18
Jurnal SEMIOTIKA Vol.12 (No. 2 ) : no. 134 - no 150. Th. 2018 p-ISSN: 1978-7413 e-ISSN: 2579-8146 Versi Online: http://journal.ubm.ac.id/ Hasil Penelitian 134 KONSTRUKSI GAYA RETORIKA FREDRICH YUNADI (Analisis Retorika Aristoteles Program Televisi Catatan Najwa Edisi “Setia Pengacara Setya”) Edward Natanael 1) , Cosmas Gatot H. 2)* 1) Ilmu Komunikasi, Universitas Bunda Mulia 2) Ilmu Komunikasi, Universitas Bunda Mulia ABSTRACT This study seeks to see the rhetoric used by Fredrich Yunadi in the interview “Catatan Najwa Setia pengacara Setya” in case of corruption in the procurement of ID cards. In that program, the defense of Fredrich as Setya Novanto's lawyer who seemed excessive, just became a unique and interesting thing to study. This study uses qualitative research methods and descriptive approaches using the theory of rhetoric and construction of media reality. The results of this study are the loyalty of Fredrich Yunadi in the interview program. Note Najwa's edition of "Faithful Lawyer Setya" is a construction of media reality, but on the other hand Fredrich also uses his rhetoric to participate in utilizing media as a tool or channel to construct new realities in society. Keywords: Construction of Media Reality, Rhetoric, Lawyers, Talkshows ABSTRAK Penelitian ini berusaha melihat retorika yang digunakan Fredrich Yunadi dalam wawancara Catatan Najwa Setia Pengacara Setya tentang kasus korupsi pengadaan KTP. Dalam acara tersebut pembelaan Fredrich selaku pengacara Setya Novanto yang terkesan berlebihan, justu menjadi sebuah keunikan tersendiri dan menarik untuk diteliti. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dan pendekatan deskriptif dengan menggunakan teori retorika dan konstruksi realitas media. Hasil dari penelitian ini adalah sikap kesetiaan Fredrich Yunadi dalam program wawancara Catatan Najwa edisi “Setia Pengacara Setya” merupakan konstruksi realitas media, namun disisi lain Fredrich juga menggunakan retorika nya untuk ikut serta memanfaatkan media sebagai alat atau saluran untuk mengkonstruksikan realitas baru dalam masyarakat. Kata Kunci: Kontruksi Realitas Media, Retorika, Pengacara, Talkshow * Korespondensi Penulis Email: [email protected] [email protected]

KONSTRUKSI GAYA RETORIKA FREDRICH YUNADI (Analisis ... · Penelitian ini berusaha melihat retorika yang digunakan Fredrich Yunadi dalam wawancara Catatan ... keterangan-keterangan

  • Upload
    others

  • View
    13

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KONSTRUKSI GAYA RETORIKA FREDRICH YUNADI (Analisis ... · Penelitian ini berusaha melihat retorika yang digunakan Fredrich Yunadi dalam wawancara Catatan ... keterangan-keterangan

Jurnal SEMIOTIKA

Vol.12 (No. 2 ) : no. 134 - no 150. Th. 2018 p-ISSN: 1978-7413 e-ISSN: 2579-8146

Versi Online: http://journal.ubm.ac.id/ Hasil Penelitian

134

KONSTRUKSI GAYA RETORIKA FREDRICH YUNADI

(Analisis Retorika Aristoteles Program Televisi Catatan Najwa Edisi

“Setia Pengacara Setya”)

Edward Natanael1)

, Cosmas Gatot H.2)*

1)

Ilmu Komunikasi, Universitas Bunda Mulia 2)

Ilmu Komunikasi, Universitas Bunda Mulia

ABSTRACT

This study seeks to see the rhetoric used by Fredrich Yunadi in the interview “Catatan Najwa

Setia pengacara Setya” in case of corruption in the procurement of ID cards. In that program, the

defense of Fredrich as Setya Novanto's lawyer who seemed excessive, just became a unique and

interesting thing to study. This study uses qualitative research methods and descriptive approaches using

the theory of rhetoric and construction of media reality. The results of this study are the loyalty of

Fredrich Yunadi in the interview program. Note Najwa's edition of "Faithful Lawyer Setya" is a

construction of media reality, but on the other hand Fredrich also uses his rhetoric to participate in

utilizing media as a tool or channel to construct new realities in society.

Keywords: Construction of Media Reality, Rhetoric, Lawyers, Talkshows

ABSTRAK

Penelitian ini berusaha melihat retorika yang digunakan Fredrich Yunadi dalam wawancara

Catatan Najwa Setia Pengacara Setya tentang kasus korupsi pengadaan KTP. Dalam acara tersebut

pembelaan Fredrich selaku pengacara Setya Novanto yang terkesan berlebihan, justu menjadi sebuah

keunikan tersendiri dan menarik untuk diteliti. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif

dan pendekatan deskriptif dengan menggunakan teori retorika dan konstruksi realitas media. Hasil dari

penelitian ini adalah sikap kesetiaan Fredrich Yunadi dalam program wawancara Catatan Najwa edisi

“Setia Pengacara Setya” merupakan konstruksi realitas media, namun disisi lain Fredrich juga

menggunakan retorika nya untuk ikut serta memanfaatkan media sebagai alat atau saluran untuk

mengkonstruksikan realitas baru dalam masyarakat.

Kata Kunci: Kontruksi Realitas Media, Retorika, Pengacara, Talkshow

* Korespondensi Penulis

Email: [email protected]

[email protected]

Page 2: KONSTRUKSI GAYA RETORIKA FREDRICH YUNADI (Analisis ... · Penelitian ini berusaha melihat retorika yang digunakan Fredrich Yunadi dalam wawancara Catatan ... keterangan-keterangan

Jurnal SEMIOTIKA

Vol.12 (No. 2 ) : no. 134 - no 150. Th. 2018 p-ISSN: 1978-7413 e-ISSN: 2579-8146

Versi Online: http://journal.ubm.ac.id/ Hasil Penelitian

134

PENDAHULUAN

Pada episode berjudul “Setia

Pengacara Setya” yang diunggah pada 24

November 2017 pukul 17.00 WIB, Catatan

Najwa menghadirkan narasumber yang

merupakan Kuasa Hukum Setya Novanto,

yaitu Fredrich Yunadi dan Koordinator

Divisi Korupsi Politik ICW, Donal Fariz.

Dalam acara talkshow tersebut, Najwa

Shihab sebagai pembawa acara berbincang

dan memintai keterangan mengenai berbagai

kontroversi yang dikaitkan dengan nama

Setya Novanto, langsung dari orang yang

dianggap dekat dan mengenali seluruh seluk

beluk permasalahan Setya Novanto, yaitu

langsung dari kuasa hukumnya, yang selama

ini juga turut memberikan keterangan-

keterangan nyetrik kepada publik mengenai

clientnya tersebut. Tidak berbeda jauh dari

setiap keterangan yang diberikan oleh

Frederich sebagai kuasa hukum selama ini

kepada media, pada talkshow Catatan Najwa

tersebut, Frederich tetap memberikan

keterangan-keterangan yang selalu

mengundang pertanyaan kritis dari host

acara. Bukan hanya itu, dalam setiap

perbincangannya, Frederich tidak jarang

mengundang gelak tawa dari penonton

talkshow akibat jawabannya yang terkadang

tidak masuk akal tau bahkan menunjukkan

ketidak kredibelannya sebagai seorang yang

mengerti di bidang hukum. Dalam setiap

keterangan yang diberikan oleh Frederich

tersebut, peneliti juga melihat sebuah pola

yang unik dan menarik dari cara Frederich

saat berbicara dan berusaha melakukan

pembelaan terhadap setya Novanto.

Pada penelitian ini peneliti memilih

konten Youtube Catatan Najwa “Setia

Pengacara Setya” yang diunggah pada 24

November 2017 pukul 17.00 WIB, sebagai

objek yang akan diteliti, karena pada konten

video tersebut menampilkan dua sosok

public figure yang saling berlawanan

pemikiran (pro dan kontra) yaitu Fredrich

Yunadi pengacara Setya Novanto yang tentu

memiliki tugas dan kewajiban sebagai

pembela klien-nya (Setya Novanto) dan

Donal Fariz seorang aktivis anti korupsi dari

ICW (Indonesia Corruption Watch) yang

selalu aktif dalam menyampaikan prespektif

anti korupsinya.

Dalam sebuah kasus, pendampingan

secara hukum oleh pengacara setiap pelaku

pelanggaran hukum adalah hal yang wajar

dilakukan, dalam penelitian ini, justru hal

yang membuat peneliti tertarik bukan berada

di sisi Setya Novanto, namun berada di

kuasa hukumnya, Fredrich Yunadi. Dimana

dalam pernyataan Fredrich Yunadi terdapat

keunikan, yang menjadi fokus perhatian

peneliti ialah sikap kuasa hukum Setya

Novanto dalam usahanya melakukan

pembelaan terhadap kliennya Setya

Novanto. Adapun di dalam konten Catatan

Najwa edisi “Setia Pengacara Setya”,

Fredrich Yunadi dalam statement-nya

sewaktu membela mengungkapkan berbagai

hal, seperti: kondisi terkini Setya Novanto,

menuding KPK melakukan cyber war,

jumlah pihak-pihak (penyidik KPK, dan

akun-akun sosial media) yang dilaporkan ke

polisi yang dirinya menduga kuat telah

melakukan pencemaran nama baik terhadap

kliennya Setya Novanto dan dirinya,

mengklaim dirinya seorang fighter yang

tidak takut menghadapi berbagai macam

serangan, hingga ia membeberkan gaya

hidupnya yang suka dengan kemewahan dan

bagaimana ia memenangkan berbagai kasus

hukum yang pernah ditangani. Disini

peneliti melihat adanya tindakan membela

secara berlebihan yang dilakukan oleh

Fredrich Yunadi dalam membela kliennya

Setya Novanto.

