105
KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN (Studi Pada Polis Asuransi Umum) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) ARIF PRIYO PAMBUDI NIM: 1111046200040 KONSENTRASI ASURANSI SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H / 2016 M

KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

  • Upload
    hangoc

  • View
    219

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

i

KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM

PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

(Studi Pada Polis Asuransi Umum)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

ARIF PRIYO PAMBUDI

NIM: 1111046200040

KONSENTRASI ASURANSI SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H / 2016 M

Page 2: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM

PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

(Studi Pada Polis Asuransi Umum)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh :

ARIF PRIYO PAMBUDI

NIM : 1111046200040

Pembimbing

Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag., M.H.

NIP : 197407252001121001

KONSENTRASI ASURANSI SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H/2016 M

Page 3: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

iii

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsiiniberjudul “Kontrak Baku pada Polis

AsuransiSyariahdalamPersfektifHukumPerlindunganKonsumen (Studipada Polis

Asuransi Umum)”, yangditulisoleh Arif Priyo Pambudi, NIM1111046200022,

telahdiujikandalamsidingmunaqsyahFakultasSyariahdanHukumUniversitas Islam

NegeriSyarifHidayatullah Jakarta pada Rabu, 1 Juni

2016.SkripsiinitelahditerimasebagaisalahsatusyaratuntukmemperolehgelarSarjana

EkonomiSyariah (S.E.Sy) pada Program StudiMuamalat (Ekonomi Islam).

Jakarta, 2Juni 2016

Mengesahkan

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum,

Dr. AsepSaepudinJahar, M.A.

NIP. 19691216 199603 1 001

Panitia Sidang:

Ketua : A.M. Hasan Ali, MA. ( ....................................... )

NIP. 19751201 200501 1 005

Sekretaris : Dr. Abdurrauf, Lc, MA. ( ....................................... )

NIP. 19731215 200501 1 002

Pembimbing : Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag., M.H . ( ....................................... )

NIP. 19740725 200112 1 001

Penguji 1 : Dr. Abdurrahman Dahlan, MA. ( ....................................... )

NIP. 19581110 198803 1 001

Penguji 2 : A.M. Hasan Ali, MA. ( ....................................... )

NIP. 19751201 200501 1 005

Page 4: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

iv

LEMBAR PERYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh Gelar Strata Satu (S1) di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumberyang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil asli karya saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Jakarta, Oktober 2016

Arif Priyo Pambudi

Page 5: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

v

ABSTRAK

Arif Priyo Pambudi. 1111046200040. KONTRAK BAKU PADA POLIS

ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN

KONSUMEN (STUDI PADAPOLIS ASURANSI UMUM). Program Studi

Muamalat (Ekonomi Islam), Konsentrasi Asuransi Syariah, Fakultas Syariah dan

Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Kontrak baku dalam dunia bisnis menunjukkan dominasi ekonomi modern

oleh badan usaha atau perusahaan. Perusahaan-perusahaan menjadikan bentuk

kontrak baku sebagai bagian untuk menstabilkan hubungan pasar eksternal

perusahaan. Isi kontrak baku dibuat oleh hanya satu pihak sehingga pihak lainnya

tidak dapat mengemukakan kehendak secara bebas. Singkatnya tidak terjadi tawar

menawar mengenai isi perjanjian sebagaimana menurut asas kebebasan

berkontrak dan sering kali masih ditemukan pencantuman klausula-klausula baku

yangbertentangan dengan peraturan perundang-undangan perlindungan konsumen

yang berlaku. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian polis baku

yang dikeluarkan perusahaan asuransi umum syariah dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan perlindungan konsumen.

Penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif yang bertujuan untuk

menganalisa norma-norma yang terdapat pada peraturan perundang-undangan di

bidang asuransi dengan menggunakan pendekatan deskriptif analisis, data yang

digunakan berupa data primer, sekunder, maupun non hukum, teknik analisis data

yang digunakan yaitu analisis isi (content analysis), data yang diperoleh kemudian

di analisis secara kualitatif.

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa secara umum polis asuransi umum

syariah yang dikeluarkan perusahaan Takaful Umum, Bumida Syariah, Tripakarta

Syariah, Tugu Pratama Syariah, dan Mitra Syariah telah sesuai dengan ketentuan

Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Pasal 18 Tahun 1999, POJK

Nomor 1/POJK.07/2013 Pasal 22, dan SEOJK Nomor 13/SEOJK.07/2014.Dari 7

(tujuh) ketentuan yang di analisis terhadap ke 5 polis yang dikeluarkan oleh

perusahaan Asuaransi Syariah tidak ditemukan klasula baku yang bertentangan

dengan peraturan perundang-undangan perlindungan kosumen. Dapat

disimpulkan, bahwa ke 5 (lima) polis yang dikeluarkan perusahaan asuransi telah

sesuai dengan peraturan perundang-undangan perlindungan konsumen.

Kata Kunci : Asuransi Syariah, Polis, Kontrak Baku, dan

PerlindunganKonsumen

Pembimbing : Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag. MH

Tahun Daftar Pustaka : Tahun 1992 sampai 2015

Page 6: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji serta syukur bagi Allah SWT, tuhan pencipta alam beserta

isinya, atas segala nikmat, karunia dah rahmat-Nya yang begitu besar, yang selalu

memberikan keberuntungan dan pertolongan-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beserta salam senantiasa tercurahkan kepada

Nabi Muhammad SAW, yang telah memperjuangkan Islam dan menyebarkan

risalah Islam sebagai pegangan kehidupan.

Punulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak sedikit hambatan

serta kesulitan yang penulis alami dalam penyusuan skripsi ini. Namun, berkat

keteguhan hati serta dukungan dan semangat dari banyak pihak hingga akhirnya

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dengan penuh hormat dan apresiasi yang

tinggi terhadap semua pihak yang membantu dalam penyelesaian skripsi, penulis

ucapkan terima kasih terkhusus kepada:

1. Bapak Asep Saepudin Jahar, MA., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Syariah

dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak AM. Hasan Ali, M.A., dan Bapak Dr. Abdurrauf, Lc., MA., sebagai

Ketua dan Sekretaris Prodi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag., M.H., selaku Dosen Pembimbing

skripsi, yang dengan sabar telah memberikan bimbingan dan motivasi serta

arahan yang diberikan kepada penulis sehingga penulisan skripsi ini dapat

diselesaikan, penulis ucapkan terima kasih.

Page 7: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

vii

4. Kepada seluruh dosen dan sifitas akademik Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah

membagikan ilmunya dengan ikhlas kepada penulis, serta para pengurus

perpustakaan yang telah melayani dan memfasilitasi buku-buku hingga

penulis terbantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Kedua orangtua tercinta dan tersayang, ayahanda Nyamirun Edy Nuryanto

dan Ibunda Siti Nuraini, yang dengan tulus selalu mendoakan, memberikan

dorongan semangat tiada henti kepada penulis, sehingga penulis mampu

menyelesaikan tugas akhir ini yang menjadi amanah bagi penulis kepada

orangtua. Semoga Allah selalu memberikan perlindungan dan keberkahan

untuk mama dan abah, dibawah kasih sayang-Nya. Amin.

6. Untuk keluarga, eko purwanto, agung wibowo, suci utami, anisa pratiwi, ari

aguswinardi, iska komalasari yang selalu memberi dukungan dan doa

dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah

memberikan ilmu dan pengetahuan yang berharga selama penulis

menyelesaikan masa studi.

8. Kepada teman-teman kelas Asuransi Syariah 2011 Prodi Muamalat,vickih,

kino, ucup, yunus, dito. Terima kasih atas bantuan dan dukungan,

pengalaman, pembelajaran selama ini kepada penulis dalam menyelesaikan

masa studi. Serta terima kasih kepada Haryati Octarini yang telah

memberikan semangat dan dukungan hingga saat ini, semoga dan akan

selalu sampai selanjutnya.

Page 8: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

viii

9. Serta kepada pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu,

terima kasih atas bantuannya hingga karya ilmiah ini dapat terselesaikan.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semua

pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi

ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Aamiin.

Jakarta, 2 Juni 2016

Arif Priyo Pambudi

Page 9: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. i

LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iii

ABSTRAK ...................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR .................................................................................... v

DAFTAR ISI ................................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

1.1 Latar Belakang Masalah ......................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah ............................................................... 7

1.2.1 Rumusan Masalah ......................................................... 7

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................. 7

1.4 Tinjauan Kajian Terdahulu .................................................... 8

1.5 Metode Penelitian................................................................... 11

1.5.1 Jenis Penelitian ............................................................. 11

1.5.2 Bahan Hukum ............................................................... 12

1.5.3 Metode Analisis Data ................................................... 12

1.5.4 Pedoman Penulisan ....................................................... 13

1.6 Sistematika Penulisan ........................................................... 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................... 15

2.1 Asuransi Syariah .................................................................... 15

2.1.1 Pengertian Asuransi Syariah ......................................... 15

Page 10: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

x

2.1.2 Landasan Hukum Asuransi Syariah ........................... 17

2.1.2.1 Al-Qur’an ....................................................... 17

2.1.2.2 Sunnah Nabi SAW ......................................... 19

2.1.2.3 Prinsip-Prinsip Asuransi Syariah .................... 20

2.1.2.4 Akad-Akad Dalam Asuransi Syariah ............. 22

2.2 Produk-Produk Asuransi Kerugian (general insurance) ....... 32

2.2.1 Produk-Produk Simple Risk ........................................ 32

2.2.2 Produk-Produk Mega Risk ......................................... 33

BAB III ASPEK HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

DALAM KONTRAK BAKU ASURANSI SYARIAH ............. 36

3.1 Kontrak Baku ......................................................................... 36

3.1.1 Pengertian Kontrak Baku .............................................. 36

3.1.2 Jenis-jenis Kontrak Baku .............................................. 38

3.1.3 Bentuk Klausula Baku Dalam Perjanjian ..................... 39

3.1.4 Dasar Hukum Kontrak Baku ........................................ 42

3.1.5 Prinsip-prinsip Kontrak Baku ....................................... 43

3.1.6 Pencantuman Klausul Eksonerasi ................................. 45

3.1.6.1 Klausul Eksonerasi ........................................... 45

3.1.6.2 Force Majeure .................................................. 46

3.2 Perlindungan Konsumen ........................................................ 49

3.2.1 Pengertian Perlindungan Konsumen............................. 49

3.2.2 Asas dan Tujuan Perlindungan Konsumen ................... 50

3.2.3 Dasar Hukum Perlindungan Konsumen ....................... 52

Page 11: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

xi

3.2.4 Hak dan Kewajiban Konsumen .................................... 53

BAB IV ISI POLIS ASURANSI UMUM SYARIAH ............................. 56

4.1 Deskripsi Polis Asuransi Kerugian ........................................ 56

4.5.1 Polis Asuransi Tri Pakarta Unit Syariah ....................... 56

4.5.2 Polis Asuransi PT. Asuransi Bumiputra Muda 1967 .... 60

4.5.2.1 Polis Asuransi Kendaraan Bermotor Indonesia 60

4.5.3 Polis PT. Tugu Pratama Indonesia................................ 63

4.5.3.1 Polis Asuransi Kendaraan Bermotor Indonesia 63

4.5.4 Polis PT. Asuransi Takaful General ............................. 67

4.5.4.1 Polis Asuransi Takaful Kebakaran ................... 67

4.5.5 Polis PT. Mitra Syariah ................................................ 68

4.5.5.1 Polis Asuransi Kendaraan Bermotor Indonesia 68

4.2 Analisis Isi Kontrak Baku Perspektif Hukum Pelindungan

Konsumen .............................................................................. 71

4.3 Hal-hal yang terkait dengan Akad yang harus dicantumkan

dalam polis (PMK Nomor 18/PMK.10/2010 jo PMK No.

227/2012. ................................................................................ 77

4.4 Model Kontrak Baku Yang Ideal Menurut SEOJK Nomor

13/SEOJK. 07/2014 ............................................................... 81

BAB V PENUTUP .................................................................................... 88

5.1 Kesimpulan ............................................................................ 88

5.2 Saran ....................................................................................... 89

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 91

Page 12: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Keberadaan perusahaan asuransi pada hakikatnya adalah sebagai

lembaga keuangan nonbank yang menghimpun dan ada di masyarakat untuk

memberikan perlindungan kepada pemakai jasa asuransi terhadap

kemungkinan timbulnya kerugian materil maupun immaterial19

. Akibat suatu

peristiwa yang tidak terduga. Perusahaan asuransi diberi kepercayaan

(amanah) oleh para peserta untuk mengelola premi, mengembangkan dengan

jalan yang halal, memberikan santunan kepada yang mengalami musibah

sesuai isi akta perjanjian yang telah disepakati.20

Asuransi syariah sebagai salah satu lembaga keuangan nonbank yang

melakukan transaksi bisnis secara system operasional didasarkan atas

pedoman syariah Islam.Sehingga segala bentuk kegiatan yang dilakukannya,

baikkegiatan intern perusahaan ataupun ekstern perusahaan seperti kegiatan

perjanjian (akad), mekanisme operasioanl perusahaan, budaya perusahaan

(shariah corporate culture), pemasaran (marketing), produk dan sebagainya

harus sesuai dengansyariah Islam21

. Dan tidak mengandung unsur-unsuryang

diharamkan seperti gharar (ketidakpastian), maisir (perjudian), dan riba.

19

Husain HusainSyahatah, Asuransi Dalam Persfektif Syariah, (Jakarta: Amzah, 2006),

hal. 49. 20

Burhanuddin S, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta: Graha Ilmu,

2010), cet. Ke-1, hal. 118. 21

Abdullah Amrin, Meraih Berkah Melalui Asuransi syariah, (Jakarta: PT. Elex Media

Komputindo, 2011), hal. 69.

Page 13: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

2

Prospek asuransi Islam di Indonesia pada masa mendatang akan

semakin cerah dan menarik minat berbagai kalangan.22

Pada akhir tahun 2015,

jumlah perusahaan perusahaan asuransi kerugian syariah sebanyak 25(dua

puluh lima) perusahaan.Terdiri dari 2 (dua) perusahaan asuransi kerugian

syariah dan 23 (dua puluh tiga) asuransi kerugian unit syariah. Serta 3 (tiga)

reasuransi unit syariah.Sedangkan asuransi jiwa syariah sebanyak 20

(duapuluh) perusahaan.Terdiri dari 3 (tiga) perusahaan asuransi jiwa syariah

dan 17 (tujuh belas) asuransi jiwa unit syariah23

Pertumbuhan perusahaan asuransi yang pesat, tentu juga telah

menghasilkan beragam jenisproduk-produkasuransi yang ditawarkan

perusahaan asuransi kepada konsumen.Konsumen pada akhirnya dihadapakan

pada berbagai pilihan jenis produk-produk asuransi yang ditawarkan secara

variatif.Kondisi seperti ini,pada satu sisi menguntungkan konsumen, karena

kebutuhan terhadap barang/jasa yang diinginkan dapat terpenuhi dengan

beragam pilihan. Namun pada sisilain, fenomena tersebut menempatkan

kedudukan konsumen terhadap produsen menjadi tidak seimbang, di mana

konsumen menjadi posisi yang lemah. Karena konsumen menjadi objek

aktivitas bisnis untuk meraup keuntungan yang besarnya melalui kiatpromosi

dan cara penjualan yang merugikan konsumen.

Ketidak berdayaan konsumen dalam menghadapi produsen jelas sangat

merugikan kepentingan rakyat.Pada umumnya produsen berlindung di balik

standard contract atau perjanjian baku yang telah ditandatangani oleh kedua

22

Abdul Wahab, Asuransi Dalam Perspektif Al-Qur‟an dan Hadits, (Jakarta: PBB UIN,

2003) , cet. Ke-1, hal. 51. 23

Taufik Marjuniadi, Prinsip dan Operasional Asuransi Syariah UmumPT. Jaya Proteksi

Takaful, Jakarta 27 Oktober 2015.

Page 14: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

3

belah pihak, yakni antara konsumen dan produsen, ataupun melalui informasi

semu yang diberikan oleh produsen kepada konsumen. Hal tersebut bukan

menjadi gejala regional saja, tetapi sudah menjadi persoalan global yang

melanda seluruh konsumen di dunia.24

Kontrak baku atau perjanjian baku dapat dikatakan sebagai perjanjian

yang tidak seimbang, yang selalu menempatkan pihak pelaku usaha dalam

posisi yang lebih kuat. Seharusnya suatu kontrak atau perjanjian harus

memenuhi syarat sahnya perjanjian, yaitu kata sepakat, kecakapan, hal

tertentu dan suatu sebab yang halal, sebagaimana ditentukan dalam Pasal

1320 Kitab Undang-Undang Perdata.Dengan dipenuhinya empat syaratsahnya

perjanjian tersebut, maka satuperjanjian menjadi sah dan mengikat secara

hukum bagi para pihak yang membuatnya.

Permasalahan hukum akan timbul jika sebelum perjanjian tersebut sah

dan mengikat para pihak, yaitu dalam proses perundingan atau preliminary

negotiation, salah satu pihak telah melakukan perbuatan hukum serperti

meminjam uang, membeli tanah, padahal belum tercapai kesepakatan final

antara mereka mengenai tercapai kesepakatan final antara mereka mengenai

kontrak bisnis yang dirundingkan, karena menurut teori klasik jika suatu

perjanjian belum memenuhi syarat hal tertentu, maka belum ada suatu

perjanjian sehingga belum lahir suatu perikatan yang mempunyai akibat

hukum bagi para pihak. Akibatnya, pihak yang dirugikan karena percaya pada

janji-janji pihak lawannya tidak terlindungi dan tidak dapat menuntut ganti

rugi.

24

Zulham, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Kencana, 2013), hal 1.

Page 15: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

4

Berdasarkan asas kebebasan berkontrak tercantum dalam Pasal 1338

Ayat 1 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, suatu perjanjian yang dibuat

secara sah, mengikat sebagai undang-undang bagi para pihak yang

membuatnya. Akan tetapi, pasal 1338 Ayat 3 Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata menyebutkan bahwa setiap perjanjian harus dilaksanakan dengan

itikad baik. Menurut teori klasik hukum kontrak, asas itikad baik dapat

diterapakan dalam situasi dimana perjanjian sudah memenuhi syarat hal

tertentu.25

Kontrak baku atau perjanjian baku dibuat oleh pihak yang

kedudukannya lebih kuat, yang dalam kenyataan biasa dipegang oleh

pelaku usaha. Kontrak baku banyak digunakan dalam setiap perjanjian yang

bersifat sepihak. Isi kontrak baku sering kali merugikan pihak yang menerima

kontrak baku tersebut, yaitu pihak konsumen karena dibuat secara sepihak.

