95
KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI

KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPada tahun 1988 di lingkungan koperasi non KUD terdapat kurang lebih 1.200 orang manajer, atau 4,7% dari jumlah koperasi yang ada

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPada tahun 1988 di lingkungan koperasi non KUD terdapat kurang lebih 1.200 orang manajer, atau 4,7% dari jumlah koperasi yang ada

KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI

Page 2: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPada tahun 1988 di lingkungan koperasi non KUD terdapat kurang lebih 1.200 orang manajer, atau 4,7% dari jumlah koperasi yang ada
Page 3: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPada tahun 1988 di lingkungan koperasi non KUD terdapat kurang lebih 1.200 orang manajer, atau 4,7% dari jumlah koperasi yang ada

BAB XI

KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI

A. KOPERASI

1. Pendahuluan

Dalam rangka mewujudkan demokrasi ekonomi, Garis-garis Besar Haluan Negara 1983 menetapkan bahwa peranan koperasi akan terus ditingkatkan agar tumbuh menjadi lembaga ekonomi yang kuat dan mampu menjadi wadah utama bagi pembinaan dan pengembangan kemampuan berusaha golongan ekonomi lemah. Kope-rasi diberi peranan dan ruang gerak yang luas untuk melaksa-nakan pembangunan di berbagai sektor. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan usaha untuk lebih memasyarakatkan kesadaran berkoperasi dikalangan masyarakat terutama bagi go-longan ekonomi lemah agar koperasi dapat tumbuh dan berkem-bang sebagai gerakan dari kalangan masyarakat sendiri serta mampu memainkan peranan yang sesungguhnya dalam tata ekonomi Indonesia, sesuai dengan prinsip percaya kepada kemampuan sendiri. Oleh karena itu langkah-langkah pembinaan dan penyu-luhan yang tepat guna bagi pengembangan koperasi perlu diting-katkan sehingga koperasi mampu meningkatkan kegiatan usahanya sesuai dengan prinsip ekonomi dan mampu bersaing dalam membe-rikan pelayanan kepada masyarakat. Dengan demikian, koperasi diharapkan akan mampu meningkatkan kesejahteraan para anggota-

XI/3

Page 4: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPada tahun 1988 di lingkungan koperasi non KUD terdapat kurang lebih 1.200 orang manajer, atau 4,7% dari jumlah koperasi yang ada

nya dan sebaliknya para anggotanya akan dapat lebih merasa-kan manfaat berkoperasi.

Dalam melaksanakan pembinaan koperasi, yang diutamakan adalah koperasi-koperasi primer. Peranan dan kemampuan kope-rasi, terutama KUD, disempurnakan dan ditingkatkan sehingga tumbuh menjadi koperasi primer yang tangguh dan mampu menjadi kekuatan ekonomi desa yang dapat mengantarkan masyarakat desa menuju kemajuan dan kesejahteraan yang pada gilirannya akan menjadikan koperasi lebih mandiri dan makin berakar dalam ke-hidupan sosial ekonomi masyarakat.

Dalam membina koperasi perlu ditingkatkan penyuluhan yang diarahkan pada peningkatan kemampuan koperasi dan anggo-ta koperasi untuk mengelola organisasi koperasi, menghimpun dan mengerahkan dana untuk modal koperasi, menjalankan usaha serta menyelenggarakan pengawasan terhadap koperasi. Di sam-ping itu, bantuan dan pemberian fasilitas yang tepat guna te-tap dilanjutkan.

Dengan berpedoman pada pengertian di atas maka Repelita IV menentukan bahwa pembangunan KUD dan koperasi primer lainnya diarahkan untuk: (1) berswakarya dan berswadaya; (2) menjadi salah satu wadah utama untuk membina kemampuan go-longan ekonomi lemah; (3) meningkatkan pelayanannya kepada masyarakat dan para anggotanya; (4) berpartisipasi aktif di berbagai sektor, seperti sektor pertanian pangan, sektor industri, kelistrikan desa, perdagangan, perkreditan, angkut-an dan sebagainya; (5) mengadakan kerja sama dengan sesama koperasi primer lainnya dan dengan usaha-usaha negara dan swasta di wilayah atau di daerah kerja masing-masing.

2. Kebijaksanaan dan Langkah-langkah

Kebijaksanaan yang ditempuh dalam mengusahakan tercapai-nya tujuan pembinaan koperasi dalam Repelita IV dilaksanakan melalui dua program pokok, yaitu Program Pembinaan Kelembaga-an Koperasi dan Program Pengembangan Usaha Koperasi. Untuk mendukung kedua program pokok pembangunan koperasi tersebut dilaksanakan pula due program penunjang, yaitu Program Pendi-dikan Koperasi dan Program Penelitian Koperasi.

a. Pembinaan Kelembagaan Koperasi

Yang menjadi perhatian utama dalam pembinaan Kelembagaan Koperasi adalah organisasi, tata laksana dan pengawasan. Pem-

XI/4

Page 5: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPada tahun 1988 di lingkungan koperasi non KUD terdapat kurang lebih 1.200 orang manajer, atau 4,7% dari jumlah koperasi yang ada

binaan Kelembagaan Koperasi dimaksudkan untuk meningkatkan penghayatan setiap anggota mengenai arti koperasi bagi kehi-dupan mereka; meningkatkan kemampuan para anggota untuk ber-partisipasi aktif dalam berkoperasi dengan meningkatkan fung-sinya sebagai alat perlengkapan koperasi dalam Rapat Anggota Tahunan; meningkatkan kemampuan anggota pengurus dan badan pemeriksa dalam mengelola koperasi yang mereka pimpin; me-ningkatkan kemampuan para manajer dan para pembantu manajer serta karyawan lainnya untuk mengelola usaha koperasi sesuai dengan tugas mereka masing-masing; menyempurnakan organisasi dan tata laksana koperasi-koperasi yang ada serta mendorong pembentukan dan pengembangan unit-unit organisasi untuk men-dorong peningkatan usaha di masing-masing wilayah kerja kope-rasi sesuai dengan kebutuhan para anggotanya; dan menyempur-nakan iklim berkoperasi melalui usaha mempertinggi kesadaran masyarakat umum akan besarnya peranan koperasi bagi kepen-tingan mereka.

Langkah-langkah yang telah ditempuh dalam pembinaan ke-lembagaan koperasi adalah sebagai berikut: (1) menyelenggara-kan pendidikan, kursus-kursus, latihan dan penataran yang khusus diperuntukkan bagi para anggota pengurus, anggota ba-dan pemeriksa, para manajer beserta para pembantunya dan bagi karyawan koperasi lainnya; (2) menyelenggarakan konsultasi untuk menyempurnakan tertib organisasi, administrasi, dan me-ningkatkan partisipasi anggota dalam Rapat Anggota Tahunan serta kegiatan-kegiatan lainnya, di samping konsultasi bim-bingan penerapan sistem akuntansi dan audit di lingkungan ko-perasi-koperasi primer; (3) secara teratur menyelenggarakan penyuluhan kepada para anggota koperasi dan memberikan pene-rangan mengenai perkoperasian kepada masyarakat umum melalui radio, televisi dan media massy lainnya; (4) mengembangkan rasa tanggung jawab masyarakat umum mengenai pembangunan per-koperasian agar semakin bertambah anggota masyarakat yang bersedia untuk berperan serta secara nyata dalam pembangunan koperasi.

b. Pengembangan Usaha Koperasi

Pembinaan usaha koperasi diarahkan untuk memantapkan dan mengembangkan kemampuan usaha yang dilakukan oleh koperasi primer, terutama Koperasi Unit Desa (KUD), dalam kegiatan usaha bersama sesuai dengan kepentingan dan kegiatan ekonomi para anggotanya dalam mewujudkan cita-cita mereka, yaitu pe-ningkatan taraf hidup dan kesejahteraan para anggota koperasi dan masyarakat sekitarnya.

XI/5

Page 6: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPada tahun 1988 di lingkungan koperasi non KUD terdapat kurang lebih 1.200 orang manajer, atau 4,7% dari jumlah koperasi yang ada

Dalam pelaksanaannya, pengembangan usaha koperasi dila-kukan dengan: (1) membantu penyediaan sarana produksi, penge-lolaan hasil produksi dan pemasarannya, serta membantu pe-nyediaan kesempatan untuk kegiatan simpan pinjam dan kegiatan-kegiatan lainnya. (2) memberikan konsultasi dan bimbingan mengenai masalah produksi, manajemen, pembiayaan, pemasaran, pengelolaan hasil, dan masalah lainnya yang berkaitan dengan pengembangan usaha.

Di samping itu juga ditempuh langkah-langkah untuk (1) memberi kesempatan yang lebih luas kepada koperasi, khususnya KUD, dalam melaksanakan kegiatan pengadaan pangan, penyaluran sarana produksi pertanian, pemasaran hasil-hasil pertanian, jasa angkutan, jasa kelistrikan desa, jasa perkreditan, sim-pan pinjam dan lain-lain, serta (2) membantu mengusahakan fa-silitas kredit dengan persyaratan yang memadai bagi koperasi yang memerlukannya untuk pengelolaan dan pengembangan usaha-nya.

c. Kegiatan Penunjang

Kebijaksanaan dan langkah-langkah sebagai yang diuraikan di atas tidak akan dapat dilaksanakan dengan berhasil guna apabila tidak ada petugas-petugas pembina yang mampu dan tinggi dedikasinya. Agar pelaksanaan pembinaan koperasi dapat berhasil guna, diperlukan tenaga-tenaga pembina yang memadai baik dalam jumlah, keterampilan, tingkat pengetahuan maupun dalam ketekunan pengabdiannya. Sehubungan dengan itu selama Repelita IV, termasuk dalam tahun 1988/89, terus diadakan kegiatan pelatihan keterampilan dan penataran bagi pa-ra petugas pembina, baik bagi yang telah bertugas maupun bagi pembina yang baru.

Selanjutnya untuk memenuhi kebutuhan data yang diperlu-kan bagi penetapan kebijaksanaan pembangunan koperasi, maka terus dilaksanakan kegiatan penelitian mengenai kelembagaan koperasi dan kegiatan-kegiatan usahanya.

3. Hasil-Hasil Yang Dicapai

Hasil-hasil pelaksanaan pembinaan kelembagaan dan pem-binaan usaha Koperasi selama Repelita IV dapat dilaporkan se-bagai di bawah ini.

XI/6

Page 7: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPada tahun 1988 di lingkungan koperasi non KUD terdapat kurang lebih 1.200 orang manajer, atau 4,7% dari jumlah koperasi yang ada

a. Hasil-hasil Pembinaan Kelembagaan Koperasi

Berhasilnya pembinaan kelembagaan koperasi ditentukan oleh keberhasilan pembinaan peserta yang aktif dalam gerakan koperasi yang bersangkutan dan berfungsinya Rapat Anggota Ta-hunan Koperasi. Mereka itu adalah para anggota badan pengurus dan anggota badan pemeriksa, manajer, karyawan, dan para ang-gota serta kader koperasi. Pengetahuan, keterampilan, daya kerja dan sikap hidup mereka akan sangat menentukan pertum-buhan koperasi. Keberhasilan yang dicapai dalam pelatihan ke-terampilan dan penataran perkoperasian diharapkan akan mem-bantu perkembangan koperasi di masa yang akan datang, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Kegiatan pelatihan keterampilan dan penataran perkopera-sian diselenggarakan bagi para pengelola koperasi, seperti anggota pengurus, anggota badan pemeriksa, para kader, mana-jer dan para karyawan koperasi. Rincian mengenai jumlah pe-ngelola koperasi yang telah memperoleh kesempatan mengikuti pelatihan keterampilan dalam Repelita IV ditunjukkan dalam Tabel XI-1. Dari tabel ini terlihat bahwa sasaran kegiatan pelatihan keterampilan dan penataran perkoperasian telah di-laksanakan dengan cukup memadai sejak tahun terakhir Repelita III sampai dengan tahun ketiga Repelita IV. Dengan demikian pada tahun keempat dan kelima Repelita IV, kegiatan tersebut dapat dilaksanakan secara lebih bermutu dengan cara menerapkan berbagai persyaratan yang lebih ketat sehingga jumlah peserta menurun dari tahun-tahun sebelumnya. Hal ini jelas terlihat pada tahun 1988/89. Hanya sebanyak 7.149 orang pengelola koperasi, termasuk kader koperasi dari lingkungan masyarakat, telah memperoleh kesempatan mengikuti pelatihan keterampilan dalam tahun 1988/89. Jumlah peserta pelatihan keterampilan itu 192,0% lebih banyak jika dibanding dengan jumlah peserta pelatihan pada tahun 1987/88 yang berjumlah 2.448 orang, tetapi 70,4% lebih rendah jika dibandingkan dengan jumlah peserta tahun terakhir Repelita III yang berjumlah 24.181 orang. Apabila dibandingkan dengan jumlah peserta pada tahun pertama Repelita IV, yaitu sebesar 19.138 orang, jumlah peserta pada tahun terakhir Repelita IV tersebut menu-run sebesar 62,6%. Hal itu, seperti telah diutarakan di atas, antara lain disebabkan oleh diterapkannya persyaratan yang lebih ketat bagi calon peserta pelatihan, di samping karena ditiadakannya pelatihan bagi juru buku dan anggota Badan Pe-meriksa Koperasi yang untuk sementara dipandang telah mema-dai. Jumlah peserta pelatihan keterampilan dan pendidikan perkoperasian pada tahun 1985/86 dan 1986/87 berturut-turut adalah 23.354 orang dan 14.117 orang.

XI/7

Page 8: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPada tahun 1988 di lingkungan koperasi non KUD terdapat kurang lebih 1.200 orang manajer, atau 4,7% dari jumlah koperasi yang ada

TABEL XI – 1

JUMLAH PENGURUS, MANAJER, KARYAWAN,DAN KADER KOPERASI YANG MEMPEROLEH PENDIDIKAN PERKOPERASIAN, ¹)

1983/84 - 1988/89(orang)

Re pel i t a IV

No. Jenis Pendidikan 1983/84 1984/85 1985/86 1986/87 1987/88 1988/89

1. Manajer/Karyawan 16 .414 8 .150 7 .791 5 .270 2 .055 2 .674

1.1. Manajer 3.969 3 .733 2.510 1.714 838 1.997

1 . 2 . Juru Buku 4.371 1.346 1.050 2.135 90 - 5)

1.3. Petugas Tehnis Usaha 8.074 2) 3.071 4.231 1.421 1.127 677

2. Pengurus 1 .598 3) 5 .105 2 .700 2 .402 240 1 .293

3 . Badan Pemeriksa 4 .053 1 .658 2 .270 846 - 5) 392

4. Kader Koperasi 4) 2 .116 4 .225 14 .592 5 .599 153 2 .790

Jumlah 24.181 19.138 23.354 14.117 2.448 7.149

1) Angka tahunan2) Termasuk 1.008 orang Pengurus Kredit3) Termasuk 461 Personil P.P.K.4) Termasuk kader koperasi dari lingkungan masyarakat5) Tidak diadakan karena dipandang untuk sementara telah memadai.

XI/8

Page 9: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPada tahun 1988 di lingkungan koperasi non KUD terdapat kurang lebih 1.200 orang manajer, atau 4,7% dari jumlah koperasi yang ada

Pada Tabel XI-2 dapat dilihat jumlah kader dari ling-kungan kelompok masyarakat dan koperasi golongan masyarakat yang memperoleh pendidikan perkoperasian selama periode 1983/84 sampai dengan 1988/89. Kader dari lingkungan kelompok masyarakat antara lain adalah penyuluh lapangan keluarga be-rencana, pengajar/dosen, pemuka gereja, pelatih Dewan Kopera-si, kelompok tani dan Redaktur TVRI. Sedangkan koperasi go-longan masyarakat terdiri dari koperasi pemuda, koperasi se-kolah, koperasi Pepabri dan koperasi wanita. Selama Repe-lita IV jumlah kader yang memperoleh pendidikan perkoperasian rata-rata meningkat sebesar 16,7% per tahun. Peningkatan yang paling tajam terjadi antara tahun 1987/88 dan 1988/89, yaitu sebesar 87,2%. Kader yang telah dididik pada tahun 1983/84, 1984/85, 1985/86, 1986/87, 1987/88 dan 1988/89 berturut-turut berjumlah 3.114 orang, 4.867 orang, 3.849 orang, 4.070 orang, 1.490 orang dan 2.790 orang.

Hasil pembinaan kelembagaan koperasi secara kuantitatif dapat dilihat dari perkembangan jumlah koperasi dari waktu ke waktu sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel XI-3 dan Grafik XI-1. Seperti dapat terlihat dalam tabel tersebut, ada per-tambahan rata-rata 5,8% per tahun dalam kurun waktu 1983 sam-pai dengan 1988. Dalam perkembangan jumlah koperasi tersebut termasuk juga KUD. Secara keseluruhan tampak bahwa laju per-kembangan koperasi non KUD lebih besar daripada KUD. Dalam periode tersebut kenaikan rata-rata per tahun untuk KUD adalah 4,3% dan untuk koperasi non KUD 6,3%. Apabila jumlah koperasi pada tahun 1988 dibanding jumlah koperasi pada tahun 1984, maka terdapat peningkatan 26,1%. Sedangkan jika dibandingkan dengan jumlah koperasi pada tahun 1987, terjadi peningkatan sebesar 6,5%. Jumlah koperasi pada tahun 1985 dan 1986 berturut-turut adalah 28.103 dan 30.446. Pada tahun 1988 KUD berjumlah 7.873 buah, sedangkan pada tahun sebelumnya baru berjumlah 7.480 buah.

