Upload
vanxuyen
View
231
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KONTRIBUSI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DALAM PEMBENTUKAN KPRIBADIAN MUSLIM
SISWA SMP Negeri 217 JAKARTA TIMUR
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S. Pdi)
Oleh :
YATHMI
106011000206
Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
1431 H / 2010 M
PENGARUH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DALAM PEMBENTUKAN KPRIBADIAN MUSLIM
SISWA SMP Negeri 217 JAKARTA TIMUR
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S. Pdi)
Oleh :
YATHMI
106011000206
Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
1431 H / 2010 M
IDENTITAS
Nama :
Kelas :
Jenis Kelamin :
PETUNJUK
1. Sebelum menjawab pertanyaan hendaklah di mulai dengan membaca
basmalah !
2. Lingkarilah di antara jawaban (a, b, c dan d) yang tersedia sesual dengan
pendapat dan keyakinan anda!
3. Setiap pertanyaan hanya satu jawaban !
PERTANYAAN
A. Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam ( Variabel X)
1. Guru agama saya menerapkan materi yang telah di jelaskan
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak Pemah
2. Guru agama saya memberikan tugas di akhir pembelajaran
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. TidakPernah
3. Saya aktif mengikuti pelajaran agama
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak Pemah
4. Saya memahami materi pelajaran agama yang di berikan guru agama
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak Pernah
5. Guru agama menyuruh saya untuk menghormati orang tua, guru dan teman
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak Pernah
6. Guru agama memberikan bimbingan dan nasehat pada saat belajar
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak Pernah
7. Guru agama saya hadir pada saat ada pelajaran agama
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak Pernah
8. Guru agama saya mewajibkan muridnya untuk mengikuti Rohis
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak Pernah
9. Guru agama saya menyuruh saya untuk mengikuti pengajian di rumah
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak Pemah
10. Guru agama saya menyuruh saya untuk mengikuti Sanlat
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak Pernah
11. Guru agama saya memberikan motivasi untuk memperdalam ilmu agama
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak Pemah
12. Guru agama saya mengajak saya shalat dzuhur berjamaah
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak Pemah
B. Kepribadian Muslim Siswa ( Variabel Y)
13. Saya berdo’a sebelum belajar
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak Pernah
14. Saya melaksanakan shalat lima waktu dalam sehari semalam
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak Pernah
15. Saya berpuasa di bulan Ramadhan
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak Pernah
16. Saya membaca AI-Qur’an pada waktu siang dan malam
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak Pemah
17. Saya melaksanakan shalat karena kemauan sendiri
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak Pernah
18. Saya meininta izin orang tua ketika keluar dari rumah
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak Pernah
19. Saya merasa berdosa bila berbohong pada guru dan orang tua
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak Pernah
20. Saya berjabat tangan dan memberi salam jika bertemu dengan guru di jalan
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak Pernah
21. Saya memperhatikan bapak / ibu guru menjelaskan
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak Pernah
22. Saya menghormati orang tua, guru dan ternan
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak Pernah
23. Saya membantu teman yang membutuhkan pertolongan
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. TidakPernah
24. Saya mengikuti sanlat pada bulan Ramadhan
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak Pernah
25. Saya mengikuti kegiatan Rohis di sekolah
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak Pernah
26. Saya memberi salam dan mencium tangan orang tua ketika mau sekolah
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak Pernah
HASIL WAWANCARA
DENGAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SMP NEGERI 217 JAKARTA TIMUR
Nama : H. Tarmizi
Jabatan : Guru bidang Studi Pendidikan Agama Islam
Hari / Tanggal : Rabu / 13 Oktober 2010
Tempat : Ruang Guru
POKOK PEMBICARAAN
1. Metode apa yang di gunakan dalam mengajarkan pelajaran pendidikan agama
Islam?
2. Apa target yang ingin di capai dalam pembelajaran agama Islam.
3. Usaha apa yang di lakukan untuk membentuk kepribadian muslim siswa?
4. Kendala apa yang di temukan selama pembelajaran agama Islam dan
bagaimana solusinya?
5. Apa target yang telah tercapai selama pembelajaran agama Islam?
6. Evaluasi apa yang di gunakan dalam mengajarkan pendidikan agama Islam?
HASIL WAWANCARA
1. Metode yang di gunakan dalam pembelajaran agama Islam adalah metode
ceramah dan praktek, akan tetapi guru lebih sering menggunakan metode
ceramah. Hal ini di karenakan sebagian besar materi pendidikan agama Islam
untuk kelas VIII lebih cocok menggunakan metode ceramah.
2. Target yang ingin di capai dari pembelajaran agama Islam adalah pertama
agar siswa bisa memahami makna pelajaran agama Islam dan mengetahui
bahwa pelajaran agama Islam sangat bermanfaat bagi mereka. Kedua agar
siswa bertakwa kepada Allah SWT, taat beribadah dan berakhlak mulia.
3. Mengontrol emosi siswa dengan cara melakukan pendekatan kepada siswa.
Dalam hal ini seorang guru tidak boleh langsung memberikan hukuman
kepada siswa yang bermasalah, akan tetapi guru harus terlebih dahulu
melakukan pendekatan kepada anak untuk mengetahui pokok permasalahan
yang siswa alami. Hal ini dapat membantu memecahkan permasalahan yang
siswa alami.
4. Pertama, jam pelajaran yang sangat minim. Solusinya adalah dengan
memberikan tugas-tugas di luar jam pelajaran, memberikan tausiah. Kedua,
situasi di kelas, dimana jumlah siswa tertalu banyak. Solusinya adalah guru
selalu memantau dan mengawasi siswa gerak gerik siswa dan guru selalu
bersikap sabar dan tegas.
5. Target yang telah tercapai melalui pembelajaran agama Islam siswa taat dan
hormat kepada guru, taat kepada tata tertib sekolah, taat beribadah, disiplin
dalam belajar. Dan terbentuknya kepribadian atau akhlak siswa meskipun
belum maksimal.
6. Evaluasi yang di gunakan terdiri dari evaluasi formatif yakni evaluasi hasil
belajar pada setiap akhir satuan pelajaran, evaluasi harian yang di lakukan
sehari-hari baik di beritahukan terlebih dahulu maupun tidak. Dan evaluasi
sumatif yakni evaluasi hasil belajar pada setiap akhir catur wulan (semester).
Adapun bentuk evaluasinya dengan cara tertulis maupun lisan. Untuk
mengevaluasi ketiga aspek binaan, aspek kognitif melalui pengetahuan, aspek
afektif melalui sikap keberagaman dan aspek kognitif melalui prilaku.
Jakarta, 13 Oktober 2010
H. Tarmizi Yathmi
Interviewee Intervieweer
HASIL WAWANCARA
DENGAN KEPALA SEKOLAH
SMP NEGERI 217 JAKARTA TIMUR
Nama : Dra. Hj. Mastanah AS
Jabatan : Kepala Sekolah
Hari / Tanggal : Rabu / 13 Oktober 2010
Tempat : Ruang Kepala Sekolah
POKOK PEMBICARAAN
1. Sejarah berdirinya SMP Negeri 217 Jakarta Timur.
2. Keadaan Guru dan Murid.
3. Sarana dan Prasarana SMP Negeri 217 Jakarta Timur.
HASIL WAWANCARA
1. SMP Negeri 217 Jakarta yang berlokasi di jalan Gongseng Raya tepatnya di
Gg. Gotong Royong No. 30 Cijantung, Kelurahan Baru, Kecamatan Pasar
Rebo Jakarta Timur. SMPN 217 Jakarta Timur berdiri di atas tanah ± seluas 2.
155 M2 dengan luas bangunan 1. 450 M2, luas halaman 78 M2, lapangan olah
raga seluas 445, 60 M2 dan luas kebun sebesar 181, 40 M2. Lokasi tersebut
letaknya sangat strategis karena dapat dijangkau dari segala arah sehingga
para siswa tidak mengalami kesulitan dalam mencapainya. Di samping
letaknya yang sangat strategis kondisi wilayah di sekitar sekolah tersebut
sangat tenang dan aman, jauh dari kebisingan lalu lintas jalan raya sehingga
para siswa dapat belajar dengan nyaman.
2. Pada saat ini, SMP Negeri 217 Jakarta Timur memiliki tenaga pengajar
sebanyak 36 orang, Pendidikan terakhir para Guru-guru SMP Negeri 217
Jakarta Timur yaita 28 orang lulusan S1 dan 1 orang luhasan S2 dan lainya
lulusan SMA yang sederajat. Adapun keadaan siswa dan tahun ke tahun
mengalami peningkatan jumlah. Pada tahun ajaran 2008 / 2009 siswa SMP
Negeri 217 Jakarta Timur berjumlah 494 orang.
3. Sarana dan Prasarana yang ada di SMP Negeri 217 Jakarta Timur terdiri dan
13 ruang kelas, satu ruang kepala sekolah dan satu ruang guru, satu ruang
perpustakaan, dua laboratorium, musholla, kantin, dua WC guru, tiga WC
siswa, lapangan bola, satu ruang UKS, satu ruang BP dan sata sanggar
pramuka.
Jakarta, 13 Oktober 2010
Dna. Hi. Mastanah AS Yathmi
Interviewee Intervieweer
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Agama Islam adalah agama universal yang mengajarkan kepada umat
manusia mengenai aspek kehidupan, baik duniawi maupun ukhrawi. Salah
satu ajaran Islam adalah mewajibkan kepada umat manusia untuk
melaksanakan pendidikan. Karena menurut ajaran Islam pendidikan
merupakan kebutuhan hidup manusia mutlak yang harus dipenuhi demi
tercapainya kebahagian dan kesejahteraan di dunia dan di akhirat.
Salah satu aspek yang diperhatikan Islam adalah pendidikan. Oleh
karena itu pendidikan adalah merupakan perubahan yang diinginkan dan di
usahakan oleh proses pendidikan atau usaha pendidik, baik pada tingkah laku
individual dalam kehidupan pribadinya maupun dalam kehidupan
bermasyarakat serta alam sekitarnya.
Dalam pendidikan Islam, agama merupakan salat satu aspek yang
perlu ditanamkan dalam diri anak didik. Karena melalui pendidikan agama,
bukan hanya untuk mengembangkan intelek anak didik saja, tapi melalui
pendidikan agama kepribadian anak didikpun akan terbentuk secara
keseluruhan, mulai dari pengetahuan agama, latihan-latihan amaliah sehari-
hari, sikap keberagaman dan prilaku yang sesuai dengan ajaran agama, baik
yang menyangkut hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia
lain serta manusia dengan dirinya sendiri.
1
2
Untuk mewujudkan terbentuknya kepribadian anak didik tersebut,
maka penekanannya dititik beratkan melalui Pendidikan Agama Islam.
Sebagaimana dikemukakan oleh Drs. Ahmad D Marimba, beliau
mengatakan bahwa “Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan jasmani dan
rohani berdasarkan hukum-hukum ajaran Islam menuju kepada terbentuknya
kepribadian umat menurut ukuran-ukuran Islam”.1
Pembentukan kepribadian pada dasarnya adalah upaya untuk mengubah
sikap ke arah kecenderungan. Terhadap nilai-nilai yang berlaku umum
dan keislaman. Perubahan sikap tersebut tidak terjadi secara spontan,
akan tetapi di kepribadian yang dimaksud diatas adalah kepribadian
islami atau kepribadian muslim, yaitu kepribadian yang seluruh
aspeknya, baik tingkah laku luar maupun dalam, seperti kegiatan-
kegiatan jiwanya, filsafat hidupnya dan kepercayaannya menunjukkan
pengabdian kepada Allah dan penyerahan kepada-Nya.2
Dengan demikian jelas bahwa tujuan dari Pendidikan Agama Islam
tidak terlepas dari tujuan hidup manusia yang menciptakan pribadi-pribadi
hamba Allah yang selalu bertakwa kepada-Nya dan dapat mencapai kehidupan
yang bahagia di dunia dan akhirat.
Sebagaimana diketahui bahwa siswa pada sekolah menengah pertama
adalah siswa yang sedang memasuki masa remaja yang penuh dengan
kontradiktif. Masa remaja ini ditandai oleh ketidak mantapan remaja
yang berpindah-pindah dari prilaku atau norma-norma lama ke norma-
norma baru atau sebaliknya. Masa ini sering disebut “Strum and drung”.
Artinya adalah emosi seorang remaja sering timbul dengan cepat,
sehingga menimbulkan kemauan-kemauan yang keras. Ia mulai sadar
dengan dirinya sendiri dan ingin melepaskan dirinya dari segala bentuk
kekangan dan bentrokan terhadap norma-norma yang berlaku yang
kiranya tidak dikehendakinya.3
Dengan demikian guru agama di sekolah menengah pertama ini selain
dituntut untuk menyampaikan materi sesuai dengan nilai-nilai Islam. Oleh
karena itu dalam pelaksanaannya, guru agama Islam dituntut untuk mampu
mengorientasikan Pendidikan Agama Islam bukan hanya agar anak didik
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, tapi juga
1 Ahmad D. Marimba, Pengantar Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Ma’Arif, 1980), h. 23
2 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat…, h. 68
3 H. Sahilin A. Masir, Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problem Remaja,
(Jakarta: Kalam Mulia, 1999), Cet. I. h. 64
3
harus mampu mengupayakan bagaimana agar anak didik mempunyai
kepedulian sosial yang tinggi, mempunyai semangat kerja yang sesuai dengan
nilai-nilai ajaran Islam dan mampu berinteraksi dengan sesamanya (teman,
guru, orang tua dan lingkungan) dengan baik.
Dalam masyarakat tujuan Pendidikan Agama Islam sering
dipertanyakan mereka menganggap bahwa “Pendidikan agama yang diberikan
di sekolah hanya ditekankan pada aspek ibadah. Bukan untuk membangun
moral siswa. Sehingga banyak yang menyarankan agar Pendidikan Agama
Islam didekatkan pada masalah moralitas saja. Sedangkan masalah ibadah
sebaiknya diserahkan kepada keluarga.4
Pendidikan agama di sekolah sangat penting untuk pembinaan dan
penyempurnaan pertumbuhan kepribadian anak didik, karena pendidikan
agama mempunyai dua aspek terpenting, yakni aspek pendidikan agama yang
ditunjukkan kepada jiwa atau pembentukan kepribadian, dalam hal ini anak
didik dibimbing agar terbiasa kepada peraturan yang baik yang sesuai dengan
ajaran agama, aspek kedua ditunjukkan kepada pikiran yaitu pengajaran
agama itu sendiri, yakni kepercayaan kepada Tuhan.
Begitu pentingnya pendidikan agama dalam pembentukan kepribadian,
maka apabila pendidikan agama di sekolah dilakukan dengan baik maka
pembentukan pribadi anak terbentuk dengan baik pula dan sebaliknya apabila
pendidikan agama dilakukan dengan tidak baik, maka kepribadian anak akan
sulit dibentuk.
