26
Berita KontraS No. 02/III-IV/2005 Hukuman mati masih saja berlangsung di negeri ini. Tahun ini tercatat 54 orang terpidana mati, yang sedang menunggu eksekusi, sebagian besar untuk kasus narkoba dan terorisme. Eksekusi hukuman mati ini masih saja diberlakukan, padahal jelas merupakan pelanggaran Hak Asasi Manusia yang mendasar, yaitu hak untuk hidup. Suatu hak yang dalam prinsip internasional dikenal sebagai non derogable rights (hak yang tidak dapat dikurangi dalam bentuk apapun), yang juga diatur dalam konstitusi Indonesia. Masalah inilah yang diangkat sebagai berita utama edisi kali ini. Wacana tentang pelaksanaan hukuman mati kembali ramai diperbincangkan. Negara tetap mempertahankan hukuman mati dalam hukumnya, sementara KontraS menegaskan bahwa proses/pelaksanaan hukuman mati ini jelas-jelas harus ditentang dan dihapuskan. Sementara itu, perkembangan penyelidikan kasus pembunuhan Munir mulai memperlihatkan titik terang. Pollycarpus, pilot garuda Indonesia telah ditetapkan sebagai salah satu satu tersangka. Meski harapannya kecil untuk mendapatkan informasi lebih lanjut (dari Pollycarpus) siapa dalang atau orang-orang yang terlibat dalam pembunuhan ini, tapi harapan itu, sekecil apapun harus terus hidup dan diperjuangkan. Perpanjangan masa kerja TPF oleh SBY menjadi bentuk lain untuk terus menyalakan harapan akan pengungkapan pembunuhan teman, sahabat dan guru kita, Munir. Dibeberapa daerah seperti Aceh, Ambon, Medan, Papua, Kalimantan Selatan, tindak kekerasan masih terjadi. Persoalan ini juga menjadi sorotan penting yang harus diungkap tuntas dan ditindaklanjuti. Sedang di lain pihak, reformasi dalam tubuh TNI seperti sebuah ‘janji’ yang kembali dinodai oleh para petinggi/pejabat TNI. Sesuatu yang memang sudah diperkirakan dari awal. Sesuatu yang hanya sebatas wacana belakang. Inilah topik-topik lain yang diangkat sebagai ulasan/informasi yang kami sajikan. Untuk itu, tak bosannya kami berseru kepada semua rekan dan saudara. Mari kita kobarkan terus semangat perjuangan untuk membela kebenaran dan keadilan bagi mereka yang tertindas. KontraS (Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan) dibentuk untuk menangani persoalan penculikan beberapa aktivis yang diduga berhubungan dengan kegiatan politik yang mereka lakukan. Dalam perjalanannya KontraS tidak hanya menangani masalah penculikan dan penghilangan orang secara paksa tapi juga diminta oleh masyarakat korban untuk menangani berbagai bentuk kekerasan yang terjadi baik secara vertikal di Aceh dan Papua maupun secara horizontal seperti di Maluku, Sambas, Sampit dan Poso. Selanjutnya, ia berkembang menjadi organisasi yang independen dan banyak berpartisipasi dalam membongkar praktek kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia sebagai akibat dari penyalahgunaan kekuasaan. KontraS diprakarsai oleh beberapa LSM dan satu organisasi mahasiswa, yakni: AJI, CPSM, ELSAM, KIPP, PIP- HAM, LPHAM, YLBHI dan PMII Badan Pekerja: Usman, Edwin, Sri, Ndrie, Nining, Abu, Victor, Sinung, Haris, Harits, Islah, Papang, Bonang, Helmi, Nur’ain, Bobby, Rintar, Ati, Dini, Guan Lee, Agus, Rohman, Heri. Federasi Kontras Mouvty, Ori, Gianmoko, Bustami, Epi Narti (Aceh), Oslan (Sumatera Utara), Pieter Ell (Papua). Badan Pekerja Kontras dibantu oleh relawan-relawan yang tersebar di seluruh Indonesia Redaksi Berita KontraS menerima kritik, saran dan tulisan untuk Berita KontraS Berita KontraS Diterbitkan oleh: KontraS (Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan). Penanggung Jawab: Usman Hamid Pemimpin Redaksi: Indria Fernida Redaktur Pelaksana: Hanny Sukmawati, Sidang Redaksi: Haris Azhar, Nining Nurhaya, Edwin Partogi dan Mufti Makaarim. Layout: ispro design. Kredit gambar pada sampul : marked.dp.ua dan www.istockphoto.com Alamat Redaksi: Jl. Borobudur No. 14 Menteng Jakarta Pusat 10320, Indonesia. Telp: 62-21-3926983, 62-21-3928564 Fax: 62-21-3926821 Email: [email protected], website: www.kontras.org KontraS sebuah lembaga Advokasi, yang berdiri bersama para korban & keluarga korban untuk membela hak asasi manusia dan menentang segala bentuk kekerasan, menerima segala jenis bantuan yang bersifat tidak mengikat dan memiliki konsekuensi dalam bentuk apapun yang akan menghambat, mengganggu dan berakibat pada berubahnya substansi dan atau pelaksanaan visi dan misi organisasi. Bantuan dapat dikirimkan ke rekening atas nama KontraS di BII Cab. Proklamasi No. Rek. 2-072-267196. Atau dapat dikirim langsung ke alamat redaksi. Untuk informasi lebih lanjut, hubungi Nining di 3926983 atau [email protected] 2 Salam Dari Borobudur Kontra S Redaksi

KontraS Salam Dari · PDF filedan bendera dari upacara ... Mengacu pada dasar prinsip kemanusiaan yang tercantum dalam berbagai hukum/perjanjian ... Padahal dalam amandemen kedua Undang-Undang

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KontraS Salam Dari · PDF filedan bendera dari upacara ... Mengacu pada dasar prinsip kemanusiaan yang tercantum dalam berbagai hukum/perjanjian ... Padahal dalam amandemen kedua Undang-Undang

Berita KontraS No. 02/III-IV/2005

Hukuman mati masih saja berlangsung di negeri ini. Tahun ini tercatat 54 orangterpidana mati, yang sedang menunggu eksekusi, sebagian besar untuk kasus narkoba danterorisme. Eksekusi hukuman mati ini masih saja diberlakukan, padahal jelas merupakanpelanggaran Hak Asasi Manusia yang mendasar, yaitu hak untuk hidup. Suatu hak yang dalamprinsip internasional dikenal sebagai non derogable rights (hak yang tidak dapat dikurangi dalambentuk apapun), yang juga diatur dalam konstitusi Indonesia.

Masalah inilah yang diangkat sebagai berita utama edisi kali ini. Wacana tentangpelaksanaan hukuman mati kembali ramai diperbincangkan. Negara tetap mempertahankanhukuman mati dalam hukumnya, sementara KontraS menegaskan bahwa proses/pelaksanaanhukuman mati ini jelas-jelas harus ditentang dan dihapuskan.

Sementara itu, perkembangan penyelidikan kasus pembunuhan Munir mulaimemperlihatkan titik terang. Pollycarpus, pilot garuda Indonesia telah ditetapkan sebagai salahsatu satu tersangka. Meski harapannya kecil untuk mendapatkan informasi lebih lanjut (dariPollycarpus) siapa dalang atau orang-orang yang terlibat dalam pembunuhan ini, tapi harapanitu, sekecil apapun harus terus hidup dan diperjuangkan. Perpanjangan masa kerja TPF olehSBY menjadi bentuk lain untuk terus menyalakan harapan akan pengungkapan pembunuhanteman, sahabat dan guru kita, Munir.

Dibeberapa daerah seperti Aceh, Ambon, Medan, Papua, Kalimantan Selatan, tindakkekerasan masih terjadi. Persoalan ini juga menjadi sorotan penting yang harus diungkaptuntas dan ditindaklanjuti. Sedang di lain pihak, reformasi dalam tubuh TNI seperti sebuah‘janji’ yang kembali dinodai oleh para petinggi/pejabat TNI. Sesuatu yang memang sudahdiperkirakan dari awal. Sesuatu yang hanya sebatas wacana belakang.

Inilah topik-topik lain yang diangkat sebagai ulasan/informasi yang kami sajikan.Untuk itu, tak bosannya kami berseru kepada semua rekan dan saudara. Mari kita kobarkanterus semangat perjuangan untuk membela kebenaran dan keadilan bagi mereka yang tertindas.

KontraS (Komisi Untuk Orang Hilang

dan Korban Tindak Kekerasan)

dibentuk untuk menangani persoalan

penculikan beberapa aktivis yang

diduga berhubungan dengan

kegiatan politik yang mereka lakukan.

Dalam perjalanannya KontraS tidak

hanya menangani masalah

penculikan dan penghilangan orang

secara paksa tapi juga diminta oleh

masyarakat korban untuk menangani

berbagai bentuk kekerasan yang

terjadi baik secara vertikal di Aceh dan

Papua maupun secara horizontal

seperti di Maluku, Sambas, Sampit

dan Poso. Selanjutnya, ia

berkembang menjadi organisasi yang

independen dan banyak berpartisipasi

dalam membongkar praktek

kekerasan dan pelanggaran hak asasi

manusia sebagai akibat dari

penyalahgunaan kekuasaan.

KontraS diprakarsai oleh beberapa

LSM dan satu organisasi mahasiswa,

yakni: AJI, CPSM, ELSAM, KIPP, PIP-

HAM, LPHAM, YLBHI dan PMII

Badan Pekerja:

Usman, Edwin, Sri,

Ndrie, Nining, Abu, Victor, Sinung,

Haris, Harits, Islah, Papang, Bonang,

Helmi, Nur’ain, Bobby, Rintar, Ati, Dini,

Guan Lee, Agus, Rohman, Heri.

Federasi Kontras

Mouvty, Ori, Gianmoko, Bustami,

Epi Narti (Aceh),

Oslan (Sumatera Utara),

Pieter Ell (Papua).

Badan Pekerja Kontras dibantu oleh

relawan-relawan yang tersebar

di seluruh Indonesia

Redaksi Berita KontraS menerima

kritik, saran dan tulisan untuk Berita

KontraS

Berita KontraSDiterbitkan oleh: KontraS (Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan).Penanggung Jawab: Usman HamidPemimpin Redaksi: Indria FernidaRedaktur Pelaksana: Hanny Sukmawati, Sidang Redaksi: Haris Azhar, Nining Nurhaya, EdwinPartogi dan Mufti Makaarim.Layout: ispro design.Kredit gambar pada sampul : marked.dp.ua dan www.istockphoto.com

Alamat Redaksi: Jl. Borobudur No. 14 Menteng Jakarta Pusat 10320, Indonesia.Telp: 62-21-3926983, 62-21-3928564 Fax: 62-21-3926821Email: [email protected], website: www.kontras.org

KontraS sebuah lembaga Advokasi, yang berdiri bersama para korban & keluarga korbanuntuk membela hak asasi manusia dan menentang segala bentuk kekerasan, menerima segalajenis bantuan yang bersifat tidak mengikat dan memiliki konsekuensi dalam bentuk apapunyang akan menghambat, mengganggu dan berakibat pada berubahnya substansi dan ataupelaksanaan visi dan misi organisasi. Bantuan dapat dikirimkan ke rekening atas nama KontraSdi BII Cab. Proklamasi No. Rek. 2-072-267196. Atau dapat dikirim langsung ke alamat redaksi.Untuk informasi lebih lanjut, hubungi Nining di 3926983 atau [email protected]

2

Salam Dari BorobudurKontraS

Redaksi

Page 2: KontraS Salam Dari · PDF filedan bendera dari upacara ... Mengacu pada dasar prinsip kemanusiaan yang tercantum dalam berbagai hukum/perjanjian ... Padahal dalam amandemen kedua Undang-Undang

Berita KontraS No. 02/III-IV/2005

Praktek Hukuman Mati,Matinya Hukum Nurani!

Delapan orang terpidana akan dieksekusi mati tahun ini. Padahal, hukuman mati harus ditolak karena hukuman matimerupakan pelanggaran terhadap hak asasi manusia (HAM) yang paling dasar; hak untuk hidup. Hak untuk hidup,

sebagaimana dijamin dalam Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia, tidak bisa dilanggar, dikurangi, atau dibatasi dalamkeadaan apapun. Tetapi, mengapa hukuman mati ini tetap dilaksanakan? Inikah sisi buruk potret hukum di Indonesia?

20 Maret 2005, dini hari, Astini (51 tahun), wanita yang divonis mati olehPN Surabaya pada 17 Oktober 1996, “dipaksa” menghembuskan napasakhirnya di depan regu tembak, yang terdiri dari 12 orang anggota BrigadeMobil (Brimob) Kepolisian Daerah Jawa Timur. Wanita separuh baya inisebelumnya telah mencoba “memperpanjang” hidupnya lewatpermohonan grasi kepada Presiden (Megawati) tahun lalu (2004). Astinimenjadi orang keempat yang dieksekusi mati dalam kurun 1 tahunterakhir. Tiga terpidana mati lain, sebelumnya telah dieksekusi di SumateraUtara untuk kasus narkoba. Sementara masih ada 53 orang terpidanamati yang akan dieksekusi - sebagian besar untuk kasus pidana narkobadan terorisme - yang belum dieksekusi, bila mengacu pada data dari JaksaAgung RI.

Hukuman Mati telah menjadi wacana dan berkembang pada lima tahunterakhir ini. Berbagai tesis memang bisa dikembangkan untuk mencarijawab mengapa hal ini bisa dan bahkan terus dilakukan. Apakah benarkondisi ini lahir dari kesadaran membangun sistem hukum yangberwibawa atau justru dikembangkan untuk mengatasi ketidakwibawaanhukum yang semakin terbuka?

Yang patut diperhatikan bahwa hukuman mati jelas tidak bisa didekatilewat cara pandang normatif. Fakta penerapan hukuman mati sepanjangsejarah hukum di Indonesia, lebih terlihat sebagai instrumen politikpenguasa yang gagal menghormati demokrasi dan hak asasi manusia.Proses pertumbuhan berbagai ketentuan hukum yang melandasihukuman mati, pada akhirnya, secara langsung mengantarkan kita untuklebih dekat memahami watak rezim penguasa di balik aturan-aturanhukum tersebut, ketimbang kritis terhadap soal hukuman mati itu sendiri.Dengan kata lain kita terpaksa meng-iya-kan pelaksanaan hukuman mati.

Fakta-fakta sejarah yang ada juga menunjukkan bahwa penerapanhukuman mati telah menjadi bagian dari “kekayaan politik” rezim yangberkuasa. Mereka (terpidana mati) ini tidaklah otomatis/langsung akanberhadapan dengan regu tembak, tetapi mereka masih harus bertarungdengan keputusan politik (Grasi) yang dimiliki oleh Presiden sebagaikepala negara. Nasib hidup para terpidana mati seolah berada danditentukan oleh kebaikan hati Presiden. Ketika itulah, hidup dan esensisebagai manusia (dari terpidana mati), telah berubah menjadi angka-angkadan bendera dari upacara simbolik kekuasaan. Terpidana mati hanya resahmenunggu tanggal “kematian”. Sementara negara semakin “berwibawa”karena merasa telah melakukan “pembasmian terhadap penyakitmasyarakat”. Putusan hukuman mati ini telah mengantarkan pencabutanindentitas terpidana sebagai manusia dan ia segera berubah menjadi“ekperimen sanksi” mengatasi kejahatan.

Seharusnya, apapun jawaban dan “dalih-dalih” yang dipergunakan,pelaksanaan hukuman mati (death penalty/capital punishment) haruslahdihapuskan/ditolak keras. Dua alasan dasar yang bisa dikatakan mengapahukuman mati wajib ditolak, pertama, atas dasar prinsip hukum HAM;

nilai kemanusiaan harus diatas segala-galanya, termasuk hukumpositif. Kedua, atas dasar realitas pelaksanaan hukum di Indonesiayang masih tidak netral dan korup.

Hak fundamental

Mengacu pada dasar prinsip kemanusiaan yang tercantum dalamberbagai hukum/perjanjian HAM internasional, dimana Indonesiajuga menjadi negara pesertanya, maka hukuman mati harus ditolakkarena merupakan pelanggaran hak asasi manusia yang paling penting,yakni hak untuk hidup (right to life). Hak fundamental (non-derogablerights) ini merupakan jenis hak yang tidak bisa dilanggar, dikurangi,atau dibatasi dalam keadaan apapun, baik dalam keadaan darurat,perang, termasuk bila seseorang menjadi narapidana.

Hak untuk hidup merupakan hak dasar setiap manusia yang wajibdilindungi oleh negara dalam keadaan apapun. Hal ini semakin tegasdan jelas jika dilihat pada posisi Indonesia sebagai anggotaPerserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Konsekwensi dari posisi iniadalah Indonesia terikat secara moral pada Deklarasi Umum HakAsasi Manusia (DUHAM). Lebih jauh, tahun ini Presiden SoesiloBambang Yudhpyono telah berkomitmen akan menandatanganiKovenan Internasional Hak Sipil Politik.

Sisi lain yang paling terlihat jelas, hukuman mati memiliki pelanggaranHAM serius lainnya, yakni, pelanggaran dalam bentuk tindakpenyiksaan (psikologis), kejam dan tidak manusiawi. Hal ini bisaterjadi karena umumnya rentang antara vonis hukuman mati denganeksekusinya berlangsung cukup lama. Ironisnya, Indonesia sendiritelah meratifikasi Konvensi Anti Penyiksaan dan telah diadopsimenjadi Undang Undang No.5/1998 tentang Ratifikasi KonvensiAnti Penyiksaan.

Hukuman mati juga bertentangan dengan perkembangan peradabanbangsa-bangsa di dunia saat ini. Amensty Internasional, mencatathingga 1 Oktober 2004, terdapat 118 negara (dengan rata-ratapertambahan 3 negara tiap tahun), yang telah menghapuskanhukuman mati, baik dalam aturan dan mekanisme hukumnyamaupun dalam prakteknya/penegakan hukumnya. Bahkan dari 118negara, 24 diantaranya telah memasukkan penghapusan hukumanmati ke dalam konstitusinya. Wilayah yang negara-negaranya palingaktif menghapus praktek hukuman mati adalah Afrika. PadahalAfrika kita ketahui sebagai wilayah yang memiliki kultur, sistem politik,dan struktur sosial yang mirip dengan Indonesia.

Harus Ditolak

Atas dasar pertimbangan politik hukum yang ada di Indonesia,maka hukuman mati “wajib” ditolak. Ada beberapa hal yang menjadi

BERITA UTAMA

3

Page 3: KontraS Salam Dari · PDF filedan bendera dari upacara ... Mengacu pada dasar prinsip kemanusiaan yang tercantum dalam berbagai hukum/perjanjian ... Padahal dalam amandemen kedua Undang-Undang

Berita KontraS No. 02/III-IV/2005

landasan dari argumentasi ini, yakni; karakter reformasi yang berjalansampai saat ini di Indonesia belum melahirkan atau menunjukkansistem peradilan yang independen, tidak memihak, dan aparatusyang ‘bersih’ dan cerdas. Lemah dan rendahnya kapasitas sistemperadilan bisa sangat memungkinkan munculnya proses pemeriksaanyang salah. Maka besar pula kemungkinan melahirkan putusan-putusan yang salah, seperti hukuman mati. Parahnya, pelaksanaanhukuman mati tidak akan dikoreksi oleh negara ketika kebenaranyang berpihak pada terpidana muncul kemudian setelah pelaksanaanhukuman mati.

