemasukan dokumen prakualifikasi;

c. evaluasi prakualifikasi dan menetapkan daftar pendek;

d. undangan para peserta yang termasuk dalam daftar pendek;

e. penjelasan;

f. pemasukan penawaran;

g. evaluasi penawaran;

326

Page 330: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

h. penetapan calon pemenang dilakukan berdasarkan penilaian kualitas dan atau gabungankualitas dan harga dan atau harga tetap dan atau harga terendah;

i. pengumuman calon pemenang;

j. masa sanggah; dan

k. penetapan pemenang.

(4) Pemilihan cara evaluasi penawaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) huruf g ditetapkan

oleh pengguna jasa.

Pasal 7

(1) Pemilihan perencana konstruksi dan pengawas konstruksi dengan cara pemilihan langsung

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 hanya berlaku untuk keadaan tertentu, yaitu :

a. penanganan darurat untuk keamanan dan keselamatan masyarakat yang masihmemungkinkan untuk mengadakan pemilihan langsung;

b. pekerjaan yang kompleks yang hanya dapat dilaksanakan oleh penyedia jasa yangsangat terbatas jumlahnya, dengan ketentuan pekerjaan hanya dapat dilakukan denganteknologi baru dan penyedia jasa yang mampu mengaplikasikannya sangat terbatas;

c. pekerjaan yang perlu dirahasiakan, yang menyangkut keamanan dan keselamatanNegara yang ditetapkan oleh Presiden; dan atau

d. pekerjaan yang berskala kecil dengan ketentuan :

1) untuk kepentingan pelayanan umum;

2) mempunyai risiko kecil;

3) menggunakan teknologi sederhana; dan atau

4) dilaksanakan penyedia jasa usaha orang perseorangan dan badan usaha kecil.

(2) Pemilihan perencana konstruksi dan pengawas konstruksi sebagaimana dimaksud dalam

ayat (1) dilakukan dengan syarat :

a. mengundang sekurang-kurangnya 3 (tiga) penawar;

b. memilih dari beberapa penawar;

c. peserta yang berbentuk badan usaha atau usaha orang perseorangan harus sudahdiregistrasi pada Lembaga; dan

d. tenaga terampil dan ahli yang dipekerjakan oleh badan usaha atau usaha orang

perseorangan harus bersertifikat yang dikeluarkan oleh Lembaga.

(3) Tata cara pemilihan langsung sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terdiri dari :

a. undangan;

b. penjelasan;

c. pemasukan penawaran;

d. evaluasi penawaran dilakukan berdasarkan penilaian kualitas dan atau gabungankualitas dan harga dan atau harga tetap dan atau harga terendah;

e. klarifikasi dan negosiasi setelah ditentukan peringkatnya; dan

f. penetapan pemenang.

(4) Pemilihan cara evaluasi penawaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) huruf d ditetapkan

oleh pengguna jasa.

Pasal 8

(1) Pemilihan perencana konstruksi dan pengawas konstruksi dengan cara penunjukan langsung

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 berlaku untuk :

a. keadaan tertentu, yaitu :

1) penanganan darurat untuk keamanan dan keselamatan masyarakat yang pelaksanaan

pekerjaannya tidak dapat ditunda atau harus dilakukan dengan segera;

2) pekerjaan yang kompleks yang hanya dapat dilaksanakan oleh penyedia jasa yang sangatterbatas jumlahnya dengan ketentuan pekerjaan hanya dapat dikerjakan dengan teknologi barudan penyedia jasa yang mampu mengaplikasikannya hanya satu-satunya;

3) pekerjaan yang perlu dirahasiakan yang menyangkut keamanan dan keselamatan Negarayang ditetapkan oleh Presiden;

4) pekerjaan yang berskala kecil dengan ketentuan :

a) untuk keperluan sendiri/pribadi;

c) mempunyai risiko kecil;

b) menggunakan teknologi sederhana; dan atau

d) dilaksanakan oleh penyedia jasa usaha orang perseorangan dan badan usaha kecil;

dan atau

5) pekerjaan lanjutan yang secara teknis merupakan kesatuan konstruksi yang sifatpertanggungannya terhadap kegagalan bangunan tidak dapat dipecah-pecah dari pekerjaanyang sudah dilaksanakan sebelumnya; atau

b. pekerjaan yang hanya dilakukan oleh pemegang hak cipta atau pihak lain yang telahmendapat lisensi.

(2) Pemilihan perencana konstruksi dan pengawas konstruksi sebagaimana dimaksud dalam

ayat (1) dilakukan dengan syarat :

a. penyedia jasa yang berbentuk badan usaha harus sudah diregistrasi pada Lembaga;

b. tenaga ahli dan tenaga terampil yang dipekerjakan oleh badan usaha atau usaha orangperseorangan harus bersertifikat yang dikeluarkan oleh Lembaga; atau

c. penyedia jasa yang bersangkutan merupakan pemegang hak cipta atau pihak lain yangtelah mendapat lisensi.

(3) Tata cara pemilihan perencana konstruksi dan pengawas konstruksi sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) terdiri dari :

327

Page 331: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

a. undangan;

b. penjelasan;

c. pemasukan penawaran;

d. negosiasi; dan

e. penetapan pemenang.

Bagian Ketiga

Pelaksana Konstruksi

Pasal 9

(1) Pemilihan pelaksana konstruksi dengan cara pelelangan umum sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 3 berlaku untuk semua pekerjaan pelaksanaan konstruksi.

(2) Pemilihan pelaksana konstruksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dengan

syarat :

a. diumumkan secara luas melalui media massa, sekurang-kurangnya 1 (satu) media cetakdan papan pengumuman;

b. dilakukan penilaian kualifikasi baik prakualifikasi maupun pasca kualifikasi;

c. peserta yang berbentuk badan usaha harus sudah diregistrasi pada Lembaga; dan

d. tenaga ahli dan tenaga terampil yang dipekerjakan oleh badan usaha atau usaha orang

perseorangan harus bersertifikat yang dikeluarkan oleh Lembaga.

(3) Tata cara pelelangan umum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tediri dari :

a. pengumuman;

b. pendaftaran untuk mengikuti pelelangan;

c. penjelasan;

d. pemasukan penawaran;

e. evaluasi penawaran;

f. penetapan calon pemenang berdasarkan harga terendah terevaluasi diantara penawaranyang telah memenuhi persyaratan administrasi dan teknis serta tanggap terhadapdokumen pelelangan;

g. pengumuman calon pemenang;

h. masa sanggah; dan

i. penetapan pemenang.

Pasal 10

(1) Pemilihan pelaksana konstruksi dengan cara pelelangan terbatas sebagaimana dimaksuddalam Pasal 3 berlaku untuk pekerjaan dengan ketentuan :

a. mempunyai risiko tinggi; dan

b. menggunakan teknologi tinggi.

(2) Pemilihan pelaksana konstruksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dengansyarat :

a. diumumkan melalui media massa sekurang-kurangnya 1 (satu) media cetak dan papanpengumuman resmi;

b. jumlah penyedia jasa terbatas;

c. melalui proses prakualifikasi;

d. peserta pelelangan yang berbentuk badan usaha harus sudah diregistrasi padaLembaga; dan

e. tenaga ahli dan tenaga terampil yang dipekerjakan oleh badan usaha atau usaha orangperseorangan harus bersertifikat yang dikeluarkan oleh Lembaga.

(3) Tata cara pelelangan terbatas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terdiri atas:

a. pengumuman untuk prakualifikasi;

b. pemasukan dokumen prakualifikasi;

c. evaluasi prakualifikasi;

d. undangan berdasarkan hasil prakualifikasi;

e. penjelasan;

f. pemasukan penawaran;

g. evaluasi penawaran;

h. penetapan calon pemenang berdasarkan harga terendah terevaluasi diantara penawaranyang telah memenuhi persyaratan administrasi dan teknis serta tanggap terhadapdokumen pelelangan;

i. pengumuman calon pemenang;

j. masa sanggah; dan

k. penetapan pemenang.

Pasal 11

(1) Pemilihan pelaksana konstruksi dengan cara pemilihan langsung sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 3 berlaku untuk keadaan tertentu, yaitu :

a. penanganan darurat untuk keamanan dan keselamatan masyarakat yang masihmemungkinkan untuk mengadakan proses pemilihan langsung;

b. pekerjaan yang kompleks yang hanya dapat dilaksanakan dengan teknologi baru danpenyedia jasa yang mampu mengaplikasikannya sangat terbatas;

c. pekerjaan yang perlu dirahasiakan, yang menyangkut keamanan dan keselamatanNegara yang ditetapkan oleh Presiden; dan atau

d. pekerjaan yang berskala kecil dengan ketentuan :

1) untuk kepentingan pelayanan umum;

2) mempunyai risiko kecil;

3) menggunakan teknologi sederhana; dan atau

4) dilaksanakan oleh penyedia jasa usaha orang perseorangan atau badan usaha kecil.

(2) Pemilihan pelaksana konstruksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dengan

syarat :

a. diundang sekurang-kurangnya 3 (tiga) penawar;

328

Page 332: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

b. pemasukan dan pembukaan dokumen penawaran tidak perlu pada waktu yangbersamaan;

c. peserta yang berbentuk badan usaha harus sudah diregistrasi pada Lembaga; dan

d. tenaga ahli dan tenaga terampil yang dipekerjakan oleh badan usaha atau usaha orangperseorangan harus bersertifikat yang dikeluarkan oleh Lembaga.

(3) Tata cara pemilihan pelaksana konstruksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terdiri dari :

a. undangan;

b. penjelasan;

c. pemasukan penawaran;

d. evaluasi penawaran;

e. dapat dilakukan negosiasi setelah ditentukan peringkatnya; dan

f. penetapan pemenang.

Pasal 12

(1) Penunjukan langsung pelaksana konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 berlakuuntuk :

a. keadaan tertentu, yaitu :

1) penanganan darurat untuk keamanan dan keselamatan masyarakat yang pelaksanaanpekerjaannya tidak dapat ditunda/harus dilakukan segera;

2) pekerjaan yang kompleks yang hanya dapat dilaksanakan dengan penggunaan teknologi baru

dan penyedia jasa yang mampu mengaplikasikannya hanya satu-satunya;

3) pekerjaan yang perlu dirahasiakan yang menyangkut keamanan dan keselamatan Negara

yang ditetapkan oleh Presiden;

4) pekerjaan yang berskala kecil dengan ketentuan :

a) untuk keperluan sendiri;

b) mempunyai risiko kecil;

c) menggunakan teknologi sederhana; dan atau

d) dilaksanakan oleh penyedia jasa usaha orang perseorangan dan badan usaha kecil,

dan atau

5) pekerjaan lanjutan yang secara teknis merupakan kesatuan konstruksi yang sifatpertanggungannya terhadap kegagalan bangunan tidak dapat dipecah-pecah dari pekerjaanyang sudah dilaksanakan sebelumnya; atau

b. pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh pemegang hak paten atau pihak lain yangtelah mendapat izin.

(2) Penunjukan langsung pelaksana konstruksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan

dengan syarat :

a. peserta yang berbentuk badan usaha atau usaha orang perseorangan harus sudahdiregistrasi pada Lembaga;

b. tenaga ahli dan atau tenaga terampil yang dipekerjakan oleh badan usaha dan usahaorang perseorangan harus bersertifikat yang dikeluarkan oleh Lembaga; dan

c. penyedia jasa yang bersangkutan merupakan pemegang hak paten atau pihak lain yang

telah mendapat lisensi.

(3) Tata cara penunjukan langsung pelaksana konstruksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

terdiri dari :

a. undangan;

b. penjelasan;

c. pemasukan penawaran;

d. negosiasi; dan

e. penetapan penyedia jasa.

Pasal 13

(1) Pemilihan penyedia jasa terintegrasi dilakukan mengikuti tata cara pemilihan pelaksana

konstruksi dengan cara pelelangan terbatas.

(2) Pekerjaan yang dapat dilakukan dengan layanan jasa konstruksi secara terintegrasi adalah

pekerjaan yang :

a. bersifat kompleks;

b. memerlukan teknologi tinggi;

c. mempunyai risiko tinggi; dan

d. memiliki biaya besar.

(3) Pemilihan penyedia jasa terintegrasi dilakukan dengan syarat :

a. diumumkan secara luas melalui media massa, sekurang-kurangnya 1 (satu) media cetakdan papan pengumuman resmi untuk umum;

b. jumlah penyedia jasa terbatas; dan

c. melalui proses prakualifikasi.

(4) Tata cara pemilihan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terdiri dari :

a. pengumuman prakualifikasi;

b. pemasukan dokumen prakualifikasi;

c. evaluasi prakualifikasi;

d. undangan berdasarkan hasil prakualifikasi;

e. penjelasan;

f. pemasukan penawaran;

g. evaluasi penawaran;

329

Page 333: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

h. penetapan calon pemenang berdasarkan harga terendah terevaluasi diantara penawaranyang telah memenuhi persyaratan administrasi dan teknis serta tanggap terhadapdokumen pelelangan;

i. pengumuman calon pemenang;

j. masa sanggah; dan

k. penetapan pemenang.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan syarat-syarat sebagaimana dimaksud dalam ayat (3), dan pekerjaan yang dapat dilakukan secaraterintegrasi ditentukan oleh Menteri.

Pasal 14

(1) Lembaga merumuskan dan menerbitkan model dokumen untuk pemilihan penyedia jasasebagai acuan bagi pengguna jasa dalam melaksanakan pemilihan penyedia jasa konstruksi.

(2) Pedoman tentang tata cara pelelangan umum dan tata cara evaluasi ditetapkan olehLembaga.

(3) Petunjuk pelaksanaan pemilihan penyedia jasa dalam rangka pelaksanaan pekerjaankonstruksi yang pembiayaannya dibebankan pada anggaran Negara yang meliputi AnggaranPendapatan dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah maupun danabantuan luar negeri, ditetapkan dengan Keputusan Presiden, dengan tetap berpedoman padaketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini.

Bagian KeempatKewajiban dan Hak Pengguna Jasa

Pasal 15

Pengguna jasa dalam pemilihan penyedia jasa berkewajiban untuk :

a. mengumumkan secara luas melalui media massa dan papan pengumuman setiappekerjaan yang ditawarkan dengan cara pelelangan umum atau pelelangan terbatas;

b. menerbitkan dokumen pelelangan umum, pelelangan terbatas, dan pemilihan langsungsecara lengkap, jelas, dan benar serta dapat dipahami, yang memuat :

1) petunjuk bagi penawaran;

2) tata cara pelelangan dan atau pemilihan mencakup prosedur, persyaratan, dan kewenangan;

3) persyaratan kontrak mencakup syarat umum dan syarat khusus; dan

4) ketentuan evaluasi;

c. mengundang semua penyedia jasa yang lulus prakualifikasi untuk memasukkanpenawaran;

d. menerbitkan dokumen penunjukan langsung secara lengkap, jelas, dan benar sertadapat dipahami yang memuat :

1) tata cara penunjukan langsung mencakup prosedur, persyaratan, dan kewenangan; dan

2) syarat-syarat kontrak mencakup syarat umum dan syarat khusus;

e. memberikan penjelasan tentang pekerjaan termasuk mengadakan peninjauan lapanganapabila diperlukan;

f. memberikan tanggapan terhadap sanggahan dari penyedia jasa;

g. menetapkan penyedia jasa dalam batas waktu yang ditentukan dalam dokumen lelang;

h. mengembalikan jaminan penawaran bagi penyedia jasa yang kalah, sedangkan bagipenyedia jasa yang menang mengikuti ketentuan yang diatur dalam dokumenpelelangan;

i. menunjukkan bukti kemampuan membayar;

j. menandatangani kontrak kerja konstruksi dalam batas waktu yang ditentukan dalamdokumen lelang;

k. mengganti biaya yang dikeluarkan oleh penyedia jasa untuk penyiapan pelelanganapabila pengguna jasa membatalkan pemilihan penyedia jasa; dan

l. memberikan penjelasan tentang risiko pekerjaan termasuk kondisi dan bahaya yangdapat timbul dalam pekerjaan konstruksi dan mengadakan peninjauan lapangan apabila

diperlukan.

Pasal 16

Pengguna jasa dalam pemilihan penyedia jasa berhak untuk :

a. memungut biaya penggandaan dokumen pelelangan umum dan pelelangan terbatas daripenyedia jasa;

b. mencairkan jaminan penawaran dan selanjutnya memiliki uangnya dalam hal penyediajasa tidak memenuhi ketentuan pelelangan; dan

c. menolak seluruh penawaran apabila dipandang seluruh penawaran tidak menghasilkankompetisi yang efektif atau seluruh penawaran tidak cukup tanggap terhadap dokumen

pelelangan.

Bagian Kelima

Kewajiban dan Hak Penyedia Jasa

Pasal 17

Penyedia jasa dalam pemilihan penyedia jasa berkewajiban untuk :

a. menyusun dokumen penawaran yang memuat rencana dan metode kerja, rencanausulan biaya, tenaga terampil dan tenaga ahli, rencana dan anggaran keselamatan dankesehatan kerja, dan peralatan;

b. menyerahkan jaminan penawaran; dan

c. menandatangani kontrak kerja konstruksi dalam batas waktu yang ditentukan dalamdokumen lelang.

Pasal 18

Penyedia jasa dalam pemilihan penyedia jasa berhak untuk :

a. memperoleh penjelasan pekerjaan;

330

Page 334: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

b. melakukan peninjauan lapangan apabila diperlukan;

c. mengajukan sanggahan terhadap pengumuman hasil lelang;

d. menarik jaminan penawaran bagi penyedia jasa yang kalah; dan

e. mendapat ganti rugi apabila terjadi pembatalan pemilihan jasa yang tidak sesuai denganketentuan dokumen lelang.

Bagian Keenam

Penetapan Penyedia Jasa

Pasal 19

(1) Pengguna jasa atau wakil yang diberi wewenang, menetapkan secara tertulis penyedia jasa

sebagai pemenang dalam pemilihan penyedia jasa.

(2) Penetapan perencana konstruksi dan pengawas konstruksi didasarkan pada pemilihankualitas dan atau gabungan kualitas dan harga dan atau kualitas dengan harga tetap dan atau

harga terendah.

(3) Penetapan pelaksana konstruksi didasarkan pada harga terendah terevaluasi di antara

penawaran yang telah memenuhi persyaratan serta tanggap terhadap dokumen pelelangan.

(4) Penetapan penyedia jasa dalam penunjukan langsung didasarkan pada hasil negosiasi antarapengguna jasa dan penyedia jasa.

BAB III

KONTRAK KERJA KONSTRUKSI

Pasal 20

(1) Kontrak kerja konstruksi pada dasarnya dibuat secara terpisah sesuai tahapan dalampekerjaan konstuksi yang terdiri dari kontrak kerja konstruksi untuk pekerjaan perencanaan,kontrak kerja konstruksi untuk pekerjaan pelaksanaan, dan kontrak kerja konstruksi untukpekerjaan pengawasan.

(2) Dalam hal pekerjaan terintegrasi, kontrak kerja konstruksi sebagaimana dimaksud dalam ayat

(1) dapat dituangkan dalam 1 (satu) kontrak kerja konstruksi.

(3) Kontrak kerja konstruksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dibedakan berdasarkan :

a. Bentuk imbalan yang terdiri dari :

1) Lump Sum;

2) harga satuan;

3) biaya tambah imbalan jasa;

4) gabungan Lump Sum dan harga satuan; atau

5) Aliansi.

b. Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang terdiri dari :

1) tahun tunggal; atau

2) tahun jamak.

c. Cara pembayaran hasil pekerjaan :

1) sesuai kemajuan pekerjaan; atau

2) secara berkala.

Pasal 21

(1) Kontrak kerja konstruksi dengan bentuk imbalan Lump Sum sebagaimana dimaksud dalamPasal 20 ayat (3) huruf a angka 1 merupakan kontrak jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaandalam jangka waktu tertentu dengan jumlah harga yang pasti dan tetap serta semua risiko yangmungkin terjadi dalam proses penyelesaian pekerjaan yang sepenuhnya ditanggung oleh

penyedia jasa sepanjang gambar dan spesifikasi tidak berubah.

(2) Kontrak kerja konstruksi dengan bentuk imbalan Harga Satuan sebagaimana dimaksud dalamPasal 20 ayat (3) huruf a angka 2 merupakan kontrak jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaandalam jangka waktu tertentu berdasarkan harga satuan yang pasti dan tetap untuk setiapsatuan/unsur pekerjaan dengan spesifikasi teknis tertentu, yang volume pekerjaannya didasarkanpada hasil pengukuran bersama atas volume pekerjaan yang benar-benar telah dilaksanakanoleh penyedia jasa.

(3) Kontrak kerja konstruksi dengan bentuk imbalan Biaya Tambah Imbalan Jasa sebagaimanadimaksud dalam Pasal 20 ayat (3) huruf a angka 3 merupakan kontrak jasa atas penyelesaianseluruh pekerjaan dalam jangka waktu tertentu, dimana jenis-jenis pekerjaan dan volumenyabelum diketahui dengan pasti, sedangkan pembayarannya dilakukan berdasarkan pengeluaranbiaya yang meliputi pembelian bahan, sewa peralatan, upah pekerja dan lain-lain, ditambahimbalan jasa yang telah disepakati oleh kedua belah pihak.

(4) Kontrak kerja konstruksi dengan bentuk imbalan Gabungan Lump Sum dan Harga Satuansebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (3) huruf a angka 4 merupakan gabungan LumpSum dan atau harga satuan dan atau tambah imbalan jasa dalam 1 (satu) pekerjaan yang

diperjanjikan sejauh yang disepakati para pihak dalam kontrak kerja konstruksi.

(5) Kontrak kerja konstruksi dengan bentuk imbalan Aliansi sebagaimana dimaksud dalam Pasal20 ayat (3) huruf a angka 4 merupakan kontrak pengadaan jasa dimana suatu harga kontrakreferensi ditetapkan lingkup dan volume pekerjaan yang belum diketahui ataupun diperincisecara pasti sedangkan pembayarannya dilakukan secara biaya tambah imbal jasa dengan suatupembagian tertentu yang disepakati bersama atas penghematan ataupun biaya lebih yang timbuldari perbedaan biaya sebenarnya dan harga kontrak referensi.

Pasal 22

Kontrak kerja konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) sekurang-kurangnyaharus memuat dokumen yang meliputi :

331

Page 335: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

a. surat perjanjian yang ditandatangani pengguna jasa dan penyedia jasa yang memuatantara lain :

1) uraian para pihak;

2) konsiderasi;

3) lingkup pekerjaan;

4) hal-hal pokok seperti nilai kontrak, jangka waktu pelaksanaan; dan

5) daftar dokumen-dokumen yang mengikat beserta urutan keberlakuannya;

b. dokumen lelang, yaitu dokumen yang disusun oleh pengguna jasa yang merupakandasar bagi penyedia jasa untuk menyusun usulan atau penawaran untuk pelaksanaantugas yang berisi lingkup tugas dan persyaratannya (umum dan khusus, teknis danadministratif, kondisi kontrak);

c. usulan atau penawaran, yaitu dokumen yang disusun oleh penyedia jasa berdasarkandokumen lelang yang berisi metode, harga penawaran, jadwal waktu, dan sumber daya;

d. berita acara berisi kesepakatan yang terjadi antara pengguna jasa dan penyedia jasaselama proses evaluasi usulan atau penawaran oleh pengguna jasa antara lain klarifikasiatas hal-hal yang menimbulkan keragu-raguan;

e. surat pernyataan dari pengguna jasa menyatakan menerima atau menyetujui usulan ataupenawaran dari penyedia jasa; dan

f. surat pernyataan dari penyedia jasa yang menyatakan kesanggupan untuk

melaksanakan pekerjaan.

Pasal 23

(1) Kontrak kerja konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) sekurang-kurangnya harus memuat uraian mengenai :

a. Para pihak yang meliputi :

1) akta badan usaha atau usaha orang perseorangan;

2) nama wakil/kuasa badan usaha sesuai kewenangan pada akta badan usaha atau sertifikatkeahlian kerja dan sertifikat keterampilan kerja bagi usaha orang perseorangan; dan

3) tempat kedudukan dan alamat badan usaha atau usaha orang perseorangan;

b. Rumusan pekerjaan yang meliputi :

1) pokok-pokok pekerjaan yang diperjanjikan;

2) volume atau besaran pekerjaan yang harus dilaksanakan;

3) nilai pekerjaan dan ketentuan mengenai penyesuaian nilai pekerjaan akibat

fluktuasi harga untuk kontrak kerja konstruksi bertahun jamak;

4) tata cara penilaian hasil pekerjaan dan pembayaran; dan

5) jangka waktu pelaksanaan;

c. Pertanggungan dalam kontrak kerja konstruksi meliputi :

1) jenis pertanggungan yang menjadi kewajiban penyedia jasa yang berkaitan denganpembayaran uang muka, pelaksanaan pekerjaan, hasil pekerjaan, tenaga kerja, tuntutan pihak

ketiga dan kegagalan bangunan;

2) pertanggungan sebagaimana dimaksud dalam angka 1) memuat :

a) nilai jaminan;

b) jangka waktu pertanggungan;

c) prosedur pencairan; dan

d) hak dan kewajiban masing-masing pihak; dan

3) Dalam hal penyedia jasa tidak memenuhi kewajiban sesuai dengan kontrak kerja konstruksi,pengguna jasa dapat mencairkan dan selanjutnya menggunakan jaminan dari penyedia jasa

sebagai kompensasi pemenuhan kewajiban penyedia jasa;

d. Tenaga ahli yang meliputi :

1) persyaratan klasifikasi dan kualifikasi tenaga ahli;

2) prosedur penerimaan dan atau pemberhentian tenaga ahli yang dipekerjakan; dan

3) jumlah tenaga ahli sesuai dengan jenis pekerjaan;

e. Hak dan kewajiban para pihak dalam kontrak kerja konstruksi meliputi :

1) hak dan kewajiban pengguna jasa; dan

2) hak dan kewajiban penyedia jasa;

f. Cara pembayaran memuat :

1) volume/besaran fisik;

2) cara pembayaran hasil pekerjaan;

3) jangka waktu pembayaran;

4) denda keterlambatan pembayaran; dan

5) jaminan pembayaran;

g. Ketentuan mengenai cidera janji yang meliputi :

332

Page 336: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

1) bentuk cidera janji :

a) oleh penyedia jasa yang meliputi :

- tidak menyelesaikan tugas;

- tidak memenuhi mutu;

- tidak memenuhi kuantitas; dan

- tidak menyerahkan hasil pekerjaan; dan

b) oleh pengguna jasa yang meliputi :

- terlambat membayar;

- tidak membayar; dan

- terlambat menyerahkan sarana pelaksanaan pekerjaan; dan

2) Dalam hal terjadi cidera janji yang dilakukan oleh penyedia jasa atau pengguna jasa, pihakyang dirugikan berhak untuk memperoleh kompensasi, penggantian biaya dan atauperpanjangan waktu, perbaikan atau pelaksanaan ulang hasil pekerjaan yang tidak sesuai

dengan yang diperjanjikan atau pemberian ganti rugi;

h. Penyelesaian perselisihan memuat :

1) penyelesaian di luar pengadilan melalui alternatif penyelesaian sengketa, atau arbitrase; dan

2) penyelesaian melalui pengadilan sesuai dengan Hukum Acara Perdata yang berlaku;

i. Ketentuan pemutusan kontrak kerja konstruksi memuat :

1) bentuk pemutusan yang meliputi pemutusan yang disepakati para pihak atau pemutusan

secara sepihak; dan

2) hak dan kewajiban pengguna jasa dan penyedia jasa sebagai konsekuensi dari pemutusan

kontrak kerja konstruksi;

j. Keadaan memaksa mencakup kesepakatan mengenai :

1) risiko khusus;

2) macam keadaan memaksa lainnya; dan

3) hak dan kewajiban pengguna jasa dan penyedia jasa pada keadaan memaksa;

k. Kewajiban para pihak dalam kegagalan bangunan meliputi :

1) jangka waktu pertanggungjawaban kegagalan bangunan; dan

2) bentuk tanggung jawab terhadap kegagalan bangunan;

l. Perlindungan pekerja memuat :

1) kewajiban terhadap pemenuhan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; dan

2) bentuk tanggung jawab dalam perlindungan pekerja; dan

m. Aspek lingkungan memuat :

1) kewajiban terhadap pemenuhan ketentuan undang-undang yang berlaku; dan

2) bentuk tanggung jawab mengenai gangguan terhadap lingkungan dan manusia.