Bila konsumen menolak kontrak baku tersebut maka tidak akan mendapatkan

barang atau pun jasa yang dibutuhkan. Hal tersebut menyebabkan konsumen

lebih setuju terhadap isi kontrak baku walaupun memojokkan. Bagi para

pengusaha mungkin ini merupakan cara mencapai tujuan ekonomi yang

efisiensi praktis, dan cepat tidak bertele-tele. Tetapi bagi konsumen justru

merupakan pilihan yang tidak menguntungkan karena halnya dihadapkan

pada suatu pilihanya itu menerima walaupun dengan berat hati.26

25

Suharnoko, Hukum Perjanjian Teori Dan Analisa Kasus, (Jakarta: kencana, 2004), hal. 1. 26

Abdulkadir Muhammad, Perjanjian Baku Dalam Praktik Perusahaan Perdagangan,

(Bandung: Citra AdityaBakti, 1992), hal. 6.

Page 16: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

5

Ada beberapa pendapat mengenai kedudukan kontrak baku atau

perjanjian baku dalam hukum perjanjian, seperti dikemukakan oleh Sluijter

mengatakan bahwa perjanjian baku bukan merupakan perjanjian, sebab

kedudukan pengusaha dalam perjanjian itu adalah seperti pembentuk undang-

undang swasta (legio particuliere wetgever). Pitlo menggolongkan perjanjian

baku sebagai perjanjian paksa (dwang contract), yang merupakan secara

teoritis yuridis, perjanjian baku ini tidak memenuhi ketentuan udang-undang

dan oleh beberapa ahli hukum ditolak.

Stein mencoba memecahkan masalah ini dengan mengemukakan

pendapat bahwa perjanjian baku dapat diterima sebagai perjanjian,

berdasarlan fiksi adanya kemauan dan kepercayaan (fictie van wil en

evertrouwen). Asser Ruten mengatakan bahwa setiap orang yang

menandatangani perjanjian, bartanggung gugat pada isi dan apa yang

ditandatanganinya. Hondius dalam disertasinya mempertahankan bahwa

perjanjian baku mempunyai kekuatan mengikat berdasarkan kebiasaan27

yang

berlaku dalam transaksi bisnis.

Di Indonesia untuk melindungi kepentingan konsumen dari hal-hal

yang merugikan konsumen yang terdapat didalam kontrak atau polis yang

dikenal dengan kontrak baku, maka dibentuklah satu cabang baru ilmu

hukum, yaitu hukum perlindungan konsumen. Perlindungan hukum kepada

konsumen dengan cara membatasi sekaligus menyeimbangkan posisi tawar

para pihak,28

sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan

27

Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2004), hal. 116. 28

Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian Asas Proporsionalitas Dalam Kontrak

Komersial, (Jakarta: Kencana, 2010), hal. 81.

Page 17: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

6

Indonesia, yaitu dalam UU No. 8 Tahun 1999 tentang perlindungan

konsumen, antara lain melarang adanya ketentuan baku/klausula baku yang

dapat merugikan konsumen.29

Selain peraturan perundangan-undangan Indonesia yang mengatur

tentang perlindungan konsumen. Dibentuk juga satu lembaga baru yaitu

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan

kegiatan di dalam sector jasa keuangan dapat terselenggara secara teratur,

adil, transparan, akuntabel, mampu mewujudkan system keuangan yang

tumbuh secara berkelanjutan dan stabil, dan mampu melindungi kepentingan

konsumen dan masyarakat. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mempunyai fungsi

menyelenggarakan system pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi

terhadap keseluruhan kegiatan di sector jasa keuangan.30

Selanjutnya Otoritas

Jasa Keuangan (OJK) mengeluarkan peraturan dengan Nomor

1/POJK.07/2013 Tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan

dan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 13/SEOJK.07/2014

Tentang Perjanjian Baku. Dimana dalam penelitian ini penulis meneliti dari 5

perusahaan diantaranya, Asuransi Tripakarta, Asuransi Bumida Syariah,

Asuransi Takaful Syariah, Asuransi Mitra Syariah, Asuransi Tugu Syariah.

Perusahaan ini menjadi objek penelitian penulis karna perusahaan

tersebut masih terdapat beberapa polis yang masih jauh dari standarisasi polis

khususnya pada polis asuransi umum.

29Fathurrahman Djamil ,Penerapan Hukum Perjanjian Dalam Transaksi di Lembaga

Keuangan Syariah, (Jakarta: SinarGrafika, 2012), hal. 19. 30

http://www.ojk.go.id/tugas-dan-fungsi di akses pada Kamis 9 Desember 2015

Page 18: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

7

Dari uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh

tentang klausula baku yang terdapat pada polis asuransi umum syariah yang

berjudul

“KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH

DALAM PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

(Studi Polis Asuransi Umum)”.

1.2 Perumusan Masalah

1.2.1 Rumusan Masalah

Melalui pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan

masalah penelitian sebagai berikut:

a. Bagaimana kedudukan Kontrak Baku oleh peraturan perundang-

undangan di Indonesia?

b. Bagaimana Implementasi kontrak baku oleh polis Asuransi

Syariah?

c. Apakah polis Asuransi Umum Syariah,sudah sesuai dengan

ketentuan Kontrak Baku oleh peraturan perundang-undangan dii

Indonesia?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah ditentukan, maka ada

beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini, yaitu sebagai

berikut:

1. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

a. Mengetahui ketentuan kontrak baku yang terdapat dalam polis

asuransi umum syariah.

Page 19: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

8

b. Mengetahui pandangan hukum perlindungan konsumen terhadap

penerapan kontrak baku dalam polis asuransi umum syariah.

c. Mengetahui standarisasi apa yang digunakan perusahaan asuransi

dalampembuatan kontrak baku.

d. Mengetahui kontrak baku yang dibuat oleh perusahaan asuransi

telah sesuai peraturan perundangan-undangan perlindungan

konsumen.

2. Manfaat penelitian

a. Bagi penulis, hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan

yang luas dan mendalam mengenai kontrak baku yang sesuai pada

ketentuan hukum perlindungan konsumen.

b. Bagi perusahaan, membantu perusahaan dalam pembuatan kontrak

baku agar lebih jelas menjelaskan hal-hal yang dicamtumkan dalam

polis asuransi umum syariah.

c. Bagi akademisi, dapat menjadi sumber referensi bagi penelitian

sejenis dan dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan dari

penelitian yang sudah ada maupun yang akan dilakukan.

d. Bagi masyarakat, dapat memberikan pengetahuan yang lebih

mendalam tentang dunia lembaga keuangan asuransi syariah

terutama tentang kontrak baku.

1.4 Tinjauan Kajian Terdahulu

Dalam penelitian terdahulu digunakan untuk membantu mendapatkan

gambaran dalam menyusun penelitian ini. Adapun beberapa penelitian yang

Page 20: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

9

menyinggung ataupun berhubungan dengan judul yang penulis angkat, yaitu

sebagai berikut:

1. Abdul Karim Munthe, “Kontrak Baku Pada Asuransi Syariah Dalam

Persfektif Hukum Perlindungan Konsumen”, (Skripsi Fakultas Syariah

dan Hukum-Ilmu Hukum, UIN Syarif Hidyatullah Jakarta, 2014).

Dalam skripsi ini membahas bagaimana pandangan hukum Islam dan

peraturan perundang-undangan terhadap kontrak baku asuransi syariah,

dan apakah kontrak baku yang dibuat oleh perusahaan asuransi syariah

di Indonesia telah sesuai dengan peraturan perlindungan konsumen.

Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif dengan

spesifikasi penelitian yaitu deskriftif analitis. Teknik pengumpulan data

yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari peraturan

perundang-undangan data sekunder berupa buku-buku, kitab-kitab, dan

karya tulis ilmiah. Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara

kualitatif.

2. Ahmad Daenari Mahasiswa Syariah dan Hukum, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, Tahun 2010 skrisi S1 dengan judul Perlindungan

konsumen pada transaksi internet dalam perspektif hukum islam (studi

yuridis undang-udangan nomer 8 tahun 1999 tentang perlindungan

konsumen) Dalam skripsi ini membaas, bagaimana perlindungan

konsumen pada transaksi internetdengan perspektif hukum islam pada

pandangan islam dan sesuai dengan undang-undang perlindungan

konsumen . Penelitian ini menggunakan hukum normatif. Data

penelitian dikumpulkan dengan cara studi dokumen/pustaka, data yang

diperoleh dari studi pustaka dan studi dokumen, dianalisis dengan

Page 21: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

10

metode kualitatif yaitu data yang terkumpul dituangkan dalam bentuk

uraian logis dan sistematis, selanjutnya dianalisis untuk memperoleh

kejelasan penyelesaian masalah, kemudian ditarik kesimpulan secara

deduktif, yaitu dari hal bersifat umum menuju ke hal yang bersifat

khusus.

3. Mohamad Ihsan, “Efektifitas Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang

Polis Asuransi Syariah Ditinjau Dari Hukum Islam dan UU No. 8

Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (Studi Kasus AJB

Bumiputera 1912 Cabang Syariah)”, (Skripsi Fakultas Syariah dan

Hukum-Muamalat, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008. Skripsi ini

menjelaskan hubungan antara akad asuransi syariah dan ketentuan pasal

18 UU N0. 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen dalam

perjanjian asuransi syariah dan apakah pembuatan polis asuransi syariah

telah sesuai dengan ketentuan mengenai klausula dalam pasal 18 UU

No. 18 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen dan hukum Islam.

Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif bearti bahwa

penelitian ini mengacu pada peraturan perundang-undangan yang

berkaitan dengan masalah yang dibahas dengan pendekatan yang

bersifat komparatif dan kualitatif.

Pengertian ini berbeda dengan penelitian- penelitian sebelumnya. Waktu

penelitian yang berbeda dan objek penelitian yang berbeda. Dalam penelitian ini

objek yang diteliti yaitu tentang kontrak baku dalam polis asuransi umum syariah

dengan melihat kaidah yang sesuai pada peratuaran perundang-undangan hukum

perlinduangan konsumen.

Page 22: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

11

1.5 Metode Penelitian

Penelitian yang dilalui menjadi penting karena akan menunjukkan alur

pikir yang benar dan dapat diterima.31

Berawal dari minat untuk mengetahui

fenomena tertentu dan selanjutnya berkembang menjadi gagasan, teori,

konseptualisasi, pemilihan metode penelitian yang sesuai dan seterusnya.32

Maka metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1.5.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian yuridis normatif

yang bearti bahwa penelitian ini mengacu pada peraturan perundang-

undangan yang berkaitan dengan masalah yang dibahas dengan

pendekatan yang bersifat komparatif dan kualitatif. Metode penelitian

yurudis normatif bertujuan untuk menganalisa norma-norma yang

terdapat pada peraturan perundang-undangan di bidang asuransi.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif

dengan jenis metode deskriptif, yaitu bertujuan untuk menggali data dan

informasi baik tentang proses atau mekaniseme hubungan subyek

penelitian, penyajian informasi dasar, menciptakan katagori dan

31

Boy S. Sabarguna,Analisis Data Pada Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Universitas

Indonesia (UI-Press), 2005), hal. 9. 32

Masri Singarimbundan Sofian Effendi, MetodePenlitianSurvai, (Jakarta: LP3ES, 1987),

cet. Ke-4, hal. 12.

Page 23: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

12

pengklasifikasian baru, memahami, memecahkan dan mengantisipasi

masalah.33

1.5.2 Bahan Hukum

Bahan hukum yang digunakan pada penelitian ini adalah bahan

hukum primer, sekunder, maupun bahan non hukum.Bahan hukum

primer berupa peraturan perundang-undangan yang terkait dengan

ketentuan larangan pencantuman klausula baku, yaitu peraturan

undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen, Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK. 07/2013

Tentang Perlindungan Konsumen, dan Surat Edaran Otoritas Jasa

Keuangan Nomor 13/SEOJK. 07/2014 Tentang Perjanjian Baku.

Bahan hukum sekunder dalam penelitian ini yaitu data yang

meliputi bahan yang mendukung bahan primer berupa buku-buku,

jurnal, hasil penelitian, karya ilmiah, dan sumber lain yang terkait

dengan penelitian ini.

Bahan non hukum dapat berupa buku-buku, jurnal, hasil

penelitian, dan karya ilmiah terkait asuransi syariah.

1.5.3 Metode Analisis Data

Teknik analisis data pada dasarnya merupakan penguraiandata

melalui tahapan, katagorisasi dan klasifikasi, perbandingan, dan

pencarian hubungan antar data yang secara spesifik tentang hubungan

antar peubah. Pada tahap pertama dilakukan seleksi data yang telah

33

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta,

2014), cet. Ke-20, hal. 3.

Page 24: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

13

dikumpulkan, kemudian diklasifikasikan menurut katagori tertentu,

setelah itu baru dilakukan analisa data.Dalam penelitian ini metode

yang digunakan yaitu teknikanalisis isi (content analysis) yaitu teknik

penelitian untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru

(replicable), dan shahih data dengan memerhatikan konteksnya.

Analisis isi (content analysis) berhubungan dengan komunikasi atau isi

komunikasi.34

Analisis isi (content analysis) didefinisikan sebagai cara mencari

makna materi tertulis atau visual dengan cara alokasi isi sistematis ke

katagori terperinci yang telah ditentukan sebelumnya dan kemudian

menghitung dan mengiterprestasikan hasilnya.35

Penelitian ini bersifat

pembahasan mendalam terhadap isi suatu informasi tertulis atau

tercetak dalam media massa. Metode yang meliputi semua analisis

mengenai teks, tapi disisi lain analisis isi juga digunakan untuk

mendeskripsikan pendekatan analisis yang khusus.

1.5.4 Pedoman Penulisan

Penulisan dan penyusunan skripsi ini berpedoman pada buku

“Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012”.

34

BurhanBungin, PenelitianKualitatif: Komunikasi, Ekonomi, KebijakanPublik,

danIlmuSosialLainnya, (Jakarta: Kencana, 2010), cet. Ke-4, hal. 155. 35

SamiajiSarosa, PenelitianKualitatif: Dasar-Dasar, (Jakarta: PT. Indeks. 2012), cet. Ke-

1, hal. 70.

Page 25: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

14

1.6 Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan skripsi ini penulis membagi menjadi lima bab,

masing-masing bab terdiri dari sub bab yang tersusun secara sistematis

terhadap pokok permasalahan yang dibahas dengan sistematika penulisan

sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis akan memaparkan latar belakang masalah,

identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan

dan manfaat penelitian, tinjauan kajian terdahulu, metodologi

penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini penulis akan memaparkan penjelasan tentang

asuransi syariah, pengertian asuransi syariah, landasan hukum

asuransi syariah, prinsip-prinsip asuransi, akad-akad dalam

asuransi syariah, dan produk-produk Asuransi Umum syariah.

BAB III : ASPEK HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM

KONTRAK BAKU ASURANSI SYARIAH

Pada bab ini penulis akan memaparkan penjelasan tentang

kontrak baku dan perlindungan konsumen, dibagian kontrak baku

penulis akan memaparkan pengertian kontrak baku, jenis-jenis

kontrak baku, bentuk klausula baku dalam perjanjian, dasar

hukum kontrak baku, prinsip-prinsip kontrak baku, klausula

eksonerasi dan force majeure. Dibagian kedua yaitu pengertian

Page 26: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

15

perlindungan konsumen, tujuan perlindungan konsumen, dasar

hukum perlindungan konsumen, hak dan kewajiban konsumen.

BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis menganalisis kontrak baku yang terdapat

dalam polis asuransi umum yang ditinjau dari peraturan hukum

perlindugan konsumen.

BAB V : PENUTUP

Dalam bab ini membahas tentang uraian kesimpulan yang

didapat dari hasil penelitian serta beberapa saran yang akan

ditujukan kepada para pihak terkait dan berkepentingan dengan

tema yang diteliti.

Page 27: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

15

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Asuransi Syariah

2.1.1 Pengertian Asuransi Syariah

Asuransi syariah disebut juga dengan asuransi ta‟awun yang

artinya tolong menolong atau saling membantu atas dasar prinsip

syariat yang saling toleran terhadap sesama manusia untuk menjamin

kebersamaan dalam meringankan bencana yang dialami peserta.36

Menurut Fathurrahman Djamil, asuransi adalah suatu perjanjian

dalam mana pihak yang menanggung berjanji terhadap pihak yang

ditanggung untuk menerima sejumlah premi mengganti kerugian yang

mungkin akan diderita oleh pihak yang ditanggung, sebagai akibat suatu

peristiwa yang belum terang akan terjadi.

Radiks Purba mendefinisikan asuransi sebagai suatu persetujuan,

di mana penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan

mendapat premi, untuk mengganti kerugian karena kehilangan,

kerugian, atau tidak diperolehnya keuntungan yang diharapkan, yang

dapat diderita karena peristiwa yang tidak diketahui lebih dahulu.37

Sedangkan menurut Muhammad Sayid Al-Dasuki mengartikan

asuransi sebagai transaksi yang mewajibkan kepada pihak tertanggung

untuk menunaikan kewajiban-kewajibannya berupa jumlah uang kepada

36

Abdullah Amrin, Meraih Berkah Melalui Asuransi Syariah, (Jakarta: PT. Alex Media

Komputindo, 2011), hal. 36. 37

AM. Hasan Ali, Asuransi Dalam Perspektif Hukum Islam, (Jakarta: Prenada Media,

2004), hal. 61.

Page 28: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

16

pihak penanggung, dan akan menggantikannya manakala terjadi

peristiwa kerugian yang menimpa si tertanggung.38

Dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 18/PMK/010/2010 pada

bab I Ketentuan Umum Pasal 1 dikatakan bahwa asuransi berdasarkan

prinsip syariah adalah usaha saling menolong (ta‟awuni) dan

melindungi (takafuli) di antara para peserta melalui pembentukan

kumpulan dana (Dana Tabarru‟) yang dikelola sesuai dengan prinsip

syariah untuk menghadapi risiko tertentu.39

Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama

Indonesia (DSN-MUI) dalam fatwa DSN-MUI.No. 21/DSN-

MUI/X/2001 tentang pedoman umum asuransi syariah40

, memberi

definisi tentang asuransi.Menurutnya, Asuransi Syariah (ta‟min, takaful,

tadhamun) adalah usaha saling melindungi dan tolong-menolong di

antara sejumlah orang/pihak melalui investasi dalm bentuk aset dan

atau tabarru‟ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi

risiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah.

