Koroner.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/10/2019 Koroner.pdf

    1/37

    INTERVENSI KORONER PERKUTAN

    PADA PENYAKIT JANTUNG KORONER

    DAN PERMASALAHANNYA

    Pidato Pengukuhan

    Jabatan Guru Besar Tetap

    dalam Bidang Ilmu Kardiologi dan Kedokteran Vaskular pada

    Fakultas Kedokteran,

    diucapkan di hadapan Rapat Terbuka Universitas Sumatera Utara

    Gelanggang Mahasiswa, Kampus USU, 4 Agustus 2007

    Oleh:

    HARRIS HASAN

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARAMEDAN

    2007

    Harris Hasan: Intervensi Koroner Perkutan Pada penyakit Jantung koroner Dan Permasalahannya , 2007

  • 8/10/2019 Koroner.pdf

    2/37

    Intervensi Koroner Perkutan pada Penyakit Jantung Koroner dan Permasalahannya

    Bismillahirrahmanirrahim

    Yang terhormat,

    Bapak Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia,

    Bapak Ketua dan Bapak/Ibu Anggota Majelis Wali Amanat Universitas

    Sumatera Utara,

    Bapak Ketua dan Bapak/Ibu Anggota Senat Akademik Universitas Sumatera

    Utara,

    Bapak Ketua dan Bapak/Ibu Anggota Dewan Guru Besar Universitas

    Sumatera Utara,

    Bapak Rektor Universitas Sumatera Utara,

    Bapak/Ibu Pembantu Rektor Universitas Sumatera Utara,

    Bapak Dekan Fakultas Kedokteran USU serta para Dekan dan Ketua-Ketua

    Lembaga dan Unit Kerja, Dosen, dan Karyawan di lingkungan Universitas

    Sumatera Utara,

    Bapak dan Ibu para undangan, sanak keluarga, teman sejawat, mahasiswa,

    serta hadirin yang saya muliakan.

    Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

    Pada kesempatan yang berbahagia ini perkenankan saya mengucapkan pujisyukur kepada Allah SWT serta selawat dan salam kepada junjungan kita

    Nabi Besar Muhammad SAW. Rasa syukur kepada Allah SWT yang telah

    melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita sekalian, sehingga kita

    dapat berkumpul bersama dalam keadaan sehat walafiat pada hari ini, yang

    merupakan hari yang bahagia bagi saya dan keluarga karena mendapat

    syukur nikmat dari Allah SWT.

    Berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia

    Nomor: 14373/A4.5/KP/2007, maka terhitung tanggal 1 April 2007 sayatelah diangkat sebagai Guru Besar Tetap dalam Bidang Ilmu Kardiologi dan

    Kedokteran Vaskular pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

    Medan.

    Bersama ini saya mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Republik

    Indonesia yang telah memberikan kepercayaan kepada saya untuk

    mendapatkan jabatan Guru Besar Tetap Bidang Ilmu Kardiologi dan

    Kedokteran Vaskular pada Universitas Sumatera Utara.

    1Harris Hasan: Intervensi Koroner Perkutan Pada penyakit Jantung koroner Dan Permasalahannya , 2007

  • 8/10/2019 Koroner.pdf

    3/37

    Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar TetapUniversitas Sumatera Utara

    Oleh karenanya izinkanlah saya menyampaikan pidato pengukuhan sebagai

    Guru Besar Tetap dalam Bidang Ilmu Kardiologi dan Kedokteran Vaskular di

    Universitas Sumatera Utara ini dengan judul:

    INTERVENSI KORONER PERKUTAN PADA PENYAKIT JANTUNG

    KORONER DAN PERMASALAHANNYA

    PENDAHULUAN

    Hadirin yang saya muliakan,

    Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyebab kematian nomor satu

    di Eropa dan Amerika begitu juga di Indonesia, baik untuk laki-laki maupun

    wanita. Angka kesakitan dan angka kematian PJK di Indonesia meningkat

    tajam dalam dua puluh tahun terakhir ini, sebagaimana terlihat pada Survei

    Kesehatan Rumah Tangga (SKRT). Setelah beberapa dekade berlalu

    beberapa terapi baru telah ditemukan untuk mengobati penyakit ini. Di

    antara kemajuan tersebut adalah penggunaan stent koroner (1994), obat

    antiplatelet seperti tiklopidin, klopidogrel, dan GP IIb/IIIa inhibitor. Dengan

    adanya penemuan ini maka intervensi koroner perkutan menjadi lebih aman

    dan komplikasi yang timbul menjadi lebih sedikit.

    Intervensi koroner perkutan dalam hal ini angioplasti pertama sekali

    dilakukan oleh Andreas Gruentzig pada 16 September 1977 di Zurich. Sejak

    penemuannya sampai dengan sekarang banyak sekali dijumpai kemajuan

    dalam disiplin ilmu ini baik dari segi teknik maupun penelitian serta efek

    terapeutiknya. Berkat pekerjaannya ini Andreas Gruentzig merupakan

    Bapak Kardiologi Intervensi.1,2,3

    Intervensi Koroner Perkutan (Percutaneous Coronary Intervension-disingkat

    PCI atau IKP) adalah terminologi yang digunakan untuk menerangkanberbagai prosedur yang secara mekanik berfungsi untuk meningkatkan

    perfusi (aliran)miokard tanpa melakukan tindakan pembedahan. Prosedur

    yang paling umum dilakukan adalah Percutaneous Coronary Angioplasty

    (PTCA-Balonisasi). Balonisasi biasanya diikuti dengan implantasi stent

    (gorong-gorong) pada pembuluh darah koroner untuk mencegah restenosis

    (penyumbatan kembali).

    Pada tahun 1983 kira-kira 32.300 intervensi koroner perkutan dikerjakan di

    Amerika Serikat, tetapi 3 tahun kemudian jumlah tersebut meningkat

    menjadi 159.643. Pada tahun 1990 meningkat menjadi 300.000. Pada

    2Harris Hasan: Intervensi Koroner Perkutan Pada penyakit Jantung koroner Dan Permasalahannya , 2007

  • 8/10/2019 Koroner.pdf

    4/37

    Intervensi Koroner Perkutan pada Penyakit Jantung Koroner dan Permasalahannya

    tahun 1995 meningkat menjadi 400.000 (884.000 prosedur di seluruh

    dunia). Sampai saat ini jutaan pasien telah terbukti dapat diobati dengan

    prosedur tersebut. Pada saat ini intervensi koroner perkutan dilakukan

    dengan angka kesakitan dan angka kematian yang rendah. Kematian terjadi

    lebih kecil dari 1% dan angka komplikasi (kematian, infark miokard dan

    operasi pintas koroner segera) biasanya antara 3-5%. Tetapi dari tahun ke

    tahun hasilnya lebih baik hal ini misalnya, ditunjukkan oleh register NHLBI

    dari Amerika Serikat.4

    Pada awal perkembangannya di Indonesia tindakan ini hanya dilakukan di

    Jakarta dan Surabaya. Perkembangan kardiologi intervensi di Indonesia

    tidak lepas dari peran beberapa dokter ahli seperti dr. Otte J. Rachman,

    SpJP(K) dan Prof. DR. Teguh Santoso, SpPD, SpJP(K) yang boleh dikatakan

    sebagai pionir di bidang tersebut. Tindakan intervensi koroner di Indonesia

    mulai diperkenalkan tahun 1987, tetapi sejak lima tahun terakhir tindakan

    ini mulai berkembang di daerah-daerah seperti Medan, Semarang, Yogya,

    Bandung, dan Makasar.5

    Perkembangan intervensi koroner perkutan di Medan mulai intensif

    dikerjakan sejak tahun 2002 di bawah bimbingan dan supervisi dari

    dr. Muchtar Hanafy, SpPD, SpJP(K), dari Pusat Jantung NasionalRS

    Jantung Harapan Kita Jakarta. Tindakan ini dikerjakan di RSUP H. Adam

    Malik dan RS Gleneagles Medan. Pada periode ini dapat disebutkanbeberapa sejawat dari Departemen Kardiologi FK-USU, RSUP H. Adam Malik

    secara intensif dibimbing mengenai teknik intervensi koroner perkutan. Hal

    ini mengingatkan kembali ingatan kita sama seperti pada awal Gruentzig

    menyebarluaskan kardiologi intervensi pada asisten-asistennya di seluruh

    dunia antara lain Spencer King (Atlanta), Richard Myler (San Fransisco),

    Benhard Meier (Zurich), Kaltenbach (Frankfurt), dan Simon Stertzer (New

    York). Di Amerika Serikat prosedur ini mulai dilakukan tahun 1978 oleh

    Myler & Stertzer.

    Sejak tiga tahun terakhir tindakan intervensi koroner perkutan ini telah

    dapat dilakukan sendiri oleh sebagian besar staf Departemen Kardiologi dan

    Kedokteran Vaskular FK-USU Medan. Dari waktu ke waktu jumlah pasien

    yang dilakukan tindakan ini semakin meningkat. Malah sejak digalakkan

    program Askes dan Askeskin oleh pemerintah dijumpai peningkatan pasien

    yang sangat drastis begitu juga dengan skill (kemampuan) para staf

    departemen menjadi lebih baik. Tabel berikut adalah data yang diambil dari

    RSUP H. Adam Malik sejak periode 2002 sampai 2007.

    3Harris Hasan: Intervensi Koroner Perkutan Pada penyakit Jantung koroner Dan Permasalahannya , 2007

  • 8/10/2019 Koroner.pdf

    5/37

    Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar TetapUniversitas Sumatera Utara

    DATA PASIEN ANGIOGRAFI & IKP RSHAM

    2002 2003 2004 2005 2006 2007

    BULAN ANGI

    O IKP

    ANGI

    O IKP

    ANGI

    O IKP

    ANGI

    O IKP

    ANGI

    O IKP ANGIO IKP

    IKP

    PRIMER

    JANUARI 8 2 10 PTCA 1 38 15 11 3 20 3 Alat rusak

    FEBRUARI 7 10 PTCA 3 21 5 15 3 35 9 86 24

    MARET 15 PTCA 4 8 6 37 7 29 8 121 34

    APRIL 22 PTCA 7 7 2 20 4 3 55 15 139 53 1

    MEI 17 PTCA 2 9 PTCA 2 11 5 66 18 85 31

    JUNI 20 PTCA 2 8 PTCA 3 28 12 29 8 72 20

    JULI 5 28 PTCA 5 41 9 25 8 78 21

    AGUSTUS 16 20 PTCA 4 40 5 24 5 82 27

    SEPTEMBER 10 PTCA 6 24 PTCA 3 36 7 27 4 30 10

    OKTOBER 28 2 30 6 11 3

    NOVEMBER 30 6 32 10 2

    DESEMBER 21 4 36 10 4

    Pada awal perkembangannya intervensi koroner perkutan digunakan

    terutama pada pasien dengan kelainan satu pembuluh darah (single vessel

    disease). Tetapi pada tahun-tahun terakhir tindakan ini dilakukan pada lebih

    satu pembuluh darah (multivesseldisease), berkat kemajuan dalam aspek

    terapeutik yakni penggunaan antiplatelet yang lebih paten dan teknik

    perkembangan stent(gorong-gorong) yang sangat inovatif dan baik.