Kasus hukuman mati Sengkon dan Karta yang terjadi/dilaksanakandi masa lalu di Indonesia, menjadi pelajaran berharga yang pahitbuat kita khususnya untuk “dunia hukum” di Indonesia. Hukumsebagai sebuah institusi buatan manusia tentu tidak selalu benardan selalu bisa salah. Bahkan, menurut riset Amensty Internasional,di Amerika Serikat (sejak 1973) sekalipun telah terjadi kesalahansistem judisial terhadap 116 orang terpidana mati.

Hukuman mati telah gagal menjadi faktor utama untukmenimbulkan efek jera, dibandingkan dengan jenis hukumanlainnya. Kajian PBB tentang hukuman mati (capital punishment) danangka pembunuhan antara 1988-2002 berujung pada kesimpulan,bahwa hukuman mati tidak membawa pengaruh apapun terhadappenghentian tindak pidana pembunuhan atau tindak pidana lainnya.Meningkatnya kejahatan narkoba, terorisme, atau kejahatan/kriminallainnya, tidak semata-mata disebabkan oleh ketiadaan hukuman mati,namun oleh problem lainnya seperti problem struktural (kemiskinan,pendidikan rendah), dan aparat hukum/negara yang korup. Bahkanuntuk kejahatan terorisme, hukuman mati umumnya justru menjadifaktor yang menguatkan berulangnya tindakan di masa depan.Hukuman mati justru menjadi amunisi ideologis (baca: konsekwensiperjuangan) untuk tetap dan terus atau bahkan meningkatkanradikalisme dan militansi dalam melakukan suatu tindakan.

Sementara itu, praktek hukuman mati di Indonesia selama ini masihbias kelas dan diskriminatif. Hukuman mati tidak pernah menjangkaupelaku dari kelompok masyarakat menengah keatas yang (diduga)melakukan tindak kejahatan serius. Para pelaku korupsi dan pelakupelanggaran berat HAM yang mengakibatkan banyak jatuh korbandan merugikan ekonomi orang banyak tidak pernah divonis mati.

Patut dicatat bahwa penerapan hukuman mati menunjukkankontradiksi aturan hukum di Indonesia. Pelaksana hukuman matiselalu mengatakan bahwa hukuman mati sesuai dengan hukumpositif Indonesia. Padahal dalam amandemen kedua Undang-Undang Dasar 1945 tahun 2000, telah menjamin hak untuk hidupsetiap warganegara Indonesia. Dalam pasal 28 I dikatakan “hakuntuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran danhati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untukdiakui sebagai pribadi di hadapan umum, dan hak untuk tidakdituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasimanusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaaan apapun.”

Tidak hanya di aturan hukum, dalam hal sikap politik PemerintahIndonesia juga memperlihatkan sikap yang bertentangan dalam soalhukuman mati. Pemerintah (dimasa Presiden Megawati) pernah

mengajukan permohonan kepada Pemerintah Arab Saudi untuk tidakmenjalankan hukuman mati kepada Kartini, seorang Tenaga KerjaPerempuan, dengan alasan kemanusiaan. Namun, hal ini tidak terjadipada kasus hukuman mati Warga Negara Asing di Sumatera Utara tahunlalu dan Astini, pertengahan Maret 2005 di Jawa Timur.

Penerapan hukuman mati juga kontraproduktif bagi penjaminan pekerjahak asasi manusia di Indonesia. Para pekerja HAM dan masyarakat yangpro penegakkan HAM di Indonesia sangat berkepentingan agar kasuspembunuhan Munir diungkap. Dengan terbongkarnya kasuspembunuhan terhadap Munir akan banyak pelajaran yang bisa diambiluntuk penghormatan HAM kedepan di Indonesia. Tetapi upayapembongkaran kasus Munir sempat terhambat karena Pemerintah Belandatidak mau “kooperatif ” dalam hal menyerahkan beberapa buktipembunuhan Munir. Hal ini terjadi karena Pemerintah Belanda terikatdengan protokol (6) Konvensi Eropa mengenai penghapusan hukumanmati. Konsekwensinya Pemerintah Belanda tidak akan bekerjasama,termasuk dengan Indonesia, dalam sebuah proses atau upaya hukumyang ancaman hukumannya berupa hukuman mati bagi pelakunya.

Tidak Bertanggungjawab

Beberapa waktu lalu, Kejaksaan Agung (Jaksa Agung, AbdurrahmanSaleh) mengajukan sebuah tata cara baru dalam pelaksanaan hukumanmati; dari cara ditembak menjadi digantung atau disuntik mati.Persoalannya, bukan pada perubahan cara, tetapi penghukuman harusdihentikan. Perubahan cara hukuman mati tidak akan berpengaruh apapunbagi upaya membangun penegakan hukum yang lebih manusiawi.Perubahan cara dengan menggunakan dalih meminimalisir deritaterpidana, hanya ilusi seakan-akan ada perubahan cara hukuman mati kebentuk yang lebih manusiawi. Padahal hukuman mati, dengan caraperubahan apapun, terus dilaksanakan. Oleh karenannya, pilihan caratidak dapat menjadi pembenaran untuk melaksanakan hukuman mati.

KontraS juga mempertanyakan sikap Kejaksaan Agung yang menolakmemberi informasi jumlah terpidana mati, data terpidana yangmemperoleh kekuatan hukum tetap dan terpidana mati yang tengahmenanti eksekusi. Sikap tersebut adalah sikap yang tidakbertanggungjawab, bertentangan dengan prinsip dasar dari penegakanhukum yang demoktaris, bahkan standar minimum hukum acara pidanayang menghormati hak-hak asasi terpidana.

Seharusnya, data diatas tidak dikategorikan “rahasia negara”. Sikapkejaksaan Agung malah membangun kecurigaan publik terhadapketidakberesan pelaksaan hukuman mati, misalnya kondisi terpidana matidalam tahanan. Padahal, publik memiliki kebebasan untuk memperolehinformasi, apalagi menyangkut pelaksanaan putusan hukum.

Sifat putusan hukum perkara pidana maupun perdata adalah terbuka,sehingga alasan menutup-nutupi pelaksanaan hukuman mati hanyadibuat-buat. Kejaksaan Agung tidak dapat menutup akses publik atasinformasi soal hukuman mati menggunakan Alasan bahwa hukumanmati merupakan persoalan yang “sensitif ”, dan mendapat sorotan tajamdi dalam negeri serta di luar negeri. Sorotan publik didalam negeri dandiluar negeri harus dilihat secara kontruktif bagi upaya penegakan hukumyang demokratis.

4

BERITA UTAMA

Page 4: KontraS Salam Dari · PDF filedan bendera dari upacara ... Mengacu pada dasar prinsip kemanusiaan yang tercantum dalam berbagai hukum/perjanjian ... Padahal dalam amandemen kedua Undang-Undang

Berita KontraS No. 02/III-IV/2005

Berdasarkan realitas yang ada inilah, KontraS mendesak :

· Untuk menghentikan berlangsungnya eksekusi bagi terpidana hukuman mati dalam waktu dekat. Untuk itu perlu adanya upayaintervensi politik dari Presiden. Presiden SBY kiranya juga dapat meninjau ulang rencana eksekusi Jaksa Agung bagi terpidana matiyang grasinya ditolak Presiden pada periode lalu (lihat lampiran).

· Selanjutnya, Presiden hendaknya dapat segera meratifikasi Kovenan Internasional Sipil Politik, berikut kedua Protokol Tambahannya(Optional Protocol I & II), sebagaimana yang telah tertuang dalam Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia (RAN HAM) 2004-2009.

· Secara strategis dalam jangka panjang, perlu dilakukan pencabutan hukuman mati di berbagai produk hukum Indonesia, mulai dariKUHP dan beberapa UU yang relevan.

· Menyerukan kepada masyarakat luas untuk membuat petisi menolak pemberlakuaan hukuman mati ke Presiden/DPR.· Bila penghapusan hukuman mati itu dilakukan baik melalui mekanisme hukum atau politik, berarti mengangkat martabat Indonesia

dimata komunitas internasional sebagai salah satu negara yang menghargai Hak Asasi/Hak Fundamental dari seorang manusia.***

5

BERITA UTAMA

Daftar Terpidana Mati yang Segera Dieksekusi

Page 5: KontraS Salam Dari · PDF filedan bendera dari upacara ... Mengacu pada dasar prinsip kemanusiaan yang tercantum dalam berbagai hukum/perjanjian ... Padahal dalam amandemen kedua Undang-Undang

Berita KontraS No. 02/III-IV/2005

Hukuman Mati, Bukan Sekadar Penerapan Hukum Positif

Oleh Usman Hamid*

PENERAPAN hukuman mati terus diperdebatkan sejumlahkalangan, pemerintah dengan masyarakat dan dalam masyarakatsendiri, sebagaimana terlihat pada polling Kompas.

Berlangsungnya pro kontra yang cukup lama ini bisa jadi menemuijalan buntu jika seandainya pemerintah, para hakim dan pembuatundang-undang di Senayan tidak mampu mengambil langkahinovatif yang manusiawi atas kontroversi ini. Pertentangan undang-undang secara hierarki, dualisme produk hukum setingkat undang-undang, ambiguitas sikap pemerintah memandang hukuman mati,kewajiban moral internasional pemerintah Indonesia terhadapsejumlah ketentuan internasional adalah sederetan persoalan yangharus dijawab dan dijelaskan kepada masyarakat, untuk mengakhiripro kontra tersebut. Termasuk bagaimana semestinya kitamemandang polemik ini agar supaya nasib para terpidana mati itumemperoleh kejelasan, kejelasan yang bisa jadi sesuatu yang sangatmenyedihkan dan tidak pernah diharapkan sebelumnya oleh parakeluarganya dan sebagian masyarakat. Rasanya kita perlu menguraikanawal mula perdebatan penting ini, minimal kita dapat mengerti letakpersoalannya untuk selanjutnya menentukan sikap.

JIKA saya tidak salah, awal mula hangatnya perdebatan ini dipicuoleh belum dieksekusinya sejumlah putusan hukuman mati yangdijatuhkan para hakim di beberapa pengadilan hingga membuatMenteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia (HAM) tampak kesal.Pasalnya, sang Menteri meminta agar terpidana mati dapat segeradieksekusi, namun eksekusi tak kunjung dilakukan. Penolakanpresiden atas permohonan grasi sejumlah warga negara yang menerimaputusan pidana mati itu kembali menegaskan sikap resmi pemerintahuntuk menerapkan hukuman mati. Walhasil, penolakan tersebutmendapat berbagai reaksi keras.

Kalangan ornop HAM menilai hukuman mati bertentangan denganPasal 28 I butir 1 UUD 45 (Amandemen Kedua) yang menegaskanbahwa hak untuk hidup adalah hak asasi manusia yang tidak dapatdikurangi dalam keadaan apa pun. Artinya, seluruh produk hukumyang masih mencantumkan hukuman mati sebagai ancaman pidana,harus diubah. Pada pijakan ini, presiden dianggap tidak memilikialasan yang cukup untuk menentang ketentuan konstitusi tersebut.

Sebaliknya, banyak pendapat yang setuju atas penerapan hukumanmati. Sejauh tidak bertentangan dengan asas konstitusionalitas,mereka berpendapat hukuman mati masih perlu diterapkan untukkejahatan tertentu. Mereka menyatakan sepanjang hukuman matimasih dicantumkan di undang-undang seperti KUHP, makapenerapan hukuman mati tentu harus dilakukan, tidak bisa dihindari.Salah seorang anggota Komnas HAM menunjuk ketentuan UUD45 Pasal 28 J yang menyebut adanya pembatasan terhadap pelaksanaanhak dan kebebasan dalam pasal yang sama, yang berbunyi “Dalammenjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tundukkepada pembatasan yang ditetapkan undang-undang.” (Kompas,18/2). Termasuk yang setuju dengan pendapat ini adalah MenteriKehakiman dan HAM serta Ketua Mahkamah Agung (MA).Ironisnya, Ketua MA mengatakan bahwa pihaknya tidak mempunyaisikap apa-apa mengenai hukuman mati karena hanya melaksanakan

ketentuan undang-undang yang berlaku. Menurut dia, selama ketentuanUU dalam hal-hal tertentu masih mengancamkan pidana mati memanghakim diberi kemungkinan untuk menjatuhkan hukuman mati itu (19/2). Begitu sempitkah pandangan Hakim Agung kita?

DARI segi legalistik, apakah adanya undang-undang seperti KUHP yangmengandung ancaman pidana mati, sertamerta menjustifikasi eksekusihukuman mati? Bagaimana dengan undang-undang yang lain? Sebutsaja misalnya, UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusiayang juga menjamin hak-hak seperti yang tertera di dalam UUD 45. Disitu jelas dan tegas dikatakan bahwa “hak untuk hidup, hak untuk tidakdisiksa, dan seterusnya, adalah hak-hak manusia yang tidak dapat dikurangidalam keadaan apa pun dan oleh siapa pun.” Kalau demikian halnya,apakah dualisme hukum seperti ini yang merupakan sumber masalah,para pembuat undang-undang, atau justru masalahnya ada pada itikadbaik pemerintah, terutama presiden. Tentu tidak sulit sebenarnya untukmenjawab pertanyaan ini, seandainya saja kita mau jujur.

HUKUMAN mati, yang biasa disebut capital punishment atau deathpenalty, merupakan isu yang telah diperdebatkan cukup lama dalamberbagai forum internasional. Tahun 1994, ketika UN General Assemblymempertimbangkan perlunya sebuah resolusi untuk me-restricthukuman mati dan mendorong moratorium untuk eksekusi-eksekusitersebut, Singapura menyerukan bahwa hukuman mati bukan sebuahisu HAM. Akhirnya 74 negara abstain dalam voting dan resolusitersebutgagal. Meski demikian, negaranegara penentang hukuman matiyang terus meningkat tetap menempatkan hukuman mati dalam kontekshak asasi manusia. Tahun 1997, UN High Commission on HumanRights menyetujui sebuah resolusi yang menyatakan bahwa “abolitionof the death penalty contributes to the enhancement of human dignityand to the progressive development of human rights.” Catatan PusatInformasi Hukuman Mati (Death Penalty Information Center)menunjukkan, dalam upaya penghapusan hukuman mati, negara-negaraanggota Council of Europe telah membentuk sebuah protokol (6) padaKonvensi Eropa tentang HAM yang menuntut penghapusan hukumanmati. Begitu juga dengan Konvensi Amerika tentang HAM denganprotokol tambahan mendukung pengakhiran hukuman mati. Bahkan,penghapusan hukuman mati yang disyaratkan Uni Eropa terhadap negara-negara yang sedang mengajukan keanggotaannya, telah membuahkanpenghentian di banyak negara Eropa Timur. Russia bahkan mengubahhukuman mati bagi 700 orang yang tengah menunggu eksekusi, dansedang mempertimbangkan perubahan legislasi menuju penghapusanhukuman mati. Polandia, Yugoslavia, Serbia, dan Montenegro sudahmemutuskan penghapusan hukuman mati, kecuali di waktu perang.Dengan melihat perkembangan dunia seperti itu, masihkah kita inginmengasingkan diri atas nama kesetiaan pada hukum positif ?

MEMBANGUNKAN konsensus dalam masyarakat kita tentu tidakmudah, termasuk di antara bangsa-bangsa. Harus melewati perjuanganpanjang dan melibatkan semua kalangan, baik masyarakat dan pemerintah.Tentu ini merupakan tantangan berat bagi human rights defender saatini. Amnesty Internasional adalah salah satu organisasi HAM yang teruskonsisten memperjuangkan penghapusan hukuman mati. Hingga saatini, setiap tahunnya, Amnesty mengeluarkan laporan HAM yangmenyebut sejumlah negara yang masih mempertahankan penggunaan

6

BICARA

Page 6: KontraS Salam Dari · PDF filedan bendera dari upacara ... Mengacu pada dasar prinsip kemanusiaan yang tercantum dalam berbagai hukum/perjanjian ... Padahal dalam amandemen kedua Undang-Undang

Berita KontraS No. 02/III-IV/2005

BICARA

7

hukuman mati. Menurut Amnesty, pada tahun 1986 sebanyak 46 negaratelah menghapus hukuman mati untuk kajahatan biasa (ordinary crimes).Enam belas tahun kemudian (tahun 2002), bertambah menjadi 89 negara.Di luar dari jumlah tersebut, terdapat 22 negara yang telah menghentikanpraktik penerapan hukuman mati, meski hukum positif tentangpenggunaan hukuman mati itu masih berlaku. Dengan demikian, negarayang menentang penggunaan hukuman mati seluruhnya berjumlah 111negara, melebihi jumlah 84 negara yang masih mempertahankan hukumanmati.

Menurut William Schabbas, 15 tahun yang lalu perdebatan soal hukumanmati tidak muncul mengingat banyaknya negarapendukung hukumanmati. Dengan melihat catatan Amnesty tadi, dapat kita bayangkan betapadramatisnya perubahan global dunia menentang penggunaan hukumanmati, setelah selama berabad- abad, hampir seluruh negara di mana punmenerapkan hukuman mati.

Alasan penghapusan hukuman mati di negara-negara itu bervariasi.Sebagian dari mereka dikarenakan pengertian yang lebih luas tentang artihak asasi manusia. Spanyol, meninggalkan hukuman mati denganmenyatakan; “what more degrading or afflictive punishment can be imagined thanto deprive a person of his life.” Switzerland menghapus hukuman mati karena thedeath penalty constituted “a flagrant violation of the right to life and dignity”(hukuman mati merupakan sebuah pelanggaran yang keji dari hak atashidup dan martabat).

Terakhir, seorang hakim Constitutional Court di Afrika Selatan melaranghukuman mati dalam konstitusi baru dan menyebut hak atas hidupsebagai “hak-hak yang paling terpenting dari semua hak asasi manusia...dan ini harus ditunjukan oleh negara dalam semua tindakannya, termasukcara menghukum kriminal.”

BERKAITAN hukuman mati, Kovenan Internasional tentang Hak-hak Sipil dan Politik (Pasal 6 butir 1) disebutkan, “every humanbeing has the right to life. This right shall be protected by law. Noone shall be arbitrarily deprived of his life.”

Dalam butir selanjutnya dijelaskan bahwa di negara-negara yangbelum menghapus penggunaan hukuman mati, vonis mati bolehditerapkan hanya untuk kejahatan yang sangat serius (the most seriouscrimes) sesuai hukum yang berlaku pada saat tindak kejahatandilakukan dan tidak bertentangan dengan provisi-provisi Kovenanini dan Konvensi Pencegahan dan Penghukuman KejahatanGenosida.

Kovenan ini menegaskan, “Siapa pun yang divonis mati harusmemiliki hak untuk memperjuangkan pemaafan atau penguranganhukuman dari vonis yang dijatuhkan. Pengampunan, pemaafan ataupengurangan hukuman dari vonis mati dapat diberikan pada semuakasus.”Meskipun Indonesia tidak meratifikasi kovenan tersebut, bukanberarti kemudian pemerintah begitu saja mengabaikan moralitaskewajiban internasionalnya sebagai bangsa yang beradab. Tentu kitamasih ingat kasus Kartini, seorang TKW yang diancam pidana matidi bawah yurisdiksi hukum negara lain. Kalau tidak salah, ketika itupemerintah dengan cukup gigih menentang rencana penerapanhukuman mati terhadap warga negaranya yang bekerja di Saudi Arabia.

