125
KONSULTASI TRIPARTIT KANTOR PERBURUHAN INTERNASIONAL – JENEWA STANDAR PERBURUHAN INTERNASIONAL Konperensi Perburuhan Internasional, Sidang ke-88, Tahun 2000

Konsultasi Tripartit - ilo.org · laporan-laporan yang wajib diserahkan setiap dua tahun sekali menurut Pasal 22 dan Pasal 35 Konstitusi oleh Negara-negara Anggota yang telah meratifikasi

  • Upload
    lydan

  • View
    225

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

KONSULTASITRIPARTIT

KANTOR PERBURUHAN INTERNASIONAL – JENEWA

STANDAR PERBURUHAN INTERNASIONAL

Konperensi Perburuhan Internasional, Sidang ke-88, Tahun 2000

KONSULTASI TRIPARTIT

Konperensi Perburuhan Internasional

Sidang ke-88, Tahun 2000-12-28

Laporan III (Bagian 1B)

Butir ketiga dalam agenda:Informasi dan laporan mengenai aplikasiKonvensi-konvensi dan Rekomendasi-rekomendasi

Kajian UmumMengenai Konvensi No. 144 Tahun 1976 tentang Konsultasi Tripartit (Standar PerburuhanInternasional) dan Rekomendasi Konsultasi Tripartit No. 152 Tahun 1976 (KegiatanOrganisasi Perburuhan Internasional)

Laporan Panitia Ahli mengenaiAplikasi Konvensi-konvensi dan Rekomendasi-rekomendasi(pasal 19, 22, dan 35 Konstitusi)

KANTOR PERBURUHAN INTERNASIONAL – JENEWA

KONSULTASITRIPARTIT

Dicetak di Jakarta, Indonesia, 2001

Hak Cipta © Organisasi Perburuhan Internasional 2000Pertama terbit tahun 2001

Hak cipta publikasi Kantor Perburuhan Internasional dilindungi oleh Protokol 2 dari Konvensi Hak Cipta Dunia(Universal Copyright Convention). Walaupun begitu, kutipan singkat yang diambil dari publikasi tersebutdapat diperbanyak tanpa otorisasi dengan syarat agar menyebutkan sumbernya. Untuk mendapatkan hakperbanyakan dan penerjemahan, surat lamaran harus dialamatkan kepada Publications Bureau (Rights andPermissions), International Labour Office, CH-1211 Geneva 22, Switzerland. Kantor Perburuhan Internasionalakan menyambut baik lamaran tersebut.

Perpustakaan, lembaga dan pengguna lainnya yang terdaftar dalam Kantor Lisensi Hak Cipta (CopyrightLicensing Agency) di Inggris dengan alamat 90 Tottenham Court Road, London W1P OLP (Fax: + 44 (0)171631 5500), Pusat Pengesahan Hak Cipta (Copyright Clearance Center) di Amerika Serikat dengan alamat 222Rosewood Drive, Danvers, MA 01923 (Fax: + 1 508 750 4470) atau Organisasi Hak Perbanyakan (ReproductionRights Organizations) terkait di negara lain, dapat membuat fotokopi sesuai dengan ijin lisensi yang dikeluarkanbagi mereka untuk keperluan tersebut.

ISBN 92-2-811508-4Diterjemahkan dari Tripartite Consultation (ISBN 92-2-111508-9)

PCL

Sesuai dengan tata cara Perserikatan Bangsa-Bangsa, pencantuman informasi dalam publikasi-publikasi ILO beserta sajian bahan tulisan yang terdapatdi dalamnya sama sekali tidak mencerminkan opini apapun dari Kantor Perburuhan Internasional (International Labour Office) mengenai informasiyang berkenaan dengan status hukum suatu negara, daerah atau wilayah atau kekuasaan negara tersebut, atau status hukum pihak-pihak yang berwenangdari negara tersebut, atau yang berkenaan dengan penentuan batas-batas negara tersebut.

Dalam publikasi-publikasi ILO tersebut, setiap opini yang berupa artikel, kajian dan bentuk kontribusi tertulis lainnya, yang telah diakui dan ditandatanganioleh masing-masing penulisnya, sepenuhnya menjadi tanggung jawab masing-masing penulis tersebut. Pemuatan atau publikasi opini tersebut tidakkemudian dapat ditafsirkan bahwa Kantor Perburuhan Internasional menyetujui atau menyarankan opini tersebut.

Penyebutan nama perusahaan, produk dan proses yang bersifat komersil juga tidak berarti bahwa Kantor Perburuhan Internasional mengiklankan ataumendukung perusahaan, produk atau proses tersebut. Sebaliknya, tidak disebutnya nama suatu perusahaan tertentu, produk atau proses tertentu yangbersifat komersil juga tidak dapat dianggap sebagai tanda tidak adanya dukungan atau persetujuan dari Kantor Perburuhan Internasional.

Publikasi-publikasi ILO dapat diperoleh melalui penyalur-penyalur buku utama atau melalui kantor-kantor perwakilan ILO di berbagai negara ataulangsung melalui Kantor Pusat ILO dengan alamat ILO Publications, International Labour Office, CH-1211 Geneva 22, Switzerland atau melaluiKantor Organisasi Perburuhan Internasional di Jakarta dengan alamat Gedung PBB, Lantai 5, Jl. M. H. Thamrin No. 14, Jakarta 10240. Katalog ataudaftar publikasi terbaru dapat diminta secara cuma-cuma pada alamat tersebut.

Paragraf

1. Pendahuluan .................................................................................. 1-27

2. Definisi dan metode implementasi ................................................ 28-51

3. Prosedur konsultasi ........................................................................ 52-73

4. Hal-hal yang perlu dibahas dalam konsultasi ................................ 74-117

5. Berfungsinya prosedur ................................................................... 118-135

6. Kesulitan-kesulitan dan prospek ratifikasi .................................... 136-148

Penutup ................................................................................................... 149-153

Lampiran-lampiran

IKHTISAR

LAPORAN III(1B)-2000

Paragraf

1. Pendahuluan ................................................................................. 1-27

I. Latar Belakang Kajian ........................................................... 1-4

II. Tripartisme pada Tingkat Internasional ................................. 5-7

III. Tripartisme pada Tingkat Nasional Dalam KaitannyaDengan Standar Perburuhan Internasional ............................. 8-17

IV. Isi Instrumen .......................................................................... 18-22

V. Peningkatan Jumlah Ratifikasi .............................................. 23-24

VI. Informasi yang Tersedia ......................................................... 25-26

VII. Garis Besar Kajian ................................................................. 27

2. Definisi dan Metode Implementasi ............................................. 28-51

I. Definisi ................................................................................... 28-47

II. Metode Implementasi ............................................................. 48-51

3. Prosedur Konsultasi ..................................................................... 52-73

I. Konsultasi dalam Kerangka Kelembagaan ............................ 55-68

II. Konsultasi melalui Komunikasi Tertulis ................................ 69-71

III. Prosedur-prosedur Konsultasi Lainnya .................................. 72-73

DAFTAR ISI

LAPORAN III(1B)-2000

viii LAPORAN III(1B)-2000

Konsultasi Tr ipartit

4. Hal-hal yang Perlu Dibahas dalam Konsultasi ......................... 74-117

I. Konsultasi tentang Standar Perburuhan Internasional .......... 77-107

1. Konsultasi yang diwajibkan oleh Konvensi ................. 77-98

2. Konsultasi-konsultasi tambahan yang

diharapkan oleh Rekomendasi ...................................... 99-104

3. Konsultasi-konsultasi lain ............................................. 105-107

II. Konsultasi tentang Aspek-aspek lain dariKegiatan-kegiatan ILO ........................................................... 108-117

1. Konsultasi-konsultasi yang disarankan olehRekomendasi ................................................................. 108-115

2. Konsultasi-konsultasi lain ............................................. 116-117

5. Berfungsinya Prosedur ................................................................ 118-135

I. Frekuensi Konsultasi ............................................................. 119-122

II. Dukungan Administratif ........................................................ 123-124

III. Pelatihan Para Peserta dalam Konsultasi ............................... 125-129

IV. Mengeluarkan Laporan Tahunan ........................................... 130-133

V. Koordinasi dengan Badan-badan Nasional lain ..................... 134-135

6. Kesulitan-kesulitan dan Prospek Ratifikasi .............................. 136-148

I. Kesulitan-kesulitan yang menghalangi ratifikasi .................. 136-144

II. Prospek ratifikasi ................................................................... 145-148

Penutup ................................................................................................ 149-153

ixLAPORAN III(1B)-2000

Halaman

Lampiran-lampiran

A. Naskah Instrumen Perburuhan tahun 1976:Konvensi No. 144 dan Rekomendasi No. 152 ....................... 85

B. Naskah Rekomendasi Konsultasi No. 113 Tahun 1960(Tingkat Industrial dan Nasional) .......................................... 97

C. Resolusi mengenai konsultasi tripartit di tingkat nasionaltentang kebijakan ekonomi dan sosial, diterima dan disetujuioleh Konperensi Perburuhan Internasionalpada tanggal 19 Juni 1996 ...................................................... 101

D. Ratifikasi Konvensi Konsultasi Tripartit No. 144 Tahun 1976(Standar Perburuhan Internasional) ........................................ 107

E. Tabel laporan-laporan yang akan dan telah diterimamengenai Konvensi No. 144 dan Rekomendasi No. 152 ...... 109

F. Perundang-undangan yang dijadikan acuan dalam Kajian .... 117

Daftar isi

I. LATAR BELAKANG KAJIAN

1. Dalam Sidangnya yang ke 267 pada bulan November 1996, BadanPengurus Kantor Perburuhan Internasional telah memutuskan untukmeminta Negara Anggota yang belum meratifikasi Konvensi No. 144 Tahun1976 mengenai Konsultasi Tripartit (Standar Perburuhan Internasional)untuk menyerahkan laporan mengenai hukum perburuhan nasional yangberlaku dan praktek perburuhan yang telah dianggap lumrah dan menjadikebiasaan di negara masing-masing, yakni yang berkenaan dengan hal-halyang menjadi pokok Konvensi. Keputusan ini sesuai dengan Pasal 19 ayat5 (e) Konstitusi Organisasi Perburuhan Internasional (ILO). Berdasarkankeputusan ini, dan sesuai dengan Pasal 19 ayat 6 (d) Konstitusi, maka seluruhpemerintah Negara Anggota juga diminta menyerahkan laporan mengenaihukum dan praktek perburuhan nasional yang telah menjadi kebiasaan danberlaku di negara masing-masing, yakni yang berkenaan dengan hal-halyang menjadi pokok Rekomendasi No. 152 Tahun 1976 mengenai KonsultasiTripartit (Kegiatan Organisasi Perburuhan Internasional). Laporan-laporanyang diberikan sehubungan dengan keputusan tersebut bersama denganlaporan-laporan yang wajib diserahkan setiap dua tahun sekali menurut Pasal22 dan Pasal 35 Konstitusi oleh Negara-negara Anggota yang telahmeratifikasi Konvensi tersebut telah memungkinkan Panitia Ahli di BidangPelaksanaan Konvensi dan Rekomendasi (Committee of Experts on the

PENDAHULUAN 1

������������ ����

2 LAPORAN III(1B)-2000

Konsultasi Tr ipartit

Application of Conventions and Recommendations), sebagaimana lazimnya,untuk melakukan Kajian Umum mengenai pengaruh yang diberikan [olehhukum dan praktek perburuhan nasional di masing-masing negara] terhadappelaksanaan kedua instrumen perburuhan tersebut [yaitu Konvensi 144/1976dan Rekomendasi 152/1976].

2. Kajian ini merupakan Kajian Umum kedua mengenai Konvensidan Rekomendasi mengenai konsultasi tripartit tahun 1976. Ketika Kajiansebelumnya1 dipresentasikan dalam Sidang ke 68 Konperensi PerburuhanInternasional pada bulan Juni 1982, Konvensi 144/1976 telah berlaku selamaempat tahun dan telah diratifikasi oleh 27 negara. Dewasa ini, Konvensi144/1976 telah diratifikasi oleh 93 negara. Jumlah ini sedikit melebihisetengah jumlah seluruh Negara Anggota ILO. Meskipun klausul-klausulmenimbang yang dikemukakan dalam Kajian tahun 1982 dalam banyak halmasih relevan, klausul-klausul tersebut masih dapat dilengkapi denganpelajaran-pelajaran yang dapat dipetik dari dialog-dialog selama duadasawarsa mengenai pelaksanaan Konvensi 144/1976 antara badan-badanpengawas ILO dan pemerintah-pemerintah Negara Anggota peratifikasi.

3. Mungkin akan ada manfaatnya untuk mengingat kembali konteksyang dijadikan dasar pemilihan instrumen perburuhan tersebut oleh BadanPengurus dalam meminta laporan-laporan sesuai dengan Pasal 19 Konstitusi,yaitu bahwa pemilihan ini dilakukan mengikuti keputusan KonperensiPerburuhan Internasional (ILC) dalam Sidangnya yang ke 83 pada tahun1996 untuk menerima kesimpulan-kesimpulan yang diajukan oleh PanitiaKonsultasi Tripartit. Menurut kesimpulan-kesimpulan tersebut, ILOhendaknya “menggunakan semua cara yang layak,” antara lain, “untuk

1ILO, General Survey of the Repor ts relating to Convention No. 144 and Recommendation No. 152 (KajianUmum mengenai Laporan-laporan yang berkaitan dengan Konvensi No. 144 dan Rekomendasi No. 152),Konperensi Perburuhan Internasional (International Labor Conference/ ILC), Sidang ke 68, 1982, Laporan III(Bagian 4B). Kajian Umum ini selanjutnya disebut sebagai “Kajian Umum 1982”.

3LAPORAN III(1B)-2000

mendorong ratifikasi dan/ atau pelaksanaan secara efektif Konvensi No.144 tahun 1976 mengenai Konsultasi Tripartit (Standar PerburuhanInternasional), Rekomendasi No. 152 tahun 1976 mengenai KonsultasiTripartit (Kegiatan Organsasi Perburuhan Internasional), dan RekomendasiNo. 113 tahun 1960 mengenai Konsultasi (Tingkat Industrial danNasional)”.2

4. Akan tetapi, berdasarkan dokumen yang disiapkan oleh KantorPerburuhan Internasional, Badan Pengurus tidak meminta laporan-laporanmengenai upaya-upaya yang dilakukan demi terlaksananya RekomendasiNo. 113.3 Karena itu, sejak awal hendaknya sudah dijelaskan bahwa subyekKajian ini bukanlah pembahasan mengenai berbagai praktek konsultasitripartit yang berkenaan dengan masalah-masalah perburuhan secara luaspada umumnya di tingkat nasional. Sebaliknya, fokus Kajian ini secaraspesifik membahas syarat-syarat konsultasi tripartit dalam kaitannya denganstandar perburuhan internasional atau aspek-aspek lain kegiatan-kegiatanILO yang tercakup oleh Rekomendasi No. 152.

2Resolusi mengenai konsultasi tripartit pada tingkat nasional di bidang kebijakan ekonomi dan sosial, dalamILO: Official Bulletin (Buletin Resmi) Volume LXXIX, 1996, Seri A, No. 2, hal 67-69. Lihat Lampiran C dalambuku ini.

3Rekomendasi No. 113 direproduksi dalam Lampiran B buku ini. Panitia Ahli melakukan Kajian Umum mengenaiRekomendasi No. 113 ini pada tahun 1976: ILO: General Survey of the Repor ts relating to the Consultation(Industrial and National Levels) Recommendation (Kajian Umum terhadap Laporan-laporan yang berkaitandengan Rekomendasi Konsultasi Tingkat Industrial dan Nasional), 1960 (No. 113), ILC, Sidang ke 61, 1976,Laporan III (Bagian 4B). Laporan yang disiapkan sebagai dasar kerja Komite Konsultasi Tripartit pada SidangKonperensi tahun 1996 berisi analisa perkembangan terakhir di bidang ini: ILO: Tripar tite consultation at thenational level on economic and social policy (Konsultasi Tripartit Tingkat Nasional mengenai Kebijakan Ekonomidan Sosial), Konperensi Perburuhan Internasional (ILC), Sidang ke 83, 1996, Laporan IV. Referensi lain yangbermanfaat berisi studi perbandingan dan satu seri studi negara dan wilayah mengenai subyek ini: A. Trebilcocket al., Towards social dialogue: Tripartite cooperation in national economic and social policy-making (MenujuDialog Sosial: Kerjasama Tripartit dalam Pembuatan Kebijakan Nasional di bidang Ekonomi dan Sosial), Geneva,ILO, 1994.

Pendahuluan

4 LAPORAN III(1B)-2000

Konsultasi Tr ipartit

II. TRIPARTISME PADA TINGKAT INTERNASIONAL

5. Sejak awal, peran inti ILO adalah mengupayakan kerjasama antarpemerintah, pengusaha, dan pekerja dalam menegakkan keadilan sosialmelalui peraturan urusan perburuhan pada tingkat internasional, dengantujuan untuk menciptakan “perdamaian yang universal dan abadi”.4 Komisimengenai Perundang-undangan Perburuhan Internasional didirikan padatahun 1919 oleh Konperensi Perdamaian. Anggota-anggota komisi ini antaralain terdiri dari wakil-wakil pekerja – suatu langkah tak terduga dalam suatukonperensi diplomatik – yang diberi tugas membangun mekanismekelembagaan guna mewadahi kerjasama ini. Hasilnya adalah, Bagian XIIIPerjanjian Versailles menetapkan pelembagaan suatu organisasi ketenaga-kerjaan dengan struktur tripartit yang bersifat permanen di dalam LigaBangsa-Bangsa. Dengan adanya struktur tripartit, maka dalam konperensiumum organisasi tersebut, masing-masing anggotanya diwakili oleh duadelegasi pemerintah dan dua delegasi lainnya, yang masing-masing mewakilipengusaha dan pekerja. Masing-masing delegasi memberikan suara secaraindividu, sedangkan badan eksekutifnya, yaitu Badan Pengurus Kantor Kete-nagakerjaan Internasional, akan terdiri dari satu setengah bagian perwakilanpemerintah, satu setengah bagian perwakilan pengusaha dan satu setengahbagian perwakilan pekerja yang masing-masing dipilih oleh Delegasi Pengu-saha dan Delegasi Pekerja dalam Konperensi. Hal ini dimaksudkan untukmemastikan keikutsertaan wakil-wakil pengusaha dan pekerja pada setiaptahap kegiatan penetapan standar Organisasi, mulai dari penetapan agendaKonperensi hingga ke pengawasan pelaksanaan standar tersebut.

6. Orisinalitas prinsip ini dan keberanian struktur kelembagaan tidakluput dari perhatian para pengamat pada masa itu. Ada pengamat yangberpendapat bahwa organisasi internasional yang baru ini merupakan

4Kutipan ini sesuai dengan bunyi kalimat pertama Konstitusi ILO. Kata “abadi” ditambahkan setelah berakhirnyaPerang Dunia Kedua.

5LAPORAN III(1B)-2000

penjelmaan dari titik temu antara pengembangan perjanjian-perjanjian kerjakolektif dan pengembangan hukum-hukum internasional, dua bentuk“pluralisme hukum” yang telah mulai merambah monopoli pembuatan hukumoleh negara.5 Seorang pengamat lain melihat keikutsertaan langsung“masyarakat industri” dalam menangani urusan-urusan sosial dan perburuhanpada tingkat internasional sebagai salah satu manifestasi awal gerakan menjauhdari “era individualisme Negara,” yang disambutnya dengan baik.6 Dengandemikian, tripartisme ILO menjadi fokus dari suatu harapan yang bersifatagak utopis,7 yang menjadi ciri yang menggejala setelah berakhirnya PerangDunia Pertama, yaitu harapan akan terjadinya suatu transformasi mendasardalam tatanan masyarakat internasional. Namun, jauh dari terpenuhinyaramalan yang mengatakan bahwa Negara tidak akan diperlukan lagi,dasawarsa-dasawarsa berikutnya justru menyaksikan lahirnya universalisasimodel Negara berdaulat melalui proses dekolonisasi dan, akhir-akhir ini,melalui peningkatan jumlah Negara yang ditandai dengan lahirnya negara-negara baru. Meskipun instrumen legislatif ILO memiliki wewenang yangtimbul karena instrumen itu diterima dan disetujui oleh badan-badan tripartityang menjadi ajang perwakilan mitra-mitra sosial dari hampir seluruh negarayang ada di dunia, instrumen tersebut pada hakekatnya tak lebih dari sekedarkumpulan standar yang diajukan kepada sekumpulan Negara yang tetapmenjadi majikan bagi perundang-undangan nasional masing-masing maupunbagi komitmen internasional masing-masing.8

5G. Gurvitch: Le temps présent et l’idée du droit social (Paris, Vrin, 1931).

6G.Scelle: L’Organisation internationale du Travail et le BIT (Paris, Rivière, 1930). Scelle adalah anggotaPanitia Ahli dari tahun 1937 hingga 1957.

7Sebagaimana pengamatan Albert Thomas dalam kata pengantarnya kepada Scelle, op.cit.

8Yakni dengan suatu proviso (ketentuan dalam suatu perjanjian yang mempersyaratkan terpenuhinya suatukondisi sebelum kondisi yang lain dapat dipenuhi) yang bersifat spesifik, yaitu bahwa semua anggota, sesuaidengan kewajiban mereka untuk tunduk kepada pihak yang berwenang menurut Pasal 19 ayat 5(b) dan 6(b)Konstitusi, terikat untuk menguji, dengan itikad baik, upaya yang dapat dilakukan bagi terlaksananya standarketenagekerjaan internasional yang baru mereka terima dan setujui.

Pendahuluan

6 LAPORAN III(1B)-2000

Konsultasi Tr ipartit

7. Pada waktu Liga Bangsa-Bangsa diganti oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa, metode-metode yang telah ada tetap dipertahankan tetapi lembaga-lembaga yang bernaung di bawah organisasi dunia itu mengalamitransformasi sebagai akibat dari pergantian itu. Meskipun demikian, ILOtetap mempertahankan struktur tripartit yang dimilikinya dan tetapmemegang teguh mandat yang telah diberikan kepadanya oleh Konstitusiselama 80 tahun. Deklarasi mengenai maksud dan tujuan OrganisasiPerburuhan Internasional – yang telah diterima dan disetujui oleh KonperensiPerburuhan Internasional di Philadelphia pada tahun 1944 dan dimasukkanke dalam Konstitusi – melestarikan tujuan-tujuan yang ruang lingkupnyalebih lebar dan membawa misi Organisasi yang lebih luas. Deklarasi tersebutmenegaskan kembali relevansi metodenya berdasarkan suatu “upayainternasional yang harmonis, terpadu dan berkesinambungan yangmemungkinkan wakil-wakil pekerja dan wakil-wakil pengusaha – denganstatus yang setara dengan status yang dinikmati pemerintah – bergabungdengan pemerintah dalam diskusi bebas dan pengambilan keputusan yangbersifat demokratis untuk menggalang kesejahteraan bersama”.

III. TRIPARTISME PADA TINGKAT NASIONAL DALAM KAITANNYA

DENGAN STANDAR PERBURUHAN INTERNASIONAL

8. Tercapainya fungsi kerjasama tripartit yang sehat dalam kaitannyadengan standar perburuhan internasional didasarkan pada keyakinan bahwahal tersebut didukung oleh dialog yang bersifat analog pada tingkat nasional.Sebenarnya pelaksanaan fungsi kerjasama tripartit ini hanya terdiri dari suatukewajiban untuk sekedar memberikan informasi, bukan kewajiban untukmelakukan konsultasi. Sekalipun demikian, kewajiban yang dibebankankepada para pemerintah menurut Pasal 23 ayat 2 Konstitusi, yaitu agar parapemerintah menyampaikan salinan dari laporan-laporan yang ditentukanmenurut Pasal 19 dan Pasal 22 kepada organisasi-organisasi yang mewakili

7LAPORAN III(1B)-2000

pengusaha dan pekerja, menyiratkan bahwa partisipasi aktif organisasi-organisasi pengusaha dan pekerja dalam melakukan pengawasan terhadappelaksanaan standar perburuhan internasional sangatlah diharapkan.

9. Di samping itu, banyak Konvensi perburuhan internasional yangmemuat ketentuan-ketentuan yang menetapkan bahwa organisasi-organisasiyang mewakili pengusaha dan pekerja harus mau berhubungan danbekerjasama dalam menjalankan fungsi masing-masing. Sejak sidangnyayang pertama sekali, agaknya Konperensi memang perlu menetapkan prinsipkerjasama tripartit yang mengatur penyerapan dan penerapan standarperburuhan internasional untuk diperluas pada tingkat nasional hingga keproses implementasinya. Untuk itu, dirancang tiga jenis ketentuan [yangdijelaskan dalam butir 10, 11, dan 12 berikut ini.]

10. Konvensi pertama9 yang diterima dan disetujui oleh Konperensimenetapkan bahwa setiap pengecualian terhadap pelaksanaan Konvensihanya boleh dilakukan setelah terlebih dahulu dikonsultasikan denganorganisasi-organisasi yang mewakili pengusaha dan pekerja. Sejumlah besarinstrumen [hukum perburuhan] mengenai berbagai subyek menyebutkankewajiban untuk melakukan konsultasi, baik sebelum suatu hukum atauperaturan diterima dan disetujui maupun pada saat klausul-klausul tertentuKonvensi hendak dilaksanakan, atau dengan memperhatikan pengecualian-pengecualian tertentu yang memang diberikan oleh Konvensi.

11. Konvensi lain yang juga dihasilkan dalam sidang yang sama dariKonperensi tersebut10 memuat suatu ketentuan dengan tujuan spesifik, yaitumembentuk lembaga-lembaga guna memastikan dilakukannya konsultasiantara wakil-wakil pengusaha dan pekerja. Lembaga-lembaga yang dimaksud

9Konvensi No. 1 Tahun 1919 mengenai Jam Kerja (Industri)

10Konvensi No. 2 Tahun 1919 mengenai Pengangguran

Pendahuluan

8 LAPORAN III(1B)-2000

Konsultasi Tr ipartit

dalam hal ini berbentuk komite-komite atau panitia-panitia yang harus diajakberkonsultasi mengenai segala hal yang berkaitan dengan fungsi dan carakerja instansi-instansi umum yang menangani masalah penciptaan lapangankerja dan penempatan tenaga kerja. Beberapa Konvensi, misalnya, konvensi-konvensi mengenai layanan penempatan tenaga kerja atau penetapan upahminimum, juga menetapkan kewajiban untuk mendirikan suatu badan atauprosedur kerja guna memastikan keterlibatan wakil-wakil pengusaha danpekerja.

12. Ketentuan jenis yang ketiga menetapkan bahwa badan-badan umumpemerintah yang berwenang harus mengupayakan kerjasama antaraorganisasi-organsasi yang mewakili pengusaha dan pekerja dalammenerapkan perundang-undangan yang dimaksudkan untuk memberikankekuatan hukum bagi pelaksanaan Konvensi, atau dalam perumusan danpenerapan kebijakan nasional, seperti pemberian kesempatan dan perlakuanyang sama kepada setiap orang atau kebijakan penerimaan dan penempatantenaga kerja yang tidak diskriminatif.

13. Hal lain yang menjadi upaya awal ILO adalah mencari jalan agarorganisasi-organisasi pengusaha dan pekerja pada tingkat nasional secaraaktif dapat terlibat dalam mekanisme pengawasan pelaksanaan standarperburuhan internasional secara reguler. Berdasarkan rekomendasi PanitiaAhli dan Panitia Konperensi di bidang Penerapan Standar PerburuhanInternasional (the Conference Committee on the Application of Standards),pada tahun 1932 Badan Pengurus memutuskan untuk memasukkan suatupertanyaan ke dalam formulir laporan mengenai [pelaksanaan] Konvensi-konvensi yang sudah diratifikasi. Pertanyaan tersebut meminta parapemerintah untuk menyatakan apakah mereka sudah menerima masukkan-masukkan/ hasil-hasil pengamatan dari organisasi-organisasi pengusaha danpekerja mengenai praktek pelaksanaan Konvensi. Apabila sudah, mereka

9LAPORAN III(1B)-2000

diminta menyampaikan rangkuman hasil pengamatan tersebut, bersamadengan komentar-komentar yang menurut mereka bermanfaat.11

14. Di samping kewajiban-kewajiban baru yang timbul sehubungandengan penyerahan laporan-laporan,12 Instrumen Amandemen Konstitusiyang diterima dan disetujui oleh Konperensi pada tahun 1946 menyebutkandalam Pasal 23 Ayat 2 kewajiban setiap Negara Anggota untukmenyampaikan kepada organisasi-organisasi perwakilan pengusaha danpekerja salinan informasi dan laporan-laporan yang disampaikan kepadaDirektur Jenderal sesuai dengan dengan Pasal 19 dan Pasal 22 Konstitusi.Karena itu, menurut ketentuan konstitusional ini, organisasi-organisasi yangmewakil pengusaha dan pekerja harus diberi semua informasi dan laporanyang disampaikan oleh pemerintah negara masing-masing kepada KantorPerburuhan Internasional mengenai langkah-langkah yang diambil untukmengajukan Konvensi-konvensi dan Rekomendasi-rekomendasi kepadapemerintah, upaya-upaya yang dilakukan demi terlaksananya Konvensi-konvensi yang belum diratifikasi dan Rekomendasi-rekomendasi maupundemi terlaksananya Konvensi-konvensi yang sudah diratifikasi. Atas dasarini, organisasi-organisasi pengusaha dan pekerja diperkenankan memberikanhasil pengamatan mereka sendiri sebagaimana yang disarankan oleh baikPanitia Ahli maupun Panitia Konperensi. Panitia Ahli telah berulang kalimenekankan nilai dari hasil-hasil pengamatan ini, yang kini semakin banyakdipresentasikan,13 supaya dapat dilakukan penilaian yang lebih baik terhadap

11Risalah Sidang Ke-60 Badan Pengurus (Oktober 1932), hal. 79 dan 156.