(2) Kontrak kerja konstruksi harus memuat ketentuan tentang Hak Atas Kekayaan Intelektualyang mencakup :

a. kepemilikan hasil perencanaan, berdasarkan kesepakatan; dan

b. pemenuhan kewajiban terhadap hak cipta atas hasil perencanaan yang telah dimiliki olehpemegang hak cipta dan hak paten yang telah dimiliki oleh pemegang hak paten sesuaiundang-undang tentang hak cipta dan undang-undang tentang hak paten.

(3) Kontrak kerja konstruksi dapat memuat ketentuan tentang insentif yang mencakuppersyaratan pemberian insentif, dan bentuk insentif.

(4) Kontrak kerja konstruksi dapat memuat ketentuan tentang sub penyedia jasa dan atau

pemasok bahan dan atau komponen bangunan dan atau peralatan mengenai hal-hal :

a. pengusulan oleh penyedia jasa dan pemberian izin oleh pengguna jasa untuk subpenyedia jasa/pemasok bahan dan atau komponen bangunan dan atau peralatan;

b. tanggung jawab penyedia jasa dalam kaitan penggunaan sub penyedia jasa/pemasokterhadap pemenuhan ketentuan kontrak kerja konstruksi; dan

c. hak intervensi pengguna jasa dalam hal :

1) pembayaran dari penyedia jasa kepada sub penyedia jasa/pemasok terlambat; dan

2) sub penyedia jasa/pemasok tidak memenuhi ketentuan kontrak kerja konstruksi.

(5) Pada kontrak kerja konstruksi dengan mempergunakan 2 (dua) bahasa harus dinyatakan

secara tegas hanya 1 (satu) bahasa yang mengikat secara hukum.

(6) Kontrak kerja konstruksi tunduk pada hukum yang berlaku di Indonesia.

BAB IV

PENYELENGGARAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI

333

Page 337: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

Bagian Pertama

Umum

Pasal 24

Penyelenggaraan pekerjaan konstruksi wajib dimulai dengan tahap perencanaan yangselanjutnya diikuti dengan tahap pelaksanaan beserta pengawasannya yang masing-masingtahap dilaksanakan melalui kegiatan penyiapan, pengerjaan, dan pengakhiran.

Bagian KeduaTahap Perencanaan

Pasal 25

Lingkup tahap perencanaan pekerjaan konstruksi meliputi prastudi kelayakan, studi kelayakan,perencanaan umum, dan perencanaan teknik.

Pasal 26

(1) Dalam perencanaan pekerjaan konstruksi dengan pekerjaan risiko tinggi harusdilakukan prastudi kelayakan, studi kelayakan, perencanaan umum, dan perencanaanteknik.

(2) Dalam perencanaan pekerjaan konstruksi dengan pekerjaan risiko sedang harus

dilakukan studi kelayakan, perencanaan umum, dan perencanaan teknik.

(3) Dalam perencanaan pekerjaan konstruksi dengan pekerjaan risiko kecil harusdilakukan perencanaan teknik.

Pasal 27

(1) Perencanaan pekerjaan konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 wajibdidukung dengan ketersediaan lapangan, dokumen, fasilitas, dan peralatan serta tenagakerja konstruksi yang masing-masing disesuaikan dengan kegiatan tahapanperencanaan.

(2) Penyedia jasa wajib menyerahkan hasil pekerjaan perencanaan yang meliputi hasiltahapan pekerjaan, hasil penyerahan pertama, dan hasil penyerahan akhir secara tepat

biaya, tepat mutu, dan tepat waktu.

(3) Pengguna jasa wajib melaksanakan pembayaran atas penyerahan hasil pekerjaan

penyedia jasa secara tepat jumlah dan tepat waktu.

Bagian Ketiga

Tahap Pelaksanaan Beserta Pengawasannya

Pasal 28

(1) Lingkup tahap pelaksanaan beserta pengawasan pekerjaan konstruksi meliputi

pelaksanaan fisik, pengawasan, uji coba, dan penyerahan hasil akhir pekerjaan.

(2) Pelaksanaan beserta pengawasan pekerjaan konstruksi dilakukan berdasarkan hasil

perencanaan teknik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26.

(3) Pelaksanaan beserta pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat

(2) dilaksanakan melalui kegiatan penyiapan, pengerjaan, dan pengakhiran.

Pasal 29

(1) Pelaksanaan beserta pengawasan pekerjaan konstruksi sebagaimana dimaksuddalam Pasal 28 harus didukung dengan ketersediaan lapangan, dokumen, fasilitas,peralatan, dan tenaga kerja konstruksi serta bahan/komponen bangunan yang masing-

masing disesuaikan dengan kegiatan tahapan pelaksanaan dan pengawasan.

(2) Penyedia jasa wajib menyerahkan hasil pekerjaan pelaksanaan serta pengawasanyang meliputi hasil tahapan pekerjaan, hasil penyerahan pertama dan hasil penyerahan

akhir secara tepat biaya, tepat mutu, dan tepat waktu.

(3) Pengguna jasa wajib melaksanakan pembayaran atas penyerahan hasil pelaksanaan

pekerjaan beserta pengawasan secara tepat jumlah dan tepat waktu.

(4) Untuk pekerjaan tertentu uji coba wajib dilakukan atau disahkan oleh instansi yangberwenang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Bagian KeempatStandar Keteknikan, Ketenaga Kerjaan,

dan Tata Lingkungan

Pasal 30

(1) Untuk menjamin terwujudnya tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi,

penyelenggara pekerjaan konstruksi wajib memenuhi ketentuan tentang :

a. keteknikan, meliputi persyaratan keselamatan umum, konstruksi bangunan, mutu hasilpekerjaan, mutu bahan dan atau komponen bangunan, dan mutu peralatan sesuaidengan standar atau norma yang berlaku;

b. keamanan, keselamatan, dan kesehatan tempat kerja konstruksi sesuai denganperaturan perundang-undangan yang berlaku;

c. perlindungan sosial tenaga kerja dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi sesuai denganperaturan perundang-undangan yang berlaku;

d. tata lingkungan setempat dan pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan peraturanperundang-undangan yang berlaku.

(2) Ketentuan keteknikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a diatur oleh Menteri

teknis yang bersangkutan.

(3) Ketentuan pembinaan dan pengendalian tentang keselamatan dan kesehatan kerja di tempat

kegiatan konstruksi diatur lebih lanjut oleh Menteri bersama Menteri teknis yang terkait.

Bagian Kelima

Kegagalan Pekerjaan Konstruksi

334

Page 338: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

Pasal 31

Kegagalan pekerjaan konstruksi adalah keadaan hasil pekerjaan konstruksi yang tidak sesuaidengan spesifikasi pekerjaan sebagaimana disepakati dalam kontrak kerja konstruksi baik

sebagian maupun keseluruhan sebagai akibat kesalahan pengguna jasa atau penyedia jasa.

Pasal 32

(1) Perencana konstruksi bebas dari kewajiban untuk mengganti atau memperbaiki kegagalanpekerjaan konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 yang disebabkan kesalahanpengguna jasa, pelaksana konstruksi, dan pengawas konstruksi.

(2) Pelaksana konstruksi bebas dari kewajiban untuk mengganti atau memperbaiki kegagalanpekerjaan konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 yang disebabkan kesalahanpengguna jasa, perencana konstruksi, dan pengawas konstruksi.

(3) Pengawas konstruksi bebas dari kewajiban untuk mengganti atau memperbaiki kegagalanpekerjaan konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 yang disebabkan kesalahan

pengguna jasa, perencana konstruksi, dan pelaksana konstruksi.

(4) Penyedia jasa wajib mengganti atau memperbaiki kegagalan pekerjaan konstruksisebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 yang disebabkan kesalahan penyedia jasa atas biayasendiri.

Pasal 33

Pemerintah berwenang untuk mengambil tindakan tertentu apabila kegagalan pekerjaankonstruksi mengakibatkan kerugian dan atau gangguan terhadap keselamatan umum.

BAB V

KEGAGALAN BANGUNAN

Bagian Pertama

Umum

Pasal 34

Kegagalan Bangunan merupakan keadaan bangunan yang tidak berfungsi, baik secarakeseluruhan maupun sebagian dari segi teknis, manfaat, keselamatan dan kesehatan kerja, danatau keselamatan umum sebagai akibat kesalahan Penyedia Jasa dan atau Pengguna Jasasetelah penyerahan akhir pekerjaan konstruksi.

Bagian KeduaJangka Waktu Pertanggungjawaban

Pasal 35

(1) Jangka waktu pertanggungjawaban atas kegagalan bangunan ditentukan sesuai denganumur konstruksi yang direncanakan dengan maksimal 10 tahun, sejak penyerahan akhirpekerjaan konstruksi.

(2) Penetapan umur konstruksi yang direncanakan harus secara jelas dan tegas dinyatakandalam dokumen perencanaan, serta disepakati dalam kontrak kerja konstruksi.

(3) Jangka waktu pertanggungjawaban atas kegagalan bangunan harus dinyatakan dengantegas dalam kontrak kerja konstruksi.

Bagian Ketiga

Penilaian Kegagalan Bangunan

Pasal 36

(1) Kegagalan bangunan dinilai dan ditetapkan oleh 1 (satu) atau lebih penilai ahli yangprofesional dan kompeten dalam bidangnya serta bersifat independen dan mampu memberikanpenilaian secara obyektif, yang harus dibentuk dalam waktu paling lambat 1 (satu) bulan sejak

diterimanya laporan mengenai terjadinya kegagalan bangunan.

(2) Penilai ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dipilih, dan disepakati bersama olehpenyedia jasa dan pengguna jasa.

(3) Pemerintah berwenang untuk mengambil tindakan tertentu apabila kegagalan bangunanmengakibatkan kerugian dan atau menimbulkan gangguan pada keselamatan umum, termasukmemberikan pendapat dalam penunjukan, proses penilaian dan hasil kerja penilai ahli yang

dibentuk dan disepakati oleh para pihak.

Pasal 37

Penilai ahli sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1) harus memiliki sertifikat keahlian dan

terdaftar pada Lembaga.

Pasal 38

(1) Penilai ahli, bertugas untuk antara lain :

a. menetapkan sebab-sebab terjadinya kegagalan bangunan;

b. menetapkan tidak berfungsinya sebagian atau keseluruhan bangunan;

c. menetapkan pihak yang bertanggung jawab atas kegagalan bangunan serta tingkat dansifat kesalahan yang dilakukan;

d. menetapkan besarnya kerugian, serta usulan besarnya ganti rugi yang harus dibayaroleh pihak atau pihak-pihak yang melakukan kesalahan;

e. menetapkan jangka waktu pembayaran kerugian.

(2) Penilai ahli berkewajiban untuk melaporkan hasil penilaiannya kepada pihak yangmenunjuknya dan menyampaikan kepada Lembaga dan instansi yang mengeluarkan izinmembangun, paling lambat 3 (tiga) bulan setelah melaksanakan tugasnya.

335

Page 339: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

Pasal 39

Penilai ahli berwenang untuk :

a. menghubungi pihak-pihak terkait, untuk memperoleh keterangan yang diperlukan;

b. memperoleh data yang diperlukan;

c. melakukan pengujian yang diperlukan;

d. memasuki lokasi tempat terjadinya kegagalan bangunan.

Bagian Keempat

Kewajiban dan Tanggung Jawab Penyedia Jasa

Pasal 40

(1) Sebagai dasar penetapan jangka waktu pertanggung jawaban, perencana konstruksi wajibmenyatakan dengan jelas dan tegas tentang umur konstruksi yang direncanakan, dalamdokumen perencanaan dan dokumen lelang, dilengkapi dengan penjelasannya.

(2) Apabila terjadi kegagalan bangunan yang disebabkan oleh kesalahan perencana konstruksi,maka perencana konstruksi hanya bertanggung jawab atas ganti rugi sebatas hasil

perencanaannya yang belum/tidak diubah.

(3) Apabila terjadi kegagalan bangunan yang disebabkan oleh kesalahan pelaksana konstruksi,maka tanggung jawab berupa sanksi dan ganti rugi dapat dikenakan pada usaha orangperseorangan dan atau badan usaha pelaksana konstruksi penandatangan kontrak kerjakonstruksi.

(4) Apabila terjadi kegagalan bangunan yang disebabkan oleh pengawas konstruksi, makatanggung jawab berupa sanksi dan ganti rugi dapat dikenakan pada usaha orang perseorangan

dan atau badan usaha pengawas konstruksi penandatangan kontrak kerja konstruksi.

Pasal 41

(1) Penyedia jasa konstruksi diwajibkan menyimpan dan memelihara dokumen pelaksanaan

konstruksi yang dapat dipakai sebagai alat pembuktian, bilamana terjadi kegagalan bangunan.

(2) Lama waktu menyimpan dan memelihara dokumen pelaksanaan konstruksi adalah sesuaidengan jangka waktu pertanggungan, dengan maksimal lama pertanggungan selama 10

(sepuluh) tahun sejak dilakukan penyerahan akhir hasil pekerjaan konstruksi.

Pasal 42

Pertanggungjawaban berupa sanksi profesi dan atau adminsitratif dapat dikenakan pada orang

perseorangan dan atau badan usaha penandatangan kontrak kerja konstruksi.

Pasal 43

Sub penyedia jasa berbentuk usaha orang perseorangan dan atau badan usaha yang dinyatakan

terkait dalam terjadinya kegagalan bangunan bertanggung jawab kepada penyedia jasa utama.

Pasal 44

(1) Apabila dokumen perencanaan sebagai bentuk fisik lain dari hasil pekerjaan konstruksi tidaksegera dilaksanakan, maka yang dimaksud dengan kegagalan bentuk lain hasil pekerjaankonstruksi ini adalah keadaan apabila dokumen perencanaan tersebut dipakai sebagai acuanpekerjaan konstruksi menyebabkan terjadinya kegagalan bangunan karena kesalahan

perencanaannya.

(2) Apabila terjadi seperti dimaksud pada ayat (1), maka tanggung jawab perencana konstruksi,dalam hal dokumen perencanaannya tidak segera dilaksanakan tetap sebatas umur konstruksiyang direncanakan dengan maksimal 10 (sepuluh) tahun terhitung sejak penyerahan dokumenperencanaan tersebut.

Bagian Kelima

Kewajiban dan Tanggung Jawab Pengguna Jasa

Pasal 45

(1) Pengguna jasa wajib melaporkan terjadinya kegagalan bangunan dan tindakan-tindakan yangdiambil kepada Menteri atau instansi yang berwenang dan Lembaga.

(2) Pengguna jasa bertanggung jawab atas kegagalan bangunan yang disebabkan oleh

kesalahan pengguna jasa.

Bagian Keenam

Ganti Rugi dalam Hal Kegagalan Bangunan

Pasal 46

(1) Pelaksanaan ganti rugi dalam hal kegagalan bangunan dapat dilakukan dengan mekanisme

pertanggungan pihak ketiga atau asuransi, dengan ketentuan :

a. persyaratan dan jangka waktu serta nilai pertanggungan ditetapkan atas dasarkesepakatan;

b. premi dibayar oleh masing-masing pihak, dan biaya premi yang menjadi tanggunganpenyedia jasa menjadi bagian dari unsur biaya pekerjaan konstruksi.

(2) Dalam hal pengguna jasa tidak bersedia memasukan biaya premi sebagaimana dimaksuddalam ayat (1) huruf b, maka resiko kegagalan bangunan menjadi tanggung jawab penggunajasa.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pertanggungan/asuransi ini diatur oleh instansi yangberwenang dalam bidang asuransi.

Pasal 47

336

Page 340: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

Penetapan besarnya kerugian oleh penilai ahli sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (1)

huruf d, bersifat final dan mengikat.

Pasal 48

(1) Biaya penilai ahli menjadi beban pihak atau pihak-pihak yang melakukan kesalahan.

(2) Selama penilai ahli melakukan tugasnya, maka pengguna jasa menanggung pembiayaan

pendahuluan.

BAB VI

PENYELESAIAN SENGKETA

Pasal 49

(1) Penyelesaian sengketa dalam penyelenggaraan jasa konstruksi di luar pengadilan dapat

dilakukan dengan cara :

a. melalui pihak ketiga yaitu :

1) mediasi (yang ditunjuk oleh para pihak atau oleh Lembaga Arbitrase dan Lembaga Alternatif

Penyelesaian Sengketa);

2) konsiliasi; atau

b. arbitrase melalui Lembaga Arbitrase atau Arbitrase Ad Hoc.

(2) Penyelesaian sengketa secara mediasi atau konsiliasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)huruf a dapat dibantu penilai ahli untuk memberikan pertimbangan profesional aspek tertentusesuai kebutuhan.

Pasal 50

(1) Penyelesaian sengketa dengan menggunakan jasa mediasi sebagaimana dimaksud dalamPasal 49 ayat (1) huruf a angka 1) dilakukan dengan bantuan satu orang mediator.

(2) Mediator sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditunjuk berdasarkan kesepakatan parapihak yang bersengketa.

(3) Mediator tersebut harus mempunyai sertifikat keahlian yang ditetapkan oleh Lembaga.

(4) Apabila diperlukan, mediator dapat minta bantuan penilai ahli.

(5) Mediator bertindak sebagai fasilitator yaitu hanya membimbing para pihak yang bersengketa

untuk mengatur pertemuan dan mencapai suatu kesepakatan.

(6) Kesepakatan tersebut pada ayat (5) dituangkan dalam suatu kesepakatan tertulis.

Pasal 51

(1) Penyelesaian sengketa dengan menggunakan jasa konsiliasi sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 49 ayat (1) huruf a angka 2) dilakukan dengan bantuan seorang konsiliator.

(2) Konsiliator sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditunjuk berdasarkan kesepakatan para

pihak yang bersengketa.

(3) Konsiliator tersebut harus mempunyai sertifikat keahlian yang ditetapkan oleh Lembaga.

(4) Konsiliator menyusun dan merumuskan upaya penyelesaian untuk ditawarkan kepada para

pihak.

(5) Jika rumusan tersebut disetujui oleh para pihak, maka solusi yang dibuat konsiliator menjadi

rumusan pemecahan masalah.

(6) Rumusan pemecahan masalah sebagaimana tersebut pada ayat (5) dituangkan dalam suatu

kesepakatan tertulis.

Pasal 52

Kesepakatan tertulis dalam penyelesaian sengketa melalui alternatif penyelesaian sengketasebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (1) huruf a butir 1 dan butir 2, Pasal 50, dan Pasal51 yang ditandatangani oleh kedua belah pihak bersifat final dan mengikat para pihak untuk

dilaksanakan dengan iktikad baik.

Pasal 53

(1) Penyelesaian sengketa dengan menggunakan jasa arbitrase sebagaimana dimaksud dalamPasal 49 ayat (1) huruf b dilakukan dengan melalui arbitrase sesuai peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

(2) Putusan arbitrase bersifat final dan mengikat.

Pasal 54

Tata cara penyelesaian sengketa melalui mediasi, konsiliasi, dan arbitrase dilakukanberdasarkan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur penyelesaian

sengketa melalui alternatif penyelesaian sengketa.

BAB VII

LARANGAN PERSEKONGKOLAN

Pasal 55

(1) Pengguna jasa dan penyedia jasa atau antar penyedia jasa dilarang melakukanpersekongkolan untuk mengatur dan atau menentukan pemenang dalam pelelangan umum ataupelelangan terbatas sehingga mengakibatkan terjadinya persaingan usaha yang tidak sehat.

(2) Pengguna jasa dan penyedia jasa dilarang melakukan persekongkolan untuk menaikkan nilaipekerjaan (mark up) yang mengakibatkan kerugian bagi masyarakat dan atau keuangan Negara.

337

Page 341: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

(3) Pelaksana konstruksi dan atau sub pelaksana konstruksi dan atau pengawas konstruksi danatau sub pengawas konstruksi dilarang melakukan persekongkolan untuk mengatur danmenentukan pekerjaan yang tidak sesuai dengan kontrak kerja konstruksi yang merugikan

pengguna jasa dan atau masyarakat.

(4) Pelaksana konstruksi dan atau sub pelaksana konstruksi dan atau pengawas konstruksi danatau sub pengawas konstruksi dan atau pemasok dilarang melakukan persekongkolan untukmengatur dan menentukan pemasokan bahan dan atau komponen bangunan dan atau peralatanyang tidak sesuai dengan kontrak kerja konstruksi yang merugikan pengguna jasa dan ataumasyarakat.

(5) Pengguna jasa dan atau penyedia jasa dan atau pemasok yang melakukan persekongkolansebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) dikenakan sanksi sesuai

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB VIII

SANKSI ADMINISTRATIF

Pasal 56

(1) Pelanggaran terhadap Peraturan Pemerintah ini dikenakan sanksi administratif yang

ditetapkan oleh Pemerintah kepada Lembaga, berupa peringatan tertulis.

(2) Pelanggaran terhadap Peraturan Pemerintah ini dikenakan sanksi administratif yangditetapkan oleh Pemerintah kepada penyedia jasa, berupa :

a. peringatan tertulis;

b. penghentian sementara sebagian atau keseluruhan pekerjaan konstruksi;

c. pembekuan izin usaha;

d. pencabutan izin usaha;

e. pembekuan izin pelaksanaan pekerjaan konstruksi;

f. pencabutan izin pelaksanaan pekerjaan konstruksi;

g. larangan sementara penggunaan hasil pekerjaan konstruksi; atau

h. larangan melakukan pekerjaan.

(3) Pelanggaran terhadap Peraturan Pemerintah ini dikenakan sanksi administratif yang

ditetapkan oleh Pemerintah kepada pengguna jasa, berupa :

a. peringatan tertulis;

b. penghentian sementara sebagian atau keseluruhan pekerjaan konstruksi;

c. pembekuan izin pelaksanaan pekerjaan konstruksi;

d. pencabutan izin pelaksanaan pekerjaan konstruksi; atau

e. larangan sementara penggunaan hasil pekerjaan konstruksi.

(4) Pelanggaran terhadap Peraturan Pemerintah ini dikenakan sanksi administratif yang

ditetapkan oleh Lembaga kepada penyedia jasa dan asosiasi, berupa :

a. peringatan tertulis; atau

b. pembatasan bidang usaha dan atau profesi.

(5) Pelanggaran terhadap Peraturan Pemerintah ini dikenakan sanksi administratif yang

ditetapkan oleh asosiasi kepada anggota, berupa :

a. peringatan tertulis; atau

b. pembekuan sertifikat.

Pasal 57

(1) Pengguna jasa yang tidak melaksanakan kewajiban tersebut dalam Pasal 4 ayat (2) huruf adan ayat (3), Pasal 6 ayat (2) huruf a dan ayat (3), Pasal 7 ayat (2) huruf a dan ayat (3), Pasal 9ayat (2) huruf a dan ayat (3), Pasal 10 ayat (2) huruf a dan ayat (3), Pasal 11 ayat (2) huruf a,Pasal 13 ayat (3) huruf a dan ayat (4), Pasal 15 huruf a, huruf b, huruf d, dan huruf e, Pasal 19ayat (2) dan ayat (3), Pasal 21 ayat (1) dan ayat (2), dikenakan sanksi administrtif berupaperingatan tertulis.

(2) Pengguna jasa tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 15 hurufc, huruf f, huruf g, huruf h, huruf i, huruf j, dan huruf k, serta dalam pelaksanaan pekerjaankonstruksi tidak memenuhi Pasal 26, maka pengguna jasa dapat dikenakan sanksi administratifberupa peringatan tertulis atau penghentian sementara sebagian atau keseluruhan pekerjaankonstruksi.

(3) Pengguna jasa dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi tidak memenuhi persyaratan dalamPasal 26, 6 (enam) bulan sejak peringatan tertulis dan atau penghentian sementara sebagianatau keseluruhan pelaksanaan pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), makapengguna jasa dapat dikenakan sanksi administratif berupa pembekuan izin atau pencabutan izinpelaksanaan pekerjaan konstruksi.

(4) Pengguna jasa dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi tidak melaksanakan ketentuan Pasal26 sehingga mengakibatkan kerugian/gangguan keselamatan umum, harta benda dan ataukerusakan lingkungan, maka pengguna jasa dapat dikenakan sanksi administratif berupa

pembekuan dan atau pencabutan izin pelaksanaan pekerjaan konstruksi.

