90
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECERDASAN, MOTIVASI BERPRESTASI, DAN KEBIASAAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEMESTER 1 KELAS XI IPA A SMA NEGERI 6 KOTA BENGKULU Oleh MULYANI A1C002030 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS BENGKULU 2006

Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECERDASAN,

MOTIVASI BERPRESTASI, DAN KEBIASAAN BELAJAR

MATEMATIKA SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR

MATEMATIKA SISWA SEMESTER 1 KELAS XI IPA A

SMA NEGERI 6 KOTA BENGKULU

Oleh

MULYANI

A1C002030

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS BENGKULU

2006

Page 2: Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

ii

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECERDASAN, MOTIVASI

BERPRESTASI, DAN KEBIASAAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA

DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEMESTER 1 KELAS XI IPA A SMA NEGERI 6 KOTA BENGKULU

Skripsi

Diajukan Guna Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata I

Pada Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh

MULYANI

NPM. A1C002030

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS BENGKULU

2006

Page 3: Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

iii

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECERDASAN, MOTIVASI

BERPRESTASI, DAN KEBIASAAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA

DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEMESTER 1

KELAS XI IPA A SMA NEGERI 6 KOTA BENGKULU

SKRIPSI

Oleh

MULYANI

A1C002030

Disahkan Oleh

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Dekan FKIP,

Drs. Safnil, M.A., Ph.D.

NIP. 131 577 385

Ketua Jurusan P. MIPA,

Drs. Amrul Bahar, M.Pd.

NIP. 131 417 486

Page 4: Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

iv

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECERDASAN, MOTIVASI

BERPRESTASI, DAN KEBIASAAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA

DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEMESTER 1

KELAS XI IPA A SMA NEGERI 6 KOTA BENGKULU

SKRIPSI

Oleh

MULYANI A1C002030

Telah dipertahankan di depan Tim penguji Program Studi Pendidikan Matematika

Jurusan pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Hari : Jum’at

Tanggal : 17 November 2006

Pukul : 13.30 – 15.00 WIB

Tempat : Ruang Program Studi Pendidikan Matematika

Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui oleh Dosen Pembimbing

Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui oleh Tim Penguji

Penguji Nama Dosen Tanda Tangan Tanggal

Penguji I Drs. Rusdi, M.Pd.

NIP. 131 485 351

Penguji II Dra. Sri Saparahayuningsih, M.Pd.

NIP. 131472117

Penguji III Drs. H. Irsal Idris

NIP. 131 410 627

Penguji IV Drs. Asahar Johar T, M.Kom.

NIP. 131 624 788

Pembimbing Utama

Drs. Rusdi, M.Pd

NIP. 131470627

Pembimbing Pendamping

Dra. Sri Saparahayuningsih, M.pd.

NIP 131472117

Page 5: Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

v

Motto

Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama)

Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan

kedudukanmu. (Q.S. Muhammad; 7)

Allah maha sumber kekuatan, maka mintalah kekuatan diri

hanya pada-Nya, dan yakinlah engkau akan mendapatkannya.

(My’85)

Persembahan

Allahu’akbar..! Alhamdulillah.. Dengan izin-Mu

(Allah), hamba dapat mencapai satu cita dalam hidup

hamba. Ku persembahkan karya ini untuk :

� Kedua orang tuaku, kakang-kakangku, dan ayuk-

ayukku yang senantiasa menyayangi, mendukung dan

mendo’akan tercapainya citaku.

� Keponakan-keponakanku tercinta yang mampu

membuat aku kembali ceria dan terdorong dalam

menggapai cita, semoga kalian lebih berhasil

nantinya.

� Semua guru dan dosenku yang telah ikhlas

membagikan ilmu padaku.

� Sohib-sohibku : Atino, Titino, dan Ika, Yi, Nuke,

terimakasih telah temaniku dalam suka dan

gundahku, banyak cerita antara kita, semoga

perhabatan ini terjalin hingga akhir masa.

� Teman – teman Jokam yang selalu mendo’akanku.

� Almamaterku.

Page 6: Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

vi

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrohmanirrohim

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini dengan judul Hubungan Antara Tingkat Kecerdasan, Motivasi Berprestasi,

Dan Kebiasaan Belajar Matematika Siswa Dengan Prestasi Belajar Matematika

Siswa Semester 1 Kelas XI IPA A SMAN 6 Kota Bengkulu. Skripsi ini disusun

sebagai salah satu syarat untuk memeperoleh gelar Sarjana (S1) pada Program Studi

Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bengkulu.

Penulisan skripsi ini dapat diselesaikan berkat bantuan berbagai pihak. Secara khusus

Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

(1) Bapak Drs. Safnil, M.A.Ph.D., selaku Dekan FKIP UNIB.

(2) Bapak Drs. Amrul Bahar, M. Pd., selaku ketua jurusan P. MIPA.

(3) Bapak Drs. Rusdi, M. Pd., selaku ketua Prodi Pendidikan Matematika sekaligus

sebagai dosen pembimbing utama.

(4) Ibu Dra. Sri Saparahayuningsih, M. Pd., selaku dosen pembimbing pendamping.

(5) Bapak Drs. H. Irsal Idris, selaku dosen penguji I.

(6) Bapak Drs. Asahar Johar. T, M. Kom., selaku dosen peneguji II.

(7) Bapak dan Ibu dosen prodi Pendidikan matematika FKIP UNIB.

(8) Kepala sekolah, Bapak dan Ibu guru serta Staf TU SMA N 6 Kota Bengkulu.

Page 7: Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

vii

(9) Teman-temanku : Za, terimakasih penguatannya dulu. Ani, Zuraya, Retno,

terimakasih telah berbagi ilmu dan masukan-masukannya.

(10) Teman seperjuangan (Ci) dan angkatan 2002, melangkah bersama itu lebih indah.

(11) Ayunda Rita, Ayunda Nelly, ajkhr supportnya.

(12) Penghuni Tugino House : Ibu kos beserta keluarga, Omeng, Eci, Revy, Yolly day,

Yuk Viul, Dinut, Poje.. terimakasih telah berbagi keceriaan dan menghilangkan

penatku dalam rumah mungil kita.

(13) Adik-Adikku : Satriut, Cipto, Cui, Eri, Zurni, Toyibu, Dayat, Ahmed, Ajkhr spirit

dan do’anya.

(14) MNB Denod, terimakasih empat poin masukannya beserta do’anya.

Penulis menyadari bahwa walaupun telah berusaha secara maksimal dalam

penyusunan skripsi ini, masih banyak terdapat kekurangan diberbagai aspek yang

memerlukan penyempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik beserta

saran yang bersifat membangun. Dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan

pihak-pihak terkait.

Atas bimbingan dan bantuan yang penulis terima selama penyusunan skripsi

ini, semoga semua pihak yang telah membantu mendapatkan balasan yang lebh baik

dari Allah SWT. Amiin.

Bengkulu, November 2006

Mulyani

Page 8: Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

viii

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul .................................................................................................... i

Halaman pengesahan......................................................................................... ii

Motto dan persembahan ................................................................................... iii

Kata Pengantar ...................................................................................................iv

Daftar Isi ............................................................................................................ vi

Daftar Tabel ...................................................................................................... ix

Daftar gambar ................................................................................................... x

Daftar Lampiran ................................................................................................xi

Abstrak ...............................................................................................................xii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 4

1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 5

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................... 6

1.5 Batasan Istilah ......................................................................................... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Belajar ........................................................................................ 8

2.2 Prestasi belajar ..........................................................................................9

2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ................................ 9

2.4 Kecerdasan (intelegensi) ........................................................................ 11

2.5 Motivasi Berprestasi .............................................................................. 14

2.6 Kebiasaan Belajar Matematika .............................................................. 21

2.7 Penelitian yang relevan ........................................................................... 26

2.8 Hipotesis.................................................................................................. 26

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode dan Jenis Penelitian .................................................................. 28

3.2 Populasi dan Sampel .............................................................................. 28

3.3 Variabel Penelitian ................................................................................ 28

3.4 Instrumen Penelitian .............................................................................. 29

3.6 Teknik Pengumpula Data ...................................................................... 34

3.5 Teknik Analisis Data ............................................................................. 34

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Uji Instrumen Penelitian..........................................................................41

4.1.1. Hasil Uji Coba Angket Motivasi Berprestasi Siswa Kelas XI

IPA SMAN 6 Kota Bengkulu......................................................41

4.1.2. Hasil Uji Coba Angket Kebiasaan Belajar Matematika Siswa

Kelas XI IPA SMAN 6 Kota Bengkulu.......................................42

Page 9: Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

ix

4.2. Deskripsi Data ........................................................................................44

4.2.1. Deskripsi Objek Penelitian ..........................................................44

4.2.2. Data Hasil Penelitian……………………………………………44

a. Data Prestasi Siswa Kelas XI IPA A SMAN 6 Kota

Bengkulu Semester 1 ................................................................44

b. Data Tingkat Kecerdasan (IQ) Siswa Kelas XI IPA A

SMAN 6 Kota Bengkulu ..........................................................46

c. Data Motivasi Berprestasi Siswa Kelas XI IPA A SMAN 6

Kota Bengkulu .........................................................................48

d. Data Kebiasaan Belajar Matematika Siswa Kelas XI IPA

A SMAN 6 Kota Bengkulu ......................................................50

4.3 Pengujian Prasyarat Analisis ...................................................................51

4.3.1 Uji Normalitas ................................................................................51

4.3.2 Uji Homogenitas.............................................................................52

4.3.3 Uji Kelinieran Regresi ....................................................................53

4.4 Uji Hipotesis ............................................................................................53

4.4.1 Uji Hipotesis Pertama.....................................................................53

4.4.2 Uji Hipotesis Kedua........................................................................55

4.4.3 Uji Hipotesis Ketiga .......................................................................57

4.4.4 Uji Hipotesis Keempat....................................................................59

4.5 Pembahasan

4.5.1 Kecerdasan Siswa Kelas XI IPA A SMAN 6 Kota Bengkulu .......60

4.5.2 Motivasi Berprestasi Siswa Kelas XI IPA A SMAN 6 Kota

Bengkulu.........................................................................................62

4.5.3 Kebiasaan Belajar Matematika Siswa Kelas XI IPA A SMAN

6 Kota Bengkulu.............................................................................63

4.5.4 Hubungan Antara Tingkat Kecerdasan dengan Prestasi belajar

Matematika Siswa Semester 1 Kelas XI IPA A SMAN 6 Kota

Bengkulu.........................................................................................65

Page 10: Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

x

4.5.5 Hubungan Antara Motivasi Berprestasi dengan Prestasi belajar

Matematika Siswa Semester 1 Kelas XI IPA A SMAN 6 Kota

Bengkulu.........................................................................................66

4.5.6 Hubungan Antara Kebiasaan Belajar Matematika dengan

Prestasi belajar Matematika Siswa Semester 1 Kelas XI IPA A

SMAN 6 Kota Bengkulu ..............................................................68

4.5.7 Hubungan Antara Tingkat Kecerdasan, Motivasi Berprestasi,

dan Kebiasaan Belajar Matematika dengan Prestasi belajar

Matematika Siswa Semester 1 Kelas XI IPA A SMAN 6 Kota

Bengkulu.........................................................................................69

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan...........................................................................................71

5.2 Saran .....................................................................................................73

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................74

Lampiran

Page 11: Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

xi

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1 Klasifikasi IQ menurut Harriman. 13

2 Kisi-kisi angket motivasi berprestasi dan kebiasaan

belajar matematika siswa.

32

3 Skor alternatif jawaban angket. 33

4 Daftar analisis Varians (ANAVA) Regresi Linear

Sederhana.

38

5 Daftar ANAVA untuk Regresi Linier Ganda. 40

6 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Matematika

Siswa Semester 1 Kelas XI IPA A SMAN 6 Kota

Bengkulu.

45

7 Persentase (%) Tingkat Kecerdasan Siswa Kelas XI

IPA A SMAN 6 Kota Bengkulu.

46

8 Distribusi Frekuensi Tingkat Kecerdasan Siswa Kelas

XI IPA A SMAN 6 Kota Bengkulu.

47

9 Distribusi Frekuensi Motivasi Berprestasi Siswa kelas

XI IPA A SMAN 6 Kota Bengkulu.

48

10 Tingkat motivasi berprestasi siswa berdasarkan

pemenuhan masing-masing kelompok kebutuhannya.

49

11 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Belajar Matematika

Siswa kelas XI IPA A SMAN 6 Kota Bengkulu.

50

12 Hasil perhitungan uji normalitas menggunakan uji

lilliefors.

52

13 Hasil perhitungan uji homogenitas menggunakan uji

varians.

52

14 Hasil perhitungan uji linieritas.

53

15 Tabel ANAVA untuk uji keberartian regresi linier

sederhana Y atas X1.

54

16 Hasil perhitungan analisis korelasi Y atas X1. 55

17 Tabel ANAVA untuk uji keberartian regresi linier

sederhana Y atas X2.

56

18 Hasil perhitungan analisis korelasi Y atas X2. 56

19 Tabel ANAVA untuk uji keberartian regresi linier

sederhana Y atas X3

58

20 Hasil perhitungan analisis korelasi Y atas X3.

58

21 Tabel ANAVA untuk uji keberartian regresi linier

berganda Y atas X1, X2, dan X3.

60

Page 12: Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

xii

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

1 Piramida hirarki kebutuhan menurut Maslow 17

2 Skema keterkaitan variabel penelitian 29

3 Histogram Prestasi Belajar matematika Siswa 45

4 Histogram Tingkat Kecerdasan (IQ) Siswa. 47

5 Histogram Motivasi Berprestasi Siswa 48

6 Histogram Kebiasaan Belajar Matematika Siswa 50

Page 13: Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1 Angket uji coba motivasi berprestasi 76

2 Angket uji coba kebiasaan belajar 79

3 Angket uji coba penambahan item angket motivasi berprestasi

dan kebiasaan belajar

82

4 Hasil uji coba angket motivasi berprestasi 83

5 Perhitungan validitas dan reliabilitas uji coba angket motivasi

berprestasi

85

6 Hasil uji coba angket kebiasaan belajar 86

7 Perhitungan validitas uji coba angket kebiasaan belajar 88

8 Perhitungan reliabilitas uji coba angket kebiasaan belajar 89

9 Hasil uji coba penambahan item angket motivasi berprestasi

dan kebiasaan belajar, beserta uji validitas dan reliabilitasnya

90

10 Angket penelitian motivasi berprestasi 91

11 Angket penelitian kebiasaan belajar 94

12 Data hasil penelitian motivasi berprestasi 97

13 Data hasil penelitian kebiasaan belajar 100

14 Rekapitulasi data hasil penelitian 102

15 Uji normalitas (metode Lilliefors) Y atas X1 103

16 Uji normalitas (metode Lilliefors) Y atas X2 104

17 Uji normalitas (metode Lilliefors) Y atas X3 104

18 Uji homogenitas (uji varians) Y atas X1, Y atas X2, dan Y atas

X3

105

19 Uji regresi linier sederhana Y atas X1 Uji regresi linier sederhana Y atas X2 Uji regresi linier sederhana Y atas X3

106

20 Uji regresi linier berganda Y atas X1, X2, dan X3 116

21 Harga r Product moment 120

22 Nilai Kritis untuk uji z dan uji lilliefors 121

23 Nilai kritis untuk uji F 122

24 Surat keterangan izin penelitian dari Jurusan PMIPA 123

25 Surat izin penelitian dari Diknas Kota Bengkulu 124

26 Surat keterangan selesai penelitian dari Kepala SMA N 6 Kota

Bengkulu

125

27 Riwayat hidup 126

Page 14: Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

xiv

ABSTRAK

Mulyani. Hubungan Antara Tingkat Kecerdasan, Motivasi berprestasi, dan

Kebiasaan Belajar Matematika Siswa dengan Prestasi Belajar Matematika Siswa

Semester 1 Kelas XI IPA A SMA Negeri 6 Kota Bengkulu. Skripsi S1, Program studi

Matematika-PMIPA-FKIP-UNIB. Pembimbing (I) Drs. Rusdi, M.Pd., Pembimbing (II)

Dra. Sri Saparahayuningsih, M.Pd.

Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui hubungan antara tingkat

kecerdasan dengan prestasi belajar matematika (2) Untuk mengetahui hubungan antara

motivasi berprestasi dengan prestasi belajar matematika (3) Untuk mengetahui

hubungan antara kebiasaan belajar dengan prestasi belajar matematika (4) Untuk

mengetahui hubungan antara tingkat kecerdasan, motivasi berprestasi, dan kebiasaan

belajar matematika dengan prestasi belajar matematika siswa semester 1

kelas XI IPA A SMA Negeri 6 kota Bengkulu. Jumlah sampel dalam penelitian ni

sebanyak 40 orang siswa.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelatif sehingga data

dianalisa untuk mendeskripsikan hubungan antara tingkat kecerdasan, motivasi

berprestasi, dan kebiasaan belajar matematika dengan prestasi belajar matematika

siswa. Instrumen pengambilan data menggunakan dokumentasi dan angket, dan

dianalisa menggunakan regresi dan korelasi linier sederhana, serta regresi dan korelasi

linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara : (1) tingkat kecerdasan dengan prestasi belajar matematika siswa,

(2) motivasi berprestasi dengan prestasi belajar matematika siswa, (3) kebiasaan belajar

dengan prestasi belajar matematika siswa (4) tingkat kecerdasan, motivasi berprestasi

dan kebiasaan belajar matematika dengan prestasi belajar matematika siswa.

Page 15: Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara (Anonim, 2003: 3).

Penyempurnaan kurikulum harus mengacu pada undang-undang tersebut.

Kurikulum 2004 bertujuan untuk mewujudkan peningkatan mutu dan relevansi

pendidikan yang dilakukan secara menyeluruh mencakup pengembangan dimensi

manusia Indonesia seutuhnya. Dalam kurikulum ini diberlakukan standar nasional

pendidikan yang berkenaan dengan standar isi, proses dan kompetensi lulusan

(Depdiknas, 2003: 3).

Matematika disebut sebagai ratunya ilmu. Jadi matematika merupakan kunci

utama dari pengetahuan-pengetahuan lain yang dipelajari di sekolah. Tujuan dari

pendidikan matematika pada jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah

menekankan pada penataan nalar dan pembentukan kepribadian (sikap) siswa agar

dapat menerapkan atau menggunakan matematika dalam kehidupannya (Soedjadi,

2000: 42). Dengan demikian matematika menjadi mata pelajaran yang sangat

penting dalam pendidikan dan wajib dipelajari pada setiap jenjang pendidikan.

Page 16: Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

2

Setiap individu mempunyai pandangan yang berbeda tentang pelajaran

matematika. Ada yang memandang matematika sebagai mata pelajaran yang

menyenangkan dan ada juga yang memandang matematika sebagai pelajaran yang

sulit. Bagi yang menganggap matematika menyenangkan maka akan tumbuh

motivasi dalam diri individu tersebut untuk mempelajari matematika dan optimis

dalam menyelesaikan masalah-masalah yang bersifat menantang dalam pelajaran

matematika. Sebaliknya, bagi yang menganggap matematika sebagai pelajaran yang

sulit, maka individu tersebut akan bersikap pesimis dalam menyelesaikan masalah

matematika dan kurang termotivasi untuk mempelajarinya. Sikap-sikap tersebut

tentunya akan mempengaruhi hasil yang akan mereka capai dalam belajar.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa yaitu faktor

internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi intelegensi, motivasi,

kebiasaan, kecemasan, minat, dan sebagainya. Sedangkan faktor eksternal meliputi

lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, keadaan sosial

ekonomi, dan sebagainya (Ahmadi dan Supriyono, 2004: 138).

Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan tentang kaitan beberapa faktor

internal pada diri siswa dengan hasil yang dicapai oleh siswa. Faktor-faktor internal

tersebut diantaranya adalah faktor intelektif yaitu kecerdasan siswa dan faktor non

intelektif yaitu motivasi berprestasi dan kebiasaan belajar siswa.

Faktor intelektif (kecerdasan) mempunyai pengaruh yang cukup jelas dalam

hal pencapaian hasil belajar. Seseorang yang memiliki tingkat kecerdasan yang

relatif tinggi cenderung lebih baik prestasi belajarnya dibandingkan dengan

Page 17: Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

3

seseorang yang memiliki tingkat kecerdasan yang relatif rendah. Namun demikian,

faktor kecerdasan bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan prestasi yang

akan dicapai siswa.

Faktor non intelektif diantaranya adalah motivasi dan kebiasaan. Motivasi

merupakan faktor yang sangat penting dalam proses belajar guna mencapai prestasi

yang diharapkan. Ini dikarenakan motivasi merupakan pendorong dan penggerak

individu yang dapat menimbulkan dan memberikan arah bagi individu untuk

melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk mencapai tujuannya. Standar nilai baik

nilai ketuntasan belajar maupun kelulusan yang ditetapkan secara nasional yang

harus dicapai oleh siswa dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar dan

berprestasi. Serta membuat siswa tertuntut untuk mengubah kebiasaan belajarnya

ke arah yang lebih baik.

Kebiasaan belajar merupakan pola belajar yang ada pada diri siswa yang

bersifat teratur dan otomatis. Kebiasaan bukanlah bawaan sejak lahir, melainkan

kebiasaan itu dapat dibentuk oleh siswa sendiri serta lingkungan pendukungnya.

Suatu tuntutan atau tekad serta cita-cita yang ingin dicapai dapat mendorong

seseorang untuk membiasakan dirinya melakukan sesuatu agar apa yang

diinginkannya tercapai dengan baik. Kebiasaan belajar yang baik akan dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa, sebaliknya kebiasaan belajar yang tidak baik

cenderung menyebabkan prestasi belajar siswa menjadi rendah.

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang guru bidang studi

matematika, motivasi siswa kelas X pada tahun ajaran 2005/2006 yang sekarang

Page 18: Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

4

menjadi kelas XI pada tahun ajaran 2006/2007 dalam belajar matematika secara

umum relatif rendah. Hal ini terlihat dalam hal pengerjaan tugas, jika tidak ada

konsekuensi tugas harus dikumpul maka hanya sebagian kecil saja siswa yang

mengerjakan tugas tersebut. Keadaan tersebut menjadi kebiasaan yang kurang baik

pada diri siswa dalam belajar. Pada kegiatan proses belajar mengajar motivasi siswa

cenderung meningkat apabila mereka diminta mengerjakan tugas yang mereka bisa,

namun akan terjadi hal sebaliknya bila tugas yang diberikan terasa sulit. Adapun

respon siswa dalam kegiatan belajar mengajar tergantung dengan metode yang

digunakan oleh guru. Sementara itu, hasil ujian blok bersama yang diadakan pada

akhir tahun ajaran 2005/2006 menunjukkan tentang ketuntasan belajar matematika

siswa yaitu 70% dari siswa kelas X tahun ajaran 2005/2006 tuntas dan 30% belum

tuntas, sedangkan kriteria keberhasilan adalah 85 % siswa tuntas dalam belajar.

Dari uraian di atas, maka penulis tertarik mengadakan penelitian tentang

‘Hubungan Antara Tingkat Kecerdasan, Motivasi Berprestasi dan Kebiasaan

Belajar Matematika Siswa dengan Prestasi Belajar Matematika Siswa Semester

1 Kelas XI IPA A SMA Negeri 6 Kota Bengkulu’.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan pokok dalam

penelitian ini adalah :

1. Apakah ada hubungan yang signifikan antara tingkat kecerdasan siswa dengan

prestasi belajar matematika siswa semester 1 kelas XI IPA A SMA Negeri 6

kota Bengkulu?

Page 19: Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

5

2. Apakah ada hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi siswa

dengan prestasi belajar matematika siswa semester 1 kelas XI IPA A SMA

Negeri 6 kota Bengkulu?

3. Apakah ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan belajar matematika

siswa dengan prestasi belajar matematika siswa semester 1 kelas XI IPA A

SMA Negeri 6 kota Bengkulu?

4. Apakah ada hubungan yang signifikan antara tingkat kecerdasan, motivasi

berprestasi dan kebiasaan belajar matematika siswa dengan prestasi belajar

matematika siswa semester 1 kelas XI IPA A SMA Negeri 6 kota Bengkulu?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari diadakannya penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang signifikan antara tingkat

kecerdasan siswa dengan prestasi belajar matematika siswa semester 1 kelas XI

IPA A SMA Negeri 6 kota Bengkulu.

2. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang signifikan antara motivasi

berprestasi siswa dengan prestasi belajar matematika siswa semester 1 kelas XI

IPA A SMA Negeri 6 kota Bengkulu.

3. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang signifikan antara kebiasaan

belajar matematika siswa dengan prestasi belajar matematika siswa semester 1

kelas XI IPA A SMA Negeri 6 kota Bengkulu.

4. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang signifikan antara tingkat

kecerdasan, motivasi berprestasi dan kebiasaan belajar matematika siswa

Page 20: Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

6

dengan prestasi belajar matematika siswa semester 1 kelas XI IPA A SMA

Negeri 6 kota Bengkulu.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Sumbangan bagi guru matematika tentang hubungan tingkat kecerdasan,

motivasi berprestasi, kebiasaan belajar matematika dengan prestasi belajar

matematika siswa.

2. Memberikan masukan bagi siswa agar termotivasi untuk belajar matematika

dan meningkatkan prestasinya serta mendorong siswa untuk membentuk

kebiasaan belajar matematika yang lebih baik.

3. Dapat menambah pengetahuan peneliti tentang hubungan tingkat kecerdasan,

motivasi berprestasi dan kebiasaan belajar matematika dengan prestasi belajar

matematika.

1.5 Batasan Istilah

1. Kecerdasan (intelegensi) adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah,

berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif.

2. Motivasi berprestasi adalah rangkaian dorongan yang menggerakkan seseorang

untuk melakukan keinginan yang dilandasi adanya tujuan mencapai prestasi

yang baik.

3. Kebiasaan belajar matematika adalah cara belajar matematika yang telah

dilakukan secara rutin dan berulang-ulang yang bersifat teratur dan seragam

serta tetap dengan sendirinya.

Page 21: Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

7

4. Prestasi belajar matematika adalah hasil yang dicapai oleh siswa setelah

mengalami proses belajar mengajar matematika yang dinyatakan dalam hasil

tes.

Page 22: Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Belajar

Belajar dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah proses perubahan tingkah

laku (Depdikbud, 1998: 14). Hilgard dan Brower (Hamalik, 1992: 45)

mengemukakan bahwa belajar merupakan dalam perbuatan melalui aktifitas,

praktek dan pengalaman. Menurut Slameto (Djamarah, 1994: 22) belajar adalah

proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri

dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan Hamalik (1992: 55)

mendefinisikan belajar sebagai suatu proses berbuat, bereaksi, memahami berkat

adanya pengalaman. Pengalaman itu sendiri pada dasarnya adalah interaksi antar

individu dengan lingkungan. Dengan adanya proses interaksi antara guru dan siswa,

maka akan terjadi perubahan tingkah laku sebagaimana yang diharapkan.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, berarti belajar merupakan proses

yang dilakukan oleh siswa itu sendiri. Pada kegiatan belajar, siswa menggunakan

seluruh unsur yang ada pada dirinya, baik itu unsur kognitif, afektif maupun

psikomotorik untuk melakukan pengalaman dengan cara berinteraksi dengan

lingkungannya sehingga membentuk suatu perubahan dalam dirinya sebagai hasil

belajar. Belajar tidak dapat dikatakan berhasil jika tidak ada perubahan dalam diri

individu (Hamalik, 1992: 56).

Page 23: Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

9

Azwar (2004: 164) mengemukakan bahwa secara spesifik belajar

didefinisikan sebagai perolehan pengetahuan dan kecakapan baru.

2.2 Prestasi Belajar

Prestasi belajar dalam kamus besar bahasa Indonesia (Depdikbud, 1999: 787)

adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata

pelajaran ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan guru.

Menurut Djamarah (1994: 23) prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa

kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari

aktifitas dalam belajar. Perubahan yang dicapai merupakan kemajuan yang

diperoleh individu yang tidak hanya mencakup pengetahuan, tetapi juga berupa

kecakapan atau keterampilan, dan ini dinyatakan sesudah hasil penilaian.

Dari beberapa pendapat tersebut, dapatlah dikatakan bahwa prestasi belajar

matematika siswa merupakan hasil yang dicapai oleh siswa sebagai gambaran

penguasaan pengetahuan atau keterampilan siswa dalam belajar matematika yang

dinyatakan dalam bentuk nilai-nilai setelah dilakukan tes oleh guru pada siswa.

Dengan kata lain prestasi belajar matematika adalah prestasi yang dicapai oleh

siswa setelah mengalami proses belajar mengajar matematika yang dinyatakan

dalam hasil tes.

2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Secara garis besar, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar seorang

siswa digolongkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor

internal merupakan faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar,

Page 24: Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

10

sedangkan faktor eksternal adalah faktor dari luar individu. Kedua faktor tersebut

mempunyai arti yang sangat penting dalam rangka membantu siswa dalam

mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya.

Menurut Ahmadi dan Supriyono (2004: 138), yang tergolong dalam faktor

internal adalah sebagai berikut :

“(1) Faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang

diperoleh, misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh dan sebagainya. (2)

Faktor psikologis yang terdiri atas faktor intelektif misalnya kecerdasan dan bakat,

serta faktor non-intelektif yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap,

kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuaian diri. (3) Faktor

kematangan fisik maupun psikis”.

Dan yang tergolong dalam faktor eksternal adalah :

“(1) Faktor sosial yang terdiri atas lingkungan keluarga, lingkungan sekolah,

lingkungan masyarakat dan lingkungan kelompok. (2) Faktor budaya seperti

adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian. (3) Faktor lingkungan

fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, dan iklim. (4) Faktor lingkungan

spiritual atau keamanan”.

Dimyati (1989: 84) mengemukakan faktor internal yang mempengaruhi

prestasi belajar meliputi perbedaan kemampuan, motivasi berprestasi, kecemasan,

dan sebagainya. Sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan sekolah,

lingkungan rumah tangga, keadaan sosial ekonomi, dan sebagainya.

Dari kutipan di atas, dapat diketahui bahwa motivasi berprestasi, kebiasaan

belajar merupakan faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar. Tinggi

rendahnya prestasi belajar yang dicapai oleh siswa tidak hanya dipengaruhi oleh

faktor intelegensi melainkan juga non-intelegensi seperti minat, motivasi,

kebiasaan, kecemasan, dan sebagainya.

Page 25: Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

11

2.4 Kecerdasan (Intelegensi)

Intelegensi dalam bahasa psikologi merupakan kecerdasan atau kecakapan.

Intelegensi merupakan kecakapan umum, sedangkan kecakapan khusus disebut

bakat. Intelegensi atau kecerdasan juga diartikan sebagai kecakapan

menghubungkan atau menyatukan satu sama lain, dapat merespon dengan baik

stimulus yang ada (Widayatun, 1999: 206). Sedangkan menurut W. Stern dalam

Sujanto (1995: 66) intelegensi atau kecerdasan merupakan kesanggupan jiwa untuk

dapat menyesuaikan diri dengan cepat dan tepat dalam suatu situasi yang baru.

Therman (1958 dalam Widayatun, 1999: 206) mengartikan intelegensi

sebagai ability atau berhubungan dengan hal-hal yang abstrak ataupun konkret.

Kemudian Widayatun (1999: 210) menyimpulkan bahwa berbicara tentang

intelegensi berarti berbicara tentang kecakapan umum intelegensi sendiri yaitu

merupakan kemampuan bertindak dalam menetapkan tujuan untuk berpikir secara

rasional, dan untuk berhubungan dengan lingkungan sekitar.

Menurut David Wechsler (Anonim, 2006: 1) intelegensi adalah kemampuan

untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi

lingkungannya secara efektif. Dari pendapat David Wechsler disimpulkan bahwa

intelegensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara

rasional.

