54
PROPOSAL PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA POWER OTOT LENGAN, POWER OTOT TUNGKAI DAN PANJANG TUNGKAI DENGAN PRESTASI RENANG GAYA BEBAS PADA MAHASISWA SEMESTER III FKIP POK UTP SURAKARTA TAHUN 2008 Oleh: BAUT SULISTIYO NIM. D.0506008 i

korelasi renang.doc

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: korelasi renang.doc

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA POWER OTOT LENGAN, POWER OTOT TUNGKAI

DAN PANJANG TUNGKAI DENGAN PRESTASI RENANG GAYA BEBAS

PADA MAHASISWA SEMESTER III FKIP POK UTP

SURAKARTA TAHUN 2008

Oleh:

BAUT SULISTIYO

NIM. D.0506008

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TUNAS PEMBANGUNAN

SURAKARTA

2009

i

Page 2: korelasi renang.doc

HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal ini telah disetujui sebagai pola minimal dalam penyusunan skripsi

pada Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Tunas Pembangunan Surakarta.

Disetujui :

Pembimbing I

Drs. Herywansyah.

NIPY. 150 153

Pembimbing II

Drs. Teddy Agoeng S.

NIPY. 150 1858

Mengetahui

Ketua Jurusan POK

Drs. Slamet Sudarsono, M.Pd.

NIPY. 150 159

ii

Page 3: korelasi renang.doc

DAFTAR ISI

Halaman Judul ............................................................................................. i

......................................................................................................................

Halaman Pengajuan ..................................................................................... ii

DAFTAR ISI ............................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ................................................................. 5

C. Pembatasan Masalah ................................................................ 5

D. Perumusan Masalah ................................................................. 6

E. Tujuan Penelitian ..................................................................... 6

F. Manfaat Penelitian ................................................................... 7

BAB II LANDASAN TEORI ..................................................................... 8

A. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 8

1. Renang Gaya Bebas (freestyle) ......................................... 9

2. Power Otot Lengan ........................................................... 16

3. Power Otot Tungkai .......................................................... 17

4. Panjang Tungkai ................................................................ 19

B. Kerangka Pemikiran ................................................................. 22

C. Perumusan Hipotesis ................................................................ 23

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 24

A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 24

B. Metode Penelitian .................................................................... 24

C. Populasi dan Sampel Penelitian ............................................... 25

D. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 25

E. Teknik Analisis Data ................................................................ 28

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 31

iii

Page 4: korelasi renang.doc

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Renang adalah merupakan salah satu jenis olahraga yang dilakukan di air,

baik air tawar maupun air asin/laut. Olahraga ini dapat dilakukan mulai dari

kanak-kanak sampai orang tua, baik oleh kaum pria maupun wanita. Olah raga ini

sangat berguna sebagai alat pendidikan, sebagai rekreasi yang sehat bagi keluarga,

menanamkan keberanian percaya diri sendiri, menghilangkan pengaruh takhayul-

takhayul dan sebagai terapi yang kadang-kadang dianjurkan oleh dokter.

Dewasa ini di Indonesia sedang berusaha keras untuk meningkatkan

kualitas disegala bidang kehidupan. Salah satu bidang yang mendasar dan perlu

untuk ditingkatkan adalah sumber daya manusia yakni sebagai usaha untuk

menyongsong era yang penuh dengan tantangan dan persaingan. Sumber daya

manusia yang perlu ditingkatkan untuk saat ini menyangkut berbagai kemampuan

antara lain kemampuan fisik, mental dan spiritual sebagai bagian yang tidak dapat

dipisahkan dalam bentuk manusia seutuhnya.

Oahraga mempunyai peranan yang sangat penting dalam upaya untuk

mencapai tujuan tersebut. Maka, kegiatan perlu mendapat perhatian yang serius,

karena dengan berolahraga keselarasan kehidupan jasmani dan rokhani pada diri

manusia dapat dicapai karena olahraga adalah segala kegiatan yang sistematis

untuk mendorong, membina serta mengembangkan potensi jasmani, rokhani, dan

sosial. Olahraga adalah alat pendidikan yang luar bisaa karena dalam olahraga

baik langsung maupun tidak langsung, aspek-aspek itu meliputi: aspek kognitif,

aspek afektif, dan aspek psikomotor, yang tidak didapat pada alat pendidikan yang

lain.

Olahraga tidak mungkin lepas dari kegiatan fisik, maka dari itu kondisi

fisik dalam olahraga didefinisikan sebagai kapasitas penampilan atlet.

Ungkapan/pernyataan yang digunakan untuk kondisi fisik dalam domain

penampilan olahraga yang tinggi adalah kesegaran jasmani. Peningkatan kondisi

fisik prima olahraga.

iv

Page 5: korelasi renang.doc

Dalam melakukan olahraga tidak sama dengan tujuan antara individu satu

dengan individu yang lain seperti apa yang dikemukakan Mochamad Sajoto

(1999: 2), bahwa “Ada empat dasar manusia melakukan kegiatan olahraga,

pertama olahraga untuk rekreasi, kedua olahraga untuk pendidikan, ketiga

olahraga untuk kesegaran jasmani, keempat olahraga untuk prestasi”.

Dari keempat kegiatan olahraga di atas terbagi lagi lebih rinci kedalam

beberapa cabang olahraga, antara lain: cabang permainan meliputi bulu tangkis,

tenis lapangan, bola voli, tenis meja, bola basket, sepak bola. Cabang atletik

meliputi lari, lempar, lompat; cabang senam meliputi senam irama, dan senam

lantai serta cabang olahraga air yang meliputi renang, loncat indah, dan polo air.

Di dalam cabang olahraga air slah satunya adalah renang. Sedang renang

sendiri terbagi lagi dalam beberapa cabang atau gaya antara lain: renang gaya

bebas, renang gaya dada, renang gaya punggung, dan renang gaya kupu-kupu.

Olahraga renang sangat berbeda dengan olahraga lain, juga gerakan di air sangat

berbeda dengan di darat. Dalam keadaan normal, kita dapat bergerak bebas di

bawah daya tarik bumi, sedangkan di air kita harus dapat menyesuaikan diri

dengan air. Pada permulaan kelihatannya menyebabkan gerakan-gerakan yang

aneh dan lama kelamaan terciptalah gerakan-gerakan yang tertentu dan paling

menguntungkan bagi seseorang pada waktu renang. Renang mempunyai pengaruh

yang menonjol terhadap anak-anak usia muda terdapat pada pertumbuhan badan,

hal ini apabila pada usia muda anak-anak sudah dibisaakan masuk ke air. Bahkan

pernah baca bahwa anak-anak usia muda akan menjadi genius baik pertumbuhan

dan intelegensinya mereka dipersiapkan untuk kepentingan-kepentingan demi

kemajuan dunia yang berhubungan dengan kebutuhan manusia misalnya

persiapan-persiapan manusia untuk ruang angkasa oleh bangsa Soviet.