Begitu pentingnya pendidikan agama bagi pembentukan kepribadian
siswa. Memandang perlu untuk menciptakan suasana yang betul-betul islami
di lingkungan sekolah. Karena pendidikan agama disekolah merupakan
pendidikan lanjutan yang dilakukan oleh keluarga. Dengan demikian tugas
guru agama tidak hanya melaksanakan pendidikan agama secara baik, akan
tetapi ia juga harus mampu memperbaiki pendidikan agama secara yang telah
terlanjur salah diterima oleh anak didik, baik dalam keluarga maupun
4 Departemen Agama RI, Pendidikan Islam dan Pendidikan Nasional, (Jakarta: Direktorat
Jendral Kelembagaan Agama Islam, 2005), h. 40
4
masyarakat sekitarnya. Oleh karena itu seorang guru agama harus mampu
melakukan langkah-langkah yang bersifat keagamaan. Contohnya adalah
membiasakan siswa secara rutin untuk melaksanakan shalat dzhuhur
berjamaah setiap hari, langkah lain dengan sesering mungkin melaksanakan
hari-hari besar Islam, Mengadakan Pesantren kilat, mengisi buku yang di
dalamnya terdapat kegiatan-kegiatan ibadah yang dilaksanakan selama bulan
puasa dan sebagainya.
Kita mengetahui juga bahwa tujuan penting dari pendidikan Islam
adalah membentuk atau mencapai suatu akhlak atau budi pekerti yang mulia
dan sempurna karena ruh dari pendidikan Islam adalah pendidikan akhlak.
Secara sederhana dapat kita katakan bahwa akhlak yang baik itu bukan
terletak pada segi perbuatan yang lahir, akan tetapi terletak pada segi
dorongan hati nurani yang ikhlas, jika akhlak yang dimiliki baik, maka baik
pula perbuatan akhlak itu, dan jika perbuatan akhlak itu buruk maka lahirlah
perbuatan yang buruk pula.
Di zaman sekarang ini kita banyak dapat mengetahui bahwa anak-anak
sekolahan itu banyak melakukan prilaku tidak terpuji baik itu di sekolah
maupun diluar sekolah, misalnya di dalam sekolah itu sendiri para siswa
terkadang tidak mematuhi peraturan yang sudah diberikan oleh pihak sekolah,
apakah itu berupa dari segi berpakaian atau sopan santun terhadap guru,
sedangkan yang di luar itu sendiri para siswa setelah pulang dari sekolah
kebanyakan siswa duduk dipinggir jalan bahkan terkadang melakukan
perkelahian antar pelajar bahkan ada juga antar teman sendiri melakukan
keributan, yang sehingga dapat meresahkan masyarakat sekitar.
Kepribadian manusia itu pada dasarnya dapat menerima segala
pembentukan. Jika manusia membiasakan perbuatan jahat, maka ia akan
menjadi orang yang jahat. Oleh karena itu akhlak harus diajarkan, yaitu
dengan melatih jiwa kepada pekerjaan, sikap atau tingkah laku yang mulia.
Pentingnya pendidikan itu diberikan sejak dini, orang tua harus dapat
membimbing anak sejak kecil kepada hal-hal yang baik dan benar. Pendidikan
5
akhlak terhadap anak didik akan mempengaruhi dan mewarnai watak, pribadi,
pola pikir, sikap dan prilaku serta tutur katanya setelah dewasa kelak.
Sebenarnya bila dicermati lebih teliti, salah satu penyebab dari
kelemahan Pendidikan Agama Islam yang gagal dalam membangun nuansa
ibadah dan moralitas sekaligus adalah keterbatasan waktu yang ada di sekolah.
Bagaimanakah membelajarkan agama dengan durasi dua jam perminggu,
sementara lingkungan sekolah dan setelah pulang sekolah. Seorang siswa
menghadapi suasana yang berbeda. Apakah memungkinkan untuk mencapai
tujuan Pendidikan Agama Islam itu sendiri, yaitu membentuk kepribadian
muslim siswa?
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis ingin
meneliti apakah Pendidikan Agama Islam memberikan kontribusi yang
signifikan dalam pembentukan kepribadian siswa SMP Negeri 217 Jakarta
Timur yang di kemas dalam sebuah skripsi yang berjudul “Kontribusi
Pendidikan Agama Islam Dalam Pembentukan Kepribadian Muslim Siswa
SMP Negeri 217 Jakarta Timur” .
B. Permasalahan
1. Identifikasi masalah
Sejalan dengan judul penelitian ini, maka masalah yang akan di
kaji antara lain adalah :
a. Prestasi siswa SMP Negeri 217 Jakarta Timur.
b. Akhlak siswa SMP Negeri 217 Jakarta Timur.
c. Pelaksanaan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 217
Jakarta Timur.
d. Keadaan lingkungan SMP Negeri 217 Jakarta Timur.
e. Sarana Prasarana di SMP Negeri 217 Jakarta Timur.
2. Pembatasan Masalah
Untuk mempermudah dan memperjelas masalah yang akan di teliti,
maka penulis memberikan batasan masalah sebagai berikut :
6
a. Pendidikan Agama Islam yang dimaksud adalah Pendidikan Agama
Islam SMP yang akan dilihat dari segi unsur pengetahuan, perasaan
keberagaman, prilaku dan langkah-langkah yang dilakukan guru
agama dalam membentuk kepribadian siswa.
b. Kepribadian yang dimaksud disini adalah kepribadian Muslim, yakni
jati diri seseorang yang dapat diperolah dari cara dia berbuat dalam
kehidupan sehari-hari, baik di rumah maupun di sekolah yang diwarnai
oleh ajaran agama Islam.
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka perumusan
masalah dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana Kontribusi Terhadap
Pembentukan Kepribadian Muslim Siswa SMP Negeri 217 Jakarta
Timur?“.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini bertujuan untuk :
a. Untuk mengetahui sejauh mana guru agama Islam itu berperan dalam
kehidupan siswa SMP Negeri 217 Jakarta Timur.
b. Untuk mengetahui upaya apa saja yang dilakukan sekolah dalam
memberikan sumbangan Pendidikan Agama Islam dalam kehidupan
siswa SMP Negeri 217 Jakarta Timur yang lebih baik.
c. Untuk mengetahui tingkat pelaksanaan siswa dalam menjalankan
ajaran agama Islam.
d. Untuk mengetahui kontribusi Pendidikan Agama Islam di sekolah
dalam pembentukan kepribadian muslim siswa di SMP Negeri 217
Jakarta Timur.
7
2. Manfaat Penelitian
a. Memberikan masukan kepada guru agama dalam upaya meningkatkan
Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 217 Jakarta Timur.
b. Memberikan motivasi kepada guru agama untuk lebih meningkatkan
pengajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 217 Jakarta
Timur dalam rangka membentuk kepribadian siswa.
c. Menambah khazanah ilmu pengetahuan bagi penulis sebagai calon
guru dan memberikan informasi tentang pentingnya Pendidikan
Agama Islam dalam upaya pembentukan kepribadian Muslim Islam.
8
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Istilah pendidikan berasal dari kata “didik” dengan memberinya
awalan “pe” dan akhiran “an”, yang mengandung arti perbuatan. Istilah
pendidikan ini semula berasal dari bahasa yunani, yaitu “paedagogie”
yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Kemudian istilah ini
di terjemahkan ke dalam bahasa inggris “education” yang berarti
pengembangan atau bimbingan.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa
“pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang
untuk mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan,
proses, perbuatan dan cara mendidik.”1
Selanjutnya menurut H. M. Arifin, M. Ed disebutkan bahwa
“pendidikan adalah usaha orang dewasa secara sadar untuk membimbing
dan mengembangkan kepribadian serta kemampuan dasar anak didik, baik
dalam bentuk pendidikan formal maupun non formal.”2
1 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan P dan K, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), Cet. I, h. 204 2 H. M. Arifin, M. Ed, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan
Keluarga, (Jakarta: Bulan Bintang, 1984), h. 14
8
9
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan manusia dalam rangka
membentuk kepribadian yang berkualitas. Aktivitas pendidikan ini
dilaksanakan dalam suatu proses panjang baik melalui bimbingan,
pengajaran dan latihan-latihan secara formal maupun non formal.
Selanjutnya mengenai pengertian Pendidikan Agama Islam,
menurut Zakiah Daradjat adalah bimbingan dan asuhan terhadap anak
didik agar ia memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran
agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh serta menjadikan
ajaran agama Islam sebagai pendangan hidup demi keselamatan dan
kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat.3
Dalam kurikulum PAI 2004 dijelaskan bahwa,
Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar dan terencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati
hingga mengimani ajaran agama Islam melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran dan latihan dengan tuntutan menghormati penganut agama
lain dalam hubungannya dengan kurikulum antar umat beragama
hingga terwujud persatuan dan kesatuan bangsa.4
Selanjutnya menurut Sutrisno Muslimin,
Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati
hingga mengimani, bertaqwa dan berakhlak mulia dalam
mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab Al-
Qur’an dan Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan
dan penggunaan pengalaman. Dibarengi tuntunan untuk menghormati
penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar
umat beragama dalam masyarakat hingga terwujud kesatuan dan
persatuan bangsa.5
3 Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), Cet. III, h. 86
4 Departemen Pendidikan Nasional, Kurikulum Berbasis Kompetensi PAI, diakses pada 15
Mei 2007 dari http://www.puskur.net/inc/si/smp/Pendidikan Agama Islam 5 Sutrisno Muslimin, Pengembangan nilai-nilai Islam dalam Kurikulum Pendidikan Agama
Islam, diakses pada 25 Mei 2007 dari http://sutrisno2.wordpress.pdf
10
Sedangkan menurut Zuhairini, “Pendidikan Agama Islam adalah
usaha-usaha secara sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik
agar supaya mereka hidup sesuai dengan ajaran agama Islam.”6
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar yang dilakukan secara
sistematis melalui bimbingan, pengarajan dan latihan dalam rangka
menyiapkan anak didik, untuk mengenal, memahami, menghayati,
mengimani bahkan mengamalkan ajaran agama Islam dalam kehidupan
sehari-hari.
2. Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam
“Segala sesuatu yang dilakukan manusia memiliki dasar yang
menjadi landasan dan akan mengarahkan kepada tujuan yang akan dicapai.
Demikian juga dengan Pendidikan Agama Islam. Adapun dasar
pelaksanaan Pendidikan Agama Islam dapat ditinjau dari segi religius,
yuridis formil dan sosial psikologis.”7
Ditinjau dari segi religius, Pendidikan Agama Islam berlandaskan
pada sumber ajaran agama Islam yang tertera dalam ayat Al-Qu’ran dan
Hadits Nabi. Dalam ajaran Islam pendidikan agama harus dilaksanakan
dan hal itu merupakan salah satu bentuk ibadah. Hal ini sebagaimana
dalam firman Allah yang berbunyi :
“Ajaklah kepada agama tuhanmu dengan cara yang bijaksana dan
dengan nasehat yang baik” (QS. An-Nahl: 125).
Ayat tersebut mengandung pengertian bahwa dalam ajaran Islam
terdapat perintah untuk melaksanakan Pendidikan Agama Islam, di mana
dengan pendidikan tersebut akan dapat mengantar seseorang kepada
agama Allah, yaitu agama Islam.
6 Zuhairini dkk., Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usana Offset Printing,
1981), h. 27 7 Yunus Namsa, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000), h.
25
11
Selain itu Rasulullah juga bersabda :
“Tidak ada seorangpun orang yang baru lahir melainkan dalam keadaan
suci. Maka kedua orang tuanya yang menjadikan anak tersebut beragama
yahudi, nasrani atau majusi”. (H. R. Muslim)8
Hadits tersebut menunjukkan bahwa pendidikan agama sangatlah
penting untuk mengantarkan manusia pada fitrahhnya. Yaitu percaya
kepada Allah SWT. Oleh karena itu Pendidikan Agama Islam seharusnya
diberikan sejak dini kepada anak. Karena akan menentukan apakah anak
itu tetap pada fitrahnya, yaitu beragama Islam ataukah sebaliknya.
Dari segi yuridis formil, Pendidikan Agama Islam berlandaskan
pada perundang-undangan dan peraturan-peraturan yang berlaku di
Indonesia. Secara yuridis, ada tiga dasar yang menjadi landasan
pelaksanaan Pendidikan Agama Islam yaitu Pancasila, UUD 1945.
Pada sila pertama pancasila disebutkan bahwa dengan sila
Ketuhanan Yang Maha Esa, bangsa Indonesia percaya dan takwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa dengan menjalankan semua perintah-Nya dan
menjauhi semua larangan-Nya. Untuk merealisasikan hal tersebut maka
diperlukan adanya pendidikan agama yang akan mengantarkan bangsa
Indonesia untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Demikian juga dalam UUD 1945 pada Bab XI pasal 29 ayat 1 dan 2
disebutkan bahwa,
Negara berdasar atas ketuhanan yang maha esa dan Negara menjamin
kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama masing-
masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu. Bunyi
dari pada UUD 1945 tersebut mengandung pengertian bahwa bangsa
Indonesia harus beragama dan Negara akan menjamin umat beragama
untuk menjalankan ajaran agamanya. Oleh karena itu, agar bangsa
Indonesia bisa beribadah sesuai dengan ajaran agamanya masing-
masing, maka diperlukan pendidikan agama.9
8 Al-Imam Nawawi, Shahih Muslim. Jilid IV. Terjemahan dari Shahih Muslim Oleh
Ma’mun Daud, (Klang Slangor Book Centre, 1997), Cet. V, h. 243 9 Shahilin A. Nasir, Peranan Pendidika Agama……, h.45-46
12
Selanjutnya pelaksanaan pendidikan agama telah diatur dalam
undang-undang Sisdiknas tahun 2003 pada Bab VI pasal 30 ayat 3 yang
menyatakan bahwa “pendidikan keagamaan diselenggarakan pada jenjang
pendidikan formal, non formal dan informal.”10
Dari segi sosial psikologis, Pendidikan Agama Islam berlandaskan
pada kebutuhan manusia akan adanya pegangan hidup, yaitu agama.
Dengan beragama seseorang akan merasa jiwanya tentram, sehingga ia
akan selalu berusaha untuk mendekatkan diri kepada Allah untuk
mendapatkan ketentraman jiwa tersebut. Dalam hai ini Pendidikan Agama
Islam akan mengarahkan fitrah manusia kea rah yang benar sehingga
mereka akan selalu mengamalkan ajaran agama Islam.
3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam
Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam mencakup keseluruhan
ajaran agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Ruang
lingkup tersebut meliputi keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara
hubungan manusia dengan Allah, dengan sesama manusia, dengan diri
sendir dan dengan lingkungannya.11
Selanjutnya ruang lingkup Pendidikan Agama Islam secara garis besar
dapat dikelompokkan menjadi tiga aspek yang merupakan kerangka dasar
ajaran Islam,
Yaitu akidah, syari’ah dan akhlak. Akidah merupakan penjabaran dari
konsep iman, syari’ah merupakan penjabaran dari konsep islam dan
akhlak merupakan penjabaran dari konsep ihsan. Dari ketiga kerangka
dasar tersebut berkembang berbagai kajian keislaman seperti ilmu
kalam yang merupakan pengembangan dari aqidah, ilmu fiqh yang
merupakan pengembangan dari syari’ah dan ilmu akhlak yang
merupakan pengembangan dari ilmu akhlak.12
10
Departemen Pendidikan Nasional, UU Sisdiknas, (Jakarta: Sinar Grafik, 2006), h. 16 11
Departemen Pendidikan Nasional, Kurikulum Berbasis Kompetensi PAI, diakses pada 15
Mei 2007 dari hhtp://www.puskur.net/inc/si/smp/Pendidikan Agama Islam 12
Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman Khusus Pengembangan Silabus Berbasis
Kompetensi Sekolah Menengah Pertama, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Lanjutan Tingkat
Pertama, 2004), h. 3
13
Dari ketiga aspek di atas maka ruang lingkup Pendidikan Agama
Islam antara lain meliputi :
a. Pendidikan Keimanan dan Keislaman
Pokok yang utama dan pertama dalam Islam adalah beriman
dan mengi’tikadkan adanya Allah SWT. Oleh karena itu pendidikan
keimanan dan ketauhidan adalah pendidikan yang utama dan pertama
bagi setiap muslim.
