35
Kontrol infeksi dan keselamatan kerja dalam praktek kedokteran gigi Oleh: Befalia Aisarahmadani (041.214.021) Yashinta Rachmavita Moona (041.214.197) Pembimbing JR Modul 12: Drg. Sri Lestari, MKes

Kontrol Infeksi Dan Keselamatan Kerja Dalam Praktek

Embed Size (px)

DESCRIPTION

dentistry

Citation preview

Kontrol infeksi dan keselamatan kerja

dalam praktekkedokteran gigi

Oleh: Befalia Aisarahmadani (041.214.021)Yashinta Rachmavita Moona (041.214.197)

Pembimbing JR Modul 12: Drg. Sri Lestari, MKes

Dokter gigi tenaga kesehatan berperan dalam pencegahan,

penatalaksanaan dan perawatan gigi mulut bagi masyarakat yang hidup dengan berbagai penyakit.

Dokter gigi dinilai tidak etis bila tidak memberikan pelayanan bagi individu karena semata-mata individu tersebut menderita AIDS atau HIV, HBV, HCV seropositif.

Penolakan ini dinilai tidak logis semenjak pasien lain yang membawa penyakit yang tidak terdeteksi telah menerima perawatan di praktek atau klinik setiap hari.

Resiko pekerjaan seperti tertular penyakit menular HIV, HBV, tuberculosis dan lain-lain, kurangnya kesadaran tenaga kesehatan dan rendahnya mutu pelaksanaan sterilisasi juga mengakibatkan tingginya prevalensipenyebaran penyakit infeksi.

PENDAHULUAN

Penelitian menunjukkan : 17-64% dokter gigi merasa bahwa semua

pasien tidak dianggap berpotensi menular 50-86% merasa bahwa riwayat medis dan

tampilan pasien menentukan tingkat kontrol infeksi yang diterapkan

18-65% merasa tindakan benar ketika menolak merawat pasien yang telah diketahui status infeksinya.

International Labour Organization(ILO), Center for Disease Control and

Prevention (CDC), Occupational Safety and Health Administration (OSHA) World Health Organization (WHO) dan United Nations and Acquired Immunodeficiency Syndrome (UNAIDS) garis pedoman internasional baru yang penting bagi tenaga kesehatan seperti dokter, perawat, bidan staf teknik seperti apoteker dan laborat, manajer kesehatan, petugas kebersihan, dan tenaga kerja lainnya

American Dental Association (ADA) dan CDC merekomendasikan setiap pasien harus dianggap berpotensi menular dan standard precautions harus diterapkan bagi semua pasien.

Hal ini bertujuan untuk mengurangi dan mencegah infeksi iatrogenik, nosokomial atau paparan darah, materi menular lainnya.

Kontrol infeksi melalui proses sterilisasi Penting

dalam proses kontrol infeksi dan keselamatan pasien.

Proses sterilisasi dan pengaturan area yang tepat menghasilkan proses sterilisasi lebih efisien, meminimalisasi kontaminasi lingkungan, mengurangi kesalahan, menjaga alat tetap steril dan keselamatan pasien dan staf.

Dokter gigi dan staf harus melindungi diri dengan mengikuti program imunisasi yang rutin dan penyakit infeksi lainnya

Perawatan dokter gigi dapat menimbulkan trauma jaringan lunak

yang memungkinkan darah bercampur dengan saliva Pada tahun 2003, CDC menerbitkan garis pedoman tentang:

pelatihan perlindungan diri tenaga kedokteran gigi pencegahan transmisi patogen bloodborne (termasuk

penatalaksanaan bila terpapar), kebersihan tangan, dermatitis kontak dan hipersensitif lateks, sterilisasi dan disinfeksi alat kontrol infeksi lingkungan jalur air dental unit, biofilm kualitas air, Radiologi, Teknik asepsis, perangkat sekali pakai prosedur bedah mulut, penanganan spesimen biopsi kontrol infeksi lab dental tuberkulosis dan program evaluasi

Kontrol Infeksi dalam Kedokteran Gigi

Standard precaution standar tindakan pencegahan yang

diaplikasikan terhadap semua pasien dirancang untuk mereduksi resiko transmisi mikroorganisme dari sumber infeksi yang diketahui dan tidak diketahui (darah, cairan tubuh, ekskresi dan sekresi).

Pencegahan ini diterapkan terhadap semua pasien tanpa mempedulikan diagnosis atau status infeksi yang pasti.