    Hingga pada saat ini kasus-kasus multivesselyang harus dilakukan operasi

    pintas koroner (by pass-CABG) pada waktu yang lalu, sekarang dapat dilakukan

    dengan intervensi koroner perkutan, termasuk kasus-kasus left main (cabang

    utama) dan CTO (chronic total occlusionoklusi total kronik).6,7

    Dengan demikian intervensi koroner perkutan telah menyebabkan

    perubahan yang sangat drastis dalam penatalaksanaan penyakit jantung

    koroner (PJK), baik dari segi terapeutik maupun implikasi sosialnya. Tidak

    ada intervensi medikal yang begitu cepat perkembangannya bila

    dibandingkan dengan intervensi koroner perkutan. Salah satu contoh adalah

    kemajuan dalam penatalaksanaan pasien dengan Sindroma Koroner Akut

    (SKA) telah menyebabkan perubahan yang dramatis, dalam banyak aspekbaik bagi ahli penyakit dalam mapun ahli penyakit jantung, terutama yang

    menyangkut diagnosis dan pengobatan di mana kedua hal tersebut menjadi

    lebih optimal dengan menggunakan teknik kateter (intervensi koroner

    perkutan) dan strategi farmakologis baru untuk mendapatkan inhibisi

    platelet yang komplit dengan pemberian aspirin, tiklopidin, klopidogrel, dan

    GP IIb/IIIa inhibitor. Perlu dicatat bahwa kemajuan ini tidak terlepas dari

    interaksi ilmu dasar dan ilmu klinis dari riset-riset baru. Begitu pesat

    kemajuannya sehingga banyak sekali penelitianpenelitian yang merupakan

    kombinasi kedua disiplin ilmu ini.

    4Harris Hasan: Intervensi Koroner Perkutan Pada penyakit Jantung koroner Dan Permasalahannya , 2007

  • 8/10/2019 Koroner.pdf

    6/37

    Intervensi Koroner Perkutan pada Penyakit Jantung Koroner dan Permasalahannya

    Berikut ini akan ditunjukkan peranan penggunaan intervensi koroner

    perkutan pada Penyakit Jantung Koroner (PJK).8,9,10,11,12

    A. INTERVENSI KORONER PERKUTAN PADA ANGGINA PEKTORI STABIL

    Sampai saat ini ada 3 penelitian randomisasi yang membandingkan

    intervensi koroner perkutan (IKP) dengan terapi medikal yakni penelitian

    ACME, ACIP, dan AVERT. Pasien dengan penyakit arteri koroner yang luas

    (multivessel), dengan fungsi ventrikel kiri yang buruk mempunyai survival

    yang lebih lama setelah operasi pintas koroner meskipun pasien

    asimtomatis. Pada pasien PJK stabil, tindakan intervensi koroner perkutan

    (IKP) dilakukan hanya pada pasien dengan adanya keluhan dan tanda-

    tanda iskemik akibat penyempitan pembuluh darah koroner. Pada

    penelitian-penelitian awal dijumpai manfaat yang lebih kecil terhadap

    survival pasien yang dilakukan IKP tanpa stent dibandingkan dengan

    operasi pintas koroner. Tetapi dengan adanya stentdan stent bersalut obat

    (DES-Drugs Eluting Stent) serta tersedianya obat-obatan ajuvan maka

    tindakan IKP saat ini menghasilkan manfaat yang lebih besar dibandingkan

    operasi pintas koroner.

    Pada oklusi total kronik (CTO) angka keberhasilan IKP masih tetap rendah.

    Bila oklusi dapat ditembus oleh guide wiredan lumen distal dapat dicapaimaka implantasi stent dapat dilakukan seperti ditunjukkan penelitian

    GISSIC, PRISON, SARECCO, SICCO, SPACTO, STOP dan TOSCA.

    Tindakan IKP dapat juga dilakukan pada pasien dengan multivessel

    (pembuluh darah banyak terlibat), left main(LM-pembuluh koroner utama

    kiri).13,14

    B. INTERVENSI KORONER PERKUTAN PADA SINDROMA KORONERAKUT

    1. Sindroma Koroner Akut Tanpa Peningkatan Segmen ST (NSTEMI)

    Pada NSTEMI dan angina pektoris tak stabil (APTS) tindakan intervensi

    koroner perkutan bertujuan mengurangi kejadian morbiditas dan mortalitas

    koroner di belakang hari. Pengobatan NSTEMI didasarkan pada stratifikasi

    risiko pasien (risiko tinggi, sedang, dan rendah) untuk timbulnya infark

    miokard atau kematian.15,16

    5Harris Hasan: Intervensi Koroner Perkutan Pada penyakit Jantung koroner Dan Permasalahannya , 2007

  • 8/10/2019 Koroner.pdf

    7/37

    Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar TetapUniversitas Sumatera Utara

    Kriteria pasien risiko tinggi adalah:17

    - Angina (nyeri dada) berulang pada keadaan istirahat.

    - Perubahan segmen ST yang dinamis (depresi segmen > 0,1 mv atau

    elevasi segmen ST sementara < 30 menit < 0,1 mv).

    - Peningkatan nilai troponin I, troponin T, atau CK MB.

    - Pada periode observasi hemodinamis pasien tidak stabil.

    - Adanya takikardia ventrikel dan fibrilasi ventrikel.

    - Angina tidak stabil pada pasca infark dini.

    - Diabetes melitus.

    Parameter-parameter lain yang menunjukkan risiko tinggi jangka panjang

    pada penderita NSTEMI adalah:18

    - Usia di atas 65-70 tahun.

    -

    Riwayat sebelumnya dari penyakit jantung koroner, infark miokard akut,

    intervensi koroner perkutan atau operasi pintas koroner.

    -

    Payah jantung kongestif, edema paru, desah regurgitasi mitral yang

    baru.

    - Peningkatan petanda inflamasi (C reactive protein, fibrinogen, dan

    interleukin 6).

    - Peningkatan BNP (Brain Natriuretic Peptide) atau Pro BNP.

    - Insufisiensi ginjal.

    Perlu diingat bahwa pasien yang tergolong dalam kelompok risiko tinggimempunyai manfaat yang lebih besar bila dilakukan intervensi koroner

    perkutan dibandingkan dengan kelompok risiko rendah.

    Tindakan IKP pada penderita NSTEMI dapat dilihat pada Gambar 1 berikut

    ini:

    6Harris Hasan: Intervensi Koroner Perkutan Pada penyakit Jantung koroner Dan Permasalahannya , 2007

  • 8/10/2019 Koroner.pdf

    8/37

    Intervensi Koroner Perkutan pada Penyakit Jantung Koroner dan Permasalahannya

    Gambar 1. Rekomendasi IKP pada Penderita NSTEMI

    ASA/Clopidogrel/UFHNitrate, -blocker

    High risk Low risk

    Initially plannedInvasive strategy

    Immediate (

  • 8/10/2019 Koroner.pdf

    9/37

    Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar TetapUniversitas Sumatera Utara

    2. Sindroma Koroner Akut dengan Elevasi Segmen ST (STEMI)STEMI didefinisikan sebagai pasien-pasien dengan riwayat nyeri dada yang

    khas (nyeri infark) di mana hasil elektrokardiografi dijumpai peningkatan

    segmen ST yang menetap atau adanya left bundle branch blockyang baru.

    IKP untuk STEMI membutuhkan tim yang berpengalaman yang terdiri dari

    kardiologis intervensi dengan bantuan staf yang terampil.

    Strategi reperfusi berupa IKP telah menjadi modalitas pengobatan yang

    sangat penting dari STEMI dan banyak mengalami kemajuan pada tahun-

    tahun terakhir ini. Sedangkan terapi trombolitik di mana dapat digunakan

    secara luas, mudah diberikan dan tidak mahal tetap merupakan pilihan

    alternatif. IKP primer telah terbukti lebih superior dibandingkan terapi

    trombolitik dalam pencapaian TIMI 3 flow (perfusi komplit), iskemik

    berulang sedikit, mortalitas 30 hari lebih baik dan insiden stroke perdarahanyang lebih rendah.19

    Panduan dari Perhimpunan Kardiologi Eropa (ESC) tahun 2005 dan

    American College of Cardiology (ACC) menyatakan bahwa tindakan IKP

    sama efektifnya dengan terapi trombolitik bila pasien datang di bawah 3

    jam setelah serangan pertama, akan tetapi bila pasien datang lebih dari 3

    jam maka manfaat trombolisis lebih kecil bila dibandingkan dengan IKP.

    Panduan IKP pada penderita STEMI dapat dilihat pada Gambar 2 di bawahini.

    8Harris Hasan: Intervensi Koroner Perkutan Pada penyakit Jantung koroner Dan Permasalahannya , 2007

  • 8/10/2019 Koroner.pdf

    10/37

    Intervensi Koroner Perkutan pada Penyakit Jantung Koroner dan Permasalahannya

    Gambar 2. Rekomendasi IKP pada Penderita STEMI

    PrimaryPCI

    RescuePCI

    Post thrombolysisPCI

    Predischargeischemia

    PCI < 24 hoursnot available

    PCI < 24 hoursavailable

    STEMI

    Within 12 hours after onset of symptoms

    Patient presenting in a

    hospital with PCIPatient presenting in a

    hospital without PCI

    ThrombolysisImmediated

    transfer

    > 3-12 hours < 3 hours

    SuccessfulFailed

    Ischemiaguided PCI

    IKP Primer pada STEMIIKP primer didefinisikan sebagai tindakan intervensi pada culprit vessel

    (pembuluh darah yang terlibat serangan) dalam 12 jam setelah onsetnyeri

    dada, tanpa sebelumnya diberi trombolitik atau terapi lain untuk

    menghancurkan penyumbatan tersebut. IKP primer pertama sekali

    dilakukan tahun 1979 yakni 2 tahun setelah diperkenalkan PTCA oleh

    9Harris Hasan: Intervensi Koroner Perkutan Pada penyakit Jantung koroner Dan Permasalahannya , 2007

  • 8/10/2019 Koroner.pdf

    11/37

    Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar TetapUniversitas Sumatera Utara

    Gruentzig tetapi sampai saat ini banyak penelitian randomisasi terkontrol

    menunjukkan bahwa IKP primer lebih unggul dibandingkan trombolisis

    intravena untuk pengobatan STEMI. Ini disebabkan karena tindakan IKP

    primer sangat efektif mengembalikan patensi pembuluh darah koroner

    mengurangi iskemik miokard berulang, pengurangan reoklusi koroner,

    pengurangan kejadian infark miokard berulang, memperbaiki fungsi

    ventrikel kiri, dan pengurangan kejadian stroke. Terbukti bahwa wanita dan

    pasien tua bermanfaat untuk tindakan IKP primer dibandingkan

    trombolisis.20,21

    Penelitian-penelitian yang membuktikan bahwa IKP primer lebih baik dari

    trombolisis adalah penelitian-penelitian PAMI, GUSTO-IIb, C-PORT,

    PRAGUE-1, PRAGUE-2, dan DANAMI-2. Pasien dengan keluhan nyeri dada

    dalam 12 jam yang datang di rumah sakit tanpa fasilitas IKP dan

    mempunyai kontraindikasi untuk tindakan trombolisis seharusnya segera

    dikirim ke rumah sakit dengan fasilitas IKP untuk angiografi dan jika

    memungkinkan IKP primer dilakukan.22

    Kontraindikasi absolut untuk trombolisis adalah diseksi aorta, stroke

    perdarahan, trauma/pembedahan besar yang baru dilaksanakan, perdarahan

    saluran cerna satu bulan terakhir ataupun adanya gangguan perdarahan

    (gangguan hemostasis yang berat). Perlu diingat bahwa pasien dengan

    kontraindikasi trombolisis mempunyai morbiditas dan mortalitas yang lebihtinggi. Pada keadaan tersebut di atas IKP primer adalah aman dan sangat

    bermanfaat. Penelitian-Penelitian yang menyokong keunggulan IKP primer

    meskipun diperlukan transfer pasien dari rumah sakit tanpa fasilitas IKP ke

    rumah sakit dengan fasilitas IKP adalah Limburg (LIMI), PRAGUE-1,

    PRAGUE-2, AIR-PAMI, dan DANAMI-2. Penelitian DNAMI-2 adalah penelitian

    pertama yang menunjukkan secara bermakna penurunan tujuan akhir

    primer dari kematian, infark berulang, dan stroke setelah dilakukan IKP

    primer meskipun transfer pasien menyebabkan keterlambatan.23 Dalam 3

    jam pertama setelah keluhan nyeri dada maka tindakan trombolisismerupakan alternatif pilihan di samping IKP primer seperti ditunjukkan oleh

    penelitian PRAGUE-2, STOPAMI-1, dan 2, MITRA, MIR, dan CAPTIM,

    dengan demikian dalam 3 jam pertama setelah onset nyeri dada maka

    kedua strategi reperfusi tersebut (trombolisis dan IKP primer) sama

    efektifnya dalam mengurangi luasnya infark dan angka kematian.