Di antara berbagai istilah asuransi dalam Islam, yang paling

sering digunakan adalah takaful.Takaful artinya menolong,

memberi nafkah dan mengambil alih perkara seseorang, saling

menanggung satu sama lainnya, dan memberikan

bantuan/pertolongan jika yang bersangkutan atau pihak lain

tertimpa musibah.41

Dari definisi di atas tampak bahwa asuransi syariah bersifat saling

melindungi dan saling tolong-menolong yang disebut dengan

38

Muhammad Maksum, “Pertumbuhan Asuransi Syariah di Dunia dan Indonesia”

(Jurnal: Iqtishad, Ekonomi Islam, Febuari 2009), hal.73. 39

Peraturan Menteri Keuangan No. 18/PMK.010/2010 Tentang Penerapan Prinsip Dasar

Penyelenggaraan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi dengan Prinsip Syariah. 40

Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 21/DSN-MUI/X/2001 Tentang Pedoman Umum

Asuransi Syariah. 41

Burhanuddin S, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta: Graha Ilmu,

2010), hal. 96.

Page 29: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

17

“ta‟awun”.Yaitu, prinsip hidup saling melingungi dan saling

menolong atas dasar dasar ukhuwah islamiah antara sesama

anggota peserta Asuransi Syariah dalam menghadapi malapetaka

(risiko).42

Dalam pengelolaan dan penanggungan risiko, asuransi

syariah tidak memperbolehkan adanya gharar (ketidakpastian

atau spekulasi), riba (bunga), dan maisir (perjudian).43

Setiap peserta asuransi dikenakan premi, yaitu kewajiban peserta

asuransi untuk memberikan sejumlah dana kepada perusahaan

asuransi sesuai dengan kesepakatan dalam akad.44

Premi pada

Asuransi Syariah adalah sejumlah dana yang dibayarkan oleh

peserta yang terdiri atas dana tabungan dan tabarru‟. Dana

tabungan adalah dana titipan dari peserta asuransi syariah (life

insurance) dan akan mendapat alokasi bagi hasil (al-mudharabah)

dari pendapatan investasi bersih yang diperoleh setiap tahun.

Dana tabungan beserta alokasi bagi hasil akan dikembalikan

kepada peserta apabila peserta yang bersangkutan mengajukan

klaim, baik berupa klaim nilai tunai maupun klaim manfaat

asuransi. Sedangkan, tabarru‟ adalah derma atau dana kebajikan

yang diberikan dan diikhlaskan oleh perserta asuransi jika

sewaktu-waktu akan dipergunakan untuk membayar klaim atau

manfaat asuransi (life maupun general insurance).45

2.1.2 Landasan Hukum Asuransi Syariah

Terdapat beberapa landasan hukum asuransi syariah di antaranya

adalah:

2.1.2.1 Al-Qur’an

Dalam Al-Qur’an memang tidak dijelaskan secara utuh

tentang praktik asuransi Islam da tidak ada satu pun ayat yang

menjelaskan tentang praktik ta‟min dan takaful.Akan tetapi,

42

Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life and General): Konsep dan Sistem

Operasional, (Jakarta: Gema Insani, 2004), hal. 30. 43

Muhaimin Iqbal, Asuransi Umum Syariah Dalam Praktik, (Jakarta: Gema Insani Press,

2005), hal. 2. 44

Burhanuddin S, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta: Graha Ilmu,

2010), hal. 99. 45

Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life and General): Konsep dan Sistem

Operasional, (Jakarta: Gema Insani, 2004), hal. 30.

Page 30: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

18

dalam Al-Qur’an terdapat ayat yang memuat tentang nilai-nilai

asuransi Islam, antara lain:46

a. Perintah Allah mempersiapkan hari depan.47

QS. Al-Hasyr (59): 18

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada

Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa

yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan

bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha

mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

b. Perintah Allah untuk saling menolong dan berkerja sama.

QS. Al-Baqarah (2): 185

“...Allah mengehendaki kemudahan bagimu, dan tidak

menghendaki kesukaran bagimu ...”

c. Perintah Allah untuk saling melindungi dalam keadaan susah.

QS. Al-Baqarah (2): 126

“dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: "Ya Tuhanku,

Jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa...”

46

Nurul Huda dan Mohammad Haykal, Lembaga Keuangan Islam: Tinjuan Teoritis dan

Praktis, (Jakarta: Kencana, 2010), hal. 161. 47

Wirdyaningsih, Bank dan Asuransi Islam Di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2005), hal.

190.

Page 31: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

19

d. Penghargaan Allah terhadap perbuatan mulia yang dilakukan

manusia.

QS. Al-Baqarah (2): 261

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-

orang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah

serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh

bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji.Allah

melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia

kehendaki.Dan Allah Mahaluas (karunia-Nya) lagi

Maha Mengetahui”.

2.1.2.2 Sunnah Nabi SAW

a. Hadis tentang anjuran menghilangkan kesulitan seseorang.

فس انبي ]ص[ قم : ي أبي سيسة ]زض[ ع ع يؤي ع

ي كسب كس اند ع يسس عه يعسس ب ا فس للا ي و انقيا يت ي

اآل خسة يا ف اد ]زا يسهى[ .يسس للا عهي

"Diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a Nabi Muhammad

bersabda: “Barangsiapa yang menghilangkan kesulitan

duniawinya seorang mukmin, maka Allah SWT akan

menghilangkan kesulitannya pada hari kiamat.

Barangsiapa yang mempermudah kesulitan seseorang,

maka Allah akan mempermudah urusannya di dunia dan

di akhirat.”(HR. Muslim).

b. Hadis tentang menghindari risiko.

]ص[ ل للا يههك ]زض[ قال : قال زجم يا زس أس ب ع

كم. ]زا انتسير[ ت كم؟ قال : أعقها أت أعقها أ

Page 32: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

20

"Diriwiayatkan dari Anas bin Malik r.a bertanya

seseorang kepada Rasulullah SAW tentang (untanya):

“Apa (unta) ini saya ikat saja atau langsung saya

bertawakal pada (Allah SWT)?” Bersabda Rasulullah

SAW: “Pertama ikatlah unta itu kemudian bertawakal

kepada Allah SWT”. (HR. At-Turmudzi).

Nabi Muhammad SAW memberi tuntunan pada manusia agar

selalu bersikap waspada terhadap kerugian atau musibah yang

akan terjadi, bukannya langsung menyerahkan segalanya

(tawakal) kepada Allah SWT. Hadis di atas mengandung nilai

implisit agar kita selalu menghindar dari risiko yang membawa

kerugian pada diri kita, baik itu berbentuk kerugian materi

ataupun kerugian yang berkaitan langsung dengan diri manusia

(jiwa).48

2.1.2.3 Prinsip-Prinsip Asuransi Syariah

Perusahaan yang menyelenggarakan usaha asuransi atau

usaha reasuransi dengan prinsip syariah wajib menerapkan prinsip

dasar sebagai berikut:

a. Berkerjasama untuk saling membantu49

Lembaga asuransi syariah hendaklah dijalankan dengan

mengedepankan prinsip kerjasama untuk saling membantu.

Tanpa adanya prinsip kerjasama, perusahaan asuransi tentu

akan mengalami kesulitan untuk memberikan pertolongan

secara maksimal kepada pihak yang yang tertimpa musibah.

48

Wirdyaningsih, Bank dan Asuransi Islam Di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2005), hal. 193. 49

Burhanuddin S, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta: Graha Ilmu,

2010), hal. 118.

Page 33: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

21

“Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan)

kebajikan dan takwa, dan janganlah tolong menolong dalam

berbuat dosa dan pelanggaran.Dan bertakwalah kamu

kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat

siksaannya”.(QS. Al-Maidah (5): 2).

b. Saling melindungi dari segala kesusahan.

Terjadinya kesusahan/penderitaan yang berlarut akibat

musibah, diperlukan adanya kesadaran masing-masing pihak

untuk saling melindungi. Bentuk perlindugan tersebut dapat

diberikan oleh perusahaan asuransi, baik ketika yang

bersangkutan dalam kondisi sehat maupun sebaliknya.

Jaminan mendapatkan perlindugan inilah yang merupakan

sebab kebutuhan masyarakat untuk menjadi peserta asuransi.

c. Saling tanggung jawab.

Berarti para peserta asuransi takaful memiliki rasa tanggung

jawab untuk membantu dan memberikan pertolongan kepada

peserta lain yang kebetulan sedang mengalami

musibah/kerugian.

ى ي ثمي تعا طف ى اد في ت ؤيي ثان عض م انجسد إذا اشتك ي

. ]زا يسهى ع انعا ب اع ن سائس انجسد باتد انح نسس

بشىس[“Perumpamaan orang beriman dalam kasih sayang, salong

mengasihi dan mencintai tubh (yang satu); jikalau satu

Page 34: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

22

bagian menderita sakit maka sebagian lain akan turut

menderita”. (HR. Muslim dari Nu’man bin Basyir).

Pada PMK No. 18/PMK/010/2010 dibagian BAB II Prinsip

Dasar dijelaskan perusahaan yang menyelenggarakan usaha

asuransi atau usaha reasuransi dengan prinsip syariah wajib

menerapkan prinsip dasar sebagai berikut:

a. Adanya kesepakatan tolong menolong (ta‟awun) dan saling

menanggung (takaful) di antara para peserta.

b. Adanya kontribusi peserta ke dalam danatabarru‟.

c. Perusahaan bertindak sebagai pengelola Dana tabarru‟.

d. Dipenuhinya prinsip keadilan („adl), dapat dipercaya

(amanah), keseimbangan (tawazun), kemaslahatan

(maslahah), dan keuniversalan (syumul).

e. Tidak mengandung hal-hal yang diharamkan, seperti

ketidakpastian/ketidakjelasan (gharar), perjudian (maysir),

bunga (riba), penganiyaan (zulm), suap (risywah), maksiat,

dan objek haram.50

2.1.2.4 Akad-Akad Dalam Asuransi Syariah

Bentuk akad dapat berupa surat permintaan (SP) asuransi

yang disampaikan oleh calon peserta dan surat penerimaan

peserta dalam bentuk lembaran polis yang dikeluarkan oleh

perusahaan yang berisi tentang perjanjian kedua belah pihak.51

50

Peraturan Menteri Keuangan No. 18/PMK.010/2010 Tentang Penerapan Prinsip Dasar

Penyelenggaraan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi dengan Prinsip Syariah. 51

Abdullah Amrin, Meraih Berkah Melalui Asuransi Syariah, (Jakarta: PT. Elex Media

Kompetindo, 2011), hal. 103.

Page 35: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

23

Dalam asuransi syariah biasanya akad yang melandasinya

berupa akad tijarah dan akad tabarru‟.52

Berikut akan dijelaskan

akad-akad yang terdapat dalam asuransi syariah tersebut.

1) Akad Tijarah

Menurut Peraturan Menteri Keuangan No.

18/PMK.010/2010 pada BAB I Ketentuan Umum Pasal 1

ayat 8 dijelaskan akad tijarah adalah akad antara peserta

secara kolektif atau secara individu dan perusahaan dengan

tujuan komersial.53

Dalam akad tijarah perusahaan bertindak sebagai

pengelola (mudharib) sedangkan para peserta (pemegang

polis) bertindak sebagai pemilik modal (shohibul mal).54

Akad tijarah dibagi lagi menjadi akad-akad sebagai

berikut:

a) Akad Wakalah bil Ujrah

Dalam PMK No. 18/PMK.010/2010 Pasal 1 ayat 9

dijelaskan bahwa:

Akad Wakalah bil Ujrah adalah akad Tijarah yang

memberikan kuasa kepada Perusahaan sebagai wakil

Peserta untuk mengelola Dana Tabarru‟ dan/atau Dana

52

Abdullah Amrin, Asuransi Syariah, (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2006), hal. 34. 53

Peraturan Menteri Keuangan No. 18/PMK.010/2010 Tentang Penerapan Prinsip Dasar

Penyelenggaraan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi dengan Prinsip Syariah. 54

M. Amin Suma, Asuransi Syariah dan Asuransi Konvensional, (Tangerang: Kholam

Publishing, 2006), hal. 48.

Page 36: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

24

Investasi Peserta, sesuai kuasa atau wewenang yang

diberikan, dengan imbalan berupa ujrah (fee).

Akad Wakalah bil Ujrah wajib memuat sekurang-

kurangnya:

1) Objek yang dikuasakan pengelolanya.

2) Hak dan kewajiban Peserta secara kolektif dan/atau

Peserta secara individusebagai muwakil (pemberi

kuasa).

3) Hak dan kewajiban Perusahaan sebagai wakil

(penerima kuasa) termasuk kewajiban Perusahaan

untuk menanggung seluruh kerugian yang terjadi

dalam kegiatan pengelolaan risiko dan/atau kegiatan

pengelolaan investasi yang diakibatkan oleh

kesalahan yang disengaja, kelalaian, atau

wanprestasi yang dilakukan perusahaan.

4) Batasan kuasa atau wewenang yang diberikan

Peserta kepada Perusahaan.

5) Besaran, cara, dan waktu pemotongan ujrah (fee).

6) Ketentuan lain yang disepakati.

Dasar hukum akad wakalah bil ujrah di atur dalam

Fatwa Dewan Syariah Nasional pada Fatwa Nomor

52/DSN-MUI/III/2006 tentang akad Wakalah bil Ujrah

Pada Asuransi dan Reasuransi Syariah.

Page 37: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

25

Mekanisme wakalah bil ujrah dengan unsur tabungan secara

sederhana dapat digambarkan sebagai berikut:

Dalam skema tersebut, digambarkan bahwa peserta

membayar kontribusi kepada operator (perusahaan),

operator membagi dana tersebut kepada dua bagian yaitu

Tabarru‟ dan tabungan, kedua dana tersebut sama-sama

diinvestasikan, hasil invetasi dari dana tabarru‟

digunakan untuk santunan (klaim) bagi peserta asuransi

syariah yang mengalami musibah. Hasil dari investasi

tabungan menjadi profit peserta asuransi. Bila terjadi

surplus underwriitingdanatabarru‟, dana suplus dapat

dibagikan pada akhir tahun keuangan. Operator

(perusahaan) mendapatkan ujrah sebagai jasa dari setiap

transaksi.

b) Akad Mudharabah

Dalam PMK No. 18/PMK.010/2010 Pasal 1 ayat 10

dijelaskan bahwa:

1

Peserta

Kontribusi

i

Tabarru’

Investasi

Surplus Tabungan Investasi

Operator

Profil peserta x %

Profit

4

2 3a 3b Ujrah Wakalah Ujrah Wakalah

Page 38: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

26

Akad Mudharabah adalah akad Tijarah yang

memberikan kuasa kepada Perusahaan sebagai mudharib

untuk mengelola investasi Dana Tabarru‟ dan/atau Dana

Investasi Peserta, sesuai kuasa atau wewenang yang

diberikan, dengan imbalan berupa bagi hasil (nisbah)

yang besarnya telah disepakati sebelumnya.

Akad Mudharabah wajib memuat sekurang-

kurangnya:

a. Hak dan kewajiban Peserta secara kolektif dan/atau

Peserta secara individu sebagai shahibul mal

(pemilik dana)

b. Hak dan kewajiban Perusahaan sebagai mudharib

(pengelola dana) termasuk kewajiban Perusahaan

untk menanggung seluruh kerugian yang terjadi

dalam kegiatan pengelolaan investasi yang

diakibatkan oleh kesalahan yang disengaja, kelalaian

atau wanprestasi yang dilakukan Perusahaan.

c. Batasan wewenang yang diberikan Peserta kepada

Perusahaan.

d. Bagi hasil (nisbah), cara, dan waktu pembagian hasil

investasi.

e. Ketentuan lain yang disepakati.

Page 39: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

27

Nisbah Operator x%

Dasar hukum akad mudharabah di atur dalam Fatwa

Dewan Syariah Nasional pada Fatwa Nomor 07/DSN-

MUI/IV/2006 tentang akad Mudharabah Pada Asuransi

dan Reasuransi Syariah.

Mekanisme Mudharabah dengan unsur tabungan

secara sederhana dapat digambarkan sebagai berikut:

Dalam skema diatas digambarkan bahwa peserta

memberikan kontribusinya kepada operator (perusahaan)

untuk dikelola. Kedua dana tersebut sama-sama

diinvestasikan. Hasil investasi dari danatabarru‟

digunakan untuk santunan (klaim) bagi peserta asuransi

syariah yang mengalami musibah. Hasil dari investasi

tabungan menjadi profit peserta asuransi dan juga

operator. Bila terjadi surplus underwriting dana tabarru‟,

danasurplus dapat dibagikan pada akhir tahun keuangan.

Operator mendapatkan nisbah dari hasil pengelolaan

1

4b

3b

Nisbah Operator x%

4a

Profit

Peserta

Kontribusi

i

Tabarru’

Investasi

Surplus Tabungan Investasi

Operator

2 3a

Nisbah peserta x%

Page 40: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

28

investasi baik pada investasi tabungan maupun investasi

tabarru‟.

c) Akad Mudharabah Musytarakah

Menurut Peraturan Menteri Keuangan No.

18/PMK.010/2010 pada BAB I Ketentuan Umum Pasal 1

ayat 11 dijelaskan akad Mudharabah Musytarakah

adalah akad Tijarah yang memberikan kuasa kepada

Perusahaan sebagai mudharib untuk mengelola investasi

Dana Tabarru‟ dan/atau Dana Investasi Peserta, yang

digabungkan dengan kekayaan Perusahaan, sesuai kuasa

atau wewenang yang diberikan, dengan imbalan berupa

bagi hasil (nisbah) yang besarnya ditentukan berdasarkan

komposisi kekayaaan yang digabungkan dan telah

disepakati sebelumnya.

Akad Mudharabah Musytarakah wajib memuat

sekurang-kurangnya:

a. Hak dan kewajiban Peserta secara kolektif dan/atau

Peserta secara individu sebagai shahibul mal

(pemilik dana).

b. Hak dan kewajiban Perusahaan sebagai mudharib

(pengelola dana) termasuk kewajiban Perusahaan

untk menanggung seluruh kerugian yang terjadi

dalam kegiatan pengelolaan investasi yang

Page 41: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

29

3b

diakibatkan oleh kesalahan yang disengaja, kelalaian

atau wanprestasi yang dilakukan Perusahaan.

c. Batasan wewenang yang diberikan Peserta kepada

Perusahaan.

d. Bagi hasil (nisbah), cara, dan waktu pembagian hasil

investasi.

e. Ketentuan lain yang disepakati.