Standard precaution terdiri dari dua yaitu: Standar tindakan pencegahan transmission based precautions

Dasar-dasar tindakan pencegahan:

Cuci tangan Pemakaian alat pelindung diri (APD), manajemen health care waste, penanganan dan

pembuangan secara tepat jarum dan benda tajam.

Standard Tindakan Pencegahan

Cuci tangan adalah tindakan pencegahan

penyakit utama bagi tenaga kesehatan. Tangan harus dicuci secara cermat dengan

sabun cair disinfektan, dikeringkan dengan lap kertas 1 kali pakai sebelum memakai dan setelah melepaskan sarung tangan

Cuci Tangan

Alat pelindung diri (APD) terdiri dari pakaian pelindung, sarung

tangan, masker bedah, kacamata pelindung. Dokter gigi dan perawat gigi harus menggunakan APD untuk

melindungi diri terhadap benda asing percikan dan aerosol yang berasal dari tindakan perawatan

terutama saat Scalling (manual dan ultrasonik) penggunaan instrumen berputar,

Syringe pemotongan atau penyesuaian kawat ortodonsi dan Pembersihan alat dan perlengkapannya.

Staf harus menggunakan masker filter pernafasan bila merawat pasien dengan infeksi TB.

Alat Pelindung Diri

Manajemen health care waste termasuk garis pedoman

pemisahan, pemaketan dan penyimpanan untuk health care risk waste .

Penanganan dan pembuangan secara tepat jarum dan benda tajam.

Bahan yang 1 kali pakai seperti harus dibuang setelah 1 kali dipakai dan jangan dipakai ulang.

Ampul anestesi lokal 1 kali pakai dapat mengandung darah atau cairan yang dapat teraspirasi dari pasien dan tidak boleh digunakan kembali untuk pasien berikutnya.

Manajemen Health Care Waste

Kategori sampah ini yaitu sampah medis yang tidak

beresiko (tidak terkontaminasi cairan tubuh) dimasukkan ke kantung hitam dan sampah medis yang beresiko dimasukkan ke kantung kuning (terkontaminasi cairan tubuh dan berbahaya bagi orang lain).

Contoh sampah medis yang beresiko yaitu jaringan tubuh, bahan 1 kali pakai (scalpel, aspirator dan saliva ejector), dan materi yang telah digunakan pada pasien dan bahan yang dapat terkontaminasi dengan cairan tubuh (pakaian , swabs,wipes, sarung tangan dan tissue)

Transmission based precaution ditujukan bagi

grup pasien yang beresiko baik yang telah diketahui atau suspect terinfeksi atau terkolonisasi dengan transmisi penularan yang tinggi sehingga membutuhkan tambahan tindakan pencegahan atas tindakan pencegahan standar atau ketika pemberantasan agen infeksi dengan sterilisasi tidak memungkinkan

Transmission Based Precaution

Transmission based precaution terdiri dari 4 tipe yaitu1. Tindakan pencegahan pertama melalui udara: TB aktif, influenza,

varicella dilakukan oleh tenaga kesehatan yang telah diimunisasi di dalam ruangan tekanan negatif

2. Tindakan pencegahan kedua melalui percikan saliva: penyakit meningococcal atau batuk rejan. Tindakan pencegahan ini harus membutuhkan masker bedah dan kacamata pelindung yang dipakai oleh tenaga kesehatan.

3. Tindakan pencegahan yang ketiga melalui kontak untuk impetigo, Shingles, MRSA. Tindakan ini membutuhkan sarung tangan dan apron plastik yang dipakai tenaga kesehatan ketika melakukan prosedur klinis

4. Tindakan pencegahan keempat dengan sterilisasi untuk encephalopathies, spongiform yang dapat bertransmisi. Hal ini melibatkan pembakaran, bahkan instrumen non disposable , diikuti perawatan pasien yang diketahui memliki enchepalopaty spongiform

Pengumpulan riwayat medis yang teliti mutlak

dilakukan dan bisa membantu identifikasi pasien dengan daya tahan tubuh rendah yang membutuhkan perawatan khusus.

Penggunaan lembar riwayat medis dan kuesioner harus didukung dengan pertanyaan dan diskusi langsung antara pasien dan dokter gigi.

Riwayat medis harus direvisi pada kunjungan berikutnya

Staf harus dilatih untuk dapat menilai tingkat

resiko dan kemungkinan akibatnya, mengenali situasi ketika terjadi paparan dan mengetahui cara mencegah atau meminimalisasi resiko terhadap pasien, staf dan orang lain.

