24
BAHAN BAKAR NABATI • Biodiesel merupakan bentuk ester dari minyak nabati. Bahan baku dapat berasal dari kelapa sawit, jarak pagar, kedelai dan kelapa. Dalam pemanfaatanya dicampur dengan minyak solar dengan perbandingan tertentu. B5 merupakan campuran 5% biodiesel dengan 95% minyak solar yang dijual secara komersiil oleh Pertamina dengan nama dagang biosolar. Bioetanol merupakan anhydrous alkohol yang berasal dari fermentasi tetes tebu, singkong, jagung atau sagu. Bioetanol dimanfaatkan untuk mengurangi konsumsi premium. E5 merupakan campuran 5% bioetanol dengan 95% premium yang telah dipasarkan Pertamina dengan nama dagang biopremium. Penggunaan bioetanol sampai dengan E15 tidak perlu melakukan modifikasi mesin kendaraan yang sudah ada, tetapi untuk E100 hanya dapat digunakan untuk mobil jenis FFV (flexible fuel vehicle).

konversi energi terbarukan

  • Upload
    andi

  • View
    1.655

  • Download
    12

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: konversi energi terbarukan

BAHAN BAKAR NABATI• Biodiesel merupakan bentuk ester dari minyak nabati. Bahan baku dapat

berasal dari kelapa sawit, jarak pagar, kedelai dan kelapa. Dalam

pemanfaatanya dicampur dengan minyak solar dengan perbandingan

tertentu. B5 merupakan campuran 5% biodiesel dengan 95% minyak solar

yang dijual secara komersiil oleh Pertamina dengan nama dagang biosolar.

• Bioetanol merupakan anhydrous alkohol yang berasal dari fermentasi

tetes tebu, singkong, jagung atau sagu. Bioetanol dimanfaatkan untuk

mengurangi konsumsi premium. E5 merupakan campuran 5% bioetanol

dengan 95% premium yang telah dipasarkan Pertamina dengan nama

dagang biopremium. Penggunaan bioetanol sampai dengan E15 tidak perlu

melakukan modifikasi mesin kendaraan yang sudah ada, tetapi untuk E100

hanya dapat digunakan untuk mobil jenis FFV (flexible fuel vehicle).

• PPO merupakan minyak nabati murni tanpa perubahan sifat kimiawi dan

dimanfaatkan secara langsung untuk mengurangi konsumsi solar industri,

minyak diesel, minyak tanah dan minyak bakar. O15 merupakan campuran

15% PPO dengan 85% minyak diesel dan dapat digunakan tanpa tambahan

peralatan khusus untuk bahan bakar peralatan industri. Pemakaian yang

lebih besar dari O15 harus menambah peralatan konverter.

Proses pembuatan BBN secara ringkas serta bahan baku yang digunakan

ditunjukkan pada Gambar 2. Untuk selanjutnya yang akan dibahas lebih lanjut

yaitu pemanfaatan biodiesel dengan bahan baku minyak kelapa sawit atau

CPO (Crude Palm Oil).

Bioetanol, Sumber BBM Nabati

SUATU saat, bahan bakar fosil yang ditambang dari perut bumi akan habis. Setidaknya

itu yang dimaksudkan Joao Alvarez Jr., seorang petinggi di pabrik VW Brasil (Gasoline

is going to run out someday, everyone knows that. (Joao Alvarez Jr., VW Brasil, flex-fuel

car). Dia menangani produk kendaraan yang bisa menggunakan berbagai jenis bahan

Page 2: konversi energi terbarukan

bakar (fleksibel).Tak heran jika penggunaan bensin di Brasil disubstitusi dengan etanol

yang dihasilkan dari tanaman tebu. Kesadaran akan habisnya BBM fosil menyadarkan

seluruh warga Brasil untuk berhemat dan mencari bahan bakar dari sumber lain.Memang

diperlukan suatu teknologi otomotif yang memungkinkan penggunaan etanol secara

murni agar kinerja kendaraan tetap prima meski tak lagi menggunakan bensin premium.

"Di Brasil ada flexy car sehingga bisa menggunakan bensin dan juga bioetanol 100%,"

ujar Dr. Ir. M. Arif Yudiarto, M.Eng., Kabid Teknologi Etanol dan Derivatif Balai Besar

Teknologi Pati (B2TP) - BPPT Lampung, saat pelatihan pembuatan bioetanol di

Cimanggis, Depok, akhir pekan lalu.