Perkembangan kelembagaan koperasi juga dapat diukur dari perkembangan jumlah anggotanya. Perkembangan jumlah anggota koperasi selama Repelita IV dapat dilihat dalam Tabel XI-4 dan Grafik XI-2. Dalam jumlah anggota koperasi tersebut di atas termasuk juga anggota KUD. Pada tahun 1983 jumlah anggota koperasi baru meliputi 13.652 ribu orang; pada tahun 1988 jumlah tersebut mencapai 27.162 ribu orang. Jadi selama periode 1983 - 1988 telah terjadi kenaikan jumlah anggota rata-rata sebesar 15,0% per tahun. Dalam periode yang sama, khusus mengenai anggota KUD, pada tahun 1983 jumlahnya baru 9.608 ribu orang. Pada tahun 1988 jumlah tersebut telah meningkat menjadi 17.494 ri- bu orang. Jadi selama jangka

XI/9

Page 10: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPada tahun 1988 di lingkungan koperasi non KUD terdapat kurang lebih 1.200 orang manajer, atau 4,7% dari jumlah koperasi yang ada

TABEL XI - 2

JUMLAH KADER DARI LINGKUNGANKELOMPOK MASYARAKAT DAN KOPERASI GOLONGAN MASYARAKAT 1)

YANG MEMPEROLEH PENDIDIKAN PERKOPERASIAN,1983/84 - 1988/89

(orang)

1) Angka tahunan2) Tanda -) berarti untuk tahun yang bersangkutan tidak diprogramkan antara lain

disebabkan oleh karena untuk tahun yang bersangkutan jumlah yang ada dipandang telah memadai.

3) Hanya diprogramkan pada tahun 1986/874) Termasuk di dalamnya adalah Koperasi Pramuka, Koperasi Pondok Pesantren,

Koperasi Mahasiswa, Buruh dan Wartawan.5) Termasuk Koperasi Veteran dan Koperasi Angkatan Darat (Hankam).

XI/10

Page 11: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPada tahun 1988 di lingkungan koperasi non KUD terdapat kurang lebih 1.200 orang manajer, atau 4,7% dari jumlah koperasi yang ada

waktu tersebut jumlah anggota KUD rata-rata per tahun mening-kat sebesar 13,1%. Dalam jangka waktu yang sama jumlah ang-gota koperasi non KUD bertambah dari 4.044 ribu orang pada tahun 1983 menjadi 9.668 ribu orang pada tahun 1988. Dengan perkataan lain jumlah anggota koperasi bukan KUD selama tahun-tahun 1983 - 1988 rata-rata meningkat sebesar 20,1% per tahun.

Pada tahun 1988 jumlah anggota seluruh koperasi 65,6% lebih besar jika dibanding dengan pada tahun 1984. Jumlah anggota koperasi pada tahun 1984, 1985, 1986 dan 1987 bertu-rut-turut adalah 16.402 ribu orang, 20.285 ribu orang, 21.578 ribu orang dan 25.545 ribu orang.

Gambaran mengenai perkembangan kelembagaan koperasi akan lebih lengkap apabila juga dilihat dari perkembangan keleng-kapan organisasinya, terutama dari penyelenggaraan Rapat Ang-gota Tahunan (RAT). Perkembangan jumlah koperasi yang telah mengadakan RAT dapat dilihat pada Tabel RI-5. Tabel tersebut menunjukkan bahwa persentasi rata-rata jumlah koperasi yang menyelenggarakan RAT setiap tahun dalam periode 1983 - 1988 adalah 58,3%. Pada tahun 1988 terdapat 19.598 koperasi yang telah menyelenggarakan RAT atau 58,8% dari jumlah koperasi pada tahun tersebut. Penyelenggaraan RAT pada tahun itu apa-bila dibandingkan dengan tahun 1983 dan tahun 1987 terdapat sedikit kemajuan. Dalam tahun 1983 koperasi yang telah berha-sil menyelenggarakan RAT berjumlah 13.761 buah atau baru men-capai 54,7% dari semua koperasi yang ada pada waktu itu; se-dangkan dalam tahun 1987 sebanyak 18.021 atau 57,8%. Dalam tahun 1984 koperasi yang telah menyelenggarakan RAT telah mencapai 71,2% dari semua koperasi pada waktu itu, secara proporsional lebih besar dibanding tahun-tahun yang lain se-lama Repelita IV, termasuk tahun 1987 dan 1988.

Alat perlengkapan organisasi lainnya adalah pengurus dan badan pemeriksa. Untuk mengelola koperasi dengan baik, selain diperlukan pengurus dan badan pemeriksa yang berdedikasi tinggi, juga diperlukan paling tidak seorang manajer yang mempunyai kemampuan dan keterampilan manajemen yang memadai. Dengan semakin banyaknya koperasi yang memiliki manajer, di-harapkan akan semakin banyak pula koperasi yang mampu menge-lola usahanya secara mandiri. Perkembangan jumlah koperasi yang memiliki manajer dapat dilihat dalam Tabel XI-6. Setiap tahun dalam periode 1983 - 1988, KUD yang telah memiliki ma-najer rata-rata mencapai 92,2% dari jumlah KUD yang ada. Da-lam tahun 1988 terdapat 5.090 orang manajer, atau 64,7% dari seluruh KUD yang ada, yang bekerja di lingkungan KUD. Pada

XI/11

Page 12: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPada tahun 1988 di lingkungan koperasi non KUD terdapat kurang lebih 1.200 orang manajer, atau 4,7% dari jumlah koperasi yang ada

TABEL XI - 3

JUMLAH KOPERASI SELURUH INDONESIA, 1)1983 – 1988

1) Mencakup Primer, Pusat, Gabungan dan Induk dan merupakan angka kumulatif2) Angka diperbaiki

GRAFIK XI - 1

JUMLAH KOPERASI SELURUH INDONESIA,1983 - 1988

XI/12

Page 13: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPada tahun 1988 di lingkungan koperasi non KUD terdapat kurang lebih 1.200 orang manajer, atau 4,7% dari jumlah koperasi yang ada

TABEL XI - 4JUMLAH ANGGOTA KOPERASI PRIMER, 1)

1983 – 1988

1) Angka kumulatif2) Angka diperbaiki

TABEL XI - 4JUMLAH ANGGOTA KOPERASI PRIMER, 1)

1983 – 1988

XI/13

Page 14: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPada tahun 1988 di lingkungan koperasi non KUD terdapat kurang lebih 1.200 orang manajer, atau 4,7% dari jumlah koperasi yang ada

TABEL XI - 5

PENYELENGGARAAN RAPAT ANGGOTA TAHUNAN,1983 – 1988

1) Angka kumulatif2) Angka tahunan3) Realisasi RAT tahun bersangkutan dibagi dengan jumlah

Koperasi/KUD tahun bersangkutan.

TABEL XI - 6

KUD DAN KOPERASI NON KUD YANG TELAH MEMPUNYAI MANAJER, 1)

1983 – 1988

1) Angka kumulatif2) “Surplus” manajer KUD pada tahun-tahun ini karena ditempuh

kebijaksanaan "”dropping” " manajer dar i Pusat sebagai t indak lanjut dari keinginan kuat untuk membangun KUD.

XI/14

Page 15: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPada tahun 1988 di lingkungan koperasi non KUD terdapat kurang lebih 1.200 orang manajer, atau 4,7% dari jumlah koperasi yang ada

tahun 1983 terdapat 8.364 manajer, atau 131,2% dari jumlah KUD yang ada dalam tahun tersebut, yang bekerja pada 6.373 KUD. Pada tahun-tahun 1984 - 1987, persentase jumlah manajer KUD terhadap jumlah KUD berturut-turut adalah 109,5%, 93,4%, 82,2% dan 72,1%. Kecenderungan menurunnya jumlah manajer KUD setiap tahun tersebut disebabkan oleh adanya kecenderungan pada manajer untuk mengundurkan diri apabila mendapatkan pe-kerjaan di perusahaan lain. Dalam kurun waktu 1983 - 1988 ko-perasi non KUD yang telah memiliki manajer rata-rata per ta-hun mencapai 5,4% dari jumlah koperasi yang ada. Pada tahun 1988 di lingkungan koperasi non KUD terdapat kurang lebih 1.200 orang manajer, atau 4,7% dari jumlah koperasi yang ada yang jumlahnya 25.451 buah. Jumlah manajer koperasi non KUD pada tahun 1983 mencapai 964 orang atau 5,1% dari jumlah ko-perasi yang ada pada waktu itu.

b. Pengembangan Usaha Koperasi

Hasil kegiatan bimbingan dan pengembangan usaha koperasi yang dilaksanakan selama Repelita IV secara menyeluruh dapat dilihat dalam Tabel XI-7 yang menunjukkan angka-angka simpan-an anggota, modal dan nilai usaha koperasi. Selama periode 1983 - 1988 jumlah simpanan anggota koperasi meningkat rata-rata sebesar 39,5% setiap tahun. Pada tahun 1983 simpanan anggota mencapai Rp 125,0 milyar. Pada tahun 1988 simpanan tersebut mencapai Rp 518,0 milyar.

Jumlah simpanan anggota pada tahun 1985 dan 1986 adalah, berturut-turut, Rp 178,1 milyar dan Rp 415,0 milyar. Ke-naikannya pada tahun 1986 tampak sangat besar. Peningkatan yang besar itu terjadi karena dimasukkannya komisi (fee) yang diperoleh KUD dari kegiatan-kegiatan pengadaan pangan, pen-jualan palawija, penjualan cengkeh dan lain-lain, ke dalam simpanan anggota, dengan maksud untuk mendorong peningkatan kemandirian koperasi.

Modal usaha yang dikelola oleh koperasi dalam tahun 1983 baru berjumlah Rp 537,6 milyar, sedangkan dalam tahun 1988 mencapai Rp 926,0 milyar. Ini menunjukkan bahwa dalam kurun waktu 1983 - 1988 modal usaha koperasi telah meningkat sebe-sar 72,3% atau rata-rata 14,8% setiap tahun.

Nilai usaha koperasi sejak tahun 1983 sampai dengan 1988 berfluktuasi dan secara keseluruhan tidak menunjukkan pening- katan yang berarti. Dalam periode 1983 sampai dengan 1988 ni- lai usaha koperasi rata-rata meningkat hanya sebesar 5,8% per

XI/15

Page 16: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPada tahun 1988 di lingkungan koperasi non KUD terdapat kurang lebih 1.200 orang manajer, atau 4,7% dari jumlah koperasi yang ada

TABEL XI - 7

S I M P A N A N ANGGOTA, MODAL DAN NILAI USAHA KOPERASI,1983 – 1988

1) Angka kumulatif2) Angka tahunan3) Perkembangan modal usaha dan nilai usaha menurun karena terpengaruh oleh adanya kebijaksanaan moneter dan

perbankan pada tahun 1983.4) Kenaikan simpanan yang sangat tinggi ini disebabkan karena dimasukkannya fee KUD dari pengadaan pangan, pemasaran

palawija, pemasaran cengkeh dan lain-lain ke dalam simpanan dalam rangka usaha mendorong peningkatan kemandirian koperasi.

5) Menurunnya nilai usaha disebabkan karena menurunnya berbagai kegiatan seperti pengadaan beras, pemasaran kopra dan pemasaran cengkeh.

6) Angka diperbaiki

XI/16

Page 17: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPada tahun 1988 di lingkungan koperasi non KUD terdapat kurang lebih 1.200 orang manajer, atau 4,7% dari jumlah koperasi yang ada

tahun. Dalam tahun 1988 nilai usaha koperasi berjumlah Rp 2.031,6 milyar, yang berarti lebih rendah sebesar 8,4% bi-la dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Penurunan-penurunan nilai usaha koperasi yang terjadi dalam periode 1983 - 1988 antara lain disebabkan oleh menurunnya kegiatan yang ditanga-ni oleh koperasi di bidang pengadaan beras, pemasaran kopra dan pemasaran cengkeh.

Gambaran mengenai perkembangan usaha KUD dan koperasi-koperasi lainnya secara lebih terinci selama Repelita IV dapat disampaikan sebagai berikut.

(1) Permodalan

Untuk melayani kebutuhan anggota dan masyarakat sekitar-nya, koperasi memerlukan modal dalam jumlah yang memadai. Sumber permodalan koperasi berasal dari simpanan anggota dan kredit perbankan. Modal koperasi yang bersumber dari simpanan anggota, sebagaimana diuraikan di atas, dari tahun ke tahun secara keseluruhan telah menunjukkan peningkatan yang cukup berarti.

Modal koperasi yang bersumber dari kredit Bank Pemerin-tah diperoleh koperasi dengan persyaratan yang cukup ringan. Pinjaman tersebut dapat diperoleh koperasi dengan jaminan yang diberikan oleh Perusahaan Umum Pengembangan Keuangan Ko-perasi (PERUM PKK). Perkembangan jumlah kredit yang diperoleh koperasi dari Bank dan jaminan yang disediakan oleh Perum PKK dapat dilihat dalam Tabel XI-8. Tabel tersebut menunjukkan bahwa dalam Repelita IV, jumlah jaminan setiap tahun rata-ra-ta bernilai Rp 117,8 milyar. Jumlah jaminan kredit pada tahun terakhir Repelita IV bernilai Rp 106,1 milyar, 18,2% lebih rendah dibanding jaminan kredit pada tahun terakhir Repe-lita III yang berjumlah Rp 129,7 milyar. Dibanding dengan jaminan tahun pertama Repelita IV, yang berjumlah Rp 126,2 milyar, besarnya jaminan pada tahun terakhir Repelita IV me-nurun 16,0%. Kecenderungan menurunnya jaminan kredit yang disediakan oleh PERUM PKK dari tahun ke tahun ini menunjukkan belum mantapnya perkembangan kredit koperasi.

Kredit yang diperoleh koperasi-koperasi setiap tahun da-lam Repelita IV rata-rata bernilai Rp 127,7 milyar. Nilai kredit pada tahun terakhir Repelita IV yang hanya Rp 84,9 milyar menurun sebesar 40,5% dibandingkan dengan nilai kredit pada tahun terakhir Repelita III sebesar Rp 142,6 milyar. Dibandingkan dengan tahun pertama Repelita IV, yang mencapai

XI/17

Page 18: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPada tahun 1988 di lingkungan koperasi non KUD terdapat kurang lebih 1.200 orang manajer, atau 4,7% dari jumlah koperasi yang ada

TABEL XI - 8

JUMLAH KUD/NON KUD DAN JUMLAH KRED1T 1)

YANG DIJAMIN OLEH PERUM PKK, 2

1983/84 - 1988/89

TahunKUD/Non KUD

Penerima KreditJaminan(Juta Rp)

Nilai Kredit(Juta Rp)

1983/84 2.105 129.663,0 142.629,3

1984/85 1.125 126.225,5 127.849,0

1985/86 9.908 145.160,0 169.197,0

1986/87 9.630 102.137,3 127.232,8

1987/88 1.646 109.630,8 129.145,4

1988/89 3.942 106.066,0 84.852,8

1) Angka tahunan2) Perum PKK : Perusahaan Umum Pengembangan Keuangan Koperasi

Rp 127,8 milyar, nilai kredit pada tahun terakhir Repe-lita IV menurun 33,6%. Guna membantu KUD dalam pengadaan beras untuk saran penyangga, Pemerintah setiap tahun telah menyediakan kredit bagi KUD yang turut serta dalam kegiatan itu dengan pagu yang berkisar antara Rp 46,9 milyar dan Rp 83,8 milyar setahun.

(2) Usaha Perkreditan

Untuk membantu penduduk yang mempunyai usaha kecil-ke-cilan di pedesaan disediakan kredit yang dikenal dengan Kredit Candak Kulak (KCK). Kredit ini disalurkan lewat koperasi. Prosedur untuk memperoleh KCK yang mulai disediakan sejak 1979 ini dibuat sangat sederhana dan bunganya pun rendah. Pe-nyediaan KCK selama Repelita IV dapat dilihat dalam Tabel XI-9.

XI/18

Page 19: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPada tahun 1988 di lingkungan koperasi non KUD terdapat kurang lebih 1.200 orang manajer, atau 4,7% dari jumlah koperasi yang ada

TABEL XI - 9

PELAKSANAAN KREDIT CANDAK KULAK, 1)1983 - 1988

JumlahTahun Koperasi Pe-

laksana (KUD& Non KUD)

JumlahNasabah(orang)

Jumlah Kredit(juta Rp)

1983 4.286 12.835.943 145.683,9

1984 4.964 13.893.891 166.861,7

1985 5.485 15.041.349 204.555,4

1986 5.476 15.984.499 225.103,4

1987 5.981 16.414.200 234.522,9

1988 5.981 16.793.404 244.320,6

1) Angka Kumulatif

Tabel tersebut menunjukkan bahwa baik jumlah koperasi pelaksana, jumlah nasabah maupun jumlah KCK yang disediakan selama jangka waktu 1983 - 1988 cenderung terus bertambah. Kredit yang dimanfaatkan oleh nasabah pada tahun 1988 mening-kat dengan 67,7% jika dibanding dengan tahun 1983. Selama ku-run waktu itu terdapat kenaikan rata-rata per tahun sebesar 11,1%. Jumlah koperasi pelaksana KCK pada tahun 1988 mening-kat sebesar 39,5% dibanding dengan tahun 1983 dan meningkat sebesar 20,5% dibanding tahun 1984. Jumlah nasabahnya pada tahun 1988 bertambah 30,8% di atas tahun 1983 dan bertambah 20,9% di atas tahun 1984. Jumlah kredit yang diberikan pada tahun 1988 adalah 46,4% lebih besar dibanding tahun 1984. Pa-da tahun 1983 terdapat hanya 4.286 koperasi dan KUD yang tu-rut mengambil bagian dalam pelaksanaan KCK. Nasabah yang me-nikmatinya berjumlah 12,8 juta orang. Sedangkan kredit yang disalurkan seluruhnya bernilai Rp 145,7 milyar. Pada tahun 1987 terdapat 5.981 koperasi yang berperan serta dalam penya-luran KCK dan sebanyak 16,4 juta orang nasabah memanfaatkan

XI/19

Page 20: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPada tahun 1988 di lingkungan koperasi non KUD terdapat kurang lebih 1.200 orang manajer, atau 4,7% dari jumlah koperasi yang ada

kredit sebesar Rp 234,5 milyar. Pada tahun 1988 tak terdapat banyak perubahan dibanding tahun sebelumnya; koperasi yang berperan dalam pelaksanaan KCK tetap berjumlah 5.981 buah yang dapat melayani sekitar 16,8 juta nasabah dengan kredit sebesar Rp 244,3 milyar.