Pasal 58

(1) Perencana konstruksi yang tidak memenuhi ketentuan perencanaan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 26 dikenakan sanksi berupa :

a. peringatan tertulis dan atau penghentian sementara pekerjaan;

b. pembatasan bidang usaha dan atau profesi atau pembekuan izin usaha dan atau profesiapabila perencana konstruksi tidak memenuhi persyaratan perencanaan paling lama 6(enam) bulan sejak peringatan tertulis dan atau penghentian sementara sebagian ataukeseluruhan pelaksanaan pekerjaan;

338

Page 342: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

c. pembekuan atau pencabutan izin usaha dan atau profesi apabila dalam pelaksanaanpekerjaan konstruksi mengakibat-kan kerugian/kerusakan keselamatan umum, hartabenda dan atau keselamatan nyawa manusia dan atau lingkungan.

(2) Pelaksana konstruksi dalam hal :

a. menggunakan rencana yang tidak memenuhi ketentuan perencanaan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 26 ayat (1) dan ayat (2) dalam pelaksanaan pekerjaan dikenakansanksi administratif berupa peringatan tertulis dan atau penghentian sementara sebagianatau keseluruhan pekerjaan konstruksi;

b. tidak memenuhi persyaratan perencanaan tersebut pada huruf a paling lama 6 (enam)bulan sejak peringatan tertulis dan atau penghentian sementara dikenakan sanksiadministratif berupa pembatasan bidang usaha dan atau profesi atau pembekuan izinusaha dan atau profesi;

c. pelaksanaan kegiatan menimbulkan gangguan pada keselamatan dan atau kerugianharta benda dan atau keselamatan nyawa manusia dan atau bangunan/kerusakan padalingkungan sebagai akibat menggunakan rencana yang tidak memenuhi persyaratanperencanaan tersebut pada huruf a dikenakan sanksi administratif berupa pembekuanizin atau pencabutan izin usaha dan atau profesi;

d. menggunakan rencana yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalamPasal 26 ayat (3) dalam pelaksanaan pekerjaan dikenakan sanksi administratif berupaperingatan tertulis dan atau penghentian sementara sebagian atau keseluruhanpekerjaan.

(3) Pengawas konstruksi dalam hal :

a. menggunakan rencana yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalamPasal 26 dalam pelaksanaan pengawasan dikenakan sanksi administratif berupaperingatan tertulis dan atau penghentian sementara sebagian atau keseluruhanpekerjaan konstruksi;

b. apabila pengawas tidak memenuhi ketentuan perencanaan tersebut pada huruf a palinglama 6 (enam) bulan sejak peringatan tertulis dan atau penghentian sementara,dikenakan sanksi administratif berupa pembatasan bidang usaha dan atau pembekuanizin usaha dan atau profesi.

(4) Penyedia jasa yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41ayat (1) dan ayat (2), dikenakan sanksi administratif berupa peringatan tertulis dan atau

pembatasan bidang usaha dan atau profesi.

Pasal 59

Pengguna jasa yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (3),Pasal 29 ayat (3) dan penyedia jasa yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 27 ayat (2) dan Pasal 29 ayat (2) dikenakan sanksi administratif berupa :

a. peringatan tertulis;

b. penghentian sementara sementara atau keseluruhan pekerjaan konstruksi;

c. pembatasan kegiatan usaha dan atau profesi;

d. pembekuan izin usaha dan atau profesi;

e. pencabutan izin usaha dan atau profesi;

f. pembekuan izin pelaksanaan pekerjaan konstruksi;

g. pencabutan izin pelaksanaan pekerjaan konstruksi; dan atau

h. larangan sementara penggunaan hasil pekerjaan konstruksi.

Pasal 60

Pengguna jasa dan penyedia jasa atau antar penyedia jasa dan atau sub penyedia jasa yangmelanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55, dikenakan sanksi peringatantertulis dan penghentian sementara sebagian atau keseluruhan pekerjaan konstruksi atau

pembatasan kegiatan usaha atau profesi.

Pasal 61

Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 ayat (2), ayat (3), dan ayat (4),

Pasal 58, Pasal 59, dan Pasal 60 dikenakan sesuai dengan tingkat pelanggaran yang dilakukan.

Pasal 62

(1) Tata laksana dan penerapan sanksi administratif terhadap pengguna jasa sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 58, Pasal 59, dan Pasal 60 diatur lebih lanjut oleh Menteri.

(2) Tata laksana dan penerapan sanksi administratif terhadap pengguna jasa instansi/lembaga

pemerintah dan atau lembaga Negara diatur lebih lanjut oleh Menteri.

BAB IX

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 63

Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah ini, peraturan perundang-undangan mengenaipenyelenggaraan jasa konstruksi yang telah ada sepanjang tidak bertentangan ataupun belum

diganti dengan yang baru berdasarkan Peraturan Pemerintah ini dinyatakan tetap berlaku.

BAB XKETENTUAN PENUTUP

Pasal 64

Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini

dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

339

Page 343: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 30 Mei 2000

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd

ABDURRAHMAN WAHID

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 30 Mei 2000

SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

ttd

BONDAN GUNAWAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2000 NOMOR 64

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 29 TAHUN 2000

TENTANG

PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI

UMUM

Pembangunan Nasional antara lain dapat diwujudkan melalui upaya mendorong tumbuh danberkembangnya jasa konstruksi secara mantap, peningkatan keandalan dan daya saing jasakonstruksi nasional, yang selanjutnya diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitaspenyelenggaraan pekerjaan konstruksi. Dengan kemampuan jasa konstruksi nasional diharapkandapat terwujud peningkatan penggunaan barang dan jasa produksi nasional, sehingga mampumendukung upaya peningkatan penerimaan dan penghematan penggunaan devisa Negara, serta

mendukung perluasan lapangan usaha dan kesempatan kerja.

Faktor kunci dalam pengembangan jasa konstruksi nasional adalah peningkatan kemampuanusaha, terwujudnya tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi, serta peningkatan peranmasyarakat secara aktif dan mandiri dalam melaksanakan kedua upaya tersebut. Peningkatankemampuan usaha ditopang oleh peningkatan profesionalisme dan peningkatan efisiensi usaha.Sedangkan terwujudnya tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi dapat dicapai antara lain

melalui pemenuhan hak dan kewajiban dan adanya kesetaraan kedudukan para pihak terkait.

Salah satu asas dalam Undang-undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Kontruksi yangmenjiwai Peraturan Pemerintah ini adalah asas kemitraan yang saling menguntungkan. Denganasas tersebut dapat diwujudkan keterkaitan yang makin erat dalam satu kesatuan yang efesiendan efektif antar penyedia jasa. Kemitraan yang demikian sekaligus berarti memberikan peluangusaha yang semakin besar tanpa mengabaikan kaidah-kaidah efisiensi dan efektivitas serta

kemanfaatan.

Di samping asas kemitraan, asas lain yang cukup penting dan mendasar adalah asas keamanan

dan keselamatan demi kepentingan masyarakat, bangsa, dan Negara.

Keamanan dan keselamatan ini perlu dilihat, baik dalam persyaratan usaha maupun persyaratankemampuan profesional agar berkembang pengusaha yang profesional yang mampumewujudkan tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi dengan menghasilkan bangunan yangberkualitas. Aspek keamanan dan keselamatan ini diuraikan pula dalam Bab Pengikatan, antaralain mempersyaratkan adanya perlindungan dan keselamatan kerja, baik bagi penyedia jasa,pengguna jasa, maupun masyarakat, disertai dengan tuntutan untuk menumbuhkan budayasadar lingkungan, sehingga keseluruhan ketentuan tersebut akan menciptakan lingkungan kerja

yang aman dan menjamin keselamatan bagi para pihak.

Keamanan dan keselamatan masih berlanjut pada tahapan pasca penyelenggaraan pekerjaankonstruksi sebagaimana dituangkan dalam Bab tentang Kegagalan Bangunan yang menuntutterpenuhinya kewajiban dan tanggung jawab dalam hal keamanan dan keselamatan dalam

pemanfaatan bangunan yang merupakan bagian integral dari pembangunan nasional.

Dalam rangka menghapuskan inefisiensi, monopoli, dan praktek–praktek korupsi, kolusi, dannepotisme dalam kegiatan jasa konstruksi, telah dirumuskan asas keterbukaan secara lebih rincidalam pasal-pasal pengaturan yang diharapkan dapat mewujudkan tertib penyelenggaraandalam kegiatan jasa konstruksi yang bernuansa tersedianya kesempatan atau peluang yang adil

340

Page 344: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

bagi masyarakat untuk berperanserta dalam penyelenggaraan pekerjaan jasa konstruksi,persaingan yang sehat antar para penyedia jasa, kesetaraan kedudukan antara pengguna jasadengan penyedia jasa dalam hak dan kewajiban, serta meningkatkan kepatuhan akan peraturan

perundang-undangan.

Guna mencapai tujuan yang diamanatkan Undang-undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang JasaKonstruksi, yaitu perusahaan nasional yang mampu menunjukkan komitmennya padapenyelenggaraan jasa konstruksi dalam bentuk peningkatan kemampuan personil, teknologi danpermodalan usahanya di Indonesia, maka

perusahaan nasional perlu diberikan kesempatan untuk bersaing dalam proses pelelangandengan tetap memperhatikan asas kejujuran dan keadilan, keseimbangan, keterbukaan, dankemitraan serta kriteria biaya, mutu, jadwal serta tidak boleh menimbulkan efek proteksi (non tarifbarier) maupun ketentuan-ketentuan lain yang diatur dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun

1995 tentang Usaha Kecil serta Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan PraktekMonopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

Dalam menghadapi kompetisi internasional, maka yang harus ditempuh yakni mewujudkankemampuan profesionalisme dan daya saing usaha jasa konstruksi yang sejajar dengan pelaku-pelaku di pasar internasional. Dari sisi dunia usaha jasa konstruksi diharapkan tumbuhkesadaran akan peningkatan kemampuan usaha, keahlian dan keterampilan melalui penataandan upaya-upaya yang mandiri. Sedangkan Pemerintah memberikan dukungan dalam bentukpemberdayaan dan regulasi ataupun memanfaatkan proyek-proyek Pemerintah sebagai wahanauntuk meningkatkan kemampuan usaha, keterampilan dan keahlian kerja. Langkah-langkahPemerintah tersebut adalah sejalan dengan berbagai kesepakatan internasional dan regionalyang telah diratifikasi.

PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas

Pasal 2

Cukup jelas

Pasal 3

Ayat (1)

Sesuai dengan asas keadilan dan keterbukaan yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi maka pemilihan penyedia jasa harus dilakukan dengancara pelelangan umum atau pelelangan terbatas untuk memberikan kesempatan seluas-luasnya

dan seadil-adilnya kepada penyedia jasa dalam mengikuti pemilihan.

Pemilihan langsung atau penunjukan langsung penyedia jasa pada dasarnya hanyadimungkinkan untuk pekerjaan-pekerjaan darurat dan mendesak yang menyangkut keamanandan keselamatan masyarakat dan Negara.

Ayat (2)

Prakualifikasi (pre qualification) dan pasca kualifikasi (post qualification) merupakan proses

pemilihan penyedia jasa yang berbentuk badan usaha dan telah diregistrasi oleh Lembaga untukmenentukan kesesuaian bidang, sub bidang, kemampuan nyata, dan kinerjanya.

Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat (4)

Sesuai dengan asas kemitraan, persyaratan prakualifikasi dapat dipenuhi sebagai suatukesatuan oleh gabungan dari beberapa perusahaan baik antara perusahaan nasional maupunantara perusahaan nasional dan perusahaan asing dengan pengertian bahwa setiap anggotagabungan tidak perlu dapat memenuhi seluruh persyaratan prakualifikasi dan bahwa perusahaangabungan tersebut bertanggung jawab setara secara tanggung renteng kepada pengguna jasa.Perusahaan nasional yang mengadakan kerjasama dengan perusahaan asing di bidang jasakonstruksi sebagai perusahaan gabungan diperlakukan sebagai perusahaan nasional.

Ayat (5)

Cukup jelas

Ayat (6)

Cukup jelas

Pasal 4

Ayat (1).

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

huruf a

Cukup jelas

huruf b

Cukup jelas

huruf c

Cukup jelas

Huruf d

341

Page 345: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

Cukup jelas

Huruf e

Evaluasi penawaran dilakukan oleh pengguna jasa untuk menentukan peringkat perencanakonstruksi dan pengawas konstruksi dengan cara menilai penawaran dari segi kualitas (QBS)atau kualitas dan harga (QCBS) atau harga tetap (fixed cost) atau harga terendah (least cost).

1. Cara menilai penawaran dari segi kualitas (Quality Based Selection (QBS)).

Pada cara penilaian ini, penawar dengan rangking penilaian proposal teknik tertinggi diundanguntuk negosiasi proposal keuangan. Proposal keuangan dapat disampaikan bersama-sama

dengan pemasukan proposal teknik atau disampaikan pada saat diundang untuk negosiasi.

Cara penilaian ini dipakai untuk :

a) penugasan yang kompleks atau penugasan yang sangat khusus (sangat spesialis);

b) penugasan yang hasilnya memberikan impact sangat besar pada proses hilirnya;

c) penugasan yang dilakukan berbeda sekali dan sulit untuk diperbandingkan.

2. Cara menilai penawaran dari segi kualitas dan harga (Quality Cost Based Selection (QCBS)).

Pada cara penilaian ini penetapan rangking penawar didasarkan pada gabungan hasil penilaianterhadap proposal teknik dan proposal keuangan dengan rasio tertentu. Rasio untuk proposalkeuangan tidak boleh lebih besar dari 30 point (dari 100 point). Umumnya rasio untuk proposal

keuangan antara 10 - 20 point.

Penawar dengan rangking tertinggi ditetapkan sebagai pemenang. Pada waktu diadakannegosiasi untuk pembuatan kontrak kerja konstruksi, harga satuan (antara lain billing rate) tidak

boleh dinegosiasikan, hanya boleh diklarifikasi.

Cara penilaian ini dapat dipakai untuk hampir semua pelelangan pekerjaan perencanaan ataupengawasan.

3. Cara menilai penawaran dari segi harga tetap (Fixed Cost)

Pada cara ini proposal teknik dan proposal keuangan dibuka bersama-sama. Penawar denganharga penawaran melebihi plafon anggaran yang sudah ditetapkan terlebih dahulu dinyatakangugur. Selanjutnya penawar yang lulus dan mendapat rangking penilaian proposal teknik tertinggi

ditetapkan sebagai pemenang dan diundang untuk negosiasi pembuatan kontrak.

Cara penilaian ini hanya cocok dipakai untuk penugasan yang sifatnya sederhana dan mudahditetapkan serta apabila plafon anggaran sudah dipastikan.

4. Cara menilai penawaran dari segi harga terendah (Least Cost).

Pada cara ini penawar dengan skor penilaian proposal teknik di bawah skor minimal dinyatakangugur. Selanjutnya proposal keuangan penawar yang lulus dibuka dan penawar dengan hargaterendah dinyatakan sebagai pemenang lelang. Harga penawaran tidak boleh dinegosiasi.

Cara penilaian ini lebih cocok dipakai untuk penugasan standar atau rutin (misalnya untuk

pelelangan pengawasan).

Huruf f

Cukup jelas

Huruf g

Cukup jelas

Huruf h

Cukup jelas

Huruf i

Cukup jelas

Ayat (4)

Cukup jelas

Pasal 5

Ayat (1)

Untuk pemilihan perencana konstruksi dan perencana sistem dapat dilakukan dengan cara

sayembara terbuka atau sayembara terbatas.

Sayembara terbuka atau sayembara terbatas pada dasarnya adalah merupakan bagian dariproses pemilihan penyedia jasa.

Ayat (2)

Cukup jelas

Pasal 6

Ayat (1)

Huruf a

Pekerjaan dengan risiko tinggi adalah pekerjaan konstruksi yang dalam pelaksanaannya dapatmembahayakan keselamatan umum.

Huruf b

Pekerjaan dengan teknologi tinggi adalah pekerjaan konstruksi yang dalam pelaksanaannyabanyak menggunakan peralatan berat dan tenaga ahli maupun tenaga terampil.

342

Page 346: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Huruf a

Pengumuman dalam pelelangan terbatas perlu dilakukan untuk memberi kesempatan padapenyedia jasa untuk mengikuti prakualifikasi bagi penetapan daftar pendek.

huruf b

Cukup jelas

huruf c

Cukup jelas

huruf d

Cukup jelas

huruf f

Cukup jelas

huruf g

Sama dengan penjelasan Pasal 4 ayat (3) huruf e.

huruf h

Cukup jelas

huruf i

Cukup jelas

huruf j

Cukup jelas

huruf k

Cukup jelas

Ayat (4)

Cukup jelas

Pasal 7

Ayat (1)

Huruf a

Cukup jelas

Huruf b

Cukup jelas

Huruf c

Cukup jelas

Huruf d

Pekerjaan yang berskala kecil dengan ketentuan :

1) risiko kecil, adalah pekerjaan konstruksi yang dalam pelaksanaannya tidak membahayakankeselamatan umum.

2) teknologi sederhana, adalah pekerjaan konstruksi yang dalam pelaksanaannya menggunakanalat kerja sederhana dan tidak memerlukan keahlian.

3) penyedia jasa usaha orang perseorangan dan badan usaha kecil, adalah pekerja konstruksiyang dalam pelaksanaannya hanya dapat mengerjakan pekerjaan konstruksi yang berisiko kecil,

berteknologi sederhana dan berbiaya kecil.

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Huruf a

Cukup jelas

Huruf b

Cukup jelas

Huruf c

Cukup jelas

Huruf d

Sama dengan penjelasan Pasal 4 ayat (3) huruf e.

343

Page 347: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

Huruf e

Cukup jelas

Huruf f

Cukup jelas

Ayat (4)

Cukup jelas

Pasal 8

Ayat (1)

Huruf a

Angka 1)

Penanganan darurat adalah merupakan upaya penanggulangan yang amat mendesak dan tidakmemungkinkan diadakan proses pemilihan langsung.

Untuk mengantisipasi terjadinya keadaan yang membahayakan bagi keamanan dan keselamatanmasyarakat atau untuk menghindarkan kerugian yang semakin besar akibat suatu keadaan yangtidak dapat dihindarkan antara lain : banjir, pipa gas berbahaya bocor, dan gempa bumi.

Angka 2)

Cukup jelas

Angka 3)

Cukup jelas

Angka 4)

Sama dengan penjelasan Pasal 7 ayat (1) huruf d.

Angka 5)

Cukup jelas

Huruf b

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Huruf a

Cukup jelas

Huruf b

Cukup jelas

Huruf c

Cukup jelas

Huruf d

Cukup jelas

Huruf e

Pada evaluasi penawaran sekaligus dapat dilakukan pasca kualifikasi (post qualification).

Pasal 9

Ayat (1)

Tata cara pelelangan pada ayat ini dapat dilakukan dengan melalui penilaian kualifikasi secaraprakualifikasi atau pasca kualifikasi. Apabila dikehendaki adanya penilaian kualifikasi secaraprakualifikasi, maka tata caranya mengikuti ketentuan Pasal 10 ayat (3). Sedangkan apabiladikehendaki adanya penilaian kualifikasi secara pasca kualifikasi, maka tata caranya mengikuti

ketentuan Pasal 9 ayat (3).

Pada pengumuman harus dicantumkan cara penilaian kualifikasi mana yang akan dipakai.Selanjutnya pada pengumuman tidak boleh ada pembatasan yang akan mengganggu proses

penilaian kualifikasi.

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Pasal 10

Cukup jelas

Pasal 11

Ayat (1)

344

Page 348: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

Huruf a

Cukup jelas

Huruf b

Cukup jelas

Huruf c

Cukup jelas

Huruf d

Sama dengan penjelasan Pasal 7 ayat (1) huruf d.

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Pasal 12

Ayat (1)

Huruf a

Angka 1)

Sama dengan penjelasan Pasal 8 ayat (1) huruf a angka 1).

Angka 2)

Cukup jelas

Angka 3)

Cukup jelas

Angka 4)

Sama dengan penjelasan Pasal 7 ayat (1) huruf d.

Angka 5)

Cukup jelas

Huruf b

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Pasal 13

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Pekerjaan yang dapat dilakukan secara terintegrasi antara lain adalah pembangunan kilangminyak/gas, pembangkit tenaga listrik, dan reaktor nuklir.

Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat (4)

Cukup jelas

Ayat (5)

Cukup jelas

Pasal 14

Cukup jelas

Pasal 15

Huruf a

Cukup jelas

Huruf b

Cukup jelas

Huruf c

345

Page 349: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

Cukup jelas

Huruf d

Cukup jelas

Huruf e

Cukup jelas

Huruf f

Cukup jelas

Huruf g

Cukup jelas

Huruf h

Cukup jelas

Huruf i

Bukti kemampuan membayar dari pengguna jasa yang berbentuk badan usaha atau usaha orang

perseorangan antara lain berupa bank garansi, jaminan dari lembaga keuangan.

Bukti kemampuan membayar untuk proyek-proyek Pemerintah antara lain Daftar Isian Proyek

atau Daftar Isian Kegiatan.

Huruf j

Cukup jelas

Huruf k

Cukup jelas

Huruf l

Cukup jelas

Pasal 16

Huruf a

Biaya yang boleh dipungut oleh pengguna jasa dalam proses pelelangan umum atau pelelangan

terbatas hanya sebesar biaya nyata yang diperlukan untuk penggandaan dokumen pelelangan.

Huruf b

Cukup jelas

Huruf c

Dalam hal terjadi penolakan terhadap seluruh penawaran, pengguna jasa harus meninjau ulangdokumen pelelangan. Peninjauan ulang terhadap dokumen pelelangan meliputi syarat-syaratkontrak, desain dan spesifikasi, lingkup kontrak, atau kombinasi dari ketiganya. Penolakanterhadap seluruh penawaran karena alasan tidak tercapai kompetisi yang efektif jangan semata-mata didasarkan pada jumlah penawar (misalnya karena jumlah penawar kurang).

Jika penolakan terhadap seluruh penawaran karena alasan tidak tercapai kompetisi yang efektif,

maka harus dipertimbangkan menyebarkan pengumuman (iklan) yang lebih luas.

Jika penolakan terhadap seluruh penawaran karena seluruh penawaran atau sebagain besarpenawaran tidak tanggap terhadap dokumen pelelangan, maka penawar baru yang sudah

diprakualifikasi dapat diundang.

Pengguna jasa tidak boleh menolak seluruh penawaran dan selanjutnya mengundangpenawaran baru dengan menggunakan dokumen pelelangan yang sama untuk mendapatkanharga penawaran yang lebih rendah.

Apabila harga terendah terevaluasi jauh lebih tinggi dari plafon biaya yang dimiliki pengguna jasa,maka pengguna jasa dapat :

a. mengubah dokumen pelelangan dan mengundang penawaran berdasar dokumen pelelangan

baru; atau

b. melakukan negosiasi dengan penawar terendah terevaluasi untuk mengurangi lingkup kontrak.

Pasal 17

Cukup jelas

Pasal 18

Cukup jelas

Pasal 19

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Sama dengan penjelasan Pasal 4 ayat (3) huruf e.

Ayat (3)

Yang dimaksud dengan terevaluasi adalah antara lain setelah dilakukan, perbaikan kesalahanperkalian, pembagian, penjumlahan, dan pengurangan (arithmatic correction).

346

Page 350: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

Ayat (4)

Cukup jelas

Pasal 20

Ayat (1)

Kontrak kerja konstruksi harus dituangkan dalam dokumen tertulis yang terpisah pada masing-masing penyedia jasa yaitu perencana konstruksi, pelaksana konstruksi, dan pengawas

konstruksi.

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Huruf a

Cukup jelas

Huruf b

Kontrak kerja konstruksi berdasarkan jangka waktu pelaksanaan pekerjaan konstruksi :

1) tahun tunggal adalah pekerjaan yang pendanaan dan pelaksanaannya direncanakan selesai

dalam 1 (satu) tahun.

2) tahun jamak adalah pekerjaan yang pendanaan dan pelaksanaannya direncanakan selesai

lebih dari 1 (satu) tahun.

Huruf c

Angka 1)

Pengukuran hasil pekerjaan berdasarkan kemajuan pekerjaan selain dilakukan dalam beberapatahapan kemajuan pekerjaan, bisa juga dilakukan sekaligus pada saat pekerjaan fisik selesai100% (turn key).

Angka 2)

Pengukuran hasil pekerjaan secara berkala umumnya dilakukan secara bulanan pada tiap akhir

bulan.

Pasal 21

Ayat (1)

Pada pelelangan dengan bentuk imbalan Lump Sum, dalam hal terjadi pembetulan perhitunganperincian harga penawaran dikarenakan adanya kesalahan aritmatik, maka harga penawaran

total tidak boleh diubah. Perubahan hanya boleh dilakukan pada salah satu atau volumepekerjaan atau harga satuan, dan semua risiko akibat perubahan karena adanya koreksiaritmatik menjadi tanggung jawab sepenuhnya penyedia jasa, selanjutnya harga penawaran

menjadi harga kontrak (nilai pekerjaan).

Ayat (2)

Pada pelelangan dengan bentuk imbalan harga satuan dalam hal terjadi pembetulan perhitunganperincian harga penawaran dikarenakan adanya kesalahan aritmatik, harga penawaran totaldapat berubah, akan tetapi harga satuan tidak boleh diubah. Koreksi aritmatik hanya bolehdilakukan pada perkalian antara volume dengan harga satuan atau penjumlahan hasil perkalianvolume dengan harga satuan. Semua risiko akibat perubahan karena adanya koreksi aritmatikmenjadi tanggung jawab sepenuhnya penyedia jasa. Penetapan pemenang lelang berdasarkanharga penawaran terkoreksi. Selanjutnya harga penawaran terkoreksi menjadi harga kontrak

(nilai pekerjaan).

Harga satuan juga menganut prinsip Lump Sum.

Ayat (3)

Pada pelelangan dengan bentuk imbalan biaya tambah imbalan jasa, pembetulan hargapenawaran akibat koreksi aritmatik mengikuti pelelangan dengan bentuk imbalan Lump Sum atau

pelelangan dengan bentuk imbalan harga satuan.

Ayat (4)

Sama dengan penjelasan ayat (3).

Ayat (5)

Sama dengan penjelasan ayat (3).

Pasal 22

Cukup jelas

Pasal 23

Ayat (1)

Huruf a

Cukup jelas

Huruf b

Angka 1)

Cukup jelas

Angka 2)

347

Page 351: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

Cukup jelas

Angka 3)

Yang dimaksud dengan penyesuaian nilai pekerjaan akibat fluktuasi harga adalaheskalasi/deeskalasi yang rumusannya sudah harus dicantumkan dalam dokumen pelelangan.