BBM Nabati

BBM Nabati ini bisa dimanfaatkan secara kontinyu/berkelanjutan karena dapat

diperbarui dalam jangka pendek. Bahan bakar ini juga ramah lingkungan karena emisi

gas rumah kacanya (CO2) juga lebih sedikit kira2 12-18% kalo dibandingkan dengan

BBM fosil. Bahan bakar ini campuran dari 20% biodeisel dan 80% minyak diesel.

Presiden SBY juga menyambut baik adanya invensi ini. Beliau bertekad

menjadikan BBM Nabati ini menjadi salah satu sumber energi nasional (meskipun masih

banyak kendalanya). Selain ramah lingkungan, industri BBM Nabati ni bisa menciptakan

lapangan kerja baru dan meningkatkan taraf hidup masyarakat. Meski demikian, kita

jangan gegabah dalam pemanfaatanya. Pemanfaatan yang tak terkendali juga bisa

menimbulkan persoalan2 di masa depan.

Sumbernya dari Biji Jarak Pagar

Page 3: konversi energi terbarukan

Nah , BBM Nabati ini asalnya dari biji jarak pagar (Jatropha curcas). Jarak pagar ini

tumbuhan tropis semak berkayu yang berasal dari Amerika Tengah. Tumbuhan ini

dikenal tahan kekeringan dan mudah banget dikembangbiakkan dengan cara stek. Jarak

pagar dipandang menarik sebagai sumber biodiesel karena kandungan minyak pada

bijinya yang tinggi, tidak berkompetisi untuk pemanfaatan lain (kalo dibandingkan sama

kelapa sawit ato tebu), dan juga punya karakter agronomi yang menarik.

BUMN harus memanfaatkan BBM Nabati

Jarak pagar merupakan salah satu sumber minyak nabati yang potensial.

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) diminta lebih hemat energi dengan

memanfaatkan sebesar-besarnya bahan bakar nabati (biofuel) sebagai pengganti bahan

bakar minyak (BBM). Permintaan ini disampaikan Menteri Negara BUMN, Sugiharto di

Jakarta, Rabu (10/5).

"Jangan lagi mudah menaik-naikkan tarif; Karena dengan menaikkan tarif, social

political cost-nya sangat tinggi," kata Sugiharto dalam sambutannya pada acara

penandatanganan naskah nota kesepahaman (MOU) antara  Badan Pengkajian dan

Penerapan Teknologi (BPPT) dengan sejumlah BUMN. BPPT segera melakukan kerja

sama pengkajian dan penerapan teknologi minyak nabati sebagai bahan bakar alternatif di

PT PLN,  PT Perkebunan Nusantara VII, PT Pindad dan PT Kereta Api Indonesia.

Kerja sama dengan PLN lebih pada uji coba pemanfaatan biodiesel di Pembangkit

Listrik Tenaga Diesel (PLTD) yang dimiliki PLN. Kerja sama dengan PT KAI lebih pada

pemanfaatan biodiesel pada lokomotif kereta api diesel dan mesin pembangkit listrik PT

KAI. Sedangkan, kerja sama dengan PT Pindad dan PT Perkebunan Nusantara VII lebih

Page 4: konversi energi terbarukan

pada kerja sama pengembangan sumber daya manusia dalam biofuel dan teknologi

penyulingan minyak sawit sebagai energi alternatif.

Salah satu keuntungan penghematan BBM dengan bahan bakar nabati adalah

menekan beban masyarakat. Sugiharto mencontohkan, PLN bisa memilih cara

menghilangkan biaya yang tidak efisien dengan mengganti penggunaan BBM yang saat

ini harganya terus meroket dengan  energi alternatif yang lebih murah.

Dengan demikian, PLN sebagai BUMN terbesar dengan aset lebih dari Rp 220

triliun tidak perlu melakukan penyesuaian Tarif Dasar Listrik (TDL) dalam jangka

panjang. Kebijakan menaikkan harga TDL hanya akan menambah beban masyarakat

mengingat kondisi daya belinya yang masih minim.

Sumber melimpah

"Sangatlah bagus jika Indonesia mulai meniru Brasil yang 95 persen kendaraan di

negaranya sudah memanfaatkan minyak nabati untuk digunakan bersama BBM, apalagi

Indonesia juga seperti Brasil yang keduanya memiliki keanekaragaman hayati yang

tinggi," ujar Sugiharto. 