Renang gaya bebas merupakan gaya renang yang kedua yang

diperlombakan setelah renang gaya dada, kemudian gaya punggung dan baru gaya

kupu-kupu. Dengan gerakan renang gaya bebas yang sedemikian rupa

mempengaruhi sistem pernapasan dan bisa juga sebagai latihan untuk

penyembuhan sehabis cidera.

v

Page 6: korelasi renang.doc

Di dalam cabang yang berbeda-beda akan berbeda pula kapasitas vital

seseorang. Pengaruh renang terhadap otot latihan yang terus menerus

mengakibatkan otot bekerja terus menerus dan dapat relatif lebih berat dan

membuat serabut-serabut otot bertambah banyak dan kuat.

Salah satu cabang dalam renang adalah renang gaya bebas. Gaya bebas

merupakan gaya yang cukup efektif. Yang dimaksudkan gaya bebas di sini adalah

gaya bebas dalam perlombaan renang, yang selalu dilakukan dengan gaya rimau.

Kemajuan yang banyak dalam renang gaya bebas akhir-akhir ini bukanya

disebabkan karena perenang-perenang sekarang lebih besar dan lebih kuat dan

mampu memberikan dorongan yang besar, tetapi mereka berenang sedemikian

rupa sehingga tahanan air menjadi kecil. Posisi badan dalam gaya bebas sebaiknya

streamline (sedatar) mungkin.

Setiap tahanan karena letak badan yang tidak tetap, akan mengurangi

kecepatan perenang. Pada umumnya supaya badan tetap streamline dikemudikan

oleh kepala. Bila kepala terangkat terlalu tinggi dari permukaan air maka bagian

belakang dari badan (pantat dan kaki) akan turun terlalu bawah dari permukaan

air. Bila kepala masuk ke dalam air, sehingga sebagian besar kepala masuk ke

dalam permukaan air, maka sikap badan perenang akan menjadi sangat datar.

Dalam posisi ini pernapasan akan sangat sulit dilakukan. Posisi yang paling baik

adalah apabila sikap kepala sedemikian rupa sehingga permukaan air tepat pada

batas antara rambut dan dahi.

Disamping menguasai unsur-unsur pokok yang perlu dipahami oleh

perenang, ada juga faktor-faktor lain yang sangat mempengaruhi. Suharno H.P

(1983: 2-4) faktor tersebut adalah:

1. Faktor endogen- kesehatan fisik dan mental yang baik- bentuk tubuh dan proporsi tubuh- kondisi dan kemampuan fisik- penguasaan teknik yang sempurna- menguasai masalah taktik- memiliki aspek kejiwaan dan kepribadian yang baik- memiliki kematangan jiwa

vi

Page 7: korelasi renang.doc

2. Faktor eksogen- coach (pelatih), asisten coach, trainer- tempat, alat, perlengkapan, kemampuan- organisasi- lingkungan- partisipasi pemerintah- metode dan sistem latihan

Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa faktor kondisi fisik dapat

memberikan kontribusi positif dalam meningkatkan prestasi olahraga. Faktor

kondisi fisik tersebut antara lain adalah kekuatan dan kecepatan otot. Kekuatan

dan kecepatan otot apabila dipadukan secara bersama-sama akan menghasilkan

daya explosive (daya ledak) yang dikenal dengan istilah power otot. Hatfielt

(1989) dalam Ismaryati dkk. (1999:55) menjelakan bahwa, “Power merupakan

hasil perkalian antara gaya (force) dan jarak (distance) dibagi dengan waktu (time)

atau dapat dikatakan sebagai kerja dibagi waktu (Kirkendall, 1987).

Selain dipengaruhi oleh power otot, renang juga dipengaruhi oleh postur

tubuh karena renang gaya bebas banyak menggunakan lengan dan tungkai pada

saat bergerak, maka antara bentuk lengan dan tungkai dengan kecepatan dalam

berenang tentunya ada hubungannya. Seperti halnya hukun Newton 3 tentang aksi

dan reaksi. Hukum Newton yang ketiga menyatakan bahwa setiap aksi akan

menimbulkan reaksi yang sama dan berlawanan arah.

Renang gaya bebas di Universitas Tunas Pembangunan Surakarta Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

khususnya mahasiswa putra semester III rata-rata sudah menguasai teknik renang

gaya bebas. Maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang renang

gaya bebas serta unsur-unsur kondisi fisik yang berhubungan dengan kemampuan

renang gaya bebas.

Dalam upaya meningkatkan kemampuan renang khususnya renang gaya

bebas pada mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Pendidikan

Olahraga dan Kesehatan Universitas Tunas Pembangunan Surakarta, perlu diuji

mengenai unsur-unsur kondisi fisik seperti: power otot lengan, power otot

tungkai, dan panjang tungkai. Oleh karena itu perlu diadakan penelitian mengenai

vii

Page 8: korelasi renang.doc

“Hubungan antara power otot lengan, power otot tungkai, dan panjang tungkai

dengan prestasi renang gaya bebas pada mahasiswa putra semester III FKIP POK

UTP Surakarta tahun 2008”

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang tersebut diatas maka akan diidentifikasikan masalah-

masalah sebagai berikut:

1. Peranan olahraga dalam meningkatkan sumber daya manusia

2. Cabang olahraga air dalam renang dan khususnya renang gaya bebas

3. Posisi badan dalam gaya bebas sebaiknya streamline (sedatar) mungkin

4. Unsur antropometri tubuh yakni panjang tungkai, panjang lengan

merupakan unsur fisik penting yang berhubungan dengan preatasi renang

5. Unsur kondisi fisik seperti: kekuatan, kecepatan dan daya tahan

6. Kecepatan dan kekuatan (power) merupakan unsur penting untuk

meningkatkan pretasi renang

7. Prestasi renang gaya bebas mahasiswa FKIP POK UTP Surakarta

C. Pembatasan Masalah

Dari berbagai permasalahan yang ada maka perlu ada pembatan masalah

agar dalam pembatasannya tidak menyimpang dari judul penelitian ini.

Pembatasan masalahnya adalah:

1. Power otot lengan sebagai unsur fisik yang diperlukan dalam

renang gaya bebas

2. Power otot tungkai sebagai unsur fisik yang diperlukan dalam

renang gaya bebas

3. Panjang tungkai sebagai unsur fisik yang diperlukan dalam

renang gaya bebas

4. Teknik dan gaya dalam renang gaya bebas

5. Prestasi renang gaya bebas mahasiswa FKIP POK UTP

Surakarta tahun 2008

viii

Page 9: korelasi renang.doc

D. Perumusan Masalah

Berdasar latar belakang masalah, identfikasi masalah dan pembatasan

masalah, maka dapat dirumuskan masalah-masalah sebagai berikut:

1. Adakah hubungan antara power otot lengan dengan prestasi renang gaya

bebas?

2. Adakah hubungan antara power otot tungkai dengan prestasi gaya renang

bebas?