Menurut Zakiah Daradjat, pembinaan keimanan dan ketauhidan
ini seharusnya diberikan kepada anak mulai sejak dalam kandungan,
karena pendidikan yang diberikan kepada anak ketika dalam
kandungan akan berpengaruh bagi perkembangan anak di masa yang
akan datang.13
Dalam surat Luqman terdapat ayat yang berkenaan tentang
pendidikan keimanan kepada Allah SWT :
Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya,
di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: Hai anakku, janganlah
kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan
(Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”. (QS. Luqman: 13)
Ayat tersebut menjelaskan tentang pembentukan keyakinan
kepada Allah SWT yang ditanamkan Luqman kepada anaknya. Hal itu
menjadi pedoman bagi kita bahwa pendidikan yang pertama dan utama
adalah membentuk keyakinan kepada Allah SWT yang diharapkan
dapat melandasi sikap, tingkah laku dan kepribadian anak didik.
b. Pendidikan Akhlak Mulia
Sejalan dengan pembentukan dasar keyakinan dan keimanan,
maka diperlukan juga usaha membentuk akhlak yang mulia. Akhlak
13
Zakiah Daradjat, Pendidikan Agama Islam Dalam Keluarga Dan Sekolah, (Jakarta:
Ruhama, 1995), h. 55
14
merupakan modal bagi semua orang yang hidup dalam lingkungan
sosial.
Akhlak sangat berhubungan erat dengan muamalah manusia
dengan manusia lainnya secara individual maupun kolektif, tidak
terbatas pada penyusunan hubungan antara manusia dengan manusia
lainnya, tetapi juga mengatur hubungan antara Tuhan dengan Hamba-
nya.
Salah satu ayat yang berhubungan dengan pendidikan akhlak
al-karimah adalah:
Artinya: “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik)
kepada dua orang ibu- bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam
Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam
dua tahun [1180]. Bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu
bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu”. (QS. Luqman: 14)
Dari ayat di atas jelaslah bahwa pendidikan akhlak itu sangat
diperlukan bagi kehidupan kita. Dengan adanya pendidikan akhlak,
orang akan mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk, mana
seharusnya dan mana yang tidak seharusnya.
Allah SWT berfirman dalam durat Luqman :
Artinya: “Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia)
mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang
mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.
Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan
(oleh Allah)”. (QS. Luqman: 17)
Ayat di atas menceritakan tentang pendidikan yang dilakukan
Luqman kepada anaknya, yaitu untuk mendirikan shalat, berbuat baik
dan mencegah yang mungkar. Dari ayat tersebut jelaslah bahwa
15
pendidikan dalam keluarga sangat berpengaruh bagi anak untuk bekal
di masa yang akan datang.
Adapun dalam pengajaran agama Islam ruang lingkup
Pendidikan Agama Islam digambarkan dalam mata pelajaran agama
Islam yang meliputi :
1) Al-Qur’an dan Hadits
2) Aqidah
3) Akhlak
4) Fiqh
5) Tarikh dan Kebudayaan Islam14
4. Fungsi Pendidikan Agama Islam
Sebelum tujuan yang ingin dicapai dari Pendidikan Agama Islam,
maka terlebih dahulu harus diketahui fungsi dari Pendidikan Agama Islam
itu sendiri. Adapun funsi Pendidikan Agama Islam di sekolah lembaga
pendidikan formal adalah sebagai berikut :
a. Pengembangan
Yaitu untuk mengembangkan dan meningkatkan keimanan dan
ketakwaan kepada Allah SWT. Oleh karena itu fungsi Pendidikan
Agama Islam di sekolah adalah menumbuh kembangkan lebih lanjut
keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah SWT yang telah
ditanamkan dalam keluarga melalui bimbingan, pengajaran dan
pelatihan.
b. Penyaluran
Yaitu menyalurkan peserta didik yang memiliki bakat khusus di
bidang agama sehingga dapat berkembang secara optimal.
c. Perbaikan
Yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam keyakinan
pemahaman dan pengamalan ajara Islam dalam kehidupan sehari-hari.
14
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, diakses pada 15 Mei 2007 dari
http://www.puskur.net/inc/si/smp/Pendidikan Agama Islam.pdf
16
d. Pencegahan
Yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungan peserta didik
atau dari budaya asing yang dapat membahyakan pertumbuhan dan
perkembangan mereka.
e. Penyesuaian
Yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, baik
lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan mampu mengubah
lingkungannya sesuai dengan ajaran Islam.
f. Sumber Nilai
Yaitu sebagai pedoman hidup untuk mencapai kebahagiaan di dunia
dan akhirat.
g. Pengajaran
Yaitu menyampaikan pengetahuan keagamaan secara fungsional.15
5. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Tujuan merupakan sasaran yang akan dicapai oleh seseorang yang
melakukan suatu kegiatan. Dalam bidang pendidikan tujuan merupakan
faktor yang sangat penting, karena merupakan arah yang hendak dituju
oleh pendidikan itu. Demikian pula halnya dalam pendidikan agama, maka
tujuan pendidikan agama itulah yang hendak di capai dalam pelaksanaan
pendidikan.
Pendidikan Agama Islam di sekolah/madrasah bertujuan untuk
menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan
pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengamalan
peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim
yang terus berkembang dalam keimanan, ketakwaan, berbangsa dan
bernegara serta untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.16
Dalam buku metodologi pengajaran agama Islam, Ahmad Tafsir
menyatakan,
15
Yunus Namsa, Metodolohi Pengajaran…., h. 34 16
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi,
(Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2004), h. 135
17
Bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam harus meliputi aspek kognitif,
efektif dan psikomotorik. Untuk aspek kognitif tujuannya adalah
mengembangkan atau membina pemahaman agama Islam, agar siswa
paham akan ajaran Islam. Pada aspek efektif tujuan yang ingin dicapai
adalah siswa menerima ajaran islam tersebut. Sedangkan pada aspek
psikomotorik, tujuan yang ingin dicapai adalah agar siswa terampil
melakukan ajaran Islam dalam kehidupan sehair-hari.17
Dalam kurikulum berbasis kompetensi mata pelajaran PAI untuk
SMP disebutkan bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam adalah :
a. Menumbuh kembangkan aqidah melalui pemberian, pemupukan dan
pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan
serta pengamalan peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi
manusia muslim yang berkembang keimanan dan ketakwaannya
kepada Allah SWT.
b. Mewujudkan manusia yang taat beragama dan berakhlak mulia yaitu
manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur,
adil, etis, berdisiplin, bertoleransi, menjaga kehormatan secara
personal dan sosial serta mengembangkan budaya agama dan
komunitas sekolah.18
Menurut Zakiah Daradjat, “tujuan pengajaran agama Islam harus
mengandung bahan pelajaran yang bersifat menumbuhkan dan
memperkuat iman. Membekali dan memperkaya ilmu agama, membina
keterampilan beramal, menumbuhkan dan memupuk rasa sosial dan sifat-
sifat terpuji”.19
Menurut Yunus Namsa, “Pendidikan Agama Islam bertujuan
meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan
peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslin yang
17
Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya, 1997), h. 86 18
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, diakses pada 15 Mei 2007 dari
http://www.puskur.net/inc/si/smp/Pendidikan Agama Islam 19
Zakiah Daradjat, Metodologi pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara), h. 79
18
beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam
kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara”.20
Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan
Pendidikan Agama Islam adalah merealisasikan manusia muslim yang
beriman, bertakwa dan berilmu pengetahuan serta berakhlak mulia dalam
kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang mampu
mengabdikan diri kepada Allah SWT dengan menjalankan semua
perintah-Nya dan menjauhi larangan-nya.
B. Kepribadian Muslim
1. Pengertian Kepribadian Muslim
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa
kepribadian adalah sifat hakiki yang tercermin pada sikap seseorang atau
suatu bangsa yang membedakan dirinya dari orang lain atau bangsa lain.21
Prof. Dr. Djalaluddin mengatakan bahwa kepribadian adalah sifat
khas seseorang yang menyebabkan seseorang mempunyai sifat yang
berbeda dengan orang lain.22
Sedangkan secara terminologis, banyak para ahli yang berpendapat
tentang arti kepribadian, antara lain :
a. G. W. Allport mengatakan bahwa “kepribadian adalah organisasi
dinamis dalam individu sebagai system psikofisik yang menentukan
caranya yang khas dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya”.23
b. E. Y. Kemp menyatakan bahwa “kepribadian adalah integritasi
daripada system kebiasaan-kebiasaan yang menunjukkan cara khas
pada individu untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungan”.24
20
Yunus Namsa, Metodologi Pengajaran…, h. 33 21
Tim Kamus Pusat pembinaan dan Pengembangan Bahasa P dan K. Kamus Besar Bahasa
Indonesia, h. 70 22
Djalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), h. 173 23
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1998), h.
136 24
Rahmayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h. 288
19
c. Zuhairini mengatakan bahwa “kepribadian adalah hasil dari suatu
proses kehidupan yang dijalani seseorang’.25
Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
kepribadian adalah sifat khas seseorang yang menyebabkan seseorang
mempunyai sifat yang berbeda dari orang lain, baik daripada pola pikir,
sikap dan tingkah laku dalam kehidupannya untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungannya.
Selanjutnya pengertian kepribadian islami, adalah kepribadian
yang seluruh aspeknya, baik tingkah laku luar maupun dalam, seperti
kegiatan-kegiatan jiwanya, filsafat hidupnya dan kepercayaannya
menunjukkan pengabdian kepada Allah SWT dan penyerahan kepada-
Nya.26
2. Unsur-unsur Kepribadian Muslim
Menurut Ahmad D. Marimba kepribadian seseorang terdiri dari
tiga unsur, yaitu:
a. Aspek-aspek kejasmanian; meliputi tingkah laku luar yang mudah
Nampak. Seperti cara orang berbicara dan cara orang bertindak.
b. Aspek-aspek kejiwaan; meliputi aspek-aspek yang tidak segera tampak
dilihat. Seperti cara-cara berfikir, sikap dan minat seseorang.
c. Aspek-aspek kerohanian; aspek ini meliputi kejiwaan yang lebih
abstrak, yaitu filsafat hidup dan kepercayaan.27
Ketiga aspek tersebut (kejasmanian, kejiwaan dan kerohanian)
secara naluriah berada dalam satu kesatuan manusia secara utuh, yaitu
manusia berkehendak, berperasaan, berpikir dan berbuat. Apabila dalam
diri manusia tersebut memiliki jiwa yang sehat, ketiga unsure tersebut
bekerja dalam suatu susunan yang harmonis maka segala bentuk tujuan
dan segala gerak-geriknya selalu memenuhi keperluan dan keinginan
25
Zuhairini, filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 187 26
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat…, h. 68 27
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat…, h. 67
20
manusia. Sebaliknya apabila ketiga sistem tersebut bertentangan satu sama
yang lainnya, maka orang tersebut akan dinamakan sebagai orang yang
tidak dapat menyesuaikan diri, ia menjadi tidak puas dengan dirinya dan
lingkungannya.
Dalam psikologi Kepribadian Islam “ketiga unsur diatas
dinamakan sebagai struktur kepribadian, yaitu aspek-aspek yang bersifat
stabil, menetap, abadi, serta merupakan unsur-unsur pokok pembentukan
pembukaan tingkah laku individu”.28
Dalam terminology Islam, “ketiga unsur di atas disebutkan dalam
istilah lain, yaitu struktur jasad, ruh dan nafs. Jasad merupakan aspek
biologis atau psikis manusia, sedangkan nafs merupakan aspek psikopisik
manusia yang merupakan sinergi antara jasad dan ruh”.29
Jasad kepribadian seseorang tidak akan bisa dipisahkan dari ketiga
unsur diatas (jasad, ruh dan nafs). Ketiga unsur tersebut akan saling
membutuhkan antara satu dengan yang lainnya. Keberadaan jasad tanpa
ruh merupakan substansi yang mati, sedangkan ruh tanpa jasad tidak akan
teraktualisasi. Oleh karena itu perlu adanya sinergi antara dua aspek
tersebut sehingga menjadi nafs. Dengan nafs ini maka masing-masing
keinginan jasad dan ruh akan terpenuhi.
3. Dinamika Kepribadian Muslim
Struktur kepribadian yang ada pada diri seseorang tidak dapat
dikatakan baik ataupun buruk sebelum ada usaha untuk
mengaktualisasikannya. Aktualisasi struktur tersebut tergantung pada
pilihan seseorang. Upaya seseorang untuk memilih dan
mengaktualisasikan potensi itu memiliki dinamika proses, seiring dengan
hal-hal lain yang mempengaruhinya.
Berdasarkan pembagian struktur kepribadian manusia yang telah di
kemukakan di atas, maka dinamika kepribadian seseorang terbagi menjadi
28
Abdul Mujib, Kepribadian Dalam Psikologi Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2006), h. 54 29
Abdul Mujib, Kepribadian Dalam…, h. 56
21
dinamika struktur jasmani, dinamika struktur rohani dan dinamika struktur
nafsani.
a. Dinamika Struktur Jasmani
Struktur jasmani merupakan aspek psikologis dari struktur
kepribadian manusia. Aspek ini merupakan wadah struktur ruh dan
tidak dipersiapkan untuk membentuk tingkah laku. Kesendirian
struktur jasmani tidak akan mampu membentuk tingkah laku lahiriah
maupun batiniah. Struktur jasmani memiliki daya atau energi yang
menggambarkan proses fisiknya yang disebut dengan daya hidup.
Akan tetapi daya hidup ini belum mampu menggerakkan suatu tingkah
laku selama struktur jasmani ini belum ditempati oleh struktur ruhani.
b. Dinamika Struktur Ruhani
Struktur ruhani merupakan aspek psikologis dari struktur
kepribadian manusia. Ia diciptakan untuk menjadi substansi sekaligus
esensi kepribadian manusia. Eksistensinya tidak hanya di alam imateri,
tetapi juga di alam materi kedirian dan kesendiriannya mampu
bereksistensi meskipun sifatnya imateri di dunia. Tingkah laku
ruhaniah dapat terwujud dengan kesendirian struktur ruhani dan
tingkah laku dapat menjadi actual apabila struktur ruhani menyatu
dengan struktur jasmani.
Struktur ruhani sifatnya kekal, adanya lebih dulu dan
kehidupannya lebih lama dari pada kehidupan manusia.
Kedahuluannya memberikan motivasi bagi kehidupan nafs kelak, agar
manusia mengerjakan perbuatan yang benar dan meninggalkan
perbuatan yang salah. Sedang keabadiannya akan mendapatkan
balasan atas kepribadian yang telah diperbuat.
Ditinjau dari segi kontruksi kebutuhan hidup, ruh manusia
membutuhkan agama yang dapat membimbing kehidupan manusia
kearah fitrah aslinya, yaitu suci dan rindu akan kehadirat Allah SWT.