Penyebaran pemanfaatan KCK di berbagai daerah/propinsi sampai dengan Desember 1988 dapat dilihat dalam Tabel XI-10. Tabel tersebut menunjukkan jumlah KUD dan koperasi non KUD yang menyalurkan KCK dan jumlah nasabah yang memanfaatkannya serta jumlah kredit yang dikeluarkan. Pada tabel tersebut tampak bahwa ada enam propinsi yang relatif menonjol dalam pemanfaatan fasilitas KCK, yaitu Jawa Tengah, Jawa Timur, Ja-wa Barat, Sulawesi Selatan, DI Yogyakarta dan Sumatera Barat.

(3) Pengadaan dan Pemasaran Pangan

Kesempatan bagi KUD untuk ikut serta dalam pengadaan pa-ngan dalam rangka pengadaan sarana penyangga Pemerintah telah dibuka sejak lebih kurang 15 tahun yang lalu. Pengikutsertaan KUD dalam pengadaan pangan tersebut dimaksudkan agar para pe-tani produsen dapat memperoleh kepastian bahwa harga penjual-an yang diterimanya benar-benar sesuai dengan kebijaksanaan harga dasar dan agar KUD dapat memperoleh kesempatan untuk mengembangkan kemampuan usahanya sehingga peranannya dalam kegiatan perekonomian makin meningkat.

Perkembangan jumlah KUD yang berpartisipasi dalam peng-adaan pangan selama Repelita IV dapat dilihat dalam Tabel XI-11. Selama periode Repelita IV jumlah pengadaan pangan oleh KUD rata-rata meningkat sebesar 11,0% per tahun. Jumlah KUD pelaksana pengadaan pangan pada tahun terakhir Repelita IV menurun 10,0% dibanding jumlah KUD pelaksana pengadaan pangan pada tahun terakhir Repelita III dan menurun 11,7% bila dibanding pada tahun pertama Repelita IV. Sedangkan jumlah pembelian gabah pada tahun terakhir Repelita IV meningkat 13,0% bila dibanding tahun terakhir Repelita III. Jumlah ter-sebut 46,4% lebih rendah jika dibanding tahun pertama Repe-lita IV. KUD yang ikut serta melaksanakan pengumpulan gabah dan beras dalam tahun 1988/89 berjumlah 2.022 buah dan secara bersama-sama mereka berhasil mengumpulkan sebanyak 1.096,0 ribu ton setara beras. Dibandingkan dengan tahun 1987/88 ter-dapat kenaikan jumlah KUD pelaksana sebesar 12,9%, tetapi pengadaan pangannya menurun 13,1%, dari 1.261,5 ribu ton men-jadi 1.096,0 ribu ton setara beras. Dari tabel tersebut juga

XI/20

Page 21: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPada tahun 1988 di lingkungan koperasi non KUD terdapat kurang lebih 1.200 orang manajer, atau 4,7% dari jumlah koperasi yang ada

TABEL XI - 10

PENYEBARAN KREDIT CANDAK KULAK MENURUT DAERAH TINGKAT I, 1)SAMPAI DENGAN DESEMBER 1988

1) Angka kumulatif

XI/21

Page 22: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPada tahun 1988 di lingkungan koperasi non KUD terdapat kurang lebih 1.200 orang manajer, atau 4,7% dari jumlah koperasi yang ada

TABEL XI - 11

PELAKSANAAN PENGADAAN PANGAN (GABAH/BERAS) OLEH KUD, 1)

1983/84 - 1988/89

TahunKUD

Pelaksana(buah)

Jumlah Pembelian

Setara Beras 2)

(ton)

1983/84 2.246 970.078

1984/85 2.291 2 . 04 6 . 42 8

1985/86 2 . 0 8 2 1.481.300

1986/87 1.992 1 .362 .989

1987/88 1.791 3) 1.261.457

1988/89 2.022 1.096.026

1) Angka tahunan2) Dari data yang ada tidak dapat dibedakan antara

yang dilaksanakan oleh KUD masing-masing secara murni dan yang dilaksanakan dengan kerjasama dengan pengusaha bukan KUD.

3) Angka diperbaiki

nampak bahwa 2.246 KUD telah berpartisipasi dalam pengadaan pangan pada tahun 1983/84 dan sebagai keseluruhan pada waktu itu KUD telah berhasil mengumpulkan gabah dan atau beras se-banyak 970,1 ribu ton setara beras.

Dari angka-angka tersebut dapat diambil kesimpulan bah-wa baik jumlah KUD yang ikut serta dalam pengadaan pangan maupun banyaknya gabah dan beras yang terkumpul selama Repe-lita IV cenderung menurun. Penurunan itu diduga disebabkan

XI/22

Page 23: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPada tahun 1988 di lingkungan koperasi non KUD terdapat kurang lebih 1.200 orang manajer, atau 4,7% dari jumlah koperasi yang ada

oleh semakin baiknya harga gabah dan beras di pasaran, sehingga sebagian para petani menjual hasil produksinya langsung ke pasaran umum.

Besarnya partisipasi KUD dalam pengadaan beras dari ha-sil produksi dalam negeri untuk sarana penyangga Pemerintah selama Repelita IV ditunjukkan dalam Tabel XI-12. Pada tabel tersebut terlihat bahwa hanya sebagian kecil dari hasil pem-belian beras dari petani yang dilakukan oleh KUD yang dijual ke pasaran umum.

Pengadaan pangan yang dilakukan oleh KUD untuk sarana penyangga Pemerintah dibiayai dengan kredit dari Bank Peme-rintah. Kredit yang disediakan bagi KUD untuk pengadaan pa-ngan selama Repelita IV dapat dilihat dalam Tabel XI-13. Da-lam periode Repelita IV pemanfaatan dana kredit berkisar antara 65,3% - 86,8% dari pagu yang ditetapkan. Namun demikian terdapat kenaikan yang cukup berarti dari tahun ke tahun. Se-lama kurun waktu Repelita IV pagu kredit yang disediakan ra-ta-rata meningkat sebesar 12,1% per tahun. Pagu kredit pada tahun terakhir Repelita IV merupakan peningkatan 71,1% diban-ding tahun terakhir Repelita III dan 78,7% lebih tinggi di-banding tahun pertama Repelita IV. Pagu kredit yang disedia-kan dalam tahun terakhir Repelita IV tersebut berjumlah Rp 83,8 milyar, naik 10,8% jika dibanding dengan pagu kredit yang disediakan dalam tahun 1987/88 yang berjumlah Rp 75,7 milyar. Pagu kredit yang tersedia pada tahun 1983/84, 1984/85, 1985/86 dan 1986/87 masing-masing berjumlah Rp 49,0 milyar, Rp 46,9 milyar, Rp 60,2 milyar dan Rp 60,2 milyar.

(4) Penyaluran Sarana Produksi Pertanian

Di samping kesempatan untuk ikut serta dalam pengadaan pangan, KUD juga diberi kesempatan untuk ikut serta melaksa-nakan penyaluran sarana produksi pertanian, seperti pupuk dan obat-obatan pertanian. Jumlah KUD yang telah mampu melaksana-kan kegiatan pengadaan dan penyaluran pupuk dapat dilihat da-lam Tabel XI-14. Tabel tersebut menunjukkan bahwa peningkatan jumlah pupuk yang disalurkan KUD rata-rata per tahun selama Repelita IV adalah 70,7%. Kendatipun demikian, jumlah KUD pe-nyalur pada tahun terakhir Repelita IV masih lebih rendah di-banding pada tahun terakhir Repelita III. Penurunan jumlah KUD penyalur ini disebabkan oleh persyaratan yang semakin di-perketat. Demikianlah maka, walaupun jumlah KUDnya yang ber-peran serta menurun, jumlah pupuk yang disalurkan meningkat

XI/23

Page 24: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPada tahun 1988 di lingkungan koperasi non KUD terdapat kurang lebih 1.200 orang manajer, atau 4,7% dari jumlah koperasi yang ada

TABEL XI - 12

PENJUALAN GABAH/BERAS OLEH KUDKEPADA BULOG DAN DI PASARAN UMUM (LEWAT PUSKUD, 1)

1983/84 - 1988/89

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki

TABEL XI - 13

PELAKSANAAN KREDIT PENGADAAN PANGAN MELALUI KUD, 1)1983/84 - 1988/89

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki

XI/24

Page 25: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPada tahun 1988 di lingkungan koperasi non KUD terdapat kurang lebih 1.200 orang manajer, atau 4,7% dari jumlah koperasi yang ada

TABEL XI - 14

PENGADAAN DAN PENYALURAN PUPUK OLEH KUD, 1)1983/84 - 1988/89

TahunKUD 2)(buah)

Penerimaan(ton)

Penyaluran(ton)

1983/84 3.647 697.267 458.078

1984/85 3.555 510.311 332.540

1985/86 3.092 510.856 394.268

1986/87 2.197 493.795 448.649

1987/88 1.478 2.373.941 1.304.902

1988/89 1.718 3.583.031 3.360.079

1) Angka tahunan2) Termasuk koperasi KUD

dengan sangat pesat. Pada tahun 1983/84 pupuk yang disalurkan KUD baru berjumlah 458,1 ribu ton; pada tahun 1988/89 mening-kat 633,5% menjadi 3.360,1 ribu ton yang disalurkan oleh 1.718 KUD. Sedangkan dalam tahun sebelumnya sebanyak 1.478 KUD telah mampu menyalurkan 1.304,9 ribu ton. Peningkatan yang cukup berarti pada tahun 1988/89 ini disebabkan terutama oleh adanya kebijaksanaan dalam penyaluran pupuk yang dikeluarkan melalui SK Menteri Perdagangan No. 61/KP/II/1988 tertanggal 27 Pebruari 1988. SK tersebut menentukan bahwa jumlah yang disalurkan oleh pengusaha-pengusaha selain KUD dan PT Pertani akan dikurangi secara bertahap sampai dengan April 1989. Setelah bulan itu penyaluran pupuk dialihkan kepada KUD.

XI/25

Page 26: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPada tahun 1988 di lingkungan koperasi non KUD terdapat kurang lebih 1.200 orang manajer, atau 4,7% dari jumlah koperasi yang ada

Bila dibandingkan dengan tahun 1987/88, jumlah KUD yang berperan serta dalam penyaluran pupuk pada tahun 1988/89 me-ningkat 16,2%. Pada tahun 1984/85, 1985/86 dan 1986/87 jumlah KUD penyalur berturut-turut adalah 3.555, 3.092 dan 2.197. Sementara itu, jumlah pupuk yang disalurkan oleh KUD pada ta-hun-tahun 1984/85, 1985/86, 1986/87 dan 1987/88 yang bertu-rut-turut adalah 332,5 ribu ton, 394,3 ribu ton, 448,6 ribu ton dan 1.304,9 ribu ton.

Perkembangan peranan KUD dalam penyaluran pestisida se-lama Repelita IV dapat dilihat dalam Tabel XI-15. Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa jumlah KUD penyalur dan jumlah pestisida yang disalurkan sejak akhir Repelita III sampai de-ngan 1987/88 cenderung menurun. Kecenderungan ini disebabkan oleh dimulainya kebijaksanaan pemberantasan hams dan penyakit tanaman secara terpadu sejak tahun 1984/85. Sejak itu jumlah penggunaan pestisida menurun, begitu pula jumlah KUD yang terlibat dalam penyalurannya. Perkembangan jumlah pestisida yang disalurkan melalui KUD sejak itu sampai dengan tahun 1987/88 dapat dilihat dalam Tabel XI-15. Sejak itu penyaluran pestisida dilaksanakan sesuai dengan SK Menteri Perdagangan No. 61/KP/II/1988 tertanggal 27 Pebruari 1988 yang menetapkan bahwa penyaluran pestisida dilakukan oleh KUD. Dengan demi-kian maka pada tahun 1988/89 penyaluran melalui KUD telah naik kembali sehingga mencapai 1.516,2 ribu liter, yang ber-arti ada peningkatan sebesar 486,6% jika dibanding dengan pe-nyaluran yang dilaksanakan pada tahun sebelumnya.

(5) Pemasaran Hasil Perkebunan Rakyat

Koperasi yang berkegiatan di lingkungan perkebunan rak-yat yang telah banyak menerima pembinaan dalam usahanya ter-utama adalah koperasi yang menangani pemasaran komoditi-komo-diti kopra, cengkeh dan yang menangani perkreditan tebu rak-yat.

Perkembangan pemasaran kopra oleh koperasi selama Repe-lita IV dapat dilihat pada Tabel XI-16. Dalam periode 1983 - 1988 jumlah koperasi yang berusaha di bidang kopra rata-rata menurun dengan 6,2% per tahun. Hanya dalam tahun 1985 terjadi peningkatan yang sangat besar dalam jumlah kopra yang berhasil dikumpulkan dan dijual. Peningkatan yang besar tersebut disebabkan oleh kenaikan harga kopra pada tahun se-belumnya. Dalam tahun itu 206 buah koperasi secara bersama-sama berhasil melaksanakan pembelian sebesar 122,3 ribu ton

XI/26

Page 27: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPada tahun 1988 di lingkungan koperasi non KUD terdapat kurang lebih 1.200 orang manajer, atau 4,7% dari jumlah koperasi yang ada

kopra dengan nilai Rp 29,8 milyar. Dalam tahun itu juga ko-perasi-koperasi tersebut berhasil menjual 119,7 ribu ton de-ngan nilai Rp 36,9 milyar. Koperasi yang berusaha di bidang perkopraan pada tahun 1988 berjumlah 130 buah dan seluruhnya hanya berhasil melaksanakan pembelian sebanyak 27,8 ribu ton senilai Rp 9,9 milyar dan menjual sebanyak 26,1 ribu ton de-ngan nilai Rp 10,0 milyar.

Dalam rangka pelaksanaan kebijaksanaan harga dasar ceng-keh, koperasi di daerah produksi cengkeh ikut berpartisipasi dalam pembelian dan penjualan cengkeh. Selama kurun waktu 1983 - 1988 jumlah koperasi tersebut rata-rata meningkat 27,8% per tahun. Dalam periode yang sama, nilai cengkeh yang dibeli meningkat sebesar 11,9% per tahun. Nilai cengkeh yang dijual selama periode tersebut meningkat rata-rata 12,6% per tahun. Pemasaran cengkeh yang dilaksanakan oleh KUD dalam ta-hun 1987 sedikit lebih baik. Dalam tahun itu terdapat 321 KUD yang mampu membeli cengkeh sebanyak 11,4 ribu ton senilai Rp 70,5 milyar dan menjual 9,9 ribu ton senilai Rp 77,3 mil-yar. Pada tahun 1988 terdapat 448 KUD yang berhasil membeli 8,3 ribu ton cengkeh senilai Rp 48,7 milyar dan menjual 5,4 ribu ton cengkeh senilai Rp 53,8 milyar. Hal ini dapat dili-hat dalam Tabel XI-17.

Di samping koperasi yang berkegiatan di bidang pemasaran kopra dan cengkeh, di berbagai daerah di Jawa terdapat sejum-lah Koperasi Unit Desa yang mengambil bagian dalam kegiatan usaha Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI). Kegiatan itu dilakukan dalam rangka meningkatkan kemampuan dan peranan KUD dalam me-layani kepentingan petani, khususnya petani tebu, terutama dalam bidang perkreditan yang mencakup kredit untuk membiayai pengolahan tanah, penyediaan bibit serta penebangan dan ang-kutan tebu.

Perkembangan realisasi kredit produksi Tebu Rakyat In-tensifikasi selama periode 1983/84 - 1988/89 disajikan dalam Tabel XI-18. Tabel itu menunjukkan bahwa dalam periode terse-but baik jumlah KUD pelaksana maupun realisasi kredit meng-alami penurunan masing-masing rata-rata 4,7% dan 1,5% per ta-hun. Jumlah kredit yang disalurkan pada tahun 1988/89 itu turun 25,8% bila dibandingkan dengan jumlah yang disalurkan pada 1987/88 sebesar Rp 133,4 milyar.

(6) Usaha Perikanan Rakyat

Koperasi yang bekerja di bidang perikanan rakyat juga memperoleh pembinaan dalam bidang usahanya. Perkembangan usaha

X1/27

Page 28: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPada tahun 1988 di lingkungan koperasi non KUD terdapat kurang lebih 1.200 orang manajer, atau 4,7% dari jumlah koperasi yang ada

TABEL XI - 15

PENGADAAN DAN PENYALURAN PESTISIDA OLEH KUD 1)1983/84 - 1988/89

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki

TABEL XI - 16

USAHA KOPERASI DALAM BIDANG PERKOPRAAN, 1)1983 – 1988

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki

XI/28

Page 29: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPada tahun 1988 di lingkungan koperasi non KUD terdapat kurang lebih 1.200 orang manajer, atau 4,7% dari jumlah koperasi yang ada

TABEL XI - 17

USAHA KUD DALAM PEMASARAN CENGKEH, 1)

1983 – 1988

Tahun KUD Pembelian Penjualan

Ton Juta Rp(buah) Ton Juta Rp

1983 264 20.380 152.853,8 19.130 157.395,2

1984 228 7.682 39.664,0 7.912 47.761,0

1985 121 4.842 35.291,0 4.757 37.117,7

1986 125 2.910 22.632,0 3.017 24.135,02)

1987 321 11.350 70.500,0 9.928 77.287,0

1988 448 8.300 48.748,0 5.424 53.814,9

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki

TABEL XI - 18

REALISASI KREDIT PRODUKSI TEBU RAKYAT INTENSIFIKASI 1)

OLEH KOPERASI UNIT DESA,1983/84 - 1988/89

TahunKUD

(buah)Realisasi Kredit

( Ju t a Rp)

1983/84 712 155.730,0

1984/85 716 103.138,0

1985/86 687 159.581,9

1986/87 593 98.426,6

1987/882)

508 133.432,2

1988/89 548 99.028,2

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki

XI/29

Page 30: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPada tahun 1988 di lingkungan koperasi non KUD terdapat kurang lebih 1.200 orang manajer, atau 4,7% dari jumlah koperasi yang ada

koperasi di bidang perikanan rakyat selama Repelita IV dapat dilihat dalam Tabel XI-19.

