26
STULOS 12/2 (September 2013) 277-302 KORELASI ANTARA KOMUNITAS PEMBELAJARAN PROFESIONAL (PLC), KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL (IL) DAN PRESTASI SISWA (SA): STUDI KASUS NILAI MATEMATIKA SISWA KELAS 8 DI INDONESIA 1 Yanti Abstrak: Usaha peningkatan kinerja sekolah secara cepat diukur dari kemampuan dalam menghasilkan siswa-siswi berprestasi. Usaha ini tidak terlepas dari berkembangnya apa yang disebut dengan PLC (Professional Learning Communities) atau Komunitas Pembelajaran Profesiona, beberapa dekade terakhir. Wacana tersebut berfungsi mereformasi peran tim akademisi dalam mendukung usaha tersebut. Dalam kerangka institusi, usaha ini tidak terlepas dari adanya pengaruh dari peran Kepemimpinan Instruksional atau Instructional Leadership (IL). bagaimana hubungan antara PLC yang dilaksanakan dalam suatu institusi pendidikan dengan gaya IL yang diterapkannya, kemudian dapat mempengaruhi prestasi siswa (Student Achievement SA) yang dihasilkannya? Kata Kunci: PLC (Professional Learning Communities Komunitas Pembelajaran Profesional), IL (Instructional Leadership Kepemimpinan Instruksional), SA (Student Achievement Prestasi Siswa). LATAR BELAKANG MASALAH Dalam beberapa dekade terakhir, pertanyaan mengenai ‘Bagaimana cara meningkatkan prestasi siswa di sekolah?’ telah menjadi bahan diskusi dan penelitian utama dalam bidang pendidikan dengan melibatkan berbagai pendekatan yang bersifat multidimensional. Hal ini tentunya 1 Tulisan ini diambil dari Thesis program M.Sc. in Educational Effectiveness and Instructional Design, University of Groningen, The Netherlands, 2010-2011.

KORELASI ANTARA KOMUNITAS PEMBELAJARAN …sttb.ac.id/download/stulos/2013/September/Stulos-V.12-No.2...tidak terlepas dari berkembangnya apa yang disebut ... menjadi salah satu bahasan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KORELASI ANTARA KOMUNITAS PEMBELAJARAN …sttb.ac.id/download/stulos/2013/September/Stulos-V.12-No.2...tidak terlepas dari berkembangnya apa yang disebut ... menjadi salah satu bahasan

STULOS 12/2 (September 2013) 277-302

KORELASI ANTARA KOMUNITAS PEMBELAJARAN

PROFESIONAL (PLC), KEPEMIMPINAN

INSTRUKSIONAL (IL) DAN PRESTASI SISWA (SA):

STUDI KASUS NILAI MATEMATIKA SISWA KELAS 8

DI INDONESIA1

Yanti

Abstrak: Usaha peningkatan kinerja sekolah secara cepat diukur dari

kemampuan dalam menghasilkan siswa-siswi berprestasi. Usaha ini

tidak terlepas dari berkembangnya apa yang disebut dengan PLC

(Professional Learning Communities) atau Komunitas Pembelajaran

Profesiona, beberapa dekade terakhir. Wacana tersebut berfungsi

mereformasi peran tim akademisi dalam mendukung usaha tersebut.

Dalam kerangka institusi, usaha ini tidak terlepas dari adanya pengaruh

dari peran Kepemimpinan Instruksional atau Instructional Leadership

(IL). bagaimana hubungan antara PLC yang dilaksanakan dalam

suatu institusi pendidikan dengan gaya IL yang diterapkannya,

kemudian dapat mempengaruhi prestasi siswa (Student Achievement –

SA) yang dihasilkannya?

Kata Kunci: PLC (Professional Learning Communities – Komunitas Pembelajaran

Profesional), IL (Instructional Leadership – Kepemimpinan

Instruksional), SA (Student Achievement – Prestasi Siswa).

LATAR BELAKANG MASALAH

Dalam beberapa dekade terakhir, pertanyaan mengenai ‘Bagaimana

cara meningkatkan prestasi siswa di sekolah?’ telah menjadi bahan

diskusi dan penelitian utama dalam bidang pendidikan dengan melibatkan

berbagai pendekatan yang bersifat multidimensional. Hal ini tentunya

1Tulisan ini diambil dari Thesis program M.Sc. in Educational Effectiveness and

Instructional Design, University of Groningen, The Netherlands, 2010-2011.

Page 2: KORELASI ANTARA KOMUNITAS PEMBELAJARAN …sttb.ac.id/download/stulos/2013/September/Stulos-V.12-No.2...tidak terlepas dari berkembangnya apa yang disebut ... menjadi salah satu bahasan

278 KORELASI ANTARA KOMUNITAS PEMBELAJARAN

PROFESIONAL (PLC)

menjadi salah satu bahasan utama dalam rangka menuju reformasi di

bidang pendidikan, salah satu hasilnya adalah Professional Learning

Communities (PLC) atau yang dapat diterjemahkan secara bebas sebagai

Komunitas Pembelajaran Profesional. Komunitas ini ditujukan untuk

membangun terjalinnya suatu usaha di antara tim pendidik yang bersifat

individu maupun kolektif, menuju ke tingkat profesionalisme yang lebih

tinggi serta mengembangkan pengaruhnya ke seluruh entitas pendidikan

(sekolah) dengan tujuan akhir terciptanya kegiatan pembelajaran yang

kondusif bagi peserta didik/siswa.

Dengan terlibatnya para pendidik dalam aktivitas PLC maka akan

mengarahkan pada terwujudnya suatu pemberdayaan bagi seluruh elemen

dalam suatu entitas pendidikan, terutama para tim pendidik, dalam

menciptakan proses pembelajaran yang berkesinambungan.2 Oleh karena

itu, di berbagai negara PLC telah menjadi semakin populer baik di tingkat

sekolah dasar maupun menengah. Seiring dengan pertanyaan awal

mengenai cara meningkatkan prestasi siswa dan bagaimana meningkatkan

kinerja institusi pendidikan dalam menjawab tantangan globalisasi dan

perubahan-perubahan yang ada, yang notabene berpengaruh terhadap

proses pembelajaran, PLC mungkin dapat menjadi jawaban untuk kedua

pertanyaan tersebut.

Suatu perubahan dalam institusi tidak dapat dipisahkan dari faktor

kepemimpinan, oleh karena itu keberadaan entitas PLC dalam suatu

institusi pendidikan tidak dapat mengabaikan bagaimana peran

kepemimpinan berjalan dalam insitusi tersebut. Secara khusus jenis

kepemimpinan yang menonjol dalam era akuntabilitas dan tanggung

jawab ini adalah Kepemimpinan Instruksional3 (Instructional Leadership

- IL). Berbagai usaha dan pemikiran telah dikerahkan dalam rangka

2Stoll, L. et al., “Professional Learning Communities: A Review of The Literature.”

Journal of Educational Change 7 (2006): 221. 3Graczewski, C. et al., “Instructional Leadership in Practice: What Does It Look

Like, and What Influence Does It Have?” Journal of Education for Students Placed at Risk (JESPAR) 14/1 (2009): 73.

Page 3: KORELASI ANTARA KOMUNITAS PEMBELAJARAN …sttb.ac.id/download/stulos/2013/September/Stulos-V.12-No.2...tidak terlepas dari berkembangnya apa yang disebut ... menjadi salah satu bahasan

JURNAL TEOLOGI STULOS 279

menentukan jenis kepemimpinan yang harus dimiliki oleh pemimpin

institusi pendidikan yang dinilai akan mampu berpengaruh terhadap

peningkatan prestasi siswanya, baik dari segi pengetahuan maupun

pengaruhnya terhadap pengajaran, dimana hal ini dilihat sebagai determinan

penting dalam peningkatan prestasi siswa.4

Di tengah berkembangnya konseptualisasi mengenai kepemimpinan

dalam pendidikan, muncul sebuah hipotesa bahwa IL dapat menjadi

strategi kunci untuk meningkatkan prestasi siswa. Hal ini kemudian

mengarah pada pertanyaan, bagaimana praktik jenis kepemimpinan ini

mampu mempengaruhi kualitas praktik pembelajaran dan sejauh apa

pengaruhnya?