22
Tanpa agama maka kehidupan manusia hanyalah sebatas susunan
tulang, daging dan organ-organ biologis semata. Apabila agama Islam
menjadi kerangka bagi kepribadian manusia, maka segala tindakan
kepribadiannya dianggap sebagai ibadah, karena ibadah merupakan
aktualisasi diri yang paling sesuai dengan konstruksi kepribadian
Islam. Aktualisasi diri ini akan membentuk suatu jati diri dan harga
diri yang benar-benar fitrahh dan islami. jati diri manusia dtentukan
oleh kemampuannya meningkatkan kualitas keberagaman melalui
ketakwaan.
c. Dinamika Struktur Nafsani
Struktur nafsani merupakan struktur psikofisik dari kepribadian
manusia. Struktur ini dapat mengaktualisasikan semua rencana dan
perjanjian Allah kepada manusia yang berwujud tingkah laku atau
kepribadian. Struktur nafsani merupakan paduan integral antara
struktur jasmani dan ruhani.
Struktur nafsani ini tediri dari aspek fisik dan psikis yang akan
selalu berinteraksi satu sama lain. Aspek struktur nafsani tidak sama
dengan struktur jasmani karena telah menyatu dengan aspek psikis
struktur ruhani. Dalam membentuk suatu kepribadian, kedua aspek ini
akan saling tarik menarik. Apabila struktur nafsani cenderung
mengikuti nature ruhani maka nilai kepribadiannya menjadi baik.30
Aspek fisik struktur nafsani tidak hanya digunakan untuk
memenuhi kebutuhan nafsu implusif jasmaniah, tapi juga harus
digunakan untuk membantu kebutuhan aspek psikis struktur nafsani.
Misalnya makan dan minum tidak hanya untuk sekedar menguatkan
tubuh, tapi setelah itu juga harus digunakan untuk beribadah.
Selanjutnya aspek psikis struktur nafsani juga memiliki
korelasi erat dengan aspek fisik. Misalnya penggunaan energi psikis
untuk berfikir harus diimbangi dengan pemenuhan kebutuhan fisik.
Misalnya kegiatan berzikir, harus diimbangi dengan makan, minum,
30
Abdul Mujib, Kepribadian Dalam…, h. 124
23
tidur dan sebagainya. Hal ini dilakukan agar keduanya seimbang
sehingga seseorang akan terhindar dari penyakit.
4. Faktor-faktor Pembentuk Kepribadian
Untuk membentuk kepribadian seseorang bukanlah hal yang
mudah. Secara fitrah manusia memang terdorong melakukan sesuatu yang
baik dan benar. Namun terkadang naluri mendorong seseorang untuk
melakukan yang bertentangan dengan realita yang ada.
Kepribadian itu terkadang dan mengalami perubahan-perubahan.
Tetapi di dalam perkembangan itu makin terbentuklah pola-polanya yang
tetap dan khas sehingga merupakan ciri-ciri yang unik bagi setiap
individu.
Menurut M. Ngalim Purwanto, faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan dan terbentuknya kepribadian adalah :
a. Faktor Biologis
Faktor biologis ini berhubungan dengan keadaan jasmani.
Semenjak dilahirkan keadaan jasmani seseorang telah menunjukkan
adanya perbedaan-perbedaan. Hal ini dapat dilihat pada setiap bayi
yang baru lahir yang menunjukkan bahwa sifat-sifat jasmani yang ada
pada seseorang ada yang diperoleh dari keturunan dan ada pula yang
merupakan pembawaan. Keadaan fisik baik yang berasal dari
keturunan maupun yang merupakan pembawaan yang dibawa sejak
lahir itu memainkan peranan penting pada kepribadian seseorang.
Contohnya mengenai konstitusi tubuh, seperti tingginya, besarnya,
beratnya dan sebagainya.
b. Faktor Sosial
Yang dimaksud faktor sosial adalah masyarakat, yaitu
manusia-manusia lain di sekitar individu yang bersangkutan. Yang
termasuk faktor sosial ini antara lain tradisi, adat istiadat, peraturan-
peraturan, bahasa dan sebagainya yang berlaku dalam suatu
masyarakat. Contohnya adalah anak sejak dilahirkan telah bergaul
24
dengan orang-orang di sekitarnya. Pertama-tama dengan keluarganya,
terutama dengan ayah dan ibu, kemudian dengan anggota keluarga
yang lain seperti kakak dan adik. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa peran keluarga sangat penting dalam menentukan pembentukan
kepribadian anak selanjutnya. Demikian pula dengan tradisi dan
kebiasaan yang berlaku dalam keluarga itu.
c. Faktor Kebudayaan
Sebenarnya faktor ini masuk kedalam faktor sosial.
Kebudayaan itu tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat.
Sebagaimana kita ketahui bahwa kebudayaan tiap daerah atau Negara
itu berbeda. Hal itu menunjukkan bahwa cara-cara hidup, kebiasaan,
bahasa, kepercayaan dan sebagainya dari suatu daerah atau masyarakat
tertentu berbeda dengan daerah atau masyarakat lain. Contohnya
seorang anak cenderung meniru tingkah laku atau perbuatan orang-
orang yang ada di sekitarnya. Maka secara tidak langsung ia akan
menyerap sifat-sifat kepribadian orang-orang yang ditirunya.31
5. Proses Pembentukan Kepribadian
Sebagaimana kita ketahui bahwa segala sesuatu membutuhkan satu
proses untuk bisa mencapai tujuan yang di inginkan. Demikian pula
dengan pembentukan kepribadian seseorang dapat dilakukan melalui tiga
macam pendidikan :
a. Pranatal Education
Proses pendidikan ini dilakukan secara tidak langsung. Proses
ini dimulai di saat pemilihan calon suami atau istri dari kalangan yang
baik dan berakhlak. Kemudian dilanjutkan dengan sikap dan prilaku
orang tua yang islami disaat bayi sejak dalam kandungan ditambah lagi
dengan pemberian makanan dan minuman yang halal dan baik, serta
dilengkapi dengan sikap penerimaan yang baik dari kedua orang tua
atas kelahiran bayi tersebut.
31
Abdul Mujib, Kepribadian Dalam…, h. 130
25
b. Education By Another
Proses pendidikan ini dilakukan secara langsung oleh orang
lain (orang tua di rumah, guru di sekolah dan pemimpin di
masyarakat). Manusia sewaktu dilahirkan tidak mengetahui suatu
apapun. Oleh karena itu diperlukan orang lain untuk mendidik manusia
agar ia mengetahui dirinya dan lingkungannya. Proses ini dimulai
semenjak anak lahir sampai anak mencapai kedewasaan baik jasmani
maupun rohani.
c. Self Education
Proses ini dilakunkan melalui kegiatan pribadi tanpa bantuan
orang lain, seperti membaca buku, majalah, Koran, mengadakan
penelitian dan sebagainya.32
C. Kerangka Berfikir
Pendidikan Agama Islam adalah suatu bimbingan yang dilakukan oleh
orang dewasa kepada peserta didik dalam masa pertumbuhan agar ia memiliki
kepribadian muslim. Ia merupakan proses pendidikan yang mengarah pada
pembentukan akhlak atau kepribadian.
Pendidikan Agama Islam memiliki tujuan untuk merealisasikan
manusia muslim yang beriman dan bertakwa serta berilmu pengetahuan yang
mampu mengabdikan diri kepada Allah dengan sikap dan kepribadian bulat
yang merujuk pada penyerahan diri kepada-Nya dalam segala aspek
kehidupan, baik dunia maupun akhirat.
Kepribadian adalah sifat khas seseorang yang menyebabkan seseorang
mempunyai sifat yang berbeda dari orang lain, baik pola pikir, sikap dan
tingkah laku dalam kehidupannya untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.
Setiap orang akan memiliki kepribadian yang berbeda-beda. Hal itu
sangat dipengaruhi oleh faktor biologis, faktor sosial dan faktor kebudayaan.
32
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam…, h. 296-297
26
Proses pembentukan kepribadian ini dapat dilakukan melalui pendidikan
prenatal, pendidikan oleh orang lain atau pendidikan oleh diri sendiri.
Sebagaimana di uraikan di atas bahwa pendidikan merupakan salah
satu prose pembentukan kepribadian seseorang. Dalam hal ini Pendidikan
Agama Islam ikut mewarnai terbentuknya pribadi muslim seseorang yang
mana hal itu merupakan tujuan akhir dari Pendidikan Agama Islam. Oleh
karena itu apabila seseorang telah mendapatkan Pendidikan Agama Islam
dengan baik, maka akan terbentuklah pribadi muslim pada dirinya, sehingga
ia akan memilki pribadi dan budi pekerti yang baik atau akhlak alkarimah.
Berdasarkan kesimpulan tersebut maka semakin jelas bahwa
Pendidikan Agama Islam ikut andil dalam pembentukan kepribadian siswa.
Jika Pendidikan Agama Islam diberikan kepada siswa dengan baik dan
sempurna dalam proses pembelajaran, maka output yang akan dihasilkan dari
proses pembelajaran tersebut adalah terbentuknya kepribadian siswa sehingga
gerak dan tingkah lakunya akan sesuai dengan ajaran agama Islam.
27
BAGAN HUBUNGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DENGAN KEPRIBADIAN MUSLIM
Pendidikan Agama
Islam (X)
Aqidah
Akhlak
Ibadah
Muamalah
Kepribadian Islami
(Y)
Prilaku sehari-hari
Pelaksanaan ibadah
Hubungan dengan
masyarakat
Proses
pembelajaran
Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam yang
baik dalam proses pembelajaran akan
membentuk kepribadian muslim pada diri
siswa. Sehingga prilaku sehari-harinya,
pelaksanaan ibadah dan hubungan dengan
lingkungannya (masyarakat) akan selaras
dan sejalan dengan ajaran agama Islam.
28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Variabel Penelitian
Variabel dapat diartikan sebagai “obyek pengamatan atau fenomena
yang diteliti”.1 Dari judul penelitian penulis, yaitu Kontribusi Pendidikan
Agama Islam Dalam Pembentukan Kepribadian Muslim Siswa SMP Negeri
217 Jakarta Timur, maka ditetapkan variabel Pendidikan Agama Islam sebagai
variabel (X), yaitu variabel bebas yang dapat memberikan pengaruh terhadap
variabel yang lain, sedangkan pembentukan kepribadian muslim siswa
merupakan variabel (Y), yaitu variabel terikat yang dipengaruhi variabel bebas.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Adapun tempat yang di laksanakan Penelitian adalah SMP Negeri 217,
yang berlokasi di jalan Gongseng Raya tepatnya di Gg. Gotong Royong
Kelurahan Baru, Kecamatan pasar Rebo Jakarta Timur.
Adapun waktu yang diperlukan dalam kegiatan penelitian ini adalah
sejak tanggal 16 Juni 2010 sampai dengan 14 November 2010.
1 Ibnu Hajar, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan,
(Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 1996), cet.ke-1, h. 156
28
29
C. Populasi dan Sampel
Populasi adalah “keseluruhan subjek penelitian”.2 Adapaun populasi
sasaran dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMP Negeri 217 Jakarta
Timur tahun ajaran 2008/2009. Populasi yang terjangkau adalah siswa-siswi
kelas VIII yang terdiri dari 4 kelas dengan jumlah keseluruhan 155 orang
siswa-siswi.
Sampel adalah “kelompok kecil individu yang dilibatkan langsung
dalam penelitian”.3 Pengambilan sampel dalam penelitian ini berdasarkan
yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto, yaitu apabila subyeknya kurang
dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan
penelitian populasi. Selanjutnya, jika subyeknya besar dapat diambil antara
10-15% atau 20-25% atau lebih.4 Maka sampel dalam penelitian ini diambil
21% dari populasi yakni berjumlah 32 orang. Adapaun teknik pengambilan
sampel menggunakan teknik simple random sampling atau system acak
sederhana.
D. Teknik Pengumpulan Data
Adapun dalam pengumpulan data, penulis menggunakan penelitian
lapangan (Field Reseach) yaitu penelitian yang dilakukan dengan terjun
langsung untuk mengumpulkan data yang diperlukan secara obyektif dari
lapangan penelitian.
Untuk memperoleh data yang diperlukan, penulis menggunakan
beberapa metode teknik pengumpulan data, yaitu:5
1. Teknik Observasi adalah “pengamatan dan pencatatan secara sistematik
dan langsung terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian”.
Pengamatan ini langsung terhadap obyek yeng diteliti oleh peneliti untuk
2 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2002) cet. ke-12, h. 102 3 Ibnu Haja, dasar-dasar Metodologi…., h. 133
4 Suharsimi Arikunto, prosedur Penelitian…., h. 112
5 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), Cet.
Ke-2, h. 158
30
mengumpulkan data tentang gambaran umum, keadaan guru, siswa,
karyawan serta sarana dan prasarana di SMP Negeri 217 Jakarta Timur.
2. Teknik Interview (wawancara), adalah mengumpulkan informasi dengan
cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara
lisan pula. Dalam hal ini penulis melakukan interview kepada berbagai
pihak yang terkait dengan masalah yang diteliti, di antaranya dengan
kepala sekolah dan guru bidang studi agama Islam.
Informasi yang di inginkan dari kepala sekolah adalah mengenai sejarah
dan latar belakang berdirinya SMP Negeri 217 Jakarta Timur, beserta
sarana dan prasarana yang tersedia. Selanjutnya untuk memperdalam data
angket, informasi di dapatkan dari kepala sekolah dan guru bidang studi
agama Islam mengenai kepribadian muslim siswa di sekolah.
Angket dan kuesioner, yaitu mengumpulkan informasi dengan cara
menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk menjawab sacara
tertulis pula oleh responden. Dalam hal ini penulis menyebarkan kuesioner
(daftar pertanyaan) kepada 32 orang siswa-siswi SMP Negeri 217 Jakarta
Timur yang dijadikan sebagai sampel dan responden hanya memilih salah
satu jawaban dianggap paling tepat baginya.
Kisi-kisi Angket (kuesioner)
No Variabel Indikator Variabel Jumlah
Item
Jumlah
Item
1
Pendidikan
Agama Islam
1. Guru selalu memberikan contoh
dalam menjelaskan materi PAI
2. Guru mengadakan evaluasi
dalam proses pembelajaran PAI
3. Guru memberikan nasihat untuk
salaing menghormati
4. Guru mengajarkan untuk selalu
melaksanakan shalat lima waktu
(v, x)
12
1
2
5
12
31
5. Guru memberikan nasihat dan
bimbingan
6. Guru memotivasi siswa untuk
mengikuti kegiatan keagamaan
7. Keaktifan siswa dalam
mengikuti pembelajaran
8. Pemahaman siswa terhadap
materi yang diberikan
9. Keaktifan guru agama dalam
PBM
6
8,9,10,11
3
7
4
2
Kepribadian
muslim siswa
1. Pelaksanaan ibadah siswa
2. Kesadaran siswa untuk
melaksanakan ibadah
3. Rasa hormat siswa terhadap
orang tua
4. Rasa hormat siswa terhadap
guru dan teman
5. Sikap tolong menolong
terhadap sesama
6. Keaktifan siswa mengikuti
kegiatan keberagamaan
(v,y)
14
1,2,3,4
5
6,7,14
8,9,10
11
12,13
E. Teknik Pengolahan Data
Dalam pengelolaan data, penulis menempuh cara-cara sebagai berikut :
1. Editing adalah penulis memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan
oleh responden serta memeriksa pengisian angket yang berhasil
dikumpulkan. Hal ini dilakukan agar angket terhindar dari keslahan dan
diharapkan nantinya hasil yang diperoleh benar-benar objektif.
32
2. Scoring, setiap jawaban mempunyai angka kode sendiri untuk menghitung
data tentang penelitian ini dengan menggunakan angket, penulis
memberikan skor pada setiap pertanyaan/jawaban yang terdapat pada
angket.