    Bila onset nyeri dada terjadi dalam 3-12 jam maka IKP primer terbukti

    menunjukkan manfaat yang lebih besar dibandingkan trombolisis dalam

    menyelamatkan otot miokard dan mencegah terjadinya stroke. 24,25,26

    10Harris Hasan: Intervensi Koroner Perkutan Pada penyakit Jantung koroner Dan Permasalahannya , 2007

  • 8/10/2019 Koroner.pdf

    12/37

    Intervensi Koroner Perkutan pada Penyakit Jantung Koroner dan Permasalahannya

    Dengan demikian dapat dikatakan bahwa IKP primer merupakan pilihan

    pada pasien dengan kontra indikasi trombolisis, syok kardiogenik dan

    trombolisis yang gagal yakni gagalnya resolusi segmen ST pada 60-90

    menit setelah pemberian obat trombolitik dan keluhan nyeri dada menetap.

    Penelitian dari Cleveland Clinic America menunjukkan manfaat tindakan IKP

    pada trombolisis yang gagal (Rescue PCI). Penggunaan stents (gorong-

    gorong) pada IKP primer sangat dianjurkan untuk mencegah retrombosis.

    Setelah trombolisis yang berhasil maka pasien sebaiknya dapat dilakukan

    evaluasi invasif dan dilakukan pemasangan stent(gorong-gorong) pada lesi

    yang terlibat (culprit lesions). Hal ini ditunjukkan oleh 4 penelitian yakni:

    SIAM III, GRACIA-I, CAPITAL-AMI dan LPLS. Dengan demikian walaupun

    trombolisis berhasil tidak akan dipandang sebagai pengobatan akhir dan

    mottonya adalah Lyse now, Stent Later. 27,28

    Tindakan IKP pada STEMI dapat disimpulkan bahwa setiap usaha dan cara

    harus dilakukan untuk mengurangi keterlambatan antara serangan pertama

    nyeri dada dan memulai tindakan reperfusi yang efektif dan aman pada

    pasien.

    Pengurangan waktu total iskemik adalah hal yang sangat penting tidak

    hanya untuk tindakan trombolitik tetapi juga untuk tindakan PCI primer

    (Gambar 3). Mengurangi waktu dari mulai serangan pertama nyeri dada

    dan segera memulai tindakan pengobatan secara bermakna akanmeningkatkan hasil akhir klinis.

    Usaha-usaha tersebut meliputi edukasi pasien dan memperbaiki organisasi

    dari penyediaan ambulans begitu juga mengoptimalkan prosedur dalam

    rumah sakit atau praktik pribadi. Tentu saja tindakan IKP primer dianjurkan

    di mana seluruh usaha harus dilakukan untuk memperpendek waktu antara

    kontak pertama terhadap medis dan tindakan IKP sebaiknya di bawah 90

    menit, misalnya dengan langsung mengirim pasien STEMI ke unit

    kateterisasi tanpa melalui unit gawat darurat (UGD) agar waktu 90 menit inidapat dicapai atau berkurang.29,30

    11Harris Hasan: Intervensi Koroner Perkutan Pada penyakit Jantung koroner Dan Permasalahannya , 2007

  • 8/10/2019 Koroner.pdf

    13/37

    Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar TetapUniversitas Sumatera Utara

    Gambar 3. Pendekatan untuk Mengurangi Keterlambatan Waktu pada

    STEMI

    SolutionProblem

    Patients delay:time between onset of

    symptoms & emergency call

    Patient education

    Paramedics organisation

    Hospital/PracticeOrganization

    Transport delay:time between emergency

    call & patient contact

    Treatment delay:door-to-needle time (first

    medical contact to needle)door-to-balloon time (first

    medical contact to balloon)

    C. TERAPI AJUVAN

    Yang dimaksud dengan terapi ajuvan di sini adalah pemberian obat-obatan

    yang berhubungan dengan tindakan IKP yang akan dikerjakan terhadap

    pasien. Ini dimaksudkan untuk memberikan keamanan selama tindakan dan

    meningkatkan hasil akhir akibat tindakan IKP. Pemberian rutin bolus

    nitrogliserin (NTG) intrakoroner dianjurkan untuk menghindari vasospasme

    sehingga dapat menilai besarnya pembuluh darah yang sebenarnya dan

    menghindari reaksi vasospastik selama prosedur. Pemberian bolus dapat

    diulangi selama dan pada akhir tindakan, tergantung pada tekanan darah

    penderita. Pada kasus yang lebih jarang di mana proses spasme resisten

    terhadap NTG maka diberikan verapamil intrakoroner.

    Pada keadaan no/slow reflow dapat dilakukan pemberian intrakoroner

    verapamil dan adenosin. Pemberian nitroprusside juga merupakan cara

    yang efektif dan aman bila timbul pengurangan aliran darah koroner atau

    timbulnya no-reflowsehubungan tindakan IKP.

    12Harris Hasan: Intervensi Koroner Perkutan Pada penyakit Jantung koroner Dan Permasalahannya , 2007

  • 8/10/2019 Koroner.pdf

    14/37

    Intervensi Koroner Perkutan pada Penyakit Jantung Koroner dan Permasalahannya

    Asam Asetilsalisilat (ASA)

    Sejak permulaan perkembangan kardiologi intervensi obat-obat anti platelet

    merupakan obat ajuvan yang sangat penting karena trauma yang

    diakibatkan oleh tindakan IKP terhadap endotel dapat menyebabkan

    aktivasi platelet. Pada penelitian Antithrombotic Trialist Collaboration Meta

    analysis disimpulkan pemberian asam asetilsalisilat dapat mengurangi

    sebesar 22% angka kematian, infark miokard atau stroke pada seluruh

    pasien yang mempunyai risiko tinggi dibandingkan dengan plasebo. Pada

    penelitian M. Heart II kejadian infark miokard berkurang dari 5,7% menjadi

    1,2% bila diberikan ASA. Saat ini ASA tetap mempunyai peranan yang

    sangat penting dalam mengurangi komplikasi iskemik sehubungan dengan

    IKP. Begitu juga terhadap pasien NSTEMI dan STEMI baik akan dilakukan

    IKP atau tidak.

    Pasien yang dikenal alergi terhadap ASA (resistensi asam salisilat) obat ini

    tidak diberikan. Untuk penggunaan yang kronik, dosis ASA adalah 100 mg

    per hari dan diberikan seumur hidup bila tidak ada kontraindikasi.

    Tiklopidin dan Klopidogrel

    Tiklopidin dan Klopidogrel merupakan antiplatelet yang kuat. Bukti-bukti

    menunjukkan pemberian keduanya dapat mengurangi kejadian akut dan

    sub-akut stent trombosis setelah tindakan IKP. Kombinasi tiklopidin atau

    klopidogrel dan ASA lebih baik dibandingkan ASA sendiri atau ASA ditambahantikoagulan oral (penelitian Milan/Tokyo, ISAR, STARS, FANTASTIC, dan

    MATTIS). Sesuai dengan penelitian randomisasi terkontrol (CLASSICS,

    TOPPS, Bad Krozingen) dan beberapa register dan metaanalisis lain

    menunjukkan bahwa sama efektifnya antara klopidogrel dan tiklopidin.

    Dibandingkan dengan tiklopidin maka klopidogrel mempunyai efek samping

    lebih sedikit dan lebih baik ditoleransi oleh pasien.

    Pada masa sekarang karena sebagian besar tindakan IKP dengan implantasi

    stentmaka terhadap setiap pasien yang direncanakan IKP terlebih dahuludiberikan klopidogrel. Untuk menjamin terdapatnya aktivitas antiplatelet

    penuh maka klopidogrel harus diberikan 6 jam sebelum tindakan dengan

    dosis loading300 mg (4 tablet). Idealnya diberikan satu hari sebelum IKP

    dilakukan (Penelitian CREDO dan TARGET). Jika hal di atas tidak

    memungkinkan maka dosis loading 600 mg klopidogrel (8 tablet) harus

    diberikan 2 jam sebelum IKP (Penelitian ARMYDA-2). Rekomendasi lamanya

    pemberian klopidogrel setelah implantasi drug-eluting stent(DES) adalah 6-

    12 bulan. Sedangkan Bare MetalStent(BMS- stenttanpa obat) adalah 4-6

    minggu. Ini semuanya bertujuan untuk mencegah stenttrombosis.

    13Harris Hasan: Intervensi Koroner Perkutan Pada penyakit Jantung koroner Dan Permasalahannya , 2007

  • 8/10/2019 Koroner.pdf

    15/37

    Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar TetapUniversitas Sumatera Utara

    Heparin

    Heparin mudah dikontrol karena efeknya dapat segera dihilangkan dengan

    pemberian protamin. Obat ini sangat bermanfaat pada pasien STEMI dan

    non-STEMI. Saat ini juga dapat digunakan Enoxaparin (Heparin berat

    molekul rendah) karena tidak diperlukan pengawasan hemostasis

    (penelitian SYNERGY). Saat ini sedang dicoba pemberian bivalirudin

    (penelitian REPLACE-2, ACUITY) pada pasien IKP.

    GP IIb/IIIa Inhibitor

    Pengobatan antiplatelet sebelum intervensi koroner perkutan primer (IKP

    primer) pada pasien dengan risiko tinggi harus terdiri dari 3 regimen yakni

    aspirin, klopidogrel, dan GP IIb/IIIa inhibitor (abciximab). Pemberian

    abciximab diteruskan selama 12 jam setelah IKP primer.

    Banyak data menunjukkan inhibisi GP IIb/IIIa pada pasien dengan STEMI

    didapat dari penelitian abciximab. 5 penelitian randomisasi menunjukkan

    bahwa abciximab dapat mengurangi angka kematian, revaskularisasi ulang

    dan kejadian serangan jantung dalam 6 bulan ke depan. Akan tetapi perlu

    diingat pemberian 3 antiplatelet di atas mengandung risiko perdarahan

    yang lebih besar, apalagi bila pasien terpaksa harus menjalani operasi

    pintas koroner segera (EmergencyCABG).

    D. STENTBERSALUT OBAT (DRUGS ELUT I NG STENT - DES)

    Stent bersalut obat (drugs eluting stent) merupakan salah satu hal yang

    sangat penting dalam perkembangan kardiologi intervensi, karena DES

    dapat mengurangi angka restenosis. Tetapi DES ini lebih mahal daripada

    stent biasa sehingga penggunaannya di negara berkembang masih

    terbatas. Saat ini harga DES empat kali lebih mahal dari stentbiasa.31,32

    Drug eluting stents menjadi fokus perhatian pada IKP sejak penelitian

    RAVEL pertama sekali dilaporkan pada kongres Kardiologi Eropa September

    2001. Beragam cara pelepasan obat dari berbagai bahan (platform stent)

    dengan atau tanpa polimer yang dikandungnya giat dipelajari saat ini.

    Berbagai penelitian untuk menilai efek anti proliferasi dan anti inflamasi dari

    sirolismus, paclitaxel tacrolimus, everolimus, ABT-578, biolismus, dan obat-

    obat lain seperti dexamethasone, 17-betaestradiol, batimastat, actinomycin

    D. methotrexat, angiopeptin, tyrosinkinase inhibitors, vincristin, mitomycin,

    cyclosporin. Hasil-hasil dari penelitian menunjukkan obat-obat anti

    proliferasi di atas tidaklah sama menunjukkan efek dalam mencegah

    restenosis. Endpoint primer dari penelitian-penelitian randomisasi DES

    14Harris Hasan: Intervensi Koroner Perkutan Pada penyakit Jantung koroner Dan Permasalahannya , 2007

  • 8/10/2019 Koroner.pdf

    16/37

    Intervensi Koroner Perkutan pada Penyakit Jantung Koroner dan Permasalahannya

    adalah hasil angiografi (late lumen loss-LLL) atau klinis (target vessel

    revaskularization-TVR). Untuk pasien perjalanan klinis pasien lebih penting

    dari kedua parameter tersebut di atas.