3. Adakah hubungan antara panjang tungkai dengan prestasi gaya renang bebas?

4. Adakah hubungan antara power otot lengan, power otot tungkai dan panjang

tungkai dengan prestasi renang gaya bebas?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini mempunyai tujuan:

1. Untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara power otot lengan

dengan prestasi renang gaya bebas pada mahasiswa putra semester III FKIP

POK UTP Surakarta tahun 2009.

2. Untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara power otot tungkai

dengan prestasi renang gaya bebas pada mahasiswa putra semester III FKIP

POK UTP Surakarta tahun 2009.

3. Untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara panjang tungkai

dengan prestasi renang gaya bebas pada mahasiswa putra semester III POK

FKIP UTP Surakarta tahun 2009.

4. Untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara power otot lengan,

power otot tungkai, dan panjang tungkai dengan prestasi renang gaya bebas

pada mahasiswa putra semester III FKIP POK UTP Surakarta tahun 2009.

ix

Page 10: korelasi renang.doc

F. Manfaat Penelitian

1. Kegunaan teoritis:

a. Menambah pengetahuan dan perbandaharaan peneliti dalam cabang

olahraga pada umumnya dan unsur-unsur yang berhubungan dengan

kemampuan renang gaya bebas

b. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai perbandingan terhadap faktor

fisiologi dan anatomis yang lain yang dapat dikaitkan dengan peningkatan

prestasi renang gaya bebas.

c. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai pembanding terhadap faktor

power otot lain yang ada kaitannya dengan prestasi renang gaya bebas.

2. Kegunaan Praktis

a. Dapat digunakan sebagai acuan bagi guru dan calon guru

pendidikan jasmani pada umumnya dan khususnya bagi pelatih renang

dalam memilih atlet serta memberikan pertimbangan dalam penyusunan

program latihan.

b. Memberi rangsangan bagi calon peneliti lain agar berpartisipasi

dalam memecahkan masalah keolahragaan secara umum dan khususnya

cabang olahraga renang, pada renang gaya bebas.

x

Page 11: korelasi renang.doc

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

Sudah dahulu kala renang merupakan suatu kegiatan manusia di dalam

kehidupannya. Di Yunani Kuno olahraga renang merupakan salah satu pokok

yang terpenting di dalam pendidikan keseluruhan. Di Romawi kuno renang

digunakan untuk mendidik keprajuritan.

Dengan timbulnya agama Kristen di Eropa, olahraga renang mengalami

kemunduran, karena pada jaman itu orang berpendapat bahwa pendidikan

rokhaniyah yang akan membawa kepada kehidupan kekal.

Setelah renaissance perhatian terhadap olahraga renang timbul kembali,

pada kira-kira tahun 1800 timbullah kolam renang yang pertama kali di Jerman

dan Austria. Sejak itulah olahraga renang dimasukkan dalam suatu mata pelajaran

olahraga di sekolah-sekolah. Pada tahun 1988 di Negara Belanda berdiri

Nederlandse Zwembond.

Di negara Eropa, olahraga renang dibawa oleh orang kulit putih, ke

Negara-negara jajahannya, di seluruh penjuru dunia. Pada tahun 1908 berdirilah

perserikatan renang Internasional (Federation Internationale de Natation Amateur

disingkat dengan F.I.N.A). Dengan berdirinya F.I.N.A olahraga renang maju

dengan pesatnya, dan selalu ada di dalam pesta-pesta olahraga dunia misalnya:

Olympiade, Asian Games, Sea Games, Empire Games, World Youth Festival,

Universiade dan lain-lainnya.

Sebelum perang kemerdekaan tahun 1945 olahraga renang di Indonesia

hanya dilakukan oleh orang-orang kulit putih saja. Hampir semua kolam renang

yang didirikan pada waktu itu milik orang kulit putih semua. Memang ada satu

dua kolam renang yang dibuka untuk umum, tetapi biaya masuk demikian

mahalnya sehingga bangsa kita tidak mampu membayarnya.

Kolam renang yang pertama didirikan di Indonesia adalah Ciampelas di

Bandung tahun 1904, sesudah itu menyusul kolam renang Cikini dan Brantas.

xi

Page 12: korelasi renang.doc

Kolam renang yang agak modern didirikan setelah tahun 1930 misalnya

Manggarai (Jakarta), Tegalsari (Surabaya).

Pada tahun 1956 di Yogyakarta didirikan kolam renang modern dalam

rangka Colomba Plan, tahun 1957 di Maksar dibuat juga suatu kolam renang yang

modern untuk keperluan Pekan Olahraga Nasional (PON) yang ke IV. Di Jakarta

(Senayan) didirikan kolam renang yang modern untuk keperluan Asian Games ke

IV tahun 1962.

Pada tahun 1954 di Indonesia telah ada 29 perkumpulan-perkumpulan

olahraga renang yang tersebar seluruh tanah air. Maka mulailah berdiri

perkumpulan-perkumpulan renang daerah. Mulai tahun 1955 perkembangan

olahraga renang di Indonesia sudah mengalami kemajuan dengan pesatnya, baik

ditinjau dari segi organisasi maupun dari segi prestasinya. Sejak tahun itu P.B.S.I

(Perserikatan Berenang Seluruh Indonesia) telah menyusun suatu daftar rekor

yang berbentuk nasional. Pemegang rekor harus warga Negara Indonesia.

Dalam renang dikenal 4 gaya yaitu gaya bebas, gaya dada, gaya punggung,

dan gaya kupu-kupu. Peningkatan prestasi renang ini diperoleh dengan jalan

latihan yang teratur dan kontinyu dengan menggunakan teknik-teknik gaya yang

baik dan sempurna.

Pada perlombaan renang, prestasi dinyatakan dalam waktu dengan

menggunakan alat stop watch atau waktu elektronik.

1. Renang Gaya Bebas (freestyle)

Sebelum kita membicarakan teknik renang gaya bebas secara mendetail

terlebih dahulu kita harus mengerti apa arti istilah renang gaya bebas (freestyle)

itu. Sesuai dengan peraturan F.I.N.A (Federation Internationale de Natation

Amateur) yang ada, yang dimaksud dengan renang gaya bebas adalah renang

dengan gaya yang sebebas-bebasnya. Tidak terikat di dalam satu macam gaya.