Kemungkinan lemahnya objektivitas penyelidikan, resiko-resiko fatalerror yang muncul atau menjatuhkan hukuman secara salah adalahsedikit dasar pijakan pemerintah menentang hukuman mati tersebut.Kalau memang saat itu bisa dilakukan, kenapa saat ini pemerintahtidak mau?***

* Koordinator KontrasDimuat di Harian Kompas, Jumat, 28 Februari 2003

Surat Buat Presiden

Kepada yth:Presiden Republik IndonesiaBpk. Susilo Bambang YudhoyonoDi- Jakarta

Dengan Hormat,Bersama surat ini kami terpidana mati sesuai putusan Mahkamah Agung Reg. N0 72 PK/PID/2002, mengajukan permohonan grasi.Dengan nomor 01/TP. HAM/II/2005, yang diajukan penasehat hukum kami. Akan tetapi kami secara pribadi melampirkan beberapakejadian/kronologi sebagai baham pertimbangan bapak presiden, yang semula sudah kami sampikan beberapa waktu yang lalu akan tetapitidak ditindak lanjuti para oknum-oknum yang menangnai perkara kami. Kami sangat kecewa dan merasa dipermaikan padahal kebenaransudah kami ungkapkan.Pada kesempatan inilah kami memohon kepada bapak presiden dapat menyikapi suara hati kami orang kecil yang dijadikan korban/tumbaloleh oknum-oknum yang berperan sehingga terciptanya konflik yang hingga sampai saat ini yang tidak tersentuhn oleh hukum. Putusan matibagi kami yang dikeluarkan oleh mahkamah agung bukanlah suatu jalan keluar utama terciptanya perdamaian di kota Posso yang dikenaldengan semboyan “Sintuwu Maroso” yang artinya persatuan, tetapi yang pasti yang di idam-idamkan masyarakat umumnya yaitu kebenaransecara hukum harus disingkirkan.Demikian surat keterangan ini kami buat dengan benar walau segala kemungkinan resiko yang akan kami terima akibat penyampaian kami.Kami yakin bapak Presiden dapat menerima dengan bijaksana suara hati kami yang menjerit sebagai orang kecil. Kami hanya dapat berdoasemoga kebenaran akan berfihak kepada yang benar sehingga kedamaian, kerukunan dan rasa aman tercipta di bumi Sintuwu Marosso, yaitukota Posso yang sama-sama kami cintai. Terimkasih. Damai sejahtera menyertai kita semua.

Palu, April 2005Fabianus Tibo Marinus Riwu Dominggus Dasilva

Suara Korban

Page 7: KontraS Salam Dari · PDF filedan bendera dari upacara ... Mengacu pada dasar prinsip kemanusiaan yang tercantum dalam berbagai hukum/perjanjian ... Padahal dalam amandemen kedua Undang-Undang

Berita KontraS No. 02/III-IV/2005

“Saya Ingin Mati Di Tengah-tengah Perjuangan”Oleh: Anwar Umar

Tidak pernah terpikir sedikitpun dalam benak lelaki tua ini perjalanan hidupnya. Ia hanyabisa pasrah menjalani semuanya. Meski kepahitan, penderitaan dan duka seakan tak hentimenjadi teman hingga usia tuanya. Pria yang menghabiskan sebelas tahun di penjara ini,hanya bisa berjuang hingga sisa hidupnya. Berjuanguntuk mencari keadilan dan hukum

atas apa yang tidak pernah ia lakukan.

Anwar Umar (76 thn), belum genap enambelas tahun mendaftarkandiri untuk ikut BKR (Badan Keamanan Rakyat) di Lampung. Saat itudirinya hampir ditolak lantaran usianya yang masih sangat muda.Toh, akhirnya ia dipercaya menjadi “mata-mata” Jepang. Tugasnyamengawasi barak-barak Jepang, termasuk menyelidiki kekuatansenjata dan jenis senjata yang dipergunakan Jepang.

Dari sinilah perjalanan karier Umar dimulai. Di tahun 1950 ia sudahdiangkat menjadi Sersan, tahun yang sama ia sempat pindah ke Jakartasaat revolusi milter meletus. Di tahun yang sama ia jugamengundurkan diri dari BKR. Setelah beberapa lama menetap diJakarta, Umar kembali ke Lampung. Niatnya untuk kembali kekesatuan tidak memungkinkan lagi. “Saat itu kesatuan sudah terpecah-belah. Akhirnya saya malah diangkat sebagai staf Gubernur,merangkap staf Perwakilan Pemerintahan Lampung yang masih adadi Jakarta,” kata Kakek dari belasan cucu ini.

Ketika peristiwa 65/PKI meletus, kondisi di Lampung-pun sudahsangat panas. Semua orang-orang partai sudah habis ditangkap. Umarsendiri mengakui secara resmi tidak tergabung dalam partai. Namun,ia dipercaya menjadi Sekjen/memimpin Serikat Buruh Se-Indonesia,Non Partai yang ada di Lampung.

Salah satu bupati yang mengenalnya, menasehatinya segerameninggalkan Lampung dan berangkat ke Jakarta, lantaran situasiLampung yang sudah begitu memanas. Sebelum meninggalkanLampung, Umar sempat menandatangani surat pernyataan sebanyak3 lembar yang menyatakan ia tidak terlibat dalam organisasi/kegiatanapapun dalam partai PKI.

Dibawa Ke LP Jatinegara

Akhirnya pada 23 Oktober 1965 Ayah dari 8 orang putra berangkat keJakarta tepatnya di daerah sekitar Percetakan Negara. Sampai malamhari, dan belum lagi menginap, datang seseorang yang mengakuutusan RW. Utusan ini menyuruh Umar datang melapor ke rumahPak RW. Umar pun segera menuju rumah RW, disana ia tidakmenemui pak RW. Malah telah berkumpul banyak militer. Salahseorang diantaranya sambil menghunus senjata menyuruh Umarduduk dengan kasar.

“Saya tanya, dimana Pak RW, salah seorang militer itu menjawabpergi. Militer lainnya memanggil saya, sambil berteriak ‘siapa yangnamanya Anwar Umar’. Berapa kali ditanya saya hanya diam. Akhirnyasaya jawab sambil berdiri. Ternyata mereka takut juga dengan sikapsaya, karena dalam ilmu kemiliteran kalau sudah seperti itu kita tinggalduel. Akhirnya dia bilang ‘Duduk saja pak. Tenang-tenang,” ungkap

8

Umar.Sambil menerawang seakan membuka lembaran hitam yang ingindilupakannya, Umar meneruskan kisahnya. Malam hari itu ia dibawa kepos lain yang berada di depan Gedung Mis Tjijih, sekitar Pasar SenenJakarta. Disini ia sempat ditahan satu malam tanpa diberi makanan.Lapar pun menyerang, terlebih Umar tidak membawa uang sepeserpun.Dirinya hanya bingung, mengapa ia ditangkap dan ditahan. Setelah itusekitar jam 10.00 siang ia dipindahkan ke Jatinegara.

“Disitu, dihalaman gedung Widana, yang halamannya luas, banyak sekaliorang yang ditahan, jumlahnya sekitar 800 orang. Setelah 3 harimemblundak hingga 3 ribuan. Satu kompi PM berjaga-jaga. Kapasitassel kamar tahanan ditempati hampir 60 orang. Malam hari kami tidakbisa tidur, hanya duduk saja. Lantaran udara yang begitu panas, beberapaorang meminum air seninya sendiri. Setelah beberapa hari, kamidipindahkan ke penjara Cipinang sekitar jam satu siang. Semua pakaiankami dilucuti hanya tinggal baju singlet dan celana dalam. Di siang bolongitu, kami disuruh merangkak kodok menuju sel, panas luar biasa. Kalaumenengok belakang saja langsung ditendang. Di Sel semakin sempit dansesak karena dimuatin sebanyak 45 0rang,” ujar Umar.

Seakan mengumpulkan sisa-sisa kisah yang tak pernah bisa dilupakanini, Umar melanjutkan cerita, bagaimana ia dan teman-teman selnyaselama satu minggu tidak menerima makanan dan minuman. Merekahanya dibiarkan begitu saja. Setelah satu minggu berlalu, datang keluargayang menjenguknya sambil membawa makanan. Saat itu Umar kembalibersedih. Ia ingin membagi makanannya tersebut, tapi tidaklah mungkincukup untuk seluruh tahanan.

Waktu terus berjalan dengan lambatnya. Tanpa sanggup mengingat berapalama sudah berada dalam tahanan, akhirnya Umar harus kembali menjalanisiksa lainnya. Siksa fisik yang membekas dan meninggalkan luka batintersendiri. Umar menuturkan, hari itu ketika ia baru memasuki halamansudah mendengar jeritan menyayat dari seorang wanita yang sedangdisiksa/diinterogasi. Saat itu ia berkata pada dirinya sendiri, tidak akanmenjerit bila disiksa. Ketika ia disetrum, tangannya diikat rapat dengankawat dan distrum dengan kapasitas Aki 20 Volt, Umar menjeritmengeluarkan suara kesakitan sangat keras. Tubuhnya melambung hinggakeatas. Saat itu ia dipaksa mengaku dan menandatangani surat, yangmenyatakan ia terlibat dan merencanakan sesuatu untuk NKRI. TapiUmar tidak mengakui perbuatan itu dan ia harus menerima siksaan atassikapnya ini.

“Siksaan terus berlanjut. Setelah itu saya dibawa ke ruang lain. Disanatelah ada beberapa orang polisi (kalau tidak salah satunya jaksa penuntut),dan kembali saya disiksa. Tubuh saya dihantam dengan kursi jati hinggakursi itu rontok. Tak cukup sampai disitu, siksaan terus berlanjut. Kepalasaya dibenturkan ketembok berkali-kali. Untung saja karena selalu

SUARA KORBAN

Page 8: KontraS Salam Dari · PDF filedan bendera dari upacara ... Mengacu pada dasar prinsip kemanusiaan yang tercantum dalam berbagai hukum/perjanjian ... Padahal dalam amandemen kedua Undang-Undang

Berita KontraS No. 02/III-IV/2005

SUARA KORBAN

9

menggunakan peci maka kepala saya masih agak terlindungi. Karenaberatnya siksaan ini saya lalu berkata, lebih baik saya ditembak saja biarmati sekalian. Penyiksaan dihentikan sebentar. Di sel ada teman yangmembisiki agar saya mau menandatangani pernyataan tersebut, daripadamati atau cacat seumur hidup. Bila nanti bila pekara ini dibawakepengadilan baru kita tolak. Akhirnya saya menerima ide tersebut danmenandatangani pernyataan tersebut,” tutur Umar sambil berkaca-kaca.

“Menetap” Di penjara Tangerang

Setelah itu Umar kembali dipindahkan ke penjara Cipinang. Tapi hanyabeberapa hari saja. Lalu ia kembali dibawa ke Salemba. Kapasitas penjarayang hanya 800 orang sudah diisi hingga mencapai 3 ribu lebih tahanan.Satu sel dihuni 5 orangdan kembali ia tidakbisa tidur. Tapi ia hanyasemalam, laludipindahkan ke penjaraTangerang.

Kehidupan penjaradan siksa yang adamembuat banyaktawanan yangmening gal dunialantaran kelaparan dan sakit/tidak dirawat. Nasi yang diberikandicampur dengan kaca atau pasir. Hampir setiap hari ada saja yangmeninggal setelah “menyantap” menu tersebut. Tak butuh waktu lama,rata-rata tawanan meninggal karena mengalami pendarahan usus.

Demikian juga yang dialami oleh Umar. Waktu itu kabarnya ia akandipindahkan ke Pulau Buru. Namun, karena kondisi kesehatan yangsangat buruk, membuatnya tidak jadi ‘berangkat”. Saat itu ia sedangmenderita busung lapar, malaria dan matanya sudah kuning. Ia hanyamendengar cerita dari teman-teman yang ada, Pulau Buru adalah hutanbelukar yang tidak pernah dijamah manusia. Ada beberapa penduduk-nya yang bahkan setengah primitif.

Kemudian Umar ditahan di Salemba sambil menjalani rehabilitasi.Disini tiap minggu ia memperoleh pemeriksaan kesehatan. Setelahhampir enam bulan, kesehatannya sudah mulai pulih hingga iadipindahkan kembali.

Sementara itu, dalam lingkungan penjara ada proyek pertanian danperternakan yang hasilnya untuk kepentingan militer. Umar berpikiruntuk menyegarkan badan lebih baik ia ikut/bekerja di proyek tersebut.Selama lebih satu tahun Umar bekerja menanam sayur-mayur. Ia tidakmemperoleh apapun untuk jerit payahnya ini, hanya mendapatkan jatahmakanan.

26 September 1976 Umar bebas. Tapi ia masih dikenai tahanan rumahselama tiga bulan, dan tahanan kota selama 6 bulan, baru setelah itu iabisa bebas sepenuhnya. Tapi kondisi yang ada saat itu membuatnyatetap tidak bisa bebas. Mereka masih tidak diperbolehkan untukmenerima tamu, mengikuti rapat/kegiatan-kegiatan lainnya. “Di KTPsaya ada tanda ET. Meski sekarang KTP saya tidak lagi bertanda ET,tapi saya tidak mendapatkan KTP seumur hidup selayaknya oarng-orang yang sudah berumur diatas 65 tahun. Mereka menganggap sayamasih ada masalah. Tapi saya sendiri tidak peduli, bagi saya kemanasaya pergi tidak akan berbuat kesalahan,” tegas Umar.

Tahun 1998 Umar mulai bergerak kembali. Ia ikut dalam demo-demo mahasiswa yang sedang marak saat itu menentang rezim ordebaru. Saat Ulang Tahun LBH di tahun 1998, Umar mendapatkesempatan untuk menyampaikan orasi. Di depan Ali Sadikin,Adnan Buyung Nasution serta undangan lain yang hadir, Umarmenyampaikan orasinya yang berjudul “Anak Desa Masuk KotaMelawan Suharto.”

“Dari situ saya terus bergerak dan bergabung dengan kegiatan-kegiatanlainnya. Hal terpenting dalam perjuangan kami adalah membebaskanteman-teman yang belum dibebaskan. Saya juga menjadi salah satu

yang mengorginir keluarga tahanan. Halini sengaja saya lakukan karena di rumahsaya hanya seorang diri. Isteri sayamenikah lagi saat saya sedang dalampenjara. Saat keluar saya “ditampung”oleh isteri saya meski hanya beberapahari. Sesuai peraturan penjara, bila tidakada keluarga yang menampung makaakan ditampung oleh salah satuorganisasi.

Berjuang Untuk Meraih Keadilan

Mata Umar berkaca ketika menceritakan derita keluarganya. Anak-anak yang pendidikannya rendah, yang ikut merasakan pahitnyahidup ditinggal sang ayah. Bahkan salah seorang anaknya bunuhdiri saat Umar berada di penjara. Sang anak putus asa karena tidaktahu bagaimana kabar ayahnya. Ironisnya, Umar sendiri barumengetahui saat ia keluar dari penjara. Hubungan terpisah yang terlalulama, menyebabkan hubungan Umar dan anak-anaknya kurang akrabdan harmonis.

Kini Umar menjalani hari-hari tuanya sendiri, disebuah kamar sewaankecil di Jakarta. Lelaki tua yang masih gagah ini mengerjakan sendirisemua kebutuhannya. Mulai dari mencuci baju, menyetrika danmemasak. Tidak ada uang pemasukan yang pasti. Dari ketrampilanmengurut yang dimilikinya, Umar mencoba bertahan hidup. Baginyasudah cukup bila ia sudah memiliki sedikit minyak tanah, beras,kecap dan garam untuk meneruskan hidupnya sehari-hari.

“Saya memang sendiri dan hidup sendiri. Tapi saya ingin terusberjuang. Bila saya meninggal jangan di kamar atau di atas kasur yang“tidak ada artinya”. Saya ingin mati ditengah-tengah perjuanganbersama teman-teman lainnya. Inilah fokus utuma perjuangan saya.Hanya itu harapan saya, karena saya tidak menginginkan apapun,”ungkap Umar sambil tersenyum lirih.

Keinginan Umar kini hanya meminta keadilan. Bila bisa ia inginnamanya direhabilitasi bahkan bila mungkin ia mendapatkankompensasi untuk semua derita yang telah dirasakan. Disampingitu Umar tetap akan berjuang. Ia juga mengharap pemerintah tidakmelakukan diskriminasi bagi dirinya serta korban-korban 65 lainnya.Hingga kini, Umar sadar masih ada anggapan bahwa kejahatan yangterberat di Indonesia adalah 65. Tapi, sampai kini-pun pemerintahbelum mengklarifikasi kejadian sebenarnya dan siapa tokoh utamadari peristiwa 65. Umar terus berjuang agar keadilan dan hukumditegakkan serta benar-benar dijalankan.***

Aksi di Depan Kedubes India

Dok Kontras

Page 9: KontraS Salam Dari · PDF filedan bendera dari upacara ... Mengacu pada dasar prinsip kemanusiaan yang tercantum dalam berbagai hukum/perjanjian ... Padahal dalam amandemen kedua Undang-Undang

Berita KontraS No. 02/III-IV/2005

Setelah Pollycarpus, Siapa Tersangka Lain?

Pilot senior Garuda Indonesia, Pollycarpus Budihari Priyanto, resmi dijadikan tersangka kasuspembunuhan Munir. Berikutnya, dua kru garuda, Oedi Irianto dan Yeti Susmiarti, dijadikan

tersangka. Sementara, Mantan Sekretaris Utama BIN, Nurhadi Djazuli, sempat menolakdiperiksa. Presiden-pun memperpanjang masa kerja Tim Pencari Fakta (TPF). Ada banyak bukti

baru ditemukan, Siapa menyusul Pollycarpus?

Enam bulan sudah pengusutan kasus terbunuhnya Munir berjalan.Kerja keras yang dilakukan oleh Tim Pencari fakta (TPF) memang-lah tidak mudah. Dan, rasanya kondisi ini bukanlah sesuatu yangbaru di Indonesia. Apalagi kasus terbunuhnya aktivis pejuang HAMini sangat sarat dengan muatan “POLITIK”nya.

Semua ini menjadi pekerjaan kita bersama dan patut mendapatperhatian khusus. Munir dibunuh ditengah situasi kebebasanberdemokrasi dibangun di Indonesia. Pembunuhan ini memangtelah direncanakan sejak lama untuk akhirnya dilakukan secarasistematis dan konspiratif. Bila kasus ini dibiarkan dan tidak diungkaptuntas akan sangat berbahaya, terlebih mengingat buruknya reputasipengadilan di Indonesia. Bukan hanya diperlukan perhatian darimasyarakat, pada akhirnya dukungan dunia internasional kitaperlukan untuk terus-menerus mengawasi, agar kasus ini dapatdiungkap dengan jujur, transparan dan adil.