Cara untuk menjumlahkan skor dalam angket pada variabel X
Pendidikan Agama Islam dengan memberikan bobot nilai sebagai berikut :
Jawaban Skor
Selalu
Sering
Kadang-kadang
Tidak Pernah
4
3
2
1
Sedangkan untuk menjumlahkan skor dalam angket pada variabel Y
Kepribadian Muslim dengan memberikan bobot nilai sebagai berikut :
Jawaban Skor
Selalu
Sering
Kadang-kadang
Tidak Pernah
4
3
2
1
3. Tabulating, berdasarkan data-data yang telah terkumpul setelah pemberian
skor, lalu data tersebut dimasukkan ke dalam table, kegiatan ini dilakukan
untuk memperoleh intrepetasi data lewat tabulasi. Adapaun rumus yang
digunakan yaitu :
Keterangan :
P : Angket persentase
F : Frekuensi jawaban
N : Jumlah of class
33
F. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, penulis juga menggunakan teknik analisis
korelasi product moment, analisis korelasi ini dimaksudkan untuk mengetahui
ada tidaknya hubungan antara variabel X yaitu kontribusi Pendidikan Agama
Islam, dengan variabel Y yaitu pembentukan kepribadian muslim siswa.
Adapun rumus korelasi product moment tersebut, yaitu :
Keterangan :
rxy : Angka indeks korelasi “r” Product Moment
N : Number Of Cases
∑ χỵ : Jumlah hasil perkalian antara sektor X dan sektor Y
∑ χ : Jumlah seluruh sektor X
∑ ỵ : Jumlah seluruh sektor Y6
Selanjutnya hasil analisis dilakukan interpretasi dengan teknik analisis
sederhana dan kunsultasi tabel “r”.
G. Teknik Interpretasi Data
Setelah angka indeks korelasi diketahui, langkah selanjutnya adalah
melakukan interpretasi terhadap angka indeks korelasi yang telah didapat.
Teknik interpretasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Teknik interpretasi sederhana
Teknik interpretasi sederhana dilakukan dengan cara sederhana
yaitu dengan melihat posisi angka indeks korelasi yang telah didapat pada
tabel tingkat koefisien korelasi berikut ini:
6 Anas Sudjono, Pengantar Statistik pendidikan, (Jakarta: Rajawali Persana, 1994), Cet.
Ke-5, h. 206
34
Klasifikasi Koefisien Korelasi
Besarnya “r”
Product moment
Interpretasi
0,00-0,20
0,20-0,40
0,40-0,70
0,70-0,90
0,90-1,00
Antara variabel V dan variabel Y memang
terdapat korelasi, akan tetapi korelasi itu sangat
lemah atau sangat rendah sehingga korelasi itu
(diabaikan atau dianggap tidak ada korelasi
antara variabel X dan variabel Y).
Antara variabel X dan variabel Y terdapat
korelasi yang lemah atau rendah.
Antara variabel X dan variabel Y terdapat
korelasi yang sedang atau cukup.
Antara variabel X dan variabel Y terdapat
korelasi yang kuat atau tinggi.
Antara variabel X dan variabel Y terdapat
korelasi yangdangat kuat atau sangat tinggi.
H. Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan untuk menentukan apakah hipotesis
yang telah ditetapkan diterima atau ditolak. Adapun hipotesis yang
dirumuskan adalah sebagai berikut :
Ha : Pendidikan Agama Islam memberikan kontribusi yang signifikan
terhadap pembentukan kepribadian muslim siswa SMP Negeri 217
Jakarta Timur.
Ho : Pendidikan Agama Islam tidak memberikan kontribusi yang signifikan
terhadap pembentukan kepribadian muslim siswa SMP Negeri 217
Jakarta Timur.
1. Merumuskan hipotesis alternative (Ha) dan hipotesis (Ho).
2. Menguji kebenaran dari hipotesis yang telah di ajukan dengan cara
membandingkan besarnya “r” product moment (r hitung) dengan “r”
35
yang tercantum dalam tabel (r tabel), dengan terlebih dahulu mencari
derajat bebasnya (db) atau Degrees of fredomnya (df) dengan rumus :
Keterangan :
df = Degrees of Freedom
N = Number of Casses
nr = Banyak variabel yang di korelasi
Dengan diperoleh “db” atau “df” dapat dicari besarnya “r” yang
tercantum dalam tabel nilai “r” product moment baik pada taraf signifikan 5%
maupun pada taraf signifikan 1% sama dengan atau lebih besar dari pada ”r”
maka hipotesa alternative (Ha) disetujui atau di terima atau terbukti
kebenarannya dan hipotesis nihil (Ho) tidak dapat disetujui atau di terima atau
tidak dapat diterima atau tidak terbukti kebenarannya.7
7 Anas Sudjono, Pengantar Statistik pendidikan ….., h. 193-195
df = N-nr
36
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMP Negeri 217 Jakarta Timur
1. Sejarah Berdirinya SMP Negeri 217 Jakarta Timur
SMP Negeri 217 Jakarta yang berlokasi di jalan Gongseng Raya
tepatnya di Gg. Gotong Royong No. 30 Cijantung, Kelurahan Baru,
Kecamatan Pasar Rebo Jakarta Timur. SMPN 217 Jakarta Timur berdiri di
atas tanah ± seluas 2. 155 M2 dengan luas bangunan 1. 450 M2, luas
halaman 78 M2, lapangan olah raga seluas 445, 60 M2 dan luas kebun
sebesar 181, 40 M2. Lokasi tersebut letaknya sangat strategis karena dapat
dijangkau dari segala arah sehingga para siswa tidak mengalami kesulitan
dalam mencapainya. Di samping letaknya yang sangat strategis kondisi
wilayah di sekitar sekolah tersebut sangat tenang dan aman, jauh dari
kebisingan lalu lintas jalan raya sehingga para siswa dapat belajar dengan
nyaman. Untuk menyalurkan bakat siswa, sekolah menyediakan sarana-
sarana berupa kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler berupa Pramuka, PMR,
Paskibra, Beladiri Ju Jit Su, Olahraga dan kegiatan keagamaan khususnya
Agama Islam. Alhamdulillah berkat bimbingan dari para pembina dan para
pelatih yang dibantu para alumni, Pramuka, PMR, Rohis dan Paskibra
SMPN 217 dapat terus berjalan, bahkan selalu meraih prestasi dalam
kegiatan lomba. Dalam memperingati hari-hari besar nasional maupun
hari-hari besar keagaman, OSIS SMPN 217 selalu turut aktif
merayakannya, seperti peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia,
36
37
Hari Pendidikan Nasional, Hari Kebangkitan Nasional, Maulid Nabi
Muhammad SAW. perayaan Idul Qurban, dan lain-lain.
Dalam bidang akademis, SMPN 217 berupaya terus mengadakan
pembenahan di sana-sini, guna dapat meraih prestasi, segenap dewan guru
telah berusaha secara maksimal untuk mewujudkan hal tersebut. Berkaitan
dengan hal tersebut, maka khusus untuk kelas III diadakan kegiatan
Pendalaman Materi (PM) yang dilaksanakan pada sore hari. Hal itu
dimaksudkan agar siswa kelas III dapat meraih nilai yang cukup memadai
untuk menaikkan peringkat sekolah ke jenjang yang lebih baik.
2. Letak Geografis
SMP Negeri 217 Jakarta yang berlokasi di jalan Gongseng Raya
tepatnya di Gg. Gotong Royong No. 30 Cijantung, Kelurahan Baru,
Kecamatan Pasar Rebo Jakarta Timur. SMPN 217 Jakarta Timur berdiri di
atas tanah ± seluas 2. 155 M2 dengan luas bangunan 1. 450 M2, luas
halaman 78 M2, lapangan olah raga seluas 445, 60 M2 dan luas kebun
sebesar 181, 40 M2.
3. Visi dan Misi
Visi SMP Negeri 217 Jakarta adalah Beriman Kuat, Berilmu
Manfaat Demi terwujudnya SMP yang Unggul dalam Iptek dan lmtaq.
Adapun misi SMP Negeri 217 Jakarta adalah
a. Mewujudkan sistem pembelajaran yang efektif, kreatif dan
menyenangkan.
b. Mendorong dan membantu siswa untuk mengenali dan menggali
potensi sehingga dapat di kembangkan secara optimal.
c. Memberi motivasi dan menumbuhkan semangat penghayatan dan
pengalaman ajaran Islam.
d. Meningkatkan strategi kegiatan belajar mengajar (KBM) sehingga di
peroleh lulusan terbaik.
e. Mendorong siswa untuk menguasai Iptek dal Imtaq.
38
4. Keadaan Guru dan Staf Administrasi SMP Negeri 217 Jakarta
Pada saat ini, SMP Negeri 217 Jakarta memiliki tenaga pengajar
sebanyak 36 orang, Pendidikan terakhir para Guru-guru SMP Negeri 217
Jakarta yaitu 28 orang lulusan S1 dan 1 orang lulusan S2 dan lainya
lulusan SMA yang sederajat.
Kondisi mengajar di SMP Negeri 217 Jakarta sampai saat ini di
nilai baik, karena guru-guru di SMP Negeri 217 Jakarta, mengajar sesuai
dengan bidang yang dikuasai atau sesuai dengan disiplin ilmu yang telah
di pelajari selama di perkuliahan.
Sistim belajar yang di gunakan di SMP Negeri 217 Jakarta Sudent
Oriented atau berorientasi pada siswa. Guru hanya sebagai fasilitator, guru
tidak semata-mata di posisikan orang yang serba tahu, tetapi bisa sebagai
teman belajar.
Tabel 1
Data Personil Guru berdasarkan Pendidikan Terakhir serta Jabatan dan
Bidang Studi yang Dipegang
No Nama Pendidikan
Terakhir Jabatan Bidang Studi
1 Dra. Hj. Mastanah S1 Kepala Sekolah/Guru Matematika
2 Hj. Maronih, S. Ag S1 Wakil Kep.Sek/ Guru Bahasa
Indonesia
3 Drs. H. Marzuki S1 Guru PPKN
4 Dra. Hj. Siti Nurbaiti S1 Guru Matematika
5 Hj. Fatimah Bishry, BA S1 Guru IPA
6 Drs. Mastari A. Latif, MA S2 Guru Agama
7 Hj. Asmanih, BA - S1 Guru Sejarah
8 H. Tarmizi S1 Guru Agama
9 Abdul Wahab, S. Pd S1 Guru Pend. Jasmani
39
10 Muhammad Zen
Guru PPKN
11 Dra. Masiti S1 Guru B. Indonesia
12 Drs. Subhan S1 Guru Komputer
13 Drs. H. Mansyur S1 Guru Seni Budaya
14 Dra. Hj. Muhibah Yusuf S1 Guru IPS
15 Mu’min, S. Pd S1 Guru Komputer
16 Hasan Asy’ari, S. Ag S1 Guru IPS
17 Sofiyah, S. Ag S1 Gum Agama
18 Yose Rusdiana, S. Pd S1 Guru B. Indonesia
19 Muh. Nur Kholily, S. Pd S1 Guru B. Inggris
20 Dra. Arfah S1 Guru PKN
21 Siti Maesaroh, SE S1 Guru IPS
22 Siti Hairoh, S. Ag S1 Guru PPKN
23 Siti Maryam, SP S1 Guru IPA
24 Ahmad Rijadi
Guru Matematika
25 Mukhtar Lutfi
Guru Seni Budaya
26 Hi. Suprihartini, S Ag S1 Guru Seni Budaya
27 Maryadi
Guru Bahasa Inggris
28 Supendi
Guru Komputer
29 Sri Rahayu Lestari, S. Pd S1 Guru Bahasa Inggris
30 Tuti Alfiyah Ustuti, S. Si S1 Guru Matematika
31 H. Syukron Kurniawan, Lc S1 Guru Bahasa Inggris
32 Nasrullah, S. Komp S1 Guru IPA
33 Budi Sabenih
Guru Penjas
40
34 Hj. Nurun Nabilah, S. Ag S1 Guru Sejarah
35 Mahmudi
Guru Penjas
36 Khalifsyah
Pegawai
5. Keadaan Siswa SMP Negeri 217 Jakarta
Pada tahun ajaran 2008/2009 siswa siswi SMP Negeri 217 Jakarta
berjumlah 494 yang terbagi menjadi 13 kelas. Yaitu kelas VII Kelas VIII
Kelas IX. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel berikut.
Tabel 2
Keadaan Siswa SMP Negeri 217 Jakarta
Kelas Rombongan Belajar L P Jurnlah
VII
VIII
IX
5
4
4
100
83
89
80
72
70
180
155
159
Jumlah 13 273 222 494
6. Sarana dan Prasarana
a. Bangunan / Gedung
Tabel 3
Bangunan / Gedung
No Uraian Jumlah Kondisi
1
2
3
4
5
6
Ruang Belajar
Ruang Perpustakaan
Ruang Laboratorium
a. LabBahasa
b. Lab Komputer
Ruang Kepala Sekolah
Ruang Guru
Ruang Ibadah/Musholla
13
1
1
1
1
1
1
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
41
7
8
9
10
11
12
Ruang UKS/PMR
Ruang BP
Kantin
WC Siswa
WC Guru
Sanggar Pramuka
1
1
1
3
2
1
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
b. Sarana Penunjang
Selain Meniliki Prasarana yang berbentuk bangunan, SMP
Negeri 217 Jakarta juga mempunyai sarana penunjang, baik penunjang
kegiatan pembelajaran, maupun penunjang kegiatan. Adapun
rinciannya sebagai berikut:
Tabe 4
Alat Kegiatan
No Uraian Jumlah Kondisi
1.
2.
Kesenian
Marawis
Angklung
Qasidah
Band
Olah Raga
Lapangan Basket
Lapangan Volley
Lapangan Badminton
Lapangan Futsal
1
1
1
1
1
1
1
1
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
7. Kegiatan Kurikuler
Kegiatan Kurikuler di SMP Negeri 217 Cijantung Jakarta Timur
terdiri dari kegiatan intra kurikuler dan ekstra kurikuler. Kegiatan intra
42
kurikuler adalah kegiatan belajar mengajar yang mana kegiatan tersebut
telah di tetapkan dalam kurikulum.
Sedangkan kegiatan ekstra kurikuler adalah kegiatan yang di
laksanakan di luar jam pelajaran yang mana kegiatan tersebut tidak ada
kaitannya dengan kegiatan kurikuler dan bertujuan untuk menambah
wawasan siswa. Kegiatan ekstra kurikuler tersebut adalah : Pramuka,
Paskibra, Futsal, KIR (Kajian Ilmiah Remaja), Volley, Basket dan
Marawis.
B. Pelaksanaan PAl di SMP Negeri 217 Jakarta
Pelaksanaan pendidikan agama Islam di SMP Negeri 217 Jakarta
disampaikan dengan durasi waktu 1 jam dan 3 kali dalam dalam satu minggu.
Proses pembelajaran agama Islam lebih banyak di sampaikan dengan
menggunakan metode ceramah dan sesekali dengan menggunakan metode
praktek atau unjuk kerja ketika sampai pada sub pokok bahasan yang harus
dipraktekkan, seperti diantaranya thaharoh, shalat fardhu, dan ilmu
tajwid/bacaan Al-qur’an.