    Sampai sebegitu jauh hanya 4 penelitian besar yang digunakan sebagai

    rujukan yakni DELIVER-1, TAXUS-IV, SIRIUS, dan TAXUS-VI.

    Hasil pertama yang membandingkan cypher dan taxus stent (TAXI-trial)

    mengkonfirmasi ke-2 stent tersebut dapat digunakan dalam praktik klinis.

    Meskipun impian no restenosis adalah di luar kenyataan akan tetapi DES

    menghasilkan angka satu digit untuk hasil angiografi dan restenosis klinis

    pada 9 bulan.

    Pada penelitian Taxus-VI, TLR secara bermakna menurun pada pembuluh

    darah kecil (

  • 8/10/2019 Koroner.pdf

    17/37

    Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar TetapUniversitas Sumatera Utara

    Indikasi DES

    Ada 2 alternatif untuk menentukan rekomendasi penggunaan DES yakni:

    pertama, didasarkan pada kalkulasi biaya dan yang kedua adalah sesuai

    kriteria inklusi dan eksklusi dari penelitian besar. Sesuai dengan level

    evidence hanya cypher dan taxus yang direkomendasikan pada level I B

    sesuai dengan penelitian SIRIUS, TAXUS IV, dan TAXUS VI.36,37

    Rekomendasi Institut UK NHS NISE untuk penggunaan DES adalah

    penggunaan cypher (sirolismus-eluting) atau taxus (paclitaxel-eluting) stent

    pada penyakit jantung koroner simtomatis bila target arteri diameternya

    lebih kecil 3 mm dan panjangnya lesi lebih dari 15 mm. Keadaan-keadaan

    di mana dijumpai peningkatan risiko terjadinya restenosis sehingga

    dibutuhkan penggunaan DES, yakni:38,39,40

    -

    small vessel(pembuluh darah kecil)

    - chronic total occlusions(oklusi total kronik)

    -

    bifurcational(percabangan)

    - ostial lesion(lesi pangkal)

    - by pass stenosis(penyumbatan pembuluh by pass)

    - insulin dependent diabetes melitus(DM tipe 1)

    - multivessel disease(pembuluh darah banyak terlibat)

    - unprotected left main stenosis(oklusi cabang utama kiri)

    - instent restenosis(oklusi pada tempat stent)

    Dokter dan pasien harus selalu diingatkan bahwa klopidogrel tidak boleh

    dihentikan terlalu cepat bahkan untuk prosedur minor seperti perawatan

    gigi.

    E. I NTRAVASCULAR ULTRASOUND(IVUS)

    Intravascular ultrasound merupakan bagian yang tak terpisahkan dari

    penelitian-penelitian mengenai drug eluting stent(DES). Penggunaan IVUS

    dapat menentukan lokasi yang tepat serta expansi stent yang optimal

    terhadap dinding pembuluh endotel pada waktu IKP.41

    Indikasi pemeriksaan IVUS sewaktu DES adalah pada: Kelompok pasien

    risiko tinggi yakni: gagal ginjal, tidak dapat menggunakan pengobatan

    antiplatelet ganda, diabetes melitus, fungsi ventrikel kiri jelek dan kelompok

    lesi risiko tinggi yakni: penyakit cabang utama kiri (left main), percabangan

    (bifurkasi), lesi ostial (pangkal), pembuluh darah kecil, lesi panjang,

    pengobatan ISR (instent restenosis).

    16Harris Hasan: Intervensi Koroner Perkutan Pada penyakit Jantung koroner Dan Permasalahannya , 2007

  • 8/10/2019 Koroner.pdf

    18/37

    Intervensi Koroner Perkutan pada Penyakit Jantung Koroner dan Permasalahannya

    KESIMPULAN

    Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pada pasien dengan penyakit

    jantung koroner (PJK) stabil maka tindakan IKP merupakan cara

    revaskularisasi pada seluruh pasien dengan adanya tanda-tanda iskemik

    pada arteri koroner. Adanya stent (bare metal stentdan DES) serta obat-

    obat ajuvan (clopidogrel dan GP IIb/IIIa inhibitor) akan meningkatkan hasil

    akhir (out come) penderita.

    Pada pasien-pasien dengan NSTEMI (Angina pektori tak stabil, non-Q

    infark) harus dilakukan stratifikasi penderita atas ringan, sedang dan berat

    untuk risiko komplikasi akut trombosis. Manfaat terbesar dilakukan tindakan

    IKP terutama dijumpai pada kelompok dengan risiko sedang dan berat.

    Penggunaan gorong-gorong (stent) dianjurkan atas dasar hasil angiografi

    yang diperoleh dan keamanan tindakan. Intervensi Koroner Perkutan Primer

    harus menjadi pilihan pengobatan pasien STEMI di rumah sakit dengan

    fasilitas IKP dan tim yang berpengalaman. Pasien-pasien dengan kontra

    indikasi trombolisis harus segera dirujuk untuk IKP primer karena ini

    merupakan satu-satunya kesempatan untuk membuka secara cepat arteri

    koroner. Pada syok kardiogenik tindakan IKP merupakan referfusi komplit

    untuk menyelamatkan nyawa penderita dan harus dipertimbangkan sejak

    dari awal. Pasien yang datang dalam 3 jam pertama setelah onsetserangan

    nyeri dada kedua strategi reperfusi baik trombolisis dan IKP Primer samaefektifnya dalam mengurangi luasnya infark dan mortalitas. Keunggulan IKP

    primer dari trombolisis terutama di antara waktu 3-12 jam setelah onset

    serangan nyeri dada dalam hal menyelamatkan miokard. Tetapi secara

    keseluruhan tindakan IKP primer pada STEMI lebih bermanfaat daripada

    trombolisis.

    Bapak Rektor yang saya muliakan serta para hadirin sekalian,

    Pada akhir pidato pengukuhan ini, izinkanlah saya sekali lagi memanjatkan

    puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya kepada saya

    dan keluarga karena atas rida-Nya sehingga saya memperoleh kesempatan

    untuk dikukuhkan sebagai Guru Besar Tetap Bidang Ilmu Kardiologi dan

    Kedokteran Vaskular pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

    (FK-USU).

    Saya menyadari bahwa proses pengangkatan saya sebagai Guru Besar ini

    telah melibatkan banyak pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini saya

    17Harris Hasan: Intervensi Koroner Perkutan Pada penyakit Jantung koroner Dan Permasalahannya , 2007

  • 8/10/2019 Koroner.pdf

    19/37

    Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar TetapUniversitas Sumatera Utara

    ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkenan

    memberi bantuan dan perhatian kepada saya.

    Saya mengucapkan terimakasih kepada Pemerintah Republik Indonesia

    melalui Bapak Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia atas

    kepercayaan dan kehormatan yang telah diberikan kepada saya untuk

    memangku jabatan Guru Besar Tetap Bidang Ilmu Kardiologi dan

    Kedokteran Vaskular pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

    Rasa hormat dan terimakasih yang setulusnya saya sampaikan kepada

    Bapak Prof. dr. Chairuddin P. Lubis, SpA(K), DTM&H selaku Rektor

    Universitas Sumatera Utara yang telah mendorong saya, membantu dan

    memproses pengusulan saya untuk menjadi Guru Besar sampai acara

    pengukuhan yang diselenggarakan pada hari ini. Semoga Allah SWT tetap

    memberikan kesehatan, hidayah, dan kemudahan kepada beliau untuk

    terus memimpin Universitas Sumatera Utara yang kita cintai ini.

    Kepada Bapak/Ibu para anggota Senat Universitas Sumatera Utara, beserta

    seluruh Pembantu Rektor dan Tim Penilai Kenaikan Pangkat Universitas

    Sumatera Utara yang telah memberikan persetujuan atas pengusulan saya

    sebagai Guru Besar, saya ucapkan banyak terima kasih.

    Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada mantan Dekan FK-USUProf. dr. T. Bahri Anwar, SpJP(K) yang telah membantu dalam pengusulan

    kenaikan jabatan saya ke jenjang Guru Besar. Beliau selalu mendorong

    saya agar mencapai jenjang Guru Besar ini.

    Begitu juga kepada Bapak Dekan FK-USU Prof. dr. Gontar Alamsyah

    Siregar, SpPD-KGEH yang merupakan sahabat saya sejak lama, demikian

    juga kepada Pembantu Dekan Fakultas Kedokteran USU saya ucapkan

    banyak terima kasih.

    Kepada para Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

    dan Anggota Dewan Pertimbangan Fakultas saya mengucapkan banyak

    terima kasih atas segala bantuan, nasihat dan dukungan bagi pengangkatan

    saya sebagai Guru Besar.

    Kepada Prof. dr. Sutomo Kasiman, SpPD, SpJP(K) sebagai Kepala

    Departemen dan Instalasi Kardiologi dan Kedokteran Vaskular Fakultas

    Kedokteran Universitas Sumatera Utara saya ucapkan terima kasih atas

    bantuannya dalam pengusulan saya menjadi Guru Besar.

    18Harris Hasan: Intervensi Koroner Perkutan Pada penyakit Jantung koroner Dan Permasalahannya , 2007

  • 8/10/2019 Koroner.pdf

    20/37

    Intervensi Koroner Perkutan pada Penyakit Jantung Koroner dan Permasalahannya

    Kepada alm. Prof. dr. Kariman Soedin, SpPD, KTI, DTM&H, alm. Dr. R.

    Sutadi, SpPD-KHOM, Prof. dr. Harun Rasyid Lubis, SpPD-KGEH, dan Prof.

    dr. OK. Moehadsyah, SpPD, KR saya mengucapkan terima kasih sebesar-

    besarnya karena telah menerima saya untuk mengikuti pendidikan di

    Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK-USU. Beliau-beliau ini selalu memberi

    arahan dan nasihat kepada saya.

    Terima kasih yang sebesar-besarnya saya ucapkan kepada Prof. dr. T.

    Renardi Haroen, MPH, SpPD, KKV yang telah mengajak dan mendidik saya

    untuk bergabung di divisi kardiologi. Beliau sangat banyak membantu

    dalam menambah wawasan kardiovaskular bagi saya. Sebenarnya Beliau

    ingin menghadiri pengukuhan Guru Besar ini, tetapi karena alasan

    kesehatan beliau tidak dapat hadir. Saya selalu berdoa agar beliau dan

    keluarga selalu dalam lindungan Allah SWT.

    Terima kasih yang sebesar-besarnya saya ucapkan kepada Kepala

    Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK-USU Prof. dr. Lukman Hakim Zain,

    SpPD-KGEH yang selalu memberi perhatian, kemudahan dan mendorong

    saya untuk tetap menjadi lebih maju sejak saya mulai menjalani pendidikan

    ilmu penyakit dalam hingga saya mencapai Guru Besar ini.

    Kepada guru-guru saya di Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK-USU, Prof.

    dr. Harun Rasyid Lubis, SpPD-KGEH, Prof. dr. T. Renardi Harun, MPH, SpPD,KKV, Prof. dr. Pengarapen Tarigan, SpPD-KGEH, Prof. dr. Habibah Hanum

    Nasution, SpPD-KPsikosomatik, Prof. dr. Bachtiar F. Lubis, SpPD, KHOM,

    Prof. dr. O.K. Moehadsyah, SpPD, KR, dr. Nuraisyah, SpPD, KE, Prof. dr.

    Azhar Tanjung, SpPD, KP, KAI, Alm. dr. Rusli Pelly, SpPD-KP, dr. Syafii

    Piliang, SpPD, KE, alm. dr. Muharman Idham, SpPD-KTI, dr. Mangara

    Silalahi, SpPD, Prof. dr. Lukman Hakim Zain, SpPD-KGEH, Prof. dr. Sutomo

    Kasiman, SpPD, SpJP(K), Prof. dr. M. Yusuf Nasution, SpPD-KGEH, Prof. dr.

