3
NAMA : ASRUL AFANI R. A. NIM : 140910202010 KONTRAK ANTAR PEKERJA DENGAN KAPITALIS Ketidakmerataan distribusi kekayaan dalam sistem kapitalisme membuat beberapa memiliki kekayaan yang bisa memungkinkan mereka untuk menyewa orang lain untuk bekerja bagi mereka, sementara orang lain harus menjual tenaga kerjanya agar bisa mendapatkan sarana untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Sepeti yang disampaikan Adam Smith di tahun 1776. Kondisi ini dapat dipahami dengan dua cara yang berbeda. Yang pertama, kita dapat memandang penjual dan pembeli tenaga kerja sebagai sebuah pertukaran. Karena pihak-pihak yang membuat kontrak upah ini bertindak secara sukarela. Para pemilik tenaga kerja dan pemilik kapital dapat dikatakan memekerjakan satu sama lain dengan kondisi kadang lebih menguntungkan yang satu dan kadang lebih menguntungkan yang lain sesuai dengan tingkat kelangkaan tenaga kerja dan berapa tingkat kelangkaan kapital. Ketika serorang kapitalis memecat seorang pekerja, itu dapat di pandang “sekedar” bahwa pihak yang menolak untuk melanjutkan pertukaran ekonomi dengan pihak yang lain. Cara pandang terhadap pasar seperti ini mengarah pada kesimpulan bahwa para pekerja tidak tergantung pada satu majikan saja. Adanya para penawar lain yang mau membeli komoditas si pekerja akan mmembuat kita sulit untuk menyimpulkan bahwa pasar tenaga kerja membuat pihak pembeli ( kapitalis ) lebih berkuasa dari pada si penjual dan juga ketergantungan seorang pekerja kepada seorang majikan/ kapitalis tertentu akan membuat si kapitalis memiliki kekuasaan atas si pekerja.

Kontrak Antar Pekerja Dengan Kapitalis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

jsajdhashd

Citation preview

Page 1: Kontrak Antar Pekerja Dengan Kapitalis

NAMA : ASRUL AFANI R. A.

NIM : 140910202010

KONTRAK ANTAR PEKERJA DENGAN KAPITALIS

Ketidakmerataan distribusi kekayaan dalam sistem kapitalisme membuat beberapa memiliki kekayaan yang bisa memungkinkan mereka untuk menyewa orang lain untuk bekerja bagi mereka, sementara orang lain harus menjual tenaga kerjanya agar bisa mendapatkan sarana untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Sepeti yang disampaikan Adam Smith di tahun 1776. Kondisi ini dapat dipahami dengan dua cara yang berbeda. Yang pertama, kita dapat memandang penjual dan pembeli tenaga kerja sebagai sebuah pertukaran. Karena pihak-pihak yang membuat kontrak upah ini bertindak secara sukarela.

Para pemilik tenaga kerja dan pemilik kapital dapat dikatakan memekerjakan satu sama lain dengan kondisi kadang lebih menguntungkan yang satu dan kadang lebih menguntungkan yang lain sesuai dengan tingkat kelangkaan tenaga kerja dan berapa tingkat kelangkaan kapital. Ketika serorang kapitalis memecat seorang pekerja, itu dapat di pandang “sekedar” bahwa pihak yang menolak untuk melanjutkan pertukaran ekonomi dengan pihak yang lain.

Cara pandang terhadap pasar seperti ini mengarah pada kesimpulan bahwa para pekerja tidak tergantung pada satu majikan saja. Adanya para penawar lain yang mau membeli komoditas si pekerja akan mmembuat kita sulit untuk menyimpulkan bahwa pasar tenaga kerja membuat pihak pembeli ( kapitalis ) lebih berkuasa dari pada si penjual dan juga ketergantungan seorang pekerja kepada seorang majikan/ kapitalis tertentu akan membuat si kapitalis memiliki kekuasaan atas si pekerja.