Dasar hukum akad mudharabah musytaralah di atur

dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional pada Fatwa

Nomor 51/DSN-MUI/III/2006 tentang akad Mudharabah

Musytarakah Pada Asuransi Syariah.

Mekanisme mudharabah musyarakah dengan unsur

tabungan secara sederhana dapat digambarkan sebagai

berikut:

Dalam skema ini digambaran peserta yang

memberikan kontribusinya kepada perusahaan.

5a 5b

Operator

Profil peserta x%

Peserta

Kontribusi

i

Tabarru’

Investasi

Surplus Tabungan Investasi

Profit

1

2 3a

Mudhrabah Musyarakah Manajemen

Investasi

4

Profil 1 x% Profil 2 x%

Page 42: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

30

Kontribusi dibagi kepada dua bagian, dana tabungan dan

dana tabarru‟. Kedua dana tersebut sama-sama

diinvestasikan. Pada saat bersamaan, pada dana

tabungan, operator ikut menginvestasikan dananya untuk

mendapatkan profit pula pada pengelolaan ini. Hasil

investasi dari danatabarru‟ digunakan untuk santunan

(klaim) bagi peserta asuransi syariah yang mengalami

musibah. Hasil dari investasi tabungan menjadi profit

peserta asuransi dan juga operator. Operator

mendapatkan dua kali pembagian profit, pertama dari

hasil transaksi mudharabah (peserta memberikan

kontribusi untuk dikelola), yang kedua dari hasil

transaksi musytarakah (operator ikut memasukkan

dananya untuk diinvestasikan). Bila terjadi surplus

underwriting dana tabarru‟, danasurplus dapat dibagikan

pada akhir tahun keuangan.

2) Akad Tabarru’

Menurut Peraturan Menteri Keuangan No.

18/PMK.010/2010 pada BAB I Ketentuan Umum Pasal 1

ayat 7 dijelaskan akad tabarru‟ adalah akad hibah dalam

bentuk pemberian dana dari satu Peserta kepada Dana

Tabarru‟ untuk tujuan tolong menolong di antara para

Page 43: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

31

Peserta, yang tidak bersifat dan bukan untuk tujuan

komersial.

Niat tabrru‟ “dana kebajikan” dalam akad asuransi

syariah adalah alternatif uang sah yang dibenarkan oleh

syara’ dalam melepaskan diri dari praktik gharar yang

diharamkan oleh Allah swt.

Dalam konteks akad dalam asuransi syariah, tabarru‟

bermaksud memberikan dana kebajikan dengan niat ikhlas

untuk tujuan saling membantu di antara sesama peserta

takaful (asuransi syariah) apabila ada di antaranya yang

mendapat musibah. Dana klaim yang diberikan diambil dari

rekening danatabarru‟ yang sudah diniatkan oleh semua

peserta ketika akan menjadi peserta asuransi syariah, untuk

kepentingan dana kebajikan atau dana tolong menolong.55

Dana Tabarru‟ hanya boleh digunakan untuk hal-hal

yang langsung berkaitan dengan nasabah, seperti klaim,

cadangan tabarru‟ dan reasuransi syariah.56

Dasar hukum akad tabarru‟ di atur dalam Fatwa Dewan

Syariah Nasional pada Fatwa Nomor 53/DSN-MUI/III/2006

tentang akad Tabarru’ Pada Asuransi dan Reasuransi Syariah.

Akad Tabarru‟ wajib memuat sekurang-kurangnya:

55

Muhammad Syukar Sula, Asuransi Syariah (life and general): Konsep dan Sistem

Operasional, (Jakarta: Gema Insanil Press, 2004), hal. 36. 56

Agus Edi Sumanto, dkk.,Solusi Berasuransi Lebih Indah Dengan Syariah, hal. 77.

Page 44: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

32

a. Kesepakatan para Peserta untuk saling menolong

(ta‟awuni).

b. Hak dan kewajiban masing-masing Peserta secara

individu.

c. Hak dan kewajiban Peserta secara kolektif dalam

kelompok.

d. Cara dan waktu pembayaran kontribusi dan

santunan/klaim.

e. Ketentuan mengenai boleh atau tidaknya kontribusi

ditarik kembali oleh Peserta dalam hal terjadi pembatalan

oleh Peserta.

f. Ketentuan mengenai alternatif dan persentase pembagian

Surplus Underwriting.

g. Ketentuan lain yang disepakati.

2.2 Produk-Produk Asuransi Kerugian (general insurance)57

2.2.3 Produk-Produk Simple Risk

Produk-produk simple risk adalah jenis-jenis produk asuransi

umum atau kerugian yang berdasarkan syariah yang tingkat resiko dan

perhitungan secaraa teknis dalam produk-produknya relatif sederhana

(simple) dan resiko standar tanpa peluasan jaminan. Umumnya jumlah

penutupan masih dalam batas own retention (OR) perusahaan,

sehingga survei resiko tiak mutlak diperlukan antara lain.

57

Agus Edi Sumanto, dkk.,Solusi Berasuransi Lebih Indah Dengan Syariah, hal. 77

Page 45: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

33

a. Takaful Kebakaran (fire insurance)

Memberikan perlindungan terhadap kerusakan sebagai

akibat terjadinya kebakaran yang disebabkan percikan api,

sambaran petir, ledakan dan jatuhan pesawat terbang berikut

risiko yang ditimbulkannya. Dan juga dapat diperlus dengan

tambahan jaminan polis yang lebih luas sesuai dengan

kebutuhan.

b. Takaful Kendaraan Bermotor (vahicle insurance)

Memberikan perlindungan terhadap kerusakan sebagai

akibat terjadinya kecelaka yang tidak diinginkan secara sebagian

(partial loss), tindak pencurian, tanggung jawab hukum kepada

pihak ketiga, huruhara, pemogokan umum, kerusuhan,

kecelakaan diri pengemudi dan kecelakaan diri penumpang.

c. Takaful Kecelakaan Diri ( personal accident)

Jaminan kecelakaa yang bisa berakibatkan : meninggal

dunia akibat kecelakaan, cacat seluruhnya akibat kecelakaan,

cacat sebagian dan penggantian biaya dokter, biaya pengobatan

rumah sakit akibat kecelakaan.

2.2.4 Produk-Produk Mega Risk

Produk-produk mega risk adalah produk kerugian yang bersifat

syariah dimana tingkat resikonya sangat tinggi, sehingga umumnya

melebihi kapasitas reasuransi perusahaan dan dalam perhitungan

struktur perhitungan teknisnya cukup rumit (complicated) antara lain:

Page 46: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

34

a. Takaful kebakaran (industrial risk)

Menjamin objek-objek dengan resiko tinggi seperti:

pabrik, penggilangan, penggundangan dan juga memberikan

kebebasan peserta untukmenggunakan polis dengan sesuai

kebutuhan pinjaman seperti property and pecuniari

insurence(asuransi harta benda dan kepentinga keuangan)

b. Takaful Rekayasa ( engineering insurance)

Memberikan perlindungan terhadap kerugma atau

kerusakan akibat yang berkaitan dengan pekerjaan

pembangunan beserata alat-alat berat, pemasangan kontruksi

baja/mesindan akibat peroperasinya mesin produksi serta

tanggung jawab pihak ketiga.

c. Takaful Pengangkut (cargo insurence)

Memberikan perlindungan terhadap kerugma atau

kerusakan akibat alat pengangkutnya mengalami musibah atau

kecelakaan selama perjalanan melalui laut, udara ataupun darat.

d. Takaful Surety Bond (construction contract bond)

Memberikan perlindungan terhadap kerugma yang terjadi

pada pemilik proyek atau pemberian fasilitas terhadap

pelaksanaan kontrak atau penerima fasilitas dalam perjalanan

kontrak.

e. Takaful Rangka Kapal (marine hull insurance)

Memberikan perlindungan terhadap kerugma atau

kerusakan pada rangka kapal dan mesin kapal akibat kecelakaan

dan berbagai bahan bahaya lainnya yang dialami.

Page 47: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

35

f. Takaful Energi (oil and gas insurence)

Memberikan perlindungan terhadap kerugma atau

kecelakaan dan berbagai bahaya lainnya yang dialami dalam

pekerjaan pengeboran minyak dan gas didarat maupun lepas

pantai.

g. Takaful Tanggung Gugat (liability insurance)

Memeberikan jaminan atas kerugian peserta dari

kemungkinan tuntutan ganti rugi pihak lain yang disebabkan

oleh keberadaan harta peserta atau aktifitas bisnis peserta atau

profesi peserta.

Page 48: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

36

BAB III

ASPEK HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM KONTRAK

BAKU ASURANSI SYARIAH

3.1 Kontrak Baku

3.1.1 Pengertian Kontrak Baku

Pelaku usaha dilarang mencantumkan klausula baku yang letak

atau bentuknya sulit terlihat atau tidak dapat dibaca secara jelas atau

pengungkapannya sulit dimengerti sebagai konsekuensinya setiap

klausula baku yang ditetapkan oleh pelaku usaha dalam dokumen atau

perjanjian yang memenuhi ketentuan sebagaimana di atas telah

dinyatakan batal demi hukum.93

Pasal 1 angka 10 UUPK menyatakan bahwa klausula baku adalah

setiap aturan atau ketentuan dan syarat-syarat yang telah dipersiapkan

dan ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha yang

dituangkan dalam suatu dokumen dan/atau perjanjian yang mengikat

dan wajib dipenuhi oleh konsumen. Menurut Endang Purwaningsih ,

kontrak baku adalah suatu kontrak tertulis yang dibuat oleh hanya salah

satu pihak dalam bentuk formulir tertentu oleh satu pihak dalam kontrak

tersbut, bahkan seringkali kontrak tersebut sudah tercetak dalam bentuk

formulir tertentu oleh salah satu pihak, yang dalam hal ini ketika

kontrak tersebut ditandatangani umumnya para pihak hanya mengisi

93

Endang Purwaningsih, Hukum Bisnis, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), hal. 79.

Page 49: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

37

data-data informanitf tertentu saja dengan sedikit atau tanpa perubahan

dalam klausula-klausulanya, di mana pihak lain dalam kontrak tersebut

tidak mempunyai kesempatan atau hanya sedikit kesempatan untuk

menegosiasi atau mengubah klausula-klausula yang dibuat oleh salah

satu pihak tersebut, sehingga biasanya kontrak baku sangat berat

sebelah.94

Kontrak baku merupakan perjanjian yang telah ditentukan dan

telah dituangkan dalam bentuk formulir dan sebagian besar isinya sudah

ditetapkan oleh pihak perusahaan dan tidak dinegosiasikan lagi95

kepada konsumen.

Kontrak baku menurut Hondius adalah isi perjanjian itu tanpa

dibicarakan dengan pihak lainnya, sedangkan pihak lainnya hanya

diminta untuk menerima atau menolak isi perjanjian tersebut. Meriam

Darus Badrulzaman mengemukakan bahwa standar kontrak merupakan

perjanjian yang telah dibakukan.96

Menurut Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor

13/SEOJK.07/2014 pada bagian I Ketentuan Umum dijelaskan

perjanjian baku adalah perjanjian tertulis yang ditetapkan secara

sepihak oleh PUJK dan memuat klausula baku tentang isi, bentuk,

maupun cara pembuatan, dan digunakan untuk menawarkan produk

dan/atau layanan kepada Konsumen secara massal.

94

Endang Purwaningsih, Hukum Bisnis, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), hal. 79. 95

Mardani, Hukum Perikatan Syariah di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), hal.

79 96

Salim, Hukum Kontrak, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), cet. Ke-4, hal. 107.

Page 50: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

38

Dari uraian diatas, jelaslah bahwa hakikat dari perjanjian baku

adalah perjanjian yang telah distandarisasi isinya oleh pihak ekonomi

kuat sedangkan pihak lainnya (konsumen) hanya diminta untuk

menerima atau menolak isinya.

Apabila konsumen menerima isi perjanjian tersebut maka ia

menandatangani perjanjian tersebut, apabila ia menolak maka perjanjian

itu dianggap tidak ada.

3.1.2 Jenis-jenis Kontrak Baku

Meriam Darus Badrulzaman membagi jenis perjanjian baku

menjadi empat jenis, yaitu sebagai berikut:

a. Perjanjian baku sepihak, yaitu perjanjian yang isinya ditentukan

oleh pihak yang kuat kedudukannya di dalam perjanjian itu. Pihak

kuat di sini ialah pihak kreditur yang lazimnya mempunyai posisi

(ekonomi) kuat dibandingkan pihak debitur.

b. Perjanjian baku timbal balik, yaitu perjanjian baku yang isinya

ditentukan oleh kedua belah pihak, misalnya perjanjian baku yang

terdiri dari pihak majikan (kreditur) dan pihak buruh (debitur).

Keuda pihak lazimnya terikat dalam organinasi, misalnya

perjanjian buruh kolektif.

c. Perjanjian baku yang ditetapkan oleh Pemerintah yaitu perjanjian

baku yang isinya ditentukan Pemerintah terhadap perbuatan-

perbuatan hukum tertentu, misalnya perjanjian yang mempunyai

objek hak-hak atas tanah.

Page 51: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

39

d. Perjanjian baku yang ditentukan di likungan notaris atau advokat,

yaitu perjanjian-perjanjian yang konsepnya sejak semula sudah

disediakan untuk memenuhi permintaan dari anggota masyarakat

yang diminta bantuan notaris atau advokat yang bersangkutan.97

3.1.3 Bentuk Klausula Baku Dalam Perjanjian

Di dalam Pasal 18 UU No. 8 Tahun 1999, pelaku usaha dalam

menawarkan barang dan/atau jasa yang ditujukan untuk diperdagangkan

dilarang membuat atau mencantumkan klausula baku pada setiap

dokumen dan/atau perjanjian, antara lain:

a. Menyatakan pengalihan tanggung jawab pelaku usaha.

b. Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan

kembali barang yang dibeli konsumen.

c. Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan

kembali uang yang dibayarkan atas barang dan /atau jasa yang

dibeli konsumen.

d. Menyatakan pemberian kuasa dari konsumen kepada pelaku

usaha baik secara langsung maupun tidak langsung untuk

melakukan segela tindakan sepihak yang berkaitan dengan barang

yang dibeli konsumen secara angsuran.

e. Mengatur perihal pembukian atas hilangnya kegunaan barang atau

pemanfaatan jasa yang dibeli oleh konsumen.

97

Salim, Hukum Kontrak, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), cet. 4, hal. 109.

Page 52: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

40

f. Memberi hak kepada pelaku usaha untuk mengurangi manfaat

jasa atau mengurangi harta kekayaan konsumen yang menjadi

objek jual beli jasa.

g. Menyatakan tunduknya konsumen kepada peraturannya berupa

aturan baru, tambahan, lanjuran dan/atau pengubahan lanjutan

yang dibuat sepihak oleh pelaku usaha dalam masa konsumen

memanfaatkan jasa yang dibelinya.

h. Menyatakan bahwa konsumen memberi kuasa kepada pelaku

usaha untuk pembebanan hak tanggungan, hak gadai, atau hak

jaminan terhadap barang yang dibeli oleh konsumen secara

angsuran.98

Di dalam Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor

13/SEOJK.07/2014 dijelaskan klausula dalam perjanjian baku yang

dilarang adalah yang memuat:

a) Klausula eksonerasi/eksemsi yaitu yang sisinya menambah hak

dan/atau mengurangi kewajiban PUJK, atau mengurangi hak

dan/atau menambah kewajiban Konsumen.

b) Penyalahgunaan keadaan yaitu suatu kondisi dalam Perjanjian

Baku yang memiliki indikasi penyalahgunaan keadaan. Contoh

terhadap kondisi ini misalkan memanfaatkan kondisi Konsumen

yang mendesak karena kondisi tertentu atau dalam keadaan

darurat dan secara sengaja atau tidak sengaja PUJK tidak

98

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen.

Page 53: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

41

menjelaskan manfaat, biaya dan risiko dari produk dan/atau

layanan yang ditawarkan.99

Di dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor

1/POJK.07/2013 Pasal 22 dijelaskan perjanjian baku yang dilarang

adalah perjanjian yang memuat hal-hal sebagai berikut:

a. Menyatakan pengalihan tanggung jawab atau kewajiban Pelaku

Usaha Jasa Keuangan kepada Konsumen.

b. Menyatakan bahwa Pelaku Usaha Jasa Keuangan berhak menolak

pengembalian uang yang telah dibayar oleh Konsumen atas

produk dan/atau layanan yang dibeli.

c. Menyatakan pemberian kuasa dari Konsumen kepada Pelaku

Usaha Jasa Keuangan, baik secara langsung maupun tidak

langsung, untuk melakukan segala tindakan sepihak atas barang

yang digunakan oleh Konsumen, kecuali tindakan sepihak

tersebut dilakukan berdasarkan peraturan perundang-undangan.

d. Mengatur tentang kewajiban pembuktikan oleh Konsumen, jika

Pelaku Usaha Jasa Keuangan yang menyatakan bahwa hilangnya

kegunaan produk dan/atau layanan yang dibeli oleh Konsumen

bukan merupakan tanggung jawab Pelaku Usaha Jasa Keuangan.

e. Membeli hak kepada Pelaku Usaha Jasa Keuangan untuk

mengurangi kegunaan produk dan/atau layanan atau mengurangi

99

Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 13/SEOJK.07/2014 Tentang Perjanjian

Baku.

Page 54: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

42

harta kekayaan Konsumen yang menjadi obyek perjanjian produk

dan layanan.

f. Menyatakan bahwa Konsumen tunduk pada peraturan baru,

tambahan, lanjutan dan/atau perubahan yang dibuat secara

sepihak oleh Pelaku Usaha Jasa Kuangan dalam masa Konsumen

memanfaatkan produk dan/atau layanan yang dibelinya.

g. Menyatakan bahwa Konsumen memberi kuasa kepada Pelaku

Usaha Jasa Keuangan untuk pembebanan hak tanggungan, hak

gadai, atau hak jaminan atas produk dan/atau layanan yang dibeli

oleh Konsumen secara angsuran.100

3.1.4 Dasar Hukum Kontrak Baku

Berikut dasar hukum kontrak baku di Indonesia:

a. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1998 tetang Perubahan Undang-

undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.

b. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen.

c. Surat Ederan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 13/SEOJK.07/2014.