Berdasarkan kedua penjabaran poin di atas, relasi antara PLC dan IL

menjadi hal penting untuk ditemukan, serta bagaimana mereka saling

mempengaruhi. Lebih lanjut, bagaimana relasi antar kedua variabel

tersebut mempengaruhi prestasi siswa (Student Achievement – SA) akan

menjadi tujuan akhir dari penelitian ini.

Rumusan Masalah

Penjabaran dalam latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan

ke dalam tiga pertanyaan besar yang akan dijawab melalui penelitian ini,

dengan menggunakan data guru, siswa dan kepala sekolah menengah di

Indonesia.

1. Sejauh apa keberadaan PLC dan IL nampak dalam tingkat pendidikan

menengah di Indonesia?

2. Apakah bentuk hubungan/relasi antara PLC dan IL?

3. Apakah PLC dan IL mempengaruhi prestasi siswa (SA)?

4Elmore, R. F. Building a New Structure for School Leadership (Washington, DC:

Albert Shanker Institute, 2000).

Page 4: KORELASI ANTARA KOMUNITAS PEMBELAJARAN …sttb.ac.id/download/stulos/2013/September/Stulos-V.12-No.2...tidak terlepas dari berkembangnya apa yang disebut ... menjadi salah satu bahasan

280 KORELASI ANTARA KOMUNITAS PEMBELAJARAN

PROFESIONAL (PLC)

Signifikansi Penelitian

Signifikansi penelitian ini adalah untuk meneliti rumusan masalah di

atas, diterapkan dalam konteks sistem pendidikan Indonesia. Berdasarkan

data TIMSS 2007, siswa Indonesia memiliki tingkat nilai Matematika

yang cukup rendah bila dibandingkan dengan tingkat nilai siswa-siswi

dari negara lain (dalam perbandingan Nilai Matematika International).

Dalam hal ini, sangat mungkin bahwa PLC dan IL dapat menjadi acuan

strategi yang tepat untuk menolong guru-guru di Indonesia dalam

mengatasi permasalahan kualitas akademik tersebut, dengan spesifik

mencari cara untuk meningkatkan prestasi siswa, melalui peningkatan

kualitas pengajaran yang niscaya akan mampu memajukan kualitas

pendidikan Indonesia.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode kuantitatif

dengan menggunakan metode perhitungan statistik SPSS (Statistical

Package for Social Science). Data yang digunakan adalah data sekunder

yang diambil dari data temuan sebuah badan internasional yang secara

rutin mengumpulkan survey untuk penelitian pendidikan (TIMMS -

Trends in International Mathematics and Science Study). Data diambil

dari TIMMS 2007, untuk nilai Matematika tingkat SMP, kelas 2 (atau

kelas 8) di Indonesia. Penelitian ini bersifat korelasional dalam artian

yang diteliti adalah hubungan antar variabel, tanpa adanya usaha untuk

Page 5: KORELASI ANTARA KOMUNITAS PEMBELAJARAN …sttb.ac.id/download/stulos/2013/September/Stulos-V.12-No.2...tidak terlepas dari berkembangnya apa yang disebut ... menjadi salah satu bahasan

JURNAL TEOLOGI STULOS 281

memanipulasi variabel-variabel tersebut5. Variabel independen adalah

PLC dan IL, variable dependen adalah SA.

Sampel diambil dengan menggunakan teknik acak berstrata, yang

terdiri dari 149 sekolah menengah pertama di Indonesia yang mencakup

seluruh wilayah (kecuali Papua dan Nanggroe Aceh Darussalam) dengan

partisipan: 149 guru, 149 kepala sekolah dan 4.203 siswa dari seluruh

Indonesia6. Setiap guru dan siswa mewakili setiap sekolah yang menjadi

sampel, oleh karena itu sampel yang digunakan dinilai mewakili seluruh

populasi. Instrumen penelitian menggunakan beberapa kuesioner berbeda

yang disebarkan pada tiga kelompok sampel tadi (guru, kepala sekolah

dan siswa) dan nilai Matematika para siswa.

Data analisis dilakukan dengan beberapa variasi teknik analisa data

dalam statistik dengan menggunakan SPSS, antara lain: Analisa

Deskriptif, Analisa Reliabilitas, Analisa Korelasi, T-test, Anova dan

Analisa Regresi yang berguna untuk melihat hubungan antara variabel

independen dan dependen.

Kerangka Teori

Komunitas Pembelajaran Profesional (PLC)

Langkah pertama untuk memahami apa itu PLC adalah dengan

menerima fakta bahwa definisinya bersifat kontekstual, tidak universal

dan didasarkan pada interpretasi yang bergantung pada konteks pendidikan

tertentu.7 Konsensus internasional merumuskan definisinya secara global,

PLC diidentifikasikan sebagai kelompok pengajar yang saling berbagi

dan memeriksa praktik pengajaran mereka satu sama lain secara kritis,

dimana di dalamnya terdapat unsur kontinuitas, refleksi, kolaborasi,

5Fraenkel, J. R. & Wallen, N. E., How to Design and Evaluate Research in Education, 7th ed. (Singapore: McGraw-Hill International, 2010), 328.

6Olson, J. F. et al. (eds.), TIMSS 2007 Technical Report (Lynch School of Education, Boston College: TIMSS and PIRLS International Study Center, 2008), 393.

7Stoll, L. et al., “Professional Learning Communities: A Review of The Literature.” Journal of Educational Change 7 (2006): 222-223.

Page 6: KORELASI ANTARA KOMUNITAS PEMBELAJARAN …sttb.ac.id/download/stulos/2013/September/Stulos-V.12-No.2...tidak terlepas dari berkembangnya apa yang disebut ... menjadi salah satu bahasan

282 KORELASI ANTARA KOMUNITAS PEMBELAJARAN

PROFESIONAL (PLC)

keterbukaan, berorientasi pada terciptanya pembelajaran dan kemajuan

atau adanya peningkatan/pertumbuhan,8 serta beraktivitas bersama secara

kolektif.9 Secara ringkas, Hord merumuskan bahwa PLC merupakan

komunitas dimana di dalamnya para pengajar di sekolah dan jajaran

administrasi secara berkesinambungan, mencari dan saling membagikan

pembelajaran serta menindaklanjutinya. Tujuan akhir dari aktivitas ini

adalah untuk meningkatkan efektivitas mereka secara professional bagi

keuntungan siswa, maka dari itu aktivitas ini juga dipahami sebagai

komunitas yang mengutamakan peninjauan yang terus menerus dan

memprioritaskan kemajuan10

.

Penelitian yang dilakukan oleh Lomos, Hofman dan Bosker

merumuskan bahwa PLC didefinisikan oleh 5 (lima) karakteristik yang

menjadi ciri utamanya: dialog yang reflektif, deprivatisasi dari praktek

pengajaran, aktivitas yang kolaboratif, saling berbagi nilai dan prinsip,

serta berfokus pada terciptanya proses pembelajaran siswa.11

Dialog yang reflektif dimengerti sebagai dialog yang terjalin antara

tim akademisi dimana pembahasan yang dilakukan di dalamnya

mencakup isu-isu yang spesifik mengenai praktek pengajaran.

Deprivatisasi dari praktek pengajaran lebih mengarah kepada

seberapa jauh keterbukaan masing-masing tim akademisi untuk

membiarkan praktek pengajarannya disupervisi dan dinilai oleh sesama

rekan dalam tim, dengan adanya umpan balik dari tindakan supervisi atau

pengawasan tadi. Aktivitas yang kolaboratif, menuju kepada kemungkinan

adanya kolaborasi dalam proses pengajaran, sebagai contoh misalnya tim

8Mitchel, C. & Sackney, L., Profound Improvement: Building Capacity for a

Learning Community (Lisse, The Netherlands: Swets & Zeitlinger, 2000). 9King, M. B. & Newmann, F. M., “Building School Capacity through Professional

Development: Conceptual and Empirical Considerations.” International Journal of Educational Management 15/2 (2001): 86.