Dalam kasus ini yg menjadi fokus

peneliti adalah tindakan atau cara-cara yg

dilakukan Fredrich Yunadi dalam proses

pembelaan kliennya Setya Novanto,

menunjukan tindakan membela yang

dianggap berlebihan dengan adanya

penekanan-penekanan yang ditunjukan

melalui ungkapan-ungkapannya.

STUDI PUSTAKA

Teori Retorika

Retorika lebih menitikberatkan pada

upaya penemuan dan pengumpulan

pengetahuan teoritik, kadangkala bersifat

normatif, mengenai aktivitas berkomunikasi,

teristimewa komunikasi verbal yang

disampaikan oleh seseorang (rhetor) yang

bertindak sebagai komunikator (sekaligus

orator-per-suader) kepada sekumpulan orang

Page 3: KONSTRUKSI GAYA RETORIKA FREDRICH YUNADI (Analisis ... · Penelitian ini berusaha melihat retorika yang digunakan Fredrich Yunadi dalam wawancara Catatan ... keterangan-keterangan

Jurnal SEMIOTIKA

Vol.12 (No. 2 ) : no. 134 - no 150. Th. 2018 p-ISSN: 1978-7413 e-ISSN: 2579-8146

Versi Online: http://journal.ubm.ac.id/ Hasil Penelitian

135

yang bertindak sebagai komunikan

(audience) sebagaimana lazim dijumpai

pada penyampaian pidato. Komunikasi

dalam hal hubungan ini lebih dipandang

sebagai suatu keterampilan praktis, yakni

penyampaian pesan untuk meyakinkan atau

mempengaruhi orang lain. Fokus dari

pengetahuan yang dipelajari dalam retorika

adalah bagaimana komunikator

mengembangkan startegi-strategi tertentu

dalam menyampaikan pesan-pesan kepada

komunikan (audience).

Salah satu aliran retorika yang

terkenal adalah karya Aristoteles yang

menejelaskan bahwa retorika pada dasarnya

merupakan bagian dari cara-cara persuasi.

Menurutnya, terdapat tiga hal penting dalam

melakukan retorika, yaitu: ethos,pathos, dan

logos.

Ethos merujuk pada karakter,

intelegensi, dan niat baik yang dipersepsikan

dari seorang pembicara ketika hal-hal ini

ditunjukan melalui pidatonya. Eugene Ryan

(1984) menyatakan bahwa ethos merupakan

istilah yang luas yang merujuk pada

pengaruh timbal balik yang dimiliki oleh

pembicara dan pendengar terhadap satu

sama lain.

Logos adalah bukti-bukti logis yang

digunakan oleh pembicara – argumen

mereka, rasionalisasi, dan wacana. Bagi

Aristoteles, logos mencakup penggunaan

beberapa praktik termasuk menggunakan

klaim logis dan bahasa yang jelas.

Menggunakan frase-frase puitis berakibat

pada kurangnya kejelasan dan kealamian.

(West dan Turner, 2014:6).

Sedangkn pathos berkaitan dengan

emosi yang dimunculkan dari para

pendengar. Aristoteles berargumen bahwa

para pendengar menjadi alat pembuktian

ketika emosi mereka digugah; para

pendengar menilai dengan cara berbeda

ketika mereka dipengaruhi oleh rasa

bahagia, sakit, benci, atau takut. (West dan

Turner, 2014:6)

Hingga saat ini, kebanyakan penulis

public speaking dalam komunikasi

mengukuti kanon-kanon Aristoteles untuk

menghasilkan pidato yang efektif (West &

Turner, 2008: 11). Beberapa kanon tersebut

adalah kanon penemuan (sekelompok

informasi dan pengetahuan yang dibawa

oleh seorang pembicara di dalam situasi

berbicara), kanon pengaturan (kemampuan

mengorganisasikan pidato), kanon gaya

(pemilihan kata, penggunaan perumpamaan,

dan kepantasan), kanon penyampaian

(presentasi non-verbal dari ide-ide seorang

pembicara) dan ingatan (menyimpan

penemuan, pengaturan, dan gaya di dalam

benak pembicara).

Teori Konstruksi Realitas Media

Substansi teori dan pendekatan

konstruksi realitas media adalah teori

konstruksi sosial atas realitas Berger dan

Luckmann yang melihat proses simultan

yang terjadi secara alamiah melalui bahasa

dalam kehidupan sehari-hari pada sebuah

komunitas primer dan semi sekunder. Basis

sosial teori dan pendekatan ini adalah

masyarakat transisi modern di Amerika pada

sekitar tahun 1960-an, dimana media massa

belum menjadi sebuah fenomena yang

menarik untuk dibicarakan. Dengan

demikian teori konstruksi sosial atas realitas

Peter L. Berger dan Luckmann tidak

memasukan media massa sebagai variabel

atau fenomena yang berpengaruh dalam

konstruksi sosial atas realitas (Bungin,

2014:207).

Ketika masyarakat semakin modern,

teori dan pendekatan konstruksi sosial atas

realitas Peter L. Berger dan Luckmann ini

memiliki kemandulan dan ketajaman atau

dengan kata lain tak mampu menjawab

perubahan zaman. Sehingga posisi

“konstruksi sosial media massa” adalah

mengkoreksi substansi kelemahan dan

melengkapi “konstruksi sosial atas realitas”,

dengan menempatkan seluruh kelebihan

media massa dan efek media pada

keunggulan “konstruksi sosial media massa”

atas konstruksi sosial atas realitas” (Bungin,

2014:207).

Realitas media adalah realitas yang

dikonstruksi oleh media dalam dua

model:Pertama adalah model peta analog,

dimana realitas sosial dikonstruksi oleh

media berdasarkan sebuah model analogi

sebagaimana suatu realitas itu terjadi secara

rasional. Realitas peta analog adalah suatu

konstruksi realitas dibangun berdasarkan

konstruksi sosial media massa, seperti

sebuah analogi kejadian yang seharusnya

Page 4: KONSTRUKSI GAYA RETORIKA FREDRICH YUNADI (Analisis ... · Penelitian ini berusaha melihat retorika yang digunakan Fredrich Yunadi dalam wawancara Catatan ... keterangan-keterangan

Jurnal SEMIOTIKA

Vol.12 (No. 2 ) : no. 134 - no 150. Th. 2018 p-ISSN: 1978-7413 e-ISSN: 2579-8146

Versi Online: http://journal.ubm.ac.id/ Hasil Penelitian

136

terjadi, bersifat rasional dan dramatis.

Kedua, model refleksi realitas. Model yang

merefleksikan suatu kehidupan yang terjadi

dengan merefleksikan suatu kehidupan yang

pernah terjadi dalam masyarakat.

Substansi “teori konstruksi sosial

media massa” adalah pada sirkulasi

informasi yang cepat dan luas sehingga

konstruksi sosial berlangsung dengan sangat

cepat dan sebarannya merata. Realitas

terkonstruksi yang terkonstruksi itu juga

membentuk opini massa, massa cenderung

aprirori dan opini massa cenderung sinis.

Posisi “konstruksi sosial media

massa” adalah mengkoreksi substansi

kelemahan dan melengkapi “konstruksi

sosial atas realitas”, dengan menempatkan

seluruh kelebihan media massa dan efek

media pada keunggulan “konstruksi sosial

media massa” atas “konstruksi sosial atas

realitas”. Namun proses simultan yang

digambarkan di atas tidak bekerja secara

tiba-tiba, namun terbentuknya proses

tersebut melalui beberapa tahap penting.

(Bungin, 2017:183)

METODE PENELITIAN

Metode yang penulis gunakan adalah

metode penelitian kualitatif. Penelitian

Kualitatif merupakan penelitian yang

bermaksud untuk memahami fenomena

tentang apa yang dialami oleh subjek

penelitian misalnya perilaku, persepsi,

motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan

dengan deskripsi dalam bentuk kata-kata dan

bahasa, pada suatu konteks khusus yang

alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai

metode alamiah (Moleong, 2010:6). Melalui

pendekatan ini, peneliti berusaha

menjelaskan dan menganalisis suatu hal

(fenomena atau peristiwa yang ingin

diteliti).

Sedangkan unit analisis dari penelitian

ini adalah konten Youtube Catatan Najwa

“Setia Pengacara Setya” yang diunggah pada

24 November 2017 pukul 17.00 WIB.

Progra tersebut berdurasi 50 menit 43 detik

dan peneliti memilih 24 menit 42 detik

video, yang terbagi menjadi 7 bagian

transkrip, yang peneliti anggap identik

menunjukan sikap Fredrich Yunadi dalam

memberikan ungkapan-ungkapan pembelaan

berlebih terhadap kliennya Setya Novanto.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Analisis Retorika Part. 1

Gambar1

Analisis Retorika Aristoteles

Ethos

Dalam pernyataan Fredrich Yunadi

ini, terlihat usaha untuk membangun logika

dari ungkapan yang dilontarkan, sesuai

dengan kewajiban dari tugasnya sebagai

seorang pengacara. Fredrich Yunadi

memiliki kredibilitas sebagai orang yang

berkewajiban membela kliennya, dengan

memperlihatkan raut muka serius juga

dengan sesekali menggerakan tangan dan

mengarahkan audiens memahami realita

yang terjadi sesuai dengan pemahaman

subjek penelitian. Disamping itu terdapat pin

yang melekat pada pakaian yang digunakan

pengacara Setya Novanto yaitu bertuliskan

ADVOKAT.