12Khususnya, kewajiban untuk memberikan informasi kepada Direktur Jenderal mengenai langkah-langkahyang diambil untuk mengajukan instrumen yang telah diterima dan disetujui oleh Konperensi kepada pihakberwenang/ pemerintah (pasal 19, ayat 5(c) dan 6(c) dan kewajiban untuk melaporkan upaya yang telah dilakukandemi terlaksananya Konvensi-konvensi yang belum diratifikasi dan Rekomendasi-rekomendasi, sebagaimanadiminta oleh Badan Pengurus (pasal 19, ayat 5(e) dan 6(d)).

13Panitia rata-rata memeriksa sekitar 200 hasil pengamatan di setiap sidang yang diselenggarakan dalam waktulebih dari sepuluh tahun terakhir ini.

Pendahuluan

10 LAPORAN III(1B)-2000

Konsultasi Tr ipartit

praktek penerapan standar perburuhan internasional serta kesulitan-kesulitanyang dijumpai.14

15. Melalui resolusi mengenai penguatan tripartisme dalamkeseluruhan kegiatan Organisasi Perburuhan Internasional15, KonperensiPerburuhan Internasional pada tahun 1971 memberikan daya dorong yangmenentukan bagi gerakan yang menyebabkan diterima dan disetujuinyastandar perburuhan internasional tahun 1976. “Menimbang bahwa unsurtripartit dalam Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) telah terbuktimerupakan alas yang kokoh bagi keberhasilan ILO, sebagaimanadicontohkan melalui penyusunan Undang-undang Perburuhan Internasionaldan berfungsinya mekanisme pengawasan yang berkaitan dengan standarperburuhan internasional yang tiada bandingannya dalam keluarga bangsa-bangsa,” dan “memperhatikan, dengan sikap setuju, bahwa di banyak NegaraAnggota ILO, semakin banyak didirikan dewan penasehat atau badan-badanlainnya dengan struktur tripartit yang serupa; hal ini menyiratkan kesetaraanperwakilan (representasi) antara anggota-anggota pengusaha dan pekerjadari dewan penasehat atau badan-badan tersebut,” maka resolusi antara lainmengundang Badan Pengurus supaya meminta Panitia Ahli“mempertimbangkan langkah-langkah yang dapat diambil oleh ILO untukmemastikan implementasi efektif Pasal 23 Ayat 2 Konstitusi” dan “untukmenyarankan agar para pemerintah berkonsultasi dengan organisasi-organisasi yang paling mewakili pengusaha dan pekerja sebelum menyusuntanggapan yang bersifat final terhadap angket ILO yang berkaitan denganhal-hal yang tercantum pada agenda sidang-sidang Konperensi Umum”.

14Panitia memeriksa praktek pelaksanaan standar perburuhan internasional dengan memperhatikan hasil-hasilpengamatan ini dalam Laporan Umumnya pada tahun 1986 (alinea 80 hingga 108).

15ILO: Official Bulletin (Buletin Resmi), Vol. LIV, 1971, No. 3, hal. 260-262.

11LAPORAN III(1B)-2000

16. Sesuai dengan resolusi ini, Panitia Ahli melakukan kaji ulang yangmendalam pada tahun 1972 mengenai situasi yang berkaitan dengan peranpengusaha dan pekerja serta organisasi-organisasi pengusaha dan pekerjadalam implementasi standar perburuhan internasional.16 Ide untuk menerimadan menyetujui suatu Konvensi khusus mengenai subyek ini, yangdilontarkan oleh anggota Pekerja dari Panitia Konperensi pada waktupembahasan kaji ulang ini dilakukan, mendapatkan dukungan luas dalamBadan Pengurus, yang memutuskan dalam Sidangnya yang ke 191 padabulan November 1973 untuk memasukkan suatu rancangan berjudul“Pembentukan mekanisme tripartit nasional untuk meningkatkanimplementasi standar ILO” ke dalam agenda Sidang yang ke 60 pada tahun1975. Pada Sidang yang ke 61 pada tahun 1976, Konperensi menerima danmenyetujui Konvensi No. 144 dan Rekomendasi No. 152.

17. Dalam suatu resolusi baru mengenai penguatan tripartisme dalamprosedur pengawasan standar internasional dan program-program kerjasamateknis ILO, yang diterima dan disetujui pada tahun 1977, Konperensimencatat bahwa diterima dan disetujuinya instrumen perburuhan tahun 1976mendorong keefektifan tindakan tripartit dalam pelaksanaan standarperburuhan internasional. Mencatat bahwa “partisipasi kelembagaan dariorganisasi-organisasi yang paling mewakili pengusaha dan pekerja amatlahpenting untuk mencapai obyektivitas dan keefektifan yang dibutuhkan” bagiprosedur-prosedur pengawasan, maka Konperensi mengundang BadanPengurus, secara khusus, “untuk memperkokoh partisipasi organisasi-organisasi pengusaha dan pekerja dalam pengawasan pelaksanaan Konvensi-konvensi dan Rekomendasi-rekomendasi” dan mendesak para pemerintahNegara Anggota agar berupaya mempercepat ratifikasi dan pelaksanaanKonvensi No. 144.17

16CEACR, Laporan Umum, ILC, 1972, Laporan III (Bagian 4A), alinea 28-29.

17ILO: Official Bulletin (Buletin Resmi), Vol. LX, 1977, Series A, No. 3, hal. 168-171.

Pendahuluan

12 LAPORAN III(1B)-2000

Konsultasi Tr ipartit

IV. ISI INSTRUMEN PERBURUHAN INTERNASIONAL.18

Konvensi No. 144

18. Konvensi ini lebih dari sekedar kewajiban untuk menyampaikaninformasi yang digariskan dalam Pasal 23 Ayat 2 Konstitusi karena konvensiini menuntut komitmen Negara-negara yang meratifikasinya untukmengkonsultasikan setiap langkah yang berkaitan dengan pelaksanaanstandar perburuhan internasional yang akan diambil pada tingkat nasional.Karena itu, Negara-negara yang sudah meratifikasi konvensi iniberkewajiban menjalankan prosedur-prosedur untuk memastikan konsultasiyang efektif antara wakil-wakil pemerintah, pengusaha dan pekerja dalamhal berikut: (a) tanggapan pemerintah terhadap angket mengenai hal-halyang tercantum dalam agenda Konperensi dan komentar-komentarpemerintah mengenai naskah-naskah yang diajukan untuk dibahas olehKonperensi; (b) Usulan-usulan yang akan dibuat dan disampaikan kepadapihak berwenang/ pemerintah sehubungan dengan diajukannya instrumenperburuhan; (c) Pemeriksaan ulang Konvensi-konvensi yang belumdiratifikasi serta rekomendasi-rekomendasi; (d) Laporan mengenaipelaksanaan Konvensi-konvensi yang telah diratifikasi; dan (e) Usulan-usulan untuk membatalkan Konvensi.

19. Sifat dan bentuk prosedur konsultasi harus ditetapkan sesuai denganpraktek-praktek/ tatacara yang berlaku secara nasional, setelahdikonsultasikan dengan organisasi-organisasi yang mewakili pengusaha danpekerja. Demi kelancaran pelaksanaan prosedur, organisasi-organisasipengusaha dan pekerja harus memilih wakil-wakil mereka secara bebasdan terwakili secara berimbang di setiap organisasi tripartit.

18Naskah lengkap Konvensi No. 144 dan Rekomendasi No. 152 terdapat dalam Lampiran A.

13LAPORAN III(1B)-2000

20. Konsultasi harus dilakukan menurut jeda waktu yang ditetapkanmelalui perjanjian, setidak-tidaknya sekali dalam setahun. Pihak berwenangyang berkompeten harus bertanggung jawab terhadap dukungan adminis-tratif prosedur konsultasi dan membuat pengaturan-pengaturan sebagaimanaseharusnya dengan organisasi-organisasi perwakilan guna membiayaipelatihan-pelatihan yang diberikan kepada para peserta dalam melaksanakanprosedur-prosedur tersebut. Akhirnya, bilamana dianggap tepat, pihakberwenang harus menerbitkan laporan tahunan mengenai pelaksanaanprosedur-prosedur tersebut.

Rekomendasi No. 152

21. Rekomendasi ini mencakup semua ketentuan Konvensi dan jugamengindikasikan bahwa konsultasi hendaknya dilakukan sehubungandengan (a) persiapan dan implementasi langkah-langkah legislatif atautindakan-tindakan lain yang berpengaruh terhadap Konvensi danRekomendasi; dan (b) laporan-laporan yang harus dibuat menurut Pasal 19Konstitusi mengenai pengaruh yang timbul terhadap Konvensi-konvensiyang belum diratifikasi dan terhadap Rekomendasi-rekomendasi. Selainitu, hendaknya ditetapkan, setelah konsultasi dengan organisasi-organisasiperwakilan, apakah prosedur-prosedur konsultasi perlu diperluas ke hal-hal lain seperti (a) persiapan, implementasi dan evaluasi kegiatan kerjasamateknis yang diikuti oleh ILO; (b) tindakan yang harus diambil sehubungandengan resolusi dan kesimpulan-kesimpulan lain yang diterima dan disetujuioleh Konperensi atau pertemuan-pertemuan lainnya yang diselenggarakanoleh ILO; dan (c) sosialisasi kegiatan-kegiatan ILO.

22. Rekomendasi ini juga memberikan contoh-contoh prosedurkonsultasi, antara lain melalui suatu panitia yang secara khusus dibentukuntuk menangani hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan ILO;melalui suatu badan yang memiliki kompetensi umum di bidang ekonomi,

Pendahuluan

14 LAPORAN III(1B)-2000

Konsultasi Tr ipartit

sosial atau perburuhan; melalui sejumlah badan dengan tanggung jawabkhusus; atau melalui komunikasi tertulis antara pihak-pihak yang setujubahwa komunikasi seperti itu layak dan memadai untuk dilakukan.

Persentase Ratifikasiberbanding jumlah Anggota ILO

Konvensi No. 144(data per 31 Desember tiap tahun)

Ratifikasi

1977

1978

1979

1980

1981

1982

1983

1984

1985

1986

1987

1988

1989

1990

1991

1992

1993

1994

1995

1996

1997

1998

1999

10 %

20 %

30 %

40 %

50 %

11

2020

2629

3435

38 3943

45 4750 51

5459

71

7679

8388 93

15LAPORAN III(1B)-2000

V. PENINGKATAN JUMLAH RATIFIKASI

23. Konvensi No. 144 diberlakukan pada tanggal 16 Mei 1978. Per 10Desember 1999,19 konvensi ini telah diratifikasi oleh 93 negara. Sejak KajianUmum terdahulu dilakukan, jumlah negara yang meratifikasi konvensi initerus meningkat.20 Peningkatan ini hendaknya tidak dilihat secara absolutsaja, tetapi juga secara relatif, dengan memperhitungkan peningkatan jumlahNegara Anggota ILO dalam dasawarsa terakhir. Pada tahun 1985, tercatatseperempat Negara Anggota ILO terikat oleh Konvensi ini. Pada tahun 1991jumlahnya naik menjadi sepertiga dan pada tahun 1998 jumlahnya sudahlebih dari setengah (lihat grafik). Pada tahun 1982, terjadi ketimpanganyang cukup signifikan dalam distribusi geografis ratifikasi Konvensi karenasebagian besar negara yang meratifikasi Konvensi No. 144 adalah negara-negara Eropa Barat.21 Tetapi sejak itu, negara-negara di seluruh wilayahdunia meratifikasi konvensi ini, termasuk negara-negara Afrika dan sebagianbesar negara-negara Eropa Tengah dan Eropa Timur yang berada dalammasa transisi.

24. Pada tahun 1979 dan 1987, Konvensi dan Rekomendasi inidimasukkan oleh Badan Pengurus ke dalam kategori instrumen perburuhanyang ratifikasi serta aplikasinya perlu diprioritaskan.22 Sebagai bagian daripengkajian ulang terhadap prosedur pengawasan reguler, Badan Pengurusmemutuskan pada bulan November 1993 bahwa Konvensi ini merupakan

19Daftar ratifikasi dapat dilihat pada Lampiran D.

20Pada tahun 1999 tercatat lima ratifikasi baru: dari Albania, Kolombia, Kongo, Republik Dominika, dan RepublikKorea.

21Kajian Umum tahun 1982, alinea 35.

22Laporan akhir Badan Pekerja di Bidang Standar Perburuhan Internasional, dalam ILO: Official Bulletin (BuletinResmi ILO), Vol. LXII, 1979, Seri A, terbitan khusus; Laporan Badan Pekerja di Bidang Standar PerburuhanInternasional, dalam Official Bulletin, Vol. LXX, 1987, Seri A, terbitan khusus.

Pendahuluan

16 LAPORAN III(1B)-2000

Konsultasi Tr ipartit

salah satu dari Konvensi-konvensi prioritas yang akan terus dimintakanlaporannya secara rinci setiap dua tahun sekali.23 Dalam pertemuan pertamadi bulan November 1995, Badan Pekerja Bidang Penetapan Kebijakan yangmenangani Revisi Standar Perburuhan, yang didirikan oleh Panitia BadanPengurus bidang Masalah-masalah Hukum dan Standar PerburuhanInternasional, berpendapat bahwa Konvensi ini tidak perlu direvisi, danBadan Pengurus memutuskan untuk mengecualikannya dari revisi.24

VI. INFORMASI YANG TERSEDIA

25. Informasi yang tersedia bagi Panitia terdiri dari 136 laporan yangdisampaikan oleh para pemerintah sesuai dengan Pasal 19 Konstitusi.25

Informasi ini juga menggali informasi dari laporan-laporan yangdisampaikan menurut Pasal 22 dan 35 Konstitusi dan mencatat hasil-hasilpengamatan organisasi-organisasi pengusaha dan pekerja.26 Karena itu, darisatu negara ke negara yang lain, informasi yang tersedia cukup bervariasi.Secara khusus, Panitia mencatat beberapa laporan yang menyebutkan badan-badan konsultasi dengan mitra-mitra sosial tanpa menjelaskan seberapa jauh

23Dokumen GB.258/LILS/6/1.

24Dokumen GB.264/9/2.

25Daftar negara-negara yang memberikan laporan tercantum dalam Lampiran E.

26Austria: Federal Chamber of Labour (BAK: Kamar Perburuhan Federal); Bangladesh: Bangladesh EmployersFederation (BEF: Federasi Pengusaha Bangladesh); Belarus: Federation of Trade Unions of Belarus (FederasiSerikat Pekerja Belarus); Brasilia: National Confederation of Commerce (CNC: Konfederasi PerdaganganNasional), National Confederation of Agriculture (CAN: Konfederasi Pertanian Nasional), National Confed-eration of Transport (CNT: Konfederasi Transportasi Nasional); Kanada: Canadian Labour Congress (CLC:Konggres Perburuhan Kanada); Mauritius: Mauritius Employers’ Federation, Trade Union of Institutional Corps(FSCC: Federasi Pengusaha Mauritius, Serikat Pekerja Korps Kelembagaan); Sri Lanka: Lanka Jathika EstateWorkers Union (LJEWU: Serikat Pekerja Perkebunan “Lanka Jathika”); Turki: Confederation of Turkish LabourReal Trade Unions (HAK-/TM: Konfederasi Serikat Pekerja Buruh Riil Turki), Confederation of Turkish Em-ployers’ Associations (T/SK: Konfederasi Asosiasi Pengusaha Turki), Confederation of Progressive Trade Unionsof Turkey (D/SK: Konfederasi Serikat Pekerja Progresif Turki).

17LAPORAN III(1B)-2000

badan-badan itu menangani hal-hal yang dicakup oleh instrumen perburuhantersebut. Tampaknya, hal ini menunjukkan kurangnya pengetahuan tentangketentuan-ketentuan yang terdapat dalam instrumen tersebut, sehinggadiperlukan upaya-upaya baru untuk menjelaskan serta mengilustrasikannya.

26. Mengingat pentingnya instrumen tersebut untuk mengintensifkandialog tripartit mengenai hal-hal yang menjadi keprihatinan Organisasi,Panitia sangat menyesalkan kurangnya perhatian/ kepedulian pemerintahnegara-negara yang belum meratifikasi Konvensi ini karena banyak sekalidari mereka yang tidak memberikan laporan, sehingga efeknya sama sajadengan menolak memberikan informasi mengenai praktek-praktekperburuhan nasional di negara masing-masing. Panitia juga menyesalkansikap beberapa pemerintah yang, meskipun sudah terikat oleh Konvensi,tidak mengirimkan laporan mengenai efek yang diberikan kepadaRekomendasi.

VII. GARIS BESAR KAJIAN

27. Dalam Bab 2, Panitia menyebutkan definisi konsep-konsep dasar yangterdapat dalam Konvensi dan Rekomendasi dan membahas metode-metodepenerapan instrumen tersebut. Bab 3 menjelaskan prosedur-prosedur untukmelaksanakan konsultasi yang diwajibkan, dan membandingkankeunggulan-keunggulan dan perkembangan-perkembangan yang telahterjadi. Bab 4 menelaah berbagai subyek konsultasi, sedangkan Bab 5meninjau bentuk-bentuk praktek konsultasi. Dalam bab 6, Panitia membahasfaktor-faktor penghalang serta prospek ratifikasi Konvensi sebelum akhirnyamerumuskan beberapa catatan penutup.

Pendahuluan

I. DEFINISI

28. Kewajiban pokok menurut Konvensi dijelaskan dalam Pasal 2, ayat1. Berdasarkan ketentuan ini, setiap Negara Anggota “berkewajibanmenjalankan prosedur-prosedur yang disusun untuk memastikanterlaksananya konsultasi-konsultasi yang efektif sehubungan dengan hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan Organisasi PerburuhanInternasional yang dijelaskan dalam Pasal 5, ayat 1 di bawah, di antarawakil-wakil pemerintah, pengusaha, dan pekerja”. Pasal 3, ayat 1 berbunyi,“wakil-wakil pengusaha dan pekerja, demi terlaksananya prosedur yangdigariskan dalam Konvensi ini, harus dipilih secara bebas oleh organisasi-organisasi perwakilan masing-masing, di mana organisasi-organisasi ituada”. “Organisasi-organisasi perwakilan” ini didefinisikan dalam Pasal 1sebagai “organisasi-organisasi yang paling mewakili pengusaha dan pekerja,yang menikmati hak kebebasan berserikat”. Di samping itu, menurut Pasal3, ayat 2 Konvensi, pengusaha dan pekerja harus “terwakili dengankomposisi berimbang di dalam badan-badan tempat konsultasi dilakukan”.Dengan mempertimbangkan upaya-upaya untuk mempersiapkan instrumenperburuhan tersebut, Panitia berpendapat bahwa arti dari beberapa konsepdasar yang terdapat dalam definisi-definisi di atas memerlukan pembahasan.

2DEFINISI DAN METODEIMPLEMENTASI

19LAPORAN III(1B)-2000

20 LAPORAN III(1B)-2000

Konsultasi Tr ipartit

1. ”Konsultasi Efektif”

29. Sebagaimana dititikberatkan oleh Panitia dalam Kajian1

sebelumnya, pengertian istilah “konsultasi” hendaknya dibedakan daripengertian “informasi” maupun dari pengertian “membuat ketetapanbersama” (codetermination). Pengertian konsultasi juga harus dibedakandari pengertian “negosiasi (perundingan),” yang menyiratkan inisiatif yangdiambil oleh pihak-pihak yang berbeda kepentingan atau memiliki benturankepentingan, dengan tujuan untuk mencapai mufakat. Konsultasi-konsultasiyang diwajibkan menurut ketentuan-ketentuan Konvensi lebih dimaksudkanuntuk membantu pemerintah mengambil keputusan daripada mencapai katasepakat. Supaya efektif dan bermanfaat, konsultasi hendaknya dilakukantidak hanya sebagai tanda menjalankan kewajiban saja, tetapi mendapatkanperhatian yang serius dari pemerintah. Meskipun pemerintah harus memilikiitikad baik dalam melakukan konsultasi, pemerintah tidak boleh terikat padapendapat atau opini yang berkembang dan tetap harus bertanggung jawabpenuh atas keputusan terakhir yang diambilnya. Pengamatan yang dilakukanselama tahap pertama persiapan instrumen perburuhan menunjukkan bahwaadalah “suatu prinsip yang diterima secara umum” bahwa “hasil konsultasihendaknya tidak dianggap mengikat, dan bahwa keputusan tertinggi harusdiambil oleh pemerintah atau badan legislatif, sebagaimana nantinya”.2

Selebihnya terjadi penolakan3 terhadap usulan amandemen agar pemerintahmembenarkan setiap penolakan untuk menerima pendapat yangdikemukakan selama konsultasi berlangsung.

1Kajian Umum 1982, paragraf 42.

2ILO: Establishment of national tripartite machinery to improve the implementation of ILO standards(pembentukan sistem tripartit nasional untuk memperbaiki implementasi standar ILO), ILC, Sidang ke 60,1975, Laporan ke VII (2), hal. 29.

3ILO: Record of Proceedings (Notulen Sidang), ILC, Sidang ke 61, hal. 136.

21LAPORAN III(1B)-2000

30. Konsekuensi penting dari kenyataan bahwa konsultasi tidakmemiliki sifat negosiasi adalah kenyataan bahwa wakil-wakil pengusahadan pekerja yang ikut dalam konsultasi tidak harus terikat oleh keputusanatau posisi terakhir yang diambil pemerintah. Apabila mereka harus terikatoleh posisi pemerintah hanya karena mereka telah diajak berkonsultasi, makahal ini jelas bertentangan dengan prinsip hak otonomi yang dimilikipengusaha dan pekerja dalam berhubungan dengan pemerintah, yang umumberlaku dalam badan-badan ILO. Meskipun demikian, prosedur konsultasiboleh saja menetapkan tujuan yang dimaksudkan agar berbagai pihak yangterlibat dalam konsultasi tersebut dapat mencapai suatu konsensus tanpaharus mengorbankan hak otonomi masing-masing.4

31. Agar efektif, konsultasi harus dilakukan sebelum keputusan finaldiambil, tanpa mengindahkan sifat atau bentuk dari prosedur konsultasiyang dipilih. Akan tercatat dalam survei dewasa ini bahwa, tergantung daripraktek-praktek yang berlaku secara nasional, konsultasi dapat berartipenyerahan usulan keputusan pemerintah kepada wakil-wakil pengusahadan pekerja, atau meminta wakil-wakil tersebut untuk membantumerumuskan proposal; yang dapat didasarkan pada pertukaran komunikasiatau melalui diskusi dengan badan-badan tripartit. Faktor yang penting disini adalah bahwa orang-orang yang diajak berkonsultasi hendaknya mampumengemukakan pendapat mereka sebelum pemerintah mengambil keputusanfinal. Ini berarti, konsultasi barulah efektif apabila wakil-wakil pengusahadan pekerja telah memiliki semua informasi yang perlu mereka ketahui jauh-

4Di Amerika Serikat, ketentuan Executive Order No. 12216 tanggal 18 Juni 1980 yang menetapkan pembentukanthe President’s Committee on the ILO (Panitia Presiden tentang ILO) menyatakan perlunya upaya untukmengusahakan terciptanya keseimbangan antara penghormatan terhadap hak otonomi yang dimiliki para mitrasosial dan keinginan untuk mencapai konsensus sebagai berikut: “dengan pengakuan yang semestinya bahwadalam sistem tripartit ILO, wakil-wakil pemerintah, pengusaha dan karyawan sepenuhnya mandiri dan berhakmengambil posisi masing-masing tanpa harus tergantung satu sama lain, Panitia hendaknya berusaha sekuattenaga untuk mengembangkan satu posisi yang terkoordinir mengenai kebijakan Amerika Serikat tentangmasalah-masalah ILO”.

Definisi dan metode implementasi

22 LAPORAN III(1B)-2000

Konsultasi Tr ipartit

jauh hari sebelumnya sehingga mereka dapat merumuskan pendapat merekasendiri setelah mempelajari informasi itu. Perlu ditekankan di sini bahwapenyampaian informasi dan laporan yang dikirimkan ke Kantor PerburuhanInternasional menurut Pasal 23 ayat 2 Konstitusi tidak dengan sendirinyamemenuhi kewajiban untuk memastikan terlaksananya konsultasi yangefektif karena, pada tahap itu, posisi pemerintah sudah final.

2. ”Organisasi-organisasi Perwakilan”

32. Menurut Pasal 3 ayat 1 Konstitusi, wakil-wakil pengusaha danpekerja yang ikut berpartisipasi dalam prosedur konsultasi harus denganbebas memilih “organisasi-organisasi perwakilan” mereka sendiri. Artinya,hal ini sesuai dengan definisi yang diberikan dalam Pasal 1 oleh “organisasi-organisasi yang paling mewakili pengusaha dan pekerja yang menikmatihak kebebasan berserikat”.

33. Kesimpulan-kesimpulan yang diterima setelah diskusi pertamamengenai usulan instrumen perburuhan menyebutkan bahwa: “wakil-wakilpengusaha dan pekerja hendaknya bebas memilih organisasi-organisasi yangpaling mewakili aspirasi mereka sesuai dengan pengertian Pasal 3 ayat 5Konstitusi Organisasi Perburuhan Internasional”.5 Referensi yang bersifateksplisit terhadap ketentuan Konstitusi ini akhirnya tidak dipertahankankarena dianggap terlalu berlebihan, dan tidak dimasukkan ke dalaminstrumen yang ada.6 Kendati demikian, telah menjadi jelas bahwa istilah

5ILO: Establishment of Tripartite Machinery to Promote the Implementation of International Labour Stan-dards (Pembentukan Sistem Tripartit untuk Mempromosikan Implementasi Standar Perburuhan Internasional),ILC, Sidang ke 61, 1976, Laporan IV (1), hal. 19 dan 21. Menurut pasal 3 ayat 5 Konstitusi ILO, “Negara-negara Anggota berupaya menominasikan delegasi-delegasi dan penasehat-penasehat non-pemerintah yangdipilih dengan persetujuan organisasi-organisasi industrial, apabila ada, yaitu yang paling mewakili pengusahaatau pekerja, sebagaimana nanti, di negara masing-masing.”

6ILC, Sidang ke 61, 1976, Laporan IV(1), hal. 27-28; Laporan IV(2), hal. 10-14.

23LAPORAN III(1B)-2000

“organisasi-organisasi perwakilan” harus dipahami menurut Pasal 3 ayat 5Konstitusi.

34. Dalam Advisory Opinion No.1 yang dikeluarkannya, PengadilanTetap Internasional (Permanent Court of International Justice) menetapkanbahwa, dalam ketentuan Konstitusi ini, penggunaan bentuk jamak istilah“organisasi” mengacu pada organisasi-organisasi pengusaha dan organisasi-organisasi pekerja sekaligus.7 Berdasarkan pendapat ini, suatuMemorandum yang dikeluarkan oleh Kantor Perburuhan Internasional dalammenanggapi pertanyaan Pemerintah Swedia mengenai penafsiran istilah“organisasi” menyebutkan bahwa istilah “organisasi-organisasi yang palingmewakili pengusaha dan pekerja” dalam Pasal 1 Konstitusi “tidak hanyaberarti organisasi pengusaha yang terbesar dan organisasi pekerja yangterbesar. Apabila di suatu negara terdapat dua atau lebih organisasipengusaha atau pekerja yang masing-masing mewakili satu wadah pendapatyang signifikan, maka meskipun salah satu dari mereka secara organisasilebih besar dari yang lainnya, mereka semuanya dapat dianggap sebagai‘organisasi-organisasi yang paling mewakili/ representatif’ dalam pengertianKonvensi ini. Pemerintah hendaknya berupaya memperoleh persetujuandari seluruh organisasi yang berkepentingan dalam menyusun prosedurkonsultatif yang dipersyaratkan oleh Konvensi. Tetapi, apabila hal ini tidakdimungkinkan, maka pada akhirnya pemerintahlah yang harus memutuskan,dengan itikad baik dan dengan memperhatikan situasi dan kondisi nasionalyang ada, organisasi-organisasi mana yang layak ditunjuk sebagai yangpaling mewakili/ representatif”.8

7Permanent Court of International Justice (Pengadilan Tetap Internasional): Keputusan Pengadilan mengenaiPenafsiran Pasal 389 Perjanjian Versailles, ILO, Official Bulletin (Buletin Resmi), Vol. VI, 1922, No. 7, hal.291-298.

8ILO, Official Bulletin (Buletin Resmi), Vol. LXI, 1978, Seri A, No. 3, hal. 193-198, paragraf 16.

Definisi dan metode implementasi

24 LAPORAN III(1B)-2000

Konsultasi Tr ipartit

35. Penunjukkan organisasi-organisasi yang dapat ikut ambil bagiandalam konsultasi yang diwajibkan oleh Konvensi berpotensi memicutimbulnya konflik mengenai siapa yang paling berhak mewakili badan-badanusaha umum/ milik negara, dan organisasi mana yang berhak diikutsertakandalam perwakilan selain organisasi-organisasi pengusaha dan pekerja yangpaling mewakili/ representatif.

36. Mengingat istilah “pengusaha” memiliki cakupan pengertian yangluas, meliputi pengusaha yang menjalankan badan usaha milik negara ataubadan usaha umum/ pemerintah, maka dalam sejumlah kesempatan selamatahap persiapan telah berulang kali ditekankan bahwa, sesuai dengan definisiyang digunakan dalam Konstitusi dan dalam banyak instrumen ILO, istilah“pengusaha” haruslah berarti setiap orang yang bertanggung jawab karenamempekerjakan orang lain, bukan sekedar berarti “pengusaha swasta”.9

Setelah mendengarkan komentar dari Konfederasi Pengusaha Swedia (SAF)yang mempertanyakan, mengapa di antara anggota-anggota Pengusaha dariPanitia ILO Swedia juga terdapat wakil-wakil pemerintah daerah setempat,Panitia Ahli berpendapat bahwa pemerintah daerah setempat dalam hal iniadalah pengusaha yang mempekerjakan tenaga kerja dalam porsi yang cukupbesar dari angkatan kerja yang ada dan karena itu berkepentingan untukikut dalam konsultasi yang diwajibkan menurut Konvensi. Panitia juga men-catat bahwa pemerintah daerah setempat melakukan perundingan denganpara pegawai yang dipekerjakannya atau dengan organisasi-organisasi kepe-gawaian setempat melalui organisasi-organisasi terkait [yang dalam hal iniadalah organisasi-organisasi pengusaha]. Tindakan seperti ini adalah tindak-an yang wajar dan lazim dilakukan oleh pengusaha, yang dalam hal ini ke-betulan adalah pemerintah daerah. Panitia juga menyimpulkan bahwa keber-adaan wakil-wakil pemerintah daerah di dalam Panitia ILO Swedia tidakmembuat komposisi keanggotaan dalam Panitia ILO Swedia menjadi berat

9ILC, Sidang ke 61, 1976, Laporan IV(1), paragraf 21; Record of Proceedings (Notulen Sidang), ILC, Sidang ke61, 1976, No. 21, paragraf 16.