10Astuto, T. A. et al., Challenges to Dominant Assumptions Controlling Educational Reform (Andover, MA: Regional Laboratory for the Educational Improvement of the Northeast and Islands, 1993).

11 Lomos, C. et al., “The Relationship between Departments as Professional Communities and Student Achievement in Secondary Schools.” Teaching and Teacher Education 27 (2011) a: 723.

Page 7: KORELASI ANTARA KOMUNITAS PEMBELAJARAN …sttb.ac.id/download/stulos/2013/September/Stulos-V.12-No.2...tidak terlepas dari berkembangnya apa yang disebut ... menjadi salah satu bahasan

JURNAL TEOLOGI STULOS 283

akademisi dikelompokkan ke dalam spesialisasi masing-masing sehingga

subjek pengajaran tidak hanya dikuasai pengajar tertentu tapi

memungkinkan adanya kolaborasi beberapa pengajar dalam tiap subjek.

Saling berbagi nilai dan prinsip terwujud dalam hal terciptanya

konsensus antara tim akademisi dan jajaran manajemen yang memiliki

tujuan yang sama, dimana nilai dan tujuan ini tercermin dalam kegiatan

dan tindakan yang diambil sehari-hari baik oleh tim akademisi maupun

jajaran manajemen.

Fokus pada terciptanya proses pembelajaran bagi siswa, proses

pembelajaran difokuskan pada terciptanya proses yang tertuju pada

peserta didik/siswa, dalam artian peserta didik diberikan kesempatan

untuk menikmati proses pembelajaran yang memungkinkan mereka

mencapai prestasi terbaik mereka.

Louise Stoll et al. dalam karyanya Professional Learning

Communities: A Review of The Literature12 memberikan konsep teori

PLC yang efektif yang memiliki kapasitas untuk mempromosikan dan

memelihara keberlangsunan suatu proses pembelajaran yang melibatkan

semua pihak terkait dalam komunitas suatu institusi pendidikan, dengan

tujuan kolektif meningkatkan proses pembelajaran siswa.

Peran PLC dalam meningkatkan prestasi siswa tidak dapat

diwujudkan tanpa adanya peran kepemimpinan yang kuat dalam suatu

institusi pendidikan, dalam hal ini sekolah. PLC sebagai bagian dari

manajemen sekolah dikendalikan dan didorong oleh fungsi seorang

pemimpin sekolah dalam hal Kepemimpinan Instruksional (IL). Pada

bagian berikutnya, konsep IL akan dibahas bersama-sama dengan faktor

pendukungnya.

Kepemimpinan Instruksional (IL)

Istilah IL mulai populer pada era 1980an, yang dibahas dalam

penelitian-penelitian mengenai sekolah yang efektif. Dalam periode

12Stoll, L. et al., “Professional Learning Communities: A Review of The Literature.”

Journal of Educational Change 7 (2006): 223.

Page 8: KORELASI ANTARA KOMUNITAS PEMBELAJARAN …sttb.ac.id/download/stulos/2013/September/Stulos-V.12-No.2...tidak terlepas dari berkembangnya apa yang disebut ... menjadi salah satu bahasan

284 KORELASI ANTARA KOMUNITAS PEMBELAJARAN

PROFESIONAL (PLC)

tersebut, IL didefinisikan sebagai pola kepemimpinan yang kuat, langsung,

berfokus pada kurikulum dan pengajaran, menjadi karakteristik dari

sekolah dasar yang dianggap efektif dalam mengajar anak-anak kota yang

berasal dari komunitas kalangan bawah.13

Pendapat ini didukung oleh fakta

bahwa penelitian sekolah yang efektif, yang berfokus pada

sekolah-sekolah miskin perkotaan yang kekurangan perubahan substansial,

justru sangat diperlukan. Pada waktu itu pemimpin instruksional

digambarkan dengan karakteristik yang kuat, tujuan direktif, berorientasi

dan terfokus pada peningkatan hasil akademik mahasiswa serta

pembangun budaya.

Kepemimpinan disini hanya dilihat sebagai pemegang peran tunggal

yaitu sebagai Kepala Sekolah. IL menjadi kombinasi keahlian dan

karisma seorang pemimpin di mana mereka dipandang sebagai

pengendali kualitas yang menuntut ekspektasi dan standar yang tinggi

terhadap siswa maupun guru14

.

IL dewasa ini menjadi lebih dilihat sebagai konteks kepemimpinan

yang multi dimensional, melibatkan berbagai praktik kepemimpinan. IL

merupakan salah satu dari 6 (enam) tipe kepemimpinan pendidikan yang

diangkat oleh Moos dan Huber dalam karya Townsend.15

Konsep

kepemimpinan ini menekankan pada aspek tindakan dan keputusan yang

diambil seorang pemimpin sekolah yang mencakup hal-hal kemajuan

belajar siswa, kegiatan pengelolaan dan kepemimpinan yang berorientasi

pada aplikasi yang relevan berkaitan dengan penyediaan sumber daya

untuk pengajaran, kesepakatan bersama tentang tujuan, mempromosikan

13Edmonds, 1979; Leithwood & Montgomery, 1982 dalam Hallinger, P., “Leading

Educational Change: Reflections on The Practice of Instructional and Transformational Leadership.” Cambridge Journal of Education 33/3 (2003): 329.

14Hallinger, P., “Leading Educational Change: Reflections on The Practice of Instructional and Transformational Leadership.” Cambridge Journal of Education 33/3 (2003): 331-332.

15Moos, L. & Huber, S., “School Leadership, School Effectiveness and School Improvement: Democratic and Integrative Leadership.” dalam T. Townsend (ed.), International Handbook of School Effectiveness and Improvement, part two (Dordrecht, The Netherlands: Springer Publishers, 2007).

Page 9: KORELASI ANTARA KOMUNITAS PEMBELAJARAN …sttb.ac.id/download/stulos/2013/September/Stulos-V.12-No.2...tidak terlepas dari berkembangnya apa yang disebut ... menjadi salah satu bahasan

JURNAL TEOLOGI STULOS 285

terciptanya kerjasama antara staf dan evaluasinya serta konseling dalam

tim pengajar.

Ciri khas tipe kepemimpinan IL adalah adanya efisiensi dalam

praktik kepemimpinan dalam menyelaraskan tugas-tugas pendidikan dan

administrasi. Dari sudut pandang ini, seorang pemimpin memiliki

setidaknya empat peran. Pertama, seorang pemimpin sekolah harus

mampu mengatur alokasi waktu untuk melaksanakan tugas dan tanggung

jawab: mengajar, kegiatan manajerial, tugas administrasi, menjaga relasi

dengan orang tua serta waktu untuk pengembangan diri secara profesional.

Dengan demikian, seorang pemimpin sekolah juga mengambil peran

sebagai pengontrol proses pembelajaran, dengan mengalokasikan waktu

untuk mengawasi kemajuan siswa dan memulai program konsultasi

individual. Selain itu, berdasarkan hasil pengawasan, pemimpin

kemudian menetapkan prioritas pengajaran, mengusulkan modifikasi

terhadap kurikulum dan metode pengajaran (apabila diperlukan), serta

mengadaptasikan metode pengajaran dan pengelompokan siswa

berdasarkan tingkat kemampuan mereka16

.