Logos

Fredrich Yunadi, dalam pernyataan

ini tidak menggunakan pesan yang rasional

yang disertai bukti-bukti dan fakta yang

jelas dan benar. Hal ini diperlihatkan

Fredrich saat membahas berita-berita yang

ada di dunia maya adalah bagian dari perang

cyber yang dilakukan oleh Komisi

Pemberantasan Korupsi (KPK), dimana

strategi yang digunakan Fredrich dalam

usaha membangun logika dan rasionalitas

berfikir cenderung mengarah ke asal bicara

saja, Fredrich tidak memberikan bukti

seperti apa bentuk, dan siapa dalang

sebenarnya dari perang cyber yang

dimaksud.

Page 5: KONSTRUKSI GAYA RETORIKA FREDRICH YUNADI (Analisis ... · Penelitian ini berusaha melihat retorika yang digunakan Fredrich Yunadi dalam wawancara Catatan ... keterangan-keterangan

Jurnal SEMIOTIKA

Vol.12 (No. 2 ) : no. 134 - no 150. Th. 2018 p-ISSN: 1978-7413 e-ISSN: 2579-8146

Versi Online: http://journal.ubm.ac.id/ Hasil Penelitian

137

Pathos

Berdasar argumentasi yang Fredrich

Yunadi sampaikan berhasil menggugah

emosi terkejut dari Penonton program

Catatan Najwa, Najwa Shihab selaku

pembawa acara dan Donal Fariz selaku

aktivis anti korupsi, seperti saat menuding

KPK sebagai dalang dari cyber war

melawan Setya Novanto. Rasa terkejut ini

berimbas dengan rasa penasaran yang besar

akan keingintahuan lebih lagi dari dasar

pernyataan Fredrich Yunadi, seperti saat

Najwa menanyakan bukti dan siapa dibalik

cyber war yang KPK lakukan versi Fredrich.

Tabel 1. Analisis Lima Kanon Retorika

Part. 1

Ingatan Fredrich Yunadi menjawab

pertanyaan dari Najwa,

dirinya terlihat menjelaskan

tanpa memegang catatan,

namun di beberapa

kesempatan seperti saat akan

menjelaskan “suatu berita

kalau digulung dan “bahwa

Fredrich memiliki kenalan-

kenalan ahli” terlihat

Fredrich berusaha

membangun ingatan-ingatan

akan apa yang akan ia

ucapkan dan jelaskan.

Analisis Retorika Part. 2

Gambar 2

Analisis Retorika Aristoteles

Ethos

Pada bagian ini, Fredrich Yunadi ini,

terlihat usaha untuk meluruskan tanggapan

Donal Fariz yang tidak sesuai dengan

pemahaman yang dimiliki Fredrich Yunadi,

dalam hal ini mengenai kondisi saat Setya

Novanto dikabarkan mengalami kecelakaan

menabrak tiang listrik saat sedang dalam

perjalanan menuju KPK dan dianggap

sebagai pemicu timbulnya distrust dan

penilaian bahwa kecelakaan ini dibuat-buat

pada masyarakat. Dengan raut wajah yang

serius dan tatapan mata yang tajam, juga

sesekali terlihat menggerakan tangannya

sebagai bentuk penandasan. Terlihat usaha

Fredrich untuk meningkatkan kepercayaan

dan membangun logika para audiens.

Logos

Pernyataan Fredrich Yunadi cendrung

kronologis. Ia berusaha membangun logika

dan rasionalitas berfikir cenderung condong

menonjolkan bukti-bukti yang berdasar dari

kabar ajudan pribadi Setya Novanto dengan

menjelaskan bahwa dirinya hingga saat

wawancara ini dilakukan dirinya tidak

mengetahui kondisi asli dari kendaraan yang

digunakan Setya Novanto saat kejadian.

Pathos Fredrich Yunadi berhasil

menimbulkan emosi gembira dalam program

tersebut. Beberapa kali, terlihat Najwa dan

Donal Fariz gembira karena Fredrich

menjelaskan kronologi berdasar apa yang

ajudan ceritakan. Berdasarkan bukti tersebut

emosi gembira muncul akibat tujuan dan

keinginan awal Donal Fariz dan Najwa

adalah Fredrich menceritakan sesuatu

dengan dasar „hukum adalah segala sesuatu

tentang pembuktian” bukan karangan.

Tabel Analisis Lima Kanon Retorika

Part. 2

KANON ANALISIS

Penemuan Dalam pernyataan Fredrich

Yunadi ini, logika dan bukti

yang digunakan dalam pidato

kuat dengan berulang kali

menjelaskan bahwa

keterangan kronologi yang

Fredrich Yunadi jelaskan ke

media adalah berdasarkan

Page 6: KONSTRUKSI GAYA RETORIKA FREDRICH YUNADI (Analisis ... · Penelitian ini berusaha melihat retorika yang digunakan Fredrich Yunadi dalam wawancara Catatan ... keterangan-keterangan

Jurnal SEMIOTIKA

Vol.12 (No. 2 ) : no. 134 - no 150. Th. 2018 p-ISSN: 1978-7413 e-ISSN: 2579-8146

Versi Online: http://journal.ubm.ac.id/ Hasil Penelitian

138

keterangan dari ajudan pribadi

Setya Novanto via telepon.

Hal ini tentu membantu

Fredrich dalam melakukan

pendekatan persuasif terhadap

para audiens nya.

Pengaturan Struktur organisasi yang

digunakan Fredrich dalam

pernyataan ini utuh. Hingga

pada akhir pembicaraanya

Fredrich menjelaskan seluruh

kronologis kejadian. Hal ini

meningkatkan kredibilitas

pembicara, dan menambah

tingkat persuasi.

Analisis Retorika Part. 3

Gambar 3

Gaya Seperti yang terdapat pada

saat Fredrich mengatakan

“oke begini, jadi apa yang

tadi anda sebutkan,

harusnya itu lebih

dijelaskan mengenai

durasinya!” dari kalimat

berikut dapat terlihat

bahwa Fredrich ingin

menegaskan bahwa apa

yang dijelaskan oleh

Donal Fariz mengenai

adanya distrust dalam

masyarakat adalah salah,

dan seharusnya lebih

dijelaskan mengenai

durasinya.

Penyampaian Fredrich Yunadi terlihat

berhasil menjelaskan

secara gamblang

kronologis kecelakaan

yang menimpa Setya

Novanto, kejelasan

pengucapan dapat

dirasakan melalui nada

dan volume yang lebih,

juga dalam

menyampaikan

kronologis, dirinya

menggerakan tubuh dan

sesekali menggerakan

tangan sebagai bentuk

penegasan akan topik

yang sedang ia bahas

Ingatan Dalam proses Fredrich

menanggapi pernyataan

Donal Fariz, dirinya

berhasil terlihat

menjelaskan dengan

lancar dan tanpa berusaha

membangun ingatan.

Page 7: KONSTRUKSI GAYA RETORIKA FREDRICH YUNADI (Analisis ... · Penelitian ini berusaha melihat retorika yang digunakan Fredrich Yunadi dalam wawancara Catatan ... keterangan-keterangan

Jurnal SEMIOTIKA

Vol.12 (No. 2 ) : no. 134 - no 150. Th. 2018 p-ISSN: 1978-7413 e-ISSN: 2579-8146

Versi Online: http://journal.ubm.ac.id/ Hasil Penelitian

139

Analisis Retorika Aristoteles

Ethos

Dengan raut wajah serius dan

berusaha meluruskan tudingan-tudingan

yang muncul akibat adanya keberagaman

informasi dari berbagai media, dengan

menganalogikan dirinya sendiri yang

menggunakan lima belas ring dan orang lain

(termasuk Setya Novanto) yang hanya dua

ring saja sudah bingung, karena ring yang

terpasang di tubuh Setya Novanto berada di

daerah yang vital. Fredrich Yunadi

membangun kredibilitas dirinya sebagai

seorang yang memahami kondisi Setya

Novanto saat itu

Logos Strategi Fredrich yang digunakan

dalam usaha membangun logika dan

rasionalitas berfikir cenderung mengarah ke

menonjolkan bukti-bukti disertai dengan

analogi dan membangun pola pikir

khalayak. Bukti-bukti sah dari peryataan

Fredrich Yunadi mengenai kondisi Setya

Novanto yang dipasang dua ring di “V”

jantungnya yang kondisinya dapat berakibat

fatal tidak dijabarkan, kemudian bukti-bukti

saat Setya Novanto seusai dirawat karena

jatuh pingsan saat main pingpong lalu

berlanjut ke kunjungan kerja juga tidak kuat

karena dijabarkan bukti-bukti rekam medis

nya.