Pengaturan area proses sterilisasi terletak di

tengah ruangan, diatur sedemikian rupa, terpisah dari ruang kerja namun mudah diakses oleh para staf.

Untuk mengurangi potensi terjadinya kontaminasi pada ruangan steril, area ini harus memiliki jalur yang membatasi hanya petugas yang dapat memasuki ruangan ini.

Proses dekontaminasi peralatan adalah

rangkaian proses yang terdiri dari 5 tahap yaitu:

1. Transportasi2. pembersihan melalui dekontaminasi3. persiapan pengepakan4. sterilisasi instrumen5. penyimpanan instrumen steril.

Desinfeksi Perlengkapan Alat

Kedokteran Gigi

Metode sterilisasi yang baik: Tekanan uap, pemanasan dan zat kimia

Metode sterilisasi yang tidak adekuat : Oven udara panas, larutan kimia, air mendidih, sinar UV,

butiran panas dan sterilisator Fungsi sterilisasi dapat dicek dengan pita indikator

kimia dan biologi yang diletakkan dalam pak pada setiap proses

Proses sterilisasi diindikasikan melalui perubahan warna pita

Antiseptik

Adalah zat kimia yang digunakan untuk mencegah pertumbuhan atau aktivitas mikroorganisme dengan cara menghambat atau membunuh jaringan hidup

Contoh antiseptik yang murah dan sangat efektif adalah isopropil alkohol 70-90%. Alkohol yang ditambah iodium akan meningkatkan daya disinfeksi

Iodium efektif terhadap protozoa seperti amuba penyebab disentri

Bahan disinfeksi di rumah sakit pada ruangan, alat non bedah dan untuk menghilangkan bau adalah hipoklorit

Bahan disinfeksi lain adalah hidrogen

peroksida. Sifatnya efektif dan non toksik

Disinfeksi

Sterilisasi

Mencuci dan mendisinfeksi luka

6-25%

0,3-6%

3%

Deterjen

Adalah senyawa organik yang karena strukturnya dapat berikatan dengan air dengan molekul-molekul organik non polar dan jamur

Bila bermuatan : Negatif : bersifat bakterisid lemah Positif : efektif terhadap beberapa virus

termasuk staphylococus

Aldehida

• Efektif membunuh Staphilococcus

5 menit

• Efektif membunuh Mycobacterium tuberculosis

10 menit

• Dapat mendenaturasi protein

3-12 jam

Alat-alat kedokteran gigi dapat direndam dalam

cairan formaldehid 20% dalam 65-70% alkohol selama 18 jam

Namun yang paling efektif adalah penggunaan autoclave karena menggunakan uap air dan tekanan

Autoclave mampu menahan tekanan 1-1,5 atm dengan suhu 121°C

Teknik steril lain adalah pemanasan kering dan radiasi.

Pemanasan kering dapat mensteril alat-alat gelas tahan panas seperti piring petri, pipet, tabung reaksi, dan labu dengan suhu 160-180°C. Pemanasan basah membutuhkan waktu yang lebih lama yaitu 1-2 jam

Mikroorganisme udara dapat disterilkan memakai sinar UV dengan panjang gelombang 220-290nm

Pencegahan Kontaminasi Sumber Air, Pembersihan dan Disinfeksi

Permukaan Mikroorganisme, darah dan saliva dari mulut

dapat masuk ke dalam jalur air dental unit pada saat dilakukan perawatan

Handpiece, skeler ultrasonik dan syringe air/udara harus dioperasikan selama minimum 20-30 detik setelah perawatan bagi setiap pasien untuk menyiram keluar materi tersebut

Metode Sterilisasi

Instrumen Kedokteran Gigi

Permukaan unit dental dapat menjadi tempat

akumulasi materi infeksi Semua permukaan yang rentan

terkontaminasi dengan cairan tubuh atau materi infeksi lainnya termasuk tombol lampu dan kontrol kursi harus dilapisi dengan lapisan pelindung kedap air sekali pakai

Setiap pergantian pasien, lapisan pelindung diganti dan permukaan dental unit dibersihkan

Cairan desinfektan yang efektif berupa iodofor dilusi, klorin, felonik sintetik

Dekontaminasi Cetakan, Protesa dan

Radiologi Kedokteran Gigi

Semua cetakan dan protesa harus disiram dengan air mengalir untuk membersihkan semua kontaminasi dan didisinfeksi sebelum dikirim ke laboratorium dental