Mudzakir (1997: 68) menyatakan bahwa intelegensi adalah kemampuan yang

dibawa sejak lahir, yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara

tertentu. Sedangkan Dalyono (1997: 87) menyatakan intelegensi merupakan

Page 26: Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

12

kemampuan problem solving dalam segala situasi yang baru atau mengandung

masalah. Dalam hal ini problem solving mencakup permasalahan pribadi, sosial,

akademik dan ekonomi.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi intelegensi adalah faktor bawaan

atau keturunan dan faktor lingkungan. Walaupun ada ciri-ciri yang pada dasarnya

sudah dibawa sejak lahir, ternyata lingkungan memberikan perubahan yang berarti.

Intelegensi tidak terlepas dari otak. Perkembangan otak sangat dipengaruhi oleh

gizi yang dikonsumsi. Selain gizi, rangsangan-rangsangan yang bersifat kognitif

emosional dari lingkungan juga memegang peranan yang amat penting (Anonim,

2006 :1).

Menurut Widayatun (1999: 207) karakteristik umum intelegensi yaitu :

a. kemampuan untuk belajar dan mengambil manfaat dari pengalaman

b. kemampuan untuk berpikir atau bernalar atau abstrak

c. kemampuan untuk beradaptasi terhadap hal-hal yang timbul dari perubahan

dan ketidak pastian lingkungan

d. kemampuan untuk memotivasi diri guna menyelesaikan secara tepat tugas-

tugas yang perlu diselesaikan.

Kecerdasan seseorang dapat diukur dengan menggunakan tes IQ (Intelegent

Quotient). Ada beberapa model tes IQ, diantaranya yaitu tes Binet-simon, tes

wechsler, tes labirin, tes progressive matrices, tes Spearman, tes Thurstone, dan

lain sebagainya. Harriman dalam Widayatun (1999: 208) mengklasifikasikan IQ

sebagai berikut :

Tabel 1. Klasifikasi IQ menurut Harriman

IQ Golongan

130 – ke atas Very superior

Page 27: Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

13

120 – 129 Superior

110 –119 Bright normal

90 – 109 Average

80 – 98 Dull Normal

70 – 79 Borderline

69 – ke bawah Mental defektif

Sumber : Widayatun (1999: 208)

Intelegensi atau kecerdasan besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar.

Dalam situasi yang sama, siswa yang memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi akan

lebih berhasil daripada siswa yang memiliki tingkat kecerdasan yang rendah.

Walaupun demikian, siswa yang memiliki tingkat intelegensi tinggi belum pasti

berhasil dalam belajarnya. Hal tersebut disebabkan karena belajar merupakan suatu

proses yang kompleks dengan banyak faktor yang mempengaruhinya. Intelegensi

atau kecerdasan hanyalah satu faktor diantara faktor yang lain (Slameto, 1995: 56).

Berdasarkan hasil penelitian Nylor (1972 dalam Marsudi, 2005) menyimpulkan

bahwa prestasi belajar yang dicapai siswa seperempat atau 25 % dipengaruhi oleh

kecerdasan intelektual dan selebihnya dipengaruhi oleh kepribadian atau

kecerdasan emosional.

2.5 Motivasi Berprestasi

Setiap manusia pada dasarnya berbuat sesuatu karena adanya dorongan oleh

suatu motivasi tertentu. Menurut Sadirman (1987: 100), motivasi berpangkal dari

Page 28: Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

14

kata motif yang dapat diartikan daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang

untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan.

Mc. Donald (Sadirman, 1987: 73) mengemukakan motivasi adalah perubahan

energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului

dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengetian tersebut, terdapat tiga

elemen penting tentang motivasi yaitu : (1) Motivasi mengawali terjadinya suatu

perubahan energi pada diri setiap individu manusia. (2) Motivasi ditandai dengan

munculnya rasa atau feeling, afeksi seseorang. (3) Motivasi akan dirangsang

karena adanya tujuan. Jadi motivasi merupakan respon dari suatu aksi yakni tujuan,

dimana tujuan tersebut menyangkut dengan kebutuhan.

Motivasi juga dapat dikatakan sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan

kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatu,

dan bila ia tidak suka maka ia akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan

perasaan tidak suka itu (Sadirman, 1987: 75). Jadi motivasi itu dapat dirangsang

oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu adalah tumbuh di dalam diri seseorang.

Menurut French (1986 dalam Riva’i, 2000: 3) motivasi adalah dorongan yang

ada di dalam diri manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu dan disamping itu

motivasi juga merupakan keinginan, hasrat, dan tenaga penggerak yang berasal dari

dalam diri manusia. Selanjutnya Crowl, Kaminsky and Podell (1997 dalam Riva’i,

2000: 3) menyatakan bahwa motivasi adalah kondisi fisiologis dan psikologis yang

terdapat dalam diri seseorang yang mengukur tindakannya dengan cara tertentu.

Page 29: Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

15

Dari pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi

merupakan penggerak dari dalam hati seseorang untuk melakukan hal yang

diinginkan dalam mencapai sesuatu tujuan. Motivasi juga dapat dikatakan sebagai

rancangan atau kehendak untuk menuju keberhasilan dan mengelakkan/

menghindari kegagalan hidup. Dengan kata lain, motivasi adalah proses

menghasilkan tenaga oleh suatu keperluan yang di arahkan untuk mencapai suatu

tujuan (Anonim, 2006: 5).

Motivasi memiliki peranan yang sangat penting dalam bidang pendidikan.

Guru dan siswa memerlukan motivasi untuk menggerakkan dirinya untuk mencapai

kualitas kerja atau keberhasilan yang lebih cemerlang. Salah satu tugas guru adalah

sebagai motivator bagi pelajar-pelajarnya untuk berhasil dalam kehidupan mereka.

Seorang guru yang baik mesti mempunyai motivasi yang dinamik, cakap dan

senantiasa berusaha untuk memajukan serta meningkatkan pengajaran dan

pembelajaran dalam kelas. Guru yang bermotivasi juga mempunyai tenaga untuk

menjadi penggerak bagi pelajar-pelajarnya.

Pelajar yang mempunyai minat untuk belajar bagi pencapaian tujuannya.

Mereka akan mendengar dan memberikan perhatian sepenuhnya pada pelajarannya.

Mereka aktif di dalam dan di luar kelas, mudah bertindak dan menerima teguran

serta arahan dari guru. Mereka boleh berdikari dan suka memberikan pandangan

dan pendapat dalam kelas. Pelajar-pelajar yang demikian memiliki penggerak dari

dalam dirinya untuk mencapai kecemerlangan akademik dan juga dalam hidup

secara keseluruhannya (Anonim, 2006: 4).

Page 30: Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

16

McClelland (1977 dalam Riva’i, 2000: 3) menyatakan dalam kegiatan belajar

mengajar motivasi sangat penting karena motivasi berfungsi sebagai:

1. Energizer, yaitu motor penggerak yang mendorong siswa untuk berbuat

sesuatu misalnya belajar.

2. Directedness, yakni menentukan arah perbuatan ke arah tujuan yang ingin

dicapai.

3. Patterning, yakni menyelesaikan perbuatan-perbuatan apa yang harus

dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan.

Seperti dikemukakan oleh Mc. Donald (Sadirman. 1987: 73), motivasi

dirangsang oleh suatu tujuan dan tujuan tersebut menyangkut dengan kebutuhan.

Berdasarkan Riva’i (2000: 4), McClelland (1977) menyatakan bahwa motivasi

dapat didasarkan pada tiga jenis kebutuhan, yaitu : (1) kebutuhan berprestasi (2)

kebutuhan afiliasi (3) kebutuhan akan kekuasaan. Teori tentang kebutuhan yang

melandasi motivasi yang dikemukakan oleh McClelland ini juga di sebut sebagai

Teori Motivasi Sosial.

Sedangkan Teori Motivasi Maslow yang juga dikenal sebagai Teori Hirarki

Kebutuhan menjelaskan bahwa motivasi sangat dipengaruhi oleh kebutuhan-

kebutuhan suatu organisme. Manusia merupakan organisme yang memiliki

kebutuhan yang kompleks. Dalam teori ini dijelaskan bahwa keperluan/kebutuhan

manusia itu berperingkat-peringkat. Sesuatu peringkat keperluan yang lebih tinggi

tidak mungkin diperoleh sebelum keperluan yang lebih rendah peringkatnya

dipenuhi terlebih dahulu. Pada peringkat paling asas atau dasar terdapat keperluan

Page 31: Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

17

fisiologi. Setelah keperluan ini dipenuhi muncul usaha untuk pemenuhan kebutuhan

keselamatan (rasa aman), diikuti kebutuhan sosial (kasih sayang), kebutuhan

penghargaan diri, dan pada puncaknya yaitu kebutuhan aktualisasi diri (Anonim,

2006: 5).

Berikut adalah piramida hirarki kebutuhan menurut Maslow:

Gambar 1. Piramida hikrarki kebutuhan menurut Maslow

Sumber : Wexley & Yukl (1977: 78) dalam Tim Penulis Modul FISIP-UT (1988: 7.5)

Pada situs tuanmat.tripot.com (Anonim, 2006: 6) dijelaskan tentang hirarki

kebutuhan menurut Maslow yaitu sebagai berikut:

1. Physiological needs (Kebutuhan fisiologi)

Kebutuhan fisiologi merupakan kebutuhan yang paling asas yaitu kebutuhan

fisik seseorang, seperti makanan, minuman, tempat tinggal. Dalam konteks

pendidikan, siswa yang mendapat kurang makanan tidak dapat memusatkan

perhatian sepenuhnya terhadap pelajaran mereka. Dengan kata lain bila kebutuhan

ini tidak dipenuhi maka kesehatan pelajar terganggu sehingga dapat menyebabkan

Page 32: Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

18

motivasi dan minat belajar siswa berkurang. Hadiah dan materi juga merupakan

kebutuhan fisik akan prestasi yang dicapai oleh siswa.

2. Safety needs (kebutuhan akan rasa aman / keselamatan)

Siswa memerlukan keselamatan dari guru yaitu dalam bentuk disiplin.

Keselamatan di dalam kelas dapat dijamin jika seorang guru bertindak konsisten.

Guru juga perlu bersikap toleransi terhadap para siswanya. Dengan perasaan aman

pada diri siswa, siswa dapat memusatkan perhatian sepenuhnya dalam belajar.

3. Social needs (kebutuhan sosial)

Hubungan yang baik antar anggota kelas dan juga guru sangat diperlukan

untuk membantu lancarnya proses belajar mengajar. Suatu keadaan misalnya

perkelahian atau perselisihan dapat mengganggu kestabilan emosi dan perhatian

siswa. Keadaan ini menjadi lebih menegangkan bila guru bersikap tidak baik atau

memarahi mereka. Situasi ini menyebabkan siswa seolah-olah tidak disukai,

dihargai, atau tidak dipedulikan oleh guru maupun teman-temannya. Akhirnya

keinginan, minat, dan juga motivasi siswa untuk belajar akan pudar dan lenyap.

4. Esteem needs (kebutuhan akan harga diri)

Rasa dihargai pada setiap individu sangat mempengaruhi motivasinya dalam

melakukan sesuatu. Siswa yang merasa diterima oleh lingkungan kelas atau rumah

cenderung dapat meningkatkan prestasinya dibanding dengan siswa yang merasa

dirinya tidak diterima. Siswa yang diterima akan merasa diri mereka dihargai,

dikasihi dan bernilai. Oleh karena itu mereka akan dapat berinteraksi secara positif

dalam belajar. Guru perlu menyediakan hal-hal yang berkaitan dengan aktivitas

Page 33: Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

19

siswa agar mereka dapat hidup berdampingan. Faktor yang penting ialah kebutuhan

ini dapat dipenuhi apabila seseorang mempunyai keyakinan diri dan

kebebasan,perhatian, dan penilaian diri orang lain.

5. Self Actualization (kebutuhan aktualisasi diri)

Setiap individu memiliki ciri-ciri yang unik. Dengan keunikan tersebut

seorang individu dapat berpendapat dan menganggap dirinya istimewa. Anggapan

itu berdasarkan pada kepekaan dan kesadaran tentang kekuatan dan kelemahan

yang dimilikinya. Kesadaran tersebut juga timbul dengan melihat reaksi individu

lain dalam pergaulan, sosialisasi, dan interaksi dengan individu lain.

Aktualisasi diri adalah peringkat paling tinggi dari kebutuhan seseorang

setelah peringkat bawah terpenuhi. Menurut Atan Long (1976 dalam Anonim,

2006: 5) pemenuhan akan kebutuhan penyempurnaan diri atau aktualisasi diri ini

merupakan pemenuhan keseluruhan dari kebutuhan manusia. Ini berarti jika

seseorang telah memenuhi kebutuhan ini maka ia juga telah memenuhi kebutuhan

untuk estetika; ia merasa telah mendapatkan makna hidup dengan sepenuhnya; ia

dapat menerima keadaan diri orang lain; ia merasa gembira dengan nikmat hidup;

dan telah menggunakan keahliannya secara maksimal.

Apabila seorang siswa berusaha mengaktualisasikan diri atau mencapai

penyempurnaan diri, maka mereka harus belajar tekun, sungguh-sungguh, dan

melipatgandakan usaha melalui arah yang tegas dan berdisiplin.

Berdasarkan teori Maslow, Sadirman (1987: 80) mengemukakan bahwa

motivasi selalu bersangkutan dengan beberapa kebutuhan berikut:

Page 34: Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

20

1. Kebutuhan fisiologi seperti lapar, haus, kebutuhan untuk istirahat, dan

sebagainya.

2. Kebutuhan akan keamanan (security), yakni rasa aman, bebas dari rasa takut dan

kecemasan.

3. Kebutuhan akan cinta dan kasih ; rasa diterima dalam suatu masyarakat atau

golongan (keluarga, sekolah, kelompok).

4. Kebutuhan untuk mewujudkan diri sendiri, yakni mengembangkan bakat dengan

usaha mencapai hasil dalam bidang pengetahuan, sosial, pembentukan pribadi.

Dengan kata lain, kebutuhan untuk berusaha ke arah kemandirian dan

aktualisasi diri.

Berdasarkan penyebab timbulnya suatu motivasi (Suryabrata, 2004: 72), maka

motivasi dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

1. Motivasi ekstrinsik, yaitu motif-motif yang berfungsinya karena adanya

perangsang dari luar, misalnya karena akan diadakan ujian; syarat untuk

melamar pekerjaan dan sebagainya sehingga seseorang berusaha dengan giat

melakukan sesuatu.

2. Motivasi instrinsik, yaitu motif-motif yang berfungsinya dengan tanpa

dirangsang dari luar. Dengan kata lain, dorongan tersebut sudah ada dalam diri

individu, misalnya kegemaran, dan sifat diri akan mempengaruhi apa-apa yang

akan dikerjakannya.

Motivasi berprestasi adalah harapan untuk mendapatkan kepuasan dalam

menyelesaikan tugas dan menantang. Motivasi berprestasi merupakan dorongan

untuk berprilaku tertentu dalam menyelesaikan tugas dengan suatu standar

keunggulan yang hasilnya dapat dievaluasi (Bigge and Hunt, 1979 dalam Riva’i,

2000: 4). Motivasi berprestasi merupakan kekuatan yang berhubungan dengan

pencapaian standar keunggulan, kepandaian, yang merupakan suatu dorongan yang

terdapat dalam diri seseorang sehingga ia berusaha dalam semua aktivitas setinggi-

tingginya. Motivasi berprestasi sebagai suatu kondisi pendorong dalam diri individu

yang memegang peranan penting dalam beberapa situasi untuk memelihara atau

membuat penampilan atau keunggulan dirinya yang tinggi. Dan menurut Sadirman

Page 35: Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

21

(1987: 37) motivasi berprestasi adalah dorongan yang menggerakkan seseorang

untuk melakukan keinginan yang dilandasi adanya tujuan mencapai prestasi yang

baik.

Dengan demikian motivasi berprestasi dapat mendorong usaha-usaha

pencapaian hasil belajar yang maksimal termasuk dalam bidang matematika.