Kedua, tipe pemimpin ini memiliki peran sebagai penasihat dan

pengontrol kualitas tim pengajar, dimana peran ini dijalankan dengan cara

supervisi terhadap tim pengajar. Dalam konteks kelas, seorang pemimpin

sekolah juga harus memelihara dan menciptakan hubungan yang kondusif

dengan tim pengajar, memberikan dukungan, penghargaan, nasihat, dan

menawarkan umpan balik kepada mereka17

. Selain itu, sejalan dengan

tindakan pengawasan terhadap tim pengajar, seorang pemimpin harus

mendorong mereka mengeksplorasi bakat mereka melalui pemantauan

yang bersifat rutin terhadap hasil kerja mereka, membantu untuk

meningkatkan keahlian profesional mereka. Pengawasan terhadap tim

pengajar merupakan aspek penting dari IL yang meliputi pembimbingan

dan konseling bagi pengajar, membahas kelebihan dan kekurangan,

16Scheerens, J. & Bosker, R. J., The Foundations of Educational Effectiveness (UK:

British Library, Pergamon, 1997). 17Ibid.

Page 10: KORELASI ANTARA KOMUNITAS PEMBELAJARAN …sttb.ac.id/download/stulos/2013/September/Stulos-V.12-No.2...tidak terlepas dari berkembangnya apa yang disebut ... menjadi salah satu bahasan

286 KORELASI ANTARA KOMUNITAS PEMBELAJARAN

PROFESIONAL (PLC)

memberikan saran untuk mengoptimalkan pengajaran dalam kelas,

menemukan contoh nyata pengajar yang sukses yang dijadikan teladan

bagi seluruh tim dan mendorong pengembangan lebih lanjut bagi seluruh

pengajar. Sebagai bagian dari tugas pengajaran, seorang pemimpin

sekolah juga dapat memodifikasi strategi mengajar, mendorong para

pengajar dengan memberikan umpan balik dan pengakuan serta

memelihara tingkat komunikasi yang intens dengan tim.

Peran ketiga seorang pemimpin dalam perspektif IL adalah sebagai

fasilitator dari tim yang berorientasi pada pekerjaan.18

Pemimpin sekolah

akan mendorong staf untuk bekerja sebagai sebuah tim, mengusulkan

penetapan pembagian tugas yang jelas di antara staf dengan mengikuti

pembagian keahlian khusus dalam tim pengajar, memantau orientasi

umum dalam area berbagai subyek serta mengontrol secara

berkesinambungan pencapaian tujuan pendidikan yang diraih dari waktu

ke waktu. Lebih lanjut, seorang pemimpin harus terbuka terhadap inisiatif

peningkatan kualitas pendidikan dan mengambil tindakan yang tepat

ketika aspek-aspek tertentu dalam pendidikan dan organisasi tidak

terpenuhi sesuai dengan yang direncanakan.

Yang terakhir adalah peran inisiator dan fasilitator dalam program

profesionalisasi staf.19

Pemimpin sekolah menekankan pentingnya

pengembangan tim pengajar dalam hal pendidikan lanjut; seorang

pemimpin sekolah mencoba untuk menambah pengetahuannya dengan

cara mengikuti program-program seperti kursus dan penelitian ilmiah,

kemudian juga mendorong ditempuhnya pendidikan lanjut bagi para

pengajar dalam kerangka, cara yang selektif serta memiliki target,

mengatur kebijakan yang eksplisit bagi pendidikan lanjutan untuk

pengajar dan mendorong mereka untuk ambil bagian dalam program yang

bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme mereka sendiri.

Selain itu, aspek yang terkait adalah bahwa konsep IL berfokus juga

18Ibid. 19Ibid.

Page 11: KORELASI ANTARA KOMUNITAS PEMBELAJARAN …sttb.ac.id/download/stulos/2013/September/Stulos-V.12-No.2...tidak terlepas dari berkembangnya apa yang disebut ... menjadi salah satu bahasan

JURNAL TEOLOGI STULOS 287

pada aspek-aspek tindakan kepemimpinan sekolah yang memberikan

perhatian terhadap kemajuan belajar siswa. Kegiatan-kegiatan tersebut

berorientasi untuk mendukung pembelajaran siswa dengan fokus pada

aplikasi yang sesuai dengan sumber daya untuk mengajar, kesepakatan

bersama tentang tujuan, promosi hubungan kerjasama antara staf dan

evaluasinya serta konseling antara tim pengajar selama proses pengajaran

melalui pengamatan kelas, umpan balik terstruktur dan pembinaan

(coaching).20

Leithwood kemudian memperkenalkan suatu model IL yang telah

teruji, yang dibangun bersama rekannya Hallinger dan tim. Model ini

menyatakan bahwa IL mengandung setidaknya tiga kategori besar:

mendefinisikan dan merumuskan misi sekolah, mengatur praktik program

pengajaran dan merencanakan serta menciptakan iklim kondusif bagi

proses pembelajaran dalam sekolah.21

Untuk menyimpulkan, IL

didefinisikan sebagai jenis kepemimpinan yang berfokus terutama pada

peran kepala sekolah dalam melakukan tugas koordinasi, pengendalian,

pengawasan dan mengembangkan kurikulum serta pengajaran dalam

sekolah.22

Berdasarkan berbagai peran IL yang dibahas di atas, maka dapat

diasumsikan bahwa terdapat hubungan yang erat antara IL dan PLC. Pada

bagian berikutnya, akan dibahas lebih lanjut mengenai hubungan kedua

variabel ini, berdasarkan studi-studi yang sudah dilakukan.

Komunitas Pembelajaran Profesional (PLC) dan Kepemimpinan

Instruksional (IL)

20 L. Moos, & S. Huber, “School Leadership, School Effectiveness and School

Improvement: Democratic and Integrative Leadership.” dalam T. Townsend (ed.), International Handbook of School Effectiveness and Improvement, part two (Dordrecht, The Netherlands: Springer Publishers, 2007).

21Southworth, G., “Instructional Leadership in Schools: Reflections and Empirical Evidence.” School Leadership and Management 22/1 (2002): 77.

22Hallinger, P. & Murphy, J. “Assessing The Instructional Leadership Behavior of Principals.” Dalam Elementary School Journal 86/2 (1985).

Page 12: KORELASI ANTARA KOMUNITAS PEMBELAJARAN …sttb.ac.id/download/stulos/2013/September/Stulos-V.12-No.2...tidak terlepas dari berkembangnya apa yang disebut ... menjadi salah satu bahasan

288 KORELASI ANTARA KOMUNITAS PEMBELAJARAN

PROFESIONAL (PLC)

Penelitian yang dilakukan oleh Wahlstrom & Louis23

menemukan

bahwa hubungan antara pengalaman pengajar dengan kepemimpinan

kepala sekolah. Ditunjukkan bahwa ketika para pengajar mulai berbagi ide

tentang praktek pengajaran, mendiskusikannya atau mempresentasikannya

bersama-sama secara teratur, mereka kemudian akan mengalami penurunan

tingkat ketergantungan terharap pemimpin mereka secara bertahap, yang

pada awalnya justru menjadi sumber pengetahuan bagi mereka. Dengan

kata lain, mungkin hanya dalam kondisi dimana tingkat keberadaan PLC

yang lemah, tim pengajar akan sangat bergantung kepada pemimpin

mereka untuk memperoleh dukungan pembelajaran secara langsung.

Namun, temuan ini tidak mencoba mengatakan bahwa peran pimpinan

tidak penting, tetapi kepemimpinan dapat dilihat sebagai dukungan secara

tidak langsung, bukan yang sifatnya sangat jelas atau tindakan yang

eksplisit. Dengan kata lain, tingkat ketergantungan tim pelaksana PLC

terhadap IL, sangat bergantung pada tingkat keahlian yang dimiliki,

kemampuan bekerjasama dan tingkat kekompakan yang ada di dalam tim

PLC itu sendiri.

Komunitas Pembelajar Profesional (PLC), Kepemimpinan Instruksional

(IL) dan Prestasi Siswa (SA)

Membahas tentang pengaruh kepemimpinan terhadap pembelajaran

siswa, kita bisa merujuk pada penelitian yang telah dilakukan oleh

Leithwood, et al.24

. Para penulis menyimpulkan bahwa kepemimpinan

yang sukses dapat menghasilkan peran yang sangat signifikan (meskipun

sering diremehkan) dalam meningkatkan pembelajaran siswa. Untuk

lebih detail, temuan dari penelitian terhadap ukuran dan sifat yang

23 Wahlstrom, K. L. & Louis, K. S., “How Teachers Experience Principal

Leadership: The Roles of Professional Community, Trust, Efficacy, and Shared Responsibility.” Educational Administration Quarterly 44/4 (2008): 458-459.