    Azmi S. Kar., SpPD, KHOM, dr. A. Adin St. Bagindo, SpPD, KKV, dr. Lufti

    Latief, SpPD, KKV, alm. Dr. R.M.G. Sidabutar, SpPD, KKV, saya ucapkanterima kasih yang tak terhingga atas didikan dan bantuannya selama ini.

    Begitu juga kepada senior-senior saya dan sejawat serta staf administrasi

    Syarifuddin Abdullah dan kawan-kawan di Departemen Ilmu Penyakit Dalam

    FK-USU saya ucapkan terima kasih atas kerja sama selama ini.

    Untuk rekan-rekan sekerja di Departemen Kadiologi dan Kedokteran

    Vaskular FK-USU dr. Nora C. Hutajulu, SpJP(K), dr. Maruli Simanjuntak,

    SpJP(K), dr. A. Afif Siregar, SpA(K), SpJP(K), dr. Isfanuddin N. Kaoy,

    SpJP(K), dr. Zulfikri Mukhtar, SpJP(K), dr. P. Manik, SpJP(K), dr. Refli

    Hasan, SpPD, SpJP(K), dr. Nizam Akbar, SpJP(K), dr. Amran Lubis, SpJP(K),

    19Harris Hasan: Intervensi Koroner Perkutan Pada penyakit Jantung koroner Dan Permasalahannya , 2007

  • 8/10/2019 Koroner.pdf

    21/37

    Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar TetapUniversitas Sumatera Utara

    dr. Anggia C. Lubis dkk. terima kasih atas bantuan dan kerja samanya

    selama ini. Terima kasih juga saya ucapkan untuk seluruh staf dan

    karyawan Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FK-USU.

    Semoga kekompakan dan kerja sama kita tetap terjaga sehingga

    Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FK-USU dapat menjadi

    departemen kardiologi yang disegani di Indonesia. Untuk para suster di Unit

    Kateterisasi, Unit CVCU, di mana saya bekerja saya ucapkan terima kasih

    sebesar-besarnya atas kerjasamanya.

    Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya saya ucapkan kepada Prof. dr.

    Sjukri Karim, SpJP(K), dr. Otte J. Rachman, SpJP(K) yang telah menerima

    saya untuk dididik di Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular

    Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Begitu juga untuk para guru-

    guru saya di Departemen Kardiologi FK-UI/RS Jantung Harapan Kita, Prof.

    dr. Asikin Hanafiah, SpJP(K), Prof. dr. Lily IRilantono, SpJP(K), Prof. Dr. dr.

    Dede Kusmana, SpJP(K), dr. Hadi Purnomo, SpJP(K), dr. Ganesja M.

    Harimurti, SpJP(K), Prof. Dr. dr. Idris Idham, SpJP(K), Prof. dr. Harmani

    Kalim, SpJP(K), MPH, dr. Ann Soenarta, SpJP(K), dr. Irawan Soegeng,

    SpPD, SpJP(K), dr. Deddy Affandi, SpJP(K), Prof. Dr. dr. Hamed Oemar,

    SpJP(K), Prof. Dr. Budi K., SpJP(K), dr. Nani Hersunarti, SpJP(K), dr.

    Irmalita, SpJP(K), dr. H. Andang Yoesoef, SpJP(K), dr. Manoefris Kasim,

    SpJP(K), Dr. dr. Faisal Baraas, SpJP(K), dr. Santoso Karo karo, SpJP(K),

    MPH, dr. Ainil Basha, SpJP(K), Dr. dr. Bambang, SpJP(K), serta para seniorlainnya, di Departemen Kardiologi FK-UI.

    Untuk para guru-guru dan senior saya di Laboratorium Kateterisasi FK-

    UI/RS Jantung Harapan Kita, dr. Otte J. Rachman, SpJP(K), dr. M. Yusak,

    SpJP(K), dr. Muchtar Hanafy, SpPD, SpJP(K), dr. M. Nur Haryono, SpJP(K),

    Dr. dr. M. Munawar, SpJP(K), dan dr. Sunarya S. SpJP(K), saya ucapkan

    terima kasih yang sebesar-besarnya, kepada saya merekalah yang

    membuka wawasan dan mengajari teknik kardiologi intervensi.

    Terima kasih yang sebesar-besarnya saya ucapkan kepada Dr. dr. Fadillah

    Supari, SpJP(K) yang saat ini sebagai Menteri Kesehatan Republik Indonesia

    telah bersedia menjadi pembimbing tesis saya. Beliau sangat banyak

    meluangkan waktu dan memberikan masukan untuk penyelesaian tesis

    saya.

    Begitu juga kepada para pakar kardiologi intervensi di acara European

    Conggres Cardiology (Amsterdam, Berlin, Stockholm, Viena, Barcelona),

    Euro PCR-Paris, Singapore Live, TCT Asia Pacific Seoul, China Intervention

    Therapeutic (CIT)-Beijing, Asian interventional Cardiovascular Therapeutic

    20Harris Hasan: Intervensi Koroner Perkutan Pada penyakit Jantung koroner Dan Permasalahannya , 2007

  • 8/10/2019 Koroner.pdf

    22/37

    Intervensi Koroner Perkutan pada Penyakit Jantung Koroner dan Permasalahannya

    (AICT), Malaysian Cardiovascular Interventional, saya ucapkan terima kasih

    karena saya banyak sekali menimba ilmu dari presentasi dan kasus-kasus

    live demodi acara tersebut.

    Terima kasih saya ucapkan kepada adik-adik mahasiswa FK-USU, Peserta

    Program Pendidik Dokter Spesialis Ilmu Penyakit Dalam, Peserta Program

    Pendidik Dokter Spesialis Ilmu Kardiologi atas kerja sama yang terbina

    selama ini. Semoga kalian selalu bersemangat dalam mencari dan

    mengembangkan ilmu kedokteran.

    Kepada para Direktur RSUP H. Adam Malik (dr. T.M. Panjaitan, SKM, dr. M.

    Fauzi, SKM, drg. H. Arman P. Daulay, MKes) dan para Wakil Direktur

    beserta seluruh staf saya ucapkan terima kasih atas fasilitas dan sarana

    yang telah diberikan kepada saya dalam menjalankan profesi

    kardiovaskular.

    Kepada guru-guru dari saya sejak dari sekolah dasar, Sekolah Menengah

    Pertama, Sekolah Menengah Atas, Fakultas Kedokteran USU, saya ucapkan

    terima kasih sebesar-besarnya.

    Ucapan terima kasih juga saya ucapkan kepada teman-teman seangkatan.

    Terima kasih sebesar-besarnya saya ucapkan kepada seluruh panitia

    pengukuhan yang telah bekerja keras menyiapkan dan melaksanakan acarapengukuhan ini.

    Bapak Rektor yang saya muliakan serta para hadirin sekalian,

    Pada kesempatan ini izinkanlah pula saya menyampaikan isi hati saya

    kepada keluarga saya, kepada orang tua yang saya sangat cintai, alm.

    Ayahanda T.M. Hasan dan alm. Ibunda Cut Hamdiah yang telah mengasuh

    saya dengan kasih sayang dan mendidik saya untuk selalu belajar danbekerja dengan rajin dan tekun, serta menjadi orang yang baik dan

    bertakwa kepada Allah SWT dan berguna bagi masyarakat, sehingga saya

    menjadi Guru Besar Fakultas Kedokteran USU, saya menghaturkan terima

    kasih yang sebesar-besarnya. Sembah sujud saya sembahkan, kasih

    sayang saya limpahkan, atas segala pengorbanan dari Ayahanda dan

    Ibunda semoga Allah SWT memberikan balasan, kebaikan berlipat ganda,

    serta mudah-mudahan diampunkan segala dosa-dosanya, dan doa yang

    selalu ananda panjatkan semoga arwah ayahanda dan ibunda diterima amal

    ibadahnya seta ditempatkan di tempat yang sebaik-baiknya di sisi Allah

    SWT. Amin ya Robbal Alamin.

    21Harris Hasan: Intervensi Koroner Perkutan Pada penyakit Jantung koroner Dan Permasalahannya , 2007

  • 8/10/2019 Koroner.pdf

    23/37

    Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar TetapUniversitas Sumatera Utara

    Kepada alm. Bapak H. M. Amin dan alm. Hajirah, mertua saya yang telah

    menganggap saya sebagai anaknya sendiri dan telah membimbing saya

    dalam menjalankan kehidupan ini, saya mengucapkan terima kasih

    sebesar-besarnya. Semoga arwah beliau diterima di sisi Allah SWT. Amin ya

    Robbal Alamin.

    Kepada abang-abang dan kakak-kakak saya beserta keluarganya, T.

    Ibrahim, dr. Hasdiana Anwar, SpOG(K), alm. T. Hazairin, Hasmiati Suprani,

    dr. Hanafiah, SpOG, drg. Hadi Kesuma, saya ucapkan terima kasih yang

    sebesar-besarnya atas dukungan (moril dan materiel) yang sangat besar

    kepada saya sejak dari awal pendidikan sampai pada hari pengukuhan ini.

    Kepada Kak Tara serta ipar-ipar saya, saya ucapkan terima kasih atas

    dukungannya selama ini kepada keluarga saya.

    Yang tak mungkin terlupakan istri saya tercinta dr. Bilkes, SpKK, rasanya

    kata-kata saya tidak cukup untuk mengungkapkan rasa sayang, terima

    kasih dan penghargaan atas pengorbanannya dalam mendampingi saya

    dengan sabar dan penuh pengertian dalam mengarungi kehidupan ini

    dengan segala suka dukanya.

    Buat anak-anakku, T. Rifqi Hashmi, Cut Farah Saufika, dan T. Rafli Baihaki, yang

    menjadi permata hati papa, terima kasih atas pengertian, kesabaran dandukungan serta doa terhadap papa. Papa selalu berdoa agar cita-cita kalian dapat

    tercapai dan semoga kalian menjadi manusia yang berguna bagi masyarakat serta

    beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. Amin ya Robbal Alamin.

    Kepada seluruh keluarga saya, teman-teman saya dan semua pihak yang

    secara langsung maupun tak langsung membantu saya, yang tak mungkin

    saya sebutkan satu per satu pada kesempatan ini saya ucapkan terima

    kasih yang sebesar-besarnya.

    Akhirnya kepada para hadirin yang saya hormati sekali lagi saya

    mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan yang setinggi-

    tingginya atas perhatian dan kesediaannya meluangkan waktu yang sangat

    berharga untuk menghadiri upacara pengukuhan saya sebagai guru besar

    hari ini dan saya mohon maaf jika terdapat kesilapan dalam pidato

    pengukuhan ini.

    Wabillahi taufik wal hidayah,

    Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

    22Harris Hasan: Intervensi Koroner Perkutan Pada penyakit Jantung koroner Dan Permasalahannya , 2007

  • 8/10/2019 Koroner.pdf

    24/37

    Intervensi Koroner Perkutan pada Penyakit Jantung Koroner dan Permasalahannya

    DAFTAR PUSTAKA

    1.

    King S.B. III: The Development of Interventional Cardiology. J Am Coll

    Cardiol 1998; 31 suppl: 64B-88B.

    2. Favaloro R.G. Critical analysis of coronaryartery bypass grafting: a 30

    year journey. J Am Coll Cardiol 1998: 31 suppl; 1B-63B.

    3. Dixon S.R., ONeill W.W. The year in interventrial cardiology. J Am Coll

    Cardiol 2006: 47; 1689-706.

    4.

    Smith S.C., Feldman T.E., Hishfeld J.W., Jacobs A.K. et al.

    ACC/AHA/SCAI 2005 Guidelines update for Percutaneous Coronary

    Intervention-Sumary article. Circulation 2005; 113: 156-175.

    5. Munawar M. Perkembangan Kedokteran Kardiologi di Indonesia.

    Layanan, Pendidikan Dokter Spesialis dan Pendidikan Lanjutan di

    Bidang Kardiologi, J. Kardiol Ind 2007; 28: 26-32.