2.6 Kebiasaan Belajar Matematika

Menurut Allport (Fatmawati, 2003: 8) kebiasaan merupakan suatu perilaku

yang amat sering diulang sehingga menjadi otomatis dan tidak membutuhkan

pemikiran si pelaku, sehingga si pelaku dapat memikirkan hal-hal lain yang lebih

menarik ketika ia berperilaku. Hal ini akhirnya menjadi kebiasaan. Donald D.

Scharader (Marlia, 2005: 7) mengemukakan bahwa kebiasaan merupakan pola dari

tingkah laku pemikiran dan perasaan bukanlah dibawa sejak lahir. Tanpa

mempunyai kebiasaan, individu tidak dapat hidup terus. Untuk mengembangkan

kebiasaan yang baik individu dituntut untuk mempertinggi proses mental pada

tuntutan tugas dan tantangan-tantangan.

Sedangkan menurut Mardalis (Marlia, 2005: 7) kebiasaan adalah suatu cara

individu untuk bertingkah laku yang sifatnya otomatis untuk suatu masalah tertentu,

tingkah laku yang menjadi kebiasaan tidak memerlukan pemikiran yang cukup

tinggi karena sifatnya sudah relatif menetap.

Dengan demikian, kebiasaan akan berpengaruh pada keberhasilan dan

kegagalan seseorang dalam menanggulangi problema kehidupan. Untuk

Page 36: Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

22

memperbaiki kebiasaan pada taraf yang lebih baik, maka dibutuhkan pondamen dan

keinginan yang kuat serta kesungguhan.

Belajar dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah proses perubahan tingkah

laku (Depdikbud, 1998: 14). Hilgard dan Brower (Hamalik, 1992: 45)

mengemukakan bahwa belajar merupakan perubahan dalam perbuatan melalui

aktifitas, praktek dan pengalaman. Menurut Slameto (Djamarah, 1994: 22) belajar

adalah proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan

tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu

sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Dari beberapa pengertian di atas, berarti belajar merupakan proses yang

dilakukan oleh siswa itu sendiri. Pada kegiatan belajar, siswa menggunakan seluruh

unsur yang ada pada dirinya, baik itu unsur kognitif, afektif maupun psikomotorik

untuk melakukan suatu pengalaman dengan cara berinteraksi dengan

lingkungannya sehingga membentuk suatu perubahan dalam dirinya sebagai hasil

belajar.

Menurut Irsal dan Zamzaili (Marlia, 2005: 9) kebiasaan belajar merupakan

perbuatan belajar atau tindakan belajar yang dimiliki seseorang yang bersifat teratur

dan seragam, tetap dan otomatis. Jadi kebiasaan belajar matematika adalah cara

berpikir dan berperilaku yang otomatis dalam belajar matematika. Dengan kata lain

kebiasaan belajar matematika adalah cara belajar matematika yang telah dilakukan

secara rutin dan berulang-ulang yang bersifat teratur dan seragam serta tetap

dengan sendirinya.

Page 37: Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

23

Kebiasaan belajar bukanlah bakat alamiah atau bawaan sejak lahir dari siswa.

Kebiasaan individu tergantung pada tujuan dan cita-citanya. Siswa dapat

membentuk sendiri kebiasaan belajarnya. Sesuai dengan tujuan dan cita-cita yang

ingin dicapainya termasuk dalam belajar matematika. Jika siswa memiliki tujuan

untuk memahami matematika maka siswa akan menggunakan cara belajar yang

akhirnya membentuk pola belajarnya (kebiasaan belajar) untuk dapat memahami

matematika dengan baik.

Secara umum ada dua kebiasaan belajar yaitu kebiasaan belajar yang baik

dan kebiasaan belajar yang kurang baik. Kebiasaan belajar yang baik adalah

kebiasaan belajar yang mengandung unsur positif serta sesuai norma yang berlaku.

Sedangkan kebiasaan belajar yang tidak baik adalah kebiasaan belajar yang

mengandung unsur negatif, serta tidak sesuai dengan norma yang berlaku (Dewi

dalam Marlia, 2005: 9).

Kebiasaan belajar yang positif menurut Prayitno (1994: 294) diantaranya

pengaturan jadwal belajar, baik di sekolah maupun di rumah dengan baik; memilih

tempat belajar yang baik; belajar dengan menggunakan berbagai sumber; membaca

secara baik dan sesuai dengan kebutuhan; bertanya untuk hal-hal yang tidak

diketahui pada guru, teman atau siapa pun.

Sedangkan kebiasaan yang kurang baik dalam belajar diantaranya suka

menunda-nunda tugas; mengulur-ulur waktu; tidak suka bertanya untuk hal-hal

yang tidak diketahui dan sebagainya (Prayitno, 1994: 287).

Page 38: Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

24

Kebiasaan belajar matematika siswa memiliki pengaruh terhadap prestasi

yang akan dicapai siswa. Apabila kebiasaan belajar matematika siswa baik, maka

dengan sendirinya akan cenderung membawa siswa mencapai prestasi yang baik

pula. Hal ini dikarenakan prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai dari usaha

dan kegiatan yang telah dilakukan seseorang untuk mengubah tingkah laku dalam

menguasai ilmu pengetahuan, keterampilan, dan pembentukan kepribadian.

Dari kedua kebiasaan belajar di atas, maka diharapkan siswa memiliki

kebiasaan belajar yang memiliki unsur positif dan menghilangkan kebiasaan belajar

yang memiliki unsur negatif.

Slameto (1995: 84) mengungkapkan tentang kebiasan belajar yang

mempengaruhi belajar dalam hal pencapaian pengetahuan, sikap, kecakapan dan

keterampilan. Kebiasaan tersebut diantaranya adalah (1) Pembuatan jadwal dan

pelaksanaannya. (2) Membaca dan membuat catatan (3) Mengulangi bahan

pelajaran (4) Konsentrasi (5) Mengerjakan tugas.

Menurut Prayitno (1994: 294) dalam pendidikan siswa hendaknya didorong

untuk meninjau sikap dan kebiasaannya dalm hubungannya dengan prinsip-prinsip

belajar diantaranya : (1) Belajar berarti melibatkan diri secara penuh

(2) Efisiensi belajar akan meningkat bila didasarkan pada rencana dan tujuan yang

nyata dan hasil yang dapat diukur (3) Sebagian bahan belajar hanya dapat

dipelajari dengan baik jika menggunakan seluruh metode (4) Belajar dengan tidak

terpaksa (5) Untuk dapat melaksanakan kegiatan dan mencapai suasana hasil

Page 39: Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

25

belajar yang baik diperlukan suasana hati yang aman, kesehatan yang baik, tidur

teratur, dan rekreasi yang memadai.

Djamarah (2002: 42-107) mengemukakan tentang beberapa kiat belajar baik

secara mandiri ataupun di sekolah. Kiat-kiat ini dapat dijadikan acuan untuk

membentuk kebiasaan belajar yang baik. Kiat belajar sendiri diantaranya adalah

mempunyai fasilitas dan perabot belajar; mengatur waktu belajar; mengulangi

bahan pelajaran; menghafal bahan pelajaran; membaca buku; membuat ringkasan;

mengerjakan tugas dengan baik dan tepat waktu; memanfaatkan perpustakaan.

Adapun kiat belajar di sekolah diantaranya masuk kelas tepat waktu;

memperhatikan penjelasan guru; menghubungkan pelajaran yang sedang diterima

dengan bahan yang sudah dikuasai; mencatat hal-hal yang dianggap penting; aktif

dan kreatif dalam kerja kelompok; bertanya mengenai hal-hal yang belum

dimengerti; menggunakan waktu istirahat dengan sebaik-baiknya; membentuk

kelompok belajar; memanfaatkan perpustakaan sekolah.

Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat dikatakan bahwa komponen-

komponen yang membentuk kebiasaan belajar yang baik yaitu :

1. Kesadaran untuk belajar, dalam hal pengaturan waktu belajar, memahami

pelajaran, menggunakan perpustakaan, mengulang bahan pelajaran, membaca,

membuat catatan, belajar dengan metode yang praktis, dan menyelesaikan tugas

tepat waktu.

2. Disiplin, dalam hal melaksanakan jadwal dan ketepatan waktu dalam segala hal

yang berkaitan dengan belajar.

Page 40: Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

26

3. Siswa melibatkan dirinya dalam belajar dengan maksimal. Keterlibatan dirinya

ini mencakup konsentrasi belajar dan aktif dalam belajar.

4. Memanfaatkan waktu jeda belajar untuk istirahat sebaik-baiknya dengan tujuan

merilekskan otak.

2.7 Penelitian yang Relevan

1. Sutinah (2002), hasil penelitiannya menyatakan bahwa kebiasaan belajar

mempunyai pengaruh yang cukup terhadap hasil belajar yang dicapai siswa.

2. Asih (2002), hasil penelitiannya menyatakan bahwa motivasi belajar

berpengaruh kepada hasil belajar.

3. Aini (2001), hasil penelitiannya menyatakan bahwa terdapat hubungan positif

yang signifikan antara sikap dan kebiasaan belajar matematika dengan

prestasi belajar matematika.

4. Maryani (2004), hasil penelitiannya menyatakan bahwa terdapat pengaruh

yang positif dan signifikan antara motivasi berprestai dan kebiasaan belajar

terhadap prestasi belajar.

2.8 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. HoT : Tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat kecerdasan dengan

prestasi belajar matematika siswa semester 1 kelas XI IPA A SMA Negeri

6 kota Bengkulu.

Page 41: Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

27

H1T : Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kecerdasan dengan

prestasi belajar matematika siswa semester 1 kelas XI IPA A SMA Negeri

6 kota Bengkulu.

2. HoM : Tidak ada hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi dengan

prestasi belajar matematika siswa semester 1 kelas XI IPA A SMA Negeri

6 kota Bengkulu.

H1M : Terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi dengan

prestasi belajar matematika siswa semester 1 kelas XI IPA A SMA Negeri

6 kota Bengkulu.

3. HoK : Tidak ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan belajar matematika

dengan prestasi belajar matematika siswa semester 1 kelas XI IPA A SMA

Negeri 6 kota Bengkulu.

H1K : Terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan belajar matematika

dengan prestasi belajar matematika siswa semester 1 kelas XI IPA A SMA

Negeri 6 kota Bengkulu.

4. HoB : Tidak ada hubungan yang antara tingkat kecerdasan, motivasi berprestasi,

kebiasaan belajar matematika dengan prestasi belajar matematika siswa

semester 1 kelas XI IPA A SMA Negeri 6 kota Bengkulu.

H1B : Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kecerdasan, motivasi

berprestasi, kebiasaan belajar matematika dengan prestasi belajar

matematika siswa semester 1 kelas XI IPA A SMA Negeri 6 kota Bengkulu.

Page 42: Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

28

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode dan Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode Ex Post Fakto

dan jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelatif. Penelitian dilakukan

untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi dan kemudian melihat kebelakang

melalui data-data untuk menemukan faktor-faktor yang mendahului atau

menentukan sebab-sebab yang mungkin atas peristiwa yang diteliti. Penelitian ini

diarahkan untuk menguji hubungan antara tiga variabel yaitu tingkat kecerdasan

(X1), motivasi berprestasi (X2), kebiasaan belajar matematika (X3) dengan prestasi

belajar matematika siswa (Y).

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA A SMA Negeri 6

kota Bengkulu. Karena jumlah anggota populasi kurang dari 100 maka sampel

adalah seluruh anggota populasi (Arikunto, 1999: 120). Jadi sampel dalam

penelitian ini adalah kelas XI IPA A.

3.3 Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini ada tiga variabel bebas yakni tingkat kecerdasan,

motivasi berprestasi, dan kebiasaan belajar matematika. Adapun variabel terikatnya

adalah prestasi belajar. Secara skematis digambarkan sebagai berikut :

Page 43: Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

29

Gambar 2. Skema Keterkaitan Variabel penelitian

Dimana : X1 = Tingkat Kecerdasan

X2 = Motivasi berprestasi

X3 = Kebiasaan belajar matematika

Y = Prestasi belajar matematika siswa

Sesuai dengan tujuan penelitian maka selanjutnya akan dianalisis keterkaitan

antara X1 dengan Y, X2 dengan Y, X3 dengan Y, dan X1, X2, X3 dengan Y.

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti

dalam mengumpulkan data (Arikunto, 1999: 151). Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan instrumen yang digunakan adalah dokumentasi dan angket.

1. Dokumentasi

Dokumentasi berupa data tentang tingkat kecerdasan siswa angkatan

2005/2006 dan data nilai ujian blok I dan II matematika siswa kelas XI IPA A

angkatan 2006/ 2007 semester 1.

X1

Y X2

X3

Page 44: Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

30

2. Angket (kuesioner)

Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya

(Arikunto, 1999: 140). Angket ini disusun sedemikian rupa sehingga responden

bebas untuk mengungkapkan pendapatnya dalam memilih jawaban, sehingga data

akan terkumpul sesuai dengan kenyataan yang terjadi di lapangan.

Jenis angket yang akan digunakan adalah angket tertutup sehingga

mempermudah responden untuk mengisinya. Angket tersebut diberikan kepada

sejumlah responden yang telah ditentukan sebelumnya.

Angket disusun dengan langkah-langkah yang disarankan oleh Sudjana (1989:

71) :

a. Pembuatan kisi-kisi berdasarkan variabel yang akan diteliti.

b. Menyusun pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi yang akan dibuat serta

melakukan diskusi dan konsultasi dengan pembimbing.

c. Menggunakan kata-kata yang mudah diteliti oleh semua responden.

d. Pertanyaan dikemukakan dengan urutan yang baik sesuai dengan

permasalahan dan tujuan yang telah ditentukan.

Instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan

reliabel. Oleh karena itu, angket harus diuji kevaliditasannya dan

kereliabilitasannya terlebih dahulu sebelum digunakan.

Page 45: Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

31

a. Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan

atau kesahihan sesuatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila

mampu mengukur apa yang diinginkan. Suatu instrumen dikatakan valid bila ia

mempunyai validitas tinggi, sebaliknya ia akan dikatakan kurang valid jika

validitasnya rendah.

Adapun rumus yang digunakan untuk melakukan uji validitas angket adalah

Rumus Korelasi product moment dengan angka kasar:

{ }{ }∑∑ ∑∑ ∑ ∑

−=

222 )()(

))((

YXXN

YXXYNrxy

Keterangan :

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

X = skor perolehan butir tes tertentu

Y = skor total

N = jumlah siswa

Angket dikatakan valid jika r tabel ≤ r hitung dengan taraf signifikansi 5%

(Arikunto, 2002).

b. Realibilitas

Suatu instrumen harus reliabel artinya cukup dapat dipercaya untuk digunakan

sebagai pengumpul data. Rumus yang digunakan adalah:

( )

−= ∑

2

2

111

1 t

b

k

kr σ

σ (Arikunto, 1999: 193)

(Arikunto, 2002: 72)

Page 46: Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

32

Keterangan : r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan

K = banyaknya butir pernyataan

∑ 2

bσ = jumlah varians butur

2

tσ = varians total

Suatu instrumen dikatakan reliabel jika r11 > 0,7 (Arikunto, 2002).

Tabel 2. Kisi-kisi Angket motivasi berprestasi dan kebiasaan belajar matematika

siswa

Pernyataan Variabel Sub variabel Indikator

Positif Negatif

1. Kesehatan 1, 2

2. Penghargaan dalam

bentuk fisik

3, 4, 5

3. Sarana belajar 6, 7

1. Kebutuhan

fisiologis

4. Cuaca 8 9

1. Iklim kelas 10, 11 2. Kebutuhan

Akan Rasa

Aman 2. Konsekuensi akibat

diadakannya ujian dan

pemberian tugas yang

menantang.

12, 13, 14,

15, 16

1. Kasih sayang 17, 19 18

2. Solidaritas 20

3. Kebutuhan

Sosial

3. Rasa saling

membutuhkan

21

1. Merasa di terima atau

dihargai.