Target yang ingin di capai dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam
di SMP Negeri 217 Cijantung Jakarta Timur adalah mewujudkan insan yang
memiliki pengetahuan agama, membentuk insan yang berbudi pekerti luhur,
dan berakhlak mulia, menanamkan iman/aqidah yang benar, mewujudkan
insan yang memiliki imtaq (iman dan taqwa) dan memiliki rasa solidaritas
sosial dan setia kawan yang tinggi.1
Jadi secara garis besar target yang ingin di capai adalah mewujudkan
manusia yang tidak hanya memiliki ilmu pengetahuän yang luas tapi juga
berakhlak mulia, beriman, bertaqwa dan memiliki rasa solidaritas sosial yang
tinggi.
Untuk merealisasikan target tersebut maka usaha yang dilakukan guru
agama Islam adalah dengan cara memberikan dan menjadikan “Uswatun
Hasanah” (suri tauladan yang baik) kepada siswa. Dalam hal ini guru dituntut
1 Dra. Hj. Mastanah As, Kepala Sekolah MTs Miftahul Umam, (Jakarta: 27 Mei 2009)
43
untuk membenikan contoh yang baik terlebih dahulu kepada siswa baru
kemudian siswa mengikutinya. Hal yang paling penting dilakukan oleh guru
agama adalah dakwah bil hal (mengajak dengan tindakan) dengan
berpedoman pada semboyan “Ibda’ binafsika” (mulailah dari diri sendiri).
Dalam usaha membentuk kepribadian siswa, guru agama juga harus
melakukan pendekatan kepada siswa. Hal ini di lakukan karena siswa SMP
adalah siswa yang memasuki masa remaja, yaitu suatu masa pancarobaan dan
masa dimana ia ingin mencari jati diri mereka. Oleh karena itu mereka tidak
bisa di kekang atau di paksa untuk mengikuti aturan-aturan tertentu melainkan
harus diberikan pengertian terlebih dahulu sehingga ia mau menerima aturan
tersebut.
Selanjutnya usaha yang dhlakukan dalam rangka membentuk
kepribadian siswa adalah mengontrol emosi siswa dengan cara melakukan
pendekatan kepada siswa. Dalam hal ini seorang guru tidak boleh langsung
memberikan hukuman kepada siswa yang bermasalah, akan tetapi guru harus
terlebih dahulu melakukan pendekatan kepada anak untuk mengetahui pokok
masalah yang siswa alami.2
Adapun target yang telah tercapai dan proses pembelajaran agama
Islam di SMP Negeri 217 Jakarta adalah terbentuknya kepribadian siswa
meskipun belum maksinal. Hal ini bisa di lihat dan sikap siswa yang selalu
mencium tangan dan memberi salam ketika bertemu dengan guru, mengetuk
pintu dan memberi salam ketika terlambat masuk kelas dan berdo’a sebelum
belajar.
SMP Negeri 217 Jakarta sangat kental dengan ajaran Islam dan mampu
melaksanakan hal-hal yang berkaitan dengan masalah ubudiyah, muamalah
dan syariah secara terpadu dan konsekwen. Selain itu pendidikan agama Islam
di SMP Negeri 217 Jakarta tidak hanya memberikan kontribusi terhadap
kepribadian siswa ketika mereka berada di dalam lingkungan sekolah, tapi
juga sampai mereka menjadi alumni SMP Negeri 217 Jakarta.
2 Dra. Hj. Mastanah AS, Kepala Sekolah.
44
C. Deskripsi Data
Data-data penelitian tentang kontribusi pendidikan Agama Islam
dalam pembentukan kepribadian siswa di SMP Negeri 217 Jakarta di peroleh
melalui observasi, wawancara dan angket. Wawancara penulis lakukan dengan
guru mata pelajaran Agama Islam dan Kepala sekolah untuk mendapatkan
gambaran tentang pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 217
Jakarta. Sedangkan angket diberikan kepada siswa kelas VIII.
Untuk mendapatkan gambaran mengenai kontribusi Pendidikan
Agama Islam dalam pembentukan kepribadian siswa SMP Negeri 217 Jakarta,
maka terlebih dahulu angket ini di analisa dengan cara di uraikan datam
bentuk tabel prosentase.
Data yang di ambil tentang kontribusi Pendidikan Agama Islam dalam
pembentukan kepribadian siswa SMP Negeri 217 Jakarta melalui angket
masing-masing di berikan 4 altematif jawaban, yaitu selalu, sering, kadan-
kadang dan tidak pernah.
Setelah data di peroleh berdasarkan hasil angket yang di berikan
kepada siswa kelas VIII, maka langkah pertama yang dilakukan adalah
mencari angka prosentase dalam bentuk tabel dengan menggunakan tehnik
prosentase sebagai berikut:
Dimana “P” adalah angka prosentase , “F” adalah yang sedang di cari
prosentasenya dan “N’” adalah jumlah responden.
Berikut ini penulis sajikan hasil angket dan 26 pernyataan yang di
berikan kepada 32 respondent (21% dari 494 siswa kelas VIII).
45
1. Tabel Variabel X (Pendidikan Agama Islam)
Tabel 5
Guru mempraktekan materi yang telah di jelaskan
Alternatif Frekuensi %
Selalu 12 38
Sering 9 28
Kadang-kadang 10 31
Tidak Pernah 1 3
Jumlah 32 100
Dari hasil tersebut respondent yang menyatakan “selalu”38 %,
respondent yang menyatakan “sering” 28%, respondent yang menyatakan
“kadang-kadang” 31% dan respondent yang menyatakan “tidak pernah”
3% maka dan hasil perhitungan tersebut diketahui bahwa guru mata
pelajaran Agama Islam selalu mempraktekan materi yang telah dijelaskan.
Tabel 6
Guru Agama saya memberikan tugas di akhir pembelajaran
Dari hasil tersebut respondent yang menyatakan “selalu” 22%,
respondent yang menyatakan “sering” 13%, respondent yang menyatakan
“kadang-kadang” 59% dan respondent yang menyatakan “tidak pernah”
Alternatif Frekuensi %
Selalu 7 22
Sering 4 13
Kadang-kadang 19 59
TidakPernah 2 6
Jumlah 32 - 100
46
6% maka dari hasil perhitungan tersebut diketahui bahwa guru Agama
jarang memberikan tugas di akhir pembelajaran.
Tabel 7
Keaktifan Siswa mengikuti pelajaran agama Islam
Dari hasil tersebut respondent yang menyatakan “selalu” 66%,
respondent yang menyatakan “sering” 22%, respondent yang menyatakan
“kadang-kadang” 12% dan respondent yang menyatakan “tidak pernah”
0% maka dari hasil perhitungan tersebut diketahui bahwa siswa selalu
mengikuti pelajaran agama Islam. Hal ini berarti respon siswa terhadap
mata pelajaran agama Islam sangat bagus.
Tabel 8
Siswa memahami materi pelajaran agama Islam
Alternatif Frekuensi %
Selalu 17 53
Sering 7 22
Kadang-kadang 6 25
Tidak Pernah 0 0
Jumlah 32 100
Dari hasil tersebut respondent yang menyatakan “selalu” 53%,
respondent yang menyatakan “sering” 22%, respondent yang menyatakan
Alternatif Frekuensi %
Selalu 21 66
Sering 7 22
Kadang-kadang 4 12
TidakPernah 0 0
Jumlah 32 100
47
“kadang-kadang” 25% dan respondent yang menyatakan “tidak pernah”
0% maka dari hasil. Perhitungan tersebut diketahui bahwa tingkat
pemahaman siswa terhadap materi pelajaran agama Islam sangat bagus.
Tabel 9
Guru menyurh siswa untuk menghormati orang tua, guru dan teman
Alternatif Frekuensi %
Selalu 22 69
Sering 6 19
Kadang-kadang 4 12
Tidak Pernah 0 0
Jumlah 32 100
Dari hasil tersebut respondent yang menyatakan “selalu” 69%,
respondent yang menyatakan “sering” 19%, respondent yang menyatakan
“kadang-kadang” 12% dan respondent yang menyatakan “tidak pernah”
0% maka dari hasil perhitungan tersebut diketahul bahwa guru selalu
menyuruh siswa untuk menghormati orang tua, guru dan teman.
Tabel 10
Guru memberikan bimbingan dan nasehat waktu pembelajaran
Alternatif Frekuensi %
Selalu 22 69
Sering 8 25
Kadang-kadang 2 6
Tidak Pernah 0 0
Jumlah 32 100
48
Dari hasil tersebut respondent yang menyatakan “selalu” 69%,
respondent yang menyatakan “sering” 25%, respondent yang menyatakan
“kadang-kadang” 6% dan respondent yang menyatakan “tidak pernah” 0%
maka dari hasil perhitungan tersebut diketahui bahwa guru selalu
memberikan nasehat dan bimbingan pada waktu pembelajaran.
Tabel 11
Guru hadir pada mata pelajaran agama Islam
Dari hasil tersebut respondent yang menyatakan “selalu” 41%,
respondent yang menyatakan “sering” 22%, respondent yang menyatakan
“kadang-kadang” 37% dan respondent yang menyatakan “tidak pemah”
0% maka dari hasil perhitungan tersebut diketahui bahwa kehadiran guru
selalu hadir pada mata pelajaran agama Islam.
Tabel 12
Guru mewajibkan siswa untuk mengikuti Rohis
Alternatif Frekuensi %
Selalu 9 28
Sering 7 22
Kadang-kadang 8 25
Tidak Pernah 8 25
Jumlah 32 100
Alteniatif Frekuensi %
Selalu 13 41
Sering 7 22
Kadang-kadang 12 37
Tidak Pernah 0 0
Jumlab 32 100
49
Dari hasil tersebut respondent yang menyatakan “selalu” 28%,
respondent yang menyatakan “sering” 22%, respondent yang menyatakan
“kadang-kadang” 25% dan respondent yang menyatakan “tidak pemah”
25% maka dari hasil perhitungan tersebut diletahui bahwa guru selalu
rnewajibkan siswa untuk mengikuti rohis.
Tabel 13
Guru menyuruh siswa untuk mengikuti pengajian di rumah
Dari hasil tersebut respondent yang menyatakan “selalu” 41%,
respondent yang menyatakan “sering” 19%, respondent yang menyatakan
“kadang-kadang” 28% dan respondent yang menyatakan “tidak pernah”
13% maka dari hasil perhitungan tersebut diketahui bahwa guru selalu
niemotivasi siswa untuk mengikuti pengajian di rumah.
Tabel 14
Guru menyurub siswa untuk mengikuti shalat
Mternatif Frekuensi %
Selalu 13 4l
Sening 6 19
Kadang-kadang 9 28
Tidak Pemah 4 12
Jumlah 32 100
Alternatif Frekuensi %
Selalu 7 22
Sering 5 16
Kadang-kadang 11 34
Tidak Pernah 9 28
Jumlah 32 100
50
Dari hasil tersebut respondent yang menyatakan “selalu” 22%,
respondent yang menyatakan “sering” 16% respondent yang menyatakan
“kadang-kadang” 34% dan respondent yang menyatakan “tidak pemah”
28% maka dari hasil perhitungan tersebut diketahui bahwa guru terkadang
menyuruh siswa untuk mengikuti sanlat di bulan Ramadhan.
Tabel 15
Guru agama saya memberikan motivasi untuk memperdalam ilmu agama
Dari hasil tersebut respondent yang menyatakan “selalu” 62%,
respondent yang menyatakan “sering” 22%, respondent yang menyatakan
“kadang-kadang” 16% dan respondent yang menyatakan “tidak pernah”
0% maka dan hash perhitungan tersebut diketahui bahwa guru selalu
memberikan motivasi kepada siswa untuk memperdalam ilmu agama.
Tabel 16
Guru mengajak siswa untuk shalat dzuhur herjamaah
Alternatif Frekuensi %
Selalu 2 6
Sering 1 3
Kadang-kadang 24 75
Tidak Pemah 5 16
Jumlah 32 100
Atternatif Frekuensi %
Selalu 20 62
Sering 7 22
Kadang-kadang 5 - 16
Tidak Pemah 0 0
Jnmlah 32 100
51
Dari hasil tersebut respondent yang menyamkan “selalu” 6%,
respondent yang menyatakan “sering” 3%, respondent yang menyatakan
“kadang-kadang” 75% dan respondent yang menyatakan “tidak pernah”
16% maka dari hasil perhitungan tersebut diketahui bahwa guru sering
mengajak siswa untuk melaksanakan shalat dzuhur berjamaah.
2. Tabel Variabel Y ( kepribadian)
Tabel 17
Siswa berdoa sebelum belajar
Dari hasil tersebut respondent yang menyatakan “sela1u” 62,5%,
respondent yang menyatakan “sering” 28,1%, respondent yang
menyatakan “kadang-kadang” 9,4% dan respondent yang menyatakan
“tidak pernah” 0% maka dari hasil perhitungan tersebut diketahui bahwa
siswa selalu berdoa sebelum belajar.
Tabel 18
Siawa melaksanakan shalat lima waktu dalam sehari semalam
Alternatif Frekuensi %
Selalu 17 53,1
Sering 11 34,4
Kadang-kadang 3 9,4
Alternatif Frekuensi %
Selalu 20 62,5
Sering 9 28,1
Kadang-kadang 3 9,4
Tidak Pernah 0 0
Jumlah 32 100
52
Tidak Pernah 1 3,1
Jumlab 32 100
Dari hasil tersebut respondent yang menyatakan “selalu” 53,1%,
respondent yang menyatakan “sering” 34,4%, respondent yang
menyatakan “kadang-kadang” 9,4% dan respondent yang menyatakan
“tidak pernah” 3,1% maka dari hasil perhitungan tersebut diketahui bahwa
siswa selalu melaksanakan shalat lima waktu dalam sehari semalam.
Tabel 19
Siswa melaksanakan puasa di bulan Ramadhan
Alternatif Frekuensi %
Selalu 22 69
Sering 4 12
Kadang-kadang 5 16
Tidak Pemah 1 3
Jumlah 32 100
Dari hasil tersebut respondent yang menyatakan “selalu” 69%,
respondent yang menyatakan “sering” 12%, respondent yang menyatakan
“kadang-kadang” 16% dan respondent yang menyatakan “tidak pernah”
3% maka dari hasil perhitungan tersebut diketahui bahwa siswa selalu
melaksanakan puasa pada bulan Ramadhan.
Tabel 20
Siswa membaca Al-Quran waktu siang dan malam
Alternatif Frekuensi %
Selalu 1 3
Sering 4 13
53
Kadang-kadang 27 84
Tidak Pemah 0 0
Jumlah 32 100
Dari hasil tersebut respondent yang menyatakan “selalu” 3%,
respondent yang menyatakan “sering” 13%, respondent yang menyatakan
“kadang-kadang” 84% dan respondent yang menyatakan “tidak pernah”
0% maka dari hasil perhitungan tersebut diketahui bahwa siswa terkadang
membaca Al-Quran waktu siang dan malam.
Tabel 21
Siswa melaksanakan shalat berdasarkan kemauan sendiri
Alternatif Frekuensi %
Selalu 16 50
Sering 5 16
Kadang-kadang 10 31
Tidak Pemah 1 3
Jumlah 32 100
Dari hasil tersebut respondent yang menyatakan “selalu” 50%,
respondent yang menyatakan “sering” 16%, respondent yang menyatakan
“kadang-kadang” 31% dan respondtnt yang menyatakan “tidak pernah”
3% maka dari hasil perhitungan tersebut diketahui bahwa siswa selalu
melaksanakan shalat berdasarkan kemauan sendiri. ini berarti kesadaran
siswa dalam beribadah cukup bagus.