Di awal Maret 2005, pertemuan TPF dengan pihak ManajemenGaruda (waktu itu dipimpin langsung Direktur Utama Garuda, IndraSetiawan), di kantor Badan Reserse Kriminal Kepolisian RI, telahmenemukan fakta bahwa selama ini, Manajemen PT.GarudaIndonesia tidak melakukan investigasi internal terkait denganterbunuhnya Munir.

Menurut Ketua TPF, Brigadir Jenderal (Pol) Marsudi Hanafi,investigasi internal ini harus dilakukan pihak Maskapai Penerbangan,seperti tertuang dalam UU Nomor 15 Tahun 1992. Bahkan, pihakGaruda, tidak memiliki komitmen untuk membantu prosespengungkapan kasus secara cepat. Dari pertemuan itu tersirat bahwaada pihak-pihak tertentu (dari Garuda) yang bersikap defensif.

Dari pertemuan dengan Garuda, TPF mengambil kesimpulansementara bahwa pembunuhan Munir merupakan konspiratif. Danhal diutarakan TPF kepada Presiden SBY di Istana Negara. Artinya,TPF tidak menemukan indikasi pembunuhan ini dilakukanperseorangan dengan motif pribadi. Dari dua kali pertemuan yangdilakukan dengan pihak Garuda, adanya indikasi kuat keterlibatananggota direksi dan pegawai Garuda, baik secara langsung maupuntidak.

Bukti yang menunjukkan argumen diatas adalah tiga lembar suratyang dikeluarkan Garuda. Ketiga surat tersebut sarat dengankejanggalan. Satu surat ditandatangani sendiri oleh Indra Setiawan,yang kedua oleh Ramelgia Anwar, dan satu lagi sebuah nota yangditeken Sekretaris Kepala Pilot Airbus 330, Rohainil Aini. Semuanyaberhubungan dengan satu orang, yakni pilot Pollycarpus BudihariPriyanto, Pilot pesawat Airbus 330, yang sudah 19 tahun berkarier diGaruda.

Polly yang pernah bergabung sebagai penerbang Associated MissionAviation di Sentani, Papua, memang sebelumnya telah menjadi “buahbibir” lantaran Polly-lah yang memberikan kursinya yang bernomor 03 Kdi kelas bisnis kepada Munir, yang hanya mengantongi tiket ekonomikursi nomor 40 G.

Tiga Surat yang Mencurigakan

Tiga salinan surat yang dimiliki TPF, jelas sekali menyebut (ditujukan)untuk pilot Pollycarpus. Surat pertama yang ditandatangani Indra Setiawanadalah surat penugasan bertanggal 11 agustus 2004. Bagi TPF (dan jugatim gabungan DPR), menyimpulkan bahwa lazim penunjukkan seorangpilot untuk menjadi tenaga bantuan di unit keamanan perusahaan garudaditandatangani langsung oleh Direktur Utama.

Surat kedua yang dikeluarkan Ramelgia Anwar juga sangat mencurigakan.Surat itu mencantumkan tanggal 4 September, dua hari sebelum pesawatyang ditumpangi Munir. Tanggal itu jatuh pada hari sabtu, saat kantorGaruda tutup dan tak mungkin mengeluarkan surat sejenis itu. Tapi,setelah melalui proses interogasi polisi, belakangan terungkap, ternyatasurat itu sebenarnya dibuat pada tanggal 15 September, dan baruditandatangani Ramelgia pada 17 September. Artinya, sepekan lebihsetelah Munir meninggal.

Berdasarkan kondisi ini, ada dua kemungkinan, Pertama, adminitrasiGaruda yang amburadul atau, kedua, ada upaya untuk menutupi faktatertentu yang terkait dengan pembunuhan Munir.

Sedangkan selembar surat lainnya, nota bertanggal 6 September itu ditekenoleh Rohainil Aini. Sebagai sekretaris, staf Adminitrasi ia jelas bukanorang yang memiliki wewenang untuk menandatangani surat berisiperubahan jadwal terbang bagi Pollycarpus. Otoritas itu ada pada KepalaPilot Airbus 330, Kapten Karmel S, yang ketika itu tengah bertugas diluar negeri.

Dari pemeriksaan yang ada, terungkap bahwa Polly datang ke kantorpusat Garuda di Jalan Merdeka Selatan, Jakarta, menemui Rohainil (6/9)pukul 16.30 WIB. Menjelang tutup kantor, Polly mendesak agar dibuatsurat “pengubahan jadwal” terbang, agar ia bisa ikut naik pesawat GA-974 menuju Singapura dan kembali ke Jakarta dengan penerbangan palingpagi.

Dugaan Keterlibatan Intelijen

Selain adanya keterlibatan PT Garuda Indonesia, TPF jugamengemukakan keterlibatan PT Angkasa Pura II terkait dengan 700 titik

10

JEJAK SANG PEJUANG

Page 10: KontraS Salam Dari · PDF filedan bendera dari upacara ... Mengacu pada dasar prinsip kemanusiaan yang tercantum dalam berbagai hukum/perjanjian ... Padahal dalam amandemen kedua Undang-Undang

Berita KontraS No. 02/III-IV/2005

sistem perekam keamanan (CCTV) yang dioperasikan dua operator.Rekaman CCTV itu dinilai tidak akurat. Pihak PT Angkasa Pura II sendirimengemukakan perekaman dilakukan secara acak berdasarkanpermintaan. Hal ini jelas mencurigakan. Untuk itu TPF meminta untukmemeriksa PT Angkasa Pura II, khususnya operator yang bertugastanggal 6 September 2004.

Sementara itu di pertengahan Maret 2005, tim TPF mendapatkansejumlah informasi dari sumber-sumber yang dirahasiakan, mengenaidugaan keterlibatan (setidaknya mengetahui), dari sejumlah aparatintelijen dalam kasus pembunuhan Munir.

TPF menganggap bahwa informasi itu terlalu penting untuk diabaikan,namun terlalu berbahaya untuk dipercayai begitu saja. Penting, karenainformasi itu memperkuat salah satu dari kemungkinan motifpembunuhan Munir. Berbahaya, karena informasi itu peka disampaikanoleh pihak-pihak yang merahasiakan identitasnya untuk tujuan yang tidakdiketahui.

Karenanya, untuk memastikan informasi itu adalah sebuah petunjukbagi investigasi kasus pembunuhan Munir atau informasi yang justrumenyesatkan, TPF menilai perlu untuk mengecek kebenaran informasitersebut. Termasuk puladidalamnya mengecekinformasi mengenaiketerl ibatan lembagaintelijen dalam kasuspembunuhan Munir,dimana BIN adalah salahsatu lembaga yang perludiperiksa.

TPF mengharapkan,semua pihak yangmengetahui ataumemiliki informasi ataubukti-bukti tambahanyang tersembunyimengenai kasus Muniruntuk menyerahkannyakepada TPF. Selama kasus ini menjadi misteri dan tak bisa diungkap,selama itu pula banyak pihak, termasuk didalamnya TNI dan sejumlahperwira tinggi lainnya, baik yang masih aktif atau telah punarwirawan,akan mendapatkan sorotan yang sama sekali tidak menguntungkan.

Ditahannya Pollycarpus

Akhirnya penanganan kasus kematian Munir memasuki babak baru.Setelah memeriksa secara maraton selama lima hari, pada Jum’at (18/03)malam tim penyidik Mabes Polri menetapkan Pollycarpus BudihariPriyanto, pilot Garuda, sebagai tersangka dan menahan Pollycarpus dirumah tahanan Mabes Polri.

Kepala Polri Jenderal (Pol) Da’i Bachtiar menyatakan ada indikasiPollycarpus memberikan keterangan yang tidak sesuai dengan keadaansebenarnya, ada sesuatu yang disembunyikan, dan hal inilah yang menjadiindikator bagi penyidik bahwa diperlukan pendalaman lagi untukpenyelidikan. Sejauh ini, atas dasar ‘ada sesuatu yang disembunyikan’polisi menyakini bahwa Pollycarpus terkait dengan kematian Munir.

JEJAK SANG PEJUANG

11

Hanya sampai kini peran yang bersangkutan belum dipastikan, apakahPollycarpus bertindak sebagai eksekutor atau hanya berperanmembantu dan menyediakan fasilitas. Akan tetapi, Direktur KriminalUmum dan Transnasional Kepolisian Negara RI (Polri)BrigadirJenderal (Pol) Pranowo Dahlan menegaskan, polisi memiliki buktikuat untuk menetapkan Pollycarpus sebagai tersangka. Dimana,tersangka melakukan pelanggaran pasal 340 Kitab Undang-UndangHukum Pidana (KUHP) tentang pembunuhan berencana, juntopasal 55 dan 56 KUHP, plus sangkaan subsider berupa pelanggaranpasal 263 KUHP, tentang pemalsuan dokumen. Dasar-dasarpenetapan yang bersangkutan, antara lain adanya laporan polisi,keterangan saksi, dan bukti material.

Di sisi lain penugasan Pollycarpus oleh manajemen PT GarudaIndonesia, untuk melakukan supervisi mekanik ke Singapura, dinilaijanggal. Mengingat urgensi penugasan terhadap pilot senior yangkini tersangka kasus kematian Munir tersebut lemah. Seharusnya,kebutuhan akan supervisi mekanik biasanya ditangani otoritaspenerbangan setempat, dan tidak perlu ada petugas khusus yangdidatangkan dari negara asal.

Aspek lain yang juga menjadi titik berat penyelidikan adalah usahamemberi tempat duduk kepadaMunir selama penerbangan Jakarta-Singapura. Kegiatan Polly selamapenerbangan Jakarta-Singapura, dankegiatan selama di Bandar UdaraChangi, Singapura.

Demo di Garuda

Sementara secara terpisah ratusanorang yang tergabung dalam KomiteAksi Pembela Kasus Munir,(bertepatan dengan HUT KontraSyang ke – 7), melakukan aksi unjukrasa di depan kantor Garuda diJakarta. Aksi ini menuntut pihakGaruda Indonesia agar

mempertanggungjawabkan keterlibatan pihak Garuda dalam kasuspembunuhan Munir, dan mengungkapkan secara terbuka siapa yangberada di balik kasus tersebut.

Sementara KontraS, Imparsial dan isteri Almarhum Munir Suciwatibertemu dengan manajemen Garuda Indonesia. Pertemuan yangberlangsung selama satu jam ini mempertanyakan dugaanketerlibatan pihak Garuda dalam konspirasi pembunuhan Munir.Dalam hal ini Manajemen Garuda diwakilkan langsung DirekturUtama Garuda Indonesia Emisyah Satar (yang menggantikan posisiDirut lama, Indra Setiawan Pranowo). Pertemuan ini juga mendesakagar pihak Garuda terbuka terhadap semua informasi yang ada.

TPF Diperpanjang

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono optimis bahwa TPF dapatmengungkapkan kasus kematian Munir. Oleh karena itu, Presidenmemperpanjang masa kerja TPF sampai dengan 23 Juni 2005.

Aksi di depan gedung Garuda

dok. Kontras

Page 11: KontraS Salam Dari · PDF filedan bendera dari upacara ... Mengacu pada dasar prinsip kemanusiaan yang tercantum dalam berbagai hukum/perjanjian ... Padahal dalam amandemen kedua Undang-Undang

Berita KontraS No. 02/III-IV/2005

JEJAK SANG PEJUANG

12

Perpanjangan masa kerja TPF ini sebagai salah satu respon dari laporanTPF, bahwa adanya indikasi sejumlah mantan petinggi BIN yangterlibat dalam pembunuhan Munir. Oleh karenanya dibutuhkanwaktu agar lebih lama untuk menyelidiki indikasi/temuan tersebut.

Sementara itu, lewat suarat bernomor B-201/E.2/Epp./03/2005tertanggal 18 Maret 2005, Jaksa Agung Muda Tindak Pidana UmumDirektur Pra Penuntutan I Putu Kusa, meminta Kepala kejaksaanTinggi DKI Jakarta melakukan kegiatan persiapan penanganan kasuskematian Munir dalam lingkup kegiatan pra penuntutan.Disisi lain, Jaksa Agung Abdul Rahman Saleh menjamin tidak akanmenuntut hukuman mati bagi pembunuh aktivis HAM Munir, jikananti tertangkap dan disidangkan. Jaminan itu diberikan sepanjangsesuai denganprosedur hukumIndonesia. Hal initerkait dengan sikappemerintah Belandayang akanmenyerahkan bukti-bukti penyelidikan,olah tempat kejadianpekara, dan sisa organtubuh Munir yangtelah dioptosi, asalkanIndonesia menjaminpembunuhnya takdihukum mati .Permintaan itudisampaikan MenteriKehakiman BelandaJ.P.H Donner kepadaJaksa Agung melaluisurat pada tanggal 14Maret 2005.Menuntaskan kasusini , akan menjadibeban berat bagi Makarim Wibisono (Indonesia) sebagai KetuaKomisi HAM PBB ke-61.

Ketua Komisi Tinggi HAM PBB Makarim Wibisono mendukungpenyelesaian tuntas kasus pembunuhan Munir. Dukungan itudiberikan Duta Besar Perwakilan Tetap Republik Indonesia (RI) diJenewa saat bertemu delegasi Kelompok Kerja HAM (Human RightWorking Group/HRWG), di Jenewa, Swiss. Delegasi aktivis KoalisiLSM Indonesia untuk Advokasi HAM Internasional yang dipimpinRafendi Djamin (Koordinator HWRG) bertemu Makarim diGedung Komisi Tinggi HAM PBB. Isteri almarhum Munir, Suciwatiikut hadir dalam pertemuan ini.

Di luar negeri, protes atas pembunuhan Munir terus mengalir. Kaliini kedutaan Besar Indonesia yang di Filipina yang menjadisasarannya. Yang mendemo adalah anggota AFAD (Asian FederationAgainst Involuntary Disappearances-federasi Organisasi KeluargaOrang Hilang) se Asia, yang memang berbasis di Manila Filipina.Sebelum ajal menjemput, Munir adalah Presiden AFAD.

Dua Tersangka Lain

Setelah tertunda dua pekan, TPF bertemu dengan Kepala BIN SyamsirSiregar, di kantor BIN, jakarta (6/4), pertemuan dilakukan untukmengklarifikasi ada tidaknya keterlibatan anggota BIN dalampembunuhan Munir. Syamsir menyatakan mendukung kerja TPF Munir.BIN juga menempatkan tiga deputi-nya bergabung dalam tim khususbersama dengan empat orang anggota TPF, yang akan menyusun protokol(semacam prosedur) untuk penyelidikan kasus kematian Munir.

Setelah Pilot Garuda Pollycarpus ditetapkan sebagai tersangka, penyidikMabes Polri menetapkan status yang sama terhadap dua kru garuda, OediIrianto dan Yeti Susmiarti. Keduanya, pada 6 April 2005 menjalani

pemeriksaan di MabesPolri. Mereka ditetapkansebagai tersangka karenapada penerbanganGaruda GA 974 Jakarta-Amstredam (viaSingapura), merekabertugas mempersiapkansegala sesuatu/makanandan minuman untukpenumpang, termasukuntuk almarhum Munir.

Kepala Badan ReserseKriminal (Bareskrim)Mabes Polri Komjen PolSuyitno Landungmenjelaskan racun arsenikmasuk ketubuh Munir,diduga padapenerbangan Jakarta-Singapura sesuai dengantoksiologi dari pakar

Belanda dan Indonesia. Meski belum bisa dipastikan apakah racun tersebutterdapat pada mie goreng atau orange juice yang disantap Munir.

Sedangkan TPF Kasus Munir meminta Kepolisian RImempertimbangkan penetapan Brahmanie Astawati-pramugari senior(parser) yang juga bertugas pada penerbangan GA 974. Alasan dari TPF,Brahmani-lah yang mengizinkan penukaran tampat duduk bagi Munirsaat perjalanan Jakarta-Singapura. Brahmanie sendiri menegaskan, ia tidakpernah dimintai izin oleh Pollycarpus untuk memindahkan tempat dudukalmarhum dari nomor 40 G (klas ekonomi) ke 3K (klas Bisnis).Menurutnya, Polly hanya memberitahu tentang pemindahan tempatduduk tersebut.

Brahmanie mengaku ia tidak kuasa menolak pemindahan seat oleh Polly,meskipun Polly tidak berwenang. Sebab, ketika itu Munir sudah duduk diseat bisnis. Selain itu, ada satu alasan yang bisa dirasakan para awak kabinseperti dia, yakni bahwa pilot ibarat ‘warga kelas satu’ di maskapaipenerbangan. Oleh karena itu, sangat sulit menginterupsi keputusanseorang pilot. Brahmanie menolak keras jika dinilai terlibat dalamkonspirasi pembunuhan Munir. Ia hanya bertugas sebagai flight service

Dok. Kontras

Page 12: KontraS Salam Dari · PDF filedan bendera dari upacara ... Mengacu pada dasar prinsip kemanusiaan yang tercantum dalam berbagai hukum/perjanjian ... Padahal dalam amandemen kedua Undang-Undang

Berita KontraS No. 02/III-IV/200513

manager dari Jakarta sampai Singapura, sementara yang bertugas menggantikannya untuk penerbangan Singapura-Jakarta adalah Najib Nasution.

Brahmanie juga menyatakan, sehari sebelum keberangkatan, awak kabin menerima pesanan moslem meal (makanan muslim) untuk kursi 40Gkelas ekonomi, yang merupakan kursi ‘asli’ Munir. Ia mengaku tidak tahu siapa yang memesan makanan tersebut. “Saya sudah menyampaikaninformasi soal pemesanan moslem meal ini pada polisi. Tapi, selanjutnya tentu terserah polisi. Mereka yang lebih tahu penting atau tidaknya sebuahinformasi,” ujar Brahmanie di salah satu media Jakarta.

Tolak Diperiksa

Mantan Sekretaris Utama BIN yang kini menjadi Duta Besar Indonesia untuk Republik Federasi Nigeria, Nurhadi Djazuli, menyatakan menolakmemenuhi panggilan TPF kasus meninggalnya Munir. TPF dinilai tidak berwenang melakukan penyelidikan yang merupakan wewenangKepolisian Negara RI.

Bagi TPF/ melalui Ketuanya Marsudi Hanafi, penolakan Nurhadi berarti sama saja menghina Presiden karena TPF sendiri berdasarkan Keppres.Rencana memeriksa Nurhadi di kantor Komisi Nasional Perempuan, Jakarta, pertengahan April lalu gagal dilakukan. Nurhadi malah menggelarkonperensi pers dan menegaskan bahwa ia tidak akan memenuhi undangan karena menilai TPF Munir bukan penyidik.

Sementara itu Departemen Luar Negeri menunda keberangkatan Nurhadi sebagai Duta Besar RI untuk Republik Federasi Nigeria. SekretarisJenderal Deplu Sudjadnan Parnohadiningrat mengakui, penundaan dilakukan atas permintaan TPF berkaitan dengan kepentingan TPF yangmembutuhkan keterangan Nurhadi.

Monolog Munir

Sebuah monolog yang dimainkan oleh Whani Darmawan dipentaskan, Kamis (21/4) di Bentara Budaya Jakarta, yang bertutur tentang beberapasisi Munir. Monolog yang ditulis oleh F.X Rudy Gunawan dan disutradarai Landung Simatupang, tidaklah berpretensi melakukan kultusindividu terhadap tokoh seperti Munir. Munir dihadirkan sebagai manusia biasa, sederhana, tak luput dari berbagai jamahan keisengan.