22 23

2. Yakin akan berhasil 24, 25

4. Kebutuhan

akan harga

diri

3. Perhatian dan penilaian

dari orang lain

26, 28 27

1. Berusaha untuk Unggul 29, 30, 31,

32

2. Bersaing 33

3. Mengambil resiko yang

moderat

34, 35

4. Bertanggung jawab 36, 37

Motivasi

Berprestasi

5. Kebutuhan

Mengaktualis

asikan diri

5. Kepuasan 39, 40, 41,

42

38

Page 47: Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

33

6. Pemahaman 43

7.Umpan balik

44, 45, 46

1. Mengatur waktu 1, 2, 3

2. Memahami pelajaran 4, 5, 6, 7,

8, 9, 10

3. Menggunakan

perpustakaan

11, 12

4. Mengulang bahan

pelajaran

13, 14

5. Membaca 15, 16, 17,

18, 20

19

6. Membuat catatan 21, 22, 23 24, 25

7. Memilih metode praktis 26, 27, 28,

30, 31

29

1. Kesadaran

8. Menyelesaikan tugas 32, 34, 35 33

1. Melaksanaan jadwal 37 36 2. Disiplin

2. Ketepatan waktu 39, 40 38

1. Konsentrasi belajar 41, 42, 43 44, 45 3. Keterlibatan

Diri 2. Keaktifan belajar 47, 48 46

1. Istirahat 49, 50, 52 51

Kebiasaan

Belajar

4. Pemanfaatan

Waktu Jeda

Belajar 2. Rekreasi 53 54

Kategori penskoran untuk alternatif jawaban angket motivasi berprestasi dan

kebiasaan belajar matematika siswa diadopsi dari skala Likert yaitu sebagai berikut:

Tabel 3: Skor alternatif jawaban angket

Alternatif jawaban

Pernyataan Selalu Sering Jarang

Tidak

pernah

Positif 4 3 2 1

Negatif 1 2 3 4

Page 48: Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

34

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah

teknik pengisisan angket dan dokumentasi.

1. Angket

Angket digunakan untuk mengumpulkan data-data dari variabel bebas yaitu

motivasi berprestasi dan kebiasaan belajar matematika pada siswa yang menjadi

sampel. Angket-angket tersebut diisi oleh setiap responden pada waktu dan tempat

yang sama. Data-data yang diperoleh dari pengisian angket ini merupakan data

primer.

2. Dokumentasi

Sedangkan dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang

variabel bebas yaitu data mengenai tingkat kecerdasan siswa, dan variabel terikat

yaitu prestasi siswa yang berupa rata-rata dari nilai ujian blok I dan ujian blok II

matematika siswa yang menjadi sampel pada semester 1. Dokumentasi tentang

tingkat kecerdasan siswa diperoleh dari pihak Bimbingan dan Penyuluhan Sekolah,

sedangkan data mengenai prestasi siswa diperoleh dari guru matematika. Data-data

yang diperoleh dari dokumentasi ini merupakan data sekunder.

3.6 Teknik Analisis Data

Data yang terkumpul di dalam penelitian merupakan data yang harus diolah

secara teliti, cermat dan sistematis. Data yang diperoleh akan dianalisis dengan

teknik analisis deskriptif.

Page 49: Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

35

Langkah-langkah yang akan ditempuh didalam analisa data adalah sebagai

berikut:

1. Seleksi data

Pada langkah ini dilakukan pemeriksaan atau pengecekan seluruh data yang

terkumpul, dengan maksud apakah data sudah lengkap dan memenuhi syarat untuk

diolah atau belum sesuai dengan yang dikehendaki.

2. Tabulasi data

Tabulasi data bertujuan untuk menyusun data yang sudah diseleksi dalam bentuk

tabel.

3. Membuat kategori data

Data tingkat kecerdasan siswa diklasifikasikan berdasarkan klasifikasi IQ menurut

Harriman. Data-data motivasi berprestasi siswa dan data prestasi dikategorikan

menjadi tiga kategori yaitu tinggi, sedang, rendah dengan acuan kurva normal dari

masing-masing data dengan kriteria sebagai berikut:

σ+≥ MX tinggi

σσ +<<− MXM sedang

σ−≤ MX rendah

Sedangkan untuk kebiasaan belajar matematika dikategorikan menjadi baik, cukup

baik, dan kurang baik dengan acuan kurva normal dengan kriteria sebagai berikut :

σ+≥ MX baik

σσ +<<− MXM cukup baik

Page 50: Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

36

σ−≤ MX kurang baik

Persentase item dihitung dengan rumus %100xn

fP =

Dengan : P = persentase item yang dicari

f = skor total

n = skor total

Klasifikasi item: < 37.5% sangat rendah

37.6% – 54.5% rendah

54.6% – 71.5% cukup

71.6% – 88.5% tinggi

> 88.6% sangat tinggi

(Sudjana dalam Saeckhoni, 2005: 38)

4. Analisis Data

Sebelum melakukan analisis data maka perlu dilakukan terlebih dahulu pengujian

prasyarat analisis. Setelah itu akan dilanjutkan analisis data dengan melakukan

pengujian hipotesis.

a. Pengujian Prasyarat Analisis

Pengujian prasyarat analisis ini terdiri dari uji normalitas dan uji

homogenitas.

Page 51: Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

37

Uji normalitas untuk masing-masing variabel dilakukan dengan

metode liliefors dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Penggunaan x1, x2, x3, …, xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, Z3, …, Zn

dengan menggunakan rumus S

xxZ i

i

−= , dengan x adalah rata-rata dan

S adalah simpangan baku.

2. Untuk tiap bilangan baku digunakan daftar distribusi normal baku

dengan peluang-peluang F(Zi) = P(Z≤Zi).

3. Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2, Z3, …, Zn yang lebih kecil atau

samadengan Zi. Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi), maka

S(Zi)n

ZZZBanyaknyaZ n,...,,, 321=

4. Hitung selisih F(Zi) – S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya.

5. Ambil harga mutlak yang paling besar diantara harga-harga mutlak

selisih tersebut.

6. Untuk menerima atau menolak H0, kita bandingkan Lhitung dengan nilai

Ltabel. Kriteria tolak H0 jika Lo < Ltabel.

(Sudjana, 1996: 273)

Uji homogenitas dilakukan dengan uji F yaitu :

kecilVariansTer

besarVariansTerF hitung

=

(Ridwan, 2003: 186)

Page 52: Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

38

Data dikatakan homogen bila Fhitung < Ftabel dengan dbpembilang = n – 1

(untuk varians terbesar) dan dbpenyebut = n – 1 (untuk varians terkecil), serta

taraf kesalahan 1%.

b. Pengujian Hipotesis

Hipotesis 1, 2 dan 3 diuji dengan analisis regresi linear sederhana

beserta korelasinya.

Persamaan regresi linear sederhana :

bXaY +=∧

(Sudjana, 2002: 6)

dengan: ( )( ) ( )( )

( )∑ ∑∑∑∑∑

−=

22

2

XXn

XYXXYa

( )( )( )∑ ∑

∑ ∑∑−

−=

22 XXn

YXXYnb (Sudjana, 2002: 8)

Uji kelinieran dan keberartian regresi dapat dilakukan dengan

menggunakan analisis varians (ANAVA) regresi linear sederhana berikut:

Tabel 4: Daftar analisis Varians (ANAVA)Regresi Linear Sederhana

Sumber variasi dk JK KT F

Total N ∑ 2Y ∑ 2Y

Koefisien (a)

Regresi (bSa)

Sisa

1

1

n-2

JK(a)

JK(bSa)

JK(S)

JK(a)

KTbSa=Jk(bSa)

KTS=JK(S)/n-2

KTbIa / KTS

Signifikansi

Page 53: Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

39

Tuna cocok

Galat

k-2

n-k

JK(TC)

JK(G)

KTTC =jk(TC)/(k-2)

KTG =JK(G)/(n-k)

KTTC / KTG

Linieritas

Sumber: (Sudjana, 2002: 19)

Dengan taraf kesalahan 1%, kriteria pengujian adalah tolak H0 jika

Fhitung > Ftabel.

Untuk mengetahui kontribusi sumbangan variabel bebas terhadap

terjadinya variabel terikat, maka akan dicari koefisien korelasi (rxy) dengan

rumus produk momen :

{ }{ }∑∑ ∑∑ ∑ ∑

−=

222 )()(

))((

YXXN

YXXYNrxy (Sudjana, 2002: 42)

Koefisien determinasi adalah r2 dan penafsirannya dinyatakan dalam

persen menunjukkan besarnya kontribusi dari variabel bebas.

Untuk menguji keberartian koefisien korelasi maka dilakukan uji t

dengan rumus :

21

2

r

nrt

−= (Sudjana, 2002: 62)

Dengan taraf kesalahan 1% dan dk = n-2, maka tolak H0 jika t > ttabel.

Hipotesis 4 akan diuji dengan korelasi dan regresi linear berganda.

Regresi linear berganda bertujuan untuk mengetahui hubungan variabel-

variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Adapun

persamaan regresinya adalah :

Page 54: Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

40

3322110 XbXbXbbY +++=∧

(Sudjana, 2002: 69)

Untuk menguji keberartian regresi linear ganda ini dilakukan denagn

menggunakan analisis varians seperti yang disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 5: Daftar ANAVA untuk Regresi Linier Ganda

Sumber

varian

Derajat

bebas

Jumlah Kuadrat (JK) Kuadrat tengah

(KT)

Fhitung

Regresi K ∑ ∑++= yxbyxbJK kR 211 ...

k

JKKT R

R = S

R

KT

KT

Sisa n-k-1 RTS JKJKJK −=

1−−=

kn

JKKT S

S

Total n-1 ∑= 2yJKT

Sumber : (Sudjana, 2002: 93)

Kriteria pengujian adalah tolak H0 jika Fhitung > Ftabel dengan taraf kesalahan

1%.

Adapun korelasi gandanya dapat diketahui dengan rumus :

∑∑ ∑ ∑++

=2

332211

123.y

yxbyxbyxbry

Sehingga koefisien determinasinya adalah R2 = ry.123

2 atau

∑=

2

2

y

JKR R

(Sudjana, 2002: 107)

Untuk menguji keberartian koefisien korelasi ganda maka dilakukan uji F

dengan rumus:

)1/()1(

/2

2

−−−=

knR

kRF (Sudjana, 2002: 108)

Kriteria pengujian adalah tolak H0 jika Fhitung > Ftabel.

Page 55: Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

41

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Uji Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel bebas yaitu tingkat kecerdasan,

motivasi berprestasi, dan kebiasaan belajar matematika serta satu variabel terikat

yaitu prestasi belajar matematika. Variabel X1 (tingkat kecerdasan) diambil dari

dokumentasi IQ siswa SMAN 6 kota Bengkulu. Uji coba instrumen penelitian ini

dilakukan di salah satu kelas yang setara dengan sampel penelitian yaitu kelas XI

IPA C SMAN 6 kota Bengkulu dengan jumlah siswa 41 orang. Instrumen pada

penelitian yang diuji cobakan adalah berupa angket motivasi berprestasi yang

terdiri dari 46 item pernyataan dan angket kebiasaan belajar matematika yang

terdiri dari 54 item pernyataan.

4.1.1. Hasil Uji Coba Angket Motivasi Berprestasi Siswa Kelas XI IPA SMAN 6

Kota Bengkulu

Berdasarkan hasil uji coba angket dan perhitungan validitas serta

reliabilitas item pernyataan angket (lampiran 5) diperoleh 37 item yang valid

dan dapat digunakan serta 9 item yang tidak valid dan tidak dapat digunakan.

a. Validitas

Suatu butir soal atau item pernyataan dikatakan valid jika nilai koefisien

korelasi antara variabel XY (rxy) lebih besar dari pada korelasi product moment

pada tabel dengan n = 41 pada taraf kesalahan 5%.

rxy > rtabel rxy > 0.308

Page 56: Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

42

Dari hasil perhitungan didapat beberapa item pernyataan yang tidak

valid yaitu item nomor 1, 2, 4, 5, 13, 15, 23, 31, dan 39.

Hasil perhitungan validitas menunjukkan bahwa terdapat satu indikator

yaitu kesehatan pada sub variabel kebutuhan fisiologis dalam kisi-kisi angket

yang telah dibuat tidak terwakili oleh item-item pernyataan dalam angket uji

coba yaitu item nomor 1 dan 2. Karena indikator tersebut tidak terwakili, maka

item-item tersebut direvisi menjadi 3 item kemudian diujikan lagi pada 11

responden. Dari hasil pengujian tersebut diperoleh ketiga item pengganti valid

dan dapat digunakan, dengan validitas masing-masing 0.892, 0.944, 0.64.

Sedangkan item nomor 4, 5, 13, 15, 23, 31, dan 39 tidak digunakan.

b. Reliabilitas

Angket dinyatakan reliabel jika r11 hitung ≥ 0.700. Dari hasil

perhitungan diperoleh nilai r11 hitung = 0.8966. Ini menunjukkan bahwa angket uji

coba motivasi berprestasi tergolong sangat reliabel sehingga dapat digunakan

untuk pengambilan data penelitian. Untuk item pengganti dari item nomor 1 dan

2 memiliki reliabilitas yang tinggi yaitu 0.633.

4.1.2. Hasil Uji Coba Angket Kebiasaan Belajar Matematika Siswa Kelas XI IPA

SMAN 6 Kota Bengkulu

Berdasarkan hasil uji coba angket dan perhitungan validitas serta

reliabilitas item pernyataan angket (lampiran 7 dan 8) diperoleh 35 item yang

Page 57: Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

43

valid dan dapat digunkan serta 17 item yang tidak valid dan tidak dapat

digunakan.

a. Validitas

Item pernyataan dikatakan valid jika nilai koefisien korelasi antara

variabel XY (rxy) lebih besar dari pada korelasi product moment pada tabel

dengan n = 41 pada taraf kesalahan 5%.

rxy > rtabel

rxy > 0.308

Dari hasil perhitungan didapat beberapa item pernyataan yang tidak

valid yaitu item nomor 11, 14, 25, 30, 31, 33, 34, 43, 44, 46, 48, …, 54.

Item nomor 49 sampai 54 merupakan item yang mewakili sub variabel

pemanfaatan waktu jeda belajar. Karena item-item tersebut tidak ada yang valid

maka tidak ada item-item yang dapat mewakili sub variabel tersebut. Sehingga

peneliti kembali melakukan revisi terhadap item-item itu kemudian diujikan

lagi kepada 11 responden yang sama dengan pengujian revisi item angket

motivasi berprestasi. Dari 8 item revisi yang telah diujikan, hasil perhitungan

validitas menunjukkan 5 item yang valid dan 3 item yang tidak valid.

b. Reliabilitas

Angket dinyatakan reliabel jika r11 hitung ≥ 0.700. Dari hasil perhitungan

diperoleh nilai r11 hitung = 0.8936. Ini menunjukkan bahwa angket uji coba

Page 58: Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

44

motivasi berprestasi tergolong sangat reliabel sehingga dapat digunakan untuk

pengambilan data penelitian. Item pengganti memiliki reliabilitas yang tinggi

yaitu 0.633 sehingga dapat juga digunakan untuk pengambilan data.

4.2. Deskripsi Data

Deskripsi data penelitian dimaksudkan untuk memperoleh gambaran

umum mengenai penyebaran data atau distribusi data berupa tabel distribusi

frekuensi dan grafik dalam bentuk histogram.

4.2.1. Deskripsi Objek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 6 Kota Bengkulu dari tanggal

10 agustus sampai dengan 10 september 2006. SMAN 6 Kota Bengkulu

terletak di Jl. Pratu Aidit No. 23 Bajak. Penelitian ini dilakukan pada kelas

XI IPA A dengan jumlah siswa 40 siswa.