    6. Baloguese L., Ferari R. Foreword acute coronary syndrome

    management. Eur Heart J 2005; 7 suppl: K3-K4.

    7.

    Elsasser A., Hnum C.W. Percutaneous coronary intervention guidelinesnew aspects for the the interventional treatment of acute coronary

    syndrome. Eur Heart J 2005; 7 suppl: K5-K9.

    8.

    Silber S., Albertoson P., Aviles F.F., Camici P.G., Colombo A., Hanum

    C., et al. Guidelines for percutaneous coronary intervention. The task

    force for percutaneous coronary intervention of the European Society

    of Cardiology, Eur Heart J 2005; 26: 804-847.

    9.

    Ramrakha P., Hill J. Oxford Handbook of Cardiology, Oxford University

    Press, 2006.

    10. Serruys P.W.: Fourth Annual American College of Cardiology

    International Lecture. A journey in the interventional field. J Am Coll

    Cardiol 2006; 47: 1754-68.

    11. Antman E.M. et al. ACC/AHA Guidelines for the management of patient

    with ST- Elevation Myocardial Infarction. J Am Coll Cardiol 2004; 44:

    671-719.

    23Harris Hasan: Intervensi Koroner Perkutan Pada penyakit Jantung koroner Dan Permasalahannya , 2007

  • 8/10/2019 Koroner.pdf

    25/37

    Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar TetapUniversitas Sumatera Utara

    12.

    Legrand V., Thomas M., Zelisko M., de Bruyne B. et al. Percutaneous

    coronary intervention of bifurcation lesions: State-of-the art, Insights

    from the second meeting of the European Bifurcation Club. Eurointerv

    2007;3:44-49.

    13. Serruys P.W., Ong A.T.L., van Herwerden L.A., Sousa J.E., et al. Five

    year outcomes after coronary stenting versus bypass surgery for the

    treatment of multivesseldisease. J Am Coll Cardiol 2005; 46: 575-81.

    14. Rodriguez A.E., Baldi J., Pereina C.F., Navia J. Five year follow up of

    the Argentine randomized trial of coronary angioplasty with stenting

    versus coronary bypass surgery in patients with multiple vessel disease

    (ERACI II). J Am Coll Cardiol 2005; 46: 582-89.

    15.

    Histro F., Oucci K., Falsuen G., Buloguese L. Early invasive strategy in

    elderly patient with non-ST-elevation acute coronary syndrome. Eur

    Heart J 2005; 7 suppl: K23-K25.

    16. Gingliano R.P., Braunwald E. The Year in non ST segment elevation

    acute coronary syndrome J Am Coll Cardiol 2005; 46: 906-919.

    17.

    De Maria A.N., Ben Yehuda O., Berman D., Feld G.K. et al. Highlights of

    the year in JACC 2004 J Am Coll Cardiol 2005; 45: 137-152.

    18. Krumholz H.M., Anderson J.L., Brooks N.H., Fesmire F.M. et al.

    ACC/AHA clinical performance measures for adults with ST elevation

    and non ST elevation myocardial infaction Circulation. 2006; 113: 732-

    761.

    19. Mahmud E., Pejeshki B., Salami A., Keramati S., Highlights of the 2004

    Transcatheter Cardiovascular Therapeutics (TCT) Annual Meeting

    Clinical Implications. J Am Coll Cardiol 2005; 45: 796-801.

    20. Jacobs A.K., Antman E., Ellrodt G., Faxon D.P. Recommendation to

    develop strategies to increase the member of ST segment elevation

    myocardial infraction patient with timely access to primary

    percutaneous coronary intervention, The American Heart Associations

    Acute myocardial infarction (AMI) advisor working group Circulation

    2006; 113: 2152-2163.

    24Harris Hasan: Intervensi Koroner Perkutan Pada penyakit Jantung koroner Dan Permasalahannya , 2007

  • 8/10/2019 Koroner.pdf

    26/37

    Intervensi Koroner Perkutan pada Penyakit Jantung Koroner dan Permasalahannya

    21.

    Nallamothu B.K., Wang Y., Magid D.J., McNamara R.C. et al. Relation

    between hospital specialization with primary percutaneous coronary

    intervention and clinical out comes in ST segment elevation myocardial

    infarction. National registry of myocardial infarction4 analysis,

    Circulation 2006; 113: 222-229.

    22. Mascucci M., Share D. Smith D., ODonwell M.J. et al. Relationship

    between operator volume and adverse outcome in contemporary

    percutaneous coronary intervention practice An analysis of a quality

    controlled multi center percutaneous coronary intervention clinical

    database, J Am Coll cardiol 2005; 46: 625-632.

    23.

    Mascucci M., Eagle KA, Door to balloon time in primary percutaneous

    coronary intervention. Is the 90 minutes gold standard an unreachable

    chimera? Circulation 2006; 113: 1048-1050.

    24.

    Borden W.B., Faxon D.P. Facilitated percutaneous coronary

    intervention. J Am Coll Cardiol 2006; 48: 1120- 8E.

    25.

    Mehta R.H., Granger C.B., Alexander K.P., Bassone E. et al.

    Reperfusion strategies for acute myocardial infarction in the elderly

    Benefits and risks. J Am Coll Cardiol 2005; 45: 471-8.

    26. Verheugt F.W.A. Reperfusion therapy start in the ambulance,

    Circulation 2006; 113: 2377-2379.

    27.

    Brindiss R.G., Dehmer G.J. Continuous quality improvement in the

    cardiac catheterization laboratory. Are the benefit worth the cost and

    effort? Circulation 2006; 113: 767-770.

    28. Hannan E.L., Racz M., Holmes D.R., King III SB et al., Impact of

    completeness of percutaneous coronary intervention revascularizationon long term outcomes in stent era. Circulation 2006; 113: 2406-2412.

    29. Smith S.C. Evidence based medicine: making the grade. Miles to go

    before we sleep. Circulation 2006; 113: 178-179.

    30. De Maria A.N., Editors Page. The department of cardiac/vascular

    medicine and surgery, J Am Coll Cardiol 2005; 46: 728-9.

    25Harris Hasan: Intervensi Koroner Perkutan Pada penyakit Jantung koroner Dan Permasalahannya , 2007

  • 8/10/2019 Koroner.pdf

    27/37

    Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar TetapUniversitas Sumatera Utara

    31.

    Valgimigli M., Percoco G., Ciechitelli G., Campo G., et al. New and old

    strategies to affort the liberal use of drug eluting stents in real life

    scenarios. Eur Heart J 2005; 7 suppl: K31-K35.

    32. Vaithus P.T. Common sense, dollars and cents, and drug eluting stent.

    J Am Coll Cardiol 2006; 48: 268-9.

    33.

    Rugers C., Edelman ER. Pushing drug eluting stents into uncharted

    territory. Simpler than you think-more complex than you imagine.

    Circulation 2006; 113: 2262-2265.

    34. Colombo A., Corbett S.J. Drug eluting stent thrombosis increasingly

    recognized but too frequently over emphasized, J Am Coll Cardiol

    2006; 48:203-205.

    35. Cosgrave J., Melzi G., Biondi Zoccai G.G.L., Arolde F., et al. Drug

    eluting stent restenosis. The pattern predicts the outcome. J Am Coll

    Cardiol 2006; 47: 2399-404.

    36.

    Goy J.J., Stauffer J.C., Siegenthaler M., Benoit A. et al., A prospective

    randomized comparison between paclitaxel and sirolismus stents in the

    real world of interventional cardiology the TAXI trial. J Am Coll Cardiol

    2005; 45: 308-311.

    37. Ong ATL, Serruys PW, Aoki J, Hoye A et al. The unrestricted use of

    paclitaxel versus sirolismus eluting stents for coronary artery disease in

    an unselected population. One year results of the taxus stent evaluated

    at Rotterdam cardiology hospital (T-SEARCH) registry. J Am Coll

    Cardiol 2005; 45 : 1135 41.

    38. Lemos P.A., Hofma S.H., Regar E., Saia F., Serrvys P.W. Drug eluting

    stents in Euro PCR 04. The Paris course on revascularization, May 2004.

    39. Kereiakes D.J., Antman E.M. Clinical guidelines and practice. In search

    of the truth. J Am Coll Cardiol 2006; 48:1124-35las.

    40.

    Douglas P.S. Presidents page. Upon convocation: dream big, love big.

    J Am Coll Cardiol 2005; 47: 1142-1143.

    41. Mintz G.S., Weissman N.J. Intravascular ultrasound in the drug eluting

    stent era. J Am Coll Cardiol 2006; 48: 421-9.

    26Harris Hasan: Intervensi Koroner Perkutan Pada penyakit Jantung koroner Dan Permasalahannya , 2007

  • 8/10/2019 Koroner.pdf

    28/37

    Intervensi Koroner Perkutan pada Penyakit Jantung Koroner dan Permasalahannya

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    A. DATA PRIBADI

    Nama : Prof. dr. Harris Hasan, SpPD, SpJP(K)

    NIP : 140 142 681

    Pangkat/Golongan : Pembina Tingkat I/IVb

    Jabatan : Guru Besar Madya

    Tempat/Tanggal Lahir : Medan/5 April 1956

    Jenis Kelamin : Laki-laki

    Agama : Islam

    Nama Ayah : H. T. M. Hasan

    Nama Ibu : Hj. Cut Hamdiah

    Nama Isteri : dr. Bilkes, SpKKNama Anak : 1. T. Rifqi Hashmi

    2. Cut Farah Saufika

    3. T. Rafli Baihaki

    Alamat : Kompleks Tasbih Jl. Cykas II Blok AA No. 5,

    Medan, 20122

    B. PENDIDIKAN

    1. 1968 : Lulus SD Negeri 15 Medan

    2. 1971 : Lulus SMP Negeri 4 Medan

    3.

    1974 : Lulus SMA Negeri 6 Medan

    4.

    1982 : Lulus Dokter, FK-USU Medan

    5. 1993 : Lulus Dokter Spesialis Penyakit Dalam FK-USU

    6.

    1998 : Lulus Dokter Spesialis Jantung & Pembuluh Darah FK-UI

    7. 2004 : Konsultan Penyakit Jantung & Pembuluh Darah dari PERKI

    Pusat & Kolegium Penyakit Jantung & Pembuluh Darah

    8.

    2005 : Kursus Biologi Molekuler FK-USU

    9. 2005 : Paris Course RevascularizationEuro PCR Paris

    10.2005 : Angioplasty Summit, TCT Seoul

    11.2005 : Singapore Live Intervention, Singapore

    12.2005 : 1st Asian Intervention, Singapore

    13.2006 : On Tutor Training for Staff, Medical Education Unit FK-USU

    14. 2007 : Pertukaran Kunjungan Dosen Departemen Kardiologi dan

    Kedokteran Vaskular FK-USU ke Departemen Kardiologi FK-

    UI

    15.2007 : Lokakarya Manajemen Mutu, Jaminan Mutu dan Kendali

    Mutu Universitas Sumatera Utara

    27Harris Hasan: Intervensi Koroner Perkutan Pada penyakit Jantung koroner Dan Permasalahannya , 2007

  • 8/10/2019 Koroner.pdf

    29/37

    Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar TetapUniversitas Sumatera Utara

    C. JABATAN DAN PEKERJAAN

    Pangkat/Golongan

    1.

    1 Maret 1983 : Calon Pegawai Negeri Sipil/Gol. IIIa

    2.

    1 Desember 1984 : Penata Muda/Gol. IIIa

    3.

    1 April 1986 : Penata Muda Tingkat I/Gol. IIIb

    4. 1 April 1990 : Penata/Gol. IIIc

    5.

    1 Oktober 1993 : Penata Tingkat I/Gol. IIId

    6. 1 April 1997 : Pembina/Gol. IVa

    7. 16 Januari 2004 : Pembina Tingkat I/Gol. IVb

    8. 1 Juli 2004 : Lektor/Gol. IVb

    9.