Angka 4)

Cukup jelas

Angka 5)

Cukup jelas

Huruf c

Angka 1)

Jenis pertanggungan yang dapat diperjanjikan dalam kontrak kerja konstruksi mencakup jaminanuang muka, jaminan pelaksanaan, jaminan atas mutu hasil pekerjaan, jaminan pertanggunganterhadap kegagalan bangunan, dan jaminan terhadap kegagalan pekerjaan konstruksi, antaralain asuransi pekerjaan, bahan dan peralatan, asuransi tenaga kerja, dan asuransi tuntutan pihak

ketiga.

Jaminan uang muka adalah jaminan yang diberikan penyedia jasa kepada pengguna jasasebelum penyedia jasa menerima uang muka untuk memulai pekerjaan konstruksi. Penggunajasa berhak mencairkan dan selanjutnya mempergunakan jaminan uang muka apabila penyediajasa tidak melunasi pengembalian uang muka dan dalam hal terjadi pemutusan kontrak kerjakonstruksi sepihak, karena kesalahan pengguna jasa, maka sisa uang muka yang belum dilunasidapat diperhitungkan sebagai bagian dari ganti rugi yang harus dibayar oleh pengguna jasakepada penyedia jasa.

Jaminan pelaksanaan adalah jaminan bahwa penyedia jasa akan meyelesaikan pekerjaannyasesuai ketentuan kontrak kerja kontruksi. Jaminan pelaksanaan dapat diuangkan oleh penggunajasa dan uangnya menjadi milik pengguna jasa, apabila penyedia jasa tidak mampumenyelesaikan pekerjaannya/kewajibannya atau kontrak kerja kontruksi diputus akibat kesalahan

penyedia jasa.

Jaminan atas mutu hasil pekerjaan adalah jaminan yang diberikan penyedia jasa kepadapengguna jasa selama masa tanggungan yaitu waktu antara penyerahan pertama kalinya hasilakhir pekerjaan dan penyerahan kedua kalinya hasil akhir pekerjaan. Jaminan atas mutu hasilakhir pekerjaan antara lain dapat berupa jaminan pemeliharaan. Pengguna jasa berhakmencairkan jaminan dan selanjutnya mempergunakan uangnya untuk membiayai pemeliharaan/perbaikan hasil akhir pekerjaan apabila pelaksana konstruksi tidak melaksanakan kewajibannya

sesuai ketentuan kontrak kerja konstruksi selama masa jaminan atas mutu hasil pekerjaan.

Jaminan pertanggungan terhadap kegagalan bangunan baik untuk pekerjaan perencanaanmaupun pelaksanaan dan pengawasannya, pemberlakukannya disesuaikan dengan tingkat

pengembangan sistem pertanggungan yang berlaku di Indonesia.

Asuransi pekerjaan/asuransi bahan dan asuransi peralatan/ asuransi tenaga kerja/asuransituntutan pihak ketiga adalah jaminan pertanggungan terhadap kegagalan pekerjaan kontruksi

yang harus disediakan oleh pelaksana konstruksi, sedangkan jaminan pertanggungan terhadapkegagalan pekerjaan konstruksi pada pekerjaan perencanaan atau pengawasan adalahprofessional indemnity insurance yang pemberlakuannya disesuaikan dengan tingkat

pengembangan sistem pertanggungan yang berlaku di Indonesia.

Angka 2)

Cukup jelas

Angka 3)

Cukup jelas

Huruf d

Cukup jelas

Huruf e

1) Hak dan kewajiban pengguna jasa antara lain meliputi :

a) hak pengguna jasa :

- mengubah sebagian isi kontrak kerja konstruksi tanpa mengubah lingkup kerja yang telah

diperjanjikan atas kesepakatan dengan penyedia jasa;

- menghentikan pekerjaan sementara apabila penyedia jasa bekerja tidak sesuai ketentuankontrak kerja konstruksi;

- menghentikan pekerjaan secara permanen dengan cara pemutusan kontrak kerja konstruksiapabila penyedia jasa tidak mampu memenuhi ketentuan kontrak kerja konstruksi;

- menolak usulan perubahan isi sebagian kontrak kerja konstruksi yang diusulkan penyedia jasa;

- menolak bahan dan atau hasil pekerjaan penyedia jasa yang tidak memenuhi persyaratanteknis;

- menetapkan dan atau mengubah besaran serta persyaratan pertanggungan atas kesepakatandengan penyedia jasa.

- mengganti tenaga penyedia jasa karena dinilai tidak mampu melaksanakan pekerjaan;

- menghentikan pekerjaan sementara apabila penyedia jasa tidak memenuhi kewajibannya;

- menolak usul sub penyedia jasa dan atau pemasok yang diusulkan penyedia jasa.

b) kewajiban pengguna jasa :

- menyerahkan sarana kerja kepada penyedia jasa untuk pelaksanaan pekerjaan sesuai

kesepakatan kontrak kerja konstruksi;

348

Page 352: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

- memberikan bukti kemampuan membayar biaya pelaksanaan pekerjaan;

- menerima bahan dan atau hasil pekerjaan yang telah memenuhi persyaratan teknis dan

administrasi;

- memberikan imbalan atas prestasi lebih;

- membayar tepat waktu dan tepat jumlah sesuai tahapan proses pembayaran yang disepakati;

- memenuhi pembayaran kompensasi atas kelalaian atau kesalahan pengguna jasa;

- menjaga kerahasiaan dokumen/proses kerja yang diminta penyedia jasa;

- melaksanakan pengawasan dan koreksi-koreksi terhadap pelaksanaan pekerjaan.

2) Hak dan kewajiban penyedia jasa antara lain meliputi :

a) hak penyedia jasa :

- mengajukan usul perubahan atas sebagian isi kontrak kerja konstruksi;

- mendapatkan imbalan atas prestasi lebih yang dilakukannya;

- mendapatkan kompensasi atas kerugian yang timbul akibat perubahan isi kontrak kerjakonstruksi yang diperintahkan pengguna jasa;

- menghentikan pekerjaan sementara apabila pengguna jasa tidak memenuhi kewajibannya;

- menghentikan pekerjaan secara permanen dengan cara pemutusan kontrak kerja konstruksi,apabila pengguna jasa tidak mampu melanjutkan pekerjaan atau tidak mampu memenuhikewajibannya dan penyedia jasa berhak mendapat kompensasi atas kerugian yang timbul akibat

pemutusan kontrak kerja konstruksi;

- menolak usul perubahan sebagian isi kontrak kerja konstruksi dari pengguna jasa;

- menunjuk sub penyedia jasa dan atau pemasok atas persetujuan pengguna jasa.

b) kewajiban penyedia jasa :

- memberikan pendapat kepada pengguna jasa atas penugasannya, dokumen yang menjadiacuan pelaksanaan pekerjaan, data pendukung, kualitas sarana pekerjaan atau hal-hal lainnya

yang dipersyaratkan pada kontrak kerja konstruksi;

- memperhitungkan risiko pelaksanaan dan hasil pekerjaan;

- memenuhi ketentuan pertanggungan, membayar denda dan atau ganti rugi sesuai yang

dipersyaratkan pada kontrak kerja konstruksi.

Huruf f

Angka 1)

Cukup jelas

Angka 2)

Cukup jelas

Angka 3)

Cukup jelas

Angka 4)

Denda akibat keterlambatan pembayaran adalah biaya uang (cost of money) yang dihitung

berdasarkan bunga untuk hari-hari keterlambatan (interest of delay payment).

Angka 5)

Cukup jelas

Huruf g

Cukup jelas

Huruf h

Cukup jelas

Huruf i

Cukup jelas

Huruf j

Cukup jelas

Huruf k

Cukup jelas

Huruf l

Cukup jelas

Huruf m

Cukup jelas

Ayat (2)

349

Page 353: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

Ketentuan tentang Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) dimaksudkan agar para pihak membuatkesepakatan untuk hak memiliki hasil penemuan atau inovasi pelaksanaan pekerjaan dalampekerjaan yang diperjanjikan.

Penggunaan hal-hal yang telah didaftarkan hak atas kekayaan diatur sesuai dengan peraturanperundang-undangan yang berlaku.

Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat (4)

Cukup jelas

Ayat (5)

Cukup jelas

Ayat (6)

Cukup jelas

Pasal 24

Dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi pada tahap perencanaan maupun tahappelaksanaan beserta pengawasannya, dilakukan kegiatan penyiapan, pengerjaan, danpengakhiran yang melibatkan interaksi dan atau hubungan kerja antara pengguna jasa dan

penyedia jasa yang antara lain meliputi :

1. Tahap Perencanaan

a. Dalam kegiatan penyiapan, pengguna jasa :

1) menyerahkan dokumen-dokumen dan atau fasilitas yang diperlukanoleh perencana konstruksi untuk dapat memulai pekerjaannya danbertanggung jawab atas kebenaran/ketepatan isi dokumen dan ataufasilitas dimaksud, termasuk kelengkapannya dan tepat waktu dalam

penyerahannya;

2) menetapkan wakil pengguna jasa untuk penyelenggaraan pekerjaan;

3) memberi keputusan terhadap usul perencana konstruksi mengenai

wakil perencana konstruksi dan rencana kerja;

4) wajib membayar uang muka atas jaminan uang muka yangdiserahkan oleh perencana konstruksi (dalam hal diperjanjikan);

5) memberhentikan dan atau meminta ganti tenaga perencanakonstruksi yang tidak sesuai keahliannya atau tidak memadai kinerjanya

atau berperilaku di luar kepatutan;

6) mencairkan jaminan uang muka, apabila perencana konstruksi tidakmelunasi pengembalian uang muka dan dalam hal terjadi pemutusankontrak kerja konstruksi sepihak karena kesalahan perencanakonstruksi, maka sisa uang muka yang belum dilunasi dapatdiperhitungkan sebagai bagian dari ganti rugi yang harus dibayar olehpengguna jasa kepada perencana konstruksi serta pengguna jasa wajibmengembalikan jaminan uang muka;

7) mencairkan jaminan pelaksanaan apabila perencana konstruksi tidakmampu menyelesaikan pekerjaannya/kewajibannya (dalam hal

diperjanjikan adanya jaminan pelaksanaan).

b. dalam kegiatan penyiapan, perencana konstruksi:

1) memberi pendapat atas dokumen yang diserahkan oleh pengguna

jasa;

2) mengajukan usulan wakil perencana konstruksi beserta

kewenangannya untuk mendapat persetujuan pengguna jasa;

3) bertanggung jawab atas rencana kerja yang telah disetujui pengguna

jasa;

4) menyerahkan jaminan uang muka dan jaminan pelaksanaan (dalamhal diperjanjikan) dan atau jaminan pertanggungan terhadap kegagalanpekerjaan konstruksi dan atau kegagalan bangunan, dalam bentuk polis

asuransi sesuai yang diperjanjikan;

5) mendapat ganti rugi atas :

a) ketidakbenaran dan ketidaktepatan isi dokumen dan ataufasilitas beserta kelengkapannya dan ketidaktepatan waktupenyerahan dari pengguna jasa yang mengakibatkan kerugianpada perencana konstruksi;

b) keterlambatan pengguna jasa dalam memberi keputusanterhadap usulan wakil perencana konstruksi dan usulan rencanakerja dari perencana konstruksi yang mengakibatkan kerugianpada perencana konstruksi;

c) keterlambatan pembayaran uang muka (apabila

diperjanjikan).

c. Dalam kegiatan pengerjaan, pengguna jasa :

1) bertanggung jawab atas segala konsekwensi yang timbul akibat

perintah perubahan yang diberikan kepada perencana konstruksi;

2) memberi keputusan terhadap usulan perubahan dari perencana

konstruksi dalam batasan waktu yang diperjanjikan;

350

Page 354: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

3) melakukan pembayaran untuk prestasi pekerjaan perencanakonstruksi atas dasar kesepakatan cara pembayaran dan jadwalpembayaran;

4) dapat memerintahkan perubahan pekerjaan;

5) dapat menahan sebagian pembayaran prestasi pekerjaan sebagaiuang retensi untuk jaminan mutu hasil pekerjaan perencana konstruksi;

6) mendapat kompensasi sesuai persyaratan jaminan pertanggunganterhadap kegagalan pekerjaan konstruksi apabila terjadi kegagalan

pekerjaan konstruksi karena kesalahan perencana konstruksi.

d. Dalam kegiatan pengerjaan, perencana konstruksi :

1) melaksanakan setiap tahapan kegiatan pelaksanaan pekerjaan sesuai

rencana kerja yang sudah disetujui pengguna jasa;

2) menyampaikan laporan pelaksanaan tahapan kegiatan dan hasilnya

untuk mendapat persetujuan pengguna jasa;

3) bertanggung jawab atas kebenaran hasil pekerjaannya;

4) memberi pendapat atas perintah perubahan dari pengguna jasa danmenerima atas segala konsekuensinya apabila perencana konstruksi

tidak memberi pendapat;

5) bertanggung jawab terhadap kegagalan pekerjaan konstruksi sampai

penyerahan hasil akhir pekerjaan;

6) mendapat ganti rugi :

a) apabila pengguna jasa mengubah keputusannya yang dapat

mengakibatkan kerugian pada perencana konstruksi;

b) apabila terjadi pengurangan volume pekerjaan yang dapat

mengakibatkan kerugian pada perencana konstruksi;

c) apabila pengguna jasa terlambat memberi keputusan yang

mengakibatkan kerugian pada perencana konstruksi;

d) akibat keterlambatan pembayaran (apabila diperjanjikan);

7) dapat mengusulkan perubahan metode dan atau tahapan kegiatanpekerjaan;

8) menahan hasil bagian pekerjaan yang belum dibayar.

e. Dalam kegiatan pengakhiran, pengguna jasa :

1) memberi keputusan atas hasil akhir pekerjaan dalam batasan waktu

yang diperjanjikan;

2) dalam hal diperjanjikan wajib memberi insentif apabila perencanakonstruksi menyelesaikan pekerjaan lebih cepat dari waktu yangdiperjanjikan;

3) melakukan pembayaran akhir untuk seluruh sisa pembayaran yangmenjadi kewajiban pengguna jasa, termasuk pelepasan uang retensi,

atas dasar kesepakatan cara pembayaran dan jadwal pembayaran;

4) mengembalikan jaminan pelaksanaan dan atau jaminanpertanggungan terhadap kegagalan pekerjaan konstruksi apabila

pengguna jasa menerima hasil akhir pekerjaan;

5) melepaskan jaminan pertanggungan terhadap kegagalan bangunan

pada akhir masa tanggungan;

6) mengenakan denda keterlambatan apabila perencana konstruksiterlambat meyelesaikan hasil akhir pekerjaan;

7) mempergunakan uang retensi untuk memperbaiki hasil akhirpekerjaan apabila perencana konstruksi tidak melakukan perbaikan

sesuai yang diminta pengguna jasa.

8) mendapat kompensasi sesuai ketentuan jaminan pertanggunganterhadap kegagalan bangunan apabila terjadi kegagalan bangunanselama masa pertanggungan karena kesalahan perencana konstruksi.

f. Dalam kegiatan pengakhiran, perencana konstruksi :

1) menyampaikan hasil akhir pekerjaan untuk mendapat persetujuan

pengguna jasa;

2) menyimpan dokumen yang berkaitan dengan proses pengerjaan

sampai selesainya masa tanggungan;

3) bertanggung jawab terhadap kegagalan bangunan yang menjaditanggung jawabnya selama masa tanggungan;

4) mendapat ganti rugi :

a) apabila pengguna jasa terlambat memberi keputusanterhadap hasil akhir pekerjaan yang dapat mengakibatkankerugian pada perencana konstruksi;

b) akibat keterlambatan pembayaran akhir (apabila

diperjanjikan);

c) apabila pengguna jasa menahan-nahan atau terlambatmengembalikan jaminan pelaksanaan dan atau jaminanpertanggungan pekerjaan konstruksi dan atau jaminan terhadapkegagalan bangunan yang mengakibatkan kerugian padaperencana konstruksi.

5) menahan hasil akhir pekerjaan yang belum dibayar;

351

Page 355: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

6) mendapat insentif apabila menyelesaikan pekerjaan lebih cepat dari

waktu yang diperjanjikan (dalam hal diperjanjikan).

2. Tahap Pelaksanaan beserta Pengawasannya

a. Dalam kegiatan penyiapan, pengguna jasa :

1) menyerahkan lapangan beserta fasilitasnya dan atau dokumen untukmenunjang pelaksanaan pekerjaan yang diperlukan oleh pelaksanakonstruksi dan pengawas konstruksi untuk memulai pekerjaannya;

2) bertanggung jawab atas kebenaran, ketepatan dan kelengkapanlapangan, fasilitas, dan isi dokumen, termasuk tepat waktu dalampenyerahannya;

3) menetapkan wakilnya dan atau pengawas konstruksi disertai dengan

batasan kewenangannya;

4) memberi keputusan terhadap usulan penanggung jawab pelaksanapekerjaan dari pelaksana konstruksi dan atau wakil pengawas konstruksi

dari pengawas konstruksi;

5) memberi keputusan terhadap usul rencana kerja dari pelaksana

konstruksi dan atau pengawas konstruksi;

6) memberikan tanggapan atas pendapat pelaksana konstruksi dan atau

pengawas konstruksi terhadap dokumen perencanaan;

7) membayar uang muka atas jaminan uang muka yang diserahkan olehpelaksana konstruksi dan atau pengawas konstruksi (dalam hal

diperjanjikan).

8) memberi kepastian kepada pelaksana konstruksi atas ketepatanjumlah, mutu, dan waktu penyerahan bahan dan atau komponenbangunan dan atau peralatan konstruksi yang menjadi tanggungjawabnya (dalam hal diperjanjikan).

9) menyetujui atau tidak menyetujui usulan penanggung jawabpelaksana pekerjaan yang diajukan oleh pelaksana konstruksi dan atau

pengawas konstruksi.

10) memberhentikan dan atau meminta ganti tenaga pelaksanakonstruksi dan atau pengawas konstruksi yang tidak sesuai keahliannya

atau tidak memadai kinerjanya atau berperilaku tidak pantas.

11) menyetujui atau tidak menyetujui atau mengubah atau meminta gantiusulan rencana kerja yang diajukan pelaksana konstruksi dan ataupengawas konstruksi.

12) mencairkan jaminan uang muka apabila pelaksana konstruksi danatau pengawas konstruksi tidak melunasi pengembalian uang muka dandalam hal terjadi pemutusan kontrak kerja konstruksi sepihak karenakesalahan penyedia jasa, maka sisa uang muka yang belum dilunasi

dapat diperhitungkan sebagai bagian dari ganti rugi yang harus dibayaroleh pengguna jasa kepada pelaksana konstruksi dan atau pengawaskonstruksi serta pengguna jasa mengembalikan jaminan uang muka.

13) mencairkan jaminan pelaksanaan dan memiliki uangnya apabilapelaksana konstruksi tidak mampu menyelesaikan kewajibannya.

14) menolak dan atau memberhentikan dan atau meminta ganti subpenyedia jasa atau pemasok bahan dan atau komponen bangunan dan

atau peralatan.

15) melakukan intervensi terhadap hubungan antara pelaksanakonstruksi dengan sub penyedia jasa/pemasok dalam hal pembayarandari pelaksana konstruksi kepada sub penyedia jasa/pemasok terlambatkarena adanya itikad tidak baik dari pelaksana konstruksi.

16) berhubungan langsung dengan sub pelaksana konstruksi/pemasokapabila dipandang perlu untuk terpenuhinya pemasok pelaksanaan

pekerjaan.

17) melakukan pemutusan kontrak kerja konstruksi apabila pelaksanakonstruksi mempekerjakan sub penyedia jasa/pemasok tanpa seizinpengguna jasa.

b. dalam kegiatan penyiapan, pelaksana konstruksi :

1) mengajukan usulan penanggung jawab pelaksana pekerjaan beserta

kewenangannya untuk mendapat persetujuan pengguna jasa.

2) mengajukan usulan rencana kerja pelaksanaan fisik dan rencanakerja yang menyangkut keselamatan dan kesehatan kerja untuk

mendapat persetujuan pengguna jasa.

3) memberikan pendapat terhadap dokumen perencanaan.

4) menyerahkan jaminan uang muka dalam hal diperjanjikan, jaminanpelaksanaan dan jaminan pertanggungan terhadap kegagalan pekerjaankonstruksi dalam bentuk polis asuransi sesuai yang diperjanjikan pada

kontrak kerja konstruksi.

5) mengajukan usulan sub penyedia jasa atau pemasok bahan dan ataukomponen bangunan dan atau peralatan yang tidak tercantum dalamkontrak kerja konstruksi.

6) mendapat ganti rugi :

a) apabila pengguna jasa terlambat menyerahkan lapangan danatau fasilitas, atau fasilitasnya tidak lengkap yang dapat

mengakibatkan kerugian pada pelaksana konstruksi;

b) apabila pengguna jasa terlambat menyerahkan dokumen atauatas ketidakbenaran isi dokumen yang dapat mengakibatkan

kerugian pada pelaksana konstruksi;

352

Page 356: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

c) apabila pengguna jasa terlambat menetapkan wakilnya atauterlambat menetapkan pengawas konstruksi yang dapatmengakibatkan kerugian pada pelaksana konstruksi;

d) apabila pengguna jasa terlambat memberi keputusanterhadap usulan penanggung jawab pelaksana pekerjaan daripelaksana konstruksi yang dapat mengakibatkan kerugian pada

pelaksana konstruksi;

e) apabila pengguna jasa terlambat memberi keputusanterhadap usulan rencana kerja dari pelaksana konstruksi yangdapat mengakibatkan kerugian pada pelaksana konstruksi;

f) apabila pengguna jasa mengubah dan mengganti rencanakerja yang dapat mengakibatkan kerugian pada pelaksana

konstruksi;

g) akibat pengguna jasa terlambat membayar uang muka;

h) apabila pengguna jasa terlambat dan atau tidak dapatmemberi kepastian atas ketepatan jumlah, mutu, dan waktupenyerahan bahan dan atau komponen bangunan dan atauperalatan yang menjadi tanggung jawabnya, yang dapatmengakibatkan kerugian pada pelaksana konstruksi;

i) apabila pengguna jasa terlambat memberi keputusan usulansub penyedia jasa dan atau pemasok yang dapat

mengakibatkan kerugian pada pelaksana konstruksi.

c. Dalam kegiatan penyiapan, pengawas konstruksi :

1) mengajukan usulan rencana kerja pengawasan untuk mendapat

persetujuan pengguna jasa.

2) memberikan pendapat terhadap dokumen perencanaan.

3) mengajukan usulan wakil pengawas konstruksi beserta

kewenangannya untuk mendapat persetujuan pengguna jasa.

4) menyerahkan jaminan uang muka, dalam hal diperjanjikan adanya

pembayaran uang muka.

5) mendapat ganti rugi :

a) apabila pengguna jasa terlambat memberi keputusanterhadap usulan rencana kerja pengawasan dan usulan wakilpengawas konstruksi yang dapat mengakibatkan kerugian padapengawas konstruksi;

b) akibat pengguna jasa terlambat membayar uang muka.

d. Dalam kegiatan pengerjaan, pengguna jasa :

1) bertanggung jawab atas segala konsekuensi yang timbul akibatperintah perubahan pekerjaan dan atau rencana kerja, baik daripengguna jasa dan atau dari pengawas konstruksi.

2) memberi keputusan terhadap usulan perubahan pekerjaan dan ataurencana kerja dari pelaksana konstruksi.

3) memberi keputusan terhadap usulan perubahan rencana kerjapengawasan dari pengawas konstruksi.

4) menyerahkan bahan dan atau komponen bangunan dan atauperalatan yang menjadi tanggung jawabnya tepat jumlah dan sesuaijadwal yang disepakati, kepada pelaksana konstruksi (dalam hal

diperjanjikan).

5) menyerahkan fasilitas kerja dan atau dokumen sesuai jadwal yangdisepakati kepada pengawas konstruksi (dalam hal diperjanjikan).

6) melakukan pembayaran prestasi kerja atas permintaan pelaksanakonstruksi dan atau pengawas konstruksi atas dasar kesepakatan cara

pembayaran dan jadwal pembayaran.

7) memberi pendapat dan atau keputusan terhadap laporan hasilpengawasan setiap bagian kegiatan pekerjaan dan laporan akhirpengawasan.

8) bertanggung jawab atas akibat penggunaan hasil pekerjaan, baik hasilsementara yang sudah dipergunakan atau hasil akhir pekerjaan yangdiserahkan untuk pertama kalinya.

9) memberi insentif apabila pelaksana konstruksi dapat menyelesaikan

pekerjaan lebih cepat dari waktu yang diperjanjikan.

10) meminta perubahan pekerjaan dan atau rencana kerja pelaksanaankepada pelaksana konstruksi atau perubahan rencana kerja

pengawasan kepada pengawas konstruksi.

11) menyetujui atau tidak menyetujui usulan perubahan pekerjaan danatau rencana kerja pelaksanaan dari pelaksana konstruksi atau usulanperubahan rencana pengawasan dari pengawas konstruksi.

12) mendapat kompensasi sesuai persyaratan jaminan pertanggunganterhadap kegagalan pekerjaan konstruksi apabila terjadi kegagalan

pekerjaan konstruksi karena kesalahan pelaksana konstruksi.

13) menolak penyerahan pertama kalinya hasil akhir pekerjaan daripelaksana konstruksi apabila hasil pekerjaan tidak sesuai dengan

dokumen kontrak.

14) menahan sebagian pembayaran kepada pelaksana konstruksisebagai uang retensi untuk jaminan mutu hasil pekerjaan sampaipenyerahan akhir hasil pekerjaan.

353

Page 357: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

15) mengenakan denda keterlambatan apabila pelaksana konstruksi

terlambat menyerahkan hasil akhir pekerjaan.

e. Dalam kegiatan pengerjaan, pelaksana konstruksi :

1) meminta izin untuk melaksanakan setiap bagian kegiatan pekerjaan

kepada pengguna jasa dan atau pengawas konstruksi.

2) melaksanakan setiap bagian kegiatan pekerjaan sesuai rencana kerjayang telah disetujui pengguna jasa dan atau pengawas konstruksi.

3) bertanggung jawab terhadap kegagalan pekerjaan konstruksi sampai

penyerahan akhir hasil akhir pekerjaan dari pelaksana konstruksi.