Pathos

Berdasar apa yang dibicarakan oleh

Fredrich Yunadi berikut berhasil menggugah

emosi marah pada penonton, serta Najwa

Shihab. Marah karena timbul distrust dari

masyarakat terhadap pernyataan yang

dilontarkan oleh Fredrich karena merasa ada

kejanggalan dari setiap proses pemenuhan

panggilan Setya Novanto yang berulang kali

tidak terpenuhi karena berbagai macam hal,

salah satu contohnya adalah sewaktu

pingsan saat main pingpong di DPR.

Tabel Analisis Lima Kanon Retorika

Part. 3

KANON ANALISIS

Penemuan Fredrich Yunadi

menunjukan logika

berfikir seperti saat

menjelaskan mengenai

dua ring yang dipasang di

bagian vital “V” jantung

Setya Novanto. Namun

Fredrich tidak

mengunakan bukti-bukti

yang kuat untuk

membuktikan kepada

audienspada saat Setya

Novanto seusai dirawat

karena jatuh pingsan.

Pengaturan Fredrich Yunadi

mempertahankan struktur

pembicaraannya, dimulai

saat berusaha meluruskan

tudingan-tudingan

masyarakat yang sempat

merasa janggal akan

berbagai kejadian yang

menyangkut Setya

Novanto.

Gaya Penggunaan gaya dalam

pernyataan ini

mengandung penggunaan

perumpamaan, terlihat

pada saat menganalogikan

ring jantung Setya

Novanto yang hanya dua,

dengan ring jantung

Fredrich yang berjumlah

lima belas ring, namun

ring di Setya Novanto

berada di tempat yang

vital. Fredrich Yunadi ini

menggunakan majas:

(1) Majas penegasan –

repetisi: “Saya tidak

pernah gemuk, saya tidak

ada kolestrol, saya tidak

minum tapi ring saya

banyak…”, ada

pengulangan kata “saya”

sebagai bentuk

penegasan.

(2) Majas perbandingan –

antonomasia; “Beliau itu

tiap hari tidurnya diatas

jam dua. Jam enam sudah

bangun. Dan dia lima kali

Page 8: KONSTRUKSI GAYA RETORIKA FREDRICH YUNADI (Analisis ... · Penelitian ini berusaha melihat retorika yang digunakan Fredrich Yunadi dalam wawancara Catatan ... keterangan-keterangan

Jurnal SEMIOTIKA

Vol.12 (No. 2 ) : no. 134 - no 150. Th. 2018 p-ISSN: 1978-7413 e-ISSN: 2579-8146

Versi Online: http://journal.ubm.ac.id/ Hasil Penelitian

140

sholat.”.

Penyampaian Memaparkan melalui

pengucapan yang jelas

dilhat dari volume saat

saya menjelaskan “saya

bilang kan “V” nya yang

diserang itu sangat

gawat…” dan juga

gerakan tubuh yang

digunakan, sesekali

Fredrich menggerakan

tangannya membentuk

bentuk V dengan jari

telunjuk dan jari tengah,

menandaskan dan

mengilustrasikan saluran

“V” jantung Setya

Novanto yang dipasang

ring dan dalam kondisi

vital.

Ingatan Fredrich Yunadi

membangun ingatan

dengan baik, tanpa ada

usaha-usaha untuk

membangun ingatan lebih

lagi. Bahkan saat ditanya

mengenai kejadian yang

sudah lampau mengenai

Setya Novanto.

Analisis Retorika Part. 4

Gambar 4

Analisis Retorika Aristoteles

Ethos

Dengan raut wajah yang serius dan

terlihat kaku karena emosi akan pertanyaan-

pertanyaan dan tudingan yang dilontarkan

untuk mengkritisi Setya Novanto dan

dirinya. Ada usaha Fredrich untuk menaikan

bergaining power nya dengan mengatakan

“saya ini fighter siapapun saya hantam!”

tentu tujuan menaikan pula tingkat

kepercayaan dari audiens. Tidak berhenti

sampai disitu dirinya berulangkali

menyanggah untuk menyatakan bahwa

pendapatnya benar dari pernyataan Donal

Fariz yang menjelaskan bahwa pasal

defamasi (pasal pencemaran nama baik)

tidak dapat dikembangkan oleh penyidik.

Logos

Strategi Fredrich yang digunakan

dalam usaha membangun logika dan

rasionalitas berfikir cenderung mengarah ke

asal bicara saja. Dalam bagian pernyataan

ini bukti-bukti logis yang digunakan

Fredrich Yunadi untuk membuktikan bahwa

argumen “penyidik dapat mengembangkan

kasus defamasi” lemah. Terlebih ada

sanggahan terus-menerus dari Donal Fariz

yang menyebutkan bukti-bukti pasal UU

yang mengaturnya yaitu: (delik 3 (tiga) 10

(sepuluh), 3 (tiga) 11 (sebelas), 27 (dua

puluh tujuh) ayat 3 (tiga) jungto 45 (empat

puluh lima) undang-undang ITE) yang

secara otomatis melemahkan tingkat

kepercayaan audiensdalam mempercayai

materi yang disampaikan oleh Fredrich

Yunadi.

Pathos

Fredrich Yunadi berhasil menggugah

emosi takut, gembira, terkejut dan marah

dari para penonton, Najwa Shihab dan Donal

Fariz. Emosi takut tak dapat dielakan

muncul saat pernyataan “Saya ini fighter,

siapapun saya hantam! Saya tidak pernah

takut sama siapapun” terlihat dari

ketegangan pada Najwa dan Donal Fariz,

kemudian suasana menjadi lebih cair ketika

Najwa menanyakan “dan sekarang jadi

pengacara berantemnya dengan..” dan

Fredrich menjawab “Ya berantem juga tapi

kan berantem mulut” suasana menjadi

gembira kembali dengan diiringi suara tawa

dari Najwa dan Donal Fariz. Najwa Shihab

terlihat sempat terkejut saat data yang

dikumpulkannya ternyata tidak pas dengan

versi menurut Fredrich (jumlah penyidik

KPK dan akun sosial media yang dilaporkan

ke polisi). Namun disatu sisi timbul emosi

marah dari Najwa dan Donal Fariz yang

timbul akibat argumen Fredrich yang

dipaksakan walau tidak pas dengan UU yang

berlaku.

Page 9: KONSTRUKSI GAYA RETORIKA FREDRICH YUNADI (Analisis ... · Penelitian ini berusaha melihat retorika yang digunakan Fredrich Yunadi dalam wawancara Catatan ... keterangan-keterangan

Jurnal SEMIOTIKA

Vol.12 (No. 2 ) : no. 134 - no 150. Th. 2018 p-ISSN: 1978-7413 e-ISSN: 2579-8146

Versi Online: http://journal.ubm.ac.id/ Hasil Penelitian

141

Tabel Analisis Lima Kanon Retorika

Part. 4

KANON ANALISIS

Penemuan Beberapa logika dan bukti

yang digunakan dalam

pernyataan Fredrich

Yunadi tidak kuat,

(argumen “penyidik dapat

mengembangkan kasus

defamasi”, sanggahan

tterhadap Donal Fariz

tentang dasar UU yang

berlaku lemah)

Pengaturan Pada statement,Fredrich

menjelaskan mengenai

dirinya melaporkan kasus

dugaan pencemaran nama

baik (terhadap kliennya

Setya Novanto) serta

jumlah penyidik KPK

yang dilaporkan dengan

tuduhan pencemaran

nama baik (terhadap

kliennya Setya Novanto)

adalah hasil rekomendasi

penyidik.

Namun setelahnya Donal

Fariz menyanggah

dengan menjelaskan, bila

pasal-pasal defamasi

bersifat absolut dan tidak

bisa diwakilkan,

ditambah dengan

memberikan contoh

tokoh yaitu SBY (Susilo

Bambang Yudhoyono)

yang datang sendiri saat

mengadukan kasus

pencemaran nama baik.

Gaya Gaya bicara yang

digunakan kurang

memperhatikan

kepantasan kata dan

arogan: “saya ini fighter!

Siapapun saya hantam!

saya ngga pernah takut

sama siapapun! Prinsip

itu satu gitu! makannya

orang yang pernah kenal

sama saya, pasti sakit

kepala! karena saya

fighter!”

Fredrich Yunadi

menggunakan majas

perbandingan –

hiperbola: “Ya berantem

juga, tapi kan berantem

mulut. Kan beda kan

berantem mulut dan saya

fighter.”

Penyampaian Fredrich Yunadi

memaparkan dengan

pengucapan yang jelas

dan vokal yang keras.

Berbagai sanggahan-

sanggahan yang terlontar,

kerap kali dijawab dengan

menggerakan tangan

sebagai bentuk

penandasan: saat

menjelaskan jumlah akun

yang identik melakukan

pencemaran nama baik

(versi penyidik), dirinya

menggerakan tangan

seperti akan memotong

sesuatu (seperti gambar

4.15), dan dengan tatapan

mata yang tajam.

Ingatan Dalam proses Fredrich

Yunadi menjawab,

terlihat beberapa kali

berusaha membangun

ingatan akan apa yang

akan ia ucapkan, didapati

beberapa kali dirinya

sempat tersendat dan

mengucapkan “eee…”.