    1 April 2007 : Guru Besar Madya/Pembina Tingkat I/Gol. IVb

    Pekerjaan1.

    1982-1983 : Dokter Puskesmas Kodya Sabang-Aceh

    2. 1983-1987 : Dokter Puskesmas Kabupaten Aceh Utara

    3. 1988-1993 : Peserta Program Studi Ilmu Penyakit Dalam FK-USU

    4. 1993-sekarang : Staf Pengajar Ilmu Penyakit Dalam FK-USU

    5.

    1996-1998 : Peserta Program Studi Ilmu Penyakit Jantung FK-UI

    6. 2001-sekarang : Staf Bagian/Departemen Kardiologi FK-USU

    7.

    2001-sekarang : Sekretaris Departemen Kardiologi FK-USU

    8. 2005-sekarang : Wakil Kepala Instalasi Kardiovaskular RSUP H.

    Adam Malik Medan

    9.

    1993-sekarang : Dosen Kardiologi Mahasiswa FK-USU10.2004-sekarang : Dosen Kardiologi S1 Keperawatan FK-USU

    11.2004-sekarang : Dosen Kardiologi D3 Keperawatan FK-USU

    12.2003-sekarang : Kepala Unit Kardiovaskular Intensif (CVCU) RSUP H.

    Adam Malik Medan

    13.2007-sekarang : Ketua Gugus Kendali Mutu (GKM) Departemen

    Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FK-USU

    D. KEANGGOTAAN ORGANISASI PROFESI

    1.

    Anggota Ikatan Dokter Indonesia (IDI)

    2.

    Anggota Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI)

    3. Sekretaris Perhimpunan Kardiologi Indonesia (PERKI) cabang Medan

    4. Sekretaris Perkumpulan Gawat Darurat Indonesia (PGDI) cabang

    Medan

    5. Anggota European Society of Cardiology (ESC)

    6. Anggota Fellow Indonesian Heart Association (FIHA)

    7.

    Anggota European Association of Percutaneous Cardiovascular

    Interventions (EAPCI)

    8.

    Anggota Perkumpulan Intervensi Kardiovaskular Indonesia (PIKI)

    28Harris Hasan: Intervensi Koroner Perkutan Pada penyakit Jantung koroner Dan Permasalahannya , 2007

  • 8/10/2019 Koroner.pdf

    30/37

    Intervensi Koroner Perkutan pada Penyakit Jantung Koroner dan Permasalahannya

    E. KARYA ILMIAH

    Sebagai Penulis Utama:

    1.

    Hasan, H., Isnanta, R., Hubungan mikroalbuminuria dengan

    penyakit jantung koroner, Majalah Kedokteran Nusantara 2006,

    Vol. 39 No.3 Suppl.242-5.

    2. Hasan, H., Intervensi Koroner Perkutan, Majalah Kedokteran

    Nusantara, 2005, Vol. 38 No.1, 124-6.

    3. Hasan, H., Resiko Penyakit Jantung Koroner Akibat Hipertensi,

    Majalah Kedokteran Nusantara 2005, Vol. 38 No. 2.

    4. Hasan, H., Tarigan, E., Hubungan Kadar Troponin T dengan

    Gambaran Klinis Penderita Sindroma Koroner Akut, Majalah

    Kedokteran Nusantara 2005, Vol. 38 No. 4.

    5.

    Hasan, H., Leonard, Kadar Homosistein Plasma pada Penderita

    Angina Pektoris Stabil, Majalah Kedokteran Nusantara 2005, Vol. 38

    No.4.

    6.

    Hasan, H., Timing of Intervention/Operation in Valvular Heart

    Disease Programme & Abstract Book 12th Annual Scientific Meeting

    of The Indonesian Heart Association (Cardiology Update) and 6th

    Interventional Cardiology, Jakarta 24-26 April 2003.

    7.

    Hasan, H., Pelayanan Kardiovaskular di Bagian Kardiologi,

    Symposium Penyelenggara Ilmu Kardiovaskular dan Perkembangan

    Penanggulangannya, Medan, 8 Januari 2005.8. Hasan, H., Tatalaksana Faktor Risiko Kardiovaskular Seminar

    Kolesterol & Penyakit Jantung Koroner, Medan, 1 Maret 2006.

    9.

    Hasan, H., Hypertension with multiple risk factor, why we managed

    to improve clinical outcome, Seminar Hipertensi & Koroner, Banda

    Aceh, Feb. 2006.

    10.Hasan, H., Management heart failure in 2006, Pertemuan Ilmiah

    Tahunan (PIT VII) Ilmu Penyakit Dalam FK-USU, Medan, 2-4 Maret

    2006.

    11.

    Hasan, H., The role of ARB in heart filure management, RoundTable Discussion, Medan 25 Maret 2006.

    12.Hasan, H., Olmersatan the newest ARB for cardiovascular, Round

    Table Discussion, Medan, 18 Februari 2006.

    13.

    Hasan, H., Early reperfusion in acute myocardial infarct,

    Symposium Cardiac Emergency, Medan, 2 Juli 2006.

    14.Hasan, H., Early Refperfusion in ACS 11th National Congress of

    Indonesian Heart Association 15th Annual Scientific Meeting of The

    Indonesian Heart Association, April 19-22, 2006 Tiara Convention

    Center Medan.

    29Harris Hasan: Intervensi Koroner Perkutan Pada penyakit Jantung koroner Dan Permasalahannya , 2007

  • 8/10/2019 Koroner.pdf

    31/37

    Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar TetapUniversitas Sumatera Utara

    15.

    Hasan, H., Emergency cardiovascular syndrome, 11th National

    Congress of Indonesian Heart Association 15th Annual Scientific

    Meeting of The Indonesian Heart Association, April 19-22, 2006 Tiara

    Convention Center Medan.

    16.Hasan, H., Acute coronary syndrome (ACS), 11thNational Congress

    of Indonesian Heart Association 15thAnnual Scientific Meeting of The

    Indonesian Heart Association, April 19-22, 2006 Tiara Convention

    Center Medan.

    17.Hasan, H., Management dyslipidemia in diabetes tipe II (field

    study), 11thSeminar Management Dyslipidemia in Diabetes tipe II,

    Medan, 27 Mei 2006.

    18.Hasan, H., Management of acute myocardial infarction in the first

    minuter Seminar Cardiac and Pulmonary Emergency Course, Medan

    30 Juni 2006.

    19.Hasan, H., Looking for ideal CCB (lercanidipine), Simposium

    Hipertensi dan Faktor Resiko Koroner, Medan, 17 Juni 2006.

    20.

    Hasan, H., Peran klinis vitamin E dalam pencegahan dan

    pengobatan penyakit jantung koroner, Seminar Antioksidan, Medan,

    16 Juni 2004.

    21.Hasan, H., Valiant study for MI Patient RTD, Medan, 24 Agustus

    2005.

    22.

    Hasan, H., Resiko penyakit jantung koroner akibat hipertensi,

    Symposium the 3nd New Trend on Cardiovascular Management2005, Medan, 6-8 Juni 2005.

    23.

    Hasan, H., Approach to chest pain and possible MI, The 1st

    Symposium on Critical Care and Emergency Medicine, Medan, 22 Mei

    2005.

    24.

    Hasan, H., Management of acute myocardial infarction in the first

    minute, The 1st Symposium on Critical Care and Emergency

    Medicine, Medan, 20 Mei 2005.

    25.

    Hasan, H., Cardiogenik Shock, The 1stSymposium on Critical Care

    and Emergency Medicine, Medan, 21 Mei 2005.26.

    Hasan, H., Peripheral arterial disease and drug of choice Forum

    Ilmiah I Endokrin dan Diabetes Regional Sumatera 2005, Medan, 30

    Juli 2005.

    27.

    Hasan, H., Clopidogrel as adjuvant in thrombolytic in STEMI, RTD

    Sanofi, Medan, 13 Agustus 2005.

    28.

    Hasan, H., Hypertension with multiple risk factor, why we managed

    to improve outcome, Seminar di RSU Kisaran, 10 Agustus 2005.

    29.

    Hasan, H., Risk of coronary disease imposed by hypertension,

    NTCM-3, Medan, 6 Juli 2005.

    30Harris Hasan: Intervensi Koroner Perkutan Pada penyakit Jantung koroner Dan Permasalahannya , 2007

  • 8/10/2019 Koroner.pdf

    32/37

    Intervensi Koroner Perkutan pada Penyakit Jantung Koroner dan Permasalahannya

    30.

    Hasan, H., Resiko kardiovaskular dan pencegahannya, Ceramah

    Mantan Bupati se-SUMUT, Medan, 27 Juli 2005.

    31.

    Hasan, H., Percutaneous coronary intervention, PIT Interna, Medan

    Maret 2005.

    32.Hasan, H., Jantungku Kekasihku, ceramah kesehatan di Aula

    Kantor Gubernur, Agustus 2004.

    33.Hasan, H., Cintailah Jantung Anda, Ceramah di Kantor Walikota

    Agustus 2004.

    34.Hasan, H., Gangguan hemostasis pada uremia, Tesis Bagian Ilmu

    Penyakit Dalam FK-USU, 1993.

    35.Hasan, H., Perjalanan klinis penderita infark miokard akut yang

    mendapat trombolisis, Tesis Bagian Kardiologi FK-UI, 1998.

    36.

    Hasan, H., Effendi, D., Correlation dispersion QT with hypertrophy

    left ventricle towards hypertension patients, 2ndAsean Conference

    On Medical Science, Medan, Agustus 2002.

    37.

    Hasan, H., Tarigan, E., Relation between the level of troponin T with

    clinical pictures of patients with acute coronary syndrome, Majalah

    Kedokteran Nusantara, 2002.

    38. Hasan, H., Acute Coronary Syndrome Implication for Management.

    The 3rd Symposium On Critical Care and Emergency Medicine,

    Medan, May 2007.

    39. Hasan, H., Management of Hypertension Emergencies, The 3rd

    Symposium on Critical Care and Emergency Medicine, Medan, May,2007.

    40. Hasan, H., Management Non Elevation Myocard Infarct, Pertemuan

    Ilmiah Tahunan (PIT) VIII 2007 Departemen Penyakit Dalam FK-

    USU, Medan, Maret 2007.

    41. Hasan, H., Penatalaksanaan MCI pada Pelatihan Keperawatan Dasar

    ICU, RSUP H. Adam Malik Medan, 20-24 Februari 2007.

    42. Hasan, H., CHD in Adult, What should we do? The 4 thNew Trend in

    Cardiovascular Management, Medan, June 15-16th2007.

    43. Hasan, H., Recent Management of Acute Coronary Syndrome, The 4

    th

    New Trend in Cardiovascular Management, Medan, June 15-16th

    2007.

    Sebagai Penulis Pembantu:

    1. Rinaldi, Hasan, H., Assosiation between hs-CRP and acute coronary

    syndrome, 11thNational Congress of Indonesian Heart Association

    15thAnnual Scientific Meeting of The Indonesian Heart Association,

    April 19-22, 2006 Tiara Convention Center Medan.

    31Harris Hasan: Intervensi Koroner Perkutan Pada penyakit Jantung koroner Dan Permasalahannya , 2007

  • 8/10/2019 Koroner.pdf

    33/37

    Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar TetapUniversitas Sumatera Utara

    2.

    Suherdy, Hasan, H., Drug eluting stents (DES) in multivessel

    disease, 11thNational Congress of Indonesian Heart Association 15th

    Annual Scientific Meeting of The Indonesian Heart Association, April

    19-22, 2006 Tiara Convention Center Medan.

    3. Muchtar, Z., Kasiman, S., Kaoy, I.N., Hasan, H., Primary PCI in

    STEMI Medan cases, 11th National Congress of Indonesian Heart

    Association 15th Annual Scientific Meeting of The Indonesian Heart

    Association, April 19-22, 2006 Tiara Convention Center Medan.