Pada akhirnya, ide menghadirkan Munir ke atas pentas kesenian tidak lalu menjadi campur baur dengan kepentingan politik apapun.. Mereka,awak dan pencetus ide ini mengakui, peristiwa kesenian harus berada pada real estetika yang mengatasi kepentingan-kepentingan pragmatisseperti politik. Pementasan ini sebelumnya juga dipentaskan di Yogyakarta, Surabaya, Malang, Denpasar, dan Mataram. Pada acara Monolog inijuga dihadirkan diskusi dengan para pendukung acara, disamping hadirnya Suciwati (isteri almarhum), Usman Hamid (KontraS/anggota TPF),dan Rieke Diahpitaloka (artis/aktivis).***

JEJAK SANG PEJUANG

Buku tentang keterlibatan militerdalam bisnis-bisnis yang

berjalan

Buku ini bisa di dapatkan di Kontras

Page 13: KontraS Salam Dari · PDF filedan bendera dari upacara ... Mengacu pada dasar prinsip kemanusiaan yang tercantum dalam berbagai hukum/perjanjian ... Padahal dalam amandemen kedua Undang-Undang

Berita KontraS No. 02/III-IV/2005

Menurut anggota delegasi Indonesia, Menteri Komunikasi danInformasi Sofyan Djalil, pertemuan kali ini cukup produktif,meskipun belum ada kesepakatan akhir mengenai penyelesaianmasalah Aceh secara komprehensif.

Perundingan itu, sebagaimana dua putaran sebelumnya, dimediasioleh mantan Presiden Finlandia, Martti Ahtisaari. Kedua pihak jugasepakat untuk melanjutkan upaya mencari solusi permanen dankomprehensif dengan harga diri bagi semuanya.

Isi Perundingan RI dan GAM adalah;• Kedua belah pihak berniat mendapatkan solusi

komprehensif dan permanen dengan penekanan padamartabat untuk kedua belah pihak

• Perundingan berniat menentukan kerangka kerja untukstruktur adminitrasi lokal

• Perundingan akan mengeksplorasikan bentukkeikutsertaan dalam pemilihan lokal

• Perundingan akan menentukan detail atau rincian dariamnesty

• Keterbukaan atau transparansi akan ditingkatkan untukpengumpulan dan pengalokasian pemasukan antarapemerintah pusat dan Aceh

• Kedua belah pihak menyambut baik kemungkinanmelibatkan organisasi-organisasi regioanal (tingkatASEAN) guna memantau komitmen atau perjanjian keduabelah pihak kelak

• Kedua belah pihak akan berusaha keras agar pasukankeamanan dari masing-masing negara dapat menahan diridilapangan selama masa negoisasi

Salah seorang anggota delegasi GAM, M Nur Djuli, menyatakan,sebaiknya pihak fasilitator tidak terlalu tergesa-gesa membuat deadline(batas akhir) sebab perundingan ini memang membutuhkan waktuyang cukup panjang.

Hanya saja, agaknya “lagu lama” masih terus berkumandang. Dimanasemangat tinggi di Helsinki terganjal dengan berlanjutnyapertempuran di Aceh dan oleh keputusan TNI untuk mengirim 3ribu personel militer baru ke propinsi ini. Problem ini akan makinbesar, karena biasanya pasukan yang sudah datang akan sulit kembali.Sementara pihak TNI sejak bencana Tsunami hingga Maret 2005mengaku telah membunuh lebih dari 260 anggota GAM.

Kekerasan masih dan akan terus terjadi di Aceh. Perundingan tidakakan berarti apapun bila tindak kekerasan tetap terus dilanjutkan.Aceh akan tetap menjadi “ladang kekerasan” bila masing-masingpihak menganggap “perang” hanya satu-satunya cara bagipenyelesaian Aceh. Sementara masyarakat yang harus selalu, dan terusmenjadi korban. Jika menjadi korban akibat kekerasan oleh GAM,masyarakat akan dituduh pro NKRI. Jika menjadi korban akibatkekerasan oleh TNI atau Polri, masyarakat akan dituduh Pro GAM

Perundingan Helsinki Tetap Dinodai Kekerasan

Delegasi Pemerintah Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka mengakhiri perundingan damaiputaran ketiga di Helsinki, Finlandia (16/4), sehari lebih cepat daripada jadwal. Kedua belah

pihak sepakat akan bertemu kembali dalam perundingan keempat 26 Mei mendatang.

atau keluarga GAM. Agaknya perseteruan ini masih terus terjadi danmasyarakat tetap tidak “mempunyai” pilihan lain selain hanya kekerasanyang terus disodorkan.***

Rekapitulasi Tabel Kekerasan Aceh Paska Tsunami

Periode 26 Desember 2004 s/d Maret 2005

A. Jenis Pelanggaran

B. Korban sipil berdasarkan jenis kelamin

C. Identitas Pelaku

Dokumentasi KontraS 2005, disarikan dari hasil Investigasi danMedia

BERITA DAERAH

14

Page 14: KontraS Salam Dari · PDF filedan bendera dari upacara ... Mengacu pada dasar prinsip kemanusiaan yang tercantum dalam berbagai hukum/perjanjian ... Padahal dalam amandemen kedua Undang-Undang

Berita KontraS No. 02/III-IV/2005

Pembiaran Kekerasan di Bojong oleh Polisi

Warga Bojong, Bogor, masih harus terus berhadapan dengan kekerasan. Entah dengan alasan apa,sekelompok preman meneror, mengancam, sejumlah warga. Sementara, pengaduan masyarakat

Bojong ke Polisi tak mampu memberhentikan kekerasan. Walhasil, kekerasan terus mengancam diBojong.

Minggu, 27 Maret lalu, sekitar 200-an orang dari kelompok preman dengan menggunakan sepeda motor dan mobil membawa senjata tajam,clurit, samurai, dan balok, datang ke kampung Bojong Girang Desa Bojong kecamatan Kelapanunggal Bogor. Para preman tersebut membakarspanduk, mengancam akan membakar Posko Pembelaan Warga Bojong dan mengancam warga yang berada di sekitar Posko dan sepanjangjalan. Akibatnya, sejumlah ibu-ibu menangis karena ketakutan.

Peristiwa itu merupakan rentetan dari peristiwa penghadangan, pengancaman dan intimidasi para preman terhadap aksi damai warga Bojongtiga hari sebelumnya (24 Maret 2005).

Terus berlangsungnya tindakan intimidasi yang dilakukan parapreman membuktikan, secara tidak langsung, bahwa aparatkepolisian telah dengan sengaja membiarkan kekerasan di Bojong,Bogor. Tindakan kekerasan dan intimidasi juga membuktibahwa tidak ada penegakkan hukum yang serius oleh Polisi.Seharusnya Kepolisian mampu dan segera menangkap para pelakupelaku kekerasan dan intimidasi terhadap warga Bojong,Bogor. Rupanya pengaduan dan pelaporan warga (tertuangdalam surat pelaporan No.Pol.LP/115/K/III/Res/BGR, tanggal 24 Maret 2005), bahkan sampai ke Markas BesarKepolisian RI, tidak direspon dengan sungguh-sungguh danmemberikan efek penghentian kekerasan di Bojong, Bogor.

KontraS mendesak agar DPR- RI, terutama Panitia kerja DPRuntuk kasus TPST Bojong, segera melakukan pengawasan ataskinerja aparat kepolisian yang tidak profesional. Pengawasansecara kritis oleh DPRsangat diperlukan mengingat Kepolisian membiarkan aksi-aksiintimidasi dan premanisme yang dilakukan oleh sekelompokorang dan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap beroperasinya TPST Bojong.

Aksi Ke Mabes Polri

Buntut dari peristiwa diatas, Minggu (27/3), sedikitnya 60 warga Bojong, didampingi oleh KontraS dan WALHIi, mendatangi Badan ReserseKriminal Kepolisian Negara RI. Warga melaporkan pembiaran oleh polisi yang bertugas di Bojong saat terjadi ancaman dan kekerasan padaMinggu sebelumnya. Warga merasa polisi tidak dapat menjamin keamanan warga bahkan terkesan polisi ‘mengabdi’ kepada pengelola TPSTBojong, PT Wira Guna Sejahtera (PT.WGS). Saat kedatangan pada minggu malam, warga terpaksa menginap lantaran laporan warga tidak bisaditerima dengan alasan Mabes Polri sedang libur.

Esok harinya, aksi dilanjutkan warga dengan berunjuk rasa di depan pintu gerbang Mabes Polri. Dalam aksinya ini, warga menuntut penutupanTPST Bojong dan penegakan hukum terhadap aparat yang melakukan pembiaran kekerasan tersebut.

Sementara itu, Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Pol Arianto Boedihardjo, berjanji akan menyelidiki aparat kepolisian di Bojong yangdituduh berkonspirasi dengan TPST Bojong, Bogor. Hanya saja, menurutnya, Mabes Polri tetap akan menyerahkan kasus ini dulu pada satuanpolisi setingkat Polsek (Kepolisian Sektor), Polres (Kepolisian Resort), dan Polwil (Kepolisian Wilayah). Selanjutnya akan diselidiki apakahsatuan tersebut memperhatikan keluhan warga atau tidak. Artinya, warga Bojong masih harus menunggu hasil penyelidikan dari pengaduankasus ini, dan sementara ini pula mereka harus/dibiarkan menjaga “keamanan” dirinya sendiri. ***

Aks

i war

ga B

ojon

g di

Mab

es P

olri

Dok. Kontras

BERITA DAERAH

15

Page 15: KontraS Salam Dari · PDF filedan bendera dari upacara ... Mengacu pada dasar prinsip kemanusiaan yang tercantum dalam berbagai hukum/perjanjian ... Padahal dalam amandemen kedua Undang-Undang

Berita KontraS No. 02/III-IV/2005

.Suhu keamanan di Ambon memanas menjelang peringatan HUTRMS (Republik Maluku Selatan) yang jatuh pada 25 April 2005.Sebuah bom meledak meledak di belakang bekas Bioskop OrientalAmbon, pada 23 April 2005 dua hari sebelum perayaan HUT RMS.Sebelumnya, sekitar seminggu lalu juga terjadi ledakan di kawasanPohon Pule.

Lima warga yang diduga sebagai pelaku peledakan bom bom rakitantersebut telah diamankan di Mapolres Pulau Ambon. Merekaditangkap dilokasi kejadian dan kini tengah diperiksa tim penyelidikuntuk dimintai keterangan terkait dengan ledakan itu.

Belum diketahui motif dari peledakan ini, yang jelas ledakan bomdiatas merupakan peledakan Bom yang kelima terjadi di Ambonpada April ini. Kapolres Pulau Ambon dan Pp Lease AKBP LeonidasBraksan menduga peledakan bom tersebut hanya bertujuanmemprovokasi warga karena terjadi di daerah perbatasan.

BERITA DAERAH

16

Ledakan Jelang HUT RMS

Trauma kerusuhan tahun lalu saat HUT RSM dilangsungkan, masih dirasakan masyarakat Ambon. Tahunini, kembali, bom meledak, dua hari sebelum HUT RMS. Bendera RMS pun dikibarkan. Warga dirundung

ketakutan itu. Entah sampai kapan

Dari hasil pemeriksaan, menurut Kapolres, dua diantara kelima wargayang diamankan dijadikan tersangka karena kedapatan memiliki danmembawa dua buah bom rakitan yang belum sempat diledakan. Tidakada korban jiwa dalam kejadian peledakan diatas, karena bom meledakdi tanah kosong di tepi Kali Batugantung.Bertepatan dengan hari ulang tahun RMS, aparat keamanan dari unsurTNI dan Kepolisian menggelar Operasi Merah Putih. Hingga sianghari, helikopter petugas yang melakukan patroli udara terus hilir-mudikmemantau situasi keamanan.

Di kota Ambon aktivitas memang berjalan seperti biasa. Namun, benderaRMS yang dikenal dengan Benang Raja tetap dikibarkan di beberapalokasi kota Ambon. Hingga sehari setelah perayaan HUT tersebut, totalbendera yang dinaikkan berjumlah sembilan buah. Beberapa benderaitu kini diamankan di Polsek Baguala, Polda Maluku, maupun MarkasPolres Pulau Ambon.

Pada akhir Maret 2005, masyarakat Ngaban Sibolangit yangdidampingi oleh Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi(LMND) melakukan aksi menuntut ganti rugi tanah warga yangdiserobot oleh pemerintah kota Medan. Aksi ini berlangsung selama3 hari. Aksi dilakukan dengan bentuk pendudukan di kantor DewanPerwakilam Rakyat Daerah (DPRD) Kota medan. Bertepatan denganhari terakhir aksi , di langsungkan Pembacaan LaporanPertanggungjawaban Walikota Medan di DPRD.

Aksi yang semula berlangsung aman berakhir dengan kekerasanterhadap masyarakat. Aparat menggunakan pentungan dan poporsenjata dalam melakukan kekerasan terhadap massa. Akibatnya 7orang warga mengalami luka-luka serius, sedangkan 5 orangmahasiswa (LMND) mengalami luka parah, bocor dikepala, lukadalam dan memar. Polwitabes Medan juga menangkap dan

membawa dua orang mahasiswa yang tergabung dalam LMND Medanyakni Johan Merdeka dan Dear.

Kekerasan berupa pemukulan dan penangkapan, sebagaimana yangterjadi di Medan menunjukkan bahwa pemerintah, terutama PemerintahKota Medan, telah memaksakan kehendaknya mengambil tanah denganmenggunakan kebijakan dan melawan advokasi masyarakat dengan carakekerasan yang dibantu oleh kepolisian dan aparat sipil lainnya.Pilihan membuat kebijakan untuk menyerobot tanah masyarakat atasnama “kepentingan umum” oleh Pemerintah Medan dan menggunakankekerasan atas advokasi masyarakat merupakan karakter anti demokrasi.Demikian juga dengan kepolisian yang dengan seenaknya meng-kriminalkan para pendamping masyarakat. Tindakan ini adalah cara-carapembungkaman terhadap aktifitas pembela HAM.

Berangkat dari kejadian diatas KontraS;• Mengutuk tindak kekerasan dan penangkapan terhadap masyarakat Ngaban Sibolangit dan mahasiswa oleh kepolisian dan aparat

sipil yang dipersenjatai• Menuntut kepada Pemerintah Kota Medan untuk segera mengembalikan tanah/lahan masyarakat Ngaban Sibolangit.• Mendesak Komnas HAM untuk segera melakukan investigasi atas tindak kekerasan yang dilakukan terhadap warga Ngaban Sibolangit

dan mahasiswa/pendamping.• Menuntut kepolisisan Wilayah Kota Besar (Polwiltabes) Medan untuk membebaskan mahasiswa yang ditangkap.***

Lagi, Kekerasan dan Penangkapan Mahasiswa !

Lagi, kepolisian dan aparat sipil yang dipersenjatai melakukan kekerasan terhadap masyarakat di Medan yanghanya menuntut hak atas kesejahteraan

Page 16: KontraS Salam Dari · PDF filedan bendera dari upacara ... Mengacu pada dasar prinsip kemanusiaan yang tercantum dalam berbagai hukum/perjanjian ... Padahal dalam amandemen kedua Undang-Undang

Berita KontraS No. 02/III-IV/2005

Tindakan brutal masih diperlihatkan oleh aparat Kepolisian. Tindakanyang tidak manusiawi ini dilakukan saat terjadi aksi blokade laut yangdilakukan oleh para nelayan di Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan(Kalsel). Aksi nelayan ini dipicu dengan adanya pencemaran batuan limbahdari PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk (PT.ITP) di perairan PulauLaut Utara.

Pada 16 Juni 2004, sekitar pukul 15.00 Wita, lebih kurang 600 orangburuh PT. ITP dan TKBM berkumpul di demarga PT. ITP, beberapadiantara mereka yang mengenakan seragam ITP ini membawa pipa besi,kayu, bahkan senjata tajam (sejenis golok). Mereka melempari nelayanyang sedang melakukan aksi blokade laut ini, dengan batu hinggamengakibatkan beberapa nelayan terluka terkena lemparan. Melihat kondisitersebut, Ketua INSAN menyerukan agar para nelayan mundur menjauhdari dermaga.

Tak lama setelah para nelayan menjauh, kapal besar tempat koordinatoraksi dan tokoh-tokoh nelayan didatangi speed board rombongan MUSPIDAKotabaru, yang diwakili Dinas Perikanan, Ir. Radiansyah. Tak lamakemudian datang juga rombongan kepolisian yang dipimpin oleh Kabag.Mitra Polres Pulau Laut, M.Yusuf. rombongan ini datang menggunakan10 buah speed board.

Awalnya dilakukan dialog antara perwakilan Dinas Perikanan, Polres danpara nelayan. Dalam dialog tersebut perwakilan Dinas Perikanan dan Polresmeminta nelayan membuka blokade. Para nelayan menyanggupi dengansyarat ada jaminan tertulis agar PT. ITP mau memenuhi tuntutan nelayanuntuk mengangkat limbah buangan PT. ITP. Ir.Radiansyah sendirimenjamin, tetapi pihak nelayan menginginkan jaminan dikeluarkan olehPT.ITP sendiri. Dialog-pun tidak mencapai kata kesepakatan. Sebelummeninggalkan kapal, Kabag Mitra menyerukan, apapun yang terjadi,blokade harus tetap dibuka sebelum jam 16.00 Wita.

Akan tetapi, entah mengapa, secara tiba-tiba, rombongan polisi dari 3speed langsung menyerang dan menyerbu kapal. Mereka (polisi-red), juga

BERITA DAERAH

17

“Brutalitas” Polisi Di Laut Utara, Kalsel

Para nelayan ini hanya meminta agar limbah buangan yang ada di Laut Utara kalimantan Selatan, diangkat. Tapipenangkapan, serta letusan senjata api jadi jawaban permintaan mereka. Suara si kecil kembali dibungkam dengan senjata

melakukan penangkapan dan pemukulan terhadap 2 orangperwakilan nelayan yakni H.Dullah dan Zainal Abidin. Serta 3 orangdari pendamping, Rahmat Sumarlin/Walhi Kalsel, Kisworo/Komunitas Sumpit, Abu/Jari Indonesia. Mereka ditangkap dandipindahkan ke speed board polisi untuk akhirnya dibawa ke PolresKotabaru. Mereka juga menangkap beberapa orang nelayan lainnya.Tak berhenti disini, para polisi ini secara membabi buta membuangsemua peralatan dan perlengkapan para nelayan ke laut. Penangkapanini diketua oleh Martin.

Aksi ‘brutal’ yang dilakukan oleh polisi dilanjutkan dengan pengejaranterhadap semua nelayan di perairan Selat Laut. Seorang nelayan yangmendapatkan todongan pistol dipaksa untuk menunjukkan danmemberitahu tempat Ketua dan Sekretaris Ikatan Nelayan SAIJAAN.Sekitar pukul 19.00 Wita, Polres Kotabaru mengirim 3 orang polisi(Martin, Harsono dan Edy), menuju ke desa Rampa Lama, untukmenangkap Arbani (Ketua SAIJAAN), Riduansyah (Sekretaris) danAmbo Nai (Ketua Kelompok RT6). Namun, mereka gagal menemui3 orang tersebut. Dengan alasan bahwa mereka yang hendakditangkap lari kerumah penduduk, polisi-polisi ini melemparkantembakan sebanyak 3 kali. Mereka juga merusak pintu salah saturumah penduduk.