Analisis Retorika Part. 5

Gambar 5

Analisis Retorika Aristoteles

Ethos

Page 10: KONSTRUKSI GAYA RETORIKA FREDRICH YUNADI (Analisis ... · Penelitian ini berusaha melihat retorika yang digunakan Fredrich Yunadi dalam wawancara Catatan ... keterangan-keterangan

Jurnal SEMIOTIKA

Vol.12 (No. 2 ) : no. 134 - no 150. Th. 2018 p-ISSN: 1978-7413 e-ISSN: 2579-8146

Versi Online: http://journal.ubm.ac.id/ Hasil Penelitian

142

Fredrich berusaha mempersuasi

audiens dengan menjelaskan berbagai

macam hal dengan raut wajah serius yang

terlihat emosi dan nada tinggi saat

menjelaskan. Setelah mendengar pertanyaan

dari Najwa yang ingin mengkonfirmasi

bahwa dirinya (Fredrich) tidak berusaha

menghalang-halangi proses pemeriksaan

oleh KPK. Fredrich Yunadi memiliki

kredibilitas sebagai orang yang

berkewajiban untuk membela kliennya

dalam kondisi apapun. Di kesempatan

berbeda (sekitar menit 00.10.35), saat sudah

merasa kalah argumen, ia terlihat

memainkan telepon genggam.

Logos

Strategi Fredrich yang digunakan

dalam usaha membangun logika dan

rasionalitas berfikir cenderung mengarah

pada penonjolan bukti-bukti. Ia sempat

berhasil memberikan bukti-bukti logis dan

rasional yang coba dikemukakan Fredrich di

beberapa bagian: advokat tidak dapat

dituntut secara perdata maupun pidana saat

sedang membela kliennya sesuai dengan

pasal 16 undang-undang advokat, penjelasan

Undang-Undang nomor 20 A, mengenai

hak-hak anggota dewan.

Pathos

Fredrich menggugah emosi marah

dari Donal Fariz, seperti pada saat Donal

Fariz menyanggah mengenai pendapat

Fredrich yang menganggap juru bicara

mewakili konstitusi, seperti berikut “Engga

pak. Boleh saya pak! Hakim itu berbicara

dengan putusan, apa yang diomongkan jubir

itu kemudian tidak menjadi hukum karena

itu adalah dua hal yang berbeda, antara apa

yang disampaikan oleh juru bicara dengan

putusan itu sendiri.”. Terlontar kalimat

“Boleh saya pak!” dengan nada yang sedikit

tinggi dan menjadi terdiam sejenak untuk

menunggu hingga suasana menjadi lebih

kondusif untuk dapat menjelaskan

sanggahanya.

Tabel Analisis Lima Kanon Retorika

Part. 5

KANON ANALISIS

Penemuan Logika dan bukti yang

digunakan pada awal

cukup kuat, dengan selalu

menggunakan dasar

(undang-undang yang

berlaku mengenai UU

Advokat nomor 16

mengenai Advokat tidak

dapat dituntut secara

perdata atau pidana, dan

keputusan MK nomor 88,

UUD nomor 20 A)

Pengaturan Struktur organisasi yang

digunakan oleh Fredrich

Yunadi dalam pernyataan

ini tidak utuh, terlihat saat

ditanya mengenai apakah

dirinya berusaha untuk

menghalangi

pemeriksaan: “Ya karena

dulu tidak ada yang tahu!

Ga ada yang ngerti! Kan

gitu kan! Bedanya saya itu

lebih teliti! Bedanya

disana! Knowledge

seseorang itu beda, kalau

ngga anda pasti kan ya se

level saya, kan gitu!”

Gaya Penggunaan gaya dalam

pernyataan ini kurang

memperhatikan

kepantasan kata dan

pemilihan kata: “Saya

sekarang kasih tau!

Menurut knowledge saya!

Saya ini kan Phd, saya ini

bukan orang kemarin

sore!”

Terdapat beberapa majas

yang digunakan:

(1) Majas perbandingan –

Anotomasia: Menurut

knowledge saya! Saya ini

kan Phd, saya ini bukan

orang kemarin sore!”,

dalam kalimat tersebut

terdapat gelar resmi yang

berusaha untuk

ditonjolkan yaitu Phd.

(2) Majas penegasan –

Eklamasio: “Ya

makannya, saya kan

Page 11: KONSTRUKSI GAYA RETORIKA FREDRICH YUNADI (Analisis ... · Penelitian ini berusaha melihat retorika yang digunakan Fredrich Yunadi dalam wawancara Catatan ... keterangan-keterangan

Jurnal SEMIOTIKA

Vol.12 (No. 2 ) : no. 134 - no 150. Th. 2018 p-ISSN: 1978-7413 e-ISSN: 2579-8146

Versi Online: http://journal.ubm.ac.id/ Hasil Penelitian

143

bilang kan!”; “Jelas!

Karena begini! Pasal 16

ya kan!”; “Saya sekarang

kasih tau! Menurut

knowledge saya! Saya ini

kan Phd, saya ini bukan

orang kemarin sore!”;

Penyampaian Merujuk pada pernyataan

Fredrich Yunadi berikut,

ia mengucapkan isi

pesannya dengan jelas,

namun penyampaiannya

dilakukan secara emosi

dan vokal yang tinggi. Hal

ini dilakukannya sebagai

penekanan-penekanan

sebagai bentuk

perlawanan dan usaha

untuk menaikan

bergaining power

Fredrich dalam

menyampaikan setiap

pesannya. Namun juga di

kesempatan berbeda

(sekitar menit 00.10.35)

Fredrich yang sudah

terlihat kalah argumen,

terlihat menggerakan

tubuh menjadi tidak

tenang dalam duduknya

dan memainkan

handphone.

Ingatan Dalam proses Fredrich

Yunadi menjawab, terlihat

lancar dan tidak perlihat

ada usaha untuk

membangun ingatan akan

apa yang akan ia ucapkan,

didapati dengan tidak

tersendatnya ucapan

Fredrich saat menjelaskan

mengenai poin-poin

penting dalam pidatonya.

Analisis Retorika Part. 6

Gambar 6

Analisis Retorika Aristoteles

Ethos

Fredrich Yunadi membangun persepsi

dari pidato (ungkapan) yang ia sampaikan,

untuk menunjukan bahwa dirinya tidak

menerima uang bayaran menjadi pengacara,

dari hasil-hasil kejahatan korupsi (salah

satunya kasus Setya Novanto) seperti

dipertanyakan oleh Donal Fariz. Dengan

muka sedikit kaget saat Najwa menanyakan

mengenai fee Fredrich, dirinya berusaha

menjawab dengan tenang dan terlihat usaha

untuk mengarahkan audiensuntuk mengikuti

trek pembicaraanya. Juga dalam beberapa

kesempatan terlihat sesekali menggerakan

tangan sebagai bentuk penegasan, dan

menatap bergantian Najwa Shihab dan

Donal Fariz dalam berkomunikasi.

Logos

Dalam pernyataan Fredrich di

cuplikan ini, bukti-bukti yang digunakan

dalam pidato mengenai beberapa hal,

seperti:

1. Saat mengatakan bahwa bila dirinya

pergi ke luar negeri mampu

menyediakan uang berkisar 3-5M;

2. Saat menjelaskan bahwa uangnya 10

turunan tidak habis;

3. Saat menjelaskan mengenai

kemampuannya untuk membeli tas

Hermes dengan harga 1M;

4. Saat menjelaskan mengenai dirinya

tidak menerima uang penghasilan dari

hasil-hasil kejahatan korupsi, karena

Fredrich berkata bila „namanya semakin

tinggi, maka bisa dibilang di angka

free‟;

5. Saat menjelaskan mengenai

penghasilannya 100 juta perbulan

sebagai corporate lawyer.

Dalam bagian ini Fredrich tidak

menggunakan strategi tertentu dalam

membangun logika dan rasionalitas.

Sebaliknya, ia cenderung asal bicara saja.

Beberapa hal yang tertera diatas, dianggap

tidak dapat dipertanggungjawabkan

keabsahan dan kebenarannya. Fredrich tidak

menunjukan fakta yang jelas dan berdasar,

Page 12: KONSTRUKSI GAYA RETORIKA FREDRICH YUNADI (Analisis ... · Penelitian ini berusaha melihat retorika yang digunakan Fredrich Yunadi dalam wawancara Catatan ... keterangan-keterangan

Jurnal SEMIOTIKA

Vol.12 (No. 2 ) : no. 134 - no 150. Th. 2018 p-ISSN: 1978-7413 e-ISSN: 2579-8146

Versi Online: http://journal.ubm.ac.id/ Hasil Penelitian

144

sehingga terkesan seperti hanya menjadi

sebatas ucapan di mulut saja, dan seperti

mengucapkan frase-frase puitis saja, dan

berakibat pada berkurangnya kejelasan dan

kealamian pidato.

Pathos

Fredrich berhasil melalui argumentasi

dan tanggapan yang ia sampaikan, berhasil

menggugah emosi terkejut dari penonton

juga tidak terkecuali Najwa Shihab dan

Donal Fariz. Rasa terkejut ini muncul akibat

berbagai tanggapan Fredrich yang

mengatakan bahwa untuk pergi ke luar

negeri mampu menyediakan dana 3M-5M

sekali pergi; mampu untuk membeli tas

Hermes 1M; hingga sepuluh turunan

hartanya tidak habis; makin besar kasusnya

makin di angka gratis; hingga perkataanya

mengenai Fredrich hidup mewah namun

bukan hasil kerjanya.