24Leithwood, K. et al., How Leadership Influences Student Learning (Center for Applied Research and Educational Improvement: University of Minnesota, Ontario Institute for Studies in Education: University of Toronto, The Wallace Foundation, 2004), 5-6.

Page 13: KORELASI ANTARA KOMUNITAS PEMBELAJARAN …sttb.ac.id/download/stulos/2013/September/Stulos-V.12-No.2...tidak terlepas dari berkembangnya apa yang disebut ... menjadi salah satu bahasan

JURNAL TEOLOGI STULOS 289

dihasilkan oleh efek kepemimpinan yang sukses mempengaruhi

pembelajaran siswa, membawa klaim bahwa: dari antara semua faktor

terkait yang berkontribusi terhadap pembelajaran siswa di sekolah,

kepemimpinan merupakan faktor kedua yang berpengaruh, mengikuti

pengajaran dalam kelas sebagai faktor pertama. Sementara bukti

mengenai efek kepemimpinan terhadap pembelajaran siswa sangat sulit

untuk ditafsirkan, banyak penelitian yang ada justru meremehkan

pengaruh tersebut dengan tidak mengukur efek tidak langsungnya secara

spesifik. Namun, tetap dapat disimpulkan bahwa efek total (langsung dan

tidak langsung) kepemimpinan terhadap pembelajaran siswa mengambil

seperempat bagian dari pengaruh faktor sekolah secara total25

. Bukti ini

mendukung kepentingan luas yang timbul dalam upaya meningkatkan

kepemimpinan sebagai kunci keberhasilan program reformasi sekolah.

Lebih jauh lagi, efek kepemimpinan dituntut untuk menunjukkan

pengaruhnya pada waktu dan tempat yand tepat, ketika sangat dibutuhkan.

Di sini kita mengacu pada peran pemimpin dalam bidang administratif

formal, dimana semakin besar tantangan dari situasi tersebut, maka akan

semakin besar dampak dari tindakan mereka terhadap proses pembelajaran.

Walaupun bukti menunjukkan adanya efek kecil yang cukup signifikan

yang diberikan oleh tindakan kepemimpinan terhadap pembelajaran

siswa, dalam perspektif sekolah, penelitian lain menunjukkan bahwa efek

kepemimpinan yang sukses jauh lebih besar atau jauh lebih dirasakan di

sekolah atau institusi pendidikan yang tengah mengalami situasi yang

sulit atau dalam masalah serius. Bahkan faktanya, hampir tidak ada

sekolah bermasalah yang bisa mengalami perubahan atau perbaikan tanpa

adanya intervensi dari seorang pemimpin yang kuat, dimana dalam hal ini

kepemimpinan dipandang sebagai katalisator bagi perubahan.26

25Ibid. 26Ibid.

Page 14: KORELASI ANTARA KOMUNITAS PEMBELAJARAN …sttb.ac.id/download/stulos/2013/September/Stulos-V.12-No.2...tidak terlepas dari berkembangnya apa yang disebut ... menjadi salah satu bahasan

290 KORELASI ANTARA KOMUNITAS PEMBELAJARAN

PROFESIONAL (PLC)

Saat meneliti hubungan antara PLC, IL dan SA, Louis, et al.27

dalam

penelitian mereka tentang bagaimana kepemimpinan mempengaruhi

prestasi belajar siswa, telah menguraikan dengan jelas bahwa IL

diasumsikan memiliki efek langsung dan tidak langsung terhadap

pengajaran. Selain itu, model penelitian mereka menunjukkan bahwa IL

memberikan efek yang signifikan pada hubungan kerja yang terjalin di

antara tim pengajar dalam PLC, meskipun efek IL terhadap pengajaran

sifatnya terbatas. PLC memiliki efek tidak langsung yang signifikan

terhadap SA berdasarkan hubungannya yang kuat dengan pengajaran

yang berfokus28

. Analisa mereka menggunakan suatu tes empiris yang

relatif dan komprehensif dengan mengusung gagasan bahwa sejumlah

variabel kepemimpinan (termasuk IL), ketika mereka dipertimbangkan

secara bersama-sama, ternyata akan saling berhubungan secara positif

ketika dikaitkan dengan pembelajaran siswa. Lebih lanjut, mereka

menemukan bahwa IL memberikan pengaruh secara tidak langsung

terhadap SA, melalui PLC yang berfokus pada pengajaran. Pada akhir

penelitian mereka, Louis dan tim menyarankan bahwa dalam rangka

meningkatkan pengaruh kepemimpinan terhadap SA, harus ada

kombinasi dari beberapa tindakan kepemimpinan (seperti Il dengan tipe

kepemimpinan distributif) disertai dengan kehadiran PLC yang kuat29

.

Pada titik ini, sangat jelas untuk menyatakan bahwa berdasarkan

studi terbaru (dalam kondisi tertentu), ada hubungan korelasi yang positif

antara PLC dan IL, yang pada akhirnya akan berpengaruh secara positif

terhadap prestasi siswa (SA). Menariknya, penelitian ini dilakukan untuk

menyelidiki apakah temuan yang sama akan dihasilkan dalam kasus

sekolah menengah di Indonesia.

27Louis, K. S. et al., “How Does Leadership Affect Student Achievement? Results

from a National US Survey.” School Effectiveness and Improvement 21/3 (2010): 317. 28Ibid., 330-331. 29Ibid., 330.

Page 15: KORELASI ANTARA KOMUNITAS PEMBELAJARAN …sttb.ac.id/download/stulos/2013/September/Stulos-V.12-No.2...tidak terlepas dari berkembangnya apa yang disebut ... menjadi salah satu bahasan

JURNAL TEOLOGI STULOS 291

PLC di Indonesia

Sampai baru-baru ini, studi mengenai PLC di Indonesia masih

terhitung sedikit. Namun, setidaknya ada satu studi yang penting yaitu

penelitian yang dilakukan oleh Saidah30

. Penulis menyelidiki hubungan

antara PLC, ekspektasi pengajar (teacher’s expectations) dan bagaimana

kedua variabel tersebut mempengaruhi SA. Peneliti juga menggunakan

data sekunder yang diambil dari kuesioner TIMMS tahun 2007. Survei ini

berfokus pada faktor pengajar dan siswa yang dihubungkan dengan mata

pelajaran matematika, di kelas delapan, sekolah menengah di Indonesia.

Temuan penting dari penelitian Saidah adalah efek signifikan PLC

yang berkontribusi terhadap kinerja siswa dalam konteks Indonesia.

Hasilnya menunjukkan bahwa PLC tidak memiliki hubungan dengan SA.

Namun, penulis menemukan beberapa prediktor yang signifikan yang

berpengaruh pada SA, seperti faktor karakteristik siswa: usia dan tingkat

pendidikan terakhir orang tua, dimana faktor-faktor ini ternyata memberikan

kontribusi signifikan terhadap SA. Variabel penting lainnya adalah faktor

latar belakang pengajar, seperti gender dan lama pengalaman mengajar

juga ternyata memberikan kontribusi yang signifikan terhadap SA.

Studi ini bisa dilihat sebagai kelanjutan dari penelitian Saidah,

dengan melihat hubungan yang mungkin antara PLC, IL dan SA yang

dibahas dalam penelitian ini secara komprehensif sambil menyelidiki

masalah yang serupa, serta pencarian variabel pengontrol yang relevan

dalam meningkatkan SA dalam konteks Indonesia.

Analisis Data

Karena keterbatasan penjabaran dan penyajian data, bagian ini akan

difokuskan pada presentasi data yang berguna untuk menjawab rumusan

masalah yang disebutkan di bagian awal.