Tetapi pada umumnya orang melakukan gaya bebas itu dengan gaya rimau

telungkup atau gaya crawl. Dan renang gaya bebas yang akan kita bicarakan

disini adalah khusus renang gaya crawl. Teknik renang gaya crawl ini terdiri dari

unsur-unsur seperti di bawah ini:

xii

Page 13: korelasi renang.doc

1. Posisi badan

2. Gerakan kaki

3. Gerakan lengan

4. Pengambilan napas

5. Koordinasi

Mekanika gaya yang baik sering kali terjadi pada orang-orang berbakat

yang mungkin melakukan tanpa disadari. Jika kurang memahami mekanika gaya,

orang mungkin mengabaikan sesuatu yang penting dalam gaya, seperti misalnya

dorongan menyamping dari kaki. Banyak pengertian yang salah mengenai metode

renang gaya lamban yang betul disebabkan karena tidak mengetahui mengapa

suatu gerakan tertentu dilakukan.

a. Posisi Badan

Kemajuan yang banyak dalam renang gaya bebas akhir-akhir ini bukanya

disebabkan karena perenang-perenang sekarang ini lebih besar dan lebih kuat dan

mampu memberikan dorongan yang besar, tetapi mereka berenang sedemikian

rupa sehingga tahanan air menjadi kecil. Posisi badan dalam gaya bebas sebaiknya

streamline (sedatar) mungkin.

Setiap tahanan karena letak badan yang tidak tepat, akan mengurangi

kecepatan perenang. Pada umumnya supaya badan tetap streamline dikemudikan

oleh kepala. Bila kepala terangkat terlalu tinggi dari permukaan air maka bagian

belakang dari badan (pantat dan kaki) akan turun terlalu bawah dari permukaan

air. Bila kepala masuk ke dalam air, sehingga sebagian besar kepala masuk ke

dalam permukaan air, maka sikap badan perenang akan menjadi sangat datar.

Dalam posisi ini pernapasan akan sangat sulit dilakukan. Posisi yang paling baik

adalah apabila sikap kepala sedemikian rupa sehingga permukaan air tepat pada

batas antara rambut dan dahi.

Banyak perbaikan dalam mekanika gaya crawl pada tahun-tahun terakhir

ini, terutama bagaimana cara mengurangi hambatan yang ditimbulkan perenang

dan tidak untuk menambah dorongan ke depan. Apa yang dulunya tidak pernah

diimpikan, yaitu renang 1500 meter dalam waktu kurang dari 17 menit menjadi

xiii

Page 14: korelasi renang.doc

suatu hal yang umum, bukan karena perenang-perenangnya lebih besar dan kuat

daripada sebelumnya, melainkan mereka dalam kondisi yang lebih baik.

b. Gerakan kaki

Fungsi kaki yang utama adalah sebagai stabilisator dan sebagai alat untuk

menjadikan kaki tetap tinggi dalam keadaan streamline. “Penyelidikan

menunjukkan bahwa pada kecepatan rendah kaki membantu menghasilan

luncuran ke depan, tapi pada kecepatan tinggi, kaki tidak memberi tambahan

luncuran”. Sumanto Y. (1996: 15). Ada dua macam pukulan kaki pada gaya

bebas, yaitu dua kali pukulan dan enam kali pukulan dalam satu kali putaran

lengan. Dua kali pukulan kaki umumnya untuk perenang jarak jauh, sedang enam

kali pukulan untuk jarak dekat (sprint). Gerakan kaki diusahakan dalam sikap

lurus, gerakan dimulai dari pangkal paha dan terjadi tekukan sedikit pada lutut,

untuk kemudian diluruskan (gerakan kaki ke bawah), ini dilakukan dengan kuat.

Pada waktu mengangkat kaki ke atas dilakukan dalam keadaan lurus, gerakan ini

lebih lemah.

Amplitudo gerakan, yaitu jarak antara satu kaki maksimal di atas sedang kaki

yang lain maksimal di bawah kira-kira 25-40 cm. gerakan kaki ini dilakukan

dengan lemas tanpa ketegangan dengan pukulan yang kuat, terutama kecepatan

dan amplitudo gerakan sangat tergantung dari keadaan tubuh perenang.

xiv

Gambar 1. Posisi Badan (Arma Abdoellah, 1981 : 28)

Page 15: korelasi renang.doc

c. Gerakan Tangan

Gerakan tangan dalam gaya bebas dibagi dalam dua bagian, yaitu tarikan

(dayungan) tangan dan rekaveri tangan. Tarikan tangan dibagi dalam gerakan

menarik (pull) dan gerakan mendorong (push), rekaveri dilakukan dengan sikap

siku tinggi.

Pada waktu rekaveri, siku yang pertama keluar dari permukaan air dalam

suatu gerakan ke atas dan ke depan, sedang telapak tangan hanya membututinya.

Gerakan rekaveri ini dilakukan dengan lemas dan hanya membutuhkan tenaga

yang sedikit sekali, sebagai kelanjutan saja dari gerakan mendorong (push) dari

tangan. Jangan sampai tangan dilemparkan ke samping sebab ini akan

mengganggu sikap dari renangnya. Untuk melatih gerakan rekaveri dengan siku

tinggi ada beberapa cara antara lain:

- Pada waktu rekaveri, ibu jari perenang supaya mengepal dari

paha dan bergerak maju dalam keadaan tetap menempel melalui samping

badan sampai ketiak baru lepas untuk diluruskan ke depan.

- Perenang diminta berlatih renang dipinggir kolam + 20 cm dari

tepi kolam, dengan demikian terpaksa melakukan rekaveri dengan siku tinggi

sebab apabila ia membuat gerakan rekaveri dengan melemparkan tangan ke

samping, maka tangannya akan memukul tepi kolam.

xv

Gambar 2. Gerakan Gaya Crawl (Arma Abdoellah, 1981: 283)

Page 16: korelasi renang.doc

d. Tarikan Tangan

Akhir dari rekaveri jari-jari tangan mulai masuk ke dalam air disebut entry.

Entry haruslah pada suatu titik di depan bahu dan kepala, agak di luar garis tengah

badan, tetapi di dalam garis lebarnya kedua bahu. Entry di luar garis tengah badan

ini penting, karena dengan olengnya bahu, tangan akan bergerak tepat ke bawah

garis tengah badan. Entry dengan tangan hampir lurus dengan ujung jari masuk

lebih dahulu ke dalam air. Siku lebih tinggi sedikit dari jari tangan. Bahu oleng

sedikit sehingga jari, siku dan bahu masuk ke dalam air melalui satu lubang yang

sama. Tarikan tangan harus dilakukan di bawah badan dengan siku tertekuk yang

kurang lebih antara 45 – 90 derajat. Tarikan dimulai dari gerakan pelan ke arah

gerakan cepat, sehingga tarikan menghasilkan dorongan yang efektif. Usahakan

jangan terlalu cepat menekuk siku. Letak siku lebih tinggi dari pergelangan tangan

dan telapak tangan. Tarikan tangan menuju ke arah pinggang sebelah. Tangan

terus menekan air dan akan berubah arah sepanjang tarikan yang merupakan

tarikan garis “S” di bawah permukaan air (dalil Bernouli). Tahap tarikan berakhir

tepat di bawah badan atau paha waktu siku mencapai tekukan yang paling besar.

xvi

Gambar 3. Gerakan lengan (Arma Abdoellah, 1981 : 284)

Page 17: korelasi renang.doc

e. Dorongan ( push )

Setelah tarikan (pull) dari lengan berakhir maka dimulai dorongan terutama

telapak tangan dan lengan bawah. Telapak tangan kembali merubah arah tertuju

pada paha. Dorongan berakhir pada saat ibu jari menyentuh paha, dan dimulailah

saat permulaan rekaveri.

f. Pernafasan

Pernapasan pada gaya bebas sangat mempengaruhi posisi badan dalam sikap

streamline. Harus ada suatu irama tertentu antara putaran tangan, tendangan kaki

dan olengnya badan. Pada waktu berenang permukaan air berada pada dahi. Putar

kepala untuk mengambil nafas pada saat mulai menarik lengan (pull) dan selama

dorongan lengan (push). Kepala menoleh ke bawahg pada saat rekaveri.