Tabel Analisis Lima Kanon Retorika

Part. 6

KANON ANALISIS

Penemuan Buktidan logika yang

digunakan oleh Fredrich

dalam pidato tidak kuat

dan tidak bisa

dipertanggungjawabkan

kebenarannya seperti:

untuk pergi ke luar negeri

mampu menyediakan

dana 3M-5M sekali pergi;

mampu untuk membeli tas

Hermes 1M; hingga

sepuluh turunan hartanya

tidak habis; makin besar

kasusnya makin di angka

gratis; dan lain

sebagainya.

Pengaturan Struktur organisasi

kalimat yang digunakan

utuh, terlihat dari

konsistensi Fredrich

dalam menyampaikan

penjelasannya tentang

sumber kekayaannya dan

gaya hidupnya. Ia berhasil

meningkatkan persuasinya

hingga membuat khalayak

berfikir ulang apakah

yang disampaikan benar

atau rekayasa Fredrich

saja.

Gaya Penggunaan Gaya dalam

pernyataan ini kurang

memperhatikan

kepantasan kata, seperti

saat memamerkan

kekayaannya yang tidak

habis hingga 10 turunan,

kemampuannya untuk

menyediakan dana 3M

hingga 5M untuk pergi ke

luar negeri, dan

kemampuan membeli tas

Hermes seharga 1 miliar.

Dalam cuplikan

pembicaraan Fredrich

Yunadi di bagian ini

terdapat bagian yang

mengandung beberapa

majas, seperti:

(1) Majas Perbandingan –

Metonimia: “Yang

sekarang tas Hermes,

yang harga 1M juga saya

beli. Saya suka

kemewahan!”

(2) Majas penegasan –

Elipsis:“Setelah saya bisa

menolong beliau, kan

efeknya itu yang tidak

bisa diduga, kan gitu kan.

Jadi saya tidak adamikirin

seperti soal... <hening>

jadi seperti tadi, situ

mengatakan dari fee

segala, bagi saya, yang

menarik…”

Penyampaian Dalam cuplikan

pernyataan Fredrich

Yunadi berikut, ia berhasil

mengucapkan pesan

dengan lantang dan vokal

yang jelas dan volume

keras, kerap kali gerakan

tubuh digunakan seperti

saat menjelaskan bahwa

dirinya „suka

kemewahan‟, dan tatapan

mata yang tajam dan

Page 13: KONSTRUKSI GAYA RETORIKA FREDRICH YUNADI (Analisis ... · Penelitian ini berusaha melihat retorika yang digunakan Fredrich Yunadi dalam wawancara Catatan ... keterangan-keterangan

Jurnal SEMIOTIKA

Vol.12 (No. 2 ) : no. 134 - no 150. Th. 2018 p-ISSN: 1978-7413 e-ISSN: 2579-8146

Versi Online: http://journal.ubm.ac.id/ Hasil Penelitian

145

terkadang terbawa emosi.

Ingatan Secara garis besar dari

tanggapan dan pernyataan

Fredrich dalam cuplikan

ini terlihat lancar dan

tidak begitu memerlukan

usaha-usaha berlebih

untuk membangun

ingatan, namun di

beberapa bagian terdapat

usaha-usaha untuk

membangun kembali

ingatannya, seperti saat

menjelaskan mengenai fee

dirinya menjadi corporate

lawyer.

Analisis Retorika Part. 7

Gambar 7

Analisis Retorika Aristoteles

Ethos

Dengan raut wajah yang serius dan

tatapan tajam dan kaku karena emosi akan

topik pembahasan ICW mengenai ada

potensi gap keyakayaan Setya Novanto yang

dilaporkan melalui LHKPN ke KPK dengan

yang riil kekayaan. Sesekali Fredrich terlihat

menggerakan tangannya sebagai bentuk

penandasan, dan saat di sanggah oleh Najwa

Shihab dan Donal Fariz mengenai pelaporan

LHKPN yang menggunakan present value,

Fredrich terlihat melihat jam tangan yang

dikenakannya pertanda gugup.

Fredrich menjelaskan mengenai

kepemilikan jet pribadi adalah partai Golkar

yang menyewa dari lissing, namun saat

dikonfirmasi oleh Najwa mengenai “berarti

Golkar menyewa jet pribadi?” Fredrich

justru berkata “saya tidak tahu karena saya

sendiri bukan orang partai”. Hal ini

menyebabkan logika yang telah dibangun

Fredrich untuk menaikan kepercayaan

audiens menjadi gagal kembali. Namun

Fredrich berhasil membangun logika dan

pemahaman audiens kembali, dengan

menjelaskan dan lebih menegaskan bahwa

tugasnya sebagai seorang advokat ya

membela klien nya, seperti berikut “Jadi gini

lo! Itu kan main area nya harus ada, sudah

gini lah! Kita tidak perlu bediskusi, karena

kan tugas saya hanya defence ya kan. Saya

hanya membela klien saya, ya kan.”.

Logos

Dalam bagian pernyataan ini bukti-

bukti logis yang digunakan Fredrich Yunadi

untuk membuktikan bahwa laporan LHKPN

yang dicurigai KPK mengenai kemungkinan

pencucian uang adalah imajinasi KPK

semata, pada awalnya berhasil membantu

pola berfikir audienssesuai yang dibicarakan

Fredrich karena sesuai dengan argumennya

bahwa Setya Novanto sebelum terjun ke

bidang politik sudah menjadi pengusaha

sukses yang hartanya tidak bisa dihitung.

Namun bukti-bukti logis bahwa sumber

kekayaan Setya Novanto bukan hanya dari

politik yang disampaikan Fredrich

dilemahkan oleh Najwa Shihab yang

menyanggah pernyataan Fredrich “Hartanya

tidak bisa dihitung”, menurut Najwa yang

berdasar aturan KPK laporan LHKPN harus

bisa dihitung sampai poin nya pun harus bisa

dihitung dan dilaporkan. Kemudian bukti

mengenai konfirmasi kepemilikan jet pribadi

adalah partai Golkar yang menyewa dari

lissing tidak disertakan bukti-bukti yang

kuat (seperti bukti sewa dan jangka waktu).

Sehingga strategi Fredrich yang digunakan

dalam usaha membangun logika dan

rasionalitas berfikir setelah pada awalnya

cenderung asal bicara saja dan berusaha

mengarah ke menonjolkan bukti-bukti.

Pathos

Fredrich Yunadi berhasil menggugah

emosi terkejut dan takut dari para audiens

nya. Emosi Terkejut timbul akibat dari

penyataan Fredrich yang mengatakan

LHKPN tidak menggunakan present value,

dan statement dimana Fredrich tidak tau

mengenai status sewa jet pribadi Setya

Novanto, sedangkan sebelumnya ia

menjelaskan mengenai status sewa jet

pribadi tersebut adalah sewa dari lissing dan

yang menyewa partai Golkar. Hal inilah

Page 14: KONSTRUKSI GAYA RETORIKA FREDRICH YUNADI (Analisis ... · Penelitian ini berusaha melihat retorika yang digunakan Fredrich Yunadi dalam wawancara Catatan ... keterangan-keterangan

Jurnal SEMIOTIKA

Vol.12 (No. 2 ) : no. 134 - no 150. Th. 2018 p-ISSN: 1978-7413 e-ISSN: 2579-8146

Versi Online: http://journal.ubm.ac.id/ Hasil Penelitian

146

yang menimbulkan rasa penasaran dari

benak Najwa Shihab dan Donal Fariz. Emosi

takut dirasakan ketika Fredrich

mengingatkan keras ICW melalui Donal

Fariz untuk tidak membuat masalah, emosi

takut memuncak ketika Fredrich

menandaskan bahwa ia tidak takut siapapun,

dan bisa menembak orang di tengah jalan

bila terancam. Najwa Shihab langsung

terlihat terkejut dan sedikit gugup sambil

berkata “Wuss! Bapak jangan main tembak-

tembak dong pak!”, persepsi yang terbentuk

dari khalayaknya adalah Fredrich tidak takut

menghadapi beragam kritik yag ditunjukan

padanya, Fredrich menegaskan bahwa

dirinya tidak gentar melawan siapapun.

Tabel Analisis Lima Kanon Retorika

Part. 8

KANON ANALISIS

Penemuan Dalam bagian pernyataan

Fredrich Yunadi ini,

logika dan bukti yang

digunakan dalam pidato

tidak kuat untuk dapat

membentuk pola pikir dan

pemahaman dari para

audiens nya, seperti saat

menjelaskan mengenai

pelaporan LHKPN

(Laporan Harta Kekayaan

Penyelenggara Negara)

yang pada prinsipnya

merupakan laporan yang

wajib disampaikan oleh

penyelenggara negara

mengenai harta kekayaan

yang dimilikinya saat

pertama kali menjabat,

mutasi, promosi dan

pensiun. Secara singkat

LHKPN adalah

mengumumkan harta

kekayaan dan bersedia

dilakukan pemeriksaan

terhadap kekayaanya

(www.hukumonline.com).

Namun Fredrich

menjelaskan bahwa

pelaporan harta adalah

berdasar purchase value

dan bukan present value,

juga mengatakan harta

kekayaan Setya Novanto

tidak dapat dihitung.

Sedangkan seorang

pejabat publik sampai

poin terkecilnya pun harus

dihitung.