Tabel tersebut menunjukkan bahwa selama periode 1983 - 1988 jumlah koperasi di bidang perikanan rakyat me-ningkat rata-rata dengan 2,0% per tahun; jumlah anggotanya bertambah rata-rata 2,9% per tahun; sedangkan nilai usahanya naik rata-rata 5,2% per tahun. Laju peningkatan ini agak kecil karena dalam tahun 1986, 1987 dan 1988 jumlah koperasi per-ikanan rakyat dan anggotanya hampir sama dengan tahun 1985. Demikian pula nilai usahanya.

Tabel tersebut di atas juga menunjukkan bahwa jumlah koperasi, jumlah anggota dan nilai usaha perikanan rakyat pada tahun 1988 meningkat dibanding tahun 1983, masing-masing dengan 10,1%, 15,2% dan 26,7%. Pada tahun 1988 terdapat seba-nyak 677 koperasi perikanan rakyat yang seluruhnya beranggo-takan 154,1 ribu orang. Nilai usahanya mencapai Rp 88,8 milyar. Dalam tahun 1983 terdapat 133,8 ribu orang yang hidup dari perikanan rakyat yang tergabung dalam 615 koperasi. Ko-perasi-koperasi tersebut mampu melaksanakan pemasaran ikan yang nilai seluruhnya mencapai Rp 70,1 milyar. Apabila diban-dingkan dengan tahun 1984, pada tahun 1988 jumlah koperasi, jumlah anggota dan nilai usaha mengalami pertambahan bertu-rut-turut sebesar 5,0%, 3,8% dan 24,3%.

(7) Usaha Perternakan Rakyat

Perkembangan partisipasi koperasi peternakan (tidak ter-masuk peternakan sapi perah) dalam membina usaha bersama rak-yat dalam bidang peternakan dapat dilihat dalam Tabel XI-20. Selama periode 1983 - 1988 terdapat peningkatan nilai usaha rata-rata sebesar 12,0% per tahun. Baik jumlah koperasi mau-pun jumlah anggotanya yang berpartisipasi dalam usaha peter-nakan rakyat sejak tahun 1985 praktis tidak mengalami per-ubahan, kecuali dalam nilai usahanya. Dalam tahun 1988 jumlah koperasi peternakan mencapai 499 buah dengan anggota 53,9 ribu peternak dan nilai usaha koperasi sebesar Rp 102,5 mil-yar. Sebagai pembanding, dalam tahun 1983 terdapat 491 kope-rasi dengan anggota sebanyak 48,4 ribu peternak dan nilai usahanya mencapai Rp 61,0 milyar. Dengan demikian berarti dalam jumlahnya, jumlah anggotanya dan nilai usahanya, keada-an pada tahun 1988 dibanding tahun 1983 meningkat masing-ma-sing dengan 1,6%, 11,3% dan 67,9%.

XI/30

Page 31: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPada tahun 1988 di lingkungan koperasi non KUD terdapat kurang lebih 1.200 orang manajer, atau 4,7% dari jumlah koperasi yang ada

TABEL XI - 19

USAHA KOPERASI PERIKANAN RAKYAT,1983 – 1988

1) Angka kumulatif2) Angka tahunan

TABEL XI - 20

USAHA KOPERASI DI BIDANG PETERNAKAN, 1)1983 - 1988

Tahun Koperasi 2)

(buah)Jumlah Anggota 2)

(orang)Nilai Usaha 3)(Juta Rp)

1983 491 48.383 61.046,5

1984 514 51.673 87.344,5

1985 494 53.855 92.724,01986 494 53.855 89.567,0

1987 499 53.855 92.724,0

1988 499 53.855 102.500,0

1) Tidak termasuk usaha koperasi susu2) Angka kumulatif3) Angka tahunan

XI/31

Page 32: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPada tahun 1988 di lingkungan koperasi non KUD terdapat kurang lebih 1.200 orang manajer, atau 4,7% dari jumlah koperasi yang ada

Dalam rangka pengembangan kegiatan usaha koperasi di bi-dang peternakan, dilaksanakan pula pembinaan usaha bagi kope-rasi produksi dan pemasaran susu. Hasil pembinaan usaha itu dapat dilihat dalam Tabel XI-21. Jumlah koperasi susu selama periode 1983 - 1988 hampir tidak ada peningkatan. Meskipun demikian jumlah anggotanya meningkat rata-rata 11,8% per ta-hun dan populasi sapi betinanya meningkat rata-rata dengan 13,1% per tahun; produksi susunya meningkat rata-rata dengan 17,2% per tahun. Apabila dibanding tahun 1983, jumlah kope-rasi, jumlah anggota dan jumlah susu yang berhasil diproduksi dan dipasarkan pada tahun 1988 meningkat berturut-turut de-ngan persentasi 5,8%, 71,1% dan 93,5%. Sedangkan jika diban-ding dengan tahun 1984, pada tahun 19$8 terjadi penambahan jumlah koperasi, jumlah anggota serta jumlah produksi dan pe-masaran susu masing-masing sebesar 0,5%, 69,2% dan 9,1%.

(8) Usaha Kerajinan Rakyat/Industri Kecil

Usaha koperasi dalam bidang kerajinan rakyat/industri kecil yang dibina mencakup usaha-usaha dalam industri logam, pertambangan, sandang, batik dan pembuatan tahu tempe. Per-kembangan usaha koperasi-koperasi tersebut selama Repelita IV secara keseluruhan cukup menggembirakan, sebagaimana dapat dilihat dalam Tabel XI-22. Dari angka-angka tersebut tampak bahwa selama kurun waktu 1983 - 1988 jumlah koperasi mening-kat rata-rata dengan 13,8% per tahun, sedangkan jumlah anggo-ta dan nilai usaha masing-masing meningkat rata-rata dengan 47,1% dan 15,1% per tahun. Pada tahun 1988 terdapat 1.253 koperasi dengan anggota sebanyak 290,8 ribu orang dan nilai usaha sebesar Rp 411,8 milyar. Sebagai pembanding, dalam ta-hun 1983 hanya terdapat 675 buah koperasi dengan anggota 65,2 ribu orang, sedangkan nilai usahanya secara keseluruhan men-capai Rp 210,1 milyar. Hal ini menunjukkan bahwa dibanding tahun 1983, pada tahun 1988 jumlah koperasi, jumlah anggota dan nilai usaha telah meningkat masing-masing dengan 85,6%, 346,0% dan 96,0%. Pada tahun 1984 jumlah koperasi adalah 725 buah, yang beranggotakan 65,8 ribu orang, memiliki nilai usaha Rp 220,5 milyar. Sehingga jika dibanding keadaan tahun 1984 tersebut, jumlah koperasi, jumlah anggota dan nilai usaha pada tahun 1988 telah bertambah masing-masing sebesar 72,8%, 342,0% dan 86,8%. Kemudian, pada tahun 1987 jumlah koperasi mencapai 1.288 buah, beranggotakan 277,0 ribu orang dan nilai usahanya sebesar Rp 392,2 milyar. Dengan demikian, apabila keadaan tahun 1988 dibanding tahun 1987 tersebut, ternyata telah terjadi penurunan dalam jumlah koperasi 2,7%,

XI/32

Page 33: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPada tahun 1988 di lingkungan koperasi non KUD terdapat kurang lebih 1.200 orang manajer, atau 4,7% dari jumlah koperasi yang ada

TABEL XI - 21

USAHA KOPERASI SUSU/KUD UNIT SUSU,1983 – 1988

1) Angka kumulatif2) Angka per tahun3) Rata-rata produksi per ekor per hari

TABEL XI - 22

USAHA KOPERASI KERAJINAN RAKYAT,1983 – 1988

Tahun Koperasi ¹)(buah)

Jumlah ¹)Anggota(orang)

Nilai Usaha(Juta Rp)

1983 675 65.201 210.147,3

1984 725 65.800 220.500,0

1985 789 70.402 240.800,0

1986 1.010 199.902 341.027,0

1987 1.288 276.969 392.181,0

1988 1.253 290.817 411.790,0

1) Angka kumulatif2) Angka tahunan

XI/33

Page 34: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPada tahun 1988 di lingkungan koperasi non KUD terdapat kurang lebih 1.200 orang manajer, atau 4,7% dari jumlah koperasi yang ada

peningkatan dengan persentase yang sama dalam jumlah anggota dan dalam nilai usahanya yaitu sebesar 5,0%.

Salah satu jenis koperasi yang berkegiatan dalam kera-jinan rakyat adalah koperasi yang berusaha dalam industri lo-gam, seperti pandai besi. Di samping itu terdapat pula kope-rasi yang mengusahakan tambang batu gamping, kapur, pasir dan batu kali. Kegiatan koperasi-koperasi tersebut selama Repe-lita IV dapat digambarkan dalam Tabel XI-23. Tabel tersebut menggambarkan bahwa selama periode 1983 - 1988 kenaikan jumlah koperasi rata-rata per tahun sebesar 10,6%, kenaikan jumlah anggotanya 2,1%, dan kenaikan nilai usahanya sebesar 13,2% rata-rata per tahun. Dalam tahun 1988 terdapat 338 koperasi logam dan tambang dengan anggota seluruhnya 21,9 ribu orang dan nilai usaha Rp 115,7 milyar. Sebagai pembanding, dalam tahun 1983 terdapat 210 koperasi industri logam dan pertam-bangan dengan anggota yang seluruhnya berjumlah 19,7 ribu orang. Nilai usaha yang dihasilkan oleh koperasi-koperasi tersebut pada tahun itu seluruhnya mencapai Rp 65,0 milyar. Dengan demikian, apabila dibanding tahun 1983, jumlah kopera-si, jumlah anggota dan nilai usaha pada tahun 1988 telah mengalami peningkatan masing-masing sebesar 61,0%, 10,8% dan 77,8%. Pada tahun 1984 jumlah koperasinya meningkat menjadi 225 buah dan anggotanya menjadi sebanyak 20,9 ribu orang, se-dangkan nilai usahanya dalam tahun itu mencapai Rp 69,3 mil-yar. Angka-angka ini menunjukkan bahwa dibanding tahun 1984, pada tahun 1988 jumlah koperasi, jumlah anggota dan nilai usaha bertambah berturut-turut dengan 50,2%, 4,7% dan 67,0%.

Perkembangan koperasi yang berusaha dalam produksi dan pemasaran komoditi batik dan pakaian jadi dapat dilihat dalam Tabel RI-24. Dalam periode 1983 - 1988 kenaikan rata-rata jumlah koperasinya per tahun mencapai 4,6% dan kenaikan jum-lah anggotanya mencapai 34,8% per tahun; sedang nilai usaha-nya meningkat dengan rata-rata 10,7% per tahun. Pada tahun 1988 terdapat jumlah koperasi dan jumlah anggota yang sama besarnya dengan yang ada pada tahun 1987, yaitu 192 koperasi dengan anggota sebanyak 68,1 ribu orang. Tetapi nilai usaha tahun 1988 sedikit lebih besar yaitu mencapai Rp 117,6 milyar. Sebagai pembanding, dalam tahun 1983 hanya terdapat 154 koperasi, dengan anggota secara keseluruhan sebanyak 21,9 ribu orang dan nilai usahanya sebesar Rp 71,5 milyar. Berarti dibanding tahun 1983 tersebut, pada tahun 1988 terdapat

XI/34

Page 35: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPada tahun 1988 di lingkungan koperasi non KUD terdapat kurang lebih 1.200 orang manajer, atau 4,7% dari jumlah koperasi yang ada

TABEL XI – 23

USAHA KOPERASI INDUSTRI LOGAM DAN TAMBANG, 1)

1983 – 1988

1) Industri Logam berupa Pandai Besi dan Tambang berupa Barang Galian seperti: Batu Samping, Kapur, Pasir dan Batu kali.

2) Angka kumulatif3) Angka tahunan

TABEL XI - 24

USAHA KOPERASI DI BIDANG BATIK DAN GARMENT,1983 – 1988

1) Angka kumulatif2) Angka tahunan

XI/35

Page 36: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPada tahun 1988 di lingkungan koperasi non KUD terdapat kurang lebih 1.200 orang manajer, atau 4,7% dari jumlah koperasi yang ada

peningkatan jumlah koperasi, jumlah anggota dan nilai usaha masing-masing sebesar 24,7%, 211,4% dan 64,4%. Pada tahun berikutnya, jumlah koperasi meningkat menjadi 159 buah, de-ngan anggotanya menjadi 22,9 ribu orang, serta nilai usahanya juga meningkat menjadi Rp 74,5 milyar. Dibandingkan dengan tahun 1984 tersebut, jumlah koperasi, jumlah anggota dan nilai usaha pada tahun 1988 lebih tinggi, berturut-turut 20,8%, 197,0% dan 57,9%.

Koperasi industri kecil dalam produksi dan pemasaran tahu tempe disajikan dalam Tabel XI-25. Pada tabel tersebut nampak bahwa selama periode 1983 - 1988, walaupun kenaikan jumlah koperasi rata-rata per tahun hanya mencapai 1,2%, jumlah anggotanya telah meningkat rata-rata dengan 17,6% per tahun dan jumlah kedelai yang disalurkan meningkat rata-rata dengan 11,8% per tahun. Tabel tersebut juga menunjukkan bahwa dalam tahun 1983 terdapat 67 koperasi yang beranggotakan 17,2 ribu orang dengan modal sebesar Rp 29,6 milyar; kedelai yang disalurkan pada tahun itu sebesar 84,5 ribu ton. Sedangkan koperasi tahu tempe dalam tahun 1988 berjumlah 71 buah dengan anggota sebanyak 32,8 ribu orang dan modalnya mencapai Rp 80,4 milyar; sedangkan kedelai yang disalurkan kepada para anggota berjumlah 131,1 ribu ton. Dengan demikian, dibanding tahun 1983, pada tahun 1988 terdapat peningkatan jumlah koperasi, jumlah anggota, permodalan dan jumlah kedelai yang disalurkan masing-masing sebesar 6,0%, 90,9%, 171,6% dan 55,2%.

Apabila dibandingkan dengan tahun 1987, maka jumlah ko-perasi tahu tempe pada tahun 1988 masih lama dengan tahun se-belumnya, sedangkan jumlah anggota dan permodalannya masing-masing naik 7,2% dan 22,1%. Akan tetapi jumlah kedelai yang disalurkan turun 23,1%.

(9) Penyaluran Barang Kebutuhan Pokok

Dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan pokok para anggota, koperasi telah berhasil melaksanakan kegiatan penyaluran gula pasir dan tepung terigu kepada para anggotanya. Perkembangan penyaluran bahan-bahan tersebut dapat dilihat dalam Tabel XI-26 dan Tabel XI-27.

Tabel XI-26 menunjukkan bahwa jumlah gula pasir yang di-salurkan selama jangka waktu 1983 - 1988 berfluktuasi dari tahun ke tahun. Pada tahun 1983, koperasi menyalurkan seba-nyak 529,1 ribu ton gula pasir kepada para anggotanya, dan dalam tahun 1988 berhasil disalurkan sebanyak 699,5 ribu ton.

XI/36

Page 37: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPada tahun 1988 di lingkungan koperasi non KUD terdapat kurang lebih 1.200 orang manajer, atau 4,7% dari jumlah koperasi yang ada

TABEL XI - 25KOPERASI PRODUKSI TAHU TEMPE,

1983 – 1988

1) Angka kumulatif2) Angka tahunan

TABEL XI - 26PENYALURAN GULA PASIR

OLEH KOPERASI UNIT DESA, 1)1983 - 1988

(ton)

1) Angka tahunan

XI/37

Page 38: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPada tahun 1988 di lingkungan koperasi non KUD terdapat kurang lebih 1.200 orang manajer, atau 4,7% dari jumlah koperasi yang ada

Ini menunjukkan bahwa dibanding tahun 1983, penyaluran gula pasir oleh koperasi pada tahun 1988 sebesar 32,2% lebih ba-nyak. Apabila dibandingkan dengan tahun 1987, maka gula yang disalurkan pada tahun 1988 telah meningkat sebesar 27,3%, se-dangkan bila dibanding tahun 1984, gula pasir yang berhasil disalurkan pada tahun 1988 telah bertambah 47,4%.

Penyaluran tepung terigu oleh koperasi kepada para ang-gotanya selama kurun waktu 1983 - 1988 dapat dilihat dalam Tabel XI-27. Dalam periode tersebut penyaluran tepung terigu rata-rata meningkat dengan 18,4% per tahun. Pada tahun 1988 penyaluran tepung terigu kepada para anggota mencapai 200,9 ribu ton, yang berarti suatu kenaikan sebesar 63,6% dari ta-hun 1987 yang menyalurkan 122,8 ribu ton. Pada tahun 1983 dan 1984 terdapat jumlah penyaluran yang hampir sama, yaitu seki-tar 93,6 ribu ton tepung terigu. Hal ini berarti, bila diban-ding tahun 1983 atau 1984, tepung terigu yang disalurkan oleh koperasi pada tahun 1988 mengalami peningkatan 114,5%.

(10) Usaha Pemasaran Jasa Angkutan

Koperasi yang berusaha di bidang jasa angkutan meliputi koperasi yang anggota-anggotanya berusaha dalam angkutan darat, angkutan sungai dan angkutan laut.