Mengambil nafas melalui mulut pada ketinggian permukaan air di belakang

gelombang yang ditimbulkan oleh kepala karena melaju ke depan. Keluarkan

nafas tepat sebelum atau pada saat kepala diputarkan untuk mengambil nafas

kembali. Putaran nafas ini dengan as (sumbu putar) garis sepanjang badan.

Untuk lebih jelasnya serangkaian gerakan renang gaya bebas dapat dilihat

pada gambar di bawah ini :

xvii

Page 18: korelasi renang.doc

xviii

Page 19: korelasi renang.doc

2. Power Otot Lengan

Power atau daya ledak disebut juga sebagai kekuatan eksplosif. Power

menyangkut kekuatan dan kecepatan kontraksi otot yang dinamis dan eksplosif

serta melibatkan pengeluaran otot yang maksimal dalam waktu yang secepat

mungkin. Batasan yang baku dikemukakan oleh Hatfield (1989) dalam Ismaryati

dkk. Mengatakan bahwa, “Power merupakan hasil perkalian antara gaya (force)

dan jarak (distance) dibagi dengan waktu (time) atau dapat juga power

dinyatakan sebagai kerja dibagi waktu (Kirkendall, 1987). Dengan demikian tes

yang bertujuan untuk mengukur power seharusnya melibatkan komponen gaya,

jarak, dan waktu.

xix

Gambar 4. Rangkaian Renang Gaya Bebas (Soemanto Y., 1996: 17-19)

Page 20: korelasi renang.doc

Power/ daya ledak otot merupakan komponen fisik yang sangat penting

untuk melakukan suatu aktifitas gerak dalam setiap cabang olahraga. Daya ledak

otot akan menentukan seberapa keras seseorang memukul, seberapa jauh

seseorang melompat, seberapa cepat lari dan sebagainya. Menurut Suharno H. P.

(1983: 33) menyebutkan daya ledak adalah, “Kemampuan sebuah atau

segerombolan otot untuk mengatasi tahanan beban dengan kecepatan tinggi dalam

satu gerakan yang utuh”.

Daya ledak dalam praktek olahraga untuk melompat, meloncat, melempar,

menendang, dan sebagainya. Daya ledak sangat bermanfaat bagi atlet dalam

mencapai prestasi maksimal. Daya ledak otot merupakan hasil antara kekuatan

dan kecepatan, yang ditulis dalam rumus: P = F x V

Dimana P = Power

F = Force (kekuatan)

V = Velocity (kecepatan)

Untuk meningkatkan kemampuan daya ledak diperlukan peningkatan

kekuatan dan kecepatan secara bersama-sama sehingga seorang olahragawan

dilatih kecepatan kemudian dilatih kekuatansecara khusus, maka kemampuan

daya ledaknya akan cepat. Alat ukur untuk melihat besarnya kemampuan daya

eksplosive power otot lengan seorang perenang dapat diukur dengan cara test

Two-hand Medicine Ball Put.

Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa power otot sangat dibutuhkan

untuk meningkatkan prestasi olahraga. Dalam cabang renang kualitas power otot

lengan akan sangat berpengaruh ketika seorang perenang dalam posisi gerakan

tangan, saat melakukan tarikan. Tarikan lengan yang disertai dengan power otot

yang tinggi akan menghasilkan daya dorong kedepan yang lebih cepat. Isaa

Newton dalam Sumanto Y, (1996: 9) berpendapat bahwa, “ setiap aksi akan

menghasilkan reaksi yangberlawanan yang besarnya sama”.

3. Power Otot Tungkai

Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa, daya ledak otot merupakan

komponen fisik yang sangat penting untuk melakukan suatu aktifitas gerak dalam

xx

Page 21: korelasi renang.doc

setiap cabang olahraga. Daya ledak otot akan menentukan seberapa keras

seseorang memikul, seberapa jauh seseorang melompat, seberapa cepat lari dan

sebagainya. Menurut Suharno H. P. (1983: 33) menyebutkan daya ledak adalah,

“Kemampuan sebuah atau segerombolan otot untuk mengatasi tahanan beban

dengan kecepatan tinggi dalam satu gerakan utuh”

Daya ledak dalam praktek olahraga untuk melompat, meloncat, melempar,

menendang dan sebagainya. Daya ledak sangat bermanfaat bagi atlet dalam

mencapai prestasi maksimal.

Salah satu alat ukur untuk melihat besarnya kemampuan daya eksplosive

power otot kaki seorang perenang dapat diukur dengan tes standing broad jump.

Dari A. Hamidsyah Noer (1996: 140) menyebutkan, “Explosive Power adalah

merupakan kemampuan otot atau segerombolan otot untuk melawan beban atau

tahanan dengan kecepatan tinggi dalam satu gerakan”.

Peranan power otot tungkai pada cabang olahraga renang khususnya renang

gaya bebas mempunyai peranan yaitu, ketika perenang melakukan gerakan start.

Gerakan start dalam renang menurut Soedarminto dkk. (2002: 6.30) dijelaskan

sebagai berikut.

Start merupakan pembatasan keseimbangan dan memberikan gaya yang terbesar melalui jarak yang terjauh. Kaki rapat, jari-jari kaki melewati tepi tembok start dan berat badan terletak diujung telapak kaki. Perenang akan mendapatkan keuntungan dalam start apabila ia berayun ke belakang pada tumitnya pada waktu start. Gerakan ini melemparkan titik berat badan ke depan ke luar dari dasar penumpu dan menyebabkan badan jatuh karena gravitasi bumi. Eksperimen menunjukkkan bahwa gerakan ini menghasilkan start yang cepat. Ini memberikan keuntungan sebesar tiga kali lipat dalam start. Maka dari itu teknik ini berguna sekali untuk dikuasai. Kaki dalam posisi yang baik untuk dapat bertolak dengan kuat. Tekukan lutut harus sesuai dengan kekuatan otot-otot kaki. Lengan harus diayunkan kuat-kuat ke depan di atas kepala untuk menambah daya dorong kaki ke belakang dan memberikan momentum kepada badan. Hal ini sesuai hukum Newton ketiga dan prinsip bahwa momentum dari bagian diteruskan ke seluruhan.