Pengaturan Struktur organisasi yang

digunakan Fredrich dalam

pernyataan ini tidak

runtut, dimana pada awal

saat ditanya mengenai

laporan harta kekayaan

Setya Novanto sudah

cukup runtut, seperti

berikut, Fredrich

menjelaskan bahwa

kekayaan Setya Novanto

sudah tidak bisa dihitung

dan apa yang dilaporkan

ke BPK (Badan

Pemeriksa Keuangan) &

BPKP (Badan

Pengawasan Keuangan

dan Pembangunan) adalah

kekayaan pribadi Setya

Novanto saja, dan terus

berlanjut hingga ke saat

dimana ia berusaha

mempertahankan

argumennya, dan

menjelaskan dengan tegas

bahwa dirinya hanyalah

pengacara pribadi pak

Setya Novanto dan dia

memohon untuk

pembicaraan yang sedang

dilakukan saat itu tidak

perlu didiskusikan lebih

lanjut, karena itu bukan

domain kerjanya. Namun

di bagian akhir saat

dihujani berbagai

pertanyaan, Fredrich

Justru berbelok dan tidak

berusaha untuk

meluruskan lagi dan

menegaskan kembali apa

yang sudah dibahas

sebelumnya, justru ia

mengatakan “Saya gak

Page 15: KONSTRUKSI GAYA RETORIKA FREDRICH YUNADI (Analisis ... · Penelitian ini berusaha melihat retorika yang digunakan Fredrich Yunadi dalam wawancara Catatan ... keterangan-keterangan

Jurnal SEMIOTIKA

Vol.12 (No. 2 ) : no. 134 - no 150. Th. 2018 p-ISSN: 1978-7413 e-ISSN: 2579-8146

Versi Online: http://journal.ubm.ac.id/ Hasil Penelitian

147

pernah takut sama

siapapun! Saya di tengah

jalan ketemu aja saya

tembak langsung

orangnya kok, saya gak

ragu-ragu kok!”.

Gaya Penggunaan Gaya dalam

pernyataan ini pada

beberapa bagian terlihat

kurang memperhatikan

kepantasan kata, seperti

mengatakan “Itu hanya

imajinasi dari KPK

sendiri.”, “Tapi kan gak

tau dia belinya tahun

berapa. Tahun 1994!

Urusan apa? Gitu lo!”,

hingga mengatakan “Saya

kan bilang kan! Saya gak

pernah takut sama

siapapun! Saya di tengah

jalan ketemu aja saya

tembak langsung

orangnya kok, saya gak

ragu-ragu kok!” yang

bernada ancaman. Dalam

cuplikan pembicaraan

Fredrich Yunadi di bagian

ini, terdapat bagian yang

mengandung majas:

(1) majas penegasan –

eklamasio yaitu gaya

bahasa yang

menggunakan kata seru

(Waridah, 2014:26).

Seperti “Sekarang kan

saya sudah berulang kali!”

menunjukan bahwa

Fredrich sudah lelah

menjelaskan berulang kali

di berbagai media

mengenai laporan

LHKPN Setya Novanto;

“Loh saya ga takut! Saya

saya siapapun saya ga

takut!”; “Saya harap

semacam ICW, dalam hal

ini kalau anda ingin

memberikan kritik tetapi

anda bukan menggali tau

nggak!”.

(2) Majas penegasan –

Elipsis yaitu gaya bahasa

yang menghilangkan

beberapa unsur kalimat,

unsur-unsur yang hilang

tersebut mudah ditafsirkan

oleh pembicara (Waridah,

2014:21). Seperti terdapat

pada “hal ini kalau anda

(ICW) ingin memberikan

kritik tetapi anda bukan

menggali tau nggak!

Membuat suatu masalah.

Jadi seolah-olah anda ini..

<hening sejenak> kita kan

tanya kan, banyak sekali

tanya pada orang banyak

sekali, you bisa survei di

Indonesia ya kan, ICW ini

siapa? Kan gitu kan..”

pada awalnya ia menegur

ICW melalui Donal Fariz,

agar tidak menggali

informasi. Namun pada

akhirnya ia mengatakan

yang tidak sesuai dengan

konteks awal

pembicaraanya dan justru

terkesan menyerang ICW

dengan menganggap ICW

tidak dikenal masyarakat.

Penyampaian Dalam cuplikan

pernyataan Fredrich

Yunadi berikut, ia berhasil

mengucapkan pesan

dengan jelas dan

menggunakan penekanan-

penekanan seperti

menjelaskan “saya ini

hanya advokat pribadinya

pak SN. Karena pak SN

rumahnya dekatan dengan

rumah saya, jaraknya 200

meter.” Yang

menandaskan mengenai

wilayah dan cakupan

kerja yang dapat dibahas

dalam kapasitasnya

sebagai pengacara pribadi

Setya Novanto. Juga

dengan volume yang

keras dengan emosi yang

cukup tinggi.

Page 16: KONSTRUKSI GAYA RETORIKA FREDRICH YUNADI (Analisis ... · Penelitian ini berusaha melihat retorika yang digunakan Fredrich Yunadi dalam wawancara Catatan ... keterangan-keterangan

Jurnal SEMIOTIKA

Vol.12 (No. 2 ) : no. 134 - no 150. Th. 2018 p-ISSN: 1978-7413 e-ISSN: 2579-8146

Versi Online: http://journal.ubm.ac.id/ Hasil Penelitian

148

Ingatan Dalam cuplikan

pernyataan dan tanggapan

Fredrich Yunadi ini,

terlihat lancar dan tidak

begitu memerlukan usaha-

usaha berlebih untuk

membangun kembali

ingatan.

Konstruksi Realitas Media Catatan

Najwa “Setia Pengacara Setya”

Realitas media adalah realitas yang

dikonstruksikan oleh media di dalam dua

model; pertama adalah model peta analog

dan kedua adalah model refleksi realitas

(Bungin, 2014:216). Model peta analog

membahas realitas sosial dikonstruksikan

oleh media berdasarkan sebuah model

analogi sebagaimana suatu realitas itu terjadi

secara rasional.

Dalam talk show Catatan Najwa

“Setia Pengacara Setya” realitas dibangun

berdasarkan konstruksi sosial media massa,

dalam hal ini Catatan Najwa dan Narasi

yang mengkonstruksikannya dengan

menghadirkan Fredrich Yunadi selaku kuasa

hukum tersangka kasus korupsi pengadaan

KTP elektronik dan Donal Fariz selaku

koordinator divisi korupsi politik ICW

(Indonesia Corruption Watch). Ditengah

kesimpang-siuran informasi dan ada potensi

disinformasi yang dihasilkan oleh terlalu

beragamnya media. Tidak dapat dielakan

bahwa faktor-faktor seperti Setya Novanto

yang merupakan aktor, jumlah kerugian

yang diderita negara, pihak-pihak lain yang

terjerat, info grafis data pendukung, alur

pertanyaan yang naik turun (tidak selalu

serius dan monoton) dan dengan seting yang

semi formal sehingga meredam suasana agar

tidak menjadi kaku, membuat respon

masyarakat dalam menonton Catatan Najwa

edisi “Setia Pengacara Setya” begitu tinggi.

Pada talk show Catatan Najwa edisi

“Setia Pengacara Setya” membahas berbagai

macam hal seperti konfirmasi kabar „Papa‟

Setya Novanto, biaya yang dikeluarkan

untuk menyewa pengacara Fredrich Yunadi,

Laporan harta kekayaan Setya Novanto,

Usulan ICW agar KPK memproses dengan

tindak pidana pencucian uang. Hal yang

dibahas di program Catatan Najwa (sebagai

bagian dari media massa) menjadi lebih

cepat diterima dengan baik oleh masyarakat

luas.

Untuk itu, membuat suatu topik

menjadi lebih seksi atau rasional dan

dramatis di mata publik menadi penting

karena dapat membuat masyarakat yang

menonton program ini mampu memahami

apa yang sedang terjadi, bagaimana proses

penindakan yang berjalan, dan melihat

pendapat dari sisi lainnya seperti aktivis anti

korupsi ICW Donal Fariz. Hal-hal inilah

yang membuat realitas yang dibangun bisa

terkonstruksi dan diterima dengan baik oleh

setiap audiens nya.

Bila dilihat dari model refleksi realias,

Catatan Najwa berusaha merefleksikan

realitas sosial yang ada melalui sebuah talk

show. Setya Novanto ditetapkan sebagai

tersangka dugaan korupsi pengadaan KTP

elektronik dan merugikan negara sebesar 2,3

Triliun rupiah. Dalam runtutan kasusnya ini

ditemukan berbagai macam kejadian yang

masyarakat kemudian menilai bahwa hal-hal

ini janggal, seperti: Jatuh pingsan saat main

pingpong kemudian pergi kunjungan kerja;

sakit jantung ketika akan diperiksa oleh

KPK; hingga yang terakhir saat dalam

perjalanan akan menghadiri pemeriksaan di

KPK, mobil yang ditumpangi Setya Novanto

mengalami kecelakaan menabrak tiang

listrik. Juga karena Setya Novanto sendiri

juga merupakan aktor yang menduduki kursi

Ketua DPR-RI (Dewan Perwakilan Rakyat

Republik Indonesia) dan pihak-pihak lain

yang diduga ikut terseret kasus ini. Karena

melihat hal inilah, pada talk show Catatan

Najwa menghadirkan Fredrich Yunadi

selaku kuasa hukum Setya Novanto untuk

berusaha menjawab berbagai pertanyaan

yang mencuat di publik. Sesuai dengan

kewajibannya sebagai seorang advokat

pribadi Setya Novanto yaitu membela

kliennya, maka Catatan Najwa kali ini

berjudul “Setia Pengacara Setya”.