Tabel XI-28 menggambarkan hasil pembinaan koperasi yang berusaha di bidang jasa angkutan darat dan sungai. Pada tabel tersebut tampak bahwa jumlah koperasi angkutan darat/sungai selama periode 1983 - 1988 telah meningkat rata-rata dengan 20,5% setiap tahun dan jumlah armadanya meningkat rata-rata dengan 31,0% setiap tahunnya. Pada tahun 1988 tercatat 268 koperasi jasa angkutan yang secara keseluruhan mampu mengelo-la 19.341 unit kendaraan angkutan darat dan sungai. Pada ta-hun 1983 terdapat 108 koperasi dan kendaraan yang dikelolanya berjumlah 5.650 unit. Berarti bila dibanding tahun 1983, jum-lah koperasi dan kendaraan yang dikelola pada tahun 1988 mengalami penambahan masing-masing sebesar 148,1% dan 242,3%. Tahun 1984 terdapat 127 koperasi dan kendaraan yang dikelola berjumlah 6.478 unit. Dengan demikian, bila dibanding tahun 1984, pada tahun 1988 terdapat peningkatan jumlah koperasi dan jumlah kendaraan yang dikelola sebesar, berturut-turut, 111,0% dan 198,6%.

Perkembangan koperasi yang berusaha di bidang angkutan laut disajikan dalam Tabel XI-29. Peningkatan jumlah koperasi dan armada koperasi angkutan laut selama periode 1983 - 1988

XI/38

Page 39: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPada tahun 1988 di lingkungan koperasi non KUD terdapat kurang lebih 1.200 orang manajer, atau 4,7% dari jumlah koperasi yang ada

TABEL XI - 27

PENYALURAN TEPUNG TERIGU OLEH PUSKUD, 1)

1983 - 1988(ton)

Tahun JumlahYang disalurkan

1983 93.682

1984 93.624

1985 103.882

1986 106.616

1987 122.764

1988 200.868

1) Angka tahunan

TABEL XI - 28

USAHA KOPERASI ANGKUTAN DARAT/SUNGAI, 1)

1983 – 1988

TahunJumlah

KoperasiJumlahAnggota

JumlahArmada

(buah) (orang) (unit)

1983 108 22.850 5.650

1984 127 23.993 6.478

1985 154 26.990 7.766

1986 184 33.690 8.860

1987 191 34.815 9.976

1988 268 45.793 19.341

1) Angka kumulatif

XI/39

Page 40: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPada tahun 1988 di lingkungan koperasi non KUD terdapat kurang lebih 1.200 orang manajer, atau 4,7% dari jumlah koperasi yang ada

TABEL XI - 29

USAHA KOPERASI ANGKUTAN LAUT, 1)

1983 – 1988

TahunJumlah

KoperasiJumlahAnggota

JumlahArmada

(buah) (orang) (unit)

1983 27 3.410 375

1984 31 3.557 381

1985 36 3.610 383

1986 37 3.854 384

1987 38 4.017 399

1988 39 4.048 410

1) Angka kumulatif

mencapai rata-rata 7,8% dan 2,2% per tahun, sedangkan jumlah anggotanya meningkat dengan rata-rata 3,5% setiap tahunnya. Pada tahun 1988 terdapat sebanyak 39 koperasi dengan jumlah anggota sebanyak 4.048 orang yang seluruhnya mengelola 410 perahu. Sebagai pembanding, pada tahun 1983 terdapat 27 kope-rasi dengan anggota 3.410 orang; seluruhnya mengelola 375 pe-rahu. Apabila dibanding tahun 1983 tersebut, jumlah koperasi, jumlah anggota dan jumlah perahu yang dikelola pada tahun 1988 mengalami peningkatan berturut-turut sebesar 44,4%,

XI/40

Page 41: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPada tahun 1988 di lingkungan koperasi non KUD terdapat kurang lebih 1.200 orang manajer, atau 4,7% dari jumlah koperasi yang ada

18,7% dan 9,3%. Pada tahun 1984 dan 1985 terdapat masing-masing 31 dan 36 koperasi dengan armada yang dikelolanya sebanyak 381 dan 383 unit perahu.

(11) Pemasaran Jasa Kelistrikan

Beberapa koperasi dan KUD telah mampu berpartisipasi da-lam usaha pemasaran jasa listrik pedesaan baik secara swadaya maupun dengan bekerja sama dengan PLN sebagai hasil pembinaan yang dilakukan secara terus menerus dan intensif selama ta-hun-tahun yang lalu. Dalam rangka kerja sama dengan PLN, kope-rasi melakukan pekerjaan dengan menggunakan Pola I, II dan III. Bentuk pekerjaan Pola I adalah sebagai berikut: Petugas koperasi yang telah mendapat latihan teknis ditugasi untuk membaca meter dan melakukan penagihan rekening listrik kepada para pelanggan dengan mendapat upah sebesar seperti yang ter-tera dalam perjanjian. Sedang bentuk pekerjaan Pola. II adalah sama dengan pekerjaan Pola I ditambah dengan pekerjaan seba-gai pemasang instalasi, pemasang sambungan rumah, pemelihara jaringan dan memberi pelayanan kepada para pelanggan apabila terjadi gangguan teknis. Bentuk pekerjaan Pola III sama de-ngan Pola II, tetapi koperasi-koperasi tersebut berperan se-bagai pembeli tenaga listrik dari PLN dan selanjutnya men-distribusikan tenaga listrik itu kepada para pelanggan.

Di samping itu terdapat beberapa koperasi yang telah mampu mengelola listrik secara swadaya yang berdasarkan Po-la IV. Bentuk pekerjaan Pola IV adalah: koperasi melakukan pekerjaan mulai dari pembangunan pembangkit tenaga listrik sampai dengan penyalurannya kepada para pelanggan.

Partisipasi koperasi dalam pemasaran jasa listrik pede-saan dapat dilihat pada Tabel XI-30. Dalam periode 1983 sam-pai dengan 1988, koperasi/KUD yang bergerak di bidang listrik pedesaan meningkat rata-rata 16,3% per tahun, sedangkan jum-lah pelanggan serta jumlah desa yang diliput masing-masing meningkat dengan rata-rata 62,9% dan 44,6% per tahun. Dalam tahun 1988 terdapat 2.028,7 ribu pelanggan yang tersebar di 6.593 desa, dilayani oleh 966 koperasi dan KUD.

Selain itu, terdapat tiga proyek listrik pedesaan Po-la IV, yaitu KLP "Sinar Siwo Mego" di kabupaten Lampung Te-ngah, KLP "Soma Botuna" di kabupaten Luwu dan KLP "Sinar Rin-jani" di kabupaten Lombok Timur. Dalam periode 1983 - 1988 jumlah pelanggan/rumah dan jumlah desa yang dilayani kedua

XI/41

Page 42: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPada tahun 1988 di lingkungan koperasi non KUD terdapat kurang lebih 1.200 orang manajer, atau 4,7% dari jumlah koperasi yang ada

TABEL XI - 30

PARTISIPASI KOPERASI DALAMPEMASARAN JASA LISTRIK PEDESAAN, 1)

1983 - 1988

TahunJumlahKoperasi

JumlahPelanggan Yang

JumlahDesa

KUD Dilayani(Rumah)

1983 478 183.256 1.394

1984 490 302.260 1.503

1985 506 484.782 1.589

1986 591 635.405 1.632

1987 890 1.199.744 2.807

1988 966 2.028.698 6.593

1) Swadaya dan Kerjasama dengan PLN dan angka kumulatif

koperasi tersebut meningkat masing-masing sebesar 16,3% dan 44,6%. Pada tahun 1983 kedua koperasi tersebut baru dapat melayani 5.804 pelanggan yang tersebar di 46 desa; pada tahun 1988 telah mampu melayani 34.706 pelanggan yang tersebar di 172 desa. Jumlah pelanggan listrik tersebut pada tahun 1984 sebanyak 8.227 rumah dan tersebar di 47 desa. Sedangkan dalam tahun 1987 jumlah pelanggan meningkat lagi menjadi 30.007 rumah yang tersebar di 151 desa.

Di samping itu, dalam rangka memanfaatkan kelebihan lis-trik dari Pabrik Pupuk Iskandar Muda dan Pabrik Pupuk ASEAN, pada tahun 1987 dibangun sebuah koperasi Listrik Pedesaan "Wira Karya" di kabupaten Lhok Seumawe. Koperasi tersebut pa-da saat itu mampu melayani 1.435 pelanggan yang tersebar di 32 desa; sedangkan pada tahun 1988 mampu melayani 1.870 pe-langgan yang tersebar di 34 desa.

XI/42

Page 43: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPada tahun 1988 di lingkungan koperasi non KUD terdapat kurang lebih 1.200 orang manajer, atau 4,7% dari jumlah koperasi yang ada

c. Hasil-hasil Kegiatan Penunjang

Dalam rangka melaksanakan pembinaan koperasi secara ter-atur dan intensif diselenggarakan kursus-kursus dan penataran baik bagi petugas pembina yang telah bekerja maupun bagi para pembina yang masih baru. Di samping itu untuk memenuhi kebu-tuhan akan data yang diperlukan oleh para pembina ataupun oleh para pengambil kebijaksanaan untuk menetapkan kebijaksa-naan koperasi pada tahun-tahun berikutnya, setiap tahun dise-lenggarakan kegiatan penelitian, baik di bidang kelembagaan maupun dalam bidang usaha. Hasil pendidikan bagi para pembina dan kegiatan penelitian yang dilakukan selama Repelita IV da-pat digambarkan sebagai berikut.

Dalam jangka waktu 1983/84 sampai dengan 1988/89, pembi-na koperasi yang telah memperoleh kesempatan mengikuti kursus atau penataran turun dengan rata-rata 18,5% per tahun. Penu-runan tersebut disebabkan oleh terdapatnya persyaratan yang lebih ketat bagi pemilihan para peserta penataran. Dalam ta-hun 1988/89 pembina koperasi yang memperoleh kursus/penataran berjumlah 539 orang. Penelitian perkoperasian yang dilaksana-kan dalam tahun 1983/84 sampai dengan tahun 1988/89 berjumlah 37 judul penelitian. Khusus untuk tahun 1988/89 yang penting untuk dilaporkan ada 11 judul, yaitu, penelitian mengenai Sistem Informasi Manajemen, Pengembangan Kelembagaan Koperasi Industri Kecil dan Kerajinan, Evaluasi Sistem dan Pelaksanaan Pendidikan Perkoperasian, Peran Serta Koperasi Pedagang Pa-sar, Pelaksanaan Integrasi Kelompok Tani ke dalam KUD, Keter-kaitan Usaha Antar Anggota dengan KUD, Evaluasi Sistem Klasi-fikasi KUD, Kemampuan Manajerial Pengurus dan Manajer KUD, Evaluasi Peranan KUD dalam Pengembangan Wilayah, Kelayakan Usaha Perikanan melalui KUD Mina, dan Peran Serta Koperasi Karyawan dalam Pemilikan Saham BUMN dan Swasta.

B. PERDAGANGAN DALAM NEGERI

1. Pendahuluan

Sesuai Garis-garis Besar Haluan Negara tahun 1983, titik berat kebijaksanaan perdagangan dalam negeri selama Repelita IV diarahkan untuk meningkatkan efisiensi pemasaran yang mengarah kepada upaya memperlancar arus barang dan jasa, se-hingga tercipta keadaan dan perkembangan harga yang layak dan bersaing. Dengan demikian peningkatan produksi dan ekspor, perluasan lapangan kerja, peningkatan pendapatan rakyat serta pemantapan stabilitas ekonomi dapat dicapai.

XI/43

Page 44: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPada tahun 1988 di lingkungan koperasi non KUD terdapat kurang lebih 1.200 orang manajer, atau 4,7% dari jumlah koperasi yang ada

Selama kurun waktu Repelita IV 1984/85 - 1988/89 usaha-usaha pembangunan bidang perdagangan dalam negeri diarahkan untuk meningkatkan pemasaran hasil-hasil produksi dan penya-luran bahan dan sarana produksi. Dengan semakin lancarnya arus barang dan jasa, diharapkan harga bahan dan barang akan men-jadi lebih wajar; dan dengan demikian pasar dalam negeri bagi bahan-bahan dan barang hasil produksi dalam negeri akan men-jadi lebih berkembang dan meluas. Hal ini juga akan membuka kesempatan berusaha yang lebih luas, terutama bagi golongan ekonomi lemah; di samping akan meningkatkan kesempatan kerja dan memperkuat hubungan serta keterkaitan ekonomi antar daerah, dalam suatu kesatuan ekonomi dan pasar nasional yang mantap.

2. Kebijaksanaan dan Langkah-langkah

Guna mencapai tujuan pembangunan perdagangan dalam Repe-lita IV, kebijaksanaan dan langkah-langkah di bidang perda-gangan dalam negeri yang telah ditempuh selama lima tahun yang lalu terutama ditujukan kepada sasaran-sasaran sebagai berikut:

a. Menjaga kemantapan harga;b. Penyempurnaan prasarana pemasaran;c. Meningkatkan peranan pedagang nasional, khususnya

pedagang golongan ekonomi lemah;d. Memperluas pasaran barang-barang produksi dalam

negeri;e. Meningkatkan daya guna pemasaran bahan-bahan ter-

tentu.

Guna mendukung dan mempertahankan tingkat laju pertum-buhan ekonomi yang mantap, selama periode tersebut telah di-ambil berbagai langkah kebijaksanaan ekonomi yang menyangkut bidang perdagangan, industri, penanaman modal dan bidang eko-nomi lainnya. Kebijaksanaan-kebijaksanaan di tingkat nasional yang bersifat deregulasi dan debirokratisasi bertujuan untuk semakin meningkatkan efisiensi produksi nasional, menunjang kelancaran distribusi barang dalam negeri sehingga tercipta keadaan dan perkembangan harga barang dan jasa yang layak dan bersaing terutama dalam rangka peningkatan ekspor non migas, meningkatkan gairah untuk perluasan investasi dan memperluas penciptaan lapangan kerja. Kebijaksanaan tersebut antara lain tertuang dalam Inpres No. 4/1985, Paket Kebijaksanaan 6 Mei 1986, Paket Kebijaksanaan 25 Oktober 1986, Paket Kebijaksana-an 15 Januari 1987, Paket Kebijaksanaan 24 Desember 1987,

XI/44

Page 45: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPada tahun 1988 di lingkungan koperasi non KUD terdapat kurang lebih 1.200 orang manajer, atau 4,7% dari jumlah koperasi yang ada

Keppres No. 6 Tahun 1988 tanggal 28 Maret 1988 dan Paket Ke-bijaksanaan 21 Nopember 1988.

Selain paket kebijaksanaan tersebut di atas, dalam rangka pemenuhan barang dan bahan pokok kebutuhan masyarakat dan memberikan kepastian berusaha bagi para produsen, di tingkat operasional telah juga digariskan beberapa kebijaksanaan yang bertujuan mengamankan pelaksanaannya.

a. Menjaga Kemantapan Harga

Tujuan utama menjaga kemantapan harga adalah agar harga barang maupun jasa berada pada tingkat yang wajar dan ter-jangkau oleh masyarakat banyak. Juga diharapkan agar masyara-kat banyak dapat memenuhi kebutuhan pokoknya dan pembangunan nasional dapat berlangsung seperti yang direncanakan. Upaya tersebut dilaksanakan dengan meningkatkan kelancaran arus barang melalui koordinasi dengan sektor produksi, perhubungan dan perbankan. Perkembangan perdagangan dalam negeri selama Repelita IV telah ditandai dengan semakin luasnya penyebaran barang dan bahan di seluruh wilayah dengan harga yang relatif stabil dan cukup terkendali. Keadaan ini telah membantu men-dorong dan memperlancar pembangunan di daerah, meningkatkan aktivitas ekonomi di daerah-daerah terpencil dan mendorong peningkatan ekspor non migas.

Pada dasarnya kebijaksanaan pengadaan dan penyaluran barang diserahkan kepada mekanisme pasar yang ada, sehingga realisasi kebutuhan dan tingkat harga terbentuk sebagai akibat adanya interaksi antara permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar. Dalam rangka pembangunan Pemerintah dalam hubungan ini menempuh kebijaksanaan yang dapat mempengaruhi permintaan, seperti meningkatkan pendapatan per jiwa rakyat, dan kebijak-sanaan yang dapat mempengaruhi penawaran, seperti membangun infrastruktur phisik, untuk memperlancar produksi dan peng-angkutan dan menempuh kebijaksanaan perkreditan yang dapat membantu memperlancar produksi.

Guna memantapkan kebijaksanaan perdagangan dalam negeri tersebut, selama Repelita IV selain dipantau terus perkem-bangan harga kebutuhan pokok yang terjadi di seluruh tanah air, juga tetap diberlakukan pengaturan tata niaga bagi bebe-rapa komoditi strategis. Hal ini diperlukan guna menjamin terselenggaranya secara baik distribusi kebutuhan pokok rakyat dan beberapa komoditi strategis lainnya di seluruh tanah air.

XI/45

Page 46: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPada tahun 1988 di lingkungan koperasi non KUD terdapat kurang lebih 1.200 orang manajer, atau 4,7% dari jumlah koperasi yang ada

Langkah-langkah kebijaksanaan yang ditempuh untuk menjaga stabilitas harga antara lain ialah: (i) Selalu menyesuaikan harga pedoman setempat (HPS) untuk barang-barang tertentu se-perti semen, (ii) Menjaga agar selalu terpelihara adanya iklim usaha yang dapat menggairahkan perdagangan dan menun-jang pertumbuhan ekonomi rakyat, (iii) Menetapkan harga bahan baku tertentu, seperti minyak kelapa sawit, untuk kebutuhan industri dalam negeri, (iv) Menjaga kelancaran penyaluran barang kepada konsumen serta menjaga kelangsungan persediaan stock di berbagai tempat melalui koordinasi antara sektor produksi, sektor perdagangan dan sektor perhubungan, dan (v) Melakukan pengawasan atas mutu dan melakukan pemantauan se-cara teratur atas harga bahan-bahan tertentu yang beredar di pasaran, baik yang berasal dari dalam negeri maupun impor.