4.2.2. Data Hasil Penelitian

a. Data Prestasi Siswa Semester 1 Kelas XI IPA A SMAN 6 Kota

Bengkulu

Data prestasi belajar matematika siswa diambil berdasarkan rata-rata

nilai ujian blok I (31 agustus 2006) dan II (17 oktober 2006) bagi

masing-masing siswa pada semester 1 (lampiran 14). Berdasarkan nilai-

nilai ujian blok tersebut, nilai tertinggi siswa adalah 100, nilai terendah

adalah 50, nilai rata-rata 80.775, rentang 50 merupakan selisih dari nilai

tertinggi dan nilai terendah siswa, dan simpangan baku 15.9321.

Page 59: Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

45

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Matematika Siswa

Semester 1 Kelas XI IPA A SMAN 6 Kota Bengkulu.

Interval Frekuensi Persentase

50 - 57 4 10%

58 – 65 6 15%

66 – 73 2 5%

74 – 81 6 15%

82 – 89 4 10%

90 – 97 13 32.5%

98 -100 5 12.5%

Jumlah 40 100%

Gambar 3. Histogram Prestasi Belajar matematika Siswa

Siswa yang memperoleh nilai di atas 96,7071 dikategorikan

berprestasi tinggi ada 5 siswa. Siswa yang memperoleh nilai di bawah

64,8429 dikategorikan sebagai siswa yang berprestasi rendah ada 10

siswa. Dan siswa yang memperoleh nilai di antara 96,7071 dan 64,8429

dikategorikan sebagai siswa berprestasi sedang ada 25 siswa. Jadi secara

umum siswa memiliki tingkat prestasi yang sedang.

0

2

4

6

8

10

12

14

Fre

ku

en

si

Interval

50 - 57

58 – 65

66 – 73

74 – 81

82 – 89

90 – 97

98 -100

Page 60: Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

46

b. Data Tingkat Kecerdasan (IQ) Siswa Kelas XI IPA A SMAN 6 Kota

Bengkulu

Data tingkat kecerdasan (IQ) siswa diambil dari dokumentasi hasil

tes IQ siswa SMAN 6 Kota Bengkulu (lampiran 14). Data ini diperoleh

dari siswa secara langsung.

Tabel 7. Persentase (%) Tingkat Kecerdasan Siswa Kelas

XI IPA A SMAN 6 Kota Bengkulu.

Very Superior Superior Bright Normal Average

F % F % F % F %

8 20 9 22.5 6 15 17 42.5

Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa tingkat kecerdasan siswa

secara umum berada pada kategori average (rata-rata).

Berdasarkan hasil penelitian tentang kecerdasan siswa kelas

XI IPA A SMAN 6 Kota Bengkulu diperoleh skor tertinggi 135, skor

terendah 99, dengan rentang 36, dan simpangan baku 13,0175.

Page 61: Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

47

Tabel 8. Distribusi Frekuensi Tingkat Kecerdasan Siswa Kelas

XI IPA A SMAN 6 Kota Bengkulu.

Interval Frekuensi Persentase

99 – 104 12 30 %

105 – 110 5 12.5 %

111 – 116 3 7.5 %

117 – 122 6 15 %

123 - 128 5 12.5 %

129 – 134 7 17.5 %

135 2 5 %

Jumlah 40 100 %

Gambar 4. Histogram Tingkat Kecerdasan (IQ) Siswa.

0

2

4

6

8

10

12

Fre

ku

en

si

Interval

99 – 104

105 – 110

111 – 116

117 – 122

123 - 128

129 – 134

135

Page 62: Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

48

c. Data Motivasi Berprestasi Siswa Kelas XI IPA A SMAN 6 Kota

Bengkulu

Skor variabel ini diperoleh dari hasil angket yang diisi oleh siswa

yang berjumlah 40 orang (lampiran 12). Skor tertinggi 155 dan skor

terendah 94 dengan rata-rata 132,8 dan simpangan baku 18,4129.

Penyebaran data angket yang menunjukkan motivasi berprestasi siswa

disusun dalam tabel distribusi frekuensi berikut :

Tabel 9. Distribusi Frekuensi Motivasi Berprestasi Siswa kelas XI IPA

A SMAN 6 Kota Bengkulu.

Interval Frekuensi Persentase

94 – 103 4 10%

104 –113 6 15%

114 – 123 1 2.5%

124 – 133 4 10%

134 – 143 7 17.5%

144 – 153 17 42.5%

153 – 155 1 2.5%

Jumlah 40 100%

Gambar 5. Histogram Motivasi Berprestasi Siswa

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

Fre

ku

en

si

Interval

94 – 103

104 –113

114 – 123

124 – 133

134 – 143

144 – 153

153 – 155

Page 63: Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

49

Berdasarkan hasil analisa data motivasi berprestasi matematika

siswa kelas XI IPA A SMAN 6 Kota Bengkulu, motivasi berprestasi

siswa dikategorikan menjadi tiga golongan yaitu tinggi, sedang, dan

rendah. Jumlah siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi

( σ+≥ MX ) yaitu skor lebih dari atau sama dengan 151,213 ada 2

siswa. Siswa yang motivasi berprestasinya berada pada kategori sedang

( σσ +<<− MXM ) yaitu antara 151,213 dan 114,387 ada 28 siswa.

Dan siswa yang motivasi berprestasinya berada pada kategori rendah

( σ−≤ MX ) yaitu skor kurang dari atau sama dengan 114,387 ada 10

siswa. Dapat dilihat bahwa secara umum motivasi berprestasi siswa

terletak pada kategori sedang.

Hasil analisis data juga menunjukkan tingkat motivasi berprestasi

siswa berdasarkan pemenuhan masing-masing kelompok kebutuhannya

yaitu sebagai berikut:

Tabel 10. Tingkat motivasi berprestasi siswa berdasarkan

pemenuhan masing-masing kelompok kebutuhannya.

Kebutuhan Yang ingin dipenuhi Persentase kelompok siswa

Fisiologis 74, 53 %

Fisiologis dan Rasa aman 78, 89 %

Fisiologis, Rasa aman, danSosial 81, 67 %

Fisiologis, Rasa aman, Sosial, dan

Harga diri

82, 63 %

Fisiologis, Rasa aman, Sosial, Harga

diri, dan Aktualisasi diri

83 %

Page 64: Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

50

d. Data Kebiasaan Belajar Matematika Siswa Kelas XI IPA A SMAN

6 Kota Bengkulu

Skor variabel ini diperoleh dari hasil angket yang diisi oleh sampel

yaitu 40 orang siswa (lampiran 13). Skor tertinggi 156 dan skor terendah

96 dengan rata-rata 135,875 dan simpangan baku 18,5613. Penyebaran

data angket yang menunjukkan kebiasaan belajar matematika siswa

disusun dalam tabel distribusi frekuensi berikut :

Tabel 11. Distribusi Frekuensi Kebiasaan Belajar Matematika Siswa

kelas XI IPA A SMAN 6 Kota Bengkulu.

Interval Frekuensi Persentase

96 – 105 6 15 %

106 – 115 0 0

116 – 125 5 12.5 %

126 – 135 4 10 %

136 – 145 10 25 %

146 – 155 14 35 %

156 1 2.5 %

Jumlah 40 100 %

Gambar 6. Histogram Kebiasaan Belajar Matematika Siswa

0

2

4

6

8

10

12

14

Fre

ku

en

si

Interval

96 – 105

106 – 115

116 – 125

126 – 135

136 – 145

146 – 155

156

Page 65: Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

51

Berdasarkan hasil analisa data, kebiasaan belajar matematika siswa

dikategorikan menjadi baik, cukup baik, dan kurang baik. Siswa yang

memiliki kebiasaan belajar matematika baik yaitu skor angket lebih dari

atau sama dengan 154,436 ada 4 siswa. Siswa yang memiliki kebiasaan

belajar matematika cukup baik yaitu skor angket antara 154,436 dan

117,313 ada 29 siswa. Dan siswa yang memiliki kebiasaan belajar

matematika kurang baik yaitu skor angket kurang dari atau sama dengan

117,313 ada 7 siswa.

4.3 Pengujian Prasyarat Analisis

Pada metodologi penelitian telah dijelaskan bahwa maksud dari penelitian ini

adalah untuk melihat hubungan dan pengaruh antara variabel bebas dengan variabel

terikat. Sesuai dengan tujuan tersebut, maka uji digunakan adalah analisis korelasi

dan regresi linier sederhana dan ganda.

Untuk menggunakan teknik analisis tersebut, ada beberapa persyaratan yang

harus dipenuhi yaitu data harus berdistribusi normal dan homogen. Oleh karena itu

data perlu diuji terlebih dahulu dengan menggunakan uji normalitas untuk

mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak, dan uji homogenitas untuk

mengetahui apakah data homogen atau tidak.

4.3.1 Uji Normalitas

Uji kenormalan data pada penelitian ini menggunakan uji liliefors

untuk masing-masing data variabel bebas. Hasil perhitungan uji kenormalan

Y atas X1, Y atas X2, dan Y atas X3 dapat dilihat pada tabel berikut:

Page 66: Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

52

Tabel 12. Hasil perhitungan uji normalitas menggunakan uji lilliefors

L hitung Max L tabel Keterangan

Y atas X1 0.1458 0.1630 Normal

Y atas X2 0.1228 0.1630 Normal

Y atas X3 0.1621 0.1630 Normal

Data dikatakan normal jika L hitung Max < L tabel dengan taraf kesalahan

1%.

Dari tabel dapat dilihat bahwa X1, X2, dan X3 masing-masing

berdistribusi normal karena memenuhi kriteria kenormalan yang ditentukan.

4.3.2 Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data bersifat

homogen atau tidak. Dalam penelitian ini menggunakan uji varians yaitu

membandingkan varians terbesar dengan varians terkecil. Hasil

perhitungannya disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 13. Hasil perhitungan uji homogenitas menggunakan uji varians.

F hitung F tabel Keterangan

Y atas X1 1.49793 2.11 Homogen

Y atas X2 1.33567 2.11 Homogen

Y atas X3 1.35728 2.11 Homogen

Data dikatakan homogen apabila F hitung ≤ F tabel.

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa masing-masing data

bersifat homogen.

Page 67: Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

53

4.3.3 Uji Kelinieran Regresi

Uji linieritas digunakan untuk mengetahui apakah hubungan apakah

variabel bebas dengan variabel terikat bersifat linier atau tidak. Perhitungan

uji linieritas menggunakan tabel ANAVA. Hasil perhitungannya dituangkan

dalam tabel berikut:

Tabel 14. Hasil perhitungan uji linieritas

Uji linieritas F hitung F tabel Keterangan

X1 terhadap Y 0.67035 3.00 Linier

X2 terhadap Y 3.13048 3.29 Linier

X3 terhadap Y 3.11308 3.16 Linier

Regresi bersifat linier bila F hitung < F tabel dengan taraf kesalahan 1%.

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa regresi bersifat linier.

Oleh karena itu, hubungan antara tingkat kecerdasan terhadap prestasi belajar

matematika, motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar matematika, serta

kebiasaan belajar matematika terhadap prestasi belajar matematika, ketiganya

bersifat linier.

4.4 Uji Hipotesis

4.4.1 Uji Hipotesis Pertama

Hipotesis pertama berbunyi “Terdapat hubungan yang signifikan

antara tingkat kecerdasan dengan prestasi belajar matematika siswa semester

1 kelas XI IPA A SMA Negeri 6 kota Bengkulu”.

Page 68: Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

54

Persamaan regresi linier Y (prestasi belajar matematika) atas X1

(tingkat kecerdasan siswa) yang diperoleh dari perhitungan yang telah

dilakukan adalah : Y = 9.42171 + 0.61684 X1. Persamaan regresi Y atas X1

tersebut menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu unit X1 akan

mengakibatkan 0.61684 unit kenaikan Y. Hal ini menunjukkan bahwa

terdapat hubungan antara X1 dengan Y. Kemudian dilakukan perhitungan

keberartian regresi linier sederhana menggunakan tabel ANAVA dengan taraf

kesalahan 1%.

Tabel 15. Tabel ANAVA untuk uji keberartian regresi linier sederhana

Y atas X1 Sumber Variasi dk JK KT F hitung F tabel

Total 40 270884 270884

Koef. (a) 1 260984 260984

Reg.(bla) 1 2514.61 2514.61

12.9393

7.35

Sisa 38 7384.87 194.339

Fhit>Ftabel,

signifikan

Dari tabel dapat dilihat bahwa F hitung > F tabel pada taraf kesalahan 1%,

jadi regresi Y atas X1 ini signifikan atau berarti.

Berdasarkan hasil perhitungan, besarnya koefisien korelasi adalah

diperoleh rx1y = 0.504. Kemudian dilakukan uji keberartian korelasi dengan

uji-t.

Hipotesis : HoT = 0=ρ (koefisien korelasi tidak berarti)

H1T = 0≠ρ (koefisien korelasi berarti)

Kriteria : tolak HoT jika tabelhitung tt > , pada taraf kesalahan 1%.

Page 69: Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

55

Tabel 16. Hasil perhitungan analisis korelasi Y atas X1.

Variabel N rx1y r2x1y dk thitung ttabel

Angka 40 0.504 0.25401 38 3.59712 2.42

Kesimpulan yang didapat adalah HoT ditolak. Dengan demikian Ha

diterima yaitu koefisien korelasi berarti. Oleh karena itu koefisien korelasi sah

untuk digunakan dalam penarikan kesimpulan selanjutnya.

Besarnya koefisien determinasi (R2) adalah 0.25401, ini berarti

pengaruh atau kontribusi X1 terhadap Y adalah sebesar 25.4014%. Dengan

kata lain variasi dalam variabel Y sekitar 25.4014% dapat dijelaskan oleh

variabel X1 melalui persamaan regresi Y = 9.42171 + 0.61684 X1.

Dengan demikian hipotesis pertama yang menyatakan terdapat

hubungan yang signifikan antara tingkat kecerdasan dengan prestasi belajar

matematika siswa semester 1 kelas XI IPA A SMA Negeri 6 kota Bengkulu

dapat diterima.

4.4.2 Uji Hipotesis Kedua

Hipotesis kedua berbunyi “Terdapat hubungan yang signifikan antara

motivasi berprestasi dengan prestasi belajar matematika siswa semester 1

kelas XI IPA A SMA Negeri 6 kota Bengkulu”.

Persamaan regresi linier Y (prestasi belajar matematika) atas X2

(motivasi berprestasi) yang diperoleh dari perhitungan yang telah dilakukan

adalah : Y = -20.973 + 0.76618 X2. Persamaan regresi Y atas X2 tersebut

Page 70: Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

56

menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu unit X2 akan mengakibatkan

0.76618 unit kenaikan Y. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan

positif antara X2 dengan Y. Perhitungan keberartian regresi linier sederhana

menggunakan tabel ANAVA dengan taraf kesalahan 1% menunjukkan bahwa

regresi linier sederhana Y atas X2 berarti karena Fhitung > Ftabel . Hasil

perhitungannya disajikan pada tabel ANAVA di bawah ini.

Tabel 17. Tabel ANAVA untuk uji keberartian regresi linier sederhana

Y atas X2 Sumber Variasi dk JK KT F hitung F tabel

Total 40 270884 270884

Koef. (a) 1 260984 260984

Reg.(bla) 1 7761.91 7761.91 137.985 7.35

Sisa 38 2137.56 56.2517 Fhit>Ftabel, signifikan

Besarnya koefisien korelasi (rx2y) yang diperoleh adalah

rx2y = 0.88548. Kemudian dilakukan uji keberartian korelasi dengan uji-t.

Hipotesis : HoM = 0=ρ (koefisien korelasi tidak berarti)

H1M = 0≠ρ (koefisien korelasi berarti)

Kriteria : tolak HoM jika tabelhitung tt > , pada taraf kesalahan 1%.

Tabel 18. Hasil perhitungan analisis korelasi Y atas X2.

Variabel N rx2y R2x2y Dk thitung ttabel

Angka 40 0.88548 0.78407 38 11.7467 2.42

Kesimpulan yang didapat adalah HoM ditolak. Dengan demikian Ha

diterima yaitu koefisien korelasi berarti. Oleh karena itu koefisien korelasi sah

untuk digunakan dalam penarikan kesimpulan selanjutnya.