Kejadian diatas secara otomatis, membuat ibu-ibu dan anak-anakmenjadi ketakutan. Bahkan, seorang isteri nelayan, Udin, mengalamikelumpuan kaki akibat terkejut mendengar dan melihat langsungtembakan yang diarahkan 3 orang polisi ini kearah penduduk. Wanitayang sedang hamil tua ini hampir 4 jam tidak bisa menggerakkankakinya akibat trauma letusan tembakan yang didengarnya.

Beberapa lama setelah peristiwa diatas Polres Kotabaru masih terusmelakukan patroli maupun pengintaian di perkampungan nelayan,sejak pembubaran pertemuan nelayan pada 18 Juni 2004. Bagimereka yang menjadi korban penangkapan juga dikriminalkan.Mereka dijadikan tersangka dan diproses dipersidangan.***

Mereka yang Hilang danMereka yang di Tinggalkan

Potret penghilangan paksa di Indonesia

Bisa di dapatkan di Ikohi dan toko Buku Gramedia

Page 17: KontraS Salam Dari · PDF filedan bendera dari upacara ... Mengacu pada dasar prinsip kemanusiaan yang tercantum dalam berbagai hukum/perjanjian ... Padahal dalam amandemen kedua Undang-Undang

Berita KontraS No. 02/III-IV/2005

BERITA DAERAH

“Ada Apa Dibalik Pembentukkan KKP?”

Pembentukkan KKP Terkesan tergesa-gesa. Buruknya isi kerangka acuan, terkesan “dipaksakan “ hinggamenjadi sorotan masyarakat. Bahkan konsultasi publik-pun diabaikan.

Deal politik seakan bermain dibalik semuanya.

18

Pembentukan Komisi Kebenaran dan Persahabatan (KKP) antaraPemerintah RI dan Pemerintah Timor Leste pada 9 Maret lalu, telahmengesampingkan tuntutan keadilan korban pelanggaran beratHAM di Timtim 1999. Pembentukan KKP hanya menjadikepentingan kepentingan politik masing-masing pemerintah.

Pernyataan diatasdapat dibuktikanmelalui beberapa hal.P e r t a m a ,pembentukan KKPyang tergesa-gesasehingga melibatkanmekanisme yangdemokratis, sepertipelibatan masyarakatsipil dan masyarakatkorban. Baik, publikdi Indonesiamaupun di TimurLeste.. Kedua,buruknya materi/isikerangka acuan KKP;naskah pembukaan(preamble), tujuan(objectives) maupunmandat (mandate), yang hanya memberi pengampunan padasekelompok orang kuat yang terlibat dalam kejahatan.

Upaya perbaikan terhadap materi kerangka acuan KKP ternyata hanyasekedar perubahan kata, sementara maknanya tidak berubah, samasaja. Tetap memberikan pengampunan bagi pelaku. Contohperubahan kata tanpa perubahan makna, terdapat pada butir 14 C (i)kata “amnesti” diubah menjadi pengampunan; kalimat “rehabilitasibagi mereka yang dituduh secara sewenang-wenang telah melanggarHAM”, diganti dengan “rehabilitasi bagi mereka yang dituduhmelanggar HAM, namun tuduhan tersebut salah.

Ayat-ayat diatas, meskipun telah dirubah, melegalkan impunitas(kejahatan tanpa hukuman) atas kasus pelanggaran berat HAM diTimtim pada 1999. Pelaku peristiwa ini, yang telah “diadili” keduanegara, akan semakin tidak merasa bersalah dan menganggappengadilan yang selama ini diselenggarakan adalah kesalahan politikhukum di kedua negara.

Pada tujuan, kalimat “untuk menetapkan kebenaran konklusif ”diganti dengan “ untuk menetapkan kebenaran akhir”. Ini jelasmenunjukkan KKP dibuat hanya demi kepentingan praktis tanpaniat membangun hubungan bilateral yang beradab untuk jangkapanjang. Pada bagian mandat, kalimat “mengungkapkan kebenaranfaktual” diganti dengan “mengungkapan fakta kebenaran”.

Dibentuknya KKP juga bertentangan dengan pernyataan pejabat pentingdari kedua negara yang semula menjamin tidak adanya impunity dalamKKP. Dikaji dari kerangka acuan yang disepakati, keputusan politikmembentuk KKP jelas berniat untuk mengampuni orang-orang bersalahdalam pelanggaran berat HAM Timtim, tanpa memperhitungkan derajatkesalahan.

Seharusnya dan jelas kiranya,prinsip rekonsiliasi ataupersahabatan atau apapunnamanya, tetap berpijak padakeadilan. Bukan sekedarmemaafkan, tetapi jugam e m p e r h i t u n g k a nkesalahan. Harus memberikontribusi bagi keadilan.Bukan sebaliknya,berkontribusi bagi kondisiketiadaan hukuman yangtelah ada (impunitas), yangberarti menolak keadilan danmenukar keadilan dengankepentingan ekonomi-politik sesaat kedua negara.Karena itu, harusnya segeradidesak pemerintah kedua

negara untuk mempertanggungjawabkan keputusan membentuk KKPdihadapan publik, parlemen, demi kepentingan hak korban.

Penegakan Keadilan

Jika ada kebutuhan akan keadilan bagi Indonesia dan Timor Leste,kehadiran KKP patut dipertanyakan. Hal ini mengingat telah ada duaproses pengungkapan kebenaran yakni oleh Komisi Penerimaan,Kebenaran dan Rekonsiliasi Timor Leste serta Komisi Nasional HAMdi Indonesia. Yang dibutuhkan saat ini justru penegakan keadilan sebagaitindakan nyata kedua negara paska pengungkapan kebenaran.

KontraS berharap Pemerintah RI-Timor Leste mau meninjau ulangpenolakannya terhadap Komisi Ahli Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).Setidaknya Pemerintahan kedua belah pihak tidak menghalang-halangisetiap upaya Komisi Ahli dalam meneliti proses peradilan domestik.Apabila terjadi, maka hal itu hanya akan merugikan kedua pemerintahan.

KontraS juga menyambut baik kedatangan tim Komisi Ahli PBB untukmendiskusikan kelemahan pengadilan adhoc Timtim sekaligus mencarijalan keluar untuk menengakan keadilan di Indonesia. PemerintahIndonesia dan Pemerintah Timor Leste harus menyadari bahwadibentuknya Komisi Ahli disebabkan keengganan kedua negara untukmenuntut individu-individu yang bertanggungjawab dalam kejahatankemanusiaan.***

Pengadilan HAM Timor-Timur

Dok. Kontras

Page 18: KontraS Salam Dari · PDF filedan bendera dari upacara ... Mengacu pada dasar prinsip kemanusiaan yang tercantum dalam berbagai hukum/perjanjian ... Padahal dalam amandemen kedua Undang-Undang

Berita KontraS No. 02/III-IV/2005

BERITA DAERAH

19

Tragedi Talangsari Lampung, Akankah Berhenti di Penyelidikan?

Tragedi Lampung 1989, yang mengakibatkan sekitar 246 orang hilang dan ratusan orang meninggal, hingga kini belum adatitik terang penyelesaiannya. Desakan para korban akhirnya dijawab dengan pembentukkan Tim Penyelidikan kasus ini oleh

KOMNAS HAM. Tim ini mulai bergerak dengan melakukan investigasi langsung ke Lampung awal April 2005.

Awal Maret 2005 lalu, berdasar hasil Pleno, KOMNAS HAM kembalimembentuk tim penyelidik untuk kasus Talangsari Lampung.Pembentukan ini lahir karena desakan keluarga korban Talangsari dengandidampingi LBH Bandar Lampung dan KontraS dalam bentuk melakukanaksi. Para korban mendesak KOMNAS HAM untuk serius menuntaskankasus yang terjadi pada 1989 di Talangsari Lampung. SesungguhnyaKOMNAS HAM telah beberapa kali membentuk tim penyelidik untukkasus Talangsari. Pertama, pada tahun 2001 yang diketuai olehKoesparmono Irsan, kedua, pada Februari 2004 yang diketuai olehHasballah M Saad. Namun, dari dua tim yang telah dibentuk tersebuttidak ada hasil atau kemajuan untuk penuntasan kasus TalangsariLampung 1989.

Pada 29 Maret sampai 9 April 2005, akhirnya tim KOMNAS HAM datangke Lampung untuk melakukan pemeriksaan saksi korban. Investigasidilanjutkan pada 17 April di Solo. Sebanyak 47 saksi di mintaiketerangannya oleh tim dari KOMNAS HAM. Tim KOMNAS HAMjuga mendatangi lokasi kejadian di yakni Desa Sidorejo, Desa Cihideung,Bandaragung, Proyek Pancasila, dan Pekalongan (Metro) karena kebetulanlewat saat menuju rumah warga/saksi yang akan dimintai keterangan.

Hasil investigasi ini nantinya akan dibawa kedalam rapat paripunaKOMNAS HAM yang rencananya dilakukan pada akhir April. Dalamrapat tersebut, rencananya akan diputuskan “apakah kasus ini merupakanpelanggaran HAM berat atau tidak?”. Bila ternyata kasus ini diketahuimerupakan pelanggaran berat HAM maka tim dari KOMNAS akan turunkembali guna melakukan investigasi yang lebih intensif. Hal inidiungkapkan oleh Yudi Rohman (LBH Lampung), yang mendampingitim di lokasi.

Pertanyaan yang patut diajukan adalah apakah Tim KOMNAS HAMdaam Investigasinya yang dilakukan hanya beberapa hari, mampumenggali peristiwa kejahatan besar ini? KontraS mencatat bahwakasus Talangsari Lampung mengakibatkan 550 orang dibunuh diluarproses hukum, 218 orang dinyatakan hilang, 35 orang ditangkapserta diperlakukan secara sewenang-wenang/disiksa. Belum termasukkerugian harta benda lainnya yang membuat korban, keluarga korbanharus menanggung penderitaan hingga saat ini.

Sampai saat ini KOMNAS HAM, juga, belum melakukanpemeriksaan terhadap fihak TNI/Polri dan pemeriksaan di TKP(tempat kejadian perkara). Beberapa hal yang disebutkan belaknganmerupakan upaya yang penting dilakukan bagi sebuah tim investigasidalam kasus-kasus pelanggaran Berat HAM. Selain itu, hal tersebutjuga penting dilakukan untuk menunjukkan apakah KOMNASHAM serius dalam menanggani kasus Talangsari Lampung 1989.

Harapan dan cita-cita korban untuk mendapatkan hak-haknya adalahsuatu keharusan dan kelaziman. Hak-hak tersebut adalah hak untukkeadilan, hak untuk kebenaran, dan hak untuk Pemulihan.Penyelesaian dan pengungkapan sampai tuntas kasus Talangsari,dengan mengedapankan hak-hak korban menjadi penting bagibangsa Indonesia. Pertama, pengungkapan dan penghukumanterhadap para pelaku akan menjadi pelajaran untuk menghormatiHAM dimasa akan datang. Kedua, pengungkapan ini akan menjadibarometer penegakan hukum HAM di Indonesia saat ini.

Akankah KOMNAS dan Tim-nya mandul lagi, sebagaimana 2 tim-nya yang terdahulu? Akankah Investigasi ini berhenti ditengah jalan?Atau KOMNAS HAM harus di Reformasi?***

Aksi talangsari di Komnas HAM

Dok. Kontras

Dok Kontras

Page 19: KontraS Salam Dari · PDF filedan bendera dari upacara ... Mengacu pada dasar prinsip kemanusiaan yang tercantum dalam berbagai hukum/perjanjian ... Padahal dalam amandemen kedua Undang-Undang

Berita KontraS No. 02/III-IV/2005

Latar belakang kejadian bermula dari tuntutan masyarakat Pemilikdusun dalam pembayaran uang permisi atau uang pembangunanjalan yang terjadi di areal Konsesi HPH PT.Djayanti Group lebihkhusus HH PT. Optima Intim Perkasa Utama di Potowai(Loggpondm Km 1). Namun masyarakat justru harus berhadapandengan aparat Polri dari Polsek dan Polres Timika serta Brimobyang menjadi becking dari perusahan tersebut.

Warga bukan hanya mendapat kekerasan berupa pemukulan, tapijuga todongan pistol hingga tembakan oleh aparat Brimobberpakaian preman. Peristiwa ini terjadi, Kamis, 20 Januari 2005,sekitar pukul 12.30 Wit. Penembakan pertama bermula ketikamasyarakat sedang melakukan pertemuan dalam rangkamembicarakan pembayaran uang atas pembangunan di DusunTitikupa yang menjadi area operasi perusahaan tersebut. Acara inisendiri dihadiri Camat, Koramil, Kapolsek serta Danton Brimobbeserta seorang anak buahnya. Sedang dari pihak perusahaandiwakili Simson Hindom selaku pimpinan perusahaan PT.DjayantiGroup.

Pihak perusahaan (Simson Hindom), tidak menepati janjipertamanya. Padahal. Awalnya ia berjanji setelah kembali dariPrangko dan Larau akan melakukan pembayaran dana kompensasidi kedua daerah yakni Dusun Titikupa (termasuk Distrik Kapiraya),yang terkena pembangunan jalan. Ingkar janji membuat masyarakatkecewa, hingga terjadi perang mulut antara perwakilan masyarakatdan pihak perusahaan dalam pertemuan tersebut.

Buntut dari kekecewaan ini meluas, hingga di luar gedung timbulreaksi masyarakat yang membuat situasi makin panas. Kemudian,anggota Brimob melakukan tembakan sebanyak satu kali ke udaradan satu kali ke tanah. Peluru ketiga dan keempat diarahkan padakorban/warga, tapi tidak mengenai sasaran. Tembakan kelima dankeenam akhirnya mengenai sasaran yakni warga yang sedangberdemontrasi.

Korban yang ada dari peristiwa ini, yakni Oktavianus Makaitertembak di kaki dan mengalami luka parah. Alem Makai lukadibagian belakang kepala akibat pukulan oleh Brimob yangmenggunakan moncong senjata. Sedang Pokuwai terkena pelurudisiku tangan kanan dan Niko Degei terkena peluru nyasar di pahabagian kanan. Saat terjadinya tindak kekerasan ini masyarakat sama

sekali tidak melakukan tindak kekerasan apapun, karena masyarakat takutserta panik dan menghindar agar tidak jatuh korban lebih banyak lagi.Para korban khususnya yang terkena tembakan dilarikan ke Timika diRSM Karitas untuk segera mendapat pengobatan serta perawatan.

Banyaknya Pelanggaran

Berbagai Pelanggaran kinerja HPH Djayanti Group terhadap masyarakatHukum Adat Hak Ulayat, sudah lama terjadi. Perusahaan ini seakanmendapat angin segar untuk terus menindas bahkan merasa berhakmelakukan tindakan apapun demi untuk memperkuat bisnisnya. Suararakyat selalu dan terus diabaikan. Masyarakat selalu mendapat perlakuantidak adil dan tindak kekerasan lainnya serta tekanan dari perusahaan danaparat keamanan “terbeli” dan berpihak pada perusahaan.

Sejak awal tidak ada surat pelepasan dari masyarakat adat (hak Ulayat) ataupenyerahan kerja sama antar perusahaan dan masyarakat Adat (hak Ulayat).Pada kondisi ini perusahaan malah menggunakan kekuatan polisi (Brimob)untuk menakut-takuti masyarakat pemilik tanah adat setempat. Padaakhirnya, segala masalah diambil alih oleh polisi (Brimob). Kondisi inimenyebabkan masyarakat tidak berdaya dibawah tekanan yang ada terlebihtekanan dibawah moncong senjata pistol yang ditodongkan.

Perusahaan juga tidak pernah menggunakan tenaga kerja yang berasal dariorang pribumi atau masyarakat yang punya Hak Ulayat. Hal ini karena adastigma bahwa orang Papua bodoh, pemabuk, tidak tahu kerja, kotor danberbagai lainnya. Sementara itu dari segi ekosistem (lingkungan), tidakpernah ada penanaman kembali areal yang diambil kayu-nya. Termasukyang paling dirasakan tidak adil, adalah pembayaran kompensasi yangtidak sesuai peraturan, bahkan sudah dua periode hak ulayat rakyat tidakdiberikan.

KontraS yang menerima pengaduan yang disampaikan oleh MasyarakatAdat Topo suku Degey Papua yang didampingi/bersama LembagaPengawasan Pembangunan dan Peradilan Indonesia (LP3I), memintaKOMNAS HAM untuk mengambil langkah-langkah penyelidikanterhadap tindak kekerasan yang berlangsung, guna menjamin perlindunganhak asasi manusia masyarakat Topo. Serta meminta pertanggungjawabanhukum yang jelas atas kasus kekerasan yang telah terjadi terhadapmasyarakat adat Topo. Menjamin pula tidak terjadi pengampunan tanpaproses hukum bagi aparat Polri yang telah melakukan kekerasan. ***

Keadilan Yang Dibalas Senjata di Dusun Titikupa, Papua

Masyarakat adat Topo Suku Degey Papua, hanya meminta ganti rugi atas tanah mereka yang digunakan untukmemperlebar bisnis PT.Djayanti Group. Tapi, perusahaan ini malah ingkar janji. Ironisnya, aparat Brimob

justru melakukan kekerasan pada warga yang hanya ingin memperoleh keadilan.

KABAR DAERAH

20

BERITA DAERAH

“Setiap tindakan penghilangan orang dengan paksa merupakan suatu tindak pidana terhadapmartabat manusia. Tindakan ini dinyatakan sebagai pengingkaran terhadap tujuan-tujuan piagamperserikatan bangsa-bangsa, dan sebagai suatu pelanggaran hak asasi manusia. Dan kebebasan-kebebasan dasar yang serius dan nyata.”

(Pasal 1 Deklarasi perlindungan bagi setiap orang dari penghilangan paksa)

Page 20: KontraS Salam Dari · PDF filedan bendera dari upacara ... Mengacu pada dasar prinsip kemanusiaan yang tercantum dalam berbagai hukum/perjanjian ... Padahal dalam amandemen kedua Undang-Undang

Berita KontraS No. 02/III-IV/2005

KABAR DAERAH

21

BERITA DAERAH

Perkembangan terkini dalam upaya pengungkapan pelanggaran HAMberat masa lalu telah sampai pada saat dimana negara secara terang-teranganmemaksakan kehendaknya untuk tetap memberlakukan UU No. 27 tahun2004 tentang Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (KKR). Bahkan dalamperkembangan terakhir, pemerintahan SBY telah menunjuk Tim Seleksiuntuk memilih calon-calon yang akan duduk selaku anggota KomisiKebenaran dan Rekonsiliasi, melalui Peraturan Presiden RI No. 27 No.2005 tentang Tata Cara Pelaksanaan Seleksi dan Pemilihan Calon AnggotaKomisi Kebenaran dan Rekonsiliasi.