Tentang Perjanjian Baku

d. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2013

tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan.

3.1.5 Prinsip-prinsip Kontrak Baku

Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam kontrak baku yaitu:

100

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2013 Tentang Perlindungan

Konsumen Sektor Jasa Keuangan.

Page 55: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

43

a. Prinsip kesepakatan kehendak dari para pihak

Kesepakatan sebagai dasar sahnya perikatan tetap menjadi

penentu sah atau tidaknya kontrak tersebut. Sebagaimana

dijelaskan dalam pasal 1320 KUH Perdata yang menyatakan

perjanjian yang sah adanya kesepakatan dari kedua belah pihak.

Walaupun kontrak baku dibuat oleh salah satu pihak saja,

unsur kesepakatan harus dapat dipenuhi dalam kontrak baku

tersebut. Kesepakatan itu dapat ditandai dengan ditanda

tanganinya kontrak tersebut atau dengan cara serah terima barang

yang ditransaksikan.

b. Prinsip asumsi risiko dari para pihak

Dalam suatu kontrak, setiap pihak tidak dilarang untuk

melakukan asumsi risiko.Artinya bahwa jika ada risiko tertentu

yang mungkin terbit dari suatu kontrak, tetapi salah satu pihak

bersedia menanggung risiko tersebut sebagai hasil dari tawar

menawarnya, maka jika memang kemudian risiko tersebut benar-

benar terjadi, pihak yang mengasumsi risiko tersebutlah yang

harus menanggung risikonya. Dalam hubungan dengan kontrak

baku, maka dengan menandatangani kontrak yang bersangkutan,

bearti segala risiko apapun bentuknya akan ditanggung oleh pihak

yang menandatangannya sesuai isi dari kontrak tersebut.101

101

Munir Fuady, Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis), (Bandung: Citra

Aditya Bakti, 2003), hal. 84.

Page 56: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

44

c. Prinsip kewajiban membaca (duty to read)

Dalam ilmu hukum kontrak diajarkan bahwa ada kewajiban

membaca (duty to read) bagi setiap pihak yang akan

menandatangani kontrak. Dengan demikian, jika dia telah

menandatangani kontrak yang bersangkutan, hukum

mengasumsikan bahwa dia telah membacanya dan menyetujui apa

yang telah dibacanya.

d. Prinsip kontrak mengikuti kebiasaan

Kontrak sebagai role yang mengatur apa yang harus

dilakukan dan tidak boleh dilakukan para pihak bukan bearti apa

yang tidak dicantumkan dalam kontrak boleh dilakukan atau tidak

boleh dilakukan. Ada prinsip kebiasaan juga yang mengikat para

pihak dalam perjanjian.

Pasal 1339 mengatakan bahwa:

Suatu perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang

tegas dinyatakan didalamnya, tetapi juga untuk segala

sesuatu yang menurut sifat perjanjian, diharuskan oleh

kepatutan, kebiasaan undang-undang. Ketentuan pasal ini

ditujukan untuk memenuhi rasa keadilan disamping

kepastian hukum.102

3.1.6 Pencantuman Klausul Eksonerasi

3.1.6.1 Klausul Eksonerasi

Dalam kontrak baku yang merupakan sumber malapetaka

dalam kontrak tersebut adalah terdapatnya beberapa klausula

102

Munir Fuady, Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis), (Bandung: Citra

Aditya Bakti, 2003), hal. 85.

Page 57: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

45

yang sangat memberatkan salah satu pihak. Salah satu klausula

berat sebelah tersebut adalah klausula eksonerasi.

Klausula eksonerasi adalah klausula yang dicantumkan

dalam suatu perjanjian, di mana satu pihak menghindarkan diri

untuk memenuhi kewajibannya membayar ganti rugi seluruhnya

atau terbatas, yang terjadi karena ingkar janji atau perbuatan

melawan hukum.103

Rijken mengatakan bahwa klausul eksonerasi adalah

klausul yang dicantumkan di dalam suatu perjanjian dengan

mana satu pihak menghindarkan diri untuk memenuhi

kewajibannya dengan membayar ganti rugi seluruhnya atau

terbatas, yang terjadi karena ingkar janji atau perbuatan

melawan hukum.104

Menurut Meriam Darus Badrulzaman, perjanjian baku

dengan klausula eksonerasi yang meniadakan atau membatasi

kewajiban salah satu pihak (kreditur) untuk membayar ganti

kerugian kepada debitur, memiliki ciri sebagai berikut:

a. Isinya ditetapkan secara sepihak oleh kreditur yang

posisinya relatif kuat daripada debitur.

b. Debitur sama sekali tidak ikut menentukan isi perjanjian

itu.

103 Zulham, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Prenada Media Group, 2013), cet.

67. 104

Mariam Darus Badrulzaman, Aneka Hukum Bisnis, (Bandung: P.T. Alumni, 2005),

cet. Ke 2, hal. 47

Page 58: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

46

c. Terdorong oleh kebutuhannya, debitur terpaksa

menerima perjanjian tersebut.

d. Bentuknya tertulis.

e. Dipersipakan terlebih dahulu secara massal atau

individual.105

Dari pendapat di atas, maka dapat diambil kesimpulan

bahwa perjanjian baku dengan klausula eksonerasi pada

prinsipnya hanya menguntungkan pelaku usaha dan merugikan

konsumen, karena klausulanya tidak seimbang dan tidak

mencerminkan keadilan.

3.1.6.2 ForceMajeure

Keadaan memaksa (force majeure/overmacht) merupakan

suatu ketentuan yang tidak begitu banyak ditemukan dalam

peraturan perundang-undangan.Jika ditemukan atau diatur,

seringkali hanya menjadi bagian kecil dari keseluruhan

peraturan tersebut, misalnya ditempatkan pada bagian ayat atau

sub-ayat dari suatu pasal.Dalam KUH Perdata hanya dua pasal

yang mengatur tentang force majeure, yaitu Pasal 1244 dan

1245 KUH Perdata. Berdasarkan kedua pasal tersebut dapat

disimpulkan bahwa forece majeure adalah suatu keadaan

dimana tidak terlaksananya apa yang diperjanjikan karena hal-

105

Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta:

RajaGrafindo Persada, 2004), hal. 115.

Page 59: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

47

hal yang sama sekali tidak dapat diduga, dan debitur tidak dapat

berbuat apa-apa terhadap keadaan atau peristiwa yang timbul di

luar dugaan tersebut.106

Menurut Soebekti untuk dapat dikatakan suatu “keadaan

memaksa” (force majeure/overmacht) bila keadaan itu: (1)

diluar kekuasaannya; (2) memaksa; (3) tidak dapat diketahui

sebelumnya.107

Klausula-klausula force majeure dalam KUH Perdata

terdiri dari sebagai berikut:

a. Force majeure karena sebab-sebab yang tidak terduga.

Dalam hal ini, jika terjadi hal-hal yang tidak terduga

sebelumnya oleh para pihak yang menyebabkan terjadinya

kegagalan melaksanakan kontrak, maka hal tersebut tidak

tergolong kepada wanprestasi, akan tetapi termasuk ke

dalam katagori force majeure. Terhadap kejadian seperti ini

debitur tidak dimintai pertanggung jawaban. Beban

pembuktian terhadap terjadinya sebab-sebab tak terduga ini

ada pada debitur. Jika debitur dapat dibuktikan dalam

keadaan beritikad buruk, maka meskipun dalam keadaan

106

Rahmat S.S. Soemadipradja, Penjelasan Hukum Tentang Keadaan Memaksa, (Jakarta:

Nasional Legal Reform Program, 2010), hal. 72. 107

Abdul Rasyid Saliman, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan, (Jakarta: Prenada Media

Group, 2005), cet. Ke-6, hal. 52.

Page 60: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

48

force majeure, si debitur tetap harus bertanggung jawab

atas kegagalannya memenuhi prestasi.

b. Force majeure karena keadaan memaksa.

Sebab lain mengapa seorang kreditur dianggap dalam

keadaan force majeureadalah jika tidak terpenuhinya

kontrak karena terjadinya keadaan memaksa yang tidak

dapat dihindari oleh debitur, misalnya bencana alam,

perang, kerusuhan, dan lain-lain yang menyebabkan debitur

menjadi terhalang prestasi.

c. Force majeure karena perbuatan tersebut dilarang.

Apabila ternyata prestasi yang harus dilakukan oleh

debitur di kemudian hari ternyata diketahui sebagai suatu

perbuatan yang dilarang oleh undang-undang.Hal mungkin

terjadi karena perubahan kebijakan pemerintah atau

perubahan ketentuan perundang-undangan.Akibat hukum

force majeure adalah bahwa terhadap debitur tidak dapat

dimintakan pertanggungjawabannya untuk membayar

penggantian biaya, ganti rugi, atau bunga akibat tidak

terpenuhinya prestasi debitur karena terjadinya keadaan

force majeure.108

108

Sophar Maru Hutagalung, Kontrak Bisnis Di ASEAN Pengaruh Sistem Hukum

Common Law dan Civil Law, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), hal. 68.

Page 61: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

49

3.2 Perlindungan Konsumen

3.2.1 Pengertian Perlindungan Konsumen

Ada dua istilah yang berbeda, yaitu hukum konsumen dan hukum

perlindungan konsumen.Istilah hukum konsumen dan hukum

pelindungan konsumen sudah sering terdengar. Karena posisi konsumen

yang lemah maka ia harus dilindungi oleh hukum. Salah satu sifat,

sekaligus tujuan hukum itu adalah memberikan perlindungan

(pengayoman) kepada masyarakat.Jadi sebenarnya hukum konsumen

dan hukum perlindungan konsumen adalah dua bidang hukum yang

sulit dipisahakan dan ditarik batasnya.109

Az. Nasution berpendapat bahwa hukum konsumen yang memuat

asas-asas atau kaidah-kaidah bersifat mengatur, dan juga mengandung

asas sifat melindungi kepentingan konsumen. Adapun hukum

perlindungan konsumen diartikan sebagai keseluruhan asas dan kaidah

hukum yang mengatur hubungan dan masalah antara berbagai pihak

satu sama lain berkaitan dengan barang dan/atau jasa konsumen.110

Berdasarkan UURI Nomor 8 Tahun 1999 pada bab I Pasal 1

dikatakan bahwa perlindungan konsumen adalah segala upaya yang

menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan

kepada konsumen.111

109

Ah. Azharuddin Lathif dan Nahrowi, Pengantar Hukum Bisnis: Pendekatan Hukum

Positif dan Hukum Islam, (Tangerang Selatan: UIN Jakarta Press, 2013), hal. 1. 110

Ah. Azharuddin Lathif dan Nahrowi, Pengantar Hukum Bisnis: Pendekatan Hukum

Positif dan Hukum Islam, (Tangerang Selatan: UIN Jakarta Press, 2013), hal. 2. 111

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen.

Page 62: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

50

Berdasarkan OJK Nomor 1/POJK.07/2013 pada bab I Pasal 1

dikatakan bahwa perlindungan konsumen adalah perlindungan terhadap

konsumen dengan cakupan pelaku usaha jasa keuangan.112

Berdasarkan pengertian di atas, maka perlindungan konsumen

adalah keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah yang mengatur dan

melindungi konsumen dalam hubungan dan masalah penyediaan dan

penggunaan produk konsumen antara penyedia dan penggunaannya,

dalam kehidupan masyarakat.

3.2.2 Asas dan Tujuan Perlindungan Konsumen

Berdasarkan UU No. 8 Tahun 1999 Pasal 2 dikatakan

perlindungan konsumen berasaskan manfaat, keadilan, keseimbangan,

keamanan dan keselamatan konsumen, serta kepatian hukum.113

a. Asas Manfaat

Asas manfaat dimaksudkan dalam menyelenggarakan

perlindungan konsumen harus memberikan manfaat sebesar-

besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara

keseluruhan.114

b. Asas Keadilan

Asas keadilan maksdunya agar partisipasi seluruh rakyat

dapat diwujudkan secara maksimal dan memberikan kesempatan

112

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2013 Tentang Perlindungan

Konsumen Sektor Jasa Keuangan. 113

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen. 114

Endang Purwaningsih, Hukum Bisnis, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), hal. 73.

Page 63: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

51

kepada konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh haknya

dan kewajiban secara adil.

c. Asas Keseimbangan

Asas keseimbangan maksudnya perlindungan konsumen

memberikan keseimbangan antara konsumen, pelaku usaha dan

pemerintah dalam arti materiil ataupun spiritual.

d. Asas Keamanan dan Keselamatan Konsumen

Asas keamanan dan keselamatan konsumen yaitu untuk

memberikan jaminan keamanan dan keselamatan kepada

konsumen dalam penggunaan dan pemakaian, serta pemanfaatan

barang dan/atau jasa yang dikonsumsi atau digunakan.

e. Asas Kepastian Hukum

Asas kepastian hukum maksudnya agar pelaku usaha dan

konsumen menaati hukum dan memperoleh keadilan dalam

penyelenggaraan perlindungan konsumen, serta negara menjamin

kepastian hukum.115

Perlindungan konsumen bertujuan:

a. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian

konsumen untuk melindungi diri.

b. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara

menghindarkannya dari akses negatif pemakaian barang dan/atau

jasa.

115

Zaeni Asyhadie, Hukum Bisnis: Prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia, (Jakarta:

Rajawali, 2014), hal.192.

Page 64: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

52

c. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih,

menentukan, dan menuntuk hak-hak sebagai konsumen.

d. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung

unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses

untuk mendapatkan informasi.

e. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya

perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan

bertanggungjawab dalam berusaha.

f. Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin

kelangsungan usaha produksi barang dan/atau jasa, kesehatan,

kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen.116

3.2.3 Dasar Hukum Perlindungan Konsumen

Berikut dasar hukum perlindungan kosumen di Indonesia:117

a. Pasal 27 (2) UUD 1945 “Tiap warganegara berhak atas

penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”.

b. TAP MPR 1978 terdapat istilah “menjamin kepentingan

konsumen”, TAP MPR 1993 menggunakan istilah “melindungi

kepentingan konsumen”.

c. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, terdapat dalam pasal

1365 sampai pasal 1380. Pertama, tanggung jawab tidak hanya

karena perbuatan melawan hukum yang dilakukan diri sendiri

116

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen. 117

Ah. Azharuddin Lathif dan Nahrowi, Pengantar Hukum Bisnis: Pendekatan Hukum

Positif dan Hukum Islam, (Tangerang Selatan: UIN Jakarta Press, 2013), hal. 4.

Page 65: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

53

tetapi juga berkenaan dengan perbuatan hukum orang lain dan

barang-barang dibawah pengawasannya. Kedua, perbuatan

melawan hukum terhadap tubuh dan jiwa manusia.

d. Ketenuan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang

Metrologi Legal, Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang

Lingkungan Hidup, Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1982

tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pers, Undang-Undang Nomor

5 Tahun 1984 tentang Perindustrian, Undang-Undang Nomor 16

Tahun 1985 tentang Rumah Susun, Undang-Undang Nomor 14

Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, Undang-

Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan, Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Lembaran

Negara Tahun 1999 Nomor 42 tentang Perlindungan

Konsumen.118

3.2.4 Hak dan Kewajiban Konsumen

Berdasarkan UU No. 8 Tahun 1999 Pasal 4 dan 5, hak dan

kewajiban konsumen, antara lain dijelaskan sebagai berikut.

Hak konsumen adalah:

a. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam

mengkonsumsi barang dan/atau jasa.

118

Azharuddin Lathif dan Nahrowi, Pengantar Hukum Bisnis: Pendekatan Hukum Positif

dan Hukum Islam, (Tangerang Selatan: UIN Jakarta Press, 2013), hal. 5.

Page 66: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

54

b. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan

nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan.

c. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi

dan jaminan barang dan/atau jasa.

d. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang

dan/atau jasa yang digunakan.

e. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya

penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut.

f. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen.

g. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta

tidak diskriminatif.

h. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau

penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak

sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya.

i. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-

perundangan lainnya.119

Kewajiban konsumen adalah:

a. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur

pemakaian atau pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi

keamanan dan keselamatan.

b. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang

dan/atau jasa.

119

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen.

Page 67: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

55

c. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati.

d. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan

konsumen secara patut.120

120

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen.

Page 68: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

56

BAB IV

ISI POLIS ASURANSI UMUM SYARIAH

4.5 Deskripsi Polis Asuransi Kerugian

4.5.1 Polis Asuransi Tri Pakarta Unit Syariah

Isi polis Asuransi Syariah Kendaraan Bermotor Indonesia pada

PT. Tri Pakarta Unit syriah, adalah sebagai berikut:

a. Bagian Pendahuluan

Pada bagian awal polis asuransi, dibagi menjadi sub bagian

yang terdiri dari:

1) Bagian pertama terdiri dari logo perusahaan, nomor polis,

nama peserta asuransi, tanggal dikeluarkan polis asuransi.

2) Bagian kedua yaitu ikhtisar pertanggungan, yang berisikan

penjelasan mengenai nomor polis, nama peserta, tanggal

lahir peserta, alamat peserta, jangka waktu pertanggungan,

merek, model, sub model, jenis, no. Polis, no. Mesin, no.

Rangka, jumlah tempat duduk, kegunaan, tahun produksi,

daya angkut, lokasi warna harhga pertangungan dan

jaminan.

3) Bagian ketiga yaitu klausula, kondisi, resiko sendiri, suku

kontribusi, kontribusi dan keterangan

4) Bagian keempat yaitu menjelaskan prosuder klaim asuransi

kendaraan bermotor

Page 69: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

57

b. Bagian Isi

Adapun hal-hal yang tercantum pada bagian polis, yaitu:

1) Judul polis asuransi.