Menurutnya, Indonesia memiliki 11 juta metrik ton Crude Palm Oil (CPO) yang

sebagiannya bisa digunakan untuk energi alternatif guna mengurangi ketergantungan

pada BBM. Dalam kesempatan itu, ia juga berharap Pertamina sebagai BUMN nomor

dua terbesar yang asetnya mencapai Rp120 triliun juga segera melakukan kerja sama

pemanfaatan biofuel.

Sementara itu, Kepala BPPT Said Djauharsjah Jenie, mengatakan, kerja sama

dengan berbagai BUMN menunjukkan komitmen pemerintah untuk lebih banyak

melakukan efisiensi energi yang di antaranya mulai menggantikan BBM dengan energi

alternatif. "Saat ini, BPPT sedang mengkaji semua bahan baku nabati yang bisa

dimanfaatkan sebagai biofuel dan kami optimis pasokan ke depan akan terjamin. Untuk

saat ini BPPT telah memproduksi 1.500 liter biofuel per hari," katanya. Setidaknya

terdapat 60 jenis tanaman yang potensial menjadi sumber energi alternatif pengganti

BBM.

"Dari mulai CPO (crude palm oil atau minyak sawit mentah), jarak pagar,

singkong, sagu, tebu, sampai buah ’nyamplung’ (kosambi) bisa dimanfaatkan sebagai

Page 5: konversi energi terbarukan

pengganti BBM," kata Menristek Kusmayanto Kadiman saat Peluncuran Pemakaian

Bahan Bakar Nabati secara langsung (Pure Plant Oil/PPO) sebagai Bahan Bakar

Alternatif oleh BPPT sehari sebelumnya. Menurutnya, BPPT sedang mengkaji bahan

baku mana yang palign efisien untuk dikembangkan.

Biodiesel

Bus yang menggunakan biodiesel kedelai.

Biodiesel merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran mono--alkyl ester dari

rantai panjang asam lemak, yang dipakai sebagai alternatif bagi bahan bakar dari mesin

diesel dan terbuat dari sumber terbaharui seperti minyak sayur atau lemak hewan.

Sebuah proses dari transesterifikasi lipid digunakan untuk mengubah minyak

dasar menjadi ester yang diinginkan dan membuang asam lemak bebas. Setelah melewati

proses ini, tidak seperti minyak sayur langsung, biodiesel memiliki sifat pembakaran

yang mirip dengan diesel (solar) dari minyak bumi, dan dapat menggantikannya dalam

banyak kasus. Namun, dia lebih sering digunakan sebagai penambah untuk diesel

petroleum, meningkatkan bahan bakar diesel petrol murni ultra rendah belerang yang

rendah pelumas.

Dia merupakan kandidat yang paling dekat untuk menggantikan bahan bakar fosil

sebagai sumber energi transportasi utama dunia, karena ia merupakan bahan baker

Page 6: konversi energi terbarukan

terbaharui yang dapat menggantikan diesel petrol di mesin sekarang ini dan dapat

diangkut dan dijual dengan menggunakan infrastruktur sekarang ini.

Penggunaan dan produksi biodiesel meningkat dengan cepat, terutama di Eropa,

Amerika Serikat, dan Asia, meskipun dalam pasar masih sebagian kecil saja dari

penjualan bahan bakar. Pertumbuhan SPBU membuat semakin banyaknya penyediaan

biodiesel kepada konsumen dan juga pertumbuhan kendaraan yang menggunakan

biodiesel sebagai bahan bakar.

Membuat biodiesel

Pada skala kecil dapat dilakukan dengan bahan minyak goreng 1 liter yang baru atau

bekas. Methanol sebanyak 200 ml atau 0.2 liter. Soda api atau NaOH 3,5 gram untuk

minyak goreng bersih, jika minyak bekas diperlukan 4,5 gram atau mungkin lebih.