25LAPORAN III(1B)-2000

sebelah dan keluar dari ketentuan yang telah digariskan dalam Pasal 3 ayat2 Konvensi, yang menetapkan bahwa pengusaha dan pekerja harus terwakilisecara berimbang dalam badan-badan tempat konsultasi dilakukan.10

37. Meskipun Konvensi menetapkan bahwa organisasi-organisasi yangdiikutkan dalam konsultasi haruslah organisasi-organisasi pengusaha danpekerja yang paling mewakili/ representatif, Konvensi sama sekali tidakmenghalangi keikutsertaan wakil-wakil organisasi lain. Bagaimanapun juga,ada baiknya mengetahui pandangan dari wakil-wakil pekerja atau pengusahakategori lain – seperti pekerja mandiri (self-employed workers), petani, atauanggota koperasi – yang suaranya kurang terwakili oleh organisasi-organisasipengusaha dan pekerja yang paling mewakili. Konvensi-konvensiperburuhan internasional tertentu bahkan mewajibkan konsultasi seluas-luasnya dengan seluruh lapisan penduduk yang aktif bekerja,11 sedangkankonvensi-konvensi lain secara spesifik mengharuskan konsultasi denganorang-orang yang nantinya akan terkena dampak atau akibat daripelaksanakan konvensi-konvensi itu.12

38. Di samping itu, Konvensi tidak menolak lembaga-lembagaswadaya masyarakat yang tidak memiliki mandat untuk mewakili pengusaha

10Report of the Committee of Experts (Laporan Panitia Ahli), 1980, hal. 195-196.

11Misalnya, menurut ketentuan Pasal 3 Konvensi No. 122 Tahun 1964 mengenai Kebijakan Lapangan Kerja(Employment Policy ), “para wakil dari orang-orang yang nantinya terkena dampak/ akibat dari langkah-langkahyang akan diambil, terutama wakil-wakil pengusaha dan pekerja” harus diajak berkonsultasi mengenai kebijakan-kebijakan perburuhan yang akan diberlakukan. Formulir laporan yang telah disetujui oleh Badan Pengurusmencontohkan wakil-wakil dari orang-orang yang bekerja di sektor pedesaan dan sektor informal sebagai “or-ang-orang yang nantinya terkena dampak,” di luar wakil-wakil organisasi pengusaha dan pekerja.

12Misalnya, Konvensi No. 159 Tahun 1983 tentang Rehabilitasi dan Lapangan Kerja Kejuruan (bagi PenyandangCacat) menyebutkan bahwa selain “organisasi-organisasi pengusaha dan pekerja yang representatif,” ”parawakil organisasi penyandang cacat dan organisasi yang didirikan bagi penyandang cacat juga harus diajakberkonsultasi” mengenai kebijakan di bidang rehabilitasi dan pemberian lapangan kerja bagi penyandang cacat.Lihat Panitia Ahli, Kajian Umum tentang rehabilitasi dan lapangan kerja kejuruan bagi penyandang cacat,1998, paragraf 90-92.

Definisi dan metode implementasi

26 LAPORAN III(1B)-2000

Konsultasi Tr ipartit

atau pekerja untuk ikut serta dalam dalam konsultasi. Kemungkinanmenyelenggarakan konsultasi dalam forum yang komposisinya tidak tripartitdan yang memperbolehkan keikutsertaan pihak-pihak lain di luar wakil-wakil pengusaha dan pekerja juga disebutkan dalam pembahasan sewaktutahap persiapan dilakukan. Artinya, konsultasi dapat diikuti oleh ahli-ahliindependen, wakil-wakil organisasi wanita, wakil-wakil suku terasing atauasosiasi-asosiasi konsumen. Hal ini sebagian dimaksudkan untukmemungkinkan dilakukannya konsultasi melalui badan atau forum yangkomposisi pesertanya tidak harus secara ketat bersifat tripartit sehinggadengan demikian, istilah “tripartit” tidak dimunculkan dalam bagian operatifinstrumen perburuhan yang bersangkutan.13 Meskipun demikian, perluditekankan di sini bahwa konsultasi dengan pihak-pihak lain tersebut tidakboleh menjadi konsultasi yang dominan sehingga memperkecil ataumeremehkan arti konsultasi dengan mitra-mitra sosial utama [yaitu wakil-wakil pengusaha dan pekerja], apalagi menggantikannya.

3. “Hak Kebebasan Berserikat”

39. Klausul definisi dalam Pasal 1 Konvensi menyebutkan bahwaorganisasi-organisasi perwakilan yang dimaksudkan Konvensi adalahorganisasi-organisasi yang menikmati “hak kebebasan berserikat”. Untukitu, diperkenalkan suatu amandemen dalam pembahasan kedua mengenaiinstrumen perburuhan yang diusulkan dengan alasan bahwa “adalah pentingbagi organisasi-organisasi pengusaha dan pekerja untuk menikmatikebebasan berserikat; kalau tidak, tidak akan ada sistem konsultasi tripartityang efektif, baik pada tingkat nasional maupun tingkat internasional, karenapengusaha dan pekerja haruslah mampu menyatakan pandangan mereka

13Lihat: ILC, Sidang ke 60, 1975, Laporan VII(2), hal. 14-15 dan 20-21; Record of Proceedings (Notulen Sidang),ILC, Sidang ke 61, 1976, No. 21, paragraf 10. Lembaga-lembaga swadaya masyarakat jarang sekali ikut sertadalam badan-badan yang bertanggung jawab menangani urusan-urusan ILO. Di Norwegia, misalnya, LSMdengan nama Asosiasi Norwegia bagi Perserikatan Bangsa-bangsa (the Norwegian Association for the UnitedNations) ikut duduk dalam Panitia ILO Norwegia namun hanya dengan status sebagai pengamat.

27LAPORAN III(1B)-2000

tanpa paksaan atau tekanan dari pihak manapun”. Amandemen ini diterimadan disetujui secara aklamasi setelah gugurnya usulan amandemen lain yangmenyebutkan bahwa organisasi-organisasi perwakilan adalah organisasi-organisasi “yang anggota-anggotanya menikmati hak-hak yang tertera dalamKonvensi No. 87 Tahun 1948 tentang Kebebasan Berserikat danPerlindungan atas Hak Berorganisasi”.14 Suatu referensi yang bersifateksplisit terhadap Konvensi No. 87 dalam bagian operatif dari instrumenperburuhan tersebut telah ditolak dalam pem-bahasan pertama, terutamakarena referensi itu diperkirakan akan menim-bulkan kesulitan-kesulitanbagi negara-negara yang belum meratifikasi Konvensi No. 87.15 Di sisi lain,dalam pembahasan yang sama tercapai kata sepakat bahwa Mukadimahinstrumen perburuhan tersebut harus mengacu pada Konvensi No. 87 danKonvensi No. 98 Tahun 1949 tentang Hak Berorganisasi dan BerundingBersama.16

40. Dalam konteks ini, acuan terhadap “hak kebebasan berserikat”dimaksudkan untuk menjamin bahwa konsultasi berlangsung dalam kondisiyang memungkinkan organisasi-organisasi perwakilan untukmengemukakan sudut pandang masing-masing dengan kebebasan dankemandirian penuh. Hal ini hanya dapat dijamin apabila prinsip-prinsipyang terkandung dalam Konvensi No. 87 dan Konvensi No. 98 dihargaisepenuhnya, termasuk hak semua pekerja dan pengusaha untuk berserikatdan menjadi anggota organisasi yang mereka pilih sendiri, hak organisasi-organisasi seperti itu untuk menangani urusan internalnya sendiri tanpacampur tangan pemerintah, dan hak organisasi-organisasi pengusaha danpekerja untuk mendapatkan perlindungan dari tindakan saling campur tanganterhadap organisasi masing-masing.

14ILO: Record of Proceedings (Notulen Sidang), ILC, Sidang ke 61, 1976, No. 21, paragraf 13.

15ILC, Sidang ke 61, 1976, Laporan IV(1), paragraf 28.

16ibid, paragraf 18

Definisi dan metode implementasi

28 LAPORAN III(1B)-2000

Konsultasi Tr ipartit

41. Dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa dalam menerima danmenyetujui formulir laporan untuk Konvensi No. 144, Badan Pengurusberpendapat bahwa untuk mengawasi pelaksanaan Konvensi, hanyapemerintah negara-negara yang belum meratifikasi Konvensi No. 87 sajalahyang perlu diminta menunjukkan bagaimana hak kebebasan berserikat bagiorganisasi-organisasi yang disebutkan dalam Pasal 1 dijamin.

4. Pilihan Bebas bagi Wakil-wakil Pengusaha dan Pekerja

42. Menurut Pasal 3 ayat 1 Konvensi, demi prosedur konsultasi, wakil-wakil pengusaha dan pekerja harus “dipilih secara bebas” oleh organisasimasing-masing. Hanya dengan membiarkan masing-masing organisasimemilih wakil-wakilnya sendiri barulah dapat dijamin bahwa para pesertaprosedur konsultasi adalah mereka yang benar-benar mewakili/ representatif.

43. Instrumen perburuhan tersebut tidak memuat ketentuan-ketentuanmengenai cara pengangkatan wakil-wakil organisasi. Selama tahappersiapan, sewaktu Panitia Konperensi melakukan pemeriksaan dalampembahasan pertama Usulan-usulan Kesimpulan (Proposed Conclusions)yang dijadikan dasar pengangkatan wakil-wakil pengusaha dan pekerja atasusulan organisasi masing-masing, para anggota Pengusaha dan Pekerjamenentang amandemen yang dirancang untuk memberikan kebebasan yanglebih besar kepada pemerintah untuk mengangkat wakil-wakil pengusahadan pekerja. Mereka menuntut agar pengangkatan wakil-wakil pengusahadan pekerja oleh pemerintah dilakukan “setelah terlebih dahulumengkonsultasikannya” dengan organisasi-organisasi perwakilan masing-masing.17 Meskipun usulan-usulan instrumen perburuhan yangdikemukakan dalam pembahasan kedua tidak membicarakan metodepengangkatan wakil, telah dipahami bahwa, apabila wakil-wakil tersebut

17ibid, paragraf 32.

29LAPORAN III(1B)-2000

tetap diangkat oleh pemerintah, maka konsultasi yang dilakukan denganorganisasi-organisasi yang bersangkutan mengenai pengangkatan wakil-wakil hanyalah sekedar konsultasi belaka yang tidak menjamin bahwapengangkatan itu dilakukan berdasarkan pilihan bebas masing-masingorganisasi tersebut dan bahwa, apabila wakil-wakil itu diangkat olehpemerintah berdasarkan usulan organisasi, maka pemerintah hendaknyaterikat oleh usulan tersebut.

44. Dalam prakteknya, prinsip pilihan bebas barulah dihargai apabilaorganisasi-organisasi itu sendiri mengangkat wakil-wakil mereka secaralangsung. Tetapi prinsip ini juga dihargai dalam hal, sebagaimana yang seringterjadi, wakil-wakil itu diangkat secara resmi oleh pemerintah setelah dino-minasikan oleh organisasi masing-masing, dengan catatan bahwa dalam halini pemerintah terikat untuk mengangkat wakil-wakil yang diajukan itu.

5. Komposisi perwakilan yang berimbang

45. Menurut Pasal 3 ayat 2 Konvensi, “pengusaha dan pekerja wajibterwakili dalam komposisi berimbang dalam badan-badan tempat konsultasiberlangsung”.

46. Selama tahan persiapan, telah disepakati bahwa persyaratan tentang“komposisi berimbang” ini hendaknya tidak ditafsirkan sebagai penentuanjumlah perwakilan secara ketat yang angkanya harus tepat sama, tetapidimaksudkan untuk memastikan bahwa kepentingan pengusaha dan pekerjaterwakili dengan benar secara berimbang sehingga pandangan/ pendapat yangmereka ajukan mendapatkan porsi dan bobot yang sama. Kesepakatan inidiambil karena penentuan jumlah perwakilan berimbang yang angkanya benar-benar tepat sulit dicapai, terutama bila ada banyak organisasi perwakilan.18

18ILC, Sidang ke 60, 1975, Laporan VII(2), hal. 22-24.

Definisi dan metode implementasi

30 LAPORAN III(1B)-2000

Konsultasi Tr ipartit

Selain itu, penentuan jumlah yang tepat sama untuk menjamin komposisiberimbang juga tidak terlalu penting karena dalam prosedur konsultasi yangbenar-benar murni konsultasi, pada umumnya tidak diperlukan pemungutansuara.19

47. Hendaknya juga dicatat bahwa Konvensi tidak mengharuskanperwakilan yang proporsional antara pengusaha dan pekerja di satu sisi,dan pemerintah di sisi lain. Posisi pemerintah dianggap unik biladibandingkan dengan posisi para mitra sosialnya, tanpa mengindahkanjumlah yang sesungguhnya dari wakil-wakilnya sendiri. Dalam hal ini,konsultasi dalam pengertian Konvensi dapat dilakukan dalam badan bipartityang telah dipanggil untuk menelaah posisi pemerintah.

II. METODE IMPLEMENTASI

48. Instrumen perburuhan tidak menetapkan persyaratan-persyaratansecara tepat dan terinci mengenai metode pelaksanaannya. Misalnya,Konvensi tidak mengharuskan pemerintah mengundangkan perundang-undangan yang ditujukan untuk melaksanakan prosedur-prosedurKonvensi.20 Sewaktu Badan Pengurus menyetujui formulir laporan untukKonvensi, Badan Pengurus memberikan konfirmasi bahwa Konvensi dapatdilaksanakan melalui hukum atau praktek-praktek perburuhan yang umumberlaku maupun melalui pengundangan undang-undang dan peraturan.21

19ILC, Sidang ke 61, 1976, Laporan IV(1), paragraf 34.

20Kecuali ada halangan-halangan konstitusional atau ketentuan-ketentuan legislatif yang bertentangan denganKonvensi.

21Badan Pengurus, Sidang ke 204 (November 1977), dokumen GB.204/16/23, Bagian I formulir laporanmenanyakan apakah pasal-pasal Konvensi diberi kekuatan hukum melalui: “(a) hukum adat atau kebiasaan/praktek adat; atau (b) melalui undang-undang”.

31LAPORAN III(1B)-2000

49. Di antara prosedur-prosedur konsultasi standar perburuhaninternasional yang diidentifikasikan oleh Kantor Perburuhan Internasionaldalam laporannya mengenai hukum dan praktek perburuhan22, sejumlahprosedur yang menjadi inspirasi dalam tahap persiapan telah dikembangkantanpa naskah yang bersifat spesifik, dan dalam beberapa hal tertentu,didasarkan pada praktek perburuhan yang telah lama dianut.23 Di sejumlahNegara pendukung Konvensi, konsultasi berlangsung tanpa adanyaketentuan tertentu mengenai hal ini dalam hukum internal masing-masing.24

50. Namun, di banyak negara, prosedur konsultasi diatur oleh dekrit,peraturan, atau perintah menteri, dan yang lebih jarang, oleh undang-undang,seperti Undang-undang Perburuhan.25 Prosedur konsultasi juga dapatdisusun berdasarkan suatu perjanjian nasional. Apabila ada dewan penasehatperburuhan, penerimaan atau modifikasi peraturan-peraturan internalnyamungkin cukup memadai untuk mengorganisir konsultasi mengenai hal-hal yang dibahas oleh Konvensi dengan mendirikan, bilamana perlu, suatupanitia atau badan pekerja yang kompeten.

51. Panita berpendapat bahwa ada alasan-alasan yang dapat dibenarkanuntuk menyimpulkan, dari pengalaman Panitia mengawasi pelaksanaanKonvensi selama 20 tahun, bahwa mekanisme-mekanisme pelaksanaanKonvensi atau tempat yang diberikan pada instrumen perburuhan tersebut

22ILC, Sidang ke 60, 1975, Laporan VII(1), hal. 9-16.

23Misalnya, sejak 1927 di Swedia , 1974 di Norwegia, 1954 di Denmark dan di India.

24Misalnya, di Austria, Jerman, Eslandia, Irlandia , Selandia Baru, Portugal, Spanyol, Inggris dan Venezuela.Di Sri Lanka, serikat pekerja perkebunan “Lanka Jathika” menyesalkan bahwa badan konsultatif tidak memilikistatus hukum dan tidak lebih dari sekedar badan administratif yang didirikan oleh Menteri Perburuhan saat inisehingga tidak ada jaminan bahwa badan konsultatif tersebut nantinya akan terus dipertahankan.

25Di Indonesia, menurut Serikat Pekerja Indonesia, kenyataan bahwa ketentuan-ketentuan yang diterima dandisetujui melalui Keputusan Presiden yang meratifikasi Konvensi dinyatakan dalam bentuk Keputusan MenteriTenaga Kerja menunjukkan tidak adanya jaminan bahwa Konvensi akan dilaksanakan.

Definisi dan metode implementasi

dalam hirarki/ jenjang perundang-undangan nasional di suatu negara, apabiladitinjau dari segi penyusunan prosedur konsultasi yang efektif, bukanlahhal yang terlalu menentukan jika dibandingkan dengan kualitas keseluruhandari dialog sosial yang berlangsung di negara tersebut. Di negara-negaratertentu, walaupun naskah Konvensi telah diterima dan diserap sebagaimanaadanya, pelaksanaan Konvensi secara efektif ternyata masih belum dapatdipastikan, sedangkan di negara-negara lain, praktek-praktek perburuhannyasaja sudah dapat menjamin terlaksananya ketentuan-ketentuan yang terdapatdalam Konvensi. Meskipun Negara-negara yang terikat oleh Konvensi inirelatif bebas menentukan sendiri metode pelaksanaan Konvensi, merekadituntut untuk menunjukkan, dalam laporan yang harus mereka berikansetiap dua tahun sekali berdasarkan pasal 22 Konstitusi, bahwa konsultasi-konsultasi yang diperlukan dalam prakteknya telah benar-benar dilakukan.

32 LAPORAN III(1B)-2000

Konsultasi Tr ipartit

52. Mengikuti resolusi tahun 1971 mengenai pengokohan tripartismedalam seluruh kegiatan ILO, yang mencatat dan menyetujui pembentukanbadan-badan berstruktur tripartit serupa dengan yang dimiliki ILO1 diNegara-Negara Anggota, pengembangan instrumen perburuhaninternasional untuk pertama kalinya ditempatkan pada agenda Konperensidi bawah judul “Pembentukan mekanisme tripartit nasional untukmeningkatkan pelaksanaan standar ILO”. Konsultasi-konsultasi tripartitmengenai standar perburuhan cenderung dilihat dari perspektif kelembagaan,dengan mengambil contoh pengalaman negara-negara yang telah melakukankonsultasi-konsultasi tripartit dalam badan-badan yang sesuai.2 Namun,pembahasan-pembahasan yang dilakukan dalam tahap persiapan membawaperubahan yang signifikan. Seusai pembahasan pertama tercapai persetujuanuntuk membuang acuan terhadap “pembentukan” mekanisme atau proseduruntuk mencegah supaya instrumen perburuhan tersebut tidak diartikansebagai tuntutan untuk membentuk mekanisme baru padahal konsultasi dapatdilakukan di dalam kerangka badan-badan yang sudah ada, baik yang bersifat

3PROSEDUR-PROSEDURKONSULTASI

1Lihat paragraf 15 di atas.

2ILC, Sidangnya yang ke 60, 1975, Laporan VII(1), hal. 9-16.

33LAPORAN III(1B)-2000

34 LAPORAN III(1B)-2000

Konsultasi Tr ipartit

tripartit murni maupun tidak.3 Di samping itu, suatu ketentuan yangmemungkinkan dilakukannya konsultasi melalui komunikasi tertulis jugadisetujui4 dan, dalam pembahasan kedua, usulan agar konsultasi dapatdilakukan dengan seluruh cara yang ada, termasuk secara tertulis,mendapatkan persetujuan secara umum.5

53. Akibatnya, perumusan redaksional kata yang amat fleksibel dalamKonvensi memberikan ruang gerak yang cukup luas kepada Negara Anggotauntuk memilih prosedur konsultasi, sedangkan Rekomendasi memberikandaftar contoh-contoh cara konsultasi yang dapat dilakukan. Menurut Pasal2 ayat 2 Konvensi, “sifat dan bentuk prosedur” yang “menjadi tanggungjawab Anggota untuk dijalankan,” sesuai dengan Pasal 2 ayat 1, “wajibditetapkan di masing-masing negara sesuai dengan praktek perburuhannasional yang lazim berlaku, setelah konsultasi dilakukan dengan organisasi-organisasi perwakilan, bilamana organisasi-organisasi perwakilan tersebutada dan bilamana prosedur-prosedur tersebut belum disusun”. Selanjutnya,dalam ayat 2(3) Rekomendasi disebutkan: “Misalnya, konsultasi dapatdilakukan: (a) melalui suatu panitia yang secara spesifik dibentuk untukmenangani masalah-masalah yang berkenaan dengan kegiatan-kegiatanOrganisasi Perburuhan Internasional; (b) melalui suatu badan yang memilikipengetahuan dan keahlian umum di bidang ekonomi, sosial atau perburuhan;(c) melalui sejumlah badan dengan tanggung jawab khusus untuk subyektertentu; atau (d) melalui komunikasi tertulis apabila masing-masing pihakyang terlibat dalam prosedur konsultasi sepakat bahwa komunikasi tertulisdianggap memadai dan pantas dilakukan.”

3ILC, Sidangnya yang ke 61, 1976, Laporan IV(1), paragraf 14; ILO: Risalah Jalannya Sidang, ILC, Sidang ke61, 1976, No. 21, paragraf 36.

4ILC, Sidang ke 61, 1976, Laporan IV(1), paragraf 30.

5ILO: Risalah Jalannya Sidang, ILC, Sidang ke 60, 1976, No. 21, paragraf 18.

35LAPORAN III(1B)-2000

54. Berbagai pilihan yang diusulkan oleh Rekomendasi sebagaimanadisebutkan di atas hanyalah bersifat indikatif (memberikan petunjuk). Karenaitu, berbagai pilihan tersebut tidaklah bersifat eksklusif secara timbal balikatau merupakan pilihan-pilihan yang telah diuji secara lengkap dan menda-lam. Dalam kenyataannya, Negara-Negara Anggota seringkali mengkombi-nasikan konsultasi tertulis dan lisan, dan komunikasi lisan tidak perlu harusberlangsung di dalam kerangka kelembagaan yang bersifat permanen.

I. KONSULTASI DI DALAM SUATU KERANGKA KELEMBAGAAN

1. Badan-badan dengan Kompetensi Khusus yang MenanganiUrusan-urusan yang Berhubungan dengan ILO

55. Pembentukan panitia-panitia tripartit yang bersifat permanen untukmenangani hal-hal yang berhubungan dengan ILO merupakan bentukprosedur konsultasi institusional yang paling tua dan paling banyak dipilih.Panitia-panitia tripartit seperti itu merupakan bagian dari praktek perburuhanyang telah terbentuk di Denmark, Finlandia6, Jerman, India , Norwegia,dan Swedia7 jauh sebelum diterima dan disetujuinya instrumen perburuhaninternasional tahun 1976.

56. Di San Marino dibentuk suatu panitia tripartit untuk menanganikebutuhan yang timbul sewaktu San Marino bergabung dengan ILO.8 DiAmerika Serikat dibentuk suatu panitia setingkat kabinet di bawah Kantor

6Dekrit No. 851/77 tanggal 24 November 1977 mengenai pembentukan Panitia Penasehat ILO Finlandia diterimadan disetujui pada saat prosedur ratifikasi.

7Ordonansi tanggal 8 Desember 1977 yang memuat tata tertib bagi Panitia ILO menjadikan dan menjelaskanpraktek perburuhan ini dalam undang-undang setelah ratifikasi Konvensi.

8Keputusan No. 20 tanggal 21 Juli 1983 dari Konggres Negara mengenai keikutsertaan dalam kegiatan-kegiatanILO.

Prosedur-prosedur konsultasi

36 LAPORAN III(1B)-2000

Konsultasi Tr ipartit

Kepresidenan untuk memastikan terlaksananya konsultasi tripartit justrupada saat Amerika Serikat sedang mempertimbangkan untuk mengundurkandiri dari keanggotaan ILO. Setelah Amerika Serikat kembali menjadi anggotaILO atas rekomendasi panitia setingkat kabinet tersebut, panitia itu digantimenjadi Panitia Penasehat Federal (Panitia Kepresidenan mengenai ILO).9

Panitia ini antara lain mempertimbangkan kesimpulan-kesimpulan yangdiambil Panel Penasehat Tripartit mengenai Standar PerburuhanInternasional (TAPILS), yang bertanggung jawab atas peninjauan kembaliKonvensi-konvensi yang belum diratifikasi.

57. Panitia-panitia penasehat khusus juga telah dibentuk bagi dansetelah ratifikasi Konvensi di Argentina10, Mesir11, Estonia12, Perancis13,Eslandia14, Irak15, Republik Korea16, Malawi17, Polandia18, Trinidad danTobago19, dan Uruguai .20 Panitia-panitia serupa juga dibentuk untuk

9Perintah Eksekutif No. 12216 tanggal 18 Juni 1980.

10Perintah Menteri Perburuhan dan Jaminan Sosial No. 990 tanggal 22 September 1990 mengenai pembentukanPanitia Konsultasi Tripartit untuk Meningkatkan Pelaksanaan Standar Perburuhan Internasional.

11Perintah Menteri No. 111 Tahun 1982 mengenai pembentukan Panitia Konsultasi Tripartit Permanen yangmembidangi kegiatan-kegiatan ILO.

12Peraturan Dewan ILO Estonia yang diterima dan disetujui berdasarkan konsensus tanggal 24 November 1993.

13Perintah Menteri Sosial dan Solidaritas Nasional tanggal 18 November 1983 mengenai pembentukan PanitiaPenasehat ILO.

14Sesuai dengan praktek administratif dari tahun 1981.

15Perintah Menteri Perburuhan No. 759 tanggal 17 Agustus 1983 mengenai pembentukan panitia konsultasitripartit nasional yang membidangi Konvensi dan Rekomendasi perburuhan internasional.

16Dewan Urusan Perburuhan Internasional.

17Keputusan tgl. 9 Agustus 1985 mengenai pembentukan panitia tripartit tentang ratifikasi Konvensi-konvensi ILO.

18Ordonansi Perdana Menteri No. 1 tgl. 5 Januari 1990 mengenai pembentukan Panitia Tripartit Polandia untukKerjasama dengan ILO.

19Keputusan Kabinet tanggal 16 Mei 1996 mengenai pembentukan Panitia Konsultasi Tripartit 144.

20Perintah Kementerian Perburuhan dan Jaminan Sosial tanggal 11 Maret 1985. Kelompok kerja tripartit ILOtelah dibentuk di Kementrian Perburuhan tahun 1967.

37LAPORAN III(1B)-2000

melengkapi atau menggantikan prosedur-prosedur konsultasi yang ada diPantai Gading21, Guatemala22, Hungaria23, dan Republik Arab Suriah24.

58. Beberapa negara yang belum meratifikasi Konvensi juga memilikipanitia-panitia serupa, termasuk Jepang (yang menyelenggarakan pertemuanuntuk membahas masalah-masalah perburuhan internasional dan sub-subpanitia ILO sesuai dengan praktek yang telah lama berlaku), Angola25,Republik Ceko26, dan Kuwait.27

59. Badan-badan ini, yang sebagian besar memiliki sekitar 10 hingga20 anggota28, memenuhi ketentuan Pasal 3 Konvensi. Wakil-wakil pengusahadan pekerja langsung diangkat oleh organisasi-organisasi masing-masing atau,yang lebih sering, diangkat setelah dinominasikan oleh organisasi-organisasimasing-masing dan keikutsertaannya dinyatakan dalam komposisi yangberimbang. Suara pengusaha dan pekerja yang termasuk dalam kategori khususjuga dapat terwakili tanpa harus melanggar prinsip perwakilan berimbang.29

21Perintah Kementerian Lapangan Kerja dan Layanan Publik No. 834/ EFB/CAB.1 tgl. 26 Januari 1995 mengenaiPanitia Tripartit untuk urusan-urusan ILO.

22Perintah No. 93-95 Kementrian Perburuhan dan Perlindungan Sosial mengenai pembentukan Panitia Tripartitmengenai Masalah-masalah Perburuhan Internasional.

23Dewan Nasional ILO dibentuk tgl. 26 Mei 1999 berdasarkan perjanjian antara Pemerintah dan organisasi-organisasi pengusaha dan pekerja yang paling representatif (mewakili).

24Perintah Menteri Sosial dan Perburuhan No. 1214 tgl. 30 Oktober 1995.25Dekrit No. 50/91 tgl. 16 Agustus 1991 mengenai pembentukan Panitia ILO Nasional.

26Undang-undang Komisi Kerjasama Dengan ILO, diterima dan disetujui bersama oleh Menteri Peburuhan danSosial dan Menteri Luar Negeri (1993).

27Perintah Menteri Sosial dan Perburuhan No. 114 tahun 1996 mengenai pembentukan Panitia Studi Standardan Konvensi Perburuhan.

28Dari satu negara ke negara lain, jumlah ini bervariasi antara tiga hingga 40 anggota, dan tergantung padajumlah organisasi pengusaha dan pekerja yang terwakili dan tempat yang diberikan kepada instansi-instansiberwenang administratif yang berkepentingan di antara wakil-wakil pemerintah. Sebagian dari panitia-panitiaini memiliki anggota tituler dan anggota pengganti.