Dari uraian di atas maka dapat dijelaskan bahwa keuntungan akan diperoleh

seorang perenang ketika melakukan teknik gerakan start yang benar yang

didukung dengan power otot tungkai yang kuat. Karena dengan teknik gerak start

xxi

Page 22: korelasi renang.doc

yang benar dan power otot kaki yang kuat, maka akan menghasilkan luncuran

yang cepat dan jauh.

4. Panjang Tungkai

Komponen fisik lain yang berpotensi dalam prestasi olahraga adalah

struktur dan bentuk tubuh. M. Sajoto (1995: 2) berpendapat bahwa “ Salah satu

aspek biologis yang ikut menentukan pencapaian prestasi dalam olahraga adalah

struktur dan postur tubuh. Struktur dan postur tubuh tersebut meliputi : a) ukuran

tinggi dan panjang tubuh, b) ukuran besar, lebar dan berat badan, serta c)

somatootype (bentuk tubuh)”.

Prestasi tinggi dalam olahraga memerlukan atlet dengan postur tubuh

tertentu sesuai dengan karakteristik nomor olahraga tersebut. Dengan kata lain

bahwa untuk mencapai prestasi yang tinggi diperlukan ciri-ciri fisik tertentu

sesuai dengan tuntutan cabang olahraga yang diikutinya.

Bentuk tubuh pada perenang yang idial pada umumnya adalah bentuk tubuh

yang atletis dan cenderung pada tungkai yang panjang. Panjang tungkai

merupakan salah satu unsur yang ikut menentukan prestasi olahraga renang.

xxii

Gambar 5. Teknik Start(Soedarminto dkk. 2002: 6.32)

Page 23: korelasi renang.doc

a. Anatomi Tungkai

Panjang tungkai disini adalah panjang tungkai seorang perenang. Tungkai

yang dimaksud adalah tentang anggota gerak bawah yang terdiri dari seluruh kaki,

mulai dari pangkal paha sampai dengan jari kaki. Tungkai tersebut dapat dibagi

dua macam, yaitu tungkai atas dan tungkai bawah. Panjang tungkai atas yaitu

panjang tungkai pada paha, sedangkan panjang tungkai bawah adalah panjang

tungkai pada betis.

Dalam buku mata kuliah Anatomi Manusia 2 (2003: 30-31) struktur anatomi

gerak bawah yang bebas terdiri dari:

1. Osfemoris (femur, tulang paha)2. Ossa eruris (tulang tungkai bawah) ialah ostibra

(tulang kering) dan fibula (tulang betis)3. Patella (tulang tempurung lutut)4. Ossa pedis terdiri dari :

a) Ossa tarsalia (tulang-tulang pergelangan kaki)(1) talus(2) calcaneus(3) ossa naviculare pedis(4) assa cuneifonnia I, II dan III(5) ossa cubodeum (tulang-tulang

telapak kaki)b) Ossa metatarsalia : lima buahc) Ossa digitorum pedis (tulang-tulang jari

kaki) tiap jari kaki terdiri dari 3 phalanges, kecuali ibu jari kaki (hallux) hanya terdiri dari 2 phalanges.

Tulang-tulang pada tungkai tersebut dilapisi berbagai macam otot-otot yang

ada di tungkai antara lain:

a) Mosculus rektus femorisb) Mosculus lateralisc) Mosculus intermedialisd) Mosculus medialise) Mosculus gastronemiusf) Mosculus soleusg) Mosculus peronius longush) Mosculus arteriol tibiali) Mosculus ekstensorj) Mosculus peroniusbrevisk) Mosculus peronius tertius

xxiii

Page 24: korelasi renang.doc

Untuk jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut :

xxiv

Page 25: korelasi renang.doc

xxv

Gambar 6.Otot-otot tungkai dilihat dari depan

(Tedy Agoeng S. dan Teguh Santosa, 2003 : 30)

Gambar 7.Otot-otot tungkai dilihat dari belakang

(Tedy Agoeng S. dan Teguh Santosa, 2003 : 31)

Page 26: korelasi renang.doc

Bentuk tubuh perenang yang ideal pada umumnya adalah bentuk yang

atletis dan kecenderungan pada bentuk tubuh dengan memiliki tungkai yang

panjang dan kuat. Perenang yang memiliki panjang tungkai akan memperoleh

keuntungan pada prestasi renangnya.

Dengan tungkai yang panjang akan menghasilkan daya yang besar apabila

gerakan tungkai tersebut dikembangkan dari pukulan lutut dan pergelangan kaki

secara fleksibel dan tidak kaku. Sudarminto (1995: 40) berpendapat bahwa

“makin panjang pengungkit makin besar usaha yang digunakan. Sebagaimana

telah dijelaskan di atas gerakan kaki/ tungkai pada renang sprint hanya akan

berfungsi sebagai stabilisator, namun demikian stabilis badan akan tercapai

apabila pada gerakan kaki/ tungkai tersebut didukung dengan tungkai yang

panjang dan kuat. Dengan kondisi yang demikian maka hasil dari pukulan kaki

yang panjang dan kuat akan lebih mudah mengangkat badan pada posisi

streamline.

B. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan kajian teori sebagaimana tersebut di atas maka dapat diuraikan

kerangka berpikir sebagai berikut:

Pengetahuan dari teknik yang termasuk di dalam gaya renang harus di

dasarkan pada prinsip-prinsip mekanik tertentu yang menyokong langsung pada

prestasi renang. Penguasaan teknik renang yang baik akan memberikan dorongan

ke depan yang baik, dan dorongan ini diasilkan oleh tangan atau kaki, sewaktu

menekan air ke belakang.

Mengacu pada hukum aksi reaksi bahwa setiap aksi akan menghasilkan

reaksi yang berlawanan yang besarnya sama, maka dapat diartikan bahwa aksi

dari gerakan teknik renang gaya bebas apabila didukung dengan komponen-

komponen fisik yang baik, maka akan menghasilkan prestasi renang yang baik

pula.

Peranan power otot lengan sangat dibutuhkan untuk meningkatkan prestasi

renang. Dalam cabang renang kualitas power otot lengan akan sangat berpengaruh

xxvi

Page 27: korelasi renang.doc

ketika seorang perenang dalam posisi gerakan tangan (saat melakukan tarikan).

Tarikan lengan yang disertai dengan power otot lengan yang kuat akan

menghasilkan daya dorong ke depan yang lebih cepat.

Power otot tungkai pada cabang olahraga renang khususnya renang sprint

gaya bebas mempunyai peranan ketika perenang melakukan gerakan start. Pada

gerakan start ini apabila disertai dengan kaki yang kuat dan cepat akan

menghasilkan luncuran yang cepat dan jauh.

Disamping power, postur tubuh seperti tungkai yang panjang juga

mempunyai peran untuk meningkatkan prestasi renang gaya bebas. Dengan

tungkai yang panjang akan menghasilkan daya yang besar apabila gerakan tungkai

tersebut dikembangkan dari pinggul sampai pergelangan kaki secara fleksibel dan

tidak kaku. Dalam mekanika gerak dijelaskan pula bahwa makin panjang

pengungkit makin besar usaha yang digunakan. Tungkai panjang yang disertai

dengan power yang kuat pada renang sprint akan berperan sebagai stabilisator

yang lebih baik. Stabilitas yang baik akan efektif dalam mempertahankan posisi

streamline.

C. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan,

maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

1. Ada hubungan antara power otot lengan dengan prestasi renang

gaya bebas pada mahasiswa putra semester III POK-UTP Surakarta tahun

2009.

2. Ada hubungan antara power otot tungkai dengan prestasi renang

gaya bebas pada mahasiswa putra semester III POK-UTP Surakarta tahun

2009.

3. Ada hubungan antara panjang tungkai dengan prestasi renang gaya

bebas pada mahasiswa putra semester III POK-UTP Surakarta tahun 2009.

xxvii

Page 28: korelasi renang.doc

4. Ada hubungan antara power otot lengan, power otot tungkai dan

panjang tungkai dengan prestasi renang gaya bebas pada mahasiswa putra

semester III POK-UTP Surakarta tahun 2009.

xxviii

Page 29: korelasi renang.doc

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu

Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kolam renang Tirtomoyo Manahan. Komplek

Stadion Manahan Solo.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan ……………………. sampai dengan

bulan …………………… 2009. Adapun jadual selengkapnya sebagaimana pada

tabel dibawah ini:

Tabel 1. Jadual Kegiatan Penelitan

No. Nama Kegiatan

Bulan / Minggu

Oktober Nopember Desember Januari

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1.

2.

3.

4.

Persiapan

Pengumpulan data

Analisis data

Penyusunan laporan

X X X X

X X X X

X X X X

X X X X

B. Metodologi Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif dengan study korelasional, yang pada dasarnya membuat gambaran atau

menjelaskan peristiwa dan kejadian suatu hubungan antara variabel yang satu

dengan variabel yang lainnya. Menurut suharsimi Arikunto (1995: 326)

mengatakan sebagai berikut : “Penelitian korelasional merupakan penelitian yang

xxix

Page 30: korelasi renang.doc

dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa

varibel”.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Sutrisno Hadi (1994: 220) mengatakan “Populasi adalah seluruh penduduk

yang dimaksudkan untuk diselidiki”. Populasi dibatasi sebagai sejumlah penduduk

atau individu yang paling sedikit mempunyai satu sifat yang sama. Berdasarkan

pengertian tersebut populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa putra semester

III FKIP POK UTP Surakarta tahun 2009 yang berjumlah 150 mahasiswa.

2. Sampel

Pengambilan sampel pada penelitian ini dengan teknik purposive sample

yang berjumlah 30 mahasiswa. Teknik ini digunakan karena peneliti hanya

mengambil sampel dari mahasiswa putra semester III FKIP POK UTP Surakarta

yang mampu berenang, hal tersebut sesuai dengan pendapat Suharsimi Arikunto

(1998: 128) yang mengatakan bahwa, “purposive sample” (sampel bertujuan)

yaitu teknik sampling yang digunakan oleh peneliti jika peneliti mempunyai

pertimbangan-pertimbangan tertentu di dalam pengambilan sampel”.

D. Teknik Pengumpulan

Data

Untuk mendapatkan data yang obyektif diperlukan teknik pengumpulan data

yang tepat sebagai landasan pemecahan masalah. Dalam penelitian ini teknik

pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes dan pengukuran yang terdiri

dari :

1. Tes Power Otot

Lengan

Tho-Hand Medicine ball put (Ismaryani & Sarwono, 1999: 61)

Tujuan : Mengukur power lengan dan bahu

Sasaran : Laki-laki dan perempuan yang berusia 12 tahun sampai

xxx

Page 31: korelasi renang.doc

mahasiswa

Perlengkapan : - 1 bola medisin seberat 2,7216 (6 pound)

- Kapur atau isolasi warna, tali yang lunak

untuk menahan tubuh.

- Bangku, meteran

Pelaksanaan : - Testi duduk di bangku dengan punggung

lurus

- Testi memegang bola medisin dengan dua

tangan, didepan dada dan di bawah dagu

- Testi mendorong bola ke depan sejauh

mungkin, punggung tetap menempel di sandaran bangku.

Agar punggungnya tetap menempel sandaran kursi, ketika

mendorong bola, tubuh Testi ditahan dengan menggunakan

tali oleh pembantu tester.

- Testi melakukan ulangan sebanyak 3 kali.

- Sebelum melakukan tes, Testi boleh

mencoba melakukannya 1 kali.

Penilaian : - Jarak diukur dari tempat jauhnya bola

hingga ujung bangku

- Nilai yang diperoleh adalah jarak yang

terjauh dari ketiga ulangan yang dilakukan.

2. Tes Power Otot Tungkai

Test standing broad jump (A. Hamidsyah Noer dkk. 1996: 66)

Tujuan : Untuk mengukur kemampuan exsplosive power kaki

Pelaksanaan : - Orang coba berdiri di belakang garis start

- Setelah ada aba-aba “ya” maka orang coba

sambil mengayun kedau lengannya bersama-sama melompat

ke depan sejahuh mungkin. Menolakkan kaki bersama-sama

dan mendaratpun dengan kedua kaki harus secara bersama-

sama pula.

xxxi

Page 32: korelasi renang.doc

- Setiap orang coba diberi kesempatan melakukan

2 kali.

Penilaian : - Hasil lompatan yang diukur adalah garis start

sampai pada pendaratan bagian tubuh yang terdekat dengan

garis start.

- Hasil lompatan yang diukur adalah dari garis

start sampai pada pendaratan bagian tubuh yang terdekat

dengan garis start.

3. Pengukuran Panjang Tungkai

(PPKORI. 1974: 10)

Tujuan : Untuk mengukur panjang tungkai

Alat atau Perlengkapan : - Alat ukur tinggi badan

(meteran)

- Tempat untuk pengukuran

- Alat tulis/ blangko-

blangko

Pelaksanaan : - Pengukuran tinggi badan

- Testee berdiri

membelakangi tembok yang ada ukurannya

sentimeter kemudian tester mengukur tinggi

badan testee kemudian dicatat

- Pengukuran tinggi badan

saat duduk

- Testee duduk dengan kaki

lurus kedepan kemudian diukur tinggi dari sikap

duduk dilakukan 1 kali dan dicatat.

Pencatatan hasil : - Catat tinggi badan atlet

pada waktu berdiri dan tinggi pada waktu duduk

- Hitung panjang tungkai

dengan cara tinggi badan pada waktu berdiri

xxxii

Page 33: korelasi renang.doc

dikurangi tinggi badan saat duduk.

- Hasil selisih antara tinggi

badan pada waktu berdiri dan tinggi pada saat

duduk merupakan panjang tungkai.