4) menyampaikan laporan pelaksanaan bagian kegiatan pekerjaan danhasilnya untuk mendapat persetujuan pengguna jasa dan atau

pengawas konstruksi.

5) menjaga dan memelihara bagian kegiatan pekerjaan yang telahmendapat persetujuan pengguna jasa dan atau pengawas konstruksi

sampai adanya penyerahan pertama pekerjaan.

6) memberi pendapat terhadap permintaan perubahan pekerjaan dari

pengguna jasa dan atau pengawas konstruksi.

7) menerima segala konsekuensinya apabila tidak memberi pendapatterhadap permintaan perubahan pekerjaan dari pengguna jasa dan ataupengawas konstruksi.

8) bertanggung jawab atas segala konsekuensinya apabila mengajukan

usul perubahan pekerjaan dan atau rencana kerja.

9) menyerahkan untuk pertama kalinya hasil akhir pekerjaan untuk

mendapat persetujuan pengguna jasa.

10) menyerahkan jaminan atas mutu hasil pekerjaan sebagai penggantiatas penerimaan uang rentensi, setelah diterimanya penyerahanpertama hasil akhir pekerjaan oleh pengguna jasa (dalam haldiperjanjikan).

11) berhak mendapat ganti rugi :

a) apabila pengguna jasa dan atau pengawas konstruksimenunda-nunda atau terlambat memberi keputusan terhadapusulan pengguna jasa, yang dapat mengakibatkan kerugian

pada pelaksana konstruksi;

b) apabila ketidakhadiran wakil pengguna jasa atau pengawas

konstruksi mengakibatkan kerugian pada pelaksana konstruksi;

c) apabila pengguna jasa dan atau pengawas konstruksimenunda-nunda atau menghambat atau terlambat menerima

hasil bagian kegiatan pekerjaan yang dapat mengakibatkan

kerugian pada pelaksana konstruksi;

d) apabila terjadi perubahan secara mendasar akibat permintaan

perubahan pekerjaan dari pengguna jasa;

e) apabila ...

e) apabila pengguna jasa terlambat dan atau tidak tepat jumlahatau sama sekali tidak memenuhi kewajibannya untukmenyerahkan bahan dan atau komponen bangunan dan atauperalatan yang dapat mengakibatkan kerugian pada pelaksanakonstruksi;

f. akibat keterlambatan pembayaran (apabila diperjanjikan);

g. apabila pengguna jasa menunda-nunda atau menghambatatau terlambat menerima penyerahan pertama kalinya hasil akhirpekerjaan yang dapat mengakibatkan kerugian pada pelaksanakonstruksi;

h. apabila pengguna jasa terlambat menyerahkan kembalijaminan pelaksanaan dan atau jaminan pertanggungan terhadapkegagalan pekerjaan konstruksi yang dapat mengakibatkan

kerugian pada pelaksana konstruksi.

12) mendapat insentif apabila dapat menyelesaikan pekerjaan lebih

cepat (dalam hal diperjanjikan).

13) menyetujui atau tidak menyetujui permintaan perubahan pekerjaandan atau rencana kerja dari pengguna jasa dan atau pengawaskonstruksi.

14) mengajukan usul perubahan pekerjaan dan rencana kerja.

f. Dalam kegiatan pengerjaan, pengawas konstruksi :

1) memberi keputusan terhadap usulan untuk melaksanakan bagian

kegiatan pekerjaan dari pelaksana konstruksi.

2) memberi pendapat terhadap permintaan perubahan pekerjaan danatau rencana kerja pelaksanaan dari pengguna jasa.

3) memberi pendapat kepada pengguna jasa atau memberi keputusanberdasar kewenangan dari pengguna jasa, terhadap usulan perubahanpekerjaan dan atau rencana kerja pelaksanaan dari pelaksana

konstruksi.

4) memberi laporan hasil pengawasan setiap bagian kegiatan pekerjaandan laporan akhir pengawasan untuk mendapat persetujuan penggunajasa.

354

Page 358: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

5) memberi pendapat kepada pengguna jasa terhadap usulanpenyerahan pertama kalinya hasil akhir pekerjaan dari pelaksanakonstruksi.

6) dapat menolak menerima hasil bagian kegiatan pekerjaan yangdilaksanakan tanpa mendapat izin terlebih dahulu dari pengawas

konstruksi.

7) dapat menolak menerima hasil bagian kegiatan pekerjaan yang tidakmemenuhi ketentuan kontrak kerja konstruksi dan atau rencana kerja

yang telah disetujui pengguna jasa dan atau pengawas konstruksi.

8) mengajukan usul perubahan rencana kerja pengawasan.

9) mendapat ganti rugi :

a) apabila pengguna jasa terlambat memberi keputusanterhadap laporan akhir pengawasan dari pengawas konstruksi

yang dapat mengakibatkan kerugian pada pengawas konstruksi;

b) apabila pengguna jasa terlambat dan atau tidak lengkap danatau tidak akurat atau sama sekali tidak memenuhikewajibannya untuk menyerahkan fasilitas dan atau dokumenyang dapat mengakibat-kan kerugian pada pengawaskonstruksi;

c) akibat keterlambatan pembayaran (apabila diperjanjikan).

10) mendapat insentif apabila hasil akhir pekerjaan dapat diselesaikan

lebih cepat (apabila diperjanjikan).

g. Dalam kegiatan pengakhiran, pengguna jasa :

1) menyelesaikan klaim dari pelaksana konstruksi yang sudah diterimapengguna jasa selambat-lambatnya sebelum penyerahan kedua kalinyahasil akhir pekerjaan.

2) melakukan pembayaran akhir, termasuk membayar seluruh uangretensi (apabila uang retensi belum dibayarkan), setelah menerimapenyerahan kedua kalinya hasil akhir pekerjaan dan atau setelah seluruh

klaim dari pelaksana konstruksi diselesaikan.

3) melakukan pembayaran akhir kepada pengawas konstruksi setelah

menerima laporan akhir hasil pengawasan.

4) mengembalikan jaminan atas mutu hasil pekerjaan setelah menerimapenyerahan kedua kalinya hasil akhir pekerjaan dari pelaksanakonstruksi (dalam hal diperjanjikan).

5) melepaskan jaminan pertanggungan terhadap jaminan kegagalanpekerjaan konstruksi setelah menerima penyerahan kedua kalinya hasilakhir pelaksanaan pekerjaan konstruksi.

6) melepaskan jaminan pertanggungan terhadap kegagalan bangunan

pada akhir masa pertanggungan.

7) dapat menolak penyerahan kedua kalinya hasil akhir pekerjaan daripelaksana konstruksi apabila hasil pekerjaan tidak sesuai dengandokumen kontrak.

8) menggunakan uang retensi atau dalam hal diperjanjikan adanyajaminan atas mutu hasil pekerjaan, menyita dan mencairkan jaminanuntuk membiayai pemeliharaan hasil akhir pekerjaan apabila pelaksanakonstruksi tidak melaksanakan kewajibannya sesuai ketentuan kontrakkerja konstruksi selama masa jaminan atas mutu hasil pekerjaan.

9) mendapat kompensasi sesuai ketentuan jaminan pertanggunganterhadap kegagalan bangunan apabila terjadi kegagalan bangunan

selama masa pertanggungan akibat kesalahan pelaksana konstruksi.

h. Dalam kegiatan pengakhiran, pelaksana konstruksi :

1) melakukan pemeliharaan/penjagaan mutu terhadap hasil akhir

pekerjaan selama masa jaminan atas mutu hasil pekerjaan.

2) menyerahkan untuk kedua kalinya hasil akhir pekerjaan disertaidokumen kelengkapannya setelah selesai masa pemeliharaan untukmendapat persetujuan dari pengguna jasa.

3) menyimpan dokumen yang berkaitan dengan proses pelaksanaan

konstruksi sampai selesainya masa pertanggungan.

4) mendapat ganti rugi apabila pengguna jasa menunda-nunda ataumenghambat atau terlambat menerima penyerahan kedua kalinya hasilakhir pekerjaan yang dapat mengakibatkan kerugian pada pelaksana

konstruksi.

5) mendapat ganti rugi apabila pengguna jasa menahan-nahan atauterlambat mengembalikan jaminan atas mutu hasil pekerjaan dan ataujaminan pertanggungan terhadap kegagalan bangunan yang dapatmengakibatkan kerugian pada pelaksana konstruksi.

i. Dalam kegiatan pengakhiran, pengawas konstruksi :

1) memberikan pendapat kepada pengguna jasa terhadap usulanpenyerahan kedua kalinya hasil akhir pekerjaan dari pelaksana

konstruksi.

2) menyerahkan laporan akhir hasil pengawasan beserta dokumen yangberkaitan dengan proses pengawasan konstruksi kepada pengguna

jasa.

3) mendapat ganti rugi akibat keterlambatan pembayaran akhir (apabiladiperjanjikan).

Pasal 25

355

Page 359: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

Cukup jelas

Pasal 26

Ayat (1)

Pekerjaan konstruksi dengan risiko tinggi mencakup pekerjaan konstruksi yangpelaksanaannya berisiko sangat membahayakan keselamatan umum, harta

benda, jiwa manusia, dan lingkungan.

Ayat (2)

Pekerjaan konstruksi dengan risiko sedang mencakup pekerjaan konstruksi yangpelaksanaannya dapat berisiko membahayakan keselamatan umum, harta

benda, dan jiwa manusia.

Ayat (3)

Pekerjaan konstruksi dengan risiko kecil mencakup pekerjaan konstruksi yang

pelaksanaannya tidak membahayakan keselamatan umum dan harta benda.

Pasal 27

Ayat (1)

Dalam pekerjaan konstruksi tertentu, perencana konstruksi dapat menunjuk subperencana yang mempunyai keahlian khusus setelah terlebih dahulu mendapat

persetujuan dari pengguna jasa.

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Pasal 28

Cukup jelas

Pasal 29

Ayat (1)

Dalam pekerjaan konstruksi tertentu, pelaksana konstruksi dan pengawaskonstruksi dapat menunjuk sub pelaksana dan sub pengawas yang mempunyaikeahlian khusus setelah terlebih dahulu mendapat persetujuan dari penggunajasa.

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat (4)

Yang dimaksud dengan pekerjaan tertentu yang memerlukan uji coba antara lain: bendungan oleh instansi yang membidangi pengairan, pembangkit listrik olehinstansi yang membidangi energi dan nuklir oleh instansi yang membidangi

kenukliran.

Pasal 30

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Ketentuan ini tidak termasuk keselamatan dan kesehatan kerja di bidang tertentuyang secara khusus telah diatur dalam peraturan perundang-undangantersendiri.

Pasal 31

Kegagalan pekerjaan konstruksi terjadi selama pelaksanaan pekerjaan konstruksi.

Pasal 32

Cukup jelas

Pasal 33

Untuk keamanan dan keselamatan umum, Pemerintah dapat mengambil tindakan antara lain :

a. Menghentikan sementara pekerjaan konstruksi;

b. Meneruskan pekerjaan dengan persyaratan tertentu; atau

c. Menghentikan sebagian pekerjaan.

Pasal 34

Cukup jelas

356

Page 360: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

Pasal 35

Ayat (1)

Pertanggungjawaban atas kegagalan bangunan untuk perencana konstruksi

mengikuti kaidah teknik perencanaan dengan ketentuan sebagai berikut :

a. selama masa tanggungan atas kegagalan bangunan di bawah 10 (sepuluh) tahunberlaku ketentuan sanksi profesi dan ganti rugi;

b. untuk kegagalan bangunan lewat dari masa tanggungan dikenakan ketentuan sanksi

profesi.

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Pasal 36

Ayat (1)

Yang dimaksud penilai ahli adalah penilai ahli di bidang konstruksi.

Penilai ahli terdiri dari orang perseorangan, atau kelompok orang atau badanusaha yang disepakati para pihak, yang bersifat independen dan mampu

memberikan penilaian secara obyektif dan profesional.

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Sama dengan penjelasan Pasal 33

Pasal 37

Cukup jelas

Pasal 38

Cukup jelas

Pasal 39

Cukup jelas

Pasal 40

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Perencana konstruksi dibebaskan dari tanggung jawab atas kegagalanbangunan sebagai akibat dari rencana yang diubah pengguna jasa dan atau

pelaksana konstruksi tanpa persetujuan tertulis dari perencana konstruksi.

Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat (4)

Cukup jelas

Pasal 41

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Untuk perencana konstruksi, lama waktu menyimpan dan memelihara dokumenpelaksanaan konstruksi mengikuti ketentuan sesuai penjelasan Pasal 35 ayat

(1).

Pasal 42

Cukup jelas

Pasal 43

Cukup jelas

Pasal 44

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan bentuk fisik lain dari hasil pekerjaan konstruksi adalahhasil pekerjaan konstruksi yang berupa dokumen studi kelayakan, dokumenperencanaan teknik, gambar rencana, dokumen pengawasan teknik/supervisi,tata ruang dalam (interior design), tata ruang luar (exterior design),

penghancuran bangunan (demolition), dan pemeliharaan.

Kegagalan bentuk fisik lain adalah keadaan hasil pekerjaan yang tidak sesuai

dengan persyaratan teknis dalam dokumen kontrak kerja konstruksi.

357

Page 361: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

Ayat (2)

Cukup jelas

Pasal 45

Cukup jelas

Pasal 46

Cukup jelas

Pasal 47

Cukup jelas

Pasal 48

Cukup jelas

Pasal 49

Cukup jelas

Pasal 50

Cukup jelas

Pasal 51

Cukup jelas

Pasal 52

Cukup jelas

Pasal 53

Cukup jelas

Pasal 54

Cukup jelas

Pasal 55

Cukup jelas

Pasal 56

Cukup jelas

Pasal 57

Cukup jelas

Pasal 58

Cukup jelas

Pasal 59

Cukup jelas

Pasal 60

Cukup jelas

Pasal 61

Cukup jelas

Pasal 62

Cukup jelas

Pasal 63

Cukup jelas

Pasal 64

Cukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3956

358

Page 362: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

359

Page 363: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

360

Page 364: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

361

Page 365: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

362

Page 366: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

363

Page 367: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

364

Page 368: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

365

Page 369: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

366

Page 370: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

367

Page 371: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

368

Page 372: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

369

Page 373: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

370

Page 374: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

371

Page 375: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

372

Page 376: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

373

Page 377: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

374

Page 378: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

375

Page 379: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

376

Page 380: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

377

Page 381: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

378

Page 382: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

379

Page 383: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

380

Page 384: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

381

Page 385: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

382

Page 386: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 42 TAHUN 2002

TENTANG

PEDOMAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN

DAN BELANJA NEGARA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang :

a. bahwa agar pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yangtelah ditetapkan dalam Undang-undang tentang Anggaran Pendapatan danBelanja Negara dapat berjalan lebih efektif dan efisien, maka dipandangperlu menetapkan ketentuan-ketentuan mengenai Pedoman PelaksanaanAnggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagai pengganti KeputusanPresiden Nomor 17 Tahun 2000 tentang Pelaksanaan AnggaranPendapatan dan Belanja Negara;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf aperlu menetapkan Keputusan Presiden tentang Pedoman PelaksanaanAnggaran Pendapatan dan Belanja Negara;

Mengingat :

1. Pasal 4 ayat (1) dan Pasal 23 Undang-Undang Dasar 1945 sebagaimanatelah diubah dengan Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar 1945;

2. Undang-Undang Perbendaharaan Indonesia (Indische Comptabiliteitswet,Staatsblad 1925 Nomor 448) sebagaimana telah diubah terakhir denganUndang-Undang Nomor 9 Tahun 1968 (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1968 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor

2860);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan :

KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Tahun Anggaran berlaku sebagaimana ditetapkan oleh Undang-

undang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

Pasal 2

(1) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dalam suatu tahun

anggaran mencakup:

a. pendapatan negara yaitu semua penerimaan negara yangberasal dari penerimaan perpajakan, penerimaan negarabukan pajak serta penerimaan hibah dari dalam dan luarnegeri selama tahun anggaran yang bersangkutan;

b. belanja negara yaitu semua pengeluaran negara untukmembiayai belanja pemerintah pusat dan pemerintahdaerah melalui dana perimbangan selama tahunanggaran bersangkutan;

c. defisit belanja negara yaitu selisih kurang antarapendapatan negara dengan belanja negara;

d. pembiayaan defisit yaitu semua jenis pembiayaan yangdigunakan untuk menutup defisit belanja negara yangbersumber dari pembiayaan dalam dan luar negeri;

e. surplus pendapatan negara yaitu selisih lebih antara

pendapatan negara dengan belanja negara.

(2) Semua penerimaan dan pengeluaran negara dilakukan melaluirekening Kas Negara pada bank sentral dan atau lembaga

keuangan lainnya yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

Pasal 3

(1) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang telahditetapkan dengan undang-undang dirinci lebih lanjut ke dalambagian anggaran dengan Keputusan Presiden.

(2) Bagian anggaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dirincisebagai berikut :

a. anggaran pendapatan dirinci ke dalam unit organisasi danjenis pendapatan;

b. anggaran belanja dirinci ke dalam unit organisasi,kegiatan/ proyek dan jenis belanja.

Pasal 4

Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara mengaturpenyediaan uang dan penyaluran dana untuk membiayai anggaran

383

Page 387: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

belanja negara sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah dalammelaksanakan Undang-undang tentang Anggaran Pendapatan danBelanja Negara.

Pasal 5

(1) Menteri/pimpinan lembaga yang menguasai bagian anggaranmempunyai kewenangan otorisasi dan bertanggungjawab ataspenggunaan anggaran di lingkungan departemen/lembaga

yang dipimpinnya.

(2) Dalam pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara,departemen/lembaga membuat dokumen anggaran berupasurat keputusan otorisasi (SKO) atau dokumen anggaranlainnya yang diberlakukan sebagai SKO.

(3) Dokumen anggaran lainnya yang diberlakukan sebagai SKO

antara lain untuk :

a. pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja rutindimuat dalam daftar isian kegiatan (DIK);

b. pelaksanaan belanja pembangunan dimuat dalam daftarisian proyek (DIP).

(4) Menteri/pimpinan lembaga pada setiap awal tahun anggaranmenetapkan pejabat yang diberi wewenang sebagai :

a. penandatangan SKO;b. atasan langsung bendaharawan;

c. bendaharawan.

(5) Pejabat yang diberi wewenang sebagaimana tersebut dalam

ayat (4) dilarang merangkap jabatan dimaksud.

Pasal 6

(1) Menteri Keuangan mempunyai kewenangan otorisasi ataspenguasaan bagian anggaran diluar bagian anggaran

departemen/ lembaga.

(2) Tata cara pengelolaan bagian anggaran sebagaimana dimaksuddalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Keputusan MenteriKeuangan.

Pasal 7

(1) Pendapatan negara pada departemen/lembaga wajib disetorsepenuhnya dan pada waktunya ke rekening Kas Negara.

(2) Pendapatan negara dibukukan menurut ketentuan yangditetapkan oleh Menteri Keuangan.

(3) Pendapatan negara dalam rangka pelaksanaan dekonsentrasidan tugas pembantuan disetor sepenuhnya dan pada waktunyake rekening Kas Negara.

Pasal 8

(1) Departemen/lembaga wajib :

a. mengadakan intensifikasi pemungutan pendapatannegara yang menjadi wewenang dan tanggung jawabnya;

b. mengintensifkan penagihan dan pemungutan piutangnegara;

c. melakukan penuntutan dan pemungutan ganti rugi ataskerugian negara;

d. mengintensifkan pemungutan sewa penggunaan barang-barang milik negara;

e. melakukan penuntutan dan pemungutan denda yangtelah diperjanjikan;

f. mengenakan sanksi atas kelalaian pembayaran piutang

negara tersebut di atas.

(2) Pemerintah daerah membantu pelaksanaan ketentuan

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).

Pasal 9

(1) Barang tidak bergerak milik negara yang sudah tidak dapatdimanfaatkan lagi secara optimal dan efisien untuk menunjangtugas pokok dan fungsi departemen/lembaga, dapatdimanfaatkan dengan cara dipinjamkan, disewakan, bangunguna serah dan kerjasama pemanfaatan atau dapat dihapusdengan tindak lanjut dijual, dipertukarkan, dihibahkan, dijadikanpenyertaan modal negara dan dimusnahkan dengan ketentuan

sebagai berikut :

a. untuk barang tidak bergerak milik Negara yang bernilaidiatas Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah),berdasarkan persetujuan tertulis dari Presiden atas usulMenteri Keuangan;

b. untuk barang tidak bergerak milik Negara yang bernilaisampai dengan Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliarrupiah), berdasarkan keputusan Menteri/PimpinanLembaga yang bersangkutan setelah terlebih dahulu

mendapat persetujuan tertulis Menteri Keuangan.

(2) Barang bergerak milik negara yang berlebih atau tidak dapatdipergunakan lagi hanya dapat dihapus dengan caradimusnah-kan/dipindahtangankan dengan keputusanmenteri/pimpinan lembaga yang bersangkutan, kecualikendaraan bermotor dan atau barang yang bernilai ekonomistinggi terlebih dahulu dengan persetujuan tertulis Menteri

Keuangan.

384

Page 388: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

(3) Dalam hal barang-barang yang karena peraturan perundang-undangan yang berlaku dikuasai oleh negara atau menjadimilik negara tidak dapat dimanfaatkan dan tidak laku dijual,dapat dimusnahkan dengan persetujuan tertulis Menteri

Keuangan.

(4) Semua biaya yang timbul sebagai akibat dari pemusnahanbarang sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) ditanggung olehnegara.

(5) Menteri Keuangan dapat menunjuk departemen/lembaga untukmemanfaatkan barang-barang yang dikuasai oleh negara

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(6) Apabila departemen/lembaga akanmenjual/memindahtangankan barang-barang sebagaimanadimaksud dalam ayat (5), maka harus terlebih dahulumendapat persetujuan tertulis Menteri Keuangan.

(7) Tata cara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), (2), (3), (5),dan (6) diatur dengan Keputusan Menteri Keuangan.

(8) Penjualan barang milik negara dilakukan melalui Kantor LelangNegara, kecuali untuk barang milik negara yang telah diatur

dengan peraturan perundang-undangan tersendiri.

(9) Hasil penjualan, selisih tukar menukar, penyewaan, bangunguna serah dan kerjasama pemanfaatan barang milik negaramerupakan pendapatan negara yang harus disetor seluruhnyake Rekening Kas Negara.

(10) Pinjam meminjam barang milik negara hanya dapatdilaksanakan antar instansi pemerintah, sepanjang tidakmengganggu kelancaran pelaksanaan tugas pokok dan fungsi

instansi yang bersangkutan.

Pasal 10

(1) Jumlah dana yang dimuat dalam anggaran belanja negara

merupakan batas tertinggi untuk tiap-tiap pengeluaran.

(2) Pimpinan dan atau pejabat departemen/lembaga/pemerintahdaerah tidak diperkenankan melakukan tindakan yangmengakibatkan pengeluaran atas beban anggaran belanjanegara, jika dana untuk membiayai tindakan tersebut tidaktersedia atau tidak cukup tersedia dalam anggaran belanjanegara.

(3) Pimpinan dan atau pejabat departemen/lembaga/pemerintahdaerah tidak diperkenankan melakukan pengeluaran atasbeban anggaran belanja negara untuk tujuan lain dari yang

ditetapkan dalam anggaran belanja negara.

(4) Dalam penyediaan anggaran belanja negara diutamakan untukpenyediaan belanja operasional dan pemeliharaan atas barangmilik negara.

Pasal 11

(1) Belanja atas beban anggaran belanja negara didasarkan padaSKO atau dokumen anggaran lainnya yang diberlakukansebagai SKO.

(2) SKO atau dokumen anggaran lainnya yang diberlakukansebagai SKO yang dananya bersumber dari dalam negeri dan

atau luar negeri berlaku selama 1 (satu) tahun anggaran.

(3) SKO atau dokumen anggaran lainnya yang diberlakukansebagai SKO merupakan dasar pencairan dana oleh KantorPerbendaharaan dan Kas Negara (KPKN).

Pasal 12

(1) Pelaksanaan anggaran belanja negara didasarkan atas prinsip-prinsip sebagai berikut :

a. hemat, tidak mewah, efisien, dan sesuai dengankebutuhan teknis yang disyaratkan;

b. efektif, terarah dan terkendali sesuai dengan rencana,program/kegiatan, serta fungsi setiapdepartemen/lembaga/ pemerintah daerah;

c. mengutamakan penggunaan produksi dalam negeri.

(2) Belanja atas beban anggaran belanja negara dilakukanberdasarkan atas hak dan bukti-bukti yang sah untuk

memperoleh pembayaran.

(3) Tata cara pengeluaran dan pembayaran dalam pelaksanaananggaran belanja negara diatur lebih lanjut dengan KeputusanMenteri Keuangan.

Pasal 13

(1) Atas beban anggaran belanja negara tidak diperkenankan

melakukan pengeluaran untuk keperluan :

a. perayaan atau peringatan hari besar, hari raya dan hariulang tahun departemen/ lembaga/pemerintah daerah;

b. pemberian ucapan selamat, hadiah/tanda mata, karanganbunga, dan sebagainya untuk berbagai peristiwa;

c. pesta untuk berbagai peristiwa dan pekan olah raga padadepartemen/lembaga/ pemerintah daerah;

d. pengeluaran lain-lain untuk kegiatan/keperluan yang

sejenis serupa dengan yang tersebut di atas.

385

Page 389: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

(2) Penyelenggaraan rapat, rapat dinas, seminar, pertemuan,lokakarya, peresmian kantor/proyek dan sejenisnya, dibatasi padahal-hal yang sangat penting dan dilakukan sesederhana mungkin.

Pasal 14

(1) Dalam melaksanakan belanja negara dilakukan standardisasikomponen kegiatan termasuk harga satuannya.

(2) Standardisasi harga satuan sebagaimana dimaksud pada ayat(1) digunakan untuk menyusun pembiayaan kegiatan-kegiatan

yang diusulkan dalam dokumen anggaran.

(3) Dalam penyusunan standardisasi harga satuan, sedapatmungkin menggunakan data dasar yang bersumber daripenerbitan resmi Badan Pusat Statistik, departemen/lembaga,dan pemerintah daerah.