Tekniker harus menggunakan sarung tangan ketika memegang cetakan dan membuat model

Pengambilan radiograf pasien harus menggunakan plastik pelindung yang melapisi film intraoral, sarung tangan dalam meletakkan film, pemegang film dan tabung, dalam mendeteksi dan pengambilan gambar

Perlindungan Tenaga Kesehatan

Vaksinasi melawan virus hepatitis B (HBV) sangat direkomendasikan bagi semua tenaga kedokteran gigi termasuk dokter gigi, perawat gigi, asisten, ahli kesehatan gigi, dan mahasiswa

Perlindungan digunakan untuk mencegah penyakit Tuberculosis, Varicella, Poliomyelitis, Measles, Mumps, Rubella, difteri dan tetanus

Ventilasi yang baik diperlukan dalam menata

ruangan tak hanya untuk mengatur suhu ruangan yang nyaman dan menghilangkan bau atau uap kimia

Udara yang telah disaring disirkulasikan ke area lain atau disirkulasikan kembali pada ruangan tanpa sistem ventilasi

Rubber dam dipakai untuk mencegah percikan darah atau saliva dan aerosoljika memungkinkan karena memiliki keuntungan. Tipe rubber dam yang dipakai adalah non lateks

Penutupan kembali jarum suntik harus dengan teknik penutupan dengan 1 tangan (teknik Bayonet). Jarum tidak boleh dibengkokkan, dipotong, tutup dipindahkan dari jarum suntik 1 kali pakai atau dimanipulasi dengan tangan sebelum dibuang

Pembahasan

Dokter gigi harus menerapkan standard precautions terhadap setiap pasiendan kontrol infeksi demi menjaga keselamatan kerja untuk mencegah transmisi infeksi antara pasien, dokter gigi, para staff dan lingkungan

Kementrian Kesehatan RI tahun 2012 telah menerbitkan standar pencegahan dan pengendalian infeksi pelayanan kesehatan gigi dan mulut sebagai pedoman tenaga kesehatan dalam pelaksanaan pencegahan dan pengendalian infeksi yang benar

Hal ini bertujuan untuk mendukung milenium development goals (MDGs ke-6 dan 7 dan tercapainya target WHO 2020 dalam meningkatkan jumlah pelayanan kesehatan dan mengurangi resiko transmisi penyakit menular

Tindakan kontrol infeksi harus berdasarkan

prosedur klinis yang akan dilakukan dan tidak berdasarkan status penyakit infeksi pasien

Jenis APD yang digunakan didasarkan atas antisipasi resiko yang logis dan prosedur yang akan direncanakan

Bila tidak terjadi kontaminasi aerosol/percikan saat perawatan, cukup dengan memakai sarung tangan dan masker

Bila perawatan memakai handpiece, syringe atau ultrasonic scaler, maka kita harus memakai APD seperti pakaian pelindung, masker, kacamata pelindung dan sarung tangan

Pelatihan kontrol infeksi dan keselamatan

kerja harus diberikan kepada mahasiswa kedokteran gigi, dokter gigi, tenaga kesehatan bidang kedokteran gigi

Riwayat medis pasien diperlukan dalam memahami komplikasi medis yang dapat terjadi saat perawatan, adanya keperluan khusus dan rencana perawatan yang teraman serta meningkatkan kepercayaan pasien terhadap dokter gigi yang merawatnya

Kebersihan diri, kerapihan, kebersihan area klinik dan tindakan yang terlatih dan profesional memegang peranan dalam mempengaruhi persepsi pasien akan perawatan yang akan diberikan oleh dokter gigi

Berdasarkan hal-hal ini, dapat disimpulkan bahwa

tenaga kesehatan termasuk dokter gigi dan staff bertanggung jawab memberikan pelayanan kepada pasien tanpa tertular dan menularkan penyakit kepada pasien dan lingkungan

Setiap pasien harus dianggap berpotensi menular dan standard precautions harus diterapkan

Kontrol infeksi melalui proses sterilisasi merupakan komponen penting dalam proses kontrol infeksi dan keselamatan pasien

Proses sterilisasi dan pengaturan tempat praktek yang tepat dapat menghasilkan proses sterilisasi lebih efisien, meminimalisasi kontaminasi lingkungan, mengurangi kesalahan, menjaga alat tetap steril dan keselamatan pasien dan staff