29Dengan memperhatikan perwakilan pengusaha publik, lihat supra , paragraf 36.

Prosedur-prosedur konsultasi

38 LAPORAN III(1B)-2000

Konsultasi Tr ipartit

Misalnya, di Perancis, selain wakil-wakil pengusaha dan wakil-wakil darilima organisasi serikat pekerja yang paling representatif, wakil-wakil gurudan petani juga diikutsertakan dalam kegiatan Panitia Penasehat ILO. DiNorwegia, wakil-wakil pemilik kapal dan pelaut duduk bersama wakil-wakilpengusaha dan pekerja dalam panitia tripartit ILO.

60. Panitia-panitia tipe ini pada umumnya terlembaga di bawahnaungan menteri yang bertanggung jawab atas masalah-masalah perburuhan,dan biasanya diketuai oleh salah seorang wakil menteri. Tetapi, instansi-instansi pemerintah lain yang berkepentingan juga dapat menempatkanwakilnya. Misalnya, keikutsertaan seorang wakil menteri luar negeri dalamkegiatan panitia-panitia tripartit ILO merupakan hal yang lazim.

61. Di beberapa negara, panitia penasehat bukanlah sekedar forumuntuk bertukar pendapat, tetapi juga dapat mengeluarkan pendapat resmiatau bahkan keputusan resmi. Di Malawi, misalnya, keputusan-keputusanyang diambil oleh panitia penasehat bersifat mengikat Menteri Perburuhan.30

Di Finlandia, Dekrit mengenai pembentukan Panitia ILO menetapkankeputusan-keputusan yang harus diambil berdasarkan mayoritas tunggal.Di Trinidad dan Tobago, tata tertib Panitia ILO mengharuskan dilakukannyapemungutan suara apabila tidak tercapai konsensus. Sebaliknya, di PerancisPerintah mengenai pembentukan Panitia Penasehat menetapkan bahwapengumpulan pendapat dilakukan tanpa bantuan pemungutan suara.

2. Badan-badan dengan Kompetensi Umum di Bidang Ekonomi,Sosial atau Perburuhan.

62. Rekomendasi 152 mengacu pada dua tipe badan penasehat yangberbeda. Yang pertama, yang berbentuk “dewan-dewan ekonomi dan sosial,”

30Meskipun demikian, komposisi Panitia ini (dua wakil pengusaha, dua wakil pekerja, dan lima wakil pemerintah)jelas menunjukkan bahwa tidak ada keputusan yang dapat diambil tanpa persetujuan pemerintah.

39LAPORAN III(1B)-2000

pada umumnya mempunyai mandat yang mencakup semua masalahekonomi, sosial, dan pembangunan, dan sering kali mengikutsertakananggota-anggota yang mewakili kepentingan-kepentingan di luarkepentingan pengusaha dan pekerja. Yang kedua, berbentuk “dewan-dewanpenasehat tenaga kerja,” dibentuk dengan tujuan yang lebih spesifik, yaitumengupayakan terjadinya konsultasi antara wakil-wakil pengusaha danpekerja mengenai masalah-masalah perburuhan serta lapangan kerja.31

63. Mengenai tipe badan-badan penasehat yang pertama, informasiyang ada cenderung membenarkan temuan Panitia dalam Kajian Umumtahun 1982, yaitu bahwa badan-badan penasehat tersebut tampaknya hampirtidak pernah diajak berkonsultasi mengenai hal-hal yang menjadi pokokbahasan instrumen perburuhan (yaitu Konvensi 144 dan Rekomendasi152).32 Panitia hanya menjumpai satu kasus yang dengan jelas menunjukkanbahwa dewan ekonomi dan sosial memiliki mandat yang jelas untukmenimbang pokok bahasan tersebut, yaitu di Romania.33 Di Kroasia, DewanEkonomi dan Sosial yang didirikan pada tahun 1997 mempunyai panitiahubungan internasional yang bertanggung jawab menangani kegiatan-kegiatan ILO tetapi panitia ini baru akan memulai tugasnya.34

64. Laporan dari sejumlah negara lain menyebutkan adanya badan-badan serupa tanpa menjelaskan apakah konsultasi sebagaimana dimaksuddalam Konvensi 144 dan Rekomendasi 152 benar-benar telah dilaksanakanmenurut ketentuan-ketentuan yang menjadi landasan hukum badan-badan

31Kedua tipe ini dapat diterapkan secara bersama-sama, seperti yang terjadi di Belgia (Dewan Ekonomi Pusatdan Dewan Perburuhan Nasional).

32Kajian Umum Tahun 1982, paragraf 76.

33Undang-undang Tahun 1997 mengenai Pengorganisasian dan Pemfungsian Dewan Ekonomi dan Sosialmenyebutkan dalam bagian 6 (d) bahwa pelaksanaan kewajiban-kewajiban yang timbul dari Konvensi No. 144merupakan salah satu tanggung jawab Dewan.

34Menurut laporan pemerintah.

Prosedur-prosedur konsultasi

40 LAPORAN III(1B)-2000

Konsultasi Tr ipartit

tersebut.35 Panita juga mencatat bahwa apabila di suatu negara yang terikatKonvensi diusulkan supaya badan-badan penasehat tersebut hendaknya jugamenimbang hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan ILO di bidangpenetapan standar, usulan seperti itu pada umumnya tidak ditindaklanjuti.36

Di Spanyol, kemungkinan ini menjadi bahan diskusi pada waktu DewanEkonomi dan Sosial dibentuk.37 Di Hungaria, segera setelah ratifikasiKonvensi dilakukan, diusulkan supaya konsultasi-konsultasi yangdiwajibkan itu dilangsungkan dalam Dewan Rekonsiliasi Kepentingan, tetapiakhirnya diputuskan untuk membentuk suatu panitia dengan kompetensikhusus untuk menangani hal-hal ini.38

65. Di sisi lain, pemeriksaan terhadap hal-hal yang berkaitan denganstandar perburuhan internasional atau kegiatan-kegiatan ILO sering kalimerupakan salah satu tanggung jawab badan-badan penasehat tipe kedua.Di Namibia, kompetensi Dewan Penasehat Perburuhan untuk menimbangstandar perburuhan internasional ditetapkan oleh Undang-UndangPerburuhan.39 Begitu pula halnya di Lesotho. Di sana kompetensi PanitiaPenasehat Nasehat bidang Perburuhan ditetapkan menurut Undang-UndangPerburuhan.40 Di Swasilan, perundang-undangan nasionalnya menetapkan

35Laporan pertama Algeria mengenai pelaksanaan Konvensi mengacu pada Dekrit Presiden No. 93-225 tanggal5 November 1993 mengenai pembentukan Dewan Nasional Ekonomi dan Sosial, suatu “badan penasehat untukdialog dan konsultasi di bidang ekonomi, sosial, dan budaya”. Di Afrika Selatan, Undang-undang No. 35Tahun 1994 tentang pembentukan Dewan Nasional Ekonomi, Pembangunan dan Perburuhan (NEDLAC)menetapkan bahwa Dewan tersebut menimbang rancangan undang-undang perburuhan yang diusulkan. Laporandari Kazakhstan menyebutkan kegiatan-kegiatan Panitia Tripartit Nasional untuk Kemitraan Sosial di bidangekonomi, sosial, dan hubungan industrial.

36Misalnya di Turki.

37Undang-undang No. 21/91 tgl. 17 Juni 1991 mengenai pembentukan Dewan Ekonomi dan Sosial.

38Lihat supra, catatan 23.

39Bagian 8, ayat 1(d) Undang-undang Perburuhan tgl. 13 Maret 1992, Dokumen-dokumen Hukum Perburuhan,1992/2.

40Bagian 42 Perintah Undang-undang Perburuhan No. 24 Tahun 1992.

41LAPORAN III(1B)-2000

bahwa Badan Penasehat Perburuhan berwenang membuat usulan-usulanuntuk melakukan tindakan yang berhubungan dengan pokok-pokok bahasankonsultasi yang tercakup dalam Konvensi.41 Perumusan usulan-usulanmengenai Konvensi-konvensi ILO juga merupa-kan bagian dari mandatDewan Nasional bagi Kemitraan Sosial di Ukraina.42 Di Kosta Rika, Dekrityang mengeluarkan peraturan-peraturan prosedur Dewan PerburuhanAgung43 menyatakan bahwa Dewan wajib bertanggung jawab, antara lain,untuk melakukan konsultasi mengenai hal-hal sebagaimana dimaksud dalamPasal 5, ayat 1 Konvensi 144. Di El Salvador, salah satu fungsi DewanPerburuhan Agung adalah “memberikan nasehat kepada Pemerintah dalamberhubungan dengan ILO”.44 Di Latvia, Peraturan Dewan KerjasamaTripartit Nasional, yang diterima dan disetujui berdasar-kan perjanjian,menyatakan bahwa Dewan menimbang usulan-usulan yang diajukan untukratifikasi dan pelaksanaan Konvensi-konvensi ILO.

66. Apabila naskah perundang-undangan yang membentuk badanpenasehat perburuhan tidak secara eksplisit menyebutkan bahwa badanpenasehat perburuhan harus diajak berkonsultasi mengenai hal-hal yangmenjadi pokok bahasan Konvensi dan Rekomendasi, maka konsultasi sepertiitu dapat dilakukan kemudian, umumnya di bawah naungan suatu sub-panitiadengan wewenang khusus untuk menangani urusan-urusan dengan ILO.45 DiYunani, misalnya, dibentuk bagian pelaksanaan standar perburuhaninternasional berdasarkan dekrit dalam Dewan Perburuhan Agung dengan

41Bagian 19 Undang-undang Lapangan Kerja No. 5 tgl. 26 September 1980.

42Bagian 4 Peraturan Dewan Nasional untuk Kemitraan Sosial yang secara resmi diundangkan melalui DekritPresiden 27 April 1993.

43Dekrit No. 27272-MTSS tgl. 20 Agustus 1998.

44Dekrit No. 69 tgl. 21 Desember 1994.

45Dewan penasehat juga dapat menjadi badan konsultatif bagi pelaksanaan Konvensi berkat kompetensi yangdimilikinya di bidang perburuhan dan karena tidak adanya ketentutan spesifik yang disusun bagi pelaksanaanKonvensi, seperti yang terjadi di Siprus.

Prosedur-prosedur konsultasi

42 LAPORAN III(1B)-2000

Konsultasi Tr ipartit

tujuan untuk melakukan konsultasi yang dituntut oleh Konvensi.46 BadanPenasehat itu juga dapat memanfaatkan kuasa yang dimilikinya untukmengupayakan sendiri pembentukan panitia spesialis tipe ini. Di Australia,misalnya, Dewan Konsultasi Perburuhan Nasional membentuk Panitia UrusanPerburuhan Internasional. Di Suriname, Badan Penasehat Perburuhanmembentuk suatu sub-panitia yang menangani urusan-urusan dengan ILO.Di Lithuania, Dewan Tripartit membentuk Komisi Permanen untuk KonsultasiTripartit guna meningkatkan pelaksanaan standar perburuhan internasional.Di Belgia, setelah ratifikasi Konvensi dilakukan, disusun suatu perjanjianprotokol antara Menteri Lapangan Kerja dan Perburuhan dan DewanPerburuhan Nasional untuk mendefinisikan prosedur konsultasi Dewan, yangmembentuk suatu panitia ILO.

67. Komposisi dewan-dewan penasehat perburuhan pada umumnyamemenuhi ketentuan yang mengharuskan pemilihan wakil-wakil secarabebas oleh organisasi masing-masing dan ketentuan yang mengharuskanpengusaha dan pekerja terwakili secara berimbang. Pihak-pihak lain di luarwakil-wakil organisasi pengusaha dan pekerja yang paling mewakili(representatif) kadang-kadang boleh ikut serta, baik secara permanenmaupun mengikuti pokok-pokok bahasan yang tercantum pada agenda. DiBelgia, misalnya, wakil-wakil pekerja mandiri (self-employed) dan wakil-wakil petani mendapat jatah kursi di Dewan Perburuhan Nasional bersamadengan pengusaha. Di Yunani, komposisi perwakilan dalam DewanPerburuhan Agung tergantung pada pokok bahasan. Apabila yang menjadipokok bahasan adalah pegawai pemerintah, maka wakil-wakil dari instansipemerintah atau departemen yang terkait duduk dalam Dewan sebagai wakilpekerja; apabila yang dibahas adalah masalah kelautan atau maritim, makayang duduk sebagai wakil pengusaha dan wakil pekerja masing-masingadalah wakil-wakil pemilik kapal dan wakil-wakil pelaut.

46Dekrit Presiden No. 296 tgl. 4 Juli 1991 mengenai “Prosedur untuk Meningkatkan Pelaksanaan StandarPerburuhan Internasional”.

43LAPORAN III(1B)-2000

68. Konsultasi yang berlangsung di dalam dewan-dewan penasehatperburuhan tak jarang mengarah pada pembentukan pendapat resmi yangakhirnya diterima dan disetujui. Hal ini lebih sering terjadi di dalam dewan-dewan penasehat perburuhan daripada di dalam panitia-panitia denganwewenang khusus untuk menangani hal-hal yang berhubungan dengan ILO.Di Belgia , Dewan Perburuhan Nasional mengeluarkan satu pendapat yangditerima dan disetujui berdasarkan konsensus atau, bila tidak tercapaikonsensus, mengeluarkan berbagai pendapat yang telah disuarakan. Di KostaRika, peraturan prosedur Dewan Perburuhan Agung menetapkan bahwakeputusan harus diambil berdasarkan konsensus. Peraturan DewanKerjasama Tripartit Nasional di Latvia menyebutkan bahwa keputusan-keputusan yang diambil berdasarkan persetujuan oleh tiga pihak bersifatmengikat ketiga pihak yang bersangkutan. Di Suriname, Dewan PenasehatPerburuhan harus, berdasarkan ketentuan Dekrit yang membentuknya,menerima dan menyetujui pendapat-pendapat yang disuarakan olehmayoritas tunggal, meskipun pendapat minoritas juga dapatdikumandangkan apabila diminta.

II. KONSULTASI MELALUI KOMUNIKASI TERTULIS

69. Konsultasi yang dituntut oleh Konvensi dapat dilaksanakan melaluikomunikasi secara tertulis seperti yang terjadi di Austria, Barbados, Meksiko,Belanda, Selandia Baru, Portugal, Spanyol, Turki, Inggris, dan Venezuela.Di negara-negara ini konsultasi tertulis dapat dilengkapi, bilamana perlu,dengan bertukar pendapat secara informal atau melalui pertemuan-pertemuan ad hoc untuk membahas subyek-subyek tertentu.

70. Konsultasi melalui komunikasi tertulis juga dapat dilakukansebagai tambahan atau pelengkap dari konsultasi yang dilakukan dalambadan-badan khusus seperti yang terjadi di Australia, Siprus, Perancis,

Prosedur-prosedur konsultasi

44 LAPORAN III(1B)-2000

Konsultasi Tr ipartit

Jerman, India, Mauritius dan Norwegia. Di Cile, Panitia Tripartit untukKonvensi No. 144 bertanggung jawab meninjau ulang Konvensi-konvensiyang belum diratifikasi, sedangkan hal-hal lain yang harus dikonsultasikanmenurut ketentuan Pasal 5 ayat 1 Konvensi dibahas melalui pertukaranpendapat secara tertulis.

71. Menurut Rekomendasi, konsultasi melalui komunikasi tertulushendaknya dilakukan hanya “apabila mereka yang terlibat dalam prosedurkonsultasi sepakat bahwa komunikasi seperti itu patut dilakukan danmemadai”. Dalam kaitan inilah Panitia mempertimbangkan kasus Portugalyang telah menetapkan prosedur-prosedur seperti itu sebelum ratifikasiKonvensi, dalam konteks pemeriksaan laporan-laporan yang ditetapkanmenurut pasal 22 Konstitusi. Namun, setelah ratifikasi dilakukan, organisasi-organisasi pengusaha dan pekerja Portugal berpendapat bahwa prosedurkonsultasi yang disusun hanya berdasarkan komunikasi tertulis saja tidaklahcukup untuk menjamin “keefektifan” konsultasi sebagaimana dimaksud olehKonvensi. Dalam menanggapi hal ini, Pemerintah Portugal, dengan mengacupada Pasal 2, ayat 2 Konvensi, menekankan bahwa, karena prosedur konsultasimelalui komunikasi tertulis itu sudah berjalan sebelum ratifikasi dilakukan,maka Pemerintah Portugal tidak merasa perlu atau berkewajiban untukmengkonsultasikan sifat dan bentuk prosedur konsultasi kepada organisasi-organisasi perwakilan.47 Meskipun demikian, Panitia berpendapat bahwaketentuan-ketentuan yang terdapat dalam Pasal 2 ayat 2 hendaknya tidakditafsirkan sebagai ketentuan-ketentuan yang menutup kemungkinan untukmeninjau kembali prosedur-prosedur yang ada untuk melakukan konsultasidengan organisasi-organisasi yang ikut menjalankan prosedur-prosedur itu.Karena, apabila ratifikasi justru mengakibatkan pembakuan bentuk prosedurkonsultasi yang dinilai tidak memuaskan oleh pihak-pihak yang harusdikonsultasikan pendapatnya, maka sesungguhnya, hal ini merupakan suatuparadoks, dan jelas-jelas bertentangan dengan tujuan Konvensi itu sendiri.

47Permintaan langsung mengenai pelaksanaan Konvensi di Portugal, 1987.

45LAPORAN III(1B)-2000

II. PROSEDUR-PROSEDUR KONSULTASI LAINNYA

72. Dari informasi yang tersedia tampak bahwa saran yang diberikandalam Rekomendasi supaya konsultasi dilakukan “melalui sejumlah badandengan tanggung jawab khusus untuk subyek tertentu” tidak dijalankan.Seperti dalam Kajian terdahulu48, laporan-laporan yang menyebutkankeberadaan badan-badan khusus bipartit atau tripartit49 tidak menjelaskanseberapa jauh badan-badan ini dalam kenyataan sesungguhnya digunakanuntuk berkonsultasi secara teratur sebagaimana digariskan dalam instrumenperburuhan yang mengaturnya. Tampaknya, badan-badan seperti ini paling-paling hanya berperan sebagai pendukung dalam konsultasi, terutama apabilapendapat mengenai hal-hal yang menjadi mandat mereka sedang diperlukan.

73. Sebaliknya, ada juga praktek-praktek konsultasi yang tidak tercantumdalam Rekomendasi tetapi yang dipraktekkan oleh negara-negara tertentu.Di Brasilia, panitia-panitia ad hoc triparit secara teratur dibentuk berdasarkanperintah menteri dengan tujuan untuk menimbang prospek ratifikasi danpelaksanaan instrumen perburuhan tertentu. Di Cina, di luar konsultasi yangwajib dilakukan berdasarkan butir-butir yang terdaftar dalam Pasal 5 ayat 1Konvensi, lazim diselenggarakan pertemuan tripartit tingkat tinggi tahunanuntuk mengkaji ulang segala sesuatu yang berkaitan dengan standarperburuhan internasional.

48Kajian Umum Tahun 1982, paragraf 81-82.

49Misalnya, yang secara khusus menangani bidang-bidang tertentu seperti hubungan industrial, pengupahan,lapangan kerja dan pelatihan, diskriminasi pekerjaan, jaminan sosial atau keselamatan dan kesehatan kerja.

Prosedur-prosedur konsultasi

74. Berdasarkan ketentuan-ketentuan Pasal 2, ayat 1 Konvensi,konsultasi secara efektif antara wakil-wakil pemerintah, pengusaha, danpekerja haruslah mencakup “hal-hal yang menyangkut kegiatan-kegiatanOrganisasi Perburuhan Internasional (ILO) sebagaimana dimaksud dalamPasal 5, ayat 1 Konvensi”. Hal-hal yang disebutkan satu per satu dalamketentuan ini berkaitan dengan kegiatan-kegiatan penetapan standarperburuhan oleh ILO; konsultasi harus dilakukan berdasarkan naskah-naskah yang diusulkan, penyerahan instrumen perburuhan yang telahditerima dan disetujui kepada pihak berwenang, peninjauan ulang instrumentersebut secara berkala menurut jangka waktu tertentu, penyusunan laporanmengenai pelaksanaan Konvensi-konvensi dan usulan-usulan untukmembatalkan Konvensi-konvensi yang telah diratifikasi.

75. Juga mengenai kegiatan-kegiatan yang terkait dengan penetapanstandar perburuhan, Rekomendasi menetapkan bahwa konsultasi-konsultasitersebut hendaknya juga mencakup laporan-laporan yang harus disusunmengenai Konvensi-konvensi yang belum diratifikasi beserta Rekomendasi-rekomendasinya, dan langkah-langkah yang mungkin akan diambil untukmeningkatkan pelaksanaannya. Rekomendasi menambahkan, supayahendaknya ditetapkan seberapa jauh prosedur-prosedur konsultasi ini dapatdigunakan untuk aspek-aspek kegiatan ILO lainnya, seperti misalnyakegiatan kerjasama teknis, resolusi dan kesimpulan yang diterima dan

4HAL-HAL YANG DICAKUPOLEH KONSULTASI

47LAPORAN III(1B)-2000

48 LAPORAN III(1B)-2000

Konsultasi Tr ipartit

1Misalnya, seperti yang terjadi di Kolombia, Kosta Rika, Pantai Gading, Mesir, Finlandia, Yunani, Hungaria,Polandia, Republik Arab Suriah, dan Trinidad dan Tobago.

disetujui dalam konperensi-konperensi dan pertemuan-pertemuan sertaupaya-upaya pemasyarakatan Organisasi.

76. Di bawah ini Panitia akan membahas konsultasi-konsultasimengenai standar perburuhan internasional yang telah dilakukan, denganmenarik perbedaan antara standar yang dituntut oleh Konvensi dan standaryang hanya sekedar diusulkan dalam Rekomendasi. Kemudian Panitia akanmembahas konsultasi-konsultasi mengenai aspek-aspek lain kegiatan ILOsebagaimana diusulkan oleh Rekomendasi. Panitia juga mencatat indikasi-indikasi yang diberikan dalam beberapa laporan tentang konsultasi mengenaihal-hal lain yang menjadi kepentingan Organisasi. Meskipun tidak dituntutoleh instrumen perburuhan tahun 1976, di negara-negara tertentu konsultasitentang hal-hal lain tersebut tetap dilakukan.

I. KONSULTASI MENGENAI STANDAR PERBURUHAN

INTERNASIONAL

1. Konsultasi yang dituntut oleh Konvensi

77. Di negara-negara yang menetapkan pelaksanaan konsultasi melaluisuatu kerangka badan konsultatif khusus, bukanlah hal yang tidak lazimapabila naskah hukum yang menetapkan pembentukan badan konsultatifkhusus itu menetapkan wewenang yang dimilikinya berdasarkan butir-butiryang disebutkan dalam Konvensi dengan secara eksplisit mengacu padaPasal 5 ayat 1, atau dengan mereproduksi ketentuan-ketentuan yangterkandung di dalamnya.1 Di negara-negara lain yang juga menetapkanpembentukan badan jenis ini, komunikasi tertulis dapat saja dilakukan untukkonsultasi mengenai hal-hal tertentu.

49LAPORAN III(1B)-2000

(a) Butir-butir pada agenda Konperensi

78. Menurut ketentuan Pasal 5, ayat 1(a) Konvensi, konsultasi denganorganisasi-organisasi perwakilan pengusaha dan pekerja harus dilakukanoleh pemerintah untuk membahas “tanggapan pemerintah terhadap angketmengenai butir-butir agenda Konperensi Perburuhan Internasional dankomentar/ pandangan pemerintah tentang naskah yang diusulkan untukdibahas oleh Konperensi”.

79. Karena itu, menurut rincian yang diberikan oleh ketentuan ini,organisasi-organisasi perwakilan pengusaha dan pekerja harus diajakberkonsultasi di setiap tahap persiapan prosedur pembahasan ganda2 untukmembahas butir-butir agenda Konperensi yang ditujukan untuk menerimadan menyetujui instrumen perburuhan baru. Maksud konsultasi itu pertama-tama adalah untuk mempersiapkan tanggapan yang akan diberikanpemerintah atas angket yang disodorkan oleh Kantor PerburuhanInternasional. Selain itu, konsultasi tersebut juga dimaksudkan untukmengkaji komentar atau pandangan pemerintah mengenai rancangan atauusulan naskah instrumen perburuhan yang disusun Kantor PerburuhanInternasional dalam pembahasan tahap kedua pada Konperensi PerburuhanInternasional.

80. Dengan menanggapi angket Kantor Perburuhan Internasional danmengomentari naskah-naskah yang diusulkan, setiap Negara Anggota dapatmemberikan pengaruh yang menentukan terhadap isi instrumen perburuhanyang sedang disiapkan. Dengan mengkombinasikan semua tanggapan danpandangan yang diberikan oleh Negara-Negara Anggota, pembahasanKonperensi menjadi lebih komprehensif karena pembahasan itu dilakukanberdasarkan informasi seakurat mungkin mengenai apa yang menjadi

2Dalam pembahasan tunggal, konsultasi dilakukan hanya untuk membahas tanggapan yang akan diberikanatas angket Kantor Perburuhan Internasional.

Hal-hal yang dicakup oleh konsultasi

50 LAPORAN III(1B)-2000

Konsultasi Tr ipartit

harapan, kepentingan dan keprihatinan Negara-Negara Anggota serta situasidan kondisi nasional masing-masing. Karena itu, partisipasi aktif Negara-Negara Anggota dalam tahap ini amatlah penting untuk menjamin relevansidan keefektifan standar perburuhan tersebut.

81. Dalam resolusi yang dikeluarkannya tahun 1971, KonperensiPerburuhan Internasional menyebutkan bahwa konsultasi yang dilakukanpemerintah dengan organisasi-organisasi perwakilan untuk membahasbagaimana pemerintah sebaiknya menanggapi angket dari KantorPerburuhan Internasional merupakan salah aspek yang perlu digiatkanpelaksanaannya untuk memperkokoh tripartisme di dalam kegiatan-kegiatanILO. Berdasarkan rancangan amandemen yang diserahkan oleh BadanPengurus, yang juga memakai perumusan redaksional kalimat yang dipakaidalam resolusi tahun 1971, Konperensi Perburuhan Internasional, dalamsidangnya pada tahun 1987, mengubah (mengamandemen) pasal-pasal yangtercantum pada Peraturan Tata Tertibnya mengenai tahap-tahap persiapanuntuk prosedur pembahasan tunggal dan prosedur pembahasan ganda denganmemasukkan ketentuan-ketentuan yang mewajibkan pemerintah untukterlebih dahulu berkonsultasi dengan organisasi-organisasi pengusaha danpekerja yang paling representatif sebelum memberikan tanggapan akhir atasangket Kantor Perburuhan Internasional dan komentar/ pandangan akhirtentang Konvensi-konvensi dan Rekomendasi-rekomendasi yang diusulkan.Dengan demikian, pendapat atau pandangan dari organisasi-organisasipengusaha dan organisasi-organisasi pekerja dapat dijadikan bahanpertimbangan dalam laporan-laporan Kantor Perburuhan Internasional.3

82. Bagi Negara-Negara Anggota yang terikat oleh Konvensi 144,konsultasi dengan organisasi-organisasi perwakilan mengenai butir-butiragenda Konperensi merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan dengan

3Lihat Pasal 38 dan Pasal 39 Tata Tertib Konperensi Perburuhan Internasional, Risalah Jalannya Sidang,Konperensi Perburuhan Internasional (ILC), Sidangnya yang ke 73, 1987, No. 2 dan No. 14.

51LAPORAN III(1B)-2000

berbagai cara. Konsultasi dalam bentuk komunikasi tertulis tampaknyamerupakan cara konsultasi yang paling lazim4, walaupun rancangantanggapan dan pandangan pemerintah juga dapat diserahkan kepada panitianasional yang bertanggung jawab menangani urusan-urusan dengan ILO.5

Selain itu, kedua cara ini juga dapat digabung.6

83. Sebagaimana halnya dengan hal-hal lain yang memerlukanpembahasan melalui konsultasi, Pemerintah harus mempertimbangkanpendapat organisasi-organisasi perwakilan sebelum menetapkan posisi akhiryang akan diambilnya meskipun hal ini tidak berarti bahwa pemerintah harusmemasukkan pendapat organisasi-organisasi tersebut dalam komunikasi ataukorespondensi yang dilakukannya dengan Kantor Perburuhan Internasional.Kendati demikian, pendapat organisasi-organisasi perwakilan tersebuthendaknya disebutkan dalam laporan akhir yang disampaikan olehpemerintah Negara yang bersangkutan kepada ILO apabila dalam konsultasidengan organisasi-organisasi perwakilan tersebut terjadi perbedaan pendapatyang amat besar.7

(b) Pengajuan instrumen perburuhankepada badan-badan yang berwenang

84. Menurut ketentuan Pasal 5, ayat 1(b) Konvensi, konsultasi harusmencakup “usulan-usulan yang akan diajukan kepada badan-badan yangberwenang sehubungan dengan pengajuan Konvensi-konvensi dan

4Termasuk di negara-negara yang telah membentuk panitia yang berwenang membahas urusan-urusan denganILO, seperti Australia, Denmark, Perancis, India, Malawi dan Amerika Serikat.

5Seperti misalnya yang terjadi di Belgia dan Swedia.

6Di Siprus, konsultasi tertulis boleh ditambahkan berdasarkan permintaan salah satu pihak atau pihak laindengan menyelenggarakan konsultasi dalam Dewan Penasehat Perburuhan atau dengan menyelenggarakan suatupertemuan ad hoc.

7Seperti misalnya yang terjadi di Denmark.

Hal-hal yang dicakup oleh konsultasi

52 LAPORAN III(1B)-2000

Konsultasi Tr ipartit

Rekomendasi-rekomendasi [kepada pemerintah] menurut pasal 19 Konvensi”.