54
Tabel 22
Siswa meminta ijin orang tua ketika keluar rumah
Alternatif Frekuensi %
Selalu 14 44
Sering 4 12
Kadang-kadang 12 38
Tidak Pemah 2 6
Jumlah 32 100
Dari hasil tersebut respondent yang menyatakan “selalu” 44%,
respondent yang menyatakan “sering” 12,5%, respondent yang
menyatakan “kadang-kadang” 38% dan respondent yang menyatakan
“tidak pernah” 6% maka dari hasil perhitungan tersebut diketahui bahwa
siswa selalu meminta izin kepada orang tua ketika keluar rumah.
Tabel 23
Siwa merasa berdosa ketika berbohong pada orang tua dan guru
Alternatif Frekuensi %
Selalu 19 59
Sering 4 13
Kadang-kadang 9 28
Tidak Pemah 0 0
Jumlah 32 100
Dari hasil tersebut respondent yang menyatakan “selalu” 59%,
respondent yang menyatakan “sering” 13%, respondent yang menyatakan
“kadang-kadang” 28% dan respondent yang menyatakan “tidak pernah”
55
0% maka dari hasil perhitungan tersebut diketahul bahwa siswa selalu
merasa berdosa ketika berbohong kepada orang tua dan guru.
Tabel 24
Siswa berjabat tangan dan memberi salam ketika bertemu guru
Alternatif Frekuensi %
Selalu 20 62
Sering 6 19
Kadang-kadang 6 19
Tidak Pemah 0 0
Jumlah 32 100
Dari hasil tersebut respondent yang menyatakan “selalu” 62%,
respondent yang menyatakan “sering” 19%, respondent yang menyatakan
“kadang-kadang” 19% dan respondent yang menyatakan “tidak pernah”
0% maka dari hasil perhitungan tersebut diketahui bahwa siswa berjabat
tangan dan memberi salam ketika bertemu guru.
Tabel 25
Siswa memperhatikan penjelasan dari guru
Alternatif Frekuensi %
Selalu 15 47
Sering 9 28
Kadang-kadang 8 25
Tidak Pemah 0 0
Jumlah 32 100
Dari hasil tersebut respondent yang menyatakan “selalu” 47%,
respondent yang menyatakan “sering” 28%, respondent yang menyatakan
56
“kadang-kadang” 25% dan respondent yang menyatakan “tidak pernah”
0% maka dari hasil perhitungan tersebut diketahui bahwa siswa selalu
memperhatikan penjelasan dari guru.
Tabel 26
Siswa menghormati orang tua, guru dan teman
Alternatif Frekuensi %
Selalu 23 72
Sering 6 19
Kadang-kadang 3 9
Tidak Pemah 0 0
Jumlah 32 100
Dari hasil tersebut respondent yang menyatakan “selalu” 72%,
respondent yang menyatakan “sering” 19%, respondent yang menyatakan
“kadang-kadang” 9% dan respondent yang menyatakan “tidak pernah” 0%
maka dari hasil perhitungan tersebut diketahui bahwa siswa selalu
menghormati orang tua, guru dan teman.
Tabel 27
Siswa membantu teman yang membutuhkan pertolongan
Alternatif Frekuensi %
Selalu 12 38
Sering 10 31
Kadang-kadang 10 31
Tidak Pemah 0 0
Jumlah 32 100
57
Dari hasil tersebut respondent yang menyatakan “selalu” 380%,
respondent yang menyatakan “sering” 31%, respondent yang menyatakan
“kadang-kadang” 31% dan respondent yang menyatakan “tidak pernah”
0% maka dari hasil perhitungan tersebut diketahui bahwa siswa selalu
membantu teman yang membutuhkan pertolongan.
Tabel 28
Siswa mengikuti sanlat pada bulan Ramadhan
Alternatif Frekuensi %
Selalu 6 19
Sering 3 9
Kadang-kadang 16 50
Tidak Pemah 7 22
Jumlah 32 100
Dari hasil tersebut respondent yang menyatakan “selatu” 19%,
respondent yang menyatakan “sering” 9%, respondent yang menyatakan
“kadang-kadang” 50% dan respondent yang menyatakan “tidak pernah”
22% maka dari hasil perhitungan tersebut diketahui bahwa siswa kadang-
kadang mengikuti sanlat pada bulan Ramadhan.
Tabel 29
Siswa mengikuti kegiatan rohis di sekolah
Alternatif Frekuensi %
Selalu 9 28
Sering 3 9
Kadang-kadang 7 22
Tidak Pemah 13 41
Jumlah 32 100
58
Dari hasil tersebut respondent yang menyatakan “selalu” 28%,
respondent yang menyatakan “sering” 9%, respondent yang menyatakan
“kadang-kadang” 22% dan respondent yang menyatakan “tidak pernah”
41% maka dari hasil perhitungan tersebut diketahui bahwa siswa
terkadang mengikuti kegiatan rohis di sekolah.
Tahel 30
Siswa mencium tangan dan memberi salam kepada orang tua ketika
hendak sekolah
Alternatif Frekuensi %
Selalu 23 72
Sering 4 12
Kadang-kadang 5 16
Tidak Pemah 0 0
Jumlah 32 100
Dari hasil tersebut respondent yang menyatakan “selalu” 72%,
respondent yang menyatakan “sering” 12%, respondent yang menyatakan
“kadang-kadang” 16% dan respondent yang menyatakan “tidak pernah”
0% maka dari hasil perhitungan tersebut diketahui bahwa siswa selalu
memberi salam dan mencium tangan orang tua ketika mau sekolah.
D. Analisis Data
Setelah memperoleh angka prosentase dari masing-masing angket
maka langkah berikutnya adalah mencari angka korelasi antara variabel X dan
variabel Y dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment sebagai
berikut:
Namun sebelumnya akan disajikan data tentang pendidikan agama
Islam (vaniabel X) dan data tentang kepribadian siswa (variabel Y)
berdasarkan scoring.
59
Tabel 31
Data tentang pendidikan agama Islam (Variabel X) berdasarkan scoring
60
Tabel 32
Data tentang kepribadian siswa (Variahel Y) berdasarkan scoring
61
Selanjutnya akan dilakukan perhitungan untuk memperoleh indeks
korelasi antara variabel X dan variabel Y.
Tabel 33
Indeks Korelasi Antara Variabel X (Pendidikan Agama Islam)
dan Variabel Y (Kepribadian Siswa)
62
30 33 42 1386 1089 1764
31 36 49 1764 1296 2401
32 36 49 1764 1296 2401
N=32 1143 1408 50607 41365 62644
Dari data yang telah diperoleh dapat diketahui :
N = 32
∑X = 1143
∑Y = 1408
∑XY = 50607
∑X² = 41365
∑Y² = 62644
Maka perhitungannya adalah sebagai berikut :
63
Selanjutnya adalah memberikan interpretasi terhadap nilai “r” Product
memenat melalui dua cara :
1. Interpretasi sederhana
Berdasarkan perhitungan diatas, ternyata angka korelasi antara
variabel X dan variabel Y bertanda positif. Hal ini didasarkan dengan
memperhatikan hasil yaitu sebesar 0,5 16 yang besarnya berkisar
antara 0.40-0.70. Berdasarkan hasil tersebut maka diketahui bahwa antara
variabel X dan variabel Y memang ada dan korelasi tersebut, sedang atau
cukup.
2. Interpretasi dengan menggunakan tabel nilai “r” product moment
Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang signifikan
antara pendidikan agama Islam (variabel X) dengan kepribadian siswa
(Vanabel Y) atau tidak. Maka nilai “r” hasil perhitungan diatas
nnnndibandingkan dengan “r” tabel.
Langkah pertama yang ditempuh yaitu terlebih dahulu melakukan
uji hipotesa. Untuk melakukan uji hipotesa maka perlu dibuat rumusan
hipotesis sebagai berikut:
Ha : Terdapat korelasi yang signifikan antara pendidikan agama
Islam dalam pembentukan kepribadian muslim siswa.
Ho : Tidak terdapat korelasi positif yang signifikan antara
pendidikan agama Islam dalam pembentukan kepribadian
muslim siswa.
Untuk menguji kebenaran dan hipotesis yang telah di rumuskan di
atas, manakah yang benar, Ha atau Ho maka langkah selanjutnya yang
harus di tempuh adalah terlebih dahulu mencari derajat bebasnya (df)
dengan menggunakan rumus: Df = N-x,y
Berdasarkan responden yang di teliti, maka df = 32 - 2 = 30
Setelah di ketahui df = 30 maka berikutnya adalah berkonsultasi
pada tabel nilai “r” Product Moment. Dengan memeriksa tabel “r” Product
Moment ternyata dengan df sebesar 30, pada taraf signifikansi 5%
diperoleh r tabel = 0,349, sedangkan pada taraf signifikansi 5% (0,516>
64
0,349) maupun pada taraf signifikansi 1% (0,516 > 0,449). Dengan
demikian hipotesis alternatif yang menyatakan terdapat hubungan positif
yang signifikan antara pendidikan agama Islam dengan kepribadian siswa
SMP Negeri 217 Jakarta. Meskipun hubungan antara kedua variabel
tersebut masih termasuk kategori sedang.
Adanya hubungan antara kedua variabel yang masih rendah
tersebut di sebabkan karena ada beberapa faktor yang menghambat
tercapainya tujuan Pendidikan Agama Islam secara utuh di SMP Negeri
217 Jakarta misalnya, shalat dzuhur berjamaah.
Jadi dapat di simpulkan bahwa pendidikan agama Islam yang di
laksanakan di SMP Negeri 217 Jakarta memberikan kontribusi terhadap
pembentukan kepribadian siswa. Kontribusi yang di berikan tersebut
adalah dalam aspek akidah dan akhlak, sedangkan dalam aspek ibadah dan
muamalah masih belum maksimal seperti terlihat dan hasil angket yang
menyatakan bahwa siswa belum maksimal dalam melaksanakan ibadah,
khusunya dalam shalat dzuhur berjamaah yang jumlah persentasenya
sebesar 75%.
E. Interpretasi Data (Penafsiran dari data/arti dari data)
Pendidikan agama Islam merupakan pendidikan yang sangat penting
untuk mengantarkan manusia pada fitrahnya, yaitu percaya pada Allah SWT,
oleh karena itu pendidikan agama Islam seharusnya di berikan sejak dini
kepada anak, karena akan menentukan apakah anak itu tetap pada fitrahnya,
yaitu beragama Islam ataukah sebaliknya.
Pendidikan Agama Islam berlandaskan pada Al-Qur’an dan sunnah
yang merupakan pedoman hidup seluruh umat manusia. Oleh karena itu ruang
lingkup pendidikan agama Islam ini meliputi tiga aspek yang merupakan
kerangka dasar ajaran Islam, yaitu aqidah, syari’ah dan akhlak. Dimana aqidah
merupakan penjabaran dan konsep iman yang berhubungan dengan
kepercayaan dan keyakinan seseorang. Syari’ah merupakan penjabaran dan
konsep Islam dan akhlak merupakan penjabaran dan konsep ihsan.
65
Sehubungan dengan pendidika agama Islam yang di sampaikan dalam
proses pembelajaran di SMP, maka ketiga aspek yang masuk dalam ruang
lingkup pendidikan agama Islam yang memiliki pokok bahasan meliputi
keimanan, ibadah dan akhlak.
Pada pembahasan keimanan pendidikan agama Islam berfungsi untuk
meningkatkan keimanan dan ketakwaan siswa yang telah di tanamkan dalam
keluarga mereka. Sehingga di harapkan keimanan dan ketakwaan siswa
kepada Allah SWT semakin meningkat, bukan semakin menurun.
Pada pembahasan ibadah Pendidikan Agama Islam berfungsi untuk
menjadikan siswa selalu dan rajin menjalankan ibadah serta dapat
menjalankan ibadah dengan baik dan benar. Selain itu juga berfungsi untuk
memperbaiki kesalahan-.kesalahan dalam keyakinan, pemahaman dan
pengamalan ajaran Islam dalan kehidupan sehari-hari.
Selanjutnya pada pembahasan akhlak Pendidikan Agama Islam
berfungsi untuk menangkal hal-hal negatif dan budaya asing yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan siswa.
Dari ketiga hal tersebut (keimanan, ibadah dan akhlak) setelah
disampaikan dalam proses pembelajaran di harapkan dapat merealisasikan
manusia muslim yang taat beribadah, bertakwa, berilmu pengetahuan dan
berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi dan bermasyarakat. Inilah tujuan
akhir dari pendidikan agama Islam.
Akan tetapi tujuan tersebut akan tercapai apabila didukung oleh
beberapa faktor, diantaranya adalah:
a. Pendidik
Yang di maksud pendidik di sini adalah guru, seorang guru yang
baik tidak hanya menyampaikan ilmu pengetahuan (transfer of knowledge),
tapi juga harus yang mampu mendidik peserta didiknya dalam rangka
membentuk kepribadian peserta didik.
Selanjutnya seorang guru juga harus pandai dalam memilih metode
mengajar. Ketika menyampaikan meteri tentang akhlak, guru harus
terlebih dahulu memberikan contoh atau suri tauladan yang baik terhadap
66
peserta didiknya, baik itu di dalam lingkungan sekolah atau di luar sekolah.
Selain itu guru harus memantau keadaan siswa ketika mereka berada di
luar lingkungan sekolah, karena tugas guru tidak hanya selesai di dalam
ruang kelas tapi juga guru memiliki tugas dan tanggung jawab terhadap
peserta didiknya di luar kelas. OIeh karena itu di harapkan ada kerjasama
yang baik antara guru dan orang tua demi tercapainya tujuan pendidikan
agama Islam secara sempurna.
b. Lingkungan
Perkembangan jiwa anak sangat di pengaruhi oleh keadaan
lingkungannya. Berhasil atau tidaknya Pendidikan agama Islam sangat di
pengaruhi oleh faktor lingkungan ini.
Dalam hal ini lingkungan yang di maksud adalah lingkungan di
luar sekolah. Lingkungan hidup anak akan memberikan pengaruh yang
besar terhadap pembentukan akhlak dan pribadinya, baik itu pengaruh
positif ataupun pengaruh negative, sesuai dengan keadaan lingkungan
tersebut.
Oleh karena itu yang pertama kali perlu mendapat perhatian adalah
lingkungan keluarga. Seorang anak akan berada di lingkungan keluarga
lebih lama dari pada ketika berada di lingkungan sekolah. Oleh karena itu
anggota keluarga, khususnya orang tua harus sëlalu menciptakan
lingkungan yang agamis. Meskipun orang tua telah menyerahkan
pendidikan anak kepada gurunya, akan tetapi orang tua tidak boleh lepas
tanggung jawab begitu saja. Orang tua harus selalu memberikan suri
tauladan yang baik bagi anak. Apa yang telah disampaikan oleh guru di
sekolah akan sia-sia apabila tidak didukung oleh orang tua dan keluarga.
Selain lingkungan keluarga , yaitu lingkumgan masyarakat juga
ikut mempengaruhi berhasil tidaknya pendidikan agama Islam. Pergaulan
dengan teman dan masyarakat sangat mempengaruhi kepribadian seorang
anak. Seorang anak, lebih-lebih pada usia remaja cenderung mudah
terpengaruh oleh pergaulan mereka sehari-sehari. Oleh karena itu keluarga,
khususnya orang tua tidak boleh lepas kontrol terhadap pergaulan anak.