Page 71: Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

57

Besarnya koefisien determinasi (R2) adalah 0.78407, ini berarti

pengaruh atau kontribusi X2 terhadap Y adalah sebesar 78.4073%. Dengan

kata lain variasi dalam variabel Y sekitar 78.4073% dapat dijelaskan oleh

variabel X2 melalui persamaan regresi Y = -20.973 + 0.76618 X2.

Dengan demikian hipotesis kedua yang menyatakan terdapat

hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi dengan prestasi belajar

matematika siswa semester 1 kelas XI IPA A SMA Negeri 6 kota Bengkulu

dapat diterima.

4.4.3 Uji Hipotesis Ketiga

Hipotesis ketiga berbunyi “Terdapat hubungan yang signifikan antara

kebiasaan belajar matematika dengan prestasi belajar matematika siswa

semester 1 kelas XI IPA A SMA Negeri 6 kota Bengkulu”.

Persamaan regresi linier Y (prestasi belajar matematika) atas X3

(kebiasaan belajar matematika) yang diperoleh dari perhitungan yang telah

dilakukan adalah : Y = -12.865 + 0.68916 X3. Persamaan regresi Y atas X3

tersebut menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu unit X3 akan

mengakibatkan 0.68916 unit kenaikan Y. Hal ini menunjukkan bahwa

terdapat hubungan positif antara X3 dengan Y. Perhitungan keberartian regresi

linier sederhana menggunakan tabel ANAVA dengan taraf kesalahan 1%

menunjukkan bahwa regresi linier sederhana Y atas X3 berarti. Hasil

perhitungannya disajikan pada tabel ANAVA di bawah ini.

Page 72: Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

58

Tabel 19. Tabel ANAVA untuk uji keberartian regresi linier sederhana

Y atas X3 Sumber Variasi Dk JK KT F hitung F tabel

Total 40 270884 270884

Koef. (a) 1 260984 260984

Reg.(bla) 1 6381.58 6381.58 68.9332 7.35

Sisa 38 3517.9 92.5762

Fhit>Ftabel, signifikan

Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh koefisien korelasi antara X3

dan Y yaitu rx3y = 0.80289. Kemudian dilakukan uji keberartian korelasi

dengan uji-t.

Hipotesis : HoK = 0=ρ (koefisien korelasi tidak berarti)

H1K = 0≠ρ (koefisien korelasi berarti)

Kriteria : tolak HoK jika tabelhitung tt > , pada taraf kesalahan 1%.

Tabel 20. Hasil perhitungan analisis korelasi Y atas X3.

Variabel N rx3y R2x3y Dk thitung ttabel

Angka 40 0.80289 0.64464 38 8.3026 2.42

Kesimpulan yang didapat adalah Ho ditolak. Dengan demikian Ha

diterima yaitu koefisien korelasi berarti. Oleh karena itu koefisien korelasi sah

untuk digunakan dalam penarikan kesimpulan selanjutnya.

Besarnya koefisien determinasi (R2) adalah 0.64464, ini berarti

pengaruh atau kontribusi X3 terhadap Y adalah sebesar 64.464%. Dengan kata

lain variasi dalam variabel Y sekitar 64.464% dapat dijelaskan oleh variabel

X2 melalui persamaan regresi Y = -12.865 + 0.68916 X3.

Page 73: Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

59

Dengan demikian hipotesis ketiga yang menyatakan terdapat

hubungan yang signifikan antara kebiasaan belajar matematika dengan

prestasi belajar matematika siswa semester 1 kelas XI IPA A SMA Negeri 6

kota Bengkulu dapat diterima.

4.4.4 Uji Hipotesis Keempat

Hipotesis keempat berbunyi “Terdapat hubungan yang signifikan

antara tingkat kecerdasan, motivasi berprestasi, kebiasaan belajar matematika

dengan prestasi belajar matematika siswa semester 1 kelas XI IPA A SMA

Negeri 6 kota Bengkulu”.

Persamaan regresi linier Y (prestasi belajar matematika) atas X1, X2,

X3 (tingkat kecerdasan, motivasi berprestasi, kebiasaan belajar matematika)

yang diperoleh dari perhitungan yang telah dilakukan adalah :

Y = -38.083 + 0.16452 X1 + 0.52978 X2 + 0.2169 X3.

Persamaan regresi Y atas X1, X2, X3 tersebut menunjukkan bahwa

setiap kenaikan satu unit X1 akan mengakibatkan 0.16452 unit kenaikan Y,

kenaikan satu unit X2 akan mengakibatkan 0.52978 unit kenaikan Y, kenaikan

satu unit X3 akan mengakibatkan 0.2169 unit kenaikan Y. Hal ini

menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara X1, X2, dan X3 dengan

Y. Perhitungan keberartian regresi linier berganda menggunakan tabel

ANAVA dengan taraf kesalahan 1% menunjukkan bahwa regresi linier

sederhana Y atas X1, X2, dan X3 berarti. Hasil perhitungannya disajikan pada

tabel ANAVA di bawah ini :

Page 74: Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

60

Tabel 21. Tabel ANAVA untuk uji keberartian regresi linier berganda

Y atas X1, X2, dan X3

B

erdasarkan hasil perhitungan, diperoleh ry123 = 0.90155. Adapun besarnya

koefisien determinasi (R2) adalah 0.81279, ini berarti pengaruh atau

kontribusi X1, X2, dan X3 secara bersama-sama terhadap Y adalah sebesar

81.279%.

Dengan demikian hipotesis keempat yang menyatakan terdapat

hubungan yang signifikan antara tingkat kecerdasan, motivasi berprestasi dan

kebiasaan belajar matematika dengan prestasi belajar matematika siswa

semester 1 kelas XI IPA A SMA Negeri 6 kota Bengkulu dapat diterima.

4.5 Pembahasan

Berdasarkan hasil analisa data diperoleh bahwa secara umum siswa memiliki

kecerdasan pada tingkat rata-rata. Kecenderungan motivasi berprestasi yang sedang

dan kebiasaan belajar yang cukup baik.

4.5.1 Kecerdasan Siswa Kelas XI IPA A SMAN 6 Kota Bengkulu

Setelah dilakukan analisa data, diketahui bahwa siswa kelas XI IPA A

SMAN 6 kota Bengkulu memiliki 4 kelompok tingkat kecerdasan (IQ) yaitu

kelompok very superior (cerdas sekali), superior (cerdas), bright normal (di

atas rata-rata), dan average (rata-rata). Untuk kelompok cerdas sekali

berjumlah 8 orang siswa (20%), kelompok cerdas berjumlah 9 orang siswa

Sumber Variasi dk JK KT F hitung F tabel

Regresi 3 8046.242682.08 52.1006 4.38

Sisa 36 1853.2451.4789

Total 39 9899.47

F hitung > Ftabel,

signifikan

Page 75: Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

61

(22.5%), kelompok di atas rata-rata berjumlah 6 orang siswa (15%), dan

kelompok rata-rata berjumlah 17 orang siswa (42.5%). Secara umum tingkat

kecerdasan siswa berada pada kelompok rata-rata.

Adapun skor rata-rata kecerdasan yang diperoleh dari analisa data

adalah sebesar 115.675 yang berarti termasuk dalam kategori bright normal

(di atas rata-rata). Dengan tingkat kecerdasan ini, dimungkinkan siswa akan

memiliki prestasi belajar matematika yang baik. Dari data yang ada, prestasi

belajar matematika siswa kelas XI IPA A kota Bengkulu berdasarkan rata-rata

nilai ujian blok I dan II memiliki rata-rata yang tergolong tinggi yaitu 80.775.

Hal ini sejalan dengan pedoman analisis test yang ditetapkan oleh Nurkancara

dan kawan-kawan (1985 dalam Marsudi 2004: lampiran 28) yaitu untuk IQ

115 maka prestasi yang diharapkan adalah sebesar 78.00 dan untuk IQ 116

maka prestasi yang diharapkan adalah sebesar 79.10.

Pada penelitian ini ditemukan skor rata-rata IQ siswa adalah 115.675

dan siswa berhasil mencapai prestasi hingga 80.775, ini berarti siswa sudah

dapat mencapai prestasi yang diharapkan. Hal ini dapat terjadi karena selain

IQ, tingginya prestasi belajar juga dipengaruhi oleh faktor internal lainnya dan

faktor ekternal pada diri siswa. Siswa yang memiliki IQ memadai dan faktor

lain yang mendukung dengan baik maka siswa tersebut akan dapat

memaksimalkan prestasinya.

Page 76: Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

62

4.5.2 Motivasi Berprestasi Siswa Kelas XI IPA A SMAN 6 Kota Bengkulu

Dari hasil analisa data maka diketahui bahwa siswa kelas XI IPA A

SMAN 6 kota Bengkulu memiliki skor rata-rata motivasi berprestasi siswa

sebesar 132.8. Secara umum motivasi berprestasi siswa berada pada kategori

sedang yaitu besarnya skor angket motivasi berprestasi antara 151,213 dan

114,387 berjumlah 28 siswa (70%). Hanya 2 siswa yang memiliki motivasi

berprestasi tinggi yaitu besarnya skor angket motivasi berprestasi lebih dari

atau sama dengan 151,213 (5%). Sedangkan siswa yang memiliki motivasi

berprestasi rendah yaitu besarnya skor angket motivasi berprestasi kurang dari

atau sama dengan 114,387 berjumlah 10 orang (25%).

Motivasi berprestasi merupakan salah satu faktor internal yang penting

untuk menunjang pencapaian prestasi siswa. Motivasi berprestasi yang baik

akan memberikan dorongan bagi siswa untuk mencapai prestasi yang baik

pula. Rata-rata prestasi belajar matematika kelas XI IPA A kota Bengkulu

yang diperoleh yaitu 80.775. Hal ini berarti dengan tingkat motivasi

berprestasi yang sedang siswa dapat memaksimalkan belajarnya untuk

mencapai prestasi yang baik. Hal ini sejalan dengan pendapat Sadirman (1990

dalam Marsudi, 2004: 41) yaitu hasil belajar akan menjadi optimal jika

memiliki motivasi, semakin tinggi motivasi yang dimiliki maka akan semakin

baik prestasi yang akan dicapai.

Analisa data juga menunjukkan tingkat motivasi siswa berdasarkan

pemenuhan kebutuhan siswa menurut Maslow yaitu 74.53% dari siswa

Page 77: Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

63

termotivasi karena menuntut pemenuhan kebutuhan fisiologis. 78.89% siswa

termotivasi karena menuntut kebutuhan fisiologis dan rasa aman. 81.67%

siswa termotivasi karena menuntut pemenuhan kebutuhan fisiologis, rasa

aman, dan kebutuhan bersosial. 82.63% siswa termotivasi karena menuntut

pemenuhan kebutuhan fisiologis, rasa aman, sosial, dan kebutuhan akan harga

diri. Dan 83% dari siswa termotivasi karena menuntut pemenuhan kebutuhan

untuk mengaktualisasikan diri.

Menurut Maslow (Anonim, 2006) kebutuhan yang paling tinggi adalah

kebutuhan mengaktualisasikan diri dan sebelum mencapai pemenuhan

kebutuhan ini maka haruslah dipenuhi terlebih dahulu empat tingkat

kebutuhan sebelumnya. Dari uraian di atas 83% dari siswa termotivasi untuk

memenuhi kebutuhan aktualisasik diri, sedangkan siswa yang termotivasi

karena menuntut pemenuhan kebutuhan fisiologis ada 74.53% siswa. Ini

menunjukkan bahwa sekitar 8.47% siswa termotivasi untuk

mengaktualisasikan diri meskipun kebutuhan fisiologisnya belum terpenuhi

secara maksimal.

4.5.3 Kebiasaan Belajar Matematika Siswa Kelas XI IPA A SMAN 6 Kota

Bengkulu

Setelah melakukan analisa data, terungkap bahwa kebiasaan belajar

matematika siswa kelas XI IPA A SMAN 6 kota Bengkulu berada pada tiga

kategori baik, cukup baik, dan kurang baik. Siswa yang memiliki kebiasaan

belajar matematika baik yaitu skor angket lebih dari atau sama dengan

Page 78: Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

64

154,436 ada 4 siswa (10%). Siswa yang memiliki kebiasaan belajar

matematika cukup baik yaitu skor angket antara 154,436 dan 117,313 ada 29

siswa (72.5%). Dan siswa yang memiliki kebiasaan belajar matematika

kurang baik yaitu skor angket kurang dari atau sama dengan 117,313 ada 7

siswa (17.5%). Terlihat bahwa secara umum siswa memiliki kebiasaan belajar

yang cukup baik.

Kebiasaan belajar adalah salah satu dari faktor internal yang

mendukung pencapaian prestasi siswa. Kebiasaan belajar yang baik

cenderung akan membawa seseorang untuk mencapai prestasi belajar yang

baik pula. Berdasarkan analisa data (lampiran 14), terdapat 22 siswa (55%)

telah mampu mencapai prestasi belajar matematika lebih dari atau sama

dengan rata-rata prestasi siswa yaitu 80.775.

Kebiasaan belajar yang kurang baik pada diri siswa akan

mempengaruhi belajarnya. Siswa yang kebiasaan belajarnya kurang baik akan

mengalami kesulitan untuk mencoba cara belajar yang baik. Hal ini senada

dengan pendapat Slameto (1995: 84) bahwa kebiasaan akan mempengaruhi

proses belajar, seperti membuat jadwal belajarnya sendiri, membaca dan

membuat catatan, konsentrasi dan mengerjakan tugas. Jika siswa tidak

terbiasa melakukan hal tersebut maka siswa itu akan mengalami kesulitan

dalam belajarnya dan ini tentu mempengaruhi prestasi belajar siswa.

Page 79: Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

65

4.5.4 Hubungan Antara Tingkat Kecerdasan dengan Prestasi Belajar

Matematika Siswa Semester 1 Kelas XI IPA A SMAN 6 Kota Bengkulu

Berdasarkan analisa data dan perhitungan regresi dan korelasi

sederhana antara tingkat kecerdasan (X1) dengan prestasi belajar (Y)

diperoleh persamaan regresi Y = 9.42171 + 0.61684 X1. Selanjutnya

dilakukan uji keberartian regresi dan linieritas. Untuk uji keberartian regresi

diperoleh Fhitung = 12.9393 > Ftabel = 7.35 pada taraf kesalahan 0.01 dan

untuk uji linieritas diperoleh Fhitung = 0.61684 < Ftabel = 3.00 pada taraf

kesalahan sebesar 0.01. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan

signifikan dan positif atau searah antara tingkat kecerdasan siswa dengan

prestasi belajar matematika, dimana setiap kenaikan satu unit X1

mengakibatkan 0.61684 unit kenaikan Y. Jadi makin tinggi tingkat

kecerdasan siswa maka makin tinggi pula prestasi belajar matematika siswa.

Kuatnya hubungan antara tingkat kecerdasan siswa dengan prestasi

belajar matematika siswa ditunjukkan dengan koefisien korelasi yang

diperoleh dari hasil perhitungan yaitu rx1y = 0.504. Kemudian uji keberartian

koefisien korelasi dilakukan dengan uji t dan diperoleh thitung = 3.59712

> ttabel = 2.42 dengan taraf kesalahan 0.01 maka koefisien korelasi Y atas X1

berarti.

Koefisien determinasi yang diperoleh adalah r2x1y = 0.25401 . Hal ini

berarti besarnya pengaruh tingkat kecerdasan terhadap prestasi belajar

matematika siswa adalah sebesar 25.401%. Dengan kata lain tingkat

Page 80: Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

66

kecerdasan memberikan kontribusi sebesar 25.401% pada prestasi belajar

matematika siswa. Ini sejalan dengan temuan Yuniarti (1988 dalam Azwar,

2004: 168) bahwa korelasi intelegensi dengan prestasi belajar yang signifikan

sebesar r = 0.4896 (R2 = 0.239). Temuan ini juga didukung oleh kesimpulan

Budimarwanto (1991 dalam Azwar, 2004: 168) yang menemukan koefisien

sebesar r = 0.371 (R2 = 0.137) pada sampel 200 orang siswa kelas II SMA.

Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat

hubungan antara tingkat kecerdasan dengan prestasi belajar matematika siswa

semester 1 kelas XI IPA A SMAN 6 kota Bengkulu diterima.

4.5.5 Hubungan Antara Motivasi Berprestasi dengan Prestasi Belajar

Matematika Siswa Semester 1 Kelas XI IPA A SMAN 6 Kota Bengkulu

Berdasarkan analisa data dan perhitungan regresi dan korelasi

sederhana antara motivasi berprestasi (X2) dengan prestasi belajar (Y)

diperoleh persamaan regresi Y = -20.973 + 0.76618 X2. Selanjutnya

dilakukan uji keberartian regresi dan linieritas. Untuk uji keberartian regresi

diperoleh Fhitung =137.985 > Ftabel = 7.35 pada taraf kesalahan 0.01 dan untuk

uji linieritas diperoleh F hitung = 0.76618 < F tabel = 3.29 pada taraf kesalahan

sebesar 0.01. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan dan

positif atau searah antara motivasi berprestasi siswa dengan prestasi belajar

matematika, dimana setiap kenaikan satu unit X2 mengakibatkan 0.76618 unit

kenaikan Y.

Page 81: Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

67

Kuatnya hubungan antara motivasi berprestasi siswa dengan prestasi

belajar matematika siswa ditunjukkan dengan koefisien korelasi yang

diperoleh dari hasil perhitungan yaitu rx2y = 0.88548. Kemudian uji

keberartian koefisien korelasi dilakukan dengan uji t dan diperoleh thitung

= 11.7467 > ttabel = 2.42 dengan taraf kesalahan 0.01 maka koefisien korelasi

Y atas X2 berarti.

Koefisien determinasi yang diperoleh adalah r2x2y = 0.78407. Hal ini

berarti besarnya pengaruh motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar

matematika siswa adalah sebesar 78.4073%. Dengan kata lain motivasi

berprestasi memberikan kontribusi sebesar 78.4073% pada prestasi belajar

matematika siswa.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa makin tinggi motivasi

berprestasi siswa maka makin tinggi pula prestasi belajar matematika siswa.

Hal ini sejalan dengan pendapat Riva’i (2000: 3) dalam hasil penelitiannya

bahwa dalam mencapai keberhasilan belajar, siswa yang memiliki motivasi

untuk berprestasi tinggi maka upaya mengoptimalkan kemampuan yang

dimilikinya akan tinggi. Hal tersebut akan menyebabkan hasil belajar atau

prestasi belajar siswa akan cenderung baik.

Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat

hubungan antara motivasi berprestasi dengan prestasi belajar matematika

siswa semester 1 kelas XI IPA A SMAN 6 kota Bengkulu diterima.

Page 82: Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

68

4.5.6 Hubungan Antara Kebiasaan Belajar Matematika dengan Prestasi

Belajar Matematika Siswa Semester 1 Kelas XI IPA A SMAN 6 Kota

Bengkulu

Berdasarkan analisa data dan perhitungan regresi dan korelasi

sederhana antara kebiasaan belajar matematika (X3) dengan prestasi belajar

(Y) diperoleh persamaan regresi Y = -12.865 + 0.68916 X3. Selanjutnya

dilakukan uji keberartian regresi dan linieritas. Untuk uji keberartian regresi

diperoleh Fhitung = 68.9332 > F tabel = 7.35 pada taraf kesalahan 0.01 dan untuk

uji linieritas diperoleh F hitung = 3.11 < F tabel = 3.16 pada taraf kesalahan

sebesar 0.01. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan dan

positif atau searah antara kebiasaan belajar matematika siswa dengan prestasi

belajar matematika, dimana setiap kenaikan satu unit X3 mengakibatkan

0.68916 unit kenaikan Y. Jadi makin baik kebiasaan belajar matematika siswa

maka makin tinggi pula prestasi belajar matematika siswa.

Kuatnya hubungan antara kebiasaan belajar matematika siswa dengan

prestasi belajar matematika siswa ditunjukkan dengan koefisien korelasi yang

diperoleh dari hasil perhitungan yaitu rx3y = 0.80289. Kemudian uji

keberartian koefisien korelasi dilakukan dengan uji t dan diperoleh thitung =

8.3026 > ttabel = 2.42 dengan taraf kesalahan 0.01 maka koefisien korelasi Y

atas X3 berarti.

Koefisien determinasi yang diperoleh adalah r2x3y = 0.64464. Hal ini

berarti besarnya pengaruh kebiasaan belajar matematika terhadap prestasi

Page 83: Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

69

belajar matematika siswa adalah sebesar 64.464%. Dengan kata lain

kebiasaan belajar matematika memberikan kontribusi sebesar 64.4642% pada

prestasi belajar matematika siswa.

Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat

hubungan antara kebiasaan belajar matematika dengan prestasi belajar

matematika siswa semester 1 kelas XI IPA A SMAN 6 kota Bengkulu

diterima.

4.5.7 Hubungan Antara Tingkat Kecerdasan, Motivasi Berprestasi, dan

Kebiasaan Belajar Matematika dengan Prestasi belajar Matematika

Siswa Semester 1 Kelas XI IPA A SMAN 6 Kota Bengkulu

Berdasarkan analisa data dan perhitungan regresi dan korelasi linier

berganda antara tingkat kecerdasan, motivasi berprestasi, kebiasaan belajar

matematika (X1, X2, dan X3) dengan prestasi belajar (Y) diperoleh persamaan

regresi Y = -38.083 + 0.16452 X1 + 0.52978 X2 + 0.2169 X3. Selanjutnya

dilakukan uji keberartian regresi linier berganda. Untuk uji keberartian regresi

diperoleh Fhitung = 52.1006 > F tabel = 4.38 pada taraf kesalahan 0.01. Hal ini

menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan dan positif antara tingkat

kecerdasan, motivasi berprestasi, dan kebiasaan belajar matematika siswa

secara bersama-sama dengan prestasi belajar matematika. Jadi makin tinggi

skor tingkat kecerdasan, motivasi berprestasi, dan kebiasaan belajar

matematika siswa maka makin tinggi pula prestasi belajar matematika siswa.

Page 84: Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

70

Kuatnya hubungan antara tingkat kecerdasan, motivasi berprestasi,

dan kebiasaan belajar matematika siswa secara bersama-sama dengan prestasi

belajar matematika siswa ditunjukkan dengan koefisien korelasi yang

diperoleh dari hasil perhitungan yaitu ry123 = 0.90155. Koefisien determinasi

yang diperoleh adalah R2 = 0.81279. Hal ini berarti besarnya pengaruh atau

kontribusi X1 (tingkat kecerdasan), X2 (motivasi berprestasi), dan X3

(kebiasaan belajar matematika) secara bersama-sama terhadap Y (prestasi

belajar matematika siswa) adalah sebesar 81.279%. Dengan kata lain tingkat

kecerdasan, motivasi berprestasi, dan kebiasaan belajar matematika secara

bersama-sama memberikan kontribusi sebesar 81.279% pada prestasi belajar

matematika siswa.

Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat

hubungan antara tingkat kecerdasan, motivasi berprestasi, dan kebiasaan

belajar matematika siswa dengan prestasi belajar matematika siswa semester 1

kelas XI IPA A SMAN 6 kota Bengkulu diterima.

Page 85: Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

71

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka peneliti dapat menarik

beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Dari hasil uji hipotesis pertama disimpulkan bahwa: terdapat hubungan yang

signifikan antara tingkat kecerdasan dengan prestasi belajar matematika siswa

semester 1 kelas XI IPA A SMAN 6 kota Bengkulu, dengan besarnya

sumbangan 25.401%. Makin tinggi tingkat kecerdasan siswa (X1) maka makin

tinggi pula prestasi belajar matematika yang dicapai siswa tersebut (Y), dengan

kenaikan sebesar 0.61684 unit atau dapat dijelaskan dengan persamaan regresi

Y = 9.42171 + 0.61684 X1.

2. Dari hasil uji hipotesis kedua disimpulkan bahwa: terdapat hubungan yang

signifikan antara motivasi berprestasi dengan prestasi belajar matematika siswa

semester 1 kelas XI IPA A SMAN 6 kota Bengkulu, dengan besarnya

sumbangan 78.4073%. Makin tinggi motivasi berprestasi siswa (X2) maka

makin tinggi pula prestasi belajar matematika yang dicapai siswa tersebut (Y),

dengan kenaikan sebesar 0.61684 unit atau dapat dijelaskan dengan persamaan

regresi Y = -20.973 + 0.76618 X2.

3. Dari hasil uji hipotesis ketiga disimpulkan bahwa: terdapat hubungan yang

signifikan antara kebiasaan belajar matematika dengan prestasi belajar

matematika siswa semester 1 kelas XI IPA A SMAN 6 kota Bengkulu, dengan

besarnya sumbangan 64.464%. Makin tinggi (baik) kebiasaan belajar

Page 86: Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

72

matematika siswa (X3) maka makin tinggi pula prestasi belajar matematika

yang dicapai siswa tersebut (Y), dengan kenaikan sebesar 0.6891 unit atau

dapat dijelaskan dengan persamaan regresi Y = -12.865 + 0.6891X3.

4. Dari hasil uji hipotesis keempat disimpulkan bahwa: terdapat hubungan yang

signifikan antara tingkat kecerdasan, motivasi berprestasi, dan kebiasaan belajar

matematika dengan prestasi belajar matematika siswa semester 1 kelas XI IPA

A SMAN 6 kota Bengkulu. Makin tinggi tingkat kecerdasan (X1), motivasi

berprestasi (X2), dan makin baik kebiasaan belajar matematika siswa (X3) maka

makin tinggi pula prestasi belajar matematika yang dicapai siswa tersebut (Y),

dengan kenaikan masing- masing sebesar 0.1645 unit, 0.52978 unit, dan 0.2169

unit atau dapat dijelaskan dengan persamaan regresi

Y = -38.083 + 0.1645 X1 + 0.52978 X2 + 0.2169 X3.

Besarnya kontribusi tingkat kecerdasan, motivasi berprestasi, dan kebiasaan

belajar matematika secara bersama-sama adalah 81.2794% terhadap prestasi

belajar matematika.

5. Rata – rata tingkat kecerdasan siswa berada pada kategori di atas rata-rata,

motivasi berprestasi yang tinggi, kebiasaan belajar yang baik, sehingga prestasi

belajar tergolong tinggi.

Page 87: Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

73

5.2 Saran

Sesuai dengan apa yang diperoleh dari hasil penelitian ini, penelitili

memberikan beberapa saran sebagai berikut:

1. Untuk mempertahankan dan meningkatkan prestasi belajar matematika, guru

sebagai fasilitator dalam belajar di sekolah diharapkan mampu menjaga

kestabilan dan meningkatkan motivasi berprestasi siswa pada saat proses belajar

mengajar di sekolah.

2. Untuk mempertahankan dan meningkatkan rata-rata prestasi belajar matematika

siswa, hendaknya guru senantiasa memberikan pengarahan tentang cara belajar

yang baik agar siswa dapat membentuk kebiasaan belajar yang baik.

3. Dalam penelitian ini, peneliti hanya melihat hubungan masing-masing variabel

terikat dengan prestasi belajar matematika, dan juga hubungannya secara

bersama-sama dengan prestasi belajar matematika. Ada baiknya untuk

penelitian selanjutnya dilihat pula hubungan antar variabel-variabel terikat.

4. Variabel dalam penelitian ini difokuskan pada tiga faktor internal dari diri

siswa, ada baiknya dilakukan penelitian lanjutan yang variabelnya melibatkan

beberapa faktor internal dan eksternal dari diri siswa.

Page 88: Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

74

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu dan Widodo Supriyono. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Aini, Mardiatul. 2001. Hubungan Antara Sikap dan Kebiasaan Belajar Matematika

dengan Prestasi Belajar Matematika siswa kelas II di Sltp N 3 Arga Makmur.

Skripsi FKIP. UNIB.

Anonim. 2006. Intelegensi dan IQ. http://kentaks.blogspirit.com/archive/2006/03/

04/intelegensi-dan-iq.html

Anonim. 2006. Teori Maslow. http//tuan mat.tripod.com/teorimaslow.html

Anonim. 2003. Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS. Bandung:

Citra Umbara.

Arikunto, S. 1999. Prosedur Penelitian. Yogyakarta: Rineka Cipta.

. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Asih, Nur. 2002. Pengaruh Tingkat kecemasan dan motivasi Belajar terhadap Prestasi

Belajar Matematika Siswa. Skripsi FKIP UNIB.

Azwar, Saifuddin. 2004. Pengantar Psikologi Inteligensi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Dalyono, M. 1997. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdikbud. 1998. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Depdiknas. 2003. Standar Kompetensi Mata pelajaran matematika. Jakarta.

Dimyati, Mudjiono. 1989. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Azwan Zain. 1994. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:

Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Rahasia Sukses Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Fatmawati. 2003. Hubungan Minat dan Keiasaan Belajar Matematika Siswa. Skripsi

FKIP UNIB.

Hamalik, O. 1992. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Marlia. 2005. Analisis Kebiasaan Belajar Matematika Siswa. Skripsi FKIP UNIB.

Page 89: Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

75

Marsudi, Mut. 2005. Hubungan Antara Kecerdasan, Kepribadian, dan Bakat Fisika

terhadap prestasi Belajar Siswa Kelas I SMAN 4 Kota Bengkulu. Skripsi

FKIP UNIB.

Mudzakir, Achmad dan Joko Sutrisno. 1997. Psikologi Pendidikan. Bandung: Pustaka

Setia.

Prayitno dan Erman Anti. 1994. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Depdikbud.

Riva’i, Veithzal. H. 2000. Hasil Belajar Matematika Ekonomi Mahasiswa Fakultas

Ekonomi. Tanggerang: Laporan penelitian FE Universitas Jayabaya.

http://www.depdiknas.go.id/jurnal/31.

Sardiman. 1987. Interaksi dan Motivasi belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.

Slameto. 1995. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka

Cipta.

Soedjadi. R. 2000. Kiat-kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Depdiknas: Jakarta.

Sudjana, Nana dan Ibrahim. 1989. Penelitian pendidikan. Bandung: Sinar Baru.

Sudjana, Nana. 1994. Dasar-dasar Penelitian pendidikan. Bandung: Sinar Baru.

____________. 2002. Teknik Analisis Regresi dan Korelasi Bagi Para Peneliti.

Bandung: Tarsito.

Sujanto, Agus. 1995. Psikologi Umum. Jakarta: Bumi Aksara

Suryabrata, Sumadi. 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Grafindo Persada.

Sutinah, Tin. 2002. Hubungan Kebiasaan Belajar dengan Hasil belajar Mahasiswa

Program Studi pendidikan Fisiska FKIP UNIB.Skripsi FKIP UNIB.

Syaeckhoni. 2005. Hubungan Minat dan strategi belajar Matematika dengan Prestasi

Belajar Matematika Siswa Kelas 2 SMP N 11 Kota Bengkulu Tahun pelajaran

2005 – 2006. Skripsi FKIP UNIB.

Widayatun, Tri Rusmi. 1999. Ilmu Perilaku. Jakarta: PT. Fajar Interpratama.

Page 90: Korelasi Iq Kebiasaaan Belajar Motivasi Prestasi

76

RIWAYAT HIDUP

Mulyani, lahir di Lubuk Linggau 3 Januari 1985 anak ke delapan dari delapan

bersaudara. Penulis menamatkan Sekolah Dasar pada tahun 1996 di SD Negeri 51

Lubuk Linggau. Kemudian menamatkan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama pada tahun

1999 di SLTP Negeri 3 Lubuk Linggau dan menamatkan Sekolah Menengah Umum di

SMU Negeri I Lubuk Linggau pada tahun 2002.

Pada tahun 2002 penulis diterima di program studi pendidikan matematika

FKIP UNIB melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Penulis telah

melaksanakan KUKERTA (Kuliah Kerja Nyata) di Desa Aur ringit Kecamatan tanjung

Kemuning Kabupaten Kaur. Dan penulis melaksanakan PPL (Program Pengalaman

Lapangan) di SMP Negeri 4 Kota Bengkulu.