Dalam rangka mendukung perkembangan produksi dalam ne-geri dan peningkatan penggunaannya, telah ditetapkan beberapa ketentuan pokok, seperti penetapan harga jual kertas koran produksi dalam negeri, penetapan ratio susu impor dengan pe-nyerapan susu murni dan susu bubuk produksi dalam negeri, dan penetapan harga dasar pembelian garam produksi dalam negeri.

b. Penyempurnaan Prasarana Pemasaran

Dalam upaya pembinaan dan pengembangan pasar dan perto-koan secara terpadu, penyempurnaan prasarana pemasaran baik fisik maupun kelembagaan selama Repelita IV terus dijalankan. Berbagai kebijaksanaan yang diambil meliputi:

(1) Penyempurnaan Prasarana Fisik

Upaya penyempurnaan prasarana fisik pemasaran dilaksana-kan dengan kebijaksanaan Inpres pembangunan atau pemugaran pasar dan Inpres pembangunan pusat pertokoan atau perbelanja-an. Melalui kebijaksanaan tersebut diharapkan kemampuan daerah dalam menyediakan lokasi usaha untuk kegiatan perdagangan yang tertib dan memadai akan dapat terpenuhi. Proyek tersebut diharapkan juga dapat memperbaiki penataan kembali wilayah perkotaan di daerah-daerah dengan penyediaan kredit khusus bagi Daerah-daerah Tingkat II yang memerlukan.

Dalam rangka memeratakan hasil-hasil pembangunan dan peningkatan kegiatan ekonomi daerah, selama Repelita IV juga dibangun proyek pasar percontohan di daerah perbatasan, daerah terpencil dan daerah transmigrasi.

XI/46

Page 47: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPada tahun 1988 di lingkungan koperasi non KUD terdapat kurang lebih 1.200 orang manajer, atau 4,7% dari jumlah koperasi yang ada

Guna meningkatkan penyediaan fasilitas fisik yang dibu-tuhkan oleh para pengusaha, telah pula dikeluarkan PP No. 22 Tahun 1986 tentang Kawasan Berikat (KB). Secara umum KB dide-finisikan sebagai suatu kawasan industri yang dibangun khusus untuk memberikan fasilitas yang memungkinkan berlangsungnya proses produksi untuk tujuan ekspor dan diberi status khusus kawasan berikat (bonded zone). Dalam rangka mendorong pening-katan ekspor non migas Pemerintah telah mendirikan PT (Persero) Kawasan Berikat Nusantara (KBN) yang berlokasi di Cakung Ja-karta. Beberapa fasilitas menarik, selain fasilitas fisik, yang dapat diberikan oleh KBN kepada para pengusaha, antara lain adalah disediakannya sarana bongkar muat, telex, telepon, facsimile, listrik dan air minum, dan juga pembebasan dari pajak pertambahan nilai.

Dalam menempatkan fungsi gudang sebagai ruang atau tempat menyimpan atau menampung barang perniagaan dan sebagai sarana untuk menunjang kelancaran arus barang, maka dipandang perlu kepada setiap perusahaan yang bergerak dalam kegiatan usaha jasa pergudangan untuk memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) jasa pergudangan. Keputusan Pemerintah ini mulai di-berlakukan sejak Nopember 1988.

(2) Penyempurnaan Prasarana Kelembagaan

Dalam upaya penyempurnaan sistem administrasi di bidang perdagangan dalam negeri, termasuk penyempurnaan peraturan, sistem perizinan dan penyederhanaan serta peningkatan daya guna pelaksanaannya, telah ditempuh langkah kebijaksanaan se-bagai berikut:

(a) Pelaksanaan Undang-undang Metrologi Legal dan Undang-undang Wajib Daftar Perusahaan

Mengingat sangat pentingnya kepastian kebenaran pengukur-an atau nilai standar pembanding alat ukur, takar, timbang dan perlengkapannya, sebagai sarana penunjang untuk melindungi kepentingan umum, maka melalui Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 1989 tentang Standar Nasional untuk Satuan Ukuran, telah ditetapkan standar induk untuk 7 (tujuh) satuan dasar serta susunan turunan dari standar dasar. Sehubungan dengan itu dalam rangka pembinaan dan pengembangan standar nasional, me-lalui Keppres No. 7 Tahun 1989 tentang Dewan Standardisasi Nasional telah ditetapkan pula kedudukan, tugas pokok, fungsi

XI/47

Page 48: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPada tahun 1988 di lingkungan koperasi non KUD terdapat kurang lebih 1.200 orang manajer, atau 4,7% dari jumlah koperasi yang ada

dan tata kerja Dewan Standardisasi Nasional dengan memperhati-kan syarat-syarat kesehatan, keselamatan, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dalam rangka pelaksanaan UU No. 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal, melalui keputusan bersama antara Menteri Perdagangan dan Menteri Pertambangan dan Energi, dalam tahun 1988 telah diberlakukan ketentuan untuk peneraan alat-alat ukur dan perlengkapannya yang dipergunakan dalam usaha kete-nagalistrikan, serta pelaksanaan tera dan tera ulang alat ukur, takar, timbang dan perlengkapannya yang dipergunakan dalam operasi pertambangan minyak dan gas bumi.

Untuk memperlancar pelaksanaan UU No. 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan, melalui PP No. 53 Tahun 1988, telah pula ditetapkan bidang usaha atau kegiatan yang tidak dikenakan Wajib Daftar Perusahaan (WDP), yaitu usaha atau kegiatan yang bergerak di luar bidang perekonomian atau yang sifat serta tujuannya tidak semata-mata mencari keuntungan atau laba.

(b) Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)

Tujuan pemberian Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) adalah untuk meningkatkan peranan dunia usaha, kepastian ber-usaha, kesempatan berusaha dan keandalan pengusaha, agar dapat melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya tanpa menimbulkan kerugian pada konsumen. Sehubungan dengan itu melalui Inpres No. 5 Tahun 1984 telah dilakukan penyempurnaan ketentuan mengenai SIUP, sehingga SIUP yang diterbitkan berdasarkan tempat kedudukan perusahaan dapat digunakan untuk melakukan kegiatan perdagangan baik dalam negeri maupun ekspor, dan berlaku tidak terbatas selama perusahaan masih menjalankan kegiatan usahanya.

(c) Informasi Pasar

Adanya informasi yang lengkap dan akurat merupakan bahan yang sangat penting bagi para pengusaha dalam pengambilan ke-putusan. Oleh karena itu penyelenggaraan kegiatan penyediaan informasi mengenai pasar terus disempurnakan. Sehubungan dengan itu, selain penyebaran informasi mengenai pemasaran untuk komoditi yang selama ini telah dijalankan oleh Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) Perdagangan di tingkat propinsi dan daerah tingkat II, Pemerintah juga telah menyediakan secara

XI/48

Page 49: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPada tahun 1988 di lingkungan koperasi non KUD terdapat kurang lebih 1.200 orang manajer, atau 4,7% dari jumlah koperasi yang ada

teratur informasi mengenai muatan dan ruang kapal. Informasi ini diharapkan akan dapat semakin mendekatkan hubungan antara penyedia dan pemakai jasa angkutan laut, agar selain dapat memperlancar arus barang dan jasa juga akan dapat meningkat-kan daya saing komoditi yang diangkut. Ketentuan tersebut telah ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1988 tentang penetapan Badan Pelaksana Bursa Komoditi sebagai penyelenggara kegiatan penyediaan informasi muatan dan ruang kapal.

c. Meningkatkan Peranan Pedagang Nasional Khususnya Pedagang Golongan Ekonomi Lemah

Dalam upaya peningkatan peranan pedagang nasional khu-susnya pedagang golongan ekonomi lemah, selama Repelita IV telah diambil kebijaksanaan mengikutsertakan dan memberikan peranan yang lebih besar kepada para pedagang nasional, khu-susnya pedagang golongan ekonomi lemah, dalam melaksanakan distribusi dan pemasaran barang-barang tertentu. Melalui Ke-putusan Menteri Perdagangan No. 61 Tahun 1988 tentang Peng-adaan dan Penyaluran Pupuk dan Pestisida Bersubsidi, telah ditetapkan bahwa dalam rangka pengamanan program pemerintah di bidang peningkatan produksi pertanian, terutama produksi pangan, dipandang perlu untuk meningkatkan dan mendayagunakan pengadaan dan penyaluran pupuk dan pestisida bersubsidi di wilayah Koperasi Unit Desa (KUD) sesuai dengan kebutuhan pe-tani. Untuk itu telah ditetapkan bahwa pelaksanaan penjualan eceran pupuk dan pestisida bersubsidi dari lini IV kepada pe-tani dilakukan oleh KUD dengan bekerja sama dengan kelompok tani dan pengecer swasta.

Beberapa langkah kebijaksanaan lainnya yang telah diambil adalah sebagai berikut:

(1) Pengakhiran Kegiatan Usaha Asing di bidang Perdagangan

Dalam rangka memperlancar pemasaran hasil produksi dalam negeri, terutama yang dihasilkan oleh perusahaan di bidang produksi yang didirikan dalam rangka UU No. 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA),'telah diterbitkan PP No. 19 Tahun 1988 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 1977 tentang Pengakhiran Kegiatan Usaha Asing Dalam Bidang Perdagangan. Berdasarkan hal tersebut kepada PMA telah diberikan kesempatan untuk memasarkan hasil produksinya sen-diri sampai pada tingkat pedagang besar dengan cara mandiri-

XI/49

Page 50: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPada tahun 1988 di lingkungan koperasi non KUD terdapat kurang lebih 1.200 orang manajer, atau 4,7% dari jumlah koperasi yang ada

kan perusahaan patungan dengan perusahaan nasional sebagai penyalur atau agen. PMA juga dapat melakukan penjualan lang-sung hasil produksi sendiri kepada perusahaan lain yang meng-gunakan hasil produksi tersebut sebagai barang modal, suku cadang, bahan dan peralatan bangunan, bahan Baku dan penolong bagi proses produksinya. Sedangkan pemasaran pada tingkat eceran tetap hanya dapat dilakukan oleh perusahaan nasional di bidang perdagangan.

(2) Keppres No. 29 Tahun 1984

Pengusaha yang bergerak dalam usaha jasa konstruksi, termasuk pengusaha jasa konsultan konstruksi (konsultan) dan pengusaha jasa pelaksana konstruksi (kontraktor), sesuai dengan Keppres No. 29 Tahun 1984, diwajibkan untuk memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) yang dikeluarkan oleh Departemen Perdagangan. Namun selanjutnya, dalam rangka me-ningkatkan keterpaduan pembinaan dunia usaha serta menunjang terwujudnya iklim usaha dengan dikeluarkannya SKB Menteri Perdagangan dan Menteri Pekerjaan Umum No. 65/KPB/III/1987 dan No. 109/KPTS/1987, kewenangan pemberian SIUP usaha jasa konstruksi dilimpahkan kepada Departemen Pekerjaan Umum dan dengan demikian SIUP diberikan dalam bentuk Surat Izin Usaha Jasa Konstruksi (SIUJK).

(3) Pembinaan Pedagang Kecil Golongan Ekonomi Lemah

Pembinaan pedagang kecil golongan ekonomi lemah selama Repelita IV secara bertahap diarahkan pada terwujudnya pe-ningkatan kemampuan, keterampilan dan kewiraswastaan para pe-dagang. Dalam rangka pembinaan yang terus-menerus kepada para pengusaha golongan ekonomi lemah juga selalu diberikan kesem-patan berusaha yang lebih besar melalui keikutsertaan mereka dalam pelaksanaan berbagai kegiatan program pemerintah.

Sejak tahun 1986/87 dalam rangka peningkatan efisiensi perdagangan dalam negeri komoditi strategic tertentu, dilak-sanakan program pelatihan bagi para penyalur dan pengecer dalam tata niaga pupuk dan pestisida. Pelatihan tersebut ber-tujuan untuk memperlancar distribusi pupuk dan pestisida dalam rangka mencapai swasembada pangan dan peningkatan ekspor. Dengan diadakannya pelatihan tersebut para pelaku tata niaga diharapkan akan semakin mampu menerapkan prinsip 5 tepat dalam penyaluran pupuk dan pestisida, yaitu tepat tempat, tepat waktu, tepat jumlah, tepat jenis dan tepat guna

XI/50

Page 51: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPada tahun 1988 di lingkungan koperasi non KUD terdapat kurang lebih 1.200 orang manajer, atau 4,7% dari jumlah koperasi yang ada

bagi para petani. Selain itu para pengecer juga diharapkan, dapat memberikan penjelasan mengenai cara-cara yang tepat dalam memanfaatkan pupuk dan pestisida karena kedua jenis bahan itu juga bahan yang dapat membahayakan kesehatan.

d. Memperluas Pasaran Barang-barang Produksi Dalam Negeri

Tujuan dari kebijaksanaan ini adalah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional melalui mekanisme perluasan pe-masaran produk-produk yang dihasilkan di dalam negeri. Bebe-rapa langkah penting yang telah diambil antara lain ialah di-perkenankannya perusahaan asing di bidang produksi yang didi-rikan dalam rangka PMA untuk melakukan penjualan hasil pro-duksinya di dalam negeri sampai ke tingkat pengecer dengan mendirikan perusahaan patungan antara perusahaan asing dengan perusahaan nasional sebagai penyalur/agen.

Upaya lain untuk meningkatkan penggunaan produksi dalam negeri adalah berupa perlindungan tarif bea masuk untuk bebe-rapa barang yang produksinya di dalam negeri telah dapat me-menuhi kebutuhan. Tambahan pula untuk lebih mengenalkan pro-duksi dalam negeri, pemerintah juga mendorong para pengusaha untuk ikut dalam kegiatan-kegiatan pameran yang diadakan di propinsi dan kegiatan promosi tingkat nasional lainnya.

Perluasan penggunaan produksi dalam negeri juga dilaksa-nakan dengan pengawasan dan peningkatan mutu produksi dalam negeri. Tujuannya di samping memberikan perlindungan kepada konsumen juga untuk menunjang terciptanya persaingan yang sehat antara sesama produsen. Terhadap hasil produksi dalam negeri yang beredar di pasaran diarahkan agar memenuhi per-syaratan mutu dan Standar Perdagangan/Standar Industri Indo-nesia. Pelaksanaan pengawasan mutu dilakukan dengan mengambil contoh barang yang beredar di pasaran secara uji petik untuk keperluan pengujian. Pengawasan mutu diterapkan terhadap barang impor. Sampai saat ini jumlah mate dagangan hasil in-dustri yang dilakukan pengawasan mutunya meliputi 15 mata dagangan.

e. Meningkatkan Daya Guna Pemasaran Bahan-bahan Tertentu

Di samping langkah-langkah kebijaksanaan tersebut di atas, kebijaksanaan pembangunan di bidang perdagangan dalam

XI/51

Page 52: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPada tahun 1988 di lingkungan koperasi non KUD terdapat kurang lebih 1.200 orang manajer, atau 4,7% dari jumlah koperasi yang ada

negeri dalam Repelita IV juga mencakup langkah-langkah meng-atur tata niaga untuk beberapa komoditi tertentu serta me-ningkatkan daya guna pemasaran bahan-bahan tertentu itu. Untuk beberapa komoditi penting yang masih diatur tata niaga-nya, kebijaksanaan yang diambil dapat diuraikan sebagai ber-ikut.

(1) Pupuk

Pengaturan tata niaga pupuk diselenggarakan dalam rangka pengamanan program pemerintah di bidang peningkatan produksi pertanian terutama pangan. Hal tersebut dilakukan dengan lebih memantapkan dan mendayagunakan pengadaan dan penyaluran pupuk dan pestisida bersubsidi di wilayah unit desa sesuai dengan kebutuhan petani. Untuk semakin memperlancar penyalur-an pupuk kepada para petani, pecan serta KUD juga semakin di-tingkatkan. Untuk itu pada tanggal 29 Pebruari 1988 telah di-keluarkan keputusan bersama antara Direktur Jenderal Perda-gangan Dalam Negeri bersama Direktur Jenderal Bina Usaha Koperasi tentang Pelaksanaan Keputusan Menteri Perdagangan No. 61/KP/II/1988 mengenai Pengadaan dan Penyaluran Pupuk dan Pestisida Bersubsidi. Melalui keputusan ini diharapkan stok pupuk dan pestisida yang perlu tersedia di lini III dan IV akan lebih efisien pengadaannya.

(2) Besi Baja

Kebijaksanaan tentang pengadaan dan penyaluran besi baja, baik yang berasal dari impor maupun dari hasil produksi dalam negeri, di samping diuraikan untuk menjaga kelancaran penyediaan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri juga dimak-sudkan untuk memberikan perlindungan yang wajar dan menye-luruh bagi usaha-usaha produksi dalam negeri.

(3) Semen

Dalam rangka memantapkan pengadaan dan harga semen, ke-bijaksanaan pengaturan tata niaga yang dijalankan oleh Peme-rintah meliputi pengamanan penyediaan dan persediaan minimum. Untuk menciptakan tingkat harga yang wajar dan terkendali di tingkat konsumen, Pemerintah menetapkan Harga Pedoman Setempat (HPS) di tingkat propinsi aorta memantau perkembangan harga yang terjadi back di tingkat distributor maupun di tingkat pengecer di daerah.

XI/52

Page 53: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPada tahun 1988 di lingkungan koperasi non KUD terdapat kurang lebih 1.200 orang manajer, atau 4,7% dari jumlah koperasi yang ada

Berhubung beberapa harga bahan baku penolong untuk mem-produksi semen mengalami peningkatan yang cukup tinggi, maka Pemerintah sejak 2 Nopember 1988 telah menetapkan HPS yang baru. Dibanding HPS tahun 1986, penetapan HPS tahun 1988 ter-sebut hanya mencakup kenaikan yang relatif kecil dan diversi-fikasi HPS enter kota yang lebih sederhana.