Pada bagian isi dijelaskan syarat-syarat umum polis

Asuransi Syariah Kendaraan Bermotor Indonesia

Dalam syarat-syarat umum polis polis Asuransi Syariah

Kendaraan Bermotor Indonesia berisikan klausula-klausula

sebagai berikut:

a) Klausul Pembatalan

Jika terjadi pembatalan atas polis yang disebebkan

Tertanggung tidak memenuhi syarat premi maka

pertanggungan wajib memebayar premi untuk periode

mulai tanggal berlakunya hingga tanggal pembatalan,

ditambah biaya materai, biaya polis seperti tertera

dalam polis dan biaya administrasi

b) Klausula Perlengkapan Non Standar

Dengan ini dicatat dan disetujui, bahwa kerugian atau

kerusakan yang terjadi sebagai akibat dari suatu

kecelakaan terhadap alat-alat perlengkapan tambahan

(Non Standar) dari kendaraan bermotor ini

dikecualiankan dari pertanggungan

c) Klausula Perimbangan Harga

Apabila terjadi kerugian yang layak diganti berdasarkan

syarat-syarqat polis ini maka pembayaran ganti rugi

Page 70: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

58

akan dilakukan menurut perbandingan antara harga

yang dipertanggungkan dan harga pasar dari objek yang

dipertanggungkan sesaat sebelum peristiwa kerugian

terjadi.

d) Klasula Resiko Sendiri

Dengan ini dicatat dan disetujui, bahwa apabila terjadi

kerugiaan total yang disababkan oleh pencurian

terhadap kendaran bermotor dipertanggungkan,

tertanggung wajib menanggung sendiri kerugian

sebesar........... dari jumlah harga pertanggungan

kendaraan bermotor.

e) Syarat-syarat Asuransi Syariah Kendaraan Bermotor

Indonesia pada PT. Tri Pakarta Unit syriah sebagai

berikut:

1) Bab I Definisi

Pengertian tentang asauransi syariah dan kentuan

polis asuransi

2) Bab II Akad

Bab II pada polis ini Klasula Wakalah Bil Ujrah

3) Bab III Jaminan

Pada bab III terdiri dari Pasal 1 Jaminan Terhadap

Kendaraan Bermotor dan Pasal 2 Jaminan

Tanggung Jawab Hukum Terhadap Pihak Ketiga.

Page 71: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

59

4) Bab IV Pengecualian

Pada bab IV terdiri dari pasal 3 Pengecualian, pasal

4 Klasula Okupasi dan/atau Objek Yang Haram

5) Bab V Syarat Umum

Pada Bab V terdiri dari Pasal 5 wilayah, pasal 6

Kewajiban Untuk Mengungkaokan Fakta, pasal 7

Pembayaran Kontribusi, Pasal 8 Perubahan Resiko,

Pasal 9 pemeriksaan, Pasal 10 Pengalihan

Kepemilikan, Pasal 11 Kewajiban Peserta Dalam

Hal Terjadi Kerugian Dan Atau Kerusakan, pasal

12 Sisa Barang, Pasal 13 Laporan Tidak Benar,

Pasal 14 Dokumen Pendukung Klaim, Pasal 15

Penentuan Nilai Ganti Rugi, Pasal 16 Cara

Penyelesaian Dan Penetapan Ganti Rugi, Pasal 17

Pertanggungan Dibawah Harga, Pasal 18 Biaya

Yang Diganti, Pasal 19 Pertanggungan Lain, Pasal

20 Ganti Rugi Pertanggungan Rangkap, Pasal 21

Resiko Sendiri, Pasal 22 Subrigasi, Pasal 23

Pembayaran Gati Rugi, Pasal 24 Pemulihan Harga

Pertanggungan, Pasal 25 Hilangnya Hak Ganti

Rugi, Pasal 26 Mata Uang, Pasal 27 Penghentian

Pertanggungan, Pasal 28 Pengembalian Kontribusi,

Pasal 29 Perselisihan, Pasal 30 Penutup.

Page 72: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

60

4.5.2 Polis Asuransi PT. Asuransi Bumiputra Muda 1967

4.5.2.1 Polis Asuransi Kendaraan Bermotor Indonesia

Isi polis Asuransi Syariah ikhtisar Pertanggungan Polis

Standar Asuransi kendaraan Bermotor Indonesia pada PT

Bumida syariah

a. Bagian Pendahuluan

Pada bagian awal polis asuransi, dibagi menjadi sub

bagian yang terdiri dari:

1) Bagian pertama terdiri dari logo perusahaan, nomor

polis, nama peserta, alamat peserta, keterangan tertulis

kendaraan bermotor yang dipertanggungkan, jangka

waktu pertanggugan, resiko, bentuk pertanggugan,

harga pertanggungan, jaminan tambahan,

perlengkapan tambahan, klausla / syarat pertambahan,

perhitungan premi dan tanda tangan direktur

2) Pada bagia kedua terdiri dari Lampiran / Syarat

Tambahan

a) Klausula Depresiasi Suku Cadang

b) Klasula Deduclible Karena Pencurian

c) Klasula Ganti Rugi Kerugian Total

d) Klausla Kendaraan Completely Bult-Up (CBU)

e) Klasula Penunjukan Bengkel Rekanan

f) Klasula Pembatalan Pertanggungan

Page 73: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

61

g) Klasula Peralatan Non Standar

h) polis

b. Bagian Isi.

Adapun hal-hal yang tercantum dalam polis yaitu:

1) Judul polis asuransi.

Pada bagian isi dijelaskan Syarat-syarat dan kentetuan

dalam Polis Asuransi Kendaraaan Bermotor Roda

Empat, PT Asuransi Umum Bumida Syariah

2) Syarat-syarat Asuransi Kendaraaan Bermotor Roda

Empat, PT Asuransi Umum Bumida Syariah sebagai

berikut:

a) Bab I Definisi

Pengertian tentang asauransi syariah dan kentuan

polis asuransi

b) Bab II Akad

Bab II pada polis ini terdiri dari, Pasal 1 Akad dan

Pasal 2 Qardh,

c) Bab III Jaminan

Pada bab III terdiri dari Pasal 3 Jaminan Terhadap

Kendaraan Bermotor dan Pasal 4 Jaminan

Tanggung Jawab Hukum Terhadap Pihak Ketiga.

d) Bab IV Pengecualian

Pada bab IV terdiri dari pasal 5 Pengecualian

Page 74: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

62

e) Bab V Syarat Umum

Pada Bab V terdiri dari Pasal 6 wilayah, pasal 7

Kewajiban Untuk Mengungkaokan Fakta, pasal 8

Pembayaran Kontribusi, Pasal 9 Perubahan

Resiko, Pasal 10 pemeriksaan, Pasal 11

Pengalihan Kepemilikan, Pasal 12 Kewajiban

Peserta Dalam Hal Terjadi Kerugian Dan Atau

Kerusakan, Pasal 13 Sisa Barang, Pasal 14

Laporan Tidak Benar, Pasal 15 Dokumen

Pendukung Klaim, Pasal 16 Penentuan Nilai Ganti

Rugi, Pasal 17 Cara Penyelesaian Dan Penetapan

Ganti Rugi, Pasal 18 Pertanggungan Dibawah

Harga, Pasal 19 Biaya Yang Diganti, Pasal 20

Pertanggungan Lain, Pasal 21 Ganti Rugi

Pertanggungan Rangkap, Pasal 22 Resiko Sendiri,

Pasal 23 Subrigasi, Pasal 24 Pembayaran Gati

Rugi, Pasal 25 Pemulihan Harga Pertanggungan,

Pasal 26 Hilangnya Hak Ganti Rugi, Pasal 27

Mata Uang, Pasal 28 Penghentian Pertanggungan,

Pasal 29 Pengembalian Kontribusi, Pasal 30

Perselisihan, Pasal 31 Penutup.

Page 75: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

63

4.5.3 Polis PT. Tugu Pratama Indonesia

4.5.3.1 Polis Asuransi Kendaraan Bermotor Indonesia

Isi polis Polis Asuransi Kendaraan Bermotor Indonesia

Pada PT Tugu Pratama Indonesia sebagai berikut:

a. Bagian Pendahuluan

1) Bagian pertama terdiri dari logo perusahaan, nomor

polis, nama peserta, alamat peserta, keterangan tertulis

kendaraan bermotor yang dipertanggungkan, jangka

waktu pertanggugan, resiko, bentuk pertanggugan,

harga pertanggungan, jaminan tambahan,

perlengkapan tambahan, klausla / syarat pertambahan,

perhitungan premi dan tanda tangan direktur

2) Bagian kedua dilampirkan Pada dan Merupakan

Bagian Yang Tidak Terpisahkan Dari Sertifikat

TA’MIN Kenaraan Bermotor Indonesia yaitu

a) Klausul Huru-Hara, Terorisme dan Sabotase

1. Resiko yang dijamin

2. Resiko Yang Dikecualikan

3. Potongan Klaim Atau resiko Sendiri

4. Pembatalan

b) Klausul Angin Topan, Badai, Hujan Es, Banjir dan

atau Tanah Longsor yaitu

Page 76: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

64

Dengan ini dicatat dan disepakati dengan

pembayaran tambahan premi, pertanggungan ini

diperluas dengan jamiana terhadap kerugian dana

atau kerusakan pada kendaraaan bermotor yang

dipertanggukan, yang disebabkan secara langsung

oleh angin to[an, badai,hujan es, banjir, genangan

air dan tanah longsor.

c) Klausul Kerugian Total Akibat Pencurian

Dengan ini dicatat dan disetujui antara operator

dan peserta, bilamana kendaraan yang

dipertanggukan dalam polis ini mengalami

Kerugian Total Akibat Pencurian sebagimana

disebutkan dalam Bab III Pasal 10 polis ini, maka

diberlakukan Resiko Sendiri sebesar 10% dari

Harga Pertanggungan Kendaraaan yang mengalami

kerugian tersebut.

d) Klausul Jaminan Kerugian Total dan Tanggung

Jawab Hukum Terhadap Pihak Ketiga ( Jaminan C)

Dengan ini dicatat dan disepakati, bahwa

pertanggungan ini hanya menjamin kerugian total

atas kendaraan bermotor yang dipertanggukan

sebagaimana diatur Bab IV Pasal 14 ayat 2 dan

tanggung jawab hukum Tertanggung terhadap

Page 77: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

65

pihak Ketiga, yang secera langsung disebabkan

oleh kendaraaan bermotor yang dipertanggukan

sebagaimana diatur dalam bab 1 pasal 2 polis ini.

e) Klausul Akad

b. Bagian Isi

Adapun hal-hal yang tercantum pada bagian polis,

yaitu:

a) Judul Polis Asuransi.

Pada bagian isi dijelaskan Ketentuan Umum Polis

Standar Asuransi kendaraaan Bermotor Indonesia.

b) Syarat-syarat Polis Asuransi Kendaraan Bermotor

Indonesia Pada PT Tugu Pratama Indonesia sebagai

berikut:

1. Bab I Jaminan

Pasal 1 Jaminan Terhadap Kendaran Bermotor

dan Pasal 2 Jaminan Tanggung Jawab Hukum

terhadap Pihak Ketiga

2. Bab II Pengecualian

Bab II pada polis ini terdiri dari pasal 3

Pengecualian

3. Bab III devinisi

Bab III pada polis ini pasal 4 peraturan dan

syarat-syarat polis

Page 78: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

66

4. Bab IV Syarat Umum

Bab IV pada polis ini pasal 5 wilayah, pasal 6

Kewajiban Untuk Mengunkap Fakta, Pasal 7

Pembayaran Premi, Pasal 8 Perubahan Resiko,

Pasal 9 Pemeriksa, Pasal 10 Pengalihan

Kepemilikan, Pasal 11 Kewajiban Terta ggung

Dalam Hal Terjadi Kerugian Dan Atau kerusakan,

Pasal 12 Sisa Barang, Pasal 13 Laporan Tidak

Benar, Pasal 14 Dokumen Pendukng Klaim, Pasal

15 Penentuan Nilai Ganti Rugi, Pasal 16 Cara

Penyelesaian dan Penetapan Ganti Rugi, Pasal 17

Pertanggungan Dibawah Harga, Pasal 18 Biaya

Ganti Rugi, Pasal 19 Pertanggungan Lain, Pasal

20 Ganti Rugi Pertanggungan Rangkap, Pasal 21

Resiko Sendiri, Pasal 22 Subrigasi, Pasal 23

Pembayaran Gati Rugi, Pasal 24 Pemulihan Harga

Pertanggungan, Pasal 25 Hilangnya Hak Ganti

Rugi, Pasal 26 Mata Uang, Pasal 27 Penghentian

Pertanggungan, Pasal 28 Pengembalian

Kontribusi, Pasal 29 Perselisihan, Pasal 30

Penutup.

Page 79: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

67

4.5.4 Polis PT. Asuransi Takaful General

4.5.4.1 Polis Asuransi Takaful Kebakaran

Isi polis Polis Asuransi Kendaraan Bermotor Indonesia

Pada PT Asuransi Takaful general sebagai berikut:

a) Bagian Isi

1. Adapun hal-hal yang tercantum pada bagian polis, yaitu:

a) Judul Polis Asuransi.

Pada bagian isi dijelaskan Ketentuan Umum Polis

Takaful Kebakaran

b) Syarat-syarat ketentuan Polis Asuransi Takaful

Kebakaran, sebagai berikut:

1) Bab I Definisi

Bab I, Pasal 1 membahas pengertian tentang

asuransi syariah , kentuan polis asuransidan

peraturan polis asauransi

2) Bab II Akad

Bab II pada polis ini Pasal 2 Ketentuan Akad

Wakalah Bil Ujrah.

1. Ketentuan Akad Wakalah bil Ujroh dalam

Pengelolaan Risiko

2. Ketentuan Akad Wakalah Bil Ujrah dalam

Pegelolaan Investasi Dana Tabbaru

Page 80: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

68

3. Ketentuan Perhitungan dan Pembagian

Surplus Underwriting

Pasal 3 Ketentuan Objek Perlindungan

Dengan Prisip Syariah Islam

3) Bab III Resiko Yang Dilindungi

Pada Bab III, Pasal 4 Resiko Yang Dilindungi

1. Kebakaran

2. Petir

3. Ledakan

4. Kejatuhan Pesawat Terbang

5. Asap

4) Bab IV Pengecualian

Pada bab IV, Pasal 5 Pengecualian

1. Resiko Yang Dikecualikan

2. Harta Benda Dan Kepentingan Yang

Dikecualikan

5) Bab V Syarat Umum

Pada Bab V terdiri dari, pasal 6 Kewajiban

Untuk Mengungkapkan Fakta, pasal 7

Pembayaran Kontribusi, Pasal 8 Perubahan

Resiko, Pasal 9 Pindah Temoat Dan Oindah

Tangan, Pasal 10 Kewajiban Pesertaa Dalam Hal

Terjadi Kerugian Dan Atau Kerusakan, pasal 11

Page 81: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

69

Sisa Barang, Pasal 12 Tuntutan Atau Satntunan

Klaim, Pasal 13 Laporan Tidak Benar, Pasal 14

Kerugian Atas Barang Yang Dapat Dipindahkan,

Pasal 15 Penentuan Harga dalam Hal Kerugian,

Pasal 16 Cara Penyelesaian Dan Penetapan

Santunan Klaim, Pasal 17 Julah Manfaat Takaful

Dibawah Harga, Pasal 18 Biaya Yang Diganti,

Pasal 19 Perlindunugan Lain , Pasal 20 Santunan

Klaim Perlindungan Rangkap, Pasal 21

Subrogasi, Pasal 22 Risiko Sendiri, Pasal 23

Pembayaran Santunan Klaim, Pasal 24

Pemulihan Jumlah Manfaat Takaful, Pasal 25

Hilangnya Hak Santuan Klaim, Pasal 26 Mata

Uang, Pasal 27 Penghentian Polis Takaful, Pasal

28 Pengembalian Kontribusi, Pasal 29

Perselisihan, Pasal 30 Penutup

4.5.5 Polis PT. Mitra Syariah

4.5.5.1 Polis Asuransi Kendaraan Bermotor Indonesia

Isi polis Polis Asuransi Kendaraan Bermotor Indonesia Pada

PT Mitra Syariah sebagai berikut:

a) Bagian isi

Syarat-syarat Asuransi Syariah Kendaraan Bermotor

Indonesia pada PT. Mitra syriah sebagai berikut:

Page 82: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

70

1) Bab I Definisi

Pengertian tentang asauransi syariah dan kentuan polis

asuransi

2) Bab II Akad

Bab II pada polis ini Klasula Wakalah Bil Ujrah

3) Bab III Jaminan

Pada bab III terdiri dari Pasal 1 Jaminan Terhadap

Kendaraan Bermotor dan Pasal 2 Jaminan Tanggung

Jawab Hukum Terhadap Pihak Ketiga.

4) Bab IV Pengecualian

Pada bab IV terdiri dari pasal 3 Pengecualian, pasal 4

Klasula Okupasi dan/atau Objek Yang Haram

5) Bab V Syarat Umum

Pada Bab V terdiri dari Pasal 5 wilayah, pasal 6

Kewajiban Untuk Mengungkaokan Fakta, pasal 7

Pembayaran Kontribusi, Pasal 8 Perubahan Resiko, Pasal

9 pemeriksaan, Pasal 10 Pengalihan Kepemilikan, Pasal

11 Kewajiban Peserta Dalam Hal Terjadi Kerugian Dan

Atau Kerusakan, pasal 12 Sisa Barang, Pasal 13 Laporan

Tidak Benar, Pasal 14 Dokumen Pendukung Klaim,

Pasal 15 Penentuan Nilai Ganti Rugi, Pasal 16 Cara

Penyelesaian Dan Penetapan Ganti Rugi, Pasal 17

Pertanggungan Dibawah Harga, Pasal 18 Biaya Yang

Diganti, Pasal 19 Pertanggungan Lain, Pasal 20 Ganti

Rugi Pertanggungan Rangkap, Pasal 21 Resiko Sendiri,

Page 83: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

71

Pasal 22 Subrigasi, Pasal 23 Pembayaran Gati Rugi,

Pasal 24 Pemulihan Harga Pertanggungan, Pasal 25

Hilangnya Hak Ganti Rugi, Pasal 26 Mata Uang, Pasal

27 Penghentian Pertanggungan, Pasal 28 Pengembalian

Kontribusi, Pasal 29 Perselisihan, Pasal 30 Penutup.

4.6 Analisis Isi Kontrak Baku Perspektif Hukum Pelindungan Konsumen

Perlindungan Konsumen adalah ruh asuransi syariah berjalan dengen

baik atau tidak. Sebab semakin baik perlindungan konsumen maka secara

otomatis kepuasaaan dan tingkat keprcayaan konsumen akan semakin

meningkat. Walaupun demikian masih banyak ditemukan pelanggaran

kontrak baku yang dikeluarkan asauransi syariah.