30 Saidah, U. H., Professional Community, Teacher Expectation and Student

Achievement (A Secondary Analysis of TIMMS in Indonesia). Master Thesis, University of Groningen, Netherlands 2010, 32-33.

Page 16: KORELASI ANTARA KOMUNITAS PEMBELAJARAN …sttb.ac.id/download/stulos/2013/September/Stulos-V.12-No.2...tidak terlepas dari berkembangnya apa yang disebut ... menjadi salah satu bahasan

292 KORELASI ANTARA KOMUNITAS PEMBELAJARAN

PROFESIONAL (PLC)

1. Sejauh apa keberadaan PLC dan IL nampak dalam tingkat

pendidikan menengah di Indonesia?

Untuk menjawab pertanyaan pertama, analisis deskriptif telah

dilakukan dengan hasil seperti yang dijelaskan dalam Tabel 1 di bawah

ini. Dalam beberapa variabel terjadi kekurangan jumlah responden dari

yang seharusnya, dimana jumlah guru yang berpartisipasi dalam survei

ini awalnya 149, masing-masing untuk tim guru dan kepala sekolah.

Harap merujuk pada kolom N untuk angka aktual jumlah responden yang

berpartisipasi.

Tabel 1. Analisis Deskriptif untuk Variabel Independen

Rata-rata

(SD)

N

Frekuensi

Total (hampi

r) tidak

pernah

2-3 kali

per bulan

1-3 kali

per bulan

(hampi

r)

setiap

hari

Variabel

PLC

Dialog yang

Reflektif

2.52 (.82) 146 6.7% 47% 30.9% 13.4% 98%

Aktivitas yang

Kolaboratif

3.05 (.94) 146 6% 22.1% 30.9% 38.9% 97.9%

Deprivatisasi

Pengajaran 1

1.63 (.83) 145 53% 32.9% 6% 5.4% 97.3%

Deprivatisasi

Pengajaran 2

1.55 (.74) 143 53.7% 34.9% 4% 3.4% 96%

Frekuensi

Sangat

rendah

Rendah Medium Tinggi Sangat

Tinggi

Total

Saling bagi

nilai dan

prinsip

2.39 (.72)

146 0% 5.4% 35.6% 49% 8.1% 98.1%

Fokus pada

pembelajaran

siswa

1.58 (.71)

146 1.3% 0% 4.7% 42.3% 49.7% 98%

Variabel

IL

25.39

(9.5)

142 95.3%

Angka frekuensi PLC menunjukkan bahwa sebagian besar guru di

Indonesia (47%) melakukan aktivitas dialog reflektif sebanyak 2-3 kali

per bulan, sedangkan untuk aktivitas kolaboratif, sebagian besar

melakukannya hampir setiap hari (39%). Di sisi lain, untuk deprivatisasi

Page 17: KORELASI ANTARA KOMUNITAS PEMBELAJARAN …sttb.ac.id/download/stulos/2013/September/Stulos-V.12-No.2...tidak terlepas dari berkembangnya apa yang disebut ... menjadi salah satu bahasan

JURNAL TEOLOGI STULOS 293

praktek pengajaran (kedua item), terlihat bahwa para guru pada umumnya

tidak melakukan hal ini di antara mereka sendiri (53% dan 54% guru

menyatakan bahwa mereka tidak pernah atau hampir tidak pernah

melakukan kegiatan ini). Selanjutnya, saling berbagi nilai dan prinsip,

dapat dilihat bahwa sebagian besar guru melakukan kegiatan ini pada

frekuensi yang tinggi (49%). Terakhir, dari analisis juga dijelaskan bahwa

guru sudah memiliki kesadaran yang baik dalam hal berfokus pada

pembelajaran siswa, di mana sebagian besar dari mereka (50%)

mendukung siswa mereka belajar dengan frekuensi yang sangat tinggi.

Untuk IL, Tabel 1 juga menunjukkan bahwa sebagian besar kepala

sekolah di Indonesia (95%) menjalankan tipe ini dalam aktivitas

kepemimpinan mereka. Dengan persentase rata-rata 25,4, diasumsikan

bahwa sebagian besar kepala sekolah menghabiskan ¼ (seperempat)

bagian dari kegiatan mereka untuk melakukan praktik IL.

2. Apakah bentuk hubungan/relasi antara PLC dan IL?

Tabel 2. Hasil Analisa Korelasi untuk PLC dan IL

Pearson Correlation IL

N r p value

PLC 136 -.117 .176

Berdasarkan hasil dari tabel, korelasi antara PLC dan IL adalah

korelasi negatif yang lemah, dengan kata lain korelasi yang dimiliki

lemah dan tidak signifikan sehingga dapat diabaikan.

Berkaitan dengan adanya berbagai variabel pengontrol (prediktor)

yang mungkin mempengaruhi variabel independen dan dependen, berikut

merupakan ringkasan dari hasil analisa yang dilakukan terhadap beberapa

variabel pengontrol yang berpotensi:

Tabel 3. Ringkasan Hasil Tes untuk Variabel Pengontrol

Page 18: KORELASI ANTARA KOMUNITAS PEMBELAJARAN …sttb.ac.id/download/stulos/2013/September/Stulos-V.12-No.2...tidak terlepas dari berkembangnya apa yang disebut ... menjadi salah satu bahasan

294 KORELASI ANTARA KOMUNITAS PEMBELAJARAN

PROFESIONAL (PLC)

Variabel pengontrol untuk PLC terdiri atas setidaknya dua variabel

yang dianggap berpotensi. Gender guru, berdasarkan hasil T-test, tidak

terlihat bahwa perbedaan gender guru memberikan efek yang berbeda

terhadap sejauh mana mereka menjalankan praktik PLC. Variabel kedua,

lama pengalaman mengajar guru, berdasarkan hasil analisa korelasi,

terlihat bahwa lama pengalaman mengajar guru tidak menentukan

intensitas mereka dalam menjalankan praktik PLC, ditandai dengan hasil

korelasi yang tidak signifikan.

Untuk variabel pengontrol yang berpotensi mempengaruhi prestasi

siswa antara lain: umur siswa dan tingkat pendidikan orangtua siswa.

Berdasarkan hasil analisa korelasi yang ditempuh untuk melihat

hubungan umur siswa dengan prestasinya, ditemukan adanya tendensi

bahwa siswa yang usianya di atas rata-rata teman sekelasnya, akan

memiliki prestasi yang lebih rendah. Hal ini ditandai dengan adanya

korelasi yang bersifat medium dan negatif antara umur siswa dan

prestasinya. Kemudian berdasarkan hasil test ANOVA yang ditempuh

untuk melihat hubungan tingkat pendidikan orangtua (ayah dan ibu),

kedua tes menunjukkan bahwa variabel pengontrol ini memiliki korelasi

dengan efek yang signifikan terhadap prestasi siswa, dalam artian

semakin tinggi tingkat pendidikan orangtua, akan mampu mempengaruhi

secara positif terhadap prestasi anaknya di sekolah.

Variabel Pengontrol Jenis Tes Hasil Analisa

PLC

Gender Guru T-test Tidak ada efek

Lama Pengalaman Mengajar Guru

Analisa Korelasi Tidak signifikan

SA

Umur siswa Analisa Korelasi Efek yang medium

Tingkat pendidikan orangtua (Ibu)

ANOVA Efek signifikan

Tingkat pendidikan orangtua (Ayah)

ANOVA Efek signifikan

Page 19: KORELASI ANTARA KOMUNITAS PEMBELAJARAN …sttb.ac.id/download/stulos/2013/September/Stulos-V.12-No.2...tidak terlepas dari berkembangnya apa yang disebut ... menjadi salah satu bahasan

JURNAL TEOLOGI STULOS 295

3. Apakah PLC dan IL Mempengaruhi Prestasi Siswa (SA)?

Untuk menjawab pertanyaan penelitian ketiga, beberapa analisa

regresi dilakukan. Dengan demikian, hubungan dari semua variabel

(variabel independen dan kontrol) dengan prestasi siswa (variabel

dependen) dapat dieksplorasi. Ada 3 model analisa berbeda yang

disajikan sebagai hasilnya. Pertama adalah model regresi dilakukan

untuk melihat apakah PLC berkaitan dengan prestasi siswa, dalam rangka

mengendalikan variabel pengontrol yang signifikan. Kedua, IL diteliti

secara tersendiri dalam rangka untuk melihat apakah IL berhubungan

dengan SA, kembali setelah mengontrol variabel pengontrol yang

relevan. Dan terakhir, model regresi gabungan dibangun dalam rangka

untuk melihat apakah PLC dan IL, bersama-sama dalam model yang

sama, berhubungan dengan prestasi siswa dan untuk menemukan variabel

pengontrol terkuat yang mempengaruhi prestasi siswa. Hasil analisis

regresi gabungan akhir disajikan pada Tabel 4, yang akan dibahas secara

lebih komprehensif melibatkan variabel pengontrol.