67
Pengaruh lingkungan dikatakan positif apabila lingkungan itu
dapat memberikan motivasi dan rangsangan bagi anak untuk melakukan
hal-hal yang baik dan membaawa dampak positif bagi anak. Seorang anak
yang mendapat pendidikan agama Islam di sekolah, selalu mendapatkan
bimbingan dari orang tua dan berada di lingkungan masyarakat yang
agamis, maka jiwa keagamaan dan kepribadian anak tersebut akan selalu
terpupuk dan terbina dengan baik. Sebaliknya apabila seorang anak
mendapatkan pendidikan agama Islam disekolah, akan tetapi keluarganya
tidak bisa menciptakan suasana agamis sehingga ia tidak pernah mendapat
bimbingan dari orang tuanya, ditambah lagi masyarakat yang ada
disekitarnya bukan masyarakat yang agamis, maka akan berpengaruh
negatif terhadap pertumbuhan jiwa keberagamaan dan kepribadian anak
karena kurang mendapatkan pembinaan dari lingkungannya.
Adapun faktor-faktor yang menghambat tercapainya tujuan
pendidikan agama Islam, yaitu terbentuknya kepribadian muslim adalah:
1. Guru hanya menyampaikan materi pendidikan agama Islam, tanpa
disertai dengan memberikan suri tauladan yang baik.
2. Tujuan guru menyampaikan materi hanya sebatas agar siswa bisa lulus
dalam ujian tanpa ada tujuan untuk membentuk akhlak siswa.
3. Guru sama sekali tidak memperhatikan tingkah laku siswa di luar kelas.
4. Orang tua tidak pernah memberikan bimbingan keagamaan.
5. Tidak adanya kerjasama antara orang tua dan guru.
6. Orang tua tidak mampu menciptakan lingkungan keluarga yang agamis
dan harmonis.
7. Lingkungan masyarakat juga non agamis
8. Orang tua membebaskan anak dalam pergaulan sehari-hari.
Pada kajian teori penulis mengemukakan sebuab teori yang
mengatakan bahwa pelaksanaan pendidikan agama Islam dengan baik
akan memberikan kontribusi dalam pembentukan kepribadian siswa,
sehingga perilaku sehari-harinya, pelaksanaan ibadahnya dan hubungan
sosialnya akan selaras dan sejalan dengan ajaran agama Islam.
68
Akan tetapi setelah diadakan penelitian. ternyata kontribusi yang
diberikan dari pelaksanaan pendidikan agama Islam SMP Negeri 217
Jakarta Timur masih belum maksimal dikarenakan adanya beberapa faktor
penghambat. Sehingga dapat dikatakan bahwa pendidikan agama Islam
yang dilaksanakan di sekolah dapat membentuk kepribadian siswa apabila
didukung oleh beberapa faktor, diantaranya kerjasama yang baik antara
guru agama Islam atau pihak sekolah dengan orang tua siswa.
Kerjasama yang dimaksud adalah orang tua mampu menciptakan
suasana lingkungan yang agamis sebagaimana yang telah diciptakan
disekolah. Ketika seorang anak/siswa diwajibkan untuk melaksnakan
shalat zhuhur berjamaah di sekolah dengan tujuan agar siswa
melaksanakan shalat tepat pada waktunya (misalnya), akan tetapi orang
tua di rumah tidak pernah memerintahkan anak untuk melakukan shalat
tepat pada waktunya atau bahkan orang tua tidak pernah mengontrol
apakah anak melaksanaakan shalat atau tidak, maka suasana yang
dilakukan guru tersebut tidak akan membuahkan hasil dikarenakan
suasana yang ada di lingkungan sekolah sangat berbeda dengan suasan
yang ada di keluarga mereka.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa landasan teori yang
diajukan penulis dalam penelitian ini belum bisa diterima sepenuhnya di
SMP Negeri 217 Jakarta Timur. Hal ini dikarenakan tujuan dan
perndidikan agama Islam yaitu membentuk kepribadian siswa di SMP
Negeri 217 Jakarta Timur belum bisa tercapai secara sempurna.
69
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis perbaiki, melakukan pengolahan data dengan hasil
penghitungan yang menggunakan rumus korelasi product moment, dihasilkan
perolehan angka korelasi 0,516 yang berada pada kisaran 0,40-0,70, maka
antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi positif sedang atau cukupan.
Kemudian langkah selanjutnya yaitu dengan memeriksa tabel “r”
product moment, ternyata dengan df sebesar 30, pada tarif signifikansi 5%
diperoleh “r” tabel sebesar 0,349. Sedangkan pada taraf signifikan 1%
diperoleh “r” tabel sebesar 0,449.
Jika dilihat berdasarkan nilai “r” tabel tersebut, rxy lebih besar
daripada “r” tabel, baik pada taraf signifikansi 5% (0,516>0,349) maupun
pada taraf signifikansi 1% (0,516=0,449). Dari kedua hipotesis yang penulis
ajukan, setelah melakukan penelitian ternyata hipotesis pertama (hipotesis
alternatif) yang menyatakan terdapat korelasi positif antara pelajaran
Pendidikan Agama Islam dengan kepribadian muslim siswa diterima
walaupun pada taraf yang sedang, artinya kontribusi yang diberikan pelajaran
Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 217 Jakarta Timur masih belum
maksimal, hal ini dikarenakan masih ada beberapa faktor penghambat
diantaranya adalah: kurang adanya kerjasama yang baik antara pihak sekolah
dan keluarga siswa.
Dengan demikian hipotesis kedua yang menyatakan tidak ada korelasi
positif antara Pendidikan Agama Islam dengan kepribadian muslim siswa
tidak dapat diterima atau dianggap gagal.
69
70
Jadi dalam penelitian ini berdasarkan alasan-alasan diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa Pendidikan Agama Islam yang dilaksanakan di sekolah
akan memberikan kontribusi terhadap pembentukan kepribadian muslim siswa
apabila di barengi dengan adanya Pendidikan Agama Islam yang berlangsung
di lingkungan keluarga siswa.
Dengan demikian pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di keluarga
merupakan faktor terpenting demi tercapainya tujuan Pendidikan Agama
Islam di sekolah. Oleh karena itu, diperlukan kerjasama antara pihak sekolah
dan keluarga demi tercapainya tujuan Pendidikan Agama Islam, yaitu
terbentuknya kepribadian muslim siswa secara sempurna.
B. Saran
1. Guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam diharapkan selalu berusaha
semaksimal mungkin untuk dapat mewujudkan tujuan pelajaran Agama
Islam yang belum tercapai secara maksimal.
2. Semua guru diharapkan untuk berpartisipasi dan selalu bekerjasama
dengan guru Agama Islam dalam rangka mencapai tujuan Agama Islam
yang ingin dicapai.
3. Guru mata pelajaran Agama Islam diharapkan mempunyai motivasi,
inovasi dan kreasi tersendiri dalam kegiatan belajar mengajar sebagai
solusi dari minimnya jam pelajaran Agama Islam yang diberikan sekolah.
4. Guru (Khususnya guru mata pelajaran Agama Islam) diharapkan menjalin
hubungan komunikasi yang baik dengan wali murid dalam rangka
mengontrol keadaan siswa diluar lingkungan sekolah.
5. Guru diharapkan senantiasa memberikan arahan, bimbingan dan motivasi
pada siswa.
6. Semua pihak yang ada disekolah atau (Guru dan seluruh Staffnya)
diharapkan mampu menciptakan lingkungan yang islami, sehingga akan
menjadi suri tauladan bagi seluruh siswa.
7. Pendidikan Islam dan pengajaran dalam keluarga sebagai pendidikan non
formal terhadap peserta didik harus ditingkatkan pula dalam proses kerja
sama yang baik.
71
DAFTAR PUSTAKA
Anas, Sudjono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta : Rajawali Persada, (1994), Cet. Ke-
5
Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Keluarga, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1984)
Daradjat, Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), Cet. III
______, Metodologi Pendidikan Agarna lslam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996)
_______, Pendidikan Agama Islam Dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta : Ruhama, 1995)
Departemen Agama RI, Pendidikan Islam dan Pendidikan Nasional, (Jakarta: Direktorat
Jendral Kelembagaan Agama Islam, 2005)
Departemen Pendidikan Nasional, “Kurikulum Berbasis Kompetensi PAI”. Diakses pada 15
Mei 2007 dari http//www.puskur.Net/inc/si/smp/Pendidikan Agama Islam
______, Pedoman Khusus Pengembangan Silabus Berbasis Kompetensi Sekolah Menengah
Pertama, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Lanjutan Tingkat Pertama, 2004)
______, UU Sisdiknas, (Jakarta: Sinar Grafik, 2006)
Djalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2005)
Hajar, Ibnu, Dasar-áasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan, (Jakarta:PT.
Raja Grafindo Persada, 1996), eet.ke-1, h.156
Mujib Abdul, Kepribadian Dalam Psikologi Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2006)
Marimba D. Ahmad., Pengantar Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Ma’arif, 1980)
Muslimin, Sutrisno, Pengembangan nitai-nilai Islam dalam Kurikulum Pendidikan Agama
Islam, diakses pada 25 mei 2007 dari http:/sutrisno2.wordpress.pdf
Al-Nawawi, Imam, Shahih Muslim. Jiid IV. Terjemahan dari Shahih Muslim Oleh Ma„mun
Daud (Klang Slangor Book Centre, 1997), Cet. V
Namsa, Yunus, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000)
Purwanto, Ngalim, Psikologi Pendidikan, (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 1998)
71
72
Rahmayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002)
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, Diakses pata 15 Mei 2007 dari
http//www.puskur.net/inc/si/smp/Pendidikan Agama Is1am.pdf Abdul Madjid dan
Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT.
Remaja Rosda Karya, 2004)
Tafsir, Ahmad, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandang : PT. Remaja Rosda Karya,
1997)
Tim Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa P dan K. Kamus Besar Bahasa
Indonesia
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan P dan K, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Balai pustaka, 1998), Cet. I
Zuhairini, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usana offset Printing, 1981)
_____, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995)
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAKSI ................................................................................................ i
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iv
DAFTAR TABEL ......................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Permasalahan ............................................................................... 5
1. Identifikasi Masalah ............................................................... 5
2. Pembatasan Masalah .............................................................. 5
3. Perumusan Masalah ............................................................... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 6
1. Tujuan Penelitian ................................................................... 6
2. Manfaat Penelitian ................................................................... 7
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pendidikan Agama Islam SMP Negeri 217 Jakarta ..................... 8
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam SMP Negeri 217
Jakarta ……………………………………………………….. 8
2. Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam SMP Negeri 217
Jakarta ……………………………………………………….. 10
3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam SMP Negeri 217
Jakarta ……………………………………………………….. 12
4. Fungsi Pendidikan Agama Islam SMP Negeri 217
Jakarta …................................................................................. 15
5. Tujuan Pendidikan Agama Islam SMP Negeri 217
Jakarta ………………………………..………....................... 16
B. Kepribadian Muslim SMP Negeri 217
Jakarta ………….......................................................................... 18
1. Pengertian Kepribadian Muslim ............................................. 18
v
2. Unsur-unsur Kepribadian Muslim .......................................... 19
3. Dinamika Kepribadian Muslim .............................................. 20
4. Faktor-faktor Pembentuk Kepribadian ................................... 23
5. Proses Pembentukan Kepribadian .......................................... 24
C. Kerangka Berfikir ………………................................................ 25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Variabel Penelitian ...................................................................... 28
B. Tempat dan Waktu …….............................................................. 28
C. Populasi dan Sampel …………................................................... 29
D. Teknik Pengumpulan Data …….................................................. 29
E. Teknik Pengolahan Data ……….................................................. 31
F. Teknik Analisis Data …………................................................... 33
G. Teknik Interpretasi Data .............................................................. 33
H. Hipotesis ………………………................................................. 34
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMP Negeri 217 ............................................. 36
B. Pelaksanaan PAI di SMP Negeri 217 …………………. ……..... 42
C. Deskripsi Data ………………..................................................... 43
D. Analisis Data …………………................................................... 58
E. Interpretasi Data ……………….................................................. 63
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ………..................................................................... 69
B. Saran ………………..….............................................................. 70
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 71
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1 Data pesonil guru berdasarkan pendidikan terakhir serta jabatan
dan bidang studi yang dipegang ………………………………. 38
2. Tabel 2 Keadaan Siswa SMP Negeri 217 Jakarta ………………………. 40
3. Tabel 3 Sarana dan Prasarana SMP Negeri 217 Jakarta …………..…....... 40
4. Tabel 4 Alat Kegiatan ………..…………................................................. 41
5. Tabel 5 Guru mempraktekkan materi yang telah di jelaskan ................... 44
6. Tabel 6 Guru Agama saya memberikan tugas di akhir pembelajaran ..... 45
7. Tabel 7 Keaktifan Siswa mengikuti pelajaran agama Islam ................. 45
8. Tabel 8 Siswa memahami materi pelajaran agama Islam ……............... 46
9. Tabel 9 Guru menyuruh siswa untuk menghormati orang tua, guru dan
teman …………………………….............................................. 46
10. Tabel 10 Guru memberikan bimbingan dan nasehat waktu pembelajaran . 47
11. Tabel 11 Guru hadir pada mata pelajaran agama Islam ……...................... 47
12. Tabel 12 Guru mewajibkan siswa untuk mengikuti Rohis ……............... 48
13. Tabel 13 Guru menyuruh siswa untuk mengikuti pengajian di rumah ..... 48
14. Tabel 14 Guru menyuruh siswa untuk mengikuti shalat ………….......... 49
15. Tabel 15 Guru agama saya memberikan motivasi untuk memperdalam
ilmu agama ............................................................................ 49
16. Tabel 16 Guru mengajak siswa untuk shalat dzuhur berjamaah ………. 50
17. Tabel 17 Siswa berdoa sebelum belajar .................................................... 50
18. Tabel 18 Siswa melaksanakan shalat lima waktu dalam sehari
semalam ............................................................................. 51
19. Tabel 19 Siswa melaksanakan puasa di bulan Ramadhan ........................ 51
vii
20. Tabel 20 Siswa membaca Al-Quran waktu siang dan malam ................. 52
21. Tabel 21 Siswa melaksanakan shalat berdasarkan kemauan sendiri …… 52
22. Tabel 22 Siswa meminta ijin orang tua ketika keluar rumah .................. 53
23. Tabel 23 Siswa merasa berdosa ketika berbohong pada orang tua dan guru 53
24. Tabel 24 Siswa berjabat tangan dan memberi salam ketika bertemu guru 54
25. Tabel 25 Siswa memperhatikan penjelasan dari guru …........................ 54
26. Tabel 26 Siswa menghormati orang tua, guru dan teman ........................ 55
27. Tabel 27 Siswa membantu teman yang membutuhkan pertolongan …..... 55
28. Tabel 28 Siswa mengikuti shalat pada bulan Ramadhan …………......... 56
29. Tabel 29 Siswa mengikuti rohis di sekolah ............................................. 56
30. Tabel 30 Siswa mencium tangan dan memberi dalam kepada orang tua
ketika hendak sekolah ……………………............................... 57
31. Tabel 31 Data tentang pendidikan agama Islam (Variabel X)
berdasarkan scoring ................................................................. 58
32. Tabel 32 Data tentang kepribadian siswa (Variabel Y) berdasarkan
scoring ...................................................................................... 59
33. Tabel 33 Indeks Korelasi Antara Variabel X (Pendidikan Agama Islam)
dan Variabel Y (Kepribadian Siswa) ........................................ 60