Kelebihan ini diperlukan untuk menetralkan asam lemak bebas atau FFA yang banyak

pada minyak goreng bekas. Dapat pula mempergunakan KOH namun mempunyai harga

lebih mahal dan diperlukan 1,4 kali lebih banyak dari soda. Proses pembuatan; Soda api

dilarutkan dalam Methanol dan kemudian dimasukan kedalam minyak dipanaskan sekitar

55 oC, diaduk dengan cepat selama 15-20 menit kemudian dibiarkan dalam keadaan

dingin semalam. Maka akan diperoleh biodiesel pada bagian atas dengan warna jernih

kekuningan dan sedikit bagian bawah campuran antara sabun dari FFA, sisa methanol

yang tidak bereaksi dan glyserin sekitar 79 ml. Biodiesel yang merupakan cairan

kekuningan pada bagian atas dipisahkan dengan mudah dengan menuang dan

menyingkirkan bagian bawah dari cairan. Untuk skala besar produk bagian bawah dapat

dimurnikan untuk memperoleh gliserin yang berharga mahal, juga sabun dan sisa

methanol yang tidak bereaksi.

Mengapa minyak bekas mengandung asam lemak bebas?.

Ketika minyak digunakan untuk menggoreng terjadi peristiwa oksidasi, hidrolisis

yang memecah molekul minyak menjadi asam. Proses ini bertambah besar dengan

pemanasan yang tinggi dan waktu yang lama selama penggorengan makanan. Adanya

Page 7: konversi energi terbarukan

asam lemak bebas dalam minyak goreng tidak bagus pada kesehatan. FFA dapat pula

menjadi ester jika bereaksi dengan methanol, sedang jika bereaksi dengan soda akan

mebentuk sabun. Produk biodiesel harus dimurnikan dari produk samping, gliserin, sabun

sisa methanol dan soda. Sisa soda yang ada pada biodiesel dapat henghidrolisa dan

memecah biodiesel menjadi FFA yang kemudian terlarut dalam biodiesel itu sendiri.

Kandungan FFA dalam biodiesel tidak bagus karena dapat menyumbat filter atau

saringan dengan endapan dan menjadi korosi pada logam mesin diesel.

Alga Penghasil Biodiesel

Alga adalah salah satu organisme yang dapat tumbuh pada

rentang kondisi yang luas di permukaan bumi. Alga biasanya

ditemukan pada tempat-tempat yang lembab atau benda-benda

yang sering terkena air dan banyak hidup pada lingkungan berair

di permukaan bumi. Alga dapat hidup hampir di semua tempat

yang memiliki cukup sinar matahari, air dan karbon-dioksida.

Pengolahan alga pada lahan seluas 10 juta acre (1 acre = 0.4646 ha) mampu

menghasilkan biodiesel yang akan dapat mengganti seluruh kebutuhan solar di Amerika

Serikat (Oilgae.com, 26/12/2006). Luas lahan ini hanya 1% dari total lahan yang

sekarang digunakan untuk lahan pertanian dan padang rumput (sekitar 1 milliar acre).

Diperkirakan alga mampu menghasilkan minyak 200 kali lebih banyak dibandingkan

dengan tumbuhan penghasil minyak (kelapa sawit, jarak pagar, dll) pada kondisi

terbaiknya. Semua jenis alga memiliki komposisi kimia sel yang terdiri dari protein,

karbohidrat, lemak (fatty acids) dan nucleic acids. Prosentase keempat komponen

tersebut bervariasi tergantung jenis alga. Ada jenis alga yang memiliki komponen fatty

acids lebih dari 40%. Dari komponen fatty acids inilah yang akan diekstraksi dan diubah

menjadi biodiesel.

Secara umum, potensi alga untuk menghasilkan biodiesel sangat besar dan jauh

lebih besar dibandingkan tumbuhan penghasil minyak (kelapa sawit, jarak pagar, dll). Hal

ini akan memberikan peluang yang besar untuk dapat mengganti kebutuhan solar dalam

suatu negara.

Page 8: konversi energi terbarukan

Keuntungan Pemakaian Biodiesel

Dihasilkan dari sumber daya energi terbarukan dan ketersediaan bahan bakunya

terjamin

Cetane number tinggi (bilangan yang menunjukkan ukuran baik tidaknya kualitas

solar berdasar sifat kecepatan bakar dalam ruang bakar mesin)

Viskositas tinggi sehingga mempunyai sifat pelumasan yang lebih baik daripada

solar sehingga memperpanjang umur pakai mesin

Dapat diproduksi secara lokal

Mempunyai kandungan sulfur yang rendah

Menurunkan tingkat opasiti asap

Menurunkan emisi gas buang

Pencampuran biodiesel dengan petroleum diesel dapat meningkatkan

biodegradibility petroleum diesel sampai 500 %

Prospek Pengembangan Biodiesel

Struktur ekonomi Kabupaten Belitung sangat tergantung dengan energi fosil

(minyak bumi). Sektor pertambangan bukan saja mendorong peningkatan investasi dan

output tetapi juga mendorong permintaan BBM. Sementara kesenjangan antara bahan

baku subdisi dan bahan bakar industri yang cukup lebar memicu kenaikan harga-harga

yang berasal dari luar Belitung.