Panitia seleksi tersebut diketuai oleh Zulkarnaen Yunus (DirjenAdministrasi Hukum Umum, DepkumHAM), dengan anggota WiciptoSetiadi (Dirjen Peraturan Perundang-undangan DepkumHAM), HafidAbbas (Dirjen Perlindungan HAM, DepkumHAM), BambangWidjojanto (masyarakat), Sunaryati Harotono (masyarakat), SulistijowatiSugondo (masyarakat). Komposisi ini tidak sesuai dengan aturan dalampasal 33 ayat 3 UU No. 27 tahun 2004 yang mengatur 5 orang panitia timseleksi, terdiri dari 2 orang unsur pemerintah dan 3 orang unsurmasyarakat.

Tim Seleksi Calon Anggota KKR

Undang-undang Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (UU KKR) telah dikeluarkan. Ada banyak pasaldidalamnya, yang jelas-jelas memihak pada pelaku. Dan, korban harus menerima semua putusan hukum yangtetap tidak berpihak padanya. Sementara Presiden tetap membentuk tim seleksi untuk memilih calon anggota

KKR. UU KKR menjadi bukti nyata negara dalam memaksakan kehendaknya.

dok.kontras

Pendaftaran calon anggota ini ditutup tanggal 25 April 2005. Sekitar1300 orang melamar menjadi anggota, lebih banyak dari penerimaancalon anggota Komisi Yudisial (282 orang), Komisi Kejaksaan(206 orang), Komisi Konstitusi (317 orang) dan KomisiPemberantasan Korupsi (513 orang). Beberapa nama yang dikenalpublik, seperti Syafii Maarif, Anhar Gonggong, Deliar Noer, GhazaliAbbas, Ifdhal Kasim, Fadjroel Rahman dan Ita F Nadia juga ikutmendaftar.

Berdasarkan UU KKR, para calon anggota tersebut akan menjalaniseleksi administratif hingga tersaring 42 nama, kemudian diajukankepada presiden untuk ditetapkan 21 orang calon anggota KKR.Presiden mengajukan 21 nama tersebut kepada DPR untuk diseleksi.Jika DPR tidak menyepakati beberapa calon, maka Presiden akanmemberikan calon anggota baru – hasil seleksi Tim Panitia - untukmelengkapi persyaratan 21 anggota KKR. Sedianya mereka akandibagi dalam 3 sub komisi, yaitu Subkomisi penyelidikan danklarifikasi pelanggaran HAM berat, Subkomisi kompensasi, restitusidan rehabilitasi, serta Subkomisi pertimbangan amnesti.***

Sementara itu korban, khususnya para korban kejahatan negara bersikap keras dan lantang atas pemberlakuan UU KKR ini. Merekamenganggap bahwa UU KKR hanya akan mengesahkan (Legitimasi) penghindaran pelaku dari tanggung jawab hukum. Selain itu dariproses pembentukannya UU KKR ini mengandung ‘bias proses’ karena tidak melibatkan konsultasi publik/partisipasi aktif masyarakatsecara luas, khususnya masyarakat korban.

Dilihat dari segi materi, UU KKR yang berpihak pada korban seperti termuat dalam pasal 27; KKR akan diberikan apabila permohonan amnestidikabulkan. Atau pada pasal 44; pelanggaran HAM yang berat yang telah diungkapkan dan diselesaikan oleh komisi, perkaranya tidak dapat diajukanlagi kepada pengadilan hak asasi manusia ad hoc. Diabaikannya pengadilan sebagai upaya untuk mengungkap kebenaran justru akan menjadikankorban menjadi korban untuk yang kedua kalinya.

Undang-undang KKR, jelas memberian jaminan perlindungan atau impunitas (ketiadaan penghukuman) kepada PELAKU. UU KKRtidak memberikan jaminan upaya pemenuhan hak-hak korban menyangkut keadilan, informasi dan jaminan tidak terulangnya kembalikejahatan itu. Posisi korban yang tidak setara dalam proses KKR kelak juga merupakan suatu masalah yang seharusnya diselesaikan lebihdahulu oleh komisi kebenaran dan rekonsiliasi.

Komisi kebenaran dan rekonsiliasi ke depan harusnya mensyaratkan pemberian rehabilitasi terlebih dahulu ke korban. Dalam soalpenghukuman idealnya pemaafan tidak hanya bersifat moral. Pelaku juga harus melakukan pemaafan di muka publik dan hukum ataskejahatan yang telah dilakukan. ***

Komisi yang Tidak Berpihak pada Korban

Page 21: KontraS Salam Dari · PDF filedan bendera dari upacara ... Mengacu pada dasar prinsip kemanusiaan yang tercantum dalam berbagai hukum/perjanjian ... Padahal dalam amandemen kedua Undang-Undang

Berita KontraS No. 02/III-IV/2005

REMPAH-REMPAH

22

Setelah melalui perjuangan panjang dan melelahkan selama 7 tahun, akhirnya pertengahan Januari 2005, Ketua KOMNAS HAM menetapkanpembentukan Tim Penyelidikan Penghilangan Orang Secara Paksa Peristiwa Kerusuhan Mei 1998 dan Penculikan Aktivis oleh Tim Mawar.Pembentukan Tim ini bagi korban masih merupakan awal dari usaha besar untuk mengungkapkan kebenaran dan mewujudkan keadilan bagikorban dan keluarga korban serta masyarakat, yang selama ini berada dalam ketidakpastian.

Hampir tiga bulan setelah bekerja, Tim Penyelidikan KOMNAS HAM baru akan melakukan pemeriksaan saksi korban. Setelah itu baru akanmelakukan penyelidikan ke lokasi penyekapan dan penyiksaan, serta memeriksa para saksi pelaku. Bagian kunjungan ke lokasi dan pemeriksaansaksi pelaku inilah yang akan menajdi kerja berat Tim Penyelidik, karena selama ini para pelaku pelanggaran berat HAM selalu menolak dan tidakkooperatif untuk memenuhi panggilan Tim Penyelidikan.Inilah topik bahasan yang diangkat dari talkshow yang diselenggarakan KontraS dan IKOHI bekerjasama dengan Radio 68 H. Diskusi publikini dilakukan untuk mengingat kembali dan mengungkap misteri peristiwa penghilangan orang secara paksa, yang diduga kuat melibatkan salahsatu kekuatan elite di TNI Angkatan Darat, yaitu KOPASSUS.

Acara ini digelar pada Kamis, 28 April , bertempat di Hotel Sahid Jaya, Jakarta dan disiarkan langsung oleh Radio 68H Jakarta. Acara ini dihadirioleh korban, perwakilan korban, organisasi korban, KOMNAS HAM, dan perwakilan satuan militer dan kepolisian, LSM, Media dan masyarakatumum

Sedangkan sebagai pembicara hadir, Firman Jaya Daeli Fraksi PDIP, Fadli Zon (Direktur Center for Policy Studies) dan Mugiyanto (korbanPenculikan/Ketua IKOHI).

Bagaimana Menyikapinya

Firman Jaya mengatakan bahwa secara pribadi ia punya kekhawatiran bila kasus ini berada di DPR. Misalnya DPR membentuk Tim apalagimembentuk Pansus (Panitia Khusus), polanya akan sama dengan kasus Trisakti dan Semanggi I dan II, dimana proses kebenaran hanyadikalahkan oleh voting dan seterusnya. Yang harus dilihat juga dari konteks perpolitikan bahwa masih ada kekuatan konservatif yangberkepentingan supaya kasus penculikan atau penghilangan paksa ini tidak dibongkar. Artinya, kita harus melihat lembaga DPR itu secara kritis.Fadli

Sedangkan Fadli Zon menegaskan, kasus ini harus diselesaikan dalam rangka pengungkapan kebenarannya dan untuk mencapai keadilan yangsesungguhnya, terutama korban dan keluarga korban. Hal ini agar korban, keluarga korban, masyarakat tahu apa motivasi mereka di balikpenculikan. Apa polanya, siapa pelakunya, siapa yang memerintahkan. Juga, agar menjadi evaluasi bagi aparat negara untuk tidak melakukanpenyalahgunaan dan kesewenangan kekeuasaan. Dan juga, supaya kita tidak melakukan kekerasan, dalam hal ini penculikan oleh siapapun. Olehkarena itu maka, harus ada pengakuan dulu, ada proses pengungkapan kebenaran dan harus diselesaikan. Fadli juga mengatakan, bila SBYpeduli terhadap hal ini, ia harus mengambil inisiatif politik dengan mendesak Komnas HAM untuk membuka kasus ini. Komnas HAMsendiri harus menggiring kasus ini ke Projustisia, sebab kalau tidak, tidak akan jalan.

Sementara itu Mugiyanto menuturkan, kasus penculikan atau penghilangan orang harus dituntaskan, dibuka sejelas-jelasnya tentang peristiwanya,termasuk dan terutama adalah nasib mereka yang sampai sekarang masih hilang. Kepentingan dan tujuannya adalah agar kita (Indonesia) bisabelajar dan melihat, sehingga ke depan hal-hal seperti ini tidak perlu terjadi lagi. Yang harus tetap diwaspadai bila peristiwa ini mudah dilupakanatau mencoba melupakan masa lalu yang hitam dan hanya melihat ke depan. Padahal tidak akan bisa melihat masa depan yang baik ketika masalalu yang hitam itu tidak diselesaikan, karena akan terus dan terus mengulang peristiwa-peristiwa tersebut.Mugiyanto menekankan, salah satu mekanismenya adalah pengadilan. Ini penting untuk memberikan efek jera atau kapok. Bisa dibayangkankalau peristiwa penghilangan orang secara paksa, yang menurut masyarakat internasional sebagai kejahatan yang luar biasa, kalau tidak diungkapdan pelakunya tidak diadili, maka pelaku-pelaku tersebut akan mengulang lagi di tempat dan waktu yang lain. Hal ini nyatanya telah terbukti/terjadi. Pelaku pelanggaran HAM di Timor Leste mengulang hal yang sama di Aceh. Sebab, mereka tidak dihukum dan tidak menimbulkan efekjera.***

Ungkap Tuntas Kasus Penculikan!

Kasus Penghilangan Paksa masih berlangsung di berbagai negara di dunia.Deklarasi Perlindungan bagi Setiap Orang dari Penghilangan Paksa tidak

mampu mempertanggungjawabkan perilaku negara.Maka penting untuk mendesak negara untuk mendukung

Konvensi Perlindungan bagi Setiap Orang dari Penghilangan Paksa.

Page 22: KontraS Salam Dari · PDF filedan bendera dari upacara ... Mengacu pada dasar prinsip kemanusiaan yang tercantum dalam berbagai hukum/perjanjian ... Padahal dalam amandemen kedua Undang-Undang

Berita KontraS No. 02/III-IV/2005

REMPAH-REMPAH

23 Berita KontraS No. 02/III-IV/2005

REMPAH-REMPAH

Segera Audit Bisnis TNI

Undang-undang Tentara Nasional Indonesia pasal 76 ayat 1 menyatakan Dalam Jangka waktu 5 (lima) tahun sejak berlakunya undang-undang ini,Pemerintah harus mengambil alih seluruh aktivitas bisnis yang dimiliki dan dikelola oleh TNI baik secara langsung maupun tidak langsung. Kemudian dalam ayat2 pasal yang sama dikatakan Tata cara dan ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan ayat 1 (satu) diatur dengan keputusan presiden.

Sementara itu, perkembangan terakhir dari upaya pemerintah mengambil alih bisnis TNI dapat dilihat pada pernyataan dari Menko PerekonomianAburizal Bakrie yang menyatakan bisnis TNI tidak perlu dilakukan audit sebelum diserahkan kepada pemerintah. Pernyataan ini sangatlahdisayangkan.Pertama, penting bagi pemerintah untuk terlebih dahulu melakukan audit secara transparan untuk memenuhi akuntabilitas publikatas bisnis TNI yang selama ini dijalankan. Audit ini sangat mendesak untuk melihat sejauh mana bisnis yang telah dilakukan oleh TNImemberi konstribusi positif kepad upaya kesejahteraan prajurit TNI, seperti yang selama ini dejelaskan pihak TNI. Atau sebaliknya, bisnis TNIselama ini memberi sumbangan terhadap keterpurukan kondisi perekonomian Indonesia. Bila hal itu terjadi pertanggungjawaban hukum ataspihak-pihak yang telah menyalahgunakan bisnis TNI haruslah dituntut dimuka hukum.

Kedua, sejauh ini juga tidak ada klasifikasi yang jelas oleh pemerintah tentang apa saja yang dimaksud dengan bisnis militer. Penjelasan inidiperlukan untuk menegaskan komitmen TNI dan pemerintah dalam mengakhiri bisnis militer yang selama ini tampil dengan banyak bentukseperti, yayasan, koperasi, perseroan terbatas, hingga bisnis-bisnis illegal lainnya yang kerap terajdi di daerah konflik.

Ketiga, Pemerintah samapi saat ini juga belum menyusun secara jelas strategi pertahanan, postur militer dan kebutuhan anggaran untukmemenuhi semus itu. Bila hal ini telah dilakukan baru bisa dapat menentukan berapa besaran biaya yang harus ditanggung oleh APBN untukkepentingan militer. Kekurangan anggaran militer yang selama ini dikeluhkan oleh TNI harus bisa dijelaskan dengan rumusan yang lebihkonkrit.

Karenanya, pemerintah harus segera melakukan audit dengan terlebih dahulu melakukan inventarisasi bentuk-bentuk bisnis militer. Kedepannya,Pemerintah harus menghapus semua bentuk bisnis militer tersebut dalam bentuk dan keterlibatan apapun. Pemerintah harus jugamemperhitungkan kerugian-kerugian yang diakibatkan Bisnis Militer. Ketentuan tersebut juga harus memuat prinsip akuntabilitas, transparansi,enviromental recovery serta kemanusiaan.***

Pada 20 Maret 2005 lalu, KontraS genap berusia tujuh tahun. Tahun inimenjadi lain dengan tahun sebelumnya. Duka karena pembunuhan Munirmenjadi bahan renungan dan tantangan tersendiri bagi KontraS. TanpaMunir, sang ikon HAM, KontraS tetap dan harus terus ‘berjalan”. Palingtidak, harapan tersebut adalah cita-cita yang diinginkan Munir semasahidupnya; KontraS harus memikirkan, menimbang dan mengukurgerakan anti kekerasan.

Kepergian Munir sebagai seorang sosok pejuang anti kekerasan bukantanda akhir dari perjuangan. Melainkan sebaliknya, keyakinan itu terusmengalir dalam darah dan semangat advokasi HAM di Indonesia. Munirbukan hanya milik sekelompok aktivis masyarakat sipil, melainkan sudahmenjadi bagian dari masyarakat yang bercita-cita. Munir identik dengancita-cita Indonesia yang bebas dari rasa takut dan kekerasan. Untuk itu,desakan untuk menuntaskan kasus ini menjadi desakan masyarakat luasdengan menuntut negara melindungi mereka. Jangan pernah ada lagipembunuhan politik seperti yang dialami oleh Munir. Menginjak usiayang hampir sama dengan masa reformasi paska Orde Baru, KontraSmerasakan bahwa perjuangan membebaskan manusia dari rasa takut dansegala bentuk teror kekerasan masih jauh dari cita-cita. Tidak berlebihankiranya, KontraS merasakan bahwa tidak bisa berjuang sendirian. KontraSmerasa perlu membangun dukungan dari semua pihak untuk melakukanrefleksi bersama dan merenungi muramnya kondisi kemanusiaan di negeriini. Masyarakat dalam kapasitasnya harus mengambil sikap dan melawanprioritas utama dalam renungan/refleksi HUT KontraS ke 7 ditahun2005.

Pada peringatan HUT-nya ditahun 2005 ada dua acara penting yangdilakukan. Pagi hari, diadakan demo/aksi ke kantor pusat GarudaIndonesia. Aksi damai ini sengaja dilakukan untuk mendesak pihakGaruda/manajemen garuda agar segera mengungkapkanketerlibatan Garuda dalam pembunuhan Munir di pesawat Garuda.

Dalam aksi damai yang diikuti hampir dua ratus simpatisan baikLSM maupun masyarakat biasa, perwakilan aksi menemuimanajemen Garuda Indonesia. Dalam kesempatan tersebut, pihakmanajemen berjanji untuk membentuk desk Munir guna membantuupaya pengungkapan pembunuhan Munir. Malam hari HUTdirayakan dengan tumpengan kecil, doa bersama. Acara ini dihadiripula oleh keluarga korban, wartawan serta hadir Suciwati (isterialmarhum Munir).

Acara diisi dengan diskusi tujuh tahun perjalanan KontraS. Masukanmenarik datang dari Willy Pramudya (wartawan), yang mengingatkanKontraS agar tetap berjalan dengan misi awal terbentuknya KontraS,yakni berpihak pada kepentingan korban kekerasan dan tetap terusmendampinginya. Meski kepergian Munir, menjadi tantangansendiri, tapi diharapkan KontraS terus melanjutkan perjuangan yangdiawali oleh Munir. Berjuang demi kepentingan korban dan rakyatkecil yang teraniaya serta berjuang demi Hak Asasi Manusia.***

Tujuh Tahun Perjalanan KontraS

Bulan Maret 2005 genap KontraS berusia tujuh tahun dalam mengadvokasi pelanggaran berat HAM di Indonesia. KepergianMunir menjadi catatan penting bagi KontraS untuk tetap terus berjuang. Dukungan pihak lainnya diperlukan agar KontraS tak

berjalan sendiri.

Page 23: KontraS Salam Dari · PDF filedan bendera dari upacara ... Mengacu pada dasar prinsip kemanusiaan yang tercantum dalam berbagai hukum/perjanjian ... Padahal dalam amandemen kedua Undang-Undang

Berita KontraS No. 02/III-IV/2005

Awal Maret lalu, majelis Kasasi Mahkamah Agung yang diketuaioleh Artidjo Alkostar menyatakan permohonan Kasasi yang diajukanJaksa Penuntut Umum tidak diterima, karena Jaksa Penuntut UmumAd Hoc, Gabrial Simangungsong tidak pernah secara resmimengajukan memori kasasi. Akibatnya, Brigjen Tono Suratman,mantan Komandan Korem 164 Wiradharma Dili Timor Timur tetapbebas sesuai dengan putusan pengadilan HAM Adhoc. Sehari setelahitu, pihak Kejaksaan Agung menjelaskan alasan tidak diajukannyamemori kasasi karena belum mendapatkan salinan putusan MajelisHakim Pengadilan HAM Ad Hoc kasus Timor Timur.

Dalam hal ini, terlepas dari kesalahan institusi mana yang harusdimintai pertanggungjawabannya, ada dua masalah sangat seriusyang diremehkan oleh aparat hukum dalam penegakan kasuspelanggaran berat HAM di Timor Timur tahun 1999.

Pertama, kasus ini tidak hanya menegaskan kembali betapa buruknyamekanisme dan sistem pengadilan HAM Indonesia, tetapi jugamenunjukkan rendahnya komitmen dan kinerja aparat hukum negarauntuk memperjuangkan keadilan atas pelanggaran berat HAM.

Kasus lepasnya Tono Suratman dari jeratan hukum menambahpanjang lolosnya para terdakwa pelanggaran berat HAM pada kasusTimor Timur (sudah 13 dari 18 terdakwa yang bebas). Namun, yangunik dan berbeda dari kasus lainnya, bebasnya Tono Suratman ini

Bebasnya Tono Suratman, Preseden Buruk Penegakan HAM

Wajah buruk dalam penegakan HAM di Indonesia kembali dipertontonkan. Majelis Hakim membebaskan TonoSuratman, mantan Komandan Korem 164 Dili saat peristiwa pelanggaran berat HAM paska jejak pendapat di

Timtim 1999.