85. Sebagaimana disebutkan oleh Panitia dalam pandangannya mengenaihal ini, yang dituangkan dalam Kajian Umum tahun 1998, pengajuanKonvensi-konvensi dan Rekomendasi-rekomendasi kepada pemerintahdimaksudkan supaya setiap Negara Anggota dapat mengambil keputusansecara cepat dan bertanggung jawab mengenai instrumen perburuhan yangtelah diterima dan disetujui oleh Konperensi.8 Sehubungan dengan ini,Memorandum Badan Pengurus mengenai kewajiban untuk mengajukanKonvensi-konvensi dan Rekomendasi-rekomendasi kepada instansipemerintah yang berwenang menitikberatkan bahwa kewajiban ini tidaklahmengharuskan pemerintah untuk mengusulkan ratifikasi atau pelaksanaaninstrumen perburuhan yang diajukan. Pemerintah memiliki kebebasan penuhuntuk membuat usulan-usulan mengenai tindakan yang akan dilakukan.Kendati demikian, organisasi-organisasi perwakilan harus diajak berkonsultasiterlebih dahulu mengenai sifat dari usulan-usulan tersebut.

86. Tergantung negaranya, organisasi-organisasi perwakilan dapatdiminta untuk menyatakan sudut pandang mereka mengenai langkah apayang harus dilakukan secara mandiri sehubungan dengan instrumenperburuhan baru. Ada kalanya mereka hanya diminta memberikan pendapattentang instrumen baru tersebut setelah naskahnya dikirimkan kepadamereka. Tetapi ada kalanya mereka juga diminta untuk memeriksa suaturancangan usulan, baik melalui komunikasi secara tertulis maupun melaluiwakil-wakil mereka yang duduk dalam badan penasehat yang memangdibentuk untuk membahas hal ini.9 Pemerintah tidak terikat untukmenyampaikan pendapat-pendapat yang dinyatakan organisasi-organisasiperwakilan kepada badan-badan (penasehat) yang berwenang menangani

8Lihat: Laporan Panitia Ahli, 1998, paragraf 218-227.

9Di Brasilia, suatu panitia ad hoc tripartit dibentuk untuk memeriksa instrumen perburuhan yang baru diterimadan disetujui.

53LAPORAN III(1B)-2000

masalah perburuhan. Meskipun demikian, penyampaian pendapat sepertioleh pemerintah kepada badan-badan yang berwenang tersebut merupakanpraktek yang umum dijalankan di negara-negara tertentu, terutama apabilakonsultasi yang dilakukan menghasilkan pendapat resmi yang diterima olehbadan penasehat yang berwenang.10

(c) Peninjauan ulang terhadap Konvensi-konvensi danRekomendasi-rekomendasi yang belum diratifikasi.

87. Menurut ketentuan Pasal 5 ayat 1(c) Konvensi, konsultasi harusmencakup “peninjauan kembali Konvensi-konvensi yang belum diratifikasidan Rekomendasi-rekomendasi yang pelaksanaannya belum dilakukan, gunamempertimbangkan langkah-langkah apa yang dapat diambil untukmeningkatkan pelaksanaannya beserta ratifikasinya, sebagaimana seharusnya”.

88. Ketentuan ini merupakan perpanjangan dari ketentuan sebelumnya.Pengajuan instrumen perburuhan baru kepada badan-badan berwenang harusdilakukan dalam kurun waktu dari satu tahun hingga 18 bulan setelahinstrumen itu diterima dan disetujui oleh Konperensi dan kondisi ataukeadaan yang dapat menyebabkan diambilnya keputusan bahwa ratifikasiatau pelaksanaan instrumen perburuhan tersebut tidak dimungkinkan atautidak dikehendaki dapat berubah. Peninjauan ulang instrumen perburuhantersebut memberikan kesempatan untuk melakukan penilaian mengenaiapakah perkembangan-perkembangan yang terjadi sejak instrumen itudiajukan telah mengubah prospek ratifikasi atau pelaksanaannya.

89. Peninjauan ulang tersebut harus dilakukan “menurut jangka waktuyang dipandang tepat”. Selama tahap persiapan, penjelasan bahwa peninjauan

10Di Belgia, konsultasi yang dilakukan menghasilkan pendapat yang diterima oleh Dewan Perburuhan Nasional.Di Kosta Rika, pendapat Dewan Tinggi Perburuhan diberikan kepada Majelis Legislatif. Di Siprus, rekomendasiBadan Penasehat Perburuhan merupakan bagian integral dari dokumen pengajuan.

Hal-hal yang dicakup oleh konsultasi

54 LAPORAN III(1B)-2000

Konsultasi Tr ipartit

ulang ini hendaknya dilakukan “sekurang-kurangnya sekali setahun” telahditolak sehingga ketentuan ini tidak dapat ditafsirkan sebagai ketentuan yangmengharuskan dilakukannya peninjauan ulang setiap tahun terhadapKonvensi-konvensi yang belum diratifikasi dan Rekomendasi-rekomendasiyang pelaksanaannya belum dilakukan. Dengan kata lain, ketentuan inihendaknya dipandang hanya sebagai himbauan bagi dilanjutkannya prosespeninjauan ulang dengan program yang meliputi satu jangka waktu.11

90. Meskipun pemilihan instrumen perburuhan yang akan dievaluasidan penetapan “jangka waktu yang dipandang tepat” mengandung penafsiranluas yang pemahamannya tergantung pada praktek perburuhan nasional,hal ini dalam kenyataannya sering kali terinspirasi oleh kesimpulan danrekomendasi yang dikeluarkan ILO mengenai kebijakan di bidang penetapanstandar perburuhan. Misalnya, instrumen yang diklasifikasikan oleh BadanPengurus sebagai instrumen yang ratifikasi dan pelaksanaannyadiprioritaskan terlihat sebagai instrumen yang paling sering dievaluasi.12

(d) Laporan-laporan mengenai Konvensi-konvensiyang telah diratifikasi

91. Menurut ketentuan Pasal 5 ayat 1(d) Konvensi, konsultasi harusmencakup “pertanyaan-pertanyaan atau masalah-masalah yang timbul darilaporan-laporan yang harus diberikan kepada Kantor PerburuhanInternasional menurut pasal 22 Konstitusi”.

92. Sekali lagi, Panitia tidak dapat terlalu menekankan fakta bahwakewajiban berkonsultasi dengan organisasi-organisasi perwakilan mengenai

11ILC, Sidangnya yang ke 61, 1976, Laporan IV (2), hal. 23-24; ILC, Risalah Jalannya Sidang, Sidangnya yangke 61, No. 21, paragraf 29.

12Seperti yang misalnya terjadi di Meksiko dan Sri Lanka. Di Amerika Serikat, agenda Panel Penasehat Tripartitmengenai Standar Perburuhan Internasional (TAPILS) secara teratur memasukkan hasil evaluasi prospek ratifikasiKonvensi-konvensi Dasar maupun Konvensi-konvensi lain.

55LAPORAN III(1B)-2000

laporan pelaksanaan Konvensi-konvensi yang telah diratifikasi harus denganjelas dibedakan dari kewajiban untuk menyampaikan laporan-laporan tersebutmenurut pasal 23 pasal 2 Konstitusi. Untuk memenuhi kewajiban-kewajibanyang digariskan oleh ketentuan ini, tidaklah cukup bagi pemerintah untuksekedar menyampaikan kepada organisasi-organisasi pengusaha dan pekerjasalinan laporan yang mereka kirimkan kepada Kantor PerburuhanInternasional, karena, setelah pemerintah memberikan laporannya kepadaKantor Perburuhan Internasional, maka setiap komentar atau pendapat yangkemudian disusulkan oleh organisasi-organisasi pengusaha dan pekerja kepadaKantor Perburuhan Internasional tidak dapat menggantikan konsultasi yangseharusnya dilakukan untuk mempersiapkan laporan.

93. Konsultasi pada umumnya dilakukan secara tertulis. Pemerintahmengirimkan rancangan laporan kepada organisasi-organisasi perwakilanuntuk mengetahui pendapat mereka sebelum mempersiapkan laporan yangdefinitif. Pemerintah dapat saja memasukkan ikhtisar pandangan yangditerimanya dari organisasi-organisasi pengusaha dan pekerja dalam laporanyang dikirimkannya kepada Kantor Perburuhan Internasional beserta denganpengamatan dan pandangan pemerintah sendiri apabila hal ini dipandangbermanfaat walaupun hal ini bukan merupakan suatu keharusan.13 Dibeberapa negara, badan-badan penasehat yang berwenang tidak sajamemeriksa rancangan laporan14 tetapi juga dapat secara resmi menyetujuinaskah rancangan.15

13Di Finlandia, cara seperti ini (yaitu memasukkan ikhtisar pandangan dari organisasi-organisasi yang mewakilipengusaha dan pekerja ke dalam laporan) telah disepakati dalam Panitia Penasehat ILO.

14Di Irak, panitia tripartit nasional memiliki suatu sub-panitia untuk laporan-laporan yang harus disusun menurutPasal 22 Konstitusi. Di Filipina, rancangan laporan diperiksa oleh satu kelompok kerja dari Dewan TripartitPerdamaian Industrial. Di Uruguai dibentuk sidang-sidang khusus Kelompok Kerja ILO untuk menyiapkanlaporan.

15Seperti yang digariskan oleh peraturan prosedur Dewan Konsultatif Tripartit Serikat Pengusaha, Negara danPekerja Latvia yang fungsinya telah diambil alih oleh Dewan Kerjasama Tripartit Nasional. Di Belgia, yangmembuat laporan justru badan penasehat yang berwenang, yaitu Dewan Perburuhan Nasional. Pemerintahhanya mengirimkan laporan itu ke ILO.

Hal-hal yang dicakup oleh konsultasi

56 LAPORAN III(1B)-2000

Konsultasi Tr ipartit

94. Pemerintah di sebagian besar negara yang telah memberlakukanKonvensi 144 menggunakan cara yang berbeda satu sama lain untukberkonsultasi dengan organisasi-organisasi perwakilan tentang semualaporan yang harus disusun mengenai pelaksanaan Konvensi-konvensi yangtelah diratifikasi. Tetapi, ada pemerintah16 yang dalam setiap laporannyamengenai pelaksanaan Konvensi menyebutkan tidak adanya pertanyaan/masalah yang timbul sehubungan dengan laporan-laporan yang wajibdiberikan menurut pasal 22 Konstitusi, padahal pelaksanaan beberapaKonvensi [di negara tersebut] telah mendorong Panitia melakukanpengamatan-pengamatan dan mendorong timbulnya pembahasan-pembahasan di dalam Panitia Konperensi, sedangkan di sisi lain, organisasi-organisasi yang mewakili pekerja [di negara itu] menyatakan bahwa laporan-laporan yang disodorkan oleh pemerintah kepada mereka tidak saja datangsangat terlambat tetapi juga sudah dalam bentuk definitif [artinya, sudahditentukan sedemikian rupa sehingga hampir tidak mungkin untuk diubahlagi]. Praktek seperti ini dikecam oleh Panitia Konperensi, yang kemudianmendesak pemerintah negara yang bersangkutan untuk meninjau kembaliprosedur konsultasi yang dijalankannya guna memastikan terjadinyakonsultasi yang efektif dalam batas waktu yang wajar yang dimaksudkanuntuk menyiapkan laporan mengenai pelaksanaan Konvensi-konvensi yangtelah diratifikasi, terutama pelaksanaan Konvensi-konvensi yang menjadipokok bahasan yang dikomentari oleh Panitia Ahli.17

95. Meskipun hal ini merupakan suatu kasus tersendiri, Panitiaberharap dapat menjelaskan pengertian yang seharusnya diberikan untukistilah “pertanyaan-pertanyaan/ masalah yang timbul” dari laporan.Perumusan redaksional kata ini, yang sudah terkandung dalam angket KantorPerburuhan Internasional dalam tahap awal penyiapan instrumen

16Yaitu Inggris .

17ILC, Risalah Jalannya Sidang, Sidangnya yang ke 80, 1993, No. 25, hal. 25/67.

57LAPORAN III(1B)-2000

perburuhan, dipertahankan seperti apa adanya selama tahap persiapan tanpadiberi penjelasan sama sekali. Dalam hal ini, tampaknya pemerintahberanggapan bahwa pemerintah-lah yang berwenang untuk menentukanapakah ada “pertanyaan-pertanyaan atau masalah” yang timbul atau tidak.Padahal, di dalam tahap persiapan, penafsiran seperti ini tidak diperbolehkankarena bertentangan dengan tujuan Konvensi. Dengan kata lain, penafsiranseperti ini menyiratkan bahwa berlangsung tidaknya konsultasi mengenaipokok-pokok bahasan sebagaimana dituntut oleh Konvensi sepenuhnyatergantung pada pemerintah. Panitia berpendapat, dan dengan keyakinanpenuh menegaskan bahwa tujuan dilakukannya konsultasi sebagaimanadituntut oleh ketentuan-ketentuan Konvensi adalah untuk menetapkan adatidaknya “pertanyaan-pertanyaan atau masalah” yang timbul dari laporan-laporan yang harus disusun.

(e) Usulan-usulan untuk membatalkan Konvensi-konvensiyang telah diratifikasi

96. Menurut ketentuan Pasal 5 ayat 1(e) Konvensi, konsultasi harusmencakup “usulan-usulan untuk membatalkan Konvensi-konvensi yangtelah diratifikasi”.

97. Tahun-tahun terakhir ini konsultasi yang membahas usulanpembatalan suatu konvensi telah berlangsung di beberapa negara.18 Banyaklaporan dari negara-negara yang ketentuan-ketentuan nasionalnya tidaksecara khusus mewajibkan konsultasi untuk pembatalan suatu konvensimenunjukkan bahwa konsultasi mengenai hal ini diajukan oleh pemerintahapabila pemerintah yang bersangkutan berkeinginan membatalkan suatuKonvensi walaupun tidak timbul situasi yang menyebabkan Konvensi ituperlu dibatalkan. Apabila hal ini terjadi, tampaknya badan-badan penasehatyang berwenang sering kali menjadi forum konsultasi.

Hal-hal yang dicakup oleh konsultasi

18Misalnya Cile, Belanda, dan Portugal.

58 LAPORAN III(1B)-2000

Konsultasi Tr ipartit

98. Panitia memiliki kesempatan19 untuk menunjukkan bahwameskipun pemerintah wajib berkonsultasi dengan organisasi-organisasiperwakilan apabila pemerintah berkeinginan untuk membatalkan suatuKonvensi, pemerintah tidak terikat untuk mencantumkan dalam suratpembatalan Konvensi yang dikeluarkannya pendapat-pendapat yangmenentang pembatalan itu yang dinyatakan sewaktu konsultasi berlangsung.

2. Konsultasi-konsultasi tambahan yang dimungkinkanoleh Rekomendasi

(a) Laporan-laporan mengenai Konvensi dan Rekomendasiyang belum diratifikasi

99. Menurut Paragraf 5(e) Rekomendasi, konsultasi hendaknyamencakup “pertanyaan-pertanyaan yang timbul dari laporan-laporan yangharus diberikan kepada Kantor Perburuhan Internasional menurut pasal 19dan pasal 22 Konstitusi”.

100. Di samping konsultasi mengenai laporan yang harus diberikanmenurut pasal 22 Konstitusi, yang diwajibkan oleh Pasal 5, ayat 1(d) Konvensi,Rekomendasi menambahkan bahwa konsultasi hendaknya juga mencakuplaporan-laporan yang harus diberikan menurut pasal 19 Konstitusi. Laporan-laporan ini terdiri dari laporan-laporan yang diminta oleh Badan Pengurusmengenai kedudukan atau posisi undang-undang dan praktek perburuhannasional yang berkaitan dengan hal-hal yang menjadi pokok-pokok bahasandalam Konvensi-konvensi yang belum diratifikasi atau dalam Rekomendasi-rekomendasi, serta upaya-upaya yang telah dilakukan, atau diusulkan untukdilakukan demi terlaksananya instrumen perburuhan ini.20

19Dalam permintaan langsung mengenai pelaksanaan Konvensi yang ditujukan kepada Pemerintah Swedia padatahun 1993.

20Pasal 19, ayat 5(e) dan ayat 6(d) Konstitusi ILO.

59LAPORAN III(1B)-2000

101. Di banyak negara yang melakukan konsultasi dengan organisasi-organisasi perwakilan mengenai persiapan laporan-laporan yang harus dibuatmenurut pasal 22 Konstitusi tentang pelaksanaan Konvensi-konvensi yangtelah diratifikasi, konsultasi juga mencakup laporan-laporan yang harusdiberikan menurut pasal 19.21 Apabila telah dicapai kesepakatan untukmelakukan konsultasi guna membahas laporan mengenai Konvensi-konvensi yang telah diratifikasi, tampaknya tak ada halangan yangmerintangi dilakukannya konsultasi untuk membahas laporan tentangKonvensi-konvensi yang belum diratifikasi dan Rekomendasi-rekomendasi.22 Selanjutnya, penyiapan laporan-laporan ini memberikanpeluang tambahan untuk meninjau ulang Konvensi-konvensi yang belumdiratifikasi dan Rekomendasi-rekomendasi, dengan mengkonsultasikannyadengan wakil-wakil pengusaha dan pekerja sebagaimana dimaksud dalamPasal 5, ayat 1(c) Konvensi.23

(b) Upaya-upaya untuk mewujudkan pelaksanaan Konvensidan Rekomendasi

102. Menurut Paragraf 5(c) Rekomendasi, konsultasi hendaknyadilakukan “menurut praktek perburuhan nasional yang berlaku, mengenaipersiapan dan pelaksanaan legislatif atau langkah-langkah lain yangdimaksudkan sebagai upaya agar Konvensi-konvensi dan Rekomendasi-rekomendasi perburuhan internasional dapat terlaksana, khususnyaKonvensi-konvensi yang telah diratifikasi termasuk upaya-upaya bagi

21Seperti misalnya di Australia, Cina, Finlandia, Jerman, India, Republik Korea, Mauritius, Filipina, Spanyol,Inggris, Amerika Serikat, Uruguai.

22Sebaliknya, di Trinidad dan Tobago, ketentuan-ketentuan (terms of reference) Panitia Konsultasi Tripartitmeliputi setiap hal yang oleh Rekomendasi disarankan untuk dikonsultasikan kecuali laporan-laporan yangharus disusun menurut pasal 19.

23Di Selandia Baru, permintaan akan laporan-laporan yang harus disusun menurut pasal 19 menentukan pilihaninstrumen perburuhan yang akan dievaluasi kembali menurut ketentuan Konvensi ini.

Hal-hal yang dicakup oleh konsultasi

60 LAPORAN III(1B)-2000

Konsultasi Tr ipartit

pelaksanaan ketentuan-ketentuan yang berkenaan dengan konsultasi dankolaborasi dengan wakil-wakil pengusaha dan pekerja”.

103. Di negara-negara tertentu, evaluasi terhadap upaya-upaya yangharus dilakukan supaya standar perburuhan internasional dapat terlaksanasecara eksplisit dimasukkan ke dalam ketentuan-ketentuan (terms ofreference) badan penasehat yang berwenang.24 Pernah pula dijumpai kasus25

di mana badan penasehat itu sendiri mengambil inisiatif untuk melakukanevaluasi karena beranggapan bahwa usulan perubahan (amandemen)undang-undang yang diajukan tidak sesuai dengan ketentuan-ketentuan yangterdapat dalam Konvensi yang telah diratifikasi.

104. Hendaknya diperhatikan pula bahwa konsultasi mengenai laporanyang harus dibuat, khususnya laporan-laporan mengenai pelaksanaanKonvensi-konvensi yang telah diratifikasi menurut Pasal 5 ayat 1(d)Konvensi, memuat penilaian tentang langkah-langkah hukum dan upaya-upaya lain yang dimaksudkan untuk mewujudkan pelaksanaan instrumenperburuhan tersebut.26 Hal ini terjadi pada kasus di mana pelaksanaanKonvensi-konvensi yang telah diratifikasi mendorong Panitia untukmemberikan komentar.27

24Misalnya seperti yang terjadi di Malawi di mana Panitia Tripartit Ratifikasi Konvensi ILO bertanggung jawabmembuat rekomendasi bagi pelaksanaan secara hukum instrumen perburuhan ILO, baik yang sudah maupunbelum diratifikasi. Di Uruguai, Kelompok Kerja ILO bertanggung jawab menganalisa seluruh aspek perundang-undangan yang berlaku atau yang secara langsung berkaitan dengan standar internasional ILO mengenai jaminanperburuhan dan sosial.

25Yaitu di Swedia.

26Pemerintah Irak, misalnya, menyebutkan bahwa konsultasi dilakukan untuk membahas situasi perundang-undangan yang berhubungan dengan Konvensi-konvensi yang telah diratifikasi untuk penyiapan laporan-laporanyang harus disusun menurut pasal 22 Konstitusi.

27Misalnya di Siprus , konsultasi dilakukan khususnya untuk membahas masalah-masalah yang berhubungandengan pelaksanaan Konvensi-konvensi tertentu berdasarkan komentar atau pandangan yang diberikan olehPanitia.

61LAPORAN III(1B)-2000

3. Konsultasi lain

(a) Prosedur-prosedur pengaduan dan penyampaian keluhan

105. Laporan-laporan dari negara-negara tertentu menunjukkan bahwabadan penasehat yang berwenang telah melakukan evaluasi terhadap upaya-upaya untuk melaksanakan rekomendasi-rekomendasi Badan Pengurussehubungan dengan pengaduan yang dilakukan menurut pasal 24 Konstitusi28

atau dugaan mengenai adanya pelanggaran kebebasan berserikat.29 Meskipundemikian, ada pemerintah30 yang beranggapan bahwa Panitia Tripartit ILO Nasi-onal bukanlah badan yang tepat untuk mengajukan masalah-masalah yang dapatmenyebabkan pertentangan antara pemerintah dengan salah satu mitra sosial.31

(b) Penetapan standar ILO

106. Laporan-laporan dari beberapa negara menunjukkan telahdilakukannya konsultasi tripartit mengenai pekerjaan Badan Pengurus yangberkaitan dengan penetapan standar perburuhan. Dengan demikian,konsultasi mengenai butir-butir yang diusulkan pada agenda Konperensi32

28Yaitu di Irak dan Venezuela.

29Yaitu di Argentina.

30Yaitu di Swedia.

31Panitia juga mencatat bahwa di Pantai Gading, Perintah yang menetapkan pembentukan Panitia Tripartityang menangani urusan-urusan yang berhubungan dengan ILO menggariskan bahwa Panitia Tripartit NasionalILO wajib dilibatkan dalam konsultasi mengenai “perkara-perkara perselisihan nasional di bidang perburuhansebelum perkara-perkara tersebut dilimpahkan ke badan nasional atau badan internasional lain”. Panitiaberpendapat bahwa ketentuan seperti itu sama sekali tidak boleh membatasi hak organisasi pengusaha danpekerja untuk melimpahkan perkara perselisihan nasional kepada badan-badan ILO yang berwenang, baikdengan menyampaikan komentar atau pandangan mengenai pelaksanaan Konvensi-konvensi yang telahdiratifikasi dan pengaduan yang dilakukan menurut pasal 24 Konstitusi atau dengan menyampaikan keluhanmengenai pelanggaran kebebasan berserikat yang diduga telah terjadi karena tidak satupun dari prosedur-prosedurpengaduan atau penyampaian keluhan ini yang boleh dilarang dengan alasan bahwa masalah tersebut merupakanmasalah nasional yang masih dapat diselesaikan secara internal.

32Di Kanada, Cile, Finlandia, Guatemala, Norwegia, dan Swedia.

Hal-hal yang dicakup oleh konsultasi

62 LAPORAN III(1B)-2000

Konsultasi Tr ipartit

memberikan kesempatan kepada para mitra sosial untuk menyatakanpandangan mereka pada tingkat nasional pada tahap awal prosedur yangmenuju pada persiapan untuk menyusun standar perburuhan baru, yaitupemilihan subyek yang dapat digunakan untuk mengembangkan standarperburuhan baru tersebut. Konsultasi menenai tanggapan yang harusdiberikan atas permintaan Partai Pekerja Badan Pengurus mengenaiKebijakan yang berkaitan dengan Revisi Standar Perburuhan33 dan mengenaiupaya-upaya yang diberikan untuk melaksanakan rekomendasi-rekomendasinya34 merupakan perpanjangan konsultasi sebagaimanadimaksud oleh instrumen perburuhan tersebut terhadap pengevaluasiankembali instrumen ILO dan usulan-usulan untuk membatalkannya. Dalamkaitan ini, Panitia hanya dapat mendorong kerjasama yang lebih erat antarmitra sosial dalam kebijakan penetapan standar ILO.

(c) Tindak lanjut Deklarasi ILO mengenai Prinsip-prinsipdan Hak-hak Mendasar di Tempat Kerja

107. Ada pemerintah35 yang dalam laporannya tentang Rekomendasimenyatakan bermaksud meminta pandangan para mitra sosial mengenailaporan-laporan yang wajib diberikan dalam konteks tindak lanjut DeklarasiILO mengenai Prinsip-prinsip dan Hak-hak Mendasar di Tempat Kerja Tahun1998. Pemerintah yang belum meratifikasi semua Konvensi Dasar ILOdihimbau untuk menyerahkan laporan yang dimaksudkan sebagai tindaklanjut Deklarasi.36 Panitia telah diberi informasi bahwa, dalam menyerahkanlaporan yang dimaksudkan sebagi tindak lanjut Deklarasi, sejumlah

33Di Belgia, Kanada, Cile , dan Swedia.

34Di Finlandia.

35Yaitu pemerintah Inggris.

36Deklarasi ILO mengenai Prinsip-prinsip dan Hak-hak Mendasar di Tempat Kerja dan Tindak Lanjutnya, 1998Bagian II (B) (1).

63LAPORAN III(1B)-2000

pemerintah menyatakan bahwa laporan-laporan yang mereka berikandisiapkan setelah konsultasi dengan mitra sosial dilakukan. Dari segipemasyarakatan tindak lanjut Deklarasi, konsultasi mengenai penyiapanlaporan-laporan ini dapat dimasukkan ke dalam konteks konsultasi yangdiselenggarakan menurut Pasal 5 ayat 1(c) Konvensi mengenaipengevaluasian kembali Konvensi-konvensi yang belum diratifikasi dalamjangka waktu sebagaimana seharusnya “untuk mempertimbangkan langkah-langkah apa yang dapat diambil untuk meningkatkan pelaksanaan danratifikasi Konvensi-konvensi tersebut sebagaimana mestinya”.

II. KONSULTASI MENGENAI ASPEK LAIN KEGIATAN ILO

1. Konsultasi yang diusulkan oleh Rekomendasi

108. Menurut ketentuan Paragraf 6 Rekomendasi, “pihak berwenang,setelah berkonsultasi dengan organisasi-organisasi perwakilan, hendaknyamenetapkan sampai sejauh mana” prosedur konsultasi “hendaknyadigunakan untuk tujuan konsultasi mengenai hal-hal yang menjadikepentingan bersama,” seperti misalnya kegiatan kerjasama teknisOrganisasi (ILO), tindakan yang harus diambil sehubungan dengan resolusidan kesimpulan yang diterima dan disetujui oleh konperensi-konperensidan rapat-rapat Organisasi, dan peningkatan kegiatan Organisasi.

(a) Kegiatan kerjasama teknis ILO

109. Dalam Paragraf 6(a), Rekomendasi memperhitungkan bahwakonsultasi dapat mencakup “persiapan, pelaksanaan dan evaluasi kegiatankerjasama teknis yang diikuti oleh Organisasi Perburuhan Internasional”.

110. Baik Konperensi maupun Badan Pengurus telah berkali-kali

Hal-hal yang dicakup oleh konsultasi

64 LAPORAN III(1B)-2000

Konsultasi Tr ipartit

menyatakan bahwa kaitan yang erat antara wakil-wakil pengusaha dan pekerjadengan kegiatan-kegiatan kerjasama teknis ILO adalah penting. Baru-baruini Konperensi menekankan dalam resolusi yang dikeluarkannya mengenaiperan ILO dalam kerjasama teknis yang diterima dan disetujui dalamSidangnya yang ke 87 tahun 1999 bahwa “komposisi unik ILO di dalamkeluarga Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai suatu badan yang terbentukdari serikat pekerja, organisasi-organisasi pengusaha dan pemerintah,merupakan kekuatan nyata yang dapat digunakan bagi keunggulan kerjasamateknik. Keunggulan ini harus dimanfaatkan secara lebih sistematis dan lebihefektif”. Karena itu, Konperensi menekankan bahwa ILO hendaknya“mengintegrasikan keterlibatan tripartit di seluruh tahap kerjasama teknis darimulai perumusannya hingga ke manajemen dan pelaksanaannya gunamemperkuat kapasitas unsur-unsur tripartit yang ada”.37

111. Ada sedikit informasi yang diberikan mengenai konsultasi yangdiselenggarakan mengenai masalah ini, dan informasi tersebut terutamaberasal dari negara donor.38 Di salah satu negara donor tersebut, panitiatripartit yang menangani hal-hal yang berhubungan dengan ILO39 mendirikansuatu gugus tugas proyek yang bertanggung jawab, antara lain, untukmengevaluasi kegiatan kerjasama teknis dengan pembiayaan multibilateral.Sedangkan di negara lain, konsultasi seperti ini dilakukan dalam panitiayang berbeda di dalam Departemen Luar Negeri.40

37ILC, Risalah Jalannya Sidang, Sidang ke 87, 1999, No. 22.

38Di antara negara penerima bantuan, dalam hal ini India, pemeriksaan program kerjasama teknis tercantumpada agenda Panitia Tripartit mengenai Konvensi.

39Negara donor yang dimaksud adalah Norwegia.

40Negara lain yang dimaksudkan di sini adalah Denmark. Selain itu, laporan dari Jerman menunjukkan bahwameskipun konsultasi mengenai masalah-masalah kerjasama teknis ini diselenggarakan secara teratur, ProgramInternasional Penghapusan Perburuhan Anak (IPEC), yang merupakan salah satu proyek kerjasama teknisterpenting yang salah satu pesertanya adalah Jerman, merupakan pokok pertukaran pendapat yang cukup seringdilakukan dengan para mitra sosial.