(4) Penetapan standardisasi perlu dilakukan secara berkala oleh :

a. Menteri Keuangan dengan memperhatikan pertimbanganmenteri/pimpinan lembaga terkait untuk standardisasiharga satuan umum, satuan biaya langsung personil dannon personil untuk kegiatan jasa konsultasi;

b. Menteri/pimpinan lembaga untuk standardisasi hargasatuan pokok kegiatan departemen/lembaga yangbersangkutan;

c. Gubernur/bupati/walikota dengan memperhatikan pertim-bangan dari instansi terkait untuk standardisasi hargasatuan pokok kegiatan daerah provinsi/kabupaten/kotayang ber-sangkutan;

d. Bupati/walikota untuk standardisasi harga satuanbangunan gedung negara untuk keperluan dinas sepertikantor, rumah dinas, gudang, gedung rumah sakit,

gedung sekolah, pagar dan bangunan fisik lainnya.

Pasal 15

Pelaksanaan pengadaan barang dan jasa dalam rangka

pelaksanaan APBN diatur dengan Keputusan Presiden tersendiri.

Pasal 16

(1) Perjanjian/kontrak pelaksanaan pekerjaan untuk masa lebih dari1 (satu) tahun anggaran atas beban anggaran dilakukan

setelah mendapat persetujuan Menteri Keuangan.

(2) Perjanjian/kontrak yang dibiayai sebagian atau seluruhnyadengan pinjaman/hibah luar negeri untuk masa lebih dari 1(satu) tahun anggaran tidak memerlukan persetujuan Menteri

Keuangan.

(3) Perjanjian/kontrak yang dibiayai sebagian maupun seluruhnyadengan pinjaman/hibah luar negeri untuk masa pelaksanaanpekerjaan melebihi 1 (satu) tahun anggaran, maka di dalamperjanjian/kontrak tersebut harus mencantumkan tahun

anggaran pembebanan dana.

(4) Perjanjian/kontrak dalam bentuk valuta asing tidak dapat diubahdalam bentuk rupiah dan sebaliknya kontrak dalam bentukrupiah tidak dapat diubah dalam bentuk valuta asing.

(5) Perjanjian/kontrak dalam bentuk valuta asing tidak dapatmembebani dana rupiah murni.

(6) Perjanjian/kontrak untuk pengadaan barang dan jasa di dalamnegeri tidak dapat dilakukan dalam bentuk valuta asing.

(7) Perjanjian/kontrak dengan dana kredit ekspor yang sudahditandatangani tidak dapat dilaksanakan apabila naskah

perjanjian pinjaman luar negeri (NPPLN) belum ditandatangani.

(8) Pengecualian terhadap ketentuan ayat (4), (5) dan (6) harusmendapat persetujuan dari Menteri Keuangan c.q. DirekturJenderal Anggaran.

BAB II

PEDOMAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN

Pasal 17

(1) Departemen/lembaga menetapkan kebijakan untukmengintensif-kan pelaksanaan pungutan yang telah ditetapkan

dalam undang-undang dan peraturan pemerintah.

(2) Departemen/lembaga tidak diperkenankan mengadakanpungutan dan atau tambahan pungutan yang tidak tercantumdalam undang-undang dan atau peraturan pemerintah.

Pasal 18

(1) Dalam rangka meningkatkan pendapatan negara, departemen/lembaga, pemerintah daerah, kantor/ satuan kerja,proyek/bagian proyek dan Badan Usaha Milik Negara(BUMN)/Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) menyampaikanbahan-bahan keterangan untuk keperluan perpajakan kepadaMenteri Keuangan untuk perhatian Direktur Jenderal Pajak.

(2) Setiap instansi pemerintah, pemerintah daerah, Badan UsahaMilik Negara/Badan Usaha Milik Daerah, bendaharawan danbadan-badan lain yang melakukan pembayaran atas bebanAPBN/APBD/ anggaran BUMN/BUMD, ditetapkan sebagai

386

Page 390: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

wajib pungut pajak sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 19

(1) Menteri/pimpinan departemen/lembaga berkewajibanmengoptimalkan penerimaan negara bukan pajak meliputisumber daya alam, bagian pemerintah atas laba BUMN danpenerimaan negara bukan pajak lainnya.

(2) Atas pemanfaatan barang milik negara oleh pihak ketiga wajib

dipungut sewa.

(3) Menteri/pimpinan lembaga berkewajiban mengintensifkanpenerimaan sewa barang milik negara yang dipergunakan oleh

pihak ketiga.

(4) Penghuni rumah negara dikenakan pembayaran sewa.

(5) Besaran tarif dan prosedur pemungutan sebagaimana dimaksuddalam ayat (1), (2), (3), dan (4) ditetapkan oleh MenteriKeuangan.

Pasal 20

(1) Orang atau badan yang melakukan pemungutan ataupenerimaan uang negara wajib menyetor seluruh penerimaandalam waktu 1 (satu) hari kerja setelah penerimaannya kerekening Kas Negara pada bank pemerintah, atau lembaga lain

yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

(2) Bendaharawan penerima/penyetor berkala wajib menyetor/melimpahkan seluruh penerimaan negara yang telahdipungutnya ke rekening Kas Negara sekurang-kurangnya

sekali seminggu.

(3) Setiap bendaharawan, instansi pemerintah, pemerintah daerah,BUMN/BUMD dan badan-badan lain, sebagai wajib pungutpajak, wajib menyetorkan seluruh penerimaan pajak yangdipungutnya dalam jangka waktu sesuai dengan ketentuan

yang berlaku.

Pasal 21

(1) Kelalaian atau kelambatan penyetoran penerimaan negara kerekening Kas Negara diperhitungkan dengan dana yangtersedia dalam dokumen anggaran pada

departemen/lembaga/pemerintah daerah yang bersangkutan.

(2) Bendaharawan penerima/penyetor berkala dilarang menyimpanuang dalam penguasaannya:

a. lebih dari batas waktu yang telah ditetapkan dalam Pasal20;

b. atas nama pribadi pada suatu bank atau lembaga

keuangan lainnya.

BAB III

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELUARAN RUTIN

Pasal 22

Menteri/pimpinan lembaga bertanggung jawab atas pelaksanaanpengeluaran rutin di lingkungan departemen/ lembaga yang

dipimpinnya.

Pasal 23

(1) Untuk pelaksanaan pengeluaran rutin, departemen/lembagamembuat DIK atau dokumen anggaran lainnya yangdiberlakukan sebagai SKO sesuai dengan contoh dan petunjukteknis yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

(2) DIK atau dokumen anggaran lainnya yang diberlakukan sebagaiSKO setelah dibahas Departemen Keuangan dengan

departemen/ lembaga, ditandatangani oleh :

a. Sekretaris Jenderal atau pejabat lain yang ditunjuk atasnama menteri/pimpinan lembaga untuk DIK yang dibuatdi Pusat;

b. Kepala Kantor Wilayah Departemen/lembaga ataupejabat yang ditunjuk atas nama menteri/pimpinan

lembaga untuk DIK yang dibuat di daerah.

(3) DIK atau dokumen anggaran lainnya yang diberlakukan sebagaiSKO berlaku sebagai dasar pelaksanaan pengeluaran rutinsetelah mendapat pengesahan dari :

a. Direktur Jenderal Anggaran atas nama Menteri Keuanganuntuk DIK yang dibuat di Pusat;

b. Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Anggaran atasnama Menteri Keuangan untuk DIK yang dibuat didaerah.

(4) Direktur Jenderal Anggaran menyampaikan DIK atau dokumenanggaran lainnya yang diberlakukan sebagai SKO yang telah

disahkan kepada :

a. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK);b. Menteri/pimpinan lembaga yang bersangkutan;c. Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan

Pembangunan (BPKP);d. Kepala Badan Akuntansi Keuangan Negara (BAKUN);

387

Page 391: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

e. Direktur Informasi dan Evaluasi Anggaran (DIEA)Direktorat Jenderal Anggaran;

f. Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Anggaran; dan

g. Kepala Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN).

(5) Menteri/pimpinan lembaga menyampaikan DIK yang telah

disahkan kepada :

a. Direktorat Jenderal/unit eselon I dan kantor/satuan kerja;dan

b. Inspektorat Jenderal departemen/unit pengawasan padalembaga.

(6) Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Anggaranmenyampaikan DIK yang telah disahkan kepada :

a. Menteri/pimpinan lembaga yang bersangkutan;b. Direktur Jenderal Anggaran;c. Direktur Informasi dan Evaluasi Anggaran (DIEA),

Direktorat Jenderal Anggaran;d. Kepala kantor wilayah/perwakilan departemen/lembaga

yang bersangkutan;e. Kepala Perwakilan Badan Perbendaharaan dan Kas

Negara (BPKP);f. Ketua Perwakilan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK);g. Kepala Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN);

danh. Kepala Kantor Akuntansi Regional (Kepala KAR);

Pasal 24

(1) Berdasarkan DIK yang telah disahkan disusun PetunjukPelaksanaan (Juklak) oleh :

a. Pejabat eselon I atau pejabat yang ditunjuk padaDepartemen/ Lembaga/instansi/ kantor/satuan kerjauntuk DIK yang dibuat di Pusat;

b. Kepala Kantor Wilayah Departemen/lembaga ataupejabat yang ditunjuk untuk DIK yang dibuat di daerah.

(2) Departemen/lembaga menyampaikan juklak DIK yang dibuat dipusat kepada kepala kantor/satuan kerja yang bersangkutan.

(3) Kepala Kantor Wilayah Departemen/lembaga atau pejabat lainyang ditunjuk menyampaikan juklak DIK yang dibuat di daerah

kepada kepala kantor/satuan kerja yang bersangkutan.

Pasal 25

(1) Menteri/pimpinan lembaga atau pejabat lain yang ditunjukmenetapkan bendaharawan rutin untuk DIK atau dokumenanggaran lainnya yang diberlakukan sebagai SKO yang dibuatdi pusat.

(2) Kepala Kantor Wilayah departemen/lembaga, atas namamenteri/ pimpinan lembaga menetapkan bendaharawan rutinuntuk DIK atau dokumen anggaran lainnya yang diberlakukan

sebagai SKO yang dibuat di daerah.

(3) Kepala kantor/satuan kerja bertanggung jawab, baik dari segifisik maupun keuangan atas pelaksanaan kegiatankantor/satuan kerja yang dipimpinnya sebagaimana tersebutdalam DIK yang bersangkutan.

Pasal 26

(1) Perubahan/pergeseran biaya dalam satu program dalam satudan atau antar DIK instansi pusat departemen/lembagadiputuskan oleh Direktur Jenderal Anggaran berdasarkan

usulan Sekretaris Jenderal atau pejabat eselon I yang ditunjuk.

(2) Perubahan/pergeseran biaya dalam satu program dalam satudan atau antar-DIK instansi vertikal departemen/lembagadiputuskan oleh Kepala Kantor Wilayah Direktorat JenderalAnggaran berdasarkan usulan :

a. Kepala kantor/satuan kerja bersangkutan apabilameliputi satu kantor/satuan kerja;

b. Kepala Kantor Wilayah departemen/lembaga/direktoratjenderal yang bersangkutan apabila meliputi lebih darisatu kantor/satuan kerja.

(3) Direktur Jenderal Anggaran menyampaikan keputusanperubahan/pergeseran DIK kepada :

a. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK);b. Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan

Pembangunan (BPKP);c. Kepala Badan Akuntansi Keuangan (BAKUN);d. Direktur Informasi dan Evaluasi Anggaran (DIEA),

Direktorat Jenderal Anggaran;e. Kepala Kantor Wilayah

departemen/lembaga/direktorat jenderal yangbersangkutan;

f. Kepala Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara(KPKN); dan

g. Kepala kantor/satuan kerja yang bersangkutan.

(4) Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Anggaranmenyampaikan keputusan perubahan/ pergeseran DIK kepada

:

a. Direktur Jenderal Anggaran;b. Direktur Informasi dan Evaluasi Anggaran (DIEA),

Direktorat Jenderal Anggaran;c. Kepala Perwakilan Badan Pengawasan Keuangan

dan Pembangunan (BPKP);

388

Page 392: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

d. Ketua Perwakilan Badan Pemeriksa Keuangan(BPK):

e. Kepala kantor wilayahdepartemen/lembaga/direktorat jenderal yangbersangkutan;

f. Kepala Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara(KPKN);

g. Kepala Kantor akuntansi Regional (Kantor KAR);dan

h. Kepala kantor/satuan kerja yang bersangkutan.

Pasal 27

(1) Perubahan/pergeseran biaya antar program dalam satusubsektor dan atau dalam satu atau antar DIK kantor/satuankerja tingkat pusat departemen/lembaga diputuskan olehMenteri Keuangan berdasarkan usulan departemen/lembaga

yang bersangkutan.

(2) Keputusan terhadap usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1)diberikan paling lambat 2 (dua) minggu setelah diterima usultersebut beserta bahan-bahannya secara lengkap.

(3) Perubahan/pergeseran biaya tidak dapat dilakukan dari :

a. Biaya untuk gaji dan tunjangan beras ke biayalainnya dalam Belanja Pegawai;

b. Belanja pegawai ke belanja non pegawai;c. Dana yang disediakan untuk pengeluaran rutin

Perwakilan Republik Indonesia termasukperwakilan departemen/lembaga di luar negeriuntuk keperluan pembiayaan kegiatan kantor/

satuan kerja di dalam negeri.

(4) Peninjauan kembali ketentuan dalam ayat (3) dilakukan olehMenteri Keuangan.

Pasal 28

(1) Departemen/lembaga pada tiap awal tahun anggaran,menyusun daftar susunan kekuatan pegawai (formasi) bagi tiapunit organisasi sampai pada tiap kantor/satuan kerja danmenyampaikan formasi tersebut kepada menteri yangmembidangi pendayagunaan aparatur negara paling lambat 1

(satu) bulan setelah berlakunya tahun anggaran.

(2) Formasi tersebut disahkan oleh menteri yang membidangipendayagunaan aparatur negara paling lambat 3 (tiga) bulansetelah mendengar pertimbangan Menteri Keuangan dandalam hal menyangkut formasi pegawai di luar negeri, setelahmendengar pula pertimbangan Menteri Luar Negeri.

(3) Formasi yang telah disahkan sebagaimana dimaksud pada ayat(2) disampaikan oleh menteri yang membidangi

pendayagunaan aparatur negara kepada menteri/pimpinanlembaga dan Menteri Keuangan sebagai bahan perencanaanpengeluaran rutin paling lambat 4 (empat) bulan setelah

berlakunya tahun anggaran.

(4) Pengadaan pegawai hanya diperkenankan dalam batas formasiyang telah disahkan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

dengan memberikan prioritas kepada :

a. pegawai pelimpahan dari departemen/lembagayang kelebihan pegawai;

b. siswa/mahasiswa ikatan dinas, setelah lulus daripendidikannya;

c. pegawai tidak tetap (PTT) yang telah

menyelesaikan masa baktinya dengan baik.

(5) Pengadaan pegawai dalam batas formasi yang telah disahkansebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan sesuai

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(6) Kenaikan pangkat pegawai dalam batas formasi sebagaimanadimaksud pada ayat (2), dilaksanakan dengan ketentuankenaikan pangkat sampai dengan golongan IV/a dilaksanakansetelah mendapat persetujuan lebih dahulu dari Kepala BadanKepegawaian Negara (BKN).

(7) Paling lambat 1 (satu) bulan setelah berlakunya tahun anggaranmenteri/pimpinan lembaga telah menetapkan/menetapkankembali pejabat yang diberi wewenang untuk menandatangani

surat keputusan kepegawaian.

(8) Salinan surat keputusan penetapan/penetapan kembali sebagai-mana dimaksud pada ayat (7) beserta contoh (spesimen) tandatangan pejabat yang diberi wewenang segera dikirimkankepada Badan Kepegawaian Negara (BKN) dan KantorPerbendaharaan dan Kas Negara, dan dalam hal tidak adaperubahan, penetapan kembali pejabat tersebut dapatdilakukan dengan surat pemberitahuan oleh Menteri/pimpinan

Lembaga yang bersangkutan.

(9) Pegawai Negeri Sipil Pusat yang diperbantukan pada daerah,perusahaan atau badan yang anggarannya tidak dibiayai atausebagian dibiayai dalam anggaran pendapatan dan belanjanegara, menjadi beban pemerintah daerah/perusahaan/badan

bersangkutan.

(10) Perbantuan pegawai negeri sipil untuk tugas-tugas di luarpemerintahan dengan membebani anggaran belanja negaratidak diperkenankan, kecuali dengan izin menteri yangmembidangi pendayagunaan aparatur negara dan MenteriKeuangan yang sekaligus menetapkan batas lamanya

perbantuan tersebut.

389

Page 393: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

(11) Selama perbantuan sebagaimana dimaksud pada ayat (9) danayat (10), formasi bagi pegawai tersebut tidak boleh diisi, dansetelah perbantuan berakhir, pegawai yang bersangkutan

ditempatkan kembali pada departemen/lembaga asalnya.

(12) Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN) hanyadiperkenankan melakukan pembayaran upah pegawaiharian/tenaga honorer, apabila untuk keperluan tersebut telahtersedia dananya dalam DIK/SKO bersangkutan.

(13) Pembayaran penghasilan pejabat negara, Pegawai Negeri Sipildan anggota Tentara Nasional lndonesia dan KepolisianRepublik Indonesia serta pensiunan dilakukan berdasarkan

peraturan pemerintah.

(14) Penghasilan pegawai yang ditempatkan di luar negeri diatur

dengan Keputusan Presiden.

(15) Penghasilan sebagaimana pada ayat (12), (13), dan (14) di atastidak diperkenankan pemotongan untuk keperluan apapunkecuali atas persetujuan pejabat/pegawai/penerima pensiun

yang bersangkutan.

Pasal 29

(1) Kenaikan gaji berkala dilakukan dengan penerbitan suratpemberitahuan oleh kepala kantor/satuan kerja setempat atas

nama pejabat yang berwenang.

(2) Keputusan kenaikan gaji berkala tidak dapat berlaku surut lebih

dari 2 (dua) tahun.

(3) Penundaan kenaikan gaji berkala ditetapkan dengan suratkeputusan oleh pejabat yang berwenang sebagaimanadimaksud dalam Pasal 28 ayat (7).

Pasal 30

(1) Pegawai Negeri Sipil/Anggota Tentara Nasional Indonesia danKepolisian Republik Indonesia/penerima pensiun beserta

keluarganya diberikan tunjangan beras dalam bentuk uang.

(2) Tunjangan beras untuk keluarga tidak diberikan rangkap.

(3) Pengecualian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikanoleh Menteri Keuangan atas usul menteri/pimpinan lembaga

pemerintah non departemen yang bersangkutan.

(4) Menteri Keuangan menetapkan harga beras sebagai dasarpemberian tunjangan pangan dalam bentuk uang danmengatur lebih lanjut pelaksanaannya.

Pasal 31

(1) Tunjangan anak dan tunjangan beras untuk anak dibatasi untuk

2 (dua) orang anak.

(2) Dalam hal pegawai/pensiunan pada tanggal 1 Maret 1994 telahmemperoleh tunjangan anak dan tunjangan beras untuk lebihdari 2 (dua) orang anak, kepadanya tetap diberikan tunjangan

untuk jumlah menurut keadaan pada tanggal tersebut.

(3) Apabila setelah tanggal tersebut jumlah anak yang memperolehtunjangan anak berkurang karena menjadi dewasa, kawin ataumeninggal, pengurangan tersebut tidak dapat diganti, kecualijumlah anak menjadi kurang dari 2 (dua).

Pasal 32

Pelaksanaan belanja barang dilakukan dengan memperhatikanketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 33

(1) Pejabat yang berwenang wajib membatasi pelaksanaanperjalanan dinas untuk hal-hal yang mempunyai prioritas tinggidan penting dengan mengurangi frekuensi, jumlah orang dan

lamanya perjalanan.

(2) Perjalanan dinas luar negeri terlebih dahulu memerlukan izin

Presiden atau pejabat yang ditunjuk.

(3) Permohonan izin perjalanan dinas ke luar negeri sebagaimanadimaksud pada ayat (2) diajukan paling lambat 1 (satu) minggusebelum keberangkatan yang direncanakan, dan harus

dilengkapi dengan:

a. penjelasan mengenai urgensi/alasan perjalanandan rincian programnya dengan menyertakanundangan, konfirmasi, dan dokumen yangberkaitan;

b. izin tertulis dari instansi bersangkutan apabilaseorang pejabat diajukan instansi lain;

c. pernyataan atas biaya anggaran instansi manaperjalanan dinas tersebut akan dibebankan.

(4) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat(2), yaitu:

a. perjalanan dinas pegawai yang ditempatkan di luarnegeri dan dipanggil kembali dari luar negeri;

b. perjalanan dinas pegawai antar tempat di luarnegeri.

(5) Izin perjalanan dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (4)huruf b adalah wewenang Menteri Luar Negeri serta KepalaPerwakilan Republik Indonesia yang bersangkutan, dan

390

Page 394: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

diberikan apabila pembiayaan untuk keperluan tersebut telah

tersedia dalam DIK bersangkutan.

(6) Perjalanan dinas dilaksanakan dengan mengutamakanperusahaan penerbangan nasional atau perusahaanpengangkutan nasional lainnya.

(7) Pegawai negeri yang karena jabatannya harus melakukanperjalanan dinas tetap dalam daerah jabatannya, diberikan

tunjangan perjalanan tetap.

(8) Biaya perjalanan dinas dibayarkan dalam 1 (satu) jumlah(lumsum) kepada pejabat/pegawai yang diperintahkan untuk

melakukan perjalanan dinas.

(9) Menteri Keuangan mengatur lebih lanjut pedoman danketentuan pelaksanaan perjalanan dinas.

Pasal 34

(1) Pegawai yang dipindahkan dapat diberikan uang pesangonkecuali di tempat yang baru mendapat perumahan.

(2) Pegawai yang dipindahkan/ditempatkan pada PerwakilanRepublik Indonesia di luar negeri sebelum mendapatkanperumahan diizinkan tinggal di hotel, tidak termasuk makan,

untuk waktu paling lama 2 (dua) bulan.

(3) Menteri Keuangan mengatur lebih lanjut pedoman danketentuan pelaksanaan mengenai pemberian uang pesangonpindah.

Pasal 35

(1) Pembukaan dan atau peningkatan Perwakilan RepublikIndonesia di luar negeri hanya dapat dilakukan denganpersetujuan Presiden.

(2) Pembukaan perwakilan departemen/lembaga di luar negerihanya dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan menteriyang berwenang dalam bidang pendayagunaan aparatur

negara, Menteri Luar Negeri dan Menteri Keuangan.

Pasal 36

(1) Setiap perubahan/penyempurnaan organisasi dan atau pem-bentukan kantor/satuan kerja dalam lingkungan departemen/lembaga harus terlebih dahulu mendapat persetujuan tertulismenteri yang berwenang di bidang pendayagunaan aparatur

negara.

(2) Biaya sehubungan dengan pelaksanaan perubahan/ penyem-purnaan organisasi departemen/lembaga dan atau

pembentukan kantor/satuan kerja dalam lingkungandepartemen/lembaga yang mengakibatkan pergeserananggaran/revisi dari departemen/ lembaga tersebut, harus

terlebih dahulu mendapat persetujuan Menteri Keuangan.

BAB IVPEDOMAN PELAKSANAAN PENGELUARAN

PEMBANGUNAN

Pasal 37

(1) Menteri/pimpinan lembaga bertanggung jawab atas pelaksanaanpengeluaran pembangunan di lingkungan departemen/lembagayang dipimpinnya.

(2) Untuk melaksanakan program pembangunan yang bersifat lintassektor/departemen/lembaga ditunjuk koordinator diantaradepartemen/lembaga yang bersangkutan oleh Menteri NegaraPerencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan

Perencanaan Pembangunan Nasional.

Pasal 38

(1) Untuk pelaksanaan pengeluaran pembangunan, departemen/lembaga/instansi vertikal/pemerintah daerah membuat DIPatau dokumen anggaran lainnya yang diberlakukan sebagaiSKO sesuai dengan contoh dan petunjuk teknis yang

ditetapkan Menteri Keuangan.

(2) DlP atau dokumen anggaran lainnya yang diberlakukan sebagaiSKO setelah dibahas Departemen Keuangan dengandepartemen/ lembaga/ instansi vertikal/dinas propinsi,

ditandatangani oleh :

a. Sekretaris Jenderal atau pejabat lain yang ditunjukatas nama menteri/pimpinan lembaga untuk yangdibuat di pusat;

b. Kepala Kantor Wilayahdepartemen/lembaga/gubernur atau pejabat lainyang ditunjuk atas nama menteri/pimpinan

lembaga untuk yang dibuat di daerah.

(3) DIP atau dokumen anggaran lainnya yang diberlakukan sebagaiSKO berlaku sebagai dasar pelaksanaan pengeluaran

pembangunan setelah mendapat pengesahan dari :

a. Direktur Jenderal Anggaran atas nama MenteriKeuangan untuk DIP yang dibuat di pusat;

b. Kepala Kantor Wilayah Direktorat JenderalAnggaran atas nama Menteri Keuangan untukDIP yang dibuat di daerah.

391

Page 395: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

(4) Direktur Jenderal Anggaran menyampaikan DIP atau dokumenanggaran lainnya yang diberlakukan sebagai SKO dan dibuatdi pusat dan telah disahkan kepada :

a. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK);b. Menteri/pimpinan lembaga yang bersangkutan;c. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan

Nasional (Bappenas);d. Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan

Pembangunan (BPKP);e. Kepala Badan Akuntansi Keuangan Negara

(BAKUN);f. Direktur Informasi dan Evaluasi Anggaran (DIEA),

Direktorat Jenderal Anggaran;g. Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal

Anggaran;h. Kepala Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara

(KPKN); dan

i. Pemimpin proyek yang bersangkutan.

(5) Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Anggaranmenyampaikan DIP atau dokumen anggaran lainnya yangdiberlakukan sebagai SKO yang dibuat di daerah kepada :

a. Menteri/pimpinan lembaga yang bersangkutan;b. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan

Nasional (Bappenas);c. Direktur Jenderal Anggaran;d. Direktur Informasi dan Evaluasi Anggaran (DIEA),

Direktorat Jenderal Anggaran;e. Kepala Perwakilan Badan Pengawasan Keuangan

dan Pembangunan (BPKP);f. Ketua Perwakilan Badan Pemeriksa Keuangan

(BPK);g. Kepala Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara

(KPKN);h. Kepala Kantor Akuntansi Regional (Kantor

KAR);dan

i. Pemimpin proyek yang bersangkutan;

(6) Departemen/lembaga menyampaikan DIP atau dokumenanggaran lainnya yang diberlakukan sebagai SKO yang dibuatdi pusat dan di daerah yang telah disahkan kepada :

a. Direktorat Jenderal/unit eselon I proyek yangbersangkutan;

b. Inspektorat Jenderal departemen/unit pengawasanpada lembaga;

c. Gubernur/Bupati/Walikota.