4. Test Prestasi Renang Gaya Bebas

25 yard (22,86 meter) Crawl Sprint (Don R. Kirkendall, et. Al. 1982 : 500)

Tujuan : Mengukur tingkat kecepatan maksimal dalam satuan

detik

Petugas : 1 timers, 1 pencatat hasil, 1 pemanggil dan 1 starter

Pelaksanaan : Testi yang dipanggil menempatkan diri di belakang

tempat start sesuai nomor urut, pada aba-aba “bersedia”

testee menempatkan diri di tempat start. Pada aba-aba

“ya” para testee meluncur (berenang) menggunakan gaya

bebas dengan kecepatan maksimal dengan menempuh

jarak 22,86 meter.

Pencatatan hasil : Waktu yang tercepat pada saat melakukan renang gaya

bebas dalam satuan detik

E Teknis Analisis Data

1. Uji Reliabilitas Tes

Teknik uji realibilitas tes digunakan untuk menguji data tes dan re-tes pada

variabel pengambilan data power otot lengan (X1), power otot tungkai (X2)

panjang tungkai (X3) dan prestasi renang gaya bebas (Y). Untuk menguji kadar

realibilitas variabel digunakan rumuas ANAVA dari Nuruddin Priyo Budi

Santoso (2002 : 169-173) dengan rumus:

R =

2. Uji Persyaratan Analisis Data

xxxiii

Page 34: korelasi renang.doc

a. Normalitas Data

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi data yang

dikumpulkan termasuk normal atau tidak. Untuk menguji normalitas distribusi

data rumus Chi Kuadrat dari Sutrisno Hadi (200 : 278) dengan rumus sebagai

berikut :

X2 =

Keterangan :

X2 = nilai Chi Kuadrat

Fo = frekwensi yang diharapkan

Fh = frekwensi yang diperoleh

b. Uji Linieritas

Untuk uji kelinieran regresi dalam penelitian ini menggunakan teknik

analisis varians sebagai berikut :

Fobs =

Keterangan :

Fobs = Nilai Linieritas

RKTC = Rataan Kwadrat Tuna Cocok

RKGM = Rataan Kwadrat Galat Murni

Budiyono (2004 : 260-262)

3. Analisis Korelasi dan Regresi

Teknik analisa data ini digunakan untuk pengujian hipotesis. Dalam

penelitian ini dilakukan dengan menghitung koefisien korelasi masing-masing

predictor terhadap kriterium dan menghitung korelasi regresi ganda antara

predictor dan kriterium.

a. Uji Hipotesis Korelasi Antara Prediktor dan Kriterium

xxxiv

Page 35: korelasi renang.doc

Analisis yang digunakan untuk pengujian hipotesis. Dalam penelitian ini

dilakukan dengan menghitung korelasi antara predictor dan kriterium digunakan

rumus Product Moment dari Suharsimi Arikunto (1993 : 138) dengan rumus

sebagai berikut :

rxy =

rxy : Jumlah skor korelasi antara prediktor dengan kriterium

X : Jumlah skor prediktor

Y : Jumlah skor kriterium

X2 : Jumlah kuadrat prediktor

Y2 : Jumlah kuadrat skor kriterium

XY : Jumlah hasil perkalian perdiktor dan kriterium

N : Jumlah subyek

b. Uji Korelasi Ganda

Analisis korelasi ganda 3 prediktor menggunakan teknik analisis regresi

dari Sutrisno Hadi (2000 : 38) dengan rumus sebagai berikut :

R(1,2,3) =

1) Menentukan Persamaan Regresinya

Adapun rumus untuk menentukan persamaan regresi adalah sebagai

berikut:

Y = a1 X1 + a2 X2 + a3 X3

Sutrisno Hadi (2000 : 37)

2) Menentukan Sumbangan Relatif

Dari tiap-tiap perdiktor dengan kriterium dapat diketahui prosentase

sumbangan relatifnya dengan cara sebagai berikut :

1. Sumbangan relatif (SR %) variabel power otot lengan (X1)

xxxv

Page 36: korelasi renang.doc

X1 = SR % =

2. Sumbangan relatif (SR %) variabel power otot tungkai (X2)

X2 = SR % =

3. Sumbangan relatif (SR %) variabel panjang tungkai (X3)

X3 = SR % =

Sutrisno Hadi (2000 : 45)

3) Menentkan Sumbangan Efektif

Dari tiap-tiap perdiktor dengan kriterium juga dapat diketahui prosentase

sumbangan efektifnya dengan cara sebagai berikut:

1. SE prediktor X1 = SE % X1 = SR % X1R2

2. SE prediktor X2 = SE % X2 = SR % X2R2

3. SE prediktor X3 = SE % X3 = SR % X3R2

Sutrisno Hadi (2000 : 46)

DAFTAR PUSTAKA

A. Hamidsyah Noer. 1996. Kepelatihan Dasar. Pusat Penelitian. Universitas Terbuka.

Andi Suhendro. 2000. Dasar-dasar Kepelatihan. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

Arma Abdoellah. 1981. Olahraga Untuk Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Sastra Husada.

Budiyono. 2004. Statiska Untuk Penelitian. Surakarta: Sebelas Maret Press.

Ismaryati dan Sarwono. 1999. Pengukuran dan Evaluasi Olahraga. Surakarta: UNS Press.

Mamin Suparmin dan Nurudin PBS. 1997. Metodologi Penelitian I. Surakarta: FKIP-UTP.

_______________________________. 2000. Penelitian Pengajaran. Surakarta: FKIP-UTP.

xxxvi

Page 37: korelasi renang.doc

M. Sajoto. 1986. Pembinaan dan Peningkatan Kondisi Fisik. Jakarta: Depdikbud-Dikti.

Nurudin PBS. 2002. Spirit. Surakarta: FKIP-UTP, Vol. 2, Nomor 2 halaman 166-173.

PPKORI. 1974. Kursus Dasar Kesehatan Olahraga Perhimpunan Pembinaan Kesehatan Olahraga (PPKORI). Jakarta. Kesehatan Olahraga.

Soekarno. 1984. Renang Dasar. Yogyakarta : IKIP

Y. Soemanto. 1996. Teori dan Praktek Renang I dan II. Surakarta: POK-FKIP UTP.

Soedarminto dan Herywansyah. 2001. Analisis Mekanik Cabang Olahraga. Surakarta: POK-UTP.

Sugiyanto. 1993. Belajar Gerak. Jakarta : KONI Pusat.

Suharsimi Arikunto, 1993. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

_________________ 1995. Menegemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Sutrisno Hadi. 2001. Analisis Regresi. Yogyakarta: Andi Offset.

____________ 2004. Statistika Jilid 1. Yogyakarta: Andi.

Sutrisno Hadi. 2004. Statistika Jilid 2. Yogyakarta: Andi.

____________ 2004. Statistika Jilid 3. Yogyakarta: Andi.

UNS. 1997. Pedoman Penulisan Skripsi. Surakarta: FKIP-UNS.

xxxvii

Page 38: korelasi renang.doc

xxxviii