Sampai saat ini, investasi di sektor kelistrikan dirasakan masih minim bahkan di

wilayah pulau kecil yang merupakan kontributor utama sektor perikanan dan swasta tidak

berminat menyediakan energi listrik. Pada tahun 2006, produksi listrik di Kabupaten

Belitung yang dihasilkan PLN Cabang Tanjungpandan berjumlah 72.184.194 kWh,

menurun dibandingkan tahun 2005 yang menghasilkan 66.814.034 kWh.

Meskipun produksi listrik menurun, namun jumlah pelanggan mengalami

peningkatan terutama kelompok rumah tangga kecil. Secara umum pasokan listrik untuk

rumah tangga mencapai 92.45 % dari total pelanggan.

Page 9: konversi energi terbarukan

Pada tahun 2006 jumlah pelanggan listrik PLN Cabang Tanjungpandan

mengalami peningkatan sebesar 39.478 pelanggan dari 39.528 pelanggan pada tahun

2005. Jenis penggunaan listrik terbesar berasal dari rumah tanggal kecil (R1) sebanyak

35.700 pelanggan, keperluan bisnis kecil (B.1) sebanyak 1.300 pelanggan dan keperluan

rumah tangga sedang (R2) sebanyak 247 pelanggan. Untuk mengatasi krisis energi yang

terjadi, Pemerintah Kabupaten Belitung merencanakan pembangunan Pembangkit Listrik

Tenaga Uap (PLTU) berbahan baku batubara dengan kapasitas 2 x 15 MW. Hal ini

ditujukan untuk mendorong output (pertumbuhan ekonomi) dan peningkatan investasi di

Kabupaten Belitung.

Sementara kebutuhan listrik untuk fasilitas umum seperti lampu jalan belum

merata. Terdapat 1.340 titik titik lampu jalan yang akan menjadi target pergantian dari

PLTD ke PLTS dibawah tanggungjawab Dinas Pertambangan dan Energi. Sementara

Dinas Perikanan dan Kelautan bertanggungjawab terhadap pemenuhuhan kebutuhan

listrik rumah tangga di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.

Hal-hal tersebut diatas menjadi pertimbangan pemerintah dalam mengalakkan

energi alternatif seperti biodiesel, biomassa, dan produk biofuel lain yang mendukung

aktivitas ekonomi masyarakat yang tak lain bagian dari Visi Pembangunan Kabupaten

Belitung 2005-2009 dalam mewujudkan masyarakat maju dan sejahtera berbasis ekonomi

kerakyatan. Selain itu, pengembangan energi alternatif diharapkan mendorong

penggunaan faktor-faktor produksi secara efektif dan efisien dalam mewujudkan konsep

pembangunan berkelanjutan. Beberapa teknologi yang dicanangkan, meliputi :

Bahan Bakar berbasis Sawit

Pada tahun 2004 luas areal tanaman muda perkebunan sawit 4.020,15 hektar,

tanaman menghasilkan seluas 15.283,52 hektar. Dari 19.303,67 hektar luas areal

perkebunan sawit di Kabupaten Belitung telah menghasilkan 181.241,07 ton. Output

yang dihasilkan sektor primer ini mendorong konstribusi yang cukup signifikan di sektor

industri pengolahan bagi perekonomian daerah. Pada tahun 2007 realisasi exsport palm

Page 10: konversi energi terbarukan

oil berjumlah 239.554.984 ton dengan nilai 24.608.347,200 US $ atau meningkat dari

132.029.345 ton dengan nilai 12.238.763,980 US $ pada tahun 2003.

Peningkatan produksi CPO tersebut diatas menunjukkan potensi CPO masih

memungkinkan untuk dikembangkan sebagai bahan bakar terbarukan yang selama ini

dimanfaatkan untuk memenui kebutuhan listrik perkebunan. Hal ini pula yang menjadi

argumen investasi di sektor industri pengolahan berbasis perkebunan tidak terpengaruh

dengan keterbatasan listrik yang dipasok oleh PLN Cabang Tanjungpandan. Pemerintah

Kabupaten Belitung berupaya mewujudkan kemitraan pemerintah-swasta-masyarakat

untuk mengoptimalkan produksi perkebunan kelapa sawit dalam rangka penyediaan

energi non PLTD.