65LAPORAN III(1B)-2000

(b) Resolusi dan Kesimpulan yang diterima dan disetujuioleh Konperensi dan Rapat ILO

112. Dalam Paragraf 6(b) Rekomendasi dicantumkan bahwakonsultasi dapat dilakukan guna membahas “tindakan yang wajib diambilsehubungan dengan resolusi dan kesimpulan lain yang diterima dan disetujuioleh Konperensi Perburuhan Internasional, konperensi-konperensi regional,panitia-panitia industrial dan rapat-rapat lain yang diselenggarakan olehOrganisasi Perburuhan Internasional”.

113. Dalam prakteknya, konsultasi-konsultasi seperti itu diadakan dibeberapa negara dan mencakup, misalnya, semua hal selain butir-butirpenetapan standar perburuhan yang tercantum dalam agenda Konperensi41,upaya-upaya yang dilakukan bagi pelaksanaan Deklarasi Tripartit Prinsip-prinsip mengenai Perusahaan-perusahaan Multinasional dan KebijakanSosial42 serta kesimpulan-kesimpulan panitia industrial.43

(c) Peningkatan kegiatan-kegiatan ILO

114. Dalam Paragraf (c) Rekomendasi disebutkan bahwa konsultasidapat dilakukan untuk membahas “peningkatan pengetahuan mengenaikegiatan-kegiatan Organisasi Perburuhan Internasional sebagai suatu elemenyang dapat digunakan dalam program-program dan kebijakan-kebijakanekonomi dan sosial.

115. Laporan-laporan tertentu yang disebutkan sehubungan dengankegiatan-kegiatan yang secara bersama-sama dikerjakan oleh pemerintah

Hal-hal yang dicakup oleh konsultasi

41Seperti yang terjadi di Meksiko.

42Seperti yang terjadi Di Belgia dan Finlandia.

43Seperti yang terjadi di India.

dan organisasi-organisasi pengusaha dan pekerja untuk meningkatkanpengetahuan mengenai kegiatan-kegiatan Organisasi.44

2. Konsultasi-konsultasi Lain

116. Ada beberapa laporan yang menyebutkan dilakukannyakonsultasi tripartit untuk membahas hal-hal lain yang berhubungan denganOrganisasi, seperti misalnya instrumen amandemen Konstitusi45 danpembahasan Partai Pekerja Badan Pengurus mengenai Dimensi SosialLiberalisasi Perdagangan Internasional.46

117. Panitia juga mencatat bahwa di beberapa negara, badan-badantripartit yang kompeten untuk mengevaluasi hal-hal yang berkaitan dengankegiatan-kegiatan ILO juga diajak berkonsultasi untuk membahas kegiatan-kegiatan serupa atau terkait yang dilakukan oleh organisasi-organisasiglobal47 dan organisasi-organisasi regional internasional lainnya.48

44Misalnya, seperti yang terjadi di Jerman dalam rangka perayaan hari jadi ke 75 Organisasi PerburuhanInternasional, dan di Inggris dalam rangka perayaan lima puluh tahun diterima dan disetujuinya Konvensi No.87.

45Di Guatemala.

46Di Perancis dan San Marino.

47Misalnya di Irak , Komisi Tripartit dilibatkan dalam konsultasi mengenai rancangan Konvensi PerserikatanBangsa-Bangsa mengenai pekerja migran.

48Misalnya di Finlandia dilakukan konsultasi yang membahas kegiatan-kegiatan Dewan Nordik yang merupakansuatu organisasi internasional yang bersifat regional; Sedangkan di Kenya , konsultasi dilakukan untuk membahaskegiatan Komisi Perburuhan Organisasi Persatuan Afrika, dan di Kuwait dan Republik Arab Suriah, konsultasidiadakan untuk membahas kegiatan penetapan standar perburuhan yang dilakukan oleh Organisasi PerburuhanArab.

66 LAPORAN III(1B)-2000

Konsultasi Tr ipartit

118. Instrumen perburuhan mengandung serangkaian ketentuanmengenai praktek pemfungsian (cara untuk menjalankan fungsi) prosedurkonsultasi yang berkaitan dengan frekuensi konsultasi, tanggung jawab atasdukungan administratif terhadap prosedur tersebut, pelatihan para pesertayang nantinya dilibatkan dalam upaya untuk menjalankan prosedur,pembuatan laporan tahunan dan koordinasi antara prosedur dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh badan-badan lain.

I. FREKUENSI KONSULTASI

119. Menurut Pasal 5 ayat 2 Konvensi, “untuk memastikan supayahal-hal yang menjadi pokok bahasan dalam ayat 1 Pasal ini mendapatkanpertimbangan yang memadai, konsultasi wajib dilakukan dalam jangkawaktu yang disepakati menurut perjanjian, sekurang-kurangnya sekalisetahun”.

120. Meskipun ketentuan ini menuntut supaya konsultasi dilakukansekurang-kurangnya sekali dalam setahun, ketentuan ini tidak menyebutkanbahwa setiap tahun konsultasi yang dilakukan harus membahas butir-butiryang digariskan dalam Pasal 5 ayat 1 Konvensi. Terutama dalam kaitannyadengan evaluasi ulang Konvensi-konvensi yang belum diratifikasi danRekomendasi-rekomendasi, konsultasi harus diselenggarakan “dalam jangka

5PEMFUNGSIAN PROSEDUR

67LAPORAN III(1B)-2000

68 LAPORAN III(1B)-2000

Konsultasi Tr ipartit

waktu sebagaimana seharusnya” karena ketentuan yang menggariskansupaya konsultasi seperti itu diadakan setiap tahun telah secara eksplisitditolak selama tahap persiapan.1 Kata “sekurang-kurangnya sekali setahun”di sini dimaksudkan untuk memastikan supaya jangan sampai konsultasitidak dilakukan sama sekali selama bertahun-tahun.2 Dalam kenyataannya,frekuensi konsultasi ditentukan oleh pokok bahasannya. Misalnya, walaupunpengajuan instrumen perburuhan baru kepada pihak berwenangmempersyaratkan dilakukannya konsultasi tahunan, pengajuan itu jelasberbeda dari pengajuan usulan-usulan untuk membatalkan Konvensi-konvensi yang telah diratifikasi.

121. Informasi yang ada di sebagian besar negara menunjukkan bahwakonsultasi memang dilakukan sekurang-kurangnya sekali setahun. Apabilakonsultasi dilakukan dalam kerangka kelembagaan, badan-badan yangkhusus menangani hal ini dengan sejumlah kecil anggota tampaknya sanggupmengadakan pertemuan yang lebih sering3 daripada dewan-dewan penasehatperburuhan.4 Di dewan-dewan penasehat perburuhan, pertemuan para komisiatau partai pekerja (working parties) yang bertanggung jawab atas hal-halyang berhubungan dengan ILO pada umumnya diadakan dalam periodeantara sidang paripurna yang satu dengan sidang paripurna berikutnya. Selainitu juga dimungkinkan untuk mengadakan pertemuan di luar jadwalpertemuan yang normal atas inisiatif presiden atau anggota badan penasehat.5

1Lihat supra , paragraf 89

2ILC, Sidangnya yang ke 61, 1976, Laporan IV (2), hal. 36

3Misalnya, beberapa kali dalam sebulan, apabila perlu, di Kosta Rika, Guatemala dan Irak; sekali sebulan diMesir dan Trinidad dan Tobago; dan sekali setiap dua bulan di Finlandia dan Norwegia .

4Misalnya sekali atau dua kali setahun di Australia.

5Misalnya di Australia, Siprus , dan El Salvador.

69LAPORAN III(1B)-2000

122. Selain itu, hendaknya ditekankan bahwa instrumen perburuhantersebut tidak membatasi inisiatif pemerintah dalam menjalankan konsultasi.Selama tahap persiapan, suatu usulan amandemen yang dirancang untukmemberikan penjelasan bahwa pemerintahlah yang mengambil inisiatifuntuk melakukan konsultasi telah ditarik karena ditentang oleh anggota-anggota Pengusaha dan Pekerja, dan kemudian disepakati bahwa pengusahadan pekerja juga dapat meminta konsultasi dilakukan.6

II. DUKUNGAN ADMINISTRATIF

123. Menurut ketentuan Pasal 4 ayat 1 Konvensi, “badan yangberwenang wajib bertanggung jawab memberikan dukungan administratifkepada prosedur-prosedur yang ditetapkan dalam Konvensi ini”.Rekomendasi menunjukkan dalam Paragraf 4 bahwa badan yang berwenanghendaknya memikul tanggung jawab atas pembiayaan prosedur-prosedurtersebut.

124. Dukungan administratif terhadap prosedur-prosedur tersebutmeliputi, antara lain, penyediaan ruang rapat/ pertemuan, korespondensi,dan apabila perlu, bantuan dari suatu sekretariat. Di sebagian besar negara,dukungan administratif ini tampaknya diberikan oleh departemen yangbertanggung jawab atas urusan-urusan perburuhan.7

6ILC, Risalah Jalannya Sidang, Sidang ke 61, 1976, No. 21, paragraf 19.

7Di negara-negara tertentu, dewan penasehat perburuhan dapat mempunyai sekretariat sendiri, seperti misalnyaDewan Perburuhan Nasional di Belgia.

Pemfungsian prosedur

70 LAPORAN III(1B)-2000

Konsultasi Tr ipartit

III. PELATIHAN BAGI PESERTA KONSULTASI

125. Menurut ketentuan Pasal 4 ayat 2 Konvensi, “wajib dibuatpengaturan-pengaturan” antara badan/ instansi yang berwenang danorganisasi-organisasi perwakilan “untuk membiayai pelatihan-pelatihan yangperlu bagi peserta”. Rekomendasi menunjukkan dalam Paragraf 3(3) bahwa“hendaknya diambil langkah-langkah, melalui kerjasama dengan organisasi-organisasi pengusaha dan pekerja yang berkepentingan, untuk memberikanpelatihan sebagaimana seharusnya supaya peserta yang nantinya bertugasmenjalankan prosedur-prosedur konsultasi dapat melakukan fungsinyasecara efektif”. Selain itu juga disebutkan dalam Paragraf 4 bahwapembiayaan program-program pelatihan, bilamana perlu, hendaknya menjaditanggung jawab badan/ instansi yang berwenang.

126. Tujuan dari ketentuan-ketentuan ini adalah bahwa, apabilapelatihan bagi para peserta konsultasi memang terbukti perlu, makadiharapkan pembiayaannya dapat dilakukan melalui pengaturan antarapihak-pihak yang berkepentingan. Konvensi tidak mengharuskanpemerintah untuk menanggung pembiayaan ini, sedangkan Rekomendasihanya mengusulkan solusi ini “bilamana perlu,” yaitu apabila organisasi-organisasi perwakilan yang ada tidak mampu memberikan pelatihan bagipeserta pengusaha dan pekerja.

127. Selain itu, sebagaimana ditekankan selama tahap persiapan,pengaturan seperti itu hendaknya dibuat hanya apabila diperlukan. Jadi halini bukanlah merupakan suatu keharusan di negara-negara yang sistemkonsultasinya telah dijalankan.8

8ILC, Risalah Jalannya Sidang, Sidang ke 61, No. 21, paragraf 24.

71LAPORAN III(1B)-2000

128. Dalam hal ini, laporan-laporan yang datang dari beberapa negara9

menunjukkan bahwa pelatihan spesifik tidaklah perlu karena wakil-wakilpengusaha dan pekerja sudah cukup berkualitas dan sering kali memilikipengalaman yang luas tentang hal-hal yang berhubungan dengan ILO karenamereka pernah bertugas mewakili pemerintah. Selain itu, dapat disetujuipula bahwa keputusan mengenai perlu tidaknya pelatihan bagi para pesertadalam konsultasi hendaknya diserahkan kepada organisasi masing-masing.10

129. Meskipun demikian, di negara-negara tertentu11 diberikanpelatihan khusus kepada para peserta dengan dukungan dari ILO, terutamapada waktu prosedur konsultasi disusun.

IV. MENGELUARKAN LAPORAN TAHUNAN

130. Menurut ketentuan Pasal 6 Konvensi, “apabila dianggap perlusetelah konsultasi dengan organisasi-organisasi perwakilan dilakukan, pihakatau badan yang berwenang wajib mengeluarkan laporan tahunan mengenaipemfungsian prosedur-prosedur konsultasi sebagaimana ditetapkan dalamKonvensi.

131. Ketentuan ini tidak membebankan kewajiban untuk mengeluarkansuatu laporan tahunan. Tetapi, kewajiban ini menuntut supaya organisasi-organisasi perwakilan yang ada diajak berkonsultasi untuk membahas apakahlaporan-laporan seperti itu perlu dikeluarkan atau tidak. Selain itu, ketentuanini juga tidak menetapkan syarat-syarat mengenai bentuk laporan. Selamatahap persiapan dinyatakan bahwa laporan ini tidak perlu berbentuk suatu

9Misalnya di Meksiko, Norwegia, Spanyol dan Amerika Serikat .

10Misalnya di Australia, Austria, Eslandia, dan Swedia.

11Misalnya di Estonia dan Guinea.

Pemfungsian prosedur

72 LAPORAN III(1B)-2000

Konsultasi Tr ipartit

publikasi terpisah tetapi dapat, misalnya, terdiri dari satu bagian dari suatulaporan yang lebih umum.12 Laporan tahunan yang mencakup “cara kerjaprosedur” dapat memasukkan, misalnya, informasi mengenai komposisibadan-badan konsultatif, jumlah pertemuan yang diadakan, agenda pertemuan,usulan-usulan yang diajukan dan kesimpulan-kesimpulan yang dicapai.Meskipun demikian, rincian mengenai pendapat-pendapat yang dilontarkansewaktu konsultasi tidak perlu dimasukkan dan informasi yang bersifat rahasiajuga sudah barang tentu tidak perlu diungkapkan.13

132. Di negara-negara tertentu14, laporan mengenai prosedur konsultasiberbentuk suatu publikasi terpisah, sedangkan di negara-negara lain laporantersebut merupakan bagian dari laporan yang lebih umum sifatnya sepertimisalnya laporan tahunan Departemen Perburuhan.15

133. Di beberapa negara, para peserta konsultasi sepakat bahwalaporan-laporan seperti itu16 tidak perlu dikeluarkan. Catatan rinci hasilpertemuan atau catatan mengenai keputusan yang diambil oleh badankonsultatif di banyak negara17 disimpan sebagai dokumentasi. Agaknya,catatan-catatan ini cukup memadai untuk mengingat kembali konsultasiyang telah dilakukan.

12ILC, Sidang ke 61, 1976, Laporan IV(2), hal. 26.

13ILC, Risalah Jalannya Sidang, Sidang ke 61, 1976, No. 21, paragraf 32-33. Di Australia, misalnya, walaupunketentuan Undang-undang Dewan Konsultatif Perburuhan Nasional mewajibkan pembahasan yang telahdilakukan dijaga kerahasiaannya, hal ini tidak menghalangi publikasi laporan mengenai kegiatan Panitia UrusanPerburuhan Internasional, yang dilampirkan dalam laporan tahunan Departemen Hubungan Internasional.

14Yaitu Finlandia, Norwegia, Swedia, dan Trinidad dan Tobago. Publikasi laporan semacam ini juga diinginkandi Pantai Gading.

15Misalnya di Eslandia dan India.

16Misalnya di Austria, Siprus, Jerman, Meksiko, Belanda dan Selandia Baru .

17Misalnya di Argentina, Belgia, Cile, Denmark, Yunani, Guatemala, dan San Marino .

73LAPORAN III(1B)-2000

V. KOORDINASI DENGAN BADAN-BADAN NASIONAL LAINNYA

134. Rekomendasi menunjukkan dalam Paragraf 8 bahwa “langkah-langkah yang sesuai dengan kondisi dan praktek perburuhan nasional yangada hendaknya diupayakan guna memastikan koordinasi antar prosedur”.Begitu pula halnya dengan “kegiatan badan-badan nasional yang menanganimasalah-masalah serupa”.

135. Ketentuan ini, yang tidak diinginkan untuk dimasukkan ke dalamKonvensi18, dirancang untuk memastikan bahwa prosedur-prosedurkonsultasi yang digariskan oleh instrumen perburuhan baru tidak tumpangtindih dengan badan-badan konsultatif yang ada.19 Laporan-laporan yangdiberikan tidak mengandung informasi rinci mengenai cara supaya ketentuanini menjadi efektif. Hendaknya dicatat bahwa dalam banyak kasus di manakonsultasi dilakukan di dalam badan penasehat yang bertanggung jawabmenangani urusan perburuhan, pengaturan kelembagaan ini hendaknyacukup memadai untuk memastikan terlaksananya koordinasi seperti yangdimaksudkan dalam ketentuan ini. Di negara-negara di mana konsultasidilakukan melalui prosedur lain, ketentuan ini dapat digunakan untukmemastikan bahwa standar perburuhan internasional lebih banyak dijadikanbahan pertimbangan dalam pembahasan oleh badan-badan penasehat yangmemiliki tanggung jawab umum di bidang ekonomi dan sosial, atau dalamurusan perburuhan.

18ILC, Sidang ke 61, 1976, Laporan IV(1), paragraf 65.

19ILC, Sidang ke 60, 1975, Laporan VII(2), hal. 36-38.

Pemfungsian prosedur

I. KESULITAN-KESULITAN UNTUK MELAKUKAN RATIFIKASI

136. Ada pemerintah-pemerintah yang dalam laporan-laporannyamenginformasikan kesulitan-kesulitan yang dihadapi di dalam hukum danpraktek perburuhan nasional yang menghalangi atau memperlambat ratifikasiKonvensi. Laporan-laporan tersebut ada yang memberikan rincian mengenaikesulitan-kesulitan yang ada dan upaya-upaya yang akan dilakukan untukmengatasinya.

137. Menurut Pemerintah Saudi Arabia, tidak adanya ketentuanperundang-undangan nasional di negaranya yang mendukung pelaksanaanKonvensi menyebabkan Pemerintah Saudi Arabia tidak dapat meratifikasiKonvensi tersebut. Dalam menanggapi hal ini, Panitia mengingatkankembali, sebagaimana yang sudah ditekankan dalam Bab II, bahwapelaksanaan Konvensi tidak memerlukan perundang-undangan tertentukarena Konvensi dapat dilaksanakan melalui hukum adat atau praktekperburuhan yang lazim berlaku.1

6KESULITAN-KESULITAN YANG DIHADAPIDAN PROSPEK RATIFIKASI

1Kecuali terdapat halangan-halangan konstitusional atau ketentuan-ketentuan legislatif yang bertentangan denganKonvensi.

75LAPORAN III(1B)-2000

76 LAPORAN III(1B)-2000

Konsultasi Tr ipartit

138. Pemerintah Maroko berpendapat bahwa prosedur nasional yangada tidak memadai, dan karena itu ingin, melalui kerja sama dengan ILO,mempersiapkan peraturan untuk membuat prosedur konsultasi sebagaimanadigariskan oleh instrumen perburuhan yang mengatur hal ini, dengan tujuansupaya dapat meratifikasi Konvensi. Pemeritah Bahrain juga berpendapatbahwa perundang-undangan nasional di negaranya tidak memadai bagipelaksanaan Konvensi dan menyebutkan bahwa untuk meratifikasi Konvensiakan dilakukan kajian dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi dansosial yang ada.

139. Menurut Pemerintah Uni Emirat Arab, struktur federal negaranyamerupakan penghalang ratifikasi, sedangkan Pemerintah Kanada berharapdapat memastikan bahwa konsultasi pada tingkat federal cukup memadaiuntuk memenuhi tuntutan Konvensi sebelum ratifikasi dilakukan.Sehubungan dengan ini, Panitia mencatat bahwa di beberapa negara federalyang terikat oleh Konvensi, tampaknya dimungkinkan untuk melakukankonsultasi pada tingkat federal yang dapat memuaskan pihak-pihak yangberkepentingan.

140. Penunjukkan organisasi-organisasi perwakilan untukberpartisipasi dalam konsultasi menimbulkan kesulitan di negara-negaratertentu di mana instrumen perburuhan tersebut tidak dapat sepenuhnyadilaksanakan sehingga akibatnya, ratifikasi Konvensi tidak dapat segeradilakukan. Pemerintah Kamboja menjelaskan kesulitan-kesulitan yangdialaminya dalam menetapkan mana dari organisasi-organisasi pengusahadan pekerja yang baru dibentuk yang paling representatif. Laporan dariKroasia menyebutkan bahwa serikat-serikat pekerja di sana telah beberapakali meminta pemerintah untuk mengupayakan ratifikasi Konvensi tetapiyang menjadi masalah adalah belum dapat ditetapkannya organisasi-organisasi mana yang paling representatif menurut ketentuan Pasal 1Konvensi padahal hal ini justru merupakan prasyarat yang mutlak harus

77LAPORAN III(1B)-2000

dipenuhi supaya ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam Konvensi dapatsepenuhnya dilaksanakan. Karena itu, Kesepakatan mengenai pembentukanDewan Ekonomi dan Sosial hanya bersifat sementara. Apabila masalah initerselesaikan dan kesepakatan baru dibuat, maka tidak akan ada lagi yangmenghalangi ratifikasi Konvensi. Pemerintah Slovenia berpendapat bahwaratifikasi Konvensi hanya mungkin dilakukan apabila rancangan undang-undang baru mengenai Kamar Dagang, yang saat ini masih dalampembahasan di parlemen, disetujui untuk menjadi undang-undang.

141. Secara lebih umum, laporan dari Viet Nam menyebutkankesulitan-kesulitan yang dihadapi dengan munculnya tripartisme dalamkonteks peralihan ke ekonomi pasar. Pemerintah Cape Verde berpendapatbahwa aplikasi dan ratifikasi Konvensi menuntut langkah-langkahpendahuluan guna meningkatkan kesadaran para mitra sosial dan mendirikanstruktur yang tepat.

142. Laporan-laporan lain menyebutkan kesulitan-kesulitan yangberkaitan dengan pelaksanaan ketentuan-ketentuan tertentu yang terdapatdi dalam Konvensi. Pemerintah Tunisia menyebutkan bahwa pengaturan-pengaturan yang harus dilakukan menurut Pasal 4 ayat 2 Konvensi untukmembiayai pelatihan peserta konsultasi tidak diatur oleh undang-undangatau praktek perburuhan yang ada, sedangkan laporan dari Lebanonmempertanyakan apakah ILO dapat memberikan bantuan biaya pelatihan.Dalam menjawab pertanyaan ini, Panitia mengingatkan pemerintah Lebanonuntuk menyimak Bab V yang menyebutkan bahwa pengaturan untukpembiayaan pelatihan harus didasarkan pada kesepakatan antara pihak-pihakyang berkepentingan, yaitu apabila mereka berpendapat bahwa pelatihanpeserta konsultasi perlu dilakukan supaya konsultasi dapat berjalan efektif.Selain itu Bab V juga menyebutkan bahwa Konvensi tidak membebanipemerintah dengan kewajiban untuk membiayai pelatihan tersebut.

Kesulitan-kesulitan yang dihadapi dan prospek ratifikasi

78 LAPORAN III(1B)-2000

Konsultasi Tr ipartit

143. Pemerintah Lebanon juga berpendapat bahwa agaknya tidaklahmungkin, dalam batas waktu yang telah ditetapkan, untuk melakukankonsultasi terlebih dahulu sebagaimana digariskan oleh Pasal 5 ayat 1(d)untuk membahas laporan-laporan yang harus disusun menurut pasal 22Konstitusi mengingat hal ini memerlukan banyak pertemuan/ rapat supayapihak-pihak yang berkepentingan dapat mencapai suatu kesepakatan. Dalammenanggapi hal ini, Panitia menunjukkan bahwa konsultasi yang efektifsebagaimana dituntut oleh Konvensi tidak mengharuskan tercapainya suatukesepakatan. Dengan merujuk pada Pasal 5 ayat 2 Konvensi, PemerintahTunisia melaporkan bahwa frekuensi konsultasi tidaklah diatur dalamundang-undang atau praktek perburuhan nasional. Meskipun demikian,Pemerintah Tunisia menyebutkan bahwa ratifikasi Konvensi masih tetapdipertimbangkan. Menurut Pemerintah Kanada, suatu prosedur yangsistematis yang melibatkan seluruh unsur tripartit untuk meninjau kembaliKonvensi-konvensi yang belum diratifikasi perlu disusun untukmengupayakan pelaksanaan Pasal 5 ayat 1(c) Konvensi sebelum ratifikasidilakukan.

144. Kesulitan-kesulitan administratif juga dilontarkan olehPemerintah Uni Emirat Arab, yang menekankan bahwa administrasiperburuhan hanya memiliki sumber daya terbatas untuk memenuhikomitmen yang timbul dari ketujuh Konvensi yang telah diratifikasi dankarena itu tidak akan sanggup untuk memberikan komitmen baru. Kendatibegitu, Pemerintah Uni Emirat Arab menyatakan tekadnya untukmemasyarakatkan konsultasi tripartit secara teratur, apabila perlu melaluijalur hukum. Laporan dari Kanada menyebutkan keprihatinan yangdinyatakan oleh organisasi perwakilan pengusaha karena formalitas yangberlebihan, biaya-biaya tambahan yang harus dikeluarkan serta pemborosanwaktu yang akan timbul sebagai akibat ratifikasi Konvensi.2

79LAPORAN III(1B)-2000

II. PROSPEK RATIFIKASI

145. Beberapa laporan menyebutkan prosedur ratifikasi yang dewasaini sedang berlangsung. Laporang-laporan lainnya ada yang menyebutkanbahwa Konvensi ini merupakan salah satu dari Konvensi-konvensi yangsedang dipertimbangkan untuk diratifikasi dalam waktu dekat.

146. Prosedur ratifikasi telah dimulai di Belize, Benin, Afrika Selatan,dan Swis. Di Honduras dan Kazakhstan sedang disiapkan undang-undangratifikasi yang nantinya akan diserahkan ke Parlemen.

147. Selanjutnya, Pemerintah Kuba dan Peru menyebutkan bahwakarena konsultasi yang diwajibkan telah secara luas dilakukan, makaratifikasi sedang dipertimbangkan. Di Papua Nugini, Konvensi inimerupakan salah satu dari Konvensi-konvensi yang diinginkan untukdiratifikasi. Pemerintah Seychelles menyatakan bahwa dalam prakteknya,pelaksanaan Konvensi tidak menimbulkan kesulitan-kesulitan dan bahwaratifikasi kemungkinan dapat dilakukan dalam waktu dekat.

148. Pemerintah Singapura yang berpendapat bahwa prosedurkonsultasi yang efektif sudah ada, akan terus mengkaji apakah ratifikasiKonvensi akan meningkatkan kerangka kerja yang ada. Di Jepang ,Pemerintah berpendapat bahwa upaya-upaya yang dilakukan bagipelaksanaan Konvensi masih belum menyeluruh dan bahwa masihdiperlukan studi-studi tambahan sebelum ratifikasi dapat dilakukan.

Kesulitan-kesulitan yang dihadapi dan prospek ratifikasi

149. Dengan menerima dan menyetujui instrumen perburuhan 1976,Panitia Ahli Pelaksanaan Konvensi dan Rekomendasi bermaksudmemasyarakatkan pelaksanaan prinsip tripartisme pada tingkat nasional,yang merupakan karakteristik mendasar Organisasi Perburuhan Internasionalsekaligus kondisi yang diperlukan supaya prinsip tripartisme dapat berfungsisebagaimana mestinya. Secara khusus, Panitia menginginkan agar dialogtripartit, yang amat vital bagi pelaksanaan tugas-tugas ILO, diteruskan hinggake tingkat nasional melalui prosedur konsultasi efektif dengan wakil-wakilpengusaha dan pekerja mengenai setiap langkah yang akan diambilsehubungan dengan standar perburuhan internasional.

150. Kurang lebih 20 tahun setelah Konvensi diberlakukan, Panitiadengan antusias menyambut kenyataan bahwa prosedur-prosedur konsultasidalam berbagai bentuk dewasa ini sudah dapat dijumpai di sebagian besarNegara Anggota, termasuk yang belum meratifikasi Konvensi. Yang lebihmenggembirakan lagi, di negara-negara tersebut prosedur-prosedurkonsultasi yang ada saat ini sedang diperluas untuk mencakup lebih banyaklagi bidang-bidang kegiatan ILO. Memang harus diakui, ada beberapa negarayang mengalami kesulitan dalam melaksanakan Konvensi maupun dalammeratifikasinya. Kendati begitu, kesulitan tersebut tidak ada hubungannyadengan tidak adanya kemauan politik dari negara yang bersangkutan, tetapi

PENUTUP

81LAPORAN III(1B)-2000

82 LAPORAN III(1B)-2000

Konsultasi Tr ipartit

berkaitan dengan upaya untuk memilih bentuk konsultasi mana yang palingtepat, masalah dalam menentukan organisasi-organisasi pengusaha danpekerja mana yang paling mewakili, masalah-masalah yang timbul akibatperalihan dari pluralisme politik ke ekonomi pasar, sumber-sumber dayaadministratif yang tidak mencukupi, atau keterbatasan-keterbatasan dana.

151. Perlu dicatat di sini bahwa dari sekian banyak laporan yangmasuk, tidak satu pun di antaranya yang menentang relevansi instrumenperburuhan tersebut. [Hal ini merupakan perkembangan yang cukupmenggembirakan], mengingat bahwa sewaktu tahap persiapan, ada sejumlahkecil pemerintah yang sangat berkeberatan atas gagasan untuk memperluasprosedur dialog ILO ke tingkat nasional. Dalam Kajian yang dilakukannyapada tahun 1982, Panitia Ahli masih mencatat adanya keberatan-keberatanini, yang sebenarnya diwariskan dari kasus-kasus yang menyangkal adanyaperbedaan kepentingan antara pengusaha dan pekerja, atau pernyataan bahwaperbedaan tersebut, kalau toh ada, telah diselesaikan dalam konteks nasional.Dalam kasus-kasus lain keberatan-keberatan seperti itu timbul karenadimasukkannya konsultasi tripartit ke dalam kegiatan-kegiatan penetapanstandar perburuhan ILO dikuatirkan dapat menggerogoti hak prerogatifNegara untuk membuat undang-undang.