(4) Kayu

Guna meningkatkan pemanfaatan kekayaan alam, Pemerintah telah melakukan penyempurnaan tata niaga untuk komoditi ini. Terhitung mulai tanggal 20 September 1988, Pemerintah telah melarang ekspor kayu gergajian yang bernilai rendah dan bahan baku chips. Pelarangan ekspor kayu yang bernilai rendah diha-rapkan akan mendorong ekspor kayu gergajian yang nilainya tinggi dan akan menjamin pengadaan kebutuhan kayu gergajian di dalam negeri dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat. Kebijaksanaan ini juga akan dapat membantu pengendalian eks-ploitasi hutan dan penjagaan kelestarian hutan serta mencegah terjadinya penebangan kayu secara liar.

(5) Kertas

Untuk memantapkan pemasaran kertas koran, Pemerintah masih mengatur tata niaganya serta menunjuk distributor tunggal untuk kertas koran produksi dalam negeri. Dalam meme-nuhi kebutuhan penerbitan para di seluruh wilayah Indonesia akan kertas koran, Pemerintah menetapkan harga jual kertas koran produksi dalam negeri sebesar Rp 1.050,00 per kg af pabrik dan berlaku sama di seluruh Indonesia. Kebijaksanaan ini mulai berlaku sejak Oktober 1988.

(6) Kopra, Minyak Kelapa dan Minyak Kelapa Sawit

Kebijaksanaan tata niaga pemasaran minyak kelapa sawit selain ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku dalam jumlah yang cukup bagi industri minyak goreng dan produk lainnya di dalam negeri, juga diarahkan kepada upaya pening-katan ekspor. Guna menjaga kesinambungan harga-harga di dalam negeri Pemerintah sewaktu-waktu mengadakan penyesuaian dalam harga jual minyak kelapa sawit di tingkat produsen. Kenaikan penetapan harga minyak kelapa sawit oleh Pemerintah pada tanggal 30 Januari 1989, yang semula Rp 500,00/kg menjadi Rp 550,00/kg, diharapkan tidak terlalu memberatkan masyarakat konsumen, kenaikan harga ini juga diharapkan akan dapat men-dorong produsen untuk meningkatkan produksinya guna memanfa-atkan peluang untuk ekspor.

XI/53

Page 54: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPada tahun 1988 di lingkungan koperasi non KUD terdapat kurang lebih 1.200 orang manajer, atau 4,7% dari jumlah koperasi yang ada

(7) Cengkeh

Dengan keluarnya Keppres No. 8 Tahun 1980, kebijaksanaan Pemerintah mengenai pengaturan tata niaga cengkeh pada dasar-nya tidak berubah. Pengaturan tersebut dimaksudkan untuk mem-bantu meningkatkan pendapatan para petani, menjaga kelancaran produksi dan distribusi cengkeh, memberikan perlindungan kepada industri rokok dan meningkatkan peranan KUD sebagai pembeli langsung cengkeh dari petani. Untuk melindungi para petani, Pemerintah menetapkan harga dasar lelang cengkeh yang diantarpulaukan dan harga dasar pembelian cengkeh oleh KUD dari petani. Penetapan harga ini dapat diubah sesuai dengan perkembangan keadaan. Kesulitan yang dialami oleh petani timbul apabila jumlah produksi meningkat dengan tajam dan baik KUD maupun persero niaga yang ditunjuk tidak mampu mem-beli seluruh produksi petani pada waktunya. Dalam keadaan de-mikian harga cengkeh akan merosot dengan tajam sampai di bawah harga dasar yang ditentukan.

(8) Garam

Kebijaksanaan pengaturan tata niaga garam ditujukan untuk memantapkan pengadaan garam baik dalam jumlah, harga maupun mutu, baik demi kepentingan konsumen maupun demi ke-pentingan petani produsen garam. Kebijaksanaan tersebut an-tara lain dilaksanakan melalui penentuan HPS garam. Di atas harga garam tersebut ditambahkan biaya yodisasi, biaya pengantongan dan PPN sebesar 10%. Dalam rangka memperbaiki menu makanan ataupun gizi rakyat serta memenuhi kebutuhan nasional akan garam beryodium, maka distribusi garam beryo-dium yang beredar di seluruh Indonesia diatur melalui SKB tiga menteri. Untuk memenuhi kebutuhan garam sektor industri pengadaannya masih perlu dilakukan melalui impor, dan untuk itu diadakan pengaturan secara terpisah.

Dalam upaya meningkatkan taraf hidup petani produsen garam, Pemerintah telah menaikkan harga dasar pembelian men-jadi Rp 30,00/kg untuk kualitas I, Rp 23,50/kg untuk kualitas II dan Rp 18,00/kg untuk kualitas III. Penetapan ini berlaku sejak 8 Juli 1988, sebagai pengganti peraturan lama yang ber-laku sejak tahun 1982.

(9) Gula Pasir

Pengaturan untuk pengadaan dan penyaluran gula pasir baik yang berasal dari produksi dalam negeri maupun impor di-

XI/54

Page 55: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPada tahun 1988 di lingkungan koperasi non KUD terdapat kurang lebih 1.200 orang manajer, atau 4,7% dari jumlah koperasi yang ada

lakukan oleh Bulog. Kebijaksanaan tersebut dimaksudkan untuk menjaga stabilitas harga agar tetap dalam jangkauan daya beli masyarakat; di samping itu juga dimaksudkan untuk meningkat-kan kemampuan industri gula di dalam negeri.

Pelaksanaan kebijaksanaan pengaturan tata niaga penya-luran gula pasir dalam negeri, melalui keputusan Menteri Per-dagangan dan Koperasi No. 122 Tahun 1981, sepenuhnya diserah-kan kepada Bulog. Dalam hal ini Bulog ditugaskan untuk mela-kukan pembelian gula pasir, baik hasil produksi dalam negeri maupun impor, guna disalurkan kepada masyarakat. Untuk men-jaga kestabilan harga Bulog menetapkan Harga Pedoman Setempat (HPS). Di samping itu Bulog juga ditugaskan untuk menjamin kelancaran pengadaan dan penyaluran gula.

(10) Susu

Kebijaksanaan tata niaga susu ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri akan susu dan untuk memberi kesempatan berusaha di bidang peternakan kepada para petani. Dalam pe-laksanaan kebijaksanaan ini koperasi susu langsung diikutser-takan secara aktif. Pengadaan susu impor dilakukan hanya untuk menutup kekurangan produksi dalam negeri. Untuk itu di-tentukan ratio impor yang diizinkan, yang perhitungannya di-dasarkan atas penggunaan susu dalam negeri oleh industri pengolah susu. Sejak 1 Januari 1988 ratio penyerapan susu murni produksi dalam negeri terhadap impor telah diubah men-jadi 1 : 1,7. Sedangkan ratio untuk penyerapan susu bubuk produksi dalam negeri terhadap susu bubuk impor menjadi 1 : 3,5. Ketentuan ini berlaku juga untuk persero niaga yang diberi kesempatan untuk mengimpor bahan baku susu.

Dengan telah semakin meningkatnya produksi susu di dalam negeri, dipandang perlu untuk meningkatkan penyerapan susu murni yang diproduksi petani oleh Industri Pengolah Susu (IPS). Diharapkan dengan lebih meningkatkan penggunaan pro-duksi susu murni oleh industri susu dalam negeri, petani akan lebih bergairah untuk meningkatkan produksinya. Kebijaksanaan yang ditempuh Pemerintah adalah dengan melakukan pengendalian terhadap impor bahan baku susu dari luar negeri, yaitu dengan cara penetapan ratio impor terhadap penyerapan susu murni dan susu bubuk produksi dalam negeri. Sesuai dengan perkembangan produksi susu segar di Indonesia, ratio impor bahan baku susu terhadap penyerapan susu murni atau susu bubuk setara susu murni akan semakin diperkecil.

XI/55

Page 56: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPada tahun 1988 di lingkungan koperasi non KUD terdapat kurang lebih 1.200 orang manajer, atau 4,7% dari jumlah koperasi yang ada

3. Hasil-hasil Pelaksanaan

Hasil-hasil pelaksanaan kebijaksanaan di bidang perda-gangan dalam negeri yang telah dicapai selama tahun 1984/85 sampai dengan 1988/89 adalah sebagai berikut.

a. Menjaga Kemantapan Harga

Tabel XI-32 sampai dengan Tabel XI-37 dan Grafik XI-4 sampai dengan Grafik XI-8 memperlihatkan perkembangan harga dari beberapa komoditi tertentu di kota Jakarta, Medan dan Surabaya selama kurun waktu 1983/84 - 1988/89. Dari data yang disajikan tersebut dapat dilihat bahwa pada dasarnya penyaluran beberapa bahan kebutuhan pokok berjalan cukup lancar. Hal ini tampak dari relatif stabilnya perkembangan harga yang terjadi. Walaupun ada perubahan atas harga beberapa komoditi, perubahan tersebut relatif kecil.

Diukur dengan Indeks Harga Konsumen barang dan jasa untuk 17 kota propinsi, harga pada tingkat nasional selama Repelita IV menunjukkan perkembangan yang relatif cukup mantap dan terkendali. Laju tingkat inflasi pada tahun 1986/87, 1985/86 dan 1984/85 masing-masing adalah 8,8%, 5,7% dan 3,6%, yaitu lebih rendah dari laju inflasi pada tahun 1983/84 yang mencapai 12,6%. Pada tahun 1988/89 tingkat in-flasi yang tertinggi terjadi di kota Ambon, yaitu sebesar 21,3%. Sedang di kota-kota lain seperti Medan, Padang, Jakarta, Surabaya, Menado dan Jayapura hanya meningkat antara 6,0% - 7,5%. Khusus dalam tahun 1988/89 tercatat peningkatan indeks umum sebesar 6,5%. Diukur dari kenaikan indeks umum, laju tingkat inflasi yang terjadi selama tahun 1987/88 adalah sebesar 8,3%. Dengan demikian tingkat inflasi tahun 1988/89 lebih rendah jika dibanding dengan tahun sebelumnya.

b.Penyempurnaan Prasarana Pemasaran

(1) Penyempurnaan Sarana Fisik

Dalam rangka meningkatkan pertumbuhan sektor perdagangan dan menciptakan iklim usaha yang sehat, penyediaan sarana perdagangan dilanjutkan melalui pembangunan pasar dan per-tokoan, pembangunan gudang, pendirian kawasan berikat dan me-lalui pembangunan pasar percontohan di daerah perbatasan, daerah terpencil dan daerah transmigrasi. Sampai akhir Repe-lita IV telah dibangun sebanyak 2.800 pasar, yang seluruhnya dapat menampung sekitar 520.000 pedagang dan 10 pusat pasar pertokoan yang mampu menampung lebih dari 15.000 pedagang.

XI/56

Page 57: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPada tahun 1988 di lingkungan koperasi non KUD terdapat kurang lebih 1.200 orang manajer, atau 4,7% dari jumlah koperasi yang ada

TABEL XI – 31

REALISASI PENYALURAN PUPUK,1983/84 – 1988/89

(ribu ton)

MT1 = Musim tanam April s/d SeptemberMT2 = Musim Tanam Oktober s/d Maret

XI/57

Page 58: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPada tahun 1988 di lingkungan koperasi non KUD terdapat kurang lebih 1.200 orang manajer, atau 4,7% dari jumlah koperasi yang ada

TABEL XI - 32

PERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN BESI BETON DI JAKARTA,

1983/84 - 1988/89(Rp/Kg)

Bulan 1983/84 1984/85 1985/86 1986/87 1987/88 1988/89

April 350,0 415,0 425,0 417,0 467,0 588

Juli 375,0 415,0 439,0 548,0 467,0 588

Oktober 375,0 420,0 433,0 466,0 508,0 610

Januari 415,0 425,0 434,0 473,0 510,4 651*)

*) Angka sementara

GRAFIK XI - 3

PERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN BEST BETON DI JAKARTA,1983/84 - 1988/89

XI/58

Page 59: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPada tahun 1988 di lingkungan koperasi non KUD terdapat kurang lebih 1.200 orang manajer, atau 4,7% dari jumlah koperasi yang ada

TABEL XI - 33

PERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN SEMENDI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA,

1982/83 - 1988/89(Rp/Karung)

Bulan 1983/84 1984/85 1985/86 1986/87 1987/88 1988/89

M E D A N

April 3.300 3.100 3.403 3.450 3.600 3.700J u 1 i 2.750 2.762 3.300 3.400 3.600 3.700Oktober 2.900 3.000 3.300 3.600 3.500 4.075Januari 3.475 3.040 3.300 3.600 3.650 4.160

J A K A R T A

A p r i l 2.825 3.266 3.232 3.364 3.653 3.725J u 1 i 2.900 3.296 3.450 3.360 3.534 3.725Oktober 3.050 3.262 3.365 3.650 3.750 3.858Januari 3.350 3.232 3.364 3.653 3.700 4.150

S U R A B A Y A

A p r i 1 2.825 3.312 3.354 3.416 3.600 3.750J u 1 i 2.800 3.400 3.417 3.417 3.557 3.567Oktober 3.150 3.250 3.417 3.600 3.567 4.208Januari 3.350 3.250 3.417 3.600 3.625 4.217

GRAFIK XI - 4

PERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN SEMENDI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA,

1983/84 - 1988/89

XI/59

Page 60: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPada tahun 1988 di lingkungan koperasi non KUD terdapat kurang lebih 1.200 orang manajer, atau 4,7% dari jumlah koperasi yang ada

TABEL XI - 34PERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN MINYAK GORENGDI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA,1983/84 - 1988/89(Rp/Botol)

Repelita IV

Bulan 1983/84 1984/85 1985/86 1986/87 1987/88 1988/89

M E D A NA p r i l 300,00 575,00 579,00 450,00 500,00 606,25J u 1 i 300,00 575,00 579,00 450,00 500,00 625,00Oktober 450,00 575,00 573,00 475,00 500,00 625,00Januari 600,00 525,00 573,00 500,00 500,00 685,00

J A K A R T AA p r i l 449,23 800,00 723,00 650,00 684,62 797,23J u 1 i 549,23 800,00 762,00 650,00 684,62 950,00Oktober 593,38 700,00 692,00 650,00 684,62 872,22Januari 852,69 562,00 708,00 700,00 800,96 888,89

S U R A B A Y AA p r i l 425,50 765,00 588,00 526,00 651,18 731,86J u 1 i 458,20 766,00 620,00 486,92 652,73 834,92Oktober 581,42 650,00 588,00 586,96 650,00 765,58Januari 722,44 627,48 583,00 636,98 671,91 791,97

GRAFIK XI - 5PERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN MINYAK GORENG

DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA,1983/84 - 1988/89

XI/60

Page 61: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPada tahun 1988 di lingkungan koperasi non KUD terdapat kurang lebih 1.200 orang manajer, atau 4,7% dari jumlah koperasi yang ada

TABEL XI - 35

PERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN GULA PASIRDI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA,1983/84 - 1988/89(Rp./kg)

Repelita IV

Kota/Bulan 1983/84 1984/85 1985/86 1986/87 1987/88 1988/89

M E D A N

A p r i 1 515,25 555,00 660,00 650,00 672,50 755,00J u 1 i 561,25 566,00 650,00 650,00 700,00 806,25Oktober 561,25 575,00 650,00 662,55 742,50 800,00Januari 610,54 625,00 650,00 662,35 802,49 800,00

J A K A R T AA p r i l 500,00 600,00 646,15 646,15 671,00 742,31J u 1 i 562,11 566,00 646,15 661,54 725,00 800,00Oktober 565,77 600,00 646,15 686,54 723,08 800,00Januari 572,69 635,00 646,15 671,15 723,08 804,44

S U R A B A Y A545,00 618,20 616,04 635,59 692,59A p r i 1 530,10

J u 1 i 530,00 547,00 622,00 621,71 686,43 750,00Oktober 531,17 560,00 615,43 636,20 682,56 752,48Januari 554,80 600,00 617,50 637,37 707,59 751,68

GRAFIK XI - 6PERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN GULA PASIR

DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA,1983/84 - 1988/89

XI/61

Page 62: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPada tahun 1988 di lingkungan koperasi non KUD terdapat kurang lebih 1.200 orang manajer, atau 4,7% dari jumlah koperasi yang ada

TABEL II - 36

PERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN MINYAK TANAHDI-MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA,1983/84 - 1988/89(Rp/botol)

Repelita IV

Kota/Bulan 1983/84 1984/85 1985/86 1986/87 1987/88 1988/89

M E D A N April 115,00 175,00 190,00 190,00 190,00 190,00J u l i 115,00 175,00 190,00 190,00 190,00 190,00Oktober 115,00 175,00 190,00 190,00 190,00 190,00Januari 175,00 175,00 190,00 190,00 190,00 190,00

J A K A R T A

April 125,00 188,46 225,00 225,00 225,00 225,00Ju l i 125,00 188,46 225,00 225,00 225,00 225,00Oktober 125,00 188,46 225,00 225,00 225,00 225,00Januari 125,00 188,46 225,00 22500 225,00 225,00

S U R A B A Y A April 125,00 175,00 200,00 200,00 200,00 200,00Ju l i 125,00 175,00 200,00 200,00 200,00 200,00Oktober 125,00 175,00 200,00 200,00 200,00 200,00Januari 173,50 175,00 200,00 200,00 200,00 200,00

GRAFIK XI - 7PERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN MINYAK TANAH

DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA,1982/83 - 1988/89

Page 63: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPada tahun 1988 di lingkungan koperasi non KUD terdapat kurang lebih 1.200 orang manajer, atau 4,7% dari jumlah koperasi yang ada

XI/62

Page 64: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPada tahun 1988 di lingkungan koperasi non KUD terdapat kurang lebih 1.200 orang manajer, atau 4,7% dari jumlah koperasi yang ada

TABEL XI - 37

PERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN TEKSTIL KASARDI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA,

1982/83 - 1988/89

(Rp/meter)

Repelita IV

Kota/Bulan 1983/84 1984/85 1985/86 1986/87 1987/88 1988/89

M E D A N

A p r i 1 425,00 600,00 900,00 900,00 1.000,00 1.350,00J u 1 i 425,00 600,00 900,00 900,00 1.000,00 1.500,00Oktober 425,00 600,00 900,00 900,00 1.300,00 1.650,00Januari

J A K A R T A

425,00 600,00 900,00 900,00 1.300,00 1.650,00

A p r i 1 640,38 619,00 765,00 765,38 827,00 826,92J u 1 i 650,00 619,00 765,00 765,38 827,00 1.562,50Oktober 700,00 619,00 765,00 726,29 827,00 1.562,50Januari 775,00 775,00 692,00 826,92 826,99 1.562,50

S U R A B A Y A

A p r i l 450,00 506,00 627,00 629,34 853,26 1.316,67J u 1 i 525,00 507,00 638,00 629,34 887,71 1.329,13Oktober 650,00 600,00 638,00 746,35 950,00 1.322,70Januari 700,00 712,47 627,00 841,10 1.045,38 1.338,88

GRAFIK XI - 8

PERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN TEKSTIL KASARDI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA,

1983/84 - 1988/89

XI/63

Page 65: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPada tahun 1988 di lingkungan koperasi non KUD terdapat kurang lebih 1.200 orang manajer, atau 4,7% dari jumlah koperasi yang ada

Selama Repelita IV juga telah dibangun kawasan berikat di Cakung, Jakarta, yang dikelola oleh PT (Persero) Kawasan Berikat Nusantara (KBN). Sampai saat ini dalam KBN telah ber-operasi sebanyak 37 perusahaan yang menyerap tenaga kerja lebih dari 24.000 orang. Selanjutnya dalam Repelita IV sektor perdagangan juga telah berhasil membangun pasar percontohan sebanyak 49 buah di 10 propinsi.