Budidaya Jarak Pagar.

Dengan mempertimbangkan kondisi lahan kritis yang cukup luas pasca tambang,

tanaman jarak pagar diharapkan dapat mengoptimalkan fungsi lahan di Kabupaten

Belitung. Hal ini sejalan dengan kebijakan pemerintah pusat yang ditegaskan dalam

Inpres No. 1/2006 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (Biofuel)

sebagai Bahan Bakar Lain (terbarukan).

Pada tahap awal Pemerintah Kabupaten Belitung merencanakan mengembangkan

lahan kritis yang diupayakan oleh masyarakat di Pulau Seliu dan bekerjasama dengan

BUMN untuk membangun mesin pengolahan penghasil minyak jarak. Rencana ini

sekaligus memberikan kepastian harga dan komitmen untuk menghasilkan energi listrik

yang pada gilirannya Pulau Seliu akan menjadi Desa Mandiri Energi dan menjadi desa

percontohan bagi desa-desa di kecamatan lain. Untuk mengimplementasi rencana

pengembangan jarak pagar sebagai bahan bakar yang ramah lingkungan pemerintah

Kabupaten Belitung telah melakukan kajian pembangunan biodisel di Pulau Seliu.

Disamping itu, dalam jangka panjang Kabupaten Belitung akan mengoptimalkan

sumberdaya alam dalam mewujudkan energi terbarukan, yakni dengan pengolahan

tanaman untuk memproduksi etanol dam pemanfaatan angin untuk mendukung sistem

energi hibrid.

Page 11: konversi energi terbarukan

Etanol.

Banyak ahli percaya bahwa sumberdaya alam dapat dirancang untuk menghasilkan bahan

bakar yang murah, mudah, ramah lingkungan. Untuk memproduksi energi etanol, riset

dan pengembangan menjadi mutlak dilakukan pun dengan memasukkan perhitungan

ekonomi. Salah satu bahan baku yang sejak lama sudah dihasilkan oleh perkebunan

rakyat adalah pohon nira dan ketela pohon. Disamping beragam tanam yang tumbuh

alami seperti pohon nipah dan sagu.

Hibrid Power System atau Pembangkit Listrik Tenaga Hibrida (PLTH)

Pembangkit Listrik Tenaga Hibrida dalah salah satu alternatif dari sistem

pembangkit yang memanfaatkan matahari untuk menjadi energi listrik melalui

photovolltatic modul (green energy). Dengan pemanfaatan energi matahari yang cukup

tersedia, menjadikan PLTH sebagai energi yang ramah lingkungan dan diharapkan

mampu digunakan oleh masyarakat.

Limpahan sumberdaya alam yang ada hendaknya direspon pemerintah dan

masyarakatnya untuk menghasilkan energi terbarukan terutama dalam meminimalisasi

dampak kenaikan BBM terhadap pendapatan masyarakat miskin terutama di wilayah

pesisir. Dengan demikian, Pemerintah Kabupaten Belitung merasa perlu menitikberatkan

pengelolaan lingkungan hidup sebagai barang publik. Lingkungan hidup memberikan

nilai pendukung bagi terwujudnya pembangunan berkelanjutan, yakni nilai guna (user

value), nilai pilihan (option value) dan nilai keberadaan (existence value).

Dengan kebijakan fiscal (APBD), pemerintah Kabupaten Belitung terus berupaya

menstimulasi produktivitas masyarakat meskipun kendala dan tantangan semakin besar.

Oleh karena pembangunan infrakstruktur energi didistribusikan hingga ke pulau-pulau

terpencil agar masyarakat dapat mengakses sumberdaya ekonomi yang tersedia.

Komitmen pemerintah Kabupaten Belitung dalam mengembangkan produksi biofuel

dapat didukung oleh Pemerintah Pusat baik pendanaan maupun strategi pengelolaannya.

Page 12: konversi energi terbarukan

Tantangan terbesar adalah bagaimana meningkatkan kapasitas produksi bahan

baku biofuel dan mendorong minat petani untuk membudidayakan komoditas biofuel.