152. Kekuatiran seperti ini, yang timbul akibat kecurigaan terhadaptripartisme, tidak terbukti. Dewasa ini banyak negara yang menekankanpentingnya dialog sosial untuk menggalang hubungan yang harmonis antarapemerintah dan para mitra sosial, dan juga demi proses demokratisasi dalamkehidupan bermasyarakat. Buktinya, sebagian besar ratifikasi Konvensiakhir-akhir ini dilakukan oleh negara-negara Afrika dan Eropa Tengah danEropa Timur yang saat ini sedang dalam masa transisi ke arah multi partaidan ekonomi pasar. Konsultasi yang dituntut oleh instrumen perburuhanitu sendiri sebenarnya sudah mempermudah pengembangan dialog sosialkarena konsultasi seperti itu memberikan kesempatan sekaligus

83LAPORAN III(1B)-2000

memperkenalkan prosedur rutin kepada para mitra sosial untuk salingbertukar pikiran di antara mereka sendiri atau bertukar pikiran denganpemerintah. Dialog sosial yang efektif dan tumbuh dari evaluasi tripartitsecara sistematis terhadap posisi nasional dalam kaitannya dengan standarperburuhan internasional dapat menjadi unsur penentu dalam penyelesaiankonflik dan dalam upaya untuk memperkuat demokrasi yang baru lahir diNegara-Negara yang baru berdiri.

153. Dengan meminta laporan mengenai Konvensi No. 144 danRekomendasi No. 152 sebagaimana diatur dalam pasal 19 Konstitusi, BadanPengurus berharap dapat memberikan kontribusi kepada upaya-upaya supayapemasyarakatan ratifikasi Konvensi dan pelaksanaan instrumen perburuhanini mendapatkan prioritas. Panitia berbesar hati dengan hasil pemeriksaanlaporan-laporan yang masuk dan dengan kemajuan yang selama ini telahdiperoleh dalam pelaksanaan standar perburuhan sebagaimana yangtercantum dalam instrumen perburuhan tersebut. Meskipun demikian,Panitia terus menekankan pentingnya upaya-upaya untuk memperkokohpenetapan standar perburuhan dan kegiatan-kegiatan Organisasi PerburuhanInternasional lainnya dengan harapan agar kemajuan-kemajuan yang telahdicapai dapat terus dipertahankan dan bahkan diperluas lagi dalam tahun-tahun mendatang. Hal lain yang juga cukup menggembirakan untukdikemukakan di sini adalah bahwa kesulitan-kesulitan yang masih adaternyata tidak mempengaruhi prinsip konsultasi tripartit. Kesulitan-kesulitantersebut sebagian besar terkait dengan masalah-masalah yang bersifat praktisdan beberapa pemerintah telah menyatakan tekadnya untuk mengatasikesulitan-kesulitan tersebut. Upaya yang lebih besar untuk memasyarakatkanratifikasi dan pelaksanaan instrumen perburuhan dengan bantuan teknisKantor Perburuhan Internasional bilamana perlu diharapkan dapatmemungkinkan diterapkannya instrumen tersebut secara universal dalamwaktu yang tidak terlalu lama. Panitia berharap bahwa Kajian Umum inidapat memberikan kontribusi untuk meningkatkan upaya pemasyarakatan

Penutup

ratifikasi dan pelaksanaan instrumen perburuhan ini melalui peningkatkanpemahaman ruang lingkup dan kepentingan instrumen tersebut. Karena itu,Panitia berharap agar Konvensi No. 144 mendapatkan lebih banyak lagiratifikasi dalam waktu dekat ini.

84 LAPORAN III(1B)-2000

Konsultasi Tr ipartit

NASKAH INSTRUMEN PERBURUHAN 1976

Konvensi No. 144

KONVENSI MENGENAI KONSULTASI TRIPARTIT UNTUK MENINGKATKAN

PELAKSANAAN STANDAR PERBURUHAN INTERNASIONAL

Konperensi Umum Organisasi Perburuhan Internasional,

Setelah [para pesertanya] dikumpulkan di Jenewa oleh Badan PengurusKantor Perburuhan Internasional dan setelah bertemu dalam sidangnyayang ke enampuluh satu pada tanggal 2 Juni 1976, dan

Mengingat ketentuan-ketentuan Konvensi-konvensi dan rekomendasi-rekomendasi Perburuhan Internasional yang ada, terutama KonvensiTahun 1948 mengenai Kebebasan Berserikat dan Perlindungan atas Hakuntuk Berorganisasi, Konvensi Tahun 1949 mengenai Hak Berserikatdan Berunding Bersama, dan Rekomendasi Konsultasi Tahun 1960, yangmenegaskan hak pengusaha dan pekerja untuk mendirikan organisasi-organisasi yang bebas dan mandiri serta mengambil langkah-langkahuntuk mengembangkan konsultasi yang efektif di tingkat nasional antarapejabat pemerintah dan organisasi-organisasi pengusaha dan pekerja,serta adanya ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam banyak Konvensi

LAMPIRAN A

85LAPORAN III(1B)-2000

86 LAPORAN III(1B)-2000

Konsultasi Tr ipartit

dan Rekomendasi perburuhan internasional yang mengharuskankonsultasi antara organisasi-organisasi pengusaha dan organisasi-organisasi pekerja mengenai upaya-upaya yang perlu dilakukan agarinstrumen perburuhan tersebut dapat terlaksana, dan

Setelah mempertimbangkan butir keempat agenda sidang yang berjudul“Pembentukan mekanisme tripartit untuk meningkatkan pelaksanaanstandar perburuhan internasional,” dan

Setelah memutuskan untuk menerima dan menyetujui usulan-usulan tertentumengenai konsultasi tripartit guna meningkatkan pelaksanaan standarperburuhan internasional, dan

Setelah menetapkan bahwa usulan-usulan tersebut harus berbentuk suatuKonvensi internasional,

menerima dan menyetujui pada tanggal duapuluh satu bulan Juni tahun seribusembilan ratus tujuh puluh enam, konvensi berikut, yang dapat disebut sebagaiKonvensi Konsultasi Tripartit (Standar Perburuhan Internasional) 1976:

Pasal 1

Dalam Konvensi ini istilah “organisasi-organisasi perwakilan” berartiorganisasi-organisasi yang paling mewakili pengusaha dan pekerja (organisasi-organisasi pengusaha dan pekerja yang paling representatif), yang menikmati hakkebebasan berserikat.

Pasal 2

1. Setiap Anggota Organisasi Perburuhan Internasional yang meratifikasiKonvensi ini berkewajiban menjalankan prosedur-prosedur untuk memastikankonsultasi-konsultasi yang efektif sehubungan dengan hal-hal yang berkaitandengan kegiatan-kegiatan Organisasi Perburuhan Internasional yang dijabarkandalam Pasal 5 ayat 1, di bawah, antara wakil-wakil pemerintah, pengusaha, danpekerja.

2. Sifat dan bentuk prosedur-prosedur yang digariskan dalam ayat 1 pasal iniwajib ditetapkan di negara masing-masing sesuai dengan praktek perburuhan

87LAPORAN III(1B)-2000

nasional yang telah menjadi kebiasaan di negara tersebut, setelah dikonsultasikandengan organisasi-organisasi perwakilan yang ada dan apabila prosedur-proseduryang digariskan tersebut belum disusun.

Pasal 3

1.Wakil-wakil pengusaha dan pekerja, demi prosedur-prosedur yangditetapkan dalam Konvensi ini, wajib dipilih secara bebas oleh organisasi-organisaiperwakilan yang ada.

2. Pengusaha dan pekerja harus terwakili secara berimbang dalam badan-badan tempat konsultasi dilakukan.

Pasal 4

1. Pihak berwenang [pemerintah] bertanggung jawab memberikan dukunganadministratif terhadap [pelaksanaan] prosedur-prosedur yang ditetapkan dalamKonvensi ini.

2. Untuk membiayai pelatihan-pelatihan yang diberikan kepada mereka yangbertugas menjalankan prosedur-prosedur yang ditetapkan dalam Konvensi ini,dibuat pengaturan-pengaturan antara pemerintah dan organisasi-organisasiperwakilan yang ada.

Pasal 5

1. Maksud dari prosedur-prosedur yang ditetapkan dalam Konvensi iniharuslah berupa konsultasi-konsultasi mengenai:

(a) tanggapan pemerintah terhadap angket mengenai butir-butir agendaKonperensi Perburuhan Internasional dan komentar pemerintah mengenainaskah yang diusulkan untuk dibahas oleh Konperensi;

(b) usulan-usulan yang akan diajukan kepada instansi pemerintah yang berwenangatau instansi-instansi pemerintah yang berwenang sehubungan denganKonvensi-konvensi dan Rekomendasi-rekomendasi yang diajukan kepadapemerintah sesuai dengan pasal 19 Konstitusi Organisasi PerburuhanInternasional;

Lampiran

88 LAPORAN III(1B)-2000

Konsultasi Tr ipartit

(c) pemeriksaan kembali Konvensi-konvensi dan rekomendasi-rekomendasi yangbelum diratifikasi dan belum dijalankan, setiap jangka waktu tertentusebagaimana sewajarnya, guna mempertimbangkan langkah-langkah yangdapat diambil untuk mengupayakan pelaksanaan dan ratifikasi Konvensi-konvensi dan rekomendasi-rekomendasi tersebut sebagaimana seharusnya;

(d) pertanyaan-pertanyaan yang timbul dari laporan-laporan yang akan diberikankepada Kantor Perburuhan Internasional menurut pasal 22 KonstitusiOrganisasi Perburuhan Internasional;

(e) usulan-usulan untuk secara resmi membatalkan Konvensi-konvensi yang telahdiratifikasi.

2. Guna memastikan bahwa hal-hal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)pasal ini mendapatkan pertimbangan yang memadai, konsultasi hendaknyadilakukan menurut jangka waktu yang ditetapkan oleh perjanjian, sekurang-kurangnya sekali setahun.

Pasal 6

Bilamana dianggap perlu, setelah berkonsultasi dengan organisasi-organisasiperwakilan yang ada, pihak berwenang wajib mengeluarkan laporan tahunanmengenai cara kerja prosedur-prosedur yang ditetapkan dalam Konvensi ini.

Pasal 7

Ratifikasi resmi Konvensi ini wajib disampaikan kepada Direktur JenderalKantor Perburuhan Internasional untuk didaftar.

Pasal 8

1. Konvensi ini mengikat hanya bagi Anggota-anggota Organisasi PerburuhanInternasional yang ratifikasinya telah didaftar pada Direktur Jenderal.

2. Konvensi ini mulai berlaku dua belas bulan setelah tanggal ratifikasi olehdua Anggota Organisasi Perburuhan Internasional didaftar pada Direktur Jenderal.

89LAPORAN III(1B)-2000

3. Selanjutnya, Konvensi ini akan berlaku bagi setiap Anggota dua belasbulan setelah tanggal ratifikasinya didaftar.

Pasal 9

1. Anggota yang telah meratifikasi Konvensi ini, setelah terlampauinya waktu10 tahun terhitung sejak tanggal Konvensi ini mulai berlaku, dapat membatalkannyadengan suatu undang-undang yang disampaikan kepada Direktur Jenderal KantorPerburuhan Internasional untuk didaftar. Pembatalan itu tidak akan berlaku hinggasatu tahun setelah tanggal didaftarnya undang-undang yang membatalkan Konvensiini kepada Direktur Jenderal.

2. Setiap Anggota yang telah meratifikasi Konvensi ini dan yang dalam waktusatu tahun setelah berakhirnya masa sepuluh tahun sebagaimana tersebut dalamayat tersebut di atas tidak menggunakan hak pembatalan menurut ketentuan dalampasal ini, akan terikat untuk sepuluh tahun lagi, dan sesudah itu dapat membatalkanKonvensi ini pada waktu berakhirnya tiap-tiap masa sepuluh tahun sebagaimanadiatur dalam Pasal ini.

Pasal 10

1. Direktur Jenderal Kantor Perburuhan Internasional wajib memberitahukankepada segenap Anggota Organisasi Perburuhan Internasional tentang pendaftaransemua ratifikasi dan pembatalan yang disampaikan kepadanya oleh AnggotaOrganisasi.

2. Pada saat pemberitahuan kepada Anggota Organisasi tentang pendaftaranratifikasi kedua yang disampaikan kepadanya, Direktur Jenderal wajib memintaperhatian Anggota Organisasi mengenai tanggal mulai berlakunya Konvensi ini.

Pasal 11

Direktur Jenderal Kantor Perburuhan Internasional wajib menyampaikankepada Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk didaftarkan, sesuaidengan Pasal 102 Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa, hal ikhwal mengenai semuaratifikasi dan pembatalan yang didaftarkannya menurut ketentuan pasal-pasaltersebut di atas.

Lampiran

90 LAPORAN III(1B)-2000

Konsultasi Tr ipartit

Pasal 12

Pada waktu yang dianggap perlu, Badan Pengurus Kantor PerburuhanInternasional wajib menyampaikan kepada Konperensi laporan mengenaipelaksanaan Konvensi ini dan wajib mempertimbangkan perlunya mengagendakandalam Konvensi, perubahan Konvensi ini seluruhnya atau sebagian.

Pasal 13

1. Jika Konperensi menyetujui Konvensi baru yang memperbaiki Konvensiini secara keseluruhan atau sebagian, kecuali Konvensi baru menentukan lain,maka:

(a) ratifikasi oleh Anggota atas Konvensi baru yang memperbaiki, secara hukumberarti pembatalan atas Konvensi ini tanpa mengurangi ketentuan dalam Pasal(5) di atas, jika dan bilamana Konvensi baru yang memperbaiki itu mulaiberlaku;

(b) sejak tanggal Konvensi baru yang memperbaiki itu berlaku, Konvensi initidak dapat disahkan lagi oleh Anggota.

2. Konvensi ini akan tetap berlaku dalam bentuk dan isi aslinya bagi anggotayang telah meratifikasinya, tetapi belum meratifikasi Konvensi yangmemperbaikinya.

Pasal 14

Bunyi naskah Konvensi ini dalam bahasa Inggris dan bahasa Perancis sama-sama resmi.

91LAPORAN III(1B)-2000

Rekomendasi No. 152

REKOMENDASI MENGENAI KONSULTASI TRIPARTIT UNTUK

MENINGKATKAN PELAKSANAAN STANDAR PERBURUHAN

INTERNASIONAL DAN AKSI NASIONAL YANG BERKAITAN DENGAN

KEGIATAN ORGANISASI PERBURUHAN INTERNASIONAL

Konperensi Umum Organisasi Perburuhan Internasional,

Setelah [para pesertanya] dikumpulkan di Jenewa oleh Badan PengurusKantor Perburuhan Internasional, dan setelah mengadakan Sidangnyayang ke Enampuluh satu pada tanggal 2 Juni 1976, dan

Mengingat ketentuan-ketentuan dari Konvensi-konvensi perburuhaninternasional yang ada beserta Rekomendasi-rekomendasinya, terutamaKonvensi Tahun 1948 mengenai Kebebasan Berserikat dan Perlindunganatas Hak Berorganisasi, Konvensi Tahun 1949 mengenai HakBerorganisasi dan Berunding Bersama, dan Rekomendasi Tahun 1960mengenai Konsultasi (Pada Tingkat Industrial dan Nasional), yangmenegaskan hak pengusaha dan pekerja untuk mendirikan organisasiyang bebas dan mandiri serta menghimbau diambilnya langkah-langkahuntuk mengupayakan konsultasi yang efektif pada tingkat nasional antarapihak berwenang (pemerintah) dan organisasi-organisasi pengusaha danpekerja, dan juga ketentuan-ketentuan berbagai Konvensi danRekomendasi perburuhan internasional yang mengharuskan konsultasidengan organisasi-organisasi pengusaha dan pekerja mengenai langkah-langkah yang diambil agar berbagai konvensi dan rekomendasi tersebutdapat dilaksanakan, dan

Setelah mempertimbangkan butir keempat agenda sidang yang berjudul“Pembentukan mekanisme tripartit untuk mengupayakan pelaksanaanstandar perburuhan internasional,” dan

Lampiran

92 LAPORAN III(1B)-2000

Konsultasi Tr ipartit

Setelah memutuskan untuk menerima dan menyetujui usulan-usulan tertentumengenai konsultasi tripartit guna meningkatkan pelaksanaan standarperburuhan internasional, dan

Setelah menetapkan bahwa usulan-usulan tersebut harus berbentuk suatuRekomendasi,

menerima dan menyetujui pada tanggal duapuluh satu bulan Juni tahun seribusembilan ratus tujuh puluh enam Rekomendasi berikut, yang dapat disebut sebagaiRekomendasi Tahun 1976 mengenai Konsultasi Tripartit (Kegiatan OrganisasiPerburuhan Internasional):

1. Dalam Rekomendasi ini, istilah “organisasi-organisasi perwakilan” (rep-resentative organizations) berarti organisasi-organisasi pengusaha dan pekerja yangpaling representatif (paling mewakili pengusaha dan pekerja) yang menikmatihak kebebasan berserikat.

2. (1) Setiap Anggota Organisasi Perburuhan Internasional hendaknyamenjalankan prosedur-prosedur untuk memastikan konsultasi yang efektifsehubungan dengan hal-hal mengenai kegiatan-kegiatan Organisasi PerburuhanInternasional sesuai dengan paragraf 5 hingga paragraf 7 Rekomendasi ini, antarawakil-wakil pemerintah, pengusaha, dan pekerja.

(2) Sifat dan bentuk prosedur-prosedur sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) paragraf ini hendaknya ditetapkan sesuai dengan praktek perburuhan nasionalyang lazim di negara masing-masing, setelah dikonsultasikan dengan organisasi-organisasi perwakilan bilamana prosedur-prosedur tersebut belum disusun.

(3) Misalnya, konsultasi dapat dilakukan:

(a) melalui suatu panitia yang secara khusus dibentuk untuk menangani masalah-masalah yang berkenaan dengan kegiatan-kegiatan Organisasi PerburuhanInternasional;

(b) melalui suatu badan yang memiliki kesanggupan (kompetensi) umum dalambidang ekonomi, sosial, atau perburuhan;

(c) melalui sejumlah badan yang memiliki tanggung jawab khusus dalam subyektertentu;

93LAPORAN III(1B)-2000

(d) melalui komunikasi tertulis, bilamana mereka yang terlibat dalam prosedurkonsultasi setuju bahwa komunikasi tertulis memadai dan sudah sewajarnyadilakukan.

3. (1) Wakil-wakil pengusaha dan pekerja, demi prosedur yang ditetapkandalam Rekomendasi ini, hendaknya dipilih secara bebas oleh organisasi-organisasiperwakilan masing-masing.

(2) Pengusaha dan pekerja hendaknya terwakili secara berimbang dalambadan-badan tempat konsultasi dilakukan.

(3) Melalui kerjasama dengan organisasi-organisasi pengusaha dan pekerjayang berkepentingan, hendaknya diupayakan untuk memberikan pelatihansebagaimana seharusnya supaya para peserta prosedur konsultasi dapatmenjalankan fungsi masing-masing secara efektif.

4. Pihak berwenang hendaknya bertanggung jawab memberikan dukunganadministratif dan biaya bagi prosedur-prosedur yang ditetapkan dalamRekomendasi ini, termasuk pembiayaan program-program pelatihan bilamanaperlu.

5. Maksud dari prosedur-prosedur yang ditetapkan dalam Rekomendasi inihendaknya berupa konsultasi-konsultasi:

(a) mengenai tanggapan pemerintah terhadap angket mengenai butir-butir agendaKonperensi Perburuhan Internasional dan komentar pemerintah mengenainaskah-naskah yang diusulkan untuk dibahas oleh Konperensi;

(b) mengenai usulan-usulan yang akan diajukan kepada instansi pemerintah yangberwenang atau instansi-instansi pemerintah yang berwenang dalam kaitannyadengan pengajuan Konvensi-konvensi dan Rekomendasi-rekomendasi sesuaidengan pasal 19 Konstitusi Organisasi Perburuhan Internasional;

(c) yang tunduk pada praktek perburuhan nasional yang lazim berlaku, mengenaipersiapan dan pelaksanaan upaya-upaya legislatif atau upaya-upaya lainsupaya Konvensi-konvensi dan rekomendasi-rekomendasi perburuhaninternasional, terutama Konvensi-konvensi yang telah diratifikasi (termasukupaya-upaya untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan mengenai konsultasi

Lampiran

94 LAPORAN III(1B)-2000

Konsultasi Tr ipartit

atau kolaborasi dengan wakil-wakil pengusaha dan pekerja) dapat terlaksanadengan baik.

(d) mengenai pemeriksaan kembali Konvensi-konvensi dan rekomendasi-rekomendasi yang belum diratifikasi dan belum dijalankan, setiap jangkawaktu tertentu sebagaimana sewajarnya, guna mempertimbangkan langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengupayakan pelaksanaan dan ratifikasiKonvensi-konvensi dan rekomendasi-rekomendasi tersebut sebagaimanaseharusnya;

(e) mengenai pertanyaan-pertanyaan yang timbul dari laporan-laporan yang akandiberikan kepada Kantor Perburuhan Internasional menurut pasal 19 dan pasal22 Konstitusi Organisasi Perburuhan Internasional;

(f) usulan-usulan untuk secara resmi membatalkan Konvensi-konvensi yang telahdiratifikasi.

6. Pihak berwenang, setelah berkonsultasi dengan organisasi-organisasiperwakilan, hendaknya menetapkan seberapa jauh prosedur-prosedur ini dapatdigunakan untuk maksud konsultasi mengenai hal-hal lain yang menjadikepentingan bersama, seperti:

(a) persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi kegiatan kerjasama teknik yang diikutioleh Organisasi Perburuhan Internasional;

(b) tindakan yang harus diambil sehubungan dengan resolusi-resolusi dankesimpulan-kesimpulan yang diambil oleh Konperensi PerburuhanInternasional, konperensi-konperensi regional, panitia-panitia industrial, danpertemuan-pertemuan lain yang diselenggarakan oleh Organisasi PerburuhanInternasional;

(c) meningkatkan pengetahuan mengenai kegiatan-kegiatan OrganisasiPerburuhan Internasional sebagai unsur untuk digunakan dalam kebijakan-kebijakan dan program-program ekonomi dan sosial.

7. Guna memastikan bahwa hal-hal yang disebut dalam paragraf-paragrafsebelumnya diberi pertimbangan yang memadai, konsultasi hendaknya dilakukandalam jangka waktu sebagaimana lazimnya, yang ditetapkan menurut perjanjian,sekurang-kurangnya sekali setahun.

95LAPORAN III(1B)-2000

8. Hendaknya diambil langkah-langkah yang sesuai dengan kondisi danpraktek perburuhan nasional yang ada guna memastikan koordinasi antara prosedur-prosedur yang ditetapkan dalam Rekomendasi ini dan kegiatan-kegiatan dari badan-badan nasional yang menangani masalah serupa.

9. Bilamana perlu, setelah berkonsultasi dengan organisasi-organisasiperwakilan, pihak berwenang hendaknya mengeluarkan laporan tahunan mengenaicara kerja prosedur yang ditetapkan dalam Rekomendasi ini.

Lampiran

LAMPIRAN B

Rekomendasi No. 113

REKOMENDASI MENGENAI KONSULTASI DAN KERJASAMA ANTARA PIHAK

BERWENANG PUBLIK DAN ORGANISASI-ORGANISASI PENGUSAHA DAN

PEKERJA PADA TINGKAT INDUSTRIAL DAN NASIONAL

Konperensi Umum Organisasi Perburuhan Internasional,

Setelah [para pesertanya] dikumpulkan di Jenewa oleh Badan PengurusKantor Perburuhan Internasional, dan mengadakan Sidangnya yang keEmpat puluh empat pada tanggal 1 Juni 1960, dan

Setelah memutuskan menerima dan menyetujui usulan-usulan tertentusehubungan dengan konsultasi dan kerjasama antara pihak-pihakberwenang publik dan organisasi-organisasi pengusaha dan pekerja padatingkat industrial dan tingkat nasional, yang merupakan butir kelimadalam agenda sidang, dan

Setelah menetapkan bahwa usulan-usulan tersebut harus berbentuk suatuRekomendasi,

menerima dan menyetujui pada tanggal duapuluh bulan Juni tahun seribu sembilanratus enam puluh Rekomendasi berikut yang disebut sebagai Rekomendasi Tahun1960 mengenai Konsultasi (Pada Tingkat Industrial dan Nasional):

97LAPORAN III(1B)-2000

98 LAPORAN III(1B)-2000

Konsultasi Tr ipartit

1. (1) Hendaknya diambil langkah-langkah yang sesuai dengan kondisinasional yang ada untuk mengupayakan konsultasi dan kerjasama yang efektifpada tingkat industrial maupun nasional antara pihak berwenang (pemerintah)dan organisasi-organisasi pengusaha dan pekerja, dan juga antara organisasi-organisasi pengusaha dan organisasi-organisasi pekerja, sebagaimana dimaksuddalam paragraf 4 dan 5 di bawah ini, mengenai hal-hal yang menjadi kepentingan/keprihatinan bersama.

(2) Langkah-langkah tersebut hendaknya diambil tanpa diskriminasi apapunterhadap atau di antara organisasi-organisasi sebagaimana dimaksud dalam butir(1) berdasarkan ras, jenis kelamin, agama, aliran politik atau asal usul bangsa paraanggotanya.

2. Konsultasi dan kerjasama seperti itu hendaknya tidak mengurangi ataumembatasi kebebasan berserikat atau hak-hak yang dimiliki organisasi-organisasipengusaha dan pekerja termasuk hak berunding bersama.

3. Sesuai dengan tata cara, adat kebiasaan atau praktek yang lazim berlaku,konsultasi dan kerjasama seperti itu hendaknya ditetapkan atau dipermudah:

(a) melalui aksi sukarela oleh organisasi-organisasi pengusaha dan pekerja; atau

(b) melalui aksi oleh pemerintah atau pihak berwenang untuk memasyarakatkankonsultasi dan kerjasama seperti itu; atau

(c) melalui undang-undang atau peraturan; atau

(d) melalui kombinasi ketiganya.

4. Konsultasi dan kerjasama seperti itu hendaknya bertujuan meningkatkanpengertian bersama dan hubungan baik antara pihak berwenang (pemerintah),organisasi-organisasi pengusaha dan pekerja, dan juga antara organisasi-organisasipengusaha dan organisasi-organisasi pekerja, dengan tujuan mengembangkanperekonomian baik secara keseluruhan maupun secara individual pada masing-masing bagian, memperbaiki kondisi kerja dan meningkatkan standar kehidupan.

5. Secara khusus, konsultasi dan kerjasama seperti itu hendaknya memilikitujuan sebagai berikut:

(a) supaya organisasi-organisasi pengusaha dan pekerja bersama-sama

99LAPORAN III(1B)-2000

mempertimbangkan hal-hal yang menjadi kepentingan/ keprihatinan bersamadengan tujuan untuk sedapat mungkin mengusahakan tercapainya jalan keluaratau solusi yang disepakati bersama; dan

(b) memastikan bahwa pihak berwenang (pemerintah) meminta pendapat, nasehatdan bantuan dari organisasi-organisasi pengusaha dan pekerja sebagaimanaseharusnya, mengenai hal-hal seperti:

(i) persiapan dan pelaksanaan undang-undang dan peraturan yangmenyangkut kepentingan mereka;

(ii) pembentukan dan penetapan fungsi badan-badan nasional, seperti badan-badan yang bertanggung jawab atas pengorganisasian upaya-upayapenciptaan lapangan kerja dan penempatan tenaga kerja, pelatihan-pelatihan kejuruan dan pelatihan ulang, perlindungan perburuhan,kesehatan dan keselamatan kerja, produktivitas, jaminan dankesejahteraan sosial; dan

(iii) penjabaran serta pelaksanaan rencana-rencana pengembangan ekonomidan sosial.

Lampiran

RESOLUSI MENGENAI KONSULTASI TRIPARTIT PADA TINGKAT NASIONAL

TENTANG KEBIJAKAN EKONOMI DAN SOSIAL1

Konperensi Umum Organisasi Perburuhan Internasional, pada Sidangnyayang ke 83 (1996),

Menimbang bahwa kerjasama tripartit memainkan peran penting dalamstruktur dan kegiatan Organisasi Perburuhan Internasional, dan jugadalam pengembangan dan pelaksanaan kebijakan ekonomi dan sosial,

Menimbang bahwa kerjasama tripartit akhir-akhir ini telah menunjukkansejumlah perkembangan di banyak negara,

Setelah meneliti perkembangan-perkembangan tersebut berdasarkan LaporanVI yang berjudul “Konsultasi tripartit pada tingkat nasional di bidangkebijakan ekonomi dan sosial,”

Mengingat jiwa dan isi Deklarasi dan Program Aksi yang diterima dandisetujui oleh Pertemuan Puncak Tingkat Dunia bagi PengembanganSosial yang diselenggarakan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa diKopenhagen dari tanggal 6 Maret hingga 12 Maret 1995;

menerima dan menyetujui kesimpulan-kesimpulan berikut dan mengundang BadanPengurus Kantor Perburuhan Internasional untuk meminta Direktur Jenderal:

LAMPIRAN C

1Diterima dan disetujui pada tanggal 19 Juni 1996.

101LAPORAN III(1B)-2000

102 LAPORAN III(1B)-2000

Konsultasi Tr ipartit

— mengupayakan supaya kesimpulan-kesimpulan berikut mendapatkanperhatian dari Negara-Negara Anggota dan organisasi-organisasi pengusahadan pekerja;

— Menggunakan kesimpulan-kesimpulan ini sebagai bahan pertimbangan dalammempersiapkan kegiatan-kegiatan Organisasi Perburuhan Internasional dimasa yang akan datang.