Tabel 4. Gabungan Hasil Akhir Tes Regresi (3x) PLC, IL terhadap SA,

melibatkan variabel pengontrol

Regresi B SE (B)

Β p value

Hasil

Tes Model/Item

1st PLC terhadap SA .886 .303 .051 .003 Tidak ada relasi

2nd IL terhadap SA -.039 .019 .019 .043 Tidak ada relasi

3rd PLC, IL dan Variabel Pengontrol terhadap SA

Umur Siswa -1.815 .231 -.136 .000 Relasi lemah negatif

Tingkat Pendidikan Terakhir (Ibu)

.807 .170 .113 .000 Relasi lemah positif

Tingkat Pendidikan Terakhir (Ayah)

.979 .155 .149 .000 Relasi lemah positif

Tipe Masyarakat

-.101 .132 -.013 .443 Tidak ada relasi

Latar belakang -1.966 .213 -.177 .000 Relasi lemah

Page 20: KORELASI ANTARA KOMUNITAS PEMBELAJARAN …sttb.ac.id/download/stulos/2013/September/Stulos-V.12-No.2...tidak terlepas dari berkembangnya apa yang disebut ... menjadi salah satu bahasan

296 KORELASI ANTARA KOMUNITAS PEMBELAJARAN

PROFESIONAL (PLC)

ekonomi siswa (kekurangan)

negatif

Gender Guru -2.524 .371 -.122 .000 Relasi lemah negatif

Lama Pengalaman Mengajar

.057 .024

.043 .017 Tidak ada relasi

PLC

.809 .306 .047 .008 Tidak ada relasi

IL -.030 .020 -.026 .131 Tidak ada relasi

Pada tes regresi pertama dilihat hubungan antara PLC dan SA yang

menghasilkan tidak adanya relasi karena pertimbangan besarnya jumlah

siswa yang diteliti, hasil yang sama juga diperoleh ketika IL dan SA

diteliti hubungannya pada tes kedua. Tes regresi ketiga dilaksanakan

dengan menggabungkan seluruh variabel independen bersama dengan

variabel pengontrol untuk melihat relasinya dengan SA. Sebagai strategi

terakhir, menanggapi fakta bahwa analisis regresi terpisah dari PLC dan

IL masing-masing menunjukkan hubungan yang sangat lemah terhadap

prestasi siswa, langkah terakhir dari analisa regresi ini menekankan pada

variabel independen mana yang lebih berpengaruh terhadap SA.

Ditemukan bahwa PLC dan IL bersama dengan semua variabel

pengontrol sekolah, guru dan siswa, menjelaskan 20,2% dari varian untuk

prestasi siswa. PLC terbukti memiliki relasi dengan SA secara signifikan,

akan tetapi dengan nilai beta sangat kecil 0,047. Bahkan, dapat

disimpulkan bahwa hampir tidak ada hubungan di antara PLC dan SA.

Lebih lanjut, IL juga tidak memiliki relasi signifikan dengan SA.

Page 21: KORELASI ANTARA KOMUNITAS PEMBELAJARAN …sttb.ac.id/download/stulos/2013/September/Stulos-V.12-No.2...tidak terlepas dari berkembangnya apa yang disebut ... menjadi salah satu bahasan

JURNAL TEOLOGI STULOS 297

KESIMPULAN

Keberadaan PLC dan IL

Mengenai pertanyaan pertama, analisis deskriptif terhadap variabel

PLC menunjukkan bahwa 47% dari guru melakukan kegiatan dialog

reflektif dengan membahas tentang bagaimana cara mengajarkan konsep

tertentu, selama 2-3 kali per bulan. Sedangkan untuk aktivitas kolaboratif,

39% dari guru bekerja sama dalam mempersiapkan bahan ajar mereka

hampir setiap hari. Namun, guru pada umumnya tidak melakukan

deprivatisasi pengajaran di antara mereka, dengan kata lain guru

mungkin tidak menyadari pentingnya praktek ini atau kurangnya

kesadaran mengenai akuntabilitas dimana 53% mengatakan bahwa

mereka tidak pernah mengunjungi ruang kelas rekan-rekan mereka untuk

mengamati gaya pengajaran dan 54% dari mereka menyatakan bahwa

mereka tidak pernah membiarkan rekan-rekan mereka mengunjungi kelas

mereka untuk pengamatan. Selanjutnya, saling berbagi nilai dan prinsip,

49% dari guru melakukan kegiatan ini dengan frekuensi yang tinggi,

yaitu dengan menyelaraskan pemahaman mereka mengenai tujuan

kurikulum sekolah. Terakhir, 50% dari guru sudah memiliki kesadaran

yang baik dalam hal berfokus pada pembelajaran siswa, di mana mereka

mendukung siswa dengan memiliki harapan yang tinggi pada tingkat

prestasinya, dengan frekuensi yang sangat tinggi. Untuk meringkas,

kegiatan PLC seperti dialog reflektif dan aktivitas kolaboratif adalah

praktek-praktek yang secara teratur dilakukan oleh para guru sekolah

menengah di Indonesia.

Untuk IL, ditemukan bahwa 95% dari kepala sekolah menjawab

bahwa mereka mempraktekkan IL dalam kegiatan rutin mereka, seperti

pengembangan kurikulum dan pedagogi. Dapat disimpulkan bahwa

sebagian besar kepala sekolah di sekolah menengah Indonesia,

menghabiskan sekitar 25% dari waktu mereka untuk aktivitas yang

berhubungan dengan IL.

Page 22: KORELASI ANTARA KOMUNITAS PEMBELAJARAN …sttb.ac.id/download/stulos/2013/September/Stulos-V.12-No.2...tidak terlepas dari berkembangnya apa yang disebut ... menjadi salah satu bahasan

298 KORELASI ANTARA KOMUNITAS PEMBELAJARAN

PROFESIONAL (PLC)

Relasi antara PLC dan IL

Mengenai pertanyaan kedua, hasil analisa korelasi antara PLC dan

IL menunjukkan bahwa PLC dan IL tidak terkait secara signifikan. Fakta

ini mengarah pada kesimpulan bahwa baik PLC dan IL masing-masing

memiliki peran tersendiri dalam praktik pendidikan. Hasil ini dapat

dilihat sebagai mendukung hasil penelitian dari studi sebelumnya oleh

Wahlstrom dan Louis,31

di mana dinyatakan bahwa tingkat ketergantungan

PLC terhadap IL bergantung pada tingkat keahlian, kemampuan

bekerjasama, dan kekompakan yang ada di dalam tim PLC. Dengan kata

lain, keberadaan IL akan sangat bergantung pada tingkat independensi PLC.

Pengaruh dari PLC, IL dan Variabel Pengontrol terhadap SA di Indonesia

Pertanyaan penelitian terakhir ini berkaitan dengan kontribusi PLC

dan IL untuk SA, setelah mengontrol variabel guru, sekolah dan siswa.