Setidak sejumlah permasalahan yang perlu mendapat perhatian dimaksud terkait nilai jual

yang kompetitif, kepastian pasar berikut tata niaganya sebagai mata rantai yang tidak

saling terputus yang memungkinkan untuk mendukung produksi bahan bakar terbarukan.

Bagi pemerintah Kabupaten Belitung, peningkatan harga minyak dunia bisa

menjadi hikmah untuk mengembangkan bahan bakar terbarukan biodiesel ataupun etanol,

dengan memanfaatkan potensi lokal yang ada, yakni meningkatkan produksi CPO,

pemanfaatan lahan kritis pasca tambang, meningkatkan pendapatan petani, dan

mengintroduksi teknologi ramah lingkungan yang sejalan dengan kebijakan

pembangunan berkelanjutan.

BIOFUEL MENGANCAM EMISI RUMAH KACA?

IOFUEL ramah lingkungan? Tunggu dulu! Penggunaan besar-besaran bahan

bakar yang selama ini dianggap ramah lingkungan, ternyata justru bisa jadi

ancaman. Bahan baker berbasis tanaman yang terbarukan itu sesungguhnya

meningkatkan emisi gas rumah kaca bila polusi dari produksi massalnya ikut

diperhitungkan.

BBahkan dibutuhkan waktu puluhan hingga ratusan tahun untuk menekam kembali

emisi gas karbon akibat pertumbuhan penggunaan biofuel. Itulah kesimpulan umum

kajian mutakhir yang dilakukan para peneliti di Amerika Serikat. Kajian ini menjadi

bagian dari upaya menjawab apakah penggantian bahan bakar fosil dengan biofuel dan

biodiesel benar-benar mendukung upaya mengatasi perubahan iklim.

Tak pelak, hasil kajian yang dipublikasikan jurnal Science, itu mengundang

kotroversi. Untuk pertama kalinya, sebuah kajian lebih menyeluruh mengenai biofuel

dilakukan para pakar. Mereka menghubungkan biofuel dengan kerusakan lahan yang

menghasilkan gas buangan karbon sendiri dalam proses produksi bahan bakar pengganti

itu.

Para peneliti yang dipimpin Timothy Searchinger, pakar lingkungan dan ekonomi

dari Princeton University, itu menemukan fakta adanya kerusakan lingkungan alam

Page 13: konversi energi terbarukan

terutama hutan tropis, mengiringi produksi biofuel. “Secara substansial, penggunaan

biofuel ini kemungkinan besar justru meningkatkan jumlah gas rumah kaca, yang

berbahaya bagi lingkungan hidup. Lebih jauh Timothy mengatakan bahwa 20% dari gas

CO2 dihasilkan dari berubahnya fungsi tanah dan hutan-hutan yang hilang menjadi

perkebunan. Jadi penggunaan biofuel sebenarnya hanya memindahkan persoalan dari

masalah berkurangnya bahan baku fosil ke masalah penggunaan lahan yang kurang tepat.

Kajian terdahulu tentang biofuel ini tidak diperhitungkan soal perubahan pemanfaatan

lahan,” ujar Searchinger, seperti dikutip International Herald Tribune.

Peneliti lain dari The Nature Conservancy, Joseph Fargione, juga menemukan

masalah baru dalam kaitan perubahan penggunaan lahan itu. Peralihan fungsi padang

savana menjadi tempat penanaman bahan dasar biofuel, misalnya menghasilkan gas

rumah kaca 93 kali lebih bnayak dibandingkan dengan jumlah emisi yang dapat ditekan

lewat penggunaan biofuel. “Dalam 93 tahun ke depan, kita mungkin membuat perubahan

iklim makin buruk saja,” katanya.

Fargione bahkan sampai pada kesimpulan lebih jauh. Ia menyatakan, peningkatan

pembelian biofuel di Amerika dan Eropa secara tidak langsung menyebabkan kerusakan

Page 14: konversi energi terbarukan

alam. Sejalan dengan kenaikan kebutuhan akan tanaman bahan dasar biofuel, para petani

di negara berkembang akan beralih ke tanaman itu. Walhasil, mereka membuka lahan

baru dengan membabat hutan atau padang savana.

Fargione melihat kecenderungan macam itu muncul di bumi Amerika Serikat

sendiri. Peningkatan kebutuhan jagung sebagai bahan pembuatan bioetanol mengubah

pola tanam para petani di sana. Biofuel di Amerika memang berbahan dasar jagung.