(2) Penyempurnaan Prasarana Kelembagaan

Dalam rangka meningkatkan perlindungan bagi konsumen, telah diselenggarakan upaya untuk menjaga kebenaran dan ke-tertiban dalam pengukuran panjang, isi dan berat barang yang diperjual belikan dengan menertibkan pemakaian alat-alat pengukur yang digunakan dalam kegiatan perdagangan. Ketentuan mengenai hal tersebut tertuang dalam UU No. 2 Tahun 1981.

Sebagai hasil pelaksanaan Undang-undang Wajib Daftar Perusahaan yang diberlakukan sejak tahun 1985, selama Repe-lita IV telah terdaftar hampir 550.000 perusahaan yang ter-diri dari sekitar 50.000 PT, 5.600 Koperasi, 69.000 CV, 1.900 Firma, 420.000 usaha Perorangan dan kurang lebih 6.000 usaha lainnya.

c. Meningkatkan Peranan Pedagang Nasional Khususnya Pedagang Golongan Ekonomi Lemah

Dalam rangka meningkatkan peranan pengusaha dan pedagang golongan ekonomi lemah, berbagai program pembinaan telah di-laksanakan. Dalam pelaksanaan program itu selama Repelita IV telah dibina sebanyak 10.446 pedagang dan pemimpin KUD. Sejak tahun 1988/89 pembinaan bagi para pedagang hanya diberikan lewat para petugas penyuluh lapangan perdagangan (PPL Perda-gangan). Selama Repelita IV telah dilatih sebanyak 196 orang PPL Perdagangan yang berasal dari 123 Daerah Tingkat II di 11 propinsi. Kegiatan ini akan terus dilanjutkan sehingga di setiap Daerah Tingkat II akan terdapat PPL Perdagangan yang mampu memberikan pelayanan kepada pengusaha di daerah.

d. Perluasan Pasaran Barang-barang Produksi Dalam Negeri

Perluasan pemasaran hasil produksi dalam negeri berjalan sejajar dengan tumbuhnya kepercayaan terhadap hasil produksi nasional. Untuk menumbuhkan kepercayaan terhadap hasil pro-duksi nasional itu telah dilakukan usaha-usaha penyuluhan,

XI/64

Page 66: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPada tahun 1988 di lingkungan koperasi non KUD terdapat kurang lebih 1.200 orang manajer, atau 4,7% dari jumlah koperasi yang ada

TABEL XI – 38

PEMBINAAN PEDAGANG GOLONGAN EKONOMI LEMAH.1983/84 - 1988/89

(orang)

1) Sejak tahun 1987/88 penataran lebih selektif dan pemberian konsultasi pada sebagian besar Propinsi/Dati I dinilai sudah cukup.

XI/65

Page 67: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPada tahun 1988 di lingkungan koperasi non KUD terdapat kurang lebih 1.200 orang manajer, atau 4,7% dari jumlah koperasi yang ada

pengawasan mutu barang dan promosi. Dalam rangka menjaga mutu, Pusat Pengujian Mutu Barang dan 17 Balai Pengawasan Mutu Barang Daerah, serta 48 Kantor Metrologi Departemen Per-dagangan ikut serta mengawasi kualitas berbagai produk yang diperdagangkan.

e. Meningkatkan Daya Guna Pemasaran Bahan-bahan Tertentu

Dalam rangka memenuhi kebutuhan dalam negeri yang terus meningkat, dan untuk meningkatkan daya guna pemasaran bahan-bahan tertentu, maka tata niaga beberapa komoditi yang di-anggap strategis dikendalikan. Adapun komoditi tersebut adalah sebagai berikut:

(1) pupuk

Penyaluran pupuk selama Repelita IV rata-rata setiap tahun meningkat. Khusus pupuk urea selama Repelita IV penya-lurannya rata-rata per tahun naik sebesar 9,4%, sedangkan pupuk TSP naik sebesar 6,2% (Tabel RI-31). Penyaluran pupuk urea tahun 1988/89 naik 2,7% jika dibandingkan dengan reali-sasi tahun 1987/88. Sedangkan penyaluran pupuk TSP naik se-besar 4,6%. Peningkatan tersebut terjadi antara lain karena meningkatnya luas tanam intensifikasi tanaman pangan dalam musim tanam (MT) 1988/89.

(2) Besi Baja

Pada tahun 1988/89 kebutuhan dalam negeri akan baja se-bagian telah dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri dan sebagian lagi masih harus diimpor. Volume impor besi baja pada tahun 1988 meningkat dengan 4,2%; sedangkan ekspor bahan tersebut telah meningkat dengan 9,7%. Ekspor produk besi baja tersebut antara lain meliputi besi baton, batang kawat, plat baja, dan Cold Rolled Coil (CRC). Tabel RI-32 menyajikan per-kembangan harga eceran besi baton di Jakarta, yang menunjuk-kan peningkatan sebesar 9,3% dalam tahun 1987/88, dan 10,7% dalam tahun 1988/89. Selama Repelita IV' harga eceran besi baton di Jakarta rata-rata per tahunnya naik sebesar 10,2%.

(3) Semen

Perkembangan harga eceran semen di Medan, Jakarta dan Surabaya selama Repelita IV masing-masing rata-rata per tahunnya naik sebesar 7,1%, 4,3% dan 4,5% (Tabel RI-33). Pada

XI/66

Page 68: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPada tahun 1988 di lingkungan koperasi non KUD terdapat kurang lebih 1.200 orang manajer, atau 4,7% dari jumlah koperasi yang ada

tahun 1988/89 harga eceran semen di Medan, Jakarta dan Sura-baya mengalami kenaikan masing-masing sebesar 12,4%, 11,4% dan 18,2%. Apabila dibandingkan dengan kenaikan harga eceran semen di ketiga kota tersebut pada tahun 1987/88, yaitu masing-masing sebesar 4,3%, 6,1% dan 1,9%, maka kenaikan harga eceran semen secara rata-rata pada tahun 1988/89 rela-tif lebih besar daripada tahun 1987/88. Hal ini antara lain disebabkan karena adanya penyesuaian harga pedoman setempat yang baru, dan mulai berlaku sejak 2 November 1988.

(4) Kayu

Pemasaran kayu olahan dalam negeri, baik kayu lapis mau-pun kayu gergajian pada tahun 1988/89 mengalami penurunan dari 7.314.000 m3 di tahun 1987/88 menjadi 2.161.000 m3 di tahun 1988/89 (angka sementara). Penurunan yang tajam itu antara lain disebabkan oleh adanya kebijaksanaan pembatasan produksi kayu bulat oleh pemerintah. Selama Repelita IV pro-duksi kayu gergajian, rata-rata per tahunnya turun sebesar 3,00%, sedang produksi kayu lapis naik sebesar 20,4%.

(5) Kertas

Kebutuhan kertas koran di dalam negeri sampai dengan tahun 1984 dipenuhi dari impor. Sejak pertengahan tahun 1985 hasil produksi kertas koran dalam negeri memasuki pasaran, sehingga dapat membantu memenuhi kebutuhan kertas koran di dalam negeri. Dan pada tahun 1988/89 kebutuhan kertas koran di dalam negeri seluruhnya sudah dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri, yaitu dari PT Kertas Leces dan PT Aspex Paper.

Perkembangan kebutuhan kertas koran di dalam negeri se-lama Repelita IV rata-rata per tahunnya naik sebesar 2,2%. Produksi kertas koran pada tahun 1988/89 adalah 154.394 ton, terbagi atas produksi PT Kertas Leces 40,1%, dan produksi PT Aspex Paper 59,9%. Dari jumlah produksi tersebut pengadaan untuk pasar dalam negeri berjumlah 134.228 ton; 41,7% di an-taranya dipenuhi oleh PT Kertas Leces dan sisanya oleh PT Aspex Paper.

(6) Kopra/Minyak Kelapa dan Minyak Kelapa Sawit

Volume kopra yang diantarpulaukan ke Pulau Jawa dari tahun 1984 sampai tahun 1988 rata-rata per tahunnya turun se-besar 49,4%. Sedangkan minyak kelapa yang diantarpulaukan ke Pulau Jawa, volumenya per tahun turun sebesar 3,2%.

XI/67

Page 69: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPada tahun 1988 di lingkungan koperasi non KUD terdapat kurang lebih 1.200 orang manajer, atau 4,7% dari jumlah koperasi yang ada

Produksi Crude Palm Oil (CPO) dari tahun 1984 sampai tahun 1988 rata-rata per tahun naik sebesar 5,3%. Konsumsi CPO dalam negeri selama tahun-tahun itu rata-rata per tahun turun sebesar 19,2%, sedangkan volume ekspornya rata-rata per tahun naik sebesar 99,9%.

Dari seluruh volume kopra yang diantarpulaukan ke pulau Jawa dalam tahun 1988/89, sebesar 154.275 ton, hampir 47% berasal dari Sulawesi Tengah; selebihnya berasal dari Sula-wesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku dan Riau. Sedangkan untuk minyak kelapa, hampir 45% dari seluruh volume yang diantarpulaukan ke pulau Jawa pada tahun 1988/89 berasal dari Riau; selebihnya didatangkan dari Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara dan Ma-luku. Pada tahun 1988/89 jumlah seluruh minyak kelapa yang diantarpulaukan mencapai 87.442 ton setara kopra.

Produksi minyak sawit kasar atau CPO pada tahun 1988/89 adalah 1.364.506 ton, naik 4,9% dibandingkan dengan tahun 1987/88. Sementara itu konsumsi dalam negeri pada tahun 1988/89 adalah 409.150 ton, atau hanya naik 1,60%. Volume ekspornya meningkat dari 658.878 ton pada tahun 1987/88 men-jadi 715.648 ton pada tahun 1988/89, atau naik sebesar 8,6%.

Perkembangan harga eceran minyak goreng di Medan, Jakar-ta dan Surabaya selama kurun waktu 1984/85 - 1988/89, naik sebesar 4,7% rata-rata per tahun (Tabel XI-34). Sedang pada tahun 1988/89 harga eceran minyak goreng adalah Rp 764,50 per botol, naik 16,1% dibandingkan dengan harga tahun 1987/88. Kenaikan harga tersebut di atas terutama disebabkan oleh ada-nya penetapan harga minyak kelapa sawit untuk kebutuhan in-dustri dalam negeri yang dinaikkan sebesar 10% sehingga men-jadi Rp 550,00 per kg FOB Belawan. Ketetapan ini mulai ber-laku sejak 30 Januari 1989.

(7) Cengkeh

Produksi cengkeh di Indonesia terutama ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, khususnya kebutuhan industri rokok kretek. Di samping sebagian kecil hasil produksi cengkeh digunakan untuk memenuhi kebutuhan industri farmasi dan rumah tangga. Di Indonesia terdapat 9 daerah sentry pro-duksi, yaitu DI Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Lampung, Bengkulu, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan dan Maluku. Dilihat dari distribusinya, industri rokok, yang seluruhnya berlokasi di Pulau Jawa, mengkonsumsi 92% dari konsumsi cengkeh nasional.

XI/68

Page 70: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPada tahun 1988 di lingkungan koperasi non KUD terdapat kurang lebih 1.200 orang manajer, atau 4,7% dari jumlah koperasi yang ada

Volume cengkeh yang diantarpulaukan ke Pulau Jawa dari tahun 1984 sampai dengan tahun 1988 rata-rata per tahun naik sebesar 12,3%. Jika dibandingkan dengan tahun 1983 rata-rata naik sebesar 28,9%.

Volume penyaluran cengkeh dari sentra-sentra produksi di luar Pulau Java ke Pulau Jawa pada tahun 1988/89 hanya men-capai 19.014,9 ton, atau turun 47,5% dibandingkan dengan volume tahun 1987/88. Dari volume tersebut hampir 53% berasal dari Sulawesi Utara. Penurunan volume tersebut antara lain terjadi karena adanya penurunan dalam penggunaan kandungan cengkeh untuk setiap batang rokok yang dihasilkan, yaitu dari 58% pada tahun 1988 menjadi 37% pada tahun 1989. Penurunan penggunaan kandungan cengkeh tersebut dengan sendirinya akan mengurangi penggunaan cengkeh oleh pabrik rokok.

Rata-rata harga bulanan cengkeh di pasaran bebas di Sulawesi Utara selama tahun 1988/89 adalah sebesar Rp 3.932,00 per kg, sedang rata-rata harga bulanan cengkeh pembelian pabrik selama tahun 1988/89 di Semarang mencapai Rp 4.395,00 per kg dan di Surabaya Rp 5.543,00 per kg.

(8) Garam

Produksi garam selama Repelita IV rata-rata per tahun naik sebesar 7,2%. Sedang kebutuhan garam selama Repelita IV rata-rata per tahun turun sebesar 0,3%.

Kebutuhan garam dalam tahun 1988/89 diperkirakan ber-jumlah 849.970 ton dan kebutuhan ini seluruhnya dapat ter-cukupi dari total pengadaan garam tahun 1988/89 yang mencapai 1.487.680 ton. Pengadaan garam tersebut berasal dari Perum Garam (19,9%), pembelian garam oleh KUD (40,3%) dan pengadaan garam rakyat oleh pedagang swasta (39,8%).

(9) Gula Pasir

Selama tahun 1984/85 sampai dengan tahun 1988/89, peng-adaan gula pasir rata-rata per tahun mengalami kenaikan se-besar 6,1%.

Penyaluran gula pasir selama tahun 1984/85 sampai dengan tahun 1988/89 rata-rata per tahun naik sebesar 6,1%.

Penyaluran gula pasir pada tahun 1988/89 mencapai 2.326.500 ton, atau 8,4% di atas tahun 1987/88. Pengadaan

XI/69

Page 71: KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI · Web viewPada tahun 1988 di lingkungan koperasi non KUD terdapat kurang lebih 1.200 orang manajer, atau 4,7% dari jumlah koperasi yang ada

pada tahun 1988/89 berjumlah 2.096.940 ton, berasal dari pengadaan dalam negeri sebesar 89,4% dan impor 10,6%. Dengan stock awal sebesar 494.270 ton, maka pada akhir tahun 1988/89 masih terdapat stock sebesar 264.710 ton.

Perkembangan harga eceran gula pasir (Tabel XI-35) se-lama tahun 1988/89 di kota Medan, Jakarta dan Surabaya. meng-alami kenaikan masing-masing sebesar 6,8%, 8,4% dan 8,6%. Kenaikan tersebut secara rata-rata relatif masih lebih rendah jika dibanding dengan kenaikan harga eceran gula pasir yang terjadi selama tahun 1987/88.

Sedang perkembangan harga eceran gula pasir dari tahun 1984/85 sampai tahun 1988/89 di kota Medan, Jakarta dan Surabaya, masing-masing mengalami kenaikan sebesar 8,1%, 7,0% dan 7,0%.

(10) Susu

Kebijaksanaan di bidang persusuan selama ini telah ber-hasil meningkatkan produksi susu di dalam negeri. Produksi susu segar dalam negeri terus meningkat dari 500.000 liter/ hari pada tahun 1986/87 menjadi 600.000 liter/hari pada tahun 1988/89. Pada akhir Repelita IV produksi diperkirakan mencapai 262.100 ton (tahun 1988). Sementara itu harga rata-rata pem-belian susu segar oleh impartial juga telah mengalami pening-katan, dari kurang dari Rp 330,00/kg pada tahun 1983 menjadi Rp 400,00/kg pada tahun 1988.

Selama Repelita IV, penyerapan susu murni oleh Industri Pengolah Susu (IPS), rata-rata per tahun turun sebesar 1,4%.

Perkembangan penyerapan susu murni oleh IPS dari tahun 1986/87 sampai dengan tahun 1988/89 mengalami penurunan. Jika pada tahun 1986/87 penyerapan susu murni oleh IPS mencapai 135.370 ton, maka pada tahun 1987/88 hanya mencapai 116.100 ton; turun sebesar 14,2%. Pada tahun 1988/89 penyerapan ter-sebut turun lagi menjadi 112.000 ton, atau 3,5% lebih rendah dari tahun sebelumnya. Guna meningkatkan penyerapan susu murni produksi petani oleh IPS, maka ratio penyerapan susu dalam negeri terhadap susu yang boleh diimpor oleh IPS telah diper-kecil lagi dari 1 : 1,7 sejak Januari 1988 menjadi 1 : 0,7 terhitung mulai Juli 1988.

XI/70