Variabel signifikan pertama dari siswa adalah umur siswa dan

tingkat pendidikan terakhir orangtua. Umur siswa mempengaruhi SA

dengan efek negatif kecil (beta - .14), yang berarti bahwa semakin tinggi

umur siswa, maka akan semakin rendah nilai matematikanya,

dibandingkan dengan siswa yang lebih muda. Untuk tingkat pendidikan

orangtua, ditemukan bahwa variabel ini mempengaruhi SA dengan efek

positif kecil (β .11 untuk ibu dan ayah .15), yang menunjukkan bahwa

jika tingkat pendidikan ayah atau ibunya tinggi, ada kecenderungan

bahwa tingkat SA dari siswa tersebut juga tinggi.

Variabel penting berikutnya adalah sekolah, diwakili oleh faktor latar

belakang sosial ekonomi siswa dan tipe masyarakat. Untuk latar belakang

sosial ekonomi, ditemukan efek yang signifikan dengan nilai β -.18 yang

31Wahlstrom, K. L. & Louis, K. S., “How Teachers Experience Principal Leadership:

The Roles of Professional Community, Trust, Efficacy, and Shared Responsibility.” Educational Administration Quarterly 44/4 (2008): 459.

Page 23: KORELASI ANTARA KOMUNITAS PEMBELAJARAN …sttb.ac.id/download/stulos/2013/September/Stulos-V.12-No.2...tidak terlepas dari berkembangnya apa yang disebut ... menjadi salah satu bahasan

JURNAL TEOLOGI STULOS 299

menunjukkan bahwa variabel ini memiliki hubungan negatif kecil dengan

SA. Dengan kata lain, sekolah dengan jumlah siswa lebih banyak berasal

dari latar belakang ekonomi kurang beruntung, kecenderungannya adalah

siswa memiliki tingkat SA yang lebih rendah. Di sisi lain, tipe masyarakat

ditemukan tidak terkait secara signifikan dengan prestasi siswa.

Variabel guru juga memberikan kontribusi yang signifikan. Gender

guru ditemukan memiliki hubungan negatif kecil dengan SA (β -.12). Ini

berarti bahwa guru perempuan berkontribusi menghasilkan tingkat SA

yang lebih tinggi daripada guru laki-laki. Sementara itu, untuk lama

pengalaman mengajar, hubungannya dengan SA hampir tidak ada. Selain

itu, jenis kelamin guru ditemukan tidak berhubungan dengan tingkat

intensitas kegiatan PLC. Sejalan dengan itu, variabel lama pengalaman

mengajar juga tidak memiliki kaitan dengan praktik PLC yang dilakukan

para guru di sekolah mereka.

Terakhir, mengenai pertanyaan penelitian ketiga, hasil analisis

regresi menunjukkan bahwa PLC secara signifikan berhubungan dengan

prestasi siswa, namun hubungan ini sangat lemah. Sebuah situasi yang

berbeda muncul dimana IL tidak memiliki hubungan yang signifikan

dengan SA. Selain itu, dapat diasumsikan bahwa hasil signifikansi PLC

timbul dikarenakan jumlah sampel yang besar. Oleh karena itu, dapat

disimpulkan bahwa tidak ada atau hanya ada hubungan positif yang

sangat lemah antara PLC dan SA. Temuan ini berbeda dengan hasil

penelitian sebelumnya oleh Louis et al.32

yang menunjukkan PLC

memiliki efek tidak langsung signifikan terhadap SA dari hubungannya

yang kuat dengan berfokus pada kualitas pengajaran. Dari sini terlihat

bahwa praktek PLC yang dilakukan oleh guru, dan IL oleh kepala

sekolah, keduanya tidak berhubungan atau tidak berpengaruh terhadap

prestasi siswa sekolah di Indonesia, khususnya nilai Matematika. Lebih

mendalam penelitian dengan menggunakan observasi dan wawancara

32Louis, K. S. et al., “How Does Leadership Affect Student Achievement? Results

from a National US Survey.” School Effectiveness and Improvement 21/3 (2010): 317.

Page 24: KORELASI ANTARA KOMUNITAS PEMBELAJARAN …sttb.ac.id/download/stulos/2013/September/Stulos-V.12-No.2...tidak terlepas dari berkembangnya apa yang disebut ... menjadi salah satu bahasan

300 KORELASI ANTARA KOMUNITAS PEMBELAJARAN

PROFESIONAL (PLC)

mungkin akan lebih memperjelas bagaimana PLC dan IL di sekolah

menengah di Indonesia. Pengetahuan lebih lanjut tentang faktor yang

dapat meningkatkan prestasi siswa sekolah menengah Indonesia sangat

penting berkaitan dengan hasil Matematika yang tidak memuaskan di

tahun 2007. Hanya 22% siswa Indonesia mencapai standar internasional

menengah, sementara 52% ditempatkan pada standar bawah33

. Sebuah

penjelasan yang mungkin untuk kondisi ini, mungkin dikarenakan situasi

pendidikan Indonesia yang tengah mengalami kekurangan guru

berkualitas di luar Pulau Jawa, terutama daerah pedesaan.

33Mullis, I. V. S. et al., TIMMS 2007 International Mathematics Report: Findings from

IEA’s Trends in International Mathematics and Science Study at Fourth and Eight Grades (Lynch School of Education, Boston College: TIMMS & PIRLS International Study Center, 2008).

Page 25: KORELASI ANTARA KOMUNITAS PEMBELAJARAN …sttb.ac.id/download/stulos/2013/September/Stulos-V.12-No.2...tidak terlepas dari berkembangnya apa yang disebut ... menjadi salah satu bahasan

JURNAL TEOLOGI STULOS 301

DAFTAR PUSTAKA

Astuto, T. A., Clark, D. L., Read, A. M., McGree, K., & de Fernandez, L.

K. P. Challenges to Dominant Assumptions Controlling Educational

Reform. Andover, MA: Regional Laboratory for the Educational

Improvement of the Northeast and Islands, 1993.

Elmore, R. F. Building a New Structure for School Leadership. Washington,

DC: Albert Shanker Institute, 2000.

Fraenkel, J. R. & Wallen, N. E. How to Design and Evaluate Research in

Education, 7th ed. Singapore: McGraw-Hill International, 2010.

C. Lomos, R. H. Hofman, & R. J. Bosker. The concept of Professional

Community and Its Relationship with Successful Schools and Student

Performance. Groningen: GION – Institute for Educational

Research, 2011b.

Leithwood, K., Louis, K. S., Anderson, S., & Wahlstrom, K. How

Leadership Influences Student Learning. Center for Applied Research

and Educational Improvement: University of Minnesota, Ontario

Institute for Studies in Education: University of Toronto, The

Wallace Foundation, 2004.

Mitchel, C. & Sackney, L. Profound Improvement: Building Capacity for

A Learning Community. Lisse, The Netherlands: Swets & Zeitlinger,

2000.

T. Townsend. (Ed.). International Handbook of School Effectiveness and

Improvement, part two. Dordrecht, The Netherlands: Springer

Publishers, 2007.

Mullis, I. V. S., Martin, M. O., & Foy, P. (Eds). International

Mathematics Report: Findings from IEA’s Trends in International

Mathematics and Science Study at Fourth and Eight Grades. Lynch

Page 26: KORELASI ANTARA KOMUNITAS PEMBELAJARAN …sttb.ac.id/download/stulos/2013/September/Stulos-V.12-No.2...tidak terlepas dari berkembangnya apa yang disebut ... menjadi salah satu bahasan

302 KORELASI ANTARA KOMUNITAS PEMBELAJARAN

PROFESIONAL (PLC)

School of Education. TIMMS 2007. Boston College: TIMMS &

PIRLS International Study Center, 2008.

Saidah, U. H. Professional Community, Teacher Expectation and Student

Achievement (A Secondary Analysis of TIMMS in Indonesia). Master

Thesis. Groningen, The Netherlands: University of Groningen, 2010.

Scheerens, J. & Bosker, R. J. The Foundations of Educational

Effectiveness. Pergamon UK: British Library, 1997.

K. Leithwood & P. Hallinger (eds.). Second International Handbook of

Educational Leadership and Administration. Dordrecht, The

Netherlands: Kluwer Publishers, 2002.