Kalau sebelumnya mereka secara bergantian menanam jagung dan kedelai. ”Kini banyak

diantara mereka hanya menanam

jagung dan mengabaikan kedelai,” katanya seperti dikutip Agence France – Presse.

Selain itu, ia juga merujuk kasus di Brasil. Penyimpangan perubahan pemanfaatan

lahan di “negeri samba” itu begitu kentara. Lahan-lahan yang tadinya hutanatau padang

savana banyak yang beralih menjadi lahan tanaman kedelai. “Para petani Brasil beramai-

ramai menanam kedelai dan untuk itu itu mereka membabat hutan Amazon”.

Kerusakan dan penggundulan hutan Amazon selama ini memang menjadi sorotan.

Pangkalnya, dengan luas yang tersisa kini sekitar 4 juta kilometer persegi, hutan Amazon

menempati sepertiga dari total luas hutan dunia. Menurut data National Institute of Space

Research,

kerusakan di kawasan itu sudah mencapai sekitar 547.000 kilometer persegi. Para petani

setempat ikut

menyumbang kerusakan tersebut. Padahal, menurut Fargione, setiap 10.000 meter persegi

kerusakan

hutan menghasilkan lebih dari 700.000 kilogram gas rumah kaca.

Hasil kajian Searchinger dan Fargione pun segera mendapat tanggapan. Terutama

dari badan PBB bidang program lingkungan hidup. Bagaimanapun lembaga itu

memandang biofuel tetap sebagai alternatif terbaik. “Kami tak ingin kajian itu sampai

memunculkan reaksi tidak baik dari publik internasional. Kami percaya, biofuel

merupakan solusi, bukan masalah, walau memang diperlukan kriteria yang lebih baik,”

kata Nicholas Nuttal, juru bicara program lingkungan PBB.

Sanggahan lebih keras muncul dari Asosiasi Bahan Bakar Terbarukan yang

berpusat di Washington. Menurut ketua Asosiasi itu, Bob Dineen, kajian Searchinger dan

Fiorgione itu berada di luar konteks. “Menempatkan kesalahan kerusakan hutan dan

Page 15: konversi energi terbarukan

perubahan pemanfaatan lahan sematamata pada industri bahan bakar terbarukan ini

mengabaikan faktor-faktor kunci yang berperan sangat besar.” Katanya seperti dikutip

Associated Press.

Menurut Dineen, kedua kajian itu melupakan desakan untuk pengembangan

biofuel, baik di Amerika maupun dunia. Khususnya biofuel dari etanol sebagai pengganti

bahan baker bensin. Malah “bahan bakar hijau” itu sudah dibahas di Kongres maupun

Gedung Putih sebagai kunci untuk mengatasi pemanasan global. Dan, pada Desember

lalu, Presiden Bush menekan kebijakan energi untuk meningkatkan produksi etanol

hingga 36 juta gallon per tahun mulai 2022.

Namun hasil kajian Searchinger dan Fargione itu seperti menguatkan peringatan

Komisi Audit Lingkungan Uni Eropa. Pada media Januari silam, komisi itu

mengisyaratkan bahwa penggunaan biofuel tidak sukup efektif untuk menekan jumlah

gas rumah kaca. Sebab sector pertanian yang mendukung produksi bahan bakar hijau itu

tidak sustainable. “Biofuel memang biasa menekan jumlah buangan gas rumah kaca di

jalanan, tapi faktanya kini berdampak kerusakan lingkungan,” kata Ketua Komisi, Tim

Yeo, seperti dikutip BBC News.

Peringatan komisi itu muncul pada saat Uni Eropa meluncurkan strategi

mengatasi perubahan iklim, termasuk beragam aturan untuk menekan dampak

penggunaan biofuel. Salah satu aturannya, di masa yang akan datang biofuel tidak boleh

dikembangkan di lahan hutan, lahan pertanian pangan, dan

padang savana. Menurut komisi itu, Uni Eropa mesti memusatkan perhatian pada

penggunaan biofuel yang sustainable, seperti limbah minyak sayur, dan pengembangan

teknologi biofuel yang lebih efisien. Hal serupa diungkapkan Searchinger. Ia

menekankan, publik internasional mestinya memfokuskan diri pada penggunaan biofuel

dari limbah yang tidak ada kaitannya dengan perubahan pemanfaatan lahan. “Sampai

detik ini, kita masih memproduksi biofuel dari arah yang salah,” katanya.