Pasal 39

(1) Berdasarkan DIP atau dokumen anggaran lainnya yangdiberlakukan sebagai SKO yang telah disahkan disusunpetunjuk operasional (PO) oleh :

a. Pejabat eselon I atau pejabat lain dibawahnyayang ditunjuk pada departemen/ lembaga yangmembawahkan proyek yang bersangkutan untukDIP yang dibuat di pusat;

b. Kepala Kantor Wilayahdepartemen/lembaga/gubernur atau pejabat yangditunjuk membawahkan proyek untuk DIP yangdibuat di daerah.

(2) Departemen/lembaga menyampaikan PO proyek-proyek yang

dibuat di pusat kepada :

a. Direktur Jenderal Anggaran; danb. Pemimpin proyek yang bersangkutan.

(3) Kepala kantor wilayah departemen/lembaga/gubernur ataupejabat yang ditunjuk menyampaikan PO proyek-proyek yang

dibuat di daerah kepada :

a. Menteri/pimpinan lembaga yang bersangkutan;b. Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal

Anggaran; danc. Pemimpin proyek yang bersangkutan.

Pasal 40

(1) Menteri/pimpinan lembaga atau pejabat lain yang ditunjukmenetapkan pemimpin dan bendaharawan proyek untuk DIPatau dokumen anggaran lainnya yang diberlakukan sebagai

SKO yang dibuat di pusat.

(2) Kepala Kantor Wilayah departemen/lembaga/gubernur ataupejabat yang ditunjuk atas nama menteri/pimpinan lembaga,menetapkan pemimpin proyek dan bendaharawan proyekuntuk DIP atau dokumen anggaran lainnya yang diberlakukan

sebagai SKO yang dibuat di daerah.

(3) Bila dipandang perlu pemimpin proyek dan bendaharawanproyek dapat dibantu oleh pemimpin bagian proyek danbendaharawan bagian proyek sepanjang lokasi proyek tersebardi beberapa kabupaten/kota.

(4) Pejabat eselon I dan eselon II serta Kepala Kantor/Dinas/ Desa/Satuan kerja tidak diperkenankan ditunjuk sebagai pemimpin

proyek/bagian proyek dan atau bendaharawan.

(5) Pemimpin dan bendaharawan proyek berkedudukan di lokasi

proyek atau di ibukota kabupaten/kota terdekat.

392

Page 396: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

Pasal 41

Pemimpin proyek/bagian proyek bertanggung jawab baik dari segikeuangan maupun dari segi fisik atas pelaksanaan proyek/bagianproyek sebagaimana ditetapkan dalam DIP atau dokumenanggaran lainnya yang diberlakukan sebagai SKO.

Pasal 42

(1) Kepada petugas proyek diberikan honorarium.

(2) Petugas proyek yang mengelola beberapa proyek hanya berhakmendapat honorarium dari 1 (satu) proyek.

(3) Besarnya honorarium petugas proyek ditetapkan oleh MenteriKeuangan.

(4) Biaya perjalanan dinas dan uang lembur untuk kepentinganproyek diberikan sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan yang berlaku.

Pasal 43

(1) Perubahan/pergeseran biaya dalam DIP atau dokumenanggaran lainnya yang diberlakukan sebagai SKO diputuskan

oleh:

a. Menteri Keuangan cq. Direktur Jenderal Anggaranberdasarkan usulan dari menteri/ pimpinanlembaga atau pejabat yang ditunjuk, untuk yangdibuat di pusat.

b. Kepala Kantor Wilayah Direktorat JenderalAnggaran berdasar-kan usulan dari KepalaKantor Wilayah departemen/lembaga/ gubernuratau pejabat yang ditunjuk, untuk yang dibuat di

daerah.

(2) Pergeseran biaya tidak dapat dilakukan :

a. dari belanja modal ke belanja penunjang;

b. dari belanja modal fisik ke belanja modal non fisik.

(3) Pengecualian ketentuan dalam ayat (2) harus seijin Menteri

Keuangan.

(4) Keputusan perubahan DIP atau dokumen anggaran lainnyayang diberlakukan sebagai SKO yang dibuat di pusat

disampaikan kepada :

a. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK);b. Menteri/pimpinan lembaga yang bersangkutan;c. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan

Nasional (Bappenas);d. Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan

Pembangunan (BPKP);

e. Kepala Badan Akuntansi Keuangan Negara(BAKUN);

f. Direktur Informasi dan Evaluasi Anggaran (DIEA),Direktorat Jenderal Anggaran;

g. Kepala Kantor Wilayah Direktorat JenderalAnggaran;

h. Kepala Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara(KPKN); dan

i. Pemimpin proyek yang bersangkutan.

(5) Keputusan perubahan DIP atau dokumen anggaran lainnyayang diberlakukan sebagai SKO yang dibuat di daerahdisampaikan kepada :

a. Menteri/pimpinan lembaga yang bersangkutan;b. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan

Nasional (Bappenas);c. Direktur Jenderal Anggaran;d. Direktur Informasi dan Evaluasi Anggaran (DIEA),

Direktorat Jenderal Anggaran;e. Kepala Perwakilan Badan Pengawasan Keuangan

dan Pembangunan (BPKP);f. Ketua Perwakilan Badan Pemeriksa Keuangan

(BPK);g. Kepala Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara

(KPKN);h. Kepala Kantor Akuntansi Regional (Kantor KAR);

dan

i. Pemimpin proyek yang bersangkutan.

(6) Departemen/lembaga menyampaikan perubahan DIP ataudokumen anggaran lainnya yang diberlakukan sebagai SKOyang disamakan yang dibuat di pusat dan daerah yang telah

disahkan kepada :

a. Direktur Jenderal/unit eselon I proyek yangbersangkutan;

b. Inspektorat jenderal departemen/unit pengawasanpada lembaga;

c. Gubernur/Bupati/Walikota.

Pasal 44

(1) Berdasarkan revisi DIP atau dokumen anggaran lainnya yangdiberlakukan sebagai SKO yang telah disahkan disusun PO

oleh :

a. pejabat eselon I/pejabat lain dibawahnya yangditunjuk pada departemen/lembaga yangmembawahkan proyek bersangkutan untuk DIPyang dibuat di pusat;

b. Kepala Kantor Wilayahdepartemen/lembaga/gubernur atau pejabat yangditunjuk untuk proyek yang direvisi di daerah.

393

Page 397: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

(2) Departemen/lembaga menyampaikan revisi PO proyek-proyek

yang direvisi di pusat kepada :

a. Direktur Jenderal Anggaran; dan

b. Pemimpin proyek yang bersangkutan.

(3) Kepala Kantor Wilayah departemen/lembaga/gubernur ataupejabat yang ditunjuk menyampaikan revisi PO proyek-proyekyang direvisi di daerah kepada :

a. Menteri/pimpinan lembaga yang bersangkutan;b. Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal

Anggaran; dan

c. Pemimpin proyek yang bersangkutan.

Pasal 45

(1) Dalam pengalokasian dana pembangunan agar diutamakanpenyediaan dana pendamping bagi proyek yang sebagiandananya bersumber dari pinjaman/hibah luar negeri.

(2) Dana pinjaman/hibah luar negeri dan dana pendampingtermasuk uang muka harus dicantumkan dalam DIP atau

dokumen anggaran lainnya yang diberlakukan sebagai SKO.

(3) Proyek yang dibiayai dengan dana kredit ekspor dapatdilaksanakan setelah tersedia uang muka bagi proyek

dimaksud.

(4) Naskah perjanjian luar negeri untuk kredit ekspor baru dapatditandatangani apabila uang muka yang dibutuhkan telah

tersedia.

Pasal 46

(1) Sisa pekerjaan berdasarkan surat perjanjian/kontrak yang belumdibayar sampai dengan akhir tahun anggaran, ditampungdalam DIP tahun anggaran berikutnya atas beban bagian

anggaran departemen/ lembaga bersangkutan.

(2) Dalam hal sumber pembiayaan berasal dari bantuan luar negeri,sisa pekerjaan berdasarkan SPK dan atau suratperjanjian/kontrak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dibiayai dari sisa dana bantuan luar negeri yang bersangkutan.

Pasal 47

Dalam hal target/sasaran proyek telah tercapai, sisa alokasi danaproyek yang bersumber dari pinjaman/ hibah luar negeri tidak dapat

dipergunakan lagi.

Pasal 48

(1) Pemimpin proyek menyerahkan proyek yang telah selesai danseluruh kekayaan proyek kepada menteri/pimpinan lembagaatau pejabat yang ditunjuk dengan berita acara penyerahan,yang tembusannya disampaikan kepada Direktur JenderalAnggaran dan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal

Anggaran setempat.

(2) Dalam pelaksanaan dekonsentrasi pemimpin proyekmenyerahkan proyek atau hasil pekerjaan tersebut dan seluruhkekayaan proyek kepada menteri/pimpinan lembaga melaluigubernur dengan berita acara penyerahan, yang tembusannyadisampaikan kepada Kepala Kantor Wilayah DirektoratJenderal Anggaran.

(3) Dalam pelaksanaan tugas pembantuan pemimpin proyekmenyerahkan proyek atau hasil pekerjaan tersebut dan seluruhkekayaan proyek kepada menteri/pimpinan lembaga melaluigubernur/bupati/ walikota/kepala desa dengan berita acarapenyerahan, yang tembusannya disampaikan kepada Kepala

Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Anggaran.

(4) Menteri/pimpinan lembaga menentukan status proyek yang telahselesai berikut kekayaannya sebagaimana dimaksud dalamayat (1), (2), dan (3) dalam lingkungannya sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(5) Dalam hal hasil proyek tersebut pada ayat (4) akan diserahkanpemanfaatannya kepada pihak lain terlebih dahulu harus

mendapat persetujuan Menteri Keuangan.

(6) Pembiayaan pengelolaan hasil proyek diatur sebagai berikut :

a. Departemen/lembaga wajib mengatur penyediaanbiaya operasional dan pemeliharaan melaluianggaran pendapatan dan belanja negara untukhasil proyek yang menjadi tanggung jawabnya;

b. Pemerintah daerah/desa wajib mengaturpenyediaan biaya operasional dan pemeliharaanmelalui anggaran pendapatan dan belanja daerahuntuk hasil proyek yang menjadi tanggungjawabnya;

c. BUMN/BUMD/badan/instansi lainnya wajibmengatur penyediaan biaya operasional danpemeliharaan melalui anggaran belanjaBUMN/BUMD/badan/instansi lainnya masing-masing untuk hasil proyek yang menjadi

tanggung jawabnya.

Pasal 49

(1) Gubernur/Bupati/Walikota mengumumkan kepada masyarakatproyek-proyek pembangunan yang akan dilaksanakan didaerah masing-masing melalui media cetak setempat dan atau

melalui media elektronik.

394

Page 398: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

(2) Gubernur/Bupati/Walikota dibantu oleh masing-masingpemimpin proyek memberikan penjelasan lebih lanjutmengenai proyek-proyek pembangunan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) kepada dunia usaha melalui asosiasi

perusahaan di daerahnya masing-masing.

BAB VPEDOMAN PELAKSANAAN

DANA PERIMBANGAN

Pasal 50

(1) Dana perimbangan bersumber dari APBN yang dialokasikankepada daerah untuk membiayai kebutuhan daerah dalam

rangka pelaksanaan desentralisasi.

(2) Dana perimbangan terdiri dari :

a. Dana bagi hasil;b. Dana alokasi umum; dan

c. Dana alokasi khusus.

Pasal 51

(1) Pembagian dana perimbangan sebagaimana dimaksud dalamPasal 50 ayat (2) untuk masing-masing daerah ditetapkan

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Tata cara penyaluran dana perimbangan ditetapkan oleh

Menteri Keuangan.

(3) Pembinaan, pemantauan dan evaluasi atas penggunaan danaperimbangan dilakukan oleh Menteri Keuangan dan MenteriDalam Negeri.

Pasal 52

(1) Untuk keperluan penyaluran dana perimbangan MenteriKeuangan menerbitkan SKO atau dokumen anggaran lainnya

yang diberlakukan sebagai SKO.

(2) Direktur Jenderal Anggaran menyampaikan SKO atau dokumen

anggaran lainnya yang diberlakukan sebagai SKO kepada:

a. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK);b. Gubernur/Bupati/Walikota;c. Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan Pusat

dan Daerah (PKPD );d. Kepala Badan Akuntansi Keuangan Negara

(BAKUN);

e. Kepala Badan Pengawasan Keuangan danPembangunan (BPKP);

f. Direktur Informasi dan Evaluasi Anggaran (DIEA),Direktorat Jenderal Anggaran;

g. Kepala Kantor Wilayah Direktorat JenderalAnggaran; dan

h. Kepala Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara

(KPKN).

Pasal 53

(1) Dana perimbangan dapat diperhitungkan langsung untuk disetorke Rekening Kas Negara dalam hal pemerintah daerah tidak

memenuhi kewajiban pembayaran kepada pemerintah pusat.

(2) Tata cara perhitungan, pemotongan dan penyetoransebagaimana tersebut pada ayat (1) diatur lebih lanjut olehMenteri Keuangan.

BAB VI

PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBIAYAAN DEFISIT

Pasal 54

(1) Pembiayaan defisit diperoleh dari pembiayaan dalam negeri dan

pembiayaan luar negeri bersih.

(2) Pembiayaan dalam negeri adalah semua pembiayaan yangberasal dari perbankan dan non perbankan dalam negeri yangmeliputi hasil privatisasi, penjualan obligasi dalam negeri,penjualan aset pemerintah dalam rangka programrestrukturisasi dan sumber lain sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

(3) Pembiayaan luar negeri bersih adalah semua pembiayaan yangberasal dari penarikan utang/pinjaman luar negeri dikurangidengan pembayaran cicilan pokok pinjaman luar negeri tahunyang bersangkutan.

Pasal 55

(1) Pengelolaan pinjaman luar negeri dilaksanakan sesuai denganketentuan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Pemerintah Pusat dapat menerus-pinjamkan pinjaman luar

negeri kepada pemerintah daerah atau BUMN.

(3) Tata cara penerusan pinjaman luar negeri kepada pemerintah

daerah atau BUMN diatur lebih lanjut oleh Menteri Keuangan.

395

Page 399: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

(4) Tata cara penyaluran dan penatausahaan pinjaman dan hibah

luar negeri diatur oleh Menteri Keuangan.

BAB VIIPEDOMAN PELAKSANAAN ANGGARAN DALAM LINGKUNGAN

DEPARTEMEN PERTAHANAN DAN KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA

Pasal 56

(1) Penyaluran pengeluaran rutin dan pembangunan di lingkunganDepartemen Pertahanan dan Kepolisian RI melalui rekeningkas negara pada Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara

(KPKN).

(2) Tatacara penerimaan dan pengeluaran baik rutin maupunpembangunan Departemen Pertahanan dan KepolisianRepublik Indonesia diatur bersama oleh Menteri Keuangan

dengan Menteri Pertahanan atau Kepala Kepolisian RI.

BAB VIIIPENATAUSAHAAN, PELAPORAN DAN

PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN

Pasal 57

(1) Kepala kantor/satuan kerja/pimpinan proyek/bagian proyek wajibmenyelenggarakan pembukuan atas uang yang dikelolanyadan penatausahaan barang yang dikuasainya, serta membuatlaporan pertanggungjawaban mengenai pengelolaan uang danbarang yang dikuasainya kepada kepala instansi vertikalatasannya.

(2) Disamping pembukuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),Kepala kantor/satuan kerja/pemimpin proyek/bagian proyekdan bendaharawan untuk kegiatan yang bersifat fisik wajibmenyelenggarakan pencatatan secara tertib sehingga setiapsaat dapat diketahui :

a. keadaan/perkembangan fisik kegiatan/proyek;b. perbandingan antara rencana dan

pelaksanaannya;c. penggunaan dana bagi pengadaan barang/jasa;d. akumulasi pengeluaran untuk setiap bangunan

dalam pengerjaan.

(3) Kepala Kantor Wilayah/instansi vertikal di daerah wajibmembuat laporan keuangan sebagai rekapitulasi pelaksanaananggaran dari kantor/satuan kerja/proyek/bagian proyek dalam

wilayah kerjanya, kepada pejabat eselon I yang bersangkutan.

Pasal 58

Pejabat eselon I sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 ayat (3)

pada departemen/lembaga wajib:

a. Menyelenggarakan pembukuan atas uang yangdikelolanya dan menyelenggarakanpenatausahaan barang serta membuat laporanpertanggungjawaban mengenai pengelolaanuang dan barang yang dikuasainya;

b. Membuat laporan keuangan gabungan yangmeliputi kantor unit eselon I yang bersangkutandan kantor-kantor vertikal di lingkungannyakepada menteri/pimpinan lembaga atasannya c.q.

Sekretaris Jenderal/pejabat yang setingkat.

Pasal 59

Gubernur/Bupati/Walikota menyampaikan laporan realisasitriwulanan penggunaan dana perimbangan kepada MenteriKeuangan dan Menteri Dalam Negeri dengan tembusan kepadaSekretaris Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah (DPOD) dan

Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Anggaran setempat.

Pasal 60

(1) Menteri/pimpinan lembaga wajib menyelenggarakanpertanggungjawaban penggunaan dana pada bagian anggaranyang dikuasainya berupa laporan realisasi anggaran danneraca departemen/lembaga bersangkutan kepada Presiden

melalui Menteri Keuangan.

(2) Menteri/pimpinan lembaga/gubernur/bupati/walikota/kepalasatuan kerja yang menggunakan dana bagian anggaran yangdikuasai Menteri Keuangan wajib menyampaikan pertanggung-jawaban penggunaan dana kepada Menteri Keuangan c.q.

Kepala BAKUN.

Pasal 61

Tata cara pelaksanaan pembukuan, pelaporan dan pertanggung-jawaban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57, 58, 59, dan 60

diatur oleh Menteri Keuangan.

Pasal 62

(1) Dalam rangka intensifikasi penagihan dan pemungutan piutangnegara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1),departemen/lembaga wajib melakukan penatausahaan piutangnegara yang menjadi tanggung jawabnya.

(2) Tata cara pelaksanaan penatausahaan sebagaimana dimaksudpada ayat (1) ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

396

Page 400: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

Pasal 63

Menteri Keuangan menyelenggarakan penatausahaan utang-piutang negara yang timbul dalam rangka investasi dan penyertaan

modal negara pada BUMN dan badan-badan lainnya.

Pasal 64

Bank Indonesia atau bank pemerintah yang ditunjuk sebagai BankTunggal dan Bank Operasional wajib menyampaikan kepadaMenteri Keuangan untuk perhatian Direktur Jenderal Anggaran dan

Kepala BAKUN :

a. Rekening koran Bendahara Umum Negara (BUN) disertainota debet dan kredit yang bersangkutan setiap hari;

b. Rekening koran Direktur Jenderal Anggaran setiap minggudisertai nota debet dan kredit yang bersangkutan setiaphari;

c. Rekening koran untuk semua Rekening Khusus disertainota debet dan nota kredit setiap minggu;

d. Tembusan rekening koran lainnya milik pemerintah setiap

minggu.

Pasal 65

Menteri Keuangan menyiapkan perhitungan anggaran negaraberdasarkan laporan keuangan departemen/ lembaga sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 60.

Pasal 66

(1) Pemimpin proyek di departemen/lembaga menyampaikanlaporan bulanan pelaksanaan proyek kepada menteri/pimpinanlembaga dengan tembusan kepada Kepala Kantor WilayahDirektorat Jenderal Anggaran selambat-lambatnya 1 (satu)

minggu setelah akhir bulan yang bersangkutan.

(2) Pemimpin proyek pelaksanaan dekonsentrasi menyampaikanlaporan bulanan kepada gubernur dengan tembusan kepadaKepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Anggaran selambat-lambatnya 1 (satu) minggu setelah akhir bulan yang

bersangkutan.

(3) Pemimpin proyek pelaksanaan tugas pembantuanmenyampaikan laporan bulanan pelaksanaan proyek kepadagubernur/bupati/ walikota selambat-lambatnya 1 (satu) minggusetelah akhir bulan yang bersangkutan.

(4) Gubernur/bupati/walikota sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)dan ayat (3) menyampaikan rangkuman laporan konsolidasitriwulanan mengenai proyek dekonsentrasi dan tugaspembantuan di wilayahnya kepada menteri/pimpinan lembagadengan tembusan kepada Kepala Bappenas dan Kepala

Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Anggaran selambat-lambatnya 2 (dua) minggu setelah akhir bulan yangbersangkutan.

(5) Menteri/pimpinan lembaga membuat rangkuman laporankonsolidasi triwulanan mengenai seluruh proyek sebagaimanadimaksud dalam ayat (1) dan ayat (4) kepada MenteriKeuangan dan Kepala Bappenas selambat-lambatnya 3 (tiga)minggu setelah berakhirnya triwulan yang bersangkutan.

(6) Perkembangan pelaksanaan anggaran dan programpembangunan dilaporkan secara semesteran kepada Presidendan Wakil Presiden oleh Menteri Keuangan dan Kepala

Bappenas.

(7) Ketentuan mengenai sistem pemantauan dan pelaporansebagaimana dimaksud pada ayat (1), (2), (3), (4), dan (5)diatur oleh Menteri Keuangan dan Kepala Bappenas.

Pasal 67

Setiap pegawai negeri karena kelalaian atau kesengajaanmelakukan pelanggaran terhadap ketentuan- ketentuan dalamKeputusan Presiden ini dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan

yang berlaku.

BAB IX

PENGAWASAN PELAKSANAAN ANGGARAN

Pasal 68

Pengawasan terhadap pelaksanaan anggaran rutin dilakukan

sebagai berikut :

a. Atasan kepala kantor/satuan kerja menyelenggarakanpengawasan terhadap pelaksanaan anggaran yangdilakukan oleh kepala kantor satuan kerja dalamlingkungannya;

b. Atasan langsung bendaharawan melakukan pemeriksaankas bendaharawan sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulansekali;

c. Kepala biro keuangan departemen/lembaga mengadakanverifikasi terhadap Surat Perintah Membayar (SPM)mengenai kantor/satuan kerja dalam lingkungan

departemen/lembaga bersangkutan.

Pasal 69

Pengawasan terhadap pelaksanaan anggaran pembangunandilakukan sebagai berikut :

397

Page 401: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

a. Atasan langsung pemimpin proyek/bagian proyekmenyelenggarakan pengawasan terhadap pelaksanaananggaran yang dilakukan oleh pemimpin proyek/bagianproyek yang bersangkutan;

b. Pemimpin proyek/bagian proyek mengadakan pemeriksaankas bendaharawan sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulansekali;

c. Kepala biro keuangan departemen/lembaga melakukanverifikasi Surat Perintah Membayar (SPM) mengenaiproyek dalam lingkungan departemen/lembagabersangkutan.

Pasal 70

(1) Inspektur jenderal departemen/pimpinan unit pengawasan padalembaga melakukan pengawasan atas pelaksanaan anggarannegara yang dilakukan oleh kantor/satuan kerja/proyek/bagianproyek dalam lingkungan departemen/lembaga bersangkutansesuai ketentuan yang berlaku.

(2) Hasil pemeriksaan inspektur jenderal departemen/pimpinan unitpengawasan pada lembaga tersebut disampaikan kepadamenteri/pimpinan lembaga yang membawahkan proyek yangbersangkutan dengan tembusan disampaikan kepada KepalaBPKP.

Pasal 71

BPKP melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan anggarannegara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undanganyang berlaku.

Pasal 72

Inspektur jenderal departemen/pimpinan unit pengawasan lembaga,Kepala BPKP, unit pengawasan daerah/desa wajib menindaklanjutipengaduan masyarakat mengenai pelaksanaan anggaran

pendapatan dan belanja negara.

Pasal 73

Pemerintah dapat menunjuk lembaga swadaya masyarakat/badannon pemerintah untuk melakukan monitoring dan evaluasi

pelaksanaan proyek/kegiatan tertentu.

BAB X

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 74

Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan bagi pelaksanaan KeputusanPresiden ini, ditetapkan oleh Menteri Keuangan c.q. DirekturJenderal Anggaran.

Pasal 75

Selama petunjuk pelaksanaan ketentuan-ketentuan dalamKeputusan Presiden ini belum ditetapkan, petunjuk pelaksanaanyang ada sepanjang tidak bertentangan dengan Keputusan

Presiden ini, tetap berlaku.

Pasal 76

Dengan berlakunya Keputusan Presiden ini maka KeputusanPresiden Nomor 17 Tahun 2000 tentang Pelaksanaan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara, dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 77

Keputusan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundanganKeputusan Presiden ini dengan penempatannya dalam Lembaran

Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 28 Juni 2002

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd

MEGAWATI SOEKARNOPUTRI

Diundangkan di Jakartapada tanggal 28 Juni 2002

SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

ttd

BAMBANG KESOWO

398

Page 402: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2002 NOMOR 73

Salinan sesuai dengan aslinya

Deputi Sekretaris Kabinet

Bidang Hukum dan Perundang-undangan,

Lambock V. Nahattands

PENJELASANATAS

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIANOMOR 42 TAHUN 2002

TENTANGPEDOMAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN

DAN BELANJA NEGARA

UMUM

Sesuai dengan pasal 23 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara ditetapkan tiap-tiap tahun dengan Undang-Undang.Agar pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dapat berjalan lebih efektif

dan efisien maka ditetapkan ketentuan-ketentuan tentang Pedoman PelaksanaanAnggaran Pendapatan dan Belanja Negara dimaksud dengan Keputusan Presiden.

PASAL DEMI PASALPasal 1

Cukup jelasPasal 2

Cukup jelasPasal 3

Cukup jelas

Pasal 4

Cukup jelas

Pasal 5

Cukup jelasPasal 6

Cukup jelasPasal 7

Cukup jelasPasal 8

Ayat (1)

Pendapatan negara termasuk didalamnya yang berasal dari sumber daya alam dan jasa.Ayat (2)

Pemerintah Daerah membantu dalam rangka pelaksanaan dekonsentrasi dan tugaspembantuan.Pasal 9

Ayat (1)Yang dimaksud dengan persetujuan adalah penetapan tarif dan izin pemanfaatan.

Ayat (2)Yang dimaksud dengan kendaraan bermotor adalah kendaraan bermotor roda empat ataulebih.