REMPAH-REMPAH

24

lebih disebabkan oleh kelalaian mendasar dari Jaksa Penuntut UmumAd Hoc untuk mengajukan memori kasasi. Kelalaian ini juga bentukpelecehan secara institusional, dalam hal ini Kejaksaan Agung RI, terhadappenegakan HAM Indonesia.

Kesalahan fatal ini menambah panjang daftar keganjilan prosesPengadilan HAM Ad Hoc kasus Timor Timur, seperti tidak dijalankannyaMOU tentang pertukaran alat bukti yang telah disepakati oleh pemerintahRI dan pemerintah Timor Leste. Kemudian, tidak memadainya hukumacara yang berlaku, minimnya kehadiran saksi korban, tidak adanyamekanisme perlindungan saksi, tidak adanya pemulihan tentang hakkorban, minim dan bebasnya terdakwa dalam putusan tingkat pertama.

Dibebaskannya Tono Suratman, semakin meneguhkan anggapan bahwapemerintah Indonesia telah gagal untuk melakukan penuntutan secaraefektif terhadap para pelaku pelanggaran HAM berat di Timor-Timur1999. disamping itu, pembebasan para tersangka ini telah menunjukkanbahwa “pengadilan Indonesia tidak mampu memberikan keadilan bagi korbankekejaman yang ter jadi di Timor-Timur 1999,” sehingga Pengadilan HAMAd Hoc kasus Timor-Timur sudah menjadi batas penghabisan (exhausted)bagi upaya keadilan.

Menunjuk Komisi Ahli PBB

Kegagalan pemerintah Indonesia melakukan penuntutan secara efektifterhadap para pelaku pelanggaran berat HAMdi Timor-Timur 1999 justru membuka peluangmekanisme internasional untuk mengadili danmeminta pertangggungjawaban para pelakupelanggaran HAM berat di Timor-Timur 1999.Sekertaris Jenderal Perserikatan Bangsa Bangsa,Kofi Annan, telah secara resmi membentuk danmenunjuk Komisi Ahli PBB (Commission ofExpert) untuk meninjau kembali seluruh prosespersidangan Pengadilan Ad Hoc HAM Tim-tim yang dilaksanakan di Indonesia.Kesimpulan yang diperoleh oleh Komisi AhliPBB (Commission of Expert) akan disampaikankepada Dewan Keamanan PBB.

Dapat dipastikan Komisi Ahli PBB (Commissionof Expert) telah menjadi keharusan bagiterwujudnya kebenaran dan keadilan Indonesia.Selain itu, Presiden Soesilo BambangYudhoyono dapat kiranya segera menindakJaksa Agung atas kelalaiannya dalampenanganan kasus pelanggaran HAM, terutamadalam kelalain memori kasasi TonoSuratman.***

Peta Timor - Timur

Dok. Kontras

Page 24: KontraS Salam Dari · PDF filedan bendera dari upacara ... Mengacu pada dasar prinsip kemanusiaan yang tercantum dalam berbagai hukum/perjanjian ... Padahal dalam amandemen kedua Undang-Undang

Berita KontraS No. 02/III-IV/2005

REMPAH-REMPAH

25

Reformasi Setengah Hati di TNI

Agaknya Reformasi di tubuh TNI hanya sebatas wacana yang bergulir.Mayjen Syafrie Sjamsoedin yang jelas-jelas terlibat pelanggaran HAM di tanah air, malah diangkat sebagai

Sekjen Departemen Pertahanan.

Pengangkatan sejumlah anggota TNI untuk menduduki pos-pos sipildi departemen/pemerintahan merupakan kekeliruan. Apalagi jika alasanyahanya karena para anggota TNI tersebut memenuhi syarat administarsi(calon sipil tidak ada yangmemenuhi syaratkepegawaian).

Pengangkatan TNI aktif,secara tidak langsung,menimbulkan kecurigaanpublik bahwapemerintah, khususnyaPresiden dan WakilPresiden yang terlibatlangsung dalam timpenilaian akhir (TPA)tidak tegas dalampenempatan pejabatsecara professional dilingkungan pemerintah.Pergantian penjabatesselon I di lingkunganDephan juga tidak dapatdilepaskan dari rotasiTNI yang sebelumnyatelah dilakukan. Dengankata lain Dephan masih dijadikan bagian dari target penempatan anggotaTNI dalam berkarir. Hal ini seolah-olah merupakan rekomendasi darisebuah UU yang, dari saat perumusan dan menjelang pengesahannya,menjadi kontroversi yaitu UU TNI, pasal 47 UU TNI tentang prajuritaktif dalam jabatan sipil.

Secara paradigmatif pengangkatan Sjafrie Sjamsoedin menjadi SekjenDephan menjadi sinyal politik bahwa fungsi kekaryaan TNI masih ada.Pengangkatan tersebut, terlebih-lebih, tidak dilakukan dengan pensiunandini atau pengunduran diri dari dinas kemiliteran TNI. Hal inibertentangan dengan semangat reformasi TNI yang dibangga-banggakansejak 1999. dengan kata lain reformasi tidak berjalan secara maksimal.Pengangkatan ini tidak dilakukan secara cermat (carefulness) sesuai asas-asas umum pemerintahan yang baik.

Ada pertimbangan lain selain soal reformasi TNI. Soal catatan karir setiapanggota TNI yang ingin dipromosikan ke suatu jabatan lain yang penting.Dalam kasus pengangkatan Syafrie Sjamsoedin (sebagai SekretarisJenderal/Sekjen) seharusnya jajaran pemerintah (Presiden dan Menhan)mempertimbangkan soal dugaan kuat keterlibatan Sjafrie Samsoedin atasperistiwa pelanggaran berat HAM kasus penculikan aktivis 1997/1998,penembakan mahasiswa di Trisakti, serta kerusuhan Mei 1998.Pengangkatan ini jelas menunjukkan bahwa pemerintah telahmengabaikan kenyataan tersebut, dan justru menjauhkan TNI dariakuntabilitas hukum.

Karir Sipil Tergusur

Diangkatnya sejumlah perwira TNI aktif dalam jabatan Eselon I diDephan justru memotongsuatu bentuk promosipejabat sipil di lingkunganDepartemen/pemerintahan,dalam hal ini Dephan.Padahal masih banyak orang-orang yang sudah lamaberkarir dalam birokrasi,contohnya pengawai negerisipil (PNS) atau kelompokakademisi yang cerdas dankompeten dengan kebutuhanperencanaan strategipertahanan Indonesia. Tetapihal ini diabaikan olehPresiden, Menhan dan MabesTNI.

Dengan didudukinya jabatan-jabatan sipil oleh anggotaTNI aktif, kebijakan strategisDephan akan sangatdidominasi oleh

kecenderungan-kecenderungan militer semata-mata. Dan tidakdemokratis. Kondisi ini akan menyulitkan Menhan dalammengendalikan strategi pertahanan. Hal ini juga menunjukkanketidaksiapan Menhan dalam perubahan stktur TNI termasuk soalpromosi jabatan itu.

Polemik Lama

Sementara itu, pengantian pejabat strategis di lingkungan Dephanadalah akibat dari adanya “lubang” di Undang-undang TNI. Sehinggasecara formal, tindakan ini memang dibenarkan oleh UU TNI.Pengangkatan aparat negara TNI sebagai pengawai negeri sama sajamengangkat kembali polemik lama ketika UU No.34/2004 masihberupa draf yang dibahas DPR RI pada 2004.

Artinya, ketentuan UU TNI khususnya Pasal 47 tidak jelas mengaturtentang siapa yang berwenang mengangkat dan memberhentikanTNI aktif duduk dijabatan sipil. Hingga akan menimbulkanpertanyaan, kepada siapa TNI bertanggungjawab, kepada pejabatsipil dimana TNI bekerja aktif atau kepada Panglima TNI? Sekalilagi kondisi ini adalah wujud ketidak konsistenan TNI untukmereformasi diri ditengah demokrasi serta agenda penegakan hukumdan Hak Asasi Manusia di Indonesia.***

Aksi di depan Departemen Pertahanan

dok.kontras

Page 25: KontraS Salam Dari · PDF filedan bendera dari upacara ... Mengacu pada dasar prinsip kemanusiaan yang tercantum dalam berbagai hukum/perjanjian ... Padahal dalam amandemen kedua Undang-Undang

Berita KontraS No. 02/III-IV/2005

Setelah enam tahun berlalu, dengan desakan korban dan keluargakorban bersama KontraS dan IKOHI, dan berdasarkan hasil RapatPleno akhirnya KOMNAS HAM membentuk tim Penyelidik untukkasus Penghilangan Orang Secara Paksa Peristiwa Kerusuhan Mei1998 dan Penculikan aktivis oleh Tim Mawar. Tim tersebut diketuaiRuswiyati Surya Saputra. TimPenyelidik ini akan melakukanp e n y e l i d i k a n / m e m i n t aketerangan korban, memanggilsaksi, mengumpulkan barangbukti , meninjau danmengumpulkan keteranganditempat kejadian, danmemanggil fihak terkait gunamemberikan keterangan secaratertulis atau menyerahkandokumen yang diperlukan.Sebelumnya KOMNAS HAMjuga pernah membentuk Timpengkajian Penghilangan OrangSecara Paksa, 23 September 2003,yang diketuai oleh M.M. Bilah,yang rekomendasinya untukmembuat penyelidikan atas tindakan Penghilangan Orang SecaraPaksa sesuai dengan pasal 89 ayat 3 undang-undang 39 tahun 1999tentang Hak Asasi Manusia. Disamping itu, dalam kasus Mei,KOMNAS HAM juga pernah membentuk Tim Ad Hoc untukpenyelidikan peristiwa pelanggaran Berat Hak Asasi Manusia dalamKerusuhan 13-15 Mei 1998. Tim KOMNAS ini bekerja mulai Januarihingga Juli 2005 untuk menyelidiki kasus Penghilangan Orang SecaraPaksa antara tahun 1997-1998 dan penculikan aktivis yang terjadi dibeberapa daerah seperti di Solo, Jakarta, Lampung, dan beberapadaerah lainya.

Beberapa saksi sudah mulai diperiksa untuk dimintai keterangan.Mulai korban di Lampung, Surabaya, Solo dan Bangka Blitung.Hingga akhir April sekitar 25 saksi sudah dimintai keterangan.Namun, hingga kini pemeriksaan terhadap pelaku penculikan danpemeriksaan TKP belum dilaksanakan oleh KOMNAS HAM.Padahal dalam posisi ini, pelaku yang dalam penyelidikan sebelumnyabelum pernah datang untuk dimintai keterangan menjadi posisikunci untuk pengungkapan kasusnya. Kondisi ini membuat harapankorban dan keluarga korban untuk mengetahui nasib keluarga merekadan kejelasan siapa pelaku peristiwa tersebut menjadi mengambang.

Dari hasil audiensi dengan KOMNAS HAM akhir April 2005 (28/04), KOMNAS HAM yang diwakili oleh Koesparmono, Ruswiyatidan Samsudin menjelaskan bahwa KOMNAS sudah mengirimkansurat ke TNI tentang pemberitahuan akan dilakukanya pemeriksaan.

Pemeriksaan keluarga korban

REMPAH-REMPAH

26

Markas KOPASSUS Harus Segera Diinspeksi!

Tim Penyelidikan Penghilangan Orang Secara Paksa Peristiwa Kerusuhan Mei 1998 dan Penculikan Aktifis oleh Tim Mawaryang dibentuk Komnas HAM sudah tiga bulan bekerja. Namun, Tim penyelidikan tersebut belum menghasilkan kerja yangmemuaskan. Desakan-desakan yang diberikan agar Tim melakukan inspeksi dan penyelidikan ke tempat-tempat penyekapan

dan penyiksaan, hingga kini belum dilakukan.

Dalam kesempatan itu, keluarga korban meminta Tim Penyelidikmelakukan pemeriksaan terhadap Fadli Zon (Penulis Buku “Huru-HaraMei 98”). Pemeriksaan ini dianggap penting, karena Fadli Zon jugadianggap sangat dekat dengan Prabowo Subiakto (Mantan Danjen

Kopassu). KOMNAS HAMjuga akan memperpanjangmasa kerja sampai denganbulan Juli 2005, dikarenakanhasil penyelidikan yangbelum maksimal.

Perubahan Nama

Berdasarkan SK No :06/KOMNAS HAM/IV/2005,telah dilakukan perubahannama dari Tim PenyelidikanPenghilangan Orang SecaraPaksa menjadi “TimPenyelidikan Orang SecaraPaksa Pada Periode 1977-1998”. Awalnya KOMNAS

HAM memberi nama Tim ini “Tim Penyelidikan Penghilangan OrangSecara Paksa Peristiwa Kerusuhan Mei 1998 dan Penculikan Aktifis olehTim Mawar”. Pemberian nama ini diprotes karena dimungkinkanpemberian nama “Penculikan Aktivis oleh Tim Mawar” hanya akanmempersempit sasaran penyelidikan dan memberikan alibi yang kuatbagi para pelaku untuk melepaskan tanggungjawab atas mereka yangsampai sekarang masih hilang, dan memberikan permakluman(apalogi)bagi Tim Penyelidik untuk tidak menyelidiki pelaku dan korban diluatTim Mawar. Harusnya, penamaan Tim didasarkan pada peristiwa dankorban, dan bukan pada pelaku.

Yang paling mendesak dilakukan dan untuk mencegah agar prosespenyelidikan ini tidak gagal, KOMNAS HAM harus segera melakukaninspeksi dan penyelidikan ke tempat-tempat penyekapan dan penyiksaan(terutama markas KOPASSUS di Cijantung) dan segera melakukanrekonstruksi (terutama pada kasus Andi Arief, Mugiyanto, Aan Rusdiantodan Nezar Patria) serta memeriksa para saksi pelaku.

Tindakan melakukan penyelidikan ke lokasi penyekapan dan penyiksaanadalah sesuatu yang sangat mendesak untuk mengungkap pola penculikandan penghilangan, mengindentifikasi pelaku dan penanggungjawab, sertamengetahui nasib serta keberadaan mereka yang sampai saat ini masihhilang. Dan, bila hal tersebut tidak dilakukan, maka pergantian sejumlahanggota Tim Penyelidikan, dengan orang-orang yang punya kapasitasdan komitmen menegakkan HAM dan tidak memiliki rekam jejak burukdalam penegakan HAM, adalah sesuatu yang harus segera dilakukan.***

REMPAH-REMPAH

dok.kontras

Page 26: KontraS Salam Dari · PDF filedan bendera dari upacara ... Mengacu pada dasar prinsip kemanusiaan yang tercantum dalam berbagai hukum/perjanjian ... Padahal dalam amandemen kedua Undang-Undang

Berita KontraS No. 02/III-IV/2005

REMPAH-REMPAH

27

Wujudkan Keadilan, kembalikan Keluarga Kami!

Selama tiga hari, di akhir Maret lalu, Korban dan keluarga korban Penghilangan Paksa pada Peristiwa Kerusuhan Mei 1998 dan PenculikanAktivis oleh Tim Mawar, mengadakan lokakarya di Ciawi Bogor. Dalam kegiatan ini, terdapat beberapa poin penting yang dibicarakanterutama menanggapi pembentukan Tim Penyelidikan oleh KOMNAS HAM. Beberapa penyataan yang dianggap penting diantaranya;

Peristiwa Kerusuhan Mei serta Penculikan Aktivis adalah benar salah satu bentuk kejahatan terhadap kemanusiaan, yang merupakan bentukpelanggaran berat HAM. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa jelas yang menjadi korban adalah anak-anak dan saudara-saudara kita yangmerupakan penduduk sipil. Demikian juga, tindakan penghilangan pada mereka adalah tindakan sistematis yang dilakukan sebagai kebijakannegara untuk menjaga stabilitas keamanan negara. Lebih dari itu, tindakan tersebut juga merupakan tindakan yang meluas mengingattindakan penghilangan orang tersebut dilakukan di berbagai daerah (paling tidak terjadi di Lampung, Jawa Tengah dan DKI Jakarta).Dimana, yang menjadi korban adalah warga sipil dari berbagai latar belakang dan jenis kelamin, mulai dari aktivis politik maupun masyarakatbiasa.

Sementara itu, KOMNAS HAM sebagai satu-satunya lembaga yang memiliki kewenangan untuk melakukan penyelidikan masih memilikibanyak kelemahan dan kekuranganseriusan dalam melakukan kerja-kerja penyelidikan. Hal ini ditunjukkan antara lain dengan lambatnyaKOMNAS HAM dalam melakukan penyelidikan untuk kasus penghilangan paksa ini. Sebagai informasi, dua bulan lebih setelah TimPenyelidikan terbentuk (Tim dibentuk tanggal 20 Januari 2005), belum ada seorangpun saksi dan korban yang diperiksa. Tim juga belummelakukan kunjungan penyelidikan terahdap tempat-tempat yang diduga menjadi tempat penyekapan dan penyiksaan para korban.

Karenanya, untuk menghemat waktu, tenaga dan biaya yang tidak sedikit, dan untuk tidak menjadikan kerja penyelidikan ini sebagai proyekprofit, maka;

Tim Penyelidikan KOMNAS HAM segera mempercepat kerja-kerjanya dengan melakukan kunjungan dan penyelidikan terhadap tempatyang diduga sebagai tempat penyekapan dn penyiksaan seperti markas KOPASSUS, Mabes POLRI, Mapolda Metrojaya, MAKODAM Jaya,KODIM Jakarta Timur dan tempat-tempat lain.Tim Penyelidikan KOMNAS HAM juga harus segera memeriksa para saksi dan korban, anggota Tim Mawar, dan para perwira yang pernahdiperiksa oleh Dewan Kehormatan Perwira (DKP) karena keterlibatan mereka pada kasus penghilangan paksa tahun 1997/1998.

Dengan menjadikan “semangat melawan impuntas” sebagai landasan kerja, diminta kepada semua pihak untuk tidak menghalangi usahamewujudkan keadilan (obstruction to justice) dengan bekerja sama dengan Tim Penyelidikan, tidak melakukan teror, ancaman dan intimidasiterhadap anggota Tim dan saksi serta korban

Kepada Presiden SBY untuk mendorong sepenuhnya usaha Tim Penyelidikan KOMNAS HAM sebagai bentuk komitmennya dalammenuntaskan pelanggaran HAM masa lalu, mewujudkan keadilan, dan mwlindungi HAM secara umum.***

1. Setiap umat manusia mempunyai hak hidup yang melekat pada dirinya. hak ini harusdilindungi oleh hukum. tak seorang pun dapat dirampas hak hidupnya secara sewenang-wenang.

2. Dinegara-negara yang belum menghapus hukuman mati, hukuman mati hanya dapatdijatuhkan bagi kejahatan-kejahatan berat sesuai dengan hukum yang verlaku pada saatdilakukannya kejahatan tersebut, dan tidak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan Kovenanini dan konvensi pencegahan dan hukuman bagi kejahatan genosida. Hukuman ini hanya dapatdilaksanakan dengan putusan akhir yang dijatuhkan oleh suatu pengadilan yang berwenang.

( Pasal 6 ayat 1 dan 2 Kovenan internasional Hak Sipil dan Politik)