Tingkat kompetisi akan berbeda-beda antar perekonomian yang satu dengan yang lain, antarsektor ekonomi yang satu dengan yang lain dan antarwilayah yang satu sama yang lain. Namun, ada dua hal penting yang bisa disampaikan mengenai keunggulan relative antara kalangan kapitalis dengan kalang pekerja. Yang pertama, para pemilik kapital lebih sedikit jumlahnya daripada para pemilik tenaga kerja. Yang kedua, hubungan antara kapitalis dengan kapital yang ia miliki adalah lebih longgar daripada hubungan antara para pekerja dengan tenaga yang ia miliki.

KEKUASAAN DALAM PERUSAHAAN

Ada sebuah pendekatan yang mengubungkan antara pelaksanaan kekuasaan dengan perekonomian yang melihat bukan kepada mekanisme pasar itu sendiri melainkan pada

Page 2: Kontrak Antar Pekerja Dengan Kapitalis

hubungan kewenangan di dalam organisasi-organisasi yang melakukan kegiatan produksi. Jika wilayah pertukaran adalah “surge bagi hak asasi manusia”, maka wilayah produksi ini memiliki pola yang berbeda.

Mekanisme pasar telah mempertemukan orang-orang yang bebas dan independen untuk dapat saling membuat kontrak, namun setelah konrak itu ditandatangani, maka hubungan antaraorang-orang yang semula bebas dan independen itu berubah, yaitu menjadi antara mereka yang bekeja dengan mereka yang memekerjakan. Pihak yang memkerjakan ini memiliki kebebasan ang bebas untuk menentukan apa yang harus dilakukan pekerja.

Baik pendekatan ekonomi politik Marxian maupun pendekatan ekonomi politik neoklasik sama sama mengakui bahwa ada wilayah tertentu dalam perekonomian yang menggunakan hierarki yang terorganisir. Bagi wilayah marxis, wilayah yang memiliki hierarki ini disebut sebagai wilayah produksi, dimana nilai diciptakan, sementara di luar itu ada wilayah pertukaran, dimana nilai dipertukarkan dan direalisasikan. Bagi kalangan ekonomi neoklasik, wilayah diaman ada hierarki ini disebut sebagai perusahaan (firm) dan diluarnya ada pasar.

Sekalipun aliran marxis dan aliran neoklasik sama sama sepakat bahwa ada sebuah wilayah dengan hubungan hierarkis yang berbeda dari pasar dan negara, namun mereka memahaminya secara teoritis dengan cara yang berbeda.

Bagi ilmu ekonomi neoklasik, alasan mengapa perusahaan didirikan adalah karena khusus untuk jenis-jenis transaksi tertentu. Biaya untuk melakukan transaksi semacam itu dalam pasar adalah lebih besar daripada biaya untuk melakukan transaksi yang sama dalam sebuah perusahaan. Pendekatan yang digunakan perusahaan menekankan pada efisiensi dan minimalisasi biaya transaksi.

Sementara dalam aliran marxis, hierarki dalam wilayah produksi ditafsirkan dengan cara yang berbeda dari pendekatan neoklasik. Fokus pendekatan marxis tidak tertuju pada efisiensi dan biaya transaksi tetapi pada antagonismeantara kalangan pekerja dengan kalangan kapitalis dan adanya tuntutan agar struktur hierarkis digunakan untuk mendisiplinkan pekerja.

Dalam pandangan Alchian dan Demsetz (1972), kekuasaan di pandang tidak berlaku. Mereka menyatakan bahwa tidak ada bedanya antara pertukaran pasar biasa dengan alokasi sumber daya yang terjadi dalam perusahaan. Menurut mereka perusahaan adalah sekumpulan kontrak dimana syarat-syarat pertukaran, termasuk di dalamnya syarat-syarat yang mengatur pertukaran antara kalangan kapitalis dengan kalangan pekerja, terus-menerus dinegosiasikan. Majikan / perusahaan memerintahkan kepada pekerja untuk melakukan perkerjaan tertentu, tapi pekerja mementahkan perusahaan untuk membayar upahya. Maka andangan bahwa perusahaan memiliki kekuasaan merupakan sebuah ilusi belaka.