Dalam sebuah proses penyampaian

pendapat (retorika) berbagai hal dapat

diusahakan dalam membuat suatu hal

menjadi positif ataupun menjadi negatif.

Termasuk salah satunya adalah proses

retorika. Dimana retorika dipahami sebagai

bentuk bahasa atau tulisan yang sifatnya

persuasif atau efektif yang bertujuan untuk

mengendalikan realita guna mempengaruhi

Page 17: KONSTRUKSI GAYA RETORIKA FREDRICH YUNADI (Analisis ... · Penelitian ini berusaha melihat retorika yang digunakan Fredrich Yunadi dalam wawancara Catatan ... keterangan-keterangan

Jurnal SEMIOTIKA

Vol.12 (No. 2 ) : no. 134 - no 150. Th. 2018 p-ISSN: 1978-7413 e-ISSN: 2579-8146

Versi Online: http://journal.ubm.ac.id/ Hasil Penelitian

149

audiensnya. Maka tidak heran bila cara ini

masih efektif dalam mempengaruhi opini

publik yang mulai menyimpang.

Retorika yang digunakan Fredrich

Yunadi dalam wawancara Catatan Najwa

Setia Pengacara Setya adalah Dialogika,

karena pemakaian gaya retorika seperti ini

audiens dapat menanggapi dan bertukar

pikiran dan pemahaman (dengan kata lain,

audiens tidak hanya terfokus pada satu

sumber saja). Dalam retorika dialogika

terdapat hambatan untuk usaha Fredrich

menyampaikan ethos, logos, dan pathos

dalam pidatonya. Ada banyak hal yang

diungkapkan Fredrich dalam wawancara

Catatan Najwa edisi “Setia Pengacara

Setya”, namun peneliti juga melihat adanya

upaya Fredrich untuk menunjukan bentuk

kesetiaanya terhadap kliennya Setya

Novanto.

Dalam penelitian ini, peneliti juga

mendapati Fredrich Yunadi yang dirasa

sudah paham dengan konsep media yang

dapat mengkonstruksikan sebuah realitas

dalam masyarakat. Hal ini terlihat dari awal

program wawancara Catatan Najwa edisi

“Setia Pengacara Setya” ini berlangsung,

Fredrich sudah berusaha menjelaskan

mengenai banyak berita yang tersebar di

media (media konvensional maupun media

baru) yang bila digulung secara „salah‟ atau

hasil dari ditempatkannya judul-judul yang

tidak sesuai dengan realitas dapat

berdampak pada persepsi masyarakat luas

mengenai suatu objek berita (dalam konteks

ini adalah citra Setya Novanto dan Fredrich

sebagai pengacara pribadi Setya Novanto).

Pada bagian akhir program, Fredrich

terlihat beberapa kali berusaha

mengkonstruksikan sebuah realitas baru

dengan tujuan agar realitas bentukannya

mampu mengkonstruksi realitas sosial yang

ada dan sedang berkembang, dengan cara

terus menerus berusaha meyakinkan publik

bahwa kliennya (Setya Novanto) tidak

bersalah dan tidak melakukan tindak pidana

korupsi dengan menunjukan berbagai

macam hal dan membentuk pemahaman

baru seperti tudingan terhadap KPK yang

melakukan cyber war, walaupun tidak

didasari oleh bukti dan dasar yang kuat.

Menganalogikan kondisi kesehatan

jantung Setya Novanto dengan kondisi

kesehatan jantung Fredrich Yunadi agar

tercipta sebuah persepsi baru dalam

masyarakat bahwa kondisi kesehatan Setya

Novanto memang tidak dibuat-buat, sikap

taat dalam beragama kliennya dengan tujuan

masyarakat memahami bahwa seorang yang

taat beragama tidak mungkin melakukan

tindak pidana korupsi, hingga sumber-

sumber kekayaan Setya Novanto.

SIMPULAN

Talk show Catatan Najwa edisi “Setia

Pengacara Setya” yang diunggah di

platformYoutube pada 24 November 2017

menunjukan sikap kesetiaan Fredrich

Yunadi. Adapun sikap kesetiaan Fredrich

Yunadi dalam program wawancara Catatan

Najwa edisi “Setia Pengacara Setya”

merupakan konstruksi realitas media.

Dimana konstruksi sikap kesetiaan itu

sendiri bisa dilihat dari dua model yakni;

model peta analog dan model refleksi

realitas. Adapun konstruksi sikap kesetiaan

pada program wawancara Catatan Najwa

edisi “Setia Pengacara Setya” merupakan

bentuk tanggapan akan realitas sosial yang

sedang berkembang di masyarakat terkait

dengan bergulirnya kasus dugaan korupsi

KTP (Kartu Tanda Penduduk) elektronik

oleh Ketua DPR-RI Setya Novanto yang

tentu diharapkan apa yang sudah

dikonstruksikan sebagai realitas media

tersebut, mampu menjadi konstruksi realitas

sosial yang baru.

Gaya retorika yang digunakan

Fredrich Yunadi dalam membela Setya

Novanto digunakan sebagai alat untuk

mengkonstruksikan sebuah realitas yang

baru dalam masyarakat. Hal tersebut

ditunjukan melalui analisis retorika

Aristoteles yang mencangkup ethos, logos

dan pathos pada transkrip dialog dalam

program wawancara Catatan Najwa edisi

“Setia Pengacara Setya” yang dikatagorikan

dalam tujuh potongan transkrip yang sudah

peneliti deskripsikan pada hasil penelitian.

Ethos, logos dan pathos yang digunakan

oleh Fredrich Yunadi dalam setiap

ungkapannya adalah upaya untuk

menunjukan kepada publik bahwa Setya

Novanto tidak bersalah seperti menjelaskan

pasal-pasal advokat; logika berfikir bahwa di

Page 18: KONSTRUKSI GAYA RETORIKA FREDRICH YUNADI (Analisis ... · Penelitian ini berusaha melihat retorika yang digunakan Fredrich Yunadi dalam wawancara Catatan ... keterangan-keterangan

Jurnal SEMIOTIKA

Vol.12 (No. 2 ) : no. 134 - no 150. Th. 2018 p-ISSN: 1978-7413 e-ISSN: 2579-8146

Versi Online: http://journal.ubm.ac.id/ Hasil Penelitian

150

DPR banyak pihak yang pro dan kontra

terhadap Setya Novanto; dan rekam medis

Setya Novanto yang menunjukan Setya

Novanto tidak pura-pura sakit. Walaupun di

dalam beberapa kesempatan cenderung tidak

masuk akal dan seolah hanya sebatas asal

berbicara tanpa disertai dengan bukti yang

menguatkan argumennya, seperti disaat

dirinya menjelaskan: Tudingannya terhadap

KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) yang

melakukan cyber war terhadap Setya

Novanto dan dirinya; Jumlah penyidik KPK

yang dilaporkan ke polisi terkait kasus

dugaan pencemaran nama baik; menjelaskan

fee dirinya dan kemampuannya untuk

melancarkan kesenangannya untuk hidup

mewah dengan mengumbar nominal harta

kekayaanya; Penjelasan mengenai LHKPN

(Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara

Negara) Setya Novanto.

Teori retorika membahas mengenai

ethos, logos, dan pathos yang dimana pada

normalnya ketiga bagian tersebut (ethos,

logos, pathos) terjadi secara ber-iringan.

Namun ternyata, di dalam sebuah proses

retorika yang dilakukan seseorang ketiga hal

ini dapat juga terjadi secara tidak beriringan.

Seperti yang dilakukan oleh Fredrich dalam

kesempatannya diwawancarai di program

Catatan Najwa, bahwa dirinya kerap kali

tidak menghiraukan logos dan pathos nya.

Justru di banyak kesempatan, dirinya lebih

berusaha untuk membangun kepercayaan

publik akan dirinya (sebagai seorang

pembicara) atau dapat disematkan kata

“lebih mementingkan first impression” dari

audiens, tanpa memperhatikan lebih lanjut

logos yang seharusnya ada sebagai bahan

yang dapat mendasari sebuah ungkapan

dalam sebuah proses retorika melalui bukti-

bukti, maupun efek apa yang akan

ditimbulkan dari para audiens yang

mendengarkan retorikanya (pathos).

DAFTAR PUSTAKA

Ariesta, dkk. 2013. Communication Mix.

Yogyakarta: Lingkar Media

Bungin, Burhan. 2009. Sosiologi

Komunikasi: teori, paradigma, dan

diskursi teknologi komunikasi di

masyarakat. Jakarta: Kencana

Foss, Karen & LittleJohn, 2009, Teori

Komunikasi, Jakarta: Salemba Humanika

Moleong, L. J. 2010, Metode Penelitian

Kualitatif, Bandung: Remaa Rosdakarya

Mulyana, Deddy. 2009. Ilmu Komunikasi;

Suatu Pengantar. Bandung: Remaja

Rosdakarya

West, Richard dan Lynn H. Turner. 2008.

Introducing Communication Theory:

Analysis and Application, 3 Ed.

Penerjemah Maria Natalia Damayanti

Maer. 2009. Pengantar Teori Komunikasi

Analisis dan Aplikasi Edisi 3. Jakarta:

Salemba Humanika

Waridah, Ernawati, 2014, Pedoman Umum

EYD (Ejaan Yang Disempurnakan), B.

Media