Pelanggaran ini dapat terjadi memanfaatkan posisi peserta asuransi

yang lemah secara ekonomi dan kesempatan mereka untu mempelajari polis

yang ditawarkan kepada mereka. Pengaturan mengenai ketentuan polis baku

telah diatur oleh UUPK pasal 18 dalam empat ayat dan OJK dalam aturannya

Nomor 1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa

Keuangan pasal 22 ayat (3) menjelaskan ada 7 (tujuh) larangan dicantumkan

dalam polis standar yang dibuat.

1. Pengalih tanggung jawab atau kewajiban perusahaan kepada

konsumen

Usaha perusahaan asuransi untuk melespakan tanggung jawabnya

kejadian kejadian yang seharusnya menjadi tanggung jawab perusahan

untuk ditanggung serig kali dihindari dengan menyantumkan dalam

Page 84: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

72

kontrak baku yang mereka buat. Perbuatan ini dilarang oleh undang-

undang oleh UUPK dan POJK.

Larangan tersebut jeas diatur dalam UUPK pasal 18 ayat (1) huruf

a dan POJK pasal 22 ayat (3) yang intinya mengatur bahwa:

“menyatakan pengalihan tanggung jawab atau kewajiban Pelaku Usaha

Jasa Keuangan kepada Konsumen. pada Asuransi Tugu

pratama,Asuransi Tripakarta, Asuransi Mitra Syariah, Asuransi Bumida

Syariah dan Asuransi Takaful General, tidak adanya klausula atas

pengalihan tanggung jawab pelaku usaha jasa keungan kepada

konsumen yang ada didalam polis, pada 5 perusahaan tersebut sesuai

dengan Hukum perlindungan konsumen dan POJK.

2. Menyatakan bahwa Pelaku Usaha Jasa Keuangan berhak menolak

pernyerahakan kembalian uang yang dibayarkan atas barang/jasa

yang dibeli oleh konsumen.

Aturan yang melarang pencantuman klausula yang mengatur

penolakan pengembalian uang yang telah diberikan oleh pemegang

polis atas premi yang telah dibayarkan dilarang dalam peraturan

perundang-undangan. Larangan ini tercantum dalam UUPK pasal 18

ayat (1) huruf (b) dan POJK pasal 22 ayat (3) huruf (b) yang mengatur:

“Menyatakan bahwa Pelaku Usaha Jasa Keuangan berhak menolak

pernyerahaan kembalian uang yang dibayarkan atas barang/jasa yang

dibeli oleh konsumen”.

Page 85: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

73

Dalam polis Asuransi Tugu pratama,Asuransi Tripakarta,

Asuransi Mitra Syariah, Asuransi Bumida Syariah dan Asuransi

Takaful General, klausula menyatakan adanya Pelaku Usaha

menyatakan berhak menolak kembali uang yang dibayarkan atas barang

dan/atau jasa yang dibeli oleh konsumen jadi pelaku usaha dilarang

untuk menerima kembali barang yang sudah dijualnya dantidak

mengembalikan uang yang telah diterimanya sebagai pembayaran atas

barang tersebut tetapi tentu saja jika pengembalian barang tersebut

dengan alasan-alasan yang dibenarkan oleh hukum. Maka pada polis

yang diterbitkan tidak ada klausul yang bertentangan dengan peraturan

diatas.

3. Menyatakan pemberian kuasa yang tidak terbatas dari konsumen

kepada PUJK untuk melakukan tindakan sepihak

Pemberian kuasa kepada perusahaan asuransi yang dapat

melakukan secara sepihak hal-hal yang dapat mengurangi hak

konsumen tidak dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan. Hal

ini diatur dalam UUPK pasal 18 ayat (1) huruf c dan POJK pasal 22

ayat (3) huruf c. Kecuali pembuatan tersebut diperoleh undang-undang,

sebagai berikut.

“Menyatakan pemberian kuasa dari konsumen kepada Pelaku

Usaha Jasa Keuangan, baik secara langsung maupun tidak

langsung, untuk melakukan segala tindakan sepihak atas barang

yang digunakan oleh konsumen , kecuali tindakan sepihak

tersebut dilakukan berdasarkan peraturan perundang-undagan”.

Page 86: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

74

Dalam polis Asuransi Tugu pratama,Asuransi Tripakarta,

Asuransi Mitra Syariah, Asuransi Bumida Syariah dan Asuransi

Takaful General, pada klausul tidak menyatakan pemberian kuasa yang

tidak terbatas dari konsumen kepada Pelaku Usaha Jasa Keuangan

untuk melakukan tindakan sepihak, jadi larangan UUPK pasal 18 ayat

(1) huruf c dan POJK pasal 22 ayat (3) huruf c sudah tepat karna

klausula baku yang berisikan pemberia kuasa dari konsumen ke pelaku

usaha untuk melakukan segala tindakan sepihak adalah tindakan yang

tidak adil samping itu dapat dikualifikasika sebagai penyalahgunaan

keadaaan konsumen.

Maka pada polis yang diterbitkan tidak ada klausul yang

bertentangan dengan peraturan diatas.

4. Pemberian kewenangan untuk mengurangi kegunaan produk atau

layanan

Pemberian kewenangan kepada perusahaan asuransi untuk

mengurangi produk dan/atau layanan tidak boleh dicantumkan dalam

polis standar.Ketentuan dijelaskan dalam UUPK pasal 18 ayat (1) dan

POJK pasal 22 ayat (3) huruf e sebagai berikut.

“Mewajibkan konsumen untuk membuktikan dalil PUJK untuk

mengurangi kegunaan produk dan/atau layanan atau mengurangi

harta kekayaan konsumen yang menjadi obyek perjanjian produk

dan layanan”.

Dalam polis Asuransi Tugu pratama,Asuransi Tripakarta,

Asuransi Mitra Syariah, Asuransi Bumida Syariah dan Asuransi

Takaful General, pada klausul tidak adanya penjelasan pemberian

Page 87: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

75

kewenangan untuk menguragi kegunaan produk atau layanan. Maka

pada polis yang diterbitkan oleh perusahaan tidak klausula yang

bertentangan dengan peraturan diatas.

5. Menyatakan Konsumen tunduk pada perubahan dan/atau lanjutan

perjanjian secara sepihak.

Perbuatan yang dilarang selanjutnya adalah menyatakan

pemegang polis untuk tunduk pada peraturan baru yang dibuat secara

sepihak oleh perusahaan tanpa pemberian tahunan terlebih dahulu oleh

perusahaan.Larangan ini dinyatakan dalam UUPK pasal 18 ayat (1)

huruf f dan POJK pasal 22 ayat (3) huruf f yang menyatakan bahwa.

“Menyatakan bahwa Konsumen tunduk pada peraturan baru,

tambahan, lanjutan dan/atau perubahan yang dibuat secar sepihak

oleh Pelaku Usaha Jasa Keuangan dalam masa Konsumen

memanfaatkan produk dan/atau layanan yang dibelinya.

Dalam polis Asuransi Tugu pratama,Asuransi Tripakarta,

Asuransi Mitra Syariah, Asuransi Bumida Syariah dan Asuransi

Takaful General, pada klausul tidak menyatakan Konsumen tunduk

pada perubahan dan/atau lanjutan perjanjian secara sepihak, pada

kenyataanya banyak perusahaan yang melakukan perubahan yang

tersebut khususnya terhadap besaran biaya pengelola, klaim dan kon

tribusi yang akan diterimannya. Pada sebagian polis dinyatakan

bahwa perusahaan tersebut dapat dilakukan dengan pemberitahuan

terlebih dahulu kemudian pihak pemegang polis menyatakan

persetujuan atau tidaknya, akan tetapi ada juga yang tidak demikian.

Page 88: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

76

Jika polis tersebut menyatakan konsumen tunduk pada perubahan

dan/atau lanjutan perjanjian secar sepihak dalam klausula pernyataan

tersebut tidak adil karna tidak memberikan kesempatan kepada

pemegang polis untuk memilih melanjutka atau tidak. Padahal

dapatmerugikan pihak pemegang polis sebab apabila peserta tidak

mampu uintuk membayar maka konsekkuensinya yang diterima akan

berbeda dengan pengakhiran.

Maka pada polis yang diterbitkan tidak ada klausul yang

bertentangan dengan peraturan diatas.

6. Pelaku usaha dilarang menyatumkan klausula baku yang letaknya

atau bentuknya sulliter lihat atau tidak dapat dibaca secara jelas,

atau yang pengungkapan yang sulit dimengerti.

Kalasula yang sulit dipahami sepertinya sudah menjadi kebiasaan

dalam polis yang dikeluarkan perusahaan asuransi. Kesulitan tersebut

dapat disebabkan oleh bahasa yang berbelit-belit seperti yang tercantum

pada Asurnasi Tugu pratama, Tripakarta, Mitra Syariah, Bumida

Syariah, terdapat kata-kata yang “sulit” dimengerti yaitu kata “Viadutc

dan Endosemen” kata tersebut bisa salah arti dalam bahasa dan sulit

dimengerti oleh peserta asuransi.

Selain pengguna bahasa diatas, yang paling sering juga dilakukan

pada perusahaan tersebut adalah mencantumkan polis dengan huruf

yang sangat kecil dan sulit untuk dibaca serta susunan yang tidak

beraturan, polis yang seperti ini merupakan polis yang dikeluarkan oleh

Asuransi Tugu Pratama.

Page 89: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

77

Pada Asuransi Takaful General polis yang dikeluarkan cukup

jelas dan beraturan, polis tersebut tidak menggunakan kata bahasa yang

sulit dimengerti dan huruf yang tertera dalam klausul cukup jelas.

7. Klausula Eksonerasi/ Eksemsi, menambah/ mengurangi kewajiban/

hak PUJK maupun konsumen

Pada Analisis Asuransi Tugu Pratama, Pada Asuransi Tripakarta,

Asuransi Mitra Syariah, Asuransi Bumida Syariah, Pada Asuransi

Takaful General tidak adaanya kalusula yang menyantumkan dengan

berkaitan kecurangan pada kalusla Eksonerasi/ Eksemsi, menambah/

mengurangi kewajiban/ hak PUJK maupun konsumen. Maka pada polis

yang diterbitkan tidak ada klausul yang bertentangan dengan peraturan

diatas.

4.7 Hal-hal yang terkait dengan Akad yang harus dicantumkan dalam polis

(PMK Nomor 18/PMK.10/2010 jo PMK No. 227/2012.

1. Pada saat danatabbaru belum bisa dibentuk pada setiap lini usaha,

perusahaan dapat membentuk dana tabbaru secara gabungan.

Pengambungan dana tabbaru harus diinformasikan dalam polis.

Pada (PMK Nomor 18/PMK.10/2010 jo PMK No. 227/2012).

Yang menjelaskan bahwa ”Pada saat dana tabbaru belum bisa dibentuk

pada setiap lini usaha, perusahaan dapat membentuk dana tabbaru

secara gabungan. Pengambungan dana tabbaru harus diinformasikan

dalam polis”. Yang mana harus dicantumkan dalam polis Asuransi,

pada polis Asuransi Tugu pratama,Asuransi Tripakarta, Asuransi Mitra

Syariah, Asuransi Bumida Syariah dan Asuransi Takaful General.

Page 90: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

78

Semua polis tersebut menjelaskan bahwa Pada saat danatabbaru belum

bisa dibentuk pada setiap lini usaha, perusahaan dapat membentuk dana

tabbaru secara gabungan. Pengambungan dana tabbaru harus

diinformasikan dalam polis. Dan pada semua polis tersbut

mencantumkan kalimat tersebut. Maka pada polis yang diterbitkan tidak

ada klausul yang bertentangan dengan peraturan diatas

2. Polis Asuransi dan Perjanjian Reasuransi dengan prinsip syariah

wajib mengandung akad tabarru’ dan tijarah.

pada (PMK Nomor 18/PMK.10/2010 jo PMK No. 227/2012).

Yang menjelaskan bahwa ”Polis Asuransi dan Perjanjian Reasuransi

dengan prinsip syariah wajib mengandung akad tabarru‟ dan tijarah”.

Yang mana harus dicantumkan dalam polis Asuransi, pada polis

Asuransi Tugu pratama,Asuransi Tripakarta, Asuransi Mitra Syariah,

Asuransi Bumida Syariah dan Asuransi Takaful General. Semua polis

tersebut menjelaskan bahwa polis asuransi dan perjanjian reasuransi

dengan prinsip syariah dengan prinsip syariah wajib mengandung akad

tabbaru dan tijarah.Dimana semua polis Asuransi tersebut menjelaskan

pada BAB II Klasula Wakalah Bil Ujrah. Maka pada polis yang

diterbitkan tidak ada klausul yang bertentangan dengan peraturan diatas

3. Pilihan pembagian Surplus Underwriting wajib dimuat didalam

polis

Pada (PMK Nomor 18/PMK.10/2010 jo PMK No. 227/2012).

Yang menjelaskan bahwa “Pilihan pembagian Surplus Underwriting

wajib dimuat didalam polis”.Yang mana harus dicantumkan dalam polis

Asuransi, pada Asuransi Tugu Pratama, Asuransi Tripakarta, Asuransi

Page 91: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

79

Mitra Syariah, Asuransi Bumida Syariah dan Asuransi Takaful General.

Semua polis tersebut menjelaskan bahwa “Pilihan pembagian Surplus

Underwriting wajib dimuat didalam polis”.Maka pada polis yang

diterbitkan tidak ada klausul yang bertentangan dengan peraturan

diatas.

4. Pilihan pembagian surplus underwriting wajib dimuat di dalam

polis ( pasal 13 ayat 2) dan pemanfaatan surplus underwriting yang

tidak dibagikan kepada peserta wajib diatur dalam polis ( pasal 13

ayat 6). (catatan : ada 2 pilihan: a. Mengurangi kontribusi peserta

periode berikutnya atau digunakan untuk dana sosial

Pada Asuransi Tripakarta, Asuransi Mitra Syariah, Asuransi

Bumida Syariah dan Asuransi Takaful General. Pilihan pembagian

surplus underwriting wajib dimuat di dalam polis dan pemanfaatan

surplus underwriting yang tidak dibagikan kepada peserta wajib diatur

dalam polis (catatan : ada 2 pilihan: a. Mengurangi kontribusi peserta

periode berikutnya atau digunakan untuk dana sosial. Ke 4 perusahaan

Asuransi tersebut telah mencantumkan dan menjelaskan. Contoh Pada

Asuransi Tripakarta, pada Asuransi Tripakarta Syariah pembagian

surplus underwriting senada dengan dengan PMK

No.18/PMK0.10/2010 jo PMK No.227/2010

Dikatakan bahwa pada akhir periode pertanggungan terdapat

kelebihan surplus dalam pengelolaan dan tabbaru maka peserta dengan

ini mensetujui dengan persentase pembagian (nisbah) sebagai berikut

Dibagikan sebesar 10% kepada peserta yang memenuhi syarat.

Page 92: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

80

a. Masa (periode) asuransi minimum 1 tahun

b. Peserta tidak pernah menerima pembayaran klaim atau tidak

sedang mengajukan klaim

c. Peserta telah menulasi kontribusi yang menjadi kewajiban untuk

periode yangbaru saja berakhir

d. Polis tidak dibatalkan pada mas periode pertangungn

Dibagikan kepada pengelola sebesar 60% dan disimpan pada

cadangan pada akun tabbaru sebesar 30% Dan dalam hal surplus

underwriting dana tabbaru kepada peserta secara ekonomis

membutuhkan biaya yang lebih besar dari pada bagian yang akan dibagi

maka: “peserta mewakilkan kepada pengelola untuk secara langsung

menyalurkan kepada pengelola untuk secara langsung menyalurkan

kepada lembaga amil zakat yang ditunjuk.

Akan tetapi perusahaan Asuransi Tugu Pratama polis tersebut

hanya menjelaskan atau mencantumkan surplus underwriting TIDAK

menjelaskan pemanfaatan surplus underwriting yang tidak dibagikan

kepada peserta

5. Pencantuman kewajiban perusahaan untuk memberikan talangan

(Qard) bila terjadi defisit underwriting

Pada Asuransi Tripakarta, Asuransi Mitra Syariah, Asuransi

Bumida Syariah dan Asuransi Takaful General. perusahan tersebut

mencantumkan atau menjelaskan dalam polis karna apabila suatu saat

dana tabbaru tidak cukup untuk membayar maslahat sehubung dengan

suatu peristiwa yag dialami peserta dan para peserta, pengelola akan

Page 93: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

81

menalagi kekurangan pembayaran maslahat tersebut berdasarkan

prinsip Qard. Seluruh pembayaran kembali kepada dana talangan akan

dipotong kelebihan (surplus) dana (tabbaru) pada akhir tahun keuangan

pengelola berikutnya, jika ada. PMK No.18/PMK0.10/2010 jo PMK

No.227/2012

Dari 5 Perusahaan Asuransi Syariah hanya 1 Asuransi yang tidak

mencantumkan dana Qard pada polis Asuransi yairu Asuransi Tugu

Pratama mungkin Perusahaan Tersebut menjelaskan secara internal

tidak menjelaskan dalam polis Asuransi maka perusahaan tersbut tidak

sesuai dengan PMK No.18/PMK0.10/2010 jo PMK No.227/2012-

4.8 Model Kontrak Baku Yang Ideal Menurut SEOJK Nomor 13/SEOJK.

07/2014

Setelah dilakukan analisis terhadap polis 5 Asuransi Umum Syariah

yaitu Asuransi Tugu Pratama, Asuransi Takaful General, Asuransi Tripakarta,

Asuransi Bumida Syariah, Asuransi Mitra Syariah. Pada 5 Asuransi Umum

Syariah ini dapat diketahui bahwa 5 Asuransi ini sesuai dengan UUPK

PASAL 18 UU NO.9/1999, SEOJK Nomor 13/SEOJK. 07/2014, dan PMK

No.18/PMK0.10/2010 jo PMK No.227/2012.