KESIMPULAN-KESIMPULAN MENGENAI KONSULTASI TRIPARTIT PADA

TINGKAT NASIONAL TENTANG KEBIJAKAN EKONOMI DAN SOSIAL

1. Dalam kesimpulan-kesimpulan ini, istilah “kerjasama tripartit” diberipengertian luas dan mengacu pada semua urusan antara pemerintah dan organisasi-organisasi pengusaha dan pekerja mengenai perumusan dan pelaksanaan kebijakanekonomi dan sosial.

2. Kerjasama tripartit bukanlah akhir dari kerjasama itu sendiri. Kerjasamatripartit pada dasarnya merupakan suatu cara kerjasama dengan tujuan:

(a) mengupayakan perkembangan ekonomi dan keadilan sosial secara beriringan;

(b) merekonsiliasikan, bilamana perlu, tuntutan-tuntutan perkembangan ekonomidan tuntutan-tuntutan keadilan sosial.

3. Kerjasama tripartit yang bermakna dan efektif tidak dapat terlaksana tanpaekonomi pasar dan demokrasi. Kerjasama tripartit dapat menopang fungsi keduanya(ekonomi pasar dan demokrasi) secara efektif. Kerjasama tripartit dapat ikutmembantu menopang kelangsungan fungsi ekonomi pasar secara efektif denganmenangani konsekuensi-konsekuensi sosial yang ditimbulkannya (oleh ekonomipasar tersebut). Kerjasama tripartit juga dapat memperkokoh demokrasi denganmempersilakan mitra-mitra sosial, yang mewakili segmen-segmen penting dalampopulasi, untuk ikut ambil bagian dengan berbagai cara di dalam perumusankebijakan dan proses-proses pembuatan keputusan yang berkenaan dengankebijakan ekonomi dan sosial.

4. Meskipun dalam beberapa hal kerjasama tripartit ternyata tidaklah seefektifseperti yang diinginkan oleh beberapa atau semua pihak, ada banyak bentuk lain

103LAPORAN III(1B)-2000

kerjasama tripartit di berbagai wilayah dunia yang berbeda, yang secara umumdiakui efektif. Misalnya saja bentuk-bentuk kerjasama tripartit yang terjalin padatingkat nasional dan mencakup sejumlah besar masalah ekonomi dan sosial; bentuk-bentuk kerjasama tripartit yang terjalin pada tingkat sektoral, regional dan lokal;begitu pula halnya dengan bentuk-bentuk kerjasama tripartit yang terbina padatingkat nasional sehubungan dengan subyek-subyek tertentu seperti keselamatandan kesehatan kerja. Karena kerjasama tripartit melibatkan mitra-mitra sosialdalam proses perumusan kebijakan dan proses pembuatan keputusan, kerjasamatripartit sering kali merupakan sarana yang positif untuk mencapai kompromi-kompromi yang dapat diterima oleh semua pihak, yang pada dasarnya merupakankompromi antara tuntutan-tuntutan ekonomi di satu sisi dan tuntutan-tuntutan sosialdi sisi lain. Karena sifatnya yang dapat diterima oleh semua pihak maka kompromi-kompromi seperti ini memiliki peluang paling besar untuk diwujudkan, sekaligusmeningkatkan perdamaian dan keselarasan sosial.

5. Perbedaan-perbedaan besar dapat muncul mengenai, misalnya, seberapapenting kerjasama tripartit formal dan informal, seberapa penting hubungan in-dustrial bipartit dan tripartit atau bahkan mengenai seberapa tajam pembedaanyang ingin ditarik oleh masing-masing pihak antara bidang-bidang yang menjadikompetensi pihak berwenang (pemerintah) dan bidang-bidang yang menjadikompetensi mitra sosial. Kendati demikian, kerjasama tripartit merupakaninstrumen yang cukup fleksibel dan dapat beradaptasi dalam situasi-situasi yangpaling bervariasi asalkan masing-masing pihak mempunyai kemauan kuat untukmelakukannya.

6. Dewasa ini, yang menjadi tantangan utama dalam kerjasama tripartit adalahbagaimana memberikan kontribusi secara efektif terhadap upaya-upaya untukmenyelesaikan masalah-masalah yang timbul di banyak negara akibat semakinparahnya kesulitan-kesulitan ekonomi dan globalisasi ekonomi, dan juga akibatprogram-program penyesuaian struktural yang akhirnya menjadi suatu kebutuhankarena terdorong oleh kedua hal tersebut (yakni kesulitan-kesulitan dan globalisasiekonomi). Mengingat hal ini merupakan masalah yang serius, maka pemecahannyamemerlukan penguatan kerjasama tripartit pada tingkat nasional dan pada tingkat-tingkat lain yang perlu. Salah satu peran inti kerjasama tripartit hendaknyamengupayakan rekonsiliasi antara hal-hal yang dituntut oleh keadilan sosial dengan

Lampiran

104 LAPORAN III(1B)-2000

Konsultasi Tr ipartit

hal-hal yang menjadi tuntutan persaingan usaha dan perkembangan ekonomi.Hendaknya diingat bahwa kerjasama tripartit sebaiknya dilakukan tidak hanyasewaktu kondisi ekonomi sedang memburuk saja, tetapi juga sewaktu kondisiekonomi sedang menggairahkan.

7. Karena globalisasi ekonomi membatasi kemampuan masing-masing pihakuntuk memecahkan masalah-masalah ekonomi dan sosial pada skala nasional, makakerjasama internasional dapat memberikan sumbangan untuk memecahkanmasalah-masalah ini. Kerjasama internasional ini hendaknya terutama ditujukanuntuk meminimalkan pengaruh-pengaruh buruk yang ditimbulkan oleh globalisasiekonomi. Meskipun dijumpai banyak kesulitan untuk membentuk kerjasama sepertiitu, ada kebutuhan mendesak untuk mencari jalan dan menemukan cara untukmenggalang kerjasama tersebut.

8. Kebutuhan supaya kerjasama tripartit beradaptasi dengan lingkungannyatidaklah mengubah kenyataan bahwa berfungsinya kerjasama tripartit secara efektiftergantung pada kondisi-kondisi tertentu yang bersifat mendasar. Pertama-tama,adanya tiga pihak yang berbeda satu sama lain, yang sepenuhnya mandiri dantidak terikat/ bergantung satu sama lain, serta menjalankan fungsi yang berbedamerupakan suatu keharusan yang mau tidak mau harus ada. Hal ini merupakanprasyarat untuk menghormati hak berserikat sebagaimana ditetapkan dalamKonvensi No. 87 Tahun 1948 tentang Kebebasan Berserikat dan Perlindunganatas Hak Berorganisasi, dan Konvensi No. 98 Tahun 1949 mengenai Hak Berserikatdan Berunding Bersama. Kedua, hal yang tak kalah pentingnya adalah bahwamasing-masing pihak harus bersedia mengkaji masalah yang ada secara bersama-sama dan mengupayakan jalan keluar yang mendatangkan manfaat timbal balikbagi mereka semua dan bagi masyarakat nasional secara keseluruhan. Hal ini hanyadapat terwujud apabila semua pihak bersedia melakukan dialog dengan rasatanggung jawab yang mendorong mereka memperjuangkan kepentingan yang lebihbesar daripada kepentingan masing-masing.

9. Kerjasama tripartit juga dapat berfungsi dengan baik apabila masing-masingpihak cukup tangguh dalam menjalankan fungsi masing-masing secara efektif,yakni apabila organisasi-organisasi pengusaha dan pekerja benar-benar mandiri,cukup representatif, dan bertanggung jawab kepada para anggotanya; apabilamereka terstruktur sedemikian rupa sehingga dapat memberikan komitmen yang

105LAPORAN III(1B)-2000

diperlukan serta memastikan bahwa komitmen tersebut dapat diwujudkan; danapabila mereka memiliki kemampuan teknik dan pengetahuan untuk menanganisubyek yang dibahas. Yang juga tidak kalah pentingnya adalah perimbangankekuatan yang wajar di antara ketiga pihak tersebut. Negara, dalam hal inipemerintah, berperan penting mengupayakan keberhasilan kerjasama tripartit.

10. Di sejumlah negara, keberadaan kerangka pendukung kelembagaan danprosedural sangat membantu – dan kadang-kadang sangat penting bagi –berfungsinya kerjasama tripartit secara efektif dan, dalam beberapa hal, bagimunculnya dan identifikasi organisasi-organisasi pengusaha dan pekerja.

11. Untuk meningkatkan kerjasama tripartit, Organisasi PerburuhanInternasional hendaknya menggunakan segala cara yang layak dan mengambillangkah-langkah yang tepat, termasuk inisiatif-inisiatif berikut:

(a) mendorong ratifikasi dan atau pelaksanaan secara efektif Konvensi No. 144Tahun 1976 tentang Konsultasi Tripartit (Standar Perburuhan Internasional);Rekomendasi No. 152 Tahun 1976 tentang Konsultasi Tripartit (KegiatanOrganisasi Perburuhan Internasional); dan Rekomendasi No. 113 Tahun 1960tentang Konsultasi (Tingkat Industrial dan Nasional);

(b) memperbesar kemauan pemerintah, organisasi-organisasi pengusaha danorganisasi-organisasi pekerja untuk menggunakan kerjasama tripartit;

(c) memasyarakatkan kerjasama tripartit pada tingkat nasional dan tingkat-tingkatlain yang sesuai. Upaya-upaya di bidang ini hendaknya terutama diarahkanuntuk memastikan tercapainya kondisi-kondisi yang perlu bagi berfungsinyakerjasama tripartit yang baik. Dalam kaitan ini, perlu diberikan perhatiankhusus kepada upaya-upaya pengumpulan, evaluasi dan penyebarluasaninformasi, upaya-upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, danmenawarkan bantuan guna memperkokoh kemampuan pemerintah danorganisasi-organisasi pengusaha dan pekerja untuk berpartisipasi secaraefektif dalam kerjasama tripartit.

(d) Menjalankan, sesuai dengan harapan yang dinyatakan oleh Pertemuan PuncakKopenhagen yang menyerukan kerjasama internasional, peran istimewa yangdiberikan kepadanya berdasarkan “mandat, dan struktur serta keahliantripartit” yang dimilikinya. Sehubungan dengan ini, upaya mencari cara dan

Lampiran

jalan yang dapat digunakan oleh Organisasi Perburuhan Internasional untukmenjalankan amanat ini merupakan hal mendesak yang harus segeradilakukan. Organisasi Perburuhan Internasional hendaknya menjalinhubungan yang lebih intensif dan mengembangkan kerjasama dengan BankDunia, Dana Moneter Internasional (IMF), Organisasi Perdagangan Dunia(WTO) dan badan-badan internasional lainnya supaya mereka menjadi lebihpeka terhadap konsekuensi-konsekuensi dari tindakan yang mereka lakukan.Organisasi Perburuhan Internasional hendaknya juga meningkatkan upaya-upaya yang ditujukan untuk meyaknikan Bank Dunia dan Dana MoneterInternasional akan kebutuhan untuk berkonsultasi dengan mitra-mitra sosialsecara nasional mengenai usulan program penyesuaian struktural danmendorong penggunaan kerjasama tripartit dalam proses perumusan kebijakandan proses pengambilan keputusan. Organisasi Perburuhan Internasional jugahendaknya membantu mitra-mitra sosial nasional sewaktu konsultasiberlangsung, apabila diminta.

106 LAPORAN III(1B)-2000

Konsultasi Tr ipartit

LAMPIRAN D

RATIFIKASI KONVENSI NO. 144 TAHUN 1976 TENTANG KONSULTASI

TRIPARTIT (STANDAR PERBURUHAN INTERNASIONAL)

Tanggal berlakunya Konvensi: 16 Mei 1978

Albania 30-6-1999Algeria 12-7-1993Argentina 13-4-1987Australia 11-6-1979Austr ia 2-3-1979Azerbaijan 12-8-1993Kep. Bahama 16-8-1979Bangladesh 17-4-1979Barbados 6-4-1983Belarus 15-9-1993Belgia 29-10-1982Botswana 5-6-1997Brazil 27-9-1994Bulgaria 12-6-1998Burundi 10-10-1997Chad 7-1-1998

Negara Ratifikasididaftar tgl:

Cile 27-7-1992Cina 2-11-1990Kolombia 9-11-1999Kongo 26-11-1999Kosta Rika 29-7-1981Pantai Gading 5-6-1987Siprus 28-6-1977Denmark 6-6-1978Rep. Dominika 15-6-1999Ekuador 23-11-1979Mesir 25-3-1982El Salvador 15-6-1995Estonia 22-3-1994Fiji 18-5-1998Finlandia 2-10-1978Perancis 8-6-1982

Negara Ratifikasididaftar tgl:

107LAPORAN III(1B)-2000

Gabon 6-12-1988Jerman 23-7-1979Yunani 28-8-1981Grenada 25-10-1994Guatemala 13-6-1989Guinea 16-10-1995Guyana 10-1-1983Hungaria 4-1-1994Eslandia 30-6-1981India 27-2-1978Indonesia 17-10-1990Irak 11-9-1978Irlandia 22-6-1979Italia 18-10-1979Yamaika 23-10-1996Kenya 6-6-1990Republik Korea 15-11-1999Latvia 25-7-1994Lesotho 27-1-1998Madagaskar 22-4-1997Malawi 1-10-1986Maur itius 14-6-1994Meksiko 28-6-1978Rep. Moldova 12-8-1996Mongolia 10-8-1998Mosambik 23-12-1996Namibia 3-1-1995Nepal 21-3-1995Belanda 27-7-1978Selandia Baru 5-6-1987Nikaragua 1-10-1981

Niger ia 3-5-1994Norwegia 9-8-1977Pakistan 25-10-1994Filipina 10-6-1991Polandia 15-3-1993Portugal 9-1-1981Romania 9-12-1992San Marino 23-5-1985Sao Tome dan Principe 17-6-1992Sierra Leone 21-1-1985Slovakia 10-2-1997Spanyol 13-2-1984Sri Lanka 17-3-1994Sur iname 16-11-1979Swasilan 5-6-1981Swedia 16-5-1977Rep. Arab Suriah 28-5-1985Tansania 30-5-1983Togo 8-11-1983Trinidad dan Tobago 7-6-1995Turki 12-7-1993Uganda 13-1-1994Ukraina 16-5-1994Inggris 15-2-1977Amer ika Serikat 15-6-1988Uruguai 22-5-1987Venezuela 17-6-1983Zambia 4-12-1978Zimbabwe 14-12-1989

Total ratifikasi 93

Negara Ratifikasididaftar tgl:

Negara Ratifikasididaftar tgl:

108 LAPORAN III(1B)-2000

Konsultasi Tr ipartit

LAMPIRAN E

TABEL LAPORAN TENTANG PELAKSANAAN KONVENSI NO. 144 TAHUN

1976 MENGENAI KONSULTASI TRIPARTIT (STANDAR PERBURUHAN

INTERNASIONAL) DAN TENTANG REKOMENDASI NO. 152 TAHUN 1976MENGENAI KONSULTASI TRIPARTIT (KEGIATAN ORGANISASI

PERBURUHAN INTERNASIONAL)(Artikel 19 Konstitusi)

Artikel 19 Konstitusi Organisasi Perburuhan Internasional menetapkan bahwaAnggota-anggota hendaknya “melapor kepada Direktur Jenderal KantorPerburuhan Internasional, menurut jangka waktu sebagaimana diminta oleh BadanPengurus, mengenai posisi undang-undang dan praktek perburuhan sehubungandengan hal-hal yang menjadi pokok Konvensi-konvensi dan Rekomendasi-rekomendasi di bidang perburuhan yang belum diratifikasi. Hal-hal yang berkaitandengan Konvensi dan yang menjadi kewajiban Negara-Negara Anggota dijabarkandalam ayat 5(e) pasal tersebut di atas. Ayat 6(d) membahas Rekomendasi. Ayat7(a) dan 7(b) membahas kewajiban-kewajiban khusus Negara-Negara federal. Pasal23 Konstitusi menetapkan bahwa sebelum pertemuan Konperensi berikutnya,Direktur Jenderal wajib memberikan ikhtisar laporan yang disampaikan kepadanyaoleh Negara-Negara Anggota sesuai dengan pasal 19, dan bahwa setiap NegaraAnggota wajib menyampaikan salinan laporan-laporan tersebut kepada organisasi-organisai perwakilan pengusaha dan pekerja.

Pada Sidangnya yang ke 218 pada bulan November 1981, Badan Pengurus

109LAPORAN III(1B)-2000

110 LAPORAN III(1B)-2000

Konsultasi Tr ipartit

memutuskan untuk tidak melanjutkan publikasi ikhtisar laporan mengenaiKonvensi-konvensi yang belum diratifikasi beserta Rekomendasi-rekomendasinya,dan memutuskan untuk menerbitkan hanya daftar laporan-laporan yang telahditerima, dengan pemahaman bahwa Direktur Jenderal akan menunjukkan untukkonsultasi kepada Konperensi semua laporan asli yang telah diterimanya dan bahwasalinan dari laporan-laporan itu akan diberikan kepada anggota-anggota delegasiyang memintanya.

Pada Sidangnya yang ke 267 pada bulan November 1996, Badan Pengurusmenyetujui upaya-upaya baru untuk melakukan rasionalisasi dan penyederhanaan.

Sejak itu, laporan-laporan yang diterima berdasarkan pasal 19 Konstitusimuncul dalam bentuk yang telah disederhanakan dalam tabel yang dilampirkanpada Laporan III (Bagian 1B) Panitia Ahli mengenai Pelaksanaan Konvensi danRekomendasi (Committee of Experts on the Application of Conventions and Rec-ommendations).

Permintaan-permintaan untuk melakukan konsultasi dan memperoleh salinanlaporan-laporan tersebut ditujukan kepada sekretariat Panitia Penerapan Standar(Committee on the Application of Standards).

Laporan-laporan tersebut, yang dilampirkan dalam daftar di bawah ini,mengacu pada pelaksanaan Konvensi No. 144 Tahun 1976 mengenai KonsultasiTripartit (Standar Perburuhan Internasional) dan Rekomendasi No. 152 Tahun1976 mengenai Konsultasi Tripartit (Kegiatan Organisasi PerburuhanInternasional).

111LAPORAN III(1B)-2000

Afganistan

Albania sudah ratifikasi

Algeria sudah ratifikasi

Angola X X

Antigua dan Barbuda

Argentina sudah ratifikasi X

Armenia

Australia sudah ratifikasi X

Austr ia sudah ratifikasi X

Azerbaijan sudah ratifikasi

Kep. Bahamas sudah ratifikasi

Bahrain X X

Bangladesh sudah ratifikasi X

Barbados sudah ratifikasi X

Belarus sudah ratifikasi X

Belgia sudah ratifikasi X

Belize X X

Benin X X

Bolivia X X

Bosnia dan Hercegovina

Botswana sudah ratifikasi

Brasilia sudah ratifikasi X

Bulgaria sudah ratifikasi X

Burkina Faso

Burundi sudah ratifikasi

Kamboja X X

Kamerun

Kanada X X

Cape Verde X X

Republik Afrika Tengah

Chad sudah ratifikasi

Cile sudah ratifikasi X

Negara Anggota Konvensi 144 Rekomendasi 152

Lampiran

112 LAPORAN III(1B)-2000

Konsultasi Tr ipartit

Cina sudah ratifikasi X

Kolombia X/ sudah ratifikasi X

Komoro

Kongo sudah ratifikasi

Kosta Rika sudah ratifikasi X

Pantai Gading sudah ratifikasi

Kroasia X X

Kuba X X

Siprus sudah ratifikasi

Republik Ceko X X

Republik Demokratik Kongo

Denmark sudah ratifikasi X

Jibouti

Dominika

Republik Dominika X/ sudah ratifikasi X

Ekuador sudah ratifikasi X

Mesir sudah ratifikasi

El Salvador sudah ratifikasi X

Guinea Ekuatorial

Eritrea

Estonia sudah ratifikasi X

Etiopia

Fiji sudah ratifikasi

Finlandia sudah ratifikasi X

Perancis sudah ratifikasi

Gabon sudah ratifikasi X

Gambia

Georgia

Jerman sudah ratifikasi X

Ghana

Yunani sudah ratifikasi X

Grenada sudah ratifikasi

Guatemala sudah ratifikasi X

Negara Anggota Konvensi 144 Rekomendasi 152

113LAPORAN III(1B)-2000

Guinea sudah ratifikasi

Guinea Bissau

Guyana sudah ratifikasi X

Haiti

Honduras X X

Hungaria sudah ratifikasi X

Eslandia sudah ratifikasi

India sudah ratifikasi X

Indonesia sudah ratifikasi X

Republik Islam Iran

Irak sudah ratifikasi

Irlandia sudah ratifikasi

Israel X X

Italia sudah ratifikasi X

Yamaika sudah ratifikasi

Jepang X X

Yordania X X

Kazakhstan X X

Kenya sudah ratifikasi X

Republik Korea X /sudah ratifikasi X

Kuwait X X

Kirgistan

Republik Demokratik Rakyat Laos

Latvia sudah ratifikasi

Lebanon X X

Lesotho sudah ratifikasi X

Liberia

Libya Arab Jamahir iya

Lituania sudah ratifikasi X

Luksemburg X X

Madagaskar sudah ratifikasi X

Malawi sudah ratifikasi

Malaysia X X

Negara Anggota Konvensi 144 Rekomendasi 152

Lampiran

114 LAPORAN III(1B)-2000

Konsultasi Tr ipartit

Mali

Malta

Mauritania

Maur itius sudah ratifikasi X

Meksiko sudah ratifikasi X

Republik Moldova sudah ratifikasi

Mongolia sudah ratifikasi

Maroko X X

Mosambik sudah ratifikasi X

Myanmar X X

Namibia sudah ratifikasi

Nepal sudah ratifikasi

Belanda sudah ratifikasi

Selandia Baru sudah ratifikasi X

Nikaragua sudah ratifikasi

Niger

Nigeria sudah ratifikasi

Norwegia sudah ratifikasi X

Oman X X

Pakistan sudah ratifikasi X

Panama X X

Papua Nugini X X

Paraguai

Peru X X

Filipina sudah ratifikasi X

Polandia sudah ratifikasi X

Portugal sudah ratifikasi X

Qatar X X

Romania sudah ratifikasi X

Federasi Rusia

Rwanda

Saint Kitts dan Nevis

Santa Lusia

Negara Anggota Konvensi 144 Rekomendasi 152

115LAPORAN III(1B)-2000

Saint Vincent dan Grenadine

San Marino sudah ratifikasi X

Sao Tome dan Principe sudah ratifikasi

Saudi Arabia X X

Senegal

Seychelles X X

Sierra Leone sudah ratifikasi

Singapura X X

Slovakia sudah ratifikasi

Slovenia X X

Kep. Solomon

Somalia

Afrika Selatan X

Spanyol sudah ratifikasi X

Sri Lanka sudah ratifikasi X

Sudan

Suriname sudah ratifikasi X

Swasilan sudah ratifikasi

Swedia sudah ratifikasi X

Swis X X

Republik Arab Sur iah sudah ratifikasi X

Tajikistan

Republik Uni Tanzania sudah ratifikasi

Thailand X X

Mantan Republik Yugoslavia

Togo sudah ratifikasi X

Trinidad dan Tobago sudah ratifikasi X

Tunisia X X

Turki sudah ratifikasi X

Turkmenistan

Uganda sudah ratifikasi

Ukraina sudah ratifikasi X

Uni Emirat Arab X X

Negara Anggota Konvensi 144 Rekomendasi 152

Lampiran

Inggris sudah ratifikasi X

Amerika Serikat sudah ratifikasi X

Uruguai sudah ratifikasi X

Uzbekistan

Venezuela sudah ratifikasi X

Viet Nam X X

Yemen X

Zambia sudah ratifikasi X

Zimbabwe sudah ratifikasi X

X = laporan diterima.

Catatan: Di samping laporan-laporan yang telah diterima tersebut, sebanyak 18 laporan juga telahditerima dari wilayah-wilayah teritorial non-metropolitan (bukan negara ibu) sebagai ber ikut: wilayah-wilayah jajahan Inggris meliputi Anguilla, Bermuda, Kepulauan Virginia Inggris (Br itish Virgin Islands),Kepulauan Falkland (Malvinas), Gibraltar, Guernsey, Isle of Man, Jersey, St. Helena.

Negara Anggota Konvensi 144 Rekomendasi 152

116 LAPORAN III(1B)-2000

Konsultasi Tr ipartit

LAMPIRAN F

UNDANG-UNDANG YANG DIJADIKAN ACUAN KAJIAN

Referensi-referensi berikut ini terbatas pada naskah undang-undang yangdijadikan acuan dalam Kajian dan memuat ketentuan-ketentuan yang berkaitandengan hal-hal yang dicakup oleh Konvensi 144 atau Rekomendasi 152.Berdasarkan informasi yang diberikan dalam laporan-laporan yang telah diterima,referensi-referensi tersebut dikutip tanpa prasangka adanya ketentuan-ketentuanseperti itu di negara-negara lain, dan juga tidak harus mencakup seluruhperundangan-undangan nasional yang relevan. Selain itu, referensi-referensiterhadap undang-undang tersebut sama sekali tidak menyiratkan bahwa pelaksanaanKonvensi 144 dan Rekomendasi 152 menuntut diterima dan disetujuinya undang-undang serupa karena, sebagaimana dicatat oleh Panitia dalam Kajian yangdilakukannya, instrumen perburuhan internasional juga dapat dilaksanakan melaluiperjanjian-perjanjian atau hukum adat atau praktek-praktek perburuhan yang lazimberlaku (ayat 48 hingga ayat 51 Kajian).

Angola

— Dekrit No. 50/91 tanggal 6 Agustus 1991 mengenai pembentukan PanitiaILO Nasional.

117LAPORAN III(1B)-2000

118 LAPORAN III(1B)-2000

Konsultasi Tr ipartit

Argentina

— Perintah Menteri Perburuhan dan Keamanan Sosial No. 990 tanggal 22 Sep-tember 1990 mengenai pembentukan Panitia Konsultasi Tripartit untukMeningkatkan Pelaksanaan Standar Perburuhan Internasional.

Kosta Rika

— Dekrit No. 27272-MTSS tanggal 20 Agustus 1998 yang mengeluarkanperaturan-peraturan mengenai prosedur Dewan Agung Perburuhan.

Pantai Gading

— Perintah Menteri Lapangan Kerja dan Pelayanan Publik No. 834/EFP/CAB.1tanggal 26 Januari 1995 mengenai pembentukan Panitia Tripartit untukmenangani urusan-urusan ILO.

Republik Ceko

— Undang-undang Komisi Kerjasama dengan ILO, diterima dan disetujui secarabersama oleh Menteri Tenaga Kerja dan Sosial dan Menteri Luar Negeripada tahun 1993.

Mesir

— Perintah Menteri No. 111 tahun 1982 mengenai pembentukan PanitiaKonsultasi Tripartit Permanen untuk kegiatan-kegiatan ILO.

Finlandia

— Dekrit No. 851/77 tanggal 24 November 1977 mengenai Panitia PenasehatILO Finlandia.

Perancis

— Perintah Menteri Sosial dan Solidaritas Nasional tanggal 18 November 1982mengenai pembentukan Panitia Penasehat ILO.

119LAPORAN III(1B)-2000

Yunani

— Dekrit Presiden No. 296 tanggal 4 Juli 1991 mengenai Prosedur PeningkatanPelaksanaan Standar Perburuhan Internasional.

Guatemala

— Perintah No. 93-95 Menteri Tenaga Kerja dan Perlindungan Sosial mengenaipembentukan Panitia Tripartit untuk menangani Masalah-masalah PerburuhanInternasional.

Irak

— Perintah Menteri Tenaga Kerja No. 759 tanggal 17 Agustus 1983 mengenaipembentukan Panitia Konsultasi Tripartit Nasional yang membidangiKonvensi-konvensi dan Rekomendasi-rekomendasi Perburuhan Internasional.

Kuwait

— Perintah Menteri Sosial dan Tenaga Kerja No. 114 tahun 1996 mengenaipembentukan Panitia Studi Standar dan Konvensi Perburuhan.

Lesotho

— Perintah Undang-undang Perburuhan No. 24 Tahun 1992.

Malawi

— Keputusan tanggal 9 Agustus 1985 mengenai pembentukan Panitia Tripartityang membidangi ratifikasi Konvensi ILO.

Namibia

— Undang-undang Tenaga Kerja tanggal 13 Maret 1992 (ILO: Dokumen-dokumen hukum perburuhan, 1992/2).

Lampiran

120 LAPORAN III(1B)-2000

Konsultasi Tr ipartit

Polandia

— Peraturan Perdana Menteri No. 1 tanggal 5 Januari 1990 mengenaipembentukan Panitia Tripartit Polandia untuk Kerjasama dengan ILO.

Romania

— Hukum tahun 1997 mengenai Pengorganisasian dan Pemfungsian DewanEkonomi dan Sosial.

San Marino

— Keputusan No. 20 tanggal 21 Juli 1983 Konggres Negara mengenaikeikutsertaan dalam kegiatan-kegiatan ILO.

Swasilan

— Undang-undang Lapangan Kerja No. 5 tanggal 26 September 1980.

Swedia

— Peraturan/ Ordonansi tanggal 8 Desember 1977 mengenai tata tertib bagiPanitia ILO.

Republik Arab Suriah

— Perintah Menteri Sosial dan Tenaga Kerja No. 1214 tanggal 30 Oktober 1995.

Trinidad dan Tobago

— Keputusan Kabinet tanggal 16 Mei 1996 mengenai pembentukan PanitiaKonsultasi Tripartit “144”.

Ukraina

— Dekrit Presiden tanggal 27 April 1993 yang mengeluarkan Peraturan DewanNasional untuk Kemitraan Sosial.

121LAPORAN III(1B)-2000

Amerika Serikat

— Perintah Eksekutif No. 12216 tanggal 18 Juni 1980 mengenai pembentukanPanitia Presiden tentang ILO.

Uruguai

— Perintah Menteri Tenaga Kerja dan Keamanan Sosial tanggal 11 Maret 1985.

Lampiran

ISBN 92-2-811508-4