Yang dimaksud dengan barang bergerak yang bernilai ekonomis tinggi adalah barangbergerak dengan nilai perolehan per satuan di atas Rp50.000.000,00 (lima puluh juta

rupiah) atau barang bergerak dengan nilai perolehan per paket usulan di atasRp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).Ayat (3)

Cukup jelasAyat (4)

Cukup jelasAyat (5)Cukup jelas

Ayat (6)Cukup jelas

Ayat (7)Cukup jelasAyat (8)

399

Page 403: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

Cukup JelasAyat (9)

Cukup JelasAyat (10)

Cukup JelasPasal 10

Cukup jelas

Pasal 11

Cukup jelas

Pasal 12

Ayat (1)Huruf a

Cukup jelasHuruf b

Cukup jelasHuruf cYang dimaksud produksi dalam negeri adalah produk-produk yang dihasilkan di dalam

negeri termasuk rancang bangun dan perekayasaan.Ayat (2)

Cukup jelasAyat (3)Cukup jelas

Pasal 13

Cukup jelas

Pasal 14

Ayat (1)Yang dimaksud standardisasi adalah penggunaan satuan harga umum termasuk "Billing

Rate".Ayat (2)

Cukup jelasAyat (3)Cukup jelas

Ayat (4)Cukup jelas

Pasal 15

Cukup jelasPasal 16

Cukup jelasPasal 17

Cukup jelasPasal 18

Cukup jelas

Pasal 19

Cukup jelas

Pasal 20

Ayat (1)Cukup jelas

Ayat (2)Cukup jelas

Ayat (3)Yang dimaksud Pajak adalah Pajak Pusat.Pasal 21

Cukup jelasPasal 22

Cukup jelasPasal 23

Ayat (1)

Cukup jelasAyat (2)

Yang dimaksud dengan Departemen Keuangan adalah Direktorat Jenderal Anggaranuntuk pembahasan DIK di Pusat dan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Anggaran untuk

pembahasan DIK di daerah (propinsi)Ayat (3)Cukup jelas

Ayat (4)Cukup jelas

Ayat (5)Cukup jelasAyat (6)

Cukup jelasPasal 24

Cukup jelasPasal 25

Cukup jelas

Pasal 26

Cukup jelas

Pasal 27

Cukup jelasPasal 28

Cukup jelasPasal 29

Cukup jelasPasal 30

Ayat (1)

Cukup jelasAyat (2)

Apabila suami istri kedua-duanya bekerja sebagai pegawai negeri, tunjangan berasdiberikan untuk masing-masing suami istri menurut haknya sebagai pegawai negeri.Disamping itu, tunjangan beras juga diberikan kepada istri atau suami dan anak-anak

sebagai anggota keluarga yang dibebankan kepada salah satu pihak.Ayat (3)

Cukup jelasAyat (4)Cukup jelas

Pasal 31

Cukup jelas

Pasal 32

Yang dimaksud dengan belanja barang adalah belanja barang, pemeliharaan, perjalanandinas dan subsidi.

Pasal 33

Ayat (1)

Perjalanan dinas adalah perjalanan dinas dalam dan luar negeri.Perjalanan dinas untuk menghadiri seminar, lokakarya, simposium, konferensi danmelaksanakan peninjauan, studi perbandingan serta inspeksi harus dibatasi dengan ketat.

Ayat (2)Cukup jelas

Ayat (3)Cukup jelasAyat (4)

Cukup jelasAyat (5)

Cukup jelasAyat (6)Cukup jelas

400

Page 404: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

Ayat (7)Cukup jelas

Ayat (8)Cukup jelas

Ayat (9)Cukup jelasPasal 34

Cukup jelasPasal 35

Cukup jelasPasal 36

Cukup jelas

Pasal 37

Cukup jelas

Pasal 38

Ayat (1)Instansi vertikal dan pemerintah daerah propinsi membuat DIP sebagai pelaksana

dekonsentrasi. Sedangkan pemerintah daerah propinsi, kabupaten, kota, dan desa sebagaipelaksana tugas pembantuan, DIP-nya dibuat di pusat oleh departemen/lembaga.

Ayat (2)Yang dimaksud dengan Departemen Keuangan adalah Direktorat Jenderal Anggaranuntuk pembahasan DIP di Pusat dan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Anggaran untuk

pembahasan DIP di daerah (propinsi).Ayat (3)

Cukup jelasAyat (4)Cukup jelas

Ayat (5)Cukup jelas

Ayat (6)Cukup jelasPasal 39

Cukup jelasPasal 40

Ayat (1)Cukup jelasAyat (2)

Cukup jelasAyat (3)

Penetapan pemimpin bagian proyek dan bendaharawan bagian proyek mengacu padaPasal 40 ayat (1) dan (2).Ayat (4)

Cukup jelasAyat (5)

Cukup jelasPasal 41

Cukup jelas

Pasal 42

Cukup jelas

Pasal 43

Cukup jelasPasal 44

Cukup jelasPasal 45

Cukup jelasPasal 46

Ayat (1)

Pada prinsipnya pelaksanaan pekerjaan harus selesai satu tahun anggaran. Apabila suatukontrak pekerjaan direncanakan akan melewati satu tahun anggaran harus dengan ijin

Menteri Keuangan sesuai dengan Pasal 16 ayat (1).Ayat (2)

Cukup jelasPasal 47

Cukup jelas

Pasal 48

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan proyek yang telah selesai adalah sebagian atau seluruh pekerjaanyang telah dapat dimanfaatkan dan memerlukan biaya operasional dan pemeliharaan.Ayat (2)

Cukup jelasAyat (3)

Cukup jelasAyat (4)Cukup jelas

Ayat (5)Cukup jelas

Ayat (6)Cukup jelasPasal 49

Cukup jelasPasal 50

Cukup jelasPasal 51

Ayat (1)

Cukup jelasAyat (2)

Yang dimaksud dengan Menteri Keuangan adalah Direktur Jenderal Anggaran danDirektur Jenderal Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah.Ayat (3)

Yang dimaksud dengan Menteri Dalam Negeri adalah Direktur Jenderal OtonomiDaerah.

Pasal 52

Cukup jelasPasal 53

Cukup jelasPasal 54

Cukup jelasPasal 55

Cukup jelas

Pasal 56

Ayat (1)

Ketentuan sebagaimana tersebut pada ayat (1) dan (2) dilaksanakan secara bertahap mulai tahun anggaran 2002.Ayat (2)

Cukup jelasPasal 57

Cukup jelasPasal 58

Cukup jelas

Pasal 59

Cukup jelas

Pasal 60

Ayat (1)Yang dimaksud dengan Menteri Keuangan adalah Kepala BAKUN.

401

Page 405: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

Ayat (2)Cukup jelas

Pasal 61

Cukup jelas

Pasal 62

Ayat (1)Cukup jelas

Ayat (2)Yang dimaksud dengan Menteri Keuangan adalah Direktur Jenderal Anggaran.

Pasal 63

Cukup jelasPasal 64

Cukup jelasPasal 65

Yang dimaksud Menteri Keuangan adalah Kepala BAKUN.Pasal 66

Ayat (1)

Cukup jelasAyat (2)

Cukup jelasAyat (3)Cukup jelas

Ayat (4)Laporan konsolidasi triwulanan adalah laporan triwulanan yang disusun oleh

gubernur/walikota/bupati mengenai pelaksanaan seluruh proyek pembangunan yang adadi daerahnya, yang dirinci menurut sektor, sub sektor dan program.Ayat (5)

Cukup jelasAyat (6)

Cukup jelasAyat (7)Cukup jelas

Pasal 67

Cukup jelas

Pasal 68

Cukup jelasPasal 69

Cukup jelasPasal 70

Cukup jelasPasal 71

Cukup jelas

Pasal 72

Cukup jelas

Pasal 73

Cukup jelasPasal 74

Cukup jelasPasal 75

Cukup jelasPasal 76

Cukup jelas

Pasal 77

Cukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4212

402

Page 406: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

��

������������������� ��������������������������������

��������� ���������

������������������������������������������������������������������������

��� ������������

���������� ��������������

���������� � �!� ��"#�� $�%��� &���'�� ������'�('��� )��$�)�(��� ���&�� $�&��*�'(+&� )�,�'�� $������ ��)-(-*��� �&�*�$��� +�+&� ��� ��"-�������(��(������$+������%�'*�����������&������$�)�(���$��� �%��,�� ���&��� $�)�&(����.%�������� )���&��(�"� $��&�"��'��(+&.*�(-���'�&,���)&+/�'.�������)&+/�'�$��� �$����*�"����%�'����&�� 0 ��1. �$����*�"����%�'����&�"�0 ���1�#�,������/��)��'��� ��"��2��"��� '�(�&������ /���� ���,�$��#�#������ $��� (����-��� ,�#���/�� �-��� '�)�&%-���)�&)�,�'��� '�)�$�� ���(�&�� ��-������ -�(-'� )�&"�(������&�'(-&����$�&�%���,�'3�

� � �!� ��"#�� -�(-'� ����$-'��� $��� ���*���&��'��� ��"��2��"���'�(�&������(�&*��-(��$�)��$����)�&%-�������(-'� ��'���(���*�+��%�$���+�+&��$��(�(�*��-����%3�

� � 4!� ��"#�� $�%��� &���'�� )�����(-'��� ��'� ��(�� �*�+��%� $���+�+&� �$��(�(�*� �-����%� (�&*��-(�� *�&(�� -�(-'� ��#-,-$'���'�*������)���"�����$���'�(�&)�$-��� %���'�"�$�&�� *�%-&-"�$�)�&(����.%�������� )���&��(�"� $��&�"�� '��(+&.*�(-���'�&,��� )&+/�'.������� )&+/�'� $��� �$��� �*�"����%�'� ���&��0 ��1. �$��� �*�"�� ��%�'� ���&�"� 0 ���1� $�%��� &���'��)�����(-'��� ��'� ��(�� �*�+��%� $��� +�+&� �$��(�(�*��-����%� $���'*-$�� $�)��$���� )�&%-� ����-��"� ��)-(-*����&�*�$���+�+&������"-������3�

���������(� � 5!� ��*�%� �� �/�(� 051� ��$���2��$���� ��*�&� 56�7� *�����������

(�%�"� $�-��"� $������ ��&-��"��� ����)�(� ��$���2��$������*�&�56�73�

� � �!� ��$���2-�$���� +�+&� �7� ��"-�� ����� (��(���� �&+�&����������-�����*�+��%�0������1���"-������2�����0�����&������&���)-�%�'���$+��*�����"-�������+�+&���813�

� � 9!� ��)-(-*����&�*�$���+�+&������"-�������(��(������$+������%�'*������ �����&��� ���$�)�(��� $��� �%��,�� ���&�3�0�����&������&���)-�%�'� ��$+��*�����"-�������+�+&��9�������"��������&������&��+�+&���5�13�

���������� �

����(�)'��� � ��������� ������� ������ ��� ���� ����� ���������������� ���� ��� ����� ����� ������ ����������������������������������� ����������!�

���*�%����

� � ���&�)�� '�(��(-��� $�%��� ��)-(-*��� �&�*�$��� +�+&� ��� ��"-������� (��(���� ��$+���� ��%�'*������ �����&��� ���$�)�(��� $���

�%��,�����&�� 0�����&������&���)-�%�'� ��$+��*�����"-�������+�+&� �9�� �����"��� �����&��� ���&�� +�+&� ��5�1�� $�-��"�*���������&�'-(� �

�5! ����-��"� '�(��(-�����*�%� 5:� �/�(� 051�� *�"������ '�*�%-&-"���

��*�%�5:���&�-�/��*���������&�'-(� �����

;��*�%�5:�� � 051� ��%��� &���'�� ������'�('��� )��$�)�(��� ���&���

$�)�&(����.%�������� )���&��(�"� $��&�"�� '��(+&.*�(-���'�&,���)&+/�'.�������)&+/�'�$��� �$����*�"����%�'����&��0 ��1. �$����*�"����%�'����&�"�0 ���1����/��)��'�� �$�(�� $��� ��<+&��*�� �-��� '�)�&%-��� )�&)�,�'��� '�)�$�����(�&�� ��-������ -�(-'� )�&"�(���� ��&�'(-&� ���$�&�%���,�'!�

� � 0�1� ��(��)� ��*(��*�� )���&��(�"�� )���&��(�"� $��&�"�� ���� ����� ���$�"�&�#��� $��� ��$��2��$��� %���� /������%�'-'���)����/�&����(�*������������&������$�)�(���$��� �%��,�� ���&�� 0�� 1.�����&��� ���$�)�(��� $��� �%��,�����&�"�0�� �1.�����&��� ��. �����$�(�(�)'���*������� #�,��� )-��-(� )�,�'� *�*-��� $������ '�(��(-���)�&�(-&���)�&-�$���2-�$������/������&%�'-!=�

��!� �������"� 8� 0����1� '�(��(-��� ��&-� $�� ��(�&�� ��*�%� 5:� $���

��*�%�56�/����$�,�$�'�����*�%�5:������*�%�5:� ����*�%�5:�>����*�%�5:������*�%�5:���$�����*�%�5:�?��/������&�-�/��*���������&�'-(� �

�;��*�%��5:���

051 ��(-'�����$-'���$������*���&��'���$�(��$��� ��<+&��*��*�����������$���'*-$�$�%�����*�%�5:� �/�(� 051��$����(-'� ��'���(���*�+��%�$���+�+&��$��(�(�*��-����%!�

0�1 ������(-'��� ��'� ��(�� �*�+��%� $��� +�+&� �$��(�(�*��-����%� *����������� $���'*-$� $�%��� �/�(� 051��$�%�'*���'���+%�"����(�&����-��������&'++&$���*��$������$�)�&(����.%�������$���)���&��(�"�$��&�"!�

091 ��)�&(����.%�������� )���&��(�"� $��&�"�� '��(+&.*�(-���'�&,���)&+/�'.�������)&+/�'�$��� ��. ���������&�'���$�(��$��� ��<+&��*��/������&�$��$����#�"�'�#��������/��'�)�$�� ���(�&�� ��-������ -�(-'� )�&"�(���� ��&�'(-&����$�&�%� ��,�'�� *�&(�� ��������%� %���'�"2%���'�"� /����$�)�&%-'��� *�*-��� (-��*�� <-��*�� $��� '�#�������� ��*���2��*�����-���(�&���(-'�/�� ��'���(���*�+��%�$���+�+&��$��(�(�*��-����%�$���'*-$!�

0�1 ����*� $�(�� $��� ��<+&��*�� *����������� $���'*-$� $�%����/�(�091���$�(�(�)'���%���"�%��,-(�+%�"����(�&����-�����!�

���*�%�5:� �

� � ���(�&�� ��-������4@!� ��&�'(-&� ���$�&�%� ��,�'� *�(�%�"� ����&����$�(��$�����<+&��*��*�����������$���'*-$�$�%�����*�%�5:��/�(�051��#�,��� �����$�'%��,-(��/�� $������ �����$����*(&�*�'��� $�(�� $�����<+&��*�� $���'*-$� $�%��� *�*(��� ��'� ��(�� �*�+��%� $������������(-'� +�+&� �$��(�(�*� �&*���� *������� ���&�+� +�+&��$��(�(�*��-����%!�

���*�%�5:�>�

� � ���(�&����-������4@!���&�'(-&����$�&�%���,�'�#�,��� �����&�'���+�+&� �$��(�(�*� �&*����*�����������$���'*-$�$�%�����*�%�5:� �

403

Page 407: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

'�)�$����*���2��*����$�)�&(����.%��������)���&��(�"�$��&�"��'��(+&.*�(-���'�&,���)&+/�'.�������)&+/�'�$��� ��. ���!�

���*�%�5:���

� � ��)�&(����.%�������� )���&��(�"� $��&�"�� '��(+&.*�(-��� '�&,���)&+/�'.������� )&+/�'�$��� ��. ���� *�(�%�"� ����&���� +�+&��$��(�(�*� �&*���� $�&�� ���(�&�� ��-������ 4@!� ��&�'(-&� ���$�&�%���,�'� *����������� $���'*-$� $�%��� ��*�%� 5:� >�� #�,��������$����*(&�*�'���/�� ��&*���2*���� $������ �+�+&� �$��(�(�*���*���2��*���!�

���*�%�5:���

� � ��/�� /���� $�)�&%-'��� $�%��� &���'�� )�����(-'��� ��'� ��(���*�+��%� $��� +�+&� �$��(�(�*� �-����%� *����������� $���'*-$�$�%��� ��*�%� 5:� ��� $������'��� '�)�$�� �����&��� ���$�)�(��� $��� �%��,�����&�!�

���*�%�5:�?�

� � ��(��(-���%���"�%��,-(�/����$�)�&%-'���$�%���&���'��)�����(-'��� ��'� ��(�� �*�+��%� $��� +�+&� �$��(�(�*� �-����%�� $��(-&� +%�"����(�&����-������$��.�(�-����(�&�.)��)�����%����������'�*�4�&��*��$�&�2*��$�&����-)-����&*���2*����*�*-��� %���'-)���$����(-��*�$���'�#��������/����*���2��*���!=�

���*�%�����

� � ��)-(-*����&�*�$��������-%�����&%�'-�)�$��(�����%�$�(�(�)'��!��� � ���&� *�(��)� +&���� �����(�"-��/��� ����&��(�"'��� )���-�$������

��)-(-*��� �&�*�$��� ���� $������ )����)�(���/�� $�%��� �����&������&���)-�%�'���$+��*��!�

��� � ��(�(�)'���$����'�&(��� � )�$��(�����%��8����)(����&������� � ���������� �������������� � � (($�� � �������A������������������-�$���'���$����'�&(��)�$��(�����%������������������� �������������� � (($�� �� �������A�����

��� ����������� ����������������������������6���

��

��������������

������������������� ��������������������������������

��������� ���������

���������������������������������������

������������������������������������ �����������

��

����� �"#��)���&���������&��$�&��*�'(+&�)�&)�,�'�����&-)�'���'+�)+����(�&)��(����$�%��� )��$�)�(��� ���&�� /���� )�&%-� %���"� $�(���'�('��� %���� )�%�'*������)��-��-(���/��+%�"���)�&(�������-�������'"-*-*�/����&�'(+&�(����$�&�%���,�'!���%���)�%�'*������)��-��-(���/�����&$�*�&'�����)-(-*����&�*�$���+�+&������"-������� (��(���� ��$+���� ��%�'*������ �����&��� ���$�)�(��� $��� �%��,�� ���&���$�)�&(����.%��������)���&��(�"�$��&�"��'��(+&.*�(-���'�&,���)&+/�'.�������)&+/�'�$��� �$��� �*�"�� ��%�'� ���&�� 0 ��1. �$��� �*�"�� ��%�'� ���&�"� 0 ���1� #�,������/��)��'�����"��2��"���'�(�&������-�(-'�'�)�&%-���)�&)�,�'���'�)�$�����(�&����-������-�(-'����,�$��)�&"�(������&�'(-&����$�&�%���,�'!���%��� )�%�'*������/��� $�)�&(����.%�������� )���&��(�"� $��&�"�� '��(+&.*�(-���'�&,���)&+/�'.�������)&+/�'�$��� ��. �����/����#�,��� ���/��)��'�����"��2��"��� '�(�&������ (�&*��-(�� ��%-�� *�)��-"�/�� ���/��)��'��� ��"��� *�*-��� /����$�"�&�)'���� *�"������ ��%-�� $�)�(� $����<��('��� *�4�&�� ��'*���%� $�%������$-'-��� )�����'�(��� )���&������ ���&�� $�� *�'(+&� )�,�'!� ��%� (�&*��-(�$�*����'���'�&����*�(��)�$�)�&(����.%��������)���&��(�"�$��&�"��'��(+&.*�(-���'�&,���)&+/�'.�������)&+/�'�$��� ��. �������)-�/���)&+*�$-&�$���*)�*�<�'�*��(�&*��$�&��$�%��������%+%��$�(��$�����<+&��*��$����*���2��*����-��(�'�&,�!���"-�-�����$������"�%� (�&*��-(���-������4�)(�'���'�(�&)�$-���$���*���&����(�*�$�(��$��� ��<+&��*��/����#�,���$�*��)��'���'�)�$�����(�&����-������4@!���&�'(-&����$�&�%� ��,�'� (�&*��-(�� *�"������ $�)�(� ���$-'-��� )�����'�(��� )��$�)�(������&�� $�&�� *�'(+&� )�&)�,�'���� $�)��$���� )�&%-� ������(-'� ��'� ��(�� �*�+��%�$��� +�+&� �$��(�(�*� �-����%� /���� $�"�&�)'��� $�)�(� $����<��('��� *������� �%�(�����������.)����#�*��� (�&"�$�)� '�)�(-"��� )����-"��� '�#�,����� )�&)�,�'���#�,���)�,�'!������������������������*�%������ ��*�%�5:�� � >-'-)�,�%�*��� ��*�%�5:���

>-'-)�,�%�*��

� ��*�%�5:� �� � >-'-)�,�%�*��� ��*�%�5:�>�� � >-'-)�,�%�*��� ��*�%�5:���� � >-'-)�,�%�*��� ��*�%�5:���� � >-'-)�,�%�*�

404

Page 408: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

���� ��*�%�5:�?�� � >-'-)�,�%�*����*�%������� >-'-)�,�%�*�����

��� ������� ����������� ������������������5:�

405

Page 409: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 08/PMK.02/2006

TENTANG

KEWENANGAN PENGADAAN BARANG/JASA PADA BADAN LAYANAN UMUM

MENTERI KEUANGAN,

Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal 20 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Kewenangan Pengadaan Barang/Jasa pada Badan Layanan Umum;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4502);

4. Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 120, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4330) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2005;

5. Keputusan Presiden Nomor 20/P Tahun 2005;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG KEWENANGAN PENGADAAN BARANG/JASA PADA BADAN LAYANAN UMUM.

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri Keuangan ini yang dimaksud dengan :

1. Badan Layanan Umum, yang selanjutnya disebut BLU, adalah instansi di lingkungan Pemerintah Pusat yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.

2. Pejabat pengelola BLU adalah Pimpinan BLU yang bertanggung jawab terhadap kinerja operasional BLU yang terdiri dari Pemimpin, Pejabat Keuangan dan Pejabat Teknis, yang sebutannya dapat disesuaikan dengan nomenklatur yang berlaku pada BLU yang bersangkutan.

3. Penyedia barang/jasa adalah badan usaha atau orang perseorangan yang kegiatan usahanya menyediakan barang/layanan jasa.

4. Praktek bisnis yang sehat adalah penyelenggaraan fungsi organisasi berdasarkan kaidah-kaidah manajemen yang baik dalam rangka pemberian layanan yang bermutu dan berkesinambungan.

Pasal 2

Pelaksanaan pengadaan barang/jasa pada BLU harus dilakukan berdasarkan prinsip efisiensi dan ekonomis, sesuai dengan praktek bisnis yang sehat.

Pasal 3

Pengadaan barang/jasa pada BLU dilaksanakan berdasarkan ketentuan yang berlaku bagi pengadaan barang/jasa Pemerintah.

Pasal 4

(1) Terhadap BLU dengan status BLU Secara Penuh dapat diberikan fleksibilitas berupa pembebasan sebagian atau seluruhnya dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 bila terdapat alasan efektivitas dan/atau efisiensi.

(2) Fleksibilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan terhadap pengadaan barang/jasa yang sumber dananya berasal dari :

a. jasa layanan yang diberikan kepada masyarakat ;

b. hibah tidak terikat yang diperoleh dari masyarakat atau badan lain ; dan/atau

c. hasil kerjasama BLU dengan pihak lain dan/atau hasil usaha lainnya.

(3) Pengadaan barang/jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) dilaksanakan berdasarkan ketentuan pengadaan barang/jasa yang ditetapkan oleh Pemimpin BLU dengan mengikuti prinsip-prinsip transparansi, adil/tidak diskriminatif, akuntabilitas, dan praktek bisnis yang sehat.

406

Page 410: KONSOLIDASI KEPPRES 80 TAHUN 2003 DAN …wiki.paramadina.ac.id/images/5/56/Konsolidasi_Keppres_No_80_Th... · Seri Buku Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Indonesia ... menemukan

(4) Untuk pengadaan barang/jasa yang sumber dananya berasal dari hibah terikat dapat dilakukan dengan mengikuti ketentuan pengadaan dari pemberi hibah, atau mengikuti ketentuan pengadaan barang/jasa yang berlaku bagi BLU sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sepanjang disetujui oleh pemberi hibah dimaksud.

Pasal 5

(1) Pelaksanaan pengadaan barang/jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dilakukan oleh Panitia Pengadaan.

(2) Panitia Pengadaan adalah Tim/Unit pada organisasi BLU atau Tim/Unit tersendiri yang dibentuk oleh Pemimpin BLU yang ditugaskan secara khusus untuk melaksanakan pengadaan barang/jasa guna keperluan BLU.

(3) Panitia Pengadaan terdiri dari personil yang memahami tata cara pengadaan, substansi pekerjaan/kegiatan yang bersangkutan dan bidang lain yang diperlukan.

Pasal 6

(1) Dalam penetapan penyedia barang/jasa, Panitia Pengadaan terlebih dahulu harus memperoleh persetujuan tertulis dari :

a. Pemimpin BLU untuk pengadaan barang/jasa yang bernilai di atas Rp. 50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah); atau

b. Pejabat lain yang ditunjuk oleh Pemimpin BLU untuk pengadaan yang bernilai sampai dengan Rp. 50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah).

(2) Penunjukan pejabat lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, dengan melibatkan semua unsur Pejabat Pengelola BLU dan harus memperhatikan prinsip-prinsip:

a. objektivitas, yaitu penunjukan yang didasarkan pada aspek integritas moral, kecakapan pengetahuan mengenai proses dan prosedur pengadaan barang/jasa, tanggung jawab untuk mencapai sasaran kelancaran dan ketepatan tercapainya tujuan pengadaan barang/jasa;

b. independensi, yaitu menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan kepentingan dengan pihak terkait dalam melaksanakan penunjukan pejabat lain, langsung maupun tidak langsung; dan

c. saling uji (cross check), yaitu berusaha memperoleh informasi dari sumber yang berkompeten, dapat dipercaya, dan dapat dipertanggungjawabkan untuk mendapatkan keyakinan yang memadai dalam melaksanakan penunjukan pejabat lain.

Pasal 7

Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Peraturan Menteri Keuangan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 16 Februari 2006 MENTERI KEUANGAN

SRI MULYANI INDRAWATI

407