Pada model kontrak baku yang ideal menurut SEOJK nomor

13/SEOJK.07/2014. Menurut Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor

13/SEOJK.07/2014 tentang Perjanjian Baku. Di dalam keputusan surat

tersebut ada 2 (dua) hal yang harus diperhatikan Pelaku Usaha Jasa Keuangan

jika akan membuat kontrak baku atau perjanjian baku, di antaranya klausula

Page 94: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

82

dalam perjanjian baku dan format perjanjian baku, di antaranya sebagai

berikut:

Pada pengalih tanggung jawab atau kewajiban perusahaan kepada

konsumen, usaha perusahaan asuransi untuk melespakan tanggung jawabnya

yang seharusnya menjadi tanggung jawab perusahan untuk ditanggung

seringkali dihindari dengan menyantumkan dalam kontrak baku yang mereka

buat. Larangan tersebut jeas diatur dalam UUPK pasal 18 ayat (1) huruf a dan

POJK pasal 22 ayat (3) yang intinya mengatur bahwa: “ menyatakan

pengalihan tanggung jawab atau kewajiban Pelaku Usaha Jasa Keuangan

kepada Konsumen. apabila perusahaan asuransi tersebut mencantumkan

pengalihan tanggung jawab kepada konsumen maka ini akan merugikan

konsumen seluruhnya. Karna pengalihan konsumen merupakan pengalihan

tanggung jawab, dimana perusahaan tidak bertanggung jawab atas resiko

nasabah. pada Asuransi Tugu pratama,Asuransi Tripakarta, Asuransi Mitra

Syariah, Asuransi Bumida Syariah dan Asuransi Takaful General, tidak

adanya penjelasan atas pengalihan tanggung jawab pelaku usaha jasa

keuangan kepada konsumen yang ada didalam polis. Dengan demikian

perusahaan asuransipun telah menjelaskan prinsip dasar usaha asuransi secara

sempurna dengan menjalakan amanah secara jujur dan sempurna.

Pada poin selanjutnya Menyatakan bahwa Pelaku Usaha Jasa Keuangan

berhak menolak pernyerahakan kembalian uang yang dibayarkan atas

barang/jasa yang dibeli oleh konsumen.Aturan yang melarang pencantuman

klausula yang mengatur penolakan pengembalian uang yang telah diberikan

Page 95: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

83

oleh pemegang polis atas premi yang telah dibayarkan dilarang dalam

peraturan perundang-undangan. Larangan ini tercantum dalam UUPK pasal

18 ayat (1) huruf (b) dan POJK pasal 22 ayat (3) huruf (b) yang mengatur:

“Menyatakan bahwa Pelaku Usaha Jasa Keuangan berhak menolak

pernyerahaan kembalian uang yang dibayarkan atas barang/jasa yang dibeli

oleh konsumen”. jadi pelaku usaha dilarang untuk menerima kembali barang

yang sudah dijualnya dantidak mengembalikan uang yang telah diterimanya

sebagai pembayaran atas barang tersebut tetapi tentu saja jika pengembalian

barang tersebut dengan alasan-alasan yang dibenarkan oleh hukum. Dalam

polis Asuransi Tugu pratama,Asuransi Tripakarta, Asuransi Mitra Syariah,

Asuransi Bumida Syariah dan Asuransi Takaful General tidak menjealskan

hal ini kepolis asuransi, maka Dengan demikian perusahaan asuransipun telah

menjelaskan prinsip dasar usaha asuransi secara sempurna dengan

menjalakan amanah secara jujur dan sempurna.

Menyatakan pemberian kuasa yang tidak terbatas dari konsumen

kepada PUJK untuk melakukan tindakan sepihak.Pemberian kuasa kepada

perusahaan asuransi yang dapat melakukan secara sepihak hal-hal yang dapat

mengurangi hak konsumen tidak dibenarkan oleh peraturan perundang-

undangan. Hal ini diatur dalam UUPK pasal 18 ayat (1) huruf c dan POJK

pasal 22 ayat (3) huruf c. Kecuali pembuatan tersebut diperoleh undang-

undang, sebagai berikut.

“Menyatakan pemberian kuasa dari konsumen kepada Pelaku Usaha

Jasa Keuangan, baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk

Page 96: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

84

melakukan segala tindakan sepihak atas barang yang digunakan oleh

konsumen , kecuali tindakan sepihak tersebut dilakukan berdasarkan

peraturan perundang-undagan”.

pada klausul tidak menyatakan pemberian kuasa yang tidak terbatas

dari konsumen kepada Pelaku Usaha Jasa Keuangan untuk melakukan

tindakan sepihak, jadi larangan UUPK pasal 18 ayat (1) huruf c dan POJK

pasal 22 ayat (3) huruf c sudah tepat karna klausula baku yang berisikan

pemberia kuasa dari konsumen ke pelaku usaha untuk melakukan segala

tindakan sepihak adalah tindakan yang tidak adil samping itu dapat

dikualifikasika sebagai penyalahgunaan keadaaan konsumen. Dalam polis

Asuransi Tugu pratama,Asuransi Tripakarta, Asuransi Mitra Syariah,

Asuransi Bumida Syariah dan Asuransi Takaful General. Tidak adanya

pencantuman hal tersebut.

Poin selanjutnya pemberian kewenangan untuk mengurangi kegunaan

produk atau layanan Pemberian kewenangan kepada perusahaan asuransi

untuk mengurangi produk dan/atau layanan tidak boleh dicantumkan dalam

polis standar.Ketentuan dijelaskan dalam UUPK pasal 18 ayat (1) dan POJK

pasal 22 ayat (3) huruf e sebagai berikut.“Mewajibkan konsumen untuk

membuktikan dalil PUJK untuk mengurangi kegunaan produk dan/atau

layanan atau mengurangi harta kekayaan konsumen yang menjadi obyek

perjanjian produk dan layanan”.

Dalam polis Asuransi Tugu pratama,Asuransi Tripakarta, Asuransi

Mitra Syariah, Asuransi Bumida Syariah dan Asuransi Takaful General, pada

klausul tidak adanya penjelasan pemberian kewenangan untuk menguragi

Page 97: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

85

kegunaan produk atau layanan. Seharusnya tidak hanya berkenan dengan

hilangnya kgunanaan barang atau pemanfaatan jasa yang dibeli oleh

konsumen tetapi juga perihal berkurangnya keguanaan atau jasa, sehingga

lengkahnya bunyi tersebut yaitu “mengatur perihal pembuktian atas hilangnya

dan berkurangnya kegunaan barang atau pemanfaatan jasa yang dibeli

konsumen” apabila klausal baku terbatas atas perihal hilangnya kegunaan

barang atau jasa maka pelaku usaha bisa memanfaatkan kelemahan aturan

yang ada dengan menunjuk pada persoalan berkurangnyakegunaan barang

atau jasa didalam suatu klausula baku.

Poin selanjutnya menyatakan konsumen tunduk pada perubahan

dan/atau lanjutan perjanjian secara sepihak.Perbuatan yang dilarang

selanjutnya adalah menyatakan pemegang polis untuk tunduk pada peraturan

baru yang dibuat secara sepihak oleh perusahaan tanpa pemberitahuan

terlebih dahulu oleh perusahaan.Larangan ini dinyatakan dalam UUPK pasal

18 ayat (1) huruf f dan POJK pasal 22 ayat (3) huruf f yang menyatakan

bahwa.

“Menyatakan bahwa Konsumen tunduk pada peraturan baru, tambahan,

lanjutan dan/atau perubahan yang dibuat secar sepihak oleh Pelaku

Usaha Jasa Keuangan dalam masa Konsumen memanfaatkan produk

dan/atau layanan yang dibelinya.

Pada klausul tidak menyatakan Konsumen tunduk pada perubahan

dan/atau lanjutan perjanjian secara sepihak, pada kenyataanya banyak

perusahaan yang melakukan perubahan yang tersebut khususnya terhadap

besaran biaya pengelola, klaim dan kontribusi yang akan diterimannya. Pada

sebagian polis dinyatakan bahwa perusahaan tersebut dapat dilakukan dengan

Page 98: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

86

pemberitahuan terlebih dahulu kemudian pihak pemegang polis menyatakan

persetujuan atau tidaknya, akan tetapi ada juga yang tidak demikian. Jika

polis tersebut menyatakan konsumen tunduk pada perubahan dan/atau

lanjutan perjanjian secara sepihak dalam klausula pernyataan tersebut tidak

adil karna tidak memberikan kesempatan kepada pemegang polis untuk

memilih melanjutka atau tidak. Padahal dapatmerugikan pihak pemegang

polis sebab apabila peserta tidak mampu uintuk membayar maka

konsekkuensinya yang diterima akan berbeda dengan pengakhiran.

Poin selanjutnya pelaku usaha dilarang menyatumkan klausula baku

yang letaknya atau bentuknya sulliter lihat atau tidak dapat dibaca secara

jelas, atau yang pengungkapan yang sulit dimengerti.Kalasula yang sulit

dipahami sepertinya sudah menjadi kebiasaan dalam polis yang dikeluarkan

perusahaan asuransi.

Kesulitan tersebut dapat disebabkan oleh bahasa yang berbelit-belit

seperti yang tercantum pada Asurnasi Tugu pratama, Tripakarta, Mitra

Syariah, Bumida Syariah, terdapat kata-kata yang “sulit” dimengerti yaitu

kata “Viadutc dan Endosemen” kata tersebut bisa salah arti dalam bahasa dan

sulit dimengerti oleh peserta asuransi. Selain pengguna bahasa diatas, yang

paling sering juga dilakukan pada perusahaan tersebut adalah mencantumkan

polis dengan huruf yang sangat kecil dan sulit untuk dibaca serta susunan

yang tidak beraturan, polis yang seperti ini merupakan polis yang dikeluarkan

oleh Asuransi Tugu Pratama.Pada Asuransi Takaful General polis yang

dikeluarkan cukup jelas dan beraturan, polis tersebut tidak menggunakan kata

Page 99: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

87

bahasa yang sulit dimengerti dan huruf yang tertera dalam klausul cukup

jelas.

Poin selanjutnya Klausula Eksonerasi/ Eksemsi, menambah/

mengurangi kewajiban/ hak PUJK maupun konsumen tidak adaanya kalusula

yang menyantumkan dengan berkaitan kecurangan pada kalusla Eksonerasi/

Eksemsi, menambah/ mengurangi kewajiban/ hak PUJK maupun konsumen.

klasula eksonerasi yang biasanya dimuat dalam perjanjian sebagai klausula

tambahan atas unsur ensensial dari suatu perjanjian, pada umumnya memiliki

posisi lemah jika dibandingkan dengan produsen, karena beban yang

seharusnya dipikul oleh produsen dengan adanya klasula tersebut menjadi

beban konsumen. pada polis yang diterbitkan tidak ada klausul yang

bertentangan.

Page 100: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

88

BAB V

PENUTUP

Sebagaipenutupdalampenelitianini,

penulismenyajikankesimpulanberdasarkananalisishasilpenelitiandanmemberikan

saran berdasarkankesimpulanyaitusebagaiberikut:

5.1 Kesimpulan

1. Penggunaan kontrak baku tidak dilarang dalam peraturan perundang-

undangan dan dalam hukum Islam. Menurut peraturan perundang-

undangan penggunaan kontrak baku dapat digunakan selama tidak

melanggar ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Perlindungan

Konsumen Nomor 8 Pasal 18 Tahun 1999, POJK Nomor

1/POJK.07/2013 Pasal 22, dan SEOJK Nomor 13/SEOJK.07/2014

Tentang Perjanjian Baku. Sedangkan dalam persfektif hukum Islam

kontrak baku harus memperhatikan hal-hal yang difatwakan oleh DSN-

MUI dan ketentuan yang terkait dengan akad pada PMK Nomor

18/PMK.010/2010.

2. Setelah mempelajari isi polis yang dikeluarkan oleh 5 (lima) perusahaan

asuransi umum syariah, perusahaan telah menerapkan (impelementasi)

standar kontrak baku yang diatur dalam peraturan perundang-undangan

perlindungan konsumen. Kelima polis telah menerapkan standar kontrak

baku yang diatur dalam peraturan Keputusan Mentri Keuagan

No.422/KMK.06/2003 Pasal 8.

Page 101: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

89

3. Dari hasilanalisiskontrakbaku polis terhadap polis umumsyariah yang

dikeluarkanolehperusahaan Takaful General, BumidaSyariah,

TripakartaSyariah, TuguPratamaSyariah, danMitraSyariah. Dari 7

(tujuh) ketentuan yang di analisisterhadapke 5 polis yang

dikeluarkanolehperusahaanAsuaransiSyariahtidakditemukanklasulabaku

yang bertentangandenganperaturanperundang-

undanganperlindungankosumen. Dapatdisimpulkan, bahwake 5

(lima)polis

yangdikeluarkanperusahaanasuransitelahsesuaidenganperaturanperundan

g-undanganperlindungankonsumenUndang-

UndangPerlindunganKonsumenNomor 8 Pasal 18 Tahun 1999.

5.2 Saran

1. Bagiperusahaanasuransisyariahagar

terusmeningkatkanpemahamanterkaitketentuan yang

mengaturtentangkontrakbakumelaluiperaturanperundang-

undanganperlindungankonsumen. Kemudian perusahaan Asuransi

Syariah harus meningkatkan dan mempebarui polis, jikalau terdapat

perubahan Undang-Undang Perlindungan Konsumen, POJK dan Fatwa

DSN nantinya.

2. Bagi Kementrian Keuangan dan Otoritas Jasa Keuangan diharapkan

dapat terus mensosialisasikan peraturan-peraturan yang terkait

perlindungan konsumen kepada seluruh lembaga perusahaan asuransi

syariah agar dapat mengikuti peraturan yang berlaku.

Page 102: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

90

3. Bagi Dewan Pengawas Syariah harus lebih teliti dalam mengawasi

mengenai penetapan prinsip-prinsip syariah dalam kontrak baku yang

dikeluarkanoleh perusahaan asuransi syariah.

Page 103: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

91

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Amrin. Meraih Berkah Melalui Asuransi Syariah. (Jakarta: PT. Elex

Media Kompetindo, 2011.

Abdullah Amrin. Asuransi Syariah. Jakarta: Elex Media Komputindo, 2006.

Abdulkadir Muhammad. Perjanjian Baku Dalam Praktik Perusahaan

Perdagangan. Bandung: Citra Aditya Bakti, 1992.

Ahmadi Mirudan Sutarman Yodo. Hukum Perlindungan Konsumen. Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada, 2004.

Agus Yudha Hernoko. Hukum Perjanjian Asas Proporsionalitas Dalam

KontrakKomersial. Jakarta: Kencana, 2010.

Agus Edi Sumanto, dkk., Solusi Berasuransi Lebih Indah Dengan Syariah, hal.

77.

Ah. Azharuddin Lathif dan Nahrowi, Pengantar Hukum Bisnis: Pendekatan

Hukum Positif dan Hukum Islam, (Tangerang Selatan: UIN Jakarta Press,

2013).

Abdullah Amrin. Meraih Berkah Melalui Asuransi Syariah. Jakarta: PT. Alex

Media Komputindo, 2011.

AM. Hasan Ali. Asuransi Dalam Perspektif Hukum Islam. Jakarta: Prenada

Media, 2004.

Abdul Rasyid Saliman, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan, (Jakarta: Prenada

Media Group, 2005), cet. Ke-6.

Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta:

RajaGrafindo Persada, 2004).

Burhanuddin S. Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah, cet. Ke-1.

Yogyakarta: GrahaIlmu, 2010.

Boy S. Sabarguna. Analisis Data Pada Penelitian Kualitatif. Jakarta: Universitas

Indonesia (UI-Press) 2005.

Burhan Bungin. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik,

dan Ilmu Sosial Lainnya, cet. Ke-4. Jakarta: Kencana, 2010.

Page 104: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

92

Endang Purwaningsih, Hukum Bisnis, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010).

Fathurrahman Djamil. Penerapan Hukum Perjanjian Dalam Transaksi di

Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Sinar Grafika, 2012.

Husain Husain Syahatah. Asuransi Dalam Persfektif Syariah. Jakarta: Amzah,

2006.

Suharnoko. Hukum Perjanjian Teori Dan Analisa Kasus. Jakarta: kencana, 2004.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, cet. Ke-20.

Bandung: Alfabeta, 2014.

Samiaji Sarosa. Penelitian Kualitatif: Dasar-Dasar, cet. Ke-1. Jakarta: PT.

Indeks. 2012.

Masri Singarimbundan Sofian Effendi. Metode Penlitian Survai, cet. Ke-4.

Jakarta: LP3ES, 1987.

Muhammad Maksum, Pertumbuhan Asuransi Syariah di Dunia dan Indonesia.

Jurnal: Iqtishad, Ekonomi Islam, Febuari 2009.

Muhammad Syakir Sula. Asuransi Syariah (Life and General): Konsep dan Sistem

Operasional. Jakarta: Gema Insani, 2004.

Muhaimin Iqbal. Asuransi Umum Syariah Dalam Praktik. Jakarta: Gema Insani

Press, 2005.

M. Amin Suma. Asuransi Syariah dan Asuransi Konvensional. Tangerang:

Kholam Publishing, 2006.

Mardani, Hukum Perikatan Syariah di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013)

Munir Fuady. Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis). Bandung:

Citra Aditya Bakti, 2003

Mariam Darus Badrulzaman, Aneka Hukum Bisnis, (Bandung: P.T. Alumni,

2005), cet. Ke-2.

Nurul Huda dan Mohammad Haykal. Lembaga Keuangan Islam: Tinjuan Teoritis

dan Praktis. Jakarta: Kencana, 2010.

Taufik Marjuniadi. Prinsip dan Operasional Asuransi Syariah Umum PT. Jaya

Proteksi Takaful. Jakarta 27 Oktober 2014.

Salim, Hukum Kontrak, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), cet. 4.

Page 105: KONTRAK BAKU PADA POLIS ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32947... · 2016-12-20 · PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

93

Sophar Maru Hutagalung, Kontrak Bisnis Di ASEAN Pengaruh Sistem Hukum

Common Law dan Civil Law, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), hal. 68.

Rahmat S.S. Soemadipradja, Penjelasan Hukum Tentang Keadaan Memaksa,

(Jakarta: Nasional Legal Reform Program, 2010

Wirdyaningsih. Bank dan Asuransi Islam Di Indonesia. Jakarta: Kencana,

2005.Zaeni Asyhadie, Hukum Bisnis: Prinsip dan Pelaksanaannya di

Indonesia, (Jakarta: Rajawali, 2014), hal.192.

Zulham, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta: Prenada Media Group 2013

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen.

Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 21/DSN-MUI/X/2001 Tentang Pedoman

Umum Asuransi Syariah.

Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 13/SEOJK.07/2014 Tentang

Perjanjian Baku.

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2013 Tentang Perlindungan

Konsumen Sektor Jasa Keuangan.

http://www.ojk.go.id/tugas-dan-fungsidiaksespada tanggal 9 desember 2015.