    4. Sembiring, L.P., Hasan, H., The level of N-Terminal pro-Brain

    Natriuretic Peptide (NT-proBNP), 11th National Congress of

    Indonesian Heart Association 15th Annual Scientific Meeting of The

    Indonesian Heart Association, April 19-22, 2006 Tiara Convention

    Center Medan.

    5.

    Sitepu, A., Hasan, H., GP IIb/IIIa in primary PCI, 11th National

    Congress of Indonesian Heart Association 15th Annual Scientific

    Meeting of The Indonesian Heart Association, April 19-22, 2006 Tiara

    Convention Center Medan.

    6.

    Rey Imelda, Hasan, H., PCI in high risk CHD patient, 11thNational

    Congress of Indonesian Heart Association 15th Annual Scientific

    Meeting of The Indonesian Heart Association, April 19-22, 2006 Tiara

    Convention Center Medan.

    7. Savitri, Hasan, H., Primary PCI in ST elevation myocardial

    infarction, 11th

    National Congress of Indonesian Heart Association15thAnnual Scientific Meeting of The Indonesian Heart Association,

    April 19-22, 2006 Tiara Convention Center Medan.

    8.

    Jannus, Hasan, H., Percutaneous coronary intervention in diabetic

    patients, 11th National Congress of Indonesian Heart Association

    15thAnnual Scientific Meeting of The Indonesian Heart Association,

    April 19-22, 2006 Tiara Convention Center Medan.

    9.

    Putra Surya H, Hasan, H., Trombus aspiration in primary PCI, 11th

    National Congress of Indonesian Heart Association 15th Annual

    Scientific Meeting of The Indonesian Heart Association, April 19-22,2006 Tiara Convention Center Medan.

    10.Syahrini, H., Hasan, H., Pericardiosentesis on cardiac tamponade,

    11thNational Congress of Indonesian Heart Association 15thAnnual

    Scientific Meeting of The Indonesian Heart Association, April 19-22,

    2006 Tiara Convention Center Medan.

    11.

    Faisal, Hasan, H., Aortic valve replacement in aortic valve

    endocarditis, 11thNational Congress of Indonesian Heart Association

    15thAnnual Scientific Meeting of The Indonesian Heart Association,

    April 19-22, 2006 Tiara Convention Center Medan.

    32Harris Hasan: Intervensi Koroner Perkutan Pada penyakit Jantung koroner Dan Permasalahannya , 2007

  • 8/10/2019 Koroner.pdf

    34/37

    Intervensi Koroner Perkutan pada Penyakit Jantung Koroner dan Permasalahannya

    12.

    Deli, Sembiring, P., Hasan, H., Homocystein pada penyakit jantung

    koroner dengan DM tipe 2, Tesis Bagian Patologi Klinik FK-USU,

    2003.

    13.

    Nainggolan Y.D., Ganie R.A., Hasan, H., Penentuan kadar

    fibrinogen metode clause dengan teknik autorealisasi pada penderita

    infark miokard akut, Tesis Bagian Patologi Klinik FK-USU, 2005.

    14.Zulkhairi, Hasan, H., Penatalaksanaan blok total AV dengan pacu

    jantung, Maj Kedokt Indon 2002; 52: 442-6.

    15.Tampubolon, Y., Hasan, H., Profile of patients with heart valve

    disease in Adam Malik general hospital, Medan, 2nd Asean

    Conference On Medical Science, Medan, Agustus 2002.

    16.Lubis, F., Hasan, H., Coronary angiography profile in Haji Adam

    Malik general hospital Medan, 2nd Asean Conference On Medical

    Science, Medan, Agustus 2002.

    17.Nasution, S., Hasan, H., Congestive heart failure profile in

    hospitalized patients at Haji Adam Malik Medan, 2nd Asean

    Conference On Medical Science, Medan, Agustus 2002.

    18.

    Zulkhairi, Hasan, H., Permanent pacemaker in recurrent syncope

    2ndAsean Conference On Medical Science, Medan, Agustus 2002.

    19.Dirga, M., Hasan, H., Management of ventricular tachycardia in

    acute myocardial infarction, 2nd Asean Conference On Medical

    Science, Medan, Agustus 2002.

    20.

    Rinaldi, Hasan, H., Aggressive controlling risk factor in patientafter percutaneous coronary intervention, 2ndAsean Conference On

    Medical Science, Medan, Agustus 2002.

    21.

    Fauzy, M., Lubis, M.Y., Hasan, H., Cardiovascular autonomical

    neuropathy for those with type 2 diabetes newly diagnosed, 2nd

    Asean Conference On Medical Science, Medan, Agustus 2002.

    22.Fauzy, M., Hasan, H., Successful intervention of balloon mitral

    valvuloplasty (BMV) on severe mitral stenosis, 2nd Asean

    Conference On Medical Science, Medan, Agustus 2002.

    23.

    Gunawan, A., Hasan, H., The management of acute managementof acute pulmonary oedema in ischemic heart disease, 2nd Asean

    Conference On Medical Science, Medan, Agustus 2002.

    24.

    Darmadi, Hasan, H., Dilated cardiomiopathy: how to treat? 2nd

    Asean Conference On Medical Science, Medan, Agustus 2002.

    25.Nasution, S., Hasan, H., Mitral stenosis with thrombus in the left

    atrium, 2ndAsean Conference On Medical Science, Medan, Agustus

    2002.

    26.

    Pinem, R., Hasan, H., Mitral valve prolapse, 2ndAsean Conference

    On Medical Science, Medan, Agustus 2002.

    33Harris Hasan: Intervensi Koroner Perkutan Pada penyakit Jantung koroner Dan Permasalahannya , 2007

  • 8/10/2019 Koroner.pdf

    35/37

    Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar TetapUniversitas Sumatera Utara

    27.

    Sembiring, L.P., Hasan, H., Acute coronary sindrome patients

    profile at the intensive cardiac care unit of Adam Malik General

    Hospital Medan, 2nd Asean Conference On Medical Science, Medan,

    Agustus 2002.

    28.Lardo, S., Hasan, H. Kardiomiopati, Medikal, Jurnal Kedokteran

    dan Farmasi No.6, tahun ke XXX, Juni 2004.

    F. PERTEMUAN ILMIAH YANG DIHADIRI

    1. 18thWeekend course on Cardiology, Jakarta, September 2006.

    2. The 8th International Meeting on Respiratory Care Indonesia

    (RESPINA 2006), Jakarta, September 2006.

    3.

    World Congress of Cardiology 2006 in Barcelona, Spain, September

    2006.

    4.

    European Board for Accreditation in Cardiology (EBAC), Coronary

    pressure to improve multivessel PCI Organised by the

    Cardiovascular Research Center, Aalst, Barcelona, September 2006.

    5. European Board for Accreditation in Cardiology (EBAC), Improving

    the management of dyslipidemia: translating treatment benefits into

    clinical practice, Barcelona, September 2006.

    6.

    Seminar Kesehatan Cintai jantung anda, Medan, Agustus 2006.

    7.

    Symposium Thyroid Update, dalam rangka ulang tahun FK-USU 54,Agustus 2006.

    8.

    Seminar ilmiah, Penyelesaian Sengketa Medik Dokter dan Pasien,

    dalam rangka Dies Natalis ke-54 USU, Agustus 2006.

    9.

    Seminar Osteoporosis, dalam rangka ulang tahun FK-USU 54,

    Agustus 2006.

    10.Pertemuan Perhimpunan Intervensi Kardiovaskular Indonesia (PIKI)

    ke-2, Semarang, Juli 2006.

    11.Kongres Nasional PETRI XII, PERPARI VIII, PKWI IX, Medan, Juli

    2006.12.The 2nd Symposium on Critical Care and Emergency Medicine,

    Medan, Juli 2006.

    13.

    The 6th Jakarta Nephrology and hypertension course, Jakarta, Mei

    2006.

    14.Echocardiography mini course in conjuction with 15th Annual

    Scientific Meeting of The Indonesian Heart Association, Medan, April

    2006.

    15.

    Nurse mini course in conjuction with 15thAnnual Scientific Meeting of

    The Indonesian Heart Association, Medan, April 2006.

    34Harris Hasan: Intervensi Koroner Perkutan Pada penyakit Jantung koroner Dan Permasalahannya , 2007

  • 8/10/2019 Koroner.pdf

    36/37

    Intervensi Koroner Perkutan pada Penyakit Jantung Koroner dan Permasalahannya

    16.

    15thAnnual Scientific Meeting of The Indonesian Heart Association,

    Medan, April 2006.

    17.

    China Interventional Therapeutics 2006 in conjuction with TCT at CIT

    & EuroPCR at CIT, Beijing, China, April 2006.

    18.PIT VII 2006, Departemen Penyakit Dalam FK-USU, Medan, Maret

    2006.

    19.Singapore live 2006, Singapore, February-March 2006.

    20.

    Launching symposium Olmetec Medan, Januari 2006.

    21.15thAsian Pacific Congress of Cardiology 57thAnnual Conference of

    Cardiological Society of India, Mumbai, India, December 2005.

    22.Pelatihan Kedokteran Keluarga Modul A,B,C, dan D, Medan, Agustus-

    September 2005.

    23.

    Symposium Infection Update II 2005, Medan, Agustus 2005.

    24.

    1st Asian Interventional Cardiovascular Therapeutics (AICT),

    Singapura, Agustus 2005.

    25.

    Forum Ilmiah Pertama Endokrin dan Diabetes Regional Sumatera,

    Medan, Juli 2005.

    26.

    The 3rd New Trend in Cardiovascular Management (NTCM), Medan,

    Juni 2005.

    27.The 1st symposium, On critical care & emergency medicine, Medan,

    May 2005.

    28.Angioplasty Summit 2005 TCT Asia Pacific, Seoul, Korea, April 2005.

    29.

    PIT VI 2005 Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK-USU, Medan, Maret2005.

    30.

    KONKER PERKI X dan The National Symposium Cardiometabolics,

    Batam, Februari 2005.

    31.Singapore Live 2005, Singapore, January 2005.

    32.

    Singapore live 2004, Singapore, March 2004.

    33.Seminar PERKI Cabang Sumatera Utara, Medan, Januari 2005.

    34.

    European Society of Cardiology (ESC) congress 2004, Munich,

    Germany, September 2004.

    35.

    European Society of Cardiology (ESC) congress 2003, Vienna,Austria, September 2003.

    36.16thweekend course on cardiology, Jakarta, Oktober 2004.

    37.

    The 10th National congress of Indonesian Heart Association, Bali,

    February 2004.

    38.The 13thAnnual Scientific Meeting of Indonesian Heart Association,

    Bali, February 2004.

    39.14th Asian Pacific congress of cardiology 2004, Singapore, January

    2004.

    40. 16th ASEAN Congress of Cardiology, Bali, Indonesia April 18-21,

    2007.

    35Harris Hasan: Intervensi Koroner Perkutan Pada penyakit Jantung koroner Dan Permasalahannya , 2007

  • 8/10/2019 Koroner.pdf

    37/37

    Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar TetapUniversitas Sumatera Utara

    41. China Interventional Therapeutics 2007, Beijing, China, March 29

    April 1, 2007.

    42. 3rd Asian Interventional Cardiovascular Therapeutic with Malaysian

    Cardiovascular Interventional Symposium 2007, 11-14 Juli, Kuala

    Lumpur.

    G. TANDA PENGHARGAAN

    1. 1985 : Piagam Penghargaan Bupati Aceh Utara dalam Rangka

    Peresmian Pabrik Pupuk Asean (AAF) oleh Presiden RI.

    2. 1998 : Piagam Penghargaan dari Ketua MPR RI dalam Rangka

    Sidang Umum MPR 1998.

    3.

    2006 : Piagam Tanda Penghargaan Bakti Karya Husada Dwi Windu

    dari Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 464/MENKES/

    SK/VI/2006.

    4.

    2007 : Piagam Tanda Kehormatan Satyalancana Karya Satya 20

    Tahun dari Presiden Republik Indonesia sesuai Keppres. RI

    No. 011/TK/TAHUN 2007 tanggal 24 April 2007.